Upload
nguyendien
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print)
1
Abstrak— Perubahan tutupan lahan (land cover change)
ditandai dengan adanya perubahan alih fungsi penggunaan lahan.
Pada daerah aliran sungai perubahan tutupaan lahan sekitar
daerah aliran sungai tersebut biasanya terjadi pada daerah sisi
kanan dan kiri sungai yang digunakan sebagai pemukiman atau
daerah industri (pabrik). Sungai Porong sebagai bagian dari
Sungai Brantas yang sudah lama beralih fungsi sebagai tempat
pembuangan luapan lumpur Lapindo telah banyak mengalami
perubahan. Perubahan tersebut mempengaruhi kondisi air,
pemukiman dan sosial ekonomi di wilayah tersebut. Untuk
mengetahui besarnya perubahan tutupan lahan daerah tersebut
dapat digunakan teknologi penginderaan jauh yang berbasis
citra satelit menggunakan citra Landsat 7 dan citra Landsat
8. Penggunaan kedua citra yang berbeda tersebut dapat
dikatakan sebagai citra multitemporal. Salah satu metode yang
digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yaitu
dengan melakukan klasifikasi berdasarkan kemiripan maksimum
(maximum likelihood). Hasil klasifikasi perubahan tutupan lahan
daerah aliran sungai Porong tahun 2013 dikaji bersama rencana
tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029
untuk dianalisa kesesuaiannya terhadap rencana pola ruang
wilayah untuk pemukiman, perikanan, persawahan dan
sempadan sungai.
Kata Kunci—Perubahan Tutupan lahan, Citra Multitemporal,
Klasifikasi Maximum Likelihood.
I. PENDAHULUAN
aerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai
hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas
topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara
serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar
pada satu titik (outlet) [1].
Pengelolaan DAS tidak terlepas dari berbagai
permasalahan, antara lain masalah penurunan sumberdaya
alamiah, polusi dari berbagai sumber, serta konflik
penggunaan lahan di sekitar DAS [2]. Kerusakan DAS dapat
ditandai oleh perubahan perilaku hidrologi, seperti tingginya
frekuensi kejadian banjir (puncak aliran) dan meningkatnya
proses erosi dan sedimentasi. Untuk mengetahui besarnya
perubahan tersebut dapat digunakan teknologi penginderaan
jauh yang berbasis citra satelit seperti citra Landsat 7 dan
citra Landsat 8. Penggunaan kedua citra yang berbeda
tersebut dapat dikatakan sebagai citra multitemporal. Citra
multitemporal merupakan citra yang memiliki resolusi
temporal. Resolusi temporal adalah kemampuan suatu sistem
untuk merekam ulang daerah yang sama. Landsat (Land
Satellites) merupakan tertua dalam program observasi bumi
yang dipelopori oleh NASA Amerika Serikat. Sistem satelit ini
bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite)
yang pertama kali diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972 dan
disusul ERTS-2 pada tahun 1975 [3].
Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan, data
citra Landsat TM lebih dipilih daripada data citra
multispektral yang lain karena terdapat band infra merah
menengah [4]. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi perubahan tutupan lahan yaitu dengan
melakukan klasifikasi. Pada identifikasi perubahan tutupan
lahan klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi terselia
berdasarkan kemiripan maksimum. Klasifikasi berdasarkan
kemiripan maksimum (maximum likelihood) merupakan
strategi klasifikasi terselia dengan cara mengevaluasi
kuantitatif varian maupun korelasi pola tanggapan spektral
pada saat mengklasifikasikan pixel yang tidak dikenal.
Pada penelitian ini, data yang digunakan untuk
mengamati perubahan tutupan lahan di daerah aliran sungai
Porong yang berada di wilayah kabupaten Sidoarjo adalah data
citra satelit Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013,
sehingga dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui
perubahan tutupan lahan serta kesesuaiannya terhadap rencana
pola ruang yang telah dibuat oleh pemerintah kabupaten
Sidoarjo dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun
2009-2029.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Sungai Porong,
Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan data landuse Sungai Porong
milik Balai Besar Wilayah Sungai Brantas dan Peta Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo, sungai Porong
terletak di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tarik, Kecamatan
Prambon, Kecamatan Krembung, Kecamatan Porong dan
Kecamatan Jabon. Secara geografis, Sungai Porong terletak
pada 112.5°-112.9° BT dan 7.3° LS-7.5° LS.
Analisa Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai Brantas
Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multitemporal
(Studi Kasus: Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo) Aninda Nurry Malia F. 1) dan Ira Mutiara Anjasmara2)
Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected])
D
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print)
2
Gambar 1. Lokasi Penelitian
B. Data yang Digunakan
Pada tugas akhir ini, data yang digunakan yaitu data citra
satelit Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8 tahun 2013. Data
citra satelit tersebut dapat diunduh secara bebas di
glovis.usgs.gov.us. Selain itu data lain yang digunakan yaitu
peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Kecamatan Mojosari dan
Porong tahun 1999 skala 1:25.000 untuk georeference pada
citra serta data batas kecamatan Tarik, Prambon, Krembung,
Porong, dan Jabon dengan format vektor .
C. Tahapan Penelitian
Pada proses pembuatan peta tutupan lahan Kali Porong
tahun 2002 dan 2013 hal yang pertama dilakukan yaitu dengan
melakukan koreksi geometrik pada citra dengan peta RBI
sebagai data referensinya. Kemudian dilakukan pemotongan
citra sesuai area studi penelitian. Untuk mengetahui perubahan
tutupan lahan, metode yang digunakan yaitu klasifikasi terselia
kemiripan maksimum (maximum likelihood). Proses klasifikasi
ini dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper 7.0.
Langkah pertama adalah membuat training area, yaitu membuat
poligon-poligon pada setiap kelas yang akan diklasifikasikan.
Traning area dibuat menyebar dan merata terhadap tiap-tiap
kelas yang mencakup seluruh daerah penelitian. Setelah itu
dilakukan proses klasifikasi terselia. Kemudian dilakukan
pemberian warna terhadap masing-masing kelas tutupan lahan
hasil klasifikasi. Hasil dari proses klasifikasi tersebut yaitu peta
tutupan lahan Kali Porong tahun 2002 dan 2013. Berdasarkan
hasil peta tutupan lahan wilayah Kali Porong kemudian
dilakukan kajian perubahan tutupan lahan wilayah Kali Porong
berdasarkan data dan perencanaan lahan berdasarkan peraturan
atau ketetapan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sidoarjo tahun 2009-2029.
Input Data Citra Landsat 8 Wilayah Kali Porong
tahun 2013
Input Data Citra landsat 7 Wilayah Kali Porong
tahun 2002
Koreksi Geometrik Koreksi
Geometrik
RMS E ≤ 1 piksel RMS ≤ 1
piksel
Komposit Warna (Color Composite)
ya
Perbaikan Citra (Image
Enhancement)
Klasifikasi Terbimbing
Uji Ketelitian Klasifikasi ≥ 85%
Groundtruth
Cropping Area Cropping Area
ya
tidaktidak
Komposit Warna (Color Composite)
Perbaikan Citra (Image
Enhancement)
Klasifikasi Terbimbing
Uji Ketelitian Klasifikasi ≥ 85%
tidak
Groundtruth
Kajian Perubahan Tutupan Lahan Wilayah Kali Porong 2002-2013 dan Kesesuaian Penggunaan Lahan berdasarkan RTRW
Kab.Sidoarjo
Peta RBI Kabupaten
Sidoarjo tahun 1999
Peta RBI Kabupaten
Sidoarjo tahun 1999
tidak
Citra Terkoreksi Citra
Terkoreksi
Peta Tutupan Lahan Wilayah Kali Porong
dengan Landsat 7 tahun 2002
Peta Tutupan Lahan Wilayah Kali Porong
dengan Landsat 8 tahun 2013
Overlay
Peta Perubahan Tutupan Lahan Kali
Porong
Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.Sidoarjo
tahun 2009-2029
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print)
3
III. HASIL DAN ANALISA
A. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik merupakan koreksi yang dilakukan
pada data citra yang memiliki distorsi atau kesalahan
geometrik. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan
titik ikat medan (Ground Control Point/GCP), GCP adalah
titik-titik atau kenampakan dipermukaan bumi yang diketahui
posisinya pada citra (baris dan kolom) dan diketahui juga
koordinatnya pada peta acuan [5].
Tabel 1. Perhitungan RMS Error pada Citra
Landsat 7 tahun 2002 Titik X
(Piksel) Y (Piksel)
Easting (Meter)
Northing (Meter)
RMSe
1 2570.19 780.12 703509.57 9165685.59 0.84
2 2467.43 805.66 700379.89 9164897.24 0.68
3 2364.09 763.35 697314.68 9166165.30 0.35
4 2225.57 882.26 693158.98 9162570.06 0.83
5 2116.00 780.17 689865.43 9165666.94 0.55
6 2007.58 913.47 686568.26 9161604.91 0.92
7 2118.92 1070.15 689879.37 9156869.11 0.21
8 1986.34 1043.06 685931.87 9157659.68 0.95
9 1821.63 929.67 681034.71 9161135.19 0.72
10 1758.98 748.04 679180.75 9166618.79 0.49
11 1577.45 863.19 673717.36 9163148.74 0.55
12 1515.69 672.00 671927.46 9168946.64 0.59
13 1607.75 550.98 674715.20 9172573.37 0.88
14 1324.92 483.25 666278.45 9174640.59 0.59
15 1253.96 609.39 664108.24 9170836.44 0.53
16 1007.82 671.34 656683.88 9168941.89 0.81
17 1056.23 821.76 658128.31 9164373.31 0.46
Tabel 2. Perhitungan RMS Error pada Citra
Landsat 8 tahun 2013 Titik X
(Piksel)
Y
(Piksel)
Easting
(Meter)
Northing
(Meter)
RMSe
1 2832.93 423.17 703343.47 9165805.02 0.72
2 2718.49 465.91 699896.27 9164529.61 0.87
3 2633.57 410.42 697314.68 9166165.30 0.63
4 2493.57 531.77 693130.76 9162505.33 0.88
5 2385.90 427.06 689865.43 9165666.94 0.71
6 2275.80 561.77 686568.26 9161604.91 0.49
7 2386.50 720.65 689879.37 9156869.11 0.36
8 2255.04 693.79 685931.87 9157659.68 0.05
9 2092.49 578.11 681034.71 9161135.19 0.74
10 2030.56 394.66 679180.75 9166618.79 0.87
11 1848.41 509.47 673717.36 9163148.74 0.84
12 1788.01 316.07 671927.46 9168946.64 0.83
13 1879.90 195.65 674715.20 9172573.37 0.79
14 1599.99 126.95 666278.45 9174640.59 0.28
15 1528.23 254.05 664108.24 9170836.44 0.57
16 1281.05 317.00 656683.88 9168941.89 0.51
17 1328.81 469.23 658128.31 9164373.31 0.84
Dari koreksi geometrik yang sudah dilakukan,
didapatkan nilai rata-rata RMSe tahun 2013 = 0.6458 piksel dan
RMSe tahun 2002 = 0.6441 piksel. Kedua citra tersebut
memiliki nilai RMSe < 1 piksel, sehingga koreksi geometrik
sudah memenuhi ketelitian yang sudah ditetapkan.
Sementara nilai kekuatan jaring atau Strength of Figure
(SoF) dikatakan baik apabila nilai tersebut mendekati nol.
Berikut desain jaring kedua citra dan hasil perhitungan nilai
SoF.
Gambar 3. Desain Jaring Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8
sesuai Lokasi Penelitian
Besar SoF = [𝑻𝒓𝒂𝒄𝒆(𝐀𝐓.𝐀)−𝟏]
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 = 0.225
B. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Kali Porong pada Citra
Landsat 7 berdasarkan peta RBI
Proses klasifikasi perubahan tutupan lahan Kali Porong
pada citra Landsat 7 tahun 2002 mengacu pada peta RBI
wilayah Mojosari dan Porong. Berdasarkan legenda pada peta
RBI kelas yang dapat mewakili klasifikasi tutupan lahan pada
citra Landsat 7 yaitu : sawah, hutan, tegalan, tanah kosong,
sungai, empang atau tambak dan pemukiman dan bangunan.
Klasifikasi tersebut menggunakan metode klasifikasi
supervised maximum likelihood.
Hasil perubahan tutupan lahan Kali Porong didapatkan
berdasarkan hasil klasifikasi pada citra Landsat 7 tahun 2002.
Hasil klasifikasi tersebut terbagi menjadi 7 kelas untuk Landsat
7 tahun 2002 seperti yang tercantum pada tabel 3.
Tabel 3. Luas Area Tutupan Lahan Kali Porong
Berdasarkan Hasil Klasifikasi Citra Landsat 7 tahun 2002
Kelas Luas (Ha) %
Lahan Terbangun 5244.513 0.8
Sawah 9100.884 3.3
Tambak 1364.632 5.5
Badan Air 2801.008 1.3
Hutan 703.05 5.7
Tegalan 985.258 9.3
Lahan Kosong 1023.253 45.0
Total 21222.598 100
C. Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Kali Porong pada Citra
Landsat 8 berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029
Proses klasifikasi perubahan tutupan lahan Kali Porong
pada citra Landsat 8 tahun 2013 mengacu pada peta RTRW
Kabupeten Sidoarjo tahun 2009-2029. Perbedaan acuan
klasifikasi pada Landsat 8 dikarenakan perubahan tutupan lahan
Sidoarjo karena adanya semburan lumpur Lapindo.
Berdasarkan legenda pada peta RTRW Kabupaten Sidoarjo
kelas yang dapat mewakili klasifikasi tutupan lahan pada citra
Landsat 8 yaitu : kawasan lahan sawah yaitu sawah dan tegalan,
kawasan hutan (hutan bakau), sungai, perikanan (tambak),
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print)
4
kawasan lindung geologi (terdampak lumpur), Pemukiman dan
Industri sebagai lahan terbangun. Klasifikasi tersebut
menggunakan metode klasifikasi supervised maximum
likelihood.
Hasil perubahan tutupan lahan Kali Porong didapatkan
berdasarkan hasil klasifikasi pada citra Landsat 8 tahun 2013.
Hasil klasifikasi tersebut terbagi menjadi 9 kelas untuk Landsat
8 tahun 2013 seperti yang tercantum pada tabel 4.
Tabel 4. Luas Area Tutupan Lahan Kali Porong
Berdasarkan Hasil Klasifikasi Citra Landsat 8 tahun 2013
Kelas Luas (Ha) %
Lahan Terbangun 4971.816 23.42
Sawah 8938.214 42.11
Tambak 2068.748 9.74
Badan Air 1742.722 8.21
Hutan 1080.575 5.09
Tegalan 1289.04 6.07
Lahan Kosong 180.877 0.80
Lumpur 649.61 3.06
Pulau Sarinah 298.89 1.5
Total 21222.498 100
D. Analisa Perubahan Tutupan Lahan Kali Porong tahun
2002 dan 2013
Berdasarkan hasil klasifikasi citra Landsat 7 dan Landsat
8 didapatkan luasan tutupan lahan tahun 2002 dan 2013 yang
Masing-masing prosentase luasan tutupan lahan Kali Porong
tahun 2002 dan 2013 didapatkan hasil perbandingan luasan
tutupan lahan seperti yang ada pada tabel 5.
Tabel 5 Hasil Perbandingan Luasan Tutupan Lahan Kali
Porong tahun 2002 dan 2013
.Kelas
2002
Luas
(Ha) %
2013
Luas
(Ha) %
Perubahan
(Ha) %
Lahan
Terbangun 5244.513 24.71 4971.816 23.42 -272.697 -1.29
Sawah 9100.884 42.88 8938.214 42.11 -162.68 -0.77
Tambak 1364.632 6.43 2068.748 9.74 +704.116 +3.31
Badan Air 2801.008 13.19 1742.722 8.21 -1058.286 -4.98
Hutan 703.05 3.31 1080.575 5.09 +377.525 +1.78
Tegalan 985.258 4.64 1289.04 6.07 +303.782 +1.43
Lahan Kosong 1023.253 4.82 180.877 0.80 -852.376 -4.02
Lumpur - - 649.61 3.06 - -
Pulau Sarinah - - 298.89 - - -
Total 21222.598 100 21222.492 100 -970.616
-
4.52%
Berdasarkan tabel 5, pada area lahan terbangun mengalami
penurunan luasan tutupan lahan sebesar 4.43% dari tahun 2002
ke 2013. Hal tersebut disebabkan adanya fenomena luapan
lumpur LAPINDO dengan luas 649.61 Ha di wilayah
kecamatan Porong yang masih menjadi tutupan lahan dari Kali
Porong.
Tabel 6 Hasil Perubahan Luasan Tutupan Lahan Kali Porong
tahun 2002 dan 2013 per-Kecamatan
Kecamatan
2002 2013
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) %
Tarik 3670.21 17.27 3670.21 17.27
Prambon 3352.108 15.77 3352.12 15.77
Krembung 2860.233 13.45 2860.30 13.46
Porong 3063.525 14.41 3063.53 14.41
Jabon 8303.834 39.07 8303.62 39.07
Hasil persentase perbandingan luasan tutupan lahan kali
Porong, luas tutupan lahan kali Porong tahun 2002 mengalami
penurunan dari 21222.59 Ha menjadi 21222.49 dengan
prosentase sebesar 4.52%. Perubahan luas tutupan lahan yang
cukup signifikan tersebut terkait dengan adanya luapan lumpur
Lapindo pada tahun 2006 dan adanya pembentukan pulau
Sarinah.
Gambar 4. Perbandingan Luasan Tutupan Lahan Kali Porong
tahun 2002 dan 2013
E. Analisa Kesesuaian Perencanaan Penggunaan Lahan
Hasil Klasifikasi Citra Landsat 7 tahun 2002 dan Landsat 8
tahun 2013 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029
Berdasarkan hasil pengolahan citra Landsat 7 tahun
2002 dan Landsat 8 tahun 2013, didapatkan 7 kelas untuk
Landsat 7 yaitu : sungai, sawah, lahan terbangun, lahan kosong,
tegalan, tambak dan hutan bakau. Sementara pada citra Landsat
8 didapatkan 9 kelas yaitu: sungai, sawah, lahan terbangun,
lahan kosong,tegalan, tambak, hutan bakau, kawasan semburan
lumpur Lapindo dan pulau Sarinah. Perbedaan hasil kelas pada
citra Landsat 7 dan Landsat 8 ditinjau dari perkembangan
lingkungan yang terjadi selama kurun waktu 2002 hingga 2013
Tutupan lahan Kali Porong terdapat di lima Kecamatan
di Kabupaten Sidoarjo yaitu Kecamatan, Tarik, Kecamatan
Krembung, Kecamatan Prambon, Kecamatan Porong dan
Kecamatan Jabon.
Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
tahun 2009-2029 kebijakan yang diambil untuk
pengembangan dan pengelolaan hutan bakau dengan
ketentuan kawasan pantai berhutan bakau di tetapkan selebar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print)
5
350 meter diukur dari garis pantai. Kebijaksanaan tersebut
diambil dengan mengacu pada aturan dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada dilapangan. Berdasarkan rencana Tata Ruang
Wilayah tahun 2009-2029 kawasan hutan bakau yang ada di
wilayah Jabon yaitu sebesar 314.21Ha. Hasil klasifikasi pada
citra Landsat 8 tahun 2013, kawasan hutan telah mencapai
1232.73 Ha yang berarti belum sesuai dengan perencanaan
yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
Sementara pada rencana luas kawasan lahan terbangun
yang meliputi pemukiman, industri, fasilitas umum dan sentra
perdagangan jasa untuk daerah kecamatan Tarik, Krembung,
Prambon, Porong dan Jabon hingga tahun 2029 yaitu sebesar
8734.7 Ha. Hasil klasifikasi citra menunjukkan peggunaan
lahan hingga tahun 2013 yaitu sebesar 4971.816 Ha. Hal
tersebut menunjukkan bahwa luas lahan terbangun yang ada
sudah sesuai dan masih memungkinkan untuk terus
diadakannya pembangunan untuk pemukiman, fasilitas umum,
bangunan pabrik untuk industri di kawasan tersebut.
Pada rencana pengembangan kawasan sawah tanaman
pangan (lahan sawah) di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hingga 2029 yaitu
seluas 13544.07 Ha. Sementara untuk daerah tutupan
kecamatan Tarik, Prambon, Krembung, Porong dan Jabon yaitu
sebesar 6699.1 Ha. Berdasarkan hasil klasifikasi Landsat 8, luas
sawah hingga tahun 2013 yaitu 8938.21 Ha. Hal tersebut tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sidoarjo 2009-2029. Sawah sebagian besar berada di wilayah
Kecamatan Krembung dan Prambon.
Luas rencana pengembangan kawasan tambak pada
tahun 2009-2029 adalah 13349.13 Ha dimana posisi kawasan
tambak tersebut berada di kecamatan Porong 496.30 Ha dan
Jabon 4144.10 Ha. Berdasarkan hasil klasifikasi, didapatkan
hasil 2068.748 Ha untuk tambak. Kawasan tambak yang saat
ini sebagian besar berada di Kecamatan Jabon juga terdapat
pulau Sarinah yang yang merupakan reklamasi dari lumpur
yang dialirkan melalui sungai Porong.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemantauan
perubahan tutupan lahan Kali Porong dengan menggunakan
citra satelit Landsat 7 dan Landsat 8, maka didapatkan beberapa
kesimpulan akhir yaitu:
a. Tutupan Lahan Kali Porong Kabupaten Sidoarjo tahun 2002
yang paling besar adalah kelas sawah sebesar 42.88 % dan
paling kecil adalah kelas hutan sebesar 3.31 % dari luas
wilayah.
b. Tutupan Lahan Kali Porong Kabupaten Sidoarjo tahun 2013
yang paling besar adalah kelas sawah sebesar 42.11 % dan
paling kecil adalah kelas lahan kosong sebesar 0.8 % dari
luas wilayah.
c. Perubahan luas untuk kelas tutupan lahan dari tahun 2002
sampai 2013 yaitu seluas -970.616 Ha. Kelas yang
mengalami perubahan paling besar adalah kelas badan air
(sungai) dan perubahan paling kecil adalah kelas lahan
kosong.
d. Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan, kelas yang
sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sidoarjo tahun 2009-2029 hingga tahun 2013 ini
yaitu kelas lahan terbangun dengan persentase 65.17% dari
perencanaan, tambak dengan persentase 15.7% dari
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dunne, T., & Leopold, L. B. 1978. Water in Environtmental Planning.
San Francisco: W.H. Freeman and Company
[2] Clark, N. 1996. Evolutionary dynamics and sustainable development: A system approach. Cambridge: Cambridge University Press.
[3] Thoha, A. S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Diakses pada tanggal 10
Oktober, 2013, dari http://abuhaniyya.files.wordpress.com/2009/02/karakteristik20citra20sat
elit6.pdf. [4] Danoedoro, P, 1996. Pengolahan Citra Digital. Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print)
6
LAMPIRAN