28
Gangguan hiperaktif pada anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) umumnya baru diketahui ketika anak sudah bersekolah. Tapi ada ciri- ciri ADHD yang muncul sebelum ia masuk sekolah. ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak-anak dan juga remaja, diperkirakan mempengaruhi sekitar 3-7 dari setiap 100 anak usia sekolah. Sekitar 66 persen anak dengan ADHD masih terus menunjukkan gejalanya saat ia menjadi remaja. Umumnya seseorang yang memiliki ADHD memiliki 3 gangguan serupa meskipun kadang disertai dengan gejala yang berbeda, yaitu tidak perhatian (inattentiveness), hiperaktif (hyperactivity) dan impulsif (impulsiveness). Membaca sinyal untuk ADHD kadang bisa menjadi sulit karena sebagian besar terlihat seperti anak sehat lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa diamati sebagai kemungkinan anak memiliki ADHD, seperti dikutip dari ParentDish, Selasa (23/8/2011) yaitu: 1. Tanda-tanda perilaku hiperaktif dan impulsif Anak akan terlihat gelisah atau menggeliat terus menerus tanpa melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya dianggap sebagai gejala klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan sebagai gejala ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa saat atau cenderung bicara secara berlebihan. 2. Tanda anak kurang perhatian Tanda yang paling jelas terlihat adalah anak sering mengalami kegagalan dalam memperhatikan sesuatu yang detail atau melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak mendengarkan apa yang orang lain bicarakan dengannya dan mudah lupa. Jika ada tanda-tanda seperti itu sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya untuk mengevaluasi, karena ADHD yang tidak terdiagnosis dan diobati akan membuat si anak tumbuh menjadi remaja yang mudah terganggu, lalai, kurang komunikatif serta mempengaruhi kehidupan sosialnya. Serta bertindak lebih impulsif terhadap situasi yang ada tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kondisi ini akan membuatnya memiliki perilaku yang berisiko dan sulit mengontrol diri.

Adhd

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kecepatan dalam memberikan penanganan syok sangat penting, makin lama dimulainya tindakan resusitasi makin memperburuk prognosis.Prioritas utama yang harus segera dilakukan adalah pemberian oksigen aliran tinggi, stabilisasi jalan nafas, dan pemasangan jalur intravena, diikuti segera dengan resusitasi cairan. Apabila jalur intravena perifer sukar didapat, jalur intraoseus (IO) segera dimulai.Setelah jalur vaskular didapat, segera lakukan resusitasi cairan dengan bolus kristaloid isotonik (Ringer lactate, normal saline) sebanyak 20 mL/kg dalam waktu 5-20 menit.

Citation preview

Gangguan hiperaktif pada anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) umumnya baru diketahui ketika anak sudah bersekolah. Tapi ada ciri-ciri ADHD yang muncul sebelum ia masuk sekolah.

ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anak-anak dan juga remaja, diperkirakan mempengaruhi sekitar 3-7 dari setiap 100 anak usia sekolah. Sekitar 66 persen anak dengan ADHD masih terus menunjukkan gejalanya saat ia menjadi remaja.

Umumnya seseorang yang memiliki ADHD memiliki 3 gangguan serupa meskipun kadang disertai dengan gejala yang berbeda, yaitu tidak perhatian (inattentiveness), hiperaktif (hyperactivity) dan impulsif (impulsiveness).

Membaca sinyal untuk ADHD kadang bisa menjadi sulit karena sebagian besar terlihat seperti anak sehat lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa diamati sebagai kemungkinan anak memiliki ADHD, seperti dikutip dari ParentDish, Selasa (23/8/2011) yaitu:

1. Tanda-tanda perilaku hiperaktif dan impulsifAnak akan terlihat gelisah atau menggeliat terus menerus tanpa melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya dianggap sebagai gejala klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan sebagai gejala ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa saat atau cenderung bicara secara berlebihan.

2. Tanda anak kurang perhatianTanda yang paling jelas terlihat adalah anak sering mengalami kegagalan dalam memperhatikan sesuatu yang detail atau melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak mendengarkan apa yang orang lain bicarakan dengannya dan mudah lupa.

Jika ada tanda-tanda seperti itu sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya untuk mengevaluasi, karena ADHD yang tidak terdiagnosis dan diobati akan membuat si anak tumbuh menjadi remaja yang mudah terganggu, lalai, kurang komunikatif serta mempengaruhi kehidupan sosialnya.

Serta bertindak lebih impulsif terhadap situasi yang ada tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kondisi ini akan membuatnya memiliki perilaku yang berisiko dan sulit mengontrol diri.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAKHIPERAKTIFBy. redaksi ideguruSalam sukses Wahai Guru Indonesia dan para orang tua terhormat, perkenankanlah kami menyampaikan hal-hal yang penting ini yakni faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak

Faktor neurologikInsiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kananFaktor toksikBeberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.Faktor genetikDidapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.Faktor psikososial dan lingkunganPada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif : Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas Kenali kelebihan dan bakat anak Membantu anak dalam bersosialisasi Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya Menerima keterbatasan anak Membangkitkan rasa percaya diri anak Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnyaDisamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

Penyebab Anak Hiperaktif Dan PenanganannyaBy Dina Tantri

artikelkesehatananak.com ... ADHD- Translate this page

Penyebab anak hiperaktif biasanya dikaitkan dengan pola asuh dan kesalahan dalam asupan makanan. Namun, dalam beberapa penelitian ilmiah yang mendetail, diketahui bahwa faktor genetik atau penyimpangan DNA menjadi salah satu faktor untuk penyebab hiperaktif. Dalam penelitian ilmiah, diketahui bahwa anak hiperaktif memiliki satu bagian kecil DNA yang hilang atau bahkan terduplikasi sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam perkembangan, otak kanan maupun otak kiri. Hal ini kemudian memunculkan suatu keadaan yang disebut ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder).Jenis-Jenis HiperaktifSebelum lebih jauh mengenal penyebab hiperaktif anak, menurut para ahli, setidaknya ada tiga jenis hiperaktif yang dapat dipelajari dalam berbagai kasus. Jenis-jenis hiperaktif tersebut adalah : Tipe Yang Susah Berkonsentrasi (Inatensi)Biasanya, hal ini terjadi pada anak perempuan dengan ditandai kondisi melamun atau tidak fokus pada hal-hal disekitarnya. Tipe hiperaktif dan impulsifTipe ini paling sering diperlihatkan dengan ciri anak yang tidak bisa diam dan selalu melakukan aktivitas seolah tidak pernah lelah, Ciri lain adalah, dalam bertindak, penderita gejala hiperaktif tipe ini cenderung tidak berfikir konsekuensinya. Misalnya, kita akan bisa melihat ada anak kecil yang berlari berputar-putar tanpa berfikir bahwa disekitarnya adalah lalu lintas yang ramai. Anak hiperaktif tipe ini juga cenderung tidak dapat berkonsentrasi dan lebih suka bermain sendiri serta selalu melontarkan banyak pertanyaan tanpa mau disela. Tipe gabunganTipe ini adalah gabungan dari tipe inatensi dan hiperaktfi impulsif.Penyebab Anak Hiperaktif dan Beberapa Hal LainnyaSeperti telah dikatakan diatas, penyebab hiperaktif terutama adalah penyimpangan DNA. Penyimpangan DNA ini menurut pendapat banyak pihak, bukan disebabkan konsumsi asupan sewaktu anak sudah lahir, namun lebih kepada asupan ketika anak masih dalam kandungan. Konsumsi makanan instan secara berlebihan dipercaya ikut menjadi penyebab anak menjadi hiperaktif.Namun, hiperaktif bukanlah hal buruk sebenarnya. Anak yang memiliki kondisi hiperaktif pada dasarnya mempunyai energi berlebih yang bisa digunakan untuk kebaikannya. Libatkan anak hiperaktif dalam kegiatan yang akan menguras banyak energinya misalnya olahraga atau hobby lain seperti bertualang. Ketika energi berlebih tergunakan, anak hiperaktif akan mudah untuk mengendalikan diri. Satu hal yang pasti, hiperaktif bukanlah kondisi yang jelek selama banyak hal positif dilakukan. Namun memang, untuk menangani anak yang hiperaktif haruslah dengan kesabaran ekstra dan melakukan pendekatan pertama yaitu mencoba memahami apa penyebab anak hiperaktif.Penyebab ADHD Pada AnakBy Dina Tantri

Apakah sebenarnya penyebab ADHD pada anak?ADHD atau yang dikenal dengan attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan sebuah gangguan dalam perkembangan mengenai meningkatnya aktivitas motorik dari anak hingga bisa menyebabkan aktifitas anak yang cenderung tidak lazim dan berlebihan. Lalu apakah ADHD ini bisa di bilang sebuah penyakit, mungkin tidak. Seperti yang dijelaskan di atas jika penyakit ADHD pada anak ini merupakan gangguan pada sistem sarafnya yang mengakibatkan adanya tindakan yang berlebihan pada tingkah laku sang anak, sehingga sang anak merasakan gelisah, dan relatif tidak bisa diam atau duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap. Mungkin anda harus lebih memperhatikan anak anda apakah mengalami gangguan seperti ini.Memahami Penyebab ADHD Pada AnakKebanyakan ahli mengatakan bahwa penyebab sebenarnya dari ADHD ini sulit untuk diketahui, namun dari beberapa penelitian ditemukan beberapa hal yang berkemungkinan besar memiliki keterkaitan dengan ADHD dan bisa dikatakan sebagai kemungkinan penyebab dari gangguan ini, diantaranya :1. Cedera OtakHal ini adalah yang paling ingin dihindari oleh anda untuk terjadi pada anak anda, baik terjadinya pada saat kehamilan maupun persalinan, atau di saat lainnya. ADHD dapat disebabkan oleh cedera otak yang dialami oleh sang anak entah itu dikarenakan infeksi, atau luka berat yang dialami semasa kehamilan ibu atau saat menjalani persalinan.2. Merokok Dan Mengkonsumsi Alkohol Selama KehamilanIni adalah salah satu kebiasaan buruk yang harus dihindari oleh para calon ibu, dikarenakan hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan janin. Walaupun sang ibu juga terkadang mengalami sebuah tekanan mental tapi tidak seharusnya menggunakan alkohol dan rokok sebagai salah satu upaya pelarian.3. Kelahiran prematurSeorang anak yang mengalami kelahiran prematur selalu memiliki kemungkinan untuk menderita gangguan ADHD ini, mungkin disebabkan ketidaksempurnaan yang di alami oleh seorang anak akibat mengalami kelahiran prematur iniGenetik Sebagai Salah Satu Penyebab ADHDBanyak ahli yang berpendapat bahwa salah satu penyebab utama ADHD ini ialah dari faktor genetika atau bisa di bilang dengan keturunan. Dan hal ini seringkali ditemukan sebagai faktor tunggal dari penyebab ADHD. Meskipun demikian, masih banyak pendapat lainnya mengenai penderita ADHD, terutama yang berkaitan dengan perilakunya sampai bagaimana ia diperlakukan di dalam keluarganya, selain itu pula tidak mudah untuk mendiagnosa ADHD pada anak hanya dengan melihatnya secara langsung, karena sebenarnya tingkah lakunya bisa dibilang hampir sama dengan anak lainnya.

Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya Medika.

Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.

Spinelli S, Joel S, Nelson TE, Vasa RA, Pekar JJ, Mostofsky SH. Different neural patterns are associated with trials preceding inhibitory errors in children with and without attention-deficit/hyperactivity disorder. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Jul 2011;50(7):705-715.e3. Ducharme S, Hudziak JJ, Botteron KN, Albaugh MD, Nguyen TV, Karama S, et al. Decreased regional cortical thickness and thinning rate are associated with inattention symptoms in healthy children. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Jan 2012;51(1):18-27.e2.Blader JC, Schooler NR, Jensen PS, Pliszka SR, Kafantaris V. Adjunctive divalproex versus placebo for children with ADHD and aggression refractory to stimulant monotherapy. Am J Psychiatry. Dec 2009;166(12):1392-401.Wilens TE. Straight Talk about Psychiatric Medications for Kids. New York, NY: Guilford Press; 2002. Rappley MD. Clinical practice. Attention deficit-hyperactivity disorder. N Engl J Med. Jan 13 2005;352(2):165-73.ADHD di Indonesia diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Berawal dari masa kanak-kanak dan dapat berlanjut ke masa dewasa. Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.Anak laki-laki dengan ADHD menunjukkan tingkat yang besar pada aktivitas motorik, agresif dan perilaku antisosial, sedangkan anak perempuan dengan ADHD menunjukkan pelemahan kognitif dan disfungsi bahasa. Perempuan dengan ADHD juga menunjukkan abnormalitas metabolisme otak dibandingkan laki-laki (Young, 2002).Anak-anak dengan ADHD juga berisiko dan sering didiagnosis dengan gangguan kejiwaan komorbid seperti gangguan perilaku, gangguan oposisi menentang, depresi dan gangguan belajar (Parker dkk, 2004). Anak-anak perempuan dengan ADHD tipe kombinasi lebih mungkin mendapatkan diagnosis komorbid, yaitu gangguan tingkah laku atau gangguan sikap menentang daripada anak-anak yang tidak mengalami ADHD (Davison, 2006). Anak perempuan dengan ADHD lebih mungkin mengalami gangguan perhatian, perasan dan kecemasan, sedangkan anak laki-laki dengan ADHD lebih mungkin mengalami gangguan menentang (Waschbusch & King, 2006). A. Sebab-sebab1. Dimensi Biologia. Faktor GenetikPenelitian menunjukkan bahwa predisposisi genetic terhadap ADHD kemungkinan berperan. Menurut Biederman dkk (1995, dalam Davison dkk, 2006), bila orang tua mengalami ADHD, sebagian anak mereka memiliki kemungkinan mengalami gangguan tersebut. Berbagai studi adopsi dan sejumlah studi orang kembar berskala besar mengindikasikan adanya komponen genetik dalam ADHD, dengan tingkat kesesuaian kembar MZ sebesar .70 hingga .80 (Davison dkk, 2006). b. Kerusakan OtakKerusakan otak bisa mengakibatkan gejala hiperaktivitas, ketiadaan perhatian, dan impulsivitas. Hanya 5-10% anak-anak ADHD yang diakibatkan karena kerusakan otak (Martin, 2008). Beberapa studi mendokumentasikan bahwa frontal lobe pada anak-anak dengan ADHD kurang responsif terhadap stimulasi (Rubia dkk, 1999; Tannock, 1998; dalam Davison dkk, 2006), dan aliran darah serebal berkurang (Sieg dkk, 1995, dalam Davison, 2006). Pada anak ADHD, ukuran frontal lobe, nukleus kaudat, globus pallidus lebih kecil dibandingkan ukuran normal (Davison dkk, 2006). c. MerokokRiset menunjukkan bahwa risiko ADHD lebih tinggi pada bayi yang ibunya merokok selama masa kehamilan. Asap rokok mempunyai hubungan erat dengan ADHD, beberapa penelitian menunjukkan anak yang mengidap ADHD berhubungan erat dengan ibu yang merokok selama masa kehamilan, diduga nikotin dapat mengakibatkanhypoxia (kekurangan oksigen) pada janin yang pada akhirnya dapat membuat bayi kekurangan suplai oksigen ke otak dan menimbulkan kerusakan. Penelitian ini berlanjut pada lingkungan sekitarnya yang dipenuhi dengan asap rokok atau ibu yang merokok pada masa sesudah melahirkan mempunyai hubungan erat dengan kemunculan ADHD pada anaknya.Penelitian (2006) yang dilakukan olehEnvironmental Health Perspectivesmenemukan bahwa 4.704 anak-anak (usia 4-45 tahun) atau sekitar 4,2% penderita ADHD memiliki ibu yang merokok selama kehamilan mempunyai potensi berkembangnya ADHD yang lebih parah 2,5 kalinya dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok semasa kehamilan (Martin, 2008).d. Keracunan Timah Hitam (Timbal)Timah hitam adalah racun saraf yang kuat yang terkandung pada cat-cat rumah yang terkelupas, bensin, dan lain-lain. Beberapa penelitian telah mengukur jumlah timah hitam di dalam darah, rambut, atau gigi anak-anak. Dan ketika para guru diminta untuk mengukur tingkat hiperaktivitas dan ketiadaan perhatian pada anak-anak tersebut. Hasil penelitiannya ada hubungan antara timah hitam dan ketiadaan perhatian. Namun, penelitian yang mengatakan bahwa hampir tidak ada hubungan antara tingkat timah hitam pada darah dan hiperaktivitas. Timah hitam bukan penyebab utama ADHD (Martin, 2008).

2. Dimensi SosialThe World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diagnosis ADHD dapat mewakili disfungsi keluarga atau kekurangan dalam sistem pendidikan bukannya psikopatologi individu itu sendiri. Russell Barkley namun tidak sependapat dan tidak menemukan bukti kuat bahwa faktor-faktor sosial sendiri dapat menyebabkan ADHD. Para peneliti lain percaya bahwa hubungan dengan pengasuh mempunyai efek yang besar pada diri attentional dan kemampuan regulator. Lebih jauh lagi, Complex Post Traumatic Stress gangguan perhatian dapat mengakibatkan masalah yang dapat terlihat seperti ADHD. ADHD juga dianggap berkaitan dengan disfungsi integrasi sensorik (Baihaqi & Sugiarman, 2008).

C. Pendekatan Psikoanalisis anak, Bruno Bettelheim (1973, dalam Davison dkk, 2006) mengemukakan teori diathesis-stres mengenai ADHD, yang menyatakan bahwa hiperaktivitas terjadi bila suatu predisposisi terhadap gangguan tersebut dipasangkan dengan pola asuh yang otoritarian. Jika seorang anak yang mengalami disposisi aktivitas yang berlebihan dan mudah berubah moodnya mengalami stress karena orang tua yang mudah menjadi tidak sabar dan marah, si anak dapat menjadi tidak mampu manghadapi tuntutan orang tuanya untuk selalu patuh. Dengan terbentuknya pola perilaku mengganggu dan tidak patuh, si anak tidak dapat mengatasi berbagai tuntutan di sekolah, dan perilakunya sering kali bertentangan dengan berbagai aturan di kelas. Dengan demikian, karakteristik dan pola keluarga dapat sangat berkorelasi dengan bertahannya atau konsekuensi ADHD. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa keluarga menyebabkan terjadinya ADHD (Johnson & Marsh, 2001, dalam Davison dkk, 2006). D. GejalaMenurut DSM IV, gejala-gejala ADHD yaitu:1. Kurang perhatiana. Sering gagal untuk member perhatian pada detail atau membuat kekeliruan yang tidak hati-hati dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain.b. Sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatian pada aktivitas tugas atau permainan.c. Sering terlihat tidak mendengarkan ketika diajak berbicara langsung.d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas atau kewajiban di tempat kerja (tidak disebabkan perilaku menentang atau tidak mengerti instruksi)e. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas.f. Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terlibat tugas yang membutuhkan upaya mental yang terus menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah)g. Sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk tugas atau aktivitas (misalnya mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau peralatan)h. Sering dengan mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulus ekternal.i. Sering lupa pada aktivitas sehari-hari.2. Hiperaktivitasa. Sering gelisah dengan tangan atau kaki atau menggeliat di tempat duduk.b. Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas atau pada situasi laon di mana diharapkan untuk tetap duduk.c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada situasi yang tidak tepat (pada remaja atau orang dewasa, dapat terbatas pada perasaan gelisah subyektif)d. Sering mengalami kesulitan bermain atau meikmati aktivitas di waktu luang dengan tenang.e. Sering sibuk atau sering bertindak seakan-akan dikendalikan oleh sebuah mesin.f. Sering bicara secara berlebihan.3. Impulsivitas a. Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai.b. Sering kesulitan menunggu giliran.c. Sering menyela atau menggangu orang lain (misalnya, memotong pembicaraan atau permainan.

E. OnsetAda beberapa kasus ADHD yag dimulai di masa kanak-kanak, tetapi hal ini sulit untuk dibentuk. Sanson dkk (1993, dalam Baihaqi & Sugiarman, 2008) melaporkan bahwa sekelompok anak-anak yang hiperaktif dan agresif pada usia 8 tahun telah menunjukkan temperamen yang sulit, kurang kooperatif dan lebih aktif pada usia 3-4 tahun. Hal ini diasumsikan bahwa reaksi emosional yang tidak stabil dan pengaturan diri yang rendah dapat memicu terbentuknya gangguan ADHD (Nigg dkk, 2004, dalam Baihaqi & Sugiarman, 2008). Terdapat beberapa kriteria dalam DSM-IV yang membantu kita melakukan deteksi terhadap anak-anak dengan gangguan ADHD. Seorang anak harus menampakkan beberapa karakteristik untuk dapat didignosa secara klinis mengalami ADHD.A. KeparahanPerilaku tersebut harus lebih sering muncul pada anak tersebut jika dibandingkan dengan anak-anak lain dalam tahap perkembangan yang sama.B. Waktu munculPaling tidak beberapa gejala muncul sebelum usia 7 tahun.C. DurasiPerilaku harus sudah muncul paling tidak 6 bulan sebelum evaluasi.D. DampakGejala harus menimbulkan dampak negatif pada kehidupan akademik dan sosial anak.E. SettingGejala harus muncul pada beberapa seting dalam kehidupan anak.Kriteria yang diberikan oleh DSM-IV dalam menegakkan diagnosa ADHD, sebagai berikut:A. Memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan atau memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas muncul sebelum usia 7 tahun.C. Gejala-gejala tersebut muncul dalam 2 seting atau lebih (di sekolah, rumah, atau pekerjaan).D. Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.E. Gejala tidak terjadi mengikuti gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian).

F. TerapiA. MedikasiJenis stimulan berupaRitalin(methylphenidate) atau Adderall, Dexedrine (sejenisamphetamine), jenis stimulan ini dianggap lebih baik dan memberi pengaruh positif pada anak dengan gangguan atensi, disamping itu efek dari obat tidak begitu buruk pada anak-anak.Penggunaan obat-obatan medikasi untuk ADHD harus mempertimbangkan berbagai resiko, ingatlah setiap obat-obat mempunyai pengaruh terhadap fungsi organ tubuh lainnya. Kebanyakan pengunaan obat-obatan tanpa pengawasan dokter secara ketat ditemukan pada remaja yang teradiktif dengan obat-obatan selama terapi, efek ini merupakan penggunaan obat untuk jangka panjang.Obat yang digunakan untuk gangguan ADHD pada anak-anak, antara lain:Nama ObatNama GenerikUsia

AdderallAdderall XRAmphetamine3 > Tahun

ConcertaMethylphenidate6 > tahun

CylertPemoline6 > tahun

DaytranaMethylphenidate6 > tahun

DexedrineDextrostatDextroamphetamine3 > Tahun

FocalinDexmethylphenidate6 > tahun

Metadate ER Metadate CDMethylphenidate6 > tahun

RitalinMethylphenidate6 > tahun

StratteraAtomextine6 > tahun

VyvanseLisdexamfetamine6 > tahun

Beberapa dampak dari penggunaan obat-obatan ADHD :1. Kehilangan gairah dan semangat2. Insomnia3. Meningkatkan kegelisahan dan kecemasan4. Sakit kepala ringan(Nevid, 2003)B. Terapi OkupasiAnak ADHD mempunyai perkembangan motorik kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan anak normal seusianya. Pada anak ADHD, terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan kemampuan ototnya. Otot jari tangan misalnya, sangt penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangan. Seperti juga menunjuk, bersalaman, memegang raket, memetik gitar, main piano dan lain-lain (Monika & Waruwu, 2006).C. Token EconomyToken economy adalah sebuah program dimana sekelompok individu bisa mendapatkan token untuk beberapa perilaku yang diharapkan muncul, dan token yang dihasilkan bisa ditukar dengan back up reinforcer. Token ekonomi dibuat berdasarkan prinsip conditioning reinforcement. Conditioning reinforcement adalah stimulus yang tidak secara langsung menguatkan perilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi penguat jika dipasangkan dengan reinforcer lain. Tujuan dari token ekonomi adalah untuk menguatkan perilaku yang diinginkan terhadap klien. Hal itu digunakan sebagai program untuk mengurangi perilaku mereka yang tidak menyenangkan melalui sebuah struktur lingkungan treatment pada setting yang mendidik. Setiap poin diterima oleh klien untuk perilaku yang diinginkan dengan token. Token diberikan segera setelah perilaku yang diinginkan dan kemudian dipertukarkan dengan reinforcer cadangan. Karena token dipasangkan dengan reinforcer lainnya, ini akan menjadi sebuah pengkondisian reinforcer yang dapat memperkuat perilaku yang diinginkan. Reinforcer cadangan dapat diperoleh hanya dengan membayar dengan token. Dan token hanya dapat diperoleh melalui kemunculan perilaku yang diinginkan. Reinforcer cadangan dipilih karena mereka mengetahui kekuatan reinforcer untuk klien dalam lingkungan treatment. Oleh karena itu, klien dimotivasi untuk memunculkan perilaku yang diinginkan dan menghindari perilaku yang tidak diinginkan (Jenson dkk, 1988).D. Remedial TeachingSetelah anak lebih bisa memusatkan perhatian, maka diharapkan adanya remedial teaching. Program ini melibatkan pihak sekolah untuk mengejar ketertinggalan anak pada pelajaran yang diberikan. (http://kerriemearns.blogspot.com/2010/03/tipe-tipe-adhd. html. diakses tanggal 24 Mei 2010)E. Reward dan PunishmentTerapi perilaku dengan pemberian reward dan punishment pada anak ADHD bertujuan untuk meningkatkan kemampuannya untuk memusatkan perhatian dan perilaku kooperatif. Terapi ini membutuhkan waktu relatif lama dan membutuhkan perencanaan, kesabaran, dan ketelatenan sebelum mendapatkan perubahan perilaku pada anak dengan ADHD.F. Cognitive-Behavioral TherapyPenanganan cognitive-behavioral terhadap ADHD yag menggabungkan modifikasi perilaku, umumnya didasarkan pada penggunaan reinforcement (contohnya, seorang guru memuji anak penderita ADHD yang duduk tenang) dan modifikasi kognitif (contohnya, melatih anak untuk berbicara dalam hati melalui tahapan pemecahan masalah akademik) (Braswell & Kendall, 2001 ; Hinshaw, Klein & Abikoff, 1998, dalam Nevid, 2003). G. Talk therapyTalk therapy akan membuat anak ADHD merasa menjadi lebih baik, mereka belajar mengungkapkan pikiran-pikiran yang mengganggu dan belajar mengendalikan emosi. Terapis akan berusaha membantu mengorganisir perubahan dan jadwal pekerjaan yang harus dilakukan oleh anak melalui pembicaraan kedua belah pihak.H. Social skills trainingDalam pelatihan ini anak belajar cara-cara menghargai dan menempatkan dirinya bersama dengan kelompok bermainnya. Pelatihan ini juga anak diajarkan kecakapan bahasa nonverbal melalui insyarat wajah, ekspresi roman, intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam pelbagai situasi sosial.I. Family support groupsAnggota keluarga memainkan peran dalam pengobatan dan pengelolaan anak ADHD. Perkembangan ADHD pada tahun pertama dapat dipengaruhi peran pengasuhan (Jones, et al. 2006). Terapi yang digunakan memfokuskan pada pengurangan ketegangan dalam keluarga melalui penetapan tujuan, pemecahan masalah dan manajemen stress serta peningkatan komunikasi antar anggota keluarga (Ford et al. 2007).Merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan ADHD untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga saling menyediakan informasi bagi sesama anggotanya, mengundang pembicara profesional untuk berbagi pengetahuan dalam menghadapi dan membesarkan anak-anak mereka. Peranan pengasuhan (keluarga) lebih memfokuskan pada bagaimana anak dapat mengendalikan emosi dan perilakunya. Peranan pengasuhan adalah mengarahkan perilaku dan perasaan marah, ketakutan, rasa bersalah dan kesedihan pada hal-hal yang lebih positif (Concannon & Tang, 2005 ; Bull & Whelan, 2006).J. Terapi Modifikasi PerilakuMenurut Ross & Ross (1982) terapi modivikasi perilaku dapat membantu mengatasi problem ADHD pada anak. Beberapa hasil penting dalam fungsi sehari-hari pada anak-anak ADHD yang dapat dicapai dalam modivikasi perilaku adalah : kepatuhan mengikuti perintah, pengendalian perilaku hiperkatifitas, peningkatan disiplin, kemandirian dan tanggung jawab, perbaikan prestasi akademik, perbaikan hubungan dengan anggota keluarga dan relasi sosial. Salah satu bentuk modivikasi perilaku yang umumnya dilakukan oleh terapis anak ADHD adalah time out.Time out merupakan suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berfikir lebih tenang mengenai apa yang telah dilakukannya. Pendekatan ini merupakan alat yang tepat untuk anak-anak berusia 18 bulan sampai 10 tahun. Cara ini bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku-perilaku seperti marah yang meledak-ledak, menggigit, memukul atau melempar barang-barang (Martin, 2008).Suatu penelitian time out telah dilakukan oleh Fabiano (2003) untuk menangani kebiasaan menggigit pada anak. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa time out yang diterapkan di tempat penitipan anak menunjukkan penurunan frekuensi menggigit yaitu menjadi 6 kali minggu pertama, 4 kali minggu kedua, dan 0 kali pada minggu ketujuh. Selanjutnya saat time out diberlakukan di rumah, frekuensi menggigit mengalami penurunan secara drastis didukung dengan terlibatnya ibu dalam pelaksanaan metode tersebut. Setelah di follow up, kebiasaan menggigit hilang pada minggu ke 9 dan 10.

G. Prevensi1. Menjaga kesehatan diri, hal ini sangat penting karena anda membutuhkan energi yang cukup untuk menangani anak ADHD. 2. Banyaklah belajar tentang ADHD, karena anda akan lebih mampu untuk membantu anak ADHD jika telah memahaminya. 3. Belajarlah ketrampilan tentang perilaku anak-anak. Mereka memerlukan bantuan bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain secara normal. 4. Bantulah anak ADHD agar mampu menjaga diri mereka sendiri. 5. Bantulah anak ADHD supaya dapat bersekolah dengan baik. Hal ini karena ADHD menghambat kemampuan anak untuk bisa berhasil dalam sekolahnya. Dampingi mereka agar akademis, sosial, dan psikisnya tetap terkontrol. 6. Berikan dan bantu anak ADHD untuk melakukan tugas di rumah. Dibanding dengan anak-anak yang lain, mereka mengalami kesulitan berkomunikasi. Seringnya menghiraukan instruksi menyebabkan kekacauan dalam melakukan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakselesaian tugas tersebut. 7. Sangat diperlukan, kepekaan, kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan ide kreatif agar dapat membantu anak ADHD dalam belajar, berketrampilan, dan memenuhi tugas di rumah dan sekolah. 8. Aktifkan diri anda. Banyak media yang tersedia, seperti: majalah, koran, CD interaktif, perpustakaan, internet, dan sebagainya.

H. Kualitas HidupTaraf kecerdasan anak dengan ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah pada subtes WISC dari peringkat terendah, yaitu object assembly, picture arrangement, information, comprehension, digit span, dan block design. Subtes-subtes tersebut mencerminkan berbagai keterbatasan yang dialami dalam hal visual motor coordination, visual perception, organization, visual-spatial relationship and field dependence, sequence ability, planning ability, effects of uncertainty, dan social sensitivity. Dengan berbagai keterbatasan tersebut anak dengan ADHD mengalami masalah perilaku, sosial, kognitif, akademik, dan emosional, serta mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan potensi kecerdasannya (Nanik, 2007). Aktivitas dan kegelisahan anak penyandang ADHD mengalami hambatan dalam kemampuan mereka untuk berfungsi di sekolah. Hal ini membuat orang tua dan guru merasa tidak berdaya dalam menghadapi anak ADHD (Nevid, 2003). Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara dengan pimpinan cabang yayasan sayap ibu (panti cacat ganda), Bapak Sunaryo kualitas hidup anak penyandang ADHD adalah anak ADHD memiliki keberhasilan yang lebih sedikit karena lebih banyak mendengar lebih banyak larangan, dan menghadapi lebih banyak penolakan. Anak-anak ADHD mengalami keterlambatan dalam perkembangan sosial mereka. Keterlambatan sosial mereka disebabkan karena mereka tidak mampu menangkap instruksi-instruksi yang diberikan lingkungan sekitar dan pembendaharaan kata yang kurang.Anak dengan ADHD apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, masa depan mereka akan suram dengan kemungkinan besar terjadinya berbagai risiko yang tidak diharapkan. Dibandingkan sengan teman-teman sebaya, anak dengan ADHD lebih beresiko mengalami kecelakaan-kecelakaan serius, kegagalan sekolah dan putus sekolah, keterbatasan dalam penyesuaian sosial, masalah-masalah pelanggaran perilaku (kenakalan anak) sampai pada pelanggaran hukum (tindakan kriminal), dan penyalahgunaan obat-obatan lebih dini (Parker, 1992; Reif, 2003, dalam Nanik 2006).

I. PrognosisADHD muncul pada usia 3 tahun dan berkembang sebelum usia 5 tahun ditunjukkan dengan tingkat aktivitas tinggi, impulsivitas, toleransi terbatas pada keputusasaan, dan atensi singkat. Diagnosis sering tertunda sampai sekolah dasar (Wiener, 2003). ADHD semakin kuat jika ibu-anak terjebak dalam pola anak yang melakukan perilaku negativism dan ibu selalu memerintah anak untuk berbuat baik secara langsung. Pada masa kanak-kanak tengah, permasalahan yang sangat nampak pada masa ini adalah inattention, sedang hiperactivity-impulsivity menurun. Pada masa remaja, inattention dan hiperactivity-impulsivity menurun, perasaan gelisah, sering mengalami kecelakaan motor, dan muncul masalah dalam perilaku remaja dengan ADHD. Pada masa dewasa, penyandang ADHD mengalami substance abuse dan perilaku kriminal (Biederman et al. 1997, dalam Wiener, 2003). Ketidakhadiran masalah perilaku menentang, perilaku agresif dan gangguan kepribadian antisosial saat dewasa menunjukkan prognosis yang lebih baik untuk ADHD (Wiener, 2003)

III. KESIMPULAN

ADHD merupakan gangguan yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius. Faktor keturunan adalah faktor tunggal yang dipercaya sebagai dominator umum pada anak-anak ADHD. Terapi yang umum digunakan adalah terapi medikasi atau obat-obatan