Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN
INTERNAL DAN NILAI KEISLAMAN
DI BAITUL MAAL WA TAMWIL
STUDI EMPIRIS PADA BMT WILAYAH JABODETABEK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
Oleh :
Bagaskara Nur Putra
11150820000063
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2019
i
ANALISIS EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DAN NILAI KEISLAMAN
DI BAITUL MAAL WA TAMWIL STUDI EMPIRIS PADA BMT WILAYAH JABODETABEK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
Oleh :
Bagaskara Nur Putra
11150820000063
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Rahmawati SE., M.M.
NIDN. 197708142006042003
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Senin 22 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
Nama : Bagaskara Nur Putra
No. Induk Mahasiswa : 11150820000063 Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
Baitul Maal Wa Tamwil
Studi Empiris Pada BMT Wilayah Jabodetabek
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 April 2019
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si. (…………………………..)
NIP. 19620502 199303 1 003 Penguji I
2. Masrul Huda SE., M.Si. (…………………………..)
NIP. 19630506 201411 1 001 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Senin 13 Juni 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
Nama : Bagaskara Nur Putra
No. Induk Mahasiswa : 11150820000063 Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
Baitul Maal Wa Tamwil
Studi Empiris Pada BMT Wilayah Jabodetabek
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan LULUS dan diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 Juni 2019
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si. (…………………………..)
NIP. 198107312006042003 Ketua
2. Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., Ak., CPA. (…………………………..)
NIP. 19620502 199303 1 003 Penguji Ahli
3. Rahmawati, SE., M.M. (…………………………..)
NIP. 19770814 20060 4 2003 Pembimbing
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Bagaskara Nur Putra
No. Induk Mahasiswa : 11150820000063 Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang telah ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 13 Juni 2019
(Bagaskara Nur Putra)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Bagaskara Nur Putra 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juli 1997
3. Alamat : Jalan Wijaya Kusuma 2/6/241 Kelurahan
Malakasari Kecamatan Duren Sawit Jakarta 4. Telepon : 081218718860
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan 1. SDN Malakasari 14 Pagi Tahun 2003-2009
2. SMP Negeri 139 Jakarta Tahun 2009-2012
3. SMK Negeri 48 Jakarta Tahun 2012-2015 4. S1 Akuntansi UIN Jakarta Tahun 2015-2019
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Nuradi
2. Ibu : Hawiyana Putri 3. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Anggota HMJ Akuntansi UIN Jakarta masa bakti 2015-2016. 2. Anggota Tax Center UIN Jakarta 2017-2018.
3. Ketua bidang Pengembangan dan Penelitian Tax Center UIN Jakarta.
V. Pengalaman Kerja
1. Tax Freelancer PT Semesta Mahsyur Indonesia 2017-2019. 2. Audit Associate 1 KAP Siddharta, Widjaja dan Rekan (KPMG
Indonesia) 2019-Sekarang.
VI. Prestasi 1. Pemegang beasiswa Gebyar akuntansi yang dilaksanakan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tahun 2017 2. Pemegang beasiswa PPA UIN Jakarta tahun 2018 3. 15 besar dalam kejuaraan akuntansi CPA Days yang dilaksanakan oleh
IAPI (Ikatan Akuntan Publik seluruh Indonesia) tahun 2018.
vii
ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
BAITUL MAAL WA TAMWIL
STUDI EMPIRIS PADA BMT WILAYAH JABODETABEK
ABSTRAK
Keberadaan Baitul maal wa tamwil (BMT) selama ini mampu menjadi alternatif masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomian, dalam hal pembiayaan usaha maupun pembiayaan untuk barang lainnya. BMT berhasil menyelamatkan masyarakat dari krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1998 maupun 2008. Akan tetapi banyak permasalahan yang dihadapi BMT. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian internal yang ada pada BMT. Selain itu BMT sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan syariat islam harus mampu melaksanakan kegiatan pengendalian internal sesuai dengan azas-azas keislaman yaitu berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas implementasi sistem pengendalian internal serta pengaplikasian prinsip-prinsip keislaman dalam baitul maal wa tamwil (BMT). Penelitian ini dilaksanakan di 44 BMT yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang serta Bekasi (Jabodetabek). Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif dengan cara observasi langsung, wawancara secara verbal dengan langsung mewawancarai pihak BMT dan non-verbal dengan kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari 5 komponen pengendalian Internal sesuai dengan COSO serta beberapa pertanyaan dikombinasikan dengan nilai Islam. Perangkat SPSS 2.5. digunakan untuk menganalisis data rata-rata (mean) dan standar deviasi. Hasil dari penelitian ini adalah BMT di wilayah Jabodetabek sudah secara efektif melaksanakan sistem pengendalian internal dengan nilai rata rata efektivitas sebesar 3,97. Serta BMT diwilayah Jabodetabek sudah secara baik menjalankan pengendaliannya sesuai dengan prinsip-prinsip islam, hal ini dapat dilihat dari SOP yang dibuat BMT sudah berdasarkan prinsip al-Quran dan as-Sunnah serta akad-akad yang dilaksanakan sudah sesuai dengan syariat.
Keyword : Internal Control, BMT, Islamic prespective
viii
ANALYSIS OF THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL
SYSTEM IN BAITUL MAAL WA TAMWIL
EMPIRICAL STUDY ON BMT JABODETABEK REGION
ABSTRACT
The existence of Baitul maal wa tamwil (BMT) has been able to be an alternative for the community in carrying out economic activities, in terms of business financing and financing for other goods. BMT managed to save the public from the financial crisis that occurred in 1998 and 2008. However, many problems faced by BMT. This is caused by the weak internal control system in BMT. In addition, BMT as a financial institution based on Islamic Sharia must be able to carry out internal control activities in accordance with Islamic principles, namely based on the Al-Quran and Sunnah. Therefore, this study aims to assess the effectiveness of the implementation of the internal control system and the application of Islamic principles in the Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). This research was conducted in 44 BMTs spread across Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek). The research method used is quantitative descriptive by direct observation, verbal interviews by directly interviewing the BMT and non-verbal with a questionnaire. This questionnaire consists of 5 components of internal control in accordance with COSO as well as several questions combined with Islamic values. SPSS 2.5 devices. used to analyze the average data (mean) and standard deviation. The results of this study are BMTs in the Greater Jakarta area that have effectively implemented an internal control system with an average effectiveness value of 3.97. As well as BMT in Jabodetabek area, it has well implemented its control in accordance with Islamic principles, this can be seen from the SOPs made by BMT that are based on the principles of the Koran and as-Sunnah and the contracts that are implemented are in accordance with the Shari'a.
Keyword : Internal Control, BMT, Islamic prespective
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang
berjudul: “Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Baitul Maal Wa
Tamwil Studi Empiris pada BMT wilayah Jabodetabek” dengan Shalawat serta
salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
teladan bagi insan di muka bumi. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini. Kedua orang tua Bapak Nuradi dan Ibu
Hawiyana Putri yang telah menjadi penyemangat terbesar dan terbaik dalam
hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada henti baik berupa doa
maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis. Adik penulis, Larasati Nur
Putri, yang telah memberikan doa, motivasi, inspirasi dan bantuan yang tiada
hentinya kepada penulis.
x
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si, Ak., CA., QIA., CRMP., BKP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fitri Damayanti SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rahmawati SE, MM. selaku dosen yang membimbing saya dalam
membuat penelitian ini yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan
sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
8. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias
Maslahah (Yogi, Fatih, Fiqih, dan Bening) yang selalu bersama-sama
berjuang dari semester awal hingga saat ini, memberikan bantuan, doa,
dukungan serta meluangkan waktu untuk penulis.
9. Sahabat Cuenk yang selalu menghibur dikala gundah gulana dalam proses
pembuatan skripsi.
10. Keluarga besar Tax Center UIN Jakarta yang dalam kesibukannya masing-
masing tetap memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.
11. Seluruh teman Akuntansi 2015 (khususnya Akuntansi B) yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis.
xi
12. Seluruh teman AFL 1 batch July (Kenneth, Salma, Aji, Vania, Chintya,
Ismah, Michelle, Dea) yang memotivasi saya untuk segera menyelesaikan
skripsi.
13. Seluruh teman Associate grup F KPMG (Ramadhi, Kenneth, Yansen,
Hansen, Kia, Nadila, Nicole, Vale, Sophia, Sendy, Nadya, dll) yang
memotivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi.
Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Agustus 2019
Bagaskara Nur Putra
xii
DAFTAR ISI
ANALISIS EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DAN NILAI NILAI KEISLAMAN DI BAITUL MAAL WA TAMWIL STUDI EMPIRIS PADA BMT WILAYAH JABODETABEK ................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................. 9
C. Rumusan Masalah ................................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 10
E. Manfaat Penelitian................................................................................. 11
BAB II............................................................................................................. 12
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 12
A. Tinjauan Literatur................................................................................. 12
1. Teori Sistem ....................................................................................... 12
2. Efektivitas Sistem Pengendalian Internal ............................................. 15
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 44
B. Metode Penentuan Sampel...................................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 46
D. Operasionalisasi Variabel ....................................................................... 46
E. Metode Analisis Data ............................................................................. 50
1. Uji Validitas ....................................................................................... 51
2. Uji Reliabilitas ................................................................................... 51
3. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 52
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 54
xiii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 54
B. Hasil Analisis Data ................................................................................. 59
C. Pembahasan .......................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 99
A. Kesimpulan ........................................................................................... 99
B. Saran ...................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................105
LAMPIRAN KUESIONER..............................................................................105
LAMPIRAN ALAMAT BMT ..........................................................................105
LAMPIRAN HASIL UJI VALIDITAS .............................................................105
LAMPIRAN HASIL UJI RELIABILITAS........................................................105
LAMPIRAN HASIL STATISTIK DESKRIPTIF ..............................................105
LAMPIRAN TABULASI DATA ......................................................................105
LAMPIRAN SURAT.......................................................................................105
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 38
Tabel 2 Definisi Operasional Variabel ............................................................ 47
Tabel 3 Kriteria Nilai Efektifitas Sistem Pengendalian Internal .................... 53
Tabel 4 Data Distribusi Sampel Penelitian ..................................................... 54
Tabel 5 Data Sampel Penelitian...................................................................... 55
Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 55
Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... 56
Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 56
Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ............................... 57
Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ................... 58
Tabel 11 Hasil Uji Validitas Lingkungan Pengendalian................................. 59
Tabel 12 Hasil Aktivitas Pengendalian ........................................................... 60
Tabel 13 Hasil Uji Validitas Penilaian Resiko ................................................ 60
Tabel 14 Hasil Uji Validitas Informasi dan Komunikasi................................ 61
Tabel 15 Hasil Uji Validitas Pengawasan ....................................................... 62
Tabel 16 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 63
Tabel 17 Statistik Deskriptid Skor Sistem Pengendalian Internal Masing - masing BMT………………………………………………………………………………………………….64
Tabel 18 Statistik Deskriptif Agregatif Sistem Pengendalian Internal........... 65
Tabel 19 Efektivitas Sistem Pengendalian Internal BMT Masing-masing Daerah ............................................................................................................ 66
Tabel 20 Statistik Deskriptif Komponen Lingkungan Pengendalian ............. 69
Tabel 21 Statistik Deskriptif Komponen Aktivitas Pengendalian .................. 71
Tabel 22 Statistik Deskriptif Komponen Penilaian Risiko ............................. 72
Tabel 23 Statistik Deskriptif Komponen Informasi dan Komunikasi ............ 74
Tabel 24 Statistik Deskriptif Komponen Pemantauan ................................... 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lembaga Keuangan dan Sasaran Masyarakat Usaha ...........2
Gambar 2 Kerangka Pemikiran .......................................................... ..43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KUESIONER……………………………………106
LAMPIRAN 2 ALAMAT BMT…………………………………113
LAMPIRAN 3 HASIL UJI VALIDITAS……………………….122
LAMPIRAN 4 HASIL UJI RELIABILITAS…………………...128
LAMPIRAN 5 HASIL STATISTIK DESKRIPTIF…...……….130
LAMPIRAN 6 TABULASI DATA………..……….…………….133
LAMPIRAN 7 SURAT………..…………………….……………139
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ialah Lembaga keuangan Syariah yang
beroperasi menggunakan gabungan konsep “Baitul Maal” dan “Baitul Tamwil”
dengan target operasionalnya fokus kepada sektor Usaha Kecil Menengah
(UKM). Konsep Baitul maal berarti BMT berperan sebagai Lembaga sosial
keagamaan yang memiliki fungsi untuk menerima dana Zakat, Infaq dan
Shadaqah serta Waqaf untuk disalurkan kepada yang berhak menerima dana
tersebut. Sedangkan konsep Baitul Tamwil, BMT mempunyai peranan sebagai
Lembaga bisnis maupun Lembaga keuangan yang bertujuan untuk mencari
keuntungan apapun lini bisnisnya (Rusby, Hamzah & Hamzah, 2016).
Mualim dan Abidin (2005) mengatakan bahwa BMT adalah organisasi
ekonomi yang berfokus pada perkembangan kerjasama dan investasi untuk
mengembangkan usaha mikro dan mengurangi kemiskinan melalui sistem
pembagian untung dan rugi. Menurut Pusat Inkubasi Bisnis Usaha dalam
Rusby (2016) Baitul Maal wa tamwil merupakan lembaga ekonomi berbasis
rakyat kecil untuk mengembangkan usaha produktif dan investasi berdasarkan
prinsip islam.
BMT dalam pelaksanaannya berlandaskan prinsip-prinsip Syariah Islam,
maka oleh karena itu karateristik ekonomi Islam haruslah menjadi panduan dan
perhatian khusus bagi jajaran pengurus BMT. Sehingga BMT dapat
2
mengaktualisasi keunggulan ekonomi Islam dan tidak ikut ke dalam arus
sistem ekonomi kapitalis yang matrealistis. Menurut Yafie, dalam Nurul Huda
(2009), karakteristik ekonomi Islam yang pertama adalah semua harta benda
adalah milik Allah Azza wa Jalla. Selanjutnya ialah keseimbangan antara
keruhanian dan kebendaan. Yang ketiga keadilan dan keseimbangan dalam
kepentingan individu dan masyarakat. Dan yang terakhir sistem yang memiliki
pengawasan yang berakar dari keimanan dan tanggung jawab kepada Allah
azza wa jalla.
Gambar 1.1 Lembaga Keuangan dan Sasaran Masyarakat Usaha
Pertumbuhan BMT cukup signifikan, berdasarkan data permodalan
Baitul Maal wa Tamwil (PBMT) ventura sebagai asosiasi BMT, jumlah BMT
yang terdapat di Indonesia sekitar 4.500 BMT pada tahun 2015. Dari 4.500
BMT yang beroperasi, 3,7 juta nasabah dilayani dan diperkirakan sebesar Rp16
triliun asset dikelola oleh 20 ribu orang (Medcom, 2018). Kementerian
Koperasi dan UKM mengeluarkan data tentang unit usaha yang di jalankan
oleh koperasi di Indonesia, terdapat 150.223 unit usaha dan sebanyak 1,5
persen koperasi telah berbadan hukum (Kementerian Koperasi & UKM, 2018).
3
Keberadaan BMT di Indonesia sudah menjadi langkah alternatif
penyedia layanan keuangan yang berbasis mikro. Menurut Wardiwiyono
(2012) ada 3 alasan yang membuat keberadaan BMT bertahan hingga sekarang.
Yang pertama adalah BMT dapat menjaring komunitas kecil yang ada di
Indonesia. Kelahiran BMT merupakan solusi bagi kelompok ekonomi
masyarakat bawah yang membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil.
BMT sebagai lembaga ekonomi rakyat kecil memiliki fungsi mengembangkan
usaha-usaha produktif dengan memberikan peluang bagi pengusaha kecil
mendapatkan modal lebih dalam menjalankan usaha dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip
syariah dan prinsip koperasi (Norvadewi, 2007 dan Keskin, Senturk, Sungur &
Kiris, 2010).
Alasan yang kedua tentang keberadaan BMT cukup mampu membasmi
keberadaan rentenir yang marak terjadi di Indonesia (Aziz, 2004). Ketiga,
BMT ikut berperan dalam menyelamatkan keadaan ekonomi Indonesia ketika
krisis melanda di tahun 1998 serta 2008 (Wardiwiyono, 2012).
BMT telah terbukti dapat bertahan hidup ketika krisis keuangan global
yang menggoyahkan stabilitas ekonomi Indonesia pada 2008. Selama krisis
keuangan global pada tahun 2008, ada peningkatan persentase pembiayaan
yang diberikan oleh BMT. Menurut BMT Summit pada 2009 melaporkan
bahwa pada tahun 2007, BMT di Indonesia memberikan pembiayaan sebesar
Rp 436,7 miliar dan meningkat menjadi 792,5 miliar pada tahun 2008. Pada
4
masa krisis keuangan global, BMT terdapat pengingkatan sebesar 81 persen
dari pembiayaan (BMT Center, 2009).
Akan tetapi, BMT juga mengalami kendala untuk berkembang dan
berkelanjutan. Ada BMT yang telah ditutup, seperti pada beberapa cabang dari
BMT Arta Amanah Pekalongan. Akan tetapi di sisi lain, fakta di lapangan
menunjukkan bahwa banyak BMT yang mengalami kerugian dan terancam
bangkrut. Selain itu, hal serupa juga terjadi di kota Bandung. Dari 32 BMT,
kini jumlahnya makin menciut dan tinggal 8 unit yang masih beroperasi
(Sumiyanto, 2008). Akibatnya, citra yang timbul di masyarakat adalah BMT
identik dengan lembaga yang sangat buruk, tidak dapat dipercaya, hanya
menjual isu syariah, bisnisnya orang yang ingin punya bank tapi tidak mau ikut
aturan perbankan dan sebagainya (Sari, 2012)
Beberapa penyebab tidak bertahannya BMT di Indonesia yang pertama
adalah tata kelola manajemen yang buruk, pengelola yang tidak amanah,
sumberdaya manusia yang tidak mampu bekerja secara profesional. Yang
kedua adalah indikasi bahwa BMT terlalu banyak menerima pembiayaan
sehingga mengalami kenaikan biaya operasional. Yang ketiga adalah pihak
manajemen selalu berpikiran untuk menaikan gaji dan kemakmuran dari
pegawai BMT (Widiyanto & Ismail, 2010)
Yang terakhir, sering ditemukannya rangkap jabatan antara manajemen
dengan pengawas sehingga tidak terjadi sebuah ekosistem pengendalian yang
baik di BMT (Widiyanto & Ismail, 2010). Masalah tersebut muncul karena
selama ini BMT hanya berfokus dalam kegiatan operasional saja tanpa
5
memperhatikan betapa pentingnya sistem pengendalian internal. Sistem
pengendalian internal memainkan peran penting dalam hal bagaimana
manajemen untuk menjalankan tanggungjawabnya. Padahal pemerintah telah
membuat peraturan jelas mengenai sistem pengendalian internal koperasi.
Menurut peraturan Kementrian Koperasi 39/Per/M.KUKM/XII/2007 pasal 1
poin 11 menyatakan “Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan kebijakan
dan prosedur yang dijalankan oleh pengawas, pengurus dan manajemen KJKS
dan UJKS Koperasi untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
keandalan informasi laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan
perundangundangan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi operasi.”
Selanjutnya Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 16 tahun 2015
pasal 1 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah oleh Koperasi yang berbunyi “Pengawasan Koperasi adalah upaya
yang dilakukan oleh pengawas koperasi, dewan pengawas syariah, pemerintah,
gerakan koperasi, dan masyarakat, agar organisasi dan usaha KSPPS dan
USPPS Koperasi diselenggarakan dengan baik sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.”
Selain itu sebagai sebuah institusi islam, BMT memiliki tanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya berdasarkan nilai nilai atau
prinsip keislaman. Pada dasarnya sudah dijelaskan tentang Sistem
Pengendalian Internal didalam Al-Quran dan Hadist. Dalam surat Al-Hujurat
ayat 6 dijelaskan “Wahai orang orang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar
6
kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena (kebodohan) kecerobohan, yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” Penjelasannya adalah kita harus
memeriksa serta menyelidiki terlebih dahulu segala informasi yang didapat
untuk menghidari becana yang dapat terjadi kepada orang lain. Sistem
pengendalian internal dilakukan sebagai tindakan preventif dan detektif agar
tidak terjadi kesalahan prosedur sehingga membuat entitas itu rugi atau gagal
dalam operasional (Hidayah&Putra, 2014).
Selain didalam surat Al-Hujurat ayat 6, sistem pengendalian internal juga
pernah diucapkan oleh Sahabat mulia Nabi Alaihi Shalatuwassalam yaitu Umar
bin Khattab Radhiayallhu Anhu. Sistem pengendalian internal di asumsikan
sebagai muhasabbah. Umar berkata “Hisab (evaluasi) diri sendiri sebelum kau
di adili di Yaumul Hisab” (At-Tirmidzi).
Dalam ungkapan Umar bin Khattab, menyatakan bahwa setiap tindakan
atau perbuatan perlu dilakukan evaluasi serta autorisasi terlebih dahulu. Untuk
kasus ini sistem pengendalian internal perlu dilakukan sebagai tindakan
evaluasi atas suatu proses yang terjadi di sebuah organisasi. Agar sebuah
organisasi dapat berjalan sesuai dengan nilai nilai Islam. Karena BMT sebagai
lembaga keuangan mikro syariah memiliki tanggung jawab agar dalam
kegiatan operasionalnya harus memperhatikan kepatuhan syariah.
Terlepas dari peraturan diatas, sistem pengendalian internal merupakan
sebuah alat membantu organisasi dalam hal ini BMT untuk mencapai
tujuannya (COSO, 1992). Manajemen memiliki tanggung jawab untuk
mempertahankan pengendalian yang memberikan keyakinan memadai bahwa
7
dalam organisasi tersebut terdapat sistem pengendalian internal yang layak
terhadap perlindungan aktiva dan catatan entitas serta dapat mendorong dan
memonitor efektivitas dan efisiensi (Messier, Glover, & Prawit, 2008).
Akan tetapi, perkembangan Baitul maal wa tamwil sebagai corong
pembiayaan yang dipercaya oleh masyarakat tidak diimbangi dengan sistem
pengendalian internal yang memadai. Hal tersebut akan mempengaruhi
keselamatan BMT dalam melanjutkan kegiatan operasionalnya. Karena sistem
pengendalian internal yang baik akan mempengaruhi kelangsungan hidup
organisasi itu sendiri (Putra, 2014).
Wardiwiyono (2012) melakukan penelitian tentang konsep sistem
kontrol internal pada BMT di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa BMT di Yogyakarta telah menerapkan system
control internal untuk kegiatannya. Ukuran yang digunakan dalam penilian
control internalnya adalah lima elemen yang terdapat didalam COSO yaitu,
Informasi dan Komunikasi, Pemantuan, Lingkungan Kontrol. Penilaian Risiko
dan Pengendalian Internal. Dalam studi ini juga ditemukan pengawasan dari
Dewan Pengawas Syariah rendah.
Penelitian Shanmugam, Haat dan Ali (2012) yang berjudul “The Impact
of Internal Control on the Performance of Small and Medium Enterprise:
Malaysian Evidence” menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat
ntara sistem pengendalian internal dengan kinerja dari usaha kecil menengah
yang berada di Malaysia. Karena UKM memiliki cakupan yang kecil, sehingga
8
pengendalian internal akan lebih mudah mengatur kegiatan usaha yang
dijalankan UKM. Sehingga kinerja dari UKM di Malaysia akan lebih baik lagi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah dan Putra (2014)
permasalahan Sistem Pengendalian Internal di 29 UKM yang terdapat di Kota
Malang pada umumnya terjadi karena kurangnya kemampuan manajerial,
sumber daya yang terbatas serta kurangnya peran pemilik dalam melakukan
pengawasan terhadap lini usahanya. Selain itu permasalah tidak berjalan
baiknya sistem pengendalian internal di dalam proses bisnis UKM dikarenakan
kegagalan pemilik UKM untuk menjalankan teknologi dan informasi di dalam
UKM.
Fitri dan Rini (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh komite
audit dan efektivitas sistem pengendalian internal di bank syariah di Indonesia.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran komite audit dan peran
auditor internal mempengaruhi efektivitas pengendalian internal secara
bersamaan. Secara parsial, komite audit tidak signifikan, tetapi auditor internal
memengaruhi efektivitas pengendalian internal.
Mardian & Haifa (2015) melakukan penelitian tentang Implementasi
Sistem Pengawasan Internal pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa system pengendalian internal di 13
BMT di kota Depok berjalan efektif. Menurut penelitian tersebut tingkat
efektivitas mencapai 86%. Sehingga kegiatan operasional dari BMT tersebut
bisa berjalan secara maksimal.
9
Kemudian hasil penelitian Yuwannita dan Ariani (2016) menunjukkan
hasil bahwa terdapat hubungan antara sistem pengendalian internal terhadap
indikasi kecurangan pelaporan keuangan pada koperasi Syariah di Nanggroe
Aceh Darussalam. Hal ini berarti bahwa sistem pengendalian internal di setiap
Baitul Qiradh telah diterapkan dengan baik sehingga potensi terjadinya
kelalaian manajerial bisa diminimalisir.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui implementasi dari sistem
pengendalian internal BMT di daerah Jabodetabek terhadap pengendalian
internal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa
manajemen telah melakukan implementasi atas pengendalian internal. Peneliti
berharap dengan adanya penelitian ini, manajemen BMT lebih berkomitmen
untuk melakukan pengendalian internal agar roda usaha BMT dapat terus
berputar serta mengalami perkembangan yang pesat. Karena fungsi BMT
dalam perekonomian masyarakat kecil lumayan vital. Dengan demikian
peneliti memberi judul skripsi ini sebagai “Analisis Efektivitas Implementasi
Sistem Pengendalian Internal Baitul Maal Wa Tamwil Studi Empiris pada
BMT wilayah Jabodetabek”.
B. Identifikasi Masalah
Sebagai lembaga keuangan mikro, BMT memiliki tanggung jawab besar
dalam mengelola dana anggota maupun non anggota agar lebih jelas
peruntukannya. Akan tetapi, terdapat banyak kendala dalam mencapai tata
kelola yang baik di BMT. Menurut Wardiwiyono (2012), banyak pengurus
10
BMT yang tidak memahami tata cara pengelolaan yang baik di BMT, banyak
pengurus yang tidak profesional dalam menjalankan amanah dari RAT.
Mualim dan Abidin (2005) dalam Wardiwiyono (2012) masalah kontrol dan
ketidakpahaman manajemen tentang opersional menjadi penyebab tingginya
kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar,
diragukan dan macet.
Wardiwiyono (2012) dan Mardian & Haifa (2015) mengatakan walaupun
BMT telah melaksanakan kegiatan sistem pengendalian internal. Akan tetapi
pada praktiknya secara fungsi sistem pengendalian dari tiap BMT masih
tergolong rendah maka dari itu peneliti ingin menilai efektivitas dari Sistem
Pengendalian Internal pada BMT di area Jabodetabek. Selain itu, peneliti ingin
mengetahui seberapa besar BMT telah mengaplikasikan nilai keislaman di
dalam sistem pengendalian internalnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Sistem Pengendalian Internal dari BMT di daerah Jabodetabek
sudah berjalan efektif ?
2. Apakah nilai-nilai keislaman sudah diterapkan didalam sistem
pengendalian internal BMT di daerah Jabodetabek ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini, maka tujuan dari penelitian antara lain :
11
1. Menganalisis Efektivitas dari Sistem Pengendalian Internal dari BMT
yang berlokasi di Jabodetabek.
2. Megetahui nilai nilai islam yang sudah diterapkan didalam sistem
pengendalian internal BMT di daerah Jabodetabek.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini dapat bermanfaat atas
hal-hal sebagai berikut:
1. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk menambah
ilmu pengetahuan terkait dengan sistem pengendalian internal di BMT.
2. Peneliti berikutnya,sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
3. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai implementasi sistem pengendalian internal Baitul Maal Wa
Tamwil.
4. Sebagaimana tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi untuk menilai implementasi sistem pengendalian internal yang
ada di Baitul Maal Wa Tamwil. Sehingga keberlangsungan BMT dapat
terus berjalan dan berkembang. Jika melihat kondisi demografi
Indonesia, model usaha mikro seperti BMT ini akan terus menjadi pilihan
untuk rakyat. Karena BMT dapat menjangkau hingga lini terkecil dari
komunitas kerakyatan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari
beberapa unsur (elemen). Unsur, komponen atau bagian yang banyak ini
satu sama lain berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional.
Masing-masing kohesif satu sama lain, sehingga ketotalitasannya unit
terjaga utuh eksistensinya. Tinjauan tersebut adalah pandangan dari segi
bentuknya. Jadi pengertian sistem, disamping dapat diterapkan pada hal
yang bersifat “immaterial” atau suatu proses “immaterial”, juga dapat
diterapkan pada hal yang bersifat material. Untuk yang bersifat
“immaterial” penguraian atau penentuan “model”-nya lebih cenderung
berfungsi sebagai alat analisis dan merupakan cara, tata, rencana, skema,
prosedur atau metode. Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya
berpatron (berpola) dan konsisten, bahkan mekanismenya sering disebut
otomatis.
Sementara itu menurut David Easton (1984:395) sistem adalah:
Teori sistem adalah suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu
antara sub-sub sistem dengan sistem sebagai suatu unit (yang bisa saja
berupa suatu masyarakat, serikat buruh, organisasi pemerintah). Easton
juga meringkas ciri-cirinya sebagai berikut:
13
a. Sistem mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan
fungsional yang terutama dilandasi oleh beberapa bentuk
komunikasi.
b. Sistem terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya
saling melakukan pertukaran (seperti antara desa dengan
pemerintah daerah atau antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat).
c. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari
dan menerjemahkan masukan (input) kedalam beberapa jenis
keluaran (output).
Carl. D. Friedrich dalam buku “Man and his Government”
mengemukakan definisi sistem, yaitu Apabila beberapa bagian yang
berlainan dan berbeda satu sama lain membentuk suatu kesatuan,
melaksanakan hubungan fungsional yang tetap satu sama lain serta
mewujudkan bagian-bagian itu saling tergantung satu sama lain. Sehingga
kerusakan suatu bagian mengakibatkan kerusakan keseluruhan, maka
hubungan yang demikian disebut sistem (Sukarna, 1981).
Dari penjelasan David Easton (1984) dapat ditarik pengertian
bahwa, suatu sistem merupakan seperangkat komponen yang saling terkait
dan saling tergantung yang melakukan interaksi untuk mencapai suatu
tujuan. Komponen atau sub-sistem ini saling bergantung, karena saling
bergantung satu dengan yang lain jika terjadi kesalahan di salah satu sub-
14
sistem maka akan mempengaruhi komponen sub-sistem yang lain. Sistem
sangat erat kaitannya dengan suatu organisasi. Karena organisasi adalah
sebuah sistem yang kompleks yang dibagi dalam berbagai sub-sistem
(Unit, divisi, departemen, dll) dan karenanya suatu sistem yang kompleks
memerlukan sistem kontrol atas berbagai sub-sistem demi
keberlangsungan organisasi tersebut. Sistem pengendalian internal yang
efektif adalah sistem terintegrasi dengan komponen yang saling terkait,
prinsip dan atribut pendukung. Harvey dan Brown (1998)
mengidentifikasi lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur
pengendalian sebagai komponen utama pengendalian internal. Menurut
Grieves, sistem pengendalian internal yang terdapat di perusahaan terdiri
dari: pengawasan manajemen dan budaya kontrol; pengakuan dan
penilaian risiko; kontrol kegiatan dan pemisahan tugas; informasi dan
komunikasi dan kegiatan pemantauan dan memperbaiki kekurangan
(Grieves, 2000).
The Committee of Sponsoring Organizations (COSO) ditugaskan
pada tahun 1980an oleh The National Commission on Fraudulent
Financial Reporting untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya
kecurangan laporan keuangan perusahaan serta membuat rekomendasi,
sejak itu pembahasan tentang manajemen risiko perusahaan, pengendalian
internal dan pencegahan fraud mulai banyak berkembang. (Amudo &
Inanga, 2009). Pada tahun 1992, COSO memperkenalkan Internal
Control-Integrated Framework, yang mahsyur dikenal dengan COSO
15
Framework. Kerangka tersebut menggambarkan sistem pengendalian
internal suatu organisasi ke dalam 5 komponen yang terintegrasi yang
harus ada di tiap kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan usaha.
Komponen tersebut adalah 1. Lingkungan pengendalian; 2. Penilaian
Risiko; 3. Aktivitas Pengendalian; 4. Informasi dan Komunikasi dan; 5.
Aktivitas Pengawasan. (COSO, 2011).
Sistem pengendalian internal merupakan sistem yang terintegrasi,
Sistem pengendalian internal terintegrasi dengan proses manajemen dalam
mencapai seluruh tujuan organisasi. Dalam mencapai tujuan organisasi,
kelima komponen dari kerangka COSO harus terdapat didalam seluruh
kegiatan dan unit yang ada di dalam organisasi. Layaknya suatu sistem
tubuh, komponen sistem pengendalian internal dan kegiatan bisnis harus
selalu berhubungan agar tercapai sistem pengendalian internal yang
efektif. Interaksi yang mulus dan kolaboratif dari sistem pengendalian
internal dengan proses bisnis adalah prasyarat untuk efektivitas sistem
kontrol internal (PriceWaterhouse Coopers, 2007).
2. Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
Efektivitas sistem pengendalian internal tergantung dengan
bagaimana sistem tersebut dapat melebur dengan komponennya dan bisa
tertanam didalam proses bisnis perusahaan. Sebuah sistem pengendalian
internal harus efektif serta dapat memberikan keyakinan kepada jajaran
manajemen. Menurut COSO, Sebuah sistem pengendalian internal dapat
16
dinilai efektif dengan tingkat level yang tinggi jika manajemen dapat
mencapai 3 hal, yaitu :
a. Operasi yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan tujuan
perusahaan
b. Laporan keuangan yang di terbitkan memberikan informasi yang
dapat diandalkan
c. Patuh terhadap aturan berlaku (COSO, 1992).
Kerangka sistem pengendalian internal terlalu banyak menjelaskan
teori dari tiap komponen yang berbeda dari sistem dan metode untuk
mendesain sebuah sistem pengendalian internal. Karena terlalu terfokus
dengan hal tersebut didalam kerangka sistem pengendalian internal tidak
dijelaskan bagaimana tiap komponen tersebut dapat diukur untuk
menetukan efektivitas dari sistem pengendalian internal.
Efektivitas dari sistem pengendalian internal dicapai dari 5
komponen yang bekerja dari sistem tersebut. Karena itu, dalam menilai
efektifitas dari sistem pengendalian internal kelima komponen dari
kerangka sistem pengendalian internal harus saling berhubungan. Dalam
memutuskan sistem pengendalian internal di suatu organisasi berjalan
efektif atau tidak adalah keputusan yang subyektif dari penilaian tiap
komponen sistem yang berjalan di dalam tubuh organisasi (COSO, 2011).
Dalam menilai efektivitas sistem pengendalian internal, evaluator harus
memahami cara kerja masing masing component, tujuan dari pembuat
17
kebijakan dan asumsi yang mendasari komponen pengendalian serta
memahami bagaimana pengendalian dilakukan di perusahaan. Maka dari
itu dalam menilai efektivitas sistem pengendalian internal dari Baitul Maal
wa Tamwil, harus didasari dari prinsip pengendalian internal yang
diterbitkan COSO.
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila
dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi
memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas
(output) barang dan jasa.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.
Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak
tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang
diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
3. Sistem Pengendalian Internal
a. Pengertian
American Institute of Certified Public Accountants menerbitkan
laporan khusus Pengendalian Intern pada tahun 1949. Pada tanggal 19
Desember 1977, Amerika Serikat menerbitkan Undang-undang praktik
korupsi luar negeri (FCPA). Menanggapi kejatuhan lembaga keuangan
yang terjadi pada 1980-an, American Institute of Certified Public
18
Accountants (AICPA) membentuk COSO pada tahun 1985. COSO
mengembangkan Control Integrated Framework 1992 dengan
menambahkan ruang lingkup konsep tentang manajemen dan strategi
risiko.
Pengendalian intern yang didefinisikan oleh COSO (1992) adalah
sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan
dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut
ini: (1) efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan pelaporan
keuangan serta (3) kepatuhan kerhadap hukum dan peraturan yang
berlaku)
COSO (2006) menerbitkan Internal Control over Financial
Reporting: Guidance for Smaller Public Companies. COSO
mempublikasikan Guidance on Monitoring Internal Control Systems
pada tahun 2009 sebagai panduan bagiperusahaan dalam melakukan
pengawasan intern yang efisien dan efektif.
Menurut Arens (2008) pengendalian internal adalah proses yang
dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai
pencapaian tujuan manajemen tentang reliabilitas pelaporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
19
b. Tujuan dan Komponen Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal menurut COSO adalah
pengendalian internal dirancang untuk memberi keyakinan penuh
tentang pencapaian dalam hal efektivitas dan efisiensi operasi, leandalan
informasi keuangan, dan ketaatan dalam hukum dan peraturan. (Sawyer,
2005).
Menurut Boynton (2003) dan Arens (2008), biasanya manajemen
memiliki 3 tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal
yang efektif, yaitu :
20
1) Reliabilitas pelaporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan
bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen
memikul baik tanggung jawab hukum maupun professional untuk
memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai
dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip – prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP). Tujuan pengendalian internal yang
efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab
pelaporan keuangan tersebut.
2) Efisiensi dan efektivitas operasi.
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong
pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk
mengoptimalkan sasaran – sasaran perusahaan. Tujuan yang
penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi
keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi
perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
3) Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Selain mematuhi ketentuan hukum, organisasi – organisasi
publik, nonpublik, nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum
dan peraturan. Sedangkan menurut Hall (2007), pengendalian
internal memiliki 4 tujuan utama :
21
a) Untuk menjaga aktiva perusahaan
b) Untuk memastikan akurasi dan diandalkannya catatan dan
informasi akuntansi.
c) Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan
d) Untuk mengatur kesesuaian dan kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan manajemen
Dari beberapa tujuan pengendalian internal yang telah
diungkapkan oleh beberapa ahli. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengendalian internal itu dapat membantu perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan pada bagian-bagian utama dari
perusahaan, yaitu dari aktivitas, laporan keuangan, dan yang
terakhir adalah kepatuhan perusahaan atas peraturan dan hukum
yang berlaku. Dan pengendalian internal dapat membantu
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan yang sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Arens (2010:273) menjelaskan tentang lima komponen
pengendalian internal sebagai berikut :
a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Menunjukkan suasana dalam suatu organisasi/
perusahaan yang mempengaruhi kesadaran pengendalian
dari orang orang dalam organisasi tersebut. Lingkungan
pengendalian ini merupakan fondasi bagi komponen lainnya
22
dan sangat dipengaruhi oleh suasana yang diciptakan dari
atas atau tone at the top. COSO dalam Reding, et al (2013)
bahwa lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai
seperangkat standar, proses, dan struktur yang memberikan
dasar umtuk melaksanakan pengendalian internal di seluruh
organisasi.
Prinsip lingkungan pengendalian internal terdiri: (1)
Integritas dan nilai etika organisasi. (2) Parameter-
parameter pelaksanaan tugas dan tanggungjawab direksi
dalam mengelola organisasinya. (3) Struktur organisasi,
tugas, wewenang dan tanggungjawab. (4) Proses untuk
menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu
yang kompeten. (5) Ketegasan mengenai tolak ukur kinerja,
insentif, dan penghargaan untuk mendorong akuntabilitas
kinerja organisasi.
COSO (2013) menyatakan bahwa pengendalian dapat
terwujud dengan baik apabila diterapkan 5 (lima) prinsip
dalam pelaksanaan pengendalian internal : (1) Organisasi
yang terdiri dari dewan direksi, manajemen, dan personil
lainnya menunjukkan komitmen terhadap integritas dan
nilai-nilai etika. (2) Dewan direksi menunjukkan
independensi dari manajemen dan dalam mengawasi
pengembangan dan kinerja pengendalian internal. (3)
23
Manajemen dengan pengawasan dewan direksi menetapkan
struktur, jalur-jalur pelaporan, wewenang-wewenang dan
tanggung jawab dalam mengejar tujuan.
b) Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Merupakan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan
mengelola berbagai risiko dalam organisasi dikaitkan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Dalam COSO (2013) bahwa penilaian risiko melibatkan
proses yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan meniai risiko
terhadap pencapaian tujuan.
Risiko itu sendiri sebagai suatu kemungkinan bahwa suatu peristiwa
akan terjadidan mempengaruhi pencapaian tujuan entitas, dan risiko
terhadap pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini dianggap relatif terhadap
toleransi risiko yang ditetapkan.oleh karena itu, penilaian risiko membentuk
dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola oleh organisasi.
Reding, et al (2013) menyatakan bahwa penilaian risiko mencakup prinsip
sebagai berikut :
a) Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup unuk
memungkinkan identifikasi dan penilaian risiko yang berkaitan
dengan tujuan.
b) Organisasi mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian tujuan di
seluruh entitas dan analisis risiko sebagai dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
24
c) Organisasi menganggap potensi untuk kecurangan dalam menilai
risiko terhadap pencapaian tujuan.
d) Organisasi mengidentifikasi perubahan secara signifikan dapat
mempengaruhi pengendalian internal.
c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
COSO (2013:5) aktivitas pengendalian adalah tindakan-tindakan
yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang
membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko
terhadap pencapaian tujuan dilakukan pada seluruh entitas, pada berbagai
tahap proses bisnis. Mencakup kebijakan dan prosedur untuk membantu
meyakinkan bahwa semua tindakan dilaksanakan sesuai dengan arahan
manajamen secara efektif. Reding at al (2013) menyebutkan bahwa prinsip
aktivitas pengendalian antara lain:
a) Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko terhadap pencapaian
tujuan ke tingkat yang dapat diterima.
b) Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian
atas teknologi utnuk mendukung pencapaian tujuan.
c) Organisasi menyebarkan kegiatan pengendalian melalui kebijakan
yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang
menempatkan kebijakan ke dalam tindakan.
d) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
25
Sistem informasi dan komunikasi memungkinkan orang-
orang dalam organisasi untuk memperoleh dan berbagi informasi
yang diperlukan untuk mengelola, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan operasional. COSO (2013:5) menjelaskan
bahwa informasi sangat penting bagi setiap entitas untuk
melaksanakan tanggungjawab pengendalian internal guna
mendukung pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Informasi yang diperlukan yaitu informasi yang relevan dan
berkualitas baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal
dan informasi yang digunakan untuk mendukung fungsi komponen-
komponen lain dari pengendalian internal. Informasi diperoleh
ataupun dihasilkan melalui proses komunikasi antar pihak internal
maupun eksternal yang dilakukan secara terusmenerus dan berbagi.
Kebanayakan organisasi membangun suatu sistem informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang andal, relevan dan tepat
waktu.
Dalam COSO (2013:7) selanjutnya menegaskan ada 3 (tiga)
prinsip yang mendukung komponen informasi dan komunikasi
dalam penendalian internal yaitu:
a) Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan
menggunakan informasi yang berkualitas dan yang
relevan untuk mendukung fungsi pengendalian
internal.
26
b) Organisasi secara internal mengkomunikas ikan
informasi, termasuk tujuan dan tanggungjawab untuk
pengendalian internal dalam rangka mendukung fungsi
pengendalian internal.
c) Organisasi berkomunikasi dengan pihak eksternal
mengenai hal-hal yang mempengaruhi fungsi
pengendalian internal.
d) Pemantauan (Monitoring)
Proses penilaian terhadap kualitas dan efektivitas dari sistem
pengendalian intern, termasuk modifikasi dan penyempurnaannya
apabila diperlukan. COSO (2013:5) menjelaskan bahwa
pemantauan merupakan kegiatan evaluasi dengan beberapa
bentuk apakah yang sifatnya berkelanjutan, terpisah ataupun
kombinasikeduanya yang digunakan untuk memastikan apakah
masing-masing dari lima komponen pengendalian ada dan
berfungsi.
Kegiatan pemantauan meliputi proses penilaian kualitas
kinerja pengendalian internal sepanjang waktu, dan memastikan
apakah semuanya dijalankan seperti yang diinginkan serta telah
sesuai dengan perubahan keadaan. Pemantauan harus
dilaksanakan oleh personal yang semestinya melakukan pekerjaan
tersebut, baik pada tahap desain ataupun pengoperasian
27
pengendalian pada waktu yang tepat, guna memastikan apakah
pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan
dan untuk menentukan apakah pengendalian tersebut telah
disesuaikan dengan perubahan keadaan yang selalu dinamis.
4. Sistem Pengendalian Internal dalam Perspektif Islam
Muhammad Baqir Al Sadr (2008) dalam Putra (2014)
mengungkapkan, ada dua aspek dalam aktivitas produksi. Yang pertama
adalah aspek obyektif, yang terdiri dari fasilitas yang telah digunakan,
sumber daya alam yang diolah dan dikeluarkan bekerja kegiatan produksi.
Kedua adalah aspek subyektif, yang terdiri dari motif psikologis, tujuan
yang ingin dicapai melalui kegiatan produksi dan evaluasi kegiatan
produksi.
Karena itu, sistem pengendalian internal bila dilihat dari aspek
obyektif dalam studi tentang Islam dijelaskan sebagai berikut. Aspek
obyektif dari kegiatan produksi adalah sumber studi ekonomi, dalam
hubungannya dengan ilmu pengetahuan lain untuk menemukan peraturan
yang mengendalikan produksi dan sumber daya alam, untuk berubah
manusia menguasai peraturan dan menggunakannya untuk mengatur
produksi agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Selanjutnya,
pengendalian intern menurut aspek subyektif adalah mengevaluasi proses.
Hal ini dapat dinilai dengan cara melihat aktivitas dari suatu kegiatan
pengendalian internal. Tujuan akhirnya mengarah pada peningkatan
kualitas dan kuantitas (Muhammad Baqir Al Sadr, 2008).
28
Jika dibandingkan dengan dengan konsep konvensional, pada
dasarnya tujuan sistem pengendalian internal memiliki kesamaan. Yang
membedakan adalah dalam perspektif islam dasar dari penentuan tujuannya
adalah al Quran serta as-Sunnah (Mardi, 2011). Berikut adalah muhasabah
yang merupakan suatu aplikasi dari sistem pengendalian internal yang
berasal dari al-Quran dan as-Sunnah.
Muhasabah berasal dari kata 'hasibah' yang berarti 'hisab' atau
dihitung. Muhasabah identik dengan penilaian sendiri atau evaluasi atau
introspeksi diri. Karena itu, seorang Muslim dalam melakukan muhasabah,
harus memiliki penilaian diri, apakah ia berbuat baik perbuatan atau
melakukan banyak kesalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Seorang
Muslim harus objektif dalam melakukan penilaian berdasarkan Al-Qur'an
dan Sunnah bukan berdasarkan penilaian sendiri yang tak berdasar.
Dalam surat Al-Hujurat ayat 6 dijelaskan “Wahai orang orang
beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena (kebodohan) kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.” Penjelasannya adalah kita harus memeriksa serta
menyelidiki terlebih dahulu segala informasi yang didapat untuk
menghidari becana yang dapat terjadi kepada orang lain. Sistem
pengendalian internal dilakukan sebagai tindakan preventif dan detektif
agar tidak terjadi kesalahan prosedur sehingga membuat entitas itu rugi atau
gagal dalam operasional (Hidayah&Putra, 2014).
29
Selain didalam surat Al-Hujurat ayat 6, sistem pengendalian internal
juga pernah diucapkan oleh Sahabat mulia Nabi Alaihi Shalatuwassalam
yaitu Umar bin Khattab Radhiayallhu Anhu. Sistem pengendalian internal
di asumsikan sebagai muhasabbah. Umar berkata “Hisab (evaluasi) diri
sendiri sebelum kau di adili di Yaumul Hisab” (At-Tirmidzi).
Dalam ungkapan Umar bin Khattab, menyatakan bahwa setiap
tindakan atau perbuatan perlu dilakukan evaluasi serta autorisasi terlebih
dahulu. Untuk kasus ini sistem pengendalian internal perlu dilakukan
sebagai tindakan evaluasi atas suatu proses yang terjadi di sebuah
organisasi. Agar sebuah organisasi dapat berjalan sesuai dengan nilai nilai
Islam. Karena BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah memiliki
tanggung jawab agar dalam kegiatan operasionalnya harus sesuai dengan
standar kepatuhan syariah. Contoh dari standar kepatuhan yang dapat
dilakukan oleh pihak BMT adalah mengintegrasikan nilai nilai keislaman
dalam sistem operasional prosedur dari BMT, melaksanakan integrasi zakat,
menekankan etika moral Islam dalam pelaksanaan operasionalnya sampai
mengaplikasikan sistem akuntansi Syariah yang sudah ditetapkan sebagai
standar pelaporan suatu entitas Syariah.
30
5. BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
a. Pengertian
BMT adalah modifikasi institusi dari baitul maal pada periode
Nabi Muhammad (SAW). Tidak seperti baitul maal, BMT tidak hanya
memainkan peran sosial yang non-profit motif, tetapi juga memainkan
peran komersial yang motif keuntungan (Nasirwan, 2009). Selain
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf
untuk kesejahteraan sosial, BMT juga dapat bertindak sebagai perantara
keuangan, seperti halnya bank Islam, untuk mencari tahu bagaimana
caranya, jika ada aturan hukum Islam (Soemitra, 2009).
Seperti bank syariah, ada empat kegiatan yang dapat dilakukan
oleh BMT (Utami dan Setiawan, 2006; Soemitra, 2009; Widiyanto dan
IRail, 2010; Widyowati, 2012). Kegiatan tersebut adalah:
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, infaq, sadaqah dan waqaf
(Soemitra, 2009); aktivitas pendanaan; aktivitas pendanaan dan aktivitas
layanan (Widiyanto dan IRail, 2010). Untuk kegiatan pendanaan, Utami
dan Setiawan (2006) dalam Widyowati (2012) menegaskan bahwa BMT
biasanya menerapkan prinsip penyimpanan (wadiah) dan prinsip
pembagian laba, terutama mudharabah, sedangkan untuk kegiatan
layanan, BMT menyediakan layanan seperti kafalah, hiwalah, wakalah
danrahn (Karim, 2004).
Terkait dengan kegiatan pendanaan, diskusi ini dipisahakan
menjadi bagian berikutnya. Selain itu, BMT di Indonesia juga
31
mengambil peran penting sebagai perantara (mediator) antara bank
syariah dan pelanggan, terutama untuk memberikan laporan keuangan
perusahaan keuangan perusahan (Seibel, 2008; RepublikaNewsroom,
2009). Alasannya adalah sebagai berikut: usaha mikro dan kecil di
Indonesia Indonesia biasanya tidak melakukan pencatatan akuntansi
yang baik, oleh karena itu, Indonesia merupakan birokrasi bank sentral
yang bermasalah dan mengendalikan keuangan yang diberikan kepada
perusahaan-perusahaan tersebut. Bahkan yang terburuk, pendanaan
ekuitas adalah hubungan berbasis kepercayaan, yang sangat berisiko
(Seibel, 2008). Untuk meminimalkan kelemahan ini, maka, melalui
BMT, bank syariah di Indonesia memberikan pembiayaan ekuitas
mereka kepada usaha mikro dan kecil sebagai salah satu kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaan mereka.
b. Dasar Hukum BMT
Dasar Hukum BMT BMT dapat didirikan dalam bentuk
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau berbentuk Koperasi.
1) Dalam bentuk KSM
Bila BMT didirikan dalam bentuk KSM, maka BMT akan
mendapat sertifikasi operasi dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK) yang mendapat pengakuan dari Bank Indonesia
(BI) sebagai lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang
mendukung program hubungan bank dengan KSM. KSM juga
32
dapat berfungsi sebagai prakoperasi dengan tujuan
mempersiapkan segala sesuatu supaya BMT bisa menjadi
koperasi BMT. Bila pengurus siap untuk mengelola BMT dengan
baik dengan badan hokum koperasi, maka BMT dapat
dikembangkan dengan badan hokum koperasi.
2) Dalam Bentuk Koperasi
Bila pada awal pendirian telah ada kesiapa, maka BMT
langsung didirikan dengan Badan Hukum Koperasi.
c. Prinsip dan Produk Baitul Maal Wa Tamwil
1) Prinsip dasar BMT
Penting bagi pengelola dalam melakukan pengelolaan usaha
senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip dasar koperasi, yakni:
a) Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela
Keanggotaan tidak didasari oleh fanatisme atau
diskriminasi tertentu yang membuat tidak siap beradaptasi
menghadapi perubahan.
b) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi
Organisasi koperasi memang didesain untuk
menghindari penguasaan mayoritas. Koperasi didasari sesuai
dengan prinsip musyawarah dan mufakat.
33
c) Pembagian SHU diatur atas dasar jasa anggota
Koperasi ini harus memegang prinsip pembagian SHU
sesuai dengan kontribusi para anggota. Keaktifan anggota
menjadi tolak ukur pembagian SHU serta menjadi motor
perkembangan koperasi.
d) Opersional Koperasi harus berbasis Syariah
Koperasi harus memgang prinsip Ekonomi Islam yang
mengharamkan unsur-unsur aktifitas transaksi yang haram
seperti maysir, gharar, risywah dan riba. Untuk mengawal
gerakan KJKS agar berjalan sesuai Syariah, maka pengurus
dan pengelola didampingi dewan pengawas Syariah.
e) Bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat
Visi dan misinya harus berorientasi melakukan
pemberdayaan ekonomi. Jadi tidak semata-mata mengejar
keuntungan (profit oriented)
f) Pengelolaan usaha bersifat terbuka
Mengedepankan praktik pengelolaan usaha yang
mengacu pada good corporate governance yang salah
satunya menekankan transparansi.
34
g) Swadaya, Swakerta, dan Swasembada
Koperasi harus dapat menjadi wadah yang
menampung peran serta, minat, dan kepentingan demi
kemandirian dan martabat anggota dan masyarakat.
d. Produk-produk BMT
1) Produk penghimpun dana BMT
Pada sistem operasional BMT Islam, pemilik dana
menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan
bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.
Produk penghimpun dana lembaga keuangan syariah adalah :
a) Giro Wadiah, adalah akad simpanan yang bisa ditarik kapan
saja. Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola.
Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak
mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro
oleh BMT.
b) Tabungan Mudharabah, adalah dana yang disimpan
nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh
keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah
berdasarkan kesepakatan nasabah.
35
c) Deposito Mudharabah, adalah BMT berhak melakukan
berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan Syariah
Islam dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana
(mudharabah mutlaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib
sedangkan nasabah sebagai shahibul maal.
2) Produk Pembiayaan BMT
Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan, BMT Islami
menempuh mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kebutuhan
permodalan (equity financing) dan investasi berdasarkan imbalan
melalui mekanisme jual-beli (ba’i) sebagai pemenuhan kebutuhan
pembiayaan (debt financing).
a) Equity Financing
Ada dua macam dalam kategori ini, yaitu :
a) Pembiayaan Musyarakah (Join Venture Profit Sharing),
adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
b) Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak pertama menyediakan
36
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
b) Debt Financing
Debt Financing, dilakukan dengan Teknik jual beli.
Bentuk dari debt financing adalah sebagai berikut :
a) Murabahah, BMT membeli barang kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan harga jual senilai
harga beli plus keuntungan. BMT harus memberi tahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah
berikut biaya yang diperlukan. Nasabah membayar
harga barang yang telah disepakati dalam jangka
waktu tertentu.
b) Bai’ as-salam, adalah jual beli barang dengan cara
pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu
dengan syarat-syarat tertentu. Transaksi ini biasanya
dipergunakan untuk pembiayaan pertanian jangka
pendek seperti padai, jagung, dan cabai serta untuk
pembiayaan barang industry seperti produk garmen.
c) Bai’al-istishna, merupakan akad jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
37
antara pemesan. Transaksi ini biasanya dipakai untuk
pembiayaan konstruksi barang-barang manufaktur
jangka pendek.
d) Al Ijarah, adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
38
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dilihat dalam
tabel 2.1
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Sartini Wardiwiyono (2012)
Internal control system for Islamic micro financing An exploratory study of Baitul Maal wat Tamwil in the City of Yogyakarta Indonesia
Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menunjukkan bahwa BMT di Yogyakarta sudah menerapkan Sistem Pengendalian Internal walaupun masih ada kelemahan. Kelima aspek yang ada di dalam COSO terpenuhi.
39
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
2 Sepky Mardian & Rabitha Nadia Haifa (2015)
Implementing The Internal Control System In The Islamic Microfinance Institution
Penelitian kualitatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern pada 13 BMT di Depok berjalan efektif. Hal ini didukung oleh hasil jawaban kuesioner yang berkaitan dengan efektivitas pengendalian internal sebesar 86%. Ada kelemahan pada kurangnya pemeriksaan spontan pada penggunaan dana oleh nasabah, ketidaklengkapan flowchart dan pra-nomor dokumen.
3 Abdul Ghafar Ismail (2014)
Sustainability of BMT financing for Developing Micro-enterprises
Penelitian Kualitatif
Hasil menunjukkan bahwa ada kesenjangan dalam skor efisiensi yang diperoleh dari model CCR dan BCC. Ini menunjukkan bahwa BMT masih menghadapi masalah manajerial. Kedua, pembiayaan mikro syariah berguna untuk mengembangkan usaha mikro dan memberikan kontribusi manfaat sosial yang besar bagi masyarakat dalam beberapa cara. Meskipun efisiensi profitabilitas BMT relatif rendah, karena umumnya BMT telah menghasilkan keuntungan dan manfaat sosial, pembiayaan syariah dapat diprediksi berkelanjutan - mampu menyediakan pembiayaan Islami yang layak.
40
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
4 Hans Dieter Seibel (2014)
Islamic Microfinance: The Challenge of Institutional Diversity
Penelitian kualitatif.
Keuangan mikro syariah, kurangnya permintaan masyarakat luas dan keahlian perbankan syariah, sejauh ini lebih bersifat politis daripada proyek ekonomi di Indonesia. Pengalaman berbeda secara substansial berdasarkan sub-sektor. Hanya bank-bank komersial yang tampaknya dapat dengan cepat memperoleh seni perbankan Islam dengan melatih orang-orang muda dan dinamis; tetapi sebagian besar bank komersial tidak memiliki pengalaman dalam keuangan mikro sebagai bidang khusus. Ini dapat berubah dengan masuknya unit BRI baru-baru ini dan beberapa bank lain ke dalam perbankan syariah. Bank Islam, tidak seperti bank pedesaan konvensional, telah gagal membuktikan diri sebagai penyedia layanan keuangan mikro yang efisien dan dinamis. Koperasi Islami yang tidak diawasi, seperti konvensional, adalah ancaman langsung bagi para pemegang saham dan deposan mereka, yang berisiko kehilangan uang mereka. Keuangan mikro syariah, kurangnya permintaan masyarakat luas dan keahlian perbankan syariah, sejauh ini lebih bersifat politis
41
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
daripada proyek ekonomi di Indonesia. Pengalaman berbeda secara substansial berdasarkan sub-sektor. Hanya bank-bank komersial yang tampaknya dapat dengan cepat memperoleh seni perbankan Islam dengan melatih orang-orang muda dan dinamis; tetapi sebagian besar bank komersial tidak memiliki pengalaman dalam keuangan mikro sebagai bidang khusus. Ini dapat berubah dengan masuknya unit BRI baru-baru ini dan beberapa bank lain ke dalam perbankan syariah. Bank Islam, tidak seperti bank pedesaan konvensional, telah gagal membuktikan diri sebagai penyedia layanan keuangan mikro yang efisien dan dinamis. Koperasi Islami yang tidak diawasi, seperti konvensional, adalah ancaman langsung bagi para pemegang saham dan deposan mereka, yang berisiko kehilangan uang mereka.
5 Ali Al-thuneibat, Awad Al-rehaily, & Yousef Basodan (2015)
The impact of internal control requirements on profitability of Saudi shareholding companies
Kuantitatif Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat kepatuhan dengan semua komponen kontrol internal adalah sangat tinggi.
42
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
6. Yuniarti Hidayah Suyoso Putra (2014)
Detecting Internal Control Problem based on COSO and Islamic Prespective : Case on SMEs
Deskriptif Kualitatif
Indikator aktivitas pengendalian internal yang menerapkan kelima prinsip kerangka kerja COSO difokuskan pada tiga lapis. Lapis pertama yaitu area area pengendalian mandiri. Lapis kedua adalah area pengendalian lingkungan dan lapis ketiga adalah area pengendalian independen. Sedangkan Perspektif Islam difokuskan pengendalian internal pada aktivitas bisnis berdasarkan Al Qur’an dan Hadist. Hasil berasal dari aplikasi dan penilaian berdasarkan pada kerangka COSO dan perspektif Islam yang saling melengkapi dalam meningkatkan praktek pengendalian internal.
43
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara
skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
BMT di Jabodetabek
UU No. 25 tahun 1992 Islamic Juresprudence
Implementasi Sistem Pengendalian Internal
COSO 1992
Control Environment
Risk Assesment
Control Activities
Information and
Cimmunication
Monitoring
Efektivitas dari Implementasi Sistem Pengendalian Internal
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2010: 13)
mengartikan bahwa metode kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan
pada filsafat positivism, digunakan dalam penelitian dengan populasi atau
sampel tertentu, dalam pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
dan analisis datanya bersifat kuantitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan metode
deskriptif kuantitatif yang dilakukan untuk menganalisis efektivitas penerapan
sistem pengendalian internal di Baitul Maal wa Tamwil (BMT) di wilayah
Jabodetabek. Penelitian deskriptif kuantitatif ini dengan teknik statistik
deskriptif yaitu penelitian yang akan mendeskripsikan hasil pengolahan data
sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti
selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran (2011:
121) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan kelompok orang,
kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi. Sugiyono
45
(2010: 115) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah yang bersifat
general yang terdiri dari obyek atau subyek dengan kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti sebagai objek yang
kemudian akan dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulannya. Populasi
yang dimaksud disini bukan orang atau benda yang terdata jumlahnya,
melainkan karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek
tersebut. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah manajemen
BMT di Jabodetabek.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang ada di dalam
populasi tersebut. Sampel diambil dari populasi tersebut yang betul betul
mewakili baik dari jumlah ataupun karakteristik.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian BMT yang terdapat di
wilayah Jabodetabek. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 61 BMT.
Roscoe (1975) dalam Sekaran (2003) menjelaskan bahwa ukuran sampel
yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 responden.
3. Metode Pengambilan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik convenience sampling istilah umum yang mencakup
variasi luasnya prosedur pemilihan responden dimana unit sampel yang
ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur dan
bersifat kooperatif (Jakarta 2012). Sedangkan menurut Sekaran (2011)
46
convenience sampling merupakan pengumpulan informasi dari anggota
populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dimaksudkan untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan tidak didapatkannya jawaban dari
BMT yang berada di wilayah Jabodetabek. Hal lain yang dianggap penting
adalah jumlah data yang terkumpul, agar tetap dapat memenuhi kriteria
pengolahan data.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, dengan keterangan sebagai berikut:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan menggunakan kuesioner.
2. Wawancara secara langsung terhadap pihak manajemen BMT yang
berada di Jabodetabek.
3. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang
berkaitan dengan judul penelitian.
D. Operasionalisasi Variabel
Efektivitas adalah hubungan antara Output dan tujuan organisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa efektivitas tersebut merupakan ukuran mengenai seberapa
47
jauh output kebijakan yang dikeluarkan oleh manajemen dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut. Efektivitas tersebut diukur dengan tingkat output
kebijakan, dan prosedur yang dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Efektivitas sistem pengendalian internal merupakan pusat saraf dalam
organisasi. Sistem pengendalian internal dapat dikatakan efektif apabila sistem
pengendalian internal organisasi tersebut terdapat lima komponen dengan
prinsip yang relevan dan berfungsi secara terpadu dalam operasional organisasi
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO), 2013). Indikator sebagai
dasar dalam penelitian mengenai efektivitas sistem pengendalian internal pada
Baitul Maal wa Tamwil mengacu pada COSO (2013), Wardiwiyono (2012),
Sepky & Haifa (2015).
Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Komponen Uraian Komponen
Indikator Skala
Sistem Pengendalian Internal
1. Lingkungan Pengendalian
Seperangkat standar, proses, struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal dalam pelaksanaan operasional organisasi
1. Komitmen pada integritas dan etika. 2. Independensi masing-masing pegawai. 3. Adanya penetapan sistem pengawasan, sturuktur, dan pembagian tanggung jawab yang jelas.
Likert Likert Likert
48
4. Komitmen untuk mengembangkan kompetensi individu. 5.Komitmen masing-masing individu untuk menjalankan pengendalian.
Likert Likert
2. Penilaian Risiko
Proses mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan entitas, serta membentuk dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
6. Menentukan tujuan dengan jelas untuk mengidentifikasi dan menilai risiko 7. Menilai signifikansi risiko dan kemungkinan tidak tercapainya tujuan organisasi. 8. Kewaspadaan terhadap kemungkinan kecurangan. 9. Menentukan tindakan yang digunakan untuk mengelola risiko.
Likert Likert Likert Likert
49
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian pelaporan keuangan.
10. Memilih dan mengembangka n aktivitas pengendalian terhadap mitigasi risiko dalam pencapaian tujuan. 11. Memilih dan mengembangka n aktivitas pengendalian atas teknologi untuk mencapai tujuan. 12. Menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan dan prosedur kedalam tindakan.
Likert Likert Likert
4. Informasi dan Komunikasi
Metode yang digunakan untuk memulai, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi entitas serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait.
13. Menggunakan Sitem Informasi yang relevan. 14. Komunikasi internal yang efektif 15. Komunikasi eksternal yang efektif
Likert Likert Likert
50
5.Aktivitas Pengawasan (monitoring)
Kegiatan aktivitas monitoring terhadap pelaksanaan pengendalian internal untuk menentukan apakah pengendalian telah berjalan sebagaimana yang ditentukan.
16. Evaluasi berkelanjutan dan atau terpisah untuk mencapai tujuan. 17. Menilai dan mengkomunikas ikan pengendalian internal secara tepat waktu.
Likert Likert
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2010: 13)
mengartikan bahwa metode kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan dalam penelitian dengan populasi atau
sampel tertentu, dalam pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
dan analisis datanya bersifat kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan untuk
menganalisis efektivitas penerapan sistem pengendalian internal di Baitul Maal
wa Tamwil (BMT) di wilayah Jabodetabek. Sangadji dan Sopian (2010: 209-
210) mengatakan bahwa analisis kuantitatif dapat memberikan pengukuran
peristiwa dan fakta yang lebih akurat dan keyakinan yang lebih tinggi dan
terukur. Sehingga dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai pengetahuan baru (Sugiyono, 2010). Analisis dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi:
51
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji tentang kemampuan kuesioner sehingga
benar-benar dapat mengukur apa yang di ukur. Sedangkan menurut
Ghozali (2013: 52) uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk
mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Untuk mengukur validitas dapat dilakukan melakukan korelasi
antar skor pertanyaan dengan total skor variabel. Suatu kuesioner dapat
dikatakan valid jika nilai r hitung > r table, sebaliknya jika r hitung < r
table, maka kuesioner dikatakan tidak valid. Selain membandingkan
antara r hitung dengan r table, uji validitas juga dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Sig. dengan nilai probabilitas Pearson Correlation
yaitu 0,05. Jika nilai Sig. > 0,05 dan Pearson Correlation bernilai positif,
maka kuesioner tersebut dikatakan valid. Jika sebaliknya kuesioner
tersebut dinyatakan tidak valid (Ghozali, 2013).
2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2013: 47) Uji reliabilitas merupakan uji yang
dilakukan untuk melihat konsistensi jawab dari pertanyaan dalam
kuesioner. Sebuah kuesioner dikatakan handal jika jawaban dari
responden tersebut konsisten atau stabil.
52
Untuk melakukan uji reliabilitas, SPSS telah memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbachs Alpha (α).
Menurut Sujarweni (2014: 193) menjelaskan bahwa uji reliabilitas dapat
dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir atau item
pertanyaan dalam kuesioner penelitian. Adapun dasar pengambilan
keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 maka kuesioner dinyatakan
reliabel atau konsisten.
b) Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,70 maka kuesioner dinyatakan tidak
reliabel atau tidak konsisten.
3. Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis statistic deskriptif. Ghozali (2013) menjelaskan bahwa
statistic deskriptif merupakan statistik yang memberikan gambaran atas
suatu data yang dilihat dari mean, standard deviation, varians,
maksimum, minimum. Sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi).
Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa teknik analisis data dengan
statistic deskriptif adalah Teknik statistic yang digunakan untuk
menganalisa data dengan mendeskripsikan suatu data yang didapat
sebagaiman hasilnya tanpa adanya analisis dan membuat suatu
53
kesimpualan yang berlaku umum. Pada statistik deskriptif data
ditampilkan dalam bentuk table, grafik, dan penjelasan kelompok.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis daya
dari hasil penyebaran kuesioner dan kemudian data tersebut disajikan
dalam bentuk nilai maksimum, mean dan standard deviation dari setiap
pertanyaan dan setiap komponen kuesioner.
Nilai maksimum digunakan untuk menganalisis kegiatan
pengendalian internal yang lebih ditekankan organisasi. Nilai rata rata
(mean) digunakan untuk menganalisis jawaban responden dengan asumsi
jika jawaban yang diberikan oleh responden “Cukup” hingga “ Sangat
Baik” menandakan sistem pengendalian internal dalam organisasi
tersebut telah dilakukan secara efektif ataupun sangat efektif. Begitupun
sebaliknya, jika jawaban “Tidak ada” ataupun “Kurang” menandakan
sistem pengendalian internal organisasi tidak berjalan secara efektif.
Untuk menentukan kriteria efektivitas pelaksanaan sistem
pengendalian internal tersebut diperoleh dari perhitungan:
Jumlah nilai pertanyaan per komponenJumlah pertanyaan per komponen
= Nilai rata rata per komponen
Hasil rata rata setiap komponen tersebut kemudian dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan. Standar nilai efektivitas tersebut
mengacu pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh Aygare, Appiah-
Gyamerah, dan Nartey (2014). Standar tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Nilai Efektifitas Sistem Pengendalian Internal
54
Skala Mean Kriteria 0,00 – 1,49 Sangat Tidak Efektif 1,50 – 2,49 Tidak Efektif 2,50 – 3,49 Cukup Efektif 3,50 – 4,49 Efektif 4,50 – 5,00 Sangat Efektif
Sumber : Ayagre, Appiah-Gyamerah, dan Nartey (2014)
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang
beroperasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek). Pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan
penyebaran kuesioner kepada responden yaitu manajemen atau pengurus
BMT. Penyebaran serta pengambilan kuesioner dilakukan pada tanggal 8
Juni 2019 sampai dengan 10 Juli 2019. Peneliti mengambil sampel
sebanyak 61 BMT yang beroperasi di wilayah Jabodetabek, dengan peta
distribusi sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Daerah Kuesioner Dikirim Kuesioner Dikembalikan
55
1 Jakarta 26 13 2 Bogor 5 5 3 Depok 5 4 4 Tangerang 14 14 5 Bekasi 11 8
Total 61 44
Kuesioner yang disebarkan sebanyak 61 buah dan jumlah kuesioner
yang kembali adalah 44 buah atau 73%. Kuesioner yang tidak kembali ada
sebanyak 17 buah atau 27%. Kuesioner yang tidak kembali dikarenakan
ada BMT yang tidak menerima untuk di teliti selain itu kuesioner yang
tidak kembali dikarenakan BMT tidak mengirim balik kuesioner yang
telah dikirimkan. Kuesioner yang diolah ada sebanyak 44 buah, sedangkan
tidak ada kuesioner yang tidak dapat diolah. Gambaran mengenai data
sampel ini dapat dilihat pada table 4.2.
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Persentase 1 Jumlah kuesioner yang disebar 61 100% 2 Jumlah kuesioner yang kembali 44 73% 3 Jumlah kuesioner yang tidak kembali 17 27% 4 Jumlah kuesioner yang tak dapat diolah 0 0% 5 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 44 73%
Sumber: Data primer yang diolah 2019
2. Karakteristik Responden
Responden dari penelitian ini adalah manajemen, pengurus ataupun
dewan pengawas yang terdapat di dalam struktur organisasi Baitul Maal
wa Tamwil yang berada di wilayah Jabodetabek. Berikut ini adalah
deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri atas jenis
56
kelamin, pendidikan, jabatan, usia, penghasilan serta lama bekerja dapat
di lihat dimasing masing table dibawah ini.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase Persentase
Valid Persentase Kumulatif
Laki-Laki 35 79,5 79,5 79,5 Perempuan 9 20,5 20,5 100,0 Total 44 100 100,0
Berdasarkan jenis kelamin responden dalam penelitian ini jumlah
responden yang bejenis kelamin laki laki sebanyak 35 orang atau 79,5%
dari keseluruhan responden. Sementara jumlah responden yang berjenis
kelamin perempuan dalam penelitian ini ada sebanyak 9 orang atau 20,5%
dari keseluruhan sample. Dengan demikian dalam penelitian ini jumlah
laki laki dalam menjawab kuesioner yang telah diberikan mendominasi
dibandingkan dengan responden perempuan.
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Frekuensi Persentase Persentase
Valid Persentase Kumulatif
19-28 8 18,2 18,2 18,2 29-39 22 50,0 50,0 68,2 >40 14 31,8 31,8 100,0
Total 44 100,0 100,0
Berdasarkan usia dari responden penelitian ini jumlah responden
yang berusia 19-28 tahun berjumlah 8 orang atau 18,2% dari jumlah
keseluruhan responden. Sementara untuk responden yang berusia 29-39
57
tahun berjumlah 22 orang atau 50% dari jumlah keseluruhan responden.
Untuk responden yang berusia diatas 40 tahun berjumlah 14 orang atau
31,8% dari keseluruhan jumlah responden. Berdasarkan penjelasan diatas,
mayoritas responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah yang
berusia 29-39 tahun.
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Frekuensi Persentase Persentase
Valid Persentase Kumulatif
S1 33 75,0 75,0 75,0 S2 9 20,5 20,5 95,5 S3 2 4,5 4,5 100,0
Total 44 100,0 100,0
Berdasarkan latar belakang pendidikan responden, dalam penelitian
ini responden yang memiliki latar belakang pendidikan strata 1 (S1)
berjumlah 33 orang atau 75% dari keseluruhan responden. Setelah itu
diikuti dengan responden yang memiliki latar belakang strata 2 (S2) yang
berjumlah 9 orang atau 20,5 % dari keseluruhan responden. Sementara itu
untuk responden yang memiliki latar belakang pendidikan strata 3 (S3)
hanya berjumlah 2 orang atau 4,5 % dari keseluruhan responden. Dengan
demikian dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden merupakan
tamatan dari perguruan tinggi. Dengan responden yang berlatar belakang
Strata 1 mendominasi diikuti dengan Strata 2 dan Strata 3.
58
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Frekuensi Persentase
Persentase Valid
Persentase Kumulatif
DPS 2 4,5 4,5 4,5 Manajer/Kepala 24 54,5 54,5 59,1 General Manajer 6 13,6 13,6 72,7 Administrasi 12 27,3 27,3 100,0 Total 44 100 100,0
Responden yang menduduki jabatan manajer/kepala mendominasi
dalam penelitian ini dengan jumlah 24 orang atau sebanyak 54,5% dari
keseluruhan responden. Selanjutnya diikuti dengan responden yang
menduduki jabatan staff administrasi dengan jumlah 12 orang atau
sebanyak 27,3% dari keseluruhan responden. Ditempat ketiga ada
responden yang menduduki posisi general manager yang berjumlah 6
orang atau 13,6% dari keseluruhan responden. Yang terakhir ada
responden yang menduduki jabatan sebagai dewan pengawas Syariah
sebanyak 2 orang atau 4,5% dari keseluruhan responden. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas pengisian kuesioner penelitian dilakukan
oleh manajer/kepala BMT yang terdapat di wilayah Jabodetabek.
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Frekuensi Persentase
Persentase Valid
Persentase Kumulatif
1-3 tahun 8 18,2 18,2 18,2
3-5 tahun 13 29,5 29,5 47,7
>5 tahun 23 52,3 52,3 100,0 Total 44 100,0 100,0
59
Berdasarkan hasil olah data di tabel 4.7, responden dengan lama
kerja 1 sampai dengan 3 tahun berjumlah 8 orang atau 18,2% dari jumlah
keseluruhan responden. Sedangkan untuk responden yang sudah 3 sampai
5 tahun bekerja di BMT terdapat 13 orang atau 29,5% dari jumlah
keseluruhan responden. Selanjutnya untuk responden yang telah
berpengalaman lebih dari 5 tahun di BMT terdapat 23 orang atau 52,3%
dari keseluruhan responden. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian
ini mayoritas responden sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun di BMT.
B. Hasil Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah seluruh butir
instrument kuesioner penelitian sudah bisa digunakan untuk
mengukur apa yang ingin diukur dengan berdasarkan penelitian
terntentu. (Sugiyono, 2015). Pengujian validitas dalam penelitian
menggunakan Pearson Correlation dengan pedoman apabila suatu
pertanyaan memiliki tingkat signifikasi dibawah 0,05 maka butir
pertanyaan tersebut dikatakan valid. Berikut adalah hasil pengujian
validitas variabel Lingkungan Pengendalian dalam tabel dibawah ini
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Lingkungan Pengendalian
No Pearson Correlation Sig.(2-tailed) Keterangan
60
E1 0,701** 0,000 Valid E2 0,791** 0,000 Valid E3 0,796** 0,000 Valid E4 0,715** 0,000 Valid E5 0,759** 0,000 Valid E6 0,348** 0,021 Valid E7 0,670** 0,000 Valid E8 0,740** 0,000 Valid E9 0,659** 0,000 Valid E10 0,746** 0,000 Valid E11 0,707** 0,000 Valid E12 0,502** 0,001 Valid
Sumber : Data primer yang diolah 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel lingkungan
pengendalian valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
setiap pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel
lingkungan pengendalian dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan variabel lingkungan pengendalian ini. Berikut
adalah hasil pengujian validitas variabel Aktivitas Pengendalian
dalam tabel 4.9.
Tabel 4.9
Hasil Aktivitas Pengendalian
No. Pearson
Correlation Sig.(2-tailed) Keterangan
A1 0,705** 0,000 Valid
A2 0,566** 0,000 Valid
A3 0,741** 0,000 Valid
A4 0,675** 0,000 Valid
A5 0,581** 0,000 Valid
A6 0,530** 0,000 Valid
61
A7 0,662** 0,000 Valid
A8 0,667** 0,000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel lingkungan
pengendalian valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
setiap pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel
lingkungan pengendalian dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan variabel lingkungan pengendalian ini. Berikut
adalah hasil pengujian validitas variable Penilaian Risiko dalam
Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Penilaian Risiko
No. Pearson
Correlation Sig.(2-tailed) Keterangan
R1 0,634** 0,000 Valid
R2 0,768** 0,000 Valid
R3 0,734** 0,000 Valid
R4 0,799** 0,000 Valid
R5 0,478** 0,000 Valid
R6 0,671** 0,000 Valid
Sumber: Data Primer diolah 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa variable penilaian risiko
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap pertanyaan
62
yang digunakan dalam mengukur variabel penilaian risiko dalam
penelitian ini mampu mengungkapkan variabel penilaian risiko ini.
Berikut adalah hasil pengujian validitas variabel Informasi dan
Komunikasi dalam tabel 4.11
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Informasi dan Komunikasi
No. Pearson Correlation Sig.(2-tailed) Keterangan
C1 0,707** 0,000 Valid C2 0,764** 0,000 Valid C3 0,603** 0,000 Valid C4 0,752** 0,000 Valid C5 0,733** 0,000 Valid C6 0,676** 0,000 Valid C7 0,690** 0,000 Valid
Sumber: Data Primer diolah 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa variable informasi dan
komunikasi valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
setiap pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel
informasi dan komunikasi dalam penelitian ini mampu
mengungkapkan variabel informasi dan komunikasi ini. Berikut
adalah hasil pengujian validitas variabel Pengawasan dalam tabel
4.12
63
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Pengawasan
No. Pearson
Correlation Sig.(2-tailed) Keterangan
M1 0,765** 0,000 Valid M2 0,823** 0,000 Valid M3 0,692** 0,000 Valid M4 0,756** 0,000 Valid M5 0,735** 0,000 Valid
Sumber: Data Primer diolah 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa variable pengawasan valid
untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap pertanyaan yang
digunakan dalam mengukur variabel pengawasan dalam penelitian
ini mampu mengungkapkan variabel informasi dan komunikasi ini.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi suatu
instrument penelitian. Suatu instrument penelitian dapat dikatakan
reliable atau handal jika nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali,
2013). Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk lima
aspek sistem pengendalian internal yang digunakan untuk
pengendalian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
No. Komponen Cronbach’s
Alpha Keterangan
1 Lingkungan Pengendalian 0,879 Reliabel
64
2 Aktivitas Pengendalian 0,788 Reliabel 3 Penilaian Risiko 0,717 Reliabel 4 Informasi dan Komunikasi 0,845 Reliabel 5 Pengawasan 0,805 Reliabel
Sumber: Data Primer diolah 2019
Tabel 4.13 menunjukan hasil uji reliabilitas untuk lima
komponen sistem pengendalian internal dengan nilai Cronbach’s
Alpha untuk komponen lingkungan pengendalian sebesar 0,879,
aktivitas pengendalian 0,788, penilaian risiko 0,717, informasi dan
komunikasi 0,845 serta pengawasan 0,805. Kelima komponen dari
sistem pengendalian tersebut memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih
tinggi dari 0,70, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan didalam kuesioner ini reliabel. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur suatu
komponen akan mampu mempertoleh data yang konsisten, sehingga
apabila pertanyaan tersebut diajukan kembali akan diperoleh
jawaban yang konsisten dengan jawaban sebelumnya.
2. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif difungsikan untuk mendeskripsikan data
penelitian secara lebih spesifik, serta untuk mengetahui sebaran serta
pemusatan data penelitian. Berikut ini adalah hasil pengolahan statistic
deskriptif dari data skor sistem pengendalian internal pada masing masing
BMT di daerah Jabodetabek:
65
Tabel 4.14
Statistik Deskriptif Skor Sistem Pengendalian Internal
masing-masing BMT
Daerah Jumlah Responden
Min. Max. Rata-rata (Mean)
Std. Deviasi
Jakarta 13 12 53 29,17 3,86 Bogor 5 19 56 31,76 2,90 Depok 4 13 47 22,53 4,82 Tangerang 14 13 60 30,53 4,75 Bekasi 8 16 53 30,29 3,48
66
Berdasarkan tabel 4.14, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
berasal dari BMT di daerah Jakarta terdapat 13 BMT. Jumlah skor
terendah adalah 12, sedangkan skor tertingginya adalah 53. Nilai rata rata
dari jumlah skor sistem pengendalian internal BMT di wilayah Jakarta
adalah 29,17 dengan standar deviasi sebesar 3,86.
Sementara itu untuk BMT di wilayah Bogor, responden yang
mengembalikan kuesioner ada 5 BMT dengan jumlah terendah adalah 19
dan nilai tertingginya adalah 56. Nilai rata-rata jumlah skor sistem
pengendalian internal di wilayah Bogor adalah 31,76 dengan standar
deviasi 2,90.
Selanjutnya berdasarkan tabel 4.14, hanya terdapat 4 responden yang
berhasil diambil datanya di wilayah Depok. Jumlah skor terendah di
Depok adalah 13 dan nilai tertingginya adalah 47. Nilai rata-rata jumlah
skor sistem pengendalian internal di wilayah Depok adalah 22,53 dengan
standar deviasi 4,82. Pindah ke daerah selanjutnya, dalam penelitian BMT
yang berada di wilayah
Tangerang memiliki jumlah responden sebanyak 14 BMT dengan
jumlah skor terendah adalah 16 dan skor tertinggi adalah 60. Nilai rata-
rata skor sistem pengendalian internal di wilayah Tangerang adalah 30,53
dengan standar deviasi 4,75. Secara agregatif, statistik skor sistem
pengendalian internal pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) di wilayah
Jabodetabek adalah sebagai berikut :
67
Tabel 4.15
Statistik Deskriptif Agregatif Sistem Pengendalian Internal
Berdasarkan tabel 4.15, secara keseluruhan sistem pengendalian
internal pada BMT yang terdapat di wilayah Jabodetabek terdapat 44
responden. Dengan jumlah nilai terendah adalah 12 serta nilai tertinggi
adalah 60. Jumlah nilai rata-rata sistem pengendalian internal pada BMT
yang terdapat di wilayah Jabodetabek adalah 30,17 dengan standar deviasi
3,96.
3. Pengukuran Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
a. Pengukuran Efektivitas pada masing masing Daerah
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner yang
diberikan kepada responden pada masing masing BMT di
Jabodetabek. Berikut ini adalah penilaian atas efektivitas pada BMT
yang beroperasi di wilayah Jabodetabek:
Daerah Jabodetabek
Jumlah Responden 44
Min. 12
Max. 60
Rata-rata (Mean) 30,17
Std. Deviasi 3,96
68
Tabel 4.16
Efektivitas Sistem Pengendalian Internal BMT
masing-masing Daerah
Berdasarkan tabel 4.16, terlihat bahwa nilai rata-rata (mean)
efektivitas sistem pengendalian internal pada BMT di wilayah
Jakarta sebesar 3,84. Berdasarkan kriteria efektivitas yang telah
ditetapkan, sistem pengendalian internal BMT di wilayah Jakarta
telah berjalan dengan kategori Efektif. Selanjutnya, nilai rata-rata
(mean) efektivitas sistem pengendalian internal pada BMT wilayah
Bogor adalah 4,18. Berdasarkan kriteria efektivitas yang telah
ditetapkan, sistem pengendalian internal BMT di wilayah Bogor
telah berjalan dengan kategori Efektif.
Nilai rata-rata (mean) efektivitas sistem pengendalian internal
pada BMT wilayah Depok adalah 3,46. Berdasarkan kriteria
efektivitas yang telah ditetapkan, sistem pengendalian internal BMT
di wilayah Depok telah berjalan dengan kategori Cukup Efektif.
Masih ada beberapa aspek yang tidak menggambarkan berjalannya
sistem pengendalian internal. Selanjutnya, nilai rata-rata (mean)
Daerah Rata-rata (Mean)
Jakarta 3,84
Bogor 4,18
Depok 3,46
Tangerang 4,02
Bekasi 3,99
Jabodetabek 3,97
69
efektivitas sistem pengendalian internal pada BMT wilayah
Tangerang adalah 4,02. Berdasarkan kriteria efektivitas yang telah
ditetapkan, sistem pengendalian internal BMT di wilayah Tangerang
telah berjalan dengan kategori Efektif.
Terakhir adalah nilai rata-rata (mean) efektivitas sistem
pengendalian internal pada BMT wilayah Bekasi adalah 3,99.
Berdasarkan kriteria efektivitas yang telah ditetapkan, sistem
pengendalian internal BMT di wilayah Bekasi telah berjalan dengan
kategori Efektif. Secara keseluruhan, nilai rata-rata (mean)
efektivitas sistem pengendalian internal pada BMT diwilayah
Jabodetabek adalah 3,97. Nilai ini menunjukkan bahwa sistem
pengendalian internal di wilayah Jabodetabek sudah berjalan secara
efektif. Meskipun secara penilaian sudah efektif, BMT juga harus
meningkatkan kualitasnya agar secara operasional memiliki standar
yang baik.
b. Pengukuran Efektivitas pada masing masing Komponen
Sistem Pengendalian Internal terhadap BMT di Jabodetabek.
1) Komponen Lingkungan Pengendalian
Berdasarkan data yang telah di peroleh dari responden
pada BMT yang berada di daerah Jabodetabek, berikut ini
adalah nilai rata rata dan standar deviasi dari tiap pertanyaan
kuesioner.
70
Tabel 4.17
Statistik Deskriptif Komponen Lingkungan Pengendalian
Tabel 4.17 menggambarkan nilai rata rata dan standar
deviasi komponen lingkungan pengendalian di BMT wilayah
Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Lingkungan Pengendalian Mean Std Deviasi
1. BMT sudah terdapat struktur organisasi. 4,36 ,650 2. BMT telah melakukan pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas. 4,20 ,765
3. BMT telah memiliki Standar Operasional Prosedur yang terintegrasi dengan nilai nilai keislaman.
4,16 ,680
4. BMT telah terdapat Dewan Pengawas Syariah. 4,27 ,694
5. BMT telah terdapat kebijakan prosedur yang jelas mengenai kepegawaian, pengembangan, penilaian prestasi dan kompensasi kepada pegawai secara adil.
4,09 ,772
6. BMT telah melakukan rotasi pekerjaan secara rutin.
3,16 1,098
7. BMT telah menerapkan prinsip prinsip perkoperasiaan.
3,98 ,590
8. BMT dalam melakukan tindakan atau prosedur telah mencerminkan sikap tentang pentingnya pengendalian internal.
4,11 ,689
9. BMT telah terdapat nilai etika islam dan kejujuran pada aktivitas karyawan.
4,25 ,651
10. BMT memberikan perhatian yang cukup dalam perekrutan dan training pada karyawan.
3,93 ,728
11. BMT telah memiliki program pengembangan dan pelatihan karyawan.
3,75 ,719
12. BMT terdapat fasilitas yang memadai. 3,77 ,743
4,00 ,731
71
pernyataan “BMT sudah terdapat struktur organisasi” memiliki
nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,36 dengan standar deviasi
0,650.
Selanjutnya, pernyataan “BMT telah terdapat dewan
pengawas syariah” memiliki nilai rata-rata 4,27 dengan standar
deviasi 0,694 menempati urutan kedua. Sedangkan nilai rata
rata terendah terdapat pada pernyataan “BMT telah melakukan
rotasi pekerjaan secara rutin” dengan nilai 3,16 dengan standar
deviasi 1,098. Secara keseluruhan nilai rata-rata komponen
lingkungan pengendalian adalah 4,00 dengan standar deviasi
0,731. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komponen
lingkungan pengedalian di BMT wilayah Jabodetabek berjalan
secara efektif.
2) Komponen Aktivitas Pengendalian
Berdasarkan data yang telah di peroleh dari responden
pada BMT yang berada di daerah Jabodetabek, berikut ini
adalah nilai rata rata dan standar deviasi dari tiap pertanyaan
kuesioner.
72
Tabel 4.18
Statistik Deskriptif Komponen Aktivitas Pengendalian
Tabel 4.18 menjelaskan nilai rata-rata dan standar deviasi
komponen aktivitas pengendalian di BMT wilayah
Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pernyataan poin 5 “Otorisasi pemberian pembiayaan dilakukan
oleh pejabat yang berwenang pada BMT” memiliki nilai rata-
rata tertinggi sebesar 4,32 dengan standar deviasi 0,674.
Selanjutnya, pernyataan “Formulir-formulir yang berhubungan
Aktivitas Pengendalian Mean Std Deviasi
1. BMT terdapat kebijakan dan prosedur pengaturan untuk mencapai target pendanaan.
4,05 ,645
2. BMT terdapat kebijakan dan prosedur pengaturan untuk mencapai target pembiayaan.
4,07 ,661
3. Formulir-formulir yang berhubungan dengan pendanaan pada BMT telah memiliki nomor urut cetak.
4,14 ,824
4. Formulir-formulir yang berhubungan dengan pembiayaan pada BMT telah memiliki nomor urut cetak.
3,86 ,930
5. Otorisasi pemberian pembiayaan dilakukan oleh pejabat yang berwenang pada BMT.
4,32 ,674
6. BMT telah melakukan penyaluran dana ZIS kepada orang yang berhak menerimanya.
3,84 1,140
7. BMT telah melakukan prosedur pengawasan atas penyaluran dana ZIS.
3,86 ,905
8.
Sistem pembiayaan BMT terdapat pemisahan fungsi tugas yang jelas antara fungsi operasional, fungsi administrasi, fungsi penyimpanan aktiva dan pencatatan aktiva.
3,98 ,698
4,01 0,81
73
dengan pendanaan pada BMT telah memiliki nomor urut cetak”
memiliki nilai rata-rata 4,14 dengan standar deviasi 0,824
menempati urutan kedua. Sedangkan nilai rata rata terendah
terdapat pada pernyataan “BMT telah melakukan penyaluran
dana ZIS kepada orang yang berhak menerimanya” dengan nilai
3,84 dengan standar deviasi 1,14. Secara keseluruhan nilai rata-
rata komponen aktivitas pengendalian adalah 4,01 dengan
standar deviasi 0,81. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
komponen aktivitas pengedalian di BMT wilayah Jabodetabek
berjalan secara efektif.
3) Komponen Penilaian Risiko
Berdasarkan data yang telah di peroleh dari responden
pada BMT yang berada di daerah Jabodetabek, berikut ini
adalah nilai rata rata dan standar deviasi dari tiap pertanyaan
kuesioner.
Tabel 4.19
Statistik Deskriptif Komponen Penilaian Risiko
Penilaian Risiko Mean Std Deviasi
1. BMT telah menggunakan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition) dalam prosedur pemberian pembiayaan.
4,16 ,776
2. BMT juga melakukan instrument lain seperti personal guarantee atau group lending financing dalam prosedur pemberian pembiayaan.
3,55 1,088
74
Tabel 4.19 menjelaskan nilai rata-rata dan standar deviasi
komponen risiko pengendalian di BMT wilayah Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pernyataan poin 1
“BMT telah menggunakan prinsip 5C (Character, Capacity,
Capital, Collateral dan Condition) dalam prosedur pemberian
pembiayaan.” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,16
dengan standar deviasi 0,776.
Selanjutnya, pernyataan “BMT telah mengalokasikan
dana cadangan pada pembiayaan yang bermasalah (NPF
Allowance)” memiliki nilai rata-rata 3,91 dengan standar
deviasi 0,709 menempati urutan kedua. Sedangkan nilai rata
rata terendah terdapat pada pernyataan “BMT telah
mengintegrasikan dana ZIS untuk menyelesaikan pembiayaan
bermasalah” dengan nilai 2,59 dengan standar deviasi 1,335.
Secara keseluruhan nilai rata-rata komponen aktivitas
pengendalian adalah 3,65 dengan standar deviasi 0,90.
3. BMT telah mengalokasikan dana cadangan pada pembiayaan yang bermasalah (NPF Allowance).
3,91 ,709
4. BMT telah mengalokasikan dana penghapusan piutang pembiayaan yang bermasalah (NPF write off).
3,86 ,795
5. BMT telah mengintegrasikan dana ZIS untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
2,59 1,335
6. Penerimaan pegawai pada BMT telah melalu seleksi dengan kualifikasi tertentu.
3,80 ,701
3,65 0,90
75
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komponen
risiko pengedalian di BMT wilayah Jabodetabek berjalan cukup
efektif. Hasil ini menggambarkan masih banyak kekurangan
yang terjadi pada komponen risiko pengendalian di BMT
wilayah Jabodetabek.
4) Komponen Informasi dan Komunikasi
Berdasarkan data yang telah di peroleh dari responden
pada BMT yang berada di daerah Jabodetabek, berikut ini
adalah nilai rata rata dan standar deviasi dari tiap pertanyaan
kuesioner.
Tabel 4.20
Statistik Deskriptif Komponen Informasi dan Komunikasi
Informasi dan Komunikasi Mean Std Deviasi
1.
Laporan keuangan BMT sudah sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia seperti ETAP.
4,25 ,686
2. Laporan keuangan BMT sudah mengikuti Standar Akuntansi Syariah.
4,16 ,645
3. Dalam pembuatan laporan BMT telah mengikuti Standar Usaha Mikro.
3,82 ,756
4. BMT tempat bapak/ibu bekerja terdapat diagram arus (Flowchart) mengenai alur transaksi, alur operasional dan alur persetujuan.
4,05 ,806
5. Sistem Akuntansi yang dilakukan BMT telah mencakup:
1. Formulir Nomor Urut Cetak 2. Adanya Buku Jurnal 3. Buku Besar serta Buku Pembantu 4. Adanya Klasifikasi Rekening 5. Adanya Laporan Keuangan
4,14 ,668
76
Tabel 4.20 menjelaskan nilai rata-rata dan standar deviasi
komponen informasi dan komunikasi di BMT wilayah
Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pernyataan poin 7 “BMT telah memiliki sarana komunikasi
yang dapat memudahkan sirkulasi informasi di dalam internal
BMT” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,36 dengan
standar deviasi 0,613.
Selanjutnya, pernyataan “Laporan keuangan BMT sudah
sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia
seperti ETAP.” memiliki nilai rata-rata 4,25 dengan standar
deviasi 0,686 menempati urutan kedua. Sedangkan nilai rata
rata terendah terdapat pada pernyataan “BMT telah
mengintegrasikan dana ZIS untuk menyelesaikan pembiayaan
bermasalah” dengan nilai 3,82 dengan standar deviasi 0,756.
Secara keseluruhan nilai rata-rata komponen informasi dan
komunikasi adalah 4,08 dengan standar deviasi 0,694. Dengan
6. Sistem akuntansi dalam kegiatan pengelolaan dana maupun pembiayaan telah dikomunikasikan ke semua personel BMT.
3,95 ,680
7. BMT telah memiliki sarana komunikasi yang dapat memudahkan sirkulasi informasi di dalam internal BMT.
4,36 ,613
8. Sistem pembiayaan BMT terdapat pemisahan fungsi tugas yang jelas antara fungsi operasional, fungsi administrasi, fungsi penyimpanan aktiva dan pencatatan aktiva.
3,98 ,698
4,08 0,694
77
demikian dapat dikatakan bahwa komponen informasi dan
komunikasi di BMT wilayah Jabodetabek berjalan cukup
efektif.
5) Komponen Pemantauan
Berdasarkan data yang telah di peroleh dari responden
pada BMT yang berada di daerah Jabodetabek, berikut ini
adalah nilai rata rata dan standar deviasi dari tiap pertanyaan
kuesioner.
Tabel 4.21
Statistik Deskriptif Komponen Pemantauan
Tabel 4.21 menjelaskan nilai rata-rata dan standar deviasi
komponen pemantauan di BMT wilayah Jabodetabek. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pernyataan poin 1 “BMT
telah melakukan pemeriksaan rutin terhadap pengelolaan dana
Penilaian Risiko Mean Std Deviasi
1. BMT telah melakukan pemeriksaan rutin terhadap pengelolaan dana nasabah.
4,25 ,686
2. BMT telah melakukan pemeriksaan dadakan terhadap pengelolaan dana nasabah.
4,16 ,645
3. BMT telah dengan cepat dan tanggap melakukan tindakan korektif atas kesalahan prosedur yang terjadi.
3,82 ,756
4. Pengurus secara berkala melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan operasional BMT.
4,05 ,806
5. BMT telah melakukan kerjasama dengan pihak auditor eksternal dalam kegiatan audit setiap tahunnya.
4,14 ,668
4,08 0,712
78
nasabah” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,25 dengan
standar deviasi 0,686. Selanjutnya, pernyataan “Laporan
keuangan BMT sudah sesuai dengan Standar Akuntansi yang
berlaku di Indonesia seperti ETAP.” memiliki nilai rata-rata
4,16 dengan standar deviasi 0,645 menempati urutan kedua.
Sedangkan nilai rata rata terendah terdapat pada pernyataan
“BMT telah mengintegrasikan dana ZIS untuk menyelesaikan
pembiayaan bermasalah” dengan nilai 3,82 dengan standar
deviasi 0,756.
Secara keseluruhan nilai rata-rata komponen informasi
dan komunikasi adalah 4,08 dengan standar deviasi 0,712.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komponen informasi
dan komunikasi di BMT wilayah Jabodetabek berjalan cukup
efektif.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang disajikan diatas untuk mengetahui
efektivitas sistem pengendalian internal pada BMT di wilayah Jabodetabek
dapat dilihat dalam penjelasan berikut.
1. Efektivitas komponen Lingkungan Pengendalian
Komponen Lingkungan Pengendalian dalam penelitian ini
memiliki nilai rata-rata 4,0 dengan standar deviasi 0,731. Hal ini sejalan
dengan penelitian Sartini pada tahun 2012 yang melakukan penelitian
79
tentang implementasi sistem pengendalian internal terhadap pembiayaan
pada BMT di daerah Yogyakarta, hasilnya adalah sebanyak 75% BMT
telah secara Efektif melaksanakan komponen lingkungan pengendalian
internal.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sepky dan Haifa pada
tahun 2015 melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan sistem
pengendalian internal di BMT wilayah Depok hasilnya adalah sebesar
89,7% BMT sudah secar efektif melaksanakan komponen ini. Ayagre
dan Appiah pada tahun 2014 telah melaksanakan penelitian tentang
efektivitas sistem pengendalian internal pada lembaga keuangan di
Ghana, pada komponen lingkungan pengendalian ini mendapatkan nilai
rata rata sebesar 4,66 yang berarti hasil dari Ayagre dan Appiah
berbanding lurus dengan nilai rata-rata lingkungan pengendalian
penelitian ini. Nilai efektivitas dalam komponen ini termasuk dalam
kategori efektif. Nilai tersebut didapat karena BMT telah memiliki
struktur organisasi yang baik, dalam kuesioner yang terlah disebar serta
wawancara yang telah dilakukan di beberapa BMT seperti BMT
Huwaiza di daerah Rawamangun, BMT UGT Sidogiri di daerah Bekasi
serta BMT Amanah Syariah di daerah Bekasi, rata rata BMT tersebut
sudah memiliki struktur organisasi yang lengkap serta jelas sehinggi
didapatkan nilai rata-rata 4,36 yang termasuk dalam kategori efektif
untuk struktur organisasi.
80
Selanjutnya, dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggung
jawab rata rata BMT di wilayah Jabodetabek mendapatkan nilai rata rata
4,20 dikategorikan efektif dalam penelitian ini. BMT sudah melakukan
sistem pembagian tugas yang cukup baik didalam aktivitas
opersionalnya. Sehingga untuk beberapa BMT tidak terjadi tanggung
jawab ganda dalam pelaksanaan pekerjaannya. Meskipun begitu masih
ada BMT yang dalam kegiatan operasional melakukan tanggung jawab
ganda karena ruang lingkup BMT yang tidak terlalu besar contohnya
pada BMT Al-Ikhlas Villa Dago Tol. Seharusnya BMT lebih
memperhatikan tanggung jawab ganda pada kegiatan operasi BMT
karena sangat rawan terjadi kelalaian tanggung jawab atau lebih
parahnya akan terjadi fraud didalam kegiatan operasi BMT.
Dalam pembuatan Sistem Operasional Prosedur BMT di wilayah
Jabodetabek secara efektif sudah mengintegrasikan SOPnya dengan nilai
nilai keislaman. Dikatakan efektif karena nilai rata rata pada indikator ini
adalah 4,16. Beberapa BMT yang dijadikan sampel untuk di wawancara
seperti BMT Amanah Syariah atau BMT UGT Sidogiri sudah memiliki
SOP diintegrasikan dengan nilai Islam. Seperti didalam SOP
pembiayaan, BMT tersebut memperhatikan akad yang akan dilakukan
sehingga akad tersebut sudah sesuai dengan syariat yang berlaku
sehingga pembiayaan tersebut halal dan tidak menyalahi aturan Allah
Azza wa Jalla.
81
Bapak Irfan selaku pengurus BMT UGT Sidogiri mengatakan,
“BMT UGT Sidogiri dalam melaksanakan akad pembiayaan selalu
mengikuti syariat yang berlaku dalam Islam. Tidak ada akad yang
mengandung Gharar, riba maupun maisyir.”
Selain itu dalam SOP penerimaan karyawan, BMT Amanah Syariah
memiliki peraturan untuk selalu menjalankan solat 5 waktu di masjid
untuk karyawan laki laki selain itu BMT Amanah Syariah juga memiliki
aturan untuk penggunaan pakaian karyawan yang sesuai ajaran Islam.
Bapak Agung sebagai Head of General Affairs and Human Resource dari
BMT Amanah Syariah mengatakan, ”BMT Amanah Syariah
berkomitmen untuk merekrut insan insan yang mendahulukan imannya
diatas segalanya. Maka dari itu tuntutan kita untuk pegawai yang ingin
bekerja disini harus mengikuti syariat Islam. Sebagai contoh untuk
pegawai laki laki diwajibkan untuk sholat 5 waktu ke masjid dan kita
melarang mereka untuk merokok.”
Selain sudah memiliki SOP yang sesuai dengan nilai keislaman,
BMT juga memperhatikan nilai etika islam dan kejujuran pada aktivitas
karyawannya, dalam penilaian dalam aspek ini mendapat rata rata 4,25
hal ini masuk kedalam kategori efektif.
Indikator dewan pengawasan Syariah memiliki nilai rata rata 4,27,
hasil ini menggambarkan bahwa BMT yang terletak di daerah
Jabodetabek terlah memperhatikan pentingnya dewan pengawas
terutama dewan pengawasan Syariah. Selain itu, dewan pengawas
82
Syariah merupakan jabatan yang wajib dimiliki oleh setiap BMT sesuai
dengan Permen nomor 18/per/M.KUKM/IX/2018 pasal 4 tentang
pelaksanaan simpan pinjam dan pembiayaan Syariah oleh koperasi.
Untuk mendapatkan izin melakukan kegiatan operasional suatu koperasi
Syariah wajib memiliki dewan pengawas Syariah. Indra dari BMT Fajar
mengatakan,
“Dewan pengawas Syariah di BMT Fajar sangat proaktif dalam
melakukan pengawasan, dijadwalkan setiap sebulan sekali ada rapat
evaluasi bulanan dengan dewan pengawas, guna memberikan informasi
terbaru perihal kepatuhan syariah dari kegiatan BMT.”
BMT di daerah Jabodetabek telah memiliki kebijakan serta
prosedur yang jelas mengenai kepegawaian, pengembangan, penilaian
prestasi dan kompensasi kepada pegawai secara adil, hal ini ditandai
dengan nilai rata-rata indikator ini adalah 4,16 yang berarti sudah
berjalan secara efektif. Kebijakan tentang kepegawaian yang mencakup
pengembangan, penilaian prestasi dan kompensasi contohnya adalah
BMT memfasilitasi pelatihan sebagai saran pengembangan diri bagi
pegawainya. Selain pelatihan BMT pun melakukan penilaian prestasi
serta memberi kompensasi agar pegawai BMT bersemangat dalam
menjalankan tugasnya. BMT yang telah melakukan hal ini adalah BMT
Fajar yang terletak di daerah Tambun yang setiap 3 bulan sekali
mengadakan pelatihan tentang pemcatatan ataupun skema pembiayaan
yang efektif. Selain BMT Fajar, BMT Amanah Syariah pun melakukan
83
hal serupa dan juga menerapkan sistem bonus jika pegawai berhasil
bekerja sesuai dengan target atau melebihi target yang sudah diberikan.
Walaupun BMT telah memfasilitasi setiap pegawai agar kinerja
pegawai tetap terjaga, BMT mengalami kekurangan ketika menjalankan
rotasi pekerjaan secara rutin. Pada penelitian ini penilaian rotasi kerja
hanya mendapat nilai rata rata 3,16 walaupun didalam penilaian masuk
ke kategori cukup efektif, namun hasil ini harus bisa ditingkatkan. Hal
ini terjadi karena banyak BMT yang cakupannya kecil dan karyawan
yang bekerja didalam BMT tersebut sedikit sehingga rotasi pekerjaan
tidak terlalu diperhatikan oleh manajemen BMT. Selanjutnya, BMT di
wilayah Jabodetabek telah menjalankan aktivitas operasionalnya sesuai
dengan prinsip-prinsip perkoperasian secara efektif dengan nilai rata rata
pada indikator tersebut adalah 3,98.
Dalam pelaksanaan operasinya BMT yang terletak di wilayah
Jabodetabek telah menjadikan kesadaran tentang pentingnya
pengendalian internal sudah berjalan secara efektif. Hal ini ditandai
dengan nilai rata rata 4,11 hal ini diperkuat dengan beberapa BMT yang
telah memiliki internal auditor ataupun dewan pengawasan manajemen
sehingga fungsi pengendalian internal sudah cukup berjalan walaupun
ada BMT yang tidak memiliki internal auditor.
Yang terakhir adalah fasililtas yang dimiliki oleh BMT yang
dijadikan sampel penelitian untuk BMT diwilayah Jabodetabek. Secara
keseluruhan BMT yang telah dijadikan objek penelitian memiliki
84
fasilitas yang memadai, dari mulai ruangan berpendingin udara, fasilitas
Wifi serta didapati minuman yang disediakan oleh BMT untuk tamu
ataupun nasabah. Oleh karena itu fasilitas yang dimiliki BMT
mendapatkan nilai rata rata 3,77 yang berarti BMT sudah efektif dalam
meberikan fasilitas.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen
lingkungan pengendalian dalam sistem pengendalian internal pada BMT
yang terletak di wilayah Jabodetabek sudah berjalan efektif. Dalam
komponen lingkungan pengendalian, yang ditekankan bukan hanya
kesesuaian kegiatan terhadap komponen pengendalian akan tetapi nilai
nilai keislaman juga tertanam didalam lingkungan pengendalian BMT
yang terdapat di Jabodetabek hal ini ditandai dengan BMT yang telah
mengintegrasikan nilai nilai keislaman dalam membuat sistem
operasional prosedur, selain itu etika islam serta kejujuran dititik
beratkan oleh BMT agar setiap karyawan memiliki akhlak yang baik
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
2. Efektivitas Aktivitas Pengendalian
COSO (2013:5) aktivitas pengendalian adalah tindakan-tinda kan
yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk
mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan pada seluruh
85
entitas, pada berbagai tahap proses bisnis. Mencakup kebijakan dan
prosedur untuk membantu meyakinkan bahwa semua tindakan
dilaksanakan sesuai dengan arahan manajamen secara efektif.
Dalam aktivitas pengendalian secara nilai rata rata yang didapatkan
adalah 4,01. Angka tersebut menunjukkan bahwa aktivitas pengendalian
pada BMT di wilayah Jabodetabek dikategorikan efektif. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartini pada tahun 2012 yang
mengatakan bahwa 52,6 % BMT telah efektif menjalankan komponen
aktivitas pengendalian. Sejalan dengan penelitian sartini, penelitian yang
dilakuakn Haifa dan Sepky pada tahun 2015 menjelaskan bahwa sudah
sebesar 88,5% BMT telah efektif menjelankan komponen aktivitas
pengendalian.
Indikator dalam aktivitas pengendalian salah satunya merupakan
adanya kebijakan dan prosedur dalam mengatur tercapainya target
pendanaan serta pembiayaan. Kedua indikator tersebut mendapat nilai
rata rata 4,05 serta 4,07. Angka tersebut menggambarkan bahwa prosedur
dan kebijakan BMT tentang pendanaan serta pembiayaan sudah berjalan
secara efektif. Sebagai contoh, pada BMT Amanah Syariah sudah
menjelaskan secara detail prosedur simpan maupun pinjam baik
peraturan untuk nasabah sehingga peraturan tentang akad yang akan
digunakan sehingga risiko yang akan timbul karena kegiatan simpan
pinjam dapat diminimalisir.
86
Bapak Irfan dari UGT Sidogiri mengatakan,
”BMT UGT Sidogiri sudah memiliki tim analis kredit untuk
menghitung resiko pengembalian pinjaman. Karena nasabah kita adalah
pedagang pasar, risiko untuk tidak baliknya uang itu akan lebih besar.
Maka dari itu kami menyiapkan tim analis kredit sebagai salah satu
prosedur untuk persetujuan kredit.” Hal demikian juga dilakukan oleh
BMT yang lain yang berada di wilayah Jabodetabek.
Selain kebijakan dan prosedur, BMT juga sudah melakukan
pembuatan nomor urut cetak untuk kegiatan pendanaan maupun
pembiayaan. Nilai rata rata yang didapatkan oleh indikator ini 3,86 dan
4,14. Sehingga indikator ini dapat dikategorikan efektif. Hal ini
dibuktikan dengan setiap BMT yang dijadikan sampel untuk penelitian
ini sudah memiliki nomor bukti untuk setiap kegiatan transaksinya. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi risiko transaksi yang tidak tercatat sesuai
dengan nomor urutnya, selain itu adanya nomor urut yang tercetak di
dalam formulir juga agar mempermudah dalam melakukan tracing
transaksi. Bukan hanya terdapat nomor urut di formulir, BMT juga sudah
melaksanakan otorisasi untuk pembiayaan yang dilakukan oleh pejabat
yang berwenang pada BMT. Untuk indikator ini didapatkan nilai rata-
rata sebesar 4,32, nilai ini menggambarkan bahwa otorisasi yang
dilakukan oleh BMT sudah efektif. Sehingga seluruh kegiatan
pembiayaan maupun pendanaan serta masuk dan keluarnya uang pada
BMT sudah dikendalikan secara tepat.
87
BMT yang beroperasi di wilayah Jabodetabek secara efektif sudah
menjalankan pembagian fungsi yang jelas antara fungsi operasional,
fungsi administrasi serta fungsi pencatatan aktiva dengan nilai rata rata
3,98. BMT Syariah Riyal, BMT Fajar, BMT Huwaiza, BMT Al Fath
Ikmi serta beberapa BMT yang peneliti datangi sudah memiliki
pemisahan fungsi yang jelas dan memiliki pencatatan inventaris untuk
setiap aktiva yang dimilikinya. Indra dari BMT Fajar mengatakan “BMT
Fajar sangat memperhatikan pembagian tugas di dalam internal BMT.
Maka dari itu untuk merefresh para pekerja, setiap 6 bulan sekali terdapat
rolling tugas antar pegawai. Selain alasan tersebut, hal ini juga dijadikan
pengawasan silang antar pegawai.”
Selain itu BMT tersebut sudah memiliki pencatatan atas perawatan
aktiva. Sehingga seluruh fungsi tugas dan pencatatan terdokumentasai
secara jelas demi mengurangi risiko tumpang tindih fungsi serta risiko
kesalahan pemcatatan aktiva yang dimiliki.
Selain untuk pelaksanaan kegiatan komersial yang menghasilkan
keuntungan, BMT juga memperhatikan aktivitas pengendalian dari
kegiatan ZIS yaitu zakat, infaq dan sodaqoh. BMT yang berada di
Jabodetabek telah melakukan penyaluran dana ZIS kepada pihak pihak
yang menerimanya secara efektif dengan nilai rata-rata 3,84. Selain itu
BMT juga memperhatikan prosedur pengawasan atas penyaluran dana
ZIS, BMT sudah memiliki SOP tersendiri dalam melakukan penyaluran
88
dana ZIS, hal ini tergambarkan dengan nilai rata-rata 3,86 yang
merupakan kategori efektif dalam prosedur pengawasan dana ZIS.
3. Efektivitas Penilaian Risiko
Penilaian Risiko Merupakan mekanisme untuk mengidentifikas i,
menganalisis dan mengelola berbagai risiko dalam organisasi dikaitkan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam COSO (2013) bahwa penilaian
risiko melibatkan proses yang dinamis dan interaktif untuk
mengidentifikasi dan meniai risiko terhadap pencapaian tujuan (COSO,
2013). Pada penelitian ini, komponen penilaian risiko diukur dengan
pernyataan tentang penggunaan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital,
Colleteral dan Condition) yang merupakan salah satu penilaian risiko
yang sering digunakan didalam kegiatan pembiayaan (Wahyuni, 2008).
Dalam penggunaan prinsip 5C dalam pemberian pembiayaan BMT yang
beroperasi di wilayah Jabodetabek mendapatkan nilai rata rata 4,16. Nilai
tersebut dapat menjelaskan bahwa penggunaan prinsip 5C berjalan
efektif dalam kegiatan pembiayaan BMT. Hasil ini juga diperkuat oleh
pernyataan beberapa manajer BMT yang kami tanyakan bahwa prinsip
5C ini wajib dijalankan dalam proses pra-pembiayaan bagi nasabah.
Prinsip 5C digunakan untuk menilai apakah nasabah sudah pantas
atau mampu untuk diberikan pembiayaan. Selain prinsip 5C, BMT dalam
operasinya juga melakukan personal guarantee atau group lending
financing dalam melaksanakan pembiayaan, untuk hal ini masih banyak
89
BMT yang tidak paham maksud dari group lending financing sehingga
peneliti hanya menitik fokuskan dengan jawaban personal guarantee
dalam proses pembiayaan beberapa BMT melakukan personal guarantee
sebagai jaminan dari pembiayaan dengan nilai rata rata 3,55 yang berarti
BMT cukup efektif dalam penggunaan personal guarantee dalam
prosedur pemberian pembiayaan.
BMT juga memperhatikan alokasi dana cadangan untuk kredit
macet atau NPF Allowance, nilai rata rata untuk pengalokasian dana
untuk kredit macet adalah 3,91 yang berarti BMT secara efektif
memperhatikan alokasi dana agar tidak terjadi kerugian yang lebih parah
yang bisa membahayakan keadaan keuangan BMT itu sendiri. Selain
pengalokasian dana cadangan, BMT juga sudah melakukan alokasi untuk
menghapusan piutang pembiayaan yang bermasalah dengan nilai rata
rata 3,86 yang berarti BMT sudah secara efektif melakukan penghapusan
piutang yang tak tertagih.
Pengurus BMT Al Huwaiza mengatakan bahwa, “BMT setiap
bulan selalu menyisihkan dana sebagai alokasi jikalau terjadi kegagalan
pengembalian dana. Kita selalu memperhatikan hal terburuk yang
mungkin terjadi di kemudian hari.”
Hal berbeda dilakukan oleh BMT Bintaro, dalam wawancara yang
dilakukan peneliti. “BMT kami melakukan penyisihan pembiayaan tak
tertagih sesuai dengan aging piutang yang kami buat, jika dalam 3 bulan
tidak bisa membayar angsuran akan kami berikan pembaharuan akad,
90
jika tidak, agunan yang telah diberikan bisa kami jual untuk mengganti
jumlah angsuran yang tidak terbayarkan.” Kata pengurus BMT Bintaro.
Di dalam butir pernyataan peneliti menyinggung tentang alokasi
dana ZIS untuk menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah, hasilnya
adalah 2,59 yang berarti sangat tidak efektif. Hal ini terjadi karena ada
beberapa BMT yang berpendapat seperti BMT UGT Sidogiri, BMT Al
Ikhlas Vila Dago, BMT Caman dan beberapa BMT menganggap untuk
dana ZIS tidak boleh sembarangan digunakan untuk menutupi
pembiayaan yang bermasalah.
“Karena rata rata pembiayaan yang dilakukan adalah untuk hal hal
komersil seperti untuk modal usaha ataupun pembelian barang barang
sekunder seperti kendaraan atau telepon genggam. Hal ini yang
menjadikan alasan mereka untuk tidak mengalokasikan dana ZIS untuk
menyelesaikan masalah pembiayaan karena sasarannya tidak tepat.” tutur
Bapak Agung pengurus BMT Amanah syariah.
Hutang yang bisa ditutupi oleh ZIS menurut mereka adalah hutang
yang sifatnya untuk makan sehari hari atau hal hal yang memiliki urgensi
tinggi. Hal tersebut yang menjadikan alasan mengapa penggunaan dana
ZIS untuk menutupi pembiayaan yang bermasalah tidak berjalan efektif.
Setelah itu penilaian risiko selanjutnya adalah tentang penerimaan
pegawai, BMT di wilayah Jabodetabek sudah memperhatikan kegiatan
penerimaan pegawainya secara efektif dengan nilai rata rata 3,80. Seleksi
penerimaan pegawai di BMT Amanah Syariah sebagai contoh, untuk
91
posisi posisi tertentu seperti analis kredit atau staff keuangan minimal
kualifikasi pendidikannya adalah Diploma 3. “Di BMT Amanah Syariah,
untuk posisi strategis seperti accounting atau analis kredit kualifikasi
minimal yang kami tetapkan adalah D3. Bahkan hampir semua karyawan
kami adalah sarjana.” ujar Agung yang ditemui pada saat sesi
wawancara.
Selain itu ada aturan aturan seperti larangan bagi perokok untuk
bisa masuk ke BMT tersebut serta mewajibkan pegawainya untuk bisa
membaca Al Quran. Hal ini yang membuat BMT sedikit ketat dalam
melakukan seleksi penerimaan pegawainya agar bisa mendapatkan
pegawai yang sesuai serta kompeten dibidang yang akan digeluti. Selain
itu ada sisi spiritual yang diperhatikan BMT agar mendapatkan pegawai
yang memiliki akhlak yang baik. Secara keseluruhan komponen
penilaian risiko mendapatkan nilai rata rata 3,65 untuk itu dapat
dikategorikan bahwa komponen penilaian risiko berjalan secara efektif.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartini
pada tahun 2012 yang mengatakan bahwa 66,7 % BMT telah efektif
menjalankan komponen penilaian resiko. Sejalan dengan penelitian
sartini, penelitian yang dilakuakn Haifa dan Sepky pada tahun 2015
menjelaskan bahwa sudah sebesar 90% BMT telah efektif menjelankan
komponen penilaian resiko.
92
4. Efektivitas Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi dan komunikasi memungkinkan orang-orang
dalam organisasi untuk memperoleh dan berbagi informasi yang
diperlukan untuk mengelola, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
operasional. COSO (2013:5) menjelaskan bahwa informasi sangat
penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggungjawab
pengendalian internal guna mendukung pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.
Komponen Informasi dan komunikasi mendapatkan nilai rata rata
sebesar 4,08 yang berarti bahwa komponen ini dikategorikan sudah
berjalan secara efektif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sartini pada tahun 2012 yang mengatakan bahwa 88,7 % BMT telah
efektif menjalankan komponen informasi dan komunikasi. Sejalan
dengan penelitian sartini, penelitian yang dilakuakn Haifa dan Sepky
pada tahun 2015 menjelaskan bahwa sudah sebesar 84,6% BMT telah
efektif menjalankan komponen informasi dan komunikasi.
Nilai rata rata secara keseluruhan didapatkan dari beberapa
subkomponen yang terbagi menjadi delapan. Yang pertama adalah
subkomponen tentang pelaporan keuangan yang masih menggunakan
standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK
ETAP) dengan nilai rata rata 4,25 yang membuktikan bahwa BMT sudah
secara efektif menjadikan SAK ETAP menjadi dasar pelaporan
keuangannya, namun SAK ETAP ini digunakan hanya untuk BMT yang
93
cakupan bisnisnya kecil. Untuk BMT yang memiliki cakupan bisnis lebih
besar BMT sudah menggunakan standar akuntansi keuangan Syariah
yang sudah berlaku di Indonesia. Untuk BMT yang sudah menggunakan
SAK Syariah mendapat nilai rata-rata 4,16 yang berarti penggunaan SAK
Syariah sudah efektif dilakukan di BMT.
“Laporan keuangan kami sudah sesuai SAK yang berlaku di
Indonesia. Sistem yang kami gunakan sehari hari sudah dibuat sesuai
denga Standar akuntansi keuangan syariah.” ujar Bapak Doddy dari BMT
Nasuha Rawamangun.
Dalam pelaksanaan pekerjaan agar sirkulasi pekerjaan lebih
mudah, dibutuhkan flowchart untuk melihat alur transaksi yang terjadi
maka dari itu diagram arus diperlukan, BMT sudah memiliki diagram
alur untuk seluruh kegiatannya dengan nilai rata rata 4,05 yang berarti
BMT sudah secar efektif menggunakan diagram alur didalam setiap
kegiatannya.
“Sistem yang kami buat sudah berdasarkan flowchart, sehingga
sirkulasi transaksi dapat ditracking secara jelas.” Menurut Bapak Doddy
ketika ditanyakan mengenai flowchart.
Selanjutnya adalah pengunaan sistem informasi akuntansi didalam
kegiatan BMT dengan nilai rata rata 4,14 menunjukkan bahwa BMT
yang beroperasi di daerah Jabodetabek sudah secara efektif
menggunakan sistem informasi akuntansi. Ada beberapa sistem
akuntansi yang digunakan di BMT ada SI-BMT, Zahir, PAK-Kopsyah
94
dan ada juga yang mengembangkan sistem informasi akuntansinya
sendiri. Sehingga seluruh data keuangan dapat terintegrasi dari hulu ke
hilir. “Demi kejelasan dan ketepatan informasi, kami dari awal berdiri
pada tahun 2017 telah membangun sistem akuntansi sendiri sehingga
semua laporan yang dibuat sudah sesuai dengan peraturan berlaku dan
juga seluruh transaksi dapat dicatat dengan rapih.” Ujar Agung dari BMT
Amanah Suariah ketika ditanyakan tentang aplikasi akuntansi yang ada
di BMT.
Hal serupa juga dilakukan oleh BMT UGT Sidogiri,”Se mua
transaksi yang kami buat selalu di input kedalam sistem Si-BMT
sehingga akan terdokumentasikan dengan rapi. Selain itu dengan adanya
sistem. Pihak pusat dapat melihat kegiatan transaksi dari setiap cabang.”
kata Irfan pengurus BMT UGT Sidogiri.
Akan tetapi ada beberapa BMT yang masih menggunakan
Microsoft excel sederhana sebagai alat pencatatan akuntansinya. “BMT
kami hanya mencakup perumahan di sekitar sini saja, jadi menurut saya
sistem akuntansi masih belum penting kami gunakan. Microsoft Excel
masih lebih dari cukup untuk kami.” Ujar Bapak Jasman pengurus BMT
Vila Dago Tol ketika ditanya urgensi tentang sistem akuntansi yang ada
di BMT.
Keterbukaan informasi antar personil adalah suatu hal yang penting
demi terjalinnya sebuah kerjasama yang baik, BMT di wilayah
Jabodetabek memiliki nilai 3,95 dalam hal keterbukaan informasi. Hasil
95
ini menyatakan bahwa keterbukaan informasi sudah berjalan secara
efektif di BMT daerah Jabodetabek. Selain itu sirkulasi informasi telah
dijalankan dengan baik di BMT wilayah Jabodetabek dengan nilai rata
rata 4,36 menunjukkan bahwa BMT memberikan wadah yang baik untuk
sirkulasi informasi. Sebagai contoh di BMT UGT Sidogiri antar cabang
akan memiliki grup di Whatsapp sebagai sarana pertukaran informasi
selain itu juga setiap bulannya diadakan rapat untuk evaluasi serta
menginfokan informasi yang sekiranya dibutuhkan.
“Disetiap cabang memiliki grup Whatsapp agar sirkulasi informasi
di dalam BMT terus berjalan secarar cepat. Selain itu, pusat juga
membuat grup yang berisi perwakilan cabang. Sehingga informasi dari
pusat akan mudah untuk diseberkan.” Menurut Irfan ketika ditanya
tentang urgensi penggunaan grup WA.
5. Efektivitas Pemantauan
Proses penilaian terhadap kualitas dan efektivitas dari sistem
pengendalian intern, termasuk modifikasi dan penyempurnaannya
apabila diperlukan. COSO (2013:5) menjelaskan bahwa pemantauan
merupakan kegiatan evaluasi dengan beberapa bentuk apakah yang
sifatnya berkelanjutan, terpisah ataupun kombinasikeduanya yang
digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima
komponen pengendalian ada dan berfungsi.
96
BMT telah melaksanankan komponen pemantauan secara efektif
dengan nilai rata rata efektivitas 4,08. Hal ini menunjukkan BMT sudah
menjalankan komponen pemantauan secara baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Sartini pada tahun 2012 yang melakukan penelitian tentang
implementasi sistem pengendalian internal terhadap pembiayaan pada
BMT di daerah Yogyakarta, hasilnya adalah sebanyak 66,7% BMT telah
secara Efektif melaksanakan komponen pemantauan. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Sepky dan Haifa pada tahun 2015
melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan sistem pengendalian
internal di BMT wilayah Depok hasilnya adalah sebesar 89,7% BMT
sudah secar efektif melaksanakan komponen ini. Ayagre dan Appiah
pada tahun 2014 telah melaksanakan penelitian tentang efektivitas sistem
pengendalian internal pada lembaga keuangan di Ghana, pada komponen
lingkungan pengendalian ini mendapatkan nilai rata rata sebesar 4,72
yang berarti hasil dari Ayagre dan Appiah berbanding lurus dengan nilai
rata-rata pemantauan penelitian ini.
Indikator dalam komponen pemantauan salah satunya adalah BMT
telah melakukan pemeriksaan rutin terhadap pengelolaan dana nasabah
serta BMT juga sudah melakukan kegiatan sidak atau inspeksi dadakan
atas pengelolaan dana nasabah, kedua indikator tersebut memiliki nilai
rata rata 4,25 dan 4,16 nilai tersebut menujukkan bahwa kedua indicator
tersebut sudah berjalan efektif. Ketika terjadi kesalahan baik sengaja
ataupun tidak sengaja BMT telah secara efektif dalam melakukan
97
tindakan korektif agar masalah tidak membesar, untuk indikator ini nilai
rata rata yang didapatkan adalah 3,82.
Beberapa BMT seperti BMT Syariah Riyal dalam menanggapi
kegiatan korektif langsung mengevaluasi kesalahan yang terjadi serta
memperbaiki kesalahan tersebut. Selain menanggapi kesalahan yang
terjadi, BMT juga sudah secar rutin melaksanakan evaluasi terhadap
seluruh kegiatan operasionalnya, nilai rata rata dari indikator ini adalah
4,05. Nilai ini menggabarkan bahwa BMT telah efektif melakukan rapat
evaluasi untuk kegiatan opersional. Hal ini di buktikan oleh BMT UGT
Sidogiri Bekasi, Warakas maupun Penggilingan yang setiap sebulan
sekali melaksanakan rapat evaluasi kinerja bulanan. Selain rapat di
kalangan karyawan, setiap 3 bulan sekali dilakukan evaluasi bersama
dewan pengawas Syariah dan setiap tahunnya dilakukan rapat anggota
tahunan untuk memberikan laporan pertanggung jawaban kepada
anggota.
Yang terakhir adalah kesadaran BMT dalam melakukan kegiatan
audit eksternal, nilai 4,14 menggambarkan BMT telah secara efektif telah
melakukan kegiatan audit eksternal sebagai evaluasi atas laporan
tahunannya. Namun masalahnya hanya BMT yang memiliki cakupan
yang besar yang menggunakan auditor eksternal. Hal ini dikarenakan
budget yang minim serta cakupan yang terlalu kecil yang dijadikan
alasan mengapa tidak menggunakan jasa auditor eksternal.
98
“BMT Nasuha, secara rutin melakukan inspeksi karyawan. Baik
karyawan yang bertugas sebagai teller maupun petugas yang berada di
dalam kantor sebagai staff. Hal ini kami lakukan guna memantau
aktivitas. Agar aktivitas yang dilakukan oleh pegawai sesuai dengan SOP
yang telah kami buat. Jika ada masalah, kami langsung
menginformasikannya ke dewan pengawas dan dalam waktu dekat
setelah itu, langsung diadakan rapat untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi.” ujar pengurus BMT Nasuha Rawamangun.
Sejalan dengan BMT Nasuha, BMT Syariah Riyal juga
menjalankan hal yang sama mengenai inspeksi dadakan yang dilakukan
secara rutin. Sehingga menurut pengurus akan sangat mudah memantau
kegiatan operasional yang dilakukan pegawai. Hanya saja ketika ditanya
tentang penggunaan auditor eksternal dalam membantu mengevaluasi
proses internal BMT, pengurus BMT engggan menjawab KAP apa yang
sudah kerjasama dengan mereka.
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, sistem
pengendalian internal sudah di implementasikan oleh seluruh BMT yang
dijadikan responden penelitian.
Implementasi sistem pengendalian internal pada BMT yang terletak di
wilayah Jabodetabek mendapatkan nilai 3,97. Hasil tersebut membuktikan
bahwasanya sistem pengendalian internal didalam baitul maal wa tamwil di
wilayah Jabodetabek sudah efektif. Angka tersebut dapat dilihat dari penjelasan
per komponen sebagai berikut:
1. Komponen lingkungan pengendalian memiliki nilai rata-rata efektivitas
sebesar 4,00. Nilai ini menunjukkan bahwa komponen ini sudah berjalan
secara efektif didalam sistem pengendalian internal BMT di wilayah
Jabodetabek.
2. Komponen aktivitas pengendalian memiliki nilai rata-rata efektivitas
sebesar 4,01. Nilai ini menunjukkan bahwa komponen ini telah secara
efektif berjalan didalam sistem pengendalian internal BMT di wilayah
Jabodetabek.
3. Komponen penilaian risiko memiliki nilai rata-rata efektivitas sebesar 3,65
Hasil ini tidak terlalu impresif, hal ini dikarenakan ada beberapa indikator
yang hasilnya tidak efektif yang sudah dijelaskan di pembahasan. Namun
100
hasil ini masih termasuk kategori efektif dalam sistem pengedalian internal
BMT di wilayah Jabodetabek.
4. Komponen informasi dan komunikasi memiliki nilai rata-rata 4,08. Nilai ini
menunjukkan bahwa kompponen ini terlah berjalan efektif di dalam sistem
pengendalian internal BMT di wilayah Jabodetabek. Komponen ini adalah
salah satu daari dua yang memiliki nilai rata-rata terbaik dalam penelitian
ini.
5. Komponen pemantauan memiliki nilai rata-rata yang sama dengan
komponen informasi dan komunikasi yaitu 4,08. Hanya saja yang
membedakan ada di standar deviasinya pada komponen ini standar deviasi
yang didapat adalah 0,712. Nilai rata-rata yang didapatkan pada komponen
pemantauan ini menunjukkan bahwa komponen pemantauan telah berjalan
secara efektif didalam sistem pengendalian internal BMT di wilayah
Jabodetabek.
Selain itu, BMT di wilayah Jabodetabek juga sudah menjalankan
operasinya sesuai dengan nilai nilai islam. Hal ini dapat dilihat dari
pembahasan diatas, semua BMT secara efektif melakukan akad dalam
pembiayaan atau pendanaan sesuai dengan syariat Islam. Selanjutnya, BMT
juga memperhatikan nilai nilai islam pada karyawannya, karyawan BMT
dituntut untuk menggunakan pakaian yang sopan serta menutup aurat.
Pegawai BMT pun ditutuntut untuk selalu jujur dan sopan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Hanya saja beberapa BMT masih kurang
memperhatikan integrasi ZIS. Namun integrasi ZIS ini masih prokontra,
101
karena ada beberapa BMT, seperti Al-Ikhlas dan Al-Huwaiza yang
menanggap untuk integrasi ZIS di BMT perlu kajian mendalam agar tidak
ada kesalahan dalam menentukan yang berhak menerima dana ZIS.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan diatas maka peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi BMT di Wilayah Jabodetabek
a. Perlu adanya peningkatan efektivitas pada komponen lingkunga n
pengendalian, karena secara keselurahan komponen ini belum masuk
dalam kategori sangat efektif. Item yang memiliki rata-rata efektivitas
paling rendah adalah adanya pengawas independen di dalam organisasi,
sehingga penulis menyarankan untuk membentuk satuan pengawas
independen yang bertugas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh anggota organisasi.
b. Pada komponen aktivitas pengendalian perlu dilakukan evaluasi
terhadap efektivitas kegiatan yang sudah berjalan. Walaupun hasilnya
sudah efektif hanya saja ada indikator yang masih mendapat nilai rata
rata rendah seperti tentang penyaluran dana ZIS, hal ini harus menjadi
perhatian manajemen agar kinerja penyaluran dana ZIS pada BMT dapat
lebih maksimal.
c. Komponen penilaian risiko merupakan komponen yang memliki nilai
rata-rata terendah sehingga komponen ini harus diperhatikan secara
mendalam bagi manajemen BMT di wilayah Jabodetabek. Salah satu
102
indikator terburuk adalah integrasi ZIS ke pembiayaan bermasalah.
BMT harus punya solusi untuk mengurangi masalah ini. Seperti, lebih
melakukan kajian mendalam tentang pemanfaatan dana ZIS sehingga
bias dituangkan ke peraturan tentang integrase dana ZIS untuk
pembiayaan bermasalah.
d. Untuk komponen Informasi dan komunikasi, peneliti menyarankan agar
BMT yang belum menggunakan sistem komputerisasi akuntansi segera
menggunakannya. Karena banyak manfaat yang akan didapatkan dari
penggunaan SIA, salah satunya mempercepat pekerjaan serta laporan
yang dihasilkan sudah sesuai standar yang berlaku.
e. Yang terakhir adalah komponen pemantauan, peneliti menyarankan
agar melakukan kerjasama dengan pihak auditor eksternal untuk
mengevaluasi laporan keuangan sehingga secara pengendalian BMT
sudah di evaluasi secara internal maupun eksternal. Serta akuntabilitas
BMT akan teruji dan dinilai.
f. Dalam menjalankan operasional, BMT harus menguatkan nilai nilai
keislaman. Harus bisa mengintegrasikan komponen pengendalian
dengan nilai nilai yang sudah Islam ajarkan untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Studi ini hanya menjelaskan efektivitas sistem pengendalian BMT di
wilayah Jabodetabek, penulis merekomendasikan untuk peneliti selanjutnya
agar dapat memperluas cakupan wilayah penelitian. Selain itu, peneliti juga
103
merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan studi
komparasi sistem pengedalian internal yang ada di BMT dengan di BPRS
agar dapat mengetahui sudah seberapa baik opersional shariah microfinance
institution yang ada di Indonesia.
104
DAFTAR PUSTAKA
Al-thuneibat, Ali A., Awad S. Al-rehaily, and Yousef A. Basodan. 2015. “The
Impact of Internal Control Requirements on Profitability of Saudi
Shareholding Companies.”
Ismail, Abdul Ghafar and Thoughts Centre. 2014. “Sustainability of BMT
Financing for Developing Micro-Enterprises Sustainability of BMT Financing
for Developing Micro-Enterprises.” (May).
Jakarta, Tim FEB UIN. 2012. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Mardian, Sepky and Rabitha Nabila Haifa. 2015. “Implementing The Internal
Control System In The Islamic Microfinance Institutions.” Ahkam 15(2):189–
98.
Muhammad Iqmal Hisham, Kamaruddin and Ramli Nathasa Mazna. 2015.
“Internal Control Practices in Islamic Non-Profit Organization in Malaysia.”
Proceedings of The Islamic Economic System Conference 2015 (IECONS
2015) (September):511–27.
Seibel, Hans Dieter and Hans Dieter. 2014. “Econstor.” (January).
Wardiwiyono, Sartini. 2012. “Internal Control System for Islamic Micro Financing:
An Exploratory Study of Baitul Maal Wat Tamwil in the City of Yogyakarta
Indonesia.” International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management 5(4):340–52.
Al-thuneibat, Ali A., Awad S. Al-rehaily, and Yousef A. Basodan. 2015. “The
Impact of Internal Control Requirements on Profitability of Saudi
105
Shareholding Companies.”
Ismail, Abdul Ghafar and Thoughts Centre. 2014. “Sustainability of BMT
Financing for Developing Micro-Enterprises Sustainability of BMT Financing
for Developing Micro-Enterprises.” (May).
Jakarta, Tim FEB UIN. 2012. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Mardian, Sepky and Rabitha Nabila Haifa. 2015. “Implementing The Internal
Control System In The Islamic Microfinance Institutions.” Ahkam 15(2):189–
98.
Muhammad Iqmal Hisham, Kamaruddin and Ramli Nathasa Mazna. 2015.
“Internal Control Practices in Islamic Non-Profit Organization in Malaysia.”
Proceedings of The Islamic Economic System Conference 2015 (IECONS
2015) (September):511–27.
Seibel, Hans Dieter and Hans Dieter. 2014. “Econstor.” (January).
Wardiwiyono, Sartini. 2012. “Internal Control System for Islamic Micro Financing:
An Exploratory Study of Baitul Maal Wat Tamwil in the City of Yogyakarta
Indonesia.” International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management 5(4):340–52.
106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
107
LAMPIRAN KUESIONER
108
Instrumen Penelitian
Kuesioner
Kepada yang terhormat Bapak/Ibu/Responden,
Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh,
Dengan Hormat,
Saya Bagaskara Nur Putra, mahasiswa jurusan akuntansi semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian tentang Efektivitas Pengendalian Internal pada Baitul Maal wa Tamwil yang berada di daerah Jabodetabek. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyelesaian studi program S1. Tema dari penelitian ini adalah “Analisis Efektivitas Implementasi Sistem Pengendalian Internal pada Baitul Maal wa Tamwil (Studi Empiris pada BMT di wilayah Jabodetabek). Data yang diperoleh dari kuesioner ini akan di gunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya akan menjaga kerahasiaan identitas Bapak/Ibu. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaykum Warahmatullah Wabarkatu
Hormat saya,
Bagaskara Nur Putra (081218718860)
Petunjuk pengisian
Berikan tanda silang (X) atau checklist (√) pada pilihan jawaban saudara.
A. Profil Responden 1. Nama :.
2. Pendidikan
□ SD □ SMP □ SMA □S1 □ S2 □ S3
109
3. Jenis kelamin □ Laki Laki □ Perempuan
4. Jenis Pekerjaan □ Dewan Pengawas Syariah □ General Manager □ Manajer/Kepala □ Administrasi
5. Usia □ <18 □ 19-28 □ 29-39 □ >40
6. Penghasilan □ <1jt □ 1-3 jt □ 3,1-5 jt □ 5,1-10 jt □ >10 jt
7. Lama bekerja di BMT □ < 1 tahun □ 1-3 tahun □ 3-5 tahun □ >5 tahun
B. Pertanyaan Efektivitas Pengendalian Internal Baitul Maal wa Tamwil Petunjuk pengisian:
Berikan pendapat/persepsi anda tentang Efektivitas kegiatan pengendalian pada BMT. Untuk memudahkan anda dalam menjawab telah di sediakan kolom 1 sampai 5. Kolom tersebut terdiri dari TA: TIDAK ADA, K: KURANG, C: CUKUP, B: BAIK, SB: SANGAT BAIK Tidak ada jawaban benar atau salah. Anda bebas memilih jawaban. Berikan tanda silang (X) atau checklist (√) pada pilihan jawaban saudara.
Silahkan untuk diisi. NO Pertanyaan Jawaban
Sistem Pengendalian Internal
TA
K
C
B
SB
Lingkungan Pengendalian
110
1. BMT sudah terdapat struktur organisasi.
2. BMT telah melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.
3. BMT telah memiliki Standar Operasional Prosedur yang terintegrasi dengan nilai nilai keislaman.
4. BMT telah terdapat Dewan Pengawas Syariah.
5. BMT telah terdapat kebijakan prosedur yang jelas mengenai kepegawaian, pengembangan, penilaian prestasi dan kompensasi kepada pegawai secara adil.
6. BMT telah melakukan rotasi pekerjaan secara rutin.
7. BMT telah menerapkan prinsip prinsip perkoperasiaan.
8. BMT dalam melakukan tindakan atau prosedur telah mencerminkan sikap tentang pentingnya pengendalian internal.
9. BMT telah terdapat nilai etika islam dan kejujuran pada aktivitas karyawan.
10. BMT memberikan perhatian yang cukup dalam perekrutan dan training pada karyawan.
11. BMT telah memiliki program pengembangan dan pelatihan karyawan.
12. BMT terdapat fasilitas yang memadai.
Aktivitas Pengendalian
13. BMT terdapat kebijakan dan prosedur pengaturan untuk mencapai target pendanaan.
14. BMT terdapat kebijakan dan prosedur pengaturan untuk mencapai target pembiayaan.
15. Formulir-formulir yang berhubungan dengan pendanaan pada BMT telah memiliki nomor urut cetak.
16. Formulir-formulir yang berhubungan dengan pembiayaan pada BMT telah memiliki nomor urut cetak.
111
17. Otorisasi pemberian pembiayaan dilakukan oleh pejabat yang berwenang pada BMT.
18. BMT telah melakukan penyaluran dana ZIS kepada orang yang berhak menerimanya.
19. BMT telah melakukan prosedur pengawasan atas penyaluran dana ZIS.
20. Sistem pembiayaan BMT terdapat pemisahan fungsi tugas yang jelas antara fungsi operasional, fungsi administrasi, fungsi penyimpanan aktiva dan pencatatan aktiva.
Penaksiran Risiko
21. BMT telah menggunakan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition) dalam prosedur pemberian pembiayaan.
22. BMT juga melakukan instrument lain seperti personal guarantee atau group lending financing dalam prosedur pemberian pembiayaan.
23. BMT telah mengalokasikan dana cadangan pada pembiayaan yang bermasalah (NPF Allowance).
24. BMT telah mengalokasikan dana penghapusan piutang pembiayaan yang bermasalah (NPF write off).
25. BMT telah mengintegrasikan dana ZIS untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
26. Penerimaan pegawai pada BMT telah melalu seleksi dengan kualifikasi tertentu.
Informasi dan Komunikasi 27. Laporan keuangan BMT sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia seperti ETAP.
28. Laporan keuangan BMT sudah mengikuti Standar Akuntansi Syariah.
29. Dalam pembuatan laporan BMT telah mengikuti Standar Usaha Mikro.
30. BMT tempat bapak/ibu bekerja terdapat diagram arus (Flowchart) mengenai alur transaksi, alur operasional dan alur persetujuan.
112
31. Sistem Akuntansi yang dilakukan BMT telah mencakup:
7. Formulir Nomor Urut Cetak 8. Adanya Buku Jurnal 9. Buku Besar serta Buku Pembantu 10. Adanya Klasifikasi Rekening 1. Adanya Laporan Keuangan
32. Sistem akuntansi dalam kegiatan pengelolaan dana maupun pembiayaan telah dikomunikasikan ke semua personel BMT.
33. BMT telah memiliki sarana komunikasi yang dapat memudahkan sirkulasi informasi di dalam internal BMT.
34. Sistem pembiayaan BMT terdapat pemisahan fungsi tugas yang jelas antara fungsi operasional, fungsi administrasi, fungsi penyimpanan aktiva dan pencatatan aktiva.
Pemantauan
35. BMT telah melakukan pemeriksaan rutin terhadap pengelolaan dana nasabah.
36. BMT telah melakukan pemeriksaan dadakan terhadap pengelolaan dana nasabah.
37. BMT telah dengan cepat dan tanggap melakukan tindakan korektif atas kesalahan prosedur yang terjadi.
38. Pengurus secara berkala melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan operasional BMT.
39. BMT telah melakukan kerjasama dengan pihak auditor eksternal dalam kegiatan audit setiap tahunnya.
C. Pertanyaan Isian Baitul Maal wa Tamwil merupakan entitas mikro yang banyak membantu warga masyarakat dalam hal jasa keuangan. Dalam mengelola dana rakyat, BMT harus melakukan control yang baik serta berjangka. Berdasarkan hal tersebut apakah BMT sudah mempunyai Dewan Pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan? Jika Iya berikan alasan.
113
Jika tidak, apakah BMT membutuhkan Internal Auditor sebagai bagian dari kegiatan pengawasan ? Iya butuh agar segala kegiatan operasional BMT bisa di control secara lebih detai untuk minimalisir fraud dan berbagai penyelewengan Berapakah Jumlah Dewan Pengawas Manajemen ? Berapakah Jumlah Dewan Pengawas Syariah ? Apakah Produk yang ditawarkan oleh BMT?
114
LAMPIRAN ALAMAT BMT
115
Nama : Bagaskara Nur Putra
NIM : 11150820000063
Jurusan/Semester : Akuntansi/8
Telepon : 081218718860
Judul Skripsi : Analisis Implementasi Sistem Pengendalian Internal Baitul Maal wa Tamwil (Studi Empiris : BMT di Jabodetabek)
Tujuan Surat : Yth. Manager, Supervisor dan Pengurus BMT
No Alamat 1 BMT Bersama Kita Berkah
Jl. Kebon Nanas Selatan I No. 37 RT15/RW02, Cipinang Cempedak Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta - 13340 Telepon : 021-85902607
2 Inkopsyah BMT Jl. Raya Pondok Gede No. 1-2, RT 06/RW 01. Lubang Buaya Kota Jakarta Timur Telepon : 021-87781747
3 BMT Bintaro Jl. Bintaro Utama, Blok F2 No. 5, Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, RT 6/ RW 8 Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 021 73691020
4 BMT El Syifa Jl. Mohamad Kafi No. 30 RT 07/ RW 01, Ciganjur, Jagakarsa Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 021 7874485
5 PT Permodalan BMT Ventura Equity Tower Lt. 27 SCBD Complex JL. Jend. Sudirman, Kavling 52-53, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta - 12190 Telepon : 021-29035428
6 BMT Nusantara Jl. Gardu No. 1B RT 07/ RW 02, Condet, Balekembang Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta Telepon : 0878-8278-6242
7 BMT Al-Kautsar
116
Jl. Cipinang Cempedak 1, No. 14, Polonia, RT 12/RW 06 Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta Telepon : (021) 68562614
8 BMT Masjid Al-Azhar Komplek Masjid Al Azhar Pasar Minggu, Jl. Mujair I No.24 A, RT. 003 / 09, Jati Padang, Pasar Minggu, RT.3/RW.9, Jati Padang, Ps. Minggu Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 021 7802650
9 BMT Nusantara Sejahtera Jl. Bintara Jaya No.69, RT.7/RW.5, Pd. Kopi, Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta Telepon : (021) 97959684
10 KJKS BMT Al-Amanah Jl. Kalibata Tengah Komplek POMAD Kalibata, Pancoran, RT.3/RW.6, Kalibata, Pancoran Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 021 70434945
11 BMT AT TAQWA Jl. Sakti IV No.8, RT.8/RW.9, Kemanggisan, Palmerah Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta Telepon : 021-5359435
12 Koperasi Simpan Pinjam Syariah Baituttamwil Tamzis Jl. Buncit Raya No.405, RT.1/RW.11, Ragunan Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta – 12510 Telepon : 021-79198411
13 BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jl. Sultan Iskandar Muda Pd. Indah No.1, RT.12/RW.2, Kby. Lama Sel Kota Jakata Selatan, DKI Jakarta-12240 Telepon : (021) 75905868
14 BMT Nasuha Sekretariat Masjid Al Mubarok - Jalan Balai Pustaka Baru I, Belakang RS. Dharma Nugraha Rawamangun, RT.6/RW.7, Rawamangun Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta Telepon : 0822-1000-0165
15 BMT Tawfin Jl. Setia Budi Tengah No.23, RT.1/RW.1, Kuningan, Setia Budi, Kecamatan Setiabudi
117
Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 021-7230075
16 BMT Ta'awun Finance Jl. Lontar No.2, RT.14/RW.14, Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 0813-1977-0901
17 BMT Husyain Jl. Raya Lapan No.25, RT.9/RW.1, Pekayon, Ps. Rebo Kota Jakarta Timur , DKI Jakarta Telepon : (021) 87720936
18 Koperasi BMT SMEMI Bungur Grand Centre Blok. 5, JL Ciputat Raya, No. 4-6, Kebayoran Lama Kota Jakarta Selatan, Telepon : (021) 72792185
19 BMT BKB Lembaga Keuangan Mikro Syariah Jl. Asem Baris Blok A3 No.12, RT.4/RW.3 Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta
20 Kopsyah BMT Imarotul Muslim Jl. JL. Kebon Pala 1, No. 283A, Kebon Mlati, Tanah Abang, RT.4/RW.13, Kb. Melati Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta Telepon : (021) 3153289
21 BMT Ash-Shiddiq Jl. Kalibata Raya 01 Kalibata City Square, Qioz, SS1505 Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Telepon : 0822-7992-2799
22 BMT UGT Sidogiri Capem Cakung Kp. Pedaengan Jalan Raya Penggilingan no 60 Cakung, RT.8/RW.8, Penggilingan, Cakung Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta Telepon : (021) 4608569
23 BMT Mizan Nusantara Jl. Betung Raya No.51, RT.13/RW.5, Pd. Bambu, Duren Sawit Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta – 12790 Telepon : (021) 86615904
24 BMT Al-Badriyah
118
Kp. sumur, Jl. Dermaga Raya, RT.5/RW.17, Klender, Duren Sawit Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta Telepon : (021) 8623917
25 BMT Syariah Riyal Jl. Raya Inspeksi Kalimalang, Jatimulya, Tambun Sel., Bekasi, Jawa Barat 17510 Telepon : (021) 88356081
26 BMT Amanah Syariah Komplek Rukan Duta Permai, Blok B-II/No. 7, RT.002/RW.06, Jakasampurna Bekasi, Jawa Barat Telepon : 0822-6009-0459
27 BMT Prima Insani Jl. Prima Lingkar Asri No.15, Jatibening, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Berat - 17412 Telepon : (021) 86903605
28 KSU BMT Hidayah Sejahtera JL Cempaka Raya, Blok F 1/3, Perum. Alamanda Regency, Karangsatria, Tambun Utara Telepon : (021) 97342514
29 BMT UGT Sidogiri Bekasi Jl. Baru Underpass, Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi Telepon : 0813-8752-0200
30 BMT Riyadhuljannah Jl. H. Sentir RT 003/RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat, Jawa Barat 17145 Telepon : (021) 89457926
31 BMT CAHAYA KEBAJIKAN Jl.kemang dari 1 No, RT.01/RW.05, Jatibening Baru, Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17412 Telepon : 0815-1776-6696
32 KSPPS BMT FAJAR Jl. Sultan Hasanudin No.265, Tambun, Tambun Selatan. Bekasi, Jawa Barat 17510 Telepon : (021) 89510088
33 BMT Al Fath IKMI
119
Jl. Aria Putra No.7, Kedaung, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15415 Telepon : (021) 7405458
34 BMT Al Munawwarah Jl. Dr. Setiabudi No.26F, Pamulang Tim., Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten Telepon : (021) 70211200
35 Koperasi BMT Al Jibaal Jl. Gn. Raya No.2 Rt 003/011, Cireundeu, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten Telepon : (021) 7419826
36 Koperasi Syariah BMT Mekar Da'wah Jalan Pos Giro Jl. Raya Serpong, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310 Telepon : (021) 53152779
37 BMT Beringharjo Ruko Graha Matercella Blok E No. 81, JL Bintaro Jaya, Sektor 3 A, Tangerang, 15225 Telepon : (021) 46229992
38 BMT Pondok Hijau Pondok Hijau Raya No.15, RT.005/RW.09, Pisangan, Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan Telepon : (021) 74709302
39 BMT Al Muqrin JL Talas 5, Rt 2 RW 9, Pondok Cabe, Pamulang, Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan Telepon : (021) 7471847
40 BMT Al Hurriyah Komplek Mega Mall Ciputat, Jl. Ir H. Juanda Blok D No.6, Cempak Putih, Ciputat. Kota Tangerang Selatan Telepon : (021) 70340709
41 KBMT Al Ittihad Gg. Dukuh No.39C, Cipayung, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15411 Telepon : (021) 70303510
42 BMT Al Bayan Jl. Raya Puspiptek No.99, Setu Tangerang Selatan Telepon : (021) 7561904
120
43 BMT Ittihadul Muhajirin
Komplek Reni Jaya, Jl. Amarta Raya No.1, Pamulang Barat., Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416. Telepon : (021) 74714464
44 BMT Al Ikhlas Jl. Raya Villa Dago Tol Blok D1 NO 8 Serua Ciputat Tangerang Selatan, Serua, Ciputat. Telepon : (021) 74630842
45 BMT UMJ Jalan KH Ahmad Dahlan Ciputat, Cirendeu, Tangerang Selatan Telepon : 021 74706220
46 BMT Uluni UIN Jalan Ir Haji Juanda No. 31 Ciputat Timur, Tangerang Selatan
47 BMT Ar Rahmah Jalan. Raya Gandul No. 12 A Gandul Limo Depok Telepon : 021-7543646
48 BMT Madani Gas Alam Jl. Gas Alam Pertamina No 30 Curug Rt 03/06 Curug Cimanggis Depok 16953 Telepon : 021-70387590
49 BMT Madani UI Jl. Akses UI no 9 Kelapa Dua Cimanggis Depok Telepon : 021-98271103
50 BMT BINA USAHA SEJAHTERA Jl. H Sara No. 01 Kel Cimpaeun RT/RW 02/010 Kec Tapos Depok Telepon : 021-8711915
51 BMT HUWAIZA Jl. Raya Parung Bingung No. 2 Rangkapan Jarabaru, Pancoran Mas Depok. Telepon : 021-98567426
52 BMT PELITA HIDAYAH INSANI
121
Jl. Prof. DR Soepomo No. 91 Menteng Dalam Tebet Jakarta Selatan 12870 Telepon : 021-83707403
53 BMT Husnayain Pejaten Jl. Siaga 2 C No.10, RT.2/RW.5, Pejaten Barat, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510 Telepon : (021) 7981634
54 BMT UDG Sidogiri Cabang Warakas Jalan Warakas I No.69, RT.14/RW.1, Warakas, Tanjung Priok, RT.14/RW.1, Warakas, Tj. Priok, DKI Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14310 Telepon : (021) 4302187
55 BMT Bumi Putera JL Banyu Bumi Gas, No. 13 RT. 015 RW. 018, Cipinang, Pulo Gadung, RT.1/RW.18, Cipinang, Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13240 Telepon : (021) 4707303
56 KSPPS BMT RUKUN ABADI Jl. Jl. H. Ja'ani No.80, RT.7/RW.11, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530
57 BMT Masjid Muhajirin Kavling DKI Pondok Kelapa Duren Sawit Blok 1, Jl. Pd. Kelapa Raya, RT.8/RW.9, Pd. Klp., Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, Jakarta 13450 Telepon : (021) 86902282
58 Inkopsyah BMT Jl. Raya Pondok Gede No. 1 – 2, RT.6/RW.1, Lubang Buaya, Cipayung, RT.6/RW.1, Lubang Buaya, Cipayung, Kota Jakarta Timur. Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13810 Telepon : (021) 87781747
59 BMT Usaha Mulya Jl. Korma, Masjid Al Furqon, Kota Baru, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat 13950 Telepon : (021) 89455809
60 BMT Bina Ummat Sejahtera Jl. Raya Pondok Gede No. 1-2, RT 06/RW 01. Lubang Buaya Kota Jakarta Timur
122
61 BMT Darul Quraan Jl. Palbatu I No. 21 Menteng Dalam Tebet Jakarta Selatan 12870 Telepon : (021) 837 86837
123
LAMPIRAN HASIL UJI VALIDITAS
124
Control Environment
E1 Pearson Correlation ,701**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E2 Pearson Correlation ,791**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E3 Pearson Correlation ,796**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E4 Pearson Correlation ,715**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E5 Pearson Correlation ,759**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E6 Pearson Correlation ,348*
Sig. (2-tailed) ,021
N 44
E7 Pearson Correlation ,670**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E8 Pearson Correlation ,740**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E9 Pearson Correlation ,659**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E10 Pearson Correlation ,746**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E11 Pearson Correlation ,707**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
E12 Pearson Correlation ,502**
125
Sig. (2-tailed) ,001
N 44
TE Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 72
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).
Control Activity TA
A1 Pearson Correlation ,705**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A2 Pearson Correlation ,566**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A3 Pearson Correlation ,741**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A4 Pearson Correlation ,675**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A5 Pearson Correlation ,581**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A6 Pearson Correlation ,530**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A7 Pearson Correlation ,662**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
A8 Pearson Correlation ,667**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
TA Pearson Correlation 1
126
Sig. (2-tailed) N 44
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).
Risk Assesment
TR
R1 Pearson Correlation ,634**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
R2 Pearson Correlation ,769**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
R3 Pearson Correlation ,734**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
R4 Pearson Correlation ,799**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
R5 Pearson Correlation ,478**
Sig. (2-tailed) ,001
N 44
R6 Pearson Correlation ,671**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
TR Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 44
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).
Information and Communication
TC
C1 Pearson Correlation ,707**
Sig. (2-tailed) ,000
127
N 44
C2 Pearson Correlation ,764**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
C3 Pearson Correlation ,603**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
C4 Pearson Correlation ,752**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
C5 Pearson Correlation ,733**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
C6 Pearson Correlation ,676**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
C7 Pearson Correlation ,690**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
TC Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 44
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).
Monitoring
TM
M1 Pearson Correlation ,765**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
M2 Pearson Correlation ,823**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
M3 Pearson Correlation ,692**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
128
M4 Pearson Correlation ,756**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
M5 Pearson Correlation ,735**
Sig. (2-tailed) ,000
N 44
TM Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 44
**. Correlation is signif icant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is signif icant at the 0.05 level (2-tailed).
129
LAMPIRAN HASIL UJI RELIABILITAS
130
Hasil Uji Reliabilitas
Lingkungan Pengendalian
Cronbach's
Alpha N of Items
,879 12
Pemantauan Cronbach’s
Alpha N of Items
,805 5
Aktivitas Pengendalian Cronbach's
Alpha N of Items
,788 8
Risiko Pengendalian Cronbach's
Alpha N of Items
,717 6
Informasi dan Komunikasi
Cronbach's
Alpha N of Items
,845 7
131
LAMPIRAN HASIL STATISTIK DESKRIPTIF
132
Hasil Statistik Deskriptif Control Environment
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
E1 44 3 5 4,36 ,650
E2 44 2 5 4,20 ,765
E3 44 2 5 4,16 ,680
E4 44 2 5 4,27 ,694
E5 44 2 5 4,09 ,772
E6 44 1 5 3,16 1,098
E7 44 2 5 3,98 ,590
E8 44 3 5 4,11 ,689
E9 44 3 5 4,25 ,651
E10 44 3 5 3,93 ,728
E11 44 2 5 3,75 ,719
E12 44 2 5 3,77 ,743
TE 72 0 60 29,36 24,018
Control Activity N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
A1 44 3 5 4,05 ,645
A2 44 3 5 4,07 ,661
A3 44 2 5 4,14 ,824
A4 44 1 5 3,86 ,930
A5 44 2 5 4,32 ,674
A6 44 1 5 3,84 1,140
A7 44 1 5 3,86 ,905
A8 44 3 5 3,98 ,698
TA 44 21 40 32,00 4,040
Risk Assesment N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
R1 44 2 5 4,16 ,776
R2 44 1 5 3,55 1,088
R3 44 2 5 3,91 ,709
R4 44 1 5 3,86 ,795
R5 44 1 5 2,59 1,335
133
R6 44 2 5 3,80 ,701
TR 44 13 30 21,86 3,593
Information and Communication N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
C1 44 3 5 4,25 ,686
C2 44 2 5 4,16 ,645
C3 44 3 5 3,82 ,756
C4 44 2 5 4,05 ,806
C5 44 2 5 4,14 ,668
C6 44 2 5 3,95 ,680
C7 44 3 5 4,36 ,613
TC 44 17 35 28,55 3,644
Monitoring N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
M1 44 3 5 4,25 ,686
M2 44 2 5 4,16 ,645
M3 44 3 5 3,82 ,756
M4 44 2 5 4,05 ,806
M5 44 2 5 4,14 ,668
TM 44 12 25 20,41 2,679
134
LAMPIRAN TABULASI DATA
135
136
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 TA4 4 4 4 4 5 4 4 334 3 3 4 4 5 5 4 323 4 3 2 4 4 4 3 274 5 5 5 5 4 4 4 364 4 5 5 5 5 5 4 374 4 3 3 2 4 5 4 293 3 4 4 4 5 5 4 324 4 4 4 4 4 4 4 324 4 5 4 5 4 4 4 344 4 4 4 3 5 5 4 333 5 4 3 4 2 3 3 274 5 5 3 4 5 3 4 334 4 5 4 4 3 3 3 304 4 5 4 5 1 3 4 305 5 5 5 5 1 4 5 355 4 5 4 4 5 5 3 354 4 5 5 5 4 4 5 364 4 4 4 4 4 4 4 325 5 4 4 4 3 3 4 323 3 2 2 4 4 4 4 264 4 5 5 5 5 5 4 374 4 5 5 5 3 4 4 344 4 3 3 4 3 3 4 284 4 4 4 4 1 1 3 254 4 4 4 4 5 4 4 333 3 3 2 3 2 2 3 215 5 5 5 5 5 5 5 404 4 4 4 4 4 4 5 333 3 3 3 4 5 5 4 305 5 5 5 5 5 5 5 354 4 3 3 4 4 3 3 284 4 4 4 4 4 4 4 324 4 5 1 5 5 4 5 335 4 5 4 5 5 5 5 383 3 4 4 5 3 3 3 285 5 4 4 4 4 4 5 354 4 4 4 5 4 4 5 343 3 3 3 4 3 3 4 264 4 4 4 5 4 3 3 315 5 5 5 5 4 4 4 374 3 3 4 4 3 3 3 274 4 4 4 4 3 3 3 295 5 5 5 5 4 4 5 385 5 4 4 5 4 4 4 35
137
R1 R2 R3 R4 R5 R6 TR3 3 4 4 4 4 225 4 3 3 3 4 222 2 2 2 2 4 143 4 4 4 3 4 224 3 4 4 5 5 253 3 3 3 4 2 184 3 4 3 3 4 214 4 4 4 3 4 234 4 4 4 4 4 244 3 3 4 2 3 193 4 3 4 4 5 235 4 4 5 1 3 224 3 4 4 2 4 214 5 4 4 1 4 225 5 5 5 1 5 264 3 5 4 1 3 204 3 4 4 1 4 204 4 4 4 2 4 224 2 4 4 1 3 185 4 4 4 4 4 255 4 4 4 3 4 244 1 4 4 1 4 184 4 4 4 4 4 244 1 3 1 1 3 133 1 3 3 4 3 173 3 3 3 2 3 175 5 4 4 4 4 264 5 4 4 3 4 244 4 5 4 3 3 235 5 5 5 5 5 304 4 4 4 1 4 214 4 4 4 4 4 245 4 5 5 1 5 255 5 5 5 4 5 295 4 4 4 3 3 235 4 4 4 3 4 245 3 4 4 5 4 253 4 3 3 3 3 195 3 4 4 3 4 235 3 5 5 2 4 244 3 3 3 1 3 174 2 3 3 1 3 165 5 5 5 1 4 255 5 4 4 1 3 22
138
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 TC4 4 4 3 4 4 4 275 5 5 5 3 4 4 313 3 3 3 3 3 4 225 5 5 4 4 3 4 305 5 4 3 5 4 5 315 5 3 3 4 4 4 285 4 4 4 4 4 4 294 4 4 4 4 4 4 285 4 4 4 4 4 4 293 2 3 2 2 2 3 173 4 5 4 3 5 4 284 5 4 4 4 4 5 304 4 3 5 5 3 5 295 5 4 5 5 4 5 335 5 5 5 5 5 5 354 4 3 5 4 4 5 294 4 3 4 4 4 5 284 4 4 4 4 4 4 284 4 3 4 5 3 5 284 4 4 3 4 4 4 274 4 3 4 4 4 4 274 4 4 4 4 4 5 295 5 5 5 5 5 5 353 3 3 4 4 4 4 253 4 3 3 4 3 4 244 4 3 3 3 3 3 234 4 4 4 4 4 4 245 4 5 5 5 4 4 324 4 3 4 4 4 4 275 5 3 5 5 5 5 335 5 5 5 5 5 5 354 4 4 4 4 4 4 244 4 4 4 5 3 5 294 4 5 5 5 5 5 335 4 4 5 4 4 4 305 4 3 3 4 5 4 285 4 3 5 4 5 5 314 3 3 3 4 4 5 265 5 4 4 4 4 4 305 5 5 4 5 4 5 334 4 4 5 4 4 5 304 4 3 3 4 3 3 244 4 4 5 4 4 5 303 4 4 4 4 4 4 27
139
M1 M2 M3 M4 M5 TM4 4 4 3 4 195 5 5 5 3 233 3 3 3 3 155 5 5 4 4 235 5 4 3 5 225 5 3 3 4 205 4 4 4 4 214 4 4 4 4 205 4 4 4 4 213 2 3 2 2 123 4 5 4 3 194 5 4 4 4 214 4 3 5 5 215 5 4 5 5 245 5 5 5 5 254 4 3 5 4 204 4 3 4 4 194 4 4 4 4 204 4 3 4 5 204 4 4 3 4 194 4 3 4 4 194 4 4 4 4 205 5 5 5 5 253 3 3 4 4 173 4 3 3 4 174 4 3 3 3 174 4 4 4 4 205 4 5 5 5 244 4 3 4 4 195 5 3 5 5 235 5 5 5 5 254 4 4 4 4 204 4 4 4 5 214 4 5 5 5 235 4 4 5 4 225 4 3 3 4 195 4 3 5 4 214 3 3 3 4 175 5 4 4 4 225 5 5 4 5 244 4 4 5 4 214 4 3 3 4 184 4 4 5 4 213 4 4 4 4 19
140
LAMPIRAN SURAT
141