Click here to load reader
Upload
zulfikar-nur-aly-nugraha
View
813
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sebuah Tanggapan Terhadap Dongeng Nini Anteh
Citation preview
ANALISIS DONGENG NINI ANTÉH DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BACAAN ANAK DAN REMAJA
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sastra Anak dan Remaja
Dosen Pembina
Taufiq Ampera, M.Hum
Oleh
Zulfikar Nuraly Nugraha
180210110007
PROGRAM STUDI SASTRA SUNDA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah yang telah memberikan kasih
sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “ Analisis
Dongeng Nini Antéh dan Relevansinya sebagai Bacaan Anak dan Remaja” dengan
menggunakan metode pendekatan penelitian dalam sastra yaitu, mimesis dan pragmatik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Taufiq Ampera, M.Hum. selaku dosen
matakuliah sastra anak dan remaja, dan kepada teman-teman Sassun 11 yang telah membantu
penulis dalam mengerjakan makalah ini.
Semoga Allah memberikan rahmat kasih sayangNya kepada semua pihak yang
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini
bermanfaat, khususnya untuk penulis dan umumnya untuk semua pembacanya. Amin!
Jatinangor, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chamamah (dalam Hudayat, 2007: 29) menguraikan pemahaman sastra sebagai sebuah
sistem. Menurut Teeuw (dalam Hudayat, 2007: 29) istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala
budaya yang dapat dijumpai pada masyarakat seperti sosial, ekonomi, keagamaan, dan lain-lain.
Kesimpulannya, sastra adalah bagian dari masyarakat yang memiliki budaya yang tidak bisa
dipisahkan karena pada umumnya masyarakat di dunia dari sejak dulu hingga sekarang memiliki
karya sastra yang sesuai dengan corak budayanya. Contoh yang umum adalah dongeng,
legenda/myth, fabel, novel, cerpen, hingga fiksimini.
Dongeng merupakan cerita yang menghibur terutama bagi anak-anak. Pada jaman
sekarang dongeng sangat melekat dengan cerita anak. Bagi masyarakat Sunda istilah dongeng
diartikan sebagai singkatan dari ngabobodo budak céngéng (membodohi anak cengeng),
maksudnya dongeng memiliki fungsi untuk menghibur anak yang lagi bersedih.
Namun setelah membaca beberapa dongeng ada yang isi ceritanya kurang sesuai jika
sasaran pembacanya adalah anak-anak, namun lebih untuk remaja atau kalangan yang sudah akil
baligh. Tidak jarang banyak sekali beredar buku-buku atau artikel-artikel yang memuat dongeng
untuk anak-anak, tetapi isinya kurang cocok jika untuk dibaca anak-anak.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan sejauh mana
kecocokan/relevansi dongeng Nini Antéh untuk bacaan anak dan remaja berdasarkan kajian
sastra anak dan remaja.
1.2 Pembatasan Masalah
1 analisis dongeng pendekatan penelitian sastra :
1. Mimesis
2. Pragmatik
2. relavansi dongeng sebagai bacaan anak dan remaja
1.3 Tujuan Penelitian
1. menguraikan dongeng Nini Anteh dalam perspektif ilmu sastra modern
2. mampu membedakan mana yang cocok untuk bacaan anak dan remaja
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari analisis ini supaya masyarakat bisa memilih bacaan khususnya dongeng yang
sesuai dengan karakter anak dan remaja.
BAB II
ULASAN TEORI
Dalam perkembangan kesusastraan, dongeng adalah salah satu jenis karya sastra yang
klasik. Hal ini didasarkan pada isi dari dongeng umumnya menceritakan kejadian masa lampau
dan bahkan ada yang bersumber dari legenda masyarakat. umumnya dongeng memiliki latar
tempat kerajaan, dengan tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan tidak masuk akal untuk jaman
sekarang, ada juga yang tokohnya manusia biasa yang mengalami pengalaman luar biasa diluar
akal manusia, atau pada umumnya tokohnya adalah kalangan dari kerajaan.
Menurut Handajani (2008: 14) mengemukakan bahwa dongeng dikemas dengan
perpaduan antara unsur hiburan dengan unsur pendidikan. Unsur hiburan dalam dongeng dapat
ditemukan pada penggunaan kosa kata yang bersifat lucu, sifat tokoh yang jenaka, dan
penggambaran pengalaman tokoh yang jenaka, sedangkan dongeng memiliki unsur pendidikan
ketika dongeng tersebut mengenalkan dan mengajarkan kepada anak mengenai berbagai nilai
luhur, pengalaman spiritual, petualangan intelektual, dan masalah-masalah sosial di masyarakat.
Merujuk pada pendapat Handajani, dongeng memang diperuntukkan bagi kalangan anak-anak
dan sebagian untuk remaja.
Menurut Puspita (2009) dongeng memiliki manfaat yaitu :
1. Dongeng dapat mengasah imajinasi dan daya pikir anak. Ketika berhadapan dengan
dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut sesuai dengan imajinasinya.
2. Dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendongeng dan audiens.
3. Dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika.
4. Dongeng dapat membantu menambah perbendaharaan kata pada anak.
Namun pada kenyataannya tidak semua dongeng yang beredar saat ini ceritanya cocok
untuk anak-anak. Karena ada dongeng yang menceritakan orang-orang dewasa yang watak
dalam ceritanya yang lebih cocok untuk remaja atau hanya untuk kalangan dewasa saja, misalnya
ada dongeng yang mengisahkan seorang anak yang ingin menikahi ibunya dalam dongeng
Sangkuriang, penulis meyakini bahwa dongeng tersebut tentu lebih cocok bagi remaja yang
sedang menuju proses kedewasaan ketimbang anak-anak. Coba saja pikirkan! Apakah anak-anak
akan mengerti dengan jalan cerita dongeng tersebut? Tentunya tidak! Karena masa anak-anak
adalah masanya untuk bermain bukan untuk urusan yang serius.
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian sastra, tujuannya agar
penulis mampu menemukan apakah dongeng Nini Antéh bisa dibaca untuk kalangan anak atau
remaja saja. Pendekatan penelitian sastra tersebut adalah mimesis, ekspresif, objektif, dan
pragmatik, namun penulis hanya akan menelaah secara mimetik dan pragmatik saja. Selain itu
penulis juga akan sedikit menguraikan tentang kajian ilmu sastra anak agar bisa ditemukan
relevansinya.
2.1 Jenis-Jenis Pendekatan Sastra
Abrams (dalam Hudayat 2007:38) mengemukakan empat komponen utama dalam pendekatan
sastra yang sangat berguna bagi teori strukturalisme yaitu:
1. Mimesis
Dalam pendekatan mimesis, yang menjadi dasar pertimbangannya adalah dunia pengalaman,
yaitu karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya
melainkan hanya sebagai tiruan kenyataan (Abrams dalam Hudayat 2007: 40). Kenyataan
yang dimaksud adalah kenyataan di luar karya sastra.
Secara metodis, analisis melalui pendekatan mimesis adalah mendeskripsikan data yang
mengarah pada kenyataan yang ditemukan dalam teks.
2. Ekspresif
Pada pendekatan ini, memusatkan perhatiannya pada diri pengarangya, ciri/karakter,
perasaannya dan hasil-hasil karnyanya.
Menurut Abrams (dalam Hudayat 2007: 39) pendekatan ekspressif menempatkan karya
sastra sebagai curahan, ucapan, proyeksi pikiran dan pengarang.
3. Objektif
Pendekatan objektif (Abrams, dalam Hudayat 2007: 48) memusatkan perhatian semata-mata
pada unsur-unsur, antarhubungan, dan totalitas. Pendekatan ini mengarah kepada analisis
unsur intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah tidak dihiraukannya unsur
ekstrinsik seperti unsur sosiologis, politis, historis, dan aspek sosiokultual lainnya. Oleh
karena itu, pendekatan objektif sering disebut juga analisis otonomi.
4. Pragmatik
Menurut Abrams (dalam Hudayat, 2007: 43) memberikan perhatian terhadap peranan
pembaca. Pendekatan ini memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru
pembaca. Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai
kompetensinya. Artinya, pada pendekatan ini pembaca berdasar pada opini, pemikirannya
yang dipengaruhi kemampuan pembacaan dalam penafsiran, mempunyai peranan utama
dalam pendekatan ini.
2.2 Sastra Anak
Sastra anak, tidak hanya diciptakan atau ditulis oleh anak-anak, melainkan juga oleh
orang dewasa. Orang dewasa secara sadar mencipta dan menulis sastra tersebut untuk anak-
anak. Dengan demikian pencipta/penulis sastra anak bisa anak-anak sendiri, bisa juga orang
dewasa (Durachman, 2007: 1).
Sastra anak tidak hanya meliputi sastra tulis, melainkan juga sastra lisan, selain
genre baku dalam sastra tulis berupa puisi, teks naratif (novel dan cerpen) juga drama, kita
mengenal juga puisi kaulinan budak/puisi dolanan dalam berbagai bentuk sastra lisan atau
folklor lisan lainnya.
Horace (dalam Wellek & Waren, 1977: 24-36) mengatakan fungsi utama sastra
(pada awalnya puisi) adalah delce et utite: menghibur dan mendidik. Tentu juga dengan sastra
anak dan remaja.
Kategori sastra anak itu ada dua yaitu, sastra anak yang mendidik dan yang menghibur.
Tentunya ini harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman kalangan pembaca (anak dan
remaja). Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk
anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008:
2). Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi
tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Seperti
pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan
hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan
dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak,
mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi
anak.
BAB III
ANALISIS
3.1 Parafrase Dongeng Nini Antéh
Dongeng Nini Antéh adalah dongeng yang mengisahkan seorang perempuan yang
hijrah ke bulan ditemani hanya oleh kucingnya, Candramawat.
Pada awal cerita, dikisahkan Nini Antéh adalah seorang anak dayang pribadi Ratu di
kerajaan, Nyai Dasti. Karena Nyai Dasti meninggal dunia, maka anaknya yang bernama Antéh
diasuh oleh Ratu, bersama dengan anak Ratu yang bernama Éndahwarni. Keduanya tumbuh
menjadi gadis yang paling cantik jelita di kerajaan. Ketika menginjak usia dewasa, Antéh pun
diangkat menjadi dayang pribadi Putri Éndahwarni. Walaupun keduanya berbeda status sosial,
hubungan mereka begitu dekat layaknya kakak beradik.
Suatu pagi yang cerah, Anteh sedang mengumpulkan bunga melati untuk menghias
sanggul putri Endahwarni. Dia mulai bersenandung dengan gembira. Suara Anteh yang merdu
terbang tertiup angin melewati tembok istana, membuat seorang pemuda bernama
Anantakusuma kapincut terpesona. Kemudian ia pun jatuh cinta setelah melihat kecantikan
Antéh dari dekat. Namun pada kenyataannya Anantakusuma adalah calon suami bagi
Endahwarni. Ketika hendak melamar bersama Adipati Wétan, Endahwarni pun mengetahui
bahwa Anantakusuma lebih menyukai Antéh daripada dirinya. Karena sakit hati, Endahwarni
pun marah pada Antéh, hingga Antéhpun harus pergi meninggalkan kerajaan, dan pergi ke
kampung halamannya ibunya.
Setelah sampai di kampung tersebut, Anteh tinggal di rumah Pamannya di desa. Untuk
membantu pamannya, Anteh menerima pesanan menjahit baju.
Bertahun-tahun telah berlalu. Anteh kini sudah bersuami dan memiliki dua orang anak.
Suatu hari di depan rumahnya berhenti sebuah kereta kencana dan banyak sekali pengawal yang
menunggang kuda. Begitu pemilik kereta kencana itu melongokkan kepalanya, Anteh menjerit.
Ternyata itu adalah putri Endahwarni. Putri Endahwarni turun dari kereta dan langsung menangis
memeluk Anteh.
Akhirnya Anteh dan keluarganya pindah ke istana. Putri Endahwarni telah membuatkan
sebuah rumah di pinggir taman untuk mereka tinggal. Namun Anteh selalu merasa tidak enak
setiap bertemu dengan pangeran Anantakusuma, suami putri Endahwarni.
Pangeran Anantakusuma ternyata tidak pernah melupakan gadis impiannya.
Kembalinya Anteh telah membuat cintanya yang terkubur bangkit kembali. Mulanya Pangeran
Anantakusuma mencoba bertahan dengan tidak memperdulikan kehadiran Anteh. Namun
semakin lama cintanya semakin menggelora, hingga suatu malam Pangeran Anantakusuma nekat
pergi ke taman istana, siapa tahu dia bisa bertemu dengan Anteh.
Benar saja. Dilihatnya Anteh sedang berada di beranda rumahnya, sedang bercanda
dengan Candramawat, kucing kesayangannya, sambil menikmati indahnya sinar bulan purnama.
Meski kini sudah berumur, namun bagi pangeran Anantakusuma, Anteh masih secantik dulu saat
pertama mereka bertemu. Perlahan-lahan didekatinya Anteh.
Tiba-tiba Anteh merasa ada kekuatan yang menarik tubuhnya ke atas. Dia mendongak,
dan dilihatnya sinar bulan menyelimutinya dan menariknya. Pangeran Anantakusuma hanya bisa
terpana menyaksikan kepergian Anteh yang semakin lama semakin tinggi dan akhirnya hilang
bersama sinar bulan yang tertutup awan.
Sejak saat itu Nyai Anteh yang sudah nenek-nenek, hingga orang-orang menyebutnya
Nini (Nenek) tinggal di bulan, sendirian, hanya ditemani kucing kesayangannya. Dia tidak bisa
kembali ke bumi karena takut Pangeran Anantakusuma akan mengejarnya.
3.2 Analisis Melalui Pendekatan Ilmu Sastra
3.2.1 Mimesis
Dongeng Nini Antéh adalah dongeng menceritakan perjalanan seorang perempuan
(manusia) ke bulan. Untuk ilmu pengetahuan saat ini, pergi ke bulan bukanlah perkara yang
mustahil. Namun untuk kisah Nini Antéh yang diperkirakan hidup berratus-ratus tahun yang lalu
atau bahkan ribuan tahun yang lalu pergi hijrah ke bulan, tentu itu menimbulkan pertanyaan yang
luar biasa. Bagaimana bisa? Manusia jaman dulu bisa pergi hijrah ke bulan, bahkan bisa tinggal
disana. Hanya dua jawaban yang paling memungkinkan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama
jelas, secara logis dan realistis dongeng Nini Antéh hanyalah sebuah dongeng yang berkembang
di masyarakat. Menurut Yus Rusyana (2000) segala peristiwa dalam dongeng baik tokoh ataupun
latarnya, oleh pemilik masyarakat pemilik cerita tersebut tidak dijadikan sebagai sebuah
kepercayaan, dan diperlakukan sebagai sesuatu yang nyata. Kemunculan cerita Nini Antéh bisa
jadi karena imajinasi orang-orang terdahulu. Jawaban kedua, yang namanya sastra adalah dunia
kemungkinan. Dongeng Nini Antéh bisa saja merupakan tanda-tanda dari kehidupan/peradaban
masa lalu. Banyak kisah-kisah dari masa lalu yang menceritakan peradaban hebat manusia kala
itu yang lebih hebat dari peradaban masa kini seperti, kisah Nabi Sulaiman a.s yang bisa
mengendarai angin dan memindahkan istana Ratu Balqies dalam waktu sekejap mata (oleh
pengikutnya), kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw dengan naik sebuah kendaraan super cepat
bernama buraq dan menjelajahi luar angkasa, atau spekulasi mengenai Atlantis dan Lemuria.
Bisa saja cerita Nini Antéh memang pernah terjadi, namun sampai saat ini belum ada (atau
bahkan tidak ada) bukti kongkrit yang menegaskannya. Kemudian soal Nini Antéh ditarik oleh
kekuatan cahaya bulan, ini hampir mirip dengan spekulasi manusia yang dihisap oleh pesawat
alien piring terbang. Dari berbagai deskripsi orang-orang yang mengaku diculik oleh alien,
mereka seperti cahaya yang sangat terang menarik mereka. Bagaimanapun hal semacam itu
masih diperdebatkan. Masalah Nini Antéh tinggal di bulan juga merupakan persoalan yang
mengundang pertanyaan, sebab ilmu pengetahuan saat ini menganggap bulan sebagai tempat
layak huni, tidak ada udara sekalipun, dan sangat gelap. Mengenai hal ini, dunia maya (Viva
news) dihebohkan oleh berita seputar bulan, bahwa bulan sebenarnya merupakan buatan
manusia. Dan bulan itu sendiri adalah pesawat yang dirancang untuk menerangi malam agar bisa
terang seperti siang hari. Namun sekali lagi, hal itu mendatangkan perdebatan, apalagi jika nama
Nini Antéh dikaitkan dengan nama Nirranthea (, tentunya ini akan menimbulkan perdebatan
yang tiada habisnya. Dan memang dalam ilmu pengetahuan saat ini, bulan merupakan benda
langit yang paling dekat dengan bumi tetapi merupakan yang paling misterius. Karena setiap
temuan baru dari bulan malah menimbulkan kebingungan baru bagi ilmu pengetahuan saat ini.
3.2.2 Pragmatik
Dongeng Nini Antéh memiliki dua tema cerita. Pertama dari segi isi cerita, dongeng
Nini Antéh lebih mengangkat tema cinta dan kesetiaan daripada tentang. Cinta Anantakusuma
yang tidak terlaksana, dan kesetiaan Antéh terhadap Endahwarni dan suaminya. Di dunia ini
banyak dan selalu terjadi hal-hal semacam ini, bahkan tema cerita seperti ini sudah banyak
diadopsi ke sinetron.
Ada sessuatu yang menarik dari dongeng Nini Antéh. Ternyata tema cerita tentang
penghuni bulan bukan hanya di Tatar Sunda (Nini Antéh) saja. Di Jawa terdapat tokoh Nawang
Wulan, dia adalah bidadari penghuni bulan yang turun ke bumi dalam cerita Jaka Tarub, yang
pada akhir cerita Nawang Wulan harus kembali lagi ke bulan. Tidak hanya di Indonesia, penulis
pernah mendengar tentang Kaguya Hime (Putri Kaguya). Putri Kaguya adalah dewi penghuni
bulan yang turun ke bumi. Ketika di bumi, putri Kaguya dilamar oleh banyak lelaki, namun
Kaguya mengajukan persyaratan agar bisa ditikahi yaitu harus membawa lima benda-benda ajaib
yaitu, mangkuk budha, dahan emas yang berkilau, jubah kulit tikus api, mutiara naga, dan kulit
kerang bercahaya. Namun tidak ada satupun lamaran yang diterima.Karena Kaguya sangat
merindukan keluarganya di bulan dia pun kembali ke bulan. Dongeng putri Kaguya berasal dari
jepang dan karakter ini pernah muncul dalam Anime-movie Inuyasha dengan karakteristik yang
sama dengan dongeng aslinya, hanya saja Kaguya adalah makhluk kahyangan yang dirasuki
setan. Lalu dari Cina ada dongeng tentang penghuni bulan yaitu Dewi Chang’e. Chang’e adalah
penghuni kahyangan yang kena hukuman bersama suaminya You Hi oleh Kaisar Langit untuk
menjadi manusia bumi karena kesalahan You Hi membunuh sembilan matahari demi
menyelamatkan bumi. Karena pada waktu itu bumi mempunyai sepuluh matahari dan membuat
kesrusakan di bumi. Sepuluh matahari tersebut adalah anak Kaisar Langit. Sewaktu di bumi
Chang’e menelan pil keabadian dan menjadi penghuni bulan bersama kelinci jade.
Dari semua cerita selain Nini Antéh, semua penghuni bulan adalah makhluk kahyangan
(celestial being), mereka turun ke bumi dan kembali lagi ke bulan. Akan tetapi untuk Nini Antéh
kasusnya berbeda. Nini Antéh benar-benar manusia bumi bukan makhluk kahyangan, tetapi dia
hijrah ke bulan dan menjadi penghuni di sana bersama kucingnya Candramawat. Ternyata
kesusastraan sunda memiliki keunikan tersendiri khususnya Nini Antéh. Dari cerita penghuni
bulan dari berbagai kawasan, semua penghuninya adalah makhluk kahyangan kecuali Nini Antéh
manusia bumi. Bahkan Taufiq Ampera, M.Hum. dosen Sastra Sunda Unpad menulis dalam
blognya, “Nini Anteh dalam perspektif Von Daniken”. Di sana dikemukakan penelaahan Nini
Anteh yang kemungkinan merupakan astronot.
3.2 Relevansi Dongeng Nini Antéh sebagai Bacaan Anak dan Remaja
Sesuai pada ulasan Sastra Anak dan Remaja, maka yang dimaksud bacaan anak/remaja
adalah sebuah bacaan yang sesuai dengan kapasitas pemikiran anak/remaja. Dan yang membuat
bacaan anak/remaja bukan hanya anak dan remaja saja melainkan orang dewasa juga berperan
terutama dalam hal menyaring bacaan-bacaan tersebut.
Pada cerita Nini Antéh, terdapat intrik percintaan antara Anantakusuma dan Antéh juga
dilema Antéh dengan Endahwarni. Menurut penulis, hal seperti ini adalah hal yang rumit dan
akan sulit dimengerti untuk kalangan pembaca anak. Namun untuk kalangan pembaca remaja
yang menuju proses kedewasaan, penulis berpendapat ini bisa menjadi media pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dongeng Nini Antéh lebih cocok untuk kalangan remaja dibandingkan kalangan anak.
2. Dongeng Nini Antéh adalah dongeng yang menceritakan tentang manusia bumi yang hijrah ke
bulan.
3. Dongeng Nini Antéh adalah dongeng tentang keteguhan dan kesetiaan.
4.2 Saran
Setelah ditelaah melalui pendekatan mimetik dan pragmatik, penulis menyimpulkan
bahwa dongeng ini lebih dianjurkan untuk kalangan remaja dan kalangan terdidik, agar bisa
menggali potensi-potensi cerita dari unsur ekstrinsiknya yang lain seperti dari segi sosiokultural
DAFTAR PUSTAKA
Durachman, Memen. 2007. Aspek Pendidikan Sastra Anak. Melalui http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196306081988031-MEMEN_DURACHMAN/ASPEK_PENDIDIKAN_SASTRA_ANAK.pdf. 11 Desember 2012.
Hudayat, Asep Yusup. 2007. Modul Penelitian Sastra. Melalui http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/metode_penelitian_sastra.PDF. 11 Desember 2012.
http://awanadec.wordpress.com/2011/05/13/dongeng-sebagai-media-belajar/. 11 Desember 2012
http://blog.unnes.ac.id/cahsotoy/2009/12/11/halo-dunia/. 11 Desember 2012.