Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS BAHASA KIASAN
NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
KARYA TERE LIYE
DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dedik Mujiono
NIM 092110010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah :153).
“Jangan menganggap diri kita tidak mampu sebelum mencoba, belajar dan
berlatihlah” (Thomas A. Edison).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Universitas
Muhammadiyah Purworejo
Skripsi ini juga saya hadiahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku, Prayitno dan Jumini yang
tidak pernah lelah mendoakan dan
menyemangati saya di setiap hari yang saya lalui.
2. Istriku, Lely Risnawati yang selalu memberikan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Anakku, Rezian Affandi Saputra yang selalu
memberi motivasi semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dedik Mujiono;
NIM : 092110010;
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan plagiat dari orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti/ dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,
saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 7 Maret 2016
Yang membuat pernyataan,
Dedik Mujiono
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
Swt. Atas limpahan rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Bahasa Kiasan dalam Novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye dan Skenario Pembelajaran di Kelas
XI SMA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Muhammadiyah
Purworejo ini;
2. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini;
4. Drs. Khabib Soleh, M. Pd. selaku pembimbing I dan Drs. H. Bagiya, M. Hum.
selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan,
vii
5. memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak kenal lelah, serta mengoreksi
skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat dan berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis.
Penulis berdoa semoga Allah Swt. memberikan pahala, rahmat dan karunia-
Nya kepada segenap dosen atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Purworejo, 7 Maret 2016
Penulis,
Dedik Mujiono
viii
ABSTRAK
Mujiono, Dedik. 2016. “Analisis Bahasa Kiasan dalam Novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”.
Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Novel merupakan hasil daya cipta seorang pengarang akan pengalaman
kehidupannya serta bentuk-bentuk kehidupan masyarakat. Isi novel sendiri banyak
mengandung pesan dan bahasa yang kurang dipahami oleh pembaca. Oleh karena
itu, penulis mendeskripsi: (1) bahasa kiasan dan (2) skenario pembelajaran bahasa
kiasan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye di kelas XI SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini adalah
bahasa kiasan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere dan Skenario
Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Sumber data penelitian ini novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere. Pengumpulan data dilakukan dengan simak,
pilah, dan teknik catat. Hasil analisis data disajikan dengan teknik informal.
Dari penelitian disimpulkan (1) bahasa kiasan dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye meliputi: (a) simile perbandingan yang menyatakan
sesuatu sama dengan hal yang lain dengan menggunakan kata-kata: seperti, sama,
sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya,yaitu pada saat Jarjit berkata
“sepertinya dugaanku benar, Kawan. Rambut jeleknya membuat dia tenggelam.
Meluncur ke bawah seperti patung batu”. Artinya orang yang disamakan seperti
patung yang hanya diam dan tak bernyawa. Penanda kalimatnya adalah seperti,
(b) metafora merupakan perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat. Metafora terlihat pada saat seseorang dipanggil dengan
panggilan si Keriting (Pengecut), artinya orang yang berambut keriting dan
pengecut, (c) personifikasi semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang mati seolah-olah memiliki sifat-sifat
kemanusiaan. Personifikasi terlihat pada saat hujan diumpamakan seperti manusia
yang dapat bertindak membungkus sesuatu, (d) ironi majas yang berisi pernyataan
yang mengandung pertentangan antara yang dikatakan dan kenyataan yang ada, .
Ironi terlihat pada saat Ibu Dam berbicara kepada Ibu Jarjit “bukan masalah
besar, Bu. Hanya kenakalan anak-anak” artinya bahwa kenakalan Dam dan Jarjit
sudah melampaui batas kewajaran; (2) skenario pembelajaran dilakukan
menggunakan cara sebagai berikut, (a) guru memberikan tugas kepada peserta didik
untuk membaca novel disertai dengan memberi penjelasan secara umum materi
bahasa kiasan, (b) guru mengulas materi tersebut, (c) guru membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi dalam menganalisis bahasa kiasan (d)
guru memberi tugas kepada peserta didik untuk presentasi, (e) guru memberikan
kesempatan untuk tanya jawab, (f) guru mengomentari hasil presentasi, (g) guru
memberi tugas kepada peserta didik untuk maju membacakan simpulan.
Kata Kunci: Bahasa kiasan, novel dan skenario pembelajaran.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL. ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN. ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Penegasan Istilah ...................................................................... 6
C. Identifikasi Masalah ................................................................. 7
D. Rumusan Masalah .................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
G. Sistematika Skripsi ................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
B. Kajian Teoretis ......................................................................... 13
1. Pengertian Bahasa Kiasan ................................................... 13
2. Macam-macam Bahasa Kia ................................................. 14
3. Skenario Pembelajaran Sastra .............................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian ................................................................ 21
B. Fokus Penelitian ................................................................ 21
C. Sumber Data ...................................................................... 22
D. Instrumen Penelitian .......................................................... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 23
F. Teknik Analisis Data ......................................................... 23
G. Teknik Penyajian Analisis Data ........................................ 24
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data
1. Struktur Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye ................................................................. 26
x
2. Skenario Pembelajaran Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye ........ ........................................................ 27
B. Pembahasan Data
1. Bahasa Kiasan pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye......... ........................................................ 31
2. Langkah-langkah Pembelajaran Novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye di Kelas XI SMA ................ 38
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................ 46
B. Saran .................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Sajian data dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohonng
Karya Tere Liye..................................................................................... 27
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Sampul Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
Lampiran 2: Sinopsis Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
Lampiran 3: Biografi Pengarang
Lampiran 4: Silabus
Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 6: Data Tabel dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya Tere Liye
Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 8: Surat Keputusan Dosen Pembimbing
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis memaparkan beberapa poin yang berisi Latar
Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah,
Manfaat Penelitian, serta Sistematika Skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan era reformasi seperti saat ini setiap orang
berusaha untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya baik dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam bidang sosial, seni, dan budaya.
Sastra sebagai suatu karya seni merupakan wujud keindahan yang menjelma
pengalaman jiwa seseorang (Najid, 2003: 7). Pengalaman itu sendiri sangat
terbatas karena terbatasnya kesempatan atau waktu yang ada. Menghayati suatu
karya sastra dalam arti yang sesungguhnya berarti menghayati kembali
pengalaman jiwa orang lain yang menjelma dalam suatu karya tersebut.
Pengalaman jiwa dalam karya sastra mencangkup berbagai hal tentang hidup
dan kehidupan yang semuanya terjalin dalam keselarasan yang artistik.
Menghayati pengalaman jiwa orang lain berarti dapat memperkaya pengalaman
sendiri sehingga kehidupan ini akan menjadi lebih dewasa dan kemampuan akan
bertambah besar, karena sastra banyak relevansinya dengan masalah-masalah
kehidupan (Rahmanto, 1988: 10)
Sastra adalah hasil kreativitas pengarang yang bersumber dari kehidupan
manusia secara langsung atau melalui rekaannya dengan bahasa sebagai
1
2
medianya (Winarni, 2009: 5). Sastra dibagi menjadi 2 jenis yakni imajinatif dan
nonimajinatif. Prosa fiksi (cerpen, novel atau roman), puisi, dan drama termasuk
sastra imajinatif. Sedangkan yang termasuk sastra nonimajinatif ialah karya-
karya yang berbentuk kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah.
Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak
hanya sekadar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika
dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang
padu. novel adalah karya sastra yang mampu menghadirkan perkembangan satu
karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau
sedikit karakter, dan berbagai peristiwa rumit yang terjadi beberapa tahun silam
secara mendetil.
Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga
sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran hidup. Orang
dapat mengetahui nilai- nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan
pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra. Dengan
hadirnya karya sastra yang membicarakan persoalan manusia, antara karya sastra
dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala
ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Adapun
permasalahan manusia merupakan ilham bagi pengarang untuk mengungkapkan
dirinya dengan media karya sastra. Hal ini, dapat dikatakan bahwa tanpa
kehadiran manusia, sastra mungkin tidak ada. Memang sastra tidak terlepas dari
manusia, baik manusia sebagai sastrawan maupun sebagai penikmat sastra.
3
Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia berperan sebagai pendukung yang
sangat menentukan dalam kehidupan sastra.
Makna karya sastra semata-mata tidak hanya ditentukan oleh struktur
intrinsiknya saja, malainkan juga ditentukan oleh latar sosial budaya dan
kesejahteraannya. Hal ini disebabkan oleh karya sastra ditulis sastrawan tidak
lepas dari latar sosial budaya pada waktu dia menulis. Karya sastra tidak ditulis
dalam kekosongan budaya (Teeuw: 1980: 11). Karya sastra ditulis atau
diciptakan berdasarkan konvensi sastra yang ada. Karya sastra ditulis dengan
mencontoh karya yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi disaping itu karya
sastra adalah karya kreatif maka karya sastra ditulis tidak semata-mata hanya
mencontoh saja melainkan juga memperkembangkan konvensi yang sudah ada
bahkan menyimangi cirri-ciri dan konvensi yang sudah ada dalam batasan-
batasan tertentu. Dalam sejarah sastra selalu ada ketegangan antara konvensi
dengan pembaharu (Teeuw, 1980: 12) hal ini merupakan prinsip kreativitas dan
sifat kreatif karya sastra.
Sebuah karya prosa fiksi sudah tentu terdapat unsur-unsur yang
membangun karya sastra. Analisis dan pemahaman. Unsur-unsur itu berperan
penting dalam menentukan karya itu berkualitas atau tidak. Seorang penikmat
karya sastra secara umum tentu beragam dalam hal memahami unsur-unsur yang
ada di dalam karya sastra, serta dalam proses pencarian makna yang terkandung
di dalam sebuah novel. Karya sastra memang banyak jenisnya antara lain novel,
cerpen, dongeng, puisi, dan lain sebagainya. Novel dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005: 694) novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang,
4
yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dan orang
disekelililngnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Ketika proses pencarian itu terkadang pembaca mengalami kejenenuhan
dikarenakan sulit menangkap isi atu maksud cerita di dalam sebuah novel. Tidak
jarang terjadi jurang pemisah antara pengarang dan pembaca.
Novel merupakan hasil daya cipta seorang pengarang akan pengalaman
kehidupannya serta bentuk-bentuk kehidupan masyarakat. Masyarakat kerap
mengatakan bahwa novel adalah wadah untuk mengungkapkan kehidupan
manusia dari berbagai aspek karena mengungkapkan berbagai perasaan di
dalamnya misalnya latar belakang kehidupan masyarakat itu menjadi dasar
penciptaan sebuah karya sastra. Isi dari novel itu sendiri banyak mengandung
pesan yang sarat akan nilai yang dapat digunakan untuk mentransformasikan
nilai, terutama nilai pendidikan karakter.
Penulis membahas bahasa kiasan yang ada di dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye. Pandangan-pandangan atau pendapat-
pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan,
pertama, dilihat dari segi nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya
(Keraf, 1990: 115).
Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk memperoleh efek
tertentu dari suatu benda atau hal dengan cara membandingkannya dengan
benda atau hal lain yang lebih umum. Menurut Perrine (dalam Waluyo, 1987:
83), penggunaan majas dipandang lebih efektif untuk menyatakan maksud
penyair karena:
5
a. majas mampu memberi kesenangan imanjinatif;
b. majas adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga
yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca;
c. majas adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan
menyampaikan sikap penyair; majas adalah cara untuk mengkonsentrasikan
makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu dengan
bahasa yang singkat.
Majas atau gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda, dapat
dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah mitra hubungan.
Mitra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang,
dunia luar yang dijadikan objek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan
aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penannggapnya
(Aminudin, 1995: 54)
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahasa untuk
menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk melahirkan
keindahan. Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah paling sering dijumpai,
sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati dalam
berekspresi. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai
bahasa (Keraf, 2002: 113). Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam
sudut pandang. Oleh karena itu, sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu
pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak.
6
Bahasa kiasan yang dianalisis antara lain (a) majas persamaan atau
simile/ perbandingan, (b) majas metafora, (c) majas personifikasi, dan (d) majas
ironi. Dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Perbandingan
sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk
dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandingan yang termasuk
dalam gaya bahasa kiasan. Bahasa kiasan dibentuk dengan mengiaskan atau
membandingkan dengan hal yang lain, hal ini dilakukan supaya dalam karya
sastra terlihat menarik dan berbedadalam penyajiannya (Keraf, 1988: 136).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah penelitian ini
adalah bahasa kiasan yang ada di dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye. Untuk itu, tujuan analisis ini adalah mengetahui dan dapat
menjelaskan bahasa kiasan yang terdapat di dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye dan juga berharap analisis ini berguna untuk
mengembangkan ilmu sastra.
B. Penegasan Istilah
Penulis akan memberikan penegasan pada beberapa istilah yang
digunakan dalam judul penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan penafsiran
judul. Istilah yang ditegaskan dipaparkan sebagai berikut.
1. Bahasa
Bahasa adalah komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi
ujaran yang dihasilkan oleh ucapan manusia. (Keraf, 1984: 1 dan 1991: 2)
7
2. Makna kias
Makna kias adalah pemakaian leksem dengan makna yang tidak sebenarnya.
3. Novel
Baribin (1978) menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang
ditulis oleh sastrawan yang menceritakan kehidupan para pelakunya seperti
dalam kehidupan nyata yang representative dengan jalinan-jalinan peristiwa
para pelaku (tokoh)-nya.
4. Skenario
Rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yang tertulis
secara terperinci (KBBI, 2008: 1234).
5. Pembelajaran
Proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar
(KBBI, 2008: 23)
6. SMA adalah jenjang pendidikan menengah atas.
Jadi, maksud judul skripsi “Analisis Bahasa Kiasan dalam Novel Ayahku
(bukan) Pembohong karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di
Kelas XI SMA” adalah penelitian mengenai analisis bahasa kiasan yang
terdapat dalam Novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye dan
sebagai sumber belajar untuk siswa di Kelas XI SMA.
C. Identifikasi Masalah
Suatu penelitian diawali dengan adanya masalah. Pradopo (1991: 10)
menyatakan bahwa masalah merupakan kondisi atau keadaan yang mengancam,
8
mengganggu, menghambat, menyulitkan, dan menunjukkan kesenjangan dari
apa yang diharapkan. Identifikasi masalah penelitian ini dipaparkan di bawah
ini.
1. Bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong karya
Tere Liye.
2. Novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye digunakan sebagai
skenario pembelajaran di Kelas XI SMA.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian dipaparkan di bawah ini.
1. Bagaimanakah bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (bukan)
Pembohong karya Tere Liye?
2. Bagaimanakah skenario pembelajaran bahasa kiasan dalam novel Ayahku
(bukan) Pembohong karya Tere Liye?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan akan memudahkan peneliti atau pembaca untuk meneliti
masalah, sehingga dapat tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penulis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa kiasan dalam
novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye dan dapat digunakan sebagai
skenario pembelajaran di Kelas XI SMA.
9
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai
pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memperkaya
khazanah penelitian mengenai analisis novel bahasa kiasan, khususnya
dalam bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
kepada: siswa, guru, dan peneliti.
a. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk merangsang
kepekaan siswa terhadap gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam karya
sastra khususnya novel.
b. Guru
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan Guru Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA untuk mengembangkan
bahan pembelajaran yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang telah
ditentukan yaitu menganalisis gaya bahasa kiasan dalam novel Indonesia/
terjemahan.
c. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman berpikir ilmiah
melalui penyusunan dan penulisan skripsi sehingga dapat menambah
10
pengetahuan, pengalaman, dan menambah wawasan dalam bidang
pendidikan khususnya bahasa dan sastra Indonesia.
G. Sistematika Skripsi
Skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab yang terdiri dari subbab sebagai
berikut.
Bagian depan, berisi lembar persetujuan, pernyataan, moto dan
persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
Bab I berisi Pendahuluan, latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika skripsi.
Bab II berisi Tinjauan Pustaka, Kajian Teoretis, dan Hipotesis. Tinjauan
Pustaka pada dasarnya merupakan kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu.
Kajian teori mencakup rancangan pembahasan bahasa kiasan dan jenis-jenisnya,
deskripsi skenario pembelajaran. Hipotesis berisi tentang dugaan sementara
dalam penelitian.
Bab III berisi Metodologi Penelitian. Metode ini berisi tentang subjek
penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
Bab IV berisi Penyajian dan Pembahasan Data. Bab ini menguraikan
tentang data penelitian yang diambil dari hasil membaca dan menganalisis
bahasa kiasan pada novel Ayahku (bukan) Pembohong karya tere Liye.
Bab V berisi Penutup, berisi simpulan dan saran hasil penelitian. Bagian
simpulan menyajikan secara singkat hasil penelitian dan simpulan terhadap
11
penelitian. Pada bagian saran, penulis menyampaikan saran-saran yang
membangun dan bagian akhir skripsi memuat daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
Lampiran, berisi sinopsis novel, biografi pengarang, silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), data tabel, kartu bimbingan dan beberapa
dokumen berupa foto yang diambil dari novel.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Pada bagian ini penulis memaparkan dua poin yang berisi Tinjauan
Pustaka dan Kajian Teoretis.
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang bahasa kiasan pada sebuah karya sastra telah banyak
dilakukan. Oleh karena itu, penulis memerlukan penelitian lanjutan demi
melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya.
Penelitian yang berhubungan dengan topik ini yakni penelitian tentang
bahasa kiasan yang akan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini,
antara lain: Suryani (2004), dan Sadyo Dedy Kustanto (2013).
Suryani (2004) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Struktur dan Gaya
Bahasa pada Novel Kubur Ngemut Wewadi Karya A.Y.Suharyono”, mengkaji
unsur-unsur intrinsik dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Kubur Ngemut
Wewadi Karya A. Y. Suharyono.
Unsur intrinsik yang ditemukan dalam skripsi Suryani, ialah (1) tema yaitu
kehidupan dan proses pendewasaan seseorang pemuda yang tertimpa banyak
masalah; (2) tokoh utama yaitu Indro sedangkan tokoh tambahan yaitu Dhik
Titik, Bu Sarti, dan Anton; (3) alur yaitu maju (progresif); (4) latar, tempat
berada di kost Indro, kamar Indro, di rumah Dhik Titik. Latar waktu siang hari,
pagi hari, sore hari, dan malam hari; (5) gaya bahasa adalah metafora, hiperbola,
12
13
eufimisme, personifikasi, perumpamaan, klimaks, antiklimaks, sinisme,
sarkasme, antitesis dan simile.
Analisis yang dilakukan oleh Suryani dengan analisis yang dilakukan
penulis terdapat kesamaan dan perbedaan. Persamaannya terdapat pada fokus
penelitian, yaitu sama-sama menganalisis gaya bahasa kiasan dan sama-sama
menganalisis novel.
Kustanto (2013) “Analisis Makna Kias dalam Lirik Lagu Ebiet G.Ade dan
Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas X SMA, membahas makna kias dalam
setiap lirik lagu-lagu Ebiet G. Ade. Dalam penelitian yang dilakukan Kustanto ,
objek penelitian yang digunakan penulis adalah lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade
yang terdiri dari tiga buah lagu diantaranya Titip Rindu Buat Ayah dalam album
Camellia IV, Untuk Kita Renungkan dalam album Tokoh-Tokoh, dan Masih
Ada Waktu dalam album Sketsa Rembulan Emas.
B. Kajian Teoretis
Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis akan menguraikan beberapa
teori yang digunakan sebagai panduan dalam penyusunan skripsi yang meliputi:
(1) pengertian bahasa kiasan dan (2) skenario pembelajaran. Berikut ini disajikan
kajian mengenai teori-teori tersebut.
1. Pengertian Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan
perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal
yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan
14
kesamaan antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung
dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang
polos atau langsung dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa
kiasan. Kelompok pertama dalam contoh berikut termasuk gaya bahasa
langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa kiasan: (1) Dia sama
pintar dengan kakaknya; Kerbau itu sama kuat dengan sapi; (2) Matanya
seperti bintang timur; Bibirnya seperti delima merekah.
Oleh sebab itu, untuk, menetapkan apakah suatu perbandingan itu
merupakan bahasa kiasan atau tidak, hendaknya diperhatikan tiga hal
berikut: (1) Tetapkanlah terlebih dahulu kelas kedua hal yang
diperbandingkan. (2) Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara
kedua hal tersebut. (3) Perhatikan konteks dimana ciri-ciri kedua hal itu
diketemukan. Jika tak ada kesamaan maka perbandingan itu adalah bahasa
kiasan.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai
bahasa (Keraf, 2002: 113). Makna kias adalah bagian dari gaya bahasa dan
majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas
maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah.
2. Macam-macam Bahasa Kiasan (majas)
Di bawah ini akan dibahas macam-macam bahasa kiasan antara lain:
a. Majas persamaan atau Simile
15
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit
(Keraf, 1988: 138). Yang dimaksud perbandingan eksplisit di sini ialah
bahwa ia menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia
memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu
kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Contoh: (a) bibirnya seperti delima merekah; (b) matanya seperti bintang
timur.
b. Majas Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata
pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora
yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti
namanya dengan benda yang menggantinya.
Metafora adalah perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata,
dan sebagainya. Metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, tetapi dibatasi
oleh sebuah konteks (Keraf, 1988: 139). Senada dengan pendapat tersebut,
Zaidan (2007: 129) menyatakan bahwa metafora adalah majas yang
mengandung perbandingan yang tersirat yang menyamakan hal yang satu
dengan hal yang lain. Contoh: (a) Kapan Anda bertemu dengan lintah darat
itu?; (b) Siti Mutmainah adalah kembang desa di kampung sebelah.; (c)
Kelaparan masih menghantui rakyat Eropa.
c. Majas Personifikasi
16
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-
benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang mati seolah-olah memiliki sifat-
sifat kemanusiaan. Personifikasi mengiaskan benda-benda mati bertindak,
berbuat, berbicara seperti manusia (Keraf, 1988: 140.). Selanjutnya, Zaidan
(2007: 154) memperjelas bahwa personifikasi adalah majas pengorangan
dengan cara memberikan wujud manusia yang nyata kepada benda atau
konsep abstrak. Contoh: (a) peluru mengoyak-ngoyak dada musuh; (b)
matahari mulai merangkak ke atas; (c) banjir besar telah menelan harta
penduduk.
d. Majas Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau
bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Ironi di turunkan darikata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura.
Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sinisme adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang
terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Entah dengan sengaja atau tidak,
rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang
sebenarnya. Sebab itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan
maksud yang disembunyikan dibalik perangkaian kata-katanya (Keraf, 1988:
143). Menurut Zaidan (2007: 90), ironi adalah majas yang berisi pernyataan
yang mengandung pertentangan antara yang dikatakan dan kenyataan yang
17
ada, ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dihadapi. Contoh;
(a) bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati; (b) kau memang
pandai mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
e. Deskripsi Skenario Pembelajaran
Sastra merupakan satu cabang ilmu seni. Seni merupakan satu hasil
kegiatan imajinatif yang memiliki unsur yang dominan. Dengan demikian,
sastra sebagai karya seni tentu merupakan suatu wujud keindahan.
Unsur-unsur fisik sastra tidak selalu berupa unsur bahasa. Orang
memandang bahwa sastra merupakan salah satu ragam fungsi terapan dari
bahasa, maka sastra masuk dalam wilayah bahasa. Akan tetapi, berdasarkan
kenyataan perkembangan sastra, terbukti bahwa sastra tidak semata-mata
merupakan unsur dalam wilayah bahasa saja melainkan satu unsur yang
bagian-bagiannya ada yang keluar menerobos wilayah bahasa seperti
pemakaian kata dalam bentuk seni.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, pengajaran sastra
membekali para siswa dengan keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Pengajaran sastra merupakan suatu hal penting guna
membekali para siswa tentang bagaimana cara memahami dan
mengapresiasikan sebuah karya sastra baik yang berwujud lagu, puisi, dan
karya sastra lainnya, sehingga diharapkan siswa dapat berpikir secara logis
dan kritis tentang hal dalam kehidupan.
18
3. Skenario Pembelajaran Sastra
Skenario pembelajaran novel Ayahku (bukan) Pembohong Karya
Tere Liye di Kelas XI SMA diawali dengan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebagai berikut.
1) Standar Kompetensi
Standar kompetensi berpedoman pada strandar kompetensi dalam
silabus yang disusun oleh pemerintah. Standar kompetensi merupakan
kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajatan
yang terstruktur.
2) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan perincian dari standar kompetensi.
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang minimal
harus dikuasai siswa untuk menunjukkan penguasaan standar kompetensi
yang diterapkan.
3) Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran mengetahui ketercapaian pembelajaran. Indikator berfungsi
sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku siswa.
4) Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan sastra agar
siswa memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati, dan menghargai
karya sastra. Tujuan pembelajaran sastra disekolah adalah meningkatkan
keterampilan berbahasa, pengetahuan pengembangan cipta rasa, serta
19
menunjang pembentukan watak. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam
pembelajaran novel adalah peningkatan kemampuan membaca secara
intensif.
5) Materi Pembelajaran
Guru di dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih
materi dan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Guru harus memperhatikan pedoman dalam menentukan materi
pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra harus sesuai dengan materi yang
sudah disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa agar
lebih tertarik dan mudah menerima materi. Materi dalam pembelajaran sastra
yang diterapakan dalam penelitian ini ialah bahasa kiasan.
6) Metode
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah tersusun dalam bentuk kegiatan
nyata praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7) Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran sastra pada siswa harus menggunakan
langkah-langkah pembelajaran agar pembelajaran lebih terarah dan
diharapkan mengena pada siswa. Langkah-langkah pembelajaran sastra
dapat dibagi menjadi pendahuluan, isi (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi),
dan penutup.
20
8) Alokasi Waktu
Alokasi waktu berkaitan dengan cara mengatur waktu bagi guru
dalam menyampaikan materi. Alokasi waktu dalam silabus sudah ditentukan
tiap kompetensi dasar. Seorang guru dituntut dapat mengatur waktu yang
tepat sesuai dengan keluasan dan kedalam materi.
9) Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan informasi yang disajikan dan disimpan
dalam berbagai bentuk, yang dapat membantu siswa mengalami perubahan
sikap, keterampilan, dan kecerdasan kearah yang lebih baik. Sumber belajar
dapat berupa: (1) buku pelajaran, (2) media cetak, (3) media elektronik, (4)
lingkungan, dan (5) hasil karya siswa.
10) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu komponen penting dalam
pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan setiap kompetensi dasar telah selesai
diajarkan. Evaluasi pembelajaran sastra merupakan pengukuran ketercapaian
hasil pembelajaran. Evaluasi dalam kelas berfungsi untuk menentukan hasil-
hasil urutan dalam pembelajaran.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini penulis membahas tentang Objek Penelitian, Fokus
Penelitian, Sumber Data, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan
Teknik Analisis Data.
A. Objek Penelitian
Objek adalah hal yang menjadi titik perhatian penelitian. Sugiyono
(2010: 38) mengemukakan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh penulis untuk dipelajari dan menarik kesimpulan. Objek penelitian ini
adalah bahasa kiasan dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye
skenario pembelajarannya di Kelas XI SMA.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran bahasa-bahasa kiasan yang
mencakup beberapa majas yang didasarkan dalam kehidupan sehari-hari
makhluk di dunia ini, baik itu makluk hidup maupun makhluk tak hidup yang
terdapat dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye dan skenario
pembelajarannya di Kelas XI SMA. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah
bahasa-bahasa kiasan yang mencakup beberapa majas yang didasarkan dalam
21
22
kehidupan sehari-hari makhluk di dunia ini, baik itu makhluk hidup maupun
makhluk tak hidup yang terdapat dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong
karya Tere Liye dan skenario pembelajarannya di Kelas XI SMA.
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2006: 129). Data penelitian ini berupa kalimat atau kutipan-kutipan yang
diambil dari novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye.
Untuk melengkapi sumber data, berikut identitas lengkap novel Ayahku
(bukan) Pembohong karya Tere Liye.
Judul novel : Ayahku (bukan) Pembohong
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2011
Tebal halaman : 304 halaman
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan untuk memudahkan kerja
penulis. Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen penelitian dan
dibantu dengan kartu pencatat data. Dalam penelitian kualitatif, penulis sebagai
peneliti atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
23
kartu pencatat data dari hasil membaca novel Ayahku (bukan) Pembohong karya
Tere Liye.
E. Teknik Pengumpulan Data
Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data dengan metode simak dan
catat, yakni suatu metode yang mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi
berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis
(Ibrahim, 2009: 97). Objekif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila
dilaksanakan oleh orang atau peneliti lain dapat menghasilkan kesimpulan yang
serupa; sistematis artinya penetapan isi atau kategori dilakukan menurut aturan
yang diterapkan secara konsisten. Untuk kepentingan analisis data pada
penelitian ini, metode analisis isi diadaptasi ke dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
a. mengidentifikasikan dan mengolah data sesuai dengan teori bahasa kiasan;
b. menganalisis data dari hasil pengolahan data dengan mengelompokan
aspek-aspek bahasa kiasan berdasarkan berbagai macam jenis majas yang
terdapat dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye;
c. menyusun laporan hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak.
Metode simak ialah penyediaan data yang dilakukan dengan penggunaan bahasa
dengan cara menyimak (membaca) serta memahami isi (Sudaryanto, 1993: 121).
24
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
simak, pilah, dan catat. Teknik simak dilakukan untuk mengetahui secara
keseluruhan isi dari novel. Teknik pilah dilakukan untuk memilah secara
keseluruhan bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (bukan)
Pembohong karya Tere Liye. Teknik catat disajikan untuk mencatat analisis
bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong karya
Tere Liye.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut.
a. membaca novel Ayahku (bukan) Pembohong karya Tere Liye: peneliti
membaca, memeriksa, dan mempelajari dengan teliti novel yang dijadikan
sebagai sumber data sehingga peneliti dapat mengetahui keseluruhan isi dari
novel tersebut.
b. pemilahan: peneliti memilah materi yang akan dianalisis berkenaan dengan
bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (bukan) Pembohong karya
Tere Liye.
c. pencatatan dilakukan setelah melalui proses memilah, yakni peneliti
mencatat data yang berupa kutipan kalimat yang mengandung bahasa kiasan
ke dalam kartu pencatat data.
G. Teknik Penyajian Analisis Data
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah penyajian atau pemaparan
analisis data. Dalam penelitian ini penulis menyajikannya dengan informal dan
25
formal. Penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa,
sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-
lambang. Pemaparan hasil analisis dalam penelitian bertolak dari masalah-
masalah yang disajikan. Metode untuk menyajikan hasil analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Data yang sudah
dianalisis kemudian dipaparkan dengan menggunakan kata-kata biasa atau
bentuk-bentuk bahasa. Pemaparan dalam bentuk-bentuk bahasa adalah
pemaparan yang tidak menggunakan rumus-rumus atau lambang-lambang.
26
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Pada bagian ini disajikan dua hal paparan pokok, yakni Penyajian data dan
Pembahasan data merupakan hasil penelitian yang terdiri dari bahasa kiasan pada
novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye dan skenario pembelajarannya
di Kelas XI SMA.
A. Penyajian Data
Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye yang akan
penulis teliti mengenai bahasa kiasan yang ada di dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye antara lain persamaan atau simile, metafora,
personifikasi, ironi dan skenario pembelajaran sastra di Kelas XI SMA.
Sebelum penulis membahas data penelitian tentang novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye, terlebih dahulu penulis menyajikan data. Data-
data dalam penyajian ini merupakan gambaran mengenai masalah-masalah yang
akan penulis bahas dalam pembahasan data.
1. Struktur Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye. Agar efektif, data yang berupa kutipan teks
novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks
26
27
kutipan tersebut dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.
Teks data akan disajikan dalam subbab pembahasan.
Tabel
Sajian data dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye
No Bahasa Kiasan Halaman
Data
1. Persamaan atau simile 36, 85, 98, 147, 228
2. Metafora 20, 92
3. Personifikasi 60, 115, 220
4. Ironi 63, 229, 245
2. Skenario Pembelajaran Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere
Liye
Pembelajaran novel di sekolah, khususnya SMA dapat dikatakan
sama dengan jenis sastra prosa lainnya seperti cerpen dan novel.
Pembelajaran sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan
strategi belajar. Keterampilan bersastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang berkaitan dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar sebagai berikut.
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensinya adalah memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/ novel terjemahan
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasarnya adalah menganalisis gaya bahasa kiasan
novel Indonesia/ terjemahan
28
c. Indikator
Indikator hasil belajar dipakai untuk mengajarkan sastra di SMA,
yaitu:
1) menceritakan isi novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye;
2) menjelaskan gaya bahasa kiasan yang ada di dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.
d. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus,
tujuan umum tertuang dalam kompetensi dasar, sedangkan tujuan khusus
tertuang dalam indikator.
1) Siswa mampu menceritakan isi novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya Tere Liye melalui proses membaca novel terlebih dahulu.
2) Siswa dapat menjelaskan gaya bahasa kiasan yang ada di dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.
e. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum. Materi
pembelajaran sastra ini adalah gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam
novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.
f. Waktu
Waktu dalam kurikulum yang dimaksud adalah lama proses
pembelajaran dalam satu minggu setiap pertemuan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam silabus. Pembelajaran sastra berdasarkan
29
KTSP, mempunyai alokasi waktu 2 x 45 menit setiap kali pertemuan
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.
g. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran merupakan tahap yang dilaksanakan
dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran meliputi
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Di bawah ini disajikan langkah-
langkah pembelajaran novel dengan materi nilai moral pada novel
Ayahku (Bukan) Pembohong di kelas SMA dengan dua pertemuan.
1) Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
a) Pendahuluan
Pada tahap ini guru memberikan salam dan melakukan absensi
pada siswa. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran.
Memotivasi siswa dengan mengarahkan pada situasi pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru memberikan:
1) teori atau menerangkan tentang bahasa kiasan novel yang terdapat
dalam karya sastra.
2) Guru mengajak siswa untuk membaca novel Ayahku (Bukan)
Pembohong.
3) Membaca novel memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena itu
guru mengajak siswa untuk melanjutkan membaca novel Ayahku
(Bukan) Pembohong di luar jam sekolah.
30
c) Penutup
Pada tahap ini guru menyuruh siswa melanjutkan tugasnya
masing-masing di rumah. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan salam dan berdoa.
2) Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
a) Pendahuluan
Pada tahap ini guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi. Guru mengulas materi yang
telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru memberikan
1) Guru menugaskan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis
bahasa kiasan yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong.
2) Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan bahasa kiasan novel
Ayahku (Bukan) Pembohong.
c) Penutup
Pada tahap ini guru dan siwa melakukan refleksi kegiatan belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. Guru dan siswa menyimpulkan materi
pembelajaran. Guru memberikan evaluasi.
h. Evaluasi
Evaluasi identik dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa dalam menguasai materi. Kegiatan ini
31
merupakan kegiatan untuk mencari data tentang penguasaan materi
peserta didik dalam setiap proses pembelajaran secara tertulis.
Soal bentuk tes esai:
1) Sebutkan bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye?
2) Jelaskan bahasa kiasan yang ada pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye?
B. Pembahasan Data
1. Bahasa Kiasan Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
Dalam skripsi ini penulis menganalisis bahasa kiasan pada novel
Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye yang meliputi (a) persamaan
atau simile, (b) metafora, (c) personifikasi, dan (d) ironi.
a. Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit
(Keraf, 1988: 138). Perbandingan eksplisit ialah bahwa ia menyatakan
sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang
secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama,
sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Gaya persamaan atau simile
ditemukan seperti kutipan di bawah ini
“Sepertinya dugaanku benar, Kawan. Rambut jeleknya membuat dia
tenggelam. Meluncur ke bawah seperti patung batu.”
(ABP:36)
32
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada kesamaan antara seseorang
dengan patung batu. Patung batu merupakan benda mati yang hanya diam
dan tidak bergerak. Artinya orang yang disamakan seperti patung yang
hanya terdiam dan tak bernyawa. Penanda kalimatnya adalah seperti. Selain
itu, gaya persamaan atau simile juga ditemukan lagi seperti kutipan di bawah
ini.
“Semua kegembiraanku - sejak berangkat, sejak menerima gaji loper
koranku, sejak memasukkan seluruh uang logam dan kertas ke dalam
kantong, sejak bersepeda secepat mungkin, sejak berlari-lari dari
parkiran gedung penjual tiket - jatuh bagai daun di musim kering.
Semuanya berguguran.”
(ABP:85)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada kesamaan antara jatuh dengan
daun kering. Daun kering merupakan bagian dari pohon yang akan gugur
bila terkena angin. Artinya orang yang kecewa karena harapanya tidak
tercapai. Penanda kalimatnya adalah bagai. Gaya persamaan atau
simileditemukan lagi seperti kutipan di bawah ini.
“…. Pelatih juga bilang aku seperti penyu, bukan hiu, merangkak,
bukan melesat menyelesaikan bagian terakhir.…”
(ABP:98)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada kesamaan antara manusia
dengan penyu dan hiu. Penyu merupakan binatang air yang berjalan
merangkak dan lambat, sedangkan hiu merupakan binatang air yang
berenang cepat. Artinya bahwa tokoh aku disamakan seperti binantang
penyu dan hiu yang hanya merangkak dan tidak secepat hiu berenang.
33
Penanda kalimatnya adalah seperti. Gaya persamaan atau simili juga
ditemukan lagi seperti kutipan di bawah ini.
“…. Lembayung senja sepanjang mata memandang, gunung-gunung
berselimutkan salju, sungai-sungai bagai naga tidur, dan beberapa
penunggang layang-layang lainyang terbangdi sekeliling kami
berseru-seru senang.”
(ABP:147)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada kesamaan antara sungai
dengan naga tidur. Naga tidur merupakaan binatang melata yang panjang
yang tenang dan diam karena tidur. Artinya ahwa sungai itu tenang
layaknya naga yang sedang tidur. Penanda kalimatnya adalah bagai. Gaya
persamaan atau simile ditemukan lagi seperti kutipan di bawah ini.
“…. Dengan layang-layangnya aku bisa melesat cepat menuju kota.
Sayangnya aku harus menumpang kereta api yang bergerak seperti
siput, delapan jam.”
(ABP:228)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada kesamaan antara kereta api
dengan siput. Kereta api merupakan alat transportasi yang dijalankan dengan
bahan bakar minyak, sedangkan siput merupakan binatang yang berjalan
lambat. Artinya kereta api yang disamakan seperti siput yang berjalan
lambat. Penanda kalimtanya adalah seperti.
b. Metafora
Metafora adalah perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata,
dan sebagainya. Metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, tetapi dibatasi
34
oleh sebuah konteks (Keraf, 1988: 139). Senada dengan pendapat tersebut
Zaidan (2007: 129) menyatakan bahwa metafora adalah majas yang
mengandung perbandingan yang tersirat yang menyamakan hal yang satu
dengan hal yang lain. Perhatikan kutipan di bawah ini.
“…. Aku menyeringai sekali lagi, aku juga tidak akan mengeluh soal
panggilan si Keriting (Pengecut). Itu tidak penting. Bukankah sang
Kapten waktu kecil juga dipanggil seperti itu…..”
(ABP:20)
Kutipan di atas terlihat pada perbandingan langsung yakni pada kata
si Keriting (Pengecut) yang artinya orang yang berambut keriting dan
pengecut. Gaya metafora juga ditemukan lagi. Perhatikan kutipan di bawah
ini.
“.… Dulu aku juga memperlihatkan surat sang Kapten, dan Taani
membalasnya dengan membuat seluruh sekolah tahu. Dasar ember
bocor. Dua hari terakhir ia memang menjelaskan ke mana-mana….”
(ABP:92)
Kutipan di atas terlihat pada perbandingan langsung yakni pada kata
dasar ember bocor yang artinya Taani adalah orang yang suka
membocorkan rahasia orang lain.
c. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang mati seolah-
olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi mengiaskan benda-
benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia (Keraf, 1988: 140.).
Selanjutnya, Zaidan (2007: 154) memperjelas bahwa personifikasi adalah
35
majas pengorangan dengan cara memberikan wujud manusia yang nyata
kepada benda atau konsep abstrak. Perhatikan kutipan di bawah ini yang
memperlihatkan gaya personifiksi.
“Hujan membungkus kota. Ruang keluarga kami. “Zas dan Qon,” aku
berdeham,”sudah malam, saatnya tidur.” Dua anakku menoleh,
menatapku yang sudah berdiri di bawah bingkai pintu.”
(ABP:60)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa hujan diumpamakan seperti
manusia yang dapat bertindak yaitu membungkus sesuatu. Seolah-olah
hujan mempunyai tangan yang dapat bergerak dan digunakan untuk
membungkus kota. Maksud gaya bahasa tersebut adalah hujan turun
membasahi kota. Gaya personifikasi juga ditemukan lagi seperti kutipan di
bawah ini.
“Suara desis kereta memenuhi langit-langit peron. Aku memasang
ransel di pundak, menggeleng saat portir menawarkan bantuan,
menyeret sendiri kopet besarku….”
(ABP:115)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa kereta diumpamakan seperti
manusia yang dapat bertindak yaitu berdesis. Seolah-olah kereta dapat
berdesis seperti manusia. Maksud dari gaya bahasa tersebut adalah suara rem
kereta terdengar memenuhi langit-langit peron. Gaya bahasa personifikasi
ditemukan lagi seperti kutipan di bawah ini.
“Cahaya matahari pertama menyentuh hutan dekat Akademi Gajah.
Pagi datang. Aku dan Retro tertawa saling memukulkan telapak
tangan. Berburu babi ternyata luar biasa.”
(ABP:220)
36
Dari kutipan di atas terlihat bahwa cahaya matahari diumpamakan
seperti manusia yang dapat bertindak yaitu menyentuh sesuatu. Seolah-olah
cahaya matahari mempunyai tangan yang dapat bergerak dan digunakan
untuk menyentuh hutan. Maksud gaya bahasa tersebut adalah yang terkena
cahaya matahari yang pertama yaitu hutan.
d. Ironi
Ironi di turunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-
pura. Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sinisme adalah suatu acuan yang
ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa
yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Entah dengan sengaja atau
tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang
sebenarnya. Oleh sebab itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar
akan maksud yang disembunyikan dibalik perangkaian kata-katanya (Keraf,
1988: 143). Menurut Zaidan (2007: 90), ironi adalah majas yang berisi
pernyataan yang mengandung pertentangan antara yang dikatakan dan
kenyataan yang ada, ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang
dihadapi. Gaya bahasa ironi ditemukan seperti kutipan di bawah ini.
“…. Menyuruh Jarjit meminta maaf padaku (dan ibu). Ibu Jarjit
bertanya bagaimana pelipismu. Ibu mnerimanya sambil tersenyum.
“Bukan masalah besar, Bu. Hanya kenakalan anak-anak….”
(ABP:63)
Kutipan di atas merupakan kalimat sindiran yang diucapkan oleh ibu
Dam kepada ibunya Jarjit. Kalimat sindiran tersebut ditujukan untuk Dam
dan Jarjit karena mereka berdua sering berkelahi. Kalimat sindirannya yaitu
37
bukan masalah besar, Bu. Hanya kenakalan anak-anak artinya bahwa Dam
dan Jarjit nakal. Gaya bahasa ironi juga terdapat seperti kutipan di bawah ini.
“…. Ayah tidak punya cukup uang untuk pelesir.Uang ayah
dihabiskan untuk hal yang lebih berguna (menurut versi ayah),
membantu tetangga, menyumbang apalah.”
(ABP:229)
Kutipan di atas merupakan kalimat sindiran yang di tujukan kepada
ayah karena uang yang seharusnya untuk keperluan keluarga justru malah
digunakan untuk keperluan lain. Kalimat sindirannya adalah uang ayah
dihabiskan untuk hal yang lebih berguna (menurut versi ayah) artinya bahwa
ayah mementingkan keperluan yang lain dari pada keperluan keluarga. Gaya
bahasa ironi juga ditemukan seperti kutipan di bawah ini.
“…. Kau pasti Dam. Astaga, kau sekarang terlihat berbeda sekali.
Gadis itu menunjuk-nunjuk kepalaku.
Iya, rambut kau! Sejak kapan dipotong nyaris botak? Bukankah itu
rambut kebanggan sang Kapten? Aku tidak pernah tahu kau kuliah di
sini….”
(ABP:245)
Kutipan di atas merupakan kalimat sindiran yang diucapkan olek
Taani yang ditujakan kepada Dam karena Dam di cukur nyaris botak.
Kalimat sindirannya yaitu sejak kapan dipotong nyaris botak artinya bahwa
dulu semasa kecil Dam bangga terhadap rambut keritingnya dan sekarang
dicukur nyaris botak.
38
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya Tere Liye di SMA
Dalam pembelajaran sastra seorang guru tidak hanya mengajarkan
teori-teori saja. Seorang guru harus mengenalkan karya sastra dan
menerapkan teori-teori tersebut untuk mengapresiasi karya sastra. Dengan
mengapresiasi karya sastra dapat melatih siswa mempertajam perasaan,
penalaran, dan daya imajinasi serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya,
agama, dan lingkungan hidup. Pengalaman siswa dalam mengkaji dan
mengapresiasi karya sastra akan berdampak positif dan berpengaruh
terhadap siswa.
Penulis memperhatikan tingkat penguasaan bahasa siswa sehingga dalam
menyampaikan materi tidak mengalami kesulitan. Pada novel Ayahku
(Bukan) Pembohong Karya Tere Liye bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye dapat
diajarkan di SMA.
a. Tujuan Pembelajaran Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere
Liye
Tujuan pembelajaran sastra secara umum di SMA, yaitu peserta didik
mampu menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra
untuk pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan dan
kemampuan berbahasa.
39
1) Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra adalah memahami
novel Indonesia.
2) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dalam pembelajaran adalah menganalisis bahasa
kiasan novel.
3) Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar untuk mengajarkan bahasa kiasan sastra di
SMA, yaitu:
a) menceritakan isi novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye;
b) menjelaskan gaya bahasa kiasan yang ada di dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye.
b. Strategi Pembelajaran Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere
Liye
Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi sastra yang
meliputi tiga tahap, yaitu:
1) Tahap Penjelajahan
Tahap penjelajahan memberi kesempatan kepada siswa dalam
mengapresiasikan karya sastra. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
a) Guru membuka pelajaran dan memberi salam.
b) Guru menjelaskan materi pembelajaran.
c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca novel
Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye agar siswa dapat memberi
40
tanggapan awal tentang bahasa kiasan yang terdapat dalam novel
tersebut.
2) Tahap Interpretasi
Tahap interpretasi merupakan kegiatan mendiskusikan materi
mengenai bahasa kiasan dan mendiskusikan novel yang telah dibaca.
Langkah-langkah yang dilakukan, adalah:
a) Guru menjelaskan tentang bahasa kiasan novel.
b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok
terdiri dari 5 siswa.
c) Guru membagi siswa dalam kelompoknya. Materi yang didiskusikan
adalah mendiskusikan bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.
d) Guru memberi ulasan dan penjelasan yang berupa kesimpulan.
3) Tahap Rekreasi
Tahap rekreasi adalah tahap produksi.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a) Dalam tahap ini siswa diminta untuk merekreasikan kembali hal-hal yang
diperolehnya menggunakan kata-kata sendiri. Dalam proses ini
diharapkan peserta didik mampu melahirkan kembali hasil yang sudah
diperolehnya dengan bahasanya sendiri. Setelah selesai membaca novel
Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye siswa diharap
menceritakan kembali novel tersebut.
41
c. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dalam mengajarkan suatu karya sastra (novel) penulis harus memilih
metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kebutuhan dan materi
pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra yang masih menunjang
untuk dipakai dalam pembelajaran sastra adalah metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, dan pemberian tugas.
Metode ceramah dan tanya jawab digunakan pada awal
pembelajaran, sedangkan metode diskusi dan pemberian tugas pada akhir
pembelajaran. Keempat metode tersebut digunakan dalam pembelajaran
sastra di SMA.
d. Skenario Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran novel dengan materi bahasa kiasan pada novel Ayahku
(Bukan) Pembohong berfokus pada aspek membaca. Sehubungan dengan hal
itu penulis memaparkan skenario pembelajaran berupa RPP (terlampir).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat berdasakan silabus. Di
bawah ini disajikan langkah-langkah pembelajaran novel dengan bahasa
kiasan pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong di SMA.
1) Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
a) Guru memberikan teori atau menerangkan tentang bahasa kiasan yang
terdapat dalam karya sastra dengan alokasi waktu 30 menit.
Guru pada tahap ini dapat menggunakan metode ceramah untuk
menyampaikan teori tentang bahasa kiasan yang terdapat pada karya
42
sastra. Metode ceramah dilakukan dengan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap siswa.
b) Guru mengajak siswa untuk membaca novel Ayahku (Bukan) Pembohong
dengan alokasi waktu 60 menit.
Membaca novel memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena
itu guru mengajak siswa untuk melanjutkan membaca novel Ayahku
(Bukan) Pembohong di luar jam sekolah.
2) Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
a) Guru menugaskan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahasa
kiasan yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong dengan
alokasi waktu 40 menit.
Pada tahap ini siswa mendapatkan tugas dari guru untuk
mengidentifikasi serta menganalisis bahasa kiasan yang terdapat dalam
novel Ayahku (Bukan) Pembohong dengan metode analisis isi. Metode
analisis isi merupakan teknik penelitian dengan menguraikan isi dari
objek yang diteliti.
b) Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan bahasa kiasan pada novel
Ayahku (Bukan) Pembohong dengan alokasi waktu 30 menit.
Pada kegiatan diskusi ini metode yang digunakan adalah metode
diskusi dengan cara pengelompokan. Peserta didik dibagi menjadi enam
kelompok, kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan bahasa
kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Dengan
43
kegiatan ini peserta didik tidak hanya berpegang pada hasil pemikiran
sendiri, tetapi juga dapat memberi dan menerima masukan terhadap
jawaban atau hasil pemikiran teman.
c) Siswa diminta untuk melaporkan hasil diskusi dengan alokasi waktu 20
menit.
Pada tahap ini masing-masing kelompok menunjuk seorang
perwakilan untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas secara
bergantian. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah metode
presentasi atau membaca. Setelah semua perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka, guru memberi evaluasi secara
singkat agar siswa dapat mengetahui bagaimana perbaikan hasil diskusi
siswa.
e. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah orang dapat dijadikan tempat bertanya tentang
berbagai pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar
tidak hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran juga dapat
sebagai sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah dipahami,
hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna dengan
menggunakan bantuan berbagai alat. Sumber belajar atau media dalam
pembelajaran sastra khususnya novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya
Tere liye sebagai berikut.
44
1) Buku-buku referensi berupa antara lain: (a) buku pelajaran bahasa
Indonesia yang diwajibkan; (b) buku pelengkap, artinya buku yang
menunjang (buku acuan) bahan ajar atau materi pelajaran selain buku
wajib atau utama.
2) Media cetak (surat kabar dan majalah), media cetak sebagai sumber
belajar harus mempertimbangkan segi bahasa, estetika, psikologi, materi
dan tujuan belajar. Contohnya cerpen, puisi yang ada di surat kabar.
f. Waktu Pembelajaran Sastra
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sastra diatur sesuai
dengan keleluasaan dan kedalaman materi. Dalam pembelajaran novel
Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye sebaiknya 4 jam pelajaran (2x
pertemuan).
Misalnya untuk menyampaikan materi yang panjang dan mendalam
perlu waktu yang lebih lama. Dalam pembelajaran novel sebaiknya satu
minggu sebelum dimulai pembelajaran siswa diminta untuk membaca
terlebih dahulu di rumah.
g. Evaluasi Pembelajaran Sastra
Penilaian proses dan hasil sastra di SMA dapat berlangsung lewat
kegiatan, baik lisan maupun tertulis. Evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran novel Ayahku (Bukan) Pembohong secara tertulis
menggunakan tes esai. Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat
45
dipisahkan dari keseluruhan proses belajar mengajar. Evaluasi dimaksudkan
untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan
mendalami materi yang dijelaskan penulis. Pembelajaran novel Ayahku
(Bukan) Pembohong menggunakan bentuk tes esai. Tes esai adalah sejenis
tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraian kata-kata. Bentuk esai ini menuntut peserta didik untuk dapat
berpikir sehingga daya kreativitas yang dimiliki peserta didik menjadi tinggi.
Soal bentuk tes esai :
1) Sebutkan bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye?
2) Jelaskan bahasa kiasan yang ada pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya Tere Liye?
Skor Penilaian
Penilaian
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
2.
Sebutkan bahasa kiasan apa saja yang
ada pada novel?
Jelaskan bahasa kiasan yang ada?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (4 unsur atau lebih) = 10
Jawaban kurang lengkap = 20
46
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas
masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan penulis yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Dari pembahasan data yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
pokok hasil penelitian sebagai berikut:
1. Bahasa kiasan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
meliputi:
(a) persamaan atau simile terlihat pada saat menunjukkan kesamaan, yaitu
pada saat Jarjit berkata sepertinya dugaanku benar, Kawan. Rambut
jeleknya membuat dia tenggelam. Meluncur ke bawah seperti patung
batu. Artinya orang yang disamakan seperti patung yang hanya terdiam
dan tak bernyawa. Penanda kalimatnya adalah seperti. Selain itu, pada
saat Dam berkata Semua kegembiraanku - sejak berangkat, sejak
menerima gaji loper koranku, sejak memasukkan seluruh uang logam
dan kertas ke dalam kantong, sejak bersepeda secepat mungkin, sejak
berlari-lari dari parkiran gedung penjual tiket - jatuh bagai daun di
musim kering. Semuanya berguguran. Artinya orang yang kecewa karena
harapanya tidak tercapai. Penanda kalimatnya adalah bagai,
46
47
(b) metafora mengacu pada perbandingan langsung yakni pada saat
seseorang dipanggil dengan panggilan si Keriting (Pengecut) yang
artinya orang yang berambut keriting dan pengecut. Gaya metafora juga
ditemukan lagi pada saat seseorang mengatakan dasar ember bocor yang
artinya orang yang suka membocorkan rahasia orang lain,
(c) personifikasi adalah majas pengorangan dengan cara memberikan wujud
manusia yang nyata kepada benda atau konsep abstrak. Personifikasi
terlihat bahwa hujan diumpamakan seperti manusia yang dapat bertindak
yaitu membungkus sesuatu. Seolah-olah hujan mempunyai tangan yang
dapat bergerak dan digunakan untuk membungkus kota.. Gaya
personifikasi juga ditemukan lagi bahwa kereta diumpamakan seperti
manusia yang dapat bertindak yaitu berdesis. Seolah-olah kereta dapat
berdesis seperti manusia,
(d) ironi adalah majas yang berisi pernyataan yang mengandung
pertentangan antara yang dikatakan dan kenyataan yang ada,
ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dihadapi. Ironi
terlihat pada suatu kalimat sindiran yang diucapkan oleh ibu Dam kepada
ibunya Jarjit. Kalimat sindirannya yaitu bukan masalah besar, Bu. Hanya
kenakalan anak-anak artinya bahwa Dam dan Jarjit nakal. Gaya bahasa
ironi juga terdapat pada kalimat sindiran yang di tujukan kepada ayah
karena uang yang seharusnya untuk keperluan keluarga justru malah
digunakan untuk keperluan lain. Kalimat sindirannya yaitu uang ayah
dihabiskan untuk hal yang lebih berguna (menurut versi ayah) artinya
48
bahwa ayah mementingkan keperluan yang lain dari pada keperluan
keluarga.
2. Skenario Pembelajaran novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
menggunakan kompetensi dasar dan indikator belajar sebagai ganti tujuan
pembelajaran umum dan khusus. Kompetensi dasarnya adalah menganalisis
gaya bahasa kiasan novel Indonesia/ terjemahan. Strategi yang digunakan
pada proses belajar mengajar adalah strategi sastra yang dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu (1) tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap
rekreasi. Dalam pemilihan bahan pembelajaran juga harus diperhatikan sudut
bahasa, latar belakang budaya, dan psikologi. Metode digunakan yaitu
ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas. Sumber belajar yang
dipakai adalah hasil karya sastra atau novel, buku pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA, buku-buku tentang sastra, dan Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
B. Saran
Beberapa saran yang dipaparkan oleh penulis antara lain:
1. Bagi Guru
Semoga penelitian ini dapat membantu para guru khususnya guru SMA
dalam mengerjakan pembelajaran sastra di SMA.
2. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan siswa mampu mengapresiasikan
sehingga pengetahuan dan wawasan akan bertambah.
49
3. Bagi Pembaca
Dengan penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah dalam
memahami novel Lontara Rindu Karya S. Gegge Mappangewa. Selain itu,
pembaca dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan dalam
mempelajarai karya sastra.
50
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Buana Pustaka.
Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
Kustanto, Sadyo, Dedy. 2013 “Analisis Makna Kias dalam Lirik Lagu Ebiet
G. Ade dan Skenario Pembelajaran Sastra Di Kelas X SMA”. Skripsi
Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Liye, Tere. 2011. Ayahku Bukan Pembohong. Jakarta: PT. Gramedia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryani. 2004 “Analisis Struktur dan Gaya Bahasa pada Novel Kubur Ngemut
Wewadi Karya A.Y.Suharyono”. Skripsi Purworejo: Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
TIM. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wellek & Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah. 2007. Kamus Istilah Sastra.
Jakarta: Balai Pustaka.
51
Lampiran 1
52
Lampiran 2
SINOPSIS NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong menceritakan kisah seorang anak
yang bernama Dam dibesarkan dengan kisah-kisah petualangan ayahnya yang luar
biasa. Hingga ia tumbuh dengan cara berfikir berbeda dibandingkan anak lainnya.
Sang ayah begitu terkenal di kotanya, terkenal tak pernah mengatakan
kebohongan. Dam, ayah, ibunya tinggal dalam lingkungan yang sangat sederhana.
Ia selalu diceritakan tentang kisah-kisah petualangan sang ayah. Seperti,
saat sang ayah menemukan suatu desa yang sangat tertutup dari peradaban dan
memakan apel emas, saat sang ayah berteman dengan pemain sepak bola
legendaris dari negara barat, dan saat sang ayah mengendarai layang-layang dari
suku penguasa angin. Ia selalu terkagum-kagum dan terinspirasi oleh cerita
ayahnya. Namun ada satu hal yang membuat Dam bingung, mengapa ia tak boleh
menceritakan cerita-cerita sang ayah kepada teman sekolahnya. Hinggga akhirnya
ia disekolahkan ke sebuah sekolah terpencil yang bernama Akademi gajah.
Sekolah yang tidak sama dengan sekolah pada umumnya, sekolah yang mencetak
orang-orang hebat. Di perpustakaan sekolah ia menemukan buku-buku yang
menceritakan tentang suku penguasa angin dan layang-layang terbang yang
dikendarai, serta cerita desa yang ditumbuhi pohon apel emas. Sejak itu
kepercayaan Dam pada ayaahnya runtuh dan mulai menganggap semua cerita
ayah adalah kebohongan.
53
Saat sang ibu meningggal dunia karena sakit yang diderita ayahnyapun
hanya mengatakan Ibunya baik-baik saja dan bahagia, mengetahui hal itu
kepercayaan Dan terhadap ayah runtuh semua, hingga Dam menganggap sang
ayah pembohong sampai Dam mempunyai anak pun Dam selalu menjauhkan
anak-anaknya dari sang ayah. Pada akhirnnya sang Ayah meninggal karena usia,
ketika Ayahnya meninggal Dam baru sadar bahwa semua cerita yang diceritakan
Ayahnya bukanlah kebohongan. Ketika pemakaman berlangssung tokoh-tokoh
yang diceritakan Ayah semua menghadiri pemakaman. Pada saat itulah Dam
sadar dan menyesal bahwa selama ini sudah menncampakkab sang Ayah dan
tidak mempercayai semua cerita sang Ayah.
54
Lampiran 3
BIOGRAFI PENGARANG
Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air yang produktif
dan berbakat. Nama Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India dan memiliki arti
untukmu. Sebelum nama Tere Liye terkenal, ia menggunakan nama Darwis.
Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera Selatann. Ia
lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere Liye menikah dengan Riski Amelia dan
dikarunia seorang putra bernama Abdullah Pasai dan seorang putri bernama
Faizah Azkia.
Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai
petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah
menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya di angkat ke layar lebar.
Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar sanpai SMP di SD N 2
dan SMP N 2 Kikir Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMU N
9 Bandar lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung ia meneruskan ke
Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi.
1
SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / Novel Terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber / Bahan
7.2 Menganalisis
bahasa
kiasan novel
Indonesia/
terjemahan.
Novel Indonesia
dan novel
terjemahan. Bahasa kiasan yang
terdapat dalam
novel Indoneesia/
terjemahan
- Membaca novel Indonesia/
terjemahan.
- Menganalisis bahasa kiasan
yang terdapat di dalam
novel Indonesia/terjemahan.
- Menceritakan isi novel
Indonesia/ terjemahan.
- Menjelaskan bahasa
kiasan yang ada dalam
novel Indonesia/
terjemahan.
Tugas
kelompok
Ulangan
Bentuk Instrumen
Uraian bebas
4 x 45’
Novel
Ayahku
(Bukan)
Pembohong
Karya Tere
Liye
Buku teks
Bahasa
Indonesia
Buku
tenttang
bahasa
kiasan
Lam
piran
4
1
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/I
Standar Kompetensi : 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/
terjemahan.
Kempetensi Dasar : 7.2. Menganalisis bahasa kiasan novel Indonesia/
terjemahan.
Indikator : a) Siswa mampu menceritakan isi novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
b) Siswa dapat menjelaskan bahasa kiasan yang ada
dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menceritakan isi novel novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye.
2. Siswa dapat menjelaskan bahasa kiasan yang ada dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
B. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum. Materi
pembelajaran sastra ini adalah bahasa kiasan yang terdapat dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
C. Metode Pembelajaran
2
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Pemberian tugas
D. Langkah-langkah Pembelajaran
N
O.
Langkah-langkah
Pembelajaran
W
aktu
1
.
Pertemuan pertama 2x 45
menit
Kegiatan awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru bersama-sama peserta didik berdoa
terlebih dahulu sebelum memulai
pelajaran
c. Guru mengabsen untuk mengetahui
kehadiran peserta didik
d. Guru menjelaskan tujuan pembalajaran
atau kompetensi dasar yang akan dicapai,
yaitu agar peserta didik mampu
menganalisis bahasa kiasan dalam novel
Indonesia/terjemahan
Kegiatan inti
Eksplorasi
a. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengingat materi
tentang bahasa kiasan yang pernah
disampaikan sebelumnya
b. Guru bersama-sama dengan peserta didik
mengulas materi yang pernah
disampaikan terkait dengan bahasa kiasan
Elaborasi
5
menit
3
2
.
a. Guru membagi peserta didik menjadi 5
kelompok untuk berdiskusi dalam
menganalisis bahasa kiasan yang terdapat
dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye
b. Guru memberikan tugas kepada
perwakilan setiap kelompok untuk
menjelaskan di depan kelas hasil diskusi
c. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik lainnya untuk bertanya
setelah presentasi selesai
d. Guru mengomentari hasil presentasi yang
telah dilaksanakan
e. Setelah diskusi selesai guru memberi tugas
peserta didik memperbaiki pekerjaannya
untuk kemudian disimpulkan
f. Guru memberi tugas kepada peserta didik
yang maju di depan kelas membacakan
simpulan hasil pembahasan terkait dengan
bahasa kiasan.
Konfirmasi
a. Guru melakukan pengamatan atas kinerja
peserta didik dalam menjalankan tugas
yang telah diberikan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada
peserta didik yang terbaik
c. Guru memberi motivasi kepada peserta
didik yang belum berpartisipasi aktif.
Penutup
a. Guru bersama-sama dengan peserta didik
merefleksikan hasil pembelajaran.
b. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
salam dan berdoa.
80
menit
5
menit
4
Pertemuan kedua 2x 45 menit
Kegiatan awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru bersama-sama peserta didik berdoa
terlebih dahulu sebelum memulai
pelajaran
c. Guru mengabsen untuk mengetahui
kehadiran peserta didik
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru beserta peserta didik mengulas
materi bahasa kiasan yang pernah
dijelaskan sebelumnya.
b. Guru memberikan kesempatan bertanya
bagi peserta didik yang belum paham
terkait dengan materi yang telah
disampaikan.
Elaborasi
a. Guru seperti pada pertemuan pertama
membagi peserta didik menjadi 5
kelompok untuk ber-diskusi dalam
menganalisis bahasa kiasan dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere
Liye.
b. Guru memberikan tugas kepada
perwakilan setiap kelompok untuk
menjelaskan di depan kelas hasil diskusi
mengenai bahasa kiasan.
c. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik lainnya untuk bertanya
setelah presentasi selesai.
d. Guru mengomentari hasil presentasi yang
5
menit
80
menit
5
telah dilaksanakan
e. Setelah diskusi selesai guru memberi tugas
peserta didik memperbaiki pekerjaannya
untuk kemudian disimpulkan
f. Guru memberi tugas kepada peserta didik
yang maju di depan kelas membacakan
simpulan hasil analisis bahasa kiasan.
Konfirmasi
a. Guru melakukan pengamatan atas kinerja
peserta didik dalam menjalankan tugas
yang telah di-berikan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada
peserta didik yang terbaik.
Penutup
a. Guru bersama-sama dengan peserta didik
merefleksikan hasil pembelajaran.
b. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
salam dan berdoa.
5
menit
E. Sumber Belajar
1. Buku pelajaran Bahasa Indonesia yang diwajibkan di sekolah.
2. Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye.
3. Buku penunjang lainnya yang berhubungan dengan bahasa kiasan.
Penilaian
1. Teknik : tulis
2. Bentuk : uraian
a. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Sebutkan bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye?
6
2. Jelaskan bahasa kiasan yang ada dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong Karya Tere Liye?
Kunci Jawaban
Uraian
1. (a) persaan atau siimile, (b) metafora, (c) ppersonifikasi, dan (d) ironi.
2. Penjelasan bahasa kiasan
(a) persamaan atau simile terlihat pada saat menunjukkan kesamaan, yaitu
pada saat Jarjit berkata sepertinya dugaanku benar, Kawan. Rambut
jeleknya membuat dia tenggelam. Meluncur ke bawah seperti patung batu.
Artinya orang yang disamakan seperti patung yang hanya terdiam dan tak
bernyawa. Penanda kalimatnya adalah seperti. Selain itu, pada saat Dam
berkata Semua kegembiraanku - sejak berangkat, sejak menerima gaji
loper koranku, sejak memasukkan seluruh uang logam dan kertas ke
dalam kantong, sejak bersepeda secepat mungkin, sejak berlari-lari dari
parkiran gedung penjual tiket - jatuh bagai daun di musim kering.
Semuanya berguguran. Artinya orang yang kecewa karena harapanya
tidak tercapai. Penanda kalimatnya adalah bagai,
(b) metafora mengacu pada perbandingan langsung yakni pada saat seseorang
dipanggil dengan panggilan si Keriting (Pengecut) yang artinya orang
yang berambut keriting dan pengecut. Gaya metafora juga ditemukan lagi
7
pada saat seseorang mengatakan dasar ember bocor yang artinya orang
yang suka membocorkan rahasia orang lain,
(c) personifikasi adalah majas pengorangan dengan cara memberikan wujud
manusia yang nyata kepada benda atau konsep abstrak. Personifikasi
terlihat bahwa hujan diumpamakan seperti manusia yang dapat bertindak
yaitu membungkus sesuatu. Seolah-olah hujan mempunyai tangan yang
dapat bergerak dan digunakan untuk membungkus kota.. Gaya
personifikasi juga ditemukan lagi bahwa kereta diumpamakan seperti
manusia yang dapat bertindak yaitu berdesis. Seolah-olah kereta dapat
berdesis seperti manusia,
(d) ironi adalah majas yang berisi pernyataan yang mengandung pertentangan
antara yang dikatakan dan kenyataan yang ada, ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan yang dihadapi. Ironi terlihat pada suatu kalimat
sindiran yang diucapkan oleh ibu Dam kepada ibunya Jarjit. Kalimat
sindirannya yaitu bukan masalah besar, Bu. Hanya kenakalan anak-anak
artinya bahwa Dam dan Jarjit nakal. Gaya bahasa ironi juga terdapat pada
kalimat sindiran yang di tujukan kepada ayah karena uang yang
seharusnya untuk keperluan keluarga justru malah digunakan untuk
keperluan lain. Kalimat sindirannya yaitu uang ayah dihabiskan untuk hal
yang lebih berguna (menurut versi ayah) artinya bahwa ayah
mementingkan keperluan yang lain dari pada keperluan keluarga.
8
Lampiran 6
Tabel
Sajian data dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong
karya Tere Liye
No Bahasa Kiasan Halaman
Data
1. Persamaan atau simile 36, 85, 98, 147, 228
2. Metafora 20, 92
3. Personifikasi 60, 115, 220
4. Ironi 63, 229, 245