Upload
nidya-dwi-septiana
View
72
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Teknik Sampling
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian adalah suatu proses mencari tahu sesuatu secara sistematis
dalam waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-
aturan yang berlaku. Supaya proses penelitian akan berjalan lancar, maka peneliti
ditekankan untuk membuat rancangan penelitian. Dalam menentukan rancangan
penelitian, hal yang perlu selalu diingat adalah seluruh komponen penelitian itu
harus terjalin secara serasi dan tertib.
Salah satu komponen penelitian yang mempunyai arti penting dalam
kaitannya dengan proses studi secara komprehensif adalah komponen metodelogi
. Pada komponen ini, metode yang digunakan oleh peneliti dalam mencri dan
memecahkan masalah diuraikan secar jelas, agar para peneliti mendapat gambaran
yang sistematis dan terencana tentang apa yang hendak mereka lakukan.
Ada beberapa istlah atau batasan yang berkaitan dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek dan objek yang hendak diteliti. Istilah penting
tersebut diantaranya adalah populasi penelitian, jumlah subjek yang diperlukan
dalam penelitian (sampel), dan teknik pemilihan subjek (teknik sampling). Istilah-
istilah ini harus dipahami dan dimengerti betul oleh peneliti sehingga mendukung
tercapainya proses pengumpulan data.
Data-data yang sudah diperoleh dipelajari, dianalisis, dan membuat
kesimpulan untuk menjawab masalah yang diteliti itu.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengkaji tentang populasi, sampel, cara menentukan besar sampel,
dan teknik sampling, di mana istilah=istilah ini merupakan dasar untuk
memperoleh data di lapangan.
1
BAB II
TEKNIK SAMPLING
A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terditi atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek/benda-bend dan peristiwa
alam yang menjadi interes penliti. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dipelajari oleh objek atau subjek itu.
Menurut Babbie (1983), populasi adalah elemen yang hidup dan tinggal
bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian. Selanjutnya
menurut Sukardi (2008: 53), populasi adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan
secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.
Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah,
hubungan sekolah dan masyarakat, karyawan perusahaan, jenis tanaman hutan,
jenis padi, kegiatan marketing, hasil produksi dan sebagainya. Jika yang ingin
diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMP sekabupaten Bantul,
maka populasinya adalah seluruh guru SMP di Kabupaten Bantul, atau ingin
meneliti tentang sikap konsumen terhadap produk tertentu, maka populasinya
adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang ingin diteliti adalah motivasi
pegawai di departemen A, maka populasinya adalah seluruh pegawai di
depertemen A.
Populasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu populasi target dan
populasi akses. Populasi target adalah populasi yang direncanakan dalam suatu
penelitian. Populasi taget ini dapat berupa jumlah guru atau jumlah objek yang
ditetapkan oleh peneliti atau yang berada secara pasti di suatu wilayah. Orang-
orang atau benda yang dapat ditemui ketika dalam penentuan jumlah populasi
berdasarkan keadaan yang ada disebut populasi akses atau populasi yang dapat
2
ditemui. Populasi target dan populasi akses yang paling baik adalah sama besar,
tetapi peneliti juga dapat mencapai hasil baik, jika populasi akses yang dicari
mencapai 80% sampai 100% dari populasi target.
B. Sampel
Sampel atau cuplikan adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tertentu.. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Memang salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa sampel harus
diambil dari populasi. Yang dapat diambil sebagai sampel dalam hal ini adalah
populasi akses, yaitu jumlah anggota kelompok yang ditemui dilapangan.
Syarat yang paling penting untuk diperhatikan dalam mengambil sampel ada
dua macam, yaitu: jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih
harus mewakili (representatif). Untuk itu perlu ada cara pemilihan yang benar-
benar mewakili semua populasi yang ada. Subjek/objek pada sampel diteliti,
hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh
populasi (populasi target dan populasi akses).
Berikut ini adalah gambar diagram alur pemikiran antara populasi dengan
sampel (gambar 2.1).
Gambar 2.1 Hubungan populasi dan sampel.
Populasi targetPopulasi
aksesSampel
Data dianalisis
3
C. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan anggota
populasi itu sendiri. Jadi dimisalkan jumlah populasi 1.000 dan hasil penelitian itu
akan diberlakukan untuk 1.000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah
sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1.000 orang.
Makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi maka makin besar kesalahan generalisasi.
Jika jumlah populasi terlalu besar, maka peneliti dapat mengambil
sebagian dari jumlah total populasi. Sedangkan untuk jumlah populasi kecil,
sebaiknya seluruh populasi digunakan sebagai sumber pengambilan data.
Sebagian dari populasi yang terpilih untuk penelitian, jumlahnya harus memenuhi
syarat mewakili populasi yang ada.
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? Jawabannya bahwa ada hukum statistika dalam menentukan jumlah
subjek penelitian. Hukum tersebut adalah semakin besar jumlah sampel yang
digunakan dalam studi/penelitian semakin kuat dan merefleksikan keadaan
populasi yang ada. Jika keadaan populasi homogen atau mempunyai karakteristik
sama maka jumlah sampel dapat lebih kecil. Sebagai contoh dalam penelitian
eksperimen, seorang mahsiswa fisika dapat mengambil beberapa bahan seperti
kuningan, aluminium, atau besi sebagai sampel penelitian. Mereka dapat
mengambil beberapa potong saja karena sudah ketentuan bahwa bahan adalah
homogen untuk satu jenis material sehingga syarat representatif terhadap populasi
sudah dapat dipenuhi.
Untuk penelitian sosial, pendidikan, politik yang berkaitan dengan
masyarakat yang mempunyai karakteristik heterogen, pengambilan sampel harus
memenuhi dua syarat yaitu besar/jumlah sampel dan representativenes
(keterwakilan).
4
Walaupun pemakaian jumlah subjek yang besar itu sangat dianjurkan,
namun seorang peneliti mempunyai tiga faktor keterbatasan yaitu waktu yang
sempit, kemampuan menganalisis terbatas, dan keterbatasan biaya guna
menyelasaikan proses penelitian secara komprehensif. Kondisi yang demikian
cendrung memotivasi peneliti untuk mencari alternatif lain, agar penelitian tetap
dilakukan dan aturan statistika tetap dapat dipenuhi.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menentukan jumlah subjek
penelitian sekecil mungkin, tetapi masih dalam kerangka statistika yang diizinkan,
yaitu:
1. Sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100, sebaiknya
diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi atau sensus.
Tetapi jika jumlah subjeknya (populasi) besar, jumlah sampel dapat ditentukan
dengan persentase, seperti 10%, 15%, 20%, 25% atau lebih. Pilihan ini
sangat tergantung dari: 1) kemampuan peneliti (waktu, tenaga, dan biaya), 2)
sempit dan luasnya wilayah pengamatan, karena menyangkut banyak
sedikitnya data yang diperoleh, 3) besar kecilnya resiko yang ditanggung
peneliti (Suharsimi Arikonto, 2006: 134).
2. Dengan teori Jacob Cohen dan tabel L (1977: 439- 442)
N = , dengan
N : ukuran/jumlah sampel
f2 : effect size
u : banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian.
L : fungsi power dari u, diperoleh dari tabel t.s : 1%, 5%, atau 10%
Contoh populasi 300 orang, berapa sampelnya?
Misalnya : Power (p) = 0,95 dan effect size (f2) = 0,1
Harga L dalam tabel t.s 5%, power 0,95 dan u = 5 adalah 19,78
Maka dengan rumus di atas diperoleh jumlah sampel:
N = = 203,8
deibulatkan 204
5
3. Dengan tabel yang dikembangkan oleh Isac dan Michael (1981: 192).
Isac dan Michael mengembangkan tabel penentual jumlah sampel dari
populasi tertentu dengan tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Formula yang
dianjurkan, untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah:
s =
dengan
s : jumlah sampel
N : jumlah populasi akses
P : proporsi dalam populasi. Nilai P = 0,5
d : derajat ketepatan/ketelitian. Nilai d = 0,05
: haraga tabel chi- kuadrat untuk = 1% atau
5% atau10%.
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi
mulai dari 10 sampai 1.000.000. Tabel 2.1 di halaman 9, terlihat bahwa
makin besar taraf kesalahan maka akan semakin kecil ukuran sampel.
Sebagai contoh (lihat tabel) untuk populasi 1.000, pada taraf kesalahan 1%
jumlah sampelnya 399, untuk taraf kesalahan 5%, jumlah sampelnya 258, dan
untuk taraf kesalahan 10%, jumlah sampelnya 213. dari tabel 2.1 juga terlihat
bahwa bila jumlah populasi tak terhingga maka jumlah anggota sampelnya
berturut-turut untuk kesalahan 1% = 664, untuk kesalahan 5% = 349, dan
untuk kesalahan 10% = 272. Demikian pula untuk jumlah populasi 10, jumlah
anggota sampel sebanyak 9,56 dan dibulatkan menjadi 10.
Cara menentukan ukuran sampel seperti ini, didasarkan atas asumsi bahwa
sampel berdistribusi normal (populasi heterogen). Bila sampel tidak
berdistribusi normal atau populasi homogen maka cara tersebut tidak perlu
dipakai. Misalnya untuk benda (logam) homogen, ukuran sampel sekecil
apapun sudah bisa mewakili.
6
Contoh menentukan ukuran sampel, adapun penelitian yang dilakukan
adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pelayanan
pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.
Kelompok masyarakat itu terdiri 1.000 orang, yang dapat dikelompokan
berdasarkan jenjang pendidikan yaitu: lulusan S1 = 50 orang, Diploma = 300
orang, SMA/SMK = 500 orang, SMP = 100 orang, dan SD = 50 orang
(populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel 2.1, bila jumlah populasi 1.000 orang,
kesalahan yang dipilih 5%, maka jumlah sampel 258. Karena Populasi
berstrata maka sampel juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang
pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat
pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi ukuran sampel
dapat ditentukan sebagai berikut:
S1 = 50/1000 x 258 = 12,90 dibulatkan = 13
Diploma = 300/1000 x 258 = 77,40 dibulatkan = 78
SMA/SMK= 500/1000 x 258 = 129,0 = 129
SMP = 100/1000 x 258 = 25,80 dibulatkan = 26
SD = 50/1000 x 258 = 12,90 dibulatkan = 13
Jadi ukuran sampelnya adalah 12,90 + 77,40 + 129,0 + 25,80 + 12,90 = 258.
Jumlah yang pecahannya dibulatkan ke atas, maka ukuran sampelnya mnjadi:
13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
4. Dengan Nomogram Herry King.
Dalam Nomogram Herry King, jumlah populasi maksimum 2.000, dengan
taraf kesalahan yang bervariasi, mulai 0.3% sampai dengan 15%, dan faktor
pengali yang disesuaikan dengan taraf kesalahan yang ditentukan (lihat
grafik). Dalam nomogram terlihat confident interval (interval kepercayaan)
untuk 80% faktor pengali 0,780; untuk 85% faktor pengali 0,785; untuk 95%
faktor pengali 1,195; dan untuk 99% faktor pengali 1,573.
Contoh jika populasi berjumlah 200, dan dikehendaki tingkat kepercayaan
sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka
7
jumlah/ukuran sampel yang diambil adalah 0,58 x 200 x 1,195 = 19,12 orang
atau dibulatkan 20 orang.
Untuk lebih jelas, lihat grafik nomogram Herry King.
Gambar 2.2 Nomogram Harry King
Sumber : (Sugiono, 2008 : Metode Penelitia Pendidikan).
8
Sumber : (Sugiono, 2008 : Metode Penelitia Pendidikan
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan cara pengambilan sampel dari
populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling
pada dasarnya dapat dikelompok menjadi dua yaitu: Probability Sampling dan
Nonprobability Sampling.
1. Probability Sampling
Ada empat macam teknik pengambilan sampel dengan probability
sampling (probabilitas sampling). Keempat teknik pengambilan sampel
tersebut yaitu: cara acak, stratifikasi, klaster, dan sistematis.
a. Sampling Acak (Random Sampling)
Pada random sampling ini, secara teoritis semua anggota dalam
populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel. Untuk mendapat responden yang hendak
dijadikan sampel, satu hal yang harus diketahui oleh para peneliti adalah
jumlah responden yang ada dalam populasi. Pengambilan anggota sampel
dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Cara ini dilakukan dengan menganggap anggota populasi adalah
homogen/relatif homogen (lihat gambar 2.3)
diambil secara
random
Gambar 2.3 Sampling Acak
10
Populasi homogen/elatif
homogen
Sampel yang
representatif
Teknik pemilihan secara acak (random sampling) dapat dilakukan
dengan manual atau tradisional dan dengan menggunakan tabel random. .
1. Cara tradisional
Teknik ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut:
indentifikasi jumlah total populasi
tentukan jumlah respoden/sampel dari populasi yang dapat ditemui
daftar senua anggota dalam popoulasi masukan dalam kotak yang
telah diberi lubang penarikan.
kocok kotak dan keluarkan lewat lubang
nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai
sampel dalam penelitian
lakukan terus sampai jumlah yang diinginkan tercapai.
2. Menggunakan Tabel Random
Proses pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan tabel acak
(random) yang telah diakui manfaatnya dalam teori penelitian. Tabel
itu umumnya terdiri dari kolom dan baris dengan angka lima digit
yang secara acak dihasilkan oleh komputer. Cara ini dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagi berikut:
indentifikasi jumlah total populasi
tentukan jumlah sampel yang diinginkan
daftar semua anggota yang masuk sebagai populasi
berikan semua anggota dengan nomor kode yang diminta, misalnya
000 – 299 untuk populasi yang berjumlah 300.
pilih secara acak (misalkan tutup mata) dengan menggunakan
petunjuk yang ada pada tabel sesuai dengan kesepakatan.
pada angka-angka yang tepilih, lihat hanya angka digit yang tepat
yang dipilih. Jika populasi 300 maka hanya 3 digit dari akhir saja.
angka terpilih untuk individu dalam populasi menjadi individu
dalam sampel. Misalnya populasi berjumlah 300, maka angka
terpilih 278 masuk sebagai individu sampel, sedang angka 375
tidak masuk sebagai individu sampel.
11
gerakan petunjuk dalam kolom pada angka yang lain
ulangi langka 9 sampai jumlah sampel yang diinginkan tercapai.
b. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)
Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial lainnya,
seringkali ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan
atau strata dengan karakteristik yang berbeda. Di masyarakat populasi
berupa kelompok masyarakat yang terdiri dari petani, pedagang, tukang,
pegawai negeri, pegawai swasta, dan lain sebagainya. Keadaan populasi
yang demikian akan tidak tepat dan tidak terwakili, jika digunakan teknik
acak.
Teknik yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi adalah teknik
sampling dengan cara stratifikasi. Teknik stratifikasi ini harus digunakan
sejak awal peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas beberapa
anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan yang berbeda antara satu
dengan lainnya.Teknik stratifikasi mempunyai langkah-langkah untuk
menentukan sampel yang diinginkan yaitu:
indentifikasi jumlah total populasi
tentukan jumlah sampel yang diinginkan
daftar semua anggota yang termasuk sebagi populasi
pisahkan anggota populasi sesuai dengan karakteristik strata yang dimiliki.
pilih sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang diketahui
pada random sampling.
lakukan langkah pemilihan pada setiap lapisan/strata yang ada, sampai
jumlah sampel tercapai.
c. Sampling Klaster (Cluster Sampling)
Teknik klaster/area ini memiliki sampel bukan didasarkan pada
individu tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok
subjek yang secara alami berkumpul bersama. Teknik klaster sering
digunakan oleh peneliti di lapangan yang wilayah penelitiannya sangat luas.
12
Teknik sampling area ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang/subjek-subjek yang ada pada daerah itu secara acak.
Teknik klaster mempunyai beberapa langkah sebagai berikut:
indentifikasi populasi yang hendak digunakan dalam penelitian
tentukan besar sampel yang diinginkan
tentukan dasar logika untuk menentukan klaster
perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada setiap klaster
daftar semua subjek dalam setiap klaster dengan membagi antara jumlah
sampel dengan klaster yang ada.
secara random pilih jumlah anggota sampel yang diinginkan untuk setiap
klaster
jumlah sampel adalah jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi
per klaster.
d. Sampling Sistematis (Systematic Sampling)
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 40 orang. Dari semua anggota itu diberi
nomor urut yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 40. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu. Misalnya kelipatan bilangan tiga, maka sampel yang
diambil adalah nomor 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, dan 39.
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik pemilihan sampel ini meliputi: sampling kuota, sampling
aksidental, sampling purposive, dan sampling snowball.
1. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
13
Sebagai contoh penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Misalnya
jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Bila pengumpulan data belum
sampai 500 orang, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
Sampling kuota ini banyak digunakan dalam dunia pers, seperti
mereka ingin mendapatkan tingkat popularitas seorang pemimpin, atau
mereka ingin mengetahui kinerja suatu badan yang dibentuk oleh
pemerintah, dan sebagainya.
2. Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan atau accidental sampling. Siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
orang/subjek itu cocok sebagai sumber data.
Misalnya seorang peneliti berdiri di pintu gerbang utama kampus,
dan menanyakan setiap mahasiswa yang kebetulan lewat dipintu gerbang
tersebut dari jam 8.00 sampai jam 10.00 pagi. Pekerjaan itu diulangi
beberapa hari dengan waktu dan tempat yang sama sampai informasi yang
dicari dirasakan telah menjawab permasalahan penelitian yang
direncanakan.
3. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
pada tujuan tertentu. Sebagai contoh peneliti memilih guru SMK untuk
memperoleh infotrmasi tentang efektivitas praktek di sekolahnya. Sampel
ini lebih cocok digunakan pada penelitian kualitatif, atau penelitian yang
tidak melakukan generalisasi.
4. Sampling Snowball
Sampling snowball adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel,
pertama-tama dipilih seseorang menjadi anggota sampel, misalnya
responden A dan dijadikan sebagai narasumber. Setelah selesai ditanya,
14
responden A merekomendasi B dan C, B ditanya oleh peneliti kemudian
merekomendasi D, E. Sedang responden C, memberikan rekomendasi
kepada F, G.
Begitu seterusnya sehingga peneliti memperoleh jumlah sampel
sesuai dengan yang direncanakan.
Gambar 2. 4 berikut ini adalah bagan snowball sampling:
Gambar 2.4. Snowball Sampling
BC
EDF G
HI J K L M N O
A
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian pada bab dua, dapat ditarik kesimpuln sebagai berikut:
1. Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terditi atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi penelitian dapat bervariasi termasuk manusia, benda, dan
peristiwa alam yang menjadi interes peneliti.
Populasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu populasi target dan
populasi akses.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diambil peneliti untuk mewakili populasi yang ada.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu,
asalkan memenuhi dua syarat yaitu jumlah dan representatif.
3. Penentuan ukuran/jumlah sampel dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti: 1) menggunakan prosentase 10%, 15%, 20%, 25%, atau lebih
untuk seluruh populasi, 2) dengan teori Jacob Cohen dan tabel L, 3)
dengan tabel dari Isac & Michael, 4) dengan Nomogram Herry King.
4. Secara umum ada dua macam klasifikasi teknik sampling yaitu: sampling
probabilitas dan sampling nonprobabilitas.
5. Sampling probabilitas mempunyai empat macam teknik pengambilan
sampel yaitu: sampling acak, sampling stratifikasi, sampilng klaster, dan
sampling sistematis. Sedangkan dalam sampling nonprobabilitas juga
16
mempunyai empat macam teknik yaitu: sampling kuota, sampling
aksidental,sampling purposive, dan sampling snowball.
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. (Ed.i rev.VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Cohen, Jacob. (1977). Statistical power analysis for the behavioral sciences. (Rev. Ed.). New York: Academic Press.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodelogi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparmo, Paul. (2007). Metode penelitian pendidikan fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Wiersma,William. (1995). Research methods in education: an introduction. Boston: Allyn and Bacon.
17