91
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu unsur budaya universal yang menjadi cerminan dari peradaban manusia pendukungnya. Macaryus (2008:105-106) mengatakan bahwa dalam komunitas masyarakat sederhana, seni cenderung dipandang sebagai ekspresi dan produk budaya yang berkaitan dengan sistem sosial masyarakat. Pendapat ini sesungguhnya terkait dengan seni yang menggandung nilai-nilai dan pengalaman estetika yang diwujudkan dalam perilaku atau aktivitas berkesenian yang dikembangkan oleh masyarakat, berikut beragam bentuk atau produk seni yang dapat dinikmati secara kasat mata. Wujud seni seperti tersebut di atas terefleksi pula dalam kesenian Tionghoa di Indonesia. Kesenian Tionghoa yang hadir dalam budaya Indonesia merupakan representasi dari pengalaman estetika, ide, nilai, dan cara pandang komunitas pendukungnya. Seni Tionghoa yang muncul dari rakyat atau disebut kesenian rakyat dapat dipahami sebagai dasar perilaku berpola dalam kelompok tertentu. Selanjutnya makna akan terwujud dalam sistem simbol budaya, yang secara umum dipandang sebagai kegiatan dan hasil karya seni (Wurianto, tanpa judul). Dari serangkaian tradisi atraksi budaya kesenian Tionghoa yang menggalami perubahan seiring perkembangan zaman dan yang “jatuh

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesenian merupakan salah satu unsur budaya universal yang

menjadi cerminan dari peradaban manusia pendukungnya. Macaryus

(2008:105-106) mengatakan bahwa dalam komunitas masyarakat

sederhana, seni cenderung dipandang sebagai ekspresi dan produk

budaya yang berkaitan dengan sistem sosial masyarakat. Pendapat ini

sesungguhnya terkait dengan seni yang menggandung nilai-nilai dan

pengalaman estetika yang diwujudkan dalam perilaku atau aktivitas

berkesenian yang dikembangkan oleh masyarakat, berikut beragam

bentuk atau produk seni yang dapat dinikmati secara kasat mata.

Wujud seni seperti tersebut di atas terefleksi pula dalam kesenian

Tionghoa di Indonesia. Kesenian Tionghoa yang hadir dalam budaya

Indonesia merupakan representasi dari pengalaman estetika, ide, nilai,

dan cara pandang komunitas pendukungnya. Seni Tionghoa yang muncul

dari rakyat atau disebut kesenian rakyat dapat dipahami sebagai dasar

perilaku berpola dalam kelompok tertentu. Selanjutnya makna akan

terwujud dalam sistem simbol budaya, yang secara umum dipandang

sebagai kegiatan dan hasil karya seni (Wurianto, tanpa judul).

Dari serangkaian tradisi atraksi budaya kesenian Tionghoa yang

menggalami perubahan seiring perkembangan zaman dan yang “jatuh

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

2

bangun”. “Jatuh-bangun yang saya maksud berdasar pada saat terjadi

pembelengguan yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru terhadap

budaya Tionghoa memberikan dampak negatif terhadap kesenian

Tionghoa. Pada zaman tersebut para pemain wayang gantung tidak

berani menampilkan kesenian ini secara terbuaka, mereka terpaksa

mementaskan secara tersembunyi, contohnya mementaskan wayang

gantung di atas pohon karet agar tidak terlihat. Namun pasca dicabutnya

Instruksi Presiden (Inpres) No. 14/1967 oleh Presiden Abdurrahman

Wahid (Gus Dur). Inpres No 14/1967 mengatur jika tidak disebut sebagai

melarang penyelenggaraan ibadat dalam agama/kepercayaan serta adat

istiadat orang Tionghoa. Pasca pencabutan tersebut, kesenian orang

Tionghoa mulai bangkit kembali. Kini peristiwa ataupun yang

menghadirkan seni Tionghoa mulai marak. Beragam seni Tionghoa pun

semakin familiar di kalangan masyarakat luas.

Wayang gantung yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini

yang hanya dapat ditemukan di Kota Singkawang. Berdasarkan infomasi

yang diperoleh dari beberapa sumber bacaan diketahui bahwa wayang

gantung dibawah dari daratan Cina (Tiongkok) sekitar tahun 1929.

Wayang gantung terdiri atas boneka-boneka kayu beragam tokoh, yang

dimainkan oleh dalang dengan cara menggerakkan benang yang diikat

pada boneka-boneka tersebut. Dalam menceritakan lakon-lakonya di

setiap pertunjukkanya, dalang menggunakan bahasa Tionghoa dialek

Hakka. Lakon yang dipilih untuk dipentaskan cukup beragam,mulai dari

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

3

kisah-kisah klasik, epos kepahlawanan, cerita roman dan jenaka.

Pertunjukkan wayang gantung konon didukung pula oleh penyanyi yang

membawakan lagu-lagu berbahasa Mandarin dan iringan berbagai

instrumen alat musik. (Haryodarmodo, http://www.qcritkarpol.com/wayang-

gantung-budaya-masyarakatsingkawang

Wayang gantung pernah dipentaskan di Sejumlah kota di

Indonesia, seperti Semarang, Surabaya, dan Jakarta, dalam perayaan

imlek (tahun baru Cina) dan perayaancap go me(14hari setelah imlek).

Pembelengguan seperti yang dijelaskan di atas membuat kesenian

wayang gantung sekarang sudah tidak dipentaskan lagi di beberapa kota

di Indonesia, karena beberapa faktor salah setunya yang telah dijelaskan

(Haryodarmodo,http://www.qcritkarpol.com/wayang-gantung-budaya-

masyarakatsingkawang).

Faktor tersebut menarik untuk dikaji sebab satu-satunya kota yang

masih mementaskn seni wayang gantung hanya dapat ditemukan di Kota

Singkawang. Hal ini menunjukkan eksistensi wayang gantung pada

masyarakat Singkawang dan membuatnya menarik untuk diteliti sebagai

bentuk dari ekspresi seni etnis Tionghoa. Bagaimana jalan cerita dan

karakter dari tiap lakon, dan apakah benar perubahan lakon tersebut yang

menyebabkan wayang gantung masih tetap eksis dikota Singkawang?

Dengan beranjak dari pertanyaan tersebut di atas maka penulis tertarik

untuk menulis skripsi dengan judul.

“Wayang Gantung; Potret Seni Etnis Tionghoa di Kota Singkawang”.

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya mencoba untuk

mengkaji seni Wayang Gantung dengan rumusan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk pertunjukkan Wayang Gantung (jalan cerita dan

karakteristik lakonnya)?

2. Unsur-unsur apa yang bertahan dan berubah dari seni wayang

gantung?

3. Apa fungsi kesenian wayang gantung bagi etnis Tionghoa di Kota

Singkawang?

1.3.Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan bentuk, unsur-unsur penting dalam pertunjukkan

wayang gantung serta menjelaskan fungsi-fungsi wayang gantung

dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di Kota Singkawang.

2) Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna tidak hanya pada kajian antropologi, tetapi

lebih dari itu kajian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dari

penelitian lebih lanjut atau dengan topik serupa. Juga, penelitian ini

dapat menjadi sumber acuan bagi pemerintah daerah, pengamat

dan pelaku seni untuk menyusun strategi dan kebijakan dalam

pelestarian dan pengembangan wayang gantung.

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

5

1.4 Kerangka Konseptual

1.4.1 Seni sebagai unsur kebudayaan

Berbicara kesenian, tidak dapat dilepaskan dari konteks kebudayaan

yang menjadi kesatuannya. Keterkaitan ini disebabkan oleh karena

kesenian merupakan salah satu diantara unsur kebudayaan yang bersifat

universal. Jadi sekecil atau sesederhana apapun kebudayaan suatu suku

bangsa unsur kesenian ada di dalamnya.

Menurut (Koentjaraningrat, 1990:203-204) setiap kebudayaan suku

bangsa mencakup tujuh unsur umum (cultural universal), yaitu meliputi: (1)

bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan

hidup dan teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi,

dan (7) kesenian. Kesenian terdiri dari (a) seni patung, (2) seni relief, (c)

seni lukis dan gambar, (d) seni rias, (e) seni vokal, (f) seni instrumental,(g)

seni kesusastraan, (h) seni drama (Koentjaraningrat, 1985: 8).

Semua benda atau peristiwa seni atau kesenian pada hakikatnya

mengandung tiga aspek yang mendasar, yakni (1) wujud atau rupa

(appearance),(2) bobot atau sisi (content, substance), dan (3) penampilan

atau penyajian (presentation). Wujud menyangkut bentuk (form) dan

susunan atau struktur. Bobot mempunyai tiga aspek yaitu suasana (mood),

gagasan (idea) dan pesan (message), sedangkan penampilan menyangkut

tiga unsur yaitu bakat (tallent), keterampilan (skill) dan sarana atau media

(Djelantik, 1999: 17-18).

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

6

Dalam bukunya Koentjaraningrat (2002:380-381) menjelaskan

bahwa kesenian terbagi dalam dua; seni rupa dan seni suara. Seni rupa

adalah kesenian tentang menggambar, lukis, atau kesenian yang dinikmati

menggunakan mata. Sedangkan seni suara jelas dinikmati melalui indra

pendengaran. Lebih jauh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa, seni

wayang mencakup seni rupa dan seni suara, yang menurutnya bersifat

tradisional yang pada akhirnya menjadi awal film yang bersifat modern.

Dari itu, maka wayang gantung yang merupakan dari seni rupa dan

seni suara, dalam pementasannya menggunakan kedua jenis kesenian

tersebut.

1.4.2 Wayang

Mastuti (2004:34) mengatakan bahwa jenis wayang Tionghoa,yaitu

wayang potehi dan wayang kulit Cina-Jawa masuk ke dalam 28 jenis

wayang yang diklasifikasikan oleh Guritno. Untuk melengkapi studi

literatur, penulis mencoba memaparkan dua jenis wayang Tionghoa yaitu

wayang pothei dan wayang kulit Cina-Jawa. Sedangkan penjelasan

tentang wayang gantung tentunya akan ditemukan pada bab-bab berikut,

mengingat wayang gantung menjadi tema penelitian ini.

Wayang potehi berasal dari kata pou (kain), te (kantong), dan hi

(wayang), adalah wayang boneka yang terbuat dari kain, atau berbentuk

boneka kantong. Wayang ini dimainkan dengan cara memasukkan tangan

dalang ke dalam kain atau kantong tersebut dan menggerakkanya sesuai

lakon. (http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_Potehi). Wayang potehi dapat

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

7

di contohkan pada serial unyil. Beralih ke wayang kult Cina-jawa, Mastuti

(2004) menjelaskan bahwa wayang kulit Cina-jawa dikenal pila dengan

istilah wayang thithi. Kata thithi dari suara alat musik kepyak ( terbuat dari

kayu berlubang) yang dimainkan dengan cara dipukul

Dengan demikian, wayang diatas berbeda dengan jenis-jenis

wayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang

di Indonesia;

1) Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, yang

terutama berkembang di Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh

seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh

wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan

sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para

pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu

layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya

disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga

para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat

bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

2) Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong

bahasa Jawa adalah wayang yang dimainkan dengan

menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang

tersebut.Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut

tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka

wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

8

kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-

manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut.

Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang

dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun

muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari

samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/ dihias

mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.

3) Wayang Klitik (Kayu) (Jawa wayang klithik) adalah wayang

yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang

mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti

wayang kulit.Repertoar cerita wayang klitik juga berbeda

dengan wayang kulit. Di mana repertoar cerita wayang kulit

diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata, repertoar

cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan

Damarwulan.

4) Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur

wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket).

Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau

penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa

Jawa.Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan

dijalin lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figur serupa

wayang kulit. Karena bahannya, wayang suket biasanya tidak

bertahan lama.

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

9

Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa yang membedakan

wayang Tionghoa yaitu wayang potehi dan wayang kulit Cina-Jawa

dengan jenis-jenis wayang yang ada di Indonesia dilihat dari segi alat

musiknya dan pada saat wayang dipentasakan, pada saat wayang kulit

Cina-jawa dipentaskan diiringi dengan alat musik tradisional Cina yang

disebut kepyak (terbuat dari keyu berlubang) dimainkan dengan cara

dipukul dan akan,sedangkan beberapa jenis wayang yang dikenal di

Indonesia seperti wayang kulit, wayang orang, wayang klitik, dan wayang

suket dipentaskan dan diiringi dengan berbagai alat musik khas jawa

seperti gamelan, angklung, gong, dan kecapi serta dikukung oleh

penyanyi (sinden).

1.4.3 Etnis Tionghoa

Pius Caro dalam bukunya menjelaskan bahwa; “sejak abad ketiga

para pelaut Cina dari dataran RRC sekarang, berlayar menyusuri pantai

Asia bagian Timur ke Selatan, untuk berdagang”.

Siswono Yudo Husodo selanjutnya menjelaskan; “pada saat-saat

pertama datang ke pulau Jawa, banyak dari orang-orang Cina tersebut

yang bertempat tinggal di Pantai Tuban, Surabaya dan Gresik”.

Hal ini bisa dimengerti menggingat pelabuhan-pelabuhan besar

dipulau Jawa yang baik untuk berdagang dengan Cina atau bertempat

tinggalnya, semuanya terletak di sepanjang pantai Utara pulau Jawa,

menghadap ke laut Cina Selatan. Akibatnya penduduk Cina terpusat di

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

10

sana dan bekas-bekas peninggalanya tersebut masih terlihat pada masa-

masa sekarang dengan adanya daerah-daerah pecinaan di pinggir pantai.

Menurut beberapa literatur resmi di kalangan perguruan tinggi

maupun yang diterbitkan dengan rekomendasi aparat pemerintah trtinggi

di propinsi Kalimantan Barat, sejak abad ketiga para pelaut Cina dari

daratan RRC sekarang berlayar menyusuri pantai Asia bagian Timur ke

Selatan untuk berdagang. Dalam perjalanan pulang mereka menyusuri

pantai Kalimantan Barat, serawak dan kepulauan Filipina (Pius Caro,

halaman IV).

Kedatangan orang-orang Cina di Kalimantan Barat pada abad ke

XVIII melalui dua rute, yaitu:

1) menyusuri pantai Timur kontingen Asia (Indocina) terus ke Selatan ke

pantai Timur Sumatera sampai pulau-pulau Bangka-Belitung terus ke

pantai Kalimantan Barat terutama Sambas dan Mempawah.

2) Dari Utara melewati pantai Kalimantan bagian Utara (sekarang daerah

Serawak, Brunei Darussalam dan Sabah) ke Paloh di pantai Kalimantan

Barat terus ke pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu (ibid).

1.4.4 Masyarakat Tionghoa

Mely G . Tan 1981 dalam bukunya menjelaskan bahwa yang

menjadi dasar dari perbedaan kultural golomgan-golongan sub etnis ini

ialah linguistik; oleh bahasa (speech-group). Bahasa-bahasa dari ketiga

golongan bahasa Hokkian, Hakka dan Katon. Pemakai bahsa satu tidak

bisa mengerti bahasa lainnya, karena bahasa-bahasa itu saling berbeda

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

11

seperti bahasa itali dengan bahasa spanyol atau bahasa spanyol dengan

bahasa porttugis.

Orang Hokkian orang-orang Hokkian (hok ca), adalah orang Cina

pertama kali yang bermukim di Indonesia dalam jumlah besar dan mereka

golongan terbesar di antara imigran-imigran sampai abad ke 19 (ibid).

disebelah selatan daerah asal orang Hokkian, terdapat golongan Cina

berikutnya yaitu orang Teociu, mereka diam di pedalaman Swato dan

sepanjang pantai Barat terutama di Pontianak dan distrik-distrik

sekitarnya. Secara tradisional mata pencaharian dlam bidang pertanian

sayur mayur. Namun pada perkembangan terakhir ini orang-orang Teociu

menunjukkan kemajuan di segala bidang perdagangan.

Orang Hakka orang hakka termasuk golongan bangsa Cina besar

yang merantau keluar negri dan bukan merupakan bangsa maritim.

Orang-orang hakka merupakan imigran yang paling melarat dari Tiongkok

(ibid). sejak akhir abad ke 19 banyak orang hakka berdatangan di Jawa

Barat, tertarik oleh cepatnya pertumbuhan kota jakarta dan dibukanya

priangan untuk pedagang-pedagang Cina.

Dari penjelasan diatas menyebutkan awal mula kedatangan orang

Cina ke Indonesia, sedangkan mengenai orang- orang Tionghoa di

kalimantan barat terdiri dari orang-orang khe (kek), Teociu (Tio Ciu), Hok

Ca (hokkian dan Hainan). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa jika

orang Tionghoa bermukim dalam jumlah yang cukup besar disuatu daerah

sejak sebelum abad ini, maka masyarakat Tionghoa di stu terbagi dua

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

12

golongan yaitu golongan Tionghoa peranakan dan golongan Tionghoa

totok.

Mengenai istilah “peranakan” Siswono Yudo Husodo menjelaskan

“Sebagian kecil dari pendatang asing ini menikah atau

hidup bersama sebagai keluarga dengan orang-orang

pribumi, sehinggah terbentuk golongan penduduk baru,

golongan peranakan, turunan dari perkawinan campuran

antara orang-orang pribumi dengan pendatang-pendatang

asing.

Bagian lain terdiri dari kaum imigran abad ke 20 dan keturunan

langsung yang belum begitu beralkulturasi, dan orientasinya disebut

sebagai golongan Tionghoa “Totok”.

Mely G. Menjelaskan dalam bukunya disebut totok yaitu sebuah

istilah bahasa Indonesia yang dalam arti sempit dipergunakan untuk

menyebut tidak hanya kaum imigran yang dilahirkan di luar Indonesia,

tetapi yang sering juga mempunyai arti lebih luas meliputi keturunan

imigran, yang terutama sekali berorientasi ke negri asalnya,dalam hal ini

Tiongkok.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Teknik Penentuan Lokasi

Lokasi dalam penelitian yang akan saya lakukan adalah Kota

Singkawang – Kalimantan Barat. Berdasar pemaparan diatas, di kota

tersebut wayang gantung masih eksis dalam rangkaian acara Tahun Baru

Tionghoa (Gong Xi Fat Cai), dan hal tersebut menjadikannya sebagai

lokasi penelitian.

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

13

1.5.2 Teknik Penentuan Informan

Berdasar pada penjelasan diatas, maka infoman dalam penelitian

yang akan saya lakukan adalah mereka yang melaksanakan dan/atau ikut

serta dalam penyelenggaraan capgomeh, yang lebih khusus pada

Wayang Gantung. Penulis juga berupaya mencari informan pangkal (key

informant) yang dianggap manpu memberikan petunjuk lebih lanjut

tentang keberadaan orang-orang lain yang bisa dipertimbangkan sebagai

informan untuk diwawancarai, sesuai dengan kapasitas mereka masing-

masing dan kebutuhan penggumpulan data. Informan yang dijadikan

sebagai sumber informasi melalui wawancara adalah:

1) Para pelaku yang terlibat langsung dalam pertunjukkan wayang

gantung, seperti dalang dan pendukung pertunjukkan lainnya.

2) Pemerhati dan tokoh-tokoh budaya Tionghoa, terutama yang

mengetahui kehidupan sosial-budaya masyarakat Tionghoa di

Singkawang, termasuk tentang perkembangan wayang gantung.

3) Para penggembang kebijakan, baik yang berasal dari instansi

pemerintahan (Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota singkawang)

maupun lembaga-lembaga kebudayaan Tionghoa.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tentang wayang gantung di Kota Singkawang ini bersifat

deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kondisi atau

gejala tertentu dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di Singkawang,

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

14

khususnya berkaitan dengan wayang gantung sebagai salah satu bentuk-

bentukkesenian Tionghoa yang masih tetap bertahan di Kota Singkawang.

Untuk mendapatkan data tersebut, saya menggunakan metode observasi

partisipasi dengan pengamatan (observation) dan wawancara (interview)

sebagai senjata utama.

Metode observasi partisipasi atau pengamatan terlibat merupakan

metode yang menekankan keberadaan peneliti di lapangan. Ini

disebabkan pengamatan dan wawancara, akan dilakukan di lapangan dan

bersamaan dengan para informan (tatap muka). Lebih jauh tentang

pengamatan dan wawancara sebagai berikut.

Pengamatan (observation) Pengamatan menekankan penggunaan

mata, telinga serta perasaan pada saat berada di lokasi penelitian.

Penekanan tersebut tercermin dalam buku karya Moleong (2000:127-

128), yang menekankan empat jenis pengamatan; berperanserta secara

lengkap, pemeranserta sebagai pengamat, pengamat sebagai

pemeranserta, dan pengamat penuh. Berdasar empat jenis pengamatan

tersebut maka saya memilih untuk menerapkan pemeranserta sebagai

pengamat yang difahami; “dimana peneliti selain sebagai pemeranserta

juga tetap sadar akan posisi selaku peneliti” (ibid).

Wawancara (interview)

“cara mengumpulkan data atau informasi dengan langsung

bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan

gambaran lengkap tentang topik yang diteliti” (Bungin, 2001:157-

158).

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

15

Berdasar kutipan diatas maka, maka tehnik wawancara yang

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan tanya jawab langsung

kepada informan dengan melihat daftar pertanyaan yang telah disediakan,

seluruh pertanyaan diajukan kepada informan berupa pertanyaan terbuka

memberikan peluang kepada penulis untuk dapat melakukan penggalihan

keterangan lebih lanjut khususnya terhadap beberapa pertanyaan yang

dianggap penting. Pertanyaan terfokus yang peneliti makasud ialah

membantu peneliti dalam menentukan arah penggalian data melalui

wawancara, agar keterangan yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan

penelitianDalam penerapan kedua metode diatas dan untuk mendapatkan

data yang valid, diperlukan kedekatan dengan informan.

Kedekatan tersebut diistilahkan rapport; adalah istilah yang

digunakanuntuk menggambarkan, dalam istilah umum, hubungandari

duaatau lebihorangyang berada disinkron ataupada gelombang yang

samakarena merekamerasasama dan/atauberhubungan baiksatu sama

lain(http://en.wikipedia.org/wiki/Rapport).

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Wayang Secara Umum

Sebagian besar literatur yang membahas tentang wayang di

Indonesia cenderung berfokus pada jenis-jenis wayang yang berkembang

dalam kebudayaan Jawa dan Sunda. Sejauh ini tampaknya “gaung” dan

wujud wayang kulit purwa (Jawa) dan wayang golek (Sunda) terasa lebih

familiar di telinga dan mata masyarakat jika dibandingkan dengan jenis-

jenis wayang yang berasal dari budaya suku atau kelompok masyarakat

lainnya. Padahal selain Jawa dan Sunda, budaya Bali, Sasak, Betawi,

Palembang dan Banjar pun mengenal seni wayang.

Secara umum pengertian wayang yang terdapat di Kamus Bahasa

Indonesia adalah;

“boneka tiruan orang dan sebagainya yang terbuat dari

pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat

dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam

pertunjukkan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan

sebagainya), biasanya dimainkan oleh dalang”.

Pengertian diatas serupa dalam pengertian lain tentang wayang;

bahwa pengertian wayang dalam bahasa Jawa dan Melayu dapat

diartikan sebagai „bayangan‟, atau dalam bahasa lain disebut dengan

istilah bayeng(Aceh), wayang, bayang, atau bayang-bayang (Bugis), dan

baying (Jawa Kuno) (dalam ibid).

Namun selain pendapat di atas, terdapat pemikiran berbeda seperti

yang dikemukakan oleh Kusumajadi (dalam Sunarto, 1989: 15), bahwa;

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

17

kata „wayang‟ berasal dari akar kata „wa‟ (tra atau turunan) dan „yang‟

(hyang, eyang kakek). Sementara Sri Mulyono (dalam Sunarto, 1989: 15)

mengatakan bahwa; kata wayang berasal dari kata „yang‟ dan mendapat

tambahan „wa‟, yang mana akar kata „yang‟ bisa berpadanan dengan

kata‟yung‟ dan „yong‟. Akar kata ini terdapat pula dalam kata layang

(terbang), doyang (miring/tidak stabil), royang (bergerak dari suatu tempat

ke tempat lain), dan poyang-paying (berjalan sempoyongan, tidak tenang).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, sangat wajar apabila

pengertian wayang tidak dapat diterjemahkan ke dalam satu makna

tunggal. Makna wayang-yang ditelaah dari asal katanya-telah melahirkan

penafsiran yang beragam.J.T. Josowidagdo (dalam Sunarto, 1989: 15)

mengatakan; wayang yang berasal bahasa Jawa, yakni ayang-ayang

(bayangan), sesungguhnya mencerminkan pertunjukkan wayang itu

sendiri. Penonton menyaksikan bayangan yang tersembunyi di balik kelir

(tabir kain putih sebagai gelanggang permainan wayang). Relasi makna

antara wayang dan bayangan juga ditemukan dalam beberapa sumber

bacaan seperti wayang berasal dari kata wayangan atau bayangan yang

berarti sumber ilham atau ide dalam menggambarkan wujud seorang

tokoh/karakter manusia.

Mengacu pada arti akar katanya, lebih lanjut Kusumajadi

menjelaskan bahwa wayang adalah gambaran nenek moyang yang ada di

dalam angan-angan manusia (dalam ibid). Sedangkan Skober (tanpa

tahun) memperluas interprestasi makna wayang sebagai, dialek yang tak

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

18

bisa berhenti, atau suatu kegelisahan kreatif dalam paradigma serba tidak

stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang, bergerak, kian-kemari.

Pengertian Skober ini sejalan dengan pendapat Sri Mulyono yang telah

dikemukakan diatas.

2.2. Wayang dalam Budaya Tionghoa

Keberadaan wayang dalam budaya masyarakat Tionghoa tidak

dapat dilepaskan dari tradisi perwayangan yang berkembang di China.

Sumber-sumber bacaan yang diunduh oleh penulis dari internet,

mengungkapkan berbagai jenis wayang yang dikenal dalam tradisi

pertunjukkan pewayangaan di China (Chinese pupperty/Puppet Show),

seperti (dikutip dari http://www.chinavista.com/experience/muou/muou.htm

dan http:// library. Thinkquest.org/ 20443/pupperty.html);

1) Wayang yang terbuat dari blok kayu (rod-top puppet)berasal dari

Guandong. rod-top-puppet dikatakan sebagai wayang yang

paling populer di China. Tinggi wayang kurang dari 1 meter,

dengan berat sekitar 2-3 kilogram. Boneka dimainkan oleh

seorang dalang dengan cara mengangkatnya dengan satu

tangan hinggah di atas kepala, sementara tangan yang lain

dipergunakan untuk menggerakkan boneka tersebut.

2) Marionet (marionette) merupakan salah satu tipe yang paling

umum dari boneka yang digerakkan dengan benabg (sring

puppet). Wayang yang digerakkan dengan benang berasal dari

Quanzhou dan Heyang. Bonekanya memiliki struktur yang lebih

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

19

rumit dibandingkan dengan boneka rod-top-puppetI, karena

anggota tubuh boneka dibuat bersendi-sendi dan dilengkapi

dengan benang pengontrol gerak boneka yang terpisah-pisah.

3) Wayang yang menyerupai sarung tangan (glove puppet) berasal

dari Zhangzou. Tingginya sekitar 20 sentimeter dan dibentuk

seperti kantong kecil, sehinggah memungkinkannya untuk

dimasukkan ke dalam jari-jari dalang yang sekaligus berfungsi

sebagai pembentuk tubuh mereka.

4) Wayang yang menampilkan bayangan boneka sebagai tontonan

(shadow puppet)l. Pementasan wayang ini mengandalkan

tembusan cahaya melalui layar atau lembaran kain, sehinggah

boneka wayang yang ditampilkan menghasilkan siluet yang bisa

dilihat oleh para penonton. Boneka wayang berukuran 8-12 inci,

dibuat secara tradisional dengan bahan dasar dari kulit, sama

seperti alat-alat parega pentas lain misalnya furnitur, pagoda,

aula, dan tanaman.

Penjelasan tentang jenis-jenis wayang Cina juga ditemukan dalam

tulisan Mastuti (2004: 94) yang memaparkan tiga jenis wayang, yaitu:

1) Boneka teater Cina (wayang golek). Ditemukan di Provinsi

Hunan, dengan kepala dan tubuhterbuat dari kayu (setinggi 50-

70 cm) yang dibalut pakaian berwarna warni.

2) Wayang kulit terbuat dari kulit kerbau yang diukir membentuk

tokoh-tokoh tertentu, dan diberi warna-warna jaman dinasti Ming

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

20

(1368-1644). Pertunjukkan wayang kulit ini dikenal sejak jaman

dinasti Song (960-1278) dan mengalami puncak kejayaan pada

jaman dinasti Ming (1368-1644) sampai dinasti Qing (1644-

1911).

3) Marionet adalah teater boneka seperti halnya wayang golek.

Wayang-wayang ini dimainkan oleh 3 hinggah 4 orang dalang,

dengan cara menggerakkan benang yang diikatkan pada jari-jari

sang dalang. Ukuran boneka marionet lebih kecil dari wayang

golek. Wayang ini sangat erat kaitanya dengan kegiatan religius

dan dipertunjukkan sebagai sarana memuja para dewa,

khususnya di daerah fujian.

Bagaimana halnya dengan jenis-jenis wayang tionghoa yang

berkembang di Indonesia? Tampaknya masih sulit menemukan

dokumentasi yang secara spesifik dan memuat data tentang jenis-jenis

wayang tionghoa di Indonesia. Mastuti (2004:87) mengatakan bahwa jenis

wayang tionghoa, yaitu wayang potehi dan wayang kulit Cina-Jawa tidak

masuk ke dalam 28 jenis wayang yang diklasifikasikan oleh guritan.

Demikian pula halnya dengan wayang gantung, beberapa tulisan

menyebutkan bahwa jenis wayang ini tidak terdapat dalam buku peta

wayang di indonesia dan direktori seni pertunjukan tradisional yang di

publikasikan oleh departemen kebudayaan dan pariwisata. Untuk

melengkapi studi literatur, penulis mencoba untuk memaparkan dua jenis

wayang tionghoa yaitu; wayang potehi dan wayang kulit Cina-Jawa, yang

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

21

merupakan wujud nyata dari asimilasi budaya tionghoa dengan jawa.

Sedangkan penjelasan tentang wayang gantung tentunya akan ditemukan

pada bab-bab berikut, mengingat wayang gantung menjadi tema

penelitian ini.

Beberapa artikel singkat yang diunduh dari internet menyajikan

informasi yang nyaris sama mengenai wayang potehi.salah satunya

adalah mengenai istilah „potehi‟ yang disebut berasal dari kata poo (kain),

tay (kantung) dan hie (wayang). Jadi ,potehi dapat diartikan sebagai

wayang yang terbuat dari kain, atau berbentuk boneka kantong. Wayang

ini di mainkan oleh dalang dengan cara memasukkan tangan kedalam

kantong tersebut dan menggerakan sesuai lakon.

Wayang potehi pertama kali masuk ke wilayah Nusantara melalui

para imigran Tiongkok sekitar abad 16 hingga 19. Anugrah (2009:11)

mengatakan bahwa wayang potehi dibawa oleh warga Hokkien dari

daratan China yang bermigrasi ke wilayah di sekitar Laut Selatan. Mula-

mula wayang ini berkembang di Batavia, sementara di Semarang pertama

kali dimainkan tahun 1772. Mastuti (2004) memcatat periode kejayaan

wayang potehi di sekitar tahun 1930-an sampai 1960-an. Dari segi bahasa

pengantar dalam pertunjukkan, wayang potehi menggunakan bahasa

Melayu dan kini bahasa Indonesia.

Adaptasi kultur masyarakat jawa, khususnya dibidang kesenian

terhadap wayang potehi dapat terlihat dari proses adopsi tokoh-tokoh

yang dimainkan di dalam wayang potehi ke dalam pertunjukkan seni

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

22

ketoprak. Awalnya sumber cerita yang mengispirasikan tokoh atau lakon

wayang potehi berasal dari khasanah sastra Tiongkok, seperti mitos dan

legenda, kisah kepahlawanan, atau roman sejarah. Namun dalam

perkembangannya lakon-lakon wayang potehi tersebut ditemukan pula

dalam lakon Ketoprak Jawa, seperti tokoh Lie Sie Bien menjadi Prabu

Lisan Puro, Sie Jin Kwie menjadi Joko Sudiro, Kerajaan Thai Toy Tong

menjdi Kerajaan Tanjunganom, dan lainnya. Dari segi bahasa pengantar

dalam pertunjukkan, wayang potehi menggunakan bahasa Melayu dan

kini bahasa Indonesia.

Beralih ke wayang kulit Cina-Jawa, Mastuti (2004) menjelaskan

bahwa wayang kulit Cina-Jawa dikenal pula dengan istilah wayang thithi.

Kata thithi berasal dari suara alat musik kepyak (terbuat dari kayu

berlubang) yang jika dipukul akan mengeluarkan suara thi…thi…thi… di

telinga orang Jawa. Jenis wayang ini mulai dikenal di Yogyakarta pada

tahun 1925 sampai dengan sekitar 1967. Jadi dapat disimpulkan bahwa

wayang potehi muncul dan berkembang di Nusantara (Indonesia) lebih

dulu dibandingkan wayang kulit Cina-Jawa.

Tokoh kunci yang berjasa dalam penciptaan wayang kulit Cina-

Jawa adalah Gan Thwang Sing. Selain menjalankan peran sebagai

dalang, Gan Thwang Sing juga menulis sendiri lakon cerita wayangnya

yang bersumber dari folklor Cina Kuno. Pada naskah-naskah lakon yang

disusun oleh Gan Thwang Sing digunakan bahasa dan askara Jawa.

Nama para tokoh dalam lakon, negara, kerajaan, kadipaten, khayangan,

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

23

dan lain-lain ditulisnya menurut nama asli ( dalam bahasa Cina dialek

Hokkian), dengan istilah-istilah kepangkatan, jabatan, gelar, dan lain-lain,

yang sebagian besar mempergunakan istilah-istilah Jawa.

Sama seperti bentuk-bentuk kesenian Tionghoa di Indonesia

lainnya, pentas pertunjukkan kedua jenis wayang ini meredup sejak

diberlakukanya Inpres No. 14/1967 yang membatasi-atau bahkan

melarang-perayaan hari-hari raya etnis Tionghoa, termasuk penggunaan

bahasa Tionghoa, dan pelaksanaan adat istiadat Tionghoa di depan

umum.

Kondisi tersebut di atas setidaknya memberikan pengaruh yang

cukup signifikan terhadap perkembangan kedua jenis wayang Tionghoa.

Hanya wayang potehi yang hingga kini masih bertahan sementara wayang

kulit Cina-Jawa sudah tak terdengar lagi seiring dengan wafatnya Gan

Thwang Sing di tahun 1966. Akan halnya wayang potehi, dari tulisan yang

dilansir kompas (11 Februari 2007) dalang wayang potehi diperkirakan

tinggal dua puluhan orang. Pada umumnya dalang-dalang ini adalah

orang Jawa asli, selain Thio Tiong Gie. Intensitas pertunjukan wayang

potehi mungkin tidak setinggi jenis-jenis wayang lain yang berakar dari

budaya Jawa dan Sunda. Namun wayang potehi secara rutin yang

berakar dari budaya Jawa dan Sunda. Namun wayang potehi secara rutin

masih dipentaskan saat imlek di beberapa klenteng yang tersebar di

Jawa. Berdasar penjelasan diatas penulis mencoba mengguraikan unsur-

unsur penting Yang terdapat dalam pertunjukkan wayang gantung.

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

24

2.3. Unsur Pokok dalam Pertunjukkan Wayang

Sebagai salah satu bentuk dari seni pertunjukkan, wayang dapat

disebut sebagai teater total; seni drama, musik (vokal-instrumen), rupa,

gerak (tari), dan sastra bisa diramu menjadi satu kesatuan dalam suatu

pertunjukan wayang (Darmoko,2004:126). Lebih lanjut digambarkan pula

bahwa kandungan penting lain dalam pertunjukkan wayang yaitu: (1)

Efek-efek yang terdengar dan terlihat (audio-visual effect); (2) Artis

pendukung atau pendukung pertunjukkan (dramatis persona); dan (3)

Perlengkapan (equipment).

Unsur yang dianggap paling berperan dalam suatu pergelaran

wayang adalah dalang. Menurut Skober, kata dalang dalang dapat

dianggap sebagai bentuk pengulangan dengan disimilasi bentuk akar kata

lang. dalam bahasa Melayu, sesuai pula dengan bahasa Jawa, lalang

berarti “berkeliling, memutari, mengelilingi.” Beranjak dari pengertian ini,

dalang dapat diartikan sebagai seseorang yang berkeliling

mempertunjukkan wayang di sana-sini, sekaligus sebagai penggerak

kehidupan yang diwakili melalui boneka dan lakon dalam wayang

(http://blogs.unpad.ac.id/tantiskober). Dalang adalah sutradara yang

sekaligus berperan sebagai penutur kisah/cerita, pembaca lagu, dan

pemandu bagi para pendukung pertunjukan. Von Groenendel (dalam

Mulyana, 2008:67) mengatkan bahwa dalang merupakan pemberi jiwa

pada wayang atau pelaku-pelaku manusianya. Mulyana menambahkan di

zaman dahulu seorang dalang seringkali diposisikan sebagai media

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

25

penghubung antara manusia dengan jagat besar (makro-kosmos), atau

antara komunitas dengan dunia spiritual.

Hal ini dapat dipahami, karena cenderung sulit untuk memisahkan

pertunjukkan wayang dengan aspek ritual yang berkaitan dengan

religi/kepercayaan masyarakatpendukungnya. Meskipun di era yang lebih

modern wayang mengalami pengayaan dalam fungsinya, perubahan ini

tidak serta merta memudarkan peran dalang dalam pertunjukkan wayang.

Bahkan dapat dikatakan bahwa dalang diharapkan dapat memainkan

beragam peran, baik sebagai komunikator, seniman, pendidik masyarakat,

penghibur, juru penerang maupun kritikus sosial.

Selain dalang sebagai tokoh sentral dalam pergelaran wayang

lakon juga menjadi unsur penting lain. Lakon yang dikisahkan dalam

wayang dipandang sarat dengan filosofi dan nilai-nilai mendasar, baik

mengagambarkan warna kehidupan manusia maupun sifat/karakter

manusia yang menghuni jagad raya. Tokoh-tokoh yang menjadi bagian

dari lakon dalam pertunjukkan wayang mengandung perlambangan atau

merefleksikan situasi atau kondisi tertentu dalam kehidupan manusia.

Sejak awal perkembangannya, lakon-lakon yang dibawahkan

dalam pergelaran wayang Jawa mengadaptasikan dua epik besar, yaitu

Mahabarata dan Ramayana, dengan cabang-cabang ceritanya. Namun

tentu saja, lakon ynag dikisaahkan dalam wayang Tionghoa berbeda

dengan wayang Jawa. Dari beberapa sumber bacaan dijelaskan bahwa

wayang potehi memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

26

daratan China, seperti kisah legenda dinasti-dinasti atau mitos/legenda

masyarakat Tiongkok. Sebut saja, legenda atau cerita tentang Sam Kok,

San Pek Eng Tai, Li Si Bin, Sin Jin Kwie, Hong Kiam Cun Ciu, Cun Cauw

Kok, Poei Sie Giok, Loo Thon Sauw Pak.

Pertunjukan wayang mengenal adanya pembabakan. Pembagian

babak ini dapat dimaknai secara filosofi sebagai evolusi spiritual (dikutip

dari http://warta.pepadi.com). Wayang Jawa mengenal adanya tiga babak

besar, yaitu: (1) Pathet Nem merupakan prolog atas kejadian yang akan

terjadi sebagai lambang dari kelahiran. (2) Pathet Sanga merupakan

babak di saat seseorang tokoh berusaha menyelesaikan masalah dan

munculnya para punakawan dengan kata-kata penuh canda yang

sarkastis. Babak ini adalah lambang dari dari masa orang dewasa

memandang masalah, memilih dan menetapkan nilai bagi dirinya. (3)

Pathet Manyura (Burung Merak) metupakan fase akhir yang memaparkan

kesimpulan akhir dari panggal perjalanan hidup. Demikian pula halnya

dengan wayang kulit China-Jawa, memiliki pembabakan yang serupa

dengan tiga babak dalam wayang Jawa (wayang kulit purna). Sedangkan

pembabakan dalam wayang potehi mungkin bisa disebut sebagai

penyampaian cerita secara serial. Terhadap kisah-kisah tertentu yang

baru disampaikan setelah tiga bulan lamanya. Jika pembabakan dalam

pertunjukkan wayang potehi mengacu pada waktu pergelaran, wayang

potehi juga mengenal pembabakan dengan membedakan lakon yang

dimainkan di waktu siang dan malam hari (Mastuti, 2004:156-157).

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

27

2.4. Fungsi Wayang

Wayang dapat berfungsi sebagai identitas yang menunjukkan jati

diri dan kepribadian masyarakat pendukungnya. Makna-makna simbolis

yang terkandumg di dalam wujud wayang, peralatan pergelaran, ataupun

lakon yang dikisahkan merupakan karya atau ciptaan manusia. Seperti

yang dikatakan Mulyana (2008:165), wayang-wayang yang berakar dari

budaya jawa merupakan sebuah lambang yang berbicara dalam filsafat

Jawa. Dengan demikian, unsur-unsur yang ada dalam pertunjukkan

wayang mengandung nilai-nilai filosofi maupun mistis yang tinggi serta

kaya dengan interprestasi, sesuai dengan budaya masyarakat

pendukungnya.

Wayang sarat pula dengan fungsi ritual. Mastuti (2004:143)

menggambarkan tentang fungsi wayang potehi dan wayang kulit Cina-

Jawa sebagai sarana ritual bagi masyarakat Tionghoa dalam

menyampaikan segala hal yang berhubungan dengan Sang Pencipta,

seperti pengaduan gagal usaha, ungkapan rasa syukur, penderitaan dan

kegembiraan hidup melalui pertunjukkan wayang. Bahkan, wayang potehi

yang digelar di Klenteng kadang-kadang hanya ditunjukkan untuk memuja

para dewa dan roh para leluhur, sehinggah keberadaan para penonton

tidaklah begitu penting. Dalam konteks yang hampir serupa

Sa‟Tjiptorahardjo (2007) mengatakan bahwa pertunjukkan wayang

berkesempatan untuk mengingat kembali arwah leluhurnya dan

melakukan hubungan dengan penguasa kehidupan.

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

28

Wayang dianggap efektif sebagai sarana komunikasi dalam

menyampaikan kritik sosial ataupun pesan-pesan pembangunan Wayang

adalah slah satu bentuk kesenian tradisional yang telah berakar kuat

dalam kebudayaan masyarakat, sehinggah relatif memiliki kedekatan-

kedekatan nilai, kepercayaan, dan tradisi masyarakat pendukungnya.

Oleh karena itu wayang berpotensi untuk menyampaikan pemikiran opini,

konsep, ide, atau ekspresi pemikiran kritis lain yang bertujuan untuk

melakukan perbaikan dalam kehidupan sosial(Mulyana, 2008:168). Bagi

masyarakat berada dalam susunan stratifikasi sosial yang cukup tajam,

secara sosial wayang memiliki posisi istimewa karena ia dianggap sebagai

salah satu bentuk kesenian yang mampu menjembatani sekat-sekat yang

ada (dikutip dari http:warta.pepadi.com).

Fungsi wayang yang tak kalah pentingnya adalah fungsinya

sebagai sarana edukasi. Menurut Mulyana (2008:172), pesan-pesan yang

disampaikan dalam pertunjukkan wayang sarat dengan nilai kemanusiaan

dan berbagai pemikiran filosofi yang disampaikan para tokohnya. Dengan

menonton waynag, kita diajak aktif berfikir untuk memilah-milah, di

manakah posisi kita saat ini. Sindiran, teguran, atau kritik yang

disampaikan melalui lakon yang kebetulan mirip dengan kisah kehidupan

seseorang, seringkali membuka kesadaran akan kesalahan yang telah

dilakukan. Wayang telah berkontribusi dalam proses pendewasaan

masyarakat dengan jalan membekalinya mereka dengan konsepsi-

konsepsi yang mudah dihayati dan diresapkan dalam mengatasi berbagai

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

29

persoalan hidup. Dengan merenungkan simbol-simbol yang terkandung

dalam pertunjukkan wayang, manusia dapat belajar untuk menemukan

hakikat hidup, memperbaiki hubungannya dengan Yang Maha Kuasa,

serta meneladani kisah atau sifat-sifat baik yang tergambar dari lakon

yang dibawakan.

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Asal Usul Wayang Gantung di Singkawang

Tidak mudah untuk menemukan informasi yang akurat mengenai

kapan sesungguhnya kesenian wayang gantung mulai dikenal dan

berkembang di Singkawang. Beberapa artikel dan informan nyaris

memberikan keterangan yang sama, bahwa orang yang pertama kali

membawa kesenian wayang gantung dari daratan China (Tiongkok)

adalah Ajo atau A Jong, tepatnya pada 1929. Sejauh ini tampaknya

keterangan tersebut cenderung dijadikan sebagai penjelasan yang paling

sering ditemukan. Namun dari penelusuran yang dilakukan oleh penulis,

diperoleh informasi berbeda berkaitan dengan awal mula berkembangnya

kesenian wayang gantung di Singkawang.

Selain tahun 1929 seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat

sebuah artikel di media elektronik yang menyebutkan bahwa wayang

gantung pertama kali dipentaskan di Singkawang sekitar tahun 1914,

dengan menggunakan bahasa Tionghoa (Kedaulatan Rakyat Online, 19

Mei 2008). Salah seorang informan yang ditemui penulis bahkan meyakini,

di tahun 1911 wayang gantung sudah dipentaskan di depan umum.

Informasi lain yang berhasil dihimpun oleh penulis, baik dari artikel

maupun pernyataan informan, ada yang tidak menyebutkan angka tahun

secara pasti. Namun diperkirakan usia kesenian wayang gantung di

antaranya mengacu pada usia boneka yang dipergunakan dalam

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

31

pementasan berkisar antara 70 hingga 100 tahun. Berdasarkan sejumlah

keterangan tersebut, dapat dikatakan bahwa setidaknya wayang gantung

telah dikenal dan berkembang di Singkawang sejak paruh pertama abad

ke-20.

Berkenaan dengan nama tokoh yang memperkenalkan wayang

gantung pertama kali, selain Ajo atau A Jong, muncul pula nama Li Tung

Jin yang disebut sebagai seniman wayang gantung pertama di

Singkawang. Namun informasi ini lagi-lagi belum bisa dijadikan sebagai

satu-satunya penjelasan yang tepat tentang awal kemunculan wayang

gantung di Singkawang. Tai Siuk Jan, seorang informan yang masih aktif

menjadi pelaku seni wayang gantung, nyatanya lebih mengenal Ajo

sebagai pemain musik kecapi. Sementara Li Tung Jin disebut sebagai

seseorang yang ahli di bidang sandiwara atau opera (seperti wayang

orang), sekaligus memiliki kemampuan menjadi dalang wayang gantung.

Masih menurutnya, Li Tung Jin pun memiliki seperangkat boneka wayang

gantung yang dibawanya dari Tiongkok. Selain mengajar sandiwara atau

opera, konon Li Tung Jin lah yang mengajarkan teknik-teknik memainkan

wayang gantung kepada beberapa orang lain Singkawang. Beberapa di

antara murid-murid Li Tung Jin ini memiliki keturunan, yang selanjutnya

merintis berdirinya perkumpulan-perkumpulan wayang gantung di

Singkawang. Versi berbeda diperoleh dari informan lain yang menjelaskan

bahwa Li Tung Jin adalah tokoh yang memperkenalkan aliran baru dalam

kesenian wayang China, sebutlah ia sebagai seorang pembaharu.

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

32

Namanya lalu diabadikan oleh Ajo sebagai nama sebuah perkumpulan

kesenian tradisional, yang aktivitasi mencakup permainan musik kecapi,

sandiwara atau opera (nyew hi), seni akrobatik (hew hi) dan wayang

gantung (chiao thew hi).

Sayangnya, penulis belum mampu mendapatkan penjelasan yang

lebih memuaskan tentang siapa sesungguhnya orang yang pertama kali

memperkenalkan wayang gantung di Singkawang. Dari hasil wawancara

dengan seorang informan diperoleh keterangan bahwa kreator waya

gantung adalah perantau bersub-etnis Hakka yang datang dari daerah

selatan Tiongkok, dan selanjutnya menetap di Singkawang. Perantau

tersebut dipastikan telah memiliki keterampilan/keahlian memainkan

wayang sejak sebelum tiba di Singkawang, bahkan bisa jadi ia memang

berprofesi sebagai dalang di negara asalnya. Setelah tiba di Singkawang,

orang tersebut mengembangkan dan menyebarluaskan keahliannya

dalam mendalang masyarakat di sekitarnya. Sejak saat itulah permainan

wayang dengan cara menggerakkan boneka yang digantung dengan tali-

tali benang mulai memasyarakat. Mata budaya ini dikenal dengan istilah

wayang gantung atau dalam istilah setempat disebut dengan chiao thew

hi.

Di daratan China sendiri, tradisi pewayangan yang menggunakan

boneka yang digerakkan dengan tali benang (string puppet) berkembang

di Provinsi Fujian (Fujien). Adakah korelasi antara Provinsi Fujian yang

merupakan daerah asal string puppet dengan wilayah penyebarannya di

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

33

Singkawang? Meskipun masih memerlukan kajian lebih lanjut, tetapi hal

ini dimungkinkan mengingat sebagai dari para migran yang datang ke

Borneo Barat berasal dari Provi Fujian di sebelah selatan Tiongkok.

Terlebih di Provinsi Fujian bagian pedalaman (Tiongzhou) juga terdapat

orang Hakka-sama seperti mayoritas orang Tionghoa yang ada di

Singkawang-meskipun hai sedikit dari mereka yang bermigrasi ke Borneo

Barat (Heidhue 2008:17). Salah seorang informan menguatkan

kemungkinan ini. Dikatakannya, meskipun sebagian besar kelompok

imigran yang data dari Tiongkok ke Singkawang berasal dari sub-etnis

Hakka ya berasal dari Provinsi Guangdong, tetapi secara geografis letak

Provinsi Guangdong dan Fujian saling berdekatan. Lebih lanjut

dijelaskannya bahwa konon sebagian dari kelompok sub-etnis Hakka yang

tinggal di daerah-daerah pegunungan atau pedalaman Provinsi

Guangdong merupakan migran dari Provinsi Fujian.

Dari berbagai sumber di media elektronik diperoleh informasi

bahwa string puppet yang berkembang di Provinsi Fujian tersebut

biasanya disebut juga dengan Quanzhou String Puppet penamaa

Quanzhou merujuk pada nama daerah tempat di mana Provinsi Fujian

berada atau marionet (marionette), atau kuileixi. Dipentaskan pertama

kali di Provinsi Fujian pada zaman Dinasti Han, lebih dari 2.000 tahun

yang lalu. Di masa itu pementasan marionet terkait era dengan sistem

kepercayaan masyarakat, karena peran-peran yang dibawakan ditujukan

untuk berkomunikasi dengan para dewa. Marionet berkembang sebagai

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

34

sebuah seni pertunjukan di masa Dinasti Tang (http://english. cri.cn/4026/

2008/12/03/1261s429274.htm).

Sementara itu, selama masa Dinasti Song marionet mencapai

kejayaan dan meraih popularitasnya,diantarakaum ningrat dan rakyat

jelata(http://China.Chinaa2z.com/China/html/historyandculture/2008).

Sesuaidenganpenyebutannya,boneka kayu yang dipergunakan dalam

pertunjukan string puppet dikendalikan melalui gerakan-gerakan tali

benang yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari boneka tersebut.

Dalang dapat menggerakkan boneka berukuran 2,5 kaki ini dengan cara

menarik tali benang atau memindahkan jemarinya dari satu tali benang ke

tali benang yang lain. Tali benang tersebut dicantelkan ke sebuah papan

pengontrol gerak yang dipegang oleh dalang dengan salah satu

tangannya. Selama pertunjukan, dalang akan mengontrol gerak wayang

dari belakang layar. Sekilas Quanzhou String Puppet memiliki kemiripan

dengan wayang gantung Singkawang, terutama dari segi tampilan fisik,

cara memainkannya dan lakon-lakon yang dibawakan. Namun apakah ini

berarti bahwa wayang gantung merupakan salah satu varian dari string

puppet yang terdapat di Provinsi Fujian? Informasi yang dimiliki penulis

belum memadai untuk memastikan korelasi di antara kedua jenis wayang

ini.Beralih ke masa awal perkembangan wayang gantung di Singkawang,

diketahui bahwa masa kejayaan wayang gantung terjadi sejak

dipentaskan pertama kali hingga sekitar tahun 1960-an. Periode ini

ditandai dengan tingginya animo masyarakat dan maraknya pementasan

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

35

wayang gantung di Singkawang. Beberapa informan menggambarkan

bagaimana suasana pementasan wayang gantung di masa itu. Hampir di

setiap perayaan-perayaan penting, baik yang berkaitan dengan perayaan

keagamaan maupun daur hidup seseorang, dimeriahkan dengan

pementasan wayang gantung. Panitia perayaan; ataupun keluarga yang

mampu mendanai pementasan wayang gantung akan menggelar

pementasan tersebut secara terbuka. Siapapun boleh datang dan

menyaksikan tanpa dipungut bayaran, sehingga dapat dipastikan di setiap

pementasan wayang gantung jumlah penontonnya selalu membludak.

Pihak pengundang umumnya hanya menyediakan panggung dan

beberapa kursi yang diperuntukkan bagi tuan rumah dan tamu-tamu atau

undangan khusus. Sementara penonton lainnya ada yang membawa kursi

sendiri, ataupun menyaksikan pertunjukan dengan cara duduk di atas

papan-papan yang dipasang mengitari panggung, malah terkadang rela

duduk beralas tanah.

Oleh karena itu sangat wajar jika di masa kejayaan wayang

gantung ditandai dengan kemunculan beberapa perkumpulan yang

dengan setia memenuhi undangan-undangan pementasan di daerah ;

Singkawang dan sekitarnya. Keterangan yang diperoleh dari informan

tentang riwayat berkembangnya perkumpulan wayang gantung di

Singkawang cukup bervariasi. Ada informan yang menyebutkan bahwa

pada awalnya hanya ada satu perkumpulan wayang gantung di

Singkawang, yaitu perkumpulan yang dipimpin oleh Li Tung Jin. Namun

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

36

dalam perkembangannya, perkumpulan tersebut pecah menjadi beberapa

perkumpulan lain. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya permintaan

untuk pementasan yang tidak mungkin dipenuhi oleh satu perkumpulan

saja. Selain itu, adanya keinginan dari anggota perkumpulan untuk

mengembangkan karakter wayang gantungnya sendiri, juga ditengarai

menjadi pemicu perpecahan tersebut. Keterangan berbeda menyebutkan

bahwa murid-murid Li Tung Jin tidak pernah membuat perkumpulan baru,

mereka tetap setia menyelenggarakan pertunjukan wayang gantung

dalam satu pentas yang sama dengan Li Tung Jin.

Di kemudian hari para murid Li Tung Jin mewariskan keahlian

mereka pada keturunan berikutnya. Dari keturunan murid Li Tung Jin

inilah lahir perkumpulanperkumpulan baru di Singkawang. Di samping itu,

adapula dalang-dalang pendiri perkumpulan yang secara langsung

mempelajari wayang gantung dari guru-guru mereka yang berasal dari

Tiongkok, sehingga sama sekali tidak memiliki hubungan guru-murid

dengan Li Tung Jin. Berdasarkan keterangan dari Chin Nen Sin dan

istrinya, penulis memperoleh informasi tentang empat perkumpulan

wayang gantung di Singkawang, yang saat itu mengiringi periode

keemasan wayang gantung. Keempat perkumpulan tersebut adalah: (1)

Perkumpulan Jung Thian Cai dipimpin Li Tung Jin; (2) Perkumpulan Jun

Sien Cai dipimpin Bun Tet Min; (3) Perkumpulan Jun Sien Cai dipimpin

oleh Chong Ci Song; dan (4) Perkumpulan Shin Thian Cai dipimpin oleh

Chin Jat Cin. Menurut keterangan salah seorang informan, Bun Tet Min

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

37

dan Chin Jat Cin tidak pernah belajar mendalang secara langsung dengan

Li Tung Jin. Kedua perkumpulan inipun berlokasi di pinggiran kota

Singkawang, yaitu di Sungai Ruk (perkumpulan Jun Sien Cai) dan Lirang

(perkumpulan Shin Thian Cai). Berbeda dengan perkumpulan wayang

gantung pimpinan Li Tung Jin dan Chong Ci Song yang berada di "pusat

kota" Singkawang. Kini hanya tinggal perkumpulan Shin Thian Cai yang

masih bertahan, dengan Chin Nen Sin (anak dari Chin Jat Cin) sebagai

pimpinannya.

4.2. Unsur-unsur Yang Bertahan dan Berubah Pada Seni Wayang

Gantung.

Banyak hal menarik di balik pementasan wayang gantung yang

dapat diungkapkan, di antaranya berkaitan dengan boneka-boneka yang

dipergunakan dalam pementasan wayang gantung serta dalang yang

menghidupkan boneka tersebut ke dalam sebuah pertunjukan.

Pementasan wayang gantung yang mengagumkan merupakan hasil dari

pertimbangan yang matang dalam memilih peran dan detil cerita yang

akan ditampilkan, seraya tak melepaskan perhatian pada unsur-unsur

pendukung pementasan. Fleksibilitas dalam memilih lakon dan mengisi

bagian akhir pertunjukan serta keluwesan gerak boneka, berpadu dengan

nilai-nilai sakral yang diwujudkan melalui serangkaian ritual dan

"kegaiban" yang terjadi di luar panggung pertunjukan.

1) Boneka Wayang: Dari Wujud Fisik Hingga Kekuatan Adikodrati

Secara kasat mata, pertunjukan wayang gantung nampak seperti

teaterboneka pada umumnya. Dimana terdapat pembagian peran dan

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

38

mengkisahkan kehidupan. Boneka-boneka yang ditampilkan di pentas

berukuran sekitar 70-80 cm,atau kira-kira setinggi paha orang dewasa.

Menurut keterangan beberapainforman, boneka yang berkualitas

baikdibuatdarikayuChongsu.Tidakjelas apa nama ilmiah atau sebutan

lokal lain bagi kayu ini, tetapimenurutparainforman kayu Chongsu adalah

sejenis kayu keras, tahanterhadap airdan serangan binatang (serangga)

pemakan kayu. Namun karena kayutersebut semakin sulit didapat,

adapula yang pernah membuat boneka darikayu Jelutung (Dyera spp.).

Gambar1: Beberapa bentuk boneka wayang gantung (Dok. Pribadi)

Tidak semua boneka yang dipergunakan dalam pementasan

wayang gantung Singkawang dibawa dari Tiongkok. Konon hanya Li Tung

Jin saja yang membawa seluruh bonekanya dari Tiongkok. Chin Nen Sin

dan istrinya mengatakan mereka mewarisi boneka yang dibuat sendiri

oleh ayah dan abang kandung Chin Nen Sin. Boneka buatan ayah dan

abang kandung Nen Sin merupakan hasil peniruan (imitasi) terhadap

boneka yang dimiliki Li Tung Jin. Boneka-boneka inilah yang hingga

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

39

sekarang dipergunakan saat pementasan. Pembuatan boneka baru ini

dimaksudkan untuk mengganti boneka-boneka lama yang sudah lapuk

atau rusak, serta untuk menambah banyaknya koleksi dan keragaman

peran yang dapat dimainkan. Pembuatan boneka baru praktis tidak

pernah lagi dilakukan, setidaknya dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

Perawatan terhadap boneka dilakukan sebatas membersihkan dan

mengecat kembali boneka-boneka lama yang telah kusam atau pudar

warnanya. Baju-baju boneka yang sudah rusak parah sedapat mungkin

diganti, atau dijahit kembali jika koyak dan terlepas jahitannya.

Seperti layaknya sebuah boneka yang menyerupai sosok manusia,

setiap kepala boneka memiliki wajah yang dirias dengan beragam warna

dan rambut tiruan, sehingga masing-masing wajah menampilkan karakter

yang berbeda-beda. Selain wajah dan rambut, setiap boneka dilengkapi

pula dengan pakaian dan aksesori tambahan lain yang memperkuat

karakter dan menjadikan tampilannya semakin mirip dengan gambaran

dewa, manusia, atau makhluk-makluk lain yang diwakilinya.

Keunikan boneka wayang gantung terdapat pada bagian

kepala yang bisa dilepaskan dari bagian tubuhnya. Oleh karena

itu, dalang dapat dengan mudah menukar bagian kepala boneka

dengan bagian kepala boneka yang lain, jika menginginkan adanya

pergantian tokoh dalam pementasan. Struktur boneka seperti

demikian memungkinkan seseorang (dalang) tidak perlu memiliki

koleksi bagian tubuh boneka sebanyak bagian kepalanya. Chin Nen

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

40

Sin, contohnya, menyebutkan bahwa koleksi bonekanya terdiri atas

20-an bagian tubuh dan 50-an bagian kepala. Bagian kepala boneka

inilah yang biasanya mengalami penambahan (dibuat baru) sesuai

dengan kebutuhan atau pengembangan ide cerita.

Gerakan boneka dikontrol oleh keberadaan tali benang yang

terdapat pada anggota tubuh tertentu dari boneka kayu tersebut.

Jumlah tali benang di setiap boneka bisa lebih dari 15 helai. Seluruh tali

benang yang terdapat pada boneka tersebut tersambung dengan sejenis

panel pengontrol yang terbuat dari potongan bambu besar berbentuk

khas. Di kedua sisi panel terdapat lubang-lubang kecil untuk

menyangkutkan tali benang. Panel pengontrol dilengkapi dengan dua

pegangan yang terbuat darisebilah bambu yang diletakkan pada bagian

atas dan salah satusisinya.

Gambar2: cara memainkan wayang gantung

Saat menggerakkan wayang, salah satu tangan dalang akan

memegang panel pengontrol. Sementara satu tangan yang lain berperan

mengatur gerak wayang dengan cara menarik dan mengulur tali benang

dengan teknik-teknik tertentu yang harus dikuasai dengan baik. Kombinasi

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

41

gerakan tarik-ulur pada tali benang yang secara apik dioperasikan oleh

dalang menyebabkan anggota tubuh boneka bergerak pula dalam sebuah

keteraturan. Gerakan-gerakan tersebut umumnya dapat terlihat dengan

jelas pada bagian kaki, lutut kaki, lengan tangan, telapak tangan, pundak,

punggung, kepala dan mulut boneka.

Selain bentuk fisik dan gerakan boneka wayang gantung yang

mengundang perhatian banyak orang, terdapat cerita-cerita supernatural

di baliknya yang cenderung tidak dapat dipisahkan dari keberadaan

boneka-boneka tersebut. Hampir seluruh informan yang mengetahui

tentang wayang gantung mengenal adanya sebuah boneka yang

dianggap sebagai pemimpin atau ketua bagi boneka-boneka lainnya.

Boneka yang dijuluki Tai Tu Si (Thian Nyian Shai) itu bertubuh besar,

berperut gendut dan berambut cepak. la menggunakan baju biru yang

tidak dikancing, bercelana putih dan memakai ikat pinggang warna merah.

Pemimpin atau ketua boneka ini selalu ditempatkan pada posisi yang lebih

istimewa dibandingkan boneka lainnya.

Bahkan menurut keterangan seorang informan, tidak mudah

mendirikan sebuah perkumpulan wayang gantung baru apabila roh leluhur

belum turun kepada pemimpin boneka ini. Dengan kata lain, sebuah

perkumpulan harus memiliki sosok pemimpin atau ketua boneka yang

telah dirasuki oleh roh dari alam gaib. Saat disimpan di dalam peti/kotak

penyimpanan, pemimpin atau ketua boneka ini harus diletakkan pada

posisi teratas. Biasanya diletakkan berdampingan dengan sebuah boneka

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

42

yang menggambarkan sosok perempuan, yang dijuluki Shiau Kiau Moi.

Kesalahan dalam meletakkan boneka di peti penyimpanan diyakini akan

mendatangkan kemarahan Tai Tu Si, sehingga tali-tali benang yang

terdapat pada boneka menjadi kusut dan menghambat jalannya

pementasan.

Gambar3: (10 benang pada boneka berfungsi menggerakan

kepala, tangan, dan kaki ).

Kekuatan adikodrati yang tersimpan pada boneka juga terkuak dari

cerita terselamatkannya seluruh koleksi boneka wayang yang dimiliki oleh

Chin Nen Sin saat terjadinya peristiwa kebakaran yang menghanguskan

seisi rumahnya3. Percaya atau tidak, cerita yang santer berkembang di

masyarakat adalah tentang upaya penyelamatan diri yang dilakukan oleh

boneka dengan cara keluar dari peti penyimpanan. Bahkan, ada warga di

sekitar lokasi rumah yang terbakar mengaku mendengarkan teriakan

minta tolong yang diyakini berasal dari boneka-boneka itu. Boneka-

boneka itu pun luput dari kebakaran, karena berhasil diselamatkan oleh

warga. Cerita lain yang dituturkan oleh para informan mengungkapkan

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

43

peristiwa-peristiwa gaib di balik panggung yang terjadi di tengah-tengah

pementasan. Misalnya tentang boneka dan dalang yang tiba-tiba

kerasukan roh yang tidak dikehendaki, ataupun tali benang boneka yang

mengalami kekusutan karena sebelum pementasan tidak melakukan ritual

dengan semestinya.

Penghormatan terhadap boneka wayang gantung ditunjukkan

melalui persembahan yang secara khusus disajikan saat membuka peti

penyimpanan boneka4 dan ritual sembahyang yang dilakukan saat

menutup peti penyimpanan. Aktivitas-aktivitas ini pada umumnya

dilakukan di altar tertentu (berlokasi di tempat tertentu), yang dipercaya

sebagai tempat turunnya roh kepada pemimpin atau ketua boneka. Ritual

persembahan dan sembahyang kepada dewa juga dilakukan sebelum

pementasan wayang gantung dimulai. Pada dasarnya, ritual-ritual yang

selalu ditandai dengan pembakaran hio ini ditujukan untuk menghormati

tiga dewa (Sam Nen Sai), yaitu Thien Nen Sai, Kok Nen Sai dan Thiau

Nen Sai, serta roh-roh leluhur yang ditampilkan dalam sosok boneka kayu.

2) Dalang, Tokoh Sentral di Balik Pementasan

Dalam istilah bahasa Tionghoa dialek Hakka, dalang disebut

dengan chiao thew ciu nyin, yang secara umum dapat diterjemahkan

sebagai orang yang menarik-narik atau menggerakkan boneka wayang

gantung. Untuk menjadi dalang yang mumpuni selain membutuhkan

bakat atau talentadiperlukan proses belajar dan berlatih yang dilakukan

secara kontinu.

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

44

Gambar4: Dalang dan Tokoh Sentral (Chin Nen Shin 67 tahun) ketua

perkumpulan Shin Thian Cai dan Pat Jim Pan)

Seseorang dapat menguasai teknik dasar dalam memainkan

boneka wayang gantung setelah mempelajarinya selama lebih kurang 6

bulan. Namun mengingat kemampuan memainkan wayang gantung

mengutamakan keterampilan gerak tangan, maka semakin sering berlatih

dan tinggi jam terbang seseorang, akan semakin tinggi pula

kemampuannya dalam mengendalikan gerak boneka.

Setelah sekian lama berlatih dan menekuni profesinya, tidak jarang

seorang dalang dapat menemukan gerakan-gerakan baru yang kelak

akan menjadi ciri khas dalam setiap penampilannya. Jika mengamati

pementasan wayang gantung yang memesonakan, rasanya tak mudah

percaya bahwa gerak boneka-boneka tersebut semata-mata bertumpu

pada keterampilan dalang dalam mengontrol tali-tali benang yang ada

pada tubuh boneka. Kemampuan dalang memilih tali benang yang tepat,

serta kelincahan dalam memindah-mindahkan tangan serta jemarinya dari

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

45

satu tali ke tali benang lain, membuat gerakan boneka terlihat sangat

hidup. Apalagi terdapat gerakan-gerakan tertentu yang tidak mungkin

hanya dimainkan oleh satu orang dalang. Tentu dituntut koordinasi antara

dalang yang satu dengan dalang yang lain, sehingga kedinamisan dan

keharmonisan gerak boneka selalu terjaga.

Seorang informan yang berprofesi sebagai dalang menjelaskan

bahwa terdapat teknik-teknik dasar untuk menggerakkan boneka yang

wajib dikuasai oleh seorang dalang. Misalnya saat boneka diposisikan

berdiri di atas panggung, tubuh boneka itu harus benar-benar tegak.

Bagian lututnya tidak boleh tertekuk dan ujung kakinya tidak boleh

terjuntai. Contoh lain adalah saat mengatur gerakan langkah boneka.

Dalang harus mampu membuat gerakan boneka laki-laki terkesan gagah

saat berjalan, dengan langkah-langkah kaki yang lebar dan menghentak.

Sedangkan boneka perempuan langkah kakinya dibuat lebih pendek-

pendek, disertai dengan gerakan yang lembut. Berdasarkan dokumentasi

pertunjukan wayang gantung yang disaksikan penulis, terlihat beberapa

gerakan yang mungkin tergolong sederhana.

Beberapa gerakan tersebut antara lain, seperti; membengkokkan

lengan tangan, menggerakkan telapan tangan, menggerakkan mulut,

menggoyangkan kepala, memutar arah boneka, mengatur gerakan kaki

boneka sehingga boneka dapat bergerak/ berjalan, serta membuat

boneka menunduk, membungkuk dan melompat. Gerakan-gerakan

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

46

tersebut tampaknya merupakan gerakan dasar, sehingga hampir dapat

dipastikan akan muncul di setiap pementasan.

Dalam lakon-lakon tertentu, atraksi boneka tidak jarang dijadikan

sebagai daya tarik utama bagi penonton. Misalnya, adegan di kala dua

buah boneka duduk di atas kursi sambil minum menggunakan gelas,

ataupun adegan peperangan/perkelahian yang menuntut kemampuan

dalang memainkan senjata berbentuk tongkat kayu. Sebuah atraksi yang

hingga kini mampu menyedot kekaguman para penonton adalah adegan

permainan barongsai yang tampil bersama dengan sesosok boneka

manusia. Gerakan tiruan barongsai dan boneka pendampingnya itu

berlangsung dalam tempo yang cepat, aksi gaya boneka berubah-ubah

dan sangat variatif.

Pada setiap pementasan, dalang yang berperan menghidupkan

peran dan kisah yang dibawakan, jumlahnya lebih dari satu orang. Mereka

berdiri di balik layar, hanya tangan mereka yang tampak menyembul

keluar. Sulit untuk menyebutkan kisaran jumlah yang pasti, karena

banyaknya dalang berkorelasi erat dengan banyaknya peran yang

dimainkan dalam sebuah adegan. Contohnya, untuk menggerakkan

barongsai yang berukuran sekitar satu meter, dibutuhkan setidaknya dua

orang dalang untuk mengendalikan gerakan barongsai dan satu orang

dalang lain untuk memainkan tokoh Sabo yang menyertai kemunculan

barongsai itu. Dalam salah satu adegan yang menceritakan kisah

penyelamatan oleh para ksatria, jumlah boneka yang tampil bersamaan di

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

47

atas panggung bisa mencapai enam buah boneka. Oleh karena itu,

diperlukan enam orang dalang untuk mengendalikan gerak setiap boneka

tersebut. Meskipun tidak ditemukan adanya skenario tertulis yang secara

detil menuntun penampilan dalang di dalam setiap adegan, tetapi masing-

masing dalang wajib menguasai peran dan lakon yang dimainkan.

Terlebih dalam sebuah pementasan, seorang dalang bisa memainkan

lebih dari satu peran secara bergantian.

Di antara sekian banyak dalang yang tampil bersama-sama dalam

sebuah pertunjukan wayang gantung, terdapat satu orang dalang yang

bertanggung jawab sebagai sutradara. Pada umumnya dalang yang

ditunjuk sebagai sutradara ini merupakan dalang yang paling disegani,

karena keterampilan mendalang dan penguasaannya terhadap lakon yang

ditampilkan dianggap lebih tinggi. Sutradara berfungsi untuk mengatur

pembagian tugas antar-dalang dan mengoordinasi jalannya pertunjukan.

Kemampuan yang wajib dimiliki dalang tidak hanya sebatas

keterampilannya mengendalikan gerak boneka. Seorang dalang yang baik

juga harus mampu berkomunikasi secara lisan dengan penonton. Dalang

akan berbicara sesuai dengan peran yang dibawakan oleh boneka yang

sedang dimainkannya. Pembicaraan itu dapat dibangun melalui

percakapan antara seorang dalang dengan dalang yang lain, ataupun

antara dalang dengan para penonton. Warna suara dan intonasi saat

dalang berbicara sangat tergantung dengan peran yang dibawakan dan

konteks cerita. Seperti layaknya manusia, warna suara antara boneka

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

48

yang memainkan peran perempuan, laki-laki, orang tua, anak muda,

dewa, raja, dan tokoh lainnya, dibuat berbeda-beda. Intonasi pun

berubah-ubah sesuai dengan suasana hati dan ekspresi yang hendak

dimunculkan dari setiap peran yang dimainkan. Misalnya, suara dalang

berubah menjadi lirih ketika memainkan peran yang sedih, atau menjadi

lebih keras ketika marah atau sedang bersemangat. Pembicaraan dan

percakapan tersebut terkadang diselingi pula dengan kalimat-kalimat yang

disampaikan melalui nyanyian-nyanyian singkat.

Membicarakan tokoh dalang dalam kesenian wayang gantung tidak

bisa dilepaskan dari sosok Chin Nen Sin. la adalah dalang senior

sekaligus ketua perkumpulan Shin Thian Cai, satu-satunya perkumpulan

wayang gantung yang hingga kini masih tetap eksis di Kota Singkawang.

Chin Nen Sin dilahirkan di Singkawang, tanggal 6 Juli 1942. Sejak usia 10

tahun mulai mengenal wayang gantung dan belajar memainkan wayang

gantung di bawah bimbingan ayahnya. Usianya yang masih anak-anak

belum memungkinkannya berpentas bersama ayahnya yang menjadi

pemimpin perkumpulan wayang gantung saat itu. Bakat yang dimiliki Nen

Sin terus menerus dipupuk. Di usianya yang ke-15, ayahnya khusus

mengundang dua orang guru wayang gantung dari Tiongkok. Nama kedua

guru (sifu) Nen Sin ini adalah Chai Piang Shu dan Ho Lim Fu.5 Selama

lebih kurang satu tahun lamanya Nen Sin mengasah keterampilan

memainkan wayang gantung. Saat berusia sekitar 17 tahun, Nen Sin

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

49

sudah diikutsertakan ayahnya untuk tampil bersama dalam pementasan-

pementasan, sebagai seorang dalang pemula.

Tampaknya Chin Nen Sin dibesarkan dalam keluarga seniman.

Banyak kalangan menyebutnya sebagai generasi keempat dari generasi-

generasi sebelumnya, yang mencoba mengembangkan wayang gantung

di Singkawang. Kakeknya yang konon belajar wayang gantung dari Li

Tung Jin mewariskan kemampuan tersebut kepada Chin Jat Cin, ayah

Nen Sin. Tidak hanya Nen Sin yang mahir mendalang, abang kandungnya

yang telah meninggal, kabarnya juga memiliki kemahiran yang sama.

Banyak pula orang-orang yang berguru kepada abangnya ini. Sejak

dahulu mereka tinggal dan menghidupkan wayang gantung dari sebuah

desa kecil bernama Lirang, yang berlokasi di sebelah selatan Kota

Singkawang (kini berada di Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang

Selatan). Setelah rumah yang ditinggali Nen Sin dan keluarganya di

Lirang terbakar pada tahun 2008, mereka pindah ke Jalan Bun Fui,

Singkawang. Hingga kini koleksi boneka dan perangkat pementasan

lainnya tetap disimpan di sebuah rumah tua yang ditempati oleh salah

satu abangnya. Letak rumah itu di sekitar lokasi rumah Nen Sin yang

sudah terbakar.

Nen Sin adalah anak bungsu yang dilahirkan dari rahim seorang

perempuan bernama Bong Muk Kiau. Di usianya yang ke-28 ia menikah

dengan Tai Siuk Jan, yang berusia tujuh tahun lebih muda darinya.

Perkawinantersebut membuahkan sembilan orang anak. Sebelum belajar

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

50

mendalangj dari Nen Sin, istrinya adalah seorang pemain sandiwara atau

opera. Sayangnya, tidak ada satupun anak kandung Nen Sin yang tertarik

mengikuti jejak ayahnya, menjadi dalang wayang gantung. Salah seorang

anak perempuannya terkadang ikut tampil bersama perkumpulan Shin

Thian Cai, tetapi mengambil peran sebagai penyanyi pendukung

pementasan.

Perkumpulan Shin Thian Cai yang dipimpin Nen Sin memiliki

sekitar 12 orang yang bisa mendalang. Jika ditilik dari usianya, rata-rata

mereka tak lagi terbilang muda, yaitu di antara 50-60 tahun. Kemampuan

para dalang ini pada umumnya berasal dari didikan Nen Sin. Dalang-

dalang yang menjadi anggota perkumpulan Shin Thian Cai berdomisili

dalam sebaran lokasi yang relatif jauh, seperti di daerah Lirang, Sungai

Raya, Kopisan, Semparuk dan Mak Jantu. Dalai keseharian, para anggota

perkumpulan ini larut dalam aktivitas masing-masing, sehingga belum

pernah membuat agenda pertemuan secara tetapi misalnya sekedar untuk

berlatih atau berdiskusi tentang profesi mereka. Mereka hanya berkumpul

saat menjelang pementasan untuk melakukan persiapan yang diperlukan.

Jika tidak sedang melakukan pementasan, Nen Sin memenuhi

undangan untuk bermain kecapi bersama dengan perkumpulan musiknya

yang bernama Pat Jim Pan (delapan suara). Di sela-sela waktu luangnya

ia juga membuat barang-barang perlengkapan upacara dan perayaan

keagamaan, misalnya boneka-boneka kecil yang dipergunakan sebagai

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

51

simbol orang yang telah meninggal dan dipersembahkan pada saat ritual

sembahyang kubur.

3) Ritual Menjelang Pementasan

Menurut penuturan para informan, upacara-upacara yang biasanya

dilakukan sebelum pementasan wayang gantung sesungguhnya cukup

beragam dan relatif rumit pelaksanaannya. Secara umum upacara

tersebut meliputi persembahan kepada dewa, serta pembersihan wayang

dan lingkungan di sekitar area pementasan (cuci panggung). Namun

dalam perkembangannya kini, pelaksanaan upacara tersebut cenderung

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Pada dasarnya, seluruh upacara yang dilaksanakan sebelum

pementasan wayang gantung bertujuan untuk meminta-izin kepada dewa

dan leluhur, serta untuk menghindari hambatan-hambatan yang mungkin

terjadi di saat pementasan. Kebiasaan melakukan ritual menjelang

pementasan ini merupakan tradisi turun temurun yang masih diyakini dan

dijalankan hingga saat ini. Sebelum pementasan dimulai, idealnya terlebih

dahulu harus dipersembahkan sesajian lengkap. Saat itu wayang yang

sudah dikeluarkan dari peti penyimpanan digantung di suatu tempat yang

telah dipersiapkan. Tidak ada satu orang pun yang boleh memainkan

wayang tersebut. Pada ritual pembersihan boneka wayang gantung

digunakan jengger dan darah ayam yang diusapkan ke bagian mulut

boneka. Sedangkan ritual cuci panggung dilakukan dengan

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

52

mempersembahkan sesajian dan pembacaan mantera, seperti halnya

pada upacara persembahan kepada dewa dan leluhur.

Sesajian terdiri dari ayam jantan yang masih hidup, daging babi

yang sudah dimasak dan tiga butir telur. Upacara untuk memanggil arwah

dewa dan para leluhur ditandai dengan pembakaran hio dan kertas

berwarna kuning yang khusus untuk kegiatan ritual (sin thin), serta

pembacaan mantera-mantera. Sesajian tersebut diletakkan/disimpan di

altar khusus (sin than), yang dibuat di dekat tempat pementasan (di

belakang panggung) dan diyakini akan menjadi tempat bersemayamnya

dewa. Selain sesajian, di altar itu ditempatkan pula hio.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, meskipun ritual

menjelang pementasan ini masih dilakukan, tetapi dalam batas tertentu

terjadi penyesuaian-penyesuaian, terutama dengan tempat di mana

pementasan dilakukan. Jika pementasan dilakukan di tempat yang jauh

dan di situ tidak memungkinkan untuk meletakkan altar, maka tidak perlu

melakukan upacara persembahan dengan sesajian yang lengkap.

Demikian pula halnya dengan ritual pembersihan boneka wayang dan cuci

panggung. Pemimpin pertunjukan cukup bersembahyang sekitar 10-15

menit, untuk memohon izin kepada para dewa dan leluhur demi

kelancaran pementasan. Upacara persembahan baru dilakukan setelah

pertunjukan wayang gantung selesai, setibanya di rumah tempat

penyimpanan boneka dan peralatan pentas.

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

53

Tidak semua orang dapat melakukan upacara ini. Di perkumpulan

Shin Thian Cai, misalnya, hanya Chin Nen Sin yang sanggup merapal

mantera dan memahami setiap detil pelaksanaan ritual menjelang

pementasan. Dahulu ritual-ritual seperti ini tidak boleh disaksikan oleh

orang lain untuk menghindari adanya orang-orang yang kerasukan roh

jahat. Sampai saat ini pun tidak ada kewajiban bagi para anggota

perkumpulan untuk ikut serta menghadiri setiap ritual yang dilaksanakan

menjelang pementasan wayang gantung. Kealpaan dalam pelaksanaan

ritual dikhawatirkan akan berakibat pada kusutnya tali benang pengendali

gerak boneka, adanya dalang atau pendukung pertunjukan yang

kerasukan, serta peristiwa gaib lain yang bisa mengganggu pementasan.

Kejadian seperti ini pernah dialami oleh perkumpulan Shin Thian Cai,

misalnya peristiwa kusutnya tali benang boneka saat mereka tampil di

Semarang.

4) Panggung Pendukung Pementasan

Kesuksesan pementasan wayang gantung tidak cukup hanya

dengan menampilkan atraksi boneka yang dimainkan oleh dalang-dalang

yang memiliki keterampilan tinggi. Di setiap pementasan, setidaknya

diperlukan kerja sama antara 12 hingga 14 orang. Mereka terdiri atas

sejumlah dalang dan personel pendukung pementasan lainnya. Selain itu,

masih terdapat unsur-unsur lain yang dapat digolongkan sebagai

pendukung pementasan, seperti: panggung, layar dan alat musik

(instrumen).

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

54

Panggung yang dipergunakan untuk pementasan wayang gantung

merupakan bidang datar dengan ukuran yang cukup variatif. Panggung

tersebut bisa dibuat secara khusus untuk tujuan pementasan wayang

gantung saja. Tetapi yang lebih sering dijadikan pilihan adalah

memanfaatkan panggung-panggung yang sudah tersedia di tempat

pertunjukan atau disiapkan oleh panitia penyelenggara. Dekorasi

panggung terdiri atas beberapa buah layar yang dipasang secara artistik.

Layar-layar tersebut dipasang sedemikian rupa, sehingga menghalangi

penonton untuk melihat situasi yang terjadi di belakang layar.

Gambar5 : panggung unsur pendukung pementasan wayang

gantung

Sebagai gambaran, penulis mengambil contoh panggung dan layar

yang dipergunakan oleh perkumpulan Shin Thian Cai, saat melakukan

pementasan di berbagai tempat.6 Karena memanfaatkan panggung-

panggung yang telah disediakan oleh pihak yang mengundang (panitia

penyelenggara pertunjukan), tampilan lantai panggung memperlihatkan

adanya perbedaan yang mencolok. Sebaliknya, layar-layar yang menjadi

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

55

dekorasi panggung tidak pernah mengalami pergantian, selalu sama dari

satu pementasan ke pementasan yang lain. Bentangan layar yang

dipasang tegak lurus di atas permukaan lantai panggung dengan bantuan

beberapa tiang penyangga, terdiri atas lima bagian yang terpisah.

Bentangan layar tersebut memiliki panjang sekitar 4-5 meter dan tingginya

sekitar 1 meter. Bagian/potongan layar yang diletakkan di tengah-tengah,

ukurannya lebih besar dibandingkan dengan ke-4 bagian/potongan layar

yang lain.

Di bagian atasnya tertulis nama perkumpulan "Shin Thian Cai",

yang ditulis dengan huruf kanji. Di bawah tulisan nama perkumpulan itu

terdapat lukisan yang menggambarkan satu jalur jalan yang terletak di

dalam sebuah bangunan. Jalur jalan yang diapit oleh beberapa buah

pilar/tiang tersebut, bentuknya lurus mengarah ke sebuah ruang yang

letaknya lebih tinggi. Sedangkan gambar yang dilukis pada ke-4

bagian/potongan layar yang lain adalah gambar pemandangan. Di situ

terdapat gambar pepohonan, hewan, serta danau/sungai. Selain

potongan-potongan layar yang berdiri tegak di atas permukaan lantai, di

bagian atas panggung dihiasi pula dengan bentangan layar yang

menampilkan lukisan delapan dewa. Saat pementasan berlangsung,

seluruh dalang dan para personel pendukung lainnya berada di belakang

layar.

Bentangan layar yang dibuat dalam beberapa bagian,

memudahkan dalang untuk mengendalikan gerak boneka melalui celah

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

56

atau sela-sela yang ada. Celah yang terdapat di antara bagian/ potongan

layar yang dipasang di atas lantai panggung dipergunakan sebagai jalan

masuk dan keluar bagi boneka-boneka yang dipentaskan. Sedangkan

sela-sela yang terdapat di antara layar yang diletakkan di atas permukaan

lantai dengan layar yang dipasang di atasnya, dimanfaatkan oleh dalang

untuk menempatkan kedua tangannya, sehingga dapat memainkan

boneka secara bebas. Dari kejauhan terlihat tangan-tangan dalang

tersebut menyembul dari balik layar.

Pementasan wayang gantung membutuhkan beberapa alat

pendukung yang mengeluarkan bunyi-bunyian yang khas. Instrumen

pendukung ini dimainkan oleh orang-orang yang ditugaskan secara

khusus, meskipun ada kalanya pemain musik dirangkap oleh dalang

yang sedang tidak memainkan boneka. Alat-alat tersebut adalah chem,

loku, tok, sio lo dan tew hian.

Chem adalah alat musik yang terdiri atas dua lempeng tembaga

berbentuk bundar. Instrumen ini dibunyikan dengan cara membenturkan

kedua lempeng tersebut secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan

bunyi ceng..ceng..ceng. Loku merupakan alat musik semacam tambur

atau drum yang dimainkan dengan cara dipukul. Tok adalah alat musik

yang terbuat dari kayu. Dimainkan dengan cara dipukul dengan batang

kayu berukuran kecil, sehingga menghasilkan bunyi tok..tok..tok. Sio lo

berbentuk seperti gong kecil. Terbuat dari tembaga yang dimainkan

dengan cara dipukul. Sedangkan tew hian merupakan alat musik

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

57

bersenar, yang dimainkan dengan cara digesek. Chem, loku, tok dan se lo

yang dibunyikan bersamaan, dipergunakan untuk mengiringi masuk dan

keluarnya boneka. Sementara tew hian adalah instrumen untuk mengiringi

nyanyian.

Selain pemusik dan penyanyi, terdapat personel pendukung lain

yang turut berpartisipasi menyukseskan sebuah pertunjukan wayang

gantung. Mereka adalah personel yang ditugasi untuk membawa

pengeras suara (mikrofon), serta personel yang mengurusi pergantian

kepala dan kostum boneka. Mikrofon digunakan untuk memperjelas vokal

dalang ketika berbicara atau menyanyi. Setiap seorang pemegang

mikrofon bertugas memegang dua buah mikrofon, satu di tangan kiri dan

satu lagi di tangan kanannya. Bagi personel yang bertugas mengganti

bagian kepala dan kostum boneka harus mampu bergerak cepat dan

memahami peran-peran yang dipentaskan.

5) Penokohan dan Lakon dalam Pementasan

Dalam sebuah dongeng, kisah ataupun cerita tentu akan

menghadirkan tokoh-tokoh yang memainkan beragam peran. Demikian

pula halnya dengan wayang gantung, lakon-lakon yang dipentaskan di

setiap pertunjukannya didukung oleh penokohan yang kuat, sehingga

kedua hal tersebut baik lakon maupun penokohanmenjadi sebuah

bangunan yang utuh. Ada boneka yang memerankan tokoh perempuan,

adapula yang memerankan tokoh laki-laki. Ada boneka yang menampilkan

sosok dewa, raja, ksatria, rakyat jelata, bahkan singa.

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

58

Meskipun tidak berlaku umum, salah satu keunikan dari wayang

gantung terlihat pada boneka yang berwujud sama, tetapi bisa memainkan

peran yang berbeda. Oleh karena itu, lakon yang membingkai setiap tokoh

dan peran tersebut menjadi penting untuk dipahami, agar penonton tidak

mengalami kebingungan. Sebagai contoh adalah boneka yang dijuluki Tai

Tu Si. Dia bisa hadir dalam sebuah lakon komedi, tetapi di saat yang lain

iahadir pula memerankan sosok ksatria, tentunya dengan nama dan

karakteryang berbeda. Namun hal tersebut tidak akan pernah terjadi pada

bonekayang berwujud Dewa Naga Hijau. Selamanya dewa ini tidak akan

pernahmengalami pergantian peran dan penamaan. Struktur boneka

yangmemungkinkan kepala boneka bisa dipasang dan dilepas dari

bagiantubuhnya, menjadi cikal bakal kemunculan beragam tokoh. Wajah

(bagiankepala) boneka yang sama apabila dipasang pada anggota tubuh

yangmenggunakan kostum berbeda, akan menjadi tokoh lain dan

memainkan peran yang berbeda pula.

Bagi masyarakat yang sering menikmati pertunjukan wayang

gantung, tentunya akan dengan mudah mengidentifikasi tokoh-tokoh

wayang yang tampil di atas pentas. Penokohan tersebut cenderung selalu

dibarengi dengan pembentukan karakterisasi ataupun kemasan fisik yang

mudah ditangkap secara kasat mata. Tokoh Sabo, misalnya, sosok

manusia sangat perkasa yang digambarkan berkulit tembaga dan

bertulang besi. Sabo pasti mudah dikenali, karena merupakan satu-

satunya boneka yang selalu "mendampingi" kehadiran barongsai di atas

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

59

pentas. Identifikasi terhadap Sabo juga dapat dilakukan melalui adegan

pergantian wajah. la memiliki dua wajah yang berbeda, wajah aslinya

akan berganti begitu ia mulai melakukan atraksi bersama barongsai.

Pada umumnya bahasa pengantar yang dipergunakan dalam

pementasan wayang gantung adalah bahasa Tionghoa dengan dialek

Hakka. Penggunaan bahasa juga tergantung pada lakon yang dimainkan.

Terkadang dalam sebuah adegan yang menampilkan perbincangan di

dalam istana kerajaan dipergunakan dialek Hakka dengan aksen khusus

(sehingga terdengar bukan seperti dialek Hakka), tetapi ketika adegan

perbincangan tersebut terjadi di kalangan rakyat jelata bahasanya beralih

ke dialek Hakka seperti yang dipergunakan dalam perbincangan sehari-

hari. Lagu-lagu tradisional yang dinyanyikan saling bersahutan layaknya

seperti pantun (tong son ko)1, dipenuhi dengan kalimat-kalimat kiasan.

Oleh karena itu, tong san ko yang menjadi bagian dari pementasasn

wayang gantung ini menjadi tidak mudah dipahami. Bahasa Indonesia dan

Mandarin sangat jarang digunakan di dalam pementasan.

Hampir seluruh lakon yang dipentaskan dalam pertunjukan wayang

gantung bersumber dari karya sastra atau dongeng-dongeng klasik

Tiongkok. Chin Nen Sin menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai

lakon-lakon tersebut dipelajarinya dari buku dan tuturan lisan kedua

gurunya. Dongeng-dongeng klasik yang dipentaskan, pada umumnya

menceritakan seputar kisah kepahlawanan, perjalanan suci atau mulia

yang dilakukan oleh para ksatria, dan drama kehidupan, termasuk kisah-

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

60

kisah percintaan. Dalam perkembangannya terjadi inovasi pada cerita,

sehingga terdapat lakon-lakon diwarnai dengan bumbu komedi ataupun

menampilkan kisah keseharian yang terjadi di masyarakat masa kini.

Kisah yang ditampilkan dalam satu pementasan, umumnya

merupakan penggalan dari sebuah dongeng panjang, sehingga cukup

waktu untuk menceritakan kisah tersebut sampai tuntas. Selain

mempertimbangkan durasi pementasan, pemilihan lakon juga disesuaikan

dengan peristiwa dan keinginan dari si pengundang. Misalnya, jika

pementasan diselenggarakan dalam rangka peringatan ulang tahun dewa

atau klenteng, maka yang ditampilkan adalah cerita-cerita klasik yang

menggambarkan tokoh dewa, ksatria atau pahlawan. Dalam perayaan

ulang tahun ataupun perkawinan, dihadirkan cerita kehidupan keseharian

yang memuat pesan-pesan kebajikan dan kesetiaan, diselingi dengan

humor-humor yang menghibur.

Beberapa contoh lakon klasik yang biasa ditampilkan dalam

pementasan wayang gantung, antara lain:

1) Fan Ni Fa Poh Kim Kong Chin, sebuah cerita klasik tentang

ksatria perempuan yang masih lajang. la terlibat dalam

pertempuran dalam operasinya wilayah barat, bersama dengan

suaminya Shiat Tien Chan. Dalam kisah ini terdapat pula tokoh

Shiat Jin Kui yang merupakan mertua dari Fan Ni Fa. Shiat Jin

Kui adalah orang yang memimpin operasi ke wilayah timur

(hingga sampai ke Korea) untuk menolong Kaisar Li Che Ming.

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

61

2) San Ci Pen San (Fa Ci Cin Sang Lim Kim Si). Salah satu

adegannya menampilkan atraksi barongsai masuk ke kota.

Kisahnya dilatarbelakangi oleh penyelamatan seorang raja yang

tertangkap dan ditahan oleh musuh melalui sebuah

pertempuran. Raja lain yang bernama Ko Sim Sion lalu

memerintah anak buahnya untuk menyelamatkan raja yang

menjadi sekutunya itu. Pintu penjara ternyata dikawal oleh

banyak penjaga, sehingga anak buah Ko Sim Sion mengalihkan

perhatian para penjaga itu dengan mengajak mereka bernyanyi,

sambil memberi mereka minuman arak. Konon kehadiran

barongsai juga berhasil menarik perhatian penjaga penjara

untuk menonton, sehingga pintu penjara tidak ada yang

menjaga lagi. Kesempatan itu dipergunakan oleh anak buah Ko

Sim Sion untuk membebaskan raja.

3) Chang Fo Ha Si long adalah kisah perjalanan Ceng Ho (Chang

Fo) ke wilayah-wilayah yang berada di samudera sebelah barat,

pada masa Dinasti Ming. Dalam perjalanan tersebut Chang Fo

tanpa sengaja tiba ke wilayah di samudera sebelah selatan (nan

yang), termasuk Indonesia.

4) Liong San Pak Cuk Jin Tai adalah drama percintaan yang jalan

ceritanya serupa dengan kisah Sam Pek Eng Tay. Liong San

Pak adalah nama tokoh laki-lakinya, sedangkan Cuk Jin Tai

adalah nama tokoh perempuan. Dikisahkan Cuk Jin Tai yang

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

62

menyamar sebagai laki-laki berteman akrab dengan salah satu

rekan di sekolahnya, yaitu Liong San Pak.Lama kelamaan

rahasia penyamaran Cuk Jin Tai terbongkar oleh Liong San Pak

dan mereka pun saling jatuh cinta. Tidak beberapa kemudian

Cuk Jin Tai diperintahkan oleh kedua orang tuanya untuk

kembali ke rumah,karena ia akan segera dinikahkan.

Mengetahui peristiwa tersebut Liong San Pak berusaha

melamar Cuk Jin Tai. Tetapi sungguh malang, lamarannya

ditolak oleh orangtua Cuk Jin Tai, karena mereka tidak mau

memiliki menantu yang miskin. Derita yang ditanggung Liong

San Pak membuatnya sakit hingga akhirnya meninggal dunia.

Suatu saat Cuk Jin Tai mendatangi pusara Liong San Pak di

tengah perjalanannya menuju kediaman pengantin pria. Ketika

Cuk Jin Tai sedang memanjatkan doanya, makam Liong San

Pak terbuka. Cuk Jin Tai memutuskan untuk mengekalkan

cintanya dengan Liong San Pak. Ia pun masuk ke dalam

kuburan tersebut.

5) Kisah penyelamatan Lu Zun Yi oleh Ksatria Liang Shan

(Pendekar 108). Adegan dimulai dengan kemunculan beberapa

ksatria dari Liang Shan, yaitu Yan Qing, Li Kui, Sun Er Liang, Gu

Da Sau dan Shi Qian. Para ksatria ini mendapatkan perintah

dari Wu Yonguntukmenyelamatkan Lu Zun Yi yang ditahan di

Da Ming Fu. Kisah ini pada intinya menceritakan tentang upaya

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

63

penyelamatan yang dilakukan oleh sekelompok ksatria yang

bermarkas di gunung Lian Shan, terhadap seorang perampok

yang baik budinya. Perampok tersebut mengambil harta para

penguasa yang lalim dan korup, lalu membagikan hasil

rampokannya itu kepada rakyat jelata yang hidup dalam

kemiskinan.

6) Rangkaian Pementasan

Pada dasarnya rangkaian pementasan wayang gantung bisa

berlangsung dalam beberapa hari berturut-turut. Di zaman dahulu ketika

peminat wayang gantung masih banyak, sebuah perkumpulan wayang

gantung bisa memeriahkan atau mengisi acara di satu tempat selama satu

hingga dua bulan penuh. Apalagi jika pementasan itu dilakukan di tempat-

tempat yang jauh dari Singkawang, seperti di Kartiasa, Sekura, atau

daerah-daerah lain di Kabupaten Sambas. Namun durasi waktu untuk

sekali pentas, paling lama memakan waktu sekitar tiga jam. Misalnya,

pentas pertama dilakukan pukul 08.00-11.00 pagi. Pementasan berikutnya

adalah pukul 14.00-16.00 sore.

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

64

Gambar 6: saat pementasan wayang gantung

Lakon yang dihadirkan dalam sebuah rangkaian pementasan

wayang gantung tidak harus merupakan cerita bersambung, kecuali jika di

pementasan sebelumnya cerita itu belum selesai. Bisa dikatakan setiap

pementasan mengusung satu judul cerita (per episode), yang merupakan

nukilan dari sebuah dongeng atau kisah yang panjang. Namun dalam

kesempatan tertentu, kadang-kadang dihadirkan pula cerita-cerita serial,

sehingga bangunan sebuah cerita/kisah dapat ditampilkan secara utuh.

Di sepanjang tiga jam pementasan, pertunjukan dilakukan terus

menerus. Jika pun ada jeda, tidak akan berlangsung lama. Setelah

melakukan ritual wajib sebelum pentas, pertunjukan dibuka dengan

pembacaan sinopsis. Biasanya sinopsis disampaikan melalui nyanyian

yang diiringi dengan musik. Pertunjukan bisa diakhiri dengan

menghadirkan komedi atau cerita-cerita lucu yang menyegarkan suasana,

melantunkan lagu-lagu tradisional (tong son ko) secara bersahut-sahutan,

ataupun menyanyikan beberapa lagu dalam bahasa Mandarin.

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

65

Dewasa ini, pementasan wayang gantung telah mengalami

berbagai perubahan. Dalam batas tertentu, perubahan tersebut dapat

dimaknai sebagai upaya untuk beradaptasi dengan perubahan zaman,

serta jawaban atas kendala-kendala yang selama ini berpotensi menjadi

hambatan. Beragam permasalahan yang dihadapi oleh wayang gantung

Singkawang berikut upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala

tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya.

4.2.1 Mengurai Jalinan Masalah

Keprihatinan tentang kondisi wayang gantung Singkawang saat ini,

dengan mudah akan kita temukan pada pemberitaan-pemberitaan di

berbagai media, ataupun terungkap dalam perbincangan secara langsung

dengan para pelaku seni wayang gantung. Cerita tentang pertunjukan

wayang gantung yang gempita di masa kejayaannya, kini nyaris hilang

tertelan kepungan berbagai masalah yang datang silih berganti.

Hanya tinggal satu perkumpulan wayang gantung yang tersisa,

yaitu perkumpulan Shin Thian Cai yang dipimpin oleh Chin Nen Sin.

Sedangkan perkumpulan lain telah lama berpasrah diri pada perubahan

zaman yang tidak mampu mereka taklukkan. Di akhir tahun 1970-an, satu

persatu dari perkumpulan tersebut membubarkan diri. Boneka-boneka

wayang yang tadinya dimiliki, akhirnya berpindah tangan kepada para

peminat di Singapura melalui transaksi jual beli. Menghadapi kenyataan

yang menyedihkan ini, ayah Chin Nen Sin memilih untuk tetap pada

keputusan mempertahankan wayang gantung yang dimilikinya. Tai Siuk

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

66

Jan dan Chin Khui Jan, isteri dan anak Chin Nen Sin, memberikan

"keterangan yang nyaris sama mengapa mertua dan kakek mereka

bergeming pada pilihannya, katanya:

"... banyak orang yang mau beli wayang gantung, tapi mertua saya tidak membolehkannya untuk dijual. Mertua saya tidak mau menjual karena kalau dijual tidak kelihatan hasilnya. Kalau duit dipakai bisa habis, tapi kalau wayang gantung bisa diturunkan sampai ke anak dan cucu." (Tai Siuk Jan) "Kakek pernah ditawari orang untuk menjual wayang gantung tapi kakek tidak mau, karena mau diturunkan ke anak cucunya." (Chin Khui Jan)

Hingga saat ini, terbukti Chin Nen Sin dan keluarganya mampu

mengemban amanat itu. Warisan berharga tersebut tetap dapat mereka

pelihara dengan baik. Nen Sin dan istrinya berteguh hati menekuni profesi

mereka sebagai pelaku seni wayang gantung, walaupun tidak demikian

dengan anak-anaknya. Sungguh tidak mudah bagi keluarga pewaris ini

untuk bisa mengembalikan wayang gantung bersinar seperti sediakala.

Menelusuri awal kejatuhan wayang gantung, mustahil dilepaskan

dari kebijakan politik masa lalu. Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat

Cina secara jelas menyebutkan:

"PERTAMA: Tanpa mengurangi jaminan keleluasaan memeluk

agama dan menunaikan ibadatnya, tata-cara ibadah Cina yang memiliki

aspek affinitas culturil yang berpusat pada negeri leluhurnya,

pelaksanaannya harus dilakukan secara intern dalam hubungan keluarga

atau perorangan.

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

67

KEDUA: Perayaan-perayaan pesta agama dan adat istiadat Cina

dilakukan secara tidak menyolok di depan umum, melainkan dilakukan

dalam lingkungan keluarga." (Petikan instruksi pada Inpres No. 14/1967).

Instruksi yang ditetapkan pada 6 Desember 1967 itu, dalam

pertimbangannya mengatakan bahwa agama, kepercayaan dan adat

istiadat Cina di Indonesia yang berpusat pada negeri leluhurnya,

dikhawatirkan dapat memberikan pengaruh yang kurang wajar terhadap

warga negara Indonesia, sehingga bisa menghambat proses asimilasi.

Sejak dikeluarkannya Inpres No. 14/1967, pergelaran wayang

gantung yang berkaitan erat dengan perayaan-perayaan penting di

kalangan masyarakat Tionghoa Singkawang mulai kehilangan peluang

untuk tampil leluasa di depan khalayak umum. Terlebih pementasan

wayang gantung menggunakan bahasa Tionghoa, dengan pilihan cerita

yang berkiblat kepada kisah-kisah klasik daratan China. Tidak kuasa pada

risiko yang mengancam, beberapa perkumpulan pada akhirnya memilih

untuk menyimpan boneka dan peralatan pentasnya di dalam peti. Namun,

ada beberapa perkumpulan yang masih memberanikan diri tampil dalam

lingkup terbatas setelah memperhitungkan segala sesuatunya secara

cermat.

Dampak negatif dari kebijakan politik pemerintah Orde Baru bukan

satu-satunya penyebab kemunduran wayang gantung. Berkembangnya

media hiburan, seperti radio dan televisi, berhasil meminggirkan posisi

wayang gantung dari alternatif media hiburan yang paling diminati. Tidak

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

68

berhenti di situ saja, kini panggung-panggung hiburan lebih memberikan

tempat kepada berbagai bentuk kesenian yang dianggap lebih

mencerminkan gaya hidup modern. Wayang gantung tidak mampu

berkompetisi dengan riuh rendahnya band-band yang menawarkan

berbagai aliran musik, yang cenderung mampu memenuhi selera semua

kalangan. Penikmat wayang gantung menurun drastis. Order untuk

pementasan semakin sepi. Dewasa ini, di perayaan-perayaan yang

berkaitan dengan keagamaan sekalipun, pementasan band ternyata lebih

diminati ketimbang wayang gantung.

Menjadi seniman wayang gantung bukan merupakan pilihan yang

tepat bagi mereka yang ingin hidup dalam kondisi ekonomi yang serba

berkecukupan. Berkurangnya minat masyarakat untuk mengundang

perkumpulan-perkumpulan wayang gantung menggelar pentas, tentu saja

berkorelasi dengan semakin minimnya pendapatan yang bisa diperoleh

dari aktivitas berkesenian ini. Sampai saat ini besarnya pembayaran yang

diperoleh untuk satu pementasan, tergantung pada jarak dan lamanya

tampil. Sebagai gambaran, untuk satu kali pementasan di wilayah

Singkawang, perkumpulan Shin Thian Chai mendapatkan ganjaran antara

2,5 hingga 3 juta rupiah. Hasil yang diperoleh ini harus dibagi-bagikan

kepada seluruh anggota perkumpulan yang mengikuti pementasan.

Menurut salah seorang informan, meskipun honor pementasan tersebut

relatif mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, tetapi nyatanya

wayang gantung belum mampu dijadikan sebagai tumpuan utama bagi

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

69

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Inilah yang menjadi alasan mengapa

tidak satupun anak-anak Nen Sin berminat mengikuti jejak ayah dan

ibunya menjadi pelaku seni wayang gantung. Bisa dibayangkan,

permintaan untuk mementaskan wayang gantung yang datang ke

perkumpulan Shin Thian Chai mungkin hanya datang dua kali dalam

setahun. Oleh karena itu, tentunya masing-masing anggota perkumpulan

harus memiliki aktivitas lain yang mampu menopang kehidupan mereka.

Kondisi-kondisi yang mengancam eksistensi wayang gantung

seperti yang telah dipaparkan di atas, diperparah dengan kenyataan

bahwa proses regenerasi mengalami kegagalan. Para informan

menjelaskan sulitnya mempersiapkan generasi penerus wayang gantung

Singkawang. Menurut mereka banyak hal yang membuat generasi muda

enggan untuk mempelajari wayang gantung, apalagi menekuni profesi

sebagai seniman wayang gantung. Beberapa di antaranya telah

disinggung oleh penulis, misalnya gempuran budaya pop yang lebih

menarik minat dan selera kaum muda, serta pandangan bahwa wayang

gantung tidak mempunyai prospek yang cukup menjanjikan untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup. Selain itu terungkap pula beberapa

alasan lain. Kisah atau dongeng klasik yang ditampilkan dalam

pementasan wayang gantung, terutama yang berlatar belakang sejarah,

pada umumnya dianggap membosankan dan tidak dipahami dengan baik

oleh generasi muda Tionghoa masa kini. Pengetahuan yang terbatas

tentang wayang gantung dan lakon-lakon yang ditampilkan, cenderung

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

70

berakibat pada munculnya sikap apatis dan terciptanya rentang jarak yang

semakin jauh antara generasi muda dengan seni wayang gantung itu

sendiri. Menurut seorang informan, kesakralan yang terlanjur melekat

pada wayang gantung, dalam batas tertentu bisa menjadi penghalang

bagi proses transfer budaya atau penerusan tradisi wayang gantung

kepada generasi selanjutnya. Hal ini disebabkan karena generasi muda

cenderung hidup dalam alam pikir yang lebih rasional dan menabukan

segala sesuatu yang dianggapnya berbau mistis. Beragam prosesi ritual

dan pantangan yang wajib dilakukan, dikhawatirkan berpotensi menjadi

penghalang bagi generasi muda untuk mengenal dan mempelajari

wayang gantung lebih jauh.

Kompleksitas permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

masih ditambah dengan terjadinya peristiwa kebakaran yang melanda

rumah Chin Nen Sin di Lirang. Meskipun seluruh bonekanya bisa

diselamatkan, tetapi beberapa koleksi penting yang terkait dengan

penerusan tradisi wayang gantung telah turut musnah bersama musibah

tersebut. Misalnya, buku kumpulan cerita-cerita klasik Tiongkok,

dokumentasi-dokumentasi pertunjukan wayang gantung, serta beberapa

keping VCD yang berisi lagu-lagu tradisional China. Peristiwa ini juga

menyebabkan tertundanya rencana pemerintah dan DPRD setempat yang

ingin menjadikan rumah Chin Nen Sin di Lirang sebagai sentra dari semua

aktivitas yang berkaitan dengan pelestarian dan pengembangan wayang

gantung.

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

71

Di sisi lain, dukungan dan bantuan yang datang dari berbagai

pihak, baik dari pemerintah maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan

yang menyatakan diri memiliki kepedulian akan pelestarian budaya

Tionghoadirasakan belum memperlihatkan hasil yang signifikan,

khususnya jika dikaitkan dengan upaya pelestarian seni wayang gantung.

Diakui oleh seniman wayang gantung, akhir-akhir ini kesempatan untuk

berpentas hingga ke kota atau provinsi lain sesekali menghampiri mereka.

Tidak ada yang memungkiri peluang-peluang tersebut tercipta berkat

publikasi dan fasilitasi yang telah dilakukan berbagai pihak. Namun tetap

diharapkan adanya dukungan yang konsisten dan berkelanjutan, sehingga

bisa mendatangkan efek yang berjangka panjang.

Selama ini upaya untuk membuat dokumentasi tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan wayang gantung dirasakan masih

sangat minim. Pelaku wayang gantung justru mengeluhkan kasus

diperjualbelikannya dokumentasi pertunjukan wayang gantung yang

berbentuk rekaman audio-visual secara ilegal oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab demi meraih keuntungan pribadi. Beberapa informan

yang ditemui penulis menginginkan adanya kajian-kajian yang lebih serius

tentang wayang gantung, sehingga produk kajian tersebut diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan publikasi dan referensi dalam

memperkenalkan seni wayang gantung kepada masyarakat yang lebih

luas.

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

72

4.2.2 Upaya Melawan Kepunahan

Tak terbilang bagaimana beratnya perjuangan para pelaku seni dan

pihak-pihak yang peduli terhadap wayang gantung untuk membawanya

keluar dari ancaman kepunahan. Melalui wawancara dengan beberapa

informan, terungkap berbagai upaya yang selama ini telah dilakukan

dalam menyikapi berbagai perubahan yang terjadi, baik yang berkaitan

dengan konstelasi politik di Indonesia maupun menurunnya selera

penikmat wayang gantung (generasi muda). Seluruh upaya ini bertujuan

untuk mempertahankan eksistensi dan menaikkan popularitas wayang

gantung Singkawang, di tengah kemunculan beragam seni pertunjukan

Tionghoa lainnya, yang akhir-akhir mulai mendapat tempat di hati

masyarakat.

Setelah keluarnya Inpres No. 14/1967 yang membatasi segala

bentuk ekspresi budaya masyarakat Tionghoa yang dianggap berafiliasi

dengan budaya leluhur, pertunjukan wayang gantung yang mengusung

dongeng-dongeng klasik Tiongkok praktis hanya bisa diselenggarakan di

dalam lingkup komunitas kecil tertentu. Misalnya, di tengah keluarga besar

atau perkumpulan (yayasan) dengan keanggotaan terbatas. Dalam

lingkup sekecil ini, penonton yang dapat dihadirkan dalam pementasan

wayang gantung mungkin tak lebih dari 50-an orang.

Strategi untuk menampilkan kembali wayang gantung dalam pentas

yang lebih besar pernah dilakukan dengan mengubah konsep

pertunjukan. Langkah tersebut umumnya dimulai dari perubahan fungsi

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

73

wayang gantung, yang disusul dengan perubahan pada tema atau lakon

yang diusung dalam setiap pementasan. Inisiatif yang dimulai sekitar

tahun 1980-an ini, ditandai dengan difungsikannya wayang gantung

sebagai media untuk menyampaikan pesan pembangunan. Salah satunya

adalah dalam rangka sosialisasi program Keluarga Berencana. Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan beberapa orang

pemuda Tionghoa memotori perubahan ini. Selain mampu

mempertahankan kemunculan wayang gantung di depan umum,

pemanfaatan media tradisional ini dipandang cukup sukses dalam

menjembatani komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat

Tionghoa yang dahulu dinilai memiliki resistensi terhadap program

keluarga berencana.

Menurut para informan yang pernah terlibat langsung dalam

pemanfaatan wayang gantung sebagai media sosialisasi keluarga

berencana, saat itu dilakukan modifikasi terhadap peran-peran yang

biasanya dimainkan dalam pertunjukan wayang gantung. Pementasan

wayang gantung tetap memanfaatkan boneka-boneka yang ada.

Penyampaiannya pun tetap menggunakan bahasa Tionghoa dialek

Hakka, karena sasaran utama dari penyampaian pesan ini sesungguhnya

ditujukan kepada masyarakat Tionghoa. Simak penjelasan Bong Ci Nen

44 tahun, seseorang yang berperan dalam upaya memanfaatkan wayang

gantung untuk sosialisasi perogram KB, berikut ini:

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

74

"Untuk menyampaikan pesan-pesan tentang KB sangat susah. Banyak (yang menganggapnya sebagai sesuatu) yang jorok, apalagi jika menyangkut (penjelasan-penjelasan yang terkait dengan) hubungan suami-istri. Waktu itu (boneka) wayang yang sudah ada tetap dipergunakan, tapi perannya diganti, (misalnya) menjadi ayah, ibu dan dua orang anak. Naskah (untuk pementasan dibuat) baru, saya dan seorang teman yang sekarang tinggal di Jakarta yang membuatnya. (Pada dasarnya selalu diupayakan) bagaimana bisa menerobos ke orang Tionghoa. (yang paling memungkinkan) Hanya melalui media seni saja, (yaitu dengan memanfaatkan) wayang gantung dan opera."

Tema-tema yang ditampilkan sebenarnya cukup bervariasi. Tetapi

umumnya terfokus pada masalah keluarga berencana, pembinaan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, serta seputar pengetahuan

repoduksi sehat untuk kalangan remaja.

Selain untuk menyosialisasikan dan menyukseskan program KB,

wayang gantung pernah pula dipergunakan untuk menyebarluaskan

ideologi Pancasila ke kalangan masyarakat Tionghoa. Maklum saja,

pandangan politik di masa pemerintahan Orde Baru cenderung

menempatkan orang Tionghoa sebagai keturunan warga negara asing

yang diragukan nasionalismenya, bahkan seringkali dikaitkan dengan

organisasi-organisasi berideologi komunis. Pada dasarnya, di kala itu

wayang gantung hanya bisa dipentaskan di depan umum apabila

mengusung pesan-pesan pemerintah dan mendukung program-program

yang dicanangkan oleh pemerintah. Fungsi tersebut tampaknya tetap

bertahan hingga kini. Perkumpulan wayang gantung Shin Thian Cai masih

sering tampil dengan misi menyampaikan pesan pembangunan.

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

75

Dalam perkembangannya, perkumpulan inipun kerap diundang

untuk menyemarakkan perayaan hari kemerdekaan Indonesia ataupun

tampil pada acara-acara khusus di tempat-tempat yang jauh dari

Singkawang. Hal ini menuntut anggota perkumpulan Shin Thian Chai

melakukan penyesuaian dan pengembangan terhadap peran-peran dan

lakon-lakon yang akan ditampilkan. Meskipun alur cerita tidak pernah

dibuat dalam bentuk tertulis (naskah tertulis), tetapi sebelum pementasan

selalu didiskusikan tentang pembagian tugas antar-anggota perkumpulan

serta peran-peran yang harus dimainkan oleh setiap dalang. Tokoh-tokoh

yang ditampilkan tidak harus selalu memiliki identitas yang baru. Namun

tentu saja setiap lakon baru memerlukan peran-peran yang baru pula.

Beberapa lakon yang merupakan kreasi baru dari perkumpulan Shin Thian

Cai pada umumnya memperbanyak unsur komedi (adegan-adegan yang

mengundang tawa), kisah-kisah yang menceritakan kehidupan rumah

tangga, serta cerita-cerita yang menggunakan latar belakang lingkungan

sekitar (terdekat).

Pengembangan atau perubahan dilakukan juga terhadap unsur-

unsur lain yang mendukung pementasan. Misalnya, di akhir pementasan

ditampilkan lagu-lagu berbahasa Mandarin ataupun puisi-puisi sesuai

dengan konteks acara dan permintaan pihak pengundang. Penampilan

para biduanita yang menyanyikan lagu Mandarin ini didukung oleh

instrumen pengiring yang lebih lengkap. Tidak hanya sebatas tew hian

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

76

saja, tetapi ditambah dengan seruling dan beberapa jenis instrumen lain

yang dimainkan dengan cara dipetik dan digesek.

Strategi lain yang ditempuh untuk menghindari kebosanan

penonton adalah dengan memperpendek durasi pementasan dan memilih

lakon-lakon yang dianggap paling menarik untuk dipentaskan. Kini,

pementasan yang dilakukan di berbagai tempat hanya berkisar antara 15-

30 menit saja. Dalam rentang waktu pementasan yang tergolong sangat

singkat ini dahulu pementasan wayang gantung berlangsung selama 3

jam ditampilkan lakon yang paling digemari penonton, seperti atraksi

barongsai atau cerita-cerita komedi.3 Dengan demikian, dapat dikatakan

pementasan yang berlangsung singkat lebih ditujukan untuk menyajikan

hiburan bagi para penontonnya. Di satu sisi, perubahan-perubahan seperti

yang telah dikemukakan di atas, dinilai cukup berhasil untuk membawa

wayang gantung keluar dari berbagai permasalahan yang mengancam

eksistensinya, serta meraih kembali bahkan mungkin memperluas simpati

penonton yang mulai berpaling ke jenis-jenis hiburan lain. Namun di sisi

lain muncul pula kekhawatiran akan semakin berkurangnya fungsi penting

dari wayang gantung, serta tereduksinya pesan-pesan kebajikan atau

ajaran-ajaran moral bernilai religius yang selama berusaha untuk

disampaikan. Pilihan antara kepentingan mempertahankan orisinalitas

wayang gantung dengan keharusan untuk melakukan perubahan

mengikuti selera pasar, menjadi sebuah dilema yang menyulitkan bagi

pelaku seni wayang gantung. Petikan wawancara dengan pelaku dan

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

77

penikmat seni wayang gantung berikut ini mungkin dapat memberikan

sedikit gambaran tentang masalah yang dihadapi para pemain kesenian

wayang gantung tersebut.

"Cerita-cerita klasik yang mengisahkan usaha penyelamatan manusia oleh dewa, masih kental (nilai dan makna) religiusnya. Tapi sudah tidak menarik lagi di zaman sekarang. Dahulu filosofi hidup dan pesan moral mampu disampaikan, tapi sekarang sudah membuat orang (penonton) merasa bosan dan tidak tertarik lagi. Sekarang (pementasan wayang gantung) murni bersifat hiburan, tapi pemainnya belum (sepenuhnya) siap dengan perubahan selera penonton. Cerita klasik dan (kisah-kisah yang mengajarkan) nilai kebaikan dalam hidup nyatanya tidak ada peminatnya lagi, anak-anak muda sudah tidak paham."

"Untuk melestarikan keaslian budaya Tionghoa (wayang gantung) memang penting Tetapi itu tidak bisa dikomersilkan. (Wayang gantung) menghadapi masalah susah dipasarkan. Tidak mudah mengklopkan ide antara generasi muda dan generasi tua (pelaku seni wayang gantung) yang sulit menerima improvisasi." Kenyataan seperi ini tampaknya tidak bisa lagi terelakkan, karena

setiap zaman memiliki generasinya sendiri. Berbagai strategi yang telah

ditempuh untuk bertahan di tengah ancaman kepunahan, tidak selamanya

direspons secara positif oleh lingkungan dan membuahkan cerita

keberhasilan. Namun bukan berarti kenyataan ini membuat para pelaku

seni wayang gantung menjadi pesimis dan berhenti untuk membuat

berbagai inovasi baru di dalam setiap pementasannya.

Setelah Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres No. 14

tahun 19674, peluang bagi masyarakat Tionghoa untuk menggali dan

membangkitkan kembali kebudayaan mereka terbuka lebar. Penerapan

Keppres No 6 Tahun 2000 tersebut, memberikan gairah baru pula bagi

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

78

pementasan-pementasan wayang gantung, baik Kota Singkawang (dan

sekitarnya) maupun di berbagai daerah lain di luar Kota Singkawang.

Kesempatan besar pertama yang menghampiri perkumpulan Shin Thian

Chai adalah undangan untuk melakukan pertunjukan di Semarang tahun

2005. Pementasan yang bertepatan dengan peringatan Ceng Ho tersebut

difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Singkawang. Di

tahun 2007, perkumpulan Shin Thian Cai mendapat kesempatan untuk

mementaskan wayang gantung di Gedung Olahraga Pangsuma dan salah

satu mal di Kota Pontianak. Pertunjukkan berikutnya diselenggarakan di

Bentara Budaya Jakarta (BBJ) yang berlangsung selama dua hari,

tepatnya tanggal 1 dan 2 Agustus 2008. Penampilannya kala itu dalam

rangka mengisi acara pada Festival Bercerita ASEAN dan Program untuk

Anak yang diselenggarakan oleh Kelompok Pencinta Bacaan Anak

(KPBA). Di akhir Januari 2010, wayang gantung telah memiliki agenda

untuk kembali berpentas di Jakarta, setelah mendapatkan undangan dari

panitia Festival Cap Go Meh Singkawang.

4.3.Fungsi Wayang Gantung dalam Kehidupan Masyarakat

Wayang Gantung memiliki keunikan tersendiri yang tidak dapat

ditemukan pada wayang-wayang lain yang berkembang di Indonesia,

Wayang gantung merupakan salah satu bentuk wayang Tionghoa selain

wayang Cina-Jawa dan wayang potehi yang setakat ini hanya dapat

ditemukan di Singkawang. Sebagai mata budaya yang berakar dari

kebudayaan China, wayang gantung telah mengalami proses adaptasi

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

79

dengan lingkungan di mana wayang gantung tersebut tumbuh dan

berkembang. Oleh karena itu, meskipun di China atau mungkin di daerah

lain ditemukan tradisi pewayangan yang sepintas memiliki kesamaan

dengan wayang gantung Singkawang, tetapi tentu saja wayang gantung

Singkawang memiliki karakteristik yang berbeda dengan wayang-wayang

sejenis di belahan dunia manapun.

Sejak awal kemunculan hingga perkembangannya kini, wayang

gantung telah memainkan berbagai macam fungsi yang penting,

khususnya bagi masyarakat pendukungnya. Secara umum, wayang

gantung merupakan bagian dari mata budaya yang di dalamnya

terintegrasi dan terorganisasi sejumlah unsur dan jalinan antar-unsur,

seperti sistem teknologi, sosial dan ideologi. Wayang gantung sebagai

salah satu bentuk dari ekspresi budaya masyarakat Tionghoa, cenderung

menjadi bagian dari sistem ideologi masyarakat, karena mencerminkan

ide atau gagasan yang ada di alam pikiran manusia (berwujud abstrak).

Ide atau gagasan tersebut dimanifestasikan ke dalam simbol-simbol

tertentu, dan menjadi bagian dari kepercayaan, pengetahuan, serta

identitas bagi masyarakat tersebut.

Secara lebih khusus, wayang dapat dikategorisasi sebagai folklor.

Menurut Danandjaja(1988: 149-150), folklor adalah bagian kebudayaan

yang disebarkan secara turun temurun di dalam lingkup suatu masyarakat

atau komunitas (kolektif), baik dalam bentuk lisan maupun contoh-contoh

yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Folklor

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

80

tersebut dapat berupa bahasa, ungkapan tradisonal, cerita prosa (seperti

mite, legenda, dan dongeng), nyanyian, permainan, kepercayaan,

arsitektur, seni rupa, seni lukis, dan lain-lain. Berkaitan dengan folklor ini,

Bascom (dalam Aryandini S., 2002: 9) menyebutkan beberapa fungsi

folklor, yaitu: (1) sebagai sistem proyeksi keinginan (projective system); (2)

sebagai pengesahan kebudayaan (validating culture)', (3) sebagai alat

pendidikan (educative); dan (4) sebagai sarana sosial kontrol (as a mean

of applying social pressure and exercising social control). Sedangkan

menurut Alan Dundes, fungsi folklor adalah memberikan tuntunan dalam

mendidik anak/generasi muda, mendorong munculnya solidaritas sosial di

dalam suatu kelompok, memberi kewenangan kepada seseorang untuk

bertindak lebih superior daripada yang lain dengan tujuan untuk

melakukan kontrol sosial dengan cara-cara yang pantas, sarana untuk

memrotes ketidakadilan, menawarkan kenikmatan melalui pelarian diri dari

kenyataan, serta mengubah pekerjaan yang membosankan menjadi

sebuah permainan yang menyenangkan (dalam Aryandini S., 2002: 9).

Wayang gantung sebagai identitas budaya, masyarakat Tionghoa

Singkawang, pada hakikatnya merefleksikan kekhasan cara berpikir dan

bertingkah laku masyarakat tersebut. Di antara kompleks sistem budaya

dan sistem sosial itu, terdapat seperangkat simbol yang memberikan

makna atau mempunyai arti bagi mereka yang memahami dan secara

aktif menggunakan simbol-simbol tersebut. Menurut Arifninetrirosa (2005),

sistem budaya yang berwujud abstrak (intangible), biasanya merupakan

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

81

sebuah bangunan rumit yang terdiri atas empat perangkat simbol, yaitu:

simbol konstitutif (berkaitan dengan sistem kepercayan), simbol kognitif

(berkaitan dengan ilmu pengetahuan), simbol penilaian moral (berkaitan

dengan nilai-nilai dan aturan), serta simbol ekspresif atau pengungkapan

rasa. Sistem budaya dengan seperangkat simbol ini diekspresikan ke

dalam berbagai aktivitas konkrit manusia, baik yang dilakukan secara

individu maupun kolektif, serta melalui tindakan-tindakan didasarkan pada

hubungan atau relasi antar-individu.

Apabila dikaitkan dengan wayang gantung, simbol-simbol tersebut

jelas tampak pada ritual dan pantangan yang dilakukan. Prosesi

menjelang dan sesudah pementasan, persembahan sesajian, serta

perlakuan khusus terhadap boneka wayang tertentu, seluruhnya

mencerminkan sistem kepercayaan orang Tionghoa dalam hal ini Taoisme

sebagai kepercayaan asli orang Tionghoa yang berpusat pada

penghormatan kepada dewa dan para leluhur. Demikian pula halnya

dengan perlambangan yang dimunculkan melalui peran-peran tertentu,

seperti Sabo tokoh yang sangat perkasa yang bisa berganti wajah, Sun

Go Kong yang wajahnya menyerupai kera, barongsai yang berbentuk

singa, dewa naga hijau yang berwajah menyeramkan dengan sebilah

pedang dan stempel di kedua tangannya, serta tokoh-tokoh ksatria

lainnya, memberikan gambaran tentang pengetahuan orang Tionghoa

terhadap berbagai karakteristik sifat manusia, makhluk hidup lain, serta

benda-benda yang ada di muka bumi ini.

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

82

Kandungan filosofis yang terdapat di dalam dongeng-dongeng

klasik Tiongkok yang menjadi sumber dari lakon-lakon yang dipentaskan,

misalnya tentang ajaran moral dan kepahlawanan, dapat menunjukkan

nilai-nilai dasar yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang-orang Tionghoa

di manapun mereka berada. Singkatnya, pemahaman wayang gantung

secara holistik akan membawa kita menuju kepada pemahaman akan jati

diri orang Tionghoa. Di sinilah menariknya kesenian rakyat seperti wayang

gantung ini, melaluinya dapat tergambar sebuah potret besar mengenai

masyarakat Tionghoa di Singkawang.

Wayang gantung sebagai media komunikasi, Penggunaan bahasa

Tionghoa dialek Hakka sebagai bahasa pengantar utama dalam

pementasan wayang gantung, memberikan penegasan bahwa wayang

gantung menjalankan fungsinya sebagai media penghubung antara

penutur pesan dengan orang-orang yang diharapkan dapat menerima

pesan tersebut. Efektivitas dalam penyampaian pesan perlu ditunjang

dengan penggunaan bahasa yang bersesuaian dengan penerima pesan.

Oleh karena itu, bahasa Tionghoa dialek Hakka adalah bahasa yang

sangat tepat digunakan untuk berkomunikasi dengan penikmat wayang

gantung, yang mayoritas terdiri dari orang-orang bersub-etnis Hakka.

Meskipun kalimat-kalimat lisan yang diucapkan oleh dalang

merupakan sarana komunikasi yang paling mudah dicerna oleh penonton,

tetapi kalimat-kalimat lisan tersebut bukanlah sarana satu-satunya untuk

berkomunikasi. Terkadang bahasa-bahasa simbolis yang muncul dalam

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

83

pementasan wayang gantung justru lebih sarat akan makna dan

kandungan pesan. Sejak awal kehadirannya di depan publik hingga saat

ini, wayang gantung tetap dapat mempertahankan fungsinya sebagai

media komunikasi. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pemerintah

kerap menggunakan wayang gantung sebagai media untuk

menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Wayang gantung dianggap

sebagai pilihan yang tepat, karena terbukti mampu menjembatani sekat-

sekat yang selama ini menjadi penghalang antara pemerintah dengarij

masyarakat.

Dimana wayang gantung menjadi perekat hubungan sosial

sehinggah, pementasan wayang gantung terkait erat dengan perayaan-

perayaan besar dalam kehidupan orang Tionghoa, seperti: peresmian

klenteng, perayaan ulang tahun dewa, klenteng, perkumpulan, ataupun

seseorang; serta perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Apapun peristiwanya,

pementasan wayang gantung selalu terbuka untuk umum. Di saat-saat

seperti itulah seluruh kaum kerabat berkumpul untuk meneguhkan kembali

ikatan persaudaraan di antara mereka. Demikian pula halnya dengan

orang-orang yang datang untuk menyaksikan wayang gantung. Mereka

bisa saja datang dari berbagai tempat dan menyandang status sosial yang

berbeda-beda. Namun pada akhirnya wayang gantung mempersatukan

mereka atas dasar persamaan identitas budaya.

Pada bab sebelumnya telah dibahas secara detil tentang prosesi

ritual yang wajib dilakukan menjelang dan sesudah pementasan wayang

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

84

gantung. Hal itu menunjukkan adanya nilai-nilai sakral yang terkandung di

dalam pertunjukan wayang gantung. Boneka-boneka dan peran-peran

yang dimainkannya dianggap sebagai perwakilan dari sosok-sosok yang

dihormati dalam keyakinan orang Tionghoa. Oleh karena itu, prosesi ritual

yang dilaksanakan itu bertujuan untuk meminta izin, sekaligus memohon

kehadiran dewa dan para leluhur tersebut.

Fungsi wayang gantung sebagai sarana ritual tercermin pula dari

tujuan dipentaskannya wayang gantung. Dalam banyak peristiwa,

pementasan wayang gantung dijadikan sebagai sarana untuk

memanjatkan doa atau permohonan, mengungkapkan rasa syukur dan

terima kasih, serta penghormatan kepada dewa dan para leluhur.

Wayang gantung dapat juga menjadi sarana kontrol sosial dan

edukasi, karena pada dasarnya lakon-lakon yang ditampilkan dalam

setiap pementasan wayang gantung mencoba untuk memperkenalkan

nilai-nilai kebajikan dan kemanusiaan kepada para penontonnya. Salah

seorang informan menuturkan bahwa dongeng-dongeng klasik yang

bertema peperangan, sesungguhnya ingin menyampaikan pengetahuan

tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Selain itu, melalui kisah-

kisah peperangan diharapkan dapat terpupuk sifat keberanian, semangat

pantang menyerah, dan rasa penghargaan terhadap para pahlawan.

Lakon-lakon yang berlatar belakang kisah percintaan dan drama keluarga

dijadikan sebagai sarana untuk mengenalkan nilai-nilai moral atau etika,

berkaitan dengan relasi antara laki-laki dan perempuan, orang tua dan

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

85

anak, serta antar-anggota keluarga. Lakon-lakon seperti ini juga hendak

mengajarkan tentang nilai-nilai kesetiaan dan penghargaan terhadap

pasangan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wayang gantung

berfungsi sebagai sarana kontrol sosial dan edukasi, karena memberikan

pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk di dalam kehidupan

manusia. Kadang-kadang sindiran dan kritikan disampaikan secara halus

melalui berbagai peran yang dimainkan. Dengan cara seperti ini manusia

(atau penonton) diajak untuk tnelakukan perenungan, mengoreksi diri, dan

memilih hal-hal positif di dalam setiap langkah kehidupannya.

Sebagai sebuah seni pertunjukan, wayang gantung tentu

mengemban misi memberikan hiburan kepada para penontonnya. Di

tengah berbagai permasalahan yang mengancam eksistensi wayang

gantung, inovasi dan improvisasi yang dilakukan oleh para pelaku seni

wayang gantung cenderung terfokus pada upaya mempertahankan

wayang gantung sebagai sarana hiburan bagi masyarakat. Misalnya

dengan cara mengeksplorasi peran-peran lucu dan mengembangkan

lakon-lakon bertema komedi, menampilkan cerita-cerita bertema ringan

tentang kehidupan sehari-hari, ataupun menghadirkan atraksi-atraksi

menarik yang memperlihatkan keahlian dalang dalam mengontrol gerak

boneka.

Lakon-lakon yang bersumber dari dongeng-dongeng klasik berlatar

belakang sejarah sudah semakin jarang dipentaskan. Lakon-lakon

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

86

tersebut dinilai tak lagi sesuai dengan selera penonton. Selain

dikhawatirkan akan menyebabkan kebosanan, pengetahuan penonton

akan lakon-lakon itu pun amat terbatas. Alih-alih dapat melepaskan

kepenatan dan menyegarkan pikiran, penonton malah harus berpikir keras

untuk dapat memahami dan mengikuti alur cerita yang ditampilkan. Jadi,

tak dapat dihindari jika pada akhirnya fungsi hiburanlah yang dirasa paling

menonjol saat ini dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya.

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sehingga penulis menarik kesimpulan terkait dengan wayang

gantung Singkawang yang menjadi tema penelitian ini adalah, dimana

wayang gantung atau chiao thew adalah seni pertunjukan yang tumbuh

dan berkembang di Singkawang. Meskipun berakar dari kebudayaan

China yang berkembang di negeri leluhur, tetapiwayanggantung telah

mengalamipenyesuain-penyesuaian,sehingga merefleksikankebudayaan

dan kehidupan orang Tionghoa di Singkawang. Pementasan wayang

gantung menggunakan bahasa Tionghoa dialek Hakka.

Dalam pementasan wayang gantung terdapat unsur-unsur penting

yang satu sama lain saling berkaitan seperti, boneka wayang, terbuat dari

kayu Chongsu dan berukuran 70-80 sentimeter. Boneka wayang terdiri

dari beberapa bagian, yaitu bagian badan dan bagian yang bisa dilepas

dan dipasang sesuai dengan peran yang diinginkan. Saat dimainkan,

gerakan boneka ini dikontrol melalui benang yang terhubung dengan

sebuah panel pengontrol. Karena boneka ini merupakan simbol dari

sosok-sosok yang dihormati dalam kepercayaan orang Tionghoa, maka

terdapat ritual-ritual khusus yang harus dilaksanakan oleh dalang.

Misalnya, saat membuka dan menutup peti, atau saat menjelang

pementasan wayang gantung. Dalang disebut juga chiao thew ciu nyin

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

88

adalah orang yang memiliki keterampilan dalam memainkan wayang

gantung sesuai peran yang ditentukan. la juga berperan untuk

menyampaikan kandungan dari sebuah lakon yang dipentaskan. Dalang

juga menjadi perantara bagi hadirnya dewa dan roh-roh leluhur di dalam

pementasan wayang gantung. Ritual menjelang pementasan dilakukan

dengan menyajikan persembahan yang diperuntukkan bagi dewa dan

para leluhur. Tujuan dari ritual ini adalah untuk meminta izin kepada dewa

dan roh leluhur yang sosoknya akan diperankan melalui boneka-boneka

wayang gantung. Kehadiran dewa dan roh leluhur diyakini akan

"menghidupkan" boneka-boneka tersebut, sehingga pementasan yang

dilakukan benar-benar tampak seperti kenyataannya. Kealpaan dalam

melakukan ritual menjelang pementasan diyakini akan menyebabkan

gangguan-gangguan selama pementasan. Unsur pendukung pementasan

terdiri atas panggung dengan beragam dekorasinya, instrumen yang

mengiringi pementasan wayang (chem, loku, tok, sio lo, tew hiari), para

pemusik dan penyanyi, serta orang-orang lain yang bertugas membantu

dalang. Penokohan dan Lakon dalam pementasan wayang gantung

sangat tergantung dengan peristiwa/momen yang melatarbelakangi

pementasan wayang gantung tersebut. Misalnya, saat wayang gantung

dipentaskan untuk perayaan-perayaan keagamaan yang ditampilkan

adalah lakon-lakon klasik tentang dewa, kstria, dan kerajaan. Sedangkan

dalam pementasan yang berkaitan dengan daur hidup seseorang, seperti

perkawinan dan ulang tahun, cerita yang dihadirkan bertema tentang

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

89

kehidupan sehari-hari, kisah percintaan, maupun cerita-cerita yang penuh

humor (komedi). Pementasan wayang gantung membutuhkan waktu

paling lama 3 jam. Selama rentang waktu 3 jam itu, ditampilkan sebuah

kisah yang merupakan nukilan dari dongeng-dongeng klasik Tiongkok,

ataupun cerita-cerita lain yang merupakan hasil dari pengembangan ide

dalang. Pementasan dapat diakhiri dangan menyanyikan lagu-lagu

tradisional (tong san ko), menyanyikan lagu-lagu berbahasa Mandiri, atau

menyajikan cerita-cerita lucu.

Penulis juga menguraikan ancaman kepunahan yang melanda

kesenian wayang gantung adanya beberapa permasalahan, seperti:

kebijakan politik di masa pemerintahan Orde Baru yang membatasi

ekspresi-ekspresi budaya orang Tionghoa dipertunjukan di depan umum,

perkembangan jenis-jenis media hiburan dan bentuk-bentuk hiburan

modern yang lebih diminati masyarakat, ketidakmampuan wayang

gantung tidak mendatangkan profit (secara ekonomi) bagi para pelaku

seni wayang gantung, gagalnya proses regenerasi penerus wayang

gantung, serta belum adanya program-program pelestarian dan

pengembangan wayang gantung yang dilakukan secara

berkesinambungan.

Upaya yang selama ini dilakukan untuk menyikapi berbagai

permasalahan tersebut antara lain adalah memanfaatkan wayang gantung

sebagai media dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan,

sehingga dapat dipentaskan di depan umum (selama diberlakukannya

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

90

Inpres No. 147 1967). Strategi lain yang dilakukan adalah dengan

memperpendek durasi pementasan dan memilih lakon-lakon yang bersifat

menghibur. Sejak dicabutnya Inpres No. 14/1967 oleh (aim.) Presiden

Abdurrahman Wahid, pementasan wayang gantung mulai digalakkan

kembali, meskipun tinggal satu perkumpulan wayang gantung yang ada di

Kota Singkawang.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan diatas maka penulis mencoba untuk

memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah dengan bantuan berbagai pihak, diharapkan dapat

memfasilitasi sebuah program yang bertujuan untuk

melestarikan dan mengembangkan seni wayang gantung

Singkawang. Rencana pemerintah untuk membangun sentra

wayang gantung sebagai tempat pementasan dan pembelajaran

wayang gantung hendaknya dapat direalisasikan, sehingga

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan seni

wayang gantung dapat dilakukan secara komprehensif.

2. Para pelaku seni wayang gantung hendaknya lebih kreatif dalam

menggali dan mengembangkan ide-ide cerita dan melakukan

pembaharuan-pembaharuan dalam pementasan. Diharapkan

inovasi dan improvisasi yang dilakukan itu dapat bersesuaian

dengan selera pasar, meskipun tanpa harus melupakan atau

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangwayang di Indonesia. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis wayang di Indonesia;

91

mengorbankan fungsi-fungsi wayang gantung yang lebih

substansial.

3. Perlu dipikirkan secara serius mengenai proses regenerasi

penerus wayang gantung, misalnya melalui publikasi dan

sosialisasi di sekolah-sekolah, sehingga generasi muda tertarik

untuk mengenai dan mempelajari wayang gantung lebih lanjut.