Analisa Aspek Fisik Geomorfologi Penyebab Banjir Rob

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISA ASPEK FISIK GEOMORFOLOGI PENYEBAB BANJIR ROB KOTA SEMARANG

Latifatul Khoiriyah11Mahasiswa Geografi dan Ilmu Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah mada 2011 (07146)

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBencana merupakan salah satu resiko dari proses geomorfologi yang terjadi. Adanya bencana diawali dengan adanya perubahan-perubahan alam akibat alam maupun manusia. Perpaduan keduanya juga dapat menjadikan terjadinya bencana bahkan lebih besar. Pengetahuan mengenai karakteristik wilayah dan penentuan kebijakan yang baik adalah salah satu kunci pencegahan maupun penurunan resiko bencama. Pengetahuan mengenai karakteristik wilayah tersebut salah satunya adalah pengetahuan mengenai bentuklahan dan proses geomorfologi yang terjadi. Pengetahuan-pengetahuan mengenai aspek fisik wilayah ini sebaiknya diketahui dan dipahami oleh para penentu kebijakan baik tingkat daerah bahkan pusat. Akan tetapi, saat ini banyak dari para penentu kebijakan yang sama sekali tidak memahami bahwa aspek fisik suatu wilayah merupakan hal yang penting. Akibatnya, aspek fisik suatu wilayah jarang dijadikan pertimbangan bagi penentuan kebijakan pembangunan suatu daerah.Penentuan kebijakan yang tidak didasarkan pada aspek fisik wilayah akan mengakibatkan tidak bertahannya pembangunan tersebut dalam jangka waktu yang panjang akibat tidak tepatnya keputusan pembangunan. Penentuan kebijakan yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi suatu wilayah seperti terjadinya bencana yang mengakibatkan kerugian materi bahkan korban jiwa. Salah satu bencana akibat penentuan kebijakan yang tidak tepat adalah banjir rob Kota Semarang. Bencana yang terjadi ini memberikan kesadaran kepada para penentu kebijakan bahwa aspek fisik wilayah merupakan hal penting. Karena hal itu, pemetaan bentuklahan dan beberapa aspek fisik wilayah merupakan hal yang menjadi penting juga saat ini.

B. TUJUAN1. Mengetahui aspek bentuklahan Kota Semarang.2. Mengetahui hubungan keterkaitan antara bentuklahan Kota Semarang, kebijakan yang berlaku dan timbulnya bencana banjir rob.3. Merumuskan kemungkinan penanggulangan banjir rob Kota Semarang.

C. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana bentuklahan Kota Semarang?2. Bagaimana hubungan keterkaitan antara bentuklahan Kota Semarang, kebijakan yang berlaku dan timbulnya bencana banjir rob?3. Bagaimana kemungkinan penanggulangan banjir rob Kota Semarang?

BAB IIISI

Semarang merupakan salah satu Kota Pelabuhan yang berada di pesisir utara Pulau Jawa. Semarang merupakan kota yang terkenal dengan pelabuhannya yang maju dan ramai. Selain itu, Semarang juga terkenal dengan kawasan-kawasn elitnya. Water front city atau kota pesisir di wilayah ini banyak diminati oleh masyarakat atas sebagai investasi setelah kota-kota pesisir di Jakarta. Karena kemajuan Semarang yang cepat ini, pembangunan jalan dan sarana prasarana berlangsung cepat. Salah satu agenda pembangunan di semarang adalah dibangunnya jalan tol di Semarang. Jalan Tol Semarang merupakan bagian dari jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan wilayah Kota Semarang, wilayah Barat, Timur, serta Selatan kota Semarang. Jalur ini juga menjadi jalur penting untuk transportasi ke Jawa Timur, Yogyakarta dan Solo. Secara geomorfologis, wilayah Semarang terbentuk dari endapan lumpurhasil rombakan material dari bukit-buit lipatan di sekitarnya. Material lempung ini masih berumur muda dan masih mengalami proses kompaksi. Material lumpur yang masih muda ini masih sangat rentan terhadap tekanan dan beban. Kurang lebih 30 tahun terakhir ini, Semarang telah mengalami bencana banjir rob (Ismanto,2009).Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya musim hujan. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya (Wismarini dan Dewi, 2010). Banjir rob berbeda dengan banjir yang terjadi pada umumnya. Banjir rob (pasang) terjadi pada saat kondisi pasang maksimum/tertinggi (High Water Level) menggenangi daerah-daerah yang lebih rendah dari muka laut rata-rata (mean sea level). Salah satu penyebab terjadinya banjir rob Kota Semarang adalah penurunan tanah (land subsidence) yang terjadi akibat kelebihan beban pembangunan. Berdasarkan penelitian Wirasatriya (2005) diketahui bahwa penurunan tanah (land subsidence) merupakan faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab kenaikan relatif muka laut di Semarang selain adanya faktor pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di seluruh belahan dunia dan faktor lain yang sifatnya memperparah banjir rob yang terjadi yaitu perubahan tata guna lahan dan buruknya sistem drainase (Ismanto, 2009). Kondisi eksisiting dari elevasi tanah yang lebih rendah dari muka air laut menyebabkan semakin besarnya laju penurunan muka tanah. Banjir Rob di Semarang menyebabkan kerusakan infrasturuktur dan kawasan pemukiman selain itu juga berdampak pada kehidupan masayarakat, rumah tangga dan individual secara simultan (Marfai et al, 2007). Penurunan muka tanah akibat kelebihan muatan ini pada akhirnya berujung pada penentuan kebijakan awal penentuan Semarang sebagai kota pelabuhan besar.Material lempung yang masih muda tidak seharusnya menahan beban berat berupa pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Apabila memang harus didirikan kota di wilayah pesisir Semarang ini, tata kota yang dibentuk seharusnya memperhatikan proses geomorfologi yang terjadi, seperti adanya tidal atau kenaikan air laut yang bisa tiba-tiba terjadi. Penataan Kota Semarang yang ada saat ini dapat dinilai kurang pas karena kota langsung berhadapan dengan laut dan tanpa adanya transisi vegetasi sebagai pembatas dan pencegah banjir rob. Hal inilah yang kurang diperhatikan oleh pemerintah Kota Semarang sehingga menyebabkan mundurnya garis pantai akibat banjir rob saat ini.Pengetahuan mengenai aspek fisik wilayah merupakan hal yang penting. Pengetahuan mengenai bentuklahan Semarang yang masih merupakan lempung muda juga sangat penting bagi penentuan kebijakan pembangunan Kota Semarang. Penanggulangan banjir rob Kota Semaramg saat ini dapat difokuskan pada penataan pesisir pantai. Pemberian vegetasi berlapis merupakan salah satu penataan pesisir pantai yang dianjurkan untuk menanggulangi banjir rob Semarang. Penataan pesisir pantai ini membutuhkan pemetaan geomorfologi agar penanaman vegetasi berlapis dapat berjalan efisien dan tepat guna. Hal tersebut karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa aspek bentuklahan merupakan aspek penting dalam perencanaan.

BAB III

A. KESIMPULAN1. Kota Semarang merupakan Kota Pelabuhan yang terbentuk dari endapan lempung hasil perombakan material perbukitan lipatan di sekitarnya yang masih berumur muda dan tidak tahan beban dan tekanan.2. Penurunan tanah akibat beban pembangunan berupa gedung-gedung pencakar langit di Kota Semarang menyebabkan terjadinya banjir rob yang semakin besar.3. Penataan pesisir pantai dengan penanaman vegetasi berlapis merupakan salah satu usaha penanggulangan banjir rob di Kota Semarang

B. SARANPenanganan banjir rob dengan penanaman vegetasi berlapis harus didasarkan pada aspek geomorfolofi wilayah agar efektif dan tepat guna. Pembuatan peta geomorfologi dapat dibuat gunan memudahkan penentuan proses geomorfologi Kota Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

Marfai, M. A., & King, L. 2007a. Monitoring land subsidence in Semarang, Indonesia.Environmental Geology. doi:10.1007/ s00254-007-0680-3.Ismanto A, 2009, Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang, Jurnal ILMU KELAUTAN. Desember 2009 Vol 14 (4): 21-28.Wismarini D dan Dewi Handayani Untari Ningsih, 2010, Analisis Sistem Drainase Kota Semarang Berbasis Sistem Informasi Geografi dalam Membantu Pengambilan Keputusan bagi Penanganan Banjir, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XV, No.1, Januari 2010