Upload
najwashavira
View
35
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kasus ADHF 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular dengan
prevalensi yang terus meningkat.Gagal jantung mempengaruhi lebih dari 5.2 juta
pernduduk amerika, dan lebih dari 550,000 kasus baru yang di diagnosis tiap
tahunnya. Tiap tahunnya gagal jantung bertanggung jawab terhadap hampir 1 juta
hospitalisasi. Mortalitas rata – rata rawatan yang dilaporkan pada 3 hari, 12 bulan,
dan 5 tahun pada pasien yang dirawat di rumah sakit masing –masing adalah 12%,
33%, dan 50%. Rata – rata yang mengalami hospitalisasi kembali adalah 47%
dalam 9 bulan.1
Beban ekonomi terhadap gagal jantung masih besar.Pada tahun 2007,
biaya langsung dan tidak langsung yang dialokasikan untuk gagal jantung adalah
33.2 juta dolar. Biaya hospitalisasi untuk bagian yang lebih besar sekitar 54%.1
Kurangnya kepatuhan terhadap rekomendasi diet atau terapi obat
merupakan penyebab paling umum dimana pasien gagal jantung masuk ke
instalasi gawat darurat. Sekitar sepertiga kunjungan ke instalasi gawat darurat
merupakan akibat ketidakpatuhan tersebut.1
Data yang diperoleh dari beberapa studi mengenai beberapa penggolongan
klinis terhadap pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit dengan
perburukan gagal jantung. Studi ini menunjukan bahwa mayoritas pasien yang
dirawat dengan gagal jantung memiliki bukti hipertensi sistemik pada saat masuk
rumah sakit dan umumnya mengalami left ventricular ejection fraction (LVEF).2
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 1
Laporan Kasus ADHF 2015
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. SL
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. CM : 1070410
Alamat : Buntul Pertik
Pekerjaan : PNS
Tgl. Masuk RS : 9 November 2015
Tgl. Pemeriksaan : 10November 2015
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhsesaknafas
KeluhanTambahan:
Pasienmengeluh cepat capek saat aktivitas.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dating ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari
sebelum ke rumah sakit. Sesak nafas dialami ketika beraktivitas dan
berkurang ketika pasien beristirahat sehingga mengganggu aktivitas
pasien..Selain itu, pasien mengeluh cepat lelah saat aktivitas dan berkurang
ketika beristirahat.Sehingga pasien sering lebih nyaman tidur dengan
menggunakan dua bantal.kedua kaki tidak bengkak dan pasien mengeluhkan
adanya batuk berdahak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak adanya Hipertensi dan Diabetes Militus.
Riwayat Penggunaan Obat
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 2
Laporan Kasus ADHF 2015
Pasien sering mengkonsumsi obat batuk.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ayah pasien menderita penyakitjantung.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien adalah seorang PNS yang biasanyamerokoksejakusia 16 tahun.
Dari
pengakuanpasienbahwaketikapasienmasihmerokokbiasanyamenghabisk
an 5 bungkusrokokselama 1 hari.Pasienjarangberolahraga, sering
minum kopi, danmenyukaimakananberlemak.
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
- Umur 62 tahun
- Laki-laki
Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
- Jarang berolahraga
- merokok
- Berhentimengkonsumsimakananberlemak
2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, ireguler
Frekuensi Nafas : 23 x/menit
Temperatur : 36,80C
b. Status General
Kulit
Warna : Sawo matang
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 3
Laporan Kasus ADHF 2015
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan normocephali
Rambut :Tersebar rata, sukar dicabut, berwarna hitam
bercampuriputih.
Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-),
Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Lidah : Beslag (-), tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel.Getah Bening :Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : (-), R -2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan dan belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Abdominal Thoracal
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 4
Laporan Kasus ADHF 2015
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/+), wheezing (-/-)
Jantung
1. Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
2. Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V linea mid clavicula
sinistra
3. Perkusi : Batas jantung:
- Atas: ICS III sinistra
- Kanan: ICS IV linea parasternalis dextra
- Kiri: ICS V satu jari dalamlinea
midklavikula sinistra
4. Auskultasi : BJ I > BJ II, regular, bising (-), gallop (+)
Abdomen
1. Inspeksi : Soepel (-)
2. Palpasi : Nyeri tekan (-) Undulasi (-)
Hepar/ Lien/ Renal tidak adapembesaran
3. Perkusi : Timpani (+), Shifting dullness (-) undulasi (-)
4. Auskultasi : Peristaltik usus normal, bisingusus (-)
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Ekstrem
itas
Superior Inferior
Ka
n
Ki Ka
n
Ki
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 5
Laporan Kasus ADHF 2015
a
n
ri a
n
ri
Sianotik - - - -
Edema - - + +
Ikterik - - - -
Kekuata
n
Otot
555
5
55 555
5
55
Sensibil
itasN N N N
Atrofi
otot- - - -
Akral
Ding
in
- - - -
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.4.1 Laboratorium (28 Agustus2015)
Jenis
Pemeriksaa
n
Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 15,9 14 -17 gr/dl
Leukosit 10,2 4.5-10,5
Trombosit
Eritrosit
254
5,5
150 – 450 x 103/ul
4,7-6,1x106/mm3
Hematokrit 47 45.0 - 55.0 %
HitungJenisLeukosit
Eosinofil 11 0 - 6 %
Basofil 1 0 - 2 %
Neutrofil Segmen 52 50 - 70 %
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 6
Laporan Kasus ADHF 2015
NeutrofilBatang 0 2-6%
Limfosit 29 20 - 40 %
EKG
2.5 Resume
Pasien dating ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu
dan keluhannya semakin memberat sejak 2 hari belakangan ini sehingga membuat
pasien pergi berobat kedokter. Sesak nafas dialami ketika beraktivitas dan
berkurang ketika pasien beristirahat sehingga mengganggu aktivitas pasien.Sesak
nafas yang dialami pasien seperti terasa dadanya terhimpit.Selain itu, pasien
mengeluh cepat lelah saat aktivitas pasien sering lebih nyaman tidur dengan
menggunakan dua bantal dan pasien mengeluhkan adanya batuk berdahak.
Dari pemeriksaan secara umum pasien tampak dalam keadaan sesak, vital
sign tekanan darah 120/70 mmHg, nadi dalam batas normal, danreguler,
pernafasan takipneu, dansuhuafebris.Pemeriksaan fisik ditemukan TVJ normal,
iktus kordisteraba di ICS V linea midklavikular sinistra, batas jantung dalam batas
normal. Terdengar adanya rhonki ditemukan pada pada bagian kanan lapangan
paru .Tidak terdapat Edema pada ekstremitas inferiordekstradansinistra.
2.6 Diagnosis
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 7
Laporan Kasus ADHF 2015
ADHF
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Non-Medikamentosa
- Bed rest
- Oksigen 2-4 L/menit
- RL 8 gtt/i
2.7.2 Medikamentosa
Terapi TS Kardio:
- Injeksi sharox 1 amp/12 jam
- Furesemid 2 amp/ 8 jam
- ISDN 5 mg 3x1
- Amlodipin 1 x 5 mg tab
- Inhiprat 2 x 30 mg
- Aspar k2 x 1 mg tab
- Fucotrap 2 x 1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk
mendefinisikan gagal jantung. Gejala – gejala yang menjadi sorotan antara lain
kompleks gejala seperti haemodynamik, konsumsi oksigen atau kapasitas
melakukan kegiatan fisik. Gagal jantung merupakan gejala – gejala dimana pasien
memenuhi ciri berikut: gejala – gejala gagal jantung, nafas pendek yang khas
selama istirahat atau saat melakukan aktifitas, dan atau kelelahan; tanda – tanda
retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan tungkai.1
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 8
Laporan Kasus ADHF 2015
Gagal jantung akut dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis
dimana pasien memiliki beberapa gambaran antara lain gejala khas gagal jantung
(sesak napas saat aktifitas fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan,
pembengkakan pada tungkai) dan tanda khas gagal jantung (takikardia, takipnea,
pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular venous pressure, edema
perifer, hepatomegali) dan temuan objektif pada abnormalitas struktur dan fungsi
jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, cardiac murmur,
abnormalitas pada elektrokardiogram, penigkatan konsentrasi natriuretic
peptide).3
3.2 ETIOLOGI
Ada beberapa keadaan yang mempengaruhi fungsi jantung.Penyebab yang
paling umum adalah kerusakan fungsional jantung dimana terjadi kerusakan atau
hilangnya otot jantung, iskemik akut dan kronik, peningkatan tahanan vaskuler
dengan hipertensi, atau berkembangnya takiaritmia seperti atrial fibrilasi
(AF).Penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab penyakit miokard,
menjadi penyebab gagal jantung pada 70% dari pasien gagal jantung. Penyakit
katup sekitar 10% dan kardiomiopati sebanyak 10%.3
Kardiomiopati merupakan gangguan pada miokard dimana otot jantung
secara struktur dan fungsionalnya menjadi abnormal [dengan ketiadaan penyakit
jantung koroner, hipertensi, penyakit katup, atau penyakit jantung kongenital
lainnya] yang berperan terjadinya abormalitas miokard.3
Tabel 1. Penyebab umum gagal jantung oleh karena penyakit otot jantung
(penyakit miokardial)
Penyakit jantung coroner Banyak manifestasi
Hipertensi Sering dikaitkan dengan
hipertrofi ventrikel kanan.
Kardiomiopati Faktor genetic dan non –
genetic yang tidak
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 9
Laporan Kasus ADHF 2015
terklasifikasikan.
Obat – obatan β - Blocker, calcium
antagonists, antiarrhythmics,
cytotoxic agent
Toksin Alkohol, cocaine, trace
elements (mercury, cobalt,
arsenik)
Endokrin Diabetes mellitus,
hypo/hyperthyroidism, Cushing
syndrome, adrenal
insufficiency,excessive growth
hormone.
Nutrisional Defisiensi thiamine, selenium,
carnitine. Obesitas.
Infiltrative Sarcoidosis, amyloidosis,
haemochromatosis, penyakit
jaringan ikat
Lainnya Penyakit Chagas, infeksi HIV,
peripartum cardiomyopathy,
gagal ginjal tahap akhir
3.3 PATOFISIOLOGI
Ketidakmampuan dan kegagalan jantung memompa darah secara langsung
menciptakan suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial
underfilling. Selain itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti
sistem saraf simpatis, renin – angiotensin – aldosterone system, arginine
vasopressin dan endotelin – 1) menjadi teraktivasi untuk mempertahankan
euvolemia yang menyebabkan retensi cairan, vasokonstriksi, atau keduanya. Pada
pasien tanpa gagal jantung, respon ini untuk mengakhiri volume cairan yang telah
dipertahakan.4
Aktivasi neurohormonal juga menstimulasi aktivasi sitokin proinflamasi
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 10
Laporan Kasus ADHF 2015
dan mediator – mediator apoptosis miosit. Elevasi neurohormonal dan
imunomodulator yang diamati pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan
perburukan gejala gagal jantung dan perburukan prognosis pasien (Gambar 1).4
Gambar 1.Dampak dari mediator secara patofisiologi pada hemodinamik pada
pasien dengan gagal jantung. PCWP = pulmonary capillary wedge pressure; SNS
= sympathetic nervous system; SVR = systemic vascular resistance.
Aktifitas Neurohormonal pada ADHF
Pada pasien dengan gagal jantung, aktivasi sistem saraf simpatik
mencegah terjadinya arterial underfilling yang meningkatkan cardiac output
sampai toleransi berkembang dengan dua mekanisme. Pertama, myocardial 1 –
receptor terpisah dari second messenger protein, yang mengurangi jumlah cyclic
adenosine 5¸-monophosphate (cAMP) yang dibentuk untuk sejumlah interaksi
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 11
Laporan Kasus ADHF 2015
reseptor ligan tertentu. Kedua, mekanisme dephosphorylation menginternalisasi
1-reseptor dalam vesikula sitoplasma di miosit tersebut. Bahkan dengan latar
belakang tingkat toleransi., peningkatan marker akut pada katekolamin diamati di
antara pasien dengan ADHF masih mengangkat cAMP miokard, meningkatkan
konsentrasi kalsium intraseluler dan tingkat metabolisme anaerobik. Hal ini dapat
meningkatkan risiko tachyarrhythmias ventrikel dan kematian sel
terprogram.Selain itu, overdrive simbol-menyedihkan menyebabkan ditingkatkan
1-reseptor rangsangan tidak mengakibatkan toleransi dan meningkatkan derajat
vasokonstriksi sistemik, meningkatkan stres dinding miokard. Selanjutnya,
peningkatan vasokonstriksi sistemik mengurangi tingkat filtrasi glomerulus,
sehingga memberikan kontribusi bagi aktivasi sistem renin angiotensin
aldosterone.4
3.4 GEJALA KLINIS
Gejala utama ADHF antara lain sesak napas, konngesti, dan kelelahan
yang sering tidak spesifik untuk gagal jantung dan sirkulasi. Gejala – gejala ini
juga dapat disebabkan pleh kondisi lain yang mirip dengan gejala gagal jantung,
komplikasi yang diidentifikasikan pada pasien dengan gejala ini. variasi bentuk
penyakit pulmonal termasuk pneumonia, penyakit paru reaktif dan emboli
pulmonal, mungkin sangat sulit untuk dibedakan secara klinis dengan gagal
jantung.2
Tabel 2. Manifestasi Klinis yang umum pada gagal jantung
Gambaran Klinis
yang Dominan
Gejala Tanda
Edema perifer/
kongesti
Sesak napas,
kelelahan,
Anoreksia
Edema Perifer,
peningkatan vena
jugularis, edema
pulmonal,
hepatomegaly,
asites, overload
cairan (kongesti),
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 12
Laporan Kasus ADHF 2015
kaheksia
Edema pulmonal Sesak napas
yang berat saat
istirahat
Crackles atau
rales pada paru-
paru bagian atas,
efusi, Takikardia,
takipne
Syok
kardiogenik (low
output
syndrome)
Konfusi,
kelemahan,
dingin pada
perifer
Perfusi perifer
yang buruk,
Systolic Blood
Pressure (SBP) <
90mmHg, anuria
atau oliguria
Tekanan darah
tinggi (gagal
jantung
hipertensif)
Sesak napas Biasanya terjadi
peningkatan
tekanan darah,
hipertrofi
ventrikel kiri
Gagal jantung
kanan
Sesak napas,
kelelahan
Bukti disfungsi
ventrikel kanan,
peningkatan JVP,
edema perifer,
hepatomegaly,
kongesti usus.
Menurut The Consensus Guideline in The Management of Acute
Decompensated Heart Failure tahun 2006, manifestasi klinis acute
decompensated heart failure antara lain tertera dalam tabel berikut.1
Tabel 3. Gejala dan Tanda Acute Decompensated Heart Failure1
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 13
Laporan Kasus ADHF 2015
Volume Overload
- Dispneu saat melakukan kegiatan
- Orthopnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
- Ronchi
- Cepat kenyang
- Mual dan muntah
- Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau splenomegali
- Distensi vena jugular
- Reflex hepatojugular
- Asites
- Edema perifer
Hipoperfusi
- Kelelahan
- Perubahan status mental
- Penyempitan tekanan nadi
- Hipotensi
- Ekstremitas dingin
- Perburukan fungsi ginjal
3.5 DIAGNOSIS
Pasien dengan gagal jantung umumnya datang di instalasi gawat darurat
dengan manifestasi klinis volume overload atau hipoperfusi atau keduanya (tabel
4). Pasien yang datang dengan keluhan volume overload relatif mudah untuk
didiagnosis. Mereka umunya memiliki tanda dan gejala kongesti paru ( dispneu
saat melakukan kegiatan,Orthopnea, Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), dan
Ronchi). Sedangkan manifestasi cepat kenyang, mual dan muntah merupakan
akibat dari edema traktus gastrointestinal (GI). Kongesti pada hepar dan spleen
atau keduanya menyebabkan Hepatosplenomegali, hepatomegali, atau
splenomegaly.Pasien juga menunjukan adanya peningkatan tekanan vena jugular
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 14
Laporan Kasus ADHF 2015
dengan atau tanpa peningkatan reflex hepatojugular. Asites dan edema perifer
juga muncul akibat akumulasi cairan pada kavitas peritoneum dan perifer.1.5
Gagal jantung dengan hipoperfusi sulit untuk didiagonosis karena
kebanyakan gejala dan tanda tidak spesifik (tabel 4). Hipotensi dan perburukan
fungsi ginjal merupakan tolok ukur objektif terhadap hipoperfusi.1
Kesulitan mendiagnosis gagal jantung berdasarkan gejala dan tanda
memicu berkembangnya usaha untuk mengidentifikasikan biomarker terhadap
penyakit ini.Pemeriksaan dengan katerisasi jantung kanan dengan menggunakan
Swan Ganz Catheter yang merupakan gold standart untuk pengukuran tekanan
intrakardiak dan cardiac output, sayangnya katerisasi jantung merupkan prosedur
invasif yang mungkin menimbulkan komlokasi nantinya. Namun pemeriksaan
biomarker terhadap gagal jantung seperti B – Type Natriuretic Peptide (BNP),
yaitu suatu neurohormonal yang dilepaskan dari ventrikel jantung (miokardium)
sebagai respon terhadap overload cairan dan peningkatan ketegangan dinding
(misalnya perenggangan), merupakan penunjang dignostik untuk ADHF dan
merupakan prediksi terhadap keparahan dan mortalitas yang dikaitkan dengan
gagal jantung. Jantung selain berfungsi sebagai pompa juga berfungsi sebagai
organ endokrin yang berfunsi bersama dengan sistem fisiologi lainnya untuk
mengatur volume cairan. Miokardium dalam hal ini menghasilkan natriuretic
peptide, salah satunya B – Type Natriuretic Peptide , suatu hormone diuretik,
natriuretic dan bekerja menrelaksasi otot polos vascular.1.2.5.6
Pengukuran level B – Type Natriuretic Peptide (BNP) memiliki kaitan
terhadap kondisi klinis tertentu antara lain yaitu :
Tabel 4. Kegunaan klinis terhadap level BNP serum6
Serum BNP < 100
- Normal atau gagal jantung terkompensasi baik
Serum BNP 100 – 200
- Gagal jantung terkompensasi baik
- Normal (Usia lanjut, Wanita, Pengunaan Beta Blocker)
- Cor pulmonal (gagal jantung kanan)
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 15
Laporan Kasus ADHF 2015
- Hipertensi, disfungsi diastolic
- Penyakit jantung iskemik
Serum BNP 200 – 400
- Gagal jantung dekompensasi ringan sedang
- Gagal jantung kronik terkompensasi
Serum BNP > 400
- Gagal jantung kongetif yang berat (hipervolemia)
3.6 PENATALAKSANAAN
Terapi untuk pasien acute decompensated heart failure tidak berubah
secara signifikan selama 30 tahun. Algoritma terhadap acute decompensated heart
failure yang digunakan untuk mengevaluasi diagnostik dan prognostik pasien
dengan ADHF antara lain yaitu :
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 16
Laporan Kasus ADHF 2015
DAFTAR PUSTAKA
1. Crouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E. Applying Consensus Guidelines in the
Management of acute decompensated heart failure. [monograph on the internet].
California : 41st ASHP Midyear Clinical Meeting; 2006 [cited 2015 Nov 08].
Available from www.ashpadvantage.com/website_images/pdf/adhf_scios_06.pdf .
2. Lindenfeld J. Evaluation and Management of Patients with Acute Decompensated
Heart Failure. Journal of Cardiac Failure [serial on the internet]. 2010 Jun [cited
cited 2015 Nov 08]; 16 (6): [about 23 p]. Available from
http://www.heartfailureguideline.orgassets/document/2010_heart_failure_guideline_
sec_12.pdf .
3. Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowski P, Atar D et al.
ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2008. European Journal of Heart Failure [serial on the internet]. 2008 Aug [cited
cited 2015 Nov 08]. Available from
http://eurjhf.oxfordjournals.org/content/10/10/933.full.pdf #page= 1&view=FitH.
4. McBride BF, White M. Acute Decompensated Heart Failure: Pathophysiology.
Journal of Medicine [serial on the internet]. 2010 [cited cited 2015 Nov 08].
Available from http://www.medscape.com/viewarticle/459179_3
5. Hollander JE. Current Diagnosis of Patients With Acute Decompensated Heart
Failure. [monograph on the internet]. Philadelphia : Departement of Emergency
Medicine University of Pennsylvania; 2001 [cited cited 2015 Nov 08]. Available
from www.emcreg.org .
6. Tallaj JA, Bourge RC. The Management of Acute Decompensated Heart Failure.
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 17
Laporan Kasus ADHF 2015
[monograph on the internet]. Birmingham : University of Alabama; 2003 [cited cited
2015 Nov 08]. Available from http://www.fac.org.ar/tcvc/llave/c038/bourge.PDF
7. Kirk JD. Acute Decompensated Hheart Failure: Nnovel Approaches To
Cclassification Aand Treatment. [monograph on the internet]. Philadelphia :
Departement of Emergency Medicine University of Pennsylvania; 2004 [cited cited
2015 Nov 08]. Available from www.emcreg.org.
Bagian Ilmu Penyakit Janjung RSUD Zainul Abidin 18