56
55 BAB IV PENYAJIAN DATA A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari 1. Kondisi Tentang Obyek Penelitian Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur, merupakan daerah yang keadaan wilayahnya banyak berbukit bukit, berada di sebelah utara dari jalan utama jalur Jember–Surabaya. Tepatnya 7 km sebalah utara dari ibukota kecamatan Bangsalsari,desa Banjarsari merupakan salah satu dari sebelas desa yang ada di kecamatan Bangsalsari. Dengan daerah yang berbukit bukit maka daerah ini sebenarnya berpotensi untuk pengembangan daerah pariwisata, namun semua sarana dan prasarana belum tersedia. Untuk saat ini wilayah ini sebagian besar diperuntukkan untuk daerah perkebunan, khususnya untuk wilayah timur dari desa sehingga banyak tenaga kerja yang terserap dibidang perkebunan ini. Desa Banjarsari merupakan desa yang memiliki banyak lahan pertanian. Lahan pertanian yang ada sebagian besar adalah milik PTP Nusantara, sektor tanaman karet dan kopi adalah komoditi utama yang paling banyak dimanfaatkan. Sektor ini merupakan sektor yang menjadi pusat dari perekonomian dari Desa Banjarsari. Warga yang berada di Desa ini memilih pekerjaan sebagian besar sebagai petani

A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

55

BAB IVPENYAJIAN DATA

A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari

1. Kondisi Tentang Obyek Penelitian

Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember

Provinsi Jawa Timur, merupakan daerah yang keadaan wilayahnya

banyak berbukit bukit, berada di sebelah utara dari jalan utama jalur

Jember–Surabaya. Tepatnya 7 km sebalah utara dari ibukota

kecamatan Bangsalsari,desa Banjarsari merupakan salah satu dari

sebelas desa yang ada di kecamatan Bangsalsari. Dengan daerah yang

berbukit bukit maka daerah ini sebenarnya berpotensi untuk

pengembangan daerah pariwisata, namun semua sarana dan prasarana

belum tersedia. Untuk saat ini wilayah ini sebagian besar

diperuntukkan untuk daerah perkebunan, khususnya untuk wilayah

timur dari desa sehingga banyak tenaga kerja yang terserap dibidang

perkebunan ini.

Desa Banjarsari merupakan desa yang memiliki banyak lahan

pertanian. Lahan pertanian yang ada sebagian besar adalah milik PTP

Nusantara, sektor tanaman karet dan kopi adalah komoditi utama yang

paling banyak dimanfaatkan. Sektor ini merupakan sektor yang

menjadi pusat dari perekonomian dari Desa Banjarsari. Warga yang

berada di Desa ini memilih pekerjaan sebagian besar sebagai petani

Page 2: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

56

atau buruh perkebunan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini

adalah faktor tingkat pendidikan yang masih rendah.

Secara geografis Desa Banjarsari terletak di ketinggian 175

meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan 1200 mm per tahun.

Desa Banjarsari sendiri berada di sebelah selatan dari lereng

pegunungan Argopuro.

Untuk sarana yang berupa jalan desa sudah begitu baik, walau

disana sini masih ada kerusakan yang harus diperbaiki, untuk

kerusakan jalan memang sering terjadi dikarenakan jalan desa ini

adalah jalan keluar masuknya kendaraan besar dari perkebunan PTPN

Banjarsari.

Adapun batas-batas Desa Banjarsari, antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.2Batas wilayah Desa Banjarsari

Letak Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Badean Bangsalsari

Sebelah Selatan Tisnogambar Bangsalsari

Sebelah Timur Kemuning Lor Panti

Sebelah Barat Tugusari Bangsalsari

2. Kondisi Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada akhir Tahun 2015 Berjumlah 4818 jiwa

Page 3: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

57

dengan jumlah Kartu Keluarga (KK) 1549. Adapun jumlah penduduk

Desa Banjasari dari Jumlah Keseluruhan sebagai berikut:

Tabel 1.3Jumlah penduduk Desa Banjarsari

Tahun 2015

No Uraian Keterangan

1 Jumlah laki-laki 2.342 orang

2 Jumlah perempuan 2.476 orang

3 Jumlah total 4.818 orang

4 Jumlah kepala keluarga 1.549 KK

Tabel 1.4Data usia penduduk Desa Banjarsari

Tahun 2015

No. Usia Jumlah

1. 0 – 12 bulan 153 orang

2. 13 Bln - 4 Tahun 369 orang

3. 5 - 6 Tahun 266 orang

4. 7-12 Tahun 492 orang

5. 13 - 15 Tahun 236 orang

6. 16 - 18 Tahun 238 orang

7. 19 - 25 Tahun 634 orang

8. 26 - 35 Tahun 997 orang

9. 36 - 45 Tahun 886 orang

Page 4: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

58

10. 46 - 50 Tahun 583 orang

11. 51 - 60 Tahun 645 orang

12. 61 - 75 Tahun keatas 123 orang

3. Kondisi Mata Pencaharian Penduduk Desa Banjarsari

Jenis pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk Desa Banjarsari

sangatlah beraneka ragam, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.6Data Jenis Pekerjaan penduduk Desa Banjarsari

Tahun 2015

No. Jenis Pekerjaan Keterangan

1. Petani 236 orang

2. Buruh tani 315 orang

3. Pekebun 421 orang

4. Pedagang klontong 25 orang

5. Karyawan swasta 173 orang

6. Peagawai Negeri Sipil (PNS) 50 orang

7. Pengusaha kecil 135 orang

8. Perawat swasta 20 orang

9. Guru 30 orang

4. Kondisi Kegamaan Desa Banjarsari

Kondisi keagamaan penduduk Desa Banjarsari mayoritas agama

islam. Berikut ini merupakan kondisi tempat ibadah sebagai berikut:

Page 5: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

59

Tabel 1.7Kondisi Tempat Ibadah Penduduk

Desa Banjarsari Tahun 2015

No. Nama Tempat Ibadah Keterangan

1. Masjid 5

2. Musholla 25

3. Gereja -

4. Wihara -

6. Pura -

B. Penyajian Data dan Analisis

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam penelitian ini

menggunakan teknik pengumpuln data melalui wawancara, interview,

dokumentasi dan catatan lapangan sebagai pendukung dalam penelitian

ini. Secara berurutan akan disajikan data hasil penelitian sesuai dengan

fokus penelitian.

Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan kehidupan sosial di

masyarakat sangatlah pesat begitu pula pertumbuhan penduduk yang

semakin padat hingga membuat semua pola dan gaya kehidupan dalam

masyarakat desa pun berubah, baik perubahan positif dan negatifnya

beriringan secara serentak, perubahan positif yang terjadi di masarakat

secara positif akses masuk desa sudah baik dan semakin membaik secara

infra struktur, namun dari segi norma-norma yang ada di desa sudah mulai

Page 6: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

60

kusam dan hampir luntur yang di pengaruhi oleh adanya kebebasan media

sosial, masarakat desa yang terkenal sebagai masarakat gotong royong

dahulunya sekarang sudah sangat sedikit sekali di temui di desa hususnya

di Desa Banjarsari. Sebagai mana di penyampaian Kepala Desa Banjarsari

Naning Roniani

“kalok masalah pola dan gaya hidup masrakat desa sekarang sudahberbeda dengan tempo saya masih kecil dulu, kalok dulu di masakanak-kanak saya mau bangun rumah tidak begitu repot kita adaperkejaan yang berat tidak hawatir, karna cukup kita datang sajakerumah-rumah yang ada di sekitar kita (tetangga) ngomong apayang menjadi hajat kita besoknya sudah datang semua kitamenyediakan air dan kopi saja sudah cukup bagi mereka, jadimasarakat dulu sangat kompak, berbeda jauh dengan sekarang polahidup masarakat sekarang sudah seperti masarkat kota sudah mulaisibuk masing-masing, tapi lepas dari semua itu masarakat sekarangmemang bannyak yang beraktifitas mereka sibuk bekerja demimencukupi kebutuhan keluarganya. Ada lagi kebiasaan yang sudahpunah di desa ini yaitu kebiasaan upacara adat sudah mulai hilangdari benak masarakat kepercayaan kepada adat istiadat sudah sedikitdemisedikit sudah akan menghilang dari masarakat , bahkanselametan desa atau biasa disebut bersih desa sekarang sudah tidakpernah di adakan sejak bapak saya menjadi kepala desa selama 18tahun hingga sampai pada masa saya sekarang yang sudah duapriode, kalok masalah tradisi dalam rumah tangga ya masih banyakyang di jalankan seperti tahlil , hari-hari lahir tujuh bulanan upacarapernikahan,dan banyak lagi yang lain juga termasuk tradisi yangakan anda teliti tentang tradisi “Nganyareh Kabin” itu, hanya sajasaya pribadi masih belum pernah melakukan.”48

Dari perbincangan peneliti dengan kepala Desa Banjarsari

Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang ditemui oleh peneliti

menegaskan bahwa keberadaan tradisi nganyareh kabin itu memang benar

adanya, yang sudah mendarah daging di sebagian besar masyarakat Desa

Banjarsari dari sebagian tradisi adat-adat yang lain bahkan tradisi ini

48Naning Roniani, Wawancara, Banjarsari, 26 April 2016

Page 7: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

61

menjadi tradisi yang sangat sakral dan di sakralkan oleh sebagian besar

masyarakat sebagai mana penuturan Nurhasan seorang tokoh dusun dukuh

II Desa Banjarsari sekaligus pelaku tradisi nganyareh kabin.

“tradisi nganyareh kabin (tajdidun nikah) ini sudah ada sejak neneksebelum embah (eyang) saya sudah ada, saya sendiri awalnya tidakpercaya jangan sampeyan tapi pada akhirnya saya juga terpaksamelakukan dan menuruti petunjuk yang diberikan oleh mertua danteman-teman juga guru-guru saya mengapa demikian, di tengahperjalanan pernikahan ekonomi dalam keluarga saya sangat parahbahkan saya haru puasa kadang untuk mengantisipasi istri saya tidakmakan, yang namanya isti mungkin kan merasa kesal juga harushidup serba kekurangan hingga membuat istri saya berubah sifatyang asalnya kalam menjadi garang, setiap hari ahirnya saya cekcokhingga saya merasa penasaran dan ingin mencoba untuk melakukan“nganyareh kabin” saya mendatangi guru saya memohonkesediannya untuk hadir kerumah dalam rangka akad nganyarehkabin, dan hasilnya Alhamdulillah saya benar-benar rasakan hinggasaat ini, setelah saya bisa merasakan hikmahnya saya seringmelakukannya bahkan saya pernah melakukan akad nganyareh kabintersebut sebulan dua kali.49

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan

H.Nurhasan, selakau pelaku tradisi ngayareh kabin (tajdidun nikah) dan

sekaligus salah satu tokoh masarakat yang juga sering dijadikan rujukan

dalam masalah-masalah hukum yang sering di hadapi oleh masarakat

Banjarsari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember, selain itu beliu juga

sering memimpin beberapa acara upacara adat desa dan slametan yang

sering dilakukan oleh warga Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember ini menilai tradisi nganyareh kabin ini sudah sangat

dekat sekali di hati masyarakat bahkan menjadi sebuah alternatif dalam

49 Nurhasan, Wawancara, Banjarsari, 30 April 2016

Page 8: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

62

permasalahan dalam keluarga, sebagai mana ungkapan Bapak Suni/ dan

istrinya sewaktu peneliti mawancarainya beliu memaparkan bahwa :

“Ngayareh kabin adalah sebuah adat yang sering di lakukan olehorang-orang di desa ini mulai dahulu hingga sekarang, dan kamimeyakini tradisi itu baik di karanakan itu sudah di lakukan olehorang-orang terdahulu kami dari bapak saya embah saya sudahmelakukannya, bahkan saya sendiri sering menganjurkan kepadaanak-anak dan tetangga terdekat meski tidak semuanya melakukandan mendengarkan pendapat saya, maklum lah karna saya orangawam yang tidak pernah belajar di pesantren saya hanya santrimusangan, karana orang sekarang beda dengan orang-orang duluapalagi anak-anak muda kalok di bilangin biasa menyangkal. sayasendiri melakukanya sudah sekitar lima tahun yang lalu danhikmahnya sangat banyak sekali kehidupan kami lebih tenang rasasayang kepada keluargapun bertambah pengaruh terhadap ekonomidalam keluarga pun semakin baik”. 50

Melihat penjelasan dari warga Desa Banjarsari di atas semakin

memperkuat bahwa masyarakat Banjasari melaksanakan bukan orang baru

dalam tajdidun nikah atau nganyareh kabin ini tapi mereka melaksanakn

sudah mulai dari terdahulunya, dari nenek moyang mereka, karna

kebanyakan dari mereka yang menjadi pelaku tradisi ngnyareh kabin itu

tidak tau dasrnya melainkan hanya ikut-ikutan saja .

1. Sejarah terjadinya tradisi Nganyareh Kabin (Tajdidun Nikah) dan

prosesi pelaksanaanya di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember.

a. Sejarah munculnya tradis “Nganyareh Kabin”

Sejarah terjadinya dan proses tradisi nganyareh kabin (tajdidun

nikah) di Desa Banjarsari ada beberapa orang tertentu yang

50 Suni, Wawancara, Banjarsari, 2 Mei 2016

Page 9: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

63

mengetahui dengan terjadinya nganyareh kabin (tajdidun nikah),

sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Ahmad Fauzi:

“Tradisi nganyareh kabin adalah sebuah tradisi yang di sakralkanoleh masarakat desa Banjarsari yang di yakini dapat memberikemaslahatan dalam rumaha tangganya dari segi ekonomikeharmonisan dan tujuan utama nikah yakni menjadi keluargayang sakinah mawaddah warahmah, perjalanan tradisi ini tidakdiketahuui secara pasti dari mana awal munculnya dan siapa yangmemulainya pertama kali, sepengetahuan seya selama ini masihbelum ada literature yang membahas tentang tradisi NganyarehKabin (Tajdidun nikah) pelaksanaannya di kalangan masarakatmerupakan sebuah warisan tradisi dari sesepuh masarakatBanjarsari. Selama ini massih belum ada catatan yang menulistentang tradisi nganyareh kabin”.51

Keterangan informan terhadap peneliti menyebutkan bahwa

masih tidak ditemukan sejarah terjadinya tradisi nganyareh kabin

(tajdidun nikah) meski demikian tradisi tersebut di yakini masarakat

dapat menbawa kemaslahatan, dimana dari pelaksanaan tersebut akan

membuahkan sebuah semangat dan motifasi baru untuk selalu menjaga

keharmonisan dalam keluarganya.

Pernyataan diatas sepaham dengan apa yang disampaikan salah

satu tokoh masyarakat Desa Banjarsari, Bapak Miftahurrahman yang

dalam paparannya ketika di interview oleh peneliti membenarkan

bahwasanya sejarah terjadinya tajdidun nikah tidak dapat di ketahui

secara pasti dan bukanlah sesuatu yang baru di kalangan masyarakat.

“Kalok bicara masalah sejarah nganyareh kabin hingga saat inibelum ada yang secara detail menulis tentang bagaimanaawalmula kejadiannya kapan dan dimana tradisi ini muncul, akantetapi kita harus akui kalu bangsa kita sebelum masuknya islam

51 Ahmad fauzi,wawancara,10 mei,2016

Page 10: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

64

ke Indonesia kita sudah kaya dengan adat istiadat , tradisi danbudaya local, baik masalah tradisi yang di lakukan secara serentakmaupun secara personal, contoh kecilnya kegiatan pada malemjumat malam selasa, diman pada malam jum`at dan malam selasamereka meyakini bahwa ruh para leluhur mereka pulang ke rumahmasing-masing dan di masing rumah dari ahli waris sang leluhurmenyediakan sepiring nasi dan lauknya lengkap dengan denganjenang putih dan merah beserata lampunya, yang sudah disiapkanuntuk menyambut leluhur mereka. Ritual yang semacam inikemudian di islamisasikan oleh para ulama` dengan di barengibacaan yasin tahlil di masing-masing rumah warga, yang padaasalnya ritual ini di lakukan oleh kaum hindu buda, meski padaujung di sekarang ini para ulama` ada yang pro dan ada yangkontra tetapi di kalangan masarakat banjarsari ritual ini masihberlaku, saya kira contoh ini hampir sama dengan tradisinganyareh kabin (tajdidun nikah) karna sebelum islam masuk keIndonesia masarakat jawa pada umumya sudah dikenal dengantradisi pengulangan nikah atau kalau dalam bahasa jawanyadikenal dengan istilah bangun nikah, ada juga yang sering dilakukan oleh kalang masarakat jawa asli adanya nikah peraknikah emas dan lain sebagainya, dari sinilah mengapa sayamengatakan bahwa sejarah terjadinya tradisi tajdidun nikah inibelum ada literature yang menulisnya dan membahasnya.52

Dari keterangan yang di paparkan oleh informan yang oleh

peneliti anggap lebih tau tentang permasalahan ini beliu

menyatakan jika beliu masih belum pernah menemukan adanya

tulisan atau cerita yang menyampaikan kapan dan dimana tradisi

Nganyareh Kabin (Tajdidun Nikah) ini di awali dan siapa yang

mengawalinya. Melihat keterangan tokoh masarakat yang oleh

peneliti dia anggap lebih tau ternyata mereka pun masih belum

mengetahui bagai mana asal mula terjadinya tradisi nganyareh

kabin (tajdidun nikah), hal yang demikian adalah menurut para

52 Miftahurrahman, Wawancara, Banjarsari, 20 mei 2016

Page 11: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

65

tokoh dan pelaku tradsi nganyareh kabin(tajdidun nikah) di Desa

Banjarsari Kecamatan Bangsalsari.

Namun kebenaran tradsisi ini masih berlaku di berbagai

daerah itu dapat di buktikan dengan hasil wawancara peniliti

terhadap beberapa informan yang berhaasil kami wawancarai di

salah satu beberapa Desa diluar Kecamatan Bangsalsari sebagai

mana penuturan bapak min,beliu adalah seorang pendatang yang

berasal dari Ngawi yang mengadu nasibnya di Kabupaten Jember

dengan berjualan nasi, warga Desa Kaliwining Kecamatan

Rambipuji, Bapak Hobir, seorang petani yang tinggal di Desa

Pakis Kecamatan Panti serta dari beberapa kajian terdahulu yang

membahas tentang tajdidun nikah, meski berbeda istilah dan

penamaannya serta motif dalam terjadinya tradisi tersebut akan

tetapi mereka sepakat dengan satu bahasa fiqih yaitu tajdidun

nikah.

Di berbagai daerah pelaksanaan tradisi nganyareh

kabin/bangun nikah/nikah perak, emas atau pembaharuan nikah

dan lain sebagainya dalam istilahnya yang tidak sama cara dan

tatananpun berbeda-beda, pelaksanaan taradisi nikah perak, emas

misalnya tradisi ini di lakukan setiap lima tahun sekali53.

Sedangkan pelaksanaan tradisi nganyareh kabin yang di lakukan

didesa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari dilakukan kapan saja

53Min, Wawancara, Banjarsari, 20 mei 2016

Page 12: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

66

semau mereka dikalangan masarkat ada yang dalam satu bulan di

lakukan dua kali dengan beralasan semakin sering kita

melakukannya maka semakin baik dampak yang akan kita

dapatkan54.

b. Prosesi pelaksanaan tradisi “Nganyareh Kabin”

Tekhnis dan prosesi pelaksanaan tradisi “Nganyareh Kabin”

yang di lakukan di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember. Dapat diketahui dari hasil pengamatan dan

wawancara yang penulis lakukan. Adapun proses pelaksanaan

yang terjadi dikalangan pelaku tradisi “Nganyareh Kanbin” di

Desa Banjarsari adalah sebagai berikut:

1. Pasangan suami istri yang akan melakukan tajdidun nikah atau

nganyareh kabin datang kerumah modin atau tokoh agama

yang bersedia menjadi wali hakim, dalam tajdidun nikah atau

nganyareh kabin yang mereka lakukan biasanya mereka

bertanya syarat-syarat yang dibutuhkan dalam tajdidun nikah

atau nganyareh kabin.

2. Pasangan suami istri tersebut telah menyiapkan sebelumnya

rukun dan syarat pernikahan sebagaimana yang pertama, hanya

sajadalam pelaksanaan tajdidun nikah diketahui oleh keluarga

terdekat sajadan tidak mengundang orang umum.

3. Khutbah nikah oleh tokoh atau orang yang di anggap bisa

54Nurhasan, Wawancara, Banjarsari, 19 mei,2016

Page 13: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

67

menjadi wali hakim dengan mengunakan bahasa arab dan jawa,

kemudia pelaksanaan ijab dan qabul yang disertai dengan

penyerahan mahar dari suami kepada istrinya.

4. Dan yang terakhir yaitu doa yang dipimpin langsung oleh

modin atau tokoh masyarat dan di akhir dengan acara

makan bersama ditempat dilaksankan tajdidun nikah.

Sebagai mana yang dikatakan oleh Bapak Ahmad Fauzi selaku

tokoh dan pelaku tradisi:

“Pelaksanaan atau prosesi nganyareh kabin sama dengan persisdengan prosesi akad nikah yang pertama dalam sarat rukunnikahnya ada wali ada saksi ada mahar serta ijab dan kabul, adakesepakatan antara suami istri hanya saja tidak ada walimahdidalamnya, hanya ada tumpeng kecil saja yang kami suguhkankepada para saksi, yang tak kalah pentingnya adalah pemilihanhari pernikahan yang di cocok kan dengan hari lahir daripasangan suami istri, ini yang di ajarkan kepada kami oleh mertuasaya sendiri karna awalnya saya tidak pernah tau bagai manaprosesi tajdidun nikah ini sebelunya saya hanya mendengarkansaja.55

Bapak Nurhasan juga mengungkapkan tentang tradisi masalah

tradisi nganyareh kabin :

“Yang harus di penuhi pertama kalinya sebelum melaksanaantradisi ngnyareh kabin ini adalah kesepaakatan antara suami istriyang selanjutnya sebagaimana dalam pelaksanaan akad pertamakali yaitu harus ada khotbah nikah, agar menjadi pedoman bagipelakunya, adanya wali sebagai wakil dari pihak istri,ijab danqobul adanya saksi, dan yang tak kalah pentingnya harus adawalimah kecil-kecilan, yang di simbolkan dengan adanyatumpeng ketika peosesi nganyareh kabin ini di laksanakan, dandiberikan kepada undangan warga sekitar yang datang karna diundang sebagai bentuk tasakkuran”.56

55 Ahmad Fauzi, Wawancara, Banjarsari, 10 Mei 201656 Nurhasan, Wawancara, Banjarsari, 19 Mei 2016

Page 14: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

68

Pelaksanaan tradsisi tajdidun nikah diatas berbeda halnya

dengan yang di lakukan oleh bapak Wahid dan bapak Mus/Tori

dalam paparannya ketika peneliti menginterview .

“Yang selama ini saya tahu kalok ada acara ngnyareh kabinprosesi akadnya di awali dengan baca dua kalima shahadat adawali mertua jika ada jika tidak maka digantikan oleh urutan-urutan wali tersebut, tetapi perwalian yang saya dan istri lakukanmemamfaatkan wakil wali yaitu para kiai yang ada di desa ini,jadi saya datang kepada salah satu tokoh di desa ini bawatumpeng dan dua orang saksi, setelah itu saya di akad lagi dandisaksikan oleh para saksi, setelah saya selesai melaksanakanakad saya member mahar kepada istri saya, hanya itu sajaprosesinya tidak ada walimah dan hal ini di rata-rata dilakukanoleh semua masarakat disini meski tidak semua, ada juga yangmendatangkan salah satu tokoh dan melakukan akad di rumahnyasendiri biasanya ini di lakukan oleh orang-orang yang kelasekonominya di atas rata-rata (mampu) karna setelah acara akatbiasanya diadakan tasakkuran dengan mendatangkan paratetangga dekat sanak familinya”.57

Dari keterangan para tokoh masyarakat dan para pelaku

tradisi nganyareh kabin serta sebagian masarakat yang peneliti

anggap lebih memahami, dapat di simpulkan bahwa prosesi

pernikahan yang baru atau prosesi tradisi nganyareh kabin ini tidak

jauh berbeda dengan praktek pelaksanaan akad nikah yang pertama

hanya saja tidak ada walimahan seperti yang di lakukan pada

prosesi pada akad nikah pertama, meski di dalamnya juga ada

unsur walimahan namun para masyarakat tidak menyebutnya

sebagai walimah melainkan hanya sekedar tasakkuran kecil-

kecilan.

57 Wahid dan Tori, Wawancara, Banjarsari, 15 Mei 2016

Page 15: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

69

Secara hukum fiqih dalam prosesi akad nikah pertama dengan

kedua sama tidak ada perbedaan karena di dalamnya juda

menggunkan sarat rukun nikah yanga ada yang sudah di atur dalam

kitab fiqih seperti adanya kedua mempelai adanya wali, ijab dan

qabul serta adanya mahar yang baru.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tradisi ngayareh

kabin (tajdidun nikah) di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember.

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tidak terlepas

dari berbagai motif atau adanya faktor-faktor (daya dorong) tindakan

yang mendorong seseorang melakukan perbuatan tersebut. Adanya

fenomena tradisi “Nganyareh Kabin” pada masyarakat Desa

Banjarsari tidak terlepas dari adanya penyebab yang mempengaruhi

terlaksananya tradisi ini. Berdasarkan pengamatan dan wawancara

yang penyusun lakukan, setidaknya ada Empat faktor utama yang

menyebabkan terjadinya tradisi ini yaitu:

a. Karena sengketa

b. Kepercayaan terhadap adat setempat

c. Karena hawatir akan rusaknya akad yang pertama

d. Kerena ekonomi yang melemah.

Adapun penjelasan ke empat factor diatas telah penyusun jelaskan

pada bab II, Ada dua factor menurut pengamatan penyusun yang

sangat urgen dan lebih berpotensi untuk melakukan tradisi nganyareh

Page 16: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

70

kabin yaitu sengketa dan ekonomi dimana di antara sengketa dan

ekonomi mempunyai keterkaitan satu sama lain dimana ekonomi

merupakan salah satu kebutuhan sehari-hari yang mesti di hadapi dan

di butuhkan oleh semua orang.

Sengketa adalah pertengkaran, perbantahan, pertikaian, dan

perkara.Kaitannya dengan hal ini adalah tidak harmonisnya antara

suami istri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini

Allah memperingatkan dalam firmannya QS An-nisa’ ayat 19 yang

berbunyi:

Artinya: “Apabila kamu tidak senang terhadap istrimu, bisa jadi

apa yang tidak kamu senangi itu justru Allah membuat

kebaikan yang banyak didalamnya”. 58

Pertikaian dalam sebuah srumah tangga adalah sangat wajar

sebab pertiakaian perbedaan pendapat dan lain sebagainya yang ada

dalam problematika rumah tangga merupakan salah satu penyedapap

atau bumbu rumah tangga yang semua itu ketika bisa dijadikan sebuah

pelajaran akan menumbuhkan semangat baru dalam perjalanan

58 Qs An-Nisa’ 4:19

Page 17: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

71

selanjutnya, sebagai mana hadist Nabi yang, Artinya “perbedaan yang

ada dalam umatku adalah sebuah rahmat”.59

Dalam kenyataanya kehidupan masyarakat berumah tangga

tidaklah semulus dalam anganan pra pernikahan, tidak sedikit dari

khalayak masyarakat ketika sudah terjadi sebuah perdebatan dalam

rumah tangganya banyak muncul perkataan yang dilarang dalam

aturan pernikahan itu sendiri yang tampa mereka sadari mereka telah

membuat ikatan sucinya menjadi batal yang disebabkan lontaran kata-

katanya yang tidak control, merekapun tidak tahu atau tidak

menyadarinya, ketika pasangan itu atau salah satu dari mereka

menyadarinya mereka melakukan pembaharuan nikah atau di dalam

daerah Madura dikenal dengan bahasa Nganyareh Kabin (tajdidun

nikah).

“Sengketa atau cekcok dalam keluarga adalah sebuah kenyataanyang sering terjadi di kalangan masarakat siapapun oranganyabaik orang yang berpendidikan lebih-lebih orang yang tidakberpendidikan, pemicunya bermacam-macam dari sesuatu yangkecil menjadi besar tergantung bagaimana mau menyikapinyabiasanya yang sering terjadi dan menjadi pemicunya adalahmasalah pemasukan sehari-hari, ada banyak cara sebenarnya yanglebih rasional untuk mengatasi sengketa yang terjadi dalam rumahtangga namun entah mengapa masarakat saya di Banjarsari inilebih suka menjadikan tradisi nganyareh kabin sebagai sebuahjalan tengah untuk mengahiri persengketaanya.”60

59M.yusuf amin Nugroho, fiqih al-ikhtilaf NU-Muhammaddiyah,(Jakatra : pranada media group,2010),2.60Naning Roniani,wawancara, Banjarsari, 14 mei 2016

Page 18: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

72

Percekcokan adalah awal dari terbukaya pintu tala` banyak dari

kalangan masyarakat ketika di dalamnya sudah terjadi percekcokan

yang tak kunjung selesai atau tidak menemukan jalan keluar mereka

menjadikan tala` sebagai sebuah keputusan akhir tidak dapat ditolak

lagi mereka harus ada dalam permasalahan yang halal di lakukan

namun perkara tersebut paling dibenci oleh Allah. Kepala Desa

Banjarsari memandang pertikaian sebagai sebuah akibat dari tidak

seimbangnya ekonomi dalam keluarganya sebagaimana penuturanya

ketika di wawancarai oleh penulis.

“Terjadinya percekcokan di kalangan masarakat Desa Banjarsari75 % di sebabkan oleh masalah ekonomi 20% di sebabkan karanamasalah perselingkuhan 5% di karnakan tidak adanyakesepahaman dalam menata keluarganya, penduduk desa yangrata-rata kelas ekonominya menengah yang kebanyakan darimereka adalah buruh baik buruh pertanian atau buruh bangunandan perkebunan mereka harus di hadapkan dengan kebutuhanpokok dalam keluarganya yang serba mahal membuat merekalebih sering bertengkar karana tidak tercukupinya kebutuhan-kebutuhan sehari-hari yang disebabkan tidak seimbanganyapemadukan yang mereka dapatkan dengan pengeluaran yangharus di penuhi ini menyebabkan mereka sering beradu mulut”.61

Senada dengan apa yang di sampaikan Kepala Desa Banjarsari

tokoh masarakat Banjarsaripun menegaskan bahwa percekcokan di

atara masarakat dalam masing-masing keluarganya dalah Ekonomi

sebagai mana pendapat H.Nurhasan dalam wawancara penulis di

bawah ini

“Biasanya pertengkaran itu terjadi kalok sudah ada masalh dalamekonominya seperti misalnya ada istri yang murung-murungsetiap itu dapat di pastikan kalok belanjanya kurang tidak usah

61 Miftahurrahman, Wawancara, BAnjarsari, 20 Mei 2016

Page 19: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

73

siapa istri saya sendiri sama tapi jika sudah di beri uang belanjapasti istri saya senyum, ini hanya sebuah contoh kecil namuntidak semua pertengkaran itu di sebabkan oleh kurangnya belanjawong kadang orang kaya saja sering bertengkrar meski sudahtidak kekurangan uang belanja, terlepas dari semuanya kita tidakbisa memandang sebelah mata terhadap kebutuhan hidup untukmengrungi hidup ini kita butuh yang namanya uang meski tidakharus banyak paling tidak bisa mencukupi kebutuhan keluargaagar istri-istri kita tidak bingung untuk belanja.”62

Dari pernyataan para informan diatas penulis menyimpulkan

bahwa di antara sekian banyak motif terjadinya tajdidun nikah atau

nganyareh kabin motif ekonomi adalah motif yang paling urgen

hingga sangat potensi untuk dilakukan oleh kalangan masyarakat

awam untuk di jadikan sebuah alasan untuk melakukan tradisi

nganyareh kabin di mana masarakat akhirnya meyakini dengan

melakukan tradisi tajdidun nikah dapat memperbaiki ekonomi dalam

keluarga.

Ekonomi adalah tonggak yang menopang kehidupan manusia.

Permasalahan ekonomi dapat terjadi di setiap unit masyarakat mulai

dari keluarga sampai negara. Mulai dari unit terkecil, masalah

ekonomi dalam keluarga bisa membawa dampak positif maupun

negatif bagi anggota keluarga tersebut.

Masalah ekonomi lebih sering muncul karena ketidak mampuan

keluarga tersebut dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Pengaruh yang diakibatkan oleh masalah ini

sangatlah beragam. Mulai dari ketidak mampuan orangtua untuk

62 Nurhasan , Wawancara, Banjarsari, 10 mei 2016

Page 20: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

74

membiayai pendidikan anak-anaknya, tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari.

Ekonomi merupakan masalah yang sangat urgen dalam

kehidupan rumah tangga. Jika keadaan ekonomi tidak seimbang

dengan kebutuhan hidup sehari-hari, maka kehidupan dalam rumah

tangga tersebut akan mengalami kegoncangan. Meski ekonomi

bukanlah tolak ukur untuk mencapai kebahagian dalam keluarga,

tetapi disisi lain ekonomi merupakan faktor penentu bagi jalanya

kehidupan rumah tangga, apabila dalam sebuah rumah tangga tidak

terpenuhi kebutuhan kehidupan kesehariannya akibat keadaan

ekonomi yang takdapat mencukupi, maka tidak jarang rumah tangga

tersebut tidak harmonis sehingga berakibat pada sering terjadinya

percekcokan, seperti yang terjadi pada keluarga bapak Wahid dan

istrinya, begitu pula yang terjadi pada pak Mus/Tori dan istrinya,

ketika sudah terjadi ketidak harmonisan dalam rumah tangganya maka

terjadilah percekcokan di antara mereka, Sebagai mana penyampaian

Bapak Mus / Tori dan istrinya

“Sebenarnya ekonomi bukanlah salah satu faktor penentuuntuk hidup yang bahagia bersama anak dan istri akan tetapiuntuk dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehariuntuk makan biaya sekolah anak dan lain-lain dibutuhkanyang namanya uanga, ketika dalam keluarga sudah terjadipenyusutan pemasukan atau terkena musim pecekklik tidakjarang saya dan istri beradu mulut, secara tidak kita sadariternyata ketika sudah terjadi kanker (kantong kering)bawaannya istri uring-uringen atau emosian, disinilah puncakkegelisahan terjadi hingga muncul banyak lontaran kata-katayang membuat keluaga kami heboh, tapi alhamdulilah kamiyang sekarang tidak seperti kami yang dahulu setelah saya

Page 21: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

75

mendengarkan beberapa nasehat sesepuh desa yang adadisekitar kami, beliu menyarankan kami untuk melakukantradisi nganyareh kabin yang menerut beliu dalammelaksanakna nganyareh kabin akan dapat menambah nilaikeberkahan dalam ekonomi serta menambah kenyamanandalam berumah tangga, saya melaksanakan tajdidun nikahselama ini sudah tiga kali”. 63

Apa yang di sampaikan oleh Bapak Mus /Tori senada dengan

apa yang di sampaikan bapak Wahid dan istrinya:

“saya menikah dengan istri sudah 30 tahun sudah dikaruniaanak tiga, lika liku dalam penikahan sudah banyak kami jalanipahit dan manisnya dalam keluarga sudah kami rasakan, benarsekali yang di namakan degan eknomi itu adalah kebutuhanpokok yang harus kita penuhi kalok kita ingin hidup yangtentram tapi dengan sarat penghasilan kita harus dengan carayang benar meski harus jungkir balik demi mendapatkankeberkahan dalam ekonomi, saya dan istri sudah serung hidupsengsara di mana kami harus bekerja siang malam takmengenai waktu, siang kami menjadi seorang buruh tanimalamnya kami mencari bekecot untuk dijual sebagaitambahan untuk kebutuhan keluaga 15 tahun kami rasakanperjuangan yang begitu keras, dari keadaan inilah sayamencoba untuk melakukan tradisi nganyareh kabin meskiawalnya hanya coba-coba untuk mendengarkan saran darimertua saya, entah apa yang terjadi setelah kamimelakukannya kehidupan kami lambat laun tampa kami sadarimengalami perubahan sedikit demi sedikit, sejak ini lah kamimeyakini bahwa bengetoah (sesepuh) dalam pendapatnya tidakasal-asalan melainkan berdasarkan penelitian”.64

Ungakapan senada di sampaikan oleh Bpk, Sur Halil beliu

adalah pelaku tradisi Nganyareh Kabinyang sudah berusia lanjut.

“tradisi ngnanyareh kabin yang sudah menjadi suatukepercayaan bagi saya hususnya dan umumnya masarakatBanjarsri, yang kami warisi dari para sesepuh kami yang sudahterdahulu ini yang kami yakini dapat memperbaiki ekonomidalam keluaraga, bukan tampa alasan saya meyakini haltersebut tapi kami mempunyai cukup alasan yaitu dimana

63 Tori, Wawancara, Banjarsari, 15 Mei 201664 Wahid, Wawancara, Banjarsari, 25 Mei 2016

Page 22: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

76

dalam pelaksanaan tradisi ngnyareh kabin ini kami jadikansebuah media untuk saling intropeksi diri antara saya denganistri saya yang kedua menurut saya memahami bahwapelaksanaan tradisi ini dapat membangun semangat baru dalamsemua ke adaan sehingga sangat masuk akal sekali jika orang-orang disini meyakini bahwa trdisi dapat memperbaikiekonomi dalam keluarga.

Dari penjelsan para informan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwasanya keyakinan masyarakat Jawa khususnya

masyarkat Desa Banjarsari kepada warisan adat, tradisi dan

budaya sangatlah kuat dan mempengaruhi pada psikisnya hingga

menjadikannya berkenyakinan bahwa adat, tradis dan budaya

adalah sebuh warisan nenek moyang yang harus dilestarikan

tampa mencoba untuk menganalisis secara mendalam apakah hal

tersebut benar dan sesuai dengan ajaran agamanya. Hingga

disinilah menjadi penting untuk menganalisis secara mendalam

tentang kebenaran dan kesesuaian antara tradisi dan ajaran Islam.

a. Kepercayaan terhadap adat setempat

Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-

nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum

adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Dan kemudian adat ini

tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan

sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang

dianggap menyimpang.

Dalam (kamus besar bahasa Indonesia) adat istiadat

merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari

Page 23: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

77

generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat

integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, adat yang

sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat dijadikan sebuah

patokan dalam segala pola laku hidup masyarakat secara individu

maupun golongan, anggota masarakat selalu membatasi pola

lakunya dengan nilai dan norma yang tidak tertulis sebagai sebuah

kepercayaan yang di yakini kuarang baik dan akan mendapatkan

hukuman secra financial maupun secara moril.

Perkawinan merupakan salah satu tempat yang banyak

dihuni oleh beberapa adat istadat setempat dimana masyarakat itu

sendiri tinggal. Misalnya kepercayaan masyarakat dimana sebelum

perkawinan dilaksanakan biasanya orang tua mempelai

menentukan hari pernikahan dengan perhitungan hari pasaran

calon suami dan calon istri dengan harapan dapat kebaikan dari

penentuan hari pasaran yang dianggap baik bagi mereka dalam

perjalanan pernikahanya ke depan.

Ketika ada orang tua yag tidak memerhatikan hal-hal

tersebut maka ketika di tengah perjalanan pernikahan anaknya

terjadi sesuatu yang membuatnya tidak harmonis sering terjadinya

persengketaan, percekcokan, kurang lancarnya ekonomi dan lain

sebagainya maka para orang tua itu berinisiatif untuk melakukan

tradisi nganyareh kabin, dengan memperhatikan hari pasaran

Page 24: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

78

kelahirannya atau nepton dan hari pernikahan atau pelaksanakan

akadnya, dengan harapan kehidupan akan lebih harmonis.

3. Analisis Hukum Islam terhadap tradisi Nganyareh Kabin

(Tajdidun Nikah) yang di anggap dapat memperbaiki ekonomi

dalam keluarga di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember.

a. Analisis Hukum Islam TerhadapTradisi

Sebelum melangkah kepada pembahasan analisis hukum

Islam terhadap tradisi “Nganyareh Kabin” di Desa Banjarsari

kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember, terlebih dahulu

penyusun akan membahas pandangan hukum Islam terhadap adat,

untuk mendapatkan gambaran umum dan jelas bagaimana

pandangan hukum Islam terhadap adat atau tradisi.

Adat secara bahasa berarti kebiasaan dan secara syar’i

diartikan sebagai apa yang sudah dikenal dan dipraktikkan oleh

manusia, baik berupa perkataan, perbuatan atau meninggalkan

suatu perbuatan65. Definisi senada juga dikemukakan oleh Hasbi

ash-Siddieqy bahwa adat adalah sesuatu yang oleh manusia telah

dijadikan kebiasaan yang telah digemari dalam kehidupan

mereka.66

65Abd Wahab Khallaf, Usul Fiqh, (Beirut: Dar al-Fiqh, 1978 M/ 139 H),89.

66Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: Pustaka Hawiyah, 1997), 36.

Page 25: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

79

Baik Khallaf maupun Hasbi memandang adat itu harus

berlaku umum, sudah dikenal oleh manusia dan terus berlangsung,

kaitannya dengan kebiasaan yang berlaku umum ini ada dua

permasalahan; (1) Bahwa adat (kebiasaan) itu dipraktikkan oleh

masyarakat, (2) Adat dipraktikkan oleh sebagian kelompok

masyarakat jika adat tersebut hanya untuk masyarakat tertentu.

Adat kebiasaan yang sudah mengakar dalam kehidupan

masyarakat selama tidak mendatangkan kerusakan atau menyalahi

norma umum dan ajaran agama, maka adat dapat diterima dan

berjalan terus sebagai salah satu dasar dalam mengambil

keputusan hukum. Hal itu sebagaimana kaidah fiqih al-‘Addah

Muhakkamah kaidah ini berlaku ketika sumber-sumber

primer (nas) tidakmemberikan jawaban terhadap masalah yang

muncul.67

Penerimaan adat tersebut di atas didasarkan pada

pemakaian bahwa sesuatu yang telah dilakukan oleh seluruh

masyarakat atau sebagiannya dan telah menyatu dalam kehidupan

sehari-hari adalah baik selama tidak dinyatakan lain oleh hukum,

sesuatu dianggap baik oleh masyarakat maka baik juga menurut

Allah swt seperti yang diriwayatkan oleh IbnuMas’ud.

67Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam Dan Adat di Indonesia, (Jakarta: INIS, 1998),7.

Page 26: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

80

ما رأه المسلمون حسنا فهو عند االله حسن ومارأه المسلمون شيأ فهو عند االله شي

Adat dalam penilaian tidaklah berdiri sendiri. Norma yang

baik harus diukur sesuai dengan norma agama walaupun belum

diserap ke dalam hukum Islam maka dapat diamankan, dengan

demikian adat dapat berlaku dan dijadikan pedoman dalam

kehidupan bila sudah menjadi ketentuan yang sesuai dengan

syara’68.

Dengan demikian adat dapat diterima apabila memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

1. Adat tidak bertentangan dengannas.

2. Adat telah berlaku dan telah menjadi pedoman terus

menerus dalam masyarakat.

3. Adat merupakan adat yang umum, karena adat yang

umum tidak dapat ditetapkan dengan adat yang khas.69

Jadi adat yang dianggap baik sebagai sumber luar bagi

Hukum Islam hanya adat kebiasaan yang sesuai dengan pokok-

pokok syar’i oleh karena itu segala yang bertentangan dengan

semangat dan tujuan nash, sama sekali tidak diakui dalam Hukum

Islam.

68Ahmad Ibnu Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hambal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1978M/1398H), I:379, Hadis dari Abdullah ibn Mas’ud

69A. Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang ,1977), 91.

Page 27: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

81

‘Urf ada dua macam, sahih dan fasid. ‘Urf sahih adalah

yang dikenal oleh masyarakat dan tidak menyalahi dari syar’i serta

tidak membatalkan yang wajib. ‘Urf ini wajib dipelihara dalam

pembentukan Hukum Islam dan proses peradilan. Seorang

mujtahid harus mempertimbangkannya, karena apa yang sudah

dimengerti oleh manusia yang tidak menjadi tradisi tetap telah

menjadi kesepakatan dianggap sebagai kemaslahatan serta tidak

kontradiksi dengan syar’i.

Patokan yang dijadikan dasar dalam penyelesaian adat

adalah ukuran maslahah mursalah. Maslahah dapat ditinjau dari

dua sisi, yaitu suatu yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan

ummat. Sesuatu baik apabila mengandung unsur manfaat dan

dianggap tidak baik apabila dalam tindakan itu terdapat unsur

mudarat, apabila kedua unsur tersebut ada dalam satu perbuatan

maka yang dijadikan patokan adalah unsur yang terbanyak.

Apabila merujuk pada kontek sejarah masa silam, pada saat

terjadinya proses asimilasi nilai-nilai hukum Islam yang dibawa

oleh nabi sebagai pengembangan propetion mission dari Allah swt

dengan sosiokultural, tradisi, dan adat masyarakat Arab masa itu,

terdapat beberapa nilai maslahah, adat Arab sebelum Islam datang

dan dapat diklasifikasi;

1. Adat lama secara turun temurun diterima oleh Hukum

Islam dan untuk selanjutnya dijadikan Hukum Islam.

Page 28: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

82

Hal ini berlaku terhadap norma adat yang menurut

pandangan agama Islam adalah baik prinsip maupun

pelaksanaannya.

2. Adat yang diterima agama dengan jalan penyesuaian

dalam arti tidak lagi dalam bentuknya yang asli. Hal

ini berlaku terhadap norma adat yang dianggap baik

tetapi dalam penerapannya tidak baik.

3. Adat lama ditolak oleh agama dengan arti adat lama

harus ditinggalkan oleh orang-orang yang sudah

menyalahi norma-norma agama.70

Dalam menghadapi adat kebiasaan yang berlangsung

seperti dalam pengelompokan yang sudah disebut di atas, maka

langkah-langkah yang ditempuh oleh hukum Islam sebagai

berikut:

a. Hukum Islam mengakui adat dan berlaku untuk seterusnya

dengan artian, bahwa pembuktian Hukum Islam

memberlakukan suatu hukum untuk ummat Islam yang

sebenarnya. Hukum tersebut sudah berlaku dalam adat,

pengakuan ini berlaku terhadap yang secara prinsip maupun

pelaksanaannya sejalan dengan Hukum Islam. Misalnya

pembayaran diyat yang harus dibayar oleh pihak pembunuh

70 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Waris Dalam Lingkungan Adat Waris Minangkabau,(Jakarta: Gunung Agung, 1984),164.

Page 29: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

83

kepada keluarga terbunuh, hukum ini berlaku di Arab

sebelum Islam datang. Di samping itu Al-Qur’an

menetapkan diyat dalam surah Al-Baqarah 178 bagi

pembunuhdisengaja dan ayat 92 surah An-Nisa`.

b. Hukum Islam dalam bentuk wahyu ilahi atau lisan nabi

menerima adat dan lembaga lama dari segi prinsip, tetapi

dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan hukum Islam.

Dalam hal ini Zihar (ucapan seorang suami yang

mempersamakan ibu dengan istrinya) menurut adat Arab

ucapan itu membatalkan hubungan suami istri tetapi tidak

memutuskan hubungan suami istri sebelum suami atau istri

kembali membayar kaffarah zihar sebagaimana yang

dijelaskan oleh Allah swt dalam surah Al-Maidah ayat 3

tentang masalah zihar.

c. Dalam menghadapi perbedaan prinsip yang berbeda maka

prinsip baru yaitu ajaran Islam harus dinamakan

pelaksanaannya. Bila kemudian memungkinkan maka

prinsip adat bias dijalankan. Seperti perbedaan prinsip

kewarisan unilateral menyampaikan prinsip kewarisan

seperti yang terdapat surah An- Nisa ayat 7, 11, 12, dan 176

maka harta warisan harus diberikan kepada ahli waris yang

disebut dalam Al-Qur’an dan bila ada lebihnya diberikan

Page 30: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

84

pada pihak laki-laki yang terdekat. Hal ini tidak jauh

berbeda dengan prinsip lama.

d. Menghapus atau menyatakan tidak berlaku adat. Dalam hal-

hal yang menyatakan baik namun pelaksanaannya

bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam hal ini secara

keseluruhan hukum Islam berlaku untuk mengganti adat

dengan pendekatan adaftif dan harmonis. Seperti

pengharaman minum- minuman keras yang dinyatakan

pelarangannya secara berangsur-angsur. Karena berkaitan

dengan kebiasaan masyarakat yang sudah mendarah daging

sehingga perlu diadakan pendekatan evolutif.

e. Terhadap adat kebiasaan yang belum diresepsi oleh hukum

Islam dengan cara- dan tidak ada keterangan yang pasti

tentang penghapusannya makadalamhal ini Islam tidak

memformulasikan dan menyerahkan pada pandangan

manusia.71

Dalam menghadapi prinsip yang kelimaini, adat

kebiasaan yang belum jelas kedudukannya maslahat yang

yang harus dijadikan dasar pemikiran, artinya suatu

kebiasaan yang sudah berlaku sebelum datangnya Islam

atau terjadi dan dibiasakan kemudian, selama tidak

mendatangkan kerusakan atau menyalahi norma umum

71 Jalaluddin al-Maliki, Qaul Wa Amirah, (Mesir: Dar al-Ihya al-Kutub, ), IV: 14

Page 31: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

85

ajaran agama, pada dasarnya tetap berlaku untuk

seterusnya.

Dari uraian di atas diantara lima persentuhan dan

perpaduan adat dan agama, maka tradisi “Nganyareh

Kabin” termasuk pada bagian kelima dimana nash tidak

memerintahkan akan tetapi tidak juga melarangnya.

1) Pandangan Hukum Islam Terhadap Tradisi “Nganyareh kabin”

1. Pandangan Normatif Fiqhiyah

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa secara umum

Islam bisa menerima kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat

selama tidak menyalahi norma-norma dan syar`i pengakuan

hukum islam terhadap tradisi tersebut sesuai dengan kaedah

fiqh72.العادة المحكمة

Oleh karena itu adat istiadat dapat menjadi salah satu sumber

hukum dalam hukum Islam yaitu sebagai sumber hukum sekunder.

Dengan demikian, kebiasaan masyarakat desa Demangsari dalam

melakukan tradisi “Nganyareh Kabin” sebagai upaya dalam

menjaga keharmonisan dalam rumah tangga dan mencegah

perceraian dapat diterima oleh hukum Islam. Tradisi yang tidak

diterima adalah sesuatu yang dilebih-lebihkan yang dapat

memberatkan bagi salah satu pihak yang akan melakukannya atau

72 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1978), 89.

Page 32: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

86

sesuatu yang sebelumnya tidak ada hukumnya atau yang tadinya

hanya mubah saja kemudian hukum tersebut diganti menjadi

sunnah atau bahkan wajib, sehingga dapat memberatkan seseorang

yang akan menjalankannya.

Tradisi “Nganyareh Kabin” ini sendiri adalah suatu pilihan

bagi pasangan suami istri yang sedang dilanda permasalahan

bukan menjadi suatu keharusan. Pasangan suami istri bisa

melakukannya atau tidak tergantung kemauan mereka. Jika

mereka mau melakukannya, maka akan ada kesempatan untuk

memperbaiki hubungan mereka, sedangkan jika tidak mau

melakukannya maka perceraian adalah jalan terakhir bagi mereka.

Sebenarnya permasalahan yang ada bukanlah bersumber dari

akad perkawinan mereka, akan tetapi akar permasalahannya

terdapat pada diri mereka sendiri, sedangkan tradisi ini hanya

dijadikan sebagai motivasi psikis saja agar pasangan suami istri itu

bisa merubah sikap dan sifat yang selama ini menjadi akar dari

permasalahannya. Rumah tangga mereka tidak akan pernah

berubah walaupun mereka melakukan tradisi ini selama mereka

tidak mau merubah sikapmalas dan sifat kurang baik mereka.

Seperti sudah dijelaskan pada bab II dalam kajian teori dimana

disebutkan bahwa para ulama dalam mencari sumber hukum selalu

berpegang teguh pada sumber Hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan

Page 33: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

87

Sunnah serta maqasid asy- Syariah dimana salah satu sumber

hukum yang digunakan adalah ‘urf.

Adat atau ‘urf dalam Islam diakui sebagai salah satu teori

penetapan hukum Islam.Oleh karena itu, Abdul Wahhab Khallaf

membagi ‘urf menjadi dua macam, yang pertama ‘urf sahih dan

yang kedua ‘urf fasid. Adapun ‘urf sahih adalah apa yang

diketahui dan dilakukan oleh masyarakat tidak bertentangan

dengan syari’at, tidak menghalalkan yang haram dan tidak

membatalkan yang wajib, sedangkan ‘urf yang fasid adalah apa

yang dikenal dan dilakukan masyarakat akan tetapi bertentangan

dengan syari’at atau menghalalkanyangharam dan membatalkan

yang wajib.73

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh

masyarakat dan para pelaku tradisi “Nganyareh Kabin” diperoleh

keterangan bahwa hampir sebagian besar pasangan suami istri

yang melakukan tradisi ini kehidupan rumah tangganya yang

sebelumnya kurang harmonis atau banyak ketidak cocokan bahkan

ada yang hampir bercerai dapat kembali hidup dengan damai dan

tenteram.

Pelaksanaan adat istiadat tersebut tidak terlepas dari manfaat

dan mudarat yang ditimbulkannya. Dengan demikian

pertimbangan maslahah tidak dapat ditinggalkan dalam melihat

73Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1978), 89.

Page 34: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

88

suatu persoalan.74 Maslahah yaitu, sesuatu yang tidak disyariatkan

oleh syar’i untuk mewujudkannya dan tidak ada dalil yang

menunjukkan atas penolakannya.75

Dalam mempergunakan maslahah ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi agar perbedaan antara maslahah dan dorongan

hawa nafsu dapat dibedakan. Adapun syarat tersebut adalah :

a. Maslahah yang dimaksud adalah maslahah yang hakiki

bukan dugaan semata dan bertujuan supaya

pembentukan hokum maslahah tersebut dapat

direalisasikan sehingga mendatangkanmanfaat.

b. Maslahat bersifatumum.

c. Maslahat tidak bertentangan dengan prinsip hukum

yang ditetapkan oleh nass danijma’Pertimbangan yang

dilakukan terhadap tradisi “Nganyareh Kabin” adalah

dengan memperlihatkan manfaatnya yaitu kembali

harmonisnya kehidupan pasangan suami istri dan

menghindari mudarat yang ditimbulkan apabila tidak

melakukannya yaitu terjadinya perceraian.

Seperti diketahui, perceraian yang terjadi di daerah manapun

akan lebih banyak menimbulkan permasalahan baru yang

menyangkut pasangan suami isrti dan anak secara psikologis

maupun yang menyangkut masalah sosial. Banyak sekali

74Ibid., 7.

75Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Islam,169.

Page 35: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

89

permasalahan yang ditimbulkan akibat perceraian seperti

banyaknya anak jalanan, banyaknya wanita menjadi PSK demi

menghidupi anaknya, serta masalah sosial lainnya yang

diakibatkan karena perceraian.

Jika dilihat dari maslahah yang ditimbulkan dengan melakukan

tradisi ini dan kemadaratan yang ditimbulkan apabila tidak

dilakukannya tradisi ini, maka penyusun dapat menarik

kesimpulan bahwa tradisi ini tidak bertentangan dengan syari’at

atau dengan kata lain ‘urf ini adalah ‘urf yang sahih karena tradisi

ini tidak bertentangan dengan nass kemudian telah berlaku dan

menjadi pedoman dalam masyarakat serta tradisi ini

bersifatumum.

Hal tersebut di atas sesuai dengan kaidah Hukum Islam dimana

hukum Islam lebih mementingkan untuk menghindari

kemudaratan dari pada mendatangkan kemaslahatan.76

المفاسد على مقد على جلب المصالحدفع

2. Pandangan FiqhMunakahat

Tradisi “Nganyareh Kabin” berdasarkan pengamatan penyusun

dilakukan hanya untuk memotifasi psikis bagi pasangan suami istri

yang melakukannya supaya kehidupan rumah tangga mereka

76Asjmuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqhi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),127

Page 36: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

90

kembali harmonis. Hal ini bisa dilihat dari faktor-faktor yang

menyebabkan adanya tradisi ini.

a. Faktor Keharmonisan RumahTangga

Apabila dilihat dari tujuan dan harapan dilakukan tradisi

“Nganyareh Kabin” dengan faktor ini, maka ada persamaan

dengan tujuan dilakukannya syiqaq.Syiqaq adalah perselisihan

antara suami dan istri yang diselesaikan oleh dua orang hakam

yaitu seorang dari pihak suami dan seorang dari pihak istri.

Dalam ayat tersebut bisa kita jumpai usaha mendamaikan

oleh para hakam.Hal ini memberikan ketentuan bahwa para hakam

supaya dengan sekuat tenaga berusaha mempertahankan kembali

suami istri yang sdang berselisih tersebut.

Jika dilihat dari keterangan ini, maka dapat ditarik benang

merah dengan tradisi “nganyar-anyari” dengan faktor ini dimana

biasanya sebelum melakukannya, pasangan suami istri terlebih

dahulu meminta pertimbangan kepada orang tua atau seseorang

yang ditunjuk keduanya untuk memberikan petuah. Biasanya

orang yang dimintai nasehat adalah orang tua mereka atau seorang

kiai atau sesepuh yang kemudian penyusun sebut sebagai

hakam.Nusyuz bisa diartikan dengan perbuatan durhaka istri

terhadap suami dengan tidak ada alas an yang wajar untuk

bersikap durhaka, atau diartikan juga dengan perbuatan seorang

suami yang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap istri.

Page 37: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

91

b. Faktor Kekhawatiran Rusaknya Akad Sebelumnya

Faktor ini biasanya menjadi alasan bagi pasangan

suami istri melakukan tradisi “Nganyareh Kabin” ketika

salah satu dari mereka pernah terbesit dalam pikirannya

untuk melakukan perceraian, terutama dari pihak suami

karena hak talak ada padanya walaupun tidak pernah

terucap sehingga secara hukum talak belum jatuh karena

salah satu rukun talak adalah diucapkan dengan kata-

kata77.Hal ini juga dapat dilihat dari pengertian talak yaitu

melepaskan ikatan pernikahan dengan mengucapkan kata

talak atau kata yang semakna.78Mereka hanya merasa ada

yang kurang dan merasa khawatir jangan-jangan akad

pernikahan mereka telah rusak dengan adanya pikiran

inginbercerai.

Kekhawatiran ini biasanya muncul ketika terjadi

peselisihan diantara mereka sehingga ketika perselisihan

sudah selesai kemudian mereka ingin membuka lembaran

baru dalam rumah tanga mereka, kemudian mereka

melakukan tradisi ini, dapat juga dilakukan oleh mereka

yang sudah lama terpisah tanpa kabar kemudian ketika

77 Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ala-al-mazahib al-Arba’ah, (Maktabah at- TijariyahKubra, t.t), IV: 280-281

78Peuneoh Daly, Hukum Perkawinan Islam; Suatu Studi Perbandingan Dalam KalanganAhlussunnah dan Negara-Negara Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1988), 247.

Page 38: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

92

mereka berkumpul kembali biasanya mereka melakukan

tradisi “Nganyareh Kabin” karena mereka merasa bahwa

pernikahan mereka sudah rusak walaupun sebenarnya

belum rusak akan tetapi demi kemantapan dan keyakinan

hati, merekapun melakukan tradisiini.

Melakukan tradisi “Nganyareh Kabin”dengan faktor

ini harus dengan hati- hati dan memberikan pengertian

kepada masyarakat karena dikhawatirkan dapat

memunculkan pemahaman yang keliru dimana ketika

terbesit pikiran inginbercerai maka harus melakukan

akad baru atau ketika sudah jatuh talak juga harus

melakukan akad baru atau bisa juga ketika pulang dari

perantauan juga harus melakukan akad baru padahal

pernikahan mereka dalam kondisi yang baik-baik saja.

Dalam pernikahan memang biasanya calon suami

setelah melakukan akad nikah disuruh oleh pengulu untuk

membacakan taklik talak sebagai janji seorang suami

kepada istrinya dimana salah satu poin yang terdapat dalam

taklid nikah itu disebutkan bahwa jika suami

menelantarkan istrinya dalam arti ditinggal pergi selama

bertahun-tahun tanpa diberi nafkah baik lahir maupun batin

dan kemudian sang istri tidak rela maka sang istri berhak

untuk mengajukan perceraian.

Page 39: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

93

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang

penyusun lakukan, hampir semua wanita yang

melakukan“Nganyareh Kabin” dengan faktor ini tidak

pernah mempermasalahkan apa yang dilakukan suami

mereka karena mereka yakin suami mereka pergi untuk

mencari nafkah bagi keluarga mereka.

Dari sini penyusun menyimpulkan bahwa

sebenarnya mereka tidak perlu melakukan akad baru

karena akad yang lama masih berkekuatan hukum hanya

saja penyusun menyadari, keyakinan dan kemantapan

mereka sedikit banyak telah goyah karena kekhawatiran

akad nikah mereka telah rusak. Untuk itu melakukan akad

baru adalah salah satu cara mementapkan kembali

keyakinan akan perkawinanmereka.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam pasal

117 disebutkan bahwa talak adalah ikrarsuami di depan

pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya

perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam

pasal 129, 130, 131. jadi sebenarnya perkawinan mereka

baik-baik saja dan tidak perlu untuk diperbaharui.

Berbeda ketika sudah jatuh talak, ketika suami ingin

kembali kepada istri yang ditalak maka tidak perlu

menggunakan akad baru, cukup dengan menggunakan

Page 40: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

94

rujuk selama istri masih dalam masa ‘iddah dan jika masa

iddah sudah habis, maka mantan suami harus menunggu

mantan istrinya itu menikah lagi dengan laki-laki lain dan

berkumpul layaknya suami istri kemudian bercerai dan

masa ‘iddahnya sudah habis, maka mantan suami yang

pertama bisa kembali lagi dengan menggunakan akad baru.

c. Faktor Ekonomi

Pada dasarnya, “Nganyareh Kabin” dengan factor

ini adalah kurang pas menurut pendapat penyusun

berdasarkan pengamatan dan wawancara penyusun

biasanya orang memandang seseorang yang melakukan

tradisi “Nganyareh Kabin” kehidupannya ekonominya

lebih baik dikarenakan kehidupan rumah tangga mereka

telah kembali harmonis sehingga motivasi bekerja mereka

menjadi lebih baik kemudian secara otomatis kehidupan

ekonominyapun menjadi lebih baik.

Bagi sebagian orang menganggap bahwa

membaiknya kehidupan ekonomi mereka yang telah

melakukan tradsisi “Nganyareh Kabin” adalah karena

mereka telah melakukan tradsi ini kemudian ketika mereka

ingin kehidupan ekonominya membaik ikut-ikutan

melakukan tradsi ini.Kalaupun kemudian perekonomian

mereka menjadi lebih baik bukan karena tradisi ini

Page 41: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

95

melainkan karena kemauan mereka memperbaiki

kehidupan ekonomi mereka yaitu dengan bekerja keras,

jikasetelah melakukan tradsi ini mereka tetap malas bekerja

maka kehidupan ekonomi merekapun akan tetap berjalan di

tempat.

Dari ketiga faktor tersebut di atas penyusun menarik

kesimpulan bahwa sebenarnya tradisi “Nganyareh Kabin”

sebenarnya adalah sebagai motivator psikis bagi pasangan

suami istri untuk memperbaiki kehidupan rumah tangga

mereka sendiri. Walupun mereka melakukan tradisi ini

berapa kalipun jika perilaku mereka tidak diperbaiki maka

akan percuma dan sia-sia saja.

Bagaimana pandangan fiqh munakahat sendiri

terhadap tradisi ini mengingat dalam tradisi ini memiliki

syarat dan rukun yang sama dengan pernikahan, seperti

adanya kedua mempelai, wali, saksi dan akad nikah serta

syarat-syarat lain sebagaimana pada pernikahan pada

umumnya.

Hukum dari “Nganyareh Kabin” adalah tidak sah

atau tidak bisa disebut sebagai pernikahan walaupun dalam

bahasa munakahatnya disebutkan kata nikah yaitu tajdid

an-nikah serta memiliki rukun dan syarat yang sama

dengan pernikahan akan tetapi ada salah satu syarat yang

Page 42: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

96

tidak terpenuhi dalam tradisi ini yaitu syarat bagi calon

mempelai wanita. Dimana dalam syarat itu calon mempelai

wanita disyaratkan harus tidak dalam ikatan

perkawinan, sebagaiman yangdiungkapkan oleh Dr.

Peuneoh Daly bahwa pernikahan tidak sah jika salah satu

syaratnya tidak terpenuhi.79

Adapun syarat tersebut adalah bahwa istri harus

tidak dalam ikatan perkawinan sebagaima firman Allah:

م ك ا ن يم إ ت لك ا م م لا والمخصنات من النساء إ

Yang dimaksud muksonah dalam ayat di atas adalah

permpuan-perempuan yang bersuami.80

Sedangkan dalam “Nnganyareh Kabin”atau tajdid

an-nikah pada hakekatnya kedudukan mempelai wanita

adalah masih istri sah calon mempelai laki-laki secara

hukum atau dengan kata lain masih terikat secara hukum

dengan suaminya tersebut. Dengan demikian, “Nnganyareh

Kabin” atau Tajdid An-nikah tidak memenuhi syarat ini,

sehingga akad ini tidak memiliki kekuatan hukum seperti

pada akad pernikahan pada umumnya sedangkan akad

yang memiliki kekuatan Hukum adalah akad yang

sebelumnya.

79Ibid, hlm. 7480As-Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, (Beirut; Dar al-Fikr, 1992), II: 80

Page 43: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

97

Pendapat senada juga dikemukakan oleh KH.

Masduqi Mahfudz yaitu sebagaimana kita mafhum

bersama bahwa nikah itu dapat menjadi sah jika dilakukan

terhadap wanita ajnabiyah yang belum menjadi istrinya,

dan tidak sah jika dilakukan terhadap wanita yang masih

berstatus sebagai istrinya.81

Masyarakat desa Banjarsari sendiri memandang

bahwa tradisiinimerupakan suatu yang baik dan

bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga yang sering

dilanda persoalan. Jika dilihat dari manfaat dan mudarat

yang ditimbulkan oleh adanya tradisi “Nganyareh Kabin”

ini, maka akan lebih baik dilakukan oleh mereka yang

dalam permasalahan daripada harus bercerai kemudian

menimbulkan permasalahan baik yang menyangkut

permasalahan pribadi maupun sosial. Dari sini masyarakat

desa Banjarsari memandang bahwa melakukan tradisi

“Nganyareh Kabin” bagi pasangan suami istri yang

sedang dalam masalah dan bisa berujung pada perceraian

hukumnya adalansunat.

Penilaian ini bukan hanya semata-mata hasil dugaan

saja melainkan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang

81KH.Masduqi Mahfudz, “Nikah Puso”, Aula No. II th ke-15 (November, 1993), 42.

Page 44: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

98

telah terjadi dimayarakat.Sehingga masyarakat dapat

mengetahui dan merasakan secara langsung manfaat yang

ditimbulkan dari tradisi ini hususnnya dari para tokoh desa

Banjarsari.

Sebagaimana dijelaskan di atas, perceraian akan

menimbulkan banyak permasalahan sosial baru yang akan

dihadapi oleh masyarakat. Sehingga masyarakat secara

umum menganjurkan untuk melakukan tradisi ini apabila

rumah tangga mereka terancam perceraian karena jika

tidak melakukan tradisi ini hampir pasti rumah tangga

mereka berakhir padaperceraian, lebih lebih kepaada

masyarakat awam yang hanya ikut-ikutan saja tampa mau

tau menau tentang yang sesungguhnya mereka yang sudah

telanjur sangat yakin bahwasanya tradisi tersebut dapat

memperbaiki ekonomi dalam keluarga.

Tajdidun nikah atau yang dikenal dengan bahasa

Nganyareh Kabin oleh masyarakat Banjarsari termasuk

jenis permasalahan dalam lingkup ijtihad yang tidak ada

ketentuan secara pasti baik dalam Al-Quran maupun al-

Sunnah. Oleh sebab itu tidak dihindaridaripro dan

kontra tentang peermasalahantersebut. maka dalam

pelaksanaanya pelaku taradisi nganyareh kabin adalah

mengambil kebiasaan yang sudah menjadi tradisi pada

Page 45: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

99

perorangan tertentu sajadengan tujuan memperbarui

nikah yang terdahulu demi terciptanya keluarga yang lebih

harmonis.

Adapun faktor-faktor yang melatar belakanggi

dilaksanakanya tajdidun nikah atau tradisi Nganyareh

Kabin yang di anggap dapat memperbaiki ekonomi dalam

keluarga (tajdidun nikah) munurut penyusun setelah

melakukan pengamatan dan wawancara di lapangan di

sebabkan beberapa factor diantaranya :

1) Lemahnya SDM masyarakat yang disebabkan kurangnya

pendidikan.

2) Kepercayaan kepada adat setempat

3) Kurangnya pemahaman dari para tokoh masyarakat

4) Yang terahir adalah lemahnya ekonomi di kalangan

masyarakat Banjarsari yang rata-rata penghasilan

penduduknya dari buruh tani.

Page 46: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

100

C. Pembahasan temuan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis yang

dalam pelaksanaanya menggunakan jasa wawancara kepada para tokoh

dan para pelaku serta para masyarkat yang di anhgap lebih tau tenteng

tradisi nganyareh kabin (Tajdidun Nikah) Di Desa Banjarsari Kecamatan

Bangasalsari kabupaten Jember, dimana lokasi ini adalah tempat penulis

meneliti tentang sebuah tradisi yang sudah berjalan lama hingga

kebiasaan ini oleh masarakat di jadikan sebuah tradisi, yang di anggap

dapat mendatang kan sebuah ke maslahatan dalam pelaksanaanya hingga

ketahapan mempercayai tradisi tajdidun nikah ini dapat memperbaiki

ekonomi dalam keluarganya.

Tradisi tajdidun nikah adalah sebuah alternative masyarakat Desa

Banjarsari yang di ambil untuk dapat mempertahankan keutuhan

keluarganya, dikalangan masarakat banjarsari setelah peneliti melakukan

wawancara penyebab utamanya adalah faktor ekonomi meski tidak di

mana ketika ekonomi dalam sebuah keluarga melemah maka tidak jarang

dalam hubungan suami istri akan terjadi adu mulut (cekcok) yang ujung-

ujungnya apabila di biarakan akan akan terjadi sebuah perceraian dimana

perceraian adalah salah satu perbuatan yang tidak di larang oleh allah

namun perbuatan tersebut paling tidak disenangi sebagai mana firmannya

dalam surah annisa` ayat 34.

Page 47: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

101

Artinya: “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, olehkarena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab ituMaka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagimemelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allahtelah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamukhawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka danpisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullahmereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlahkamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.(Q.s.annisa`).

Ayat di atas di pertegas dengan pernyataan Nabi :

عن ابن عمرعن النبي علیھ وسلم قال أبغض الحلال إلى الله صلى اللهتعالى الطلاق

Artinya: “Dari Abdullah Ibnu Umar; dari Nabi saw bersabda : perbuatan

halal yang paling dibenci Allah adalah thalaq(cerai). HR. Abu

Daud, Ibnu Majah, dan Al-Baehaqy.

Page 48: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

102

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwasanya Allah memberi

isarah kepada manusia dalam mengatur rumah tangga agar tidak

semaunya menalak seorang istri dalam ayat tersebut di jelaskan beberapa

proses dalam mencari solusi untuk mendapatkan keluarga yang sakinah

mawaddah warrahmah, Allah mengisaratkan perbaikan antara suami istri

untuk menempuh cara-cara yang dapat menyatukan kembali dan

menghindari akibat buruk perceraian. Di antaranya adalah pemberian

nasehat dan pisah ranjang dan pemukulan yang ringan.

Dalam tradisi nganyareh kabin banyak sekali hikmah yang di

dapat setelahnya salah satunya adalah nuansa malam pertama akan

terulang pada saat itu di mana rasa sayang kepada pasangan menjadi

seperti pengantin baru lagi hal-hal yang yang kurang baik sebelumnya

sudah mulai terlupakan yang ada hanyalah ketenangan, dan spirtit baru.

1. Sejarah terjadinya tradisi Nyanyareh Kabin (Tajdidun Nikah) dan

prosesi pelaksanaanya di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember.

Tradisi nganyareh kabin yang terjadi di Desa Banjarsari

berjalan dari waktu kewaktu tidak adanya sejarah yang mencatat

kapan dan dimana tradisi di mulainya dan siapa yang

memprakarsainya , eksistensi tradisi nganyareh kabin di kalangan

masyarakat Banjarsari masih terbukti adanya bahkan bukan hanya di

kalangan masarakat banjarsari saja melainkan di berbagai daerah

banyak pula yang masih melestarikan dan mempercayai tradisi

Page 49: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

103

tajdidun nikah sebagai salah satu warisan nenek moyang, di kalangan

ulama` masih menjadi debat table, dikalangan Madzhab Syafi`i

sendiri muncul dua pendapat yang sama membolehkan namun

berbeda peneliannya. Yang sebagian menilai perbuatan tersebut

berdampak pada kurang nya hitungan talak atau mengurangi pada

jatah talak, dan yang lain menganggapnya tidak.

Sedangkan dalam prosesi pelaksanaan tajdidun nikah atau

tradisi tajdidun nikah itu sendiri tidak ada yang berseberangan

pendapat di karnakan dalam pelaksanaanya tidak ada yang

menyimpang dari aturan-aturan fiqih baik dalam sarat maupun

rukunnya, di kalangngan masyarakat Banjarsari pelaksannan tradisi

nganyareh kabin ini tidak ada pakem atau ketentuan yang harus di

taati oleh masyarakat.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tradisi ngayareh

kabin (tajdidun nikah) di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember.

Masyrakat Banjarsari adalah masarakat yang sangat primitif di

mana kehidupan sehari-harinya hanyalah bercocok tanam, sebagian

lagi menjadi buruh perkebunan SDM yang masih di bawah rata-rata

pendidikan yang masih belum maksimal hingga menjadikan pola atau

gaya sosial masarakat ini masih sangat kental dengan kepercayaan

kepercayaan yang tidak rasional menurut akal dan pikiran, sesperti

halnya kepercayaan masyarakat Banjarsari terhadap sebuah traidsi

Page 50: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

104

nganyareh kabin yang di lakukan oleh masyarakat Banjarsari yang

sudah mempunyai pasangan hidup atau sudah menikah mereka percaya

bahwasanya tradisi ini mempunyai suatu kelebihan dapat memberikan

sesuatu yang yang lebih baik dalam hal ekonomi hususnya.

Tradisi nganyareh kabin bukan merupakan suatu yang baru

dikalangan fiqih, dalam bahasa fiqih di kenal dengan bahasa tajdidun

nikah begitupun sebaliknya tradisi nganyareh kabin bukan lah suatu

yang baru melainkan permasalahan yang sudah lama muncul, Telepas

dari baru dan tidaknya perkara ini penulis merasa tergelitik rasanya

ketika melakukan interview harus mendengar istilah “kalau ingin

lancar rizkinya lakukanlah tradisi Nganyareh Kabin” pernyataan ini

menggambarkan bahwasanya masyarakat Desa Banjarsari masih di

pengaruhi oleh sugesti-sugesti para sesepuh mereka.

Ada banyak versi dalam pengakuan masyarakat Banjarsari

ketika di tanya tentang motif tajdidun nikah atau tradisi ngayareh

kabin sebagaimana telah di paparkan di atas namun ada satu yang

menjadi semangat terkuat untuk melakukan tradisi tajdidun nikah di

kalangan masyarakat Banjarsari yaitu motif ekonomi, dalam

praktiknya mereka yang melakukan tradisi nganyareh kabin ini

menurut peneliti dikarenakan adanya sugesti terkuat yaitu sugesti yang

di percayai oleh mereka jika melakukannya akan ada perubahan dalam

segi ekonomi dimana yang asalnya kurang lancar menjadi lebih lancar

Page 51: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

105

Peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling urgen

adalah faktor ekonomi dimana masyarakat Desa Banjarsari ketika

merasa ekonomi melemah, Maka menjadi penting bagi mereka untuk

melekukan tradisi nganyareh kabin/memperbarui nikahnya ( tajdidun

nikah). Sugesti tersebut sudah menjamur di masyarakat.Dan masih

banyak yang meyakininya. Sampai salah satu tokoh masyarakatnya

masih percaya akan hal itu. Meski sebenarnya ada beberapa faktor

yang lain akan tetapi peneliti beranggapan ekonomi merupakan salah

satu penyebab yang sangat pengaruh terhadap pada faktor faktor yang

lain, misalnya terjadinya sengketa dalam rumah tangga. Namun dari

tokoh masyarakat yang berwawasan lebih, menafikan sugesti

tersebut.Dan memberikan keyakinan bahwa tidak ada yang memberi

manfaat kecuali dengan ridho Allah.Dan mengarahkan agar

masyarakat melakukan tajdid nikah hanya semata karena Allah semata

tidak diperuntukkan tujuan tertentu.

3. Analisis Hukum Islam terhadap tradisi “Nganyareh Kabin”

(tajdidun nikah) yang di anggap dapat memperbaiki ekonomi

dalam keluarga di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember.

Desa Banjarsari merupakan salah satu tempat dimana tumbuh

suburnya tradisi nganyareh kabin, akan tetapi Banjarsari bukan satu-

satunya tempat yang melestarikan tradisi nganyareh kabin, tradisi ini

sebenarnya berkembang di seluruh tanah Indonesia khususnya,

Page 52: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

106

berbagai macam gaya yang berupa warna menjadi motif terjadinya

tajdidun nikah, secara garis besar motif tajdidun nikah (tradisi

nganyareh kabin) sebagai mana sudah peneliti paparkan di atas.

Dalam prosesi peleksanaan tradisi nganyareh kabin ini tetap

berdasarkan tata cara yang ada dalam prosesi perkawinan pertamanya

dari sarat dan rukunnya tidak ada yang berubah namun dalam tatacara

nya di sesuaikan dengan tradisi setempat atau kebiasaan masyarakat

setempat misalnya di daerah Banjarsari sendiri tempat dimana penulis

meneliti, masyarakat yang akan melakukan tradisi ini biasanya dia

mendatangi para tokoh setempat dengan membawa beberapa saksi dan

dilengkapi dengan tumpeng, dimulai dari pembacaan khutbah nikah

dan prosesi akad yang di lakukan oleh sang tokoh atau penghulu

selaku wali hakim dari pasangan pelaku dengan disaksikan oleh para

saksi yang di bawa oleh pelaku jika pelaku tidak membawa maka sang

tokoh mencarikan saksi di sekitar rumahnya, setelah selesai kemudian

di tutup dengan doa yang dipimpin oleh tokoh atau kiai dan diakhiri

dengan acara makan bersama.

Selain itu juga ada melaksankan prosesi nganyareh kabin di

rumahnya dengan mendatangkan para tokoh yang ada di desa itu dan

sanak family yang ada di sekitar rumah si pelaku, dalam susunan

acranya sama seperti biasa diawali dengan khutbah dan di akhiri oleh

doa dan acara makan-makan sebagai bentuk sukur si pelaku tradisi

nganyareh kabin (tajdiduin nikah).

Page 53: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

107

Tradisi Nganyareh Kabin (Tajdidun Nikah) dilaksanakan oleh

masyarakat Desa Banjarsari biasanya ketika dalam rumah tangganya

ada perselisihan baik dari segi ekonomi maupun karena alasan yang

lain seperti misalnya karna pasangan tersebut sulit mendapatkan

keturunan dan lain-lain, namun dalam beberapa observasi yang

dilakukan oleh peneliti terjadinya pelaksanaan tradisi nganyareh kabin

di karenakan faktor ekonomi, dimana pada saat keadaan ekonominya

melemah atau tidak setabil secara terus menerus maka mereka aka

mengadakan tradisi nganyareh kabin, anggapan para masyarakat

Banjarsari beserta tokohnya membenarkan bahwasanya penyebab

utama terjadinya tradis ini di karnakan faktor ekonomi, ke adaan

ekonomi yang tidak stabil akan mengakibatkan pasangan dalam rumah

tangga menjadi mudah marah yang mengakar pada terjadinya

percekcokan.

Tradisi nganyareh kabin adalah sebuah permisitas fiqih, diman

dalam responya fiqih atau para ulama` tidak melarang adanya tradisi

tersebut selama tidak ada unsur-unsur yang bertentangan di dalamnya

sebagaimana kaidah asasiah:

حال ص م ال ب ال ج د و اس ف م ال ؤ ر د “Menolak ke rusakan dan menari kemaslahatan”

Jika ditinjau dari moti-motif terjadinya tradisi nganyareh

kabin(tajdidun nikah ) dikalangan masyarakat sebegai sebuah

alternatif untuk menghindari perpecahan dalam rumah tangga

Page 54: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

108

sekaligus sebuah wadah untuk membangun spirit (semangat) baru

dimana harapan masarakat melakukan tradisi nganyareh kabin akan

adanya perubahan keadaan yang sebelumnya sering terjadi

percekcokan menjadi saling menyayangi atau yang sebelumnya

kurang semangat untuk bekerja menjadi termotifasi untuk bekerja.

Statement masyarakat Banjarsari terhadap tradisi nganyareh

kabin yang diangaap dapat memperbaiki ekonomi dalam keluarga,

peneliti tidak sepaham, karena mengingat firman Allah swt, dalam

Qs.saba`24.

Artinya : katakanlah siapakan yang memberi rezeki kepadamu darilangit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", danSesungguhnya Kami atau kamu (orang-orang musyrik),pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yangnyata.(Qs.saba`24)

Ayat di atas secara tegas menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu

di bumki ini yang dapat member rizki kecuali dialah Allah yang

maha pemberi rizki.

Dengan demikian jelaslah bahwa menganggap sesuatu dapat

memberi manfaat dan dapat member mudhorot itu tidak di

perbolehkan bahkan manjadi haram hukumnya karena adanya

kesirikan yang sirri yaitu menduakan Allah serta adanya

keberpalingan tauhid.

Page 55: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

109

Dalil dalil Al-qur`an tersebut diatas kesemuanya menegaskan

bahwa tidak ada sesuatu yang dapat mendatangkan rizki kecuali hanya

datang dari Allah semata maka dengan demikian tidaklah benar jika

menganggap sesuatu bisa mendatang kan kemanfaatan sebagai mana

keterangan dibawah ini.

قهذه الآية وأمثالها تـبطل تـعلق القلب بغير االله في جلب أودفع ضر .وأن ذلك شرك با الله

“Ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya membatilkan ketergantungan

hati kepada selain Allah ta’ala dalam meraih kemanfaatan atau

menolak kemudaratan, dan bahwasannya hal itu termasuk syirik

kepada Allah swt.

Peneliti sepakat dengan istilah spirit untuk membuka lembaran

baru artinya adalah melaksanakan tradisi nganyareh kabin ( Tajdidun

nikah) ini hanya semata-mata untuk membangkitkan semangat yang

sudah mulai menurun yang disebabkan adanya percekcokan yang

secara pisikologis pertengkaran berpengaruh pada semagat untuk

seorang laki-laki untuk bekerja karna larut dalam suasana yang tidak

tentram yang disebabkan oleh persengketaan dalam rumah tangganya.

Dalam hal ini peneliti memandang sah hukumnya melakukan

tradisi nganyareh kabin (tajdidun nikah) yang sebenarnya adalah

sebuah wadah untuk mencari jalan keluar dari sebuah kebuntuan

Page 56: A. Gambaran Umum Tentang Desa Banjarsari Desa Banjarsari ...digilib.iain-jember.ac.id/116/7/BAB IV.pdf · Desa Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur,

110

dalam berumah tangga dan yang demikian ini menurut para ulama`

boleh hukumnya melakukan tradisi nganyareh kabin (tajdidun nikah )

semata litajammul (memperindah) dari keadaan yang kurang indah

menjadi lebih indah dengan mendatangkan suasana yang baru yang

didatangkan dari sebuah tradisi, bagi mereka yang melakukannya atau

Lil-Ikhtiat (ke hati-hatian) yang merasakan kehawatiran akan adanya

pembatalan terhadap aqad yang sakral dalam penikahan pertamanya

sehingga sangat dianjurkan untuk melakukannya (tajdidun nikah)

namun sebaliknya tajdidun nikah yang dilator belakangi dengan tujuan

hanya semata-mata untuk mengharap akan adanya perbaikan dalam

ekonominya penyusun tidak sepaham apabila di tinjau dari kacamata

aqidah

Akan tetapi apabila di tinjau dari hukum islam praktek

tersebut masuk dalam kategori urf yakni adat kebiasaan yang

dilakukan oleh masyarakat dan tidak bertentangan dengan syari’at,

tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib,

sedangkan ‘urf yang fasid adalah apa yang dikenal dan dilakukan

masyarakat akan tetapi bertentangan dengan syari’at atau

menghalalkan yang haram dan membatalkan yang wajib, dengan

demikian penyusun sepakat jika tradisi “Nganyareh kabin” di desa

Banjarsari Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember, yang di anggap

dapat memperbaiki ekonomi dalam keluarga masuk dalam lingkup urf

shohih yang memenuhi syarat urf shohih.