Upload
haquynh
View
249
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EFISIENSI KINERJA LEMBAGA ZAKAT NASIONAL DI INDONESIA
(Studi Kasus: BAZNAS dan RUMAH ZAKAT 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh
Hujjatul Maryam
NIM: 11140860000068
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Hujjatul Maryam
2. Nama panggilan : Maryam
3. Tempat & Tanggal Lahir: Cilegon, 03 Februari 1996
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Fatahillah Link. Warung Kara No. 19
RT.01/RW05. Kel. Kepuh Kec. Ciwandan
Cilegon- Banten
6. Status : Belum Menikah
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Nomor HP 089681202587
9. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK : RA Mathlabul Falah
2. SD : SDN Pematang Kepuh
3. SMP : MTs. Daar El-Qolam Boarding School
4. SMA : MA. Daar El-Qolam Boarding School
5. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Djohani M. (Alm)
Pekerjaan : -
Tempat & Tanggal Lahir: Serang,01 April 1945
2. Ibu : Hj. Zakiyah
Pekerjaan : Wirausaha
Tempat & Tanggal Lahir: Serang, 04 Agustus 1955
vi
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the financial efficiency performances of BAZNAS and
Rumah Zakat between variabel inputs: a collected Zakah, Infaq, and Shadaqah (ZIS) fund,
fixed assets, and an employee salary towards variabel outputs: a distributed ZIS and
operational cost fund in 2014 and 2016 respectively. This study applied Data Envelopment
Analysis (DEA) Method with DEA’s Program and Microsoft Excel 2010. The result shows
that BAZNAS experinced a high of efficiency grade 100% same as 1, while inRumah Zakat
experienced inefficiency on 201 5 0,00066%. And to measure institutions and agencies more
efficiency study from efficiency value of DEA test which states BAZNAS is more efficienct
than Rumah Zakat.
Keywords : An Efficiency, BAZNAS, Rumah Zakat, DEA
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja efisiensi keuangan BAZNAS dan
Rumah Zakat antara variabel input: dana ZIS yang dihimpun, aktiva tetap, dan gaji karyawan
terhadap variabel output:dana ZIS yang disalurkan dan biaya operasional dari 2014 sampai
dengan 2016. PenelitianinimenggunakanmetodeData Envelopment Analysis (DEA) dengan
software DEA danMicrosoft Excel 2010.Hasiltemuan daripenelitianinimenunjukkanbahwa
BAZNAS memilikinilaiefisiensiyang tinggi 100% atau senilai dengan 1, sedangkan pada
Rumah zakat terjadi inefisiensi pada tahun 2015 sebesar 0,00066 %. Dan untuk mengukur
Lembaga dan badan yang lebih efisien peneliti dapat melihat dari nilai yang sudah diukur
oleh DEA yang hasilnya adalah BAZNAS lebih efisien dari Rumah Zakat.
Kata Kunci :Efisisensi, BAZNAS, Rumah Zakat, DEA
viii
KATA PENGANTAR
Saya ucapkan alhamdulillahirabil alaminyang dipanjatkan Puji syukur atas kehadirat Allah
swt. Yang telah memberikan kenikmatan dan karunianya sehingga peneliti bisa
menyelesaikan skripsi ini yan berjudul “ Analisis Efisiensi Kerja Lembaga Zakat Nasional
di Indonesia (studi kasus: BAZNAS dan Rumah Zakat 2014-2016) “. Penulisan tugas
ilmiah dalam bentuk skripsi dalam memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar S1 dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan ini tidak sedikit rintangan yang dialami oleh penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir. Tapi, alhamdulillah rintangan tersebut bisa dilewati oleh penulis.
Dengan tetap semangat, tawakal dan berdo’a kepada Allah swt. Dalam penelitian ini tentu tak
luput dari bantuan moral maupun materiil dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ady Cahyadi, SE., M.Si dan Ibu Ivalaili, M.E.I. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu, membimbing dan memberikan motivasi
dengan memberikan kesabaran dan pengrtian bagi penulis.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si selaku ketua jurusan Ekonomi Syariah
Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rr. Tini Anggraeni, ST., M.Si selaku sekertaris jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga telah
membimbing dalam penentuan judul skripsi.
6. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin Lc., MA., selaku wakil dekan III bagian
kemahasiswaan yang telah memberikan arahan kepada saya dalam mengerjakan
tugas skripsi.
ix
7. Kepada seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya dengan penuh
keikhlasan hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonmi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada seluruh staf Tata Usaha dan karyawan Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengerjakan
tugas penelitian akhir ini.
9. Untuk ibunda tercinta Hj. Zakiyah yang selalu memberikan do’a dan dukungan
dalam mengerjakan tugas akhir ini. Dan skripsi ini saya persembahkan untuk
mendiang ayahanda tercinta Alm. Drs. H. Djohani Muhammad yaitu memenuhi
amanah beliau untuk menyalesaikan studi S1.
10. Untuk kakak-kakakku tercinta Fatullah MBA, Halyana, Fauzul Adhim S.pd M.pd,
Ipah Ropiah S.pd , Ahmad Fadli S.pd Ak, Wiwit Pujiawati SE. Dan keponakan-
keponakanku Alfi Syahri dan Adly Miqdad. Yang terus memberika dukungan dan
do’a untuk penulis.
11. Teman-teman Mahasiswa/i Ekonomi Syariah angkatan 2014 khususnya konsentrasi
Zakat dan Wakaf.
12. Sahabat-sahabatku yang menemani dari semester awal sampai akhir Diah Larasati,
Siti Jamila, Irna Atriani, Nurrohmaniah, Maesaroh Andini, Firsty Izzata Bella, Zaria
Azzahra dan Nurul Mudhiatil Mufliha.
13. Untuk sahabat B****ku Arnis Istiqomah, Mutiah dan Tri Wahyuningrum yang sudah
memberikan motivasi dan semangat.
14. Teman-teman KKN 002 BATMAN terimakasih karena telah memberikan
pengalaman sebagai team workyang kompak dalam menjalankan tugas dari
Universitas.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPRENSIF ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xiii
DAFTAR GEMBAR .............................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. RumusanMasalah ........................................................................................................... 11
C. TujuanPenelitian ............................................................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 12
BAB II TINJUAN PUSTAKA ................................................................................................ 14
A. Landasan Teori ............................................................................................................... 14
1. Pengertian Pengelolaan Zakat .................................................................................. 17
a. PengertianZakat .......................................................................................................... 14
b. Hukum Zakat .............................................................................................................. 15
c. LembagaAmil Zakat danBadanAmil Zakat ......................................................... 16
2. Pengelolaan Dana Zakat ........................................................................................... 17
a. Pengertian Pengelolaan Zakat .............................................................................. 17
b. TujuanPengelolaan Zakat ..................................................................................... 19
c. Pengelolaan Dana Zakat di Indonesia .................................................................. 20
d. Laporan Keuangan pada Organisasi Pengelola Zakat ........................................... 22
3. Efisiensi .................................................................................................................... 25
a.Pengertian Efisiensi ............................................................................................... 25
xi
b.Efisiensidalam Islam ............................................................................................ 26
c. PengukuranEfisiensi ............................................................................................ 28
d. PendekatanEfisiensipadaLembagaAmildanBadanAmil Zakat ............................ 30
e. Efisiensi BAZNAS danRumah Zakat ................................................. 30
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 32
C. KerangkaBerpikir ..................................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 42
A. RuangLingkupPenelitian ............................................................................................. 42
B. MetodePenentuanSampel ............................................................................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 44
D. MetodeAnalisis Data .................................................................................................... 45
1. Analisis Efisiensi Menggunakan DEA .................................................................... 45
2. Pendekatan pengukuran DEA .................................................................................. 48
E. IdentifikasiVariabelInputdanOutput ............................................................................ 49
BAB IV HasilAnalisisdanPembahasan .................................................................................... 52
A. SekilasGambaranUmumObjekPenelitian .................................................................... 52
1. Efisiensi dalam Islam pada BAZNAS dan Rumah Zakat ...................................... 52
a. Efisiensi dalam Islam pada BAZNAS .............................................................. 52
b. Efisiensi dalam Islam pada Rumah Zakat ........................................................ 53
2. Pertumbuhan muzakki dan mustahik di Indonesia ................................................. 54
a. Pertumbuhan muzakki di Indonesia ................................................................. 54
b. Pertumbuhan mustahik di Indonesia ................................................................ 54
3. Total penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat di Indonesia ............................. 55
a. Total penghimpunan Dana Zakat di Indonesia ................................................ 55
b. Total penyaluran Dana Zakat di Indonesia ...................................................... 56
4. GambaranUmumTentang BAZNAS ...................................................................... 56
a. Sejarah ............................................................................................................. 56
c. Legal Formal .................................................................................................... 58
d. StrukturOrganisasi ........................................................................................... 59
5. GambaranUmumTentangRumah Zakat ................................................................. 60
a. Sejarah ............................................................................................................... 60
b. Legal Formal ..................................................................................................... 60
c. StrukturOrganisasi ............................................................................................. 61
B. AnalisisdanPembahasan ............................................................................................... 62
xii
1. Rincian Dana ZIS yang Dihimpun pada BAZNAS ................................................... 62
2. Rincian Dana ZIS yang Dihimpun pada Rumah Zakat ............................................. 63
3. Rincian Dana ZIS yang Disalurkan pada BAZNAS .................................................. 65
4. Rincian Dana ZIS yang Disalurkan pada Rumah Zakat ............................................ 68
5. Kriteria Efisiensi ....................................................................................................... 70
6. Analisis Efisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat ......................................................... 68
a. Hasil Analisis pada BAZNAS .............................................................................. 73
b.Hasil Analisis pada Rumah Zakat ........................................................................ 75
c. Analisis Inefisiensi pada BAZNAS dan Rumah Zakat ........................................ 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 80
A. KESIMPULAN .................................................................................................... ……80
B. SARAN ................................................................................................................ …81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 86
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 32
Tabel 3.1 Indikasi Variabel ............................................................................................ 50
Tabel 4.1 Muzakki di Indonesia ...................................................................................... 54
Tabel 4.2 Mustahik di Indonesia ..................................................................................... 54
Tabel 4.3 Total Penghimpunan Zakat di Indonesia (Rupiah) ......................................... 55
Tabel 4.4Total Penyaluran ZIS di Indonesia .................................................................. 56
Tabel 4.5 Sumber Dana yang Dihimpun pada BAZNAS ............................................... 62
Tabel 4.6Rincian Sumber Dana ZIS ............................................................................... 62
Tabel 4.7Sumber Dana yang Dihimpun pada Rumah Zakat .......................................... 63
Tabel 4.8Rincian Sumber Dana ZIS ............................................................................... 64
Tabel 4.9 Dana Zakat yang disalurkan Berdasarkan Asnaf ............................................ 65
Tabel 4.10 Dana Infak/Sedekah yang disalurkan .......................................................... 65
Tabel 4.11Penyaluran perprogram pada 2014 ................................................................ 66
Tabel 4.12Penyaluran Dana Perbidang 2015 ................................................................ 67
Tabel 4.13Penyaluran Dana Perbidang 2016 ................................................................ 67
Tabel 4.14Dana Zakat yang Disalurkan Berdasarkan Asnaf .......................................... 68
Tabel 4.15 Jumlah Penerima Manfaat Perprogram ........................................................ 69
Tabel 4.16 Kriteria Efisiensi .......................................................................................... 69
Tabel 4.17 Variabel Input dan Output BAZNAS dan Rumah Zakat .............................. 70
Tabel 4.18 Variabel Input dan Output BAZNAS dan Rumah Zakat yang di LN-kan ... 71
Tabel 4.19 Tingkat Efisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat ........................................... 72
Tabel 4.20Efficient Input and Output Target 2014 ........................................................ 73
Tabel 4.21Efficient Input and Output Target 2015 ........................................................ 73
Tabel 4.22Efficient Input and Output Target 2016 ........................................................ 74
Tabel 4.23Efficient Input and Output Target 2014 ........................................................ 76
Tabel 4.24Efficient Input and Output Target 2015 ........................................................ 76
Tabel 4.25Efficient Input and Output Target 2016 ........................................................ 77
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Laporan Keuangan BAZNAS ............................................................... 87
LAMPIRAN 2: Laporan Keuangan Rumah Zakat ......................................................... 88
LAMPIRAN 3: Hasil Efisinsi DEA ............................................................................... 89
LAMPIRAN 4: Nilai Actual dan Target ........................................................................ 90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat dalam sistem Ekonomi Islam merupakan suatu instrumen
strategis yang mempengaruhi tingkah laku seorang muslim, masyarakat dan
pada umumnya berdampak pada pembangunan ekonomi. Zakat ialah rukun
Islam yang merupakan kewajiban bagi seorang muslim atas harta
kekayaannya menurut aturan Islam. (Zahra dkk., 2016:25).
Zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh muslim yang
telah mencapai nishabnya. Dengan orang yang membayar zakat maka
hartanya akan berkembang serta memberikan manfaat untuk golongan 8
ashnaf (penerima zakat). Zakat juga merupakan suatu kewajiban yang ada di
dalam rukun Islam yang lima yaitu: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.
Di Indonesia, praktek zakat sudah berjalan sejak zaman Islam masuk ke
Indonesia melalui ulama sekaligus pedagang timur tengah dan Eropa
(BAZNAS: 2012). Pada saat itu zakat masih dikelola secara tradisional yaitu
melalui individu-individu, melaui masjid, pondok pesantren dan para pemuka
agama.
Pada perkembangan berikutnya zakat mulai menjadi perhatian
pemerintah, yakni pada saat Presiden Soeharto berpidato pada acara nuzul al
qur’an yang isinya menghimbau kepada seluruh umat Islam agar
menjalankan kewajibannya melaui pembayaran zakat. Selain itu, beliau juga
1
2
menyatakan bahwa beliau bersedia menjadi amil yang menerima pembayaran
zakat masyarakat. Hal itu diwujudkan dengan cara pembentukkan Badan
Amil Zakat, Infak dan Sedekah (BAZIS) DKI pada tahun 1968 (BAZNAS,
2013: 35).
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23/2011, BAZNAS(Badan Amil
Zakat Nasioanl) menjadi koordinator dalam mengelola zakat tingkat nasional,
termasuk koordinator pengaturan laporan secara berkala oleh Lembaga Amil
Zakat (LAZ). Keputusan Menteri Agama (KMA) no. 333/2015 berisi tentang
pedoman pemberian izin Lembaga Amil Zakat (LAZ), sehingga Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) berwenang dalam merekomendasikan Lembaga
Amil Zakat (LAZ) untuk memiliki izin resmi maupun tidak memiliki Izin
resmi ( BAZNAS, 2016:64).
Berdasarkan keputusan dari KMA no. 333/2015 Lembaga Amil Zakat
(LAZ) Nasional, LAZ Provinsi dan LAZ Kabupaten/ Kota. Untuk saat ini,
ada 16 LAZNAS, yaitu terdiri 7 LAZ provinsi dan 10 LAZ kabupaten/kota
yang direkomendasikan oleh Badan Amil Zakat Nasional.
Adapun 16 LAZ Nasional (LAZNAS) terdri dari LAZ Rumah Zakat,
Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhid, Yayasan Baitul Maal
Hidayatullah, LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Nurul Hayat, LAZ IZI,
Yatim Mandiri, Yayasan Lembaga Manajemen Zakat Ukhuwah Islamiyah,
Yayasan dana Sosial Al-falah, Yayasan Pesantren Islam Al-azhar, Yayasan
Baitul Maal Muamalat, LAZISNU, LAZ Global Zakat, LAZIS
3
Muhammadiyah, LAZIS Dewan Dakwah, dan LAZ PZU (Persis). (Beik,
2016 : 64).
Peranan Institusi Zakat dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak kalah
penting dengan fungsi institusi keuangan lainnya. Eksistensi Institusi zakat
yang ada diharapkan dapat mendorong perekonomian suatu
negara(BAZNAS, 2016:21)misinya yaitu: berperan aktif dalam membangun
filantropi Internasional, memfasilitasi kemandirian masyarakat dengan
adanya program senyum Sebagai pengelola dana zakat, efisiensi Lembaga
Amil zakat sangatlah penting. LAZ merupakan sebuah lembaga yang menjadi
intermediasi bagi muzakki dan mustahik yaitu tempat dimana muzakki
menyalurkan hartanya yang bersifat nirlaba. LAZ bukan hanya berperan
sebagai intermediasi tetapi juga sebagai penghimpun dan mengelola dana
yang ada.
Efisiensi merupakan suatu konsep yang secara umum telah digunakan
dalam mengukur kinerja suatu perusahaan (Alparisi, 2017:65). Dimana
konsep ini menjelaskan dengan meminimalkan biaya maka akan
menghasilkan output tertentu dan memaksimalkan keuntungan. Selain ukuran
efisiensi ukuran kinerja lainnya adalah produktivitas dimana menghitung
antara barang-barang yang di produksi terhadap biaya-biaya yang dibutuhkan
dalam menghasilkan suatu produk tersebut yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu barang dalam suatu priode tertentu.
Kerugian, seperti yang kita ketahui efisiensi adalah dengan sedikit input
yang dikeluarkan untuk menghasilkan output yang maksimal. Tetapi dalam
4
Islam efisiensi itu diukur sesuai dengan modal dan kerja keras yang
dikeluarkan. Pentingnya efisiensi dalam Lembaga Amil Zakat adalah untuk
mengoptimalkan pengeluaran yang sesuai dengan pendapatan agar tidak
terjadi kemubaziran dalam melaksanakan program yang berfungsi untuk
kesejahteraan umat. Dengan kinerja laporan keuangan yang efisien juga akan
menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Amil Zakat
untuk menyalurkan zakat mereka.
Ikka Nur Wahyuni (2016) meneliti tingkat efisiensi Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) pada tahun 2013 dengan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi dan produksi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa: pengukuran efisiensi Organisasi Pegelola
Zakat Nasional menunjukan kinerja yang efisien pada Badan Amil Zakat
Nasional, Dompet Dhuafa, LAZIS Nahdatul Ulama dan Pos Keadilan Peduli
Umat (PKPU). Pengukuran pendekatan produksi menunjukan inefisiensi pada
BAZNAS dan Dompet Dhuafa khususnya pada variable biaya operasional,
biaya personalia, biaya organisasi Ziswaf dan dana Ziswaf yang disalurkan.
Menurut Zahra, Harto dan Bisyri (2016) sebuah Organisasi pengelola
Zakat dikatakan efisien bila nilainya mencapai angka 100%. Semakin ia
menjauh dari 100% atau mendekati angka 0 maka ia semakin tidak efisien.
Hasil dari penelitiannya adalah kinerja Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
sudah cukup efisien secara teknis, yakni 90,04% pada tahun 2012, 93,50%
pada tahun 2013, dan 95,52% pada tahun 2014. Hal ini menunjukan bahwa
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) telah memiliki manajemen yang baik
5
dalam mengoptimalkan penggunaan input untuk menghimpun dan
manyalurkan dana zakat, infak dan sedekah.
Salah satu indikator yang menunjukkan organisasi pengelola zakat
berjalan secara efisien adalah dengan meninjau tingkat daya serap
berdasarkan total dana penghimpunan yang berhasil disalurkan secara efisien
(BAZNAS, 2017:9).
Pada tahun 2011 BAZNAS mampu menghimpun dana sebesar
Rp.44.168.593.929 dan menyalurkannya sebesar Rp. 49.801.980.256. Pada
tahun 2012 mengalami peningkatan hingga menjadi Rp. 50.877.436.125
dengan dana yang disalurkannya sebesar Rp. 45.365.383.247. Sedangkan
pada tahun 2013 dana yang dihimpun sebesar 57.504.554.015. Hal tersebut
menyatakan bahwa jumlah penerimaan dari tahun 2011 sampai 2013
BAZNAS terus mengalami peningkatan. Ini artinya dari tahun ketahun
kinerja BAZNAS terus meningkat menjadi lebih baik.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-satunya Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia no.8 tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi
untuk menghimpun dan menyalurkan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS)
pada tingkat nasional.
Lahirnya Undang-undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut BAZNAS
6
dinyatakan sebagai lembaga pemerintah non struktural yang bersifat mendiri
dan bertangung jawab kepada pemerintah melalui Menteri Agama.
BAZNAS memiliki beberapa program unggulan antara lain(BAZNAS:
2018):
1. Program Zakat Community Development (ZCD) merupakan program
pengembangan komunitas dengan yang bertugas mengintegrasikan aspek
sosial (pendidikan, agama, lingkungan dan aspek sosial lainnya) dan aspek
ekonomi secara komphrensif yang pendanaan utamanya bersumber dari
zakat, infak dan sedekah sehingga terwujudnya masyarakat sejahtera dan
mandiri(BAZNAS: 2018).
2. Rumah Sehat BAZNAS merupakan program layanan kesehatan bersifat
preventif,rehabilitaif, promotif, karitatif, yang ditujukan gratis untuk
mustahik, khususnya fakir miskin dengan sistem membership(BAZNAS:
2018).
3. Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB) merupakan program pendanaan dan
bimbingan bagi siswa dan mahasiswa dalam bidang pendidikan dan
pelatihan sehingga menjadi individu yang mandiri(BAZNAS: 2018).
4. Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat pelayanan mustahik yang
dibentuk BAZNAS untuk me mudahkan mustahik mendapatkan bantuan
sesuai kebutuhannya(BAZNAS: 2018).
5. BAZNAS tanggap bencana merupkan program yang diberikan kepada
masyarakat yang tertimpa musibah sesaat setelah terjadi bencana. Program
ini meliputi tanggap darurat, evakuasi, recovery dan rekontruksi
7
pelaksanaan kegiatan tanggap darurat bencana dilakukan maksimal 14
hari(BAZNAS: 2018).
Dengan demikian, BAZNAS bersama pemerintah bertangung jawab
untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
Pada tahun 2015, BAZNAS meraih prestasi dalam mendapatkan
sertifikat ISO 9001: 2015, sebuah sistem manajemen berstandar global dari
Worldwide Quality Assurance (WQA). Dengan mendapatkan penghargaan ini
wakil ketua zakat berharap akan semakin memantapkan kinerja dan
profesionalisme pengelolaan zakat (Nasrullah: 2015).
Pada tahun 2017 sistem IT (Ilmu Teknologi) BAZNAS menjuarai
lomba penulisan inklusi “koinku” 2017 yang diselenggarkan di Otoritas Jasa
Keuangann (OJK) di Jakarta dan mendapatkan juara ketiga dalam kategori
umum. Ketua umum BAZNAS Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, CA,
menyatakan bahwa profesionalisme yang dibuktikkan dengan sistem IT
terkini yang memenangi lomba di OJK, akan semakin kepercayaan
masyarakat kepada BAZNAS, sehingga spirit kebangkitan zakat di negeri ini
semakin mantap (BAZNAS: 2017).
BAZNAS memiliki 3 strategi dalam penerimaan zakat di era digital.
Berikut adalah beberapa hal yang mereka lakukan untuk meningkatkan
penerimaan zakat tersebut: menghadirkan kalkulator zakat bersama Matahari
Mall, menghadirkan layanan pembayaran zakat melalui Tokopedia dan
8
kitabisa.com dan mengembangkan platformwww.startzakat.com dalam situs
ini bukan hanya memudahkan dalam membayar zakat tetapi juga dapat
menginisiasi program untuk membantu masyarakat ( KHTI Nusantara: 2017).
Selain BAZNAS, terdapat pula Lembaga Amil Zakat berskala nasional
yang berfungsi membantu BAZNAS dalam penghimpun dana zakat di
masyarakat. Salah satunya ialah LAZ Rumah Zakat. Rumah zakat merupakan
perusahaan yang besifat nirlaba dimana memiliki visi sebagai lembaga
filantropi internasional berbasis pemberdayaan yang profesional. Dan
beberapa misinya yaitu: berperan aktif dalam membangun filantropi
Internasional, memfasilitasi kemandirian masyarakat dengan adanya senyum
mandiri dan mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan
insani. Rumah zakat memiliki beberapa nilai perusahaan yaitu: terpercaya,
progresif kemanusiaan dan kolaborasi(Rumah Zakat:2018).
Rumah zakat memiliki beberapa program yang menjadi unggulan
antara lain:
1. Program senyum juara merupakan program yang berperan aktif dengan
pendidikan yaitu dengan memberikan biaya pendidikan untuk
menyelesaikan program wajib belajar 12 tahun yang telah dikeluarkan
pemerintah pada tahun 2012. Program ini juga memberikkan beasiswa
kepada siswa yang berprestasi dengan menikmati fasilitas penunjang
pendidikan secara gratis dan juga program pembangunan sekolah untuk
warga yang kurang mampu. Jumlah penerima manfaat disekolah juara
9
sebesar 1.965 penerima manfaat, 226,589 jumlah penerima manfaat
program beasiswa ceria, 386 jumlah penerima manfaat beasiswa juara,
26681 jumlah penerima manfaat program gizi sang juara (Rumah Zakat ,
2017:70) .
2. Senyum mandiri merupakan program pemberdayaan ekonomi kecil dan
mikro bagi masyarakat kurang mampu untuk mengurangi tingkat
kemiskinan. Ada beberapa program senyum mandiri: pemberdayaan
UKM, pertanian produktif, dan ternak produktif. Sepanjang tahun 2016
rumah zakat memberikan layanan manfaat 153.259 hewan ternak kepada
1174 penerima manfaat(Rumah Zakat , 2017:86).
3. Senyum sehat merupakan program perbaikan kualitas kesehatan
masyarakat yang berbasis individual, komunal dan swadaya masyarakat.
Total penerima manfaat pada tahun 2016 yaitu sebanyak 1.438.558
penerima manfaat(Rumah Zakat , 2017: 80).
4. Senyum lestari merupakan program yang terfokus pada pemasalahan
lingkungan. Dengan menjalankan beberapa program yaitu: pos
kemandirian sanitasi, water& sanitation for all dan bank sampah. Dan
penerima manfaatnya sebanyak 2,450,665 orang (Rumah Zakat , 2017:61).
5. Senyum ramadhan merupakan program untuk memfasilitasi para donatur
untuk berbagi di bulan ramadhan dengan program ramadhan yang berdaya,
yang mencangkup Berbagi Buka Puasa (BBP), Bingkisan Lebaran Puasa
(BLP) program Syiar Quran (SQ), Kado Lebaran Yatim (KLY), Janda
Berdaya (JD) dan ramadhan bebas hutang. Penerima manfaat program
10
BBP sebanyak 85.700 orang, penerima manfaat KLY sebanyak 9.000
orang, penerima manfaat BKL sebanyak 4.200 orang dan penerima
manfaat program SQ sebanyak 5000 orang (Rumah Zakat, 2017:92).
6. Super qurban merupakan produk inovasi RZ dalam program optimalisasi
pelaksanaan ibadah qurban dengan mengolah dan mengemas daging
kurban menjadi kornet dan rendang. Penerima manfaat pada tahun 2016
sebanyak 191.919 paket (Rumah Zakat, 2017:98) .
Pada tahun 2017, Rumah Zakat mendapatkan penghargaan dari majalah
marketing dan frontier consulting group sebagai top brand 2017 dalam
kategori badan zakat dan amal. Menurut Nur Efendi selaku CEO Rumah
Zakat penghargaan top brand ini diberikan kepada muzaki, penerima manfaat,
amil, serta publik yang selalu menjaga profesionalisme dan transparasi
Rumah Zakat (Terasjabar: 2017).
Pada tahun 2011 Rumah Zakat mampu menghimpun dana ZIS sebesar
Rp.61.110.593.163 dan penyaluran sebesar Rp. 74.786.642.162. Pada tahun
2012 jumlah penerimaan dana ZIS sebesar Rp. 95.874.677.381 dan
penyaluran sebesar Rp. 82.542.890.380. Pada tahun 2013 penerimaan
Rp.109.693.638.381 dengqn jumlah penyaluran sebesar Rp. 110.219.085.849.
Hal ini menunjukan bahwa baik dari sisi penghimpunan maupun penyaluran
terus menngalami peningkatan. Sehingga menimpulkan bahwa kinerja
pengelolaan dana zakat di Rumah Zakat terus naik dari tahun ketahun.
Pemilihan 2 Lembaga Zakat yaitu BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional) dan Rumah zakat tersebut didasarkan dalam beberapa hal yaitu:
11
laporan keuangan yang mudah diakses melalui website, keduanya merupakan
Lembaga Amil Zakat yang diakui secara nasional oleh pemerintah, memiliki
beberapa program unggulan dan memiliki beberapa prestasi yang telah
dicapai melalui programnya.
Dengan melihat potensi zakat di Indonesia yang mencapai Rp. 286
Triliyun. Angka ini dihasilkan dengan menggunakan metode ekstrapolasi
yang mempertingbangkan pertumbuhan PDB( produk domestik bruto) pada
tahun- tahun sebelumnya. Sedangkan dana ZIS yang dihimpun oleh Lembaga
Zakat resmi pada tahun 2016 baru mencapai Rp. 5 Triliyun, itu berarti
realisasi penghimpunan masih cukup jauh dari potensi (BAZNAS , 2017:3).
Maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis laporan keuangan tahun
2014-2016 yang telah dipublikasikan oleh Lembaga Amil Zakat tersebut
karena tidak semua Lembaga Amil Zakat mempublikasikan laporan
keuangannya secara transparan, serta enggan memberikan laporan
keuangannya dan dua lembaga tersebut memiliki variabel input dan output
yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melihat efisiensi laporan keuangannya
maka, peneliti menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang
dalam penelitian ini mengukur antara variabel input dan outputmenggunakan
pendekatan intermediasi. Maka dari itu penulis memberikan judul
“AnalisisEfisiensi Kinerja Lembaga Zakat Nasional di Indonesia (studi
kasus: BAZNAS dan Rumah Zakat 2014-2016)”.
12
B. Rumusan Masalah
Dengan penjelasan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas
yang menjadi sebuah perumusan masalah menurut penulis yaitu:
1. Bagaimana tingkat efisiensi kinerja keuangan BAZNAS pada tahun 2014-
2016?
2. Bagaimana tingkat efisiensi kinerja keuangan Rumah Zakat pada tahun
2014-2016?
3. Manakah yang paling efisien antara BAZNAS dan Rumah Zakat periode
tahun 2014-2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam skripsi ini antara lain :
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi kinerja keuangan BAZNAS pada
tahun 2014-2016.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi kinerja keuangan Rumah Zakat
pada tahun 2014-2016.
3. Untuk mengetahui diantara BAZNAS dan Rumah zakat manakah yang
paling efisien kinerja keuangannya.
D. Manfaat penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat Bagi Akademisi
Penelitian inidiharapkandapat memberi sumbangan pemikiran
dalam manajemen pengelolaan dana Lembaga Zakat Nasional.
2. Manfaat Bagi praktisi
13
Adapun bagi praktisi diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi acuan untuk mengetahui tingkat efisiensi Lembaga zakat
nasional terutama pada BAZNAS dan Rumah Zakat agar lembaga
filantropi bisa mengatur laporan keuangannya lebih efisien.
3. Manfaat bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah sebelum
terjun kedunia perindustrian serta untuk mengetahui tingkat efisiensi
Lembaga Amil Zakat Nasional terutama pada BAZNASdan Rumah
Zakat.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat secara etimologi ialah mensucikan, memperbaiki,
berkembang dan memuji. Zakat adalah berkembang tumbuh, kebaikan.
Sedangkan secara terminologi zakat adalah nama sebagian dari sesuatu
yang dikeluarkan dari harta atau badan dengan cara tertentu (Kementerian
Agama Republik Indonesia, 2012: 29). Sedangkan menurut terminologi
syara’, zakat bermakna mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik) sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditentukkan oleh syariat Islam (Wibisono,
2015:1).
Jadi zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh
muslim yang telah mencapai nishabnya. Dengan orang yang membayar
zakat maka hartanya akan berkembang serta memberikan manfaat untuk
golongan 8 ashnaf.
Didalam Al-qur’an terdapat beberapa kata walaupun mempunyai arti
yang berbeda dengan zakat, tetapi kadangkala dipergunakan untuk
menunjukkan makna Zakat yaitu Infak, Sedekah dan hak-hak (Hafifuddin,
2002: 8). Sebagaimana dinyatakan dalam surat At-taubah 34,:
15
Artinya : Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkakannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka
(bahwa mereka akan mendapatkan) siksa yang pedih.
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa zakat disebut infak pada (At-
taubah:34) karena hakikatnya zakat itu adalah harta yang dititipkan Allah
kepada hambanya maka dari itu didalam harta manusia terdapat hak orang
lain. Maka dari itu, zakat itu wajib dikeluarkan sebagai pembersih harta.
Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang
mampu untuk membayarnya dan di peruntukkan bagi mereka yang berhak
menerimanya. Jika pengumpulan dan pengelolaan zakat dilakukan dengan
baik, maka zakat merupakan sumber potensial untuk kesejahteraan umat.
b. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu dari kelima rukun Islam yang menjadi
dasar bangunan Islam. Hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad SAW
(Al-Utsaimin, 2011:14)
Artinya: “Islam dibangun atas lima pilar; kesaksian bahwa tidak ada
ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah rasul
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan dan
menunaikan haji ke baitullah Al-haram”.
Dalil diatas menjelaskan bahwa Zakat merupakan Rukun Islam yang
tidak boleh ditinggalkan karena ia merupakan sebuah pilar untuk
16
membangun Islam. Dan didalam al-qur’an juga telah dijelaskan akibat
orang yang tidak membayar zakat.
Dan dalam al-qur’an pada surat at-taubah ayat 35 yang berbunyi;
Artinya: “(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan
dalam neraka jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan
punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka” inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu”.
Maka, untuk menghindari hukuman akhirat yang telah dijelaskan
pada ayat diatas. Untuk menggunakan harta dijalankan Allah salah satunya
adalah dengan membayar zakat merupkan salah satu alternatif agar
manusia tidak menghambur-hamburkan harta yang telah diberikan oleh
Allah.
c. Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat
Badan Amil Zakat adalah Lembaga pengelola Zakat yang didirikan
oleh pemerintah yang didirikan atas usul Kementrian Agama dan disetujui
oleh pemerintah (Risal, 2015). Sedangkan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat.
keberadaan LAZ di lindungi dan diberi keleluasaan untuk mengelola zakat
merupakan cara pemerintah untuk tetap mendorong peran serta masyarakat
didalam pengelolaan zakat. (Indonesia, 2013:59). Menurut pasal 56 RI No.
14 tahun 2014 LAZ untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan,
17
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat masyarakat dapat
membentuk LAZ.
2. Pengelolaan Dana Zakat
a. Pengertian pengelolaan zakat
Menurut Undang-Undang tentang pengelolaan zakat No. 23 tahun
2011 pada bab 1 pasal 1 yang dimaksud dengan pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengumpulan dan pendistribuasian serta pendayagunaan zakat.
Maka dari itu, Lembaga Amil Zakat harus memiliki kemampuan yang
kompetitif untuk dapat mengelola dana zakat agar tidak terjadi
kemubaziran.
Sedangkan Menurut Hafifuddin, pengelolaan zakat melalui lembaga
Amil didasarkan beberapa pertimbangan.Pertama, untuk menjamin
kepastian dan disiplin pembayaran zakat. Kedua, menjaga perasaan rendah
diri para mmustahik apabila berhadapan langsung untuk menerima haknya
dari muzakki(orang yang membayar zakat). Ketiga, untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas mencapai sasaran yang tepat dalam
menggunakkan harta zakat menurut skala prioritas disuatu tempat
misalnya apakah disalurkan secara konsumtif ataukan secara produktif
untuk meningkatkan kegiatan usaha para mustahik (orang yang menerima
zakat). Keempat, negara dan pemerintahan yang Islami (Andri Soemitra,
2009: 424). Maka dari itu, muzakki lebih baik membayarkannya dilembaga
agar pendistribusiannya dilakukan secara merata.
18
Sedangkan Menurut para ahli hukum Islam yang diperjelas oleh
Yusuf Qardhawi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban
zakat dapat dibebankan pada harta kekayaan yang dipunyai seorang
muslim ialah pemilikan yang pasti/ milik penuh (almilkuttam),
berkembang (an namaa), melebihi kebutuhan pokok, bebas dari hutang
(sisa hutang), mencapai nishab, berlaku satu tahun (al-haul)(Elsi Kartika
Sari, 2006:15-17). Berikut adalah beberapa keterangannya:
1) Kepemilikan yang pasti/ milik penuh (almilkuttam) maksudnya adalah
harta yang dizakati milik sendiri tidak ada kepemilikan orang lain
didalamnya.
2) Berkembang(an namaa) maksudnya adalah harta yang diberikan
kepada orang yang membutuhkan atau disebut mustahik memberikkan
manfaat kepada penerimanya.
3) Melebihi kebutuhan pokok maksudnya adalah harta yang dizakati
merupakan harta yang berlebih yaitu harta yang telah dikurangi untuk
memenuhi kebutuhan pokok.
4) Bebas dari utang (sisa utang) maksudnya adalah harta yang dizakati
harus terbebas dari hutang. Dan harta yang diperoleh harus dikeluarkan
dahulu untuk membayar hutang lalu dikurangi lagi untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Sisanyalah yang dizakati.
5) Mencapai nishab yang dimaksud adalah harta yang dicapai harus
memenuhi ketetapan yang telah ditentukkan oleh syariat Islam.
19
6) Berlaku satu tahun (haul)yang dimaksud adalah harta yang ada
mencapai satu tahun atau setiap setelah satu tahun.
b. Tujuan Pengelolaan Zakat
Yang menjadi dasar utama dalam pengelolaan dana zakat adalah dalam
melakukan pengumpulan dan pendistribusian dana zakat secara nasional
perlu dilakukan dengan menanamkan kunci yaitu secara simltan,
terintegrasi, efektif dan efisien (BAZNAS, 2016:35). Berikut adalah
penjelasan enam aspek tersebut:
1) Aspek legalitas
Maksudnya adalah wajib bagi seluruh Organisasi Pengelola Zakat
mendapatkan izin dari pemerintah melalui kementerian agama
(BAZNAS, 2016:35).
2) Aspek akuntabilitas dan kesesuaian syariah
Untuk BAZNAS aspek ini mencangkup laporan dan
pertangungjawaban secara berkala, pengesahan RKAT setiap tahun,
audit atas laporan keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
audit syariah. Dan untuk LAZ mencakup laporan dan
pertangungjawaban secara berkala, audit atas laporan keuangan oleh
KAP dan audit syariah (BAZNAS, 2016:35).
3) Aspek IT dan sistem
BAZNAS menerapkan SIMBA dengan baik. Dan LAZ
terintegrasi baik dengan simba. Sehingga laporan kepada presiden dan
20
pemerintah Nasional dapat dilakukan seara berkala dan tepat waktu
(BAZNAS, 2016: 36).
4) Aspek penyaluran.
Berdasarkan Zakat Core Principle dimana untuk menilai kinerja
penyaluran zakat dilihat rasio dari pendstribusian terhadap
penghimpuanan zakat. Jika penyalurannya lebih tinggi dari
penghimpunan zakatnya maka semakin efisien pengelolaan
zakatnya(BAZNAS, 2016:36).
5) Aspek pengumpulan
Dalam rangka mengoptimalkan pengumpulan zakat secara
nasional maka perlu adanya pengedukasian bagi para muzakki. Baik
dari kalangan menengah sampai keatas. Pengedukasian ini bisa berupa
dakwah dan seminar-seminar. Agar mengubah mainset masyarakat
yang hanya mengetahui macam zakat hanya sebatas zakat fitrah saja
(BAZNAS, 2016:36).
6) Aspek pengembangan amil.
Untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki amil dalam
mengelola zakatnya, maka perlu dilakukannya pelatihan dan pendidikan
yang menunjang keterampilan dan kemampuan amil(BAZNAS,
2016:36).
c. Pengelolaan Dana Zakat Di Indonesia
Dengan menegakkan rukun Islam, melaksanakan ibadah, eksistensi
peran negara dan perantara muzakki (orang yang membayar zakat) dan
21
mustahik (orang yang menerima zakat) adalah merupakan nilai dasar dari
pengelolaan dana Zakat di Indonesia. Pengelolaan dana zakat harus
didasari oleh penegakan rukun Islam. Sehingga, Karakteristik pengelolaan
zakat yang melekat pada dana zakat itu sendiri, baik dari sisi sumbernya,
cara memperolehnya, peruntukannya maupun penyerahannya. Pemahaman
umum bahwa harta dan hasil usaha yang wajib dikeluarkan zakat harus
memenuhi syarat-syarat tertentu (Kustiawan, 2011).
Pada saat ini, pengelolaan dana zakat di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, secara spesifik mengamanatkan
BAZNAS sebagai pelaksana utama dalam pengelolaan zakat di Indonesia
dan pemerintah mendapatkan fungsi sebagai pembina dan pengawas
terhadap pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS. Berdasarkan
UU tersebut BAZNAS memiliki empat kewenangan. Yaitu: (a) Fungsi
perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat; (b)
fungsi pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat; (c) fungsi pengendalian pengumpulan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat; (d) fungsi pelaporan dan pertangungjawaban
pengelolaan zakat (Pasal 7). Selain empat fungsi tersebut BAZNAS juga
memiliki fungsi untuk memberikan rekomendasi izin pembentukan LAZ
(Pasal 18) (BAZNAS , 2017:12).
Dengan begitu, yang diperhatikan dalam pengelolaan dana zakat
juga termasuk dalam pendistribusian ZIS yang harus diperhatikan baik dari
sisi mekanisme dan strategi pendistribusian (Wiradifa dan Saharuddin,
22
2017:24). Jadi jika mekanisme dan strategi dalam mendistribusikan dana
zakat kepada mustahik maka akan memperbaiki dari sisi pengelolaan pada
LAZ/BAZ.
d. Laporan Keuangan pada Organisasi Pengelola Zakat
Dalam menilai kinerja keuangan ada tiga komponen penilaian yang
digunakan, yaitu 1) komponen laporan keuangan, 2) komponen efisiensi
keuangan dan komponen kapasistas organisani (Beik, 2011:77).
Laporan keuangan yang dianalisa mencangkup laporan audit yang
dilakukan oleh akuntan publik, internal audit (audibility), penyediaan yang
update (time concern)dan ketersediaan laporan keuangan yang dapat
diakses oleh masyarakat umum.
1) Efisiensi keuangan
Efisiensi keuangan (financial efficiency) di ukur dengan
operasional expense ratio, yaitu seluruh biaya yang di gunakan untuk
menjalankan roda OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) dibandingkan
terhadap total penggunaan dana (Beik, 2011:78).
2) Kapasitas organisasi
Kapasitas organisasi diukur melalui empat kriteria yaitu: yaitu 1)
total perolehan dana khusus zakat ( diluar infaq, shadaqah dan wakaf)
terhadap perlehan dana total. 2) primary revenue growth yaitu
pertumbuhan perolehan dana khusus zakat (diluar infaq, shadaqah dan
wakaf). 3) program expense ratio, yaitu pengeluaran (Djayusman:
2015) untuk pembiayaan progra, ataupun penyaluran dana kepada
23
mustahiq terhadap program penyaluran dana; dan. 4) program expense
growth, yaitu pertumbuhan pengeluaran untuk pembiayaan program
ataupun penyaluran dana kepada mustahik dari tahun sebelumnya.
3) Kualitas program pendayagunaan zakat
Untuk melihat kualitas pendayagunaan zakat yaitu dengan
mengukur rasio penggunaan dana terhadap jumlah mutahik, jika
pendayagunaan terhadap mustahik semakin baik. Maka semakin
berkulitaslah pendayagunannya (Beik, 2011:81).
Sedangkan Laporan keuangan Lembaga Amil zakat mengacu
pada ketentuan PSAK No. 109, yang ruang lingkupnya hanya untuk
amil yang menerima dan menyalurkan Zakat dan Infak/Sedekah. PSAK
ini wajib diterapkan oleh amil yang mendapat izin dari regulator namun
yang tidak mendapat izin juga dapat menggunakan PSAK ini.
PSAK 109 ini merujuk kepada beberapa fatwa MUI, yaitu sebagai
berikut:
1) Fatwa MUI No. 08/2011. Tentang amil zakat, dalam hal ini
menjelaskan tentang kriteria, tugas amil zakat serta pembebanan biaya
operasional kegiatan amil zakat yang dapat diambil dari bagian amil,
atau dari bagian fii sabilillah, dalam batas kewajaran, proporsional serta
sesuai dengan kaidah Islam.
2) Fatwa MUI No. 13/2011 menjelaskan tentang hukum zakat atas harta
haram, dimana zakat harus ditunaikan dari harta yang halal baik jenis
maupun cara perolehannya.
24
3) Fatwa MUI No. 14/2011 menjelaskan tentang hal penyaluran harta
zakat aset pengelolaan. Yang dimaksud aset kelolaan adalah
sarana/prasarana yang diadakan dari harta zakat dan secara fisik
berbeda dari pengelolaan pengelola sebagai wakil mustahik zakat,
sementara manfaatnya diperuntukkan untukmustahik.. Jika digunakan
oleh bukan mustahik zakat, maka pengguna harus membayar atas
menfaat yang digunakannya dan daikui sebagai dana kebajikan oleh
amil zakat.
4) Fatwa MUI No. 15/2011 menjelaskan tentang penarikan, pemeliharaan
dan penyaluran harta zakat. Tugas amil zakat adalah melakukan
penghimpunan, pemeliharaan dan penyaluran. Jika amil menyalurkan
zakat tidak langsung kepada mustahik zakat, maka tugas amil dianggap
selesai pada saat mustahik zakat menerima dana zakat. Amil harus
mengelola zakat sesuai dengan prinsip syariah dan tata kelola yang
baik. Penyaluran dana zakat muqayyadah apabila membutuhkan biaya
tambahan dapat dibebankan kepada muzakki.
Dalam mengukur kinerja lembaga pengelola zakat maka dibutuhkannya
informasi akuntansi zakat. Informasi akuntansi zakat sangat diperlukan
terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indicator)
sebagai dasar penilaian kinerja (Fitriasuri dan Ade Kemala, 2017).
Dengan diterapkannya akuntansi pada lembaga pengelola zakat maka
akan memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan maupun
masyarkat dalam menilai kinerja disisi keuangannya.
25
Dengan menggunakan akuntansi Islam bertujuan untuk menjaga harta
yang merupakan hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan, membantu
mengarahkan kebijaksanaan, merinci hasil-hasil usaha untuk
perhitungan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis dan juga membantu
menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian evaluasi kerja dan
motivasi (Cahyadi, 2014:112).
3. Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi
Efisiensi ialah bagaimana cara kerja untuk mendapatkan hasil yang
sebanyak dan sebaik mungkin dengan pengorbanan yang sekecil mungkin
(Pulungan, 2013: 80). Yang dimaksud adalah dengan mengeluarkan
modal yang kecil maka akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar
dari pada input.
Untuk mencapai hasil yang efisiensi dalam setiap kegiatan, maka
perlu memperhatikan apa yang sudah direncanakan agar sesuai dengar
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dengan tepat (Maradita, 2017:
135). Jadi dengan adanya efisiensi rencana program kerja sebagai tolak
ukur untuk mencapai program kerja yang telah ditentukan.
Efisiensi merupakan sebuah indikator dari keberhasilan produktif.
Efisiensi merupakan sebuah parameter untuk mengukur kinerja, baik
kinerja pada pusat pertangung jawaban, kinerja managerial, maupun
kinerja ekonomi suatu perusahaan (Alparisi, 2017:69).
26
Sementara menurut Lubis, pengertian efisiensi adalah suatu proses
internal atau sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk
menghasilkan satu satuan output oleh sebab itu efisiensi dapat diukur
sebagai rasio output terhadap input (Ali: 2014). Suatu perusahaan
dikatakan efisien apabila perusahaan tersebut dapat meminimalkan biaya
dalam menghasilkan output tertentu atau dapat memaksimalkan
keuntungannya dengan menggunakkan kombinasi input yang ada.
b. Efisiensi dalam Islam
Menurut M. Mahbubi Ali dan Ascarya (2010) (Ascarya,
2010)mengatakan bahwa efisiensi dalam Islam adalah perwujudan
keuntungan yang optimal untuk menghasilkan sesuatu secara optimal
dengan tetap menjaga keseimbangan (ta’adul)dan etika syariah.
keuntungan yang dihasika seorang muslim harus sesuai dengan kerja keras
dan usaha yang dikerjakan. Untuk mewujudkan optimalisasi dan
keseimbangan, Islam memberikan beberapa guidance, diantaranya adalah
sebagai berikut (Ali dan Ascarya, 2010:113-114):
1) Memanfaatkan seluruh potensi sumber daya Alam
Dalam ajaran agama Islam menyeru kepada umatnya untuk
memnfaatkan sumber daya alam yang telah diciptakan oleh Allah swt.
Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat hudd ayat 61 (Ali dan
Ascarya, 2010:113).
27
Artinya: Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah)
dan menjadikan kamu pemakmurNya, karena itu mohonlah
ampunanNya, kemudian bertobatlah kepadaNya, sesungguhnya tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)(QS.
Huud: 61).
2) Spesialisasi kerja.
Konsep ini menjelaskan tentang pembagian tenaga kerja sesuai
dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh Sumber Daya
Manusia (SDM) terkait. Jika SDM bekerja sesuai dengan keahliannya
maka akan menghasilkan hasil yang efisien. Dalam Islam, konsep
spesialisasi kerja telah dijelaskan pada hadits Nabi saw yang
menjelaskan tentang konsep itqan dan ihsan. Mengenai itqan rasulullah
bersabda (Ali dan Ascarya, 2010:113):
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan
pekerjaan (berproduksi) dengan cermat dan tekun (itqan) (HR. Thabrani
No. 897)
3) Larangan tehadap Riba.
Cara Islam untuk mewujudkan efisiensi yaitu dengan cara
minimalisasi biaya produksi adalah dengan pengharaman riba (bunga).
Sebagai bagian dari elemen biaya tetap dalam produksi, penghapusan
bunga akan membuat biaya produksi lebih rendah (efisien). Berikut
28
adalah ayat Al-qur’an yang menjelaskan tentang pelarangan riba (Ali
dan Ascarya, 2010:113):
Artinya: Dan Allah halalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS.
Albaqarah: 275).
4) Larangan Israf dan tabzir dalam produksi.
Menurut Al Mawardi dalam Kantakaji (2003) dalam Ali dan
Ascarya (2010). Menjelaskan bahwa Israf adalah kesalahan
menggunakan takaran yang tepat, sedangkan tabzir adalah kebodohan
dalam menggunakan alokasi yang tepat. Allah berfirman dalam surat
Al-Isra 26-27 (Ali dan Ascarya, 2010:113):
Artinya: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat
akan haknya, kepada orang yang miskin atau dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros(26)
sesunguhnya pemboros-boros itu adalah saudara-saudara setan dan
setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya (27)(Al- Isra: 26&27).
c. Pengukuran Efisiensi
Suatu organisasi dapat dikatakan efisien apabila organisasi tersebut:
1) menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakkan
inputtertentu; 2) menghasilkan output tetap untuk input; 3) menghasilkan
produksi yang lebih besar dari penggunaan sumberdayanya; 4) mencapai
hasil dengan biaya serendah mungkin (Rai, 2008:22).
29
Untuk mengukur efisiensi yang sebenarnya, kita harus
membandingankan kembali hasil output dan input tersebut dengan standar
efisiensi. Berikut adalah beberapa standar efisiensi (Rai, 2008:23).
1) Standar teknik (enginered standars)
Standar ini dikembangkan oleh para insinyur dengan teknik
pegukuran yang cukup eksak dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan
telah terbukti dan diterima secara umum (Rai, 2008:23).
2) Standar historis (historical standards)
Dengan menggunakan Pengukuran efisiensi dimasa lalu dijadikan
standar untuk mengukur produktivitas dimasa ini.
3) Perbandingan dengan organisasi lain
Dengan adanya perbandingan dengan organisasi yang bergerak
dibidang yang sama dengan mengukur tolak ukur pencapaiannya.
4) Pemanfaatan utilitas
Efisiensi karyawan, peralatan, fasilitas, dan lainnya. Ditunjukkan
sebagai persentase antara kapasitas yang tersedia dibandingkan dengan
penggunaan kapasitas sesungguhnya (aktual) (Rai, 2008:24).
Sedangkan Menurut Farrel (1957), efisiensi dari perusahaan
terdiri dari dua komponen yaitu, efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.
Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan
efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan
30
teknologi produksinya (Nasution, 2009:11). Hasil pengkombinasian
dari kedua ukuran ini adalah efisiensi ekonomi. Suatu
peusahaan/lembaga dapat dikatakan efisiensi apabila dapat
meminimalkan biaya produksi dan menghasilkan output yang
maksimal.
d. Pendekatan Efisiensi pada Lembaga Amil dan Badan Amil Zakat
Efisiensi dalam Lembaga Amil Zakat yaitu dimana setiap lembaga
dapat menggunakkan output dan inputnya seraca tepat. Dimana penyaluran
dana zakat disalurkan kapada yang lebih membutuhkan terlebih dahulu (
Aulia Zahra dkk., 2016:40).
Suatu Lembaga Amil Zakat dikatakan efisien apabila dapat
mengeluarkan sedikit biaya untuk menghasilkan penghimpunan dana
dimana usaha dalam penghimpunan ini harus sejalan dengan program dan
pelayanan dalam Lembaga/ Badan Amil Zakat tersebut (PEBS-FEUI &
IMZ, 2010). Menurut keterangan tersebut pengeluaran yang dilakukan
LAZ/BAZ harus lebih benyak untuk membiayai program dan
meningkatkan pelayanannya.
Maka dari itu, diperlukan suatu usaha untuk mengefisienkan biaya
operasional LAZ dengan tingkat kebutuhan dan tingkat kepentingannya.
Agar dana yang diberikan dari muzakki kepada mustahik tidak ada yang
sia-sia. Sehingga harta zakat bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, terutama golongan fakir dan miskin
(Djayusman: 2015).
31
e. Efisiensi dalam BAZNAS dan Rumah Zakat.
Efisiensi dalam BAZNAS dapat dilihat dari kegiatannya dalam
mengelola seluruh sistem zakat. Baik itu dari sistem pengelolaan dana
zakat maupun koordinasinya terhadap OPZ lain (BAZNAS, 2017:14).
Maka dari itu BAZNAS haruslah menjadi pedoman bagi OPZ di Indonesia
dalam mengendalikan pengelolaan keuangannya agar tidak terjadi
kemubadziran.
Dalam mengendalikan keefisienannya BAZNAS yaitu dengan cara
memperhatikan kemampuan amil dalam mengelola dana zakat. Dengan
amil yang kompeten maka akan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam membayarkan zakatnya melaui lembaga zakat yang formal dan
bukan secara individu. Sehingga amil dapat memberikan manfaat yang
lebih banyak lagi untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik (BAZNAS,
2017:15).
Selaras dengan memperhatikan kemampuan amil. Maka BAZNAS
memberikan standar kompetensi untuk kinerja amil. Standar Kompetensi
Kerja (SKK). Dengan mengukur kemapuan dari aspek pengetahuan,
keterampilan/keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
tugas dan syarat jabatan yang ditentukan oleh BAZNAS ( UU RI No. 23
Tahun. 2011 Pasal 1:7).
Sehubungan untuk mengefisienkan BAZNAS. Maka BAZNAS juga
melakukan pemerataan distribusi zakat pada efek pembangunan ekonomi
nasional untuk kegiatan produktif. Penciptaan lapangan kerja;
32
memperlebar akses keuangan; pemerataan distribusi zakat pada efek
meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan pelestarian kekayaan
alam (BAZNAS, 2017:14). Dengan melakukan pemerataan distribusi
maka akan, menghasilkan pembedayaan mustahik yang lebih efisien lagi.
Sedangkan cara Rumah Zakat untuk mengefisienkan Lembaganya
tidak jauh berbeda dengan BAZNAS yaitu dengan memperhatikan kualitas
amil, pendistribusian secara merata dan juga memberikan beragam inovasi
untuk memudahkan muzakki dalam melakukan pembayaran zakatnya
yaitu dengan cara: pembayaran zakat melalui ATM, mobile banking,
internet banking, pay pal dan e payment (Rumah Zakat: 2016).
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil penelitian
1. Aulia Zahra
et.all (2016)
Jurnal
Akuntansi dan
Keuangan
Islam
“Pengukuran
Efisiensi
Organisasi
Pengelola
Zakat dengan
Metode Data
Envelopment
Analysis “
Menggunakan
alat Analisis
DEA
Data primer dan
sekunder.
Menggunakan
pendekatan
produksi
Kinerja Organisasi
Pengelola Zakat
(OPZ) sudah cukup
efisien secara teknis
yaitu, 90,04% pada
tahun 2012, 93,50%,
pada tahun 2013,
dan 95,52% pada
tahun 2014. Hal ini
menjelaskan OPZ
33
telah memiliki
manajemen yang
baik dalam
mengoptimalkan
input untuk
menghimpun dan
menyalurkan dana
zakat infak dan
sedekah. Meski
demikian, hal ini
tidak didukung oleh
kondisi eksternal
yang baik. Terbukti
dengan rendahnya
tingkat efisiensi
secara skala yang
juga berpengaruh
terhadap rendahnya
nilai efisiensi secara
overall.
2. Annisa
rahmayanti,
(2014),
Efisiensi
Lembaga
Amil Zakat
Pendekatan
intermediasi
Variabel
Lembaga yang
diteliti PKPU,
BAMUIS BNI
Dalam periode
2009-2011 tingkat
efisiensi LAZ PKPU
34
Skripsi SI UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Fakultas
Syariah dan
Hukum
dalam
mengelola
zakat di
Indonesia”
(studi kasus
PKPU,
Rumah zakat,
dan
BAMUIS
BNI)”.
input:
1. variabel gaji
Karyawan
Variabel
output:
1. penyaluran
dana Zakat
Laporan
keuangan tahun
2009-2011
dan BAMUIS BNI
mencapai 100% atau
senilai dengan 1.
Pada Rumah Zakat
terjadi tingkat
efisiensi yang
fluktuatif.
3. Alfi Lestari,
2015
Jurnal
Ekonomi dan
Studi
Pembangunan
“Efisiensi
Kinerja
Keuangan
Badan Amil
Zakat Daerah
(BAZDA)”
Pendekatan
intermediasi
Variabel
input:
1. Dana ZIS
yang
dihimpun
2. Aktiva
3. Gaji Amil
Variabel
output:
1.Jumlah
Studi kasus
yang diteliti
BAZDA
Lombok
Tahun yang
diteliti 2012-
2014
BAZDA kabupaten
Lombok Timur
berhasil mencapai
nilai actual yang
dicapai oleh DEA.
Secara menyeluruh
BAZDA telah
mampu mencapai
efisiensi maksimum
secara relatif.
35
ZIS yang
disalurkan
2.Biaya
operasional
4. Muhammad
Khafid
Abdillah &
Royyan
Ramadhani
Djayusman,
2015
Islamic
Economics
Journal.
“Analisis
Efisiensi
Lembaga
Amil Zakat
terhadap
pengentasan
kemiskinan”
Menggunakan
alat Analisis
DEA
Variabel input:
1. Biaya
personalia
2. Biaya
sosialisasi
3. Biaya
operasional
Variabel output:
1. Dana
terhimpun
2. Dana
tersalurkan
Hasil efisiensinya
adalah sebagai
berikut:
Pada tahun 2008,
efisiensi dana zakat
LAZ USP berada
dalam kondisi yang
paling buruk
dibandingkan
dengan DMU
lainnya. Kodisi ini
disebabkan oleh
variabel input, yaitu
biaya personalia,
sosialisasi dan
operasional tidak
seimbang dengan
dana yang
36
terhimpun dan
tersalurkan.
Pada tahun 2009
efisiensi zakat ini
mengalami
peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh
peningkatan
efisiensi dana zakat
dalam seluruh
variabel input.
Keadaan ini lebih
baik dari
sebelumnya
meskipun belum
mencapai efisiensi
sepenuhnya.
Pada DMU
(Decision Making
Unit) 2010 hingga
2013 efisiensi dana
zakat mengalami
peningkatan dan
37
mencapai efisiensi
maksimal.
5. Ikka Nur
Wahyuni,
(2016)
Journal of
Economics
Lariba
Efisiensi
“Organisasi
Pengelola
Zakat
Nasional
dengan
Metode Data
Envelopment
Analysis”
BAZNAS
Pendekatan
Intermediasi
PKPU,
LAZISNU,
DD
Pendekatan
produksi
Hasilnya adalah:
Kinerja yang efisien
menggunakan
pendekatan
intermediasi,
ditunjukkan pada
setiap OPZ.
Pada pendekatan
produksi BAZNAS
menglami inefisiensi
sebesar 0,87.
Sedangkan pada
Dompet Dhuafa
Juga terjadi nilai
inefisiensi sebesar
0,51 dengan
benchmark yang
mengacu pada Lazis
NU, sehingga untuk
menghasilakn
kinerja yang efisien
38
harus
memaksimalkan
nilai input yang ada
disisi lain juga
Dompet Dhuafa
perlu meningkatkan
dana ziswaf yang
disalurkan agar
kinerja Domper
Dhuafa bisa
ditingkatkan
efisiensinya.
6. Iqbal Syafei
(2017),
Skripsi S1 Uin
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
“ Analisis
Efisiensi
Badan Amil
Zakat
Nasional
(BAZNAS)
dalam
Mengelola
Dana Zakat
Periode
2012-2016 “
BAZNAS
Menggunak
an metode
Analisis
DEA
Pendekatan
produksi
Hasil pembahasan:
Pada tahun 2012-
2014 tingkat nilai
efisiensi BAZNAS
mencapai 100%.
Pada tahun 2015
tingkat nilai
efisiensi BAZNAS
mencapai 79.16%.
Dengan nilai
inefisiensi sebesar
39
20.84%.
Pada tahun 2016
tingkat efisiensi
BAZNAS sebesar
98,72%. Hal ini
menunjukan bahwa
nilai inefisiensinya
sebesar 1,28%.
Setelah melihat dari beberapa penelitian terdahulu. Ada salah satu
penelitian terdahulu yang membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian
ini adalah pada penelitian Alfi Lestari dimana dalam penelitian tersebut
membahas tentang efisiensi pada BAZDA Lombok. Dimana dalam penelitian
tersebut menggunakan pendekatan intermediasi dalam penelitiannya. Tujuan
Lembaga Zakat dalam melakukan pendekatan itu adalah sebagai perantara
antara muzakki dan mustahik. Dimana Lembaga Zakat memiliki salah satu
tugasnya yaitu sebagai pengelola dana Zakat yang dihimpun dari muzakki lalu
disalurkan kepada mustahik.
C. Kerangka Berpikir
Khairani Dalam bukunya yang berjudul penelitian geografi terapan
(2016) dalam (Sugiyono,2012: 93) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
40
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti (Khairani, 2016:74). Jadi, secara teori perlu
dijelaskan hubungan antara variabel. Didalam penelitian ini berarti perlu
dijelaskan hubungan antara input dengan output yang akan diteliti.
Kerangka berpikir di dalam penelitian untuk mengetahui ukuran
efisiensi kinerja laporan keuangan Lembaga Amil zakat yaitu peneliti
mengambil tiga sampel Lembaga Amil Zakat yang telah berskala Nasional
yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Rumah Zakat dengan
periode laporan keuangan tahun 2014-2016. Yang menjadi ukuran tingkat
efisiensi dalam penelitian menggunakkan pendekatan intermediasi. Penelitian
ini mengukur efisiensi dengan menggunakkan pendekatan intermediasi yaitu
dengan mengukur input terhadap output yang dihasilkan. Dengan input yang
merupakan veriabel dari dana ZIS yang dihimpun, Aktiva tetap, dan gaji
karyawan sedangkan variabel outputnya terdiri dari beberapa variabel yaitu:
Dana ZIS yang disalurkan dan biaya operasional
41
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Analisis efisiensi
Pendekatan intermediasi
Input Output
Dana ZIS yang dimpun.
Aktiva tetap
Gaji karyawan
Dana ZIS yang disalurkan
Biaya operasional
Lembaga Amil Zakat
Pengukuran menggunakan alat ukur Data Envelopment Analysis (DEA)
Hasil penelitian dan pembahasan
42
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang didapat atau disimpan oleh orang lain yang
biasanya merupakan data dari masa lalu/historikal (Wibisino, 2003:118). Jadi,
data sekunder adalah data yang diperoleh dari informasi-informasi yang telah
disusun dan dipublikasikan oleh suatu instansi tertentu. Pada data sekunder
peneliti memperoleh data yang berkaitan dokumen laporan keuangan
Lembaga Amil Zakat. Laporan keuangan yang terkait berasal dari BAZNAS
dan Rumah Zakat.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merupakan satu hal yang esensial dan perlu mendapat
perhatian dengan seksama apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu hasil
yang dapat dipercaya dan tepat guna untukdaerah (area) atau objek
penelitiannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih
dan mewakili populasi tersebut ( Muri Yusuf, 2014:150).
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling atau judgement sampling. Dalam pedoman penulisan skripsi FEB
(2012) dijelaskan bahwa purposive sampling adalah pengumpulan data atas
dasar strategi kecakapan atau pertimbangan atau pribadi semata. Yang
menjadi pertimbangan penulis dalam penelitian ini adalah, dari kemudahan
mengakses laporan keuangan dan lembaga zakat yang berskala nasional.
43
Populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Nasional
yang diambil dari rekomendasi BAZNAS dan dilanjutkan dengan pemberian
izin oleh Menteri Agama pada LAZ untuk tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota. Dan peneliti mengambil satu sampel dari daftar Lembaga
Amil Zakat yang direkomendasikan oleh BAZNAS yaitu Rumah Zakat. Dan
satu sampel lagi diambil dari Badan Amil Zakat yang didirikan oleh
pemerintah yag berskala Nasional yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).
Berikut adalah daftar Lembaga Amil Zakat Berskala Nasional:
1. LAZ Rumah Zakat Indonesia
2. LAZ Daarut Tauhid
3. LAZ Baitul Maal Hidayatullah
4. LAZ Dompet Dhuafa Republika
5. LAZ Nurul Hayat
6. LAZ Inisiatif Zakat Indonesia
7. LAZ Yatim Mandiri Surabaya
8. LAZ Lembaga Manajemen Infak Ukhuwah Islamiyah
9. LAZ Dana Sosial Al-falah
10. LAZ Pesantren Islam Al-Azhar
11. LAZ Baitulmaal Muamalat
12. Lembaga Amil Zakat Infak dan shadaqah Nahdatul Ulama (LAZIS NU)
13. LAZ Global Zakat
14. LAZ Muhamadiyah
44
15. LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia
16. LAZ Perkumpulan Persatuan Umat
17. LAZ Rumah Yatim Ar-rahman Indonesia
Populasi dari data yang diatas peneliti mengambil Rumah Zakat sebagai
sampelnya. Karena Laporan Keuangan Rumah Zakat mudah diakses dan
Laporan Keuangan yang akan diteliti oleh peneliti juga lengkap dan sudah
dipublikasikan secara resmi melalui website.
Yang selanjutnya diteliti adalah Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) alasan peneliti menggunakkan BAZNAS karena BAZNAS
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah
berdasarkan keputusan RI No.8 tahun 2001.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakkan metode
dokumentasi. Yaitu, dalam penelitian ini mengambil data laporan keuangan
dalam periode 2014-2016 dari dua Organisasi Pengelola Zakat tersebut yang
telah dipublikasikkan secara resmi. Dan peneliti mengambil data dengan
secara langsung mengambil dari website resminya (RZ) dan mengambilnya
langsung dari BAZNAS yang bersangkutan.
Peneliti juga mengambil data yang berasal dari jurnal, buku dan karya
ilmiah lainnya yang diperoleh melalui buku cetak maupun website yang
berhubungan dengan analisis efisisensi laporan keuangan Lembaga Amil
Zakat.
45
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakkan analisis kuantitatif. Yaitu dengan
menggunakkan metode Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menghitung
tingkat efisiensi kinerja laporan keuangan, dengan mengukur input terhadap
output yang berasal dari neraca keuangan, laporan arus kas, laporan
perubahan dana yang dimiliki masing-masing oleh Lembaga. Dalam
penelitian ini menggunakkan perangkat lunak microsoft excel dan DEA
frontier.
1. Analisis Efisiensi Menggunakan DEA.
Data envelopment analysis (DEA) diperkenalkan oleh Charnes,
Cooper dan Rhodes. Metode ini merupakan salah satu alat bantu evaluasi
untuk meneliti kinerja dari suatu aktifitas dalam sebuah unit entitas
(Khrisna : 2016).
Data Envlopment Analysis (DEA) adalah metode nonparametrik
dalam penelitan operasi dan ekonomi untuk memperkirakan batas
produksi. Hal ini digunakan secara empiris untuk mengukur efisiensi
produksi unit pembuat keputusan atau decision making unit (DMU)
(Laboratory : 2017).
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan salah satu pendekatan
non parametrik yang menggunakan teknik program linier sebagai
dasarnya. Analisis ini berguna untuk mengukur tingkat kinerja atau
efisiensi suatu unit pengambilan keputusan yang disebut dengan Decision
46
Making Unit (DMU) (Astuti, 2017:265). Jadi dapat disimpulan bahwa
DEA merupakan alat hitung untung mengukur input terhadap output.
Efficiency = 𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕 𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕
Sebagai alat untuk mengukur efisiensi, DEA memiliki empat
keunggulan dibanding pendekatan lain yaitu (Hidayat, 2011:3):
a. Dapat mengukur variabel input dan output.
b. Tidak memerlukan asumsi hubungan fungsional antara variabel yang
diukur.
c. Variabel input dan output dapat memiliki satuan pengkuran yang beda.
d. Tidak membutuhkan asumsi awal mengenai bentuk fungsi produksi.
Sedangkan kelemahan dari analisis DEA ini adalah (Niswati,
2014:114) :
a. Bersifat simple specific.
b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa
bersifat fatal.
c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.
d. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
Efisiensi laporan keuangan lembaga Amil zakat dapat diukur dengan
menghitung rasio antara output dan inputnya. DEA akan menghitung
Lembaga Amil Zakat menggunakan input n untuk menghasilkan output m
yang berbeda (Lestari, 2015:181).
47
j 1
i = 1
Es = ∑m UiYis
∑n = VjXis
Dengan keterangan:
Es = efisiensi LAZ yang diamati s
m = output LAZ s yang diamati
n = input LAZ s yang diamati
yis = jumlah output ke i yang dihasilkan
Xis = jumlah input ke j yang digunakan
Ui = s x 1 jumlah bobot ouput
VJ = sx1 jumlah bobot input
Pernyataan diatas menunjukkan adanya satu variabel input dan satu
variabel output. Rasio Efisinsi (ES), lalu dimaksimumkan dengan cara
sebagai berikut:
Es = ∑im =1 𝑈𝑖𝑌𝑖𝑠
≤ 1
∑𝑛𝑗 = 1 VjXis
Persamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk UKE
lain tidak lebih dari 1, sementara persamaan kedua berbobot non negatif
(positif)(Lestari, 2015:182). Angka rasio yang dihasilkan akan bernilai 0
sampai 1. BAZNAS dan LAZ RZ dikatakan efisien jika angka yang
dihasilkan mendekati 1 atau 100 persen. Sebaliknya apabiila mendekati 0
maka menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin rendah.
Pengukuran teknis lembaga keuangan menggunakkan pendekatan
frontier yang dilakukan dengan menggunakkan model Constant return to
scale (CRS) model ini mengasumsikan bahwa model input adalah output
48
yang sama. Artinya jika ada penambahan 1 pada input maka akan
menambahkan satu pula pada output.
Menurut Akbar (2009) pada Alfi Lestari 2015 mengatakan bahwa
pengukuran berorientasi input menunjukan sebuah input dapat dikurangi
secara proporsional tanpa mengurangi jumlah output yang dihasilkan.
Efisiensi dalam Unit Kerja Ekonomi (UKE) mereka selalu memikirkan
bagaimana memaksimalkan tingkat output dan meminimalkan tingkat
input. Farrel (1957) dalam Alfi Lestari mengilustrasikan idenya dengan
menggunakan sebuah perusahaan yang menggunakan dua input yaitu X1
dan X2 untuk memproduksi satu output (Y) dengan asumsi Constant
Return to Scale (CRS).
Menurut Alfi Lestari (2015) tingkat efisiensi secara teknis dan
alokatif diproleh dari tingkat rasio:
TE ( Technical Efficiency) = OQ/OP
AE (Allocative Efficiency) =OR/OQ
Untuk menghitung orientasi output, dengan menghitung berbagai
peningkatan output dengan tidak mengubah jumlah input yang dihasilkan.
Pengukurannya ditulis dengan:
Efisiensi naik = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝.
2. Pendekatan Pengukuran Efisiensi DEA
Menurut Muharam & Pusvitasari (2007) untuk mengukur hubungan
input terhadap output dalam suatu lembaga keuangan memiliki tiga
pendekatan yaitu (Tuffahati dkk., 2016:10):
49
a. Pendekatan aset (the asset approach)
Pendekatan aset menggambarkan fungsi utama suatulembaga
keuangan sebagai pemberi pinjaman. Dalam pendekatan ini, output
yang diukur diartikan sebagai bentuk aset.
b. Pendekatan produksi (the production appoarch)
Pendekatan produksi menggambarkan suatu lembaga keuangan
sebagai produsen. Lalu output diartikan sebagai jumlah tenaga kerja,
pengeluaran modal pada aset tetap dan material lainnya.
c. Pendekatan intermediasi (the intermediation appoarch)
Pendekatan ini menggambarkan kegiatan perbankan sebagai
lembaga intermediasi yang mentrasfer dana dari deposan (surplus
spending unit) kepada peminjam (deficit spending unit) (Nasution,
2014:17). Sedangkan pendekatan intermediasi pada suatu lembaga
keuangan Syariah yang bersifat nielaba seperti Rumah Zakat dan
BAZNAS diakui sebagai intermediator atau perantara antara pemberi
manfaat (muzakki) dan penerima manfaat dalam Lembaga Amil Zakat.
E. Identifikasi Variabel Input dan Output.
Untuk mengukur tingkat efisiensi input terhadap output dalam Lembaga
Amil Zakat maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi.
Dalam pendekatan intermediasi institusi keuangan dianggap sebagai
perantara, yang merubah dan mentransfer berbagai aset keuangan dari unit
yang kelebihan dana ke unit yang kekurangan dana (Hidayat, 2011:5). Dalam
lembaga keuangan nirlaba yaitu LAZ intermediasi ini berfungsi untuk melihat
50
sebuah LAZ sebagai intermediator bagi Amill zakat dan penerima zakat. LAZ
yang menghimpun dana berfungsi sebagai penyalur dana bagi para mustahik.
Baik itu secara konsumtif (untuk memenuhi kebutuhan pokok) maupun
secara produktif (dana yang digunaakn untuk modal usaha).
Berikut adalah beberapa pertimbangan menggunakkan pendekatan
intermediasi:
1. Dengan menggunakan pendekatan intermediasi tujuannya adalah seberapa
besar peran BAZNAS dan RZ dalam melakukan pengelolaan dananya.
2. Sebelumnya penelitian terdahulu sudah pernah meneliti tingkat efisiensi
menggunakan pendekatann ini.
3. Suatu lembaga keuangan biasanya mengunakkan tenaga kerja, asset tetap,
dan deposito sebagi input dalam memproduksi pendapatan.
4. Prinsip sistem lembaga keuangan syariah berdasarkan kontribusi modal,
dimana setiap Lembaga berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana.
5. Variabel input yang ada dipilih karena berfungsi sebagai sumber yang
harus dikrluarkan untuk menghasilkan output(Lestari, 2015:179).
Berdasarkan pendekatan intermediasi pendekatan input dan output
penelitian ini adalah:
Tabel 3.1
Indikasi Variabel
Pendekatan Variabel input Variabel output
Intermediasi Dana ZIS yang Dana ZIS yang di
51
dihimpun.
Aktiva tetap
Gaji karyawan
salurkan.
Biaya operasional
Berikut adalah penjelasan bagi masing-masing variabel:
1. Variabel input:
a. Dana ZIS yang dihimpun, seluruh dana yang dihimpun dari para
muzakki (pemberi zakat).
b. Aktiva tetap, yaitu harta yang dimiliki BAZNAS dan Rumah Zakat
yang berupa tanah dan gedung.
c. Gaji karyawan atau disebut gaji amil di dalam Lembaga Amil Zakat,
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk gaji dan tunjangan amil.
Lembaga Amil Zakat berhak medapatkan bagiannya sebesar 12,5%.
2. Variabel output:
a. Dana ZIS yang disalurkan, merupakan dana yang dikeluarkan untuk
mustahik penerima zakat.
b. Biaya operasional, merupakan dana yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan langsung yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
operasional untuk keberlangsungan kegiatan dalam menghimpun
maupun menyalurkan dana zakat.
52
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Efisiensi dalam Islam pada BAZNAS dan Rumah Zakat
a. Efisiensi dalam Islam pada BAZNAS
Untuk pemerataan distribusi zakat pada efek meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya dan pelestarian alam. Maka, peran amil
merupakan unsur penting dalam pengelolaan zakat. Dengan itu amil
haruslah berkualitas sehingga dapat meningkatkan trustpara muzakki dan
bisa memberdayakan mustahik secara konkrit dan membebaskan mereka
dari kemiskinan (BAZNAS, 2018:14).
Maka Dengan adanya amil yang kompetitif dapat melakukan berbagai
program dalam pelestarian Sumber Daya Alam dengan itu dilakukannya
program Zakat Community Development (ZCD) pada BAZNAS yang
merupakan program pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan
aspek ekonomi dan sosial (pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan dan
aspek sosial lainnya) secara komphrensif. Yang pendanannya berasal dari
zakat, infak dan sedekah untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dan
mandiri (BAZNAS , 2015). Yaitu dengan melakukan perwujudan nyata
dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada dengan menggunakan
tumbuh-tumbuhan yang ada lalu dijadikan menjadi sesuatu yang memiliki
nilai jual. Misalnya budi daya kacang kedelai di daerah kab. Berau, budi
daya penanaman buah naga di kota Balikpapan, industri makanan olahan
53
berbahan dasar pisang di kota Samarinda dan pada kota-kota lainnya
dengan memperhatikan Sumber Daya Alam yang ada.
Karena BAZNAS merupakan Lembaga syariah dimana didalamnya
terdapat unsur-unsur Islam. Sehingga tidak ada transaksi riba didalamnya.
Sedangkan pada aspek efisiensi Islam tentang israf dan tabzir tidak
ada dalam BAZNAS. Karena dalam pengalokasian dananya sesuai dengan
program yang dijalankan sehingga tidak ada pengeluaran yang sia-sia baik
untuk penghimpunan dana maupun penyalurannya.
b. Efisiensi dalam Islam pada Rumah Zakat
Seperti pada BAZNAS di Rumah Zakat (RZ) juga menfokuskan pada
Sumber Daya Manusia yang ada dalam mengelola dana Zakat agar dana
yang terhimpun dapat dikelola dengan baik. Sehingga terjadinya efisiensi
pada Rumah Zakat pada Pengelolaan dana zakatnya.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset penting bagi
organisasi human capital. Oleh karena itu RZ membangun sistem
pengelolaan SDM
Dengan menerapkan suatu sistem standar yang digunakan untuk
menjadikan amil yang berkualitas dan kompeten melalui pengembangan
amil yang yang bersifat komperensif dan terintegrasi.
Lalu dalam mengefisienkan Sumber daya alam yang ada maka RZ
memiliki program senyum mandiri dimana salah satu kerjanyatanya adalah
dengan melakukan pertanian produktif. Dimana pertanian produktif yaitu
dengan memberikan pengetahuan bagi para petani agar bisa memanfaatkan
54
sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomis. Dimana dengan
pengetahuan yang ada para mustahik dapat mendapatkan keuntungan
dengan menggunakan Sumber daya alam yanhg ada dengan tepat.
Karena Rumah Zakat merupakan Lembaga syariah dimana
didalamnya terdapat unsur-unsur Islam. Sehingga tidak ada transaksi riba
didalamnya.
Sedangkan pada aspek efisiensi Islam tentang israf dan tabzir tidak
ada dalam BAZNAS. Karena dalam pengalokasian dananya sesuai dengan
program yang dijalankan sehingga tidak ada pengeluaran yang sia-sia baik
untuk penghimpunan dana maupun penyalurannya.
2. Pertumbuhan Muzakki dan Mustahik di Indoensia
a. Pertumbuhan Muzakki
Tabel 4.1
Muzakki di Indonesia
Total 2013 2014 2015 2016
Perorangan 33429 28033 56837 119332
Lembaga 28033 2134 3066 7568
TOTAL 61252 30176 59903 126900
Sumber: Outlook BAZNAS 2018
Tabel diatas menunjukkan bahwa total muzakki dari perorangan
lebih besar dari muzakki lembaga. Pada tahun 2015 dan 2016
mengalami peningkatan yang drastis yaitu sebesar 100%. Terjadi
peningkatan pada tahn 2015 dan 2016 terwujud akibat meningkatnya
harapan publik terhadap kepercayaan BAZNAS dan tingginya
55
kepercayaan masyarakat dalam memberdayakan dana zakatnya ke
BAZNAS maupun LAZ resmi. Sedangkan penurunan jumlah muzakki
pada 2014 terjadi karena adanya kesalahan teknis pada sistem informasi
buatan BAZNAS (BAZNAS, 2017:73).
b. Pertumbuhan Mustahik
Tabel 4.2
Mustahik di Indonesia
Tahun 2013 2014 2015 2016
Perorangan 428 9487 42270 104145
Lembaga 25 3291 3332 5772
Total 453 12778 45602 109917
Sumber: Outlook BAZNAS 2018
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah mustahik
mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Seperti yang terjadi
pada tahun tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 256.88% kemudian
meningkat kembali dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebesar 141%.
Peningkatan ini terjadi akibat semakin baiknya pendataan SIMBA
BAZNAS dan dipengaruhi juga oleh semakin tingginya penghimpunan
dana zakat sehingga mengakibatkan banyaknya mustahik yang dapat
dilayani oleh BAZNAS (BAZNAS, 2017:75)
3. Total Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat di Indoensia
a. Penghimpunan Dana Zakat di Indonesia
Tabel 4.3
56
Total Penghimpunan Zakat di Indonesia (Rupiah)
Tahun 2014 2015 2016
Perorangan 140.585.373.579 2.830.978.044.687 4.253.879.364.024
Lembaga 45.298.843.305 682.184.460.584 763.413.762.927
Total 185.884.216.884 3.513.171.505.271 5.017.293.126.951
Sumber: Outlook BAZNAS 2018
Sejak diluncurkannya SIMBA (Sistem Manajemen Informasi
BAZNAS) pada tahun 2012, penghimpunan ZIS baik secara perorangan
ataupun secara lembaga menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Peningkatan yang signifikan ada pada tahun 2015 yaitu naik sebesar 3,3
Triliyun atau 1.790% dari tahun 2014 (BAZNAS, 2017:65). Dapat lihat
juga bahwa dana yang dilakukan secara perorangan lebih tinggi nilainya
dibandingkan dana yang berasal dari lembaga.
b. Penyaluran Dana Zakat di Indonesia
Tabel 4.4
Total Penyaluran ZIS di Indonesia
Tahun 2013 2014 2015 2016
Perorangan 2.802.657.341 5.922.380.003 1.296.659.894. 526 1.080.436.633.193
Lembaga 6.177.245.090 11.567.911.875 952.500.897.000 1.112.720.176.040
TOTAL 8.979.902.431 17.490.291.878 2.249.160.791.526 2.931.156.809.233
Sumber: Outlook BAZNAS 2018
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara umum penyaluran
ZIS secara nasional meningkat secara signifikan setiap tahunnya, jika
57
dilihat dari tahun 2013 dan 2014 penyaluran ZIS pada lembaga lebih
besar dari perorangan sedangkan pada tahun 2015-2016 dapat dilihat
bahwa penyaluran pada perorangan lebih tinggi daripada ke lembaga.
Meningkatkan penyaluran dana ZIS pada perorangan dikarenakan
sistem SIMBA yang lebih teliti lagi dalam mendata mustahik.
4. Gambaran Umum Tentang BAZNAS
a. Sejarah
Menurut Muchtar Zarkasyi, SH, mantan pejabat senior
Kementrian Agama dan ketua dewan pertimbangan BAZNAS.
Menurutnya, sejak masuknya Islam di Indonesia zakat sudah tertata
dengan baik pada masa kesultanan atau kerjaan Islam di Nusantara.
Pada saat pemanfaatannya diberikan untuk kepentingan umat Islam.
Setelah lenyapnya kesultanan satu persatu karena kolonialisme dan
yang terakhir adalah kesultanan Banten, sejak itu zakat dikelola oleh
masyarakat melalui masjid-masjid dan ulama ditingkat loka(Nasar,
2015).
Pada awal abad ke-20 sebuah terobosan penting menyangkut
perzakatan dilakukan oleh Muhamadiyah (1912) yang dipimpin oleh
K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Terobosannya adalah
mengorganisir pengumpulan zakat dikalangan anggotanya. Semasa
menteri Agama K.H. Saifudin Zufri, Kementrian Agama tahun 1964
menyusun rancangan undang-undang tentang pelaksanaan dan
pembagian zakat serta pembentukan Baitul Maal. Akan tetapi
58
rancangan produk legislasi tersebut batal diajukan ke DPR. Setahun
kemudian Kementrian Agama kembali merangcang Undang-Undang
Zakat. Tetapi, tidak mendapat dukungan dari kementrian terkait, maka
pembahasannya di hentikan.Pada tahun 1969 pemerintah mengeluarkan
Keputusan Presiden No 44 tahun 1969 tentang pembentukan panitia
penggunaan uang zakat yang diketuai Menko Kesra Dr. K.H. Idham
Chalid. Perkembangan selanjutnya dilingkungan pegawai
kementrian/lembaga/BUMN dibentuk pengelola zakat menurut bidang
kerohanian setempat.
Menurut Undang-Undang pengelolaan zakat (UU No.38 tahun
1999) yang pertama lahir di masa kepresidenan ketiga yaitu masa B.J.
Habibie dan menteri Agama H.A. Malik Fadjar. Lalu Undang-Undang
No. 38 tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang No.23 tahun 2011
dan diterbitkan peraturan pemerintah No. 14 Tahun 2014. Pemerintah
dimasa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan intruksi
presiden No.3 tahun 2014 tentang optimalisasi pengumpulan zakat di
Kementrian/Lembaga, Pemerintah Daerah BUMN dan BUMD melaui
BAZNAS(2017 ).
b. Legal Formal
Berikut adalah beberapa keterangan mengenai legalitas dari
BAZNAS(BAZNAS:2016) :
59
1) Keputusan Presiden (Keppres) RI No.8 tahun 2001 yang
menjelaskan tentang tugas dan fungsi menghimpun, meyalurkan
Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) pada tingkat nasional.
2) Kemudian lahirlah Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional.
3) Menurut riset.go.id pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 14/2014
dan Intruksi Presiden (Inpres) No. 3/2014. PP No. 14/2014 mengatur
BAZNAS untuk memiliki anggota tertinggi BAZNAS yang
ditunjukan oleh presiden (BAZNAS, 2016:4). Dan pada Inpres RI
No. 3 Tahun 2014 juga menjelaskan tentang optimalisasi
pengumpulan zakat di kementerian/lembaga, sekretariat jenderal
Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah melalui Badan Amil Zakat Nasional.
c. Struktur organisasi
Berikut adalah daftar nama struktur Organsasi Badan Amil Zakat
Nasional menurut keputusan ketua Badan Amil Zakat Nasional No. 12
tahun 2017 tentang struktur Organisasi Badan Amil Zakat
Nasional(BAZNAS :2017)
Ketua BAZNAS : Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.CA
Wakil Ketua BAZNAS : Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec,
Anggota : Dr. H. Mundzir Suparta, MA
Drh. Emmy Hamidiyah
60
Ir. Nana Minarti
Drs. Irsyadul Halim
Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail
Masdar Farid Mas’udi
5. Gambaran Umum Tentang Rumah Zakat
a. Sejarah
Rumah zakat bearawal dari ide foundernya yaitu Abu Syauqi,
beliau merupakan salah satu da’i muda Bandung bersama beberapa
rekan di kelompok pengajian Majlis Taklim Ummul Quro sepakat
membentuk lembaga sosial yang concern pada bantuan kemanusiaan.
Pada tanggal 2 Juli 1998 terbentuklah organisasi bernama Dompet
Sosial Ummul Quro (DSUQ).Lalupada18 maret 2002 yang
mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional.Di
tahun 2004 Rumah Zakat Indonesia DSUQ bertranfrmasi menjadi
Rumah Zakat Indonesia.Pengelolaan pada tahun itu pun semakin baik.
Pada 5 April 2010, Rumah Zakat Indonesia diresmikan dengan
mengganti brand sebelumnya RUMAH ZAKAT INDONESIA.Rumah
Zakat pada bulan September 2013 mengubah dirinya menjadi RZ ada
beberapa perubahan yang terjadi disini. Menurut Rumah Zakat Pada
tahun 2017 Rumah Zakat bertransformasi kembali menjadi
enterpenerial institution dalam rangka meningkatkan kepuasan serta
loyalitas donatur dan penerima zakat(Rumah Zakat:2018).
61
b. Legal formal
Rumah Zakat adalah lembaga Amil Zakat Nasional yang
memiliki legitimasi melaui legal formal sebagai berikut ( Rumah Zakat,
2016:6):
Akta pendirian:
Notaris Dr. Wiratno Ahmadi, SH No. 31tanggal 21 Juli 2001,
tentang pendirian yayasan Dompet Sosial Ummul Quro.
Akta perubahan:
Notaris Irma Rachmawati, SH. No. 17 tanggal 25 Oktober 2005,
tentang perubahan struktur yayasan Rumah Zakat Indonesia.
Keputusan Menkumhan RI tanggal 25 Juli 2006 No. C-1490.HT
2006.
Akta perubahan:
Notaris Zulhijah Ami, S.H. M.Kn. No. 02 tanggal 21 Desember
2011, tentang pernyataan keputusan Rapat Dewan Pembina Yayasan
Rumah Zakat Indonesia.
c. Struktur organisasi
Berikut adalah struktur manajemen Rumah Zakat (Zakat, Rumah,
2016: 13):
Dewan pembina : Yayan Somantri
Dewan Pengurus Syariah : DR. KH. Ma’ruf Amin
(Ketua Dewan Syariah)
H. Kardina Kintabuwana, LC, M.A
62
(Anggota Dewan Syariah)
Rizka Maulan, Lc., M.Ag.
(Anggota Dewan Syariah)
Dewan Pengurus : Nur Efendi (Chief Executive Officer)
Asep Nurdin (Chief Marketing Officer)
R. Herry Hermawan (Chief Operating
Officer)
Heny Widiastuti (chief Program Officer)
Referensi Syariah : Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc, MM
Konsultan marketing : AM. Adhy Trisnanto
B. Analisis dan Pembahasan
1. Rincian Dana ZIS yang Dihimpun pada BAZNAS
Tabel 4.5
Sumber Dana yang Dihimpun pada BAZNAS
Dana ZIS yang
dihimpun pada tahun
2014
Keterangan Nominal
Dana
diterima
Zakat yang Rp. 69. 865. 506.671
Dana Infak/Sedekah
yang diterima
Rp. 12.399.311.420
Dana ZIS yang
dihimpun pada tahun
2015
Dana
diterima
Zakat yang Rp. 82.272.643.293
Dana Infak/Sedekah
yang diterima
Rp. 11.796.250.526
Dana ZIS yang Dana Zakat yang Rp. 97.637.657.910
63
dihimpun pada tahun
2016
diterima
Dana Zakat yang
diterima
Rp. 14.053.256.518
Sumber: PID BAZNAS
Tabel diatas menjelaskan tentang sumber dana penghimpunan ZIS.
Sedangkan tabel dibawah akan menjealskan sumber dana pengimpunan
ZIS secara terperinci:
Tabel 4.6
Rincian Sumber Dana ZIS pada BAZNAS
Keterangan Tahun
2014 2015 2016
Penerimaan
zakat
perdagangan
Rp. 1.447.475.815 Rp.
3.982.445.978
Rp.
2.293.037.937
Penerimaan
zakat Maal
Rp.
67.909.433.848
Rp.
78.194.706.397
Rp.
95.133.425.528
Penerimaan
Bagi hasil
Rp. 331.994.536 Rp. 94.774.976 Rp.
211.109.668
Penilaian dana
Zakat
Rp. 176.602.473 Rp. 715.943 Rp. 84.780
Sumber: PID BAZNAS
2. Rincian Dana ZIS yang dihimpun oleh Rumah Zakat
Tabel 4.7
Sumber Dana yang Dihimpun pada Rumah Zakat
Dana ZIS yang
dihimpun pada Tahun
Keterangan Nominal
Dana Zakat yang Rp. 79.961.568.561
64
2014 diterima
Dana Infak/Sedekah yang diterima
Rp. 41.286.781.267
Dana ZIS yang
dihimpun pada Tahun
2015
Dana diterima
Zakat yang Rp. 97.666.410.793
Dana Infak/Sedekah yang diterima
Rp. 44.131.559.337
Dana ZIS yang
dihimpun pada Tahun
2016
Dana diterima
Zakat yang Rp. 109.338.881.331
Dana Infak/Sedekah yang diterima
Rp. 55.612.884.030
Sumber: Laporan keuangan Rumah Zakat
Tabel diatas menjelaskan tentang sumber dana ZIS pada Rumah
Zakat. Sedangkan tabel di bawah akan menjelaskan rinciannya sumber
dananya.
Tabel 4. 8
Rincian Sumber Dana ZIS Rumah Zakat
Keterangan Tahun
2014 2015 2016
Zakat profesi Rp. 73.439.562.366 Rp. 87.761.778.294 Rp. 86.377.369.249
Zakat simpanan Rp. 5.745.359.336 Rp. 3.949.037.795 Rp. 17.247.988.191
Zakat
perdagangan
Rp. 117.492.230 Rp. 2.325.361.922 Rp. 3.439.451.230
Zakat fitrah Rp. 149.431. 904 Rp. 2.119.104.567 Rp. 812.622.850
Zakat emas dan
perak
Rp. 634.742.900 Rp. 764.369.632 Rp. 550.584.506
Zakat saham
dan investasi
Rp. 444.787.581 Rp. 443.917.554 Rp. 403.860.597
Zakat hadiah - Rp. 88.806.900 Rp. 187.968.073
65
Zakat pertanian Rp.64.608.544 Rp. 40.090.200 Rp. 108.442.943
Zakat
peternakan
- Rp. 757.500 Rp. 7.555.000
Non cash zakat Rp.326.600 - Rp. 53.522.900
Hasil
penempatan
- Rp. 173.186.429 149.353.792
Sumber: Laporan Keuangan Rumah Zakat
3. Rincian Dana ZIS yang disalurkan oleh BAZNAS
Tabel 4.9
Dana Zakat yang disalurkan berdasarkan asnaf
Penyaluran dana zakat
pada tahun 2014
Keterangan Nominal
Fakir miskin Rp. 49.390. 370. 816
Amil Rp. 8.669. 613. 708
Muallaf Rp. 57.000.000
Riqab -
Gharimin Rp. 1.486.158.400
Fisabilillah Rp. 4.351. 729. 639
Ibnu sabil Rp. 157.677.500
Penyaluran dana zakat
pada tahun 2015
Fakir miskin Rp. 47.257. 531. 779
Amil Rp. 10.182.862.587
Muallaf Rp. 14.850.000
Riqab -
Gharimin Rp. 1.043.564.533
Fisabilillah Rp. 8.118.224.787
Ibnu sabil Rp. 148. 730.700
Penyaluran dana zakat
pada tahun 2016
Fakir miskin Rp. 43.643.686. 637
Amil Rp. 12.178.307.933
Muallaf Rp. 168.224.100
Riqab Rp. 83.576.850
Gharimin Rp. 474.366.978
Fisabilillah Rp. 11.081.434.666
Ibnu sabil Rp. 44.121.448
66
Sumber: PID BAZNAS
Tabel diatas menjelaskan Dana Zakat yang disalurkan oleh BAZNAS,
dapat dilihat bahwa dana yang lebih banyak disalurkan yaitu untuk kebutuhan
golongan fakir dan miskin. Karena fakir miskin merupakan golongan yang
mendapat perhatian khusus untuk mengurangi kemiskinan dan kesejahteraan
sosial. Sedangkan dana yang terbesar kedua adalah untuk kebutuhan amil. Karena
amil adalah salah satu faktor untuk keberhasilan dalam pengelolaan dana Zakat
yang efisien dan pendistribusian yang merata. Tabel dibawah akan menjelaskan
dana infak/sedekah yang disalurkan:
Tabel 4.10
Dana Infak/Sedekah yang disalurkan oleh BAZNAS
Dana Infak/Sedekah yang
disalurkan pada tahun
2014
Keterangan Nominal
Penyaluran Rp. 5.384.696.715
Dana Infak/Sedekah yang
disalurkan pada tahun
2015
Amil Rp. 1.474.456.954
Infak/ Sedekah terikat Rp. 66.277.100
Infak/ terikat
Sedekah tidak Rp. 6.197.258.240
Alokasi pemanfaatan aset kelolaan
Rp. 83.357.976
Dana Infak/Sedekah yang
disalurkan pada tahun
2016
Amil Rp. 5.609.174.387
Infak/ Sedekah terikat Rp. 1.042.495.856
Infak/ terikat
Sedekah tidak Rp. 5.873.896.405
Sumber: laporan keuangan BAZNAS
Keterangan:
1. Yang dimaksud dana infak/sedekah yang tidak terikat adalah dana yang
dikeluarkan untuk kebutuhan non mustahik
67
2. Sedangkan yang dimaksud dengan dana infak/sedekah yang terikat adalah dana
yang dikeluarkan untuk kebutuhan asnaf (golongan 8 penerima zakat).
Tabel diatas menjelaskan bahwa dana yang untuk keburuhan infak/
sedekah tidak terikat lebih banyak dibandingkan untuk amil dan dana infak/
sedekah terikat hal itu terjadi karena dana infak/sedekah disalurkan untuk
kebutuhan asnaf sedangkan. Kebutuhan asnaf sebelumnya sudah dikeluarkan
dengan menggunakan dana Zakat. Sedangkan di bawah adalah penyaluran dana
perprogram yang dilakukan oleh BAZNAS dalam menyalurkan dananya.
Tabel 4.11
Penyaluran Perprogram pada Tahun 2014
Program penyaluran ZIS
BAZNAS
Jumlah penyaluran ZIS
(Rp)
Penerima manfaat (jiwa)
Zakat Community
Development
3.481.965.580 13,069
Rumah makmur
BAZNAS
3.545.233.386 1,736
Rumah Cerdas Anak
Bangsa
5.560.015.291 1,774
Rumah Sehat BAZNAS 8.326.421.236 171,552
Kaderisasi 1000 ulama 1.888.929.430 341
Konter Layanan
Mustahik
29.672.990.280 142,652
68
Tanggap darurat Bencana 3.514.565.820 36,896
Sumber: annual report BAZNAS 2014
Tabel diatas menjelaskan tentang penyaluran dana perprogram pada tahun
2014. Yaitu dapat dilihat bahwa program KLM (konter Layanan Mustahik)
mendapatkan dana paling besar karena KLM tersebut merupalkan program yang
terfokus untuk cepat tanggap dalam melayani kebutuhan mustahik sesuai dengan
kebutuhannya. Sedangkan pada tabel dibawah menjelaskan tentang penyaluran
dana perbidang pada BAZNAS 2015
Tabel 4.12
Penyaluran Dana Perbidang pada Tahun 2015
Bidang Penyaluran %
Ekonomi Rp. 315.127.234.587 15.11%
Pendidikan Rp. 432.068.068.508 20.27%
Dakwah Rp. 303.553.206.946 14.56%
Kesehatan Rp. 188.685.220.166 9.05%
Social kemanusiaan Rp. 846.038.250.681 40.57%
Sumber: Statistik Zakat Nasional 2015
Tabel diatas menjelaskan penyaluran dana disetiap bidangnya pada tahun
2015 digunakan untuk kegiatan social kemanusiaan. Dapat dilihat bahwa dana
yang paling besaSedangkan tabel dibawah menjelaskan penyaluran dana
perbidangnya pada tahun 2016.
Tabel 4.13
Penyaluran Dana Perbidang pada Tahun 2016
Bidang Penyaluran %
Ekonomi Rp. 493.075.489.398 18.30
69
Dakwah Rp. 842.980.341.134 31.28
Pendidikan Rp. 418.454.281.897 15.53
Kesehatan Rp. 226.004.399.823 8.39
Social kemanusiaan Rp. 714.267.956.361 26.51
Sumber: Statistik Zakat Nasional 2016
Sedangkan pada tahun 2016 dana yang paling besar digunakan pada
bidang dakwah.
4. Rincian dana yang disalurkan oleh Rumah Zakat
Tabel 4.14
Dana Zakat yang disalurkan berdasarkan asnaf
Penyaluran dana zakat
pada tahun 2014
Keterangan Nominal
Fakir miskin Rp. 54.860.886.193
Fisabilillah Rp. 15.022.065.820
Amilin Rp. 9.989.131.389
Gharimin Rp. 282.264.940
Ibnu sabil Rp. 106.038.088
Muallaf Rp. 9.492.516
Riqab -
Penyaluran dana zakat pada tahun 2015
Fakir miskin Rp. 62.019. 634.077
Fisabilillah Rp. 16.946. 884. 677
Amilin Rp. 12.205. 933.410
Gharimin Rp. 216. 864.229
Ibnu sabil Rp. 121.133.551
Muallaf Rp. 10.843.860
Riqab -
Penyaluran dana zakat
pada tahun 2016
Fakir miskin Rp. 68.285.161.639
Fisabilillah Rp. 30.942.897. 908
Amilin Rp. 13.642.005.955
Gharimin Rp. 285.575.053
Ibnu sabil Rp. 224. 057. 372
Muallaf Rp. 66.154.517
Riqab -
Sumber:laporan keuangan Rumah Zakat
70
Tabel diatas menjelaskan Dana Zakat yang disalurkan oleh Rumah Zakat,
dapat dilihat bahwa dana yang lebih banyak disalurkan yaitu untuk kebutuhan
golongan fakir dan miskin. Karena fakir miskin merupakan golongan yang
mendapat perhatian khusus untuk mengurangi kemiskinan dan kesejahteraan
sosial. Sedangkan dana yang terbesar kedua adalah untuk kebutuhan fisabilillah.
Dan yang ketiga adalah untuk kebutuhan Amil. Karena amil adalah salah satu
faktor untuk keberhasilan dalam pengelolaan dana Zakat yang efisien dan
pendistribusian yang merata. Sedangkan pada tabel dibawah adalah keterangan
jumlah penerima manfaat layanan program untuk para mustahik.
Tabel 4. 15
Jumlah Penerima Manfaat Perprogram
Tahun Jumlah penerima layanan manfaat Total Pertumbu
han Senyum
sehat
Senyum
juara
Senyum
mandiri
Senyum
lestari
2014 1.112.193 504.456 450.868 570.680 2.638.197 -
2015 1.874.976 804.444 569.316 1.238.788 4.487.524 30%
2016 1.438.558 952.940 859.829 2.581.980 5.833.307 70%
Sumber: Annual Report Rumah Zakat 2016
Tabel diatas menjelaskan tentang penerima manfaat perprogram. Dapat
dilihat bahwa pada tahun 2014 program senyum sehat memiliki jumlah
penerima manfaat yang lebih besar dari program lainnya ini dikarenakan
pada program tersebut terfokus untuk kesehatan penerima manfaat yaitu
dengan memberikan pengobatan gratis. Sedangkan pada tahun 2015
71
penerima manfaat terbanyak yaitu pada program senyum sehat. Sedangkan
pada tahun 2016 penerima manfaat terdapat pada senyum lestari. Dimana
tpada tahun 2016 tersebut program senyum lestari dimana pada program
ini terfokus pada permasalahan lingkungan, memperbaiki kualitas
lingkungan dan permasalahan sosial. Besarnyajumlah Layanan Masyarakat
pada setiap program tergantung pada sejumlah kontribusi dana yang
masuk pada setiap program tersebut.
5. Kriteria Efisiensi
Untuk mengetahui ukuran dari skala efisiensi dan memudahan
peneliti maupun pembaca dalam membaca hasil penelitian yang
menggunakan alat ukur DEA. maka penulis memberikan beberapa ukuran
efisiensi yang dapat dilihat melalui tabel dibawah:
Tabel 4.16
Kriteria Efisiensi
Kinerja keuangan (100%) Kriteria
> 100 Sangat Efisien
90-100 Efisien
80-90 Cukup Efisien
60-80 Kurang Efisien
<60 Tidak Efisien
Sumber: Depdagri, kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996
6. Analisis Efisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat
Lembaga Amil Zakat atau Badan Amil Zakat Nasional dikatan baik
kinerja keuangannya apabila variabel-variabel input yang ada dapat
72
memaksimalkan output. Untuk mengukur efisiensi di Lembaga Amil atau
di Badan Amil Zakat Nasional menggunakan analisis DEA dengan
pendekatan intermediasi. Terdiri dari beberapa variabel inputnya adalah
Dana ZIS yang dihimpun, aktiva tetap dan gaji karyawan. Sedangkan
variabel outputnya terdiri dari dana ZIS yang disalurkan biaya operasional.
Dalam penelitian ini menganalisis efisiensi dua jenis Lembaga/Badan
Amil Zakat Nasional. Berikut adalah beberapa data dari laporan keuangan
baik dari BAZNAS dan Rumah Zakat:
Tabel 4.17
Variabel Input-Output BAZNAS dan Rumah Zakat
Variabel input
Tahun Dana ZIS yang dihimpun Aktiva tetap Gaji karyawan
2014 BAZNAS Rp. 82.264.818.091,00 Rp. 724.021.933,00 Rp. 7.075.455.021,00
2015 BAZNAS Rp. 94.041.893.819,00 Rp. 1.249.328.250,00 Rp. 6.114.012.359,00
2016 BAZNAS Rp. 111.690.914.428,00 Rp. 1.795.820.050,00 Rp. 13.581.688.027,00
2014 RZ Rp. 121.248.349.828,00 Rp. 5.274.085.517,00 Rp. 6.329.814.854,00
2015 RZ Rp. 141.797.970.130,00 Rp. 4.794.862.649,00 Rp. 8.139.630.398.00
2016 RZ Rp. 164.951.765.361,00 Rp. 8.265.968.885,00 Rp. 4.820.051.132.00
Variabel output
Tahun Dana ZIS yang Salurkan Biaya Operasional
2014 BAZNAS
Rp. 69.649.837.874,00
Rp. 4.270.012.091,00
2015 BAZNAS Rp. 74.587.383.638,00 Rp. 6.801.296.097,00
2016 BAZNAS Rp. 80.252.586.455,00 Rp. 9.292.331.899,00
2014 RZ Rp. 87.690.311.523,00 Rp. 14.515.586.151,00
2015 RZ Rp. 114.555.686.232,00 Rp. 10.291.662.576,00
2016 RZ Rp. 142.516.828.665,00 Rp. 10.920.759.037,00
Sumber: laporan keuangan dari BAZNAS dan Rumah Zakat
Untuk dapat dihitung melalui aplikasi DEA maka, laporan keuangan
yang ada perlu dijadikan desimal atau di LN-kan menggunakan microsoft
excel. Berikut adalah data yang sudah di LN-kan:
73
Tabel 4.18
Variabel Input-Output BAZNAS dan Rumah Zakat yang
di LN-kan
Variabel input
Tahun Dana ZIS yang dihimpun Aktiva tetap Gaji Karyawan
2014 BAZNAS 25.13320937 20.40033224 22.67989759
2015 BAZNAS 25.2670062 20.94587184 22.53384908
2016 BAZNAS 25.4390012 21.30872761 23.33198825
2014 RZ 25.52110676 22.38607114 22.56853682
2015 RZ 25.67766914 22.2908109 22.82001061
2016 RZ 25.82891894 22.83541279 22.29605037
Variabel output
Tahun Dana ZIS Salurkan Biaya Operasional
2014 BAZNAS 22.66414017 22.1748825
2015 BAZNAS 25.03523721 22.64037903
2016 BAZNAS 25.10844483 22.95245537
2014 RZ 25.19707726 23.39848882
2015 RZ 25.46432688 23.05459995
2016 RZ 25.68272593 23.11393131
Sumber: laporan keuangan yang telah di LN kan
Berikut adalah nilai efisiensi Rumah Zakat dan Badan Amil Zakat
Nasional dan hasil olah data DEA:
Tabel 4.19
Tingkat Efisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat
DMU No.
DMU Name
Input-Oriented
CRS
Efficiency
1 2014 BAZNAS 1.00000
2 2015 BAZNAS 1.00000
3 2016 BAZNAS 1.00000
4 2014 RZ 1.00000
5 2015 RZ 0.99934
6 2016 RZ 1.00000
Sumber: Diolah oleh peneliti
Dalam perhitungan DEA, suatu priode dikatakan efisien jika hasil
laporan keuangan ang telah di ukur dengan alat analisis DEA sebesar
74
100% atau senilai dengan 1. Dan juga terdapat angka aktual dan target.
Angka aktual adalah nilai input dan output yang dimiliki oleh laporan
keuangan. Sedangkan, angka target adalah nilai yang ditargetkan dari hasil
pengelolaan menggunakan alat ukur DEA. Suatu output atau
inputdikatakan efisien jika angka aktual sesuai dengan angka target pada
nilai efisiensi DEA.
a. Hasil Analisis pada BAZNAS
Menurut hasil penelitian kinerja laporan keuangan BAZNAS dari
tahun ketahun mengalami peningkatan efisiensi yang maksimal
sehingga dari tahun 2014 sampai 2016. Hasil pengukuran menggunakan
alat analisis DEA menunjukkan hasil efisiensi yang maksimal yaitu
sebesar 100%(Sangat Efisein) atau sama dengan 1(lihat tabel 4.8).
Untuk mengukur efisiensi peneliti menggunakan ukuran input terhadap
output. Yaitu dengan harapan input yang ada mampu menghasilkan
output yang maksimal. Pengukurannya menggunakan aplikasi DEA
frontier dan micrososft excel.
Berikut adalah analisis DEA dilihat dari nilai actual dan
targetnya:
1) Analisis Teknis Efisiensi BAZNAS 2014
Tabel 4. 20
Efficient Input and Output Target 2014
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.13320937 25.13320937
Aktiva tetap 20.40033224 20.40033224
Gaji pegawai 22.67989759 22.67989759
Dana ZIS yang disalurkan 22.66414017 22.66414017
75
Biaya operasional 22.1748825 22.1748825
Sumber: Hasil dari perhitungan DEA
Tabel diatas menyatakan bahwa BAZNAS sudah mencapai
nilai efisiensinya secara maksimal dan tidak adanya selisih antara
nilai terget dan actual. Hal ini menunjukan pengelolaan dana zakat
di BAZNAS pada tahun 2014 sangat baik nilai efisiennya.
2) Analisis Teknis Efisiensi BAZNAS 2015
Tabel 4.21
Efficient Input and Output Target 2015
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.2670062 25.2670062
Aktiva tetap 20.94587184 20.94587184
Gaji pegawai 22.53384908 22.53384908
Dana ZIS yang disalurkan 25.03523721 25.03523721
Biaya operasional 22.64037903 22.64037903
Sumber: Hasil dari perhitungan DEA
Tabel diatas menyatakan bahwa BAZNAS sudah mencapai
nilai efisiensinya secara maksimal dan tidak adanya selisih antara
nilai terget dan actual. Hal ini menunjukan pengelolaan dana zakat di
BAZNAS pada tahun 2015 sangat baik nilai efisiennya. Seperti pada
tahun 2014 nilai actual yang ada sudah sesuai dengan target yang
telah ditentukan oleh hasil olahan DEA. Hal ini juga ditunjukan
dengan peningkatan jumlah penghimpunan dan penyaluran dana
zakat yang pada tahun sebelumnya sebesar Rp.82.264.818.091,00
menjadi Rp. 94,041,893,819.00. Dan dari sisi penyalurannya juga
mengalami kenaikan dari angka sebelumnya sebesar
Rp.69.649.837.874,00 menjadi Rp.74.587.383.638,00. Hal ini
76
menunjukan bahwa BAZNAS mengalami peningkatan baik dari sisi
penghimpunan dan penyalurannya.
3) Analisis Teknis BAZNAS 2016
Tabel 4.22
Efficient Input and Output Target 2016
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.4390012 25.4390012
Aktiva tetap 21.30872761 21.30872761
Gaji pegawai 23.33198825 23.33198825
Dana ZIS yang disalurkan 25.10844483 25.10844483
Biaya operasional 22.95245537 22.95245537
Sumber: Hasil dari perhitungan DEA
Seperti hasil dari tahun-tahun sebelumnya BAZNAS terus
meningkatkan kinerja pengelolaan laporan keuangannya. Dengan
menunjukan peningkatan penghimpunan dan penyaluran dana zakat.
Nilai actual yang sesaui dengan nilai target efisiensinya.
b. Hasil Analisis pada Rumah Zakat
Menurut tabel 4.8 menunjukan bahwa tingkat efisiensi Rumah
Zakat pada tahun 2014 sangat efisien dengan nilai efisiensinya 100%
atau sama dengan satu yang artinya hasil yang didapat menunjukkan
kriteria sangat efisien. Hal ini menunjukan bahwa dengan input yang
tersedia maka mampu menghasilkan output yang maksimal.
Pada tahun 2015 tingkat efisiensi Rumah Zakat mencapai 99,34%
menunjukkan hasil yang efisien hal ini menunjukkan bahwa RZ
mengalami penurunan sebesar 0.00066%. Hal ini menunjukan bahwa
dengan efisiensi yang ada sudah hampir mendekati kriteria sangat
efisien. Untuk memaksimalkan nilai efisiensi maka perlu diadakanya
77
pendistribusain dana yang tepat sasaran sehingga dana yang dihimpun
dan digunakan untuk disalurkan tidak mengalami kemubaziran
pengurangan nilai dari dana ZIS yang dihimpun sebesar 2% dengan
angka sebelumnya 25.67766914 menjadi 25.66071044. Pada variabel
aktiva tetap juga perlu mengalami pengurangan dana 1% dengan angka
sebelumnya 22.2908109 menjadi 22.27608903. Pada variabel gaji
pegawai juga perlu mengurangi dana 3,9% dengan angka sebelumnya
22.82001061 menjadi 22.4301852.
Sedangkan pada tahun 2016 tingkat efisiensi Rumah Zakat
mencapai 100% atau sama dengan 1 ini merupakan hasil yang sangat
efisien. Hal ini menunjukan bahwa dengan input yang tersedia mampu
menghasilkan output yang maksimal.
1) Analisis teknis efisiensi Rumah Zakat 2014
Tabel 4.23
Efficient Input and Output Target 2014
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.52110676 25.52110676
Aktiva tetap 22.38607114 22.38607114
Gaji pegawai 22.56853682 22.56853682
Dana ZIS yang disalurkan 25.19707726 25.19707726
Biaya operasional 23.39848882 23.39848882
Sumber: Hasil dari perhitungan DEA
Tabel diatas menyatakan bahwa Rumah Zakat sudah mencapai
nilai efisiensinya secara maksimal dan tidak adanya selisih antara
nilai terget dan actual. Hal ini menunjukan pengelolaan dana zakat di
Rumah Zakat pada tahun 2014 sangat baik nilai efisiennya.
2) Analisis teknis Rumah Zakat 2015
78
Tabel 4.24
Efficient Input and Output target 2015
Variabel Actual Target
dana ZIS yang dihimpun 25.67766914 25.66071044
aktiva tetap 22.2908109 22.27608903
gaji pegawai 22.82001061 22.43018521
dana ZIS yang disalurkan 25.46432688 25.46432688
biaya operasional 23.05459995 23.05459995
Sumber: Hasil dari perhitungan DEA
Pada tahun 2015 Rumah Zakat mengalami inefisiensi sebesar
0.00066% hal ini menunjukan bahwa berkurangnya nilai efisiensi
Rumah Zakat yang pada tahun sebelumnya nilai efisiensi mencapai
100% atau sama dengan 1 artinya, hasil sangat efisien. Hal ini bisa
dilihat dari nilai actual yang tidak sesuai dengan nilai target
efisiensi. Yang terjadi pada sisi input yaitu variabel Dana ZIS yang
dihimpun, aktiva tetap dan gaji pegawai. Maka dari itu, nilai actual
yang ada perlu disesuaikan dengan nilai target efisiensi yang
diperoleh dari pengukuran DEA.
3) Analisis teknis Rumah Zakat 2016
Tabel 4.25
Efficient Input and Output Target 2016
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.82891894 25.82891894
Aktiva tetap 22.83541279 22.83541279
Gaji pegawai 22.29605037 22.29605037
Dana ZIS yang disalurkan 25.68272593 25.68272593
Biaya operasional 23.11393131 23.11393131
Sumber: Hasil dari perhitungan DEA
Menurut tabel diatas menyatakan bahwa terjadi peningkatan
nilai efisiensi pada tahun 2016. Karena pada tahun sebelumnya nilai
efisiensi belum mencapai 100% atau setara dengan 1 yang berarti
79
sangat efisein. Hal ini juga ditunjukan dengan nilai actual yang
sesuai dengan nilai target efisiensi.
c. Analisis Inefisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat
Dalam priode 2014 sampai 2016 BAZNAS mengalami tingkat
efisiensi yang tinggi yaitu sebesar 100% atau sama dengan 1.
Maksudnya BAZNAS dalam penelitian ini tidak mengalami inefisiensi
bisa juga dikatakan nilai efisiensinya sebesar 100% atau sama dengan 1.
Hal ini menunjukan bahwa dengan input yang ada BAZNAS mampu
menghasilkan output yang maksimal.
Rumah Zakat pada tahun 2014 dan 2016 memiliki nilai efisiensi
sebesar 100% atau sama dengan 1. Dan tidak mengalami inefisiensi
atau nilai inefisiensinya sebesar 0%. Hal ini menunjukan bahwa Rumah
Zakat dengan input yang ada mampu menghasilkan output yang
maksimal. Sedangkan pada tahun 2015 Rumah Zakat mengalami nilai
inefisiensi sebesar 0,00066%. Hal ini menunjukan bahwa efisiensi
Rumah Zakat sedikit kurang maksimal. Untuk menghilangkan nilai
inefisiensinya maka perlu menyesuaikan nilai actual yang ada dengan
nilai target efisiensi yang sudah diolah menggunakan alat ukur DEA.
Dan juga Rumah Zakat perlu memperhatikan dana yang ada pada
variabel input untuk mengeluarkan dana yang ada untuk memberikan
hasil yang maksimal pada variabel output.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dalam penulisan skripsi ini yang
membahas tentang tingkat efisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat yang diambil
dari laporan keuanganya. Variabel yang diambil yaitu dari dana ZIS yang
disalurkan, aktiva tetap dan gaji pegawai sebagai sisi dari variabel input.
Sedangkan variabel output diambil dari dana ZIS yang disalurkan dan biaya
operasional. Lalu data tersebut diolah dengan menggunakan DEA untuk
mengukur tingkat efisiensinya menggunakan pendekatan intermediasi. Maka
dari itu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahun 2014 sampai 2016 laporan keuangan pada BAZNAS yang telah
diolah menggunakan alat ukur DEA menyatakan bahwa nilai efisiensinya
sebesar 100% atau senilai dengan 1. Hal ini menunjukan bahwa dengan
input yang ada menghasilkan output yang maaksimal. Pada nilai analisis
teknis dimana nilai actual yang ada sesuai dengan nilai efisiensi target.
Tidak terdapat Nilai inefisiensi pada BAZNAS dari tahun 2014-2016
sehingga bisa dikatakan nilai inefisiensinya sebesar 0%.
2. Pada tahun 2014 dan 2016 laporan keuangan Rumah Zakat memilki nilai
efisiensi 100% atau senilai dengan 1. Hal ini menunjukan bahwa dengan
adanya input yang ada menghasilkan output yang maksimal. Sedangkan
81
pada tahun 2015 nilai efisiensinya mencapai 0.99934. hal ini menunjukan
bahwa terdapat nilai inefisiensi. Nilai Inefisiensi tersebut diakibatkan
karena input yang ada kurang menghasilkan output yang maksimal. Maka
dari itu, perlunya pengurangan dana dari sisi variabel input. Rumah Zakat
pada tahun 2014 dan 2016 tidak terdapat nilai inefisiensi atau dikatakan
nilai inefisiensinya sebesar 0%. Sedangkan pada 2015 terdapat nilai
inefisiensi sebesar 0,00066%. Hal ini diakibatkan dengan tingginya dana
ZIS yang dihimpun, aktiva tetap dan gaji pegawainya tidak menghasilkan
output yang maksimal. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai actual yang ada
tidak sesuai dengna nilai target efisiensi yang telah diolah oleh DEA.
3. Dapat diketahui bahwa dari hasil diatas menyatakan bahwa yang paling
efisien adalah BAZNAS karena tidak adanyanya nilai inefisiensi.
Meskipun perbedaannya hanya sedikit yaitu senilai 0,00066% dari Rumah
Zakat. BAZNAS dinyatakan lebih efisien dari Rumah Zakat karena
menurut laporan keuangannya dari tahun 2014-2016 yaitu dengan variabel
input yang ada di analisis oleh penulis menghasilkan output yang
maksimal.
B. Saran
Menurut kesimpulan diatas, penulis akan memberikan beberapa saran-
saran untuk lembaga yang diteliti, maupun keseluruh Lembaga dan Badan
Amil Zakat yang ada diseluruh Indonesia:
1. Diharapkan Lembaga dan Badan Amil Zakat yang berskala nasional dan
untuk keseluruhan Lembaga dan Badan Amil Zakat untuk memperhatikan
82
nilai efisiensi dalam kinerja. Untuk Lembaga dan Badan Amil Zakat yang
sudah efisien maka perlu mempertahankannya untuk tahun-tahun kedepan.
Sedangkan untuk Lembaga atau Badan Amil Zakat yang belum efisien
maka perlu untuk terus meningkatkan kinerjanya. Dengan kinerja laporan
keuangan yang efisien maka akan menghapskan kemubadziran dalam
pegelolaanya.
2. Diharapkan untuk Lembaga atau Badan Amil Zakat untuk
mempublikasikan laporan keuangnya dengan transparan dan mudah
diakses oleh masyarakat secara keseluruhan. Hal ini akan beguna bagi
Muzakki dalam menyalurkan dana zakatnya. Hal ini juga berguna untuk
para peneliti. Karena pada dasarnya peneliti bukan hanya untuk mengkritik
lembaga yang ditelitinya. Namun juga bersifat untuk membangun
Lembaga yang diteliti untuk lebih memperbaiki kinerjanya dan juga
bermanfaat untuk kepentingan bersama.
3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti subjek yang berbeda
dengan metode yang sama. Dan menambah variabel-variabel dalam
menentukan input dan outputnya. Dan diharapkan juga untuk menambah
metode dalam mengkomparasikan beberapa Lembaga atau Badan Amil
Zakat.
4. Untuk para pembaca diharapakan dapat menambah wawasan tentang
Lembaga atau Badan Amil Zakat yang diteliti oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
83
Alparisi, Salman. (2017). Tingkat Efisiensi dan Produktivitas Lembaga Zakat di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 7 (1): 63-72
Arikunto, Suharismi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Ascarya. Ali, M. Mahbubi. (2010). Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil
dengan pendekatan two stage Data Envelopment Analysis (studi
kasus: gontor cabang BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri.Islamic
finance and business review)5 (2):113-114
Astuti, Dwi. (2017). Metode Penelitian Sosial Pertanian. Malang: UB Press
Badan Amil Zakat Nasional (2016), Outlook Zakat Indonesia 2017. Jakarta: Pusat
Kajian Strategis BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional. (2017). Outlook Zakat Indonesia 2018. Jakarta:
PusatKajian Strategis BAZNAS
Beik, Irfan Syauqi. (2011). Indonesia Zakat and Development Report. Jakarta:
IMZ
Bil Haq, Muhammad khafidh Abdillah. Djayusman, Royyan Ramdhani. (2015).
Analsis Efisiensi Lembaga Amil Zakat Terhadap Pengentasan
Kemiskinan (studi kasus LAZ USP 2008-2013). Islamic Economics
Journal, 1(2): 71-89.
Cahyadi, Adi. (2014). Hafazatul Amwal: Tokoh dan Karakter AkuntanRasulullah.
Akuntabilitas, 7(2): 109-121
Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodelogi untuk Penelitian dan Ilmu-
Ilmu SosialLainnya. Jakarta : cetakan ke 1 paramedina group
Hafifuddin, Didin.(2002). Zakat dalam Perekonmian Modern. Jakarta: Gema
Insani
Hendryadi. Suryani. (2015).Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta :
Paramedina Group
Hidayat, H. Rahmat. (2011).Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia.
Media Riset Bisinis & manajemen 11(1): 3-13
Kementrian Agama Republik Indonesia. (2012). Membangun Peradaban Zakat.
Dirjen Bimbingan Masyarakat dan Kebudayaan
Lestari, Alfi. (2015).Efisiensi Kinerja Keuangan Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA). Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, 16(2): 177-187
84
Maradita, Hayuning Rizki. (2017). Efektivitas dan Efisiensi Kerja Aparatur Sipil
Negara Disekertariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur. E. Jurnal
ilmu pemerintahan 5(1):130-145
Nasution, Nurul Huda. Mustafa Edwin. (2008). Current Issues Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia
Pulungan, Jemina S. (2013). Efisiensi Kerja dalam Pekerjaan Rumah Tangga.
Jakarta: Kencana
Rai, I gusti agung. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat
Rumah zakat (2015). Annual Report 2014. Bandung
Rumah Zakat (2016). Annual Report 2015. Bandung
Rumah Zakat (2017). Annual Report 2016. Bandung
Sari, Elsi Kartika. (2006). Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta:PT.
Grasindo.
Soemitra, Andri.(2009).Mekanisme Pengelolaan Hasil Pengumpulan Zakat.
Jakarta: Paramedina Group
Suryani. Hendryadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
penelitian bidang manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Cetakan 1
Paramedina Group
Tajang, Mohd. Nasir. (2016). Rencana Strategis Zakat Nasional 2016-2020.
Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Tuffahati, Hulwah,. Et al. (2016). Pengukuran Efisiensi Asuansi Syariah dengan
Data Envelopment Analisis. Jurnal Akutansi dan Keuangan Islam 4(1)
: 5-16
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Wasilah. Nur, Sri Hayati. (2015). Akuntasi Syaraih di Indnesia. Jakarta: Salemba
Empat seri departemen akutansi FEUI
Wibisono, Yusuf. (2015). Mengelola Zakat Indonesia Diskursus Pengeluaran
Zakat Nasional dari Rezim Undang-Undang no. 38 tahun 1999 ke
Rezim Undang-undang no.23 Tahun 2011. Jakarta: Paramedina
Group Jakarta
85
Wiradifa, Riyantama. Saharuddin, Desmadi (2018), Strategi Pendistribusian
Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional di Kota
Tangerang Selatan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 3(1):1-18
Zahra, Aulia,. Et al. (2016). Pengukuran efisiensi organisasiPengelola Zakat
dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Islam, 4 (1):25-44
http://pusat.baznas.go.id/profil/di akses pada 18 Februari 2017
http://pusat.baznas.go.id/zakat-community-development/diakses pada 25 April
http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/diakses 25 April
http://pusat.baznas.go.id/konter-layanan-mustahik/diakses pada 25 April
http://pusat.baznas.go.id/program-tanggap-bencana/diakses pada 25 April
https://ristekdikti.go.iddiakses pada 2 Maret 2017
https://www.rumahzakat.org/program/senyum-lestari/24 April 2018
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Laporan Keuangan BAZNAS
BAZNAS
Tahun Keterangan Nominal
2014 Dana ZIS yang dihimpun Rp. 82.264.818.091,00
Aktiva tetap Rp. 724.021.933,00
Gaji karyawan Rp. 7.075.455.021,00
Dana ZIS yang disalurkan
Rp. 69.649.837.874,00
Biaya operasional Rp. 4.270.012.091,00
2015 Dana ZIS yang dihimpun Rp. 94.041.893.819,00
Aktiva tetap Rp. 1.249.328.250,00
Gaji karyawan Rp. 1.249.328.250,00
Dana ZIS yang disalurkan
Rp. 74.587.383.638,00
Biaya operasional Rp. 6.801.296.097,00
2016 Dana ZIS yang dihimpun Rp. 111.690.914.428,00
Aktiva tetap Rp. 1.795.820.050,00
Gaji karyawan Rp. 13.581.688.027,00
Dana ZIS yang disalurkan
Rp. 80.252.586.455,00
Biaya Operasional Rp. 9.292.331.899,00
Sumber: PID BAZNAS
87
LAMPIRAN 2
Laporan Keuangn Rumah Zakat
BAZNAS
Tahun Keterangan Nominal
2014 Dana ZIS yang dihimpun Rp. 121.248.349.828,00
Aktiva tetap Rp. 5.274.085.517,00
Gaji karyawan Rp. 6.329.814.854,00
Dana ZIS yang disalurkan
Rp. 87.690.311.523,00
Biaya operasional Rp. 14.515.586.151,00
2015 Dana ZIS yang dihimpun Rp. 141.797.970.130,00
Aktiva tetap Rp. 4.794.862.649,00
Gaji karyawan Rp. 8.139.630.398.00
Dana ZIS yang disalurkan
Rp. 114.555.686.232,00
Biaya operasional Rp. 10.291.662.576,00
2016 Dana ZIS yang dihimpun Rp. 164.951.765.361,00
Aktiva tetap Rp. 8.265.968.885,00
Gaji karyawan Rp. 4.820.051.132.00
Dana ZIS yang disalurkan
Rp. 142.516.828.665,00
Biaya Operasional Rp. 10.920.759.037,00
Sumber: Laporan keuangan Rumah Zakat
88
LAMPIRAN 3
Tingkat Efisiensi BAZNAS dan Rumah Zakat
DMU No.
DMU Name
Input-Oriented
CRS
Efficiency
1 2014 BAZNAS 1.00000
2 2015 BAZNAS 1.00000
3 2016 BAZNAS 1.00000
4 2014 RZ 1.00000
5 2015 RZ 0.99934
6 2016 RZ 1.00000
Sumber: Diolah oleh peneliti
89
LAMPIRAN 4
Nilai Actual dan Target BAZNAS dan Rumah Zakat
Efficient Input and Output Target 2014 BAZNAS
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.13320937 25.13320937
Aktiva tetap 20.40033224 20.40033224
Gaji pegawai 22.67989759 22.67989759
Dana ZIS yang disalurkan 22.66414017 22.66414017
Biaya operasional 22.1748825 22.1748825
Efficient Input and Output Target 2015 BAZNAS
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.2670062 25.2670062
Aktiva tetap 20.94587184 20.94587184
Gaji pegawai 22.53384908 22.53384908
Dana ZIS yang disalurkan 25.03523721 25.03523721
Biaya operasional 22.64037903 22.64037903
Efficient Input and Output Target 2016 BAZNAS
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.4390012 25.4390012
Aktiva tetap 21.30872761 21.30872761
Gaji pegawai 23.33198825 23.33198825
Dana ZIS yang disalurkan 25.10844483 25.10844483
Biaya operasional 22.95245537 22.95245537
Efficient Input and Output Target 2014 Rumah Zakat
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.52110676 25.52110676
Aktiva tetap 22.38607114 22.38607114
Gaji pegawai 22.56853682 22.56853682
Dana ZIS yang disalurkan 25.19707726 25.19707726
Biaya operasional 23.39848882 23.39848882
90
Efficient Input and Output target 2015 Rumah Zakat
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.67766914 25.66071044
Aktiva tetap 22.2908109 22.27608903
Gaji pegawai 22.82001061 22.43018521
Dana ZIS yang disalurkan 25.46432688 25.46432688
Biaya operasional 23.05459995 23.05459995
Efficient Input and Output Target 2016 Rumah Zakat
Variabel Actual Target
Dana ZIS yang dihimpun 25.82891894 25.82891894
Aktiva tetap 22.83541279 22.83541279
Gaji pegawai 22.29605037 22.29605037
Dana ZIS yang disalurkan 25.68272593 25.68272593
Biaya operasional 23.11393131 23.11393131