Upload
hoangnhu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
T E S I S
Oleh RINI DWIYANI HADIWIDJAJA
057019025 / IM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2007
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
MANUFAKTUR DI INDONESIA Nama : Rini Dwiyani Hadiwidjaja Nomor Pokok : 057019025 Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Ketua
Drs. Syahyunan, M.Si Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
Dr.Hj. Rismayani, SE, MS. Prof.Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.
Tanggal Lulus : 15 Agustus 2007
Telah diuji pada
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Tanggal : 15 Agustus 2007
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1 Drs. Syahyunan, M.Si
2 Dr. Hj. Rismayani, SE, MS
3 Dr. Muslich Lufti, MBA
4 Drs. H. B Tarmizi, SU
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar
dan jelas.
Medan, Agustus 2007
Yang membuat pernyataan,
Rini Dwiyani Hadiwidjaja NIM. 057019025
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
ABSTRAK
Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, dibawah bimbingan Ade Fatma Lubis (Ketua) dan Syahyunan (Anggota).
Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestic Bruto
(PDB), namun pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah. Kemunduran industri selama tahun 2005 disebabkan oleh 3 (tiga) hambatan terbesar yaitu ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi. Kondisi ini tercermin juga dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 hingga 2005 menurun sehingga berdampak pada pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya, bahkan tidak sama sekali membayarkan dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor-faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan faktor apa yang paling dominan.
Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berkenaan dengan rasio pembayaran dividen Data yang digunakan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan dari 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001 hingga 2005. Pendekatan penelitian ini adalah desktriptif kuantitatif dengan metode explanatory research. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS ver 12.0.
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji pengaruh secara serempak (Uji F) dan uji pengaruh secara parsial (Uji t) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau α = 5%. Uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap Dividend Payout Ratio. Pada Determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 43,3% dan sisanya sebesar 56,7% dijelaskan oleh variabel lain yang belum diteliti. Namun uji secara parsial (Uji t) hanya ROI dan Tax Rate yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Adapun faktor yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio adalah ROI dilihat dari nilai koefisien regresi ROI sebesar 0,050.
Kata Kunci : Dividend Payout Ratio, Return on Investment
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
ABSTRACT
Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Manufacture Company in Indonesian. Under Guidance of Ade Fatma Lubis (Supervised) and Syahyunan (Member).
Manufacture industries confer the biggest contribution to Gross Domestic Product,
yet growth is relatively low. Manufacture industries decline in 2005 was caused by 3 big obstructions, its instability in macroeconomics, uncertainty policy and corruptions. This conditions shows in amount of manufactures companies have declined from 2001 until 2005, which affected to profit and liabilities of manufactures companies. This condition caused the payment of dividend manufactures companies decline year to year and some companies didn’t paid the dividend for 3 (three) years respectively.
The problems of this research are how is the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia.
The objective of this research is to finding out and analyzes the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia and which factor will be the most dominant to dividend payout ratio.
The theories to be used are financial ratio and decisions of dividend payment theory. The data used in this research is from the yearly financial report of the thirty one manufactured industries listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2001 to 2005. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research is the multiple linear regressions method. The hypothesize test used the statistical of F-test and the statistical of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables simultaneously influence Dividend Payout Ratio at the determinant coefficient (R2) 43,3% its shows that research independent variables able to explain 43,3% to Dividend Payout Ratio while the remaining of 56,7% explained by independent variables that were un-research. The statistical of t-test shows that only ROI and Tax Rate partially influence Dividend Payout Ratio. Return on Investment is the most variable that influence Dividend Payout Ratio with regression coefficient 0,050. Key Words: Dividend Payout Ratio, Return on Investment
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Rini Dwiyani Hadiwidjaja, lahir di Bandung pada tanggal 30 Januari 1977.
Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj.
Yayah Siti Mariah, M.Pd yang beralamat di Jl. Asrama, Komp. Bumi Asri Blok C No. 106
Cinta Damai, Medan. Status Menikah, suami bernama H. Edy Swasono, SE. dan dikarunia
satu anak yang bernama Muhammad Luthfan Kautsar. Saat ini bekerja di Universitas
Terbuka (UT) sebagai Staf Akademik yang beralamat di Pondok Cabe Raya, Pamulang,
Banten.
Mulai menuntut ilmu pada tahun 1984 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Jakarta
Barat, lulus tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 206 Jakarta Barat pada tahun 1989, dan lulus tahun 1992.
Dari tahun 1992 sampai tahun 1995 menduduki bangku Sekolah Menengah Umum
(SMU) Negeri 85 Jakarta Barat. Pada tahun 1995 melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) PERBANAS Jakarta, dan lulus tahun 2000. Berkat bantuan dan
dorongan dari keluarga tercinta, akhirnya melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Program Studi Magister Ilmu Manajemen pada tahun 2005 dan lulus tahun
2007.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam semoga tetap dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, sahabat dan semua umatnya
yang bertaqwa. Berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam proses
belajar untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Walaupun terdapat suka duka dan rintangan yang penulis hadapi dalam proses
penulisan tesis ini, namun berkat bimbingan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat mengatasinya dengan baik. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nissa B.,M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Bapak Drs. Syahyunan M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan petunjuk, pengarahan dan
bimbingan sehingga tesis ini dapat selesai.
3. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE,MS, Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA dan Bapak Drs. H.B.
Tarmizi, SU, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan,
saran dan kritikan membangun dalam menyempurnakan penulisan ini.
4. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
5. Rekan-rekan seangkatan 2005/2006 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Ka Imas, Risne, Rudi, Nurul,
Guna, Pa Nasir dan Izul yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam
menyelesaikan studi dan tesis ini.
6. Orangtua tercinta Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj. Yayah Siti Mariah, M.Pd,
dan mertua tercinta H. Soentoro, MS dan Hj. Roro Suharsih serta keluarga besar saya
yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a yang tulus kepada penulis.
Teristimewa kepada suami tercinta H. Edy Swasono, SE yang selalu memberikan
do’a dan dukungan, semangat dan pengorbanan yang tulus serta pada anak kami tersayang,
Muhammad Luthfan Kautsar yang menjadi semangat bagi penulis dalam menempuh dan
menyelesaikan program master ini
Segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini dicatat sebagai amal
kebajikan dan semoga diberi imbalan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Akhirnya
penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi sebuah masukan yang berharga bagi kita
semua dalam memperkaya pengetahuan kita.
Medan, Agustus 2007
Penulis
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ……………………………………………….. i
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN ……………………………………... ii
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………. iii
ABSTRAK ………………………………………………………………………... iv
ABSTRACT ………………………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………......... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… xiii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………… 5
1.5 Kerangka Pemikiran …………………………………………. 5
1.6 Hipotesis ……………………………………………………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ….……………………………………… 9
2.2 Rasio Keuangan ……………………………………………… 11
2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan …………… 11
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
2.2.2 Keterbatasan Rasio Keuangan …………………………. 14
2.3 Dividen ………………………………………………………… 16
2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-bentuk Dividen ………. 16
2.4 Kebijakan Dividen 19
2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen …………………………. 19
2.4.2 Teori Kebijakan Dividen .……………………………… 20
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen .. 21
2.5 Alternatif Pembayaran Dividen ………………………………... 27
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio …… 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………...……………………...... 37
3.2 Metode Penelitian ……………………………………………… 37
3.3 Populasi dan Sampel …………………………………………… 37
3.3.1 Populasi ………………………………………………… 37
3.3.2 Sampel …………………………………………………. 38
3.4 Jenis dan Sumber Data ………………………………………… 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data …...………………………………... 40
3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ……… 40
3.6.1 Identifikasi Variabel …………...…………………........ 40
3.6.2 Definisi Operasional Variabel .………………………… 43
3.7 Metode Analisis Data ………………………………………...... 44
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda …………………….... 44
3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik ………………………………. 45
3.7.2.1 Uji Normalitas ………………………………. 45
3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ………………………… 46
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………………………. 46
3.7.2.4 Uji Autokorelasi …….………………………. 47
3.7.3 Pengujian Hipotesis …………………………………… 48
3.7.3.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ……………... 49
3.7.3.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji-t) ………………….. 50
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Variabel …………………………………………….. 51
4.2 Pengujian Asumsi Klasik ………………………………………. 52
4.2.1 Uji Normalitas ………………………………………….. 53
4.2.2 Uji Multikolinearitas …………………………………… 55
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………………………………… 56
4.2.4 Uji Autokorelasi ……..…………………………………. 57
4.3 Analisis Model Regresi Linear Berganda …….………………... 58
4.4 Pengujian Hipotesis …………………………………………… 59
4.4.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F) ……………………….. 59
4.4.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ……………………............. 62
4.4.3 Pengaruh Paling Dominan ……………………………... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………...……………………... 67
5.2 Saran ……………..……………………………………………. 68
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 69
LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 73
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………………..... 8
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ……...... 39
3.2 Definisi Operasional Variabel ……………………………………... 43
3.3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..……............. 47
4.1 Deskripsi Variabel …………………………………………………. 52
4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov- Smirnov (K-S) ..… 55
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ……………………………………… 56
4.4 Hasil Uji Autokorelasi …………………………………….....……... 56
4.5 Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) …………………………....... 59
4.6 Hasil Uji Determinasi ……………………………………………… 60
4.7 Hasil Uji Pengaruh Parsial (Uji-t) …..……………………………... 62
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR GRAFIK
No. Judul Halaman
4.1 Hasil Uji Normalitas melalui Histogram …………………………… 54
4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Normal P-Plot ……………………… 54
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas …...……………………………....... 57
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi Penelitian ……... 69
2 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kreiteria 1 dan 2 …………………………………….. 71
3 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
Berdasarkan Kreiteria 1, 2 dan 3 …………………………………... 73 4 Data Gabungan Hasil Penelitian Variabel Penelitian ……………… 74 5 Hasil Pengolahan Data Regresi ……………………………………. 78
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri
manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
sampai dengan tahun 2005 sebanyak 140 perusahaan dari 323 perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia
menempati posisi yang dominan.
Pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah dan masih dapat
diraih di masa datang. Kondisi tahun 2000 misalnya, Indonesia masih dapat memelihara
pertumbuhan industri nonmigas sebesar 7,02 persen per tahun. Akan tetapi, di tahun 2001,
rasio pertumbuhan tersebut menurun sebesar 3,07 persen dan tinggal menjadi 3,95. Angka
pertumbuhan ini terus menurun dan tahun 2002 menjadi 3,68 persen. Selain itu ditunjukkan
dari kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia yang konsisten menurun dari 6,01
persen (2000) menjadi hanya 1,6 persen (2001), 3,8 persen (2002), lalu 4,4 persen (2003)
dan 6,7 persen (2004) (Kompas, 2 Mei 2005).
Kemunduran industri manufaktur juga terlihat dalam penyerapan tenaga kerja, setelah
krisis lapangan kerja menurun drastis. Antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2003,
lapangan kerja di sektor manufaktur turun 9,8 persen. Di sektor alas kaki
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
1
bahkan turun hampir 60 persen karena banyak pabrik-pabrik tutup atau direlokasi ke luar
negeri, terutama didorong masalah perburuhan dan meningkatnya Upah Minimum
Regional (Kompas, 16 Agustus 2005).
Berdasarkan pengamatan iklim usaha terhadap 500 perusahaan manufaktur yang
dipilih secara acak di lima aglomerasi industri di Indonesia. Secara umum, responden
mengatakan bahwa antara tahun 2003 dan 2005 iklim usaha cenderung membaik, namun
ada tiga hambatan terbesar yang dihadapi perusahaan manufaktur selama tahun 2005 yaitu
ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi.
Ketidakstabilan makroekonomi pada tahun 2005 diawali dengan naiknya harga
minyak dunia dan suku bunga internasional yang berpengaruh terhadap laju inflasi.
Ketidakpastian kebijakan yang dimaksud yaitu dalam hal peraturan perpajakan, perizinan
dan pengurusan impor yang merupakan faktor penting bagi daya saing suatu unit usaha.
Menurunnya peranan impor barang modal terhadap total impor dan naiknya peranan impor
barang konsumsi menggambarkan industri manufaktur pada tahun 2005 melemah
(Wartaekonomi, 24 Januari 2005).
Kondisi ini tercermin juga pada pertumbuhan industri manufaktur dari sisi mikro
yaitu sisi internal perusahaan, dilihat dari jumlah perusahaan (emiten) manufaktur yang
terdaftar di BEJ dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 menurun. Hal ini juga
berdampak pada pembagian atau pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya
jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar
dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya. Hal ini tampak dari nilai
dividend pershare (DPS) dan dividend payout ratio (DPR) yang menunjukkan bahwa
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
banyak perusahaan yang tidak selalu mencantumkan jumlah DPS dan DPR sama sekali
(tidak membayarkan dividen) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.
Misalnya pada sektor Industri dasar dan kimia (basic industry and chemical), sub
sektor industri semen PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk
hanya membayarkan dividen sebelum tahun 2000 saja, yaitu dari tahun 1991 hingga 1999
secara berturut-turut sedangkan dari tahun 2001 hingga tahun 2005 tidak membagikan
dividen. Sektor aneka industri (miscellaneous industry), sub sektor textile and garment
pembayaran dividen hanya dilakukan dari tahun 1994 hingga tahun 1999 saja, sedangkan
untuk tahun 2000 hingga 2005 tidak membayarkan dividen.
Hal ini juga ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-
rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan manufaktur di BEJ selama
periode tahun 2001 hingga 2005, rasio likuiditas yaitu cash ratio rata – rata 0,65 kali,
artinya rata – rata perusahaan tidak mampu melunasi seluruh hutang lancarnya dari kas
yang tersedia karena setiap satu kali melakukan hutang lancar, perusahaan hanya mampu
melunasinya dari kas 0,65 kali. Rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity rata – ratanya
0,74 kali. Tingkat profitabilitas (ROI) rata-rata sebesar 11,85 %. Angka ini menunjukkan
bahwa keefektifan penggunaan aktiva dalan memperoleh laba bersih perusahaan selama periode itu
pada umumnya cukup baik.
Pertumbuhan internal perusahaan dapat digambarkan oleh nilai perusahaan,
karakteristik internal, kualitas perusahaan dan kinerja keuangan, serta prospek perusahaan
dimasa yang akan datang. Salah satu informasi yang digunakan untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan yaitu melalui data keuangan yang tertuang dalam suatu laporan, yaitu
laporan keuangan.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Pemegang saham selalu
berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun
ke tahun. Sebagian lain dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan (retained
earning) yang akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali
(reinvestment). Hal ini merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam
menentukan besarnya Dividend Payout Ratio.
Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat
memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya. Nilai perusahaan
ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Namun apabila dikaitkan dengan
pergerakan harga saham ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar
cenderung akan meningkatkan harga saham.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Apakah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),
Return on Investment (ROI) dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on
Investment (ROI), dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan
bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen keuangan dan memberikan kajian
empiris tentang dampak informasi keuangan khususnya mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi dividend payout ratio. Penelitian ini juga sebagai bahan
referensi bagi peneliti / mahasiswa lain yang ingin mengembangkan penelelitian
selanjutnya.
2. Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi
dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan
harapannya untuk mendapatkan dividen.
3. Perusahaan (emiten), hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam menetapkan
kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan sumber pendanaan
(internal/eksternal) jika akan melakukan reinvestment.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham
sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan.
Kebijakan terhadap dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk
“laba ditahan” guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Namun apabila
perusahaan memilih untuk membagikan dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan
dana intern akan semakin besar. Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran
dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya.
Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan dan
kinerja perusahaan adalah informasi keuangan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut berisi informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang tampak dari aspek
likuiditas, leverage/solvabilitas dan rentabilitas/profitabilitas perusahaan yang berbentuk
rasio-rasio keuangan.
Kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara
terus menerus oleh manajemen, oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu
dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan, dan
mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Teknik analisis rasio
keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan
perusahaan (Helfert, 1997).
Rasio keuangan merupakan tolak ukur untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.
Rasio-rasio keuangan tersebut dikelompokan ke dalam 5 (lima) kelompok dasar, yaitu
likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian (Sawir, 2005).
Analisis kinerja keuangan dengan rasio yang dikembangkan dalam hal ini diambil
dari sudut pandang investor (pemodal) sehingga yang menjadi fokusnya dilihat dari
profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang, laba dan dividen yang meningkat serta
indikator pasar (Helfert, 1997). Dari berbagai macam rasio keuangan tersebut ada beberapa
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
rasio yang perlu diperhatikan baik oleh pemegang saham maupun oleh perusahaan yaitu
Dividend Payout Ratio (DPR).
Sedangkan menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya DPR dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi utang, tingkat
ekspansi yang direncanakan (laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva),
faktor pengawasan dan ketentuan-ketentuan dari pemerintah, yaitu ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.
Penetapan DPR harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan
maupun pemegang saham. Bagi pihak perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen
dan besarnya laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan
perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang terkandung di
dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi. Apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan
sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi.
Menurut Helfert (1997) ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari sudut
pandang pemberi pinjaman adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang dapat dinilai
melalui rasio lancar (Current Ratio) dan rasio kas (Cash Ratio) dan yang kedua leverage
keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui hutang terhadap aktiva (DAR), hutang
terhadap kapitalisasi dan hutang terhadap ekuitas (DER). Sedangkan dari sudut pandang
investor adalah 1) Profitabilitas, yang terdiri dari Pengembalian atas total kekayaan bersih
(ROI), Pengembalian atas ekuitas (ROE), dan Laba per saham, 2) Disposisi Laba, yang
terdiri dari Dividen per saham, Hasil Dividen dan Pembayaran kembali/penahanan laba
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
(DPR), 3) Indikator Pasar, yang terdiri dari rasio harga, perbaikan arus kas, Nilai pasar thd
nilai buku (MBR).
Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga
dapat mempengaruhi DPR yaitu Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit
Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX).
Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net
Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX) memiliki pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.
Cash Ratio
Debt to Equity Ratio (DER)
Net Profit Margin (NPM)
Return on Investment (ROI)
Dividend Payout Ratio
(DPR)
Tax Rate (TAX)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan
Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution
(2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada
Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent
variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan
(growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio)
dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode
purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun).
Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to
Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namun dengan variabel bebas yang berbeda,
yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan
Return on Investment (ROI) untuk periode1999 hingga 2001.
9
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah
populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear
berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER,
NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.
Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik
di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001
hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7
(tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi
pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to
equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data
yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi
pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to
equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio
hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriyani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-
variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Manufaktur Di Bursa
Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55
perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Cash Ratio (CR), Return on
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan
Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan
variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis
yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini
(DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI)
dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.
2.2 Rasio Keuangan
2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan
dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi
masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.
Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan
pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat
membandingkan dengan rasio lain.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) Financial ratios is restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; and (2) we can compare the firm’s ratios with those of other firms.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual
perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-
kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis
untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1)
waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari
laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan
lingkungan yang kurang lebih sama.
Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions: 1. How liquid is the firm? 2. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 3. How is the firm financing its assets? 4. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?
Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan
dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain :
1. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.
2. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena
tujuan utama pembelian aktiva ialah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki
pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak
memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakah telaah lebih lanjut
untuk mengungkapkan penyebabnya.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
3. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham
umum.
4. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?
Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor
dalam membeli saham perusahaan.
Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan
menjadi 5 (lima) , yaitu :
1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi
diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai
biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat
dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio
Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross
Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio
Laba atas Modal (Return on Equity).
2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
ini adalah sebagai berikut :1) Rasio Lancar (Current Ratio), 2) Rasio Cair (Quick
Ratio/Acid Test Ratio) dan 3) Rasio kas (Cash Ratio).
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan
piutangnya, rasio ini dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Rasio Perputaran Persediaan
(Inventory Turn Over), 2) Rasio Hari Persediaan (Inventory Period), 3) Rasio Perputaran
Piutang (Account Receivable Turn Over), dan 4) Rasio Periode Pengumpulan Piutang
(Average Collection Period).
4. Rasio Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya
Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan
dana dan biaya. Biasanya biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini
dibagi menjadi 5, yaitu : 1) Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan, 2) Rasio Harga
Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan, 3) Rasio Beban Penjualan atas
Penjualan dan 4) Rasio Beban Administrasi dan 5) Rasio Beban Keuangan.
5. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan
utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain : 1) Rasio Kewajiban Jangka Panjang
atas Harta/ Aktiva (Debt To Asset Ratio), 2) Rasio KewajibanJangka Panjang atas Modal
(Debt To Equityt Ratio) dan 3) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi.
2.2.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sawir (2005) keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
a. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis
apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang.
b. Rasio disusun dari kata akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran
yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipilasi.
c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya
metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan
Sedangkan menurut Kuswadi (2006) Analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan-
keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, antara lain :
a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang
digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan
(selain dari buku-buku pembantu).
b. Biasanya, analisis rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak
mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan
umumnya berasal dari data masa lalu (data historis). Data historis ini mungkin bukan
merupakan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.
c. Apabila jumlah jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar (signifikan),
angka rasio laba dapat menyesatkan
d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan
keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen,
perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya
manusianya.
e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam
industri tertentu yang sedang diperbandingkan. Kesulitan tersebut terjadi karena :
• Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan prinsip dan prosedur akuntansi
yang digunakan.
• Prinsip, prosedur, dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
sering berubah sehingga sulit untuk membuat penilaian yang akurat terhadap maju
mundurnya perusahaan.
2.3 Dividen
2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-Bentuk Dividen
Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital
gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara
harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang
diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh
perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para
investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang
diperoleh perusahaan
Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan
merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan
nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan
Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan
pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal lainnya seperti tambahan modal
disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus
dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman tentang sumbernya.
Kieso dan Weygandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh
perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:
1. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.
2. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.
3. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau
pembayaran dividen pada masa yang akan datang.
4. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang
dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan
direksi.
Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan
dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahan atau
spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa
juga dalam bentuk saham (stock dividens).
Menurut Brealey dan Myers (2004) ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
1. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk
tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuidasinya cukup tinggi
sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.
2. Stock Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk
lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan
meneydiakan dividen dalam bentuk tunai.
3. Extra Dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika
perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat
sementara.
4. Noncash Dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment
plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun
lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan
lembar saham di bawah pasar.
2.4 Kebijakan Dividen
2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap
penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi
kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan yang kedua
diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada
umumnya sebagai EAT (Earning After Tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi
diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya
EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang bekaitan dengan
penentuan apakah keuntungan / laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk
diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang simpan
kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai
pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang semakin mengalir ke
tangan pemegang saham.
Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan
kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Sedangkan, jumlah dividen
yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.
Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen
kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana
(kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment.
Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan
maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan
hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan
kenaikan dividen.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).
2.4.2 Teori Kebijakan Dividen
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari
preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori
preferensi pajak.
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori
ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka
berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya
untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung
semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.
2. Teori “Bird-In-The-Hand”
Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh
lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang
diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil.
Miller dan Madigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther
sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena menurut padangan MM, kebanyakan
investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari
perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko
dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat
risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1)
Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan
pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu,
investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin
lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2)
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual dan (3) Terhindar dari pajak
keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) “three basic views about dividend; (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this view says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory. The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capital gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen,
Pendapat atau pandangan pertama yaitu “dividen adalah tidak relevan”. Pendapat ini
dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran
dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, dan nilai perusahaan
ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu “dividen yang
tinggi akan meningkatkan nilai saham”. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih
merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital
gains. Pendapat ini disebut bird-in-the-hand’ theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang
rendah akan meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah
perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan
memaksimumkan nilai perusahaan.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya
untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3)
perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak
pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion),
6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (acces to the capital
market), dan 9) Laba yang diperoleh berusaha untuk dibayarkan pada pemegang saham.
Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-
undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba,
stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.
1. Undang-undang.
Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus
dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba
ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.
2. Posisi likuiditas.
Angka yang tercantum dalam lapoan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu
sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai
catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang
besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana
tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini mungkin
saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.
3. Kebutuhan pelunasan utang.
Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan
pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo
dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi
utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut
maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk
melunasi hutang perusahaan.
4. Tingkat ekspansi aktiva.
Semakin cepat suatu peruashaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan
untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin
besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga
ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan
pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang
tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka
semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang
dapat dibayarkan.
5. Tingkat laba.
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk
membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan
tersebut.
6. Stabilitas laba.
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan
berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya
berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada
tahun – tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan
cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi
labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih
rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.
7. Akses ke pasar modal.
Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas
dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada
perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman
dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak
laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah
mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada
perusahaan kecil atau baru.
8. Kendali perusahaan.
Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai
pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa
menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi hutang
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil
hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat
ini. Perusahaan perlu melakukan kendali dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada
tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran
dividen.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu
memperhatikan faktor – faktor berikut ini:
1. Operating Cash Flow
Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan
menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa
perusahaan harus membagikan dividen sebesar – besarnya.
2. Tingkat laba
Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham,
ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang
tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan peruashaan untuk meningkatkan dan
tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.
3. Kesempatan investasi
Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik
peruahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan
pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar
modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang
sebenarnya (investasi yang menguntungkan).
4. Biaya transaksi
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham
sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investoral menjual
saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan
demikian, jika tidak ada faktor pajak maka menerima dividen akan lebih menguntungkan
daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang
membagikan dividen secara teratur.
5. Pajak penghasilan
Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada
dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%) mungkin
akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan
memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan
investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak
terlalu besar.
2.5 Alternatif Pembayaran Dividen
Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen
kebutuhan investai harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu
perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) there are three altervatives dividend payment; (1) Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year to year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time (3) Regular dividend plus a year-end
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
extra), a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.
Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999), ada 3 (tiga) alternatifnya
pembayaran dividen, yaitu:
1. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).
Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap
terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang
dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Hal
ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya
selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya
maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang
menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai
dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan
memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).
2. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (Stable dollar dividend per share).
Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang
tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan memperoleh
keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari tahun sebelumnya maka
jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan tahun – tahun sebelumnya.
Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat
dipertahankan untuk penurunan dividen sampai benar – benar terbukti bahwa perusahaan
tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi
(Sartono, 2000).
3. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler
dividend plus a year – end extra).
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya
perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang
sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir
periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan
investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu – ragu untuk
menanamkan dananya. Namun menururt Sartono (2000) kebijakan ini merupakan
kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan
yang lebih flesibel.
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan
laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin
tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak
perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi
sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan
internal financial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992)
Sundaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham
dengan laba per saham.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) menyatakan “Dividend payout ratio
indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share”
Menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut ini :
1. Faktor Likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio
dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio
2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik
untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan
berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.
3. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh
perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh
diprioritaskan untuk penambahan aktiva.
4. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri
sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin
tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.
5. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
laba perusahaan maupun pembayaran dividen.
6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham, apabila para pemegang saham
adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi
disbanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian dividen,
faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen
disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi kesempatan investasi yang
menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan sebagai berikut :
1. Faktor Likuiditas
2. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu
mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa
diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru
akan lebih tinggi daripada biaya modal laba ditahan. Umumnya dividend payout ratio
(DPR) berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.
3. Pengendalian, kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan
mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap
perusahaan akan berkurang.
4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan
yang relatif stabil.
5. Biaya transaksi dan kebutuhan permodal, secara teoritis kenaikan harga saham akan
sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa
menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran
dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal
tersendiri.
Alasan pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio
dalam penelitian ini adalah:
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
1. Cash Ratio
Menurut Riyanto (1997), para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan rasio
likuiditas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio
likuiditas adalah cash ratio. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas
yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio
ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat
waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio.
Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan
persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun
tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.
Menurut Sawir (2005), rumus dalam perhitungan cash ratio, yaitu:
Cash + Marketable Securities Cash Ratio = Current Liabilities
Holder, Langrehr, dan Hexter (1998) dalam Suhartono (2004) menyatakan bahwa
apabila masih ada peluang investasi yang bias diambil, perusahaan akan lebih baik
menggunakan dana dari aliran kas intern untuk membiayai investasi dan cenderung
membayar dividen yang rendah.
Sedangkan dividen merupakan cash outflow maka dengan digunakannya seluruh kas
yang tersedia untuk membayar hutang lancar perusahaan, maka dapat mengakibatkan
penghasilan pemegang saham (dividen) menurun atau bahkan tidak dapat dividen sama
sekali. Ada hubungan negatif antara cash ratio dengan pembayaran dividen.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas /
leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal
asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.
Aturan struktur finansiil konservatif memberikan batas imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri.
Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal
sendiri yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansiil tersebut menetapkan bahwa
besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal
sendiri. Koefisien hutang yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan
modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1.
Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan
menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan
modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib
memberikan balas jasa pada mereka dalam mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin
besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya
maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.
Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut
berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para
pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang
yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.
Menurut Sawir (2005), rumus untuk menghitung debt to equity ratio yaitu:
Total Utang Debt to Equity Ratio = Modal (Equity)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika
jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Jika dihubungkan dengan
pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang berlawanan (negatif), artinya
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen dan sebaliknya.
Penelitian Harahap (2004) di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999 hingga 2001
terhadap 28 perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mampu
menjelaskan DPR pada perusahaan manufaktur adalah Debt to Equity Ratio (DER).
3. Net Present Margin (NPM)
Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal
yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya.
Menurut Sawir (2005) NPM adalah rasio yang membandingkan net income dengan
penjualan bersih operasi (sales), dapat digambarkan dalam formula sebagai berikut :
Net Income Net Profit Margin = Sales
Crutchley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) menemukan bukti bahwa earning
volatility berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Volatilitas keuntungan berkaitan
erat dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka
perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang akan datang dengan
ketepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan tersebut bisa mempertahankan
pembayaran sebagian besar dari keuntungannya dalam bentuk dividen.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan
menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh
perusahaan. Ada hubungan positif rasio profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.
4. Return on Investment (ROI)
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998) rasio return on investment (ROI)
menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang
dimiliki perusahaan atau mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan atas penggunaan
investasi asset – assetnya.
ROI atau ROA merupakan rasio dalam bentuk yang paling mudah dianalisis
profitablitasnya yang menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan
terhadap total aktiva di neraca (Helfert, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung
ROI adalah sebagai berikut :
Net Income Return on Investment = Total Asset
Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total
investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam
nilai total harta (Assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya
manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI
merupakan salah satu rasio profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran
dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai
ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan.
5. Tax Rate (TAX)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan
dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan
tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) yang mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sebagai berikut :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%
diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%
diatas Rp.100.000.000,00 30% Sumber : Undang-undang Pajak Tahun 2000
Seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel memiliki penghasilan
sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), maka berdasarkan
ketentuan tersebut cara menghitung rasio tax rate adalah :
Tax Rate =
(EBT–Rp100.000.000) x 30%)+Rp.12.500.000
EBT
Keterangan :
Rp. 12.500.000 diperoleh dari :
10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000
15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000
Rp.12.500.000
Diketahui bahwa antara Tax Rate dan pembayaran dividen terdapat hubungan
negative yang artinya semakin tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran
dividen kepada pemegang saham.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan
Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution
(2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada
Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent
variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan
(growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio)
dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode
purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun).
Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to
Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namun dengan variabel bebas yang berbeda,
yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan
Return on Investment (ROI) untuk periode1999 hingga 2001.
9
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah
populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear
berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER,
NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.
Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik
di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001
hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7
(tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi
pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to
equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data
yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi
pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to
equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio
hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriyani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-
variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Manufaktur Di Bursa
Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55
perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Cash Ratio (CR), Return on
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan
Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan
variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis
yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini
(DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI)
dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.
2.8 Rasio Keuangan
2.8.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan
dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi
masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.
Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan
pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat
membandingkan dengan rasio lain.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) Financial ratios is restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; and (2) we can compare the firm’s ratios with those of other firms.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual
perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-
kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis
untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1)
waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari
laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan
lingkungan yang kurang lebih sama.
Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions: 5. How liquid is the firm? 6. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 7. How is the firm financing its assets? 8. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?
Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan
dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain :
5. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.
6. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena
tujuan utama pembelian aktiva ialah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki
pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak
memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakah telaah lebih lanjut
untuk mengungkapkan penyebabnya.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
7. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham
umum.
8. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?
Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor
dalam membeli saham perusahaan.
Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan
menjadi 5 (lima) , yaitu :
6. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi
diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai
biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat
dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio
Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross
Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio
Laba atas Modal (Return on Equity).
7. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
ini adalah sebagai berikut :1) Rasio Lancar (Current Ratio), 2) Rasio Cair (Quick
Ratio/Acid Test Ratio) dan 3) Rasio kas (Cash Ratio).
8. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan
piutangnya, rasio ini dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Rasio Perputaran Persediaan
(Inventory Turn Over), 2) Rasio Hari Persediaan (Inventory Period), 3) Rasio Perputaran
Piutang (Account Receivable Turn Over), dan 4) Rasio Periode Pengumpulan Piutang
(Average Collection Period).
9. Rasio Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya
Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan
dana dan biaya. Biasanya biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini
dibagi menjadi 5, yaitu : 1) Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan, 2) Rasio Harga
Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan, 3) Rasio Beban Penjualan atas
Penjualan dan 4) Rasio Beban Administrasi dan 5) Rasio Beban Keuangan.
10. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan
utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain : 1) Rasio Kewajiban Jangka Panjang
atas Harta/ Aktiva (Debt To Asset Ratio), 2) Rasio KewajibanJangka Panjang atas Modal
(Debt To Equityt Ratio) dan 3) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi.
2.8.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sawir (2005) keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
e. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis
apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang.
f. Rasio disusun dari kata akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran
yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipilasi.
g. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya
metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
h. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan
Sedangkan menurut Kuswadi (2006) Analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan-
keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, antara lain :
f. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang
digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan
(selain dari buku-buku pembantu).
g. Biasanya, analisis rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak
mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan
umumnya berasal dari data masa lalu (data historis). Data historis ini mungkin bukan
merupakan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.
h. Apabila jumlah jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar (signifikan),
angka rasio laba dapat menyesatkan
i. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan
keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen,
perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya
manusianya.
j. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam
industri tertentu yang sedang diperbandingkan. Kesulitan tersebut terjadi karena :
• Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan prinsip dan prosedur akuntansi
yang digunakan.
• Prinsip, prosedur, dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan sering berubah sehingga sulit untuk membuat penilaian yang akurat
terhadap maju mundurnya perusahaan.
2.9 Dividen
2.9.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-Bentuk Dividen
Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital
gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara
harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang
diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh
perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para
investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang
diperoleh perusahaan
Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan
merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan
nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan
Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan
pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal lainnya seperti tambahan modal
disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus
dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman tentang sumbernya.
Kieso dan Weygandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh
perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:
5. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.
6. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.
7. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau
pembayaran dividen pada masa yang akan datang.
8. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang
dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan
direksi.
Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan
dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahan atau
spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa
juga dalam bentuk saham (stock dividens).
Menurut Brealey dan Myers (2004) ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
5. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk
tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuidasinya cukup tinggi
sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.
6. Stock Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk
lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan
meneydiakan dividen dalam bentuk tunai.
7. Extra Dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika
perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat
sementara.
8. Noncash Dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment
plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun
lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan
lembar saham di bawah pasar.
2.10 Kebijakan Dividen
2.10.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap
penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi
kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan yang kedua
diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada
umumnya sebagai EAT (Earning After Tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi
diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya
EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang bekaitan dengan
penentuan apakah keuntungan / laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk
diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang simpan
kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai
pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang semakin mengalir ke
tangan pemegang saham.
Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan
kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Sedangkan, jumlah dividen
yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.
Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen
kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana
(kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment.
Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan
maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan
hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan
kenaikan dividen.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).
2.10.2 Teori Kebijakan Dividen
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari
preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori
preferensi pajak.
4. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori
ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka
berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya
untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung
semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.
5. Teori “Bird-In-The-Hand”
Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh
lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang
diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil.
Miller dan Madigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther
sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena menurut padangan MM, kebanyakan
investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari
perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko
dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat
risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
6. Teori Preferensi Pajak
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1)
Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan
pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu,
investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin
lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2)
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual dan (3) Terhindar dari pajak
keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) “three basic views about dividend; (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this view says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory. The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capital gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen,
Pendapat atau pandangan pertama yaitu “dividen adalah tidak relevan”. Pendapat ini
dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran
dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, dan nilai perusahaan
ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu “dividen yang
tinggi akan meningkatkan nilai saham”. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih
merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital
gains. Pendapat ini disebut bird-in-the-hand’ theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang
rendah akan meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah
perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan
memaksimumkan nilai perusahaan.
2.10.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya
untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3)
perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak
pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion),
6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (acces to the capital
market), dan 9) Laba yang diperoleh berusaha untuk dibayarkan pada pemegang saham.
Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-
undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba,
stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.
9. Undang-undang.
Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus
dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba
ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.
10. Posisi likuiditas.
Angka yang tercantum dalam lapoan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu
sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai
catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang
besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana
tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini mungkin
saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.
11. Kebutuhan pelunasan utang.
Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan
pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo
dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi
utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut
maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk
melunasi hutang perusahaan.
12. Tingkat ekspansi aktiva.
Semakin cepat suatu peruashaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan
untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin
besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga
ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan
pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang
tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka
semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang
dapat dibayarkan.
13. Tingkat laba.
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk
membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan
tersebut.
14. Stabilitas laba.
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan
berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya
berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada
tahun – tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan
cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi
labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih
rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.
15. Akses ke pasar modal.
Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas
dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada
perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman
dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak
laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah
mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada
perusahaan kecil atau baru.
16. Kendali perusahaan.
Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai
pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa
menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi hutang
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil
hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat
ini. Perusahaan perlu melakukan kendali dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada
tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran
dividen.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu
memperhatikan faktor – faktor berikut ini:
6. Operating Cash Flow
Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan
menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa
perusahaan harus membagikan dividen sebesar – besarnya.
7. Tingkat laba
Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham,
ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang
tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan peruashaan untuk meningkatkan dan
tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.
8. Kesempatan investasi
Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik
peruahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan
pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar
modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang
sebenarnya (investasi yang menguntungkan).
9. Biaya transaksi
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham
sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investoral menjual
saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan
demikian, jika tidak ada faktor pajak maka menerima dividen akan lebih menguntungkan
daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang
membagikan dividen secara teratur.
10. Pajak penghasilan
Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada
dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%) mungkin
akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan
memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan
investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak
terlalu besar.
2.11 Alternatif Pembayaran Dividen
Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen
kebutuhan investai harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu
perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) there are three altervatives dividend payment; (1) Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year to year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time (3) Regular dividend plus a year-end
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
extra), a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.
Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999), ada 3 (tiga) alternatifnya
pembayaran dividen, yaitu:
4. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).
Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap
terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang
dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Hal
ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya
selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya
maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang
menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai
dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan
memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).
5. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (Stable dollar dividend per share).
Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang
tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan memperoleh
keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari tahun sebelumnya maka
jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan tahun – tahun sebelumnya.
Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat
dipertahankan untuk penurunan dividen sampai benar – benar terbukti bahwa perusahaan
tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi
(Sartono, 2000).
6. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler
dividend plus a year – end extra).
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya
perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang
sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir
periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan
investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu – ragu untuk
menanamkan dananya. Namun menururt Sartono (2000) kebijakan ini merupakan
kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan
yang lebih flesibel.
2.12 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan
laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin
tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak
perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi
sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan
internal financial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992)
Sundaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham
dengan laba per saham.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999) menyatakan “Dividend payout ratio
indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share”
Menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut ini :
7. Faktor Likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio
dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio
8. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik
untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan
berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.
9. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh
perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh
diprioritaskan untuk penambahan aktiva.
10. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri
sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin
tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.
11. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
laba perusahaan maupun pembayaran dividen.
12. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham, apabila para pemegang saham
adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi
disbanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian dividen,
faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen
disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi kesempatan investasi yang
menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan sebagai berikut :
6. Faktor Likuiditas
7. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu
mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa
diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru
akan lebih tinggi daripada biaya modal laba ditahan. Umumnya dividend payout ratio
(DPR) berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.
8. Pengendalian, kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan
mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap
perusahaan akan berkurang.
9. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan
yang relatif stabil.
10. Biaya transaksi dan kebutuhan permodal, secara teoritis kenaikan harga saham akan
sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa
menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran
dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal
tersendiri.
Alasan pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio
dalam penelitian ini adalah:
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
6. Cash Ratio
Menurut Riyanto (1997), para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan rasio
likuiditas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio
likuiditas adalah cash ratio. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas
yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio
ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat
waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio.
Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan
persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun
tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.
Menurut Sawir (2005), rumus dalam perhitungan cash ratio, yaitu:
Cash + Marketable Securities Cash Ratio = Current Liabilities
Holder, Langrehr, dan Hexter (1998) dalam Suhartono (2004) menyatakan bahwa
apabila masih ada peluang investasi yang bias diambil, perusahaan akan lebih baik
menggunakan dana dari aliran kas intern untuk membiayai investasi dan cenderung
membayar dividen yang rendah.
Sedangkan dividen merupakan cash outflow maka dengan digunakannya seluruh kas
yang tersedia untuk membayar hutang lancar perusahaan, maka dapat mengakibatkan
penghasilan pemegang saham (dividen) menurun atau bahkan tidak dapat dividen sama
sekali. Ada hubungan negatif antara cash ratio dengan pembayaran dividen.
7. Debt to Equity Ratio (DER)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas /
leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal
asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.
Aturan struktur finansiil konservatif memberikan batas imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri.
Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal
sendiri yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansiil tersebut menetapkan bahwa
besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal
sendiri. Koefisien hutang yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan
modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1.
Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan
menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan
modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib
memberikan balas jasa pada mereka dalam mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin
besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya
maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.
Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut
berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para
pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang
yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.
Menurut Sawir (2005), rumus untuk menghitung debt to equity ratio yaitu:
Total Utang Debt to Equity Ratio = Modal (Equity)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika
jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Jika dihubungkan dengan
pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang berlawanan (negatif), artinya
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen dan sebaliknya.
Penelitian Harahap (2004) di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999 hingga 2001
terhadap 28 perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mampu
menjelaskan DPR pada perusahaan manufaktur adalah Debt to Equity Ratio (DER).
8. Net Present Margin (NPM)
Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal
yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya.
Menurut Sawir (2005) NPM adalah rasio yang membandingkan net income dengan
penjualan bersih operasi (sales), dapat digambarkan dalam formula sebagai berikut :
Net Income Net Profit Margin = Sales
Crutchley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) menemukan bukti bahwa earning
volatility berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Volatilitas keuntungan berkaitan
erat dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka
perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang akan datang dengan
ketepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan tersebut bisa mempertahankan
pembayaran sebagian besar dari keuntungannya dalam bentuk dividen.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan
menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh
perusahaan. Ada hubungan positif rasio profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.
9. Return on Investment (ROI)
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998) rasio return on investment (ROI)
menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang
dimiliki perusahaan atau mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan atas penggunaan
investasi asset – assetnya.
ROI atau ROA merupakan rasio dalam bentuk yang paling mudah dianalisis
profitablitasnya yang menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan
terhadap total aktiva di neraca (Helfert, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung
ROI adalah sebagai berikut :
Net Income Return on Investment = Total Asset
Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total
investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam
nilai total harta (Assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya
manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI
merupakan salah satu rasio profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran
dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai
ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan.
10. Tax Rate (TAX)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan
dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan
tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) yang mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sebagai berikut :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%
diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%
diatas Rp.100.000.000,00 30% Sumber : Undang-undang Pajak Tahun 2000
Seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel memiliki penghasilan
sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), maka berdasarkan
ketentuan tersebut cara menghitung rasio tax rate adalah :
Tax Rate =
(EBT–Rp100.000.000) x 30%)+Rp.12.500.000
EBT
Keterangan :
Rp. 12.500.000 diperoleh dari :
10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000
15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000
Rp.12.500.000
Diketahui bahwa antara Tax Rate dan pembayaran dividen terdapat hubungan negative yang
artinya semakin tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran dividen kepada
pemegang saham. BAB III
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang beralamat di Jakarta Stock
Exchange Building, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Penelitian ini
dilakukan dari bulan April 2007 sampai dengan bulan Juli 2007.
3.2 Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif,
Berdasarkan tingkat eksplanasinya bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari jenis datanya
tergolong penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitaif ini menekankan pada pengujian teori-
teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis
data dengan prosedur statistik.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar (go
public) dan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan dipublikasikan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode tahun 2001 hingga 2005. Jumlah populasi pada
penelitian ini adalah 140 perusahaan (Lampiran 1).
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan menetapkan beberapa
37
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
pertimbangan atau kriteria. Ada 3 (tiga) kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sejak tahun 2001 dan tetap terdaftar di
BEJ hingga tahun 2005. Hal ini dimaksudkan untuk data yang berkesinambungan.
Ada 133 perusahaan atau emiten yang terdaftar di BEJ sejak tahun 2001 hingga tahun
2005, sedangkan 7 (tujuh) perusahaan atau emiten tidak termasuk dalam sampel
penelitian karena baru bergabung dan terdaftar di BEJ pada tahun 2002, 2003, 2004
dan 2005. (Lampiran 2).
2. Perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun
2001 sampai dengan tahun 2005. Jumlahnya ada133 perusahaan atau emiten yang
telah menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005
(Lampiran 2).
3. Perusahaan yang membayar dividen selama 5 (lima) tahun berturut-turut dari tahun
2001, 2002, 2003, 2004 dan 2005. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria ini ada
31 perusahaan atau emiten. (Lampiran 3).
Berdasarkan kriteria diatas, maka terdapat 31 perusahaan atau emiten manufaktur
yang menjadi sampel dalam penelitian ini dan terbagi dalam 3 (tiga) jenis sektor industri
(sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi)
antara lain :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)
No Kode Nama Perusahaan (Emiten) 1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 5 LION PT Lion Metal Works Tbk 6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk
ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry)
15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 18 PBRX PT Pan Brothers Tbk 19 BATA PT Sepatu Bata Tbk
INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry)
20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 24 MYOR PT Mayora Indah Tbk 25 GGRM PT Gudang Garam Tbk 26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 28 MERK PT Merck Indonesia Tbk 29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
Sumber : Jakarta Stock Exchange, www.jsx.co.id
3.4 Jenis Dan Sumber Data
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory 2001-2005 yang memuat laporan keuangan
perusahaan manufaktur untuk periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.
Data penelitian ini bersumber dari Bursa Efek Jakarta (Jakarta Stock Exchange)
melalui situs resmi Jakarta Stock Exchange (www.jsx.co.id), situs resmi BAPEPAM
(www.bapepam.co.id), media cetak dan jurnal. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan gabungan data antarperusahaan (cross section) dan antarwaktu (time series)
atau pooled cross sectional and time series data.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek
Jakarta (Jakarta Stock Exchange) (www.jsx.co.id) dan situs resmi BAPEPAM
(www.bapepam.co.id), serta artikel-artikel dari media cetak dan jurnal.
3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.6.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Dividend Payout Ratio (Y). Rasio ini
menjelaskan tentang jumlah pembayaran dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham dari laba bersih yang dihasilkan. Menurut Atmaja (1994)
persentase dividen yang dibagi atau dibayarkan dengan Net Income disebut Dividend
Payout Ratio.
Dividen yang dibayarkan Dividend Payout Ratio (DPR) = Net Income
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio sebagai variabel independent
untuk mengetahui rasio keuangan lainnya yang mempunyai pengaruh signifikan secara
serempak dan parsial terhadap kenaikan dan penurunan pembayaran dividen. Serta untuk
mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Cash Ratio, Debt to Equity Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate. Variabel-
variabel ini diduga mempengaruhi Devidend Payout Ratio baik secara serempak dan
parsial, antara lain :
1. Cash Ratio
Menurut Sawir (2005) Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas (Cash) dan
sekuritas yang dapat dipasarkan (Marketable Securities) dengan utang lancar (Current
Liabilities).
Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang paling cair (liquid) artinya apabila
perusahaan ingin membayarkan dividen secara kas (cash dividend) maka sudah seharusnya
perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayarnya. Rasio ini dapat digunakan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera
dipenuhi (hutang lancar) dari kas yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga
yang dapat segera diuangkan
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio total utang atas modal sendiri merupakan perbandingan antara total utang
dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi
utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga
rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari
jumlah utang atau minimal sama.
3. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan keuntungan/laba bersih
perusahaan setelah pajak dengan penjualan (sales). Semakin tinggi rasio ini
mengindikasikan semakin baik perusahaan menghasilkan laba bersih, yang artinya
kemampuan untuk membayar dividen juga akan semakin tinggi. Ada hubungan positif rasio
profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.
4. Return on Investment (ROI)
Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total
investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam
nilai total harta (Assets). Rasio ini menjelaskan bahwa semakin besar rasio ini maka
semakin baik kemampuan perusahaan untuk menciptakan pendapatan dan juga sebaliknya.
5. Tax Rate
UU Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, pasal 17 ayat 1 yang
mengatur tarif pajak Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan menjelaskan bahwa
tarif Pajak Penghasilan dikenakan berdasarkan lapisan Penghasilan Kena Pajak yang
bersifat progrsif-proporsional.
Pada penelitian ini seluruh perusahaan yang menjadi sampel memiliki penghasilan
sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) dan diketahui bahwa
antara Tax Rate memilki hubungan negatif dengan pembayaran dividen atau DPR, semakin
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran dividen kepada pemegang
saham.
3.6.2 Definisi Operasional Variabel
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel penelitian ini, maka dapat dijelaskan
dengan definisi operasional sebagai berikut :
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Parameter
Cash Ratio (X1)
Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas
Cash + Marketable Securities Current Liability
Rasio
Debt to Equity Ratio (X2)
Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam menjamin total utangnya dengan modal sendiri
Total Liability Equity
Rasio
Net Profit
Margin (X3)
Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasinya
Net Income Sales
Rasio
Return on
Investmt (X4)
Menjelaskan tentang kemampuan assets perusahaan untuk menghasilkan laba bersih
Net Income Total Assets
Rasio
Tax Rate (X5)
Menjelaskan tentang jumlah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap laba sebelum pajak (EBT)
(EBT–Rp100.000.000)x30%)+Rp.12.500.000 EBT
Rasio
Dividend Payout Ratio (Y)
Menjelaskan tentang jumlah dividen yang dibayarkan Dividen yang dibayarkan
Net Income
Rasio
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier
berganda (multiple linier regression method) dengan pengolahan data melalui software
SPSS (Statistical Package for Social Science). Dengan demikian model analisis dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b 2X2 + b 3X3 + b 4X4 + b 5X5 + e …(3.1)
Dimana :
Y = Dividend Payout Ratio
A = Intercept / Konstanta
b1, b 2, b 3, b 4, b 5 = Koefisien regresi i = 1,2,3,4,5
E = Episilon atau variabel yang tidak diteliti
X1 = Cash Ratio
X2 = Debt to Equity Ratio
X3 = Net Profit Margin
X4 = Return On Investment
X5 = Tax Rate
Parameter persamaan regresi linear berganda dapat ditaksir dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least square method/OLS) karena dalam penelitian
ini hanya terdapat satu variabel terikat (dependent variable) dengan lebih dari satu variabel
bebas (independent variable)
Persamaan regresi linear berganda tersebut dapat menunjukkan nilai koefisien
regresi atas setiap variabel bebas (independent variable), positif atau negatif. Koefisien
regresi b akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan searah antara variabel bebas
(independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Artinya kenaikan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel terikat dan sebaliknya, penurunan
variabel bebas akan menurunkan variabel terikat. Koefisien regresi b akan bernilai negatif
(-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan penurunan variabel
terikat dan sebaliknya, penurunan variabel bebas akan menaikkan variabel terikat.
3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik
3.7.2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005) Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil.
Cara untuk melihat normalitas residual adalah melalui analisis grafik (Histogram
dan Normal P-Plot) dan analisis statistik.
1. Analisis Grafik, yaitu dengan melihat grafik Histogram dan grafik Normal P-Plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan
keputusan :
• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan garis miring atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik, yaitu dengan melihat uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Apabila hasil atau nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan nilai Asymp. Sig
(2-tailed) atau probabilitasnya diatas 0,05 (tingkat probabilitas), maka data telah memenuhi
asumsi normalitas.
3.7.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada variabel yang saling
berkorelasi pada variabel bebas (independent variable). Jika terjadi korelasi maka terdapat
masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Menurut Ghozali
(2005) pengujian ini dapat dilihat melalui 1) Nilai Tolerance dan 2) Nilai Varians Inflation
Factor (VIF).
1. Nilai Tolerance, nilai outoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieriitas adalah nilai tolerance < 0,10.
2. Nilai Varians Inflation Factor (VIF), apabila :
• Nilai VIF > 10 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas
• Nilai VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas.
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dalam rangkaian
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual dalam rangkaian suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut terjadi homokedastisitas. Tetapi jika
variansnya berbeda disebut heterokedastisitas.
Cara mendeteksi atau menguji terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
dengan melihat scatter plot, analisis data sebagai berikut :
• Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur, maka telah
terjadi heteroskedastisitas
• Jika tidak ada pola yang jelas, titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol),
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.7.2.4 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
problema autokorelasi. Ghozali (2005) juga menyatakan bahwa autokorelasi muncul karena
observasi yang muncul secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan
melihat uji Durbin-Watson (DW test), hipotesis yang akan diuji :
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
Tabel 3.3
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Tabel Pengambilan Keputusan ada tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tdk ditolak du < d < 4 - du Sumber : Ghozali (2005) Keterangan :
d = Durbin Watson hitung
dl = Durbin Watson – Lower
du = Durbin Watson – Upper
Nilai dhitung ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai dtabel pada tingkat signifikan 5%,
jumlah sampel 31 (N= 31) dan jumlah variabel bebas (independent variable) adalah 5
(k=5). Jika nilai dhitung berada diantara interval nilai du dan 4 – du maka tidak terdapat
autokrelasi, sebaliknya jika nilai dhitung berada diluar interval nilai du dan 4 – du maka
terdapat penyimpangan dari asumsi ini.
3.7.3 Pengujian Hipotesis
3.7.3.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F)
Langkah-langkah Uji F, adalah :
1. Menentukan hipotesis null dan hipotesis alternatif
• H0 : b1, b 2, b 3, b 4, b 5 = 0 ; secara serempak Cash Ratio, Debt to Equity Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Tax Rate tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
• H1 : b1, b 2, b 3, b 4, b 5 ≠ 0 ; secara serempak Cash Ratio, Debt to Equity Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
2. Menentukan nilai F tabel pada df1 = k dan df2 = n – k – 1
3. Kriteria penerimaan sebagai berikut :
• Jika F hitung > F tabel berarti H0 ditolak
Artinya variabel-variabel bebas (independent variable) tersebut secara
simultan/serempak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent variable)
• Jika F hitung ≤ F tabel berarti H0 diterima
Artinya variabel-variabel bebas (independent variable) tersebut secara
simultan/serempak tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent
variable)
3.7.3.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji-t)
Langkah-langkah Uji t, adalah :
1. Menentukan hipotesis null dan hipotesis alternatif
• H0 : b1, b 2, b 3, b 4, b 5 = 0 ; secara parsial Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER),
Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Tax Rate tidak
mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
• H2 : b b1, b 2, b 3, b 4, b 5 ≠ 0 ; secara parsial Cash Ratio, Debt to Equity Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate
mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
2. Kriteria penerimaan sebagai berikut :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
• Terima H0 bila - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
• Tolak H0 (terima H2) bila t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang terdaftar sampai dengan
tahun 2005 berjumlah 140 perusahaan yang terbagi dalam 3 (tiga) sektor industri yaitu
sektor industri dasar kimia (Basic Industry And Chemical), sektor aneka industri
(Miscellaneous Industry) dan sektor industri barang konsumsi (Consumer Goods Industry).
Sampel penelitian ini ditentukan oleh 3 (tiga) kriteria yaitu 1) Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ sejak tahun 2001 dan tetap terdaftar hingga 2005, 2) Perusahaan
manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2001 sampai
tahun 2005. dan 3) Perusahaan manufaktur yang membayar dividen selama 5 (lima) tahun
berturut-turut dari tahun 2001, 2002, 2003, 2004 dan 2005.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini ada 31 perusahaan yaitu :
Sub Sektor Industri No Kode Nama Perusahaan (Emiten) 1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk INDUSTRI DASAR KIMIA
(Basic Industry And Chemical) 2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk
4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 5 LION PT Lion Metal Works Tbk 6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk 10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk
15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Sub Sektor Industri No Kode Nama Perusahaan (Emiten) 17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.
18 PBRX PT Pan Brothers Tbk 19 BATA PT Sepatu Bata Tbk
INDUSTRI BARANG KONSUMSI 20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk (Consumer Goods Industry) 21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 24 MYOR PT Mayora Indah Tbk 25 GGRM PT Gudang Garam Tbk 26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 28 MERK PT Merck Indonesia Tbk 29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
Sumber : Jakarta Stock Exchange, www.jsx.co.id
4.2 Deskripsi Variabel
Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat dari Tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Deskripsi Variabel
Variabel Rata-Rata Minimum Maksimum Standar Deviasi N
DPR 0,0060 -0,0058 0,0350 0,0097499 31 Cash Ratio 0,6583 0,0212 2,5366 0,6566009 31 DER 0,7449 0,0536 2,5520 0,6075540 31 NPM 0,0826 0,0081 0,1737 0,0466017 31 ROI 0,1185 0,0113 0,3605 0,0886051 31 TAX 29,93 29,41 30,05 0,11772 31
Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Deskripsi variabel menunjukkan bahwa jumlah sampel atau responden (N) ada 31
perusahaan, dari 31 perusahaan ini cash ratio terkecil (minimum) adalah 0,0212 kali dan
cash ratio terbesar (maksimum) 2,5366 kali atau rata – ratanya 0,6583 kali dan dengan
standar deviasi 0,6566. Nilai cash ratio terbesar dimiliki oleh PT Tempo Scan Pacific Tbk
(TSPC) dan Nilai cash ratio terkecil dimiliki oleh PT Unggul Indah Cahaya Tbk.(UNIC).
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Selama tahun 2001 – 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memiliki nilai Debt
to equity ratio (DER) terkecil (minimum) 0,0536 kali dan DER terbesar (maksimum)
sebesar 8,19 kali dimiliki oleh PT Sepatu Bata Tbk. Rata – rata DER dari 31 perusahaan
adalah 0,7449 kali dan standar deviasi 0,6075 kali.
Tingkat keuntungan dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan (NPM)
terkecil (minimum) dimiliki oleh PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) adalah 0,0081
dan yang terbesar (maksimum) 0,1737 atau rata-ratanya 0,0826 dari 31 perusahaan dengan
standar deviasi 0,0466. Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh atas digunakannya
aset – aset perusahaan (ROI) PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) merupakan nilai
yang terkecil (minimum) selama tahun 2001 – 2005 yaitu 0,0113 dan PT Unilever Indonesia
Tbk memiliki nilai ROI terbesar (maksimum) yaitu sebesar 0,3605. Rata-ratanya dari 31
perusahaan 0,1185 dengan standar deviasi 0,0886. Tax rate selama tahun berjalan terkecil
(minimum) sebesar 29,41 dan terbesar (maksimum) sebesar 30,05 dan rata – ratanya adalah
sebesar 29,93.
4.3 Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas akan dideteksi melalui analisis grafik (histogram dan Normal P-
Plots) dan analisis statistik melalui uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
S).
1. Analisis Grafik, yaitu dengan melihat grafik histogram dan grafik normal probability
plot (Normal P-Plot) berikut ini :
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas melalui Histogram
-3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual
0
1
2
3
4
5
6
7
Freq
uenc
y
Mean = -3.37E-14Std. Dev. = 0.913N = 31
Dependent Variable: DPR
Histogram
Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Grafik 4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Normal P-Plots
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: DPR
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Dengan melihat tampilan grafik histogram, distribusi data membentuk lonceng (bell
shaped), tidak condong ke kiri atau condong ke kanan sehingga data dengan pola seperti ini
memiliki distribusi normal. Tampilan grafik Normal P-Plot data menyebar sekitar garis
diagonal dan mengikuti garis arah diagonal maka persyaratan normalitas sudah terpenuhi.
2. Analisis Statistik, hasil uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual N 31 Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation ,00733967 Most Extreme Differences
Absolute ,127
Positive ,116 Negative -,127 Kolmogorov-Smirnov Z ,707 Asymp. Sig. (2-tailed) ,700
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah).
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,707
dengan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,700 atau probabilitas diatas 0,05 (0,700 > 0,05)
maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Menurut Ghozali (2005) pengujian ini dapat dilihat melalui nilai Tolerance dan
Varians Inflation Factor (VIF), hasil uji multikolinieritas sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) CashRatio ,624 1,603 DER ,698 1,432 NPM ,381 2,624 ROI ,470 2,126 TAX ,916 1,092a Dependent Variable: DPR
Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Dari hasil analisis dan pengujian terhadap kelima variabel bebas tersebut tidak
terdapat gejala terdapat gejala multikolineritas. Hal ini dijelaskan oleh hasil perhitungan
nilai Tolerance tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan
juga hasil perhitungan nilai Varians Inflation Factor (VIF) dari kelima variabel tersebut,
yaitu cash ratio 1,603, DER memberikan nilai VIF 1,432 selanjutnya nilai VIF NPM
adalah 2,624, ROI memperoleh nilai VIF sebesar 2,126 dan yang terakhir TAX
menghasilkan nilai VIF 1,092. Kelima variabel tersebut memiliki nilai VIF < 10, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar varibel bebas (independent
variable) dalam model regresi ini.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual dalam rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Cara pengujian ini dilakukan dengan melihat grafik scatter plot, analisis data sebagai
berikut :
• Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur, maka
telah terjadi heterokedastisitas
• Jika tidak ada pola yang jelas, titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol),
maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Grafik 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regr
essi
on S
tude
ntize
d Re
sidu
al
Dependent Variable: DPR
Scatterplot
Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
menyebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi memenuhi syarat untuk memprediksi dividend payout ratio.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi dalam anggota
serangkaian data observasi yang diurutkan berdasarkan antarwaktu (timeseries) ataupun
antaruang (crosssection). Metode Durbin-Watson (DW test) yang dilakukan pada penelitian
ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,658(a) ,433 ,320 ,0080402 1,618 a Predictors: (Constant), TAX, DER, ROI, CashRatio, NPM b Dependent Variable: DPR Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa nilai dhitung sebesar 1,618. nilai dhitung
harus dibandingkan dengan dtabel (d) yaitu dL dan dU. Dalam perhitungan ini diketahui
bahwa n=31, k = 5 dan α = 0,05 maka dL = 1,090 dan dU = 1,825. Ini menunjukkan bahwa
nilai d berada pada daerah 1,825 < 1,861 < 4 sehingga H0 diterima yang artinya tidak ada
autokorelasi positif.
4.4 Analisis Model Regresi Linear Berganda
Analisis penelitian dilakukan terhadap hasil perhitungan dan pengujian data sekunder
(historis) atas laporan keuangan dari 31 sampel perusahaan manufaktur (sektor industri
dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi) yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda untuk
menguji ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya (DPR)
baik secara simultan maupun secara parsial.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda, yaitu:
Y = 0, 885 - 0,003X1 - 0,001X2 + 0,052X3 + 0,050X4 – 0,030X5
F = 3,823 Sig = 0,010
R2 = 0,433
Berdasarkan persamaan regresi lineier berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa Konstanta
(a) sebesar 0,885 yang berarti besarnya DPR (Y) adalah 88,5% dengan asumsi tidak
dipengaruhi oleh variabel bebas (independent variable). Sedangkan koefidsen regresi Cash
Ratio (X1) = -0,003, artinya
4.5 Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis terhadap 5 (lima) variabel bebas
(independent variable) apakah mempunyai pengaruh terhadap variabel terikatnya (DPR)
baik secara serempak maupun secara parsial.
4.5.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan secara
serempak antara variabel bebas dengan variabel terikatnya.
Tabel 4.5
Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ANOVA(b)
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression ,001 5 ,000 3,823 ,010(a) Residual ,002 25 ,000 Total ,003 30
a Predictors: (Constant), TAX, DER, ROI, CashRatio, NPM b Dependent Variable: DPR Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui nilai Fhitung sebesar 3,823. Sedangkan nilai Ftabel pada α =
0,05 dan df1 = 5; df2 = 31-5-1 = 25 (lihat tabel Distribution F) maka dihasilkan Ftabel
sebesar 2,60. Jadi nilai Fhitung (3,823) > Ftabel (2,60) artinya variabel – variabel independen
yang diteliti secara bersama – sama atau serempak mempengaruhi dividen payut ratio. Nilai
p-value uji ini (0,010), artinya dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% dan
dari hasil yang diperoleh tingkat kepercayaan lebih dari 95% yaitu 99% (100 – 1%) maka
kondisi ini menunjukkan bahwa secara statistik Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER),
Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate mempunyai pengaruh
yang signifikan secara serempak terhadap DPR.
Tabel 4.6
Hasil Uji Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,658(a) ,433 ,320 ,0080402
Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,433 atau 43,3%. Artinya, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin
(NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap DPR
sebesar 43,3% sedangkan selebihnya yaitu 56,7% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain
yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Faktor – faktor tersebut kemungkinan antara lain tingkat pertumbuhan perusahaan
(growth), risiko pasar (beta), ukuran perusahaan (firm size), dan kondisi makro lainnya
seperti jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, pajak penghasilan, tingkat
bunga dan lain-lain.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Tingkat pertumbuhan perusahaan (growth) merupakan salah faktor yang
mempengaruhi DPR, hal ini diungkapkan oleh Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam
Suhartono (2004) bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
membutuhkan dana untuk investasi, sehingga pembayaran dividennya akan lebih rendah.
Risiko pasar (beta) juga sebagai faktor yang diduga mempengaruhi pembayaran dividen.
Sedangkan kondisi makro ekonomi seperti jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar atau
tingginya nilai dollar terhadap rupiah menyebabkan harga mesin dan harga bahan baku,
terutama bahan baku impor, melonjak drastis. Kondisi ini membuat biaya produksi
meningkat sehingga harga jual pun meningkat. Tingginya harga jual yang tidak dapat
diikuti oleh daya beli masyarakat menyebabkan tingkat penjualan menurun sehingga laba
perusahaan pun menurun bahkan tidak sedikit perusahaan yang menderita kerugian
(Wartaekonomi, 2005). Kondisi ini menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam
membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya.
Bagi pemegang saham, penerimaan dividen ataupun capital gains merupakan
penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima dikenai pajak namun tingkat pajak untuk
dividen dan capital gains merupakan penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima
dikenai pajak namun tingkat pajak untuk dividen dan capital gains berbeda. Jika pajak atas
dividen lebih rendah daripada untuk capital gains maka pemegang saham cenderung untuk
menerima dividen. Namun jika pajak atas capital gains yang lebih rendah daripada dividen
maka pemegang saham cenderung untuk menikmati capital gains (Suad Husnan dan Enny
Pudjiastuti, 1998). Dengan demikian maka besar kecilnya pajak penghasilan dapat
mempengaruhi pembagian dividen.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
4.5.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji-t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan secara
parsial antara variabel bebas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Pengaruh Parsial (Uji-t) Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
95% Confidence Interval for B
Model B
Std. Error Beta
T
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
1 (Constant) ,885 ,389 2,272 ,032 ,083 1,686 CashRatio -,003 ,003 -,227 -1,190 ,245 -,009 ,002 DER -,001 ,003 -,037 -,204 ,840 -,007 ,005 NPM ,052 ,051 ,247 1,014 ,320 -,053 ,157 ROI ,050 ,024 ,453 2,066 ,049 ,000 ,100 TAX -,030 ,013 -,357 -2,271 ,032 -,056 -,003
a Dependent Variable: DPR Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
4.5.2.1 Pengaruh Cash Ratio terhadap DPR
Analisis pengaruh Cash Ratio terhadap DPR dapat dilihat pada Tabel 4.7, dari tabel
tersebut diketahui bahwa nilai thitung Cash Ratio sebesar -1,190 dan tingkat signifikansi
0,245 artinya Cash Ratio mempunyai pengaruh negatif sebesar 1,190 dan namun tidak
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung dan nilai ttabel diketahui bahwa nilai thitung
sebesar – 1,190 dan ttabel sebesar 2,056, nilai ttabel ditentukan dengan cara melihat tabel
Critical t Value for t Distribution dengan df= 26 (31-5), α = 0.025 (two-tailed) sehingga
diperoleh ttabel = 2,056. Sehingga Ho diterima, artinya Cash Ratio tidak berpengaruh secara
parsial terhadap DPR.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Teori free cash flow yang diungkapkan Jensen (1986) dalam Sugihen (2003)
menyatakan bahwa manajer yang memiliki arus kas bebas yang subtansial, akan cenderung
melakukan investasi secara tidak optimal dari pada membayarkan arus kas tersebut kepada
pemegang saham (dividen). Pada dasarnya, free cash flow seharusnya dibayarkan kepada
pemegang saham, akan tetapi membayarkan free cash flow kepada pemegang saham berarti
mengurangi dana dibawah kontrol manajemen, membatasi kemampuan manajemen untuk
mendorong pertumbuhan, dan meningkatkan kemungkinan harus menggunakan dana
eksternal untuk mendanai investasi proyek yang akan datang. Pernyataan ini didukung oleh
teori kebijakan dividen “Bird-In-The-Hand“ dimana kebanyakan investor merencanakan
untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
bersangkutan dan tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka
panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan
pembagian dividennya
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004)
yang menyatakan bahwa variabel cash position tidak berpengaruh terhadap DPR.
4.5.2.2 Pengaruh DER terhadap DPR
Faktor DER sebagai variabel bebas mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak
signifikan secara parsial (Tabel 4.7) terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dari nilai thitung
sebesar -0,204 dan tingkat signifikansi 0,840 lebih besar dari alpha 0,05. Sehingga variabel
DER berpengaruh negatif namun tidak signifikan secara parsial terhadap DPR.
Pernyataan ini didukung oleh Suhartono (2004) yang menyatakan bahwa interaksi
antara kebijakan hutang dan kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan asimetris
informasi, yakni informasi yang mencakup informasi tentang prospek perusahaan dan
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
penggunaan keuntungan, artinya ada hubungan interdependensi antara kebijakan hutang
dan kebijakan dividen. Hal ini seperti teori pecking order dari Myers (1984), dimana
perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pembiayaan internal dibandingkan
eksternal, dan akan mengadaptasi target rasio pembayaran dividen mereka ke dalam
peluang nvestasi. Dalam teori pecking order juga dinyatatakan bahwa tidak ada target
struktur modal optimal (debt to equity ratio). Sedangkan Gitosudarmo (2002) berpendapat
bahwa terjadi hubungan yang berlawanan (negatif) antara DER terhadap DPR, artinya
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriyani (2002)
yang menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif namun
tidak signifikan terhadap DPR.
4.5.2.3 Pengaruh NPM terhadap DPR
Analisis pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap DPR dapat dilihat pada Tabel
4.7 dari tabel tersebut diketahui bahwa NPM memiliki thitung sebesar 1,014 dengan tingkat
signifikasi 0,320 dan nilai ttabel sebesar 2,056, dimana ttabel (2,056) > thitung (1,014) sehingga
Ho diterima, artinya NPM berpengaruh positif secara parsial namun tidak signifikan
terhadap DPR. Pernyataan ini tidak sejalan dengan pernyataan Suhartono (2004) bahwa
Earning Volatility berkaitan dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan
semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang
akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi.
Kesimpulan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nasrul (2004)
yang menyatakan bahwa variabel NPM tidak berpengaruh terhadap DPR
4.5.2.4 Pengaruh ROI terhadap DPR
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Variabel ROI sebagai variabel bebas mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan secara parsial (Tabel 4.7) terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dari nilai thitung
sebesar 2,066 dan tingkat signifikansi 0,049. Sedangkan nilai ttabel sebesar 2,056 sehingga
Ho ditolak thitung > ttabel (0,2066 > 0,2,056), artinya ada pengaruh secara parsial antara ROI
dengan DPR. Pernyataan ini didukung oleh hipotesa pecking order yang diajukan oleh
Myers, yang menyatakan bahwa cara-cara yang dipergunakan oleh perusahaan dalam
memperoleh dana adalah dengan urutan sebagai berikut : pertama dari laba ditahan; kedua
pendanaan hutang dan ketiga dari ekuitas baru. Tingkat profitabilitas masa lalu dari suatu
perusahaan haruslah merupakan penentu atau determinant penting atas sturtur modal
perusahaan yang bersangkutan (Suhartono, 2004).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fitriyani (2002) dan Nasrul
(2004) yang mengatakan bahwa Return on Investment (ROI) berpengaruh signifikan
terhadap DPR. Penelitian Hairani (2005) juga menyatakan bahwa rasio profitabilitas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR.
4.5.2.5 Pengaruh Tax Rate terhadap DPR
Analisis pengaruh Tax Rate (TAX) terhadap DPR dapat dilihat pada Tabel 4.7 dari
tabel tersebut diketahui bahwa TAX memiliki thitung sebesar -2,953 dan tingkat signifikasi
0,004. Hal ini menunjukkan bahwa variabel TAX mempunyai koefisien regresi dengan arah
negatif dan signifikan secara parsial. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara
TAX dengan DPR adalah berlawanan, apabila TAX semakin besar maka DPR akan
menurun dan sebaliknya.
Kesimpulan ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hairani (2005)
yang menggunakan variabel Tax Rate sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi DPR,
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
dimana hasilnya disebutkan bahwa Tax Rate tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap DPR.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh informasi yang dapat digunakan
oleh pemegang saham maupun bagi perusahaan. Bagi pemegang saham, jika rasio
profitabilitas, Cash Ratio dan ROI meningkat maka rasio pembayaran dividen akan
meningkat pula. Sedangkan bagi perusahaan, meningkatnya rasio pembayaran dividen
merupakan indikator bahwa jumlah laba yang di tahan akan menurun karena sebagian besar
dari perolehan keuntungan akan digunakan untuk pembayaran dividen pada para pemegang
sahamnya.
4.5.3 Pengaruh Paling Dominan
Dari hasil analisis dan pengujian data terhadap variabel bebas yang diduga
memberikan pengaruh paling dominan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) terbukti
adalah Return on Investment (ROI). Hal ini ditunjukkan pada pengolahan data uji parsial
pada Tabel 4.7 bahwa koefisien regresi (B) ROI merupakan yang terbesar yaitu 0,042, yang
artinya memberikan pengaruh terbesar dan dominan terhadap DPR. Kesimpulan ini sejalan
dengan penelitian Nasrul (2004) bahwa fakyor yang paling dominan mempengaruhi DPR
adalah ROI.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, ada beberapa
hal yang dapat disimpulkan yaitu :
1. Faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on
Investment (ROI), dan Tax Rate (TAX) mempunyai pengaruh yang signifikan secara
serempak terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Kondisi ini ditunjukkan oleh
koefisien determinasi (R2) yang menyatakan bahwa secara serempak variabel Cash
Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment
(ROI), dan Tax Rate (TAX) mempengaruhi DPR sebesar 43,3% . Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) dan Suhartono (2004).
2. Faktor Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX) mempunyai pengaruh
signifikan secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dan faktor yang
paling dominan berpengaruh terhadap DPR adalah Return on Investment (ROI).
Kesimpulan ini sejalan dengan penelitian Nasrul (2004), Fitiyani (2005) dan
Suhartono (2004) bahwa profitabilitas khususnya ROI mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan pengaruh Tax Rate
terhadap DPR sejalan dengan penelitian Hairani (2005).
67
5.3 Saran
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Bagi para emiten dan manajemen perusahaan sebaiknya mempertimbangkan posisi
Return on Investment (ROI) dalam menetapkan rasio pembayaran dividen (Dividend
Payout Ratio), serta meningkatkan posisi profitabilitas dengan cara meningkatkan
laba bersih perusahaan.
2. Dari hasil penelitian ditemukan juga bahwa faktor-faktor yang diteliti hanya
memberikan pengaruh yang kecil terhadap Dividend Payout Ratio (43,3%). Oleh
karena itu bagi para pemegang saham dan manajemen perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan juga faktor lain diluar faktor yang diteliti sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan investasi maupun penetapan kebijakan dividen.
3. Bagi para akademis yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Dividend Payout Ratio, sebaiknya menggunakan objek penelitian, periode penelitian,
alat analisis dan faktor-faktor yang berbeda dengan penelitian ini, seperti
pertumbuhan perusahaan (growth), risiko pasar, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan
tingkat bunga.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Cetakan Keduabelas. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Brealey, Richard A. and Stewart C. Myers. 2004. Principles of Corporate Finance. 7th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Dialihbahasakan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Buku Satu. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gitosudarmo, Indriyo dan H. Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Keempat. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Helfert, Erich. A. 1997. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Dialihbahasakan oleh Herman Wibowo. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Keputusan Investasi dan Pembelanjaan. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. UPP YKPN. Yogyakarta.
69 Keown, Arthur J., David F. Scott, Jhon.D. Martin, and William J. Petty. 1999. Basic
Financial Management. 8th Edition. Prentice Hall International,Inc. NewJersey.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Kieso, Donald E. and Jerry J. Wrygrandt. 1995. Intermediate Accounting. Dialihbahasakan oleh Herman Wibowo. 7th Edition. John Willey and Sons, Inc.
Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Martono dan Agus Harjito. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Ekonisia. FE UII. Yogyakarta.
Nasir, Mohammad.1999. Metode Penelitian. Cetakan Keempat. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. UPP YKPN. Yogyakarta.
Ross, Stephen A.Westerfield, and Jaffe. 2002. Corporate Finance. 6th Edition. Revised Printing. McGraw-Hill. Boston.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Kelima. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Santoso, Singgih. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sartono, Agus. 2000. Ringkasan Teori Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Sinuraya, Murthada. 1999. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. FEUI. Jakarta.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan 2. PT Prenhallindo. Jakarta.
Undang-undang Pajak Tahun 2000. Salemba Empat. Jakarta.
Weston, Fred J, Scott Besley, Eugene Brigham. 1996. Essential of Managerial Finance, 11th Edition. The Dryden Press. Harcourt Brace College Publishers.
Weston, Fred J. and Brigham. 1994. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait. Jilid Pertama. Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Weston, Fred J. and Thomas E. Copeland. 1993. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. dialihbahasakan oleh Jaka Wasana dan Kirbrandoko. Jilid Pertama. Edisi Kedelapan (Revisi). Alfabeta. Bandung.
Tesis : Fitriyani, Lita Yulita. 2002. Analisis Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend
Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Pendidikan Magister Universitas Padjajaran. Bandung. (tidak dipublikasikan).
Hariani, Emi. 2005. Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan).
Nasrul, Idiansyah Harahap. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan).
Nasution, Hasanul Aswadi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia, Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan)
Disertasi : Sugihen, Syafruddin Ginting. 2003. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas
Aktiva dan Kinerja Keuangan Serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Di Indonesia. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Surabaya. (tidak dipublikasikan).
Jurnal : Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. Analisis Pengaruh Investasi, Liquiditas,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 5. No. 1. April 2006. Universitas Muhammadyah Surakarta.
Halim, Johan. 2005. Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Dividen Terhadap Price Earning Ratios pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Balance. Maret. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.
Myers, S.C. & Maljuf,N.s (1984). “Corporate Financing and Investment Decision When Firms Have Information That Investors Do Not Have,” Journal of Financial Economics. pp. 187-221.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
McManus, Gwilyn and S. H Thomas. 2002. A Robust Estimation of The Relation between Stock Returns, Size, Dividend Yield and Payout Ratio. The EFMA Conference. School of Management. University of Southampton
Suhartono. 2004. Pengujian Terhadap Keterkaitan Antara Kebijakan Dividend an Kebijakan Hutang Secara Simultan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ventura. Vol. 7 No.1, April
Uyara, Ali Sani dan Askam Tuasikal. 2003. Moderasi Aliran Kas Bebas Terhadap Hubungan Rasio Pembayaran Dividend an Pengeluaran Modal Earnings Response Coefficients. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 6 No. 2. Mei.
Koran dan Majalah : Kompas. Strategi Menggenjot Industri Manufaktur. Senin, 2 Mei 2005. Kompas. Manufaktur Indonesia, Istana Pasir yang Rapuh. Selasa, 16 Agustus 2005. Wartaekonomi. Tahun 2005: Optimisme yang Berhati-hati. Senin, 24 Januari 2005.
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
LAMPIRAN 1
JUMLAH POPULASI PENELITIAN
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi Penelitian
INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan 1 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 28 SRSN PT Sarasa Nugraha Tbk 2 SMCB PT Semen Cibinong Tbk 29 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 3 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 30 AKKU PT Aneka Kemasindo Utama Tbk 4 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 31 AKPI PT Argha Karya Prima Ind. Tbk 5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 32 APLI PT Asiaplast Industries Tbk 6 IKAI PT Intikeramik Alamasri Indstri Tbk 33 BRNA PT Berlina Tbk 7 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk 34 DYNA PT Dynaplast Tbk 8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 35 FPNI PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 9 ALKA PT Alakasa Industrindo Tbk 36 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk
10 ALMI PT Alumindo Light Metal Indstry Tbk 37 LAPD PT Lapindo International Tbk 11 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk 38 SIMA PT Siwani Makmur Tbk 12 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 39 SMPL PT Summitplast Tbk 13 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk 40 TRST PT Trias Sentosa 14 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 41 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 15 JPRS PT Jaya Pari Steel Corp. Tbk 42 FISH PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk 16 LION PT Lion Metal Works Tbk 43 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 17 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 44 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 18 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk 45 SIPD PT Sierad Produce Tbk 19 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 46 BRPT PT Barito Pacific Timber Tbk
20 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk 47 DSUC PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
21 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 48 SUDI PT Surya Dumai Industri Tbk. 22 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk 49 SULI PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk 23 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 50 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk 24 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk 51 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk *)
25 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 52 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk
26 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk 53 SAIP PT Surabaya Agung Industry Pulp 27 SOBI PT Sorini Corporation Tbk 54 SPMA PT Suparma Tbk
55 TKIM PT Tjiwi Kimia Tbk
ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 56 KOMI PT Komatsu Indonesia Tbk 80 KARW PT Karwell Indonesia Tbk *) 57 ACAP PT Andhi Chandra Automtve Prod Tbk 81 MYRX PT Hanson International Tbk 58 ASII PT Astra Int'l Tbk 82 MYRXP PT Hanson International Tbk (SeriB) 59 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 83 MYTX PT APAC Citra Centertex Tbk 60 BRAM PT Branta Mulia Tbk 84 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk 61 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 85 PBRX PT Pan Brothers Tbk 62 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk 86 POLY PT Polysindo Eka Perkasa Tbk 63 IMAS PT Indomobil Sukses Int’l Tbk 87 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 64 INDS PT Indospring Tbk 88 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk 65 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk 89 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 66 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk 90 TEJA PT Texmaco Jaya Tbk 67 NIPS PT Nipress 91 TFCO PT TIFICO Tbk
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
68 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 92 BATA PT Sepatu Bata Tbk 69 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 93 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk 70 SQMI PT Sanex Qianjiang Motor Int’l Tbk 94 GDWU PT Kasogi International Tbk 71 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk 95 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk 72 ARGO PT Argo Pantes Tbk 96 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 73 CNTB PT Centex (Saham Seri B) 97 JECC PT Jembo Cable Company Tbk 74 CNTX PT Centex 98 KBLI PT GT Kabel Indonesia Tbk 75 DOID PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk *) 99 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 76 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 100 SCCO PT Sucaco Tbk 77 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk 101 VOKS PT Voksel Electric Tbk 78 HDTX PT Panasia Indosyntex Tbk 102 ARTI PT Arona Binasejati Tbk 79 INDR PT Indo-Rama Synthetics 103 CITA PT Cipta Panelutama Tbk
INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry) 104 ADES PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk 122 GGRM PT Gudang Garam Tbk 105 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk *) 123 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 106 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 124 RMBA PT Bentoel Int’l Investama Tbk 107 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 125 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 108 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 126 INAF PT Indofarma Tbk 109 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 127 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 110 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 128 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 111 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 129 MERK PT Merck Indonesia Tbk 112 MYOR PT Mayora Indah Tbk 130 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 113 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 131 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 114 SHDA PT Sari Husada Tbk 132 SQBB PT Bristol-Myers Squibb Ind Tbk 115 SKLT PT Sekar Laut Tbk 133 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Ind Tbk-PS 116 SMAR PT SMART Tbk 134 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 117 STTP PT Siantar Top Tbk 135 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 118 SUBA PT Suba Indah Tbk 136 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 119 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 137 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 120 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Ind. Tbk *) 138 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 121 BATI PT BAT Indonesia Tbk 139 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk
140 LMPI PT Langgeng Makmur Ind. Tbk
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
LAMPIRAN 2
JUMLAH POPULASI PENELITIAN
BERDASARKAN KRITERIA 1 DAN 2
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kriteria 1 dan 2
INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan 1 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 28 SRSN PT Sarasa Nugraha Tbk 2 SMCB PT Semen Cibinong Tbk 29 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 3 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 30 AKPI PT Argha Karya Prima Ind. Tbk 4 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 31 APLI PT Asiaplast Industries Tbk 5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 32 BRNA PT Berlina Tbk 6 IKAI PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk 33 DYNA PT Dynaplast Tbk 7 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk 34 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 35 LAPD PT Lapindo International Tbk 9 ALKA PT Alakasa Industrindo Tbk 36 SIMA PT Siwani Makmur Tbk
10 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 37 SMPL PT Summitplast Tbk 11 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk 38 TRST PT Trias Sentosa 12 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 39 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 13 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk 40 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 14 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 41 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 15 JPRS PT Jaya Pari Steel Corp. Tbk 42 SIPD PT Sierad Produce Tbk 16 LION PT Lion Metal Works Tbk 43 BRPT PT Barito Pacific Timber Tbk 17 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 44 DSUC PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk 18 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk 45 SUDI PT Surya Dumai Industri Tbk. 19 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 46 SULI PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk 20 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk 47 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk 21 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 48 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk *) 22 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk 49 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk 23 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 50 SAIP PT Surabaya Agung Industry Pulp 24 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk 51 SPMA PT Suparma Tbk 25 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 52 TKIM PT Tjiwi Kimia Tbk 26 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk 27 SOBI PT Sorini Corporation Tbk
ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 53 KOMI PT Komatsu Indonesia Tbk 75 KARW PT Karwell Indonesia Tbk *) 54 ACAP PT Andhi Chandra Automtve Prod Tbk 76 MYRX PT Hanson International Tbk 55 ASII PT Astra Int'l Tbk 77 MYRXP PT Hanson International Tbk (Seri B) 56 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 78 MYTX PT APAC Citra Centertex Tbk 57 BRAM PT Branta Mulia Tbk 79 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk 58 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 80 PBRX PT Pan Brothers Tbk 59 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk 81 POLY PT Polysindo Eka Perkasa Tbk 60 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk 82 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 61 INDS PT Indospring Tbk 83 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk 62 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk 84 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 63 NIPS PT Nipress 85 TEJA PT Texmaco Jaya Tbk 64 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 86 TFCO PT TIFICO Tbk 65 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 87 BATA PT Sepatu Bata Tbk 66 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk 88 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk 67 ARGO PT Argo Pantes Tbk 89 GDWU PT Kasogi International Tbk
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
68 CNTB PT Centex (Saham Seri B) 90 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk 69 CNTX PT Centex 91 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 70 DOID PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk *) 92 JECC PT Jembo Cable Company Tbk 71 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 93 KBLI PT GT Kabel Indonesia Tbk 72 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk 94 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 73 HDTX PT Panasia Indosyntex Tbk 95 SCCO PT Sucaco Tbk 74 INDR PT Indo-Rama Synthetics 96 VOKS PT Voksel Electric Tbk
INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry) 97 ADES PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk 115 GGRM PT Gudang Garam Tbk 98 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk *) 116 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 99 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 117 RMBA PT Bentoel International Investama Tbk 100 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 118 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 101 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 119 INAF PT Indofarma Tbk 102 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 120 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 103 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 121 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 104 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 122 MERK PT Merck Indonesia Tbk 105 MYOR PT Mayora Indah Tbk 123 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 106 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 124 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 107 SHDA PT Sari Husada Tbk 125 SQBB PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 108 SKLT PT Sekar Laut Tbk 126 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indo Tbk (PS) 109 SMAR PT SMART Tbk 127 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 110 STTP PT Siantar Top Tbk 128 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 111 SUBA PT Suba Indah Tbk 129 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 112 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 130 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 113 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Ind. Tbk *) 131 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 114 BATI PT BAT Indonesia Tbk 132 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk
133 LMPI PT Langgeng Makmur Ind. Tbk
Yang Tidak Menjadi Sampel No Nama Perusahaan Listing Date 1 FPNI PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 2002 2 FISH PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk 2002 3 CITA PT Cipta Panelutama Tbk 2002 4 ARTI PT Arona Binasejati Tbk 2003 5 SQMI PT Sanex Qianjiang Motor Int’l Tbk 2004 6 AKKU PT Aneka Kemasindo Utama Tbk 2004 7 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk 2005
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
LAMPIRAN 3
JUMLAH SAMPEL PENELITIAN
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)
No Nama Perusahaan 1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 5 LION PT Lion Metal Works Tbk 6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk
ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 18 PBRX PT Pan Brothers Tbk 19 BATA PT Sepatu Bata Tbk
INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry) 20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 24 MYOR PT Mayora Indah Tbk 25 GGRM PT Gudang Garam Tbk 26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 28 MERK PT Merck Indonesia Tbk 29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
LAMPIRAN 4
HASIL DESKRIPSI VARIABEL
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.
HASIL DESKRIPSI VARIABEL
No Kode Perusahaan Cash DER NPM ROI TAX DPR
1 SMGR 0,4896 1,032 0,083 0,0707 30 0,00062 AMFG 0,4325 0,934 0,1297 0,1184 29,99 0,00043 ARNA 0,0577 1,232 0,105 0,0753 29,93 0,00044 CTBN 0,0888 0,314 0,0357 0,1308 29,92 0,01595 LION 2,2606 0,186 0,164 0,1215 29,92 0,00556 LMSH 0,1615 0,85 0,0344 0,0686 29,41 0,01497 TBMS 0,1547 0,526 0,0081 0,0113 30,05 -0,00188 CLPI 1,1847 0,4 0,1018 0,1145 29,8 0,02219 DPNS 1,4306 0,202 0,06 0,2069 29,88 0,0021
10 EKAD 1,7784 0,25 0,0629 0,0836 29,74 0,006811 INCI 0,8521 0,16 0,0963 0,0689 29,86 0,002112 UNIC 0,0212 1,474 0,0411 0,038 29,99 0,00813 IGAR 0,3247 0,736 0,0433 0,0639 29,93 0,000214 TIRTA 0,0416 2,514 0,0195 0,0192 29,87 0,000415 AUTO 0,4516 0,696 0,0982 0,1149 29,99 0,000316 GDYR 0,401 0,512 0,0197 0,0304 29,99 -0,005817 SMSM 0,6698 0,59 0,0774 0,084 29,98 0,001418 PBRX 0,2217 1,228 0,0352 0,0749 29,88 0,001119 BATA 0,1 0,0536 0,0997 0,277 29,97 0,017520 AQUA 0,5088 1,216 0,0585 0,1116 29,98 0,012921 DLTA 1,0329 0,292 0,1346 0,1065 29,97 0,009722 INDF 0,282 2,552 0,0322 0,0364 30 0,000123 MLBI 0,3143 0,776 0,1481 0,3539 29,99 0,03224 MYOR 1,4521 0,702 0,0643 0,0553 29,98 0,000325 GGRM 0,0633 0,638 0,089 0,1137 30 0,000226 HMSP 0,6 1,152 0,104 0,1294 30 0,000227 KAEF 0,5669 0,558 0,0418 0,0576 29,98 0,000128 MERK 0,876 0,274 0,1737 0,2529 29,97 0,03529 TSPC 2,5366 0,226 0,1493 0,1617 30 0,001230 TCID 0,0797 0,206 0,0984 0,1601 29,98 0,002531 UNVR 0,9716 0,61 0,1508 0,3605 30 0,0005
Rata-rata : 0,6583 0,7449 0,0826 0,1185 29,9339 0,0060Standar Deviasi : 0,6566 0,6076 0,0466 0,0886 0,1177 0,0097Koefisien Variasi : 99,7434 81,5629 56,4383 74,7947 0,3933 161,8025Maksimum : 2,5366 2,552 0,1737 0,3605 30,05 0,035Minimum : 0,0212 0,0536 0,0081 0,0113 29,41 -0,0058
Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.