Upload
vankhanh
View
239
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
65
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC dengan Mesin 3R
Penelitian ini dilakukan terhadap 27 responden mencakup
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari
World bank melalui KLH di Denpasar-Bali. Responden mencakup kepala bengkel
service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R.
Variabel yang diukur dalam proses pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12
dan HFC-134a/R-134a menggunakan mesin 3R, mencakup proses recovery,
recycle dan recharging. Efektivitas pengelolaan dilihat dari efektivitas pada
masing masing tahap pengelolaan untuk mendapatkan tingkat efektivitas
pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 pada perusahaan/bengkel AC mobil. Data
hasil pengukuran proses pengelolaan pada masing-masing proses (Lampiran 3)
diklasifikasikan menggunakan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tingkat pencapaian
(Depdiknas, 1999).
5.1.1 Variabel Recovery
Variabel yang diamati dalam proses recovery adalah langkah-langkah
perusahaan/bengkel service AC mobil dalam pengambilan refrigeran dari suatu
sistem pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung,
adalah :
a) Pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem pendingin dan
memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung, dari hasil
65
66
pengukuran 27 perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan
bantuan mesin 3R didapat 67% (18) perusahaan/bengkel service AC mobil
telah melakukan dengan sangat baik dan sisanya 33% (9)
perusahaan/bengkel service AC mobil melakukan dengan baik. Pada
proses ini berjalan sangat efektif, 93% perusahaan/bengkel service AC
mobil telah menampung refrigeran dalam tangki penampung untuk
pemakaian berulang (refillable) pada saat service AC mobil, sehingga
tidak terjadi emisi CFC ke atmosfir pada saat service.
b) Refrigeran yang sejenis dengan hasil recovery dikumpulkan dalam tangki
penampung, dari 27 perusahaan/bengkel service AC mobil didapat 63%
(17) perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat
baik dan 37% (10) perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik.
Pada proses ini berjalan sangat efektif, 93% perusahaan/bengkel service
AC mobil telah menampung refrigeran dalam tangki penampung yang
sejenis pada saat melakukan service, sehingga tidak perlu dikhawatirkan
akan terjadi kontamisi antar refrigeran pada saat service dan emisi CFC ke
atmosfir dapat dicegah.
c) Refrigeran hasil recovery diberi label yang menyatakan jenis refrigeran,
dari hasil pengukuran 27 perusahaan/bengkel service AC mobil yang
mendapatkan bantuan mesin 3R didapat 48% (13) perusahaan/bengkel
service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik, 41% (11)
perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik, 7% (2)
perusahaan/bengkel service netral dan 4% (1) perusahaan/bengkel service
67
melakukan dengan kurang baik. Dalam proses ini tergolong efektif, 87%
perusahaan/bengkel service AC mobil telah memberi label pada refrigeran
hasil recovery. Namun demikian masih ada perusahaan yang tidak
memberikan label pada refrigeran hasil recovery, sehingga perlu
ditingkatkan pemahamannya untuk mencegah refrigeran
bercampur/terkontaminasi dengan refrigeran lain. Jika refrigeran hasil
recovery tidak diberi label dikhawatirkan dalam pemakaian akan terjadi
kesalahan, misalnya refigeran bercampur/kontminasi akan dapat
menyebabkan komponen dan sistem AC mobil mengalami kerusakan dan
dapat mengurangi unjuk kerja AC mobil. Untuk itu sangat penting
dilakukan pelabelan refrigeran, disamping untuk mencegah salah
pemakaian juga untuk mempermudah penggunaan.
d) Tangki penampung atau tabung refrigeran hasil recovery dirancang untuk
pemakaian berulang (refillable), dari 27 perusahaan/bengkel service AC
mobil didapat 37% (10) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik, 48% (13) perusahaan/bengkel service
melakukan dengan baik, 11% (3) perusahaan/bengkel service netral dan
4% (1) perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Dalam
proses ini tergolong efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC mobil
telah menampung refrigeran hasil recovery untuk pemakaian berulang
(refillable), tapi masih ada perusahaan/bengkel yang tidak penampung
refrigeran hasil recovery untuk pemakaian berulang (refillable). Hal ini
disebabkan karena komponen dari mesin 3R ada yang mengalami
68
kerusakan sehingga proses ini tidak bisa dilakukan. Berarti masih terjadi
pelepasan refrigeran pada saat service. Maka dipandang perlu
perusahaan/bengkel service AC mobil ditingkatkan pemahamannya
sehingga refrigeran pada saat melakukan service tidak terlepas ke atmosfir
karena CFC dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan HFC
merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menimbulkan
pemanasan global.
e) Pada suatu kondisi dimana kompresor hermatik terbakar atau mengalami
kerusakan akibat temperatur berlebih, refrigeran hasil recovery dibuang ke
udara bebas (pertanyaan dalam bentuk negatif, jadi jawaban yang benar
adalah berlawanan dengan standar/panduan), dari 27 perusahaan/bengkel
service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin 3R didapat hasil
sebagai berikut ; 22% (6) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik, 63% (17) perusahaan/bengkel service
melakukan dengan baik, 4% (1) perusahaan/bengkel service netral dan
11% (3) perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Pada
proses ini tergolong cukup, 79% perusahaan/bengkel service AC mobil
tidak membuang refrigeran hasil recovery kompresor hermatik terbakar
atau mengalami kerusakan akibat temperatur berlebih ke udara bebas. Tapi
masih ada perusahaan/bengkel service AC mobil yang melepas refrigeran
CFC dan HFC ke udara bebas. Hal ini terjadi karena tidak adanya tempat
pemusnahan/penghancuran refrigeran CFC di Bali, tidak adanya tempat
reklamasi refrigeran CFC di Bali. Kalau mau melakukan pemusnahan
69
refrigeran CFC sesuai dengan anjuran KLH mesti bawa ke Jakarta, jadi
menurut perusahaan/bengkel service perlu dana untuk sampai kesana.
Dengan demikian perlu ditingkatkan pemahamannya agar refrigeran hasil
recovery dari kompresor hermatik terbakar atau mengalami kerusakan
akibat temperatur berlebih tidak dilepas ke udara bebas tetapi ditampung
dalam suatu tabung penampung khusus untuk di daur ulang atau
dimusnahkan. Dilarang membuang refrigeran yang tercemar ke udara
terbuka. R-12 akan beracun kalau terbakar, pemusnahan dilakukan dengan
cara khusus melalui penguraian secara kimia.
Secara keseluruhan untuk proses recovery yang dilakukan pada 27
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di
Denpasar-Bali, hasil pengolahan datanya ada pada lampiran 4. Proses pengelolaan
refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a pada proses recovery terkatagori
berjalan efektif, 87% perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat
bantuan mesin 3R telah menampung refrigeran dalam tangki penampung untuk
pemakaian berulang (refillable) pada saat service dilakukan untuk dipergunakan
kembali pada sistem yang sama. Belum berjalan optimalnya proses recovery pada
pengelolaan CFC dan HFC di beberapa perusahaan/bengkel service AC mobil di
Denpasar disebabkan karena; 1) Komponen mesin 3R telah mengalami kerusakan,
2) Tidak adanya tempat service mesin 3R di Bali, 3) Sulitnya mendapatkan spare
part mesin 3R di Bali, 4) Harga spare part mahal, 5) Tidak adanya tempat
pemusnahan/penghancuran refrigeran hasil recovery kompresor hermatik terbakar
atau mengalami kerusakan akibat temperatur berlebih, dan 6) Tidak adanya pusat
70
reklamasi refrigeran CFC dan HFC di Bali. Untuk itu perlu adanya kerjasama
berbagai pihak terkait baik pemerintah, swasta, akademisi dan pihak-pihak terkait
lainnya untuk membantu perusahaan/bengkel service AC mobil sehingga
pengelolaan refrigeran CFC dan HFC di Denpasar berjalan optimal, sehingga
bumi kita yang satu ini dapat terhindar dari kerusakan lapisan ozon oleh oleh
emisi CFC dan pemanasan global oleh emisi HFC pada saat service AC mobil.
5.1.2 Variabel Recycle
Variabel yang diamati dalam proses recycle adalah langkah-langkah
perusahaan/bengkel service AC mobil dalam proses peningkatan kemurnian
refrigeran dari proses sirkulasi didalam mesin 3R.laluan tunggal melalui proses
fisika dengan jalan pemisahan minyak pelumas dan penyaringan refrigeran untuk
digunakan kembali, adalah :
a) Sebelum dilakukan recycle, dilakukan pengkajian/verifikasi terhadap
sistem refrigerasi dan keadaan sekitarnya, dari hasil pengukuran 27
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin
3R didapat 48% (13) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik, 44% (12) perusahaan/bengkel service telah
melakukan dengan baik dan 8% (2) perusahaan/bengkel service netral.
Dalam proses ini tergolong efektif, 88% perusahaan/bengkel AC telah
melakukan pengkajian/verifikasi terhadap sistem refrigerasi dan keadaan
sekitarnya sebelum melakukan recycle. Namun demikian masih ada yang
tidak melakukan pengkajian. Verifikasi sangat penting dilakukan untuk
mencegah kemungkinan refrigeran bercampur/terkontaminasi disamping
71
untuk menjaga keselamatan teknisi, dan alat. Untuk itu perlu ditingkatkan
pemahamannya untuk dapat mencapai sangat efektif, sehingga tidak
menimbulkan masalah baik bagi teknisi maupun lingkungan.
b) Dalam melaksanaan proses recycle refrigeran jenis CFC dan HFC dilepas
udara bebas (pertanyaan dalam bentuk negatif, jadi jawaban yang benar
adalah berlawanan dengan standar/panduan), dari hasil pengukuran 27
perusahaan/bengkel service AC mobil didapat 26% (7)
perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat
baik, 70% (19) perusahaan/bengkel service telah melakukan dengan baik
dan 4% (1) perusahaan/bengkel service netral. Pada proses ini tergolong
efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC mobil tidak melepas
refrigeran CFC dan HFC pada waktu melaksanakan proses recycle.
Namun demikian masih ada perusahaan/bengkel service yang melepas
refrigeran CFC dan HFC ke atmosfir. Hal ini terjadi karena di beberapa
perusahaan/bengkel service AC mobil komponen mesin 3R mengalami
kerusakan. Terlepasnya refrigeran CFC dan HFC ke atmosfir dapat
menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan pemanasan global oleh karena
HFC merupakan salah satu gas rumah kaca.
c) Setelah proses recycle, dilakukan pencatatan informasi dalam buku log
(log book), dari hasil pengukuran terhadap 27 perusahaan/bengkel service
AC mobil didapat 33% (9) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik, 52% (14) perusahaan/bengkel service telah
melakukan dengan baik dan 15% (4) perusahaan/bengkel service netral.
72
Pada proses ini tergolong efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC
mobil telah melakukan pencatatan informasi dalam buku log (log book)
setelah proses recycle. Namun demikian masih ada perusahaan/bengkel
service AC yang tidak mencatat dalam buku log (log book), kemungkinan
disebabkaan oleh komponen mesin 3R mengalami kerusakan dan masih
rendahnya kesadaran/pemahaman tentang pentingnya pencatatan informasi
refrigeran recycle. Pencatan dalam buku log (log book) sangat penting
dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah refrigeran yang telah di
recycle dan sebagai bahan informasi ke KLH bilamana diperlukan sebagai
bahan pertimbangan pengelolaan selanjutnya.
d) CFC dan HFC hasil daur ulang disimpan dan diberi label yang
menunjukkan jenis refrigeran, dari hasil pengukuran 27
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin
3R didapat 41% (11) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik, 44% (12) perusahaan/bengkel service
melakukan dengan baik, 11% (3) perusahaan/bengkel service netral dan
4% (1) perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Pada
proses ini tergolong efektif, 84% perusahaan/bengkel service AC mobil
telah menyimpan dan memberi label terhadap jenis refrigeran CFC dan
HFC hasil daur ulang. Namun demikian ada perusahaan/bengkel service
AC yang tidak memberi label terhadap jenis refrigeran CFC dan HFC
yang disimpan dari proses hasil daur ulang. Ini dapat menimbulkan
kekhawatiran akan terjadi bercampurnya refrigeran yang satu dengan yang
73
lainnya. Tidak dibenarkan mencampur refrigeran, sebab masing-masing
refrigeran mempunyai karakteristik yang berbeda. Apabila refigeran
bercampur di pakai pada sistem AC akan dapat menyebabkan kerusakan
komponen dan sistem AC serta unjuk kerjanya tidak akan maksimal.
e) Refrigeran hasil recycle ditampung dalam tangki penampung sekali pakai
(disposable) (pertanyaan dalam bentuk negatif, jadi jawaban yang benar
adalah berlawanan dengan standar/panduan), dari 27 perusahaan/bengkel
service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin 3R didapat 26% (7)
perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat
baik, 52% (14) perusahaan/bengkel service telah melakukan dengan baik,
11% (3) perusahaan/bengkel service netral dan 11% (3)
perusahaan/bengkel service melakukan dengan kurang baik. Pada proses
ini tergolong cukup, 77% perusahaan/bengkel service AC mobil telah
menampung refrigeran hasil recycle dalam tangki untuk pemakaian
berulang (refillable) bukan dalam tangki sekali pakai (disposable). Namun
demikian masih ada perusahaan/bengkel service AC yang tidak
melakukan. Hal ini disebabkan oleh karena komponen mesin 3R pada
beberapa perusahaan/bengkel service AC mobil telah mengalami
kerusakan, disamping itu perlu ditingkatkan pemahamannya bahwa
refrigeran hasil recycle masih dapat dipergunakan kembali pada sistem
yang sama.
Secara keseluruhan untuk proses recycle yang dilakukan pada 27
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari
74
World bank melalui KLH di Denpasar-Bali, hasil pengolahan datanya ada pada
lampiran 4. Proses pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a,
pada proses recycle terkatagori berjalan efektif (84%). Belum berjalan optimalnya
proses recycle pada pengelolaan CFC dan HFC di perusahaan/bengkel AC mobil
disebabkan karena; 1) Terjadinya kerusakan pada mesin 3R, 2) Komponen mesin
3R (solenoid) pada beberapa perusahaan/bengkel service AC mobil telah
mengalami kerusakan, 3) Tidak adanya tempat service mesin 3R di Bali, 4)
Ketiadaan atau sulitnya mendapatkan spare part di Bali dan 5) Mahalnya harga
spare part. Untuk itu perlu kerjasama antara pihak terkait, baik pemerintah,
pengusaha, perusahaan/bengkel AC, akademisi dan pihak yang lain untuk
mengatasi kendala tersebut diatas sehingga proses recycle refrigeran CFC dan
HFC dapat dilakukan secara optimal. Serta penting adanya sosialisasi peningkatan
pemahaman terhadap proses recycle sehingga tidak terjadi emisi CFC dan HFC ke
atmosfir pada saat service AC mobil.
5.1.3 Variabel Recharging
Variabel yang diamati dalam proses recycle adalah langkah-langkah
perusahaan/bengkel service AC mobil dalam proses pengisian kembali refrigeran
yang diambil atau ditangkap pada waktu proses recovery pada sistem mesin
pendingin tersebut, adalah :
a) Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, harus dilakukan pemakuman,
dari hasil pengukuran terhadap 27 perusahaan/bengkel service AC mobil
yang mendapatkan bantuan mesin 3R didapat 81% (22)
perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik
75
dan 19% (5) perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik. Pada
proses ini berjalan sangat efektif, 96% perusahaan/bengkel service AC
mobil telah melakukan pemakuman sebelum sistem diisi dengan refrigeran
baru. Pemakuman wajib dilakukan sebelum sistem AC mobil di isi
refrigeran baru untuk mengeluarkan uap air dan atau kontaminan lain yang
ada dalam sistem sehingga performansi/unjuk kerja AC mobil dapat
mencapai maksimal. Apabila tidak dilakukan pemakuman dapat dipastikan
bahwa didalam sistem AC ada udara yang negandung sehingga akan
mengganggu kerja sistem AC dan pada akhirnya menurunkan
performansi/unjuk kerja AC mobil.
b) Pemakuman untuk membersihkan sistem dari sisa refrigeran lama dan gas
lain yang tidak diinginkan, dari hasil pengukuran terhadap 27
perusahaan/bengkel service AC mobil didapat 74% (20)
perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik
dan 26% (7) perusahaan/bengkel service melakukan dengan baik. Pada
proses ini berjalan sangat efektif, 95% perusahaan/bengkel service AC
mobil telah melakukan pemakuman untuk membersihkan sistem dari sisa
refrigeran lama dan gas lain yang tidak diinginkan. Pemakuman wajib
dilakukan sebelum sistem AC mobil diisi refrigeran baru untuk
mengeluarkan refrigeran lama dan kontaminan lain yang ada dalam sistem.
Apabila tidak dilakukan pemakuman dapat mengganggu kinerja sistem AC
dan pada akhirnya menurunkan performansi atau unjuk kerja AC mobil.
76
c) Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, dilakukan pemeriksaan
kebocoran, dari hasil pengukuran terhadap 27 perusahaan/bengkel service
AC mobil didapat 81% (22) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik dan 19% (5) perusahaan/bengkel service
melakukan dengan baik. Pada proses ini berjalan sangat efektif, 96%
perusahaan/bengkel service AC mobil telah melakukan pemeriksaan
kebocoran sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru. Pemeriksaan
kebocoran sangat penting dilakukan sebelum sistem AC mobil di isi
refrigeran baru. Apabila tidak dilakukan pemeriksaan kebocoran terlebih
dahulu, sistem AC mobil langsung diisi refrigeran, misalnya CFC
bilamana terjadi kebocoran berarti CFC yang terlepas ke Atmosfir.
Pemeriksaan kebocoran yang baik adalah sistem diisi dengan gas nitrogen,
bilamana terjadi kebocoran gas nitrogen yang terlepas ke lingkungan.
Tidak dibenarkan mengetes kebocoran sistem diisi dengan refrigeran,
disamping harga refrigeran mahal, bilamana terjadi kebocoran, refrigeran
CFC yang terlepas ke atmosfir sehingga dapat menyebabkan kerusakan
lapisan ozon dan bilamana HFC yang dipakai bila terlepas ke atmosfir
dapat menyebabkan pemanasan global.
d) Jika ternyata ada kebocoran, sistem diperbaiki dahulu sebelum dilakukan
pengisian refrigeran, dari hasil pengukuran terhadap 27
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan mesin
3R didapat 78% (21) perusahaan/bengkel service AC mobil telah
melakukan dengan sangat baik dan 22% (6) perusahaan/bengkel service
77
melakukan dengan baik. Pada proses ini berjalan sangat efektif, 96%
perusahaan/bengkel service AC mobil telah memperbaiki sistem sebelum
dilakukan pengisian refrigeran. Jadi, perbaikan kebocoran wajib dilakukan
untuk dapat bekerjanya sistem AC mobil. Setelah tidak bocor sistem wajib
di vaccum kembali, setelah itu baru diisi refrigeran sesuai dengan petunjuk
pengisian dan karakteristik refrigeran untuk mendapatkan performansi atau
unjuk kerja yang maksimal.
Secara keseluruhan untuk proses recharging dari 27 perusahaan/bengkel
service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R dari World bank melalui
KLH di Denpasar-Bali, hasil pengolahan datanya ada pada lampiran 4. Proses
pengelolaan refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a pada proses
recharging terkatagori sangat efektif, terbukti dengan 96% perusahaan/bengkel
service AC mobil telah melakukan dengan sangat baik. Para pemilik dan teknisi
perusahaan/bengkel service AC mobil telah melaksanakan proses recharging
refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu proses recovery pada sistem
mesin pendingin sesuai dengan standar KLH. Secara ekonomis dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan/bengkel karena tidak perlu membeli
refrigeran baru untuk pengisian kembali, dari segi lingkungan terhindar dari emisi
CFC dan HFC ke atmosfir yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan
pemanasan global.
Data hasil pengukuran masing-masing variabel tersebut di atas secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Analisis statistik deskriptif variabel
pengelolaan disajikan pada rangkuman analisis deskriptif pada tabel 5.1.
78
Tabel 5.1 Rangkuman Analisis Statistik Deskriptif Data Hasil Pengukuran Variabel
Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC
Proses Statistics
Recovery Recycle Recharging Total Proses
N 27 27 27 27 Mean 21,78 20,89 19,15 61,81 Median 22,00 20,00 20,00 62,00 Mode 24 24 20 56 Std. Deviation 2,439 2,665 1,512 5,643 Variance 5,949 7,103 2,285 31,849 Minimum 16 16 16 50 Maximum 25 25 20 69 Sum 588 564 517 1669
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa variabel recovery diperoleh
mean (nilai rerata hitung) sebesar 21,78. Artinya secara rata-rata skor hasil
pengukuran secara keseluruhan responden adalah 21,78, median (nilai tengah )
sebesar 22,00. Artinya di bawah dan di atas nilai tersebut masing-masing terdapat
50% nilai (data). Modus (frekuensi yang paling sering muncul) didapat sebesar
24, skor minimum 16, skor masksimum 25, simpangan baku (standar deviasi)
2,439, dan variansi sebesar 5,949.
Hasil Pengukuran variabel recycle diperoleh mean (nilai rerata hitung)
sebesar 20,89. Artinya, secara rata-rata skor hasil pengukuran secara keseluruhan
responden adalah 20,89 median (nilai tengah ) sebesar 22, Modus (frekuensi yang
paling sering muncul) didapat sebesar 24, skor minimum 16, skor masksimum
79
25, simpangan baku (standar deviasi) yaitu rata-rata penyimpangan hasil
pengukuran dari rata-rata sebesar 2,665, dan variansi sebesar 7,1.
Hasil Pengukuran variabel recharging diperoleh mean (nilai rerata hitung)
sebesar 19,15. Artinya, secara rata-rata skor hasil pengukuran secara keseluruhan
responden adalah 19,15, median (nilai tengah ) sebesar 20, Modus (frekuensi
yang paling sering muncul) didapat sebesar 20, skor minimum sebesar 16, skor
masksimum sebesar 20, simpangan baku (standar deviasi) yaitu rata-rata
penyimpangan hasil pengukuran dari rata-rata sebesar 1,5 dan variansi 2,285.
Secara total pengelolaan refrigeran CFC dan HFC pada
perusahaan/bengkel service AC mobil menggunakan mesin 3 R, mean (nilai rerata
hitung) sebesar 61,81. Artinya secara rata-rata skor hasil pengukuran secara
keseluruhan responden adalah 61,81, median (nilai tengah ) sebesar 62.0, Modus
(frekuensi yang paling sering muncul) didapat sebesar 56, skor minimum 50, skor
masksimum 69, simpangan baku (standar deviasi) yaitu rata-rata penyimpangan
hasil pengukuran dari rata-rata sebesar 5,63, dan variansi 31,849. Histogram
Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC pada Bengkel AC Mobil di Denpasar - Bali
disajikan pada Gambar 5.1.
80
Gambar 5.1 Histogram Pengelolaan Refrigeran CFC dan HFC pada Bengkel AC Mobil di
Denpasar - Bali
Data hasil pengukuran variabel recovey terhadap responden menunjukkan
bahwa rata-rata skor 21,78, proporsi pencapaian skor maksimum ideal 87,11 %
terkategori efektif. Hasil pengukuran variabel recycle terhadap responden
menunjukkan bahwa rata-rata skor 20,89, proporsi pencapaian skor maksimum
ideal 83,56 % terkategori efektif. Hasil pengukuran variabel recharging terhadap
responden menunjukkan bahwa rata-rata skor 19,15, proporsi pencapaian skor
maksimum ideal 95,74 % terkategori sangat efektif.
Selanjutnya secara keseluruhan dapat direkapitulasi tingkat efektivitas
masing-masing proses pada variabel pengelolaan refrigeran CFC dan HFC
81
mengunakan mesin 3R pada perusahaan/bengkel AC mobil di Denpasar – Bali
seperti disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Efektivitas Variabel Pengelolaan Refrigeran
CFC dan HFC Mengunakan Mesin 3 R
No. Proses Skor
Rata-Rata
Persentase Pencapaian
(%) Kategori
1. Recovery 21,8 87,11 Efektif
2. Recycle 20,9 83,56 Efektif
3. Recharging 19,1 95,74 Sangat Efektif
Total Proses 61,8 88,3 Efektif
Secara keseluruhan rata-rata skor menunjukkan 61,81, proporsi pencapaian
skor maksimum ideal 88,3% terkatagori efektif. Pengelolaan refrigeran CFC dan
HFC pada perusahaan/bengkel AC mobil yang menggunakan mesin 3 R di
Denpasar - Bali dapat disimpulkan efektif. Jadi perusahaan/bengkel service AC
mobil yang mendapatkan bantuan mesin 3R telah dapat melaksanakan
pengelolaan refrigeran CFC-12 dan HFC-1234a secara efektif.
Hasil analisis data mendapatkan bahwa pengelolaan refrigeran CFC dan
HFC oleh perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapatkan bantuan
mesin 3R di Denpasar-Bali termasuk katagori efektif. Pengelolaan belum
termasuk optimal, karena rata-rata skor hasil evaluasi pengelolaan menunjukkan
61,81 atau hanya 88,31 % prosedur pengelolaan dapat dilaksanakan oleh para
82
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di
Denpasar-Bali. Sedangkan sisanya 11, 69 % belum dapat dilaksanakan secara
optimal. Terutama dalam tahapan proses, yaitu recovery, dan recycle, masih
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Prosedur recycle menunjukkan paling
tidak optimal. Para pengusaha/bengkel service dalam proses recycle cenderung
masih membuang atau melepas refrigeran CFC dan HFC ke udara bebas, kurang
melakukan pencatatan dala buku informasi (log book), dan cenderung tidak
menampung hasil recycle dalam tangki khusus penampung. Prosedur lainnya yang
belum optimal, yakni pada proses recovery dimana pada suatu kondisi dimana
kompresor hermatik terbakar atau mengalami kerusakan akibat temperatur
berlebih, refrigeran hasil recovery dibuang ke udara bebas.
Belum optimalnya pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC dan HFC pada
perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di
Denpasar, terutama dalam tahapan proses recovery dan recycle karena ; 1)
Adanya kerusakan komponen mesin 3R khususnya solenoid, 2) Sulit
mendapatkan spare part di Denpasar, 3) Harga spare part sangat mahal,. 4) Tidak
adanya tempat service mesin 3R di Denpasar, 5) Tidak adanya tempat
pemusnahan/penghancuran refrigeran bilamana refrigeran dari hasil recovery
kompresor terbakar atau temperatur berlebih di Denpasar, di Indonesia baru ada di
PT. Holcim di Jakarta, jadi para pengusaha/bengkel service menghadapi kendala
di biaya, 6) Belum adanya pusat reklamasi refrigeran CFC dan HFC di Denpasar –
Bali.
83
Proses recharging dari hasil penelitian merupakan salah satu tahapan
proses pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC dan HFC yang dapat berjalan
dengan sangat efektif dibandingkan dengan pelaksanaan proses yang lain seperti
recovery dan recycle. Optimalnya proses recharging refrigeran dapat
dilaksanakannya oleh pengusaha/bengkel service AC mobil karena pengisian
refrigeran ke dalam sistem pendingin dapat dilakukan dengan pompa vakum
(Pasek et al., 2004). Jadi, walaupun mesin 3R mengalami kerusakan proses
recharging masih dapat dilaksanakan dengan baik. Berbeda dengan proses
recovery dan recycle, bilamana mesin 3R salah satu komponen mengalami
kerusakan secara otomatis tidak bisa dipakai maka dari itu pada proses ini
pengelolaan refrigeran CFC dan HFC menjadi tidak optimal.
Menurut Key and Powel (1998) dan Andika (2006) menjelaskan cara kerja
mesin 3R laluan tunggal sebagai berikut :
a) Recovery. Proses pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem
pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki
penampung. Prosedur pada tahap recovery yaitu: 1) untuk refrigeran yang
sejenis refrigeran hasil recovery harus dikumpulkan dalam tangki
penampung 2) refrigeran hasil recovery harus diberi label yang
menyatakan jenis refrigeran, 3) tangki penampung refrigeran hasil
recovery yang direkomendasikan adalah yang dirancang untuk pemakaian
berulang (refillable), bukan tangki sekali pakai (disposable) yang biasa
digunakan untuk kemasan refrigeran baru, dan 4) pada kondisi dimana
kompresor hermatik atau semi hermatik terbakar atau mengalami
84
kerusakan akibat temperatur berlebih, maka refrigeran hasil recovery harus
disimpan dalam tangki penampung khusus untuk reklamasi atau
dimusnahkan.
b) Recycle (daur ulang). Proses peningkatan kemurnian refrigeran dari proses
sirkulasi didalam mesin 3R.melalui proses fisika dengan jalan pemisahan
minyak pelumas dan penyaringan refrigeran untuk digunakan kembali.
Refrigeran yang berasal dari sistem refrigerasi dengan kompresor hermatik
dan semi hermatik yang terbakar tidak boleh di recycle karena banyak
mengandung kotoran dan tingkat keasaman yang tinggi. Prosedur
pelaksanaan recycle yaitu : 1) sebelum dilakukan recycle, wajib dilakukan
pengkajian/verifikasi terhadap sistem refrigerasi dan keadaan sekitarnya,
2) dilarang melepas refrigeran jenis CFC dan HFC ke atmosfir dalam
pelaksanaan recycle, 3) setelah proses recycle, wajib dilakukan pencatatan
dalm buku log dengan mencantumkan informasi informasi : jenis dan
jumlah refrigeran yang di recycle, penanganan keadaan khusus, tanggal
pelaksanaan recycle, dan nama teknisi yang melakukan recycle; dan 4)
CFC dan HFC hasil daur ulang harus disimpan dan diberi label yang
menunjukkan jenis refrigeran yang disimpan. Refrigeran hasil recycle
ditampung dalam tangki penampung. Beberapa hal yang perlu dperhatikan
dalam penggunaan tangki penampung yaitu: 1) refrigeran hasil recycle
harus ditampung dalam tangki yang dirancang untuk pemakaian berulang
(refillable), bukan dalam tangki sekali pakai (disposable) yang biasa
digunakan untuk kemasan refrigeran baru dan 2) untuk menginformasikan
85
jenis refrigeran, tangki penampung harus diberi label identitas yang
menginformasikan jenis refrigeran secara jelas.
c) Recharging. Proses pengisian kembali mesin pendingin (AC mobil)
dengan refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu proses
recovery. Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, harus dilakukan: 1)
Pemakuman, untuk membersihkan sistem dari sisa refrigeran lama dan gas
lain yang tidak diinginkan; 2) Pemeriksaan kebocoran sesuai dengan
standar yang berlaku. Jika ternyata ada yang kebocoran, sistem harus
diperbaiki dahulu sebelum dilakukan pengisian refrigeran.
5.2 Unjuk Kerja (COP) Mesin Pendingin
Data yang diperoleh dari hasil pengujian (Lampiran 5 sampai 10), diolah
dengan menggunakan sifat-sifat termofisik refrigeran berupa entalpi refrigeran.
Dari P-h diagram refrigeran CFC-12/R-12 (Lampiran 11), dengan memasukan
temperatur (T ) dalam 0C dan tekanan (P) dalam barabs pada program CoolPack
yang digunakan maka didapat besarnya entalpi masing-masing titik pengukuran.
Data yang didapat dari hasil pengujian, kemudian dirata-ratakan. Data rata-rata
inilah kemudian dihitung (contoh perhitungan Lampiran 12) dengan rumus-rumus
yang ada sehingga didapat hasil seperti pada Lampiran 13 dan 15.
Kemudian dilakukan pengujian terhadap refrigeran CFC-12/R-12 hasil
recovery dan recycle Mesin 3R yang tidak terkontaminasi/bercampur dengan
refrigeran lain yang peneliti bisa dapatkan dari perusahaan/bengkel service AC
mobil di Denpasar. Data yang didapat dari hasil pengujian, kemudian dirata-
86
ratakan. Data rata-rata inilah kemudian dihitung dengan rumus-rumus yang ada
sehingga didapat hasil seperti pada Lampiran 16 sampai 18.
Selanjutnya untuk dapat membandingkan unjuk kerja (COP) CFC-12/R-12
hasil recovery dan recycle dengan refrigeran CFC-12/R-12 murni, maka dilakukan
pengujian juga untuk enam tabung refrigeran CFC-12/R-12 murni. Data yang
didapat dari hasil pengujian, kemudian dirata-ratakan. Data rata-rata inilah
kemudian dihitung dengan rumus-rumus yang ada sehingga didapat hasil seperti
pada Lampiran 19 sampai 20.
Prestasi mesin pendingin dapat dilihat dari pengujian massa optimum
masing-masing refrigeran yang ditunjukkan oleh koefisien unjuk kerja (COP)
mesin pendingin. Rekafitulasi data hasil pengujian tingkat unjuk kerja (COP)
mesin pendingin menggunakan refrigeran murni dibandingkan dengan unjuk kerja
(COP) mesin pendingin menggunakan refrigeran hasil recovery dan recycle mesin
3R disajikan pada Tabel 5.3.
87
Tabel 5.3 Rekafitulasi Data Hasil Pengujian Tingkat Unjuk Kerja (COP) Mesin Pendingin
Menggunakan Refigeran Murni Dibandingkan dengan Hasil Recovery dan Recycle
COP
No mref
(gram) R-12 murni
R-12 hasil recovery dan
recycle
R-12 murni – R-12 hasil recovery dan recycle
1 330 2,51 2,50 0,01
2 330 2,52 2,49 0,03
3 330 2,53 2,45 0,08
4 330 2,52 2,40 0,12
5 330 2,55 2,40 0,15
6 330 2,50 2,37 0,13
Rata-rata 2,524 2,435 0,089
Berdasarkan pengujian refrigeran pada massa optimum 330 gram dari
rekafitulasi hasil pengujian pada tabel 5.3 didapatkan bahwa rata-rata unjuk kerja
(COP) mesin pendingin yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 murni, yaitu
2,54. Sedangkan unjuk kerja (COP) mesin pendingin yang menggunakan
refrigeran hasil recovery dan recycle mesin 3R satu laluan didapatkan 2,435.
Terdapat perbedaan unjuk kerja (COP) mesin pendingin terhadap penggunaan
refrigeran CFC-12/R-12 murni dengan refrigeran hasil recovery dan recycle
mesin 3R dengan rata-rata pebedaannya 0,089 atau 3,53 %.
Signifikansi perbedaan rata-rata unjuk kerja (COP) mesin pendingin
selanjutnya diuji menggunakan uji beda rata-rata dengan taraf signifikan 5%.
Kriteria Pengujian dengan taraf signifikan 5%, jika sig t < 0,05 hipotesis H0
ditolak dalam kondisi lainnya Ha diterima.
88
Print out hasil pengujian pada lampiran 21 mendapatkan thitung = 3,397
dengan sig t = 0,004. Nilai sig t < 0,05 maka Hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya, secara signifikan unjuk kerja (COP) AC mobil yang menggunakan
refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R laluan tunggal lebih
rendah dibanding dengan unjuk kerja AC mobil yang menggunakan refrigeran
CFC-12/R-12 murni. Unjuk kerja (COP) AC mobil yang menggunakan refrigeran
CFC-12/R-12 murni 3,53% lebih tinggi dibandingkan unjuk kerja (COP) AC
mobil yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle
mesin 3R. Artinya, Unjuk kerja (COP) AC mobil yang menggunakan refrigeran
CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R 3,53% kurang dingin
dibandingkan unjuk kerja AC mobil yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12
murni.
5.2.1 Penyebab unjuk kerja (COP) mesin kendingin menjadi lebih rendah
Nilai unjuk kerja (COP) mesin pendingin yang menggunakan refrigeran
CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R laluan tunggal lebih rendah
dari CFC-12/R-12 murni, antara lain disebabkan oleh :
5.2.1.1 Refrigeran bercampur atau terkontaminasi
Para teknisi hampir tidak pernah menanyakan kemurnian refrigeran, dan
mereka menganggap bahwa refrigeran pada AC kendaraan cukup murni. Jika
terdapat gejala aneh atau terjadi masalah pada sisem AC, meskipun mereka
mencurigai kemurnian refrigeran yang digunakan, tapi para teknisi tidak bisa
berbuat apa-apa, karena banyak tempat penjual/distributor tidak mempunyai alat
89
deteksi/identifikasi kemurnian refrigeran dan pengetahuan mereka masih terasa
kurang.
Adalah sangat penting memiliki fasilitas dan peralatan untuk mewaspadai
kemungkinan resiko terkontaminasinya refrigeran, jika tempat
penjual/distributor/toko tidak punya alat pemeriksa kemurnian refrigeran lalu
refrigeran yang tidak murni tersebut terjual pada konsumen/bengkel AC, hal ini
akan dapat merusak perlengkapan service AC pada bengkel dan AC kendaraan itu
sendiri sekaligus merusak serta mencemarkan lingkungan bahkan dapat
membahayakan teknisi dan pemilik kendaraan. Jika R-134a, atau zat lainnya yang
tidak dikenal tercampur pada refrigeran yang secara kebetulan saat itu sedang
dilaksanakan service AC, dapat menyebabkan kerusakan mesin recovery-charging
AC pada bengkel tersebut, kerusakan bisa bernilai jutaan rupiah untuk
penggantian filter-dryer dan membersihkan pompa vakum pada alat tersebut.
Pencemaran juga terjadi pada tangki penampung alat recovery-charging
AC akibatnya refrigeran yang sudah ada pada tangki tersebut juga harus dibuang,
hal ini menyebabkan kerugian yang cukup besar pada bengkel service AC.
Bahaya yang lebih besar akan terjadi bila distributor/tempat penjual tidak
memiliki alat deteksi/identifikasi kemurnian refrigeran, mereka tidak saja
merugikan bengkel service AC, juga merugikan dan mencemari kendaraan yang
memakainya, karena pemakaian refrigeran yang tidak murni dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem AC.
Hasil survei yang dilakukan oleh Environment Protection Agency (EPA)
Florida sungguh mengejutkan. EPA Florida melakukan survei untuk studi
90
refrigeran pada tempat service atau penjualan yang besedia disurvei secara suka
rela, EPA menjelaskan bahwa tidak akan ada effek atau resiko apapun dari hasil
survei terhadap tempat yang disurvei. Hasilnya adalah; sepertiga dari tempat yang
dihubungi keberatan untuk disurvei dengan berbagai alasan dan hampir dua
pertiga pedagang mobil yang dihubungi juga menolak. Akhirnya EPA Florida
hanya menguji kemurnian zat pendingin pada tangki alat recovery-charging AC di
100 tempat service AC.
Secara keseluruhan ditemukan bahwa 38% dari tangki recovery-charging
AC terkontaminasi. Di bengkel service indepeden merupakan tempat
terkotaminasinya refrigeran yang paling rendah, tetapi masih 32%, namun pada
tempat service dan penjualan mobil bekas yang paling besar persentasenya yaitu
71% dari tangki alat recovery-charging AC telah terkontaminasi. Refrigeran yang
terkontaminasi dengan udara adalah yang paling buruk yaitu 22% dari
keseluruhan yang diuji. Tercampurnya R-12 dan R-134a juga ditemukan sebanyak
15% dari hasil disurvei. (diantaranya 29% ditemukan di tempat service dan
penjualan mobil bekas).
Sedangkan, The Mobile Air Conditioning Society (MACS) melakukan
studi lapangan pada lima refrigeran alternatif; untuk membandingkan unjuk kerja
refrigeran R-12 dan R-134a serta tiga refrigeran yang lainnya (Freeze 12, FRIGC
and McCool Chill-It). Studi tersebut menemukan bahwa semua refrigeran
alternatif (termasuk R-134a) tidak sebaik R-12 pada kendaraan uji yaitu Grand
Pontiac tahun 1990 dan Honda Accord tahun 1987. tetapi studi juga menemukan
91
bahwa campuran R-134a di Honda (tetapi tidak pada Pontiac); menaikkan suhu
udara keluar pada grill AC kisaran 1 sampai 11 derajat (Berh-Hella, 2008).
Ahmad Junaidi (2008) menyebutkan bahwa unjuk kerja (COP) mesin
pendingin sangat dipengaruhi oleh kualitas refrigeran. Refrigeran yang paling
banyak dipakai sebagai fluida kerja pada AC mobil adalah dari jenis R-12 karena
sifat termodinamikanya yang baik akan tetapi jenis ini termasuk kelompok CFC
(Chloro Fluoride Carbonate) yang terbukti merusak lingkungan. Sebelum
pengujian dilakukan pembilasan untuk menjamin instalasi bersih dari zat lain.
Dalam pengujian akan dilihat unjuk kerja mesin pendingin yang dioperasikan
menggunakan R-12, dibandingkan dengan unjuk kerja mesin pendingin jika
dioperasikan menggunakan Petrozon, R-134a serta Musicool. Hasil pengujian
untuk 4 refrigeran uji adalah Musicool menghasilkan COPmaks, = 2,1 pada beban
rendah dengan tekanan kerja evaporator rata-rata 2,6 bar, R-134a sesuai untuk
beban rendah maupun beban tinggi dengan COP rata-rata = 2,4, Petrozon sesuai
pada beban pendinginan yang tinggi dengan COPmaks = 2,2 dan R-12
menghasilkan COP maksimum 2,3 pada tekanan kerja evaporator rata-rata 1,6 bar.
Hukum Negara telah melarang mencampur refrigeran pada sistem AC R-
12 atau R-134a dengan refrigeran yang lain. Anda harus menggunakan jenis
refrigeran yang sama saat melakukan pengisian atau penambahan pada sistem AC,
jika melakukan perubahan pada sistem AC, kita harus mengeluarkan semua
refrigeran yang lama sebelum menggantinya dengan yang baru.
R-12 dan R-134a tidak bisa dicampurkan, karena refrigeran R-134a tidak
akan dapat bergabung dengan R-12, oli kompressor R-12 adalah oli mineral dan
92
akan menyebabkan rusakan kompressor jika digunakan untuk R-134a. Dryer pada
sistem R-12 juga berbeda dengan R-134a dan komponen ini tidak dapat saling
dipertukarkan. Mencampur refrigeran dapat juga menyebabkan masalah atau
bahaya pada sistem AC misalnya tekanan pada kompressor, menambahkan R-22
(yang banyak digunakan pada sism AC stationer tetapi tidak dirancang untuk
digunakan pada sistem AC kendaraan) ke R-12 atau R-134a akan menaikkan
tekanan pada sistem A/C secara drastis dan dapat mengakibatkan kerusakan
kompressor. Hubungan suhu dan tekanan pada R-22 sangat jauh berbeda dengan
R-134a, oleh karena itu pemakaian R-22 pada sistem AC kendaraan akan
menyebabkan tekanan yang berlebihan pada kompressor (sampai 500 psi).
Dryer yang dipakai untuk kedua sistem ini juga berbeda dan tidak dapat
saling dipertukarkan. R-134a memerlukan oli khusus jenis; polyalkylene oil (oli
PAG) atau polyol ester oil (oli POE) kadang-kadang diperlukan tingkat
kekentalan oli PAG yang berbeda untuk masing-masing kompressor (kendaraan
buatan General Motors hanya memerlukan satu jenis oli PAG utuk semua
produknya). Ada juga oli AC yang dijual pada aftermarket (oli POE) yang bisa
dipakai untuk kedua sistem AC R-12 dan R-134a, tidak seperti (oli PAG), (oli
POE) akan dapat bercampur dengan oli mineral yang lazimnya dipakai pada
sistem AC R-12 .
5.2.1.2 Refrigeran bercampur atau terkontaminasi dengan udara
Udara adalah sesuatu yang tidak diinginkan pada sistem AC, karena udara
sangat sulit/tidak bisa dikondensasikan. udara tidak dapat berubah wujud dari gas
menjadi cair melalui tekanan yang dibangkitkan oleh kompresor AC, jika terdapat
93
udara pada refrigeran, maka volume refrigeran yang diisikan pada sistem AC juga
tidak seperti yang diharapkan, akibatnya unjuk kerja AC akan menurun. Udara
yang beredar pada sistem AC juga menyebabkan freeze-up (pembekuan) pada
evaporator, kejadian tersebut dapat menyebabkan pendinginan ruangan kadang-
kadang terasa dingin dan kadang-kadang tidak, suara yang timbulkan oleh
kompressor semakin berisik, bahkan kalau dibiarkan hal tersebut dapat merusak
kompressor.
Udara dapat masuk pada sistem AC melalui berbagai cara, misalnya saat
sistem AC dibuka waktu service lakukan, meskipun sistem AC divakum sebelum
pengisian refrigeran, akan tetapi udara tetap beredar dalam instalasi sistem AC
karena adanya udara yang dikandung oleh refrigeran yang terkontaminasi. Udara
dapat juga masuk ke instalasi sistem AC melalui kebocoran, bahkan ketika sistem
berisi refrigeran dan jika tekanan berada di bawah 0, udara dan uap lembab akan
tetap berada dalam intalasi sistem AC. Komponen dryer atau filter hanya akan
menyerap kelembaban udara tapi tidak akan mengurangi volume udara yang
terkandung dalam refrigeran, tidak ada cara untuk mencegah kekosongan ruang
yang ditempati udara bila refrigeran terkontaminasi udara. Udara juga sering
masuk ke instalasi sistem AC ketika melakukan penambahan refrigeran, jika
tangki alat recovery-charging AC terkontaminasi udara, maka udara akan masuk
ke sistem AC bersama-sama dengan refrigeran.
Sebagian alat recovery-charging AC didisain ke secara otomatis agar
dapat memisahkan udara dari tangki, dan sebagian alat yang lain harus diakukan
secara manual, sekali sehari direkomendasikan untuk membuang kandungan udara
94
yang ada dalam tangki alat recovery-charging AC, agar kemurnian refrigeran
dapat dijaga, kadang-kadang teknisi melakukan pekerjaan itu dengan teliti, akan
tetapi peralatan yang sudah tua tidak secara otomatis membersihkan udara dari
tangki dengan akurat, akibatnya pencemaran refrigeran oleh udara menjadi
masalah yang sudah umum terjadi.
Untuk memeriksa kemungkinan refrigeran terkontaminasi oleh udara,
teknisi di tempat penjual refrigeran harus mencatat tekanan pada tangki
penyimpan/penampung, jika melebihi tekanan maksimum yang dizinkan sesuai
dengan suhu lingkungan, maka berkemungkinan terdapat udara dalam tangki
penampung, oleh sebab itu tangki perlu divakum sebelum dimasukan refrigeran.
Masalah yang paling sulit adalah mendiagnosa refrigeran terkontaminasi oleh
udara, sebagian alat deteksi/identifikasi dapat mengetahui prosentase kontaminasi
udara pada refrigeran, sedangkan alat yang lain tidak bisa medeteksinya, hanya
akibat dari refrigeran yang tercampur udara dapat didiagnosa setelah AC bekerja,
yaitu adanya freeze-up pada sistem AC dan suara kompressor yang lebih berisik.
AC yang bekerja dengan normal dan refrigeran yang tidak terkontaminasi
udara akan dapat menurunkan suhu 25 sampai 30 derajat C lebih dingin dari suhu
udara luar dan juga dapat menurunkan kelembaban udara menjadi tingkat
kelembaban yang lebih nyaman. Sebagai contoh; bagaimana kontaminasi udara
dapat menyebabkan kesalahan diagnosa pada mobil Cadillac tahun 1994-1995.
Pada kendaraan ini ditemukan kode kesalahan A047 hal itu menandakan
refrigeran pada sistem AC mobil ini kurang, waktu memeriksa tekanan dengan
manometer terlihat semua dalam keadaan normal.
95
Mengosongkan dan memvakum serta mengisi kembali refrigeran pada
kendaraan tersebut akan dapat memecahkan masalah untuk sementara waktu,
tetapi apabila beberapa hari kemudian kendaraan kembali lagi dengan masalah
yang sama, berarti tangki alat recovery-charging AC anda terkontaminasi oleh
udara. Hanya ada satu jalan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
memastikan kemurnian refrigeran yang diisikan pada sistem AC Cadillac itu.
5.2.1.3 Terjadinya multi kontaminasi refrigeran
Kontaminasi silang atau multi kontaminasi yang sering terjadi akhir-akhir
ini disebabkan berbagai alasan, salah satunya adalah para penjual yang dahulunya
hanya menyediakan satu jenis refrigeran, saat ini juga memasarkan jenis
refrigeran yang lain, sebagai contoh bahwa R-12 dipakai pada kendaraan yang
lebih tua dan R-134a untuk kendaraan yang baru. Pengganti R-12 telah
berkembang pesat, saat ini sekurangnya terdapat enam jenis refrigeran yang
beredar di pasaran seperti Freeze 12, FRIGC, Free Zone, Hot Shot, McCool Chill-
It GHG-X4 and R-406A dan berjuta-juta kg bahan ini telah terjual kepada
konsumen.
Mahalnya harga R-12 telah menyebabkan berkembang biaknya refrigeran
alternatif, tetapi harga yang tinggi dari R-12 juga telah mendorong orang
menyelundupkannya, meskipun sebagian mereka telah ditangkap dan penegakan
hukum terus dilaksanakan, akan tetapi masih ada orang yang mencari keuntungan
dengan jalan pintas melalui cara mendaur ulang R-12 dengan refrigeran murah
lainnya seperti R-22. Mahalnya harga R-12 juga telah telah menyebabkan
96
sebagian orang menggunakan refrigeran yang mudah terbakar secara tidak sah.
sebagai konsekuensinya banyak dan semakin banyak "barang rombengan" yang
dimasukan ke dalam sistem AC, hal ini tidak saja menyebabkan masalah untuk
pengendara mobil tetapi membawa petaka bagi orang yang menggukan alat
recovery-charging AC, seperti halnya virus yang akan menular dari satu
kendaraan ke kendaraan yang lain.
Karakter pendinginan R-134a hampir sama dengan R-12, tidak beracun
dan tidak dapat menyala serta tidak merusak ozon-berwawasan lingkungan. Guna
mengurangi resiko kontaminasi silang diantara dua zat pendingin ini, EPA
menyarankan bahwa diperlukan perbedaan service valve untuk R-134a dan juga
label yang berbeda dari R-12 agar para teknisi segera dapat mengenali jenis zat
pendingin yang digunakan pada kendaraan. Demikian juga service valve yang
berbeda dibuatkan untuk jenis zat pendingin yang lain, akan tetapi dengan
semakin banyaknya kendaraan yang memakai R-134a yang sudah berada diluar
garansi maka timbul persoalan terkontaminasinya zat pendingin tersebut.
5.2.1.4 Refrigeran alternatif
Dengan meningkatnya harga R-134a, maka refrigeran alternatif juga
menjadi banyak dan kontaminasi silang semakin lebih sering terjadi. Agar
menjadi pengganti alternatif yang sah dari R-12, refrigeran harus mendapat ijin
dari EPA (Environment Protection Agency), dilakukan penetapan kriteria
refrigeran yaitu tidak merusak lingkungan, tidak mudah terbakar, tidak merusak
lapisan ozon dan lain-lain.
97
Meskipun kriteria tersebut telah sesuai dengan yang ditetapkan EPA,
bukan berarti refrigeran baru itu disetujui atau ditetapkan sebagai pengganti R-12,
oleh karena itu tidak sah mencampur refrigeran yang berbeda pada sistem AC
kendaraan. Semua refrigeran yang lama harus dipindahkan sebelum refrigeran
baru dimasukkan ke dalam sistem AC secara legal. Satu-satunya refrigeran
alternatif sebagai pengganti R-12 pada sistem AC kendaraan adalah R-134a,
refrigeran ini lebih baik dari R-12 bila semua prosedur dikuti dengan benar, dan
R-134a tidak boleh sedikitpun tercampuran dengan refrigeran lain.
Fraksinasi adalah pemisahan komposisi yang dapat terjadi pada campuran
yang disebabkan oleh perbedaan kimia diantara zat pendingin (molekul ringan dan
yang unsur yang lebih berat tidak bisa bercampur), serta perbedaan indek tingkat
kebocoran melalui seal dan hose instalasi AC (lebih kecil molekul, tingkat
kebocoran lebih tinggi dari pada molekul yang lebih besar), indek penyerapan oli
kompressor dan drier juga berbeda. Fraksinasi dapat merubah susunan campuran
secara keseluruhan, juga menyebabkan kesulitan saat melakukan daur ulang
karena komposisi campuran tersebut sudah tidak sesuai saat daur ulang dan yang
akan diisikan pada sistem AC.
Alternatif penggati zat pendingin R-12 hanya R-134a, karena lebih
sederhana dan mudah melaksankannya, mengurangi resiko kontaminasi dan
mengeliminasi kebutuhan pada alat recovery-charging AC yang beragam jika
penganti R-12 juga banyak. Para pemasok yang lain mengatakan bahwa produk
mereka lebih baik dari R-134a, sistem mereka telah dirancang untuk pengganti R-
12. juga tidak perlu mengganti oli kompresor atau drier (yang biasanya
98
direkomendasikan bila mengubah R-12 ke R-134a). Mereka juga mengatakan
bahwa fraksinasi adalah masalah yang dibesar-besarkan, bukan merupakan
masalah utama saat mendaur ulang produk mereka (mendaur ulang campuran
yang dilakukan sekarang tidak perlu, akan tetapi EPA melihat bahwa pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan).
5.2.1.5 Refrigeran illegal
Akibat buruk yang lain dari kenaikan harga R-12 adalah pemakaian
refrigeran illegal, yaitu penggunaan refrigeran yang tidak sesuai dengan kriteria
EPA (mengacu pada faktor pencemaran, keamanan dan lingkungan). Refrigeran
yang mudah terbakar terdiri dari sebagian besar hidrokarbon (sejenis metan, gas
hidrokarbon, isobutane, dan lain-lain). Sudah diumumkan bahwa refrigeran yang
mudah terakar tidak boleh lagi dipakai pada AC kendaraan, tapi karena harganya
yang murah masih ada sebagian kecil kendaraan memakai refrigeran tersebut
sampai saat ini.
Refrigeran yang mudah terbakar berbahaya jika digunakan pada
kendaraan, bila terjadi kebocoran refrigeran dapat menyebabkan ledakan
kebakaran yang sangat hebat pada ruang penumpang. Jika terjadi
tabrakan/kecelakaan dikawatirkan juga terjadi kebocoran refrigeran yang akan
menyebabkan bahaya kebakaran dan kerusakan lebih fatal pada kendaraan,
demikian juga resiko kebocoran dan bahaya kebakaran akan mengancam teknisi
saat melukakan service. Refrigeran mudah terbakar hanya digunakan pada
beberapa aplikasi sistem AC stasioner .
99
5.2.1.6 Kelarutan dalam minyak pelumas
Refrigeran dan pelumas dapat bercampur dan tidak dapat bercampur
tergantung pada jenis dan ukuran kompresor. Pada kompresor torak jenis kecil
dimana tidak memungkinkan untuk dipasang pemisah oli, maka diperlukan
pasangan refrigeran, oli-refrigeran yang larut dengan baik satu sama lain agar
pelumas tidak tertinggal di kondensor, katup ekspansi atau evaporator. Pada
sistem kompresor yang memungkinkan terjadinya pencampuran refrigeran-oli,
maka perlu diperhatikan adanya penurunan kerapatan dan viskositas minyak
pelumas tersebut agar tidak terjadi kegagalan pelumasan.
Pelumas refrigeran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu oli mineral yang berasal dari mnyak bumi dan oli sintetik. Terdapat dua jenis
oli mineral Napthenic dan Paraffinic, keduanya merupakan senyawa hidrokarbon
jenuh, tetapi oli mineral napthenic mempunyai ikatan cyclic yang menyebabkan
oli jenis ini viskositas dan temperatur curahnya lebih rendah dibandingkan oli
mineral Parafficnic yang banyak mengandung lilin paraffin. Dalam praktek
keduanya terdapat dalam mineral oli dengan komposisi yang berbeda-beda.
Refrigeran sintetik yang banyak digunakan adalah alkyl-benzene, polyo ester
(POE), dan polyalkylglycol (PAG).
Hampir semua refrigeran halokarbon larut dengan baik dalam oli mineral,
kecuali R-22, R-114, R-502 yang hanya larut sebagian. Oleh sebab itu,
penggunaan refrigeran yang hanya terlarut sebagian ini pada sistem refrigerasi
yang kecil dan refrigeran tercampur dengan minyak pelumas memerlukan
perhatian pada sistem pemipaan yang memungkinkan minyak pelumas kembali ke
100
kompresor secara gravitasi. R-134a tidak bercampur dengan oli mineral, sehingga
pasangan refrigeran-minyak pelumas ini tidak digunakan pada mesin refrigerasi
kapasitas kecil yang tidak memungkinkan dipasangnya pemisah oli.
Pada umumnya viskositas dan massa jenis oli pelumas akan menurun jika
bercampur dengan refrigeran. Besarnya penurunan viskositas dan massa jenis ini
meningkat dengan meningkatnya jumlah refrigeran yang terlarut, temperatur dan
tekanan. Oleh sebab itu perlu diperhatikan agar penurunan viskositas dan massa
jenis ini tidak sampai menyebabkan kegagalan pelumasan.
Pelumas kompresor dibutuhkan untuk memberi pelumasan pada bantalan
kompresor (bearing), dan komponen yang bergerak dan bergesekan. Pelumas
kompresor bersikulasi bersama-sama refrigeran sehingga harus digunakan
pelumas khusus yang dapat bercampur dengan refrigeran dan tidak membeku
pada temperatur rendah (evaporator).
Jenis pelumas yang biasa digunakana adalah PAG (polyalkyleneglycol)
untuk refrigeran R-134a dan minyak pelumas mineral untuk R-12. Minyak
pelumas R-12 tidak dapat digunakan untuk R-134a, karena tidak akan bercampur
dengan refrigeran ini.
Saat sistem MAC (Mobile Air Conditioning) beroperasi, sebagian pelumas
yang bercampur dengan refrigeran akan terbawa keluar kompresor, sehingga
sejumlah pelumas akan ditemukan di kondensor, evaporator, receiver dryer, dan
komponen lainnya. Namun, sejumlah tertentu pelumas harus bersikulsi berasama-
sama refrigeran untuk melumasi bagian-bagian yang memerlukan.
101
Jumlah pelumas di dalam kompresor tidak boleh terlalu banyak atau
terlalu sedikit. Jika jumlah pelumas terlalu banyak, maka pelumas akan menempel
pada dinding pipa kondensor dan evaporator dan menghalangi perpindahan panas.
Akibatnya kapasitas pendinginan akan menurun. Kandungan pelumas dalam
refrigeran yang mencapai 10% dapat menurunkan kapasitas pendinginan 8%. Jika
jumlah pelumas dalam kompresor terlalu sedikit akan menyebabkan temperatur
kompresor meningkat, komponen cepat aus dan rusak akibat temperatur yang
tinggi.
Dalam menangani pelumas untuk R-134a perlu diperhatikan agar pelumas
ini tidak terkena udara bebas terlalu lama karena sifatnya yang sangat higroskopik
dan iritasi. Dengan beberapa plastik dan cat minyak pelumas ini bereaksi.
Pelumasan pada silinder dan torak biasanya dilakukan dengan percikan
oleh batang penghubung, atau pelat swash dan wobble. Pada jenis kompresor TV
terdapat pemisah pelumas di dalam kompresor. Hal ini dibuat dengan maksud
untuk memperbaiki efek pendinginan dengan mencegah pelumas terbawa ke
kondensor dan evaporator.
Pemisah pelumas ditempatkan pada sisi tekanan tinggi (discharge).
Campuran refrigeran dan pelumas yang keluar dari katup keluaran dengan
dipandu oleh deflektor di alirkan ke arah bawah. Akibat adanya perbedaan massa
jenis dan efek gravitasi, pelumas akan terpisah dengan uap refrigeran. Pelumas
yang terkumpul akan kembali ke ruang tengah kompresor yang tekanannya lebih
kecil dari tekanan keluaran melalui lubang pelumas atau katup.
102
5.2.2 Cara meningkatkan unjuk kerja (COP) mesin pendingin
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan unjuk kerja
(COP) mesin pendingin yang menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 hasil
recovery dan recycle dari hasil penelitian diatas adalah antara lain :
a) Meningkatkan kemurnian refrigeran CFC-12/R-12 dengan mendaur ulang
(proses recycle) menggunakan mesin 3R multi laluan.
b) Mereklamasi refrigeran (Reclamation) adalah upaya untuk menperoleh
ulang refrigeran yang melekulnya telah rusak dan tidak dapat dimurnikan
dengan cara recycling. Berbeda dengan proses recycling yang hanya
melibatkan proses-proses fisik seperti penyaringan kotoran dan pemisahan
pelumas, proses reclaiming melibatkan proses kimia untuk memperbaiki
susunan melekul.
c) Penanganan refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R
yang baik dan benar; pengosongan, pemakuman, uji kebococoran,
pemakuman, isi oli dan pengisian refrigeran sesuai dengan tekanan
optimal.
d) Perawatan termasuk menjaga kebersihan AC mobil.
5.2.3 Retrofitting CFC-12 ke HFC-134a
HFC-134a digunakan secara luas sebagai alternatif CFC-12 untuk MAC
baru. Diharapkan bahwa kapasitas pendinginan HFC-134a dibandingkan dengan
CFC-12 sedikit lebih rendah (sekitar 9% penurunan kapasitas pendinginan).
HFC-134a tidak bercampur dengan pelumas mineral. Sehingga, pelumas
mineral yang umumnya digunakan untuk CFC-12 dan refrigeran hidrokarbon
103
tidak dapat digunakan untuk HFC-134a. Pelumas polyalkyleneester (POE) saat ini
digunakan sebagai pelumas pada sistem HFC-134a, pelumas ini bersifat sangat
higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dalam jumlah yang besar.
Kombinasi pelumas POE dan HFC-134a merupakan pelarut yang sangat baik.
Disebabkan oleh karakteristik yang tidak menguntungkan ini, terdapat masalah
ketahanan dan kesukaran selama service.
Sistem POE dan HFC-134a membutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi.
Hal ini harus dijaga walaupun untuk sistem MAC bekas pakai saat dilakukan
retrofitting. Hal-hal berikut perlu diperhatikan :
a) Pelumas kompresor harus dikeluarkan seluruhnya sebelum menggantinya
dengan pelumas POE. Sisa pelumas lama walau dalam jumlah sedikit
dapat menjadi kontaminan dalam sistem.
b) Pelarut seperti CTC dan CFC-11 tidak boleh digunakan untuk flushing.
c) CFC-12 dan pelumas kompresornya lebih toleran terhadap kontaminan,
sedangkan HFC-134a dan POE memerlukan penangan lebih khusus.
d) Saat retrofitting ke HFC-134a diketahui bahwa kontaminan mulai
berdeposisi di dalam pipa kapiler.
e) Tekanan kerja akan meningkat jika terdapat kontaminan atau pengotor
seperti udara atau refrigeran lain berada di dalam sistem.
Karena karakteristik campuran HFC-134a/POE, sejumlah komponen harus
diganti saat melakukan retrofitting dari CFC-12 ke HFC-134a. Komponen yang
perlu diganti adalah :
104
a) Kompresor
b) Filter dryer dan
c) Katup ekspansi
Pada kasus kompresor, ada kemungkinan pembentukan kerak akibat
dekomposisi termal atau hidrolis atau keduanya. Ada beberapa komponen tertentu
yang terbuat dari bahan non logam digunakan dalam kompresor CFC-12, yang
tidak sesuai dengan sistem HFC-134a/POE. Material non logam ini secara
perlahan digerus dan membentuk kerak di dalam kompresor. Pada kompresor
HFC-134a baru, material non logam telah diganti dengan bahan yang lebih sesuai.
Katup ekspansi juga perlu diganti dengan yang khusus untuk HFC-134a dengan
bahan tembaga yang lebih baik. Dengan demikian, biaya penggantian komponen-
komponen ini sangat tinggi. Hal ini menyebabkan retrofitting ke HFC-134a tidak
ekonomis.
5.3 Pemakaian Refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a
Pemakaian refrigeran CFC-12/R-12 dan HFC-134a/R-134a pada
perusahaan/bengkel AC mobil di Denpasar - Bali disajikan pada Tabel 5.4.
105
Tabel 5.4 Rekapitulasi Refrigeran CFC-12 dan HFC-134a pada Bengkel AC Mobil di
Denpasar - Bali
Berdasarkan rekafitulasi pemakaian refrigeran pada perusahaan/bengkel
AC mobil di Denpasar-Bali seperti ditunjukkan pada tabel 5.4, terlihat rata-rata
pemakaian refrigeran CFC-12/R-12 dari tahun 2007, 2008, 2009 hingga Mei
2010, yaitu: 185,36 kg, 145,57 kg, 110,31 kg, hingga 47,85 kg. Dari tahun 2007
106
hingga Mei 2010 terjadi penurunan pemakaian dengan rata-rata penurunannya
31,87 kg atau 21,44% pertahun. Secara rinci penurunan pemakaian refrigeran
CFC-12/R-12 disajikan pada Gambar 5.2.
Pemakaian (kg)
Gambar 5.2 Pemakaian Refrigeran CFC-12/R-12 pada Bengkel AC Mobil di Denpasar-Bali
dari Tahun 2007 sampai Mei 2010
Sedangkan pemakaian refrigeran HFC-134a/R-134a dari tahun 2007,
2008, 2009 hingga Mei 2010, yaitu: 195,44 kg, 232,71 kg, 294,67 kg, dan 167, 23
kg. Bila diprediksi sampai akhir tahun 2010 nampak pemakaiannya dari tahun ke
tahun meningkat dengan rata-rata peningkatan 33,45 kg atau 23,4 % per tahun.
Secara rinci peningkatan pemakaian refrigeran HFC-134a/R-134a disajikan pada
Gambar 5.3.
107
Pemakaian (kg)
Gambar 5.3 Pemakaian Refrigeran HFC-134a/R-134a pada Bengkel AC Mobil di Denpasar-
Bali dari Tahun 2007 sampai 2010
Terjadinya penurunan penggunaan CFC-12/R-12 pada AC mobil karena
terjadi kelangkaan CFC setelah diberlakukan pemberhentian import CFC ke tanah
air, kecuali oleh importer terdaftar dan hanya untuk kesehatan (dalam bidang
kedokteran). Dengan demikian pemakaian refrigeran jenis CFC-12/R-12 suatu
saat akan habis. Sedangkan terjadi peningkatan pemakain refrigeran HFC-134
dengan rata-rata peningkatan 33,45 kg atau 23,4 % per tahun. Terjadi peningkatan
pemakaian HFC-134a/R-134a pada AC mobil karena dengan dilarang atau
diberhentikan import CFC-12/R-12 ketanah air berarti terjadi kelangkaan CFC di
tanah air. Sementara belum ada pengganti refrigeran CFC-12/R-12 yang baik
kecuali HFC-123/R-134a.
108
5.4 Saran dari Responden
Beberapa saran dan masukan yang dapat dijaring dari responden (lampiran
22), yaitu: 70,37% agar tersedia spare part, 70,37 % menetapkan tempat service
peralatan mesin 3R, 22,2% menyediakan suku cadang mesin 3R yang murah,
44,4% meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan tidak melepas CFC
-12 ke udara pada saat service, 11,11% menggunakan refrigeran R-134a yang
ramah lingkungan, dan 7,4% pengadaan mesin 3R baru.
5.4 Prediksi Terhadap Dampak Lingkungan
Bahan-bahan perusak ozon sebenarnya telah diatur dalam Protokol
Montreal. Pemerintah melalui Kepres No. 92 Tahun 1998 telah mengesahkan
berlakunya protokol ini di Indonesia. Melalui Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No. 110 Tahun 1998, pemerintah telah memberikan larangan
dalam memproduksi dan memperdagangkan barang baru yang menggunakan
bahan perusak ozon.
Sebagai negara berkembang Indonesia tidak memproduksi bahan perusak
ozon, namun kebutuhan akan bahan tersebut dilakukan dengan mengimpor dari
negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, China dan India.
Cara menghindari kerusakan yang lebih parah lagi terhadap lapisan ozon :
a) Membatasi atau mengurangi emisi Bahan Perusak Ozon (BPO) melalui
penggunaan bahan ''ramah ozon''.
b) Membentuk Tim Kerja Perlindungan Lapisan Ozon (TKPLO), untuk
mengendalikan peredaran dan penggunaan bahan perusak ozon.
109
c) Sosialisasi pada distributor/produsen.
d) Dana hibah dapat dimanfaatkan bagi perusahaan-perusahaan yang selama
ini membuat produk yang mengandung bahan perusak ozon, bersedia
mengurangi atau mengganti bahan-bahan perusak ozon dalam produknya
dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan.
Upaya-upaya lainnya dalam rangka pengurangan maupun penghapusan
ODS (Ozon Depleting System), antara lain:
a) Menerima teknologi baru dari pihak lain yang bersedia meminjamkan
teknologi baru.
b) Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan/personal agar cocok
dengan penggunaan teknologi baru.
c) Menumbuh kembangkan dan merangsang sistem yang sesuai dengan
teknologi non ODS.
d) Mengadakan investasi bagi fasilitas produksi dan laboratorium uji untuk
teknologi tanpa ODS.
e) Sosialisasi penggunaan alternatif bahan non ODS melalui media cetak dan
media elektronik.
f) Mengadakan pertemuan rutin dengan beberapa instansi terkait dari tiap
sektor ODS, pertemuan regional, dan internasional.
g) Menguatkan kampanye ekolabeling pada produk yang dianggap ramah
lingkungan.
Kondisi lapisan ozon yang sejak tahun 1960 menunjukkan grafik
penurunan, kini mulai mengarah naik menuju pemulihan. Salah satunya karena
110
penerapan Protokol Montreal di ratusan negara peratifikasi berjalan efektif.
Protokol ini mengatur pengurangan bahan-bahan perusak ozon (Gesit Aryanto,
2007).
Pada pertengahan abad ini, kondisi lapisan ozon kemungkinan akan
kembali seperti tahun 1960-an dengan catatan penggunaan bahan perusak ozon
tetap terkontrol, kata peneliti sains kimia di Badan Kelautan dan Atmosfer
(NOAA) Amerika Serikat, David Fahey, pada Lokakarya Regional Media tentang
Ozon dan Perubahan Iklim yang diadakan Program Lingkungan Persatuan Bangsa
Bangsa (UNEP) di Singapura (Antara, 2006). Hal yang sama juga diumumkan
oleh tim ilmuwan Australia bahwa lubang dalam lapisan ozon sedang menciut,
dan kemungkinan besar akan tertutup sebelum tahun 2050.
Pemulihan lapisan ozon berarti kehidupan di bumi kembali nyaman karena
penghuninya terhindar dari berbagai ancaman, di antaranya kanker kulit dan
dampak masif radiasi ultraviolet lainnya. Secara keseluruhan, bahan perusak ozon
(ODS) merupakan gas rumah kaca yang merupakan unsur utama pemanasan
global yang berujung perubahan iklim.
Bila perlindungan lapisan ozon dilakukan secara murni dan konsekuen,
serta impor illegal Bahan Perusak Ozon (BPO) dalam hal ini CFC-12/R-12 dapat
dihentikan, berdasarkan hasil penelitian ini terjadi penurunan penggunaan CFC-
12/R-12 pada AC mobil 21,44% pertahun, niscaya lima tahun kedepan
penggunaan CFC-12/R-12 pada AC mobil di Denpasar dapat diberhentikan.
Tinggal CFC-12/R-12 yang masih beroperasi pada mesin pendingin. Bilamana
diasumsikan umur AC mobil rata-rata 10 tahun maka setelah tahun 2025 sudah
111
tidak ada CFC lagi baik yang beroperasi maupun yang ada di pasaran. Dengan
demikian penipisan lapisan ozon oleh emisi CFC-12/R-12 ke atmosfir dapat
dicegah di Denpasar.
Jadi, kita harus bekerja sama satu dengan yang lainnya, agar tidak ada lagi
kehancuran sumber daya dan bertanggung jawab atas apa yang sudah Tuhan
berikan pada kita yaitu dengan melestarikannya. Memang, saat ini kita tidak bisa
memperbaiki lapisan ozon yang sudah bolong. Setidaknya kita dapat mengurangi
lubang - lubang yang ada di lapisan ozon, sehingga lubang ozon tidak bertambah
parah.