8
ALVEOLEKTOMI Alveolektomi adalah pembuangan protubentia (eksostosis) yang menghalangi dalam pemasangan protesa.Indikasi dalam tindakan alveolektomi sebagai berikut, 1. Adanya bentukan tulang yang abnormal (misalnya : penonjolan tulang ) yang menghalangi pemasangan protesa. 2. Bisa dilakukan pada ekstraksi multiple dan single 3. Jaringan tulang yang mengalami hipertropi. Teknik yang dilakukan dalam melakukan alveolektomi adalah sebagai berikut, 1. Melakukan diseksi kemudian melakukan retraksi sekitar 3-4 mm ke apikal 2. Pengambilan eksostosis dengan cara memotong tonjolan tulang tersebut yang menghambar pemasangan protesa hingga ketinggiannya sama denga residual ridge normal 3. Penggunaan larutan saline harus dilakukan untuk mencegah jaringan mati atau kolaps 4. Setelah memotong penonjolan tulang (eksostosis) dilakukan pengonturan tulang hingga halus tanpa ada irregularitas.

Alveolektomi,Alveolplasty,Vestibuloplasty,Torus Palatinus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bedah preprostetik

Citation preview

Page 1: Alveolektomi,Alveolplasty,Vestibuloplasty,Torus Palatinus

ALVEOLEKTOMI

Alveolektomi adalah pembuangan protubentia (eksostosis) yang menghalangi dalam

pemasangan protesa.Indikasi dalam tindakan alveolektomi sebagai berikut,

1. Adanya bentukan tulang yang abnormal (misalnya : penonjolan tulang ) yang

menghalangi pemasangan protesa.

2. Bisa dilakukan pada ekstraksi multiple dan single

3. Jaringan tulang yang mengalami hipertropi.

Teknik yang dilakukan dalam melakukan alveolektomi adalah sebagai berikut,

1. Melakukan diseksi kemudian melakukan retraksi sekitar 3-4 mm ke apikal

2. Pengambilan eksostosis dengan cara memotong tonjolan tulang tersebut yang

menghambar pemasangan protesa hingga ketinggiannya sama denga residual

ridge normal

3. Penggunaan larutan saline harus dilakukan untuk mencegah jaringan mati atau

kolaps

4. Setelah memotong penonjolan tulang (eksostosis) dilakukan pengonturan

tulang hingga halus tanpa ada irregularitas.

5. Setelah itu mengembalikan mukoperiosteal flap ke atas tulang yang telah

dikontur

6. Setelah itu dilakukan penjahitan .

Tindakan alveolektomi merupakan tindakan kombinasi antara alveolektomi dan

alveolplasti, sebab setelah dilakukan pemotongan eksostosis harus dilakukan

pengonturan tulang dan penghalusan tulang yang irregular atau disebut alveolplasti.

Page 2: Alveolektomi,Alveolplasty,Vestibuloplasty,Torus Palatinus

ALVEOLPLASTI

Alveolplasti adalah tindakan bedah yang mempertahankan dan memperbaiki serta

mengkontur sisa alveolar ridge yang tidak teratur dan mempersiapkan residual ridge

agar permukaannya siap menerima protesa. Alveolplasti dilaksanakan dengan teknik

melakukan prmbuatan flap mukoperiosteal dan selanjutnya sebagai berikut,

1. Pemberian anastesi pada area yang akan dilakukan alveolplasti

2. Melakukan insisi diatas alveolar ridge dengan memotong papilla interdental

dan gingiva gingiva dibuka dari prosesus alveolaris.

3. Tepi tulang yang tajam dibuang dengan tang rongeur dan kemudian tulang

dihaluskan dengan bone file hingga permukaan tulang teraba halus.

4. Kemudian batas batas flap dirapikan dengan pengguntingan

5. Selalu menggunakan larutan saline dalam tindakan pembedahan ,karena

berfungsi untuk irigasi dan mencegah jaringan mukosa mati atau kolaps

6. Setelah selelsai pengkonturan dan penghalusan tulang dilakukan

pengembalian flap dan penjahitan secara continue suture.

VESTIBULOPLASTI

Merupakan suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus vestibular

dengan cara melakukan reposisi mukosa , ikatan otot sehingga menghasilkan sulkus

vestibularyang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi dalam pemasangan

protesa. Vestibular dapat dilakukan pada rahang atas dan rahang bawah.Berikut

teknis yang dilakukan,

VESTIBULOPLASTI RAHANG ATAS

1. Melakukan diseksi supraperiosteal pada daerah yang akan dilakukan

vestibuloplasti

Page 3: Alveolektomi,Alveolplasty,Vestibuloplasty,Torus Palatinus

2. Kemudian reposisi flap kearah apikal dan fiksasi flap dengan penjahitan

terhadap periosteum .

3. Pemberian autologous platelete concentrate dapat digunakan untuk

merangsang respon seluler terhadap daerah pembedahan

4. Pemberian alloderm selain dapat merangsang regenerasi

jaringan ,revascularisasi dan transformasi jaringan dan dapat mempercepat

proses healing, alloderm telah di proses secara aseptik dan termaintenance

dalam bahan grafting dengan komplikasi minimal paska bedah

vestibuloplasti. Karena pada beberapa kasus bedah vestibuloplasti dengan

pengambilan mukosa langsung dari bagian tubuh organ lain menunjukkan

beberapa komplikasi seperti alergi, peradangan, ketidak sesuaian warna

dengan sulkus vestibular serta terbentuknya glandula sebasea.

5. Indikasi dari keberhasilan suatu vestibuloplasti adalah dapat dilihat sekitar

48 jam atau 2 hari terbentuknya sero-fibrous, jaringan granulasi dan

reepitelisasi

VESTIBULOPLASTI RAHANG BAWAH

1. Melakukan diseksi supraperiosteal pada daerah lingual dan bukal yang

akan dilakukan vestibuloplasti

2. Kemudian reposisi flap kearah apikal dan fiksasi flap lingual dengan

penjahitan terhadap periosteum dan di jahit secara continue dengan flap

bukal dengan menembus bagian mandibula.

3. Pemberian autologous platelete concentrate dapat digunakan untuk

merangsang respon seluler terhadap daerah pembedahan

4. Pemberian alloderm selain dapat merangsang regenerasi

jaringan ,revascularisasi dan transformasi jaringan dan dapat mempercepat

proses healing, alloderm telah di proses secara aseptik dan termaintenance

dalam bahan grafting dengan komplikasi minimal pasca bedah

vestibuloplasti. Karena pada beberapa kasus bedah vestibuloplasti dengan

Page 4: Alveolektomi,Alveolplasty,Vestibuloplasty,Torus Palatinus

pengambilan mukosa langsung dari bagian tubuh organ lain menunjukkan

beberapa komplikasi seperti alergi, peradangan, ketidak sesuaian warna

dengan sulkus vestibular serta terbentuknya glandula sebasea.

5. Indikasi dari keberhasilan suatu vestibuloplasti adalah dapat dilihat sekitar

48 jam atau 2 hari terbentuknya sero-fibrous, jaringan granulasi dan

reepitelisasi

TORUS PALATINUS

Torus palatinus merupakan perluasan tulang pada bagian tengah palatal

(yangterdapat sepanjang garis tengah sutura palatine)

Dalam penatalaksanaan bedah torus palatinus harus mempertimbangkan

konsisi tosrus palatinus tersebut, berikut indikasinya

1. Torus palatinus yang sangat besar dan menutupi hamper seluruh

ruangpalatum dan mengganggu basis gigi tiruan

2. Torus palatinus yang memanjang dan melewati vibrating line

3. Torus palatinus yang bentuknya bergelombang dapat menyebabkan

penumpukan debris , bau mulut , jadi dimungkinkan selain untuk

retensi dan stabilitas gigi tiruan juga untuk memperbaiki Oral Hygine

pasien.

Penatalaksanaan dapat dilakukan sebagai berikut,

1. Insisi pada garis tengah dan bentuk Y

Jadi , dibuat insisi dari 1 cm didepan vibrating line ditarik sepanjang

pertengah palatal, tepat didepan papilla insisivum ditarik garis

menyerong berbentuk Y kea rah gigi-gigi anterior.

2. Kemudian dilakukan eksisi dan flap mukoperiosteal disingkap kearah

gigi-gigi posterior atau bisa difiksasi dengan jahitan sementara di

mukosa bukal agar tidak mengganggu pembedahan torus.

Page 5: Alveolektomi,Alveolplasty,Vestibuloplasty,Torus Palatinus

3. Pemotongan torus dilakukan dengan chisel bengkok dan dilakukan

penghalusan dengan bur friser dan lakukan irigasi

4. Setalah itu melepas jahitan sementara pada flap yang difiksasi tadi dan

dilakukan reposisi pada palatal,kemudian dilakukan penjahitan secara

matras horizontal terputus dengan benang jahit yang dapat di arbsorbsi

oleh jaringan mukosa.

Pada pasca pembedahan torus palatinus hendaknya operator telah

mempersiapkan obturator pada palatal yang terbuat dari akrilik untuk

mencegah penimbunan debris serta berfungsi sebagai hemostasis. Serta

pemberian analgesic dan antibiotic sangat diperlukan.

Sumber :

Buku bedah mulut Pedersen

H.M Hashemi et al , Jurnal oral maxillofacial surgery 2012,

Vestibuloplasti allograft versus mucosal graft

Gabriella Aditya , Juranl kedokteran trisakti 1999, alveoloplasti sebagai

tindakan bedah preprostetik

Guntur Banjar, skripsi mengenai alveolektomi pasca ekstraksi

multiple.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara 2002