57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya dan suku bangsa. Dayak merupakan salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia. Dayak ini dikenal sebagai salah satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan salah satu penduduk mayoritas di provinsi tersebut. Kata Dayak dalam bahasa lokal Kalimantan berarti orang yang tinggal di hulu sungai. Hal ini mengacu kepada tempat tinggal mereka yang berada di hulu sungai-sungai besar. Agak berbeda dengan kebudayaan Indonesia lainnya yang pada umumnya bermula di daerah pantai, masyarakat suku Dayak menjalani sebagian besar hidupnya di sekitar daerah aliran sungai pedalaman Kalimantan. Dalam pikiran orang awam, suku Dayak hanya ada satu jenis. Padahal sebenarnya mereka terbagi ke dalam banyak sub-sub suku. Perbedaan tersebut disebabkan oleh terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan pengaruh masuknya kebudayaan luar. Setiap sub suku memiliki budaya unik dan memberi ciri khusus pada setiap komunitasnya. 1

86618983 Makalah Suku Dayak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfdfdf

Citation preview

Page 1: 86618983 Makalah Suku Dayak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya dan suku bangsa.

Dayak merupakan salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia. Dayak

ini dikenal sebagai salah satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan salah

satu penduduk mayoritas di provinsi tersebut. Kata Dayak dalam bahasa lokal

Kalimantan berarti orang yang tinggal di hulu sungai. Hal ini mengacu kepada

tempat tinggal mereka yang berada di hulu sungai-sungai besar.

Agak berbeda dengan kebudayaan Indonesia lainnya yang pada umumnya

bermula di daerah pantai, masyarakat suku Dayak menjalani sebagian besar

hidupnya di sekitar daerah aliran sungai pedalaman Kalimantan.

Dalam pikiran orang awam, suku Dayak hanya ada satu jenis. Padahal

sebenarnya mereka terbagi ke dalam banyak sub-sub suku. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok

kecil dengan pengaruh masuknya kebudayaan luar. Setiap sub suku memiliki

budaya unik dan memberi ciri khusus pada setiap komunitasnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Dimana lokasi suku Dayak dan bagaimana keadaan alamnya?

2. Darimana asal mula suku Dayak?

3. Apa bahasa yang digunakan oleh suku Dayak?

4. Bagaimana sistem teknologi suku Dayak?

5. Bagaimana sistem mata pencaharian suku Dayak?

6. Bagaimana organisasi sosial pada suku Dayak?

1

Page 2: 86618983 Makalah Suku Dayak

7. Bagaimana sistem pengetahuan pada suku Dayak?

8. Kesenian apa saja yang terdapat di masyarakat suku Dayak?

9. Bagaimana sistem religi masyarakat suku Dayak?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari pnulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui:

1. Lokasi dan lingkungan alam

2. Asal mula san sejarah

3. Bahasa yang digunakan

4. Sistem teknologi

5. Sistem mata pencaharian.

6. Organisasi sosial

7. Sistem pengetahuan

8. Kesenian

9. Sistem religi

1.4 Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demografi

2

Page 3: 86618983 Makalah Suku Dayak

2.2 Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa

2.3 Bahasa

2.4 Sistem Teknologi

2.5 Sistem Mata Pencaharian

2.6 Organisasi Sosial

2.7 Sistem Pengetahuan

2.8 Kesenian

2.9 Sistem Religi

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: 86618983 Makalah Suku Dayak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi Suku Dayak

Kalimantan Tengah adalah salah satu dari provinsi-provinsi Republik

Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan Indonesia. Provinsi Kalimantan

Tengah terdiri dari lima kabupaten, yaitu: Kotawaringin Barat, Kotawaringin

Timur, Kapuas, Barito Utara dan Barito Selatan. Luas seluruh Kalimnatan Tengah

adalah 152.600 kilometer persegi sehingga melebihi luas Pulau Jawa dan Madura.

Namun daerah itu menurut sesnsus 1961 hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi

kepadatan penduduk rata-rata hanya 3.3 orang saja per tiap kilometer persegi.

Sebagaian besar penduduknya terdiri dari orang Dayak yang terbagi atas beberapa

suku bangsa seperti Ngaju, Ot Danum, Ma`anyan, Ot Siang, Lawangan, Katingan,

dan sebagainya. Mereka ini berdiam di desa-desa sepanjang sungai-sungai besar

dan kecil seperti sungai-sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan, Mentaya,

Seruyan, dan lain-lain.

Penduduk Kalimantan Tengah selain orang Dayak yang merupakan

penduduk asli daerah itu, adapula keturunan orang-orang pendatang. Mereka ini

adalah orang-orang Banjar, Bugis, Madura, Makasar, Melayu, Cina, dan lain-lain.

Dalam makalah ini, kebudayaan penduduk pendatang itu tidak akan kami

bicarakan. Yang menjadi pokok pembicaraan dalam makalah ini adalah penduduk

asli daerah tersebut yang terdiri dari orang Dayak. Dari sekian banyak macam

orang dayak di Kalimantan Tengah, hanya 3 suku Dayak saja yang kami akan

bahas diantaranya adalah Ngaju, Ot Danum, dan Ma`anyan.

Tempat tinggal suku bangsa Ngaju adalah di sepanjang sungai-sungai

besar Kalimantan Tngah seperti Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhin, Barito, dan

4

Page 5: 86618983 Makalah Suku Dayak

Katingan. Sedangkan tempat kediaman orang Ot Danum adalah selain di

sepanjang sungai-sungai besar seperti Kahayan, Rungan, Barito, dan Kapuas juga

di hulu sungai-sungai dari Kalimantan Barat seperti sungai Melawi. Suku-suku

bangsan Ngaju dan Ot Danum yang akan dibicarakan dalam makalah ini adalah

mereka yang berdiam di sungai Kapuas dan Kahayan. Secara administratif

kenegaraan, kediaman mereka ini termasuk bagian dari kabupaten Kapuas. Di

daerah aliran sungai Kahayan suku bangsa Ngaju berdiam di sebelah hilir

sedangkan suku bangsa Ot Danum di daerah hulu. Batas kediaman orang Ngaju di

hulu Kahayan hanya samapai di Tumbang Miri saja sebagai desanya yang

terakhir, sedangkan di hilir terus turun sampai ke muara sungai Kahayan. Letak

kediaman orang Ot Danum adalah di hulu Kahayan, yaitu daerah sebelah utara

Tumbang Miri. Jika desa-desa orang Ot Danum pada umumnya merupakan

daerah eksklusif dari orang Ot Danum, maka sebaliknhya desa-desa orang Ngaju

makin ke hilir makin kemasukan orang-orang dari luar yang bukan Dayak.

Suku Bangsa Ma`anyan tersebar di berbagai bagian dari Kabupaten Barito

Selatan yaitu, di tepi timur Sungai Barito, terutama di antara anak-anak sungainya

seperti Patai, Telang, Karau, dan Dayu. Di timur, daerah suku bangsa Ma`anyan

bersentuhan dengan wilayah orang Banjar dari daerah hulu sungai dari Provinsi

Kalimantan Selatan, dibarat berbatasan dengan suku-suku bangsa Bakumpai, dan

orang Banjar dari daerah Hulu Sungai dari Sungai Barito, di selatan dibatasi tanah

paya-paya di selatan Sungai Patai, dan di utara sampai ke Sungai Ayu di sebelah

utara Buntuk. Di daerah aliran sungai-sungai Karau dan Ayu, orang Ma`anyan

banyak bercampur dengan suku bangsa daya lain, yaitu suku bangsa Lawangan,

yang memang sudah mendiami wilayah itu sebelum orang Ma`anyan

memasukinya.

Mengenai hinungan ketiga suku nagsan tersebut, ada sarjana seperti

Mallinckrodt yang menganggapnya berasal dari satu strams yaitu stamras der Ot

Danum. Mengani hal ini perlu dilakukan penelitian lebih dalam. Menurut

pengakuan orang Ngaju, memang orang Ngaju berasal dari orang-orang Ot

Danum juga, tetapi kemuadian karena mereka berdiam di daerah hilir, lambat laun

5

Page 6: 86618983 Makalah Suku Dayak

mereka telah mengalami perubahan kebudayaan, sebagai akibat dari akulturasi

dengan kebudayaan orang-orang pendatang. Kebenaran pendapat ini sudah tentu

perlu diuji lagi, tatapi jika kita teliti sebentar memang tak dapat kita sangkal

bahwa orang-orang Dayak di seluruh Kalimantan, terutama yang hidup di

pedalaman sesungguhnya memiliki corak kebudayaan. kesatuan mereka ini adalah

berdasarkan persamaan dalam beberapa unsur kebudayaan, yaitu misalnya mata

pencaharian hidup yang berdasarkan perladangan.

Mengenai jumlah penduduk dari ketiga suku-suku Dayak yang dibicarakan

dalam makalah ini, kami hanya memperoleh bahan dari Ot Danum dab Ma`anyan

saja, sedangkan dari orang Ngaju tidak. Jumalah penduduk Ot Danum kurang

lebih adalah 5.900 jiwa dan jumlah penduduk Ma`anyan diantara 3.000 sampai

4.000 jiwa.

Orang-orang Dayak di Kalimantan Tengah mendiami desa-desa yang

terletak jauh satu dari yang lain, di tepi-tepi atau eekat sunagi-sungai besar dan

kecil dari provinsi itu. Komunikasi antara satu desa dengan desa lain pada

umumnya melalui air, dan jarang sekali melalui darat. Hal ini disebabkan karena

daerah dimana desa-desa itu didirikan masih merupakan daerah hutan tropis dan

semak belukar bawah yang padat. Untuk mengunjungi suatu desa, orang harus

merapatkan perahunya pada sebuah tempat berlabuh yang dibuat dari balok-balok.

Satu desa pada umumnya mempunyai sekitart 100-500 rumah.

Rumah-rumah desa pada umumnya didirikan di tepi jalan yang dibuat

sejajar ataupun tegak lurus dengan sungai. Rumah penduduk pada umumnya

dibuat dari sirap (lempengan kayu) atau kulit kayu. Rumah-rumah itu pada

umumnya didirikan diatas tonggak-tonggak setinggi kira-kira dua setengah meter,

sehingga untuk memasukinya, kita harus menaiki tangga yang dibuat dari

setengah balok yang diberi lekuk-lekuk tempat kaki berpijak. Dahulu rumah-

rumah gaya lama di Kalimantan Tengah merupakan rumah panjang yang oleh

orang-orang Ngaju dan Ot Danum di sebut betang. Betang tersebut dapat

mempunyai ruangan-ruangan kecil sampai 50 banyaknya. Rumah semacam itu

6

Page 7: 86618983 Makalah Suku Dayak

kini sudah jarang di Kalimantan Tengah, tetapi masih banyak terdapat di daerah

utara, yaitu di daerah-daerah suku bangsa Ot Siang dan Murung. Di daerah

sungai Kahayan hanya di daerah suku bangsa Ot Danum saja yang masih terdapat

rumah betang.

Bentuk rumah yang paling umum kini terdapat di Kalimantan Tengah

adalah rumah-rumah yang lebih kecil yang didiami oleh satu samapai lima

keluarga batih yang berkerabat, yaitu yang terdiri dari satu keluarga batih senior

ditambah dengan keluarga batih anak-anaknya, baik laki-laki maupuan yang

perempuan, yang dapat kita sebut keluarga luas yang utrolokal. Pada orang

Ma`anyan, rumah demikian disebut lewu.

2.2 Asal Usul dan Sejarah Suku Bangsa

Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau

kalimantan terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya

masing-masing terdiri dari: Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda,

Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibu

kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak.

Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang

lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku

Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip,

merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat,

budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku

Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman

mereka.

Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975

dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6

suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan.

Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar,seperti melayu

7

Page 8: 86618983 Makalah Suku Dayak

menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan di

seluruh daerah Kalimantan.

Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah

berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya

suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara)

demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya

dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar, daerah

perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil

dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah

dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di

daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan kemudian dijadikan nama

suku Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung

Bawang. Demikian juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah,

Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai latar belakang sejarah sendiri-

sendiri.

Namun ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama

sukunya. Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan

diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang

diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang

artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau

perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun

kini banyak masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten dan

propinsi) yang mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih

memegang teguh tradisinya.

Kalimantan Tengah mempunyai problem etnisitas yang sangat berbeda di

banding Kalimantan Barat. Mayoritas ethnis yang mendiami Kalimantan Tengah

adalah ethnis Dayak, yang terbesar suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan,

Dusun, dsb. Sedangkan agama yang mereka anut sangat variatif. Dayak yang

beragama Islam di Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan ethnisnya Dayak,

8

Page 9: 86618983 Makalah Suku Dayak

demikian juga bagi Dayak yang masuk agama Kristen. Agama asli suku Dayak di

Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir

dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama yakni

Hindu. Karena Hindu telah meyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih

dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka Agama

Kaharingan dikategorikan ke cabang agama Hindu.

Propinsi Kalimantan Barat mempunyai keunikan tersendiri terhadap

proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat

setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan dua suku

terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak,Melayu dan Tiongkok. Pada mulanya

Bangsa Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat, hidup dengan tradisi dan

budayanya masing-masing, kemudian datanglah pedagang dari gujarab beragama

Islam (Arab Melayu) dengan tujuan jual-beli barang-barang dari dan kepada

masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya mereka berinteraksi, bolak-balik

mengambil dan mengantar barang-barang dagangan dari dan ke Selat Malaka

(merupakan sentral dagang di masa lalu), menyebabkan mereka berkeinginan

menetap di daerah baru yang mempunyai potensi dagang yang besar bagi

keuntungan mereka.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Dayak ketika

bersentuhan dengan pendatang yang membawa pengetahuan baru yang asing ke

daerahnya. Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli barang kebutuhan,

dan interaksi cultural, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, di

kunjungi masyarakat lokal (Dayak) dan pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka.

Di masa itu system religi masyarakat Dayak mulai terpengaruh dan dipengaruhi

oleh para pedagang Melayu yang telah mengenal pengetahuan, pendidikan dan

agama Islam dari luar Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis terjalin baik,

maka masyarakat lokal atau Dayak, ada yang menaruh simpati kepada pedagang

Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka agama Islam diterima dan

dikenal pada tahun 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada penerintahan Giri

9

Page 10: 86618983 Makalah Suku Dayak

Kusuma yang merupakan kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar di

Kalimantan Barat.

masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka

percaya setiap tempat-tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut:

Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang

tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan

Tuhan tertingginya: misalnya: Puyang Gana ( Dayak mualang) adalah penguasa

tanah , Raja Juata (penguasa Air), Kama”Baba (penguasa Darat),Jobata,Apet

Kuyan'gh(Dayak Mali) dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang teguh

kepercayaan dinamisme nya dan budaya aslinya nya, mereka memisahkan diri

masuk semakin jauh kepedalaman.

Adapun segelintir masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam oleh

karena perkawinan lebih banyak meniru gaya hidup pendatang yang dianggap

telah mempunyai peradaban maju karena banyak berhubungan dengan dunia luar.

(Dan sesuai perkembangannya maka masuklah para misionaris dan misi

kristiani/nasrani ke pedalaman). Pada umumnya masyarakat Dayak yang pindah

agama Islam di Kalimantan Barat dianggap oleh suku dayak sama dengan suku

melayu. Suku Dayak yang masih asli (memegang teguh kepercayaan nenek

moyang) di masa lalu, hingga mereka berusaha menguatkan perbedaan, suku

dayak yang masuk Islam(karena Perkawinan dengan suku Melayu)

memperlihatkan diri sebagai suku melayu.banyak yang lupa akan identitas sebagai

suku dayak mulai dari agama barunya dan aturan keterikatan dengan adat

istiadatnya. Setelah penduduk pendatang di pesisir berasimilasi dengan suku

Dayak yang pindah(lewat perkawinan dengan suku melayu) ke Agama

Islam,agama islam lebih identik dengan suku melayu dan agama kristiani atau

kepercayaan dinamisme lebih identik dengan suku Dayak.sejalan terjadinya

urbanisasi ke kalimantan, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai,

karena semakin banyak di kunjungi pendatang baik local maupun nusantara

lainnya.

10

Page 11: 86618983 Makalah Suku Dayak

Untuk mengatur daerah tersebut maka tokoh orang melayu yang di

percayakan masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin atau diberi gelar

Penembahan (istilah yang dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil )

penembahan ini hidup mandiri dalam suatu wilayah kekuasaannya berdasarkan

komposisi agama yang dianut sekitar pusat pemerintahannya, dan cenderung

mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut

menyatakan tunduk terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi keamanan

ataupun perluasan kekuasaan.

Masyarakat Dayak yang pindah ke agama Islam ataupun yang telah

menikah dengan pendatang Melayu disebut dengan Senganan, atau masuk

senganan/masuk Laut, dan kini mereka mengklaim dirinya dengan sebutan

Melayu. Mereka mengangkat salah satu tokoh yang mereka segani baik dari

ethnisnya maupun pendatang yang seagama dan mempunyai karismatik di

kalangannya, sebagai pemimpin kampungnya atau pemimpin wilayah yang

mereka segani.

Bangsa Dayak di Kalimantan Barat terbagi berdasarkan sub-sub ethnik yang

tersebar diseluruh kabupaten di Kalimantan Barat. Berdasarkan Ethno Linguistik

dan cirri cultural gerak tari Dayak di Kalimantan Barat menjadi 4 kelompok besar,

1 kelompok kecil yakni:

1. Kendayan / Kanayatn Grop : Dayak Bukit (ahe), Banyuke, Lara, Darit,

Belangin, Bakati” dll. Wilayah penyebarannya di Kabupaten Pontianak,

Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, dan sekitarnya.mempunyai

gerak tari, enerjik, stakato, keras.

2. Ribunic / Jangkang Grop/ Bidoih / Bidayuh : Dayak Ribun, Pandu,

Pompakng, Lintang, Pangkodatn, Jangkang, Kembayan, Simpakng, dll.

Wilayah penyebarannya di Kabupaten Sanggau Kapuas, mempunyai ciri

gerak tangan membuka, tidak kasar dan halus.

3. Iban / Ibanic : Dayak Iban dan sub-sub kecil lainnya, Mualang, Ketungau,

Kantuk, Sebaruk, Banyur, Tabun, Bugau, Undup, Saribas, Desa,

11

Page 12: 86618983 Makalah Suku Dayak

Seberuang, dan sebagainya. Wilayah penyebarannya di Kabupaten Sambas

(perbatasan), Kabupaten Sanggau / malenggang dan sekitarnya

(perbatasan) Kabupaten Sekadau (Belitang Hilir, Tengah, Hulu)

Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Serawak, Sabah dan Brunai

Darusalam. mempunyai ciri gerak pinggul yang dominan, tidak keras dan

tidak terlalu halus.

4. Banuaka" Grop : Taman, Tamambaloh dan sub nya, Kalis, dan sebagainya.

Wilayah penyebarannya di Kabupaten Kapuas Hulu.ciri gerak mirip

kelompok ibanic, tetapi sedikit lebih halus.

5. Kayaanik, punan, bukat dll.

Selain terbagi menurut ethno linguistik yang terdata menurut jumlah besar

groupnya, masih banyak lagi yang belum teridentifikasikan gerak tarinya, karena

menyebar dan berpencar dan terbagi menjadi suku yang kecil-kecil. Misalnya

Dayak Mali / ayek-ayek, terdapat dialur jalan tayan kearah kab. ketapang.

kemudian Dayak Kabupaten Ketapang,Daerah simpakng seperti Dayak

Samanakng dan Dayak Kualan, daerah Persaguan, Kendawangan, daerah Kayong,

Sandai, daerah Krio, Aur kuning. Daerah Manjau dsb.

Kemudian Dayak daerah Kabupaten Sambas, yaitu Dameo / Damea,

Sungkung daerah Sambas dan Kabupaten Bengkayang dan sebagainya. Kemudian

daerah Kabupaten Sekadau kearah Nanga Mahap dan Nanga Taman, Jawan,

Jawai, Benawas, Kematu dan lain-lain. Kemudian Kabupaten Melawi, yaitu:

dayak Keninjal(mayoritas tanah pinoh;antara lain desa ribang rabing, ribang

semalan, madya raya, rompam, ulakmuid, maris dll)dayak Kebahan (antara lain

desa:poring,nusa kenyikap, Kayu Bunga, dll yang memiliki tari alu dan tari

belonok kelenang yang hampir punah), dayak Linoh (antara lain desa:Nanga

taum,sebagian ulak muid, mahikam dll), dayak pangen (Jongkong, sebagian desa

balaiagas dll), dayak kubing (antara lain desa sungai bakah/sungai

mangat,nyanggai,nanga raya dll),dayak limai (antara lain desa tanjung

beringin,tain, menukung, ela dll), dayak undau, dayak punan, dayak ranokh/anokh

(antara lain sebagian di desa batu buil, sungai raya dll), dayak sebruang (antara

12

Page 13: 86618983 Makalah Suku Dayak

lain didesa tanjung rimba, piawas dll),dayak Ot Danum ( masuk kelompok kal-

teng), Leboyan.

2.3 Bahasa

Bahasa yang digunakan termasuk kelompok Ibanic group seperti halnya

kelompok Ibanic Lainnya:Kantuk, bugao, desa, seberuang,Ketungau, sebaruk dan

kelompok Ibanic lainnya. Perbedaannya adalah pengucapan / logat dalam kalimat

dengan suku serumpun yakni pengucapan kalimat yang menggunakan akhiran

kata i dan e, i dan y, misalnya: Kediri” dan Kedire”, rari dan rare, kemudian inai

dan inay, pulai dan pulay dan penyebutan kalimat yang menggunakan huruf r ( R

berkarat ), serta logat pengucapannya, walauun mengandung arti yang sama.

2.4 Sistem Teknologi

Orang dayak di Kalimantan Tengah, seperti orang ngaju, ot-Danum, dan

ma’anyan, sudah lama berhubungan dengan orang luar seperti orang Melayu,

Jawa, Bugis, Cina, Arab dan Eropa. Walaupun demikian sebelumnya berkembang

sistem pendidikan sekolah. Penduduk kalimantan Tengah maih terkurung dalam

alam lingkungannya sendiri. Beberapapemuda Dayak Kalimantan Tengah yang

telah mendapatkan pendidikan modern, dengan penuh idealisme berusaha untuk

memajukan suku bangsanya., antara lain dengan mendirikan organisasi “sarikat

dayak” dalam tahun 1919 dan “koperasi Dayak” dalam tahun 1928 kedua

organisasi tadi lebur jadi “Pakat Dayak” yang bergerak dalam lapangan sosial,

ekonomi dan politik.

Setelah kemerdekaan orang Dayak Ngaju berhasratagar kalimantan

Tengah menjadi sebuah propinsi sendiri, lepas dari kalimantan selatan. Hasrat itu

diperjuangkan oleh organisasi “Penyalur Hasrat Rakyat Kalimantan Tengah” dan

perjuangan mereka berhasil dengan terbentuknya propinsi kalimantan tengah pada

tanggal 23 Mei 1957

13

Page 14: 86618983 Makalah Suku Dayak

Sejak saat itu orang kalimantan tengah mulai membangun daerahnya yang

merupakan hutan rimba.kekayaan kalimantan tidak terutama terletak dalam

kekayaan isi buminya, yang mengandung minyak bumi, emas dan intan

sedangkan hutan rimbanya juga mengandung kekayaan kekayaan yang dapat

diexploitasi. Sayang bahwa usaha usaha pembamgunan tidak selalu lancar. Hal ini

rupanya tidak terletak kepada sifatkurang kemampuan dan sikap mental dari orang

Dayak Kalimantan Tengah, tetapi merupakan suatu akibat kemacetan menyeluruh

yang dialami oleh negara negara kita pada tahun tahun terakhir ini.

2.5 Sistem Mata Pencaharian

a. Berladang

Mata pencaharian suku dayak di Kalimantan adalah

berladang. Berladang adalah pekerjaan yang memakan banyak

sekali tenaga. Untuk mengerjakannya, penghuni dari suatu

rumah tangga saja tidak mencukupi; mereka harus memperoleh

bantuan dari tetangga mereka. Oleh karena itu maka di desa

Telang di daerah Ma’anyan misalnya, telah dikembangkan suatu

sistem kerjasama dengan jalan membentuk kelompok gotong

royong, yang biasanya berdasarkan hubungan ketetanggaan

atau persahabatan. Kelompok ini terdiri dari 12-15 orang, yang

secara bergiliran membuka hutan bagi ladang masing-masing

anggota.

Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan adalah sebagai

berikut: Pada bulan-bulan Mei, Juni atau Juli orang menebang

pohon-pohon di hutan. Setelah penebangan, batang-batang

kayu, cabang-cabang, ranting-ranting, serta daun-daunnya

dibiarkan mengering selama dua bulan, setelah mana paling

lambat pada bulan Agustus atau September seluruhnya tadi

sudah harus dibakar, karena setelah itu musim hujan sudah tiba.

Abu bekas pembakaran tadi dibiarkan sebagai pupuk. Setelah itu

14

Page 15: 86618983 Makalah Suku Dayak

tibalah masanya untuk mulai menanam, yaitu kira-kira bulan

Oktober. Pekerjaan ini di daerah Ma’anyan dilakukan secara

bergotong-royong. Para laki-laki berbaris dimuka sambil

menusuk-nusuk tanah dengan tongkat tugalnya, sedangkan para

wanitanya berbaris mengikuti di belakang, sambil memasukkan

beberapa butir padi ke dalam lubang-lubang yang dibuat oleh

kaum laki-laki tadi. Pekerjaan selanjutnya yaitu merawat serta

menjaga pertumbuhan bibit tersebut menjadi tanggungan rumah

tangga masing-masing. Untuk keperluan ini sebagian atau

seluruh warga dari suatu rumah tangga berdiam di dangau

mereka sampai selesai panen nanti. Ladang tadi perlu dilindungi

dari binatang-binatang liar seperti babi hutan dan rusa, dan juga

kera-kera yang gemar mencabut tanaman dalam ladang. Di

sekitar ladang-ladang orang Dayak Kalimantan Tengah pada

umumnya memasang perangkap-perangkap yang terdiri dari

setangkai bambu yang ujungnya diruncingi bagaikan tombak,

dan yang dapat lepas secara otomatis, apabila tali yang

menghubunginya dilanggar binatang yang hendak memasuki

ladang. Alat ini oleh orang Ngaju disebut dondang, dan oleh

orang Ma’anyan disebut pusi. Alat ini sering diberi racun

sehingga merupakan alat yang amat berbahaya. Di antara bulan-

bulan Februari dan Maret, tibalah musim panen. Hal ini

tergantung pada jenis padi yang ditanam. Di Kalimantan Tengah

paling sedikit ada tiga jenis padi yang ditanam orang, yaitu padi

enam bulanan yang terbanyak ditanam, padi empat bulanan, dan

padi ketan yang juga empat bulanan. Padi ketan terutama

ditanam untuk keperluan upacara-upacara, antara lain untuk

membuat arak yang oleh orang Ngaju/Ot-Danum disebut anding.

Di samping padi, orang Kalimantan Tengah juga menanam

tanaman-tanaman lain di ladang-ladang mereka, seperti ubi

15

Page 16: 86618983 Makalah Suku Dayak

kayu, ubi rambut, keladi, terong, nanas, pisang, tebu, cabe,

berbagai macam labu-labuan, dan adakalanya juga tembakau.

Dari semua itu yang paling banyak ditanam adalah ubi kayu

yang bukan saja dimakan ubinya, tetapi juga sangat digemari

daun-daunnya sebagi lauk-pauk. Pohon buah-buahan yang

banyak ditanam di ladang adalah durian, cempedak, dan suatu

pohon yang amat penting adalah pinang. Baik laki-laki maupun

wanita gemar sekali makan sirih dan pinang.

b. Berburu, Mencari Hasil Hutan, dan Mencari Ikan

Kemudian mata pencaharian suku dayak kalimantan

tengah yaitu berburu, mencari hasil hutan, dan mencari ikan.

Sumber protein orang Dayak Kalimantan Tengah pada umunya

dipenuhi dengan makanan yang terdiri dari ikan-ikan sungai.

Daging babi, kerbau dan ayam walaupun sangat digemari,

bukanlah merupakan makanan sehari-hari, tetapi makanan pada

waktu ada upacara-upacara adat atau pada waktu desa

kebetulan dikunjungi tamu-tamu penting. Di hutan sekitar

tempat kediaman ada juga binatang liar seperti babi hutan dan

rusa, tetapi karena senjata api kurang dimiliki mereka, maka

daging-daging binatang tersebut hanya menjadi makanan yang

bersifat kadangkala saja. Alat tradisionil orang Ngaju untuk

berburu selain dondang tersebut di atas, masih ada beberapa

lagi yang penting, umpamanya lonjo(tombak), ambang (parang),

jarat(jerat), sipet(berisikan ranjau kayu atau bambu runcing)

yang disebut tambuwung.

Masa sesudah panen sampai dimulainya lagi pembukaan

ladang biasanya dipergunakan untuk menambah nafkah dengan

mata pencaharian sambilan, yaitu mengumpulkan rotan, karet,

damar di hutan, atau ke gosong-gosong sungai untuk mendulang

16

Page 17: 86618983 Makalah Suku Dayak

bijih-bijih emas, atau menambak sungai untuk menangkap ikan.

Hasil hutan dan sungai itu sebagian dikonsumsi sendiri, dan

lebihnya dijual kepada tengkulak-tengkulak yang berasal dari

daerah pesisir dan yang dalam waktu-waktu tertentu

mengunjungi desa-desa dipehuluan. Kecuali itu sudah tentu ada

juga orang Dayak yang membawanya sendiri ke kota-kota untuk

menjualnya sendiri di pasar. Di daerah hulu seperti tempat

kediaman orang Ot-Danum, tidak dikenal warung-warung,

apalagi pasar.

Orang Dayak terkenal sekali dengan kesenian menganyam

kulit rotan, yang berupa tikar, keranjang-keranjang, dan topi-topi.

Pekerjaan menganyam adalah pekerjaan kaum wanita. Produksi

mereka yang berupa amak(tikar) diperdagangkan di pasar-pasar

Kuala Kapuas, Banjarmasin, Sampit dan lain-lain. Dulu orang

Kalimantan Tengah rupa-rupanya juga sudah dapat menenun

kain dari kapas atau kulit kayu, tetapi pada masa ini kesenian itu

sudah dilupakan orang. Demikian juga karena sudah banyak kain

import masuk ke pedalaman, kain dari kulit kayu sudah tidak

dibuat lagi. Dulu memang pakaian asli laki-laki Dayak adalah

ewah(cawat) yang terbuat dari kulit kayu, sedangkan kaum

wanita memakai sarung dan baju dari kulit kayu. Pada masa ini

orang Dayak di Kalimantan Tengah sudah berpakaian lengkap

seperti orang Indonesia lainnya di daerah pantai yaitu bagi laki-

laki hem dan celana, dan bagi kaum wanita sarung dan kebaya

atau bagi yang muda-muda rok potongan Eropah.

2.6 Organisasi Sosial

a. Sistem Kekerabatan

17

Page 18: 86618983 Makalah Suku Dayak

Sistem kekerabatan orang Dayak Kalimantan Tengah, baik

Ngaju, Ot-Danum maupun Ma’anyan, berdasarkan prinsip

keturunan ambilineal, yang menghitungkan hubungan

kekerabatan untuk sebagian orang dalam masyarakat melalui

orang laki-laki dan untu sebagian orang yang lain dalam

masyarakat itu juga, melalui orang-orang wanita.

Pada masa dahulu, pada waktu di daerah Kalimantan

Tengah masih ada rumah-rumah panjang, maka kelompok

kekerabatan yang terpenting dalam masyarakat mereka adalah

keluarga-ambilineal kecil. Bentuk keluarga ini timbul kalau ada

keluarga-luas yang utrolokal. Untuk memperkuat rasa identitet

itu, maka dikembangkan orientasi terhadap nenek moyang yang

hidup dua sampai tiga angkatan yang lampau.

Pada masa sekarang, kelompok kekerabatan yang

terpenting adalah keluarga-luas utrolokal yang di Kalimantan

Tengah biasanya menjadi isi dari suatu rumah tangga. Rumah

tangga ini juga berlaku sebagai kesatuan fisik misalnya dalam

sistem gotong royong, dan sebagai kesatuan rohaniah dalam

upacara-upacara agama Kaharingan. Setiap keluarga-luas

mempunyai ruh pelindung sendiri, dan beberapa di antaranya

memuja ruh-ruh nenek moyangnya sendiri. Kecuali itu, setiap

rumah tangga Kaharingan mempunyai pantangan terhadap

makanan khusus yang harus ditaati oleh warga-warganya.

Kewargaan dari suatu rumah tangga tidak statis, karena

kewargaan anggota-anggotanya semata-mata tergantung dari

tempat tinggal yang ditentukan pada waktu ia mau menikah,

padahl ketentuan itu dapat diubah menurut keadaan setelah

menikah. Jika seorang bersama keluarganya kemudian pindaj

keluar dari rumah itu, pertalian fisik dan rohani dengan rumah-

tangga semula pun turut berubah.

18

Page 19: 86618983 Makalah Suku Dayak

Seperti halnya dengan suku-suku bangsa lain di dunia, saat

peralihan yang penting dalam lingkaran hidup orang Dayak

Kalimantan Tengah adalah perkawinan. Pada orang Dayak ada

perkawinan yang dianggap ideal dan amat diingini oleh umum,

yaitu perkawinan yang antara dua orang bersaudara sepupu

yang kakek-kakeknya adalah saudara sekandung, yaitu apa yang

disebut hajenan dalam bahasa Ngaju (saudara sepupu derajat

kedua). Selain itu juga dianggap baik perkawinan di antara dua

orang saudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara sekandung,

dan di antara cross-cousin. Perkawinan yang dianggap sumbang

(sala horoi dalam bahasa Ngaju), adalah perkawinan di antara

saudara sepupu yang ayah-ayahnya adalah bersaudara

sekandung (patri-parallel cousin), dan terutama sekali

perkawinan di antara orang-orang dari generasi yang berbeda,

misalnya antara seorang anak dengan orang tuanya, atau antara

seorang gadis dengan mamaknya. Persetubuhan di antara

seorang mamak dengan kemenakannya dianggap sedemikian

buruknya, sehingga untuk itu perlu diadakan upacara sebagai

penghapus dosa. Dalam hal ini kedua orang yang bersalah tadi

diharuskan makan dari dulang tempat makan babi sambil

merangkak di hadapan warga desa yang sengaja diundang untuk

menyaksikan upacara tersebut. Pantang-pantang kawin tersebut,

jika dilanggar berarti tulah besar yang menurut kepercayaan

orang Ngaju dan Ot-Danum dapat mendatangkan bencana bukan

saja pada orang-orang yang bersangkutan, tetapi juga pada

seluruh warga desa, sehingga perlu dinetralisasi dengan upacara

penawar seperti yang diceritarakan di atas. Orang-orang Dayak

Kalimantan Tengah tidak melarang gadis-gadis mereka menikah

dengan orang-orang dari suku bangsa lain, asalkan saja laki-laki

19

Page 20: 86618983 Makalah Suku Dayak

“asing” tersebut bersedia untuk tunduk kepada adat mereka,

dan bersedia terus berdiam di desa mereka.

Pada suku-suku bangsa Ngaju dan Ot-Danum, seorang

anak yang telah mencapai umur 20 tahun bagi seorang laki-laki

dan 18 bagi seorang wanita, biasanya dicarikan jodoh oleh orang

tuanya. Pada zaman dahulu, orang Dayak berkuasa penuh atas

pemilihan jodoh anak-anak mereka, tetapi kini keadaan sudah

berubah, dan para pemuda-pemudi yang sudah bersekolah boleh

bebas mencari teman hidupnya masing-masing, asalkan calon

mereka mendapat persetujuan dari orang tua mereka. Maka

biasanya orang tua si pemuda adalah pihak pelamar, dan untuk

hal itu mereka akan pergi ke rumah orang tua si gadis untuk

menyerahkan hakumbang auch(bahasa Ngaju), yaitu semacam

uang lamaran sebesar Rp 10-Rp 500 (pada tahun 1960), sambil

menerangkan maksud kedatangannya. Sesudah itu orang tua si

gadis akan mengumpulkan semua kaum kerabat mereka yang

dekat, dan membicarakan masalahnya dengan mereka. Selama

beberapa hari sebelum keputusan dapat diambil, para kerabat

dekat tersebut dengan saksama akan melakukan penyelidikan

tentang tingkah laku si calon menantu untuk mengetahui:

apakah ia seorang yang berwatak baik, apakah ia bukan

keturunan budak, dan apakah ia bukan keturunan hantuen.

Hakumbang auchsegera dikembalikan jika ternyata bahwa si

pemuda tidak memenuhi syarat, dan itu berati bahwa pinangan

ditolak.

Kalau lamaran diterima, maka diadakan upacara

peresmian pertunangan dan perundingan mengenai langkah-

langkah selanjutnya. Biaya pesta ini seluruhnya ditanggung oleh

pihak keluarga si gadis, dan binatang yang khusus disembelih

pada kesempatan ini adalah babi. Menyembelih ayam untuk

20

Page 21: 86618983 Makalah Suku Dayak

pesta ini dianggap hina. Sebelum dimulai dengan perundingan

yang dilakukan pada tengah hari, pihak laki-laki menyerahkan

hadiah-hadiah yang berupa sehelai bahalai (sarung panjang

untuk wanita), bahan kain untuk kebaya, minyak wangi, cincin

emas dan sebagainya, tergantung dari kemampuan yang

memberi. Setelah ini, segera dimulailah perundingan antara

kedua belah pihak untuk menentukan antara lain hari

pernikahan, besarnya biaya yang harus disumbangkan oleh

pihak laki-laki untuk membiayai pesta perkawinan, besarnya

emas kawin (Ngaju palaku), dan sebagainya.

Jangka waktu di antara pesta pertunangan dengan pesta

perkawinan adalah di antara satu bulan sampai tiga tahun,

tergantung dari hasil keputusan perundingan. Sebelum

melakukan upacara perkawinan, seorang gadis jika kebetulan

masih mempunyai kakak perempuan yang sehingga waktu itu

belum juga kawin, harus juga menghadiahkan kakaknya tersebut

sebuah gong atau keramik Cina, untuk menolak bencana yang

akan terjadi di dalam perkawinannya, karena sudah berani

melangkahi hak-hak kakaknya. Hadiah ini oleh orang Ngaju

disebut panangkalau. Adat pelamaran yang diuraikan di atas

berlaku pada masyarakat Ngaju, tetapi dengan beberapa

perbedaan kecil juga pada orang Ot-Danum.

Adat melamar terurai di atas juga terdapat pada suku

bangsa Dayak Ma’anyan yang menurut Hudson disebut

pipakatan yaitu perkawinan yang diurus oleh orang tua, karena

di-mapakat-i, (dimufakati) oleh orang tuanya, tetapi selain

bentuk perkawinan tersebut di atas, pada orang Ma’anyan ada

satu bentuk perkawinan lagi yang pada dewasa ini sudah mulai

umum, yaitu ijari(berasal dari kata jadi atau lari), atau kawin lari.

Walaupun namanya “kawin lari” tetapi bukan berarti bahwa

21

Page 22: 86618983 Makalah Suku Dayak

dengan larinya sepasang merpati itu, perkawinan sudah dapat

terjadi. Larinya itu hanya baru merupakan tindakan pertama

menuju ke upacara perkawinan adat. Demikianlah jika ada dua

orang yang sepakat untuk hidup bersama, maka mereka lari

menuju ke rumah kepada adat yang disebut panghulu, atau ke

rumah seorang kawan baik yang mempunyai kedudukan baik di

dalam masyarakat. Kepada tokoh-tokoh itu mereka sampaikan

keputusan hati mereka, dan tokoh itulah yang kemudian

menghubungi orang-orang tua kedua belah pihak tersebut. Jika

orang tua tidak keberatan, maka kontrak perkawinan segara

dibuat, dan upacara perkawinan darurat daoat dilangsungkan

dengan cepat. Pesta perkawinan yang dilangsungkan ini disebut

kawin setengah. Setelah selesai berlangsungnya pesta

perkawinan ini, dua sejoli tersebut sudah boleh hidup bersama

sebagai suami isteri untuk waktu tiga bulan. Dalam waktu itu

mereka diwajibkan untuk berusaha mengumpulkan biaya guna

membeayai pesta perkawinan menurut adat. Dalam usahanya ini

mereka seringkali mendapat bantuan dari kerabatnya yang

mampu, umpamanya mereka diperbolehkan untuk menyadap

karet diladang karetnya. Perkawinan semacam ini tidak selalu

dapat berlangsung dengan lancar, karena perundingan gagal

bukan saja karena soal besarnya mas kawin, tetapi juga

persoalan tempat kediaman setelah nikah dari keduanya itu. Ijari

juga dijalankan oleh orang-orang yang perjodohannya tidak

disetujui oleh orang-orang tuanya.

Perkawinan orang Dayak Kalimantan Tengah pada umunya

adalah monogami, hal ini bukan saja berlaku pada mereka yang

beragama Nasrani, tetapi juga pada mereka yang beragama

Kaharingan. Adat kaharingan sebenarnya tidak melarang

seorang laki-laki mengambil lebih dari seorang isteri, tetapi

22

Page 23: 86618983 Makalah Suku Dayak

dalam prakteknya hal itu jarang sekali dapat dilakukan, karena

adat wajib membayar palakulagi yang bukan sedikit jumlanya

itu.

Di Kalimantan Tengah angka perceraian adalah cukup

tinggi. Menurut Hudson, ditiga desa di daerah orang Ma’anyan,

25% dari perkawinan-perkawinan diakhiri dengan perceraian.

Perceraian pada orang Ngaju, Ot-Danum, maupun Ma’anyan

biasanya terjadi karena tidak setianya salah satu pihak.

Perceraian sebagai akibat seorang isteri mandul tak pernah

terjadi, karena ada adat mengadopsi anak yang dilakukan secara

luas. Pada perceraian, anak-anak yang masih kecil biasanya ikut

dengan ibunya, sedangkan anak-anak yang sudah agak besar

menjadi tanggungan kaum kerabat dari kedua belah pihak

menurut keadaan.

b. Sistem Kemasyarakatan

Seperti telah dikatakan di atas, Propinsi Kalimantan Tengah

terdiri dari satu kotamadya dan lima kabupaten. Kotamadya

tersebut adalah Palangka Raya yang didirikan di atas wilayah

desa Pahandut di Kabupaten Kapuas. Palangka Raya adalah ibu

kota Propinsi Kalimantan Tengah. Adapun kelima kabupaten

Kalimantan tersebut adalah:

1) Kotawaringin Barat (ibukota: Pangkalan Bun), merupakan

daerah aliran sungai-sungai Kotawaringin, Lamandau, an

Arut.

2) Kotawaringin Timur (Ibukota: Sampit), merupakan daerah

aliran Sungai-sungai Pembuan (Seruyan), dan Sampit

(Mentaya).

3) Kapuas (Ibukota: Kuala Kapuas), merupakan daerah aliran

Sungai-sungai Katingan (Mendawai), Kahayan dan Kapuas.

23

Page 24: 86618983 Makalah Suku Dayak

4) Barito Selatan (Ibukota: Muntok), merupakan daerah aliran

Sungai-sungai Patai, Telang, Dayu, Paku karau, dan Ayuh.

5) Barito Utara (Ibukota: Muara Teweh), merupakan daerah

aliran Sungai-sungai Montalat, Teweh, Lahai, Busang, dan

Murung.

Propinsi Kalimantan Tengah dikepalai oleh seorang

Gubernur dan Kebupaten dikepalai oleh seorang Bupati yang

diangkat oleh Gubernur. Berhubung kesukaran komunikasi di

Kalimantan Tengah, maka pengaruh seorang Bupati menjadi

besar sekali. Dulu Kabupaten dibagi menjadi beberapa

kewedanaan, dan masing-masing kewedanaan dibagi lagi

menjadi kecamatan-kecamatan, tetapi sejak tahun 1964

kawedanaan dihapuskan. Kecamatan selanjutnya dibagi lagi ke

dalam desa-desa yang dikepalai oleh seorang pembekal. Di

dalam satu desa di samping ada seorang pembekal yang

merupakan kepala desa urusan adiministratif pemerintahan

desa, ada seorang kepala lagi yang khusus mengurus adat

setempat yang disebut panghulu. Para panghulu tersebut berada

di bawah seorang kepala adat di tingkat kecamatan yang disebut

demang. Panghulu dari suatu desa dalam hal mengurus adat

desanya didampingi oleh satu dewan orang-orang tua yang di

daerah Ma’anyan disebut mantir.

Seperti telah diterangkan di muka penduduk Kalimantan

Tengah, selain mempunyai desa-desa induk, juga mempunyai

desa-desa ladang semi-permanen. Jika mengingat mata

pencaharian hidup orang Dayak Kalimantan Tengah adalah

berdasarkan perladangan yang harus berpindah-pindah, maka

rupa-rupanya desa asli dari mereka adalah justru desa ladang

yang semi-permanen dan bukan desa induk yang permanen.

Menurut Hudson, desa-desa induk adalah rupa-rupanya bentuk

24

Page 25: 86618983 Makalah Suku Dayak

kesatuan setempat dibentuk oleh Pemerintah Kolonial sejak kira-

kira tahun 1856. Pada dewasa ini, walaupun sudah ada desa-

desa induk yang permanen, tetapi karena mata pencaharian

hidup orang Dayak Kalimantan Tengah masih tetap berladang,

maka sebagian besar dari orang desa, terutama yang masih kuat

bekerja, hidup di desa-desa ladang mereka untuk lebih dari

enam bulan tiap-tiap tahun.

Pemerintahan desa. Pemerintahan desa secara formil

berada di tangan pembekal dan penghulu. Pembekal bertindak

sebagai pemimpin administratif, dan penghulu sebagai kepala

adat dalam desa. Syarat untuk menjadi pembekaladalah

kemampuan menulis dan membaca huruf latin, mempunyai

rumah dan mempunyai pengaruh di desanya. Adapun syarat bagi

seorang panghulu adalah keahlian dalam soal-sola adat.

Demikian seorang ahli adat, panghulu harus bertindak dalam hal

memutuskan perkara-perkara hukum adat dan menjadi wakil

desanya pada upacara-upacara adat yang diadakan di desa

tetangga. Kedudukan pembekal dan panghulu sangat

terpandang di desa. Mereka memperoleh jabatan mereka melalui

pemilihan oleh warga desa. Dahulu kedua jabatan dirangkap oleh

seorang kepala desa yang disebut patih, tetapi kemudian karena

pekerjaan administratif makin bertambah dengan kemajuannya

zaman, maka terjadi pemisahan tersebut.

Hukum Adat. Hukum adat orang-orang Dayak di seluruh

Kalimantan, termasuk juga dari Kalimantan yang kini menjadi

wilayah Malaysia dan Brunai, telah pernah diseragamkan dalam

suatu musyawarah besar yang diadakan di desa Huron Anoi

(Tumbang Anoi) Kahayan Hulu, Kalimantan Tengah. Musyawarah

ini berlangsung di antara 22 Mei sampai dengan 24 Juli 1894.

Musyawarah ini yang oleh orang Dayak Kalimantan Tengah

25

Page 26: 86618983 Makalah Suku Dayak

dikenal sebagai Perdamaian Tumbang Anoi, dihadiri oleh kepala-

kepala adat dan demang-demang dri antara lain Kalimantan

Selatan, Barat, Timur, dan juga dari Utara. Di dalam musyawarah

tersebut telah diseragamkan garis-garis besar hukum adat, agar

dapat dijadikan pedoman bagi seluruh orang Dayak seluruh

Kalimantan, agar tidak terjadi lagi kesimpang-siuran yang dapat

menimbulkan pertentangan di antara sesama orang Dayak. Sejak

itu hukum adat yang berlaku diseluruh Kalimantan adalah

berdasarkan keputusan musyawarah tersebut.

Hukum adat Kalimantan menurut Hadson adalah hukum

setempat yang tidak tertulis. Sanksi dari hukum adat

kebanyakan berupa pemberian ganti kerugian (Ma’anyan danda).

Maksud pembayaran ganti kerugian adalah mengembalikan

keseimbangan ketenangan masyarakat yang dikacaukan oleh

kejahatan seperti misalnya pembunuhan., melarikan isteri orang,

dan sebagainya. Hukum adat selain menentukan hukuman

terhadap pelanggaran adat yang berupa denda secara materiel,

juga mengharuskn si pelanggar membayar denda secar upacara,

yaitu dengan maksud memulihkan keseimbangan alam dengan

jalan mengambil hati para dewa agar tidak marah lagi. Demikian

maka setiap dandadapat terdiri dari dua bagian, yaitu

pembayaran berbentu benda-benda materiel (uang, benda-

benda antik) dan berbentuk sajian binatang kepada para dewa.

Suatu upacara yang penting dalam rangka ini adalah upacara

memercikkan darah binatang sajian ke sekililing desa, dengan

maksud sebagai penawar. Upacara ini pada orang Ma’anyan

disebut pilah. Upacara pilah dilakukan misalnya jika di desa telah

terjadi pelanggaran pantangan kawin, sumbang, zina. Untuk

penawarnya harus dikurbankan seekor babi dan darahnya

dipercik-percikkan pada pohon-pohon buah-buahan yang tumbuh

26

Page 27: 86618983 Makalah Suku Dayak

di sekeliling desa dengan secabang daun-daunan, dengan

maksud agar pohon-pohon tersebut dapat berubah lagi dengan

baik. Upacara tersebut juga terdapat di antara orang Ngaju dan

Ot-Danum, yaitu terutama jika terjadi persetubuhan di antara

seorang mamak dengan kemenakannya.

Keputusan hukum adat tidak pernah dijatukan oleh

seorang, melainkan oleh suatu sidang yang terdiri dari dewan

orang tua di bawah penghulu sebagai ketua. Dalam mengambil

keputusan, sidang hukum adat ini harus selalu memperhatikan

dua dasar jiwa hukum adat, yaitu menanyakan apakah perkara

yang sama ini pernah terjadi sebelumnya, dan kedua, berusaha

agar hukuman yang akan dijatuhkan itu berdasarkan keadilan.

Karena berpedoman kepada dua prinsip dasar tersebut, maka

hukum adat orang Dayak adalah luwes dan mudah berubah. Jika

sidang hukum adat desa tidak mengambil keputusan mengenai

suatu perkara yang rumit, maka perkara tersebut diajukan

kepada demang, kepala adat tingkat kecamatan. Keputusan

sidang hukum adat harus ditaati, jika tidak maka terdakwa akan

diisolasikan dari masyarakat desanya secara fisik dan rohaniah.

Nasib orang yang sedemikian itu buruk sekali, karena sejak itu ia

tidak lagi berada dalam perlindungan adat. Ia akan dijauhi dan

diboikot oleh tetangga-tetangganya. Seorang dari desa Siong di

daerah Ma’anyan misalnya, telah diadili karena memperkosa

isteri orang lain, tetapi ia tidak mau menerima keputusan sidang

hukum adat. Ia diisolasikan, maka pada waktu anaknya

meninggal dunia, tidak ada orang desa yang mau membantu

mangurus jenazahnya, bahkan mereka melarangnya

memakamkan jenzanh itu di tempat pemakaman umum.

Perlakuan ini akhirnya memaksa ia untuk tunduk.

27

Page 28: 86618983 Makalah Suku Dayak

Pada dewasa ini di Kalimantan Tengah selain berlaku

hukum adat, berlaku juga hukum pidana R.I. walaupun di antara

kedua hukum tersebut sering terjadi pertentangan, tetapi

kebanyakan adalah saling mengisi. Umpamanya di salah satu

desa di Paju Sepuluh (daerah Ma’anyan), telah ada kejadian

bahwa sebuah perangkap untuk rusa di hutan menyebabkan

kecelakaan dan membunuh seorang laki-laki yang merupakan

anak tunggal dari suami isteri yang sudah lanjut umurnya.

Karena kejadian itu menurut hukum pidana tidak disebabkan

oleh kejahatan, maka pemiliki perangkap tadi diserahkan kepada

kebijaksanaan sidang hukum adat. Sidang hukum adat kemudian

telah men-danda-nya dan mengatur agar ia dapat di adopsi oleh

orang tua si korban, sehingga dengan demikian ia dapat

memberi nafkah kepada orang tua tadi itu.

Sampai pada tahun 1968 di Kalimantan Tengah sudah

terbentuk tiga tempat peradilan Agama/Masyarakat, yaitu:

1) Peradilan Agama/Masyarakat Sampit, yang mewilayahi:

daerah kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten

Kotawaringin Barat. Pusatnya adalah di Pangkalan Bun.

2) Peradilan Agama/Masyarakat Kapuas, yang mewilayahi:

daerah Kabupaten Kapuas dan Kotapraja Palangka

Raya, Pusatnya adalah di Kuala Kapuas.

3) Peradilan Agama/Masyarakat Muara Teweh, yang

mewilayahi: daerah Kabupaten Barito Utara dan

Kabupaten Barito Selatan. Pusatnya adalah Muara

Teweh.

2.7 Sistem Pengetahuan Suku Dayak

28

Page 29: 86618983 Makalah Suku Dayak

Suku Dayak mempunyai kode yang umum dimengerti oleh suku bangsa

Dayak, kode ini dikenal dengan sebutan “Totok Bakakak”. Macam – macam

Totok Bakakak:

• Mengirim tombak yang telah di ikat rotan merah (telah dijernang) berarti

menyatakan perang, dalam bahasa Dayak Ngaju "Asang".

• Mengirim sirih dan pinang berarti si pengirim hendak melamar salah seorang

gadis yang ada dalam rumah yang dikirimi sirih dan pinang.

• Mengirim seligi (salugi) berarti mohon bantuan, kampung dalam bahaya.

• Mengirim tombak bunu (tombak yang mata tombaknya diberi kapur) berarti

mohon bantuan sebesar mungkin karena bila tidak, seluruh suku akan mendapat

bahaya.

• Mengirim Abu, berarti ada rumah terbakar.

• Mengirim air dalam seruas bambu berarti ada keluarga yang telah mati

tenggelam, harap lekas datang. Bila ada sanak keluarga yang meninggal karena

tenggelam, pada saat mengabarkan berita duka kepada sanak keluarga, nama

korban tidak disebutkan.

• Mengirim cawat yang dibakar ujungnya berarti salah seorang anggota keluarga

yang telah tua meninggal dunia.

• Mengirim telor ayam, artinya ada orang datang dari jauh untuk menjual belanga,

tempayan tajau.

• Daun sawang/jenjuang yang digaris (Cacak Burung) dan digantung di depan

rumah, hal ini menunjukan bahwa dilarang naik/memasuki rumah tersebut karena

adanya pantangan adat.

• Bila ditemukan pohon buah-buahan seperti misalnya langsat, rambutan, dsb,

didekat batangnya ditemukan seligi dan digaris dengan kapur, berarti dilarang

mengambil atau memetik buah yang ada dipohon itu.

29

Page 30: 86618983 Makalah Suku Dayak

2.8 Kesenian

Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah

sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut animisme-

dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum

pendatang seperti Jawa dan Tionghoa.

Agama yang dianggap lahir dari budaya setempat adalah Kaharingan.

Pengaruh kuat agama Hindu dalam proses akulturasi ini menyebabkan

Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama tersebut. Dalam perkembangan

berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar di pusat

kebudayaan suku Dayak.

Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang

kepercayaan dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan

untuk memisahkan diri dan masuk semakin jauh ke pedalaman.

Macam-macam Kesenian Suku Dayak

Kebudayaan suku Dayak yang khas membentuk estetika yang tercermin dalam

budaya dan keseniannya, meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan

sebagainya.

1. Seni Tari

Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari

tradisional. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan

menjadi 4 kelompok.

Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari

Kendayan, yang dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin,

30

Page 31: 86618983 Makalah Suku Dayak

Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.Tarian

dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler tari Ribunic

atau Bidayuh, yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu,

Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-

lain, di sekitar Sanggau Kapuas.Tarian dengan gerak pinggul yang dominan

adalah ciri tari kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang,

Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang,

Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok

Banuaka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan

sebagainya, di sekitar Kapuas Hulu.

Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual upacara sesuai dengan agama

Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini populer di kalangan

Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan

yang pulang mengayau.

Di masa lalu, mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang

mengalami pergeseran makna. Mengayau berarti ‘melindungi pertanian,

mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu

bangunan’.

Beberapa contoh tari yang lain, misalnya sebagai berikut.

1. Tari Gantar

Tarian ini menggambarkan orang menanam padi. Tongkat

menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian di

dalamnya menggambarkan benih pada dan wadahnya. Tarian ini cukup

terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara

lainnya. Tarian ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun

juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga

versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar

Kusak.

2. Tari Kancet Papatai/Tari Perang

Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah

berperang melawan musuhnya. Tarian ini sangat lincah, gesit, penuh

31

Page 32: 86618983 Makalah Suku Dayak

semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penarinya. Dalam

tarian ini, penari mempergunakan pakaian tradisional suku Dayak Kenyah

dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju

perang. Tarian ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan

alat musik Sampe.

3. Tari Kancet Ledo/Tari Gong

Jika tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan

keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya tarian Kancet Ledo

menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagaikan sebatang padi

yang meliuk-liuk lembut ditiup angin. Tari ini dibawakan oleh seorang

wanita dengan memakai pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan pada

kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung

Enggang. Tarian ini biasanya ditarikan di atas sebuah gong, sehingga

Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

4. Tari Kancet Lasan

Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung

yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda

keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian

tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti

Tarian Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan

bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan

posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh

tanah/lantai. Tarian ini lebih menekankan pada gerakan burung Enggang

ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

5. Tari Serumpai

Ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq yang dilakukan

untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing

gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian ini diiringi alat musik

Serumpai (sejenis seruling bambu).

6. Tarian Belian Bawo

32

Page 33: 86618983 Makalah Suku Dayak

Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit,

mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah

diubah menjadi tarian, tarian ini sering disajikan pada acara-acara kesenian

lainnya. Tarian ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq.

7. Tari Kuyang

Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir

hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon besar dan tinggi agar tidak

menggangu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

8. Tarian Pecuk Kina

Trian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang

berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar

(Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

9. Tarian Datun

Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah

dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya,

tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di

Apo Kayan yang bernama Nyik Selung sebagai tanda syukur dan

kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini

berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

10. Tari Ngerangkau

Tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan

Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang

dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga

menimbulkan irama tertentu.

11. Tarian Baraga’Bagantar

Awalnya Baraga’Bagantar adalah upacara belian untuk merawat

bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini

sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

2. Seni Musik

33

Page 34: 86618983 Makalah Suku Dayak

Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak

didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi

dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.

Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng

tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan

lain-lain.

Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak,

dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan

menyerupai seni musik gambus dan lagu yang dinyanyikan disebut

betingkilan yang berarti ‘bersahut-sahutan’. Dibawakan oleh dua orang

pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.

Berikut adalah beberapa kesenian musik suku Dayak

1. Ngendau

Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan

oleh para remaja baik laki-laki ataupun perempuan secara bersaut-sautan.

2. Kalalai-lalai

Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak

Mamadi daerah Kotawaringin.

3. Natum

Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.

4. Natum Pangpangal

Natum Pangpangal ialah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi

kematian anggota keluarga yang dilagukan.

5. Dodoi

Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau

dirakit.

6. Dondong

Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong

padi.

7. Marung

34

Page 35: 86618983 Makalah Suku Dayak

Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan

meriah.

8. Ngandan

Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia

yang ditujukan kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan rasa

kasih sayang.

9. Mansana Bandar

Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama

seorang tokoh yang sangat dipuja dizamannya. Bandar hidup di zaman

lewu uju dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya sekedar mitos.

Hingga saat ini orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh Bandar.

Keharuman namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik

dan menarik, disamping memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang

tiada duanya. Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan

tokoh Bandar ini, namun dengan versi yang berbeda-beda.

10. Karunya

Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai

pemujaan

kepada RanyingHatala.Dapat juga diadakan pada saat upacara

pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambut

kedatangan tamu yang sangat dihormati.

11. Baratabe

Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.

12. Kandan

Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut menyaut

baik oleh laki-laki atau perempuan dalam suatu pesta perkawinan. Apabila

pesta yang diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka

kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian, sanjungan,

doa dan harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini

35

Page 36: 86618983 Makalah Suku Dayak

biasa ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang

dan Murung, Kabupaten Barito Hulu.

13. Dedeo atau Ngaloak

Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja

yangberbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak

DusunTengah didaerah Barito Tengah, Kalimantan Tengah.

14. Salengot

Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta

pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat

untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki dalam

menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua mempelai

tersebut.

Alat musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan Suku Dayak adalah

sebagai berikut :

1. Garantung

Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari

tembaga.

2. Sarun

Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam.

Bunyi yang dihasilkan hanya lima nada.

3. Salung

Salung sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.

4. Kangkanung

Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil

berjumlah lima biji, terbuat dari tembaga.

5. Gandang Mara

Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan

ukuran setengah sampai tiga per empat meter. Bentuki silinder yang

tewrbuat dari kayu dan pada ujung permukaan di tutup kulit rusa yang

36

Page 37: 86618983 Makalah Suku Dayak

telah di keringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan lebih kencang

lagi diberi pasak.

3. Seni Drama

Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk

kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan

dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk

pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.

4. Seni Rupa

Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang

didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil ciri alam

dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-

macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.

Patung azimat yang dianggap berkhasiat mengobati

penyakit.Patung kelengkapan upacara.Patung blontang, semacam patung

totem di masyarakat Indian. Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni

kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas

anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain.

Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara yang

layak dibanggakan.

2.9 Sistem Religi

Berdasarkan religinya, penduduk propinsi Kalimantan Tengah (suku

dayak) dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu Islam, agama pribumi,

Kristen, dan Katolik. Menurut laporan Perwakilan Departemen Agama Propinsi

Klimabtan Tengah, maka orang islam merupakan golongan terbesar. Jumlah besar

dari orang islam itu sudah tentu disebabkan karena di Propinsi Kalimantan

Tengah sekarang ini ada banyak orang pendatang. Di daerah hilir sungai-sungai

besar banyak orang pribumi atau orang dayak yang juga telah menjadi orang

Islam sejak lebih dari satu abad lamanya, tetapi sebelum zaman perang dunia ke

37

Page 38: 86618983 Makalah Suku Dayak

II, mereka biasanya tidak mau dianggap orang dayak lagi karena sebutan itu

berarti orang udik, dan di dalam zaman itu dianggap merendahkan.

Agama asli penduduk pribumi adalah agama Kaharingan. Sebutan itu

dipergunakan sesudah perang dunia ke II, waktu diantara penduduk pribumi

Kalimantan timbul suatu kesadaran akan kepribadian budaya mereka sendiri dan

suatu keinginan kuat untuk menghidupkan kembali kebudayaan Dayak yang asli.

Agama kristen mulai masuk mulai pertengahan abad yang lalu, dan aliran agama

kristen yang pada masa sekarang ini paling besar jumlah penganutnya adalah

aliran Gereja Kalimantan Evangelis. Agama katolik baru disebarkan di kalangan

orang Dayak mulai pada zaman kemerdekaan.

Umat Kaharingan percaya bahwa alam sekitar hidupnya itu penuh dengan

makhluk-makhluk halus dan ruh-ruh yang menempati tiang rumah, batu-batu

besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, dan air, pokoknya alam sekeliling

tempat tinggal manusia. Ada dua golongan ruh-ruh, ada golongan ruh-ruh yang

baik dan golongan ruh jahat. Disamping itu ada pula makhluk halus yang

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan orang Dayak, ialah ruh

nenek moyang. Menurut kepercayaan suku Dayak, jiwa yang mati itu

meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia

sebagai ruh nenek moyang. Lama kelamaan ruh nenek moyang itu akan kembali

kepada dewa tertinggi yang disebut “Ranying”, tetapi proses itu akan memakan

waktu yang lama dan melalui berbagai macam rintangan dan ujian hingga

akhirnya masuk ke dunia ruh yang bernama “Lewu Liau”dan menghadap

Ranying.

Terwujudnya kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dan makhluk

halus lainnya terwujud dalam upacara keagamaan. Ada suatu rangkaian upacara

yang dilakukan prang pada peristiwa-peristiwa penting selama hidupnya, seperti

upacara menyambut kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk

pertamakalinya, upacara memotong rambut bayi, dan juga upacara mengubur dan

pembakaran mayat. Jika orang Dayak mati, mayatnya akan di letakkan di sebuah

peti kayu berbentuk perahu lesung dan kemudian di bakar secara besar-besaran

yang disebut “Tiwah”. Dan setelah proses pembakaran itu selesai, tulang belulang

38

Page 39: 86618983 Makalah Suku Dayak

terutama tengkoraknya digali lagi dan kemudian pihak keluarga memindahkannya

ke pemakaman yang tetap, sebuah bangunan yang berukiran indah, yang disebut

“Sandung”.

Karena acara pemakaman itu dilakukan secara besar-besaran oleh

sejumlah keluarga, maka acara itu dapat berlangsung seminggu sampai tiga

minggu berturut-turut. Karena banyaknya pengunjung yang ingin menyaksikan

upacara itu, maka dibutuhkan biaya yang sangat besar oleh karena itu terpaksa

upacara itu hanya bisa dilakukan sekali dalam tujuh atau delapan tahun sekali.

Upacara itu juga diisi dengan nyanyian-nyanyian yang amat panjang tanpa

menggunakan teks dan juga menampilkan tarian suci yang menarik.

Orang dayak juga mengenal upacara-upacara keagamaan yang dilakukan

oleh beberapa keluarga, yaitu upacara yang bersangkutan dengan pertanian di

ladang, dengan maksud untuk menambah kesuburan tanah, menolak hama, dan

hasil bumi yang berlimpah. Dalam upacara tersebut, yang dipimpin oleh seorang

yang bernama “Balian”, sering tampak berbagai unsur ilmu gaib.

.

39

Page 40: 86618983 Makalah Suku Dayak

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

http://www.anneahira.com/kesenian-suku-dayak.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/suku_Dayak

http://travel.okezone.com/read/2011/02/24/407/428449/mengenal-dekat-

suku-dayak

http://www.kutaikartanegara.com/senibudaya/tari.html

40