44
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan, bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting digunakan untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi. [1] Anemia Devisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk pembentukan hemoglobin tidak cuup. Sebesar 20% populsi dunia diketahui menderita defisiensi besi. Populasi yang terbesar menserita anemia defisiensi besi

73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan,

bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting digunakan

untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan

gangguan susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan

terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi.[1]

Anemia Devisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi

dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk pembentukan hemoglobin tidak

cuup. Sebesar 20% populsi dunia diketahui menderita defisiensi besi. Populasi yang

terbesar menserita anemia defisiensi besi adalah wanita udia reproduksi, terutama saat

kehamilan dan persalinan. Dari data WHO memperkirakan bahwa 58% wanita hamil

di negara sedang berkenbang menderita anemia dan menurut Survei Kesehatan

Rumah Tangga Indonesia persentase ibu hamil dengan anemia mencapai 51,3%.[1]

Pengobatan anemia dengan perubahan makanan saja tidak cukup sehingga alternatif

pengobatan lain diberikan kapsul zat besi. Tingginya penyakit anemia di Indonesia

menyebabkan kebutuhan obat zat besi yaitu ferro fumarat sebagai zat aktif untuk

Page 2: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

2

mengatasi anemia akibat kekurangan besi menjadi meningkat. Kapsul besi (II)

fumarat atau ferro fumarat merupakan preparat yang digunakan untuk mengatasi

anemia terutama anemia defisiensi besi. Satu kapsul Besi (II) Fumarat mengandung

176 mg Fe Fumarat yang setara dengan 57, 98 mg zat besi.

Obat sebelum beredar dipasaran, harus diuji dulu mutu dan kualitasnya.

Pemeriksaan mutu suatu sediaan dalam bidang kefarmasian mutlak diperlukan untuk

menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar dengan mutu dan jumlah

yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tetap dan mengikuti prosedur

standar sehingga obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan

untuk identitas, kadar, kemurnian, mutu, dan keamanannya.

Pemilihan metode merupakan masalah yang terpenting didalam setiap analisis,

karena metode yang akan dipilih itu merupakan pencerminan dari beberapa faktor.

Faktor – faktor tersebut antara lain: tujuan analisis, jenis bahan, jumlah bahan yang

akan dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan. Penetapan kadar tablet besi

(II) fumarat dalam Farmakope Indonesia Edisi IV dilakukan dengan metode serimetri.

Serimetri merupakan metode konvensional yang pelaksanaannya memerlukan waktu

yang lama dan kurang peka untuk penetapan kadar suatu zat yang kadarnya relatif

kecil. Bahan-bahan yang digunakan pada serimetri juga mahal. Berdasarkan hal

tersebut perlu dilakukan pengembangan dan pemilihan metode alternatif yang paling

baik dan sesuai. Metode yang baik seharusnya memenuhi kriteria yaitu metode harus

peka (sensitive), teliti (precise), tepat (accurate), selektif dan praktis. Dalam rangka

Page 3: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

3

pengembangan metode serta pemilihan metode yang sesuai, maka dilakukan validasi

metoda analisa untuk pemeriksaan besi (II) fumarat dalam sediaan kapsul dengan

metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin.

I.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul dengan metoda

spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin dapat memenuhi

parameter validasi yang dipersyaratkan?

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian adalah:

1. Membuktikan apakah penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul

yang ditetapkan dengan metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan

pereaksi bipiridin dapat memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan.

I.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang validasi metoda analisa

penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan

metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin, juga dapat

digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang mungkin memerlukannya.

Page 4: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

4

I.5 Kerangka Penelitian

1. Kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul dapat ditetapkan dengan metoda

spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin.

2. Penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan

metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin memenuhi

parameter validasi.

I.6 Metodelogi Penelitian

Penelitian ini terbagi atas:

1. Uji Linearitas

2. Uji Kecermatan (Accuration)

3. Uji Keseksamaan (Precision)

4. Uji Selektifitas

5. Uji Batas Deteksi dan Uji Batas kuantitatif

6. Uji Ketangguhan dan Kekuatan Metoda Analisa

I.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Maret

2011 di Labolatorium Kimia PT ERRITA PHARMA Desa Bojong Salam RT.04

RW.07 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Telp.(022)7949062.

Page 5: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Besi(II)Fumarat dan 2,2 '-Bipiridin

Besi(II)Fumarat

Gambar II.1 Besi (II)Fumarat [2]

Besi (II) fumarat, juga dikenal sebagai besi fumarat, adalah besi (II) garam dari

asam fumarat, serbuk berwarna merah kejinggaan, digunakan untuk melengkapi

asupan zat besi. Besi (II) fumarat memiliki rumus kimia C4H2FeO4 dan memiliki berat

molekul 169,9. [3]  

Besi Fumarat merupakan garam besi yang bekerja dan bermanfaat dalam

pencegahan dan pengobatan penyakit kekurangan darah (anemia) karena kekurangan

zat besi. Besi Fumarat murni memiliki kandungan besi 32,87%, sehingga satu kapsul

100 mg besi fumarat akan mengandung 32.87 mg besi.

Page 6: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

6

2,2 '-Bipiridin

Gambar II.2: 2,2 '-Bipiridin [4]

Rumus Molekul : C10H8N2

Masa Molar : 156,18 g mol-1

Titik Lebur : 70-73 0C

Titik Didih : 273 0C

2,2 '-bipiridin adalah senyawa organik dengan rumus (C10H8N2). Zat ini merupakan

padatan berwarna putih, biasa disingkat bipy atau bpy . Zat ini bergigi dua pengkelat

ligan , membentuk kompleks dengan banyak logam transisi .[4]

Besi merupakan salah satu unsur logam transisi yang memiliki orbital d yang tidak

terisi penuh pada konfigurasinya. Sedangkan bipiridin (C10H8N2) memiliki 2 pasang

elektron bebas yang masing-masing terdapat pada atom N. Karena itu, keduanya

dapat membentuk suatu senyawa kompleks yang berikatan koordinasi dimana besi

sebagai penerima pasangan electron dengan menyediakan orbital kosongnya atau

asam Lewis dan bertindak sebagai atom pusat, sedangkan bipiridin bertindak sebagi

ligan atau basa Lewis dengan mendonorkan pasangan elektronnya untuk digunakan

Page 7: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

7

bersama. Salah satu sifat dari senyawa kompleks ini yaitu umumnya dapat

membentuk warna dalam larutan, sehingga dalam penentuan rumus senyawa

kompleks besi-bipiridin dapat digunakan teknik spektrofotometri yaitu dengan

mengukur serapan cahaya (absorbansi) dari berbagai campuran. [5]

Untuk regensia bipiridin yang bereaksi dengan besi, terjadi pewarnaan jingga yang

disebabkan oleh adanya kation kompleks [Fe(C10H8N2)3]2+ dalam larutan yang sedikit

asam. Reaksi pembentukan:

2Fe2+ +  C10H8N2   [Fe2(C10H8N2)3]2+

jingga

Besi (II) mudah teroksidasi menjadi besi (III). Besi (III) tidak bereaksi dengan

bipiridin dan harus direduksi dulu menjadi besi (II) dengan pereduksi seperti Natrium

Tiosulfat, Asam askorbat, Kalium Iodida,dll. Namun pada penelitian ini pereduksi

yang akan digunakan adalan Natrium Tiosulfat karena senyawa ini mudah didapatkan

dan cenderung stabil. Senyawa kompleks besi(II) – bipiridin akan terbentuk pada pH

2-9.[5] Pada penelitian ini digunakan buffer pH 4,5 karena pH tersebut merupakan pH

optimum pada kompleks Besi-bipiridin untuk suasana asam.[6]

II.2 Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan

pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi

panjang gelombang. Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu

Page 8: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

8

molekul atau atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi

tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya terjadi bila energi

radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke

keadaan tereksitasi. Prinsip inilah yang dijadikan dasar analisis kualiatif

spektrofotometri.[7]

Analisa Fe secara Spektrofotometri

Melalui pembentukan ion kompleks dengan bipiridin, tiga molekul

bipiridin bergabung dengan Fe2+ membentuk ion kompleks berwarna jingga. Sistem

warna tersebut mengikuti hukum Beer : Sinar cahaya dengan panjang

gelombang yang tertentu yaitu 520 nm, akan diabsorbsi secara proporsional

dengan jarak perjalanannya di dalam larutan dan dengan kadar kompleks yang

berwarna orange-merah ini. Absorptivitas molar dari kompleks besi-bipiridin

adalah 8650 L / mol / cm pada panjang gelombang serapan maksimum. Bentuk-

bentuk kompleks dengan cepat, stabil selama rentang pH 3 sampai 9, dan dapat

digunakan untuk menentukan besi (II) konsentrasi di kisaran 0,5-8 ppm.[8]

Pengukuran dengan menggunakan UV-Vis dapat berhasil dengan baik asal kondisi-

kondisi operasional telah dikendalikan dengan sangat seksama. Adapun interferensi

yang sering dijumpai apabila melakukan analisis dengan UV-Vis adalah:[9]

1. Mencari reaksi yang spesifik

Misalkan bila kita menetapkan besi yang tercampur dengan mineral lain seperti

tembaga sebaiknya jangan memakai KCNS, tetapi pakailah cara Bipiridin. Reaksi

Page 9: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

9

yang sifatnya spesifik biasanya biasanya sedikit sekali Bila kita melakukan reaksi,

usahakan zat lain tidak ikut bereaksi, apalagi kita menghasilkan senyawa yang

mempunyai λmax berdekatan.[9]

2. Tetapkan padaλ maks

λ maks adalah λ dimana contoh memberikan serapan (absorbsi) maksimum. λmaks

dapat ditetapkan dengan dengan mengalurkan A terhadap λ dari suatu larutan dalam

deret standar. Penetapan pada λmaks akan memberikan keuntungan antara lain :

a. Kepekaan maksimum, karena pada perubahan konsentrasi larutan akan

memberikan perubahan A yang paling besar (memperkecil kesalahan)

b. Pada λmaks akan didapatkan bentuk kurva kalibrasi yang linier sesuai dengan

Hukum Lambert – Beer.[9]

3. Waktu kestabilan reaksi

Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat ada pula yang lambat bahkan setelah

waktu tertentu akan terbentuk reaksi atau senyawa lain. Pada penetapan cara

spektrofotometri kestabilan reaksi sangat penting. Oleh karrena itu dalam mengukur

Absorbansi contoh hendaknya diperhatikan masalah waktu. Pengukuran jangan

dibiarkan terlalu lama atau terlalu cepat, misalnya Penetapan Fe cara bipiridin harga

A ditetepkan setelah 5 – 10 menit.[9]

4. Penyesuaian dengan Lambert – Beer

Kurva kalibrasi menurut Lambert – Beer seharusnya linier. Pada kenyataannya bila

makin pekat kurva akan melengkung.[9]

Page 10: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

10

5. Pemilihan pelarut

Pelarut yang dipakai hendaknya mempunyai kemurnian yang tinggi, tidak

mengabsorbsi λ pada daerah pengukuran, tidak berinteraksi dengan contoh.[9]

6. Kesalahan relatif

Untuk mendapatkan kesalahan relative yang kecil pengukuran sebaiknya pada

absorbsansi 0,2 – 0,7.[9]

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis

menggunakanSpektrofotometer UV-Vis adalah:[9]

1. Serapan oleh pelarut.

Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi

matrik selain komponen yang akan dianalisis.

2. Serapan oleh kuvet.

Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas ataukuarsa.

Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan

kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan

oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang

sama untuk tempat blangko dan sampel.

3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat

rendah atau sangat tinggi. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,

sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui

pengenceran atau pemekatan). Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian

Page 11: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

11

spektrofotometer. UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam

spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan blangko:

Setting nilai absorbansi=0

Setting nilai transmitansi = 100 %

II.3 Validasi Metoda Analisa

Validasi metoda analisa adalah proses yang ditetepkan melalui studi labolatorium

bahwa karakteristik kinerja analisis memenuhi persyaratan sesuai dengan

penggunaannya. Parameter analitis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

adalah Akurasi, Presisi, Selektivitas, Batas deteksi (Limit of Detection) dan Batas

Kuantitasi (Limit of Quatification), Linearitas, Ketangguhan metode (Ruggedness),

Kekuatan (Robustness). [10]

Accuracy (Kecermatan)

Accuracy suatu metoda analitis adalah tingkat kedekatan hasil pengujian metoda

analisis yang divalidasi dengan nilai sebenarnya atau nilai yang dianggap benar. [10]

Akurasi metoda analisis diteteapkan dengan melakukan pengujian menggunakan

metoda yang sedang divalidasi terhadap sampel zat yang ditambah analit dalam kadar

yang diketahui lebih tinggi maupun lebih rendah dari kadar normal yang diharapkan

terkandung dalam sampel zat. [10]

Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks

sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Selisih kadar pada berbagai penentuan

(Xd) harus 5% atau kurang pada setiap konsentrasi analit pada mana prosedur

Page 12: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

12

dilakukan. Harga rata-rata selisih secara statistik harus 1,5% atau kurang. Kriteria

tersebut dinyatakan secara matematik sebagai berikut: [11]

. 100 < 5%

. 100 - Precision (keseksamaan)

Precision metoda analisa adalah tingkat kedekatan di antara hasil uji individu bila

prosedur digunakan berulang kali terhadap sampling ganda atas sampel yang

homogen. Presisi metode analisis biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku

relatif (koevisien variasi). Presisi metoda analisa ditetapkan dengan menentukan

kadar larutan sampel homogen beberapa kali sehingga hasil uji dapat dihitung secara

statistik perkiraan yang valid dari simpangan baku atau simpangan relatif (koevisien

variasi). [10]

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau

koefisien variasi 2%atau kurang. Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

1. Hasil analisis adalah X1, X2, X3, X4,.....................Xn

Maka simpangan bakunya adalah

2. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah:

Page 13: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

13

Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel

yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya

keseksamaan ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa

terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk menganalisis

pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini. [11]

Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas metode analisis adalah kemampuan metode analisis

untuk mengukur secara tepat dan spesifik analit yang tercampur dengan komponen

utama dan diperkirakan ada dalam sampel. Spesifitas dinyatakan sebagai derajat bias

hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel mengandung cemaran yang ditambahkan.

Hasil urai atau senyawa sejenis dibandingkan dengan hasil uji sampel murni (tidak

mengandung cemaran). Bias dapat dinyatakan sebagai perbedaan hasil uji antara dua

kelompok sampel diatas. Spesifisitas adalah ukuran derajat gangguan dalam analisis

campuran sampel yang kompleks. [10]

Linearitas

Linearitas metode analisis adalah kemampuan untuk menyebabkan hasil uji yang

secara langsung atau melalui transformasi matematis yang umum dikenal

proporsional terhadap konsentrasi sampel dalam rentang penggunaan metoda analisis.

Page 14: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

14

Linearitas dinyatakan dengan variasi disekitar slope garis regresi (koevisien korelasi).

Linearitas metoda analisis ditetapkan dengan perlakuan matematis hsil uji yang

diperoleh dengan melakukan analisis terhadap sampel yang mengandung analit

sepanjang rentang pengujian yang dinyatakan dalam metoda analisis. [10]

Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arahgaris regresi yang

dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit

dalam sampel dengan berbagai konsentrasianalit. Perlakuan matematik dalam

pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat

terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus, untuk

memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi

analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum

dibuat analisis regresinya. Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda

konsentrasinya antara 70 – 130% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering

ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang

dianalisis sekurang-kurangnya tujuh buah. Sebagai parameter adanya hubungan linier

digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan

linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –1 bergantung pada arah

garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang

digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy).

Dengan menggunakan kalkulator atau perangkat lunak komputer, semua perhitungan

matematik tersebut dapat diukur[11]

Page 15: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

15

Di mana = a + bx

SX = Standar deviasi dari fungsi

VX = Koefisien variasi dari fungsi

Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification)

Batas deteksi adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat

terdeteksi tapi tidak perlu secara kuantitatif. Penentuan batas deteksi metoda analisis

untuk prosedur instrumental dapat digunakan teknik signal terhadap noise dengan

membandingkan hasil uji sampel yang mengandung analit dalam konsentrasi yang

diketahui dengan blanko sampel dan menetapkan konsentrasi analit terendah yang

dapat terdeteksi dengan baik. [10]

Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode

analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak

menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam

sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat

dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan

baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan[11]

Page 16: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

16

Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)

k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi

Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko

Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon

terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)

Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi

linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada

persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan

simpangan baku residual (Sy/x.).[11]

a. Batas deteksi (Q)

Karena k = 3 atau 10, simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka

b. Batas kuantitasi (Q)

Ketangguhan metode (ruggedness)

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari

analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium,

Page 17: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

17

analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan

biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau

lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan

pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis. [10]

Ketegaran metode (robustness)

Ketegaran metoda analisa adalah ukuran kemampuan metode analisis untuk teteap

bertahan terhadap pengaruh kecil tapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat

variasi dalam parameter metoda analisis dan memberikan indikasi kehandalan metoda

selama penggunaan normal. [10]

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian

Page 18: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

18

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

Fe Fumarat

1. Timbang zat2. Tambah HCl (1:2)3. Larutkan, add 100 mL4. Tambah dapar asetat pH 4,65. Tambah Na2S2O3

6. Tambah Bipiridin7. Add dengan Dapar Asetat pH 4,58. Tentukan λ max sekitar 500-600 nm9. Ukur absorban pada λ max

Linearitas Akurasi Presisi Selektifitas Rugedness Robustnes

Larutan 10%

LOD dan LOQ

Data

Kesimpulan

Hasil

Page 19: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

19

a. Batang Pengaduk

b. Gelas kimia 100 mL

c. Gelas Ukur 50 mL

d. Hot Plate

e. Kuvet

f. Labu Ukur 50 mL

g. Labu Ukur 100 mL

h. Pipet Seukuran 1 mL

i. Pipet Ukur 5 mL

j. Spektrofotometri UV-

Visible

k. Timbangan Analitik

Page 20: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

20

III.2.2 Bahan

a. Besi(II)Fumarat Baku

Kerja

b. Bipiridin 0.2% (b/v)

c. NH4OAc

d. Asam Asetat Glasial

e. HCl (1:2)

f. Natrium Na2S2O3.5H2O

10%(b/v)

g. Sediaan kapsul

Besi(II)Fumarat

Page 21: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

III.3 Prosedur Penelitian

Larutan 2,2 Bipiridin 0,2% (b/v) dalam aqua DM

Timbang 200 mg 2,2 Bipiridin, larutkan dalam 100 mL aqua DM

Larutan Dapar Asetat pH 4,5

Timbang 15 gram NH4COOH, larutkan dalm 250 mL aqua DM, tambahkan 10 mL

(CH3COOH)2, atur pH hingga 4,5 menggunakan CH3COOH atau NH4OH, encerkan

hingga 1000 mL.

Larutan Na2S2O3.5H2O 10% (b/v)

Timbang 10 gram Na2S2O3.5H2O, larutkan dengan 100 mL aqua DM.

Larutan Induk (Fe Fumarat = 88 ppm)

Timbang seksama ± 88 mg Fe Fumarat, tambahkan 25 mL HCl (1:2), panaskan

sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 100 mL, tambahkan aqua DM sampai tanda

Page 22: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

batas.Kocok hingga homogen. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu ukur 100 mL.

Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai tanda batas, kocok hingga homogen.

Larutan Fe Fumarat 8,8 ppm

Pipet 10 mL larutan induk, tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL

Na2S2O3.5H2O10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH

4,5 sampai dengan hingga 100 mL. Kocok hingga homogen.

Larutan Sampel

Timbang sampel setara dengan satu isi sediaan kapsul besi, tambahkan 25 mL HCl

(1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM

sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu

ukur 100 mL. Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na 2S2O3.5 H2O 10%

serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,6 sampai dengan

tanda batas, kocok hingga homogen. ( Fe Fumarat 8,8 ppm)

Larutan Placebo

Buat placebo sediaan kapsul besi yang tediri dari:

Nama Bahan Banyak zat

Vit C 5 gram

Asam Folat 100 mg

B12 0,75 mg

Page 23: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

CuSO4 20 mg

MgSO4 20 mg

Sorbitol 2,5 gram

Mikrosel 550 mg

Mg Stearat 500 mg

Talk 1 gram

Kolidon 675 mg

Alkohol 10,6 mL

NB : Placebo untuk 100 kapsul

Campur semua pengisi formula Fe Fumarat Kapsul, aduk rata. Timbang 272 mg

placebo, masukkan placebo ke dalam gelas kimia, tambahkan 25 mL HCl (1:2),

panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM sampai

tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL ke labu ukur 100 mL .Tambahkan

35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na2S2O3.5H2O 10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%,

kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan tanda batas, kocok hingga

homogen.

III.3.1 Linearitas

Buat seri larutan standar dengan konsentrasi 6,2 ppm; 7 ppm; 7,9 ppm; 8,8 ppm; 9,7

ppm; 10,6 ppm dan 11,4 ppm dari larutan induk yang diambil menggunakan pipet

seukuran masing masing 7mL, 8mL, 9mL, 10mL, 11mL, 12mL dan 13 mL ke dalam

100 mL. Ukur serapan pada λ 500-600 nm pada masing masing seri larutan dengan

konsentrasi yang berbeda tersebut .

Page 24: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

III.3.2 Akurasi

Tambahkan sejumlah Fe Fumarat standar yang ditimbang dengan seksama ke

campuran placebo sehingga menghasilkan campuran dengan kadar Fe Fumarat 7

ppm; 8,8 ppm dan 10,6 ppm dari formula Fe Fumarat kapsul dan campur. Dan

lakukan tiga kali pengukuran pada λ 500-600 nm pada masing masing konsentrasi.

Kriteria Penerimaam: RSD ≤ 2%.

III.3.3 Presisi

Keberulangan (Ripitabilitas)

Buat larutan uji dari sampel produk untuk uji presisi:

Timbang sampel setara dengan satu isi sediaan kapsul besi, tambahkan 25 mL HCl

(1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM

sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu

ukur 50 mL. Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na2S2O3.5H2O 10%

serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan

tanda batas, kocok hingga homogen. Ukur serapan pada λ 500-600 nm.Lakukan triplo

untuk pengujian. Kriteria Penerimaan : RSD ≤ 2%

Presisi Antara

Page 25: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

Lakukan pengujian di atas oleh dua orang analis yang berbeda atau menggunakan alat

yang berbeda. RSD maksimal dari dua orang pengujian harus ≤ 2%.

III.3.4 Selektifitas

Ukur serapan larutan placebo.

Larutan placebo tidak boleh memberikan puncak pada panjang gelombang yang sama

dengan Fe Fumarat.

III.3.5 LOD dan LOQ

Buat variasi larutan LOD dan LOQ 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 10% dari larutan 100%.

Ukur serapan.

III.3.6 Robustness

Ulangi pemeriksaan larutan standard dan larutan sampel yang telah tersimpan selama

3 jam, 6 jam, 8 jam, 24 jam, dan 48 jam. Larutan dinyatakan stabil apabila tidak ada

perubahan respon.

III.3.7 Ruggedness

Lakukan pemeriksaan larutan standar dan larutan sampel menggunakan kondisi

operasi yang berbeda dan lingkungan yang berbeda

Page 26: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo Naroyono dan Regina Tatiana Purba, 2006, Anemia Defisiensi Besi

Dalam Kehamilan, Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Vol 19, Hal 3-7.

2. Anonim, 2011. Fe Fumarat, http://www.wikipedia.com, 5 September 2011.

3. Anonim, 2007, The United States Pharmacopea, The Official Compendia of

Standards, Volume 2, Port City Pres Baltimore.

4. Anonim, 2011. 2,2 '-bipiridin, http://www.wikipedia.com, 10 Oktober 2011.

5. Nur Mifta Rahmat, 2010, Penentuan Rumus Senyawa Kompleks Besi-

Phenentrolin Dengan Metode Perbandingan Slope, Universitas HAlouleo,

Kendari.

Page 27: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

6. Ningsih, 2005, Penentuan besi (Fe) pada penelitian ini didasarkan pada

reaksi pembentukan kompleks antara Fe(II) dengan pengompleks 1,10-

fenantrolin, ITS, Surabaya.

7. Tahid, 2001, Spektrofotometri UV-Vis: Prinsip Dasar, Peralatan dan

Pemeliharaan, Disampaikan pada Pelatihan Perawatan dan Kalibrasi Alat

Laboratorium, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam,

Bandung.

8. Widyaningsih Elsa,2011, Analisa Fe secara Spektrofotometri

, http://teenagers-moslem.blogspot.com/2011/01/spektrofotometer-uv-vis-by-

elsa.html, 4 November 2011.

9. Sastrohamidjojo, H, 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta.

10. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2001, Pedoman Cara Pembuatan

Obat Yang Baik dan Benar, BPOM, Jakarta.

11. Harmita , 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol 1, Hal 117-135.

Page 28: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

BIODATA PENELITI

Nama : Anggita Yuliana Nurtanti

NIM : 3212081045

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Lahir : Bandung

Tanggal Lahir : 14 Juli 1989

Agama : Islam

Alamat rumah : Jl. Botani II No.9 RT.05 RW.15. Tanimulya Indah.

Page 29: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

Kab. Bandung Barat. 40552.

No. Telp : (022)625578/085220427689

JADWAL KERJA

Jadwal Rencana Kerja Pelaksanaan Tugas Akhir

NO URAIAN

BULANTAHUN

2011 TAHUN 2012

NOV DES JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGS

1 PROPOSAL

2STUDI LITELATUR

3PENELITIAN/ KERJA

4PENULISAN SKRIPSI

5 SEMINAR

6 SIDANG

Page 30: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

BIAYA PENELITIAN

Biaya Bahan

NO BAHAN JUMLAH BIAYA

1 HCl 217 mL Rp. 65.000,-

2 Na2S2O3 13 gram Rp. 7.500,-

3 Bipiridin 125 mg Rp. 13.000,-

4 Ammonium Asetat 105 gram Rp. 64.000,-

5 Asam Asetat Glasial 70 mL Rp. 70.000,-

Jumlah Biaya Bahan Rp. 219.500,-

Pemakainan listrik dan air Rp. 50.000,-

Biaya Jasa Analis Rp. 100.000,- +

Page 31: 73928916 Anggita Yuliana Nurtanti Bab i II Dan III Repaired (1)

Total Biaya Rp. 369.500,-

PPn Rp. 36.950,- +

Harga Analisis Rp. 405.950,-