Upload
lethuan
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PEDAGANG
PAKAIAN PASAR BLOK A JAKARTA SELATAN YANG TERELOKASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
RAHMAH ADHAWIYAH
NIM: 1113054100037
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1)
Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari
karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Oktober 2017
Rahmah Adhawiyah
i
ABSTRAK
RAHMAH ADHAWIYAH
Analisis Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Pedagang Pakaian Pasar Blok A
Jakarta Selatan Yang Terelokasi.
Skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Sosial Ekonomi Terhadap
Pedagang Pakaian Pasar Blok A Jakarta Selatan Yang Terelokasi.” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses relokasi terhadap pedagang
pakaian Pasar Blok A. Penelitian ini juga menganalisis dampak segi sosial dan
ekonomi terhadap pedagang pakaian Pasar Blok A yang terelokasi ke Taman
Sambas, Kebayoran Baru. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif dengan analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam hal ini penulis menganalisis
data-data yang terkumpul dari hasil wawancara, buku, jurnal, tesis, skripsi,
internet dan lainnya. Adapun narasumber dari penelitian ini terdiri dari,
Koordinator Pasar Blok A, para pedagang pakaian Pasar Blok A dan pembeli.
Dari analisis dan interpretasi atas data yang ada diperoleh menunjukkan
bahwa dari dampak sosial ekonomi para pedagang pakaian Pasar Blok A yang
terelokasi diawali adanya proses relokasi dikarenakan pasar akan direvitalisasi
sehingga para pedagang harus direlokasi. Tetapi, para pedagang merasa keberatan
untuk direlokasi. Maka adanya proses relokasi pun seperti: segi sosialisasi,
pertemuan serta musyawarah yang dilakukan PD. Pasar Jaya dan para pedagang,
kemudian para pedagang menandatangani surat persetujuan untuk relokasi.
Program revitalisasi dan relokasi Pasar Blok A ini pun telah sesuai dengan
ketentuan dan perundangan yang telah berlaku yaitu Undang-Undang Peraturan
Daerah (PERDA) No.3 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Area Pasar dan Peraturan
Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Setelah terelokasi ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) yang letaknya di Taman Sambas, Jakarta Selatan.
Para pedagang mengalami adanya dampak segi sosial dan ekonomi selama
berdagang di TPS. Perbedaan yang sangat signifikan ketika pedagang menempati
TPS dan berjualan di sana, pedagang mengalami penurun omzet terlihat dari
kondisi TPS yang kurang strategis dan jauh dari angkutan umum sehingga kurang
menariknya perhatian orang untuk berbelanja di TPS. Selain penurunan omzet
adanya persaingan antar para pedagang dan interaksi para pedagang yang kurang
begitu kuat, sehingga timbullah dampak segi sosial ekonomi terhadap pedagang
yang terelokasi.
Kata Kunci: Dampak Sosial Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Pedagang Pakaian
Pasar Blok A, Relokasi.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan dan kemampuan penulis, baik dari materi, penulisan, maupun
sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima
dengan senang hati.
Penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini
yang berjudul “Analisis Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Pedagang
Pakaian Pasar Blok A Jakarta Selatan Yang Terelokasi” Setulus dan sepenuh
hati, penulis sadar bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan mengatasi
rintangan yang menganggu lancarnya penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan yang
berharga ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus pada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung
Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.A. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik Penulis.
4. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu-ilmu pengetahuan mengenai Kesejahteraan
Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.
6. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua Orang tua tercinta, yaitu
Ayahanda H. Ali Rudi dan Ibunda Hj. Nursidah yang telah membesarkan
dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa,
dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Maraden Tambunan, S.Sos. Sebagai Koordinator Pasar Blok A,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
Pasar Blok A dan telah bersedia menjadi narasumber untuk penelitian
penulis. Serta pedagang Pakaian Pasar Blok A, yang telah berbagi
informasi terkait relokasi serta mendukung penulisan skripsi ini.
iv
8. Teman dekat saya Rama Adli Zain yang sudah meluangkan waktunya
untuk memberikan motivasi, membantu dan memberikan dukungan serta
doa agar penulis bisa cepat dalam menyelesaikan skripsi.
9. Teman-Teman sepermainan Anin, Julia, Mila, Wita, Tata, Elita, dan Noor
yang sudah menemani selama 4 tahun perjalanan perkuliahan di kelas dan
kebersamaannya untuk saling memotivasi satu sama lain dalam menyusun
skripsi. Semoga nanti kita akan terus tetap bersama dalam kesuksesan
aminnn.
10. Teman penulis sejak SMA Maria Linda Siagian, teman kampus penulis
Imez haleematussadiah yang berbeda jurusan dan Tiara Azaria Amanda,
sekar rini teman sejak SMP yang telah mendukung dan membantu penulis
untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Teman-Teman Kessos Angkatan 2013, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terima Kasih atas kebersamaan dan dukungan satu sama lain
selama menjalani pendidikan bareng selama perkuliahan. Setelah lulus
nanti penulis pasti akan merindukan teman-teman dan suasana kelas yang
selalu ramai.
12. Teman-Teman HMJ Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2014-2015 yang telah berproses dalam organisasi bersama.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
mengingat kemampuan dan keterbatasan waktu penulis. Akhir kata, semoga Allah
v
SWT melimpahkan keberkahan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Jakarta, 26 Oktober 2017
Rahmah Adhawiyah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9
E. Metode Penelitian........................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dampak ........................................................................ 20
B. Pengertian Kesejahteraan Sosial dan Indikator Kesejahteraan ...... 21
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ................................................ 21
2. Indikator Kesejahteraan ............................................................. 24
3. Kebijakan Kesejahteraan Sosial ................................................ 25
4. Relokasi dan Kesejahteraan Sosial ............................................ 27
C. Kesejahteraan Ekonomi ................................................................. 28
1. Definisi Kesejahteraan Ekonomi ............................................... 28
D. Perilaku Sosial ................................................................................ 31
E. Proses Ekonomi .............................................................................. 35
1. Produksi ..................................................................................... 35
2. Distribusi ................................................................................... 36
3. Konsumsi ................................................................................... 37
F. Pasar ............................................................................................... 37
vi
G. Pelaku Pasar ................................................................................... 40
H. Pedagang ........................................................................................ 40
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Pasar Blok A ........................................................ 42
1. Dasar Hukum Pendirian Pasar Blok A ...................................... 45
2. Landasan Operasional ................................................................ 46
B. Profil Perusahaan Daerah Pasar Jaya ............................................. 46
1. Tentang PD. Pasar Jaya .............................................................. 46
2. Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................... 47
3. Profil Umum Pasar Blok A ........................................................ 47
C. Jenis Barang Yang Diperjual Belikan ............................................ 48
D. Kuantitas Hunian Di Setiap Lapak ................................................. 49
E. Dinamika Penjual dan Pembeli ...................................................... 53
1. Profil Pembeli ............................................................................ 55
F. Profil Pedagang Pakaian Pasar Blok A .......................................... 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Proses Relokasi Pedagang Pakaian Pasar Blok A .......................... 59
B. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Pedagang Pakaian
Yang Terelokasi ............................................................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 95
B. Saran ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 100
LAMPIRAN ........................................................................................................ 105
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tipologi Informan Pasar Blok A Fatmawati Jakarta Selatan ................. 16
Tabel 4.1 Rata-rata Pendapatan Pedagang Pakaian dari Tahun 2015 hingga
2017.. ..................................................................................................... 88
Tabel 4.2 Pengeluaran Perbulan Pedagang Pasar Blok A yang Terelokasi ... ……90
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 ............................................................................................................ 50
Gambar 3.2 ............................................................................................................. 51
Gambar 3.3 ............................................................................................................. 55
Gambar 4.1 ............................................................................................................. 60
Gambar 4.2 ............................................................................................................. 63
Gambar 4.3 ............................................................................................................. 74
Gambar 4.4 ............................................................................................................. 75
Gambar 4.5 ............................................................................................................. 76
Gambar 4.6 ............................................................................................................. 79
Gambar 4.7 ............................................................................................................. 89
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Observasi Ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS) Pasar Blok A Jakarta Selatan.
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Koordinator Pasar Blok A.
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pedagang Pakaian
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Pembeli
Lampiran 5. Transkip Wawancara Koordinator Pasar Blok A
Lampiran 6. Transkip Wawancara Pedagang Pakaian 1
Lampiran 7. Transkip Wawancara Pedagang Pakaian 2
Lampiran 8. Transkip Wawancara Pedagang Pakaian 3
Lampiran 9. Transkip Wawancara Pedagang Pakaian 4
Lampiran 10. Transkip Wawancara Pedagang Pakaian 5
Lampiran 11. Transkrip Wawancara Pedagang Pakaian 6
Lampiran 12. Transkip Wawancara Pembeli 1
Lampiran 13. Transkip Wawancara Pembeli 2
Lampiran 14. Lampiran Gambar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
DKI Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadikan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan yang hendak dicapai.
Banyaknya pembangunan-pembangunan ruang privat sehingga kurangnya ruang
publik, hal ini sejalan dengan pernyataan dari Henry Shaftoe yang mengatakan
bahwa masalah di perkotaan adalah tidak ramahnya pembangunan terhadap ruang
publik.1
Pasar menurut kualitas pelayanannya dapat digolongkan menjadi Pasar
Tradisional dan Pasar Modern. Menurut sifat pendistribusiannya pasar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu Pasar Eceran dan Pasar Perkulakan atau Grosir.2
Pasar Eceran adalah orang-orang atau toko yang kerja utamanya mengecerkan
barang dan sangat penting dalam proses penyaluran barang dan jasa.3 Pasar
Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah.
Salah satunya yaitu Pasar Tradisional Pasar Blok A Fatmawati Jakarta
Selatan yang dibangun dan di kelola oleh pemerintah dengan memiliki luas lahan
sekitar 4.093 meter persegi, jumlah pedagang sebanyak 620 lebih pedagang dan
1Henry Shaftoe, Convivial Urban Space: Creating Effective Public Places, (London,
Eartscan, 2008). h.5. 2Ayu Setyaningsih, (2014), “Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Satwa”, (Skripsi
S1 Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta,2014) h. 2. 3 Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta,2011), h. 146.
2
mempunyai 630 tempat usaha.4 Pasar Blok A merupakan pasar terlama yang
berada di daerah Fatmawati, pasar tersebut selalu terlihat ramai dengan
pengunjung ataupun pembeli dengan banyak berbagai macam jenis dagangan
yang di perdagangkan. Selain itu Pasar Blok A termasuk pasar yang sangat
strategis sehingga Pasar Blok A mudah untuk di jangkau karena banyaknya
angkutan umum yang melewati Pasar Blok A.
Tetapi, keadaan bangunan Pasar Blok A pun terlihat sangat sudah tidak
layak di karenakan faktor bangunan pasar yang sudah lama dan sudah berdiri
selama 44 tahun. Selain bangunan yang sudah tua, Pasar Blok A pernah
mengalami kebakaran sehingga bangunan pun menjadi memprihatinkan dan masa
hak pemakaian Pasar Blok A telah habis selama 20 tahun. Akhirnya, dari kondisi
yang seperti itu maka dalam mengoptimalkan fungsi pasar, Pemprov DKI Jakarta
menerapkan kebijakan berupa revitalisasi untuk memperbagus kembali bangunan
pasar yang sudah terlihat tidak layak dan masa hak pemakaian pasar yang telah
habis. Sesuai kebijakan pemerintah yang dikatakan oleh Menteri Perdagangan
Thomas Lembong.
“Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila Pemerintah Daerah
(PEMDA) mengusulkan pasar yang akan direvitalisasi yaitu pasar yang usianya
sudah lebih dari 20 tahun, pasar yang mengalami bencana kebakaran, pasca
bencana alam, atau konflik sosial, dan pasar yang belum memiliki bangunan
utama”.5
4Anonim, Pasar blok a di revitalisasi, Artikel diakses pada 24 Desember 2017 melalui
http://poskotanews.com/2015/06/26/pasar-blok-a-direvitalisasi-disiapkan-403-penampungan-
sementara/ 5Dina Rayanti, “4 Kriteria Pasar Tradisional Yang Bisa Direvitalisasi” Artikel diakses
pada 06 November 2017 melalui https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/3134012/ini-4-
kriteria-pasar-tradisional-yang-bisa-direvitalisasi
3
Salah satu bentuk kebijakan revitalisasi pasar adalah membangun
bangunan baru dengan merelokasi para pedagang yaitu pemindahan pasar dari
satu tempat ke tempat yang lain dan merelokasi pedagang ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) yang sudah disediakan di Taman Sambas
Kelurahan Pulo Kebayoran Baru. Dengan adanya relokasi ini agar perekonomian
pedagang tetap terus berjalan.
Pasar yang memiliki luas lahan sekitar 4.093 meter persegi itu akan
terintegrasi dengan Mass Rapid Transit (MRT), pada bagian atas pasar terdapat
sebuah hotel dan menyambung stasiun layang MRT bangunan tersebut akan
segera dilaksanakan pada pertengahan tahun 2015 mendatang.6
Program revitalisasi dan relokasi Pasar Blok A ini pun telah sesuai dengan
ketentuan dan perundangan yang telah berlaku yaitu Undang-Undang Peraturan
Daerah (PERDA) No.3 Tahun 2009 tentang pengelolaan area pasar dan juga
Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.7
Selain itu menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang
Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Swalayan sesuai Pasal 6 ayat 2 pembangunan dan/atau revitalisasi fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan upaya perbaikan dan
peningkatan sarana fisik baik dari segi luas maupun kualitas bangunan yang
6Anonim, “Pasar Blok A Fatmawati” Artikel diakses pada 24 Desember 2017 melalui
http://www.pasarjaya.co.id/berita/detail/Pasar-Blok-A-Fatmawati 7 Peraturan Daerah Kota Jakarta Nomor 3 Tahun 2009, Artikel di akses pada 18 Maret
2017 dari
pasarjaya.co.id/_assets/files/about/Peraturan_Daerah_Nomor_3_Tahun_2009_Pengelolaan_Area_
Pasar.doc
4
berpedoman pada Standar Nasional Indonesia Pasar Rakyat yang meliputi:
Kondisi fisik bangunan berpedoman pada desain standar puwarupa pasar rakyat,
zonasi pasar yang diperdagangkan, sarana kebersihan, kesehatan, keamanan,
lingkungan dan kemudahan akses transportasi.8
Pihak PD. Pasar Jaya menggunakan lahan dinas pertamanan DKI Jakarta
Selatan seluas 1.200 meter persegi untuk dibangunnya Tempat Penampungan
Sementara. Sejak tanggal 20 Oktober 2015 para pedagang pun terelokasi ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS). Manajer Area Wilayah 1 PD. Pasar Jaya,
Nurman Adhi Permana mengatakan pihaknya menyediakan Tempat Penampungan
Sementara tersebut pun memiliki 2 Lantai, 283 kios yang berukuran 2x2,5 meter
dan 131 los dengan sistem setiap pedagang yang mempunyai beberapa toko hanya
mendapatkan 1 toko atau kios ditempat penampungan sementara.9 Pedagang yang
akan menempati TPS adalah pedagang yang memiliki surat izin pemakaian tempat
usaha atau pedagang tetap.
Dengan adanya revitalisasi dan relokasi Pasar Blok A, pedagang pun
keberatan untuk direlokasi ke tempat penampungan sementara dikarenakan
mereka sudah berdagang lama di Pasar Blok A, masyarakat juga sudah banyak
yang mengetahui dan berbelanja di Pasar Blok A, pedagang takut kehilangan para
pelanggan ataupun pembeli. PD. Pasar Jaya pun memberikan sosialisasi dan
pendekatan kepada semua pedagang dengan memberi tahu tujuan dengan adanya
revitalisasi dan relokasi pasar. PD. Pasar Jaya menjelaskan bagaimana
8 Rancangan Peraturan Presiden Republik Indonesia, Artikel di akses pada tanggal 06
November 2017 dari www.kemendag.go.id>files>2016/03/24 9Anonim, “Pasar Blok A Direvitalisasi, Disiapkan 403 Penampungan Sementara”,
Artikel di akses pada tanggal 18 Maret 2017 dari http://poskotanews.com/2015/06/26/pasar-blok-
a-direvitalisasi-disiapkan-403-penampungan-sementara/
5
penanganan pasar seperti apa dan ini sifatnya sementara tidak permanen.10
Sekitar
86% pedagang setuju dan menerima untuk direlokasi dengan tujuan untuk
kebaikan mereka. Karena, melihat kondisi pasar yang sudah tua dan tidak layak
melainkan juga takut terjadi hal yang tidak diinginkan dan tidak dapat menarik
perhatian orang banyak.11
Semenjak terelokasi dari Pasar Blok A ke Tempat Penampungan
Sementara, pedagang pun merasakan dampak dari adanya relokasi seperti dampak
dari segi sosial dan ekonomi, Contohnya dampak sosial setelah di relokasi yaitu
interaksi antar pedagang kurang kuat mereka hanya berinteraksi dengan kios-
kiosnya yang berdekatan saja dan adanya persaingan harga antar pedagang yang
signifikan.
Dampak ekonomi seperti omset yang mereka terima turun dari seperti
biasanya, Salah satu pedagang yang mengalami dampak dari adanya relokasi
pasar ini adalah pedagang pakaian yang berada di Tempat Penampungan
Sementara (TPS). Pedagang pakaian ini mengalami adanya dampak dari relokasi
Pasar Blok A ke Tempat Penampungan Sementara seperti salah satunya pedagang
pakaian lengkap yang merasakan penurunan omset yang sangat jauh dari seperti
biasanya, menurut bapak h. Hermantaher ”omset yang saya terima sangat jauh
seperti saat berdagang di Pasar Blok A, penurunan omset disini saya mengalami
dari hasil pendapatan sehari bisa mendapatkan 1 sampai 3 juta ketika berdagang
di Pasar Blok A, tetapi di TPS sehari saya hanya bisa mendapatkan 50ribu
10
Wawancara pribadi dengan Bapak Maraden Tambunan selaku koordinator pasar blok a,
pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 10.00 di pasar Blok a. 11
Anonim, Artikel diakses pada tanggal 18 Maret 2017 dari
http://www.gresnews.com/berita/esai_foto/12252710-menanti-wajah-baru-pasar-blok-a/
6
sampai 100ribu saja”.12
Selain bapak h.hermantaher para pedagang pakaian yang
lain pun sama merasakan penurunan omset seperti ibu erna pedagang pakaian
busana muslim “selama pindah ke TPS saya tidak mendapatkan omset seperti
biasanya, pernah seminggu tidak ada pemasukan sama sekali terkadang sehari
hanya mendapatkan 100rb saja. Ketika di Blok A sehari saya bisa mendapatkan
1juta bahkan lebih”.13
Hampir semua para pedagang pakaian merasakan adanya
dampak ekonomi dengan penurunan omset yang sangat jauh jika dibandingkan
saat mereka masih berdagang di Pasar Blok A.
Omset atau putaran uang sehari seluruh pedagang ketika masih di Pasar
Blok A pun kurang lebih mencapai 800juta seharinya. Tetapi setelah di relokasi
putaran uang perhari seluruh pedagang hanya mencapai 300juta.14
Selain omset
yang turun para pedagang juga merasakan bahwa para pembeli pun sedikit yang
datang atau berbelanja ke tempat yang sekarang dan lebih memilih berbelanja ke
Pasar Cipete atau Pasar Mede yang lokasinya mudah dijangkau dengan angkutan
umum. Jumlah pedagang Pasar Blok A yang sekitar 620 pedagang sekarang
berkurang menjadi 398 pedagang yang menempati TPS, banyak para pedagang
yang sudah tidak berjualan atau menutup kiosnya dikarenakan TPS sangat sepi
dengan pengunjung atau pembeli.
Program relokasi ini memiliki tujuan agar pedagang Pasar Blok A tidak
ditinggalkan oleh para pelanggan dan masih bisa menjalankan aktifitasnya dengan
12
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Hermantaher salah satu pedagang pakaian Pasar
Blok A, pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 11.30 di Pasar Blok A. 13
Wawancara pribadi dengan Ibu Erna salah satu pedagang pakaian Pasar Blok A, pada
tanggal 15 Maret 2017, pukul 13.00 di Pasar Blok A. 14
Wawancara pribadi dengan Bapak Maraden Tambunan selaku koordinator Pasar Blok
A, pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 10.00 di Pasar Blok A.
7
berdagang. Mampu mengatasi kelemahan atau memperbagus utama Pasar
Tradisional Blok A yang bangunannya sudah tua, agar dapat meningkatkan
kualitas pelayanan dan daya tampung pedagang serta pembeli serta makin
menarik pandangan semua orang.
Karena pada dasarnya sebelum terjadi relokasi para pedagang pun tidak
mengalami adanya dampak dari segi sosial dan ekonomi. Maka peneliti akan
melakukan penelitian mengenai Analisis Dampak Sosial Ekonomi Terhadap
Pedagang Pakaian Pasar Blok A Jakarta Selatan Yang Terelokasi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penulisan ini cukup luas jika diteliti secara
menyeluruh. Maka dari itu, diperlukan pembatasan masalah agar sesuai dengan
tema penulisan. Ada sekitar 620 pedagang Pasar Blok A yang terelokasi. Untuk
kebutuhan penelitian ini, kajian akan difokuskan kepada pedagang pakaian yang
terelokasi yang berjumlah 59 pedagang yang berada di TPS.
Untuk memfokuskan kajian, pokok permasalahan diturunkan dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses relokasi pedagang pakaian di Pasar Blok A?
2. Bagaimana dampak sosial ekonomi terhadap pedagang pakaian Pasar Blok
A yang terelokasi?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Sosial
Ekonomi Terhadap Pedagang Pakaian Pasar Blok A Jakarta Selatan Yang
Terelokasi” adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses relokasi pedagang pakaian di Pasar Blok A
b. Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi terhadap pedagang pakaian
Pasar Blok A yang terelokasi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan pengembangan penelitian serupa, penelitian ini
dapat menambah wawasan bagi peneliti berkaitan dengan konsep dan metodologi
penelitian, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai dampak sosial
ekonomi terhadap pedagang yang terelokasi. Disisi lain penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan referensi untuk menambah ilmu atau wawasan mengenai
program-program atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keberfungsian
sosial suatu pihak menjadi lebih baik lagi.
9
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca tentang Analisis Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Pedagang Pakaian
Pasar Blok A Jakarta Selatan Yang Terelokasi.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis membaca, mempelajari dan mencari judul skripsi dan tesis,
ditemukan beberapa judul skripsi dan tesis yang membahas tentang dampak sosial
ekonomi terhadap relokasi pedagang pasar tradisional dan kaitannya dengan
pihak-pihak yang menjalankannya, diantaranya:
1. Skripsi yang berjudul: Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Pada
Pedagang Burung dari Ngasem ke Dongkelan.
Penulis : Tri Arif Mudhito
NIM : 08413244034
Prog. Studi : Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta.
Lulus : 2012 M
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah, pertama: bagaimana
perubahan sosial yang terjadi seperti sistem sosial interaksi personal setelah
relokasi pasar burung dari ngasem ke pasty? Kedua: bagaimana interaksi
sosial antara pedagang burung lama, dengan pedagang burung baru?
Perubahan sosial yang terjadi dari segi lokasi sangat meningkat dari lokasi
10
yang sebelumnya tetapi interaksi antara pedagang baru dengan pedagang
lama pun terjadinya persaingan harga. Terdapat interaksi yang kurang begitu
kuat karena pedagang yang lama dan baru tidak saling mengenal. Segi
dampak ekonomi yang timbul seperti penurunan pendapatan rata-rata
meskipun lambat-laun pendapatan itu perlahan kembali pulih seiring dengan
berjalannya waktu.15
2. Jurnal Ilmiah yang berjudul: Dampak Relokasi Pasar Studi Kasus di Pasar
Sampangan Kota Semarang.
Penulis : Dra.Susilo Endrawanti,M.Si.
Universitas : UNTAG Semarang
Masalah yang dibahas dalam jurnal ini adalah: apakah ada dampak yang
mempengaruhi individu atau antar kelompok para pedagang? Dampak dari
masyarakat sekitar pasar? Dengan perpindahan para pedagang ke Pasar
Sampangan baru, tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan, ada
kecenderungan merugi jika dibandingkan waktu masih berjualan di tempat
yang lama.16
3. Skripsi yang berjudul: Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Satwa
Penulis : Ayu Setyaningsih
Prog. Studi : Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
15
Tri Arif Mudhito, “Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Pada Pedagang Burung
dari Ngasem ke Dongkelan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta,
2012). 16
Susilo Endrawanti, “Dampak Relokasi Pasar Studi Kasus di Pasar Sampangan Kota
Semarang,”(Jurnal Ilmiah, UNTAG Semarang, 2012).
11
Lulus : 2014 M
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah: untuk mengetahui dan
menganalisis dampak sosial ekonomi relokasi pasar terhadap pedagang
PASTY (Pasar Satwa Dan Tanaman Hias Yogyakarta) serta pendapat
pedagang pasar terhadap PASTY setelah pemindahan dari Pasar Ngasem.
Setelah dengan adanya relokasi, relokasi Pasar Ngasem membawa dampak
positif dan negatif bagi kehidupan sosial pedagang pasar tradisional.
menyatakan bahwa relokasi efektif dapat meningkatkan pendapatan
pedagang.17
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh masyarakat misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-
lain.18
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur yang
menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
perilaku yang dapat diamati.19
17
Ayu Setaningsih, “Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Satwa”(Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014). 18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2007), h. 6. 19
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES,
1989), h.30.
12
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar
Blok A yang lokasinya di Taman Sambas Kelurahan Pulo Kebayoran Baru Jakarta
Selatan.
a. Pasar Blok A Fatmawati Jakarta Selatan merupakan Pasar Tradisional
yang terletak di daerah Fatmawati dan Pasar Blok A pun merupakan
pasar lama yang lengkap dengan berbagai macam jenis dagangan dan
ramai oleh pengunjung. Saat ini di depan jalan Pasar Blok A akan
dibangun halte MRT dan Pasar Blok A akan terintegrasi dengan hotel
dan halte tersebut.
b. Lokasi penelitian mudah dijangkau saat melakukan kegiatan
penelitian.
c. Waktu Penelitian dimulai dari bulan Juni 2017 sampai September
2017.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara dan
observasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas
13
pertanyaan itu.20
Ada salah satu metode dalam wawancara yaitu metode
wawancara mendalam. Secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penlitian dengan cara jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan.21
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi
oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.22
Subyek wawancara penelitian ini adalah orang-orang yang bersangkutan
dengan terelokasinya Pasar Blok A. subyek penelitian dari pihak Pasar Blok A
yaitu Bapak Maraden Tambunan selaku Koordinator Pasar Blok A. Peneliti
melakukan wawancara pada hari Kamis, tanggal 2 Maret 2017 yang bertempat di
Kantor Pasar Blok A. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan Ibu
Erna selaku pedagang pakaian Pasar Blok A, peneliti melakukan wawancara pada
hari Senin, tanggal 17 Juli 2017 di TPS Pasar Blok A.
Untuk mempertajam data, peneliti juga melakukan wawancara dengan
pedagang-pedagang pakaian yang lainnya. Subyek penelitian yang peneliti
wawancarai yaitu Bapak Juri, Ibu Ayu, Bapak Agus, peneliti mewawancarai pada
hari Sabtu, tanggal 26 Agustus 2017 di TPS Pasar Blok A. Selain itu peneliti juga
mewawancarai pedagang pakaian yang lainnya yaitu Bapak H. Hermantaher, Ibu
Ita dan Ibu Erna pada waktu yang sama pada hari Senin, 21 Agustus 2017. Tidak
hanya pedagang yang peneliti jadikan subyek beberapa pembeli juga peneliti
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, Januari 2007), h. 186. 21
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Maret 2009), h. 108. 22
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Maret 2009), h. 108.
14
wawancarai yaitu ibu wiwi dan linda di TPS Taman Sambas Kebayoran Baru,
Kelurahan Pulo, Jakarta Selatan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Observasi yang
disengaja dan dilakukan secara sistematis, didukung dengan pencatatan terhadap
gejala-gejala yang berhasil diamati.23
Data observasi dapat berupa cermat, terinci,
dan faktual mengenai keadaan lapangan, kegiatan seseorang dan keadaan sosial,
serta dimana keadaan kegiatan terjadi.
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti.24
Peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada pihak lembaga. Kemudian
setelah di beri izin, peneliti dapat melakukan observasi di sekitar lingkungan
tempat yang akan diteliti.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk dapat mengetahui dan
menelusuri data historis. Dalam hal ini mengumpulkan data berdasarkan laporan
yang didapat dari pihak Pasar Blok A serta data lainnya yang berkaitan dengan
23
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2003), h. 11. 24
H.M Burhan Mungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Jakarta: Kencana
Pranada Media Group, 2013), h. 143.
15
masalah penelitian yang akan diteliti.25
Pengumpulan data-data penelitian tersebut
bersumber dari buku-buku, dokumen arsip perusahaan, data-data perusahaan serta
internet.
4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Dalam pemilihan subyek penelitian, penulis melaksanakan kegiatan
penelitian sesuai dengan karakteristik yang terdapat pada penelitian kualitatif
dengan menggunakan teknik purposive sampling.26
Dimana didalam teknik
penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari atau untuk memahami
permasalahan pokok yang akan diteliti.
Peneliti juga menggunakan accidental sampling dalam pemilihan subyek
pembeli, accidental sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan
memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai.27
Sampel diambil atas dasar
seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu, jumlah sampel yang
dikehendaki tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan,
asal memenuhi keperluan saja dan kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan
sementara saja.28
Tipologi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada table
1 berikut:
25
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 121. 26
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) h.
106. 27
Yudhislibra, Macam-macam metode sampling dan tahap pembuatan laporan penelitian,
Artikel diakses pada 25 Desember 2017 melalui https://yudhislibra.wordpress.com 28
Rozaini nasution, “Teknik Sampling” Artikel diakses pada 25 Desember 2017 melalui
library.usu.ac.id > fkm > fkm-rozaini
16
Tabel 1.1
Tipologi Informan Pasar Blok A Jakarta Selatan
No. Nama Jumlah
1. Koordinator Pasar Blok A 1
2. Pedagang Pakaian 6
3. Pembeli 2
Jumlah 9
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
Dalam responden peneliti hanya mengambil 6 pedagang pakaian dari 59
pedagang untuk diteliti, dilihat dari seluruh para pedagang yang ada di TPS
peneliti mengklasifikasi pedagang yang paling terdampak dari relokasi dan
pedagang pakaian yang paling terkena dampak dengan sepinya dari pembeli dan
pengunjung sehingga para pedagang pakaian mengalami penurunan omset,
persaingan dan kurangnya interaksi dengan sesama pedagang.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
memperoleh data primer melalui wawancara. Wawancara dilakukan dilokasi
penelitian (Tempat Penampungan Sementara yang terletak di Taman Sambas
17
Kelurahan Pulo Kebayoran Baru Jakarta Selatan) dengan subyek yang diteliti
yaitu Koordinator Pasar Blok A dan para pedagang pakaian.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Melainkan data yang
berupa studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari dokumen, majalah, Koran,
artikel dan lain sebagainya, atau bisa juga berupa tentang catatan adanya suatu
peristiwa.
6. Analisis Data
Proses analisis dilakukan sesuai dengan subjek penelitian, maka proses
analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis dari data
yang telah diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Kemudian data yang telah diperoleh tersebut dijabarkan kedalam unit-unit,
menyusun dalam bentuk pola, serta memilih data tersebut menjadi bagian data
terpenting atau bagian data yang akan dipelajari, membuat kesimpulan dari hasil
data yang telah diperoleh sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.29
29
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010), h.108.
18
7. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan telah teruji dan valid.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara ke beberapa sumber (informan) dan
membandingkan hasil pengamatan dengan temuan data yang berkaitan. Oleh
sebab itu, peneliti senantiasa melakukan perbaikan guna mendapatkan data-data
yang relevan.
Teknik keabsahan data yang peneliti lakukan adalah dengan ketekunan
pengamatan bertujuan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti.
Kemudian peneliti focus pada hal-hal tersebut secara rinci, yaitu peneliti hanya
memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007.30
30 Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta:
CeQDA, 2007.
19
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, berisi tentang pemaparan dari pengertian
kesejahteraan sosial dan indikator kesejahteraan, kebijakan
kesejahteraan sosial, relokasi dan kesejahteraan sosial,
pengertian kesejahteraan ekonomi, perilaku sosial, proses
ekonomi, pasar, pelaku pasar, dan pedagang.
BAB III Gambaran Umum, meliputi sejarah singkat Pasar Blok A,
profil perusahaan daerah pasar jaya, jenis barang yang
diperjual belikan, kuantitas hunian di setiap lapak, dinamika
penjual dan pembeli, profil pedagang pakaian Pasar Blok A.
BAB IV Temuan dan Analisa, merupakan bentuk temuan dari hasil
penelitian penulis mengenai proses relokasi pedagang
pakaian di Pasar Blok A dan dampak sosial ekonomi terhadap
pedagang pakaian Pasar Blok A yang terelokasi.
BAB V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang ditulis
oleh peneliti dari hasil penelitian tersebut.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dampak
1. Pengertian Dampak
Dampak menurut kamus besar Indonesia adalah benturan, pengaruh kuat
yang mendatang akibat (baik negative maupun positif) serta benturan yang cukup
hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti momentum
(pusa) sistem yang alami itu.1 Sedangkan pengaruh sebagai perubahan yang
terjadi terhadap klien atau pemangku kepentingan sebagai akibat dari intervensi
yang dilakukan oleh program.2
Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai akibat atau pengaruh
ketika akan mengambil keputusan, yang bersifat timbal balik antara satu dengan
yang lainnya. Sejalan dengan itu, dampak merupakan keadaan dimana hubungan
timbal balik satu dengan yang lain akibat dari pada apa yang di pengaruhi.3
Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan
pengawasan internal.
1 Tim Penyusun Kamus Besar, Kamus Besar Bhasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.234. 2 Wirawan, Evaluasi (Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta: Rajawali
Press,2008), h. 110. 3 Irwan, Dinamika dan Perubahan Sosial pada Komunitas Lokal (Yogyakarta:Deepublish
Publisher,2015), h. 35.
21
Untuk dampak mempunyai arti yaitu perubahan kondisi fisik maupun
sosial sebagai akibat dari (output) ada dua macam yakni4:
a. Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program kelompok sasaran (baik
akibat yang di harapkan atau tidak di harapkan) dan akibat tersebut mampu
menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact).
b. Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran,
baik yang sesuai yang diharapkan atau tidak dan akibat tersebut tidak mampu
menimbulkan perilaku baru pada kelompok sasaran (effects).5
B. Pengertian Kesejahteraan Sosial dan Indikator Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung
pengertian dari bahasa sansekerta “catera” yang berarti payung adalah orang yang
sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun
batin.6 Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman, dan
kerja sama. Orang yang sosial adalah orang yang dapat berelasi dengan orang lain
dan lingkungannya dengan baik. Jadi, kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai
4http://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ZUDIKA.pdf (diakses
terakhir 14 Juni 2017 pukul 10.00 wib) 5http://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ZUDIKA.pdf (diakses
terakhir 14 Juni 2017 pukul 10.00 wib) 6Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012), h. 8.
22
suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi
dengan lingkungannya secara baik.7
Menurut Isbandi, kesejahteraan sosial dalam arti yang sangat luas
mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk taraf hidup yang lebih
baik. Taraf hidup yang baik bukan hanya secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi
juga sosial, mental dan spiritual.8
Banyak pengertian kesejahteraan sosial menurut para pakar pekerjaan sosial
maupun PBB dan badan-badan di bawahnya di antaranya:
a. Friedlander(1980)
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-
pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup
dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga
memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan
kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga
dan masyarakatnya.9
b. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Sebagaimana yang telah dikutip oleh Sumarnonugroho (1991:32),
Kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan
7 Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012), h. 8.
8 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI 2002), h.40. 9Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012), h. 9.
23
tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu
dengan lingkungan sosial mereka.10
c. UU No. 11 Tahun 2009
Menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.11
Untuk menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial merupakan suatu kajian
yang ilmiah atau ilmu, maka akan dikutipkan beberapa batasan kesejahteraan
sosial sebagai berikut:
“Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan,
dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga
negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban
manusia sesuai dengan pancasila”.12
“Suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari tiga unsur sebagai
berikut. Itu adalah: pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial
dikendalikan, kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan
terakhir, setinggi apa kesempatan-kesempatan untuk maju tersedia. Tiga
unsur ini berlaku bagi individu-individu, keluarga-keluarga, komunitas-
komunitas, dan bahkan seluruh masyarakat”.13
10
Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012), h.9. 11
Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama.
2012),h.10. 12
Pemerintah dan DPR RI, Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974. 13
Suud, Muhammad. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2006.
h.5.
24
Sebagai suatu sistem, kesejahteraan sosial terdiri dari beberapa komponen
yaitu pendidikan, kesehatan, pemeliharaan penghasilan, perumahan, pelayanan
kerja dan pelayanan sosial personal.14
Dan kondisi kesejahteraan sosial diciptakan
atas kompromi tiga elemen: Sejauh mana masalah-masalah sosial ini diatur,
Sejauh mana kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, Sejauh mana kesempatan untuk
meningkatkan taraf hidup dapat disediakan.15
2. Indikator Kesejahteraan
Adapun indikator kesejahteraan tersebut diantaranya adalah:16
1) Jumlah dan pemerataan pendapatan. Hal ini berhubungan dengan
masalah ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja,
kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja
mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki
pendapat tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.17
2) Pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau. Pengertian
mudah disini dalam arti jarak dan nilai yang harus dibayarkan oleh
masyarakat. Dengan pendidikan yang murah dan mudah itu, semua
14
Suud, Muhammad. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2006.
h.14 & h.15. 15
James Midgle, Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam), h.21. 16
Siti Innayah, “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Lenteng Agung (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 17
Siti Innayah, “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Lenteng Agung (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).
25
orang dapat dengan mudah mengakses pendidikan setinggi-tingginya.
Dengan pendidikan yang tinggi itu, kualitas sumberdaya manusianya
semakin meningkat.
3) kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata.
Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan
pendidikan. Karena itu, faktor kesehatan ini harus ditempatkan sebagai
hal yang utama dilakukan pemerintah. Masyarakat yang sakit akan
sulit memperjuangkan kesehatan dirinya.
Inilah tiga indikator tentang kesejahteraan rakyat. Indikator ini akan
menjadi faktor penentu dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh semua pihak
dalam mencapai kesejahteraan.18
Ketiga hal ini diyakini merupakan puncak dari
gunung es kesejahteraan yang di dambakan oleh semua orang.19
3. Kebijakan Kesejahteraan Sosial
Kebijakan sosial adalah seperangkat tindakan (course of action) kerangka
kerja (framework), petunjuk (guideline), rencana (plan), peta (map), atau strategi
yang dirancang untuk menterjemahkan visi politis pemerintah atau lembaga
pemerintah ke dalam program dan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang kesejahteraan sosial (social welfare). Karena urusan kesejahteraan sosial
18
Siti Innayah, “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Lenteng Agung (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 19
Anonim, IndikatorKesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 17 mei 2017, pukul
14.30 WIB pada http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/17/indikator-kesejahteraan.
26
senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial seringkali di
identikan dengan kebijakan publik.20
Kebijakan sosial (social policy) menurut Jamrozik (2001) merupakan
suatu mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya masyarakat agar
masyarakat dapat mencapai hasil yang mereka inginkan, di mana di dalamnya ada
keterkaitan antara objektif dan tujuan masyrakat, yang dicapai melalui cara-cara
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dominan di masyarakat tersebut, serta pada
sisi berikutnya akan memperkuat nilai-nilai dominan pada masyarakat tersebut.21
Pembangunan selalu mengakibatkan perubahan sosial. Bahkan
pembangunan adalah perubahan sosial itu sendiri. Perubahan sosial yang
diakibatkan pembangunan tidak saja bersifat positif, melainkan dapat pula bersifat
negatif. Dampak positif dan negatif pembangunan ini, baik secara alternatif
maupun kumulatif, mendorong munculnya perhatian terhadap pentingnya
kebijakan sosial dalam memandu kegiatan-kegiatan pembangunan.22
Kebijakan sosial merupakan suatu perangkat, mekanisme, dan sistem yang
dapat mengarahkan dan menterjemahkan tujuan-tujuan pembangunan. Kebijakan
sosial senantiasa berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial ini
mengandung dua pengertian yang saling terkait, yakni memecahkan masalah
sosial dan memenuhi kebutuhan sosial.23
20
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005). h. 82. 21
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). h. 238. 22
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005). h. 59. 23
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005). h. 61.
27
4. Relokasi dan Kesejahteraan Sosial
Relokasi adalah membangun kembali perumahan, harta kekayaan,
termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain (Sari,
2004:2). Relokasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemindahan lokasi
dari satu tempat ke tempat yang lain karena alasan dan faktor-faktor tertentu.
Pemilihan lokasi pemindahan juga berdasarkan aturan dan pertimbangan-
pertimbangan dari pihak-pihak yang bersangkutan.24
“Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi
yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung”.25
Dari tangan pedagang inilah para konsumen dapat memperoleh barang
pemuas kebutuhan dan produsen dapat mendistribusikan barang produksinya
kepada konsumen.
Sosiologi memandang pasar sebagai fenomena sosial yang kompleks
dengan berbagai macam perangkatnya. Perangkat pasar terdiri atas adanya
penjual, pembeli, penyalur, suplayer, distributor, dan stakeholders. Pasar
merupakan suatu struktur yang padat dengan jaringan sosial atau yang penuh
dengan konflik dan persaingan.26
Seiring berkembangnya zaman, pasar mulai ikut
berkembang dan mulailah banyak sekali muncul pasar- pasar modern. Baik pasar
tradisional maupun modern masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri bagi
24
Siti Musrifah, Dinamika dan konflik dalam proses relokasi pedagang pasar ngabul
kabupaten jepara, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2015). 25
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 26
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
28
para pengunjungnya, akan tetapi dalam penelitian ini melihat pasar tradisional.
pasar tradisional yang khas dengan hiruk-pikuk tawar-menawar di dalamnya.27
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.28
Secara
umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu
suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang
bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan
perawatan kesehatan.29
Adanya relokasi Pasar Blok A membawa kesejahteraan
untuk para pedagang agar tetap terus berdagang untuk mendapatkan kehidupan
yang sejahtera dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya.
C. Kesejahteraan Ekonomi
1. Definisi Kesejahteraan Ekonomi
Ekonomi kesejahteraan mencoba untuk memaksimalkan tingkatan dari
kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan ekonomi dari individu yang ada
dalam masyarakat. Kesejahteraan ekonomi mempunyai kaitan dengan
kesejahteraan dari individu, sebagai lawan kelompok, komunitas, atau masyarakat
sebab ekonomi kesejahteraan berasumsi bahwa individu adalah unit dasar
pengukuran.
27
Anonim, 2005. Sosiologi Pasar. Padang:Laboratorium Sosiologi. FISIP – Universitas
Andalas. 28
Kementrian Sosial R.I Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan, Kebijakan
dan Strategi Pemberdayaan Lembaga Kesejahteraan Sosial, 2011, h.5. 29
Arif Fakhrudin, M.Ag, Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka,
(Tangerang Selatan: Kalim, 2010), h. 572.
29
Kegiatan ekonomi yang tidak terlepas dari pasar pada dasarnya
mementingkan keuntungan pelaku ekonomi dari pasar tersebut. Sehingga sangat
sulit menemukan ekonomi yang menyejahterakan jika dilihat dari mekanisme
pasar yang ada. Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk
menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, kondisi tersebut
juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam
masyarakat.30
Terdapat dua jenis ekonomi kesejahteraan, yaitu ekonomi kesejahteraan
konvensional dan ekonomi kesejahteraan syariah. Ekonomi kesejahteraan
konvensional hanya menekankan pada kesejahteraan material saja, dengan
mengabaikan kesejahteraan spiritual dan moral. Ekonomi kesejahteraan syariah
bertujuan mencapai kesejahteraan manusia secara menyeluruh, yaitu
kesejahteraan material, kesejahteraan spiritual dan moral.31
Jadi dari pengertian di atas bisa kita temukan bahwa ekonomi
kesejahteraan membahas tentang bagaimana akhirnya kegiatan ekonomi bisa
berjalan secara optimal. Ekonomi kesejahteraan dalam bahasanya juga akan
memikirkan prinsip keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kajian ini
mengarahkan kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif terhadap pelaku
ekonomi yang mana dalam pengertian yang lebih luas pembahasan dalam
30
Firii JB, Teor EkonomiKesejahteraan, Artikel ini di akses pada tanggal 14 juni 2017,
pukul 18.00 WIB pada https://firiijb.wordpress.com/2014/03/26/teori-ekonomi-kesejahteraan/ 31
Firii JB, TeoriEkonomiKesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 14 juni 2017,
pukul 18.00 WIB pada https://firiijb.wordpress.com/2014/03/26/teori-ekonomi-kesejahteraan/
30
ekonomi kesejahteraan adalah pembahasan yang tidak terlepas dari konteks ilmu
sosial.32
Keadaan pasar yang begitu kompetitif untuk mencari keuntungan,
merupakan salah satu hal yang menjadi penghambat untuk menuju kesejahteraan.
Kompetitif dalam pasar merupakan hal yang sangat wajar, karena persaingan
menjadi sesuatu yang wajib dalam mekanisme pasar.33
Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, kegiatan pasar akan banyak mempengaruhi optimal atau tidaknya
kegiatan ekonomi tersebut.
Kompetisi dalam pasar juga bisa menimbulkan dampak negatif untuk
terwujudnya ekonomi kesejahteraan. Di mana kompetisi pasar membuat konteks
sosial yang harus diperhatikan dalam pencapaian ekonomi kesejahteraan menjadi
lebih sulit tercapai. Ilmu ekonomi kesejahteraan memulihkan hubungan antara
pasar yang kompetitif dan optimalitas. Sehingga pasar kompetitif menjadi
sempurna. Sisi praktis dari ilmu ekonomi kesejahteraan memulihkan kesenjangan
antara pasar privat yang sempurna dengan realitas adanya eksternalitas dan barang
publik (Allan M. Feldman: 2000).34
Sehingga persaingan pasar yang tidak sempurna akan menjauhkan
terewujudnya ekonomi untuk kesejahteraan. Mekanisme pasar sangat penting
untuk menwujudkan ekonomi kesejahteraan. Eksternalitas akan membawa dua
dampak, yakni dampak positif dan dampak negatif. Ekternalitas yang merupakan
salah satu indikator terjadinya pasar persaingan sempurna perlu dicermati dalam
32
Dominick Salvatone, Teori Mikro ekonomi (Yogyakarta: Erlangga). 33
Lalhen, Ekonomi Kesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juni 2017, Pukul
19.03 WIB pada https://www.scribd.com/document/227134988/10-Ekonomi-Kesejahteraan-2 34
Ardiningsih, Kadarusman, Teori Ekonomi Mikro Edisi kedua, (YOGYAKARTA:
BPFE, 2008).
31
perwujudan ekonomi kesejahteraan. Karena pembahasan ekonomi kesejahteraan
akan terus berbicara bagaimana semuanya berjalan secara optimal dan pasar yang
begitu kompetitif berjalan secara sempurna. Sehingga ketika pasar tidak berjalan
sempurna maka akan semakin sulit pula mewujudkan ekonomi kesejahteraan.35
D. Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai
bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak
dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada
ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya Artinya
bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.36
Perilaku sosial ada kaitannya dengan kepribadian yang terbentuk melalui
proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan seseorang
sejak masa kanak-kanak hingga masa tuanya, mengenai pola-pola tindakan dalam
berinteraksi dengan segala ragam individu yang ada di sekelilingnya.
35
Ardiningsih, Kadarusman, Teori Ekonomi Mikro Edisi kedua, (YOGYAKARTA:
BPFE, 2008). 36
Anonim, Perilaku Sosial, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017, pada pukul 13.00
WIB melalui file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../PERILAKU_SOSIAL.pdf
32
Teori psikonalisa misalnya, menyatakan bahwa manusia memiliki
pertimbangan moral sosial (super ego) ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan
berperilaku. Sedangkan ilmu humaniora menjelaskan realitas sosial sebagai
sebuah organisme hidup dalam bentuk teori-teori sosial tentang kehidupan
manusia dalam bentuk masyarakat.37
Menurut teori psikososial maupun teori perkembangan kognitif
menyatakan bahwa perilaku yang ada pada diri seseorang berlandasan pada
pertimbangan-pertimbangan moral kognitif. Selanjutnya, masalah aturan, norma,
nilai, etika, akhlak dan estetika adalah hal-hal yang sering didengar dan selalu
dihubungkan dengan konsep moral ketika seseorang akan menetapkan suatu
keputusan perilakunya.38
Perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya.39
Karena pada hakikatnya individu memiliki keunikan masing-
masing yang membedakan satu dengan yang lain. Inilah yang disebut manusia
sebagai makhluk individu.
Menurut Arthur S. Robert, “Perilaku atau tingkah laku adalah sebuah
istilah yang sangat umum mencakup tindakan, aktivitas, respon, reaksi, gerakan,
proses, operasi-operasi dsb. Singkatnya, respon apapun dari organisme yang bisa
diukur”.40
37
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemanusiaan, (Bandung: Refika Aditama,
2009), h. 4. 38
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral Intelektual, Emosional dan
Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h.26. 39
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Press,
2009), h. 230. 40
Arthur S. Reber, The penguin Dictionary Of Psychology, terj. Yudi Santoso,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 110.
33
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam
Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.41
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (W.A. Gerungan, 1978:28). Pada
perkembangan menuju kedewasaan, interaksi sosial diantara manusia dapat
merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini dikarenakan jika tidak ada
timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak dapat merealisasikan
potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial.
Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial.42
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2002: 62). Syarat
terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Interaksi
sosial juga mempunyai proses-proses interaksi sosial seperti proses sosial asosiatif
dan proses sosial disosiatif.43
41
Anonim, Perilaku Sosial, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017, padapukul 13.00
WIB melalui file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../PERILAKU_SOSIAL.pdf 42
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral Intelektual, Emosional dan
Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h.27. 43
H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h.55.
34
1. Proses Asosiatif
Dimaksud dengan proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling
pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per orang atau
kelompok satu dengan lainnya, di mana proses ini menghasilkan
pencapaian tujuan-tujuan bersama.44
2. Proses Disosiatif
Proses Disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh
individu-individu dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada
suatu masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap
tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah persaingan, kompetisi,
dan konflik.45
Perilaku secara bahasa berarti cara berbuat atau menjalankan sesuatu
sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia. Secara social berarti segala sesuatu
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan secara istilah diartikan
sebagai berikut ini: perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang
terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi kebutuhan diri atau
orang lain yang sesuai dengan tuntutan social.46
Situasi sosial diartikan sebagai
tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu
dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi yang
44
H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h.58. 45
H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h.62. 46
Lindawati, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Remaja di Desa Panduman
Jember, (Thesis, UIN Malang, 2015).
35
menyebabkan terjadinya interaksi sosial dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial.
Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam
lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dapat disimpulkan bahwa Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif
untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya
dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar
dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya.47
atau dapat dikatakan bahwa perilaku sosial merupakan tindakan-tindakan yang
berkaitan dengan segala perbuatan yang secara langsung berhubungan atau
dihubungkan dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.48
E. Proses Ekonomi
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak akan pernah lepas dari aktivitas-
aktivitas ekonomi sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhannya. Aktivitas-
aktivitas tersebut sering juga disebut dengan proses ekonomi. Proses ekonomi
sendiri adalah aktivitas secara keseluruhan dari kegiatan ekonomi yang meliputi
produksi, distribusi dan konsumsi.49
1. Produksi
Secara etimologi, kata produksi berasal dari bahasa inggris “production”
yang berarti “pembuatan;hasil”. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa
47
Anonim, Perilaku Sosial, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017, padapukul 13.00
WIB melalui file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../PERILAKU_SOSIAL.pdf 48
Lindawati, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Remaja di Desa Panduman
Jember, (Thesis, UIN Malang, 2015). 49
Trisna Nurdiaman, “Proses Ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi”, Artikel
diakses pada tanggal 19 Juli 2017 melalui
http://www.academia.edu/11847677/Proses_Ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsumsi
36
Indonesia, kara produksi diartikan sebagai “proses mengeluarkan hasil;
penghasilan”. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan,
termasuk prosesnya yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan
pembuatan.50
Dengan demikian, produksi dapat didefinisikan sebagai
proses dari segala kegiatan untuk membuat atau menghasilkan sesuatu.
Hasil dari kegiatan produksi adalah produk yang mana dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia mendefinisikannya sebagai: a). Barang atau jasa
yang dibuat atau ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi
dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. b). Benda atau yang
bersifat kebendaan seperti barang, bahan, atau bangunan yang merupakan
hasil konstruksi. c). Hasil.
2. Distribusi
Secara etimologi kata distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu
distribution yang berarti penyaluran.51
Dalam kamus besar bahasa
indonesia kata distribusi diartikan sebagai penyaluran (pembagian,
pengiriman) kepada beberapa orang atau tempat. Sementara menurut para
ahli ekonomi klasik distribusi adalah alokasi nilai-nilai langka yang
dikaitkan dengan pertukaran sosial. Barang atau jasa yang memiliki nilai-
nilai langka memperoleh nilai kelangkaan tersebut karena dikaitkan
dengan aktivitas yang terhubung dengan tenaga kerja, kapital, tanah atau
organisasi. Dalam pandangan sosiologi, distribusi dapat dimengerti
50
Damsar & Indriyani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Kencana Prena damedia
Group, 2013, h. 67. 51
Damsar & Indriyani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013, h. 67.
37
sebagai suatu perangkat hubungan sosial yang melaluinya orang
mengalokasikan barang dan jasa dihasilkan. Distribusi juga menunjuk
suatu proses dari produksi barang dan jasa sampai ketangan konsumen.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produksi merupakan proses
perantara antara produksi dan konsumsi.52
3. Konsumsi
Menurut Don Slater adalah bagaimana manusia dan aktor sosial dengan
kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu yang dapat
memuaskan mereka. Definisi tersebut meliputi pengetian menggunakan (to
use up), untuk merusak (to distroy) dan untuk menghabiskan (to exhaust).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh aktivitas manusia
yang menyangkut kegiatan menggunakan, menghabiskan dan merusak
sesuatu barang atau jasa adalah aktivitas mengkonsumsi.53
F. Pasar
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, pasar dalam
pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi seseorang atau lebih pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah
52
Trisna Nurdiaman, “Proses Ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi”, Artikel
diakses pada tanggal 19 Juli 2017 melalui
http://www.academia.edu/11847677/Proses_Ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsumsi 53
Trisna Nurdiaman, “Proses Ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi”, Artikel
diakses pada tanggal 19 Juli 2017 melalui
http://www.academia.edu/11847677/Proses_Ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsumsi
38
kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah
(kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek traksaksi.54
Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan
masyarakatnya. Di ibu kota misalnya pasar tradisional secara perlahan dan pasti
sudah mulai tergusur dan diganti dengan pasar-pasar modern.55
Di dalam pasar ini terdapat penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi jual beli produk, baik barang maupun jasa. Pasar dapat juga diartikan
sebagai suatu mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat
pertemuan antara kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran.56
Pasar adalah “area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih
dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya”.57
Secara lebih formal, pasar adalah suatu institusi atau badan yang
menjalankan aktivitasnya jual-beli barang dan jasa. Dengan kata lain bahwa setiap
hubungan yang terjadi antara pembeli dan penjual suatu komoditi dalam jangka
waktu tertentu telah dapat disebut pasar walaupun komunikasi tersebut dilakukan
melalui alat komunikais telpon, handphone atau internet.58
54
Henry Faizal Noor, Ekonomi Publik, (Jakarta: Indeks, 2015), h. 127. 55
Traditional Markets and Small Retailers in the Urban Centers.’ Mimeo. Jakarta:
SMERU Research Institute. 56
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 169. 57
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 58
Traditional Markets and Small Retailers in the Urban Centers.’ Mimeo. Jakarta:
SMERU Research Institute.
39
Pengertian yang lebih luas dikemukakan oleh Geertz bahwa “Pasar
sebagai suatu pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari
kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek”.59
Ekonomi pasar memiliki ciri khas, menurut soemardi, antara lain:
1. Harga barang tidak pasti, orang dapat tawar menawar
2. Barang beralih dari pedagang yang satu ke pedagang yang lain berkali-kali
sebelum akhirnya jatuh ke tangan konsumen
3. Adanya hubungan utang-piutang yang kompleks antara pedagang tersebut
4. Barang dagangan sedikit.60
Stanton mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. “Pasar
dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas,
uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam
pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni:
keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian.61
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan pasar adalah adanya suatu jalinan hubungan penjual dan
pembeli dalam melaksanakan transaksi tukar-menukar, baik pada suatu tempat,
maupun pada suatu keadaan yang lain.
59
Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar. Jakarta:
PT. Pusaka Grafika Kita, 1988. 60
Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar. Jakarta:
PT. Pusaka Grafika Kita, 1988. 61
M. Fuad,Pengantar Bisnis, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Uta
ma, 2006), h. 120.
40
G. Pelaku pasar
Yang termasuk pelaku pasar adalah:
a. Pedagang Pasar adalah orang-orang yang melakukan kegiatan-kegiatan
perdagangan sebagai mata pencaharian mereka. Dan berbagai macam
jenis yang dijual oleh mereka untuk mendapatkan hasil yang telah mereka
perdagangkan atau mereka jual kepada pembeli atau konsumen.
b. Pembeli atau konsumen penerima layanan, baik produk atau ide, yang
diperoleh dari penjual atau pemasok untuk pertimbangan berharga
moneter atau lainnya.
H. Pedagang
Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan
menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab
sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau
per satuan (Sugiharsono dkk,2000:45).62
Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu:
pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang
menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI, 2002:230).63
Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan
membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk di jual
diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain. Baik yang masi berwujud
62
Febrina, “Kesejahteraan Keberadaan Pedagang Kaki Lima Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Sumatra Utara, 2014). 63
Febrina, “Kesejahteraan Keberadaan Pedagang Kaki Lima Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Sumatra Utara, 2014).
41
barang penting asli, maupun barang yang sudah dijadikan barang lain (Widodo,
2008:285-286.64
Pengertian perdagangan menurut para ahli merujuk kepada proses jual beli
baik barang ataupun jasa dimana penjual dan pembeli merasa saling diuntungkan.
Penjual memperoleh laba sedangkan pembeli memperoleh apa yang dibutuhkan
dan berikut adalah beberapa definisi dari perdagangan menurut para ahli :
a. Marwati Djoened: Perdagangan ialah suatu kegiatan ekonomi yang
menghubungkan produsen dan konsumen. Dan sebagai sebuah kegiatan
distribusi, maka perdagangan menjamin terhadap penyebaran, peredaran dan
juga penyediaan barang dengan melalui mekanisme pasar yang ada.65
b. Bambang Utoyo: Perdagangan adalah suatu proses tukar menukar baik barang
maupun jasa dari sebuah wilayah ke wilayah lainnya. Kegiatan perdagangan
ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki dan
perbedaan kebutuhan.66
c. Agus Trimarwanto, Bambang Prishardoyo & Shodiqin: Menurut ketiga orang
ini perdagangan ialah salah satu jenis kegiatan perusahaan dikarenakan
menggunakan sumber daya/faktor-faktor produksi dalam rangka untuk
meningkatkan atau menyediakan pelayanan umum.67
64
Febrina, “Kesejahteraan Keberadaan Pedagang Kaki Lima Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Sumatra Utara, 2014). 65
Anonim, “Pengertian perdagangan menurut para ahli”, Artikel diakses pada tanggal 23 Juli
2017 melalui http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-perdagangan-menurut-beberapa.html 66
Anonim, “Pengertian perdagangan menurut para ahli”, Artikel diakses pada tanggal 23 Juli
2017 melalui http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-perdagangan-menurut-beberapa.html 67
Anonim, “Pengertian perdagangan menurut para ahli”, Artikel diakses pada tanggal 23 Juli
2017 melalui http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-perdagangan-menurut-beberapa.html
42
BAB III
GAMBARAN UMUM PASAR BLOK A
A. Sejarah Singkat Pasar Blok A
Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali di dirikan oleh seorang tuan
tanah berdarah Belanda bernama Justinus Vinck di bagian selatan Castle Batavia
pada tahun 1730-an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal
dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang
menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang
sah.1
Di zaman Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak
bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Passer Baroe, Passer
1 Situs Pemerintahan Jakarta, www.jakarta.go.id>web>encyclopedia, artikel diakses pada
27 Agustus 2017.
43
Glodok, Toko Merah. Pasar-pasar yang muncul diera abad ke-19 akhir hingga
awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.2
Secara sistematis, Pasar Tradisional Pasar Blok A tidak terklasifikasi
secara rapih dalam hal latar belakang atau literature sejarahnya. Menurut bapak
Maraden Tambunan (Koordinator Pasar).
“Pasar blok A adalah pasar yang tertua di DKI Jakarta, Pasar Blok A
termasuk kategori pasar kota dengan tingkat klasifikasi kelas B. Tujuan
pasar dibangun untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di wilayah
Kebayoran Baru”.3
Pasar Blok A dibangun pada tanggal 30 April 1971, dibangun menjadi 3
lantai dengan luas sekitar 4.093 meter persegi membentang di Jl. R.S. Fatmawati
Raya, 008/09 Kel. Pulo Kec. Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Wilayah Pasar Blok
A meliputi ruko-ruko yang menjual keramik atau barang-barang antik, beberapa
perkantoran dan rumah-rumah warga. Pasar Blok A kini terus berkembang seiring
dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri seperti saat
ini sedang dibangunnya Mass Rapid Transit (MRT) di depan Pasar Blok A dan
pasar akan terhubung oleh hotel sekaligus halte MRT.4
Pasar Blok A diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Letnan Jendral
KKO Ali Sadikin. Awal mula diberi nama Pasar Blok A karena mengikuti abjad-
abjad yang berada di wilayah sekitar Pasar Blok A tersebut, wilayah tersebut
memiliki nama-nama seperti Blok B, Blok C, Blok S, Blok M dan seterusnya
2 Situs Pemerintahan Jakarta, www.jakarta.go.id>web>encyclopedia, artikel diakses pada
27 Agustus 2017. 3 Hasil wawancara pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28 Agustus
2017. 4 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28
Agustus 2017.
44
maka diberi namalah Pasar Blok A.5 Lahan yang digunakan Pasar Blok A adalah
lahan PEMDA, berawal dibangunnya Pasar Blok A yaitu karena banyaknya
pedagang kaki lima yang menempati tempat tersebut untuk membuka lapak atau
berjualan. Karena takut mengganggu aktifitas warga sekitar akhirnya PEMDA
membangun lahan tersebut dan di jadikan Pasar Blok A.
Pasar Blok A berdiri dengan tiga lantai, yaitu Lt.1 yang ditempati oleh
pedagang pakaian, Lt.2 awalnya adalah bioskop. Tetapi, pada tahun 2010 bioskop
tersebut pindah ke Lt.3 dan tidak berlangsung lama bioskop tersebut pun tidak
berjalan atau tutup. Lt.2 pun sekarang ditempati oleh pedagang sayur, daging, dan
emas. Pasar Blok A dipadati oleh pedagang yang berasal dari berbagai wilayah
yang mayoritas berasal dari kebayoran baru dan sekitarnya. Selain itu terdapat
juga pedagang yang berasal dari luar Jakarta seperti Jawa, Banten, dan lain-lain.
Sejak awal berdiri Pasar Blok A pun sudah ditempati oleh banyaknya
pedagang seperti pedagang sayur, buah, daging, kelontong dan lain-lain. Pasar
tutup sekitar jam 10 malam hal itu dikatakan oleh Koordinator Pasar yaitu bapak
Maraden.
“Kegiatan Pasar ditentukan dari kegiatan para pedagang, Biasanya untuk
pedagang pakaian buka dari 10 pagi – 10 malam, pedagang sayur dan
daging buka dari 3 pagi – 2 siang karena kan sayur-sayuran kalau pagi
masih seger-seger jadi pedagang sayur buka lebih pagi dan pulang lebih
cepat, emas dari jam 8 pagi – jam 7 malam”.6
5 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28
Agustus 2017. 6 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28
Agustus 2017.
45
Pasar Blok A sejak awal mempunyai 684 tempat usaha dan sekarang 630
tempat usaha yang dimana 54 tempat usaha di batalkan kepemilikannya. Tahun
2014 bulan November Pasar Blok A sudah habis masa hak pemakaiannya yang
selama 20th
. Pasar yang sudah habis masa pemakaiannnya harus direvitalisasi atau
dibangun kembali dengan syarat adanya tes uji struktural.
Pasar Blok A mempunyai visi dan misi yang satu landasan dengan PD.
Pasar Jaya seperti berikut:
Visi:
“Menjadikan pasar tradisional dan modern sebagai sarana unggulan dalam
penggerak perekonomian daerah propinsi DKI Jakarta.”
Misi:
“Menyediakan pasar tradisional dan modern yang bersih, nyaman, aman
dan berwawasan lingkungan serta memenuhi kebutuhan barang dan jasa
yang lengkap, segar, murah dan bersaing.”
1. Dasar Hukum Pendirian Pasar Blok A
a. Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 1971 tentang Pengurusan Pasar dan
Fasilitas Perpasaran lainnya dalam wilayah DKI Jakarta.
b. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1982 tentang pengurusan Perpasaran di
Wilayah DKI Jakarta.
c. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengurusan Pasar di DKI
Jakarta.7
7 Situs Resmi Perusahaan Daerah Pasar Jaya, www.pasarjaya.co.id, artikel diakses pada
31 Agustus 2017.
46
2. Landasan Operasional
PERDA Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Pasar dan Peraturan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perusahaan Daerah Pasar Jaya DKI Jakarta.8
B. Profil Perusahaan Daerah Pasar Jaya
Unit Pasar Blok A berada di bawah naungan Perusahaan Daerah milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang disebut dengan PD. Pasar Jaya. Oleh
karena itu, ada baiknya kita ketahui dulu tentang PD. Pasar Jaya:
1. Tentang PD. Pasar Jaya
Pasar Jaya adalah Perusahaan Daerah milik pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang melaksanakan pelayanan umum dalam bidang pengelolaan area
pasar, membina pedagang pasar, ikut membantu stabilitas harga dan
kelancaran distribusi barang dan jasa. Pasar Jaya mengelola 153 pasar dengan
omset bisnis yang diperdagangkan lebih dari 150 triliun per tahun dengan
105.223 tempat usaha. Berdasarkan survey, pasar-pasar yang dikelola Pasar
Jaya dikunjungi lebih dari 2 juta pengunjung setiap harinya atau kurang lebih
20% dari penduduk DKI Jakarta.
8 Situs Resmi Perusahaan Daerah Pasar Jaya, www.pasarjaya.co.id, artikel diakses pada
31 Agustus 2017.
47
2. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Daerah Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Khusus Ibu kota Jakarta No. 1b.3/2/15/66 pada tanggal 24
Desember 1966. Kemudian pengesahan oleh Menteri Dalam Negeri lewat
Keputusan No. Ekbang 8/8/13-305 tanggal 23 Desember 1967. Selanjutnya
untuk meningkatkan status dan kedudukan hukum serta penyesuaian dengan
perkembangan Ibu kota Jakarta, maka Keputusan Gubernur tersebut di
tingkatkan dengan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 1982 tentang Perusahaan
Daerah Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta. Perda tersebut disahkan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 511.231-181 tanggal 9 April 1983 dan
telah diumumkan dalam Lembaran Daerah DKI Jakarta No. 34 Tahun 1983
Seri D No. 33.9
3. Profil Umum Pasar Blok A
Pasar Blok A adalah salah satu pasar terlama yang dikelola oleh PD. Pasar
Jaya dengan tingkat klasifikasi kelas B. Pasar Blok A dibangun pada tanggal
30 April 1971, dengan luas sekitar 4.093 meter persegi membentang di Jl. R.S.
Fatmawati Raya, 008/09 Kel. Pulo Kec. Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Pasar Blok A diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Letnan Jendral
KKO Ali Sadikin. Nama Pasar Blok A diambil sesuai abjad disekitar wilayah
Pasar tersebut seperti Blok M, Blok C, Blok S dan lain-lain.
9 Situs Resmi Perusahaan Daerah Pasar Jaya, www.pasarjaya.co.id, artikel diakses pada
08 September 2017.
48
Berikut struktur pengurus yang mengurus Unit Pasar Blok A yang
sekaligus menjadi narasumber peneliti dalam proses observasi lapangan:
a) Bapak Mahfudin, Selaku Ketua Unit Pasar Blok A Jakarta Selatan
b) Bapak Maraden Tambunan, Selaku Koordinator Lapangan Unit
Pasar Blok A Jakarta Selatan.
Selain itu terdapat 17 staf lain dalam kantor unit Pasar Blok A, untuk lebih
lengkapnya penulis melampirkan struktur organisasi. Pada Pasar Blok A terdapat
620 lebih pedagang yang resmi terdaftar di Pasar Blok A Jakarta Selatan dan
mempunyai 630 tempat usaha. Para pedagang Pasar Blok A pun sudah membuka
lapak atau kios berjualan sejak pukul 03.00 pagi sampai 22.00 malam tergantung
sesuai macam barang dagangannya.
Sejak 20 Oktober 2015 para pedagang Pasar Blok A dipindahkan ke
Tempat Penampungan Sementara di Jalan Taman Sambas, dalam penelitian ini
penulis hanya memilih 6 Pedagang Pakaian untuk menjadi narasumber dari 59
Pedagang pakaian. Setelah peneliti observasi, peneliti bisa menggambarkan
bagaimana jenis barang dagangan yang diperjual belikan, Kuantitas hunian dan
Dinamika penjual dan pembeli di TPS Pasar Blok A.
C. Jenis barang yang diperjual belikan
Seperti yang sudah peneliti observasi di Tempat Penampungan Sementara
Pasar Blok A, berbagai macam barang dagangan yang diperjual belikan disana
seperti di Lt.1 ada berbagai macam dagangan sayur-sayuran, buah-buahan,
49
daging, emas, pakaian, sepatu atau sendal dan sembako. Untuk di Lt.2 hanya ada
beberapa pedagang yang menempati lantai 2 ini seperti dagangan pernak-pernik
hiasan, alat kecantikan dan warung makan. Lt. 3 terdiri mushola dan kantor
koordinator Pasar Blok A.
Jenis barang yang diperjual belikan di TPS ini tidak sebanyak seperti saat
berdagang di Pasar Blok A. Karena, banyak pedagang-pedagang lain yang
menutup kiosnya sehingga tidak banyak jenis dagangan yang terlihat atau
diperjual belikan di TPS, selain itu jumlah para pedagang di TPS tidak sebanyak
atau seramai saat di Pasar Blok A. Mereka disini hanya mendapatkan 1 kios untuk
1 jenis barang dagangan saja, sehingga tidak banyak berbagai macam barang
dagangan.
D. Kuantitas Hunian di setiap lapak
Peneliti melihat kuantitas hunian di setiap lapak atau di setiap lantai TPS
Pasar Blok A berbeda seperti pasar-pasar yang lainnya. Lokasi Tempat
Penampungan Sementara ini lebih sempit dan terlihat seperti bedeng, karena
penempatan yang salah seperti hadapan pintu masuk pasar terbuka menghadap
komplek Taman Sambas bukan menghadap jalan raya, maka ketika dilihat dari
jalan raya keadaan Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A tidak terlihat
seperti pasar malah menjadi seperti bedeng. Hunian lapak di TPS tidak seperti
pasar karena banyak kios-kios yang tutup dan tidak ramai seperti pasar pada
umumnya yang ramai dengan pembeli ataupun penjual.
50
Kuantitas Hunian Lapak TPS Pasar Blok A di Lt.1 & Lt.2:
Gambar 3.1
Seperti terlihat pada gambar diatas kios-kios tersebut adalah kios yang
berada di Lt.1 dan lebih dari 5 kios yang tutup, tetapi di Lt.1 masih banyak atau
ramai pedagang-pedagang yang buka untuk berjualan dan beberapa pengunjung
yang beli atau hanya sekedar melihat-lihat di TPS Pasar Blok A. Kios di Lt.1
banyak diisi oleh pedagang pakaian, sayur-sayuran, daging dan sembako. Bahkan
kuantitas hunian kios-kios di lt.2 lebih banyak yang tutup dibandingkan dengan
lt.1 yang masih banyak pedagang-pedagang yang berjualan.
51
Gambar 3.2
Menurut bapak Hermantaher “Biasanya di hari tertentu saja ramai
pembeli yang berbelanja seperti pakaian, daging, emas ketika seperti hari
raya idul fitri banyak yang belanja sayuran atau baju-baju, idul adha kaya
banyak yang belanja bumbu dapur atau lain-lain, tahun ajaran baru
banyak yang beli baju sekolah, sepatu. Kalo hari biasa mah sepi gak kaya
hari-hari tertentu gitu terkadang tidak ada sama sekali pembeli yang
datang untuk membeli barang dagangan disini”.10
Gambar diatas adalah kuantitas hunian kios-kios di lt.2 TPS Pasar Blok A
seperti yang terlihat di gambar tidak adanya kegiatan jual beli antar pedagang dan
pembeli, hanya beberapa kios-kios yang buka dan lebih dari 10 kios yang tutup
10
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak H.Hermantaher, Pedagang Pakaian Pasar Blok
A. 07 September 2017.
52
dikarenakan saking tidak adanya pembeli yang naik ke lt.2 untuk berbelanja
ataupun melihat-lihat. Kios di lt.2 banyak dipenuhi oleh pedagang alat kecantikan,
warung makan dan beberapa pedagang pernak-pernik. Lt.2 hanya ramai dengan
pedagang yang menjaga kiosnya bukan ramai dengan pembeli atau pengunjung
selain itu ramai dengan pedagang yang ingin makan di warung makan yang buka
di lt.2 tersebut.
Secara keseluruhan bangunan Tempat Penampungan Sementara Pasar
Blok A di atas tanah seluas 1.200m persegi. Untuk menggambarkan daya dukung
ruang dagang yang terdapat dalam bangunan Tempat Penampungan Sementara
seluas 1.200m persegi, maka dapat dilihat pembagiannya sebagai berikut:
a.1. Lantai 1, terdiri dari:
1.1. A LOO ASB yang berisi kios Sayur-Sayuran, Emas dan Buah-Buahan
(terletak di bagian pintu arah Utara dan Barat).
1.2. A LOO ADG yang berisi kios Daging Sapi atau Kambing, (terletak di
bagian pintu arah Timur).
1.3. A LOO AKS yang berisi kios Sembako, Sepatu Sendal dan Pakaian
Jadi (Terletak di bagian pintu arah Selatan dan ditengah-tengah los).
a.2. Lantai 2, terdiri dari:
2.1. A LO1 BKS yang berisi kios warung makanan atau minuman (terletak
di bagian selatan).
2.2. A LO1 BKS yang berisi kios Ikan Kering atau Asin, Plastik atau
Pernak-Pernik (terletak di bagian Utara dan Barat).
53
2.3. A LO1 BKS yang berisi kios Alat Kecantikan (Terletak di bagian
Timur).
a.3 Lantai 3, terdiri dari:
3.1 Ruang Kantor Kepala Pasar Blok A (terletak dibagian Utara).
3.2 Musholla (terletak di bagian Timur).
E. Dinamika Penjual dan Pembeli
Peneliti pun melakukan observasi ke Tempat Penampungan Sementara
Pasar Blok A pada hari-hari biasa, peneliti melihat keadaan pasar tersebut sangat
sepi dengan pengunjung ataupun pembeli, hanya ramai dengan para pedagang
saja. Akhirnya, peneliti mencoba untuk observasi pada Weekend di hari sabtu
tanggal 9 September 2017 mulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 16.00 di
Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A.
Hasil observasi dinamika penjual dan pembeli yang peneliti amati, TPS
Pasar Blok A pada hari itu cukup lumayan ramai dari hari-hari biasanya. Peneliti
melihat masih adanya jual beli barang dengan sistem tawar-menawar antara
penjual dan pembeli, terkadang memang sudah ada pembeli langganan yang
datang ke Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A untuk berbelanja
dengan harga langganan. Ataupun pelanggan yang datang untuk mengambil
barang yang sudah dipesan kepada pedagang langganan, para pengunjung pasar
ini kebanyakan adalah pembantu rumah tangga, ibu-ibu rumah tangga, dan ada
beberapa orang laki-laki yang berbelanja.
54
Pada hari sabtu, peneliti mengamati dari pukul 08.30 peneliti melihat
pedagang ada yang masih membereskan dagangannya, ada yang ke lt.2 untuk
membeli sarapan ditempat makan yang berada dilt.2 tersebut. Dari yang peneliti
lihat, ada pengunjung yang datang ke pasar blok a untuk membeli sayur-sayuran,
sembako, dll. Walaupun tidak seramai pasar pada umumnya tetapi jika
dibandingkan dengan hari biasa, keadaan weekend di TPS bisa di bilang lumayan
dengan adanya pengunjung atau pembeli. Ketika keadaan TPS Pasar Blok A
sedang sepi pembeli, peneliti melihat sesekali para pedagang tersebut saling
berbincang-bincang dengan kios yang di dekatnya.
Pada hari yang sama pada pukul 12.00 peneliti mengamati Tempat
Penampungan Sementara Pasar Blok A pada siang hari. Pada saat itu pasar masih
terlihat hanya ada beberapa pengunjung yang datang untuk membeli atau
berbelanja tetapi tidak seperti pada pagi hari. Pada pukul 15.00 peneliti masih
mengamati keadaan Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A, ternyata
keadaan pasar pun sudah mulai sepi dengan pengunjung dan kios-kios yang
berjualan pun sudah banyak yang tutup karena sudah tidak ada pengunjung atau
pembeli yang datang, dan ada beberapa kios-kios yang masih buka seperti warung
makanan, dan beberapa pedagang buah-buahan.
Sama seperti dengan hari-hari biasa ketika sudah pukul 15.00 pedagang
pun sudah menutup kios-kiosnya. Padahal TPS tersebut tutup pada pukul 18.00.
Selain hari libur seperti hari sabtu atau minggu, TPS Pasar Blok A ramai hanya
hari tertentu saja seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Ajaran Baru
sehingga pedagang pun menutup kios lebih lama dari biasanya. Selain dari adanya
55
dinamika penjual yang terdapat di TPS Pasar Blok A peneliti juga mewawancarai
beberapa pembeli yang berbelanja ke TPS Pasar Blok A. Profil Pembeli TPS
Pasar Blok A:
1. Nama : Ibu Wiwi
Usia : 50th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Gambar 3.3
Gambar wawancara langsung dengan Pembeli di Pasar Blok A.
[Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
Ibu Wiwi adalah salah satu pengunjung yang datang ke TPS Pasar Blok A.
Ia merupakan Ibu Rumah Tangga yang suka berbelanja di Pasar Blok A barang
yang dibeli Ibu Wiwi adalah sayuran dan beberapa barang yang lainnya. Menurut
Ibu Wiwi ia merasakan adanya perbedaan ketika berbelanja di Pasar Blok A
sebelum direlokasi dengan di TPS Pasar Blok A saat ini
“Menurut saya tempat yang sekarang kurang strategis sih susah di
jangkau karna gak ada angkutan umum kan bis tidak ngelewatin sini,
paling kalau mau kesini ya naik bajaj dan naik bajaj kan lumayan mahal
ya bisa 10rb atau 15rb pulang pergi udah bisa 30rb kalau naik bis kan
56
Cuma bayar 5rb. Waktu di pasar yang lama kan banyak bis yang
ngelewatin pasar jadi kita enak bisa turun didepan Pasar Blok Anya gitu.
Udah gitu disini banyak yang tutup pedagangnya lebih sedikit dari tempat
yang lama, jadi kita gak bisa lihat-lihat dagangan yang lain. Saya juga
ngeliat tempat yang sekarang ini kaya bedeng ya bukan kaya pasar karena
kalau diliat dari depan jalan, ini pasar ketutup gitu dan bangunannya kan
pake triplek sama seng doang jadi kaya bedeng, jauh bangetlah
perbedaannya dan mungkin orang-orang banyak yang gak tahu kalau ini
sbnrnya pindahann pedagang dari Pasar Blok A”.11
Seperti yang Ibu Wiwi katakan Tempat Penampungan Sementara Pasar
Blok A terlihat sangat tidak strategis, tidak adanya lahan parkir, jauh dari
angkutan umum. Selain itu hubungan Ibu Wiwi dengan pedagang Pasar Blok A
sebelum direlokasi dan setelah direlokasi masih terjalin baik hanya saja Ibu Wiwi
tidak mempunyai pedagang langganan dan tidak hilangnya ciri khas sistem tawar-
menawar antara penjual dan pembeli di TPS Pasar Blok A. Harga yang
ditawarkan masih sama seperti di Pasar Blok A.
2. Nama : Ibu Linda
Usia : 54th
Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
Selain Ibu Wiwi peneliti juga mewawancarai pengunjung di TPS Pasar
Blok A yaitu Ibu Linda dia adalah seorang pembantu rumah tangga disekitar
komplek yang terletak tidak jauh dari TPS, peneliti mewawancarai Ibu Linda
setelah Ibu Linda berbelanja kerupuk dan sayur-sayuran di TPS Pasar Blok A.
“Saya memang suka berbelanja disini semenjak Pasar Blok A belum
dipindahin. Untuk sistem tawar menawar ya masih ada namanya juga
pasar kan pasti adalah tawar-menawar kalo dilihat tempat sekarang ya
11
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Wiwi, Pengunjung Pasar Blok A. 26 Agustus
2017.
57
gitu yaa kurang strategis, sempit juga sih ruang lingkupnya gitu-gitu aja.
Perbedaannya jauh ya tempat yang sekarang kaya bedeng kalo dilihat
karena tertutup gitu bukan kaya pasar biasanya. Udah gitu pedagangnya
juga sedikit. Ya lebih enak belanja ditempat yang lama sih banyak pilihan
barang-barangnya dan tidak terlalu minim seperti TPS ini.”
Ia selalu berbelanja di Pasar Blok A karena hanya pasar tradisional Pasar
Blok A yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Hubungan Ibu
Linda terhadap pedagang Pasar Blok A terjalin baik sehingga Ibu Linda pun
mempunyai pedagang langganan ketika Ibu Linda berbelanja di Pasar Blok A Ibu
Linda sangat merasakan perbedaan yang sangat jauh ketika berbelanja di Pasar
Blok A dan di TPS. Walaupun Ibu Linda merasa lebih dekat berbelanja di TPS
tetapi menurut Ibu Linda tetap lebih nyaman berbelanja di Pasar Blok A karena
barang-barang yang diperjual lebih banyak dan lengkap, tempat di Pasar Blok A
juga tidak sempit dan minim seperti TPS sekarang.12
F. Profil Pedagang Pakaian Pasar Blok A
a. Nama : Ibu Erna
Usia : 48th
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Busana Muslim
Ibu erna berdagang pakaian busana muslim di Pasar Blok
A selama 35th
.
b. Nama : Bapak Agus
Usia : 60th
Pekerjaan : Pedagang Pakaian koko
Bapak Agus berdagang pakaian koko di Pasar Blok A
selama 46th
.
12
Hasil Wawancara Pribadi dengan Linda, Pengunjung Pasar Blok A. 07 September
2017.
58
c. Nama : Bapak H. Hermantaher
Usia : 82th
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Lengkap (koko,anak-anak,pakaian
dalam,dll)
Bapak H. Hermantaher berdagang pakaian anak-anak di
Pasar Blok A selama 65th
.
d. Nama : Ibu Ita
Usia : 39th
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Anak-Anak
Ibu Ita berdagang pakaian anak-anak di Pasar Blok A
selama 10th.
e. Nama : Ibu Ayu
Usia : 55th
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Balita
Ibu ayu berdagang pakaian balita di Pasar Blok A selama
23th
f. Nama : Bapak Juri
Usia : 68th
Pekerjaan : Pedagang Pakaian seragam sekolah
Bapak Juri berdagang pakaian seragam sekolah di Pasar
Blok A selama 30th.
59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini akan di bahas temuan dan analisis mengenai Analisis
Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Pedagang Pakaian Pasar Blok A Yang
Terelokasi. Pasar Blok A yang terletak di Kelurahan Pulo, Kecamatan Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Merupakan salah satu tempat pusat perbelanjaan Pasar
Tradisional yang terkenal di daerah Kebayoran Baru. Keberadaan Pasar Blok A
membawa dampak yang positif bagi warga sekitar Pasar Blok A karena warga
sekitar bisa mencari mata pencaharian dengan cara berjualan di sekitar Pasar Blok
A dengan membuka lapak atau membuka warung di sekitar Pasar Blok A dan ada
warga yang menjadi pedagang di Pasar Blok A.
Sejak 20 Oktober 2015 pedagang-pedagang Pasar Blok A direlokasi ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang terletak di Taman Sambas
Kebayoran Baru. Adapun dari relokasi para pedagang Pasar Blok A pun terdapat
proses relokasi dan memiliki dampak dari segi sosial ekonomi para pedagang
yang terelokasi.
A. Proses Relokasi Pedagang Pasar Blok a
Dengan adanya kebijakan revitalisasi Pasar Blok A, sebagaimana yang
disebutkan menurut UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
60
spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
melaksanakan fungsi sosialnya.1 Revitalisasi kebijakan Pasar Blok A sesuai
dengan UU Nomor 11 Tahun 2009 di karenakan dengan merevitalisasi pasar dan
merelokasi para pedagang Pasar Blok A membuat para pedagang tidak kehilangan
tempat berdagangnya dan pedagang pun tetap bisa berdagang untuk memenuhi
kebutuhan materialnya serta mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti
tercapai standar kehidupan pokok dengan hasil berdagang, tetap mampu
mengembangkan diri dan melaksanakan fungsi sosialnya.
PD. Pasar Jaya merelokasi pedagang-pedagang Pasar Blok A ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) yang terletak di Taman Sambas Kebayoran Baru.
Sebelum terjadinya relokasi Pasar Blok A, terdapat proses-proses untuk
revitalisasi pasar dan merelokasi para pedagang yang dilakukan oleh PD. Pasar
Jaya. Hal tersebut juga disampaikan oleh Koordinator Pasar, Bapak Maraden
Tambunan tentang adanya proses relokasi sebagai berikut:
Gambar 4.1
Gambar wawancara langsung dengan Koordinator Pasar Blok
A.[Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
1 Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012),h.10.
61
“Untuk proses revitalisasi dan relokasi Pasar Blok A kita mengadakan
pertemuan dulu dari pihak PD. Pasar Jaya membahas mengenai
revitalisasi dan relokasi sebelum kita sosialisasikan kepada para
pedagang, lalu dari pihak PD. Pasar Jaya langsung memberikan
sosialisasi dan pertemuan kepada pedagang-pedagang disini bahwa pasar
akan direvitalisasi sesuai dengan peraturan atau kebijakan yang berlaku
yaitu Pasar yang sudah habis masa hak pemakaiannya selama 20 tahun
harus direvitalisasi atau dibangun-bangunan baru dengan syarat tes uji
struktural karena terlihat dari kondisi pasar yang sudah tua”.2
Adanya relokasi pasar dikarenakan masa hak pemakaian Pasar Blok A
sudah habis selama 20 tahun dan kondisi pasar pun sudah berumur 44 tahun yang
terlihat bangunan pasar sudah tua memprihatinkan untuk masih adanya transaksi
jual beli. Relokasi tersebut selain dengan karena masa hak pemakaian pasar telah
habis, relokasi dilakukan karena Pasar Blok A terkena proyek pemerintah untuk
menanggulangi kemacetan yaitu Mass Rapid Transit (MRT). Pasar Blok A
nantinya akan terintegrasi dengan hotel dan juga halte Mass Rapid Transit (MRT)
selain itu akan membuat bangunan Pasar Blok A menjadi lebih modern dan
memberikan fasilitas yang lebih baik lagi.
Program revitalisasi dan relokasi Pasar Blok A ini pun telah sesuai dengan
ketentuan dan perundangan yang telah berlaku yaitu Undang-Undang Peraturan
Daerah (PERDA) No.3 Tahun 2009 tentang pengelolaan area pasar dan juga
Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.3
2 Hasil wawancara pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 02 Maret
2017. 3 Peraturan Daerah Kota Jakarta Nomor 3 Tahun 2009, Artikel di akses pada 18 Maret
2017 dari
pasarjaya.co.id/_assets/files/about/Peraturan_Daerah_Nomor_3_Tahun_2009_Pengelolaan_Area_
Pasar.doc
62
Dengan adanya proses relokasi PD. Pasar Jaya tidak hanya sekedar
memberikan sosialisasi saja, proses sosialisasi tersebut diawali dari adanya
pemberitahuan kepada pedagang-pedagang terkait perencanaan, penempatan,
harga subsidi pembangunan pasar modern dan relokasi. Berserta manfaat dari
adanya pembangunan pasar bagi pedagang Pasar Blok A secara keseluruhan.
PD. Pasar Jaya mengadakan pertemuan dan musyawarah antara PD. Pasar
Jaya dan Tim Perwakilan sosialisasi pembangunan yaitu perwakilan dari setiap
jenis pedagang. Para pedagang membentuk Tim perwakilan sosialisasi
pembangunan pun untuk mengumpulkan penyampaian-penyampaian dari para
pedagang lainnya tentang adanya relokasi pasar tersebut.
“Para pedagang mempunyai Tim Perwakilan yang namanya Tim
Perwakilan Sosialisasi Pembangunan. Dalam pertemuan dan musyawarah
Tim perwakilan tersebut menyampaikan aspirasi para pedagang terkait
pembangunan agar sesuai dengan keinginan mereka, selain membahas
pembangunan juga membahas biaya bangunan pasar karena pedagang
akan memilih hak pemakaiannya selama 20 tahun kedepan”.4
Dalam hal relokasi tersebut pedagang memang mengetahui dengan adanya
revitalisasi pasar dan proses-proses yang dijalani, hal tersebut juga dikatakan oleh
salah satu pedagang pakaian Pasar Blok A tentang adanya proses relokasi seperti
berikut:
”iya awalnya kita diberi tahu oleh koordinator pasar kalau pasar akan
direvitalisasi dan kita merasa keberatan untuk direlokasi, terus dilakukan
sosialisasi bahwa pedagang akan pindah ke tempat penampungan
sementara. Terus adanya pertemuan sama PD. Pasar Jaya membahas
tentang revitalisasi dan relokasi. Ya kita mah mau gak mau harus nerima
4 Hasil wawancara pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 02 Maret
2017.
63
kebijakan yang dikasih ya mbak, kita kan disini cuma berdagang ya mbak
nyari duit. Kalau kita nolak nanti kita gak punya tempat dagang lagi. Lagi
pula ini juga buat kebaikan kita semua biar dagangnya lebih nyaman lagi,
peminat pembeli lebih banyak melihat kondisi pasar yang bagus
nantinya”.5
Sebelum adanya pertemuan-pertemuan anatara pihak PD. Pasar Jaya dan
para pedagang Pasar Blok A. Pedagang merasa keberatan dengan adanya relokasi
ke TPS, karena para pedagang sudah merasa nyaman berdagang di Pasar Blok A
dan takut akan kehilangan para pembeli. Seperti pedagang yang sudah lama
berjualan di Pasar Blok A mereka hanya mendapatkan penghasilan dari hasil
berdagang di Pasar Blok A saja, selebihnya para pedagang takut ketika direlokasi
menjadi tidak mendapatkan penghasilan seperti biasanya. Selain itu Pasar Blok A
adalah tempat yang strategis untuk dijangkau karena banyak angkutan umum yang
melewati Pasar Blok A. Hal tersebut juga dikatakan oleh salah satu pedagang
pakaian Pasar Blok A:
Gambar 4.2
Gambar wawancara langsung dengan Ibu Ita salah satu pedagang
pakaian Pasar Blok A.[Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
5 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Agus, Salah satu pedagang pakaian Pasar Blok
A. 21 Agustus 2017.
64
“kita sih awalnya gak mau ya mba direlokasi gini ya keberatanlah, karena
udah nyaman berjualan ditempat lama dan pengunjung kan udah tau
lokasi Pasar Blok A. Karna kan Pasar Blok A termasuk pasar yang sudah
lama jadi udah banyak yang tahu lagian di Pasar Blok A ramai juga sama
pembeli dan pengunjung sampai masyrakat sekitar pasar pun ada yang
berjualan juga jadi pedagang kaki lima saking terlihat ketradisionalan
Pasar Blok A. Takutnya nanti pas direlokasi ke TPS malah jadi sepi sama
pembeli, eh malah bener aja kan disini sepi banget jarang ada pengunjung
bahkan seminggu pernah gak ada pembelinya udah gitu tempatnya juga
kurang strategis jauh dari angkutan. Coba kalau di Pasar Blok A selalu
ramai sama pengunjung”.6
Dengan masalah sosial yang timbul pasca relokasi para pedagang Pasar
Blok A merasa keberatan yang dimana beralasan bahwa:
a. Pedagang Pasar Blok A khawatir akan menurunnya jumlah pelanggan
terkait dengan keyakinan pedagang bahwa letak dagang tempat yang baru
biasanya tidak seberuntung dengan tempat yang lama maupun sebaliknya.
b. Pedagang Pasar Blok A khawatir akan lunturnya nilai ke tradisionalan
Pasar Blok A yang selama ini Pasar Blok A banyak memberikan manfaat
bagi para masyarakat kecamatan Pulo, khususnya bagi pedagang yang
tidak hanya pedagang-pedagang besar akan tetapi pedagang dari semua
kalangan.
Namun, setelah adanya sosialisasi dan pertemuan-pertemuan pedagang
Pasar Blok A menerima untuk direlokasi. Ketidakinginan pedagang untuk
direlokasi yaitu karena takut kehilangan para pembeli dan menurunnya omset.
Seperti yang telah dijelaskan di bab 2 tentang kesejahteraan sosial dapat diartikan
sebagai suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat
6 Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Ita, Pedagang Pakaian Pasar Blok a. 21 Agustus
2017.
65
berelasi dengan lingkungannya secara baik.7 Relokasi ini dilakukan agar
perekonomian pedagang tetap terus berjalan tidak kehilangan oleh para pelanggan
dan dapat bersosialisasi di tempat lingkungan baru, para pedagang pun menyetujui
untuk direlokasi dan bisa bersosialisasi dengan lingkungan baru.
Dengan adanya pertemuan dan sosialisasi dilanjutkan kesepakatan antara
pedagang dan PD. Pasar Jaya untuk siap direlokasi ke tempat penampungan
sementara dan kesepakatan bahwa para pedagang akan menempati kios yang baru
dengan harga yang telah ditentukan. Kesepakatan tersebut yaitu para pedagang
menandatangani surat pernyataan, seperti yang dijelaskan oleh Koordinator Pasar:
“jadi gini mbak, pedagang akan menandatangani surat pernyataan setuju
di bangun sebanyak 60% dari jumlah tempat usaha yang ada. Jika surat
setuju untuk dibangun mencapai 80% lebih, maka TPS siap di bangun.
Kalau sudah mengantongi surat persetujuan sebanyak 80% maka siaplah
di bangun TPS ditempat yang telah dipilih”.8
Setelah adanya persetujuan antara pedagang Pasar Blok A dan PD. Pasar
Jaya, PD. Pasar Jaya sudah mengantongi surat persetujuan sebanyak 80% dan di
bangunlah TPS di Jalan Taman Sambas Kebayoran Baru. Pembangunan Tempat
Penampungan Sementara di Taman Sambas tersebut berbagi dua dengan dinas
pertamanan yang sudah dirubah peruntukannya melalui PERGUB No. 27 Tahun
2011 yang diberikan kepada MRT untuk menggunakan lahannya sebanyak 3.800
meter persegi. Dari 3.800 meter persegi dibangunlah TPS seluas 1.200 meter
7 Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012), h. 8.
8 Hasil wawancara pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28 Agustus
2017.
66
persegi, sehingga tanggal 20 oktober 2015 pedagang Pasar Blok A pindah ke TPS
di taman sambas menempati 414 tempat usaha.
Para pedagang yang berada di TPS mereka berhak mendapatkan kios di
bangunan baru dan membayar kios dengan harga yang telah ditetapkan. Para
pedagang di TPS adalah pedagang yang mempunya SIT (Surat Izin Tempat
Usaha) atau pedagang existing selain itu pedagang telah menandatangani surat
pernyataan bahwa mereka siap direlokasi dan menempati kios baru dengan harga
yang sudah mereka ketahui. Harga yang ditetapkan untuk kios baru sesuai dengan
setiap jenis dagangan, harga kios untuk pedagang pakaian sekitar 165 juta dan
para pedagang harus membayar angsuran 20% dari harga yang telah ditetapkan,
DP bisa diangsur sesuai persetujuan koperasi. Seperti yang dikatakan oleh bapak
maraden:
“Penempatan pedagang di kios baru berdasarkan undian, jenis dagangan
dan tidak mempunyai tunggakan penempatan kios. Untuk menempati kios baru
pedagang akan membayar angsuran 20% dari harga yang telah disepakati,
sisanya yang 80% bisa di angsur melalui bank dengan menggunakan sertifikat
kios dan dilakukan sesuai perjanjian antara pedagang dengan bank”.
Harga tersebut sesuai dengan satu tempat usaha yang digunakan dengan
jangka waktu 20 tahun hak guna pakai, jika para pedagang yang mempunyai kios
lebih dari satu maka pedagang bisa membayar harga yang sesuai dikalikan dengan
berapa kios yang mereka punya. Persyaratan para pedagang untuk menempati kios
tersebut dengan menunjukkan surat pernyataan yang telah ditandatangani, foto
copy KTP dan foto copy SIT. Menurut pak maraden semua para pedagang yang
67
berada di TPS menyanggupi dengan harga kios baru, seperti yang dikatakan oleh
salah satu pedagang mengenai penempatan kios baru:
“Kalau untuk penempatan kios sih ya sanggup saja ya mbak, karena kan
kita dari awal pertemuan sudah diberi tahu tentang pendanaan dan segala
macem dan kita sudah menandatangani surat pernyataan tandanya kita setuju.
Kita juga dipermudah dengan diberikan angsuran dalam membayar, harga yang
diberikan juga sampai jangka waktu 20 tahun kita bisa gunain kiosnya. Kalau
kita tidak menyanggupi yang ada kita malah tidak punya tempat berdagang lagi
mbak, jadi ya kita sanggup untuk membayarnya bisa dicicil juga dikasih
kemudahan”.9
Suatu kondisi kesejahteraan sosial tersususn dari tiga unsur seperti setinggi
apa masalah-masalah sosial dikendalikan yaitu para pedagang keberatan untuk
direlokasi, tetapi pihak PD. Pasar Jaya pun bisa memberikan sosialisasi atau
penjelasan terhadap pedagang sehingga masalah sosial bisa diatur dan ditangani
sehingga masalah dapat dikendalikan, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi
yaitu dengan menyediakan TPS untuk para pedagang agar para pedagang tetap
bisa menjalankan aktifitas berdagangnya, bisa memenuhi kebutuhan dan
maningkatkan taraf hidupnya. Terakhir setinggi apa kesempatan-kesempatan
untuk maju tersedia yaitu pihak PD. Pasar Jaya memberikan kesempatan kepada
para pedagang dengan cara musyawarah agar para pedagang bisa memikirkan
dengan tujuan dari relokasi dan menyetujui surat pernyataan dalam kebijakan
relokasi untuk kesempatan dalam berdagang di TPS.10
Relokasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemindahan lokasi dari
satu tempat ke tempat yang lain karena alasan dan faktor-faktor tertentu.
9 Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Ayu, Salah satu pedagang pakaian Pasar Blok A.
26 Agustus 2017. 10
Suud, Muhammad. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka.
2006.h.5.
68
Pemindahan juga berdasarkan aturan dan pertimbangan-pertimbangan dari pihak-
pihak yang bersangkutan.11
Pihak-pihak yang bersangkutan di Pasar Blok A ini
yaitu Koordinator Pasar Blok A dan juga para pedagang-pedagang Pasar Blok A,
karena suara pedagang Pasar Blok A di ambil untuk berlangsungnya relokasi. Jika
pertimbangan tersebut hanya di ambil dari satu pihak maka membuat para
pedagang kehilangan kesejahteraannya, ketika suara para pedagang tidak di
dengar atau di ambil maka pedagang-pedagang akan kehilangan tempat
berdagang. Dari tangan pedagang inilah para konsumen dapat memperoleh barang
pemuas kebutuhan dan produsen dapat mendistribusikan barang produksinya
kepada konsumen.
Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat melakukan peletakan batu
pertama pembangunan Pasar Blok A Fatmawati Jakarta Selatan pada 21 Juni
2017. Dengan adanya integrasi pasar ini, Menurut Djarot:
“Membuat kesan Pasar menjadi berubah menjadi lebih baik. Tidak identik
dengan kumuh, bau, gerah, becek, tidak identik dengan kekumuhan”.12
Rencananya, revitalisasi Pasar Blok A Fatmawati ini akan di bangun
setinggi 21 lantai dengan 2.140 unit kios. Tidak hanya pasar, di bangunan Pasar
11
Siti Musrifah, Dinamika dan konflik dalam proses relokasi pedagang pasar ngabul
kabupaten jepara, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2015). 12
Sania Mashabi, Djarot letakkan batu pertama pembangunan Pasar Blok A Fatmawati.
Artikel diakses pada tanggal 20 September melalui https://www.merdeka.com/peristiwa/djarot-
letakkan-batu-pertama-pembangunan-pasar-blok-a-fatmawati.html
69
Blok A akan diisi juga dengan 316 kamar hotel dengan lahan parkir yang luas
sebanyak empat sampai lima lantai dan mampu menampung 171 mobil.13
Hal tersebut juga disampaikan oleh Direktur Utama Pasar Jaya yaitu Arief
Nasrudin bahwa revitalisasi ini agar Pasar Blok A semakin menarik perhatian
banyak orang dengan lokasi Pasar Blok A yang strategis:
”Pasar Blok A salah satu dari 32 persen pasar yang harus diperbaiki.
Revitalisasi Pasar Blok A sudah direncanakan sejak 2013. Kemudian
tahun 2015 pedagang dipindahkan ke Tempat Penampungan Sementara.
Dua tahun kedepan kita sudah bisa lihat bangunan yang membantu
pedagang”.14
Dalam relokasi tersebut merupakan salah satu kebijakan, di mana
kebijakan kesejahteraan sosial adalah seperangkat tindakan, kerangka kerja,
petunjuk, rencana, atau strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politis
pemerintahan atau lembaga ke dalam program dan tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang kesejahteraan sosial.15
Kebijakan tersebut adalah
kerangka kerja yang mempunyai tindakan untuk mencapai tujuan dengan
memperbagus bangunan pasar dan juga akan dibangun menjadi satu dengan
proyek pemerintah yaitu MRT, selain itu merelokasi pedagang agar para pedagang
bisa terus tetap berdagang kembali dan tetap mencapai kesejahteraannya.
13
Sania Mashabi, Djarot letakkan batu pertama pembangunan Pasar Blok A Fatmawati.
Artikel diakses pada tanggal 20 September melalui https://www.merdeka.com/peristiwa/djarot-
letakkan-batu-pertama-pembangunan-pasar-blok-a-fatmawati.html 14
Intan Fauzi, Pasar Blok A Fatmawati akan terintegrasi MRT, Artikel diakses pada
tanggan 20 September 2017 melalui http://news.metrotvnews.com/metro/4KZEM9pk-pasar-blok-
a-fatmawati-akan-terintegrasi-mrt 15
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005). h. 82.
70
Sesuai kebijakan pemerintah yang dikatakan oleh Menteri Perdagangan
Thomas Lembong.
“Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila Pemerintah Daerah
(PEMDA) mengusulkan pasar yang akan direvitalisasi yaitu pasar yang usianya
sudah lebih dari 20 tahun, pasar yang mengalami bencana kebakaran, pasca
bencana alam, atau konflik sosial, dan pasar yang belum memiliki bangunan
utama”.16
Revitalisasi pasar sesuai dengan kebijakan pemerintah, karena Pasar Blok
A sudah lebih dari 20 tahun masa hak pemakaiannya dan bangunan Pasar Blok A
pernah mengalami kebakaran sehingga bangunan Pasar Blok A terlihat sudah
tidak layak dan harus di revitalisasi sama halnya seperti yang di jelaskan oleh
menteri perdagangan.
Kebijakan sosial merupakan suatu perangkat, mekanisme dan sistem yang
dapat mengarahkan, menterjemahkan tujuan-tujuan pembangunan. Kebijakan
sosial senantiasa berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial ini
mengandung dua pengertian yang saling terkait, yakni memecahkan masalah
sosial dan memenuhi kebutuhan sosial.17
Seperti memecahkan sosial karena hak
pemakaian Pasar Blok A sudah habis masa pemakaiannya maka harus
direvitalisasi dan keadaan Pasar Blok A yang sudah tua, PD. Pasar Jaya bisa
mengatasi permasalahan para pedagang yang merasa keberatan untuk direlokasi.
Dalam memenuhi kebutuhan dengan merelokasi pedagang Pasar Blok A ke TPS
agar para pedagang pun tetap berdagang, bisa memenuhi kebutuhan sendiri atau
kebutuhan para konsumen.
16
Dina Rayanti, “4 Kriteria Pasar Tradisional Yang Bisa Direvitalisasi” Artikel diakses
pada 06 November 2017 melalui https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/3134012/ini-
4-kriteria-pasar-tradisional-yang-bisa-direvitalisasi 17
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005). h. 61.
71
Seperti yang diketahui bahwa kesejahteraan pedagang Pasar Blok A tidak
semuanya mempunyai kesejahteraan yang baik atau tidak layak, beberapa
pedagang yang memang mereka sudah berdagang lama di Pasar Blok A
mempunyai tempat tinggal sendiri. Tetapi, masih ada pedagang yang tempat
tinggalnya masih mengontrak meskipun penghasilan tidak seberapa tetapi dengan
tetap berdagang mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang
dikatakan oleh pak Maraden Tambunan dengan tingkat kesejahteraan pedagang:
“Untuk masalah tingkat kesejahteraan itu macem-macem mbak, kalo yang
udah pada berdagang lama di Pasar Blok A yaa Alhamdulillah mereka
pada punya tempat tinggal sendiri meskipun sederhana gak gede-gede
banget gitu mbak ya paling kaya rumah-rumah biasanya gitu dah. Dan
mereka punya kendaraan sendiri buat operasional seharihari mereka,
pada bisa nyekolahin anak-anaknya. Yaa itungannya lumayan sejahtera
mereka yang pada dagang disini. Meskipun penghasilan mereka gak yang
gede-gede banget, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ya mereka
pada bisa. Tapi ada juga yang rumahnya masih ngontrak mbak tetapi
rata-rata mereka punya kendaraan semua seperti motor”.18
Dengan terelokasinya para pedagang merupakan suatu alasan dan faktor
tertentu, relokasi juga adalah salah satu kebijakan sosial yaitu dengan
memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosialnya. Seperti menurut
pakar pekerja sosial yaitu Friedlander(1980), kesejahteraan sosial adalah sistem
yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang
dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna
mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai. Dilakukan relokasi tersebut
membantu para pedagang masih bisa berdagang walaupun ditempat yang berbeda,
18
Hasil wawancara pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 02 Maret
2017.
72
pedagang masih bisa mencari penghasilannya untuk mendapatkan kesejahteraan
mereka yang semestinya mereka dapatkan dan bisa mencapai standar hidup yang
baik.
Dengan fakta dan temuan di atas, bahwasanya proses relokasi bagi
masyarakat itu dinamis yaitu ada menguntungkan dan merugikan.
Menguntungkan karena perekonomian para pedagang tetap terus berjalan,
pedagang tidak kehilangan tempat berdagangnya walaupun hanya pindah ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS), pedagang pun masih bisa mendapatkan
kesejahteraan yang dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan
sepenuhnya untuk mencapai standar hidup kebutuhan. Hal ini mengkonfirmasi
teori kesejahteraan sosial menurut UU Nomor 11 Tahun 2009 bahwa
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu melaksanakan fungsi
sosialnya.19
Selain menguntungkan adanya merugikan bagi para pedagang karena para
pedagang harus terelokasi dan berdagang dari awal di tempat yang baru, selain itu
para pedagang juga harus bersosialisasi kembali dengan lingkungan yang baru.
Para pedagang juga siap menerima dengan adanya dampak dari relokasi. Tempat
Penampungan Sementara yang sekarang ditempati para pedagang pun kurang
strategis dan jauh dari angkutan umum sehingga kurang menarik perhatian orang
dan membuat konsumen yang ingin berbelanja malas untuk datang ke TPS, sepi
19
Adi Fahrudin. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika Aditama. 2012),
h.10.
73
dengan para pengunjung atau pembeli yang membuat para pedagang tidak adanya
pemasukan.
Selain itu relokasi pedagang Pasar Blok A merupakan suatu kebijakan,
Kebijakan tersebut adalah kerangka kerja yang mempunyai tindakan untuk
mencapai tujuan dengan memperbagus bangunan pasar, sesuai kebijakan yang
berlaku jika masa hak pemakaian pasar telah habis harus direvitalisasi dan juga
akan dibangun menjadi satu dengan proyek pemerintah yaitu MRT, selain itu
merelokasi pedagang agar para pedagang bisa terus tetap berdagang kembali dan
tetap mencapai kesejahteraan pedagang. Seperti dengan teori kebijakan
kesejahteraan sosial adalah seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk,
rencana, atau strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politis
pemerintahan atau lembaga ke dalam program dan tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu dibidang kesejahteraan sosial.20
B. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Pedagang Pakaian Yang Terelokasi
Pada tanggal 20 Oktober 2015 pedagang Pasar Blok A terelokasi ke TPS
dengan menempati 414 tempat usaha. Setelah beberapa bulan direlokasi ke
Tempat Penampungan Sementara ternyata para pedagang pun merasakan adanya
dampak dari relokasi yaitu dari segi sosial dan ekonomi.
Temuan dari studi ini menunjukkan adanya dampak dari segi sosial dan
ekonomi terhadap pedagang Pasar Blok A secara keseluruhan. Para pedagang
merasakan dengan adanya dampak sosial ekonomi semenjak mereka direlokasi
20
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005). h. 82.
74
dari Pasar Blok A ke Tempat Penampungan Sementara. Terlebih lagi, fasilitas
yang diberikan kepada pedagang membuat para pedagang menjadi sepi dengan
pembeli dan pengunjung karena tempat yang sangat kurang strategis.
Faktor yang membuat kurang menarik perhatian masyarakat adalah
Tempat Penampungan Sementara pedagang Pasar Blok A, bisa di lihat dari bagian
depan TPS yang tidak terlihat bahwa didalamnya ada kegiatan ekonomi jual beli
barang atau pasar. Tetapi, Tempat Penampungan Sementara (TPS) terlihat hanya
seperti bedeng yang dibangun oleh triplek dan seng seperti pada gambar berikut:
Gambar 4.3
Gambar Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A Dari Tampak
Depan Pintu Selatan. [Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
Sebelum terjadinya relokasi ke TPS pedagang belum merasakan dampak
dari segi sosial ekonomi, seperti menurut Bapak Juri salah satu pedagang pakaian
seragam sekolah yang terelokasi:
75
Gambar 4.4
Gambar wawancara langsung dengan Bapak Juri salah satu pedagang
pakaian Pasar Blok A.[Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
“Kalo sebelum pindah ke sini (TPS) mah neng beda banget tidak merasakan
dampak seperti sekarang, tidak ada penurunan omset waktu di Pasar Blok A
pendapatan saya selama berdagang di sana bisa dikatakan lumayan. Pokonya
mah yaa saat berdagang di Pasar Blok A enak aja gitu, baik-baik aja.
Pemasukan ya banyaak tidak pernah sepi kaya sekarang, terus persaingan
juga tidak keliatan kaya sekarang, sesama pedagang juga baik-baik aja kalau
disini kan ya paling saya Cuma ngobrol sama yang di samping atau di
depan.”.21
Hal tersebut juga dikatakan oleh koordinator pasar yaitu bapak Maraden
tentang kondisi Pasar Blok A sebelum direlokasi:
“Keadaan Pasar Blok A sebelum direlokasi mah sangat ramai ya mbak
dari segi pengunjung, pembeli, pedagang juga ramai sampe ada pedagang
kaki lima juga disekitar pasar atau warga yang rumahnya sekitar pasar
pun sampai buka warung seperti sayur-sayuran juga. Pasar Blok A tidak
pernah sepi sama pengunjung, lahan parkir juga luas dan kalau dilihat
dari segi omset atau putaran uang sehari seluruh pedagang ketika masih
di Pasar Blok A pun kurang lebih mencapai 800juta. Hanya saja
bangunan Pasar Blok A yang sudah cukup lama dan memang harus
direvitalisasi, kalau dibilang tuh Pasar Blok A termasuk Pasar yang
strategis karena pasar tersebut dilewati banyak angkutan umum sehingga
21
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Juri, Salah satu pedagang pakaian Pasar Blok
A. 26 Agustus 2017.
76
pengunjung pun mudah untuk datang berbelanja ke pasar Blok A, semua
pun serba ada di Pasar Blok A”.22
Ternyata sebelum terelokasi pedagang tidak merasakan dengan sepinya
pengunjung atau pembeli, menurut pedagang pun mereka sehari selalu saja ada
pembeli yang membeli barang dagangannya di Pasar Blok A. Putaran uang
seluruh pedagang sehari mencapai 800 juta ketika di Pasar Blok A, keadaan di
Pasar Blok A pada malam hari masih ada aktifitas jual beli barang dan masih
banyaknya pengunjung atau pembeli yang membeli barang di Pasar Blok A.
Tetapi jika dibandingkan dengan keadaan di TPS sekarang putaran uang para
pedagang perhari hanya mencapai 300 juta. Hal tersebut pedagang merasakan
perbedaan yang sangat jauh setelah direlokasi keadaan pasar di TPS tidak seperti
saat mereka masih berdagang di Pasar Blok A. Seperti salah satu pedagang
pakaian yang merasakan perbedaan yang sangat jauh ketika setelah direlokasi.
Gambar 4.5
Gambar wawancara langsung dengan Ibu Erna salah satu pedagang
pakaian Pasar Blok A. [Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
“Sekian lama saya berdagang di Pasar Blok A saya gak pernah ngerasain
yang namanya sepi sama pengunjung atau pembeli mbak. Ya paling sepi
tapi masih ada gitu ya pembelinya, kalo sekarang nih pas pindah ke TPS
22
Hasil wawancara pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28 Agustus
2017.
77
bener-bener sepi banget sama pengunjung dan pembeli, kadang engga
ada pembeli sama sekali. Disini juga pembelinya ada paling kalau hari
libur doang tapi juga ya gak banyak mbak, atau hari-hari tertentu aja
biasanya kaya hari raya gitu. Perbedaannya jauh banget deh sama di
Pasar Blok A, omset juga disini bisa seminggu ada pemasukan kadang
juga seminggu gak ada pemasukan sama sekali. Faktor tempat sih mbak
menurut saya, coba kalau mbak lihat dari depan jalan TPS ini gak
kelihatan seperti pasar tapi malah kaya bedeng. Jadi orang kan gak ada
yang tahu kalau ini pasar. jauh dari angkutan umum yaaa pokonya
perbedaannya jauh bangetlah. Dulu pas di Pasar Blok A mah saya kadang
dagang sampe malem juga masih ada yang beli mbak, pengunjung juga
masih ramai banget yang mundar-mandir, pas disini ya jam 3 sore aja
saya sudah tutup karena memang pengunjung gak ada apalagi
pembelinya”.23
Dari hasil pengamatan, perbedaan yang sangat jauh ketika sebelum dan
setelah direlokasi yang pedagang rasakan. Selain itu terdapat beberapa faktor yang
dapat menjelaskan mengapa pedagang Pasar Blok A terkena dampak sosial dan
ekonomi seperti berikut:
1. Faktor tempat penampungan sementara kurang startegis, jauh dari rumah
warga dan angkutan umum.
2. Tidak terkelolanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) dengan baik
sehingga mengakibatkan malasnya konsumen untuk datang berbelanja di
Tempat Penampungan Sementara. Kondisi TPS yang terlihat seperti bedeng
bukan seperti pasar biasanya, bahkan saking sepinya dengan pembeli para
pedagang pun terkadang tidak dapat pemasukan sama sekali. Sehari bisa
hanya mendapatkan seratus ribu atau seminggu tidak mendapatkan
penghasilan sama sekali.
23
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Erna, Salah satu pedagang pakaian Pasar Blok A.
21 Agustus 2017.
78
3. Tidak adanya pengaturan harga pasti diantara sesama pedagang, sehingga
pedagang yang mampu menjuallah yang bisa di datangi konsumen dan
terjadilah persaingan antara pedagang. Selain itu, komunikasi atau interaksi
terhadap sesama pedagang berawal kurang baik seperti bersosialisasi dengan
kios-kios yang berdekatan saja. Sedangkan untuk pedagang yang kiosnya
berjauhan tidak saling kenal dan berinteraksi. Sesungguhnya perilaku manusia
adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.24
Faktor yang diatas membuat salah satu sepinya TPS dari pengunjung atau
pembeli yang terlihat dari kondisi TPS yang kurang strategis sehingga membuat
TPS sangat sepi. Tetapi setelah peneliti banyak mewawancarai beberapa
pedagang, menurut para pedagang TPS ada hari-hari tertentu yang ramai dengan
pembeli atau pengunjung walaupun ramainya tidak seperti ramai pasar pada
umumnya hanya ada beberapa pembeli atau pengunjung. Pada saat hari-hari
tertentu tersebut yang membuat para pedagang mempunyai beberapa pembeli dan
adanya pemasukan untuk para pedagang, ada juga yang memang tidak ada
pembelinya disaat hari tertentu tersebut. Setelah peneliti mengetahui dengan
adanya ramai pembeli atau pengunjung saat hari-hari tertentu, peneliti pun
langsung mengamati TPS di hari yang menurut pedagang ramai adanya pembeli.
Terlihat dari perbedaan kondisi TPS ketika di hari biasa yang sepi dengan
pembeli dan kondisi TPS saat hari tertentu atau weekend dengan adanya beberapa
pembeli di waktu yang bersamaan seperti pada gambar berikut:
24
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Press,
2009), h. 230.
79
Gambar 4.6
Kondisi TPS Pasar Blok A saat
Hari biasa Kondisi TPS Pasar Blok A saat
Hari libur
Gambar Perbedaan Kondisi TPS Pasar Blok A. [Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
Seperti yang terlihat pada gambar tersebut merupakan perbedaan TPS saat
hari biasa dan hari libur, peneliti datang ke TPS saat hari biasa TPS terlihat sepi
dari pengunjung ataupun pembeli yang membuat para pedagang tidak adanya
pemasukan atau pendapatan. Peneliti pun kembali ke TPS saat hari libur yaitu saat
hari sabtu terlihat ada beberapa pengunjung ataupun pembeli yang datang ke TPS
Pasar Blok A untuk berbelanja.
80
Selain hari sabtu-minggu TPS juga sedikit ramai ketika hari-hari tertentu
seperti hari raya idul fitri, idul adha dan tahun ajaran baru seperti tahun ajaran
baru atau anak baru masuk sekolah. Walaupun tidak seramai ketika saat di Pasar
Blok A, para pedagang merasa senang ketika ada pengunjung atau pembeli yang
datang ke TPS untuk berbelanja karena akan adanya pemasukan untuk pedagang
tersebut meskipun hanya ramai di hari libur saja. Setidaknya para pedagang tidak
merasa sepi dengan pembeli setiap hari walau ketika hari libur hanya ada
beberapa pembeli yang datang. Setelah beberapa kali peneliti mengamati TPS
pada hari libur yaitu sabtu-minggu TPS ramai dengan pembeli, tetapi jangka
waktu TPS ramai dengan pembeli tidak berlangsung lama, TPS ramai saat jam 8
sampai 11 siang saja. Saat sudah jam 12 siang atau jam 1 siang TPS pun kembali
sepi dengan pengunjung atau pembeli.
Dari adanya beberapa faktor dan terlihat perbedaan kondisi TPS saat hari
libur dan hari biasa tersebut yang membuat adanya dampak segi sosial dan
ekonomi yang para pedagang alami. Dengan adanya dampak seperti itulah terlihat
dari segi kesejahteraan sosial yang para pedagang tidak dapatkan. Berawal para
pedagang di relokasi agar para pedagang bisa mendapatkan kesejahteraan dengan
tidak kehilangan tempat berdagang dan tetap bisa berdagang di TPS dan bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi, setelah beberapa bulan di relokasi para
pedagang tidak dapat merasakan adanya kesejahteraan yang harusnya didapatkan.
Kesejahteraan sosial terdapat beberapa indikator kesejahteraan, dari indikator
kesejahteraan ini pun terlihat bagaimana dampak yang dialami oleh para pedagang
Pasar Blok A seperti berikut:
81
1) Jumlah dan Pemerataan pendapatan, pendapatan berhubungan dengan
lapangan kerja, kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. para pedagang
tidak mendapatkan jumlah pendapatan yang seperti biasanya dikarenakan
kondisi usaha yang menurun oleh faktor kurang bagusnya kondisi lapangan
kerja dan fasilitas yang diberikan sehingga tidak dapat menarik perhatian
orang banyak sehingga mempengaruhi tidak adanya pemasukan atau
pendapatan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang sejahtera.
Karena para pedagang bukanlah seperti pegawai atau karyawan tetap yang
pendapatannya memang jelas dan tetap. Tetapi, pedagang belum tentu setiap
harinya akan mendapatkan pemasukan atau omset untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarga.
2) Pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau, dilihat dari pedagang Pasar
Blok A mereka mempunyai anak yang rata-rata sedang menjalani pendidikan
ada yang masih SD, SMA ataupun kuliah tetapi banyak pedagang yang
mengeluh dengan penurunan pendapatan, mereka memikirkan bagaimana
pengeluaran yang harus mereka keluarkan untuk pendidikan anak-anak
mereka. Sedangkan pemasukan yang mereka dapat tidak sesuai dengan
pengeluaran.
3) kesehatan yang merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan
pendidikan bahwa kesejahteraan termasuk dari segi ekonomi, pendidikan dan
kesehatan.
Dalam indikator terlihat faktor relokasi membuat para pedagang Pasar
Blok A tidak mendapatkan kesejahteraan dari segi jumlah pemerataan pendapatan,
82
pendidikan dan kesehatan. Selain kesejahteraan para pedagang yang kurang
terpenuhi, faktor relokasi mempengaruhi timbulnya dampak segi sosial seperti
perubahan dari interaksi sosial. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982)
dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola
respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar
pribadi.25
Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain
(Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001).
Perubahan interaksi sosial para pedagang di karenakan adanya perubahan
tempat berdagang yang menjadi para pedagang hanya berinteraksi dengan kios-
kios yang berdekatan saja. Sebelum adanya relokasi para pedagang pun akrab
dengan pedagang-pedagang yang lainnya dan masih menjalin komunikasi yang
baik. Tetapi, setelah adanya relokasi hubungan pedagang banyak melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap pedagang baru dan hanya berinteraksi dengan
pedagang yang berdekatan saja. Ada beberapa pedagang yang memang sudah
saling kenal tetapi pedagang yang sudah mereka kenal pun menutup kiosnya atau
yang menjaga kios tersebut di gantikan dengan orang lain sehingga pedagang
yang lain malas untuk berinteraksi dari awal lagi kepada pedagang yang baru.
Hal tersebut juga disampaikan oleh salah satu pedagang pakaian yang
merasakan adanya dampak segi sosial yang dialami seperti:
“interaksi antar pedagang ya gini-gini aja mbak, paling ngobrol sama
yang kiosnya berdekatan aja. Karena kan waktu diPasar Blok A sama
ditempat yang sekarang orangnya beda-beda lagi, kaya orang yang di
Pasar Blok A yang dulu kiosnya dekat sama saya sekarang tempatnya
25
Anonim, Perilaku Sosial, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017, padapukul 13.00
WIB melalui file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../PERILAKU_SOSIAL.pdf
83
jauh dari saya, dan disini ketemunya sama orang yang beda lagi jd
yaudah ngobrol sama yang deket-deket aja. Di balik kita saling ngobrol
juga sebenernya kita bersaing dalam berjualan kaya misalkan ya mbak
ada orang mau beli ditempat saya, terus kios yang disebelah kaya
manggil-manggil pembeli ditempat saya biar dia beli ditempatnya gitu
dengan ngasih harga murah. Ya liat kondisi disini aja ya mbak,
kondisinya kan sepi kaya gini jadi ya gitu persaingannya namanya orang
dagang pasti ada persaingan”.26
Selain dampak sosial yang timbul karena interaksi para pedagang yang
kurang begitu kuat. Interaksi sosial juga ada yang termasuk proses interaksi
disosiatif seperti adanya persaingan di mana individu atau kelompok-kelompok
berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan.
Seperti adanya persaingan antar pedagang yang membuat menghambatnya
kesejahteraan ekonomi pasar. Kesejahteraan Ekonomi mencoba untuk
memaksimalkan tingkatan dari kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan
ekonomi dari individu yang ada dalam masyarakat. Kesejahteraan ekonomi
mempunyai kaitan dengan kesejahteraan dari individu, sebagai lawan kelompok,
komunitas, atau masyarakat sebab ekonomi kesejahteraan berasumsi bahwa
individu adalah unit dasar pengukuran.
Keadaan pasar yang begitu kompetitif untuk mencari keuntungan,
merupakan salah satu hal yang menjadi penghambat untuk menuju kesejahteraan.
Kompetitif dalam pasar merupakan hal yang sangat wajar, karena persaingan
menjadi sesuatu yang wajib dalam mekanisme pasar.27
Kompetisi dalam pasar
juga bisa menimbulkan dampak negatif untuk terwujudnya ekonomi
kesejahteraan. Di mana kompetisi pasar membuat konteks sosial yang harus
26
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Ita, Salah satu pedagang pakaian Pasar Blok A.
10 September 2017. 27
Lalhen, Ekonomi Kesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juni 2017, Pukul
19.03 WIB pada https://www.scribd.com/document/227134988/10-Ekonomi-Kesejahteraan-2
84
diperhatikan dalam pencapaian ekonomi kesejahteraan menjadi lebih sulit
tercapai. Ilmu ekonomi kesejahteraan memulihkan hubungan antara pasar yang
kompetitif dan optimalitas. Sehingga persaingan pasar yang tidak sempurna akan
menjauhkan terewujudnya ekonomi untuk kesejahteraan. Mekanisme pasar sangat
penting untuk menwujudkan ekonomi kesejahteraan.28
Pasca direlokasi ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) persaingan
antar pedagang semakin signifikan, dikarenakan sepinya pembeli sehingga terjadi
persaingan dalam berdagang. Apabila ada pembeli yang datang ke satu tempat
maka pedagang yang lain atau kios sebelahnya akan mempromosikan barang
dagangannya dengan harga yang sangat miring. Persaingan pun dilakukan dengan
cara seperti itu agar pembeli pun tertarik untuk membeli atau mengunjungi
kiosnya. Walaupun persaingan itu memang ada dalam berdagang, tetapi saat
masih berdagang di Pasar Blok A persaingan tersebut tidak terlalu signifikan
seperti ketika berdagang di TPS sekarang.
Terdapat dua jenis ekonomi kesejahteraan, yaitu ekonomi kesejahteraan
konvensional dan ekonomi kesejahteraan syariah. Ekonomi kesejahteraan
konvensional hanya menekankan pada kesejahteraan material saja, dengan
mengabaikan kesejahteraan spiritual dan moral. Ekonomi kesejahteraan syariah
bertujuan mencapai kesejahteraan manusia secara menyeluruh, yaitu
kesejahteraan material, kesejahteraan spiritual dan moral.29
28
Ardiningsih, Kadarusman, Teori Ekonomi Mikro Edisi kedua, (YOGYAKARTA:
BPFE, 2008). 29
Firii JB, TeoriEkonomiKesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 14 juni 2017,
pukul 18.00 WIB pada https://firiijb.wordpress.com/2014/03/26/teori-ekonomi-kesejahteraan/
85
Dari beberapa pedagang pakaian yang peneliti jadikan narasumber ada
yang lebih mengedepankan kesejahteraan konvensional yang di mana
kesejahteraan konvensional lebih menekankan kesejahteraan secara material saja,
para pedagang tersebut pun lebih memikirkan bagaimana mereka tetap
mendapatkan pemasukan dan kesejahteraan untuk membutuhi kesejahteraan
keluarga. Tetapi, dari sekian narasumber ada juga yang memang mereka seperti
kesejahteraan syariah yang tidak hanya memikirkan material tetapi juga
memikirkan spiritual atau moral. Pedagang tersebut pun tetap memikirkan
bagaimana pendapatan yang harus mereka dapatkan, selebihnya mereka juga lebih
spiritual dengan sabar berfikir bahwa rezeki memang sudah ada yang mengatur
dan pedagang pun tetap mengedepankan sikap yang dermawan serta berbudi agar
tidak di cap sebagai pedagang yang rakus dan kikir.
Tidak semua jenis pedagang peneliti masukkan ke dalam penelitian,
peneliti mengkualisifikasikan hanya pedagang pakaian saja yang berjumlah 59
pedagang dan peneliti hanya mengambil 6 narasumber pedagang pakaian.30
Saat
ini para pedagang masih mengharapkan keadaan yang sama seperti awal berjualan
dahulu saat sebelum terelokasi.
Sejak adanya relokasi pedagang, pedagang merasakan adanya dampak segi
sosial ekonomi karena fasilitas yang diberikan juga kurang menarik perhatian
masyarakat sehingga sepinya pembeli dan pengunjung yang datang ke TPS. Dari
sekitar 620 pedagang Pasar Blok A tinggal 398 pedagang yang masih menempati
kios-kios di TPS. Dikarenakan mereka merasakan rugi menempati kios di TPS
30
Perusahaan Daerah Pasar Blok a, Data Pedagang Aktif Tahun 2015.
86
dan adanya persaingan yang signifikan, rata-rata pedagang yang menutup kios di
TPS mereka lebih memilih berdagang ditempat lain yang banyak pengunjung atau
pembelinya. Pedagang yang menutup kiosnya mereka mempunyai tempat
berdagang ditempat lain sehingga mereka menutup kios yang terdapat di TPS dan
pindah berjualan dikios yang satunya, dari 59 pedagang pakaian yang menempati
TPS ada 30 pedagang pakaian yang menutup kiosnya.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ayu salah satu pedagang pakaian yang di
sekitar kiosnya banyak yang tutup:
”iyaa neng disini banyak yang tutup kiosnya, karena rugilah yaaa gak ada
pemasukan sama sekali disini. Sepi bangett disini jarang ada yang beli, ini
yang tutup rata-rata mereka pindah berdagang ketempat yang lain kaya
Pasar Cipete atau Pasar Mede dll, atau mereka yang punya dagangan
lebih dari 1 ditempat lain jadi mereka lebih milih dagang ditempat yang
satu. Kalo saya kan dagangannya Cuma satu ini disini aja jadi yaaudah
jaganya disini aja, kalo mau pindah jg gatau kan mau pindahnya
kemana”.31
Hal yang dikatakan sama seperti yang dikatakan oleh bapak Maraden
tentang pedagang yang menutup kiosnya:
“iyaaa banyak pedagang yang memang menutup kiosnya, karena faktor
disini sepi dan mereka yang menutup kios itupun nanti juga akan kembali
lagi ke Pasar Blok A ketika Pasar Blok A pun sudah selesai dibangun.
Dan kalau dilihat memang banyak kios yang tutup itu dilantai 2 ya lihat
aja kondisi pasar yang sepi sama pengunjung, dan terkadang pengunjung
pun jarang yang untuk naik kelantai 2. Paling kalau memang pengunjung
yang mencari kebutuhan yang mereka perlu dan terdapat ada dilantai 2
baru mereka naik keatas. Selebihnya paling yang keatas ya pedagang-
pedagang yang mau makan saja, soalnya kan pedagang makanan ada di
lt.2 selebihnya pedagang kelontong”.32
31
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Ayu, Salah satu pedagang pakaian Pasar Blok A.
26 Agustus 2017. 32
Hasil Wawancara Pribadi dengan Maraden Tambunan, Kepala Pasar Blok a. 28
Agustus 2017.
87
Seperti yang diketahui pasar merupakan suatu situasi seseorang atau lebih
pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli produk, baik barang maupun
jasa. Jika adanya produksi tetapi tidak adanya konsumen pun produksi akan
merugi tidak adanya transaksi jual beli barang dan produksi pun tidak dapat
menghasilkan apa-apa. Di Pasar Blok A ini pun terdapat aktivitas-aktivitas
ekonomi sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhannya, Interaksi pedagang
dengan pembeli pun baik dan masih menggunakan sistem tawar-menawar dalam
jual beli barang.
Aktivitas-aktivitas tersebut sering disebut juga sebagai proses ekonomi.
Proses ekonomi sendiri merupakan aktivitas secara keseluruhan dari kegiatan
ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi.33
a. Produksi, di dalam Pasar Blok A terdapat para pedagang yang menjadi
sebagai produksi yang mengeluarkan atau menghasilkan sesuatu barang.
b. Distribusi, merupakan penyaluran atau pengiriman kepada beberapa orang
atau kepada konsumen.
c. Konsumen, merupakan seseorang yang menerima, membeli atau memesan
barang dagangan yang dihasilkan oleh produksi atau barang yang terdapat
di pasar.
Perbedaan hasil rata-rata pendapatan para pedagang pakaian, hasil tersebut
diukur dengan level usaha perhari dengan perbedaan yang cukup signifikan
33
Trisna Nurdiaman, “ Proses Ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi”, Artikel
diakses pada tanggal 19 Juli 2017 melalui
http://www.academia.edu/11847677/Proses_Ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsumsi
88
selama mereka masih berdagang di Pasar Blok A terhitung mulai pada tahun 2015
dan saat mereka terelokasi berdagang di TPS sampai saat ini tahun 2017:
Tabel 4.1 Rata-rata Pendapatan Perhari Pedagang Pakaian Dari
Tahun 2015 Hingga 2017
Hasil data rata-rata pendapatan pedagang pakaian Pasar Blok A.
[Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
Dari rata-rata pendapatan pedagang pakaian Pasar Blok A sejak tahun
2015 sebelum direlokasi ke tahun 2017 setelah direlokasi adanya perubahan
omzet yang cukup jauh karena faktor tempat yang kurang strategis. Tidak hanya
pedagang pakaian saja yang terkena dampak segi sosial ekonomi tetapi seluruh
pedagang yang terelokasi juga merasakan adanya dampak segi sosial dan
ekonomi. Dampak yang ditimbulkan dari relokasi sangat negatif kepada semua
pedagang karena para pedagang mengalami penurunan omset dengan tidak adanya
pemasukan, persaingan yang semakin terbuka atau signifikan antar para pedagang
dan interaksi antara para pedagang yang kurang baik dengan adanya perubahan
tempat. Sehingga banyak pedagang yang menutup kiosnya karena merasakan rugi
dan lebih memilih berdagang ditempat lain
Bapak H. Hermantaher adalah salah satu pedagang pakaian yang saat ini
masih berjualan di tempat penampungan sementara, beliau mengaku telah
berdagang pakaian sejak 1957. Dari pertama berjualan, beliau mengaku bisa
Omzet Pakaian
2015 1.000.000 – 3.000.000
2016 1.000.000
2017 50.000 – 100.000
89
mendapatkan 1 sampai 2 juta perharinya bahkan lebih. Sejak tahun 2015 akhir
setelah pindah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) hingga sekarang adalah
tahun di mana jumlah pendapatannya turun hingga 50% - 70%.
Gambar 4.7
Gambar wawancara langsung dengan bapak H. Hermantaher salah
satu pedagang pakaian Pasar Blok A.[Sumber:Hasil Penelitian, 2017]
“kalau dulu saya bisa berpenghasilan kisaran 1-3 juta perhari waktu di
Pasar Blok A, apalagi kalau lagi bulan puasa bisa lebih dari 3juta.
Sekarang ngumpulin uang 500 ribu susahnya bukan main, kadang sampai
tidak ada pemasukan sama sekali yaaa sehari pun pemasukannya gak
nentu. Sekarang saja tidak ada pembeli sama sekali dan sekarang saya
baru ngedapetin 35ribu. Lebih banyak pengeluaran dibandingkan sama
pemasukan, saya juga cuma nyari duit dari hasil berjualan disini saja
kalau tidak ada yang beli ya saya tidak dapat pemasukan. Waktu di Pasar
Blok A jam 8 malem saya masih dagang, di TPS jam 4 saya sudah tutup,
bahkan bulan puasa kemarin saya tungguin sampai jam 6 sore pun tidak
ada pembeli. Saya berharap semoga pembangunan Pasar Blok A cepat
selesai agar bisa berdagang ditempat lama lagi dan segi penghasilan juga
bisa kembali seperti semula”.34
Kehidupan pedagang tradisional Pasar Blok A di mana pada umumnya
merupakan pedagang yang mayoritas menggunakan modal usaha sendiri yang
terbatas. Pedagang-pedagang tersebut dalam kondisi sosial ekonomi mengalami
34
Hasil wawancara pribadi dengan bapak H.Hermantaher. Salah Satu Pedagang Pakaian
Pasar Blok a. 21 Agusutus 2017.
90
hambatan dikarenakan semenjak terelokasi dari Pasar Blok A. Maka dari itu,
pedagang yang terelokasi menjadi kurang dalam memenuhi kebutuhan
dikarenakan pendapatan tidak mencukupi untuk biaya konsumsi harian,
kebutuhan menambah modal usaha, kebutuhan biaya pendidikan, kebutuhan biaya
kesehatan, biaya hutang dengan menurunnya pendapatan yang sangat drastis dan
mereka kekurangan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan dirinya dan
keluarganya.
Hal itu dibuktikan dari temuan hasil wawancara terkait dengan jumlah
pendapatan perbulan pedagang yang terelokasi dari pendapatan yang paling kecil
sampai pendapatan yang bisa di katakan paling besar yakni berkisar antara
700.000 sampai 1.500.000/bulan terkadang suka tidak menentu, dan tidak ada
pemasukan sama sekali, pendapatan tersebut merupakan pendapatan kotor.
Sedangkan pengeluaran tiap bulan harus dipenuhi pedagang dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pengeluaran Perbulan Pedagang Pasar Blok A yang
Terelokasi
No.
Pengeluaran
Jumlah
1.
Biaya Modal/bulan
Rp.200.000-Rp.300.000/bulan
2.
Biaya Kebutuhan Harian
Rp.500.000-Rp.600.000/bulan
3.
Biaya Kebutuhan
Pendidikan Anak
Rp.500.000-Rp.1.000.000/bulan
4.
Biaya Kesehatan
Rp.200.000-tak terhingga
91
5. Biaya arisan
Rp.50.000-Rp.100.000/bulan
6.
Kebutuhan Lain-lain
-
Jumlah Pengeluaran Perbulan
Rp.1.450.000
Dari rincian diatas, antara pengeluaran dan pendapatan pedagang tersebut
ditemukan adanya keterbatasan pendapatan yang diperoleh pedagang Pasar Blok
A. Rutinitasnya dari pendapatan paling minim Rp.700.000 sebulan dibandingkan
dengan pengeluaran terendah sekitar Rp.1.450.000 perbulan.
Dampak yang terjadi para pedagang juga mempengaruhi dengan
kesejahteraan para keluarganya, dengan penurunan omzet atau tidak adanya
pendapatan yang pedagang terima tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya
dirumah. Terkecuali pedagang yang mempunyai usaha lain diluar berdagang di
TPS mereka masih terbantu dengan pendapatan dari hasil usaha tersebut. Tetapi,
pedagang yang hanya berdagang di TPS hanya mengharapkan dari hasil
berdagang di TPS saja, jika tidak ada sama sekali pemasukan para pedagang pun
tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut para pedagang dengan peletakkan batu pertama pada tanggal 21
Juni 2017 membuat pembangunan semakin lama dan para pedagang semakin lama
berdagang di TPS. Pedagang berharap semoga pembangunannya juga cepat
selesai dan pedagang bisa kembali berdagang ditempat semula dengan kondisi
yang baru.
92
“semakin lama ya kita berdagang disini, awalnya kita dikasih tau
ditargetkan pembangunan selesai 2017. Tetapi peletakkan batu saja baru
mulai 2017 yang ada 3 sampai 5 tahun lagi kita baru bisa pindah. Kan
bangunannya mau dibikin sampai 21 lantai otomatis itu akan lama
selesainya. Sudah tidak betah berdagang disini karena tidak ada
pembelinya. Sangat sepi. Semoga saja nanti pas pindah kembali ke Pasar
Blok A makin ramai pengunjung dan pembelinya karena pasar dibuat
menjadi lebih modern”.35
Pasar Blok A yang rencanya bangunan akan terselesaikan 2 tahun setelah
para pedagang direlokasi, tetapi hal tersebut pun tidak sesuai dengan perkiraan
awal dan akan menjadi lebih lama lagi para pedagang menempati TPS dengan
kondisi yang sepi dengan pengunjung atau pembeli. Para pedagang berharap
bangunan tersebut cepat terselesaikan agar para pedagang bisa pindah dari TPS
dan bisa berdagang dengan banyaknya pengunjung atau pembeli ditempat yang
baru.
Maka dari apa yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya
relokasi pedagang ke TPS sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan para
pedagang. Seperti menurut Isbandi kesejahteraan sosial dalam arti yang sangat
luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk taraf hidup yang
lebih baik.36
Tetapi para pedagang setelah terelokasi tidak bisa atau tidak
mendapatkan kesejahteraan taraf hidupnya menjadi lebih baik dilihat dari dengan
menurunnya omzet para pedagang dengan sepinya pembeli, tidak adanya
pemasukan untuk memenuhi kebutuhan membuat para pedagang tidak dapat
mencapai kehidupan yang sejahtera.
35
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak H.Hermantaher, Salah satu pedagang pakaian
Pasar Blok A. 21 Agustus 2017. 36
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI 2002), h.40.
93
Segi indikator kesejahteraan pun para pedagang tidak dapat pemerataan
pendapatan, pendidikan serta kesehatan. Karena seperti yang diketahui pemasukan
para pedagang tidak dapat mencukupi pengeluaran yang mereka keluarkan untuk
segi pendidikan anak-anaknya serta kesehatan.
Untuk tingkat kesejahteraan keluarga pedagang Pasar Blok A dapat dilihat
dari seberapa besar kemampuan mereka memenuhi segala kebutuhan hidupnya
dari penghasilan dan sistem mereka berdagang, baik kebutuhan fisik dan
kesehatan maupun kebutuhan spiritual. kesejahteraan para pedagang sangat
berpengaruh dengan kesejahteraan perekonomian keluarganya dengan tidak
adanya pendapatan ataupun pemasukan sehingga pedagang tidak bisa memberikan
kehidupan yang sejahtera kepada keluarganya.
Keadaan pasar yang begitu kompetitif untuk mencari keuntungan,
merupakan salah satu hal yang menjadi penghambat untuk menuju kesejahteraan.
Kompetisi dalam pasar juga bisa menimbulkan dampak negatif untuk terwujudnya
ekonomi kesejahteraan.37
Dengan adanya persaingan dalam berdagang membuat
para pedagang terus bersaing sehingga ada pedagang yang tidak dapat bersaing
dan tidak mendapatkan penghasilan, persaingan tersebut juga merupakan dari
proses interaksi sosial disosiatif.38
Selain kesejahteraan sosial dan ekonomi, relokasi berpengaruh dengan
perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan
37
Lalhen, Ekonomi Kesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juni 2017, Pukul
19.03 WIB pada https://www.scribd.com/document/227134988/10-Ekonomi-Kesejahteraan-2 38
H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h.62.
94
untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001).39
Perilaku manusia
adalah suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.40
Dalam
kondisi pasar seperti itu sangat dibutuhkan adanya interaksi sesama para pedagang
agar tidak ada terjadinya salah paham, iri ataupun perselisihan dalam berdagang.
Tetapi, kondisi di TPS pun para pedagang disana hanya berkomunikasi atau
interaksi dengan kios-kios yang berdekatan saja. Sedangkan untuk pedagang yang
kiosnya berjauhan tidak saling kenal dan berinteraksi selain itu tidak adanya
kebersamaan dalam satu ruang lingkup yang memang dibutuhkan dalam dalam
kondisi seperti itu. Bahwa perilaku sosial merupakan tindakan-tindakan yang
berkaitan dengan segala perbuatan yang secara langsung berhubungan atau
dihubungkan dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
39
Anonim, Perilaku Sosial, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017, pada pukul 13.00
WIB melalui file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../PERILAKU_SOSIAL.pdf 40
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Press,
2009),h.230.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi ini mengkaji terhadap dampak-dampak dari relokasi pedagang Pasar
Blok A ke Tempat Penampungan Sementara. Kajian ini utamanya menggunakan
analisis dampak dengan metode penelitian kualitatif, metode kualitatif meliputi
wawancara mendalam dengan Koordinator pasar dan pedagang Pasar Blok A.
Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi
ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi yang
menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan
oleh pedagang dan pembeli. Terelokasinya pedagang Pasar Blok A ke Tempat
Penampungan Sementara memunculkan berbagai macam pendapat dan dampak
yang timbul. Berdasarkan pembahasan yang peneliti paparkan pada BAB IV maka
peneliti dapat menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang peneliti
simpulkan sebagai berikut:
1. Proses relokasi pedagang pakaian Pasar Blok A
Adanya relokasi di karenakan Pasar Blok A terdapat masalah-masalah
sosial seperti hak pemakaian pasar telah habis selama 20 tahun, ini merupakan
suatu kebijakan dari pemerintah jika pasar yang usianya sudah lebih dari 20 tahun,
pasar yang mengalami bencana kebakaran maka harus dibangun dengan bangunan
baru dan Pasar Blok A terkena proyek MRT maka pasar akan direvitalisasi,
sehingga harus merelokasi para pedagang dengan adanya relokasi terdapat proses-
96
proses untuk merelokasi para pedagang. Sebelum terelokasi terjadi adanya
masalah sosial para pedagang yang salah satunya adalah pedagang pakaian merasa
keberatan untuk direlokasi ke Tempat Penampungan Sementara, karena pedagang
takut akan kehilangan para pelanggan dan sudah merasa nyaman berjualan di
Pasar Blok A. Para pedagang merasa keberatan untuk direlokasi, akhirnya PD.
Pasar Jaya pun mengatasi masalah tersebut dengan melakukan sosialisasi tentang
adanya relokasi dan revitalisasi pasar. Merevitalisasi pasar pihak PD. Pasar Jaya
pun merelokasi para pedagang ke TPS, sesuai dengan kebijakan, kebijakan sosial
senantiasa berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial ini
mengandung dua pengertian yang saling terkait, yakni memecahkan masalah
sosial dan memenuhi kebutuhan sosial dan kesejahteraan seperti dengan tetap
diberikan tempat berdagang agar kesejahteraan para pedagang tetap berjalan.
Proses relokasi dilakukan dengan sosialisasi diawali dari adanya
pemberitahuan kepada pedagang tradisional terkait perencanaan, penempatan,
harga subsidi pembangunan pasar modern dan relokasi berserta manfaat dari
adanya pembangunan pasar bagi pedagang Pasar Blok A secara keseluruhan.
Selain memberikan sosialisasi PD. Pasar Jaya mengadakan pertemuan dan
musyawarah antara PD.Pasar Jaya dan perwakilan para pedagang Pasar Blok A
yaitu Tim Perwakilan sosialisasi pembangunan.
Tim perwakilan sosialisasi pembangunan tersebut menyampaikan aspirasi
kepada pihak PD. Pasar Jaya tentang keinginan atau penyampaian-penyampain
para pedagang Pasar Blok A yang lainnya tentang relokasi tersebut. Setelah
dengan adanya sosialisasi, pertemuan dan musyawarah para pedagang pasar Blok
97
A dan salah satunya pedagang pakaian pun menyetujui untuk direlokasi ke
Tempat Penampungan Sementara yang sudah disediakan. Dengan di lakukannya
relokasi dengan tujuan agar perekonomian para pedagang tetap berjalan sehingga
para pedagang tetap mendapatkan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dan tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, maka para pedagang
di berikan tempat penampungan sementara dan tidak kehilangan tempat
berdagangnya.
2. Dampak sosial ekonomi terhadap pedagang pakaian Pasar Blok A setelah
terelokasi
Adanya penetapan relokasi pasar menjadikan berbagai macam dampak
yang muncul baik dampak sosial maupun ekonomi. Relokasi pasar ini menuntut
pedagang untuk cepat pula dalam tahap penyesuaian dengan pedagang yang lain
dan lokasi tempat penampungan sementara. Dampak sosial yaitu interaksi yang
kurang begitu kuat karena pedagang hanya berinteraksi yang lokasi kiosnya
berdekatan saja, sedangkan untuk pedagang yang agak berjauhan kurang saling
kenal dan berinteraksi faktor perubahan tempat yang membuat kurangnya
interaksi dan interaksi tersebut merupakan interaksi disosiatif seperti adanya
persaingan di mana individu atau kelompok-kelompok berjuang dan bersaing
untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan, selain itu terdapat
persaingan dalam meraih keuntungan karena dengan sepinya pembeli membuat
para pedagang bersaing dalam berdagang saat di TPS persaingan tersebut sangat
signifikan dibandingkan ketika saat masih berdagang di Pasar Blok A adanya
98
persaingan seperti ini membuat keadaan pasar yang begitu kompetitif untuk
mencari keuntungan, merupakan salah satu hal yang menjadi penghambat untuk
menuju kesejahteraan. Kompetisi pasar membuat konteks sosial yang harus
diperhatikan dalam pencapaian ekonomi kesejahteraan menjadi lebih sulit
tercapai. Seperti dampak ekonomi yang timbul seperti penurunan pendapatan,
pendapatan yang diterima oleh pedagang sangat jauh berbeda ketika sebelum
direlokasi, terkadang seminggu pedagang tidak adanya pemasukan ataupun omset.
Hasil penelitian membuktikan bahwa relokasi pedagang Pasar Blok A
merupakan salah satu dampak dari turunnya jumlah pendapatan dan kondisi
kesejahteraan pedagang Pasar Blok A. Antara tahun 2015 sampai tahun 2017,
pedagang Pasar Blok A dan salah satunya pedagang pakaian menglami penurunan
omzet sampai dengan 70% dari sebelumnya. Di mana pedagang pakaian ersebut
hanya mendapatkan omzet seratus ribu perharinya, bahkan omzet tersebut tidak
tentu bisa seminggu pun tidak mendapatkan omzet sama sekali. Di mana
sebelumnya bisa memperoleh 1 sampai 3 juta rupiah perharinya. Seperti menurut
Isbandi kesejahteraan sosial dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai
tindakan yang dilakukan manusia untuk taraf hidup yang lebih baik. Pedagang
pun tidak bisa mencapai kehidupan yang sejahtera dengan tercapainya standar
kehidupan pokok, tidak mendapatkan kesejahteraan yang harusnya di dapatkan
ketika tetap berdagang di TPS, tidak dapat mencapai penyesuaian diri yang baik
dengan lingkungannya. Fasilitas yang diberikan membuat kurang menariknya
perhatian masyarakat sehingga TPS sepi dengan pengunjung atau pembeli.
99
B. Saran
Penelitian tentang analisis dampak sosial ekonomi pedagang pakaian Pasar
Blok A yang terelokasi menjadikan dasar untuk memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah Kota Jakarta Selatan dan Pengelola Pasar
Lebih memperhatikan perkembangan pasar agar bisa mengetahui dampak
yang ditimbulkan setelah relokasi bagi pedagang. Demi terciptanya pasar
yang lebih kondusif dan tata letak yang selalu rapi, pemerintah
memperhatikan tempat dan kenyamanan bagi pedagang agar selalu dapat
menarik para pengunjung.
2. Untuk Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Studi tentang proses relokasi dan studi dampak segi sosial ekonomi harus
makin diperbanyak karena ini terkait dari materi Kesejahteraan Sosial.
100
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdurrahman, Dudung. Pengantar Metodologi Penelitian (Yogyakarta:
Kurnia Kalam semesta, 2003).
Adi, Rukminto Isbandi. Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013).
Adi, Rukminto Isbandi. Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI 2002).
Alma, Buchari. Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta,2011).
Arsyad, Lincoln. Ekonomi Mikro, (Jakarta: Gemapress, 1999).
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007).
Burhan, M. Bungin. Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, Maret 2009).
Creswell, W. John. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010).
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Fahrudin, Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial. (Bandung: Refika
Aditama. 2012).
Fakhrudin, Arif, Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka,
(Tangerang Selatan: Kalim, 2010).
Fuad, M. Pengantar Bisnis, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 2006).
Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010).
Indriyani, Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prena
damedia Group, 2013).
Irwan, Dinamika dan Perubahan Sosial pada Komunitas Lokal
(Yogyakarta:Deepublish Publisher,2015).
101
Jakti Kuntjoro, Dorodjatun. Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku
Pasar. (Jakarta: PT. Pusaka Grafika Kita, 1988).
Kadarusman, Ardiningsih. Teori Ekonomi Mikro Edisi kedua,
(YOGYAKARTA: BPFE, 2008).
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
Kementrian Sosial R.I Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan
Kelembagaan, Kebijakan dan Strategi Pemberdayaan Lembaga
Kesejahteraan Sosial, 2011.
Latif, Abdul. Pendidikan Berbasis Nilai Kemanusiaan, (Bandung: Refika
Aditama, 2009).
Midgle, James Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama
Islam).
Moleong, J. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2007).
Muhammad, Suud. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. (Jakarta: Prestasi
Pustaka. 2006).
Mungin, H.M. Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Jakarta:
Kencana Pranada Media Group, 2013).
Mungin, H.M. Burhan. Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2011).
Noor, Henry Faizal. Ekonomi Publik, (Jakarta: Indeks, 2015).
Reber, Arthur S. The penguin Dictionary Of Psychology, terj. Yudi
Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:
Rajawali Press, 2009).
Salvatone, Dominick. Teori Mikro ekonomi (Yogyakarta: Erlangga).
Shaftoe, Henry. Convivial Urban Space: Creating Effective Public Places,
(London, Eartscan, 2008).
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral Intelektual,
Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009).
102
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral Intelektual,
Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009).
Sofian Effendi, Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai (Jakarta:
LP3ES, 1989).
Suharto, Edi. Analisis Kebijakan Publik, (Bandung: ALFABETA, 2005).
Tim Penyusun Kamus Besar, Kamus Besar Bhasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2007.
Traditional Markets and Small Retailers in the Urban Centers.’ Mimeo.
Jakarta: SMERU Research Institute.
Wirawan, Evaluasi (Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta:
Rajawali Press,2008).
Skripsi & Tesis
Ayu Setyaningsih.“Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Satwa”
(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2014).
Febrina, “Kesejahteraan Keberadaan Pedagang Kaki Lima Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial , Universitas Sumatra Utara, 2014).
Lindawati, “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Remaja di
Desa Panduman Jember” (Thesis, UIN Malang, 2015).
Siti Innayah. “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Lenteng Agung”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012).
Siti Musrifah, “Dinamika dan konflik dalam proses relokasi pedagang
pasar ngabul kabupaten jepara” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang, 2015).
Tri Arif Mudhito. “Dampak Sosial Ekonomi Relokasi Pasar Pada
Pedagang Burung dari Ngasem ke Dongkelan,” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012).
103
Jurnal
Susilo Endrawanti, “Dampak Relokasi Pasar Studi Kasus di Pasar
Sampangan Kota Semarang,”(Jurnal Ilmiah, UNTAG Semarang,
2012).
Undang-Undang
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern.
Pemerintah dan DPR RI, Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun
1974.
Internet
Anonim, “Pasar Blok A Fatmawati” Artikel diakses pada 24 Desember
2017 melalui http://www.pasarjaya.co.id/berita/detail/Pasar-Blok-A-
Fatmawati
Anonim, “Pasar Blok A Direvitalisasi, Disiapkan 403 Penampungan
Sementara”, Artikel di akses pada tanggal 18 Maret 2017 dari
http://poskotanews.com/2015/06/26/pasar-blok-a-direvitalisasi-
disiapkan-403-penampungan-sementara/
Anonim, IndikatorKesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 17 mei
2017, pukul 14.30 WIB pada
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/17/indikator-
kesejahteraan.
Anonim, Perilaku Sosial, Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2017, pada
pukul 13.00 WIB melalui
file.upi.edu/Direktori/FPOK/.../PERILAKU_SOSIAL.pdf
Bintang Pradewo, “Omset Pedagang Pasar Blok A Anjlok 50%, Saat
Berdagang di TPS”, Artikel diakses pada tanggal 17 Maret 2017 dari
http://wartakota.tribunnews.com/2015/11/06/omzet-pedagang-pasar-
blok-a-anjlok-50-persen-saat-berdagang-di-tps
Dina Rayanti, “4 Kriteria Pasar Tradisional Yang Bisa Direvitalisasi” Artikel
diakses pada 06 November 2017 melalui https://m.detik.com/finance/berita-
104
ekonomi-bisnis/3134012/ini-4-kriteria-pasar-tradisional-yang-bisa-
direvitalisasi
Firii JB, Teor EkonomiKesejahteraan, Artikel ini di akses pada tanggal 14
juni 2017, pukul 18.00 WIB pada
https://firiijb.wordpress.com/2014/03/26/teori-ekonomi-kesejahteraan/
Intan Fauzi, Pasar Blok A Fatmawati akan terintegrasi MRT, Artikel
diakses pada tanggan 20 September 2017 melalui
http://news.metrotvnews.com/metro/4KZEM9pk-pasar-blok-a-
fatmawati-akan-terintegrasi-mrt
Lalhen, Ekonomi Kesejahteraan, Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juni
2017, Pukul 19.03 WIB pada
https://www.scribd.com/document/227134988/10-Ekonomi-
Kesejahteraan-2
Peraturan Daerah Kota Jakarta Nomor 3 Tahun 2009, Artikel di akses pada
18 Maret
20017daripasarjaya.co.id/_assets/files/about/Peraturan_Daerah_Nomor
_3_Tahun_2009_Pengelolaan_Area_Pasar.doc
Rancangan Peraturan Presiden Republik Indonesia, Artikel di akses pada
tanggal 06 November 2017 dari
www.kemendag.go.id>files>2016/03/24
Sania Mashabi, Djarot letakkan batu pertama pembangunan Pasar Blok A
Fatmawati. Artikel diakses pada tanggal 20 September melalui
https://www.merdeka.com/peristiwa/djarot-letakkan-batu-pertama-
pembangunan-pasar-blok-a-fatmawati.html
Situs Pemerintahan Jakarta, www.jakarta.go.id>web>encyclopedia, artikel
diakses pada 27 Agustus 2017.
Situs Resmi Perusahaan Daerah Pasar Jaya, www.pasarjaya.co.id, artikel
diakses pada 31 Agustus 2017.
Trisna Nurdiaman, “ Proses Ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi”,
Artikel diakses pada tanggal 19 Juli 2017 melalui
http://www.academia.edu/11847677/Proses_Ekonomi_produksi_distri
busi_dan_konsumi
Sumber Lain
Perusahaan Daerah Pasar Blok a, Data Pedagang Aktif Tahun 2015.
Hasil wawancara dengan koordinator pasar, pedagang pakaian Pasar Blok
A dan pembeli.
Hasil Observasi
Catatan Lapangan No. 1
Hari/Tanggal : Rabu, 28 April 2017
Tempat : Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A
Pukul : 10.17 WIB
Hari ini adalah hari pertama penulis meneliti ke Tempat Penampungan
Sementara para pedagang Pasar Blok A. Saat sampai di TPS penulis melihat dari
depan TPS yang hanya dibangun dengan triplek terlihat seperti bedeng dan
terdapat tulisan “Tempat Penampungan Sementara” yang melingkari bangunan
tersebut. Bangunan TPS berada di dekat perkomplekan taman sambas dan didepan
bangunan TPS terdapat proyek pembangunan MRT, lahan parkir TPS pun kurang
luas sehingga sulit jika banyak pengunjung yang datang.
Penulis pun memasuki ke dalam TPS di lantai dasar banyak jenis
dagangan seperti sayuran, buah-buahan, sembako, pakaian tetapi banyak kios-kios
yang tutup dan kondisi TPS juga sepi dengan pengunjung atau pembeli,
kebersihan di TPS pun tetap terjaga walaupun keadaan di dalam pun sangat
sempit dan banyak pintu masuk dari setiap bagian. Penulis naik ke lantai 2 disana
ada jenis dagangan yang menjual pernak-pernik, alat kecantikan, tukang jait atau
bahan, dan ada juga yang membuka warung makan. Keadaan kios di lantai 2
sangat sepi dibandingkan di lantai bawah lebih banyak kios yang tutup dan tidak
ada pembeli disana, peneliti pun naik ke lantai 3 disana hanya ada ruang kantor
kepala Pasar Blok A dan musholla.
Catatan Lapangan No.2
Hari/Tanggal : Kamis, 02 Maret 2017
Tempat : Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A
Pukul : 13.00 WIB
Hari ini adalah hari kedua penulis berkunjung ke Tempat Penampungan
Sementara. Kemudian penulis berkunjung ke TPS untuk bertemu dengan
koordinator Pasar Blok A, sesampai di Pasar Blok A penulis bertanya dengan
satpam yang berada di TPS untuk mengetahui dimana ruang Kepala Pasar Blok A
tersebut. Kemudian oleh satpam, penulis di arahkan ke ruangan dimana Kantor
Kepala Pasar Blok A dan kantor kepala Pasar Blok A berada di lantai 3.
Sesampainya di kantor kepala Pasar Blok A, penulis pun bertemu dengan bapak
maraden yang merupakan kepala Pasar Blok A dan penulis memberi tahu dengan
tujuan datang kesana untuk adanya penelitian.
Penulis banyak berdiskusi dengan bapak maraden terkait relokasi para
pedagang Pasar Blok A, pak maraden pun memberi tahu faktor dan tujuan dari
adanya relokasi pedagang tersebut. Sambil berdiskusi dengan pak maraden
penulis diperbolehkan oleh pak maraden untuk mengamati area TPS, setelah
banyak berdiskusi dengan pak maraden, penulis pun mengamati TPS dari berbagai
sudut untuk melihat keadaan para pedagang di TPS dengan banyaknya perubahan
yang di alami dari segi fasilitas yang sangat kurang, keadaan tempat yang kurang
strategis dan sepinya dengan pengunjung ataupun pembeli.
Catatan Lapangan No.3
Hari/Tanggal : Senin, 21 Agustus 2017
Tempat : Tempat Penampungan Sementara Pasar Blok A
Pukul : 11.50 WIB
Pada hari ini penulis melakukan kegiatan penelitian yang berikutnya untuk
meneliti para pedagang yang berdagang di TPS. Penulis pun melihat-lihat
kegiatan para pedagang disana, kegiatan pedagang disana hanya sekedar
berbincang-bincang dengan kios yang berdekatan saja, selain mengobrol ada
pedagang yang hanya duduk diam menunggu kiosnya, ada juga pedagang yang
tertidur sambil menunggu. Penulis pun mencari pedagang pakaian yang akan
penulis teliti terkait dampak sosial ekonomi dari relokasi pasar, penulisi
menghampiri pedagang pakaian yang menjual berbagai macam pakaian lengkap
seperti pakaian dalam, baju koko, seragam sekolah dll yang terlihat kiosnya sepi
tidak adanya pembeli dan banyak berdiskusi dengannya membahas mengenai
relokasi.
Tidak hanya 1 kios saja yang penulis hampiri, kios yang penulis hampiri
mereka menceritakan hal yang sama dengan adanya relokasi yang menghasilkan
penurunan omset sepi dari pembeli. Biasanya pasar selalu identik dengan
keramaian tetapi di TPS ini sangat sepi dengan pengunjung atau pembeli.
Keadaan TPS ramai ketika saat hari raya saja seperti hari raya idul fitri, idul adha
dll. Harga yang mereka tawarkan pun termasuk harga yang mudah dijangkau oleh
pembeli tetapi masih adanya persaingan yang signifikan di TPS dan interaksi yang
kurang begitu baik sesama pedagang. Pedagang yang menutup kiosnya tersebut
mereka merasakan rugi berdagang di TPS dan lebih memilih berdagang di tempat
lain, sehingga di TPS banyak sekali kios-kios yang tutup.
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Pekerjaan :
Umur :
Tempat :
Waktu :
Pertanyaan Informan (Koordinator Pasar Blok A)
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Pasar Blok A?
2. Apakah penyebab yang membuat Pasar Blok A harus direlokasi?
3. Bagaimana proses relokasi pedagang Pasar Blok A?
4. Kapan para pedagang pindah ke Tempat Penampungan Sementara?
5. Bagaimana respon para pedagang dengan adanya relokasi?
6. Berapa jumlah para pedagang di Pasar Blok A?
7. Berapa jumlah pedagang yang sekarang berada di Tempat Penampungan
Sementara?
8. Apakah ada dampak sosial ekonomi semenjak relokasi?
9. Bagaimana struktur organisasi Pasar Blok A?
10. Bagaimana tingkat kesejahteraan pedagang yang berjualan di Pasar Blok A?
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Pekerjaan :
Umur :
Tempat :
Waktu :
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Pekerjaan :
Umur :
Waktu :
Pertanyaan Informan (Pembeli)
1. Barang apa sajakah yang ibu/bapak beli?
2. Bagaimana pendapat ibu/bapak dengan TPS sekarang?
3. Adakah perbedaan yang ibu/bapak rasakan ketika berbelanja di Pasar Blok A
dengan di TPS?
4. Masih adakah sistem tawar-menawar antara pembeli dan penjual?
5. Bagaimana pendapat ibu/bapak dengan kebijakan relokasi?
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Bapak Maraden Tambunan S.Sos
Pekerjaan : Koordinator Pasar Blok A
Umur : 55th
Tempat : Kantor Kepala Pasar Blok A
Waktu : 02 Maret 2017, pukul 13.00 WIB
Pertanyaan Informan (Koordinator Pasar Blok A)
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Pasar Blok A?
Jawab: Pasar Blok A dibangun pada tanggal 30 April 1971 dan di bangun
menjadi 3 lantai dengan luas sekitar 4.093 meter persegi membentang di Jl.
R.S. Fatmawati Raya, 008/09 Kel. Pulo Kec. Kebayoran Baru. Pasar Blok A
diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Letnan Jendral KKO Ali Sadikin.
Pasar Blok A salah satu pasar tertua di DKI Jakarta, pasar blok a termasuk
kategori pasar kota yang terklasifikasi kelas B, awal mulanya diberi nama
Pasar Blok A karena mengikuti abjad-abjad yang berada di wilayah sekitar
Pasar Blok A tersebut seperti Blok M, Blok S dll. Berawal dibangunnya Pasar
Blok A yaitu karena banyaknya pedagang kaki lima yang menempati tempat
tersebut untuk membuka lapak atau berjualan, karena takut mengganggu
aktifitas warga sekitar akhirnya pemda membangun lahan tersebut dan
dijadikan Pasar dan diberi nama Pasar Blok A dan tujuan pasar dibangun
untuk meningkatkan ekonomi di wilayah Kebayoran Baru. Pasar Blok A berdiri
dengan tiga lantai, yaitu Lt.1 yang ditempati oleh pedagang pakaian, Lt.2
awalnya adalah bioskop tetapi pada tahun 2010 bioskop tersebut pindah ke Lt.3
dan tidak berlangsung lama bioskop tersebut pun tidak berjalan atau tutup. Lt.2
pun sekarang ditempati oleh pedagang sayur, daging, dan emas. Pasar blok a
memiliki 684 tempat usaha dan skrg 630 tempat usaha yang dimana 56 tempat
usaha dibatalkan kepemilikannya. Thn 2014 bulan snovember pasar blok a
habis masa hak pemakaiannya yang selama 20th.
2. Apakah penyebab yang membuat Pasar Blok A harus direvitalisasi dan
relokasi?
Jawab: Pasar Blok A harus direvitalisasi dikarenakan masa hak pemakaiannya
sudah habis, pasar yang sudah habis masa hak pemakaiannya selama 20th
harus direvitalisasi dengan dilihat uji structural. Bangunan Pasar Blok A juga
sudah terlihat tua sudah berumur 44th. Pasar Blok A pun terkena proyek MRT
yang akan terintegrasi dengan halte MRT dan diatasnya akan dibangun hotel.
Pasar Blok A sendiri nantinya akan berkonsep seperti pasar modern. Pasar
Blok A salah satu dari 32 persen pasar yang harus diperbaiki. Revitalisasi
Pasar Blok A sudah direncanakan sejak 2013. Kemudian tahun 2015 pedagang
dipindahkan ke Tempat Penampungan Sementara.
3. Bagaimana proses relokasi pedagang Pasar Blok A?
Jawab: Proses – proses saat relokasi yaitu sebelumnya dari pihak Koordinator
Pasar dan pihak PD. Pasar Jaya sudah mengadakan pertemuan untuk
membahas tentang mengenai revitalisasi pasar dan relokasi. Sebelum adanya
sosialisasi kepada para pedagang, saya selaku Koordinator pasar sudah
memberikan pengumuman terkait akan diadakannya relokasi dan revitalisasi.
Setelah itu pihak PD. Pasar Jaya pun memberikan sosialisasi manfaat dan
tujuan adanya relokasi dan revitalisasi pasar, lalu dilanjutkan dengan
pertemuan dan musyawarah mengenai relokasi. Pedagang akan mentanda
tangani surat pernyataan setuju dibangun sebanyak 60% dari jumlah tempat
usaha yang ada. Surat setuju untuk dibangun mencapai 80% lebih, maka TPS
siap dibangun, kalau sudah mengantongi surat persetujuan sebanyak 80%
maka siaplah dibangun TPS ditempat yang telah dipilih.
4. Kapan para pedagang pindah ke Tempat Penampungan Sementara?
Jawab: Para pedagang sudah banyak yang mulai pindah ke Tempat
Penampungan Sementara sejak 20 Oktober 2015 disana mereka sudah ada
yang memulai berdagang, tetapi masih juga ada yang baru membereskan
barang-barangnya mbak.
5. Bagaimana respon para pedagang dengan adanya relokasi?
Jawab: Respon para pedagang awalnya mereka sangat keberatan mbak untuk
direlokasi karena mereka sudah merasa nyaman berdagang di Pasar Blok A,
karena kan mereka juga cukup lumayan lama ya berdagang di Pasar Blok A
jadi sudah merasa nyaman dan sudah banyak mempunyai pelanggan. Ketika
kita memberi tahu akan adanya relokasi mereka keberatan karna takut
kehilangan para pembeli jg kalau mereka pindah. Tetapi, setelah dari pihak
PD. Pasar Jaya melakukan sosialisasi dan pertemuan kepada mereka dengan
menjelaskan tujuan dan manfaat relokasi ya mereka menerima dan siap
direlokasi.
6. Berapa jumlah para pedagang di Pasar Blok A?
Jawab: Jumlah pedagang di Pasar Blok A sekitar 620 pedagang.
7. Berapa jumlah pedagang yang sekarang berada di Tempat Penampungan
Sementara?
Jawab: Dari jumlah pedagang di Pasar Blok A sekitar 620 setelah terelokasi
pedagang pun berkurang menjadi 398 pedagang. Karena banyak pedagang
yang menutup kiosnya di TPS dikarenakan sepinya pengunjung atau pembeli.
8. Apakah ada dampak sosial ekonomi semenjak relokasi?
Jawab: Untuk dampak dari relokasi pasti ada, terlihat sangat jauh dari segi
omzet yang diterima dari para pedagang sangat menurun ketika mereka
berdagang di TPS. Interaksi antar pedagang pun kurang dekat. Putaran uang
seluruh pedagang aja turun jauh berbeda ketika masih di Pasar Blok A dari
sekitar 800jt perhari sekarang Cuma 300jt perhari. Dilihat dari kondisi TPS
yang sangat sepi dengan pengunjung atau pembeli sangat jauh berbeda ketika
di Pasar Blok A. Semenjak terelokasi semua mempunyai dampak dari segi
sosial dan ekonomi tetapi semoga saja ketika nanti menempati bangunan yang
baru semua kembali seperti semula dengan pasar yang ramai dengan
pengunjung atau pembeli. Omzet para pedagang pun juga kembali normal serta
interaksi antar pedagang juga semakin baik.
9. Kapan para pedagang akan kembali menempati bangunan Pasar Blok A yang
baru?
Jawab: Kalau untuk sementara blm ada konfirmasi yang bisa kita berikan kapan
para pedagang akan segera pindah ke tempat baru, perkiraan waktu dari
semenjak relokasi yaitu 2th setelah revitalisasi pasar dan relokasi. Tetapi baru
pada tanggal 21 Juni 2017 peletakkan batu pertama baru saja dilaksanakan,
kemungkinan sih akan masih lama para pedagang akan kembali menempati
bangunan yang baru.
10. Sistemnya nanti seperti apa ketika para pedagang Pasar Blok A kembali ke
bangunan Pasar Blok A yang baru, Apakah mereka harus menyewa kios lagi?
Jawab: Jadi yang pindah ke TPS hanyalah pedagang yang mempunyai surat
perizinan pemakaian tempat usaha, dan yang akan pindah ke tempat baru nanti
hanya pedagang yang mempunyai surat perizinan pemakaian tempat usaha jadi
hanya para pedagang yang menempati TPS saja yang akan bisa pindah kesana.
Mereka nanti hanya menebus kembali hak pemakaian tempat usaha tsb.
11. Bagaimana respon masyarakat sekitar Taman Sambas tentang adanya relokasi
pedagang Pasar Blok A?
Jawab: Respon dari masyarakat sekitar ya pertama ini kawasan elite dan
sebelum di bangunnya TPS itu adalah taman, mereka merasa keberatan lalu
kita pihak PD. Pasar Jaya dengan walikota, kecamatan, kelurahan langsung
turun dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar bagaimana nanti
penangan pasar dan ini sifatnya hanyalah sementara dan akhirnya mereka
menerima untuk dibangunnya TPS.
12. Bagaimana struktur organisasi Blok A?
Jawab:
MANAGER UNIT
KEAMANAN WILAYAH
…NAMA…
PENANGGUNG JAWAB/KETUA
MAHFUDIN
KORDINATOR LAPANGAN
ASSMAN SESI TEKNIK & TATA
KELOLA
UPB…./ KEPALA PASAR BLOK A
MARADEN TAMBUNAN S.Sos
PEMADAMAN
1. MARJUKI
2. HENDRA
3. EFRI
4.
HP: 081280347362
PENYELAMATAN ARSIP
& ASET
1. RIDWAN
2. KARSIM
3. AGUS
KORDINATOR MEDIA MASA
1. MARJUKI
2. DIKI
3. SYAFRUDIN
PENGAMANAN
1. SUTRISNO
2. PONIMAN
3. ALAN
LOGISTIK
1. SUTRISNO
2. ROJALIH
TIM EVAKUASI & P3K
1. SUTRISNO
2. H. ELLO
3. EKO
13. Bagaimana tingkat kesejahteraan pedagang yang berjualan di Pasar Blok
A?
Jawab: Untuk masalah itu macem-macem mbak, kalo yang udah pada
berdagang lama di Pasar Blok A yaa Alhamdulillah mereka pada punya
tempat tinggal sendiri meskipun sederhana gak gede-gede banget gitu mbak
ya paling kaya rumah-rumah biasanya gitu dah. Dan mereka punya
kendaraan sendiri buat operasional seharihari mereka, pada bisa
nyekolahin anak-anaknya. Yaa itungannya lumayan sejahtera mereka yang
pada dagang disini. Meskipun penghasilan mereka gak yang gede-gede
banget, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ya mereka pada bisa.
Tapi ada juga yang rumahnya masih ngontrak mbak tetapi rata-rata mereka
punya kendaraan semua seperti motor.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Bapak Juri
Pekerjaan : Pedagang Seragam Sekolah
Umur : 68th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 26 Agustus 2017, Pukul 11.30 WIB
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
Jawab: Saya sudah berdagang semenjak di Pasar Blok A selama 30th
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
Jawab: Yaaaa, kita nerima saja dengan kebijakan yang ada. Awalnya sih ya
keberatan ya neng direlokasi karna udah terbiasa berdagang di Pasar Blok A,
takut gak ada pembeli lagi kalau pindah. Kalau kita tidak nerima kebijakan
yang dikasih nanti kita tidak ada tempat untuk berdagang lagi, jadi mau tidak
mau ya kita ikutin kebijakan yang di kasih. Lagi pula dengan kita nerima
direlokasi kita masih dikasih tempat buat berdagang masih bisa nyari
penghasilan dengan tetap berdagang di tempat penampungan sementara.
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
Jawab: Kalau untuk perbedaan pas dagang di Pasar Blok A dengan di TPS
sekarang mah jauh banget neng, kalau di Pasar Blok A tuh ramai banget sama
pengunjung atau pembeli sehari dagangan saya banyak yang laku, kita disana
bisa dagang sampai malem juga masih ramai kalau di TPS jam 3 saja saya
sudah tutup kios karna ya gak ada pembelinya. Kalau di TPS boro-boro neng
sehari ada yang beli kadang seminggu pun saya gak ada pemasukan sama
sekali. Sepi banget disini karna ya bisa dilihat aja ya neng kondisi TPSnya kan
kaya gini kelihatan seperti bedeng, lagian juga orang mau kesini angkutan
umumnya gak ada, paling hanya bajaj naik bajaj juga mahal. Jadi ngaruh
bangetlah tempatnya kurang strategis dan tidak menarik perhatian orang,
lahan parkir juga tidak ada disini mah kalau di Pasar Blok A angkutan umum
banyak yang ngelewatin dan lahan parkir juga ada.
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
Jawab: Yaaaa dampak setelah relokasi mah ada neng ya gitu deh, persaingan
antar pedagang tuh ada disini neng, misalkan ada pembeli di kios saya nanti
ada aja dari kios samping manggilin ngasih harga murah gt. Kalau di Pasar
Blok A mah jarang ada persaingan karna ramai jadi ada aja pembeli yang
datang, tapi kalau disini ya harus bersaing supaya ada yang beli. Terus kalau
interaksi sesama pedagang ya paling hanya yang kiosnya berdekatan saja neng.
Jarang juga buat ngobrol dengan pedagang yang lain. Karna kondisi sepi jg
kan omzet juga turun jauh banget sehari sampai seminggu pun gak ada
pemasukan sama sekali, sekalinya ada ya paling 50-100rb doang saking sepi
dengan pengunjung atau pembeli.
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
Jawab: Kalau omset disini gak nentu neng, ya gitu kadang ada pemasukan
kadang engga ada sama sekali, ya sekalinya ada paling sehari 50rb seminggu
ya paling 200rb, disini mau dapet sampai 500rb aja tuh susah banget neng
saking sepinya gak ada yang beli. Malah lebih besar pengeluaran dari pada
pemasukan sehari-hari. Pengeluaran saja buat saya dan keluarga sehari bisa
mencapai sejuta lebih tetapi saya sehari kadang ada pemasukan ya kadang
tidak ada pemasukan sama sekali. Kalau di Pasar Blok A saya omzet bisa
mencapai sejuta dalam sehari bahkan lebih.
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
Jawab: Prosesnya berawal kita diberikan sosialisasi dengan adanya revitalisasi
dan relokasi, setelah diberikan sosialisasi lalu diadakan pertemuan dan
musyawarah antar PD.Pasar Jaya dan pedagang setelah beberapa kali
pertemuan dan musyawarah negoisasi lalu adanya tanda tangan surat
persetujuan untuk direlokasi oleh seluruh pedagang neng. Nah karna lumayan
banyak yang mentanda tangani surat persetujuan dilakukanlah relokasi.
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Jawab: Dampaknya yaaa paling cuma bisa memenuhi kebutuhan untuk makan
saja ya neng, kalau untuk yang lain-lain masih kurang karena pemasukan saja
gak ada.
8. Berapa omset yang diterima ketika sebelum direlokasi?
Jawab: Saya nerima omset sebelum direlokasi yaaa bisa sekitar 1 juta bahkan
bisa lebih dalam sehari, yaaa perbedaannya sangat jauh ya neng omzet yang
saya terima dari sebelum direlokasi sampai pas terelokasi sangat jauh
menurun.
9. Apa harapan bapak/ibu terhadap revitalisasi dan relokasi pasar?
Jawab: Harapan saya yaaa neng semoga cepat terselesaikan bangunan Pasar
Blok A yang baru biar kita para pedagang bisa cepat kembali berdagang
disana, dan semoga dengan direvitalisasi bangunan baru nanti pasar juga
semakin ramai pembeli dan pengunjungnya. Terus omzet kita juga nanti
meningkat ketika berdagang disana tidak seperti sekarang yang sepi sama
pembeli sampe penurunan omzet.
10. Lebih besar mana pengeluaran atau pemasukan?
Jawab: Kalau untuk pengeluaran dan pemasukan jauh lebih besar pengeluaran
saya neng dibandingkan dengan pemasukan saya, pengeluaran saya saja sehari
bisa mencapai 1juta lebih. Tetapi pemasukan saya saja sehari tidak mencapai
1juta untuk 500rb saja sehari sangat susah neng. Maka dari itu saya rugi
banget semenjak direlokasi pemasukan atau omzet yang saya terima sangat
sedikit tidak menutup pengeluaran saya.
11. Berapa kios yang bapak/ibu punya di Pasar Blok A?
Jawab: Sejak dulu saya emang cuma punya 1 kios ini saja neng.
12. Berapa jumlah barang dagangan yang terjual setiap harinya?
Jawab: Gak nentu neng, ya sehari kadang Cuma 1 barang dagangan yang
laku paling ya lebih banyak 5 dan gak lebih dari segitu. Kadang bisa
seminggu gak ada yang beli neng jadi gak nentu jumlah barang dagangan
yang terjual.
13. Biasanya di TPS ramai setiap hari apa saja?
Jawab: Yaaa paling disini ramai kalau hari-hari tertentu saja neng, seperti hari
raya idul fitri, idul adha, atau waktu ajaran baru. Kalau saya biasanya ramai
tahun ajaran baru ya lumayan sih soalnya kan anak-anak sekolah baru masuk
sekolah banyak yang baru beli seragam gitu. Selebihnya selain dari hari itu
yaaa sepi mbak gak seramai hari tertentu dan paling hanya hari sabtu sih yang
lumayan ramai dari hari-hari biasa karna mungkin hari libur jadi sedikit lebih
ramai dari biasanya neng.
14. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya TPS disini?
Jawab: Respon masyarakat sekitar ya biasa aja ya neng, rata-rata juga yang
suka berbelanja kesini hanya pembantu rumah tangganya saja. Karna posisi
TPS ini kan dekat dengan mall mungkin kalau masyarakat komplek sekitar sini
lebih sering berbelanja di pasar modern atau di mall.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Erna
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Busana Muslim
Umur : 48th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 21 Agustus 2017, Pukul 14.05 WIB
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
Jawab: Saya sudah berdagang semenjak di Pasar Blok A sudah sekitar 35th nan
mbak sampe sekarang.
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
Jawab: Yaaa kebijakannya bagus sih mbak ingin memperbagus pasar, lagian jg
kan nanti mau jadi satu sama halte MRT dan hotel yaa. Jadi mau gak mau kita
nerima kebijakan tsb. Siapa tau nanti pasar juga makin ramai dengan
diperbagus kaya gt kita juga direlokasi Alhamdulillah masih dikasih tempat
buat berdagang jadi yaa ada untung dan engganya.
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
Jawab: sekian lama saya berdagang di Pasar Blok A saya gak pernah ngerasain
yang namanya sepi sama pengunjung atau pembeli mbak. Ya paling sepi tapi
masih ada gitu ya pembelinya, kalo sekarang nih pas pindah ke TPS bener-
bener sepi banget sama pengunjung dan pembeli, kadang engga ada pembeli
sama sekali. Perbedaannya jauh banget deh sama diPasar Blok A.
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
Jawab: Kalau dampak semenjak relokasi ya paling pendapatan berkurang,
interaksi ya gini-gini aja paling ngobrol sama yang deket aja. Persaingan juga
ada sekarang mah mbak keliatan banget disini.
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
Jawab: Omset abis pindah kesini mah yaaa gak nentu mbak, jauh dari yang
masih pas berdagang disana.
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
Jawab: Prosesnya ya paling sosialisasi dari pihak PD. Pasar Jaya ke pedagang,
terus ada pertemuan dan musyawarah juga gitu mbak terakhir ya kita tanda
tangan surat persetujuan untuk direlokasi
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Jawab: Paling yaa untuk kebutuhan sehari-hari ya kurang sejahtera kalau
hanya dari hasil berdagang disini mba sepi banget jarang ada pemasukan, saya
juga jualan di online shop ya paling hasilnya dari online shop doang itu juga
gak setiap hari ada yang beli mbak.
8. Berapa omset yang diterima ketika sebelum direlokasi?
Jawab: Kalau sebelum direlokasi omset saya sehari bisa lebih dari 1 juta mbak.
9. Apa harapan bapak/ibu terhadap revitalisasi dan relokasi pasar?
Jawab: Harapan saya ya semoga cepat selesailah bangunan yang direvitalisasi
itu, agar kita para pedagang bisa cepat pindah karna lama di TPS bikin para
pedagang rugi tidak ada pemasukannya mba. Dan semoga ditempat yang baru
juga ramai sama pembeli dan pengunjung.
10. Lebih besar mana pengeluaran atau pemasukan?
Jawab: Kalau ditanya seperti itu jelas lebih besar pengeluaran ya mbak selama
di TPS pemasukannya dikit sekali. Mungkin kalau ngandelin hanya berdagang
disini saja tidak tercukupi untuk kebutuhan saya dan keluarga, untung saya
jualin barang-barang ini ke online shop jg mbak jadi ada pemasukan dari
online shop.
11. Berapa kios yang ibu/bapak punya di Pasar Blok A?
Jawab: Saya sih Cuma punya 1 kios saja mbak disini.
12. Berapa jumlah barang dagangan yang terjual setiap harinya?
Jawab: Yaa gak banyak mbak paling banyak sehari bisa 5 atau lebih kadang
Cuma 2 gitu. Tapi ya kadang ada aja gitu mbak yang beli lewat online jadi
kebantu ke jual lewat online shop yang ngambil barang disini.
13. Biasanya di TPS ramai setiap hari apa saja?
Jawab: Wahhh itu mah gak nentu yaa sama sih paling gini-gini aja setiap hari
mbak, kadang sabtu suka ramai tapi tidak seramai pasar pada umumnya yaa.
14. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya TPS disini?
Jawab: Responnya ya baik-baik aja mbak, kadang pembantu rumah tangganya
suka belanja disini.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Bapak H. Hermantaher
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Lengkap (Koko, Seragam Sekolah, Pakaian
dalam, dll).
Umur : 82th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 21 Agustus 2017, Pukul 13.10
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
Jawab: Saya sudah berdagang selama 65th neng.
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
Jawab: Pendapat bapak mah neng ya bagus aja ya pasarnya mau dibagusin,
semoga aja nanti makin banyak yang berbelanja ke pasar dan nanti pasar juga
akan satu halte dengan MRT. Alhamdulillah direlokasi masih dikasih tempat
buat terus bisa berdagang ya walaupun tempatnya kurang strategis.
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
Jawab: Bapaksih lebih merasakan nyaman berdagang disana, disini kurang
strategis, parkiran tidak ada, dilihat dari depan seperti bedeng bukan pasar
sampai tidak adanya pembeli dan pengunjung, angkutan umum juga tidak lewat
sini. Perbedaannya sangat jauhlah dibandingkan tempat yang dulu angkutan
banyak yang lewat, ramai pembeli dan pengunjung.
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
Jawab: Dampaknya ya penurunan omset neng, pemasukannya dikit sekali
selama berdagang disini, selain itu persaingan juga adalah ya sesama
pedagang, interaksi sih baik-baik saja Cuma paling sama yang kiosnya deket-
deket aja.
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
Jawab: Sekarang ngumpulin uang 500 ribu susahnya bukan main neng, kadang
sampai tidak ada pemasukan sama sekali yaaa sehari pun pemasukannya gak
nentu. Sekarang saja baru ada satu yang beli dan sekarang saya baru
ngedapetin 35rb. Kadang tidak ada pembelinya sama sekali neng.
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
Jawab: Awalnya kita diberikan sosialisasi kalau akan direlokasi, setelah itu PD.
Pasar Jaya mengadakan pertemuan dan musyawarah setelah adanya
pertemuan pedagang mentanda tangani surat persetujuan kalau setuju untuk
direlokasi gitu neng.
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Jawab: Yaaa gimana ya neng cuma dari sini sebenernya ngandelin dagangan
buat keluarga dirumah, kalau sepi gini ya saya gak bisa menuhi kebutuhan
sehari-hari dirumah paling kalau ada uang buat beli makan aja neng cukup.
Disini juga gak balik modal uangnya neng.
8. Berapa omset yang diterima ketika sebelum direlokasi?
Jawab: Kalau dulu saya bisa berpenghasilan kisaran 1-3 juta perhari waktu di
Pasar Blok A, apalagi kalau lagi bulan puasa bisa lebih dari 3juta.
9. Apa harapan bapak/ibu terhadap revitalisasi dan relokasi pasar?
Jawab: Harapan saya neng semoga cepat terselesaikan deh bangunan pasarnya
biar bisa cepet-cepet berdagang disana lagi dan omset juga meningkat.
10. Lebih besar mana pengeluaran atau pemasukan?
Jawab: Lebih besar pengeluaran neng, saya pengeluaran saja bisa 1juta lebih
sedangkan pemasukan tidak seberapa.
11. Berapa kios yang bapak/ibu punya di Pasar Blok A?
Jawab: Cuma ini aja neng kios bapak tidak ada lagi, ini juga jualannya
campuran neng serba macem-macem dari pakaian dalam, baju koko, seragam
sekolah ada disini.
12. Berapa jumlah barang dagangan yang terjual setiap harinya?
Jawab: Hari ini sih saya baru 1 barang yang terjual, baru ngedapetin 35rb
neng hari ini.
13. Biasanya di TPS ramai setiap hari apa saja?
Jawab: Biasanya ramai hari sabtu neng, atau hari-hari tertentu seperti idul fitri
dan idul adha.
14. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya TPS disini?
Jawab: Alhamdulillah responnya yaa baik-baik aja neng.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Bapak Agus
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Koko
Umur : 60th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 26 Agustus 2017, Pukul 10.30
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
Jawab: Sekitar sudah 46th nan.
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
Jawab: pendapat saya yaa karna untuk memperbagus pasar yaaa baik-baik aja
sih selama itu buat kebaikan semua kan, nanti pedagang juga bisa lebih nyaman
lagi berdagangnya, pembeli jg nyaman berbelanja ya bagus-bagus aja. Untuk
relokasi yaa dijalanin saja selama kita masih bisa berdagang mbak.
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
Jawab: Wahhh kalau ditanya perbedaan ya sangat jauh sekali ya mbak,
mendingan di tempat yang dulu lah pokonya, lebih nyaman dan ramai disana.
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
Jawab: Paling dampak yang bener-bener dirasakan penurunan omset sih mbak,
persaingan juga ada kalau disini mah.
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
Jawab: Tidak nentu mbak sehari bisa ada pemasukan ya bisa tidak.
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
Jawab: iya awalnya kita diberi tahu oleh koordinator pasar kalau pasar akan
direvitalisasi dan kita merasa keberatan untuk direlokasi, terus dilakukan
sosialisasi oleh pihak PD. Pasar Jaya bahwa pedagang akan pindah ke tempat
penampungan sementara dan memberi tahu tujuan dari revitalisasi pasar dan
relokasi pedagang ke TPS. Selain sosialisasi adanya pertemuan dan
musyawarah antara PD. Pasar Jaya dengan tim perwakilan para pedagang
membahas relokasi. Lalu kita di beri tahu apa isi pertemuan dan musyawarah
dengan pihak PD. Pasar jaya dengan tujuan manfaatnya direlokasi. Setelah itu
kita para pedagang menerima dengan kebijakan untuk direlokasi dan kita
mentanda tangani surat persetujuan relokasi tsb. Ya kita mah mau gak mau
harus nerima kebijakan yang dikasih ya mbak, kita kan disini cuma berdagang
ya mbak nyari duit. Kalau kita nolak nanti kita gak punya tempat dagang lagi.
Lagi pula ini juga buat kebaikan kita semua biar dagangnya lebih nyaman lagi,
peminat pembeli lebih banyak melihat kondisi pasar yang bagus nantinya.
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Jawab: Kalau disini mah mbak gak bisa diharepin buat kebutuhan sehari-hari
keluarga saya kurang sejahtera selama berdagang disini, untung saya masih
ada kios ditempat lain jadi harapannya dari pendapatan yang disana saja
mbak.
8. Berapa omset yang diterima ketika sebelum direlokasi?
Jawab: Kalau sebelum direlokasi sehari bisa lebih dari 1-2juta mbak.
9. Apa harapan bapak/ibu terhadap revitalisasi dan relokasi pasar?
Jawab: Harapannya ya biar cepet terselesaikan deh bangunan baru Pasar Blok
A, dan semoga kedepannya bisa lebih ramai dan pembelinya di TPS diperbaiki
lagi keadaan bangunan TPSnya biar menarik perhatian orang.
10. Lebih besar mana pengeluaran atau pemasukan?
Jawab: Otomatis ya pengeluaran ya mbak, buat biaya sehari-hari keluarga kan
juga lumayan besar dan tidak seimbang dengan pemasukan. Saya juga kebantu
sama pemasukan dari yang kios satu lagi sih mbak tapi tetep aja tidak seberapa,
ya Alhamdulillah masih ada pemasukan setidaknya kalau hanya ngandelin kios
yang disini mah mbak tidak ada apa-apanya.
11. Berapa kios yang bapak/ibu punya di Pasar Blok A?
Jawab: Saya Cuma ada kios 1 sih mbak disini, tapi di tempat lain saya juga
dagang pakaian koko juga sama.
12. Berapa jumlah barang dagangan yang terjual setiap harinya?
Jawab: Tidak nentu mbak.
13. Biasanya di TPS ramai setiap hari apa saja?
Jawab: Ramai paling hari-hari tertentu saja seperti hari raya idul fitri.
14. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya TPS disini?
Jawab: Alhamdulillah baik-baik sih mbak.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Ita
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Anak-Anak
Umur : 39th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 21 Agustus 2017, Pukul 11.50
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
Jawab: Berdagang di Pasar Blok A sampai saat ini sudah 10th mba
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
Jawab: Yaaa gimana yaa ngikutin aja sih saya mah mbak dengan kebijakan
yang dikasih, yang penting masih dikasih tempat buat berdagang.
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
Jawab: Perbedaan ya ada mbak, lebih nyaman berdagang disana, lebih ramai
juga, pokonya disana juga tempatnya strategis. Jauh bangetlah perbedaannya
sama disini.
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
Jawab: Dampaknya ya paling omset kita turun drastis lah mbak tidak seperti
sebelum-sebelumnya, terus juga ada persaingan antar pedagang disini ada
seperti persaingan harga gitu mbak, interaksi juga kurang sesame pedagang.
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
Jawab: Omset yang diterima setelah relokasi tidak nentu mbak, kadang sehari
bisa 100rb malah bisa gak ada pemasukan sama sekali.
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
Jawab: kita sih awalnya gak mau ya mba direlokasi gini ya keberatanlah,
karena udah nyaman berjualan ditempat lama dan pengunjung kan udah tau
lokasi Pasar Blok A. ya karma kan Pasar Blok A kan termasuk pasar yang
sudah lama jadi udah banyak yang tahu lagian di Pasar Blok A ramai juga
sama pembeli, dan penjual sampai masyrakat sekitar pasar pun ada yang
berjualan juga jadi pedagang kaki lima saking terlihat ketradisionalan Pasar
Blok A. Takutnya nanti pas direlokasi ke TPS malah jadi sepi sama pembeli.
Dengan keberatan kaya gitu PD. Pasar Jaya memberikan sosialisasi dan
ngadain pertemuan ya kita akhirnya nerima direlokasi setelah adanya
pertemuan ya kita tanda tangan persetujuan untuk direlokasi.
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Jawab: Kalau bisa jawab jujur ya kurang sejahteralah mbak selama berdagang
disini. Kurang bisa memenuhi kebutuhan keluarga saya kalau hanya dari
pemasukan berdagang disini, kebantulah sama dagangan suami saya di kios
tempat lain jadi ya paling dari hasil suami saya doing yang bisa menuhi
kebutuhan dirumah dan anak-anak.
8. Berapa omset yang diterima ketika sebelum direlokasi?
Jawab: Waktu sebelum direlokasi mah sehari saya bisa lebih dari 1 juta atau
bisa mencapai 3 juta mbak.
9. Apa harapan bapak/ibu terhadap revitalisasi dan relokasi pasar?
Jawab: Harapannya ya cepet bisa pindah dari TPS dan berdagang di tempat
baru dengan banyak pembeli dan pengunjung. Untuk TPS bisa diperbaiki dari
sekarang biar bisa menarik perhatian banyak orang dan pedagang juga bisa
banyak pembelinya.
10. Lebih besar mana pengeluaran atau pemasukan?
Jawab: Jelas lebih besar pengeluaran mbak, sekarang mah tidak bisa berharap
lebih dengan pemasukan disini. Ada pembeli juga syukur Alhamdulillah kalau
dilihat kondisi TPS kaya gini mah mbak yaaa malah kebanyakan bengong
doang saking jarang ada pengunjung atau pembeli.
11. Berapa kios yang bapak/ibu punya di Pasar Blok A?
Jawab: Saya sih jaga kios disini 1 saja mbak, tapi suami saya juga jaga kios
dagangan yang sama ditempat lain.
12. Berapa jumlah barang dagangan yang terjual setiap harinya?
Jawab: Kalau itu tidak nentu mbak kadang ada yang terjual, ada yang tidak.
13. Biasanya di TPS ramai setiap hari apa saja?
Jawab: Yaaa gini-gini aja sih mbak, ramai tapi gak ramai-ramai banget paling
hari sabtu atau hari-hari tertentu aja.
14. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya TPS disini?
Jawab: Responnya baik, pembantu-pembantunya kadang suka belanja kesini.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Ayu
Pekerjaan : Pedagang Pakaian Balita
Umur : 55th
Waktu : 26 Agustus 13.00 WIB
Pertanyaan Informan (Pedagang Pakaian Pasar Blok A)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang di Pasar Blok A?
Jawab: Sudah sekitar 23th neng.
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kebijakan relokasi?
Jawab: Pendapatnya kita mah ya ikut aja neng kalau demi kebaikan buat kita
juga. Tujuannya juga kan bagus pasar di perbaiki dan pedagang di relokasi
juga diberikan TPS buat tetap berdagang bukan untuk meninggalkan pasar
selama diperbaiki.
3. Apakah ada perbedaan ketika berjualan di tempat yang lama Pasar Blok A dan
di TPS?
Jawab: Sangat jauh neng perbedaannya liat saja disini banyak yang tutup
kiosnya, karena rugilah yaaa gak ada pemasukan sama sekali disini. Sepi
bangett disini jarang ada yang beli, ini yang tutup rata-rata mereka pindah
berdagang ketempat yang lain kaya Pasar Cipete atau Pasar Mede dll, atau
mereka yang punya dagangan lebih dari 1 ditempat lain jadi mereka lebih milih
dagang ditempat yang satu.
4. Adakah dampak dari segi sosial ekonomi semenjak terelokasi?
Jawab: Dampaknya mah ya sepi banget pembelinya pemasukannya juga jadi
ikut sepi neng, lagian juga disini pedagangnya jadi pada bersaing main murah-
murahan harga biar dapet pemasukan.
5. Berapa omset yang diterima ketika setelah direlokasi?
Jawab: Omset mah yaa gitu neng dikit gak kaya pas di pasar lama.
6. Bagaimana proses ketika direlokasi?
Jawab: Prosesnya ya sebelumnya sosialisasi, pertemuan-pertemuan dan
musyawah baru deh kontrak kalau setuju direlokasi
7. Apa dampak berdagang di TPS bagi kesejahteraan keluarga bapak/ibu?
Jawab: Menurut saya ya neng berdagang disini membuat saya dan keluarga
saya kurang sejahtera karena tidak adanya pemasukan, sekalinya ada
pemasukan ya paling hanya bisa buat beli makan, saya Cuma bisa sabar saja
sampe bisa pindah dari sini neng.
8. Berapa omset yang diterima ketika sebelum direlokasi?
Jawab: Lumayanlah kalau dibandingkan dengan yang sekarang, bisa dibilang
jutaan kalau sekarang Cuma ribuan atau ratusan.
9. Apa harapan bapak/ibu terhadap revitalisasi dan relokasi pasar?
Jawab: Semoga cepat terselesaikan bangunan barunya, kalau bisa TPS juga
dirubah posisinya biar kelihatan kalau ini pasar dan semoga di TPS
kedepannya banyak pembeli.
10. Lebih besar mana pengeluaran atau pemasukan?
Jawab: Lebih besar pengeluaranlah neng, pemasukan mah tidak seberapa
disini.
11. Berapa kios yang bapak/ibu punya di Pasar Blok A?
Jawab: Hanya satu saja neng ini doing.
12. Berapa jumlah barang dagangan yang terjual setiap harinya?
Jawab: Kadang ada yang terjual ya kadang tidak sama sekali
13. Biasanya di TPS ramai setiap hari apa saja?
Jawab: Tergantung sih tidak nentu, kadang gini-gini aja sepi
14. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya TPS disini?
Jawab: Responnya baik sih.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Wiwi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Umur : 50th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 24 Agustus 2017, Pukul 13.40 WIB
Pertanyaan Informan (Pembeli)
1. Barang apa sajakah yang bapak/ibu beli?
Jawab: Saya baru abis beli sayuran dan beberapa buah-buahan mbak
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan TPS sekarang?
Jawab: Menurut saya tempat yang sekarang kurang strategis sih susah di
jangkau karna gak ada angkutan umum kan bis tidak ngelewatin sini, paling
kalau mau kesini ya naik bajaj dan naik bajaj kan lumayan mahal ya bisa 10rb
atau 15rb pulang pergi udah bisa 30rb kalau naik bis kan Cuma bayar 5rb.
Waktu di pasar yang lama kan banyak bis yang ngelewatin pasar jadi kita enak
bisa turun didepan Pasar Blok Anya gitu. Udah gitu disini banyak yang tutup
pedagangnya lebih sedikit dari tempat yang lama, jadi kita gak bisa lihat-lihat
dagangan yang lain. Saya juga ngeliat tempat yang sekarang ini kaya bedeng
ya bukan kaya pasar karena kalau diliat dari depan jalan, ini pasar ketutup gitu
dan bangunannya kan pake triplek sama seng doang jadi kaya bedeng, jauh
bangetlah perbedaannya dan mungkin orang-orang banyak yang gak tahu
kalau ini sbnrnya pindahann pedagang dari Pasar Blok A
3. Adakah perbedaan yang bapak/ibu rasakan ketika berbelanja di Pasar Blok A
dengan di TPS?
Jawab: Perbedaannya yaa kalau di TPS sekarang pedagangnya sedikit ya mbak
jadi kita gak bisa lihat atau milih-milih barang yang mau di beli, tempatnya
juga sempit dan menurut saya kurang strategis yaa. Kalau di Pasar Blok A kan
ramai pedagang yang berjualan jadi kita bisa lihat-lihat semua barang
dagangan apa saja bermacam-macam pedagang. Dan di Pasar Blok A juga
mudah dijangkau lalu lahan parkir juga ada. Pokonya saya lebih nyaman
berbelanja di Pasar Blok A sih sejujurnya dan perbedaannya yaa sangat
jauhlah.
4. Masih adakah sistem tawar-menawar antara pembeli dan penjual?
Jawab: Sistem tawar-menawar sih otomatis ya mbak pasti selalu ada dalam
sistem jual beli, ya belum berubahlah masih tetap sama adanya tawar-menawar
gitu mbak.
5. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan kebijakan relokasi?
Jawab: Pendapat saya tentang kebijakan relokasi yaa bagus sih berati masih
memberikan tempat berdagang untuk para pedagang yang terelokasi. Mereka
jadi tidak kehilangan tempat untuk berdagang ya walaupun tempat yang
sekarang kurang strategis dan lebih sepi dari Pasar Blok A. Setidaknya para
pedagang masih bisa mencari mata pencahariannya masih bisa memenuhi
kebutuhannya. Semoga saja bangunan Pasar Blok A yang baru bisa cepat
terselesaikan biar pedagang bisa pindah kesana dengan tempat yang mudah
dijangkau dengan kualitas pasar yang lebih baik lagi nantinya. Dan semakin
banyak pengunjung yang datang ke Pasar Blok A yang baru dan semakin
banyak jenis-jenis barang dagangannya disana.
TRANSKIP WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ibu Linda
Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
Umur : 54th
Tempat : Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Blok A
Waktu : 24 Agustus 2017, Pukul 10.10 WIB
Pertanyaan Informan (Pembeli)
1. Barang apa sajakah yang bapak/ibu beli?
Jawab: Saya baru habis beli sayuran mbak
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan TPS sekarang?
Jawab: Menurut saya TPS yang sekarang seperti bukan pasar, terlihat seperti
bedeng karna hanya ditutupin oleh triplek dan seng. Selain itu tempatnya juga
sempit para pedagang di TPS tidak banyak seperti di Pasar Blok A.
3. Adakah perbedaan yang bapak/ibu rasakan ketika berbelanja di Pasar Blok A
dengan di TPS?
Jawab: Perbedaannya yaa paling kalau di Pasar Blok A lebih banyak jenis
dagangannya, kondisi Pasar Blok A juga ramai sama pengunjung atau pembeli.
Pasar Blok A juga mudah di jangkau dengan angkutan umum. Kalau TPS yang
sekarang pedagangnya lebih sedikit, dan tempatnya kurang strategis menurut
saya karna tidak ada angkutan umum yang melewati TPS dan tempatnya sempit
terus terlihat seperti bedeng dari depan jalan jadi tidak menarik parhatian
banyak orang. Ya walaupun saya lebih dekat berbelanja di TPS dari pada di
Pasar Blok A tetap saja saya merasa lebih nyaman dan lebih puas berbelanja
di Pasar Blok A.
4. Masih adakah sistem tawar-menawar antara pembeli dan penjual?
Jawab: Untuk sistem tawar-menawar ya masih ada mbak, namanya juga kita
ingin dapat harga murah jadi ya kita nawar deh. Tidak berubah sih kalau sistem
tawar menawar dari dulu pun masih tetap ada.
5. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan kebijakan relokasi?
Jawab: Pendapat saya ya bagus sih mbak, jadi Pasar Blok A yang baru nanti
jadi sedikit lebih modern dan ya namanya juga kebijakan dari pemerintah mau
gak mau kan harus diikuti jg. Dengan relokasi pedagang disini masih dapet
tempat buat berdagang juga, Cuma ya tempat penampungan sementaranya
kurang strategis aja jadi kurang menarik perhatian orang jadi sepi.
Dokumentasi (Foto-Foto Penelitian)
TPS Pasar Blok A (Tampak Depan) TPS Pasar Blok A (Tampak Belakang)
Wawancara Koor. Pasar Blok A Wawancara Pedagang Pakaian
Pedagang yang masih membuka kiosnya di Lt. 1
Pedagang yang sudah banyak menutup kiosnya di Lt. 2
Kondisi TPS sedang ada beberapa pembeli
Wawancara dengan pembeli
Wawancara dengan Pedagang Pakaian