Upload
zubaidi-kailani
View
525
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENELITIAN REDUKTOR NATRIUM FORMALDEHIDA SULFOKSILAT TERHADAP PROSES DAN KUALITAS PADA PENCAPAN
ZAT WARNA BEJANA GOLONGAN ANTRAKINON
Oleh Zubaidi dan Theresia MutiaBalai Besaar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Penggunaan natrium formaldehida sulfoksilat sebagai reduktor dalam
pencapan tekstil menggunakan zat warna jenis antrakinon pada kain kapas telah
dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mutu pencapan. Penelitian yang
dilakukan terdiri dari kelarutan dan kestabilan “leuco”, kestabilan pengental dan pasta
cap, daya pewarnaan pencapan, ketahanan warna, dan sebagainya. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan natrium formaldehida sulfoksilat pada pasta cap zat
warna antrakinon lebih stabil dibanding menggunakan natrium hidrosulfit. Untuk
meningkatkan efisiensi zat warna dan zat pembantu tekstil, penggunaan natrium
formaldehid sulfoksilat untuk setiap zat warna dilakukan pada kondisi optimumnya.
Kemampuan untuk dicap pada kain kapas, serta tahan luntur warna terhadap
pencucian dan tahan luntur warna terhadap gosokan sangat baik. Pengujian
kekuatan tarik pada kain hasil pencapan menggunakan Tensile Tester menunjukkan
hampir tidak terjadi penurunan kekuatan dibanding kain aslinya.
Kata Kunci : pencapan, zat warna bejana, antrakinon
1
PERBAIKAN TAHAN SELIP KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ASAM POLISILIKAT DAN RESIN DIMETILOL DIHIDROKSI ETILEN UREA
Oleh : Rifaida Eriningsih dan ZubaidiBalai Besar Tekstil
Jalan Jendral A. Yani 390 BandungTelp. (022) 7206214, 7206214
Intisari
Proses penyempurnaan anti selip pada jahitan kain sutera menggunakan
asam polisilikat dan resin dimetilol dihidroksi etilen urea (DMDHEU) telah di lakukan
penelitian dalam rangka meningkatkan anti selip jahitan kain sutera serta mencari
sifat permanennya. Empat macam proses penyempurnaan telah dilakukan yang
meliputi proses awal : proses penyempurnaan menggunakan asam polisilikat untuk
mengetahui penggunaan optimum, proses I : proses penyempurnaan menggunakan
gabungan antara asam polsilikat dan resin DMDHEU dengan variasi suhu fiksasi
120oC, 130oC, dan 140oC, proses II : proses penyempurnaan menggunakan
gabungan asam polisilikat dan variasi konsentrasi resin dengan fiksasi suhu kamar
dalam proses satu tahap, dan proses III : proses penyempurnaan menggunakan
gabungan asam polisilikat dan variasi konsentrasi resin dengan fiksasi suhu kamar
dengan proses dua tahap. Kain hasil penyempurnaan kemudian dilakukan
pengujian-pengujian tahan selip jahitan, sudut kusut kain, kekuatan tarik dan mulur,
kelangsaian, serta tahan selip jahitan setelah dicuci selama 5 kali. Berdasarkan
analisa data dapat disimpulkan bahwa hasil yang optimum diperoleh pada proses III
yaitu : proses dua tahap dengan fiksasi suhu kamar selama 24 jam pada konsentrasi
resin DMDHEU 150 g/l.
Kata Kunci : Anti selip, Kain sutera, resin dimetilol dihidroksi etilen urea
2
ABSTRAK
PROSPEK BUDIDAYA RAMI SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
(THE PROSPECT OF BENEFICIAL EFFORT FOR RAMIE AS TEXTILE MATERIAL AND PRODUCT)
Santoso Sastrosoeparno dan Zubaidi Kailani *)*) Peneliti Balai Besar Tekstil, Bandung
Pada awal pendiriannya, Pilot proyek industri tekstil di permulaan tahun 60-an menggunakan sistem pemintalan kapas, sehingga pada saat ini system tersebut masih diikuti oleh sebagian besar industri tekstil. Kebutuhan kapas kita dari hari kehari semakin meningkat, sampai saat ini mencapai kurang lebih 615.000 ton per tahun, sedangkan negara kita bukan penghasil kapas. Hal ini merupakan bentuk lain dari ketergantungan kita terhadap bahan baku impor yang merupakan titik rawan dan harus segera dicari jalan keluarnya. Dilain hal, negara kita adalah negara yang subur, beraneka ragam tanaman dapat tumbuh dengan baik. Banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber serat tekstil, salah satu diantaranya adalah tanaman rami.
Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan serat rami sebagai bahan baku tekstil, dengan metoda pemintalan serat pendek. Penelitian dimulai dengan survai budidaya tanaman rami di beberapa daerah tanam di Sumatra dan Jawa, sampai menjadi serat stapel rami siap pintal. Proses pengerjaannya dimulai dari pemisahan kulit dari batang rami (dekortisasi), degumming, pemotongan, dan pembukaan serat menjadi serat siap dipintal.menjadi benang.
Hasil pemisahan serat rami dari batangnya dengan produktifitas tinggi diperoleh dengan penggunaan alat dekortikator dengan rendemen serat mentah (China grass) sebesar 3%, sedangkan cara pemisahan dengan penyisitan menggunakan pisau menghasilkan rendemen yang lebih tinggi (7%), tetapi produktivitas rendah. Pemurnian serat rami dari perekat semacam gum atau proses degumming menggunakan alkali lebih cepat dinbanding menggunakan enzim, terutama apabila dilakukan dalam tekanan dan suhu tinggi. Degumming menggunakan enzim katalase atau selulase mempunyai kelebihan dalam hal pegangan serat yang lebih lembut dan relative tidak menurunkan kekuatan serat.
Dari survai budidaya rami dapat dilakukan 4 kali panen per tahun dengan produksi batang rami basah sebesar 12,5 /panen/hektar, Pemisahan serat dari batang yang biasanya menggunakan mesin dekortikator dengan rendemen 3%, maka akan dihasilkan rami mentah (China grass) sebanyak 375kg/panen/hektar. Untuk dijadikan serat rami siap pintal maka perlu dilakukan proses degumming dengan rendemen sebesar kurang lebih 80% bila menggunakan cara kimia, dan kurang lebih 92% bila menggunakan enzim.
Hasil analisis tekno ekonomi menunjukkan bahwa usaha budidaya rami sampai dengan rami mentah (China grass) dapat dihasilkan 15 ton /tahun/hektar dengan keuntungan sebesar Rp 32.500.000,-/tahun/hektar.
Kata Kunci : China grass, serat rami, degumming, fiber opening
3
PENELTIAN PASTA PRINTING ZAT WARNA REAKTIF UNTUK MENCAPAI KUALITAS OPTIMAL
DAN PRODUKSI BERSIH
Oleh :Zubaidi*, Elis Masitoh**, Nur Waluyo*, Sujana*
*) Balai Besar Tekstil, Jln. Jend. A Yani 390 Bandung**) Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Jln Jakarta 51 Bandung
INTISARI
Penelitian pasta cap (printing paste) telah dalam rangka peningkatan kualitas
hasil printing dan minimasi limbah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
berbagai pengental (thickener) yang berbasis alam maupun sintetik yang dilakukan
pada kain selulosa (kapas). Pengental yang digunakan yaitu natrium alginat, tapioka,
gom, roasted starch (dekstrin), karboksi meti selulosa (CMC) dan polivenil alkohol
(PVA). Dari hasil penelitian menunjukkan kualitas yang paling baik segi kualitas
diperoleh dari pengental natrium alginat (rumput laut) yang merupakan pengental
hidrofilik dan koloid (hydrocolloids) dengan struktur linier. Pengental dari tapioka dan
turunannya masih kurang baik dibanding natrium alginat yang mungkin disebabkan
adanya rantai cabang dalam bentuk amilopektin. Pengental alam mempunyai
kestabilan yang rendah dibanding pengental sintetik karena mudah terdegradasi oleh
udara bebas. Pengental sintetik yang berbasis polihidrokarbon sangat stabil dan
lebih sukar terdegradasi sehingga disarankan untuk digunakan kembali untuk warna
baru melalui color matching.
Kata kunci : Pencapan zat warna reaktif, pasta cap, produksi bersih
4
PENELITIAN PENGENTAL BERBASIS SUMBER DAYA ALAM UNTUK PENCAPAN ZAT WARNA PROCION RED H
Oleh :Zubaidi*, Elis Masitoh**, Nur Waluyo*)
*) Balai Besar Tekstil, Jln. Jend. A Yani 390 Bandung**) Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Jln Jakarta 51 Bandung
INTISARI
Penelitian pengental alam untuk pasta pencapan zat warna reaktif panas telah
dilakukan dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri dan
menekan biaya produksi industri tekstil pencapan. Penelitian dilakukan meliputi
karakterisasi, aplikasi dan evaluasi melalui percobaan dan pengujian. Dari hasil
pecobaan dan pengujian dapat disimpulkan bahwa : pengental alam yang pada
umumnya merupakan polisakarida dapat digunakan sebagai bahan pengental untuk
pencapan tekstil dengan tingkat kualitas yang bervariatif. Pengental alam yang
paling baik berturut-turut adalah pengental dari rumput laut, gom arab, modifikasi
kanji (roasted-Starch) dan karboksimelasi kanji (CM-Starch) serta tapioka asli.
Pengental-pengental alam dalam udara bebas mudah terbiodegradasi dan tidak stabil
pada berbagai suasana pH sehingga mempunyai potensi kearah ramah lingkungan.
Pengental sintetik mempunyai kestabilan yang sangat baik, sehingga sisanya dapat
dimanfaatkan kembali (reuse) karena dapat meghasilkan kualitas warna yang relatif
sama. Semua pengental tidak memberikan hasil yang kaku, yang menunjukkan
bahwa semua pengental mudah terlepas oleh proses pencucian akhir, sehingga
dapat diyakini bahwa pengental alam mempunyai potensi untuk dikembangkan
didalam negeri.
Kata kunci : Pencapan zat warna procion, pengental alam
5
PENGOLAHAN RAMI DENGAN CARA MEKANIKA, KIMIA DAN BIOLOGI
Oleh : Zubaidi, Amirudin, Sasmaya W, Nur Waluyo, Sujana Balai Besaar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Penelitian pengolahan serat batang (bast fiber) dari tanaman rami (Boehmeria
nivea) telah dilakukan dalam rangka memperoleh serat rami yang mempunyai
kualitas yang baik. Proses pengolahan dilakukan dengan cara fisika/mekanika,
kimia, dan biologi. Proses mekanika dilakukan menggunakan alat mesin dekortikator
dan dengan tangan untuk memperoleh serat mentah (China Grass). Proses kimia
dilakukan dengan alkali dan hidrogen peroksida, dengan maupun tanpa tekanan
untuk memurnikan serat mentah. Proses biologi dilakukan menggunakan enzim
amilase, cellulase atau catalase untuk menurunkan kadar non nonselulosa. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : proses mekanika sangat cocok untuk
pemisahan serat rami mentah dari batang, kulit dan kotoran lainnya, dengan
rendemen berupa serat rami mentah sebesar 3% sampai 6% bergantung alat yang
digunakan. Proses kimia sangat efektif untuk menghilangkan kadar nonselulosa,
pada proses tanpa tekanan dapat menghilangkan zat-zat nonselulosa sampai 81 %
sedangkan dengan tekanan dapat menghilangkan sampai kurang lebih 100%.
Dibanding proses kimia, proses biologi dengan enzim cenderung lebih lambat,
penggunaan enzim amilase, cellulase dan catalase berturut-turut mampu
menghilangkan kadar nonselulosa sampai 19,2%, 28,85% dan 29,2% pada kondisi
optimum. Proses dengan enzim memungkinkan diperoleh hasil yang lebih baik
karena sisa zat-zat nonselulosa seperti malam, lemak dan sejenisnya pada
permukaan serat dapat meningkatkan daya pintalnya.
Kata kunci : Pengolahan rami, Serat rami, cara fisika, cara kimia, cara biologi, enzim
6
PEMANFAATAN ENZIM UNTUK
DEKOMPOSER KANJI TAPIOKA, DEGUMING RAMI, DAN BIOFINISHING SERAT
SELULOSA
Zubaidi, Nur Waluyo dan Sujana
Lab. Polimer,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, Bandung, INDONESIA
Telp. (022)7206214, Fax (022)7271288
ABSTRAKS
Pemanfaatan enzim untuk modifikasi kanji tapioka, deguming rami dan
biofinishing serat-serat selulosa telah dilakukan menggunakan beberapa jenis enzim
dari amilase, cellulase dan oxidoreductase (catalase). Enzim adalah suatu zat
organik komplek yang dapat berperan sebagai katalis pada reaksi-reaksi kimia dan
melakukan proses dekomposisi pada bahan polimer seperti amilosa, amilopektin,
selulosa, protein, pektin dan lain-lain secara biologi, yang sangat berguna untuk
proses industri tekstil yang berwawasan produksi bersih. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa: enzim amilase cukup efektif untuk modifikasi kanji tapioka dalam
rangka mengurangi viskositas dan peningkatan penetrasi gel kanji. Pada proses
deguming rami, enzim catalase maupun enzim cellulase memberikan hasil yang lebih
efektif dibanding menggunakan enzim amilase. Sedangkan pada proses biofinishing
terhadap serat-serat selulosa, enzim cellulase yang bekerja pada suasana asam
memberi hasil yang lebih efektif dari pada yang bekerja pada suasana netral.
Proses biofinishing pada serat regenerasi lebih mudah dibanding serat-serat
selulosa alam.
Kata Kunci : Degumming rami, Enzim, Serat tekstil, Selulosa
7
PENELITIAN KANDUNGAN AMILOPEKTIN PADA BAHAN KANJI ALAM DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT GEL
Oleh : Zubaidi Kaelani dan Rifaida EriningsihBalai Besaar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Penelitian kandungan amilopektin pada kanji alam dan pengaruhnya terhadap
sifat gelnya telah dilakukan dalam rangka penggunaan untuk penganjian benang
benang lusi. Bahan kanji alam seperti garut, tapioka, jagung, terigu, dan beras
mengandung polimer dengan rantai bercabang (amilopektin) dan rantai lurus
(amilosa) dengan struktur molekul dan kristalinitas yang berbeda. Amilopektin ialah
polimer bercabang dengan rumus kimia (C5H10O5)n , merupakan senyawa koloid,
dapat dengan mudah bereaksi dengan molekul air melalui pemanasan yang
membentuk gel dengan viskositas yang tinggi. Struktur molekul dan kristalinitas
pada masing-masing kanji alam mempunyai pengaruh terhadap titik gel, kestabilan
gel, penetrasi gel kedalam benang, dan sifat elektrostatik. Dapat disimpulkan bahwa
makin tinggi kandungan amilopektin pada kanji alam, makin tinggi viskositasnya, dan
sebaliknya kestabilannya cenderung berkurang. Viskositas yang paling tinggi pada
kanji alam secara berturut-turut adalah garut, tapioka, jagung terigu, dan beras.
Banyaknya amilopektin kurang berpengaruh pada titik gel, dan pembentukan gel
berada pada suhu antara 700C sampai dengan 79,60C. Makin tinggi amilopektin
penetrasinya cenderung meningkat. Penetrasi pada benang selulosa lebih besar
dibanding benang poliester. Semua kanji alam dapat menurunkan sifat elektrostatik
terutama pada benang poliester dan benang selulosa-poliester.
Kata Kunci : Amilopektin, Kanji Alam, Pengental Tekstil
8
The Improvement of Fiber Properties From Bark of
Lantung plant (Moraseae) Using Enzymes
By : Zubaidi, Sri Maryani and Nur WaluyoInstitute for Research and Development of Textile Industries
Jln. Jend. A. Yani 390, Bandung
ABSTRACT
The fiber from bark of Lantung plant have been studied to improve some
properties using enzymatic process. The textile finishing of natural fiber using
biological process (called as ‘bio-polishing’) will gains the permanent effects of
softness and good handling without reducing the moisture regain. After separation of
fibers using mechanical and chemical process, the cellulose and non-cellulose
materials in strong primary wall and cuticle of fiber were treated by eco-friendly
oxidation and or reduction using tree type of enzymes: alpha amylase type, neutral
and acid cellulase type and catalase type, therefore the process has no harmful
waste that must be treated. The application of enzymes used in the experiments
were controlled under variation of pH, by using its optimal temperatures and
maximum reaction time to obtain the effective results. By attacking the ester
bonding, linear polymer of pectins , proteinic materials, waxes, organic compounds,
minerals and various chemical compounds, the enzymes can remove the outermost
layer and reduce the strong primary wall of fibers. The catalases enzyme is
preferable to improve fiber properties, and sellulases enzymes type are more
effective than alpha amylase enzyme, while the use of pH, the neutral cellulase
enzymes type is much broader than that of acid cellulase enzymes. Therefore the
neutral cellulases will not require much tighter control of pH during the process to
achieve a high level of reproducibility.
Keyword : Enzyme, Natural Fiber, Lantung plant, Biofinishing
9
MODIFIKASI TAPIOKA UNTUK PASTA PENCAPAN ZAT WARNA NAFTOL DAN
USAHA PENGHEMATAN BAHAN KIMIA
Oleh : Zubaidi dan Theresia Mutia
Balai Besaar Penelitian dan Pengembangan Industri TekstilJln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272
Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Pengental tapioka kurang baik untuk digunakan sebagai pengental pasta cap
zat warna naftol karena mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi dan
cenderung membentuk gel dengan viskositas tinggi. Tapioka adalah polimer glukosa
yang terdiri dari rantai lurus amilose (20-25%) dan rantai bercabang amilopektin (75-
80%). Modifikasi tapioka untuk bahan pengental pasta cap zat warna naftol telah
diteliti dengan cara penurunan kadar amilopektin. Modifikasi dilakukan dengan proses
termodegradasi dalam suasana alkali kuat. Tapioka modifikasi tersebut kemudian
dinetralkan dengan asam untuk membuat modifikasi tipe netral, dan lainnya tidak
dinetralkan untuk membuat modifikasi tipe alkali dengan maksud untuk membantu
melarutkan zat warna naftol menjadi naftolat. Alasan lain adalah : untuk
meminimalkan dan menghemat penggunaan bahan kimia. Tapioka asli dan tapioka
modifikasi dievaluasi menggunakan FTIR dan Brookfield viskometer dan
diaplikasikan sebagai pengental untuk pasta pencapan zat warna naftol pada kain
kapas. Penetrasi zat warna dan daya tahan luntur warna pada kain dievaluasi
menggunakan Spektrofotometer “Color Graph” , Launder - O - meter dan
Crockmeter. Data FTIR dan Brookfield viskometer menunjukkan terjadi degradasi
amilopektin pada tapioka modifikasi, viskositas cenderung turun, sedangkan
kestabilan viskositas dan penetrasi cenderung meningkat. Modifikasi tapioka tanpa
penetralan (tipe alkali) merupakan pilihan yang terbaik untuk digunakan sebagai
pengental zat warna naftol dalam rangka meminimalkan penggunaan dan
penghematan bahan kimia dan memberi kontribusi menciptakan produksi bersih.
Kata Kunci: Pencapan Tekstil, Modifikasi Tapioka, Pasta cap
10
MODIFIKASI TAPIOKA MENGGUNAKAN ENZIM ALFA AMILASE
Oleh : Zubaidi Kaelani, Rifaida Eriningsih, dan Sujana
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272
Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Modifikasi tapioka menggunakan enzim alfa amilase telah dilakukan dalam
rangka perbaikan mutu gel tapioka sebagai bahan baku kanji benang lusi pada
industri tekstil. Gel tapioka asli yang merupakan kanji alam mempunyai beberapa
kelemahan terutama dalam hal viskositas yang terlalu tinggi, kurang stabil, penetrasi
yang rendah, dan beberapa kelemahan lainnya. Berdasarkan struktur kimia, tapioka
adalah polimer glukosa yang terdiri atas rantai lurus amilosa (20-25%) dan rantai
cabang amilopektin (75-80%). Enzim alfa amilase diharapkan dapat memotong
sebagian rantai cabang dan menurunkan kandungan amilopektin sehingga dapat
memperbaiki mutu gel tapioka sebagai kanji benang lusi. Penelitian modifikasi
dilakukan menggunakan 2 macam enzim alfa amilase yang berbeda. Karakter
enzim, viskositas, kestabilan, dan penetrasi tapioka termodifikasi pada benang kapas,
poliester dan campurannya dilakukan analisa. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan
enzim alfa amilase perlu diseleksi dengan cermat karena aktivitasnya terhadap
kondisi suhu dan pH. Modifikasi tapioka dengan enzim alfa amilase sangat efektif
untuk menurunkan viskositas dan meningkatkan kestabilannya. Modifikasi disarankan
dilakukan pada suhu yang tidak optimum yaitu pada suhu suhu 40oC untuk
menghindari degradasi total pada tapioka. Penetrasi tapioka termodifikasi lebih baik
dibanding tapioka asli. Penetrasi gel tapioka pada benang selulosa (kapas) jauh lebih
tinggi dibanding penetrasi kedalam benang poliester.
Kata Kunci : Pencapan Tekstil, Pengental, Pasta cap, Modifikasi Tapioka
11
MODIFIKASI TAPIOKA UNTUK PASTA PENCAPAN ZAT WARNA NAFTOL DAN
USAHA PENGHEMATAN BAHAN KIMIA
Oleh : Zubaidi dan Theresia Mutia
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri TekstilJln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272
Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Pengental tapioka kurang baik untuk digunakan sebagai pengental pasta cap
zat warna naftol karena mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi dan
cenderung membentuk gel dengan viskositas tinggi. Tapioka adalah polimer glukosa
yang terdiri dari rantai lurus amilose (20-25%) dan rantai bercabang amilopektin (75-
80%). Modifikasi tapioka untuk bahan pengental pasta cap zat warna naftol telah
diteliti dengan cara penurunan kadar amilopektin. Modifikasi dilakukan dengan proses
termodegradasi dalam suasana alkali kuat. Tapioka modifikasi tersebut kemudian
dinetralkan dengan asam untuk membuat modifikasi tipe netral, dan lainnya tidak
dinetralkan untuk membuat modifikasi tipe alkali dengan maksud untuk membantu
melarutkan zat warna naftol menjadi naftolat. Alasan lain adalah : untuk
meminimalkan dan menghemat penggunaan bahan kimia. Tapioka asli dan tapioka
modifikasi dievaluasi menggunakan FTIR dan Brookfield viskometer dan
diaplikasikan sebagai pengental untuk pasta pencapan zat warna naftol pada kain
kapas. Penetrasi zat warna dan daya tahan luntur warna pada kain dievaluasi
menggunakan Spektrofotometer “Color Graph” , Launder - O - meter dan
Crockmeter. Data FTIR dan Brookfield viskometer menunjukkan terjadi degradasi
amilopektin pada tapioka modifikasi, viskositas cenderung turun, sedangkan
kestabilan viskositas dan penetrasi cenderung meningkat. Modifikasi tapioka tanpa
penetralan (tipe alkali) merupakan pilihan yang terbaik untuk digunakan sebagai
pengental zat warna naftol dalam rangka meminimalkan penggunaan dan
penghematan bahan kimia dan memberi kontribusi menciptakan produksi bersih.
Kata Kunci: Pencapan naftol, Penghematan bahan kimia, Tapioka
12
PENELITIAN KANDUNGAN AMILOPEKTIN PADA BAHAN KANJI ALAM
DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT GEL
Oleh : Zubaidi Kaelani dan Rifaida EriningsihBalai Besaar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A.Yani 390, Bandung 40272Telp (022) 7206214
ABSTRAK
Penelitian kandungan amilopektin pada kanji alam dan pengaruhnya terhadap
sifat gelnya telah dilakukan dalam rangka pemanfaatan kanji untuk berbagai
keperluan salah satunya untuk penganjian benang selulosa. Amilopektin ialah
senyawa koloid dan merupakan polimer glukosa dengan rumus kimia (C5H10O5)n
yang mempunyai rantai bercabang-cabang. Setiap bahan kanji alam seperti Tapioka,
jagung, beras, garut dan terigu mempunyai kadar amilopektin yang berbeda.
Kandungan rantai cabang pada kanji alam dengan panjang dan bentuk yang
berbeda akan mudah bereaksi dengan molekul air dan mengembang begitu besar
sehingga akan membentuk gel dengan viskositas yang berbeda. Selain itu,
perbedaan kandungan amilopektin juga berpengaruh terhadap suhu pembentukan
gel (titik gel) dan kestabilannya. Berat molekul gel yang tinggi diperkiranakan akan
lebih sukar berpenetrasi kedalam serat, dan akan terjadi sebaliknya apabila daya
adesi kanji dengan serat lebih besar. Selain itu, masing-masing kanji alam
dimungkinkan akan mempengaruhi sifat elektrostatik pada benang kanji. Dari
pengujian menunjukkan bahwa makin tinggi kandungan amilopektin makin tinggi
viskositasnya dan viscositas yang paling tinggi pada kanji alam secara berturut-turut
adalah garut, tapioka, jagung beras dan terigu. Pembuatan gel kanji-kanji alam
diperlukan pemanasan sampai titik gel pada suhu 700C sampai dengan 79,60C.
Kanji alam yang mempunyai viskositas tinggi kestabilannya makin rendah dan
sebaliknya daya adesifnya makin baik dan juga berpengaruh terhadap sifat
elektrostatik pada benang. Penetrasi kanji alam pada benang dari serat selulosa
lebih baik dibanding pada serat poliester.
Kata Kunci: Kanji alam, Amilopektin, Pasta cap, gel
13
KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PENYEMPURNAAN TEKSTIL
Oleh : ZUBAIDI 1, ISMININGSIH G1. , TOSHIHIRO HIROTSU2
1 : BALAI BESAR LITBANG INDUSTRI TEKSTIL
2 : National Research Institute of Materials and Chemicals , TSUKUBA, JAPAN
ABSTRAK
Dalam rangka mencari alternatif pengganti proses penyempurnaan resin (resin finish) dan penurunan berat (weight reduction) pada industri tekstil, telah dilakukan penelitian proses polimerisasi tempel monomer pada serat (grafting) dan proses penurunan berat dengan cara pengikisan (etching) yang prosesnya lebih hemat energi. Penelitian dilakukan terhadap beberapa jenis kain menggunakan beberapa jenis monomer dengan menggunakan awa muatan pijar (glow discharge plasma) sebagai inisiator maupun untuk proses etchingnya. Hasil kedua proses tersebut dilakukan pengujian-pengujian untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi meliputi kekuatan tarik, persen grafting, penurunan berat dan morfologi. Dari hasil pengujian kekuatan tarik dapat disimpulkan bahwa proses grafting dengan beberapa monomer yang prosesnya melibatkan inisiasi, propagasi dan terminasi terbukti tidak menimbulkan kerusakan serat. Demikian juga pada proses etching dengan waktu ekspose sampai 20 menit tidak menimbulkan pengaruh kekuatan pada bagian dalam seratnya. Besarnya persen grafting sangat ditentukan oleh jenis serat dan monomer yang digunakan. Untuk serat yang bersifat hidrofil cenderung lebih mudah digrafting dengan monomer yang hidrofil, dan sebaliknya serat yang hidrofob lebih mudah digrafting dengan monomer hidrofob. Serat yang telah diinisiasi dapat berkurang kereaktifannya apabila dilakukan ekspose di udara bebas. Serat yang sifatnya amorf lebih mudah kehilangan sifat kereaktifannya dibanding serat yang lebih kristalin. Penurunan kereaktifan setiap serat membentuk suatu persamaan dimana persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan besarnya persen grafting sesuai yang dikehendaki dengan cara menentukan lamanya waktu ekspose diudara bebas. Hasil pemeriksaan menggunakan SEM terhadap serat yang telah digrafting menunjukkan bahwa jenis serat dan monomer yang digunakan berpengaruh terhadap bentuk topografi permukaan serat.
Kata Kunci: Konservasi energy, Penurunan berat kain, Penyempurnaan Tekstil
14
ANALISA TERMOMEKANIKA SERAT-SERAT SELULOSA UNTUK
MENENTUKAN KEMURNIAN SERAT
Oleh : Zubaidi A. Kaelani
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, BANDUNG
ABSTRAK
Serat alam seperti kapas, rami, abaka, yute, sisal dan sebagainya termasuk
serat selulosa karena sebagian besar merupakan polimer selulosa. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan yang baik terutama untuk tekstil, serat tersebut perlu
dibersihkan dengan berbagai proses seperti rating, deguming, pemasakan,
pemutihan dan proses lainnya. Proses pemurnian dianggap memuaskan apabila
jumlah zat-zat yang tersisa pada serat seperti lignin, pektin, hemiselulosa, pigmen
dan sebagainya jumlahnya kecil, dan hal tersebut dapat diketahui dengan cara
analisa kimia. Persoalan pada cara analisa kimia adalah relatif sukar, memerlukan
waktu lama dan biaya yang mahal, oleh karena itu cara pengujian yang simpel dan
mudah perlu diciptakan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Struktur
kimia, berat molekul, kristalinitas dari zat-zat yang tertinggal pada serat selulosa
adalah sangat berbeda dibanding selulosa. Sifat termomekanika polimer selulosa
yang ada pada serat selulosa akan dipengaruhi oleh adanya sisa zat yang masih
tertinggal. Makin banyak zat-zat yang tertinggal didalam serat makin besar pula
pengaruh yang ditimbulkan dan akan menciptakan perbedaan kurva termomekanika
dari selulosa asli. Dengan membandingkan kurva termomekanika serat selulosa asli
ketidak murnian serat-serat dari selulosa dapat dikenali dengan mudah. Cara ini
lebih mudah untuk digunakan mengukur ketidak murnian serat-serat selulosa
dibanding menggunakan cara analisa kimia.
Kata Kunci: Termomekanika, Serat selulosa, Kemurnian serat
15
BIOFINISHING SERAT RAMI, KAPAS DAN RAYON
MENGGUNAKAN ENZIM
Zubaidi A. Kaelani
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, Bandung, INDONESIA
Telp. (022)7206214, Fax (022)7271288
ABSTRAK
Bio-finishing serat-serat selulosa alam dan regenerasi menggunakan enzim
telah dilakukan untuk mendapatkan sifat serat yang lembut dan mengganti
penggunaan zat pelembut sintetik. Serat yang digunakan adalah serat rami,
kapas (serat alam) dan rayon viskosa (serat regenerasi). Enzim yang
digunakan adalah dua jenis enzim sellulase dari tipe asam dan netral.
Sebagai pembanding terhadap hasil penelitian tersebut dilakukan juga proses
pelembutan menggunakan zat pelembut sintetik dari jenis silikon (polisiloksan)
yang reaktan maupun non-reaktan. Biodegradasi pada serat rayon lebih
mudah dibanding pada serat alam (rami dan kapas). Sedang serat rami yang
mengandung banyak pektin dan zat-zat lainnya relatif lebih sulit dibanding
serat kapas. Dibanding pelembutan menggunakan polisiloksan jenis rektan
maupun non-reaktan, proses bio-finihing dengan enzim memberikan
keunggulan terutama sifatnya yang permanen, tetapi mempunyai kelemahan
yaitu perlu pengontrolan yang cermat terhadap pH dan suhu untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
Kata Kunci: Biofinishing, Serat selulosa, Enzim
16
PEMBUATAN SERAT POLIESTER KEKUATAN TINGGI DENGAN CARA
MODIFIKASI STRUKTUR SUPERMOLEKULER
Oleh : Zubaidi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, Bandung
ABTRAK
Pembuatan serat poliester kekuatan tinggi dengan cara modifikasi struktur
supermolekuler telah dilakukan dengan berbagai jalan yaitu pemanasan, penarikan,
pendinginan mendadak (“quenching”) atau gabungan ketiganya. Berbagai persiapan
telah dilakukan dengan cara pemanasan dengan variasi suhu, penarikan dengan
variasi panjang (draw ratio), dan pemanasan dan pendinginan mendadak serta
pengulangannya untuk mendapatkan kristalinitas dan orioentasi yang berbeda.
Gabungan perlakuan pemanasan, penarikan dan pendinginan mendadak yang
dilakukan berulang pada suhu yang bertahap akan menghasilkan bentuk krisatalin
yang paling tinggi. Makin tinggi kristalinitas, makin tinggi kekuatan dan kestabilan
dimensinya, tetapi persen mulur cenderung berkurang. Kristalinitas dan orientasi
serat poliester juga banyak berpengaruh terhadap titik leleh, entalpi pelelehan dan
sifat termomekanika.
Kata Kunci: Serat sintetik, Poliester HT, Kristalinitas, Modifikasi Supermolekuler
17
TEKNOLOGI AWA-MUATAN PIJAR (GLOW DISCHARGE PLASMA)
UNTUK MENINGKATKAN INTENSITAS WARNA PADA KAIN POLIESTER
Oleh : Zubaidi A. Kaelani
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, Bandung
ABSTRAK
Penelitian modifikasi permukaan serat poliester telah dilakukan untuk
meningkatkan intensitas warna hasil pencelupan (pewarnaan). Modifikasi dilakukan
dengan cara pengikisan permukaan menggunakan awa muatan pijar (glow discharge
plasma) pada tekanan 0.04 Torr dengan daya sebesar 10 Watt pada frekuensi
13,56 MHz. Kedua serat sebelum dan sesudah modifikasi kemudian dilakukan
analisa permukaan menggunakan SEM. Selanjutnya keduanya dilakukan pencelupan
(pewarnaan) menggunakan zat warna dispersi dan diuji warnanya dengan
menggunakan color measurement untuk mengetahui perbedaan arah warna,
intensitas warna dan kilau serat. Serat yang termodifikasi mempunyai sedikit
perubahan arah warna dibanding serat aslinya, serat yang termodifikasi juga
mempunyai intensitas warna yang lebih tinggi dibanding serat aslinya, sebaliknya
serat yang termodifikasi mempunyai kilau rendah. Dapat disimpulkan bahwa
modifikasi permukaan dapat meningkatkan ketuaan warna disamping beberapa
keuntungan terhadap sifat-sifat kain
Kata Kunci: Glow discharge Plasma, Poliester, Intensitas warna
18
ANALISA TERMOMEKANIKA SERAT-SERAT SELULOSA UNTUK
MENENTUKAN KEMURNIAN SERAT
Oleh : Zubaidi A. Kaelani
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, BANDUNG
ABSTRAK
Serat alam seperti kapas, rami, abaka, yute, sisal dan sebagainya termasuk serat
selulosa karena sebagian besar merupakan polimer selulosa. Untuk dapat digunakan
sebagai bahan yang baik terutama untuk tekstil, serat tersebut perlu dibersihkan dengan
berbagai proses seperti rating, deguming, pemasakan, pemutihan dan proses lainnya.
Proses pemurnian dianggap memuaskan apabila jumlah zat-zat yang tersisa pada serat
seperti lignin, pektin, hemiselulosa, pigmen dan sebagainya jumlahnya kecil, dan hal tersebut
dapat diketahui dengan cara analisa kimia. Persoalan pada cara analisa kimia adalah relatif
sukar, memerlukan waktu lama dan biaya yang mahal, oleh karena itu cara pengujian yang
simpel dan mudah perlu diciptakan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Struktur kimia, berat molekul, kristalinitas dari zat-zat yang tertinggal pada serat
selulosa adalah sangat berbeda dibanding selulosa. Sifat termomekanika polimer selulosa
yang ada pada serat selulosa akan dipengaruhi oleh adanya sisa zat yang masih tertinggal.
Makin banyak zat-zat yang tertinggal didalam serat makin besar pula pengaruh yang
ditimbulkan dan akan menciptakan perbedaan kurva termomekanika dari selulosa asli.
Dengan membandingkan kurva termomekanika serat selulosa asli ketidak murnian serat-
serat dari selulosa dapat dikenali dengan mudah. Cara ini lebih mudah untuk digunakan
mengukur ketidak murnian serat-serat selulosa dibanding menggunakan cara analisa kimia.
Kata Kunci : Termomekanika, selulosa, Serat tekstil
19
PROSES WEIGHT REDUCTION SERAT POLIESTER HEMAT ENERGI
PADA PEMBUATAN GEORGETTE
Oleh : Zubaidi A. Kailani
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil
Jln. Jend. A. Yani 390, Bandung
ABSTRAKS
Studi tentang proses penurunan berat (weight reduction) pada serat poliester
menggunakan awa-muatan pijar (glow discharge plasma) telah dilakukan dalam
rangka mengatasi pemborosan energi apabila menggunakan proses kostik soda.
Proses penurunan berat menggunakan kostik soda dianggap banyak pemborosan
waktu dan energi minyak. Percobaan discharge tersebut dilakukan pada atmosfer
oksigen, nitrogen dan vakum untuk mendapatkan penurunan berat yang paling
efektif. Hasilnya dievaluasi dan dianalisa untuk dibandingkan dengan cara kimia
memakai soda kostik yang selama ini digunakan. Dapat disimpulkan bahwa
pengikisan mwnggunakan awa-muatan pijar pada atmosfer vakum adalah yang
paling baik untuk memperoleh penurunan berat dibanding menggunakan oksigen
atau nitrogen. Pengikisan cara kimia menggunakan soda kostik memerlukan banyak
rangkaian proses, memerlukan banyak energi, dan banyak waktu. Perhitungan biaya
proses menunjukkan bahwa proses menggunakan energi discharge adalah Rp
4.000.000 /ton kain yang jauh lebih murah dibanding proses menggunakan soda
kostik sebesar Rp 17.500.000/ ton kain.
Kata Kunci: Weight Reduction, Poliester, Hemat energy, kain georgette
20
PENINGKATAN MUTU KAIN RAYON VISKOSA DENGAN CARA POLIMERISASI TEMPEL BERBAGAI MONOMER AKRILAT
Oleh :
Zubaidi Balai Besar Tekstil
Jalan Jendral A. Yani 390Telp. (022) 7206214, Fax. (022) 7271288
BANDUNG
ABSTRAK
Penelitian polimerisasi tempel (grafting) monomer-monomer akrilat pada serat
rayon viskosa telah dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas kain. Monomer-
monomer yang digunakan dalam penelitian adalah asam akrilat (AA), metoksi etil
akrilat (MEA), hidroksi etil akrilat (HEA), dan hidroksi etil metakrilat (HEMA). Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa persen tempel maksimum pada serat rayon
viskosa adalah 11,8%, bergantung pada monomernya. Persen tempel yang tertinggi
berturut-turut adalah metoksi etil akrilat, hidroksi etil metakrilat, hidroksi etil akrilat dan
asam akrilat. Polimerisasi tempel dengan metoksi etil akrilat pada kain rayon viskosa
dapat meningkatkan kekuatan tarik sampai 19,14% untuk arah lusi dan 14,9% untuk
arah pakan, dan meningkatkan mulur sampai lebih dari 15%. Polimerisasi tempel
pada serat rayon viskosa dengan monomer-monomer akrilat juga dapat
meningkatkan tahan kusut, kekakuan, daya celup dan tahan luntur warna terhadap
pencucian.
Kata Kunci: Rayon Viskosa, Polimerisasi temple, Akrilat
21
PEMANFAATAN ENERGI PLASMA DALAM PROSES TEKSTIL UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT-SIFAT KAIN
Zubaidi A. Kailani
BALAI BESAR TEKSTIL Jalan Jendral A. Yani 390
Telp. (022) 7206214, Fax. (022) 7271288BANDUNG
ABSTRAK
Penelitian penggunaan energi plasma telah dilakukan untuk proses-proses
tekstil dalam rangka mencari energi alternatif pengganti minyak dan batubara. Proses
penurunan berat kain dari kapas, rayon viskosa, poliester, nilon, akrilik, dan rayon
asetat telah dilakukan menggunakan energi plasma untuk menurunkan kekakuan dan
meningkatkan kelembutan serta handling pada kain. Modifikasi kain tekstil juga
dilakukan menggunakan energi plasma dalam rangka memperbaiki sifat kain. Dapat
disimpulkan bahwa “glow discharge” plasma dapat digunakan untuk pengikisan serat-
serat alam maupun sintetik, dan besarnya pengikisan bergantung pada struktur kimia
dari seratnya. Energi plasma juga dapat digunakan sebagai inisiator untuk
polimerisasi tempel monomer-monomer hidrofilik maupun hidrofobik pada kain.
Pengamatan dengan SEM memperlihatkan adanya kompatibilitas yang baik antara
serat dan monomer. Kekuatan tarik cenderung turun setelah mengalami proses
pengikisan, dan kekuatan tariknya cenderung naik setelah proses grafting dengan
monomer-monomer.
Kata Kunci : Energi Plasma & Penyempurnaan tekstil
22
PEMBUATAN PANEL ROMPI ANTI PELURU DARIKOMPOSIT SERAT ALAM RAMI
Oleh :Zubaidi, Sujana, Nur Waluyo
BALAI BESAR TEKSTIL Jalan Jendral A. Yani 390
Telp. (022) 7206214, Fax. (022) 7271288BANDUNG
ABSTRAK
Penelitian pembuatan panel rompi anti peluru menggunakan bahan dasar
lokal dari serat rami telah dilakukan dalam rangka mensubtitusi penggunaan serat
Kevlar yang selama ini masih impor dengan harga yang sangat mahal. Beberapa
penelitian telah dilakukan diantaranya Balai Besar keramik untuk level 5 dengan
bobot yang tinggi (kurang lebih 5 Kg). Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan
panel dari komposit serat alam (rami) untuk level rendah dengan bobot yang jauh
lebih rendah antara 0,5 – 1,2 kg. Hasil uji tembak menunjukkan masing-masing
kelebihan dan kekurangan. dan komposit yang paling baik adalah komposit dengan
bahan penguat polipropilen karena dapat menahan laju peluru yang ditembakkan
dari senapan jenis Revolver 38 dan pistol (P2) pada jarak 5 meter. Komposit
menggunakan penguat PET mampu menahan menahan laju peluru dari Revolver 38
pada jarak yang sama serta lebih fleksibel.
Kata Kunci: Anti peluru, rami, Komposit serat alam
23
PEMBUATAN ROMPI ANTI PELURU MENGGUNAKAN BAHAN DASAR SERAT POLIESTER
Oleh : Zubaidi, Moekarto M, Santoso S.
BALAI BESAR TEKSTILJalan Jendral A. Yani no 390 Bandung
Tel.(022) 7206214, 7206215 Fax. (022) 7271288E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian pembuatan rompi anti peluru dari serat poliester telah dilakukan
dalam rangka memperbaiki penelitian sebelumnya yang menggunakan komposit
serat rami. Pembuatan sample dilakukan dengan menenun kain dengan konstruksi
anyaman polos (plain) pada ketebalan 0,2 mm. Selanjutnya kain dibuat bundel
masing-masing setebal 10 lapisan, dan dibuat panel dengan variasi ketebalannya.
Kekuatan panel diuji menggunakan senapan revolver 38 dan pistol p39 pada jarak
tembak 5 meter. Hasil uji menunjukkan bahwa panel dari serat poliester dapat
mencapai level II pada standar internasional NIJ -0101.04. Dibanding panel dari
komposit serat rami, panel dari serat poliester mempunyai kelebihan dalam hal
kelenturan, kestabilan, dan lebih nyaman dalam pemakaiannya.
KATA KUNCI : rompi anti peluru, serat poliester.
24
PENCELUPAN SUPERKRITIK CO2 (Teknologi Baru Pencelupan Tanpa Air, Tanpa Zat Kimia,
Dan Bebas Pencemaran)
Oleh : ZubaidiBalai Besar Tekstil
Jln. Jenderal A. Yani 390 BandungTelp. (022) 7206214-15, fax (022) 7271288
ABSTRAKS
Teknologi pencelupan menggunakan supercritical CO2 (supercritical carbon dioxide) adalah teknologi baru yang mempunyai banyak keuntungan dibanding pencelupan konvensional yang menggunakan media air. Teknologi pencelupan konvensional yang selama ini digunakan oleh industri tekstil tersebut dinilai terlalu banyak mengkonsumsi air, bahan kimia, energi, serta menimbulkan pencemaran.
Pencelupan menggunakan fluida supercritical CO2 sebagai media dapat melakukan pencelupan tanpa air, tanpa zat kimia (textile auxliaries), hemat energi, hemat waktu, dan tidak menimbulkan pencemaran. Bahan baku CO2 yang telah digunakan dalam proses dapat didaur ulang dengan mudah. Kekurangan dari teknologi pencelupan superkritik CO2 ialah prosesnya memerlukan tekanan yang sangat tinggi, dan hanya zat warna non-polar (misalnya zat warna dispersi) yang cocok digunakan. Berdasarkan beberapa penelitian, pencelupan superkritik CO2
mempunyai banyak keuntungan bagi industri tekstil dan merupakan sejarah baru dalam pewarnaan tekstil.
Kata Kunci : Pencelupan tanpa air, Pencelupan superkritik CO2
25