Upload
farida-ari
View
63
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
ABU WAFA’ DAN KONTRIBUSINYA DI BIDANG ASTRONOMI
Abu Wafa’ nama lainnya adalah Albuzdschani. Ia dikenal sebagai seorang
ahli falak dan matematikawan Arab terbesar yang lahir di lingkungan kaum Buy, di
Buzdshan Khurasan (kota ini sekarang masuk ke wilayah Iran) pada 1 Ramadhan
328 H/ 10 Juni 940 M. Abu Wafa’ yang nama lengkapnya Muhammad bin
Muhammad bin Yahya bin Ismail bin Abbas Abu Wafa’ al-Buzajani merupakan
seorang ahli yang termasuk paling disegani pada masanya. Karya-karyanya di
bidang ilmu falak antara lain Fi ma Yahtaj ilayh al-Kuttab wa al-Ummal min Ilm
al-Hisab, al-Kamil (menurut al-Qifti karya ini mirip dengan almagest), dan Al-
Handasah. Jasa utama Abu Wafa’ sebenarnya terletak pada pengembangannya yang
lebih jauh terhadap trigonometri. Abu Wafa’ juga mempunyai andil dalam
menetapkan metode perhitungan sin 30 menit dan ia pula yang merupakan orang
pertama yang menetapkan dalil sinus.
Memang sulit untuk menemukan kisah kecil dari astronom muslim ini.
Tetapi yang jelas pada sekitar tahun 959 M, Abu Wafa’ pindah ke Baghdad, Irak.
Ketika itu Irak dipimpin oleh Sultan ‘Adud. Di kota inilah, ia memulai karir sebagai
seorang ilmuwan dan astronom handal dan sangat berjasa bagi umat Islam maupun
masyarakat dunia pada umumnya. Bersama dengan para ilmuwan dan astronom
lainnya, Abu Wafa’ bekerja pada observatorium istana di Baghdad. kemudian pada
tahun 983 M, Sultan ‘Adud digantikan oleh anaknya yaitu Sultan Sharaf. Meskipun
begitu pergantian kekuasaan ini tidak berpengaruh negatif terhadap aktivitas
keilmuwan di lingkungan istana. Malah sebaliknya aktivitas penelitian para
ilmuwan dan astronom justru meningkat karena dukungan istana terhadap mereka
begitu besar.
Sebagai seorang ilmuwan dan astronom muslim, Abu Wafa’ tidak kalah
hebat bila dibandingkan dengan astronom muslim lainnya. Berbagai teori penting
dan puluhan buku telah dihasilkannya. Untuk kepentingan kemajuan penelitian di
lembaga observatorium, Abu Wafa’ membuat alat yang disebut “Wall Quadrant”.
Alat ini berguna untuk mempermudah penelitian terhadap benda-benda langit yang
bergerak. Dan tentu saja, hal ini sangat efisien dan efektif bagi kemudahan
penelitian yang dilakukan oleh Abu Wafa’ bersama para ilmuwan dan astronom
yang bekerja di Observatorium Istana. Ketika melakukan penelitian bersama
dengan para astronom lainnya, Abu Wafa’ juga banyak mendapat hambatan
berkenaan dengan teori sebagai alat bantu penelitian. Teori alat bantu ini misalnya
saja teori matematika yang berhubungan dengan trigonometri dan geometri. Oleh
karenanya, Abu Wafa’ mencoba mengatasi kesulitan ini. Walhasil ia pun berhasil
menemukan solusi untuk masalah tersebut. Ia berhasil membuat tabel tangen dan
contangen serta menemukan fungsi matematika sinus cosinus lanjutan:
Sin (a + b) = sin (a) cos (b) + cos (a) sin (b)
Cos (2a) = 1 – 2sin2(a)
Sin (2a) = 2sin (a) cos (a)
Selain itu, ia juga menemukan formula sinus untuk geometri bola yaitu;
SinA /Sina = SinC/ Sinc
Tabel trigonometri yang dibuat oleh Abu Wafa’ memiliki keakuratan hingga
8 Angka desimal, jauh lebih ketimbang tabel trigonometri milik Ptolemeus yang
hanya memiliki keakuratan hingga 3 angka desimal.
Seperti para ilmuwan dan astronom muslim lainnya, Abu Wafa’ juga
menulis banyak buku yang berkaitan dengan astronomi. Salah satu bukunya yang
terkenal yaitu berjudul Fi ma Yahtaj ilayh al-Kuttab wa al-Ummal min Ilm al-
Hisabi atau dalam bahasa inggrisnya berjudul Book on what is necessary from the
Science of Arithmetic for Scribes and Businessmen. Abu Wafa’ juga menulis buku
lain yang berjudul “A book on those geometric constructions wich are necessary for
a crafsman” dan “Kitab al-Kamil ” Buku Abu Wafa’ yang berjudul “ Kitab al-
Kamil ” menjadi panutan bagi astronom sesudahnya. Melihat pentingnya bagi
masyarakat dunia, karya dan buku-buku Abu Wafa’ diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa dunia. Wajar kiranya jika Abu Wafa’ mendapat penghargaan
dengan menyandangkan namanya pada salah satu kawah di bulan, “Abu Wafa’
Crater”.
Di antara sederet ulama dan ilmuwan Muslim yang dimiliki peradaban
Islam, hanya 24 tokoh saja yang diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat
pengakuan dari Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu
resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M,
antara tahun 1935, 1961, 1970 dan 1976. salah satunya Abu Wafa’.
Kebanyakan, ilmuwan Muslim diabadikan di kawah bulan dengan nama
panggilan Barat. Abu Wafa’ adalah salah satu ilmuwan yang diabadikan di kawah
bulan dengan nama asli. Kawah bulan Abu Wafa’ terletak di koordinat 1.00 Timur,
116.60 Timur. Diameter kawah bulan Abu Wafa’ diameternya mencapai 55 km.
Kedalaman kawah bulan itu mencapai 2,8 km.
Lokasi kawah bulan Abu Wafa’ terletak di dekat ekuator bulan. Letaknya
berdekatan dengan sepasang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur. Di
sebelah barat daya kawah bulan Abu Wafa’ terdapat kawah Vesalius dan di arah
timur laut terdapat kawah bulan yang lebih besar bernama King. Begitulah dunia
astronomi modern mengakui jasa dan kontribusinya sebagai seorang astronom di
abad X.
REFERENSI
Azhari, Susiknan. 2008. Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramdan, Anton. 2009. Islam dan Astronomi. Jakarta: Bee Media Indonesia.
http://www.bukanberita.com/siapa-sebenarnya-sosok-seorang-abu-wafa.html