Upload
yoedhoe
View
170
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
1ANALISIS PENGUMUMAN STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN MEMPERHATIKAN SIZE EFFECT DAN INDUSTRI EFEK DI BEJ SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas PekalonganDisusun Oleh : Nama NPM : LIA DAMAYANTI : 02.0084.AkFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEKALONGAN TAHUN 20082BAB I PENDAHULUAN1.1.Latar Belakang Masalah Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n saham pada
Citation preview
ANALISIS PENGUMUMAN STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN MEMPERHATIKAN SIZE EFFECT DAN
INDUSTRI EFEK DI BEJ
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Pekalongan
Disusun Oleh :
Nama : LIA DAMAYANTI
NPM : 02.0084.Ak
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2008
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n saham pada
saat harga saham dinilai terlalu tinggi. Harga per lembar saham baru
stock split adalah 1/n dari harga saham sebelumnya dimana nilai total
saham sebenarnya adalah sama. Dengan meningkatnya jumlah saham di
lantai bursa, maka diharapkan akan meningkatkan likuiditas perdagangan
saham di bursa efek. Proses stock split ini dilakukan dengan cara
menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki oleh
investor dengan saham baru, dengan nilai nominal baru.
Stock split yang dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa
stock split atas dasar satu-jadi-dua (two-for-one-stock), dimana setiap
pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap satu
lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham baru
adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Dengan demikian
total ekuitas perusahaan adalah tetap atau tidak mengalami perubahan.
Selama beberapa dekade terakhir ini, semakin banyak peristiwa
stock split di pasar modal yang dilakukan oleh perusahaan emiten di BEJ,
dimana sampai dengan 31 Desember 2002, di BEJ telah terjadi 196
peristiwa stock split (Capital Market Directory, 2001). Stock split
menjadi salah satu alat populer yang digunakan oleh para manajer
perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham. Hal ini
2
1
mengindikasikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam
praktik pasar modal.
Pertanyaan yang sering muncul disekitar stock split adalah mengapa
perusahaan melakukan stock split sedangkan stock split sendiri tidak
memberikan pengaruh ekonomi kepada perusahaan maupun pemegang
saham. Perusahaan melakukan stock split dengan alasan bahwa dalam
jangka waktu tertentu stock split dipercaya dapat memperkuat daya
jangkau investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan kepada
banyak pihak. Stock split jadi diharapkan dapat meningkatkan
perdagangan perusahaan karena saham lebih terjangkau investor sehingga
banyak pihak yang memiliki dan menjadikan perdagangan yang likuid,
dalam arti lebih sering diperdagangkan.
Memang secara teoritis stock split tidak mempunyai nilai ekonomis,
tetapi banyaknya peristiwa stock split merupakan alat yang penting dalam
praktik pasar modal. Stock split telah menjadi alat yang digunakan
manajemen untuk membentuk harga pasar saham perusahaan. Ewijaya
dan Indriantoro (1999) menyatakan reaksi pasar tersebut sebenarnya
bukan karena respon terhadap tindakan pemecahan saham (stock split) itu
sendiri, namun terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh
pemecahan saham tersebut adalah bahwa perusahaan yang melakukan
stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik.
Beberapa penelitian lain mengenai stock split juga telah dilakukan,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Marwata (2001),
Mahirun (2004). Mereka menemukan bahwa terdapat reaksi pasar akibat
3
pengumuman stock split yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga saham, return dan volume perdagangan.
Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian Winarso (2003).
Perbedaan dengan penelitian Winarso adalah Pertama, periode yang
diambil dalam penelitian ini adalah empat tahun periode setelah krisis,
yaitu tahun 2002-2005. Periode ini berbeda dengan periode yang diambil
dalam penelitian sebelumnya yaitu Juni 1997. Kedua, untuk mengetahui
pengaruh stock split terhadap abnormal return perusahaan, penelitian ini
mencoba memperhatikan size efek perusahaan. Dalam penelitian kali ini
dibagi menjadi 3 macam yaitu perusahaan kecil, sedang dan besar.
Ketiga, penelitian ini juga mencoba memperhatikan industri efek
perusahaan. Perusahaan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 macam,
yaitu perusahaan non keuangan dan keuangan.
Motivasi dalam penelitian ini adalah : pertama, masih terdapatnya
pertentangan hasil dalam penelitian terdahulu tentang pengaruh
pengumuman stock split terhadap reaksi pasar yang ditimbulkannya
termasuk salah satunya adalah abnormal return. Kedua, peneliti ingin
menguji apakah size effect dan industry effect perusahaan yang
melakukan pengumuman stock split ikut menyebabkan adanya reaksi
pasar yang tercermin dalam abnormal return saham para investor. Maka
penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengumuman Stock Split
4
Terhadap Return Saham dengan Memperhatikan Size Efek dan Industri
Efek di BEJ”
1.2. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Secara teoritis stock split tidak mempunyai nilai ekonomis,
tetapi banyaknya peristiwa stock split di BEJ menunjukkan bahwa
stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar
modal.
Kajian atau penelitian yang telah banyak dilakukan juga
menunjukkan bahwa peristiwa stock split mempunyai kandungan
informasi. Review penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
peristiwa stock split dikaji pengaruhnya terhadap harga saham,
volume perdagangan saham, dan laba.
Pada penelitian ini, masalah yang akan dikaji adalah
pengaruh stock split terhadap abnormal return yang dibedakan
antara perusahaan kecil, sedang, dan besar serta antara perusahaan
keuangan dan non keuangan.
1.2.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split yang
dilakukan oleh perusahaan ?
5
2. Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar atas pengumuman
stock split antara perusahaan kecil, sedang dan besar ?
3. Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar atas pengumuman
stock split antara perusahaan non keuangan dan keuangan ?
1.3. Tujuan Penelitian / Maksud dan Tujuan
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris :
1. Mengetahui ada tidaknya reaksi pasar yang terjadi
akibat pengumuman stock split oleh perusahaan
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan reaksi pasar
terhadap pengumuman stock split antara perusahaan kecil, sedang
dan besar.
3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan reaksi pasar
terhadap pengumuman stock split antara perusahaan non-keuangan
dan keuangan.
1.4. Kegunaan / Manfaat Penelitian
1. Bagi investor, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi
untuk menilai potensi perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam menilai investasi.
2. Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak
perusahaan dalam menetapkan kebijakan yang harus diambil atas
kepemilikan saham investor sehingga dapat memberikan keuntungan
6
yang maksimal serta untuk menarik minat calon investor lain dalam
berinvestasi.
3. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan mengenai fenomena stock
split serta sebagai rujukan lebih lanjut karena banyak hasil dari
penelitian kali ini yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini telah ada beberapa penelitian dengan tema yang
berhubungan dengan penelitian ini. Adapun peneliti-peneliti terdahulu
memberikan masukan-masukan bagi peneliti antara lain :
No. Judul Dari Objek Penelitian
Penelitian dan tahun penelitian
Metode Penelitian Hasil
1. Pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya Bid-Ask spread di Bursa Efek Jakarta
Sri FatmawatiMarwan Asritahun penelitian Juli 1995 – Juni 1997
Uji beda 2 rata-rata Dari 30 sampel perusahaan yang melakukan split di BEJ selama bulan Juli 1995 – Juni 1997, secara keseluruhan, aktifitas split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume turnover, dan persentase spread.
2. Faktor tingkat kelemahan harga saham, kinerja keuangan perusahaan dan keputusan pemecahan saham (stock split) aplikasi analisis diskriminan
Khomsiah Sulistyo tahun penelitian 2001
- metode analisis diskriminan.
- Variabel dependen : perusahaan yang melaku-kan pemecah-an saham dan perusahaan yang tidak me-lakukan peme-cahan
Hasil penelitian ini me-nunjukkan bahwa Earning per share merupakan faktor keputusan pemecahan saham namun tidak berhasil menunjukkan bahwa faktor pertumbuhan laba merupakan faktor keputusan pemecahan
7
6
saham.- Variabel inde-
penden :Kinerja peru-sahaan dan tingkat kelemahan harga saham perusahaan yang bersangkutan
saham.
3. Analisis pengaruh pemecahan saham ter-hadap perubahan harga saham
Ewijaya dan Nur Indriantoro 1999
- Uji orde pertama (first order test) antara lain : uji t, uji F, uji R2.
- Uji orde kedua antara lain : uji linearitas, uji non-multikoli-nearitas, dan uji non hetero-kedastisitas
- Variabel pemecahan saham mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap perubahan harga relatif.
- Variabel deviden dan perubahan deviden memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap perubahan harga saham relatif.
- Variabel laba per saham dan perubahan laba per saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan harga saham relatif.
4. Perbandingan underpri-cing penerbitan saham perdana perusahaan keuangan dan non keuangan di pasar modal Indonesia : pengujian hipotesis asimetri informasi.
Eryan dan Suad Husnan Januari 1991–Desember 1997
- Uji t- Uji beda rata-rata
- Hasil pengujian terhadap 133 perusa-haan yang melakukan penawaran perdana selama periode 1991-1997 menunjukkan bahwa penawaran perdana memberikan initial return yang positif dan signifikan untuk semua kelompok perusahaan
5. Pengaruh tingkat kepe-milikan insider terha-dap tingkat keuntungan saham pada perusahaan pemecah saham
Zulfikar - Regresi berganda yaitu koefisien regresi, t-value R-square dan F-value
- Pemecahan saham ber-pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham, ini mengindikasikan bahwa pasar bereaksi positif terhadap peristiwa pengumuman
8
pemecahan saham. 6. Analisis pengaruh
stock split terhadap harga saham volume perdagangan saham dan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEJ
Eky Suci Relawati Stiapri
- Uji t - Hasil pengujian ter-hadap rata-rata harga saham menunjukkan bahwa tidak ada per-bedaan yang signifikan atas rata-rata harga saham sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
- Hasil pengujian ter-hadap rata-rata volume perdagangan saham menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan atas rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
- Hasil pengujian ter-hadap laba menun-jukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laba sebelum dan sesudah stock split
7. Perilaku Harga Saham Terhadap Pengumuman Stock Split di BEJ : Analisis Abnormal Return Menggunakan Beta Koreksi
Winarso (2003) - Uji t - Investor hanya akan berinvestasi pada saham yang benar-benar diketahui dengan pasti segala sesuatunya dan akan melakukan perdagangan melalui broker yang menganalisis perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut
- Aktivitas stock split yang dilakukan perusahaan diinterpretasikan sebagai sinyal bahwa
9
manajer mempunyai informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif di sekitar pengumuman stock split
8. Pengaruh stock split pada saham biasa
Desai dan Jain (1997)
- Uji t - Pasar saham memberikan reaksi atas terjadinya pengumuman stock split, bahwa ditemukan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman stock split
3.2. Landasan Teori
2.2.1 Investasi Saham di Pasar Modal
Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi
tergolong berisiko tinggi. Hal ini disebabkan karena sifat
komoditinya yang cukup peka terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun di dalam negeri, yang
meliputi perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, Undang-
Undang atau peraturan dan perubahan dalam perusahaan itu sendiri.
Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif yang berarti
naiknya kurs saham atau berdampak negatif yang berarti turunnya
kurs saham.
A. Pengertian Saham
Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin
(2001 : 5) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
10
atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut.
B. Jenis Saham
Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin
(2001 : 6) beberapa jenis saham yang dikenal adalah :
1. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Setiap pemegang saham atas unjuk dianggap sebagai pemilik
dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut,
memperoleh pembagian deviden dan menghadiri Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Nama pemilik saham terdapat pada sertifikat saham dan
tercatat dalam daftar pemegang saham perusahaan, sehingga
hak untuk menjual saham, memperoleh pembagian deviden
dan menghadiri RUPS hanya dimiliki oleh nama yang
terdapat dalam sertifikat saham tersebut.
3. Saham Biasa (Common Stocks)
Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki hak
istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai kewajiban
yang terbatas.
11
4. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam
pembagian deviden dan pembagian kekayaan pada saat
perusahaan dilikuidasi. Disamping itu pemegang saham ini
juga memiliki hak preferensi dalam mengajukan usulan
pencalonan anggota Komisaris atau Direksi.
C. Keuntungan dan Kerugian Investasi Saham
Keuntungan yang diharapkan dari investasi saham bagi
investor :
1. Capital gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham,
berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada
nilai beli saham.
2. Deviden, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham. Apabila perusahaan
emiten memperoleh keuntungan maka deviden akan dibagi
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
3. Saham perusahaan, seperti juga tanah atau aktiva berharga
sejenis nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu dan
dengan pekerjaan perusahaan. Investor jangka panjang
mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih
keuntungan dari investasi saham. Investor seperti ini
membeli saham dan menyimpannya untuk jangka waktu
lama (tahunan) dan selama masa itu mereka memperoleh
12
manfaat dari deviden yang dibayarkan perusahaan setiap
periode tertentu.
2.2.2 Efisiensi Pasar
Pasar modal menjadi efisien karena persaingan antara para
analisis investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat
menunjukkan harga yang sebenarnya (harga keseimbangan yang
mencerminkan semua informasi yang tersedia bagi para investor pada
suatu titik waktu tertentu). Focter (1986)
Keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan
membuat harga sekuritas “wajar” dan mencerminkan semua
informasi yang relevan. Para analisis secermat mungkin sehingga
akan membuat harga sekuritas menjadi wajar. Di dalam suatu pasar
yang kompetitif, harga keseimbangan suatu aktiva ditentukan oleh
besarnya tawaran dan permintaan agreat yang tersedia. Harga ini
mencerminkan consensus (kesepakatan) bersama antara semua
partisipan pelaku pasar tentang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan
informasi yang tersedia. Jika pasar bereaksi secara cepat dan akurat
untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya
mencerminkan informasi yang relevan dan tersedia, maka pasar
disebut sebagai pasar yang efisien.
Pengungkapan informasi yang relevan dan berguna bagi
pengambilan keputusan menentukan tingkat efisien pasar modal,
terutama efisien pasar secara informasi. Farma dalam Hartono (2000)
13
menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan
ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu,
informasi sekarang, yang sedang di publikasikan, dan informasi
privat sebagai berikut:
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga
sekuritas mencerminkan penuh (fully reflect) informasi masa lalu.
Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu
tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini
berarti bahwa untuk pasar efisiensi bentuk lemah, investor tidak
dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasi
termasuk informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan
perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat,
maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang
dipublikasikan untuk mendapat keuntungan tidak normal dalam
jangka waktu lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia
14
termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk kuat,
maka tidak ada investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak
normal (abnormal return) karena informasi privat.
2.2.3 Pemecahan Saham (Stock Split)
Hartono, Yogiyanto (1998) Jurnal mendefinisikan pemecahan
saham atau stock split sebagai perubahan nilai nominal per lembar
saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan
faktor pemecahan (split factor). Aktivitas ini biasanya dilakukan pada
saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi
kemampuan investor untuk membelinya. Stock split merupakan
kosmetika saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut
merupakan upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menari di
mata investor. Tindakan stock split ini akan menimbulkan efek
fatamorgana bagi investor yaitu investor akan merasa seolah-olah
menjadi makmur karena memegang saham dalam jumlah lebih
banyak.
Menurut Zaki Baridwan (2000 : 256) ada 2 pemecahan saham,
yaitu naik dan pemecahan saham turun.
1. pemecahan saham naik (split up) adalah pemecahan saham
menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan faktor
pemecahannya (split factor). Besarnya biasanya ditentukan
dengan n1 : n0, dalam arti n1 adalah jumlah lembar saham setelah
terjadi pemecahan saham dan n0 adalah jumlah lembar saham
15
sebelum pemecahan saham sebagai contoh, pemecahan 2 : 1 (two
for one splits), berarti satu lembar saham dipecah menjadi
setengah nilai semula, sehingga jumlah Seluruh saham
perusahaan menjadi dua kali semula.
2. pemecahan saham turun (split down) adalah pemecahan saham
menjadi nominal yang lebih besar, sama halnya dalam
pemecahan saham naik, dalam pemecahan saham turun, kriteria
besarnya pemecahan saham ditentukan dengan n1 : n0 sebagai
contoh 1 : 2 berarti dua lembar saham diubah menjadi satu
lembar saham, berarti nilai nominal diubah menjadi dua kali nilai
semula dan jumlah saham keseluruhan menjadi setengah dari
jumlah semula.
Pemecahan saham merupakan upaya untuk menarik perhatian
investasi dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki
kondisi yang bagus. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh
karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja
yang mampu melakukannya (Copeland, 1979). Jika kondisi tidak
bagus maka perusahaan tidak akan melakukan pemecahan saham
(stock split).
McGough dalam Fatmawati dan Asri (1999) Jurnal menyatakan
bahwa pasar modal Amerika yang diwakili oleh NYSE juga mengatur
kebijakan mengenai stock split. NYSE membedakan stock split
menjadi dua yaitu partial stock split (pemecahan saham sebagian)
dan full stock split (pemecahan saham penuh). Partial stock split
16
adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau
lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham beredar yang lama.
Full stock split adalah tambahan distribusi saham yang beredar
sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama.
Bagi para emiten, stock split diyakini dapat memberikan
berbagai manfaat. McGough dalam Kurniawati (2003) Jurnal
menyatakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan
melakukan stock split antara lain (1) menurunkan harga saham
sehingga dapat menarik minat investor, (2) meningkatkan likuiditas
saham untuk diperdagangkan, dan (3) mengubah para investor dari
odd lot menjadi round lot. Odd lot adalah investor membeli saham
dibawah 500 lembar (1 lot) sedangkan investor round lot adalah
investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).
Penelitian Baker dan Powell (1993) juga menunjukkan alasan
perusahaan melakukan stock split adalah untuk mengubah harga
saham ke rentang perdagangan yang lebih baik, meningkatkan
likuiditas perdagangan, dan untuk menarik sinyal ekspektasi menjual
harga masa depan, serta untuk menarik minat investor berprestasi.
Motivasi manajer memecahkan sahamnya antara lain adalah
meningkatkan jumlah pemegang saham, mengembalikan harga saham
yang terlalu tinggi , dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada
kisaran yang ditargetkan, dan membawa informasi mengenai
kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden.
A. Tujuan Dilakukannya Pemecahan Saham
17
Ada beberapa pendapat mengenai tujuan dilakukan
pemecahan saham, menurut Ahmadi (1996 : 147) tujuan
dilakukan stock split adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan harga sehingga menarik pembeli/investor.
2. Diharapkan harga akan meningkat.
3. Menguntungkan investor jika deviden yang dibayarkan lebih
besar.
Menurut Zein (1997 : 15) ada 3 penyebab utama mengapa
stock split dilakukan yaitu :
1. Memanfaatkan psikologis pemodal dalam upaya
meningkatkan likuiditas saham-saham bonus dan pemecahan
saham akan meningkatkan jumlah saham yang beredar, akan
meningkatkan jumlah pemegang saham yang memiliki satu
lot, membuat harga saham lebih rendah sehingga terjangkau.
2. Manfaat psikologis pemodal tentang tingkat keuntungan
yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih rendah.
3. Pemecahan saham juga seringkali merupakan persiapan
menjelang dilakukannya merger dan akuisisi. Harga saham
yang relatif sebanding akan memudahkan negosiasi merger
dan akuisisi yang dilakukan dengan cara penukaran saham.
Gough (1995 : 58-61) menyatakan bahwa para pemegang
saham mendapat beberapa keuntungan dari dilaksanakannya
stock split yaitu :
18
1. Dengan adanya stock split maka jumlah saham menjadi
berkali lipat, sesuai dengan faktor pemecahannya. Sehingga
pemegang saham dapat menjual/menyimpan sahamnya
dengan jumlah lot secara bulat, disamping itu pemegang
saham mempunyai kesempatan untuk mendapat deviden dan
juga kenaikan harga sejumlah kelipatan saham semula.
2. Pemecahan saham juga mengakibatkan meningkatnya hak
suara walaupun kenaikan tersebut proporsional dengan hak
semula.
3. Total cost perusahaan meliputi komisi dan upah yang harus
dibayarkan menjadi ½ dari harga semula.
4. Tidak dikenai pajak karena tidak ada penjualan yang terjadi
dan penerimaan saham proporsional dengan saham semula
dalam arti tidak terjadi penambahan nilai/distribusi aset.
B. Perlakuan Akuntansi Terhadap Pengumuman Stock Split
Aktivitas stock split tidak diatur Standar Akuntansi
keuangan. Namun, yang diatur hanya mengenai deviden saham
yang dibagikan perusahaan yang diatur dalam PSAK No. 21
paragraf 23. Meskipun tidak ada pengatur khusus, terjadinya
stock split bisa dilakukan dengan cara membuat memo atau
membuat jurnal untuk menutup rekening modal saham lama dan
membuka rekening modal saham baru (Zaki Baridwan,
1997:429).
19
Menurut Henry Simamora (2000 : 422) bahwa stock split
seperti tidak mempengaruhi aset bersih/ekuitas pemegang saham
dan tidak ada imbasnya terhadap saldo laba perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan tidak perlu membuat ayat jurnal format
untuk mencatat stock split.
C. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Stock Split
Stock split mempengaruhi arus kas perusahaan secara
langsung sehingga seharusnya tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan para investor. Namun manajer tentu saja memiliki
alasan ketika melakukan stock split sehingga stock split menjadi
peristiwa yang perlu di pertimbangkan oleh investor dan calon
investor dalam membuat keputusan investasinya.
Hingga saat ini reaksi yang ditujukan oleh pasar terhadap
peristiwa pengumuman stock split masih membingungkan dan
sulit dipahami karena beberapa peneliti memberikan hasil yang
berbeda-beda. Setiap perusahaan mempunyai alasan tertentu
oleh karenanya pengumuman stock split masih dilakukan
meskipun tidak ada kandungan ekonomis atas peristiwa ini.
Dolley dalam Fatmawati dan Asri (1999) menyatakan
bahwa motif utama perusahaan melakukan stock split adalah
untuk meningkatkan likuiditas saham sehingga distribusi saham
menjadi luas. Tujuan lainnya adalah untuk mengembalikan
tingkat perdagangan saham perusahaan agar berada dalam
20
kondisi yang lebih baik sehingga dapat menarik investor untuk
membelinya. Dengan demikian aktivitas stock split dapat
mempengaruhi pasar dalam bentuk likuiditas dan sinyal yang
diberikan kepada pasar.
Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif
karena manajer akan menyampaikan prospek masa depan yang
baik dari perusahaan ke public yang belum mengetahuinya. Jika
pasar bereaksi pada saat pengumuman, bukan berarti bahwa
pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut karena
informasi tersebut tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi bereaksi
karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang
disinyalkan melalui stock split. Hanya perusahaan yang benar-
benar mempunyai kondisi sesuai yang sinyalkan yang akan
mendapatkan reaksi positif (Hartono, 1998).
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Copeland (1979)
yang menyatakan bahwa stock split mengandung biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan. Hal ini mengindikasikan
bahwa hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja
yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar
beraksi positif terhadapnya, dia juga mendapat kesimpulan
bahwa volume setelah melakukan aktivitas stock split menjadi
menurun. Lebih lanjut Murray dalam Fatmawati dan Asri (1999)
melakukan studi terhadap 100 perusahaan yang melakukan stock
21
split dan tercatat di OTC (Over the Counter), dengan periode
waktu 1972 sampai dengan 1976. Penelitian ini menghasilkan
tidak adanya perubahan persentase spread relative terhadap
control group.
2.2.4 Konsep Return dan Resiko
Pada umumnya seorang investor melakukan investasi dalam
bentuk saham didasarkan atas dua tujuan utama, yaitu (1) ingin
menguasai perusahaan melalui pemilikan saham mayoritas, dan (2)
untuk mendapatkan tingkat keuntungan (return) dari investasi yang
dilakukannya. Hartono (1998) mendefinisikan return sebagai tingkat
keuntungan yang diperoleh seorang investor dari aktivitas investasi
yang dilakukannya. Return yang dimaksud dapat berupa deviden dan
capital gain. Deviden merupakan proporsi laba yang dibagikan
kepada para pemegang saham dalam jumlah yang dimilikinya
(Baridwan, 1996). Nilai dan waktu pembayaran deviden ditentukan
melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) dan nilai yang
dibagikan perusahaan berkisar antara 0 sampai sebesar laba bersih
tahun berjalan atau tahun lalu. Capital gain adalah keuntungan yang
diperoleh pemegang saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli
suatu saham. Return dapat berupa return realisasi dan return
ekspektasi. Return realisasi atau return yang sudah terjadi dihitung
berdasarkan data histories dan penting untuk pengukuran kinerja
22
suatu perusahaan. Return ini dapat juga dihitung sebagai dasar
penentuan return ekspektasi dan resiko di masa datang . Return
ekspektasi atau return yang belum terjadi adalah return yang
diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang atas
investasi yang dilakukan (Hartono, 1998)
Selain komponen return, resiko juga merupakan komponen
penting dalam suatu aktivitas investasi di pasar modal. Return dan
resiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan
suatu investasi merupakan trade off dari kedua factor ini. Hartono,
Yogianto (1998) menyatakan bahwa pada dasarnya resiko dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu resiko yang dapat didiversifikasi
(unsystematic risk) dan resiko yang tidak dapat didiversifikasi
(systematic risk). Resiko saham yang dapat didiversifikasi ini tidak
dipengaruhi oleh pasar karena resiko jenis ini dapat dihilangkan atau
dikurangi melalui diversifikasi dengan membentuk portofolio yang
terdiri dari beberapa jenis saham yang berbeda. Sedangkan resiko
saham yang tidak dapat didiversifikasi merupakan resiko yang tidak
dapat dihindari karena dipengaruhi oleh factor-faktor yang
berhubungan dengan indeks pasar seperti daya beli uang, fluktuasi
tingkat bunga, dan keadaan harga saham di pasar modal. Resiko
sistematis ini disebut juga resiko pasar (market risk) dan merupakan
resiko yang relevan dalam pengembalian keputusan investasi,
23
sehingga mengetahui beta dalam menganalisis sekuritas atau
portofolio relatif terhadap resiko pasar.
Memperbesar jumlah saham melalui stock split mempunyai
risiko bagi perusahaan, antara lain :
1. Jumlah saham yang semakin besar mengakibatkan kepemilikan
saham akan lebih tersebar kepada banyak pihak. Hal ini bisa
mengakibatkan lebih banyak pihak (pemodal) ikut campur dalam
urusan intern perusahaan. Dari sisi keterbukaan hal ini memang
berdampak baik. Tetapi jika ada yang bermaksud memanfaatkan
tersebarnya saham pada banyak pihak ini untuk melancarkan aksi
akuisisinya lewat bursa, maka perusahaan boleh dikatakan dalam
posisi rawan.
2. Dari sisi lain, langkah stock split Selintas bisa mengurangi daya
tarik investor karena langkah stock split tersebut bisa membuat
EPS (Earning Per Share) mengecil. Dengan demikian apabila
investor kurang jeli, maka saham perusahaan yang EPS-nya kecil
dapat terlewatkan, padahal mengecilnya EPS lebih disebabkan
karena jumlah sahamnya sudah terlalu membengkak.
Investor bisa dirugikan bila langkah pemecahan saham tersebut
dipakai sebagai strategi pengerak dana. Investor yang telah terlanjur
kebanjiran saham bisa menghadapi kesulitan jika langkah pemecahan
saham tersebut disusul dengan right issue. Dengan right issue ini,
investor setengah dipaksa untuk menyetor dana yang lebih besar
24
karena jumlah sahamnya membengkak. Investor bisa saja tidak
mengambil haknya untuk membeli saham right issue, tetapi investor
harus siap sahamnya terdilusi baik jumlah maupun nilainya.
Return dan resiko mempunyai hubungan yang positif.
Hubungan ini berlaku untuk return ekspektasi (return yang belum
terjadi). Semakin besar perusahaan yang EPS-nya kecil dapat
terlewatkan, padahal mengecilnya EPS lebih disebabkan karena
jumlah sahamnya sudah terlalu membengkak.
Investor bisa dirugikan bila langkah pemecahan saham tersebut
dipakai sebagai strategi pengeruk dana. Investor yang telah terlanjur
kebanjiran saham bisa menghadapi kesulitan jika langkah pemecahan
saham tersebut disusul dengan right issue. Dengan right issue ini,
investor setengah dipaksa untuk menyetor dana yang lebih besar
karena jumlah sahamnya membengkak. Investor bisa saja tidak
mengambil haknya untuk membeli saham right issue, tetapi investor
harus siap sahamnya terdilusi baik jumlah maupun nilainya.
2.2.5 Teori Yang Relevan
Secara teoritis yang melatarbelakangi perusahaan melakukan
stock split serta dampak yang telah ditimbulkannya tertuang dalam
berbagai teori, antara lain : trading range theory dan signaling theory
(Marwata, 2001) Jurnal.
25
Trading range theory menyatakan bahwa manajemen
melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang
konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split
dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham
dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk meningkatkan
daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau
memperjualbelikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham (Ikenberry et. al, 1996 dalam
Muhammad, 2000) menemukan bukti bahwa pemecahan saham
mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada
rentang yang lebih rendah. (Copeland, 1979 dalam Muhammad,
2000) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham
berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah optimal range
harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan
menciptakan pasar yang lebih luas. Namun ia menemukan bahwa
likuiditas mengalami penemuan setelah pemecahan saham yaitu
volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya,
biaya transaksi lebih tinggi dari sebelumnya.
Signaling theory, menyatakan bahwa stock split memberikan
sinyal positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan
prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang
belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya
kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah
perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi jika
26
pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split tidak mempunyai
nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa depan
perusahaan yang bersangkutan.
Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya
perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan
bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid
akan mendapatkan dampak negatif. (Copeland 1979 dalam
Muhammad, 2000) menyatakan bahwa stock split yang dilakukan
emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya
perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus yang dapat
menanggung biaya tersebut. Kondisi inilah yang akan menyebabkan
pasar bereaksi positif. Perusahaan yang tidak mempunyai prospek
yang bagus, yang mencoba memberikan sinyal lewat stock split
bukan stock split yang akan meningkatkan harga sekuritasnya, tapi
menurunkannya apabila pasar cukup canggih untuk mengetahuinya
bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai prospek kinerja yang
bagus / dengan kata lain tidak mampu menanggung biaya yang timbul
jika perusahaan akan melakukan stock split (H.M. Jogianto edisi 2)
(Asquith et al. 1989 dalam Muhammad, 2000) melalukan
penelitian yang membahas apakah stock split membawa informasi
tentang laba perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan yang melakukan stock split mengalami peningkatan laba
yang signifikan untuk empat tahun sebelum stock split dilakukan, dan
penelitian juga menunjukkan stock split tidak memberikan sinyal
tentang peningkatan laba setelah stock split. Hal tersebut berarti stock
27
split lebih berkaitan dengan kinerja masa lalu dari pada kinerja masa
depan. Temuan tersebut mendukung signaling theory, namun
menurut Retno Miliasih (2000) menyatakan bahwa stock split tidak
menyebabkan terjadinya kenaikan earning yang signifikan antara
periode sebelum dan sesudah stock split.
3.3. Kerangka Pemikiran
Ada tidaknya pengaruh pengumuman stock split dengan pengambilan
keputusan diketahui dari perubahan harga/return di seputar tanggal
pengumuman. Untuk mengetahui hal tersebut akan digunakan pengujian
dengan menggunakan metodologi suatu peristiwa (event study). Event study
dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content).
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari suatu
sekuritas yang bersangkutan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
3.4. Hipotesis
28
Stock split Return Saham
Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
pasar akan memberikan reaksi positif terhadap pengumuman stock split. Hal
itu dapat dilihat karena perusahaan yang melakukan stock split akan
mendapatkan abnormal return yang lebih besar di sekitar tanggal
pengumuman.
Berdasarkan penelitian-penelitian dan dugaan tersebut, hipotesis yang
dikembangkan adalah:
Ha1 : ada reaksi pasar terhadap pengumuman stock split yang dilakukan
perusahaan
Untuk menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada besar kecilnya
abnormal return yang diperoleh investor di saat perusahaan melakukan
stock split maka akan diuji kembali hipotesis sebagai berikut ini :
Ha2 : terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap pengumuman stock split
antara perusahaan kecil, sedang dan besar.
Untuk menguji apakah industry effect mempengaruhi besar kecilnya
abnormal return yang diperoleh investor di saat perusahaan melakukan
stock split maka akan diuji kembali hipotesis sebagai berikut :
Ha3 : terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap pengumuman stock split
antara perusahaan non keuangan dan keuangan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Objek Penelitian
Penelitian kali ini terfokus pada informasi pengumuman stock split
perusahaan yang listing di BEJ dari tahun 2003 sampai dengan 2006. Bentuk
penelitian ini adalah event study dimana penelitian ini hanya mengamati
pengaruh dari suatu kejadian tertentu pada periode tertentu dengan melihat
tanggal publikasi sebagai titik kritisnya dengan event yang diteliti berupa
pemecahan saham (stock split).
Jenis penelitian yang digunakan adalah kausal yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui atau menjelaskan mengapa (bagaimana) suatu
variable mempengaruhi variable lainnya (Uma Sekaran : 2006).
Perusahaan yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan go-public dan listing di BEJ yang mengalami stock split
pemecahan saham selama tahun 2002-2005.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan individu yang akan diteliti
dan paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama yang karakteristiknya
hendak diduga (Djarwanto, 1993:107). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan listing di BEJ selama periode pengamatan dari tahun ke
2002 sampai dengan tahun 2005.
30
30
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto,
1993:108). Sampel penelitian diambil dengan non probability sampling,
dimana tidak setiap elemen dalam populasi mendapat kesempatan atau
mempunyai probabilitas yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,
dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukan dalam sampel
dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sample tersebut
representative atau mewakili populasi. Dalam purposive, pemilihan
sekeliling subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Purposive samping adalah sample yang dipilih berdasarkan
pertimbangan dan subjektif peneliti, dimana perusahaan yang dibuat sebagai
kriteria harus dipenuhi sebagai sampel (J. Supranto, 1988) berdasarkan
definisi tersebut, maka sample dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan yang telah terdaftar di BEJ,
karena BEJ merupakan harus bursa efek yang tersebar di Indonesia
sehingga kondisi pasar modal Indonesia dapat tercermin didalamnya.
Perusahaan telah tercatat di bursa minimal sejak 107 hari sebelum hari
pengumuman atau dengan kata lain selama periode estimasi perusahaan
telah tercatat di bursa
31
2. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan stock split
antara tahun 2003 sampai dengan 2006. Alasan dipilihnya tahun
pengamatan ini karena penelitian ini menguji pengaruh pengumuman
pemecahan saham terhadap abnormal return saham selama periode masa
pasca krisis ekonomi
3. Perusahaan tidak melakukan kebijakan lain yang dapat mempengaruhi
perubahan harga saham (misalnya : pengumuman right issue, stock
deviden, bonus share, atau pengumuman perusahaan lainnya) yang
bertepatan atau sekitar periode pengamatan penelitian
4. Saham perusahaan adalah saham yang aktif diperdagangkan
5. Perusahaan yang menjadi sampel dikelompokkan menjadi perusahaan
kecil, sedang dan besar berdasarkan besar total aktiva perusahaan
6. Perusahaan yang menjadi sampel mestinya nantinya akan
dikelompokkan menjadi perusahaan non-keuangan
3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu sumber data penelitian yang di peroleh secara tidak langsung melalui
media perantara/diperoleh dan dicatat pihak lain (Indriantoro dan Supomo,
2002 : 147)
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah data emiten yang
melakukan stock split di BEJ per 2002-2005, data perusahaan, data harga
saham harian selama periode penelitian.
32
Data-data sekunder tersebut berupa data sekunder eksternal yang
diperoleh dari publikasi massa dan perusahaan penerbit yang diperoleh
dari pusat Informasi pasar modal, Indonesia Capital Market Directory
(ICMD), pusat data bisnis Indonesia (PDBI) Webside JSX
(www.JSX.co.id) dan Bursa Efek Indonesia.
Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi yaitu proses
pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan Individu yang
diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 157)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yang terdiri dari :
1. Data nama perusahaan yang melakukan stock pada periode 2003
sampai dengan 2006, Data ini diperoleh dari Indonesia Capital Market
Directory tahun 2003-2006 yang tersedia di PIPM.
2. Tanggal pengumuman pemecahan saham berasal dari JSX Statistik
tahun 2003,2004,2005 dan 2006.
3. Data total aktiva perusahaan yang disajikan dalam sampel penelitian
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dari tahun
2003~2006. Data yang digunakan adalah data yang tercantum dalam
laporan keuangan tahunan.
4. Penggolongan jenis industri perusahaan menjadi perusahaan keuangan
dan non-keuangan didasarkan atas pengkategorian jenis industri non-
keuangan dan keuangan menurut Indonesian Capital Market Directory.
33
3.4. Operasionalisasi Variabel
Menggunakan dua variabel : variabel Independen yaitu variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain dan variabel dependen
yaitu variabel yang di pengaruhi oleh variabel Independen (Bambang
Soepomo, 1999). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah stock
split. Sedang variabel Independen adalah reaksi pasar.
Operasionalisasi variabel adalah untuk menjelaskan ukuran-ukuran
atau indikator-indikator secara jelas dari masing-masing variabel yang
digunakan.
Definisi Operasionalisasi Variabel dalam penelitian adalah :
1. Harga saham adalah harga saat penutupan perdagangan saham pada
emiten yang bersangkutan (closing price) dengan indikator penutupan
harga saham 7 (tujuh) hari sebelum dan 7 (tujuh) hari sesudah stock
split dan periode estimasi sebanyak 100 hari.
2. Realized Return(return realisasi) saham diukur dengan
membandingkan selisih harga saham sekarang dengan harga saham
sebelumnya dengan periode pengamatan 7 hari sebelum dan sesudah
stock split dan periode estimasi sebanyak 100 hari sebelum stock split.
3. Realized Return(return realisasi) indek harga saham gabungan diukur
dengan membandingkan indek harga saham gabungan sekarang
dengan indek harga saham gabungan sebelumnya pada periode
estimasi sebanyak 30 hari sebelum stock split.
34
4. Abnormal return saham merupakan selisih antara return saham
sesungguhnya (actual return) dengan return ekspektasi (expected
return). Dengan periode pengamatan 7 hari sebelum dan sesudah stock
split dan periode estimasi sebanyak 100 hari sebelum stock split yang
digunakan untuk mencari return ekspektasi.
3.5. Teknik Analisis
Untuk menganalisis data digunakan event study yang bertujuan
untuk mengamati pengaruh dari suatu kejadian tertentu pada periode
tertentu dengan menguji pengaruh pengumuman pemecahan saham
terhadap abnormal return saham selama periode 2003-2005
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
menjelaskan dan menerangkan data hasil penelitian yang telah
dikumpulkan, sementara itu analisis kuantitatif bertujuan untuk menunjang
dan meyakinkan atas hasil data kuantitatif.
Perhitungan return ekspektasi dengan market model (model pasar)
dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2)
menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi
di periode peristiwa.
35
Gambar 3.1
Periode estimasi dan Periode jendela
Sumber : Jogiyanto
Keterangan :
t1 merupakan batas periode estimasi hari ke-100
t2 merupakan awal periode estimasi dimulai dari hari ke-8 sebelum
peristiwa stock split
t3 merupakan periode peristiwa 7 hari sebelum stock split
t0 merupakan hari terjadinya pengumuman stock split
t4 merupakan periode peristiwa 7hari setelah stock split
1. Pengujian hipotesis 1
bertujuan untuk memberikan perbandingan yang nyata perolehan
rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Prosedur
pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menghitung Realized return (return realisasi) tiap sekuritas untuk
periode pengamatan dan periode jendela, dengan rumus :
1-it
1-ititit P
P - P R
Sumber : (Jogiyanto, 2000 : 416)
36
t1 t2 t0 t4
-100
-8 +7
Periode estimasi Periode peristiwa
0-7
t3
Keterangan :
Rit = return saham i pada waktu ke-t
Pit = harga saham i pada waktu ke-t
Pit – 1 = harga saham i pada waktu ke-i
b. Menghitung return pasar harian (Jogianto HM, 1998)
1-it
1-ititmt IHSG
IHSG - IHSG R
Keterangan :
Rmt = return saham pada waktu ke-t
IHSGit = harga saham i pada waktu ke-t
IHSGit – 1 = harga saham i pada waktu ke-i
t = lamanya periode estimasi
c. Menghitung return ekspektasi pada periode jendela dengan beta
yang sudah dikoreksi dengan rumus :
Rit = α1 + β1 Rmt
Keterangan :
Rit = return ekspektasi saham i pada waktu ke t.
α1 = intercept dari regresi untuk saham i
β1 = Beta koreksian untuk saham i
Rmt = return pasar pada periode jendela ke -t
d. Menghitung abnormal return sehingga dengan menggunakan return
realisasi dengan return ekspektasi, dengan menggunakan rumus :
ARit = Rit – E(Rit)
Sumber : (Jogiyanto, 2000 : 416)
37
Keterangan :
ARit = Abnormal return saham i pada waktu ke –t
Rit = return realisasi saham i pada waktu ke t
E (Rit) = return ekspektasi saham i pada waktu ke t
e. “Apakah ada reaksi pasar terhadap pengumuman stock split”
pengujian dilakukan dengan menggunakan uji paired sample T
Test dengan signifikansi
D
xx
S
- D t 21
Sumber : (Agung Santoso, 2007)
Keterangan :
D = Difference, perbedaan pre dan post
21 xx = populasi
DS = standar deviasi
f. Membandingkan t hitung dengan t tabel
g. Menarik kesimpulan
Ho ditolak apabila t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel
Ho tidak dapat ditolak apabila – t tabel < t hitung < t tabel
2. Pengujian hipotesis 2
38
“Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan kecil,
sedang, dan besar terhadap pengumuman stock split”
(dengan memperhatikan size efek) pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji F (one way Anova) dengan tingkat keyakinan 5%
a) Rumus Uji F
group within Variance
groupbetween Variance F
b) Membandingkan F hitung dengan F tabel
c) Menarik kesimpulan
Ha diterima apabila F hitung > F tabel
Ha ditolak apabila F hitung < F tabel
3. Pengujian hipotesis 3
“Apakah terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan keuangan
dan non keuangan terhadap pengumuman stock split” (dengan
memperhatikan industri efek) pengujian dilakukan dengan
menggunakan Independent sample T - Test dengan tingkat keyakinan
5%
a) Rumus Uji t
Sumber : (Agung Santoso, 2007)
Keterangan :
39
( 1X - 2X ) = Perbedaan dua mean
)( 21 = Perbedaan dua populasi
1
2x
n
S1 +
1
2x
n
S1 = Standar deviasi untuk distribusi perbedaan mean
b) Membandingkan t hitung dengan t tabel
c) Menarik kesimpulan
Ha diterima apabila t hitung > t tabel
Ha ditolak apabila t hitung < t tabel
Pengujian terhadap variabel independen yaitu size efek dan industri
efek
- Menentukan formulasi Ho dan Ha
Ho1 : β1 = 0 berarti pasar tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pengumuman stock split perusahaan.
Ha : βi ≠ 0 berarti ada reaksi pasar akibat perusahaan
mengumumkan stock split.
- Menentukan level of significance (α) sebesar 5% dan degree of
freedom n-2.
- Menentukan kriteria pengujian dua sisi.
Ho diterima apabila – t (α/2; n-k-1) ≤ t ≤ (α/2; n-k-1)
Ho ditolak apabila t hitung < - t (α/2; n-k-1) t hitung > -t (α/2;
n-k-1)
- Mencari besarnya t hitung dengan rumus sebagai berikut :
T hitung = (α – β2)/S.
40
- Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, kemudian
mengambil keputusan apakah Ho diterima atau ditolak.
41