67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan deskripsi dan analisis mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian deskripsi dan analisis terfokus pada uraian mengenai : a. upaya Tutor dalam meningkatkan kecerdasan kognitif anak melalui sentra balok dengan pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT), b. Mengetahui perkembangan kecerdasan kognitif anak usia dini melalui sentra balok dengan pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT) di lembaga PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo. Setelah itu diakhiri dengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo Berdirinya SKB Kota Gorontalo sebagai institusi pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah di Kota Gorontalo, ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikota Gorontalo Nomor 29 Tahun 2003 Tanggal 4 Mei 2001. Sanggar Kegiatan Belajar Kota Gorontalo didirikan pertama kali pada tahun 1987 dengan nama Sanggar Kegiatan Belajar Gorontalo, dengan tugas dan fungsi menyelenggarakan program-program DIKLUSEPORA. SKB Gorontalo adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat dibawah naungan Direktorat tenaga teknis Ditjen DIKLUSEPORA Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. SKB difungsikan pada tahun 1989. Mulai Mei 2001 berganti nama menjadi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo 149

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

  • Upload
    dangdan

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

149

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan deskripsi dan analisis mengenai hasil penelitian

dan pembahasan. Pada bagian deskripsi dan analisis terfokus pada uraian

mengenai : a. upaya Tutor dalam meningkatkan kecerdasan kognitif anak

melalui sentra balok dengan pendekatan Beyond Centre and Circle Time

(BCCT), b. Mengetahui perkembangan kecerdasan kognitif anak usia dini

melalui sentra balok dengan pendekatan Beyond Centre and Circle Time

(BCCT) di lembaga PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo. Setelah itu diakhiri

dengan pembahasan dan diskusi.

A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo

Berdirinya SKB Kota Gorontalo sebagai institusi pelaksanaan

Pendidikan Luar Sekolah di Kota Gorontalo, ditetapkan berdasarkan

Keputusan Walikota Gorontalo Nomor 29 Tahun 2003 Tanggal 4 Mei

2001. Sanggar Kegiatan Belajar Kota Gorontalo didirikan pertama kali

pada tahun 1987 dengan nama Sanggar Kegiatan Belajar Gorontalo,

dengan tugas dan fungsi menyelenggarakan program-program

DIKLUSEPORA. SKB Gorontalo adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) pusat dibawah naungan Direktorat tenaga teknis Ditjen

DIKLUSEPORA Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. SKB

difungsikan pada tahun 1989. Mulai Mei 2001 berganti nama

menjadi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo

149

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

150

seiring dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah maka SKB

Kota Gorontalo beralih status dari UPT Pusat menjadi UPT Dinas

Pendidikan Kota Gorontalo. Dari tahun 1989 sampai dengan sekarang

sudah mengalami tujuh kali pergantian pimpinan. Berikut ini adalah

struktur organisasi SKB Kota Gorontalo :

Gambar 4.1.

Struktur Organisasi SKB Kota Gorontalo

Selanjutnya dari hasil identifikasi, SKB Kota Gorontalo pada awal

tahun 2010 telah dirumuskan beberapa pilihan jenis program diantaranya

adalah Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan Anak Usia Dini yang telah

memiliki 4 (empat) Lembaga PAUD Binaan di 2 (dua) Kecamatan yang

ada di Kota Gorontalo. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi visi dan

Kepala SKB

Dra. Samsiah Tome, M.Pd

Kasubid TU

Sarintan Nur, S.Pd

POKJA LIFE SKILL

Sumber: SKB Kota Gorontalo, 2010.

POKJA PAUD

POKJA KESETARAAN

POKJA KEAKSARAAN

Koordinator Pamong

Dra. Sarintan Berahim

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

151

misi SKB Kota Gorontalo, yang berbunyi “Menuju SKB yang bermutu

melalui pelayanan pendidikan nonformal informal kepada masyarakat

yang efekif dan efisien secara optimal”. Sedangkan untuk menguatkan visi

tersebut diatas dirumuskan beberapa indikator yang menjadi tolok ukur

keberhasilan yaitu : 1) Meningkatnya prestasi bidang akademik pada

pendidikan kesetaraan. 2) Memiliki peserta didik yang terampil dan

memiliki kecakapan hidup untuk dapat hidup mandiri. 3)

Terselenggaranya PAUD yang efektif, 4) Tuntas dalam penanganan

pemberantasan buta huruf dan angka bagi warga masyarakat yang belum

dapat membaca, menulis dan berhitung melalui program keaksaraan

fungsional (KF), 5) Terbinanya pusat kegiatan belajar masyarakat secara

efektif. 6) Tersedianya sarana prasarana pendidikan dan latihan yang

memadai.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut diatas, maka SKB Kota

Gorontalo merumuskan dan menetapkan Misi sebagai berikut: 1)

Melaksanakan kegiatan pembelajaran di semua program pendidikan non

formal yang lebih efektif. 2) Melaksanakan kegiatan bimbingan dan

pelatihan keterampilan hidup bagi peserta didik pendidikan non formal. 3)

Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung terselenggaranya

kegiatan pembelajaran yang lebih efektif. 4) Meningkatkan mutu dan

profesional pendidik dan tenaga kependidikan dalam penyelenggaraan

program pendidikan non formal. 5) Menjalin kerja sama dengan berbagai

lembaga baik pemerintah maupun swasta sebagai mitra kerja dalam rangka

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

152

meningkatkan kualitas baik penyelenggaraan program maupun out put

yang dihasilkan.

Secara lebih spsifik, kelompok Kerja (POKJA) Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) merintis program PAUD dengan kegiatan meneliti,

mengujicoba, mengembangkan model program Pendidikan Anak Usia

Dini, melaksanakan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan serta

meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan Pendidikan

Anak Usia Dini. Melaksanakan penyusunan silabus, pembekalan dan

pelatihan fungsional serta bimbingan teknis bagi Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini. Melaksanakan supervisi,

monitoring, evaluasi, analisis dan pelaporan kegiatan dan lembaga

pelaksana Pendidikan Anak Usia Dini diwilayah Kota Gorontalo. Serta

mengupayakan pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan

Pendidikan Anak Usia Dini.

Berdasarkan program Binaan tersebut maka dibentuklah beberapa

PAUD Percontohan di bawah binaan Kelompok Kerja PAUD. Program

Binaan ini dimulai dari program PAUD yang berada didalam lokasi

kampus SKB. Setelah berjalan lancar, masyarakat sekitar lingkungan SKB

lainnya mulai menyadari dan merasa memerlukan tempat untuk memenuhi

kebutuhan Pendidikan Anak Usia Dini bagi anak-anaknya, maka dengan

kerjasama antara SKB Kota Gorontalo serta beberapa Pendidik dan

Tenaga Kependidikan PAUD di wilayah SKB Kota Gorontalo sepakat

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

153

untuk membentuk juga Binaan program PAUD di wilayah masing-masing

berdasarkan pada need assesment masyarakat akan PAUD.

Maka Kelompok Kerja Pendidikan Anak Usia Dini SKB Kota

Gorontalo melalui surat keputusan Kepala SKB membina empat lembaga

PAUD di wilayah Kota Gorontalo. Meskipun berada di bawah binaan

Pokja PAUD SKB Kota Gorontalo, masing-masing PAUD ini memiliki

manajerial dan pengelolaan masing-masing. Lembaga PAUD tersebut

terdiri dari PAUD Wajar I, PAUD Wajar II, PAUD Wajar III, PAUD

Wajar IV. Jika digambarkan secara koordinat, struktur koordinasi SKB

Kota Gorontalo dengan PAUD Binaannya adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2.

Struktur Koordinasi PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo

Pola sebaran PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo tidak merata pada

setiap Kelurahan, melainkan dipilih daerah mana yang paling berpotensi dan

membutuhkan program PAUD. Kegiatan PAUD yang saat ini sangat diminati

oleh masyarakat memiliki kekuatan yang nyata untuk membangkitkan

POKJA PAUD SKB Kota Gorontalo

PAUD

WAJAR I

PAUD

WAJAR II

PAUD

WAJAR III

PAUD

WAJAR IV

Sumber: SKB Kota Gorontalo, 2010.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

154

kesadaran mendidik anak sejak dini. Informasi sebaran PAUD Binaan SKB

Kota Gorontalo dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 4.3.

Struktur Koordinasi PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo

Manajerial program PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo yang

memberikan keluasan bagi pengelola untuk mengakses bantuan program dari

mana saja memberikan pola Koordinasi yang meluas, termasuk juga

keterlibatan Pemerintah Kota Gorontalo, Pemerintah Kelurahan, Pemerintah

Kecamatan dan aparatur Desa serta Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD

di wilayah atau lingkungan PAUD itu berdiri. Untuk gambaran pola koordinasi

dan keterlibatan secara kelembagaan dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 4.4.

Sumber: SKB Kota Gorontalo, 2010.

SKB Kota Gorontalo

Kecamatan Dungingi

Kecamatan Kota Barat

Kecamatan Kota

Selatan

Kecamatan Kota Timur

Kecamatan Kota

Tengah

Kecamatan Kota Utara

PAUD WAJAR I

PAUD WAJAR II

PAUD WAJAR III

PAUD WAJAR IV

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

155

Pola Koordinasi dan Keterlibatan PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo

Sedangkan untuk pola koordinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo selain melibatkan Pokja PAUD SKB Kota

Gorontalo, Pemerintah Kota Gorontalo melalui Dinas Pendidikan, Pengelola

PAUD selaku koordinator lokal, juga melibatkan Himpunan Pendidik Anak

Usia Dini (HIMPAUDI) Kota Gorontalo sebagai forum atau kelompok profesi

yang telah diakui keberadaannya serta memiliki banyak kepentingan positif

yang bersifat teknis, untuk pola koordinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

PAUD Binaan SKB Kota Gorontalo tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Pemerintah

Kecamatan

Pemerintah

Kelurahan

Pemerintahan Lingkungan

(RT/RW)

Pengelola PAUD

Binaan SKB Kota

Gorontalo

Kepala SKB

Ketua PAUD

Forum Orang Tua

Anak Usia Dini

Kepala Dinas

Pendidikan

Pamong Belajar

TLD PLS

Pemerintah Kota

Gorontalo

Kepala Bidang PNFI

Dinas Pendidikan

Kota Gorontalo

Sumber: SKB Kota Gorontalo, 2010.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

156

Gambar 4.5.

Pola Koordinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD Binaan SKB

Kota Gorontalo

Dari sejumlah PAUD Binaan itu, PAUD Wajar I dipilih sebagai bahan

tesis ini karena memenuhi prinsip dan kebutuhan penelitian. Latar belakang

berdirinya PAUD Wajar I sebagai PAUD Percontohan di bawah binaan

Kelompok Kerja PAUD SKB Kota Gorontalo, berdiri dan didanai SKB Kota

pada tahun 2005. Visi Lembaga PAUD Wajar I adalah “Terwujudnya anak usia

dini yang cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik

fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” dan untuk

mendukung visi tersebut maka dibentuklah Misi PAUD Wajar I , yaitu :

meningkatkan perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD melalui

penyelenggaraan PAUD yang mudah dan murah, tetapi bermutu, meningkatkan

Pemerintah Kota

Gorontalo

PAUD SKB Kota

Gorontalo

HIMPAUDI Kota

Gorontalo

Pengelola

PAUD

Dinas Pendidikan

Kota Gorontalo

Sumber: SKB Kota Gorontalo, 2010.

Tutor Paud Binaan SKB Kota

Gorontalo

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

157

kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan

layanan PAUD, memberikan layanan yang prima (efektif, efisien, akuntabel,

transparan) kepada masyarakat di bidang PAUD.

Misi tersebut yang menjadi pemicu motivasi para Pendidik dan Tenaga

Kependidikan PAUD Wajar untuk memberikan pelayanan yang optimal

kepada anak usia dini yang menjadi peserta didik di lembaga PAUD Wajar ini

agar lebih memahami arti pembelajaran dan permainan sebagai kegiatan yang

akan berpengaruh dan bermakna untuk kehidupannya.

PAUD Wajar I merencanakan kegiatan pembelajaran dengan landasan

perkembangan anak usia dini, sejalan dengan panduan yang telah ditetapkan

oleh SKB Kota Gorontalo. Setiap kegiatan direncanakan dengan detail dan

mempertimbangkan aspek Biologis, Psikologis dan Sosiologis anak usia dini,

sehingga kegiatan apapun yang direncanakan diharapkan dapat memberikan

kesempatan belajar kepada anak usia dini dengan situasi permainan yang

menyenangkan. Berikut ini adalah susunan kepengurusan PAUD Wajar I :

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

158

Gambar 4.6.

Struktur Organisasi PAUD

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua PAUD Wajar I, Nurlena

Arsyad, pada tanggal 15 Maret 2011, bahwa tenaga kependidikan yang ada di

PAUD Wajar I adalah sarjana yang telah dipilih dan disaring melalui seleksi

akademis, seleksi kepribadian dan telah mengikuti pelatihan PAUD.

Sedangkan untuk tutor ditentukan oleh ketua PAUD berdasarkan SK Kepala

Penanggung Jawab PAUD

Dra. Syamsiah Tome, M.Pd

Ketua PAUD

Dra. Nurlena Arsyad

Sekretaris

Ciko Lelengboto, S.Pd

Bendahara

Rahyati Angge, S.Pd

Tutor PAUD

Riani Utia Rahman

Yulianti Khali

Nurhayati Arsyad

Peserta didik Pendidikan

Anak Usia Dini

Sumber: PAUD Wajar I , 2010.

Tenaga medis

Meyce Frans, S.Km

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

159

SKB sebagai penanggung jawab lembaga PAUD, dipilih dari mahasiswa

semester VI Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD).

Menurut sekretaris PAUD Wajar I, Ciko Lelengboto, Peserta didik pada

PAUD Wajar I terdiri dari Peserta didik PAUD dan peserta didik Play Group,

peserta didik PAUD yang terdaftar di PAUD Wajar I, yaitu sebanyak 50 orang

anak usia dini, tetapi pada kegiatan pembelajaran hariannya biasanya dibagi

menjadi dua kelas yaitu kelas A dan kelas B, kelas A terdiri dari anak usia dini

dengan rentang usia 2-3 tahun sebanyak 25 orang anak, sedangkan kelas B

mayoritas usia anak 4-5 tahun, sebanyak 25 orang anak yang aktif mengikuti

kegiatan di PAUD, berikut ini daftar peserta didik PAUD Kelas B sebagai

kelas percobaan penelitian. pembagian kelas tersebut dilakukan karena

perbedaan kebutuhan perkembangan psikologis, kognitif, afektif dan

psikomotoriknya. Daftar anak kelas B yang menjadi subjek kelas penelitian

dapat dilihat pada lampiran.

Riani Utiarahman, tutor PAUD Wajar I, menjelaskan bahwa secara

umum kurikulum di PAUD Wajar menggunakan sistem active learning yang

dipadukan dengan metode Beyond Centre and Cirle Time (BCCT), yaitu

konsep terkini di bidang pendidikan anak. Dengan menggunakan sistem active

learning, maka proses pembelajaran berlangsung dua arah dimana baik tutor

maupun anak-anak akan memainkan peranannya sehingga kelas menjadi lebih

aktif dan dinamis. Di satu pihak tutor memberikan kepercayaan kepada anak-

anak untuk lebih berperan agar potensinya lambat laun akan keluar. Sedangkan

di pihak lain anak-anak dapat mengembangkan kepercayaan diri dan aktif

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

160

dalam proses pembelajaran. Anak-anak diharapkan mampu memberikan

kontribusi positif dalam proses belajar mengajar. Melalui metode Beyond

Centre and Cirle Time (BCCT) sistem pengajaran menggunakan sentra-sentra

tertentu yang saling berkaitan antara satu sentra dengan sentra yang lain.

Nurlena Arsyad, juga mengungkapkan bahwa terdapat prinsip pada

sentra bermain ini, diantaranya adalah keseluruhan proses pembelajarannya

berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik, setiap proses pembelajaran

harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan

jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan tutor dalam

bentuk 4 jenis pijakan. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai

pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir

dengan menggali pengalamannya sendiri, menggunakan standar operasional

yang baku dalam proses pembelajaran, yaitu meliputi: (1) tutor, menata

lingkungan main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan

anak; (2) ada tutor yang bertugas menyambut kedatangan anak dan

mempersilahkan untuk bermain bebas dulu (waktu untuk penyesuaian); (3)

semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan tutor; (4) tutor

memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara

bergiliran/pembiasaan antri; (5) anak-anak masuk ke kelompok masing-masing

dengan dibimbing oleh tutor ybs; (6) tutor duduk bersama anak didik dengan

membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum main;

(7) tutor memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di

sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu; (8) selama anak berada di

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

161

sentra, secara bergilir tutor memberi pijakan kepada setiap anak; (9) tutor

bersama anak-anak membereskan peralatan dan tempat main; (10) tutor

memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara

bergiliran; (11) tutor duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran

untuk memberikan pijakan pengalaman setelah main; (12) tutor bersama anak-

anak makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisi istrirahat); (13) kegiatan

penutup; (14) anak-anak pulang secara bergilir; (15) tutor membereskan tempat

dan merapikan catatan-catatan dan kelengkapan administrasi; (16) tutor

melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari; (17) tutor pulang.

Dra. Syamsiah Tome, M.Pd, sebagai penanggung jawab program PAUD

sekaligus kepala SKB Kota Gorontalo mempersyaratkan tutor dan pengelola

program untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan metode ini, kemudian

melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran

untuk mendukung kegiatan anak di rumah.

Riani Utiarahman, sebagai seorang tutor PAUD berpendapat, dengan

metode ini anak-anak juga akan menjadi lebih aktif dan menumbuhkan

kreativitas mereka di kelas serta merangsang perkembangan kecerdasan

kognitif anak. Salah satu sentra yang ada di PAUD Wajar I adalah sentra balok,

Sentra ini berisi balok-balok bentuk geometri dengan berbagai ukuran dan

warna. Disarankan paling sedikit 100 balok setiap anak agar dapat merangsang

anak menciptakan bentuk bangunan yang bervariasi dan terstruktur sesuai

dengan ide atau gagasannya. Anak tanpa sadar belajar menghitung jumlah

balok yang diperlukan dalam konstruksi bangunan yang diciptakannya.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

162

Anak-anak akan diajarkan pengenalan balok dalam kerangka bermain

sambil belajar (fun learning). Rahyati Angge, selaku bendahara PAUD

WAJAR I yang juga merangkap tutor kelas B berpendapat bahwa dengan

demikian proses belajar akan menyenangkan bagi anak-anak dan tidak merasa

bosan, yang pada akhirnya akan membuat mereka menjadi lebih kreatif dan

mandiri. Pengenalan balok ini sangat bermanfaat sekali pada waktu mereka

akan melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya di Sekolah Dasar.

Meyce Frans, sebagai tenaga medis PAUD Wajar I mengungkapkan juga

bahwa bermain balok akan menunjukan kemampuan anak untuk

menghaadirkan pikiran ide dan gagasan menjadi karya nyata. Anak usia dini

yang belum mempunyai pengalaman dengan bahan main pembangunan akan

memulai dengan kegiatan sensomotorik. Mereka akan memegang dan

membawa bahan main pembangunan sampai mereka mengerti penggunaanya.

Seiring anak mengusai bahan-bahan main dan meningkatnya ketrampilan

motorik halus, hasil karya menjadi semakin nyata. Bahan main pembangunan

dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat cair dan bersifat terstruktur, yang

bersifat cair misalnya air, pasir, cata air, tanah liat, playdough, krayon, cat

pulpen, pensil dll, sedangkan yang terstruktur adalah balok unit, balok

berongga, balok berwarna, logo.

Penekanan sentra balok ini terletak pada pada start and finish, Nurlena

Arsyad, menjelaskan bahwa hal tersebut terlihat pada saat anak mengambil

balok sesuai kebutuhan dan mengembalikan dengan mengklasifikasi

berdasarkan bentuk balok. Hal tersebut sejalan dengan efek yang diharapkan,

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

163

yang diperkuat oleh pernyataan Riani Utiarahman pada saat wawancara

penelitian yang berpendapat bahwa anak dapat berfikir tipologi, mengenal

ruang dan bentuk sehingga dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial

secara optimal dan anak dapat mengenal bentuk-bentuk geometri yang sangat

berguna untuk pengetahuan dasar matematika.

Pemberian bidang pengembangan budi pekerti sejak dini juga sangat

bermanfaat untuk membentuk karakter anak-anak yang lebih baik. Oleh karena

itulah, sebagai lembaga pendidikan umum, pelajaran budi pekerti akan

diberikan oleh Tutor setiap hari melalui pembiasaan. Waktu beristirahat (break

time) disediakan selama 45 menit dan setiap hari Jumat anak-anak akan

diberikan makanan tambahan yang bervariasi. Selama kegiatan belajar di

PAUD Wajar I, para tutor akan membantu segala aktivitas dan keperluan anak.

Oleh karena itulah untuk membentuk pribadi yang mandiri, Nurlena Arsyad

mengungkapkan pihak lembaga PAUD Wajar I sangat mengharapkan agar

anak-anak tidak perlu ditunggui baik oleh orang tua maupun oleh pengantar

selama bersekolah.

Kegiatan belajar di PAUD Wajar tidak hanya berfokus hanya di

lingkungan PAUD saja, tetapi juga diluar lingkungan. Nurlena Arsyad juga

mengungkapkan, dalam kegiatan-kegiatan tertentu, anak-anak akan diajak

mengunjungi beberapa (field trips) tempat seperti: Tempat Usaha seperti:

Kantor Pos, Penerbit Buku, Wartel, Super market, Toko, dsb. Tempat Sosial

seperti: Panti Asuhan, dsb, Tempat Wisata Pendidikan dan tempat yang

bersejarah. Melalui kunjungan ke tempat-tempat tersebut diharapkan anak-anak

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

164

tidak bosan belajar di PAUD Wajar I, dan yang lebih penting lagi mereka dapat

memahami manfaat dari tempat-tempat yang dikunjungi tersebut. Dengan

demikian pribadi yang mandiri dan berpengetahuan diharapkan akan terbentuk

pada diri anak-anak.

Selain itu, Ciko Lelengboto juga memberikan gambaran mengenai

beberapa kegiatan di PAUD Wajar I yang melibatkan orang tua murid. Secara

rutin diadakan kegiatan father's day dan mother's day. Dalam acara ini orang

tua murid baik ayah dan ibu secara bergantian dengan didampingi tutor

mengajar anak-anak di kelas, membuat kegiatan (fine art), bernyanyi, menari

serta berolahraga di sekolah.

Berdasarkan pantauan observasi penulis, PAUD Wajar I telah dilengkapi

dengan berbagai fasilitas sekolah untuk menunjang keberhasilan kegiatan

belajar mengajar sebagai berikut: Gedung representatif milik sendiri, tersedia

sejumlah buku dan majalah anak di setiap kelas (reading corner) yang

senantiasa diperbaharui sehingga mereka dapat memilih bacaan yang

disenangi. Pada waktu-waktu tertentu anak-anak akan mendengarkan tutor

bercerita (story telling). Tempat bermain indoor dan outdoor; tersedia berbagai

permainan edukatif dan atraktif seperti kartu, susunan balok/plastik, dan

sebagainya. Aneka permainan outdoor juga disediakan, Furniture di dalam

kelas serta permainan-permainan anak dibuat khusus dari bahan non-toxid,

sehingga aman bagi anak, juga tersedia tempat untuk menunggu, kantin dan

tempat parkir bagi kendaraan yang mengantar atau menjemput anak serta

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

165

kamar mandi khusus untuk anak yang dilengkapi dengan wastafel untuk

membersihkan tangan sehabis makan.

B. Upaya Tutor dalam meningkatkan Kecerdasan Kognitif Anak Melalui

sentra balok dengan pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT)

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang tutor, pada tanggal 28 -

31 Maret 2011 diperoleh data bahwa upaya yang dilakukan oleh tutor dalam

meningkatkan kecerdasan kognitif anak usia dini melalui sentra balok dengan

pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT), diantaranya adalah semua

tutor sudah memahami perkembangan anak usia dini dan kebutuhan

belajaranya, hal ini ditandai dengan pemahaman tentang perkembangan

kecerdasar kognitif anak, kemudian dalam memfasilitasi anak bermain peran

dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan

keterampilan khayalannya melalui pengalaman main yang mendukung

perkembangannya bermain peran, dalam hal ini tutor di tuntut perannya

sebagai fasilitator, motivator, inisiator dan mediator yang baik dalam

menjalankan tugas, karena beberapa anak memiliki kebiasaan dan pemikiran

yang berbeda, serta memiliki pola bereaksi yang berbeda pula.

Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh

potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia

yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah suatu bangsa. Yulianti Khali,

salah satu tutor PAUD Wajar I mnegungkapkan bahwa anak dapat dipandang

sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Anak belum mengetahui

tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

166

Anak juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar

memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai

hal tentang dunia dan isinya. Anak juga perlu dibimbing agar memahami

berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang

dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan

dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan

kepribadian, watak, dan akhlak yang mulia. Karenanya, tutor memiliki peran

sentral dalam menyediakan permainan atau sentra yang tepat bagi anak usia

dini, khususnya dala menyediakan sentra balok, Usia dini merupakan saat yang

amat berharga untuk menenamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan,

agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis

bagi pengembangan suatu bangsa. Karena alasan tersebut, maka seorang tutor

anak usia dini ditunut untuk memiliki pemahaman yang tinggi tentang

perkembangan anak usia dini dan kebutuhan belajarnya. Khususnya mengenai

perkembangan kecerdasan kognitif anak, kebutuhan psikologis anak,

pendekatan yang tepat untuk pembelajaran, dan memahami sikap psikomotorik

anak usia dini, sehingga tutor tersebut dapat menempatkan diri pada peranan

apa dia harus bertindak, apakah sebagai motivator, sebagai fasilitator, sebagai

mediator ataukan sebagai inovator yang akan memberikan masukan dan

pengetahuan baru bagi anak usia dini.

Memfasilitasi anak dalam bermain peran dengan memberikan

kesempatan pada anak untuk menciptakan kembali masa lalu memproyeksikan

diri ke masa depan, mengembangkan ketrampilan khayalan, perkembangan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

167

kognisi dan merupakan terapi bagi anak yang mempunyai pengalaman

traumatik baik mental maupun fisik, dengan menggunakan alat dan bahan main

(bernuansa/dinuansakan agama) yang mendukung perkembangan main peran.

Maka tutor dituntut untuk menjadi mediator yang sangat baik dan dapat

menyampaikan bayangan yang konkret agar anak dapat memahami apa yang

akan dipelajari bersama melalui peran tersebut. selain sebagai seorang mediator

tutor juga di harapkan dapat berperan menjadi fasilitator yang bisa

memfasilitasi serta mengarahkan, juga menjadi motivator yang mendorong

anak usia dini untuk ikut bermain dalam pola permainan inovatif.

Memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan

ide, gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak menjadi karya nyata dalam

bentuk konstruksi dan bangunan dengan menggunakan balok-balok yang

bernuansa atau dinuansakan dengan tema tertentu. Serta memfasilitasi anak

untuk memperluas pengalaman seni dan kreatifitas dalam mewujudkan ide,

gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak menjadi karya nyata, melalui

proyek yang mengembangkan tehnik dan pembuatan sebuah karya dengan

memanfaatkan bahan limbah keluarga dan bahan alami. Menuntut peran yang

sangat tinggi sebagai seorang inovator, yang memberikan masukan dan inovasi

baru bagi anak-anak untuk mengetahui apa yang bisa dipelajari di sentra balok.

Ketua PAUD Wajar I, Nurlena Arsyad, mengungkapkan bahwa setiap

Tutor harus mencintai dan menguasai bidang pengembangan masing-masing.

Tutor harus memberi penjelasan secara umum kepada murid-murid yang

mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang dipelajari. Memberi

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

168

pengarahan, mengawasi dan mempematikan murid-murid ketika menggunakan

alat-alat sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Selanjutnya menanyakan

kesulitan yang dialami murid-murid dalam mengerjakan materi tersebut. Selain

dari itu Tutor sentra harus menguasai perkembangan setiap murid dalam

mengerjakan berbagai tugas sehingga dapat mengikuti tempo dan irama

perkembangan setiap murid dalam menguasai bahan-bahan pengajaran atau

tugas perkembangannya. Termasuk juga sentra balok, seorang tutor harus

memahami esensi dari materi balok, memahami tujuan bermain balok,

memahami prinsip dan nilai balok serta memahami metode belajar balok.

Berhubungan dengan peran seorang tutor, Dra Syamsia Tome, M.Pd

sebagai penanggung jawab program PAUD Wajar I mengemukakan hendaknya

tutor memiliki latar belakang pemahaman yang mendalam tentang sentra,

bahan pengajaran serta mengetahui sekali apa tugas yang akan di berikan

kepada anak usia dini, baik berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator

maupun inovator. Bahan pengajaran setiap sentra terdiri dari bahan minimal

dan bahan tambahan. Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang berisi uraian

perkembangan kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap anak sesuai

tingkat usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target

kemampuan minimal dalam mempelajari setiap sentra tertentu. Bila anak sudah

menguasai bahan pengajaran minimal, dapat memperoleh bahan pengajaran

tambahan, yang merupakan pengembangan atau pengayaan dari pengajaran

minimal, dengan demikian anak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

169

sesuai dengan kenyataan dengan penuh tanggungjawab. Bahan setiap sentra

hendaknya terintegrasi dengan sentra lainnya.

Ciko Lelengboto sebagai sekretaris PAUD Wajar I mengungkapkan

bahwa sangat penting adanya integrasi antar sentra bidang pengembangan

pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran mengembangkan

semua aspek perkembangan, meliputi (1) moral dan nilai-nilai agama, (2)

sosial- emosional, (3) kognitif (intelektual), (4) bahasa, (5) Fisik-motorik, (6)

Seni Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak mengajarkan bidang studi secara

terpisah. Satu kegiatan dapat menjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak.

Bermain sambil belajar, dimana esensi bermain menjiwai setiap kegiatan

pembelajaran amat penting bagi PAUD.

Rahyati Angge, berpendapat bahwa esensi bermain meliputi perasaan

senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdeka menjadi jiwa setiap

kegiatan. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga

menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta, dan tidak terpaksa.

Maka seorang tutor harus mampu menjelaskan kerumitan pembelajaran dengan

memberikan contoh, menjelaskan dengan cerita, menjelaskan dengan bantuan

media dan menjelaskan sesuatu yang rumit dengan peran supaya anak lebih

mudah memahami dan mencerna informasinya.

Tutor harus memasukkan unsur-unsur edukatif dalam setiap kegiatan

bermain, hal ini di ungkapkan Meyce Frans, sehingga anak secara tidak sadar

anak telah belajar berbagai hal. Materi pembelajaran PAUD juga harus variatif.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa PAUD hanya mengembangkan logika

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

170

berpikir, berperilaku, dan berkreasi. Adapula yang menyatakan bahwa PAUD

juga mempersiapkan anak untuk siap belajar (ready to learn); yaitu siap belajar

berhitung, membaca, menulis. Ada pula yang menyatakan bahwa materi

pembelajaran bebas, yang penting PAUD mengembangkan aspek moral-

agama, emosional, sosial, fisik-motorik, kemampuan berbahasa, seni, dan

intelektual. PAUD membimbing anak yang premoral agar berkembang ke arah

moral realism dan moral relativism. Tetapi, Nurlena Arsyad, Ketua PAUD

Wajar I berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan membimbing

anak dari yang bersifa tegosentris-individual, ke arah prososial, dan sosial-

komunal. Pembelajaran juga melatih anak menganal jati dirinya (self identity),

menghargai dirinya (self esteem), dan kemampuan akan dirinya (self efficacy).

Banyak pertanyaan dari Tutor dan orangtua tentang bolehkan mengajarkan

anak berhitung, membaca, dan menulis. Bukannya tidak boleh mengajarkan

semua itu, tetapi yang penting ialah anak sudah siap dan Tutor menggunakan

cara-cara yang sesuai untuk belajar anak. membimbing anak untuk berpikir

analistis dengan menggunakan balok yang berhubungan pada bentuk, Jumlah,

perbedaan satu dan lainnya dengan menjelaskan kerumitan pembelajaran

dengan memberikan contoh, menjelaskan dengan cerita, menjelaskan dengan

bantuan media dan menjelaskan sesuatu yang rumit dengan peran agar lebih

mudah di analisis anak.

Maka, menguatkan pendapat tersebut, Meyce Frans, mengungkapkan

agar alaman sekolah didesain dengan baik supaya berfungsi sebagai tempat

bermain dan belajar anak. Berbagai jenis alat permainan yang mengembangkan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

171

motorik kasar atau otot-otot besar yang diperlukan untuk membentuk fisik anak

agar tumbuh dengan baik. Alat permainan untuk mengembangkan kemampuan

dasar anak seperti kekuatan, ketahanan, keseimbangan, kecekatan/ketangkasan,

dan koordinasi sangat diperlukan. Lingkungan belajar juga harus memberi

pengalaman belajar yang menarik dan kaya ragam bagi anak. Membelajarkan

anak dengan contoh dan cerita yang terdapat dilingkungan mereka akan

memudahkan penjelasan dan pemahaman anak, apabila lingkungan dapat

menjadi media yang baik maka anak juga akan sangat mudah memahami

pembelajaran balok yang dibentuk pada kenyataan yang ada.

Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Riani Utiarahman, untuk

mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini perlu

digunakannya Asesmen Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus,

dalam berbagai konteks, dan berdasarkan apa yang dapat dikerjakan dan

dihasilkan anak, tutor dan orangtua dapat memberi bantuan belajar yang pas

sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu asesmen otentik

dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.

Hasil karya anak, hasil pengamatan tutor, dan informasi dari orangtua

diperlukan untuk memotret perkembangan belajar anak. Berbagai teknik dan

instrumen asesmen, seperti catatan anekdot (anecdotal record), catatan narative

(narrative record), catatan cepat (running record), sample kegiatan (event

sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk memantau perkembangan

anak. Termasuk juga untuk membimbing anak untuk menggabungkan beberapa

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

172

jenis balok yang ada dengan keadaan nyata menjadi sebuah bangunan atau

sebuah susunan yang bermakna.

Pemanfaatan lingkungan untuk optimalisasi pembelajaran anak dengan

membuat perubahan suasana belajar yang ada menjadi lebih menyenangkan.

Hal ini juga dapat dilakukan oleh seluruh tutor dengan cara mengganti strategi

belajar, sesuai pengamatan dan observasi penulis, upaya tersebut dapat

dilakukan cara mengganti tugas dengan yang lebih menantang dan

menyenangkan serta memberikan simulasi permainan balok yang menarik.

Untuk membelajarkan anak, lingkungan perlu ditata agar kondusif untuk

belajar. Penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini

amat penting untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Di

rumah, anak-anak memerlukan mainan yang tidak perlu mahal tetapi baik dan

aman untuk belajar anak. Di sekolah anak-anak juga perlu mainan yang aman

dan baik untuk belajar. Berbagai alat permainan dan fungsinya bagi PAUD

perlu dipahami dan digunakan dengan cara yang benar.

Para tutor perlu memahami peranan “Sentra Belajar” (Learning Center

dan Learning Area), bagaimana cara menyusunnya, apa saja isinya, dan

bagaimana penggunaannya. Penataan kelas juga amat penting. Di PAUD anak-

anak belajar dalam kelas dan di luar kelas. Penataan kelas, isi kelas, dan

fungsinya sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak.

Cara yang banyak digunakan oleh seorang tutor untuk membimbing agar

anak bersosialisasi menggunakan sentra balok bisa dengan membentuk

kelompok anak secara langsung dengan pertimbangan seorang pembimbing,

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

173

kemudian memberikan tugas kelompok yang tepat atau memberikan tugas

individu yang membutuhkan kerjasama anak, jadi anak dapat berkelompok

untuk mengerjakannya. Selain itu anak juga dapat dibiarkan untuk memilih

sendiri kelompok kerja mereka di sentra balok ini.

Menempatkan diri dalam situasi yang sangat membutuhkan tindakan dari

pemimpin merupakan cara terbaik untuk belajar memupuk jiwa kepemimpinan.

Nurlena Arsyad mengungkapkan bahwa Pemimpin adalah seorang yang

berusaha menolong orang lain, mengembangkan keterampilannya, dan mau

berbagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Sebelum

menjadi seorang pemimpin anak haruslah mengeksplorasi dirinya sendiri.

Dengan mengenali dirinya sendiri anak akan mudah membentuk konsep diri,

misalnya, dengan mengajak anak mengisi jawaban dari pertanyaan: apa yang

saya ingin lakukan?, siapa saya? Apa yang bisa saya lakukan untuk menjadikan

dunia lebih baik?’, selain itu dengan mengeksplorasi sikap inisiatifnya.

Misalnya dengan membentuk kelompok, atau dengan ditunjuk langsung untuk

memimpin sebuah kelompok yang terdiri dari teman-temannya. Bisa juga

dengan memberikan tugas individu yang menunutut kerjasama kelompok,

karena biasanya akan terlihat anak yang memiliki inisiatif tinggi adalah anak

yang memiliki sikap kepemimpinan yang baik.

Manusia tidak bisa bekerja sendiri, tetapi harus menjalin kerjasama yang

baik dengan berbagai elemen, baik dengan kelompok sepermainan, dengan

orangtua anak, dengan saudara. Maka dalam hal ini Rahyati Anggae

mengungkapkan bahwa peranan orangtua dan orang dewasa di sekitar anak

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

174

maupun secara luas amat diperlukan. Pengalaman sebaiknya memberi

pemahaman belajar pada anak dengan multikonteks. Membentuk kelompok

anak Memberikan tugas kelompok Memberikan tugas kompetisi Memberikan

hadiah/ reward. Maka keberhasilan kelompoknya akan dapat diukur.

Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang

sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa.

Hal ini diperkuat oleh Meyce Frans, bahwa tahun-tahun awal kehidupan anak

merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan

perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi

yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak

memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat

dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Yuliana Khali,

berpendapat bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak

akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat

diwujudkan.

Melalui pengembangan kelompok belajar anak usia dini, maka

terdapatlah proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi

anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk

kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan

diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai

interaksi dan pengalaman belajar”.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

175

Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, Rahyati Angge

mengungkapkan kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan

bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak.

Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan

hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel

(Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta

perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara

belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan

bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam

membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.

Nurlena Arsyad, juga berpendapat bahwa tutor harus mempertimbangkan

beberapa hal yang esensia pada sentral balok, hal ini untuk membelajarkan

anak, lingkungan perlu ditata agar kondusif untuk belajar. Penataan lingkungan

belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini amat penting untuk

mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Di rumah, anak-anak

memerlukan mainan yang tidak perlu mahal tetapi baik dan aman untuk belajar

anak. Di sekolah anak-anak juga perlu mainan yang aman dan baik untuk

belajar. Berbagai alat permainan dan fungsinya bagi PAUD perlu dipahami dan

digunakan dengan cara yang benar. Para tutor perlu memahami peranan “Pojok

Belajar” (Learning Center dan Learning Area), bagaimana cara menyusunnya,

apa saja isinya, dan bagaimana penggunaannya. Penataan kelas juga amat

penting. Di PAUD anak-anak belajar dalam kelas dan di luar kelas. Penataan

kelas, isi kelas, dan fungsinya sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

176

Khususnya untuk menempatkan balok pada posisi yang tepat di dalam

sentranya.

Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada

pengembangan struktur kognitif, Riani Utiarahman mengungkapkan melalui

pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung

dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran

terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok,

mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan,

binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain yang dikaitkan dengan

pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan

pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.

Begitu juga dengan cara penyusunan balok, agar anak tetap tertarik, maka tutor

harus dapat mengaturnya dengan baik, dengan cara menyusunnya berdasarkan

warna, menyusunnya berdasarkan bentuk, menyusunnya berdasarkan ukuran,

dan atau menyusunnya menjadi sebuah rancang bangun.

Nurlena Arsyad mencoba untuk memulai kegiatan dengan membuat

konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan.jawaban yang salah untuk

memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar. Akan

merangsang kerjasama antara anak dan Meskipun pada akhirnya anak-anak

akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari,

Nurhayati Arsyad percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika

berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan

pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

177

Pada satu sisi, Meyce Frans menjelaskan proses perkembangan kognitif

sejalan dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa anak-

anak mampu melakukan sesuatu sendiri misalnya memulai untuk bekerjasama

dengan anak yang lainnya. Pada sisi lain, tutor mencari pengertian bagaiman

anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi

kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Tutor juga

harus membedakan antara aktual development dan potensial development pada

anak.

Aktual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan

sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau tutor. Sedangkan potensial

development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu,

memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan

teman sebaya.

Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru ke dalam

informasi yang telah ada di dalam schemata (struktur kognitif) anak.

Akomodasi adalah proses menyatukan informasi baru dengan informasi yang

telah ada di dalam skemata, sehingga perpaduan antara informasi tersebut

memperluas skemata anak. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama

kali diberi jeruk oleh ibunya, ia tidak tahu bahwa buah yang diberikan

kepadanya itu bernana.jeruk. pengetahuannya bahwa buah itu bernama jeruk

karena diberi tahu oleh ibunya. Pada waktu itu, anak telah mempunvai skemata

tentang .jeruk, yaitu bentuknya yang bulat dan namanya. Setelah itu, anak

tersebut menggenggam. Jeruk dan menggigitnya. pada saat yang bersamaan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

178

ibunya mengatakan, "Sayang jeruk dikupas dulu baru dapat dimakan." lalu

ibunya memperlihatkm cara mengupas jeruk dan memberikan jeruk yang sudah

dikupas itu kepada anaknya. Pada fase ini terjadi proses asimilasi, yaitu proses

penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam

skemata anak sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dikupas dahulu,

baru dapat dimakan.

Pada tahap ini, telah terjadi proses akomodasi karena pengetahuan

anak tentang jeruk telah diperluas, yaitu jeruk kalau hendak dimakan harus

dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut juga memberikan bayangan kepada anak

untuk melakukan sesuatu dengan dimotivasi oleh tutornya. Dengan

poengalaman yang sudah ada, jika anak diberikan contoh, dengan menjelaskna

bentuk atau diberi gambaran berupa gambar atau video serta di instruksikan

untuk membuat rancang bangun yang pernah dia ketahui dari balok maka anak

akan dapat melakukannya dengan baik.

Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Riani Utiarahman

mengungkapkan ada setiap tahap di dalam tahap perkembangan, interaksi

linguistik anak dengan orang tua dan orang lain pada dasarnya mengikuti suatu

prinsip tertentu. Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja

sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa di

sekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting dibandingkan dengan apa yang

diperkirakan di masa lalu.

Tutor harus lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan

kognitif. Bagi anak, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

179

perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada

tahap perkembangan kognitif saat itu. Namun, menurut Ciko Lelengboto,

bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-

satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang

sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar

menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam

tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk

menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan

masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan

batiniah tidak terdengar lagi. Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk

mengatasi konflik yang teerjadi dalam dirinya pada waktu ia menghadapi suatu

masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, ia menyeimbangkan informasi

yang baru, yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi

yang telah ada di dalam skematanya secira dinamis. Maka bahasa juga akan

menentukan bagaimana acara anak mengemukakan pendapatnya, apakah

disampaikan langsung atau disampaikan melalui orang lain.

Kegiatan pembelajaran di sentra balok ini, sebagai hasil observasi penulis

pada PAUD Wajar I sangat dipengaruhi juga oleh jenis balok yang

digunakannya, anak yang bermain balok kayu akan lebih leluasa

mengungkapkan khayalannya, karena balok plastik cenderung lebih ringan

tetapi bersifat padat, sedangkan balok kertas, atau karton, meskipun ringan

tidak padat dan mudah rusak. Beberapa hal lain juga dipengaruhi oleh jenis

balok yang digunakan, contohnya simulasi bertukar balok dalam kelompok

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

180

secara berkeliling, dalam kelompok, jika memakai balok plastik anak akan

bertukar balok dengan cara melempar, tetapi berbeda jika menggunakan balok

kayu, karena volumenya lebih pada dan lebih berat, maka anak akan

menukarkannya dengan menyimpan balok tersebut di pangkuan teman satu

kelompoknya.

C. Mengetahui perkembangan kecerdasan kognitif anak usia dini melalui

sentra balok dengan pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT)

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi, pada masa dua tahun

kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui

aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan

persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan

sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor.

Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak

sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak

mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan

sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara

perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan

lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu

berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-

sifat khusus.

Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun

pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan

kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemaharnannya terhadap aktivitas

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

181

sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah

menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana

cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau

meminta), menggunakan satu benda dengan tujuan yang berbeda. Dengan

benda yang ada di tangannya, ia melakukan apa yang diinginkannya.

Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu

kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut

secara empiris. Maka anak usia dini di PAUD Wajar I telah mengenali ciri-ciri

balok dari warnanya, bentuknya, ukurannya dan berat/volumenya karena sudah

dapat mengenali dan menghafalkan ciri-ciri balok tersebut.

Pada fase praoperasional, anak usia dini mulai menyadari bahwa

pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan

melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui

kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk

melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi

bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang

besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak

berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan

jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak

mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Maka

dengan fase tersebut anak dapat mengenali balok dengan warnnaya, dengan

bentuk dan ukuran. Juga volume berat balok tersebut, karena sesuatu akan

terekam lebih cepat pada tahap ini.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

182

Pada fase operasi konkret, kemampuan anak usia dini di PAUD Wajar I

untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang

menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan

berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan mengklasifikasikan obyek sesuai

dengan klasifikasinya, mentutorkan benda sesuai dengan urutannya,

kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan

berpikir secara deduktif. Maka anak usia dini di PAUD Wajar I sudah dapat

membedakan banyak hal, termasuk mengetahui perbedaan balok baik dari

warna, bentuk, ukuran maupun berat volumenya.

Berdasarkan hasil observasi, aspek berpikir simbolis anak usia dini,

yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek

dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak secara

langsung. Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar

atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri

lebih dominan. Oleh sebab itu, anak usia dini PAUD Wajar I belum dapat

meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Fase berpikir secara

intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar

atau menyusun balok, serta mampu menyebutkan balok yang paling dikenal,

akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.

Anak usia dini kelas B PAUD Wajar I telah memasuki fase operasi

formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir

abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan

mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

183

melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan

menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Hal ini akan

menunjukkan kemampuan anak untuk menyusun bentuk balok. Berdasarkan

warna, bentuk, ukuran, dan berat/volume balok.

Penulis memperhatikan bahwa memberi kesempatan pada anak untuk

melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan

kognitifnya. Misalnya, tutor mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata

ke dalam bentuk lain, misalnya gambar. Melakukan kegiatan tanya jawab yang

dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya. Menurut

penulis, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual

development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak

dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak

dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan

teman sebaya. Maksudnya adalah menitikberatkan pada interaksi sosial akan

dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika anak usia dini mengerjakan

pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan

berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, anak usia dini

seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin

secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui

perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, anak usia dini

mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan

dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

184

ini adalah bahwa anak usia dini belajar untuk pengaturan sendiri (self-

regulasi).

Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli

psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses

yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona

perkembangan proksimalnya. Pengaruh karya Tutor PAUD Wajar I dan Bruner

terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith et al. (1998). Walaupun tutor

dan orang tua telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang

dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripad peran yang diusulkan oleh

anggapan anaknya sendiri, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis

diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun anak

tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, tutor harus secara aktif

mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-

anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan tutor menyediakan

scaffolding bagi anak selama melalui pembelajaran. Dengan kejadian dalam

observasi tersebut, penulis mengemukakan bahwa disamping tutor, teman

sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak.

Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual

discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif ( cooperative

groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan anak. Catatan observasi

mengemukakan gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluasa menjadi

pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak

mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Tutor

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

185

menjelaskan keberhasilan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan

menggunakan teori Tutor PAUD Wajar I. Satu anak bisa lebih efektif

membimbing anak lainnya melewati karena mereka sendiri baru saja melewati

tahap itu sehingga bis adengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang

dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai. Hal tersebut juga

bisa berpengaruh pada kemampuan anak untuk menyebutkan bentuk dan

manfaat balok secara langsung berdasarkan warna, bentuk, ukuran dan berat

volume.

Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah

pendidikan dari dominasi tutor menjadi pemusatan pada anak usia dini.

Peranan tutor adalah membantu anak usia dini mengembangkan pengertian

baru. Anak usia dini diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman,

pengetahuan, dan pengertiannya dan apakah mereka siap untuk tahu dari

pembentukan pengertian baru ini. Pada bagian ini, hasil observasi

menunjukkan permulaan aliran konstruktivisme, peranan pengalaman anak usia

dini dalam belajar dan bagaimana dapat mengasimilasi pengertiannya.

Pengalaman ini akan sangat mempengaruhi anak untuk dapat mengetahui

tentang sesuatu, bahkan juga untuk bertanya tentang hal yang terbayang secara

pasti dalam benaknya dan dengan tidak ragu-ragu juga akan bertanya tentang

sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman atau pengetahuan yang ingin

diketahuinya tentang balok.

penulis percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, berdasarkan

observasi, anak usia PAUD Wajar I mengikat informasi yang mereka peroleh

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

186

dari pengalaman ke dalam pengertian sebelumnya, membentuk pengertian

baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing anak usia dini harus

mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah

proses membantu anak usia dini PAUD Wajarr I untuk mengkreasikan

pengetahuannya. tutor percaya bahwa pengetahuan tidak hanya kegiatan

penemuan yang memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan

merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi dengan pengertian

sebelumnya dari pelajar.

Berdasarkan observasi, penulis menyimpulkan bahwa menekankan

peranan motivasi tutor untuk membantu anak usia dini belajar mencintai

pelajaran akan lebih mudah, Tidak seperti tutor yang menggunakan sanksi

berupa punishment atau reward, sedangkan tutor PAUD Wajar I percaya

bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat daripada

reward eksternal. Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada kemampuan anak

untuk menghitung dan mengklasifikasikan balok yang telah mereka ketahui.

Pada masa kanak-kanak ini, perilaku anak sangat dipengaruhi oleh

modelnya. Atau dengan kata lain anak belajar model. Catatan lapangan

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan belajar model adalah proses

menirulan tingkah laku orang lain yang dilihat, baik itu dilakukan secara sadar

maupun tidak. Sinonim belajar model adalah imitasi, identifikasi dan belajar

melalui observasi. Selanjutnya penulis berusaha membedakan antara imitasi

dan identifikasi. Imitasi lebih berhubungan dengan menirukan secara mentah-

mentah sedangkan identifikasi menirukan hal-hal yang lebih esensial seperti

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

187

sifat-sifat kepribadian orang lain. Pertama kali yang menjadi model perilaku

anak adalah orang tua, setelah anak bertambah usianya dan mulai masuk

sekolah, anak mulai mengidentifikasikan perilaku tutor atau bahkan orang tua

dari anak lain. Kemudian Televisi, buku-buku, majalah dapat juga menawarkan

model perilaku anak.

Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok

budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama. Contoh

pengetahuan ini adalah aturan, hukum, moral nilai, sistem bahasa dan lain-lain.

Pengetahuan ini muncul dalam kebudayaan tertentu dan dapat berbeda dari

kelompok yang satu dengan yang lain. Pengatahuan sosial tidak dapat dibentuk

dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari

interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak berinteraksi dengan orang

lain kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial dikembangkan.

Contohnya dalam dunia pendidikan dasar kewajiban belajar mengenai tiga

pelajaran pokok ialah: membaca, menulis dan menghitung (the three R‘s).

Pengetahuan ini diperoleh bukan saja atas dasar kebutuhan-kebutuhan

individualistis anak semata-mata tetapi juga dari kehidupan mereka dalam

lingkungan sosial. Berdasarkan observasi, kebutuhan anak untuk mempelajari

ketiga hal tersebut di atas muncul atau termotivasi atas prinsip bahwa

masyarakat menghendaki dikuasainya kecakapan-kecakapan ini untuk menjadi

anggota-anggota masyarakat yang berhasil. Secara tidak langsung bagi anak

hal ini akan menumbuhkan bentuk kerjasama seperti saling membantu dalam

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

188

menyusun balok, saling menukar balok berdasarkan bentuk, saling menukar

balok berdasatkan ukuran, dan saling bertukar pendapat.

Catatan observasi juga menunjukkan bahwa kebutuhan anak usia dini di

PAUD Wajar I akan harga diri meliputi keinginan akan kebenaran sosial

(sosial approval) dan keinginan perasaan berhasil sangat kuat. Hal ini

ditunjukkan oleh seorang anak PAUD Wajar I, yang mempunyai perasaan

bahwa setidak-tidaknya, ia harus dianggap sama dengan orang lain. Rasa

dibenarkan oleh tutor memperlihatkan adanya suatu kesuksesan dan

memberikan kepuasan, baik kepada anak maupun kepada orang tua, untuk

hasil-hasil yang memuaskan dalam pekerjaan disekolah, maupun untuk

kesehatan rohani, adalah penting untuk menemukan sesuatu yang

memungkinkan setiap murid memperlihatkan segi-segi baiknya kepada teman-

teman.

Tekanan-tekanan sosial atau perangsang-perangsang sosial pada anggota-

anggota baru dari suatu lingkungan menimbulkan suatu kebutuhan untuk

berperan sebagai anggota-anggota sosial yang lain. Tekanan sosial akan sangat

terasa dalam lapangan moral. Tindakan-tindakan moril ialah tindakan-tindakan

yang menurut ukuran-ukuran yang telah ditentukan akan dikatakan benar atau

salah. Tingkah laku individu yang rasionil dengan sadar dianggap benar tanpa

memperhatikan apakah lingkungan sosial yang lain akan menganggapnya

benar atau salah. Tingkah laku-tingkah laku yang dianggap baik atau luhur

tidak boleh diharapkan akan timbul karena asosiasi yang kebetulan saja;

haruslah dicari cara-cara untuk menanamkan pada anak kebutuhan-kebutuhan

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

189

yang disadari untuk bertingkahlaku baik, sehingga dapat dibenarkan. Hal ini

bisa menjadi latar belakang untuk mengetahui cara anak mengenal orang lain,

atau teman yang paling disukai atau paling tidak disukai, misalnya dengan

memperhatikan Intensitas bertegur sapa/ mengobrol, Intensitas kebersamaan

dalam tugas Intensitas, saling bertukar balok atau Intensitas saling

memberi/menerima.

Catatan observasi menunjukkan bahwa perilaku anaj PAUD Wajar I

dalam berbahasa sama seperti perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan, atau

berlari. penulis berpendapat bahwa bahasa hanya merupakan urutan respons.

Tetapi banyak diantara kalimat yang anak usia dini PAUD Wajar I hasilkan

adalah baru, karena tidak mendengarnya atau membicarakannya sebelumnya.

Berdasarkan observasi manusia tidak mempelajari bahasa di dalam suatu

”ruang hampa sosial” (sosial vacuum), karenanya kebanyakan anak-anak

diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita memerlukan pengenalan

kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang

baik

Berdasarkan studi dokumentasi, kebanyakan peneliti penguasaan bahasa

yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai

bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa kasus

tanpa penguatan yang. Dengan demikian aspek yang penting dalam

mempelajari suatu bahasa tampaknya tidaklah banyak. Walaupun begitu,

proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan

keterlibatan dari pengasuh dan tutor. Suatu peran lingkungan yang

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

190

membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil

disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi

dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan

kalimat-kalimat yang sederhana. Cara anak mengemukakan pendapatnya akan

sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasanya.

Tutor PAUD Wajar I, menekankan baik level konteks sosial yang bersifat

institusional maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada

level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat

yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah,

penemuan seperti komputer, dan melek huruf. Interaksi institusional memberi

kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk

membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang

lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut Tutor PAUD Wajar

I, keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui

interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-

keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan

melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian

pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar

belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang

dan kemampuannya untuk menggambarkan sesuatu lebih baik.

Catatan observasi menunjukkan anak-anak PAUD Wajar I sebagai

pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Tutor PAUD Wajar I

lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

191

memudahkan perkembangan si anak. Menurut Tutor PAUD Wajar I, anak-anak

lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk

memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak

banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan

menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap

sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari

budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota

kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.

Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam

dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir

setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.

Maka dengan hal ini anak akan bertanya tentang bagaimana membuat balok

dalam kenyataannya serta menuntut untuk menceritakan bagaimana

implikasinya dalam kehidupan.

Berdasarkan studi dokumentasi, Teori perkembangan Piaget dengan

konsep kecerdasan seperti halnya sistem biologi membangun struktur untuk

berfungsi, pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan

sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan

kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya.

Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap

yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses

asimilasi dan akomodasi. Kita merespon dunia dengan menghubungkan

pengalaman yang diterima dengan pengalaman masa lalu kita (asimilasi),

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

192

sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama

sekali. Aspek yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam struktur

kognitif (akomodasi). Asimilasi adalah proses merespon pada lingkungan yang

sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi proses pertumbuhan

intelektual tidak akan ada apabila pengalaman yang ditangkap tidak berbeda

dengan skemata yang ada oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi, yaitu

proses yang merubah struktur kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut

dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya tutor

memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak,

untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnyadalam

bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi

pengalaman yang lebih kompleks.

Catatan studi dokumentasi tersebut mengantarkan penulis pada

kesimpulan observasi, mengenai proses berpikir di dalam diri anak usia dini,

yang juga dikenal dengan konsep bahwa pembangunan struktur berfikir

melalui beberapa tahapan. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak

menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori motor (lahir-2 tahun); (2) Tahap

praoperasi (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasi konkrit (usia 7-11 tahun); (4)

Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Tahapan-tahapan ini sudah baku dan

saling berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik karena tahap

sesudahnya melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan tetapi

terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi sesorang.

Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada perbedaan kualitas

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

193

pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur dari perkembangan

sebelumnya tetap tidak dibuang. Jadi ada kesinambungan dari tahap ke tahap,

walaupun ada juga perbedaan yang sangat mencolok. Sehingga motivasi anak

usia dini PAUD Wajar I untuk bermain dan membentuk dari balok yang ada

akan semakin tinggi ketika dia mengetahui cara menyusun balok yang baik,

maka dia ingin lebih, misalnya anak jadi ingin membuat bangunan yang

diingat, anak jadi ingin mencoba membuat jembatan, anak jadi senang

memilah balok dan anak jadi senang menyusun balok dengan bentuk yang

lebih rumit.

Tutor PAUD Wajar I, mengungkapkan sistem sosial sangat penting

dalam perkembangan kognitif anak. Orangtua, tutor dan teman berinteraksi

dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi

belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona

Perkembangan Proksimal yang diartikan sebagai daerah potensial seorang anak

untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan

dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap

perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi

permasalahan sendiri batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan

pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu. Sebagi

contoh anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari

Orang tua atau tutor bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi sedikit

bantuan akan berkurang sampai berubah menjadi tahap perkembangan aktual

saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam mengembangkan

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

194

setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak

pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen.

Bersadarkan observasi, bagi anak usia dini adalah suatu hal yang mudah

untuk menerima kepercayaan-keparcayaan orang tua tanpa kritik.

Kepercayaan-kepercayaan dan tradisi-tradisi ini dapat mengenai bermacam-

macam hal, seperti politik, agama, sikap terhadap orang asing dan terhadap ras-

ras manusia yang lain. Anak-anak yang tumbuh dalam keadaan sedemikian

ekstrim mungkin akan memiliki suatu prasangka yang sukar untuk dibenarkan

atau diluruskan. Bahkan dikota-kota kecil pun bukan suatu hal yang asing

untuk menemukan dua golongan penduduk; kaum priyai atau “ningrat” dan

golongan menengah ke bawah. Dengan kenyataan yang ada, sekolah

diharapkan juga, dapat membantu dengan jalan tertentu untuk menghapuskan

perbedaan-perbedaan ini dan mengajarkan cara hidup yang dimotivasi.

Catatan observasi juga menunjukkan perkembangan anak usia dini

PAUD Wajar I secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk

memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar,

bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut

dengan istilah egosentris. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7

tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini

anah kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok

meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-

alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

195

lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa

yang ada dibalik suatu kejadian

Sesuai dengan hasil studi dokumentasi penulis, Maslow mengembangkan

teori motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis kebutuhan

manusia yang menguatkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam

pemenuhannya. Maslow membedakan D-needs atau Deficiency needs yang

muncul dari kebutuhan akan pangan, rasa aman, tidur dan lain-lain. Serta B-

needs atau Being needs seperti keinginan untuk memenuhi potensi diri. Kita

baru dapat memenuhi B-needs jika D-needs sudah terpenuhi. Prioritas

kebutuhan pertama kita adalah kebutuhan fisiologis (Phisiological needs)

seperti makanan dan kehangatan, karena kita tidak bisa hidup tanpa dua hal

tersebut. Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi kita akan merasa aman

(safety). Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita

cemaskan adalah “kebutuhan sosial”, yaitu menjadi bagian dari kelompok dan

menjalin hubungan dengan orang lain. Ketika kebutuhan sosial sudah

terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang terpenting adalah kebutuhan untuk

dihargai (esteem needs). Agar kebutuhan ini terpenuhi kita harus berprestasi,

menjadi kompeten, dan mendapat pengakuan orang yang berprestasi dan

kompeten. Begitu kebutuhan ini terpenuhi, perhatian kita akan beralih pada

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan intelektual (intelectual needs) kita, termasuk

di dalamnya adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan. Setelah

kebutuhan kebutuhan intelektual di atas terpenuhi, maka muncul kebutuhan

estetis (aesthetic needs) yaitu kebutuhan akan keindahan, kerapian dan

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

196

keseimbangan. Kebutuhan terakhir manusia menurut Maslow adalah kebutuhan

untuk mengaktualisasikan diri (self-actualization), yaitu menemukan

pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri.

Hal tersebut terlihat jelas dalam observasi anak usia dini PAUD Wajar I,

tutor mengarahkan minatnya kearah soal motivasi yang baik. Tetapi motivasi

hampir tidak dapat dikatakan baik, apabila tujuan yang diingininya tidak baik.

Dapatlah disangsikan bahwa ada suatu kegiatan yang tidak bermotif. Kalau

motif dari suatu perbuatan belajar ialah rasa takut akan hukuman, maka faktor-

faktor yang kurang enak yang dimasukkan kedalam situasi belajar akan

menyebabkan pembelajaran tersebut menjadi kurang efektif dan kurang

permanen jika dibandingkan dengan pembelajaran yang didukung oleh motif

yang menyenangkan. Menimbulkan motif pada seseorang pelajar ialah

menggerakkan si pelajar untuk melakukan sesuatu. Dalam proses pembelajaran

motivasi ini berhubungan dengan proses yang dipergunakan untuk

menggerakkan si pelajar agar melakukan segala sesuatu yang kalau tidak

digerakkan tidak akan dilakukannya. Motivasi yang murni tidak dapat

dipaksakan dengan tekanan-tekanan atau pujian dari luar. Motivasi yang murni

itu timbul apabila maksud cukup sehat dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan.

Aspek keyakinan akan kemampuan diri merupakan salah satu karakteristik

kepribadian. Aspek tersebut dinamakan self- efficacy.

Sedangkan dalam catatan dokumentasi lain, Bandura menjelaskan bahwa

pada dasarnya self-efficacy menentukan bagaimana orang merasakan, berpikir,

memotivasi diri dan berperilaku. Perbedaan yang nyata, seseorang yang ragu

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

197

akan kemampuan dirinya, cenderung akan menjauh dari tugas-tugas yag sulit

yang mana hal itu dipandang sebagai ancaman pribadi bagi dirinya. Mereka

memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang

mereka pilih untuk dikejar.

Self-efficacy bervariasi untuk masing-masing individu berdasarkan

beberapa dimensi yang dimiliki, implikasi penting pada performansi atau

kinerja. Bandura mengemukakan bahwa dalam pengharapan efficacy

terkandung tiga dimensi yang mempunyai implikasi penting bagi performance

seseorang.

a. Magnitude, yaitu dimensi yang berhubungan dengan tingkat kesulitan

tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun

menurut tingkat kesulitannya, maka pengharapan efficacy-nya akan

jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang ataupun sulit sesuai dengan

batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku

yang dibutuhkan.

b. Generality, yaitu dimensi yang berhubungan dengan luas bidang

tingkah laku khusus, sementara orang lain dapat menyebar meliputi

berbagai bidang tingkah laku.

c. Strength, yaitu derajat kemantapan individu terhadap keyakinan atau

pengharapan. Dimensi ini biasanya akan berkaitan langsung dengan

dimensi magnitude, makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah

keyakinan untuk menyelesaikan suatu tugas.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

198

Bandura menjelaskan bahwa keyakinan seeorang terhadap

kemampuan mereka dalam melaksanakan tugasnya, dikembangkan oleh 4

sumber utama yaitu :

a. Mastery Experience (penguasaan pengalaman)

Merupakan sumber efficacy yang utama, karena berdasarkan pada

pengalaman individu. Secara umum, prestasi yang diperoleh dengan

hasil baik meningkatkan penghargaan efficacy, hal terjadi sebaliknya

bagi yang mengalami kegagalan, memiliki kecenderungan

pengharapan efficacy yang rendah.

Sebenarnya, catatan observasi yang ada belum menunjukkan

Behavioral Models yaitu melalui pengamatan orang lain yang

mampu melakukan aktivitas dalam situasi yang menekan tanpa

mengalami akibat yang merugikan dapat menumbuhkan pengharapan

bagi pengamat, sehingga akan timbul keyakinan bahwa nantinya ia

juga akan berhasil jika dia berusaha secara intensif dan tekun. Proses

modeling tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap self

efficacy. Bertambahnya derajat self efficacy disebabkan oleh

pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dan sebaliknya

menurunnya derajat self efficacy disebabkan oleh pengamatan akan

derajat kegagalan akan kemampuan orang lain.

Berdasarkan observasi, dalam mengajar tutor PAUD Wajar I perlu

menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika

anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

199

bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif

dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk

belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses belajar

menjadi lebih efektif. Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang

melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan

lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2)

Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa yang

dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan

berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa

perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan

budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan pengaruh pada

pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode dalam

memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual.

Budayalah yang mengajari anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya

dilakukan.

D. Analisis dan Pembahasan

Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam

suatu situasi sosial yang hampa. Lev Vigotsky (1896-1934), seorang psikolog

berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih

dari setengah abad yang lalu. Teori Vigotsky mendapat perhatian yang makin

besar ketika memasuki akhir abad ke-20.

Sezaman dengan Piaget, Vigotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-

an dan 1930-an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

200

tahun 1960-an. Sejak saat itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat

berpengaruh. Vigotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan

Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan

dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vigotsky tidak setuju dengan

pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan

membentuk gambaran realitas batinnya sendiri.

Banyak developmentalis yang bekerja di bidang kebudayaan dan

pembangunan menemukan dirinya sepaham dengan Vigotsky, yang berfokus

pada konteks pembangunan sosial budaya. Teori Vigotsky menawarkan suatu

potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari

kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vigotsky menekankan bagaimana

proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran

melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti

bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan

bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-

orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan

Vigotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan

kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil

yang kesepian.

Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan

individual, sedangkan Vigotsky lebih banyak menekankan peranan orang

dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak.

Menurut Vigotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

201

seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.

Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi

seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental

yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu

hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada

anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama

pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain

secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin

anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama

dengan anggota lain dalam kebudayaannya.

Vigotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat

institusional maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada

level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat

yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah,

penemuan seperti komputer, dan melek huruf. Interaksi institusional memberi

kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk

membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang

lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut Vigotsky (1962),

keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui

interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-

keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan

melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

202

pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar

belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya,

misalnya duduk, berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa

hanya merupakan urutan respons (Skinner,1957) atau sebuah imitasi

(Bandura, 1977). Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah

baru, kita tidak mendengarnya atau membicarakannya sebelumnya.

Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial”

(sosial vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat

muda. Kita memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk

memperoleh keterampilan bahasa yang baik (Adamson,1992; Schegloff,

1989). Dewasa ini, kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa

anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu

mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa kasus tanpa

penguatan yang jelas ( Rice,1993). Dengan demikian aspek yang penting

dalam mempelajari suatu bahasa tampaknya tidaklah banyak. Walaupun

begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak

dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan tutor. Suatu peran lingkungan

yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak

kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara

pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal,

dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

203

Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Pada setiap tahap di

dalam tahap perkembangan, interaksi linguistik anak dengan orang tua dan

orang lain pada dasarnya mengikuti suatu prinsip tertentu ( Conti-Ramsden &

Snow, 1991; Maratsos, 1991). Perkembangan pemahaman bahasa pada anak

bukan saja sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan

bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting dibandingkan dengan

apa yang diperkirakan di masa lalu (Von Tetzchner & Siegel, 1989).

Vigotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan

kognitif daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah

mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak

tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi

Vigotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain.

Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan

pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan

belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah.

Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk

menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan

masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret,

percakapan batiniah tidak terdengar lagi.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa

konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vigotsky percaya bahwa anak akan

jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak

akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

204

orang lain. Pada satu sisi, Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif

sejalan dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa anak-

anak mampu melakukan sesuatu sendiri. Pada sisi lain, Vigotsky mencari

pengertian bagaiman anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar,

dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses

pematangan. Vigotsky membedakan antara aktual development dan potensial

development pada anak. Aktual development ditentukan apakah seorang anak

dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau tutor. Sedangkan

potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan

sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau

kerjasama dengan teman sebaya.

Menurut teori Vigotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan

celah antara actual development dan potensial development, dimana antara

apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa

dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang

dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari adalah

menitikberatkan pada interaksi sosial akan dapat memudahkan

perkembangan anak. Ketika anak usia dini mengerjakan pekerjaanya di

sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat.

Untuk memaksimalkan perkembangan, anak usia dini seharusnya bekerja

dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis

dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang

berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, anak usia dini mendiskusikan

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

205

pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan

mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini

adalah bahwa anak usia dini belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulasi).

Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli

psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu

proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui

zona perkembangan proksimalnya. Pengaruh karya Vigotsky dan Bruner

terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith et al. (1998).

1. Walaupun Vigotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih

penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripad peran

yang diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis

diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun

anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, tutor harus secara aktif

mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti

anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan tutor

menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui .

2. Secara khusus Vigotsky mengemukakan bahwa disamping tutor, teman

sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif

anak.berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu

(individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif (

cooperative groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan anak.

3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluasa menjadi

pengajaran pribadi oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang anak

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

206

mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Foot et al.

(1990) menjelaskan keberhasilan pengajaran oleh teman sebaya ini

dengan menggunakan teori Vigotsky. Satu anak bisa lebih efektif

membimbing anak lainnya melewati karena mereka sendiri baru saja

melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-

kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang

sesuai.

Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran

dalam berbagai cara. Dari perspektif pengikut Vigotsky -Bruner, perintah-

perintah di layar komputer merupakan scaffolding ( Crook, 1994). Ketika

anak menggunakan perangkat lunak (software) pendidikan, komputer

memberikan bantuan atau petunjuk secara detail seperti yang diisyaratkan

sesuai dengan kedudukan anak yang sedang dalam. Tak pelak lagi, beberapa

anak di kelas lebih terampil dalam menggunakan komputer sehingga bisa

berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang

bekerja dengan komputer, tutor bisa dengan bebas mencurahkan perhatinnya

kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan

scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.

Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah

pendidikan dari dominasi tutor menjadi pemusatan pada anak usia dini.

Peranan tutor adalah membantu anak usia dini mengembangkan pengertian

baru. Anak usia dini diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalamn,

pengetahuan, dan pengertiannya dan apakah mereka siap untuk tahu dari

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

207

pembentukan pengertian baru ini. Pada bagian ini, kita melihat permulaan

aliran konstruktivisme , peranan pengalaman anak usia dini dalam belajar dan

bagaiman dapat mengasimilasi pengertiannya.

Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu

pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi

pada teori ni ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika Socrates

memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan

sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan

logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk

memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.

Penyelidikan atau pengalaman fisik, pengalaman pendidikan adalah

kunci metode konstruktivisme. Selama abad ke-18 dan ke-17, filosof Inggris

” Frances Bacon” memberikan ilmu metode untuk menyelidiki lingkungan.

Pendukung konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan,

kita akan mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam

pengertian sebelumnya, membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada

proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya.

Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses membantu pelajar-

pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme percaya bahwa

pengetahuan tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk

dimengerti, tetapi pengetahuan merupakan cara suatu informasi baru

berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

208

Para konstruktivisme menekankan peranan motivasi tutor untuk

membantu anak usia dini belajar mencintai pelajaran. Tidak seprti

behaviorist, yang menggunakan sangsi berupa reward, sedangkan

konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada

pelajaran lebih kuat daripada reward eksternal.

Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930

yang bekerja sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vigotsky, yang sangat

tertarik pada efek interaksi anak usia dini dengan teman sekelas pada

pelajaran. Jaramillo (1996) menjelaskan, Vigotsky mencatat bahwa interaksi

individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vigotsky percaya

bahwa subyek yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui

bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode pembelajaran tersendiri.

Vigotsky adalah seorang tutor yang tertarik untuk mendesign kurikulum

sebagai fasilitas dalam interaksi anak usia dini.

Pada masa kanak-kanak ini, perilaku anak sangat dipengaruhi oleh

modelnya. Atau dengan kata lain anak belajar model. Monks, dkk (1989)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan belajar model adalah proses

menirulan tingkah laku orang lain yang dilihat, baik itu dilakukan secara

sadar maupun tidak. Sinonim belajar model adalah imitasi, identifikasi dan

belajar melalui observasi. Selanjutnya Monks, dkk(1989) membedakan antara

imitasi dan identifikasi. Imitasi lebih berhubungan dengan menirukan secara

mentah-mentah sedangkan identifikasi menirukan hal-hal yang lebih esensial

seperti sifat-sifat kepribadian orang lain.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

209

Pertama kali yang menjadi model perilaku anak adalah orang tua,

setelah anak bertambah usianya dan mulai masuk sekolah, anak mulai

mengidentifikasikan perilaku tutor atau bahkan orang tua dari anak lain.

Kemudian Televisi, buku-buku, majalah dapat juga menawarkan model

perilaku anak.

Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok

budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama. Contoh

pengetahuan ini adalah aturan, hukum, moral nilai, sistem bahasa dan lain-

lain. Pengetahuan ini muncul dalam kebudayaan tertentu dan dapat berbeda

dari kelompok yang satu dengan yang lain. Pengatahuan sosial tidak dapat

dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk

dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak berinteraksi dengan

orang lain kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial dikembangkan.

Contohnya dalam dunia pendidikan dasar kewajiban belajar mengenai tiga

pelajaran pokok ialah: membaca, menulis dan menghitung (the three R‘s).

Pengetahuan ini diperoleh bukan saja atas dasar kebutuhan-kebutuhan

individualistis anak semata-mata tetapi juga dari kehidupan mereka dalam

lingkungan sosial. Kebutuhan anak untuk mempelajari ketiga hal tersebut di

atas muncul atau termotivasi atas prinsip bahwa masyarakat menghendaki

dikuasainya kecakapan-kecakapan ini untuk menjadi anggota-anggota

masyarakat yang berhasil.

Kebutuhan akan harga diri meliputi keinginan akan kebenaran sosial

(sosial approval) dan keinginan perasaan berhasil. Setiap orang, bahkan

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

210

seorang anak, mempunyai perasaan bahwa setidak-tidaknya, ia harus

dianggap sama dengan orang lain. Rasa dibenarkan oleh masyarakat

memperlihatkan adanya suatu kesuksesan dan memberikan kepuasan, baik

kepada anak maupun kepada orang tua, untuk hasil-hasil yang memuaskan

dalam pekerjaan disekolah, maupun untuk kesehatan rohani, adalah penting

untuk menemukan sesuatu yang memungkinkan setiap murid memperlihatkan

segi-segi baiknya kepada teman-teman.

Tekanan-tekanan sosial atau perangsang-perangsang sosial pada

anggota-anggota baru dari suatu lingkungan menimbulkan suatu kebutuhan

untuk berperan sebagai anggota-anggota sosial yang lain.Tekanan sosial akan

sangat terasa dalam lapangan moral. Tindakan-tindakan moril ialah tindakan-

tindakan yang menurut ukuran-ukuran yang telah ditentukan akan dikatakan

benar atau salah. Tingkah laku individu yang rasionil dengan sadar dianggap

benar tanpa memperhatikan apakah lingkungan sosial yang lain akan

menganggapnya benar atau salah. Tingkah laku-tingkah laku yang dianggap

baik atau luhur tidak boleh diharapkan akan timbul karena asosiasi yang

kebetulan saja; haruslah dicari cara-cara untuk menanamkan pada anak

kebutuhan-kebutuhan yang disadari untuk bertingkahlaku baik, sehingga

dapat dibenarkan.

Bagi anak–anak adalah suatu hal yang mudah untuk menerima

kepercayaan-keparcayaan orang tua tanpa kritik. Kepercayaan-kepercayaan

dan tradisi-tradisi ini dapat mengenai bermacam-macam hal, seperti politik,

agama, sikap terhadap orang asing dan terhadap ras-ras manusia yang lain.

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

211

Anak-anak yang tumbuh dalam keadaan sedemikian ekstrim mungkin akan

memiliki suatu prasangka yang sukar untuk dibenarkan atau diluruskan.

Bahkan dikota-kota kecil pun bukan suatu hal yang asing untuk menemukan

dua golongan penduduk; kaum priyai atau “ningrat” dan golongan menengah

ke bawah. Dengan kenyataan yang ada, sekolah diharapkan juga, dapat

membantu dengan jalan tertentu untuk menghapuskan perbedaan-perbedaan

ini dan mengajarkan cara hidup yang dimotivasi.

Maslow mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya

menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia yang menguatkannya menurut

tingkat prioritas manusia dalam pemenuhannya. Maslow membedakan D-

needs atau Deficiency needs yang muncul dari kebutuhan akan pangan, rasa

aman, tidur dan lain-lain. Serta B-needs atau Being needs seperti keinginan

untuk memenuhi potensi diri. Kita baru dapat memenuhi B-needs jika D-

needs sudah terpenuhi.

Prioritas kebutuhan pertama kita adalah kebutuhan fisiologis

(Phisiological needs) seperti makanan dan kehangatan, karena kita tidak bisa

hidup tanpa dua hal tersebut. Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi kita

akan merasa aman (safety). Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan

berikut yang kita cemaskan adalah “kebutuhan sosial”, yaitu menjadi bagian

dari kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain. Ketika kebutuhan

sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang terpenting adalah

kebutuhan untuk dihargai (esteem needs). Agar kebutuhan ini terpenuhi kita

harus berprestasi, menjadi kompeten, dan mendapat pengakuan orang yang

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

212

berprestasi dan kompeten. Begitu kebutuhan ini terpenuhi, perhatian kita akan

beralih pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan intelektual (intelectual needs)

kita, termasuk di dalamnya adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan.

Setelah kebutuhan kebutuhan intelektual di atas terpenuhi, maka muncul

kebutuhan estetis (aesthetic needs) yaitu kebutuhan akan keindahan, kerapian

dan keseimbangan. Kebutuhan terakhir manusia menurut Maslow adalah

kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self-actualization), yaitu

menemukan pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri.

Para ahli psikologi pendidikan mengarahkan minatnya kearah soal

motivasi yang baik. Tetapi motivasi hampir tidak dapat dikatakan baik,

apabila tujuan yang diingininya tidak baik. Dapatlah disangsikan bahwa ada

suatu kegiatan yang tidak bermotif. Kalau motif dari suatu perbuatan belajar

ialah rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak yang

dimasukkan kedalam situasi belajar akan menyebabkan pembelajaran tersebut

menjadi kurang efektif dan kurang permanen jika dibandingkan dengan

pembelajaran yang didukung oleh motif yang menyenangkan. Menimbulkan

motif pada seseorang pelajar ialah menggerakkan si pelajar untuk melakukan

sesuatu.

Dalam proses pembelajaran motivasi ini berhubungan dengan proses

yang dipergunakan untuk menggerakkan si pelajar agar melakukan segala

sesuatu yang kalau tidak digerakkan tidak akan dilakukannya. Motivasi yang

murni tidak dapat dipaksakan dengan tekanan-tekanan atau pujian dari luar.

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

213

Motivasi yang murni itu timbul apabila maksud cukup sehat dan dirasakan

sebagai suatu kebutuhan.

Aspek keyakinan akan kemampuan diri merupakan salah satu

karakteristik kepribadian. Aspek tersebut dinamakan self- efficacy. Bandura

menjelaskan bahwa pada dasarnya self-efficacy menentukan bagaimana orang

merasakan, berpikir, memotifasi diri dan berperilaku. Perbedaan yang nyata,

seseorang yang ragu akan kemampuan dirinya, cenderung akan menjauh dari

tugas-tugas yag sulit yang mana hal itu dipandang sebagai ancaman pribadi

bagi dirinya. Mereka memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang

lemah terhadap tujuan yang mereka pilih untuk dikejar.

Self efficacy dapat diperoleh melalui sosial persuasi. Kepercayaan diri

orang lain dapat menambah atau mengurangi self-efficacy, yaitu :

1. Peringatan atau kritik dari sumber yang dipercaya dapat menambah

kekuatan self-efficacy.

2. perilaku yang dipaksa agar tampak seperti perilaku realistis dapat

mengurangi kekuatan self-efficacy.

Sosial persuasi paling efektif jika dikombinasikan dengan performansi

keberhasilan dan dapat meyakinkan individu untuk berbuat sesuatu dan

apabila perilaku tersebut berhasil, maka pencapaian reward verbal akan

menambah keyakinannya.

3. Keyakinan Fisik dan Emosional.

Perasaan yang kuat biasanya memiliki performansi yang lebih rendah;

ketika pengalaman seseorang menunjukkan ketakutan yang hebat,

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

214

kecemasan yang sangat atau rasa stres mencapai puncaknya. Mereka

memiliki kecendrungan pengharapan akan efficacy yang rendah.

Individu lebih mengharapkan akan berhasil jika tidak mengalami

gejolak daripada jika mereka menderita tekanan, goncangan dan

kegelisahan yang mendalam.

Pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh murid dalam berhadapan

dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu

kegiatan murid dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang

sangat penting. Proses belajar harus membantu dan memungkinkan murid

aktif mengkonstruksikan pengetahuannya. Tekanan lebih pada murid yang

aktif dan bukan tutor yang aktif. Dalam kaitan ini, menjadi penting bagi

seorang tutor untuk mengerti cara berpikir murid, pengalaman murid, dan

bagaimana murid mendekati suatu persoalan. Tutor perlu menyediakan dan

memberi bahan sesuai dengan taraf perkembangan kognitif murud agar

lebih berhasil membantu murid berpikir dan membentuk pengetahuan.

Menurut Piaget, hal yang dapat menjadi motivasi intrinsik dalam diri

seseorang untuk memajukan pengetahuannya adalah :

a. Adanya proses asimilasi ; tindakan asimilasi ini akan menghubungkan

pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang dengan hal yang baru yang

sedang ditemukan. Agar proses adaptasi dan asimilasi ini berjalan bagus,

diperlukan kegiatan pengulangan dalam suatu latihan dan praktek.

b. Adanya situasi konflik yang merangsang seseorang mengadakan akomodasi

; keadaan konflik diperlukan untuk merangsang seseorang mengadakan

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - a …a-research.upi.edu/operator/upload/bab_iv_hasil_penelitian(1).pdfdengan pembahasan dan diskusi. A. Pengelolaan Program PAUD Binaan SKB

215

akomodasi atau perubahan pengetahuan. Pengajar dalam hal ini memerlukan

tanda-tanda konflik dan tahu bagaimana menciptakan situasi konflik agar

murid tertantang secara kognitif mengubah dan mengembangkan

pengetahuannya.