Upload
doannhi
View
236
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN RENDAH
(BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN
DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Suhasti Nursaputri
NIM. 6411411185
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
April 2015
ABSTRAK
Suhasti Nursaputri
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR pada
Wanita Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014
xvi + 123 pages + 29 tables + 7 images + 12 attachments
Hipertiroid adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid
dimana kadar TSH serum <0,3µIU/ml dan FT4 >2 nano gram/dl. Diagnosa
hipertiroid pada kehamilan ditegakkan melalui tes laboratorium karena tanda dan
gejala sama dengan kehamilan pada umumnya. Hipertiroid kehamilan menjadi
penyebab abortus pada trimester pertama kehamilan, meningkatkan risiko kelahiran
prematur, IUGR, BBLR, pre-eklamsia, gagal jantung kongesif, dan IUFD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian BBLR pada wanita hipertiroid di Kabupaten Magelang tahun 2014.
Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan case control,
dilengkapi dengan kajian kualitatif. Sampel penelitian adalah ibu hamil yang
melahirkan bayi BBLR di tahun 2014 dan pernah mengikuti tes TSHs ibu hamil di
laboratorium GAKI sebanyak 41 kasus dan 41 kontrol. Teknik pengambilan sampel
secara Proportionate Stratified Random Sampling. Analisis data dilakukan secara
univariat, bivariat, multivariat, dan analisis kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR
menurut analisis bivariat adalah LILA (p=0,023; OR= 0,695; 95% CI=0,263-1,833) ,
kenaikan BB (p=0,010; OR=0,078; 95%CI=0,009-0,638), dan status anemia
(p=0,000; OR=0,126; 95% CI=0,046-0,344), sedangkan menurut analisis multivariat,
adalah status hipertiroid kehamilan, kenaikan BB dan status anemia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ibu hamil yang memiliki status
hipertiroid kehamilan, kenaikan BB berisiko (<6kg atau >12 kg) dan memiliki status
anemia (Hb<11gr%) akan memiliki probabilitas sebesar 89% untuk melahirkan bayi
dengan berat badan rendah..
Kata Kunci : hipertiroid kehamilan, BBLR, TSHs rendah
Kepustakaan : 44 (2001-2014)
iii
Public Health Department
Sport Science Faculty
Semarang State University
April 2015
ABSTRACT
Suhasti Nursaputri
The Analysis of Factors Related to Low Birth Weight (BBLR) In Women
Hyperthyroidism During Pregnancy at Magelang District 2014
xvi + 123 pages + 29 tables + 7 images + 12 attachments
Hyperthyroidism is a state of thyrotoxicosis as a result of the thyroid
productionwhen serum TSH levels <0,3μIU / ml and FT4> 2 nano grams / dl.
Diagnosis of hyperthyroidism in pregnancy enforced by laboratory tests for
signs and symptoms are the same as with pregnancy in general.
Hyperthyroidism pregnancy is the cause of abortion in the first trimester of
pregnancy, increases the risk of preterm birth, IUGR, low birth weight, pre-
eclampsia, heart failure congestif, and IUFD This study aims to determined
the risk factors of low birth weight in hyperthyroidism pregnancy at
Magelang 2014..
This type of research is analytic observational case control approach,
supplemented with a qualitative assessment. The sample were 41 pregnant
womens who had low birth weight babies and 41 normal birth weightin 2014
and never take the test in the laboratory.Sampling technique Proportionate
Stratified Random Sampling.Data analysis was performed using univariate,
bivariate, multivariate, and qualitative analysis.
Factors that are related of BBLR according to bivariate analysis are
LILA (p=0,023; OR= 0,695; 95% CI=0,263-1,833) , increase in weight
(p=0,010; OR=0,078; 95%CI=0,009-0,638), and anemia status (p=0,000;
OR=0,126; 95% CI=0,046-0,344), while according to multivariate analysis
are hipertiroidism in pregnancy, increase in weight and anemia status.
The conclusion of this research is a women pregnancy had a
hypertiroidsm status, increase in weight (<6kg atau >12 kg) and anemia
status (Hb<11gr%) have the probability of having a baby with LBW is 89%.
Keywords: hyperthyroidism in pregnancy, low birth weight, low TSHs
Bibliography: 44 (2001-2014)
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar
sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil penelitian manapun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya
dijelaskan di dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, April 2015
Penyusun
v
PERSETUJUAN
Skrispi Suhasti Nursaputri, NIM. 6411411185, yang berjudul "Analiss Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Pada Wanita Hipertiroid
Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014" disetujui untuk dipertahankan
di hadapan penguji skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Semarang, April 2015
Menyetujui ,
Pembimbing
Drh. Dyah Mah endrasari Sukendra. M.Sc
NIP. 198303092008122001 -
Mengetahui ,
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, dan bahwa
usahanya akan kelihatan nantinya. - Q.S. An Najm ayat 39-40
Belajarlah mengalah sampai tak seorangpun bisa mengalahkanmu, Belajarlah
merendah sampai tak seorangpun bisa merendahkanmu. – Gobind Vashdev
Hanya mereka yang berani mengambil resiko untuk melangkah lebih jaulah yang
akan mengetahui sejauh mana dia dapat melangkah. – T.S. Eliot
Ibu dari semua keahlian adalah repetisi (pengulangan) dan ayahnya adalah
practice (latihan). – Felix Y. Siauw
Impian tidak akan menggerakkan seseorang untuk maju, alasan kuat dibalik
impian itulah yang menggerakannya. – Kahlil Gibran
PERSEMBAHAN
1. Orangtua dan keluargaku
2. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga skripsi yang berjudul ” Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Wanita Hipertiroid Di
Kabupaten Magelang Tahun 2014” dapat terselesaikan dengan baik.Penyelesaian
skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan agar memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Keberhasilan penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Dr. Harry
Promono, M.Si, atas ijin penelitian yang diberikan.
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Drs. Tri Rustiadi, M.Kes, atas ijin penelitian yang diberikan.
3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM., M.Kes. atas persetujuan
penelitian.
ix
4. Pembimbing skripsi, drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc. atas
bimbingannya dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
pengetahuan yang telah diberikan selama ini.
6. Staf Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Keolahragaan dan staf TU Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno, yang telah membantu dalam segala
urusan administrasi dan surat perijinan penelitian.
7. Kepala Kesatuan bangsa Politik Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang
diberikan.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang diberikan.
9. Kepala UPT Puskesmas se Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang
diberikan.
10. Ayah (Bapak Supadiyatno), Ibu (Ibu Siti Khopsoh), serta Adik ( Dwi Irna
Budiarti) tersayang atas bimbingan, kasih sayang, dukungan dan motivasi serta
doa selama menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, atas
motivasi dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
x
12. Teman-temanku Luluk, Nuzi, Tri, Dina, Nia, Ryan , Mb. Jenny, Charisna, Bunga,
Linda dan seluruh teman-teman Kos Arista atas motivasi, dukungan dan doa
dalam penyusunan skripsi ini.
13. Keluarga Bapak Karjani, Bapak Rudi Dinkes, Ibu Puji , ibu Rumi, ibu bidan
Asih dan keluarga bapak-ibu responden penelitian atas segala bantuan dan dukungan
selama penelitian.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
PERSETUJUAN ............................................................................................. v
PENGESAHAN .............................................................................................. . vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 11
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 13
2.1.1 Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ........................ 13
2.1.1.1 Definisi .......................................................................................... 13
2.1.1.2 Klasifikasi...................................................................................... 13
2.1.1.3 Epidemiologi ................................................................................. 15
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian (BBLR) ................. 17
2.1.2 Hipertiroid Kehamilan................................................................... 24
2.1.2.1 Definisi ......................................................................................... 24
2.1.2.2 Klasifikasi ..................................................................................... 25
2.1.2.3 Anatomi dan Fisiologi Tiroid ....................................................... 26
2.1.2.4 Etiologi ......................................................................................... 31
2.1.2.5 Patofisiologi ................................................................................. 33
2.1.2.6 Diagnosa Hipertiroid .................................................................... 34
2.1.2.7 Faktor Risiko Ibu Mengalami Hipertiroid Kehamilan ................. 37
2.1.2.8 Kelahiran Bayi BBLR Akibat Hipertiroid ................................... 38
2.1.2.9 Komplikasi ................................................................................... 39
2.1.2.10 Penatalaksanaan .......................................................................... 41
2.1.2.11 Penyakit Kronis Sebagai Komplikasi dan Penyulit Kehamilan ............ 42
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 47
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 47
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 48
xii
3.2.1 Variabel Bebas .............................................................................. 48
3.2.2 Variabel Terikat............................................................................. 48
3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 48
3.4 Definisi Operasional................................................................................... 49
3.5 Jenis Dan Rancangan Penelitian ................................................................ 51
3.6 Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................................ 52
3.6.1 Populasi ......................................................................................... 52
3.6.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 53
3.6.3 Teknik Pemilihan Sampel ............................................................ 55
3.7 Sumber Data ............................................................................................... 59
3.8 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data ................................ 57
3.8.1 Instrumen Penelitian ...................................................................... 60
3.8.2 Validitas Instrumen ....................................................................... 61
3.8.3 Reliabilitas Instrumen ................................................................... 62
3.8.4 Teknik Pengambilan Data ............................................................. 63
3.9 Prosedur Penelitian..................................................................................... 64
3.10 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119
LAMPIRAN .................................................................................................... 124
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian …………………………………... 10
Tabel 2.1 : Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSHs dan Masa
Kehamilan……………………………………………. 29
Tabel 2.2 : Test Fungsi Kelenjar Tiroid, Hipertiroid dan Perubahan
Hormon……………..................................................... 36
Tabel 2.3 : Diagnosa Definitif Hasil Pemeriksaan Fungsi Tiroid 36
Tabel 3.1 : Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran ……….. 49
Tabel 3.2 : Distribusi Sampel Penelitian…………………………. 58
Tabel 3.3 : Matriks OR …………………………… …………… 68
Tabel 4.1 : Distribusi Menurut Usia Responden…………………. 76
Tabel 4.2 : Distribusi Menurut Usia Kehamilan Responden……… 76
Tabel 4.3 : Distribusi Menurut Status Pekerjaan Responden …….. 77
Tabel 4.4 : Distribusi Menurut Tingkat Pendidikan …………….. 77
Tabel 4.5 : Distribusi Menurut Pendapatan ……………….. ….. 78
Tabel 4.6 : Distribusi Menurut Pekerjaan Suami ………………. 78
Tabel 4.7 : Distribusi Menurut Status Hipertiroid……………… 79
Tabel 4.8 : Distribusi Menurut Usia……………………………. 79
Tabel 4.9 : Distribusi Paritas…………………………………… 80
Tabel 4.10 : Distribusi Jarak Kelahiran………………………….. 80
Tabel 4.11 : Distribusi LILA……………………………………. 81
Tabel 4.12 : Distribusi Kenaikan BB…………………………… 81
xiv
Tabel 4.13 : Distribusi Status Anemia……………………………… 82
Tabel 4.14 : Crosstab Hubungan antara Status Hipertiroid Kehamilan dengan
Riwayat BBLR…………………………………………. …………….. 82
Tabel 4.15 : Crosstab Hubungan Usia dengan BBLR……………... 83
Tabel 4.16 : Crosstab Hubungan Paritas dengan BBLR…………... 84
Tabel 4.17 : Crosstab Hubungan Jarak Kelahiran dengan BBLR…. 84
Tabel 4.18 : Crosstab Hubungan LILA dengan BBLR……………. 85
Tabel 4.19 : Crosstab Hubungan Kenaikan BB dengan BBLR……. 86
Tabel 4.20 : Crosstab Hubungan Status Anemia dengan BBLR…… 87
Tabel 4.21 : Hasil Seleksi Kandidat Analisis Multivariat……. ….. 88
Tabel 4.22 : Hasil Analisis Multivariat………………………………. 88
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Klasifikasi Neonatus (Berat Lahir dan Usia
Kehamilan)…………………………………………. 15
Gambar 2.2 : Anatomi Kelenjar Tiroid………………………….... 27
Gambar 2.3 : Patofisiologi Kelahiran BBLR Akibat Penyakit Hipertiroid 39
Gambar 2.4 : Kerangka Teori ………………………………………... 46
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep ……………………………………... 47
Gambar 3.2 : Desain Penelitian Case Control ……………………….. 52
Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kabupaten Magelang……………….. 73
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing .......................................... . 124
Lampiran 2. Surat Ijin Observasi ..................................................................... 125
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 128
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 133
Lampiran 5. Ethical Clearance ........................................................................ 135
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian .................................................................... 136
Lampiran 7. Karakteristik Responden Penelitian............................................ 140
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Penelitian ....................................................... . 143
Lampiran 9. Output Analisis Univariat ............................................................ . 147
Lampiran 10. Output Analisis Bivariat ............................................................ 155
Lampiran 11. Output Analisis Multivariat ....................................................... 159
Lampiran 12. Dokumentasi .............................................................................. 160
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Riskesdas RI, 2013).
Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki Angka Kematian Bayi
(AKB) yang tinggi. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan angka sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup dan menurun pada tahun 2012 yaitu sebesar 32 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Hal ini
menunjukkan bahwa AKB di Indonesia mengalami penurunan secara melandai
(SDKI, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 terdapat 5 juta
kematian bayi setiap tahun dengan angka kematian bayi (kematian dalam 28 hari
pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan 98% kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di
2
Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa
AKB di Indonesia bila dibandingkan dengan angka kematian bayi di seluruh
dunia tampak hampir sama. AKB di Indonesia bila dibandingkan dengan AKB di
negara-negara anggota Assosiation East Asian Nation (ASEAN) tampak masih
tinggi yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina
dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (Depkes RI, 2008).
AKB di Provinsi Jawa Tengah sampai triwulan 3 tahun 2014 menurut hasil
Survey Kesehatan Daerah (SKD) di tahun 2010 menunjukkan angka sebesar
10,62 per 1000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,34
per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan Survey Kesehatan Daerah
(SKD) di tahun 2012, AKB kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,75
per 1000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013
yaitu sebesar 10,41 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Tengah
memiliki angka yang sama dari angka standar nasional yaitu sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKB di Provinsi Jawa Tengah
cenderung stagnan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB menurut laporan World Health
Organization (WHO) yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 antara
lain asfiksia, BBLR, infeksi, sepsis, dan kelainan kongenital. Sebesar 27% AKB
disebabkan oleh bayi dengan berat badan lahir rendah (State Of The World’s
Mother, 2007).
3
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh
angka kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dimana
penyebab kematian bayi adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
yaitu sebesar 30,3% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia,
kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, komplikasi kehamilan, hipertiroid
kehamilan ataupun lahir prematur. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-
organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi
(Proverawati, 2010).
Berdasarkan data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013, prevalensi
BBLR di Indonesia masih terdapat 10,2% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar
11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) ini menurun landai akan tetapi masih menjadi kebijakan
pemerintah sebagai program evaluasi oleh KEMENKES RI (Riskesdas RI, 2013).
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada laporan
triwulan III tahun 2014 sebanyak 2.165 kasus, tahun 2013 sebanyak 20,912
(3,75%) memiliki nilai yang sama dengan tahun 2012. Jumlah BBLR tahun 2012
sebanyak 21,573 (3,75%), tahun 2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%) dan
tahun 2010 sebanyak 15,631 (2,69%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
4
jumlah BBLR di Provinsi Jawa Tengah ( Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2014).
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan
dan puskesmas se Kabupaten Magelang sampai triwulan III tahun 2014 sebesar
815 (4.54%). Jumlah BBLR pada tahun 2013 sebesar 911 (4,8%), tahun 2012
sebesar 862 (4,3%) dan tahun 2011 sebesar 932 (4,6 %) bayi. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah BBLR di Kabupaten Magelang cenderung stagnan.
Rata-rata jumlah BBLR di Kabupaten Magelang bila dibandingkan dengan
Jumlah BBLR di Provinsi Jawa Tengah tampak lebih tinggi yaitu sebesar 4,55% (
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, 2014).
Menurut Dimitry Garry (2013), bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
merupakan salah satu komplikasi kehamilan dari wanita hamil yang mengalami
hipertiroid yaitu sekitar 34%. Prevalensi hipertiroid di Indonesia dalam kehamilan
yaitu sebesar 0,1-0,4% dan 85% dalam bentuk penyakit Graves/gondok. Penyakit
gondok muncul akibat kerja kelenjar tiroid yang bekerja keras untuk mencukupi
kebutuhan hormon tiroksin di dalam tubuh sehingga lama-kelamaan kelenjar
tiroid tersebut akan membesar. Pembesaran kelenjar tiroid disebabkan oleh
kekurangan unsur iodium yang terdapat di dalam tanah maupun air yang terkikis
saat banjir, banjir lahar dingin maupun letak geografis suatu daerah yaitu didaerah
pegunungan atau lereng gunung berapi.
Hasil pemetaan GAKI di Jawa Tengah tahun 2004 menunjukkan angka
sebesar 9,68% dan di tahun 2003 yaitu sebesar 13,35% dengan indikator Total
5
Goiter Rate (TGR). Tingkat endemisitas di Kabupaten Magelang pada tahun 2004
sebesar 9,5% dan di tahun 2003 sebesar 19,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat endemisitas di Kabupaten Magelang mengalami penurunan, tetapi apabila
dibandingkan dengan angka endemisitas di Jawa Tengah memiliki nilai yang
lebih tinggi di tahun 2003 masih dalam kategori endemis berat dan menurun
landai pada tahun 2004 menjadi endemis sedang. Berdasarkan data UPT
Puskesmas Kabupaten Magelang, tingkat endemisitas sebesar 30% dengan
indikator TGR termasuk endemik berat.
Dengan adanyanya kebijakan penanggulangan GAKI dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang bekerja sama dengan Kemenkes RI tentang pemberian
kapsul iodium pada kelompok rawan di daerah endemik GAKI yaitu wanita usia
subur (WUS) dan ibu hamil yang dilakukan setiap tahunnya mulai tahun 2004
maka pada tahun 2010 mengalami penurunan angka endemisitas menjadi 20%
dan tergolong endemik sedang (Untung S, 2013).
Dampak jangka panjang dari pemberian kapsul iodium secara massif dan terus
menerus di daerah endemik GAKI mengakibatkan terjadinya hipertiroid.
Hipertiroid merupakan overfungsional kelenjar tiroid. Hipertiroid adalah keadaan
tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari
fungsi produksi hormon tiroid yang berlebihan. Apabila seorang wanita usia
subur (WUS) dan ibu hamil mempunyai riwayat hipertiroid maka akan
berdampak pada perkembangan janin didalam rahim. Saat wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil mengalami hipertiroid maka akan terjadi peningkatan
6
hipermetabolisme dalam tubuhnya yang menyebabkan kekurangan nutrisi pada
janin yang dikandung sehingga mengakibatkan kelahiran BBLR dikemudian hari.
Dikatakan seseorang mengalami hipertiroid apabila kadar TSH serum <0,3µIU/ml
dan FT4 >2 nano gram/dl. Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan
darah dan telah diukur sebelumnya melalui skala penegakan diagnosis hipertiroid
Indeks Wayne ( Yusi Dwi Nurcahyani, 2010).
Menurut hasil Riskesdas RI (2013), prevalensi hipertiroid menurut
karakteristik umur 15-45 tahun berdasarkan provinsi di Indonesia sebanyak
(0,4%). Prevalensi hipertiroid pada kehamilan di Indonesia sebesar 0,04-1,4%
dari semua kehamilan. Hipertiroid pada kehamilan menjadi penyulit selama
kehamilan dan menjadi penyebab risiko persalinan prematur (11-25%) yang
meningkatkan kejadian BBLR. Hipertiroid menjadi penyebab abortus pada
trimester pertama kehamilan (Yusi D, 2010).
Kabupaten Magelang adalah kabupaten dengan jumlah endemik struma tinggi
dimana banyak dilakukan pemberian kapsul dan garam beryodium, fenomena
hipertiroid biasanya timbul di daerah tersebut. Prevalensi hipertiroid pada
kehamilan di Kabupaten Magelang berdasarkan hasil pemeriksaan TSH serum
pada ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 80 orang (16%) , tahun 2013 sebanyak
49 orang (11,47%) dan tahun 2014 sebesar 25 orang (5,5%) positif hipertiroid
pada kehamilan yang diperiksa di Laboratorium GAKI. Angka tersebut
menunjukkan bahwa persentase jumlah hipertiroid di Kabupaten Magelang dari
tahun ke tahun mengalami penurunan akan tetapi apabila dibandingkan dengan
7
angka nasional, hipertiroid pada kehamilan di Kabupaten Magelang memiliki
nilai yang lebih tinggi dari rentang nasional (0,04-1,4%) dan masih menjadi
kebijakan program evaluasi penanggulangan GAKI di Kabupaten Magelang
(Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, 2014).
Mengingat jumlah persentase kejadian BBLR dan angka hipertiroid
kehamilan yang masih tinggi di Kabupaten Magelang dan pemeriksaan TSH
serum ibu hamil sebagai indikator penegakan kejadian hipertiroid masih menjadi
program evaluasi penanggulangan GAKI di daerah endemis GAKI, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Pada Wanita
Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014.”
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka rumusan masalah yang diambil
dalam penelitian ini adalah: “Faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) pada wanita hipertiroid kehamilan di
kabupaten magelang tahun 2014?”
1.2.2. Rumusan Masalah Khusus
Berdasar latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah
sebagai berikut :
1 Adakah hubungan antara status hipertiroid kehamilan dengan kejadian BBLR?
2 Adakah hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR?
8
3 Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR?
4 Adakah hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR?
5 Adakah hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR?
6 Adakah hubungan antara kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian BBLR?
7 Adakah hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian kelahiran Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR ) pada wanita hipertiroid
kehamilan di Kabupaten Magelang tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara status hipertiroid kehamilan dengan kejadian
BBLR.
2. Mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR.
3. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR.
4. Mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR.
5. Mengetahui hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR.
6. Mengetahui hubungan antara kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian BBLR.
7. Mengetahui hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR.
9
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan sehingga masyarakat dapat
berpartisipasi dalam melakukan deteksi dini tanda dan gejala hipertiroid serta
pengendalian kehamilan berisiko dengan penyakit endokrin sebagai upaya
dalam perlindungan dan pencegahan riwayat kelahiran (BBLR) .
1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang untuk memberikan intervensi preventif
dalam mengurangi atau menghindari terjadinya gangguan kesehatan
masyarakat khususnya pada ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) yang
tinggal di daerah endemik GAKI, sehingga dapat menurunkan kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Magelang.
1.4.3. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Bagi jurusan ilmu kesehatan masyarakat khususnya program peminatan
epidemiologi dan gizi, diharapkan penelitian ini bisa menambah wawasan
ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, masukan serta referensi di bidang
kesehatan ibu hamil dengan riwayat penyakit endokrin sebagai bahan
penelitian selanjutnya.
10
1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan pembelajaran melakukan
penelitian dan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan maternitas (khususnya penyakit endokrin dalam kehamilan).
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 : Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini
Judul
Penelitian
(1)
Peneliti, Tahun
(2)
Rancangan
Penelitian
(3)
Variabel
Penelitian
(4)
Hasil Penelitian
(5)
Hubungan
Kadar TSH
dengan
Maturitas dan
Umur
Pascanatal Pada
Masa Neonatal
Dini
(AdaptasiModel
Sistem
Neuman)
Nia Kania, dkk,
2003
Penelitian
retrospektif
Variabel Bebas :
Nilai kadar TSH
bayi kurang bulan
dan cukup bulan
Variabel Terikat :
Maturitas dan
umur pascanatal
pada masa
neonatal dini
Kadar TSH berhubungan
dengan maturitas dan umur
pasca natal. Lebih matur
bayi, kadar TSH lebih rendah
dan lebih awal uji tapis
dilaku- kan kadar TSH
lebih tinggi.
Hubungan
Antara Status
TSH Ibu Hamil
Dengan
Riwayat
Kehamilan Dan
Kelahiran Di
Daerah
Endemik GAKI
Yusi Dwi
Nurcahyani dan
Suryati
Kumorowulan,
2010
Penelitian
non
intervensi
rancangan
potong
lintang
komparatif
Variabel Bebas :
Jumlah kadar
TSH
Variabel Terikat :
Riwayat
kehamilan dan
kehamilan
Nilai TSH serum rendah
tidak berpengaruh pada
keadaan klinis ibu hamil dan
bayi yang dilahirkan.
Tidak ada perbedaan yang
nyata keluhan saat hamil
yang mengarah pada tanda-
tanda hipertiroid antara
kelompok hamil dengan TSH
rendah dengan kelompok ibu
hamil dengan TSH normal.
Tetapi riwayat kelahiran bayi
dengan tindakan medis lebih
banyak pada TSH rendah
(12,5%).
Gambaran
Konsumsi
Retno
Sulistiyani, 2013
Penelitian Variabel bebas : Kadar TSH ibu
cross sectional Konsumsi yodium hamil tidak dipeng
11
Garam Iodium,
Kadar TSH
(Tyroid
Stimulating
Hormon) Dan
Kadar UIE
(Urine Iodium
Excretion) Pada
Ibu Hamil
iaruhi konsumsi
garam iodium dan
UEI.
Variabel terikat :
Kadar TSH dan UIE
pada ibu hamil
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut :
1. Penelitian mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR
pada wanita hipertiroid kehamilan belum pernah dilakukan sebelumnya.
2. Variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini
variabel bebas yang digunakan adalah status hipertiroid berdasarkan data
sekunder hasil pemeriksaan TSH serum ibu, karakteristik ibu hamil (usia,
paritas, jarak kelahiran, LILA, kenaikan BB, dan status anemia) berdasarkan
data kohort ibu hamil dan buku KIA .
3. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR
pada wanita hipertiroid kehamilan di Kabupaten Magelang tahun 2014
menggunakan desain penelitian case control study.
1.6.Ruang Lingkup Peneltian
1.6.1. Ruang Lingkup Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang.
12
1.6.2. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari s.d April
2014.
1.6.3. Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat
kajian bidang epidemiologi penyakit tidak menular sistem endokrin
(Hipertiroid) pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1.1.Definisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
yaitu neonatus atau kelahiran bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir. Bayi prematur (preterm) termasuk
dalam klasifikasi bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu yang disebut berat badan rendah prematur dan bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhambat atau
sering disebut “Intra Uterine Growth Retardation” (IUGR) (Proverawati, 2010).
2.1.1.2.Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Beberapa klasifikasi pengelompokkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR),
yaitu (Usman, 2008 ; Proverawati, 2010) adalah sebagai berikut :
Menurut harapan hidup :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram
13
14
c. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang dari
1.000 gram
Menurut masa gestasi :
a. Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu akan tetapi
berat badan sesuai dengan berat badan masa gestasinya. Prematuritas
murni sering disebut dengan noenatus kurang bulan sesuai masa
kehamilannya.
b. Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi biasanya mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin atau sering disebut Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilanya.
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Manuaba, 2007) :
a. Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram
b. Bayi dengan berat badan lebih, lebih dari 4.000 gram
c. Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari dari 2.500 gram / 1.500-
2.500 gram
d. Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500 gram
e. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000 gram
Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir
sampai saat kelahiran, yaitu (Prawirohardjo, 2006: 771) :
15
a. Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu (259 hari)
b. Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 –
42 minggu (259-293 hari)
c. Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa kehamilan lebih 42
minggu (294 hari atau lebih)
Gambar 2.1. Klasifikasi Neonatus Dengan Berat Lahir Dan Usia Kehamilan
(Sumber: Jung Ju Lee, 2007)
16
2.1.1.3.Epidemiologi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120
juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
bayi baru lahir (usia dibawah 1 bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1 bayi baru
lahir yang meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia
adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%) dan lain-lain 44% (JNPK-
KR, 2008).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008 –2012)
bahwa semua angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI
2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000
kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran
hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada tahun 2012
Angka kematian bayi tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan
Papua Barat dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa
(SDKI, 2012).
Persentase berat badan bayi baru lahir anak balita menurut karakteristik
pendidikan dan pekerjaan adalah gambaran dari kepala rumah tangga.
Menurut kelompok umur, persentase BBLR tidak menunjukkan pola
kecenderungan yang jelas. Persentase BBLR pada perempuan (11,2%) lebih
17
tinggi daripada laki-laki (9,2%). Presentase BBLR tahun 2013 sebesar (10,2%).
Menurut pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan terlihat adanya
kecenderungan semakin tinggi pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan,
semakin rendah prevalensi BBLR. Menurut jenis pekerjaan, persentase BBLR
tertinggi pada anak balita dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja
(11,6%), sedangkan persentase terendah pada kelompok pekerjaan pegawai
(8,3%). Persentase BBLR di perdesaan (11,2%) lebih tinggi daripada di
perkotaan (9,4%) (Riskesdas RI, 2013).
Menurut Rustam Mochtar (1998) frekuensi bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) di negara maju berkisar antara 3,6-10,8%, di negara berkembang
berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah
1:4. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi
dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram (Mulyawan,2009).
2.1.1.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Penyebab BBLR terbanyak adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia
kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
terjadi (Proverawati, 2010).
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) secara
umum, yaitu sebagai berikut (Kliegman et al, 2007; Manuaba, 2007) :
1. Faktor Ibu
a. Umur Kehamilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), umur kehamilan
adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim. Ditinjau dari
umur atau usia kehamilan dibagi dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut:
1. Kehamilan trimester pertama ( usia kehamilan sampai 12 minggu)
Trimester pertama kehamilan merupakan trimester paling rawan bagi
seorang ibu hamil karena akan mengalami morning sickness yang
membuat seorang ibu malas makan apalagi mengkonsumsi makanan yang
sehat dan mencukupi nilai gizi akibatnya seorang ibu mengalami
kekurangan nutrisi yang akan berdampak pada janin yang dikandungnya .
Padahal trimester pertama adalah masa penentuan apakah janin yang
dikandungnya akan tumbuh dengan sehat dan sempurna atau tidak
sempurna. Organ vital janin akan terbentuk pada trimester pertama
kehamilan dan trimester berikutnya hanya bersifat menyempurnakan saja.
Artinya jika organ vital pada trimester pertama terbentuk tidak sempurna
atau mengalami kekurangan nutrisi maka akan melahirkan bayi yang tidak
sempurna, premature, BBLR (Proverawati, 2010).
19
2. Kehamilan trimester kedua (usia kehamilan pada minggu 13-24)
Pada trimester kedua terjadi penyempurnaan organ vital, pembentukan
wajah, ekstremitas atas dan bawah serta perkembangan gerak motorik
janin seperti menghisap ibu jari dan mengenggam tangannya. Pada
kehamilan trimester kedua biasanya dilakukan pemeriksaan yang
berhubungan dengan program pencegahan komplikasi kehamilan dan
persalinan seperti pemeriksaan TSH serum ibu hamil sebagai upaya
pencegahan hipertiroid pada kehamilan yang akan berdampak pada
abortus pada kehamilan trimester ketiga. Pada kehamilan trimester kedua
biasanya muncul penyakit kronis dan penyakit infeksi seperti TORCH,
rubella, HIV-AIDS, TBC, ginjal, jantung, Diabetes Melitus dll. Gangguan
penyakit-penyakit tersebut berpeluang menimbulkan ketidaksempurnaan
tumbuh kembang janin seperti klep paru, gangguan perkembangan otak
yang akan berakibat pada gangguan air ketuban maupun fungsi lain akibat
adanya gangguan metabolism tubuh janin (Proverawati, 2010: 55-62 ;
Yusi D, 2010).
3.Kehamilan trimester ketiga (usia kehamilan minggu 25-38)
Kehamilan trimester ukuran janin terus membesar, kedudukan bayi sudah
dipintu rahim dan kepala bayi akan turun ke pelvik dimana harus
diwaspadai kenaikan ukuran atau BB janin yang berlebih dan komplikasi
kehamilan pada trimester tiga seperti hipertensi, perdarahan antepartum,
kehamilan ganda, kelainan air ketuban dll yang ditakutkan akan menjadi
20
penyulit saat proses persalinan (Marmi, dkk, 2011: 64-142; Proverawati,
2010: 55-57).
b. Usia ibu Saat Hamil
Usia reproduksi yang optimal bagi ibu adalah usia 20-35 tahun, usia
dimana rahim ibu sudah siap menerima kehamilan, mental matang dan
mampu merawat bayi dan dirinya sendiri (Draper, 2001). Usia di bawah 20
tahun rahim serta panggul ibu belum siap untuk menerima kehamilan
karena belum tumbuh mencapai ukuran dewasa serta organ-organ
reproduksi belum berfungsi secara sempurna. Usia diatas 35 tahun sudah
mengalami degeneratif sel-sel reproduksi .
c. Paritas
Paritas merupakan faktor resiko penting dalam menentukan derajat
kesehatan ibu baik atau tidak selama kehamilan maupun persalinan
(Mochtar, 1998). Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko
kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan
sebelumnya dan baru mulai membuka jalan lahir. Akan tetapi bila sering
melahirkan, rahim semakin lemah karena jaringan parut. Jaringan parut
menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga
menganggu distribusi nutrisi dari ibu ke janin yang berakibat terganggunya
pertumbuhan janin (Depkes RI, 2004).
21
d. Jarak kehamilan terlalu dekat atau pendek
Jarak kehamilan kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin terganggu, persalinan lama dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik (Kliegman et al, 2007).
e. Riwayat BBLR sebelumnya
Riwayat persalinan ibu yang tidak normal sperti perdarahan, abortus,
prematuritas, BBLR merupakan resiko tinggi untuk persalinan berikutnya.
Riwayat BBLR berulang biasanya terjadi karena kelainan anatomis uterus
seperti septum uterus. Septum akan mengurangi kapasitas endometrium
sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin, dan menyebabkan
keguguran pada trimester serta persalinan prematur (Prawirohardjo, 2008).
f. Komplikasi kehamilan
Komplikasi dari kehamilan antara lain anemia, perdarahan,
preeklamsia/eklamsia, hipertensi, ketuban pecah dini, menderita penyakit
malaria, HIV-AIDS, TORCH, IMS serta kehamilan kembar menganggu
kesehatan ibu dan pertumbuhan janin sehingga meningkatkan resiko
kelahiran bayi dengan BBLR (Cunningham et al, 2005 ; Prawirohardjo,
2008 ; Manuaba, 2010).
g. Keadaan sosial ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih
tinggi mengalami kelahiran kurang bulan yang menyebabkan BBLR,
22
diukur berdasarkan pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, tempat
tinggal, status sosial dan pekerjaan / jabatan (Jusuf, 2008).
h. Sebab lain
Kebiasaan atau life style ibu , misal kebiasaan perilaku merokok baik aktif
maupun pasif, kebiasaan minum alcohol, mengkonsumsi NAPZA. Zat
aktif rokok seperti nikotin, sianida, tar, CO dan hidrokarbon bersifat
fetotoksik dan efek vasokontrinsik pembuluh darah dan mengurangi kadar
oksigen dan gangguan pembuluh darah yang berakibat aliran nutrisi dari
ibu ke janin terganggu sehingga pertumbuhan terhambat (Cuningham et al,
2005).
i. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil yang paling mempengaruhi keadaan atau kondisi
kehamilan yaitu LILA dan kenaikan berat badan (BB) selama kehamilan.
Menurut I dewa Nyoman (2000), mengemukakan bahwa ibu hamil yang
mempunyai LILA <23,5 cm akan mengalami KEK dimana kejadian KEK
akan menyebabkan gangguan pada distribusi nutrisi pada ibu ke janin yang
akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan janin
dan mengakibatkan kelahiran BBLR. Indikator yang ke dua yaitu
kenaikan BB ibu selama kehamilan, berat badan (BB) ibu selama hamil
akan menentukan berat lahir bayi yang akan dilahirkan. Menurut Irma D
(2007), mengemukakan bahwa BB ibu hamil <45 kg atau mengalami
penurunan 10 kg selama hamil berisiko BBLR. Status gizi yang kurang
23
pada ibu hamil memiliki risiko 2,7 kali lebih besar melahirkan bayi dengan
BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan status gizi baik (Puspita S,
2013).
j. Status Anemia Ibu Hamil
Status anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan kesehatan ibu hamil
yang erat hubungannya dengan kadar Hb dalam darah dimana kurang dari
standar normal ibu hamil yaitu 11 distribusi gr%. Prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 63,5%. Seorang ibu hamil yang
memiliki kadar Hb <11 gr% atau anemia akan mengakibatkan kekurangan
suplai darah pada tubuh sehingga distribusi nutrisi ibu ke janin menjadi
terganggu yang akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan janin dan melahirkan BBLR (Tinuk Istiarti, 2000).
2. Faktor Janin
a. Trisomi 18 atau sering disebut sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000
neonatus. Janin dan neonatus trisomi 18 menyebabkan kelahiran cacat
bawaan seperti cacat jantung (hamper 95%) terutama defek septum
ventrikel atau atrium, kelainan ginjal, aplasia radial dll. Disamping hal itu
janin mengalami gangguan pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir 2340
gram.
3. Faktor Plasenta
Ukuran plasenta yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta
pada dinding uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta
24
mempengaruhi distribusi aliran darah ke janin yang dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin terhambat (Cunningham et al, 2005).
4. Faktor Lingkungan
Semakin tinggi tempat tinggal ibu hamil seperti dataran tinggi atau
pegunungan maka semakin rendahnya kadar oksigen yang diserap
sehingga suplai oksigen terhadap janin terganggu yang berakibat pada
kelahiran dengan BBLR. Radiasi dan paparan zat racun di lingkungan
tempat tinggal ibu hamil dapt menimbulkan kelainan kongenital janin
(Sistiarini, 2008).
2.1.2. Hipertiroid Kehamilan
2.1.2.1.Definisi Hipertiroid
Hipertiroid merupakan salah satu penyakit tidak menular endokrin yang
sering kita temukan di masyarakat. Hipertiroid merupakan salah satu penyebab
dari penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu
kekurangan hormon tiroid (Hipotiroid) dan kelebihan hormon tiroid (Hipertiroid).
Kelebihan hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai
fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh. Menurut
Dini Sulistyani (2013:6) mendefinisikan hipertiroidisme merupakan respon
jaringan- jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid
yang berlebihan. Hipertiroid dijumpai 5 - 7 kali lebih sering pada wanita
dibanding pria.
25
Diagnosis hipertiroid pada kehamilan sulit untuk dikenali dan
diditegakkan karena memiliki gejala yang sama dengan gejala kehamilan normal
terutama pada kehamilan trimester pertama. Pada saat kehamilan trimester
pertama terjadi perubahan hormonal dan meningkatnya sejumlah metabolisme
selama kehamilan yang menyebabkan beberapa perubahan yang kompleks pada
fungsi tiroid. Satu-satunya cara untuk menegakkan diagnosis hipertiroid pada
kehamilan adalah dengan pemeriksaan TSH serum, pemeriksaan T3, T4, FT4.
Dikatakan seseorang ibu hamil mengalami hipertiroid apabila kadar TSH serum
<0,3µIU/ml dan FT4 >2 nano gram/dl. Penegakan diagnosis dilakukan melalui
pemeriksaan darah dan telah diukur melalui Indeks Wayne. Jika kadar FT4
normal perlu pemeriksaan FT3 dan FT3I serum, jika tinggi dikenal dengan “T3-
toxicosis sindrom”. Hipertiroid merupakan penyakit hormon yang menempati
urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes dan jumlahnya kini terus
meningkat. Posisi ini serupa dengan kasus yang terjadi di dunia ( Dini
Sulistyani, 2010).
2.1.2.2.Klasifikasi
Thamrin (2007) dalam Dini Sulistyani (2013:6) mengklasifikasikan
hipertiroidisme menjadi empat, yaitu :
a. Goiter Toksik Difusa (Grave’s Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem
kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga
26
menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus
menerus. Grave’s disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria,
gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun.
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem
kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu
sendiri.
b. Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan
tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi
umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c. Subakut Tiroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi,
serta mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Tiroiditis
Timbul pada 5 –10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan
dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan.
27
2.1.2.3.Anatomi dan Fisiologi Tiroid
2.1.2.3.1. Anatomi Tiroid
Gambar 2.2. Anatomi Kelenjar Tiroid
(Sumber: EGC Kedokteran, 1985)
Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh
istmus. Kelenjar tiroid terbentuk saat kehamilan minggu ke tiga. Kelenjar ini
terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya diperkirakan 15-20 gram. Lobus
kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar
ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada
keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit/gram.
Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam
tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu
triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki
berat atom sebesar 127 dan berat molekulnya 254. T4 memilki berat molekul
sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan iodida.
Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal,
pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C
berada di dekat sel folikuler yang menghasilkan suatu hormon polipeptida,
28
kalsitonin. Aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid mengatur fungsi kelenjar tiroid dan
pertumbuhan. Produksi dan pelepasan hormon tiroid diatur oleh thyroid-releasing
hormone (TRH) dari hipotalamus. TRH mencapai hipofisis anterior melalui
sistem portal, dimana sel tirotropik dirangsang untuk menghasilkan thyroid-
stimulating hormone (TSH) atau thyrotropin. TSH dilepaskan ke aliran darah
sistemik kemudian dibawa sampai ke kelenjar tiroid. Di sini, TSH merangsang
pengambilan iodida, dan semua proses yang mendorong pembentukan dan
pelepasan T4 dan T3. Di dalam darah, tubuh kita hanya memiliki sejumlah kecil
thyroxine-binding globulin (TBG) sekitar 10 mg/L, tetapi afinitasnya terhadap T4
sangat tinggi. T4 total sekitar 10-7 mol/L setara dengan 77,7 μg/L serum darah,
karena 777 gram T4 sama dengan 1 mol dari total. Kurang lebih 70% dari T4 dan
T3 berikatan pada TBG, dan sisanya terikat pada thyroxine-binding albumin
(TBA) dan transthyrenin. Estrogen merangsang sintesis TBG.
2.1.2.3.2. Fisiologi Tiroid Pada Kehamilan
Hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) disintesis di dalam
folikel tiroid. Tiroid-stimulating hormone (TSH) merangsang sintesis dan
pelepasan T3 dan T4, yang sebelumnya didahului dengan pengambilan iodide
yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Selama kehamilan normal kadar tiroid
binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4
ikut meningkat.
29
Tabel 2.1. Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSH Dan Masa Kehamilan
Sumber : Frances K (2003)
Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi dan sistem
saraf. Selama trimester pertama kehamilan, fetus bergantung pada ibu untuk
menyediakan hormon tiroid melalui plasenta karena fetus tidak dapat
menghasilkan hormon tiroid sendiri sampai trimester kedua. Pada minggu ke-10-
12, kelenjar tiroid fetus mulai berfungsi namun fetus tetap membutuhkan iodin
dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid. Selama kehamilan, fungsi kelenjar
tiroid maternal bergantung pada tiga faktor yaitu :
1. Peningkatan “Tyroxin Binding Globulin” (TBG) dalam serum.
2. Efek dari peningkatan kadar “Human Chorionic Gonadotropin"
(hCG) terhadap “Thyroid Stimulating Hormon” (TSH) dan kelenjar
tiroid.
3. Penurunan aviabilitas iodida terhadap tiroid ibu.
a. Human Chorionic Gonadtropin (hCG)
Human Chorionic Gonadtropin (hCG) adalah hormon peptida yang
bertanggung jawab memproduksi progesteron secara adekuat pada awal
kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta yang
sedang berkembang. Konsentrasi hCG meningkat drastis pada kehamilan
Gestation FT4(pmol/l) FT3(pmol/l) TSH(mU/I)
Non Pregnant
1st Trimester
2nd
Trimester
3rd
Trimester
11-23
11-22
11-19
7-15
4-9
4-8
4-7
3-5
0-4
0-1.6
0.1-1.18
0.7-7.3
30
trimester pertama dan menurun secara perlahan pada trimester dua dan
tiga. Sedangkankadar TSH turun selama kehamilan trimester pertama, hal
ini berbanding terbalik dengan peningkatan hCG walaupun hCG hanya
sebagai stimulant kelenjar tiroid. Pada kondisi ibu hamil yang normal efek
perangsangan hCG pada kehamilan tidak signifikan dan ditemui pada
pertengahan awal kehamilan. Pada awal kehamilan ke-12 atau keadaan
patologis, seperti hiperemesis gravidarum dan tumor trofoblastik,
konsentrasi hCG mencapai kadar paling maksimal yang akan merangsang
peningkatan T3, T4 dan kadar TSH ditekan.
b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan
Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama
kehamilan, akibat peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan
GFR menyebabkan meningkatnya pengeluaran iodine lewat ginjal yang
berlangsung pada awal kehamilan. Ini merupakan faktor penyebab
turunnya konsentrasi iodine dalam plasma selama kehamilan.
c. Thyroxine Binding Globulin (TBG)
Peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan tiroksin, TBG
adalah faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan.
Hormon tiroid dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu Thyroxine
Binding Globulin (TBG), albumin, dan Thyroxine Binding Prealbumin
(TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga protein tersebut, TBG memiliki
afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada pasien tidak hamil,
31
sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan normal,
terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal
selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini
menggambarkan peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada
semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin
total (FTI) normal. Peningkatan konsentrasi TBG merupakan efek
langsung dari meningkatnya kadar estrogen selama kehamilan.
2.1.2.4.Etiologi Hipertiroid Pada Kehamilan
Hipertiroid pada kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa
keadaan berikut :
1. Penyakit Graves
2. Gestational Transient Thyrotoxicosis ( GTT )
3. Mola hidatidosa
4. Multinoduler goiter
5. Adenoma toksik
6. Tiroiditis subakut
7. Hyperthroidism iatrogenik
8. TSH - producing pituitary tumor
9. Struma ovari
Dari beberapa etiologi hipertiroid pada kehamilan, etiologi yang
terbanyak dilaporkan adalah Penyakit Graves’ dan GTT.
a. Penyakit Graves
32
Menurut Dimitry Garry (2013: 501), penyebab tersering penyakit
hipertiroid hampir 95% adalah penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang
antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan.
Prevalensi hipertiroid di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1%. Penyebab
tersering adalah penyakit Graves, yang 5-10 kali lebih sering dialami wanita
dengan puncaknya pada usia reproduktif. Prevalensi hipertiroid dalam kehamilan
0,1-0,4%, 85% dalam bentuk penyakit Graves. Sama halnya seperti penyakit
hiperemesis tidak memiliki gejala penyakit Graves ataupun antibodi tiroid.
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid
terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis
memberikan gambaran kadar hormon tiroid dan TSH yang tinggi. TRF akan
rendah karena umpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme
akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan hormon tiroid yang
tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan (Dini Sulistyani (2013:7).
b.Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT)
Terdapat 2-3% GTT pada seluruh kehamilan. Keadaan GTT yang selalu
ditandai dengan mual dan muntah berat membutuhkan perawatan intensif di
rumah sakit. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 2,27 kg, ketonuria dan
gangguan elektrolit terutama hipoglikemi. Kadar FT4 meningkat 2-3 kali diatas
normal dengan penurunan kadar TSH. FT3 juga ikut meningkat akan tetapi tidak
33
terlalu bermakna dibanding FT4. Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan tremor
ringan dan tidak didapatkan oftalmopati (Darman R, 2011).
2.1.2.5.Patofisiologi Hipertiroid
Pada hipertiroidisme, kontrol pengaturan sekresi hormon tiroid yang
normal tidak ada sehingga mengakibatkan produksi hormon tiroid meningkat
sehingga menyebabkan hipermetabolisme dengan peningkatan aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan jumlah hormon tiroid yang berlebihan akan
merangsang system cardiac dan meningkatkan sejumlah reseptor beta
adrenergik yang mengakibatkan meningkatkan denyut nadi dan peningkatan
cardiac output, stroke volume dan aliran darah perifer sebagai usaha tubuh
untuk berkompensasi. Peningkatan metabolisme yang besar menyebabkan
nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Pada sistem
pencernaan terjadi peningkatan peristalatik usus sehingga terjadi diare.
Peningkatan metabolisme pada sistem neurologi menyebabkan keterlambatan
kelopak mata untuk mengikuti gerakan mata sehingga otot-otot mata
diinfiltrasi oleh limfosit dan sel mast menyebabkan eksoftalmus atau
penonjolan pada mata.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan
laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
34
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan
terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang
takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
pada sistem kardiovaskuler (Dini Sulistyani (2013:8).
2.1.2.6.Diagnosa Hipertiroid
2.1.2.6.1 Manifestasi Klinis
a. Kardiovaskuler: palpitasi, sesak napas, angina, gagal jantung, nyeri dada,
takikardi pada saat istirahat maupun aktifitas.
b. Neuromuskular: gugup, agitasi, tremor, mudah tersinggung, terus merasa
kuatir, susah tidur.
c. Gastrointestinal: berat badan menurun tetapi nafsu makan meningkat,
diare, muntah, kelelahan otot, suhu meningkat.
d. Kulit: pruritus, rambut tipis, kulit teraba hangat, lunak dan basah,
kemerahan (flushing).
e. Mata: adanya penonjolan (eksoftalmus), proptosis, kemosis (edema
konjungtiva), penglihatan kabur.
f. Nadi basal > 100 kali per menit
Tanda dan gejala hipertiroid pada kehamilan sulit dikenali karena sering
tertutupi dengan tanda dan gejala kehamilan sehingga sulit dilakukan deteksi dini.
Menurut Dimitry Garry (2013: 502), menyarankan ada beberapa manifestasi klinis
yang perlu diperhatikan pada ibu hamil dengan hipertiroid yaitu kenaikan berat
35
badan yang rendah selama hamil dengan nafsu makan baik, adanya tremor, dan
manuver valsava tanpa akselerasi laju jantung. Dicari tanda-tanda oftalmopati
Grave (tatapan melotot, kelopak tertinggal saat menutup mata, eksoftalmus) dan
bengkak tungkai bawah (pretibial myxedema).
2.1.2.6.2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah pengukuran kadar T4
bebas dan TSH dalam darah untuk menegakkan diagnosis hipertiroid. Pada pasien
hipertiroid didapati peningkatan kadar T4 bebas dan penurunan kadar TSH.
Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara lain
pemeriksaan kadar T3, antibodi tiroid (terutama TRAbs) dan tes ambilan yodium
radioaktif. Pemeriksaan terakhir ini dilakukan jika diagnosis penyakit Graves
belum meyakinkan (Batubara, 2010).
Menurut Dimitry Garry (2013: 502), pemeriksaan laboratorium mencakup
kadar keton urin, BUN, kreatinin, alanin aminotransferase, aspartat
aminotransferase, elektrolit, dan tirotropin (termasuk tiroksin T4 bebas jika
tirotropin rendah). Jika kadar fT4 meningkat tanpa tanda dan gejala penyakit
Graves, pemeriksaan sebaiknya diulang setelah usia kehamilan 20 minggu.
Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan untuk mendeteksi kehamilan multipel atau
mola hidatodosa.
36
Tabel 2.2. Test Fungsi Kelenjar Tiroid Hipertiroid dan Perubahan Hormon
Test Wanita Hamil Normal Hormon
Estrogen
Wanita Tidak
Hamil
Wanita
Hamil
dengan
Hipertiroid
T4 total Meningkat Meningkat Meningkat
Globulin pengikat
tiroksin
Meningkat Meningkat Tetap
T4 bebas Normal Normal Meningkat
T3 total Meningkat Meningkat Meningkat
T3 bebas Normal Normal Meningkat
Test pengambilan T3 Meningkat Meningkat Meningkat
Pengambilan I
epitiroid
Tidak pada wanita
hamil
Normal Meningkat
Kolesterol serum Meningkat Variabel Turun
Sumber : Frances K (2003)
Tabel 2.3. Diagnosis Definitif Hasil Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Test Tiroid Unit Kondisi
Normal
(Non
Hamil)
Nilai Normal
(Hamil)
Hipertiroid Hipotiroid
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Thyrid
Stimulating
Hormon
(TSH)
0,8-1,3 tidak
berubah
Thyroxine
Binding
Globulin
23-25
meningkat
37
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Levotiroksin
(T4) Total
3,9-11,6 10,7-11,5
meningkat
Levotiroksin
(T4) Bebas
1,0-1,4 tidak
berubah
L-
triiodotironi
n (T3) Total
205-233
meningkat
L-
triiodotironi
n (T3) Bebas
250-330
tidak berubah
Sumber : Norwitz, Errol dan John Schorge (2007)
Pada wanita hamil yang mempunyai riwayat penyakit Graves aktif
maupun inaktif, perlu diperiksa Thyroid Stimulating Immunoglubulin
(TSI) untuk menilai kemungkinan terjadinya “fetal/neonatal hypertyroid”.
Antibodi TSH reseptor atau TSI ini termasuk kelas IgG yang dapat melewati
plasenta dalam jumlah yang besar sehingga merangsang kelenjar tiroid
janin. Kadar TSI yang lebih 500% ( normal < 8%) merupakan prediktor adanya
“fetal / neonatal hipertiroid”.
Lanjutan Tabel 2.3
38
2.1.2.7 Faktor Risiko Ibu atau Wanita Usia Subur Mengalami Hipertiroid
Kehamilan
Menurut American Thyroid Association, ibu atau wanita usia subur yang
berisiko mengalami hipertiroid saat kehamilan antara lain :
1. Ibu atau wanita dengan sejarah penyakit tiroid / gondok atau pernah
melakukan bedah tiroid ibu/wanita dengan sejarah keluarga pernah
menderita penyakit gondok.
2. Ibu/wanita yang membawa antibdi tiroid
3. Ibu/wanita dengan gejala klinis hipertiroid atau hipotiroid.
4. Ibu/wanita denagan diabetes tipe 1
5. Ibu/wanita dengan kelainan gondok.
6. Ibu/wanita dengan kelainan aotuimun.
7. Ibu/wanita yang tidak subur/infertile
8. Ibu/wanita yang pernah melakukan terapi kepala atau radiasi pada leher.
9. Ibu/atau wanita dengan sejarah keguguran atau kelahirann prematur
2.1.2.8 Kelahiran Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Akibat
Hipertiroid
Penyakit hipertiroid yang diderita oleh ibu hamil mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan janin. Menurut Dimitry Garry (2013: 502),
Tirotoksikosis ibu yang tidak diobati secara adekuat meningkatkan risiko
39
kelahiran prematur, IUGR, berat badan lahir rendah, preeklamsia, gagal jantung
kongestif, dan IUFD.
Gambar 2.3 Patofisiologi Kelahiran BBLR Akibat Penyakit Hipertiroid
(Sumber : Dimitry Garry, 2013: 501)
Sebelum usia kehamilan 10-12 minggu (awal trimester I), janin sangat
bergantung pada hormon tiroid ibu karena belum memproduksi hormon tiroid
sendiri. Menurut World Health Organization (WHO) dalam Muhammad Iqbal
Hassarief Putra (2012), manyarankan asupan iodium untuk ibu hamil lebih tinggi
dibanding orang dewasa normal karena janin membutuhkan asupan iodium
banyak dari ibunya untuk mengaktifkan hormon tiroidnya sendiri. Efek jangka
panjang dari konsumsi iodium yang tinggi mengakibatkan penyakit graves pada
ibu hamil.
Menurut Dimitry Garry (2013: 501), penyebab tersering penyakit
hipertiroid hampir 95% adalah penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang
antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan
sehingga mengakibatkan produksi hormone tiroid meningkat dan menyebabkan
Konsumsi
Iodium
Tinggi
BBLR Ibu Hamil
Trimester I
Hipermetabolisme Ibu Hamil
Defisiensi Nutrisi Janin Hipertiro
id Penyakit
Graves
40
hipermetabolisme. Efek berkelanjutan dari hipermetabolisme menyebabkan
nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Apabila seorang
ibu hamil mengalami defisiensi nutrisi maka akan mempengaruhi pertumbuhan
janin yang dia kandung sehingga berdampak pada kelahiran bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).
2.1.2.9 Komplikasi Hipertiroid
2.1.2.9.1 Komplikasi Pada Ibu
a. Pregnancy-Induced Hypertension(PIH)
Pada pasien dengan hipertiroid tidak terkontrol, resiko preeklamsia berat
menjadi lima kali lebih berat dibanding pasien yang terkontrol. Komplikasi lain
dapat berupa abruptio plasenta, kelahiran preterm dan keguguran. Gagal jantung
dapat terjadi pada pasien yang tidak diobati terutama bila terdapat PIH. Pada
pasien dengan gejala gagal jantung disfungsi ventrikel kiri dengan derajat
keparahan yang berbeda dapat dideteksi dengan echocardiografi. Walaupun
kelainan ini reversibel, namun gejalanya dapat menetap dalam beberapa minggu
setelah status eutiroid tercapai, namun penurunan resistensi vaskular dan cardiac
output yang tinggi dapat tetap terjadi pada keadaan tiroksin normal. Hal ini
penting karna dekompensasi ventrikel kiri pada wanita hamil yang hipertiroid
dapat terjadi bersamaan dengan preeklamsia, pada waktu kelahiran ataubersamaan
dengan komplikasi lain misalnya anemia atau infeksi. Kejadian tiroid krisis pada
kehamilan juga pernah dilaporkan walaupun relatif jarang. Hipertiroid juga
dilaporkan sebagai faktor resiko independen operasi Caesar.Pada suatu penelitian
41
oleh Kriplani dkk dengan sampel 32 kelahiran pada ibu hamil yang mengalami
hipertiroidisme ternyata didapatkan partus preterm terjadi pada 25% pasien, 3%
mengalami hipermesis, 22% mengalami hipertensi pada kehamilan dan 9%
mengalami krisis tiroid.
b. Infertilitas
c. Keguguran berulang
d. Gagal jantung (10-20%)
e. Badai tiroid (0,1%)
2.1.2.9.2 Komplikasi Pada Janin
Hipertiroidisme maternal dapat mempengaruhi janin dan neonatal melalui
dua cara yaitu hipertiroid maternal yang tidak terkontrol (tanpa kadar TSI yang
tinggi) dan TSI mengalami pasase transplasenta. Pada hipertiroidisme maternal
yang tidak terkontrol janin mengalami resiko Intrauterine Growth Retardation
(IUGR), stillbirthdan prematuritas. Resiko prematuritas meningkat dari 11%
menjadi 55% pada ibu yang tidak diobati, resikostillbirth meningkat dari 5%
menjadi 24%. Pada suatu penelitian pada 230 kehamilan, 15 neonatus (6,5%)
mengalami IUGR. Komplikasi pada janin meningkat secara signifikan pada ibu
yang tetap hipertiroid pada paruh kedua kehamilan. Faktor resiko IUGR pada
pasien ini meliputi tirotoksikosis maternal selama lebih dari 30 minggu dalam
kehamilan, riwayat penyakit Graves selama lebih dari 10 tahun, dan onset
penyakit Graves sebelum 20 tahun.
42
2.1.2.10 Penatalaksanaan
1. Pengobatan jangka panjang (obat anti tiroid propiltiourasil/methimazol)
minimal 1 tahun untuk menghambat pembentukan hormon tiroid di
dalam sel-sel tiroid .
2. Pembedahan tiroidektomi subtotal setelah diberi terapi propiltiourasil
preoperatif, hanya bisa dilakukan pada trimester II.
3. Pengobatan yodium radioaktif (terapi ablatif).
2.1.3. Penyakit Kronis Sebagai Komplikasi Dan Penyulit Kehamilan
2.1.3.1 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat
ringan maupun berat yang terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan
berlangsung mencakup pasien yang sudah memiliki riwayat DM , pasien yang
baru diketahui DM saat kehamilan dan pasien yang benar-benar menderita DM
akibat kehamilan.
Saat kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin dan menyusui.
Seorang ibu hamil yang mengalami DM mengakibatkan insulin ibu tidak dapat
mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Komplikasi pada janin yang dapat terjadi akibat DM pada kehamilan
yaitu abortus spontan, premature/BBLR, kematian intra uterine, kematian
neonatal, hipoglikemia dll. Deteksi dini sangat diperlukan terutama pada ibu
43
dengan faktor risiko berupa keguguran berkali-kali selama hamil, riwayat
pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, melahirkan bayi dengan cacat
bawaan, melahirkan bayi > 4000 gr dan polyhidramnion (Marmi, dkk, 2011:
116-117).
2.1.3.2 Penyakit Jantung
Penyakit jantung dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh
demam reumatik atau memang seorang ibu sudah memiliki riwayat jantung.
Faktor predisposing jantung dalam kehamilan yaitu peningkatan usia seorang
ibu dengan penyakit jantung hipertensi dan superiomposed preeklamsia atau
eklamsi, aritmia jantung dan anemia.
Patofisiologi penyakit jantung dalam kehamilan disebabkan adanya
perubahan dalam system kardiovaskular yang diakibatkan oleh kerja pompa
jantung yang meningkat akibat kebutuhan darah pada janin untuk suplai nutrisi
dari ibu ke janin meningkat. Komplikasi yang ditimbulkan pada janin yaitu
premature, BBLR, hipoksia, pertumbuhan janin terhambat dan pada ibu akan
terjadi abortus, kematian ibu, gagal jantung kognitif dan edema paru (Marmi,
dkk, 2011: 118-121).
2.1.3.3 Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan di bagi dalam 4 klasifikasi yaitu sebagai
berikut:
44
1. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah
(TD) seorang ibu hamil dimana tidak ada sebab yang nyata akan tetapi sering
dihubungkan dengan penyakit ginjal dan muncul pada awal kehamilan dengan
Td mencapai 140/90mmHg. Yang membedakan dengan preeklamsia adalah
faktor-faktor hipertensi esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum
muncul preeklamsia, tidak mengalami edema atau proteinuria.
2. Hipertensi karena kehamilan
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan dengan faktor
risiko pada ibu hamil yang terpapar vili korialis untuk pertama kalinya,
terpapar vili korialis dalam jumlah yang banyak seperti pada kehamilan kembar
dan mola hidatosa, ada riwayat penyakit vaskuler dan mempunyai riwayat
keturunan hipertensi.
3. Preeklamsia
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria (protein dalam urin melebihi 0,3 g/lt dalam 24 jam) yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada triwulan tiga kehamilan
tetapi bisa jug timbul sebelum trimester tiga misalnya pada ibu hamil denga
mola hidatosa. Pemeriksaan tekanan darah (TD) dilakukan minimal 2x dengan
jarak waktu 6 jam dari pemeriksaan pertama dan dalam keadaan istirahat.
Penyebab preeklamsi antara lain primigravida, tuanya kehamilan dan
kehamilan kembar.
45
4. Eklamsia
Eklamsia adalah serangan konvulsi pada kehamilan tetapi, tetapi tidak selalu
komplikasi dari pre-eklamsi. Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama dan
setelah persalinan. Terjadi setelah 48-72 jam setelah persalinan. Dampak dari
eklamsiabagi ibu dapat terjadi gagal hati, cerebral haemorage, gagal ginjal dan
bagi janin akan menyebabkan retardari mental atau pertumbuhan terhambat,
BBLR, dan hipoksia.
2.1.3.4 Penyakit Graves atau Gondok
Menurut Dini, S (2013), penyakit gondok adalah penyakit kelainan
kelenjar endokrin terbesar ke 2 setelah DM di Indonesia. Penyakit gondok
muncul akibat kerja kelenjar tiroid yang bekerja keras untuk mencukupi
kebutuhan hormon tiroksin di dalam tubuh sehingga lama-kelamaan kelenjar
tiroid tersebut akan membesar. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
merupakan salah satu komplikasi kehamilan dari wanita hamil yang mengalami
hipertiroid yaitu sekitar 34 %. Prevalensi hipertiroid di Indonesia dalam
kehamilan yaitu sebesar 0,1-0,4% dan 85% dalam bentuk penyakit
Graves/gondok (Dimitry Garry, 2013).
46
2.2 KERANGKA TEORI
Gambar 2.4 Kerangka Teori Hubungan Status Hipertiroid Pada Kehamilan
Dengan Riwayat Kelahiran Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) Di Kabupaten
Magelang Tahun 2014.(Sumber : Guyton (1995), Hendy Mulyawan (2009),
Irma D.M. Sianturi (2009), Proverawati, (2010), Yusi Dwi C (2010), Marmi
(2011), Dini S (2013), Dimitry G (2013) di modifikasi).
Sosiodemografi
- Umur
- Jenis Kelamin
- Tingkat Pendidikan
- Tipe Daerah
- Status Kawin
- Kondisi Sosial Ekonomi
- Pekerjaan Suami
Status Gizi
Sosiodemografi
- Umur
- Jenis Kelamin
- Tingkat Pendidikan
- Tipe Daerah
- Status Kawin
- Kondisi Sosial Ekonomi
- Pekerjaan Suami
Status Anemia
- Kadar Hb Ibu
Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
Karakteristik Ibu Hamil
- Umur Kehamilan
- Paritas
- Jarak Kelahiran
- Umur Ibu Saat Hamil
- Riwayat Persalinan
Komplikasi Pada Kehamilan
- Penyakit Graves
- Diabetes Melitus
- Jantung
- Hipertensi
Sosiodemografi
- Umur
- Jenis Kelamin
- Tingkat Pendidikan
- Tipe Daerah
- Status Kawin
- Kondisi Sosial Ekonomi
- Pekerjaan Suami
Pemeriksaan Fungsi Kelenjar
Tiroid
- Pemeriksaan TSH ibu
- Pemeriksaan FT4
- Pemeriksaan T3
- Pemeriksaan T4
- Pemeriksaan hCG
Status Anemia
- Kadar Hb Ibu
Pemeriksaan Fungsi Kelenjar
Tiroid
- Pemeriksaan TSH ibu
- Pemeriksaan FT4
- Pemeriksaan T3
- Pemeriksaan T4
- Pemeriksaan hCG
Status Anemia
- Kadar Hb Ibu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2010:100). Kerangka konsep penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2 VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:
61). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup:
47
Variabel Bebas Variabel Terikat
Hipertiroid Kehamilan
Karakteristik Ibu Hamil
- Usia Ibu Hamil
- Paritas
- Jarak Kelahiran
Status Anemia
- Kadar Hb Ibu Hamil
Status Gizi
- LILA Ibu Hamil
- Kenaikan BB Ibu
Hamil
Bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah
(BBLR)
48
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel yang akan mempengaruhi dan mengakibatkan
perubahan pada variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status
hipertiroid pada kehamilan, usia, paritas, jarak kelahiran, LILA, kenaikan BB, dan
status anemia.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat penelitian ini adalah
riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
3.3. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris (Sudigdo Sastroasmoro,
2011).
3.3.1. Hipotesis Mayor
Terdapat hubungan antara status hipertiroid pada kehamilan, usia ibu
hamil, paritas, jarak kelahiran, status gizi ibu hamil (LILA dan kenaikan BB), dan
status anemia ibu hamil dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun
2014
3.3.2. Hipotesis Minor
1. Terdapat hubungan antara status hipertiroid kehamilan dengan kejadian
BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
49
2. Terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian BBLR di
Kabupaten Magelang tahun 2014.
3. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di
Kabupaten Magelang tahun 2014.
4. Terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR di
Kabupaten Magelang tahun 2014.
5. Terdapat hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR di
Kabupaten Magelang tahun 2014.
6. Terdapat hubungan antara kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian
BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
7. Terdapat hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian
BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
3.4. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
(1) (2) (3) (4) (5)
Variabel Terikat
Bayi dengan
Berat Lahir
Rendah
(BBLR)
Bayi dengan
berat lahir
rendah
(BBLR) yaitu
neonatus atau
kelahiran bayi
dengan berat
saat kelahiran
kurang dari
2.500 gram
tanpa
memandang
masa
Lembar
Kuisioner
Data
pelaporan
BBLR
Kabupaten
Magelang
tahun 2014
Data
pencatatan
kohort ibu
1.BBLR
(<2500 gram)
2.Normal
(≥2500 gram)
(Prawirohardjo,
2008).
Ordinal
50
kehamilan
(Prawirohardj
o, 2008).
hamil 2014
Hipertiroid
Kehamilan
Hipertiroidism
e merupakan
respon
kelenjar
tiroid/gondok
terhadap
pengaruh
metabolik
hormon tiroid
yang
berlebihan
(Dini
Sulistyani ,
2013).
Data TSH
Serum Ibu
Hamil Tahun
2013 dan
2014 dari
Laboratorium
GAKI
1.Hipetiroid TSH
serum
(<0,3µIU/ml)
2. Normal
TSH serum
(≥0,3µIU/ml)
(WHO, 2001)
Ordinal
Paritas Paritas
(Para)Parietas
adalah jumlah
anak yang
telah
dilahirkan oleh
seorang ibu
baik lahir
hidup maupun
lahir mati
(Prawirohardjo
, 2009).
Lembar
Kuisioner,
Kohort Ibu
Hamil, dan
Buku KIA
1. Berisiko
≥ 4 anak
2.Tidak berisiko
<4anak
(Prawirohardjo,
2009)
Ordinal
Jarak
Kelahiran
Jarak
kehamilan
adalah suatu
pertimbangan
untuk
menentukan
kehamilan
pertama
dengan
kehamilan
berikutnya
Lembar
Kuisioner,
Kohort Ibu
Hamil, dan
Buku KIA
1.Berisiko
<2 tahun.
2.Tidak berisiko
≥2tahun
(Kliegman, et, al,
2007).
Ordinal
Variabel Bebas
51
(DEPKES RI,
2001)
LILA Pengukuran
LILA adalah
suatu cara
untuk
mengetahui
risiko
Kekurangan
Energi Kronis
(KEK) pada
wanita usia
subur
(Supariasa,
2002: 48-49).
Lembar
Kuisioner,
Kohort Ibu
Hamil, dan
Buku KIA
1.Berisiko,
LILA<23,5cm
2.Tidak berisiko,
LILA
≥ 23,5 cm
(Supariasa, I
Dewa Nyoman
2002),
Ordinal
Kenaikan
Berat Badan
(BB)
Penambahan
berat badan
(BB) ibu pada
masa
kehamilan
(Cunningham,
dkk, 2005)
Lembar
Kuisioner,
Kohort Ibu
Hamil, dan
Buku KIA
1. Berisiko,
kenaikan BB
(< 6kg atau >12
kg).
1. Tidak
berisiko,
kenaikan BB (6-
12 g) atau 20%
dari BB sebelum
hamil (DEPKES
RI, 2001).
Ordinal
Status
Anemia
Keadaan
kesehatan ibu
hamil yang
erat kaitannya
dengan kadar
Hb (Tinuk
Istiarti, 2000).
Lembar
Kuisioner
Kohort Ibu
Hamil, dan
Buku KIA
1. Anemia, Hb<
11 gr%.
2. Normal, Hb
≥11gr% (Tinuk
Istiarti, 2000),
Ordinal
3.5. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian tentang hubungan status hipertiroid pada kehamilan dengan
riwayat BBLR di Kabupaten Magelang merupakan penelitian analitik
52
observasional dengan desain kasus kontrol dilengkapi dengan kajian kualitatif
dengan metode indepth interview. Metode Kasus Kontrol (case control study) yaitu
rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan-penyakit dengan cara
menentukan sekelompok orang yang berpenyakit (kasus) dan sekelompok orang-
orang yang tidak berpenyakit (kontrol), lalu membandingkan antara kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Subjek penelitian
dipilih berdasarkan kasus penyakit kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek
penelitian terpapar dengan faktor penelitian atau tidak dengan membandingkan
status paparan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Desain ini dipilih dengan pertimbangan kekuatan hubungan sebab akibat
rancangan studi case control lebih kuat daripada rancangan studi cross sectional.
Studi kasus kontrol lebih mudah, dan jumlah sampel lebih sedikit jika
dibandingkan dengan studi kohort.
3.6. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010).
Gambar 3.2 Rancangan Penelitian Case Control
Sumber : Notoatmodjo, 2010:42
Populasi
(Sampel
)
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Retrospektif
(Kasus) Efek +
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Retrospektif
(Kontrol) Efek -
53
3.6.1.1. Populasi Kasus
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh bayi (BBLR) di
Kabupaten Magelang yang lahir pada tahun 2014 yang berjumlah 815 bayi.
3.6.1.2.Populasi Kontrol
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir normal
di Kabupaten Magelang pada tahun 2014.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
sampel kasus dan kontrol.
3.6.2.1 Sampel Kasus
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah bayi BBLR yang dilahirkan pada
tahun 2014 dan memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah :
1. Bayi BBLR (<2.500gr) yang lahir pada tahun2014.
2. Bayi lahir hidup.
3. Ibu bayi yang melakukan pemeriksaan kadar TSH serum di Laboratorium
GAKI, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tahun 2013.
4. Berdomisili di Kabupaten Magelang.
5. Ibu bayi bersedia menjadi responden penelitian.
54
Dan kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
1. Bayi BBLR yang lahir pada tahun 2014 dan mengalami cacat bawaan
atau kelainan kongenital.
2. Bayi kembar yang lahir pada tahun 2014.
3. Bayi prematur yang lahir di tahun 2014.
4. Bayi lahir mati atau stillbirth di tahun 2014.
3.6.2.2 Sampel Kontrol
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah :
1. Bayi yang lahir normal pada tahun 2014.
2. Ibu bayi yang melakukan pemeriksaan kadar TSH serum di
Laboratorium GAKI, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang
tahun 2013.
3. Berdomisili di Kabupaten Magelang.
4. Ibu bayi bersedia menjadi responden penelitian.
Dan kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
1. Bayi yang lahir normal pada tahun 2014 dan mengalami cacat
bawaan atau kelainan kongenital.
2. Bayi kembar yang lahir pada tahun 2014.
3. Bayi prematur yang lahir di tahun 2014.
4. Bayi lahir mati atau stillbirth di tahun 2014.
55
3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengambilan sampel dengan Teknik pengambilan sampel Proportionate
Stratified Random Sampling adalah cara mengambil sampel dengan melihat
unsur populasi yang bersifat heterogenitas dan memiliki tingkatan/ strata secara
proporsional (Sugiyono, 2010: 119). Cara pengambilan sampel kasus dan
kontrol diambil dari bayi yang lahir BBLR (< 2.500gr) dan bayi normal (≥
2.500gr) di Kabupaten Magelang tahun 2014. Langkah pengambilan sampel
kasus dan sampel kontrol adalah sebagai berikut :
1. Melihat data BBLR dari UPT Puskesmas se Kabupaten Magelang tahun
2014.
2. Membuat strata/tingkatan jumlah kasus BBLR dari masing-masing UPT
Puskesmas se Kabupaten Magelang tahun 2014.
3. Setiap tingkatan/strata diambil sejumlah subjek secara acak menggunakan
rumus sebagai berikut :
n =
x N
Keterangan:
n = subjek penelitian pada masing-masing tingkatan/strata
x = jumlah populasi BBLR di masing-masing UPT Puskesmas di Kabupaten
Magelang tahun 2014.
56
N = jumlah sampel yang telah ditentukan berdasarkan rumusan besaran
sampel yaitu 41.
4. Jumlah subjek dari setiap tingkatan/strata adalah sampel penelitian.
3.6.4 Besar Sampel
Penentuan besar sampel untuk sampel kelompok kasus dan kelompok
kontrol yang akan diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus Lemeshow (1997). Penghitungan besaran sampel ditentukan melalui
perhitungan dari nilai OR (Ratio Odds) dari penelitian terdahulu yaitu Yusi, D
2010. Untuk menentukan besarnya sampel minimal yang terdapat dalam
populasi maka digunakan rumus berikut :
(Z √ √
(P1 P2)
Catatan: Q1= (1-P1), Q2= (1-P2), P= ½ (P1+P2), Q= 1-P, P1(1-P2)
P2(1-P1)
P2 = b/(b+d) ditetapkan dari kepustakaan penelitian sebelumnya
P1= OR x P2/1- P2 + OR xP2
Keterangan :
n1 = jumlah sampel minimal kelompok kasus
n2 = jumlah sampel minimal kelompok kontrol
Z = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
Z β = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
sebesar diinginkan sebesar 20% yaitu 0,84%
57
P1 = Pro porsi paparan pada kelompok kasus
P2 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol
OR` = Odds Ratio (diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya)
(Satroasmoro S, 2011: 204 ; Sopiyudin D, 2005)
OR= 2 (diperoleh dari penelitian Yusi D: 2010)
P2 = 1.67(diperoleh dari hasil penelitian Yusi D :2010)
OR x P2
1 P2 OR x P2
2 x 1.67
1 1.67 2 x 1.67
3.34/ ( 0.67) 3.34
2.67
1.67
0.67
1/2 (P1 P2) = 2.17
P
2.17
(Z √ √
(P1 P2)
(1,96√ √
(2.67 1.67)
58
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan rumus diatas, maka besar
sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 41 responden.
Perbandingan kasus dan kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel yang didapat adalah
41 kasus dan 41 kontrol.
Pembagian proporsi sampel berdasarkan pada jumlah sampel minimal
yaitu 41 responden yang dibagi banyaknya puskesmas se Kabupaten Magelang
yaitu 29 puskesmas, kemudian diambil 20 puskesmas sebagai sampel penelitian
karena 9 puskesmas yang lain tidak memenuhi kriteria inklusi sampel penelitian.
Distribusi sampel berdasarkan teknik proportionate stratified random sampling
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2: Distribusi Sampel Penelitian Ibu Hamil Yang Melahirkan Bayi
BBLR Di Kabupaten Magelang Tahun 2014
No Puskesmas Bayi BBLR
(x) Perhitungan
Sampel
(n)
1. Salaman I 40
2
2. Salaman II 24
1
3. Borobudur 47
2
4. Salam 49
3
5. Dukun 46
2
6. Sawangan I 35
2
7. Sawangan II 22
1
8. Muntilan II 25
1
9. Mungkid 20
2
4
4
59
3.7. Sumber Data
3.7.1 Data Primer
Data yang diambil dari responden atau sampel penelitian.. Pengambilan
data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara langsung
kepada responden menggunakan kuesioner berupa data identitas responden,
sosiodemografi, Berat Badan (BB) bayi saat dilahirkan, karakteristik ibu hamil,
riwayat penyakit gondok dalam keluarga, riwayat pemeriksaan kelenjar tiroid
yang pernah dikuti oleh responden dan riwayat konsumsi kapsul iodium. Data
hasil pemeriksaan TSH serum ibu hamil tahun 2013 dari laboratorium GAKI.
3.7.2 Data Sekunder
10. Mertoyudan II 10
1
11. Tempuran 31
2
12. Kajoran I 36
2
13. Kaliangkrik 31
2
14. Bandongan 50
3
15. Candimulyo 17
1
16. Pakis 27
1
17. Grabag I 63
3
18. Grabag II 17
1
19. Tegalrejo 34
2
20. Windusari 20
1
Total Sampel 41
5
4
60
3.7.3 Data sekunder diperoleh peneliti dari UPT Puskesmas Kabupaten
Magelang tentang data jumlah kasus BBLR pada tahun 2014 dan data
laporan kohort ibu hamil, beserta data tentang palpasi (TGR) ibu hamil.
3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data
3.8.1 Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013:102).
Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.8.1.1 Data Kohort Ibu Hamil ( Buku KIA)
Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden,
status anemia (Hb) ibu hamil, status gizi ibu hamil (LILA dan kenaikan BB
selama hamil), dan umur saat hamil.
3.8.1.2 Pedoman Wawancara Kualitatif dan Kuisioner
Pedoman wawancara kualitatif merupakan instrument penelitian yang
berisi pedoman pertanyaan kualitatif yang berkaitan dengan fokus penelitian
supaya wawancara penelitian tidak menyimpang dari tujuan penelitian, dimana
tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan status hipertiroid pada kehamilan
dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
61
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat. Kuesioner digunakan untuk pengambilan
data mengenai identitas responden, sosiodemografi, karakteristik ibu hamil,
riwayat penyakit gondok dalam keluarga, riwayat pemeriksaan kelenjar tiroid
yang pernah dikuti oleh responden, riwayat konsumsi makanan goitrogenik dan
riwayat konsumsi kapsul iodium.
3.8.1.3 Alat Perekam
Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam sewaktu obrolan
peneliti dengan informan atau responden berlangsung. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan handphone (HP) sebagai alat perekam dan pendukung penelitian.
Instrumen ini memiliki keuntungan dapat diamati dan didengar secara berulang-
ulang sehingga memungkinkan mengadakan analisis secara teliti, memberikan
dasar yang kuat dan mudah untuk dilakukan pengecekan ulang. Namun, terdapat
kelemahan pada alat ini yaitu memakan waktu, biaya, dan situasi latar
pengamatan terganggu (Lexy J. Moleong, 2007:180).
3.8.2 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui instrumen yang valid dan sahih,
maka kuesioner diuji validitasnya menggunakan uji product moment. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila korelasi tiap butir memiliki nilai positif dan
nilai r hitung > r tabel (Notoatmodjo S, 2010:164). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diujikan pada selain responden,
62
yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden yang akan diteliti
maka dipilih Puskesmas Magelang Utara.
Untuk menguji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment:
r =
√{ }
Keterangan : r = Koefisien validitas item yang dicari
N = jumlah responden
χ = skor yang diperoleh subyek dalam setiap item
у = skor yang diperoleh subyek dalam setiap item
Σ χ = jumlah skor dalam variabel χ
Σ у = jumlah skor dalam variabel у
Item pertanyaan dinyatakan valid apabila r yang diperoleh dari hasil
pengujian setiap item lebih bedar dari r tabel (r hasil > r tabel). Pengujian validitas
instrument pada penelitian ini menggunakan program komputer, dimana hasil
akhirnya (r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel Product moment pearson.
Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut
valid.
2. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.8.3 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan berkali-kali.
63
Penentuan reliabilitas instrumen, hasil uji coba ditabulasi dalam tabel dan analisis
data dicari varian tiap item kemudian dijumlahkan menjadi varian total.
Dinyatakan reliabel jika r alpha positif > r tabel (Notoatmodjo S, 2010:168). Uji
reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid diuji dengna rumus alpha
cronbach dengan bantuan komputer SPSS Windows 17.00. Rumus yang
digunakan adalah :
R11= (
) (
∑
)
Keterangan:
R11= Reliabilitas instrument
k= Banyaknya butir pertanyaan
∑ = Jumlah butir varians
= Varians total
Item pertanyaan dikatakan reliabel apabila r 11 yang diperoleh dari hasil pengujian
setiap item soal lebih besar dari r tabel ( r11 > r tabel).
3.8.4. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang dalam penelitian adalah sebagai berikut :
3.8.4.1 Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi
secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jenis wawancara dalam
penelitian ini adalah wawancara terpimpin,dilengkapi dengan kajian kualitatif
64
menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) . Wawancara terpimpin
yakni wawancara yang dilakukan dengan pedoman-pedoman berupa kuesioner.
Pedoman dalam kuesioner disusun dari variabel-variabel yang diteliti
(Notoatmodjo S, 2010).
Jenis wawancara mendalam (indepth interview) yang akan dilakukan
yaitu pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis ini
mengharuskan peneliti membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok
pertanyaan yang diperlukan, dan tidak perlu ditanyakan secara berurutan.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status hipertiroid pada
kehamilan dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun 2014.
3.9 PROSEDUR PENELITIAN
3.9.1 Tahap Pra Penelitian
Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:
1. Pengambilan data awal tentang hasil uji TSH serum di Laboratorium
GAKY tahun 2012-2014 dan pengambilan data laporan tahunan
BBLR dari tahun 2011-2014 dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang guna penyusunan proposal skripsi.
2. Pengambilan data laporan tahunan BBLR di tahun 2014 dari UPT
Puskesmas Kabupaten Magelang.
3. Menyusun rancangan penelitian.
4. Menentukan sampel yang akan diteliti.
65
5. Mengurus perizinan.
6. Menyiapkan instrument penelitian untuk mengumpulkan data primer.
3.9.1 Tahap Penelitian
Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan
penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi :
1. Menyeleksi bayi BBLR yang memenuhi criteria inklusi dan ekslusi
serta tercatat dalam kohort ibu hamil di masing-masing UPT
Puskesmas Kabupaten Magelang.
2. Menemui responden secara langsung.
3. Mewawancarai subjek penelitian mengenai riwayat kehamilan dan
kelahiran bayi pada masa lampau (recall) menggunakan kuisioner
yang sudah disusun di dalam instrumen penelitian.
4. Mencatat data kohort ibu hamil yang melahirkan bayinya di tahun
2014
5. Mendokumentasikan penelitian dalam bentuk foto.
3.9.2 Tahap Post Penelitian
Akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan pada saat setelah selesai
penelitian adalah:
1. Pengumpulan data setelah dilakukan wawancara
2. Analisis data univariat, bivariat dan multivariat
3. Penyusunan skripsi
66
Setelah data primer dari masing-masing kelompok terkumpul, maka
peneliti melakukan pengolahan data kuantitatif secara terkomputerisasi dengan
menggunakan software komputer. Dalam penyusunan laporan ini, peneliti juga
melakukan konsultasi-konsultasi dengan pembimbing untuk membuat laporan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
3.10 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, mulai dari
membuat editing, koding, skoring dan tabulasi. Langkah pengolahan data adalah
sebagai berikut :
3.10.1 Teknik Pengolahan Data
Setelah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara entri
data, editing, koding, dan tabulasi.
3.10.1.1 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner
apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,
relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsisten.
3.10.1.2 Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode bertujuan untuk mempermudah
analisis data dan entry data.
67
3.10.1.3 Entry Data
Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam perangkat computer untuk
selanjutnya diolah.
3.10.1.4 Tabulasi
Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan
mengatur angka-angka serta mengelompokkan data sesuai variabel dan kategori
penelitian sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori.
Langkah selanjutnya yakni analisis data. Teknik analisis data pada penelitian
ini diolah secara statistik dengan menggunakan bantuan program komputer,
melalui dua jenis analisis yaitu:
3.10.2. Teknik Analisa Data
3.10.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat bermanfaat untuk
melihat apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat gambaran data yang
dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut selain itu
digunakan untuk menggambarkan variabel bebas dengan variabel terikat yang
disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi (Notoatmodjo S, 2010: 182).
68
3.10.2.6 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengan skala data yang
ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Taraf signifikan yang
digunakan adalah 95% dengan menggunakan nilai kemaknaan atau p sebesar 5%.
Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi.
Tabel 3.3 Matriks perhitungan Odds Ratio (OR)
Keterangan :
Sel A : kasus mengalami pajanan
Sel B : kontrol mengalami pajanan
Sel C : kasus tidak mengalami pajanan
Sel D : kontrol tidak mengalami pajanan
Untuk menentukan variabel bebas sebagai hubungan atau bukan dilakukan
uji OR dengan menghitung nilai Confident Interval (CI) 95% OR.Rumus
menghitung OR adalah sebagai berikut (Sudigdo Sastroasmoro, 2011) :
OR = Odds pada kelompok kasus : Odds pada kelompok kontrol
= (Proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)
(Proporsi kontrol dengan faktor risiko)/(proporsi kontrol tanpa faktor risiko)
Disabilitas
Ya (kasus) Tidak (kontrol) Jumlah
Faktor risiko Ya A B A+B
Tidak C D C+D
Jumlah A+C B+D A+B+C+D
69
= a/(a + c) : c/(a + c)
b/(b + d) : d/(b + d)
= a / c
b / d
= ad
bc
Interpretasi nilai Odds Ratio (OR) :
1. OR > 1, dan 95% CI tidak mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor
yang diteliti merupakan faktor resiko terjadinya BBLR.
2. OR > 1, dan 95% CI mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor yang
diteliti belum merupakan faktor resiko terjadinya BBLR.
3. OR = 1, dan 95% CI mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup angka 1,
menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor resiko
terjadinya BBLR.
4. OR < 1, dan 95% CI tidak mencakup angka 1, menunjukkan bahwa faktor
yang diteliti merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko
terjadinya tekanan darah tidak terkendali.
5. OR < 1, dan 95% CI mencakup angka 1 , menunjukkan bahwa faktor yang
diteliti belum tentu merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko
terjadinya BBLR (Sudigdo Sastroasmoro, 2011).
70
3.10.2.7 Analisis Multivariat
Analisis bivariat hanya akan menghasilkan hubungan antara dua variabel
yang bersangkutan (variabel independen dan variabel dependen). Untuk
mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel
dependen, harus dilanjutkan lagi dengan melakukan analisis multivariat
(Notoatmodjo, 2010: 184). Analisis multivariate dalam penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara sebuah paparan dan penyakit
(yang diukur biner) dan untuk mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu
potensial yang bisa mempengaruhi variabel dependen/ variabel terikat. Penelitian
ini menggunakan analisis regresi logistik. Analisis regresi logistic digunakan
untuk untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data
dikotomik / biner dengan variabel bebas yang berupa data numerik (skala interval)
dan atau kategorik (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Dalam penelitian ini
hubungan antara variabel kovariat (riwayat konsumsi kapsul iodium, riwayat
konsumsi bahan makanan goitrogenik, riwayat penyakit grave’s dalam keluarga,
karakteristik ibu hamil (paritas, usia ibu saat hamil, jarak kelahiran, status anemia
ibu hamil dan status gizi ibu hamil) dianalisis dan dapat dapat diketahui bahwa
faktor independen (variabel kovariat) manakah yang erat hubungannya atau
sangat mempengaruhi variabel dependen/ variabel terikat (Riwayat Kelahiran BBLR).
Analisis ini menggunakan SPSS dengan tingkat kemaknaan 95%. Seluruh variabel
bebas dimasukan bersama-sama dengan uji Binary Logistic untuk melakukan seleksi
kandidat. Variabel bebas yang lolos seleksi yang memiliki nilai p<0,25.
71
Kemudian lakukan kembali uji Binary Logistic dengan memasukan seluruh
variabel bebas yang memenuhi syarat seleksi. Hasil yang dipilih menjadi variabel
bebas yang paling memiliki hubungan yang tinggi terhadap variabel terikat adalah
variabel yang memiliki nilai p (p-value) paling kecil.
Rumus analisis regresi logistic adalah sebagai berikut :
Keterangan :
F (q) atau p : probabilitas untuk mengalami “peristiwa” (penyakit, kematian)
A : konstanta yang sering disebut intersep
B1B2…………., Bk: Koefisien regresi variabel prediktor (independen, bebas,
pengaruh, penjelas, kovariat ) yang sering disebut lereng atau slope
X1, X2………., Xk : variabel prediktor yang pengaruhnya akan diteliti.
3.10.2.4 Analisis Kualitatif
3.10.2.4.1 Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu proses pemlihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
F (q) = 1/1 +e (a+b1x1
+ b2x2
+ b3x3……………….
+ bixi
)
72
catatan-catatan tertulis di lapangan dan reduksi data berlangsung terus
menerus selama penulisan berlangsung kemudian catatan lapangan tersebut
dirangkum, di ikhtisarkan atau diseleksi dan bisa dimasukkan pada tema atau
permasalahan yang sama.
3.10.2.4.2 Displai Data
Displai data dapat digunakan untuk mebantu peneliti melihat gambaran
secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Displai data
dilakukan setelah dilakukan reduksi data untuk masing-masing pola, kategori,
focus, tema yang akan difahami dan dimengerti inti permasalahannya.
3.10.2.4.3 Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan kegiatan analisis data kualitatif terletak pada pelukisan atau
penuturan tentang apa yang dihasilkan, dapat dimengerti berkenaan dengan suatu
masalah yang diteliti. Dalam hal ini akan sangat bergantung pada
kemampuan peneliti dalam merinci fokus masalah yang benar-benar menjadi
pusat perhatian untuk ditelaah secara mendalam, melacak, mencatat,
mengorganisasikan setiap data yang relevan untuk masing-masing fokus masalah
yang telah ditelaah.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan status
hipertiroid pada kehamilan dengan riwayat kelahiran bayi BBLR di
Kabupaten Magelang dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Faktor yang menunjukkan hubungan dengan kejadian BBLR di Kabupaten
Magelang tahun 2014 berdasarkan analisis bivariat adalah LILA, kenaikan
berat badan (BB) ibu hamil dan status anemia.
2. Hasil analisis multivariat, faktor yang menunjukkan hubungan dengan
kejadian BBLR adalah status hipertiroid (p-value=0,052; OR=2,839;
95%CI= 0,993-8,121), kenaikan BB (p-value=0,061; OR=0,119;
95%CI=0,013-1,100), dan status anemia (p-value=0,002; OR= 0,182;
95%CI=0,063-0,532
3. Ibu hamil yang memiliki status hipertiroid kehamilan, kenaikan BB
berisiko (<6kg atau >12 kg) dan memiliki status anemia (Hb<11gr%) akan
memiliki probabilitas sebesar 89% untuk melahirkan bayi dengan berat
badan rendah..
6.2 SARAN
6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan
1. Menetapkan kebijakan berupa penyediaan anggaran kesehatan untuk
pelaksanaan program pemeriksaan lengkap kehamilan, pemeriksaan
116
117
fungsi kelenjar tiroid (TSHs, FT4, T3, T4 dan TSH BS) bagi ibu hamil
sebagai evaluasi maslah GAKI dan untuk mengurangi kejadian BBLR di
Kabupaten Magelang sesuai dengan Keputusan Bupati Magelang nomor:
188.45/365/KEP/21/2013.
2. Memberikan feedback hasil pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid ( TSHs)
ibu hamil dan TSH BS kepada tiap-tiap layanan kesehatan atau
puskesmas yang mengirimkan untuk sesegera mungkin ditindak lanjuti
sesuai penanganan medis.
6.2.2 Bagi Puskesmas se Kabupaten Magelang
1. Melakukan rekap data secara lengkap setiap ada program gizi terutama
yang berhubungan dengan masalah GAKI seperti pemeriksaan TSHs,
TSH BS neonatal dan lain-lain serta menyimpan file atau berkas tersebut
karena dibeberapa puskesmas dijumpai kesulitan dalam pencarian data
karena file tidak tersimpan secara rapi dan benar.
2 Menyediakan media komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
hipertiroid kehamilan dan risiko komplikasi pada kehamilan.
3 Memberikan informasi hasil test yang positif hipertiroid kehamilan dan
hasil test laboratorium yang mengarah pada diagnosa komplikasi
kehamilan pada pasien selanjutnya untuk bisa ditindak lanjuti dengan
penenganan medis.
4 Memberikan edukasi dan informasi bagi ibu hamil tentang tata cara
meminum tablet besi (Fe) pada malam hari menjelang tidur untuk
118
mengurangi efek mual dan eneg diperut serta sebaiknya diminum dengan
air putih atau air jeruk untuk membantu proses penyerapan zat besi.
6.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Meneliti hubungan kadar TSHs dengan riwayat kelahiran BBLR dan
komplikasi kehamilan yang bisa muncul dengan desain penelitian kohort
prospektif jadi perjalanan kehamilan responden diikuti untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih efektif dan bisa menunjukkan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
2. Meneliti faktor-faktor tentang hipertiroid pada kehamilan dengan desain
penelitian yang berbeda dan memperbanyak sampel penelitian.
3. Melakukan kajian kualitatif yang lebih mendalam tidak hanya dengan
responden penelitian dan petugas kesehatan tetapi juga dengan petugas
laboratorium GAKI bagian gizi dan analis kesehatan.
4. Dapat mengembangkan penelitian dengan metode lain dan mencari
korelasi antara riwayat kelahiran BBLR dengan variabel yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ruswana, 2005, Biosintesis, Sekresi dan Mekanisme Kerja Hormon,
Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung.
Batubara, W.R., 2010, Penegakan Diagnosis Penyakit Graves, Skripsi, Sumatera
Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Bonnie, E, et al, First-Week Protein And Energy Intake Are Associated With 18-
Month Developmental Outcomes in Extremely Low Birth Weight Infants,
Pediatric, Vol 123, No.5, May 2009.
Buku Saku Kesehatan Jawa Tengah Tribulan 3, 2014, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah 2015.
Choirunnisa, Miftahani, 2010, Hubungan Kenaikan BB< LILA, Kadar Hb Ibu
Hamil Trimester III Dengan Kejadian BBLR Di Kota Surakarta, Skripsi,
Universitas Negeri Surakarta.
Chowdhry, Parveen, et al, 2014, Results of Controlled Double-Blind Study of
Thyroid Replacement in Very Low-Birth-Weight Premature Infants with
Hypothyroxinemia, American Journal of Pediatrics, Vol 73, No.301,
Oktober 2014,
(http://pediatrics.appublications.org/content/73/3/301.full.html).
Depkes RI, 2010, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
Tahun 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
------------, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
Tahun 2013, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
------------,2014, Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2014, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Dinas KesehatanKabupaten Magelang, 2013, Profil Kesehatan Kabupaten
Magelang Tahun 2031, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang,Magelang.
------------, 2014, Profil Kesehatan Kabupaten Magelang Tahun 2014, Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang,Magelang.
120
De Groot Leslie, et al, 2012, Management Of Thyroid Dysfunction During
Pregnancy And Postpartum, Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism, No.97, 2012: 2543–2565.
Depkes RI, 2003, Gizi Dalam Angka Sampai Dengan 2000/2001, Depkes RI,
Jakarta.
Depkes RI, 2005, Buku Pedoman Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk
Dokter, Bidan, Perawat, Maternal Dan Neonatal Health, Depkes RI,
Jakarta.
Eunike R. Rustiana, 2005, Psikologi Kesehatan, Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press.
Garry, Dimitry, 2013, Penyakit Tiroid Pada Kehamilan, CDK-206, Vol 2, No.7,
2013.
Gernauli P, Imelda, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kadar Kolinesterase Pada Perempuan Usia Subur Di Daerah Pertanian,
Tesis, Universitas Diponegoro.
Guyton,1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC Kedokteran,
Jakarta.
Handayani, S dan Umi Roziqoh, 2008, Paritas Dengan Kejadian BBLR Di RUSP
dr.Soeradji Klaten, Jurnal Maternitas, Skripsi, Stikes Klaten.
Istiarti, T, 2000, Menanti Buah Hati, Media Pressindo, Yogyakarta.
Kania, Nia, dkk, 2013, Hubungan Kadar TSH Dengan Maturitas Dan Umur
Pascanatal Pada Masa Neonatal Dini, Tesis, Universitas Padjajaran.
Kartika Sari, Noni, dkk, 2013, Hubungan Riwayat Pajanan Pestisida Pada Ibu
Hamil Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari
Kabupaten Brebes, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 April, 2013.
Keputusan Bupati Magelang, 2013, Keputusan Bupati Magelang Nomor
188.45/365/KEP/21/13tentangPembentukan Tim Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Dan Pengawasan Garam
Beryodium Di Kabupaten Magelang.
Kliegman, et, all, 2007, Maternity and Pediatric Nursing, Library Of Congress
Cataloging In Publication Data: China.
121
Kooistra, Libbe, et al, 2006, Neonatal Effects of Maternal Hypothyroxinemia
During Early Pregnancy, Jurnal of Pediatric, Vol 117, No.1, January
2006, (http://pediatrics.appublications.org/content/117/1/161.full.html).
Kusrini, Ina dan Prihatin Broto, 2010, Karakteristik Klinis Penderita Hipertiroid
Di Daerah Endemik Dan Non Endemik GAKI, Vol 2, No.1, Juni 2010.
Labir, I Ketut, dkk, 2013, Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II Meningkatkan
Risiko BBLR Di RSUD Wangaya Denpasar, Jurnal of Public Health and
Preventive Medicine Archieve, Vol 2, No.1, Juli 2013.
Lemeshow, Stainley et al, 1997, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan,
Gajah Mada Unniversity Press, Yogyakarta.
Linda, 2014, Hubungan Kenaikan BB Dan LILA Dengan BBLR Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Karang, Volume 8, No. 1, Februari 2014.
Manuaba, Ida Bagus, (1998) ,Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marmi, dkk, 2011, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Mochtar, Rustman, 2011, Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC, Jakarta.
Mutianingsih, Rosa, 2012, Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah Dengan
Kejadian Ikterus, Hipoglikemi Dan Infeksi Neonatorum Di RSUP NTB
Tahun 2012, Tesis, Universitas Brawijaya Malang.
Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Rineka
Cipta, Jakarta.
Nurcahyani, Yusi D dan Suryati Kumorowulan, 2010, Hubungan Antara Status
TSH Ibu Hamil Dengan Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran Di Daerah
Endemik GAKI, Jurnal MGMI, Vol 1, No.3, Desember 2010: 78-119.
Ogilvy-Stuart, et al, 2002, Neonatal Thyroid Disorders, Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed, No.8, May 2002: 165-171, (http:// www.archdischild.com).
Parravicini, Elvira, et al, 2014, Iodine, Thyroid Function, and Very Low Birth
Weight Infants, American Journal of Pediatric, Vol 98, No. 730, Oktober
2014, (http://pediatris.appublications.org/content/98/4/730.full.html).
122
Pesce L and Peter Kopp, 2014, Iodide Transport: Implications For Health And
Disease, International Journal of Pediatric Endocrinology, Vol 1, No.8,
2014, (http://www.jjpeonline.com/content/2014/1/8).
Phoojaroenchanachai, et al , 2001, Effect Of Maternal Hyperthroidism During
Late Pregnancy On The Risk Of Neonatal Low Birth Weight, Journal
Clinical Endocrinology, Vol.54, No.3: 365-370, 2001.
Prawirohardjo, 2006, Ilmu Kebidanan ( Edisi Ketiga), Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Proverawati, A.,& Ismawati, C, 2010, Berat Bayi Lahir Rendah, Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rasyid, Puspita S, dkk, 2012, Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo
Tahun 2012, Tesis, Universitas Hassanudin.
Sastroasmoro, S, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Setiyobudi, B, dkk, 2012, Hubungan Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan
dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kecamatan
Ngablak Kabupaten Magelang, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
Vol. 12 , No. 1 , April 2013.
Sitorus, RH, 1996, Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu Dan Janin Selama
Kehamilan, CV. Pionir Jaya, Bandung.
Soetjiningsih, 2012, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC.
Soekidjo Notoatmodjo, 2012,Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono, 2010, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Sulistyanti, Dini, 2013, Analisis Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Dengan Hipertiroid Pasca
Tiroidektomi Di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, Skripsi, Universitas Indonesia.
123
Sulistyani, Retno, 2013, Gambaran Konsumsi Garam Iodium, Kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon) Dan Kadar UIE (Urine Iodium Excretion) Pada Ibu
Hamil, Skripsi, Universitas Diponegoro.
Supadmi, S, dkk, 2007, Hubungan Hipertiroid Dengan Aktivitas Kerja Pada
Wanita Usia Subur, Vol 23, No.3, September 2007.
Supariasa I. D. N., Bakri B., &Fajar I, 2002, Penilaian Gtatus Gizi, Jakarta: EGC.
Tazkiah, M, dkk, 2013, Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR Pada Daerah
Endemis Malaria Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan,
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol 1, No. 2, September 2013: 266-276.
Umar, Husaini, dkk, 2010, Hasil Kehamilan Pada Penderita Hipertiroidisme,
Jurnal Medicinus, Vol.23, No.2 Juni-Agustus, 2010.
Widman, France K. 2003. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
EGC Kedokteran Edisi 9, Jakarta.
Widodo, US, dkk, 2013, Status GAKI Ibu Hamil Kaitannya Dengan Pola
Konsumsi Pangan Dan Aktifitas Fisik Di Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang, Vol 2, No.1, Januari-Juni 2011 : 15-27.
William, et al, 2003, Associations Between Peak Serum Billirubin and
Neurodevelopmental Outcomes in Extremely Low Birth Weight Infants,
American Journal of Pediatric, Vol 112, No. 4, October 2003,
(http://pediatrics.appublications.org/content/112/4/773.full.html).
124
Lampiran 1
125
Lampiran 2
126
127
128
Lampiran 3
129
130
131
132
133
Lampiran 4
134
135
Lampiran 5
136
Lampiran 6
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA
WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2014
Petunjuk Pengisian Kuesioner Informan Awal
1. Pertanyaan pada kuesioner ditujukan langsung kepada responden.
2. Jawaban diisi oleh pewawancara dengan menanyakan langsung kepada
responden.
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-
jujurnya.
4. Apabila responden mempunyai keterbatasan komunikasi sertakan pendamping
(keluarga/orang terdekat responden)
5. Membuat tanda silang (X) atau centang (√) pada jawaban yang dipilih.
A. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Hari/Tanggal :
Kategori Responden : Kasus Kontrol
B. Sosiodemografi
137
Usia saat ini : tahun
Jenis Kelamin Bayi : Laki-laki Perempuan
Status Pekerjaan Ibu : Bekerja Tidak Bekerja
Status Perkawinan saat ini : Kawin Tidak Kawin
*Catatan : Belum kawin, janda, duda termasuk dalam tidak kawin
Berat Badan Bayi (BB) saat dilahirkan : kg
Pendidikan : Tidak Bersekolah
SD
SMP
SMA
PT
Pendapatan :
< Rp.500.000 per Bulan
Rp. 500.000 - 1.500.000 per Bulan
> Rp.1.500.000 per Bulan
Pekerjaan Suami :
a. Buruh/Karyawan
Swasta
Petani
Pedagang/Wiraswata
PNS
138
Karakteristik Ibu Hamil
Usia ibu saat hamil :
Berat Badan (BB) saat hamil :
Tinggi Badan (TB) :
Jumlah paritas atau anak yang dilahirkan hidup: <4 anak ≥4anak
Jarak ibu melahirkan seorang bayi : <2 tahun ≥2tahun
Kenaikan Berat Badan (BB) ibu selama hamil : < 7kg ≥ 7kg
Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu saat hamil : <23,5 cm ≥ 23,5cm
Status anemia(Hb) ibu selama hamil : <11gr% ≥ 11gr%
C. Riwayat Kesehatan Ibu sebelum Hamil
Riwayat penyakit gondok : YA TIDAK
Riwayat penyakit gondok pada keluarga : YA TIDAK
Riwayat pernah mengikuti pemeriksaan fungsi Kelenjar tiroid (diisi
peneliti) :
YA
TIDAK
Riwayat pernah mengkonsumsi kapsul iodium: YA
TIDAK
139
PEDOMAN KUISINOER WAWANCARA KUALITATIF
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA
WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2014
1. Apakah selama ibu hamil, ibu pernah diambil darahnya oleh petugas
kesehatan setempat dan diperiksa di GAKI Borobudur ?
(jika YA/ Pernah, saat kehamilan berapa bulan ….! )
2. Apakah selama hamil, ibu mengetahui bahwa ibu mengetahui hasil dari
pemeriksaan darah di GAKI tersebut ?
( jika mengetahui, dari mana ibu mengetahui sumber informasi tersebut.
Sebutkan…!)
3. Apakah ibu merasakan keluhan saat hamil seperti : berat badan turun terus
tapi nafsu makan normal, bengkak tungkai bawah, tremor, banyak
mengeluarkan keringat, nafas terengah-engah dan denyut nadi serta detak
jantung cepat, cepat lelah saat beraktivitas, pusing, kepala berat dan sering
keluar keringat dingin di malam hari ?
4. Berapa lama ibu mengalami gejala tersebut?
5. Apakah ibu pernah mendapatkan pengobatan secara medis dan mendapat
kapsul seperti minyak ikan dari puskesmas atau layanan kesehatan setempat ?
(Jika iya, kapan dan berapa kali mendapat pengobatan. Sebutkan….!)
6. Apakah jenis makanan yang sering ibu konsumsi selama hamil ? (Tolong
sebutkan dengan jelas…!), bagaimana dengan konsumsi protein seperti telur,
ikan, bandeng, daging dll ? (Jika mengkonsumsi, berapa kali dalam
seminggu…!)
7. Apakah ibu pernah mengalami keguguran dalam kehamilan dan
perdarahan selama hamil ?
140
Lampiran 7
KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN
BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID
KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
A. KELOMPOK KASUS
No. Responden Umur
(TH)
Umur
Hamil
(BLN)
Alamat Hipertiroid
Riwayat
Kelahiran Bayi
µIU/ml Kategori Gram Kategori
Responden 1 28 5 bln Borobudur 0.07 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 2 30 7 bln Borobudur 0.03 Hipertiroid 2350 BBLR
Responden 3 32 5.5 bln Borobudur 0.24 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 4 31 5 bln Sawangan 5.48 Normal 2450 BBLR
Responden 5 23 4 bln Sawangan 0.38 Normal 2450 BBLR
Responden 6 19 3 bln Sawangan 0.1 Hipertiroid 2200 BBLR
Responden 7 23 5 bln Kajoran 0.26 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 8 20 5.5 bln Kajoran 2.59 Normal 1200 BBLR
Responden 9 23 4 bln Kajoran 0.79 Normal 1100 BBLR
Responden 10 20 3 bln Salaman 0.01 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 11 27 5 bln Salaman 0.13 Hipertiroid 2450 BBLR
Responden 12 27 5 bln Grabag 0.06 Hipertiroid 2000 BBLR
Responden 13 24 8 bln Grabag 0.04 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 14 23 4.5 bln Grabag 1.63 Normal 2200 BBLR
Responden 15 17 4 bln Grabag 0.4 Normal 1200 BBLR
Responden 16 24 3 bln Grabag 1.41 Normal 1400 BBLR
Responden 17 34 4 bln Mungkid 0.27 Hipertiroid 2100 BBLR
Responden 18 43 6.5 bln Mungkid 1.27 Normal 2450 BBLR
Responden 19 30 2.5 bln Kaliangkrik 0.06 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 20 22 7 bln Kaliangkrik 0.01 Hipertiroid 2450 BBLR
Responden 21 24 2.5 bln Kaliangkrik 1.22 Normal 1150 BBLR
Responden 22 25 3 bln Windusari 0.07 Hipertiroid 2100 BBLR
Responden 23 24 6 bln Bandongan 0.07 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 24 23 6 bln Bandongan 3.13 Normal 1800 BBLR
141
Responden 25 34 4 bln Bandongan 2.42 Normal 2400 BBLR
Responden 26 37 7 bln Bandongan 2.5 Normal 2300 BBLR
Responden 27 30 4 bln Candimulyo 2.32 Normal 2450 BBLR
Responden 28 31 4.5 bln Candimulyo 4.02 Normal 2200 BBLR
Responden 29 34 2 bln Candimulyo 1.12 Normal 1400 BBLR
Responden 30 26 5.5 bln Tempuran 0.03 Hipertiroid 2100 BBLR
Responden 31 38 4 bln Tempuran 0.23 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 32 20 3 bln Tempuran 0.61 Normal 2100 BBLR
Responden 33 18 5 bln Secang 0.01 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 34 32 5.5 bln Secang 0.24 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 35 23 6 bln Tegalrejo 3.23 Normal 1300 BBLR
Responden 36 24 7 bln Tegalrejo 0.59 Normal 1800 BBLR
Responden 37 29 4 bln Mertoyudan 0.09 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 38 24 8 bln Muntilan 2.94 Normal 1900 BBLR
Responden 39 36 7 bln Muntilan 0.05 Hipertiroid 2450 BBLR
Responden 40 25 5.5 bln Muntilan 0.08 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 41 27 8 bln Dukun 0.01 Hipertiroid 2000 BBLR
B. KELOMPOK KONTROL
No. Responden Umur
(TH)
Umur
Hamil Alamat
Hipertiroid Riwayat
Kelahiran
µIU/ml Kategori Gram Kategori
Responden 1 28
2.5
bln Kaliangkrik 0.05 Hipertiroid 3100 BBLN
Responden 2 24 4 bln Kaliangkrik 1.73 Normal 3300 BBLN
Responden 3 22
5.5
bln Kaliangkrik 0.01 Hipertiroid 3250 BBLN
Responden 4 25 5 bln Sawangan 0.83 Normal 3000 BBLN
Responden 5 22
2.5
bln Windusari 0.67 Normal 3300 BBLN
Responden 6 30 4 bln Bandongan 3.77 Normal 3000 BBLN
Responden 7 38 7 bln Mungkid 0.05 Hipertiroid 3700 BBLN
Responden 8 26
7.5
bln Mungkid 2.6 Normal 2500 BBLN
Responden 9 19 3 bln Borobudur 0.97 Normal 3000 BBLN
Responden 10 22 3 bln Borobudur 1.34 Normal 3400 BBLN
Responden 11 25 3 bln Borobudur 0.05 Hipertiroid 2700 BBLN
Responden 12 27 3 bln Bandongan 2.3 Normal 3800 BBLN
142
Responden 13 20
4.5
bln Bandongan 2.46 Normal 3000 BBLN
Responden 14 23 5 bln Bandongan 0.26 Hipertiroid 4000 BBLN
Responden 15 26 4 bln Salaman 0.03 Hipertiroid 3000 BBLN
Responden 16 25 6 bln Salaman 0.03 Hipertiroid 3300 BBLN
Responden 17 23
5.5
bln Grabag 0.16 Hipertiroid 3300 BBLN
Responden 18 20
2.5
bln Grabag 2.47 Normal 3800 BBLN
Responden 19 22 6 bln Grabag 2.86 Normal 2600 BBLN
Responden 20 30 3 bln Grabag 0.81 Normal 2750 BBLN
Responden 21 26 3 bln Grabag 0.79 Normal 2550 BBLN
Responden 22 25
4.5
bln Sawangan 1.11 Normal 3000 BBLN
Responden 23 20 6 bln Sawangan 2.81 Normal 3200 BBLN
Responden 24 22 5bln Kajoran 3.73 Normal 2900 BBLN
Responden 25 18
2.5
bln Kajoran 1.86 Normal 2600 BBLN
Responden 26 30 5 bln Kajoran 0.14 Hipertiroid 3100 BBLN
Responden 27 25 2 bln Candimulyo 1.68 Normal 2700 BBLN
Responden 28 30 6 bln Candimulyo 0.09 Hipertiroid 2900 BBLN
Responden 29 34 3 bln Candimulyo 1.75 Normal 3500 BBLN
Responden 30 19 3 bln Tempuran 0.03 Hipertiroid 2700 BBLN
Responden 31 24 2 bln Tempuran 0.04 Hipertiroid 3100 BBLN
Responden 32 28
3.5
bln Tempuran 3.65 Normal 2550 BBLN
Responden 33 24 4 bln Secang 1.27 Normal 2800 BBLN
Responden 34 25 2 bln Secang 4.88 Normal 2900 BBLN
Responden 35 36 3 bln Tegalrejo 0.26 Hipertiroid 3800 BBLN
Responden 36 32 4 bln Tegalrejo 0.05 Hipertiroid 3200 BBLN
Responden 37 36
7.5
bln Mertoyudan 0.03 Hipertiroid 3500 BBLN
Responden 38 35 7 bln Muntilan 1.19 Normal 2750 BBLN
Responden 39 24 4 bln Muntilan 0.19 Hipertiroid 3000 BBLN
Responden 40 30
5.5
bln Muntilan 0.25 Hipertiroid 2600 BBLN
Responden 41 32 5 bln Dukun 0.03 Hipertiroid 3100 BBLN
143
Lampiran 8
REKAPITULASI HASIL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN BAYI
BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID
KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
A. Hasil Bivariat
Nama
Responden
Status
Hipertiroid
Usia Paritas Jarak
Kelahiran
LILA Kenaikan
BB
Status
anemia
Status
BBLR
Responden
1
1 1 1 1 1 2 2 1
Responden
2
1 1 1 1 1 2 2 1
Responden
3
1 1 1 1 1 1 1 1
Responden
4
2 1 2 2 1 2 1 1
Responden
5
2 1 2 2 1 2 1 1
Responden
6
2 1 2 1 11 1 1 1
Responden
7
1 1 2 1 1 1 1 1
Responden
8
2 1 2 2 1 2 1 1
Responden
9
2 1 1 2 1 2 1 1
Responden
10
1 1 1 1 1 2 1 1
Responden
11
1 1 1 1 1 2 1 1
Responden
12
1 1 1 1 1 2 1 1
Responden
13
1 1 2 1 1 1 1 1
Responden
14
2 2 2 2 2 2 2 1
Responden
15
2 2 2 2 2 2 1 1
Responden
16
2 2 2 2 2 2 2 1
144
Responden
17
1 2 2 2 1 2 1 1
Responden
18
2 2 2 2 1 2 1 1
Responden
19
1 2 2 1 1 1 1 1
Responden
20
1 2 2 1 1 1 1 1
Responden
21
2 2 2 1 1 1 1 1
Responden
22
2 2 2 2 2 2 1 1
Responden
23
2 2 2 1 2 2 1 1
Responden
24
2 2 2 1 1 2 1 1
Responden
25
2 2 2 1 1 2 2 1
Responden
26
2 2 2 1 1 2 2 1
Responden
27
2 2 2 1 1 2 1 1
Responden
28
2 2 2 2 1 2 1 1
Responden
29
2 2 2 2 1 2 1 1
Responden
30
1 2 2 2 1 2 1 1
Responden
31
1 2 2 1 2 2 1 1
Responden
32
2 2 2 2 1 1 1 1
Responden
33
2 2 2 2 1 2 1 1
Responden
34
2 2 2 2 2 2 1 1
Responden
35
2 2 2 2 1 2 1 1
Responden
36
2 2 2 2 1 2 1 1
Responden
37
1 2 2 2 1 1 1 1
Responden 2 2 2 2 2 2 2 1
145
38
Resp1onden
39
1 2 2 2 2 2 2 1
Responden
40
1 2 2 2 1 2 1 1
Responden
41
1 2 2 2 1 1 1 1
Responden
42
1 2 2 1 1 1 1 0
Responden
43
2 2 2 1 1 2 1 0
Responde n
44
2 2 2 2 2 2 2 0
Responden
45
2 2 2 2 2 2 2 0
Responden
46
2 2 2 2 1 2 1 0
Responden
47
2 2 2 2 2 2 2 0
Responden
48
1 2 2 2 2 2 2 0
Responden
49
2 2 2 2 1 2 1 0
Responden
50
2 2 2 1 1 2 1 0
Responden
51
2 2 2 2 1 2 2 0
Responden
52
1 2 2 2 1 2 2 0
Responden
53
1 2 2 2 1 2 2 0
Responden
54
2 2 2 2 1 2 2 0
Responden
55
1 2 2 2 1 2 1 0
Responden
56
1 2 2 2 2 2 2 0
Responden
57
1 2 2 2 2 2 2 0
Responden
58
1 2 2 2 1 2 2 0
Responden
59
2 2 2 2 1 2 1 0
146
Resp. 60 1 2 2 1 2 2 2 0
Resp. 61 1 2 1 1 2 2 2 0
Resp. 62 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 63 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 64 2 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 65 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 66 2 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 67 1 2 1 1 1 2 1 0
Resp. 68 2 2 1 1 1 2 1 0
Resp. 69 1 2 2 1 1 2 1 0
Resp. 70 2 2 2 1 2 2 2 0
Resp. 71 1 2 2 2 1 2 1 0
Resp. 72 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 73 2 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 74 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 75 1 2 2 2 1 2 1 0
Resp. 76 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 77 1 2 2 1 1 2 1 0
Resp. 78 1 2 2 2 1 2 1 0
Resp. 79 2 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 80 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp.81 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 82 1 2 2 2 2 2 2 0
Keterangan : 1= Berisiko 2= Tidak Berisiko
0= BBLN 1=BBLR
147
Lampiran 9
UJI CHI- SQUARE
A. Hubungan Status Hipertiroid Kehamilan dengan BBLR
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
StsHiper * stsBBLR 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%
StsHiper * stsBBLR Crosstabulation
StsBBLR
Total BBLR BBLN
StsHiper hipertiroid Count 22 17 39
Expected Count 19.5 19.5 39.0
% of Total 26.8% 20.7% 47.6%
normal Count 19 24 43
Expected Count 21.5 21.5 43.0
% of Total 23.2% 29.3% 52.4%
Total Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.222a 1 .269
Continuity Correctionb .782 1 .376
Likelihood Ratio 1.226 1 .268
Fisher's Exact Test .377 .188
Linear-by-Linear
Association 1.208 1 .272
N of Valid Casesb 82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50.
b.Computed only for a 2x2 table
148
B. Hubungan Usia dengan BBLR
usia_bblr * sts_bblr Crosstabulation
sts_bblr
Total
"BBLR" "BBLN"
usia_bblr "Berisiko" Count 7 6 13
Expected Count 6.3 6.7 13.0
% of Total 8.5% 7.3% 15.9%
"Tidak Berisiko" Count 33 36 69
Expected Count 33.7 35.3 69.0
% of Total 40.2% 43.9% 84.1%
Total Count 40 42 82
Expected Count 40.0 42.0 82.0
% of Total 48.8% 51.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .159a 1 .690
Continuity Correctionb .009 1 .924
Likelihood Ratio .159 1 .690
Fisher's Exact Test
.768 .461
Linear-by-Linear
Association .157 1 .692
N of Valid Casesb 82
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for StsHiper
(hipertiroid / normal) 1.635 .683 3.915
For cohort stsBBLR =
BBLR 1.277 .827 1.972
For cohort stsBBLR =
BBLN .781 .500 1.219
N of Valid Cases 82
149
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.34.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for usia_bblr
("Berisiko" / "Tidak Berisiko") 1.273 .388 4.177
For cohort sts_bblr = "BBLR" 1.126 .643 1.972
For cohort sts_bblr = "BBLN" .885 .472 1.659
N of Valid Cases 82
C. Hubungan Paritas dengan BBLR
Crosstab
sts_bblr
Total
"BBLR" "BBLN"
paritas "berisiko" Count 5 3 8
Expected Count 4.0 4.0 8.0
% of Total 6.1% 3.7% 9.8%
"normal" Count 36 38 74
Expected Count 37.0 37.0 74.0
% of Total 43.9% 46.3% 90.2%
Total Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .554a 1 .457
Continuity Correctionb .139 1 .710
Likelihood Ratio .559 1 .455
150
Fisher's Exact Test
.712 .356
Linear-by-Linear
Association .547 1 .459
N of Valid Casesb 82
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for paritas ("berisiko" /
"normal") 1.759 .392 7.902
For cohort sts_bblr = "BBLR" 1.285 .715 2.307
For cohort sts_bblr = "BBLN" .730 .291 1.836
N of Valid Cases 82
D. Hubungan Jarak Kelahiran dengan BBLR
Crosstab
sts_bblr
Total
"BBLR" "BBLN"
jarak_lhr "berisiko" Count 18 10 28
Expected Count 14.0 14.0 28.0
% of Total 22.0% 12.2% 34.1%
"normal" Count 23 31 54
Expected Count 27.0 27.0 54.0
% of Total 28.0% 37.8% 65.9%
Total Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
151
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.471a 1 .062
Continuity Correctionb 2.657 1 .103
Likelihood Ratio 3.507 1 .061
Fisher's Exact Test
.102 .051
Linear-by-Linear
Association 3.429 1 .064
N of Valid Casesb 82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jarak_lhr
("berisiko" / "normal") 2.426 .945 6.227
For cohort sts_bblr =
"BBLR" 1.509 .997 2.285
For cohort sts_bblr =
"BBLN" .622 .360 1.076
N of Valid Cases 82
E. Hubungan Kenaikan BB dengan BBLR
Crosstab
Sts_BBLR
Total BBLN BBLR
Naik_BB Berisiko Count 40 31 71
Expected Count 35.5 35.5 71.0
% of Total 48.8% 37.8% 86.6%
Tidak Berisiko Count 1 10 11
152
Expected Count 5.5 5.5 11.0
% of Total 1.2% 12.2% 13.4
Total Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.504a 1 .004
Continuity Correctionb 6.720 1 .010
Likelihood Ratio 9.691 1 .002
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear
Association 8.401 1 .004
N of Valid Casesb 82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Naik_BB
(Berisiko / Tidak Berisiko) .078 .009 .638
For cohort Sts_BBLR =
BBLN .161 .025 1.057
For cohort Sts_BBLR =
BBLR 2.082 1.506 2.878
N of Valid Cases 82
F. Hubungan LILA dengan BBLR
Crosstab
Sts_BBLR
Total BBLN BBLR
Lila Berisiko Count 28 31 59
Expected Count 29.5 29.5 59.0
% of Total 34.1% 37.8% 72.0%
Tidak Berisiko Count 13 10 23
Expected Count 11.5 11.5 23.0
% of Total 15.9% 12.2% 28.0%
Total Count 41 41 82
153
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .544a 1 .461
Continuity Correctionb .242 1 .023
Likelihood Ratio .545 1 .460
Fisher's Exact Test .624 .312
Linear-by-Linear
Association .537 1 .464
N of Valid Casesb 82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Lila
(Berisiko / Tidak Berisiko) .695 .263 1.833
For cohort Sts_BBLR =
BBLN .840 .537 1.314
For cohort Sts_BBLR =
BBLR 1.208 .715 2.043
N of Valid Cases 82
G. Hubungan Status Anemia dengan BBLR
Crosstab
Sts_BBLR
Total BBLN BBLR
Sts_Anemia Berisiko Count 14 33 47
Expected Count 23.5 23.5 47.0
% of Total 17.1% 40.2% 57.3%
Tidak Berisiko Count 27 8 35
Expected Count 17.5 17.5 35.0
% of Total 32.9% 9.8% 42.7%
Total Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
154
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 17.995a 1 .000
Continuity Correctionb 16.151 1 .000
Likelihood Ratio 18.797 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 17.776 1 .000
N of Valid Casesb 82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sts_Anemia
(Berisiko / Tidak Berisiko) .126 .046 .344
For cohort Sts_BBLR =
BBLN .386 .240 .621
For cohort Sts_BBLR =
BBLR 3.072 1.625 5.805
N of Valid Cases 82
155
Lampiran 10.
UJI REGRESI LOGISTIK
A. HASIL MULTIVARIAT BERHUBUNGAN DENGAN BBLR
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 82 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 82 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 82 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number
of cases.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Sts_BBLR Percentage
Correct BBLN BBLR
Step 0 Sts_BBLR BBLN 0 41 .0
BBLR 0 41 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .221 .000 1 1.000 1.000
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2.287 8 .971
2 2.306 8 .970
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Sts_BBLR = BBLN Sts_BBLR = BBLR
Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 7 6.875 0 .125 7
2 7 7.960 2 1.040 9
3 8 7.722 1 1.278 9
156
4 6 6.508 2 1.492 8
5 5 4.675 3 3.325 8
6 4 3.012 4 4.988 8
7 3 2.724 5 5.276 8
8 1 1.406 8 7.594 9
9 0 .118 8 7.882 8
10 0 .000 8 8.000 8
Step 2 1 7 6.873 0 .127 7
2 7 7.961 2 1.039 9
3 10 9.419 1 1.581 11
4 7 7.169 2 1.831 9
5 3 2.747 3 3.253 6
6 6 4.998 8 9.002 14
7 1 1.540 6 5.460 7
8 0 .294 8 7.706 8
9 0 .000 7 7.000 7
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Paritas -.099 .728 .019 1 .891 .905 .217 3.769
Naik_BB -2.773 1.336 4.307 1 .038 .062 .005 .857
Lila 2.206 .903 5.969 1 .015 9.078 1.547 53.268
Sts_Anemia -2.600 .881 8.710 1 .003 .074 .013 .418
Usia -23.006 9.299E3 .000 1 .998 .000 .000 .
sts_hiper 1.947 .705 7.634 1 .006 7.007 1.761 27.881
Constant 48.800 1.860E4 .000 1 .998 1.562E21
Step 2a Naik_BB -2.832 1.265 5.009 1 .025 .059 .005 .703
157
Lila 2.205 .903 5.958 1 .015 9.070 1.544 53.270
Sts_Anemia -2.625 .863 9.247 1 .002 .072 .013 .393
Usia -23.085 9.299E3 .000 1 .998 .000 .000 .
sts_hiper 1.953 .703 7.717 1 .005 7.052 1.777 27.978
Constant 48.937 1.860E4 .000 1 .998 1.791E21
a. Variable(s) entered on step 1: Paritas, Naik_BB, Lila, Sts_Anemia,
usia, sts_hiper.
Model if Term Removed
Variable
Model Log
Likelihood
Change in -2
Log Likelihood df
Sig. of the
Change
Step 1 Paritas -30.991 .019 1 .891
Naik_BB -33.747 5.531 1 .019
Lila -34.880 7.796 1 .005
Sts_Anem
ia -37.019 12.074 1 .001
usia -41.586 21.210 1 .000
sts_hiper -35.469 8.975 1 .003
Step 2 Naik_BB -34.419 6.856 1 .009
Lila -34.882 7.782 1 .005
Sts_Anem
ia -37.521 13.060 1 .000
usia -42.529 23.076 1 .000
sts_hiper -35.537 9.093 1 .003
Variabel <0,25 diuji kembali menggunakan uji statistik regresi logistik ganda
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a sts_hiper 1.124 .550 4.178 1 .041 3.077 1.047 9.042
naik_BB -2.311 1.146 4.069 1 .044 .099 .010 .936
LILA 1.035 .690 2.252 1 .133 2.816 .728 10.887
158
Sts_Ane
mia -2.102 .645 10.620 1 .001 .122 .035 .433
Constant 4.340 2.212 3.850 1 .050 76.683
Step 2a sts_hiper 1.044 .536 3.788 1 .052 2.839 .993 8.121
naik_BB -2.131 1.136 3.518 1 .061 .119 .013 1.100
Sts_Ane
mia -1.701 .546 9.705 1 .002 .182 .063 .532
Constant 4.885 2.182 5.014 1 .025 132.310
a. Variable(s) entered on step 1: sts_hiper, naik_BB, LILA, Sts_Anemia.
Correlation Matrix
Constant sts_hiper naik_BB LILA Sts_Anemia
Step 1 Constant 1.000 -.193 -.829 -.152 -.047
sts_hiper -.193 1.000 -.214 .137 -.064
naik_BB -.829 -.214 1.000 -.097 -.131
LILA -.152 .137 -.097 1.000 -.507
Sts_Anemia -.047 -.064 -.131 -.507 1.000
Step 2 Constant 1.000 -.172 -.864
-.140
sts_hiper -.172 1.000 -.198
-.015
naik_BB -.864 -.198 1.000
-.204
Sts_Anemia -.140 -.015 -.204
1.000
Model if Term Removed
Variable
Model Log
Likelihood
Change in -2 Log
Likelihood df Sig. of the Change
Step 1 sts_hiper -44.710 4.361 1 .037
naik_BB -45.506 5.954 1 .015
LILA -43.752 2.445 1 .118
Sts_Anemia -49.003 12.948 1 .000
Step 2 sts_hiper -45.711 3.919 1 .048
naik_BB -46.291 5.079 1 .024
Sts_Anemia -49.042 10.580 1 .001
159
Lampiran 11.
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan
penjelasan saya dapat menanyakan kepadaSuhasti Nursaputri.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian
ini.
Tandatangan subjek Tanggal
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
160
Lampiran 12
DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara mendalam dengan informan triangulasi
Gambar 2. Wawancara mendalam dengan petugas kesehatan di puskesmas
161
Gambar 3. Wawancara mendalam dengan petugas kesehatan di puskesmas
Gambar 4. Wawancara mendalam dengan informan utama dan informan
triangulasi
162
Gambar 4. Wawancara dengan responden kasus Gambar 5. Responden control
Gambar 6. Buku KIA ibu hamil Gambar 7. Konsumsi sumber goitrogenik