166
ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN CAPITAL) DI PROVINSI GORONTALO SYAFRYANTO ADAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

  • Upload
    dangbao

  • View
    245

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP

PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN CAPITAL)

DI PROVINSI GORONTALO

SYAFRYANTO ADAM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 3: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul ANALISIS

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN

MANUSIA (HUMAN CAPITAL) DI PROVINSI GORONTALO adalah karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Syafryanto Adam

NIM H152080141

Page 4: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 5: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

ABSTRACT

SYAFRYANTO ADAM, AN ANALYSIS OF THE IMPACT OF REGIONAL

DEVELOPMENT ON HUMAN DEVELOPMENT (HUMAN CAPITAL) IN

GORONTALO PROVINCE. Under the Supervision of ERNAN RUSTIADI and

BAMBANG JUANDA.

Every regional proliferation as an attempt in the implementation of

regional autonomy is essentially based on the Regional Autonomy Regulation

No.32/2004 with the goal to achieve the social welfare. However, this effort is not

without obstacles; various kinds of development problems are faced by all regions

in Indonesia. The main indicator in the realization of social welfare can be seen

from the extent of the role of local government in improving human development.

This was also the case with the experience of Gorontalo Province at the post-

regional autonomy period, marked by the proliferationn of Gorontalo from its

parent Province of North Sulawesi. The various human development issues as the

conclusions of this study are strongly influenced by the following various factors.

By using the panel data methods to determine the factors that affect Human

Development Index (HDI) before and after the regional autonomy, the study

obtained the result that the Human Development Index of Gorontalo Province was

affected by the high percentage of poor people, a factor that determined the low

level of HDI in the province. In addition, the poor health facilities such as

hospitals, maternity hospital, health centers and supporting health center, health

care workers such as doctors and medical personnel also influenced the HDI in

this "Corn" Province. Further, the educational facilities such as the buildings of

elementary schools, junior and senior high schools did not have an effect on HDI

in the Province of Gorontalo but other aspects such as the quality of teaching

staffs (teachers and lecturers) might well affect the level of HDI, whereas the

economic growth rate turned out to affect the HDI of Gorontalo Province. This

study also found that the literacy rate and the net participation rate did not affect

the level of HDI in the province, but the rough participation rate and the school

participation rate did. Then, the educational, health and economic budgets could

essential affect HDI, but in this study it was found that only the health budget had

a significant impact on the HDI of Gorontalo Province, whereas the educational

and economic budgets did not significantly do so.

Keywords: regional autonomy, human development and Gorontalo

Page 6: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 7: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

RINGKASAN

SYAFRYANTO ADAM, ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP

PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN CAPITAL) DI PROVINSI GORONTALO.

Di bawah bimbingan ERNAN RUSTIADI dan BAMBANG JUANDA.

Upaya mengimplementasikan otonomi daerah di setiap wilayah pemekaran

harus dilandaskan pada Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 yang

pada dasarnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun upaya ini

menemui berbagai masalah, tidak terkecuali di Provinsi Gorontalo yang dimekarkan dari

Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

IPM di Provinsi Gorontalo sebelum dan sesudah otonomi daerah dengan menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik IPM di Kota Gorontalo dan

Kabupaten Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis

ekonometrika yang dilakukan adalah dengan menggunakan regresi peubah bebas

kualitatif dengan 2 kategori (yang berinteraksi dengan peubah bebas lainnya) terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

IPM di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo sangat signifikan dipengaruhi

oleh faktor-faktor berupa rasio tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa makin

bertambahnya tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo, sangat mempengaruhi IPM di

Provinsi Gorontalo.Demikian pula rasio atau banyaknya murid SMP terhadap sekolah

SMP sangat mempengaruhi membaiknya IPM di Provinsi Gorontalo. IPM sesudah

otonomi daerah lebih baik dibanding IPM sebelum otonomi daerah. Dummy kota

berinteraksi positif dengan laju pertumbuhan ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi di Kota Gorontalo sangat mempengaruhi meningkatnya IPM di

Kota Gorontalo. Demikian pula dummy kota yang berinteraksi dengan persentase

penduduk miskin, hal ini menunjukkan bahwa berkurangnya penduduk miskin di Provinsi

Gorontalo sangat mempengaruhi peningkatan IPM di Kota Gorontalo. IPM di Provinsi

Gorontalo yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fasilitas sekolah, tenaga

kesehatan dan daya beli terus mengalami perbaikan setiap tahunnya, tetapi masih lebih

rendah bila dibandingkan dengan provinsi induknya Sulawesi Utara.

Kata kunci : Otonomi Daerah, Pembangunan Manusia dan Gorontalo

Page 8: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 9: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya imliah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumpulkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis

apapun tanpa izin IPB.

Page 10: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 11: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP

PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN CAPITAL) DI

PROVINSI GORONTALO

SYAFRYANTO ADAM

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 12: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Setia Hadi, MS

Page 13: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Judul Tesis : ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP

PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN CAPITAL) DI

PROVINSI GORONTALO

Nama : Syafryanto Adam

NIM : H152080141

Disetujui

Komisi Pembimbing

Diketahui

Tanggal Ujian : 20 Juli 2012 Tanggal Lulus :

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS

Anggota

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Ketua

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc, M.Agr.

Page 14: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 15: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

PRAKATA

Segala Puji Bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan keberkahan-

NYA yang telah diturunkan ke bumi kepada seluruh ummat manusia sehingga

karya ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam

semoga selalu tersampaikan kepada Nabiyullah Muhammad SAW atas segala

pedoman dan teladan kejujuran dalam menulis karya ilmiah ini.

Karya tulis berjudulANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH

TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA (HUMAN CAPITAL) DI

PROVINSI GORONTALO dibuat dalam rangka memenuhi tugas akhir Tesis,

sebagai syarat dalam memenuhi gelar Magister Sainspada Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo pada bulan

Desember 2010 sampai dengan September 2011.

Pada kesempatan ini, Penulis juga berterima kasih kepada beberapa pihak

yang berjasa selama proses penulisan tesis, yakni :

1. Ketua Komisi Pembimbing,Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr, atas

bimbingan, saran dan arahan selama proses pembuatan karya tulis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S., sebagai Anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan banyak saran yang membangun sehingga penulisan

tesis menjadi lebih baik.

3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS, Sebagai Penguji Luar komisi yang juga telah

memberikan banyak masukan demi kesempurnaan Tesis.

4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Puteri, Msi, Sebagai Sekretaris Program Studi PWD.

5. Gubernur Provinsi Gorontalo yang telah memberikan beasiwa kepada kami.

6. Walikota Gorontalo, yang telah memberikan izin belajar kepada kami

sehingga dapat menyelesaikan magister di IPB.

7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Gorontalo yang

telah memberikan beasiwa kepada kami.

8. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Gorontalo yang telah

memberikan suport sehingga kami dapat menyelesaikan studi.

Page 16: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

9. Drs. Wenny Liputo, MM selaku mantan Kadis Dikpora Propinsi Gorontalo

(Sekarang Asisten Gubernur Gorontalo) yang telah membantu memberikan

Beasiswa kepada kami.

10. Ketua Yayasan Muhammadiyah Cabang Gorontalo.

11. KepalaSekolah, Guru dan Staf di SMA Muhammadiyah Kota Gorontalo.

12. Ibunda Rasina Hasan, serta kakak adikku yang selalu membantu dalam hal

moril dan materil. Makasih atas segala bantuan dan doanya.

13. My Beloved Wife, Ani Noviyanti, makasih atas segala kesabaran, perhatian,

bantuan dan juga senyumannya, sehingga Abi bisa menyelesaikan tesis ini.

14. Alifah Aunatullah S.Adam, Putri pertamaku tersayang dan Muhammad Faruq

Abubakrin S.Adam, Putraku tersayang, semoga kamu bisa mengikuti jejak

Abi&Ummi, menjadi Da’i/Da’iyah, Alim/Alimah, Hafidz/Hafidzoh, Mujahid

/Mujahidah yang sholehah, cerdas, pengertian, perhatian dan kharismatik.

15. Mbak Elva, Mba Nisa, Mba Lisa, Bu Odah (PWD)dan Mbak Dian (PWL)

yang sudah sering direpotkan khususnya dalam hal jadwal bimbingan dan

administrasi di PWD dan PWL.

16. Kawan-kawan PWD 2006 : Pak Yunus, Pak Bambang, Bu Alan; PWD 2007 :

Pak Bambang, Pak Amir Halid, 2008 :Pak Rudi, Pak Adit, Pak Asep, Pak

Hanan, Bu Rika, Bu Andi, Pak Budi, Pak Arief, Pak Arafat, Pak Adriyanus,

Bu Nina, PWD 2009 : Pak Alex, Pak Untung, Pak Enirwan, Bu Luh Putu, Bu

Linda, Pak Fiman, Pak Puji, Pak Masril, Pak Wawanudin, Pak Dede, Pak

Endang, Pak Tabrani dan seluruh angkatan yang telah memberikan support

dan banyak berbagi pengalaman.

17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB)

18. Wartawan sekaligus kontributor, sdr. Ali Mobili’u, atas bantuan dalam

pengumpulan data di Gorontalo

Penyusunan karya tulis ini diakui masih terdapat banyak kekurangan baik

dalam penulisan, substansi isi maupun etika tata bahasa. Akhirnya, semoga karya

tulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia dan peradaban dunia.

Bogor, Juli 2012

Syafryanto Adam

Page 17: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 31Maret 1973 sebagai putra

keenam dari delapan bersaudara pasangan Hi.Abdurrahman Adam dan Hj. Rasina

Hasan. Penulis memiliki empat orang kakak dari Bapak dan lima orang kakak dan

dua orang adik dari Ibu dan Bapak. Pada tahun 2005 menikah dengan dokter Ani

Noviyanti dan Alhamdulillah dikaruniai dua orang mutiara hati yang pertama

seorang putri bernama Alifah Aunatullah Adam yang sekarang ini berusia 5 tahun,

dan si kecil Muhammad Faruq Abubakrin Adam berusia 2 tahun.

Pada tahun 1982 penulis memulai studinya di SD Negeri 3 Ayula,

Kecamatan Tapa Kabupaten Gorontalo.Padatahun 1987. Penulis melanjutkan

pendidikan menengah di SLTP Negeri TapaKabupaten Gorontalo lulus pada tahun

1989. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3Gorontalo pada tahun

1991. Setelah menamatkan Diploma Satu (D1) General Managerial and Bussiness

of Administration (GMBA) di Bandung tahun 1993, Penulis sembari bekerja di

Kantor Konsultan Pajak Drs. Hussein Kartasasmita, pada tahun 2002 melanjutkan

kuliah di UNJ dan pada tahun 2005lulus sebagai Sarjana Pendidikan Ekonomi

diUniversitas Negeri Jakarta pada Fakultas Ekonomi, Program Studi Ekonomi dan

Tata Niaga.

Ditahun yang sama yaitu diakhir tahun 2005 setelah menamatkan studi di

Universitas Negeri Jakarta, penulis kembali ke kampung halaman Gorontalo.

Diawal tahun 2006 penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kota

Gorontalo dan ditempatkan di SMA Muhammadiyah Kota Gorontalo. Dua tahun

setelah menjalani tugas mulia sebagai seorang guru yaitu pada tahun 2008,

Penulis kembali melanjutkan studi pada Magister Sains Program Studi Ilmu

Ekonomi, namun karena kecelakaan yang menimpa Penulis sehingga Penulis

tidak mampu memaksimalkan studinya di Ilmu Ekonomi, maka pada tahun 2009,

Penulis pindah program Studi pada Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 18: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 19: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xxi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxvii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 8

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 10

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 13

2.1. Paradigma Pembangunan Pasaca Otonomi Daerah .............. 13

2.2. Devinisi Otonom Daerah ....................................................... 15

2.3. Prinsip Otonomi Daerah ....................................................... 15

2.4. Desentralisasi ......................................................................... 16

2.5. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah &Pembangunan Manusia .. 17

2.6. Indikator Pembangunan. ........................................................ 19

2.7. Peran Sentral Human Capitaldalam Pembangunan Ekonomi. 21

2.8.Konsep Global Pembangunan Manusia .................................... 22

2.9.Indeks Pembangunan Manusia ................................................. 23

2.10. Penyusunan Indeks ................................................................ 28

2.11. Peran Alokasi Anggaran dalam Peningkatan IPM ................ 29

2.12. Pendidikan &Kesehatan sebagai modal investasi manusia ... 30

2.13. TeoriPendidikan sebagai pendekatan modal manusia ........... 30

2.14. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan ............................ 32

2.15. Teori Todaro tentang Pengaruh Pendidikan & Kesehatan .... 34

2.13. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................... 36

III. METODE PENELITIAN .......................................................... 39

3.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 39

3.2. Hipotesis Pene litian ............................................................. 43

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 43

3.4. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 44

3.5. Analisis terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di

Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo ........................... 45

3.6. Pengujian Model dan Hipotesis.............................................. 47

3.6.1. Uji F ........................................................................... 47

3.6.2. Uji t ............................................................................ 49

3.6.3. Uji Statistik R2 ........................................................... 49

3.6.4. Multikolineritas ......................................................... 50

3.6.5. Hetoreskedastis .......................................................... 51

Page 20: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

3.8.6. Autokorelasi ............................................................. 51

IV. PROFIL PROVINSI GORONTALO, KOTA GORONTALO

DAN KABUPATEN GORONTALO ........................................ 53

4.1. Profil Provinsi Gorontalo ...................................................... 53

4.1.1 . Letak Geografis dan Luas Wilayah .......................... 53

4.1.2. Demografi ................................................................ 56

4.1.3. Kondisi Sosial Budaya .............................................. 58

4.1.4. Kondisi Pemerintahan ............................................... 59

4.1.5. Kondisi Tenaga Kerja & Pengangguran .................. 60

4.1.6. Kondisi Pendidikan ................................................... 60

4.1.7. Kondisi Kesehatan .................................................... 60

4.1.8. Agama ....................................................................... 61

4.1.9. Kondisi Pertanian ...................................................... 61

4.1.10. Industri Listrik & Air Minum ................................... 61

4.1.11. Perdagangan, Hotel & Pariwisata ............................. 62

4.2. Profil KotaGorontalo ............................................................ 63

4.2.1. Transportasi ............................................................... 64

4.2.2. Air Bersih .................................................................. 64

4.2.3. Telekomunikasi ......................................................... 64

4.2.4. Listrik ....................................................................... 65

4.2.5. Perumahan ................................................................. 65

4.2.6. Pendidikan ................................................................. 66

4.2.7. Alokasi Ruang ........................................................... 66

4.3.Profil Kabupaten Gorontalo ................................................... 67

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IPM DI

KOTA GORONTALO ................................................................ 69

5.1 Perkembangan Pembangunan Manusia di Kota Gorontalo .. 69

5.2 Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Kota

Gorontalo .............................................................................. 70

5.2.1. Persentase Penduduk Miskin di Kota Gorontalo ...... 71

5.2.2. Fasilitas Puskesmas di Kota Gorontalo. .................... 72

5.2.3. Fasilitas Pustu di Kota Gorontalo ............................. 73

5.2.4. Rasio Dokter di Kota Gorontalo .............................. 74

5.2.5. RasioTenaga Kesehatan di Kota Gorontalo .............. 76

5.2.6. Rasio Bangunan SD Terhadap Jumlah Murid SD di

Kota Gorontalo .......................................................... 77

5.2.7. Rasio Bangunan SMP Terhadap Jumlah Murid SMP

di Kota Gorontalo...................................................... 78

5.2.8. Rasio Bangunan SMATerhadap Jumlah Murid SMA

di Kota Gorontalo...................................................... 79

5.2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota Gorontalo ....... 80

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IPM DI

KABUPATEN GORONTALO ................................................... 81

6.1 Perkembangan Pembangunan Manusia di Kabupaten

Gorontalo .............................................................................. 81

Page 21: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

6.2 Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPMdi

Kabupaten Gorontalo ............................................................. 82

6.2.1 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Gorontalo 83

6.2.2 Fasilitas Puskesmas di Kabupaten Gorontalo. ........... 84

6.2.3 Fasilitas Pustu di Kabupaten Gorontalo .................... 84

6.2.4 Rasio Dokter di Kabupaten Gorontalo ..................... 85

6.2.5 RasioTenaga Kesehatan di Kabupaten Gorontalo ..... 86

6.2.6 Rasio Bangunan SD Terhadap Jumlah Murid SD di

Kabupaten Gorontalo ................................................. 87

6.2.7 Rasio Bangunan SMP Terhadap Jumlah Murid SMP

di Kabupaten Gorontalo ............................................. 88

6.2.8 Rasio Bangunan SMA Terhadap Jumlah Murid SMA

di Kabupaten Gorontalo ............................................. 89

6.2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gorontalo 90

VII. ANALISIS EKONOMETRIKA TERHADAP FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGU-

NAN MANUSIADI KOTA DAN KABUPATENGORON-

TALO ............................................................................................. 93

7.1. Model terhadapFaktor-faktoryang mempengaruhi IPM

di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo ........................ 93

7.2. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang mempengaruhiIPM

di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. .............................. 94

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IPM DI

PROVINSI GORONTALO ......................................................... 99

8.1. Perkembangan Pembangunan Manusia di Provinsi

Gorontalo ............................................................................... 99

8.2. Komponen Pembentuk IPM di Provinsi Gorontalo ............... 101

8.2.1. Angka Harapan Hidup di Provinsi Gorontalo ................ 103

8.2.2. Angka Melek Huruf di Provinsi Gorontalo.. ................. 104

8.2.3. Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Gorontalo ................. 105

8.2.4. Pengeluaran Riil Perkapita di Provinsi Gorontalo .......... 107

8.3. Perbandingan IPM ................................................................. 108

8.4. Reduksi Shortfalldi Provinsi Gorontalo ................................ 109

8.5. Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPMdi

Provinsi Gorontalo ................................................................. 110

8.2.1. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo . 111

8.2.2. Fasilitas Puskesmas di Provinsi Gorontalo. ............... 112

8.2.3. Fasilitas Pustu di Provinsi Gorontalo ........................ 114

8.2.4. Status Dokter Umum di Provinsi Gorontalo ............. 116

8.2.5. Status Tenaga Kesehatan di Provinsi Gorontalo ....... 118

8.2.6. Rasio Bangunan SD Terhadap Jumlah Murid SD di

Provinsi Gorontalo ..................................................... 119

8.2.7. Rasio Bangunan SMP Terhadap Jumlah Murid SMP

di Provinsi Gorontalo................................................. 121

8.2.8. Rasio Bangunan SMA Terhadap Jumlah Murid SMA

di Provinsi Gorontalo................................................. 122

Page 22: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.2.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo .. 124

IX. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 127

9.1. Kesimpulan .......................................................................... 127

9.2. Saran ..................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 129

LAMPIRAN

Page 23: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perbandingan IPM Antar Provinsi di Sulawesidan Indonesia

Tahun2002-2009………………………………………………. 3

2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) beberapa Provinsi di Indonesia

menurut usia sekolahJenis kelamin dan provinsi tahun 2008…. 6

3 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Indonesia dalam Juta … 7

4 Indikator-indikator Pembangunan Wilayah berdasarkan

basis/pendekatan pengelompokannya…………………………… 20

5 Dimensi dan Indikator IPM…………………………………….. 24

6 Nilai Maksimun dan Minimum dari setiap Komponen IPM …… 28

7 Matrik tujuan, metode, data dan sumber data dalam penelitian... 45

8 Luas wilayah Kabupaten Kota di Provinsi Gorontalo ………….. 54

9 Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo menurut Kabupaten/kota

tahun 1999 – 2009 ……………………………………………… 57

10 Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2009……………………………………………………. 58

11 Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi IPM di Kota

Gorontalodan Kabupaten Gorontalo …………………………… 96

12 Perbandingan IPM Provinsi Gorontalo, Nasional &

Kabupaten/Kota..……………………………………………….. 101

13 Komponen Pembentuk IPM Provinsi Gorontalo ……………….. 102

14 Angka Harapan Hidup Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009… 103

15 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Gorontalo Tahun 1999-

2009.............................................................................................. 106

16 Perbandingan Peringkat IPM Antar Provinsi di Sulawesi,dan

Indonesia Tahun 2002-2009 …………………………………… 108

Page 24: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

17 Fasilitas PuskesmasMenurut Kabupaten-Kota di Provinsi

Gorontalo……………………………………………………….. 112

18 Puskesmas Pembantu Menurut Kab-Kota di Provinsi

Gorontalo……………………………………………………….. 115

19 Perkembangan SD, Jumlah Murid SD dan Rasio Bangunan SD

terhadap Murid SD, Tahun 1995-2010 Provinsi

Gorontalo.……………………………………………………….. 119

20 Perkembangan SMP, Jumlah Murid SMP dan Rasio Bangunan

SMP terhadap Murid SMP, Tahun 1995-2010 Provinsi

Gorontalo.……………………………………… 121

21 Perkembangan SMA, Jumlah Murid SMA dan Rasio Bangunan

SMA terhadap Murid SMA, Tahun 1995-2010 Provinsi

Gorontalo.………………………………………......................... 122

22 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun 1995-

2010…………………………………………………................... 125

Page 25: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Nasional & Provinsi

Gorontalo.............................................................................................. 2

2 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Antara Provinsi

Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, dan IndonesiaTahun 2002 –

2009...................................................................................................... 4

3 Perkembangan Jumlah Kasus Gizi Buruk 4 Provinsi Tahun 2005-

2009 ..................................................................................................... 5

4 IPM dan Peringkat IPM Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo... 8

5 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pembangunan Manusia...................... 18

6 Pengaruh Pendidikan Terhadap IPM .................................................... 27

7 Biaya Manfaat Sosial Pendidikan Vs Biaya,Manfaat Individu ............ 35

8 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 41

9 Kerangka Alur Penelitian ..................................................................... 42

10 Peta Lokasi Penelitian........................................................................... 43

11 Peta Provinsi Gorontalo....................................................................... 55

12 IPM Kota Gorontalo Tahun 1995 – 2010.............................................. 70

13 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Gorontalo Tahun 1995-2010 72

14 Rasio Puskesmas Dengan Jumlah Penduduk Kota Gorontalo Tahun

1995-2010............................................................................................. 73

15 Perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu (Pustu) terhadap

Penduduk Tahun 1995 – 2010 ............................................................. 74

16 Rasio Dokter per seratus ribu penduduk di Kota Gorontalo 3 Tahun

terakhir (2008-2010) ............................................................................ 75

17 Rasio Tenaga Kesehatan Kota Gorontalo Tahun 1995-2010 ............... 76

Page 26: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

18. Rasio Bangunan SD terhadap Jumlah Murid SD di Kota Gorontalo

Tahun 1995-2010................................................................................. 77

19. Rasio Bangunan SMP terhadap Jumlah Murid SMP di Kota

Gorontalo Tahun 1995-2010................................................................ 78

20 Rasio Bangunan SMA terhadap Jumlah Murid SMA di Kota

Gorontalo Tahun 1995-2010................................................................. 79

21 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota Gorontalo Tahun 1995-2010...... 80

22 IPM Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010 ................................... 81

23 Persentase Kemiskinan Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010 ..... 83

24 Rasio Puskesmas Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010 .............. 84

25 Rasio Puskesmas Pembantu Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 –

2010..................................................................................................... 85

26 Rasio Dokter di Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010 ................. 86 27 Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010.... 87

28 Rasio Bangunan SD terhadap Murid SD di Kabupaten Gorontalo

Tahun 1995 – 2010.............................................................................. 88

29 Rasio Bangunan SMP per Murid SMP di Kabupaten Gorontalo Thn

1995 – 2010.......................................................................................... 89

30 Rasio Bangunan SMA per Murid SMA di Kabupaten Gorontalo Thn

1995 – 2010.......................................................................................... 90

31 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo Thn 1995 – 2010.. 91

32 Durbin Watson Tes pada Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi

IPM di di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo........................... 97

33 IPM Provinsi Gorontalo Tahun 1995 – 2010 ....................................... 100

34 Angka Melek Huruf Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009................. 105

35 Pengeluaran Riil Perkapita Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009....... 107

36 Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi-provinsi di Pulau

SulawesiTahun 2010................................................................. 111

37 Rasio Puskesmas Dengan Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo

Tahun 1995-2010...................................................................... 114

Page 27: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

38 Perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu (Pustu) terhadap

Penduduk Tahun 1995 – 2010. ................................................... 116

39 Perkembangan Jumlah Dokter di Provinsi Gorontalo 3 Tahun

terakhir (2008-2010)............................................................................ 117

40 Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Gorontalo 3

Tahun Terakhir (2008-2009).............................................................. 118

41 Rasio Bangunan SD terhadap Jumlah Murid SD di Provinsi

Gorontalo Tahun 1995-2010 ................................................................ 120

42 Rasio Bangunan SMP terhadap Jumlah Murid SMP di Provinsi

Gorontalo Tahun 1995-2010................................................................ 121

43 Rasio Bangunan SMA terhadap Jumlah Murid SMA di Provinsi

Gorontalo Tahun 1995-2010................................................................ 123

44 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi & PDRB Perkapita Provinsi

Gorontalo Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional Thn 2002-2010........ 125

Page 28: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 29: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil Olah Data Faktor-faktor Yang Mempengaruhi IPM di Kota

Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo..................................................... 133

2 Data aktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo .......... 134

3 Data faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Kabupaten Gorontalo… 135

4 Data Panel Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo

dan Kabupaten Gorontalo …………….................................................. 136

Page 30: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 31: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Merebaknya tuntutan daerah untuk memekarkan diri merupakan bentuk

dari adanya kekuatan (power) sebagai akibat dari ketidakpuasan daerah terhadap

tata pemerintahan yang sentralistik. Sistem pemerintahan sentralistik di zaman

orde baru dianggap sebagai pemerintahan yang hanya menjadikan daerah sebagai

objek pembangunan pemerintah pusat tanpa keterlibatan rakyat secara langsung

didalam proses perencanaan dan pengelolaan daerahnya.

Menurut Rustiadi et al. (2009), ada dua hal penting yang harus dilakukan

untuk mewujudkan penyelenggaraan daerah yang berbasis rakyat, yaitu yang

pertama penguatan capacity building ditingkat komunitas dan pemberian otonomi

yang cukup bagi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara mandiri.

Menurutnya, pemberian otonomi perlu untuk menyelesaikan suatu masalah

ditingkat lokal, namun karena tidak diberikan kewenangan, atau karena

kewenangannya hanya ditangan institusi pemerintah sehingga terjadi inefisiensi

dalam pembangunan karena terlalu luasnya kapasitas pemerintah hingga

menyelesaikan masalah-masalah berskala kecil.

Menurut Juanda (2007), bahwa keadaan dimana terjadi kesenjangan akibat

tidak meratanya pembangunan dapat memicu peluang bagi provinsi, kabupaten

dan kota untuk melakukan pemekaran sebagai dampak dari kebijakan otonomi

daerah. Hal ini tercermin dari perkembangan jumlah daerah yang dimekarkan

sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2007 mencapai 33 propinsi yang semula di

era Orde Baru hanya ada 27 provinsi, dan jumlah wilayah kabupaten kota

sebanyak 459 di era reformasi yang sebelumnya hanya 246 kabupaten dan kota.

Dimekarkannya provinsi Gorontalo dari induknya Provinsi Sulawesi Utara

sebagai provinsi ke-32 adalah wujud dari semangat otonomi daerah dalam upaya

mengatur dan mengelola wilayahnya semaksimal mungkin sesuai dengan

potensidan tujuan pembentukan Provinsi Gorontalo yakni memajukan daerah,

Page 32: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

membangun kesejahteraan rakyat, memudahkan pelayanan dan memobilisasi

pembangunan bagi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tahun 2012

Gambar 1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Nasional & Provinsi Gorontalo

Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi provinsi Gorontalo di atas

rata-rata pertumbuhan nasional, sebagaimana Gambar 1 berada, sejatinya

dibarengi dengan peningkatan pembangunan manusia seutuhnya.Sebagaimana

pendapat Rustiadi et al. (2009) bahwa otonomi daerah mengisyaratkan perlunya

peningkatkan kualitas hidup penduduk yang lebih baik secara fisik, mental

maupun secara spiritual. Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan

sumberdaya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan

kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk

dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan, yang pada

akhirnya bermuara kepada Indeks Pembangunan Manusia.

Meski mencatat peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan

dalam berbagai pembangunan daerah, Provinsi Gorontalo ternyata menghadapi

masalah diberbagai hal, utamanya dalam pembangunan manusia.Beberapa

persoalan pembangunan manusia yang dihadapi Provinsi Gorontalo seperti,

Page 33: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

tingginya angka kematian bayi dan gizi buruk, rendahnya angka partisipasi

sekolah serta kecilnya pendapatan per kapita.

Secara umum status pembangunan manusia di Provinisi Gorontalo masih

berada pada tingkat yang relatif rendah. Data time seriesyang dikeluarkan BPS

berturut-turut mulai tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan tingkat Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo yang berada di bawah rata-rata IPM

nasional. Dalam peringkat secara nasional (33 propinsi) Gorontalo menduduki

peringkat ke 24 pada tahun 2002, kemudian mengalami penurunan peringkat pada

tahun 2004 yaitu pada peringkat 28, naik kembali pada peringkat 25 di tahun 2005

selanjutnya pada 3 tahun berturut-turut tidak mengalami perubahan dalam

peringkatnya yaitu tetap bertahan di peringkat ke 24 sebagaimana tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Antar Provinsi di

Sulawesi dan Indonesia Tahun 2002-2009

Provinsi 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009

IPM Ran IPM Ran IPM Ran IPM Ran IPM Ran IPM Ran IPM Ran

Sulawesi

Utara

71.3 2 73.4 2 74.2 2 74.3 2 74.6 2 75.1 2 75.6 2

Sulawesi

Tengah

64.4 22 67.3 22 66.4 21 66.3 22 68.3 22 70.0 22 70.7 22

Sulawesi

Selatan

65.3 21 67.8 21 68.0 23 68.8 23 69.6 21 70.2 21 70.9 20

Sulawesi

Tenggara

64.1 26 66.7 25 67.5 24 67.8 25 68.3 25 69.0 25 69.5 25

Gorontalo 64.1 24 65.4 28 67.4 25 68.0 24 68.8 24 69.2 24 69.7 24

Sulawesi

Barat

-

- 64.4

29 66.7

29 67.6

29 67.7

28 68.5

27 69.1

27

Indonesia 65.8 68.7 69.5 70.1 70.5 71.1 71.7

Ran = Ranking

Sumber : BPS Tahun 2010 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia antara Provinsi Gorontalo,

Sulawesi Utara, dan Indonesia, menunjukkan meski Provinsi Gorontalo

mengalami peningkatan dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia untuk

setiap tahunnya namun kondisi tersebut masih jauh bila dibandingkan dengan

Provinsi induknya yaitu Sulawesi Utara. Pada tabel di atas, terlihat bahwa

Sulawesi Utara mampu melampaui Indeks Pembangunan Manusia Indonesia atau

berada di urutan peringkat ke-2 setelah DKI Jakarta.Sedangkan Indeks

Page 34: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo berada di bawah rata-rata Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia. Namun demikian IPM Provinsi Gorontalo, bila

dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Barat masih lebih tinggi dibandingkan

dengan IPM di Provinsi Sulawesi Barat, Kondisi ini dapat dilihat lebih jelas dalam

Gambar 2 Perbandingan IPM antara Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan

Indonesia berikut.

Sumber BPS Tahun 2010 Gambar 2 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Antara Provinsi

Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, dan IndonesiaTahun 2002–2009

Kondisi kesehatan Provinsi Gorontalo belum menunjukkan perbaikan

yang signifikan, hal ini diwarnai dengan masih tingginya angka kematian bayi

(Infant Mortality Rate) dan gizi buruk di Provinsi Gorontalo sebagaimana hasil

pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, selama

tahun 2005 sampai dengan 2009, yang mengemukakan bahwa jumlah temuan

kasus balita gizi buruk terbesar terdapat di empat provinsi yaitu Jawa Tengah,

Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo. Keempat provinsi ini selalu

hadir berturut-turut dari 2005-2009. Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun

2005, 2007 dan 2008, menduduki posisi teratas sedangkan tahun 2006 dan 2009

Page 35: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

masing-masing ditempati Jawa Tengah dan Jawa Timur dan Gorontalo. Keempat

provinsi ini selama 5 tahun berturut-turut (2005-2009) masuk ke dalam kategori

10 provinsi dengan kasus gizi buruk tertinggi, sebagaimana gambar 3:

NTT

Jateng

Jatim

GTO

13569

30933

1435

1334

6391

2005 2006 2007

TAHUN

N

2008 2009

2497

1782

8

9610

12507 12422

Gambar 3 Perkembangan Jumlah Kasus Gizi Buruk 4 Provinsi Tahun 2005-

2009.

Dibidang pendidikan, data Susenas yang diolah tahun 2008 menyebutkan

berdasarkan distribusi wilayah provinsi kondisi Angka Partisipasi Sekolah pada

kelompok umur 13-15 tahunyang terendah berada di provinsi Gorontalo.

Sedangkan kelompok umur 16-18 tahun beberapa provinsi yang pencapaiannya

dibawah 50 adalah Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, NTT, Kalimantan

Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Gorontalo dan

Sulawesi Barat.

Perbandingan ini memperlihatkan bahwa distribusi Angka Partisipasi

Sekolah di Provinsi Gorontalo masih perlu mendapatkan perhatian khusus dari

Pemerintah, utamanya terkait dengan rendahnya Angka Partisipasi Sekolah untuk

kelompok umur 13-15 tahun dan Kelompok Umur 16-18 Tahun. Tabel 2 di bawah

Sumber :Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, tahun 2009

Page 36: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

ini memperlihatkan Angka Partisipasi Sekolah di beberapa Provinsi di Indonesia

menurut usia sekolah, jenis kelamin dan provinsi pada tahun 2008.

Tabel 2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) beberapa Provinsi di Indonesia menurut

usia sekolahJenis kelamin dan provinsi tahun 2010

PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN

7-12 13-15 16-18 7-12 13-15 16-18

Bangka Belitung 96.04 78.49 42.87 97.46 79.94 48.55

Jawa Barat 97.94 80.64 46.77 98.42 79.57 46.18

Nusa Tengara

Timur 93.66 76.44 47.65 93.78 78.42 47.48

Kalimantan Barat 96.80 84.49 48.52 97.36 83.12 49.80

Kalimantan Selatan 97.72 78.99 49.15 97.24 78.33 48.66

Sulawesi Utara 97.48 86.90 52.07 98.22 89.05 61.16

Sulawesi Tengah 97.39 79.03 47.78 96.92 82.47 50.14

Sulawesi Selatan 95.31 77.16 49.98 95.95 79.89 53.06

Sulawesi Tenggara 97.28 84.30 54.76 98.00 86.47 61.90

Gorontalo 93.57 69.92 41.97 94.46 83.10 54.16

Sulawesi Barat 93.62 72.16 41.45 95.26 77.21 44.88

Indonesia 97.68 84.13 54.81 97.98 84.69 54.59

Sumber : Diolah dari Susenas, 2011

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah laki-laki lebih

rendah dibanding Angka Partisipasi Perempuan.Ini menunjukkan bahwa

perempuan mempunyai keinginan untuk memperbaiki tingkat pendidikan yang

lebih baik lagi dibanding laki-laki.Hal ini perlu mendapatkan perhatian, karena

sebagai calon kepala rumah tangga, sedianya laki-laki lebih mempunyai peran

penting dalam rangka meningkatkan taraf hidup rumah tangganya dengan

memperbaiki tingkat pendidikannya. Angka Partisipasi Sekolah tersebut,

menunjukkan persentase penduduk dengan berbagai kelompok usia baik laki-laki

dan perempuan dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasinya dalam

pendidikan.Demikian pula dalam hal pendapatan per kapita masyarakat di

Provinsi Gorontalo, meskipun mangalami kenaikan dalam Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), namun jumlah penduduk miskin di provinsi Gorontalo

Page 37: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

terus bertambah, sebagaimana perbandingan penduduk miskin antar propinsi pada

tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Indonesia dalam ribu Tahun 2009

No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan +

Perdesaan

1 Nangroe Aceh Darussalam 195.9 763.9 959.8

2 Sumatera Utara 761.7 852.1 1613.8

3 Sumatera Barat 127.3 349.9 477.2

4 Riau 245.1 321.6 566.7

5 Jambi 120.1 140.2 260.3

6 Sumatera Selatan 514.7 734.9 1249.6

7 Bengkulu 131.8 220.2 352

8 Lampung 365.6 1226 1591.6

9 Kep. Bangka Belitung 36.5 50.2 86.7

10 DKI Jakarta 379.6 0 379.6

11 Kepulauan Riau 69.2 67.1 136.3

12 Jawa Barat 2617.4 2705 5322.4

13 Jawa Tengah 2556.4 3633.2 6189.6

14 DI Yogyakarta 324.2 292.1 616.3

15 Jawa Timur 2310.6 4340.6 6651.2

16 Banten 371 445.7 816.7

17 Bali 115.1 100.7 215.8

18 Nusa Tenggara Barat 560.4 520.2 1080.6

19 Nusa Tenggara Timur 119.3 979.1 1098.4

20 Kalimantan Barat 127.5 381.3 508.8

21 Kalimantan Tengah 45.3 154.6 199.9

22 Kalimantan Selatan 81.1 137.8 218.9

23 Kalimantan Timur 110.4 176.1 286.5

24 Sulawesi Utara 72.7 150.9 223.6

25 Sulawesi Tengah 60.9 463.8 524.7

26 Sulawesi Selatan 150.8 880.9 1031.7

27 Sulawesi Tenggara 27.2 408.7 435.9

28 Gorontalo 27.5 194.1 221.6

29 Sulawesi Barat 48.3 122.8 171.1

30 Maluku 44.7 346.7 391.4

31 Maluku Utara 9 96 105

32 Irian Jaya Barat 9.5 237 246.5

33 Papua 31.6 701.5 733.1

Indonesia 12786.5 22194.8 34963.3

Sumber : Data Dan Informasi Kemiskinan BPS, Tahun 2010

Pertumbuhan ekonomi Gorontalo di atas ternyata tidak disertai pemerataan

pembagian pendapatan, bahkan kesenjangan semakin melebar antarkelompok

pendapatan.Pembangunan yang mengejar laju pertumbuhan ekonomi dan

sentralistik justru menimbulkan ketimpangan ekonomi dan kemiskinan di

Page 38: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

beberapa wilayah. Pembangunan yang tidak memperhatikan interaksi

antarwilayah atau interaksi antara wilayah lemah akan menjadi awal munculnya

ketimpangan. Ketimpangan yang terus berlanjut akan memperbesar jumlah

kemiskinan. Kemiskinan dengan sendirinya akan menurunkan tingkat

pembangunan manusiasebagaimana diungkapkan oleh Todaro(2000).

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2011

Gambar 4. IPM Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo

Mencermati ketimpangan atas pertumbuhan ekonomi dan tingkat

kesejahteraan manusia di Provinsi Gorontalo baik dalam hal pendapatan,

kecukupan pangan, kesehatan, usia harapan hidup, pendidikan dan kesempatan

kerja atau perumahan yang merupakan indikator komponen kebutuhan dasar

manusia yang dapat diagregatkan ke dalam ukuran Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan sebagaimana Gambar

4 yang menunjukkan peringkat IPM per kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo

masih jauh dari harapan.

1.2. Perumusan Masalah

Memahami keadaan tersebut dan melihat kondisi Provinsi Gorontalo,

menjadi sangat berarti untuk mencermati kembali sejauh mana dampak otonomi

daerah di provinsi ini dilihat dari aspek pembangunan manusia.Sekalipun

Page 39: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

pembangunan di Provinsi Gorontalo selama satu dasawarsa (10 tahun) pasca

dimekarkan dari Provinsi Sulawesi Utara diwarnai dengan perkembangan

pembangunan ekonomi yang begitu pesat, namun nampak pembangunan manusia

di wilayah ini masih terjadi ketimpangan dilihat dari angka maupun peringkatnya.

Laju pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,29 persen pada tahun 2008

dan PDRB riil perkapita yang mencapai 2.44 (juta Rupiah) ternyata tidak

dibarengi perkembangan pembangunan manusianya dimana IPM Provinsi

Gorontalo sejak memisahkan diri dengan provinsi Sulawesi Utara, sampai dengan

saat ini masih berada di posisi ke-24. Bahkanpada tahun 2004 dan 2005

mengalami penurunan peringkat yaitu pada posisi 28 pada tahun 2004, dan urutan

ke 25 pada tahun 2005.

Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo, tidak dapat dilepaskan dari

kondisi geografis dan warisan budaya Provinsi Gorontalo secara turun temurun

sejak Gorontalo masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi Utara. Kondisi

geografis dimana Gorontalo sebelumnya adalah bagian dari Sulawesi Utara yang

ketika itu hanya ada Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo menjadikannya

kuat dari segala bentuk ronrongan adat dan budaya. Dimana adat dan budaya

Gorontalo berasaskan pada falsafah adat bersendikan sara dan sara bersendikan

kitabullah. Hal ini memberikan gambaran bahwa pembangunan manusia di

Provinsi Gorontalo tidak lepas dari nilai-nilai luhur agama islam yang

menyertainya, yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat pendidikan. Dan

kualitas pendidikan adalah proksi dari pembangunan manusia.

Oleh karena itu, untuk melihat sejauh mana perkembangan pembangunan

manusia di Povinsi Gorontalo, perlu kiranya dilihat perkembanganya secara

geografis, dimana akan dilihat perkembangan pembangunan manusia di Provinsi

Gorontalo sebelum dimekarkan dari Sulawesi Utara dan setelah dimekarkan yang

digambarkan oleh pembangunan manusia di Kabupaten Gorontalo. Untuk melihat

sejauhmana perkembangan IPM setelah otonomi daerah digambarkan oleh Kota

Gorontalo. Dan untuk melihat sejauhmana perkembangan pembangunan manusia

sebelum dan sesudah otonomi daerah akan dilihat di Provinsi Gorontalo.

Page 40: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan

pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan pembangunan sumberdaya manusia baik dalam hal

pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat di Kota Gorontalo

sebelum dan sesudah Otonomi Daerah ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan pembangunan sumberdayamanusia baik dalam hal

pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat di Kabupaten Gorontalo

sebelum dan sesudah Pemekaran Wilayah ?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan pembangunan sumberdayamanusia baik dalam hal

pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat di Provinsi Gorontalo

sebelum dan sesudah Otonomi Daerah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak otonomi daerah dan

Pemekaran Wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo.

Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IPMsebelum dan sesudah

Otonomi Daerah di Kota Gorontalo.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IPM sebelum dan sesudah

Otonomi Daerah di Kabupaten Gorontalo;

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Provinsi

Gorontalo.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan penelitian ini menjadi bahan

masukan bagi penyelenggaraan pembangunan manusia diwilayah

penelitian.

Page 41: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

2. Memperoleh alternatif instrumen analisis pembangunan manusia di

Provinsi Gorontalo.

3. Memberikan gambaran tentang model pembangunan manusia di Provinsi

Gorontalo.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1) Penelitian akan dilakukan terhadap enam kabupaten/kota yakni Kabupaten

Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone

Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara serta satu kota yaitu Kota Gorontalo

yang menjadi unit analisis sedangkan Provinsi Gorontalo menjadi wilayah

referensi.

2) Ruang lingkup penelitian difokuskan pada analisis data pencapaian Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), berupa pendidikan yang tercermin pada Angka

Partisipasi Sekolah dan Angka Melek Huruf, kesehatan yang tercermin pada

Angka Harapan Hidup dan Angka Status Kesehatan) dan kehidupan yang

layak yang dicerminkan dengan pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan

serta melihat faktor-faktor yang mempangaruhi Indeks Pembangunan

Manusia dengan menganalisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, dan

Ketimpangan Pembangunan yang menyebabkan perbedaan pada Indeks

Pembangunan Manusia berupa PDRB per kapita, dan Rasio Belanja

Infrastruktur.

Page 42: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 43: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Paradigma Pembangunan Pasca Otonomi Daerah.

Perkembangan beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa

masyarakat menuntut hasil pembangunan yang lebih merata dan mengharapkan

agar potensi yang dimiliki daerah dimanfaatkan secara maksimal. Untuk

merespon keinginan tersebut, pemerintah di era reformasi ini mengeluarkan

Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-

undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang perimbangan keuangan antara pusat dan

pemerintah daerah. Melalui Undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang

diperbarui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, berdasarkan prinsip-

prinsip otonomi, daerah diberikan wewenang yang luas dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

Menurut Rustiadi et al. (2009), otonomi daerah mengisyaratkan

pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah dibanding

pendekatan sektoral.Menurutnya pembangunan berbasis pengembangan wilayah

dan lokal memandang pentingnya keterpaduan antarsektoral, antarspasial

(keruangan), serta antarpelaku pembangunan di dalam dan antardaerah.Sehingga

setiap program-program pembangunan sektoral dapat dilaksanakan dalam

kerangka pengembangan wilayah. Pemberlakuan kebijakan otonomi daerah sejak

tahun 2000 (penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999) yang direvisi

dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dipandang Rustiadi et al. (2009)

sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi ketimpangan dan ketidakadilan

pembangunan antarwilayah (inter-regional), termasuk ketidakseimbangan

kewenangan antarpusat dan daerah. Menurutnya otonomi daerah diharapkan dapat

memotong proses backwash yang telah menyebabkan terjadinya keterkaitan-

keterkaitan inter-regional yang bersifat eskploitatif, yang pada gilirannya

diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah. Namun

dalam jangka pendek, pemberlakuan otonomi daerah yang memberikan

kewenangan yang besar pada pemerintahan daerah didalam mengelola

pembangunan di daerahnya, dapat menumbuhkan ekses-ekses pembangunan

Page 44: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dalam berbagai bentuk “ego-regional” berupa “keengganan” melakukan berbagai

bentuk kerjasama inter-regional terutama yang dikoordinasikan oleh pemerintah

pusat dan provinsi. Dengan demikian program-program pengembangan kawasan

yang ditujukan untuk mendorong keseimbangan pembangunan

antarwilayah/kawasan menghadapi tantangan yang berbeda dengan sebelumnya.

Tujuan dari otonomi daerah di Indonesia adalah:(1) Mencegah disintegrasi

bangsa; (2) Mendorong demokrasi. (3) Memajukan daerah dengan pembagian

tugas-tugas yang lebih jelas antara tingkatan-tingkatan pemerintahan.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah

bertujuan: (1) Meningkatkan ikutsertaan masyarakat dalam pembangunan daerah,

baik dalam perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan, pengawasan dan lain

sebagainya yang berhubungan dengan proses kerja administrasi pemerintah. (2)

Meningkatkan efektifitas pelayanan publik dalam administrasi dan manajemen.

(3) Meningkatkan efektifitas dan pemerataan pembangunan daerah. (4)

Mewujudkan pemerintahan yang besih dan bertanggung jawab, juga transparansi

dan akuntabilitas pemerintahan. (5) Mengembangkan kehidupan politik dan sosial

budaya yang lebih produktif. (6) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam menterjemahkan konsep otonomi daerah, Sabarno (2004)

menyarankan kepada sebagian Bupati dan Walikota yang kerap kali keliru dalam

mengimplementasi dan menterjemahkan otonomi sebagai kekuasaan terhadap

wilayah, dimana menurutnya esensi otonomi daerah yang sebenarnya adalah

memberi kesempatan kepada daerah untuk membangun ekonomi masyarakat di

daerah itu, mengurus rumah tangga ekonomi daerah secara otonom tanpa dibatasi

batas wilayah. Otonomi tak mengenal batas wilayah, begitu juga dengan produk

Peratauran Daerah (Perda) setiap daerah, itu bukan untuk saling merugikan

antardaerah, melainkan saling dukung guna pemberdayaan ekonomi rakyat dan

menarik investasi ke daerah. Karena itu, menurutnya, Gubernur dan jajaran

Pemerintah Provinsi bisa lebih proaktif melakukan koordinasi dan komunikasi

dengan daerah-daerah. Yang lebih penting lagi menurutnya, masyarakat harus

selalu berada di belakang Gubernur dalam melakukan pembangunan, tidak

terpengaruh dengan berita-berita yang diskriminatif psikis, masyarakat dan aparat

tidak kehilangan kegigihan untuk ikut membantu pembangunan.

Page 45: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

2.2. Definisi Otonomi Daerah

Otonomi secara umum sering disebut sebagai devolusi, merupakan

pelimpahan wewenang kepada badan hukum lokal di luar organisasi yang

memberikan wewenang. Sedangkan secara formal sebagaimana disebutkan dalam

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, otonomi daerah adalah wewenang daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang diserahkan oleh

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.Menurut Undang-undang Nomor5 tahun 1974, definisi otonomi daerah

adalah penyerahan urusan kepada lembaga pemerintah daerah, yaitu pemberian

hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangga

sendiri dalam arti pemerintah daerah.

Pengertian dari Undang-undang Nomor32 tahun 2004 mengandung

beberapa segi dasar, yakni: Pertama, bahwa otonomi daerah bukan skema

kedaulatan daerah dalam konteks negara federal. Kedua, kebijakan otonomi lebih

merupakan perubahan dalam tata susunan kekuasaan, termasuk di dalamnya

terdapat perubahan prinsip kerja pemerintahan yang berupa kewenangan untuk

mengatur urusan daerahnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Ketiga, proses politik rezim Orde Baru yang tidak memberi harga pada partisipasi

rakyat telah dengan seksama menunjukkan bagaimana akibat dari elitisme dan

sentralisasi politik tersebut.

2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor32 tahun 2004,

menerangkan bahwa kebijakan desentralisasi yang diwujudkan dalam

pembentukan daerah otonom dan penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Otonomi daerah juga

berorientasi pada peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, dan potensi keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 46: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor32 tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, dalam menyelenggarakan otonomi daerah, terdapat beberapa hak daerah,

yakni:Pertama, mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumberdaya nasional

yang berada di daerah oleh pemerintah atau yang dikuasakan/diberi ijin. Kedua,

memungut pajak daerah dan retribusi daerah.Ketiga, mengelola kekayaan

daerah.Keempat, mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.

Sedangkan dalam penyelenggaraan otonomi daerah sesuai Undang-undang

Nomor32 tahun 2004, daerah mempunyai beberapa kewajiban, yakni: Pertama,

menyediakan pelayanan umum. Kedua, mengembangkan sumberdaya produktif di

daerahnya.Ketiga, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.Keempat,

melindungi masyarakat.Kelima, melestarikan nilai-nilai sosiokultural.Keenam,

mengembangkan kehidupan demokrasi.Ketujuh, mengembangkan keadilan dan

pemerataan.

2.4. Desentralisasi

Desentralisasi adalah sebuah bentuk pemindahan tanggungjawab,

wewenang dan sumber-sumber daya berupa dana maupun personil dari

pemerintah pusat ke level pemerintahan daerah. Dasar dari inisiatif seperti ini

adalah desentralisasi dapat memindahkan proses pengambilan keputusan ke

tingkat pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat. Alasannya adalah

bahwa masyarakat yang akan merasakan langsung pengaruh program pelayanan

yang dirancang dan kemudian dilaksanakan oleh pemerintah.

Prinsip-prinsip utama desentralisasi adalah mempromosikan otonomi

daerah, perencanaan 'bottom-up', partisipasi penuh seluruh masyarakat dalam

proses yang demokratis, kendali daerah yang lebih besar terhadap sumber-sumber

keuangan, serta pembagian sumberdaya yang lebih berimbang antara pusat

dengan daerah. Manfaat desentralisasi adalah pengalokasian yang lebih baik dari

sumberdaya oleh pemerintah yang terbatas melalui peningkatan efektifitas dan

efisiensi biaya pelayanan publik, meningkatkan proses demokratisasi,

memperbesar partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, serta

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah.

Page 47: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

2.5.Pertumbuhan Ekonomi Wilayah dan Pembangunan Manusia

Menurut Rustiadi et al. (2009), secara umum pertumbuhan ekonomi atau

pertumbuhan output produksi yang tinggi memang merupakan kinerja

pembangunan yang paling popular. Namun demikian pertumbuhan perekonomian

yang pesat tersebut, juga disertai munculnya berbagai masalah berupa penurunan

distribusi pendapatan, peningkatan jumlah keluarga di bawah garis kemiskinan

serta kerusakan sumberdaya alam akan berdampak paradoks dan mengarah pada

kemunduran pembangunan itu sendiri.

Disisi lain pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi tercapainya

pembangunan manusia, karena pertumbuhan ekonomi adalah ukuran pencapaian

pembangunan melalui peningkatan aktivitas dan produktivitas ekonomi serta

peningkatan infrastruktur yang berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan

dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat. Infrastruktur yang baik

adalah sektor pendukung yang paling efektif dan efisien dalam mendukung

aktivitas dan produktivitas. Pembangunan akan tercapai jika didukung oleh

infrastruktur yang memadai yang diindikasikan dengan layanan kualitas sarana

dan prasarana yang baik.

Ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem

penyediaan tenaga listrik, irigasi sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan

sebagainya merupakan social overhead capital yang memiliki keterkaitan erat

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.Hal tersebut

dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem

infrastruktur yang baik mampunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan ekonomi yang baik pula, dibandingkan dengan daerah yang

mempunyai infrastruktur yang terbatas.

Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut

transformasi struktural dan dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan

yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat.

Seperti perdagangan internasional (ekspor dan impor), penawaran agregat

Page 48: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

(produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang

diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan sebagaimanaTodaro dan Smith (2006).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses transformasi yang dalam

perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktur perekonomian, yaitu perubahan

pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi

masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, perubahan struktur dan

pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Sumber : PGSP Laporan Pembangunan Manusia

Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur

merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional. Infrastruktur

merupakan roda penggerak ekonomi yang memungkinkan orang, barang dan jasa

diangkut dari suatu tempat ke tempat lain diseluruh penjuru dunia. Perannya

Page 49: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

sangat diperlukan dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi

komoditi ekonomi, telekomunikasi, listrik dan air yang merupakan elemen

penting dalam proses produksi dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan,

industri dan pertanian. Sehingga keberdaan infrastruktur akan mendorong

terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi.

Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi

mobilitas faktor-faktor produksi (labour) tanpa hambatan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi. Daerah-daerah yang memiliki tingkat mobilitas faktor-

faktor produksi antara daerah rendah akan menyebabkan pertumbuhan

ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi

menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan memiliki

mobilitas antardaerah rendah.

2.6. Indikator Pembangunan

Menurut Rustiadi et al. (2009) secara umum pertumbuhan ekonomi atau

pertumbuhan output produksi yang tinggi memang merupakan kinerja

pembangunan yang paling popular, namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang

pesat tersebut jika disertai dengan munculnya berbagai masalah berupa penurunan

distribusi pendapatan, peningkatan jumlah pengangguran, peningkatan jumlah

keluarga di bawah garis kemiskinan, serta kerusakan sumberdaya alam akan

berdampak paradoks dan mengarah pada kemunduran pembangunan itu sendiri.

Adanya permasalahan-permasalahan tersebut, pada tahun 1970 para pakar

pembangunan mulai mengkaji ulang tolok ukur (indikator) tersebut, bukan hanya

pada pertumbuhan output seperti GNP, tetapi harus disertai beberapa tolok ukur

lainnya.

Rustiadi mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga kelompok cara dalam

menetapkan indikator pembangunan, yaitu (1) indikator berbasis tujuan

pembangunan, (2) indikator berbasis kapasitas sumberdaya, dan (3) indikator

berbasis proses pembangunan. Menurutnya sumberdaya manusia merupakan

bagian dari indikator yang ke-2 yaitu indikator berbasis kapasitas sumberdaya

dengan memilah atas (1) sumberdaya alam (natural resources), sumberdaya

manusia (human resources), (3) sumberdaya fisik buatan (man-made resources)

Page 50: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

mencakup prasarana dan sarana wilayah, dan (4) sumberdaya sosial. Masing-

masing sumberdaya memiliki sifat kelangkaan dan berbagai bentuk karaktersitik

yang unik yang menyebabkan pengelolaannya memerlukan pendekatan yang

berbeda-beda. Berdasarkan pemahaman bahwa proses-proses pembangunan harus

terus mengarah pada semakin meningkatnya kapasitas dari sumberdaya-

sumberdaya pembangunan, maka perlu dikembangkan indikator-indikator yang

dapat menggambarkan kapasitas dari sumberdaya-sumberdaya pembangunan

sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 4 Indikator-Indikator Pembangunan Wilayah Berdasarkan

Basis/Pendekatan Pengelompokan Sumberdaya.

Kelompok Indikator-indikator Operasional

1. Sumberdaya Manusia

a. Pengetahuan

b. Keterampilan

c. Kompetensi

d. Etos Kerja/Sosial

e. Pendapatan/produktivitas

f. Kesehatan

g. Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)

2. Sumberdaya Alam a. Tekanan (Degradasi)

b. Dampak

c. Degradasi

3. Sumberdaya Buatan/Sarana

dan Prasarana

a. Skalogram Fasilitas Pelayanan

b. Aksebilitas terhadap Fasilitas

4. Sumberdaya Sosial (Sosial

Capital)

a. Regulasi/Aturan-aturan Adat/Budaya

(Norm)

b. Organisasi Sosial (Network)

c. Rasa Percaya (Trust)

Sumber : Rustiadi et al. 2009

2.7. Peran Sentral Human Capital dalam Pembangunan Ekonomi

Pembangunan menghendaki terjadinya peningkatan kualitas hidup

penduduk yang lebih baik secara fisik, mental maupun secara spiritual. Bahkan

secara eksplisit pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan

sumberdaya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan

kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk

Page 51: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan berkelanjutan. Asas pemerataan

merupakan salah satu prinsip pembangunan manusia.Seiring dengan pertumbuhan

ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk dilakukan pemerintah

melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan yang program

pembangunannya dirancang untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan

dan kesehatan dasar.

Menurut Rustiadi et al. (2009) untuk menjamin tercapainya tujuan

pembangunan manusia, empat hal yang perlu diperhatikan adalah produktivitas,

pemerataan, keberlanjutan, dan pemberdayaan.Dalam hal ini perhatian

pembangunan bukan hanya pada upaya untuk meningkatkan kapabilitas manusia

(melalui investasi masyarakat) saja, tetapi juga pada upaya-upaya pemanfaatan

kapabilitas tersebut secara penuh. Namun demikian menurut Rustiadi paradigma

pembangunan manusia tidak hanya empat hal tersebut, tetapi adanya pilihan-

pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti

kebebasan politik, ekonomi, dan sosial sampai kepada kesempatan untuk menjadi

kreatif dan produktif serta menikmati kehidupan sesuai dengan harkat pribadi dan

jaminan hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut.

Dengan demikian paradigma pembangunan manusia mempunyai dua sisi, sisi

pertama berupa formasi kapabilitas manusia seperti berbaikan taraf kesehatan,

pendidikan dan keterampilan, disisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas

mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan

politik.Dengan demikian pembangunan manusia mencakup dimensi yang sangat

luas.Pengukuran pencapaian hasil pembangunan manusia di suatu wilayah harus

memberikan gambaran tentang dampak pembangunan manusia bagi penduduk

dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang partisipasi pencapaian

terhadap sasaran ideal.

2.8. Konsep Global Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia telah didefinisikan sebagai proses untuk

memperluas pilihan setiap orang (people choices) terhadap apa yang ingin di

capai sebagaimana Todaro dan Smith (2006). Usaha untuk memperluas pilihan

manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, kebebasan politik,

Page 52: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

perluasan lapangan pekerjaan, kesejajaran, dan perbaikan kualitas lingkungan dan

membuka akses bagi orang miskin.

Pertengahan tahun 1980-an indikator pembangunan ekonomi dengan

menggunakan GNP tidak lagi sesuai dengan model sekarang (unfashionable).Di

tahun 1980-an, GNP sudah tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya alat untuk

menganalisis dan menegaskan kesejahteraan sosial (social walfare). Gelombang

literature pada tahun 1970-an yang menyediakan berbagai data dari berbagai

negara (crossnational) sangat bermanfaat untuk menguji dan menganalisis tingkat

kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang. Tahun 1990-an UNDP

menggunakan Human Development Index(HDI) sebagai indikator untuk

menganalisis kesejahteraan sosial yang menggunakan tiga indikator pembangunan

yang terdiri dari pendidikan, kesehatan dan daya beli.

UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu konsep

proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut

penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan

dipandang sebagai saran (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk

menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu

diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan

(UNDP, 1995: 12). Secara singkat empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-

prinsip sebagai berikut :

1. Produktifitas.

Penduduk harus mampu untuk meningkatkan produktivitas dan untuk

berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan pekerjaan

nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan

bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat akses

terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang

memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,

sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan

berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

Page 53: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak

hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi-generasi yang

akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia dan lingkungan harus

selalu diperbarui (replenished).

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang

akan menentukan (bentuk) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi

dan mengambil manfaat dari proses pembangunan, karenanya

pembangunan harus oleh penduduk bukan hanya untuk mereka.

2.9. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development

Index) telah mengalami beberapakali perubahan, namun pada prinsipnya tidak

banyak yang berubah.Pada tingkat internasional perhitungan Human

Development Indexdilakukan untuk membandingkan kemajuan pembangunan

manusia antarnegara.Human Development Indexyang sebelumnya ditentukan

oleh kombinasi tiga indikator (harapan hidup pada saat lahir, melek huruf dan

pendapatan nasional), dalam perkembangannya ditambah satu indikiator yang

merupakan bagian dari indikator pendidikan (pengetahuan) yaitu lama

sekolah atau rasio partisipasi sekolah.

Tabel di bawah ini merupakan tabel dimensi dan indikator Indeks

Pembangunan Manusia yang merupakan tolok ukur dari penilaian IPM sesuai

dimensi, indikator dan dimensi indeks dari masing-masing elemen pembentuk

Indeks Pembangunan manusia.Adapun Dimensi umur panjang dan hidup

sehat indikatornya adalah harapan hidup saat lahir, dimensi pendidikan

indikatornya adalah tingkat melek huruf dewasa dan rata-rata lamanya

bersekolah, dan standar kehidupan yang layak indikatornya adalah

pengeluaran ril per kapita.

Page 54: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tabel 5 Dimensi dan Indikator IPM

Dimensi Indikator Dimension Index

Indeks

Pembangunan

Manusia

Umur Panjang

dan Hidup Sehat

Harapan Hidup

Saat Lahir

Indeks Harapan

Hidup

Pendidikan &

Pengetahuan

Tingkat Melek

Huruf Dewasa Indeks

Pendidikan Rata-rata Lamanya

Bersekolah

Standar

Kehidupan

Layak

Pengeluaran Riil

per kapita

Indeks

Pendapatan

Sumber : IPM, BPS Tahun 2010

Pembangunan manusia mencakup dimensi yang sangat

luas.Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang

telah dilakukan di suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran

tentang dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk dan sekaligus

dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap

sasaran ideal. UNDP sejak tahun 1990 menggunakan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan

indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua

dimensi dari pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok

pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan

dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah

umur panjang dan sehat yang akan mengukur peluang hidup,

berpengetahuan dan berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya

yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Badan Pusat Statistik memberikan ilustrasi penghitungan IPM

sebagai berikut :

Page 55: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

IPM = 1/3 (X(1) + X(2) + X(3))

Dimana : X(1) :Indeks Harapan Hidup

X(2) : Indeks Pendidikan = 2/3 (Indeks Melek Huruf) +

1/3 (Indeks Rata-rata lama sekolah)

X(3) :Indeks Standar Hidup Layak

Karena hanya mencakup tiga komponen itu maka IPM harus dilihat

sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks yang tercermin dari

luasnya dimensi pembangunan manusia.Oleh karena itu pesan dasar IPM

perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan

dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak

seluruhnya dapat diukur) seperti pemberdayaan perempuan, kebebasan

politik, kesinambungan lingkungan dan kemerataan antargenerasi.

Pembangunan manusia mencakup hampir semua aspek kehidupan

manusia mulai dari kebebasan menyampaikan pendapat, kesetaraan gender,

kesempatan memperoleh pekerjaan, gizi anak, hingga kemampuan untuk

membaca dan menulis bagi orang dewasa.Untuk keperluan mengukur hasil-

hasil pembangunan manusia, PBB melalui United Nation Development

Program (UNDP) telah menetapkan sebuah tolok ukur khusus yang dikenal

sebagai human development index (HDI) atau Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

IPM pada dasarnya adalah nilai yang menunjukkan tingkat

kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-

faktor lainnya pada negara-negara di seluruh dunia. Nilai IPM menunjukkan

pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi dasar

pembangunan manusia, yakni:

1. Usia yang panjang dan sehat, diukur dengan angka harapan hidup

(AHH).

2. Pendidikan, yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis atau angka

melek huruf (AMH) dengan pembobotan dua per tiga serta angka

Page 56: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

partisipasi kasar atau rata-rata lama sekolah (RLS) dengan

pembobotan satu per tiga.

3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto

(PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar AS.

Metodologi penghitungan angka IPM pada dasarnya dapat

dipelajari. Pertama kali harus diketahui data berupa angka harapan hidup

(AHH) dalam satuan tahun, angka melek huruf (AMH) dalam persentase

penduduk, angka rata-rata lama sekolah (RLS) dalam satuan tahun dan

angka pengeluaran per kapita dalam satuan mata uang. Masing-masing

data ini kemudian diubah menjadi indeks kesehatan, indeks pendidikan

dan indeks daya beli dengan membandingkannya dengan standar yang

ditetapkan oleh UNDP.

Angka IPM sangat dipengaruhi oleh angka rata-rata lama sekolah

(RLS), angka melek huruf (AMH), angka harapan hidup (AHH) dan daya

beli per kapita.Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan berdasarkan masing-

masing indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli.Selain penyebab

langsung, terdapat juga penyebab tidak langsung dan penyebab

mendasar.Jika pengaruh masing-masing faktor terhadap masing-masing

komponen IPM dapat diketahui, maka pembiayaan program-program

APBD yang berkaitan langsung dengan hal tersebut dapat meningkatkan

angka IPM secara optimal.

Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam bidang

pendidikan yang berpengaruh terhadap IPM dilakukan analisis regresi

berganda dengan variabel terikat angka IPM dan variabel bebasnya adalah

dengan melihat rata-rata lama sekolah (RLS) dan angka melek huruf.

(AMH) sebagaimana gambar di bawah ini:

Page 57: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : Wibowo 2008

Gambar 6 Pengaruh Pendidikan Terhadap IPM

Kuantitas guru sangat mempengaruhi partisipasi dalam bidang

pendidikan dimana semakin banyak jumlah guru maka akan semakin

meningkatkan partisipasi dalam bidang pendidikan sehingga

mempengaruhi Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Banyaknya guru sangat

dipengaruhi oleh seberapa besar daya beli masyarakat dalam membiayai

sekolahnya sampai dengan perguruan tinggi. Disamping dipengaruhi oleh

seberapa banyak lulusan tersebut mampu mengabdikan ilmunya di

bidang pendidikan, dalam hal ini berkaitan dengan kualitas atau mutu

tenaga pendidik dilihat dari seberapa besar jumlah tenaga pendidik

(Guru) lulusan sarjana (S1).

Angka Melek Huruf (AMH) sangat dipengaruhi oleh seberapa

besar jumlah masyarakat yang buta huruf dan droup out (putus sekolah).

Penyebab utama dari buta huruf dan droup out dapat dikarenakan sarana

dan prasarana pendidikan yang tidak menunjang, seperti jumlah sekolah

Penyebab

Utama Input Proses

Outp

ut

Indika

tor

Pengaruh

Pendidikan

Terhadap

IPM

Daya Beli

(kemiskinan)

Kuantitas&

Kualitas tenaga

pendidik

Kuantitas

&

Kualitas

Guru&

Masyarak

at

Partisi

pasi

Pendi

dikan

Rata-

rata

Lama

Sekolah

(RLS)

Motivasi &

Dukungan

Masyarakat

Pembentukan

Kelopok Kejar

Paket A, PKBM

Infrastruktur

Sarana&Prasarana

Pendidikan

(Jumlah SD,SMP

& SMA) Kualitas

&

Kuantitas

Peserta

Didik

Dropo

ut&

Buta

Huruf

Angka

Melek

Huruf

(AMH)

Jarak Tempuh

Biaya

Pendidikan

Pendapatan Per

Kapita

Alokasi Anggaran

Page 58: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

baik SD, SMP dan SMA yang terbatas, ataupun disebabkan oleh jarak

menuju sekolah sangat jauh sehingga sulit untuk ditempuh, dapat juga

disebabkan oleh kurangnya sarana transportasi menuju sekolah.

Disamping kurangnya sarana dan prasarana infrastruktur pendidikan,

kualitas dan kuantitas peserta didik juga dipengaruhi oleh seberapa besar

daya beli masyarakat dalam membiayai pendidikan dalam hal ini dilihat

dari besarnya pendapatan per kapita masyarakat dan juga anggaran

pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui dana bantuan

sekolah.

2.10. Penyusunan Indeks

Sebelum penghitungan IPM, setiap komponen IPM harus

dihitung indeksnya. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

( X(i,j) – X (i-min) )

Indeks X (i,j) =

( X(i-maks) – X (i-min) )

Dimana :

X (i,j) = komponen IPM ke i dari daerah j

X(i-min) = Nilai minimum dari Komponen IPM ke – i

X(i-maks) = Nilai maksimum dari Komponen IPM ke – i

Untuk menghitung indeks masing – masing komponen IPM

digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel 6.

Tabel 6 Nilai Maksimun dan Minimum dari setiap Komponen IPM

Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan

Angka Harapan Hidup 85 25 Standar UNDP

Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP

Rata-rata Lama Sekolah

Daya Beli

15

732.720,-a)

0

300.000,-

360.000 b)

Pengeluaran

Perkapita Riil yang

disesuaikan.

Ket. a) perkiraan maksimum pada akhir PJP II Tahun 2018

b) penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru.

Sumber : BPS, 2010.

Page 59: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

2.11. Peran Alokasi Anggaran Pemerintah Dalam Peningkatan IPM

Pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian yang besar pada

upaya peningkatan angka IPM sebagai indikator keberhasilan

pembangunan.Hal ini erat hubungannya dengan upaya pemerintah dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pendapatan masyarakat, peningkatan kesehatan dan pemerataan

pendidikan.Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah RI melalui

Anggaran Belanja Negara mengalokasikan dana dalam upaya

meningkatkan semua komponen pembentuk IPM melalui Dana

Perimbangan seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) kepada tiap daerah untuk keperluan pembangunan daerah.

Sebagaimana ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan pasal 40 disebutkan:

1. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk suatu daerah dialokasikan

berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar.

2. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas

fiskal.

3. Kebutuhan fiskal diukur dengan menggunakan variabel jumlah

penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk

Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

4. Kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Bagi Hasil (DBH).

5. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil

Daerah.

Dengan demikian, sangat jelas bahwa dalam menyalurkan Dana

Alokasi Umum Pemerintah memasukkan IPM sebagai variabel pengukur

sebagaimana diterangkan dalam ayat (3) Peraturan Pemerintah di atas yang

menyebutkan bahwa kebutuhan fiskal suatu daerah diukur dengan

menggunakan beberapa variabel diantaranya jumlah penduduk, Produk

Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM).

Page 60: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Namun demikian korelasi antara DAU per kapita dengan

pertumbuhan angka IPM sangat rendah.Hal ini menunjukkan bahwa DAU

tidak banyak digunakan untuk menghasilkan program-program pemerintah

daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

menunjang pertumbuhan angka IPM.

2.12. Pendidikan dan Kesehatan sebagai Investasi Modal Manusia.

Pendidikan adalah hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi.Todarodan

Smith (2006), pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan

yang mendasar, terlepas dari hal-hal yang lain, menurutnya kedua hal itu

merupakan hal yang penting.Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan,

dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang

memuaskan dan berharga; keduanya adalah hal yang fundamental untuk

membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti

makna pembangunan.Lebih jauh lagi kesehatan merupakan prasyarat bagi

peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga

bertumpu pada kesehatan yang baik.Oleh karena itu, kesehatan dan

pendidikan juga dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dalam

pembangunan. Yang vital, sebagai input fungsi agregat. Peran gandanya

sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan

sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

2.13. TeoriPendidikan Kaitannya dengan Modal Pembangunan

Manusia.

Status seseorang atau keluarga dapat dilihat berdasarkan tingkat

pendidikan yang sedang dan telah dialaminya sebagaimana Stanley dan

Hopkinset al. (1978).Popenoe (1997) menerangkan bahwa keberadaan

seseorang di dalam struktur organisasi kemasyarakatan merupakan status

yang mempunyai pengertian khusus.Status tersebut salah satunya adalah

aspek pendidikan sebagaimana Popenoe (1997).

Page 61: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Dalam arti luas, pendidikan mencakup setiap proses, kecuali yang

bersifat genetis, yang membentuk pemikiran, karakter, atau kapasitasi fisik

seseorang. Pendidikan tersebut berlangsung seumur hidup, karena harus

mempelajari cara berfikir dan bertindak yang baru dalam setiap perubahan

besar dalam hidup. Dalam arti sempit, pendidikan adalah penanaman

pengetahuan, keterampilan dan sikap pada masing-masing generasi dengan

menggunakan pranata-pranata, lembaga-lembaga pendidikan formal

maupun lembaga pendidikan non formal sebagaimana Manan (1989).

Pendidikan formal atau informal membentuk potensi kematangan

organisme.Pendidikan secara informal dipengaruhi oleh lingkungan yang

membentuk nilai-nilai dan kebiasaan, sedangkan pendidikan formal

merupakan upaya sadar oleh manusia untuk memberikan keterampilan dan

cara-cara berpikir yang sangat diperlukan untuk kehidupan di masyarakat

sebagaimana Segall et al.(1999).

Teori structural-fungsional yang merupakan consensus, atau

equilibrium theory memberikan gambaran bahwa pendidikan sebagai

lembaga yang berperan aktif dalam proses perubahan suatu masyarakat,

sementara sekolah merupakan masyarakat kecil sebagai agen sosialisasi

nilai-nilai moral yang ada dalam kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan

suatu lembaga pendidikan formal yang tidak hanya mengajarkan

pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan di kemudian hari

untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi lebih jauh dari itu adalah menanamkan

nilai-nilai budaya dan disiplin dalam masyarakat, agar anak didik menjadi

pekerja dan warga negara yang baik sebagaimana Calhoun et al. (1994).

Dari konsep ketenagakerjaan, fungsi pendidikan memiliki dua

dimensi penting yaitu dimensi kuantitatif meliputi: kemampuan

sistem/institusi pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik atau untuk

mengisi lowongan kerja yang tersedia, dan dimensi kualitatif yaitu

penghasil tenaga terdidik yang selanjutnya dapat dibentuk menjadi tenaga

penggerak pembangunan atau sebagai driving force for development.

sebagaimana George and Wardhallet al.(1991)

Page 62: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tingkat pendidikan seseorang dapat diukur dari pendidikan yang

diperolehnya dari sekolah. Tingkat pendidikan dalam skala status sosial

ekonomi. Dalam Warner-meeler-bells dibagi dalam 7 tingkat yaitu 1)

bersekolah di bawah 7 tahun, 2) bersekolah selama 7-9 tahun (3) bersekolah

10 sampai 11 tahun 4) tamat sekolah menengah umum, (5) tamat

D3/sekolah bisnis (6) tamat 21 perguruan tinggi dan (7) profesional (master,

doctor) sebagaimana Stanley dan Hopkinset al.(1978)

Analisis atas investasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan

menyatu dalam pendekatan modal manusia. Modal manusia (Human

Capital) adalah istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk

pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia yang lain yang dapat

meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Sebuah

analogi terhadap investasi konvensional dalam modal fisik telah dibuat:

Setelah investasi awal dilakukan, maka dapat dihasilkan suatu aliran

penghasilan masa depan dari perbaikan pendidikan dan kesehatan.

Akibatnya suatu tingkat pengembalian (rate of return) dapat diperoleh dan

dibandingkan dengan pengembalian dari investasi yang lain. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memperkirakan nilai diskonto sekarang dari aliran

pendapatan yang meningkat yang mungkin dihasilkan dari investasi-

investasi ini, dan kemudian membandingkannya dengan biaya langsung dan

tidak langsungnya. Tentu saja pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi

langsung terhadap kesejahteraan, namun pendekatan modal manusia

berfokus pada kemampuan tidak langsung untuk meningkatkan utilitas

dengan meningkatnya pendapatan.

2.14. Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan

Menurut Wibowo (2008), untuk mengukur indikator

peningkatan derajat pendidikan adalah dengan melihat rata-rata lama

sekolah (RLS) dan angka melek huruf. (AMH).Besar kecilnya angka rata-

rata lama sekolah dipengaruhi langsung oleh tingkat partisipasi masyarakat

dalam pendidikan formal (jenjang SD, SLTP dan SLTA).Ukuran yang

dapat digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi sekolah adalah

Page 63: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

angka partisipasi sekolah (APS) angka partisipasi kasar (APK) dan angka

partisipasi murni (APM).

Angka Partisipasi Sekolah adalah proporsi anak sekolah pada usia

jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan

jenjang pendidikan tersebut. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar adalah

Proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu dalam kelompok umur

sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Murni adalah

Proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah

pada jenjang yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut definisi,

APM selalu lebih rendah dibanding dengan APK. Angka Buta Huruf

adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang tidak dapat

membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Angka melek huruf

dipengaruhi secara langsung oleh banyaknya siswa yang putus sekolah dan

juga banyaknya jumlah penduduk buta huruf.

Selanjutnya menurutnya, secara umum penyebab tidak langsung

yang mempengaruhi RLS dan AMH adalah kuantitas dan kualitas guru.

Semakin baik kuantitas dan kualitas guru maka akan semakin

meningkatkan partisipasi dan menurunkan jumlah putus sekolah.

Penyebab tidak langsung yang lain adalah kuantitas dan kualitas sarana

pendidikan, biaya pendidikan dan kemudahan menjangkau sarana

pendidikan. Faktor kuantitas dan kualitas sarana pendidikan menentukan

dalam hal ketersediaan daya tampung sekolah. Semakin banyak dan

semakin baik sarana pendidikan akan meningkatkan partisipasi sekolah

dan mengurangi angka putus sekolah. Hal yang sama juga terjadi pada

faktor kemudahan menjangkau sarana sekolah. Semakin mudah sarana

sekolah dijangkau oleh masyarakat akan semakin meningkatkan

partisipasi sekolah dan menurunkan angka putus sekolah. Penyebab

mendasar yang mempengaruhi RLS dan AMH adalah daya beli,

dukungan keluarga, kelembagaan di masyarakat dan alokasi anggaran

pendidikan.Penyebab mendasar daya beli mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah terutama dalam hal biaya pendidikan dan kemudahan

menjangkau sarana pendidikan.

Page 64: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Masyarakat yang memiliki daya beli rendah tidak mampu

menyediakan biaya pendidikan yang memadai dan biaya transportasi

untuk sekolah anak-anaknya.Faktor dukungan keluarga berkaitan erat

dengan faktor daya beli.Dukungan keluarga yang lemah dalam

menyekolahkan anak-anaknya umumnya terjadi pada keluarga yang

memiliki daya beli rendah.Mereka lebih menginginkan anak-anaknya

bekerja dari pada menempuh pendidikan.Pada keluarga yang memilik

daya beli relatif baik, motivasi keluarga untuk menyekolahkan anak-

anaknya relatif tinggi.

Adapun faktor kelembagaan masyarakat lebih berkaitan dengan

penyediaan pendidikan non formal untuk menampung siswa yang putus

sekolah. Semakin baik kelembagaan di masyarakat akan semakin

meningkatkan partisipasi sekolah dan menekan buta huruf. Kelembagaan

yang dimaksud dalam hal ini adalah sejenis partisipasi masyarakat untuk

membantu sektor pendidikan terutama untuk menyelenggarakan berbagai

macam jenis pendidikan non formal seperti pendidikan buta aksara,

SLTP terbuka dan lain sebagainya.Penyebab mendasar alokasi anggaran

pemerintah berkaitan dengan kemampuan pemerintah menyediakan

sarana pendidikan yang memadai bagi masyarakat baik kuantitas maupun

kualitasnya. Semakin besar alokasi anggaran pembangunan untuk sektor

pendidikan maka akan semakin meningkatkan partisipasi sekolah dan

menurunkan angka buta huruf. Alokasi anggaran yang dimaksud bukan

hanya untuk penyediaan sarana pendidikan tetapi juga untuk perbaikan

kesejahteraan guru termasuk penyediaan subsidi bagi siswa yang berasal

dari keluarga kurang mampu.

2.15. Teori Todaro tentang Pengaruh Pendidikan dan Kesehatan

Todaro dan Smith (2006) menggambarkan bahwa variasi

pendapatan selama siklus hidup seseorang dengan pendidikan yang

berbeda-beda, dimana orang yang berpendidikan tinggi memulai kerja

purnawaktunya pada usia yang lebih tua, dan pendapatan mereka dengan

cepat melampaui orang-orang yang bekerja lebih awal. Namun

Page 65: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

keuntungan pendapatan dari pendidikan, harus dibandingkan dengan total

biaya yang dikeluarkannya untuk memperoleh pendidikan yang lebih

tinggi guna memahami nilai modal manusia sebagai sebuah investasi.

Biaya pendidikan tersebut meliputi pengeluaran-pengeluaran langsung

seperti uang sekolah, atau biaya lain yang khususnya terkait dengan

pendidikan, seperti buku-buku, dan biaya tidak langsung berupa

pendapatan yang dikorbankan karena siswa tidak dapat bekerja sembari

bersekolah sebagaimana gambar 7.

Sumber : Todaro & Smith, Tahun 2009.

Gambar 7 Biaya, Manfaat Sosial Pendidikan Vs Biaya, Manfaat

Individu.

Secara formal, keuntungan pendapatan dari tingkat pendidikan oleh

Todaro dirumuskan sebagi berikut : TP=∑

Dimana : TP = Total Pendapatan

t = Tahun

(1 + i) = Tahun-tahun bekerja selama hidup.

E = Pendapatan dengan pendidikan

N = Pendapatan tanpa pendidikan

Page 66: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Rumus yang serupa juga berlaku untuk kesehatan, dimana biaya

langsung dan tidak langsung dari berbagai sumber yang dicurahkan untuk

memperbaiki kesehatan dibandingkan dengan pendapatan ekstra yang

diperoleh di masa depan sebagai hasil dari tingkat kesehatan yang lebih

baik (seperti status gizi yang lebih baik).

2.16. Hasil-hasil penelitian IPM Terdahulu.

1. Soebeno (2005), berupaya untuk menganalisis pembangunan manusia dan

penentuan prioritas pembangunan sosial di Jawa Timur yang

menggunakan analisis disparitas, struktur ekonomi dan tipologi wilayah

dan analisis IPM menujukkan bahwa meskipun ketimpangan

pembangunan antarwilayah di Jawa Timur rendah namun berimplikasi

pada pembangunan sosial masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan dan

kualitas pendidikan penduduk, angka kematian bayi dan angka harapan

hidup masih mewarnai pembangunan di Jawa Timur. Namun disisi lain

daya beli penduduk mengalami peningkatan.

2. Abel (2006), yang ingin mengetahui disparitas pembangunan antara

Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI)

dengan sampel lokasi Kabupaten Cianjur dan Provinsi Gorontalo

menggunakan analisis disparitas, tipologi wilayah dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) tingkat kesenjangan antarwilayah

di Indonesia masih cukup tinggi 24 (sebesar 1,56), KBI sebesar 1,27

sedangkan KTI memiliki tingkat disparitas antarkabupaten kota yang lebih

tinggi sebesar 3,20; 2) faktor-faktor penyebab disparitas di KBI adalah

PDRB sektor sekunder dan tersier sedangkan di KTI adalah PDRB sektor

primer, sekunder, tersier dan kepadatan penduduk; 3) Kabupaten Cianjur

memiliki wilayah tertinggal di bagian selatan, wilayah transisi di bagian

tengah dan wilayah yang relatif maju dibagian utara karena interaksinya

dengan kota-kota besar di sekitarnya; 4) Provinsi Gorontalo memiliki

wilayah tertinggal di Kabupaten Boalemo dan agak tertinggal di

Kabupaten Gorontalo karena rendahnya ketersediaan sarana dan pra-

Page 67: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

sarana, sementara Kota Gorontalo relatif lebih maju karena menjadi pusat

pemerintahan dan perdagangan.

3. Mopangga (2010), dalam penelitiannya menganalisis ketimpangan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Gorontalo. Berdasarkan

penelitiannya menggunakan Indeks Williamson mengemukakan bahwa

kondisi ketimpangan di Provinsi Gorontalo di awal pembangunan

cenderung meningkat (divergence) dan berangsur menurun (convergence)

seperti yang ditunjukkan oleh kurva ketimpangan pembangunan dalam

Hipotesa Neo-Klasik. Secara simultan, dan parsial, ketimpangan

proporsional pada PDRB perkapita, Indeks Pembangunan Manusia dan

Rasio Belanja Infrastruktur signifikan sebagai sumber utama ketimpangan

di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Indeks Gini ketimpangan semakin

meningkat. Secara simultan ketiga variabel independen signifikan sebagai

sumber utama ketimpangan. Secara parsial, hanya ketimpangan

proporsional PDRB perkapita sebagai variabel yang tidak signifikan

sebagai sumber ketimpangan pembangunan.

Page 68: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 69: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Otonomi daerah erat kaitannya dengan pengembangan wilayah dan lokal

yang memandang pentingnya keterpaduan antarsektoral, antarspasial (keruangan),

serta antarpelaku pembangunan di dalam dan antardaerah.Sehingga setiap

program-program pembangunan sektoral dapat dilaksanakan dalam kerangka

pengembangan wilayah.

Penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah diikuti juga dengan

penyerahan kewenangan pembiayaan bagi penyelenggaraan pemerintahan kepada

daerah.Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, dituntut kemandirian

dalam menggerakkan roda pembangunan wilayahnya masing-masing baik dari

segi perencanaan, pembiayaan maupun pelakasanaannya.Partisipasi aktif

masyarakat dalam pembanguan tersebut secara langsung berpotensi untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Dengan

demikian prioritas pembangunan disetiap daerah lebih dititikberatkan pada konsep

bottom-up planning yang mengacu kepada kebutuhan daerah dengan

memperhatikan potensi dan kemampuan daerah yang bersangkutan.

Terbentuknya Provinsi Gorontalo, diharapkan dapat membawa perubahan

besar dalam upaya meningkatkan pembangunan, pelayanan pada pemerintahan

dan kemasyarakatan serta memberikan kewenangan dalam memanfaatkan potensi

yang ada diwilayahnya.Salah satu indikator dari keberhasilan otonomi daerah

dapat diukur dengan seberapa jauh peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

ditandai dengan meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia

(IPM).Keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar

terpenuhinya kebutuhan minimal yang diperlukan manusia untuk hidup dengan

layak.

Sebagaimana diketahui pembangunan manusia mulai dikenal sebagai salah

satu indikator pembangunan sejak United Nation Development Program (UNDP)

pada tahun 1990 menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Page 70: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Development Index (HDI) sebagai indikator komposit tunggal untuk mengukur

semua dimensi dari pembangunan manusia. Bahwa pembangunan manusia adalah

pembangunan yang mengaitkan dimensi ekonomi, pendidikan dan kesehatan

sekaligus dengan prasyarat pembangunan lingkungan eksternal : lingkungan

hidup, lingkungan sosial, dan lingkungan global yang berkelanjutan. Termasuk

pula di dalamnya kinerja pembangunan manusia dalam mengelola dimensi

ekonomi, pendidikan dan kesehatan dapat pula diukur lebih lanjut dengan

menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Indeks ini adalah agregasi

angka harapan hidup, angka melek huruf dan lama sekolah, serta tingkat

pendapatan per kapita. Tantangan mendasar untuk perbaikan indeks ini terletak

pada kemampuan untuk memperbaiki mutu pembangunan di sektor-sektor yang

berkaitan dengan pembangunan manusia tersebut.

IPM pada dasarnya adalah nilai yang menunjukkan tingkat kemiskinan,

kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-faktor lainnya pada

negara-negara di seluruh dunia. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada

sebuah negara dalam tiga dimenisi dasar pembangunan manusia yaitu (1) usia

yang panjang dan sehat, diukur dengan angka harapan hidup (AHH), (2)

pendidikan, yang diukur dengan tingkat baca tulis atau angka melek huruf (AMH)

dan (3) standar hidup layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB)

per kapita pada paritas daya beli.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian berusaha untuk mengkaji

dampak dari pelaksanaan otonomi daerah terhadap perkembangan tingkat IPM,

juga mencermati faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, pendidikan dan

kesehatan yang mempengaruhi IPM disamping faktor-faktor lain. Disamping itu

juga dalam penelitian ini membahas seberapa jauh Pemerintah Daerah

melaksanakan kebijakannya dalam upaya meningkatkan IPM.

Secara garis besar, penelitian ini diilustrasikan dalam kerangka pikir

penelitian pada Gambar 8 dan kerangka alur penelitian padaGambar 9.

Page 71: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 8. Kerangka Pemikiran

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

PEMBANGU

NAN

PARADIGMA PERTUMBUH

AN

PARADIGMA PEMERATAA

N & KEBERLANJUT

AN

PARADIGMA PEMBANGU

NAN MANUSIA

SENTRALISASI

DESENTRALISASI (OTONOMI DAERAH)

KETIMPANGAN

PENDIDIKAN

KESEHATAN

EKONOMI

Penyebab ketimpangan: - Sarana & prasarana

- Sumber Daya Manusia

- Sumber Daya Sosial

- Sumber Daya Alam (Karakteristik & Biofisik wilayah)

- Karakteristik struktur ekonomi wilayah.

- Kebijakan Pemda -

PROSES PEMBANGUNAN

MENGURANGI KETIMPANGAN

Sapras Kesehatan

Tenaga Medis & Non Medis

Tujuan Otonomi Daerah (Penjelasan UU No.32/2004):Diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Tujuan pembangunan manusia, adalah 1.produktivitas, 2.pemerataan, 3.kesinambungan, 4.pemberdayaan (UNDP, 1995)

Indikator Capaian IPM : peningkatan kualitas

pendidikan,

kesehatan,

kebebasan politik,

perluasan lapangan

pekerjaan,

kesejajaran, dan

perbaikan kualitas

lingkungan dan

membuka akses bagi

orang miskin.

(Todaro, 2003) Menganalisis:

Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan Provinsi Gorontalo;

Angka Melek Huruf

Agka Partisipasi Sekolh

Lama Sekolah, Rasio Guru &

Murid

PDRB Per Kapita Tingkat

Kemiskinan & Pengangguran

Page 72: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 9 Kerangka Alur Penelitian

SESUDAH OTONOMI

DAERAH

SEBELUM OTONOMI

DAERAH

Data Pembanguna

n Manusia Prov. Sulut

Analisis

IPM

Data Pendidikan Prov Sulut

Data PDRB Prov. Sulut

Data tingkat kemiskinan Prov. Sul-Ut

Analisis

Deskrip

tif

Analisis

Deskrip

tif

Analisis Deskrip

tif

Gambaran Tingkat

Pembangunan Manusia

Kualitas dan Kuantitas

Pendidikan

Pertumbuhan

Ekonomi

Data Kesehatan Prov Sulut

Analisis

Deskrip

tif

Kualitas dan Kuantitas Kesehatan

Gambaran Tingkat

Kemiskinan

Data Pembanguna

n Manusia Prov.

Gorontalo

Data Pendidikan

Prov. Gorontalo

Data PDRB

Prov. Gorontalo

Data tingkat kemiskinan

Prov. Gorontalo

Data Kesehatan

Prov. Gorontalo

Analisis IPM

Analisis

Deskrip

tif

Analisis

Deskrip

tif

Analisis Deskrip

tif

Analisis

Deskrip

tif

IPM Berdasarkan

Data Sesudah Otonomi Daerah

IPM Berdasarkan

Data Sebelum Otonomi Daerah

KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN

MANUSIA PROV.

GORONTALO

Page 73: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

3.2. Hipotesis Penelitian

Agar penelitian lebih terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,

maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga, persentase penduduk miskin, fasilitas kesehatan, dan Sarana

Pendidikan serta laju pertumbuhan ekonomi adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di Kota Gorontalo yang

merupakan gambaran wilayah yang tidak mengalami pemekaran.

2. Diduga, persentase penduduk miskin, fasilitas kesehatan, dan Sarana

Pendidikan serta laju pertumbuhan ekonomi adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di Kabupaten Gorontaloyang

merupakan gambaran wilayah yang mengalami pemekaran..

3. Diduga, persentase penduduk miskin, fasilitas kesehatan, dan Sarana

Pendidikan serta laju pertumbuhan ekonomi adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo yang

merupakan gambaran wilayah otonomi daerah.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di kabupaten Gorontalo, dan Kota

Gorontalo yang menjadi unit analisis sedangkan Provinsi Gorontalo menjadi

wilayah referensi.Peta wilayah penelitian pada Gambar 10.

Gambar 10 Peta Lokasi Penelitian.

Page 74: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Gorontalo yang sejak tahun 2001 mulai

memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi Utara.Adapun waktu pelaksanan

penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2011.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini semaksimal mungkin memafaatkan data-data sekunder yang

telah ada di BPS, BPS Provinsi, BPS Kabupaten dan departemen serta lembaga

yang terkait dalam upaya pembangunan manusia. Selain itu dengan pemerintah

daerah terkait dalam perencana, pelaksana dan pengawasan pembangunan

manusia seperti pihak dari Bappeda Provinsi, Bappeda Kabupaten dan Bappeda

Kota dan dinas terkait bila diperlukan seperti Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas

Pendidikan Kabupaten dan Dinas Pendidikan Kota, dan Dinas Kesehatan

Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kota. Dinas Tenaga

Kerja Provinsi, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten dan Dinas Tenaga Kerja Kota.

Untuk mengetahui perkembangan ekonomi daerah pada Badan Investasi Daerah

Provinsi, Bank Indonesia di Gorontalodan Biro Ekonomi Provinsi Gorotalo.

Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

perkembangan IndeksPembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Utara, ketika

Provinsi Gorontalo masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi Utara (Sebelum di

mekarkan), dan data berupa perkembangan Indeks Pembangunan Gorontalo

sesudah dimekarkan dari Provinsi Sulawesi Utara. Disamping itu data PDRB per

kapita dari sebelum dan sesudah berpisah dari provinsi Sulawesi Utara, data

jumlah penduduk miskin, data sarana dan prasarana pendidikan, data sarana dan

prasana kesehatan, dan data infrastruktur penunjang pemerintahan daerah.

. Untuk mempermudah pelaksanaan pengumpulan data, maka penyajian di

bawah ini secara ringkas dibuat dalam bentuk tabel atau matriks yang

berhubungan dengan tujuan penelitian, metode analisis, pengumpulan data berupa

jenis data dan alat analisis penelitian dan sumber data yang selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 7.

Page 75: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tabel 7. Matrik tujuan, metode, data dan sumber data dalam penelitian

No Tujuan Metode Analisis Variabel/Param

eter

Sumber Data

1. Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

IPMsebelum dan

sesudah Otonomi

Daerah di Kota

Gorontalo sejak Tahun

1995 sampai dengan

Tahun 2010

Metode

Statistika

Deskriptif

Analisis

Regresi

Berganda;

IPM Kota;

Persentase Penduduk

Miskin Kota; Sarana

dan Prasarana

Kesehatan Kota;

Sarana dan Prasarana

Pendidikan Kota;

Laju Pertumbuhan

Ekonomi Kota.

Bappeda Kota

Gorontalo

BPS Kota

Gorontalo

Dinas

Kesehatan

Kota Gorontalo

Dinas

Pendidikan

Kota Gorontalo

2.

Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi IPM

sebelum dan sesudah

pemekaran di

Kabupaten Gorontalo

sejak Tahun 1995

sampai dengan Tahun

2010

Metode

Statistika

Deskriptif

Analisis

Regresi

Berganda;

IPM Kabupaten;

Persentase Penduduk

Miskin Kabupaten;

Sarana dan

Prasarana

KesehatanKabupaten

; Sarana dan

Prasarana

Pendidikan

Kabupaten; Laju

Pertumbuhan

Ekonomi Kabupaten.

Bappeda Kab.

Gorontalo

BPS Kab.

Gorontalo

Dinas

Kesehatan

Kab. Gorontalo

Dinas

Pendidikan

Kab. Gorontalo

3.

Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi IPM

sebelum dan sesudah

Otonomi Daerah di

Provinsi Gorontalo

sejak Tahun 1995

sampai dengan Tahun

2010

Metode

Statistika

Deskriptif

IPM Provinsi;

Persentase Penduduk

Miskin Provinsi;

Sarana dan

Prasarana Kesehatan

Provinsi; Sarana dan

Prasarana

Pendidikan Provinsi;

Laju Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi.

Bappeda Prov.

Gorontalo

BPS Prov.

Gorontalo

Dinas

Kesehatan

Prov.

Gorontalo

Dinas

Pendidikan

Prov.

Gorontalo

3.5. Analisis terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Kota

Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka dilakukan regresi dengan

peubah bebas kualitatif dengan 2 kategori (yang berinteraksi dengan peubah bebas

lainnya). Sebelumnya data yang diolah digabungkan terlebih dahulu atau

Page 76: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dilakukan panel data yaitu penggabungan dataKabupaten dan Kota Gorontalo

menjadi satu, kemudian dilakukan regresi. Metodenya adalah dengan

menambahkan suatu peubah bebas baru yang merupakan perkalian antara 2

peubah bebas yang berinteraksi. Dalam model ini peubah bebas yang berinteraksi

adalah laju pertumbuhan ekonomi berinteraksi dengan dummykota dan persentase

penduduk miskin berinteraksi dengan dummy kota. Adapun model ekonometrika

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yit = α+β1X1it +β2X2it + β3X3t +β4X4it +β5X5it +β6X6it +β7(X3itX6it) +

β8(X4it X6it)+ et

Dimana :

Yit = IPM Kota Gorontalo & Kabupaten Gorontalo Pada

Tahun ke t.

X1it = Rasio Tenaga KesehatanKota Gorontalo & Kabupaten

Gorontalo Pada Tahun ke t.

X2it = Rasio SMPKota Gorontalo & Kabupaten Gorontalo

Pada Tahun ke t.

X3it = Laju Pertumbuhan EkonomiKota Gorontalo &

Kabupaten Gorontalo Pada Tahun ke t.

X4it = Persentase Penduduk Miskin Kota Gorontalo &

Kabupaten Gorontalo Pada Tahun ke t.

X5it = Dummy Otonomi Daerah (0 = Sebelum Otonomi

Daerah; 1 = Sesudah Otonomi Daerah)

X6it = Dummy Kota ( 0 = Kabupaten Gorontalo, dan; 1 =

KotaGorontalo)

(X3it X6it) = Interaksi antara Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan

Dummy Kota.

(X4it X6it) = Interaksi antara Persentase Penduduk Miskin dengan

Dummy Kota.

Untuk model dengan peubah dummy Kota (X6t) tersebut dapat diuraikan untuk

masing-masing kategorinya dengan memasukkan nilai peubah kategori tersebut

yaitu untuk model regresi Kabupaten Gorontalo(X6t) = 0 adalah :

Yt = α+β1X1it +β2X2it + β3X3it +β4X4it +β5X5it +β6(0)+β7(X3it)(0) +

β8(X4it)(0)+ eit

Yt = α+β1X1it+β2X2it + β3X3it +β4X4it +β5X5it + eit….....................…(1)

Sedangkan untuk model regresi dengan Kota Gorontalo (X6t) = 1 adalah :

Yt = α+β1X1it +β2X2it + β3X3it +β4X4it +β5X5it +β6(1)+β7(X3it)(1) +

β8(X4it)(1)+ et

Page 77: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Yt = α+β6 + β1X1it+ β2X2it+ β3X3it + β4X4it + β5X5it+ β7X3it+β8X4it+eit

……………………………………………………………………………………...……….(2)

Dari kedua model (1) dan (2) terlihat jelas bahwa yang berbeda adalah di

komponen dugaan paremeter intersep dan slope. Perbedaan intersepnya adalah α

dibandingkan (α+β6). Oleh karena itu, β6t : rata-rata perbedaan nilai IPM antara

kota dan kabupaten. Dalam kasus ini, intersep untuk masing-masing tidak perlu

diinterpretasikan, karena tidak bermakna atau sama dengan 0. Sedangkan

perbedaan nilai dugaan paramater slope peubah laju pertumbuhan ekonomi adalah

antaraβ3 dengan (β3 + β7). Artinya pengaruh laju pertumbuhan ekonomi (X3)

terhadap IPM tidak sama untuk kabupaten dan kota tersebut. Dengan pengertian

lain, ada pengaruh interaksi antara laju pertumbuhan ekonomi dengan dummy

kota terhadap IPM.

Sedangkan perbedaan nilai dugaan paramater slope peubah persentase

penduduk miskin adalah antaraβ4 dengan (β4 + β8). Artinya persentase penduduk

miskin (X4) terhadap IPM tidak sama untuk kabupaten dan kota tersebut. Dengan

pengertian lain, ada pengaruh interaksi antara persentase penduduk miskin

dengan dummy kota terhadap IPM.

3.6. Pengujian Model dan Hipotesis

Permodelan diatas akan diuji terlebih dahulu dengan kriteria ekonomi

dan pengujian statistik. Pengujian dengan kriteria ekonomi dapat dilakukan

dengan melihat tanda pada koefisien masing-masing peubah bebas.Dengan

demikian sebelum dilakukan estimasi model perlu dibuat hipotesis agar dapat

diperbandingkan dengan hasil estimasi.Hipotesis tersebut dapat menjadi dasar

kesesuaian hasil estimasi.Sedangkan untuk pengujian berdasarkan kriteria

statistik dapat dilakukan dengan uji keofisien regresi (uji t) dan uji statistik R2.

3.6.1. Uji-F

Untuk menguji apakah suatu model regresi dapat menjelaskan atau

memprediksi keragaman, maka digunakan statistik uji-F melalui analisis ragam

Page 78: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

(Analysis of Variance).Koefisien determinasi (R2) dihitung untuk menjelaskan

berapa persen keragaman permintaan dapat dijelaskan dalam suatu

model.Apabila koefisien determinasi makin mendekati nol, maka persamaan

regresi yang dihasilkan makin baik untuk mengestimasi nilai variabel tak bebas

(Y).

Tahapan untuk menguji apakah model regresi tersebut dapat

menjelaskan atau memprediksi keragaman, maka menggunakan tahapan sebagai

berikut :

1. Perumusan hipotesis :

H0 : β1 = … = β5 = 0 (model tidak dapat menjelaskan atau memprediksi

keragaman)

H1 : paling sedikit ada β1 ≠ 0 (model dapat menjelaskan atau memprediksi

keragaman)

2. Penentuan nilai kritis, misalnya dengan taraf nyata α = 5%. Pada uji ini

digunakan uji-F (F test).

3. Nilai Fhitung dapat diketahui dari hasil perhitungan computer dalam Tabel

Analisis Ragam (ANOVA)

4. Kriteria Pengambilan Keputusan (Decision Rule) :

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, artinya secara statistik belum dapat

dibuktikan bahwa suatu model dapat menjelaskan atau memprediksi

keragaman.Hal tersebut berarti bahwa semua variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap nilai variabel tak bebas (Y).Terima H1 (tolak H0),

jika Fhitung> Ftabel, artinya secara statistik telah dibuktikan bahwa model

tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman.Hal tersebut juga

berarti bahwa semua variabel bebas berpengaruh terhadap nilai variabel

tak bebas (Y).Kriteria keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan

angka probabilitas (P_value atau sign) yang diperoleh dari perhitungan

komputer kemudiandiperbandingkan dengan taraf nyata pengujian yang

digunakan (α=5%). Jika probabilitas (sign) lebih kecil dari taraf nyata

(α=5%), maka keputusannya adalah menolak H0 atau menerima hipotesis

alternatif (H1). P_value atau significance yang dikeluarkan oleh

Page 79: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

softwareMinitab atau SPSS ini dapat diinterpretasikan sebagai peluang

(resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H1.

3.6.2. Uji-t

Jika dalam pengujian model dengan uji-F disimpulkan bahwa model

tersebut dapat menjelaskan keragaman, maka permasalahan selanjutnya adalah

faktor mana yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel

dependent (Y) atau biasa disebut dengan uji-t.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan statistik uji-t, yaitu uji

hipotesis yang berkaitan dengan masing-masing koefisien model regresi.

Tahapan uji-t adalah sebagai berikut:

1. Perumusan Hipotesis:

H0 : βi = 0 (faktor ke-1 tidak berpengaruh terhadap peubah tak bebas

atau variabel dependent (Y)

H1 : βi ≠ 0 (faktor ke-2 berpengaruh terhadap peubah tak bebas atau

variabel dependent (Y)

2. Penentuan nilai kritis, misalnya dengan taraf nyata α=5%. Karena

pengujian dua sisi (two-tailed test) maka pada penentuan ttabel

menggunakan α/2. Untuk tabel t, derajat bebas (degree of freedom) adalah

n-p-1, dimana p menyatakan banyaknya peubah bebas dan n adalah

banyaknya kasus.

3. Nilai thitung masing-masing koefisien regresi dapat diketahui dari hasil

perhitungan komputer.

4. Pengambilan keputusan (Decision Rule):

Terima H0, jika |thitung | < ttabel, artinya secara statistik belum dapat

dibuktikan bahwa faktor ke-i tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah

tak bebas atau variabel dependent (Y).

Terima H1, (tolak H0) jika |thitung | > ttabel, artinya secara statistik telah dapat

dibuktikan bahwa faktor ke-i tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah

tak bebas atau variabel dependent (Y).

Kriteria keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan angka

probabilitas (P_value atau sign) yang diperoleh dari perhitungan komputer

Page 80: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

kemudian diperbandingkan dengan tarfnyata pengujian yang digunakan (α=5%).

Jika probabilitas (sign) lebih kecil dari taraf nyata (α=5%), maka keputusannya

adalah menolak H0 atau menerima hipotesis alternatif (H1). P_value atau

significance yang dikeluarkan oleh software Minitab atau SPSS ini dapat

diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H1.

3.6.3. Uji Statistik R2

Nilai R2menunjukkan persentase variable dependent dapat dijelaskan oleh

variabel independent. Dimana semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model

karena semakin besar keragaman peubah dependen yang dapat dijelaskan oleh

peubah independen.

R2 = 1 - = 1 - =

Dimana :

ESS = Error Sum Square atau jumlah kuadrat terkecil

RSS = Regression Sum Square atau Jumlah Kuadrat Regresi

TSS = TotalChi Square atau jumlah kuadrat total.

Ū t = Variabel Pengganggu (error term) dari model yang diestimasi

Yt= Variabel dependent

Ŷt= Variabel Independent

3.6.4. Multikolineritas

Multikolineritas adalah hubungan linear yang kuat antara variabel bebas

dalam persamaan regeresi berganda.Gejala multikolinearitas ini dapat dideteksi

dari nilai R2tinggi tetapi tidak terdapat atau sedikit sekali koefisien dugaan yang

berpengaruh nyata.

Uji formal untuk menentukan ada atau tidaknya multikolineritas dilakukan

jika terdapat suatu keraguan apaka nilai koefisien determinasi termasuk tinggi

atau tidak.Akan tetapi jika suatu model sudah ditetapkan memiliki nilai koefisien

determinasi yang tinggi, uji formal menuntukan multikolineritas.

Multikolinearitas dalam pooled data dapat diatasi dengan memberikan

Page 81: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

pembobotan (cross section weight) atau GLS, sehingga parameter degaan pada

taraf uji tertentu menjadi signifikan.

3.6.5. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan

(εt) sama atau homogenya. Dengan pengertian lain, Var (εi) = (εi2) = σ

2 untuk

setiap pengamatan ke-i dan peubah-peubah bebas dalam model regresi. Asumsi

ini disebut homoskedasitas. Jika ragam tidak sama atau Var (εi) = (εi2) = σ

2

untuk setiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi,

maka dikatakan bahwa ada masalah heteroskedatisitas (Juanda, 2009).

Apabila asumsi homoskedastisitas tidak terpenuhi, maka akan

menyebabkan dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap

tidak bias, dan masih konsisten , tetapi standar errornya bias ke bawah. Hal ini

menyebabkan penduga OLS tidak efisien lagi.

Heteroskedatisitas dapat dideteksi dengan membandingkan sum square

residual padaweighted statistics lebih kecil dibandingkan dengan sum square

residual unweighted statistics maka dapat disimpulkan terjadi heterskedastisitas.

Masalah heteroskedasitas dapat diatasi dengan metode white heteroskedasticity

yang diestimasi dengan GLS.

3.6.6. Autokorelasi

Asumsi lain dalam persamaan linear adalah tidak adanya autokorelasi

yakni korelasi serial antara sisaan (εt) dengan tidak ada. Dengan pengertian lain,

sisaaan menyebar bebas atau Cov (εi, εj) = E (εi, εj) = 0 untuk semua i ≠j, dan

dikenal juga sebagai bebas serial (serial independence) (Juanda, 2009).Masalah

autokorelasi ini akan membuat model menjadi tidak efisien meskipun masih

tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standard error dan

varian koefisien regresi yang diperoleh akanunderestimate.Sehingga R2akan

besar dan uji-t dan uji-F menjadi tidak valid.Autokorelasi yang kuat dapat

menybabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Bila

Page 82: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

OLS digunakan, maka akan terlihat koefisien signifikan dan R2 yang besar atau

disebut juga sebagai regresi lancing atau palsu.

Page 83: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

IV. PROFIL PROVINSI GORONTALO, KOTA GORONTALO, DAN

KABUPATEN GORONTALO

4.1. Profil Provinsi Gorontalo

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

2007-2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menetapkan visi : Gorontalo

sebagai Provinsi Inovatif dengan Misi : Mewujudkan masyarakat Gorontalo yang

mandiri, produktif, dan religius,” maka pemerintah Provinsi Gorontalo

menetapkan 3 program unggulan sebagai motor penggerak pembangunan yaitu

yang pertama mempercepat pengembangan sumberdaya manusia yang berbudaya

enterpreneur sebagai motor penggerak percepatan pembangunan melalui model

pendidikan berbasis kawasan. Keduamemacu pembangunan pertanian melalui

Program Agropolitan berbasis jagung. Dan ketiga pembangungan sektor

perikanan dengan pengembangan wilayah pesisir melalui model pengembangan

etalase perikanan dan model taxi mina bahari serta minapolitan. Untuk memahami

seberapa besar gambaran Provinsi Gorontalo, di bawah ini adalah profil provinsi

Gorontalo, dilihat dari letak geografis dan luas wilayah serta kondisi sosial budaya

dan perekonomian Provinsi Gorontalo.

4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Provinsi Gorontalo adalah salah satu dari 33provinsi di wilayah Republik

Indonesia yang sebelumnyaprovinsi ini merupakan salah satu wilayah di Provinsi

Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan

dengan otonomi daerah, Provinsi Gorontalo kemudian dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 38 tertanggal 22 Desember tahun 2000.Provinsi

Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi

Utara. Dengan posisi terletak antara 0º19’ - 1º15’ Lintang Utara dan 121º23’ -

123º43’ Bujur Timur. Provinsi Gorontalo memiliki batas administrasi sebagai

berikut:

Page 84: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sebelah Barat : Provinsi Sulawesi Tengah

Sebelah Timur : Provinsi Sulawesi Utara

Sebelah Utara : Laut Sulawesi, dan

Sebelah Selatan : Teluk Tomini.

Luas Provinsi Gorontalo 12.215,44 km².jika dibandingkan dengan

wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi ini hanya sebesar 0,64 persen. Provinsi

Gorontalo terdiri dari lima kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Boalemo,

Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango,

Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo dengan luas masing-masing

wilayah dengan persentase sebagai berikut :

Tabel 8. Luas wilayah Kabupaten - Kota di Provinsi Gorontalo

Kabupaten / Kota Luas Wilayah (km2) Persentase

Kabupaten Boalemo 2.567,36 21,02%

Kabupaten Bone Bolango 1.984,40 16,24%

Kabupaten Gorontalo 2.124,60 17,39%

Kabupaten Gorontalo Utara 1.230,07 10,07%

Kabupaten Pohuwato 4.244,31 34,75%

Kota Gorontalo 64,79 0,53%

Sumber :BPS Tahun 2010

Sampai dengan September 2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo

mencakup 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan. Data ini terus mengalami

perubahan seiring dengan adanya proses pemekaran Kabupaten-Kota, kecamatan,

desa, atau kelurahan yang ada di Provinsi Gorontalo hingga sekarang.Provinsi ini

pada awal berdirinya hanya terdiri dari dua kabupaten yaitu Kabupaten

Gorontalo dan Kabupaten Boalemo serta satukota, yaitu Kota Gorontalo. Namun

setelah adanya pemekaran, Provinsi Gorontalo kini terdiri dari lima kabupten dan

satuKota, dengan peta wilayah sebagai berikut :

Page 85: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 11 Peta Provinsi Gorontalo

Lahan di Gorontalo didominasi oleh wilayah perbukitan dan pegunungan

dengan ketinggian yang bervariasi, daerah tertinggi adalah 2060 meter dpl.

Lahan datar di Gorontalo relatif sangat terbatas, sebagian besar lahan berada

dalam kemiringan diatas 25 persen yaitu mencakup lebih dari 52 persen wilayah,

yang relatif marginal untuk lahan pertanian dan perkebunan dengan pengolahan

tanah yang intensif. Dan sebaliknya, wilayah yang landai dengan kemiringan 0 –

15 persen yang potensial dikembangkan tanaman perkebunan maupun tanaman

pangan hanya mencakup wilayah yang tidak lebih dari 30 persen saja. Dominan

tanah adalah Kambisol Haplik dengan Mediteran merah kuning (yang mencapai

lebih dari 80 persen wilayah), menunjukkan tidak ada kendala mengenai soil

sepanjang tersedia air.

Pemanfaatan Lahan dan Land Use

Tingkat pemanfaatan lahan konversi di seluruh Gorontalo untuk

pemukiman, pertanian dan perkebunan mencapai 23.44persen dari total pada

tahun 2003, sedangkan pada tahun 2005 diperkirakan telah melebihi 25persen.

Page 86: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tingkat pemanfaatan ini masih belum melampaui land use areal untuk

penggunaan lain dalam land use kawasan Provinsi Gorontalo yang mencapai

32,35persen ditambah hutan konversi 20 persen dari total. Sehingga tersisa hanya

sekitar 120 ribu Ha. Land use kawasan Provinsi Gorontalo sesuai dengan

ketetapan kawasan hutan di Gorontalo, 29,17persen merupakan kawasan lindung

sedangkan selebihnya merupakan kawasan budidaya. Dari 70,83persen kawasan

budidaya tersebut, sekitar 36,4persen merupakan hutan produksi yang hanya

boleh dikelola dan dimanfaatkan sesuai fungsi kehutanan. Dilihat dari besarnya

luas pemanfaatan lahan dan land use kawasan yang disediakan, Gorontalo tetap

memiliki keleluasaan konversi yang bisa dimanfaatkan untuk investasi. Disisi

lain, dengan potensi areal yang memiliki kemiringan rata-rata 0-15persen

memberikan keleluasaan lain dalam pemanfaatan lahan untuk berbagai kegiatan

usaha di Gorontalo. Walaupun demikian, pengoptimalan areal untuk

“pemanfaatan lain” dan pengelolaan kawasan hutan budidaya yang tersedia,

memberikan peluang berbagai kegiatan usaha dan usaha kehutanan tetap dapat

dilakukan.

Geoposisi Ekonomi

Gorontalo merupakan provinsi yang memiliki akses global yang terbuka

ke Asia Timur seperti China, Vietnam, Jepang, Korea termasuk Philipine, dan

negara-negara Asean (Malaysia, Brunei dan Philippines) tapi akses regional ke

wilayah padat penduduk di Indonesia (Jawa dan Sumatera) kurang ekonomis.

Karenanya Gorontalo dapat memanfaatkan potensi ini melalui kebijakan

perdagangan yang lebih fokus ke negara-negara tersebut (ekspor) daripada ke

Jawa dan Sumatra. Meskipun potensi ekonomi regionalnya mencakup juga

sumberdaya di Maluku, Halmahera dan Papua Barat, baik Sulawesi Utara

maupun Gorontalo belum cukup memanfaatkannya dengan maksimal, sehingga

merupakan peluang bagi investasi yang berorientasi ekspor.

4.1.2 Demografi

Berdasarkan data BPS Pronvinsi Gorontalo Tahun 2010, jumlah

penduduk Provinsi Gorontalo pada tahun 2003 adalah sebesar 881.057 jiwa,

Page 87: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

kemudian berkembang menjadi 960.335 jiwa pada tahun 2007 atau mengalami

pertambahan sebesar 79.278 jiwa dalam periode waktu 5 tahun terakhir (2003-

2007), atau tumbuh rata-rata berkisar 1,5 persen pertahun. Jumlah tersebut

mengalami kenaikan sebesar 130.151 jiwa dari jumlah penduduk pada tahun

2000 yang berjumlah 830.184 jiwa.Jumlah penduduk tahun 2009 yang disajikan

merupakan proyeksi penduduk. Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo pada tahun

tersebut sebanyak 983.952 jiwa, yang terdiri dari 497.576 jiwa penduduk lagi-

laki dan 486.376 jiwa penduduk perempuan. Jika dibandingkan dengan tahun

2008 maka penduduk provinsi Gorontalo bertambah 1,2 persen.Kepadatan

penduduk terbanyak berada di Kabupaten Gorontalo dengan 2.630 jiwa/km2,

sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten

Pohuwato, yaitu hanya 27 jiwa/km2.

Tabel 9 Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo menurut Kabupaten/Kota tahun

1999 – 2009.

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009

Kab. Boalemo 123.243 127.639 128.495

Kab. Gorontalo 338.381 339.620 340.470

Kab. Pohuwato 112.532 114.572 116.227

Kab. Bone Bolango 129.025 130.025 131.797

Kab. Gorontalo Utara 94.829 95.177 96.506

Kota Gorontalo 162.325 165.175 170.456

Provinsi Gorontalo 960.335 972.208 983.951

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, 2010

Sampai dengan tahun 2009 sebagaimana data BPS di atas, jumlah

penduduk Provinsi Gorontalo tercatat sebanyak 960.335 jiwa dengan komposisi

penduduk laki-laki lebih banyak di banding wanita yaitu penduduk laki-laki

sebanyak 497.576.dan penduduk perempuan sebanyak 486.376., sehingga

memiliki sex ratio sebesar 102,30. Meskipun penduduk terbanyak berada di

Kabupaten Gorontalo sebesar 340.470 pada tahun 2009, namun penduduk

perempuan terbanyak berada di Kota Gorontalo dengan jumlah 85.230 dibanding

laki-laki yang hanya berjumlah 85.225. Meskipun demikian jumlah laki-laki di

Page 88: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

hampir seluruh Kabupaten/Kota jauh lebih banyak di banding jumlah penduduk

wanita.

Tabel 10Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo Menurut Jenis Kelamin Tahun

2009

Kabupaten/Kota Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

Kab. Boalemo 65,272 62,223 127,495

Kab. Gorontalo 170,689 169,782 340,470

Kab. Pohuwato 59,281 56,947 116,227

Kab. Bone Bolango 66,719 65,079 131,797

Kab. Gorontalo Utara 49,390 47,116 96,506

Kota Gorontalo 85,225 85,230 170,456

Provinsi Gorontalo 497,576 486,376 983,952

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2010

4.1.3. Kondisi Sosial Budaya

Potret sehari hari masyarakat Gorontalo dikenal sangat kental dengan

paduan nuansa adat dan agama.Cerminan realitas tersebut terkristalisasi dalam

ungkapan “Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah”.Filosofi hidup ini

selaras dengan dinamika masyarakat yang semakin terbuka, modern, dan

demokratis. Dalam proses sosialisasi dan komunikasi keseharian masyarakat

Gorontalo, selain menggunakan Bahasa Indonesia juga menggunakan pula

Bahasa Gorontalo (Hulondalo). Bahasa daerah ini tidak ditinggalkan, kecuali

sebagai salah satu kekayaan budaya, penggunaannya memberi label ciri khas

Provinsi Gorontalo.Ciri khas budaya Gorontalo juga dapat dilihat pada makanan

khas, rumah adat, kesenian, dan hasil kerajinan tangan Gorontalo.Diantaranya

adalah kerajinan sulaman “Kerawang” dan anyaman “Upiya Karanji” atau

Kopiah Keranjang yang terbuat dari bahan rotan.Kopiah Keranjang ini

belakangan makin populer di Indonesia.Suku-suku yang bermukim di Kabupaten

Page 89: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Boalemo, terdiri dari suku Gorontalo, Jawa, Sunda, Madura, Bali, NTB.Selain itu

terdapat juga suku Bajo yang hidup berkelompok di suatu perkampungan di Desa

Bajo, Kecamatan Tilamuta dan Desa Torisiaje, Kecamatan Popayato.Mereka

tinggal di laut dengan mendiami bangunan rumah di atas air. Di desa Karengetan

Kecamatan Paguat dan Desa Londoun Kecamatan Popayato terdapat

perkampungan Suku Sangihe Talaud.Suku ini sudah berpuluh-puluh tahun

tinggal di desa tersebut dan telah membaur secara harmonis dengan suku

Gorontalo pada umunya dan Boalemo pada khususnya dengan tetap tidak

meninggalkan budaya dan adat asal.Suku Minahasa dapat ditemukan di Desa

Kaarwuyan, Kecamatan Paguat.Sebagaimana etnis lainnya yang telah berpuluh-

puluh tahun tinggal disini, mereka pada umunya telah berbaur dengan

masyarakat Boalemo dan Gorontalo pada umumnya juga tidak lupa untuk tidak

meninggalkan adat dan budaya asal.

4.1.4. Kondisi Pemerintahan

Secara wilayah administrasi, Provinsi Gorontalo terbagi menjadilima

wilayah Kabupaten, dan satu wilayah kota. Masing-masing wilayah administrasi

tersebut terbagi lagi menjadi beberapa wilayah administrasi di bawahnya, yaitu

kecamatan dan desa/kelurahan.Data BPS menyebutkan bahwa Provinsi

Gorontalo sampai dengan tahun 2009 mempunyai 66 Kecamatan dan 619

Desa/Kelurahan.

Dari segi aparat pemerintahan, pegawai pemerintah terdiri dari dua jenis

yaitu pegawai negeri vertikal dan pegawai negeri otonom. Jumlah pegawai negeri

vertikal di provinsi Gorontalo sampai dengan tahun 2009 sejumlah 5.868

pegawai, sedangkan untuk pegawai otonom di pemerintahan daerah Provinsi

Gorontalo sebanyak 2.562 pegawai yang terdiri dari 347 pegawai pada Sekretaris

Daerah dan Sekretaris Dewan, 673 pegawai pada Badan-badan, serta 1.542

pegawai pada dinas-dinas.

Dari sisi politik, jumlah anggota legislative yang ada di provinsi

Gorontalo sampai dengan tahun 2009 berjumlah 44 orang yang terdiri dari 13

orang dari Partai Golkar, 5 orang dari PPP, 5 orang dari Hanura, 4 orang dari

Page 90: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Demokrat, dan 4 orang dari PAN. Untuk PDI-P, PBB dan PKS, masing-masing 3

orang, sedangkan Gerindra dan PPRN, PKNU dan PDK masing-masing 1 orang.

4.1.5. Kondisi Tenaga Kerja dan Pengangguran

Hingga tahun 2009, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang

termasuk angkatan kerja adalah sejumlah 447.313 jiwa atau sekitar 56.82 persen

dari total penduduk usia 15 tahun ke atas. Berdasarkan data Survei Angkatan

Kerja Nasional (Sakernas) penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di

provinsi Gorontalo sejumlah 420.962 jiwa, sedangkan data pengangguran

berjumlah 26.316 jiwa. Pada tahun 2009 jumlah pencari kerja yang terdaftar di

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi Gorontalo berjumlah 25.267

orang, dan 59.25 persennya merupakan lulusan SMA.

4.1.6. Kondisi Pendidikan

Berdasarkan data tahun 2009 yang diperoleh dari dinas pendidikan

Provinsi Gorontalo, jumlah taman kanak-kanak yaitu 554 sekolah dengan 20.548

murid dan 1.856 guru. Jumlah Sekolah Dasar (SD) sederajat yaitu 922 sekolah

dengan 146361 murid dan 14.522 guru.Jumlah SMP sederajat yaitu 312 sekolah

dengan 47.076 murid dan 3.518 guru. Jumlah SMA sederajat yaitu 102 sekolah

dengan 36.657 murid dan 2.559 guru.Sedangkan perguruan tinggi, 14.627 siswa

terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo tahun 2009.

4.1.7. Kondisi Kesehatan

Dilihat dari sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Provinsi

Gorontalo tahun 2009, terdapat enam rumah sakit pemerintah dan satu rumah

sakit swasta. Sarana dan prasaran kesehatan di tingkat kecamatan diwakili

dengan adanya keberadaan Puskesmas sebanyak 74 buah, 268 puskesmas

pembantu, 63 puskesmas keliling darat, 17 puskesmas keliling laut, dan 325

puskesmas dengan tempat tidur. Sedangkan data pasangan usia subur (PUS)

tahun 2009 sebanyak 198.985 pasangan dan 157.724 diantaranya sudah menjadi

Page 91: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

peserta KB aktif terbanyak terdapat di Kabupaten Gorontalo dengan 83.67 persen

dari jumlah PUS.

4.1.8. Agama

Berdasarkan data BPS tahun 2009, mayoritas penduduk provinsi

Gorontalo memeluk agam islam yakni sebesar 98,18 persen. Sedangkan pemeluk

agama protestan sebanyak 1,09 persen, agama Katholik 0,23 persen, agama

hindu 0,39 persen dan sisanya 0,11 persen merupakan pemeluk agama Budha.

Jumlah jemaah haji yang diberangkatkan ke tanah suci pada tahun 2009

meningkat sebanyak 894 orang dibanding pada tahun 2008 hanya sekitar 871

orang.

4.1.9. Kondisi Pertanian

Luas panen padi sawah tahun 2009 adalah 47.733 hektar dengan produksi

mencapai 256.217 ton.Dengan demikian, rata-rata produksinya mencapai 53.68

kuintal per hektar.Luas panen jagung di Provinsi Gorontalo adalah seluas

124.798 hektar dengan produksi mencapai 569.110 ton, atau rata-rata

produksinya sebesar 45.69 kuintal per hektar.Untuk luas penen jagung terbesar

berada di Kabupaten Pohuwato dengan 42.01 persen dari luas panen jagung di

Provinsi Gorontalo.Sedangkan tanaman lainnya berproduksi kurang dari 10.000

ton per tahun.

4.1.10. Industri, Listrik dan Air Minum

Industri pengolahan besar-sedang di Provinsi Gorontalo pada tahun 2009

tercatat sebanyak 33 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 9.286

orang. Total nilai output mencapai 106.673 milyar Rupiah, sedangkan biaya

input 51.633 milyar Rupiah. Sehingga nilai tambah yang diperoleh dari industri

besar/sedang adalah 55.045 milyar Rupiah.Sedangkan untuk industri kecil dan

menengah pada tahun 2009 tercatat sebanyak 8.569 perusahaan dengan jumlah

tenaga kerja sebanyak 27.003 orang.Indudstri yang terbanyak adalah industri

pangan yang jumlah perusahaannya mencapai 40.56 persen.

Page 92: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Kebutuhan listrik di Provinsi Gorontalo dipenuhi oleh PT.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) wilayah VII Cabang Gorontalo yang

pada tahun 2009 total daya tersambung sebesar 101.356.870 VA dengan

produksi listrik terjual sebesar 188.619 KWh. Pelanggang listrik yang

tercatat di provinsi Gorontalo pada tahun 2008 adalah sebanyak 108.628

pelanggan dengan pendapatan penjualan listrik mencapai 124.416 milyar

rupiah.

Ketersediaan air minum yang bersih dan sehat sangat dibutuhkan

masyarakat.Jumlah pelanggan air minum di Provinsi Gorontalo pada tahun

2009 sejumlah 32.058 pelanggan. Sedangkan volume air yang disalurkan

pada konsumen sebanyak 8.040.483,75 m3 pada tahun 2009 dengan

penggunaan terbanyak untuk keperluan rumah tinggal atau 66.35 persan

dari total penyaluran.

4.1. 11. Perdagangan, Hotel dan Pariwisata

Nilai ekspor yang dihasilkan pada tahun 2009 adalah sebesar

US/$12.717.110. Nilai tersebut menunjukkan penurunan sebanyak 47.32

persen bila dibandingkan dengan nilai pada tahun

sebelumnya.Berdasarkan Negara tujuan, terlihat bahwa Philipina masih

merupakan negara tujuan utama untuk ekspor dari Gorontalo.Tercatat

bahwa 45.38 persen dari nilai ekspor provinsi Gorontalo pada tahun 2009

atau sebesar US/$5.79 juta.Merupakan ekspor dengan Negara tujuan

Philipina. Sedangkan berdasarkan golongan barang dapat dilihat bahwa

jagung merupakan komoditi ekspor yang paling dominan di Provinsi

Gorontalo. Nilai ekspor jagung pada tahun 2009 sebesar US/$7.430.431.

Penyaluran dan penjulan beras yang dilakukan oleh perum Bulog

Sub Divisi Gorontalo, pada tahun 2009 rencana pengadaan beras yang

ditargetkan 3.000 ton hanya tercapai 2.532.165 ton atau hanya sekitar

84.40 persen. Dari lima jenis bahan bakar minyak (BBM) yang disalurkan

oleh Pertamina selama tahun 2009, solar dan premiumlah yang merupakan

jenis BBM dengan volume terbanyak. Volume yang disalurkan untuk solar

adalah 88.716.090 liter dan untuk premium sebesar 71.337.625 liter.

Page 93: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Jumlah hotel di provinsi Gorontalo pada tahun 2009 adalah sebanyak 68

hotel dengan total kapasitas kamar yang tersedia 1.081 kamar dan jumlah tempat

tidur sebanyak 1.575 buah. Keberadaan hotel terbanyak berada di Kabupaten

Gorontalo yaitu 39 hotel atau sekitar 57.35 persen dari keseluruhan hotel yang

ada, sedangkan di kabupaten Boalemo terdapat 6 hotel, di kabupaten Gorontalao

terdapat 7 hotel, di kabupaten Pohuwato terdapat 14 hotel dan di kabupaten

Gorontalo Utara terdapat 2 hotel.

Pada tahun 2009, tercatat ada 72 tamu diving yang berkunjung ke Provinsi

Gorontalo yang terdiri dari 25 orang tamu domestik dan 47 orang tamu asing.

Sementara itu, untuk mendukung parawisata, pada tahun 2009 ada 9 restoran,

125 rumah makan dan 24 cafe.

4.2. Profil Kota Gorontalo

Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari propinsi Gorontalo yang luas

wilayahnya 64,79 KM atau sekitar 0,53 persen dari luas Propinsi Gorontalo.

Curah hujan di wilayah ini tercatat sekitar 11mm S/D 266mm pertahun. secara

umum, suhu udara di Gorontalo rata-rata pada siang hari 32 c, sedangkan suhu

udara rata-rata pada malam hari 23 c. Kelembaban udara relatif tinggi dengan

rata-rata 79,9 persen. Secara geografis wilayah Kota Gorontalo terletak antara

000 28' 17" - 000 35' 56" Lintang Utara (LU) dan 1220 59' 44" -1230 05' 59"

Bujur Timur (BT) dengan batas batas sebagai berikut :

Batas utara : Kecamatan Bolango utara Kabupaten Bone Bolango

Batas timur : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango

Batas selatan : Teluk Tomini

Batas barat : Kecamatan Telaga dan Batuda'a Kabupaten Gorontalo

Sampai dengan sekarang ini, Kota Gorontalo terdiri dari 9 kecamatan dengan 50

kelurahan yaitu: Kecamatan Kota Barat mempunyai 7 Kelurahan; Kecamatan

Dungingi mempunyai 5 Kelurahan; Kecamatan Kota Selatan mempunyai 5

Kelurahan; Kecamatan Kota Tengah mempunyai 6 Kelurahan; Kecamatan Kota

Timur mempunyai 6 Kelurahan; Kecamatan Kota Utara mempunyai 6

Page 94: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

KelurahanKecamatan Sipatana mempunyai 5 Kelurahan; Kecamatan Dumbo

Raya mempunyai 5 Kelurahan; Kecamatan Hulondalangi mempunyai 5

Kelurahan.

4.2.1. Transportasi

Untuk melayani besarnya arus mobilitas penduduk dan

memperlancar lalu lintas barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat lain, saat

ini tersedia sarana penunjang untuk akses transportasi darat yang

menghubungkan Kota Gorontalo dengan daerah di sekitar Kota Gorontalo.Untuk

mewujudkan Kota Gorontalo sebagai pusat perdagangan dan jasa di kawasan

Teluk Tomini serta menunjang perekonomian daerah telah tersedia empat buah

pelabuhan yaitu, Pelabuhan Laut Gorontalo, Pelabuhan Fery, Pelabuhan

Pertamina, dan Pangkalan Pendaratan Ikan.

4.2.2. Air Bersih

Pelayanan kebutuhan air bersih melalui PDAM Kota Gorontalo telah

menjangkau seluruh wilayah kecamatan. Status Kota Gorontalo sebagai ibukota

provinsi, berdampak signifikan terhadap pertumbuhan populasi penduduk

sehingga menyebabkan tingginya permintaan konsumsi air bersih. Hal ini

ditandai dengan meningkatnya jumlah pelanggan air bersih, terutama oleh

pelanggan rumah tangga.Tahun 2010, dengan kapasitas produksi 290 liter/detik

PDAM Kota Gorontalo mampu melayani 18.959 Pelanggan.danpada pertengahan

tahun 2011, PDAM Kota Gorontalo sudah mampu melayani 19.926 Pelanggan.

4.2.3. Telekomunikasi

Akselerasi pembangunan Kota Gorontalo yang semakin dinamis dalam

kurun lima tahun terakhir ditandai dengan semakin berkembangnya infrastruktur

dibidang telekomunikasi dan teknologi informasi. Untuk kebutuhan layanan

jaringan telepon rumah dan perkantoran, PT. Telkom dengan kapasitas sentral

sebesar 17.830 SST saat ini mampu melayani seluruh wilayah Kota Gorontalo

Page 95: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dan sekitarnya, sedangkan kebutuhan akan layanan mobile telecommunication

lebih didominasi operator-operator seluler seperti Telkomsel, Indosat, Pro XL,

dan Telkom Fleksi.

Kebutuhan akan layanan teknologi informasi juga semakin meningkat

terutama dalam memasuki komunikasi cyberspace di era globalisasi. Layanan

teknologi informasi yang ada saat ini masih belum mampu melayani kebutuhan

masyarakat Kota Gorontalo karena masih terbatasnya penyedia jasa Internet

Provider. Saat ini kebutuhan akan jasa teknologi informasi baru bisa dilayani

oleh Olami Net, Wasantara Net, dan Telkomnet Instant.

Penyebaran berita dan informasi pembangunan di Kota Gorontalo juga

dilakukan melalui media cetak dan elektronik, serta radio.Semakin bertambahnya

penyedia jasa di bidang ini seperti Mimoza TV, GO TV, CIVICA TV, TVRI

Gorontalo, makin mempertegas eksistensi Kota Gorontalo sebagai pusat

pelayanan jasa.

4.2.4. Listrik

Kapasitas daya terpasang pada PLN wilayah Suluttenggo cabang

Gorontalo sampai dengan tahun 2008 sebesar 66,370 kVA, serta jumlah travo

sebanyak 918 buah travo. Jumlah tenaga listrik yang diproduksi mencapai

181.527.649 kWh, sedangkan daya yang terjual sebesar 164.227.139 kWh

dengan total pelanggan mencapai 103.467 pelanggan.Untuk memenuhi

kebutuhan akan bahan bakar minyak, terdapat UPPDN Pertamina yang

dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelabuhan kapal tangker. UPPDN

Pertamina ini melayani seluruh wilayah Provinsi Gorontalo sampai dengan

wilayah lain disekitar Teluk Tomini.

4.2.5. Perumahan

Status Kota Gorontalo sebagai ibukota provinsi memberi dampak besar

terhadap tingginya kebutuhan rumah tinggal yang asri dan nyaman. Hal ini

mendorong developer lokal untuk membangun perumahan yang diarahkan untuk

masyarakat berpenghasilan sedang dan rendah. Pengawasan pemerintah terhadap

Page 96: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

pengembangan perumahan dilakukan melalui pengendalian perizinan kepada

para developer sesuai dengan tata ruang dan pengembangan kawasan

permukiman.

4.2.6. Pendidikan

Indikator yang menunjukkan perbaikan dan peningkatan angka kualitas

pendidikan adalah meningkatnya Angka Partisipasi Murni (APM), meningkatnya

Angka Partisipasi Kasar (APK), menurunnya angka putus sekolah.Peningkatan

Kapasitas sumber daya manusia melalui indikator sasaran APK dan APM selang

tahun 2001 - 2010 mengindikasikan peningkatan perluasan kesempatan

memperoleh pendidikan pada berbagai jenjang yang ditandai dengan

meningkatnya Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni.

Kota Gorontalo adalah sebuah kota tua yang sejak dahulu dikenal

sebagai Kota Jasa memiliki sejumlah bangunan tua khas daerah yaitu rumah

panggung yang masih banyak dapat dijumpai disepanjang jalan dalam

kota.Sebagai Ibu Kota Provinsi Gorontalo letaknya dibelahan nusantara atau di

utara Pulau Sulawesi yang jika dilihat dari dalam peta dunia terhampar tepat

dilintasi garis khatulistiwa sehingga tidak berlebihan jika Kota Gorontalo sebagai

zamrud khatulistiwa Indonesia yang memiliki pesona tersendiri.Potret

masyarakat Gorontalo dari masa pra kemerdekaan hingga kini, merupakan

sebuah masyarakat yang sangat kental dengan paduan nuansa adat dan

agama.Cerminan dari titik temu antara aspirasi terhadap tradisi budaya dan

keyakinan agama Islam yang kuat sehinga sebagai falsafat hidup "adat bersendikan

sara, sara bersendikan kitabullah" filosofi yang merupakan pijakan bersama warga

masyarakat Gorontalo selaras dengan kehidupan masyarakat yang semakin

terbuka, modern dan demokrasi yang sekaligus acuan nilai dan sistem etika.

4.2.7. Alokasi Ruang

Dalam aspek penataan ruang pada tahun 2008, Pemerintah Kota

Gorontalo melakukan revisi terhadap rencana tata ruang yang ada sebagaimana

yang diatur memalui Perda Nomor 16 Tahun 2002.Hal ini dilakukan sebagai

Page 97: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

bagian dari pelaksanaan ketentuan baru yaitu Undang-Undang Nomor 26 tahun

2007 Tentang Penataan Ruang.Disamping itu juga, revisi tersebut dianggap perlu

dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dinamika yang terjadi di Kota

Gorontalo, khususnya dibidang pemanfaatan ruang.Salah satu perkembangan

fisik kota yang cukup pesat di Kota Gorontalo dalam beberapa tahun terakhir

adalah pemanfaatan ruang untuk kepentingan perumahan pemukiman serta

perdagangan dan jasa. Hal ini menginidikasikan bahwa memang dalam beberapa

tahun terakhir ini, Kota Gorontalo menjadi tujuan berinvestasi bagi masyarakat,

baik investor dibidang properti seperti para pengembang dengan puluhan

kawasan perumahan yang berhasil dibangun, maupun investor dibidang

perdagangan.Untuk itulah dalam revisi Rencana Tata Ruang Kota Gorontalo,

asumsi -asumsi ini menjadi bagian penting dari perencanaan ke depan untuk

kepentingan investasi masyarakat khususnya dibidang perdagangan dan jasa

sudah diakomodir melalui peruntukan ruang bagi perdagangan dan jasa dengan

luasan dan sebaran yang cukup memadai.

4.3. Profil Kabupaten Gorontalo

Kabupaten Gorontalo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Gorontalo,

yang merayakan hari jadinya setiap tanggal 26 November, terhitung sejak

tahun 1673 atau 16 Syakban 1084 Hijriah.Kabupaten Gorontalo dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi dengan ibu kota

semula Isimu. Pada tahun 1978 ibu kota Kabupaten Gorontalo dipindahkan

ke Limboto.

Sampai dengan tahun 2011, Kabupaten Gorontalo sudah mengalami tiga

kali proses pemekaran. Pertama, tahun 1999 yang melahirkan Kabupaten

Boalemo; kedua, tahun 2003, yang melahirkan Kabupaten Bone Bolango; dan

ketiga, tahun 2007 yang melahirkan Kabupaten Gorontalo Utara.Letak

Kabupaten Gorontalo terletak pada posisi di antara 00.24" - 10.02 Lintang Utara

(LU) dan 121².59" - 123o.32 Bujur Timur (BT) dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Page 98: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

~ Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi

~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini

~ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo

~ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bonebolango dan Bolaang

Mongondow.

Sebelum dimekarkan pada tahun 1999, Kabupaten Gorontalo terdiri atas

18 kecamatan dengan luas 11.696 km² dan berpenduduk 672.000 jiwa (1997).

Setelah dimekarkan pada bulan Januari 2003, wilayah Kabupaten Gorontalo

tinggal mencakup 17 wilayah kecamatan, 155 desa, 29 kelurahan, berpenduduk

415.672 (tahun 2004) dengan tingkat kepadatan 86,15 jiwa/km² (1997).Pada

tanggal 2 Januari 2007, Kabupaten Gorontalo kembali dimekarkan dengan

membentuk Kabupaten Gorontalo Utara.Sampai dengan September 2010,

Kabupaten Gorontalo memiliki luas 2.124,60 km² dengan jumlah penduduk

354.857 jiwa (berdasarkan data SP 2010) dengan tingkat kepadatan penduduk

167,02 jiwa/km².Kabupaten Gorontalo hingga saat ini (2011) mencakup 18

wilayah kecamatan, 12 kelurahan, dan 157 desa.

Page 99: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA GORONTALO

Dewasa ini persoalan pencapain pembangunan manusia telah menjadi

perhatian para penyelenggara pemerintahan. Baik pemerintahan dipusat, maupun

pemerintahan di daerah. Untuk mengukur sejauh mana pembangunan manusia

tersebut, berbagai ukuran pembangunan manusia telah dibuat namun berbagai

ukuran pembangunan manusia tersebut tidak semuanya dapat digunakan sebagai

standar yang dapat diperbandingkan antar wilayah bahkan antar negara sekalipun.

Untuk menjembatani kebuntuan tersebut, Badan Perserikatan Bangsa Bangsa telah

menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia (IPM) atau secara

mendunia lebih dikenal dengan Human Develepment Index (HDI). Cara mengukur

HDI dibentuklah empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf,

rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup

adalah merupakan representasi dari dimensi umur panjang dan sehat sedangkan

ngka melek huruf dan rata-rata lama sekolah adalah merupakn cerminan dari

output dimensi pengetahuan. Dan indikator kemampuan daya beli

direpresentasikan untuk mengukur dimensi hidup layak.

5.1. Perkembangan Pembangunan Manusia di Kota Gorontalo

Sebagai komposit tunggal untuk mengukur sejauh mana tingkat

perkembangan Pembangunan Manusia, ada tiga komponen IPM sebagai penilai

kualitas sumberdaya manusia yaitu dilihat dari segi kualitas Pendidikan, kualitas

kesehatan dan daya beli masyarakat. Jika ketiga komponen tersebut memiliki

kualitas yang baik, maka secara otomatis sumberdaya manusianya memiliki

kualitas yang baik pula. Masing-masing indeks dari komponen IPM tersebut

menggambarkan tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini di bidang

kesehatan, pendidikan dan ekonomi.Sebagaimana hasil penelitian sebelumnya,

Indeks Pembangunan Manusia dianggap menjadi salah satu penyebab disparitas

karena mencerminkan kualitas sumberdaya manusia di Kota

Gorontalo.Pembangunan manusia juga merupakan faktor yang mempengaruhi

Page 100: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

tingkat kesejahteraan manusia di suatu wilayah baik secara jangka pendek

maupun jangka panjang.

Data tahun 1995 sampai dengan 2010 menunjukkan IPM Kota Gorontalo

sebagai adalah sebagai berikut :

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar 12 IPM Kota Gorontalo Tahun 1995 – 2010.

Perkembangan pembangunan manusia di Kota Gorontalo secara garis

besar menunjukkan kondisi yang semakin membaik kendati secara umum masih

terlihat relatifbersaing bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.

Perkembangan pembangunan manusia ini sangat dipengaruhi oleh adanya

perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut yaitu

komponen Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata

Lama Sekolah (RLS) dan pengeluaran riil per kapita (PPP).

5.2. Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo.

Pada penelitian ini, analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Kota Gorontalo dibatasi pada beberapa point di

bawah ini, yaitu : (1) Persentase Penduduk Miskin atau disingkat dengan

DUKIN;(2) Rasio atau perbandingan antara banyaknya Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) dengan jumlah penduduk per seratus ribu (100.000)

Page 101: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

orang; (3) Rasio atau perbandingan antara banyaknya Puskesmas Pembantu

(Pustu) dengan jumlah penduduk per seratus ribu (100.000) orang. Point (2) dan

point (3) ini merupakan elemen yang mewakili sekian banyak fasilitas kesehatan

di Kota Gorontalo. Disamping itu dari segi pelayan kesehatan akan dilihat dari

(4) Rasio atau banyaknya dokter umum yang dapat melayani penduduk per

seratus ribu penduduk (100.000) dan (5) Rasio atau banyaknya tenaga kesehatan

(para medis dan non medis) yang dapat melayani penduduk per seratus ribu

penduduk (100.000). Sedangkan dari segi fasilitas pendidikan akan dilihat dari

(6) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah siswa

(murid) yang belajar di SD tersebut. (7) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dengan jumlah siswa (murid) yang belajar di SMP

tersebut, dan (8) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA)

dengan jumlah siswa (murid) yang belajar di SMA tersebut. Disamping itu juga

akan dilihat sejauh mana pengaruh (9) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LAPEK)

terhadap pembentukan angka IPM di Kota Gorontalo. Dan satu hal lagi yang

akan dilihat dalam analisis ini adalah sejauh mana perkembangan IPM Kota

Gorontalo sebelum dan sesudah otonomi daerah.

Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan dari faktor-faktor yang

mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Kota Gorontalo, berikut ini

deskripsi ataupun gambaran perkembangan beberapa faktor yang mempengaruhi

IPM di Kota Gorontalo.

5.2.1. Persentase Penduduk Miskin di Kota Gorontalo

Angka kemiskinan di Kota Gorontalo secara garis besar mengalami

penurunan yang cukup signifikan, di mana pada tahun 1995 ketika wilayah ini

masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi Utara, persentase kemiskinan

mencapai 19,32 persen, terus mengalami penurunan di awal tahun pemekaran

pada tahun 2002 dan terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2010

dimana penduduk miskin pada tahun tersebut mengalami penurunan menjadi

5,49 persen. Penurunan tersebut merupakan penurunan terbesar ke 3 secara

nasional.

Page 102: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber :Olah Data Tahun 2012.

Gambar 13Persentase Penduduk Miskin Kota Gorontalo Tahun1995-2010.

5.2.2. Fasilitas Puskesmas di Kota Gorontalo

Fasilitas pusat kesehatan masyarakat di Kota Gorontalo pada umumnya

tidak mengalami kenaikan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan

setiap tahunnya, dimana ketika masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi

Utara, kota ini hanya memiliki enam buah Puskesmas pada tahun 1995, dan baru

mengalami penambahan satu buah puskesmas pada Tahun 2005. Hal ini

menunjukkan bahwa perkembangan Puskesmas dalam upaya melayani

masyarakat di Kota Gorontalo tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Namun demikian, pemanfaatan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas

tergantung juga pada akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan tersebut.

Banyaknya Puskesmas di suatu wilayah belum tentu menggambarkan banyaknya

pelayanan yang diberikan. Namun hal ini juga berkaitan dengan aksebilitas yang

dapat diperoleh masyarakat. Dalam hal ini pelayanan dilihat dari rasio fasilitas

Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Dengan banyaknya Puskesmas,

diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat dioptimalkan. Bila kita melihat

Page 103: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk di Kota Gorontalo dapat dilihat

sebagai berikut :

Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2012

Gambar 16 Rasio Puskesmas Dengan Jumlah Penduduk Kota Gorontalo Tahun

1995-2010.

Dari hasil olah data ini menunjukkan bahwa pelayanan fasilitas kesehatan

dalam hal ini Puskesmas di Kota Gorontalo mengalami penurunan rasio. Artinya

bahwa bertambahnya jumlah penduduk yang dibarengi dengan

bertambahnyaPuskesmas menjadikan rasio pelayanan Puskesmas terhadap

penduduk mengalami penurunan. Hal ini memberi arti bahwa kapasitas

pelayanan Puskesmas terhadap penduduk mengalami kenaikan, dikarenakan

pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang

dibarengi dengan pertumbuhan Puskesmas, sehingganya pelayanan Puskesmas

mengalami kenaikan.

5.2.3. Fasilitas Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kota Gorontalo

Sebagaimana Fasilitas Puskesmas, pengadaan Puskesmas Pembantu

(Pustu) di Kota Gorontalo juga perkembangannya tidak memperlihatkan

peningkatan yang signifikan. Data Tahun 1995, ketika kota ini masih bergabung

dengan Provinsi Gorontalo hanya terdapat 31 buah Puskesmas Pembantu,

Page 104: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

kemudian pada tahun 1998 mengalami penambahan 1 unit Puskesmas Pembantu,

dan selang waktu selama enam tahun kemudian hanya mengalami penambahan 1

unit yaitu pada tahun 2006 menjadi 33 unit sampai dengan sekarang ini.

Bila dilihat dari rasio Puskesmas Pembantu terhadap penduduk

menunjukkan bahwa perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu terus

mengalami penurunan.

Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2012

Gambar 15 Perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu (Pustu) terhadap

Penduduk Tahun 1995 – 2010

5.2.4. Rasio Dokter di Kota Gorontalo

Perkembangan jumlah tenaga medis dari tahun 2005 sampai dengan

2009 menunjukkan bahwa jumlah dokter umum meningkat dari tahun ke tahun.

Namun kembali mengalami penurun pada tahun 2009. Jika pada tahun 2005

jumlah dokter di Kota Gorontalo hanya 164 orang, maka pada lima tahun ke

depan yaitu tahun 2009 jumlah dokter mencapai 251 orang, atau meningkat

sebesar 65.3 persen. Namun bila dilihat dari perkembangan dokter menurut

Kabupaten/Kota pada tiga tahun terakhir maka peningkatan yang signifikan

terjadi di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, sebagaimana gambar 16 :

Page 105: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Tahun 2011

Gambar 16 Rasio Dokter per seratus ribu penduduk di Kota Gorontalo 3 Tahun

terakhir (2008-2010)

Dari Gambar di atas, nampak bahwa perkembangan Rasio Dokter

terhadap jumlah penduduk di Kota Gorontalo mengalami peningkatan Rasio,

utamanya pada empat tahun terakhir yaitu sejak tahun 2007 sampai dengan tahun

2010. Hal ini menunjukkan bahwa, bertambahnya jumlah penduduk di Kota

Gorontalo, tidak dibarengi dengan pemenuhan pelayanan terhadap kehadiran

dokter.

Jika dihitung berdasarkan rasio dokter dan jumlah penduduk Kota

Gorontalo pada tahun 2010 saja maka diperoleh rasio sebagai berikut:

Rasio Dokter dengan jumlah penduduk adalah 1 : 8.605 orang. Hal ini berarti

bahwa 1 orang Dokter melayani 8.605 orang penduduk. Rasio ini belum ideal,

karena standar rasio ideal yang adalah 1 : 2500 orang.

Rasio dokter terhadap jumlah penduduk menunjukkan sejauhmana kemampuan

pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakatnya.

Page 106: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

5.2.5. Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Gorontalo

Status tenaga kesehatan (Paramedis dan non medis) di Kota Gorontalo

dapat digambarkan melalui Rasio Tenaga Kesehatan terhadap jumlah penduduk

per seratus ribu orang.

Sumber : BPS, Tahun 2011

Gambar 17 Rasio Tenaga Kesehatan Kota Gorontalo Tahun 1995-2010.

Dari Gambar 17terlihat, perkembangan tenaga paramedis di Kota

Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan bahwa

perkembangan tenaga para medis mengalami fluktuasi yang beragam untuk

setiap tahunnya.

Nampak bahwa rasio tenaga kesehatan untuk tahun 2010 mengalami

kenaikan rasio bila dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya pada tahun

2009. Dimana tahun 2010 satu orang tenaga kesehatan melayani 4178 penduduk

Kota Gorontalo lebih tinggi bila dibanding dengan tahun tahun sebelumnya yang

hanya 1 : 1793. Rasio ini juga menunjukkan rasio paramedis yang belum ideal,

dimana rasio idealnya adalah 1 : 1.000. Rasio tenaga paramedis dan non medis

terhadap jumlah penduduk menunjukkan sejauhmana kemampuan pemerintah

daerah dalam hal ini dinas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakatnya.

Page 107: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

5.2.6. Rasio Bangunan SD Terhadap Jumlah Murid SD di Kota Gorontalo

Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah

satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu

kualitas sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah.

Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya

manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja

berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di daerahnya.

Untuk melihat pembangunan Sekolah Dasar, dan perbandingan bangunan

SD dengan jumlah terhadap murid SD yang merupakan rasio SD di Kota

Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, disajikan pada gambar

berikut:

Gambar18 Rasio Bangunan SD terhadap Jumlah Murid SD di Kota Gorontalo

Tahun 1995-2010.

Gambar 18 di atas memberikan gambaran, bahwa perkembangan

pembangan Sekolah Dasar di Kota Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan

2010, menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio

tersebut memperlihatkan perbandingan bangunan SD dengan murid SD pada

tahun 2010 adalah 1 : 1.870 yang berarti bahwa 1 Sekolah Dasar, diperuntukkan

Page 108: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

bagi 1.8702 murid SD. Hal ini menunjukkan menurunnya pelayanan SD bila

dibandingkan dengan kondisi Kota Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 : 1.273.

pada tahun 2002. Dimana satu Sekolah Dasar di peruntukkan oleh 1.273 murid

Sekolah Dasar.

5.2.7. Rasio Bangunan SMP dengan Jumlah Murid SMP di Kota Gorontalo

Gambar di bawah ini memperlihatkan perkembangan Rasio Bangunan

SMP dengan jumlah murid usia SMP yang bersekolah di SMP pada tahun

tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 19 Rasio Bangunan SMP terhadap Jumlah Murid SMP di Kota Gorontalo

Tahun 1995-2010.

Gambar 19 memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangunan

Sekolah Menengah Pertama di Kota Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan

2010, menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio

tersebut memperlihatkan perbandingan bangunan SMP dengan murid SMP pada

tahun 2010 adalah 1 : 1.535 yang berarti bahwa 1 SMP diperuntukkan bagi 1.535

murid SMP. Hal ini menunjukkan peningkatan pelayanan SMP bila

dibandingkan dengan kondisi Kota Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 : 6.815

Page 109: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

pada tahun 2002. Dimana satu Sekolah SMP di peruntukkan oleh 6.815 murid

SMP.

5.2.8. Rasio Bangunan SMA dengan Jumlah Murid SMA di Kota Gorontalo

Berikut ini gambaran perkembangan Rasio bangunan Sekolah Menengah

Atas terhadap murid yang bersekolah di SMA di Kota Gorontalo dari tahun 1995

sampai dengan Tahun 2010 :

Gambar 20 Rasio Bangunan SMA terhadap Jumlah Murid SMA di Kota

Gorontalo Tahun 1995-2010.

Grafik di atas memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangunan

SMA di Kota Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan 2010, menunjukkan

peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio tersebut memperlihatkan

perbandingan bangunan SMA dengan murid SMA pada tahun 2010 adalah 1 :

4.670 yang berarti bahwa 1 Sekolah SMA diperuntukkan bagi 4.670 murid SMA.

Hal ini menunjukkan penurunan pelayanan SMA bila dibandingkan dengan

kondisi Kota Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 : 9.758 pada tahun 2001.

Dimana satu SMA di peruntukkan oleh 9.758 murid SMA. Namun bila

dibandingkan dengan data rasio Sekolah SMA pada tahun 1995 masih jauh lebih

Page 110: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

rendah di banding tahun 2001, dimana pada tahun 1995 rasio sekolah SMA

adalah 1 : 2.298 murid SMA.

5.2.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota Gorontalo

Di bidang ekonomi, Kota Gorontalo mengalami

pertumbuhan ekonomi dengan trend yang terus meningkat sejak tahun 1999

dimana pada tahun 1998 ketika krisis monoter pertumbuhan ekonomi berada

pada 2,71 persen namun terus mengalami peningkatan di tahun 1999 yaitu 5,43

persen dan di awal pemekaran ketika menjadi provinsi baru yang terpisah dari

Sulawesi Utara, laju pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo berada pada 6,41

persen pada tahun 2002. Pertumbuhan Ekonomi tersebut terus meningkat

menjadi 7,56 persen pada tahun 2010, dan pertumbuhan ini berada di atas rata-

rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6,1 persen.

Gambar 21 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota Gorontalo Tahun 1995-2010.

Page 111: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN GORONTALO

6.1. Perkembangan Pembangunan Manusia di Kabupaten Gorontalo.

Sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan pembangunan, Indeks

Pembangunan Manusia seringkali dianggap menjadi salah satu penyebab

disparitas karena mencerminkan kualitas sumberdaya manusia.Pembangunan

manusia pada akhirnya juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat

kesejahteraan manusia di suatu wilayah baik secara jangka pendek maupun

jangka panjang.

Perkembangan Pembangunan manusia di Kabupaten Gorontalo tidak

lepas dari tiga komponen IPM sebagai penilai kualitas sumberdaya manusia yaitu

dilihat dari segi kualitas Pendidikan, kualitas kesehatan dan daya beli

masyarakat. Untuk melihat sejauhmana kualitas Indeks Pembangunan di

Kabupaten Gorontalo, berikut ini gambar perkembangan IPM Kabupaten

Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan 2010.

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar22 IPM Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010.

Page 112: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Dari Gambar 22, memperlihatkan bahwa IPM Kabupaten Gorontalo

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bila dilihat pada tahun awal pemekaran,

maka terlihat perkembangan IPM Gorontalo pada tahun 2002 berada pada angka

64,3 dan terus mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya, hingga pada tahun

2010 mencapai angka 70,1 persen. Hal menunjukkan bahwa perkembangan IPM

Gorontalo terus mengalami peningkatan.

6.2. Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Kabupaten

Gorontalo

Pada penelitian ini, analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Gorontalo dibatasi pada beberapa

point di bawah ini, yaitu : (1) Persentase Penduduk Miskin atau disingkat

dengan DUKIN;(2) Rasio atau perbandingan antara banyaknya Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) dengan jumlah penduduk per seratus ribu (100.000)

orang; (3) Rasio atau perbandingan antara banyaknya Puskesmas Pembantu

(Pustu) dengan jumlah penduduk per seratus ribu (100.000) orang. Point (2) dan

point (3) ini merupakan elemen yang mewakili sekian banyak fasilitas kesehatan

di Kabupaten Gorontalo. Disamping itu dari segi pelayan kesehatan akan dilihat

dari (4) Rasio atau banyaknya dokter umum yang dapat melayani penduduk per

seratus ribu penduduk (100.000) dan (5) Rasio atau banyaknya tenaga kesehatan

(Para medis dan non medis) yang dapat melayani penduduk per seratus ribu

penduduk (100.000). Sedangkan dari segi fasilitas pendidikan akan dilihat dari

(6) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah siswa

(murid) yang belajar di SD tersebut. (7) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dengan jumlah siswa (murid) yang belajar di SMP

tersebut, dan (8) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA)

dengan jumlah siswa (murid) yang belajar di SMA tersebut. Disamping itu juga

akan dilihat sejauh mana pengaruh (9) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LAPEK)

terhadap pembentukan angka IPM di Kabupaten Gorontalo. Dan satu hal lagi

yang akan dilihat dalam analisis ini adalah sejauh mana perkembangan IPM

Kabupaten Gorontalo sebelum dan sesudah otonomi daerah. Untuk mengetahui

sejauhmana perkembangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks

Page 113: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Pembangunan Manusia di Kabupaten Gorontalo, berikut ini deskripsi ataupun

gambaran perkembangan beberapa faktor yang mempengaruhi IPM di Kabupaten

Gorontalo.

6.2.1. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Gorontalo

Angka kemiskinan di Kabupaten Gorontalo secara garis besar mengalami

penurunan yang cukup signifikan, di mana pada tahun 1995 ketika wilayah ini

masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi Utara, persentase kemiskinan

mencapai 26,97 persen, dan mengalami koreksi hingga pada tahun 2002 berada

pada 36,60 persen di awal tahun pemekaran dan terus mengalami penurunan

sampai dengan tahun 2010 dimana penduduk miskin pada tahun tersebut menjadi

18,87 persen. Penurunan tersebut merupakan penurunan terbesar ke 3 secara

nasional.

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar23. Persentase Kemiskinan Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010

6.2.2. Fasilitas Puskesmas di Kabupaten Gorontalo

Sebagai Kabupaten tertua, Kabupaten Gorontalo memiliki fasilitas

Puskesmas yang setiap tahunnya mengalami perkembangan. Banyaknya

Puskesmas diwilayah ini diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Page 114: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dapat dioptimalkan. Bila melihat Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk di

Kabupaten Gorontalo terlihat bahwa telah terjadi lonjakan rasio yang sebelumnya

pada tahun 2008 hanya berada pada 5,89 menjadi 23, 60 pada tahun 2010

sebagaimana gambar berikut :

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar24 Rasio Puskesmas Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010.

6.2.2. Fasilitas Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kabupaten Gorontalo

Rasio Puskesmas Pembantu terhadap penduduk menunjukkan bahwa

perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu terus mengalami penurunan tahun

2002 sejak dimekarkannya dari Propinsi Sulawesi Utara. Pada tahun ini Rasio

Puskesmas Kabupaten Gorontalo berada pada angka 28,56 dan terus menurun

sampai dengan tahun 2008 yaitu pada angka 27,68 namun kemudian rasionya

meningkat pada tahun 2009 dan tahun 2010 yaitu berada pada angka 78,71 dan

77,81 sebagaimana gambar berikut :

Page 115: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar25 Rasio Puskesmas Pembantu Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 –

2010.

6.2.3. Rasio Dokter di Kabupaten Gorontalo

Rasio Dokter terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Gorontalo di tahun

awal pemekaran terus mengalami penurunan rasio, yaitu pada tahun 2002 berada

pada angka 1.976 hingga tahun 2008 berada pada angka 795, namun kemudian

mengalami peningkatan Rasio pada tahun 2009 yaitu berada pada angka 7,108.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya tenaga dokter yang pada tahun

tersebut melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, sehingga berdampak

kepada menurunnya pelayanan terhadap masyarakat, dimana setiap satu orang

dokter harus melayani sekitar 7,108 orang pasien. Hal ini sangat jauh berbeda

dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008 rasio dokter ketika berada pada

1 : 795, hal ini memberi arti bahwa setiap satu orang dokter melayani 795 pasien.

Angka ini berada di bawah angka ideal dimana rasio ideal untuk setiap dokter

adalah 1 : 1000 orang yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut (2008) telah

terjadi pelayanan kesehatan yang sangat memadai terhadap pelayanan kesehatan

di Kabupaten Gorontalo.

Page 116: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar26 Rasio Dokter di Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010.

6.2.4. Rasio Tenaga Kesehatan di Kabupaten Gorontalo

Status tenaga kesehatan (Paramedis dan non medis) di Kabupaten

Gorontalo dapat digambarkan melalui Rasio Tenaga Kesehatan terhadap jumlah

penduduk per seratus ribu orang sebagaimana gambar 27. Dari gambar di

27terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan untuk tahun 2009 dan 2010 mengalami

kenaikan rasio bila dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya pada tahun

2008. Dimana pada tahun 2009 satu orang tenaga kesehatan melayani 5090 dan

tahun 2010 melayani 4868 orang penduduk Kabupaten Gorontalo lebih tinggi

bila dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya yang hanya 1 : 1283. Rasio

ini juga menunjukkan rasio Paramedis yang belum ideal, dimana rasio idealnya

adalah 1 : 1.000.

Page 117: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar27 Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Gorontalo Tahun 1995 – 2010

6.2.5. Rasio Bangunan SD Dengan Jumlah Murid SD di Kabupaten

Gorontalo.

Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah

satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu

kualitas sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah.

Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya

manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja

berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di daerahnya.

Untuk melihat pembangunan Sekolah Dasar, dan perbandingan

bangunan SD dengan jumlah terhadap murid SD yang merupakan rasio SD di

Kabupaten Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, disajikan pada

gambar berikut :

Page 118: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Hasil olahan, Tahun 2011.

Gambar28 Rasio Bangunan SD terhadap Murid SD di Kabupaten Gorontalo

Tahun 1995 – 2010.

Gambar 28memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangan

Sekolah Dasar di Kabupaten Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan 2010,

menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio tersebut

memperlihatkan perbandingan bangunan SD dengan murid SD pada tahun 2010

adalah 1 : 1.965 yang berarti bahwa 1 Sekolah Dasar, diperuntukkan bagi 1.965

murid SD. Hal ini menunjukkan menurunnya pelayanan SD bila dibandingkan

dengan kondisi Kabupaten Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 : 811 pada tahun

2002. Dimana satu Sekolah Dasar di peruntukkan oleh 811 murid Sekolah Dasar.

6.2.6. Rasio Bangunan SMP dengan Jumlah Murid SMP di Kabupaten

Gorontalo

Gambar di bawah ini memperlihatkan perkembangan Rasio Bangunan

SMP dengan jumlah murid usia SMP yang bersekolah di SMP pada tahun

tersebut adalah sebagai berikut :

Page 119: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Hasil olahan, Tahun 2011.

Gambar 29 Rasio Bangunan SMP per Murid SMP di Kabupaten Gorontalo

Thn 1995 – 2010.

Gambar 29memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangunan

Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Gorontalo dari tahun 1995 sampai

dengan 2010, menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari

rasio tersebut memperlihatkan perbandingan bangunan SMP dengan murid SMP

pada tahun 2010 adalah 1 : 1.027 yang berarti bahwa 1 Sekolah SMP

diperuntukkan bagi 1.027 murid SMP. Hal ini menunjukkan peningkatan

pelayanan SMP bila dibandingkan dengan kondisi Kabupaten Gorontalo di awal

pemekaran yaitu 1 : 2.140 pada tahun 2002. Dimana satu Sekolah SMP di

peruntukkan oleh 2.140 murid SMP.

6.2.7. Rasio Bangunan SMA dengan Jumlah Murid SMA di Kabupaten

Gorontalo

Berikut ini gambaran perkembangan Rasio bangunan Sekolah Menengah

Atas terhadap murid yang bersekolah di SMA di Kabupaten Gorontalo dari tahun

1995 sampai dengan Tahun 2010 :

Page 120: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS, Hasil olahan, Tahun 2011.

Gambar 30 Rasio Bangunan SMA per Murid SMA di Kabupaten Gorontalo Thn

1995 – 2010.

Gambar 30memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangunan

SMA di Kabupaten Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan 2010,

menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio tersebut

memperlihatkan perbandingan bangunan SMA dengan murid SMA pada tahun

2010 adalah 1 : 3.513 yang berarti bahwa 1 Sekolah SMA diperuntukkan bagi

3.513 murid SMA. Hal ini menunjukkan penurunan pelayanan SMA bila

dibandingkan dengan kondisi Kabupaten Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 :

5183 pada tahun 2001. Dimana satu Sekolah SMA di peruntukkan oleh 5183

murid SMA.

6.2.8. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gorontalo

Di bidang ekonomi, Kabupaten Gorontalo mengalami pertumbuhan

ekonomi dengan trend yang terus meningkat sejak tahun 1999 dimana pada tahun

1998 ketika krisis monoter pertumbuhan ekonomi berada pada -2,58 persen

namun terus mengalami peningkatan di tahun 1999 yaitu 3,26 persen dan di awal

Page 121: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

pemekaran ketika menjadi provinsi baru yang terpisah dari Sulawesi Utara, laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo berada pada 6,91 persen pada tahun

2002. Pertumbuhan ekonomi tersebut terus meningkat menjadi 7,62 persen pada

tahun 2010, dan pertumbuhan ini berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi

nasional yang hanya sebesar 6,1 persen.

Sumber : BPS, Hasil Analisis, Tahun 2011.

Gambar 31 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo Thn 1995 – 2010

Page 122: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 123: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

VII. ANALISIS EKONOMETRIKA TERHADAP FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI

KOTA DAN KABUPATEN GORONTALO

7.1. Model terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di

Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo

Berdasarkan deskripsi terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) baik di Kota Gorontalo maupun di

Kabupaten Gorontalo, selanjutnya diteliti bagaimana pengaruh yang diberikan

oleh faktor-faktor tersebut dengan melihat apakah faktor-faktor tersebut

memberikan dampak yang berpengaruh positif ataukah berpengaruh negatif.

Hasil keterkaitan pengaruh tersebut nantinya akan dijadikan dasar atau landasan

dalam menentukan kebijakan pembangunan selanjutnya. Harapan utamanya tentu

saja adalah untuk bisa meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kota

Gorontalo secara simultan dan berkelanjutan serta sinergis antara aparat

pemerintah dengan kebutuhan masyarakat.

Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian, maka dilakukan

pembentukan model untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Data yang

digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang

berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo

dan Kabupaten Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. Tahap

pertama dilakukan regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

IPM di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka dilakukan regresi dengan

peubah bebas kualitatif dengan 2 kategori (yang berinteraksi dengan peubah

bebas lainnya). Metodenya adalah dengan menambahkan suatu peubah bebas

baru yang merupakan perkalian antara 2 peubah bebas yang berinteraksi. Dalam

model ini peubah bebas yang berinteraksi adalah laju pertumbuhan ekonomi

berinteraksi dengan dummy kota dan persentase penduduk miskin berinteraksi

Page 124: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dengan dummy kota. Sebagaimana model ekonometrika yang telah di uraikan

pada sub bab 3.7. dimana metodelogi yang gunakan adalah sebagai berikut :

Yit = α+β1X1it +β2X2it + β3X3t +β4X4it +β5X5it +β6X6it +β7(X3itX6it) + β8(X4it

+X6it)+ et

Dengan peubah dummy Kota (X6t)yang diuraikan untuk masing-masing

kategorinya dengan memasukkan nilai peubah kategori tersebut yaitu untuk

model regresi kabupaten Gorontalo(X6t) = 0 adalah :

Yt= α+β1X1it+β2X2it + β3X3it +β4X4it +β5X5it + eit..................................... (1)

Sedangkan untuk model regresi dengan Kota Gorontalo (X6t) = 1 adalah :

Yt = α+β6+β1X1it+β2X2it+β3X3it+β4X4it+β5X5it+β7X3it+β8X4it+eit .……………(2)

Dari kedua model (1) dan (2) terlihat jelas bahwa yang berbeda adalah pada

komponen dugaan paremeter intersep dan slope. Perbedaan intersepnya adalah α

dibandingkan (α+β6). Oleh karena itu, β6t : rata-rata perbedaan nilai IPM antara

kota dan kabupaten.

7.2. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di

Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakanSoftwareEvieus4, maka

diperoleh persamaan sebagai berikut :

IPMt= 62.7 + 0.025 RTKt -0.003RSMPt + 1.853 D_OTDAt + 0445

D_KOTA_LAPEKt -0.115 DKOTA_DUKINt

Dimana :

IPMt : IPM Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo

pada tahun ke t.

RTKt : Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 di

KotaGorontalo dan Kabupaten Gorontalo pada

tahun ke t.

RSMPt : Rasio Banyaknya Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dengan banyaknya Murid Usia SMP di

Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo pada

tahun ke t.

Page 125: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

D_OTDAt : Dummy (0 = Sebelum Otonomi Daerah; 1 =

Setelah Otonomi Daerah)

D_KOTA_LAPEKt : Dummy Kota Interaksi dengan Laju Pertumbuhan

Ekonomi.

D_KOTA_DUKINt : Dummy Kota Interaksi dengan Persentase

Penduduk Miskin.

Dari persamaan di atas diperoleh regresi kabupaten Gorontalo(X6t) = 0 adalah :

IPMt =62.7 + 0.025 RTKt -0.003RSMPt + 1.853 D_OTDAt............... .............(1)

Sedangkan untuk model regresi dengan Kota Gorontalo (X6t) = 1 adalah :

IPMt = 62.7 + 0.025RTKt -0.003RSMPt + 1.853D_OTDAt + 0445

D_KOTA_LAPEKt -0.115 DKOTA_DUKINt....................... .............(2)

Dari kedua persamaan (1) dan (2) di atas terlihat jelas bahwa yang

berbeda adalah pada komponen dugaan paremeter intersep dan slope. Oleh karena

itu rata-rata perbedaan nilai IPM antara kota dan kabupaten terlihat paremeter

intersep dan slope-nya.

Hasilnya ditampilkan pada Tabel 11dimana parameter (koefisien) untuk

variabel rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, rasio SMP yaitu rasio

banyaknya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan banyaknya Murid Usia

SMP di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo pada tahun ke t., dummy

otonomi daerah yaitu 0 = sebelum otonomi daerah, dan 1 = setelah otonomi

daerah, dummy kota interaksi dengan laju pertumbuhan ekonomi (D_Kota_Lapek)

dan dummy kota interaksi dengan persentase penduduk miskin (D_Kota_Dukin),

di mana masing-masing variabel menunjukkan nilai VIF yang kurang dari 5 atau

10. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model.Dari

hasil olah data diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut :

Page 126: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tabel 11 Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi IPM di

Kota Gorontalodan Kabupaten Gorontalo.

Dependent Variable: IPM

Method: Panel Least Squares

Date: 07/27/12 Time: 12:01

Sample: 1995 2010

Periods included: 16

Cross-sections included: 2

Total panel (balanced) observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

RTK 0.025263 0.004315 5.854572 0.0000

RSMP -0.003607 0.002118 -1.703055 0.1005

D_OTDA 1.853414 0.690586 2.683828 0.0125

D_KOTA_LAPEK 0.445676 0.219044 2.034644 0.0522

D_KOTA_DUKIN -0.115448 0.061792 -1.868343 0.0730

C 62.72790 1.060599 59.14386 0.0000

R-squared 0.694463 Mean dependent var 66.98500

Adjusted R-squared 0.635706 S.D. dependent var 2.323805

S.E. of regression 1.402573 Akaike info criterion 3.681855

Sum squared resid 51.14750 Schwarz criterion 3.956680

Log likelihood -52.90968 Hannan-Quinn criter. 3.772952

F-statistic 11.81924 Durbin-Watson stat 2.290352

Prob(F-statistic) 0.000005

Sumber : Hasil Olahan Data, Tahun 2012

Hasil pengolahan data di atas, diperoleh bahwa nilai F-hitung

untuk model Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM adalah 11,81. Jika

dibandingkan dengan F-tabel pada tingkat signifikansi 5 persen (α =

0,05) sebesar 2,727.Makanilai F-hitung yang diperoleh untuk model

tersebut lebih besar dari F-tabel. Sedangkan T-tabel sebesar 2,021. Hal

ini memberikan gambaran, bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Kota

Gorontalo sangat signifikan dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa rasio

tenaga kesehatan, rasio SMP, Dummy sebelum dan sesudah Otonomi

Daerah, dummy kota interaksi dengan laju pertumbuhan ekonomi dan

dummy kota interaksi dengan persentase penduduk miskin.

Selanjutnya, pengujian ada tidaknya heteroskedastisitas tidak

lagi dilakukan karena model yang robust terhadap heteroskedastisitas

(White Hetersoskedasticity Standard Error dan Covariance). Nilai

Page 127: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Durbin Watson test sebesar 2.290 terletak pada interval ketiga (du< d < 4

- du; 1.54-2.46) yang menunjukkan tidak terdapat autokorelasi.

Untuk menguji adanya autokorelasi antara variabel–variabel

independen dalam suatu model digunakan Uji Durbin Watson. Adapun

untuk melihat adanya autokorelasi pada model faktor-faktor yang

mempengaruhi IPM di Kota Gorotalo dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 32 Durbin Watson Tes pada Model Faktor-faktor yang

Mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo.

Pada Tabel 12 analisis ekonometrika terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi IPM di Kota Gorontalodan Kabupaten

Gorontalo diketahui bahwa : Variabel Rasio Tenaga Kesehatan per

100.000 penduduk di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo

menunjukkan koefisien 0.025 yang memberi arti bahwa terdapat

pengaruh positif Rasio Tenaga Kesehatan terhadap peningkatan IPM,

dimana setiap tambahan 1 satuan Rasio Tenaga Kesehatan akan

meningkatkan IPM sebesar 0.025 satuan baik di Kota Gorontalo dan

Kabupaten Gorontalo

Demikian pula variabel rasio murid SMP terhadap banyaknya

bangunan SMP di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo berada

pada koefisien dengan angka negatif yaitu -0,004. Angka negatif

menunjukkan Rasio SMP berbanding terbalik dengan IPM. Dimana

semakin rendah (negatif) angka Rasio SMP, maka semakin

memberikan pengaruh yang tinggi (positif) terhadap IPM. Hal ini

memberi arti bahwa terdapat pengaruh negatif Rasio SMP terhadap

peningkatan IPM dimana setiap 1 satuan Rasio SMP akan

Autokorelasi (+) Daerah

tak tentu

Autokorelasi (-) Daerah

tak tentu

Tidak ada

Autokorelasi

0 1.54

2,290

2.46

4

Page 128: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

meningkatkan IPM sebesar 0,004 satuan baik di Kota Gorontalo

maupun di Kabupaten Gorontalo.

Dummy sebelum dan sesudah otonomi daerah, menunjukkan

angka 1,853 yang berarti bahwa terdapat perbedaan IPM sebelum

otonomi daerah dan setelah otonomi daerah baik di Kota Gorontalo

maupun di Kabupaten Gorontalo, dimana rata-rata IPM sesudah

otonomi daerah lebih tinggi sebesar 1,85 satuan dibanding sebelum

otonomi daerah. Selanjutnya, dampak pertumbuhan ekonomi

terhadap IPM berbeda antara Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo sebesar 0,445 artinya setiap peningkatan 1 persen

pertumbuhan ekonomi baik di Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo meningkatkan IPM tetapi peningkatan IPM tersebut

berbeda 0,445 satuan antara Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo. Demikian pula, dampak persentase penduduk miskin

terhadap IPM berbeda antara Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo sebesar -0,115 artinya setiap peningkatan 1 persen

persentase penduduk miskin baik di Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo meningkatkan IPM akan tetapi peningkatan IPM tersebut

berbeda -0,115 satuan antara Kota Gorontalo dan Kabupaten

Gorontalo.

Page 129: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI GORONTALO

Dewasa ini persoalan pencapaian pembangunan manusia telah menjadi

perhatian para penyelenggara pemerintahan. Baik pemerintahan dipusat, maupun

pemerintahan di daerah. Untuk mengukur sejauh mana pembangunan manusia

tersebut, berbagai ukuran pembangunan manusia telah dibuat namun berbagai

ukuran pembangunan manusia tersebut tidak semuanya dapat digunakan sebagai

standar yang dapat diperbandingkan antarwilayah bahkan antarnegara sekalipun.

Untuk menjembatani kebuntuan tersebut, Badan Perserikatan Bangsa Bangsa telah

menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia (IPM) atau secara

mendunia lebih dikenal dengan Human Develepment Index (HDI). Cara mengukur

HDI dibentuklah empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf,

rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup

adalah merupakan representasi dari dimensi umur panjang dan sehat sedangkan

ngka melek huruf dan rata-rata lama sekolah adalah merupakan cerminan dari

output dimensi pengetahuan dan indikator kemampuan daya beli

direpresentasikan untuk mengukur dimensi hidup layak.

8.1. Perkembangan Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo

Sebagaimana program sebagai komposit tunggal untuk mengukur sejauh

mana tingkat perkembangan Pembangunan Manusia, ada tiga komponen IPM

sebagai penilai kualitas sumberdaya manusia yaitu dilihat dari segi kualitas

Pendidikan, kualitas kesehatan dan daya beli masyarakat. Jika ketiga komponen

tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis sumberdaya

manusianya memiliki kualitas yang baik pula. Masing-masing indeks dari

komponen IPM tersebut menggambarkan tingkat pencapaian yang telah dilakukan

selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.Sebagaimana hasil

penelitian sebelumnya, Indeks Pembangunan Manusia dianggap menjadi salah

satu penyebab disparitas karena mencerminkan kualitas sumberdaya manusia di

Page 130: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Provinsi Gorontalo. Pembangunan manusia juga merupakan faktor yang

mempengaruhi tingkat kesejahteraan manusia di suatu wilayah baik secara jangka

pendek maupun jangka panjang.

Data tahun 1995 sampai dengan 2010 menunjukkan IPM Provinsi

Gorontalo sebagai adalah sebagai berikut :

Sumber : BPS, Tahun 2011.

Gambar 33. IPM Provinsi Gorontalo Tahun 1995 – 2010

Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo secara garis besar

menunjukkan kondisi yang semakin membaik kendati secara umum masih terlihat

relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Bahkan bila dibandingkan dengan provinsi induknya Sulawesi Utara, nampak

perbedaan yang signifikan. Hal ini terlihat pada tahun 1999 dimana Indeks

Pembangunan Manusia Provinsi induk Sulawesi Utara ini menduduki peringkat

ke-2 diantara 33 Provinsi di Indonesia dengan capaian angka sebesar 72 persen.

Dimana Gorontalo pada tahun yang sama masih merupakan bagian dari Sulawesi

Utara yang terdiri dari Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Kondisi IPM

Kabupaten Gorontalo ketika itu berada pada angka IPM sebesar 65 persen dan

Kota Gorontalo berada pada angka IPM sebesar 64.40 persen. Jauh dibawah

angka IPM Nasional yang mencapai 66.20 persen. Namun kondisi tersebut terus

mengalami kenaikan, bahkan hingga 9 tahun setelah dimekarkan, dimana pada

Page 131: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

tahun 2002 IPM Provinsi Gorontalo pada angka 64.20 persen, namun pada tahun

2009 kondisi IPM Gorontalo mengalami kenaikan hingga mencapai 3 poin atau

berada pada angka 69.79 persen, sebagaimana tabel berikut :

Tabel 12 Perbandingan IPM Provinsi Gorontalo, Nasional & Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Tahun

1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kab. Boalemo - 66.10 64.40 65.90 66.40 67.24 67.75 68.03

Kab. Gorontalo 65.00 65.90 66.00 66.80 67.25 67.77 68.94 69.55

Kab. Pohuwato - - 64.10 66.00 67.42 68.81 68.93 69.43

Kab. Bone Bolango - - 65.00 67.30 68.61 69.97 70.50 71.19

Kab. Gorontalo Utara - - - - 66.12 67.40 68.41 68.41

Kota Gorontalo 64.40 64.70 69.20 70.40 71.29 71.64 72.12 72.44

Provinsi Gorontalo - 64.20 65.40 67.50 68.01 68.83 69.29 69.79

Nasional 66.20 66.20 68.70 69.60 70.10 70.59 71.17 71.76

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2010

Perkembangan angka IPM selama periode 1999 – 2009 di atas terjadi

karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut

yaitu komponen Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH),

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan pengeluaran riil per kapita (PPP).

8.2. Komponen Pembentuk IPM di Provinsi Gorontalo

Sebagaimana diketahui komponen pembentuk IPM adalah Angka Harapan

Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan

pengeluaran riil per kapita (PPP). Adanya perubahan satu atau lebih komponen

IPM (AHH, AMH, RLS dan PPP) dalam periode tertentu sangat mempengaruhi

perkembangan Indeks Pembangunan Manusia sebagaimana telah disebutkan di

atas. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran

persen/rate dari komponen IPM yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka

Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Pengeluaran riil per

kapita (PPP). Adapun perubahan dari masing-masing komponen ini sangat

ditentukan oleh berbagai faktor yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Page 132: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

dari komponen-komponen di atas. Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan

IPM dilihat dari komponen pembentuk IPM, di bawah ini ditampilkan

perbandingan komponen pembentuk IPM Provinsi Gorontalo sejak tahun 2002

sampai dengan 2009.

Tabel 13 Komponen Pembentuk IPM Provinsi Gorontalo

Komponen Pembentuk

IPM

Tahun

2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Angka Harapan Hidup

(Tahun)

64.20 64.50 65.00 65.60 65.90 66.20 66.50

Angka Melek Huruf (%) 96.30 94.70 95.00 95.70 95.75 95.75 95.77

Rata-rata Lama Sekolah

(Tahun)

6.50 6.80 6.80 6.80 6.91 6.91 7.18

Rata-rata Pengeluaran Riil

(ribuan Rp)

573.30 585.90 607.80 608.65 615.94 619.7 621.31

Indeks Pembangunan

Manusia (IPM)

66.20 68.70 69.60 70.10 70.59 71.17 71.76

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2010

Dari tabel di atas di atas memberikan gambaran bahwa komponen

pembentuk IPM Provinsi Gorontalo baik dari segi Angka Harapan Hidup dengan

satuan ukur tahun, Angka Melek Huruf yang menggunakan persentase sebagai

satuan ukurnya, Angka Rata-rata Lama Sekolah dengan ukuran tahun serta Rata-

rata Pengeluaran Riil yang dihitung menggunakan ribuan rupiah, rata-rata

menunjukkan peningkatan unntuk setiap tahunnya. Namun demikian peningkatan

ini, belum menunjukkan peningkatan yang berarti bila dibandingkan dengan

provinsi-provinsi lainnya di Indonesia bahkan dengan Provinsi yang ada di Pulau

Sulawesi.

Page 133: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.2.1 Angka Harapan Hidup di Provinsi Gorontalo

Secara umum, status kesehatan dengan indikator Angka Harapan Hidup

(AHH) di Provinsi Gorontalo terus mengalami peningkatan, angka harapan hidup

tahun 2002 sejak Gorontalo di mekarkan adalah sebesar 64,2 tahun dan menjadi

66,50 tahun pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan, pergerakan Angka

Harapan Hidup di provinsi ini mengalami peningkatan yang lamban untuk setiap

tahunnya. Hal yang sama juga dialami oleh seluruh kabupaten-kota di Gorontalo,

dimana pergerakan yang lamban dialami pula oleh kabupaten-kota di Provinsi

Gorontalo. Tabel 14 memperlihatkan bahwa Angka Harapan Hidup di awal

pemekeran tahun 2002, Kota Gorontalo masih terendah di angka 64.4 tahun

dibanding Kabupaten Gorontalo di 65,9 tahun dan Kabupaten Boalemo di angka

66.1 tahun.

Tabel 14 Angka Harapan Hidup Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009

Kabupaten/Kota Tahun

1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kab. Boalemo - 66.1 66.6 66.9 67.0 67.3 67.52 67.78

Kab. Gorontalo 65.0 65.9 66.2 66.7 66.8 67.1 67.71 68.17

Kab. Pohuwato - - 66.4 66.6 66.8 67.1 67.23 67.44

Kab. Bone Bolango - - 66.1 66.9 67.2 67.6 67.88 68.22 Kab. Gorontalo Utara - - - - 65.4 65.7 66.11 66.47

Kota Gorontalo 64.4 64.7 64.9 65.0 65.9 66.1 66.26 66.44

Provinsi Gorontalo - 64.2 64.5 65.0 65.6 65.9 66.20 66.50

Nasional 66.2 66.2 67.6 68.1 68.5 68.7 69.00 69.21

Sumber :BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2010

Di tahun 2009 hal Angka Harapan Hidup, Kabupaten Bone Bolango

mempunyai nilai tertinggi yaitu 68,2 tahun dan Kota Gorontalo terendah dengan

66,4 tahun yang merupakan satu-satunya wilayah yang nilainya lebih rendah dari

nilai tingkat provinsi (66,5 tahun). Namun, variasi angka harapan hidup di tingkat

Page 134: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo tidak terlalu signifikan (rentang terbesar

adalah 1,8 tahun) yang menunjukkan kondisi di masing-masing wilayah tersebut

tidak terlalu jauh berbeda dengan harapan hidupnya.

Berbeda dengan Angka Harapan Hidup yang meningkat setiap tahunnya,

maka Angka Melek Huruf (AMH) ternyata tidak demikian. AMH Provinsi

Gorontalo menunjukkan angka yang fluktuatif. Diawal pemekaran, AMH Provinsi

Gorontalo persentasenya sangat besar yaitu berada di 96,30 persen, namun angka

ini terus menurun terutama di tahun 2004 yang berada di angka 94,70 persen,

namun perlahan-lahan beranjak naik, hingga pada tahun 2009 berada di angka

95,77 persen.

8.2.2 Angka Melek Huruf di Provinsi Gorontalo

Meskipun taraf pendidikan rata-rata menunjukkan kenaikan yang lambat,

Provinsi Gorontalo memiliki angka literasi (melek huruf) yang relative

tinggi.Tingkat Angka Melek Huruf (AMH) rata-rata propinsi ini mencapai lebih

dari 95 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang berada pada tingkat 92

persen pada tahun 2009.Kondisi ini menarik, karena angka AMH di atas rata-rata

nasional dapat dicapai dengan taraf pendidikan formal rata-rata yang agak jauh di

bawah rata-rata nasional.Lebih jauh indikator-indikator kinerja pendidikan seperti

angka putus sekolah yang belum banyak hal berkorelasi positif dengan kualitas

pendidikan yang mengisyaratkan kualitas pendidikan yang tidak terlalu baik.Hal

ini kontradiktif dengan angka AMH yang begitu tinggi.Telaah secara lebih

mendalam terhadap fenomena menarik ini menunjukkan bahwa program

pendidikan non formal untuk meningkatkan AMH berjalan dengan baik di

Provinsi Gorontalo sehingga produktif untuk mengangkat AMH berada di atas

rata-rata nasional.

Page 135: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2010

Gambar 34 Angka Melek Huruf Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009.

Pengelompokan penduduk menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan

menghasilkan distribusi yang sangat miring ke kanan (skewed to the right). Lebih

dari 65 persen penduduk berpendidikan Sekolah Dasar atau kurang, sementara

mereka yang berpendidikan SMP atau setara SMP sebanyak 14 persen, SMA atau

setara SMA sebanyak 18 persen, dan hanya 4 persen saja yang berpendidikan

tinggi. Gambaran ini menunjukkan dominasi tenaga kurang terdidik dan tidak

terampil dalam angkatan kerja provinsi Gorontalo. Merujuk pada situasi ini

sedianya Pemerintah Provinsi Gorontalo tidak hanya memfokuskan ataupun

mengunggulkan sektor pertanian saja, namun demikian juga dapat memperhatikan

lebih seksama bahwa taraf pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masih perlu

untuk ditingkatkan dalam mendukung perkembangan sektor pertanian sesuai yang

dicita-citakan.

8.2.3 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Gorontalo

Secara umum tingkat pendidikan di Provinsi Gorontalo masih rendah

namun secara bertahap mulai mengalami perubahan kenaikan. Rata-rata lama

sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas pada tahun 2009 mengalami perubahan

kenaikan yang lambat, setelah dua tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 dan

2008 tidak mengalami perubahan alias bertahan pada angka 6,91 tahun. Hal yang

Page 136: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

sama terjadi pula pada tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2004, 2005, dan

2006 yang hanya bertahan pada angka 6,80 tahun.

Tabel 15 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009

Sumber : BPS Propinsi Tahun 2010

Perbedaan yang cukup signifikan justru terjadi di Kota Gorontalo yang

pada tahun 1999 saja ketika masih bergabung dengan provinsi induknya Sulawesi

Utara, angka rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas berada di

atas rata-rata nasional yaitu 8,70 tahun dan pada tahun 2004 menembus angka

9,20 tahun dan terus saja mengalami kenaikan hingga tahun 2009 mencapai angka

9,50, tahun di mana angka rata-rata nasional hanya berada di 6,70 tahun pada

tahun 1999 pada yang kemudian naik pada angka 7,20 tahun di tahun 2004 dan

7,72 tahun pada tahun 2009.Sementara angka rata-rata lama sekolah penduduk

umur 15 tahun ke atas yang terendah berada di Kabupaten Boalemo yang di awal

pemekaran pada tahun 2002 hanya berada di angka 5,80 kemudian pada empat

tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2005-2008 tidak mengalami perubahan alias

bertahan pada angka 6,00.

Kabupaten/Kota Tahun

1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kab. Boalemo - 5.80 5.90 6.00 6.00 6.00 6.00 6.07

Kab. Gorontalo 6.00 6.00 6.30 6.40 6.40 6.40 6.47 6.77

Kab. Pohuwato - - 5.90 6.00 6.05 6.05 6.05 6.42

Kab. Bone Bolango - - 6.20 6.30 6.56 7.45 7.45 7.77

Kab. Gorontalo Utara - - - - 6.20 6.20 6.20 6.24

Kota Gorontalo 8.70 8.80 9.20 9.30 9.28 9.46 9.46 9.50

Provinsi Gorontalo - 6.50 6.80 6.80 6.80 6.91 6.91 7.18

Nasional 6.70 7.10 7.20 7.30 7.40 7.47 7.52 7.72

Page 137: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.2.4 Pengeluaran Riil Perkapita di Provinsi Gorontalo

Kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari

secara layak atau yang dimaksud dengan daya beli adalah bersumber dari sejauh

mana pendapatan yang diterima.Semakin besar pendapatan maka semakin besar

pula daya beli yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas pembangunan manusia

di sektor perekonomian.Hal ini dapat digambarkan bahwa semakin besar

pendapatan seseorang mencerminkan semakin besar akses atau peluang untuk

memperluas pilihan (enlarging choice) terutama untuk memenuhi kebutuhan

dasar seperti kesehatan, pendidikan dan daya beli.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Tahun 2010.

Gambar 35 Pengeluaran Riil Perkapita Provinsi Gorontalo Tahun 1999-2009

Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pendapatan seseorang maka

akan semakin mempersempit akses atau peluang untuk memperluas pilihan guna

memenuhi kebutuhan mendasar seperti kesehatan, pendidikan dan daya beli.

Gambar di atas menunjukkan bahwa Pendapatan perkapita yang diproksi dengan

pengeluaran per kapita, selama beberapa tahun terakhir ini, menunjukkan trend

peningkatan, baik di Provinsi Gorontalo, maupun kabupaten-kota.Tahun 2002

pengeluaran per kapita riil Provinsi Gorontalo termasuk rendah yakni Rp.

573.300, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 607.800,- sementara pada

tahun 2006 peningkatannya lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaituRp.

Page 138: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

608.700. Data terakhir pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan yang relatif

yaitu Rp.621.300,- pada level Kabupaten-kota, Boalemo menempati posisi

terendah dengan pengeluaran per kapita riil sebesar Rp. 601.700 sedangkan posisi

tertinggi ditempati Kota Gorontalo dengan pengeluaran per kapita pada tahun

2009 sebesar Rp. 623.400, jauh lebih tinggi di banding pendapatan per kapita

Provinsi Gorontalo. Ketimpangan pengeluaran riil per kapita yang merupakan

proksi pendapatan tersebut umumnya disebabkan karena faktor kualtias

sumberdaya alam.Daerah-daerah yang pendapatannya memiliki tingkat kesuburun

tanah yang lebih rendah disamping secara gografis juga memiliki akses ke pasar

yang cukup sulit, khususnya di Kabupaten Boalemo maupun sebagian Kabupaten

Gorontalo.

8.3. Perbandingan Peringkat IPM

Tabel 16 Perbandingan Peringkat IPM Antar Provinsi di Sulawesi, dan

Indonesia Tahun 2002-2009

Propinsi

2002

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Sulawesi Utara 2 2 2 2 2 2 2

Sulawesi Tengah 22 22 21 22 22 22 22

Sulawesi Selatan 21 21 23 23 21 21 20

Sulawesi Tenggara 26 25 24 25 25 25 25

Gorontalo 24 28 25 24 24 24 24

Sulawesi Barat

- 29 29 29 28 27 27

Indonesia (BPS)

Sumber BPS Tahun 2010

Data time seriesyang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi

Gorontalo berturut-turut mulai tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan

tingkat Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo berada di bawah

rata-rata IPM nasional. Dalam peringkat secara nasional (33 provinsi) Provinsi

Gorontalo menduduki peringkat ke 24 pada tahun 2002, kemudian mengalami

Page 139: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

penurunan peringkat pada tahun 2004 yaitu pada peringkat 28, naik kembali pada

peringkat 25 di tahun 2005 selanjutnya pada 3 tahun berturut-turut tidak

mengalami perubahan dalam peringkatnya yaitu tetap bertahan di peringkat ke 24

sebagaimana tabel 16.

8.4. Reduksi Shortfall Provinsi Gorontalo

Meskipun secara garis besar, IPM Gorontalo setiap tahunnya mengalami

kenaikan, namun demikian bila dilihat dengan melakukan metode reduksi

Shortfall, angka IPM Provinsi Gorontalo selama periode 1999-2009 belum

mengalami kenaikan yang optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan melakukan

metode reduksi Shortfall dimanadiketahui besarnya angka reduksi Shortfall

Provinsi Gorontalo dari tahun 1999-2009hanya sebesar 1,31. Hal ini menunjukkan

bahwa perkembangan percepatan IPM di Provinsi Gorontalo mengalami

pertumbuhan yang lambat

Metode reduksi Shortfall adalah metode umum yang digunakan untuk

mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.Dalam

mengukur reduksi shortfall UNDP telah menentukan klasifikasi pertumbuhan

IPM. Demikian pula dalam menentukan pertumbuhan IPM, UNDP telah

menetapkan tiga klasifikasi yaituklasifikasi pertumbuhan IPM cepat dengan angka

reduksi di atas 1,70 (R > 170), pertumbuhan IPM sedang dengan angka reduksi

antara 1,50 sampai dengan 1,70 (1,50 < R <1,70) dan pertumbuhan IPM lambat

dengan angka reduksi di bawah 1,50 (R < 1,50)

Ukuran ini secara sederhana menunjukkan perbandingan antara capaian

yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai

titik ideal yaitu IPM = 100. Menurut UNDP angka reduksi Shortfall Provinsi

Gorontalo termasuk dalam kategori pertumbuhan IPM lambat.Hal ini menujukkan

bahwa pengelolaan pembangunan di Provinsi Gorontalo belum sepenuhnya

berhasil meningkatkan IPM secara optimal.

Page 140: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.5. Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IPM di Provinsi

Gorontalo

Pada penelitian ini, analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo dibatasi pada beberapa point

di bawah ini, yaitu : (1) persentase penduduk miskin atau disingkat dengan

DUKIN;(2) Rasio atau perbandingan antara banyaknya Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) dengan jumlah penduduk per seratus ribu (100.000)

orang; (3) Rasio atau perbandingan antara banyaknya Puskesmas Pembantu

(Pustu) dengan jumlah penduduk per seratus ribu (100.000) orang. Point (2) dan

point (3) ini merupakan elemen yang mewakili sekian banyak fasilitas kesehatan

di provinsi Gorontalo. Disamping itu dari segi pelayan kesehatan akan dilihat dari

(4) Rasio atau banyaknya dokter umum yang dapat melayani penduduk per seratus

ribu penduduk (100.000) dan (5) Rasio atau banyaknya tenaga kesehatan (Para

medis dan non medis) yang dapat melayani penduduk per seratus ribu penduduk

(100.000). Sedangkan dari segi fasilitas pendidikan akan dilihat dari (6) Rasio

atau banyaknya jumlah Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah siswa (murid) yang

belajar di SD tersebut. (7) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dengan jumlah siswa (murid) yang belajar di SMP tersebut, dan

(8) Rasio atau banyaknya jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan jumlah

siswa (murid) yang belajar di SMA tersebut. Disamping itu juga akan dilihat

sejauh mana pengaruh (9) laju pertumbuhan ekonomi (LAPEK) terhadap

pembentukan angka IPM di Provinsi Gorontalo. Dan satu hal lagi yang akan

dilihat dalam analisis ini adalah sejauh mana perkembangan IPM Provinsi

Gorontalo sebelum otonomi daerah (ketika Gorontalo masih bergabung dengan

Sulawesi Utara) dan IPM Provinsi Gorontalo setelah otonomi daerah. Untuk

mengetahui sejauhmana perkembangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Gorontalo, berikut ini deskripsi

ataupun gambaran perkembangan beberapa faktor yang mempengaruhi IPM di

Provinsi Gorontalo.

Page 141: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.5.1. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo

Angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo secara garis besar mengalami

penurunan yang cukup signifikan, di mana pada tahun 2002 mencapai 32,13

persen, terus mengalami penurunan hingga menjadi 23,19 persen di tahun 2010

dan pada tahun 2011 penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 4,4 persen

dari tahun 2010 menjadi 18,75 persen. Penurunan tersebut merupakan penurunan

terbesar ke 3 secara nasional.

Sumber : BPS, Tahun 2010.

Gambar 38Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi-provinsi di Pulau

Sulawesi Tahun 2010

Meskipun jumlah maupun persentase penduduk miskin di provinsi

Gorontalo mengalami penurunan, namun secara nasional perkembangan

penduduk miskin di propinsi ini masih termasuk dalam 10 besar propinsi yang

berpenduduk miskin.Atau secara peringkat Gorontalo berada di urutan ke-29 dari

33 provinsi di Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk miskin. Penurunan

secara bertahap diperkirakan terjadi akibat pengaruh besar terhadap peningkatan

pendapatan penduduk. Peningkatan pendapatan penduduk tersebut pada gilirannya

meningkatkan kesempatan usahakerja di sektor informal. Sebagaimana dalam

paradigma pembangunan, pendapatan adalah alat untuk menguasai sumberdaya

agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan/produk nasional-

Page 142: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

regional, maka semakin besar pula jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk

mendukung standar hidup yang layak.Sumberdaya atau barang dan jasa itu sendiri

harus pula dilihat sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan individu dari

segi pendidikan, keterampilan, kesehatan, kemampuan dalam pergaulan di

masyarakat, dan lainnya.Dalam konteks inilah pendapatan sebagai proksi dari

tingkat hidup layak dipilih sebagai salah satu indikator pembangunan manusia.

8.5.2. Fasilitas Puskesmas di Provinsi Gorontalo.

Fasilitas Pusat Kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2011 nampak mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan Puskesmas dalam upaya melayani

masyarakat di Provinsi Gorontalo dapat dilaksanakan seoptimal mungkin.

Pemanfaatan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas tergantung juga pada

akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan tersebut. Aksebilitas dapat dilihat dari

rasio fasilitas kesehatan dalam hal ini Puskesmas terhadap penduduk. Seberapa

banyak penduduk dapat dilayani oleh puskesmas menunjukkan kualitas dari

pelayanan Puskesmas tersebut. Disamping rasio fasilitas kesehatan (Puskesmas)

terhadap jumlah penduduk, pengadaan fasilitas Puskesmas juga sangat

berhubungan dengan jarak atau tempat tinggal penduduk dengan fasilitas

kesehatan tersebut. Namun dalam penelitian ini hanya akan dilihat Rasio

Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Rasio Puskesmas ini juga

mengindikasikan tingkat pembangunan kesehatan di satu daerah dalam hal

ketersediaan fasilitas yang mendukung dan pelayanan terhadap masyarakat.

Tabel 17 Fasilitas Puskesmas Menurut Kabupaten-Kota di Provinsi Gorontalo

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Kab. Boalemo 8 8 8 9 10 10

Kab. Gorontalo 21 21 20 20 20 20

Kab. Pohuwato 9 9 9 10 16 16

Kab. Bone Bolango 8 11 18 18 19 19

Kab. Gorontalo Utara 10 10 10 10 12 12

Kota Gorontalo 6 7 7 7 7 7

Provinsi Gorontalo 62 66 72 74 84 84

Kabupaten/KotaPUSKESMAS

Sumber : BPS, Tahun 2011

Page 143: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Dari data di atas menunjukkan bahwa fasilitas Puskesmas di kabupaten

dan kota mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Puskesmas terbanyak

berada di Kabupaten Gorontalo sebanyak 20 Puskesmas kemudian di susul oleh

Kabupaten Bone Bolango sebanyak 19 Puskesmas. Sedangkan yang paling sedikit

menyediakan fasilitas Puskesmas adalah Kota Gorontalo yang hanya mempunyai

7 Puskesmas, lebih tinggi dari Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan

kabupaten termuda di Provinsi Gorontalo.

Namun, seperti dikemukakan sebelumnya, pemanfaatan fasilitas

kesehatan berupa Puskesmas tergantung juga pada akses penduduk terhadap

fasilitas kesehtan tersebut. Banyaknya Puskesmas di suatu wilayah belum tentu

menggambarkan banyaknya pelayanan yang diberikan. Namun hal ini juga

berkaitan dengan aksebilitas yang dapat diperoleh masyarakat. Dalam hal ini

pelayanan dilihat dari rasio fasilitas Puskesmas terhadap jumlah penduduk.

Dengan banyaknya Puskesmas, diharapkan pelayanan kepada masyarakat dapat

dioptimalkan. Bila kita melihat Rasio Puskesmas di Provinsi Gorontalo dapat

dilihat sebagai berikut:

Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2012

Gambar 37 Rasio Puskesmas Dengan Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo

Tahun 1995-2010.

Page 144: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Dari hasil olah data ini menunjukkan bahwa pelayanan fasilitas kesehatan

dalam hal ini Puskesmas di Provinsi Gorontalo mengalami kenaikan rasio.

Artinya bahwa bertambahnya jumlah penduduk tidak dibarengi dengan

bertambahnyaPuskesmas, sehingga rasio pelayanan Puskesmas terhadap

penduduk mengalami kenaikan. Hal ini memberi arti bahwa kapasitas pelayanan

Puskesmas terhadap penduduk mengalami penurunan, dikarenakan pertumbuhan

penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan namun tidak dibarengi

dengan pertumbuhan Puskesmas, sehingganya pelayanan Puskesmas mengalami

penurunan.

Dari gambar 37 di atas, terlihat bahwa perbandingan Puskesmas dengan

jumlah Penduduk di tahun 2010 adalah 1 : 8,06 persen dari jumlah penduduk di

Provinsi Gorontalo atau sebanyak 81.135 Penduduk. Ini berarti bahwa setiap 1

Puskesmas melayani penduduk sebanyak 81.135 penduduk.

Secara rasio kondisi ini mengindikasikan belum terpenuhinya standar

kebutuhan pelayanan puskesmas. Namun demikian disamping rasio puskesmas,

perlu dilihat pula kondisi wilayahnya, karena jumlah penduduk di Indonesia

bagian timur memiliki karesteristik yang berbeda dengan penduduk di Indonesia

bagian barat dimana jumlah penduduk di Indonesia bagian timur lebih sedikit bila

dibandingkan dengan penduduk di Indonesia bagian barat demikian pula dalam

hal pesebarannya yang lebih luas di Indonesia bagian barat. Hal ini, sangat

mempengaruhi akses masyarakat dalam mendapatkan fasilitas yang tersedia.

8.5.3. Fasilitas Puskesmas Pembantu di Provinsi Gorontalo

Sebagaimana fasilitas puskesmas, pengadaan Puskesmas Pembantu di

Provinsi Gorontalo juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel di

bawah ini memperlihatkan perkembangan Pueskesmas Pembantu sejak tahun

2005 sampai dengan tahun 2011. Dari tabel ini nampak perkembangan Puskesmas

Pembantu (Pustu) mengalami kenaikan setiap tahunnya di seluruh kabupaten-kota

di Provinsi Gorontalo. Nampak Kabupaten yang mempunyai fasilitas Puskesmas

Pembantu terbanyak berada di Kabupetan Gorontalo dengan 97 Pustu. Sedangkan

perkembangan Puskesmas di Kota Gorontalo nampak tidak mengalami

Page 145: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

perkembangan yang berarti dimana pertambahan jumlah Puskesmas Pembantu di

Kota Gorontalo tidak mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya, namun

perkembangan kenaikan Puskesmas Pembantu mengaami kenaikan untuk periode

tertentu.

Tabel 18 di bawah ini memberikan gambaran perkembangan Puskesmas

Pembantu menurut Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo sejak tahun 2005

sampai dengan tahun 2010.

Tabel18 Puskesmas Pembantu Menurut Kab-Kota di Provinsi Gorontalo

Puskesmas Pembantu (Pustu)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Kab. Boalemo 25 25 33 32 36 36

Kab. Gorontalo 99 105 88 97 97 97

Kab. Pohuwato 29 29 30 45 22 22

Kab. Bone Bolango 39 38 40 34 46 46

Kab. Gorontalo Utara 28 28 28 27 43 43

Kota Gorontalo 33 32 33 33 33 33

Provinsi Gorontalo 253 257 252 268 277 277

Kabupaten/Kota

Sumber : BPS, Tahun 2011

Bila dilihat dari rasio Puskesmas Pembantu terhadap penduduk

menunjukkan bahwa perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu terus mengalami

penyesuaian. Dari grafik di bawah ini, terlihat bahwa perbandingan Puskesmas

Pembantu dengan jumlah Penduduk di tahun 2010 adalah 1 : 26,59 persen dari

jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo atau sebanyak 27.696 Penduduk. Ini

berarti bahwa setiap 1 Puskesmas Pembantu melayani penduduk sebanyak 27.696

penduduk.

Kendati secara rasio hal ini mengindikasikan belum terpenuhinya standar

kebutuhan pelayanan, namun demikian, kondisi ini perlu melihat perbedaan antara

penduduk di wilayah barat dengan wilayah timur Indonesia yang jumlah

penduduk masih sedikit bila dibandingkan dengan wilayah Indonesia Barat,

demikian pula dalam hal pesebarannya. Hal ini sangat mempengaruhi akses

masyarakat dalam mendapatkan fasilitas yang tersedia.

Page 146: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 38 Perkembangan Rasio Puskesmas Pembantu (Pustu) terhadap

Penduduk Tahun 1995 – 2010.

8.5.4. Status Dokter Umum di Provinsi Gorontalo

Perkembangan jumlah tenaga medis dari tahun 2005 sampai dengan

2009 menunjukkan bahwa jumlah dokter umum meningkat dari tahun ke tahun.

Namun kembali mengalami penurun pada tahun 2009. Jika pada tahun 2005

jumlah dokter di Provinsi Gorontalo hanya 164 orang, maka pada lima tahun ke

depan yaitu tahun 2009 jumlah dokter mencapai 251 orang, atau meningkat

sebesar 65.3 persen. Namun bila dilihat dari perkembangan dokter menurut

kabupaten/kota pada tiga tahun terakhir maka peningkatan yang signifikan terjadi

di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo, sebagaimana Gambar 39.

Keterbatasan tenaga dokter yang terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara,

dimana data tahun 2009 jumlah tenaga dokter di daerah ini sangat minim yaitu

hanya ada 9 orang dokter dan pada tahun 2010 mengalami penambahan 3 orang

menjadi 11 orang dokter. Hal ini dapat dipahami karena kabupaten ini adalah

salah satu kabupaten termuda di Provinsi Gorontalo yang dibentuk pada tahun

2007. Hingga saat ini pun Kabupaten ini masih merujuk masyarakatnya yang sakit

ke Rumah Sakit Umum Dr. Aloei Saobe yang merupakan Rumah Sakit Umum

Daerah di Kota Gorontalo, atau ke RSUD, Dr. Dunda, yang berada di Kabupaten

Gorontalo.

Page 147: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 39. Perkembangan Jumlah Dokter di Provinsi Gorontalo 3 Tahun terakhir

(2008-2010)

Belum adanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), sebagaimana RSUD

lain di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Gorontalo telah diantisipasi oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Utara yang telah mengganggarkan dana

melalui APBN dan dana sharing APBD guna pendirian RSUD di kabupaten ini.

Jika dihitung berdasarkan rasio dokter umum dengan jumlah penduduk

Provinsi Gorontalo maka akan diperoleh rasio sebagai berikut:Rasio dokter umum

dengan jumlah penduduk adalah 1 : 4.062 orang Rasio ini belum ideal, karena

standar rasio ideal adalah 1 : 2500 orang.

Rasio dokter terhadap jumlah penduduk menunjukkan sejauhmana

kemampuan pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakatnya.

8.5.5. Status Tenaga Kesehatan di Provinsi Gorontalo

Demikian pula dengan tenaga kesehaan (Paramedis dan non medis) di

Provinsi Gorontalo, mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya. Data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo untuk 3 tahun terakhir

menunjukkan bahwa perkembangan tenaga para medis di Provinsi Gorontalo

mengalami kenaikan setiap tahunnya pada setiap kabupaten/kota. Berikut ini

Page 148: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

gambaran perkembangan keberadaan tenaga paramedis di Provinsi Gorontalo

untuk 3 tahun terakhir menurut Kabupaten/Kota.

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2011

Gambar 40 Perkembangan Jumlah Dokter di Provinsi Gorontalo 3 Tahun

Terakhir (2008-2009)

Dari Gambar 41 terlihat, perkembangan tenaga paramedis di Provinsi

Gorontalo dari Tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terus mengalami kenaikan.

Kenaikan yang berarti terjadi pada tahun 2010 dimana perkembangan tenaga para

medis untuk setiap kabupaten/kota meningkat mencapai 14,5 persen bila

dibandingkan dengan tahun 2008.

Jika dihitung berdasarkan rasio tenaga medis dan paramedis dengan

jumlah penduduk Provinsi Gorontalo maka akan diperoleh rasio sebagai berikut :

rasio tenaga paramedis dengan jumlah penduduk adalah 1 : 2.423 orang. Rasio ini

juga menunjukkan rasio Paramedis yang belum ideal, dimana rasio idealnya

adalah 1 : 1.000. Rasio tenaga paramedis dan non medis terhadap jumlah

penduduk menunjukkan sejauhmana kemampuan pemerintah daerah dalam hal ini

dinas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakatnya.

Page 149: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.5.6. Rasio Bangunan SD Dengan Jumlah Murid SD di Provinsi Gorontalo

Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah

satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu

kualitas sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah.

Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya

manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja

berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di daerahnya.

Untuk melihat pembangunan Sekolah Dasar, perkembangan jumlah murid

yang bersekolah di SD, dan rasio SD terhadap murid SD di Provinsi Gorontalo

dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19 Perkembangan SD, Jumlah Murid SD dan Rasio Bangunan SD terhadap

Murid SD, Tahun 1995-2010 Provinsi Gorontalo. Tahun Jumlah SD Jumlah Murid SD RASIO SD/Murid

1995 27 4.786 177,26

1996 50 5.352 107,04

1997 50 5.620 112,40

1998 50 5.979 119,58

1999 50 6.617 132,34

2000 50 8.280 165,60

2001 834 127.095 152,39

2002 885 128.076 144,72

2003 842 134.520 159,76

2004 840 121.189 144,27

2005 849 133.174 156,86

2006 883 143.474 162,48

2007 910 145.234 159,60

2008 852 165.242 193,95

2009 922 146.361 158,74

2010 945 146.118 154,62

Tahun Jumlah SD Jumlah Murid SD RASIO SD/Murid

1995 27 4.786 177,26

1996 50 5.352 107,04

1997 50 5.620 112,40

1998 50 5.979 119,58

1999 50 6.617 132,34

2000 50 8.280 165,60

2001 834 127.095 152,39

2002 885 128.076 144,72

2003 842 134.520 159,76

2004 840 121.189 144,27

2005 849 133.174 156,86

2006 883 143.474 162,48

2007 910 145.234 159,60

2008 852 165.242 193,95

2009 922 146.361 158,74

2010 945 146.118 154,62

Sumber : BPS, Tahun 2011

Sesuai rujukan derajat pelayanan di bidang pendidikan, maka untuk melihat

seberapa besar pelayanan dasar pendidikan dalam suatu satuan pendidikan

diterjemahkan oleh rasio jumlah sekolah dengan jumlah penduduk usia(murid)

sekolah. Untuk mengetahui perbandingan perkembangan Sekolah Dasar (SD)

dengan jumlah murid di Sekolah Dasar di Provinsi Gorontalo dari tahun 1995

sampai dengan tahun 2010, di jelaskan melalui Gambar 41 di bawah ini.

Page 150: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 41 Rasio Bangunan SD terhadap Jumlah Murid SD di Provinsi

Gorontalo Tahun 1995-2010

Grafik di atas memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangan

Sekolah Dasar di Provinsi Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan 2010,

menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio tersebut

memperlihatkan perbandingan bangunan SD dengan murid SD pada tahun 2010

adalah 1 : 15.462 yang berarti bahwa 1 Sekolah Dasar, diperuntukkan bagi 15.462

murid SD. Hal ini menunjukkan menurunnya pelayanan SD bila dibandingkan

dengan kondisi Provinsi Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 : 14,472. pada

tahun 2002. Dimana satu Sekolah Dasar di peruntukkan oleh 14,472 murid

Sekolah Dasar.

8.5.7. Rasio Bangunan SMP dengan Jumlah Murid SMP di Provinsi

Gorontalo

Perkembangan pembangunan Sekolah Menengah Pertama, jumlah murid

yang bersekolah di SMP, dan rasio SMP terhadap murid SMP di Provinsi

Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 151: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tabel 20 Perkembangan SMP, Jumlah Murid SMP dan Rasio Bangunan SMP

terhadap Murid SMP Tahun 1995-2010 Provinsi Gorontalo.

TAHUN JUMLAH SMP JUMLAH MURID RASIO SMP

1995 19 2.599 136,79

1996 34 2.743 80,68

1997 34 2.769 81,44

1998 34 2.808 82,59

1999 34 2.868 84,35

2000 34 3.492 102,71

2001 126 28.335 224,88

2002 136 26.282 193,25

2003 136 26.280 193,24

2004 161 32.481 201,75

2005 178 36.287 203,86

2006 227 42.070 185,33

2007 284 44.648 157,21

2008 352 49.852 141,63

2009 313 47.076 150,40

2010 355 48.120 135,55

TAHUN JUMLAH SMP JUMLAH MURID RASIO SMP

1995 19 2.599 136,79

1996 34 2.743 80,68

1997 34 2.769 81,44

1998 34 2.808 82,59

1999 34 2.868 84,35

2000 34 3.492 102,71

2001 126 28.335 224,88

2002 136 26.282 193,25

2003 136 26.280 193,24

2004 161 32.481 201,75

2005 178 36.287 203,86

2006 227 42.070 185,33

2007 284 44.648 157,21

2008 352 49.852 141,63

2009 313 47.076 150,40

2010 355 48.120 135,55 Sumber : BPS, Tahun 2011

Dari tabel di atas, memberikan gambaran bahwa perkembangan Sekolah

Menengah Pertama di Provinsi Gorontalo, terus mengalami peningkatan. Hal ini

dapat dilihat dari data tahun 2001 ketika Gorontalo memisahkan diri dari Provinsi

induknya Sulawesi Utara, dimana pada tahun tersebut, terdapat 126 Sekolah

Menengah Pertama, dibanding tahun 1995 ketika masih bergabung dengan

Sulawesi Utara yang hanya terdapat 19 bangunan Sekolah Menengah Pertama.

Data terakhir menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2010 sudah terdapat

355 bangunan Sekolah Menengah Pertamadi Provinsi Gorontalo. Gambar di

bawah ini adalah perkembangan Rasio Bangunan Sekolah Menengah Pertama

dengan jumlah murid usia Sekolah Menengah Pertamayang bersekolah di Sekolah

Menengah Pertamapada tahun tersebut adalah sebagai berikut :

Page 152: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Gambar 42 Rasio Bangunan SMP terhadap Jumlah Murid SMP di Provinsi

Gorontalo Tahun 1995-2010

Grafik di atas memberikan gambaran, bahwa perkembangan pembangunan

Sekolah Menengah Pertama di Provinsi Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan

2010, menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio

tersebut memperlihatkan perbandingan bangunan SMP dengan murid SMP pada

tahun 2010 adalah 1 : 13.555 yang berarti bahwa 1 Sekolah SMP diperuntukkan

bagi 13.555 murid SMP. Hal ini menunjukkan peningkatan pelayanan SMP bila

dibandingkan dengan kondisi Provinsi Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 :

22.448 pada tahun 2001. Dimana satu Sekolah SMP di peruntukkan oleh 22.448

murid SMP. Namun bila dibandingkan dengan data rasio Sekolah SMP pada

tahun 1996 masih jauh lebih rendah dibanding tahun 2010, dimana pada tahun

1996 rasio sekolah SMP adalah 1 : 8.068 murid SMP.

8.5.8. Rasio Bangunan SMA dengan Jumlah Murid SMA di Provinsi

Gorontalo

Perkembangan pembangunan Sekolah Menengah Atas (SMA), jumlah

murid yang bersekolah di SMA, dan rasio SMA terhadap murid SMA di Provinsi

Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 21 Perkembangan SMA, Jumlah Murid SMA dan Rasio Bangunan SMA

terhadap Murid SMA Tahun 1995-2010 Provinsi Gorontalo.

TAHUN JUMLAH SMA JUMLAH MURID SMA RASIO SMA

1995 15 2.427 161,8

1996 15 2.358 157,2

1997 15 2.345 156,3

1998 15 2.324 154,9

1999 15 2.289 152,6

2000 15 2.013 134,2

2001 40 10.957 273,9

2002 49 12.405 253,2

2003 59 17.274 292,8

2004 69 18.988 275,2

2005 74 21.670 292,8

2006 57 17.339 304,2

2007 91 28.849 317,0

2008 96 33.496 348,9

2009 102 36.657 359,4

2010 119 36.535 307,0

TAHUN JUMLAH SMA JUMLAH MURID SMA RASIO SMA

1995 15 2.427 161,8

1996 15 2.358 157,2

1997 15 2.345 156,3

1998 15 2.324 154,9

1999 15 2.289 152,6

2000 15 2.013 134,2

2001 40 10.957 273,9

2002 49 12.405 253,2

2003 59 17.274 292,8

2004 69 18.988 275,2

2005 74 21.670 292,8

2006 57 17.339 304,2

2007 91 28.849 317,0

2008 96 33.496 348,9

2009 102 36.657 359,4

2010 119 36.535 307,0 Sumber : BPS, Tahun 2011

Page 153: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa perkembangan Sekolah

Menengah Atas di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dilihat dari data tahun 2001 ketika Gorontalo memisahkan diri dari Provinsi

induknya Sulawesi Utara, dimana pada tahun tersebut hanya terdapat 40 Sekolah

Menengah Atas, dibanding tahun 1995 ketika masih bergabung dengan Sulawesi

Utara yang hanya terdapat 15 bangunan Sekolah Menengah Atas. Data terakhir

menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2010 sudah terdapat 119 bangunan

SMA di Provinsi Gorontalo.Berikut ini gambaran perkembangan Rasio bangunan

Sekolah Menengah Atas terhadap murid yang bersekolah di SMA di Provinsi

Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan Tahun 2010.

Gambar 43 Rasio Bangunan SMA terhadap Jumlah Murid SMA di Provinsi

Gorontalo Tahun 1995-2010

Grafik di atas memberikan gambaran, bahwa perkembangan

pembangunan SMA di Provinsi Gorontalo dari tahun 1995 sampai dengan 2010,

menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, dari rasio tersebut

memperlihatkan perbandingan bangunan SMA dengan murid SMA pada tahun

2010 adalah 1 : 3.070 yang berarti bahwa 1 Sekolah SMA diperuntukkan bagi

3.070 murid SMA. Hal ini menunjukkan penurunan pelayanan SMA bila

dibandingkan dengan kondisi Provinsi Gorontalo di awal pemekaran yaitu 1 :

2.739 pada tahun 2001. Dimana satu Sekolah SMA di peruntukkan oleh 2.739

murid SMA. Namun bila dibandingkan dengan data rasio Sekolah SMA pada

tahun 1995 masih jauh lebih rendah di banding tahun 2001, dimana pada tahun

1996 rasio sekolah SMA adalah 1 : 1.618 murid SMA.

Page 154: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

8.5.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo

Di bidang ekonomi, bila melihat data tahun 2005, Provinsi Gorontalo

mengalami ketinggalan yang cukup jauh dibanding dengan provinsi-provinsi lain

di Indonesia. Pada tahun 2005 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per

kapita tanpa migas atas dasar yang berlaku untuk provinsi Gorontalo adalah

sebesar Rp. 3,67 juta yang bila dibandingkan dengan provinsi induknya Sulawesi

Utara pada tahun yang sama berada pada Rp. 7,36 juta, rata-rata Sulawesi Rp.

6,81 juta dan rata-rata Indonesia yang sebesar Rp. 11.29 juta. Ketertinggalan

tersebut terjadi walaupun perekonomian di Provinsi Gorontalo tumbuh dengan

cepat.

Provinsi Gorontalo mengalami pertumbuhan ekonomi dengan trend yang

terus meningkat sejak tahun 2002. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo berada di

kisaran 6,45 persen, terus meningkat menjadi 7,63 persen di tahun 2010 dan

berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6,1

persen. Perbaikan pendapatan per kapita masyarakat Gorontalo terjadi

peningkatan pada tahun 2008 di mana pendapatan ril per kapita masyarakat

Gorontalo mencapai 6,07 juta yang sebelumnya tahun 2007 hanya sebesar 4,95

juta dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2010 mencapai Rp. 7.72 juta.

Gambar 44 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi & PDRB Perkapita Provinsi

Gorontalo Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional Thn 2002-2010

Page 155: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Adapun perkembangan persentase Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Gorontalo sejak tahun 1995 ketika masih bergabung dengan Provinsi Sulawesi

Utara sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 22 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun 1995-2010

TAHUN PERSENTASE

1995 7,80

1996 7,30

1997 5,40

1998 (2,40)

1999 6,40

2000 5,80

2001 5,38

2002 6,42

2003 6,88

2004 6,93

2005 7,19

2006 7,30

2007 7,51

2008 7,76

2009 7,54

2010 7,63

Sumber : BPS, Tahun 2010.

Data di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan Gorontalo ketika masih

bergabung dengan Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 1995 menunjukkan

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,80 persen jauh lebih

rendah dibanding pertumbuhan ekonomi ketika Gorontalo telah menjadi Provinsi

dimana pada tahun 2001 hanya berada pada 5,38 persen dan pada tahun 2010

berada pada 7,63persen. Dengan demikian memberikan gambaran bahwa,

meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo mengalami kemajuan yang

cukup pesat, namun bila dibandingkan dengan provinsi induknya Sulawesi Utara,

masih sangat terlihat jauh perbedaannya.

Page 156: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah
Page 157: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Sejatinya setiap wilayah pemekaran dalam upaya mengimplementasikan

otonomi daerah dilandaskan pada Undang-undang Otonomi DaerahNo.32/2004

yang pada dasarnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakatnya.Namun upaya ini bukan tidak menemui hambatan, berbagai

macam masalah pembangunan dihadapi seluruh wilayah di Indonesia.Hal utama

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari sejauhmana peran

pemerintah daerah dalam meningkatkan spembangunan manusia.

Demikian pula halnya yang dialami Propinsi Gorontalo paska otonomi

daerah yang ditandai dengan dimemekarkannya Gorontalo dari Provinsi induknya

Sulawesi Utara. Berbagai masalah pembangunan manusia tersebut sebagaimana

kesimpulan penelitian ini bahwa IPM di Provinsi Gorontalo sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor diantaranya :faktor-faktor berupa rasio atau banyaknya

tenaga kesehatan per seratus orang penduduk, rasio SMP atau banyaknya murid

SMP terhadap jumlah sekolah SMP, Dummy sebelum dan sesudah Otonomi

Daerah yang menunjukkan bahwa IPM sesudah otonomi daerah lebih baik

dibanding sebelum otonomi daerah, dan dummy kota interaksi dengan laju

pertumbuhan ekonomi yang menujukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi

sangat mempengaruhi IPM di Provinsi Gorontalo, demikian juga dengan dummy

kota interaksi dengan persentase penduduk miskin yang menunjukkan bahwa

menurunnya penduduk miskin sangat mempengaruhi naiknya IPM di Provinsi

Gorontalo.

7.2. Saran

Pemerintah Provinsi Gorontalo pada dasarnya telah melakukan analisis

tentang pembangunan manusia yang dilaksanakan oleh Bappeda Propinsi

Gorontalo pada Tahun 2007 yang lalu, namun dari hasil penelitian ini penulis

memasukkan beberapa saran sebagai berikut:

Page 158: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

1. Belum sempurnanya penelitian ini sehingga kiranya perlu menganalisis

lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi IPM secara lebih

mendalam terutama dalam hal yang berkaitan dengan kepentingan publik

seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan.

2. Kiranya perlu dilakukan pemantapan program ataupun kegiatan yang telah

disepakati bersama oleh semua stakeholder di daerah yang tertuang dalam

Kebijakan Umum APBD dalam upaya peningkatan pembangunan manusia

disektor pendidikan, kesehatan dan perekonomian.

3. Perlu adanya koordinasi antara berbagai instansi yang berperan dalam

keberhasilan pembangunan manusia baik yang berhubungan dengan

pendataan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya sehingga peningkatan

kualitas pembangunan manusia di Propinsi Gorontalo dapat terwujud.

Page 159: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Abel, Yuzua, H.F.N. 2006, Disparitas Pembangunan antar KTI dan KBI : Analisis

Beberapa Indikator Makro Ekonomi, Thesis IPB

Anonim, 2007. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daearh Kabupaten/Kota,

Gorontalo

Badan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daearah (Bappeda) Provinsi

Gorontalo, Gorontalo. 2009. Sewindu Kinerja Hasil Pembangunan

Provinsi Gorontalo Tahun 2001-2008, Gorontalo

Badan Pusat Statistik (BPS) 2000. Pedoman Penghitungan PDRB Kabupaten,

Buku II, Contoh Penghitungan BPS Jakarta

Badan Pusat Statistik (BPS) 2003. Gorontalo Dalam Angka 2003. Gorontalo :

BPS

_______ 1996Sulawesi Utara dalam angka, Sulawesi Utara: BPS

_______ 1997 Sulawesi Utara dalam angka, Sulawesi Utara: BPS

_______ 1998 Sulawesi Utara dalam angka, Sulawesi Utara: BPS

_______ 1999 Sulawesi Utara dalam angka, Sulawesi Utara: BPS

_______ 2000 Sulawesi Utara dalam angka, Sulawesi Utara: BPS

_______ 2005 Gorontalo dalam angka, Gorontalo : BPS

_______ 2006 Gorontalo dalam angka, Gorontalo : BPS

_______ 2007 Gorontalo dalam angka, Gorontalo : BPS

_______ 2008 Gorontalo dalam angka, Gorontalo : BPS

_______ 2009 Gorontalo dalam angka, Gorontalo : BPS

_______ 2005 Data Dan Informasi Kemiskinan,Buku 2 Kabupaten: BPS

_______ 2006 Data Dan Informasi Kemiskinan,Buku 2 Kabupaten: BPS

_______ 2007 Data Dan Informasi Kemiskinan,Buku 2 Kabupaten: BPS

_______ 2008 Data Dan Informasi Kemiskinan,Buku 2 Kabupaten: BPS

_______ 2009 Data Dan Informasi Kemiskinan,Buku 2 Kabupaten: BPS

Page 160: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

_______ 2005 Katalog Indeks Pembangunan Manusia, Jakarta: BPS

_______ 2006 Katalog Indeks Pembangunan Manusia, Jakarta: BPS

_______ 2007 Katalog Indeks Pembangunan Manusia, Jakarta: BPS

_______ 2008 Katalog Indeks Pembangunan Manusia, Jakarta: BPS

_______ 2009 Katalog Indeks Pembangunan Manusia, Jakarta: BPS

_______ 1996 Statistik Keuangan Pemerintah Daerah, Jakarta: BPS

_______ 1997 Statistik Keuangan Pemerintah Daerah, Jakarta: BPS

_______ 1998 Statistik Keuangan Pemerintah Daerah, Jakarta: BPS

_______ 1999 Statistik Keuangan Pemerintah Daerah, Jakarta: BPS

_______ 2000 Statistik Keuangan Pemerintah Daerah, Jakarta: BPS

_______ 2005 Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten-Kota, Jakarta: BPS\

_______ 2006 Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten-Kota, Jakarta: BPS

_______ 2007 Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten-Kota, Jakarta: BPS

_______ 2008 Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten-Kota, Jakarta: BPS

_______ 2009 Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten-Kota, Jakarta: BPS

_______ 1996 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 1997 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 1998 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 1999 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 2000 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 2005 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 2006 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 2007 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 2008 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

_______ 2009 Statistik Pendidikan, Susenas, Jakarta: BPS

Page 161: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Balllantine J. H, 1993, The Sociology of Education; A systematic analysis, third

edition, Prentice Hall Inc, New Jersey

Craig Calhoun and Mc. Graw, 1994.Sociology : sixth edition; -Hill Inc, New York

Inkeles, A. and D. H. Smith, 1976. Becoming Modern; Individual Change in Six

Developing Countries : Massachusetts : Harvard University Press,

Cambridge

J.C. Stanley and K. D. Hopkins, 1978, Educational & pscylogical measurement

&evaluation.: Prentice- Hall of India Private, New Delhi

Juanda, B. 2007, Pemekaran Daerah Serta Implikasinya terhadap APBN.Jurnal

Ekonomi, Volume XXV, Edisi Oktober

Juanda B. 2008, Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis IPB Press, Bogor

Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan IPB Press, Bogor

Manan. 1989. Antrhoropoligi Pendidikan, Suatu Pengantar, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Proyek Pengembangan Lembaga Pendididkan Tenaga Pendidikan,

Jakarta

Mankiw G. 2007. makro Ekonomi Edisike-6 Terjemahan Jakarta, Penerbit

Erlangga

Mopangga H. 2010, Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Gorontalo, thesis IPB

George P. and Moureen Wardhall, 1991, Educational for Development : an

analysis of investment choices, A World Bank Publication, Oxford

University Press

Rasyid, R. 2000 Makna Pemerintah, PT. Mutiara Sumber Widya Jakarta

Rusli S. dan Sumardjo. 2009, Modul kuliah : Pembangunan Kebutuhan Dasar

Manusia Manajemen Pembangunan Daerah, Sekolah Pascasarjana, IPB,

Bogor

Rustiadi E., S. Saefulhakim dan D.R. Panuju 2009, Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah ,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Sabarno H. 2004, Gagasan & Pemikiran Membangun Sulawesi, Edisi 1, Pusat

Studi Penelitian & Pengembangan (Puslitbang) Gorontalo Post,

Gorontalo

Page 162: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Segall M.H.and Allynand Bacon,1999. Human Behavior in global perpective an

introduction to cross Cultural ,Psycology, 2nd

edition, Boston

Sjafrizal E. 2007, Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Padang, Badouse Media

Soeboeno, Agoes. 2005 Disparitas Pembangunan Manusia dan Penentuan

Prioritas Pembangunan Sosial di Jawa Timur, Thesis IPB

Soekanto S., 1982, Sosiolog suatu pengantar Jakarta : Raja Grafindo Persada

Stainley J.C. and K.D. Hopkins, 1978, Educational & Psycological measurement

& evaluation, New Delhi : Prentice Hall of India Private

Todaro, M.P & Smith S.C. 2006, Pembangunan Ekonomi. Terjemahan H.

Munandar, Edisi Kesembilan jilid I, Jakarta, Erlangga

UNDP, 1995, Human Development Index 1995, New York, UNDP

Wibowo. E 2008, Strategi Perancangan Kebijakan Umum APBD untuk

meningkatkan kualitas Pembangunan Manusia di Kabupaten Bogor,

thesis IPB

Yanuarta H. 2009, Strategi Alokasi Anggaran Pembangunan Dalam Rangka

peningkatan IPM di Kabupaten Lampung Barat, thesis IPB

Page 163: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Lampiran 1

Hasil Olah Data Faktor-faktor Yang Mempengaruhi IPM di Kota Gorontalo

dan Kabupaten Gorontalo

Dependent Variable: IPM

Method: Panel Least Squares

Date: 07/27/12 Time: 12:01

Sample: 1995 2010

Periods included: 16

Cross-sections included: 2

Total panel (balanced) observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

RTK 0.025263 0.004315 5.854572 0.0000

RSMP -0.003607 0.002118 -1.703055 0.1005

D_OTDA 1.853414 0.690586 2.683828 0.0125

D_KOTA_LAPEK 0.445676 0.219044 2.034644 0.0522

D_KOTA_DUKIN -0.115448 0.061792 -1.868343 0.0730

C 62.72790 1.060599 59.14386 0.0000

R-squared 0.694463 Mean dependent var 66.98500

Adjusted R-squared 0.635706 S.D. dependent var 2.323805

S.E. of regression 1.402573 Akaike info criterion 3.681855

Sum squared resid 51.14750 Schwarz criterion 3.956680

Log likelihood -52.90968 Hannan-Quinn criter. 3.772952

F-statistic 11.81924 Durbin-Watson stat 2.290352

Prob(F-statistic) 0.000005

Page 164: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Lampiran 2

DataFaktor-faktor Yang Mempengaruhi IPM Kota Gorontalo

TAHUN IPM DUKIN RASIOPUSKES RASIOPUSTU RASIODOK RASIOTEKES RASIOSD RASIOSMP RASIOSMA LAPEK DUMMY PENDUDUK

1995 67,80 19,325 4,75 24,55 19,01 234,41 25,37 266,80 229,83 8,30 0 126.274

1996 70,50 18,38 4,70 24,26 14,09 251,22 120,64 717,88 813,57 8,95 0 127.778

1997 68,60 17,425 4,64 23,97 17,01 248,22 116,64 633,22 407,57 9,89 0 129.321

1998 67,10 16,475 4,56 24,34 16,73 244,16 117,92 637,30 905,57 2,71 0 131.471

1999 66,70 15,525 4,51 24,03 24,03 243,30 117,99 581,20 949,71 5,43 0 133.170

2000 68,40 14,58 4,45 23,72 14,08 243,83 124,91 596,50 999,14 5,59 0 134.931

2001 63,30 13,625 5,46 28,94 20,02 68,72 126,51 587,00 975,86 5,94 1 135.311

2002 65,40 13,27 5,41 28,56 19,76 67,83 127,30 681,50 529,71 6,41 1 138.644

2003 67,80 10,77 6,07 32,49 22,16 75,61 128,72 358,68 531,14 6,59 1 147.354

2004 69,20 10,90 5,67 23,81 16,24 45,17 153,97 372,21 545,43 6,93 1 148.080

2005 70,40 10,06 5,16 21,10 17,26 102,42 168,88 377,53 578,00 7,19 1 156.390

2006 71,30 9,87 4,42 20,84 16,42 172,39 181,28 399,68 617,86 7,06 1 158.360

2007 71,64 8,11 4,31 20,32 52,33 327,51 179,17 389,90 676,29 7,36 1 162.438

2008 72,12 5,23 4,03 18,98 81,67 273,20 183,34 412,65 671,71 7,43 1 173.867

2009 72,44 5,29 3,83 18,05 66,72 179,37 182,29 413,30 638,14 7,49 1 182.861

2010 73,08 5,49 3,89 18,32 86,05 417,48 187,02 153,52 467,00 7,56 1 180.127

Page 165: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Lampiran 3

DataFaktor-faktor Yang Mempengaruhi IPM Kabupaten Gorontalo

TAHUN IPM DUKINRASIOPUSKESRASIOPUSTU RASIODOK RASIOTEKES RASIOSD RASIOSMP RASIOSMA LAPEK DUMMY PENDUDUK

1995 62,5 26,97 5,37 26,83 9,92 140,96 142,18 286,31 321,00 11,85 0 615.066

1996 66,6 27,83 4,96 24,80 9,17 130,31 141,81 222,14 321 9,85 0 665.327

1997 63,5 28,70 4,94 24,71 9,14 129,86 141,62 282,36 391,00 4,62 0 667.623

1998 66,7 29,56 4,91 26,64 9,08 129,02 147,27 287,03 325,83 -2,58 0 672.006

1999 63,3 30,43 4,89 26,51 9,03 128,41 205,85 307,32 349,63 3,26 0 675.193

2000 64,5 31,29 8,26 44,80 15,27 51,05 79,35 158,63 500,08 4,42 0 399.593

2001 66,8 29,74 5,46 28,94 20,02 68,72 81,43 220,94 518,33 5,86 1 401.702

2002 64,3 36,60 5,41 28,56 19,76 67,83 81,17 214,00 517,83 6,91 1 406.174

2003 64,7 33,97 6,07 32,49 22,16 75,61 82,62 140,54 432,75 6,73 1 406.870

2004 65,4 33,50 5,67 23,81 16,24 45,17 151,10 240,02 517,83 7,62 1 413.778

2005 67,5 34,49 5,16 24,99 8,17 102,42 173,54 231,44 343,83 5,98 1 416.224

2006 67,3 34,36 4,90 24,51 6,07 96,19 169,46 187,96 258,72 7,20 1 428.321

2007 67,8 32,07 4,73 26,01 7,68 107,28 172,56 138,94 335,92 7,45 1 338.381

2008 68,9 24,10 5,89 27,68 7,95 128,38 185,15 137,25 341,92 7,63 1 339.620

2009 69,6 21,48 21,73 78,71 71,08 509,00 174,60 140,69 390,42 7,48 1 340.470

2010 70,1 18,87 23,60 77,81 35,96 486,81 196,52 102,74 351,38 7,62 1 355.988

Page 166: ANALISIS DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP … · 17. Teman-teman Asrama Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) 18. ... Devinisi Otonom Daerah ..... 15 2.3. Prinsip Otonomi Daerah

Lampiran 4

Data Panel Faktor-faktor Yang Mempengaruhi IPMKota Gorontalo &

Kabupaten Gorontalo

TAHUN IPM DUKINRASIOPUS

KES

RASIOPUS

TU

RASIODO

K

RASIOTEK

ESRASIOSD

RASIOSM

P

RASIOSM

ALAPEK

DUMMY

OTDA

DUMMY

KOTAPENDUDUK

1995 67,80 19,325 4,75 24,55 19,01 234,41 25,37 266,80 229,83 8,30 0 1 126.274

1996 70,50 18,38 4,70 24,26 14,09 251,22 120,64 717,88 813,57 8,95 0 1 127.778

1997 68,60 17,425 4,64 23,97 17,01 248,22 116,64 633,22 407,57 9,89 0 1 129.321

1998 67,10 16,475 4,56 24,34 16,73 244,16 117,92 637,30 905,57 2,71 0 1 131.471

1999 66,70 15,525 4,51 24,03 24,03 243,30 117,99 581,20 949,71 5,43 0 1 133.170

2000 68,40 14,58 4,45 23,72 14,08 243,83 124,91 596,50 999,14 5,59 0 1 134.931

2001 63,30 13,625 5,46 28,94 20,02 68,72 126,51 587,00 975,86 5,94 1 1 135.311

2002 65,40 13,27 5,41 28,56 19,76 67,83 127,30 681,50 529,71 6,41 1 1 138.644

2003 67,80 10,77 6,07 32,49 22,16 75,61 128,72 358,68 531,14 6,59 1 1 147.354

2004 69,20 10,90 5,67 23,81 16,24 45,17 153,97 372,21 545,43 6,93 1 1 148.080

2005 70,40 10,06 5,16 21,10 17,26 102,42 168,88 377,53 578,00 7,19 1 1 156.390

2006 71,30 9,87 4,42 20,84 16,42 172,39 181,28 399,68 617,86 7,06 1 1 158.360

2007 71,64 8,11 4,31 20,32 52,33 327,51 179,17 389,90 676,29 7,36 1 1 162.438

2008 72,12 5,23 4,03 18,98 81,67 273,20 183,34 412,65 671,71 7,43 1 1 173.867

2009 72,44 5,29 3,83 18,05 66,72 179,37 182,29 413,30 638,14 7,49 1 1 182.861

2010 73,08 5,49 3,89 18,32 86,05 417,48 187,02 153,52 467,00 7,56 1 1 180.127

1995 62,5 26,97 5,37 26,83 9,92 140,96 142,18 286,31 321,00 11,85 0 0 615.066

1996 66,6 27,83 4,96 24,80 9,17 130,31 141,81 222,14 321 9,85 0 0 665.327

1997 63,5 28,70 4,94 24,71 9,14 129,86 141,62 282,36 391,00 4,62 0 0 667.623

1998 66,7 29,56 4,91 26,64 9,08 129,02 147,27 287,03 325,83 -2,58 0 0 672.006

1999 63,3 30,43 4,89 26,51 9,03 128,41 205,85 307,32 349,63 3,26 0 0 675.193

2000 64,5 31,29 8,26 44,80 15,27 51,05 79,35 158,63 500,08 4,42 0 0 399.593

2001 66,8 29,74 5,46 28,94 20,02 68,72 81,43 220,94 518,33 5,86 1 0 401.702

2002 64,3 36,60 5,41 28,56 19,76 67,83 81,17 214,00 517,83 6,91 1 0 406.174

2003 64,7 33,97 6,07 32,49 22,16 75,61 82,62 140,54 432,75 6,73 1 0 406.870

2004 65,4 33,50 5,67 23,81 16,24 45,17 151,10 240,02 517,83 7,62 1 0 413.778

2005 67,5 34,49 5,16 24,99 8,17 102,42 173,54 231,44 343,83 5,98 1 0 416.224

2006 67,3 34,36 4,90 24,51 6,07 96,19 169,46 187,96 258,72 7,20 1 0 428.321

2007 67,8 32,07 4,73 26,01 7,68 107,28 172,56 138,94 335,92 7,45 1 0 338.381

2008 68,9 24,10 5,89 27,68 7,95 128,38 185,15 137,25 341,92 7,63 1 0 339.620

2009 69,6 21,48 21,73 78,71 71,08 509,00 174,60 140,69 390,42 7,48 1 0 340.470

2010 70,1 18,87 23,60 77,81 35,96 486,81 196,52 102,74 351,38 7,62 1 0 355.988