14
PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distribusikapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk MANAJEMEN DlSTRlBUSl KAPSUL MINYAK BERYODIUM Dl TUJUH KABUPATEN Dl JAWA BARAT DAN SUMATERA SELATAN PERIODE 1997-2001 Syarifudin Latinuiu; Vita Kartika; BasukI BudIman dan Sri Prihatini ABSTRACT MANAGEMENT OF IODIZED OIL ADMINISTRATION IN SEVEN DISTRICTS IN WEST JAVA AND SOUTH SUMATERA DURING 1997-2002 Back ground: The intensification of administration of Iodized oil as a shoo term intervention pmgram to combat the IDD problem have been launch more than 5 yean. Since January 2031, the iodized oil pmgram is under responsibility of the district government. Some problems araised. Objectives: To get an efficiency model of iodized oil distribution. Specific objective, to study the maximum coverage and the accuracv of distribution~oDulation tamel. inhibition and ~mmotina factors of distribution. ~ethod';. Tne slmy ~ s ' c r o s s e c t o ~ a l and exploralve Tne slidy nas done in sx aslncts of Wesl Java and one d~stncl n So& S.malera Respondenl here tne ID0 pmgram offtcer Pnmary data col ectea rnth nlew ew melhoo and secondary data collected with copying the annual data reported of primary health care, andior notation of vilages midwive. Descriptive analysis on organisation and management flow of capsules was implemented. Results: It was found out that there were deviated target of iodized oil distribution area as well as poplation target which is happen in OKI, Sukabumi, and Karawang. In OKI, Iodized oil was distributed in precisely light and moderate prevalence kecamatan: and also elementaw school. Plannina of Iodized oil distribution not vet ~rooerlv runnina well due to some reasons. -~ ,~ .... The coverage of loo~zed o d stnb.1 on vanalea n beween recarnalan, lrom 45.8 40 lo 93.5 X, Conclusions: The 0tslnb~I.on mwe e la rlr gm Tne q.a ty of dala lor plann ng st low There are some inhlo~t~ng facton drawn synergistic effect for delying the s&&ss of iodized oil administration. a he coverage of distribution is low,iund for sweeping and updating populationtarget data are too restrict. Recommendations: The iodized oil distribution guide book need to be updated. Administration of iodized oil in the light prevalence kecamatanshould be sloped. [Penel Gizi Makan 2002.25 (2): 1-14]. Key Words: iodized oil management, distribution model, decentralizationplanning and population target. PENDAHULUAN P revalensi penderita GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) di Indonesia pada tahun 1998 adalah 9,8 % (1) berdasarkan angka TGR (Total Goitre Rate) anak sekolah dasar (SD) atau Madrasah lbtidaiyah (MI). Prevalensi 9,8 % ini sudah mencapai target jangka panjang Depkes. yaitu 40 % (2). Sekitar 17 juta juta penduduk tinggal di daerah gondok endemik berat (7 % kecamatan) dan endemik sedang (5 56 kecamatan) dan 21 % kecamatan endemik rlngan (1) dengan cakupan kapsul yang rendah. Jumlah ibu hamil yang memperoleh kapsul minyak beryodium (KMB) di sebagian besar (76 %) kabupatenlkota masih sangat rendah, yaitu kurang dari 20 % dan hanya 3 % kabupatenlkota yang ibu hamilnya mendapat KMB di atas 50 %. Karena itu, potensi akan lahimya anak kretin barn masih tinggi (3,4). Upaya intensifikasi penanggulangan masalah GAKY jangka pendek dilakukan melalui program distribusi KMB bagi masyarakat di kecamatan endemik berat dan endemik sedang. Sedangkan program jangka panjang berupa penggunaan garam beryodium untuk semua bagi masyarakat di daerah endemik ringan dan non- endemik. Sasaran disbibusi KMB adalah wanita usia subur tidak hamil-tidak meneteki (WUSbiasa) ibu hamil (bumil) dan ibu-ibu nifas (bufas) dan anak SDlMl di kecamatan endemik berat (5,6). Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program distribus~ kapsul minyak berycdium masih ditemukan banyak masalah. Pada makalah ini disajikan hasil penelitian tentang manajemen distribusi kapsul minyak beryodium di Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji model distribusi kapsul minyak beryodium yang efektif dan efisien, khususnya mengkaji beberapa ha1 berikut: (1) Besar cakupan dan ketepatan sasaran penerima kapsul minyak beryodium; (2) Jaiur disbibusi yang digunakan serta altematif jalur beserta kualitas simpul serta kualitas komponen jalur distribusi; (3) Kendala distnbusi kapsul yang yang telahlsedang dilaksanakan. BAHAN DAN CARA Desaln dan lokasi. Desain penelitian kros-seksional bersifat eksploratif. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dan

a he - kemkes.go.id

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distribusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

MANAJEMEN DlSTRlBUSl KAPSUL MINYAK BERYODIUM Dl TUJUH KABUPATEN Dl JAWA BARAT DAN SUMATERA SELATAN PERIODE 1997-2001

Syarifudin Latinuiu; Vita Kartika; BasukI BudIman dan Sri Prihatini

ABSTRACT

MANAGEMENT OF IODIZED OIL ADMINISTRATION IN SEVEN DISTRICTS IN WEST JAVA AND SOUTH SUMATERA DURING 1997-2002

Back ground: The intensification of administration of Iodized oil as a shoo term intervention pmgram to combat the IDD problem have been launch more than 5 yean. Since January 2031, the iodized oil pmgram is under responsibility of the district government. Some problems araised. Objectives: To get an efficiency model of iodized oil distribution. Specific objective, to study the maximum coverage and the accuracv of distribution ~oDulation tamel. inhibition and ~mmotina factors of distribution. ~ethod';. Tne slmy ~s'crossecto~al and exploralve Tne slidy nas done in sx aslncts of Wesl Java and one d~stncl n So& S.malera Respondenl here tne ID0 pmgram offtcer Pnmary data col ectea rnth nlew ew melhoo and secondary data collected with copying the annual data reported of primary health care, andior notation of vilages midwive. Descriptive analysis on organisation and management flow of capsules was implemented. Results: It was found out that there were deviated target of iodized oil distribution area as well as poplation target which is happen in OKI, Sukabumi, and Karawang. In OKI, Iodized oil was distributed in precisely light and moderate prevalence kecamatan: and also elementaw school. Plannina of Iodized oil distribution not vet ~rooerlv runnina well due to some reasons. ~~~ -~ ,~ ~~~~~~ ~ . . . . The coverage of loo~zed o d stnb.1 on vanalea n beween recarnalan, lrom 45.8 40 lo 93.5 X, Conclusions: The 0tslnb~I.on mwe e la rlr g m Tne q.a ty of dala lor plann ng st low There are some inhlo~t~ng facton drawn synergistic effect for delying the s&&ss of iodized oil administration. a he coverage of distribution is low,iund for sweeping and updating population target data are too restrict. Recommendations: The iodized oil distribution guide book need to be updated. Administration of iodized oil in the light prevalence kecamatan should be sloped. [Penel Gizi Makan 2002.25 (2): 1-14].

Key Words: iodized oil management, distribution model, decentralization planning and population target.

PENDAHULUAN

P revalensi penderita GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) di Indonesia pada tahun 1998 adalah 9,8 % (1) berdasarkan

angka TGR (Total Goitre Rate) anak sekolah dasar (SD) atau Madrasah lbtidaiyah (MI). Prevalensi 9,8 % ini sudah mencapai target jangka panjang Depkes. yaitu 4 0 % (2).

Sekitar 17 juta juta penduduk tinggal di daerah gondok endemik berat (7 % kecamatan) dan endemik sedang (5 56 kecamatan) dan 21 % kecamatan endemik rlngan (1) dengan cakupan kapsul yang rendah. Jumlah ibu hamil yang memperoleh kapsul minyak beryodium (KMB) di sebagian besar (76 %) kabupatenlkota masih sangat rendah, yaitu kurang dari 20 % dan hanya 3 % kabupatenlkota yang ibu hamilnya mendapat KMB di atas 50 %. Karena itu, potensi akan lahimya anak kretin barn masih tinggi (3,4).

Upaya intensifikasi penanggulangan masalah GAKY jangka pendek dilakukan melalui program distribusi KMB bagi masyarakat di kecamatan endemik berat dan endemik sedang. Sedangkan program jangka panjang berupa penggunaan garam beryodium untuk semua bagi

masyarakat di daerah endemik ringan dan non- endemik. Sasaran disbibusi KMB adalah wanita usia subur tidak hamil-tidak meneteki (WUSbiasa) ibu hamil (bumil) dan ibu-ibu nifas (bufas) dan anak SDlMl di kecamatan endemik berat (5,6).

Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program distribus~ kapsul minyak berycdium masih ditemukan banyak masalah. Pada makalah ini disajikan hasil penelitian tentang manajemen distribusi kapsul minyak beryodium di Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Sumatera Selatan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji model distribusi kapsul minyak beryodium yang efektif dan efisien, khususnya mengkaji beberapa ha1 berikut: (1) Besar cakupan dan ketepatan sasaran penerima kapsul minyak beryodium; (2) Jaiur disbibusi yang digunakan serta altematif jalur beserta kualitas simpul serta kualitas komponen jalur distribusi; (3) Kendala distnbusi kapsul yang yang telahlsedang dilaksanakan.

BAHAN DAN CARA Desaln dan lokasi.

Desain penelitian kros-seksional bersifat eksploratif. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dan

Page 2: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen disfribusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

Sumatera Selatan yang dipilih secara pufpasiv. Di Sumatera Seiatan meliputi satu kabupaten Jawa Barat peneiitian dilakukan di enam kabupaten mencakup lima puskesmas di tiga kecamatan mencakup 13 puskesmas di 12 kecamatan dan di sepeld yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kecamatan dan Puskesmas Lokasi Penelitian, 2001

Kabupaten OK1 adalah daerah GAKY baru dengan prevalensi tertinggi (TGR= 16,O 56) di Sumatera Selatan berdasarkan pela GAKY 1998 (7) yang kemungkinan menghadapi banyak kendala dalam proses distribusi kapsul minyak beryodium. Sedangkan enam kabupaten di Jawa Barat merupakan kecamatan kantong-kantong gondok endemik sejak pemetaan gondok tahun 1981H982 (8) dan pada pemetaan 1996 (1) masih terdapat 9 kecamatan endemik berat dan 13 kecamatan endemik sedang; meski pemberian kapsul minyak beryodium kepada masyarakat di daerah ini dimulai pada tahun 1993 (9) sebagai pengganti program penyuntikan Lipiodol.

Sarnpel

Sampel yang menjadi responden penelitian adalah pengelola program, pelaksana disbibusi dan ibu-ibu sasaran pengguna kapsul

No'

-1

..6.

7

Wawancara dilakukan per orangan maupun kelompok pengelola. Di tingkat kabupaten, dilakukan wawancara kepada Kepala Seksi Gizi dan pengelola program GAKY. Di tingkat kecamatan, responden adalah kepala puskesmas dan tenaga pelaksana gizi (TPG). Di Bngkat desa. responden adalah bidan desa dan kepala desa atau pamong desa dan ketua PKK. Di tingkat posyandu, dilakukan wawancara kepada kader posyandu, dan ibu-ibu penerima kapsul minyak beryodium (WUS, ibu hamil, ibu nifas).

Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang dilakukan di setiap tingkat administrasi, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Data primer dipemleh dari hasil wawancara dengan responden yang kompeten. Data sekunder diDemleh dari data vana

mlnyan ~etyod~um Responden terdtn dan plmpro ada pada bng*at prop~nsl kabupalen, p ~ s k e i m a i Gut 1 GAKY ~rop~nsl . ~enaelola proaram GAKY sedananan data lumlah sasaran 01 wsvandu d~sal~n

Propinsi 1 Kabupaten

Jawa Barat

Pan@ L.sukabu~L.-.Kaduda?1~jNagrak 3.9uurlwaka'ta-Pasawaha?,8oiong .L.Karawa!!g_-- .._5_-.Bandung

Ma~alengka --__-. Gumatera Selatan .................. Ogan Komering llir (OKI)

(tingkat pmpinsi,' kabupaten, dan -puskesmas kecamatan), Kepala puskesmas, TPG, dan pelaksana distribusi tingkat desa: Bidan di desa. pamong desaltokoh masyarakat, kader PKWposyandu, serta ibu-ibu masyarakat sasaran penerima kapsul.

Di tingkat propinsi, dilakukan wawancara kepada pimpro Gizi dan pengelola program GAKY.

-~- , - -. dari caiatan kader posyandu yang dikunjungi.

Data primer yang dikumpulkan meliputi data: (1) Proses penghitungan kebutuhan kapsul per keiompok sasaran (jumlah WUS, bumil, bufas. dan anak sekolah dasar (SDIMI) di kecamatan endemik berat); (2) Proses pengadaan kapsul minyak b e w i u m (jumlah yang dibutuhkan, diterima, dan didistribusi); (3) jumlah stok dari

Kecamatan

~Kadu~a~dak~.ea9e!ar_a_n,.Ka.rang.rengah

~a?gkalan,Pakis.&-~a Sindangkerta,Ke!!!s1- Mala ....

Tanjung Batu, SP Padang, TI. Selapan

Puskesmas

hdupanpak!~ Pagelaran, ........................... Kr. Tengah ................ ............................ Xadudamp(!,Nagrak -

PaSawaha?LBoi!?n.g .-..~'ta'ta'ta......'ta'ta'ta'ta'ta.. ..... Pangka~anlBo~eng,I1akis_Ja~eeeeeeeeee~..~ ~- Sindangke?a,Se?!osa ~

Maja ..... .

Tanjung Batu, Payaraman, SP. Padang Muara Batun, TI. Seiapan

Page 3: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manalemen distribusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

distribusi tahun sebelumnya; (4) Sistem serta jalur distribusi dari Dinas Kesehatan Kabupaten ke puskesmas kecamatan, tingkat desa, jadwal pengambilan kapsul di gudang kabupaten, gudang puskesmas; (5) Frekuensi dan jadwal pembagian kapsul kepada sasaran; dan (6) Faktor-faktor kendala (mutasi pegawai di dinkes dan puskesmas, dana operasional, dll) dan faktor penunjang kelancaran proses distribusi kapsul (dedikasi kader, peran aktif kepala puskesmas dan TPG puskesmas). Data sekunder diperoleh dengan mencatat atau fotocopy data dari arsip perencanaan dan pelaporan hasil distribusi kapsul tahun 1999, 2000, dan 2001.

Pengumpulan data dilakukan oleh tim peneliti Puslitbang Gizi dan anggota tim dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Sumatera Selatan, dibantu tenaga gizi kabupaten.

Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan untuk mengkaji sistem atau model dan manajemen distribusi kapsul minyak beryodium yang lebih efektif dan efisien. Sistem dikaji dengan menganalisis komponen sasaran, kebutuhan kapsul, sosialisasi, distribusi, dan &mantauan secara fakta dengan mengacu pada pedoman distribusi kapsul minyak beryodlum-Depkes 2000. Model distribusi dikaji dengan membandingkan model pada mekanisme pengadaan obat-obat program gizi dengan model-model distribusi dari tingkat puskesmas sampai tingkat desa. Efisiensi dikaji dari jumlah nil kapsul yang dibutuhkan dan dibagikan (diterima sasaran) dibandingkan dengan kapsul yang diterima menurut wilayah atau desa. Efektifitas dikaji dari ketepatan dosis yang diterirna dan frekuensi penerimaan kapsul oleh sasaran yang sama selama 2-3 tahun berhrrut-turut, serta ketepatan penerimaan kapsul bagi ibu hamil dan ibu nifas. Selain itu, dianalisis juga faktor-faktor penghambat dan penunjang, yaitu antara lain faktor petugas diberbagai tingkat, dan penerima pada tingkat distribusi di desa.

Proses Perencanaan

Proses perencanaan (penghitungan jumlah sasaran dan kebutuhan) dan pengadaan kapsul minyak beryodium pada era sebelum dan setelah otonomi daerah dimulai sarna bagi semua kabupaten. Semuanya mengacu pada Pedoman Distrbusi Kapsul Minyak Beryodium Depkes 2000; kecuali di Kabupaten OK1 Sumatera Selatan, dimana semua kecamatan endemik sedang dan endemik ringan diberi kapsul. Proses perencanaan pada tingkat kabupaten dimulai dari penghitungan jumlah sasaran per kelompok (WUS biasa, ibu hamil, ibu nifas, anak SDJMI) menggunakan data riil dan I atau data proyeksi. Data riil sasaran diperoleh secara bejenjang dari tingkat posyandu dibawah koordinasi bidan di desa. Dinas kesehatan kabupaten menggunakan data proyeksi karena data dari sebagian puskesmas belum lengkap, masih terdapat desa yang belum didata jumlah sasarannya. Namun untuk pengadaan kapsul tahun 2002 semua kabupaten sampel menyatakan akan menggunakan jumlah riil sasaran hasil pendataan April-Juni 2001; seperti halnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.

Sumber dana untuk pengadaan dan d1str.b~~. gaps-. masang-mas,ng kab~paten sampa! aenoan rahun 2001 aoa an aana 'Pusar' (D~re~torat - Gizi Masyarakat) melalui dinas kesehatan propinsi. Pada tingkat propinsi data kabupatenkota direkapitulasi menjadi kebutuhan propinsi yang selanjutnya disampaikan kepada 'perencana" di Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes, untuk proses pengadaannya.

Cara penghitungan kebutuhan kapsul adalah jumlah WUS dikali dua, tambah jumlah ibu hamil, ibu nifas, dan jumlah murid SDIMI. Hasilnya ditambah 10 % untuk stok. Jumlah kapsul yang diterima oleh pmpinsi pengusul tidak selalu sama dengan jumlah yang diusulkan, tergantung pada hasil kebijakan di 'Pusat', khususnya jika alokasi dana terbatas. Pada kondisi se~ett i ini iumlah kapsul yang diterima pada tingkai kabupatenlkota

HASlL DAN BAHASAN sangat tergantung pada kebijakan di tingkat propinsi.

HASlL Gambaran manajemen perencanaan dan Sumber Dana dan Pengadaan Kapsul

operasional pelaksanaan distribusi kapsul minyak Pada era sentralisasi (sebelum otonomi beryodium (Yodiol) di tujuh kabupaten disajikan daerah), dana pengadaan kapsul yodium untuk pada Gambar 1 dan secara deskriptif diuraikan semua propinsi daerah GAKY endemik bersumber sebagai berikut: dari dana APBN (Anggaran Pendapatan dan

Page 4: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen dishibusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

Belanja Negara) yang direncanakan oleh Direktorat alokasi penggunaan DAU (Dana Alokasi Umum); Gizi Masyarakat. Depkes. Dana tersebut telapi di sebagian kabuten lainnya belum ada disampaikan kepada Kimia Farma untuk pengadaan karena pengalokasian dana tersebut tergantung kapsul Yodiol dan dikirim langsung ke gudang dari prioritas masing-masing pemerintah daerah farmasi kabupatenlkota (GFK) atau prangko (Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat bahwa di gudang. Kabupaten Cianjur sumber dananya ada tiga, yaitu

Pada era otonomi daerah APBN, DAU, dan ABPBD II. Kabupaten Bandung (desentralisas~), perencanaan program mendapat dana DAU baru sebatas kegialan pembangunan dan sumber dana pembiayaannya monitoring dan evaluasi; sedangkan di Kabupaten menjadi tanggung jawab masing-masing Karawang dan Majalengka belum terealisasi. pemerintah kabupatenlkota. Pada penelitian ini Demikian halnya di Kabupaten OKI. Sumatera ditemukan bahwa baru di empat kabupaten yang Selatan, dana pengadaan kapsul masih tergantung memperoieh dana pengadaan kapsul Yodiol dari pada perencanaan dinas kesehatan propinsi.

Tabel 2 Surnber Dana Pengadaan dan Distribusi Kapsul Minyak Beryodiurn di Tu juh Kabupaten

Lokasi Penelitian, Tahun 2001

Kabupaten

1. Cianjur

2. Sukabumi

3. Purwakatta

4. Karawang

5. Bandung

Model Distribusi

Model perencanam pengadaan dan dishibusi kapsul minyak beryodium yang dilaksanakan sampai saat pelaksanaan studi ini di semua kabupaten peneliEan pada umumnya sama, mengikuti alur pada Gambar 1. Model serupa sudah digunakan sejak tahun 1996 di Kabupaten Cianjur (10). Di Kabupalen Purwakarta lerdapat pengembangan model, yaitu pembentukan Kader Penyuluh GAKY sebanyak lima orang di masing- masing desa GAKY. Kader mendapat pelatihan khusus tentang penanggulangan GAKY melalui kegiatan 3 P (PI= persiapan, P2= pelaksanaan, dan P3= Pencatatan dan pelaporan pada fingkal

6. Majalengka 1 V 1 - 1

desa). Setiap kegiatan diawali pertemuan Em dan setiap petugas sudah jelas kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Distribusi kapsul minyak beryodium dilaksanakan satu kali setahun bersamaan dengan distnbusi kapsul vilamin A. Di Jawa Barat dilaksanakan setiap bulan Feb~ar i , sedangkan di Sumatera Selatan dilaksanakan setiap bulan Agustus. Pada poses pelaksanaan pembag~an kapsul bidan desa dan kader sangat betperan, sedangkan ketua PKK desa dan pamong di sebagian desa turul berperan aktif memotivasi sasaran ke tempat-tempat pembagian kapsul, umumnya di posyandu.

Keterangan

t Kebuhlhan 2032 bedebih, ada kapsul dari pmvinsilPusat sebanyak 40 batol.

t Dana survei evaluasi 2002

Sumber dana

v

v

v

1

APBN

v

v

v . 7. OKI, Sumsel

APED I1

v

v

DAU

v

v

APBD I1 sedang diupayakan

APED 11: pengadaan kapsul 8 evaluasi prevalensi 2002

' Hanya untuk monev 8 bintek

Lainnya

Unicef, B.Dunia

v Diupayakan dari DAU

Page 5: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajernen distribusi kapsul rninyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

I DINAS KESEHATAN PROPINSI 1

p~ ~~ - -

Dinas Kesehatan KabupatenlKota Proses Perencanaan

- . kelompok langsung ke GFK (Gudang

KecamatannPG Puskesmas DesalBidan Desa Kader/posyandu

Penduduk sasaran -- ----A . ..

Pendataan sasaran di desa el--- A

Burnil. Bufas

Gambar 1 Model Perencanaan dan Distribusi Kapsul Minyak Beryodium di Kabupaten Penelitian,

1999 - 2001

Rata-rata jumlah sasaran yang dicakup menurut kabupaten pada tahun 2001 disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 tampak bahwa jumlah sasaran terdaftar dan yang tercakup masih be~ariasi antar kabupaten. Berdasarkan laporan dishibusi tahun 2001, cakupan sasaran yang menerima KMB Yodiol terendah ditemukan di Majaiengka (458 %) dan tertinggi di Karawang (93.5 %). Di Kabupaten Cianjur, jumlah sasaran terdaftar adalah 111.671 orang dan yang dapat diberi kapsul hanya 64,2 % dengan cakupan terendah 48,2 % dan tertinggi 952 %.

Sosialisasi khusus tentang kapsul minyak beryodium kepada ibu-ibu sasaran distribusi kapsul hampir tidak ada sehingga pengetahuan ibu mengenai kegunaan kapsul tenebut sangat kurang. Fakta yang ditemukan di salah satu desa prevaiensi tinggi tahun 1996 di Karawang, ibu-ibu hamil, ibu

nifas, dan WUS biasa tidak memperoleh kapsul yodium dan tidak juga mengupayakan agar mendapat kapsul sebagai konsekuensi tidak adanya sosialisasi. Ketua PKK desa dan kader tidak tahu wujud kapsul yodium dan juga manfaatnya secara jeias. Pada saat mereka sudah tahu manfaat mengkonsumsi kapsul yodium maka mereka langsung meminta kepada bidan desa dan TPG puskesmas. Berbeda apabila ibu ditanya kegunaan mengkonsumsi garam beryodium, mereka menyatakan agar anak pintar. Sosialisasi garam beryodium memang sangat intens melalui media cetak, elektronik dan bilboard sehingga animo masyarakat untuk mengkonsumsi garam berycdium lebih nyata.

Sangat minimnya penyuluhan tentang kapsul ini kepada kelompok sasaran karena dalam

Page 6: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distribusi hapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

buku Pedoman Distribusi Kapsul Minyah Beryodium ditangkap oleh penerima hanya menerima kapsul tercantum bahwa penyuiuhan dilakukan pada saat gondok setiap lahun agar tidak menderita gondok. pendataan sasaran. Jika ada penyuluhan oieh TPG Demikian halnya sosialisasi terhadap aparat atau atau bidan desa itu dilakukan secara berkelompok pamong desa Gdak ada, bahkan terdapat kepala pada hari distribusi menjelang saat pembagian desa yang lidak tahu ihwal kapsul beryodium. kapsul kepada sasaran penerima. Pesan yang

Tabel 3 Distribusi Sasaran Penerima Kapsul Minyak Beryodium Di Tujuh Kabupaten Penelitian,

Tahun 2001

I NO. I Kabupaten

1 Cianjur

2 Sukabumi

3 Purwakarta

4 Karawang

an K, llir t.a.p. ( tidah ada penjc

** data tahun 2000

Jumlah

Puskesmas

111671 71718

62575 53574

32326

34589 32324

45430" 38426

1 31973 14460

Kisaran Oh

48,2-95,2

67,7-100,O

78,3-98,8

45,8

8 671 11 54808 81,7 65,O-92,7 rsan, data tidah tersedia)

Pada Tabel 4, tampak bahwa terdapat OKi. Kapsul tersebut di simpan di puskesmas atau kapsul yang tidak habis terbagi kepada sasaran, di GFK dinas kesehatan sebagai stok untuk tahun seperti di Kabupaten Karawang dan Kabupaten distribusi berikutnya.

Tabel 4 lumlah Kapsul Minyak Beryodium yang Diterima dan Dibagikan di Tujuh Kabupaten

Penelitian, Tahun 2001

No.

1

2

3

4

5

6

7

dt.1 (data tidah lenghap) Asumsi harena kapsul betiebih, didishibus! di hec. endemih ringan dan Anah SDMI

Kabupaten

Cianjur

Sukabumi

Purwakarta

Karawang

Bandung

Majalengka

OganK.llir

Jumlah kapsul minyak beryodium

Diterima

133836

55938

57400

d.t.1.

19707

671 11

Dibagikan

96072

113769

55938

50537

d.t.1.

19707

54830'

Sisa

37764

0

0

6863

0

12281

Keterangan

Disimpan di puskesmas

di puskesmas

kekurangan: 4249

Di puskesmas dan dinkes

Page 7: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distnbusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

Kendala

Kendala yang ditemukan mulai dari aspek perencanaan sampai pada pelaporan hasil distribusi yang dialami di tujuh kabupaten lersebut beraneka ragam. Kendala ini hampir ditemukan di setiap tingkat pelaksana distribusi maupun penerima kapsul. Secara umum kendala yang ditemukan di berbagai tingkat di setiap kabupaten disajikan pada

Tabel 5. Pada Tabel 5 terlihat bahwa hanya di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi tidak terlihat ada masalah yang berarli terhadap perencanaan. Di kabupaten lain ditemukan ada masalah dalam penggunaan data sasaran untuk penghitungan kebutuhan. Masalah yang menonjol ialah karena keterbatasan kemampuan pelaksana di samping kekurangan tenaga di lapangan.

Tabel 5 Tingkat Keberadaan Masalah Distribusi Kapsul Minyak Beryodiurn d i Tu juh Kabupaten Lokasi

Studi Menurut 'Fungsi Petugas', 2001

a = ada masalah t = tidak ada masalah

Di Kabupaten Karawang perencanaan di wilayah keja beberapa puskesmas di Cianjur, penghitungan sudah benar hanya saja data yang Purwakatla, Sukabumi, Karawang, OKI. Biaya digunakan di kabupaten tidak konsislen dengan transportasi terkadang dipenuhi dari uang transpor data pada pelaporan puskesmas untuk bulan yang bidan ke posyandu (dari JPSBK) sebesar sama. Demikian pula di Purwakarta, data di Rp 2.500,- per bulan, seperti antara lain di Puskesmas Pasawahan kurang akurat karena Puskesmas Pakis Jaya. pergantian tenaga pelaksana gizi (TPG) tanpa serah terima arsip kegiatan pmgram gizi.

Selain kendala pada berbagai tingkat b. P e I n a h a ~ n buku pedoman

administrasi, ditemukan pula kendala lain, yaitu Pemahaman buku Pedoman Distnbusi Kapsul kendala transportasi dan pemahaman buku Minyak Beryodium juga masih rendah. Dan hasil pedoman distribusi kapsul. wawancara dengan TPG, terdapat beberapa di

antaranya belum memahami atau belum membaca a. Kendala transportas1 buku pedomam disbibusi kapsui minyak berycdium

karena mereka belum punya. Keluhan kader ialah biaya transportasi kurang, terutama untuk dusun/kampung terpencil dan sulit, c. Kendala speslfik daenh hanya bisa dijangkau menggunakan ojek. Di lokasi yang demikian itu maka biasanya kapsul dikirim Kendala yang dirasakan di sebagian wilayah kepada kader posyandu melalui tukang ojek Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut langganan bidan desa untuk pengiriman obat ke (1) Dukungan kurang, hanya ada kader dan bidan. wilayah suiit. Fakta seperti ini antara lain ditemukan (2) Penolakan ibu-ibu mengkonsumsi kapsul karena

Maja lengka

a

a

t

a

t

a

t

a

Ban- dung

a

t

t

t

t

a

t

a

OK1

a

a

a

t

a

a

a

a

Suka burni

t

t

t

a

t

a

t

a

Cian-

jur

t

t

t

a

t

t

a

t

No.

1

2

3

4

I 5

6

7

Tingkat keberadaan Masalah

Dinkes kabupaten

Puskesmas

TPG

Bidan desalParamedis

Kader

Kepdesalpamong

Ketua PKK desa

Tokoh Masyarakat

Purwa- karta

a

a

a

t

a

a

t

a

Kara- wang

a

a

a

t

t

a

t

a

Page 8: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distribusi kapsul minyak be@ium Syarifudin Latinuiu; dkk

rasanya pahit. (3) Terdapat desa yang tidak memiliki bidan desa sehingga akurasi informasi dan data tentang distribusi kapsul tidak bisa diperoleh. Di Kabupaten Purwakarta, pada tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan kendala utamanya adalah (1) mulasi petugas tanpa adanya serah terima jabatan resmi, petugas yang lama tidak menyerahkan 'arsip gizi" kepada pimpinan. (2) pengarsipan data dan iaporan kegialan program belum tercatat baik, terutama di lingkat puskesmas. Hal ini tejadi di Puskesmas Pasawahan dimana kepala puskesmas dan TPG b a ~ . (3) Dukungan lintas sektor masih kurano. Pokia GAKY belum .... ~~ ~~

diberdayakan optimal. (4) Kngetahuan masyaiakat tentang kapsul beryodium dan juga garam beryodium masih kurang memadai. Di Kabupaten Karawang, terimbas dampak negatif perubahan struktur organisasi. Tenaga dokter dan TPG adalah tenaga PTT. TPG tidak bisa berperan sebelum terbit keputusan perpanjangan PTT nya. Dl Kabupaten Bandung, di sebagian wilayahnya Cdak tersedia data di tingkat desa (tidak ada bidan desa) seperti di Kecamatan Kertasari sehingga data yang digunakan adalah data estimasi puskesmas. Di Kabupaten Majalengka, tidak terdapat arsip pencatatan tahun 1997-1999, yang ada setelah tahun 2000. Masyarakat masih enggan ke tempal pembagian kapsul. Dukungan pamong kurang, kepala desa beranggapan bahwa pamong desa tidak perlu aktif dalam distribusi kapsul yodium. cukup melalui kader. Di Kabupaten OKI, faktor mutasi petugas tanpa adanya serah terlma jabatan resmi. Petugas gizi kabupaten maupun puskesmas relatif barulbanr selesai pendidikan dan tidak terdapat alih pengetahuan, TPG 6dak punya buku pedoman. Seiain itu, pergantian kepala desa yang diikuti pergantian ketua PKK desa dan kader juga menjadi kendala, seperti yang ditemukan di salah satu desa konfirmasi di Kecamalan Tulung Selapan.

Penunjang

Faktor yang sangat menunjang disbibusi kapsul minyak beryodium di masyarakat ialah kader aktif dengan dedikasi tinggi. Mereka dapat memolivasi sasaran untuk memperoleh kapsul. Dukungan ketua PKK atau pamong desa di sebagian daerah memobilisasi sasaran merupakan motivasi tersendiri meningkatkan kineja kader. Di Kabupaten Purwakarta, keberadaan Kader Penyuluh GAKY 5 orang per desa menjadikan pelaksanaan distribusi kapsul yodium pada Gngkat warga berjalan baik. Sedangkan di kabupaten lainnya sangat tergantung pada keaktifan bidan

desa dan kedekatan dengan Ketua PKK desa dan kader.

BAHASAN Analisis model distribusi kapsul minyak

beryodium di tujuh kabupaten penelitian ini, mengacu pada model mekanisme perencanaan, distribusi dan pelaporan obat program perbaikan gizi yang lertera dalam SARLITA seperti tampak pada Gambar 2, Lampiran-1. Alur perencanaan. tindakan dan pelaporan jelas.

Perencanaan

Proses perencanaan dan distribusi kapsul minyak beryodium masih mengacu pada buku Pedoman Distribusi Kapsul Minyak Berycdiurn, Depkes - 2000 (6). Dalam pelaksanaannya di daerah masih terjadi penyimpangan selain modifikasi sesuai dengan kebutuhan daerah.

Modifikasi banyak terjadi pada dosis kapsul untuk WUS-biasa, yaitu dari dua kapsul menjadi satu kapsul karena asas pemerataan. Fakta seperti ini ditemukan di wilayah Kabupaten Cianjur, Purwakarta, Sukabumi, dan OK!. Temuan lain, ialah stok kapsul di puskesmas berlebih karena data sasaran yang tidak akurat: sehingga stok lama masih banyak dan kapsul untuk tahun distribusi berikutnya juga berlebih. Fakla lain, ialah terdapat dinas kesehatan kabupaten yang tidak menyampaikan usulannya sehingga jumlah kapsul yang ditentukan oleh dinas kesehatan pmpinsi berlebih jauh di atas. Hal demikian ini tejadi karena selama ini dinas kesehatan kabupatenlkota lebih banyak berperan sebagai pelaksana distribusi, yaitu menerima kapsul lalu mendislribusikan kepada masyarakal sasaran. Keadaan demikian tampak terjadi di Kabupaten Majalengka, Jabar dan Kabupaten OKI, Sumsei. Di Majalengka pada tahun 2000 seksi gizi memperoleh kapsul 389 botol (38900 kapsul) sehingga tahun 2001 tidak lagi membuat perencanaan karena stok kapsul masih banyak.

Pada em otonoml daemh semua perencanaan program pembangunan dan biaya pelaksanaan kegiatannya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupatenlkota. Jadi efisiensi biaya muUak adanya, sehingga penajaman program harus diiakukan. Karena itu pada tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001) maka semua kabupaten penelitian telah mengupayakan data riil sasaran dengan melakukan pendataan sasaran di wilayahnya. Meski demikian, pada

Page 9: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distnbusi kapsul minyak berycdium Syarifudin Latinulu; dkk

kenyataannya belum semua puskesmas dapat melakukan pendataan riil sampai pada batas waktu yang ditentukan. Alasannya. (1) waktu pendataan dibatasi dua bulan, (2) wilayah keja yang luas dan banyak daerah terpencil dengan biaya pendataan sangat terbatas, dan (3) sumberdaya manusia (tenaga) lapangan sangat kurang. Hal seperti ini ditemukan di Kabupaten Cianjur bagian selatan, Sukabumi bagian selatan. Majalengka, dan juga di Kabupaten OK1 yang luas wilayahnya hampir sama dengan luas wilayah Jawa Barat.

Khusus di kabupaten OKI, Sumsd, bukan hanya pendataan target sasaran riil yang sulit dicapai, tetapi juga distribusi kapsul dengan cara sweeping ke rumah-rumah sulit karena sebagian wilayahnya rawa-rawa dan transportasi air sulit. Selain itu, perencanaan kapsul di kabupaten OK1 tidak mengikuti buku pedoman distribusi Depkes - 2000 (6). Kelompok sasaran (WUS. bumil, bufas dan anak SDIMI) di semua kecamatan endemik diberi kapsul minyak beryodium seperti terlihat pada laooran hasil distribusi kaDsul bervodium Kabuoaten O'KI tahun 2000 (9). Hal demikia" itu terjadi karena dua alasan. Pertama, terdapat pergantian petugas tanpa diikuti komunikasi intens tenlang pengelolaan program distribusi kapsul minyak beryodium.

Kedua, pelaksana program gizi kurang memahami buku 'Pedoman Distribusi Kapsul" terutama di Cngkat puskesmas karena tidak memiliki buku pedoman. Fakta seperti ini ditemukan antara lain di Puskesmas Betun Kecamatan SP. Padang.

Jadi tampak jelas bahwa sejak era otonoml daerah, Seksi Gizi Dinas Kesehatan kabupatenlkota haws bejuang keras untuk mendapatkan porsi dana penanggulangan GAKY dari DAU atau APBD kabupaten dengan mengajukan perencanaan berdasarkan data riil sasaran dan jika perlu mempertajam sasaran wilayah dengan melakukan re-survei evaluasi prevalensi seperti yang dilakukan Dinas Kesehatan kabupaten Sukabumi. Selain itu, melakukan kerjasama dengan LSM atau institusi non- pemerintah a.1. Unicef, Bank Dunia.

Model Distribusi

Pelaksanaan distribusi kapsul minyak berycdium dari dinas kesehatan kabupaten sampai pada masyarakat mengikuti dua alur.

Kapsul darl 6) Puskesmas 6' Bidan desa @ Kader B Sasaran Dinkes kab. "' 1 . 1 (Posyandu) (WUS, bumil, bufas)

Sekolah SDlMl B Sasaran (GUN UKS) Anak SDIMI

Dari analisa hasil wawancara para diberdayakan bekerjasama dengan kader pelaksana distribusi (TPG, bidan desa, kader, ketua posyandu. Keterlibatan bidan di desa memberikan PKK desa) dan penerima, semuanya menyatakan nilai lebih karena pemantauan pemberian kapsul bahwa model ini sudah bagus. Kunci keberhasilan kepada ibu hamil dan ibu nifas berjalan baik karena terletak pada keterbukaan, komunikasi dan ibu-ibu tersebut mendapat pelayanan antenatal dan koordinasi kepala puskesmas setempat dengan postnatal di polindes, atau di rumah ibu yang komponen pelaksana distribusi. Jadi semua bersangkutan. Jadi tetap haws melibatkan bidan komponen hams beinteraksi aktif melalui desa sebagai koordinator di desa. Distribusi ke komunikasi yang intens dan terbuka; semua simpul murid SDlMl dilakukan bersama antara TPG dan hams berfungsi. Namun demikian, terdapat wacana bidan desa setempat. dari salah satu keuala desa di kab. Maialenska bahwa untuk pmbagian kapsul yodium dapat Surnber Dana diserahkan langsung kepada kader saja, tanpa harus melalui bidan desa, karena pada Dari pemaparan semua responden di pelaksanaannya juga selalu melibatkan kader dinas kesehatan kabupaten menunjukkan bahwa posyandu. Namun, tidak dijelaskan mekanisme sampai dengan distribusi Februari 2001, koordinasinya agar proses distribusi kapsul dapat sumberdana pengadaan maupun biaya distribusi berjalan tanpa kendala. Sebaliknya, di Cianjur, kapsul Yodium berasal dari APBN dan sebagian pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa kecil dari DAU maupun dari APBD kabupaten, koordinasi distribusi kapsul melibatkan pamong kecuall di kabupaten tertentu, antara lain Kabupaten desa tidak berjalan sehingga bidan desa yang Sukabumi dan Cianjur. Di beberapa desa, dana

Page 10: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajeman distribusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

untuk supervisi maupun transpor kader desa setempat. Alasannya, pada pertengahan ditumpangkan pada dana 'transpof bidan desa dari tahun 2000 TPG mutasi ke daerah lain sedangkan JPS. Dana untuk penanggulangan GAKY dari tenaga paramedis PTT yang ada (TPG sekarang) kegiatan lintas sektor (Pokja GAKY) lampaknya masa PTT-nya habis dan untuk bedugas lersedia hanya pada kegialan pmgram penggunaan dibutuhkan keterangan perpanjangan PTT. garam beryodium. Hal senada juga ditemukan di OKI,

Sumsel, menurut informasi dari pihak Puskesmas Cakupan Sasaran dan Pengulangan Dlstribusi

Cakupan sasaran sulit mencapai angka 100 %. Pertama. sasaran anak usia sekolah yang bisa dicapai hanya anak SDlMl yang sekolah sedang anak lainnya tidak tercatat jumlah dan keberadaannya. Kedua, data jumlah WUS-biasa (tidak hamil dan tidak meneteki) tidak akurat karena perubahan status pada remaja putri memasuki usia 15 tahun. Data hasil buian pendataan hanya men.n.Jnnan oata paoa b~ an 1, Kelga target carupan I ~ J ham I dan ou n fas SJ 11 a capal karena aasar target can-pan aaalan aata predrrs setan-n seaangkan butan pembenan tapsul yoaum hanya paaa saru ttrk-bulan (Februan d "abar aan Agus1,s a Smse 1 Karena I ~ J bu yang ham.1 sete ah o~ lan distribusi ' selesai maka ibu tersebut tidak menperoleh kapsul. Atau bisa iadi ibu hamil baru taa mendapat kapsul dan blaan desa telapt taak leraporran Jn1.r tahun d ~ s t r b ~ s ~ berlaan karena pelaporan hasil distribusi ke dinkes kabupaten hanya satu kali, yaitu 1-2 bulan sesudah bulan distribusi, sesuai buku pedoman.

Ailernatif pemecahan masalahnya adalah pertama pemberian kapsul tidak dibatasi waktunya. melainkan sepanjang tahun yang penting dicatat dan dilaporkan. Kedua, pelaporan dapat rnelalui formulir ibu hamil yang pada formulir tersebut ada kolom kapsul yodium (selama ini selalu kosong). Masalah ini dikemukakan oleh kepala Puskesmas Pangkalan dan Loji (Karawang), Puskesmas Bojong (Purwakarta), dan Puskesmas Tanjung Batu (OKI). Karena itu 'pedoman' perlu direvisi dan berkaitan dengan 'perneriksaan" instansi pengawas.

Tersedia dan baiknya laporan hasil distribusi kapsul bukan jaminan bahwa distribusi kapsul yodium yang dilaporkan itu benar baik. sampai keDada sasaran. Dibutuhkan su~ervisi vana cermal oar dtnas resenatan rabupaten. ~ a d i dem ntan ,n d temukan d satan salJ puskesmas dl

Tulung Selapan, distribusi di salah satu desa yang dikunjungi ada. Tetapi setelah dilakukan wawancara kepada beberapa ibu hamil, ibu meneteki, WUS biasa, dan kader serta ketua PKK desa temyata mereka belum menerima kapsul. Bahkan beium tahu sebelum tim berkunjung. Yang mereka tahu bahwa anak SDIMI diberi kapsul karena anaknya kebagian kapsul yodiol di sekolahnya. Semua fakta tersebut membuktikan bahwa supervisi yang cermat dan baik dari dinas kesehatan kabupaten perlu dilakukan untuk konfirmasi kebenaran data. Kalau tidak, kejadian serupa tetap akan terulang, yaitu lapwan distribusi kapsul bagus tetapi kenyataannya di masyarakat adalah sebaiiknya.

Dari analisis data pelaporan hasil distribusi kapsul ditemukan bahwa persentase cakupan kapsul di semua kabupaten sangat be~ariasi, yaitu antara 48,2 % di wilayah Cianjur sampai dengan 100 % di Purwakarta. Angka 100 % ini tidak selalu mumi kebenarannya, karena ditemukan adanya simplifikasi pelaksanaan, yaitu pencatatan sasaran sekaligus distribusi kapsul. Jadi hari dan waktu pendataan sasaran sama dengan hari pemberian kapsul kepada penerima. Hal ini diakui oleh pelaksana pmgram karena dua kondisi, pertama tidak ada bidan desa di desa itu, kedua karena wilayahnya sulit dicapai karena terpencil, seperti di Kabuapten OKI, Sukabumi Selatan dan Cianjur Selatan.

Dari analisis data pelaporan tahun 1999-2001 (9,10,11) dan hasil wawancara diketahui bahwa pengulangan pemberian kapsul setiap tahun pada desa dan kelompok sasaran yang sama penerima sudah sesuai pedoman. Yang sulit terdeteksi adalah pengulangan pemberian kapsul pada individu penerima dalam upaya mencapai efektifitas penurunan prevalensi di wilayah tersebut karena data catatan penerima kapsul pada kader msvandu tidak ada. Alasannva tidak dicatat karena

dawa Barat yaltJ kaps.. Y O ~ I O oeum dloagl ka id pernoenan kapsur sepem yang ten~ha! pada rceoada sasaran samoal oada saat oena~mo. an Cammran-2 sudan rKlar, ada Tersea~a nanva oada ,~ r ~ - ~

d i a penelitian ini di puskesmas dan'desa. rial ini tahun pertama distribusi, yaitu 1997 d i~awa Barat. terungkap pada saat wawancara di salah satu desa sampel pemetaan 1996 dimana masyarakat Kua l i i s Kapsul sasaran, kader, dan Ketua PKK desa menyatakan belum pemah menerima kapsul dalam satu tahun Kualitas disini dalam arti layak konsumsi. terakhir. Hal ini dibenarkan oleh TPG dan bidan Jadi jika diberikan kepada sasaran

Page 11: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen distribusi kapsul minyak beryodium Syarifudin Latinulu: dkk

kemungkinannya berfungsi sebagai obat sudah tidak ada lagi, malah bisa sebaliknya, berbahaya pada kesehatan. Hal ini perlu menjadi perhatian dalam supewisi penerimaaan obat dari Kimia Farma. Temuan di lapangan berdasarkan hasil wawancara di Dinkes Kabupaten Cianjur, Sukabumi Jabar, dan OK1 Sumsel, ditemukan kapsul yang sudah kedaluwarsa (Cianjur) dan yang akan kedaluwarsanya sebelum distribusi pada tahun berikutnya.

Di Sukabumi, menurut responden pengelola program kapsul demikian itu telah dibagikan kepada anak sekolah SDIMI, tetapi dalam laporan tidak eksplisit tercantum. Jika ha1 sepelti ini lerjadi, dan kapsul dibagi kepada sasaran yang tidak butuh kemungkinan akan memeberikan dampak yang lain, misalnya bukan kekurangan yodium tetapi kelebihan yodium. Jika berulang, maka dapat terjadi pembesaran kelenjar gondok bukan karena kekurangan yodium.

KESIMPULAN Dan pembahasan dapat ditarik beberapa

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Secara prinsip Gdak ada perbedaan proses perencanaan penghitungan dan pengadaan kapsui minyak beryodium sebelum dan setelah otonomi daerah dimulai. Yang berbeda adalah sumber dana dan kemampuan dinas kesehalan untuk memperoleh dana dari APBD dan DAU.

2. Model distribusi ini di beberapa puskesmas dinyatakan sudah efektif, tergantung pada kualitas koordinasi oleh kepala puskesmasiTPG setempat dan intensitas komunikasinya.

3. Berdasarkan data tahun 2001. cakupan sasaran terendah, yaitu 45,8 % - 93,5 %.

4. Perhatian serius pemerintah daerah terhadap penanggulangan GAKY tampak nyata dengan adanya dukungan dana pengadaan kapsul untuk tahun 2002 dan dana untuk suwei evaluasi prevalensi di semua kecamatan (Kabupaten Sukabumi, Cianjur. Karawang).

5. Mutasi pehrgas tanpa disertai serah terima arsip pengelolaan program gizi, Gdak adanya bidan desa, dan keterlambatan perpanjangan masa tugas PTT me~pakan hambatan keberhasilan program distribusi kapsul belyodium.

6. Terjadi penyimpangan sasaran wilayah dan sasaran kelompok penerima kapsul minyak beryodium di beberapa kecamatan di Jabar dan disemua kecamatan endemik di Kabupaten OKI, Sumsel.

7. Belum semua pelaksana gizi di tingkat kabupaten maupun puskesmas memahami buku pedoman distribusi kapsui minyak beryodium karena mereka tidak memilikinya.

SARAN 1. Buku pedoman dislribusi kapsul minyak

beryodium Depkes, Tahun 2000, perlu direvisi terutama mengenai pemberian kapsul kepada ibu hamil dan ibu nifas, sehingga ibu yang hamil atau melahirkan sesudah bulan distribusi dapat memperoleh kapsul yodium. Jika tidak, kesempatan akan hilang dan potensi untuk melahirkan kretin baru akan terjadi.

2. Tiap kabupaten perlu melakukan evaluasi prevalensi kecamatan untuk efisiensi dana dan efektifitas penurunan prevalensi TGR

3. Kapsul yang didistribusi ke kecamatan endemik ringan di Kabupaten OK1 sebaiknya ditarik dan dikonsentrasikan hanya pada kecamatan endemik sedang bagi WUS, ibu hamil dan ibu nifas; anak SDlMl tidak diberi.

UCAPAN TERIMA KASlH Peneliti menyampaikan terima kasih tak

terhingga kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini mulai dari proses perencanaan sampai dengan penulisan laporan akhir. Secara khusus, terima kasih kami kepada Bapakllbu Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten lokasi penelitian, Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Sumatera Selatan, atas bantuan pengurusan izin dan bantuan tenaga dari staf Seksi Gizi untuk menjadi anggota dm peneliti, khususnya dalam pengumpulan data di lapangan.

Terakhir, terima kasih kami kepada panitia pembina iimiah (PPIJ Puslitbang Gizi dalam memberikan arahan dan kritikan dalam upaya peningkatan kualitas hasil penelitian. Mudah- mudahan ada manfaatnya bagi upaya perbaikan gizi masyarakat dalam upaya mencapai Indonesia

Page 12: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajemen disfribusi kapsui minyah beryodium Syarifudin Latinulu; dkk

Sehat 2010. Semqa keikhlasan Bapakllbu mendapat balasan tak terhingga dari-Nya.

RUJUKAN 1. Muhilal, dkk. Sumi Nasional Pemetaan

GAKY, 1996 -1998. Lapwan PeneliGan. Bogor: Puslitbang Gizi Depkes RI. 1998.

2. Dir. Of Comm. Nutrition. The long-term strategy. Nutrition in Indonesia: Problems, trends, strategy, and programs. Jakarta: Directorate of Community Nutrition, 1993.

3. Dirjen Binkesmas Depkes. Masalah GAKY dan Upaya Penangguiangannya. Kumpulan naskah: Temu llmiah dan Simposium Nasional Ill Penyakit Kelenjar Timid, 1996. Semarang: Badan Penertit Universilas Diponegoro, 1996.

4. Djokomoeljanto, R. Hasii studi tentang GAKY di Indonesia. Kumpulan naskah: Temu llmiah dan Simposium Nasional Ill Penyakit Kelenjar Tiroid. Semarang: Badan Penertit Universitas Diponegoro, 1996.

5. Puslitbang Gizi. Hasil Lokakarya Diseminasi hasii s u ~ e i prevalensi dan pemetaan GAKY 1998. Jakarta: Hotel Cempaka, 1998.

6. Indonesia, Dep. Kes. Diljen Binkesmas. Pedoman Dislribusi Kapsui Minyah Beryodium. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2000

7. Latinulu, S. dan Vita Kartika. Survei Pemetaan GAKY di Propinsi Sumatera Selatan 1998. Laporan Penelitian. Bogor: Kejasama Direktorat Bina gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas dengan Puslitbang Gizi, Badan Litbangkes. Depkes. 1999.

8. Direktorat Gizi. Peta Gondok Tahun 1982. Jakarta: Departemen Kesehalan, 1982.

9. Sub Seksi Gizi. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Tahun 2000. Jakarta: Dinkes Kabupaten OKI, 2000.

10. Dinkes Kabupaten Cianjur, Seksi Gizi. Pedornan Pencegahan den Penanggulangan GAKY. Cianjur: Dinkes Kabupaten DT. II Cianjur, 199511996.

11. Dinkes Kabupaten Karawang, Seksi Gizi. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi. Karawang: Dinkes Kabupaten Karawang.

Page 13: a he - kemkes.go.id

PGM 2002.25 (2): 1-14 Manajernen distribusi kapsul rninyak beryodiurn Syarifudin Latinulu; dkk

Repelita - Perencanaan - Pengadaan - Penyimpanan ...... Puskesmas i.. Posyandu ......., iNPRES Sarlita tahunan distribusi

iNPRES Obat obat program GFK Dati II Program pusat Sasaran

KANWlL DEPKES

i l DINKES

Tablet Fe I I DATl II 60 % 1 Bumil L-- - Kapsul Yodium 100 % WUS,Bufas, Burnil DINKES

I DATl II

Pelayanan ia~n

Distribusi Permintaankaporan lnformasi I perencanaan

Gambar 2 Mekanime Perencanaan, Distribusi dan Laporan Obat Program Perbaikan Gizi

Sumber: Depkes, Puslitbang Gizi dan Dit. Bina Gizi Masyarakat. Survei Prevalensi dan Pernetaan GAKY Di 27 Pmpinsi di Indonesia, Bogor, 1998. Laporan Akhir

Page 14: a he - kemkes.go.id

PGM 2002,25 (2): 1-14 Manajernen dishibusi kapsul rninyak beryodiurn Syarifudin Latinulu; dkk

LAMPIRAN 2

Contoh Kartu Pencatatan Sasaran Yang Menerima Kapsul Pada Tahun Pertama Distribusi Di Jawa Barat.

KARTU PEMBERIAN KAPSUL MINYAK BERYODIUM ( R I I I d )

Nomor Nama KK DusunlRW Desa

Kecamatan : Kabupaten : Propinsi : Jawa Barat

............, ...... - ....., - ,.....

Petugas Puskesmas,