9
Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan tiga pendekatan. Pertama pendekatan ke masyarakat melalui penyuluhan atau seminar, kedua, pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan ketiga “tidak melalui makanan” atau non food based intervention. Penyuluhan dan Seminar a. Advokasi : Berupa lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penentu kebijakan dan pemerintah daerah mengenai masalah KVA dan dampaknya. b. Sosialisasi : Sosialisasi program penanggulangan xeroftalmia perlu dilakukan terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya agar terjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia. c. Bina Suasana : Dilakukan melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sector yang terkait dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia. d. Gerakan Masyarakat : Dilakukan melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam program penanggulangan KVA/deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia. e. Konseling/konsultasi gizi : Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit pada sasaran ibu anak.

Acil Mia Mita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yti7iy

Citation preview

Page 1: Acil Mia Mita

Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)

Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan tiga pendekatan. Pertama pendekatan ke masyarakat melalui penyuluhan atau seminar, kedua, pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan ketiga “tidak melalui makanan” atau non food based intervention.

Penyuluhan dan Seminar

a. Advokasi :Berupa lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan

informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penentu kebijakan dan pemerintah daerah mengenai masalah KVA dan dampaknya.b. Sosialisasi :

Sosialisasi program penanggulangan xeroftalmia perlu dilakukan terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya agar terjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.c. Bina Suasana :

Dilakukan melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sector yang terkait dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.

d. Gerakan Masyarakat :Dilakukan melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna memberdayakan keluarga dan

masyarakat dalam program penanggulangan KVA/deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.e. Konseling/konsultasi gizi :

Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit pada sasaran ibu anak. Kegiatan ini dilakukan agar ibu balita dapat memahami masalah xeroftalmia pada anaknya, cara pencegahan dan penanggulangannya.

Intervensi KVA berbasis makanan

Fortifikasi Makanan

Kegiatan fortifikasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta melalui upaya memproduksi bahan makanan kaya vitamin A yang dikonsumsi masyarakat luas. Pemerintah dalam hal ini perlu menyediakan sarana yang memadai dan perangkat peraturan perundangan

Page 2: Acil Mia Mita

yang dapat mendorong produsen bahan makanan berperan aktif dalam kegiatan fotifikasi vitamin A. Disamping itu adanya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan alami dan produk bahan makanan sumber vitamin A akan sangat membantu kegiatan fortifikasi vitamin A dan secara tidak langsung berpartisipasi dalam pencegahan xeroftalmia di masyarakat.

Penanggulangan vitamin A berbasis makanan adalah upaya peningkatan konsumsi vitamin A dari makanan yang kaya akan vitamin A. Sebaliknya bila bahan makanan yang aslinya tidak mengandung vitamin A bisa diperkaya dengan vitamin A melalui teknologi fortifikasi. Jenis pangan yang mengandung vitamin A antara lain sayuran berwarna hijau, kuning atau merah, buah berwarna kuning atau merah, serta sumber makanan hewani. Bahan makanan yang mengandung vitamin A dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Bahan Makanan Satuan Internasional (SI)/100gram

Bahan Makanan Satuan Internasional (SI)/100gram

Bahan Makanan Nabati Bahan Makanan HewaniJagung muda, kuning, biji 117 Ayam 810Jagung kuning panen baru, biji

440 Hati sapi 43900

Jagung kuning panen lama, biji

510 Ginjal sapi 1150

Ubi rambat, merah 7700 Telur itik 1230Lamtoro, biji muda 423 Ikan segar 150Kacang ijo kering 157 Daging sapi kurus 20Wortel 12000 Buah :Bayam 6000 Apokat 180Daun melinjo 10000 Belimbing 170Daun singkong 11000 Mangga masak pohon 6350Genjer 3800 Apel 90Kangkung 63000 Jambu biji 25

Tabel Daftar Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karoten

Ada perbendaan bentuk antara vitamin A yang terkandung dalam bahan makanan hewani dan nabati. Bahan makanan hewani mengandung vitamin A dalam bentuk yang mempunyai aktivitas yang disebut preformed vitamin A. sedangkan dalam bahan makanan nabati mengandung vitamin A dalam bentuk pro-vitamin A atau prekursor vitamin A yang terdiri dari ikatan karoten. Sumber vitamin A preformed yang dipekatkan biasa digunakan sebagai obat suplemen vitamin A.

Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani. Sebagai gambaran, angka 350 RE terdapat pada tiga butir telur atau 250 gram bayam. Jadi seorang anak balita memenuhi kecukupan gizi vitamin A jika ia mengonsumsi tiga telur atau 250 gram bayam dalam sehari. Tapi, tentu saja, seorang anak akan bosan jika terus menerus diberi telur dan bayam, apalagi dalam

Page 3: Acil Mia Mita

jumlah besar. Terdapat banyak sayuran dan buah yang mengandung vitamin A. Sayuran dan buah yang mengandung AKG dalam jumlah besar, lebih dari 150 RE/100 gr, adalah pepaya, bayam, kangkung, wortel, ubi jalar, mangga, dan sebagainya. Sementara sumber makanan nabati dengan kandungan vitamin A lebih rendah, sekitar 1-60 RE/100 gr, terdapat pada jagung, semangka, tomat, pisang, belimbing, dan sejenisnya. Untuk sumber makanan hewani, kandungan vitamin A dalam jumlah besar terdapat pada telur, daging ayam dan hati. Sedangkan ikan, susu segar, dan udang memiliki kandungan vitamin A tergolong kecil. Untuk lebih mudah mengingat jenis makanan apa saja yang mengandung vitamin A. Jenis lainnya adalah makanan yang sudah difortifikasi atau ditambah zat gizinya seperti jenis mie instan, biskuit, mentega dan susu instan.

Intervensi KVA berbasis bukan makanan

Mencegah dan menanggulangi KVA dengan basis bukan makanan atau non food based intervention dilakukan dengan program suplementasi yaitu pemberian tambahan (suplemen) vitamin A kepada anak atau ibu dalam bentuk pil atau kapsul. Program ini merupakan program utama dan berhasil menanggulangi KVA di Indonesia dan banyak negara lain.

Program Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi

Suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari :

a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU). Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg (setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis, yaitu :

1) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul 2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :

Saat ditemukan segera beri 1 kapsul Hari berikutnya 1 kapsul 4 minggu berikutnya 1 kapsul Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya

diberi 1 kapsul.

b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis :

1) Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul 2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : - Saat ditemukan segera beri 1

kapsul - Hari berikutnya 1 kapsul - 4 minggu berikutnya 1 kapsul 3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan infeksi

lainnya diberi 1 kapsul ( Puspitorini, 2006 ).

Page 4: Acil Mia Mita

Akselerasi adalah upaya mempercepat pencapaian cakupan distribusi vitamin A untuk semua kelompok sasaran (bayi, balita, nifas) yang dapat dilakukan melalui kegiatan pemasaran sosial dan mobilisasi social (Depkes RI, 2000).

Mobilisasi sosial merupakan suatu kegiatan penggerakan sumberdaya manusia dan sarana yang bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat akan kapsul vitamin A melalui upaya-upaya yang dilakukan dengan menggunakan seluruh potensi yang ada pada pada pemerintah, kelompok media massa, institusi pendidikan dan kelompok- kelompok potensial di masyarakat.

Tujuan pemberian vitamin A dosis tinggi yang ingin dicapai dalam akselerasi yaitu untuk semua bayi, balita, dan ibu nifas mendapat dan meminum vitamin A. Sedangkan tujuan khususnya yaitu tergalangnya kepedulian petugas untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam distribusi kapsul vitamin A, meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat mengenai perlunya distribusi kapsul vitamin A pada sasaran (bayi 6-11bulan, balita 1-5 tahun dan ibu nifas) (Depkes RI, 2000).

Pemberian vitamin A dosis tinggi telah terbukti mampu mengawasi xerofthalmia, mencegah kebutaan dan mengurangi angka kematian anak akibat infeksi tertentu (terutama campak dan diare) pada masyarakat yang mengalami defisiensi. Suplementasi cara ini juga terbukti efektif dalam memperbaiki secara cepat keadaan ibu dan bayi yang baru dilahirkan (Depkes RI, 2000).

Program pemberian suplementasi vitamin A diyakini efektif dan aman. Vitamin A diberikan dengan dosis anjuran, tidak akan terjadi efek samping yang serius dan menetap. Efek samping yang sampai sekarang terpantau cukup ringan hanya keluhan sakit kepala dan muntah. (pada bayi fontanela mengeras atau menggelembung) dan tidak memerlukan pengobatan yang khas. Jika status vitamin A sudah baik, pemberian suplemen menjadi tidak penting. Namun, jika diteruskan juga tidak membahayakan (Depkes RI, 2000).

Departemen Kesehatan juga terus melakukan program penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. Namun sebanyak 50,2 persen balita masih menderita kekurangan vitamin A sub-klinis yang juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Guna menanggulangi hal ini, Depkes melaksanakan program pemberian kapsul vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan di Indonesia. Vitamin A dosis tinggi diberikan pada balita dan ibu nifas. Pada balita diberikan dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Agustus dengan dosis 100.000 IU untuk anak 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan ibu nifas.

Untuk mencegah kekurangan vitamin A, maka di adakan pemberian vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali dalam satu tahun. Suplementasi vitamin A dosis tinggi yang dilakukan

Page 5: Acil Mia Mita

secara berkala pada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. (Puspitorini, 2008)

No Kegiatan Sasaran Target Volume kegiatan

Rincian Pelaksanaan

Lokasi Pelaksanaan

Tenaga pelaksana

Jadwal Kebutuhan pelaksanaan

1 Penyuluhan

Masyarakat 80% dari jumlah sasaran

1 minggu Advokasi, Sosialisasi, Bina Suasana, Gerakan Masyarakat, Konseling atau konsultasi gizi

Puskesmas dan balai desa

Mahasiswa dan tenaga medis dan dinas kesehatan yang terkait

Jumat, Sabtu dan Minggu

Bahan penyuluhan, proyektor, laptop

2 Pemberian vitamin A dosis tinggi

Penderita KVA dan golongan yang berpotensi menderita KVA (Bayi, Balita, Nifas)

80% dari jumlah sasaran

2x dalam setahun

Pemberian vit A kapsul merah dan pemberian vit A kapsul biru

Puskesmas Tenaga medis

Bulan Februari dan Agustus

Kapsul Vitamin A

3 Fortifikasi makanan yang lazim disantap

Seluruh masyarakat

80% dari jumlah sasaran

3 bulan Memproduksi/ mendorong produsen makanan untuk memproduksi dan mendistribusian makanan yang mengandung vit A

Pabrik makanan

Dinas Kesehatan

1x dalam seminggu (Setiap hari senin)

Bahan Makanan dan Vitamin A

Page 6: Acil Mia Mita

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Palembang. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas.

Halati. 2006. Vitamin A. www.ilmusehat.com. [14 September 2008].

Mahdalia. 2003. Kurang Vitamin A, Bola Mata Anak Mengempis. http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0801/kes1.html . [14 September 2008]

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direkrorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.