Upload
vuongkhanh
View
280
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
SURAT DARI REDAKSI
Puji syukur dan terima kasih atas penyertaanNya, sehingga Jurnal Generasi
Kampus Volume 5 nomor 2 September tahun 2012 dapat terbit sesuaidengan harapan
yang diinginkan. Jurnal Generasi Kampus merupakan sebuah media ilmiah yang
menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang
menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan.
Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis,
penyunting pelaksana, dan para penyunting ahliyang telah membantu dalam rangka
penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal edisi ini akan ditampilkan
beberapa artikel yang berjudul: 1) Pendidikan dan Pembelajaran yang Demokratis dan
Humanitis, 2) Desain Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran
Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan, 3) Pengaruh Pemberian Insentif dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Pematang Siantar, 4) Model Pengendali
Implementasi Pendidikan Karakter Guru-Guru, 5) Pengaruh Komunikasi Interpersonal
dan Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Parulian 2 Medan, 6)
Rancang Bangun Pembelajaran Berbasis Website Dari Materi Penggunaan
Motor Listrik Di Unimed, 7) Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok
dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-sik Sibatumanikam), 8) Application
of Vasicek’s Rate Interest Model in Term Insurance Premiums Calculation, 9) Metode
Heuristik untuk Menyelesaikan Masalah Optimalisasi Portfolio Berbasis Mean-Variance-
Value at Risk, 10) Identifikasi Pencemaran Air Tanah di Tempat Pembuangan Akhir
sampah (TPAS) Marelan dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resitivitas.
Kiranya Jurnal Generasi Kampus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan
Medan, September 2012
Penanggungjawab Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNIMED,
Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd.NIP. 19570515 198403 1 004
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008
IL 2008
VOLUME 5, NOMOR 2, SEPTEMBER 2012
Daftar Isi
Bornok Sinaga Pendidikan dan Pembelajaran yang Demokratis dan Humanitis
1-18
Hamonangan Tambunan Desain Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan
19-28
Sukarman Purba Pengaruh Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Pematang Siantar
29-44
Wanapri Pangaribuan Model Pengendali Implementasi Pendidikan Karakter Guru-Guru
45-66
Paningkat Siburian Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Parulian 2 Medan
67-81
Maju Lumban Gaol Rancang Bangun Pembelajaran Berbasis Website Dari Materi Penggunaan Motor Listrik Di Unimed
82-104
Lamhot Basani Sihombing Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-sik Sibatumanikam)
105-119
Sudianto Manullang Application of Vasicek’s Rate Interest Model in Term Insurance Premiums Calculation
120-130
Erlinawaty Simanjuntak Metode Heuristik untuk Menyelesaikan Masalah Optimalisasi Portfolio Berbasis Mean-Variance-Value at Risk
131-147
Rahmatsyah, Rita Juliani, Nita Kartika Rini
Identifikasi Pencemaran Air Tanah di Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPAS) Marelan dengan Menggunakan Metode GeolistrikResitivitas
147-167
ISSN 1978-869X
1
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN YANG DEMOKRATIS DAN HUMANISTIS
(Refleksi terhadap Paradigma, Proses, dan Produk Pendidikan Sebagai Dasar Revitalisasi Prinsip dan Nilai Pendidikan di Indonesia)
Bornok Sinaga
Abstrak
Prinsip dasar pendidikan dan pembelajaran yang demokratis adalah memberi kepercayaan dan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk mengembangkan potensinya, karakternya, pengetahuannya, keterampilannya, dan kreativitasnya untuk mencapai cita-cita bersama bangsa ini. Pendidikan yang demokratis dalam pengertian luas hendaklah mampu memberdayakan semua kelompok (kelompok budaya, agama, organisasi, anak cacat, kelompok suku terasing, kelompok profesi, masyarakat desa tertinggal dan terpencil) tanpa batas-batas yang spesifik.Pendidikan humanis sebagai pemikiran pendidikan telah berkembang dengan mengadopsi prinsip-prinsip pendidikan dari dua aliran, yaitu progresivisme dan eksistensialisme. Tetapi pendidikan humanis juga memperoleh dukungan dari para ahli psikologi humanistik dan ahli pendidikan kritis. Kata Kunci : demokratis,humanis
PENDAHULUAN
Sistem pendidikan dan
pembelajaran yang demokratis dan
humanistis adalah sistem pendidikan
yang memberikan ruang gerak yang
luas dan penghargaan yang tinggi
akan keunikan kelompok masyarakat
dan keunikan setiap individu peserta
didik. Setiap anak dilahirkan dalam
sebuah matriks sosial tertentu,
memiliki budaya yang berbeda-beda,
agama yang berbeda, kecerdasan dan
daya adaptasi yang berbeda-beda,
serta kondisi fisikologi dan psikologi
yang berbeda. Semua kelompok
masyarakat (umumnya) dan peserta
didik (khususnya) yang berbeda
tersebut perlu dikembangkan dan
diberdayakan karakternya,
pengetahuannya, keterampilanya,
dan kreatifitasnya. Dalam konsep
Inteligensi Multipel setiap individu
memiliki 8 (delapan) kecerdasan
mengolah informasi (kecerdasan
logical, linguistik, numerikal,
musikal, spasial, intra-personal,
inter-personal, dan bodily kinetic),
tetapi hanya ada tepat satu
kecerdasan yang dominan di dalam
diri setiap individu. Sedangkan
Hogan Garcia (2003)
memperkenalkan 2 (dua) jenis
kemampuan mengolah informasi
2
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
budaya atau cultural diversity skills,
yaitu yang meniru mekanisme
pengolahan informasi budaya dari
lingkungan atau yang diputuskan
sendiri oleh seseorang. Dalam sistem
pendidikan yang demokratis dan
humanistis, berbagai keunikan
individu diakomodasi secara
manusiawi.
Finlandia adalah salah satu
negara yang menerapkan sistem
pendidikan yang demokratis dan
humanis. Hasil survey internasional
PISA pada tahun 2007 yang
menempatkan prestasi peserta didik
asal Finlandia dengan peringkat
terbaik sedunia. Banyak kalangan
begitu ingin tahu mengapa negara
yang cenderung sangat ‘longgar’
perlakuannya terhadap peserta didik
ini dapat meraih peringkat lebih
tinggi dalam PISA daripada Korea
Selatan yang beban belajar bagi
masing-masing peserta didiknya
adalah 50 jam per minggu, sangat
padat bila dibandingkan dengan
Finlandia yang hanya 30 jam per
minggu. Terlebih lagi, sistem
pendidikan Finlandia tidaklah
mengenal Ujian Nasional (UN)
sebagaimana Indonesia yang telah
menjadikannya sebagai ritual
tahunan. Finlandia juga tidak
mengenal adanya sistem rangking,
maupun peserta didik yang tinggal
kelas, apalagi tidak lulus sekolah,
tidak seperti yang terjadi di
Indonesia. Jadi Finlandia tidak
mengkotak-kotakkan masyarakat
pendidikannya. Lebih lugas lagi,
tidak ada diskriminasi dalam
masyarakat pendidikan yang
didasarkan atas tingkat
intelektualitas, agama, budaya,
kelompok masyarakat, kelompok
organisasi, kelompok anak cacat,
kelompok suku terasing, dan lainnya.
Semua kelompok masyarakat dan
individu diberi kepercayaan dan
kesempatan yang sama tumbuh dan
berkembang demi kepentingan
bangsa dan negara.
Bila membandingkan
Indonesia dengan negara yang
ekonominya sangat maju seperti
Finlandia dianggap terlalu
berlebihan, maka mengetahui posisi
Indonesia dalam Indeks
Pembangunan Pendidikan
(Education Development Index) yang
terdapat pada laporan EFA
(Education For All) yang
3
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
dipublikasikan dalam Global
Monitoring Report (GMR) tahun
2011 oleh UNESCO, dan hasil
survey Human Development Report
(HDR) tahun 2011 versi UNDP. Dari
187 negara yang dinilai, Indonesia
berada pada rank 124 dengan Indeks
Pembangunan Pendidikan (IPP)
adalah 0,584, dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) adalah
0617. Kedua hasil survey ini
membuktikan bahwa peringkat
Indonesia memang rendah bahkan
bila dibandingkan dengan negara
tetangga sekalipun, seperti Malaysia
dan Filipina.
Dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia saat ini,
berbagai fenomena sosial terjadi,
seperti penindasan Hak Azasi
Manusia (HAM), produktivitas dan
kreatifitas Sumber Daya Manusia
Indonesia rendah, kemiskinan,
penganguran, ketimpangan sosial,
lemahnya layanan sektor publik,
korupsi, rendahnya kualitas ketaatan
terhadap hukum, lemahnya
nasionalisme anak bangsa dan
berbagai permasalahan sosial lainnya
semakin bermunculan dan
frekuensinya cukup tinggi. Sebagian
besar fenomena tersebut terjadi
akibat dari pola tindak kaum
terdidik. Produk pendidikan
melahirkan lulusan yang kehilangan
karakter (lost character)
kemanusiaannya. Peserta didik dan
lulusan mengalami anomali-anomali
dalam adaptasi terhadap perubahan
zaman dan tuntutan globalisasi
dunia.
Pendidikan dan pembelajaran
berbagai bidang ilmu di sekolah saat
ini terkesan gersang (kering) dari
keindahan hidup, dijejali dengan
hafalan teori dan sangat minim
praktek, terlalu abstrak, dan kurang
menyentuh value dan dimensi
kemanusiaan dari bidang ilmu yang
diajarkan. Seyogianya pendidikan
dan pembelajaran sebagai bagian
integral dari kebudayaan manusia
dan oleh karenanya mempunyai
karakteristik yang bersifat humanistis
(manusiawi). Pendidikan dan
pembelajaran yang demokrasi dan
humanistis adalah praktek
pendidikan dan pembelajaran yang
membawa peserta didik nyaman
dalam perbedaan (berbeda dalam
kecerdasan/potensi, budaya, suku,
4
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
dan agama), kebebasan berpikir dan
berkreasi, berkesempatan
mengonstruksi estetika keilmuan,
suasana akademik yang kolaboratif
dan adaptif terhadap perubahan
dengan orientasi pendidikan adalah
menghasilkan lulusan yang memiliki
character/soft skills, life skills, dan
survive dalam hidup.
Dalam tulisan ini akan
dipaparkan suatu ide yang masih
terbatas terkait pentingnya
mengimplementasikan pendidikan
yang demokratis dan humanistis di
Indonesia dengan berbagai
pertimbangan fenomena yang terjadi
ditengah-tengah bangsa yang besar
ini, dan kenyataannya telah
digariskan dalam UU Sisdiknas
tahun 2003 pada pasal 4 ayat 1
sampai 6.
PEMBAHASAN
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Di Indonesia Menuntut Pendidikan yang Demokratis dan Humanistis
Prinsip yang dianut dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan
di Indonesia tertuang dalam UU
Sisdiknas Tahun 2003, pasal 4 ayat 1
sampai 6. Pada ayat 1 dinyatakan
pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.
Namun pasal-pasal selanjutnya
dalam UU Sisdiknas sendiri ternyata
memperlakukan peserta didik dengan
cara yang sangat diskriminatif,
sebagaimana pasal 5 ayat 2 hingga 4,
yang menyatakan bahwa hanya
warga negara yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, sosial, atau tinggal di
daerah terpencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang terpencil, serta
warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan
khusus, yang mekanismenya tidak
dipaparkan dengan jelas bahkan
tidak tersedia peraturan pemerintah
untuk implementasinya. Landasan
hukum inilah yang akhirnya menjadi
dasar bagi sekolah-sekolah untuk
mengadakan kelas unggulan yang
5
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
berisi peserta didik yang dianggap
oleh sekolah memiliki tingkat
intelektual yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik
lainnya. Peserta didik di kelas
unggulan biasanya mendapatkan
fasilitas lebih, berupa tambahan mata
pelajaran intensif dan juga tenaga
pendidik dengan kapasitas lebih.
Perlakuan khusus yang dapat
diterjemahkan sebagai pendidikan
khusus ini menimbulkan
kecemburuan sosial di antara peserta
didik karena persaingan tidak sehat
yang diciptakan oleh sekolah.
Terlebih lagi kemunculan label
sekolah favorit dan sekolah tidak
favorit, label SSN dan SBI, yang
telah mengkotak-kotakkan level
sekolah sehingga juga memunculkan
persaingan yang tidak sehat di antara
masing-masing sekolah yang tentu
saja akan berimplikasi negatif pada
peserta didik.
Sebagaimana tergambar
dalam prinsip-prinsip
penyelenggaraan sistem pendidikan
UU Sisdiknas, sebenarnya negara ini
memiliki niat menerapkan prinsip
pendidikan yang demokratis dan
humanistis, tetapi masih sebatas
retorika, belum diwujudkan dalam
praktek pendidikan dan pembelajaran
di sekolah. Hal ini dapat dicermati
dalam proses pembelajaran, guru
lebih cenderung menganut paham
behavioristik (dehumanis) dengan
prinsip teori tabularasa dari John
Locke. John Locke beranggapan
bahwa pendidikan adalah penentu
masa depan seseorang sebab manusia
dilahirkan bagaikan kertas putih
yang masih kosong. Tulisan di atas
kertas putih yang kosong itulah yang
menentukan baik buruknya manusia.
Hal ini bertentangan prinsip
pembelajaran yang humanis, yang
menekankan bahwa sejak lahir
manusia sudah membawa potensi
dan bakat yang menentukan masa
depannya sedangkan pendidikan dan
lingkungan hidup/belajar peserta
didik adalah pemicu potensi dan
bakat yang dimiliki peserta didik
menjadi lebih matang.
Pendidikan yang Demokratis dan
Humanis
Prinsip dasar pendidikan dan
pembelajaran yang demokratis
adalah memberi kepercayaan dan
kesempatan kepada seluruh
masyarakat untuk mengembangkan
6
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
potensinya, karakternya,
pengetahuannya, keterampilannya,
dan kreativitasnya untuk mencapai
cita-cita bersama bangsa ini.
Pendidikan yang demokratis dalam
pengertian luas hendaklah mampu
memberdayakan semua kelompok
(kelompok budaya, agama,
organisasi, anak cacat, kelompok
suku terasing, kelompok profesi,
masyarakat desa tertinggal dan
terpencil) tanpa batas-batas yang
spesifik.
Berdasarkan kelompok
sasaran tersebut, dapat digambarkan
bagaimana variasi pendidikan yang
perlu diupayakan. Semua jenis
kelompok ini harus dapat
diberdayakan dan tidak ada yang
disisihkan kalau ingin diciptakan
pendidikan yang benar-benar
demokratis. Dinamika program
pendidikan tidak lain adalah: (1)
pendidikan tersebut bersumber pada
dan dibangun atas landasan pola
kebenaran setempat (lokal, regional,
dan nasional), (2) visi dan misi
pendidikan disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik dan
kebutuhan masyarakat yang otonom.
Pihak permerintah, masyarakat, dan
organisasi bisa menyiapkan lembaga
pendidikan yang memberi
kesempatan pada setiap orang bebas
memilih secara adil sesuai
keinginannya untuk mengembangkan
jati dirinya. Kebebasan yang
dimaksud adalah kebebasan yang
lebih luas, yaitu tercapainya cita-cita
bersama, sehingga memungkinkan
anggotanya untuk lebih berkembang,
lebih makmur, dan lebih berbahagia.
Jadi dasar demokratisasi tidak lain
adalah kepercayaan, pengakuan atas
kebebasan manusia dan kesempatan
yang diberikan kepadanya untuk
berkembang dan keharusan untuk
bertanggungjawab bersama dan demi
kepentingan bersama (Tilaar,
2002:351).
Sebenarnya konsep
humanizing human through
education telah lama dikemukakan
oleh banyak pakar pendidikan
humanis sejak berabad-abad lalu.
Humanis berasal dari kata humanus
yang merupakan kata sifat dari homo
yang berarti manusia. Pendidikan
humanis tersebut didefinisikan
sebagai keseluruhan unsur dalam
pendidikan yang mencerminkan
keutuhan manusia dan membantu
7
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
agar manusia menjadi lebih
manusiawi dengan tiga prinsip yang
dikemukakan oleh Mardiatmaja
sebagaimana dikutip oleh T. Sarkim
(1998), sebagai berikut:
a. Dalam proses pendidikan,
pengembangan hati dan pikiran
harus berjalan secara bersama-
sama;
b. Peserta didik harus diberi
kesempatan untuk berkenalan
dengan nilai-nilai kemanusiaan
yang abadi dan universal;
c. Dalam pendidikan harus ada
kerjasama erat antara peserta
didik dan pendidik, juga antara
teori dan praktek.
Pembelajaran yang sejalan dengan
ketiga prinsip di atas lebih cenderung
menganut paham konstruktivisme
(khususnya aliran konstruktivis
sosial dari Vygotsky). Intinya,
pendidikan humanis dapat dipahami
sebagai model pendidikan yang
memuliakan manusia atas potensi-
potensi kemanusiaan yang sudah ada
dalam dirinya. Pada model
pendidikan ini, manusia dipandang
sebagai subyek yang otonom,
sehingga pendidikan harus berpusat
pada peserta didik dan bukan pada
pendidik. Selama tujuan pendidikan
adalah untuk mengenalkan peserta
didik terhadap realitas yang ada di
sekitarnya dan menyadarkan mereka
akan proses humanisasi yang terjadi
atasnya, maka peserta didik tidak
lagi dijejali dengan hapalan teori
melainkan dengan membawa mereka
pada realitas itu sendiri, melalui
integrasi antara teori dengan praktek.
Salah satu jalan untuk dapat
menciptakan pendidikan yang
demokratis dan humanis adalah
pendidikan kewargaan. Pendidikan
kewargaan yang paling penting
adalah yang menyangkut muatan
proses-proses demokrasi,
menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, partisipasi aktif, dan
keterlibatan warga negara dalam
masyarakat madani. Hal-hal yang
spesifik tercakup dalarn pendidikan
kewargaan adalah: (1) pernahaman
dasar tentang cara kerja demokrasi
dan lembaga-lembaga, (2)
pernahaman tentang HAM dan
pemerintahan berdasarkan hukum,
(3) penguatan keterampilan
partisipatif agar peserta didik
berdaya memecahkan berbagai
masalah masyarakat, (4)
8
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
pengembangan budaya demokrasi
dan perdamaian (Azra, 2002:168).
Implementasi pendidikan dan
pembelajaran yang demokratis dan
humanistis di sekolah, mudah-
mudahan dapat dipahami melalui
skema berikut
Gambar 1: Model Pendidikan yang Demokratis dan Humanis
Dalam pendidikan demokratis dan
humanis, tidak ada pengotak-kotakan
sekolah dan peserta didik. Peserta
didik hanya diklasifikasi atas dua
bagian, yaitu berkemampuan tinggi
dan rendah. Bagi peserta didik yang
lemah diberi waktu belajar yang
cukup melalui proses pembinaan
ENVIROMENT OTHER PEOPLE
CULTURE
Thinking ATTITUDE Acting
Feeling
Zone of Proximal Development
META-AWARENESSKelompok Peserta Didik
dengan Kecepatan
Belajar yang Tinggi
(Adanya Pembinaan
Khusus)
Kelompok Peserta Didik
dengan Kecepatan
Belajar yang Rendah(Adanya
Pembinaan Khusus)
Masyarakat Majemuk dengan Berbagai Perbedaan (Budaya, Agama, Kecerdasan, Organisasi, Cacat Fisik atau Mental)
Survive dalam Hidup
Memiliki CharacterSoft Skills dan Hard Skills
9
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
khusus, sampai mereka dapat
dikembalikan belajar bersama
dengan temanya yang satu angkatan.
Demikian juga bagi peserta didik
yang berkemampuan tinggi diberi
program pengayaan pada tingkat
yang lebih tinggi.
Pendidikan humanis sebagai
pemikiran pendidikan telah
berkembang dengan mengadopsi
prinsip-prinsip pendidikan dari dua
aliran, yaitu progresivisme dan
eksistensialisme. Tetapi pendidikan
humanis juga memperoleh dukungan
dari para ahli psikologi humanistik
dan ahli pendidikan kritis. Prinsip-
prinsip pendidik humanis yang
diambil dari prinsip progresivisme
adalah prinsip pendidikan yang
berpusat pada anak (child centered),
peran guru yang tidak otoriter, fokus
pada keterlibatan dan aktivitas
peserta didik, dan aspek pendidikan
yang demokratis dan kooperatif.
Prinsip-prinsip pendidikan ini adalah
sebagai reaksi terhadap pendidikan
tradisional yang menekankan pada
metode pengajaran formal yang
kurang memberi kebebasan pada
peserta didik sehingga peserta didik
menjadi tidak kreatif yang sekadar
mengikuti program pendidikan yang
ditetapkan oleh orang dewasa.
Nenek moyang kita
mewariskan nilai kebudayaan yang
tinggi, namun proses pewarisan dan
implementasi nilai kebudayaan
tersebut terasa kering dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Sebagai contoh, Nenek
moyang berpesan “putihnya tepung
bukan karena besarnya alu tetapi
karena adanya gesekan antar butiran
beras”. Nilai yang terkandung dari
ungkapan tersebut, maksimalnya
kemampuan peserta didik, tidaklah
semata-mata karena kemampuan
guru tetapi dengan adanya interaksi
sosial di antara peserta didik. Hal ini
sejalan dengan apa yang dinyatakan
Vygotsky (Taylor, 1993) bahwa
higher (uniquely human) mental
functioning has social origins and
“quasi-social” nature. Higher
mental functioning is mediated by
socio-culturally evolved tools and
signs. The signs and symbols of
culture influences individual
development. Kutipan ini menuntut
para pendidik mengenali
karakteristik dan budaya peserta
didik. Berdasarkan pengenalan
10
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
karakteristik peserta didik, para guru
merancang berbagai masalah dari
lingkungan budaya peserta didik dan
diupayakan berada pada zone of
proximal development. Pemecahan
masalah menjadi bermanfaat bagi
peserta didik untuk membawa
mereka dari tarap perkembangan
aktual menuju perkembangan
potensial. Namun kenyataannya
dalam proses pembelajaran di
sekolah saat ini, para guru terlalu
mendominasi peserta didik dalam
pembelajaran, peserta didik kurang
dilibatkan dalam berpartisipasi aktif
mengonstruksi pengetahuan,
berkolaborasi dalam pemecahan
masalah, dan guru belum melatih
peserta didik secara proaktif dan
kreatif untuk mengubah masalah
menjadi peluang.
Prinsip-prinsip pendidikan
tradisional yang ditolak humanis
adalah (1) guru yang otoriter, (2)
metode pengajaran yang
menekankan pada buku teks semata,
(3) belajar pasif yang menekankan
mengingat data atau informasi yang
diberikan guru, (4) pendidikan yang
Subkelompok
2 orang siswa
Subkelompok
2 orang siswa
Subkelompok
2 orang siswa
Masalah
Subkelompok
(orang dewasa)Subkelompok
2 orang siswa
Subkelompok
2 orang siswa
Subkelompok
2 orang siswa
Masalah
Kelompok III
Kelompok I
Gambar-2: Pola Interaksi Sosial Dalam Pemecahan Masalah
Subkelompok
2 orang siswa
Subkelompok
2 orang siswa
Subkelompok
2 orang siswa
Masalah
Kelompok II
Komunikasi Transaksional
Komunikasi Transaksional
11
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
membatasi pada ruang kelas
sehingga terasing dari realita
kehidupan sosial, (5) penggunaan
hukuman fisik atau rasa takut sebagai
bentuk pembangun disiplin. Jadi
motivasi yang ditanamkan adalah
motivasi ekternal, bukan
membangun motivasi internal dalam
diri peserta didik.
Sekolah demokratis dengan
sistem pendidikan yang demokratis
itu diharapkan dapat memecahkan
masalah-masalah nasional dan lokal
dewasa ini. Dalam pembelajaran
perlu dilibatkan nilai-nilai budaya
luhur, pola interaksi sosial yang
dipahami peserta didik di lingkungan
budayanya, merancang masalah
autentik yang dipecahkan bersama.
Hal ini mencerminkan kehidupan
keselarasan hubungan-hubungan
orang per orang dalam masyarakat,
yang dilandasi dengan
prinsip-prinsip keadilan dan
menghargai etika dan estetika
keilmuan. Artikulasi keselarasan dan
kerukunan itu akan dapat
diwujudkan melalui kerjasama
(gotong-royong), sopan santun,
norma dan moral, kasih sayang,
kekeluargaan, rasa berbakti, dan
lain-lain (Sumjati, 2001:12). Mulal
dari sekolah dapat dibentuk
pendidikan kewargaan yang berbasis
budaya lokal, nasional, bahkan
global. Kegiatan strategis yang,
dapat dikembangkan oleh guru
adalah kondisi yang menyebabkan
peserta didik betah di sekolah
sehingga mereka mau berada di
sekolah, senang dan suka bergaul
dengan teman, berdiskusi,
menyelesaikan tugas-tugas
kelompok, membaca, bermain peran,
membuat majalah dinding, membuat
jurnal metakognisi di sekolah, latihan
memecahkan kerumitan bersama,
dan lain-lain (Delors, 1999:45;
Rosyada, 2002:20).
Dalam ide sekolah
demokratis dikemukakan kondisi
atau persyaratan yang dikembangkan
oleh James A. Beane dan Michael
W. Apple sebagai berikut (Rosyada,
2004:16):
a. Keterbukaan saluran ide dan
gagasan, sehingga semua orang
bisa menerima informasi
seoptimal mungkin.
b. Memberikan kepercayaan
kepada individu-individu dan
kelompok dengan kapasitas yang
12
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
mereka miliki untuk
menyelesaikan berbagai
persoalan sekolah.
c. Menyampiakan kritik sebagai
hasil analisis dalam proses
penyampaian evaluasi terhadap
ide-ide, problem-problem dan
berbagai kebijakan yang
dikeluarkan sekolah.
d. Memperlihatkan kepedulian
terhadap kesejahteraan orang lain
dan terhadap persoalan-persoalan
publik.
e. Mengembangkan kondisi
demokratis dalam kehidupan
manusia yang dimulai dari
anak-anak sekolah dan praktek
desain pembelajaran.
f. Kepedulian terhadap martabat,
harga diri, hak-hak individu, dan
hak-hak minoritas.
g. Secara institusional sekolah
sebagai wadah penerapan dan
mempromosikan serta
mengembangkan cara-cara hidup
demokratis.
Sejalan dengan prinsip-
prinsip pendidikan yang telah
disebutkan di atas maka para
pendidik humanis memiliki
pandangan tentang pendidikan
sebagai berikut:
1). Tujuan pendidikan dan proses
pendidikan berasal dari anak
(peserta didik). Oleh karenanya,
kurikulum dan tujuan pendidikan
menyesuaikan dengan kebutuhan,
minat, dan prakarsa anak.
2). Peserta didik adalah aktif bukan
pasif. Anak memiliki keinginan
belajar dan akan melakukan
aktivitas belajar apabila mereka
tidak difrustasikan belajarnya
oleh orang dewasa atau penguasa
yang memaksakan keinginannya.
3). Peran guru adalah sebagai
fasilitator, motivator, penasihat,
pembimbing, mitra belajar bagi
peserta didik, bukan penguasa
kelas. Tugas guru ialah
membelajarkan peserta didik
sehingga peserta didik memiliki
kemandirian dalam belajar. Guru
berperan sebagai pembimbing
dan melakukan kegiatan
menggali, mengonstruksi dan
menemukan pengetahuan
bersama peserta didik. Tidak
boleh ada pengajaran yang
bersifat otoriter, di mana guru
13
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
sebagai penguasa dan murid
menyesuaikan.
4). Sekolah sebagai bentuk kecil dari
masyarakat luas. Pendidikan dan
pembelajaran seharusnya
fleksibel, dalam arti dapat
dilakukan di dalam dan luar
kelas, di perpustakaan, di
laboratorium, bahkan di tempat
sumber masalah yang akan
dipecahkan. Pendidikan yang
bermakna adalah pendidikán
yang berguna bagi peserta didik
dan dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan masyarakat.
5). Aktivitas belajar harus berfokus
pada pemecahan masalah
autentik, bukan sekadar
memindahkan ilmu pengetahuan.
Pemecahan masalah adalah
bagian dari kegiatan kehidupan.
Oleh karenanya, pendidikan
harus membangun kemajuan
peserta didik untuk memecahkan
masalah. Kegiatan pendidikan
bukan sebagai pemberian
informasi dari guru kepada
peserta didik, yang terbatas
sebagai aktivitas mengumpulkan
dan mengingat kembali
pengetahuan statis.
6). Iklim sekolah harus demokratis
dan kooperatif karena kehidupan
di masyarakat selalu hidup
bersama orang lain, maka setiap
orang harus mampu
berkolaborasi dengan orang lain.
Dalam realita pendidikan
tradisional sering peserta didik
dilarang untuk berbicara, berpindah
tempat, atau kerja sama dengan
peserta didik lain. Iklim demokratis
dalam kelas dibutuhkan agar peserta
didik dapat hidup secara demokratis
di masyarakat. Prinsip-prinsip
pendidikan yang humanis diambil
dari pandangan progresivisme, yang
lebih menekankan bahwa individu
sebagai satuan sosial (anggota
masyarakat). Sedangkan prinsip
pendidikan humanis yang diambil
dari pandangan eksistensialisme
adalah menekankan pada keunikan
peserta didik sebagai individu. Setiap
peserta didik dipandang sebagai
individu yang memiliki keunikan
yang berbeda dengan peserta didik
lain. Perbedaan keunikan individu
peserta didik dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran harus
dapat tampak dan dihargai oleh
pendidik atau guru. Pandangan
14
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
eksistensialis yang diambil oleh
pendidik humanis adalah adanya
kemerdekaan atau kebebasan dalam
diri individu untuk memilih apa yang
dianggap benar bagi dirinya untuk
dapat membangun dirinya menjadi
(to become) seperti apa yang
diinginkan. Kelahiran sebagai wujud
keberadaan (eksistensi) individu di
dunia adalah titik awal bagi individu
untuk mengembangkan esensi
dirinya. Esensi diri manusia
dibangun melalui proses kehidupan
di mana individu memiliki
kebebasan untuk memilih dan dia
harus bertanggung jawab terhadap
apa yang telah dipilih. Individu akan
terbentuk menjadi apa adalah sesuai
dengan pilihan bebas yang diambil,
yang selanjutnya terbentuk menjadi
siapa dirinya, sebagai dokter,
insinyur, atau guru adalah sebagai
akibat dan pilihan bebas yang dia
lakukan. Nilai-nilai keagamaan
berada dalam diri individu yang
memperoleh pemaknaan oleh
individu masing-masing, tidak ada
otoritas di luar diri individu yang
dapat memberikan makna. Apabila
individu melakukan perubahan
makna akan pengetahuan, nilai-nilai,
atau keagamaan maka hal itu
dilakukan oleh dirinya dengan rasa
sukarela dan bukan karena paksaan
dan otoritas di luar dirinya. Oleh
karenanya, komunikasi atau dialog
menjadi instrumen penting bagi
perubahan pemaknaan akan
pengetahuan, nilai-nilai, maupun
keagamaan.
Dalam model pendidikan
tradisional, komunikasi atau dialog
yang bersifat interaksi dua arah dari
guru pada peserta didik, dan peserta
didik pada guru, telah diubah
menjadi bentuk perintah atau
penyampaian informasi yang satu
arah. Dalam hal ini, hak-hak peserta
didik sebagai individu yang memiliki
kebebasan atau otoritas atas dirinya
telah dirampas oleh guru.
Pengetahuan dan nilai yang
ditangkap peserta didik menjadi
tidak orisinal atau tidak otentik,
tetapi sekadar pengetahuan yang
tidak memiliki makna bagi individu
dan kehidupannya. Hanya dengan
metode dialog maka pengetahuan
dan nilai-nilai yang dijadikan materi
(isi) dialog tersebut dapat membantu
mengubah pengetahuan subjektif
menjadi pengetahuan objektif.
15
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
Dalam metode dialog terjadi proses
komunikasi yang setara antara
individu satu dengan individu lain,
tidak ada unsur pemaksaan sehingga
memberi kebebasan bagi setiap
individu untuk mengambil atau tidak
mengambil pengetahuan dan nilai-
nilai. Hal ini juga sesuai dengan
prinsip belajar yang disampaikan
Carl Rogers, yaitu situasi belajar
yang paling efektif meningkatkan
belajar yang bermakna adalah
apabila (1) situasi yang mengancam
diri peserta didik dikurangi
seminimal mungkin, (2) perbedaan
persepsi terhadap objek pemahaman
diizinkan atau difasilitasi.
Paulo Freire menjelaskan dialog
adalah sebagai cara yang menusiawi
untuk memaknai dunia, dalam arti
juga untuk memahami dan
memaknai pengetahuan dan nilai-
nilai. Dia mengatakan “dialog adalah
pertemuan antarorang (manusia),
diperantarai oleh dunia, agar
memahami (memaknai) dunia”.
Apabila ini diterapkan pada situasi
belajar maka dialog adalah
perjumpaan antara guru dan peserta
didik, diperantarai oleh materi (isi)
pelajaran, agar dapat memahami
(memaknai) materi pelajaran. Dialog
tidak akan terjadi di antara mereka,
di mana yang satu merampas hak
orang lain (penindas) dan yang lain
dirampas haknya (tertindas). Atau
dengan bahasa lain bahwa dialog
tidak akan terjadi antara guru yang
telah merampas hak kebebasan
peserta didik dengan peserta didik
yang telah dirampas hak
kebebasannya oleh guru. Terakhir,
Friere mengatakan dialog tidak
mungkin terjadi apabila tidak
melibatkan berpikir kritis. Manusia
dan dunianya sebagai unsur yang
tidak terpisahkan, sebagaimana guru
dan murid dengan materi pelajaran
sebagai unsur yang tidak terpisahkan.
Pemahaman atau pemaknaan
terhadap dunia atau materi pelajaran
dengan tujuan untuk melakukan
perubahan kehidupan tidak dapat
dilakukan tanpa berpikir kritis.
Dalam proses pendidikan atau
belajar dengan tujuan untuk
perubahan kehidupan maka guru dan
peserta didik harus melakukan
pemahaman atau pemaknaan dengan
menggunakan pemikiran kritis.
16
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
PENUTUP
Indonesia telah menggariskan
prinsip penyelenggaraan
pendidikannya yang demokratis dan
humanistis, namun masih sekedar
selogan (bersifat retorik) dalam UU
Sisdiknas. Prinsip pendidikan dan
pembelajaran yang demokratis dan
humanis belum tampak diwujudkan
praktek pengelolaan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
Pengelolaan pendidikan kita masih
membeda-bedakan kelompok
masyarakat, organisasi, budaya,
agama, dan pembelajarannya masih
menganut prinsip behavioristik yang
sangat dehumanis dalam sistem
pendidikannya. Namun bila
penyelenggaraan sistem pendidikan
di Indonesia mau lebih banyak
belajar dari sistem pendidikan
negara-negara yang telah
menerapkan pendidikan dan
pembelajaran yang demokratis dan
humanis, bukannya tidak mungkin
lambat laun Indonesia yang kaya
dengan potensi SDM, budaya dan
SDA ini dapat segera bangkit dari
krisis yang sedang melanda negeri
ini.
Untuk mewujudkan sistem
pendidikan yang demokratis dan
humanistis, pemerintah dan sekolah
mengharuskan tenaga edukatif hijrah
dari paradigma guru mengajar
(behavioristik) menuju paradigma
siswa belajar (konstruktivistik).
Pembinaaan dan pelatihan guru-guru
perlu dilakukan dalam implementasi
paradigma baru pembelajaran yang
mengapresiasikan nilai estetika
keilmuan. Seluruh sistem pendukung
pendidikan dan pembelajaran harus
dibenahi, seperti implementasi
berbagai model pembelajaran
inovatif yang berbasis pada
pendidikan kewargaan, pembelajaran
multikultural, muatan laboratorium
yang memadai, pembelajaran yang
fleksibel (tidak harus di kelas),
Implementasi desentralisasi
pendidikan dalam konteks sistem
pendidikan yang demokratis dan
humanis, otonomi pengelolaan
pendidikan melalui pengelolaan
berbasis komptensi akan dapat
berjalan dengan baik jika perangkat-
perangkat pendukungnya seperti
dewan pendidikan daerah dan komite
sekolah dapat menjalankan fungsinya
17
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
dengan baik. Dalam arti membantu
pengembangan pendidikan umumnya
dan sekolah khususnya. Melalui
dewan pendidikan dan komite
sekolah, partisipasi masyarakat di
bidang pendidikan dapat
diwujudkan. Namun sebaliknya
sekolah harus pula membuka diri dan
bekerjasama dengan institusi-
institusi masyarakat di lingkungan
dalam upaya memberdayakan dan
bekerjasama dengan masyarakat
termasuk dalam penyelenggaraan
pendidikan berbasis masyarakat.
Diharapkan dengan itu akan
terbentuk komunitas yang belajar,
organisasi sekolah yang juga belajar
dan akhirnya akan terbentuk
masyarakat madani yang berbasis
pengetahuan (knowledge-based
society).
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Mohammad Rosyi. 2008. Keaduhan Nasional. Diakses dari http://jawabali.com/blog/keaduhan-nasional-790/trackback pada tanggal 25 April 2008.
Delors, J. 1996. Four Pillars of Learning. http://www.unesco.org/delors/delors November 25, 2007.
Gardner, H. 1993. Frames of Mind: The theory of multiple intelligences. N.Y.: Basic Books.
Gardner, H. 2004. Changing Minds. Boston, MA: Harvard Business School Press.
Gardner, H. 2006. Five Minds for the Future. Boston, MA: Harvard Business School Press.
Hogan-Garcia, M. 2003. The Four Skills of Cultural Diversity Competence: a Process for
Understanding and Practice. Pacific Grove, CA.: Brooks/Cole.
Joyce, Bruce R., Weill. 1992. Model of Teaching (fourth Edition).Boston-London-Toronto-Sydney-Singapore: Allyn and Bacon Publishers.
Pai, Young. 1990. Cultural
Foundations of Education.
New York: Macmillan
Publishing Company.
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Penddikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media.
Raka Joni, T. 2008a. Changing Parenting Styles: Nurturing Cultural Diversity Competence in Indonesia. Makalah disajikan dalam Konggres ke-5 Asosiasi Psikoterapis se-Asia Pasifik, tanggal 5 - 7 April 2008, di Jakarta.
18
Bornok Sinaga adalah Guru Besar Pendidikan Matematika dan Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri medan
Salla Korpela. 2005. Free Schooling for All: The Finnish School System Supports Life Long Learning. Diakses dari http://virtual.finland.fi/netcomm/news/showarticle.asp?intNWSAID=25819 pada tanggal 16 Maret 2008.
Sarkim, T. 1998. Humaniora Dalam Pendidikan Sains. Dalam Pendidikan Sains yang Humanistis: Persembahan 72 Tahun Pater JIGM. Drost, SJ. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma dan Penerbit Kanisius. Halaman 128-129.
Sumjati, As. 2001. Manus dan Dinamika Budaya. Yogyakarta: BIGRAF.
Taylor, Lyn. 1993. Vygotskyan Scientific Concepts: Implications for Mathematics Education. Focus on learning problems in mathematics Vol. 15, 2-3.
Tilaar, H. A. R. 2000 Paradigma Baru Pendidkan Nasional.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemendiknas.
19
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR
KELISTRIKAN
Hamonangan Tambunan
Abstrak
Tujuan pembelajaran kelistrikan akan dapat dicapai dengan efektif apabila didukung oleh sarana yang memungkinkan siswa dapat membangun kompetensinya. Dengan keterbatasan peralatan yang dibutukan di laboratorium kelistrikan untuk melakukan percobaan-percobaan menjadi kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan salah satu media pembelajaran yang menggunakan sarana computer untuk melakukan beberapa simulasi yang dapat dilakukan oleh pebelajar sendiri sehingga dapat membangun kompetensi yang diharapkan pada lingkup kelistrikan. Penelitian ini dilakukan untuk merancang pembelajaran menerapkan dasar-dasar kelistrikan yang berbasis multimedia interaktip dengan metode penelitian pengembangan.Kata kunci: Pembelajaran, Multimedia interaktif
PENDAHULUAN
Mutu lulusan suatu lembaga
pendidikan ditentukan oleh kondisi
sekolah-sekolah yang ada. Semua
sekolah yang sejenis menggunakan
kurikulum yang sama, namun
masing-masing sekolah memiliki
prestasi yang berbeda pula. Beberapa
hal yang membedakan kualitas setiap
sekolah itu adalah media
pembelajaran yang digunakan serta
kondisi alat dan bahan yang ada. Hal
ini menimbulkan adanya perbedaan
kualitas lulusan disetiap sekolah.
Sekolah favorite maupun sekolah
swasta bergengsi dapat menghasilkan
lulusan yang sangat kompeten, lalu
bagaimana dengan sekolah yang
cenderung biasa-biasa saja? Sekolah
favorite maupun sekolah swasta
bergengsi mampu mengunakan
media pembelajaran yang up to date
serta dapat menyediakan alat dan
bahan yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran sebab didukung
dengan kondisi finansial yang
memadai. Sementara itu banyak
sekolah lain yang hanya
menggunakan fasilitas seadanya.
Pemerintah membuat rencana
melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan ” menjadikan SMA
menjadi SMK” dengan tujuan ingin
20
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
mengatasi banyaknya lulusan SMA
yang mengalami penganguran akibat
tidak memiliki biaya untuk melanjut
ke tingkat universitas ditambah lagi
mereka kurang memiliki kemampuan
untuk terjun ke dunia kerja.
Pemerintah berusaha membuat
perbandingan antara SMK dan SMA
menjadi 50:50. Pada dasarnya
pemerintah merancang program ini
adalah untuk memberikan solusi
kepada anak bangsa yang kurang
mampu untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi kerena dengan ini
sekolah dapat menghasilkan lulusan-
lulusan yang memiliki skill untuk
terjun ke dunia kerja.
Kondisi keterbatasan alat dan
bahan di SMK sangat mempengaruhi
tingkat pencapaian hasil belajar
siswa, dimana siswa tidak hanya
belajar berdasarkan teori melainkan
juga harus dengan praktek langsung
guna membentuk pengalaman kerja
yang sesungguhnya. Jika siswa SMK
juga hanya dibekali dengan teori saja
maka tidak ada ubahnya dengan
siswa SMA. Memilih SMK sebagai
tempat mereka belajar, berarti
mereka ingin memiliki kompetensi
yang memampukan mereka bekerja.
Oleh karena itu, maka mereka harus
dibekali dengan keahlian untuk
hidup bersaing di dunia usaha
apabila mereka tidak dapat
melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Namun, apakah mereka dapat
belajar jika peralatan dan bahan yang
dibutuhkan tidak ada? Mengatasi hal
itu maka diperlukanlah media belajar
alternatif yang dapat dijangkau
sekolah yang dapat mengatasi
kondisi alat dan bahan tersebut.
Mengatasi permasalahan diatas
maka penelitian ini merancang media
pembelajaran berbasis multimedia
dalam bentuk CD interaktif untuk
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa tanpa dibebani oleh dukungan
alat dan bahan yang kurang memadai
di sekolah, sebab mereka akan dapat
belajar dimana saja dan kapan saja
menggunakan fasilitas yang ada
diluar sekolah. Pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang terdiri dari
unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran
melalui proses komunikasi
(penyampaian pesan/informasi)
antara pengajar dengan pembelajar,
21
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dimana pesan/informasi tersebut
adalah bahan ajar (Hamalik, 2010;
Sadiman, 2011).
Penelitian ini mengembangkan
media pembelajaran didasarkan
ketertarikan terhadap hasil dari
penelitian (Kristiningrum,2007;
Faizin, 2009) tentang multimedia
interaktif yang menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis multimedia
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Bedasarkan hal tersebut
ditetapkan topik penelitian ini yaitu
desain pembelajaran berbasis
multimedia untuk mempermudah
proses pembelajaran di SMK
khususnya jurusan Teknik Audio
Video (TAV) untuk standar
kompetensi Menerapkan Dasar-
Dasar Kelistrikan yang dikemas
dalam bentuk CD Interaktif. Media
adalah sebuah alat yang mempunyai
fungsi menyampaikan pesan dan
merupakan alat bantu dalam proses
belajar mengajar baik dalam
pendidikan formal maupun informal
(Widada,2010; Sanaky,2011).
Multimedia Interaktif kombinasi
dari beberapa jenis media; teks, grafi
k, suara, animasi, dan video dalam sa
tu aplikasi (program) komputer, yang
memiliki 3 level , yaitu level teknis
yang berkaitan dengan alat-alat
teknik, level semiotik yang berkaitan
dengan bentuk representasi (yaitu
teks, gambar/grafik); bentuk
representasi ini dapat dianggap
sebagai jenis tanda (types of sign)
dan level sensorik, berkaitan dengan
saluran sensorik level
yang berfungsi menerima tanda
(Mayer, 2009; D’Aloisio,1998).
METODOLOGI PENELITIAN
Perancangan produk dilakukan
dengan menggunakan model desain
pembelajaran ADDIE (Analisys,
Design, Development,
Implementation, Evaluation), seperti
gambar 1. berikut.
22
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Gambar 1 Diagram Prosedur Penelitian
Pada tahap analisis dilakukan
identifikasi kebutuhan pembelajaran
dan menyusun tujuan pembelajaran.
Mengacu pada kurikulum yang
berlaku di SMK, mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik siswa. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi dari pada siswa atau sasaran
produk yang dikembangkan agar
produk yang di kembangkan dapat
diterima. Berdasarkan ini maka
ditentukan spesifikasi produk yang
dikembangkan berkaitan dengan
kemenarikan tampilan, kemudahan
penggunaan, kemudahan akses
computer, software pendukung,
materi sesuai dengan kebutuhan
belajar dan mudah di mengerti
(dilengkapi dengan simulasi,
animasi, audio dan video serta
gambar).
Pada tahap desain dilakukan
penyiapan software Adobe Flash
CS3, Autoplay Media Studio 6.4.0
untuk membuat desain menjadi
produk. Tahapan yang dilakukan
adalah pertama, merancang desain
tampilan pembuka saat cd interaktif
dijalankan; kedua, merancang
desain tampilan penyajian materi;
ketiga, menyusun materi, keempat,
menyusun tes.
Pada tahap pengembangan
dilakukan pembuatan tampilan awal
cd saat di jalankan di computer;
Membuat halaman penyajian materi;
Membuat tombol-tombol menu;
Mempersiapkan gambar, teks,
animasi dan simulasi yang
diperlukan sebagai bagian dari
materi.
23
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Pada tahap implementasi
dilakukan untuk melihat kondisi
media interaktif (cd interaktif) saat di
jalankan di komputer. Jika media
interaktif yang di buat sudah dapat
dijalankan sesuai dengan yang
direncanakan.
Pada tahap evaluasi ini menguji
produk dilakukan dalam rangka
memvalidasi produk dengan
melibatkan 3 orang reviewer ahli
media dan 1 orang reviewer ahli
materi dimana berdarkan masukan
reviewer dilakukan revisi, Aspek-
aspek yang menjadi focus perhatian
para reviewer adalah Penyajian
Informasi, Kegunaan Media,
Kemudahan Penggunaan,
Kemanfaatan.
Pada tahap validasi produk
dilakukan dengan tahapan desiminasi
(penyebaran) untuk melihat respon
kelayakan produk dari pengguna
(siswa), meliputi aspek daya Tarik,
tingkat kesulitan, manfaat.
Selanjutnya efektivitas dan efisiensi
produk terhadap proses dan hasil
belajar siswa dilihat dari hasil tes
yang tersedia pada produk.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penilaian dari para
ahli dan pengguna produk yang
dikembangkan berikut digambarkan
tanggapan para ahli terkait dengan
tata letak, huruf, bahasa dan warna.
Untuk penyajian informasi secara
keseluruhan ahli media menyatakan
sudah sangat baik terlihat pada table
1 Berikut:
Tabel 1. Hasil validasi ahli terhadap aspek penyajian informasi
Aspek yang dinilai
AhliRata-rata Kategori
I II III IVTata Letak 5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat BaikHuruf 5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat BaikBahasa 4 5 5 5 19/4 = 4,75 Sangat BaikWarna 4 4 4 5 17/4 = 4,25 Baik
Penilaian secara keseluruhan 19/4 = 4,75 Sangat BaikAdapun kategori yang diberikan
untuk setiap penilaian adalah Sangat
Baik (SS) dengan skor 5, Baik (B)
dengan skor 4, Cukup (C) dengan
24
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
skor 3, Kurang Baik (KB) dengan
skor 2 dan Tidak Baik (TB) dengan
skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil
rata-rata penilaian dari para ahli
adalah 4,75 dan nilai ini cenderung
kepada skor 5 sehingga penilaian
ahli media terhadap penyajian
informasi adalah sangat baik. Dalam
bentuk grafik tampak sebagai
berikut. Untuk aspek kegunaan
media secara keseluruhan para ahli
menyatakan sudah sangat baik
terlihat pada tabel 2. Berikut:
Tabel 2. Hasil validasi ahli terhadap aspek kegunaan media
Aspek yang dinilaiAhli
Rata-rata KategoriI II III IV
1. Materi penyajian dapat membantu untuk memahami lebih baik
5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju
2. Penyajian materi dapat mendorong untuk belajar
5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju
3. Dengan menggunakan format simulasi dari materi dapat membantu memahami konsep
4 5 5 4 18/4 = 4,5 Sangat Setuju
Penilaian secara keseluruhan 14,5/3 = 4,83 Sangat Setuju
Adapun kategori yang diberikan
untuk setiap penilaian adalah Sangat
Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)
dengan skor 4, Cukup (C) dengan
skor 3, Kurang Setuju (KS) dengan
skor 2 dan Tidak Setuju (TS) dengan
skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil
rata-rata penilaian dari para ahli
adalah 4,83 dan nilai ini cenderung
kepada skor 5 sehingga penilaian
ahli media terhadap penyajian
informasi adalah dianggap sangat
setuju.
Untuk aspek kegunaan media
secara keseluruhan para ahli
menyatakan sudah sangat baik
terlihat pada table 3. Berikut:
Tabel 3 Hasil validasi ahli terhadap aspek kemudahan penggunaan.
25
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Aspek yang dinilaiAhli Rata-rata KategoriI II III IV
1. Media mudah
digunakan5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju
2. Dengan adanya media
ini pemahaman materi
jauh lebih baik
5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju
3. Dengan media ini
diperoleh materi ajar
yang lebih banyak
5 4 5 4 18/4 = 4,5 Sangat Setuju
Penilaian secara keseluruhan 14,5/3 = 4,83 Sangat Setuju
Adapun kategori yang diberikan
untuk setiap penilaian adalah Sangat
Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)
dengan skor 4, Cukup (C) dengan
skor 3, Kurang Setuju (KS) dengan
skor 2 dan Tidak Setuju (TS) dengan
skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil
rata-rata penilaian dari para ahli
adalah 4,83 dan nilai ini cenderung
kepada skor 5 sehingga penilaian
ahli media terhadap penyajian
informasi adalah dianggap sangat
setuju.
Tabel 4 Hasil validasi ahli terhadap aspek kemanfaatan media
Aspek yang dinilaiAhli
Rata-rata KategoriI II III IV
1. Dengan media ini dapat digunakan untuk mempelajari materi yang ada hubungannya dengan konsep lain
5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju
2. Dengan menggunakan media ini dapat mendorong saya untuk memahami ICT lebih baik
5 5 5 5 20/4 = 5 Sangat Setuju
Penilaian secara keseluruhan 10/2 = 5 Sangat Setuju
26
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Adapun kategori yang diberikan
untuk setiap penilaian adalah Sangat
Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)
dengan skor 4, Cukup (C) dengan
skor 3, Kurang Setuju (KS) dengan
skor 2 dan Tidak Setuju (TS) dengan
skor 1. Dari tabel terlihat bahwa hasil
rata-rata penilaian dari para ahli
adalah 5 sehingga penilaian ahli
media terhadap penyajian informasi
adalah dianggap sangat setuju.
Dari deseminasi produk yang
dilakukan diperoleh pad engujian
tahap I yang dilakukan terhadap 10
orang siswa TAV kelas X. Uji coba
dilakukan untuk mendapatkan
informasi penggunaan cd interaktif
dalam proses pembelajaran respon
siswa. Setiap siswa diberikan cd
interaktif, kemudian siswa
menggunakan cd interaktif secara
mandiri. Setelah menggunakan cd
interaktif ini, siswa memberikan
komentar pada angket yang
disediakan dan mengerjakan tes.
Adapun aspek-aspek penilaian
yang dikomentari oleh siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel. 5 Hasil angket cd interaktif terhadap siswa pada pengujian I
Daya tarik Tinggkat Kesulitan
Manfaat
a b A B A BJumlah siswa yang menyatakan “Ya”
10 10 9 2 10 10
Jumlah siswa yang menyatakan “Tidak”
- - 1 8 - -
Pada tabel 5 setiap komponen
dibagi menjadi 2 bagian lagi yaitu a
dan b yang merupakan aspek-aspek
yang dinilai setiap komponen.
Respon yang diberikan siswa yang
tertera pada tabel 5 menunjukkan
bahwa tingkat kesulitan merupakan
kendala siswa dalam menggunakan
cd interaktif tersebut. Hasil tes yang
dikerjakan oleh siswa juga
menunjukkan hasil yang belum
maksimal. Hasil tes siswa terlihat
pada tabel 4.9 berikut.
Pegujian pada tahap berikutnya
setelah dilakukan revisi dengan
melibatkan jumlah siswa sebagai
27
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
responden, yaitu 30 orang siswa
TAV. Dengan langkah yang sama
setiap siswa diberikan cd interaktif
namun sebelum digunakan, siswa
terlebih dahulu diberikan penjelasan
menggunakan cd interaktif dengan
bantuan LCD proyektor. Setelah
penggarahan diberikan kemudian
siswa dipersilahkan menggunakan cd
interaktif secara mandiri. Setelah
menggunakan cd interaktif ini, siswa
memberikan komentar pada angket
yang disediakan dan melakukan tes.
Komentar siswa pada pengujian
tahap II dapat dilihat pada tabel 6
berikut:
Tabel 6 Hasil angket cd interaktif pada pengujian tahap II
Daya tarik Tinggkat Kesulitan
Manfaat
a B a B A BJumlah siswa yang menyatakan “Ya” 30 30 30 30 30 30
Jumlah siswa yang menyatakan “Tidak”
- - - - - -
Pada tabel 6 dapat dilihat respon
yang diberikan siswa menunjukkan
cd interaktif sangat disukai siswa
sebagai media dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut sangat
berpengaruh pada hasil tes yang
dikerjakan oleh siswa yang
menunjukkan hasil yang maksimal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Media pembelajaran interaktif
yang dikemas dalam bentuk cd
interaktif pada penelitian ini
berdasarkan pengujian oleh para ahli
telah dinyatakan layak digunakan
dalam proses pembelajaran dan
ternyata sangat menarik minat
belajar siswa terlihat dari respon
yang diberikan siswa melalui angket
dan hasil belajar siswa yang naik
secara siknifikan. Media
pembelajaran interaktif ternyata
sangat efektif digunakan dalam
28
Hamonangan Tambunan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
proses pembelajaran ditinjau dari
hasil belajar siswa dengan nilai
terendah adalah 8,0 (delapan koma
nol) yaitu lebih tinggi 1 angka dari
nilai KKM yang ditetapkan hanya
dalam 1 kali penerapan tanpa harus
melakukan remedial.
Saran
Beberapa hal yang dapat
disarankan dari hasil penelitian ini
adalah bahwa guru yang mengajar
dikelas hendaknya memiliki
kemauan untuk membuat media
pembelajaran yang belum ada
maupun mengembangkan media
pembelajaran yang sudah ada untuk
mengatasi keterbatasan dalam
penyampaian informasi dalam proses
pembelajaran di kelasnya. Penelitian
yang lebih mendalam perlu
dilakukan oleh peneliti beriktnya
untuk dapat mengembangkan produk
yang lebih mutakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Faizin, Noor. 2009. Penggunaan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) Pada Konsep Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa (online)
Hamalik, Oemar.2010. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta;Bumi Aksara
HR, Widada. 2011. Multimedia Interaktif untuk Guru &
Profesional.Yogyakarta; Pustaka Widyatama.
Kristiningrum, 2007. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif dengan Macromedia Authorware 7.0 pada Materi Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus (online)
Sanaky, Hujair. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba
29
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI
DI KOTA PEMATANG SIANTAR
Sukarman PurbaAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung pemberian insentif dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMP Negeri di Kota Pematang Siantar, dengan jumlah sampel 140 orang guru. Metode penelitian adalah penelitian survey dengan pendekatan analisi jalur. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket, yang telah diujicobakan.Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh langsung positif dan signifikan pemberian insentif, dan motivasi kerjaterhadap kinerja guru. Untuk itu, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan kinerja guru, maka perlu peningkatan pemberian insentif dan motivasi kerja.
Kata kunci : Pemberian Insentif, Motivasi Kerja dan Kinerja Guru
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu bangsa
tidak terlepas dari kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang
dimilikinya. Pemerintah berupaya
agar kualitas SDM semakin
ditingkatkan dengan cara
peningkatan kesejahteraan,
peningkatan kemampuan dan
pengetahuan, melakukan sertifikasi.
Guru sebagai suatu asset sumber
daya manusia memiliki peranan yang
sangat penting dalam proses
pendidikan, dan merupakan ujung
tombak dalam memajukan kualitas
pendidikan. Sebagaimana dinyatakan
Tilaar (1999:104) bahwa
peningkatan kualitas pendidikan
tergantung banyak hal, terutama
mutu gurunya. Ini menunjukkan
bahwa tugas guru tidaklah mudah.
Guru harus memiliki kemampuan
dan ketrampilan yang bersifat
professional. Peranan guru dalam
proses pembelajaran meliputi sebagai
pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, perencana, supervisor,
motivator, dan konselor. Sebagai
tulang punggung pendidikan, guru
diharapkan mampu melaksanakan
tugas-tugas dan fungsinya demi
tercapainya tujuan pendidikan.
Untuk menjadikan guru sebagai
tenaga yang profesional maka perlu
dilakukan pembinaan secara terus
30
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
menerus dan berkesinambungan,
dihargai dan diakui
keprofesionalannya. Pekerjaan guru
bukan semata-mata pekerjaan
pengabdian namun guru adalah
pekerja professional. Usaha-usaha
untuk membuat mereka menjadi
profesional tidak semata-mata hanya
meningkatkan kompetensinya, baik
melalui pemberian penataran,
pelatihan maupun kesempatan untuk
belajar, namun perlu juga
memperhatikan guru dari segi yang
lain, seperti peningkatan disiplin,
peningkatan motivasi kerja,
pemberian bimbingan melalui
supervisi, pemberian insentif, gaji
yang layak dengan keprofesionalnya
demi mewujudkan kinerja yang
tinggi dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Namun dalam kenyataannya,
bahwa pendidikan di Indonesia
masih belum menunjukkan
perubahan ke arah yang lebih baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Balitbang PDIP pada tahun 2007
menemukan bahwa presentasi guru
yang layak sesuai dengan profesinya
adalah sebagai berikut: guru SMA
67,1%, guru SMP 64,1%, dan guru
SD sebesar 50,7%. Temuan ini
menunjukkan rata-rata keseluruhan
guru, mulai dari guru SD, SMP, dan
SMA rata-rata 60,6% yang layak dan
39,4% belum profesional atau belum
layak menjadi guru. Data ini
menunjukkan masih belum
profesionalnya guru akan
mengakibatkan kinerja guru rendah.
Bila dilihat dari hasil Ujian akhir
nasional juga belum menunjukan
nilai yang memuaskan dan jumlah
siswa yang yang tidak lulus masih
cukup banyak apalagi siswa dari
sekolah swasta. Ini menunjukan
bahwa kinerja guru dalam mendidik
anak masih belum maksimal. Bila
diamati beberapa fenomena yang
terjadi saat ini di Pematang Siantar,
masih banyak ditemukan motivasi
untuk mengembangkan materi
pelajaran masih kurang, kemampuan
guru untuk menghimpun materi
pelajaran dari berbagai buku sumber
masih rendah, sebagian guru masih
menggunakan silabus dan rencana
pelaksanaan pembeiajaran (RPP)
milik orang lain, mengajar tidak
sesuai dengan program yang telah
disusun, tidak mengajar sesuai
dengan bidang keahliannya akibat
31
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
kurangnya guru sesuai dengan
bidang yang dibutuhkan. Masih
banyaknya guru mencari kerja
tambahan di luar tugasnya sebagai
guru, sehingga para guru tidak fokus
dalam melakukan tugas dan
tanggungjawabnya. Hal ini akan
memberi dampak pada kinerja guru.
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui kinerja guru
Sekolah Menengah Pertama dan
faktor-faktor yang diprediksi
mempengaruhinya yaitu, Pemberian
Insentif dan Motivasi kerja guru.
Kinerja Guru
Kinerja dapat dinyatakan segala
sesuatu yang dilakukan dalam
menyelesaikan suatu tugas dengan
menggunakan sumberdaya yang
dimiliki guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Robbins (1997:231)
menyatakan kinerja mengarah pada
suatu upaya pencapaian prestasi
kerja yang lebih baik. Keberhasilan
dalam melakukan sesuatu pekerjaan
sangat ditentukan oleh kinerja.
Pengertian ini menyatakan bahwa
kinerja merujuk pada hasil dalam
penyelesaian pekerjan, penanganan
atau pelaksanaan suatu tugas. Bates
dan Hoeton seperti yang dikutip oleh
Amstrong dan Baron (1998: 15)
menyatakan kinerja sebagai suatu
hasil kerja.
Robbins dalam Purba (2009:11-
12) menyatakan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan merupakan
satu tolok ukur kinerja individu. Ada
tiga kriteria dalam melakukan
penilaian kinerja individu, yakni: (a)
hasil kerja individu (individual task
outcomes), perilaku (behaviors), dan
ciri (traits). Untuk mengukur hasil
kerja individual maka yang
dievaluasi adalah hasil tugas dari
seseorang atau produk apa yang
dihasilkan. Adapun pengertian
perilaku disini adalah perilaku ring
dilakukan dan berkaitan dengan
tugas yang harus ia lakukan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Untuk
mengukur kinerja berdasarkan
perilaku kerja dapat dilakukan
dengan mengevaluasi aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh
pegawai dalam kaitannya dengan
pekerjaannya. Hodgetts dan Kuratko
(1988:438) menyatakan kinerja
berkaitan dengan seberapa baik
seseorang melakukan pekerjaannya.
Hugh and Feldman (1986: 24), bila
dikaitkan dengan peran individu
32
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dalam organisasi, kinerja adalah
serangkaian perilaku atau kegiatan
individu yang sesuai dengan harapan
atau keinginan organisasi tempat ia
bekerja. Purba (2008: 29)
menyatakan bahwa penekanan
kinerja adalah untuk mendapatkan
hasil yang berorientasi pada
efektifitas dan efisiensi untuk
mencapai suatu tujuan. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa
kinerja adalah hasil, baik kuantitas
maupun kualitas, yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sesuai dengan standar
atau kriteria yang telah ditentukan
sehingga tercapai tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien.
Menurut Gomes (1995: 135)
bahwa penilaian terhadap kinerja
mempunyai tujuan untuk men-
reward kinerja sebelumnya (to
reward past performance) dan untuk
memotivasi demi perbaikan kinerja
pada waktu yang akan datang (to
motivate fulture performance
improvement). Hayness (1984: 131),
yang menyatakan kriteria penilaian
kinerja yang efektif berfokus pada
serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dalam melaksanakan
tugas yang menjadi kewajibannya
serta hasil yang diperolehnya dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Hodgett dan Kuratko (1988: 439)
menyatakan bahwa sistem penilaian
kinerja yang didesain dengan baik
mempunyai lima karakteristik dasar,
yaitu: (1) berkaitan langsung dengan
tugas orang tersebut dan mengukur
kemampuannya dalam melaksanakan
tugas; (2) lengkap, karena mengukur
semua aspek penting; (3) bersifat
objektif, karena benar-benar
mengukur kinerja tugasnya; (4)
berdasarkan pada standar kinerja
yang diinginkan; dan (5) didesain
untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan seseorang dan selanjutnya
menjelaskan mengapa hal tersebut
terjadi dan bagaimana mengatasinya.
Dalam penelitian ini penilaian
terhadap kinerja guru dilakukan
berdasarkan perilaku. Penilaian
terhadap kinerja guru dilakukan
secara rater oleh kepala sekolah dan
pembantu kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan pengertian kinerja guru
dalam penelitian ini adalah unjuk
kerja guru dalam melakukan tugas-
tugas dan tanggungjawabnya untuk
33
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
mencapai tujuan organisasi, dengan
indikator: melakukan tugas dengan
baik, hasil kerja sesuai dengan
tujuan, melakukan kerjasama, pola
komunikasi, dan tanggungjawab
terhadap tugas.
Pemberian Insentif
Dalam Kamus Bahasa Indonesi
Insentif diartikan sebagai tambahan
penghasilan (uang, barang dan
sebagainya) untuk menambah dan
meningkatkan gairah kerja. Kata
Insentif berasal dari bahasa Inggris
"incentive" artinya something that
encourage to do (sesuatu yang dapat
mendorong untuk melakukan
sesuatu). Pemberian insentif dapat
merangsang seseorang untuk dapat
bekerja lebih baik. Seperti
dikemukan oleh Monday dan Noe
(1996:124) bhwa The basic purpose
of all incentive plans is to improve
employei productivity in order to gain
a competitive advantage. Pernyataan
ini menunjukkan bahwa pemberian
insentif adalah sesuatu hal yang dapat
mendorong peningkatan produktivitas
seseorang meningkat. Pemberian
Insentif yang dimaksud dapat berupa
seperti kenaikan gaji, pemberian
tunjangan profesi, pertambahan
tanggung jawab, pujian, pemberian
jabatan pindah kepekerjaan yang lebih
bagus, dan memberikan tugas khusus.
Pemberian insentif juga terpaut
dengan waktu, seperti dinyatakan
Nawawi (2000:34) bahwa semakin
cepat insentif dibayarkan kepada
pegawai, semakin besar motivasinya
terhadap pekerjaan yang diberikan dan
nilai insentif yang diberikan akan
berkurang apabila pemberiannya
ditunda untuk jangka waktu yang terlalu
lama. Pemberian Insentif merupakan
suatu usaha dari Sekolah untuk
memberikan tambahan di luar gaji,
yang dapat merangsang atau
mendorong guru agar bekerja
lebih giat dan bersemangat guna
meningkatkan kinerjanya.
Pemberian insentif sebagai bagian
dari keuntungan diberikan kepada
pekerja yang bekerja secara baik atau
berprestasi, misalnya dalam bentuk
pemberian bonus dan dapat pula
diberikan dalam bentuk barang
sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya. Ranupanjodo dan Husnan
dalam
Nawawi(2000:45)mengklassifik
asikan jenis-jenis insentif yang
diberikan, yaitu, (1) Uang,
34
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
seseorang ingin bekerja karena
ingin memperoleh uang, dengan
uang seseorang dapat memuaskan
kebutuhannya, dan merupakan
daya rangsang yang sangat kuat, (2)
Keamanan, merupakan sebuah
kebutuhan manusia yang fundamental
bagi sebagian tenaga kerja kadang-
kadang pekerjaan yang aman lebih
penting dari pada uang atau upah, (3)
Persahabatan, manusia bekerja
memerlukan manusia lainnya,
adanya persahabatan akan akan
menyatukan mereka secara
kelompok yang bekerja sama dan
saling memiliki, (4) Pengakuan yang
adil, merupakan salah satu kebutuhan
sosial yang dapat diperoleh dari
hubungan antara atasan dan bawahan.
Perlakuan yang adil ini dimaksudkan
tidak pandang bulu dalam pemberian
tugas, insentif dan penghargaan
serta lainnya yang dapat
mengganggu kosentrasi guru dalam
bekerja, (5) Otonomi, merupakan
salah satu bentuk insentif dalam
memenuhi egoistik guru untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam
batas-batas tertentu akan
meningkatkan kreatifitas dan
spontanitas, (6) Prestasi, pemberian
kesempatan pada guru untuk
berprestasi merupakan salah satu
kebutuhan egoistik dalam hubungan
dengan pemberian insentif.
Sedangkan, Manulang (2004:4)
pada dasarnya bentuk insentif dapat
digolongkan menjadi dua bagian
yaitu: 1) Insentif Finansial, yang
terdiri atas: (a). Bonus, adalah uang
yang diberikan sebagai balas jasa
yang diberikan secara ikatan
dimasa datang dan diberikan
kepada guru yang berhak
menerimanya, (b). Komisi, adalah
jenis komisi yang diberikan kepada
guru yang berprestasi; 2) Insentif
non finasial, yang terdiri atas: (a)
Pembelian pujian secara lisan
maupun tertulis, (b) Pemberian
promosi jabatan, (c) Ucapan
terima kasih secara formal maupun
tidak formal, (d) Pemberian
perlengkapan khusus pada ruang
kerja, dan (e) Pemberian
penghargaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
pengertian pemberian insentif dalam
penelitian ini adalah imbalan dalam
bentuk uang dan barang serta jasa
yang diberikan kepada seseorang untuk
dapat mendorong semangat dan
35
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
prestasi kerjanya dengan indikator
pemberian penghargaan, pemberian
pujian, merasa dihargai dan dihormati,
penyediaan sarana dan prasarana
penunjang, pemberian bonus, dan
kesesuaian antara tugas dengan
tanggung jawab.
Motivasi Kerja
Motivasi adalah dorongan atau
keinginan individu untuk melakukan
kegiatan tertentu dalam mencapai
tujuan. Robbins (2007:208)
menyebutkan bahwa motivasi
sebagai suatu proses yang
menghasilkan intensitas, arah dan
ketekunan individual dalam usaha
untuk mencapai satu tujuan.
Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu kondisi yang
menggerakkan seseorang agar
mampu mencapai tujuan dari motif.
Gibson, et al (2006:103) menyatakan
bahwa ”motivation has to do with 1)
the direct of behavior, 2) the strength
of the response (i.e., effort) once an
employee chooses to follow a course
of action, and 3) the persistence of
the behavior.” Sedangkan, Siagian
(1995: 137-138) menyatakan
motivasi adalah daya pendorong
yang mengakibatkan seorang
anggota organisasi mau dan rela
untuk mengerahkan kemampuannya,
tenaga dan waktunya untuk
melakukan berbagai kewajiban yang
menjadi tanggung jawabnya, dalam
rangka pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. Luthans
(2005:141) mengatakan motivasi
adalah suatu proses di dalam diri
seseorang karena memiliki
kebutuhan psikologis dan fisiologis
sehingga mengerakkan perilaku atau
dorongan untuk mencapai suatu
tujuan. Menurut Maslow ada 5 (lima)
kebutuhan pegawai dalam organisasi
yang disusun secara hirarkhis
(bertingkat) yaitu : (1) Kebutuhan
yang bersifat biologis dan fisiologis
(Biological and physiological needs),
seperti sandang, pangan, papan,
kepuasan seksual dan kebutuhan
fisik lainnya, (2) Kebutuhan
keamanan (safety needs), seperti
kebutuhan akan keamanan dan
perlindungan dari gangguan fisik dan
emosi, (3) Kebutuhan perhatian dan
kasih sayang (Belongingness and
Love needs), seperti kebutuhan akan
kasih sayang, perasaan diterima oleh
orang lain, perasaan dihormati,
36
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
perasaan maju dan tidak gagal dan
kebutuhan ikut serta dalam
organisasi, (4) Kebutuhan akan
penghargaan (Esteem needs), yaitu
kebutuhan akan status yang diduduki
seseorang (prestasi), penghargaan
diri, (5) Kebutuhan aktualitas diri
(Self actualization needs), yaitu
kebutuhan untuk mengembangkan
kapasitas mental dan karyanya
melalui on the job training, seminar,
lokakarya dan sebagainya,
pencapaian potensi seseorang dan
pemenuhan diri sendiri.
Selanjutnya, teori Frederick
Herzberg tentang motivasi, yaitu
teori dua faktor, yang disebut
”Hygiene Motivators” atau disebut
juga ”Disatisfactiers-satisfers” atau
disebut juga ”Extrinsic-Intrinsic
Factors”. Dalam teori tersebut ada
seperangkat kondisi ekstrinsik dan
intrinsik yang akan mempengaruhi
prestasi kerja. Faktor ekstrinsik yang
disebut hygiene terdiri dari gaji,
keamanan kerja, kondisi kerja, status,
prosedur perusahaan, supervisor, dan
hubungan antar personal.
Kesemuanya merupakan faktor yang
berasal dari luar individu. Faktor
intrinsik yang menjadi motivators
mencakup prestasi, pengakuan,
pertumbuhan, tanggung jawab,
peningkatan kerja, ketertarikan
dalam kerja (pekerjaan itu sendiri),
dan peluang untuk bertumbuh.
Luthans (2005:108) menyatakan
pengertian motivasi kerja adalah
”Work motivation is defined as
conditions which influence the
causal, direction and maintenance of
behavior relevant in work settings”
Pernyataan ini menunjukkan
motivasi kerja didefinisikan sebagai
kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perlakuan yang
berhubungan dengan lingkungan
kerja. Dengan demikian, motivasi
kerja dapat diartikan sebagai daya
dorong yang mengakibatkan seorang
anggota organisasi mau dan rela
mengerahkan kemampuan-nya dalam
bentuk keahliannya atau
keterampilan, tenaga dan waktu
untuk menggerakkan berbagai
kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya dan menunaikan
kewajiban dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya.
37
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Dengan demikian pengertian
motivasi kerja dalam penelitian ini
adalah dorongan yang dari dalam diri
guru untuk mau bekerja dengan
sunguh-sungguh dan dapat
memberikan pelayanan yang
bermutu kepada siswa-siswanya
untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, dengan indikator:
berusaha memenuhi kebutuhan
hidup, berusaha menyelesaikan tugas
dengan baik, peduli terhadap
pekerjaan, keinginan meningkatkan
kemampuan, senang berkompetisi,
keinginan meraih prestasi, dan berani
mengambil resiko.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka berfikir
yang telah diuraikan di atas, maka
dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut : 1) Pemberian
Insentif (X1) berpengaruh langsung
terhadap Motivasi Kerja (X2); 2)
Pemberian Insentif (X1) berpengaruh
langsung terhadap Kinerja Guru
(X3); 3) Motivasi Kerja (X2)
berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Guru (X3)
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survei
dengan pendekatan analisis jalur
(path analysis). Populasi target pada
penelitian ini adalah guru SMP
Negeri di Kota Pematang Siantar
dengan jumlah populasi berjumlah
305 orang guru. Untuk menentukan
jumlah sampel penelitian, ditentukan
dengan menggunakan tabel Kreijcie,
sehingga diperoleh sebanyak 140
orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan Proporsional
Random Sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner.
Teknik Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif
dan analisis inferensial. Analisis
deskriptif digunakan untuk melihat
gambaran tentang data dari masing-
masing variabel penelitian yang
ditunjukkan melalui mean, median,
modus, daftar distribusi frekuensi
dan histogram. Analisis inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis
memakai analisis jalur (path
38
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Analysis) yang didahului dengan uji
normalitas, homogenitas varians dan
uji linieritas.
DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN
Pada tabel disajikan data dari
setiap variabel penelitian, yang
meliputi data variabel Kinerja Guru
(X3), Pemberian Insentif (X1), dan
Motiuvasi Kerja (X2).
Tabel 1. Deskripsi Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif
Keterangan Pemberian Insentif (X1)
Motivasi Kerja (X2)
Kinerja Guru (X3)
Jumlah Sampel (n) 140 140 139Mean 130,67 127,61 136,68Median 130 128 137,66 Mode 130 128 137,33Std. Deviation 8,25 7,63 8,28Variance 67,83 58,28 68,49 Range 37 37 37,67Minimum 111 107 113,33Maximum 148 145 151,00Sum 18109 17738 18998,13
Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian persyaratan
analisis jalur (Path Analysis), yaitu
Uji normalitas, Uji homogenitas
varians untuk setiap variabel bebas
terhadap variabel terikat dan Uji
linieritas, yaitu mengetahui
hubungan antara variabel dalam
model harus linier.
Tabel 2. Rangkuman Hasil pengujian Normalitas Kolmogrov-SmirnovVariabel Dabsolute Dtabel α = 0,05 Kesimpulan
Pemberian Insentif (X1) 0,093 0,115 Normal
Motivasi Kerja (X2) 0,082 0,115 NormalKinerja (X3) 0,102 0,115 Normal
Dari tabel terlihat bahwa semua
nilai perhitungan Dabsolute atau Dhitung
dari tiap-tiap variabel penelitian
lebih kecil dari nilai Dtabel pada α =
0,05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa semua data dari tiap-tiap
39
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
variabel penelitian berbistribusi
normal.
Uji Homogenitas Varians
Pada tabel berikut disajikan
rangkuman uji homogenitas varians
dari setiap pasangan variabel
penelitian.
Tabel 3. Rangkuman Uji Homogenitas Varians dengan Uji BartlettNo Kelompok 2
hitung 2tabel α =0,05 dk Keterangan
1 X2 atas X1 38,02 132,14 108 Homogen
2 X3 atas X1 34,42 132,14 108 Homogen4 X3 atas X2 31,54 138,81 113 Homogen
Dari tabel terlihat bahwa
semua nilai 2hitung < 2
tabel pada α =
0,05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa semua varians kelompok data
dari tiap-tiap variabel penelitian
homogen.
Uji Linieritas
Rangkuman hasil perhitungan
uji Linieritas dari kelompok
variabelpenelitian terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4. Rangkuman Perhitungan Uji Linieritas
No Model Regresi Fhitung DkFtabel Kesimpulan
= 0,05 = 0,011. X2 = 105,03 + 0,27X1 0,97 30/108 1,57 1,89 Linear2. X3 = 74,57 + 0,49 X1 1,11 30/108 1,57 1,89 Linear3. X3 = 45,28 + 0,58X2 1,33 26/113 1,62 1,89 Linear
Dari tabel terlihat bahwa semua
nilai Fhitung < Ftabel pada α = 0,05
sehingga dapat dinyatakan bahwa
semua model atau persamaan regresi
menunjukkan hubungan yang linier.
Rangkuman hasil perhitungan
besar koefisien korelasi sederhana
antara variabel penelitian, seperti
yang disajikan dalam tabel matrik
berikut.
Tabel 5. Matriks Koefisien Korelasi Sederhana antar Variabel.Variabel Pemberian
Insentif (X1)Motivasi
Kerja (X2)Kinerja Guru
(X3)Pemberian Insentif (X1) 1 0,650** 0,485**
Motivasi Kerja (X2) 0,650* 1 0,560**Kinerja Guru (X3) 0,485** 0,560** 1
* Signifikan pada = 0,05 (rtabel = 0,148) ** Sangat Signifikan pada = 0,01 (rtabel = 0,194)
40
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Setelah diperoleh nilai
koefisien korelasi sederhana, maka
diperoleh nilai koefisien jalurnya dan
dilanjutkan dengan perhitungan uji
signifikansi koefisien jalur dengan
mengggunakan uji-t.
Tabel 6. Rangkuman Besar Koefisien Jalur (ρ) dan Uji Signifikansi Koefisien Jalur
ρKoefisien
Jalurthitung dk (n-2) t tabel(α = 0.05) Kesimpulan
ρ21 0,650 12,02 138 1,35 Signifikanρ31 0,167 1,87 138 1,35 Signifikan
ρ32 0,428 5,12 138 1,35 Signifikan
Setelah dilakukan perhitungan maka hasil perhitungan koefisien jalur
ditunjukkan pada diagram jalur seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Є2 =0,6959
ρ31 = 0,167 ρε2=0,8342
r31 = 0,485 r12 =ρ21 = 0,650
r32 = 0,560 ρ32 = 0,428 Є1 =0,5775
Gambar 1. Diagram Jalur Pemberian Insentif (X1) dan Motivasi Kerja (X2)
terhadap Kinerja guru (X3)
Pada tabel berikut ini ditampilkan rangkuman hasil perhitungan koefisien
jalur serta rekapitulasi pengujian hipotesis penelitian.
Tabel 7. Rekaputulasi pengujian hipotesis.No Hipotesis Uji
StatistikKoefisien
Jalurthitung
dk= 138
KeputusanHo
1 Pemberian Insentif (X1) berpengaruh langsung terhadap Motivasi Kerja (X2)
Ho : p21 ≤ 0
Ho : p21 > 0
p21 = 0,650
12,02 Ho ditolak
MotivasiKerja (X2)
Kinerja Guru (X3)
Pemberian Insentif (X1)
41
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
No Hipotesis Uji Statistik
Koefisien Jalur
thitung
dk= 138
KeputusanHo
2 Pemberian Insentif (X1) berpengaruh langsung terhadap Kinerja Guru (X3)
Ho : p31 ≤ 0
Ho : p31 > 0
p31 = 0,167
1,87 Ho ditolak
3 Motivasi Kerja (X2) berpengaruh langsung terhadap Kinerja Guru (X3)
Ho : p32 ≤ 0
Ho : p32 > 0
p32 = 0,428
5,12 Ho ditolak
*signifikan pada taraf signifikansi = 0,05 (ttabel = 1,65)
Dari tabel terlihat ketiga koefisien
jalur bermakna dan hasil uji
signifikansi menggunakan uji-t,
ternyata nilai thitung > ttabel dari ketiga
koefisien jalur pada =
0,05. Dengan demikian, ketiga
hipotesisis penelitian yang diajukan
diterima.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Pengaruh langsung Pemberian
Insentif (X1) terhadap Motivasi Kerja
(X2) = (0,650)2 = 0, 4225. Ini
menunjukkan bahwa 42,25% variasi
Motivasi Kerja ditentukan oleh
variasi Pemberian Insentif,
sedangkan sisianya pengaruh faktor
lain sebesar 0,5775, atau 57,75%.
Pada tabel berikut ditunjukkan hasil
rangkuman pengaruh langsung dan
pengaruh tidak langsung antara
Pemberian Insentif (X1) dan
Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja
Guru (X3).
Tabel 8. Rangkuman pengaruh langsung dan tidak langsung Pemberian Insentif (X1) dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru (X3).
VariabelPengaruh Total
Langsung Terhadap X3 Tidak langsung
Pemberian Insentif (X1) 0,0279 0,0465 0,0744
Motivasi Kerja (X2 ) 0,1832 0,0465 0,2297
T o t a l 0,3041
Dari tabel terlihat pengaruh
langsung Pemberian Insentif
terhadap Kinerja guru sebesar
0,0279, pengaruh tidak langsung
Pemberian Insentif terhadap Kinerja
guru melalui Motivasi kerja sebesar
42
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
0,0465 sehingga total pengaruh
Pemberian Insentif secara langsung
dan tidak langsung terhadap Kinerja
guru sebesar 0,0744. Pengaruh
langsung Motivasi kerja terhadap
Kinerja guru sebesar 0,1832,
pengaruh tidak langsung Motivasi
kerja terhadap Kinerja guru melalui
Pemberian Insentif sebesar 0,0465
sehingga total pengaruh Motivasi
kerja secara langsung maupun tidak
langsung terhadap Kinerja guru
sebesar 0,2297. Dengan demikian,
besar total pengaruh langsung
maupun tidak langsung Pemberian
Insentif dan Motivasi kerja terhadap
Kinerja guru sebesar 0,3041,
sedangkan sisanya 0,6959
dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan
demikian, besar koefisien jalur residu
pada X3 sebesar 0,834.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis statistik,
maka kesimpulan hasil penelitian
sebagai berikut: (1) Pemberian
Insentif berpengaruh langsung
terhadap Motivasi Kerja dengan nilai
koefisien jalur sebesar 0650 dan
besarnya sumbangan pengaruhnya
yaitu 0,4225 atau 42,25%, sedangkan
sisanya 57,75% ditentukan factor
lain. (2) Pemberian Insentif
berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Guru. dengan nilai koefisien
jalur sebesar 0,167 dan besarnya
sumbangan pengaruh langsung yaitu
0,0279 atau 2,79%, (3) Motivasi
Kerja berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Guru dengan nilai koefisien
jalur sebesar 0,428 dan besarnya
sumbangan pengaruhnya secara
langsung yaitu 0,1832 atau 18,32%,
sadangkan sisanya sebesar 81,68%
ditentukan oleh faktor lain.
SARANBerdasarkan hasil temuan
penelitian, maka untuk peningkatan
kinerja perlu disarankan:
Bagi Pemerintah Daerah
1) Hendaknya melakukan
perencanaan strategik yang baik
dalam pengembangan dan
peningkatan kemampuan atau
kompetensi guru secara
berkesinambungan.
2) Memberdayakan seluruh potensi
yang dimiliki para guru agar
43
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
memberikan pelayanan berbasis
kinerja dengan memberikan
insentif yang layak dan
penghargaan agar motivasi kerja
guru meningkat.
3) Memberikan pelatihan yang
berkaitan dengan pelaksanaan
tugasnya dan memberikan fasilitas
yang mendukung dalam
mengikuti setiap kegiatan
penataran, pelatihan, dan
lokakarya, yang berkaitan dengan
kepemimpinan, manajemen dan
pelayanan yang bermutu.
Bagi Guru
Untuk meningkatkan kinerja guru,
para guru hendaknya selalu bekerja
profesional dengan selalu
meningkatkan kompetensi dan
kualifikasi serta mengutamakan
bekerja dalam team teaching,
sehingga pelaksanan tugas mengajar
dapat berjalan dengan dengan baik.
Bagi Peneliti
Untuk penelitian kinerja guru
lebih lanjut, perlu dilakukan dengan
melibatkan variabel lain di luar
variabel yang diteliti, seperti
kepuasan kerja, pengalaman kerja,
disiplin kerja, dan lain-lain yang
berpengaruh terhadap Kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michael and Angela Baron, Performance Management, London: Institute of Personnel and Development, 1998.
Gibson, James L., et al. 2006. Organizations: Behavior, Structure, Processes. New York: McGraw-Hill.
Gomes, Faustino Codoso. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Andi Ofset, 1995.
Hayness. Marion E. Managing Performance: A Comprehensive Guide to Effective supervision,
California: Lifetime learning Publications, 1984.
Hodgetts, Richard M. & Donald F. Kuratko. Management, San Diego: Harcourt Brace Jovanovich Publichers. 1988.
Hugh, Arnold J. and Daniel C. Felman. Organizational Behavior, New York: Mc Grow-Hill Book Company, 1986.
Luthans, Fred., 2005. Organizational Behavior. New York: McGraw Hill Book Company.
44
Sukarman Purba adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Manullang, M. Manajemen Personalia, Yogyakarta: Gajahmada University Press,2004.
Mondy, Wayne R. and Robert M. Noe, Human resources Management Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1996.
Nawawi, Hadari. 2000. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Purba, Sukarman, 2008. “Pengaruh Budaya Organisasi, Modal Intelektual, dan Perilaku Inovatif terhadap Kinerja Pimpinan Jurusan di Universitas Negeri Medan”, Sinopsis Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
__________, 2009. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Yogjakarta: LaksBang Pressindo.
Robbins, Stephen P. 1997. Essentials of Organization Behavior, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
__________. 2007. Perilaku Organisasi. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.
Siagian, Sondang P. 2003. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar, H.A.R. Beberapa AgendaRreformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perpektif Abad 21, Magelang: Putera Indonesia, 1999.
Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan dan Motivasi.Jakarta: Ghalia Indonesia.
45
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
MODEL PENGENDALI IMPLEMENTASI PENDIDIKANKARAKTER GURU-GURU
Wanapri Pangaribuan
AbstrakModel pengendalian implementasi nilai karakter dibangun berbasis pendekatan sistem input, proses, output, dan umpan balik dengan empat siklus. Keempat siklus merupakan proses instruksi, proses pemberian stimulus agar objek kendali berpengetahuan dan bersikap sesuai dengan target yang dirancang sebelumnya. Model yang dibangun memenuhi tiga syarat yaitu, keterukuran, sensitivitas, dan keterkendalian, sehingga dapat diterapkan untuk pengendalian implementasi nilai karakter. Nilai karakter yang diimplementasikan meliputi tanggung jawab (responsibility), disiplin (dicipline), kejujuran (honesty), kepedulian (caring), dan dapat dipercaya (Thrustworthy)Kata Kunci: Pengendalian, Sistem, keterukuran, sensitivitas, keterkendalian,
nilai karakter
PENDAHULUANTiga tantangan besar pendidikan
Indonesia yang harus diselesaikan,
yitu pertama, mempertahankan hasil-
hasil yang sudah dicapai, kedua,
mengantisipasi era globalisasi,
dimana dituntut ketangguhan
berkompetisi, dan ketiga,
perwujudan otonomi dan
demokratisasi dalam pelayanan
pendidikan. Ketiga hal itu bertujuan
untuk mewujudkan manusia
Indonesia yang bermutu, yaitu
cerdas, berakhlak mulia dan
bersemangat kebangsaan yang tinggi
(Fadjar, 2004:52).
Mutu tidak hanya dilihat dari
penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (IPTEKS) lulusan
sekolah, juga daya juang dan
ketangguhan berkompetisi. Daya
juang dan ketangguhan berkompetisi
adalah salah satu atribut karakter
yang lahir dari filosofi bangsa
Indonesia, yang harus
ditumbuhkembangkan dalam diri
guru dan anak didik. Keberhasilan
menumbuhkembangkan karakter
tersebut berpengaruh pada
peningkatan kualitas proses transfer
IPTEKS dan keluaran pendidikan.
Semakin baik nilai karakter dalam
diri guru dan anak didik, semakin
baik penguasaan IPTEKS, semakin
baik masa depan anak didik dan
bangsa.
46
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Peningkatan mutu yang
berorientasi penguasaan IPTEKS
adalah baik, namun masih belum
lengkap. Kondisi masyarakat
Indonesia sekarang memperlihatkan
lemahnya watak atau budi pekerti,
bahkan rasa kebangsaan, sehingga
perilaku tidak terpuji merebak di
mana-mana. Dari tindak korupsi
sampai kekerasan, moralitas atau
sikap tidak perduli pada lingkungan,
merupakan manifestasi watak/budi
pekerti yang tidak pantas sebagai
manifestasi pendidikan yang bermutu
(Nandika, 2008).
Persoalan karakter masyarakat
secara umum merembes ke
masyarakat sekolah khususnya anak
didik dan guru. Orang tua dan
masyarakat di lingkungan tempat
tinggal anak didik dan guru sangat
kuat mempengaruhi sikap dan
tindakan mereka. Anak didik yang
dididik menjadi insan terdidik
sebagai calon pemimpin bangsa
harus memiliki nilai karakter yang
kokoh, sehingga memperkecil
dampak pengaruh lingkungan yang
kurang baik.
Guru sangat berperan dalam
peningkatan kualitas sekolah secara
umum, dan secara khusus
keberhasilan penanaman dan
penumbuhkembangan nilai karakter.
Syarat pendidikan yang berkualitas
salah satunya yang utama adalah
kualitas guru, syarat pendidikan
karakter yang berkualitas juga adalah
kualitas kepemilikan nilai karakter
guru. Sejalan dengan hal tersebut,
Astuti dalam Nandika melaporkan
jejak pendapat yang dilakukan
Litbang Kompas pada 13-14 Juni
2007 mengenai persiapan tahun
ajaran baru, responden di 10 kota
besar di Indonesia menyimpulkan
kualitas guru merupakan prioritas
orang tua dalam memilih sekolah
untuk anak-anak mereka (Nandika,
2008).
Kebijakan nasional tentang
pendidikan karakter dalam
implementasinya dilaksanakan
secara bertahap. Tahapan
pengembangan dan pendidikan
karakter sebagai kebijakan nasional
adalah, Tahap I, Tahun 2010-2014
menyangkut (1) reorientasi dan
penyadaran pentingnya pendidikan
karakter; (2) penyusunan perangkat
kebijakan terpadu dan
memberdayakan pemangku
47
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
kepentingan agar dapat
melaksanakan pembangunan
karakter secara efektif ; (3)
pelaksanaan, pemantapan, dan
evaluasi pembangunan karakter.
Tahap II, Tahun 2014-2020
menyangkut: (1) pengukuhan nilai-
nilai dalam karakter bangsa, dan
pemantapan pelaksanaan
pembangunan karakter bangsa serta
evaluasi pelaksanaannya. Tahap III,
Tahun 2020-2025 menyangkut
pengembangan berkelanjutan
(Ambarita, 2011).
Berdasarkan kebijakan nasional
tentang penjadwalan tersebut, maka
untuk Tahap I, Tahun 2010-2012 di
SMP Tri Jaya Medan menyangkut
(1) reorientasi dan penyadaran
pentingnya pendidikan karakter bagi
guru dan siswa; (2) penyusunan
perangkat kebijakan terpadu dan
memberdayakan pemangku
kepentingan agar dapat
melaksanakan pembangunan
karakter secara efektif. Salah satu
perangkat kebijakan yang
dirumuskan adalah menetapkan nilai
karakter utama yang menjadi pilar
pendidikan karakter sekolah,
menetapkan model pendidikan
karakter bagi guru, menetapkan
model pendidikan karakter bagi anak
didik, dan menetapkan model
pengendalian pendidikan karakter
bagi guru dan anak didik,
menetapkan sumber dan besar dana
pendidikan karakter bagi guru dan
anak didik.
Perangkat kebijakan
pengendalian pendidikan karakter
sangatlah penting, karena banyak
permasalahan tentang capaian
kualitas keluaran yang tidak
optimum disebabkan pengendalian
input, proses dan output yang kurang
sesuai dengan harapan. Pengendalian
salah satu fungsi manajemen yang
masih kurang diimplementasikan
dengan serius di sekolah-sekolah.
Banyak faktor penyebab dari hal itu,
beberapa diantaranya adalah
minimnya pengetahuan teknik
pengendalian yang dimiliki pimpinan
sekolah, model kepemimpinan
kepala sekolah, kemauan untuk
mengendalikan pelaksanaan program
dan kegiatan yang rendah,
keengganan melakukan pengendalian
dengan ketat terhadap bawahan.
48
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Ditinjau dari persoalan
manajemen, banyak orang
membicarakan secara intensif
tentang strategi, perencanaan,
pemasaran, namun sangat sedikit
yang membicarakan pengendalian.
Senada dengan hal tersebut,
Hutzschenreuter mengatakan,
“Every body is talking about strategy and planning, but nobody is talking obuat control”. The most essential effect of control is that people in the organization do what they are supposed to do”. Controls ensure that the organization resources are allocated to an optimal way” (Hutzschenreuter, 2009)
Sejumlah model pengendaliam
manajemen pendidikan dapat
diimplementasikan untuk maksud
pencapaian tujuan organisasi secara
optimal, diantaranya Model PDCA,
Model Kaizen, Model ISO
9001:2000, Model QAFU, National
University of Singapore, Model
Pelatihan SPM-PT Dikti, Model
Dasar SPM-PT, dan Model Capaian
Mutu Berkelanjutan (Kumaefi,
2006).
Dalam penelitian ini, model
yang dikembangkan berbasis
pendekatan sistem masukan (input),
proses, dan keluaran (output).
Organisasi sekolah merupakan satu
sistem yang memiliki sejumlah sub
sistem. Setiap sistem maupun sub
sistem terdiri dari input, proses, dan
output. Model pengendalian yang
dapat diimplementasikan adalah
model yang dapat
mentransformasikan masukan
(stimulus) menjadi keluaran (respon)
melalui proses. Model Pengendalian
dapat diimplementasikan dengan
syarat respon pengendalian objek
kendali harus terukur, terkendalikan,
dan memiliki sensitivitas (Dorf,
2011). Keterukuran adalah bahwa
respon yang diberikan guru atas
stimulus pendidikan karakter dapat
diukur sehingga dapat dianalisis dan
menghasilkan kesimpulan ataupun
rekomendasi. Keterkendalian respon
objek kendali terhadap stimulus
manajemen adalah bahwa respon
kendali menuju harapan yang
direncanakan. Sensitivitas respon
objek kendali terhadap stimulus
manajemen adalah perubahan respon
objek kendali dalam satuan waktu
tertentu.
Implementasi kendali pada
pendidikan karakter guru-guru SMP
Swasta Tri jaya Medan, dengan
49
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
parameter atribut karakter yang
terbatas. Atribut karakter dalam
pendidikan karakter bagi guru
tersebut dibatasi hanya atribut
tanggung jawab (responsibility),
disiplin (dicipline), kejujuran
(honesty), kepedulian (caring), dan
dapat dipercaya (Thrustworthy).
Penelitian dibatasi hanya empat
siklus pengendalian untuk mencapai
target respon dalam ranah kognitif,
dan sikap terhadap pendidikan
karakter.
Perumusan masalah penelitian
ini sebagai berikut: 1) Apakah respon
objek kendali atas stimulus
manajemen yang dihasilkan model
pengendalian terukur ?; 2) Apakah
respon objek kendali atas stimulus
manajemen yang dihasilkan model
pengendalian memperlihatkan
sensitivitas ?; 3) Apakah respon
objek kendali atas stimulus
manajemen yang dihasilkan model
pengendalian terkendalikan dan
sesuai dengan target ?
Hakikat Karakter
Menurut Ali karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watidak,
ahlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang
lain (Ali, 1995). Fish mengatakan
bahwa persepsi terhadap sesuatu
secara unik didasarkan pada tiga
prinsip, yaitu: prinsip faktor umum
(the common factor principle),
prinsip penomena (the phenomenal
principle), dan prinsip representative
(the representational principle)
(Fish, 2010). Berdasarkan prinsip
faktor umum dapat terjadi tiga hal
yaitu, sebuah objek dilihat sesuai
dengan objek sesungguhnya (hal ini
adalah persepsi yang benar), sebuah
objek dilihat tetapi kelihatannya
adalah tidak benar (ilusi), sebuah
objek dilihat akan tetapi
sesungguhnya objek itu tidak ada
(halusinasi). Prinsip penomena
adalah kondisional yang
menggunakan pernyataan
“jika…maka). Prinsip representatif
adalah pengalaman visual yang
artinya perhatian yang intensif
terhadap keberadaan (masa depan)
sesuatu di dalam dunia.
Bernard Show mengatakan
dalam The Harvest of
Education,”Show a though reap an
50
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
action, show an action reap a habit,
show a habit reap a character, show
a character reap a dignity”. Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan
Kuppermen bahwa karakter meliputi
kebiasaan-kebiasaan dan tendensi
pemikiran dan tindakan original
seseorang (Joel, 1991). Lebih lanjut
Zuchdi mengatakan bahwa karakter
adalah sebuah cara berpikir, bersikap
dan bertindak yang menjadi ciri khas
seseorang yang menjadi kebiasaan
yang ditampilkan di masyarakat
(Zuchdi, 2011).
Hornby mengatakan bahwa
Character is moral qualities that
make one person different from
others. Karakter adalah kualitas
moral seseorang atau kelompok yang
membedakannya dengan orang atau
kelompok lain. Moral atau budi
pekerti adalah tindakan atau perilaku
yang dikaitkan dengan norma dan
aturan yang berlaku pada masyarakat
(Hornby, 1974). Ali mengatakan
bahwa moral adalah baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban (Ali, 1995).
Menurut Hill, “Character
determines someone’s private thoughts
and someone’s actions done. Good
character is the inward motivation to
do what is right, according to the
highest standard of behaviour, in every
situation” (Hill, 2005). Kupperman
(1991) menyatakan bahwa “X's
character is X's normal pattern of
thought and action, especially in
relation to matters affecting the
happiness of others and of X, most
especially in relation to moral
choice”.
Susan Brown dalam McElmeel
(2002) menyatidakan bahwa karakter
menyangkut atribut: keriangan
(cheerfulness), kewarganegaraan
(Cintizenship), kebersihan
(cleanliness), Kasih sayang
(compassion), kerja sama
(cooperation), keberanian (courage),
kesopanan, (courtesy), kreativitas
(Creativity), ketergantungan
(dependability), ketekunan
(diligence), keadilan (fairness),
kemurahan hati (generosity),
menolong (helpfulness), sukacita
(joyfulness), kebaikan (kindness),
kesetiaan (loyalty), kesabaran
(patience), ketekunan
(perseverance), ketepatan waktu
(punctuality), rasa hormat (respect),
penghargaan terhadap lingkungan
51
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
hidup (respect for the environment),
tanggung jawab ( responsibility),
kebanggaan sekolah (school pride),
kendali diri (self control), sportivitas
(sportsmanship), toleransi
(tolerance), kejujuran ( honesty)
Mc Elmeel mengatakan bahwa
karakter menyangkut atribut,
“caring, confidence, courage,
curiosity, flexibility, friendship, goal
setting, humility, humor, initiative,
integrity, patience, perseverance,
positive attitude, problem solving,
self discipline, team work”
(McElmeel, 2002).
Josephson Institute mengajukan
enam pilar karakter (The Six Pillars
of Character) yaitu hal yang dapat
dipercaya (trustworthy), penuh
hormat (respectful),
bertanggungjawab (responsible),
keadilan (fairness), perduli atau acuh
(caring), warga Negara (citizen)
(Josephson, 2011).
Hakikat Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar
manusia untuk meningkatkan
kedewasaan anak didik, sehingga
mandiri, kreatif dan inovatif. Kata
pendidikan dalam bahasa Yunani
dalam kata “educatum” diartikan
melatih, atau meningkatkan. Setiap
anak lahir telah memiliki tendensi,
kapasitas, potensi, dan kekuatan
(power), sehingga tugas pendidikan
adalah meningkatkannya hingga
maksimum.
Pendidikan bertujuan
mengembangkan kompetensi anak
didik yang meliputi kompetensi
kognitif, kompetensi kecerdasan
emosi, dan kompetensi kecerdasan
social (Richard E, 2008). Anak didik
harus mampu memenuhi tuntutan
abad ke-21, sehingga harus memiliki
kompetensi kecerdasan emosional,
kompetensi kecerdasan sosial, dan
kompetensi adaptif terhadap
lingkungan (Richard E, 2008).
Kompetensi kognitif merupakan
kecerdasan sistem berpikir dan
pengenalan pola, kompetensi
kecerdasan emosi merupakan
penguasaan dan pengendalian diri,
kompetensi kecerdasan sosial
merupakan penguasaan kondisi
sosial dan hubungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik
52
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara (Malik A, 2003).
Berkowitz mengatakan
pendidikan karakter efektif
menggunakan sebelas prinsip, yaitu:
1) Memperkenalkan dan
mempromosikan nilai karakter inti;
2) menanamkan nilai karakter secara
komprehensif, agar memasuki ranah
kognitif, ranah sikap, dan ranah
perilaku; 3) Pengembangan karakter
secara komprehensif, intensif,
proaktif, dengan menggunakan
seluruh komponen sekolah; 4)
mengembangkan kepedulian yang
berkaitan dengan masyarakat
sekolah; 5) mempersiapkan anak
didik untuk berperilaku baik; 6)
memasukkan pendidikan karakter
dalam kurikulum; 7) memicu
motivasi intrinsik anak didik; 8)
melibatkan staf yang ada di sekolah
sehingga menjadi masyarakat
berkarakter; 9) melakukan diskusi
dengan pemimpin sekolah untuk
mendukung dalam waktu lama; 10)
melibatkan keluarga dan anggota
masyarakat sebagai teman sekerja
dalam pendidikan karakter; 11)
mendorong evaluasi oleh sekolah
dan menjalin kerja sama dengan
pihak lain sebagai masyarakat
berkarakter (Berkowitz, 2002).
Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian (controlling)
adalah, The process of stabling and
implementing mechanisms to ensure
that objectives are achieved (Lussier,
1997). Controlling is management
function that involves monitoring,
comparing, and correcting work
performance (Robbins, 2007).
Pengendalian adalah “copy of a roll
(of accaunt), a parallel of the same
quality and content with the
original” (Sitorus, 2007).
Berdasarkan hal tersebut dimaknai
bahwa pengendalian adalah gerakan
atau proses penyamaan materi dan
kualitasnya terhadap tujuan awal.
Tujuan awal adalah target yang
dirumuskan dan disesuaikan dengan
perencanaan. Pengertian
pengendalian manajemen dapat
dipahami berdasarka defenisi
berikut.
53
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Manajemen control system is the process by which managers influence other members of the organization to implement organization’s strategies. The system used by management to control the activities of and organization is called management control system” (Anthony, 1998).
Pengendali memastikan
pencapaian tujuan melalui
mekanisme yang sesuai dengan
karakteristik objek kendali
(Pangaribuan, 2011). Karakteristik
objek kendali terkadang sulit untuk
diketahui sehingga pengendali harus
dapat dibangun tanpa merujuk
perumusan karakteristik objek
kendali (Pangaribuan, 2010). Dari
kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pengendalian
dapat dilakukan kepada objek
kendali yang diketahui maupun tidak
diketahui karakteristik objek kendali.
Hal tersebut disesuaikan dengan
model pengendali yang dapat
mengatasi persoalan pengetahuan
karakteristik objek kendali tersebut.
Sitorus menjelaskan ada lima sistem
pengendalian manajemen, yaitu:
(1) pengendalian pencegahan
(preventive controls); (2)
pengendalian deteksi (detective
controls); (c) pengendalian koreksi
(corrective controls); (d)
pengendalian pengarahan (derective
controls); dan (e) pengendalian
kompensatif (compensating controls)
(Sitorus, 2007).
Banyak model
pengendali dalam manajemen yang
dapat diterapkan, semua model
tersebut bertujuan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan. Diantara
model-model tersebut adalah model
PDCA, Model Kaizen, Model Iso
9001-2000, model QAFU, National
University of Singapore, model
SPMPT Ditjen Dikti. Keseluruhan
model tersebut memiliki mekanisme
pencapaian mutu berkelanjutan.
Mutu berkelanjutan yang dimaksud
dalam kajian tersbut tidak terbatas
hingga pelanggan merasa puas.
Anthony menjelaskan empat
elemen dasar proses kendali, yaitu:
1) Detector; 2) Assessor; 3)
Effector; dan 4) Jaringan
komunikasi (Anthony, 2011).
Detektor atau pelacak atau sensor
adalah suatu perangkat yang
mengukur apa yang sesungguhnya
terjadi dalam proses yang sedang
dikendalikan. Assessor (penilai)
54
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
adalah suatu perangkat yang
menentukan signifikansi dari
peristiwa aktual dengan cara
membandingkannya dengan
beberapa standar atau ekspektasi dari
apa yang seharusnya terjadi. Effector
sering disebut umpan balik yang
mengubah perilaku jika assessor
mengindikasikan kebutuhan untuk
melakukan hal tersebut. Jaringan
komunikasi adalah perangkat yang
meneruskan informasi antara
detector dan assessor dan antara
assessor dan effector. Hubungan
keempat elemen dasar tersebut
diperlihatkan pada gambar 1 berikut
(Anthony, 2011).
Gambar 1. Hubungan empat elmen dasar pengendalian
Sejalan dengan hal itu, maka
dikaji model yang menjadi
paradikma penelitian ini, seperti
yang diperlihatkan pada gambar 2.
Pada gambar 2 di bawah
diperlihatkan model pengendalian
yang didisain dan diteliti.
Target
(input) ε Keluaran
+ -
Gambar 2 Model Pengendalian Pendidikan Karakter SMP Tri Jaya Medan
Perangkat Kendali
1. Detector. Informasi tentang apa yang sedang terjadi
Perusahaan yang sedang dikendalikan
3. Effector. Perubahan perilaku jika diperlukan
2. Assessor, Perbadingan dengan ukuran standar
Pengendali Objek Kendali
Pengukuran dan evaluasi
55
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Model yang diteliti adalah
memiliki tujuan atau target
pengendalian terbatas sehingga dapat
dibandingkan dengan hasil
pengendalian tiap siklus. Perbedaan
antara target dan kenyataan dapat
dibandingkan dan dikoreksi melalui
proses lanjutan. Perbedaan kenyataan
dengan target disebut kesalahan atau
error (ε). Kesalahan atau error (ε)
dalam pengendalian ini yang
dikoreksi melalui umpan balik agar
berharga nol, artinya adalah
kenyataan sama dengan target atau
rencana yang ditetapkan tercapai.
Aturan kendali bertujuan untuk
memberi keputusan tentang
keberlanjutan proses pengendalian
atau penghentian proses
pengendalian. Jika error (ε) sama
dengan nol, maka pengendalian
diberhentikan dalam arti selesai,
sebaliknya jika error (ε) tidak sama
dengan nilai nol proses dan
pengendalian dilanjutkan. Proses
perbaikan dilaksanakan dalam siklus-
siklus proses, sikulus proses tersebut
merupakan pengulangan dan
penguatan.
Nilai error (ε) sama dengan nilai
nol diperoleh dari hasil pengendalian
terhadap proses pendidikan karakter
yang pada awalnya memliki nilai
tidak sama dengan nol. Tercapainya
nilai error (ε) mendekati atau sama
dengan nol, adalah menggambarkan
atau bermakna bahwa respon
pengendalian objek kendali
terkendalikan. Nilai-nilai error (ε)
setiap tahapan dapat diketahui dari
pengukuran, hal tersebut
menggambarkan keterukuran. Ada
perubahan nilai error (ε) sebesar
delta error (Δε) setiap siklus
pengendalian. Nilai delta error (Δε)
tersebut yang memperlihatkan
tingkat sensitivitas respon
pengendalian objek kendali.
Sensitivitas tersebut sangat
menentukan kecepatan capaian
target, dan dalam pengendalian
sensitivitas merupakan parameter
yang sangat penting (Dorf, 2011).
Kualitas model pengendalian
menentukan dan menjamin capaian
target dalam selang waktu tertentu.
Interval pemberian stimulus
manajemen yang memperbaiki
keluaran terkini dari hasil
pengendalian perlu ditetapkan
dengan bijak. Sejalan dengan hal itu,
Stimulus manajemen pendidikan
56
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
karakter dapat diberikan tiap-tiap
hari, atau tiap-tiap minggu, bahkan
tiap-tiap bulan, menjadi siklus
(Chapman, 2005). Satu siklus
pengendalian penelitian yang
dilaksanakan adalah satu minggu dan
penelitian yang dilakukan adalah
empat siklus. Sati silkus adalah satu
kali pemberian stimulus, satu kali
pengukuran dan umpan balik, yang
hasilnya dinilai dan diberi
rekomendasi untuk melakukan siklus
kedua.
Pengukuran hasil pemberian
stimulus manajemen berupa respon
objek kendali dilakukan sesuai
dengan rentang atau periode
pemberian stimulus tersebut. Hasil
stimulus tiap periode dibandingkan
dan diperoleh nilai delta error (Δε),
yaitu perubahan stimulus yang
disebut juga sensitivitas
pengendalian objek kendali. Jika
besar nilai delta error (Δε) adalah
positip maka objek kendali
terkendalikan dengan model
pengendalian yang dirancang.
Model pengendalian dapat
diterapkan pada objek kendali jika
memenuhi tiga syarat, yaitu: (a)
Keterukuran; (b) sensitivitas; (c)
keterkendalian. Keterukuran
diartikan sebagai kemampuan
instrument mengukur respon
pengendalian yang dalam hal ini
adalah menggunakan tes dan angket.
Tes dan angket yang dipergunakan
terlebih dahulu diuji validitas isinya
oleh dua orang pakar yang
dibuktikan dengan pernyataan hasil
analisis yang mereka lakukan.
Sensitivitas diartikan adanya nilai
perubahan delta error (Δε) yang
bermakna (signifikan), yang dalam
hal ini dapat dianalisis denga uji t,
dengan taraf signifikansi 95%.
Keterkendalian diartikan dari nilai
error (ε) yang dapat mencapai nilai
nol atau mendekati nol. Hal tersebut
dapat diperoleh setelah beberapa
periode (siklus) pengendalian.
Keterukuran adalah sifat
parameter atau variabel yang dapat
diukur oleh instrumen yang
dirancang dan diciptakan khusus
untuk pengukuran tersebut.
Parameter atau variabel yang terukur
adalah yang memiliki indikator-
indikator yang dapat dirujuk untuk
membuat instrumen pengukuran.
Keterukuran terkait dengan kuantitas
atau kualitas yang dapat di
57
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
transformasikan dalam bentuk
kuantitas.
Proses penanaman atribut
karakter bertujuan memberi
pengetahuan kognitif dan sikap
positif terhadap nilai-nilai karakter.
Indikator subjek yang memiliki
pengetahuan tentang nilai-nilai
karakter menyangkut taxonomi
Bloom atau Taxonomi Anderson.
Indikator subjek yang memiliki sikap
positip terhadap nilai-nilai karakter
atau atribut karakter sesuai dengan
pandangan Kratwohl tentang sikap
berada dalam domain khusus dan
memiliki tingkatan (Taxonomi) yang
meliputi: penerimaan, respons,
menghargai, mengorganisasikan, dan
karakterisasi (Bloom, 1964).
Keterukuran
Keterukuran suatu respon
kendali dipandang dari sistem adalah
bahwa setiap respon yang dihasilkan
oleh objek kendali atas stimulus
sistem pengendalian, dapat diketahui
secara kuantitatif melalui
pengukuran, dan dari hasil
pengukuran dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengukuran tersebut adalah
benar dan tetap. Pengukuran yang
benar dan tetap adalah pengukuran
yang reliabel. Reliabelitas
pengukuran pengetahuan dapat
dihitung dengan menggunakan
rumus Kuder dan Richardson (K-R-
20) (Arikunto, 1984). Dikatakan
terandal jika koefisien reliabelitas
hasil perhitungan lebih besar dari
0,50 (Arikunto, 19840. Reliabelitas
pengukuran sikap dapat dihitung
dengan menggunakan Cronbach’s
formula yang lebih lajim disebut
koefisien alpha (Guildford, 1954).
Sensitivitas
Sensitivitas atau kepekaan
sistem pengendalian didefenisikan
sebagai perbandingan prosentase
perubahan pada fungsi transfer
sistem, dengan prosentase perubahan
fungsi transfer proses (Dorf, 1983).
Kepekaan didefenisikan dalam
bentuk persamaan matematika
berikut (Dorf, 1983):
)(/)(
)(/)(
sGsG
sTsTs
,
dalam mana T(s) adalah fungsi
transfer proses, sedangkan G(s)
adalah fungsi transfer sistem, serta
)(),( sTsG adalah perubahan
pada kedua fungsi transfer.
Berdasarkan persamaan di atas dapat
dimaknai bahwa satu sistem yang
58
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
sensitif adalah jika terjadi perubahan
respon ketika diberikan stimulus
Sensitivitas ditinjau dari sistem
kendali manajemen adalah terjadinya
perubahan respon akibat adanya
stimulus pengendalian, dan
perubahan tersebut adalah signifikan.
Perubahan respon akibat adanya
pemberian stimulus adalah nilai
respon terawal dibandingkan dengan
nilai respon terkini. Pembandingan
dapat dilakukan dengan uji t (t-test),
uji satu pihak. Nilai hasil
perhitungan uji-t dikonfrontasikan
terhadap nilai t-tabel (Sudjana,
2005).
Keterkendalian
Keterkendalian adalah nilai
respon objek kendali atas stimulus
pengendalian bersifat konvergen,
yaitu menuju satu titik. Objek
kendali yang dikendalikan menuruti
kemauan pengendali melalui
pemberian stimulus, yaitu mencapai
nilai set point (nilai yang
direncanakan). Ketercapaian nilai set
point identik dengan kestabilan
keluaran sistem, yang didefenisikan
jika dan hanya jika respon g(t) jika
diintegrasikan di daerah range yang
tidak terhingga akan mempunyai
harga yang berhingga (Dorf, 1983).
Jika sumbu Y menggambarkan
garis respon, dan sumbu X
menggambarkan stimulus dan waktu,
maka besaran respon adalah fungsi
stimulus dan waktu atau Y = g (X,t),
sehingga untuk grafik c dapat
diketahui nilai keterhinggaannya
dengan persamaan berikut.
0
),( kdxdttXfY , nilai k adalah
nilai keterhinggaannya.
Proses Pemberian Stimulus Pendidikan Karakter
Pemberian stimulus pendidikan
karakter sebagai proses pengendalian
dilakukan atas empat sikulus.
Keempat siklus tersebut dipaparkan
sebagai berikut.
Siklus I.
1. Mengandakan pretest penguasaan
atribut karakter utama dan sikap
guru terhadap pendidikan
karakter.
2. Mensosialisasikan pentingnya
pendidikan karakter.
3. Mensosialisasikan kebijakan
nasional tentang pendidikan
karakter.
59
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
4. Mensosialisasikan atribut
karakter utama yang harus
dimiliki guru dan siswa Perguran
Tri Jaya Medan.
5. Mensosialisasikan rencana-
rencana proses pendidikan
karakater bagi guru Y.P. Tri jaya.
6. Tes awal penguasaan atribut
karakter dan sikap terhadap
pendidikan karakter.
7. Menganalisis hasil tes awal dan
pengukuran sikap terhadap
pendidikan karakter.
8. Menghitung keterukuran,
sensitivitas, dan keterkendalian
hasil tes awal dan siklus I.
Siklus II
1. Mengadakan rapat evaluasi
penguasaan atribut karakter dan
sikap terhadap pendidikan
karakter.
2. Mensosialisasikan kelemahan
dan kelebihan yang telah dimiliki
dikuasai guru atas atribut
karakter dan sikap terhadap
pendidikan karakter.
3. Memerintahkan peningkatan
penguasaan atribut karakter dan
sikap positip terhadap pendidikan
karakter.
4. Merumuskan butir-butir
komitment atas penguasaan
atribut karakter dan sikap
terhadap pendidikan karakter.
5. Perenungan dan pemotivasian
pelaksanaan komitmen.
6. Melaksanakan tes penguasaan
atribut karakter dan sikap
terhadap pendidikan karakter.
7. Menghitung tererukuran dan
sensitivitas serta keterkendalian.
Siklus III.
1. Mengadakan rapat evaluasi
penguasaan atribut karakter dan
sikap terhadap pendidikan
karakter.
2. Mensosialisasikan kelemahan
dan kelebihan yang telah dimiliki
dikuasai guru atas atribut
karakter dan sikap terhadap
pendidikan karakter.
3. Memerintahkan peningkatan
penguasaan atribut karakter dan
sikap positip terhadap pendidikan
karakter.
4. Merenungkan butir-butir
komitment atas penguasaan
atribut karakter dan sikap
terhadap pendidikan karakter.
60
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
5. Pembangkitan motivasi intrinsik
untuk penguasaan atribut
karakter dan peningkatan sikap
terhadap pendidikan karakter.
6. Memberikan tugas pembuatan
poster pendidikan karakter bagi
guru dan siswa.
7. Melaksanakan tes penguasaan
atribut karakter dan sikap
terhadap pendidikan karakter.
8. Menghitung tererukuran dan
sensitivitas serta keterkendalian.
Siklus IV.
1. Mengadakan rapat evaluasi
penguasaan atribut karakter dan
sikap terhadap pendidikan
karakter.
2. Mensosialisasikan kelemahan dan
kelebihan yang telah dimiliki
dikuasai guru atas atribut karakter
dan sikap terhadap pendidikan
karakter.
3. Memerintahkan peningkatan
penguasaan atribut karakter dan
sikap positip terhadap pendidikan
karakter.
4. Merenungkan butir-butir
komitment atas penguasaan
atribut karakter dan sikap
terhadap pendidikan karakter.
5. Pembangkitan motivasi intrinsik
untuk penguasaan atribut karakter
dan peningkatan sikap terhadap
pendidikan karakter.
6. Memberikan tugas interpensi
implementasi atribut karakter
pada siswa dan masyarakat di
lingkangan tempat tinggal guru.
7. Melaksanakan tes penguasaan
atribut karakter dan sikap
terhadap pendidikan karakter.
8. Menghitung tererukuran dan
sensitivitas serta keterkendalian.
KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan teori-teori yang
telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
pendidikan karakter berorientasi
pada pembangunan pengetahuan dan
sikap para guru dan siswa sehingga
hasil proses pendidikan tersebut
dapat diukur dengan instrumen tes
dan angket. Sejalan dengan hal
tersebut maka proses pendidikan
karakter memiliki keterukuran.
Proses pendidikan karakter
mengharapkan adanya perubahan
karakter yang dimiliki guru dan
siswa serta para pegawai disekolah.
61
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Perubahan karakter yang
dimaksudkan pada pengetahuan
tentang atribut karakter yang
ditumbuhkembangkan serta
munculnya sikap yang positip
tentang karakter dan
implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai guru dan sebagai
anggota masyarakat. Perubahan
terjadi akibat adanya proses yang
memperlihatkan sensitivitas bagi
guru dan siswa terhadap stimulus
yang dilakukan saat pendidikan
karakter berlangsung.
Proses pendidikan karakter
menuju pembangunan karakter
dengan target sesuai dengan yang
direncanakan. Ketercapaian target
karakter dalam proses yang berulang
dan dikendalikan. Target dipastikan
akan tercapai sehingga proses
pendidikan karakter terkendalikan.
Pada umumnya guru-guru akan
mengikuti instruksi dan arahan
kepala sekolah sebagai atasan
langsung yang memberikan
bimbingan dan penilaian kinerja dan
etika guru. Proses tersebut dilakukan
berulang dan dievaluasi sehingga
menghasilkan perubahan
pengetahuan dan sikap yang
memperlihatkan atribut karakter.
Pengetahuan karakter guru diukur
dengan tes dan sikap guru terhadap
pendidikan karakter diukur dengan
angket. Rumusan hipotesis statistik
penelitian sebagai berikut.
Ha: Model pengendalian memenuhi
syarat respon objek kendali atas
stimulus manajemen hasil
pengendalian.
Ho: Model pengendalian tidak
memenuhi syarat respon objek
kendali atas stimulus Manajemen
hasil pengendalian.
Hipotesis statistik:
Ha : µ2 > µ1
Ho: µ2 ≤ µ1
HASIL PENELITIANKeturukuran
62
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Analisis data keterukuran
penguasaan atribut karakter
dipergunakan persamaan Kuder dan
Richardson yaitu K-R 20 (Suharsini,
1984). Analisis data keterukuran
sikap terhadap pendidikan karakter
dipergunakan rumus Alpha
(Guilford, 1954). Keterukuran dapat
dibenarkan jika nikai masing-masing
r11 dan nilai r lebih besar dari 0,50
(Fernandees, 1984). Hasil tersebut
ditampilkan pada tabel 1, dan
menghasilkan kesimpulan bahwa
pengendalian memenuhi persyaratan
keterukuran.
Tabel 1. Hasil analisis keterukuran respon kendaliNilai Keterukuran (reliabelitas)
Pretest I II III IVKeterukuran (r11)
Hasil tesrt = 0,50 0,56 0,63 075 0,81 0,91
Keterukuran (r)Hasil Angket
rt = 0,50 0,63 071 0,85 0,91 0,98
SensitivitasAnalisis sensitivitas data
penguasaan atribut karakter dan
sikap terhadap pendidikan karakter
mempergunakan uji-t (Hadi, 2004).
Hasil analisis ditampilkan pada tabel
2 dan dapat diketahui bahwa setiap
siklus memiliki sensitivitas yang
signifikan, dalam mana nilai t-hitung
setiap siklus > t-tabel. Setiap siklus
pengukuran dan hasil analisis
terhadap respon pengendalian objek
kendali memperlihatkan tingkat
sensitivitas sistem pengendalian
adalah signifikan. Hal tersebut
memberikan kesimpulan bahwa
pengendali yang dirancang adalah
memenuhi syarat sensitivitas, dan
dapat dipergunakan untuk
pengendalian pendidikan karakter.
Tabel 2. Hasil Analisis SensitivitasNilai Perubahan Sikap
Pretest I II III IVHasil uji Sensitivitas Keadaan - sensitif sensitif sensitif sensitifHasil Uji t-test(α = 0,05), dan
dk=31
t-hitung - 1,712 1,757 1,821 1,798t-tabel (uji satu ekor) 1,688 1,688 1,688 1,688 1,688
Keterkendalian Analisis keterkendalian
dilakukan dengan menganalisis
63
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
rerata kesalahan (nilai error) dari
setiap siklus yang diharapkan
menuju nilai nol (konvergen). Pada
tabel 3. diperlihatkan nilai rerata
kesalahan (error) untuk pengetahuan
karakter dan sikap terhadap
pendidikan karakter, dan dapat
diketahui bahwa pengetahuan
tentang karakter dan sikap terhadap
pendidikan karakter menagalami
penurunan kesalahan sejak pada
pretest hingga siklus ke-empat,
penurunan tersebut menuju satu titik
(konvergensi). Dengan demikian
model pengendalian memenuhi
persyaratan keterkendalian.
Tabel 3. Hasil Analisis KeterkendalianRerata Error Pengetahuan Karakter
Setiap SiklusRerata Error Sikap terhadap
Pendidikan Karakter Setiap SiklusPretest I II III IV Pretest I II III IV
22,50 17,53 13,16 8,91 6,78 44,44 34,31 26,41 20,38 8,72
Nilai menuju satu titik “0”, konvergen sehingga terkendalikan
Hasil pengujian hipotesis
menyimpulkan bahwa model
pengendalian yang dirancang dapat
dipergunkana untuk pengendalian
pendidikan karakter, yaitu dengan
menerima hipotesis alternatif dan
menolak hipotesis nol.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pengujian hipotesis atas ketiga
persyaratan pengendalian dapat
disimpulkan bahwa model
pengendalian yang didisain dapat
dipergunakan untuk mengendalian
implementasi pendidikan karakter
bagi guru-guru. Model pengendalian
yang dirancang berdasarkan
pendekatan sistem, yang terdiri dari
subsistem input, subsistem proses,
subsistem output, subsistem umpan
balik. Model pengendalian
mengendalikan keseluruhan
subsistem, sehingga meliputi proses
perencanaan, pelaksanaan, dan
monitoring dan evaluasi. Model
pengendalian ini disarankan
diimplementasikan pada pendidikan
karakter di mana saja.
64
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita Biner. 2011. “Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter dalam Ekstrakurikuler”. Makalah. Makalah disampaikan pada pengembangan karakter siswapenerima beasiswa Bidik Misi tanggal 05-07 Desember 2011 di Wisma Hanif UNIMED.
Ali Lukman, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anthony N. Robert., V. Govindarajan. 1998. Management Control Systems. Boston: Irwin McGraw-Hill.
Antony Robert N, Vijay Govindarajan, alih bahasa Suyoto Bakir dan Yuni Prihantini. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Arikunto Suharsini. 1984. Validitas dan Reliabelitas. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Berkowitz W. Marvin. 2002. Character Education. Standord, DC: Hoover Institution.
Chapman S. Christopper . 2005.Controlling Strategy.Management Accounting, andPerformance Measurement.New York: Oxford University Press.
Darmiyati Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek Yogyakarta: UNY Press.
D.R. Krathwohl, Bloom, B.S., and Masia, B.B. 1964. Taxonomy of educational objectives: Handbook II: Affective domain.New York: David McKay Co.
Dorf C. Richard, alih bahasa Farid Ruskanda. 1983. Sistem Pengaturan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dorf C. Richard, Robert H. Bishop. 2011. Modern Control System. Twelfth Edition. New Jersey:Pearson Education. Inc.
Fadjar A. Malik. 2004. Kumpulan Pidato Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Buku IV. Jakarta: Depdiknas.
Fish William. Philosophy of Perception. A Contemporary Introduction. New York: Routledge.
Fernandees H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta: National Education Lanning.
Guilford J.P. 1954. Psychometric Methods. New York: McGraw Hill.
Hill, T.A., 2005. Character First! Kimray Inc.,
http://www.charactercities.org/ downloads/
/Whatischaracter.pdf. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.
Hornby, A.S. 1974. Oxford Advanced Learner’s Dictionary
65
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
of Current English. Oxford: Oxford University.
Hutzschenreuter Jens. 2009.Management Control in Smalland Medium Sized Enterprises. Wiesbaden: Gabler/GWV Fachverlage GmbH.
Josephson Institute. Thes Six Pillars of Character. http://charactercounts.org/sixpillars.html. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.
Kupperman Joel J. 1991. Character.Newyork, Oxford: Oxford University Press.
Lussier N. Robert. 1997. Management. Concepts, Applications, Skill Development.Cincinnati Ohio: South-Western College Publishing.
Malik A. Fadjar. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
McElmeel Sharron L. 2002. Character Education. A book Guide for Theacher, Librarians, and Parents, Clorado: Libraries Unlimited, Theacher Ideas Press.
Nandika Dodi.2008. “Kualitas Pendidikan Kita”, Opini Pendidikan 2008.Jakarta: Depdiknas.
Nandika Dodi. 2008. Teropong Pendidikan Kita, Antologi Artikel 2007-2008. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Pangaribuan Wanapri. 2011.“Kendali Kualitas Pendidikan pada Program Studi dengan Metode Kendali Kokoh (Robust Control)”. Majalah/Jurnal Generasi kampus (Campus Generation), Volume 4, Nomor 1, April 2011. Unimed.
Pangaribuan Wanapri. 2010. “Sistem Pengendalian Pembangunan Pendidikan Berbasis
Logika Kabur (Fuzzy Logic)”. Majalah/Jurnal Generasi kampus (Campus Generation), Volume 3, Nomor 1, April 2010. Unimed.
Richard E Boyatzis. 2008.Competencies in the 21st
Century. Journal of Management Development, Vol. 27 Number 1.
Robbins Stephen, Mary Coulter. 2007. Management. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Sitorus Victor, dkk. 2007 .Sistem Pengendalian Manajemen.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Sudjana. 2005. Metode Statistik.Bandung: Penerbit Tarsito.
Sutrisno Hadi. 2004. Statistik. Jilid. 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.
66
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Tresna Dermawan Kurnaefi. 2006. Buku I Panduan Pelaksanaan Sistem Penjaminan MutuPerguruan Tinggi (SPM-PT), Bidang Akademik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen Pendidikan Nasional.
Williams Chuk. 2008. Effective Management. South Western: Thomson Cooperation.
67
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA
PARULIAN 2 MEDAN
Paningkat Siburian
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi berprestasi dan kepuasan kerja, dan pengaruh motivasi berprestasi terhadap kepuasan kerja Guru SMA Parulian 2 Medan. Hasil analisis jalur menemukan (1) koefisien jalur antara komunikasi interpersonal (X1) dengan motivasi berprestasi (X2), yaitu ρ21 = 0,726; (2) koefisien jalur antara komunikasi interpersonal (X1) dengan kepuasan kerja (X3), yaitu ρ31 = 0,343;dan (3 koefisien jalur antara motivasi berprestasi (X2) dengan kepuasan kerja (X3), yaitu ρ32 = 0,511 adalah signifikan pada α sebesar 0,05.Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Motivasi Berprestasi
PENDAHULUAN
Sesuai dengan tantangan
kehidupan global, peran dan
tanggung jawab guru pada masa
mendatang akan semakin kompleks,
sehingga guru harus meningkatkan
kompetensinya secara terus-menerus
untuk mendapatkan kepuasan kerja
yang tinggi. Guru merupakan ujung
tombak yang berada pada garis
terdepan yang langsung berhadapan
dengan peserta didik melalui
kegiatan pembelajaran di dalam
kelas ataupun di luar kelas. Untuk
itu, guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikasi
pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan
mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Sehubungan dengan itu, telah
dilakukan berbagai upaya untuk
menjadikan guru profesional, baik
melalui Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) maupun
melalui kegiatan pendidikan lanjutan
yang relevan di perguruan tinggi.
Bagi guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik diberikan tunjang
profesi, sehingga mereka memiliki
kepuasan kerja yang tinggi dan
kinerjanya dapat meningkat.
Namun dikemukakan bahwa
saat ini guru menghadapi
permasalahan untuk menjadi tenaga
68
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
profesional dengan tingkat apresiasi
dari lingkungan yang masih rendah,
yang mana masyarakat masih
menganggap remeh profesi seorang
guru (Tim Instruktur PLPG, 2008;
10). Selanjutnya, dikemukakan
bahwa kepuasan kerja guru sebagai
sikap umum guru terhadap
pekerjaannya belum sesuai dengan
harapan (Nirva Diana, 2006: 3).
Berkaitan dengan itu, dijelaskan
bahwa kepuasan kerja merupakan
faktor yang mendasar yang
mempengaruhi kinerja. Sesuai
dengan Teori Sistem Perilaku
dijelaskan bahwa budaya organisasi
mempengaruhi kepemimpinan dan
komunikasi, selanjutnya
kepemimpinan dan komunikasi
mempengaruhi motivasi, dan pada
akhirnya motivasi mempengaruhi
kepuasan kerja (Newstrom, 2007:
26).
Berbeda halnya dengan Teori
Model Integrasi Perilaku Organisasi
yang menjelaskan bahwa budaya
organisasi, kepemimpinan, dan
kemampuan berkomunikasi secara
langsung mempengaruhi motivasi
dan kepuasan kerja (Colquitt,
LePine, dan Wesson, 2009: 8). Jika
kepuasan kerja guru tinggi, maka
akan sangat mudah mencapai tujuan
yang diharapkan secara sempurna.
Kepuasan kerja guru merupakan
suatu faktor yang dominan
mempengaruhi kualitas kerja guru
dalam mewujudkan pendidikan yang
bermutu. Oleh karena itu, dalam
rangka meningkatkan mutu
pendidikan, perlu diteliti kepuasan
kerja guru serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Namun,
mengingat luasnya permasalahan
yang berhubungan dengan kepuasan
kerja guru, diadakan pembatasan
masalah, sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan penelitian.
Penelitian ini hanya berfokus
mengkaji pengaruh komunikasi
interpersonal, dan motivasi
berprestasi terhadap kepuasan kerja
guru SMA Parulian 2 Medan.pada
tahun 2009.
Berdasarkan pembatasan
masalah, dibuat perumusan masalah
sebagai berikut: 1) Apakah
komunikasi interpersonal guru
mempengaruhi motivasi berprestasi
secara langsung ?, 2) Apakah
komunikasi interpersonal
mempengaruhi kepuasan kerja guru
69
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
secara langsung ?, 3) Apakah
motivasi berprestasi mempengaruhi
kepuasan kerja guru secara
langsung?. Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk : 1) Mengetahui
apakah komunikasi interpersonal
guru mempengaruhi motivasi
berprestasi guru secara langsung, 2)
Mengetahui apakah komunikasi
interpersonal mempengaruhi
kepuasan kerja guru secara langsung,
3) Mengetahui apakah motivasi
berprestasi mempengaruhi kepuasan
kerja guru secara langsung.
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan informasi tentang
kepuasan kerja guru serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, yaitu
komunikasi interpersonal dan
motivasi berprestasi sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak
Departemen Pendidikan Nasional
dalam rangka peningkatan kepuasan
kerja guru, 2) Memberikan dukungan
empiris terhadap teori yang
mendasari paradigma penelitian serta
memberikan bahan bandingan bagi
penelitian yang relevan di kemudian
hari.
Deskripsi Teoretis dan Hipotesis PenelitianKepuasan Kerja Guru
Kepuasan kerja menunjuk
kepada sikap umum seseorang
terhadap pekerjaannya (Robbins, dan
Coulter, 2007: 421). Kepuasan kerja
adalah sekumpulan perasaan yang
menyenangkan atau tidak
menyenangkan dan emosi-emosi
dengan mana para pekerja
memandang pekerjaan mereka
(Newstrom, 207: 204). Jadi,
kepuasan kerja guru sangat
ditentukan oleh kesesuaian antara
apa yang diharapkan dengan apa
yang didapatkan guru dalam
pekerjaannya. Kepuasan kerja
meliputi reaksi atau sikap kognitif,
afektif, dan evaluative (Locke dalam
Dunnette, 1976: 130. Value
Discrepancy Theory menjelaskan
bahwa nilai pekerjaan lebih penting
dibandingkan nilai kebutuhan dalam
pemenuhan kepuasan kerja
(Greenberg, 1999: 81). Hal ini berarti
bahwa kepuasan kerja seseorang
sangat ditentukan oleh nilai
pekerjaanya atau hasil kerja yang
dicapai. Teori nilai yang diperoleh
70
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
(value attainment) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja tergantung
dari pada kesesuaian antara nilai
hasil keluaran yang diperoleh secara
individu pada pekerjaannya dan
persepsi mengenai kemampuan atas
hasil tersebut (Greenberg, 1999:
1840). Teori keadilan (Equity
Theory) menjelaskan bahwa
kepuasan kerja merupakan hasil
persepsi dari keadilan yang
berkenaan dengan input dan outcome
(Watson dalam Nirva, 2006: 18).
Penjelasan tersebut
mengungkapkankan bahwa
kepuasaan kerja menunjuk pada hasil
persepsi tentang keadilan yang
menyangkut kesetaraan antara apa
yang diperoleh dari hasil kerja secara
wajar. Selanjutnya, dikemukakan ada
tiga elemen keadilan, yaitu : (1)
input –outcome ; (2) comparison
person ; dan (3) equity and inequity
(Nirva, 2006: 18).
Kepuasan kerja didasarkan pada
faktor lingkungan kerja, seperti gaya
penyelia, kebijakan dan prosedur,
afiliasi kelompok kerja, kondisi
kerja, dan tunjangan. Kepuasan kerja
dipengaruhi oleh kepemimpinan,
komunikasi, dinamika kelompok,
dan motivasi (Newstrom, 2007: 26).
Ada lima karakteristik penting
kepuasan kerja, yaitu: pembayaran,
pekerjaan, kesempatan promosi,
penyelia, dan rekan kerja (Gibson,
Ivancevich, dan Donnelly, 1996:
153). Sehubungan dengan itu,
Minnosota Satisfaction Questionare
menjelaskan bahwa indikator-
indikator untuk mengukur kepuasan
kerja adalah (1) kebebasan
memanfaatkan waktu luang, (2)
kebebasan bekerja secara mandiri,
(3) kebebasan berganti-ganti
pekerjaan dari waktu ke waktu, (4)
kebebasan bergaul, (5) gaya
kepemimpinan atasan langsung, (6)
kompetensi pengawas, (7) tugas yang
diterima, (8) kesempatan bertindak
terhadap orang lain, (9) persiapan
kerja, (10) kebebasan memerintah,
(11) kebebasan memanfaatkan
kemampuan, (12) kebebasan
menerapkan peraturan yang berlaku,
(13) gaji yang diterima, (14)
kesempatan mengembangkan karier,
(15) kebebasan mengambil
keputusan, (16) kesempatan
menggunakan metode kerja, (17)
kondisi kerja yang mendukung, (18)
kerja sama, (19) penghargaan
71
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
terhadap prestasi, dan (20) perasaan
pekerja terhadap prestasinya
(Husaini, 2008: 468).
Dengan demikian, secara
konseptual dapat dikemukakan
bahwa kepuasan kerja guru adalah
ungkapan sikap guru terhadap
pekerjaan yang mencerminkan
pengalaman yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan
berdasarkan kesesuaian antara
harapan dengan kenyataan yang
didapatkan dari pekerjaaannya.
Komunikasi Interpersonal Guru
Komunikasi merupakan unsur
penting dalam menjalin hubungan
antar manusia baik secara individu
maupun kelompok dalam organisasi.
Komunikasi ialah proses
penyampaian atau penerimaan pesan
dari satu orang kepada orang lain,
baik langsung maupun tidak
langsung, secara tertulis, lisan
maupun bahasa non verbal (Husaini,
2008: 389).Komunikasi adalah
transfer dan pemahaman arti
(Robbins, dan Coulter, 2007: 322).
Selanjutnya, dijelaskan bahwa
komunikasi adalah pengiriman
informasi dari seseorang pengirim
kepada seseorang penerima melalui
penggunaan simbol-simbol umum
(Lunenburg, dan Ornstein, 2000;
198).
Komunikasi interpersonal
diartikan sebagai proses komunikasi
yang dilakukan seseorang dengan
orang lain secara langsung
(Ofeinberg, 1994: 18). Komunikasi
interpersonal menekankan transfer
informasi dari satu orang ke orang
lain (Luthans, 2006: 380). Scott dan
Mitchell dalam Robbins
mengemukakan bahwa komunikasi
menjalankan empat fungsi utama di
dalam kelompok atau organisasi,
yaitu: pengendalian, motivasi,
pengungkapan emosi, dan informasi
(Robbins, 2006: 392). Secara khusus
dijelaskan bahwa komunikasi
interpersonal dalam organisasi
sekolah mempunyai tiga fungsi
yaitu: fungsi penghubung, fungsi
mentation, dan fungsi regulasi (Grant
dalam Siburian, 2008: 15).
Sehubungan dengan itu, dijelaskan
bahwa komunikasi interpersonal
guru adalah perilaku berbagi
informasi guru dengan rekan sesama
guru, siswa, dan masyarakat di
72
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
lingkungan guru (Tambunan, 2008;
71).
Komunikasi interpersonal
berpengaruh langsung terhadap
motivasi berprestasi (Wayne, Pace,
dan Faules, 2000: 203). Selanjutnya,
dijelaskan bahwa komunikasi
interpersonal mempengaruhi
kepuasan kerja (Wayne, Pace, dan
Faules, 2000: 203).
Dengan demikian, secara
konseptual dapat dikemukakan
bahwa komunikasi interpersonal
guru adalah perilaku berbagi
informasi guru dengan rekan sesama
guru, peserta didik, dan pihak
lainnya yang bersangkut paut dengan
tugasnya.
Motivasi Berprestasi Guru
Motivasi berasal dari kata
movere yang artinya menggerakkan
(Lunenburg, dan Ornstein, 2000: 88).
Motivasi menunjuk kepada proses
di mana usaha seseorang
digerakkan, diarahkan, dan
dipertahankan terhadap pencapaian
tujuan (Robbins, dan Coulter, 2007:
482).
Penjelasan tersebut
mengemukakan bahwa motivasi
terkait dengan usaha, arah, dan
ketekunan. Motivasi berhubungan
dengan bagaimana perilaku dimulai,
digiatkan, dipertahankan, diarahkan,
dan dihentikan(Gibson, Ivancevich,
dan Donnelly, 1996: 183). Jadi,
motivasi adalah dorongan yang
timbul pada atau di dalam diri
individu yang menggerakkan dan
mengarahkan perilakunya untuk
mencapai tujuan. Motivasi
berprestasi dapat diartikan sebagai
suatu dorongan dalam diri seseorang
untuk melakukan tugas dengan
sebaik-baiknya agar mencapai
prestasi dengan predikat terpuji
(Anwar, 2007: 68). Motivasi
berprestasi ialah dorongan dari
dalam diri untuk mengatasi segala
tantangan dan hambatan dalam
upaya mencapai tujuan (Husaini,
2008: 29). Seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi bersedia
memikul tanggung jawab sebagai
konsekuensi usahanya untuk
mencapai tujuan, berani mengambil
resiko yang sudah diperhitungkan,
bersedia mencari informasi untuk
mengukur kemajuannya, dan ingin
kepuasan dari yang telah
dikerjakannya.
73
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Ada enam karakteristik orang yang
mempunyai motif berprestasi tinggi,
yaitu :
(1). Memiliki tingkat tanggung
jawab pribadi yang tinggi ;
(2). Berani mengambil dan memikul
resiko ;
(3). Memiliki tujuan yang realistik ;
(4). Memiliki rencana kerja yang
menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasikan tujuan ;
(5). Memanfaatkan umpan balik
yang konkrit dalam semua
kegiatan yang dilakukan ; dan
(6). Mencari kesempatan untuk
mereliasasikan rencana yang
telah diprogramkan
(McClelland, 1961: 122).
Selanjutnya, Edward Murray
menjelaskan bahwa karakteristik
orang yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi adalah sebagai
berikut :
(1). Melakukan sesuatu dengan
sebaik-baiknya ;
(2). Melakukan sesuatu dengan
mencapai kesuksesan ;
(3). Menyelesaikan tugas-tugas yang
memerlukan usaha dan
keterampilan ;
(4). Berkeinginan menjadi orang
terkenal dan menguasai bidang
tertentu ;
(5). Melakukan hal yang sukar
dengan hasil yang memuaskan ;
(6). Mengerjakan sesuatu yang
sangat berarti ; dan
(7). Melakukan sesuatu yang lebih
baik dari pada orang lain
(Anwar, 2007: 68). .
Secara khusus dijelaskan bahwa
motivasi berprestasi mempengaruhi
kepuasan kerja Greenberg, 1999:
173-174). Jadi, motivasi berprestasi
adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja guru.
Dengan demikian, secara
konseptual dapat dikemukakan
bahwa motivasi berprestasi guru
adalah dorongan dalam diri guru
untuk melakukan tugas dengan
sebaik-baiknya guna mencapai
prestasi yang baik.
74
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir, diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Komunikasi interpersonal guru
mempengaruhi motivasi
berprestasi guru secara langsung.
2. Komunikasi interpersonal guru
mempengaruhi kepuasan kerja
guru secara langsung.
3. Motivasi berprestasi guru
mempengaruhi kepuasan kerja
guru secara langsung.
Model hubungan antar variabel
penelitian digambarkan dalam
bentuk diagram seperti Gambar 1 di
bawah ini.
Gambar 1. Model Hubungan antar Variabel Penelitian
Keterangan :
X1 = Komunikasi Interpersonal Guru
X2 = Motivasi BerprestasiX3 = Kepuasan Kerja Guru
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Parulian 2 Medan pada tahun 2009. Sesuai
dengan tujuan penelitian, yang mana datanya dijaring melalui angket, maka
metode penelitian ini disebut metode survai dengan menggunakan analisis jalur.
Populasi penelitian ini adalah semua guru SMA Parulian 2 Medan yang
jumlahnya sebanyak 36 orang. Untuk keperluan analisis diambil sampel, yang
mana penentuan sampel dilakukan secara acak dengan Simple Randon Sampling.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan tabel
Krejeie dan Morgan pada taraf kesalahan sebesar 5% sebanyak 34 orang.
X1
X2 X3
75
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
TEKNIK PENGUMPULAN DATAUntuk menjaring data
komunikasi interpersonal, motivasi
berprestasi, dan kepuasan kerja guru
digunakan angket yang
dikembangkan oleh peneliti.
Penyusunan angket dilakukan
dengan mengacu kepada indikator
variabel penelitian. Selanjutnya,
untuk mendapatkan angket yang
sahih dan terandal dilakukan uji coba
instrumen. Untuk menentukan
kesahihan butir angket digunakan
rumus Korelasi Product Moment dan
untuk menentukan keterandalan
angket digunakan formula Alpha dari
Cronbach. Hasil analisis menemukan
bahwa dari empat puluh butir angket
kepuasan kerja ada 32 buah butir
yang sahih yang mewakili semua
indikator variabel dengan koefisien
keterandalan sebesar 0,946. Hasil
analisis menemukan bahwa dari
empat puluh butir angket komunikasi
interpersonal ada 32 buah butir yang
sahih yang mewakili semua indikator
variabel dengan koefisien
keterandalan sebesar 0,96. Hasil
analisis menemukan bahwa dari
empat puluh butir angket motivasi
berprestasi ada 32 buah butir yang
sahih yang mewakili semua indikator
variabel dengan koefisien
keterandalan sebesar 0,95.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji persyaratan
analisis, dan uji hipotesis.
Analisis Deskriptif
Untuk mendeskripsikan data dari setiap variabel yang diteliti digunakan
statistik deskriptif, sehingga didapatkan harga rata-rata (mean), median, modus,
rentang, standar deviasi,skor tertinggi dan skor terendah, distribusi frekuensi skor,
dan histogramnya.
Uji Persyaratan Analisis
Untuk dapat menggunakan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yang terdiri dari : uji normalitas, dan uji linieritas. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-
76
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Smirnov Tes, dan untuk uji linieritas digunakan dengan program SPSS for
Windows versi 11.
Uji Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis jalur dengan taraf
signifikansi α sebesar 0,05.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Untuk variabel Komunikasi
Interpersonal diperoleh skor
minimum 100, skor maksimum 146,
nilai rata-rata sebesar 124,00,
simpangan baku 10,99, median
125,50, dan modus 126.
Untuk variabel Motivasi
Berprestasi diperoleh skor minimum
97, skor maksimum 143, nilai rata-
rata sebesar 116,82, simpangan baku
10,56, median 116, dan modus 116.
Untuk variabel Kepuasan Kerja
diperoleh skor minimum 91, skor
maksimum 143, nilai rata-rata
sebesar 114,26, simpangan baku
11,05, median 114, dan modus 114
Pengujian Persyaratan Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai absolut atau Dhitung
untuk variabel komunikasi
interpersonal (X1); motivasi
berprestasi (X2); dan kepuasan kerja
(X3) secara berurut adalah 0,093;
0,080; dan 0,149 adalah lebih kecil
dari Dtabel dengan n = 34 pada α =
0,05 sebesar 0,230. Dengan
demikian, distribusi data ketiga
variabel penelitian adalah normal.
Berdasarkan hasil perhitungan:
(1) Uji Linieritas Motivasi
Berprestasi (X2) atas Komunikasi
Interpersonal (X1) diperoleh nilai F
hitung = 0,737; (2) Uji Linieritas
Kepuasan Kerja (X3) atas
Komunikasi Interpersonal (X1)
diperoleh nilai F hitung = 1,478; dan
(3) Uji Linieritas Kepuasan Kerja
(X3) atas Motivasi Berprestasi (X2)
diperoleh nilai F hitung = 2,025
adalah lebih kecil dari nilai F tabel
pada α = 0,05 . Dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa pola
hubungan untuk ketiga hubungan
antara variabel eksogenus dengan
variabel endogenus di atas adalah
linier.
77
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis
diperoleh rangkuman hasil
perhitungan koefisien jalur yang
ditunjukkan pada diagram jalur
seperti yang terlihat pada Gambar 2
berikut.
Є3 = 0,367
ρε3= 0,605
ρ31 = 0,343
ρ12 = 0,726
ρ32 = 0,511
ρε2 = 0,688 ε2= 0,473
Gambar.2 Diagram Jalur yang menggambarkan hubungan kausal antara Komunikasi Interpersonal (X1), Motivasi Berprestasi (X2), dan Kepuasan Kerja (X3)
Pengaruh Komunikasi Interpersonal (X1) terhadap Motivasi Berprestasi (X2).
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh koefisien jalurnya p21 =
0,726 dengan thitung = 4,59,
sedangkan ttabel = 2,75 pada dk =
31 dan = 0,01, sehingga thitung >
ttabel, atau 4,59 > 2,75. Dengan
demikian, Komunikasi Interpersonal
(X1) berpengaruh langsung positif
yang signifikan terhadap Motivasi
Berprestasi (X2).
Pengaruh Komunikasi Interpersonal (X1) terhadap Kepuasan Kerja (X3).
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh koefisien jalurnya p31 =
0,343 dengan thitung = 2,17,
sedangkan ttabel = 2,04 pada dk =31
dan = 0,05, sehingga thitung > ttabel,
atau 2,17 > 2,04. Dengan demikian,
Komunikasi Interpersonal (X1)
Komunikasi Interpersonal
(X1)
Motivasi Berprestasi
(X2)
Kepuasan Kerja(X3)
78
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
berpengaruh langsung positif yang
signifikan terhadap Kepuasan Kerja
(X3).
Pengaruh Motivasi Berprestasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh koefisien jalurnya p32 =
0,511 dengan thitung = 3,23,
sedangkan ttabel = 2,75 pada dk= 31
dan = 0,01, sehingga thitung >
ttabel, atau 3,23 > 2,75. Dengan
demikian, Motivasi Berprestasi (X2)
berpengaruh langsung positif yang
signifikan terhadap Kepuasan Kerja
(X3).
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh pengaruh langsung
Komunikasi Interpersonal terhadap
Motivasi Berprestasi sebesar 52,7
%; pengaruh langsung Komunikasi
Interpersonal terhadap Kepuasan
Kerja sebesar 11,8 %, sedangkan
pengaruh tidak langsung sebesar 12,7
%; pengaruh langsung motivasi
berprestasi terhadap Kepuasan Kerja
sebesar 26,1 %, sedangkan pengaruh
tidak langsung sebesar 12,7 %.
Dengan demikian, 63,3 %
perubahan-perubahan kepuasan kerja
dapat ditentukan oleh komunikasi
interpersonal dan motivasi
berprestasi, sedangkan sisanya
sebesar 36,7 % ditentukan oleh
variabel lainnya.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang
menemukan adanya pengaruh positif
yang signifikan dari komunikasi
interpersonal terhadap motivasi
berprestasi adalah mendukung
terhadap teori Newstroom yang
menyatakan komunikasi berpengaruh
terhadap motivasi. Temuan ini juga
sejalan dengan hasil penelitian Pace
dan Faules (2000) yang menemukan
bahwa komunikasi interpersonal
berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi. Hasil penelitian yang
menemukan adanya pengaruh positif
yang signifikan dari komunikasi
interpersonal terhadap kepuasan
kerja dan kepuasan kerja adalah
mendukung pernyataan Dahnet dan
Clatterbuck yang mengemukakan
bahwa komunikasi interpersonal
79
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
mempengaruhi motivasi, dan
peningkatan motivasi membuat
kepuasan kerja meningkat. Temuan
penelitian ini juga sejalan dengan
hasil penelitian Greenberg (1999)
yang menemukan bahwa
Komunikasi Interpersonal dan
motivasi kerja berkorelasi positip
dengan kepuasan kerja.
Keterbatasan
Penelitian ini hanya meneliti dua
variabel yang mempengaruhi
kepuasan kerja, yaitu komunikasi
interpersonal dan motivasi
berprestasi, sehingga hasil penelitian
ini belum maksimal menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja. Penelitian ini hanya
mengambil sampel guru SMA
Parulian 2 Medan, sehingga cakupan
generalisasinya terbatas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian,
diajukan simpulan sebagai berikut:
1) Komunikasi Interpersonal
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepuasan Kerja melalui
Motivasi berprestasi. Dengan
perkataan lain, makin baik
Komunikasi Interpersonal , makin
tinggi Motivasi Kerja, 2)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepuasan Kerja. Dengan
perkataan lain, makin baik
Komunikasi Interpersonal , makin
tinggi Kepuasan Kerja, 3) Motivasi
Berprestasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kepuasan Kerja.
Dengan perkataan lain, makin tinggi
Motivasi Berprestasi, makin tinggi
Kepuasan Kerja.
Berdasarkan kesimpulan,
diajukan saran sebagai berikut: 1)
Untuk meningkatkan kepuasan kerja
guru SMA Parulian 2 Medan, perlu
ditingkatkan komunikasi
interpersonal antar sesama warga
sekolah dan pihak pemangku
kepentingan lainnya dengan
mengidentifikasi hal-hal yang
diharapkan guru dalam pekerjaannya
guna direalisasikan sesuai denga
tujuan sekolah, 2) Selain itu, perlu
diberikan penghargaan dan pujian
bagi guru yang berprestasi dalam
rangka meningkatkan kepuasan
80
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
kerjanya, 3) Bagi peneliti yang akan
meneliti faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja guru, perlu meneliti
pengaruh variabel lain di luar
komunikasi interpersonal dan
motivasi berprestasi serta mengambil
sampel yang dapat mewakili guru
SMA di Provinsi Sumatera Utara
agar cakupan generalisasinya lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. 2007.Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Rafika Aditama.
Colcuitt, Jason A. Levinne and Wesson.2009. Organizational Behavior. Improving Performance and Commitment in the Workplace. New York : McGraw-Hill Companies.
David C.McClelland.1961. The Achieving Society. New Jersey : Van Vonstrand Company, Inc.
E.A.Locke.1976. “The Nature and Cause of Job Satisfaction” dalam M.D.Dunnette, Handbook of Industrial and Organization Psychology. Chicago : Ran McNelly..
Fred Luthans.2006. Perilaku Organisasi. Terjemahan Vivin Andhika Yuwono dan Shekar Purwanti. Yogyakarta : ANDI
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly. 1996. Organisasi.terjemahan Ardiani. Jakarta : Binarupa Aksara.Grant, Richard D.. 1996. Interpersonal Communication. New York : McGraw Hill Book Company, Inc.Greenberg,Jerald.1999.
Managing Behavior In Organization : Science In Service to Practice. New Jersey: Prentice Hall
Husaini Usman. 2008. Managemen Teori, Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara..
Lunnenburg, Fred C and Allan C. Ornstein. 2000. Educational Administration Concepts and Practice. Belmont : Wadsworth.
Newstrom, John W. 2007. Organizational Behavior. Human Behavior at Work. New York : McGraw- Hill Companies.
Nirva Diana.2006. Kepuasan Kerja Guru . Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Ofeinberg, Lilian. 1994. Applied Business Communication. California : Afred Publishing.
Pace, Wayne dan Don F. Faules.2000. Komunikasi Organisasi. terjemahan Dedy Mulyana. (Bandung : Remaja Rosdakarya.
81
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Robbins, Stephen P. and Mary Coulter.2007. Management. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi.terjemahan Benyamin Molan. Indonesia : PT Intan Sejati Klaten.
Siburian, Tiur Asi. 2008. Komunikasi Interpersonal. Medan: FBS Universitas Negeri Medan.
Tambunan,Hamonangan.2008. Kompetensi Guru di Bidang
Teknologi Informasi. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru, Penggunaan Perangkat Teknologi Informasi, Persepsi Guru tentang Teknologi Informasi, dan Perbaikan Diri Guru terhadap Kompetensi Guru di Bidang Teknologi Informasi : Studi Kausal pada SMK Negeri di Medan. Disertasi. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
Tim Instruktur PLPG.2008. Materi Pendidikan Latihan Profesi Guru. Medan : Universitas Negeri Medan.
82
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE DARI MATERI PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK DI UNIMED
Maju Lumban Gaol
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah membuat analisis kebutuhan terhadap pembelajaran berbasis website dari materi penggunaan motor listrik di JPTE UNIMED. Metode penelitian yang digunakan adalan research dan development, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan bahan ajar berbasis website adalah dengan desain instruksional dengan model PADDIE, yaitu perencanaan, analisis, desain, development dan evaluasiKata Kunci : Analisis kebutuhan pembelajaran, draf awal home page web,
pembelajaran, web, internet,.
PENDAHULUAN
Hasil evaluasi diri jurusan
pendidikan teknik elektro (JPTE)
FPTK UNIMED tahun 2011 (Borang
dan Akreditasi ,2011) menunjukkan,
bahwa mahasiswa yang lulus dari
JPTE selama 5 tahun terakhir
sebanyak 205 orang dengan IPK rata-
rata 2,95, Rerata IPK yang diperoleh
mahasiswa setiap tahun terakhir
menunjukan kecenderuangan yang
tidak berubah secara signifikan, yakni
pada kisaran 2,95 sampai dengan
2,97. Secara keseluruhan, bahkan
selama lima tahun terakhir ini hanya
ada 4 orang (1,61)% mahasiswa yang
dapat memperoleh IPK>3,5. Kondisi
ini menunjukkan adanya masalah
yang dihadapi mahasiswa dalam
mengikuti proses perkuliahan di
JPTE. Bila dianalisis lebih jauh,
ternyata bahwa waktu yang
dibutuhkan mahasiswa untuk lulus
juga relatif lama, sehingga kondisi ini
semakin meyakinkan adanya
permasalahan yang dihadapi
mahasiswa. Selanjutnya jika di
perhatikan beberapa aspek
kemampuan mahasiswa, terlihat
adanya indikasi bahwa IPK yang
diperoleh mahasiswa tersebut belum
dapat mencerminkan kompetensi
keahlian yang diperoleh, sebab
lulusan masih kurang dalam hal
keterampilan mengajar dan
penguasaan materi ajar, khususnya
pada bidang keahlian. Hal ini
terungkap dari sejumlah alumni
(62,32%) yang mengajar di SMK
83
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
harus belajar kembali agar dapat
mengajar di kelas. Indikasi lain yang
terlihat adalah kurangnya alumni
yang dapat bekerja pada sektor indutri
(2,30%), hal ini disebabkan lemahnya
kompetensi bidang keteknikan yang
diperoleh dari perkuliahan. Lemahnya
kemampuan lulusan terjadi akibat
masih lemahnya proses perkuliah
yang dilakukan oleh dosen, termasuk
tidak konsistennya dosen dalam
menerapkan standar penilaian
kompetensi yang berbasis PAP.
Asumsi dasar atas pilihan
berbasis website, adalah: (1) mudah
dan cepat digunakan;(2) kekuatan
interkoneksi eksplorasi, pendalaman
dan perluasan materi dari berbagai
sumber; (3) mendorong ekspresi
otonomi pembelajar; (4) mendorong
terciptanya budaya belajar.
Permasalahannya adalah; “Apakah
hasil rancang bangun pembelajaran
berbasis website yang terintegrasi
dengan perkuliahan tatap muka di
kelas dapat meningkatkan efektivitas
belajar mahasiswa JPTE FPTK
Universitas Negeri Medan. Dengan
demkian tujuan dari penelitian ini
adalah: Penelitian ini sifatnya desain
dan pengembangan pembelajaran
dalam bentuk rancang bangun
pembelajaran berbasis website
sebagai sumber belajar bagi
mahasiswa di Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Negeri
Medan. Untuk itu tujuan khusus
penelitian pada tahun pertama (I) ini
dilakukan adalah: 1) Membuat
analisis kebutuhan terhadap
pembelajaran berbasis website dari
materi penggunaan motor listrik di
JPTE UNIMED, 2) Membuat analisis
teknologi akan draft perancangan
website dalam pembelajaran
penggunaan motor listrik di JPTE
UNIMED, 3) Merumuskan task
analisis terhadap materi ajar dalam
perkuliahan penggunaan motor listrik
di JPTE UNIMED.
Pembelajaran Berbasis Website
Pembelajaran berbasis website
adalah proses pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi
berupa komputer yang dilengkapi
dengan sarana telekomunikasi seperti;
internet, intranet, extranet dan
multimedia (grafis, audio, video)
sebagai media utama penyampaian
materi dan interaksi antara pengajar
dan pembelajar yang diatur melalui
84
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
suatu sistem manajemen
pembelajaran (CMS, LMS).
Dari sudut pandang teknologi,
PBW menggunakan teknologi Web
dan layanan internet sebagai modus
pengiriman, artinya HTML, URL,
browser, e-mail, fasilitas transfer file
(FTP). Selain bahasa scripting, seperti
PHP dan Java Script, PBW
menggabungkan unsur-unsur
multimedia, seperti animasi, video
klip dan audio, gambar, grafik, yang
dikembangkan menggunakan
perangkat lunak multimedia
authoring, seperti Authorware,
Micromedia Flash, Java, dan Hot
Potatoes. Dari sudut pandang
pedagogis, bahwa PBW merupakan
strategi pembelajaran yang terkait
dengan konstruktivis, cognitivist, dan
paradigma pembelajaran kolaboratif
atau atau kombinasi dari benerapa
strategi (Conrad,Kerri. (2002). Oleh
karena itu, PBW berhubungan dengan
nilai-nilai pedagogis yang berpotensi
mempengaruhi proses pembelajaran
di sekolah. Dari sudut pandang isi
(content), PBW adalah implementasi
berbasis komputer dari suatu subjek
tertentu yang biasanya sesuai dengan
kurikulum. PBW dapat dibuat untuk
mendukung topik yang berbeda dari
suatu subjek tertentu, serta materi
pembelajaran dengan beberapa sup
pokok bahasanan dalam bidang
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka
inti dari PBW adalah integrasi dari (1)
konten, (2) teknologi, dan (3)
pedagogi, menjadi suatu sistem yang
mendukung pembelajaran. Dengan
kata lain, PBW adalah merupakan
suatu kesatuan dari (content) isi,
pedagogi, dan teknologi, seperti pada
Gambar 1.
Gambar 1 : Komponen Pembelajaran Berbasis Website (PBW)
85
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Dalam pengertian ini,
penggunaan teknologi web
memungkinkan untuk menekankanan
beberapa aspek yang dapat
memperkaya pengalaman belajar
dengan dimensi baru (Lee.
W.William, 2004), yaitu : a)
Multimediality: Penggunaan unsur-
unsur multimedia membuat belajar
lebih mudah karena membantu
mahasiswa untuk fokus dan menjaga
perhatian mereka pada isi yang
kompleks, berkat aktivasi indera yang
berbeda, b) Hypertextuality:
Hypertext, terstruktur sebagai sebuah
sistem manifold hubungan non-linear
antara teks, memungkinkan
mahasiswa untuk mengikuti jalan
mereka sendiri dan untuk membuat
yang baru setiap kali, c)
Interaktivitas: Interactive komponen
memungkinkan untuk bekerja dengan
materi dalam pendekatan belajar by
doing, yang membawa tentang
keterlibatan yang lebih tinggi,
pemahaman yang lebih dalam, dan
retensi yang lebih baik dari subyek .
Rekayasa Perangkat Lunak
Untuk menghasilkan aplikasi
web yang baik, memenuhi spesifikasi
di atas, harus dilakukan proses
perancangan perangkat lunak. Dalam
teknik rekayasa perangkat lunak,
menurut Roger S Pressman, (1997)
ada enam model yang sering
digunakan, dimana masing-masing
model memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Model-
model tersebut yaitu : (a) Model
Sekuensial Linear, (b) Model
Prototipe, (c) Model RAD (Rapid
Application Development), (d) Model
RAD , (e) Model Incremental,
(f)Model Metode Formal engineer.
(g) Model Generasi Keempat,
Model Generasi Keempat
memberikan kemudahan bagi
software yang diinginkan, software
lain digunakan untuk melakukan
pengkodean. Walaupun terdapat
berbagai model dalam rekayasa
software, pada dasarnya langkah-
langkah yang ditempuh terdiri dari
empat bagian utama, yaitu analisis,
perancangan, pengkodean dan
pengujian. Metode umum
perancangan sistem perangkat seperti
pada gambar 2.
86
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Gambar 2: Bahan Ajar Berbasis Website dan Objek Ajar
Bahan ajar berbasis website
adalah bahan ajar yang disusun dan
dikembangkan dengan menggunakan
alat bantu website untuk mengolah
data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data
dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang
berkualitas. Dalam kegiatan
pembelajaran, penggunaan bahan ajar
berbasis website memungkinkan
mahasiswa dapat mempelajari suatu
kompetensi dasar (KD) secara runtut,
sistematis, interaktif dan inovatif
sehingga diharapkan semua
kompetensi tercapai secara utuh dan
terpadu.
Objek ajar dalam pembelajaran
berbasis websitee, dimana Website
adalah salah satu layanan yang
dimiliki oleh jaringan komputer
global (Internet). Secara fisik,
Internet terdiri atas komputer-
komputer yang terhubung satu sama
lain melalui kanal komunikasi elektris
kabel (wired) maupun non kabel
(wireless). Selain aspek fisik, bagian
penting dari jaringan komputer global
adalah kandungan informasi yang
bisa saling dipertukarkan di antara
komputer-komputer yang terhubung
dalam jaringan tersebut. Informasi
yang saling dipertukarkan dalam
jaringan komputer merupakan isyarat
elektris dalam bentuk digital. Oleh
karena itu, objek ajar pada
pembelajaran berbasis komputer
adalah objek ajar digital. Dalam
konteks pembelajaran berbasis
Website. Objek-ajar dapat berupa: a)
Teks, yang dapat dibuat dengan
Anal
DesiBuil
Re-
Re-
Re-
Test
87
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
berbagai program pengolah naskah,
tetapi yang terterima penuh pada
berbagai program pengelola
pembelajaran berbasis Internet,
termasuk Hylite, adalah teks dengan
format HTML. Diterima penuh
artinya dapat ditampilkan langsung
tanpa perlu memanggil program-
program penampil teks yang sesuai.
Bila teks dibuat dengan Microsoft
Word (dan disimpan sebagai
dokumen Word), maka teks akan
ditampilkan setelah komputer
memanggil program pembaca
dokumen Word (Word viewer atau
Microsoft Word). Demikian juga
dokumen format lain, misalnya:
portable document format/pdf, slide
presentasi powerpoint, lembar kerja
excel, dan sebagainya; b) Gambar,
baik yang berupa foto digital
(dihasilkan oleh kamera atau scanner)
atau grafik (dihasilkan oleh program
penggambar atau pengolah data).
Terdapat berbagai format gambar
yang dapat diterima oleh program
pengelola pembelajaran berbasis
Internet, yaitu format JPG (ekstensi
.jpg atau .jpeg), GIF (eksetensi .gif),
PNG (ekstensi .png), format BMP
(ekstensi .bmp). Format BMP kurang
disukai karena ukurannya yang relatif
besar (untuk kualitas gambar yang
sama) dibandingkan dengan format
lainnya; c) Audio. Pada komputer
dengan sistem operasi Windows,
format audio yang diterima penuh
adalah WAV (ekstensi .wav). Format
lain dapat diterima dan dimainkan
hanya jika komputer pengakses telah
dipasangi program tambahan yang
sesuai. Format audio umum yang saat
ini telah didukung (atau program
pendukungnya dapat dipasang) oleh
Windows adalah: .mp3, .midi, dan
.wma; d) Video. Sama seperti gambar
maupun audio, terdapat berbagai
format file video yang dapat
dimainkan oleh sistem komputer.
Pada komputer dengan sistem operasi
Windows, format video yang diterima
penuh adalah format AVI (ekstensi
.avi). Format lain, misalnya .mpg
(atau .mpeg), .qt (Quicktime), .mp4,
dan sebagainya hanya bisa dimainkan
apabila player untuk format tersebut
dipasangkan pada sistem operasi
Windows; e) Animasi. File animasi
multimedia interaktif pada umumnya
berisi teks, grafik, gambar, video,
animasi, dan tombol-tombol atau
kode-kode navigasi. Saat ini,
88
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
multimedia interaktif berformat flash
(yang antara lain dihasilkan oleh
perangkat lunak Macromedia Flash
dan SwishMax) secara defacto
menjadi standar format multimedia
interaktif.
Desain Sistem Pembelajaran berbasis website
Desain instruksional adalah
proses sistematis untuk
menerjemahkan prinsip-prinsip
pembelajaran dan instruksi ke dalam
rencana bahan pembelajaran dan
aktivitas pembelajaran (Smith &
Ragan, 1993) dan secara sederhana
Instructional Design (ID) "adalah
suatu kerangka kerja untuk belajar" .
Website dapat diartikan sebagai
kumpulan halaman yang
menampilkan informasi data teks,
data gambar diam atau bergerak, data
animasi, suara, video dan atau
gabungan dari semuanya, baik yang
bersifat statis maupun dinamis yang
membentuk satu rangkaian bangun
yang saling terkait dimana masing
masing dihubungkan dengan jaringan-
jaringan halaman (hyperlink).Keeton,
M., Sheckley, B., & Krejci-Griggs, J.
(2002)., yaitu a) Efficiency: Dalam
upaya untuk mengurangi obligasi
ruang dan waktu proses pembelajaran,
pembelajaran berbasis website
beroperasi sebagai suplemen
pendidikan atau pembelajaran
tradisional, sehingga dapat
meningkatkan beberapa fitur
kuantitatif; b) Effectiveness: Dalam
upaya untuk meningkatkan proses
pembelajaran, PBW beroperasi
sebagai pelengkap pendidikan
tradisional, sehingga meningkatkan
beberapa fitur kualitatif.
Dalam arti yang sederhana,
desain instruksional adalah proses
menerjemahkan prinsip-prinsip umum
pembelajaran dan instruksi ke dalam
rencana dari bahan ajar dan aktivitas
belajar. esain pembelajaran sebagai
teori dan praktek desain,
pengembangan, pemanfaatan,
manajemen, dan evaluasi proses dan
sumber daya untuk pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
desain instruksional adalah suatu
proses sistematik website (sebagai
seni dan ilmu) dengan ciri-ciri: (1)
didasarkan pada teori
belajar/pembelajaran dan riset bidang
kognisi, psikologi pendidikan, dan
pemecahan masalah; (2) mencakup
proses analisis kebutuhan dan tujuan
89
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
belajar, pengembangan sistem
deliveri maupun lingkungan belajar,
dan mengorganisasian sumber-
sumber belajar; (3) berisi rencana
materi, proses dan aktivitas
pembelajaran yang menjamin
pembelajar mencapai hasil (tujuan)
belajar yang sudah ditetapkan; (4)
dilakukan secara berulang yang
memerlukan evaluasi dan umpan
balik secara berkelanjutan.
Berbagai model dapat dalam
melakukan desain instruksional,
diantaranya adalah : a) Model P3
(People, Process, Product), proses
pembelajaran berbasis Web terdiri
dari dua fase utama, masing masing
fase memeliki beberapa tahapan atau
aktivitas (Khan, B. H. (2004a), yaitu:
(1) Pengembangan materi (content
development), yang terdiri dari
tahapan: (a) perencanaan (planning),
(b) Perancangan (design), (c)
Pengembangan (development), (d)
Evaluasi (evvaluation). Kedua (2)
Penyampaian materi (conten delivery)
yang terdiri dari penyampaian dan
pemeliharaan (delivery and
maintennance). Model P3 dalam
pengembangan pembelajaran berbasis
Website dapat dilihat dalam gambar
3.
Gambar 3. Model P3(People, Process, Product), proses pembelajaran berbasis Web (sumber: diadaptasi dari Khan 2004)
90
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
b) Model ADDIE: Analyze, Design,
Develop, Implement, Evaluate.
Mungkin merupakan model yang
paling banyak diketahui dan sering
digunakan dalam lingkungan
akademis; c) Rapid Prototyping.
Prototype dapat didefenisikan sebagai
perkiraan sebuah produk (sistem) atau
komponen–komponennya dalam
bentuk–bentuk tertentu untuk maksud
tetentu di dalam penerapannya (Chua,
C.K., Leong, K.F., and Lim, C.S,
2003). Defenisi ini sangat umum
sehingga mencakup semua jenis
prototype yang digunakan dalam
sebuah proses pengembangan produk
seperti model matematika, sketsa,
model yang terbuat dari dari gabus,
plastik atau kayu dan model fisik
yang dapat difungsikan seperti
produknya. Defenisi umum dari
prototype mengandung tiga aspek
yang menjadi perhatian yaitu
penggunaan, bentuk dan tingkat
pendekatan dari prototype ke produk.
Rapid Prototyping (RP) merupakan
teknik untuk membuat bentuk produk
secara bertahap atau penambahan
material. Defenisi ini sangat umum
sehingga mencakup semua jenis
prototype yang digunakan dalam
sebuah proses pengembangan produk
seperti model matematika, sketsa,
model yang terbuat dari dari gabus,
plastik atau kayu dan model fisik
yang dapat difungsikan seperti
produknya. Defenisi umum dari
prototype mengandung tiga aspek
yang menjadi perhatian yaitu
penggunaan, bentuk dan tingkat
pendekatan dari prototype ke produk.
METODE PENELITIAN
Penelitian tahun I ini
dilaksanakan pada Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro UNIMED
di Medan Propinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian ini adalah 5 bulan
yang dilakukan mulai tahun ajaran
2011. Penelitian ini diadakan dengan
melibatkan mahasiswa pendidikan
Teknik Elektro UNIMED, guru SMK
dan dosen JPTE UNIMED.
Untuk mencapai tujuan penelitian
ini, yaitu berupa produk pembelajaran
berbasis website pada jaringan
internet untuk mata kuliah
penggunaan motor listrik. Penelitian
secara keseluruhan menggunakan
91
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
penelitian dengan metode Research
and Development (R&D) (Borg dan
Gaill 1983). Sesuai dengan model
pendekatan research and
development, maka pelaksanaan
penelitian ini mengacu terhadap
model Dick and Cary (1990) dengan
tahapan sebagai berikut: (1) Analysis,
(2) Design, (3) Development, (4)
Implementation dan (5) Evaluasi
sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 4.
Gambar 4. Desain Pembelajaran Berbasis Website
Penelitian berbasis desain atau
eksperimen desain ini adalah
serangkaian pengembangan
pendekatan penelitian yang
bertujuannya mengkaji teori belajar
dan teori pembelajaran dengan tujuan
menghasilkan pradigma baru dalam
bidang teori dan praktek yang
memiliki dampak langsung pada
pengajaran dan pembelajaran
(Barab&Squire, 2004). Dalam
penelitian ini, frasa rancang bangun
berbasis penelitian, penelitian
pengembangan, dan eksperimen
rancangan adalah merupakan suatu
siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (JPTE)
Hasil survei terhadap mahasiswa,
lulusan dan dosen JPTE UNIMED:
Dengan jumlah mahasiswa tiap
angkatan 5 orang dari mahasiswa
semester 1, 3, 5 dan 7 yang berjumlah
20 orang, lima belas (15) orang
lulusan yang sudah bekerja sebagai
dosen di SMK dan tiga orang dosen
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
(JPTE) fakultas teknik UNIMED
yang disurvei menggunakan lembar
observasi yang didistribusikan
melalui JPTE. Persepsi mereka akan
pembelajaran di JPTE dikumpulkan
92
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
melalui survei. Ada empat kategori
pertanyaan yang diajukan, yaitu:
Metode Pembelajaran atau
penyampaian materi, Konten,
Keterampilan. Hasil survei
mendeskripsikan sebagai berikut:
Data dari survei menunjukkan
bahwa hanya 14% dari responden
lebih menukai pendidikan sepenuhnya
online, 25% mahasiswa memilih tatap
muka secara langsung, 30%
mahasiswa dengan aktivitas online
yang lebih disukai dengan pertemuan
kelas dan 31% dari responden lebih
suka pertemuan tatap muka dengan
pembelajaran online dan tugas. Tatap
muka secara online dan tugas lebih
disukai oleh semua dari tiga
kelompok mahasiswa (M = 3,30),
profesional(dosen SMK) (M = 3,46),
dan dosen JPTE (M = 4,00).
Pembelajaran sepenuhnya online
yang paling disukai oleh ketiga
kelompok, yaitu: mahasiswa (M =
1,56), dosen SMK (M = 1,50) dan
dosen JPTE (M = 1,00). Aktivitas
online dengan pertemuan kelas adalah
peringkat kedua dan pertemuan tatap
muka eksklusif menduduki peringkat
ketiga dengan semua tiga kelompok.
Analisis grafis dari respon dari
tiga kelompok diwakili dalam
Gambar 1. Dalam hal isi, desain
prinsip-prinsip Cetak, CBT atau
berbasis Web layar desain, dinilai
sangat tinggi dengan rata-rata total
3,82, mahasiswa (M = 3.85) dosen
SMK (M = 3,73) dosen JPTE (M =
4,00). Audio, Video dan bahan
instruksional Multimedia yang dinilai
tinggi oleh para dosen SMK (M =
3,80). Games dan Simulasi
menduduki peringkat terendah dengan
rata-rata total 2,92, mahasiswa (M =
2,75) profesional (M = 3.13) dosen
(M = 3,00). Pesan prinsip-prinsip
desain juga disukai oleh semua tiga
kelompok dan memiliki rata-rata total
3,45. Analisis dan desain dan
produksi produk media pembelajaran
dinilai tinggi oleh mahasiswa (M =
3,50) dan profesional dianggap
sebagai analisis masalah instruksional
menjadi keterampilan yang paling
penting (M = 3,79). Keterampilan
paling disukai oleh mahasiswa dan
kategori profesional adalah
perkembangan kemampuan
mahasiswa (M= 2,75), profesional (M
= 3,00) dan rata-rata total responden
2.89. Perasaan terhadap online dari
materi penggunaan motor listrik.
93
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
0 5 10 15 20 25
Tatap muka dikelasKegiatan online di kelas
Tanggapan terhadap metode penyampaian materi pembelajaran
Gambar 5. Tanggapan terhadap metode pengiriman PBW
Berdasarkan histogram dari data
penelitian, maka tatap muka dikelas
dengan sistem online dan tugas
menjadi alternatif pilihan dari
mahasiswa JPTE UNIMED.
Analisis Kebutuhan dan Pemanfaatan dan Penggunaan Teknologi
Analisis teknolgi dalam
pembelajaran di JPTE UNIMED
ditinjau dari penerapan teknologi
seperti: (1) komunikasi, (2) Referesi
materi belajar secara online, (3)
Pengujian dan Penilaian, (4)
pelacakan, pelaporan, (5) Distribusi :
Pengiriman secara terorganisasi, (6)
Penyampaian, (7) Desain dan
pengembangan keahlian. Kriteria
pemilihan dalam kategori Ya dan
Tidak dengan alternatif tiga kategor
Dari daftar jenis teknologi yang
tersedia.Sebagai contoh, jika
mahasiswa dan dosen memiliki akses
email , pada “Ya” di kolom yang
tersedia dari instrumen ini, di
samping "e-mail." Tentukan
kemampuan (capabilities) teknologi.
Kemampuan adalah kekuatan
teknologi, bukan kemampuan dari
pengguna. Sebagai contoh, jika e-mail
ini digunakan untuk berkomunikasi,
namun sistem e-mail memiliki
peranan sedikit, tandai "Rendah"
pada kolom "Kemampuan" Capability
dengan tanda (1) Tinggi,
menunjukkan kemampuan canggih
yang dapat digunakan untuk masalah
yang terlibat dalam analisis ini, (2)
Sedang, menunjukkan kemampuan
yang dapat diadaptasi untuk
digunakan dalam masalah yang
terlibat dalam analisis ini, (3) Rendah,
menunjukkan sebuah kemampuan
yang tidak akan berguna untuk isu
yang terlibat dalam analisis ini, (4)
94
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Persentase pengguna yang berpotensi
terlibat dalam masalah ini yang
memiliki akses ke teknologi.
Hasil survei terhadap 78 orang
mahasiswa dan 36 orang dosen di
JPTE UNIMED Medan dengan total
responden sebanyak 114 orang,
diperoleh dalam bidang kemampuan
pemanfaatan teknologi dalam bidang
komunikasi dalam pembelajaran
penggunaan motor listrik diperoleh
hasil survei, yaitu: memanfaatkan
Email 98,24% atau sebanyak 112
orang mahasiswa mempunyai
kemampuan memanfaatkan Email
dalam pembelajaran, dalam
memanfaatkan jaringan sosial dalam
kelompok pembelajaran 61,40% dan
menggunakan Chat rooms dalam
pembelajaran adalah 42,98%. Hal ini
mengindikasikan, bahwa mahasiswa
dan dosen dalam pembelajaran
mempunyai kemampuan dalam
memanfaatkan media komunikasi
dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan evaluasi
akan hasil belajar dalam bentuk
online diperoleh hasil survei dari 76
orang mahasiswa dan hanya 17,54%
mampu memanfaatkan penilaian
secara online sedangkan pelacakan
hasil belajar berbasis database dalam
bentuk online diperoleh 90,35%
menyatakan dapat memanfaatkan
database online untuk menjajaki hasil
belajar mahasiswa, hal ini diakibatkan
bahwa Spoel UNIMED sudah
memfasilitasi Kartu Rencana Studi
(KRS) dan Kartu Hasil Studi (KHS)
dalam tiap semester.
Penyampaian bahan ajar untuk
materi penggunaan motor listrik
terhadap mahasiswa JPTE UNIMED
diperoleh, sebagai berikut: melalui
jaringan LAN 26,32%, melalui CD-
ROM sebesar 72,80% dan melalui
Flasdisc 89,47%, menggunakan video
78,59% dan menggunakan Audio
sebesar 26,32, melalui proses
Downloading sebesar 88,59% seperti
Tabel 1. Bahan ajar penggunaan
motor listrik dapat dipelajari oleh
mahasiswa dengan memanfaatkam
audio dan video yang diakses melalui
server online sebanya 43,85%
mahasiswa dan menggunakan
mulrimedia komputer sebanyak
87,72% , sedangkan memanfaatkan
Video teleconferencing sebanya 17,
54% mahasiswa mampu
memanfatkannya .
95
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Tabel 1: Penyampaian materi Ajar dengan N=76NO Jenis Persentase1 LAN 26,322 CD ROOM 72,803 Flasdisc 89,474 Downloading 88,595 Video 78,596 Audio 26,32
Hasil survei terhadap 114 orang
responden yang terdiri dari 36 orang
dosen dan 78 orang mahasiswa JPTE
UNIMED dalam hal desain dan
pengembangan pembelajaran
penggunaan motor listrik, diperoleh:
Untuk membuat atau memproduksi
pembelajaran dalam bentuk format
video sebanyak 77,19 %, produksi
audio 87,72%, dalam bentuk grafik
atau gambar 84,21%, bantuan online
sebagai acuan produksi pembelajaran
sebanyak 50%, menggunakan
pembelajaran berbasis komputer
(CBL) Authoring 85.96%, Web
authoring 58,77% seperti pada Tabel
2 dan dalam bentuk histogram adalah
pada gambar 1. Berdasarkan hasil
survei akan kemampuan mahasiswa
dan dosen JPTE dalam hal rancang
bangun dan pengembangan dalam
memproduksi pembelajaran di atas,
maka dapat dilaksanakan dan dibuat
suatu website dalam pembelajaran
penggunaaan motor listrik di JPTE
Unimed
Tabel 2. Kemampuan dalam Desan dan Pengembanga dari Produksi Pembelajaran dengan N =114
No Jenis Persentase1 Produksi Video Pembelajaran 77,192 Produksi Audio Pembelajaran 87,723 Produksi frafik dan gambar 84,214 Produksi pembelajaran dengan bantuan Online 50.005 Computer based Learning (CBL) 85,966 Web authoring 58,08
96
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
0 20 40 60 80 100 120
Phone conferencing
Newsgroup
Websites
Buku Teks
Technical manuals
Electronic tracking databases
CD-ROM
Video
Audio
Multimedia computers
Video production
Graphics production
CBT authoring
Testing database
Desain dan pengembangan keahlianPenyampaian
Distribus Pengiriman secara terorganisasi
Pengujian dan Penilaian
Referesi materi belajar secara online
Komunikasi
Gambar 6. Histogram Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Analisis Kebutuhan Perangkat
Keras dan Lunak
Perangkat keras yang terdapat di
JPTE UNIMED pada saat ini
terdapat 60 buah unit komputer yang
berada di dua ruangan laboratorium
komputer dengan spesifikasi yang
berbeda yang dapat digunakan oleh
mahasiswa pada jam istirahat untuk
mengakses internet. Selain itu 80%
mahasiswa sudah memiliki konputer
yang berupa note book dan laptop.
Spesifikasi perangkat keras tersebut
adalah sebagai berikut : (a). Processor
2 Ghz, (b). Memory 256 MB , (c).
Harddisk 40 GB, (d). VGA Gforce
64MB, (e). Lan Card Realtek RTL
8139, ( f). Monitor 15 inchi, ( g).
Mouse h. Keyboard, HandyCam Sony
. Sedangkan analisis perangkat lunak
yang dibutuhkan, adalah:1. Microsoft
Windows XP dan Windows Seven
sebagai sistem operasi PHP, MySQL,
Internet Exporer, Mozilla,
Macromedia Dreamweaver,
Macromedia Flash , Corel Draw,
Adobe Photoshop, Adobe Flash,
software video editing, Converter
Video. Berdasarkan perangkat keras
dan lunak ini dapat membangun
website dan aplikasi untuk
pembelajaran dari penggunaan motor
97
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
motor listrik dan JPTE UNIMED
sudah mempunyai fasilitas WiFi/Hot
Spot dengan Bandwith spoel Unimed
di atas 3 Gbt.
Berdasarkan dengan spesifikasi
perangkat keras dan lunak yang
sudah ada di UNIMED ini sudah
cukup memadai untuk diterapkan,
karena minimal dari perangkat keras
yang dibutuhkan hanya membutuhkan
spesifikasi sebagai berikut : a)
Processor 900Ghz; b) Memory 1GB;
c) Harddisk 40 GB; d) VGA Gforce
64MB; e) Lan Card Realtek RTL
8139 Family PCI Past Ethernet NIC;
f) Monitor 15 inchi; g) Mouse; h)
Keyboard; i) Server Unimed
Keberadaan Media Pembelajaran
Hasil survei terhadap keberadaan
media pembelajaran dari mahasiswa
JPTE UNIMED sebanyak 114 orang
yang terdiri dari pembelajaran,
kegunaan dan keterkaitan dengan
empat kategori pilihan, yaitu: banyak,
cukup, kurang dan sedikit dengan
skor 4, 3, 2, 1. Keberadaan media
yang digunakan dalam pembelajaran
dengan rata rata sebesar 1,73, untuk
kegunaan dari media tersebut 2,47
sedangkan keterkaitan media
pembelajaran dengan materi ajar
dengan rata rata 2,42. Dengan
demikian keberadaan media dalam
pembelajaran dalam kategori kurang
dan kegunaan dan keterkaiatan media
pembelajaran yang diharapkan oleh
mahasiswa termasuk dalam kategori
cukup. Dalam penggunaan dalam
pembelajaran penggunaan motor
listrik, bahwa media simulasi, alat dan
bahan dalam bentuk actual dan virtual
termasuk dalam kategori sangat
kurang dengan rata rata 0,62.
Pembelajaran dengan menggunakan
bantuan komputer CAI
keberadaannya dalam kategori cukup,
yaitu dengan rata rata 2,27. Untuk
lebih jelas dapat digambarkan dalam
bentuk histogram.
Hasil survei terhadap 36 orang
dosen JPTE UNIMED tentang
pemahaman dalam pemanfaatan e-
learning di jurusan, diperoleh rata rata
2.76 dari rentang skor satu sampai
dengan lima atau 47,22% pada
kategori kurang, 3 orang atau 8,33%
pada tingkat baik sekali sedangkan
tidak tahu sama sekali atau sangat
kurang dalam pemanfaatan elearning
adalah 10 orang atau 27,6%. Dalam
bentuk histogram pada gambar 5.
98
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
0 20 40
Pemanfaatan elearning
Pemanfaatan elearning
memperbaiki kualitas
pembelajaran (materi)
Gambar 7.Histogram Pemanfaatan elearning dan peningkatan kualitas
pembelajaranBaik Sekali
Cukup baik
Kurang
Sangat Kurang
Tidak bisa sama sekali
Analisis Permasalahan
Pada analisis masalah ini,
terdapat beberapa kendala yang
menjadikan permasalahan di JPTE
UNIMED dan harapannya terhadap
pembelajaran berbasis website,
diantaranya: 1) Para mahasiswa JPTE
UNIMED tidak mampu merancang
pengendali motor motor listrik dan
mahasiswa sangat sulit mengenal
komponen komponen elektrik dan
elektronika yang digunakan; 2)
Program pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini sudah
termasuk baik, namun mahasiswa
tidak merasa senang dengan
pembelajaran tersebut dan mahasiswa
sangat sulit memahami motor motor
listrik; 3) Sarana informasi yang
masih kurang dalam hal
mempromosikan atau memberikan
layanan informasi kepada masyarakat
luar. Sehingga dengan adanya situs e-
learning ini dapat menambah media
informasi dengan menyajikan
informasi mengenai sekolah secara
lengkap dan menarik; 4) Proses
kegiatan belajar mengajar yang hanya
dilakukan dalam beberapa pertemuan
dalam seminggu, akibatnya ada mata
pelajaran yang hanya mendapatkan
porsi satu kali pertemuan dalam
semingg jelas membuat tidak banyak
materi belajar yang bisa disampaikan
dan diserap oleh siswa; 5) Mahasiswa
merasa tidak termotivasi dan
monoton; 6) Seorang dosen yang
terkadang berhalangan masuk karena
ada kesibukan lain atau dalam
keadaan sakit, dan tidak dapat
mengajar pada jam yang
bersangkutan. Sehingga dengan
99
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
adanya sistem e-learning ini, dosen
tersebut dapat mengganti proses
mengajar tersebut dengan
memberikan mereka tugas atau
latihan dengan memasukkan soal-soal
latihan yang akan mahasiswa jawab
atau materi-materi yang akan siswa
pelajari.
Harapan para mahasiswa JPTE
UNIMED dapat membuat aplikasi
motor motor listrik dalam suatu
pengendali, serta adanya sumber
belajar dalam bentuk CD
pembelajaran dan juga website
pembelajaran. Dengan demikian
solusi yang ditawarkan adalah
pembelajaran berbasis Website secara
online dan offline atau menggunakan
CD pembelajaran untuk mempelajari
perangkat dan pengendali motor
motor listrik melalui perangkat
multimedia, seperti: animasi, video
dan tutorial. Dengan demikian pada
tahap analisis non fungsional akan
menjelaskan mengenai analisis
kebutuhan user, analisis perangkat
keras, analisis perangkat lunak dan
analisis basis data yang digambarkan
dengan ERD ( Entity Relationship
Digram ).
Analisis Kebutuhan User
Spesifikasi pengguna aplikasi
pembelajaran berbasis website (PBW)
ini, dideskripsikan sebagai berikut :
Administrator
Administrator adalah pengguna
(user) yang melakukan pengolahan
secara keseluruhan terhadap aplikasi
sistem e-learning di JPTE UNIMED
Medan. Karakteristik yang dimiliki
administrator adalah dapat
mengetahui bagaimana fungsi dari
perangkat lunak yang digunakan,
sehingga admin dapat mengelola
aplikasi e-learning ini dengan baik
secara keseluruhan.
Dosen
Dosen adalah staf pengajar
yang memberikan pembelajaran
kepada mahasiswa di JPTE
UNIMEDi. Dalam hal ini juga, dosen
mendapatkan pembelajaran mengenai
bagaimana aplikasi e-learning ini
berjalan. Sehingga seorang dosen
dapat menggunakan sistem e-learning
ini dengan baik.
Mahasiswa
Siswa merupakan orang yang
akan mendapatkan pembelajaran dan
materi yang disampaikan oleh dosen.
Dalam penerapannya, mahasiswa
100
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
mendapatkan pembelajaran dalam
pengoperasian sistem ini sehingga
siswa dapat mengakses situs e-
learning ini dengan baik.
Perancangan Basis Data
Perancangan basis data
merupakan tahapan untuk memetakan
model konseptual ke model basis data
yang akan dipakai. Perancangan basis
data terbagi menjadi empat bagian
yaitu diagram ER, skema relasi,
perancangan tabel, kamus data.
Entity Relationship Diagram (ERD)
merupakan salah satu cara untuk
mengolah database sehingga data
tersebut dapat diketahui hubungan
antara file dan teknik, ini dapat
digunakan untuk mengatasi terjadinya
redundansi data atau sejenisnya.
Untuk lebih jelasnya bentuk Entity
Relationship Diagram (ERD) tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah
ini: Dari spesifikasi yang telah
dikembangkan pada tahap analisis,
dapat menentukan data-data yang
akan digunakan dan disimpan untuk
mendukung sistem pembelajaran
berbasis website ini, dapat
menentukan relasi antar data. Tabel-
tabel dikelompokkan berdasarkan
fungsi masing-masing :
a. dosen dan mahasiswa
Tabel ini berisi detil informasi
tentang dosen sebagai pengajar
kuliah dan mahasiswa sebagai
peserta kuliah.
b. kuliah dan modul
Tabel-tabel ini membentuk rantai
perkuliahan. Disini antar tabel
memiliki relasi satu ke banyak.
c. topik dan file_materi
Pada tabel ini lah yang akan
menentukan dimana lokasi materi-
materi perkuliahan akan disimpan
dan penamaan file, sehingga file
dapat diakses oleh mahasiswa.
File materi berupa file
HTML,SWF, grafik dan foto,
presentasi, audio, dan video,
software engineering
d. konektor1 dan konektor2
Tabel-tabel ini berfungsi sebagai
penghubung bagi dua tabel yang
saling memiliki relasi. Konektor1
menghubungkan tabel mahasiswa
dengan kuliah, konektor2
menghubungkan antara dosen,
dan kuliah. Berikut ini adalah
gambar struktur tabel perkuliahan
Skema
101
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
relasi merupakan rangkaian hubungan
antara dua tabel atau lebih pada
sistem database. Gambar 8 berikut ini
merupakan penjelasan rangkaian
database pada aplikasi pembelajaran
on-line
Draft Awall Rancangan pembelajaran berbasis website
Gambar 8. Draft Home Page Pembelajaran berbasis Web
Gambar 9. Draft Materi ajar penggunaan motor listrik menggunakan macromedia flash dan HTMLdengan fungsi Timer on of
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari kegiatan analisa dan
pembuatan desain pembelajaran
Penggunaan motor listrik berbasis
website di JPTE UNIMED Medan,
dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
Dalam proses pembelajaran
Penggunaan motor listrik berbasis
website harus dapat memenuhi
kebutuhan dasar dalam menunjang
kegiatan pembelajaran Penggunaan
102
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
motor listrik yaitu; (a) memenuhi
pengelolaan data materi
pembelajaran, (b) memenuhi dalam
proses pembelajaran secara
kontruktivis, (c) disajikan dengan
materi pembelajaran yang interaktif,
(d) dapat diunduh oleh mahasiswa,
dan menampilkan materi dalam
bentuk link . (e) memenuhi dalam
proses pembelajaran secara inkuiri,
yang disajikan dengan adanya
fasilitas pencarian (search) materi,
sarana forum diskusi, dan kontribusi
aktif (komentar) yang merupakan
salah satu ciri dari web 2.0. (f)
memenuhi dalam proses evaluasi
sehingga dapat diketahui tingkat
penguasaan mahasiswa terhadap
materi pembelajaran, (g) materi
dibuat dalam bentuk animasi dengan
menggunakan macromedia flash,
video dan teks; 2) Bentuk desain
sistem yang digunakan adalah : (a).
Desain proses yang digambarkan
melalui diagram alir (flowhart) dan
diagram arus data (DAD). (b) Desain
basis data yang digambarkan melalui
Entity Relationship Diagram (ERD),
(c) Desain antar muka yang dibuat
dengan menggunakan GUI desain; 3)
Berdasarkan analisa kebutuhan sesuai
dengan kebutuhan dalam proses
pembelajaran penggunaan motor
listrik berbasis web, maka
perancangan desain yang dibuat harus
dapat memenuhi kebutuhan dalam:
(a) . Pengelolaan data Tema, Topik,
dan Sub Topik , (b) Menyajikan
materi pembelajaran dalam bentuk
tulisan, presentasi, dan link, (c)
Menampilkan media pembelajaran
interaktif, (d). Pencarian materi
(Search), (e) Menyediakan sarana
diskusi antara guru dengan siswa dan
antar siswa, (f) Menyediakan sarana
bagi pengguna untuk memberikan
kontribusi aktif yang merupakan salah
satu ciri dari web 2.0, (g) Pengelolaan
data latihan soal dan evaluasi, (h)
Dari kegiatan desain dan analisa hasil
desain pembelajaran penggunaan
motor listrik berbasi web didapatkan,
(i) Komponen-komponen yang
membangun model-model diagram
arus data dalam desain perancangan
pembelajaran berbasis web telah
sesuai dengan spesifikasi dan
kebutuhan dasar dalam pembelajaran
Penggunaan motor listrik berbasis
web, (j) Desain antar muka antar
muka yang dibuat sesuai dengan
proses yang digambarkan dalam DAD
103
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dan sesuai dengan kebutuhan dalam
pembelajaran Penggunaan motor
listrik berbasis web, (k) Proses
validasi atas potongan program
(listing program) dibuat untuk
mengetahui pembuatan program
sesuai dengan kebutuhan; 4) Apabila
pembelajaran Penggunaan motor
listrik berbasis web ini diterapkan,
maka ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan, yaitu: perlengkapan
fasilitas program, kesiapan pengguna
(dosen, mahasiswa, dan pengelola
sumber belajar (PSB), fasilitas yang
memadai (komputer yang terhubung
dengan internet) dan sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Iswahyudi, 2008; Kesenjangan SMK dengan Perkembangan Iptek dan Dunia Usaha,jurnal Dunia Dosen
AECT. 1977. Selecting Media for Learning. Washington DC: Association for Education Communication and Technology.
Alessi, S., Trollip, S. (2001). Multimedia for learning: Methods and development.Needham Heights, MA. Allyn & Bacon.
ARL. 2007. Definition of Instructional Design, Applied Resesarch Laboratory, Penn State University, diakses pada alamat http://www.umich.edu/~ed626/define.html , diakses pada tanggal 15 Januari 2007.
Avouris, N.M., Tselios, N. & Tatakis, E.C. (2001). Development and Evaluation of a Computer-Based Laboratory Teaching Tool. Computer Application in Engineering Education, 9 (1).
Baharuddin Aris. (1999). The Use of Information Technology in Education: Using an Interactive Multimedia Courseware Package to Upgrade Teachers’ Knowledge and Change Their Attitudes. An Interactive Multimedia Doctoral Thesis Produced in the CD-ROM Format.
Barrese, R. M., Calabro, G., Cozza, S., Gallo, T. & Tisato, F. (1992). CAMCE – An Environment to Support Multimedia Courseware Projects. Educational and
104
Maju Lumban Gaol adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Training Technology International, 29 (1).
Beaudin, B. P., & Quick, D. (2002). Instructional Video Evaluation Instrument. Extension Journal, 34 (3).
Bork, A. (1997). The Future of Computers and Learning. THE Journal, 24 (11).
Baron, Ann E and Orwig, Gary W. 1995. Multimedia Technologies for Training : an Introduction, Englewood, Colorado : Libraries Unlimited, Inc.
105
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOKDALAM MENYANYIKAN LAGU DAERAH BATAK TOBA
(SIK-SIK SIBATUMANIKKAM)
Lamhot Basani Sihombing
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dalam menyanyikan lagu daerah. Pembelajaran lagu Sik-Sik Sibatumanikkam dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Investigasi kelompok lebih menekankan keaktifan siswa dan guru hanya memonitor kegiatan siswa dalam menyanyikan lagu Sik-Sik Sibatumanikkam. Setelah analisis dilakukan, ditemukan bahwa dalam menyanyikan lagu Sik-Sik Sibatumanikkam menunjukkan hasil yang cukup walau dengan pengajar yang tidak berlatarbelakang pendidikan seni musik.Kata kunci : Model Pembelajaran, Kooperatif, Investigasi
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara
kepulauan dengan berbagai
kemajemukan bangsa dan
kebudayaan.Kebudayaan Indonesia
mempunyai ragam yang sangat
kompleks mulai dari upacara-upacara
adat, pakaian adat, rumah adat, cerita
rakyat, sampai pada kesenian daerah.
Kekayaan budaya itu merupakan
salah satu kelebihan dan kebanggaan
bangsa Indonesia, namun banyak
generasi-generasi muda bangsa yang
pengetahuannya sangat minim akan
kebudayaan Indonesia termasuk
kesenian daerah.
Lagu daerah Indonesia
merupakan salah satu bentuk
kebudayaan dan kesenian daerah yang
terlupakan kehadirannya. Minat
masyarakat terhadap lagu daerah
menurun seiring berkembangnya
musik-musik populer, lagu-lagu
modern dan asing yang sarat akan
hiburan. Hal ini paling terasa di kota-
kota besar sebagai pusat arus
globalisasi.Sangat disayangkan begitu
banyaknya kemajuan yang terjadi
justru sebagian besar masyarakat
terbawa arus globalisasi dan mulai
meninggalkan budaya asalnya.
Lagu daerah biasanya diajarkan
secara turun-temurun, namun pada
masyarakat modern kebiasaan itu
mungkin sudah tidak lagi
dilakukan.Itulah sebabnya anak-anak
sekarang umumnya tidak lagi
106
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
mengenal lagu daerah.Padahal
sebagai salah satu kekayaan budaya
seharusnya lagu daerah tersebut
dilestarikan dan dikenalkan sejak
dini.Salah satu lagu daerah yang
hampir tidak dikenal olehanak muda
adalah lagu Sik-Sik Sibatumanikkam
yang berasal dari daerah Batak Toba.
Salah satu aspek yang menuntut
sumber daya manusia adalah aspek
yang berhubungan dengan seni.Aspek
seni merupakan wadah untuk
menjalin hubungan dengan dunia luar,
sehingga dengan adanya seni dapat
meningkatkan kualitas masyarakat
dan bangsa.Sekarang ini pendidikan
seni merupakan mata pelajaran yang
sudah umum kita jumpai dalam dunia
pendidikan.Dengan adanya
pendidikan seni seorang pengajar
dapat melihat dimanakah bakat
seorang anak didik yang mereka ajar,
apakah dibidang seni musik, seni tari,
seni lukis, ataupun seni yang lainnya.
Berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan kualitas
pendidikan demi meningkatkan
sumber daya manusia. Untuk
melaksanakan pendidikan harus
dimulai dengan pengadaan tenaga
pendidik sampai pada usaha
peningkatan mutu pendidikan.
Kemampuan seorang guru sangatlah
berperan terhadap pembentukan anak
didik baik dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai
pembelajaran tersebut.Suatu strategi
belajar mengajar yang sesuai materi
harus dapat dibuat oleh seorang guru.
Sering siswa kurang berminat
terhadap pelajaran yang disampaikan
guru.Hal ini dapat dilihat dari sikap
siswa dalam menerima pelajaran.
Beberapa diantaranya adalah
kebiasaan siswa berbicara di dalam
kelas pada saat guru menerangkan
pelajaran, siswa jarang
memperhatikan guru menerangkan di
depan kelas dan siswa sering permisi
pada saat pelajaran berlangsung di
dalam kelas. Ini disebabkan cara
penyajian atau metode yang
digunakan oleh guru kurang tepatatau
tidak sesuai dengan materi yang
disajikan. Untuk mengatasi hal ini,
salah satu usaha yang dilakukan
adalah mengurangi model belajar
yang monoton.
Yang menjadi pokok pembahasan
pada penelitian ini adalah Model
Pembelajaran Kooperatif Investigasi
Kelompok dalam pelajaran seni
107
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
musik khususnya dalam menyanyikan
lagu Sik-sik Sibatumanikkam yang
berasal dari daerah Batak Toba. Pada
model pembelajaran kooperatif siswa
diberi kesempatan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi sosial
dengan temannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sementara guru
bertindak sebagai motivator dan
fasilitator aktivitas siswa.Artinya
dalam pembelajaran ini kegiatan aktif
dengan pengetahuan dibangun sendiri
oleh siswa dan mereka bertanggung
jawab atas hasil pembelajarannya.
Sekolah - sekolah selama ini
mempunyai masalah diproses
pembelajaran Seni Budaya khususnya
seni musik, dikarenakan model
pengajarannya kurang menarik bagi
siswa. Karena itulah muncul
pemikiran peneliti untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif
investigasi kelompok dalam
pembelajaran seni musik khususnya
dalam menyanyikan lagu daerah.
PEMBAHASAN
Model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan
(Sagala, 2003: 174).Dari penjelasan
diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa model keberhasilan seorang
pengajar akan terjamin, jika pengajar
dapat mengajak para muridnya
mengerti suatu masalah melalui
semua tahap proses belajar, karena
dengan cara begitu murid akan
memahami hal yang diajarkan.
Dengan begitu dalam proses
pembelajaran pengajar harus dapat
menggunakan model-model dan
pendekatan mengajar yang dapat
menjamin pembelajaran berhasil
sesuai yang direncanakan.
Pembelajaran (instruction)
merupakan akumulasi dari konsep
mengajar (teaching) dan konsep
belajar (learning). Menurut Hamalik
(2009:57), “pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur–unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan
pembelajaran.”Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran
dapat dipandang sebagai suatu sistem
yang di dalamnya terdapat
108
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
komponen-komponen siswa atau
peserta didik, tujuan, materi untuk
mencapai tujuan, fasilitas dan
prosedur serta alat atau media yang
harus dipersiapkan.
Propinsi Sumatera Utara
beribukota Medan, Terletak antara 10
- 40 LU, 980 - 1000 B.T. Batas
wilayahnya sebelah utara propinsi
Aceh dan Selat Sumatera, sebelah
barat berbatasan dengan propinsi
Sumatera Barat dan Riau, sedangkan
sebelah Timur di batasi oleh Selat
Sumatera. Batak merupakan salah
satu suku bangsa di Indonesia.Nama
ini merupakan sebuah terma kolektif
untuk mengidentifikasikan beberapa
suku bangsa yang bermukim dan
berasal dari Tapanuli dan Sumatera
Timur, di Sumatera Utara. Suku
bangsa yang dikategorikan sebagai
Batak adalah: Batak Toba, Batak
Karo, Batak Pakpak, Batak
Simalungun, Batak Angkola, dan
Batak Mandailing.
Lagu daerah atau musik daerah
atau lagu kedaerahan, adalah lagu
atau musik yang berasal dari suatu
daerah tertentu dan menjadi populer
dinyanyikan baik oleh rakyat daerah
tersebut maupun rakyat lainnya.Pada
umumnya pencipta lagu daerah ini
tidak diketahui lagi alias
noname.Lagu kedaerahan mirip
dengan lagu kebangsaan, namun
statusnya hanya bersifat kedaerahan
saja.Lagu kedaerahan biasanya
memiliki lirik sesuai dengan bahasa
daerahnya masing-masing.Misalkan
lagu kedaerahan Bali adalah Bali
Jagaddhita.
Lagu daerah atau musik daerah
ini biasanya muncul dan dinyanyikan
atau dimainkan pada tradisi-tradisi
tertentu pada masing-masing daerah,
misal pada saat menina-bobok-kan
anak, permainan anak-anak, hiburan
rakyat, pesta rakyat, perjuangan
rakyat, dan lain sebagainya.
Musik pada masyarakat Batak
Toba tercakup dalam dua bagian
besar, yaitu musik vokal dan musik
instrumental.Musik vokal pada
masyarakat Batak Toba disebut
dengan ende.Dalam musik vokal
tradisional pembagiannya ditentukan
oleh kegunaan dan tujuan lagu
tersebut yang dapat dillihat dari
liriknya. Pasaribu (1986 : 27-28)
membuat pembagian terhadap musik
vokal tradisional Batak Toba dalam
delapan bagian, yaitu : 1) Ende
109
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
mandideng, adalah musik vokal yang
berfungsi untuk menidurkan anak
(lullaby); 2) Ende sipaingot, adalah
musik vokal yang berisi pesan kepada
putrinya yang akan melangsungkan
pernikahan. Dinyanyikan pada saat
senggang pada hari menjelang
pernikahan tersebut; 3) Ende
pargaulan, adalah musik vokal yang
secara umum merupakan “ solo-
chorus” dan dinyanyikan oleh kaum
muda-mudi dalam waktu senggang,
biasanya malam hari; 4) Ende tumba,
adalah musik vokal yang khususnya
dinyayikan sebagai pengiring tarian
hiburan (tumba). Penyayinya
sekaligus menari dengan melompat-
lompat dan berpengangan tangan
sambil bergerak melingkar.Biasanya
ende tumba ini dilakukan oleh remaja
di alaman (halaman kampung) pada
malam terang bulan; 5) Ende sibaran,
adalah musik vokal sebagai cetusan
penderitaan yang berkepanjangan.
Penyanyinya adalah orang yang
menderita tersebut, yang menyanyi di
tempat yang sepi; 6) Ende pasu-pasu,
adalah musik vokal yang berkenaan
dengan pembekatan. Berisi lirik-lirik
tentang kekuasaan yang abadi dari
Yang Maha Kuasa.Biasanya
dinyanyikan oleh orang tua kepada
keturunannya; 7) Ende hata, adalah
musik vokal yang diimbuhi ritem
yang disajikan secara monoton,
seperti metric speech. Liriknya berupa
deretan pantun dengan bentuk aabb
yang memiliki jumlah suku kata yang
sama. Biasanya dimainkan oleh
kumpulan kanak-kanak yang
dipimpin oleh seorang yang lebih
dewasa atau orang tua; 8) Ende
andung, adalah musik vokal yang
bercerita tentang riwayat hidup
seseorang yang telah meninggal, yang
disajikan setelah atau pada saat
disemayamkan. Dalam Ende andung
melodinya dating secara spontan
sehingga penyanyinya adalah peyanyi
yang cepat tanggap dan terampil
dalam sastra serta menguasai
beberapa motif-motif lagu yang
penting untuk jenis lagunya ini.
Demikian juga hutasoit dalam
Ritaony membagi kategori musik
vokal menjadi tiga jenis, yaitu : 1)
Ende namarhadohoan, yaitu musik
vokal yang dinyanyikan pada saat
acara-acara namarhadohoan (resmi);
2) Ende siriakon, adalah musik vokal
yang diyanyikan oleh masyarakat
Batak Toba dalam kegiatan sehari-
110
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
hari; 3) Ende sibarean, adalah musik
vokal yang dinyanyikan dalam
kaitannya dengan berbagai peristiwa
kesedihan/ dukacita.
Bagian kedua lagu ini pada bar
66 dinyanyikan dengan tempo yang
lebih cepat dengan metronom 112 dan
terdapat modulasi dari Bes=Do
menjadi C=Do, sehingga dinamik
pada bagian ini lebih kuat dan gagah.
Bagian ketiga lagu ini pada bar
71 terjadi lagi perubahan tempo
menjadi 118 dan modulasi menjadi
D=Do, sehingga dinamik pada bagian
ini lebih kuat dan gagah dari pada
bagian kedua.
Tradisi Batak pada masa lampau,
menggambarkan lagu ini yang biasa
dilakukan oleh sekelompok pemuda-
pemuda yang akan mengunjungi
sekelompok wanita muda sepanjang
malam dan mencari kekasihnya.
Biasanya sekelompok pemuda akan
mulai bernyanyi di luar rumah untuk
mengidentifikasikan siapa mereka dan
sekelompok wanita muda akan
menjumpai siapa pemuda yang berada
diluar. jika wanita-wanita muda telah
tertarik, kemudian pintu akan dibuka.
Pada umumnya pemuda dengan suara
yang terbaik dan yang mampu
bermain alat musik, akan
mendapatkan banyak perhatian dari
wanita-wanita muda. Pemuda-pemuda
akan menggunakan kiasan atau
pantun untuk mendapatkan perhatian
wanita-wanita muda. Sik-sik
sibatumanikkam adalah di antara
pantun nyanyian yang paling
populer.menggunakan kiasan atau
pantun untuk mendapatkan perhatian
dari wanita-wanita muda.
Seorang penyanyi yang baik
hendaknya menampilkan luapan
perasaan pencipta lagu yang
dinyanyikan.Dalam hal ini seorang
penyanyi dituntut agar dapat
menterjemahkan maksud dan isi yang
terkandung dalam lagu dengan bentuk
penterjemahan sesuai yang
diharapkan oleh komposer.
Interpretasi merupakan proses
komunikasi melalui lisan atau
gerakan antara dua atau lebih
pembicara yang dapat menggunakan
simbol-simbol yang dapat dijadikan
sebagai metode untuk menafsirkan
suatu hasil karya seni sehingga lebih
jelas maknanya. Interpretasi musik
merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk
111
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
menerjemahkan, memahami atau
menafsirkan dan membawakan suatu
komposisi musik sesuai dengan atau
menurut maksud komposer.
Beberapa definisi yang
mendukung pendapat tersebut yaitu
menurut (Harold A. Decker & Collen
J. Kirk 1998) bahwa: interpretation
inmusic means expressing the mood
of the composition. Artinya bahwa
“interpretasi dalam musik adalah
suatu upaya untuk mengekspresikan
suasana dari suatu komposisi
sehingga penyajiannya sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh komposer”
Menurut Christ Coetzee dalam
bukunya yang berjudul Easy Guide to
reading Music, Playing Your First
Piece, enjoying Your Piano (2003)
yang menyatakan bahwa:
“interpretation musik takes place on three levels, firstly you must give aclear and accurate rendition of what the composer wrote. On a second level, interpretation means confirming to the stylistic norms and conventions associated with the music of a specific era. Lastly, the players own emotions dictate the subtle nuances of the music he or she plays. Every musician strives to get behind the soul of the music and be able to relate in a meaningfull way with the composer.”
Interpretasi musik dapat
dikelompokkanmenjadi tiga bagian
besar yakni pertama, kamu harus
dapat mengetahui dengan jelas dan
tepat apakah yang menjadi tujuan/
maksud pada karya yang ditulis oleh
komposer.Pernyataan kedua,
interpretasi diartikan sebagai suatu
penyesuaian diri terhadap
aturan/norma pada gaya musik
dizaman tertentu. Dan yang terakhir,
bahwa penjiwaan seperti emosi, hati
nurani sangat halus akan
mempengaruhi keadaan/situasi saat
dimainkan oleh pemain musik untuk
mendapatkan hasil yang benar-benar
nyata dan berarti sesuai dengan
keinginan seorang komposer.
Dari kutipan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pada lagu
sebaiknya terlebih dahulu dianalisis
termasuk pengetahuan dan
penguasaan tanda dinamik, tempo dan
juga teknik vokal pada partitur
lagu.Tanda dinamik adalah tanda
untuk menyatakan keras, lembutnya
sebuah lagu yang dinyanyikan.Tempo
adalah tanda yang digunakan untuk
menunjukkan cepat atau lambatnya
sebuah lagu yang harus
dinyanyikan.Teknik vokal adalah
memproduksi suara yang baik dan
benar, sehingga suara yang keluar
112
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
terdengar jelas, indah, merdu dan
nyaring.
Manusia yang terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa,
guru dan tenaga lainnya.Misalnya
tenaga laboratorium. Material
meliputi buku-buku, papan tulis, dan
kapur, fotografi, slide dan film, audio
dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruangan
kelas.Perlengkapan audio visual, juga
komputer.Prosedur meliputi jadwal
dan metode penyampaian, informasi,
pabrik, belajar, ujian dan sebagainya.
Hasil pembelajaran yang baik
juga ditentukan oleh metode
pembelajaran yang tepat. Hal ini
serupa dengan pendapat Reigeluth
(1983:14) mengatakan bahwa:
Instructional methods are different
ways to achieve different outcomes
under different conditions. Yang
berarti bahwa pembelajaran adalah
suatu cara untuk mencapai hasil yang
baik pada situasi yang berbeda.
Dapat diuraikan bahwa yang
dimaksud dengan “Model
Pembelajaran kooperatif Investigasi
Kelompok dalam menyanyikan lagu
daerah Batak Toba (Sik-sik
Sibatumanikam)” merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk
meningkatkan minat siswa dalam
menyanyikan lagu daerah Batak
Toba. Penerapan model ini dianggap
dapat membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit,
meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik dan
pengembangan keterampilan sosial.
Lagu Sik-Sik Sibatumanikkam
menggunakan suara manusia sebagai
pengganti alat musik Batak Toba
seperti Ogung.Pada bagian syair “ck
ck ck da da dam” menggambarkan
seorang pemuda yang sedang bersiul
untuk mendapatkan perhatian para
kaum wanita.Syair ini juga berfungsi
untuk memperindah komposisi lagu
Sik-Sik Sibatumanikkam.Terjadi dua
perubahan pada lagu ini. Bagian
pertama lagu ini memiliki tempo 100
dengan nada dasar Bes=Do, pada
bagian kedua dengan tempo 112
dengan nada dasar C=Do dan pada
bagian ketiga dengan tempo 118
dengan nada dasar D=Do.
113
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
Pelaksanaan model Pembelajaran Kooperatif dalam Menyanyikan Lagu Daerah Batak Toba (Sik-Sik Sibatumanikkam) Pada SiswaProses model pembelajaran
kooperatif, meliputi: a) Pembagian
Kelompok; Pembagian kelompok
dalam menyanyikan lagu Sik-Sik
Sibatumanikkam ditentukan oleh
guru, tiap kelompok berjumlah 8
sampai 9 siswa; b) Merencanakan
Tugas; Setiap kelompok
merencanakan bersama mengenai apa
yang akan dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya; c)
Melaksanakan Investigasi; Siswa
mengumpulkan informasi,
menganalisis data dan membuat
kesimpulan.Tiap anggota kelompok
berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya; d)
Menyiapkan Laporan akhir; Anggota
kelompok menrencanakan apa yang
akan mereka laporkan dan bagaimana
mereka akan membuat presentasi
mereka.
Adapun langkah-langkah
pelaksanaan penggunaan kooperatif
investigasi kelompok dapat dilihat
sebagai berikut:
Siklus I
Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan adalah merencanakan
tindakan, yaitu berupa penyusunan
skenario pembelajaran yang disusun
dengan tingkat kesulitan dalam
menyanyikan lagu daerah (Sik –Sik
Sibatumanikkam) dengan
melaksanakan langkah-langkah
penyelesaian yang telah disusun. Pada
tahap ini perencanaan tindakan pada
setiap siklusnya adalah sebagai
berikut:
Perencanaan tindakan pada siklus I:
1) Peneliti melakukan pengembangan
materi dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2)
Peneliti menyusun lembar observasi
kegiatan pembelajaran; 3) Peneliti
menyusun alat evaluasi tindakan; 4)
Melaksanakan proses pembelajaran
dengan model pembelajaran
kooperatif investigasi kelompok; 5)
Memantau setiap kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran, baik saat
dalam kooperatif investigasi
kelompok maupun saat menyanyikan
lagu Sik-Sik Sibatumanikkam.
114
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan merupakan pengembangan
dan pelaksanaan scenario
pembelajaran yang telah disusun.Pada
akhir tindakan diberi latihan untuk
melihat hasil yang dicapai setelah
diberikan tindakan dengan model
pembelajaran kooperatif investigasi
kelompok dalam menyanyikan lagu
Sik-Sik Sibatumanikkam. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peneliti
adalah: 1) Penyajian materi
pembelajaran dalam kelas; 2)
Pembentukan kelompok diskusi yang
anggotanya heterogen dan terdiri dari
7-8 orang; 3) Pengarahan dan
pemberian tugas kelompok dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan.
Setiap siswa dapat berperan sebagai
pemimpin kelompoknya untuk
membahas tugas-tugas yang
diberikan; 4) Menguji kinerja setiap
anggota kelompok; 5) Guru
memberikan penghargaan kepada
siswa secara akademik mengenai
hasil yang diperolehnya.
Observasi
Observasi adalah pengumpulan
data dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap objek baik
secara langsung ke lokasi penelitian
guna melihat langsung kegiatan
proses belajar mengajar anak didik.
Refleksi
Data yang dicatat tiap langkah
meliputi: data hasil pemahaman
materi belajar data hasil belajar dalam
melaksanakan tugas. Data diatas
dianalisis secara berkala setiap
langkah hal ini bertujuan untuk
mengetahui hasil yang sebenarnya
berdasarkan tujuan kegiatan belajar
mengajar (KBM) yang hendak
dicapai.
Siklus II
Tahap perencanaan pada siklus II
merupakan hasil refleksi dari siklus I.
Pada tahap ini peneliti dapat
mengetahui berapa banyak siswa
yang telah terbantu dalam
belajar.Pada tahap penelitian lebih
memfokuskan kesulitan yang dialami
peserta didik pada siklus I. siswa
diberikan kesempatan dalam
kelompoknya untuk saling berbagi
dan saling membantu dalam
menyanyikan lagu Sik-Sik
Sibatumanikkam. Proses
pembelajaran difokuskan pada
aktifitas siswa dalam kelompok.
115
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
Kegiatan ini harus mengaktifkan
seluruh siswa. Pada tahap ini
perencanaan tindakan pada setiap
siklusnya adalah sebagai berikut: 1)
Menyiapkan materi ajar baru dan
menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP); 2) Membuat
lembar observasi guna mengamati
proses pembelajaran; 3) Untuk
mengatasi siswa yang kurang
memahami konsep, peneliti akan
menjelaskan tentang materi yang baru
secara terperinci agar siswa dapat
lebih mengerti.
Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti berusaha
sebaik mungkin memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada
siswa.Siswa diberikan kesempatan
dalam kelompoknya untuk saling
berbagi dan saling membantu dalam
menyanyikan lagu Sik-Sik
Sibatumanikkam. Proses
pembelajaran difokuskan pada
aktifitas siswa dalam kelompok dari
pada guru. Guru hanya sebagai
fasilitator saja.
Langkah-langkah yang akan
dilaksanakan adalah: 1) Siswa duduk
dalam kelompok masing-masing; 2)
Peneliti menjelaskan tentang materi
yang akan dipelajari, selanjutnya
dilain kesempatan terlebih dahulu
membekali siswa dengan sebaik-
baiknya tentang materi yang
dipelajari dan hal-hal apa yang harus
dilaksanakan dalam menyanyikan
lagu Sik-Sik Sibatumanikkam; 3)
Untuk mengatasi siswa agar lebih
kondusif peneliti mencoba
memindahkan siswa kekelompok
yang lain dan menukarnya dengan
tujuan agar proses pembelajaran lebih
tertib.
Tahap Pengamatan (Observing)
Seperti pada siklus I tahap
pengamatan dan pengumpulan data
dilakukan bersamaan pada saat
tindakan dilakukan.Pelaksanaan
pengamatan dilakukan pada akhir
tindakan, yaitu melalui pemberian tes
kepada siswa yang berguna untuk
melihat hasil belajar yang dicapai
siswa dan mengetahui perubahan
yang dialami siswa.
Tahap Refleksi (Reflecting)
Hasil dari tes, wawancara dan
observasi yang diberikan sebagai
dasar pengambilan kesimpulan,
apakah kegiatan yang dilakukan telah
berhasil atau belum berhasil. Jika
116
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
pada siklus II masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan belajar,
maka akan direncanakan pada siklus
selanjutnya. Namun jika telah
memenuhi indikator keberhasilan
belajar, maka tidak perlu dilanjutkan
tindakan ke siklus selanjutnya.Dalam
kegiatan ini ditarik kesimpulan hasil
penelitian yang telah
dilakukan.Kesimpulan yang diambil
merupakan dasar bagi pelaksanaan
siklus berikutnya dan perlu tidaknya
siklus dilanjutkan atas permasalahan
yang diduga.
HASIL PEMBELAJARAN LAGU SIK-SIK SIBATUMANIKKAM
Untuk mendapatkan data-data
kemampuan dari hasil kegiatan, maka
peneliti meminta kepada setiap
kelompok untuk menyanyikan lagu
yang sedang dipelajari dengan
melihat kriteria dari:
1. Vokal : Siswa harus mampu menyanyikan sebuah
lagu dengan pengucapan yang baik.
Misalnya pengucapan A, mulut harus
dibuka kira-kira selebar dua jari masing-
masing dan lidah ditarik ke dalam.
2. Pembawaan (Interpretasi) : Suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk menerjemahkan, memahami atau
menafsirkan dan membawakan suatu
komposisi musik.
3. Tempo : Siswa harus mampu menyanyikan sebuah
lagu dengan cepat atau lambatnya suatu
lagu.
4. Dinamik : Tanda dinamik menunjukkan kuat atau
lembutnya sebuah lagu dinyanyikan untuk
mewujudkan watak dan jiwa suatu lagu
atau musik.
117
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
5. Kekompakan : Dalam menyanyikan lagu Sik-Sik
Sibatumanikkam, setiap anggota
kelompok harus memiliki kekompakan
bersama anggota nya agar pencapaian
lagu dapat terlaksana dengan baik.
Namun demikian, dapat
disimpulkan bahwa kelompok
tersebut memiliki kendala yang sama
yaitu dalam hal vokal dan pembawaan
lagu (interpretasi). Ketika para siswa
diajari untuk latihan vokal, mereka
sangat sulit untuk membuka mulut
dan tidak terbiasa dalam pengucapan
vokal yang baik dan benar.Tidak
hanya itu, pada teknik pembawaan
(interpretasi) siswa sangat sulit untuk
menjiwai lagu tersebut, dan
bagaimana ekspresi yang
diminta.Pada tempo, para siswa hanya
sekedar menyanyikan lagu, tanpa
melihat perubahan tempo pada lagu
Sik-Sik Sibatumanikkam. Disisi lain,
setiap kelompok menampilkan
kekompakan dan kreatifitasnya
dengan menampilkan gerakan (tarian)
yang cukup sederhana, dan konsep
aransemen dalam menyanyikan lagu
Sik-Sik Sibatumanikkam. Dalam hal
ini, pengajar kurang memperhatikan
dan menekankan penguasaan vokal
dan pembawaan (interpretasi) lagu
yang benar.
PENUTUP
Berdasarkan uraian, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa untuk
menjawab pokok permasalahan
penelitian yaitu mengenai model
pembelajaran kooperatif investigasi
kelompok dalam menyanyikan lagu
daerah Batak Toba (Sik-Sik
Sibatumanikkam) pada siswa.Oleh
karena itu dapat ditemukan beberapa
kesimpulan yaitu :Sebelum
dilaksanakan tindakan, kemampuan
siswa dalam menyanyikan lagu
daerah masih rendah dan belum
berhasil. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan tenaga pengajar dalam
mengajarkan seni musik.Tenaga
pengajar tersebut sudah berusaha
mengajarkan kepada para siswa
tentang pengetahuan musik yang
diketahui, walaupun tenaga pengajar
118
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
tersebut tidak memiliki latar belakang
pendidikan musik.Kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran lagu
Sik-Sik Sibatumanikkam adalah pada
bagian vokal.Dalam menyanyikan
lagu tersebut, harus mampu
menyanyikan dengan memiliki vokal
yang baik dan benar.Begitu juga
dengan pembawaan (interpretasi) lagu
yang belum sepenuhnya menerapkan
bagaimana pembawaan lagu Sik-Sik
Sibatumanikkam.
Tujuan pokok model
pembelajaran kooperatif investigasi
kelompok dalam menyanyikan lagu
daerah Batak Toba (Sik-Sik
Sibatumanikkam) adalah untuk
menggali dan menyalurkan bakat dan
minat para siswa-siswi dalam seni
musik, khususnya dalam melestarikan
dan meningkatkan minat siswa dalam
menyanyikan lagu
daerah.Bahan/materi lagu dalam
model pembelajaran kooperatif
investigasi kelompok adalah lagu
daerah dari Batak Toba yang berjudul
Sik-Sik Sibatumanikkam, karena
makna yang terkandung dalam lagu
ini berisi pantun berbalas yang
dilakukan oleh sepasang muda-
mudi.Lagu ini sangat riang dan penuh
semangat.Hasil model pembelajaran
kooperatif investigasi kelompok,
berdasarkan tabel tes praktek
menunjukkan kemampuan dalam
menyanyikan lagu Sik-Sik
Sibatumanikkam dan kekompakkan
serta kreatifitas dalam menyanyikan
lagu Sik-Sik Sibatumanikkam dapat
dikatakan baik.Namun, dalam hal
vokal dan pembawaan (interpretasi)
lagu belum memperoleh nilai yang
cukup baik.
Sebagai guru yang profesional,
sebaiknya guru lebih memperhatikan
tingkat kemampuan siswa dalam
menyanyikan lagu daerah.Guru dapat
menggunakan model pembelajaran
kooperatif investigasi kelompok
untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyanyikan lagu
daerah.Dalam proses pembelajaran
diharapkan siswa dapat mengikuti
pembelajaran sesuai dengan materi
yang dipelajari agar suasana kelas
kondusif. Kepada pengamat lain yang
ingin melakukan penelitian yang
sama pada penggunaan model
pembelajaran kooperatif investigasi
kelompok, diharapkan dapat
melakukan penelitian yang lebih baik
agar diperoleh data yang
119
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
signifikan.Bagi pengamat hasil
penelitian tindakan kelas ini dapat
dijadikan suatu keterampilan serta
pengetahuan untuk menambah
wawasan dalam mendidik siswa
khususnya siswa SMA.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Dermawan. 2007. Upaya peningkatan minat siswa Sekolah Dasar dalam pembelajaran lagu daerah di Surabaya. Surabaya: skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana Universitas Kristen
Ali, Muhammad,1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Pustaka Amani
Arikunto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik.Jakarta: Bina aksara
Berliana, Nova. 2010. Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar seni musik Siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif invesitgasi Kelompok kelas VII SMP N 2 Yogyakarta.Yogyakarta:
Skripsi untuk Mendapatkan gelar sarjana
Chris Coetzee, Piano: An Easy Guide to Reading Music, Playing Your First Piece, Enjoying Your Piano (United Kingdom: New Hooland publishers, 2003)
Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. New York: Wesley Educational.
Eggen, P.D. and Kauchack, D.P. 1993. Learning and teaching. 2nded. Needham Heigght, Massachussets: Allyn and Bacon
Harold A. Decker & Colleen J. Kirck, Choral Conducting Focus on Communication (USA: Waveland Press Inc., 1988)
120
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
APPLICATION OF VASICEK’S RATE INTEREST MODEL IN TERM INSURANCE PREMIUMS CALCULATION
Abstract
Sudianto Manullang
Factor of interest rate and mortality is former principal components to get premium of term insurance. Vasicek's rate of interest model is one of stochastic rate of interest model that is utilized on derivatif that becomes discount factor of zero coupon bond's price, and solved by Affine's model to get annuity, actuarial value so results annual net premium of term insurance.Key Word : Vasicek’s rate of interest model
PENDAHULUAN
Hukum pasar dari industri
asuransi adalah menciptakan premi
dan benefit yang seoptimal mungkin.
Jika premi yang ditawarkan terlalu
mahal maka kemungkinan besar
produk tersebut tidak akan laku dijual
sedangkan apabila premi terlalu
murah maka perusahaan akan
mendapatkan resiko yang besar dan
profit yang kecil pula.
Pada dasarnya premi asuransi
jiwa dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu: peluang seseorang usia tertentu
akan meninggal dalam jangka waktu
tertentu (mortalitas), suku bunga yaitu
tingkat suku bunga yang diperoleh
oleh dana yang diinvestasikan, dan
biaya untuk memasarkan polis dan
biaya administrasi lainnya untuk
pengelolaan polis tersebut.
Unsur stokastik dalam penentuan
besaran aktuaria pada suku bunga
stokastik dapat dilakukan dengan
menggunakan model tingkat suku
bunga derivatif yang ada dalam dunia
pasar modal. Model yang paling
popular dalam struktur waktu suku
bunga (term structure of interest rate)
adalah model kesetimbangan karena
memuat unsur deterministik dan
stokastik didalamnya. Salah satu
model yang berkembang tersebut
adalah model Vasicek (1977), model
ini merupakan pengembangan dari
model Orstein-Uhlenbeck (1931).
Salah satu instrumen pasar yakni
obligasi yang menggunakan tingkat
121
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
bunga derivatif sering diaplikasikan
dalam perhitungan aktuaria pada
asuransi jiwa. Bentuk obligasi tanpa
bunga (zero coupon bond) yang
memuat faktor diskon pada nilai
premi dapat dirumuskan dengan
menggunakan model ini, yang pada
akhirnya juga dapat menggambarkan
perubahan-perubahan tingkat suku
bunga dari perhitungan aktuaria.
TEORI DASAR
Proses Stokastik
Defenisi 2.1 Suatu proses stokastik
dengan waktu kontinu ,X t t T
disebut memiliki inkremen
independen (independent increment)
jika semua 0 1 2 ... ,nt t t t
variabel random 1 0 ,X t X t
2 1 ,.....,X t X t 1n nX t X t
adalah saling independen.
Gerak Brown
Defenisi 2.2 (Ross, 1996) Gerak
brown sering juga disebut sebagai
proses Wiener. Suatu proses stokastik
: 0tW t disebut gerak Brown jika
proses tersebut memenuhi beberapa
kriteria berikut ini :
i) 0 0W dan tW adalah kontinu saat 0t
ii) 0,tW N t yang berarti tW berdistribusi normal
dengan mean 0 dan variansi t.
iii) 0,t sW W N t s dan akan independen selama
proses sampai waktu ke-s
Asuransi Jiwa Berjangka
Diberikan tb adalah fungsi
manfaat (benefit) asuransi dan tv
menunjukkan fungsi diskonto. Nilai
waktu sekarang (present value) dari
pembayaran manfaat pada saat
dikeluarkannya polis dinotasikan
dengan tz
t t tz b v (1)
122
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Untuk asuransi jiwa berjangka n
tahun yang memberikan manfaat
sebesar 1 satuan pada saat kematian
dipunyai :
1
0t
t nb
t n
0ttv v t
0
Tv T nZ
T n
Premi tunggal bersih (actuarial
present value) untuk asuransi ini
dengan menggunakan equivalence
premium principle diberikan sebagai,
1
:0
nt
t x x tx nA E Z v p dx (2)
Dalam hal ini 1
:x nA
menotasikan
premi tunggal bersih asuransi jiwa
berjangka n tahun dengan t xp
menunjukkan probabilitas seseorang
yang sekarang berusia x tahun akan
hidup sampai t tahun ke depan
Anuitas Hidup
Anuitas hidup merupakan
serangkaian pembayaran dikaitkan
dengan mati hidupnya sesorang
secara terus-menerus atau pada selang
waktu yang sama, seperti bulan,
triwulan, atau tahunan, selama
seseorang yang menjadi tertanggung
masih hidup. Dengan kata lain
Anuitas hidup merupakan anuitas
yang pembayarannya dikaitkan
dengan mati hidupnya sesorang.
Interval pembayaran dapat dilakukan
pada awal (annuities-due), atau
anuitas akhir (annuities-ammediate)
yang dapat dilakukan pada akhir
waktu pembayaran.
Nilai anuitas hidup berjangka
waktu n tahun dapat dituliskan
sebagai berikut :
:0
3n
tt xx n
a v p dt
123
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Premi
Premi dalam asuransi jiwa berjangka
dibayarkan secara berkala selama
jangka waktu kontraknya, yang
biasanya dibayarkan pada awal
periode. Semakin panjang rentang
jangka waktu pembayaran premi
maka harga premi yang dibayarkan
akan semakin kecil.
Perhitungan premi secara berkala
dengan periode pembayaran n tahun
serta memberikan manfaat sebesar 1
satuan pada saat tahun kematian
adalah :
1
: :4
x n x nPa A
dengan :x n
a adalah nilai tunai anuitas awal dan 1
:x nA adalah asuransi atau nilai
santunan.
Penentuan Premi Bersih Asuransi
Jiwa Berjangka
Persamaan model Vasicek
Model Vacisek diperkenalkan
pertama kali tahun 1977 oleh Oldrich
Vasicek (Vasicek, 1977). Model ini
merupakan salah satu model
matematika yang menjelaskan evolusi
tingkat bunga. Model Vacisek
termasuk dalam persamaan diferensial
stokastik yang mampu
menggambarkan fluktuasi pergerakan
short-rate (tingkat suku bunga sesaat)
dari yield obligasi selama masa
obligasi. Selain dapat memodelkan
fluktuasi tingkat suku bunga, model
Vacisek juga dapat digunakan untuk
memprediksi besarnya tingkat bunga
pada periode kedepan.
Model Vasicek berbentuk sebagai
berikut :
, 0 5t t tdr r dt dW
Dengan :
= kecepatan suku bunga menuju nilai long-run
= nilai normal long run dari suku bunga
tr = tingkat suku bunga
= volatilitas tingkat suku bunga
tW = gerak Brown / proses Wiener
124
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Dalam model ini ditunjukkan adanya
mean reversion yaitu suatu
kecenderungan nilai tr berada
disekitar rata-rata long run atau dapat
dikatakan bahwa tingkat suku bunga
bergerak dalam range terbatas.
Sebagai ilustrasi jika tingkat bunga
berada diatas rata-rata long run r
maka faktor drift akan bernilai negatif
sehingga suku bunga akan ditekan
sampai pada nilai rata-rata . Jika
r maka faktor drift akan bernilai
positif sehingga bunga juga harus
ditekan karena faktor drift bernilai
positif akan menaikkan suku bunga.
Naiknya suku bunga pada akhirnya
akan menghambat percepatan
pertumbuhan ekonomi. Dengan
menggunakan proses Ornstein-
Unhlenbeck solusi persamaan 5
menjadi :
0
0
0
0
1 6
tt s
t s
tt t s s
t s
r r e e dW
r r e e e e dW
ZCB (Zero Coupon Bond)/ Obligasi
berkupon nol
Yield dari ZCB, yaitu hasil yang
akan diperoleh investor apabila
menempatkan dananya untuk
dibelikan obligasi, sepenuhnya sama
dengan suku bunga. Misalkan tr
mewakili suku bunga pada waktu
yang bersifat kontinu diperoleh nilai
ZCB sebesar :
, 7
dan diperoleh yield
tr T tP t T e
log * ,, 8
P t TR t T
T t
Solusi untuk masalah harga ZCB
pada dapat ditentukan dengan
menggunakan model Affine.
Diasumsikan drift dan volatilitas spot
rate pada model mean reversion
masing-masing berbentuk
2
1 2 1 2, dan , 9t t t tr t t t r r t t t r
untuk i t dan , 1,2,i t i adalah fungsi deterministik dalam t .
125
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Sebuah ZCB berjangka waktu T
dengan harga pada waktu t
adalah , , , ,P t T r P r misalkan
penentuan harga mengikuti formula
, exp 10tP r A B r
Solusi untuk A dan B
untuk penentuan nilai ZCB dapat
dicari dengan mereduksi unsur tr
sehingga diperoleh persamaan
diferensial simultan
22 2
21 1
1' 1 0 11
21
' 0 122
t tB t r B t r B
A t B t B
dengan :
113
eB
22
2
22
2
1
2 2
114
2 4
A r B B B
r B B
Premi tahunan untuk asuransi jiwa
dengan 1 unit pembayaran pada saat
kematian x berdasarkan model
suku bunga Vasicek dinyatakan
dengan 1
:x nA
1
:
0
0
0
2 2 221
2 2:0 0
15
,
exp
exp exp2 2 4
x n
n
TX
n
t TX
n
t TX
n n
t x t x sx n
A E E v t
E v t f t dt
P r f t dt
A B r f t dt
A r B r r B ds dt
126
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
dan untuk anuitas hidup kontinu pembayaran 1 unit setiap periode berdasarkan
model suku bunga Vasicek dinyatakan dengan :x n
a
:0
2 22
20
2 22
2:0 0
16
exp
exp2 4
exp exp2 4
n
t xx n
Bt t x
n
t t x
n n
t x sx n
a P p dt
A r p dt
r B B B r p dt
a r B B B r ds dt
Berdasarkan persamaan (2.1.11) dan
(3.1.12) maka premi asuransi jiwa
seumur hidup dengan suku bunga
Vasicek adalah
1
: :
1
:
:
17
x n x n
x n
x n
Pa BA
AP B
a
Studi kasus
Dengan menggunakan bahasa
pemograman R diperoleh hasil nilai
asuransi, anuitas, dan harga premi
bersih asuransi jiwa berjangkanya
dengan menetapkan asumsi data
sebagai berikut :
Tetapan gompertz B = 0.001
Tetapan gompertz C = 1.1
Suku bunga jangka panjang r = 0.051
Suku bunga instan tr = 0.0675
Jumlah konversi bunga setahun = 0.25
Benefit = 50 juta
Usia = 30 tahun
Masa kontrak asuransi = 15 tahun
127
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Perbandingan Premi Model Vasicek dan Konstan Berdasarkan Perubahan Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga
pada setiap periode akan memberikan
pengaruh pada nilai premi yang akan
dibayarkan nasabah. Berikut akan
diberikan grafik serta tabel yang
menunjukkan harga premi atas
perubahan tingkat suku bunga model
Vasicek dan perbandingannya terhadap
suku bunga konstan.
Tabel 1 Harga premi dengan suku bunga konstanAsuransi Anuitas Premi0.086017 8.31937 516968
Tabel 2 Harga premi, anuitas dan asuransi dengan suku bunga model Vasicek berdasarkan perubahan tingkat suku bunga
Bunga Asuransi Anuitas Premi Bunga Asuransi Anuitas Premi0.03 0.116203 16.64611 473119.3 0.061 0.141242 14.14644 494177.90.031 0.116917 16.55588 473790.2 0.062 0.142159 14.07518 494864.40.032 0.117637 16.46635 474461.8 0.063 0.143085 14.00445 495551.20.033 0.118362 16.3775 475134.1 0.064 0.144017 13.93424 496238.30.034 0.119093 16.28933 475807 0.065 0.144958 13.86457 496925.70.035 0.11983 16.20184 476480.5 0.066 0.145906 13.79541 497613.40.036 0.120573 16.11502 477154.6 0.067 0.146862 13.72676 498301.40.037 0.121321 16.02886 477829.4 0.068 0.147826 13.65863 498989.60.038 0.122076 15.94337 478504.7 0.069 0.148798 13.591 499678.10.039 0.122838 15.85852 479180.7 0.07 0.149778 13.52388 500366.90.04 0.123605 15.77433 479857.2 0.071 0.150766 13.45725 501055.90.041 0.124378 15.69077 480534.2 0.072 0.151762 13.39112 501745.10.042 0.125158 15.60785 481211.9 0.073 0.152767 13.32547 502434.50.043 0.125944 15.52557 481890 0.074 0.153779 13.26031 503124.20.044 0.126736 15.44391 482568.7 0.075 0.154801 13.19563 5038140.045 0.127535 15.36287 483248 0.076 0.15583 13.13143 5045040.046 0.128341 15.28244 483927.7 0.077 0.156869 13.06771 505194.20.047 0.129153 15.20262 484608 0.078 0.157915 13.00445 505884.5
0.048 0.129971 15.12341 485288.7 0.079 0.158971 12.94165 5065750.049 0.130796 15.0448 485969.9 0.08 0.160036 12.87932 507265.70.05 0.131628 14.96679 486651.6 0.081 0.161109 12.81745 507956.40.051 0.132467 14.88936 487333.7 0.082 0.162191 12.75603 508647.30.052 0.133313 14.81252 488016.3 0.083 0.163282 12.69506 509338.20.053 0.134165 14.73625 488699.3 0.084 0.164383 12.63454 510029.30.054 0.135025 14.66057 489382.8 0.085 0.165492 12.57445 510720.4
128
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Bunga Asuransi Anuitas Premi Bunga Asuransi Anuitas Premi0.055 0.135891 14.58545 490066.6 0.086 0.166611 12.51481 511411.60.056 0.136765 14.51089 490750.9 0.087 0.167739 12.45561 512102.80.057 0.137646 14.4369 491435.6 0.088 0.168877 12.39683 512794.10.058 0.138534 14.36346 492120.6 0.089 0.170024 12.33848 513485.50.059 0.139429 14.29058 492806 0.09 0.171181 12.28056 514176.8
0.06 0.140332 14.21824 493491.8
Dengan interval perubahan suku
bunga antara 3-9% diperoleh bahwa
harga premi suku bunga Vasicek
adalah lebih rendah dibandingkan
dengan menggunakan suku bunga
konstan. Dan untuk melihat lebih
jelas ditampilkan perbandingan harga
premi suku bunga model Vasicek dan
konstan sebagai berikut:
0 10 20 30 40 50 60
480000
5000
00
Plot nilai Premi
bunga
pre
mi
0 10 20 30 40 50 60
0.1
20.1
40.1
6
Plot nilai asuransi
bunga
asu
ransi
0 10 20 30 40 50 60
13
14
15
16
Plot nilai anuitas
bunga
anuita
s
Gambar 1 Grafik harga premi, asuransi dan anuitas asuransi jiwa berjangka model Vasicek berdasarkan perubahan tingkat suku bunga
129
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
0 10 20 30 40 50 60
4800
0049
0000
5000
0051
0000
Plot nilai Premi
Index
prem
ivasicekkonstan
Gambar 2 Gafik perbandingan premi asuransi jiwa berjangka model Vasicek dan suku konstan berdasarkan perubahan tingkat suku bunga
KESIMPULAN
Dalam tesis ini dibahas tentang
pembentukan nilai premi asuransi
jiwa berjangka dengan menggunakan
suku bunga deterninistik dan suku
bunga stokastik model Vasicek dan
dalam implementasinya dalam
perhitungan nilai asuransi, aniutas,
serta premi, dengan hasil sebagai
berikut :1) Nilai asuransi, anuitas
serta premi pada suku bunga
deterministik yang selalu konstan
lebih tinggi nilainya dibandingkan
dengan menggunakan suku bunga
stokastik model Vasicek; 2) Dalam
simulasi data dengan menggunakan
model Vasicek yang diperoleh bahwa
terdapat pengaruh jika nilai benefit,
usia, suku bunga instan, suku bunga
jangka panjang volatilitas dan asumsi
gompertz yakni akan meningkat nilai
anuitas, asuransi serta premi yang
naik pula. Namun jangka waktu yang
panjang akan relatif menurunkan nilai
anuitas, asuransi serta premi.
130
Sudianto Manullang adalah Dosen Jurusan Matematika, Program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
DAFTAR PUSTAKA
Bain, L.J and Engelhardt, M. 1992.Introduction to Probability and Mathematical Statistics 2nd
Editon . Belmont. California : Duxbury Press.
Bowers, N.L, et al. 1997. Actuarial Mathematics 2nd Editon. Schaumburg, Illinois : The Society of Actuaries.
Jordan, C.W. 1991. Life Contingencies 2nd Editon. Chicago, Illinois : The Society of Actuaries.
Lin, X.S. 2006. Introductory Stochastic Analysis for Finance and Insurance Hoboken, New Jersey : Willey & Sons, Inc.
Noviyanti, L. And Syamsuddin, M. 2005. Life Insurance with Sthochastic Interest Rate, Proceedings 13th East Asian
Actuarial Conference The Actuary at Risk, The Society of Actuaries of Indonesia.
Kellison, S.G., 1991. The Theory of Interest 2nd Editon, Irwin Homewood, Boston.
Ross, S. M., 1983. Stochastic Processes, John Wiley & Sons, New York.
Seydel, R.U., 2006. Tools for Computational Finance third edition. Netherland. Springer-Verlag.
Sula, M.S. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) : Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta : Gema Insani.
Vasicek, O. 1977. An Equilibrium Characterization of Term Structure. Jounal of Economics.
131
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Metode Heuristik untuk Menyelesaikan Masalah Optimisasi Portfolio Berbasis Mean-Variance-Value at Risk
Erlinawaty Simanjuntak
Abstrak
Suatu masalah optimisasi portfolio dibatasi oleh risk-downside yang dipertimbangkan. Juga diperhatikan pembatas yang membatasi peubah perdagangan integer, pembatas-pembatas pada ukuran saham dari beberapa aset atau pada jumlah maksimum aset berbeda dalam portfolio. Oleh karena itu model optimisasi dapat menjadi sangat kompleks sebagai masalah fungsi naik yang menjadi nonconvex dan diskontinu. Masalah ini dimodelkan sebagai sebuah integer nonconvex masalah program kuadratik. Penelitian ini untuk sebuah pencarian heuristik feasible neighborhood dalam penyelesaian masalah.Kata Kunci : Optimisasi portfolio
PENDAHULUAN
Teori portfolio modern dimulai
pada tahun 1952, dengan berhasilnya
metode memilih portfolio yang
diusulkan oleh Harry Markowitz
dalam artikelnya yang berjudul
Portfolio Selection. Beliau
menyarankan cara seorang investor
dapat membentuk portfolio yang
menghasilkan tingkat keuntungan
paling tinggi berdasarkan suatu tahap
resiko, ataupun membentuk portfolio
yang beresiko paling rendah pada
suatu tahap tingkat keuntungan.
Kemudian William Sharpe (1965)
memperkenalkan model indek tunggal
yang merupakan satu penyesuaian
dari pada model Markowitz. Model
indek tunggal ini membolehkan lebih
banyak jumlah sekuritas dianalisis
dibandingkan dengan model
Markowitz yang memerlukan
penaksiran yang begitu banyak jika
jumlah sekuritas ditambahkan.
Berdasarkan pendekatan
Markowitz (1952) yang dimulai
dengan asumsi bahwa investor telah
mengeluarkan sejumlah uang untuk
investasi masa kini. Uang ini akan
diinvestasikan untuk jangka waktu
tertentu yang disebut periode
kepemilikan investor. Pendekatan
Markowitz dapat dipandang sebagai
pendekatan periode tunggal, dengan
permulaan periode dinotasikan t = 0
dan akhir periode dinotasikan t = 1.
Di t = 0, investor harus membuat
132
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
keputusan sekuritas apakah yang akan
dibeli dan dimiliki sampai t = 1.
Pendekatan mean-varians adalah
metode yang paling awal untuk
memecahkan masalah pemilihan
portfolio. Akan tetapi, ada beberapa
pendapat yang menentangnya,
meskipun pendekatan ini telah
diterima dan dihargai oleh praktisi
dan akademisi selama beberapa tahun
(Korn, 1997). Meminimumkan
varians tidak hanya mendorong
kearah deviasi rendah dari hasil yang
diharapkan pada sisi bawah rata-rata,
tetapi juga pada sisi atas rata-rata.
Pendekatan mean-varians
mengarah ke pengurangan resiko,
tetapi pendekatan mean-VaR
kadangkala tidak mengarah pada
pengurangan resiko. Pendekatan
mean-varians tidak hanya mengawasi
hasil resiko pada sisi bawah rata-rata,
tetapi juga keuntungan yang mungkin
pada sisi atas rata-rata selama
pendekatan mean-VaR hanya
mengendalikan hasil resiko pada sisi
bawah rata-rata. Pada batasan lain
dari dua pendekatan ini adalah bahwa
distribusi hasil tidak terlalu dipahami,
dan disana tidak ada informasi derajat
tingkat lebih tinggi kecuali means,
kovarians (varians) dan nilai dari
VaR.
Sebagai ganti penggunaan satu
ukuran resiko tunggal (mean-varians
dan mean-VaR), juga diusulkan suatu
pendekatan umum mean-varians-VaR
yang menggunakan varians dan VaR
sebagai ukuran resiko ganda secara
serempak. Dengan membandingkan
model mean-varians dan model mean-
VaR akan digunakan ukuran resiko
ganda sebagai pengganti ukuran
resiko tunggal.
Mean-Variance-VaR
Tujuan utama seorang investor
adalah mengalokasikan secara
optimal investasinya diantara asset
yang berbeda. Adapun model
optimisasi portfolio berdasarkan
mean, varians, dan value at risk yang
diajukan oleh Jin Wang (2000) adalah
sebagai berikut :
Pendekatan Mean-Variance
Andaikan ada n sekuritas dengan
tingkat pengembalian Xi (i = 1, 2, …,
n). Means dan kovarians dari tingkat
return (R) ini adalah :
( ) ( , ), , 1,...,i i ij i jE X dan Cov X X i j n
133
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Vektor portfolio adalah : 1
1
( ,..., ) ' 1n
nn i
i
w w w R dan w
Definisikan bahwa kumpulan W adalah koleksi dari semua portfolio yang
mungkin : 1
1n
ni
i
W w R w
Hasil total dari portfolio adalah : 1
n
w i ii
R w X
Mean dan variansnya adalah :
1 1
( )n n
w w i i i ii i
E R E w X w
dan 2
1 1 1
varn n n
w i i i j iji i j
w x w w
Ada dua model umum yang
menggunakan prinsip mean-variance.
Ide untuk model pertama adalah
memberi batas atas 20 untuk hasil
varians portfolio, memilih suatu
portfolio w, hingga w adalah
maksimum dengan 20
2 w :
wWw
max
kendala : 20
2 w (1)
Tahap model kedua untuk memberi batas bawah 0 untuk mean hasil portfolio,
memilih suatu portfolio w, hingga 2w adalah minimum dengan 0w :
2min wWw
(2)
kendala : 0 w
Pendekatan Mean-VaR
VaR mengukur kerugian harapan
terburuk yang melebihi batas waktu
yang diberikan atas kondisi pasar
normal pada suatu tingkat
kepercayaan yang diberikan, dan
menyediakan pemakai-pemakai suatu
ukuran ringkasan resiko pasar.
Tepatnya, VaR pada tingkat
kepercayaan 100% dari suatus
portfolio w untuk suatu periode waktu
khusus dari tingkat pengembalian qw
sehingga probabilitas dari portfolio
memiliki tingkat pengembalian qw
atau lebih sedikit adalah :
( )w wP R q (3)
134
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Sama seperti metode mean-variance,
didefinisikan dua model untuk prinsip
mean-VaR. Pertama adalah bahwa
untuk batas atas yang diberikan q0
untuk VaR hasil portfolio, memilih
suatu portfolio w, sehingga w adalah
maksimum dengan
0 :wq qw
Ww
max
(4)
kendala : 0qqw
Tahap model kedua bahwa untuk
batas atas 0 yang diberikan untuk
mean dari hasil portfolio, memilih
suatu portfolio w, sehingga Var qw
adalah minimum dengan
0w :w
Ww
qmin
(5)
kendala : 0 w
dimana : R = hasil portfolioW = kumpulan semua portfolio yang mungkinw = vektor portfolio
w = batas bawah rat-rata
0 = batas atas rata-rata2w = batas bawah varians20 = batas atas varians
0q = batas atas tingkat pengembalian
wq = batas bawah tingkat pengembalian
Perbandingan Pendekatan Mean-
Variance dan Mean-VaR
Pada bagian ini, dibandingkan
pendekatan mean-VaR dengan
pendekatan mean-varians. Dua
pendekatan ini menggunakan dengan
sepenuhnya ukuran resiko untuk
optimisasi portfolio. Kedua
pendekatan ini mempunyai banyak
keuntungan; namun pendekatan ini
tidak cukup hanya menggunakan
informasi dari distribusi hasil
portfolio. Seperti ukuran resiko,
varians dan VaR adalah mandiri
secara umum. Satu pengecualian
bahwa ukuran VaR adalah sebanding
kepada ukuran varians pada kasus
multivariat normal.
Pendekatan Mean-Variance-VaR
135
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Pada bagian ini, diusulkan suatu
model umum mean-varians-VaR
untuk optimisasi portfolio dengan dua
variasi. Digunakan kedua variasi dan
VaR sebagai pengontrol ukuran
resiko. Model-modelnya meliputi
model mean-varians dan model mean-
VaR.
Model pertama memberi batas
atas 20 dan q0 masing-masing untuk
varians dan VaR untuk hasil
portofolio berturut-turut, yang
memilih sebuah portfolio w, sehingga
w adalah maksimum dengan
2 20 w 0dan q :w q
2 20
0
max
.
w
w
w
w W
s t
q q
(6)
Bandingkan dengan model mean-
variance atau model mean-VaR,
digunakan ukuran resiko ganda
sebagai pengganti satu ukuran resiko
tunggal. Portfolio efisien mean-
variance-VaR tidak mungkin menjadi
mean-variance atau mean-VaR. Lebih
dari itu, model mean-variance (1) dan
model mean-VaR (4) adalah kasus
khusus dari model (6) :
Ketika q0 = , model (6)
menjadi model mean-variance (1)
Ketika 20 , model (6)
menjadi model mean-VaR (4)
Model yang kedua memberi batas
bawah 20 untuk mean dari hasil
portfolio, yang memilih sebuah
portfolio w, seperti variance dari
kombinasi convex dan VaR dari hasil
portfolio ww q)1(2 adalah
minimum dengan
0 w :ww
Ww
q)1(2min
(7)
Kendala : 0 w
Disini [0,1] adalah sebuah parameter yang didefinisikan konstan, jika kedua
nilai ekstrem, diperoleh :
136
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Ketika = 1, model (7) menjadi model mean-variance (2)
Ketika = 0, model (7) menjadi model mean-VaR (5)
VALUE at RISK dan EXPECTED SHORTFALL
Model umum untuk seleksi
portfolio telah dikembangkan selama
beberapa tahun, mulai dari format
awal mean-varians berdasarkan pada
kerja Markowitz (1952) sampai pada
yang terbaru skenario berdasarkan
bentuk optimisasi stokastik. Salah
satu tehnik yang cukup terkenal untuk
mengukur downside risk adalah
Value at Risk (VaR)
Value at Risk
Value at Risk (VaR) sekarang ini
menjadi alat standar dalam mengelola
resiko pada bank dan institusi
keuangan lainnya. Hal ini diartikan
sebagai kerugian untuk suatu tingkat
kepercayaan yang diberikan. Dalam
teori peluang, VaR adalah 1% kuartil
(pada umumnya (1-p)% kuartil) dari
keuntungan dan distribusi kerugian.
VaR as A Risk Measurement
Problem
Sebagai ilustrasi masalah VaR
sebagai sebuah ukuran resiko,
mengingat sebuah bank dimana batas
VaR (tingkat kepercayaan 99%) dari
50.000 euro ditentukan pada seorang
pedagang tertentu. Artinya bahwa
kerugian lebih dari 50.000 euro akan
terjadi hanya sekali pada setiap
ratusan hari perdagangan dalam rata-
rata. Tetapi karena dari definisi VaR,
tidak ada perbedaan antara
pelanggaran yang kecil sampai sangat
besar dari batas 50.000 euro. Maka
kerugian dapat menjadi 60.000 euro
bahkan 600.000 euro. Meskipun pada
kenyataannya VaR kemudian
digunakan sebagai sebuah kriteria
untuk mengganti resiko biasa,
pedagang memiliki sebuah insentif
untuk menjalankan strategi yang akan
menciptakan sebuah keuntungan
tambahan pada banyak kasus, tetapi
dengan mengorbankan peluang hanya
dibawah 1% dari kerugian yang
sangat besar.
Derivatif VaR
Pada prakteknya kontribusi
resiko marginal sering menarik
kesimpulan dari posisi baru untuk
standar deviasi portfolio.
Bagaimanapun, tanpa asumsi
berdistribusi normal, tidak ada
137
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
hubungan tertutup antara standar
deviasi dan VaR.
Andaikan nilai portfolio aktual
dijelaskan dengan variabel random X
dan a bagian dari variabel random Y
lainnya yang ditambahkan pada
portfolio tersebut, maka hal ini
memungkinkan untuk menghitung
derivatif dari ukuran resiko terhadap
a. Pada kenyataannya derivatif kedua
yang harus menjadi positif untuk
sebuah ukuran resiko convex yang
memenuhi sifat sub-additivity.
Derivatif Pertama dan Kedua VaR
Sekarang ganti standar deviasi
dengan VaR sebagai sebuah ukuran
alternatif dari resiko. Asumsikan
bahwa X,Y dengan kontinu distribusi
variabel random (dimana fx
merupakan density dari X) dan
mendefinisikan VaRp (X + aY)
sebagai fungsi dari a secara mutlak
oleh peluang (-X – aY VaRp (X +
aY)) = p = const. Kemudian dimiliki
sebuah hasil yang baik: derivatif VaR
adalah ekspektasi kondisional dari
posisi marginal, pada kondisi yang
nilai aktual portfolio X dan VaR yang
seharusnya identik (Gourieroux et al
(2000), Tasche (1999)):
))(()(
0 XVaRXYa
aYXVaRpa
p
Pengertian dibelakang hasil ini
adalah sebagai berikut : jika X > VaR
(X) (kerugian aktual telah lebih besar
dari VaR) atau jika X < VaR (X) (ada
sebuah sisa penyokong), penambahan
sebagian kecil resiko baru tidak akan
merubah hasil. Oleh karena itu, dapat
diterima bahwa kontribusi resiko
adalah nilai rata-rata untuk semua
kasus kritis dengan X = VaR (X).
Untuk derivatif kedua dapat
mengikuti pernyataan berikut
(Gourieroux et al (2000) :
)(
22
02
2)(
)()()(
XVaRx
Xa
p
p
x
xInfxXY
x
xXY
a
aYXVaR
Ini adalah jumlah dari dua faktor.
Tanda dari istilah kedua adalah
positip jika kemiringan density naik
pada sisi kiri. Ini biasanya jadi kasus
(jika distribusi adalah unimodal).
Tidak jelas tanda dari faktor pertama.
Untuk mendapat sebuah pengertian,
posisi baru yang ditambah pada
138
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
portfolio juga dapat mengangkat nilai
portfolio diatas VaR-threshold. Jika
sebuah pelanggaran yang permulaan
akan terjadi sebaliknya. Jika
xxY /)(2 adalah negatif (varians
adalah sebuah fungsi turun dari X),
kesempatan bahwa posisi baru
menjaga sebuah pelanggaran dari
VaR-threshold lebih besar dari
hubungan resiko yang pelanggaran
VaR-thresholdnya digerakkan oleh
posisi baru.
Expected Shortfall
Artzner et al (1997) mengajukan
kegunaan expected shortfall yaitu
untuk mengurangi masalah yang ada
pada VaR. Expected Shortfall
mempertimbangkan kerugian yang
melebihi tingkat VaR dan ditunjukkan
menjadi sub-additive, selama VaR
mengabaikan kerugian yang melebihi
persen dan tidak sub-additive
Definisi dan Konsep Expected
Shortfall
Artzner et al (1997) telah
mengajukan kegunaan expected
shortfall (yang disebut “kondisional
VaR”, “mean excess less”, “beyond
VaR” atau “tail VaR”) untuk
mengurangi masalah yang melekat
pada VaR. Expected Shortfall
didefinisikan sebagai berikut :
Andaikan x sebuah variabel
random yang merupakan kerugian
dari pemberian portfolio dan
VaR (X) adalah VaR pada tingkat
kepercayaan 1000(1- ) persen.
ES (X) didefinisikan dengan
mengikuti persamaan : ES (X) = E
)(XVaRXX .
Expected shortfall mengukur
berapa banyak sesuatu dapat hilang
pada rata-rata dalam tahap yang
melebihi tingkat VaR. Ketika
distribusi yang hilang tidak normal,
VaR mengabaikan kerugian yang
melebihi tingkat VaR dan kegagalan
untuk jadi sub-additive. Expected
shortfall mempertimbangkan kerugian
yang melebihi tingkat VaR dan
ditunjukkan untuk menjadi sub-
additive.
139
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
OPTIMISASI PORTFOLIO BERDASARKAN PADA EXPECTED SHORTFALL
Optimisasi Portfolio berdasarkan pada VaR dengan Metode Varians-Kovarians.
Optimisasi portfolio
berdasarkan pada VaR adalah saat
VaR dihitung dengan metode
varians-kovarians. Analisis
tradisional mean-varians langsung
dipakai untuk VaR berdasarkan
optimisasi portfolio. Analisis mean-
varians memilih portfolio dengan
profil mean-varians terbaik dengan
meminimumkan subyek varians
untuk pembatas dari hasil ekspektasi
portfolio. Masalah optimisasi ini
dibentuk sebagai berikut :
min
,
2
1 ' (8)
kendala : 1'
'
e
x
dimana : : vektor nilai ekspektasi faktor resiko
x : nilai ekspektasi tertentu pada portfolio
: matriks varians-kovarians faktor resiko
e : salah satu vektor : vektor pembukaan untuk faktor resiko
' : vektor transpos
Solusi untuk masalah ini
diberikan sebagai untuk setiap x ,
dari yang diperoleh sebuah optimisasi
x untuk setiap x . Hubungan antara
x dan x memberi efficient
frontier pada tahap x - x . Dari
efficient frontier ini, dipilih portfolio
terbaik yang toleransi resikonya pas
dan memberi hasil yang besar.
Optimisasi Portfolio berdasarkan pada VaR dengan metode berbasis Simulasi
Saat VaR dihitung dengan
simulasi, ini bukan perpanjangan
sebuah alat efisien untuk optimisasi
sebuah portfolio, karena VaR bukan
perpanjangan sebuah perkalian skalar
dari standar deviasi dan bukan
optimisasi yang menggunakan
persamaan (8).
140
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Optimisasi Portfolio berdasarkanExpected Shortfall dengan metode berbasis Simulasi
Asumsikan bahwa kerugian
portfolio X, sebuah kombinasi linier
dari kerugian individu faktor resiko
Xi (i merupakan faktor resiko) :
X = .1
n
iiiX (9)
dimana : X = portfolio yang hilangXi = kerugian individu faktor resiko i
i = sensitivity individu faktor resiko i
Kita juga asumsikan bahwa
kerugian faktor resiko (Xi, … , Xn)
memiliki kepadatan peluang fungsi
p(Xi, … , Xn). Andaikan ),(
merupakan peluang kerugian portfolio
X tidak melebihi beberapa permulaan
nilai .
....),...,(),( 11
1
nnx
dXdXXXpn
iii
(9)
VaR pada tingkat kepercayaan 100 % yaitu ),( didefinisikan oleh :
),( = min ,R (10)
Kemudian didefinisikan mengikuti fungsi yang ditunjukkan oleh )( .
)( = ,...)...,,().( 111),(
1
nn
n
iii
XdXdXXXpXn
iii
(11)
Expected Shortfall adalah
)1/()( , sejak itu ekspektasi
kondisional memberikan bahwa
kerugian portfolio
n
i iiX1
lebih
dari ),( . Ini sulit untuk
mengoptimisasikan )( karena
),( berbelit-belit dalam
definisinya. Rockafeller dan Uryasev
(2000) menunjukkan bahwa
optimisasi )( adalah sama dengan
optimisasi F ),( .
F ),( =(1- ) +
n
inniii dXdXXXpX
11 ....),...,()(
(12)
141
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Selanjutnya, expected shortfall
diberikan sebagai minimum
F ),( /(1- ) dengan kendala ,
dan VaR diberikan sebagai
koresponden .
Hasil ini digunakan untuk
meminimumkan simulasi berdasarkan
expected shortfall. Andaikan kita
contohkan waktu X1, … , XnJ (contoh
ini ditunjukkan oleh Xij, i = 1, …, n, j
= 1, …, J) dari fungsi peluang
kepadatan p(Xi, …, Xn). Integral
dalam persamaan (12) dihitung
dengan cara :
J
j
n
iiij
n
innii XJdXdXXXpX
1 1
1
111 ...)...,,()(
(13)
Kurangi minimisasi dari F ),( untuk mengikuti masalah program linier.
J
jj
z
zJ1
1
,,
1min'
RRR n
(14)
dengan kendala :
n
ijiijj JjzXz
1
...,,1,0, (15)
Kendala pada nilai ekspektasi portfolio diformulasikan sebagai berikut :
RXJJ
j
n
iiij
1 1
1 (16)
Selanjutnya, kendala pada jumlah investasi portfolio dibentuk sebagai berikut:
.1
o
n
ii WP
i
(17)
dimana : Pi : nilai inisial faktor resiko i W0 : inisial jumlah investasi pada portfolio
HEURISTIK FEASIBLE NEIGHBORHOOD SEARCH
Model-Model Pemilihan Portfolio
Pendekatan mean-variansi
Optimisasi mean-varians
merupakan suatu pendekatan yang
cukup terkenal untuk pemilihan
portfolio. Nyatakan xi, i = 1, …, nA,
jumlah investasi dalam aset i dari
modal awal v0 dan ri, i = 1, …, nA,
perolehan aset pada periode
perencanaan, maka ekspektasi
perolehan pada portfolio yang
didefinisikan oleh vektor
),,( 11 Anxxxx diberikan sebagai
: )()( 01 rExxv
. Variansi perolehan
portfolio adalah : Qxxx )(2
dimana Q adalah matriks variansi dan
kovarians dari vektor perolehan r.
Jadi portfolio efisien mean-
varians yang didefinisikan sebagai
hasil ekspektasi perolehan tertinggi
untuk varians yang diberikan dan
142
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
varians minimum untuk nilai
ekspektasi yang diberikan, didapat
dengan menyelesaikan program
kuadratik berikut :
.
min
0
0
Pjxxx
vx
vrx
Qxx
ujjj
j j
j jj
x
(18)
untuk harga yang berbeda, dimana
adalah perolehan yang diinginkan
pada portfolio dan P adalah kumpulan
aset dalam portfolio tersebut. Vektor-
vektor Pjxx ujj ,, , menyajikan
kendala terhadap ukuran minimum
dan maksimum aset individu dalam
portfolio optimal.
Implementasi dari model
markowitz dengan nA asset yang
membutuhkan nA estimasi dari
ekspektasi perolehan, nA estimasi
varians dan nA (nA – 1) / 2 koefisien
korelasi.
Kerangka Dasar Mean Resiko-Downside
Pada prakteknya investor lebih
peduli pada resiko yang nilai
portfolionya jatuh dibawah level
tertentu. Ini menjadi alasan mengapa
perbedaan ukuran downside-risk
dipertimbangkan dalam masalah
alokasi aset. Jika v menyatakan nilai
portfolio masa datang, yaitu nilai
portfolio pada akhir periode
perencanaan, maka probabilitas :
P(v < VaR) (19)
bahwa nilai portfolionya jatuh
dibawah tingkat VaR disebut
probabilitas shortfall.
Nilai mean bersyarat dari
portfolio dengan diketahui bahwa
portfolio telah jatuh dibawah VaR,
disebut ekspektasi shortfall,
didefinisikan sebagai:
E(v | v < VaR) (20)
143
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Ukuran resiko lainnya yang dapat
dipakai adalah mean semi-absolute
deviasi. E(|v - Ev| | v < Ev) dan semi-
variansi E((v – Ev)2 | v < Ev) dimana
hanya diperhatikan deviasi negatif
dari mean.
Jika profil resiko dari investor
ditentukan oleh VaR, portfolio
efisien mean-VaR akan menjadi
penyelesaian dari masalah optimisasi
berikut :
Pjxxx
vx
vP
Ev
ujjj
j j
x
0
)VaR(
max
(21)
Selanjutnya, adalah realistis
untuk memperhatikan seorang
investor yang tidak hanya peduli pada
probabilitas shortfall, tapi juga sejauh
mana nilai portfolionya dapat jatuh
dibawah level VaR. Pada kasus ini,
profil resiko investor didefinisikan
melalui suatu kendala ekspektasi
shortfall dengan tertoleransi v jika
nilai portfolio merupakan jatuh
dibawah VaR. Maka efisien portfolio
mean-ekspektasi shortfall merupakan
penyelesaian dari model program
berikut:
Pjxxx
vx
vvvE
Ev
ujjj
j j
x
0
)VaR|(
max
(22)
Optimisasi Mean Resiko-Downside
Masalah selanjutnya adalah
masalah optimisasi non-convex dan
variabel integer dengan jenis kendala
seperti saham dan ukuran
perdagangan. Kita ingat bahwa
masalah jenis ini tidak dapat
diselesaikan dengan metode baku
Quadratik Programming. Solusi dari
hasil model program mixed-integer
dapat dikerjakan oleh metode
heuristik yang memberikan sebuah
penaksiran dari solusi eksak. Dalam
penelitian ini saya mengusulkan
pencarian heuristic feasible
neibhborhood untuk menyelesaikan
masalah program kuadratik integer.
144
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Berikut ini kuantitas setiap aset
pada portfolio dibatasi untuk menjadi
sebuah bilangan integer.
Pembentukan neighbor 01xNx
untuk sebuah solusi yang diberikan x0
dilakukan dengan mengambil secara
acak dua aset i dan j. Kemudian dijual
ki aset i, transfer jumlah ini menjadi
tunai dan beli kj aset j dari uang tadi.
Supaya yakin bahwa setiap transfer
berjumlah sama, jumlah aset ki dan kj
yang ditransfer didefinisikan sebagai
0
0max
ip
pik dan 0
0max
jip
pjk , dimana
p0 adalah vektor harga aset sekarang.
Terkait dengan variabel integer
dan kendala pada minimum dan
maksimum ukuran saham, terdapat
bentuk formulasi masalah mean-VaR:
Pjx
KP
vpx
vvE
Ev
j
uj
j
j
p
v
jp
v
x
0
0
0
01
#
)VaR|(
max
00
dimana xj, j P adalah kuantitas
integer setiap aset dalam portfolio dan
K adalah jumlah maksimum aset yang
boleh dalam portfolio. Demikian pula,
untuk masalah mean-ES terdapat :
Pjx
KP
vpx
vvvE
Ev
j
uj
j
j
p
v
jp
v
x
0
0
0
01
#
)VaR|(
max
00
Ketidakpastian tentang perolehan
masa datang, yaitu tentang nilai
portfolio masa datang v, dimodelkan
melalui sebuah kumpulan realisasi
yang mungkin, yang disebut skenario.
Skenario hasil masa dapat
digenerasikan dengan model statistik,
perolehan masa lalu atau pendapat
ahli. Disini, skenario diambil secara
acak dari distribusi empiris perolehan
masa lalu.
Memperkenalkan skenario harga
pada perumusan mean-VaR dan
mean-ES sebelumnya, diperoleh
masalah berikut untuk kasus mean-
VaR :
145
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Pjx
KP
vpx
pxs
pxn
j
uj
j
j
S
S
p
v
jp
v
ns
n
s
s
Sx
0
0
0
01
#
VaR|#
1min
00
1
dan untuk mean-ES
Pjx
KP
vpx
vvpxs
vn
j
uj
j
j
s
S
p
v
jp
v
vs
ss
n
s
s
Sx
0
0
0
01
#
VaR|#
1
1min
00
VaR|
1
Pencarian Heuristik Feasible Neighborhood
Pada dasarnya pendekatan branch
and bound dapat dipakai, namun
untuk beberapa kelas dari skala besar,
masalah nonlinier prosedur demikian
akan menjadi mahal terutama ditinjau
dari waktu perhitungan. Disini
dilakukan pendekatan yang
memeriksa persoalan yang tereduksi
dimana kebanyakan variabel
integernya dipertahankan konstan
dan hanya subset kecil dibiarkan
berubah dalam langkah diskrit.
Ini dapat dilaksanakan dengan
struktur dari sebuah program dengan
mencatat semua variabel integer pada
batasan dalam solusi kontinu sebagai
nonbasis dan menyelesaikan masalah
tereduksi dengan
mempertahankannya sebagai
nonbasis.
Prosedurnya dapat diringkas
sebagai berikut :
Langkah 1 : Selesaikan masalah dengan mengabaikan syarat integer
Langkah2 :Peroleh sebuah (sub-optimal) solusi feasible integer; dengan
menggunakan heuristik pembulatan dari solusi kontinu.
Langkah 3 : Bagi kumpulan I variabel integer kedalam kumpulan I1 untuk variabel
yang berada pada batasan yang nonbasis pada solusi kontinu dan
kumpulan I2,untuk variabel integer lainnya I=I1+I2.
146
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Langkah 4 : Lakukan pencarian pada fungsi objektif, pertahankan variabel pada I1
nonbasis dan lakukan perubahan diskrit pada nilai variabel dalam I2 .
Langkah 5 :Pada solusi yang dihasilkan di langkah 4, periksa reduced cost dari
variabel pada I1, jika ada yang akan dikeluarkan dari batasan
mereka, tambahkan mereka ke kumpulan I2 dan kembali ke langkah
4, jika tidak berhenti.
Ringkasan diatas memberikan
kerangka dasar untuk perkembangan
strategi spesifik terhadap masalah
kelas khusus. Misalnya, heuristik
pembulatan pada langkah 2 dapat
disesuaikan dengan kondisi kendala,
dan langkah 5 dapat mencakup
penambahan satu variabel setiap
kalinya ke kumpulan I2.
KESIMPULAN
Pada kerangka dasarnya, investor
dihadapkan dengan sebuah trade-off
antara peluang portfolionya, yang
dikarakterisasi oleh ekspektasi
perolehan, dan resiko, yang diukur
dengan variansi perolehan portfolio.
Dua momen pertama dari perolehan
yang akan datang dari portfolio cukup
untuk mendefinisikan pengurutan
langkah pilihan investor. Hasil ini
disebabkan hipotesis penyederhanaan
bahwa pilihan investor kuadratik dan
perolehannya berdistribusi normal.
Selanjutnya, adalah realistis
untuk memperhatikan seorang
investor yang tidak hanya peduli pada
probabilitas defisit, tapi juga sejauh
mana nilai portfolionya dapat jatuh
dibawah level VaR.
Model optimisasi portfolio
dengan basis mean – varians – Value
at Risk merupakan suatu model
quadratic integer programing. Metode
heuristic feasible neighborhood
dipergunakan untuk menyelesaikan
model tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Artzner, P., F. Delbaen, J.M. Eber and D. Heath,1998, Coherent Measures of Risk, in : Math Finance 9 (3), pp. 203-228.
Korn, R., 1997, Optimal Portfolios : Stochastic Models for Optimal Investment and Risk
147
Erlinawaty Simanjuntak adalah Dosen Jurusan Matematika, Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Management in Continuous Time, Word Scientific, Singapore.
Leibowitz, M.L. and S. Kogelman, 1991, Asset Allocation under Shortfall Constraints, Journal of Portfolio Management Winter, pp.18-23
Lucas, A., and P. Klaassen, Extreme Returns, 1998, Downside Risk, and Optimal Asset Allocation,Journal of Portfolio Management 25, pp.71-79.
Markowitz, H, 1952, Portfolio Selection, Journal of Finance, 7, pp. 77-91
Rodoni Ahmad and Othman Yong, 2002, Analisis Investasi dan Teori Portfolio, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sharpe W, Lintner and Mossin,1965, Risk Aversion in The Stock
Market : Some Empirical Evidence, Journal of Finance, pp: 416-422..
Sharpe W, 1995, Investasi, PT. Prenhalindo, Jakarta.
Speranza, M.G., and R. Mansini, 1999, Heuristik Algorithms for The Portfolio Selection Problem with Minimum Transaction Lost, European Journal of Operational Research 144(2), pp. 219-233.
Wang Jin, 2000, Mean-Variance-VaR Based Portfolio Optimization, Working Paper, Valdosta State University, pp.3-17.
Yamai Yasuhiro and T. Yoshiba, 2002, Comparative Analysis of Expected Shortfall and Value-at-Risk : Their Estimation Error, Decomposition, and optimization, Monetary and Ekonomic Studies, Japan.
148
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
IDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR TANAH DI TEMPATPEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPAS) MARELAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODEGEOLISTRIK RESISTIVITAS
Rahmatsyah, Rita Juliani, Nita Kartika Rini
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi pencemaran air tanah di tempat pembuangan akhir sampah TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan dan pola distribusi lindi di TPAS Terjun. Dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Alpha pada 3 lintasan. Lintasan I dan II sebanyak 32 elektroda dengan panjang lintasan 160 meter. Lintasan III sebanyak 16 elektroda dengan panjang lintasan 80 meter. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software res2dinV. Nilai resistivitasdi sebelah barat daya pusat pembuangan sampah berada pada range 0,972Ω-9,35Ω. Nilai resistivitas di sebelah tenggara pusat pembuangan sampah berada pada range 0,571Ω-17,0Ω. Nilai resistivitas di sekitar pemukiman penduduk berada pada range 1,71Ω-4,18Ω. Kuantitas lindi terbesar berada pada lintasan IIIberada disekitar pemukiman penduduk. Kata Kunci : TPAS
LATAR BELAKANG
Sampah bersifat padat mudah
membusuk terutama dari zat-zat
organik seperti sisa sayuran, sisa
daging, daun, dan sebagainya.
Sedangkan yang tidak membusuk
seperti kertas, plastik, logam, kaca,
dan sebagainya. Sampah dapat
diklasifikasikan atas berbagai jenis.
Menurut sumbernya, sampah terbagi
atas sampah alam dan sampah
manusia. Menurut bentuknya sampah
dibedakan atas sampah padat dan
sampah cair. Masalah sampah di kota-
kota besar di Indonesia sudah sampai
tingkat serius, termasuk kota Medan.
Kota Medan yang memiliki luas
265,1 Km² yang terdiri dari 21
kecamatan dan 151 kelurahan
memiliki timbulan sampah sebesar
1.194,4 ton/hari. Jadi dengan jumlah
penduduk Kota Medan sebesar
2.019.642 jiwa berarti setiap jiwa
menanggung sampah sebesar 4.310,4
m³/hari. Pelayanan sampah di Kota
medan dibagi atas 3 wilayah. Setiap
wilayah terdiri dari 7 kecamatan.
Wilayah I dan II dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)
149
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Namo Bintang yang berada di Padang
Bulan dan wilayah III dibuang ke
TPAS Terjun yang berada di Marelan.
Semula teknologi yang
digunakan dalam pembuangan akhir
sampah adalah control landfill,
namun pada kenyataannya sistem
yang digunakan adalah open
dumping, hal ini disebabkan karena
pihak pengelola tidak menerapkan
aturan yang berlaku. Hal ini
menimbulkan pencemaran baik
pencemaran air, tanah, maupun udara.
Pencemaran merupakan masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat energi, dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya
(Undang-undang Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup No. 4 Tahun
1982). Pencemaran air tanah
merupakan suatu keadaan air yang
mengalami penyimpangan dari
keadaan normalnya . Air tanah yang
sudah tercemar dengan cairan sampah
(lindi) dapat mempengaruhi kualitas
air tanah. Lindi merupakan limbah
cair yang berasal dari sampah basah
atau sampah organik yang terkena air
hujan. Lindi mengandung zat-zat
berbahaya seperti Hg dan H2S. Lindi
sampah memiliki konduktivitas yang
lebih tinggi dibandingkan air tanah.
Dengan kata lain, lindi mempunyai
resistivitas/tahanan jenis yang lebih
rendah dari air tanah. Nilai resistivitas
air tanah fresh adalah 10-100 Ωm.
Metode geolistrik resistivitas
merupakan salah satu metode
geofisika yang memanfaatkan
resistivitas yang digunakan untuk
menentukan kontaminan cair dalam
tanah yang sering diasosiasikan
sebagai fluida konduktif. Berdasarkan
sumber dari masyarakat sekitar,
TPAS diduga terdapat akumulasi
rembesan lindi yang dapat mencemari
air tanah. Hal ini dapat diketahui
melalui kondisi sumur yang terlihat
keruh dan berbau tidak sedap. Metode
geolistrik resistivitas telah
dkembangkan pada awal tahun 1990.
Metode ini dapat digunakan untuk
penyelidikan bawah permukaan,
150
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
seperti untuk menentukan sumber air
tanah, untuk memonitor pencemaran
air tanah. Prinsip kerja dari metode
geofisika resistivitas adalah arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus. Metode
geolistrik terbukti merupakan metode
sederhana yang terkenal dalam
pendeteksian kualitas air tanah.
Batasan masalah penelitian parameter
yang dicari adalah resistivitas.
Dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas konfigurasi
Wenner, serta pengolahan data
menggunakan software Res2Dinv.
Serta manfaat penelitian mampu
memberikan sumbangan pemikiran di
bidang ilmu pengetahuan terutama
geofisika dalam memecahkan
berbagai permasalahan tentang air
tanah sebagai sumber air. Serta
bermanfaat dari sudut pandang
peringatan awal dalam upaya
memantau pencemaran air tanah
dangkal dan dapat menjadi bahan
pertimbangan yang berguna dalam
pengelolaan dan penentuan lokasi
TPA.
Pengertian tentang sampah telah
banyak dikemukakan oleh para ahli.
Untuk memahaminya, ditelaah
beberapa pengertian sampah. Menurut
UU Tahun 18 Tahun 2008, sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Dalam pengertian
lain sampah adalah sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat, ada yang mudah
membusuk terutama dari zat-zat
organik seperti sisa sayuran, sisa
daging, daun, dan sebagainya.
Sedangkan yang tidak membusuk
seperti kertas, plastik, logam, kaca,
dan sebagainya.
Sampah dalam ilmu kesehatan
lingkungan merupakan benda atau
hal-hal yang tidak dapat digunakan
lagi, tidak dipakai, tidak disenangi
atau harus dibuang sehingga tidak
sampai mengganggu kelangsungan
hidup. Aktivitas manusia dalam
memanfaatkan alam selalu
meninggalkan sisa yang dianggap
sudah tidak berguna lagi sehingga
diperlakukan sebagai barang buangan
disebut sampah. Ada 3 faktor penting
dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas sampah yaitu jumlah
penduduk , keadaan lasti ekonomi,
151
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
kemajuan teknologi. Berdasarkan
bentuknya sampah diklasifikasikan
atas 2 yaitu : sampah padat dan
sampah cair.
Sampah padat adalah segala
bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair.
Dapat berupa sampah rumah tangga:
sampah dapur, sampah kebun, plastik,
metal, gelas dan lain-lain. Menurut
bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik
merupakan sampah yang berasal dari
barang yang mengandung bahan-
bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-
potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting,
rumput pada waktu pembersihan
kebun dan sebagainya. Berdasarkan
kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka dapat dibagi
lagi menjadi: a) Biodegradable: yaitu
sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, seperti: sampah
dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan; b) Non-
biodegradable: yaitu sampah yang
tidak las diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
b.1) Recyclable: sampah yang dapat
diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti
lastic, kertas, pakaian; b.2) Non-
recyclable: sampah yang tidak
memiliki nilai ekonomi dan tidak
dapat diolah atau diubah kembali
seperti tetra packs, carbon paper,
thermo coal.
Sampah cair adalah bahan cairan
yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah. Sampah
hitam merupakan sampah cair yang
dihasilkan dari kamar mandi atau
toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
Sampah mempunyai karakteristik
yang berbeda antar satu kota dengan
kota lainnya tergantung pada tingkat
sosial ekonomi penduduk, iklim, dan
lain-lain. Karakteristik sampah
menurut dapat mencakup antara lain:
yaitu: 1) Komposisi fisik sampah,
adalah mencakup besarnya persentase
dari komponen pembentuk sampah
yang terdiri dari sampah organik yang
sifatnya mudah membusuk dan
152
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
sampah anorganik (kertas, kayu, kaca,
logam, plastik). Berdasarkan hasil
survey di beberapa kota di Indonesia
umunya sekitar 70-80% merupakan
sampah organic; 2) Komposisi kimia
sampah adalah besarnya persentase
senyawa/unsur kimia yang
terkandung dalam sampah. Umumnya
komposisi kimia sampah terdiri dari
carbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan
phospor serta unsur lainnya yang
terdapat dalam protein, lemak, dan
karbohidrat.
Densitas (kepadatan) sampah,
adalah besaran yang menyatakan
berat sampah persatuan volume.
Besarnya kepadatan sampah tiap kota
berbeda tergantung pada kondisi
sosial ekonomi dan iklim kota
tersebut. Terdapat kecenderungan bila
produksi sampahnya tinggi
(umumnya di negara industri) maka
densitasnya lebih rendah. Kepadatan
sampah di negara berkembang
berkisar antara 100-600 kg/m³,
sedangkan kepadatan sampah kota
Medan rata-rata sebesar 250 kg/m³.
Kadar air sampah, yaitu besaran
(biasanya dalam satuan %) yang
menyatakan antara berat air dengan
berat basah sampah total atau dengan
berat kering sampah tersebut.
Umumnya kadar air di negara
berkembang berkisar antara 50%-
70%. Kondisi Geologi Kota Medan
Geologi Daerah Medan dan
sekitarnya dibentuk oleh batuan
Aluvium muda (Qh), Formasi Medan
(Qpme), Satuan Mentar (QTvm),
Satuan Tufa Toba (Qvt), Satuan
Binjai (Qvbj), Satuan Singkut (Qvbs)
dan Formasi Baong (Tmb). Uraiannya
sebagai berikut: a) Batuan Aluvium
muda (Qh), merupakan batuan
kuarter. Batuan ini tersusun atas
kerikil, pasir, dan lempung; b) Satuan
Mentar (QTvm), Litologi satuan
mentar terdiri dari batuan piroklastik
batu apung, dengan komposisi batu
apung dan fragmen-fragmen batuan
beku berukuran beberapa cm hingga
40 cm, warna coklat kekuningan
berbintik hitam, berbutir sangat kasar.
Fragmen-fragmen batu apung
berwarna putih kecoklatan berbintik
hitam dan struktur skoria. Satuan ini
berumur Plio-Pleistosen. Melihat dari
karakteristiknya, satuan mentar ini
bersifat berpori dan permeable; c)
Satuan Singkut (Qvbs), Satuan ini
153
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
tersusun oleh tuf batuapung dan
piroklastik. Tuf batuapung berwarna
abu-abu cerah, putih kekuningan
berbintik hitam dan fragmen-fragmen
batuapung serta batuan beku dalam
berbagai ukuran. Batuan-batuan
banyak tersingkap dengan rekahan-
rekahan sebagai jalan keluarnya mata
air. Hal ini menunjukkan sebagai tuf
batuapung. Satuan singkut memiliki
permeabilitas rekahan dan daya resap
airtanah yang tinggi; c) Satuan Binjai
(Qvbj), Satuan ini terdiri dari breksi
aliran dengan fragmen-fragmen
campuran lepas berupa bongkah-
bongkah maupun blok-blok besar
batuan beku berbentuk menyudut
hingga membulat tanggung, terdapat
debu dan pasir. Breksi tersebut
terlihat sangat berpori dan permabel
dengan butiran-butiran berada dalam
keams terbuka dan terdapatnya aliran
berupa mataair kecil akibat dari
resapannya dari permukaan tanah.
Melihat karakteristik fisik ini, daerah-
daerah yang ditempati oleh batuan
breksi Satuan Binjai sangat
memenuhi syarat sebagai daerah
resapan; d) Formasi Baong (Tmb),
Formasi ini terletak di wilayah
cekungan Sumatera Utara. Formasi
tersusun oleh batu pasir dan batu
lempung yang diendapkan
dibawahnya. Formasi Baong berumur
Miosen Tengah-Atas (Azan, dkk,
2006).
Daya dukung tanah permukaan di
Daerah Medan dan sekitarnya
berkisar antara 0,962 - 2,732 kg/cm2.
Nilai kelulusan air di Daerah Medan
dan sekitarnya bervariasi antara 10-4
cm/det hingga 10-5
cm/det. Kota
Medan dan sekitarnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Zona
kelayakan tempat pembuangan akhir
sampah, yaitu : Zona Layak Sedang
memiliki skor antara 82 - 126, Zona
Layak Rendah memiliki skor antara
39 - 81 dan Zona Tidak Layak yaitu
merupakan zona yang tercakup dalam
komponen penyisih yaitu kawasan
airport, jalur jalan dan badan air.
Lokasi TPA Terjun terutama dibentuk
oleh lanau-lanau lempungan,
berwarna abu kehitaman, bersifat
lunak-sangat lunak merupakan
endapan rawa. Tebal satuan ini
berkisar antara 2,5 m hingga > 40
meter.
154
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Kedudukan muka air tanah bebas
di TPAS Terjun sangat dangkal yaitu
0,50 meter. Umumnya TPAS Terjun
merupakan daerah yang tergenang
dan daerah rawa bakau. Pengujian
kelulusan air pada lokasi TPA Terjun
memberikan nilai k antara 104
hingga
106
cm/det. TPAS Terjun termasuk
dalam zona permeabilitas rendah,
tetapi sesungguhnya TPAS ini
merupakan daerah jenuh air
(oversaturated) karena merupakan
daerah dataran rawa. Dapat diketahui
nilai daya dukung tanah di sekitar
lokasi TPA berkisar antara 1,850 -
2,208 kg/cm2.
Lokasi TPAS Terjun Marelan
Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan Kota Medan
mempunyai luas areal keseluruhan ±
16,05 Km² dengan luas pemukiman ±
2,1 Km² dengan deskripsi wilayah
sebagai berikut:a) Sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan
Hamparan Perak; b) Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan
Labuhan Deli; c) Sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Medan
Labuhan, dan; d) Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Medan
Helvetia.
Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan terbagi atas 22
Lingkungan. Di Lingkungan 13
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan terdapat lahan pemerintah
Kota Medan seluas ± 13 Ha yang
dijadikan Tempat Pembuangan Akhir
Sampah, atau di kenal dengan TPAS
Terjun seperti yang terlihat pada
gambar berikut
Gambar 1. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Terjun Medan Marelan
155
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Air Tanah
Air tanah dapat didefinisikan
sebagai semua air yang terdapat
dalam ruang batuan dasar atau
regolith. Dapat juga disebut aliran
yang sangat alami mengalir ke
permukaan air tanah melalui
pancaran atau rembesan. Kebanyakan
air tanah berasal dari hujan (disebut
juga air meteoric atau vadose). Air
hujan yang meresap ke dalam tanah
menjadi bagian dari air tanah,
perlahan-lahan mengalir ke laut, atau
mengalir langsung dalam tanah atau
dipermukaan dan bergabung dengan
aliran sungai. Banyaknya air yang
meresap ke tanah selain bergantung
pada ruang dan waktu juga
dipengaruhi oleh kecuraman lereng,
kondisi material permukaan tanah,
banyaknya vegetasi serta curah hujan.
Meskipun curah hujan besar tetapi
lerengnya curam, ditutupi material
impermeabel, persentase air mengalir
dipermukaan lebih banyak daripada
meresap ke bawah. Sedangkan pada
curah hujan sedang, pada lereng
landai dan permukaannya permeabel,
persentase air yang meresap lebih
banyak. Sebagian air yang meresap
tidak bergerak jauh karena tertahan
oleh daya tarik molekuler sebagai
lapisan pada butiran-butiran tanah.
Sebagian menguap lagi ke atmosfer
dan sisanya merupakan cadangan bagi
tumbuhan selama belum hujan.
Air yang tidak tertahan dekat
permukaan menerobos sampai zona
dimana seluruh ruang terbuka pada
sedimen atau batuan terisi air (jenuh
air). Air di dalam zona saturasi (zone
of saturation) ini dinamakan air tanah
(groud water). Batas atas zona ini
disebut muka air tanah (water table).
Lapisan tanah, sedimen atau batuan
diatasnya yang tidak jenuh air disebut
zona aerasi (zone of aeration). Muka
air tanah umumnya tidak horizontal
tetapi pada lebih kurang mengikuti
topografi diatasnya. Apabila tidak ada
hujan maka muka air dibawah bukit
akan menurun perlahan-lahan sampai
sejajar dengan lembah. Namun hal ini
tidak terjadi karena hujan akan
mengisi (recharge) lagi.
Metode Geolistrik Resistivitas
Geolistrik adalah salah satu
metode dalam geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di
156
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
dalam bumi. Pendeteksian di atas
permukaan meliputi pengukuran
medan potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi baik
secara alamiah maupun akibat
penginjeksian arus ke dalam bumi.
Metode geolistrik yang terkenal
antara lain: metode Potensial Diri
(SP), arus telluric, magnetotelluric,
elektromagnetik, IP (Induced
Polarization), dan resistivitas
(tahanan jenis).
Metode geolistrik resistivitas
merupakan metode geolistrik yang
mempelajari sifat resistivitas (tahanan
jenis) listrik dari lapisan batuan di
dalam bumi. Pada metode ini arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua buah elektroda arus dan
dilakukan pengukuran beda potensial
melalui dua buah elektroda potensial.
Dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial listrik akan dapat dihitung
variasi harga resistivitas pada lapisan
permukaan bumi di bawah titik ukur
(Sounding point). Pada metode ini
dikenal banyak konfigurasi elektroda,
diantaranya yang sering digunakan
adalah: konfigurasi Wenner,
konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Wenner-Schlumberger,
konfigurasi Dipol-dipol, Rectangle
Line Source dan sistem gradien 3
titik.
Berdasarkan pada tujuan
penyelidikan metode ini dibagi
menjadi dua yaitu mapping dan
sounding. Metode resistivitas
mapping merupakan metode
resistivitas yang bertujuan
mempelajari variasi resistivitas
lapisan bawah permukaan secara
horisontal. Sedangkan metode
resistivitas sounding bertujuan
mempelajari variasi resistivitas batuan
di bawah permukaan bumi secara
vertikal. Pada metode ini, pengukuran
pada suatu titik sounding dilakukan
dengan jalan mengubah-ubah jarak
elektroda. Pengubahan jarak elektroda
ini tidak dilakukan secara sembarang,
tetapi mulai jarak elektroda kecil
kemudian membesar secara gradual.
Jarak elektroda ini sebanding dengan
kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Dari kedalaman lapisan
batuan yang terdeteksi, akan
diperoleh ketebalan dan resistivitas
masing-masing lapisan batuan.
157
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Dua Elektroda Arus di Permukaan Bumi
Apabila terdapat 2 elektroda arus
yang dibuat dengan jarak tertentu
seperti pada gambar 2 dibawah
tersebut maka potensial pada titik-
titik dekat permukaan akan
dipengaruhi oleh kedua elektroda arus
tersebut. Potensial pada titik P1 akibat
elektroda arus C1 adalah :
111
1
2 r
IV
(1)
Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah, maka potensial pada
titik P2 akibat elektroda arus C2 dapat ditulis,
212
1
2 r
IV
(2)
Sehingga potensial total pada titik P1 oleh C1 dan C2 dapat dituliskan sebagai
berikut:
211211
11
2 rr
IVV
(3)
Gambar 2. Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium homogen isotropis dengan tahanan jenis (Telford, et. al., 1976).
Konfigurasi Wenner
Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering di
adalah tiga kali jarak elektroda
potensial, jarak potensial dengan titik
souding-nya adalah 2/a , maka jarak
masing elektroda arus dengan titik
sounding-nya adalah 2/3a . Target
kedalaman yang mampu dicapai pada
metode ini adalah 2/a . Dalam
akuisisi data lapangan susunan
158
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
elektroda arus dan potensial
diletakkan simetri dengan titik
sounding.
C1 P1 P2 C2
M A B N
a a a
L
Gambar 3. Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner
Dari gambar diatas terlihat bahwa jarak AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a,
Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data di TPAS
Terjun Kecamatan Medan Marelan
dilakukan dengan menggunakan alat
Geolistrik ARES. Metode yang
dipakai dalam penelitian ini adalah
metode Wenner-Alpha. Jarak antara
satu elektroda dengan elektroda
lainnya yaitu 5 meter. Dari data hasil
download yang didapatkan dari alat
geolistrik Ares, akan diketahui nilai
resistivitas semu.
Dari data tersebut diolah dengan
menggunakan metode optimasi least-
square non-linier yang ada pada
software Res2Dinv untuk inversi 2
dimensi (2-D). Dari inversi 2-dimensi
tersebut diperoleh gambar penampang
resistivitas yang menggambarkan atau
mencitrakan distribusi resistivitas
bawah permukaan tanah yang diteliti.
Pada penelitian, pada setiap lintasan
akan didapatkan gambar penampang
melintang resistivitas.
Dari gambar yang dihasilkan
pada pengolahan dengan software
Res2dinv, akan dibandingkan
berdasarkan distribusi resistivitasnya
yang ditunjukkan dengan citra warna
yang berbeda dan disertai dengan
kedalaman lapisan tanah yang diteliti,
kemudian dibandingkan dengan
kondisi lokasi penelitian. Dengan cara
ini dapat diketahui daerah mana yang
159
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
mengandung akumulasi rembesan air
lindi.
D. Hasil Penelitian
Hasil pengukuran geolistrik
dilakukan dengan metode Wenner-
Alpha di TPAS Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan diperoleh
arus dan potensial yang berasal dari
rekaman elektroda yang dihubungkan
dengan alat geolistrik dan sumber
arus. Jarak antara satu elektroda
dengan lainnya 5 meter. Alat
geolistrik yang digunakan sudah
dapat bekerja secara otomatis untuk
mengkonfigurasikan elektrodanya
sehingga tidak perlu mengganti-ganti
elektrodanya secara manual. Adapun
hasil yang diperoleh berasal dari 3
lintasan yaitu lintasan I dan II terdiri
dari 32 elektroda serta lintasan III
terdiri dari 16 elektroda. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel .1.
dibawah ini.
Tabel .1. Tabel Lintasan Elektroda
Nomor Lintasan
Posisi Lintasan Letak Lintasan Jumlah elektroda
Panjang lintasan
I 03º43.072’ LU-03º43.102’ LU dan 098º38.954’BT-098º38.872’ BT
Di sebelah barat daya dari pusat sampah dan merupakan jalur truk pengangkut sampah
32 pasang elektroda
160 meter
II 03º43.045’ LU-03º43.174’ LU dan098º38.984’BT-098º39.014’BT
Di sebelah tenggara dari pusat pembuangan sampah dan juga merupakan jalur truk pengangkut sampah
32 pasang elektroda
160 meter
III 03º43.053’ LU-03º43.048’LU dan098º39.055 BT-098º39.090’ BT
Di rumah penduduk yang jaraknya sekitar 100 meter dari lokasi TPAS.
16 pasang elektroda
80 meter
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DAN INTERPETASI DATA
Data yang diperoleh dari
pengukuran dengan menggunakan
alat geolistrik ARES kemudian
diinversi 2 dimensi dengan metode
Least Square non linier yang ada pada
software Res2Dinv. Hasil inversi 2
160
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
dimensi ini didapat gambar
penampang distribusi resistivitas
bawah permukaan yang diteliti. Dari
gambar penampang resistivitas
tersebut dihasilkan tiga bagian
gambar yang berbeda pada masing-
masing lintasan, yaitu gambar
pertama merupakan distribusi
resistivitas yang terukur di lapangan,
gambar kedua menjelaskan distribusi
resistivitas berdasarkan nilai
resistivitas semu hasil perhitungan
dan gambar ketiga menjelaskan
distribusi resistivitas setelah
dilakukan inversi yang menunjukkan
nilai resistivitas sebenarnya. Hasil
inversi menunjukkan nilai resistivitas
sebenarnya yang berbeda dengan
resistivitas semu hasil perhitungan.
Berikut ini analisa data yang
diperoleh dari hasil penelitian:
Lintasan I
Data yang diperoleh dengan
menggunakan alat geolistrik adalah
nilai resistivitas semu. Nilai
resistivitas berada pada range 0,972-
9,35 Ωm, panjang lintasan pertama
adalah 160 meter, jarak antara
elektroda 5 meter, setelah di
inversikan dengan Software Res2Dinv
diperoleh gambar penampang seperti
gambar di bawah:
161
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Gambar 4. Penampang Resistivitas Lintasan I TPAS Terjun
Berdasarkan gambar penampang
resistivitas Lintasan I dapat diketahui
nilai resistivitas dari masing-masing
lapisan berbeda. Penjelasannya
sebagai berikut: a) Lintasan I ini
terletak di sebelah barat daya dari
pusat pembuangan sampah yang
mebujur dari arah barat ke timur.
Pada lintasan ini dapat diketahui
anomali berada pada sepanjang
lintasan dengan kisaran kedalaman 4–
19,8 meter dengan anomali konduktif
sebesar 0,972-1,86 Ωm yang
dicitrakan dengan warna biru dan biru
muda dan diduga merupakan batuan
dengan porositas yang terisi oleh
lindi. Tetapi dalam lintasan I ini
terdapat 2 titik zona yang
menunjukkan anomali konduktif yang
begitu besar yaitu pada pengukuran
16-50 meter dan pada pengukuran
102-134 meter. Hal ini terjadi karena
banyaknya sampah-sampah yang
sudah membusuk sehingga
menghasilkan cairan lindi dan banyak
meresap pori-pori batuan di
sekitarnya; b) Resistivitas tinggi
terlihat pada titik pengukuran 7- 27,5
meter dan pada 65-160 meter dengan
kedalaman berkisar dari 1-6,38 meter.
Hal ini disebabkan karena pada
permukaan lintasan berada di atas
timbunan sampah seperti plastik dan
sampah-sampah lain yang
mengandung resistivitas tinggi; c)
Lintasan I merupakan tanah
lempungan basah lembek, lempung
lanauan, dan tanah lanauan basah.
Tanah lempungan basah lembek
berada pada sebagian besar area
162
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
lintasan dicitrakan dengan warna
hijau. Sedangkan pada lempung
lanauan dan tanah lanauan basah
terlihat pada sebagian di permukaan
lintasan sampai pada kedalaman 6,38
meter dicitrakan dengan warna
kuning, merah, dan ungu; d) Total
volume sampah pada lintasan I di
TPAS Terjun yaitu± 1440 m³.
Lintasan II
Data yang diperoleh dengan
menggunakan alat geolistrik adalah
nilai resistivitas semu. Nilai
resistivitas berada pada range 0,571-
17,0 Ωm, panjang lintasan pertama
adalah 160 meter, jarak antara
elektroda 5 meter, setelah di
inversikan dengan Software Res2Dinv
diperoleh gambar penampang seperti
gambar di bawah:
163
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Gambar 5. Pernampang Resistivitas Lintasan II TPAS Terjun
Berdasarkan gambar penampang
resistivitas Lintasan I dapat diketahui
nilai resistivitas dari masing-masing
lapisan berbeda. Penjelasannya
sebagai berikut: a) Lintasan II ini
diambil di bagian tenggara dari pusat
sampah yang membujur dari selatan
ke utara. Dari gambar penampang
resistivitas 4.2., lintasan ini terlihat 3
titik anomali konduktif yang begitu
jelas yaitu berada pada awal
pengukuran berkisar dari 7-25 meter,
bagian tengah yang berkisar dari 60-
82,5 meter, dan akhir pengukuran
yang berkisar antara 92-130 meter.
Anomali ini berada pada kisaran
kedalaman 4-15,9 meter. Tetapi
dalam hal ini anomali konduktif yang
berada pada awal pengukuran tidak
terlalu besar, yang ditunjukkan
dengan pencitraan gambar yang
masih berwarna biru muda.
Sedangkan pada bagian tengah dan
akhir pengukuran sudah menunjukkan
pencitraan warna biru tua yang berarti
memungkinkan adanya rembesan
polutan yang cukup tinggi; b)
Lintasan II ini juga terdapat
resistivitas tinggi. Hal ini terjadi pada
pengukuran 27,5 m sampai akhir
pengukuran, mulai dari awal
permukaan sampai kedalaman
berkisar 6,38 meter yang diduga
merupakan tanah yang sudah
bercampur dengan plastik sisa
pembuangan sampah. Resistivitas
tinggi terdapat pada sebagian besar
permukaan lintasan pengukuran
sampai pada kedalaman 4 meter dan
juga pada kisaran kedalaman 15,9-
24,0 meter; c) Lintasan II dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu tanah
164
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
lempungan basah lembek, lempung
lanauan, tanah lanauan basah, dan
tanah lanauan pasiran. Tanah
lempungan basah lembek berada pada
sebagian besar area lintasan. Hal ini
dapat dilihat dari warna hijau tua, dan
hijau muda. Sedangkan pada lempung
lanauan dan tanah lanauan basah
terlihat pada sebagian di permukaan
lintasan sampai pada kedalaman 6,38
meter. Hal ini ditandai dengan warna
kuning dan merah. Tanah lanauan
pasiran berada pada sekelumit kecil
pengukuran 100 meter dengan
kedalaman 24 meter yang dicitrakan
dengan warna cokelat tua dan ungu.
Lintasan III
Data yang diperoleh dengan
menggunakan alat geolistrik adalah
nilai resistivitas semu. Nilai
resistivitas berada pada range 1,71-
4,18 Ωm, panjang lintasan pertama
adalah 80 meter, jarak antara
elektroda 5 meter, setelah di
inversikan dengan Software Res2Dinv
diperoleh gambar penampang seperti
gambar di bawah:
165
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Gambar 6. Penampang Resistivitas III TPAS Terjun
Berdasarkan gambar penampang
resistivitas Lintasan I dapat diketahui
nilai resistivitas dari masing-masing
lapisan berbeda. Penjelasannya
sebagai berikut: a) Lintasan III
diambil pada salah satu pekarangan
rumah penduduk yang letaknya
kurang lebih 100 meter dari lokasi
TPAS. Lintasan III ini diletakkan di
bagian timur yang membujur dari
barat ke timur. Lintasan ini membujur
sepanjang 80 meter. Dari gambar
penampang resistivitas 4.3., lintasan
ini terlihat anomali konduktif yang
begitu luas dan dalam daripada
lintasan I dan II. Hal ini disebabkan
karena permukaan tanah rumah
penduduk lebih rendah daripada
TPAS itu sendiri. Anomali konduktif
ini terlihat pada pengukuran 7,5-64
meter dengan kedalaman dari awal
permukaan sampai kisaran 12 meter.
Hal ini menunjukkan rembesan
polutan yang cukup tinggi. Rembesan
polutan ini terjadi karena tanah yang
berada pada lintasan ini cukup lembek
ketika dipijak yang memungkinkan
pori-pori tanah dan batuannya cepat
menyerap lindi tersebut. Apalagi di
sekitar lintasan ini tedapat kolam ikan
milik penduduk setempat.; b)
Lintasan III ini terlihat 2 titik daerah
yang menunjukkan adanya resistivitas
tinggi yaitu terlihat pada pengukuran
27,5-42,5 meter dengan kedalaman
dari awal permukaan sampai berkisar
3,75 meter dan pada pengukuran
17,5-40 meter dengan kedalaman
9,26-12,4 meter; c) Lintasan III
merupakan tanah lempungan basah
166
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
lembek, lempung lanauan dan tanah
lanauan basah. Tanah lempungan
basah berada pada sebagian besar
lintasan pengukuran. Hal ini
dicitrakan dengan warna hijau.
Lempung lanauan dan tanah lanauan
basah berada pada pengukuran 25-45
meter yang berada pada permukaan
lintasan sampai kisaran kedalaman
1,25 meter dan pada pengukuran
17,5-35 meter dengan kedalaman
9,26-12,4 meter. Hal ini dapat dilihat
dari citra gambar yang berwarna
cokelat dan merah; d) Lintasan III
terdapat sumur bor. Hal ini terlihat
dari citra gambar berwarna biru
meruncing ke atas. Lintasan III
terdapat anomali konduktif yang
begitu luas karena aliran irigasi yang
langsung masuk ke kolam ikan
sehingga pencemaran air tanah sudah
terlihat pada permukaan tanah.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari
hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1) Kuantitas rembesan lindi
terbesar berada di sebelah timur
TPAS yang berada disekitar rumah
penduduk. Hal ini terlihat pada
gambar penampang distribusi
resistivitas pada lintasan ketiga,
dimana terdapat anomali konduktif
sebesar 1,71Ω-4,18Ω. Ini bisa terjadi
karena tanah yang berada pada
lintasan III cukup lembek ketika
dipijak yang memungkinkan batuan-
batuan didalamnya terisi oleh lindi
dengan kuantitas tertinggi dari pada
lintasan yang lain; 2) Dalam hal ini,
pola distribusi kuantitas lindi tidak
merata. Ada yang mengalir ke arah
barat daya, namun ada juga yang
mengalir ke arah timur dan tenggara.
Hal ini dipengaruhi oleh struktur
batuan pada setiap lintasan berbeda-
beda.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Mansurudin, (2005), Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Untuk Menentukan Letak Akumulasi Rembesan Polutan Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pakusari Jember., Skripsi,
FMIPA, Universitas Jember, Jember.
Arbain, Mardana, N.K., Sudana, I.B., (2008), Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap
167
Rahmatsyah adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Rita Juliani adalah Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan; Nita Kartika Rini adalah Alumni Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Medan
Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar, Ecotrophic 3 (2): 55-60.
Azan, S., Hutasoit, L.M., dan Ramdhan, A.M., (2006), Penentuan Daerah Resapan Sumber Mataair Daerah Sibolangit Sumatera Utara, Jurnal Geoaplika, Vol 1,1: 015-030.
Harmayani, K.D., Konshukarta, I.G.M., (2007), Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lningkungan Kumuh Banjar Ubung Sari Kelurahan Ubung, Jurnal Pemukiman Tanah, Vol 5,2 : 62-108.
Karo, Y.T., (2009), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan., Skripsi, FISIP, USU, Medan.
Lean Wijaya, (2009), Identifikasi Pencemaran AirTanah Dengan Metode Geolistrik Di Wilayah Ngringo Jaten Karanganyar Jawa Tengah, Skripsi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Meirinda, (2008), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008., Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, USU, Medan.
Setyowati Lies, (2007), Evaluasi Kinerja Dinas Kebersihan Dalam Pelayanan Persampahan Di Kota Medan., Tesis, Program Pasca Sajana, USU, Medan.
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., dan Keys D. A. 1976. Applied Geophysic. London: Cambridge University Press.
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.
2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.
3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)
4. Artikel hasil penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil
penelitian : 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, dan rangkuman kajian teoritik)f. Metode penelitiang. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saranj. Daftar pustaka
5. Artikel Non Penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan
tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)j. Daftar pustaka
6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :
Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for
Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc
ISSN 1978-869X