Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

  • Upload
    nadia

  • View
    252

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    1/17

    2.03.2010

    Sedimen Klastik Terrigenous

    Source : Sam Boggs Jr : Sedimen Klastik Terrigenous

    Sedimen Klastik Terrigenous : Kerikil, Pasir dan Lumpur

    (Terrigenous clastic sediments : gravel, sand and mud)

    Empat kelompok utama batuan dapat dikenali berdasarkan komposisinya; sedimen klastik

    terrigenous, sedimen karbonat, endapan evaporasi, dan volkaniklastik. Komposisi umum dan khusus

    menentukan sifat sedimen dan karakter batuan sedimen yang terbentuk. Skema klasifikasi,

    penamaan, dan deskripsi telah dikembangkan untuk mengategorikan sedimen dan batuan sedimen

    melalui ciri-ciri material tertentu. Deskripsi sedimen dan batuan sedimen termasuk memperkirakan

    asal mineral dan penyusun biogenik. Analisis kuantitatif berupa ukuran butir, bentuk, dan distribusi

    partikel. Deskripsi litologi dapat dibuat dari material yang lepas atau hand specimen dan dilengkapi

    oleh analisis petrografi dengan menggunakan mikroskop. Beberapa informasi tentang proses dan

    kondisi pengendapan dapat diperoleh melalui penelitian sedimen dan batuan serta dengan

    tambahan data dari lapangan dan data bawah permukaan. Bab ini membahas sedimen klastik

    terrigenous (kerikil, pasir, dan lumpur) dan litifikasinya; tersusun oleh mineral dan fragmen batuan

    yang berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang lebih tua.

    2.1 Komponen Sedimen dan Batuan Sedimen

    Sedimen dan batuan sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan penyusunnya atau asal usul

    terbentuknya, atau kombinasi keduanya. Pembagian batuan sedimen ada di bawah ini (Gambar 2.1).

    MATERIAL KLASTIK TERRIGENOUS

    Material berasal dari partikel atau klastik batuan yang lebih tua. Klastik ini adalah detritus erosi daribatuan induk dan umumnya tersusun oleh mineral silikat ; istilah sedimen detrital dan sedimen

    siliciklastik juga digunakan untuk material ini. Ukuran klastik mulai dari partikel lempung

    (mikrometer) hingga bongkah (meter). Batupasir dan konglomerat menyusun sebanyak 20% - 25%

    batuan sedimen dalam rekaman stratigrafi dan batulumpur menyusun 60% dari jumlah total.

    KARBONAT

    Berdasarkan definisi, batugamping adalah batuan sedimen yang mengandung lebih dari 50% kalsium

    karbonat (CaCO3). Di lingkungan alam, bagian keras organisme, khususnya invertebrata seperti

    moluska, adalah sumber utama kalsium karbonat. Batugamping menyusun 10% - 15% batuan sedimen

    dalam rekaman stratigrafi.

    EVAPORASI

    Peace of Mind

    Jenis Batik, cara Membuat Batik,

    Pengertian Batik

    UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEBAGAIHUKUM DASAR NEGARA KESATUANREPUBLIK INDONESIA

    Laporan Viskositas

    Praktikum modulus young

    PESAWAT ATWOOD (E-1)

    Ketidakpastian pengukuran

    Popular Posts

    There was an error in this gadget

    with Google Friend Connect

    Members (38) More »

     Already a member? Sign in

    Followers

    English Article (9)

    Geologi dasar (3)

    Geomorfologi (4)

    Indonesian Article (31)

    lain-lain (8)

    Microsoft Encarta TM (14)

    Mineralogi (4)

    Opini (3)

    Paleontologi (1)

    Pancasila (2)

    Labels

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    2/17

    Evaporasi adalah endapan yang terbentuk oleh pengendapan garam-garam dari air melalui proses

    penguapan.

    SEDIMEN VOLKANIKLASTIK

    Hasil dari erupsi volkanik atau hasil dari lapukan batuan volkanik.

    SEDIMEN LAINNYA

    Sedimen dan batuan sedimen lainnya adalah ironstone, sedimen fosfat, endapan organik (batubara

    dan serpih minyak), rijang (chert) (batuan sedimen silikaan). Volume ini semua hanya 5 % dari

    rekaman stratigrafi, tapi beberapa memiliki nilai ekonomi.

    Sebagaimana dengan kebanyakan sistem klasifikasi, ada tumpang tindih dan ‘daerah abu-abu’ pada

    skema ini. Beberapa lapisan batugamping terbentuk dari pengendapan kimiawi kalsium karbonat

    selama proses penguapan, dan dapat disebut endapan evaporit. Pada kasus lain ada penamaan yang

    tidak masuk akal ; batuan yang mengandung 51% butir pasir kuarsa dan 49% fragmen karbonatan

    diistilahkan batupasir karbonatan : dengan

    perbandingan yang sebaliknya (49% butir pasir kuarsa dan 51% fragmen karbonatan) disebut

    batugamping pasiran.

    Gambar 2.1 Tabel penyusun-penyusun utama batuan sedimen

    2.2 Klasifikasi dan Penamaan Sedimen dan Batuan Sedimen Klastik Terrigenous

    Sedimen klastik terrigenous adalah kumpulan (aggregate) lepas dari material klastik yang menjadi

    batuan sedimen klastik terrigenous bila material terlitifikasi (litifikasi adalah proses pembentukan

    batuan) (7.21). Lumpur, lanau, dan pasir adalah aggregate lepas ; tambahan imbuhan ‘batu-‘

    (batulumpur, batulanau, batupasir) menandakan bahwa material telah terlitifikasi dan telah menjadi

    batuan padat. Material kerikil lepas dinamakan menurut ukurannya seperti butiran (granule),

    kerakal (pebble), berangkal (cobble), dan bongkah (boulder) yang dapat terlitifikasi menjadi

    konglomerat (terkadang ditambahkan ukurannya, contoh konglomerat kerakal / ‘pebble

    conglomerate’).

    pemetaan (2)

    poetry (8)

    Praktikum Fisika (8)

    sedimentologi (6)

    Stratigrafi (5)

    ► 2012 (1)

    ► 2011 (12)

    ▼ 2010 (4)

    ► August (1)

    ▼ February (3)

    Sedimen biogenik, kimia, danvolkanogenik

    Sedimen Klastik Terrigenous

    Sedimentologi dan Stratigrafi

    ► 2009 (6)

    ► 2008 (88)

    Blog Archive

    live traffic

    Live Traffic Feed

    Real-time view · Get Feedjit

    A visitor from Jakarta, Jakarta

    Raya viewed "Geofacts:

    Sedimentologi dan Stratigrafi" 4

    mins agoA visitor from Indonesia viewed

    "Geofacts: Van zuidam" 7 mins

    agoA visitor from Indonesia viewed

    "Geofacts: Sedimentologi dan

    Stratigrafi" 29 mins agoA visitor from Indonesia viewed

    "Geofacts: Sedimen Klastik 

    Terrigenous" 40 mins agoA visitor from Indonesia viewed

    "Geofacts: January 2011" 1 hr 9

    mins agoA visitor from Semarang, Jawa

    Tengah viewed "Geofacts:

    Geomorfologi Umum" 1 hr 59

    mins agoA visitor from Jakarta, Jakarta

    Raya viewed "Geofacts:

    BIOSTRATIGRAFI" 2 hrs 37

    mins agoA visitor from Grobogan, Jawa

    Tengah viewed "Geofacts:

    Sedimen Klastik Terrigenous" 8

    hrs 27 mins agoA visitor from Indonesia viewed

    "Geofacts: Proses Transportasi

    dan Struktur Sedimen" 9 hrs 39

    mins agoA visitor from Surabaya, Jawa

    Timur viewed "Geofacts:

    Sedimentologi dan Stratigrafi"

    Your Comment

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    3/17

    2.2.1 Sedimen dan Batuan Sedimen Klastik Terrigenous

    Pembagian berdasarkan ukuran butir digunakan sebagai awal untuk mengklasifikasikan dan

    menamakan sedimen dan batuan sedimen klastik terrigenous ; kerikil dan konglomerat tersusun oleh

    klastik berdiameter lebih dari 2 mm, butir berukuran pasir antara 2 mm sampai 1/16 mm (63 μm) ;

    lumpur (termasuk lempung dan lanau) terdiri dari partikel berdiameter kurang dari 63 μm. Ada

    beberapa jenis skema dan pembagian kategori, tetapi sedimentologist cenderung menggunakan

    Skala Wentworth (Gambar 2.2) untuk menentukan dan menamakan endapan klastik terrigenous.

    2.2.2 Skala Ukuran Butir Udden – Wentworth

    Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk klasifikasi materi partikel

    aggregate ( Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat berdasarkan faktor 2 ; contoh

    butiran pasir sedang berdiameter 0,25 mm – 0,5 mm, pasir sangat kasar 1 mm – 2 mm, dan

    seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alami partikel

    sedimen ; sederhananya, blok besar hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya.

    Empat pembagian dasar yang dikenalkan :

    1. lempung (< 4 μm) 2. lanau (4 μm – 63 μm) 3. pasir (63 μm – 2 mm) 4. kerikil / aggregate (> 2 mm)

    Skala phi adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf Yunani ‘Ф’ (phi) sering digunakan

    sebagai satuan skala ini. Dengan menggunakan logaritma 2, ukuran butir dapat ditunjukkan pada

    skala phi sebagai berikut :

    Ф = - log 2 (diameter butir dalam mm)

    Tanda negatif digunakan karena biasa digunakan untuk mewakili ukuran butir pada grafik, bahwa

    ukuran butir semakin menurun dari kanan ke kiri. Dengan menggunakan rumus ini, butir yangberdiameter 1 mm adalah 0Ф; 2mm adalah -1Ф, 4 mm adalah -2Ф, dan seterusnya; ukuran butir

    yang semakin menurun, 0,5 mm adalah +1Ф, 0,25 mm adalah 2Ф, dan seterusnya.

    Gambar 2.2 Klasifikasi ukuran butir skala Udden-Wentworth

    2.3 Kerikil dan Konglomerat

    Klastik berdiameter lebih dari 2 mm dibagi menjadi butiran, kerakal, berangkal, dan bongkah

    (Gambar 2.2). Nama yang diberikan untuk kerikil yang terkonsolidasi tergantung pada ukuran butir

    yang dominan ; contoh, jika kebanyakan klastik berdiameter antara 64 mm hingga 256 mm,

    batuannya disebut konglomerat berangkal (cobble conglomerate). Istilah breksi umumnya digunakan

    untuk konglomerat yang tersusun oleh klastik yang bentuknya menyudut (2.6). Pada beberapa

    keadaan perlu dijelaskan bahwa suatu endapan adalah ‘breksi sedimen’ atau ‘breksi tektonik’ yang

    terbentuk oleh fragmentasi batuan dalam zona sesar akibat gesekan (friction) antara tubuh batuan

    yang bergerak. Campuran klastik membundar dan menyudut terkadang diistilahkan breksi-

    konglomerat. Terkadang kata benda rudite dan kata sifat ruditan digunakan; istilah ini sinonim

    dengan konglomerat dan konglomeratan.

    4 Nov 15, 11:50 PM

    Cross Stitch: Kits Cross Stitch Charts

     And Patterns

    28 Sep 15, 12:28 AM

    Dont cry because: its over smile

    because it happened

    10 Sep 15, 05:01 PM

    SEDANG BEROPERASI: KELAS

    ZUMBA DAN AEROBIK DI KUALA

    LUMPUR. CALL NOW +60173835636

    10 Sep 15, 01:08 PM

    PINJAMAN MUDAH: DAN WAJIB

    KETUA JABATAN ATAU PEGAWAI

    TELAH DIBERI KUASA UNTUK

    PINJAMAN

    25 Aug 15, 10:56 AM

    THE CONQUEST: OF THY BEAUTY

    25 Aug 15, 09:46 AM

    WHEN A WOMAN: IS HANGED FOR

    HUMMING A SONG

    17 Aug 15, 05:29 PM

    BUT THERE: A TYPE OF RACE THAT[Upgrade Cbox] refresh

    name e-mail / url

    message Go

    help· smilies · cbox

    Contact

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    4/17

    2.3.1 Komposisi Kerikil dan Konglomerat

    Deskripsi selanjutnya kerikil dan konglomerat dapat dilihat dari kehadiran klastik yang ada. Jika

    semua klastik adalah material yang sama (contoh, granit semuanya), konglomerat disebut monomik.

    Konglomerat polimik mengandung klastik dari berbagai litologi yang berbeda, dan terkadang

    diistilahkan oligomik jika hanya terdapat dua atau tiga jenis klastik.

    Hampir semua litologi mungkin ditemukan sebagai klastik pada kerikil dan konglomerat. Litologi

    yang resistan adalah yang tahan terhadap pelapukan fisika dan kimia, memiliki peluang besar

    terdapat sebagai klastik dalam konglomerat. Faktor yang mengontrol resistansi tipe batuan

    termasuk mineral yang ada dan kemampuannya menghadapi pelapukan fisika dan kimia dalam

    lingkungan. Beberapa batupasir hancur menjadi fragmen berukuran pasir ketika tererosi karenabutiran-butiran ini memiliki ikatan yang lemah untuk tetap bersatu. Faktor terpenting yang

    mengontrol jenis klastik yang ditemukan adalah batuan induk yang tererosi dalam daerah sumber.

    Kerikil akan tersusun oleh klastik batugamping jika daerah sumber hanya tersusun oleh

    batugamping. Dengan mengetahui jenis klastik dapat ditentukan sumber (atau asal : 5.5) batuan

    sedimen konglomeratan.

    2.3.2 Tekstur Konglomerat

    Lapisan konglomerat jarang tersusun sepenuhnya oleh material berukuran kerikil. di antara butiran,

    kerakal, berangkal ,dan bongkah akan sering hadir pasir sangat halus dan/atau lumpur : material

    yang lebih halus di antara klastik besar adalah matriks. Jika matriks berjumlah besar (> 20 %),

    batuan disebut konglomerat pasiran atau konglomerat lumpuran, tergantung pada ukuran butirmatriks (Gambar 2.3). Konglomerat intraformasional tersusun dari klastik yang materialnya sama

    dengan matriksnya dan terbentuk sebagai hasil tersedimentasikan kembali (reworked) yang

    kemudian terlitifikasi setelah pengendapan.

    Proporsi kehadiran matriks adalah faktor penting dalam tekstur batuan sedimen konglomeratan –

    susunan ukuran butir yang berbeda di dalamnya (2.6). Perbedaan yang umum adalah konglomerat

    yang clast-supported (maksudnya klastik saling bersentuhan dengan yang lainnya di seluruh batuan)

    dan yang matrix-supported (klastik dikelilingi oleh matriks). Istilah ortokonglomerat terkadang

    digunakan untuk menunjukkan bahwa batuan itu clast-supported, dan parakonglomerat untuk

    tekstur matrix-supported. Tekstur ini penting untuk menentukan model transportasi dan

    pengendapan konglomerat (contoh, pada kipas aluvial : 8.4).

    Susunan ukuran klastik dalam konglomerat juga penting dalam interpretasi proses pengendapan.

    Dalam aliran air, kerakal lebih mudah bergerak daripada berangkal dan bongkah. Endapan yang

    tersusun dari bongkah yang ditutupi oleh berangkal dan kerakal dapat diinterpretasikan bahwa

    terbentuk dari aliran yang kecepatannya semakin menurun. Interpretasi ini adalah salah satu teknik

    dalam menentukan proses transportasi dan pengendapan batuan sedimen (4.2).

    2.3.3 Bentuk Klastik

    Bentuk klastik dalam kerikil dan konglomerat ditentukan oleh sifat pecahan batuan induk dan

    sejarah transportasinya (lihat kebundaran dan kebolaan klastik : 2.6). Batuan yang bidang pecahnya

    pada semua arah membentuk kubus atau blok yang sama yang akan membentuk klastik spherical

    (seperti bola) ketika tepinya terbundarkan (Gambar 2.4). Batuan induk yang hancur, seperti

    batugamping dan batupasir yang berlapis baik, membentuk klastik dengan satu sumbu lebih pendek

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    5/17

    dari dua sumbu lainnya (Krumbein & Sloss 1951). Diistilahkan bentuk oblate atau piringan (discoid).

    Bentuk klastik balok (rod) atau prolate tidak umum, umumnya terbentuk dari batuan metamorf 

    dengan kemas linear yang kuat.

    Ketika klastik discoid bergerak dalam aliran air akan terorientasi dan tertumpuk, dikenal dengan

    istilah imbrikasi (Gambar 2.5). Tumpukan ini tersusun dalam pola yang paling stabil dalam aliran,

    dengan kemiringan klastik discoid ke arah hulu. Pada orientasi ini, air dapat mengalir dengan sangat

    mudah melewati sisi hulu klastik. Ketika orientasi kemiringan ke arah hilir, aliran pada tepi klastik

    menyebabkannya terorientasi kembali. Arah imbrikasi discoid kerakal dalam konglomerat dapat

    digunakan untuk menunjukkan arah aliran yang mengendapkan kerikil.

    Gambar 2.4 Bentuk-bentuk klastik dapat dibagi ke dalam empat anggota: equant/spheroid, rod, disc

    dan blade. Bentuk klastik equant dan disc adalah bentuk yang paling umum. (menurut Tucker 1991).

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    6/17

    Gambar 2.5 Imbrikasi yang dihasilkan oleh

    reorientasi kerakal dalam alsuatu aliran (arah aliran

    dari kiri ke kanan).

    2.4 Pasir dan Batupasir

    Pasir didefinisikan sebagai sedimen yang mengandung butiran berukuran antara 63 μm hingga 2mm.

    Rentang ukuran ini dibagi ke dalam lima interval : sangat halus, halus, sedang, kasar, dan sangat

    kasar (Gambar 2.2). Perlu dicatat bahwa penamaan ini hanya berdasarkan ukuran partikel. Meskipun

    banyak batupasir mengandung kuarsa, istilah ‘batupasir’ tidak berimplikasi pada jumlah kehadiran

    kuarsa dalam batuan, dan beberapa batupasir tidak mengandung butir kuarsa sama sekali. Sama

    dengan arenite, yaitu batupasir dengan matriks kurang dari 15% tidak berimplikasi terhadap

    komposisi klastik apapun.

    2.4.1 Komposisi Batupasir

    Butir pasir terbentuk oleh hancuran batuan tua oleh proses pelapukan dan erosi (6.3, 6.6), dan dari

    material yang terbentuk di dalam lingkungan transportasi dan pengendapan. Hasil lapukan terbagike dalam dua kategori : butir mineral detrital, tererosi dari batuan yang lebih tua, dan sedimen-

    sedimen berukuran pasir dari batuan atau fragmen batuan. Butiran yang terbentuk di dalam

    lingkungan pengendapan umumnya berasal dari biogenik – bagian dari tanaman atau hewan – tapi

    ada beberapa yang terbentuk dari reaksi kimia.

    2.4.2 Butiran Mineral Detrital

    Sangat banyak mineral yang berbeda yang terdapat dalam pasir dan batupasir, dan hanya yang

    paling umum yang akan dijelaskan di sini.

    KUARSA

    Kuarsa adalah mineral paling umum yang ditemukan sebagai butiran dalam batupasir dan batulanau.Sebagai mineral primer, kuarsa adalah penyusun utama batuan granitik, terdapat dalam beberapa

    batuan beku berkomposisi menengah (intermediate) dan tidak ada pada tipe batuan beku basa.

    Batuan metamorf seperti gneiss terbentuk dari material granitik, dan banyak batuan metasedimen

    berbutir kasar mengandung proporsi kuarsa yang tinggi. Kuarsa adalah mineral sangat stabil yang

    tahan terhadap pelapukan kimia di permukaan bumi. Butiran kuarsa dapat hancur dan terabrasi

    selama transportasi, tapi dengan kekerasan 7 pada skala Mohs, butir kuarsa masih tersisa setelah

    transportasi yang panjang dan lama. Dalam sampel hand specimen butiran kuarsa menunjukkan

    sedikit variasi: jenis yang berwarna seperti ‘smoky’ atau ‘milky quartz’ dan amethyst terdapat juga

    tetapi kebanyakan kuarsa terlihat sebagai butir bening.

    FELDSPAR

    Kebanyakan batuan beku mengandung feldspar sebagai komponen utama. Feldspar sangat umum

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    7/17

    dan keluar dalam jumlah yang besar ketika granit, andesit, dan gabro, beberapa sekis dan gneiss

    terlapukkan. Namun feldspar terubah secara kimia selama pelapukan dan menjadi lebih halus

    daripada kuarsa, cenderung terubah (alteration) dan hancur selama transportasi. Feldspar hanya

    umum ditemukan dalam keadaan dimana pelapukan kimia batuan induk tidak terlalu hebat dan

    jarak transportasi ke lokasi pengendapan relatif pendek. K-Feldspar lebih umum sebagai butiran

    detrital daripada jenis natrium (Na) dan kaya kalsium karena secara kimia lebih stabil ketika

    mengalami pelapukan (6.7.4).

    MIKA

    Dua mineral mika yang paling umum adalah biotit dan muskovit, relatif berlimpah sebagai butiran

    detrital dalam batupasir, meskipun muskovit lebih tahan terhadap pelapukan. Mineral ini berasaldari batuan beku berkomposisi granitik sampai intermediate dan dari sekis dan gneiss dimana

    mineral ini terbentuk sebagai mineral metamorf. Bentuk lempengan (platy) butir mika membuat

    mereka terlihat berbeda dalam hand specimen dan di bawah mikroskop. Mika cenderung

    terkonsentrasi terkumpul pada bidang lapisan dan sering memiliki daerah permukaan lebih luas

    daripada butir detrital lain dalam sedimen. Hal ini dikarenakan butir platy memiliki kecepatan

    pengendapan lebih rendah daripada butir mineral berbentuk kotak dengan massa dan volume yang

    sama (4.2.5), jadi mika bersuspensi lebih lama daripada butiran kuarsa atau feldspar yang bermassa

    sama.

    MINERAL BERAT

    Mineral yang umum ditemukan dalam pasir memiliki berat jenis sekitar 2,6 sampai 2,7 gr/cm3;

    contoh kuarsa memiliki berat jenis 2,65 gr/cm3. Kebanyakan batupasir mengandung sejumlah kecil,

    umumnya kurang dari 1% mineral yang memiliki berat jenis besar. Mineral ini memiliki berat jenis

    lebih dari 2,85 gr/cm3 dan secara tradisional dapat dipisahkan dengan mineral lainnya denganmenggunakan cairan; mineral umum akan mengambang dan mineral berat akan tenggelam. Mineral

    ini jarang terlihat dalam hand specimen dan terlihat pada sayatan tipis batupasir. Biasanya dapat

    diteliti setelah dikonsentrasikan dengan teknik pemisahan dengan cairan. Alasan untuk

    mempelajarinya adalah karena mineral ini dapat menjadi ciri khas daerah sumber tertentu dan

    berharga dalam mempelajari sumber detritus (5.5). Mineral berat yang umum adalah zircon,

    turmalin, rutil, apatit, garnet, dan sejumlah mineral asesori batuan beku dan metamorf.

    MINERAL LAIN

    Mineral lain jarang terdapat dalam jumlah yang besar pada batupasir. Kebanyakan mineral umum

    dalam batuan beku silikat (contoh: olivin, piroksen, dan amfibol) hancur oleh pelapukan kimia.

    Oksida besi relatif berlimpah. Konsentrasi lokal mineral tertentu mungkin didapatkan jika berada

    dekat dengan sumber.

    2.4.3 Fragmen Batuan

    Lapukan batuan yang telah ada sebelumnya, batuan beku, sedimen, dan metamorf menghasilkan

    fragmen berukuran pasir. Fragmen batuan berukuran pasir hanya ditemukan pada batuan berbutir

    halus sampai sedang karena kristal mineral dan butir tipe batuan kasar memiliki ukuran pasir yang

    kasar. Penentuan litologi fragmen batuan ini biasanya memerlukan sayatan tipis untuk

    mengidentifikasi mineralogi dan kemasnya (3.9).

    Batuan beku seperti basal dan ryolit mudah terubah secara kimia di permukaan bumi dan hanya

    umum ditemukan dalam pasir yang terbentuk dekat dengan sumber material volkanik. Pantai di

    sekitar kepulauan volkanik seperti Hawai berwarna hitam, hampir keseluruhannya terbuat dari butir

    batuan basal. Batupasir yang berkomposisi seperti ini jarang dalam rekaman stratigrafi, tapi butir

    tipe batuan volkanik umum dalam sedimen yang diendapkan dalam cekungan yang berhubungan

    dengan busur volkanik atau volkanisme rift (Bab 23).

    Fragmen sekis dan pelitik (berbutir halus) dari batuan metamorf dapat dikenali di bawah mikroskop

    dengan kelurusan kemas yang kuat yang dimiliki litologi ini; tekanan selama metamorfismemenghasilkan butiran mineral terorientasi kembali atau tumbuh dalam kelurusan yang tegak lurus

    terhadap gaya stress lapangan. Mika jelas menunjukkan kemas ini, tapi kristal kuarsa dalam batuan

    metamorf juga menampilkan kelurusan yang kuat. Batuan yang terbentuk oleh metamorfisme

    batuan kaya kuarsa lapuk menjadi butiran yang relatif tahan dan terdapat dalam batupasir.

    Fragmen batuan dari batuan sedimen dihasilkan ketika strata yang lebih tua terangkat, terlapukkan,

    dan tererosi. Butiran pasir dapat reworked oleh proses ini dan butir-butir individu ini dapat

    mengalami sejumlah siklus erosi dan pengendapan kembali (6.6). Litologi batulumpur mungkin

    hancur menjadi butiran berukuran pasir, meskipun ketahanannya terhadap pelapukan selanjutnya

    selama transportasi bergantung sekali pada derajat kekerasan batulumpur (17.2). Potongan-

    potongan batugamping biasanya ditemukan sebagai fragmen batuan dalam batupasir meskipun

    batuan sebagian besar tersusun oleh butiran karbonatan, akan diklasifikasikan sebagai batugamping

    (3.1). Salah satu litologi paling umum yang terlihat sebagai butir pasir adalah rijang (3.4) yang

    merupakan silika, material yang resistan.

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    8/17

    2.4.4 Partikel Biogenik

    Potongan kecil kalsium karbonat ditemukan dalam batupasir, umumnya berupa hancuran cangkang

    moluska dan organisme lain yang memiliki bagian keras yang karbonatan. Diendapkan dalam

    lingkungan laut dangkal dimana organisme ini lebih berlimpah. Jika fragmen karbonatan menyusun

    50% dari sampel besar (bulk) batuan maka dianggap sebagai batugamping (lingkungan dan kejadian

    fragmen biogenik karbonatan dideskripsikan dalam bab selanjutnya: 3.1.2). Fragmen tulang dan gigi

    mungkin ditemukan dalam batupasir dari berbagai jenis lingkungan tapi umumnya jarang. Kayu,

    benih dan bagian lain tanaman darat mungkin ada dalam endapan batupasir dalam lingkungan

    kontinen dan laut.

    2.4.5 Mineral Authigenic

    Mineral yang kristalnya tumbuh dalam lingkungan pengendapan disebut mineral authigenic. Mineral

    ini berbeda dengan semua mineral yang terbentuk dari proses batuan beku atau metamorf dan

    selanjutnya tersedimenkan ke dalam lingkungan sedimen. Banyak mineral karbonat terbentuk secara

    authigenic, dan mineral lain yang penting yang terbentuk dengan cara ini adalah glaukonit, silikat

    besi berwarna hijau yang terbentuk dalam lingkungan laut dangkal. Glaukonit adalah petunjuk

    penting limgkungan pengendapan (11.6.1). Glaukonit terbentuk ketika kecepatan sedimen lambat,

    dan berguna dalam analisis stratigrafi (21.2.4), dan karena terbentuk dalam lingkungan

    pengendapan, penanggalan radiometri dari kristal glaukonit dapat digunakan untuk menentukan

    umur endapan (20.1).

    2.4.6 Ketahanan Mineral dan Klastik

    Ketahanan butiran diukur dari kecenderungannya untuk menyisakan bagian yang tidak terubah

    selama erosi, transportasi, dan pengendapan. Mineral seperti kuarsa dan fragmen batuan rijang

    memiliki ketahanan karena sedikit dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia di permukaan bumi.

    Feldspar, mika, dan mineral silikat pembentuk batuan lainnya, dan fragmen batuan cenderung

    hancur dan tidak resisten.

    2.4.7 Penamaan Batupasir dan Klasifikasinya

    Deskripsi batupasir meliputi beberapa informasi mengenai tipe butiran yang ada. Nama informal

    seperti ‘batupasir mikaan’ digunakan ketika batuan mengandung mineral dalam jumlah tertentu,

    dalam hal ini mika dalam jumlah yang besar. Istilah seperti “batupasir karbonatan’ dan ‘ferruginoussandstone’ dapat juga digunakan untuk menunjukkan komposisi kimia tertentu, dalam hal ini adalah

    kalsium karbonat dan besi. Nama-nama ini untuk batupasir sangat berguna dan dianjurkan untuk

    deskripsi lapangan dan hand specimen, tapi bila telah menggunakan analisis petrografi yang

    lengkap, digunakan nama formal. Biasanya skema klasifikasi Pettijohn (1975) (Gambar 2.6).

    Klasifikasi batupasir Pettijohn mengkombinasikan kriteria tekstur (proporsi matriks lumpuran /

    ‘muddy matrix’) dengan kriteria komposisi (persentase tiga komponen utama batupasir; kuarsa,

    feldspar, dan fragmen batuan). Segitiga QFL umum digunakan dalam sedimentologi klastik. Untuk

    menggunakan skema ini pada klasifikasi batupasir, proporsi relatif kuarsa, feldspar, dan fragmen

    harus ditentukan terlebih dahulu dengan perkiraan visual atau menghitungnya di bawah mikroskop:

    komponen lain seperti mika dan fragmen biogenik tidak diperhitungkan. Dimensi ketiga diagram

    klasifikasi digunakan untuk menampilkan tekstur batuan, proporsi relatif klastik dan matriks. Dalam

    batupasir, matriksnya adalah material lanau dan lempung yang terendapkan bersama dengan butiran

    pasir. Tahap selanjutnya adalah menghitung jumlah matriks lumpuran: jika jumlah matriks yang ada

    kurang dari 15%, batuan disebut arenite; antara 15% sampai 75% disebut wacke, dan jika volume

    batuan banyak tersusun oleh matriks berbutir halus maka diklasifikasikan sebagai batulumpur(mudstone) (2.5).

    Kuarsa adalah tipe butiran paling umum dalam kebanyakan batupasir, jadi klasifikasi ini

    mengutamakan kehadiran butiran lain. Hanya 25% feldspar yang diperlukan dalam batuan agar bisa

    disebut feldspathic arenite, arkosic arenite atau arkose (ketiga istilah ini dapat digunakan bila

    batupasir kaya butiran feldspar). 25% fragmen batuan dalam batupasir disebut lithic arenite. Lebih

    dari 95% kuarsa harus ada dalam batuan agar dapat diklasifikasikan sebagai kuarsa arenite;

    batupasir dengan persentase sedang dari butiran feldspar atau fragmen batuan disebut subarkosic

    arenite dan sublithic arenite. Wacke juga dibagi ke dalam kuarsa wacke, feldspathic (arkosic) wacke

    dan lithic wacke, tapi tanpa subdivisi. Jika tipe butir selain daripada tiga komponen utama hadir

    dalam kuantitas penting (sedikitnya 5% atau 10%), kata imbuhan digunakan seperti ‘kuarsa arenite

    mikaan’: catatan bahwa contoh batuan ini tidak mengandung 95% butiran kuarsa sebagai proporsi

    semua butir yang ada, tapi 95% dari jumlah kuarsa, feldspar, dan fragmen batuan ketika

    dijumlahkan bersama.

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    9/17

    Istilah greywacke terkadang digunakan untuk batupasir yang mungkin juga disebut feldspathic atau

    lithic wacke. Greywacke adalah campuran fragmen batuan, kuarsa, dan butiran feldspar dengan

    matriks berukuran lempung dan lanau.

    Gambar 2.6 Klasifikasi Pettijohn batupasir,

    sering disebut sebagai ‘Tobleron plot’.

    (menurut Pettikohn 1975).

    2.5 Lempung, Lanau, dan Batulumpur

    Batuan sedimen klastik terrigenous berbutir halus cenderung menerima perhatian yang lebih kecil

    daripada kelompok endapan lain walaupun fakta bahwa jumlahnya paling umum dalam semua tipe

    batuan sedimen. Ukuran butir umumnya terlalu kecil bagi teknik optik, dan sampai mikroskop

    elektron (SEM) dan analisis difraksi sinar X dikembangkan (2.5.4) diketahui sedikit tentang penyusun

    sedimen ini. Di lapangan, batulumpur tidak sering menunjukkan struktur sedimen dan biogenik yang

    jelas seperti terlihat dalam batuan klastik yang lebih kasar dan batugamping. Singkapan umumnya

    sedikit karena tidak membentuk tebing yang curam, dan tanahnya menunjang pertumbuhan vegetasi

    yang menutupi singkapan. Kelompok sedimen ini cenderung untuk tidak terlihat, sebagaimana akan

    kita lihat dalam bab selanjutnya mengenai lingkungan pengendapan dan stratigrafi, sedimen ini

    dapat menyediakan informasi sebanyak tipe batuan sedimen lainnya.

    2.5.1 Pengertian Istilah-Istilah dalam Batulumpur

    Lempung adalah istilah tekstur untuk mendefinisikan partikel sedimen klastik berukuran sangat

    halus, berdiameter kurang dari 4 μm. Partikel individu tidak terlihat dengan mata telanjang dan

    hanya dapat dilihat dengan mikroskop optik berkekuatan tinggi. Mineral lempung adalah kelompok

    mineral filosilikat (phyllosilicate) yang penyusun utamanya berukuran lempung. Lanau adalah nama

    yang diberikan untuk material yang terdiri dari partikel berdiameter 4 μm sampai 62 μm (Gambar

    2.2). Rentang ukuran ini dibagi ke dalam kasar, sedang, halus, sangat halus. Butiran kasar lanau

    dapat terlihat dengan mata telanjang atau dengan lup. Lanau halus dibedakan dari lempung dengan

    sentuhan, akan terasa kesat (gritty) jika digosokkan ke gigi sedangkan lempung terasa halus atau

    lembut.

    Ketika partikel berukuran lempung dan lanau bercampur dalam proporsi yang tidak diketahui

    sebagai penyusun utama dalam sedimen yang tidak terkonsolidasi disebut material lumpur (mud).Istilah umum batulumpur dapat diaplikasikan untuk semua sedimen keras yang terbuat dari lanau

    dan/atau lempung. Jika dapat diketahui jumlah partikel terbanyak (lebih dari 2/3) berukuran

    lempung, batuan disebut batulempung, dan jika dominan berukuran lanau disebut batulanau:

    campuran yang terdiri dari lebih dari 1/3 untuk tiap-tiap komponen disebut batulumpur (Folk 1974,

    Blatt et al 1980). Istilah serpih (shale) terkadang digunakan untuk batulumpur (contoh, untuk teknik

    pemboran) tapi alangkahnya baik menggunakan istilah ini hanya untuk batulumpur yang

    menunjukkan belahan (fissillity), memiliki kecenderungan hancur dalam satu arah, sejajar dengan

    perlapisan. (Beda antara serpih dan slate: slate adalah istilah yang digunakan untuk batuan

    metamorf berbutir halus yang hancur sepanjang satu atau lebih bidang belahannya).

    2.5.2 Lanau dan Batulanau

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    7 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    10/17

    Parameter tekstur dan mineralogi lanau lebih sulit ditentukan daripada batupasir karena partikelnya

    berukuran kecil. Hanya butiran lanau kasar yang dapat dengan mudah dianalisis dengan

    menggunakan mikroskop optik. Mineral resisten yang paling umum pada ukuran ini karena mineral

    lain akan sering mengalami kehancuran secara kimiawi sebelum mengalami kehancuran fisika ke

    ukuran ini. Kuarsa adalah mineral paling umum terlihat dalam endapan lanau. Mineral lain yang

    terdapat dalam tingkat ukuran sedimen ini termasuk feldspar, muskovit, kalsit, dan oksida besi

    diantara banyak komponen kecil lainnya. Fragmen batuan berukuran lanau hanya berlimpah dalam

    tepung batuan (rock flour) yang terbentuk oleh erosi gletser (glacier) (7.2.1).

    Dalam arus air lanau tersuspensi sampai aliran melambat atau hampir berhenti. Pengendapan lanau

    adalah karakteristik aliran berkecepatan rendah atau air tenang dengan gelombang yang kecil

    (4.2.4). Partikel berukuran lanau dapat tersuspensi di udara sebagai debu untuk periode yang lamadan mungkin terbawa tinggi sampai ke atmosfer. Angin yang kuat dapat membawa debu berukuran

    lanau sejauh ribuan kilometer dan mengendapkannya dalam lapisan lateral yang luas (Pye 1987).

    Hembusan angin lanau membentuk kenampakan endapan “loess” yang penting selama periode es

    (glacial) (7.3.4’ 24.7.4).

    2.5.3 Mineral Lempung

    Mineral lempung umumnya sebagai bentuk hasil lapukan feldspar dan mineral silikat lainnya. Mineral

    lempung adalah filosilikat yang struktur kristalnya berlapis serupa dengan mika, dan secara

    komposisi adalah aluminosilikat. Lapisan-lapisannya terbuat dari silika dengan ion aluminium dan

    magnesium, dengan atom oksigen yang mengikat lembaran-lembarannya (Gambar 2.7). Dua pola

    perlapisan yang ada, pertama adalah dua lapis (kelompok kandite) dan yang kedua adalah tiga lapis

    (kelompok smectite). Sekian banyak mineral lempung yang berbeda yang terdapat dalam batuansedimen (Tucker 1991) namun empat yang terumum dibahas disini (Gambar 2.7).

    Kaoliniet adalah anggota terumum kelompok kandite yang terbentuk dalam profil tanah yang

    hangat, lingkungan basah (humid) dimana air asam dengan hebat meluluhkan (leaching) litologi

    batuan induk seperti granit. Mineral lempung kelompok smectite termasuk lempung yang dapat

    mengembang (swelling clays) seperti montmorilonite yang dapat menyerap air di dalam strukturnya.

    Montmorilonite adalah produk kondisi temperatur sedang (moderate) dalam tanah dengan pH netral

    sampai alkali. Juga terbentuk dibawah kondisi alkali dalam iklim kering (arid). Mineral lempung tiga

    lapis yang lain adalah illite yang berhubungan dengan mika putih muskovit. Illite adalah mineral

    lempung terumum dalam sedimen yang terbentuk dalam tanah pada suatu daerah dimana peluluhan

    terbatas. Chlorite adalah mineral lempung tiga lapis yang umum terbentuk dalam tanah dengan

    pencucian di bawah kondisi air tanah yang asam, dan dalam tanah di daerah iklim kering.

    Montmorilonite, illite, dan chlorite semuanya merupakan hasil pelapukan batuan volkanik,

    khususnya gelas volkanik.

    Gambar 2.7 Struktur mineral-mineral lempung.

    (menurut Tucker 1991).

    2.5.4 Petrografi Mineral Lempung

    Identifikasi dan interpretasi mineral lempung memerlukan pendekatan teknologi yang lebih tinggi

    daripada yang diperlukan untuk sedimen kasar. Ada dua teknik utama, mikroskop elektron dan

    analisis difraksi sinar X (Tucker 1988). Gambar dari sampel dibawah mikroskop elektron dihasilkan

    dari elektron sekunder yang dihasilkan sinar elektron halus yang mengamati (scanning) permukaan

    contoh. Contoh yang berdiameter hanya beberapa mikrometer dapat digambarkan dengan teknik

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    11/17

    ini, resolusinya lebih tinggi daripada mikroskop optik. Ini berguna untuk meneliti mineral lempung

    dan hubungannya dengan butiran lain dalam sebuah batuan. Perbedaan antara mineral lempung

    yang diendapkan sebagai butiran detrital dan yang terbentuk secara diagenesis di dalam sedimen

    dapat dibuat dengan menggunakan mikroskop elektron.

    Difraktometer sinar X dioperasikan dengan menembakkan sinar X pada bubuk mineral lempung atau

    disagregat lempung dan menentukan sudut yang dibiaskan oleh kisi-kisi kristal. Pola sudut bias sinar

    X yang berbeda-beda adalah ciri mineral-mineral tertentu dan dapat digunakan untuk mengenali

    mineral yang ada. Analisis difraktometer sinar X relatif cepat dan mudah untuk menentukan

    komposisi mineral sedimen berbutir halus secara semi-kuantitatif. Juga digunakan untuk

    membedakan mineral karbonat yang memiliki sifat optik sama (3.1.1).

    2.5.5 Sifat Partikel Lempung

    Karena ukurannya kecil dan berbentuk lempeng tipis, lempung bersuspensi dalam aliran fluida yang

    lemah dan hanya terendapkan ketika aliran melambat atau diam. Partikel lempung hadir sebagai

    suspensi dalam kebanyakan arus air dan udara, dan hanya terendapkan ketika aliran berhenti.

    Sekali-sekali mineral-mineral ini membentuk kontak partikel lempung yang cenderung melekat

    bersama – kohesif. Kohesi ini berkaitan dengan film tipis air di antara dua partikel lempeng kecil

    yang memiliki efek gaya permukaan yang kuat (contoh lain sebagaimana dua lempeng gelas dapat

    tetap bersama karena film tipis air di antaranya) tapi adalah juga konsekuensi efek elektrostatis

    antara mineral lempung berkaitan dengan lapisan yang tidak sempurna di dalam struktur mineral.

    Sebagai hasil sifat kohesif lempung ini, mineral lempung dalam suspensi cenderung untuk mengalami

    flocculation (flocculation adalah perubahan yang berlangsung ketika fase penyebaran koloid

    membentuk rangkaian partikel tersendiri yang mampu terendapkan dari media dispersi. Dalam

    proses geologi, flocculation hampir tidak dapat dielakkan menghasilkan larutan koloid yangbercampur dengan larutan yang mengandung elektrolit) dan membentuk agregates kecil partikel

    individu. Kelompok flocculation ini memiliki kecepatan tenggelam lebih besar daripada partikel

    lempung individu dan akan diendapkan lebih cepat. Flocculation bertambah pada kondisi air asin

    dan perubahan dari pengendapan air tawar ke air laut (contoh pada mulut delta atau di dalam

    estuaria : 12.1, 12.7). Partikel lempung ini kemudian terendapkan, kohesi menyebabkan mereka

    tahan terhadap remobilisasi dalam aliran (Gambar 4.6). Hal ini membuat pengendapan dan

    terjaganya sedimen halus dalam daerah yang dilalui aliran intermitten.

    2.6 Deskripsi Tekstur Batuan Sedimen Klastik Terrigenous

    Bentuk klastik, derajat pemilahan dan proporsi klastik dan matriks adalah aspek tekstur material.

    Sejumlah istilah digunakan dalam deskripsi tekstur petrografi batuan sedimen dan sedimen klastik

    terrigenous.

    KLASTIK DAN MATRIKS

    Fragmen yang membentuk batuan sedimen disebut klastik. Rentang ukurannya dari lanau, pasir,

    sampai kerikil (butiran, kerakal, berangkal, dan bongkah). Klastik dan matriks berbeda, matriks

    adalah material berbutir halus yang ada di antara klastik. Tidak ada ukuran yang pasti untuk

    matriks: matriks batupasir dapat berupa material berukuran lanau dan lempung, matriks

    konglomerat berupa pasir, lanau, atau lempung.

    PEMILAHAN

    Ini adalah deskripsi distribusi ukuran klastik yang ada: sedimen terpilah baik tersusun oleh klastik

    yang dominan pada satu kelas skala Wentworth (contoh pasir sedang): endapan terpilah buruk

    mengandung besar rentang ukuran butir yang bermacam-macam. Pemilahan adalah fungsi dari asal

    dan sejarah transportasi detritus. Dengan bertambahnya jarak transport atau gerakan (agitation)

    sedimen yang berulang-ulang menyebabkan ukuran yang berbeda cenderung untuk terpisah.Perkiraan visual pemilahan dapat dibuat dengan membandingkannya dengan tabel (Gambar 2.8)

    atau menghitung distribusi ukuran butir (2.7).

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    12/17

    Gambar 2.8 Grafik perbandingan perkiraan

     pemilahan. (menurut Harrel 1984).

    KEBUNDARAN KLASTIK (ROUNDNESS)

    Selama transportasi sedimen, klastik individu akan berulang kali mengalami kontak dengan klastik

    yang lain dan dengan obyek yang diam, menyebabkan abrasi. Tepi yang tajam akan tergerus lebih

    dahulu, permukaan klastik semakin halus. Semakin jauh jarak transportasi, kebundaran semakin

    baik, kebundaran adalah fungsi sejarah transportasi material. Kebundaran biasanya diperkirakan

    secara visual (Gambar 2.9), tapi juga bisa dihitung dari bentuk penampang klastik.

    KEBOLAAN KLASTIK (SPHERICITY)

    Klastik berbentuk discoid atau berbentuk seperti jarum memiliki derajat kebolaan yang rendah.

    Sphericity adalah fitur yang dihasilkan-tergantung pada bentuk fragmen yang terbentuk selama

    pelapukan. Klastik berbentuk papan (slab) akan menjadi lebih bundar selama transportasi dan

    berbentuk disc, satu sumbu lebih pendek dari dua sumbu lainnya.

     

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    13/17

     

    Gambar 2.9 Grafik perbandingan perkiraan kebundaran dan kebolaan. (menurut Pettijohn 1987).

    KEMAS

    Jika batuan mempunyai kecenderungan untuk hancur dalam arah tertentu, atau mempunyai

    kelurusan yang kuat dari klastik, disebut sebagai kemas batuan. Batulumpur yang hancur dalam

    bentuk platy memiliki kemas menyerpih (dan dapat disebut serpih), dan batupasir yang hancurkedalam bentuk papan tipis terkadang disebut sebagai “flaggy”. Kemas tipe ini berkaitan dengan

    susunan partikel yang anistropi: batuan dengan kemas isotropik tidak menunjukkan arah pecahan

    yang tertentu karena batuan ini terdiri dari partikel yang berorientasi acak.

    2.7.1 Teknik Analisis Granulometri

    Teknik yang digunakan akan bergantung pada ukuran butir material yang diteliti. Kerikil biasanya

    langsung diukur di lapangan. Sebuah kuadran diletakkan pada material lepas atau di permukaan

    konglomerat, dan tiap klastik di dalam daerah kuadran diukur. Ukuran kuadran yang diperlukan

    bergantung pada ukuran klastik: kuadran satu meter persegi untuk material berukuran kerakal dan

    berangkal.

    Contoh pasir yang tidak terkonsolidasi diambil dari potongan batupasir yang semennya hancur akibat

    proses mekanik atau kimia. Kemudian timbunan pasir disaring dengan penyaring yang memilikisatuan interval setengah atau satu Φ (2.2.2). Semua pasir yang melewati 500μm (Φ=1) tapi tertahan

    oleh jala 250μm (Φ=2) memiliki ukuran butir pasir sedang. Dengan menimbang kandungan tiap

    saringan, distribusi ukuran butir yang berbeda dapat ditentukan.

    Tidak mudah menyaring material yang lebih halus dari lanau kasar, jadi proporsi material berukuran

    lempung dan lanau ditentukan dengan cara lain. Banyak teknik laboratorium digunakan dalam

    analisis granulometri partikel berukuran lempung dan lanau berdasarkan kecepatan pengendapan

    yang diprediksikan dengan hukum Stoke (4.2.5). Jenis metode yang menggunakan pipa dan pipet

    (Krumben & Pettijohn 1938; Lewis & McConchie 1994), semua berdasarkan prinsip bahwa partikel

    setiap ukuran butir akan tenggelam menempuh jarak tertentu di dalam pipa berisi air dengan waktu

    yang dapat diperkirakan. Sampel dipindahkan pada suatu interval waktu, dikeringkan dan ditimbang

    untuk menentukan proporsi lempung dan lanau. Teknik pengendapan ini tidak sepenuhnya dapat

    menghitung efek bentuk butir atau berat jenis pada kecepatan pengendapan dan perlu hati-hati

    dalam membandingkan hasil analisis ini dengan data distribusi ukuran butir yang diperoleh dari

    teknik yang lebih canggih seperti alat hitung Coulter, yang menentukan ukuran butir berdasarkan

    sifat listrik butiran yang tersuspensi dalam fluida.Hasil dari analisis diplot dalam salah satu dari tiga bentuk diagram: histogram persentase berat tiap

    fraksi ukuran, kurva frekuensi atau kurva frekuensi kumulatif (Gambar 2.10). Catatan, bahwa ukuran

    kasar diplot di kiri dan material yang halus diplot di bagian kanan grafik. Tiap-tiap grafik mewakili

    distribusi ukuran butir, memungkinkan menghitung nilai rata-rata ukuran butir dan pemilahan

    (deviasi standar dari distribusi normal). Nilai lain yang dapat dihitung adalah kecondongan

    distribusi, petunjuk apakah histogram ukuran butir simetri atau condong ke material kasar atau

    halus; dan kurtosis, nilai yang menunjukkan apakah histogram memiliki puncak yang tajam atau

    datar (Pettijohn 1975: Lewis & McConchie 1994).

    2.7.2 Menggunakan Hasil Analisis Granulometri

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    14/17

    Distribusi ukuran butir ditentukan oleh proses transportasi dan distribusi. Sedimen glacial biasanya

    terpilah sangat buruk, sedimen sungai terpilah sedang dan endapan pantai serta aeolian sering

    terpilah baik. Alasan perbedaan ini dibahas dibab selanjutnya. Dalam banyak kondisi karakter

    pemilahan dapat ditafsirkan secara kualitatif, dan bayak fitur seperti struktur sedimen tertentu

    yang menunjukkan lingkungan pengendapannya. Analisis granulometri kuantitatif sering tidak

    diperlukan dan tidak memberikan banyak informasi dibandingkan dengan bukti-bukti lainnya.

    Selanjutnya, penentuan lingkungan pengendapan dari data granulometri dapat menjerumuskan kita

    bila ada suatu keadaan dimana material telah tersedimenkan kembali dari sedimen yang lebih tua.

    Sungai yang mentransportasikan material dari singkapan batupasir yang lebih tua yang terbentuk di

    dalam lingkungan aeolian akan mengendapkan material terpilah sangat baik. Karakteristik ukuran

    butir akan menunjukkan pengendapan oleh proses yang berkaitan dengan angin (aeolian), tapi bukti

    lapangan yang dapat dipercaya, yaitu struktur sedimen dan asosiasi fasies akan lebih baik dalammencerminkan lingkungan pengendapan sebenarnya (5.2).

    Analisis granulometri menyediakan informasi kuantitatif ketika memerlukan perbandingan karakter

    dari endapan sedimen di dalam lingkungan yang telah diketahui, seperti di pantai atau sepanjang

    sungai. Ini sangat umum digunakan dalam analisis dan kuantifikasi proses transportasi dan

    pengendapan masa sekarang.

    Gambar 2.10 Histogram, kurva frekuensi distribusi dan frekuensi kumulatif data distribusi ukuran

    butir.

    2.7.3 Analisis Bentuk Klastik

    Telah dicoba menghubungkan bentuk kerakal terhadap proses transportasi dan pengendapan.

    Dianalisis dengan mengukur sumbu terpanjang, terpendek, dan menengah dari klastik dan

    menghitung indeks bentuknya (mendekati bola, piringan atau batang: Gambar 2.4). Ada

    kemungkinan suatu keadaan dimana klastik terpilah menurut bentuknya, kontrol utama bentukkerakal adalah bentuk material yang tererosi dari batuan induk dalam daerah sumber. Jika batuan

    hancur kedalam bentuk kubus, setelah transportasi klastik membundar dan akan membola dan jika

    batuan induk adalah lapisan tipis dan hancur kedalam bentuk lempengan maka akan menghasilkan

    klastik yang akan berbentuk discoid. Kebundaran yang dialami oleh klastik tidak akan mengubah

    bentuk (dimensi) dasarnya.

    Analisis bentuk klastik lebih memberikan informasi tentang karakter batuan dalam daerah sumber

    dan menyediakan sedikit informasi tentang lingkungan pengendapan.

    2.8 Kematangan (Maturity) Material Klastik Terrigenous

    Sedimen atau batuan sedimen klastik terrigenous dapat dideskripsikan derajat kematangannya.

    Maksudnya adalah membandingkan perubahan yang dialami material sejak dari batuan induk.

    Kematangan yang diukur adalah tekstur dan komposisi. Biasanya sedimen yang secara komposisimatang juga matang secara tekstur tapi ada perkecualian-contoh, pantai di sekitar kepulauan

    volkanik dimana hanya tersedia komponen yang secara mineralogi tidak stabil (batuan dan mineral

    basaltis) tapi teksturnya mencerminkan suatu lingkungan dimana telah terjadi pergerakan yang jauh

    dan abrasi butir oleh gelombang dan arus.

    2.8.1 Kematangan Tekstur

    Tekstur sedimen atau batuan sedimen dapat digunakan untuk menunjukkan sesuatu tentang sejarah

    erosi, transportasi, dan pengendapan. Penentuan kematangan tekstur sedimen atau batuan sedimen

    sebaiknya menggunakan diagram alir (Gambar 2.11). Dengan menggunakan skema khusus ini untuk

    menaksir kematangan, batupasir yang tergolong wacke secara tekstur belum matang. Arenite dapat

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    15/17

    dibagi berdasarkan pemilahan dan bentuk butir. Jika sedimen terpilah sedang sampai buruk

    digolongkan agak matang, jika pasir terpilah baik atau sangat baik tapi butir individunya menyudut

    sampai agak membundar maka tergolong matang, dan jika butir individunya membundar sampai

    sangat membundar tergolong sangat matang. Klasifikasi kematangan tekstur terpisah dari komposisi

    pasir. Penafsiran kematangan tekstur dari sedimen sangat berguna ketika membandingkan material

    yang berasal dari sumber yang sama, dapat diperkirakan bahwa kematangan akan meningkat sejalan

    dengan meningkatnya energi. Contoh, kematangan sering berkembang pada hilir sungai dan sedimen

    yang mencapai pantai kematangannya meningkat karena terkena energi gelombang yang besar.

    Hati-hati membandingkan sedimen dari sumber yang berbeda karena pada awalnya memiliki ukuran

    butir dan distribusi bentuk yang berbeda-beda. Sebaiknya jangan langsung dibandingkan.

    2.8.2 Kematangan Mineralogi

    Terdapat perbedaan kematangan mineralogi yang secara kuat dipengaruhi oleh komposisi daerah

    sumber batuan, dan kematangan tekstur, yang lebih berhubungan dengan sejarah transportasi dan

    pengendapan. Kematangan mineralogi atau komposisi adalah penghitungan proporsi mineral resistan

    atau stabil yang ada dalam sedimen. Kematangan komposisi dihitung dengan membandingkan

    proporsi klastik yang sangat resistan (seperti kuarsa dan fragmen batuan silikaan) dalam batupasir

    dengan jumlah klastik yang tidak resistan (seperti feldspar, klastik batuan dan tipe mineral lain).

    Batupasir secara komposisi disebut matang jika proporsi butir kuarsa sangat tinggi dan termasuk

    dalam kuarsa arenite berdasarkan skema klasifikasi Pettijohn (Gambar 2.6); jika perbandingan

    rata-rata komposisi kuarsa, feldspar, dan fragmen batuan jatuh pada bagian bawah segitiga maka

    secara mineralogi sedimennya belum matang.

    Gambar 2.11 Diagram alir penentuan kematangan tekstur sedimen dan batuan sedimen klastik

    terrigenous.

    2.8.3 Siklus Sedimentasi

    Butiran mineral dan klastik batuan yang tererosi dari batuan beku, seperti granit, ditransportasikan

    oleh berbagai jenis proses (bab 4) menuju tempat pengendapan dan membentuk akumulasi sedimen

    klastik. Material yang terbentuk dengan cara ini disebut sebagai endapan siklus pertama karenamengalami satu siklus erosi, transportasi, dan pengendapan. Bila sedimen ini terlitifikasi menjadi

    batuan sedimen, kemudian terangkat oleh proses tektonik maka akan tererosi, tertransportasi, dan

    terendapkan kembali. Material redeposisi ini disebut sebagai endapan siklus kedua karena butiran

    individunya mengalami dua siklus sedimentasi. Sedimen klastik dapat mengalami banyak siklus

    sedimentasi, dan tiap waktu kematangan mineralogi dan tekstur dari detritus klastik makin

    meningkat. Tipe klastik yang dapat bertahan terhadap pelapukan, erosi, transportasi dan

    pengendapan kembali hanya mineral resistan seperti kuarsa dan fragmen batuan dari rijang. Mineral

    berat seperti zirkon (2.4.2) juga resistan dan derajat kebundaran mineral zirkon dapat digunakan

    sebagai indeks sejumlah siklus sedimentasi yang dialami oleh material.

    2.9 Sedimen Klastik Terrigenous: Rangkuman

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    16/17

    Posted by ghozian Karami at 9:00 AM

    Labels: sedimentologi

    Kerikil, pasir, dan lumpur klastik terrigenous menyebar dalam sedimen modern dan ditemukan

    berlimpah sebagai konglomerat, batupasir, dan batulumpur dalam rangkaian batuan sedimen.

    Tersusun dari hasil lapukan batuan induk (6.5) dan tertransportasikan oleh berbagai proses (4.1)

    menuju lingkungan pengendapan (5.1). Fitur tekstur dan komposisi utama pasir dan kerikil dapat

    langsung ditentukan di lapangan dan hand specimen. Dengan begini, memungkinkan untuk

    menentukan lebih banyak tentang asal dan sejarah material tanpa memerlukan teknik laboratorium

    yang canggih. Penyelidikan batulumpur bergantung pada analisis kimia dan sub-mikroskop material.

    Struktur sedimen yang terbentuk dalam sedimen klastik (4.3) merupakan informasi tentang kondisi

    ketika material diendapkan; informasi ini adalah kunci analisis lingkungan purba yang akan dibahas

    di bab selanjutnya.

    Greased Lightbox

    →←+-↻

    Loading image

    Click anywhere to cancel

    Image unavailable

    5 comments:

    opik December 2, 2010 at 11:15 PM

    apakah penamaan untuk deskripsi material lepas tetap menggunakan skala wenworth

    untuk grain size ?

    Reply

    ChristroVer GeoSt November 20, 2012 at 10:49 PM

    thank u

    Reply

    fataa naufal September 3, 2013 at 8:16 AM

    Reply

    fataa naufal September 5, 2013 at 8:58 AM

    makasih brooo. saya ada pr buat ngerangkum bab ini dr buku sedimentology nya

    Nichols. agak2 mirip sm ini, jd terbantu. hehe

    Reply

    mateus naibaho October 2, 2013 at 7:04 PM

    thanks bro. sangat membantu.

    Reply

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen

    17 1/5/2016

  • 8/18/2019 Analisa kuarsa dan feldspar.pdf

    17/17

    Newer Post Older PostHome

    Subscribe to: Post Comments (Atom)

    Notify me

    Comment as:

    Publish

    Bagi Yang Mau Memberi Komentar Tinggal Poskan Komentar di Kotak Komentar..

    Yang tak punya url bisa dikosongkan..

    tapi tolong di diisi oke Name-nya

    Komentar anda saya tunggu :d

    Create a Link

    Links to this post

    Travel template. Powered by Blogger.

    acts: Sedimen Klastik Terrigenous http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigen