99
PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU Oleh TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU A24070163 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

A11tgs

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: A11tgs

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN

PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Oleh

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

A24070163

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: A11tgs

RINGKASAN

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU. Pengelolaan Limbah

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit

Subur, Pelalawan, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI)

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2011.

Magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh

pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa sawit baik

secara teknis maupun manajerial. Secara khusus magang ini mempelajari

pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah kelapa sawit dan efektivitas

pemanfaatan limbah dalam budidayanya.

Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti pekerjaan yang sedang

berlangsung di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan teknis dilakukan

selama satu bulan di Afdeling II Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan

teknis meliputi penunasan, perawatan jalan, pemupukan organik dan anorganik,

pengendalian gulma, pemanenan, sensus hama dan penyakit, sensus thinning out,

dan leaf sampling unit (LSU). Kegiatan manejerial sebagai mandor dilakukan

selama satu bulan di Afdeling II yang meliputi mandor I, mandor panen, mandor

pupuk dan mandor semprot. Kegiatan manajerial sebagai asisten dilakukan selama

dua bulan di Afdeling II dan IV yang meliputi asisten Afdeling dan asisten by

product.

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur memiliki dua pabrik minyak kelapa

sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan II. Limbah yang dihasilkan PMKS

Buatan adalah janjangan kosong (JJK), decanter solid (DS), palm oil mill effluent

(POME), fibre dan cangkang. Cangkang dan fibre dimanfaatkan di pabrik sebagai

umpan boiler sedangkan JJK, DS dan POME dikembalikan ke lahan sebagai

pupuk organik karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar.

PMKS Buatan I menghasilkan JJK rata-rata 5 026 ton/bulan dan PMKS

Buatan II menghasilkan 4 845 ton/bulan. JJK yang dihasilkan dikirim ke Kebun

Buatan yang terbagi kedalam dua wilayah yaitu Wilayah I dan Wilayah II. Pada

Wilayah I tidak berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS I lebih

Page 3: A11tgs

iii

 

 

 

kecil dari prestasi tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah I. Wilayah II

berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS II lebih besar dari prestasi

tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah II.

POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan dimafaatkan kembali ke lahan

dengan cara land application dan ditampung dalam flatbed yang tersedia di lahan.

Jumlah flatbed Wilayah I 18 587 dan Wilayah II 20 011. POME yang dihasilkan

dan dialirkan oleh PMKS Buatan belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed

yang tersedia di lahan. Hal ini akan berdampak pada rotasi pengaliran POME

menjadi lebih panjang dan banyak flatbed yang tidak terisi.

Aplikasi JJK dan POME pada lahan memberikan dampak yang positif

terhadap pengurangan pupuk anorganik. Dosis pupuk ZA, MOP, RP dan dolomit

lebih besar pada lahan yang tidak diaplikasi limbah dari pada lahan yang

diaplikasi JJK dan POME. Hasil aplikasi JJK dan POME menghasilkan

produktivitas dan berat janjang rata-rata (BJR) yang tidak berbeda nyata dengan

areal yang diaplikasi pupuk anorganik. Dengan demikian aplikasi JJK dan POME

tersebut telah dapat mengurangi penggunaan dosis pupuk anorganik sekaligus

juga dapat memanfaatkan limbah dan mengurangi dampak negatifnya.

Page 4: A11tgs

WASTE MANAGEMENT OF OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.)

IN KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN,

RIAU

Abstract

Waste management aspect was the focus of internship in PT Inti

Indosawit Subur from March to June 2011. Besides producing the Crude Palm

Oil (CPO) and Kernel Palm Oil (KPO), palm oil industry also produces waste that

should be management properly. PT Inti Indosawit Subur has 5.549 ha of palm oil

plantation. The processing unit produce some wastes such empty fruit bunch

(EFB), palm oil mill effluent (POME), and solid. EFB, POME and Solid have

been used in field as organic fertilizer that can reduce usage of inorganic

fertilizer. The observation was made on the performance from different block with

different treatment of fertilizer / waste application of the workers who spread the

empty fruit bunch, the POME flow rotation, flatbed average size, and comparing

the crop production. From observation, there was suggested that application of

EFB should be improved on supervising to avoid restand. Aplication of POME

should also be improved on rotation of application to match with schedule. The

comparison of productivity and average weight of fruit bunch proved that

application of EFB and POME were effective to reduce inorganic fertilizer

without reducing productivity and weight of fruit bunch.

Key words: Oil palm, waste management

Page 5: A11tgs

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN

PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: A11tgs

Judul : PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Nama : TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

NIM : A24070163

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi

NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Disetujui :

Page 7: A11tgs

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara

pada tanggal 30 Agustus 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat

bersaudara dari Bapak Berlopen Pasaribu, BA dan Ibu Sri Pintauli Lumban

Tobing.

Pada tahun 2000 penulis lulus dari SD Swasta Panti Budaya Kisaran,

kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 3 Kisaran

dan akhirnya lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran pada tahun 2006. Pada tahun 2007

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Page 8: A11tgs

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugrahkan rahmat serta kemurahanNya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengelolaan Limbah

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur,

Pelalawan, Riau merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama pembuatan skripsi.

2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberikan motivasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Saudara penulis (Berlita Pasaribu, S.Si, Sutan Parlindungan Pasaribu, S.Th,

dan Jayanti Pasaribu, Amd) yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

4. Ir. Faisal, Ir. Benyamin dan Ir. Viktor Brahmana selaku Manajer Kebun

Buatan, Manajer Asian Agri Learing Institut dan Asisten Kepala Asian Agri

Learning Institut yang telah membimbing penulis selama melaksanakan

magang.

5. Teman-teman inti diaspora (Riko, Afrian, Stefany dan Yusenda) yang selalu

setia memberikan dukungan kepada penulis.

6. Merry, Loreta, Memei, Midian dan teman-teman AGH angkatan 44 lain yang

atas dukungannya selalu.

7. Teman-teman selama melaksanakan kegiatan magang (Syaharizan Mahyudin,

Josia Dading dan Parulian Julio) atas perjuangan yang telah dilalui bersama.

8. Baskom Forever (Eko, Loris, Martua, Rendra, Cici, Undu, Sauqi Baqs, Sriyo,

Albertus, Fahri dan teman-teman lainya) atas persahabatan yang telah dijalin.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, September 2011

Penulis

Page 9: A11tgs

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan ............................................................................................................ 2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3 Botani Kelapa Sawit ...................................................................................... 3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ........................................................................ 4 Limbah Padat ................................................................................................. 4 Solid Basah .................................................................................................... 6 Limbah Cair ................................................................................................... 6

METODE MAGANG .............................................................................................. 8 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 8 Metode Pelaksanaan ...................................................................................... 8 Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................................. 8 Analisis Data dan Informasi .......................................................................... 9

KEADAAN UMUM .............................................................................................. 10 Letak Wilayah Administrasi ........................................................................ 10 Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................................ 10 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ................................................................ 10 Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................................. 11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................................... 11

PELAKSANAAN MAGANG ............................................................................... 14 Aspek Teknis ............................................................................................... 14 Aspek Manajerial ......................................................................................... 40

PEMBAHASAN .................................................................................................... 45 Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Dosis Pupuk ..................................... 54 Pengurangan Pupuk Anorganik dari Aplikasi JJK dan POME ................... 56 Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Produktivitas dan BJR ..................... 57 Dampak Aplikasi Limbah Terhadap Kualitas Air ....................................... 58

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 60 Kesimpulan .................................................................................................. 60 Saran ............................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 61

LAMPIRAN ........................................................................................................... 63 

 

Page 10: A11tgs

DAFTAR TABEL

 

No. Halaman

1. Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK ...................................................... 5

2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara ............................... 5

3. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 ....................................................................................... 11

4. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 ........... 12

5. Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman ............ 15

6. Fraksi Kematangan Buah ............................................................................. 25

7. Basis dan Premi Lebih Borong pada Afdeling IV ....................................... 27

8. Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah ...................... 28

9. Standar Oil Losses dan Kernel Losses ......................................................... 33

10. Unsur Hara yang Terkandung dalam Decanter Solid .................................. 36

11. Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik ................. 39

12. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan I ................................................... 45

13. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan II .................................................. 46

14. JJK yang Diaplikasikan pada Kebun Buatan ............................................... 47

15. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah I ....................................... 51

16. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah II ..................................... 51

17. Rata rata Volume Limbah Cair (POME) yang Dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II ............................................................................................. 53

18. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas ..................................... 58

19. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap BJR ................................................... 58  

Page 11: A11tgs

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pemasangan gorong gorong pada badan jalan .............................................. 17

2. Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit ....................................... 35

3. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ....................................... 38

4. Flatbed di lapangan berisi limbah cair ........................................................ 39

5. Layout aplikasi JJK di lahan ........................................................................ 47

6. Layout flatbed pada lahan aplikasi POME .................................................. 50

7. Dosis pupuk ZA pada blok E91f, D91a dan A91e ...................................... 54

8. Dosis pupuk MOP pada blok E91f, D91a dan A91e ................................... 55

9. Dosis pupuk RP pada blok E91f, D91a dan A91e ...................................... 55

10. Dosis pupuk dolomit pada blok E91f, D91a dan A91e ............................... 56  

 

Page 12: A11tgs

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur ................................................... 64

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur .................................................................. 66

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur .................................................................. 69

4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 ........................................................... 74

5. Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur ................. 75

6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur2010................ 76

7. Struktur Organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur ....................... 77

8. Layout IPAL PMKS Buatan ........................................................................ 78

9. Peta Rotasi Pengisian POME pada PMKS Buatan I ................................... 79

10. Hasil Uji-t terhadap BJR Menggunakan Minitab 14 ................................... 80

11. Hasil Uji-t terhadap Produktivitas Menggunakan Minitab 14 ..................... 81

12. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP Lahan Kontrol ............................ 82

13. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 1 .................................................. 83

14. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 2 .................................................. 84

15. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 3 .................................................. 85

16. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Down Stream ................................... 86

17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Up Stream ........................................ 87 

Page 13: A11tgs

 

PENDAHULUAN  

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman pendatang dari

Afrika Barat yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Pada saat ini, tanaman ini

merupakan salah satu tanaman komoditas ekspor non migas yang sangat penting

yang dapat membantu perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu komoditas

perkebunan, kelapa sawit berperan dalam pembangunan nasional karena

menghasilkan sumber devisa bagi negara.

Saat ini terjadi peningkatan produksi nasional CPO seiring dengan

peningkatan areal lahan untuk budidaya kelapa sawit. Tahun 2005 tercatat luas

seluruh areal perkebunan kelapa sawit sebesar 5 453 817 ha dan pada tahun 2009

terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 50% menjadi 7 508 023 ha

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Peningkatan areal perkebunan kelapa

sawit diikuti juga dengan peningkatan produksi CPO. Pada tahun 2005 produksi

CPO sebesar 11 861 615 ton dan pada tahun 2009 mencapai 18 640 881 ton

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).

Pengembangan industri kelapa sawit juga diikuti dengan pengembangan

Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Pengelolaan PMKS yang tidak baik dapat

menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pengembangan PMKS juga akan

meningkatkan limbah yang dihasilkan. Jenis limbah yang dihasikan berupa

limbah cair, padat maupun basah. Limbah padat berupa Janjangan Kosong (JJK),

fibre dan cangkang. Selain limbah padat, juga dihasilkan limbah cair (effluent)

berupa lumpur (sludge). Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)

menjadi minyak kelapa sawit, setiap ton TBS yang diolah di pabrik akan

menghasilkan 220 kg tandan kosong, 670 kg limbah cair, 70 kg cangkang, dan 30

kg palm kernel cake (Buana dan Sihaan, 2003).

Aplikasi limbah cair PMKS di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk

telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di Indonesia. Aplikasi

limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan

limbah cair dan dapat berfungsi sebagai pupuk. Limbah cair PMKS dengan

tingkat BOD antara 3 500 - 5 000 mg/l dapat langsung dipakai sebagai pupuk

Page 14: A11tgs

2

 

 

 

pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Pengaruh positif dari

pemanfaatan limbah cair tersebut antara lain peningkatan produksi kelapa sawit

dan perbaikan sifat kimia dan fisika tanah.

JJK berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Potensi JJK

sebagai pupuk berkaitan dengan materi JJK yang merupakan bahan organik

dengan kandungan hara cukup tinggi. Aplikasi JJK secara langsung sebagai mulsa

di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca,

Mg, C-organik dan KTK tanah. Secara ekonomis, aplikasi JJK sebagai mulsa di

perkebunan kelapa sawit memberikan tambahan pendapatan sekitar 34%

dibandingkan dengan pemupukan biasa (Sutarta et al., 2003).

Potensi yang dapat ditimbulkan industri kelapa sawit dan

mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa

sawit menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya.

Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi

mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan

limbah kelapa sawit adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Limbah industri

kelapa sawit memiliki kekhasan berupa kandungan hara yang tinggi. Kandungan

bahan organik ini dapat dimanfaatkan dengan mengembalikannya kembali ke

lahan sehingga menguntungkan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,

memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa

sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang

ini adalah untuk mempelajari pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah

kelapa sawit dan efektivitas pemanfaatan limbah dalam budidayanya.

Page 15: A11tgs

 

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah

Divisi : Tracheophyta

Sub divisi : Ptereopsida

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledonae

Ordo : Cocoidae

Famili : Palmae (Aracaceae)

Sub famili : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani.

Guineensis berasal dari kata guinea yang berarti daerah di pantai Barat Afrika.

Jacq berasal dari nama botani Amerika yaitu Jacquin (Lubis, 1992). Kelapa sawit

tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budidaya

yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di

Asia, Amerika Selatan, dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).

Pada saat ini varietas yang sering dipakai di perkebunan adalah varietas

Dura, Pisifera dan Tenera. Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya

berkisar 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebalnya berkisar 2-5 mm.

Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) tetapi tidak memiliki

cangkang. Jika Dura dikawinkan dengan Pisifera maka akan menghasilkan

varietas baru yang disebut Tenera yang memiliki daging buah tebal (3-10 mm)

dan cangkang tipis berkisar 1-2.5 mm (Mangoensoekarjo, 2005).

Kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang terdiri dari akar

primer, sekunder, tersier dan kuartener (Pahan, 2008). Akar primer umumnya

berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal.

Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2-4 mm.

Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm

dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener yang tidak memiliki

Page 16: A11tgs

4

 

 

 

lignin dengan panjang 1-4 mm berdiameter 0.1-0.3 mm. Sistem perakaran yang

aktif berada pada kedalaman 5-35 cm. Sebagian besar perakaran kelapa sawit

berada dekat permukaan tanah. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit

dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh

kesamping bisa mencapai radius 16 m. Keadaan ini tergantung pada umur

tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasai tanah (Sastrosayono, 2008). Sistem

perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak tumbang.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27oC

dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC sepanjang tahun (Buana

dan Sihaan, 2000). Curah hujan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan

tanaman kelapa sawit berkisar 1 750 - 2 500 mm. Kelembaban nisbi kelapa sawit

berkisar antara 50-90%. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per

hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang

dari 400 m di atas permukaan laut.

Bentuk dan kondisi tanah yang sangat berpengaruh pada produktivitas

kelapa sawit. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai

berombak dengan kemiringan lereng 0-8%. Secara umum, kelapa sawit dapat

tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol,

andisopls dan histosol. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut

memiliki drainase yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008).

Limbah Padat

Janjangan kosong (JJK) merupakan produk dari PMKS setelah TBS di

proses sterilizer dan stripper. JJK kaya akan materi organik dan nutrisi bagi

tanaman. Menurut Lubis (1992) manfaat janjang kosong kelapa sawit adalah

1. Meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) dan pH tanah

2. Mengandung unsur hara N, P, K dan Mg.

3. Dapat berperan sebagai mulsa karena dapat menurunkan terperatur tanah,

mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan menekan

pertumbuhan gulma.

Page 17: A11tgs

5

 

 

 

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah karena JJK memiliki ratio C/N yang

cukup tinggi.

Aplikasi JJK sangat sesuai untuk menggantikan sebagian kebutuhan pupuk

anorganik, asalkan pasokan haranya sebanding dengan pupuk anoganik tersebut.

Informasi mengenai status hara daun diperlukan sebagai salah satu pertimbangan

dalam menentukan kebutuhan pupuk tanaman menghasilkan kelapa sawit.

Meskipun demikian, hasil analisis daun dan juga tanah bukan menyatakan besaran

pupuk yang harus diberikan tetapi hanya menggambarkan status hara pada

tanaman (Lubis, 1992). Unsur hara yang terkandung dalam JJK disajikan dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK

Hara utama % Unsur Hara JJK Kesetaraan pupuk (kg/ton JJK) Kisaran Rata - rata

Nitrogen (N) 0.32 - 0.43 0.37 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03 – 0.05 0.04 2.90 kg RP Potassium (K) 0.89 – 0.95 0.91 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07 – 0.10 0.08 5.00 kg Kieserit

Sumber : Pahan (2008)

JJK yang diproduksi oleh PKMS pertahunnya sangat besar sehingga

memerlukan penanganan yang tepat agar bermanfaat dan tidak mengganggu

kegiatan produksi kebun. Produksi JJK berkisar antara 31 200 – 62.400 ton/tahun.

JJK banyak mengandung unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

organik. Potensi dan pemanfaatan JJK dari PMKS disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara Kapasitas pabrik

(ton/jam)* JJK

(ton/tahun)** Luasan yang dapat di aplikasi

(ha/tahun)*** 30 31 200 780 45 46 800 1 170 60 62 400 1 560

Keterangan : * jam kerja pabrik 12 jam/hari; hari kerja dalam setahun = 260hari ** 20% TBS merupakan JJK *** dosis aplikasi JJK 40 ton/ha Sumber : Buana dan Sihaan, 2003

Selain sebagai pupuk, JJK juga dapat dimanfaatkan sebagai mulsa.

Pemanfaatan JJK sebagai mulsa memerlukan waktu yang relatif lama yaitu enam

bulan sampai satu tahun. JJK yang dipotong-potong kemudian ditaburkan di atas

Page 18: A11tgs

6

 

 

 

tanah dapat mengurangi kebutuhan pemupukan dengan pupuk sintesis sebanyak

50% (Said, 1994).

Solid Basah

Solid basah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan

TBS di PMKS yang mengalami sistem decanter. Pemanfaatannya sama seperti

JJK yaitu sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pemanfaatan solid basah

sebagai bahan pengganti pupuk anorganik di lapangan akan menekan penggunaan

dan biaya pupuk anorganik.

Sumber utama dihasilkannya solid basah adalah pada saat proses

pemurnian minyak (sterilisasi). Pada proses ini minyak akan dipisahkan dari

lumpur (sludge) melalui proses pengendapan (Pahan, 2008). Sludge terdiri dari

padatan, cairan, dan sedikit minyak. Dosis pemberian solid basah di lapangan

disesuaikan dengan dosis pemupukan anorganik melalui hasil analisis contoh

daun.

Limbah Cair

Pengolahan TBS di PMKS menghasilkan dua bentuk limbah cair yaitu air

kondensant dan effluent. Air kondensant biasa digunakan sebagai umpan boiler

untuk mengoprasikan mesin pengolahan kelapa sawit. Effluent yang banyak

mengandung unsur hara dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk anorganik.

Pencemaran lingkungan akibat limbah cair dapat diatasi dengan cara

mengendalikan limbah cair tersebut secara biologis. Pengendalian biologis

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri anaerob (Tobing dan

Darmoko, 1992). Penanganan dan perlakuan limbah cair dilakukan dengan

metode kolam pendingin.

Pemberian limbah cair dilakukan berdasarkan keadaan limbah cair tersebut

yang dinyatakan dengan BOD (biological oxygen demand). Parameter lain yang

digunakan antara lain : pH, COD (Chemichal Oxygen Demand), TS (Total Solid),

dan SS (Suspended Solid). BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

organisme untuk menguraikan bahan organik secara biologis didalam limbah cair

pada waktu dan suhu tertentu. COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan

Page 19: A11tgs

7

 

 

 

oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Hubungan

antara BOD dan COD tidak dapat digariskan secara tepat, tetapi besar nilai COD

akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai BOD.

Limbah cair pabrik kelapa sawit yang belum diolah mempunyai BOD

sekitar 25 000 mg/liter. Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan suspensi

dengan minyak dengan kadar yang tinggi. Padatan tersebut bila masuk kedalam

perairan akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen yang

ada didalam air, mengeluarkan bau yang tidak enak dan merusak tempat

pembiakan ikan. Sifat limbah cair yang merusak kualitas ekologi perairan tempat

pembuangan, maka limbah cair pabrik kelapa sawit harus dikelola dengan baik

sehingga jumlah/debitnya dan kualitasnya layak untuk dibuang ke perairan umum

(Buana dan Sihaan, 2003)

Page 20: A11tgs

 

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan pada Maret hingga Juni 2011 di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten

Pelalawan, Provinsi Riau.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang ini dilaksanakan secara langsung dengan mengikuti dan

mempelajari seluruh kegiatan di lapangan sebagaimana kegiatan Karyawan

Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan

dan dua bulan sebagai pendamping Asisten Afdeling. KHL adalah pelaksana

langsung pekerjaan di kebun yang bertugas melaksanakan segala kegiatan kebun

yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan selama menjadi KHL meliputi pemanenan, pemupukan, pengendalian

gulma, sensus hama dan penyakit, serak janjangan kosong (JJK), prasarana, Leaf

Sampling Unit (LSU), sensus Thining Out (TO) dan penunasan. Jurnal selama

melakukan kegiatan magang sebagai KHL disajikan pada Lampiran 1.

Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi

pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan pembuatan laporan

hasil kegiatan. Jurnal selama melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping

mandor disajikan pada Lampiran 2. Pada saat menjadi pendamping Asisten

Afdeling, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengevaluasi hasil kegiatan kebun,

mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan) untuk

mengetahui cara penilaian hasil kerja mandor dan membantu asisten dalam

menyelesaikan administrasi kebun serta mencari pemecahan masalah yang ada di

kebun. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten disajikan pada

Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data

primer dan sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi

Page 21: A11tgs

9

 

 

 

dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah

dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, produksi kebun,

produksi dan kualitas limbah dari PMKS.

Pengamatan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di

lapangan. Data pengamatan dipusatkan pada kegiatan pengelolaan limbah pabrik

minyak kelapa sawit (PMKS) meliputi JJK dan POME. Pengamatan pada

pengelolaan JJK dilakukan dengan mengamati prestasi kerja BHL serak JJK

kemudian dibandingkan dengan jumlah JJK yang dikirim oleh PMKS.

Pengamatan pada pengelolaan POME dilakukan dengan mengukur flatbed yang

ada di lahan serta menghitung POME yang dapat ditampung kemudian

membandingkannya dengan POME yang dihasilkan oleh PMKS.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis mengunakan nilai rata

rata, persentase, dan pegujian statistik lainya. Analisis produksi dilakukan dengan

uji-t student menggunakan minitab 14.

Page 22: A11tgs

 

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administrasi

Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur

berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan

Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Lokasi perkebunan terletak antara 101o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.

Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya

yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson areal perkebunan termasuk

dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober,

sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata

curah hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun

dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25

bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Suhu rata–rata harian

adalah 31oC kisaran 27–33oC per hari. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 disajikan

pada Lampiran 4.

Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning.

Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik

merah kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri dari

lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Peta kelas kesesuaian lahan

PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun

inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari

Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III

dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas

883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun Buatan PT

Page 23: A11tgs

11

 

 

 

Inti Indosawit Subur 2010 disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga

lahan plasma (kerjasama masyarakat dengan perusahaan ) dengan luas 10 946 ha

serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling

yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian

Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m

dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga

populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan,

populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama

dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya.

Produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010

Tahun Luas Areal (ha)

Produksi Produktivitas (ton/ha)

BJR (kg/tandan) Jumlah TBS

(tandan) Bobot TBS

(ton) 2006 5.549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61 2007 5.549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64 2008 5.549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07 2009 5.549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24 2010 5.549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59

Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak

perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang

General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit

usaha yangmencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General

Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill

Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 7.

Page 24: A11tgs

12

 

 

 

Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di

Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil tetap optimal, selain itu juga agar

menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif,

efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan, serta

menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam

menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang

bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan disetiap Afdeling, Asisten

kepala membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab

langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas

pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang dipimpinnya. Jumlah karyawan staf

dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 No Jabatan Jumlah 1 Staf

Estate Manager 1 Asisten Kepala 2 Asisten Afdeling 6 Asisten QC 1 Asisten Humas 1 Asisten By Product 1 Asisten Traksi 1 KTU 1

2 Non Staf

Tenaga kerja tak langsung SKU B/H : - Traksi 48 SKU B/H : - Kantor 141 SKU B/H : - Afdeling 196

Tenaga Kerja langsung SKU B/H : - Panen 292 SKU B/H : - Upkeep 616 Total SKU H/B + PHL 1 293

Jumlah 1 307 Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011)

Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti

Indosawit Subur sebesar 1 307 orang sehingga Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada

Kebun Buatan sebear 0.24 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga

kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit

Page 25: A11tgs

13

 

 

 

sebesar 0.2-0.3 orang/ha, oleh sebab itu pengelolaan tenaga kerja pada Kebun

Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2-0.3 orang/ha.

Dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat afdeling, asisten afdeling

bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal

teknis di lapangan maupun dibidang administrasi afdeling. Pengelolaan teknis

meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kerja kerani afdeling, mandor I,

mandor, dan PHL, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan

dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi di

kantor yang dilakukan oleh asisten afdeling meliputi pembuatan rencana kerja

harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor,

laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan

pengeluaran barang (BPPB).

Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor I,

mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di

lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada krani afdeling

yang bertugas dibagian adminstrasi di kantor afdeling. Dalam adminstrasi

afdeling, krani afdeling juga dibantu oleh seorang krani keliling yang betugas

memantau kesesuai hasil kerja dilapangan dengan hasil laporan dari mandor.

Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun.

KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan

administrasi di gudang.

Page 26: A11tgs

 

PELAKSANAAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek

manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pengendalian gulma

(manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan dan pemeliharaan

sarana dan prasarana.

Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur secara umum

dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7

jam yang dimulai pada pukul 07.00 – 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam

(11.30 – 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd.

13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti master morning yang dimulai pukul

05.30 bersama asisten, mandor dan krani, kemudian kegiatan dilanjutkan pada

sore hari ke kantor afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan

kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari.

Aspek Teknis

Pada aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai pekerja harian lepas

(PHL) selama 1 bulan. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma,

pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan,

penunasan, sensus ulat api, dan sensus thinning out. Sebelum melaksanakan

kegiatan selalu diawali dengan master morning pada pukul 05.30 – 06.00 WIB,

kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Penunasan

Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah

dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tujuan penunasan

adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah

masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan

memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk

sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai

bagi perkembangan hama dan penyakit.

Page 27: A11tgs

15

 

 

 

Penunasan merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling

bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil

losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah

produktif (berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak-banyaknya, tetapi untuk

mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses produksi maka

beberapa pelepah harus dipotong. Jumlah pelepah yang dipertahankan

berdasarkan umur tanaman disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman Umur Tanaman

(Tahun) Kebijakan Jumlah pelepah / Spiral Songgo

< 3

Pemotongan pelepah tidak diperbolehkan. Prioritas untuk permulaan panen dengan cara memotong pelepah pelepah tua dan kering.

- -

4 - 7 Dipertahankan 48 - 56 pelepah 6 -7 3 8 -14 Dipertahankan 40 - 48 pelepah 5 - 6 2

> 15 Minimum dipertahankan 32 pelepah 4 1

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Penunasan pada Kebun Buatan PT Inti Idosawit Subur menggunakan

sistem progresif pruning yaitu penunasan dilakukan oleh tenaga potong buah pada

saat melakukan pemotongan buah. Seiring berjalannya waktu, sering sekali sistem

ini tidak berjalan dengan lancar dan mengalami banyak kendala. Pada umumnya

kendala-kendala yang terjadi adalah pemanen tidak sanggup untuk memperoleh

basis sekaligus melakukan penunasan. Untuk mengatasi hal ini maka pihak

manajemen membentuk suatu tim/geng tunas yang khusus untuk melakukan

penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9 bulan (1.3 kali/tahun)

namun hal ini dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Pekerjaan penunasan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan instruksi

kerja yang dikeluarkan oleh pihak manajemen karena akan mempengaruhi

pelaksanaan pemanenan. Apabila pelepah tidak dipotong atau kualitas penunasan

jelek akan mengakibatkan brondolan tersangkut di ketiak batang. Selain itu,

penunasan yang tidak baik akan mengakibatkan tandan yang telah matang tidak

dipanen karena tertutupi oleh pelepah tersebut sehingga tandan menjadi busuk.

Page 28: A11tgs

16

 

 

 

Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan

menyebabkan over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah

produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi.

Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok

mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina,

penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR.

Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi

kerja dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :

a. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak

kuda.

b. Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan

mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah pada

bagian yang lebih tinggi.

c. Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara

harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja.

d. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya

akan di thinning out.

Perawatan Jalan

Kondisi jalan di suatu perkebunan harus benar diperhatikan dengan baik

agar akses transportasi dapat berjalan dengan baik. Jaringan jalan dibuat dengan

sasaran dapat dilalui dengan segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan

pengendalian mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat dan awet.

Banyak hal-hal yang menyebabkan jalan suatu perkebunan rusak dan tidak dapat

dilalui oleh dump truck pengangkutan buah. Faktor-faktor yang menyebabkan

adalah air, bahan organik tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan

struktur), beban (tonase) kendaraan.

Beberapa kegiatan perawatan jalan yang umum dilakukan di Kebun

Buatan PT Inti Indosawit Subur adalah rempesan dan pemasangan/servis gorong

gorong. Rempesan adalah memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar

matahari sehingga menutupi jalan. Apabila jalan tidak terkena sinar matahari

maka akan menyebabkan jalan tersebut menjadi lembab dan licin sehingga sulit

Page 29: A11tgs

17

 

 

 

untuk dilalui dump truck buah. Jalan yang sudah terkena sinar matahari secara

langsung dapat mempercepat pengeringan genangan air yang terdapat di jalan

sehingga tanah tetap keras, tidak licin dan dapat dilalui dump truck buah. Jumlah

pekerja dalam kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tiga orang

per tim.

Perawatan jalan yang lain adalah pembuantan atau servis gorong-gorong.

Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan genangan air yang terdapat di badan

jalan (Gambar 1). Genangan air dapat menyebabkan stuktur tanah menjadi remah

dan sulit dilalui oleh kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu gorong-

gorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan paralon yang masing masing

berdiameter 30 cm. Apabila jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka

badan jalan dibuat dengan kemiringan 100 ke arah bukit.

Gambar 1. Pemasangan gorong gorong pada badan jalan

Pada setiap jarak ± 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak

dengan ukuran 75 cm x 75 cm kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit

yang ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan

diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong gorong selesai,

pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk

menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh kebawah yang akan

menyebabkan terjadi penyumbatan pada lubang gorong gorong. Pada

pelaksanaannya pembuatan gorong gorong dilakukan oleh tim prasarana yang

Page 30: A11tgs

18

 

 

 

terdiri dari ≤ 4 orang. Setiap tim dapat menyelesaikan pemasangan gorong gorong

sebanyak 3 gorong gorong/HK.

Kegiatan perawatan jalan lain yang dilakukan adalah melakukan

pengerasan jalan dengan batu. Untuk jalan jalan tertentu dimana struktur tanah

tidak cukup untuk mendukung beban berat, maka dilakukan pengerasan. Bahan

bahan untuk pengerasan jalan menggunakan batu kerikil, sirtu (pasir & batu).

Pengerasan dengan menggunakan kerikil atau sirtu disarankan dicampur tanah

dengan perbandingan 1: 4 (1 bagian tanah : 4 bagian batu kerikil/sirtu) yang

berguna untuk meningkatkan efektivitas pengerasan dan efisiensi biaya.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

pengelolaan suatu perkebunan karena biaya (budget) untuk kegiatan pemupukan

mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Prinsip utama dalam penaburan

(aplikasi) pupuk adalah bahwa setiap pokok harus menerima setiap jenis pupuk

sesuai dengan dosis rekomendasi. Dosis, jenis, waktu dan cara pemupukan adalah

empat faktor terpenting dalam menentukan efisiensi pupuk. Selain keempat faktor

tersebut, kualitas pemupukan mempunyai peranan penting dalam menentukan

keberhasilan pemupukan. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu:

1) Kualitas penaburan pupuk di lapangan. Berkaitan dengan pengolahan dan

organisasi kerja pelaksanaan pemupukan di lapangan dan administrasinya.

2) Kualitas pupuk, ditentukan oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama

didalam pupuk tersebut dan kadar airnya

Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan pengambilan sampel

daun dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman melalui jaringan daun

sehingga didapat rekomendasi pemupukan pada tiap blok. Identifikasi gejala

defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel

daun. Pengambilan sampel daun pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang sebelumnya sudah dilatih/training

oleh bagian research and development (R&D) selama tiga hari. Peralatan dan

bahan yang digunakan adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang

telah diberi label. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah pemilihan start awal

Page 31: A11tgs

19

 

 

 

pokok yang menjadi sampel, selanjutnya daun ke 17 dipotong dan racisnya

diambil sebanyak 8 buah selain itu pangkal pelepah diukur lebar dan tebalnya.

Identifikasi gejala defisiensi unsur hara dilakukan pada tanaman sampel dan

delapan tanaman di sekeliling tanaman sampel. Tingkat keparahan defisiensi

unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan , sedang dan berat. Jarak antara

tanaman sample pertama dengan kedua dan selanjutnya adalah 10 tanaman.

Setelah satu blok selesai diambil seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain

basah. Selanjutnya dipotong menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang

diambil untuk dikeringkan dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti.

Penguntilan. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan untuk menjamin

ketepatan dosis pemupukan serta mempermudah pengangkutan pupuk dari gudang

ke lapangan dan mempermudah penaburan pupuk kesetiap tanaman. Pada

umunnya dalam satu untilan pupuk untuk delapan tanaman sehingga berat satu

untilan itu tergantung dosis yang dikomendasikan. Apabila dosis yang

direkomendasikan adalah 2 kg/pokok maka berat untilan 16 kg dan apabila dosis

yang direkomendasikan 1 kg/pokok maka berat satu untilan 8 kg. Penguntilan

dilakukan dengan menggunakan takaran khusus yang sudah dikalibrasi sesuai

kebutuhan. Penguntilan pupuk yang dilakukan hari ini digunakan untuk

pemupukan besok.

Pelaksanaan pemupukan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil

pupuk yang telah diuntil di gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Pupuk

dibawa menggunakan dump truck dengan kapasitas 5 ton kemudian pupuk diecer

kemasing-masing tempat peletakan pupuk (TPP). Pupuk diturunkan sesuai dengan

jumlah untilan yang tertera pada TPP. Losses pupuk sering terjadi pada saat

melakukan pengangkutan pupuk dengan dump truck. Saat menaikan dan

menurunkan pupuk dari dump truck sering sekali untilan pupuk terbuka dan

pupuk terbuang di jalan maupun di dalam bak dump truck.

Aplikasi penaburan pupuk dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan.

Apabila di lahan terdapat JJK maka pupuk disebar di atas janjangan kosong, jika

tidak terdapat JJK maka pemupukan harus melihat kondisi piringan. Apabila

piringan bersih maka dilakukan di piringan tetapi jika tidak, maka pupuk ditabur

di atas rumpukan pelepah. Pemupukan dilakukan dengan bantuan takaran yang

Page 32: A11tgs

20

 

 

 

sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis. Pupuk anorganik yang digunakan pada

Kebun Buatan PT Inti indosawit Subur adalah ZA ( 45%N dan 21%S), Dolomit

(20-24% MgO dan 30% CaO), RP (28% P2O5), MOP (60% K2O), Borax (11-12%

B) dan Abu janjang. Prestasi keja kegiatan pemupukan adalah 400 kg/HK atau

sekitar 25 untilan, sedangkan prestasi kerja penulis 96 kg atau sekitar 6 untilan.

Premi yang diperoleh pekerja adalah premi mati sebesar Rp. 5.000,- apabila sudah

mencapai basis (400 kg).

Pada pelaksanaan pemupukan terdapat sapta disiplin pemupukan yaitu:

1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out).

2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak boleh

dipupuk.

3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran.

4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis).

5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan

panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot.

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tanaman yang dapat merugikan pada tanaman

budidaya. Apabila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik maka

berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)

pertumbuhan tanaman pokok sehingga menyebabkan kebun menjadi kotor dan

lembab serta menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit. Pengendalian

gulma pada tanaman TM dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya saingan

terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan mencegah

berkembangnya hama dan penyakit, memudahkan kontrol pemupukan dan

memudahkan dalam pegutipan brondolan sehingga mengurangi losses panen.

Gulma yang terdapat di arel perkebunan Kebun Buatan PT. Inti Indosawit

Subur antara lain Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris

(pakis udang), Nephrolepis biserrata (pakis larat), Pteridium osculentum (pakis

gajah), Clidemia hirta (senggani betina), Melastoma malabathricum (senduduk),

Setaria aplicata (bambuan), Elusine indica (lulangan), Asystasia coromandeliana,

Mikania micrantha, Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata

Page 33: A11tgs

21

 

 

 

(putihan), Axonopus compresus (antalobang), Imperata cyclindrica, Ageratum

conyzoides, Brachiaria mutica. Pengendalian gulma yang dilakukan meliputi

pengendalian manual dan kimiawi.

Pengendalian Gulma Manual. Salah satu jenis pengendaliann manual

yang dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak

kayu (DAK) yang merupakan mendongkel gulma di piringan maupun di

gawangan. Gulma gulma yang didongkel antara lain adalah gulma gulma yang

umumnya batangnya berkayu seperti Climedia hirta (haredong atau akar kala),

Melastoma malabatricum (Senduduk atau senggani), Chromolaena odorata

(putihan), Lantana camara (bunga tahi ayam) dan kentosan/VOPS (voluntary oil

palm seedlings). Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang untuk membabat

gulma yang batang berkayu dan garu untuk membersikan piringan. Rotasi dari

kegiatan ini adalah 4 bulan dengan prestasi kerja pekerja adalah 1 pasar pikul atau

sekitar 1.5 ha sedangkan pretasi kerja penulis sebesar 0.5 pasar pikul.

Pengendalian Gulma Kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang

dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit

Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab Asisten Kepala. TUS

terbagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu alat dengan knapsack

sprayer (solo) dan CDA (Controlled Droplet Applicator).

Pada alat knapsack sprayer menggunakan Gromoxon berbahan aktif

paraquat bersifat kontak dengan konsentrasi 0.5% dicampur dengan Trap

berbahan aktif metil metsufuron bersifat sistemik dengan konsentrasi 0.03%.

Gulma gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berdaun lebar, sempit dan

berkayu seperti pakis dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul dan

TPH. Volume maksimum pada alat ini sebesar 15 liter/kaps. Rata-rata dalam satu

kaps pekerja dapat menyemprot 35 – 45 tanaman/kaps dengan waktu 15 – 20

menit. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan pekerja adalah keadaan

topografi lahan serta jenis dan kerapatan gulma. Apabila topografi lahan yang

akan disemprot curam maka kecepatan jalan pekerja akan semangkin lama maka

akan mempengaruhi jumlah pokok yang akan disemprot dan bila jenis gulma yang

ada banyak terdapat golongan pakis maka racun yang diberikan harus banyak.

Page 34: A11tgs

22

 

 

 

Prestasi kerja pada karyawan sebanyak 8 caps/orang atau ± 280 pokok sedangkan

prestasi kerja penulis sebesar 2 caps atau 65 pokok.

Alat semprot CDA (Controlled Droplet Aplicator) di pasaran dikenal

dengan nama micron herbi. Semprotannya menghasilkan butiran halus yang

terkendali dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang

tinggi. Volume maksimum yang dapat ditampung dengan alat ini adalah 10 liter.

Bahan aktif yang digunakan adalah glifosat konsentrasi 0,4% nama merek dagang

Bionasa dan floroksifir konsentrasi 1% dengan merek dagang Starane. Selain itu

campuran larutan yang digunakan adalah glifosat dengan konsentrasi 4% dan 2,4

D konsentrasi 2% dengan merek dagang Lindomin. Gulma gulma yang menjadi

sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di pasar pikul

piringan dan TPH. Rata-rata satu kaps dapat menyemprot 130 tanaman dengan

waktu 1.5 jam/kaps. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK sedangkan

prestasi kerja penulis sebesar 1.5ha/HK.

Pengendalian Hama Ulat Api

Sensus ulat api. Sistim sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama

pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus

pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap

10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir

masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap

TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya,

agar tidak terjadi “over prunning” akibat pemotongan pelepah karena sensus

setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman.

Tenaga kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing–

masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu 1 laki–laki sebagai penunas dan 2

perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi

sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat

yang meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya

Pengendalian. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk penanggulangan

adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan

Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan

Page 35: A11tgs

23

 

 

 

dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar. Pengendalian

dilaksanakan oleh anggota laki–laki yang menjadi tim sensus, 1 kap mengandung

4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya 1 hari diperlukan 5 kap untuk

5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling tepat melakukan pengasapan

adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat matahari tidak sedang terik. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi pengupan sehingga pengasapan akan lebih efektif.

Sensus Thining Out (TO)

Tiap Afdeling suatu kebun memerlukan 2-3 tim sensus dengan prestasi kerja

5-7 ha/HK. Satu tim beranggotakan dua petugas, yaitu Petugas A (sebagai

penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor

dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan

dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard

cover), pulpen, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna

putih, tempat cat (aqua), map penyimpan file.

Pada saat melakukan sensus, petugas menghitung dan mencatat status

pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di TO

adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang

sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah

untuk menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi

lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas

berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus

dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus 2 baris pokok (baris

1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok

terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A

mensensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu jumlah pokok

normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Hasil sensus di pelepah

petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah

dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan

dalam TPP tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling.

Jumlah TPP yang harus di sensus TO adalah 25-27 TPP/hari.

Page 36: A11tgs

24

 

 

 

Pemanenan

Panen adalah kegiatan yang merupakan pemotongan tandan buah matang

serta pengakutan tandan buah matang dan buah rontok (brondolan) ke tempat

pengumpulan hasil (TPH). Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi

pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan

mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.

Pelaksanaan pemanenan tidak sembarangan dan perlu memperhatikan beberapa

kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan

rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna

kulit buahnya. Buah akan menjadi merah jingga ketika masak. Jika terlalu matang,

buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya

Kriteria panen dan pelaksanaan panen. Kriteria panen yang digunakan

di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur yaitu pemotongan tandan buah yang

dilakukan hanya jika sedikitnya 24 brondolan lepas dari tandan. Hal ini

dikarenakan berat janjang rata rata (BJR) yang terdapat pada kebun adalah ± 24

kg. Apabila lebih dari 24 brondolan maka TBS tersebut semakin matang. Kriteria

matang panen yang diterapkan di Kebun Buatan adalah setiap 1 kg berat tandan

terdapat 1 brondolan lepas di TPH yang bukan brondolan

parthenokarpi/brondolan muda karena serangan tikus/penyakit, misalnya BJR

blok adalah 10 kg maka buah yang akan dipanen pada blok tersebut apabila

brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan saja

maka dianggap buah mentah.

Taksasi Produksi. Kegiatan taksasi produksi di Kebun Buatan

dilaksanakan minimal satu hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada areal yang

akan dipanen. Taksasi produksi bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah

TBS yang dapat dipanen dan persentase kematangan TBS yang akan dipanen

sehingga dapat memperkirakan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan untuk

esok hari. Taksasi produksi dilakukan oleh mandor panen dengan cara mengambil

sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Selain itu

pada Kebun Buatan juga dilaksanakan taksasi produksi (sensus BBC) setiap 6

bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai

Page 37: A11tgs

25

 

 

 

untuk 6 bulan kedepan. Kegiatan ini dilaksankan setiap akhir bulan Juni dan akhir

Desember.

Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen dilakukan dengan cara

memotong tandan yang sebelumnya diamati oleh pemanen. Pengamatan tersebut

bertujuan untuk mengetahui kematangan buah. Alat panen yang digunakan adalah

egrek karena tanaman kelapa sawit yang terdapat di kebun buatan rata-rata

berumur 20 tahun keatas. Selain egrek alat yang digunakan adalah gancu untuk

memuat dan membongkar buah/TBS dan angkong untuk tempat buah/TBS dan

brondolan untuk diangkut ke TPH.

Sebelum memotong tandan hal yang pertama dilakukan adalah memotong

pelepah yang menyangga tandan. Rata-rata pada Kebun Buatan menggunakan

songgo satu dalam melakukan penunasan. Pemotongan pelepah harus merapat ke

arah batang pohon seperti membentuk tapal kuda. Hal tersebut dilakukan agar

brondolan tidak tersangkut di ketiak batang yang akan mengganggu dalam

penentuan kematangan buah, mengurangi losses panen yang nantinya akan

berpengaruh terhadap BJR. Penetuan kematangan buah sangat penting untuk

mengetahui berapa jumlah buah yang dapat dipanen oleh sebab itu terdapat

beberapa fraksi kematangan buah yang ditetapkan manajemen kebun. Fraksi

kematang buah disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Fraksi Kematangan Buah Umur

Tanaman BJR (Kg) Brondolan Pedoman Panen

2.5 - 3 3 ≥ 3 brondolan perjanjang setelah panen

Satu brondolan perjanjang sebelum panen

4 - 5 6 ≥ 6 brondolan perjanjang setelah panen

Dua brondolan perjanjang sebelum panen

6 - 9 10 ≥ 10 brondolan perjanjang setelah panen Dua brondolan perjanjang

dipiringan sebelum panen 10 - 15 15 ≥ 15 brondolan perjanjang setelah panen

> 15 20 ≥ 20 brondolan perjanjang setelah panen

Tiga brondolan perjanjang di piringan sebelum panen

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Sistem panen Sistem panen yang dilaksanakan di Kebun Buatan adalah

sistim hanca giring tetap. Sistim ini dilaksanakan yaitu dengan cara mandor panen

membagikan hanca panen ke pemanen. Luas hanca pemanen rata-rata adalah 2 - 3

Page 38: A11tgs

26

 

 

 

pasar pikul ( 1 pasar pikul ± 1.5 ha). Luasan hanca panen tergantung dari jumlah

tenaga pemanen, yang disesuaikan dengan luas blok dan jumlah pemanen di setiap

mandoran. Apabila pemanen tidak dapat hadir pada hari tersebut maka hanca

panen yang kosong tersebut dapat diberikan kepada pemanen lainnya dari

mandoran yang sama atau mandoran yang lain (transfer).

Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu antara satu panen dengan panen

berikutnya dalam satu kapel panen. Rotasi panen merupakan salah satu aspek atau

faktor yang paling menentukan di lapangan untuk mendapatkan produksi

perhektar yang tinggi dan biaya perkilogram yang rendah. Pusingan potong buah

juga mempengaruhi transport dan pengolahan di pabrik. Rotasi panen di Kebun

Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah 6/7 yang berarti 6 hari panen dalam satu

minggu. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (lowcrop) pusingan

panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari. Hal tersebut dilakukan agar kuantitas

dan kualitas produksi dapat tercapai. Untuk menghindari keterlambatan

rotasi/pusingan pada bulan bulan libur panjang (misalkan hari raya), maka dapat

dilakukan percepatan pusinga potong buah menjadi 5-6 hari. Sehingga pada saat

setelah libur panjang, pusingan potongan buah di suatu blok masih bisa

dipertahankan di bawah 10 hari. Rotasi panen sangat erat hubungannya dengan

mutu buah. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat berakibat terjadinya

pemotongan buah mentah (untuk mengejar siap borong) karena kerapatan buah

masak telah menurun.

Basis dan premi panen. Kapasitas panen atau basis normal adalah jumlah

tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja oleh tiap pemanen,

sedangkan premi adalah standar untuk membayar pemanen yang melebihi basis

borong. Besar basis dan premi pemanen pada Afdeling II di Kebun Buatan PT.

Inti Indosawit Subur ditentukan oleh umur tanaman. Basis pemanen sebesar 50

TBS tetapi pada hari jumat basis borongnya sebesar 36 TBS. apabila sudah

mencapai basis borong maka pemanen memperoleh Rp. 7 000 dan premi lebih

borongnya dikalikan Rp. 700 (tahun tanam 1989) dan Rp. 800 (tahun tanam 1990-

1991). Terhitung dari tanggal 1 April 2011 premi lebih borong di Afdeling II

bertambah yaitu Rp. 1 200 (tahun tanam 1989), Rp. 1 160 (tahun tanam 1990) dan

Rp. 1 000 (tahun tanam 1991). Pada setiap Afdeling penentuan basis dan premi

Page 39: A11tgs

27

 

 

 

dapat berbeda sesuai yang telah ditetapkan pihak manajemen kebun. Penentuan

premi panen selain berdasarkan umur tanaman juga dapat berdasarkan keadaan

topografi kebun. Jumlah basis dan premi lebih borong pada Afdeling IV disajikan

dalam Tabel 7.

Tabel 7. Basis dan Premi Lebih Borong pada Afdeling IV Blok Luas (ha) Jlh Tanaman Basis Premi (Rp) D88a 85 11 051 47 1 200 D88b 68 8 694 47 1 200 D89a 17 2 346 47 1 320 D89b 84 11 508 47 1 200 D90a 27 3 602 50 1 160 D90b 103 13 461 50 1 160 D90c 107 14 763 50 1 160 D90d 88 12 025 50 1 200 D91a 86 11 443 50 1 160 D91b 101 13 233 50 1 160 D91c 85 11 603 50 1 160 D91d 94 11 968 50 1 160 D91e 91 11 420 50 1 160 D91f 76 10 280 50 1 160

Pinalti/sangsi panen. Pinalti adalah denda atau potongan terhadap

pemanen yang melanggar kriteria panen. Denda pinalti yang dikenakan kepada

pemanen berupa potongan upah yang diperoleh pemanen. Ada beberapa jenis

kesalahan dalam pelaksanan pemanenan dan masing-masing kesalahan

mempunyai besaran denda yang berbeda-beda. Tujuan diberikan sangsi atau

pinalti adalah agar pemanen tidak melakukan kesalahan yang sama atau

memberikan efek jera karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemanen pada

umumnya sangat berpengaruh terhadap produksi.

Jumlah denda pada pelaksanaan potong panen sudah ditetapkan pihak

manajeman kebun, namun Afdeling mempunyai kebijakan sendiri yang dalam

menentukan besarnya jumlah sangsi panen yang menurut mereka efektif.

Misalnya denda panen apabila memotong buah mentah sebesar Rp. 5 000 pada

Afdeling II sebesar Rp. 20 000 dan pada Afdeling IV Rp. 10 000. Kebijakan yang

telah dibuat oleh Afdeling sebelumnya harus dilaporkan terlebih dahulu pada

manajemen kebun. Jenis kesalahan dan denda yang diberikan pada pelaksanaan

potong buah disajikan pada Tabel 8.

Page 40: A11tgs

28

 

 

 

Tabel 8. Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda

Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg Buah masak tinggal dipokok/tidak dipanen

Rp. 5 000/jjg

Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg Buah mentah tinggal dipiringan/ diancak/parit

Rp. 5 000/jjg

Buah matahari / berondolan dipotong gagang

Rp. 1 000/jjg

Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp. 1 000/jjg Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg Tidak siap borong • Denda di per-7 (dipotong jam kerja)

• 3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Kebutuhan Tenaga Pemanen. Kebutuhan tenaga pemanen yang akan

dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah

yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai

setiap hari pada bulan berjalan. Mandor panen setelah mengancakan tukang

potong buah melaksanakan sensus potong buah pada ancak yang akan dipanen

besok. Rata-rata output tenaga panen yang terdapat pada Afdeling II adalah 60

TBS.

Jumlah tenaga kerja =

Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)

Hasil panen yang diperoleh dari kebun inti akan langsung dikirim ke

pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

mempunyai dua pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan

PMKS Buatan II yang masing masing berkapasitan olah 60 ton/jam. PMKS

Buatan I dan II menerima buah yang berasal dari kebun inti, plasma dan kebun

luar. Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh hasil minyak kelapa

sawit yang berkualitas tinggi.

Perlakuan terhadap TBS mulai di lapangan, transportasi dan proses

pengolahan di pabrik sangat menentukan kualitas minyak yang dihasilkan. Target

Page 41: A11tgs

29

 

 

 

yang harus dicapai pada proses pengolahan adalah mengolah bahan baku TBS

dengan kriteria matang yang baik, sehingga memperoleh hasil produksi CPO dan

inti sawit yang memenuhi persyaratan mutu sesuai keinginan pasar dengan harga

jual yang tinggi dan biaya olah seminimal mungkin serta mengendalikan limbah

sebagai produk sampingan.

PMKS memiliki beberapa stasiun yaitu stasiun penerimaan buah (fruit

Reception Station), stasiun perebusan (Sterilizer Stasion), stasiun penebahan

(Threshing Stasion), stasiun pengempaan (Press Stasion), stasiun pemurnian

(Clarification Stasion), stasiun pengolahan inti (Kernel Plant Stasion) dan stasiun

penyimpanan (Storage Stasion)

Stasiun penerimaan (Fruit Reception Station). Stasiun penerimaan buah

berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS dari kebun. Pada stasiun dapat

diketahui jumlah produksi TBS setiap harinya. Stasiun penerimaan buah meliputi:

A. Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang beberapa banyak TBS

yang masuk ke dalam pabrik. Setiap truk yang membawa TBS terlebih dahulu

harus ditimbang di jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong yang keluar dari

lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah TBS yang masuk ke

pabrik dapat diketahui beratnya. Selain itu, jembatan timbang juga berfungsi

untuk menimbang minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit dan cangkang yang

dipasarkan.

B. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk mengontrol mutu TBS yang akan diolah dan

mengetahui sejauh mana kualitas baua TBS yang dihasilkan oleh pihak kebun.

Adapun kriteria sortasi adalah:

a. Buah mentah, TBS yang tidak membrondol sama sekali atau membrondol

kurang dari 1 brondolan/kg tandan

b. Buah matang, TBS membrondol lebih dari 1 brondolan/kg tandan sampai

membrondol 50% lebih.

c. Buah lewat matang, TBS yang membrondol 50 - 100% dari lapisan luar.

d. Tandan kosong, TBS dengan berondolan tinggal 5% dalam tandan atau

tidak ada sama sekali.

Page 42: A11tgs

30

 

 

 

e. Tangkai panjang, tangkai buah sawit lebih dari 3 cm.

f. Tandan busuk, TBS dengan tangkai dan buah yang sudah menghitam dan

membusuk. Pembusukan disebabkan oleh jamur dan buah yang telah lama

dipanen tetapi tidak diangkut. Pembusukan ini dapat menyebabkan kadar

asam dan air yang tinggi serta rendemen minyak yang rendah.

g. Fruit Set tidak sempurna, buah yang kurang sempurna pembentukan

brondolannya.

h. Parthenocarpic/Invertil, TBS yang proses pembentukan buahnya gagal.

i. Buah keras/Hard Bunch, buah dimana proses membrondolnya buah sulit

sekali. Ini disebabkan faktor genetik dan pemilihan bibit yang tidak selektif.

Biasanya kadar air dalam buah ini sangat tinggi.

Kriteria TBS yang diterima PMKS Buatan Satu adalah sebagai berikut:

a. - TBS brondol alami 1:1 (1 kg TBS 1 brondolan)

- Warna kulit buah merah

- Warna daging buah merah jingga/pucat

b. - TBS brondol alami 1:1 (1 kg TBS 1 brondolan)

- Warna kulit buah kehitam hitaman

- Warna daging buah merah jingga/pucat

C. Loading Ramp

Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum

TBS masuk ke tangki perebusan. Loading ramp dilengkapi dengan peron sebagai

tempat pemindahan TBS ke dalam lori rebusan. TBS yang datang sebaiknya

langsung diolah agar kualitas minyak yang dihasilkan terjaga. Semakin lama masa

penimbunan buah akan menyebabkan luka pada TBS yang akan menyebabkan

tingginya asam lemak bebas.

D. Lori TBS

Lori merupakan wadah untuk meletakkan TBS yang akan direbus di tangki

sterilizer. Jumlah lori yang ada pada pabrik ini adalah 141 buah dengan kapasitas

4.5 ton TBS. Lori berbentuk tabung horizontal dengan bagian atas terbuka yang

berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air

kondensat yang terdapat diantara buah.

Page 43: A11tgs

31

 

 

 

Stasiun perebusan (Sterilizer Station). TBS yang sudah dimasukkan

kedalam lori, dengan bantuan capstand ditarik dan dimasukkan ke dalam

sterilizer. Sterilizer merupakan bejana uap bertekanan yang dilengkapi dengan

pipi uap masuk (inlet pipe), pipa uap keluar (exhaust pipe), pipa kondensat, plat

pembagi uap (weir plate) dan safety valve. PMKS buatan satu memiliki 4 unit

sterilizer. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari back pressure

vessel (BPV) ke inlet pipe. Sistem perebusan yang dilakukan adalah sistem

perebusan tiga puncak (SPTP). Hal ini dilakukan agar buah sawit yang berada

pada tandan bagian dalam dapat terpipil dengan sempurna. Tujuan dari sterilisasi

adalah untuk

a. Menghancurkan enzim lipolitis (katalisator) pengurai minyak sawit menjadi

asam lemak bebas dan gliserin

b. Mempermudah buah lepas dari tandan dan cangkang

c. Menulakkan daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan dan

penjernihan minyak

d. Memudahkan pemisahan cangkang dengan inti

e. Mengendapkan zat lendir (bahan protein) yang bersifat emulsify sehingga

mempermudah pemisahan minyak dari air pada proses pemurnian minyak atau

clarification.

Stasiun penebahan (Threshing Station). Stasiun penebahan merupakan

stasiun yang berfungsi untuk memisahkan brondolan buah dari tandan. Stasiun ini

terdiri dari beberapa peralatan yaitu

a. Tippler yaitu alat yang berfungsi untuk menuang buah masak dari lori TBS ke

bunch convenyor.

b. Bunch convenyor yaitu alat yang dugunakan sebagai alat transfer untuk

mengatur buah masuk ke dalam thresher.

c. Thresher yaitu alat yang merupakan pemisah brondolan buah dari tandannya.

Thresher bekerja dengan cara berputar putar dengan putaran 23 rpm yang

menyebabkan tandan buah rebus (TBR) terbanting pada dinding thresher. Buah

yang telah lepas jatuh ke fruit under thresher convenyor dan diangkut dengan

fruit elevator untuk selanjutnya diolah di digester.

Page 44: A11tgs

32

 

 

 

Stasiun pengempaan (Press Station). Berondolan yang terpisah dari

tandan selanjudnya akan diproses pada stasiun pengempaan (pressing stasion).

Tujuan utama proses pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak dari buah.

alat utama yang digunakan pada stasiun ini adalah digester dan screw press.

Digester merupakan alat berbentuk bejana vertikal yang dilengkapi dengan pisau

pisau pengaduk yang berputar untuk melumatkan buah sehingga terpisah dari biji.

Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari fibre dan

nut (biji). Screw press terdiri dari silinder yang berlubang lubang dan didalamnya

terdapat dua buah ulir (screw) yang bergerak berlawan arah. Minyak kasar yang

dihasilkan selanjudnya dialirkan ke oil gutter untuk proses klarifikasi sedangkan

fibre dan nut dikirim ke stasiun kernel.

Stasiun klarifikasi (Clarification Station). Stasiun klarifikasi merupakan

stasiun terakhir pengolahan minyak. Di stasiun ini minyak dipisahkan dari zat zat

pengotornya. Proses pemisahan dilakukan dengan cara pengendapan, sentrifugasi

dan penguapan. Minyak yang diproses sebelumnya, berupa minyak kasar dan

masih diklarifikasi (pemurnian). Proses pemurnian dilakukan pada suhu 90o -

95oC yang terdiri atas beberapa tahap diantaranya:

a. Proses pengenceran minyak dengan menggunakan air panas didalam tangki

pemurnian (Clarifier tank) untuk memisahkan kotoran kotoran yang tercampur.

b. Pemisahan minyak dengan air drab (air pemurnian) di tangki pemurniaan

sehingga menghasilkan minyak sawit dan air drab (air pemurnian). Air drab

merupakan air hasil pemisahan minyak dengan kotoran. Air drab yang masih

mengandung minyak diambil dengan mesin pemisah lumpur (sludge

separator), kemudian air yang dibuang merupakan limbah cair.

c. Minyak yang telah dipisahkan dengan air drab dilakukan pemurnian dalam

pembersih minyak (stasiun oil purifier).

d. Minyak dari hasil pemurnian kemudian dikeringkan dalam ruangan pengering

hampa (vacuum dryer) dan selanjunya disimpan dalam tangki timbun CPO

(storage tank).

Stasiun pengolahan inti (Kernel Station). Unit ini bertujuan untuk

memisahkan campuran antara cangkang, fibre dan inti sawit (kernel) yang keluar

dari screw press. Ampas yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji

Page 45: A11tgs

33

 

 

 

yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan. Kernel yang

terpisah akan masuk kedalam kernel silo sebelum masuk ke dalam kernel storage

bersuhu 60o - 70oC.

Stasiun penyimpanan (Storage Station). Stasiun ini merupakan tempat

akhir produk sebelum dipasarkan. Stasiun ini terdiri dari storage tank dan kernel

storage. Storage tank merupakan tangki penyimpanan minyak sawit sebelum

dikirim ke konsumen. Tangki ini dilengkapi dengan alat pemanas sistem coil yang

dipasang pada dasar tangki. Temperatur minyak dalam tangki dipertahankan pada

kisaran 45o - 55oC untuk menjaga kualitas minyak karena pada suhu kamar

minyak sawit akan berfasa semi padat dan hal in akan mempersulit pengiriman

dan dapat menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas. Kernel storage

merupakan tempat peyimpanan kernel sebelum dikirim ke konsumen. Kernel

storage dijaga dalam keadaan kering dan tidak lembab agar kernel tahan lama.

Pengendalian mutu. Pengawasan mutu tidak hanya dilakukan pada

produk siap jual, namun juga pada proses pengolahan produk itu sendiri. Selain

itu juga pengawasan dilakukan pada material material pendukung proses

pengolahan seperti pada pengawasan mutu air terutama air boiler. Dengan

dilakukannya pemeriksaan produk maka kehilangan minyak, kehilangan kernel

dan kerusakan alat karena mutu air ayng kurang baik dapat dikurangi. Standar

pabrik terhadap oil losses dan kernel losses disajikan dalam Tabel 9.

Table 9. Standar Oil Losses dan Kernel Losses Material Oil losses (%) Kernel losses (%)

Minyak dalam air rebusan / TBS 0.10 Minyak di USB/TBS 0.01 Minyak pada janjangan /TBS 0.26 Minyak dalam ampas press/BS 0.50 Minyak dalam nut/TBS 0.10 Minyak pada solid decanter/TBS 0.10 Minyak pada air decanter/TBS 0.30 Minyak tumpahan & Ex pencucian/TBS 0.03 Kernel di USB/TBS 0 Kernel dalam fibre cyclone/TBS 0.15 Kernel dalam dry shell 1/TBS 0.05 Kernel dalam dry shell 2 /TBS 0 Kernel dalam wet Shell/TBS 0.09

Total Losses 1.4 0.29 Sumber : Laboratorium PMKS Buatan Satu PT Inti Indosawit Subur

Page 46: A11tgs

34

 

 

 

Pengelolaan Limbah

Pengelolaan limbah merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan

di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Pengelolaan limbah terdiri atas dua

aspek yaitu penanganan limbah dan pemanfaatan limbah. Penanganan limbah

bertujuan untuk mengurangi daya cemar limbah, sedangkan pemanfaatan limbah

bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah yang akan dibuang.

Bentuk pengelolaan bervariasi sesuai dengan bentuk limbah yang dihasilkan

melalui proses pengolahan TBS di PMKS.

Limbah Padat (Janjangan Kosong). JJK merupakan produk sampingan

(by product) hasil pengolahan minyak kelapa sawit yang berasal dari sistem

sterilizer dan stripper. Penanganan JJK yang dihasilkan PMKS Buatan tidak lagi

dilakukan pembakaran dengan incenator. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

pembuangan CO2 keudara. Setiap ton TBS yang diolah akan menghasilkan JJK

antara 200 - 220 kg atau 20 - 22% dari TBS olah.

Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi satu kali pertahun. JJK diaplikasi

secara manual dan disusun dengan ukuran 11 x 8 buah JJK dengan dosis aplikasi

370 kg/tanaman atau 50 ton/ha (Gambar 2). JJK diecer dengan mengunakan

angkong dan diaplikasikan diantara 2 pokok (diluar piringan) dalam barisan

tanam. JJK diaplikasi satu lapis pada satu titik, apabila JJK yang diaplikasi lebih

dari satu lapis akan mendorong berkembangnya kumbang Oryctes pada tumpukan

JJK tersebut (Pasaribu dan Chenon, 2005). Standar kerja yang ditetapkan oleh

perusahaan adalah 10 titik (3.7 ton/HK) sedangkan prestasi kerja karyawan 11

titik (4.07 ton/HK) dan prestasi kerja penulis 3 titik (1.11 ton/HK).

Beberapa keuntungan aplikasi JJK pada areal pertanaman adalah sebagai

berikut:

1. Kaya sumber hara makro dan mikro

2. Unsur hara tersedia secara perlahan (untuk mengurangi losses)

3. Kaya sumber bahan organik

4. Meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah

5. Meningkatkan dan menstimulasi aktivitas mikroba tanah seperti bakteri, jamur,

cacing tanah dan serangga

6. Berfungsi sebagai penutup tanah dan menekan pertumbuhan gulma

Page 47: A11tgs

35

 

 

 

7. Meningkatkan dan mempertahankan kelembaban tanah

8. Menurunkan suhu tanah

9. Memperkecil erosi tanah, aliran dan pencucian hara

Gambar 2. Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit

JJK yang diaplikasikan ke lahan adalah JJK segar yang langsung dari

PMKS setelah TBS diolah. Prioritas pemberian JJK telah disurvei terlebih dahulu

oleh bagian R&D perusahaan. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam

pengaplikasian JJK adalah:

1. Areal teresan

2. Tanah mineral berstruktur ringan

3. Tanah datar sampai bergelombang

4. Terletak pada radius 10 km dari PMKS

Decanter Solid. Decanter solid (DS) adalah produk akhir dari proses

pengolahan TBS di PMKS yang memakai sistem decanter. Sistem decanter ini

berfungsi untuk memisahkan lumpur (sludge) dengan minyak. Decanter mampu

mengeluarkan 90% semua solid dan 20% solid terlarut dari minyak sawit.

Decanter solid dilepaskan dari decanter yang terdiri dari lumpur dengan

kelembaban yang tinggi (± 80%), minyak (2-3%) dan bersifat asam.

Pada PMKS di Kebun buatan PT Inti Indosawit yang menghasilkan DS

adalah PMKS Buatan I sedangkan PMKS Buatan II tidak menghasilkan solid

basah. DS dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara

Page 48: A11tgs

36

 

 

 

yang dibutuhkan oleh tanaman. Aplikasi DS di lahan dilakukan dengan

meletakkannya diatas rumpukan pelepah. Unsur hara yang terkandung dalam

decanter solid disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Unsur Hara yang Terkandung dalam Decanter Solid

Hara Utama Persentase Unsur Hara DS Basah Kesetaraan Pupuk Kisaran Rata rata (kg/ton)

Nitrogen (N) 0.418 - 0.519 0.472 10.3 kg urea Phosphorus (P) 0.036 - 0.050 0.046 3.3 kg Rp Potassium (K) 0.268 - 0.384 0.304 6.1 kg MOP Magnesium (Mg) 0.059 - 0.062 0.704 4.5 kg kieserit

Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Produksi DS pada PMKS Buatan I adalah 3% dari total TBS olah. Di

pabrik DS dibungkus ke dalam karung yang rata-rata beratnya 18 kg sebelum

diaplikasi di areal pertanaman. Tumpukan karung DS diangkut dengan dump truck

ke areal yang akan diaplikasi. DS diletakkan pada gawangan mati atau pada

tumpukan pelepah. Dosis yang digunakan adalah 72 kg/pokok (4 karung/pokok)

sedangkan dosis yang direkomendasikan pada SOP Asian Agri adalah 70

kg/pokok. Prestasi kerja karyawan sebesar 150 karung/HK (2.7 ton/HK)

sedangkan prestasi penulis sebesar 24 karung/HK (1.25 ton/HK).

Palm Oil Mill Effluent (POME). POME atau limbah cair yang dihasilkan

dari kegiatan industri pengolahan minyak kelapa sawit merupakan sisa dari proses

pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah cair PMKS Buatan

bersumber dari empat bagian pengolahan yaitu air buangan kondensat dari stasiun

perebusan, air buangan dari stasiun klarifikasi, air buangan hydrocyclone dari

stasiun pengolahan inti dan air buangan pencucian.

PMKS Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur menggunakan sistem land

application untuk memanfaatkan limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS. Sistem

land application merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan limbah cair dari

proses pengolahan minyak kelapa sawit. Limbah cair yang dihasilkan ditampung

dalam recovery tank yang kemudian dipompakan ke Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL).

Parameter yang dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah cair

pada PMKS Buatan adalah pH, BOD (Biological Oxygen Demand), COD

(Chemical Oxygen Demand), TDS (Total Dissolved Solid), Temperatur, minyak

Page 49: A11tgs

37

 

 

 

dan lemak. Parameter yang dipakai pada limbah cair industri kelapa sawit yaitu

BOD, COD, TSS, minyak dan lemak (Lubis, 1992),

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen hayati yang

diperlukan untuk merombak bahan organik yang sering digunakan sebagai tolak

ukur menentukan kualitas limbah. Semakin tinggi nilai BOD air limbah maka

daya saing dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima

semakin tinggi. persaingan semakin jelas terlihat pada badan penerima limbah

seperti sungai memiliki oksigen terlarut yang kecil akan tergantung kehidupan

biota jika dicemari dengan limbah. Nilai BOD biasa digunakan untuk menguji

kandungan bahan organik dengan reaksi biokimia.

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah oksigen yang diperlukan untuk

merombak bahan organik dan anorganik, sehingga COD lebih besar dari pada

nilai BOD. Parameter COD digunakan sebagai perbandingan atau kontrol

terhadap nilai BOD. Kandungan padatan limbah terdiri atas bahan organik maka

parameter yang digunakan adalah adalah BOD. BOD dan COD yang jauh lebih

tinggi dari baku mutu limbah cair akan membebani lingkungan. Oksigen yang

terlarut dalam badan air digunakan untuk menguraikan limbah tersebut sehingga

akan terjadi defisit oksigen.

Total Suspended Solid (TSS) menggambarkan padatan melayang dalam

cairan limbah. Pengaruh suspended solid lebih nyata dibandingkan dengan total

solid. Semakin tinggi TSS maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk

perombakan yang lebih tinggi (BOD), sehingga diupayakan TSS lebih kecil yaitu

dengan penyaringan, pengendapan atau penambahan bahan kimia flokulan.

Minyak dan Lemak dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan

pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses oksidasi pada

kondisi aerobik. Kandungan minyak dapat dihilangkan saat proses netralisasi

dengan penambahan NaOH dan membentuk sabun pada permukaan limbah.

Nitrogen total merupakan jumlah kandungan nitrogen dalam cairan

limbah. Semakin tinggi kandungan nitrogen dalam cairan limbah meyebabkan

keracunan pada biota sehingga parameter N-Total dicantumkan pada spesifikasi

mutu limbah.

Page 50: A11tgs

38

 

 

 

Derajat keasaman (pH) Cairan Limbah. Penempatan parameter pH 6-9

bertujuan agar mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak

terganggu dan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan badan

penerima seperti sungai yang secara umum digunakan sebagai badan penerima.

Keasaman limbah segar yang pH 4 perlu dinaikkan dengan penambahan alkali.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terdiri dari basculator untuk

menghitung debit air limbah, cooling pond untuk mendinginkan air limbah,

acidification pond untuk pengasaman air limbah , primary anaerobic pond untuk

proses biodegradasi air limbah dengan bakteri anaerobik, secondary anaerobic

pond untuk proses biodegradasi air limbah lebih lanjut, Emergency pond untuk

menampung luapan air limbah apabila terjadi hujan (Gambar 3). Layout IPAL

PMKS Buatan disajikan pada Lampiran 8. Bakteri yang digunakan untuk

merombak bahan organik yang terdapat pada air limbah adalah bakteri

thermophill. Bakteri ini aktif menghasilkan enzim yang dapat memecah

karbohidrat, protein, lemak atau bahan organik lainnya (Naibaho, 1998).

Gambar 3. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Air limbah yang telah diolah pada IPAL akan dialirkan ke perkebunan inti

sebagai pupuk. Pada perkebunan inti yang digunakan sebagai land application

telah dibuat flatbed untuk menampung air limbah hasil olahan IPAL yang

Page 51: A11tgs

39

 

 

 

letaknya di gawangan mati (Gambar 4). Pada PMKS Buatan I total areal yang

diaplikasi limbah cair seluas 240 ha terdiri dari 18 587 flatbed yang terbagi dalam

delapan blok. Pada PMKS Buatan II Total areal yang diaplikasi seluas 303 ha

terdiri dari 20 011 flatbed yang terbagi dalam 12 blok. Rotasi pengisian limbah

cair pada flatbed adalah tiga bulan (4 kali/tahun). Peta rotasi pengisian POME

pada PMKS Buatan I disajikan pada Lampiran 9.

Gambar 4. Flatbed di lapangan berisi limbah cair

Limbah cair mengandung bahan organik yang tinggi yang bermanfaat bagi

tanaman. Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik disajikan

dalam Tabel 11.

Tabel 11. Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik Hara Utama Kandungan Unsur Hara (%) Kesetaraan Pupuk (kg/ton POME)

N 0.07 1.52 kg Urea / 3.3 kg ZA P 0.02 0.7 kg RP K 0.17 2.8 Kg MOP

Mg 0.05 1.8 kg Kieserite Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Terdapat beberapa keuntungan POME land application yaitu:

a. Sebagai sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat digunakan

sebagai pupuk anorganik.

Page 52: A11tgs

40

 

 

 

b. Kandungan bahan organik yang tinggi dapat memperbaiki tekstur dan

meningkatkan kesuburan tanah.

c. Sebagai sumber air bagi tanaman terutama saat musim kering.

d. Mengurangi polusi yang ditimbulkan jika dibuang di badan sungai.

Lahan-lahan yang akan diaplikasi POME sebelumnya sudah ditentukan

oleh pihak R&D perusahaan. Adapun syarat-syarat lahan yang dapat diaplikasi

POME adalah sebagai berikut :

1. Lokasi dekat dengan areal pengolahan POME.

2. Kolam aplikasi harus berada diluar kawasan riparian/lindung dan memiliki

saluran tertutup/tidak berhubungan dengan badan air (sungai, danau, dll).

3. Air larian/run off dari daerah aplikasi tidak boleh masuk ke badan air atau

menuju kawasan pemukiman.

4. Kedalaman air tanah harus > 2 meter.

5. Tidak boleh dikawasan gambut, berpasir dan daerah banjir.

6. Permeabilitas lahan > 1.5 cm/jam dan < 15 cm/jam.

7. Jarak minimal 1 000 meter dari pemukiman.

8. Topografi lahan datar atau bergelombang.

Cangkang dan fibre. Cangkang merupakan produk ikutan dari hasil

pengolahan minyak kelapa sawit. Pada PMKS Kebun Buatan total cangkang yang

dihasilkan adalah sekitar 4-5% dari TBS olah. Cangkang yang dihasilkan oleh

PMKS 80% dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan 15 - 20% dijual keluar.

Selain untuk bahan bakar, cangkang kelapa sawit terkadang dimanfaatkan sebagai

bahan pengeras jalan.

Fibre adalah produk ikutan dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit.

fibre yang dihasilkan oleh PMKS Buatan sekitar 13% dari TBS olah. Seluruh

fibre yang dihasilkan oleh PMKS dimanfaatkan untuk umpan boiler.

Aspek Manajerial

Karyawan Non Staf

Dalam suatu perusahaan terdapat suatu sistem manajerial yang bertujuan

untuk menggerakkan perusahaan tersebut dalam mencapai target. Agar sistem

tersebut berjalan baik dan benar maka diperlukan dukungan dari sumber daya

Page 53: A11tgs

41

 

 

 

manusia yang handal dan memberikan kemajuan yang baik bagi perusahaan. Pada

bulan kedua selama magang penulis berstatus menjadi PHL, berikutnya berstatus

sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas

langsung terhadap kegiatan dari PHL di lapangan. Selain dalam hal mengatur dan

mengawasi kerja dari PHL agar kinerja PHL menjadi efektif, mandor juga harus

dapat memberikan motivasi positif kepada PHL agar kinerja PHL meningkat dan

bekerja sesuai dengan standar operasional perusahaan. Mandor bertanggung jawab

terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada Rencana

Kerja Harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan asisten

afdeling.

Setiap sore hari setelah selesai dari lapangan, mandor mengisi buku kerja

mandor yang berisi daftar hadir pekerja setelah selesai kegiatan dan prestasi kerja

yang diperolehnya pada hari itu, selain itu juga mengisi lembar attendance &

gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan yang

dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja harian

yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya.

Setiap pagi hari semua mandor mengikuti master morning bersama asisten

afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan

dilaksanakan, briefing tentang teknik aplikasi pekerjaan yang sesuai dengan

ketentuan perusahaan (SOP) dan melaporkan masalah yang dihadapi. Setelah itu

setiap mandor melakukan apel pagi bersama PHL untuk memberitahukan jenis

kegiatan yang dilaksanakan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan, setiap

mandor mengawasi pekerjaan secara langsung serta mengarahkan pekerja agar

bekerja lebih efektif, selesai dari lapangan, para mandor menghitung dan

melaporkan hasil pekerjaan meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas pekerjaan

kepada asisten afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar attendance

& gang activity. Selain itu, mandor juga mempunyai kewajiban mengurus

pengambilan material dan mempersiapkan tenaga kerja.

Mandor I. Posisi jabatan mandor I berada dibawah asisten afdeling.

Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan. Tugas

dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas dibandingkan dengan mandor-

mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol dan mengawasi

Page 54: A11tgs

42

 

 

 

semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I dapat menegur mandor lain jika

terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk

mengecek semua jenis kegiatan dan melaporkan masalah-masalah yang dihadapi

kepada asisten afdeling.

Kegiatan yang dilaksanakan penulis selama menjadi pendamping mandor

yaitu sebagai pendamping mandor pupuk, mandor semprot, mandor panen, dan

krani panen. Semua mandor tersebut berada di bawah mandor I.

Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan

blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat

permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten Afdeling, KTU dan Manajer

kebun, meminta kendaraan pengangkutan pupuk pada mandor transportasi,

menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk,

apel pagi untuk memberikan pengarahan kepada karyawan, mengawasi

pengambilan pupuk di gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari

gudang ke lapangan, mengontrol dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

pemupukan.

Mandor semprot. Penyemprotan merupakan salah satu dari kegiatan

pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia. Tugas mandor semprot

adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan asisten afdeling

dan asisten kepala, melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan

pengabsenan karyawan, mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi

penggunaan herbisida. Mandoran semprot di PT Inti Indosawit Subur dikepalai

oleh asisten kepala yang terdiri atas dua tim unit semprot (TUS) yang masing–

masing tim dikepalai oleh mandor. Tim tersebut dibedakan berdasarkan alat

semprot yang digunakan yaitu tim satu menggunakan alat semprot CDA

(Controlled Droplet Applicator) dan tim kedua menggunakan alat semprot

Knapsack sprayer. Sebelum kegiatan di lapangan, mandor semprot melakukan

apel pagi bersama karyawan mengisi absen karyawan, mengecek kelengkapan alat

pengaman diri (APD) karyawan, dan mempersiapkan larutan yang akan

disemprot. Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan dari

karyawan, setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil

Page 55: A11tgs

43

 

 

 

kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot

pada hari itu dan juga membuat RKH pada lembar RKH untuk kegiatan esok hari.

Mandor panen. Mandor panen di perusahaan ini terdiri atas 3 orang untuk

setiap Afdeling. Tugas mandor panen adalah membuat perencanaan areal seksi

panen yang harus dipanen atas persetujuan asisten afdeling, kemudian melakukan

apel pagi dengan karyawan, sambil memberikan pengarahan tentang standar

pelaksanaan panen dan juga mengingatkan kepada karyawan tentang keselamatan

kerja. Pada saat itu dilakukan juga pengabsenan karyawan untuk mengetahui

jumlah tenaga kerja pemanen. Setelah itu, mandor panen kemudian memberi

ancak kepada masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan panen di

lapangan. Setelah pelaksanaan pemanenan, mandor panen melaksanakan kegiatan

taksasi panen untuk memperkirakan jumlah TBS yang dapat dipanen esok hari

sehingga sebelum panen esok hari dapat ditentukan berapa anggota karyawan

yang dibutuhkan.

Krani buah. Tugas dari krani buah adalah mencatat jumlah TBS yang

dipanen oleh pemanen, selain itu juga krani buah bertugas untuk mengawasi mutu

buah yang ada di lapangan agar buah yang dipanen sesuai dengan kriteria matang

panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Krani buah mencatat data total buah

yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat total buah yang masak, buah

mentah, buah busuk dan buah abnormal yang dipanen oleh setiap pemanen, data

tersebut dicatat dalam buku krani panen. Krani buah berhak untuk menegur

pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Setelah selesai dari lapangan, maka krani panen mengisi lembar premi

potong buah harian untuk menentukan upah yang didapat oleh setiap pemanen.

Upah tersebut ditentukan berdasarkan jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen

pada hari itu. Apabila pemanen memotong buah yang melebihi basis maka

pemanen mendapat premi tetapi jika pemanen melakukan kesalahan seperti

memotong buah mentah dan tidak mengutip brondolan di piringan maka

dilakukan pemotongan terhadap upahnya pada hari itu.

Page 56: A11tgs

44

 

 

 

Karyawan Staf

Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling. Asisten

bertanggung jawab kepada Asisten Kepala, Estate Manajer dan General Manajer

(GM). Asisten bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja

serta target bulanan sesuai program kerja afdeling, selain itu juga mengevaluasi

hasil-hasil kegiatan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling,

melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masing–masing

mandor, dan melakukan administrasi afdeling yang dibantu oleh krani afdeling.

Sama halnya dengan asisten afdeling, asisten by product bertanggung

jawab kepada Asisten Kepala, Estate Manajer dan GM. Asisten by product

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengaplikasian limbah ke kebun.

Sebelum mengaplikasikan limbah ke areal afdeling tertentu, asisten by product

terlebih dahulu harus berkoordinasi dengan asisten afdeling.

Page 57: A11tgs

 

PEMBAHASAN

Pengolahan tandan buah segar (TBS) yang dilakukan PMKS menghasilkan

produk sampingan yang dikenal dengan limbah. Ada beberapa jenis limbah yang

dihasilkan JJK, decanter solid, POME, fibre dan cangkang. Limbah yang

dihasilkan memiliki potensi untuk dimanfaatkan kembali dengan pengelolaan

yang baik sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Selain dapat

dimanfaatkan kembali ke lahan, limbah yang dihasilkan juga dapat dijual pada

pihak luar seperti cangkang.

Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur memiliki dua Pabrik Minyak

Kelapa Sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan PMKS Buatan II yang masing-

masing memiliki kapasitas olah 60 ton/jam. Limbah yang dihasilkan oleh PMKS I

dan II disajikan dalam Tabel 12 dan 13.

Tabel 12. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan I

Bulan / tahun

TBS Proses (ton)

Janjangan Kosong

(ton)

Solid (ton)

POME (ton)

Cangkang (ton)

Fibre (ton)

Jan/2010 19 211 3 912 553 9 611 1 154 2 499 Feb/2010 16 411 3 325 475 8 206 985 2 133 Mar/2010 18 855 3 883 543 9 428 1 131 2 451 Apr/2010 19 135 3 985 554 9 568 1 148 288 Mei/2010 20 184 3 965 576 10 092 1 211 2 624 Jun/2010 25 269 5 054 721 12 635 1 516 3 285 Jul/2010 29 461 5 723 839 14 731 1 768 3 830 Agt/2010 29 428 6 131 835 14 714 1 766 3 826 Sep/2010 27 731 5 829 783 13 866 1 664 3 605 Okt/2010 29 222 6 274 825 14 611 1 753 3 799 Nov/2010 28 468 6 018 815 14 234 1 708 3 701 Des/2010 26 340 5 658 749 13 170 1 613 3 424 Jan/2011 24 310 5 108 689 12 155 1 470 3 160 Feb/2011 20 922 4 425 587 10 461 1 023 2 720 Mar/2011 24 391 5 073 824 12 196 1 082 3 171 Apr/2011 26 022 5 217 879 13 011 1 092 3 383 Mei/2011 29 567 5 853 1 044 14 784 1 275 3 844 TOTAL 414 927 85 433 12 559 207 473 23 359 51 743

Rata rata 24 408 5 026 739 12 204 1 374 3 044 Persentase 21% 3% 50% 6% 13% Sumber : PMKS Buatan I

Page 58: A11tgs

46

 

 

 

Tabel 13. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan II

Bulan/Tahun TBS Proses (ton) JJK (ton) POME

(ton) Cangkang

(ton) Fibre (ton)

Jan/2010 19 001 3 916 9 501 1 140 2 470 Feb/2010 14 871 3 149 7 436 892 1 933 Mar/2010 17 365 3 686 8 683 1 042 2 257 Apr/2010 17 024 3 431 8 512 1 021 2 213 Mei/2010 19 902 3 980 9 951 1 194 2 587 Jun/2010 24 854 4 971 12 427 1 491 3 231 Jul/2010 27 756 5 551 13 878 1 665 3 608 Agt/2010 28 783 5 979 14 392 1 727 3 742 Sep/2010 26 897 4 742 11 152 1 338 2 899 Okt/2010 30 026 6 302 15 013 1 802 3 903 Nov/2010 27 033 5 578 13 517 1 622 3 514 Des/2010 24 779 5 276 12 389 1 899 3 221 Jan/2011 22 303 4 742 11 152 1 338 2 899 Feb/2011 20 011 4 258 10 006 1 201 2 601 Mar/2011 23 312 4 880 11 656 1 399 3 031 Apr/2011 26 805 5 582 13 403 1 608 3 485 Mei/2011 31 506 6 339 15 753 1 890 4 096 TOTAL 402 228 82 362 198 821 24 269 51 690

Rata rata 23 661 4 845 11 695 1 428 3 041 Persentase 21% 49% 6% 13%

Sumber : PMKS Buatan II

Janjangan Kosong (JJK). JJK adalah salah satu produk sampingan (by

product) yang dihasilkan oleh Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). JJK yang

dihasilkan oleh PMKS Buatan sebesar 20 - 22% dari TBS olah atau 200 - 220

kg/ton. JJK yang dihasilkan oleh PMKS langsung diaplikasikan ke lahan. Aplikasi

JJK diletakkan di antara pokok tanaman dengan ukuran 8 x 11 JJK setara dengan

370 kg JJK/pokok. Pada areal yang diaplikasi JJK maka pelepah yang ditunas

diletakkan di gawangan mati sehingga membentuk leter “U” dengan JJK (Gambar

5).

JJK yang dihasilkan PMKS Buatan tidak seluruhnya diaplikasikan ke areal

Kebun Buatan, tetapi sebagian dibagikan ke Kebun Rantau Baru (KRB) dan

Kebun Plasma. Hal ini dilakukan karena tidak semua areal yang berada di Kebun

Buatan dapat diaplikasi JJK. Areal yang tidak dapat diaplikasi JJK adalah areal

rawa, areal yang akses jalannya sulit untuk dilalui dan areal yang jaraknya jauh

dari PMKS.

Page 59: A11tgs

47

 

 

 

Gambar 5. Layout aplikasi JJK di lahan

JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I & II yang diaplikasikan ke areal

Kebun Buatan disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14. JJK yang Diaplikasikan pada Kebun Buatan Bulan/Tahun PMKS Buatan I (ton) PMKS Buatan II (ton)

Jan/2010 - 2 896 Feb/2010 - 3 100 Mar/2010 3 599 Apr/2010 - 3 472 Mei/2010 - 3 906 Jun/2010 1 301 4 851 Jul/2010 - 5 294 Agt/2010 - 5 725 Sep/2010 56 5 509 Okt/2010 - 6 344 Nov/2010 - 5 287 Des/2010 - 5 086 Jan/2011 - 4 608 Feb/2011 - 3 902 Mar/2011 1 267 4 608 Apr/2011 2 269 5 082 Mei/2011 - 6 183

Total 4 893 79 452 Rata rata 1 223 4 674

Sumber : PMKS Buatan I & II

Rata-rata JJK yang dihasilkan PMKS Buatan I sebesar 5 026 ton/bulan dan

PMKS Buatan II sebesar 4 845 ton/bulan. Pekerja yang melakukan serak JJK

dibagi menjadi dua wilayah berdasarkan PMKS yang terdiri dari dua mandoran

 

Pasar rintis

Ket : Tanaman kelapa sawit

Titik aplikasi JJK

Rumpukan pelepah

Page 60: A11tgs

48

 

 

 

aplikasi JJK. Wilayah I (PMKS Buatan I) mengaplikasi JJK untuk Afdeling I, II

dan III. Wilayah II (PMKS Buatan II) mengaplikasi JJK untuk Afdeling IV, V dan

VI.

Jumlah pekerja yang melakukan serak JJK untuk wilayah I sebanyak 30

orang. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 10 titik/HK atau 3.7 ton/HK,

tetapi rata-rata prestasi yang dapat dicapai pekerja sebesar 12 titik/HK atau 4.44

ton/HK. Berikut adalah perhitungan total JJK yang dapat diaplikasi ke areal

berdasarkan prestasi pekerja.

Total aplikasi JJK/hari = 30 HK/hari x 4.44 ton/HK

= 133.2 ton/hari

Total aplikasi JJK/bulan = 133.2 ton/hari x 25 hari/bulan

= 3 330 ton/bulan

Jumlah pekerja yang melakukan serak JJK pada wilayah I sudah efektif

untuk melakukan aplikasi JJK di lahan. Berdasarkan prestasi tenaga kerja yang

melakukan serak JJK, total JJK yang dapat diserak untuk Wilayah I dalam satu

bulan sebesar 3 330 ton sedangkan rata-rata JJK yang dikirim PMKS I ke areal

Kebun Buatan sebesar 1 223 ton/bulan. Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan

prestasi tenaga kerja tidak terdapat kemungkinan restan JJK karena JJK yang

dikirm oleh PMKS I seluruhnya dapat teraplikasi di lahan.

Jumlah pekerja yang melakukan serak JJK untuk wilayah II sebanyak 48

tetapi rata-rata yang hadir setiap hari 42 orang. Rata-rata prestasi yang dapat

dicapai oleh pekerja adalah 11 titik/HK atau 4.07 ton/HK. Berbeda dengan

Wilayah I, rata-rata prestasi yang dapat dicapai sebesar 12 titik/HK karena areal

pada Wilayah I lebih datar dari pada areal Wilayah II. Berikut adalah perhitungan

total JJK yang dapat diaplikasi ke areal berdasarkan prestasi pekerja.

Total aplikasi JJK/hari = 42 HK/hari x 4.07 ton/HK

= 170.94 ton/hari

Total aplikasi JJK/bulan = 170.94 ton/hari x 25 hari/bulan

= 4 273.5 ton/bulan

Total JJK yang dapat diaplikasi berdasarkan prestasi pekerja pada Wilayah

II sebesar 4 273.5 ton/bulan sedangkan rata-rata JJK yang dikirim ke areal sebesar

4 674 ton/bulan. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa JJK yang dikirim oleh

Page 61: A11tgs

49

 

 

 

PMKS II lebih banyak dibandingkan dengan kemampuan pekerja untuk menyerak

JJK tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pada Wilayah II dapat terjadi restan JJK

sebesar 400.4 ton/bulan. Oleh sebab itu, pada Wilayah II perlu adanya

penambahan tenaga kerja aplikasi JJK dan perlu memberikan motivasi kepada

pekerja agar dapat meningkatkan prestasi kerjanya.

Pada umumnya JJK yang restan di lahan terletak pada pinggir jalan. Hal

ini akan berakibat pada kerusakan jalan karena JJK tersebut dapat menahan air

dan membuat badan jalan menjadi lembab dan remah. Apabila kondisi jalan

seperti ini dilalui oleh alat trasportasi misalnya dump truck akan menyebabkan

jalan berlubang dan dalam jangka waktu yang lama akan mengganggu kegiatan

produksi.

JJK merupakan limbah yang banyak mengandung bahan organik yang

berguna bagi tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam JJK cukup banyak,

oleh sebab itu pemanfaatan JJK dimaksudkan sebagai pupuk. Unsur hara yang

terkandung dalam JJK disajikan dalam Tabel 1.

Total rata-rata JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan adalah 9 871

ton/bulan atau sekitar 118 452 ton/tahun. Berikut adalah perhitungan kesetaraan

pupuk anorganik pertahun yang dapat dihasilkan seluruh JJK:

Urea (N) = 118 452 ton/tahun x 8 Urea kg/ton

= 947 616 Urea kg/tahun

= 948 Urea ton/tahun

RP (P) = 118 452 ton/tahun x 2.90 RP kg/ton

= 343 510.8 RP kg /tahun

= 344 RP ton/tahun

MOP (K) = 118 452 ton/tahun x 18.30 MOP kg/ton

= 2 167 671.6 MOP kg/tahun

= 2 168 MOP ton/tahun

Kieserit (Mg) = 118 452 ton/tahun x 5 Kieserit kg/ton

= 592 60 Kieserit kg/tahun

= 593 Kieserit ton/tahun

Dari data diatas terlihat bahwa JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I

& II dapat menyubtitusi penggunaan pupuk anorganik. Unsur hara yang paling

Page 62: A11tgs

50

 

 

 

banyak terkandung dalam JJK adalah Kalium (K) dan Nitrogen (N). JJK yang

dihasilkan PMKS Buatan I dan II dapat menyubtitusi penggunaan pupuk MOP

sebesar 2 168 ton/tahun, 948 Urea ton/tahun, 593 Kieserit ton/tahun dan 344 RP

ton/tahun.

Dosis yang direkomendasikan untuk aplikasi JJK adalah 370 kg/tanaman

(50 ton/ha) maka total luasan yang dapat diaplikasi JJK sebesar 2 369 ha atau

sekitar 43% dari seluruh luas kebun (luas kebun sebesar 5 549 ha). Namun JJK

yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I dan II tidak seluruhnya diaplikasi di lahan

Kebun Buatan. Hal ini dikarenakan ada sebagian lahan yang merupakan daerah

rawa dan letaknya yang jauh dari PMKS.

Palm Oil Mill Effluent (POME). POME merupakan hasil sampingan (by

product) dari pengolahan TBS di PMKS yang jumlahnya mencapai 50% dari TBS

olah. Seluruh POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan dimanfaatkan ke kebun

inti dengan cara land application. POME yang dialirkan ke kebun ditampung

dalam flatbed yang sudah tersedia di kebun.

Gambar 6. Layout flatbed pada lahan aplikasi POME

Ukuran standar flatbed yang ditetapkan adalah panjang 7 m, lebar 1.5 m

dan dalam 0.6 m. Flatbed terletak di gawangan mati sehingga pada lahan yang

diaplikasi POME rumpukan pelepah disusun di antara pokok (Gambar 6). Rotasi

pengaliran POME tiga bulan dan hanya sekitar 80% flatbet yang dapat diisi. Hal

ini dilakukan untuk mengantisipasi luapan volume flatbed apabila terjadi hujan.

Page 63: A11tgs

51

 

 

 

Hasil pengamatan rata-rata ukuran dan volume flatbed Wilayah I dan II disajikan

dalam Tabel 15 dan 16.

Tabel 15. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah I

Blok Panjang (m) Lebar (m) Dalam (m)

volume (m)

Jumlah Flatbed

V Efektif Flatbed

80% (m3) B90a 3.08 1.70 0.63 3.28 1 081 2 837.54 B89a 6.90 1.44 0.64 6.32 4 683 23 677.25 B90b 3.44 1.63 0.64 3.59 3 736 10 729.79 B89b 8.99 2.47 0.65 14.33 1 722 19 741.00 B90d 6.52 1.63 0.66 7.03 1 015 5 708.36 C89a 3.46 1.56 0.57 3.06 5 278 12 920.54 C89b 3.66 1.65 0.61 3.68 464 1 366.02 C88c 3.67 1.64 0.60 3.60 608 1 751.04

Total 18 587 78 731.54 Ket : Pengamatan dilakukan pada 10 flatbed/blok

Tabel 16. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah II

Blok Panjang (m)

Lebar (m)

Dalam (m)

volume (m)

Jumlah Flatbed

V Efektif Flatbed

80% (m3) D91c 6.20 1.21 0.65 4.85 130 504.4 A91f 3.87 1.37 0.61 3.19 3 304 8 431.81 A91c 3.84 2.30 0.61 5.41 1 400 6 059.2 A91b 3.08 1.42 0.49 2.14 684 1 171.01 A91e 2.23 1.49 0.53 1.76 5 126 7 217.41 A90c 3.14 1.52 0.57 2.70 1 923 4 153.68 A90b 3.68 1.70 0.59 3.68 847 2 493.57 A91d 6.74 1.99 0.64 8.57 1 607 11 017.59 D91d 6.18 1.20 0.64 4.72 2 579 9 738.3 D91e 6.91 1.27 0.61 5.33 1 681 7 167.78 A90a 6.91 1.36 0.56 5.21 730 3 042.64

Total 20 011 60 997.39 Ket : Pengamatan dilakukan pada 10 flatbed/blok

Dari data di atas maka total POME yang dapat ditampung oleh flatbed

yang terdapat di lahan adalah sebagai berikut:

Wilayah I

Total Volume Efektif = 78 731.54 m3

= 78 731 540 liter

Total POME = Total volume efektif x Massa jenis limbah

Page 64: A11tgs

52

 

 

 

= 78 731 540 liter x 0.999 kg/liter

= 78 652 808 kg

= 78 653 ton

Wilayah II

Total Volume Efektif = 60 997.39 m3 = 60 997 390 liter

Total POME = Total volume efektif x Massa jenis limbah

= 60 997 390 liter x 0.999 kg/liter

= 60 936 393 kg

= 60 936 ton

Dari data di atas diperoleh bahwa total POME yang dibutuhkan untuk

dapat mengisi flatbed secara efektif adalah 78 653 ton (Wilayah I) dan 60 936 ton

(Wilayah II). Pengisian flatbed dilakukan dengan rotasi tiga bulan yang berarti

dalam satu tahun pengisian dilakukan 4 kali pada flatbed yang sama. Rata-rata

PMKS Buatan I menghasilkan 12 204 ton/bulan atau 36 612 ton/3bulan dan

PMKS Buatan II menghasilkan 11 695 ton/bulan atau 35 086 ton/3bulan. Hal ini

berarti bahwa semua limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik dapat ditampung

pada flatbed yang tersedia. Namun limbah yang dihasilkan oleh PMKS belum

mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed yang tersedia. Hal ini akan berdampak

banyak flatbed yang tidak terisi dan rotasi pengaliran bisa mencapai 6 bulan.

POME dialirkan dengan pipa paralon yang sudah terpasang di dalam

tanah. Pipa tersebut tersambung dengan pompa yang terdapat di Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). Rata-rata volume yang dialirkan oleh PMKS

Buatan I dan II disajikan dalam Tabel 17.

Berdasarkan rata-rata volume air limbah yang dialirkan, diperoleh rata-rata

jumlah POME yang dialirkan 15 787 m3/bulan atau 47 361 m3/3bulan untuk

Wilayah I dan 14 121 m3/bulan atau 42 363 m3/3bulan untuk Wilayah II. Hal ini

berarti dalam satu rotasi rata-rata POME yang dialirkan sebesar 47 314 ton

(Wilayah I) dan 42 321 ton (Wilayah II). Jumlah yang dialirkan oleh PMKS

Buatan I dan II belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed yang tersedia di

lahan. Hal ini akan berakibat rotasi pengaliran dapat mencapai 4-5 bulan.

Page 65: A11tgs

53

 

 

 

Tabel 17. Rata rata Volume Limbah Cair (POME) yang Dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II

Bulan - tahun PMKS I (m3) PMKS II (m3) Jan-11 17 802 14 286 Feb-11 13 320 14 325 Mar-11 14 267 13 834 Apr-11 17 758 14 039 Total 63 147 56 484

Rata rata 15 787 14 121 Sumber: PMKS Buatan I dan II

POME dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Terdapat tiga

keuntungan penggunaan limbah cair sebagai pupuk, yaitu mengurangi biaya

pengolahan limbah sebesar 50-60%, menghemat penggunaan pupuk sekitar 50%

dan meningkatkan produktivitas sebesar 27% (Didu, 2006). Kesetaraan nilai unsur

hara POME dengan pupuk anorganik disajikan dalam Tabel 11.

Total rata-rata POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I & II sebesar

23 899 ton/bulan atau sekitar 286 788 ton/tahun. Berikut adalah perhitungan

kesetaraan pupuk anorganik pertahun dari pengaplikasian POME ke lahan.

Urea (N) = 286 788 ton/tahun x 1.52 Urea kg/ton

= 435 917.76 Urea kg/tahun

= 436 Urea ton/tahun

ZA (N) = 286 788 ton/tahun x 3.3 ZA kg/ton

= 946 400.4 ZA kg/tahun

= 946 ZA ton/tahun

Rp (P) = 286 788 ton/tahun x 0.7 RP kg/ton

= 200 751.6 RP kg/tahun

= 201 RP ton/tahun

MOP (K) = 286 788 ton/tahun x 2.8 MOP kg/ton

= 803 006.4 MOP kg/tahun

= 803 MOP ton/tahun

Kieserit (Mg) = 286 788 ton/tahun x 1.8 Kieserit kg/ton

= 516 218.4 Kieserit kg/tahun

= 516 Kieserit ton/tahun

Page 66: A11tgs

54

 

 

 

Aplikasi POME pada kebun inti dapat menyubtitusi penggunaan pupuk

anorganik. POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I dan II dapat mengurangi

beban pemupukan anorganik sebesar 946 ZA ton/tahun, 201 RP ton/tahun, 803

MOP ton/tahun dan 516,23 Kieserit ton/tahun.

Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Dosis Pupuk

Penggunaan limbah PMKS sebagai pupuk organik diharapkan dapat

mengurangi penggunaan pupuk anorganik. JJK dan POME merupakan limbah

PMKS yang dihasilkan dalam jumlah besar dan mengandung unsur hara yang

banyak. Unsur hara makro yang terkandung dalam JJK dan POME adalah N, P, K

dan Mg. Pengurangan penggunaan pupuk anorganik dapat dilihat dari pemberian

dosis pupuk tanaman per tahun. Dosis pupuk ZA, MOP, RP dan dolomit pada

blok tanpa aplikasi limbah (E91f), aplikasi JJK (D91a) dan aplikasi POME (A91e)

dari tahun 2009-2009 disajikan dalam Gambar 7, 8, 9 dan 10.

Gambar 7. Dosis pupuk ZA pada blok E91f, D91a dan A91e

Berdasarkan hasil pengamatan pada penggunaan dosis pupuk tanaman,

blok E91f menunjukkan penggunaan dosis pupuk ZA yang lebih banyak dari pada

blok D91a dan A91e. pada tahun 2009 dosis pupuk ZA pada blok E91 sebesar 3

kg, tahun 2010 dosisnya 4.5 kg dan tahun 2011 sebesar 3.75 kg. Blok D91a pada

tahun 2009 dosis pupuk ZA sebesar 2 kg, tahun 2010 sebesar 2.25 kg dan pada

tahun 2011 sebesar 2 kg. Blok A91e menunjukkan pengurangan dosis pupuk yang

Page 67: A11tgs

55

 

 

 

sangat signifikan. Tahun 2009 dosis pupuk ZA pada blok A91e sebesar 2.25 kg

dan pada tahun 2011 blok ini tidak lagi diberikan pupuk anorganik.

Gambar 8. Dosis pupuk MOP pada blok E91f, D91a dan A91e

Gambar 9. Dosis pupuk RP pada blok E91f, D91a dan A91e

Dosis pupuk MOP tahun 2009 pada blok E91f 1.5 kg, tahun 2010 sebesar

2.25 kg dan tahun 2011 dosis pupuknya berkurang menjadi 0.75 kg. Pemberian

dosis pupuk MOP pada blok E91f lebih besar dari blok D91a dan A91e. Dosis

pupuk MOP tahun 2009 dan 2010 pada blok D91a sebesar 1 kg dan tahun 2011

sebesar 0.5 kg sedangkan pada blok A91e dari tahun 2009 sampai 2011 tidak lagi

diberikan pupuk MOP. Hal ini karena kebutuhan Kalium (K) pada tanaman

seluruhnya sudah dapat diperoleh dari aplikasi POME di lahan.

Page 68: A11tgs

56

 

 

 

Gambar 10. Dosis pupuk dolomit pada blok E91f, D91a dan A91e

Pemberian pupuk RP juga menunjukkan bahwa dosis pupuk blok E91f

lebih besar dari blok D91a dan A91e. Tahun 2009 dosis pupuk pada blok E91f

sebesar 1.5 kg , blok D91a 0.75 kg dan blok A91e 1.5 kg. Tahun 2010 dosis

pupuk pada blok E91f sebesar 1.5 kg, blok D91a 0.5 kg dan blok A91e 0.5 kg.

Tahun 2011 dosis pupuk pada blok E91f 1 kg, blok D91a 0.75 kg dan blok A91e

tidak lagi diberikan pupuk RP karena sudah terpenuhi dari pemberian POME.

Pemberian pupuk dolomit pada blok E91f lebih besar dari blok D91a dan

A91e. Tahun 2009 dosis pupuk pada blok E91f sebesar 2 kg, blok D91a 1 kg dan

blok A91e 2 kg. Tahun 2010 dosis pupuk dolomit pada Blok E91f 3 kg, blok

D91a 1.5 kg dan blok A91e 2 kg. Tahun 2011 dosis pupuk blok E91a 3 kg, blok

D91a sebesar 1 kg dan blok A91e tidak lagi diberikan pupuk dolomit.

Pengurangan Pupuk Anorganik dari Aplikasi JJK dan POME

Aplikasi JJK dan POME pada areal diharapkan dapat mengurangi

penggunaan pupuk anorganik dan biaya pemupukan. Luas kebun inti 5 549 ha

dengan populasi perhektarnya 136 pokok (jarak tanam 9.2 x 9.2 x 9.2 m) sehingga

total populasi pada kebun inti 754 664 tanaman. Dosis pupuk ZA pada lahan yang

tidak diaplikasi JJK dan POME tahun 2011 sebesar 3.75 kg/tahun sehingga total

pupuk ZA yang dibutuhkan sebesar 2 830 ton/tahun. Setiap tahun PMKS Buatan I

dan II mengirim JJK sebesar 70 764 ton setara dengan 566 ton Urea atau 849 ton

ZA. Total POME yang dialirkan PMKS Buatan I dan II per tahun sebesar 358 728

Page 69: A11tgs

57

 

 

 

ton setara dengan 1 184 ton ZA. Total kesetaraan pupuk ZA yang yang dihasilkan

dari aplikasi JJK dan POME 1 750 ton sehingga dapat menyubtitusi 70% dari

seluruh kebutuhan pupuk ZA.

Dosis pupuk MOP tahun 2011 pada lahan yang tidak diaplikasi JJK dan

POME 0.75 kg/tahun sehingga total pupuk MOP yang dibutuhkan sebesar 566

ton. Kesetaraan pupuk MOP yang dihasilkan dari pengaplikasian JJK sebesar 1

295 ton dan POME sebesar 1 004 ton. Hal ini menunjukkan bahwa dari

pengaplikasian JJK dan POME kebutuhan pupuk MOP dapat seluruhnya

disubtitusi. Dampak ini terlihat nyata dari lahan yang diaplikasi POME tidak lagi

diberikan pupuk MOP.

Dosis pupuk RP tahun 2011 pada lahan yang tidak diaplikasi limbah

sebesar 1 kg/tahun sehingga total pupuk RP yang dibutuhkan 755 ton/tahun.

Kesetaraan pupuk RP yang dihasilkan dari pengaplikasian JJK sebesar 205 ton

dan POME 251 ton sehingga total kesetaraan pupuk RP yang dapat dihasilkan dari

aplikasi JJK dan POME 456 ton. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi JJK dan

POME dapat menyubtitusi 60% dari seluruh kebutuhan pupuk RP.

Dosis pupuk dolomit pada tahun 2011 pada lahan yang tidak diaplikasi

limbah sebesar 3 kg/tahun sehingga total pupuk dolomit yang dibutuhkan 2 263

ton/tahun. Aplikasi JJK dan POME menghasilkan kesetaraan pupuk dolomit

sebesar 2 000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi JJK dan POME dapat

menyubtitusi 88% dari seluruh kebutuhan pupuk dolomit.

Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Produktivitas dan BJR

Perbaikan sifat tanah dari aplikasi JJK berpengaruh terhadap peningkatan

produksi TBS. Aplikasi 40 ton JJK/ha yang dikombinasikan dengan 60% dosis

pupuk urea dan RP dari standar kebun dapat meningkatkan produksi TBS sebesar

34% dari perlakuan standar (Mangoensoekardjo, 2005). Pemupukan pada lahan

aplikasi JJK lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemupukan standar

tanpa aplikasi JJK, yaitu produksi meningkat sebesar 35% lebih tinggi

dibandingkan dengan pemupukan standar kebun (Erningpraja et al., 1995).

POME mengandung unsur hara banyak unsur hara sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan POME sebagai pupuk juga

Page 70: A11tgs

58

 

 

 

dapat mengurangi pencemaran air sungai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh PPKS, dosis limbah cair kelapa sawit 12.66 ECH/bulan yang dikombinasikan

dengan 50% pupuk anjuran menunjukkan hasil 36% di atas kontrol

(Darmosarkoro, 2003).

Aplikasi limbah pada areal kebun selain untuk pengurangan pupuk organik

juga diharapkan berpengaruh terhadap produksi. Untuk melihat pengaruh aplikasi

limbah terhadap produksi maka dilakukan analisis dengan membandingkan

produktivitas dan bobot janjang rata-rata (BJR) dari 3 blok. Blok yang digunakan

adalah E91f (tahun tanam 1991) tanpa aplikasi limbah, D91a (tahun tanam 1991)

dengan aplikasi JJK dan A91e (tahun tanam 1991) dengan aplikasi POME. Data

produksi diambil dari tahun 2004 sampai 2010. Analisis dilakukan dengan

menggunakan uji-t berdasarkan blok yang diaplikasi limbah dengan blok yang

tidak diaplikasi limbah. Hasil uji-t terhadap produktivitas dan BJR disajikan pada

Lampiran 10 dan 11. Pengaruh produktivitas dan dan BJR disajikan dalam Tabel

18 dan 19.

Tabel 18. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas Variabel Perbandingan Nilai Tengah (ton/ha) P-Value Blok E91f D91a A91e

E91f dengan D91a 21.20 23.45 - 0.190 E91f dengan A91e 21.20 - 23.28 0.223

Keterangan : tidak berpengaruh nyata pada taraf 0.05

Tabel 19. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap BJR Variabel Perbandingan Nilai Tengah (kg) P-Value Blok E91f D91a A91e

E91f dengan D91a 18.86 19.93 - 0.425 E91f dengan A91e 18.86 - 21.45 0.072

Keterangan : tidak berpengaruh nyata pada taraf 0.05

Dari data di atas menunjukkan aplikasi JJK dan POME menghasilkan

produktivitas dan BJR yang tidak berbeda nyata dengan areal yang tidak

diaplikasi JJK dan POME. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan kultur teknis,

pemeliharaan dan pengelolaan tenaga kerja pada ketiga blok tersebut.

Dampak Aplikasi Limbah Terhadap Kualitas Air

Pemanfaatan kembali limbah PMKS sebagai pupuk organik diharapkan

tidak berdampak negatif bagi kualitas air. Pengamatan dan pengambilan sampel

Page 71: A11tgs

59

 

 

 

air tanah dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi limbah cair terhadap

pencemaran kualitas air tanah. Pengambilan sampel dari satu sumur pantau (SP)

di lahan kontrol dan tiga SP di lahan aplikasi. Hasil pemerikasaan kualitas air

pada SP lahan kontrol, SP1, SP2 dan SP3 disajikan pada Lampiran 12, 13, 14 dan

15.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan mengenai baku mutu air maka

pH SP lahan kontrol, SP1, SP2 dan SP3 lahan aplikasi di atas ambang baku mutu.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pH air tanah pada SP lahan kontrol, SP1, SP2

dan SP3 lahan aplikasi sebesar 4.47, 5.74, 5.75 dan 5.36 sedangkan pH yang

ditetapkan pemerintah sebesar 6.5 - 9.0. Air tanah pada lahan kontrol dan lahan

aplikasi menunjukkan masih bersifat asam dan belum sesuai dengan peraturan

yang ditetapkan. Namun kandungan logam air tanah yang terdapat pada SP lahan

kontrol, SP1, SP2 dan SP3 lahan aplikasi sudah sesuai dengan mutu baku yang

ditetapkan.

Pemeriksaan kualitas air juga dilakukan pada daerah bendungan air/waduk

yang merupakan sumber air bagi warga sekitar. Hasil pemeriksaan kualitas air

pada down stream dan up stream disajikan pada Lampiran 16 dan 17. Hasil

analisis menunjukkan bahwa pH air tanah masih berada di atas ambang baku

mutu. Derajat keasaman (pH) pada daerah down stream dan up stream sebesar

4.74 dan 4.63 yang berarti masih bersifat asam dan belum sesuai dengan standar

yang ditetapkan. Selain pH, kandungan amoniak, besi dan belerang juga masih

berada di atas ambang baku mutu. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus

sehingga pemanfaatan limbah cair tidak memberikan dampak negatif bagi

lingkungan khususnya terhadap kualitas air.

Page 72: A11tgs

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit

Subur telah pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan

pengelolaannya. Penulis memperoleh pengalaman keterampilan kerja sebagai

PHL, mandor dan pendamping asisten dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik

secara teknis maupun manajerial

Pengelolaan JJK di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur pada Wilayah I

sudah efektif dimana tidak ada JJK yang restan di jalan. Jumlah JJK yang dikirim

oleh PMKS Buatan I dapat teraplikasi seluruhnya di lahan berdasarkan prestasi

tenaga kerja. Pengelolaan JJK pada Wilayah II kurang efektif dimana restan JJK

masih berpotensi. Hal ini karena prestasi tenaga kerja yang melakukan serak JJK

lebih kecil dari pada jumlah JJK yang dikirim oleh pabrik.

Pengelolaan POME pada Kebun Buatan kurang efektif dimana rotasi

pengaliran POME lebih dari tiga bulan. Total POME yang dapat ditampung dalam

flatbed yang tersedia di lahan lebih besar dari POME yang dihasilkan oleh PMKS

Buatan I dan II. Hal ini berdampak pada banyaknya flatbed yang tidak terisi dan

rotasi pengaliran POME dapat mencapai 4-6 bulan.

Pemanfaatan JJK dan POME sebagai pupuk organik dapat mengurangi

penggunaan pupuk ZA, RP dan dolomit berturut-turut sebesar 70%, 60% dan 88%

dari seluruh total kebutuhan pupuk. Aplikasi JJK dan POME menghasilkan

produktivitas dan BJR yang tidak berbeda nyata dengan areal yang diaplikasi

pupuk anorganik.

Saran

Pengelolaan JJK pada Wilayah II perlu adanya penambahan tenaga kerja

serak JJK dan memberikan motivasi kepada tenaga kerja agar dapat meningkatkan

prestasi kerjanya. Dengan demikian, restan JJK dapat teratasi. Jumlah flatbed

yang terdapat pada pada areal perlu dilakukan peninjauan kembali agar rotasi

pengaliran POME tidak terlalu panjang.

Page 73: A11tgs

 

DAFTAR PUSTAKA

Asian Agri. 2010. Agricultural Policy Manual. Asian Agri. Medan. 427 hal Buana, L., dan D. Sihaan. 2000. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian

Kelapa Sawit. Medan. 2000. 152 hal Buana, L., dan D. Sihaaan. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 114 hal Darmosarkoro, W., E. S. Sutarta, dan Winarna. 2003. Teknologi Pemupukan

Kelapa Sawit. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Hal 113-132. Dalam: W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, Winarna (Eds). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Didu, M. S. 2006. Pengembangan Agroindustri Berbasis Teknologi: Upaya

Meningkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk. http://www.mma.ipb.ac.id. [25 Oktober 2010]

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Areal Perkebunan Seluruh Indonesia

MenurutPengusahaan.http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/komoditiutama/8-Kelapa%20Sawit [22 Oktober 2010]

Erningpraja, L., Z. Poelongan, dan P. L. Tobing. 1995. Prospek pemanfaatan

Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Untuk Perkebunan Kelapa. Balai Penelitian Perkebunan. Medan. 11 hal

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit.

Penebar Swadaya. Jakarta. 166 hal Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Bandar Kuala. 385 hal Mangoensoekarjo, S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. 605 hal. Naibaho, P. M dan P. L Tobing. 1988. Pengendalian Limbah Pabrik Minyak

Sawit dan Karet. Prosiding Seminar Nasional. Balai Penelitian Perkebunan. Medan. Vol. I: 46-56

Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu dan Hilir. Penebar

Swadaya. Jakarta. 412 hal Pasaribu, H., dan R. D. Chenon. 2005. Strategi Pengendalian Hama Oryctes

rhinoceros di PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF GROUP). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 102-112

Page 74: A11tgs

62

 

 

 

Said, E. G. 1994. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit. Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan. Bogor. 188 hal

Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65

hal Setyamidjaja, D. 2006. Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.

Kanisius. Yogyakarta. 127 hal Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peran unsur

hara pada lahan pemupukan kelapa sawit, Hal. 81-92. Dalam : W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan

Tobing, P.L dan Darmoko. 1992. Penetapan kualitas limbah cair pabrik minyak

sawit dengan pengujian sederhana. Berita Penelitian Perkebunan 2 (3): 145-150

Page 75: A11tgs

 

LAMPIRAN

Page 76: A11tgs

 

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan Penulis Karyawan Standar

28-02-11 Tiba di Lokasi Magang - - - 01-03-11 Orientasi Lokasi - - - 02-03-11 Pemupukan Dolomit 42 until 32 until 25 until B90c Dosis 2 kg/pokok 03-03-11 Serak Janjangan Kosong 7 titik 12 titik 10 titik B90c Ukuran titik 8 x 11 JJK 04-03-11 Dongkel Anak Kayu (DAK) 1 ha 1.5 ha 1.5 ha B90b 07-03-11 Servis Gorong Gorong 1 buah 1 buah 3 buah B90b

08-03-11 Semprot Herbisida (CDA) 3 ha 5 ha 5 ha C88C - Gulma sasaran Asystasia dan rumput - Nama Dagang Bionasa dan Starane - Bahan Aktif Glifosat dan Floroksipir

09-03-11 Semprot Herbisida (RB 15) 3 ha 3 ha 3 ha A90d - Gulma Sasaran Pakis dan Kentosan - Nama Dagang Gromoxon dan Trapp - Bahan Aktif paraquat dan metilmetsufuron

10-03-11 Pemanenan - 66 TBS 50 TBS B90d Penulis membantu mengutip brondolan dan dan membawa TBS ke TPH

11-03-11 Taksasi dan pemeriksaan hanca - - - B91a 12-03-11 Taksasi dan pemeriksaan hanca - - - B89a 14-03-11 Sensus Thinning Out (TO) 22 TPP 22 TPP 21-27 TPP B89b 15-03-11 Penebangan tanaman TO - - - B89b 16-03-11 Pemupukan Dolomit 50 until 50 until 50 until B90a Dosis 1 kg/ka 17-03-11 Simulasi Leaf Sampling Unit - - - B90d Dilakukan bersama tim HRD kebun 18-03-11 Dongkel Anak Kaya (DAK) 1 ha 1.5 ha 1.5 ha B91d

Page 77: A11tgs

65

 

 

 

Lampiran 1. (Lanjutan)

Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan Penulis Karyawan Standar

19-03-11 Penunasan - 40 pokok 40 pokok B90d Rotasi penunasan 1.3 kali/tahun 21-03-11 Pengorekan Flatbed 10 m 10 m 10 m C89a Rotasi pengorekan 2 kali/tahun 22-03-11 Sensus Ulat Api 1 blok 1 blok 1 blok B89a 23-03-11 Pemupukan ZA 42 until 26 until 25 until B90c Dosis 2 kg/pokok 24-03-11 Pemupukan ZA 42 until 26 until 25 until B90c Dosis 2 kg/pokok 25-03-11 Pemupukan ZA - 26 25 B90c Dosis 2 kg/pokok 26-03-11 Sensus Ulat Api 1 blok 1 blok 1 blok B91b 28-03-11 Aplikasi Solid Basah - 2.7 ton 2.7 ton B91d Dosis 72 kg/pokok 29-03-11 Sensus Ulat Api 1 blok 1 blok 1 blok B91d 30-03-11 Penunasan 21 pkk 40 pkk 40 pkk B89a 31-03-11 Pemanenan - 58 TBS 50 TBS B91a

Page 78: A11tgs

66

 

 

 

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

Tanggal Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan Jumlah

KHL yang diawasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

01-04-11 Mandor Panen 13 99 7 B90b Pekerja ditransfer ke mandoran C dan D Permasalahan : Pemanen tidak memotong pelepah dibawah TBS Taksasi Produksi - - - B90c Jlh pokok sampel : 420 pokok Buah Matang : 69 % Kematangan : 16% Jumlah Pokok = 7 012 Jumlah jjg masak : 7 012 x 16 = 1 121 TBS Janjang Output : 60 HK : 19 BJR : 24.25

02-04-11 Mandor Panen 13 103 7 B90c Realisasi taksasi tanggal 01 - Jlh pemanen : 13 orang - Hasil : 693 TBS Taksasi Produksi - - - B91d Jlh pokok : 2 420 % kematangan : 15% Jlh jjg masak : 689 TBS HK : 11

Page 79: A11tgs

67

 

 

 

Lampiran 2. (lanjutan)

Tanggal Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan Jumlah

KHL yang diawasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

04-04-11 Mandor Panen 12 38 7 B91d Realisai taksasi tanggal 02 - Jlh pemanen : 13 orang - Hasil : 765 TBS Taksasi Produksi - - - B91d Jlh pokok : 2 420 % kematangan : 15% Jlh janjang : 365 TBS HK : 6

05-04-11 Mandor Panen 13 61 7 Realisai taksasi tanggal 04 - Jlh janjang : 1 080

06-04-11 Mandor Panen - - - - Transfer anggota 07-04-11 Mandor Panen 12 40 7 B91a Hasil : 1 131 TBS 08-04-11 Krani Panen - - - - 09-04-11 Krani Panen - - - - 11-04-11 Mandor Semprot CDA 10 50 7 B90b Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat)

Starane 2% (bahan aktif : floroksipir) 12-04-11 Mandor Semprot CDA 10 50 7 B89a Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat)

Lindomin 2% (bahan aktig : 2.4D) 13-04-11 Mandor Panen 12 40 7 B89a

Page 80: A11tgs

68

 

 

 

Lampiran 2. (Lanjutan)

Tanggal

Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan Jumlah

KHL yang diawasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

14-04-11 Mandor Semprot CDA 10 50 7 E91e Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat) Lindomin 2% (bahan aktig : 2.4D)

15-04-11 Pengambilan Data - - - - 16-04-11 Mandor Semprot CDA 10 50 7 E91f Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat)

Lindomin 2% (bahan aktig : 2.4D) 18-04-11 Mandor Pupuk 13 18 7 B90b Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 19-04-11 Mandor Pupuk 16 30 7 B90b Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 20-04-11 Mandor Pupuk 22 30 7 B91d Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 21-04-11 Mandor Pupuk 21 27 7 B89a Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 23-04-11 Mandor Pupuk 15 46 7 B89a Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok, pada

areal yang terdapat JJK dosisnya 1kg/pokok 25-04-11 Mandor Pupuk 19 36 7 B91d Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 26-04-11 Mandor Pupuk 14 22 7 B91d Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 27-04-11 Mandor Pupuk 16 24 7 B89b Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok 28-04-11 PMKS Buatan I - - - - Stasiun Perebusan 29-04-11 Simulasi NGO - - - - 30-04-11 PMKS Buatan I - - - - Stasiun Penerimaan 02-05-11 PMKS Buatan I - - - - Pengelolaan Limbah (IPAL)

Page 81: A11tgs

69

 

 

 

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tanggal

Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan

Jumlah mandor yang di-

awasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

03-05-11 Asisten By product 2 5 7 D90d Pengawasan dilakukan terhadap mandor serak B89b JJK pada Wilayah I dan II

04-05-11 Asisten By product 4 16 7 D90d Pengawasan dilakukan terhadap mandor serak B89a JJK dan LA pada Wilayah I dan II C89a

05-05-11 Asisten By product 4 7 B90b Pengawasan terhadap mandor JJK dan Solid B90c pada Wilayah I

06-05-11 Asisten By product 4 15 7 D91e Pengawasan terhadap mandor Mandor JJK 07-05-11 Asisten Afdeling II 3 90 8 B91c Pengawasan dilakukan pada mandor panen

jumlah HK : 39 Hasil : 1 860 TBS

09-05-11 Asisten Afdeling II 3 54 8 B90c Pengawasan dilakukan pada mandor panen 10-05-11 Asisten Afdeling IV 3 117 9 B91a Pengawasan dilakukan pada mandor panen 11-05-11 Asisten Afdeling IV 3 117 8 D90d Pengawasan dilakukan pada mandor panen

D91a 12-05-11 Asisten Afdeling IV 3 100 7 D91b Pengawasan dilakukan pada mandor panen 13-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7

Page 82: A11tgs

70

 

 

 

Lampiran 3. (Lanjutan)

Tanggal Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan

Jumlah mandor yang di-

awasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

14-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 16-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 18-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 19-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 20-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 21-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 23-05-11 Asisten By product 4 20 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan

B90c serak JJK pada Wilayah I dan II 24-05-11 Asisten By product 4 20 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan

B90c serak JJK pada Wilayah I dan II 25-05-11 Asisten By product 4 16 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan

B91b serak JJK pada Wilayah I dan II Lab PMKS I - - - -

26-05-11 Asisten By product 4 16 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan B91b serak JJK pada Wilayah I dan II Lab PMKS I - - -

27-05-11 Asisten By product 4 23 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan

Page 83: A11tgs

71

 

 

 

Lampiran 3. (Lanjutan)

Tanggal Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan

Jumlah mandor yang di-

awasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

27-05-11 Asisten By product 4 23 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan B91a serak JJK pada Wilayah I dan II Lab PMKS I

28-05-11 Asisten By product 4 23 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan B91a serak JJK pada Wilayah I dan II Lab PMKS I - - - -

30-05-11 Asisten By product 4 23 7 D91e Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan B91a serak JJK pada Wilayah I dan II Lab PMKS I - - - -

31-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

01-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

03-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

04-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

Page 84: A11tgs

72

 

 

 

Lampiran 3. (Lanjutan)

Tanggal Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan

Jumlah mandor yang di-

awasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

06-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

07-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

08-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

09-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

10-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

11-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

13-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

14-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

15-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7

Page 85: A11tgs

73

 

 

 

Lampiran 3. (Lanjutan)

Tanggal Kegiatan

Prestasi Kerja (Satuan/HK)

Lokasi Keterangan

Jumlah mandor yang di-

awasi (orang)

Luas areal yang di-

awasi (ha)

Lama Kegiatan

(jam)

16-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

17-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

18-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

20-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

21-06-11 Asisten Afdeling IV 11 7 Lab PMKS II - - - -

22-06-11 Kantor Kebun - - - - Konsultasi dengan manejer kebun 23-06-11 Kantor Kebun - - - - Konsultasi dengan manejer kebun 24-06-11 Persentasi - - - - 25-06-11 Kantor Kebun - - - - Pengumpulan data sekunder 26-06-11 Kantor Kebun - - - - Pengumpulan data sekunder 27-06-11 Kantor Kebun - - - - Konsultasi dengan manejer kebun

Page 86: A11tgs

 

Lampiran 4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010

Bulan 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Januari 255 13 91 6 141 8 140 12 156.75 9.75 Februari 114 7 240 6 160 5 129 6 160.75 6 Maret 136 8 260 9 355 13 179 10 232.5 10 April 355 10 232 10 37 3 227 9 212.75 8 Mei 160 10 58 6 282 8 51 6 137.75 7.5 Juni 127 8 40 5 35 6 104 7 76.5 6.5 Juli 169 8 209 5 240 11 219 12 209.25 9 Agustus 169 8 207 11 178 9 159 6 178.25 8.5 September 223 11 415 12 80 4 316 10 258.5 9.25 Oktober 168 7 242 13 398 11 222 4 257.5 8.75 November 265 11 77 8 363 15 141 8 211.5 10.5 Desember 162 8 142 6 240 11 97 8 160.25 8.25

Jumlah 2 303 109 2 213 97 2 509 104 1 981 98 2 251.5 102 BB 12 8 9 10 9.75 BK 0 2 2 1 1.25

Keterangan : CH = Curah Hujan (mm) Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson HH = Hari Hujan Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100%

BB = Bulan Basah (CH > 100 mm) = 1.25/9.75 X 100% BK = Bulan Kering (CH < 60 mm) = 12.82 % (Tipe A)

Page 87: A11tgs

 

Lampiran 5. Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur

Page 88: A11tgs

76 

 

 

Lampiran 6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur2010

Page 89: A11tgs

 

Lampiran 7. Struktur Organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

Estate Manager

Staf = 1

Asisten Kepala

Staf = 2

Asisten Afdeling

Staf = 6

Asisten Traksi

Staf = 1 Asisten Humas

Staf = 1

Asisten By product

Staf = 1

Asisten QC

Staf = 1

Mandor

Krani Afdeling Mandor Semprot

Mandor LA

Mandor JJK

Kepala Bengkel

Mandor Transport

Krani Traksi

KTU

Staf = 1

Page 90: A11tgs

78

 

 

Lampiran 8. Layout IPAL PMKS Buatan

LAYOUT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PMKS BUATAN

78 

Page 91: A11tgs

79

 

 

Lampiran 9. Peta Rotasi Pengisian POME pada PMKS Buatan I

PETA ROTASI PENGISIAN LA PBS 2011

Page 92: A11tgs

80

 

 

77 Lampiran 10. Hasil Uji-t terhadap BJR Menggunakan Minitab 14 Two-Sample T-Test and CI: E91f; D91a Two-sample T for E91f vs D91a N Mean StDev SE Mean D91f 7 18,86 2,24 0,85 D91a 7 19,93 2,62 0,99 Difference = mu (E91f) - mu (D91a) Estimate for difference: -1,07429 95% CI for difference: (-3,91126; 1,76269) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0,83 P-Value = 0,425 DF = 12 Both use Pooled StDev = 2,4360

Two-Sample T-Test and CI: E91f; A91e Two-sample T for E91f vs A91e N Mean StDev SE Mean E91f 7 18,86 2,24 0,85 A91e 7 21,45 2,66 1,0 Difference = mu (E91f) - mu (A91e) Estimate for difference: -2,59286 95% CI for difference: (-5,45620; 0,27049) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1,97 P-Value = 0,072 DF = 12 Both use Pooled StDev = 2,4586

Page 93: A11tgs

81 

 

 

Lampiran 11. Hasil Uji-t terhadap Produktivitas Menggunakan Minitab 14 Two-Sample T-Test and CI: E91f; D91a Two-sample T for E91f vs D91a N Mean StDev SE Mean E91f 7 21,20 3,86 1,5 D91a 7 23,45 1,87 0,71 Difference = mu (E91f) - mu (D91a) Estimate for difference: -2,25143 95% CI for difference: (-5,77960; 1,27674) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1,39 P-Value = 0,190 DF = 12 Both use Pooled StDev = 3,0295

Two-Sample T-Test and CI: E91f; A91e Two-sample T for E91f vs A91e N Mean StDev SE Mean E91f 7 21,20 3,86 1,5 A91e 7 23,28 1,86 0,70 Difference = mu (E91f) - mu (A91e) Estimate for difference: -2,08000 95% CI for difference: (-5,60584; 1,44584) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1,29 P-Value = 0,223 DF = 12 Both use Pooled StDev = 3,0274

Page 94: A11tgs

82 

 

 

Lampiran 12. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP Lahan Kontrol

HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Kode contoh : SP Lahan Kontrol Inti Indo Sawit Subur Buatan 1

Jenis Sampel : Sumur Pantau Contoh Diambil Oleh : Mualiadi, Karyawan Tanggal Pengambilan/Jam : 09 Juni 2010/18.00 WIB Tanggal Penerimaan/Jam : 10 Desember 2010/11.00 WIB Tanggal Pemeriksaan : 10 – 23 Juni 2010

No Parameter Satuan Permen-Kes

416/MENKES/PER/IX/1990

Hasil Analisa

1 pH - 6.5 – 9.0 4.47 2 Suhu oC Normal 26.7 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 1.76 4 BOD mg/l * 1.20 5 COD mg/l * 14.86 6 Nitrat (NO3

-_N) mg/l 10 0.97 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 1.83 8 Klorida (Cl) mg/l 600 19.06 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 2.11

10 Timbal (Pb) mg/l 0,05 tt 11 Tembaga (Cu) mg/l * tt 12 Seng (Zn) mg/l 15 tt 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 0.008 Ket : *= tak dipersyaratkan.

tt= tak terdeteksi  

Page 95: A11tgs

83 

 

 

77 Lampiran 13. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 1

HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Kode contoh : SP 1 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 Jenis Sampel : Sumur Pantau Contoh Diambil Oleh : Mualiadi, Karyawan Tanggal Pengambilan/Jam : 08 Desember 2010/08.00 WIB Tanggal Penerimaan/Jam : 08 Desember 2010/08.00 WIB Tanggal Pemeriksaan : 08 Desember – 22 Desember 2010

No Parameter Satuan Permen-Kes

416/MENKES/PER/IX/1990

Hasil Analisa

1 pH - 6.5 – 9.0 5.74 2 Suhu oC Normal 27.4 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 7.239 4 BOD mg/l * 6.724 5 COD mg/l * 25.0 6 Nitrat (NO3

-_N) mg/l 10 3.691 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 1.958 8 Klorida (Cl) mg/l 600 13.300 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 24.25

10 Timbal (Pb) mg/l 0,05 tt 11 Tembaga (Cu) mg/l * tt 12 Seng (Zn) mg/l 15 tt 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 0.002 Ket : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi

Page 96: A11tgs

84 

 

 

77 Lampiran 14. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 2

HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Kode contoh : SP 2 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 Jenis Sampel : Sumur Pantau Contoh Diambil Oleh : Mualiadi, Karyawan Tanggal Pengambilan/Jam : 08 Desember 2010/08.00 WIB Tanggal Penerimaan/Jam : 08 Desember 2010/13.15 WIB Tanggal Pemeriksaan : 08 Desember – 22 Desember 2010

No Parameter Satuan Permen-Kes

416/MENKES/PER/IX/1990

Hasil Analisa

1 pH - 6.5 – 9.0 5.75 2 Suhu oC Normal 27.6 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 6.108 4 BOD mg/l * 13.256 5 COD mg/l * 40.10 6 Nitrat (NO3

-_N) mg/l 10 1.723 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 3.021 8 Klorida (Cl) mg/l 600 3.800 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 14.75

10 Timbal (Pb) mg/l 0.05 tt 11 Tembaga (Cu) mg/l * tt 12 Seng (Zn) mg/l 15 tt 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 0.003 Ket : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi

Page 97: A11tgs

85 

 

 

77 Lampiran 15. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 3

HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Kode contoh : SP 3 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 Jenis Sampel : Sumur Pantau Contoh Diambil Oleh : Mualiadi, Karyawan Tanggal Pengambilan/Jam : 08 Desember 2010/08.00 WIB Tanggal Penerimaan/Jam : 08 Desember 2010/13.15 WIB Tanggal Pemeriksaan : 08 Desember – 22 Desember 2010

No Parameter Satuan Permen-Kes

416/MENKES/PER/IX/1990

Hasil Analisa

1 pH - 6.5 – 9.0 5.36 2 Suhu oC Normal 27.5 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 6.108 4 BOD mg/l * 11.041 5 COD mg/l * 40.0 6 Nitrat (NO3

-_N) mg/l 10 3.990 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 3.350 8 Klorida (Cl) mg/l 600 14.25 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 7.207

10 Timbal (Pb) mg/l 0.05 tt 11 Tembaga (Cu) mg/l * tt 12 Seng (Zn) mg/l 15 tt 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 0.001 Ket : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi  

Page 98: A11tgs

86 

 

 

77 Lampiran 16. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Down Stream

HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Kode contoh : Down Stream 4 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1

Jenis Sampel : Sumur Pantau Contoh Diambil Oleh : Mualiadi, Karyawan Tanggal Pengambilan/Jam : 08 Desember 2010/08.00 WIB Tanggal Penerimaan/Jam : 08 Desember 2010/13.15 WIB Tanggal Pemeriksaan : 08 Desember – 22 Desember 2010

No Parameter Satuan PP 82 Tahun 2001

Hasil KELAS (Kadar Maksimum) I II III IV

I FISIKA 1 Suhu oC dev3 dev3 dev3 dev3 27.5 2 Residu Terlarut mg/l 1 000 1000 1 000 2 000 17 3 Residu Tersuspensi mg/l 50 50 400 400 152

II KIMIA ANORGANIK

1 pH - 6 - 9 6 - 9 6 - 9 6 - 9 4.74 2 BOD mg/l 2 3 6 12 12.041 3 COD mg/l 10 25 50 100 55.0 4 Oksigen Terlarut mg/l 6 4 3 0 6.923 5 Total phospat (P) mg/l 0.2 0,2 1 5 0.017 6 Nitrat (NO3

--N) mg/l 10 10 20 20 1.726 7 Nitrit (NO2

--N) mg/l 0.06 0,06 0.06 (-) 0.011 8 Amoniak (NH3-N) mg/l 0.5 (-) (-) (-) 2.154 9 Kobalt (Co) mg/l 0.2 0,2 0.2 0.2 tt

10 Kadimium (Cd) mg/l 0.01 0,01 0.01 0.01 tt 11 Kromium (Cr) mg/l 0.05 0,05 0.05 0.01 tt 12 Tembaga (Cu) mg/l 0.02 0,02 0.02 0.2 tt 13 Besi (Fe) mg/l 0.3 (-) (-) (-) 0.833 14 Timbal (Pb) mg/l 0.03 0,03 0.03 1 tt 15 Mangan (Mn) mg/l 0.1 (-) (-) (-) tt 16 Seng (Zn) mg/l 0.05 0,05 0.05 2 tt 17 Klorida (Cl) mg/l 600 (-) (-) (-) 3.800 18 Sianida (CN) mg/l 0.02 0,02 0.02 (-) tt 19 Flourida (F) mg/l 0.5 1,5 1.5 (-) tt 20 Sulfat (SO4) mg/l 400 (-) (-) (-) 16.02 21 Belerang (H2S) mg/l 0.002 0002 0.002 (-) 0.006

III KIMIA ANORGANIK

1 Minyak & Lemak ug/l 1 000 1000 1 000 1 000 tt 2 Detergen Sbg mbas ug/l 200 200 200 (-) tt 3 Fenol ug/l 1 1 1 (-) tt

Ket : tt= tak terdeteksi. (-)=tak dipersyaratkan

Page 99: A11tgs

87 

 

 

77 Lampiran 17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Up Stream

HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Kode contoh : Up Stream 4 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1

Jenis Sampel : Sumur Pantau Contoh Diambil Oleh : Mualiadi, Karyawan Tanggal Pengambilan/Jam : 08 Desember 2010/08.00 WIB Tanggal Penerimaan/Jam : 08 Desember 2010/13.15 WIB Tanggal Pemeriksaan : 08 Desember – 22 Desember 2010

No PARAMETER SATUAN PP 82 TAHUN 2001

HASIL KELAS (Kadar maksimum) I II III IV

I FISIKA 1 Suhu oC dev3 dev3 dev3 dev3 27.4 2 Residu Terlarut mg/l 1 000 1000 1 000 2 000 17 3 Residu Tersuspensi mg/l 50 50 400 400 156 II KIMIA

ANORGANIK

1 pH - 6 - 9 6 - 9 6 - 9 6 - 9 4.63 2 BOD mg/l 2 3 6 12 9.996 3 COD mg/l 10 25 50 100 45.10 4 Oksigen Terlarut mg/l 6 4 3 0 2.01 5 Total phospat (P) mg/l 0.2 0.2 1 5 0.010 6 Nitrat (NO3

--N) mg/l 10 10 20 20 1.664 7 Nitrit (NO2

--N) mg/l 0.06 0.06 0.06 (-) 0.045 8 Amoniak (NH3-N) mg/l 0.5 (-) (-) (-) 2.063 9 Kobalt (Co) mg/l 0.2 0.2 0.2 0.2 tt 10 Kadimium (Cd) mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01 tt 11 Kromium (Cr) mg/l 0.05 0.05 0.05 0.01 tt 12 Tembaga (Cu) mg/l 0.02 0.02 0.02 0.2 tt 13 Besi (Fe) mg/l 0.3 (-) (-) (-) 0.834 14 Timbal (Pb) mg/l 0.03 0.03 0.03 1 tt 15 Mangan (Mn) mg/l 0.1 (-) (-) (-) tt 16 Seng (Zn) mg/l 0.05 0,05 0.05 2 tt 17 Klorida (Cl) mg/l 600 (-) (-) (-) 2.850 18 Sianida (CN) mg/l 0.02 0.02 0.02 (-) tt 19 Flourida (F) mg/l 0.5 1,5 1,5 (-) tt 20 Sulfat (SO4) mg/l 400 (-) (-) (-) 15.83 21 Belerang (H2S) mg/l 0.002 0002 0.002 (-) 0.005 III KIMIA

ANORGANIK

1 Minyak & Lemak ug/l 1 000 1000 1 000 1 000 tt 2 Detergen Sbg mbas ug/l 200 200 200 (-) tt 3 Fenol ug/l 1 1 1 (-) tt Ket : tt= tak terdeteksi. (-)=tak dipersyaratkan