23
PENDAHULUAN Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah suatu penyakit progresif, tanpa penanganan yang signifikan akan memberikan hasil yang fatal. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pertama kali dideskripsikan pada akhir 1800 di Perancis. Penyakit ini progresif fatal dan menyebabkan kelemahan otot-otot volunteer. 1 Amyotrophic lateral sclerosis adalah penyakit yang mempengaruhi motor neurons, khususnya sel-sel saraf pada medula spinalis dan bagian otak yang berhubungan dengan medulla spinalis (batang otak). Motor neuron penting untuk mengontrol pergerakan dan kekuatan otot. Kebanyakan orang dengan amyotrophic lateral sclerosis mengalami kondisi yang dideskripsikan sebagai sporadik atau tidak diturunkan. Penyebab amyotrophic lateral sclerosis sporadik secara garis besar belum diketahui tapi kemungkinan melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Kira-kira 10 % dari mereka mengalami bentuk familial amyotrophic lateral sclerosis yang disebabkan oleh mutasi genetik yang diturunkan. 2 DEFINISI Charcot mendeskripsikan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pada tahun 1874. Rambatan paralisis ini disebut juga Lou Gehrig’s disease, masih belum nyata pengaruh terapi yang tersedia saat ini. Akan tetapi kemajuan genetika 1

amyotrophic lateral sclerosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENDAHULUAN Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah suatu penyakit progresif, tanpa penanganan yang signifikan akan memberikan hasil yang fatal. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pertama kali dideskripsikan pada akhir 1800 di Perancis. Penyakit ini progresif fatal dan menyebabkan kelemahan otot-otot volunteer.1 Amyotrophic lateral sclerosis adalah penyakit yang mempengaruhi motor neurons, khususnya sel-sel saraf pada medula spinalis dan bagian otak yang berhubungan dengan medulla spinalis (

Citation preview

Page 1: amyotrophic lateral sclerosis

PENDAHULUAN

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah suatu penyakit progresif, tanpa

penanganan yang signifikan akan memberikan hasil yang fatal. Amyotrophic lateral

sclerosis (ALS) pertama kali dideskripsikan pada akhir 1800 di Perancis. Penyakit ini

progresif fatal dan menyebabkan kelemahan otot-otot volunteer.1 Amyotrophic lateral

sclerosis adalah penyakit yang mempengaruhi motor neurons, khususnya sel-sel saraf

pada medula spinalis dan bagian otak yang berhubungan dengan medulla spinalis

(batang otak). Motor neuron penting untuk mengontrol pergerakan dan kekuatan otot.

Kebanyakan orang dengan amyotrophic lateral sclerosis mengalami kondisi yang

dideskripsikan sebagai sporadik atau tidak diturunkan. Penyebab amyotrophic lateral

sclerosis sporadik secara garis besar belum diketahui tapi kemungkinan melibatkan

faktor genetik dan lingkungan. Kira-kira 10 % dari mereka mengalami bentuk familial

amyotrophic lateral sclerosis yang disebabkan oleh mutasi genetik yang diturunkan.2

DEFINISI

Charcot mendeskripsikan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pada tahun

1874. Rambatan paralisis ini disebut juga Lou Gehrig’s disease, masih belum nyata

pengaruh terapi yang tersedia saat ini. Akan tetapi kemajuan genetika telah

mempercepat langkah penelitian ALS pada dekade yang lalu, menjanjikan penanganan

yang lebih efektif. 1

ALS memiliki dua tujuan. Dalam satu pengertian, ALS merujuk pada beberapa

kondisi yang menyerang orang dewasa yang dikaraktristik oleh degenerasi progresif

motor neuron. Di United Kingdom, istilah penyakit motor neuron digunakan untuk

penyakit ini. Pada pengertian kedua, ALS merujuk pada satu bentuk spesifik penyakit

motor neuron dimana terdapat tanda-tanda upper dan lower motor neuron.

“Amyotrophic” merujuk pada atrofi, kelemahan dan fasikulasi otot yang terjadi pada

lower motor neuron (LMN). “sclerosis Lateral” merujuk pada kolum lateral medulla

spinalis yang keras pada palpasi specimen otopsi, dimana terjadi gliosis yang diikuti

oleh degenerasi traktus kortikospinalis. Tanda klinik yang ditimbulkan adalah: reflex

1

Page 2: amyotrophic lateral sclerosis

tendon yang berlebihan, Hoffmann sign, klonus, dan Babinsky sign. Jika hanya tanda

LMN yang terlihat, kondisi ini disebut atrophy spinal muscular progresif.2, 11

Pada sklerosis primer lateral, hanya tanda upper motor neuron (UMN) yang

terlihat. Syndrome ini dipertimbangkan sebagai varian ALS oleh karena, pada otopsi,

abnormalitas yang terjadi terutama melibatkan UMN dan LMN. Gejala-gejala yang

bersamaan hanya terdapat pada 10 % dari seluruh kasus penyakit motor neuron yang

menyerang orang dewasa. Pada pasien dengan ALS khas, gejala-gejala primer yang

timbul adalah kelemahan, yang dimulai pada tangan atau kaki atau dapat

bermanifestasi melalui bicara yang tidak jelas dan disphagia. Pada pemeriksaan

hampir selalu tanda LMN bersamaan dengan tanda UMN. Penyakit ini bersifat

progresif; durasi rata-rata survival rate adalah 3-5 tahun.3, 11

FREKUENSI

Amyotrophic lateral sclerosis adalah penyakit yang menyerang umur dewasa

dengan puncak serangan antara 50 dan 60 tahun dan prevalensi pria yang kecil (ratio

pria : wanita, 3 : 2); pada 10 % kasus meningkat sebelum umur 40 tahun dan 10 %

yang lain sesudah 70 tahun. Gejala-gejala awal mempengaruhi area tubuh yang

terbatas. Bentuk bulbar sebesar 35 % kasus dan bentuk spinal 65 %. Dengan insiden

tahunan 2.3 (wanita) sampai 2.9 (pria) kasus per 100 000 populasi dan prevalensi 4-7

kasus per 100 000, ALS merupakan kasus jarang di Italia. Laporan dari beberapa

media menekankan terjadinya peningkatan ALS diantar pemain bola professional di

Italia. 4

Insiden ALS pada populasi keturunan Eropa kira-kira 2 per 100,000 populasi

per tahun. Resiko terjadinya perkembangan ALS bagi mereka dengan umur 18 tahun,

diperkirakan terjadi pada 1 dari 350 pria dan 1 dari 420 wanita. Perkiraan ini sama

dengan database Eropa yang menggunakan metode yang berbeda.

Rata-rata durasi penyakit dari onset klinik adalah 3 tahun. Oleh karena itu, prevalensi

penyakit diperkirakan terjadi pada 6 dari 100,000 populasi.1

Di Eropa, data insiden sesuai umur sama dengan populasi di Amerika serikat.

Kebanyakan variabilitas diantara beberapa negara mungkin disebabkan oleh perbedaan

komposisi umur atau perbedaan dalam temuan kasus. Akan tetapi data terbaru

menunjukkan bahwa terdapat variabilitas etnik insiden penyakit ini, yang dapat

2

Page 3: amyotrophic lateral sclerosis

dijelaskan secara keseluruhan melalui temuan-temuan kasus yang berbeda, dengan

insiden lebih rendah pada yang bukan kulit putih atau seseorang dengan campuran

etnik.2

MORTALITAS/MORBIDITAS

Rata-rata durasi penyakit dari onset klinik sampai kematian adalah 3 tahun.

Onset pad umur lebih muda faktor prognostiknya baik. Beberapa varian ALS,

rangkaian penyakitnya lebih luas. Beberapa bentuk familial ALS, rangkaian perjalanan

penyakitnya lebih cepat dari rata-rata, dan beberapa lebih lambat.2

ETIOLOGI

Etiologi penyakit ini multifaktorial, melibatkan faktor genetik dan lingkungan.

Kematian motor neuron dipercaya muncul dari mutasi superokside dismutase 1 gen

(SOD 1, dipetakan kromosom 21. Metabolisme neurofilamen abnormal, disfungsi

transporter glutamate, disfungsi mitokondria, dan perubahan respon terhadap growth

factor dapat memainkan peranan penting pada gangguan ini.

Penyakit diturunkan pada 5-10 % kasus yang memicu timbulnya familial ALS (FALS)

dan mutasi pada SOD1 sebesar 15-20 % pada keluarga dengan FALS. Dua lokus ALS

tambahan yaitu pada kromosom 16q12.1-q12.2 dan 20. Mutasi yang paling baru

diidentifikasi pada gen pheriperine (12q12-13q) dapat menyebabkan ALS dengan

persentase kecil, yang mendukung data adanya keterlibatan disorganisasi

neurofilament dalam pathogenesis penyakit ini. Perhatian diarahkan pada peranan

vascular endothelial growth faktor (VEGF) yang penting dalam angiogenesis yang

juga terlibat dalam neuroproteksi. Penurunan level VEGF merupakan predisposisi

pada ALS tikus dan manusia. Pada tikus dengan ALS yang ditangani dengan VEGF,

angka harapan hidupnya meningkat sampai 30 %. Paparan lingkungan selama perang

Teluk telah diajukan untuk menjelaskan peningkatan insiden ALS pada para veteran

perang Teluk.2,4

3

Muskulus oropharingeal

medula

Medula spinalis servikal

Medula spinalis thorakalis

Medula spinalis lumbalis

Motor neuron bulbar

Motor neuron somatik

Muskulus anggota gerak

Korteks motorik

Medula

Medulla spinalis

Page 4: amyotrophic lateral sclerosis

Motor Neuron secara selektif dipengaruhi pada ALS. Degenerasi motor neuron dalam korteks motorik memicu timbulnya gejala klinik akibat abnormalitas motor neuron : aktivitas motor neuron yang berlebihan, Hoffmann sign, Babinski sign, dan klonus. Degenerasi dari motor neuron dalam batang otak dan medula spinalis menyebabkan atrofi otot, kelemahan, dan fasikulasi.4

PATOFISIOLOGI

Tahun 2006, inklusi ubiquinate mengandung bentuk patologik dari TAR DNA-

binding protein-43 (TDP-43) yang teridentifikasi dalam sitoplasma motor neuron

pasien dengan ALS sporadic dan pada pasien dengan demensia frontotemporal. TDP-

43 adalah suatu RNA processing protein. TDP-43 normalnya ditemukan terutama

dalam nucleus. Tidak lama setelah diidentifikasi, inklusi TDP-43 positif diidentifikasi

pada pasien dengan non-SOD1 FALS, dan mutasi pada gen ini terdapat pada

kromosom 1 yang mengkode TDP-43 dimana teridentifikasi pada pasien dengan ALS

sporadik dan familial. Mutations pada gen TDP-43 sebesar 5% pada pasien dengan

FALS. Inklusi TDP-43 telah ditemukan pada lebih dari 90% pasien dengan ALS

sporadik, pada pasien dengan Guamanian parkinsonism-dementia complex dan pada

pasien dengan familial British dementia.2 Suatu review dari rangkaian multisistem

TDP-43 proteinopati menyimpulkan bahwa ekspresi phenotipe yang terikat pada sel

spesifik dipengaruhi menyebabkan proteinopathy.5

4

Page 5: amyotrophic lateral sclerosis

Bulan Pebruari 2009, 2 kelompok melaporkan bahwa mutasi gen ini terjadi

pada gen untuk RNA processing protein yang lain, menyatu dalam sarkoma/ditranslasi

kedalam liposarcoma (FUS/TLS) (terletak pada kromosom 16), menyebabkan ALS-6,

suatu bentuk autosomal dominan dari FALS.2 Pasien-pasien dengan mutasi FUS/TLS

memiliki inklusi sitoplsma yang mengandung FUS/TLS namun bukan TDP-43.

Biasanya, FUS/TLS terkonsentrasi dalam nukleus. Mutasi dalam FUS/TLS sebesar

4% pada pasien dengan FALS. sebelum observasi yang menunjukkan bahwa TDP-43

dan FUS/TLS memiliki peranan patologik pada ALS, kebanyakan informasi yang

telah diterima berasal dari studi transgenik tikus mempengaruhi mutasi SOD1

manusia. SOD1 mutant memiliki efek yang berlebihan dan “mengambil fungsi” (yaitu,

toksisitas yang tidak berhubungan dengan hilangnya aktifitas naturalnya). Kerusakan

oksidatif, disfungsi mitokondria, kematian sel yang dimediasi oleh caspase

(apoptosis), defek dalam transport aksonal, ekspresi faktor pertumbuhan, patologi sel

glial, dan eksitotoksitas glutamate, semuanya merupakan jalur yang memediasi

kematian selpada ALS.6

Hilangnya jembatan motor neuron menjadi latar belakang patofisiologik dan

ekspresi klinik penyakit ini. Bila diteliti lebih detail, akibat yang ditimbulkannya

memberikan gambaran khas yang terlihat pada potongan melintang medula spinalis.

Pada tingkat otot, hilangnya lower motor neuron tertentu mengakibatkan hilangnya

inervasi tertentu mata unit-unit motorik. Pada awal penyakit ini, serat saraf yang

masih utuh mempertahankan hubungan dan inervasi kembali unit-unit motorik yang

konektifitasnya telah hilang dengan akson yang telah mati; sebagai akibatnya,

sejumlah besar motor unit dibentuk.7

5

Page 6: amyotrophic lateral sclerosis

GEJALA DAN TANDA

Onset ALS bisa sangat tidak terlihat dan seringkali gejalanya terlupakan.

Gejala–gejala awal termasuk kesemutan, kram, atau kekakuan otot; kelemahan otot

mempengaruhi lengan atau kaki; bicara tak jelas; atau kesibukan dalam mengunyah

atau menelan. Keluhan umum ini dapat berkembang menjadi kelemahan yang lebih

jelas atau atrofi yang dapat menyebabkan dokter mencurigai ALS. 2, 4

Bagian dari tubuh yang terkena efek dari gejala ALS tergantung dari otot pada

tubuh yang terkena pada pertama kali. Dalam beberapa kasus, gejala-gejalanya pada

awalnya menyerang satu atau dua kaki, dan pengalaman kekakuan pasien ketika

berjalan atau berlari atau merasa akan tersandung dan jatuh lebih sering. Beberapa

pasien pada awalnya melihat efek dari penyakit ini pada tangan atau lengan ketika

mereka merasa kesulitan dalam melakukan kegiatan yang membutuhkan ketrampilan

seperti mengancingkan kemeja, menulis, atau memutar kunci. Beberapa pasien merasa

sulit berbicara. Bagaimana pun juga bagian dari tubuh yang diserang oleh penyakit,

kelemahan otot dan atrofi menjalar ke bagian lain dari tubuh sejalan dengan

6

Page 7: amyotrophic lateral sclerosis

perkembangan penyakit. Pasien mendapat masalah lebih banyak dengan pergerakan,

menelan (dysphagia), dan dalam berbicara (dysarthria). Keterlibatan gejala-gejala dari

UMN termasuk spasticity dan refleks yang berlebihan termasuk refleks muntah yang

berlebihan. Refleks abnormal biasanya disebut Babinski’s Signs juga menandakan

kerusakan UMN. Gejala-gejala dari degenerasi LMN termasuk kelemahan otot dan

atrofi, kram otot, dan kejang otot yang bisa dilihat di bawah kulit.2,4,5

Untuk mendiagnosis ALS, pasien harus memiliki tanda dan gejala dari

kerusakan UMN dan LMN yang tidak bisa dihubungkan dengan kasus lain. Walaupun

urutan munculnya gejala-gejala dan tingkat perkembangan dari penyakit berbeda-beda

dari masing-masing orang. Pasien akan secepatnya tidak bisa berdiri atau berjalan,

naik atau turun dengan sendirinya dari tempat tidur, atau menggunakan tangan dan

lengan mereka. Kesulitan dan menelan dan mengunyah mengganggu kemampuan

pasien untuk makan dengan normal dan dapat meningkatkan resiko dari merasa

tercekik. Memelihara berat badan akan menjadi masalah. Karena penyakit ini biasanya

tidak menyerang kemampuan kognitif, pasien akan sadar bahwa dia kehilangan

kemampuan fungsi yang progress dan akan menjadi cemas dan depresi. Hanya sedikit

presentasinya dari pasien yang mengalami masalah dengan ingatan atau mengambil

keputusan, dan ada fakta yang berkembang bahwa ada beberapa kejadian akan

berlanjut ke perkembangan dementia. Perawatan kesehatan professional perlu

menjelaskan rangkaian dari penyakit dan menjelaskan perawatan yang tersedia

sehingga pasien bisa mengambil keputusan nantinya. Pada stadium lanjut dari

penyakit, pasien akan kesulitan dalam bernafas sejalan dengan otot dari system

pernafasan melemah. Pasien akan cepat kehilangan kemampuan untuk bernafas dan

harus bergantung pada alat bantu pernafasan untuk bertahan hidup. Pasien juga

menghadapi resiko tinggi dari pneumonia selama stadium lanjut dari ALS.6

Ringkasnya gejala dan tanda ALS sesuai dengan lokasi kerusakan sebagai

berikut:

- Disfungsi Upper atau lower motor neuron

o Kelemahan (akan tetapi, kelemahan ALS klasik biasanya akibat

disfungsi atau kehilangan lower motor neuron)

o Kram-kram otot

7

Page 8: amyotrophic lateral sclerosis

o Kesulitan berbicara dan menelan

o Ketidak stabilan

- Disfungsi Upper motor neuron

o Kekakuan (spastisitas)

o Reflex tendon yang cepat atau penjalarannya abnormal.

o Adanya refleks-refleks abnormal

o Hilangnya kemampuan kekuatan dari normal

- Disfungsi Lower motor neuron

o Kejang otot (fasikulasi)

o Penyusutan bagian terbesar otot (atrofi)

o Kaki jatuh

o Kesulitan bernafas

- Gejala-gejala emosional

o Tertawa atau menangis tanpa sengaja

o Depresi

- Perubahan-perubahan kognitif khusus 2,8

DIAGNOSIS

Diagnosis klinik ALS mungkin benar pada lebih dari 95 % kasus. Oleh karena

tidak ada tes spesifik untuk diagnosis, kadang-kadang menyulitkan untuk memisahkan

ALS dari penyakit motor neuron yang lain (khususnya Kennedy’s disease, atau X-

linked spinobulbar muscular atrophy), cervical spondylotic myelopathy, atau

myasthenia gravis. kriteria formal digunakan untuk percobaan klinik tapi masih sangat

terbatas; beberapa pasien meninggal dengan ALS tanpa memenuhi syarat untuk

percobaan terapeutik.9 Mungkin gangguan yang paling penting dalam differensial

diagnosis adalah multifocal motor neuropathy, yang didominasi oleh tanda LMN dan

dikarakeristik oleh berbagai blokade konduksi motorik pada tes listrik. Antibody

melawan GM ganglioside ditemukan pada 22-84 % pasien dengan multifocal motor

neuropathy.2, 8

Tidak seperti ALS, multifocal motor neuropathy berespon dengan penanganan

cyclophosphamide atau immunoglobulin intravena. Terapi immunoglobulin intravena

8

Page 9: amyotrophic lateral sclerosis

dapat memperbaiki sindroma klinik multifocal motor neuropathy dengan konduksi

lambat atau tanpa abnormalitas konduksi pada keseluruhan.2, 10

Walaupun multifocal motor neuropathy adalah neuropathy perifer, beberapa

pasien memiliki reflex tendon aktif pada tungkai dengan otot yang mengalami atrofi

dan fasikulasi, suatu pola yang tidak sesuai dengan diagnosis ALS. Pada syndrome

LMN, refleks-refleks tendon dapat menghilang, bila tanda-tanda ini menetap

menunjukkan keterlibatan UMN. Laporan otopsi pada 4 pasien dengan neuropati

motorik multivokal memperlihatkan hilangnya neuron motorik; beberapa

memperlihatkan suatu inklusi yang disebut Bunina bodies, yang merupakan

patognomonik penyakit motor neuron.11 Elektromiography memperlihatkan adanya

denervasi pada setidaknya 3 cabang, menguatkan temuan abnormalitas LMN.

Penggunaan elektromiography pada sejumlah motor neuron yang masih ada menjadi

pengukuran objektif efikasi terapi obat.2, 12

Dokumentasi ketelibatan UMN pada pasien ALS dapat membantu differensiasi

ALS dari neuropati motorik multifokal dan menunjukkan objektif pengukuran yang

lain dari respon terhadap penanganan. Dua metode yang digunakan; Magnetic

resonance spectroscopy untuk melihat jumlah neuron yang masih bertahan pada

korteks motorik, dan stimulasi magnetic dari korteks motorik untuk menilai konduksi

traktus kortikospinal. Sensitifitas dan spesifitas dari dua pendekatan terlihat sama dan

memerlukan perbaikan. Magnetic resonance imaging dapat memperlihatkan intensitas

signal traktus kortikospinal yang tinggi.2,5,11

Secara ringkasnya kriteria diagnosis penyakit ini sbb.5

Menurut kriteria Airlie House (merupakan revisi kriteria El Escorial, adanya tanda:

- Fakta keterlibatan lower motor neuron (LMN) dengan pemeriksaan klinik atau

elektrofisiologi.

- Fakta keterlibatan upper motor neuron (UMN) melalui pemeriksaan klinik

- Progresifitas gejala motorik diantara daerah-daerah yang terlibat atau area (4 area:

bulbar, servikal, torakal, lumbosakral) lain yang dipengaruhi, yang diketahui

melalui riwayat atau pemeriksaan.

Dan tidak adanya

9

Page 10: amyotrophic lateral sclerosis

- Gejala dan tanda non-motorik seperti tanda gangguan sensasi

- Kegagalan otonom

- Tanda cerebelar atau ekstrapiramidal

- Gangguan penglihatan atau pergerakan bola mata

- Fakta elektrofisiologi atau neuroimaging memperlihatkan proses lain yang dapat

menjelaskan tanda-tanda klinik

Kriteria Airlie House yang direvisi memungkinkan 4 kategori tertentu dalam membuat

diagnosis, terutama didasarkan pada jumlah area yang dipengaruhi melalui gejala

UMN dan LMN:5, 11

- Pasti ALS secara klinik: adanya tanda klinik UMN dan LMN pada sekurang-

kurangnya tiga area berbeda.

- Kemungkinan ALS secara klinik: adanya tanda klinik UMN dan LMN pada dua

atau lebih area berbeda dengan sedikitnya ada beberapa tanda UMN sampai tanda

LMN.

- Kemungkinan ALS dengan disokong pemeriksaan laboratorium ALS: adanya

tanda klinik UMN dan LMN pada satu area dengan didukung pemeriksaan

elektrofisiologi dari LMN pada dua atau lebih area, sesudah menyingkirkan

penyebab lain melalui studi neuroimaging, elektrofiologi dan pemeriksaan

laboratorium; adanya tanda klinik UMN pada satu area dengan fakta

elektrofisiologi tanda LMN pada dua atau lebih area sesudah menyingkirkan

penyebab lain dengan studi neuroimaging, elektrofisiologi dan pemeriksaan

laboratorium.

- Mungkin ALS: adanya tanda klinik LMN dan UMN hanya pada satu area, sesudah

menyingkirkan penyebab lain dengan studi neuroimaging, elektrofisiologi dan

pemeriksaan laboratorium; adanya tanda klinik UMN pada dua atau lebih area,

sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan studi neuroimaging, elektrofisiologi

dan pemeriksaan laboratorium; adanya tanda rostral LMN sampai UMN, tanpa

tanda LMN dengan elektrofisiologi pada area lain, sesudah menyingkirkan

penyebab lain dengan studi neuroimaging, elektrofisiologi dan pemeriksaan

laboratorium.

PENANGANAN

10

Page 11: amyotrophic lateral sclerosis

Riluzole, suatu antagonis glutamate, merupakan satu-satunya obat yang

disetujui oleh FDA untuk penanganan ALS. Riluzole secara istimewa memblokade

chanel sodium yang sensitif TTX, yang berhubungan dengan kerusakan neuron.

Penurunan infulks ion kalsium dan pencegahan stimulasi reseptor glutamate secara

tidak langsung. Bersama-sama dengan blockade reseptor glutamate secara langsung,

efek dari glutamate neurotransmitter terhadap motor-motor neuron sangat jelas

berkurang. Akan tetapi, kerja riluzole terhadap reseptor glutamat masih kontroversial,

seperti tidak adanya ikatan molekul yang terlihat pada beberapa reseptor yang

diketahui. Selain itu peranannya sebagai antiglutamat masih dapat ditemukan pada

keadaan adanya sodium channel blocker, juga belum diketahui apakah riluzole bekerja

atau tidak pada jalur ini.2

Dalam dua penelitian riluzole memperpanjang harapan hidup 3-7 bulan.

Efikasi riluzone didukung ole teori excitotoxic-glutamat mengenai pathogenesis ALS.

Tapi antagonis asal amino rantai cabang, lamotrigine, dan dextromethorphan, tidak

memberikan efek pada percobaan klinik. Mutant SOD1, gabapentin, seperti riluzole,

memperpanjang harapan hidup tapi tidak memiliki efek signifikan pada onset klinik

penyakit. Sebaliknya vitamin E memperlambat onset dan progresifitas penyakit tapi

gagal memperpanjang harapan hidup. Agent-agent yang saat ini masih dalam evaluasi

termasuk xaliproden (yang dapat membantu pelepasan faktor neurotrophic), creatine,

133 coenzyme Q10, yang diberikan secara intratekal (lumbal pungsi) brain-derived

neurotrophic faktor, dan brain-derived neurotrophic faktor, yang diberikan peroral.

Inhibitor cyclooxygenase-2135 dan inhibitor caspase masih dipertimbangkan.2,9,11

Kesuksesan terapi dihasilkan dari kombinasi pengobatan. Politerapi termasuk

didalamnya penggunaan glutamate antagonists, antioxidant (khususnya yang

memproteksi sistem perbaikan mitokondria), anti-apoptotic agent, growth factor

konvensional dan kurang konvensional seperti immunophillin, agen yang memicu

integritas neurofilamen, dan akhirnya, anti-inflamasi. Masing-masing dari obat-obat

ini bekerja pada aspek-aspek yang berbeda pada kaskade terminal yang terjadi pada

ALS.

11

Page 12: amyotrophic lateral sclerosis

Pendekatan terapi saat ini

Berkurangnya gejala-gejala dan pengukuran suportif penting sekali dalam

penanganan ALS. Capaian terbaik melalui pendekatan tim multidisipliner. Untuk

memperbaiki kualitas hidup pasien, diperlukan keahlian dalam bidang fungsi respirasi,

nutrisi dan rehabilitatif serta pengukuran pekerjaan. Selain itu pekerja sosial dan

konseling merupakan hal penting, khususnya dalam hal keputusan untuk mengakhiri

kehidupan. Di Amerika utara, penggunaan bimodal passive airway pressure (BIPAP),

yang secara aktif menyokong fase inspirasi dari respirasi, dengan cepat menjadi

standar penanganan untuk pasien ALS. Kebanyakan pasien mengalami perbaikan

dengan penggunaan alat ini diantara periode jangka pendek. Terapi sehari-hari yang

lain adalah nutrisi enteral via endoskopi perkutaneus yang ditempatkan secara

gastrostomy (PEG). Jika kedua pendekatan ini diterapkan tepat waktu, PEG dan

BIPAP akan meningkatkan masa hidup pasien ALS. Salivasi yang berlebihan dan

penebalan mukous merupakan masalah besar bagi pasien yang menderita ALS.

Peningkatan salivasi dapat ditangani dengan penggunaan suatu transdermal patch yang

mengandung scopolamin, yang dilekatkan dua kali seminggu. Sebuah percobaan

terbaru yang belum dipublikasikan, yang meneliti efek radiasi dosis kecil terhadap

glandula submandibular pada 18 pasien ALS dengan kelebihan salivasi, mencatat

bahwa 11 pasien ini menunjukkan adanya keringanan lebih dari 3 bulan. Mesin

suction rumah biasanya dibutuhkan bila kelebihan saliva lebih persisten. Penebalan

mukosa merupakan masalah yang jarang dan dapat ditangani dengan penggunana

agent mukolitik seperti mucomyst, pada dosis 1-2 cc dua kali sehari.

Oleh karena dipercaya bahwa setiap orang yang terdiagnosis ALS mengalami

depresi, obat anti depressant seringkali dianjurkan, tapi belum ada percobaan yang

mengevaluasi praktek ini. Pada dua studi yang belibatkan 100 pasien dengan ALS,

depresi klinik ditemukan hanya pada 11 persen pasien. 2,9,12

Percobaan klinik mengalami perkembangan dan teroganisir dengan baik, dan

hampir semuanya dibiayai oleh perusahaan obat. Satu pendekatan adalah penggunaan

vector virus untuk delivery gen untuk EAAT2 kedalam medulla spinalis melalui

injeksi intraparenkim dalam usaha untuk menurunkan level glutamate dalam sirkulasi.

12

Page 13: amyotrophic lateral sclerosis

Tujuan proyek selanjutnya adalah untuk mengembalikan fungsi motorik dengan

memasukkan stem sel manusia kedalam medulla spinalis untuk menggantikan motor

neuron yang mengalami degenerasi. Terapi stem cell untuk ALS, bagaimana stem cell

dibuat dalam suatu cara agar tetap pada posisi yang tepat, perlekatan, penggantian sel-

sel yang mengalami disfungsi.4, 12

KESIMPULAN

ALS masih menjadi penyakit fatal. Perkembangan penelitian telah dibuat

selama beberapa dekade lalu, tapi belum ada terapi yang terbukti efektif untuk

penanganannya. Walau demikian, tetap ada alasan untuk berharap. Analsisi genetik

telah mengidentifikasi penyebab primer ALS. Mutasi pada gen tunggal dapat

menginisiasi proses yang memicu degenerasi selektif motor neuron. Kemiripan klinik

dan patologi dari ALS familial dan sporadik, patogenesisnya telah diduga. Tantangan

saat ini adalah bagaimana memahami mutasi ini bisa menyebabkan penyakit dan untuk

menggunakan pemahaman ini untuk perkembangan penanganan, mungkin untuk

kesembuhan penyakit ini. Kaskade kejadian yang memicu kematian motor neuron

merupakan bagian yang kompleks. Isolasi gen yang bertanggung jawab untuk bentuk

ALS familial dapat menunjukkan point lain dalam pathway dimana intervensi terapi

dimungkinkan.

13

Page 14: amyotrophic lateral sclerosis

REFERENSI

1. Lomen-Hoerth C. Amyotrophic Lateral Sclerosis from Bench to Bedside.

Department of Neurology, University of California, San Francisco, San Francisco,

California. Published: May 13, 2008

2. Armon C. Amyotropic lateral sclerosis. Tufts University School of Medicine;

Chief, Division of Neurology, Baystate Medical Center. Published: Jun 29,2009.

3. Rowland LP, Shneider NA. Amyotrophic lateral sclerosis. N Engl J Med. May 31,

2001, Vol. 344, No. 22.

4. Valenti Ma, Pontieri F.E, Conti F, Altobelli E, Manzoni T, Frati L. Amyotrophic

lateral sclerosis and sports: a case–control study. Section of Medical Statistics and

Epidemiology, University of L’Aquila, L’Aquila, Italy. European Journal of

Neurology 2005, 12: 223–225

5. Van der graft M. Amyotrophic lateral sclerosis. Department of neurology,

academic medical centre. Amsterdam, Nederland. September 2004. Available at.

http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-ALS.pdf

6. Trotti D, Aoki M, Pasinelli P, Berger U V, Danbolt NC, Brown RH, Hediger MA.

Amyotrophic Lateral Sclerosis-linked Glutamate Transporter Mutant Has

Impaired Glutamate Clearance Capacity. The journal of biological chemistry. Vol.

276, No. 1, Issue of January 5, pp. 576–582, 2001.

7. Amyotrophic Lateral Sclerosis Fact Sheet. National institute of neurological

disorder and stroke. National institute of health. September 09, 2008. Available at.

http://ghr.nlm.nih.gov/condition=amyotrophiclateralsclerosis.htm

8. Kato Y, Matsumura K, Kinosada Y, Narita Y, Kuzuhara S, Nakagawa T.

Detection of Pyramidal Tract Lesions in Amyotrophic Lateral Sclerosis with

Magnetization-Transfer Measurements. AJNR Am J Neuroradiol. September

1997 P. 18:1541–1547.

14

Page 15: amyotrophic lateral sclerosis

9. ALS: Amyotrophic Lateral Sclerosis. University of Pittsburgh Medical Center.

Available at. http://www.upmc.com/HealthAtoZ/patienteducation/Documents/

AmyotrophicLateralSclerosis.pdf

10. Definition of Familial amyotrophic lateral sclerosis. Familial amyotrophic lateral

sclerosis Index. April 12, 2009. Available at. http://www.medterms.

com/script/main/art.asp?articlekey=34045

11. U.S. National Library of Medicine. Amyotrophic lateral sclerosis. August, 2007.

Available at. http://ghr.nlm.nih.gov/condition=amyotrophiclateralsclerosis.

12. Jain MR, Ge W, Elkabes S, Li H. Amyotrophic lateral sclerosis: Protein

chaperone dysfunction revealed by proteomic studies of animal models. Center

for Advanced Proteomics Research and Department of Biochemistry and

Molecular Biology,UMDNJ. New Jersey Medical School Cancer Center. Appl.

2008, 2, 670–684

15