125
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA T E S I S Oleh RINI DWIYANI HADIWIDJAJA 057019025 / IM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4323/1/08E00273.pdfmanufactured industries listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2001 to 2005. The

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

T E S I S

Oleh RINI DWIYANI HADIWIDJAJA

057019025 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

MANUFAKTUR DI INDONESIA Nama : Rini Dwiyani Hadiwidjaja Nomor Pokok : 057019025 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Ketua

Drs. Syahyunan, M.Si Anggota

Ketua Program Studi,

Direktur,

Dr.Hj. Rismayani, SE, MS. Prof.Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.

Tanggal Lulus : 15 Agustus 2007

Telah diuji pada

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Tanggal : 15 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota : 1 Drs. Syahyunan, M.Si

2 Dr. Hj. Rismayani, SE, MS

3 Dr. Muslich Lufti, MBA

4 Drs. H. B Tarmizi, SU

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar

dan jelas.

Medan, Agustus 2007

Yang membuat pernyataan,

Rini Dwiyani Hadiwidjaja NIM. 057019025

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

ABSTRAK

Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, dibawah bimbingan Ade Fatma Lubis (Ketua) dan Syahyunan (Anggota).

Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestic Bruto

(PDB), namun pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah. Kemunduran industri selama tahun 2005 disebabkan oleh 3 (tiga) hambatan terbesar yaitu ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi. Kondisi ini tercermin juga dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 hingga 2005 menurun sehingga berdampak pada pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya, bahkan tidak sama sekali membayarkan dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor-faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan faktor apa yang paling dominan.

Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berkenaan dengan rasio pembayaran dividen Data yang digunakan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan dari 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001 hingga 2005. Pendekatan penelitian ini adalah desktriptif kuantitatif dengan metode explanatory research. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS ver 12.0.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji pengaruh secara serempak (Uji F) dan uji pengaruh secara parsial (Uji t) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau α = 5%. Uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap Dividend Payout Ratio. Pada Determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 43,3% dan sisanya sebesar 56,7% dijelaskan oleh variabel lain yang belum diteliti. Namun uji secara parsial (Uji t) hanya ROI dan Tax Rate yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Adapun faktor yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio adalah ROI dilihat dari nilai koefisien regresi ROI sebesar 0,050.

Kata Kunci : Dividend Payout Ratio, Return on Investment

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

ABSTRACT

Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Manufacture Company in Indonesian. Under Guidance of Ade Fatma Lubis (Supervised) and Syahyunan (Member).

Manufacture industries confer the biggest contribution to Gross Domestic Product,

yet growth is relatively low. Manufacture industries decline in 2005 was caused by 3 big obstructions, its instability in macroeconomics, uncertainty policy and corruptions. This conditions shows in amount of manufactures companies have declined from 2001 until 2005, which affected to profit and liabilities of manufactures companies. This condition caused the payment of dividend manufactures companies decline year to year and some companies didn’t paid the dividend for 3 (three) years respectively.

The problems of this research are how is the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia.

The objective of this research is to finding out and analyzes the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia and which factor will be the most dominant to dividend payout ratio.

The theories to be used are financial ratio and decisions of dividend payment theory. The data used in this research is from the yearly financial report of the thirty one manufactured industries listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2001 to 2005. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research is the multiple linear regressions method. The hypothesize test used the statistical of F-test and the statistical of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables simultaneously influence Dividend Payout Ratio at the determinant coefficient (R2) 43,3% its shows that research independent variables able to explain 43,3% to Dividend Payout Ratio while the remaining of 56,7% explained by independent variables that were un-research. The statistical of t-test shows that only ROI and Tax Rate partially influence Dividend Payout Ratio. Return on Investment is the most variable that influence Dividend Payout Ratio with regression coefficient 0,050. Key Words: Dividend Payout Ratio, Return on Investment

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Rini Dwiyani Hadiwidjaja, lahir di Bandung pada tanggal 30 Januari 1977.

Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj.

Yayah Siti Mariah, M.Pd yang beralamat di Jl. Asrama, Komp. Bumi Asri Blok C No. 106

Cinta Damai, Medan. Status Menikah, suami bernama H. Edy Swasono, SE. dan dikarunia

satu anak yang bernama Muhammad Luthfan Kautsar. Saat ini bekerja di Universitas

Terbuka (UT) sebagai Staf Akademik yang beralamat di Pondok Cabe Raya, Pamulang,

Banten.

Mulai menuntut ilmu pada tahun 1984 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Jakarta

Barat, lulus tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 206 Jakarta Barat pada tahun 1989, dan lulus tahun 1992.

Dari tahun 1992 sampai tahun 1995 menduduki bangku Sekolah Menengah Umum

(SMU) Negeri 85 Jakarta Barat. Pada tahun 1995 melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi (STIE) PERBANAS Jakarta, dan lulus tahun 2000. Berkat bantuan dan

dorongan dari keluarga tercinta, akhirnya melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Program Studi Magister Ilmu Manajemen pada tahun 2005 dan lulus tahun

2007.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan

salam semoga tetap dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, sahabat dan semua umatnya

yang bertaqwa. Berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada

Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam proses

belajar untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Walaupun terdapat suka duka dan rintangan yang penulis hadapi dalam proses

penulisan tesis ini, namun berkat bimbingan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak

akhirnya penulis dapat mengatasinya dengan baik. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nissa B.,M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing

dan Bapak Drs. Syahyunan M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan petunjuk, pengarahan dan

bimbingan sehingga tesis ini dapat selesai.

3. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE,MS, Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA dan Bapak Drs. H.B.

Tarmizi, SU, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan,

saran dan kritikan membangun dalam menyempurnakan penulisan ini.

4. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

5. Rekan-rekan seangkatan 2005/2006 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Ka Imas, Risne, Rudi, Nurul,

Guna, Pa Nasir dan Izul yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam

menyelesaikan studi dan tesis ini.

6. Orangtua tercinta Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj. Yayah Siti Mariah, M.Pd,

dan mertua tercinta H. Soentoro, MS dan Hj. Roro Suharsih serta keluarga besar saya

yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a yang tulus kepada penulis.

Teristimewa kepada suami tercinta H. Edy Swasono, SE yang selalu memberikan

do’a dan dukungan, semangat dan pengorbanan yang tulus serta pada anak kami tersayang,

Muhammad Luthfan Kautsar yang menjadi semangat bagi penulis dalam menempuh dan

menyelesaikan program master ini

Segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini dicatat sebagai amal

kebajikan dan semoga diberi imbalan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Akhirnya

penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi sebuah masukan yang berharga bagi kita

semua dalam memperkaya pengetahuan kita.

Medan, Agustus 2007

Penulis

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ……………………………………………….. i

LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN ……………………………………... ii

LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………. iii

ABSTRAK ………………………………………………………………………... iv

ABSTRACT ………………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………......... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… xiii

DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………………………………………….. 4

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 4

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………… 5

1.5 Kerangka Pemikiran …………………………………………. 5

1.6 Hipotesis ……………………………………………………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ….……………………………………… 9

2.2 Rasio Keuangan ……………………………………………… 11

2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan …………… 11

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

2.2.2 Keterbatasan Rasio Keuangan …………………………. 14

2.3 Dividen ………………………………………………………… 16

2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-bentuk Dividen ………. 16

2.4 Kebijakan Dividen 19

2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen …………………………. 19

2.4.2 Teori Kebijakan Dividen .……………………………… 20

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen .. 21

2.5 Alternatif Pembayaran Dividen ………………………………... 27

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio …… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………...……………………...... 37

3.2 Metode Penelitian ……………………………………………… 37

3.3 Populasi dan Sampel …………………………………………… 37

3.3.1 Populasi ………………………………………………… 37

3.3.2 Sampel …………………………………………………. 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ………………………………………… 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data …...………………………………... 40

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ……… 40

3.6.1 Identifikasi Variabel …………...…………………........ 40

3.6.2 Definisi Operasional Variabel .………………………… 43

3.7 Metode Analisis Data ………………………………………...... 44

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda …………………….... 44

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik ………………………………. 45

3.7.2.1 Uji Normalitas ………………………………. 45

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ………………………… 46

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………………………. 46

3.7.2.4 Uji Autokorelasi …….………………………. 47

3.7.3 Pengujian Hipotesis …………………………………… 48

3.7.3.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ……………... 49

3.7.3.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji-t) ………………….. 50

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel …………………………………………….. 51

4.2 Pengujian Asumsi Klasik ………………………………………. 52

4.2.1 Uji Normalitas ………………………………………….. 53

4.2.2 Uji Multikolinearitas …………………………………… 55

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………………………………… 56

4.2.4 Uji Autokorelasi ……..…………………………………. 57

4.3 Analisis Model Regresi Linear Berganda …….………………... 58

4.4 Pengujian Hipotesis …………………………………………… 59

4.4.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F) ……………………….. 59

4.4.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ……………………............. 62

4.4.3 Pengaruh Paling Dominan ……………………………... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……………………………...……………………... 67

5.2 Saran ……………..……………………………………………. 68

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 69

LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 73

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………………..... 8

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ……...... 39

3.2 Definisi Operasional Variabel ……………………………………... 43

3.3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..……............. 47

4.1 Deskripsi Variabel …………………………………………………. 52

4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov- Smirnov (K-S) ..… 55

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ……………………………………… 56

4.4 Hasil Uji Autokorelasi …………………………………….....……... 56

4.5 Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) …………………………....... 59

4.6 Hasil Uji Determinasi ……………………………………………… 60

4.7 Hasil Uji Pengaruh Parsial (Uji-t) …..……………………………... 62

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Normalitas melalui Histogram …………………………… 54

4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Normal P-Plot ……………………… 54

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas …...……………………………....... 57

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi Penelitian ……... 69

2 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kreiteria 1 dan 2 …………………………………….. 71

3 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

Berdasarkan Kreiteria 1, 2 dan 3 …………………………………... 73 4 Data Gabungan Hasil Penelitian Variabel Penelitian ……………… 74 5 Hasil Pengolahan Data Regresi ……………………………………. 78

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri

manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

sampai dengan tahun 2005 sebanyak 140 perusahaan dari 323 perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia

menempati posisi yang dominan.

Pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah dan masih dapat

diraih di masa datang. Kondisi tahun 2000 misalnya, Indonesia masih dapat memelihara

pertumbuhan industri nonmigas sebesar 7,02 persen per tahun. Akan tetapi, di tahun 2001,

rasio pertumbuhan tersebut menurun sebesar 3,07 persen dan tinggal menjadi 3,95. Angka

pertumbuhan ini terus menurun dan tahun 2002 menjadi 3,68 persen. Selain itu ditunjukkan

dari kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia yang konsisten menurun dari 6,01

persen (2000) menjadi hanya 1,6 persen (2001), 3,8 persen (2002), lalu 4,4 persen (2003)

dan 6,7 persen (2004) (Kompas, 2 Mei 2005).

Kemunduran industri manufaktur juga terlihat dalam penyerapan tenaga kerja, setelah

krisis lapangan kerja menurun drastis. Antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2003,

lapangan kerja di sektor manufaktur turun 9,8 persen. Di sektor alas kaki

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

1

bahkan turun hampir 60 persen karena banyak pabrik-pabrik tutup atau direlokasi ke luar

negeri, terutama didorong masalah perburuhan dan meningkatnya Upah Minimum

Regional (Kompas, 16 Agustus 2005).

Berdasarkan pengamatan iklim usaha terhadap 500 perusahaan manufaktur yang

dipilih secara acak di lima aglomerasi industri di Indonesia. Secara umum, responden

mengatakan bahwa antara tahun 2003 dan 2005 iklim usaha cenderung membaik, namun

ada tiga hambatan terbesar yang dihadapi perusahaan manufaktur selama tahun 2005 yaitu

ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi.

Ketidakstabilan makroekonomi pada tahun 2005 diawali dengan naiknya harga

minyak dunia dan suku bunga internasional yang berpengaruh terhadap laju inflasi.

Ketidakpastian kebijakan yang dimaksud yaitu dalam hal peraturan perpajakan, perizinan

dan pengurusan impor yang merupakan faktor penting bagi daya saing suatu unit usaha.

Menurunnya peranan impor barang modal terhadap total impor dan naiknya peranan impor

barang konsumsi menggambarkan industri manufaktur pada tahun 2005 melemah

(Wartaekonomi, 24 Januari 2005).

Kondisi ini tercermin juga pada pertumbuhan industri manufaktur dari sisi mikro

yaitu sisi internal perusahaan, dilihat dari jumlah perusahaan (emiten) manufaktur yang

terdaftar di BEJ dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 menurun. Hal ini juga

berdampak pada pembagian atau pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya

jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar

dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya. Hal ini tampak dari nilai

dividend pershare (DPS) dan dividend payout ratio (DPR) yang menunjukkan bahwa

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

banyak perusahaan yang tidak selalu mencantumkan jumlah DPS dan DPR sama sekali

(tidak membayarkan dividen) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Misalnya pada sektor Industri dasar dan kimia (basic industry and chemical), sub

sektor industri semen PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk

hanya membayarkan dividen sebelum tahun 2000 saja, yaitu dari tahun 1991 hingga 1999

secara berturut-turut sedangkan dari tahun 2001 hingga tahun 2005 tidak membagikan

dividen. Sektor aneka industri (miscellaneous industry), sub sektor textile and garment

pembayaran dividen hanya dilakukan dari tahun 1994 hingga tahun 1999 saja, sedangkan

untuk tahun 2000 hingga 2005 tidak membayarkan dividen.

Hal ini juga ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-

rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan manufaktur di BEJ selama

periode tahun 2001 hingga 2005, rasio likuiditas yaitu cash ratio rata – rata 0,65 kali,

artinya rata – rata perusahaan tidak mampu melunasi seluruh hutang lancarnya dari kas

yang tersedia karena setiap satu kali melakukan hutang lancar, perusahaan hanya mampu

melunasinya dari kas 0,65 kali. Rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity rata – ratanya

0,74 kali. Tingkat profitabilitas (ROI) rata-rata sebesar 11,85 %. Angka ini menunjukkan

bahwa keefektifan penggunaan aktiva dalan memperoleh laba bersih perusahaan selama periode itu

pada umumnya cukup baik.

Pertumbuhan internal perusahaan dapat digambarkan oleh nilai perusahaan,

karakteristik internal, kualitas perusahaan dan kinerja keuangan, serta prospek perusahaan

dimasa yang akan datang. Salah satu informasi yang digunakan untuk menilai kinerja

keuangan perusahaan yaitu melalui data keuangan yang tertuang dalam suatu laporan, yaitu

laporan keuangan.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk

mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Pemegang saham selalu

berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun

ke tahun. Sebagian lain dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan (retained

earning) yang akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali

(reinvestment). Hal ini merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam

menentukan besarnya Dividend Payout Ratio.

Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat

memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya. Nilai perusahaan

ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Namun apabila dikaitkan dengan

pergerakan harga saham ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar

cenderung akan meningkatkan harga saham.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : Apakah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),

Return on Investment (ROI) dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout

Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on

Investment (ROI), dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan

bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen keuangan dan memberikan kajian

empiris tentang dampak informasi keuangan khususnya mengenai faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi dividend payout ratio. Penelitian ini juga sebagai bahan

referensi bagi peneliti / mahasiswa lain yang ingin mengembangkan penelelitian

selanjutnya.

2. Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi

dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan

harapannya untuk mendapatkan dividen.

3. Perusahaan (emiten), hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah

satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam menetapkan

kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan sumber pendanaan

(internal/eksternal) jika akan melakukan reinvestment.

1.5 Kerangka Pemikiran

Dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham

sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan.

Kebijakan terhadap dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan

akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk

“laba ditahan” guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Namun apabila

perusahaan memilih untuk membagikan dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika

perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan

dana intern akan semakin besar. Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran

dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya.

Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan dan

kinerja perusahaan adalah informasi keuangan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan

tersebut berisi informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang tampak dari aspek

likuiditas, leverage/solvabilitas dan rentabilitas/profitabilitas perusahaan yang berbentuk

rasio-rasio keuangan.

Kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara

terus menerus oleh manajemen, oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu

dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan, dan

mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Teknik analisis rasio

keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan

perusahaan (Helfert, 1997).

Rasio keuangan merupakan tolak ukur untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi

perusahaan yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.

Rasio-rasio keuangan tersebut dikelompokan ke dalam 5 (lima) kelompok dasar, yaitu

likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian (Sawir, 2005).

Analisis kinerja keuangan dengan rasio yang dikembangkan dalam hal ini diambil

dari sudut pandang investor (pemodal) sehingga yang menjadi fokusnya dilihat dari

profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang, laba dan dividen yang meningkat serta

indikator pasar (Helfert, 1997). Dari berbagai macam rasio keuangan tersebut ada beberapa

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

rasio yang perlu diperhatikan baik oleh pemegang saham maupun oleh perusahaan yaitu

Dividend Payout Ratio (DPR).

Sedangkan menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya DPR dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi utang, tingkat

ekspansi yang direncanakan (laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva),

faktor pengawasan dan ketentuan-ketentuan dari pemerintah, yaitu ketentuan-ketentuan

yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

Penetapan DPR harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan

maupun pemegang saham. Bagi pihak perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR

akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen

dan besarnya laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan

perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang terkandung di

dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

investasi. Apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan

sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi.

Menurut Helfert (1997) ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari sudut

pandang pemberi pinjaman adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang dapat dinilai

melalui rasio lancar (Current Ratio) dan rasio kas (Cash Ratio) dan yang kedua leverage

keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui hutang terhadap aktiva (DAR), hutang

terhadap kapitalisasi dan hutang terhadap ekuitas (DER). Sedangkan dari sudut pandang

investor adalah 1) Profitabilitas, yang terdiri dari Pengembalian atas total kekayaan bersih

(ROI), Pengembalian atas ekuitas (ROE), dan Laba per saham, 2) Disposisi Laba, yang

terdiri dari Dividen per saham, Hasil Dividen dan Pembayaran kembali/penahanan laba

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

(DPR), 3) Indikator Pasar, yang terdiri dari rasio harga, perbaikan arus kas, Nilai pasar thd

nilai buku (MBR).

Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga

dapat mempengaruhi DPR yaitu Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit

Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX).

Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net

Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX) memiliki pengaruh

terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.

Cash Ratio

Debt to Equity Ratio (DER)

Net Profit Margin (NPM)

Return on Investment (ROI)

Dividend Payout Ratio

(DPR)

Tax Rate (TAX)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan

Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution

(2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada

Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent

variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan

(growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio)

dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode

purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun).

Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to

Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namun dengan variabel bebas yang berbeda,

yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan

Return on Investment (ROI) untuk periode1999 hingga 2001.

9

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah

populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear

berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER,

NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik

di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001

hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7

(tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi

pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to

equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data

yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi

pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to

equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio

hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriyani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-

variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Manufaktur Di Bursa

Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55

perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Cash Ratio (CR), Return on

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan

Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan

variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis

yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini

(DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI)

dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.

2.2 Rasio Keuangan

2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan

dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio

keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi

masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk

mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh

dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya

menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan

pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat

membandingkan dengan rasio lain.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) Financial ratios is restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; and (2) we can compare the firm’s ratios with those of other firms.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual

perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-

kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis

untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1)

waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari

laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan

lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions: 1. How liquid is the firm? 2. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 3. How is the firm financing its assets? 4. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan

dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain :

1. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

2. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena

tujuan utama pembelian aktiva ialah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki

pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak

memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakah telaah lebih lanjut

untuk mengungkapkan penyebabnya.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

3. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini

mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham

umum.

4. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?

Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor

dalam membeli saham perusahaan.

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan

menjadi 5 (lima) , yaitu :

1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi

diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai

biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat

dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio

Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross

Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio

Laba atas Modal (Return on Equity).

2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi

tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

ini adalah sebagai berikut :1) Rasio Lancar (Current Ratio), 2) Rasio Cair (Quick

Ratio/Acid Test Ratio) dan 3) Rasio kas (Cash Ratio).

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan

piutangnya, rasio ini dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Rasio Perputaran Persediaan

(Inventory Turn Over), 2) Rasio Hari Persediaan (Inventory Period), 3) Rasio Perputaran

Piutang (Account Receivable Turn Over), dan 4) Rasio Periode Pengumpulan Piutang

(Average Collection Period).

4. Rasio Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya

Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan

dana dan biaya. Biasanya biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini

dibagi menjadi 5, yaitu : 1) Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan, 2) Rasio Harga

Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan, 3) Rasio Beban Penjualan atas

Penjualan dan 4) Rasio Beban Administrasi dan 5) Rasio Beban Keuangan.

5. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan

utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain : 1) Rasio Kewajiban Jangka Panjang

atas Harta/ Aktiva (Debt To Asset Ratio), 2) Rasio KewajibanJangka Panjang atas Modal

(Debt To Equityt Ratio) dan 3) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi.

2.2.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sawir (2005) keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

a. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis

apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang.

b. Rasio disusun dari kata akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran

yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipilasi.

c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya

metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) Analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan-

keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, antara lain :

a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang

digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan

(selain dari buku-buku pembantu).

b. Biasanya, analisis rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak

mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan

umumnya berasal dari data masa lalu (data historis). Data historis ini mungkin bukan

merupakan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan.

c. Apabila jumlah jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar (signifikan),

angka rasio laba dapat menyesatkan

d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan

keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen,

perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya

manusianya.

e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam

industri tertentu yang sedang diperbandingkan. Kesulitan tersebut terjadi karena :

• Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan prinsip dan prosedur akuntansi

yang digunakan.

• Prinsip, prosedur, dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan

sering berubah sehingga sulit untuk membuat penilaian yang akurat terhadap maju

mundurnya perusahaan.

2.3 Dividen

2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-Bentuk Dividen

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital

gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara

harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang

diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh

perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para

investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang

diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang

diperoleh perusahaan

Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan

merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan

nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan

Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan

pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal lainnya seperti tambahan modal

disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus

dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman tentang sumbernya.

Kieso dan Weygandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh

perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:

1. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.

2. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.

3. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau

pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

4. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang

dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan

direksi.

Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan

dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahan atau

spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa

juga dalam bentuk saham (stock dividens).

Menurut Brealey dan Myers (2004) ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

1. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk

tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuidasinya cukup tinggi

sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.

2. Stock Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk

lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan

meneydiakan dividen dalam bentuk tunai.

3. Extra Dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika

perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat

sementara.

4. Noncash Dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment

plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun

lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan

lembar saham di bawah pasar.

2.4 Kebijakan Dividen

2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap

penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi

kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan yang kedua

diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada

umumnya sebagai EAT (Earning After Tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi

diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya

EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang bekaitan dengan

penentuan apakah keuntungan / laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk

diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang simpan

kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai

pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang semakin mengalir ke

tangan pemegang saham.

Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan

kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu

memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen (dividend

payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Sedangkan, jumlah dividen

yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.

Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen

kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana

(kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment.

Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan

maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan

hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan

kenaikan dividen.

Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang

menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa

yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).

2.4.2 Teori Kebijakan Dividen

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari

preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori

preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori

ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka

berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya

untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung

semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana

pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori “Bird-In-The-Hand”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh

lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang

diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil.

Miller dan Madigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther

sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena menurut padangan MM, kebanyakan

investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari

perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko

dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat

risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor

mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1)

Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan

pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu,

investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin

lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2)

Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual dan (3) Terhindar dari pajak

keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) “three basic views about dividend; (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this view says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory. The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capital gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen,

Pendapat atau pandangan pertama yaitu “dividen adalah tidak relevan”. Pendapat ini

dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran

dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, dan nilai perusahaan

ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu “dividen yang

tinggi akan meningkatkan nilai saham”. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih

merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital

gains. Pendapat ini disebut bird-in-the-hand’ theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang

rendah akan meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah

perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan

memaksimumkan nilai perusahaan.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya

untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3)

perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak

pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion),

6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (acces to the capital

market), dan 9) Laba yang diperoleh berusaha untuk dibayarkan pada pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-

undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba,

stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.

1. Undang-undang.

Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus

dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba

ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.

2. Posisi likuiditas.

Angka yang tercantum dalam lapoan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu

sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai

catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang

besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana

tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini mungkin

saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.

3. Kebutuhan pelunasan utang.

Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan

pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo

dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi

utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut

maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk

melunasi hutang perusahaan.

4. Tingkat ekspansi aktiva.

Semakin cepat suatu peruashaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan

untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin

besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga

ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan

pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang

tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka

semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang

dapat dibayarkan.

5. Tingkat laba.

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk

membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan

tersebut.

6. Stabilitas laba.

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan

berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung

membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya

berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada

tahun – tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan

cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi

labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih

rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.

7. Akses ke pasar modal.

Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas

dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada

perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman

dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak

laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah

mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada

perusahaan kecil atau baru.

8. Kendali perusahaan.

Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai

pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa

menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi hutang

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil

hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat

ini. Perusahaan perlu melakukan kendali dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada

tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran

dividen.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu

memperhatikan faktor – faktor berikut ini:

1. Operating Cash Flow

Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan

menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa

perusahaan harus membagikan dividen sebesar – besarnya.

2. Tingkat laba

Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham,

ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang

tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan peruashaan untuk meningkatkan dan

tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.

3. Kesempatan investasi

Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik

peruahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan

pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar

modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang

sebenarnya (investasi yang menguntungkan).

4. Biaya transaksi

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham

sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investoral menjual

saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan

demikian, jika tidak ada faktor pajak maka menerima dividen akan lebih menguntungkan

daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang

membagikan dividen secara teratur.

5. Pajak penghasilan

Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada

dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%) mungkin

akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan

memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan

investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak

terlalu besar.

2.5 Alternatif Pembayaran Dividen

Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen

kebutuhan investai harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu

perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan

perusahaan di masa yang akan datang.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) there are three altervatives dividend payment; (1) Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year to year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time (3) Regular dividend plus a year-end

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

extra), a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999), ada 3 (tiga) alternatifnya

pembayaran dividen, yaitu:

1. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).

Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap

terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang

dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Hal

ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya

selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya

maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang

menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai

dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan

memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).

2. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (Stable dollar dividend per share).

Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang

tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan memperoleh

keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari tahun sebelumnya maka

jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan tahun – tahun sebelumnya.

Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat

dipertahankan untuk penurunan dividen sampai benar – benar terbukti bahwa perusahaan

tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi

(Sartono, 2000).

3. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler

dividend plus a year – end extra).

Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya

perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang

sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir

periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan

investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu – ragu untuk

menanamkan dananya. Namun menururt Sartono (2000) kebijakan ini merupakan

kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan

yang lebih flesibel.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan

laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin

tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak

perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi

sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan

internal financial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992)

Sundaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran dividen

(dividend payout ratio) adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham

dengan laba per saham.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) menyatakan “Dividend payout ratio

indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share”

Menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh

beberapa faktor berikut ini :

1. Faktor Likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio

dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik

untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan

berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh

perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh

diprioritaskan untuk penambahan aktiva.

4. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri

sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin

tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

5. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham, apabila para pemegang saham

adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi

disbanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian dividen,

faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen

disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi kesempatan investasi yang

menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang

harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Faktor Likuiditas

2. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu

mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa

diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru

akan lebih tinggi daripada biaya modal laba ditahan. Umumnya dividend payout ratio

(DPR) berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.

3. Pengendalian, kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan

mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap

perusahaan akan berkurang.

4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan

yang relatif stabil.

5. Biaya transaksi dan kebutuhan permodal, secara teoritis kenaikan harga saham akan

sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa

menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran

dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal

tersendiri.

Alasan pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio

dalam penelitian ini adalah:

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

1. Cash Ratio

Menurut Riyanto (1997), para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan rasio

likuiditas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio

likuiditas adalah cash ratio. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas

yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio

ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat

waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio.

Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan

persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun

tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.

Menurut Sawir (2005), rumus dalam perhitungan cash ratio, yaitu:

Cash + Marketable Securities Cash Ratio = Current Liabilities

Holder, Langrehr, dan Hexter (1998) dalam Suhartono (2004) menyatakan bahwa

apabila masih ada peluang investasi yang bias diambil, perusahaan akan lebih baik

menggunakan dana dari aliran kas intern untuk membiayai investasi dan cenderung

membayar dividen yang rendah.

Sedangkan dividen merupakan cash outflow maka dengan digunakannya seluruh kas

yang tersedia untuk membayar hutang lancar perusahaan, maka dapat mengakibatkan

penghasilan pemegang saham (dividen) menurun atau bahkan tidak dapat dividen sama

sekali. Ada hubungan negatif antara cash ratio dengan pembayaran dividen.

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas /

leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa

bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal

asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.

Aturan struktur finansiil konservatif memberikan batas imbangan yang harus

dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri.

Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal

sendiri yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansiil tersebut menetapkan bahwa

besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal

sendiri. Koefisien hutang yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan

modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1.

Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan

menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan

modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib

memberikan balas jasa pada mereka dalam mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin

besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya

maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.

Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut

berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para

pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang

yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.

Menurut Sawir (2005), rumus untuk menghitung debt to equity ratio yaitu:

Total Utang Debt to Equity Ratio = Modal (Equity)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika

jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Jika dihubungkan dengan

pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang berlawanan (negatif), artinya

semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen dan sebaliknya.

Penelitian Harahap (2004) di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999 hingga 2001

terhadap 28 perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mampu

menjelaskan DPR pada perusahaan manufaktur adalah Debt to Equity Ratio (DER).

3. Net Present Margin (NPM)

Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan

dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal

yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya.

Menurut Sawir (2005) NPM adalah rasio yang membandingkan net income dengan

penjualan bersih operasi (sales), dapat digambarkan dalam formula sebagai berikut :

Net Income Net Profit Margin = Sales

Crutchley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) menemukan bukti bahwa earning

volatility berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Volatilitas keuntungan berkaitan

erat dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka

perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang akan datang dengan

ketepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan tersebut bisa mempertahankan

pembayaran sebagian besar dari keuntungannya dalam bentuk dividen.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan

menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh

perusahaan. Ada hubungan positif rasio profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.

4. Return on Investment (ROI)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998) rasio return on investment (ROI)

menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang

dimiliki perusahaan atau mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan atas penggunaan

investasi asset – assetnya.

ROI atau ROA merupakan rasio dalam bentuk yang paling mudah dianalisis

profitablitasnya yang menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan

terhadap total aktiva di neraca (Helfert, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung

ROI adalah sebagai berikut :

Net Income Return on Investment = Total Asset

Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total

investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam

nilai total harta (Assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya

manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI

merupakan salah satu rasio profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran

dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai

ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan.

5. Tax Rate (TAX)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan

dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan

tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) yang mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%

diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%

diatas Rp.100.000.000,00 30% Sumber : Undang-undang Pajak Tahun 2000

Seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel memiliki penghasilan

sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), maka berdasarkan

ketentuan tersebut cara menghitung rasio tax rate adalah :

Tax Rate =

(EBT–Rp100.000.000) x 30%)+Rp.12.500.000

EBT

Keterangan :

Rp. 12.500.000 diperoleh dari :

10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000

15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000

Rp.12.500.000

Diketahui bahwa antara Tax Rate dan pembayaran dividen terdapat hubungan

negative yang artinya semakin tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran

dividen kepada pemegang saham.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan

Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution

(2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada

Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent

variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan

(growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio)

dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode

purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun).

Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to

Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namun dengan variabel bebas yang berbeda,

yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan

Return on Investment (ROI) untuk periode1999 hingga 2001.

9

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah

populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear

berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER,

NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik

di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001

hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7

(tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi

pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to

equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data

yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi

pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to

equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio

hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitriyani (2002) dengan judul “Analisis Variabel-

variabel Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Manufaktur Di Bursa

Efek Jakarta” selama tahun 1997 sampai tahun 1999 menggunakan sampel sebanyak 55

perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Cash Ratio (CR), Return on

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan

Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan

variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis

yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini

(DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI)

dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.

2.8 Rasio Keuangan

2.8.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan

dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio

keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi

masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk

mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh

dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya

menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan

pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat

membandingkan dengan rasio lain.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) Financial ratios is restating the accounting data in relative terms to identify some of financial strengths and weaknesses of a company. The ratios give us two ways of making meaningful comparisons of a firm’s financial data: (1) we can examine the ratios across time (say for the last 5 years) to identify any trends; and (2) we can compare the firm’s ratios with those of other firms.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual

perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-

kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis

untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1)

waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari

laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan

lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions: 5. How liquid is the firm? 6. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 7. How is the firm financing its assets? 8. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan

dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain :

5. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

6. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena

tujuan utama pembelian aktiva ialah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki

pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. Jika tingkat keuntungan itu tidak

memadai dibandingkan dengan investasinya, maka perlu diadakah telaah lebih lanjut

untuk mengungkapkan penyebabnya.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

7. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini

mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham

umum.

8. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?

Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor

dalam membeli saham perusahaan.

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan

menjadi 5 (lima) , yaitu :

6. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi

diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai

biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat

dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio

Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross

Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio

Laba atas Modal (Return on Equity).

7. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi

tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

ini adalah sebagai berikut :1) Rasio Lancar (Current Ratio), 2) Rasio Cair (Quick

Ratio/Acid Test Ratio) dan 3) Rasio kas (Cash Ratio).

8. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan

piutangnya, rasio ini dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Rasio Perputaran Persediaan

(Inventory Turn Over), 2) Rasio Hari Persediaan (Inventory Period), 3) Rasio Perputaran

Piutang (Account Receivable Turn Over), dan 4) Rasio Periode Pengumpulan Piutang

(Average Collection Period).

9. Rasio Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya

Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan

dana dan biaya. Biasanya biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini

dibagi menjadi 5, yaitu : 1) Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan, 2) Rasio Harga

Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan, 3) Rasio Beban Penjualan atas

Penjualan dan 4) Rasio Beban Administrasi dan 5) Rasio Beban Keuangan.

10. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan

utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain : 1) Rasio Kewajiban Jangka Panjang

atas Harta/ Aktiva (Debt To Asset Ratio), 2) Rasio KewajibanJangka Panjang atas Modal

(Debt To Equityt Ratio) dan 3) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi.

2.8.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sawir (2005) keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

e. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis

apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang.

f. Rasio disusun dari kata akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran

yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipilasi.

g. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya

metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

h. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) Analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan-

keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, antara lain :

f. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang

digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan

(selain dari buku-buku pembantu).

g. Biasanya, analisis rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak

mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan

umumnya berasal dari data masa lalu (data historis). Data historis ini mungkin bukan

merupakan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan.

h. Apabila jumlah jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar (signifikan),

angka rasio laba dapat menyesatkan

i. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan

keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen,

perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya

manusianya.

j. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam

industri tertentu yang sedang diperbandingkan. Kesulitan tersebut terjadi karena :

• Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan prinsip dan prosedur akuntansi

yang digunakan.

• Prinsip, prosedur, dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan

keuangan sering berubah sehingga sulit untuk membuat penilaian yang akurat

terhadap maju mundurnya perusahaan.

2.9 Dividen

2.9.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-Bentuk Dividen

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital

gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara

harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang

diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh

perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para

investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang

diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang

diperoleh perusahaan

Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan

merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan

nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan

Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan

pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal lainnya seperti tambahan modal

disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus

dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman tentang sumbernya.

Kieso dan Weygandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh

perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:

5. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.

6. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.

7. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau

pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

8. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang

dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan

direksi.

Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan

dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahan atau

spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa

juga dalam bentuk saham (stock dividens).

Menurut Brealey dan Myers (2004) ada beberapa macam bentuk dividen, yaitu :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

5. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk

tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuidasinya cukup tinggi

sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.

6. Stock Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk

lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan

meneydiakan dividen dalam bentuk tunai.

7. Extra Dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika

perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat

sementara.

8. Noncash Dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment

plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun

lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan

lembar saham di bawah pasar.

2.10 Kebijakan Dividen

2.10.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Manajemen memiliki 2 (dua) alternatif dalam perlakuannya terhadap

penghasilan/laba bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan, yaitu yang pertama dibagi

kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan yang kedua

diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada

umumnya sebagai EAT (Earning After Tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi

diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya

EAT yang dibagikan sebagai dividen (Atmadja, 2003).

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang bekaitan dengan

penentuan apakah keuntungan / laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk

diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang simpan

kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai

pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang semakin mengalir ke

tangan pemegang saham.

Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan

kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu

memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen (dividend

payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Sedangkan, jumlah dividen

yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.

Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen

kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana

(kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment.

Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan

maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan

hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan

kenaikan dividen.

Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang

menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa

yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).

2.10.2 Teori Kebijakan Dividen

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari

preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori

preferensi pajak.

4. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori

ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka

berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya

untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung

semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana

pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

5. Teori “Bird-In-The-Hand”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh

lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang

diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil.

Miller dan Madigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther

sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena menurut padangan MM, kebanyakan

investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari

perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko

dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat

risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

6. Teori Preferensi Pajak

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor

mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1)

Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan

pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu,

investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin

lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2)

Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual dan (3) Terhindar dari pajak

keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) “three basic views about dividend; (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this view says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory. The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capital gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen,

Pendapat atau pandangan pertama yaitu “dividen adalah tidak relevan”. Pendapat ini

dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran

dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, dan nilai perusahaan

ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu “dividen yang

tinggi akan meningkatkan nilai saham”. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih

merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital

gains. Pendapat ini disebut bird-in-the-hand’ theory. Pendapat ketiga yaitu “dividen yang

rendah akan meningkatkan nilai saham” maksud dari pernyataan tersebut adalah

perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan

memaksimumkan nilai perusahaan.

2.10.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya

untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3)

perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak

pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion),

6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (acces to the capital

market), dan 9) Laba yang diperoleh berusaha untuk dibayarkan pada pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-

undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba,

stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.

9. Undang-undang.

Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus

dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba

ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.

10. Posisi likuiditas.

Angka yang tercantum dalam lapoan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu

sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai

catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang

besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana

tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini mungkin

saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.

11. Kebutuhan pelunasan utang.

Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan

pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo

dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi

utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut

maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk

melunasi hutang perusahaan.

12. Tingkat ekspansi aktiva.

Semakin cepat suatu peruashaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan

untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin

besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga

ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan

pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang

tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka

semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang

dapat dibayarkan.

13. Tingkat laba.

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk

membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan

tersebut.

14. Stabilitas laba.

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan

berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung

membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya

berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada

tahun – tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan

cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi

labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih

rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.

15. Akses ke pasar modal.

Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas

dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada

perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman

dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak

laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah

mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada

perusahaan kecil atau baru.

16. Kendali perusahaan.

Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai

pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa

menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi hutang

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil

hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat

ini. Perusahaan perlu melakukan kendali dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada

tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran

dividen.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu

memperhatikan faktor – faktor berikut ini:

6. Operating Cash Flow

Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan

menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa

perusahaan harus membagikan dividen sebesar – besarnya.

7. Tingkat laba

Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham,

ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang

tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan peruashaan untuk meningkatkan dan

tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.

8. Kesempatan investasi

Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik

peruahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan

pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar

modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang

sebenarnya (investasi yang menguntungkan).

9. Biaya transaksi

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham

sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investoral menjual

saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan

demikian, jika tidak ada faktor pajak maka menerima dividen akan lebih menguntungkan

daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang

membagikan dividen secara teratur.

10. Pajak penghasilan

Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada

dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%) mungkin

akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan

memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan

investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak

terlalu besar.

2.11 Alternatif Pembayaran Dividen

Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen

kebutuhan investai harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu

perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan

perusahaan di masa yang akan datang.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) there are three altervatives dividend payment; (1) Constant dividend payout ratio, a dividend payment policy in which the percentage of earnings paid out in dividend is held constant. The dollar amount fluctuates from year to year as profits vary. (2) Stable dollar dividend per share, a dividend policy that maintains a relatively stable dollar dividend per share over time (3) Regular dividend plus a year-end

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

extra), a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999), ada 3 (tiga) alternatifnya

pembayaran dividen, yaitu:

4. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).

Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap

terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang

dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Hal

ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya

selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya

maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang

menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai

dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan

memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).

5. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (Stable dollar dividend per share).

Alternatif ini akan menyebabkan perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang

tetap untuk beberapa periode. Meskipun pada tahun berikutnya perusahaan memperoleh

keuntungan lebih besar dari tahun sebelumnya atau lebih kecil dari tahun sebelumnya maka

jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dengan tahun – tahun sebelumnya.

Pembayaran akan dinaikkan jika perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat

dipertahankan untuk penurunan dividen sampai benar – benar terbukti bahwa perusahaan

tidak sanggup lagi membayarkannya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi

(Sartono, 2000).

6. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler

dividend plus a year – end extra).

Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya

perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang

sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir

periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan

investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu – ragu untuk

menanamkan dananya. Namun menururt Sartono (2000) kebijakan ini merupakan

kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan

yang lebih flesibel.

2.12 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan

laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin

tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak

perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi

sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan

internal financial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992)

Sundaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa pengertian rasio pembayaran dividen

(dividend payout ratio) adalah presentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham

dengan laba per saham.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) menyatakan “Dividend payout ratio

indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share”

Menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh

beberapa faktor berikut ini :

7. Faktor Likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio

dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio

8. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik

untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan

berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.

9. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh

perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh

diprioritaskan untuk penambahan aktiva.

10. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri

sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin

tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

11. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

12. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham, apabila para pemegang saham

adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi

disbanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian dividen,

faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen

disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi kesempatan investasi yang

menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang

harus dipertimbangkan sebagai berikut :

6. Faktor Likuiditas

7. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu

mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa

diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru

akan lebih tinggi daripada biaya modal laba ditahan. Umumnya dividend payout ratio

(DPR) berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.

8. Pengendalian, kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan

mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap

perusahaan akan berkurang.

9. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan

yang relatif stabil.

10. Biaya transaksi dan kebutuhan permodal, secara teoritis kenaikan harga saham akan

sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa

menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran

dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal

tersendiri.

Alasan pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio

dalam penelitian ini adalah:

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

6. Cash Ratio

Menurut Riyanto (1997), para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan rasio

likuiditas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio

likuiditas adalah cash ratio. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas

yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio

ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat

waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio.

Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan

persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun

tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.

Menurut Sawir (2005), rumus dalam perhitungan cash ratio, yaitu:

Cash + Marketable Securities Cash Ratio = Current Liabilities

Holder, Langrehr, dan Hexter (1998) dalam Suhartono (2004) menyatakan bahwa

apabila masih ada peluang investasi yang bias diambil, perusahaan akan lebih baik

menggunakan dana dari aliran kas intern untuk membiayai investasi dan cenderung

membayar dividen yang rendah.

Sedangkan dividen merupakan cash outflow maka dengan digunakannya seluruh kas

yang tersedia untuk membayar hutang lancar perusahaan, maka dapat mengakibatkan

penghasilan pemegang saham (dividen) menurun atau bahkan tidak dapat dividen sama

sekali. Ada hubungan negatif antara cash ratio dengan pembayaran dividen.

7. Debt to Equity Ratio (DER)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas /

leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa

bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal

asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.

Aturan struktur finansiil konservatif memberikan batas imbangan yang harus

dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri.

Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal

sendiri yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansiil tersebut menetapkan bahwa

besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal

sendiri. Koefisien hutang yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan

modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1.

Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan

menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan

modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib

memberikan balas jasa pada mereka dalam mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin

besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya

maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.

Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut

berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para

pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang

yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.

Menurut Sawir (2005), rumus untuk menghitung debt to equity ratio yaitu:

Total Utang Debt to Equity Ratio = Modal (Equity)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika

jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Jika dihubungkan dengan

pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang berlawanan (negatif), artinya

semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen dan sebaliknya.

Penelitian Harahap (2004) di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999 hingga 2001

terhadap 28 perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mampu

menjelaskan DPR pada perusahaan manufaktur adalah Debt to Equity Ratio (DER).

8. Net Present Margin (NPM)

Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan

dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal

yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya.

Menurut Sawir (2005) NPM adalah rasio yang membandingkan net income dengan

penjualan bersih operasi (sales), dapat digambarkan dalam formula sebagai berikut :

Net Income Net Profit Margin = Sales

Crutchley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) menemukan bukti bahwa earning

volatility berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Volatilitas keuntungan berkaitan

erat dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka

perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang akan datang dengan

ketepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan tersebut bisa mempertahankan

pembayaran sebagian besar dari keuntungannya dalam bentuk dividen.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan

menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh

perusahaan. Ada hubungan positif rasio profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.

9. Return on Investment (ROI)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998) rasio return on investment (ROI)

menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang

dimiliki perusahaan atau mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan atas penggunaan

investasi asset – assetnya.

ROI atau ROA merupakan rasio dalam bentuk yang paling mudah dianalisis

profitablitasnya yang menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan

terhadap total aktiva di neraca (Helfert, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung

ROI adalah sebagai berikut :

Net Income Return on Investment = Total Asset

Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total

investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam

nilai total harta (Assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya

manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI

merupakan salah satu rasio profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran

dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai

ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan.

10. Tax Rate (TAX)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan

dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan

tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) yang mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%

diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%

diatas Rp.100.000.000,00 30% Sumber : Undang-undang Pajak Tahun 2000

Seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel memiliki penghasilan

sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), maka berdasarkan

ketentuan tersebut cara menghitung rasio tax rate adalah :

Tax Rate =

(EBT–Rp100.000.000) x 30%)+Rp.12.500.000

EBT

Keterangan :

Rp. 12.500.000 diperoleh dari :

10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000

15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000

Rp.12.500.000

Diketahui bahwa antara Tax Rate dan pembayaran dividen terdapat hubungan negative yang

artinya semakin tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran dividen kepada

pemegang saham. BAB III

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang beralamat di Jakarta Stock

Exchange Building, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190. Penelitian ini

dilakukan dari bulan April 2007 sampai dengan bulan Juli 2007.

3.2 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif,

Berdasarkan tingkat eksplanasinya bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari jenis datanya

tergolong penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitaif ini menekankan pada pengujian teori-

teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis

data dengan prosedur statistik.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar (go

public) dan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan dipublikasikan di

Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode tahun 2001 hingga 2005. Jumlah populasi pada

penelitian ini adalah 140 perusahaan (Lampiran 1).

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan menetapkan beberapa

37

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

pertimbangan atau kriteria. Ada 3 (tiga) kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah

:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sejak tahun 2001 dan tetap terdaftar di

BEJ hingga tahun 2005. Hal ini dimaksudkan untuk data yang berkesinambungan.

Ada 133 perusahaan atau emiten yang terdaftar di BEJ sejak tahun 2001 hingga tahun

2005, sedangkan 7 (tujuh) perusahaan atau emiten tidak termasuk dalam sampel

penelitian karena baru bergabung dan terdaftar di BEJ pada tahun 2002, 2003, 2004

dan 2005. (Lampiran 2).

2. Perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun

2001 sampai dengan tahun 2005. Jumlahnya ada133 perusahaan atau emiten yang

telah menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005

(Lampiran 2).

3. Perusahaan yang membayar dividen selama 5 (lima) tahun berturut-turut dari tahun

2001, 2002, 2003, 2004 dan 2005. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria ini ada

31 perusahaan atau emiten. (Lampiran 3).

Berdasarkan kriteria diatas, maka terdapat 31 perusahaan atau emiten manufaktur

yang menjadi sampel dalam penelitian ini dan terbagi dalam 3 (tiga) jenis sektor industri

(sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi)

antara lain :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)

No Kode Nama Perusahaan (Emiten) 1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 5 LION PT Lion Metal Works Tbk 6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk

10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk

ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry)

15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 18 PBRX PT Pan Brothers Tbk 19 BATA PT Sepatu Bata Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry)

20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 24 MYOR PT Mayora Indah Tbk 25 GGRM PT Gudang Garam Tbk 26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 28 MERK PT Merck Indonesia Tbk 29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

Sumber : Jakarta Stock Exchange, www.jsx.co.id

3.4 Jenis Dan Sumber Data

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

dari Indonesian Capital Market Directory 2001-2005 yang memuat laporan keuangan

perusahaan manufaktur untuk periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

Data penelitian ini bersumber dari Bursa Efek Jakarta (Jakarta Stock Exchange)

melalui situs resmi Jakarta Stock Exchange (www.jsx.co.id), situs resmi BAPEPAM

(www.bapepam.co.id), media cetak dan jurnal. Data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan gabungan data antarperusahaan (cross section) dan antarwaktu (time series)

atau pooled cross sectional and time series data.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek

Jakarta (Jakarta Stock Exchange) (www.jsx.co.id) dan situs resmi BAPEPAM

(www.bapepam.co.id), serta artikel-artikel dari media cetak dan jurnal.

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Dividend Payout Ratio (Y). Rasio ini

menjelaskan tentang jumlah pembayaran dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan

kepada pemegang saham dari laba bersih yang dihasilkan. Menurut Atmaja (1994)

persentase dividen yang dibagi atau dibayarkan dengan Net Income disebut Dividend

Payout Ratio.

Dividen yang dibayarkan Dividend Payout Ratio (DPR) = Net Income

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio sebagai variabel independent

untuk mengetahui rasio keuangan lainnya yang mempunyai pengaruh signifikan secara

serempak dan parsial terhadap kenaikan dan penurunan pembayaran dividen. Serta untuk

mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi Dividend Payout Ratio.

b. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Cash Ratio, Debt to Equity Ratio

(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate. Variabel-

variabel ini diduga mempengaruhi Devidend Payout Ratio baik secara serempak dan

parsial, antara lain :

1. Cash Ratio

Menurut Sawir (2005) Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas (Cash) dan

sekuritas yang dapat dipasarkan (Marketable Securities) dengan utang lancar (Current

Liabilities).

Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang paling cair (liquid) artinya apabila

perusahaan ingin membayarkan dividen secara kas (cash dividend) maka sudah seharusnya

perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayarnya. Rasio ini dapat digunakan

untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera

dipenuhi (hutang lancar) dari kas yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga

yang dapat segera diuangkan

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio total utang atas modal sendiri merupakan perbandingan antara total utang

dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi

utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga

rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari

jumlah utang atau minimal sama.

3. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan keuntungan/laba bersih

perusahaan setelah pajak dengan penjualan (sales). Semakin tinggi rasio ini

mengindikasikan semakin baik perusahaan menghasilkan laba bersih, yang artinya

kemampuan untuk membayar dividen juga akan semakin tinggi. Ada hubungan positif rasio

profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.

4. Return on Investment (ROI)

Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total

investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam

nilai total harta (Assets). Rasio ini menjelaskan bahwa semakin besar rasio ini maka

semakin baik kemampuan perusahaan untuk menciptakan pendapatan dan juga sebaliknya.

5. Tax Rate

UU Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, pasal 17 ayat 1 yang

mengatur tarif pajak Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan menjelaskan bahwa

tarif Pajak Penghasilan dikenakan berdasarkan lapisan Penghasilan Kena Pajak yang

bersifat progrsif-proporsional.

Pada penelitian ini seluruh perusahaan yang menjadi sampel memiliki penghasilan

sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) dan diketahui bahwa

antara Tax Rate memilki hubungan negatif dengan pembayaran dividen atau DPR, semakin

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

tinggi Tax Rate mengindikasikan semakin turun pembayaran dividen kepada pemegang

saham.

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel penelitian ini, maka dapat dijelaskan

dengan definisi operasional sebagai berikut :

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Parameter

Cash Ratio (X1)

Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas

Cash + Marketable Securities Current Liability

Rasio

Debt to Equity Ratio (X2)

Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam menjamin total utangnya dengan modal sendiri

Total Liability Equity

Rasio

Net Profit

Margin (X3)

Menjelaskan tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasinya

Net Income Sales

Rasio

Return on

Investmt (X4)

Menjelaskan tentang kemampuan assets perusahaan untuk menghasilkan laba bersih

Net Income Total Assets

Rasio

Tax Rate (X5)

Menjelaskan tentang jumlah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap laba sebelum pajak (EBT)

(EBT–Rp100.000.000)x30%)+Rp.12.500.000 EBT

Rasio

Dividend Payout Ratio (Y)

Menjelaskan tentang jumlah dividen yang dibayarkan Dividen yang dibayarkan

Net Income

Rasio

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda (multiple linier regression method) dengan pengolahan data melalui software

SPSS (Statistical Package for Social Science). Dengan demikian model analisis dapat

dinyatakan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b 2X2 + b 3X3 + b 4X4 + b 5X5 + e …(3.1)

Dimana :

Y = Dividend Payout Ratio

A = Intercept / Konstanta

b1, b 2, b 3, b 4, b 5 = Koefisien regresi i = 1,2,3,4,5

E = Episilon atau variabel yang tidak diteliti

X1 = Cash Ratio

X2 = Debt to Equity Ratio

X3 = Net Profit Margin

X4 = Return On Investment

X5 = Tax Rate

Parameter persamaan regresi linear berganda dapat ditaksir dengan menggunakan

metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least square method/OLS) karena dalam penelitian

ini hanya terdapat satu variabel terikat (dependent variable) dengan lebih dari satu variabel

bebas (independent variable)

Persamaan regresi linear berganda tersebut dapat menunjukkan nilai koefisien

regresi atas setiap variabel bebas (independent variable), positif atau negatif. Koefisien

regresi b akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan searah antara variabel bebas

(independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Artinya kenaikan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel terikat dan sebaliknya, penurunan

variabel bebas akan menurunkan variabel terikat. Koefisien regresi b akan bernilai negatif

(-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan penurunan variabel

terikat dan sebaliknya, penurunan variabel bebas akan menaikkan variabel terikat.

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik

3.7.2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005) Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji-t dan uji-F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil.

Cara untuk melihat normalitas residual adalah melalui analisis grafik (Histogram

dan Normal P-Plot) dan analisis statistik.

1. Analisis Grafik, yaitu dengan melihat grafik Histogram dan grafik Normal P-Plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan

keputusan :

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau

grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan garis miring atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Statistik, yaitu dengan melihat uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Apabila hasil atau nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan nilai Asymp. Sig

(2-tailed) atau probabilitasnya diatas 0,05 (tingkat probabilitas), maka data telah memenuhi

asumsi normalitas.

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada variabel yang saling

berkorelasi pada variabel bebas (independent variable). Jika terjadi korelasi maka terdapat

masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Menurut Ghozali

(2005) pengujian ini dapat dilihat melalui 1) Nilai Tolerance dan 2) Nilai Varians Inflation

Factor (VIF).

1. Nilai Tolerance, nilai outoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinieriitas adalah nilai tolerance < 0,10.

2. Nilai Varians Inflation Factor (VIF), apabila :

• Nilai VIF > 10 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas

• Nilai VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas.

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan bahwa pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah

dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dalam rangkaian

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual dalam rangkaian suatu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut terjadi homokedastisitas. Tetapi jika

variansnya berbeda disebut heterokedastisitas.

Cara mendeteksi atau menguji terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas adalah

dengan melihat scatter plot, analisis data sebagai berikut :

• Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur, maka telah

terjadi heteroskedastisitas

• Jika tidak ada pola yang jelas, titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol),

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2005) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

problema autokorelasi. Ghozali (2005) juga menyatakan bahwa autokorelasi muncul karena

observasi yang muncul secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan

melihat uji Durbin-Watson (DW test), hipotesis yang akan diuji :

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :

Tabel 3.3

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Tabel Pengambilan Keputusan ada tidaknya Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negative No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tdk ditolak du < d < 4 - du Sumber : Ghozali (2005) Keterangan :

d = Durbin Watson hitung

dl = Durbin Watson – Lower

du = Durbin Watson – Upper

Nilai dhitung ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai dtabel pada tingkat signifikan 5%,

jumlah sampel 31 (N= 31) dan jumlah variabel bebas (independent variable) adalah 5

(k=5). Jika nilai dhitung berada diantara interval nilai du dan 4 – du maka tidak terdapat

autokrelasi, sebaliknya jika nilai dhitung berada diluar interval nilai du dan 4 – du maka

terdapat penyimpangan dari asumsi ini.

3.7.3 Pengujian Hipotesis

3.7.3.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F)

Langkah-langkah Uji F, adalah :

1. Menentukan hipotesis null dan hipotesis alternatif

• H0 : b1, b 2, b 3, b 4, b 5 = 0 ; secara serempak Cash Ratio, Debt to Equity Ratio

(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Tax Rate tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

• H1 : b1, b 2, b 3, b 4, b 5 ≠ 0 ; secara serempak Cash Ratio, Debt to Equity Ratio

(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

2. Menentukan nilai F tabel pada df1 = k dan df2 = n – k – 1

3. Kriteria penerimaan sebagai berikut :

• Jika F hitung > F tabel berarti H0 ditolak

Artinya variabel-variabel bebas (independent variable) tersebut secara

simultan/serempak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent variable)

• Jika F hitung ≤ F tabel berarti H0 diterima

Artinya variabel-variabel bebas (independent variable) tersebut secara

simultan/serempak tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent

variable)

3.7.3.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji-t)

Langkah-langkah Uji t, adalah :

1. Menentukan hipotesis null dan hipotesis alternatif

• H0 : b1, b 2, b 3, b 4, b 5 = 0 ; secara parsial Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER),

Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Tax Rate tidak

mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

• H2 : b b1, b 2, b 3, b 4, b 5 ≠ 0 ; secara parsial Cash Ratio, Debt to Equity Ratio

(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate

mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

2. Kriteria penerimaan sebagai berikut :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

• Terima H0 bila - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

• Tolak H0 (terima H2) bila t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang terdaftar sampai dengan

tahun 2005 berjumlah 140 perusahaan yang terbagi dalam 3 (tiga) sektor industri yaitu

sektor industri dasar kimia (Basic Industry And Chemical), sektor aneka industri

(Miscellaneous Industry) dan sektor industri barang konsumsi (Consumer Goods Industry).

Sampel penelitian ini ditentukan oleh 3 (tiga) kriteria yaitu 1) Perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEJ sejak tahun 2001 dan tetap terdaftar hingga 2005, 2) Perusahaan

manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2001 sampai

tahun 2005. dan 3) Perusahaan manufaktur yang membayar dividen selama 5 (lima) tahun

berturut-turut dari tahun 2001, 2002, 2003, 2004 dan 2005.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah perusahaan yang menjadi sampel

penelitian ini ada 31 perusahaan yaitu :

Sub Sektor Industri No Kode Nama Perusahaan (Emiten) 1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk INDUSTRI DASAR KIMIA

(Basic Industry And Chemical) 2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk

4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 5 LION PT Lion Metal Works Tbk 6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk 10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk

15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Sub Sektor Industri No Kode Nama Perusahaan (Emiten) 17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.

18 PBRX PT Pan Brothers Tbk 19 BATA PT Sepatu Bata Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI 20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk (Consumer Goods Industry) 21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 24 MYOR PT Mayora Indah Tbk 25 GGRM PT Gudang Garam Tbk 26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 28 MERK PT Merck Indonesia Tbk 29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

Sumber : Jakarta Stock Exchange, www.jsx.co.id

4.2 Deskripsi Variabel

Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat dari Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Deskripsi Variabel

Variabel Rata-Rata Minimum Maksimum Standar Deviasi N

DPR 0,0060 -0,0058 0,0350 0,0097499 31 Cash Ratio 0,6583 0,0212 2,5366 0,6566009 31 DER 0,7449 0,0536 2,5520 0,6075540 31 NPM 0,0826 0,0081 0,1737 0,0466017 31 ROI 0,1185 0,0113 0,3605 0,0886051 31 TAX 29,93 29,41 30,05 0,11772 31

Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Deskripsi variabel menunjukkan bahwa jumlah sampel atau responden (N) ada 31

perusahaan, dari 31 perusahaan ini cash ratio terkecil (minimum) adalah 0,0212 kali dan

cash ratio terbesar (maksimum) 2,5366 kali atau rata – ratanya 0,6583 kali dan dengan

standar deviasi 0,6566. Nilai cash ratio terbesar dimiliki oleh PT Tempo Scan Pacific Tbk

(TSPC) dan Nilai cash ratio terkecil dimiliki oleh PT Unggul Indah Cahaya Tbk.(UNIC).

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Selama tahun 2001 – 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memiliki nilai Debt

to equity ratio (DER) terkecil (minimum) 0,0536 kali dan DER terbesar (maksimum)

sebesar 8,19 kali dimiliki oleh PT Sepatu Bata Tbk. Rata – rata DER dari 31 perusahaan

adalah 0,7449 kali dan standar deviasi 0,6075 kali.

Tingkat keuntungan dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan (NPM)

terkecil (minimum) dimiliki oleh PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) adalah 0,0081

dan yang terbesar (maksimum) 0,1737 atau rata-ratanya 0,0826 dari 31 perusahaan dengan

standar deviasi 0,0466. Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh atas digunakannya

aset – aset perusahaan (ROI) PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) merupakan nilai

yang terkecil (minimum) selama tahun 2001 – 2005 yaitu 0,0113 dan PT Unilever Indonesia

Tbk memiliki nilai ROI terbesar (maksimum) yaitu sebesar 0,3605. Rata-ratanya dari 31

perusahaan 0,1185 dengan standar deviasi 0,0886. Tax rate selama tahun berjalan terkecil

(minimum) sebesar 29,41 dan terbesar (maksimum) sebesar 30,05 dan rata – ratanya adalah

sebesar 29,93.

4.3 Pengujian Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas akan dideteksi melalui analisis grafik (histogram dan Normal P-

Plots) dan analisis statistik melalui uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-

S).

1. Analisis Grafik, yaitu dengan melihat grafik histogram dan grafik normal probability

plot (Normal P-Plot) berikut ini :

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Grafik 4.1

Hasil Uji Normalitas melalui Histogram

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Residual

0

1

2

3

4

5

6

7

Freq

uenc

y

Mean = -3.37E-14Std. Dev. = 0.913N = 31

Dependent Variable: DPR

Histogram

Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Grafik 4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Normal P-Plots

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

Dependent Variable: DPR

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Dengan melihat tampilan grafik histogram, distribusi data membentuk lonceng (bell

shaped), tidak condong ke kiri atau condong ke kanan sehingga data dengan pola seperti ini

memiliki distribusi normal. Tampilan grafik Normal P-Plot data menyebar sekitar garis

diagonal dan mengikuti garis arah diagonal maka persyaratan normalitas sudah terpenuhi.

2. Analisis Statistik, hasil uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov-Smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual N 31 Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation ,00733967 Most Extreme Differences

Absolute ,127

Positive ,116 Negative -,127 Kolmogorov-Smirnov Z ,707 Asymp. Sig. (2-tailed) ,700

a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah).

Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,707

dengan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,700 atau probabilitas diatas 0,05 (0,700 > 0,05)

maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Menurut Ghozali (2005) pengujian ini dapat dilihat melalui nilai Tolerance dan

Varians Inflation Factor (VIF), hasil uji multikolinieritas sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) CashRatio ,624 1,603 DER ,698 1,432 NPM ,381 2,624 ROI ,470 2,126 TAX ,916 1,092a Dependent Variable: DPR

Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Dari hasil analisis dan pengujian terhadap kelima variabel bebas tersebut tidak

terdapat gejala terdapat gejala multikolineritas. Hal ini dijelaskan oleh hasil perhitungan

nilai Tolerance tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan

juga hasil perhitungan nilai Varians Inflation Factor (VIF) dari kelima variabel tersebut,

yaitu cash ratio 1,603, DER memberikan nilai VIF 1,432 selanjutnya nilai VIF NPM

adalah 2,624, ROI memperoleh nilai VIF sebesar 2,126 dan yang terakhir TAX

menghasilkan nilai VIF 1,092. Kelima variabel tersebut memiliki nilai VIF < 10, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar varibel bebas (independent

variable) dalam model regresi ini.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual dalam rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan lain.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Cara pengujian ini dilakukan dengan melihat grafik scatter plot, analisis data sebagai

berikut :

• Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur, maka

telah terjadi heterokedastisitas

• Jika tidak ada pola yang jelas, titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol),

maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Grafik 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

-2 -1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

-3

-2

-1

0

1

2

3

Regr

essi

on S

tude

ntize

d Re

sidu

al

Dependent Variable: DPR

Scatterplot

Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

menyebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Maka dapat disimpulkan bahwa

model regresi memenuhi syarat untuk memprediksi dividend payout ratio.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi dalam anggota

serangkaian data observasi yang diurutkan berdasarkan antarwaktu (timeseries) ataupun

antaruang (crosssection). Metode Durbin-Watson (DW test) yang dilakukan pada penelitian

ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,658(a) ,433 ,320 ,0080402 1,618 a Predictors: (Constant), TAX, DER, ROI, CashRatio, NPM b Dependent Variable: DPR Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa nilai dhitung sebesar 1,618. nilai dhitung

harus dibandingkan dengan dtabel (d) yaitu dL dan dU. Dalam perhitungan ini diketahui

bahwa n=31, k = 5 dan α = 0,05 maka dL = 1,090 dan dU = 1,825. Ini menunjukkan bahwa

nilai d berada pada daerah 1,825 < 1,861 < 4 sehingga H0 diterima yang artinya tidak ada

autokorelasi positif.

4.4 Analisis Model Regresi Linear Berganda

Analisis penelitian dilakukan terhadap hasil perhitungan dan pengujian data sekunder

(historis) atas laporan keuangan dari 31 sampel perusahaan manufaktur (sektor industri

dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi) yang tercatat di Bursa Efek

Jakarta (BEJ) tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda untuk

menguji ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya (DPR)

baik secara simultan maupun secara parsial.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda, yaitu:

Y = 0, 885 - 0,003X1 - 0,001X2 + 0,052X3 + 0,050X4 – 0,030X5

F = 3,823 Sig = 0,010

R2 = 0,433

Berdasarkan persamaan regresi lineier berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa Konstanta

(a) sebesar 0,885 yang berarti besarnya DPR (Y) adalah 88,5% dengan asumsi tidak

dipengaruhi oleh variabel bebas (independent variable). Sedangkan koefidsen regresi Cash

Ratio (X1) = -0,003, artinya

4.5 Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis terhadap 5 (lima) variabel bebas

(independent variable) apakah mempunyai pengaruh terhadap variabel terikatnya (DPR)

baik secara serempak maupun secara parsial.

4.5.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan secara

serempak antara variabel bebas dengan variabel terikatnya.

Tabel 4.5

Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ANOVA(b)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression ,001 5 ,000 3,823 ,010(a) Residual ,002 25 ,000 Total ,003 30

a Predictors: (Constant), TAX, DER, ROI, CashRatio, NPM b Dependent Variable: DPR Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui nilai Fhitung sebesar 3,823. Sedangkan nilai Ftabel pada α =

0,05 dan df1 = 5; df2 = 31-5-1 = 25 (lihat tabel Distribution F) maka dihasilkan Ftabel

sebesar 2,60. Jadi nilai Fhitung (3,823) > Ftabel (2,60) artinya variabel – variabel independen

yang diteliti secara bersama – sama atau serempak mempengaruhi dividen payut ratio. Nilai

p-value uji ini (0,010), artinya dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% dan

dari hasil yang diperoleh tingkat kepercayaan lebih dari 95% yaitu 99% (100 – 1%) maka

kondisi ini menunjukkan bahwa secara statistik Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER),

Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate mempunyai pengaruh

yang signifikan secara serempak terhadap DPR.

Tabel 4.6

Hasil Uji Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,658(a) ,433 ,320 ,0080402

Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,433 atau 43,3%. Artinya, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin

(NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap DPR

sebesar 43,3% sedangkan selebihnya yaitu 56,7% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain

yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Faktor – faktor tersebut kemungkinan antara lain tingkat pertumbuhan perusahaan

(growth), risiko pasar (beta), ukuran perusahaan (firm size), dan kondisi makro lainnya

seperti jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, pajak penghasilan, tingkat

bunga dan lain-lain.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Tingkat pertumbuhan perusahaan (growth) merupakan salah faktor yang

mempengaruhi DPR, hal ini diungkapkan oleh Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam

Suhartono (2004) bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan

membutuhkan dana untuk investasi, sehingga pembayaran dividennya akan lebih rendah.

Risiko pasar (beta) juga sebagai faktor yang diduga mempengaruhi pembayaran dividen.

Sedangkan kondisi makro ekonomi seperti jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar atau

tingginya nilai dollar terhadap rupiah menyebabkan harga mesin dan harga bahan baku,

terutama bahan baku impor, melonjak drastis. Kondisi ini membuat biaya produksi

meningkat sehingga harga jual pun meningkat. Tingginya harga jual yang tidak dapat

diikuti oleh daya beli masyarakat menyebabkan tingkat penjualan menurun sehingga laba

perusahaan pun menurun bahkan tidak sedikit perusahaan yang menderita kerugian

(Wartaekonomi, 2005). Kondisi ini menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam

membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya.

Bagi pemegang saham, penerimaan dividen ataupun capital gains merupakan

penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima dikenai pajak namun tingkat pajak untuk

dividen dan capital gains merupakan penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima

dikenai pajak namun tingkat pajak untuk dividen dan capital gains berbeda. Jika pajak atas

dividen lebih rendah daripada untuk capital gains maka pemegang saham cenderung untuk

menerima dividen. Namun jika pajak atas capital gains yang lebih rendah daripada dividen

maka pemegang saham cenderung untuk menikmati capital gains (Suad Husnan dan Enny

Pudjiastuti, 1998). Dengan demikian maka besar kecilnya pajak penghasilan dapat

mempengaruhi pembagian dividen.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

4.5.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji-t)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan secara

parsial antara variabel bebas.

Tabel 4.7

Hasil Uji Pengaruh Parsial (Uji-t) Coefficients(a)

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

95% Confidence Interval for B

Model B

Std. Error Beta

T

Sig.

Lower Bound

Upper Bound

1 (Constant) ,885 ,389 2,272 ,032 ,083 1,686 CashRatio -,003 ,003 -,227 -1,190 ,245 -,009 ,002 DER -,001 ,003 -,037 -,204 ,840 -,007 ,005 NPM ,052 ,051 ,247 1,014 ,320 -,053 ,157 ROI ,050 ,024 ,453 2,066 ,049 ,000 ,100 TAX -,030 ,013 -,357 -2,271 ,032 -,056 -,003

a Dependent Variable: DPR Sumber : Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)

4.5.2.1 Pengaruh Cash Ratio terhadap DPR

Analisis pengaruh Cash Ratio terhadap DPR dapat dilihat pada Tabel 4.7, dari tabel

tersebut diketahui bahwa nilai thitung Cash Ratio sebesar -1,190 dan tingkat signifikansi

0,245 artinya Cash Ratio mempunyai pengaruh negatif sebesar 1,190 dan namun tidak

signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung dan nilai ttabel diketahui bahwa nilai thitung

sebesar – 1,190 dan ttabel sebesar 2,056, nilai ttabel ditentukan dengan cara melihat tabel

Critical t Value for t Distribution dengan df= 26 (31-5), α = 0.025 (two-tailed) sehingga

diperoleh ttabel = 2,056. Sehingga Ho diterima, artinya Cash Ratio tidak berpengaruh secara

parsial terhadap DPR.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Teori free cash flow yang diungkapkan Jensen (1986) dalam Sugihen (2003)

menyatakan bahwa manajer yang memiliki arus kas bebas yang subtansial, akan cenderung

melakukan investasi secara tidak optimal dari pada membayarkan arus kas tersebut kepada

pemegang saham (dividen). Pada dasarnya, free cash flow seharusnya dibayarkan kepada

pemegang saham, akan tetapi membayarkan free cash flow kepada pemegang saham berarti

mengurangi dana dibawah kontrol manajemen, membatasi kemampuan manajemen untuk

mendorong pertumbuhan, dan meningkatkan kemungkinan harus menggunakan dana

eksternal untuk mendanai investasi proyek yang akan datang. Pernyataan ini didukung oleh

teori kebijakan dividen “Bird-In-The-Hand“ dimana kebanyakan investor merencanakan

untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan

bersangkutan dan tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka

panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan

pembagian dividennya

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004)

yang menyatakan bahwa variabel cash position tidak berpengaruh terhadap DPR.

4.5.2.2 Pengaruh DER terhadap DPR

Faktor DER sebagai variabel bebas mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak

signifikan secara parsial (Tabel 4.7) terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dari nilai thitung

sebesar -0,204 dan tingkat signifikansi 0,840 lebih besar dari alpha 0,05. Sehingga variabel

DER berpengaruh negatif namun tidak signifikan secara parsial terhadap DPR.

Pernyataan ini didukung oleh Suhartono (2004) yang menyatakan bahwa interaksi

antara kebijakan hutang dan kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan asimetris

informasi, yakni informasi yang mencakup informasi tentang prospek perusahaan dan

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

penggunaan keuntungan, artinya ada hubungan interdependensi antara kebijakan hutang

dan kebijakan dividen. Hal ini seperti teori pecking order dari Myers (1984), dimana

perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pembiayaan internal dibandingkan

eksternal, dan akan mengadaptasi target rasio pembayaran dividen mereka ke dalam

peluang nvestasi. Dalam teori pecking order juga dinyatatakan bahwa tidak ada target

struktur modal optimal (debt to equity ratio). Sedangkan Gitosudarmo (2002) berpendapat

bahwa terjadi hubungan yang berlawanan (negatif) antara DER terhadap DPR, artinya

semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriyani (2002)

yang menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif namun

tidak signifikan terhadap DPR.

4.5.2.3 Pengaruh NPM terhadap DPR

Analisis pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap DPR dapat dilihat pada Tabel

4.7 dari tabel tersebut diketahui bahwa NPM memiliki thitung sebesar 1,014 dengan tingkat

signifikasi 0,320 dan nilai ttabel sebesar 2,056, dimana ttabel (2,056) > thitung (1,014) sehingga

Ho diterima, artinya NPM berpengaruh positif secara parsial namun tidak signifikan

terhadap DPR. Pernyataan ini tidak sejalan dengan pernyataan Suhartono (2004) bahwa

Earning Volatility berkaitan dengan rasio dividen. Apabila tingkat keuntungan perusahaan

semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan dimasa yang

akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi.

Kesimpulan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nasrul (2004)

yang menyatakan bahwa variabel NPM tidak berpengaruh terhadap DPR

4.5.2.4 Pengaruh ROI terhadap DPR

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Variabel ROI sebagai variabel bebas mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan secara parsial (Tabel 4.7) terhadap DPR, hal ini ditunjukkan dari nilai thitung

sebesar 2,066 dan tingkat signifikansi 0,049. Sedangkan nilai ttabel sebesar 2,056 sehingga

Ho ditolak thitung > ttabel (0,2066 > 0,2,056), artinya ada pengaruh secara parsial antara ROI

dengan DPR. Pernyataan ini didukung oleh hipotesa pecking order yang diajukan oleh

Myers, yang menyatakan bahwa cara-cara yang dipergunakan oleh perusahaan dalam

memperoleh dana adalah dengan urutan sebagai berikut : pertama dari laba ditahan; kedua

pendanaan hutang dan ketiga dari ekuitas baru. Tingkat profitabilitas masa lalu dari suatu

perusahaan haruslah merupakan penentu atau determinant penting atas sturtur modal

perusahaan yang bersangkutan (Suhartono, 2004).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fitriyani (2002) dan Nasrul

(2004) yang mengatakan bahwa Return on Investment (ROI) berpengaruh signifikan

terhadap DPR. Penelitian Hairani (2005) juga menyatakan bahwa rasio profitabilitas

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR.

4.5.2.5 Pengaruh Tax Rate terhadap DPR

Analisis pengaruh Tax Rate (TAX) terhadap DPR dapat dilihat pada Tabel 4.7 dari

tabel tersebut diketahui bahwa TAX memiliki thitung sebesar -2,953 dan tingkat signifikasi

0,004. Hal ini menunjukkan bahwa variabel TAX mempunyai koefisien regresi dengan arah

negatif dan signifikan secara parsial. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara

TAX dengan DPR adalah berlawanan, apabila TAX semakin besar maka DPR akan

menurun dan sebaliknya.

Kesimpulan ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hairani (2005)

yang menggunakan variabel Tax Rate sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi DPR,

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

dimana hasilnya disebutkan bahwa Tax Rate tidak memiliki pengaruh secara parsial

terhadap DPR.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh informasi yang dapat digunakan

oleh pemegang saham maupun bagi perusahaan. Bagi pemegang saham, jika rasio

profitabilitas, Cash Ratio dan ROI meningkat maka rasio pembayaran dividen akan

meningkat pula. Sedangkan bagi perusahaan, meningkatnya rasio pembayaran dividen

merupakan indikator bahwa jumlah laba yang di tahan akan menurun karena sebagian besar

dari perolehan keuntungan akan digunakan untuk pembayaran dividen pada para pemegang

sahamnya.

4.5.3 Pengaruh Paling Dominan

Dari hasil analisis dan pengujian data terhadap variabel bebas yang diduga

memberikan pengaruh paling dominan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) terbukti

adalah Return on Investment (ROI). Hal ini ditunjukkan pada pengolahan data uji parsial

pada Tabel 4.7 bahwa koefisien regresi (B) ROI merupakan yang terbesar yaitu 0,042, yang

artinya memberikan pengaruh terbesar dan dominan terhadap DPR. Kesimpulan ini sejalan

dengan penelitian Nasrul (2004) bahwa fakyor yang paling dominan mempengaruhi DPR

adalah ROI.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, ada beberapa

hal yang dapat disimpulkan yaitu :

1. Faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on

Investment (ROI), dan Tax Rate (TAX) mempunyai pengaruh yang signifikan secara

serempak terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Kondisi ini ditunjukkan oleh

koefisien determinasi (R2) yang menyatakan bahwa secara serempak variabel Cash

Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment

(ROI), dan Tax Rate (TAX) mempengaruhi DPR sebesar 43,3% . Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) dan Suhartono (2004).

2. Faktor Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX) mempunyai pengaruh

signifikan secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dan faktor yang

paling dominan berpengaruh terhadap DPR adalah Return on Investment (ROI).

Kesimpulan ini sejalan dengan penelitian Nasrul (2004), Fitiyani (2005) dan

Suhartono (2004) bahwa profitabilitas khususnya ROI mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan pengaruh Tax Rate

terhadap DPR sejalan dengan penelitian Hairani (2005).

67

5.3 Saran

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Bagi para emiten dan manajemen perusahaan sebaiknya mempertimbangkan posisi

Return on Investment (ROI) dalam menetapkan rasio pembayaran dividen (Dividend

Payout Ratio), serta meningkatkan posisi profitabilitas dengan cara meningkatkan

laba bersih perusahaan.

2. Dari hasil penelitian ditemukan juga bahwa faktor-faktor yang diteliti hanya

memberikan pengaruh yang kecil terhadap Dividend Payout Ratio (43,3%). Oleh

karena itu bagi para pemegang saham dan manajemen perusahaan sebaiknya

mempertimbangkan juga faktor lain diluar faktor yang diteliti sebagai masukan dalam

pengambilan keputusan investasi maupun penetapan kebijakan dividen.

3. Bagi para akademis yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

Dividend Payout Ratio, sebaiknya menggunakan objek penelitian, periode penelitian,

alat analisis dan faktor-faktor yang berbeda dengan penelitian ini, seperti

pertumbuhan perusahaan (growth), risiko pasar, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan

tingkat bunga.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Cetakan Keduabelas. PT

Rineka Cipta. Jakarta.

Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Brealey, Richard A. and Stewart C. Myers. 2004. Principles of Corporate Finance. 7th Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.

Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Dialihbahasakan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Buku Satu. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang.

Gitosudarmo, Indriyo dan H. Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Keempat. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Helfert, Erich. A. 1997. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Dialihbahasakan oleh Herman Wibowo. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Keputusan Investasi dan Pembelanjaan. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. UPP YKPN. Yogyakarta.

69 Keown, Arthur J., David F. Scott, Jhon.D. Martin, and William J. Petty. 1999. Basic

Financial Management. 8th Edition. Prentice Hall International,Inc. NewJersey.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Kieso, Donald E. and Jerry J. Wrygrandt. 1995. Intermediate Accounting. Dialihbahasakan oleh Herman Wibowo. 7th Edition. John Willey and Sons, Inc.

Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Martono dan Agus Harjito. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Ekonisia. FE UII. Yogyakarta.

Nasir, Mohammad.1999. Metode Penelitian. Cetakan Keempat. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. UPP YKPN. Yogyakarta.

Ross, Stephen A.Westerfield, and Jaffe. 2002. Corporate Finance. 6th Edition. Revised Printing. McGraw-Hill. Boston.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Kelima. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sartono, Agus. 2000. Ringkasan Teori Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Sinuraya, Murthada. 1999. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. FEUI. Jakarta.

Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan 2. PT Prenhallindo. Jakarta.

Undang-undang Pajak Tahun 2000. Salemba Empat. Jakarta.

Weston, Fred J, Scott Besley, Eugene Brigham. 1996. Essential of Managerial Finance, 11th Edition. The Dryden Press. Harcourt Brace College Publishers.

Weston, Fred J. and Brigham. 1994. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait. Jilid Pertama. Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Weston, Fred J. and Thomas E. Copeland. 1993. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. dialihbahasakan oleh Jaka Wasana dan Kirbrandoko. Jilid Pertama. Edisi Kedelapan (Revisi). Alfabeta. Bandung.

Tesis : Fitriyani, Lita Yulita. 2002. Analisis Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend

Payout Ratio pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Pendidikan Magister Universitas Padjajaran. Bandung. (tidak dipublikasikan).

Hariani, Emi. 2005. Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan).

Nasrul, Idiansyah Harahap. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan).

Nasution, Hasanul Aswadi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout

Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia, Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. (tidak dipublikasikan)

Disertasi : Sugihen, Syafruddin Ginting. 2003. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas

Aktiva dan Kinerja Keuangan Serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Di Indonesia. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Surabaya. (tidak dipublikasikan).

Jurnal : Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. Analisis Pengaruh Investasi, Liquiditas,

Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 5. No. 1. April 2006. Universitas Muhammadyah Surakarta.

Halim, Johan. 2005. Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Dividen Terhadap Price Earning Ratios pada Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Balance. Maret. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.

Myers, S.C. & Maljuf,N.s (1984). “Corporate Financing and Investment Decision When Firms Have Information That Investors Do Not Have,” Journal of Financial Economics. pp. 187-221.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

McManus, Gwilyn and S. H Thomas. 2002. A Robust Estimation of The Relation between Stock Returns, Size, Dividend Yield and Payout Ratio. The EFMA Conference. School of Management. University of Southampton

Suhartono. 2004. Pengujian Terhadap Keterkaitan Antara Kebijakan Dividend an Kebijakan Hutang Secara Simultan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ventura. Vol. 7 No.1, April

Uyara, Ali Sani dan Askam Tuasikal. 2003. Moderasi Aliran Kas Bebas Terhadap Hubungan Rasio Pembayaran Dividend an Pengeluaran Modal Earnings Response Coefficients. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 6 No. 2. Mei.

Koran dan Majalah : Kompas. Strategi Menggenjot Industri Manufaktur. Senin, 2 Mei 2005. Kompas. Manufaktur Indonesia, Istana Pasir yang Rapuh. Selasa, 16 Agustus 2005. Wartaekonomi. Tahun 2005: Optimisme yang Berhati-hati. Senin, 24 Januari 2005.

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

LAMPIRAN 1

JUMLAH POPULASI PENELITIAN

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi Penelitian

INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan 1 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 28 SRSN PT Sarasa Nugraha Tbk 2 SMCB PT Semen Cibinong Tbk 29 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 3 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 30 AKKU PT Aneka Kemasindo Utama Tbk 4 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 31 AKPI PT Argha Karya Prima Ind. Tbk 5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 32 APLI PT Asiaplast Industries Tbk 6 IKAI PT Intikeramik Alamasri Indstri Tbk 33 BRNA PT Berlina Tbk 7 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk 34 DYNA PT Dynaplast Tbk 8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 35 FPNI PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 9 ALKA PT Alakasa Industrindo Tbk 36 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk

10 ALMI PT Alumindo Light Metal Indstry Tbk 37 LAPD PT Lapindo International Tbk 11 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk 38 SIMA PT Siwani Makmur Tbk 12 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 39 SMPL PT Summitplast Tbk 13 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk 40 TRST PT Trias Sentosa 14 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 41 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 15 JPRS PT Jaya Pari Steel Corp. Tbk 42 FISH PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk 16 LION PT Lion Metal Works Tbk 43 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 17 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 44 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 18 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk 45 SIPD PT Sierad Produce Tbk 19 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 46 BRPT PT Barito Pacific Timber Tbk

20 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk 47 DSUC PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk

21 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 48 SUDI PT Surya Dumai Industri Tbk. 22 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk 49 SULI PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk 23 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 50 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk 24 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk 51 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk *)

25 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 52 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk

26 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk 53 SAIP PT Surabaya Agung Industry Pulp 27 SOBI PT Sorini Corporation Tbk 54 SPMA PT Suparma Tbk

55 TKIM PT Tjiwi Kimia Tbk

ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 56 KOMI PT Komatsu Indonesia Tbk 80 KARW PT Karwell Indonesia Tbk *) 57 ACAP PT Andhi Chandra Automtve Prod Tbk 81 MYRX PT Hanson International Tbk 58 ASII PT Astra Int'l Tbk 82 MYRXP PT Hanson International Tbk (SeriB) 59 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 83 MYTX PT APAC Citra Centertex Tbk 60 BRAM PT Branta Mulia Tbk 84 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk 61 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 85 PBRX PT Pan Brothers Tbk 62 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk 86 POLY PT Polysindo Eka Perkasa Tbk 63 IMAS PT Indomobil Sukses Int’l Tbk 87 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 64 INDS PT Indospring Tbk 88 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk 65 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk 89 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 66 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk 90 TEJA PT Texmaco Jaya Tbk 67 NIPS PT Nipress 91 TFCO PT TIFICO Tbk

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

68 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 92 BATA PT Sepatu Bata Tbk 69 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 93 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk 70 SQMI PT Sanex Qianjiang Motor Int’l Tbk 94 GDWU PT Kasogi International Tbk 71 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk 95 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk 72 ARGO PT Argo Pantes Tbk 96 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 73 CNTB PT Centex (Saham Seri B) 97 JECC PT Jembo Cable Company Tbk 74 CNTX PT Centex 98 KBLI PT GT Kabel Indonesia Tbk 75 DOID PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk *) 99 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 76 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 100 SCCO PT Sucaco Tbk 77 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk 101 VOKS PT Voksel Electric Tbk 78 HDTX PT Panasia Indosyntex Tbk 102 ARTI PT Arona Binasejati Tbk 79 INDR PT Indo-Rama Synthetics 103 CITA PT Cipta Panelutama Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry) 104 ADES PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk 122 GGRM PT Gudang Garam Tbk 105 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk *) 123 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 106 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 124 RMBA PT Bentoel Int’l Investama Tbk 107 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 125 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 108 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 126 INAF PT Indofarma Tbk 109 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 127 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 110 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 128 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 111 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 129 MERK PT Merck Indonesia Tbk 112 MYOR PT Mayora Indah Tbk 130 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 113 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 131 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 114 SHDA PT Sari Husada Tbk 132 SQBB PT Bristol-Myers Squibb Ind Tbk 115 SKLT PT Sekar Laut Tbk 133 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Ind Tbk-PS 116 SMAR PT SMART Tbk 134 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 117 STTP PT Siantar Top Tbk 135 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 118 SUBA PT Suba Indah Tbk 136 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 119 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 137 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 120 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Ind. Tbk *) 138 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 121 BATI PT BAT Indonesia Tbk 139 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk

140 LMPI PT Langgeng Makmur Ind. Tbk

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

LAMPIRAN 2

JUMLAH POPULASI PENELITIAN

BERDASARKAN KRITERIA 1 DAN 2

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian Berdasarkan Kriteria 1 dan 2

INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan 1 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 28 SRSN PT Sarasa Nugraha Tbk 2 SMCB PT Semen Cibinong Tbk 29 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 3 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 30 AKPI PT Argha Karya Prima Ind. Tbk 4 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 31 APLI PT Asiaplast Industries Tbk 5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 32 BRNA PT Berlina Tbk 6 IKAI PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk 33 DYNA PT Dynaplast Tbk 7 MLIA PT Mulia Industrindo Tbk 34 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 8 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 35 LAPD PT Lapindo International Tbk 9 ALKA PT Alakasa Industrindo Tbk 36 SIMA PT Siwani Makmur Tbk

10 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 37 SMPL PT Summitplast Tbk 11 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk 38 TRST PT Trias Sentosa 12 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 39 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 13 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk 40 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 14 JKSW PT Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 41 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 15 JPRS PT Jaya Pari Steel Corp. Tbk 42 SIPD PT Sierad Produce Tbk 16 LION PT Lion Metal Works Tbk 43 BRPT PT Barito Pacific Timber Tbk 17 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 44 DSUC PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk 18 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk 45 SUDI PT Surya Dumai Industri Tbk. 19 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 46 SULI PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk 20 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk 47 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk 21 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 48 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk *) 22 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk 49 INKP PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk 23 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 50 SAIP PT Surabaya Agung Industry Pulp 24 ETWA PT Eterindo Wahanatama Tbk 51 SPMA PT Suparma Tbk 25 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 52 TKIM PT Tjiwi Kimia Tbk 26 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk 27 SOBI PT Sorini Corporation Tbk

ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 53 KOMI PT Komatsu Indonesia Tbk 75 KARW PT Karwell Indonesia Tbk *) 54 ACAP PT Andhi Chandra Automtve Prod Tbk 76 MYRX PT Hanson International Tbk 55 ASII PT Astra Int'l Tbk 77 MYRXP PT Hanson International Tbk (Seri B) 56 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 78 MYTX PT APAC Citra Centertex Tbk 57 BRAM PT Branta Mulia Tbk 79 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk 58 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 80 PBRX PT Pan Brothers Tbk 59 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk 81 POLY PT Polysindo Eka Perkasa Tbk 60 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk 82 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 61 INDS PT Indospring Tbk 83 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk 62 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk 84 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 63 NIPS PT Nipress 85 TEJA PT Texmaco Jaya Tbk 64 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 86 TFCO PT TIFICO Tbk 65 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 87 BATA PT Sepatu Bata Tbk 66 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk 88 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk 67 ARGO PT Argo Pantes Tbk 89 GDWU PT Kasogi International Tbk

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

68 CNTB PT Centex (Saham Seri B) 90 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk 69 CNTX PT Centex 91 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 70 DOID PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk *) 92 JECC PT Jembo Cable Company Tbk 71 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 93 KBLI PT GT Kabel Indonesia Tbk 72 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk 94 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 73 HDTX PT Panasia Indosyntex Tbk 95 SCCO PT Sucaco Tbk 74 INDR PT Indo-Rama Synthetics 96 VOKS PT Voksel Electric Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry) 97 ADES PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk 115 GGRM PT Gudang Garam Tbk 98 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk *) 116 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 99 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 117 RMBA PT Bentoel International Investama Tbk 100 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 118 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 101 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 119 INAF PT Indofarma Tbk 102 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 120 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 103 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 121 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 104 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 122 MERK PT Merck Indonesia Tbk 105 MYOR PT Mayora Indah Tbk 123 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 106 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 124 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 107 SHDA PT Sari Husada Tbk 125 SQBB PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 108 SKLT PT Sekar Laut Tbk 126 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indo Tbk (PS) 109 SMAR PT SMART Tbk 127 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 110 STTP PT Siantar Top Tbk 128 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 111 SUBA PT Suba Indah Tbk 129 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 112 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 130 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 113 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Ind. Tbk *) 131 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 114 BATI PT BAT Indonesia Tbk 132 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk

133 LMPI PT Langgeng Makmur Ind. Tbk

Yang Tidak Menjadi Sampel No Nama Perusahaan Listing Date 1 FPNI PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 2002 2 FISH PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk 2002 3 CITA PT Cipta Panelutama Tbk 2002 4 ARTI PT Arona Binasejati Tbk 2003 5 SQMI PT Sanex Qianjiang Motor Int’l Tbk 2004 6 AKKU PT Aneka Kemasindo Utama Tbk 2004 7 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk 2005

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

LAMPIRAN 3

JUMLAH SAMPEL PENELITIAN

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

INDUSTRI DASAR KIMIA (Basic Industry And Chemical)

No Nama Perusahaan 1 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk 2 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 3 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 4 CTBN PT Citra Tubindo Tbk 5 LION PT Lion Metal Works Tbk 6 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 7 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 8 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 9 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk

10 EKAD PT Ekadharma Tape Ind.Tbk 11 INCI PT Intanwijaya Internasional Tbk 12 UNIC PT Unggul Indah Cahaya Tbk 13 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk 14 TIRT PT Tirta Mahakam Resources Tbk

ANEKA INDUSTRI (Miscellaneous Industry) 15 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 16 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 17 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 18 PBRX PT Pan Brothers Tbk 19 BATA PT Sepatu Bata Tbk

INDUSTRI BARANG KONSUMSI (Consumer Goods Industry) 20 AQUA PT Aqua Golden Mississippi Tbk 21 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 24 MYOR PT Mayora Indah Tbk 25 GGRM PT Gudang Garam Tbk 26 HMSP PT HM Sampoerna Tbk 27 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 28 MERK PT Merck Indonesia Tbk 29 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 31 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

LAMPIRAN 4

HASIL DESKRIPSI VARIABEL

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

HASIL DESKRIPSI VARIABEL

No Kode Perusahaan Cash DER NPM ROI TAX DPR

1 SMGR 0,4896 1,032 0,083 0,0707 30 0,00062 AMFG 0,4325 0,934 0,1297 0,1184 29,99 0,00043 ARNA 0,0577 1,232 0,105 0,0753 29,93 0,00044 CTBN 0,0888 0,314 0,0357 0,1308 29,92 0,01595 LION 2,2606 0,186 0,164 0,1215 29,92 0,00556 LMSH 0,1615 0,85 0,0344 0,0686 29,41 0,01497 TBMS 0,1547 0,526 0,0081 0,0113 30,05 -0,00188 CLPI 1,1847 0,4 0,1018 0,1145 29,8 0,02219 DPNS 1,4306 0,202 0,06 0,2069 29,88 0,0021

10 EKAD 1,7784 0,25 0,0629 0,0836 29,74 0,006811 INCI 0,8521 0,16 0,0963 0,0689 29,86 0,002112 UNIC 0,0212 1,474 0,0411 0,038 29,99 0,00813 IGAR 0,3247 0,736 0,0433 0,0639 29,93 0,000214 TIRTA 0,0416 2,514 0,0195 0,0192 29,87 0,000415 AUTO 0,4516 0,696 0,0982 0,1149 29,99 0,000316 GDYR 0,401 0,512 0,0197 0,0304 29,99 -0,005817 SMSM 0,6698 0,59 0,0774 0,084 29,98 0,001418 PBRX 0,2217 1,228 0,0352 0,0749 29,88 0,001119 BATA 0,1 0,0536 0,0997 0,277 29,97 0,017520 AQUA 0,5088 1,216 0,0585 0,1116 29,98 0,012921 DLTA 1,0329 0,292 0,1346 0,1065 29,97 0,009722 INDF 0,282 2,552 0,0322 0,0364 30 0,000123 MLBI 0,3143 0,776 0,1481 0,3539 29,99 0,03224 MYOR 1,4521 0,702 0,0643 0,0553 29,98 0,000325 GGRM 0,0633 0,638 0,089 0,1137 30 0,000226 HMSP 0,6 1,152 0,104 0,1294 30 0,000227 KAEF 0,5669 0,558 0,0418 0,0576 29,98 0,000128 MERK 0,876 0,274 0,1737 0,2529 29,97 0,03529 TSPC 2,5366 0,226 0,1493 0,1617 30 0,001230 TCID 0,0797 0,206 0,0984 0,1601 29,98 0,002531 UNVR 0,9716 0,61 0,1508 0,3605 30 0,0005

Rata-rata : 0,6583 0,7449 0,0826 0,1185 29,9339 0,0060Standar Deviasi : 0,6566 0,6076 0,0466 0,0886 0,1177 0,0097Koefisien Variasi : 99,7434 81,5629 56,4383 74,7947 0,3933 161,8025Maksimum : 2,5366 2,552 0,1737 0,3605 30,05 0,035Minimum : 0,0212 0,0536 0,0081 0,0113 29,41 -0,0058

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT REGRESI LINIER BERGANDA

Rini Dwiyani Hadiwidjaja : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. USU e-Repository © 2008.