105
OPTIMALISASI PENYALURAN DANA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : NURFAIDAH 105 25 11098 16 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

OPTIMALISASI PENYALURAN DANA ZAKAT DI LEMBAGA ......vii ABSTRAK Nurfaidah. 105 25 11098 16. Judul Skripsi : Optimalisasi Penyaluran Dana Zakat Di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu)

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • OPTIMALISASI PENYALURAN DANA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL

    ZAKAT MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA MAKASSAR

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

    Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh :

    NURFAIDAH

    105 25 11098 16

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1441 H/2020 M

  • ii

    OPTIMALISASI PENYALURAN DANA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL

    ZAKAT MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA MAKASSAR

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

    Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh :

    NURFAIDAH

    105 25 11098 16

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1441 H/2020 M

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    ABSTRAK

    Nurfaidah. 105 25 11098 16. Judul Skripsi : Optimalisasi Penyaluran Dana

    Zakat Di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota Makassar.

    Dibimbing oleh HURRIAH ALI HASAN dan HASANUDDIN.

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan di Lembaga

    Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar. Penelitian ini termasuk

    penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui optimalisasi penyaluran

    dana zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota Makassar..

    Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, (X) Dana Zakat, (Y) Optimalisasi Penyaluran.

    Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 88 orang. Pengumpulan data

    dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner atau angket. Adapun yang menjadi

    populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat (mustahiq) yang menerima dana

    zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar

    sebanyak 723 orang, dengan menggunakan rumus Slovin maka menghasilkan

    sampel sebanyak 88 sampel. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui instrument

    tersebut kemudian diolah melalui analisis regresi linear sederhana dengan

    bantuan aplikasi Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi penyaluran dana zakat di

    Lembagha Amil Zakat Muhammadiyah Kota Makassar sudah termasuk kategori

    optimal dari hasil analisis data yang menggunakan uji frekuensi.

    Kata Kunci : Penyaluran Dana Zakat

  • viii

    ABSTRACT

    Nurfaidah. 105 25 11098 16. Thesis Title: Optimization of the Distribution of

    Zakat Funds at the Muhammadiyah Amil Zakat Institution (Lazismu) Makassar

    City. Supervised By HURRIAH ALI HASAN and HASANUDDIN.

    This type of research is a quantitative study conducted at the Amil Zakat

    Muhammadiyah Institute (LAZISMU) Makassar City. This research is a

    quantitative research which aims to find out the optimization of zakat fund

    distribution in Amil Zakat Muhammadiyah Institute (Lazismu) Makassar City. In

    this study consists of two variables, namely (X) Zakat Funds, (Y) Optimization of

    Distribution.

    The total sample in this study amounted to 88 people. Data collection is done by

    distributing questionnaires or questionnaires. As for the population in this study

    were the people (mustahiq) who received zakat funds at the Muhammadiyah Amil

    Zakat Institute (LAZISMU) in Makassar City as many as 723 people, using the

    Slovin formula produced 88 samples. Furthermore, the data obtained through the

    instrument is then processed through simple linear regression analysis with the

    help of the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) application.

    The results showed that optimizing the distribution of zakat funds in the Amil

    Zakat Board of Muhammadiyah Makassar City was included in the optimal

    category from the results of data analysis using the frequency test.

    Keywords: Zakat Fund Distribution

  • ix

    KATA PENGANTAR

    “Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

    Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, Atas limpahan rahmat

    dan hidayah-Nya sehingga penulisan Proposal ini dapat diselesaikan dengan baik.

    Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Saw. Nabi

    penyempurna akhlakul karimah yang menjadi suri teladan bagi seluruh ummat

    manusia dipermukaan bumi ini. Proposal ini dengan judul “Optimalisasi

    Penyaluran Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah

    (LAZISMU) Kota Makassar“ merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

    memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Hukum Ekonomi Syariah pada

    Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal ini tidak akan terwujud

    tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga

    kepada kedua Orang Tua Tercinta Mansur dan Masnah, atas segala bimbingan,

    kasih sayang yang tulus, jasa dan pengorbanannya sehingga Proposal ini bisa saya

    kerjakan dengan baik. Penghargaan, simpuh dan sujud serta doa cinta terkirim

    semoga Allah SWT senantiasa memberikan umur panjang, nikmat kesehatan dan

    nikmat iman serta perlindungan-Nya, Allahuma Aamiin.

  • x

    Selanjutnya pada kesempatan ini penulis juga tak lupa mengucapkan

    Penghargaan dan Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

    yang telah memberikan bantuannya, kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM., selaku Rektor

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama

    Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP dan Bapak Hasanuddin,

    SE,Sy.,ME selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah,

    Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME.,Ph.D selaku Pembimbing I dan Bapak

    Hasanuddin, SE.Sy.,ME selaku Pembimbing II, yang dengan tulus

    membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat

    berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini.

    5. Para Dosen pengajar Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Universitas

    Muhammadiyah Makassar atas bimbingan, arahan, didikan, dan motivasi

    yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan.

    6. Segenap staf tata usaha Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

    Makassar yang telah memberikan pelayanan administrasi dan bantuan kepada

    penulis.

    7. Bapak Drs. Kamaruddin Kasim selaku Ketua Badan Pengurus Lembaga Amil

    Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar yang telah memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lazismu Kota

    Makassar.

    8. Ibu Dr Hj. Aisyah Ismail, S.H.,M.H yang telah memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

  • xi

    Pengadilan Tinggi Agama Makassar dan Ibu Dra.Hj. Ummi Salam, S.H.,M.H

    yang telah menempatkan penulis di bagian Panitera Muda Banding, serta para

    hakim, panitera, dan stafnya yang dengan senang hati telah membantu,

    membimbing serta memotivasi penulis selama melaksanakan praktek kerja

    lapangan.

    9. Bapak Drs. M. Nawir (Pimpinan Pondok Pesantren KH Ahmad Dahlan

    Muhammadiyah Bantaeng) yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

    melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP-Plus) di Ereng-Ereng dan yang telah

    membimbing penulis selama 2 bulan di lokasi KKP-Plus.

    10. Saudara tercinta (Muh. Afdal dan Nurulafdhaliyah) Terima kasih atas semua

    bantuannya. Mudah-mudahan Allah memperkenangkan semua cita dan

    mimpi-mimpi kita. Allahumma Aamiin.

    11. Segenap rekan-rekan Akademik Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

    Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya kelas HES C

    2016.

    12. Kakanda dan Saudara seperjuangan di barisan Merah, (BPH IMM FAI

    Berkhidmat/Harmoni) yang senantiasa memberi semangat dan motivasi bagi

    penulis. Terima kasih untuk susah-senang, canda-tawa dan ilmunya. Kita

    indah karena kita berbeda.

    13. Rekan-Rekan Pengurus HMJ HES 2016/2018. Terima kasih atas

    semangatnya, suka duka berhimpunan, dan kebersamaannya.

    14. Saudara seperjuanganku (Indah Lestari) yang selalu bersama dalam suka

    maupun duka. Thanks buat segala bantuan dan motivasinya selama ini,

    kebersamaan kita selama kurang lebih 8 tahun tidak akan terlupakan.

    15. Kakanda-Kakanda di Lembaga Fakultas Agama Islam yang senantiasa

    mensupport dan memberikan ilmunya kepada penulis, serta adinda-adinda

    angkatan 17-19 selamat berproses.

  • xii

    Demi kesempurnaan Proposal ini, saran dan kritik yang sifatnya

    membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan Proposal ini dapat

    bermanfaat bagi para pembaca dan atas bantuan serta bimbingan semua pihak

    semoga senantiasa mendapatkan pahala kebaikan dari Allah. Swt. Allahumma

    Aamiin.

    Makassar, 24 Juni 2020

    Penulis

    Nurfaidah

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .....................................................................................i

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH ...............................................................iv

    PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................vi

    ABSTRAK ........................................................................................................vii

    ABSTRACT ......................................................................................................viii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................ix

    DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................xv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

    A. Latar Belakang .......................................................................................1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................7

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................7

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................9

    A. Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat .......................................................9

    1. Pengertian Zakat ..............................................................................9

    2. Dasar Hukum ...................................................................................13

    3. Macam-macam Zakat ......................................................................17

    4. Pendayagunaan Dana Zakat ..............................................................17

    5. Lembaga Amil dan Zakat .................................................................22

    B. Konsep Penyaluran .................................................................................27

    1. Pengertian Penyaluran .....................................................................27

    2. Jenis-jenis Penyaluran .....................................................................28

    3. Macam-macam Penyaluran .............................................................29

    4. Bentuk Penyaluran ..........................................................................30

  • xiv

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................32

    A. Jenis Penelitian .......................................................................................32

    B. Lokasi dan Objek Penelitian ..................................................................32

    C. Definisi Operasional Variabel ................................................................32

    D. Populasi dan Sampel ..............................................................................34

    E. Instrumen Penelitian ...............................................................................35

    F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................36

    G. Teknik Analisis Data ..............................................................................38

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................39

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................39

    B. Deskripsi Hasil Responden ....................................................................50

    C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................69

    BAB V PENUTUP ............................................................................................71

    A. Kesimpulan ............................................................................................71

    B. Saran .......................................................................................................71

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................73

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Contoh Lampiran Kuesioner ...........................................................37

    Tabel 3.2 Skala Likert ......................................................................................38

    Tabel 4.1 Strategi Lazismu ...............................................................................46

    Tabel 4.2 Karakteristik Mustahiq berdasarkan Jenis Kelamin .........................58

    Tabel 4.3 Karakteristik Mustahiq berdasarkan Umur. .....................................58

    Tabel 4.4 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Pertama ........................60

    Tabel 4.5 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kedua ...........................60

    Tabel 4.6 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Ketiga ...........................61

    Tabel 4.7 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keempat .......................62

    Tabel 4.8 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kelima ..........................62

    Tabel 4.9 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keenam ........................63

    Tabel 4.10 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Ketujuh .........................64

    Tabel 4.11 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kedelapan ....................64

    Tabel 4.12 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kesembilan ..................65

    Tabel 4.13 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kesepuluh ....................66

    Tabel 4.14 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kesebelas .....................66

    Tabel 4.15 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keduabelas ...................67

    Tabel 4.16 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Ketigabelas ...................68

    Tabel 4.17 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Keempatbelas ...............68

    Tabel 4.18 Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Kelimabelas .................69

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lazismu Kota Makakassar ..............................50

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Islam adalah agama yang sempurna diturunkan oleh Allah STW dimuka bumi

    untuk menjadi rahmatan lil‟alamin. Islam menjadi satu-satunya agama yang

    memberikan pandangan hidup yang lugas dan dinamis yang mampu menjawab

    tantangan zaman tanpa lekang oleh waktu. Islam yang diperuntukan bagi seluruh

    umat manusia, kehadiranya merupakan rahmat (kasih sayang) Allah kepada alam

    semesta, kalimat rahmtan lil‟alamin secara umum ajaran yang dibawa oleh Nabi

    Muhammad SAW (Islam) mempunyai dasar-dasar sebagai pedomgan hidup yang

    menyeluruh meliputi bidang-bidang aqidah, bagaimana seharusnya manusia

    bersikap yang baik dan menjauhi sikap hidup yang buruk dan yang selanjutnya

    adalah mu‟amalat atau kemasyarakatan baik dalam lingkungan, keluarga,

    bertetangga, berekonomi, bergaul antar bangsa, dan sebagainya. Demikianlah

    agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang

    universal, menjadi pedoman bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan di

    dunia dan akhirat1. Islam dibangun oleh lima pilar utama salah satunya adalah zakat.

    Pemanfaatan harta atau rezeki diberikan Allah SWT, ajaran Islam memberi

    wadah yang jelas, diantaranya adalah melalui zakat. Zakat sebagai sarana

    1 Farid Wadjdy dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat ( Filantropi Islam yang

    Hampir Terlupakan ) Yokyakarta:2007, hlm.4-6

  • 2

    pendistribusian pendapatan dan pemerataan rezeki. Zakat adalah salah satu rukun

    Islam dan kewajiban umat Islam dalam rangka pelaksanaan dua kalimat syahadat.2

    Sebagaimana diketahui dalam Islam, zakat dan berbagai bentuk ibadah sedekah

    lainnya memiliki posisi yang sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan

    pembelanjaan masyarakat muslim, disamping itu juga sebagai sumber daya untuk

    mengatasi berbagai macam permasalahan yang diakibatkan dari interaksi manusia.

    Zakat berposisi fardu‟ain (kewajiban pribadi atau individu) bagi rakyat yang

    beragama Islam. Islam menganjurkan umatnya untuk hidup wajar, baik sandang

    pangan maupun tempat tinggal (rumah) pendidikan dan agamanya. Islam dibangun

    oleh lima pilar utama salah satunya adalah zakat.

    Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Shalat yang disebut

    tiang agama sering sekali disandingkan dengan perintah menunaikan zakat di dalam

    al-Qur‟an. Dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Hal ini

    didasarkan pada masuknya zakat sebagai salah satu rukun Islam yang diharuskan

    bahkan wajib hukumnya untuk ditunaikan dengan kesadaran personal yang kolektif

    di dalam ajaran Islam.3 Zakat bukan kewajiban yang hanya mengandung nilai

    teologis atau kewajiban saja, tetapi ada unsur hubungan manusia atau

    hablumminannas yang mengandung nilai sosial yang sangat berarti. Zakat

    merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari bakhil dan cinta harta

    2 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum kewarisan, Hukum Acara Peradilan

    Agama dan Zakat, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, hlm. 130 3 Sa‟ad Marton, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, Zikrul Hakim, Jakarta :

    2004, hlm. 105

  • 3

    serta merupakan suatu instrumen sosial yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

    dasar fakir miskin.

    Optimalisasi merupakan sebuah proses kegiatan atau program yang sudah

    berjalan tetapi perlu di maksimalkan kembali untuk kegiatan yang lebuh baik sesuai

    tujuan dan target. Dalam hal ini yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan

    potensi zakat, maka harus diadakannya sosialisasi dan edukasi mengenai zakat,

    perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan lembaga zakat untuk membangun

    sistem yang mengatur tentang zakat nasional. Dengan adanya sosialisasi dan

    edukasi diharapkan masyarakat sadar akan kewajiban membayar zakat dan

    memberikan melalui lembaga-lembaga zakat, supaya potensi tersebut dapat

    dimanfaatkan dengan baik.

    Dana zakat yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah,

    profesional dan integral dengan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah dan

    masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi dalam mayarakat dan

    menyehatkan tatanan sosial hingga makin berkurangnya kesenjangan antara

    kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang

    mampu.4

    Penyaluran dana zakat ini harus ditangani oleh lembaga yang mampu

    melakukan pembinaan, pendampingan dan monitoring kepada para mustahik yang

    sedang melakukan kegiatan usaha agar dapat berjalan dengan baik. Pemberdayaan

    4 Umroatun Khasanah, Manajemen Zakat Modern : Instrumen Pemberdayaan Ekonomi umat,

    Malang UIN maliki press, 2010, hlm.198

  • 4

    ekonomi dengan semacam ini diharapkan dapat merubah pola pikir mustahik

    menjadi seorang muzakki.

    Pengeloaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual dari

    para muzzaki diserahkan kepada mustahik, tetapi dilaksanakan oleh sebuah lembaga

    yang khusus manangani zakat, yang memenuhi persyaratan tertentu yang disebut

    Amil zakat. Kemudian Amil zakat inilah yang bertugas untuk mensosialisasikann

    kepada masyarakat, melakukan penghimpunan dan penyaluran zakat dengan tepat

    dan benar.5

    Diitetapkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

    Zakat, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, merupakan

    momentum bagi ummat Islam untuk mengoptimalkan dan pendayagunaan zakat

    untuk kesejahteraan umat.6 Bagi Muhammadiyah sebenarnya pengelolaan zakat

    telah dilakukan sejak berdirinya persyerikatan ini, terutama di lingkungan sendiri.

    Namun belum memperlihatkan daya guna yang signifikan dalam meningkatkan

    kesejahteraan umat, karena selain dikelola secara amatiran dan parsial oleh Cabang

    atau Ranting, juga jumlah zakat yang berhasil dikumpulkan relative kecil.

    Oleh karena itu muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islam terbesar,

    sudah seharusnya „ Menjemput bola „ dengan memanfaatkan momentum ini, bahkan

    sudah seharusnya tampil di depan menjadi pelopor gerakan pengumpulan dan

    pendayagunaan zakat.

    5SkripsiFakhriah,"http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32985/1/DINI%

    20FAKHRIAH%201112046300014.pdf", ( diakses pada tanggal 29 November 2019 pukul 23.21 ). 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

  • 5

    Masalah ekonomi akan menjadi bagian dari pada kehidupan manusia yang

    akan tetap menjadi wacana pokok sehari-hari. Maka kemiskinan dalam segala

    dimensinya merupakan permasalahan yang harus diatasi melalu program

    pemerintah dan partisipasi semua elemen masyarakat. Salah satu yang menunjang

    kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang kehidupan di akhirat adalah adanya

    kesejahteraan sosial-ekonomi . Ini merupakan seperangkat alternative untuk

    mensejahterakan umat Islam dalam kemiskinan, maka untuk itu perlu adanya

    lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya menanggulangi masalah sosial

    tersebut. Dengan demikian sudah jelas bahwa peran lembaga-lembaga amil zakat

    sangatlah penting.

    Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Makassar mencoba tampil

    memenuhi tuntutan tersebut, dengan membentuk LAZ pada priode 2000–2005, yang

    kemudian direvitalisasi dengan pembentukan TIM Pengelola Zakat, Infaq dan

    Shadaqah (ZIS) yang bernaung di bawah majelis Waqaf dan ZIS Pimpinan Daerah

    Muhammadiyah Kota Makassar. Kemudian berkembang menjadi satu lembaga yang

    berdiri sendiri dengan nama Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah

    Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar.7

    Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadakah, selanjutnya disebut sebagai

    Lembaga, adalah unsur pembantu Pimpinan Muhammadiyah yang diserahi tugas

    sebagai pelaksana program dan kegiatan pendukung yang bersifat khusus dalam

    7 Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Kota Makassar, Pedoman Pengelolaan ZIS Lazismu

    Makassar, (Makassar : Syakir Media Press 2017 ), hlm. 2-3.

  • 6

    bidang zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan kebijakan Pemerintah

    Muhammadiyah masing-masing tingkat. Pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, dan

    dana sosial keagamaan lainnya adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

    pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

    infaq, shadakah dan dana sosial lainnya. Zakat, Infaq, Shadaqah dan Daana Sosial

    lainnya selanjutnnya disebut ZISKA.8

    Upaya Mengoptimalkan penyaluran zakat menjadi tepat guna dan tepat

    sasaran. Salah Satu lembaga pengelola zakat di Indonesia khusunya Kota Makassar

    yang mempunyai strategi yang baik dalam penyaluran dana zakat adalah Lembaga

    amil Zakat Muhammadiyah Kota Makassar (LAZISMU). Lazismu adalah lembaga

    zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui

    pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan

    lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.

    Penyaluran dana zakat pada LAZISMU Kota Makassar selalu bersifat

    produktif dan konsumtif sesuai dengan kebutuhan mustahik. Zakat dapat tersalurkan

    secara efektif dengan indikator adanya sasaran dan penggunaan yang tepat oleh

    mustahik. Penyaluran zakat yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah

    (LAZISMU) Kota Makassar, Memiliki cara tersendiri dalam pengumpulan dan

    penyaluran dana zakat. Dalam penyaluran dana zakat, Lembaga Amil Zakat

    Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Makassar memiliki beberapa program salah

    satunya adalah Program Peduli Guru (Skolah Muhammadiyah) dan Guru Mengaji,

    8 Buku Pedoman dan Panduan Lazismu

  • 7

    Kado Ramadhan, Bantuan ke Fakir Miskin, Kaum Duafa, Beasiswa, Bantuan

    Kesehatan (Berobat) dan bantuan-bantuan lain pada umumnya (Kegiataan Ortom)

    Seperti Donasi Bencana, Pinjaman Modal Usaha (Sifatnya Pinjaman Dana

    Bergulir), Kurban Pak Kumis dan masih banyak lagi beberapa program- program

    lainnya. Melalui berbagai macam program ini dapat membantu mustahik untuk

    meningkatkan taraf hidup mustahiq menjadi lebih baik dan diharapkan mampu

    menjadi muzakki.

    Dari uraian diatas, jelas bahwa Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah

    (LAZISMU) Kota Makassar merupakan lembaga yang memiliki berbagai strategi

    dalam mengoptimalisasian penyaluran dana zakatnya melalui berbagai macam

    program, Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Optimalisasi Penyaluran

    Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) Kota

    Makassar“

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana penyaluran dana zakat di Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah

    (Lazismu) Kota Makassar ?

    2. Bagaiamana optimalisasi penyaluran dana zakat di Lembaga Amil Zakat

    Muhammadiyah (Lazismu) kota Makassar ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dalam study

    penelitian ini dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut :

  • 8

    1. Untuk Mengetahui Bagaimana penyaluran dana zakat di Lembaga Amil

    Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota Makassar.

    2. Untuk Mengetahui optimalisasi penyaluran dana zakat di Lembaga Amil

    Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Kota Makassar.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Sebagai bahan referensi dalam menambah wawasan keilmuan

    mengenai zakat.

    b. Dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan

    tentang kajian fiqhi muamalat terutama fiqhi zakat.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan dan

    tambahan wawasan mengenai penyaluran zakat di Lazismu Kota

    Makassar.

    b. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakaan sebagai

    bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    c. Bagi pembaca, diharapkan mampu memberikan referensi bagi

    pembaca dan berguna untuk penelitian serupa dimasa yang akan

    datang.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat

    1. Pengertian Zakat

    Kata zakat berasal dari kata zaka yang merupakan Isim Mashdar, yang secara

    etimologis mempunyai beberapa arti, yaitu suci, tumbuh, berkah, terpuji, dan

    berkembang.9 Sedangkan secara terminologis zakat adalah sejumlah harta tertentu

    yang di wajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.10

    Menurut

    Undang- Undang No. 38 Tahun 1998 tentang pengelolaan zakat, pengertian zakat

    adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki

    oleh orang muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak

    menerimanya.11

    Zakat adalah salah satu rukun Islam, tiang Agama yang menjadi dasar

    tegaknya Agama dalam diri manusia. Zakat juga merupakan ibadah seperti sholat,

    puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-qur‟an dan sunnah.

    Orang yang mengeluarkan zakat disebut muzakki dan orang yang berhak menerima

    zakat disebut mustahik.12

    9 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir : Kamus Arab Indonesia, ( Yokyakarta : Pondok

    Pesantren Al-Munawir, 1984), hlm. 615. 10

    Yusuf Qardawi, Hukum zakat, Penerjemah Dr. Salman Harun et al., ( Jakarta : Litera

    Antar Nusa, Cet. 10, 2007 ), hlm. 34. 11

    Lihat Pasal 1 Ayat (3) Kompilasi Hukum ekonomi Syariah. 12

    Kementerian Agama Republik Indonesia, Tanya Jawab Zakat,(Jakarta:Direktorat jenderal

    Bimbingan Masyarakat Islam,,2012), hlm.5

  • 10

    Secara bahasa, zakat berarti al-barakah (keberkahan), al-nama‟ (kesuburan),

    thaharah (kesucian), dan berarti juga tazkiyah (mensucikan).13

    Sedangkan

    penjelasan makna secara harfiah tersebut mengerucut pada pengertian zakat sebagai

    proses pembersihan diri yang didapatkan setelah pelaksanaan kewajiban membayar

    zakat.14

    Zakat dengan arti al-barakah punya pengertian bahwa harta yang dizakatkan

    diharapkan akan membawa berkah terutama bagi dirinya sendiri. Zakat dengan arti

    al-nama‟ punya pengertian bahwa harta yang wajib dizakatkan adalah harta yang

    dimaksudkan untuk dikembangkan atau yang mempunyai potensi berkembang.

    Zakat dengan arti al-thaharah dimaksudkan agar harta yang telah dizakatkan,

    menjadikan sisa hartanya yang lain suci dari hak milik orang lain. Sedang zakat

    dengan arti al-tazkiyah dimaksudkan agar orang yang membayar zakat mendapatkan

    ketenangan batin karena telah tersucikan jiwanya dari sifat kekikiran dan hasil usaha

    yang mungkin terslip hak orang lain.15

    Adapun pengertian zakat menurut istilah fikih adalah sejumlah harta tertentu

    yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada golongan yang berhak

    menerimanya, yang dimaksud dengan definisi tertentu di atas yakni bahwa harta

    13

    Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Zakat, Semarang : PT.Pustaka Rizki

    Putra, Cet.ke-10, 2006, hlm. 3 14

    Fazlur Rahman, Economic Doktrines of Islam. Terj Suroyo Nastangin “Doktrin Ekonomi

    Islam”, Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1996, hlm. 235 15

    Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah, Yogyakarta : LPPI UMY, 2010, hlm.193.

  • 11

    yang diwajibkan Allah untuk dizakatkan itu sudah tertentu jenisnya, tertentu

    jumlahnya dan tertentu batas waktunya.16

    Zakat termasuk dalam ibadah maliyah ijtima‟iyah, artinya ibadah di bidang

    harta yang memiliki kedudukan yang sangat penting strategis dan menentukan, baik

    dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat

    dalam membangun masyarakat. Jika zakat dikelolah dengan baik, pengambilan

    maupun pendistribusiannya, pasti akan dapat mengangkat kesejahteraan

    masyarakat.17

    Menurut Ahmad Rofiq (ahli fikih), zakat adalah ibadah dan kewajiban sosial

    bagi para aghniya‟ (hartawan) setelah kekayaannya memenuhi batas minimal

    (nishab) dan rentang waktu setahun (haul). Tujuannya untuk mewujudkan

    pemerataan keadilan dalam ekonomi. Menurut Umar bin Al-Khattab, zakat

    disyariatkan untuk merubah mereka yang semula mustahk (penerima) zakat menjadi

    muzakki (pemberi/pembayar zakat).18

    Zakat menurut Ibnu Taimiyah dapat membersihkan jiwa orang yang

    berzakat. “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan

    bersih pula. Bersih dan bertambah maknanya.

    16

    Ibid . 194 17

    Kama, Anis Zakaria, dkk.Paduan Syar‟i : Zakat pendapatan dan jasa bagi ASN (PNS), TNI,

    POLRI, KARYAWAN, PENGUSAHA, DAN PROFESIONAL DI KOTA MAKASSAR, (Makassar:

    BAZNAS Kota Makassar, 2017),hlm.1 18

    Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual : dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta : Pustaka

    Pelajar, 2004, hlm. 259

  • 12

    Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Zakat adalah harta yang wajib

    disisihkan oleh seorang Muslim atau lembaga yang dimilii oleh Muslim untuk

    diberikan kepada yang berhak menerimanya.19

    “Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

    Zakat pada Bab I Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa pengertian zakat adalah

    harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk

    diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.” 20

    Bila kita melihat secara lahiriah, maka harta akan berkurang, kalau

    dikeluarkan zakatnya. Dalam pandangan Allah, tidak demikian, karena membawa

    berkat, atau pahalanya yang bertambah. Kadang-kadang kehendak Allah, bertolak

    belakang dengan kemauan manusia yang dangkal, dan tidak memahami kehendak

    Allah. Sekiranya kita menyadari, maka harta yang kita miliki sebenarnya

    merupakan titipan dan amanah dari Allah dan penggunaannya pun harus sesuai

    dengan ketentuan dari Allah.

    Zakat adalah solusi permasalahan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Zakat

    dalam konteks kenegaraan adalah bagian dari pemasukan Negara. Seharusnya zakat

    dapat membantu persoalan pengangguran yang terjadi di Indonesia.21

    Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa menunaikan zakat termasuk amal ibadah

    sosial dalam rangka membantu orang-orang miskin dan golongan ekonomi lemah

    untuk menjunjung ekonomi mereka sehingga mampu berdiri sendiri dimasa

    19

    Pasal 675 ayat (1) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. 20

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat 21

    Todaro. Michael. Ekonomi untuk negara Berkembang.Jakarta:Bumi Aksara. 1995

  • 13

    mendatang dan tabah dalam mempertahankan kewajiban-kewajibannya kepada

    Allah.22

    Selain zakat ada beberapa istilah lain, yaitu infak dan sedekah (shadaqah)

    .yang dimaksud dengan infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau

    badan usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum,23

    sedangkan yang dimaksud

    sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan

    usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.24

    Ada kesamaan arti dalam kata zakat, infak, dan sedekah sebagai satu bendtuk

    pengeluaran sesuatu yang menjadi milik seseorang kepada kepada orang lain secara

    ikhlas, yang bertujuan mengharap pahala dan keridhaan Allah SWT. Perbedaannya,

    zakat merupakan bentuk pemberian dari seseorang yang diwajibkan (imperative),

    maka zakat disebut juga sedekah wajib atau infaq wajib. Dalam pengertian bahwa

    pengaturan zakat telah ditentukan jenis, jumlah yang wajib dizakati, serta waktu

    pelaksanaan zakat tersebut. Zakat dibedakan menjadi dua, yaitu zakat mal dan

    zakat fitrah. Adapun dalam pengertian infaq dan sedekah tidak bersifat wajib, hanya

    merupakan anjuran. Anjuran pelaksaan infaq dan sedekah lebih bersifat luas dan

    umum tidak ditentukan jenis, jumlah dan waktu pelaksanaannya.25

    2. Dasar Hukum

    a. Al-Qur‟an

    22

    Yusuf Qardhawi, Musykillah al-Faqr Wakaifa Aalajaha Al Islam, Beirut : 1966, hlm. 127 23

    Lihat Pasal 1 ayat (3) UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 24

    Ibid . (ayat 4) 25

    Suparman Usman, Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studyi Hukum dalam Tata

    Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet. 2, 2002), hlm. 159.

  • 14

    Mengeluarkan zakat hukumnya adalah wajib sebagai salah satu rukun

    Islam. Perintah menunaikan zakat dijelaskan dalam firman Allah SWT Qs. At-

    Taubah (9) : 103.

    ٌَّ َصََلتََك ْى إِ ِٓ ٍْ َصّمِ َعهَ َٔ ا َٓ ْى بِ ِٓ ٍ تَُزّكِ َٔ ُْْى ُز ِّٓ ْى َصذَقَتً تَُط ِٓ اِن َٕ ٍْ أَْي ُخذْ ِي

    ٌٍع َعِهٍى ًِ ُ َس َّللاَّ َٔ ُٓى ٌٍ نَ َسَك

    Terjemahan :

    Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

    membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.

    Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan

    Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.26

    Firman Allah SWT dalam Qs. At-Taubah (9) : 60

    ُت ِنْهفُقَزَ ذَقََٰ ا ٱنصَّ ًَ فِى إََِّ َٔ ْى ُٓ َؤنَّفَِت قُهُٕبُ ًُ ٱْن َٔ ا َٓ ٍْ ٍَ َعهَ ِهٍ ًِ ٱْنعََٰ َٔ ٍِ ِكٍ َسَٰ ًَ ٱْن َٔ آِء

    ُ ٱَّللَّ َٔ ۗ ِ ٍَ ٱَّللَّ ٍِ ٱنسَّبٍِِم ۖ فَِزٌَضتً ّيِ ٱْب َٔ ِ فِى َسبٍِِم ٱَّللَّ َٔ ٍَ ِزِيٍٱْنغََٰ َٔ قَاِب ٱنّزِ

    َعِهٌٍى َحِكٍىٌ

    Terjemahan :

    Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

    orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,

    untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah

    dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan

    yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.27

    Menurut tafsir Quraish Shihab terkait ayat di atas menjelaskan bahwa zakat

    yang diwajibkan itu hanya akan diberikan kepada orang yang tidak mendapatkan

    sesuatu yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, orang sakit yang tidak dapat

    bekerja dan tidak memiliki harta, orang yang bertugas mengumpulkan dan

    26

    Departement Agama, Al-Qur‟an dan terjemahan 27

    Ibid.

  • 15

    mendistribusikan zakat. Muallaf karena diharapkan keIslamannya dan manfaatnya

    untuk membantu dan membela agama Allah. Orang yang berdakwah kepada Islam.

    Selain itu, zakat juga digunakan untuk membebaskan budak dan tawanan, melunasi

    utang orang-orang yang berutang dan tidak mampu membayar kalau utang itu bukan

    karena perbuatan dosa, aniaya atau kebodohan. Zakat juga digunakan untuk

    memasok perbekalan para mujahidin yang berjihad di jalan Allah serta berbagai

    jalan kebaikan dan ketaatan yang berhubungan dengan jihad. Membantu para

    musafir yang terputus dari kemungkinan melanjutkan perjalanan dan terasingkan

    dari keluarganya. Allah menyariatkan itu semua sebagai kewajiban dari-Nya demi

    kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui maslahat makhluk-Nya

    dan Mahabijaksana atas apa yang disyariatkan.28

    b. Hadits

    Selain di dalam Al-Qur‟an, zakat juga banyak dibahas di beberapa hadist,

    salah satunya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dalam kitab Shahih

    Bukhari yaitu perintah menunaikan zakat disebutkan dalam hadits dari Abu

    Abdirrahman Abdullah bin umar bin khattab radhiyallahu „anhuma, Rasulullah

    SAW bersabda :

    ا ًَ ُٓ ُْ ًَ هللاُ َع اِب َرِضٍِ اْنَخطَّ َز ْب ًَ ٍِ ُع ٍِ َعْبِذ هللاِ ْب ًَ ْح ٍْ أَبًِ َعْبِذ انزَّ َع

    ٍس : ًْ ًَ اإِْلْسَلَُو َعهَى َخ ُل : بُُِ ْٕ َل هللاِ صهى هللا ٔسهى ٌَقُ ْٕ ْعُت َرُس ًِ قَاَل: َس

    ٌْ ادَةُ أَ َٓ َكاةِ َش ٌْتَاُء انزَّ إِ َٔ َلَةِ إِقَاُو انصَّ َٔ ُل هللاِ ْٕ ذاً َرُس ًَّ ٌَّ ُيَح أَ َٔ الَ إِنََّ إِالَّ هللاُ

    . ]رٔاِ انتزيذي ٔيسهى [ ٌَ ُو َرَيَضا ْٕ َص َٔ ٍِْت َحجُّ اْنبَ َٔ

    28

    M. Quraisy Syihāb, Tafsīr al-Mishbāh, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm.141

  • 16

    Artinya :

    “Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khattab r.a dia berkata :

    saya mendengar Rasulullah SAW., bersabda : “Islam dibangun di atas lima

    perkara : Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan

    bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,

    melaksanakan haji ke Baitullah (bagi yang mampu), dan puasa Ramadhan.” (HR.

    Tirmidzi dan Muslim)29

    Dari beberapa uraian dalil di atas dapat disimpulkan bahwa setiap harta yang

    kita miliki terdapat hak orang lain yang wajib untuk diberikan berupa zakat. Dalam

    hal ini zakat dapat berfungsi membersihkan harta yang kita miliki serta menjauhkan

    kita dari sifat kikir.

    c. Peraturan Perundang-Undangan

    1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat.

    2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang

    Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

    Zakat.

    3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014

    tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta

    Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.

    29

    Shahibul Bukhari, Kitabul Iman, Bab Al Iman Wa Qaulin Nabiyyi Shallallahu „alaihi wa

    sallam,” Buniyal Islamu „ala khamsin”, No. 8

  • 17

    4) Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Zakat

    Penghasilan.30

    Dasar hukum zakat telah dijelaskan bahwa wajib hukumnya bagi yang telah

    memenuhi syarat, wajib zakat itu bagi semua orang muslim yang mempunyai harta

    cukup atau lebih dan dosa bagi orang yang menunda atau meninggalkan zakat,

    karena zakat merupakan rukun terpenting dalam rukun Islam setelah shalat.

    3. Macam-macam Zakat

    Zakat secara umum terdiri dari dua macam yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat

    maal (harta benda).

    1. Zakat fitrah adalah zakat untuk menyucikan jiwa. Zakat fitrah wajib

    dikeluarkan satu kali dalam setahun oleh setiap muslim. Jumlah zakat yang

    harus dikeluarkan sebanyak 2,5 kg perjiwa, yang didistribusikan pada

    tanggal 1 syawal setelah shalat shubuh sebelum shalat idhul fitri.

    2. Zakat maal adalah zakat untuk menyucikan harta. Zakat maal wajib

    dikeluarkan, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat.

    Jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu berupa hasil peternakan,

    hasil pertanian, hasil dagangan, barang tambang atau hasil laut, hasil

    pendapatan usaha (profesi), investasi pabrik, emas dan perak.31

    30Kama, Anis Zakaria, dkk.Panduan Syar‟i :Zakat pendapatan dan jasa bagi ASN (PNS), TNI,

    Polri, Karyawan, Pengusaha, dan Profesionaldi Kota Makassar, (Makassar: BAZNAS Kota

    Makassar, 2017),hlm.11-12. 31

    Umiarso dan hevina, Zakat Untuk Ke Berkahan Umat dan Zaman, (Jakarta: Lentera Ilmu

    Cendekia 2015), hlm. 24-26.

  • 18

    4. Pendayagunaan Dana Zakat

    Zakat mempunyai 2 dimensi yaitu dimensi ibadah (ritual) dan dimensi social

    (ibadah social). Dana zakat dapat didayagunakan untuk memperkecil jurang

    pemisah antara si kaya dan si miskin, menumbuh kembangkan solidaritas sosial,

    menghilangkan sikap materialism dan individualisme egoisme. Zakat juga dapat

    didayagunakan untuk kepentingan public seperti sarana ibadah, jalan trasportasi,

    pindidikan, kesehatan pembangunan rumah sakit dan lain-lainnya sepanjang tidak

    melanggar ketentuan syariat Islam dalam QS. At-Taubah: 60. Berdasarkan ayat

    tersebut 8 golongan, dapat dikategorikan kepada 3 bagian :32

    a. Menyangkut sosial welfare (kesejahteraan social) yang bertujuan

    memperbaiki kondisi si lemah dengan mengatur distribusi penghasilan dan

    kekayaan.

    b. Menunjang kegiatan sosial keagamaan (fii Sabilillah).

    c. Menyangkut pelayanan administrative (Wal Amiliin).

    Delapan (8) golongan yang berhak menerima zakat berdasarkan QS. At-

    Taubah: 60 adalah :

    1) Fakir dan Miskin (Orang –orang Fakir dan Miskin)

    Fakir Yaitu orang-orang yang tidak memiliki harta atau pekerjaan sama

    sekali, atau memiliki harta/pekerjaan yang tidak dapat menutupi setengah dari

    kebutuhannya.

    32

    Mardani, Pendayagunaan Zakat, Jakarta: FE USAKI, Majalah Ekonomi Syaria, Vol. 6 No.

    3 , 2007/1428 H, hlm. 54.

  • 19

    Miskin yaitu orang yang memiliki harta/pekerjaan yang hanya dapat

    menutupi diatas setengah dari kebutuhannya. Adapun yang dimaksud

    kebutuhanyang tersebut di atas adalah kebutuhan primer yang sederhana.

    Sehingga apabila harta/pekerjaan tidak dapat menutupi di atas setengah dari

    kebutuhan primernya yang sederhana, maka ia tergolong qafir. Dan apabila

    dapat menutupi di atas setengah kebutuhan primernnya yang sederhana ia

    tergolong miskin.

    Pada Umumnya para ulama membedakan anggota fakir dan miskin tetapi

    dalam penggunaanya,telah dianggap sebagai satu kata yang menunjukan kepada

    orang yng tidak memiliki harta senisab dan tidak mampu secara ekonomi untuk

    memenuhi kebutuhan pokok kesehariannya atau mereka yang kebutuhannya

    tidak mencukupi.

    Dengan demikian Pendistribusian dana zakat untuk sector fakir dan miskin

    mencakup :

    a) Pembagunan sarana dam prasarana pertanian.

    b) Pembangunan sector industri.

    c) Penyelenggaraan sarana-sarana pendidikan.

    d) Pembangunan pemukiman.

    e) Jaminan hidup bagi orang jompo dan anak yatim.

    f) Pengadaan sarana kesehatan.

    g) Pemberian qard al-hasan (dana kebajikan).

  • 20

    2) Amiliin (Pengurus –pengurus zakat)

    Rasyid Ridha menjelaskan yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka

    yang ditugaskan oleh Imam atau Pemerintah atau yang mewakilinya untuk

    melaksanakan pengumpulan zakat yang dinamai al-jubat, serta menyimpan atau

    memelihara yang disebut al-Khazanah, termasuk pula para pengembala,

    petugas administrasi.33

    Amil adalah mereka yang bekerja untuk pengelolaan

    zakat, menghimpun, mencari para mustahik zakat dan membagikan zakat.34

    3) Mu‟allafah Qulabuhum (Orang yang masuk Islam)

    Mu‟allaf Qulubuhum adalah suatu kaum pada awal masa Islam yang masih

    lemah imamnya kemudian hatinnya dibujuk agar lebih lebih mantap dalam

    agama Islam.

    Untuk itu sasaran dana mu‟allaf dalam konteks kemasyarakatan kita

    sekarang dapat pula diwujudkan dalam bentuk

    a) Usaha penyadaran kembali orang yang terpelosok dalam tindak sosial

    dan kejahatan.

    b) Biaya rehabilitas mental korban penyalahgunaan obat psikotrotika.

    c) Pembinaan masyarakat dan suku traising dan sebagainnya.

    4) Ar- Riqab (Budak)

    Pada hakikatnya kata riqab menunjukkan pada sekelompok orang yang

    bertindas dan dieksploitasi oleh manusia lain. Dengan dimikian dana zakat

    33

    Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Mesir : al-Manar, Jilid 10, 1368 H), hlm.

    513. 34

    Dr. Mardani, Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung : PT Refika Aditama, 2011), hlm. 54.

  • 21

    untuk sector ini dapat digunakan untuk menyelamatkan manusia dalam

    kezhaliman manusia lainnya, seperti pendapat Hanabilah, Malikiyah, Ibadiyah,

    dan Imamiyah yang membolehkan penggunaan dana zakat untuk menembus

    para tawaran perang.

    5) Gharimin (Orang-orang yang berutang)

    Menurut bahasa garim adalah mereka yang tertindih utang dan tak sanggup

    membayar. Penggunaan dana zakat untuk sector ini di samping untuk

    membayar utang orang tertindih utang dan terkenah musibah .35

    6) Fi Sabilillah (Orang yang berjuang dijalan Allah)

    Meskipun yang dimaksud dengan fi sabilillah dalam ayat adalah keperluan

    perang, tetapi para fuqaha dan muhaditsin mengartikan bahwa kata ini

    mencakup seluruh kemaslahatan umum dalam rangka menegakkan agama.

    Mahmud Syaltut mengartikan bahwa sabilillah adalah semua bentuk

    kemaslahatan umum yang tidak dimiliki dan dipergunakan secara perorangan.36

    7) Ibnu Sabil ( Musafir yang kehabisan bekal )

    Para fuqaha mengartiakan ibnu sabil dengan “musafir yang kehabisan

    bekal” . Melihat kondisi masyaraat dewasa ini, maka dana zakat untuk sektor

    ini tidak hanya untuk musafir yang kehabisan bekal tetapi juga dipentukkan

    untuk para pengungsi karena alas an politik, musibah alam dan seagainya.37

    35

    . Ibid. 55. 36

    .Ibid. 55. 37

    Ibid. 56.

  • 22

    Zakat yang terkumpul dari dana masyarakat muslim melalui lembaga

    pengelola zakat dapat menjadikan zakat menjadi salah satu instrument yang secara

    khusus dapat mengatasi masalah kemiskinan dan dapat mensejahterakan masyarakat

    ekonomi lemah. Namun demikian, dalam rangka penyaluran dana zakat sebagai

    kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga

    publik yang ada di masyarakat menjadi amat sangat penting.38

    5. Lembaga Amil dan Zakat

    Dana zakat untuk Penyaluran Zakat akan lebih optimal bila dilaksanakan

    lembaga amil zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk

    pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak

    memberikan dana zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan

    pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal

    kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan

    mandiri.

    Lembaga Amil Zakat diakui oleh Undang-Undang sebagai bentuk partisipasi

    masyarakat dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan sedekah di Indonesia. Pasal 1

    poin 1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pengelolaan

    zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

    pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Berdasarkan

    ketentuan diatas ada tiga peran yang dimainkan dalam pengelolaan zakat, yaitu

    38

    Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh untuk Memerangi Kemiskinan ( Jakarta : Nuansa

    Madani, 2004 ), hlm. 93.

  • 23

    operator, pengawasan dan regulator. Peran yang dimainkan LAZ hanya sebagian

    kecil, yaitu sebagai operator. Sedangkan peran-peran yang lain menjadi kewenangan

    pemerintah. Peran ini diatur dalam Pasal 8 yang menyatakan badan amil zakat

    sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan lembaga amil zakat sebagaimana di

    maksud pada Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan

    dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

    LAZ dengan BAZ memiliki peran dan kedudukan yang sama, yaitu membantu

    pemerintah mengelola zakat. Keduanya berdiri sendiri dalam melakukan asset zakat.

    Keberadaan LAZ maupun BAZ harus mampu mewujudkan tujuan besar yang

    dilaksanakannya pengelolaan zakat, seperti meningkatkan fungsi pranata

    keagamaan untuk kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan

    hasil guna dan daya guna zakat.39

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang baru,

    membawa perubahan terhadap peran LAZ dalam menjalankan fungsi pengelolaan

    zakat. Pasal 17 yang menyatakan bahwa untuk membantu BAZNAS dalam

    pelaksanaan pengumpulan dan pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

    masyarakat dapat membentuk LAZ.

    Jika dalam Undang-Undang yang lama posisi keduannya dipandang sejajar

    dan seimbang dalam menjalankan fungsi pengelolaan zakat, dalam Undang-Undang

    yang baru ini peran LAZ menjadi dikerdilkan dan diposisikan sebagai subordinat

    39

    Fakhruddin, Fiqh, hlm. 253-254

  • 24

    dari BAZ yang dibentuk oleh pemerintah. Adapun lembaga LAZ resmi yang ada di

    Indonesia yaitu :

    1) BAZNAS

    Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-

    satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

    Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,

    infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor

    23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS

    sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

    Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah

    nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden

    melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah

    bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat

    Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan

    akuntabilitas.

    BAZNAS mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan zakat pada tingkat

    provinsi. Dalam melaksanakan tugas, BAZNAS provinsi menyelenggarakan

    fungsi sebagai berikut:

    a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di

    tingkat provinsi.

    b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di

    tingkat provinsi.

  • 25

    c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di

    tingkat provinsi.

    d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengumpulan,

    pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di tingkat provinsi.

    e. pemberian rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan LAZ

    berskala nasional di provinsi.

    Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsi, BAZNAS provinsi

    wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:

    a) melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas

    pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di tingkat provinsi.

    b) melakukan koordinasi dengan kantor wilayah kementerian agama

    provinsi dan instansi terkait di tingkat provinsi dalam pelaksanaan

    pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

    c) melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan zakat, infak

    dan sedekah, serta dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan

    gubernur setiap 6 (Enam) bulan dan akhir tahun.

    d) melakukan verifikasi administratif dan faktual atas pengajuan

    rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan LAZ berskala nasional

    di provinsi.

    2) LAZISMU

    LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam

    pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq,

  • 26

    wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan

    instansi lainnya. Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama,

    fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan

    indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus

    disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah.

    Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial,

    pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara

    berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf

    yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan

    didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi

    penyelesaian persoalan yang ada.

    Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan

    manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari

    penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus berkembang.

    Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan, LAZISMU berusaha

    mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya. Dan seiring waktu,

    kepercayaan publik semakin menguat.40

    LAZISMU memiliki tugas dan fungsi: 41

    a. Perencanaan penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana

    ZISKA

    40

    https://www.lazismu.org/latar-belakang 11 (diakses pada tanggal 13 Desember 2019 Pukul

    16.00) 41

    Buku Panduan dan Pedoman Lazismu, hlm 11

    https://www.lazismu.org/latar-belakang

  • 27

    b. Pengelolaan penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana

    ZISKA

    c. Pengendalian penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana

    ZISKA

    d. Pelaporan pelaksanaan pengelolaan dana ZISKA

    B. Konsep Penyaluran

    1. Pengertian Penyaluran

    Kata Penyaluran dan pendistribusian berasal dari bahasa inggris yaitu

    distribute yang berarti pembagian, secara terminology penyaluran adalah

    (pembagian, pengiriman) kepada orang banyak atau beberapa tempat. Pengertian

    yang mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran barang keperluan sehari-hari

    (terutama dalam masa darurat) oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk

    dan sebagainnya. 42

    Menurut Philip Kotler dalam bukunnya “Management Pemasaran”

    mengatakan bahwa penyaluran adalah serangkaian organisasi yang saling

    tergantung yang terlibat dalam suatu proses untuk menjadikan suatu produk atau

    jasa yang siap untuk digunakan atau dikomsusmsi. Dalam hal ini ditribusi dapat

    diartikan sebagai kegiatan (membagikan, mengirim) keberapa orang atau keberapa

    tempat.

    42

    W.H.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahsa Indonesia, (Jakarta : Balai Pusataka, 1999),

    cet 7, hlm. 259.

  • 28

    Penyaluran diartikan sebagai proses, cara, dan perbuatan mendistribusikan.43

    Dalam penelitian ini, penyaluran dana yang dimaksud adalah proses atau cara

    pendistribusian uang/sesuatu yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat untuk

    suatu keperluan tertentu.

    2. Jenis-jenis Penyaluran

    Ada tiga jenis penyaluran yang dpat ditemukan dalam aktifitas ekonomi

    msyarakat, yaitu:

    a. Resiprositas

    Resiprositas menunjuk pada gerakan diantara kelompok-kelompok simetris

    yang saling berhubungan. Ini terjadi pada hubungan timbal balik antara individu-

    individu atau antara kelompok sering dilakukan dalam hubungan seperti ini,

    resiprositas merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada

    orang atau kelompok sering dilakukan. Dalam hubungan seperti ini, resiprositas

    merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang atau

    kelompok lain atas apa yang mereka berikan atau lakukan untuk kita, atau dalam

    tindakan yang nyata membayar atau membalas kembali kepada orang atau

    kelompok lain.

    b. Redistribusi

    Menurut sahlin definisi redistribusi adalah sebagai polingan yaitu

    perpindahan barang atau jasayang tersetralisasi, yang melibatkan proses

    43

    Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

    2007), hlm. 894

  • 29

    pengumpulan kembali dari anggota-nggota suatu kelompok melali pusat dan

    pembagian kembali kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Jadi Redistribusi

    merupakan gerakan approsiasi kearah pusat kemudianan dari pusat didistribusikan

    kembali.44

    c. Pertukaran

    Pertukaran (exchange) merupakan distribusi yang dilakukan atau terjadi

    melalu pasar. Pertukaran yang dilakukan adalah yang menunjukkan tentang

    penciptaan keuntungan dn reinvestasi keuntungan kedalam produksi serta harga

    yang ditetapkan pada prinsip keseimbangan antara permintaan dan penawaran. 45

    3. Macam-macam Penyaluran

    Ada 3 macam penyaluran yang dapat di temukan dalam aktifitas ekonomi

    masyrakat yaitu:

    a. Penyaluran barang konsumsi

    Dalam hal in barang disalurkan atau didistribusikan adalah barang yang

    dapat langsung digunakan konsumen atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

    hidupnya .

    b. Penyaluran Jasa

    Dalam hal ini penyaluran dilakukan adalah secara langsung kepada

    konsumen tampa melalui prantara karena jasa dihasilkan dan dikomsumsi pada

    saat bersamaan.

    44

    Damsar, Pengantar Sosiaologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), Cet 1,

    hlm. 104-111 45

    Ibid. 104-111

  • 30

    c. Penyaluran Kekayaan

    Menurut Ulama Hanafiah, Kekayaan adalah segala sesuatu yang dimiliki

    dan dapat diambil manfaatnya, sepertih tanah, binatang dan uang. Kekayaan

    adalah nilai asset seseorang diukur paa waktu tertentu.

    d. Penyaluran Pendapatan

    Pendapatan merupakan upaya yang memiliki pengaruh secara ekonomis.46

    Dalam Kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa maksud dengan

    management penyaluran dan ZIZ adalah Sesutu aktivitas atau kegiatan untuk

    mengatur sesuai dengan fungsi management ZIS yang di lembaga tersebut dalam

    upaya menyalurkan dana ZIS yang di dapatkan oleh donator atau muzakki sehingga

    dana ZIS bisa cepat disalurkan kepihak yang membutuhkan yaitu mustahik.

    4. Bentuk Penyaluran

    Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain :

    a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan

    kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa

    penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi

    dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak

    mungkin lagi mandiri, seperti diri pada orang tua yang sudah jompo, orang cacat.

    Sifat dan bantuan sasaat ini idealnya adalah hibah.

    b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran dana zakat yang

    disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi

    46

    Fandi Tjiptono, Strategi Bisnis Modern, (Yokyakarta, Andi, 2000), cet 1, hlm. 135.

  • 31

    kategori muzakki. Target ini adalah target yang amat besar yang tidak dengan

    mudah dalam jangka waktu yang amat singkat. Untuk itu penyaluran dana zakat

    harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalah yang ada pada

    ppenerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan tersebut sehingga dapat

    dicarikan solusi yang tepat demi tercapainnya target yang telah dicanangkan.47

    47

    Lili Bariadi Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha, (Ciputat : CED, 2005), hlm. 25.

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian

    Kuntitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan

    fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

    mengembangkan dan menggunakan model-model matematis dan teori-teori dan

    hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian

    yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang

    fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan-

    hubungan kuantitatif.

    B. Lokasi dan Objek Penelitian

    Lokasi dan objek penelitian akan dilakukan oleh peneliti adalah LAZISMU di

    Gedung Pusat Dakwah Islamiyah Muhammadiyah (PUSDIM) Makassar di

    JL.Lompobattang No.201 Pusat Makassar, Sulawesi Selatan. Alasan Peneliti

    memilih lokasi dan objek ini karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga

    amil zakat yang berada dalam naungan Muhammadiyah serta LAZISMU Kota

    Makassar ini merupakan cabang terbesar di Kota Makassar.

    C. Devinisi Operasional Variabel

    Devinisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan

    bagaimana cara mengukur suaru variabel, dengan kata lain devinisi operasional

  • 33

    adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagimana cara untuk mengukur suatu

    variabel. Berdasarkan variabel-variabel yang telah di identifikasi diatas, maka

    formulasi definisi operasional penelitian ini adalah:

    1. Zakat

    Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Hal ini didasarkan

    pada masuknya zakat sebagai salah satu rukun Islam di dalam ajaran Islam. Shalat

    yang disebut sebagai tiang agama sering sekali disandingkan dengan perintah

    menunaikan zakat di dalam al-Qur‟an. Sebagai pertanda persamaan derajat atas

    keduanya.

    Sayyid Sabid mendefinisikan zakat adalah sebutan dari suatu hak Allah

    yang dikeluarkan seseorang untuk fakir dan miskin, dinamakan zakat, karena

    dengan mengeluarkan zakat itu, didalamnya terkandung harapan untuk

    memperoleh berkah, pembersih jiwa dari sifat kikir bagi orang kaya dan

    menghilangkan rasa iri hati orang-orang miskin serta memupuknya dengan

    berbagai kebajikan.48

    2. Optimalisasi Penyaluran

    Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik dan tertinggi,

    sedangkan optimalisasi berarti suatu proses meninggikan atau meningkatkan.49

    Sedangkan penyaluran merupakan kata lain dari ditribusi, secara umum pengertian

    distribusi dalam ekonomi Islam adalah penyaluran atau pemberian harta dari

    48

    Ibrahim Anis, et al., Al-Mu‟jam al-Wasith Juz 1 (Mesir: Dar al-Ma‟arif, 1972), hlm 396 49

    Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm.628.

  • 34

    individu atau umum kepada pihak yang membutuhkan, atau dengan singkatnya

    distribusi bisa juga disebut dengan sedekah. Dalam penyaluran zakat

    sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat

    dalam mengkaji penyebab kemiskinan apabila penyaluran zakat kepada mustahik

    lebih dioptimalkan.50

    Optimalisasi zakat yang berupa bantuan modal bergulir, penyaluran zakat

    yang perlu diperbaiki dalam memaksimalkan bantuan untuk mustahik dan

    memberikan pengawasan dari LAZ terhadap mustahik yang menerima bantuan

    modal bergulir karena masih ada mustahik yang kondisi pendapatannya masih

    tetap.

    D. Populasi dan Sampel

    a. Populasi

    Populasi menurut Suharsimi Arikunto, adalah “keseluruhan objek yang

    diteliti.”51

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

    yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

    Populasi dalam penelitian ini adalah mustahik penerima zakat di Lazismu

    Kota Makassar. Berdasarkan data yang diperoleh di Lazismu Kota Makassar

    terdapat beberapa 723 mustahik penerima manfaat52

    .

    50

    Skripsi Firdaus Gladis Desita , Htpp://diglib.uinsby.ac.id/id/eprint/22500, (diakses pada

    tanggal 9 Desember 2019 pukul 09.00. 51

    Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 102 52 Dokumen Lazismu

  • 35

    b. Sampel

    Sampel adalah ”sebagian dari seluruh populasi yang diteliti”.53

    , maka dari

    itu sampel dari penelitian ini adalah para mustahiq yang menerima bantuan dana

    zakat di Lazismu Kota Makassar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

    dalam penelitian kali ini menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

    Rumus : n =

    ( )

    Keterangan :

    n = Jumlah Sampel

    N = Jumlah Populasi

    e = Tingkat Error (10 %) = 0,10

    Diketahui : n =

    ( )

    n =

    ( )

    n =

    ( )

    n = 88

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu penelitian yang dipilih dan

    digunakan untuk melakukan kegiatan pengumpulan data agar kegiatan tersebut

    terstruktural dan sistematis. Penelitian kuantitatif instrument utamanya adalah

    penelitian berdasarkan data Lapangan.

    53

    Mardalis, Metode Penelitian,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 55.

  • 36

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik penelitian data merupakan langkah yang paling strategis dalam

    penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.Data yang

    digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari instansi, lembaga atau

    sumber-sumber yang lain. Data yang dikumpul kemudian diolah dan dianalisis.

    1. Observasi

    Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang

    dilakukan. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat

    penelitian. Pada waktu melakukan observasi, analis sistem dapat ikut juga

    berpartisipasi atau hanya untuk mengamati saja orang-orang yang sedang

    melakukan suatu kegiatan tertentu yang diobservasikan.

    2. Kuesioner (Angket)

    Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

    cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

    untuk dijawabkan. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden

    ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel. Cara pengumpulan

    data ini dipilih dangan harapan bahwa peneliti mampu memperoleh informasi

    yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dan mempunyai kekuatan yang

    tinggi.54

    54

    Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik (Jakarta: PT Bumi Aksara,2002), hlm.16

  • 37

    Tabel 3.1

    Contoh Lampiran Kuesioner

    No

    Pernyataan

    SS

    S

    KS

    TS

    STS

    1

    2

    3

    4

    5

    Teknik pengumpulan data dengan menyusun daftar pertanyaan atau

    pernyataan tertulis yang diajukan kepada responden sampel yang akan diteliti.

    Jumlah pertanyaan yang ada, diambil dari masing-masing item yang diperoleh dari

    masing-masing indikator variabel, baik variabel independen maupun variabel

    dependen. Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar lebih

    efektif dan efisien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberi penjelasan

    berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Jawaban responden berupa pilihan

    alternatif yang ada yaitu:

    Tabel 3.2

    Skala Likert

    Alternatif Jawaban

    Jawaban Skor

    Sangat Setuju (SS) 5

    Setuju (S) 4

    Kurang Setuju (KS) 3

  • 38

    Tidak Setuju (TS) 2

    Sangat Tidak Setuju (STS) 1

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan

    dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan

    sumber-sumber informasi khusus dari karangan atau tulisan, wasiat, buku, undang-

    undang dan sebagainya. Dalam artian umum dokumentasi merupakan sebuah

    pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan

    penyediaan dokumen. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan

    dan penerangan pengetahuan dan bukti. Dalam hal ini termasuk kegunaan dari

    arsip perpustakaan dan kepustakaan.

    G. Teknik Analisis Data

    Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut ditafsirkan untuk

    mengetahui optimalisasi penyaluran dana zakat di Lembaga Amil Zakat

    Muhammadiyah Makassar (LAZISMU), maka digunakan analisis statistika berikut:

    Uji Distribusi Frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai individual atau

    nilai data yang sudah di kelompokkan) yang disertai dengan nilai frekuensi yang

    sesuai. Pengelompokan data ini dimaksudkan agar ciri-ciri penting data tersebut

    dapat segera terlihat. Dan daftar frekuensinini akan memberikan gambaran yang

    khas tentang bagaimana keragaman data. Karena sifat keragaman data sangat

    penting untuk diketahuai.

  • 39

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Lazismu adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam

    pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat,

    infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga,

    perusahaan dan instansi lainnya.

    Didirikan oleh PP. Muhammadiyah pada tanggal 17 Juli 2002, selanjutnya

    dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil

    Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November 2002. Dengan telah berlakunya

    Undang-undang Zakat nomor 23 tahun 2011, Peraturan Pemerintah nomor 14

    tahun 2014, dan Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia nomor 333 tahun

    2015. Lazismu sebagai lembaga amil zakat nasional telah dikukuhkan kembali

    melalui SK Mentri Agama Republik Indonesia nomor 730 tahun 2016.

    Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta

    bahwa Indonesia umat Islam yang berselimut dengan kemiskinan yang masih

    meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah.

    Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah.

    Kedua, Zakat diyakini mampu bersumbangsih besar dalam mendorong keadilan

    sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai

    negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat,

  • 40

    infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum

    dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi

    dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.

    Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan

    manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari

    penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus berkembang.

    Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan, LAZISMU

    berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya. Dan seiring

    waktu, kepercayaan publik semakin menguat. Dengan spirit kreatifitas dan inovasi,

    LAZISMU senantiasa menproduksi program-program pendayagunaan yang

    mampu menjawab tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat yang

    berkembang.

    Dalam operasional programnya, LAZISMU didukung oleh Jaringan Multi

    Lini, sebuah jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di seluruh propinsi

    (berbasis kabupaten/kota) yang menjadikan program-program pendayagunaan

    LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara cepat, terfokus

    dan tepat sasaran. Lazismu Makassar adalah salah satu jaringan Lazismu di

    Sulawesi Selatan yang beroperasi di Kota Makassar dan sekitarnya.55

    1. Visi dan Misi LAZISMU Kota Makassar

    a. Visi

    “Menjadi Lembaga Amil Zakat Terpercaya”

    55

    www.lazismumakassar.org. Diakses pada 19 Juni 2020. Pukul 15.15 WITA

    http://www.lazismumakassar.org/

  • 41

    b. Misi

    1. Optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah, profesional dan transparan.

    2. Optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif dan produktif.

    3. Optimalisasi pelayanan donatur.

    2. Perkembangan Lazismu Kota Makassar

    Di Kota Makassar Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu)

    sebagai lembaga otonom sudah ada sejak tahun 2003 , namun hanya

    beroperasi di kalangan terbatas khususnya di cabang Makassar dan cabang

    Karunrung. Setelah Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang bulan Juli

    tahun 2005, maka struktur pimpinan mengalami perkembangan diantaranya

    “Majelis Wakaf” dikembangkan menjadi “Majelis Wakaf dan ZIS”, Lazismu

    diintegrasikan ke dalam persyarikatan dengan nama “Tim Pengelola Zakat

    Muhammadiyah” yang dibentuk pada bulan September 2008. Tim ini

    melakukan kegiatan membentuk Unit Pengumpulan Zakat disingkat menjadi

    “UPZ” di cabang-cabang Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah,

    untuk melakukan pendataan Muzakki dan Mustahik, mengumpul dan

    mendistribusikan ZIS tahun 1429 H-2009 M dan menyusun Pedoman

    Pengelolaan ZIS. Perkembangan terakhir, dalam lokakarya Nasional Lembaga

    Pengelola ZIS Muhammadiyah yang berlangsung tanggal 28 Januari 2009 di

    Jakarta disepakati semua lembaga pengelola ZIS di lingkungan

    Muhammadiyah harus terintegrasi dalam satu payung hukum Lazismu dengan

    model "JEJARING". Karena itu Tim Pengelola Zakat Muhammadiyah

  • 42

    Makassar menyesuaikan diri menjadi Lazismu MAKASSAR JEJARING

    LAZISMU PUSAT JAKARTA.56

    3. Kebijakan Strategis Pendayagunaan

    a. Misi Pendayagunaan :

    Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai

    benteng atas problem kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan pada

    masyarakat melalui berbagai program yang di kembangkan

    Muhammadiyah.

    b. Kebijakan Strategis Pendayagunaan :

    1. Prioritas penerima manfaat adalah kelompok fakir, miskin, dan

    fisabilillah.

    2. Pendistribusian ZIS dilakukan secara terprogram (terencana dan

    terukur) sesuai core gerakan Muhammadiyah, yakni : pendidikan,

    ekonomi, sosial-dakwah.

    3. Melakukan sinergi dengan majelis, lembaga, ortom, dan amal-usaha

    Muhammadiyah dalam merealisasikan program.

    4. Melakukan sinergi dengan institusi dan komunitas diluar

    Muhammadiyah untuk memperluas dakwah sekaligus meningkatkan

    awareness public kepada persyarikatan.

    56

    Ibid

  • 43

    5. Meminimalisir bantuan karitas kecuali bersifat darurat seperti di

    kawasan timur Indonesia, daerah yang terpapar bencana dan upaya-

    upaya penyelmatan.

    6. Intermediasi bagi setiap usaha yang menciptakan kondisi dan factor-

    faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-

    benarnya Visi Muhammadiyah 2025.

    7. Memobilisasi pelembagaan gerakan ZIS di seluruh struktur

    Muhammadiyah dan amal usaha.

    c. Sinergi Pendayagunaan

    Berpijak pada posisi LAZISMU sebagai lembaga intermediate, maka

    dalam penyaluran dan pendayagunaan dana ziswaf bersinergi dengan

    berbagai lembaga baik di internal Muhammadiyah maupun lembaga diluar

    Muhammadiyah. Seperti program pendayagunaan bidang pertanian,

    lazismu bersinergi dengan MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) PP

    Muhammadiyah, program kemanusiaan bersinergi dengan LPB PP

    Muhammadiyah, masalah sosial bersinergi dengan MPS Muhammadiyah,

    bidang ekonomi dengan MEK Muhammadiyah dan untuk pemberdayaan

    kaum perempuan lazismu bersinergi dengan PP „Aisyiyah. Sedang sinergi

    dengan lembaga di luar Muhammadiyah, LAZISMU telah menggandeng

    berbagai lembaga dan komunitas dalam menyalurkan dan

    mendayagunakan dana ziswaf seperti lembaga IWAPI, komunitas

    WIRAMUDA, berbagai komunitas hobby dan profesi dan sebagainya.

  • 44

    Tujuan dari sinergi adalah agar pendayagunaan memberi manfaat yang

    maksimal kepada masyarakat karena dikelola oleh lembaga pengelola

    yang expert serta menjangkau lokasi sasaran program yang lebih luas.

    4. Program Strategis

    1. Optimalisasi pengumpulan ZIS

    2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM)

    3. Pengembangan Sumber Daya Insani (PSDI)

    4. Pelayanan Sosial Masyarakat (Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO)).

    5. Program Kerja

    1. Optimalisasi pengumpulan ZIS

    a. Sosialisasi melalui brosur, banner, spanduk, baliho dll

    b. Menjalin kemitraan dengan AUM dan lembaga lainnya

    c. Membuka rekening di berbagai bank syariah

    d. Membetuk TIM Jemput ZIS cepat

    e. Bekerja sama Majalah Khittah dalam pelaporan ZIS

    f. Pendataan Kartu Donator Tetap

    2. Pemberdayaan Ekonomi Du‟afa

    a. Pemberian bantuan modal usaha micro

    b. Pelatihan manajemen usaha

    c. Pendampingan

    3. Pengembangan Sumber Daya Insani (PSDI)

    a. Bantuan beasiswa cerdas

  • 45

    b. Bantuan Guru Honorer

    c. Pelatihan Quantum Teaching

    4. Pengembangan Dakwah

    a. Bantuan Sarana dan Prasarana Dakwah

    b. Pembinaan da‟i Pencerah

    c. Layanan Pengajian

    5. Pelayanan Sosial Masyarakat (Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO))

    a. Bantuan Sembako kepada fakir miskin

    b. Siaga Bencana

    c. Bantuan Pengobatan

    d. Peduli Muallaf

    6. Strategi Lazismu Kota Makassar57

    Tabel 4.1 Strategi Lazismu

    57

    Ibid

    Sistem

    Gerakan

    1. Meningkatkan pemahaman tentang zakat di kalangan

    warga Muhammadiyah dan masyarakat umum.

    2. Meningkatkan kesadaran berzakat melalui lembaga di

    kalangan warga Muhammadiyah maupun masyarakat

    umum.

    3. Penataan keselmagaan Lazismu dengan membangun

    sistem administrasi dan sistem keuangan yang berbasis

  • 46

    manajemen risiko dalam rangka meningkatkan

    transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan ZISKA

    (Zakat, Infaq, Sedekah, dan Dana Soasial Keagamaan).

    4. Memperkuat program-program Muhammadiyah di dalam

    pemberantasan kemiskinan.

    5. Merumuskan panduan dan pedoman organisasi Lazismu.

    Organisasi dan

    Kepemimpinan

    1. Menata struktur kepengurusan.

    2. Merumus fungsi, tujuan dan job deskripsi Dewan

    Pengurus, Badan Pengawas dan Dewan Syariah

    Lazismu.

    3. Membangun sistem informasi manajemen berbasis

    digital.

    4. Melakukan dan mendorong proses kaderisasi di bidang

    pengelolaan ZISKA.

    Jaringan 1. Meningkatkan kerjasama dan sinergi dengan majelis,

    lembaga dan amal usaha dalam persyarikatan

    Muhammadiyah.

    2. Mempererat kerjasama dengan lembaga-lembaga

    pemerintah dan swasta.

    3. Meningkat kerjasama dengan Amil Zakat lainnya ditingkat

    nasional.

    4. Memperluas kerjasama dengan mitra-mitra internasional

  • 47

    yang memiliki kesamaan tujuan dengan Lazismu.

    Sumber Daya 1. Melakukan pembinaan sumber daya Amil secara terpadu

    melalui kegiatan kegiatan pelatihan dan peningkatan

    keterampilan.

    2. Memiliki materi induk sistem kaderisasi dan pelatihan

    serta peningkatan keterampilan.

    3. Memperluas penggalangan sumber daya finansial di dalam

    dan di luar Muhammadiyah.

    4. Menyusun kepegawaian kepegawaian, penggajian dan

    pengembangan karir sebagai Amil di lingkungan

    persyarikatan Muhammadiyah.

    5. Meningkatkan partisipasi Lazismu dalam forum-forum

    Konferensi, workshop dan pelatihan di bidang filantropi

    Islam tingkat nasional dan internasional.

    Aksi Layanan 1. Melaksanakan kegiatan unggulan Lazismu di bidang

    pendidikan dakwah sosial dan pemberdayaan masyarakat.

    2. Merumuskan target dan capaian program-program layanan

    Lazismu yang terkait dengan pemberdayaan,

    pengembangan dan pelayanan.

    3. Meningkatkan layanan terhadap muzakki.

    4. Meningkatkan layanan terhadap mustahik.

  • 48

    7. Struktur Organisasi

    Setiap lembaga pada umumnya mempunyai struktur organisasi.

    Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai

    pelaksanaan kegiatan organisasi, dengan kata lain penyusunan struktur

    organisasi adalah langkah terencana dalam suatu lembaga untuk

    melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

    pengawasan. Struktur organisasi sering disebut dengan bagan atau skema

    organisasi dengan cara memberikan gambaran secara skematis tentang

    hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang terdapat

    dalam satu organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Demikian pula halnya

    dengan Lazismu Kota Makassar, stafnya melakukan pekerjaan sesuai dengan

    tanggungjawab dan wewenangnya masing-masing , dan satu sama lainnya

    saling berhubungan dalam usaha menciptakan tujuan lembaga yang akan

    dicapai.

    Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi Lazismu

    Kota Makassar, sebagai beriku :

  • 49

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lazismu Kota Makakassar58

    = Garis Komando

    - - - - - - - = Garis Kordinasi

    8. Susunan Pengelola Lembaga Amil, Zakat, Infaq, dan Shadaqah

    Muhammadiyah Kota Makassar Periode 2015-2020

    a. Dewan Syariah

    Ketua : Drs.H.M.Nurdin Massi, M.Pd.I

    Anggota : Dr.H.Baharuddin Ali, M.Ag

    b. Badan Pengawas

    Ketua : Drs.M.Syukri Pasangki

    Anggota : Drs.Erman Niwidaty

    c. Badan Pengurus

    Ketua : Drs.Kamaruddin Kasim

    Wakil Ketua : Drs.Aminuddin Langke, S.Ag.,M.Ag

    58

    Struktur O