61
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH : DEDE INDRA NIM. 07C20101009 Program Studi Ekonomi dan Pembangunan Universitas Teuku Umar PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI …repository.utu.ac.id/228/1/I-V.pdf · 2017. 9. 17. · terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya. 2. Mengetahui

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

    TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

    (PAD) DI KABUPATEN NAGAN RAYA

    SKRIPSI

    OLEH :

    DEDE INDRA

    NIM. 07C20101009

    Program Studi Ekonomi dan Pembangunan

    Universitas Teuku Umar

    PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2015

  • iii

    ABSTRAK

    Dede Indra. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontribusi Pajak Kendaraan

    Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya.

    Dibawah Bimbingan Alisman dan Herman Syahputra.

    Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)

    untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa

    yang dapat ditunjuk secara langsung. Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas

    kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor, semua kendaraan beroda

    beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan gerakkan oleh

    peralatan teknik. Rumusan masalah itu adalah 1). Seberapa besar kontribusi Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten

    Nagan Raya.. 2). Apa saja hambatan dan kesulitan di lapangan dalam proses

    pengutipan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kabupaten Nagan Raya. Jenis data

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah

    data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang telah diolah, baik dalam

    bentuk angka ataupun dalam bentuk uraian. Dalam penelitian ini data sekunder yang

    diambil literature yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, majalah,

    artikel, waktu/periode petunjuk teknis dan lain–lain yang memiliki relevansi dengan

    masalah yang diteliti. Hasil penelitian meunjukkan Kontribusi Pajak Kendaraan

    Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah terendah pada tahun 2012 sebesar

    1.69 % termasuk dalam kategori sangat kurang atau rendah. Dengan demikian

    sumbangan atau manfaat yang diberikan oleh penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 2008-2012 masih rendah. Akan

    tetapi Pendapatan Asli Daerah tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) saja, karena masih terdapat penerimaan pendapatan

    lainnya yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    Kata kunci : Analisis, Kontribusi, Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli

    Daerah (PAD)

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik

    sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (1). Pancasila sebagai

    paradigma pembangunan nasional menggariskan bahwa tujuan pembangunan

    nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur merata

    baik materil dan spirituil berdasarkan UUD 1945, dalam wadah negara kesatuan

    Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam

    suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, dan dinamis dalam lingkungan

    pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

    Untuk merealisasikan tujuan tersebut negara memerlukan sumber dana yang

    cukup besar, sumber dana tersebut memegang peranan penting guna mendukung

    kelangsungan pemerintahan dan masyarakat itu sendiri. Sumber dana tersebut dapat

    diperoleh melalui peran serta masyarakat secara bersama dalam berbagai bentuk,

    salah satu diantaranya adalah pajak. Sebagai negara hukum segala sesuatu tentang

    pajak telah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 23 A yang berbunyi : “ Pajak dan

    pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-

    undang”.

    Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan), yang terhutang

    oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat

    prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai

  • pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk

    menyelenggarakan pemerintahan.

    Besarnya peran yang diberikan oleh pajak sebagai sumber dana dalam

    pembangunan nasional, maka tentunya perlu lebih digali lagi potensi pajak yang ada

    dalam masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian serta

    perkembangan bangsa ini. Salah satu sumber potensi pajak yang patut digali sesuai

    dengan situasi dan kondisi perekonomian serta perkembangan pembangunan bangsa

    sekarang ini adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Pajak Kendaraan Bermotor

    mempunyai peran penting dalam memberikan kontribusi pada perolehan Pendapatan

    Asli Daerah (PAD). Peningkatan PAD diupayakan melalui pemberdayaan segenap

    potensi yang dimiliki daerah.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah proporsi anggaran belanja yang

    memperhatikan juga peningkatan pelayanan pada sektor publik. Melihat

    perkembangan yang terjadi terhadap potensi pendapatan melalui pajak terutama di

    Kabupaten Nagan Raya, dari perbandingan perolehan daerah melalui pajak, Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) memiliki persentase sekitar 70 % dari seluruh pajak

    yang ada. Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ini didukung oleh adanya

    upaya pajak, efektivitas dan efisiensi yang dilakukan oleh Dinas Pengelolahan

    Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Nagan Raya dalam

    hal ini yang tercakup dalam wilayah kerja Kabupaten Nagan Raya.

    Data yang diperoleh dari Dinas Pengelolahan Pendapatan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Nagan Raya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dipungut

  • berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Aceh No.3 Tahun 2001 Tentang Pajak

    Daerah, salah satu diantaranya adalah tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

    Dari hasil sementara, pencapaian pendapatan daerah serta realisasi anggaran

    belanja selama lima tahun (2008-2012) pada Dinas Pengelolahan Pendapatan

    Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Nagan Raya, tiap tahunnya

    mengalami peningkatan yang signifikan melalui upaya efektivitas dan efisiensi Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB). Pendapatan yang diperoleh pada Dinas Pengelolahan

    Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Nagan Raya melalui

    kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan

    gambaran adanya peningkatan kesejahteraan pada masyarakat. Dalarn pelaksanaan

    upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penggalian pajak dengan

    memberdayakan potensi pajak, dalam hal ini Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), agar

    lebih diarahkan pada kegiatan perencanaan dan penyusunan kegiatan. Hal ini

    dilakukan dalam rangka pengoptimalisasian dan penyesuain antara pendapatan yang

    diterima dengan pengeluaran daerah. Penerimaan pendapatan yang diperoleh Dinas

    Pengelolahan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Nagan

    Raya, memberikan prospek yang bisa diharapkan dalam meningkatkan Pendapatan

    Asli Daerah (PAD) terutama perolehan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

    Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan

    pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

  • Tabel 1

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) Nagan raya

    Tahun 2008-2012

    Tahu

    n

    Pendapatan

    Asli Daerah

    (PAD)

    Pendapatan

    Asli Daerah (PAD)

    Realisasi

    penerimaan

    Persen

    tase

    (%)

    2008 40,423,494,271

    1. Hasil Pajak Daerah 4,187,599,822 104.19

    2. Hasil Retribusi Daerah 6,286,372,001 91.23

    3. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang

    Dipisahkan

    1,606,020,789 77.40

    4. Lain-Lain Pendapatan Aset daerah 28,343,501,658 189.44

    2009 27,874,493,673

    1. Hasil Pajak Daerah 4,276,502,262 94.23

    2. Hasil Retribusi Daerah 5,990,145,924 75.91

    3. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang

    Dipisahkan

    1,658,387,037 71.02

    4. Lain-Lain Pendapatan Aset daerah

    11,584,981,880 128,09

    2010 24,272,574,383

    1. Hasil Pajak Daerah 4,870,897,008 105.77

    2. Hasil Retribusi Daerah 5,977,950,136 72.77

    3. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang

    Dipisahkan

    2,993,230,076 100.00

    4. Lain-Lain Pendapatan Aset daerah

    5,040,878,010 66.42

    2011 21,042,866,954

    1. Hasil Pajak Daerah 5,860,183,148 51.00

    2. Hasil Retribusi Daerah 5,364,089,688 71.82

    3. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang

    Dipisahkan

    2,216,828,812 70.87

    4. Lain-Lain Pendapatan Aset daerah

    2,186,838,368 49.36

    2012 24,727,256,869

    1. Hasil Pajak Daerah 6,087,693,450 87.54

    2. Hasil Retribusi Daerah 7,243,203,111 38,06

    3. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang

    Dipisahkan

    2,522,369,293 100.00

    4. Lain-Lain Pendapatan Aset daerah

    1,988,340,235 88.15

    Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Nagan Raya

  • Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomur 28 Tahun 2009 adalah

    kontribusi wajib kepada daearah yang tertang boleh orang pribadi atau badan yang

    bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan

    secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat. Retribusi daerah atau retribusi berdasarkan Undang-Undang

    Nomur 28 Tahun 2009 adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atau jasa atau

    pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah

    untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Disisi lain masyarakat sebagai pihak

    yang diberi perlindungan memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam menjalankan

    fungsinya yang bias ditujukan melalui keikut sertaanya dalam pembiayaan Negara.

    Perkembangan dari tahun ke tahun memberikan indikasi pada perspektif

    pandapatan Kabupaten Nagan Raya yang cukup potensial dan prospektif. Melihat

    kondisi ini penting sekali dilakukan terus-menerus upaya pajak, pemantapan

    efektivitas pajak serta pemanfaatan pajak secara efisien dengan harapan dapat

    memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup tinggi . Dengan penerimaan

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam

    rangka pembangunan khususnya di daerah sebagai upaya peningkatan pelayanan

    pada masyarakat.

    Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik

    untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi

    dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontribusi Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

    Kabupaten Nagan Raya”

  • 1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Seberapa besar kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya.

    2. Apa saja hambatan dan kesulitan di lapangan dalam proses pengutipan Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) di Kabupaten Nagan Raya.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui Seberapa besar kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Nagan Raya.

    2. Mengetahui Apa saja hambatan dan kesulitan di lapangan dalam proses

    pengutipan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kabupaten Nagan Raya.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Secara teoritis berguna bagi pengembangan ilmu ekonomi yang berkaitan

    dengan pemahaman tentang pajak khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Secara praktis berguna sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah untuk

    berperan aktif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber

    dari pajak kendaraan bermotor (PKB) dan sebagai bahan rujukan bagi peneliti atau

  • pihak-pihak yang ingin mengkaji tentang pajak khususnya Pajak Kendaraan

    Bermotor (PKB).

    1.5 Sistematika Penelitian

    I Pendahuluan

    Dalam bab ini penulisan skripsi akan menjelaskan permasalahan sehingga

    menjadi pilihan dalam penyusunan tugas akhir, selanjutnya merumuskan masalah

    penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan Sistematika Penulisan.

    II Tinjauan Pustaka

    Menguraikan tentang Landasan teoritis sebagai instrument untuk

    menganalisis permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

    III Metode Penelitian

    Menjelaskan Populasi Dan Sampel, Data Penelitian, Model Analisis Data,

    Definisi Operasional Variabel, dan Pengujian Hipotesis.

    IV Hasil Penelitian dan pembahasan

    Menjelaskan tentang Statistik Deskriptif Variabel Penelitian, Hasil Pengujian

    Asumsi Klasik, Hasil Pengujian Hipotesis, dan Pembahasan Hasil Penelitian.

    V Simpulan dan Saran

    Dalam Bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pajak

    Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-

    menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut

    perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk

    mewujudkan kemandirian suatu bangsa/ negara dalam pembiayaan pembangunan

    dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam berupa pajak.

    Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu

    masyarakat adil dan makmur, material, dan spiritual berdasarkan pancasila, di dalam

    wadah negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bersatu,

    dalam suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram, tertib, dan dinamis, serta

    dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan

    damai. Sementara, yang menjadi hakikat pembangunan nasional Indonesia ialah

    pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat

    Indonesia.

    Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

    masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan

    kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan, yaitu

    dengan cara menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak.

  • 2.1.1 Pengertian Pajak dan Prinsip-Prinsip Perpajakan

    Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat

    (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan

    tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Pajak digunakan untuk

    pembiayaan pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

    Menurut Adriani (2003, h.147) Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat

    dipaksakan, yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan

    derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.

    Menurut Rachmat Sumitro (2005, h.46) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

    negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah berdasarkan

    Undang-Undang) dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen

    prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai

    pengeluaran umum.

    Menurut Smeets (2004, h.61) Pajak adalah Prestasi pemerintah yang terutang

    melalui norma-norma sumum, dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi

    yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah membiayai

    pengeluaran pengeluaran pemerintah.

    Unsur- unsur pokok dalam defenisi pajak adalah:

    a. Iuran / pungutan

    b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

    c. Pajak dapat dipaksakan

    d. Tidak menerima kontra prestasi

    e. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.

  • Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

    yang melekat pada pengertian pajak, yaitu:

    a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta pelaksanaannya.

    b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi

    individual pemerintah

    c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

    daerah

    d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari

    pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai.

    e. Pajak nasib rakyat banyak. Oleh karena itu menurut pasal 23 ayat (2)

    Undang-Undang dasar 1945 Segala pajak untuk keperluan negara

    berdasarkan Undang-undang.

    Menurut Rachmat (2005, h.341) Undang-Undang pajak adalah produk hukum

    dan oleh karena itu harus tunduk pada norma-norma hukum, baik mengenai

    pembuatnya, pelaksanaanya, maupun mengenai materinya.

    Ada dua prinsip yang lazim digunakan dalam prinsip perpajakan di Indonesia

    khususnya yaitu:

    a. Prinsip keuntungan, yaitu menyatakan bahwa individu harus dibebani pajak

    dengan proporsi untuk keuntungan yang mereka dapatkan dari program-

    program pemerintah. Sama seperti orang membayar uang secara pribadi

    dalam proporsi untuk konsumsi mereka atau roti pribadi, pajak seseorang

    harus berkaitan dengan pemakaian mereka atau barang-barang kolektif.

  • b. Prinsip kemampuan untuk membayar, yang menyatakan bahwa jumlah pajak

    yang harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan dengan pendapatan atau

    kesehatan, semakin tinggi pula pajaknya. Biasanya sistem pajak yang diatur

    dengan prinsip kemampuan membayar juga bersifat redistributive yang

    berarti bahwa mereka mendapatkan dana dari orang-orang dengan pendapatan

    yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi kelompok-

    kelompok yang lebih miskin (Samuel Nordhaus 2003, h,392)

    2.1.2 Fungsi pajak

    Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

    khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

    pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

    pembangunan.

    Pajak yang dipungut oleh pemerintah mempunyai fungsi sebagai :

    a. Fungsi Budgetaire (Anggaran)

    Pajak merupakan suatu alat (sumber) untuk memasukan uang ke kas negara

    sebanyak-banyaknya yang nantinya akan dipergunakan untuk membiayai

    pengeluaran-pengeluaran rutin negara.

    Contoh Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negara.

    b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

    Pajak adalah suatu alat untusk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya

    mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya yang

    sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pajak sebagai

    alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

  • sosial dan ekonomi dalam menyelenggarakan politiknya dalam segala bidang.

    Bahkan pada negara modern fungsi mengatur justru menjadi tujuan politik dari pajak

    Contoh Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

    mengurangi gaya hidup konsumtif (Adriani, h,187)

    2.1.3 Pemungutan Pajak

    Pemungutan pajak di Indonesia diatur dalam Pasal 23 A Undang-undang

    Dasar yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

    keperluan negara diatur dengan Undang-Undang. Berdasarkan ketentuan tersebut

    maka pemungutan terhadap segala jenis pajak harus didasarkan pada Undang-

    Undang. Yang berhak memungut pajak adalah pemerintah sebagai Fiskus (pemungut

    pajak). Pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat ke pemerintah untuk

    membiayai pengeluaran negara dengan tidak mendapatkan kontrak prestasi yang

    langsung tetapi bukan berarti pemerintah yang menentukan tarif secara sembarangan

    karena menurut Undang-Undang Dasar 1945. Pembuatan Undang-undang Dasar

    1945, Pembuatan Undang-Undang dilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan

    Rakyat (DPR) secara bersama-sama. Sedangkan Pengaturan pajak berdasarkan

    Undang-Undang berarti mengenai masalah tarif besarnya Pajak sudah merupakan

    kesepakatan antara presiden ( pemerintah) dan DPR.

    Salah satu, aspek yang penting dalam hukum perpajakan adalah wewenang

    fiskus (petugas pemungut pajak) dalam memungut pajaknya dari masyarakat. yang

    diutamakan dalam pemungutan pajak adalah unsur keadilan sebab apabila keadaan

    tidak tercapai dalam pemungutan pajak, maka dapat menimbulkan pengaruh yang

    sangat negatif dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat juga disebut sebagai asas-

  • asas pajak atau asas dalam pengenaan pajak. Menurut Santoso (2002, h, 671) Dalam

    pemungutan pajak haruslah diperhatikan azas-azasnya, yaitu;

    a. Falsafah Hukum

    Meninjau Pemungutan Pajak dari sudut falsafahnya, sehingga pajak itu

    menjadi adil

    b. Yuridis

    Pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan atau Undang-Undang yang

    berdasarkan kepastian hukum.

    c. Ekonomis

    Pemungutan pajak jangan sampai menunggu kehidupan ekonomis dari Wajib

    Pajak. Jadi jangan sampai akibat adanya pemungutan pajak terhadap seseorang maka

    orang tersebut melarat, yang dikenakan pajak adalah pendapatan bukan modal.

    d. Finansial

    Finansial adalah Pemungutan pajak disesuaikan dengan fungsinya, yaitu

    fungsi untuk obligasi kas negara.

    2.2 Tinjauan Pajak Berbagai Aspek

    Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya dengan menyerahkan sebagian

    penghasilan kepada negara, tetapi harus ditinjau dari berbagai aspek :

    a. Aspek Ekonomi

    Dari sudut pandang ekonomi pajak merupakan penerimaan Negara yang

    digunakan untuk mengarahjkan kehidupan masyarakat menuju sejahtera. Dalam

    kehidupan ekonomi, sebagian besar kegiatan ekonomi dilakukan melalui mekanisme

    pasar bebas, mekanisme ini tidak akan berjalan lancar apabila tidak didukung oleh

  • pemerintah dalam menunjang sarana dan prasarana, untuk itu pemerintah

    memerlukan pajak dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan pemerintah

    merupakan suatu kepentingan umum untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang

    mengalir dari masyarakat nantinya akan kembali ke masyarakat pula. Hal ini erat

    kaitannya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah pada dukungan pemenuhan

    kenaikan pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan.

    Hubungan antara aspek ekonomi dengan pajak adalah dengan adanya pajak

    maka pemerintah dapat membangun prasarana ekonomi yang nantinya erat kaitannya

    dengan pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, negara tidak

    dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Demikian pula, tanpa adanya

    kesadaran membayar pajak oleh warga maka pemerintah tidak mampu untuk

    meningkatkan prasarana ekonomi.

    b. Aspek Hukum

    Dasar yang digunakan pemerintah dalam memngatur masalah keuangan

    negara adalah Pasal 23A Amandemen UUD 1945 termasuk didalamnya pajak dan

    pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara yang diatur dalam

    Undang-Undang.

    c. Aspek Keuangan

    Pajak dipandang penting sebagai penerimaan negara, sehingga kondisi

    keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan berupa minyak dan gas

    akan tetapi menjadikan pajak sebagai salah satu dari penerimaan utama negara. Alat

    ukur yang digunakan sebagai indikator efektif dan produktifnya pemungutan pajak

    yaitu dalam fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak. Kecendrungan

  • umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara, akan semakin tinggi

    tax ratio. Tax ratio adalah perbandingan antara penerimaan pajak dan jumlah Produk

    Domestik Bruto (PDB).

    d. Aspek Sosiologi

    Pajak pada aspek sosiologis ditinjau dari segi masyarakat yaitu menyangkut

    akibat-dampak terhadap masyarakat atas pungutan hasil yang diserahkan kepada

    negara. Jelaslah bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara yang digunakan

    untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan ekonomi, sehingga nantinya

    akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara merata.

    Dari beberapa pengertian pajak, tersimpul ciri-ciri yang melekat pada

    pengertian pajak yaitu :

    a. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan

    pelaksanaannya.

    b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi

    individual oleh pemerintah.

    c. Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah).

    d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran Pemerintah, yang bila dari

    pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai

    public investment.

    e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur

    (Waluyo 2007, h.8)

  • 2.3 Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat dan pungutannya

    2.3.1 Menurut Golongan

    a. Pajak langsung, yaitu pajak yang dikenakan secara periodik atau berulang-

    ulang yang mempunyai daftar dan pembayarannya tidak dapat dilimpahkan

    pada orang lain. Contohnya pajak penghasilan.

    b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dikenakan secara insidental yaitu pada

    saat terpenuhinya keadaan, perbuatan dan peristiwa yang ditentukan dalam

    Undang-Undang pajak, tidak mempunyai daftar dan jumlahnya dapat

    dilimpahkan pada orang lain. Contoh Bea materai, Bea Lelang, Pajak

    Pertambangan Nilai, Bea Balik Nama, dan sebagainya.

    2.3.2 Menurut sifat

    a. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkat atau berdasarkan pada

    subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh

    :Pajak penghasilan

    b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkat pada obyeknya tanpa

    memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh Pajak Pertambangan Nilai

    2.3.3 Menurut Lembaga pemungutan

    a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut Oleh pemerintah pusat dan digunakan

    untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh pajak penghasilan, Pajak

    Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.

    b. Pajak daerah, Yaitu Pajak yang di pungut oleh pemerintah daerah dan

    digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, yang terdiri dari Pajak

  • Propinsi, contoh Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

    Bermotor dan Pajak Kabupaten/kota, contoh Pajak Hotel dan Restoran

    (pengganti pajak Pembangunan), Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak

    Penerangan Jalan dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

    Pengertian Pajak menurut Feldmann dalam buku De Over heidsmiddelen Van

    Indonesia (terjemahan) Pajak adalah presentasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

    terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

    umum) tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

    pengeluaran-pengeluaran umum.

    Pengertian pajak menurut Soeparman dari disertasinya yang berjudul Pajak

    Bardasarkan Azas Gotong Royong, menyatakan Pajak adalah iuran wajib berupa

    uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum,

    guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

    kesejahteraan umum. Dari definisi diatas tidak tampak isilah “dipaksakan” karena

    bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan

    kontraprestasi menekan pada mewujudkan kontraprestasi itu diperlukan pajak.

    Pengertian pajak menurut Smeets dalam buku De Economische betekenis

    belastingen (terjemahan) Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang

    melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya.tanpa adanya

    kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk

    membiayai pengeluaran pemerintah.

    2.4 Jenis-Jenis Pajak

    2.4.1. Menurut Administratif Yuridis

  • Penggolongan pajak dari sisi administratif yuridis menghasilkan apa yang

    sering dikenal sebagai pajak langsung dan pajak tidak langsung. Suatu jenis pajak

    dikatakan sebagai pajak langsung apabila dipungut secara periodik. Jadi berulang-

    ulang, tidak hanya satu kali pungut, dengan menggunakan penetapan sebagai dasar

    dan kohir. Misalnya, Pajak Penghasilan (PPh). Adapun pajak tidak langsung

    dipungut secara insidental (tidak berulang-ulang). Jadi pajak tidak langsung hanya

    dipungut sesekali ketika terpenuhi seperti yang dikehendaki oleh ketentuan Undang-

    Undang. Misalnya Bea Materai atau Pajak Pertambahan Nilai

    2.4.2 Berdasarkan Titik Tolak Pungutannya

    Pembedaan pajak dengan menggunakan dasar titik tolak pungutan akan

    menghasilkan dua jenis pajak, yakni pajak subjektif dan pajak objektif.

    a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada diri

    orang/badan yang dikenai pajak (wajib pajak).

    b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada objek yang

    dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dicari subjeknya

    (adriani,2003, h.86)

    2.4.3 Berdasarkan Sifatnya

    Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa yang disebut

    pajak bersifat pribadi dan pajak kebendaan:

    a. Pajak yang bersifat pribadi atau juga yang bisa disebut sebagai bersifat

    perorangan, adalah pajak yang dalam penetapannya memperhatikan keadaan

    diri serta keluarga wajib pajak.

  • b. Pajak yang bersifat kebendaan adalah pajak yang dipungut tanpa

    memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak. Pajak yang bersifat

    kebendaan ini umumnya merupakan pajak tidak langsung (adriani, 2003,h.90)

    2.4.4 Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya

    Dengan mendasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak dapat

    digolongkan menjadi dua, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (pajak

    pusat) dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (pajak daerah).

    a. Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

    pemerintah pusat. Tergolong jenis pajak ini antara lain Pajak Penghasilan

    (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah

    (PPn.BM), Bea Materai dan Cukai.

    b. Pajak daerah, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

    pemerintah daerah, baik pada pemerintah propinsi maupun pemerintah

    kabupaten/kota. (Adriani, 2003,h,120)

    2.5 Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

    Menurut pengaturan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah, pada bab II tentang pajak dan jenis pajak, pasal 2

    adalah sebagai berikut:

    2.5.1 Jenis Pajak Provinsi

    Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, jenis pajak

    terdiri atas:

    a. Pajak Kendaraan Bermotor;

  • Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan

    kendaraan bermotor, semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan

    di semua jenis jalan darat dan gerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

    peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu

    menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat

    besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara

    permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

    b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

    Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Pajak atas penyerahan hak

    milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian kedua pihak atau perbuatan

    sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,

    atau pemasukan ke dalam badan usaha.

    c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

    Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penmgunaan bahan

    bakar kendaraan bermotor. Bahn bakar kendaran bermotor adalah semua jenis bahan

    bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaran bermotor.

    d. Pajak Air Permukaan

    Pajak Air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air

    permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,

    tidak termasuk air laut, baik yang berada dilaut maupun didarat.

    e. Pajak Rokok.

    Pajak pokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

    pemerintah.

  • 2.5.2 jenis pajak Kabupaten Kota

    a. Pajak Hotel

    Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dihotel. Hotel adalah

    fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya

    dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,

    wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos

    dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

    b. Pajak Restoran

    Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

    Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan dipungut bayaran,

    yang juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa

    boga/catering.

    c. Pajak Hiburan

    Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan semua

    jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan keramaian yang dinikmati dengan

    dipungut bayaran.

    d. Pajak Reklame

    Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah

    benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk

    tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau utuk

    menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat

    dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, atau dinikmati oleh umum.

    e. Pajak Penerangan Jalan

  • Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

    yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

    f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

    Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalh pajak atas kegiatan

    pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam atau

    permukaan bumi untuk dimamfaatkan.

    g. Pajak Parkir

    Pajak Parkir adalah Pajak atas penyelenggaran tempat parkir diluar badan

    jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan

    sebagai suatu usaha, termasuk tempat penitipan kendaraan bermotor.

    h. Pajak Air Tanah

    Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemamfatan air tanah. Air

    tanah adalah air yang tedapat kualitas dalam lapisan tanh atau batuan di bawah

    permukaan tanah.

    i. Pajak Sarang Burung Walet

    Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak ats kegiatan pengambilan dan

    pengusahaan sarang burung walet.

    j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

    Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak perolehan

    hak atas tanah dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimamfaatkan oleh orang

    pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

    perkebunan, perhutanan, dan Pertambangan.

  • k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak

    atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan

    atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan

    bangunan oleh orang pribadi atau Badan (Sapto 2010, h. 19).

    2.6 Tinjaun Umum Tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    a. Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah PERDA Nomor 4

    Tahun 2003 yaitu :

    1. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta

    gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan

    oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi

    untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga

    gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan

    alat-alat besar yang bergerak;

    2. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang

    dipergunakan untuk pelayanan angkutan umum penumpang maupun barang

    yang dipungut bayaran dengan menggunakan Tanda Nomor Kendaraan

    Bermotor plat dasar kuning serta huruf dan angka hitam;

    3. Kendaraan Bermotor alat-alat berat atau alat-alat besar adalah alat-alat yang

    dapat bergerak / berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen;

  • 4. Kepemilikan adalah hubungan hukum antara orang pribadi atau badan dengan

    kendaraan bermotor yang namanya tercantum di dalam bukti kepemilikan

    atau dokumen yang sah termasuk Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor

    (BPKB);

    5. Penguasaan adalah penggunaan dan atau penguasaan fisik kendaraan

    bermotor oleh orang pribadi atau badan dengan bukti penguasaan yang sah

    menurut ketentuan perundangan yang berlaku.

    b. Objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    1. Objek BPHTB adalah sesuai PERDA Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) Yang menjadi objek PKB (PERDA Nomor 4

    Tahun 2003) adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

    2. Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan BPHTB adalah Sesuai PERDA Nomor 4

    Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Dan Dikecualikan

    sebagai objek pajak PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan

    bermotor oleh (a) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (b) Kedutaan,

    konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga

    internasional dengan azas timbal balik (c) Pabrikan atau importir yang

    semata-mata disediakan untuk dipamerkan atau tidak untuk dijual.

    3. Subjek Pajak yaitu sesuai PERDA Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) Yang menjadi subjek PKB (PERDA Nomor 4

    Tahun 2003) adalah Orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau

    menguasai kendaraan bermotor.

    c. Tarif, Dasar Pengenaan dan Cara Perhitungan PKB.

  • 1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah Sesuai PERDA Nomor 4

    Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

    a. 1,5 % (satu koma lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum.

    b. 1 % (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum.

    c. 0,5 % (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat

    dan alat-alat besar

    2. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah sesuai PERDA

    Nomor 4 Tahun 2003) yaitu

    a. DPP PKB adalah perkalian antara Nilai Jual Kendaraan Bermotor dengan

    Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan

    pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor

    b. Nilai jual kendaraan bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran

    umum.

    Apabila harga pasaran umum diketahui, maka Nilai Jual Kendaraan Bermotor

    ditentukan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

    a. Isi silinder dan atau satuan daya kendaraan bermotor

    b. Penggunaan kendaraan bermotor, yang dihitung berdasarkan faktor

    tekanan gandar, jenis bahan bakar, jenis, penggunaan, tahun pembuatan,

    ciri-ciri kendaraan bermotor

    c. Jenis kendaraan bermotor

    d. Merek kendaraan bermotor

    e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor

  • f. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang

    diizinkan

    g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu.

    3. Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

    Dalam perhitungan PKB yang harus diperhatikan adalah Objek PKB, dasar

    pengenaan, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dan Tarif

    PKB.

    Jumlah PKB terutang = Tarif x DPP

    Masa dan Saat PKB Terutang (PERDA Nomor 4 Tahun 2003) yaitu:

    1. Pajak kendaraan bermotor dikenakan untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan

    berturut-turut sejak saat pendaftaran kendaraan bermotor dimulai.

    2. PKB dibayar sekaligus dimuka.

    2.7 Pendapatan Asli Derah (PAD)

    2.7.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak

    daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan

    daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

    Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

    keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa sumber

    pendapatan terdiri dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak

    (Saragih, h. 123)

    http://www.pajakonline.com/engine/learning/maos.php?opt=peraturan&nomor=PERDA_4_2003

  • Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor

    pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan

    kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

    Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

    nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004

    tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana

    perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan

    asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.

    Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem

    pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

    bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan

    mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

    penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004).

    Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun

    2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang

    bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

    pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah

    yang sah.

    Menurut Nurcholis (2007,h,182), pendapatan asli daerah adalah pendapatan

    yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba

    perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

    Menurut Santoso (2002,h,23) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

    salah satu komponen sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur

  • dalam pasal 79 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan

    daerah, berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh

    pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas)

    yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah.

    Sumber pendapatan daerah terdiri dari:

    a. Hasil Pajak Daerah diperoleh dari Hasil Retribusi Daerah yaitu Hasil

    Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

    dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

    b. Dana Perimbangan

    c. Pinjaman Daerah

    d. Lain-lan pendapatan daerah yang sah

    Dalam pasal 79 mengisyaratkan bahwa dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi

    pemerintahan daerah, kepala daerah Kabupaten/Kota. Dengan kata lain, diharapkan

    kepada kepala daerah Kabupaten/Kota didalam penyelenggaraan pemerintahan dan

    pelaksanaan pembangunan daerah tidak terus menerus selalu menggantungkan dana

    (anggaran) dari pusat melalui pembangian dana perimbangan. Dalam administrasi

    keuangan daerah PAD adalah pendapatan daerah yang diurus dan diusahakan sendiri

    oleh daerah yang dimaksud sebagai sumber PAD guna pembangunan. Berdasarkan

    ketentuan maka PAD dapat disimpulkan sebagai:

    a. PAD merupakan sumber pendapatans daerah dengan mengelola dan

    memanfaatkan potensial daerahnya.

  • b. Di dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi daerah, PAD

    dapat berupa pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan daerah

    yang sah.

    Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :

    a. Hasil Pajak Daerah

    b. Hasil retribusi daerah

    c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah

    lainnya yang dipisahkan

    d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Ahmad Yani 2002, h.39)

    Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terbaru berdasarkan Nomor

    13 Tahun 2006 terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Hasil retribusi daerah, Hasil

    perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang

    dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan

    retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan Undang-Undang

    tentang pajak daerah dan retribusi daearh. Jenis hasil pengelolaan kekayaaan daerah

    yang dipisahkan dan dirinci oleh menurut obyek pendapatan yang mencakup bagian

    laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah, bagian laba penyertaan

    modal pada perusahaan milik pemerintah atau BUMN, dan bagian laba atas

    penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

    Jenis-jenis Pendapatan Asli daerah yang sah disediakan untuk

    menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah,

    retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan dirinci

    menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang

  • tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti

    kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, atau pun bentuk lain sebagai akibat

    dari penjualan dan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah, penerimaan

    keuntungan dari selisih tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda

    atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan

    denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari

    penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran atau cicilan

    penjualan (Gregory, 2009, h.12)

    Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan

    kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai

    pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah sebagai

    pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memamfaatkan potensi-

    potensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat mendukung pembiayaan

    penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daearh (Rusyadi 2005, h.52)

    Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula

    sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut

    Devas bahwa kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II

    mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan

    bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan

    dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat

    bergantung pada potensi daerah itu sendiri.

  • a. Otonomi Daerah

    Daerah hukum pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18

    Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut pembagian daerah Indonesia atas daerah

    besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-

    Undang dengan memandang dan mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem

    pemerintahan negara dan hak-hak urus daerah yang bersifat istimewa. Dalam

    penjelasan pasal tersebut dirumuskan Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah

    propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah

    itu bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut

    aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang. Secara etimologis kata

    otonomi berasal dari bahasa Latin, “Autos” yang berarti “sendiri” dan “Nomos”

    aturan. Amran Muslimin mengatakan otonomi itu termasuk salah satu sari azas-azas

    pemerintahan negara, dimana pemerintah suatu negara dalam pelaksanaan

    kepentingan umum untuk mencapai tujuan.

    Otonomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan

    kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian

    kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Kewenangan otonomi luas adalah

    keleluasaan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup

    kewenangan semua bidang luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan moneter dan

    fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan

    peraturan pemerintah.

    Selain itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan

    bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, penggerakan da evaluasi.

  • Otonomi nyata merupakan keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan

    pemerintahan dibidang tertentu yang hidup dan berkembang didaerah. Sedang

    otonomi yang bertanggung jawab maksudnya ialah: berupa perwujudan

    pertanggungjawaban sebagai konsekwensi pemberian hak dan kewenangan kepada

    daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam

    mencapai tujuan pemberian otonomi, adalah berupa peningkatan pelayanan dan

    kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi

    keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan

    keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia

    Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas meliputi

    kewenangan lintas kabupaaten dan kota, dan kewenangan dibidang pemerintahan

    lainnya.

    Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22

    Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

    1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

    demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman.

    2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan

    bertanggungjawab

    3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten

    dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang

    terbatas.

  • 4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga

    tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar

    daerah.

    5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah

    otonomi da karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi

    wilayah administratif.

    6. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah

    atau pihak lain, seperti badan otoritass, kawasan industri, kawasan

    perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan

    baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah

    otonomi.

    7. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

    badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan

    maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

    8. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

    kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

    kewenangan sebagai wilayah administrasi.

    Administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan

    kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. Pelaksanaan asas tugas pembantuan

    dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari

    pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan

    prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan

    pertanggungjawaban kepada yang menugaskan.

  • Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu

    memperhatikan sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi pemerintah

    daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor kemimpinan.

    Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan otonomi daerah

    menurut Yosef (2004, h.75) sebagai berikut :

    a. Faktor manusia pelaksana yang baik

    b. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik

    c. Faktor peralatan yang cukup dan baik.

    b. Pelaksanaan Otonomi Daerah

    Sebagaimana diketahui, selama ini khususnya daerah kabupaten banyak

    bergantung pada pemerintah pusat, karena terbatasnya jumlah dana yang berkaitan

    dengan sumber dana yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Dengan

    ketergantungan pemerintah daerah dalam hal dana bagi penyelenggaraan urusan,

    akan sulit untuk mencapai tujuan otonomi daerah terutama bagi daerah yang kurang

    berkembang.

    Menurut Pamudji (2006, h.138) Pemerintahan daerah dapat melaksanakan

    fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan

    pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria

    untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah

    tangganya sendiri.

    Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan otonomi daerah menyangkut

    atau keuangan daerah. Dengan kemampuan ekonomi maksudnya adalah adanya

    kemampuan daerah secara ekonomis artinya dapat menjadikan daerah berdiri sendiri

  • tanpa ketergantungan dengan pusat. Dengan demikian jelas sumber-sumber

    penerimaan daerah meliputi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah adalah

    pendapatan asli daerah yang meliputi hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil

    perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain pendapatan asli

    daerah yang sah.

    2.7.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah

    Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI No.32

    Tahun 2004 pasal 157 tentang pemerintah daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    yang terdiri dari:

    a. Hasil Pajak Daerah

    Hasil Pajak yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh

    daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak

    daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan

    untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang

    pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.

    b. Hasil Retribusi Daerah

    Hasil Retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi

    pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau

    karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah

    bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat

    ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan

    formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan

    pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu

  • retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah

    daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

    c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

    dipisahkan.

    Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan

    bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk

    anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang

    dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan

    dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah,

    memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan

    perekonomian daerah.

    d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

    Pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak

    termasuk dalam jenis-jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, pendapatan dinas-dinas.

    Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah

    daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam

    kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu

    kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.

    e. Dana perimbangan

    Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari

    penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan

    sumber daya alam dan serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Dana

    perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi

  • khusus. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber

    lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai

    dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

    2.8 Hipotesa Penelitian

    Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,

    maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.

    Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat

    materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi

    kebaikan bersama. Dalam penelitian ini, konteks kontribusi merupakan seberapa

    besar sumbangan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam pos

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nagan Raya. Diharapkan dengan semakin

    tinggi kontribusi penerimaan PKB maka akan semakin besar pula Pendapatan Asli

    Daerah (PAD) Nagan Raya.Sumbangan yang di berikan pajak Kendaraan Bermotor

    berhubungan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah.

    Yang menjadi hambatan atau permasalahan dalam pemungutan pajak adalah

    kurangnya kesadaran masyarakat wajib pajak untuk membayar pajak sehingga data

    yang didapat tidak seseuai dengan wajib pajak yang terdapat di Nagan Raya.

    Masyarakat juga cenderung menggunakan Plat Kendaraan Bermotor Daerah Luar,

    sehingga Pajak yang seharusnya dibayarkan di Nagan Raya, harus di bayarkan ke

    Daerah lain. Serta masyarakat tidak mau ikut serta dalam mutasi Plat Kendaraan

    Bermotor.

  • III. METODE PENELITIAN

    3.1 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang Lingkup penelitian adalah Kontribusi Pajak terhadap Pendapatan Asli

    Daerah (PAD) khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Mengingat luasnya

    Aspek penelitian penulis membatasi penelitian ini selama 4 tahun (2008-2012).

    3.2 Data Penelitian

    3.2.1 Jenis dan Sumber data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.

    Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang

    telah diolah, baik dalam bentuk angka ataupun dalam bentuk uraian. Dalam

    penelitian ini data sekunder yang diambil literature yang relevan dengan judul

    penelitian seperti buku-buku, majalah, artikel, waktu/periode petunjuk teknis dan

    lain–lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

    yang diambil dari SAMSAT Nagan Raya tentang data laporan penerimaan Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) periode tahun 2008-2012.

    3.2.2 Teknik pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

  • 1. Studi kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data-data

    sekunder, dilakukan melalui tinjauan dan kajian literatur, peraturan-

    peraturan, dokumen serta berbagai materi rujukan lain yang relevan dengan

    penelitian.

    2. Observasi langsung

    Pengumpulan data dengan observasi langsung dilakukan dengan

    mengadakan pengamatan langsung ke obyek penelitian yang mana telah

    direncanakan secara sistematik dan berkaitan dengan tujuan penelitian serta

    mengadakan interaksi sosial dengan pihak- pihak yang dianggap dapat

    memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan selama

    berlangsungnya aktifitas penelitian.

    3.3 Metode Analisis Data

    Motode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Model Analisis

    deskriptif, maka untuk menganalisis data yang telah terkumpul, data diolah dengan

    menghitung data-data yang berbentuk kuantitatif (angka-angka) dan dinyatakan

    dengan data kualitatif untuk menginterprestasikan hasil data perhitungan tersebut

    serta menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kualitatif

    untuk memecahkan masalah yang diteliti yang akhirnya akan menarik kesimpulan

    dari pengolahan data tersebut. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya adalah

    sebagai berikut:

  • 3.3.1 Analisis Efektifitas

    Menurut Ruslan (2006, h,189) Besarnya efektifitas dapat dihitung dengan

    langkah sebagai berikut:

    1. Membuat tabel penerimaan PKB tahun 2008-2012, dan realisasi penerimaan

    pendapatan daerah Kabupaten Nagan Raya tahun 2008-2012

    2. Menyusun tabel analisis efektivitas PKB yaitu perbandingan antara

    penerimaan dan potensi PKB pada tahun 2008-2012, Rumus yang digunakan

    dalam menghitung tingkat efektivitas PKB adalah:

    Efektivitas PKB = %100Re

    xPKBPotensi

    PKBPenerimaanalisasi

    Tabel 2

    Interpretasi Nilai Efektifitas

    Persentase Kriteria

    >100% Sangat Efektif

    90-100% Efektif

    80-90% Cukup Efektif

    60-80% Kurang Efektif

  • Gx = %100)1(

    )1(x

    tx

    txXt

    Keterangan:

    Gx = laju pertumbuhan penerimaan PKB Nagan Raya pertahun

    Xt = Realisasi penerimaan PKB Nagan Raya tertentu

    X(t-1) = Realisasi penerimaan pendapatan daerah Nagan Raya pada

    tahun sebelumnya.

    3.3.2 Analisis Kontribusi

    Menyusun tabel analisis kontribusi realisasi PKB terhadap Pendapatan Asli

    Daerah. Demi mengetahui bagaimana dan seberapa besar kontribusi PKB maka

    untuk mengklasifikasikan kriteria kontribusi PKB terhadap Pendapatan Daerah

    Menurut Halim (2004) digunakan rumus sebagai berikut :

    Kontribusi PKB = %100Re

    ..Rex

    erimaanPADalisasiPen

    PKBPenerimaanalisasi

    Tabel 3

    Kriteria Kontribusi

    Persentase Kriteria

    0,00-10% Sangat Kurang

    10,10%-20% Kurang

    20,10%-30% Sedang

    30,10%-40% Cukup Baik

    40,10%-50% Baik

    Diatas 50% Sangat Baik

    Berdasarkan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang

    Berdasarkan Model Analisis data dan instrumen penelitian yang digunakan, maka

    teknik analisis dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisis data secara

    kuantitatif dan akan disajikan secara deskriptif evaluatif. Teknik ini di pergunakan

  • untuk menggambarkan masalah yang ada berdasarkan jawaban yang sesuai dengan

    kenyataan di lapangan, selanjutnya dianalisa kemudian ditarik suatu kesimpulan dan

    saran. Jadi penulis berupaya untuk meneliti dan menemukan fakta atau informasi

    seluas mungkin untuk mendapatkan gambaran dari permasalahan yang selanjutnya

    akan dianalisa guna mencari solusi dan alternative terhadap Analisis pajak khususnya

    Pajak Kendaraan bermotor (PKB) sebagai sumber Pendapatan Daerah di Kabupaten

    Nagan Raya Provinsi Aceh.

    3.4 Definisi Operasional Variabel

    Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel- variabel utama

    pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai

    berikut

    Pajak Kendaraan Bermotor (Variabel X) adalah pajak yang dikenakan atas

    perolehan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang mengakibatkan diperolehnya atau

    dimilikinya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) oleh orang perseorangan pribadi atau

    badan.

    Pajak Asli Derah (Variabel Y) adalah pungutan yang dilakukan oleh

    pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

    ditetapkan melalui peraturan daerah dan dikenakan pada semua objek pajak seperti

    orang atau badan, bergerak atau tidak bergerak di Kabupaten Nagan Raya pada kurun

    waktu 2008-2012.

  • IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Analisis Statistik Deskriptif adalah variabel terikat, variabel bebas dan

    variabel kontrol, penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi

    Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah

    (PAD) di Kabupaten Nagan Raya sehingga akan memberikan gambaran yang jelas

    mengenai kebijakan yang harus diambil dalam rangka meningkatkan pembangunan

    ekonomi daerah.

    Dalam Undang undang No. 28 Tahun 2007 (UU KUP yang baru), Wajib

    Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,

    dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

    Wajib pajak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

    perkembangan daerah secara keseluruhan maupun dalam ruang lingkup pedesaan

    karena wajib pajak merupakan obyek pajak yang merupakan pengerak pembangunan

    bangsa dan Negara. Oleh sebab itu berbagai hali diupayakan oleh pemerintah untuk

    meningkatkan penerimaan dalam bidang perpajakan.

    4.1.1 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    Pendapatan Daerah yang sah Pendapatan Asli Daerah Nagan Raya dalam

    kurun waktu 2008-2012 terus mengalami kenaikan setiap tahun. Kenaikan tersebut

    dapat diraih karena adanya upaya antara lain dilakukannya intensifikasi,

    ekstensifikasi, peningkatan mutu layanan, mendekatkan tempat pelayanan kepada

  • wajib pajak melalui SAMSAT Keliling dan semakin membaiknya perekonomian

    masyarakat. Pendapatan Asli Daerah Nagan Raya terus mengalami peningkatan dari

    tahun ke tahun secara absolut. Pajak daerah merupakan pemberi kontribusi terbesar

    dibandingkan dengan retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

    pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dari total

    Pendapatan Daerah selama Tahun anggaran 2008 sampai dengan Tahun 2012

    Kontribusi yang terbesar adalah berasal dari Kontribusi Pendapatan Asli Daerah

    sebesar 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan penyelenggaraan

    Pemerintahan dan Pembangunan sebagian besar masih didukung dana dari

    Pendapatan Daerah dan Pemerintah Pusat. Dari beberapa sumber pajak daerah, sejak

    kurun waktu tahun 2008-2012, Pajak Kendaraan Bermotor merupakan sebagai

    sumber pendapatan daerah terbesar dibandingkan dengan jenis penerimaan daerah

    dari Pajak Daerah yang lain. Jika diperhatikan secara menyeluruh selama kurun

    waktu tahun 2008 hingga 2012, Pajak Kendaraan Bermotor yang memberikan

    kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah Nagan Raya yang bersumber

    dari pajak daerah.

    Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) berdasarkan PERDA Nomor 4 Tahun

    2003. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan jenis Pajak Daerah yang

    pungutannya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten atau kota, dalam Peraturan

    Daerah yang menjadi obyek pajak adalah pengguna hak tanah dan bangunan.

  • Tabel 4

    Penerimaan PKB tahun 2008-2012, dan realisasi penerimaan pendapatan

    daerah Kabupaten Nagan Raya tahun 2008-2012.

    Tahun Realisasi Penerimaan PKB Nagan Raya

    (Rp)

    2008 3,005,795,794

    2009 2,798,207,997

    2010 3,128,512,140

    2011 1,326,388,246

    2012 418,335,193

    Sumber: SAMSAT Nagan Raya

    4.1.2 Pajak Daerah

    Pajak daerah di kabupaten Nagan Raya merupakan pajak yang dipungut

    oleh pemerintah pada wajib pajak. Penarikan pajak dilakukan oleh Pemerintah

    Daerah Kabupaten Nagan Raya di berbagai subsektor dalam meningkatkan Pajak

    daerah yang pembayarannya disatukan ke dalam rekening dan disetorkan ke

    DPKAD.

    Potensi penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) memegang peranan yang

    sangat penting, khususnya dalam merencanakan dan menghitung pendapatan daerah

    secara tepat. Hal demikian dapat dijadikan sarana untuk mengetahui kemampuan

    pembiayaan yang diharapkan dapat dipenuhi dari potensi pendapatan daerah

    setempat, sebelum melakukan berbagai macam pembiayaan dari sumber lain,

    termasuk dari pos pinjaman daerah. Lebih jauh diungkapkan bahwa pembiayaan

    pembangunan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi

    daerah yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Dengan dikuranginya

    ketergantungan kepada pemerintah pusat maka Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    menjadi sumber keuangan terbesar.

  • Potensi Pajak daerah di kabupaten Nagan Raya sangat potensial untuk

    digali. Dari sisi penerimaan pajak daerah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang

    memiliki penerimaan terbesar dari penerimaan pos-pos Pajak Daerah Kabupaten

    Nagan Raya. Dengan semakin meningkatnya penerimaan pajak daerah berbagai

    subsektor diharapkan semakin meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    4.2 Hasil Penelitian

    4.2.1 Efektifitas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    Setelah menjabarkan hal-hal yang melatar belakangi penelitian, teori-teori

    yang telah mengukuhkan penelitian, maupun metode penelitian yang digunakan,

    maka pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil dari penelitian.

    Tingkat Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kabupaten Nagan Raya

    dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan Pajak Kendaraan

    Bermotor (PKB) dengan target Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    Tabel 5

    Analisis efektivitas PKB Tahun 2008-2012,

    Tahun

    Target Potensi

    PKB

    ((Rp)

    Realisasi

    PKB

    (Rp)

    Efektivitas

    PKB

    (%)

    Keterangan

    2008 2,470,137,193 3,005,795,794 121,68 Sangat Efektif

    2009 3,489,792,531 2,798,207,997 80.18 Cukup Efektif

    2010 3,438,456,444 3,128,512,140 90.98 Efektif

    2011 4,229,983,444 1,326,388,246 31,35 Tidak Efektif

    2012 500,000,000 418,335,193 83.66 Cukup Efektif

    Sumber: SAMSAT Nagan Raya

    Berdasarkan tabel penerimaan efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    diatas, dapat diketahui tingkat efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB) dari Tahun 2008 - 2012 untuk selanjutnya dapat dikategorikan pada tingkat

  • tertentu, yaitu tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif, efektif, atau bahkan sangat

    efektif. Tingkat efektivitas mulai tahun 2008 yaitu sebesar 121,68 % hal ini

    menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan

    Bermotor (PKB) dari tahun 2008 termasuk pada kategori sangat Efektif. Dan pada

    tahun 2009 diperoleh efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    sebesar 80.18 %, termasuk dalam kategori cukup efektif. Pada tahun 2010 diperoleh

    efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar 90.98 % termasuk

    dalam kategori efektif. diperoleh efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB) sebesar 31,35% yang termasuk dalam kategori Tidak efektif. Dan pada Tahun

    2012 diperoleh efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar

    83.66 % termasuk dalam katagori Cukup efektif.

    4.2.2 Laju Pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    Dengan menggunakan analisis Laju pertumbuhan kita dapat mengetahui

    seberapa besar pertumbuhan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) selama

    tahun pengamatan, berikut ini adalah tabel Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) selama

    kurun waktu 4 tahun dari Tahun 2008-2012 dapat kita lihat sebagai berikut:

    Tabel 6

    Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Nagan Raya

    Tahun 2008-2012,

    Tahun Realisasi PKB

    (Rp)

    Persentase Laju Pertumbuhan

    (%)

    2008 3,005,795,794 -

    2009 2,798,207,997 -6,90

    2010 3,128,512,140 11,80

    2011 1,326,388,246 -57,60

    2012 418,335,193 -68,45

    Sumber: SAMSAT Nagan Raya

  • Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Pada Tahun

    2009 dan 2010 laju pertumbuhan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Laju

    pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami penurunan menjadi -

    57,60 % pada Tahun 2011 dan -68,45 % pada Tahun 2012.

    4.2.3 Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam peningkatan Pendapatan

    Asli Daerah di Kabupaten Nagan Raya dihitung dengan membandingkan jumlah

    Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan jumlah penerimaan Pajak

    Daerah. Besarnya Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pajak

    Daerah dalam meningkatkan PAD di Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 7

    Analisis Kontribusi Realisasi PKB Terhadap Pendapatan Asli Daerah.

    Tahun 2008-2012

    Tahun Realisasi PKB

    (Rp)

    Pendapatan

    Asli Daerah

    (Rp)

    Kontribusi

    (%)

    Keterangan

    2008 3,005,795,794 40,423,494,271 7.43 Sangat kurang

    2009 2,798,207,997 27,874,493,673 10.03 kurang

    2010 3,128,512,140 24,272,574,383 12.88 kurang

    2011 1,326,388,246 21,042,866,954 6.30 Sangat kurang

    2012 418,335,193 24,727,256,869 1.69 Sangat kurang

    Sumber: SAMSAT Nagan Raya

    Berdasarkan data diatas, realisasi penerimaan dari Pemerintah Pusat sebagai

    pembanding terhadap pendapatan daerah karena pada Tahun 2008-2010 pemungutan

    pajak masih dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Kemudian diberikan kepemerintah

  • daerah sebagai dana perimbangan pajak bagi hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB) yang diterima oleh Pemerintah Daerah. Kontribusi penerimaan PKB terhadap

    PAD Tahun 2008 7.43 % dapat dikategorikan sebagai sangat kurang , Pada Tahun

    2009, dan 2010 kontribusi penerimaan PKB meningkat menjadi 10.03%, dan 12.88

    % yang dapat dikategorikan kurang. semenjak diberikan kepemerintah daerah

    sebagai dana perimbangan pajak bagi hasil dari PKB yang diterima oleh Pemerintah

    Daerah semakin terjadi Penurunan kontribusi pada Tahun 2011 menjadi 6.30% dapat

    dikatagorikan sebagai sangat kurang. Dan terjadi lagi penurunan pada Tahun 2012

    menjadi 1.69%, dapat dikatagorikan sebagai sangat kurang.

    4.3 Pembahasan

    Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Negara Kesatuan Republik

    Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-

    daerah kabupaten dan kota. Tiap daerah-daerah tersebut mempunyai hak dan

    kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk

    meningkatkan penyelenggaraan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk

    menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan

    biaya kepada masyarakat berupa pajak.

    Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945

    yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,

    ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain

    yang bersifat memaksa diatur dengan undang-undang. Undang-undang No. 32 tahun

    2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang

    perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang

  • berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan

    pemerintahan di daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi

    yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya pemberian otonomi daerah

    memberikan implikasi timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk

    melaksanakan berbagai kegiatan pemerintahan lebih mandiri. Pengalihan, pembagian

    dan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, kewenangan pemungutan

    jenis-jenis pajak daerah didasarkan atas prinsip keadilan berdasarkan kewenangan

    yang diberikan kepada daerah.

    Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan dalam membiayai

    pembangunan perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai

    kebijakan yang lebih komprehensif, efektif dan efisien dalam mengelolanya.

    Kebijakan ekonomi yang dilancarkan Kabupaten Nagan Raya dimaksudkan untuk

    memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan perkapita sampai pada

    pemerataan hasil pembangunan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang

    diharapkan.

    Berdasarkan APBD, Pendapatan Asli Daerah bersumber dari: Hasil pajak

    daerah, Hasil retribusi daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan

    Kekayaan Daerah, serta Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pajak Daerah yang

    potensial terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan

    Bermotor (BBN-KB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak

    Kendaraan di Atas Air (PKA), Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBN-KB),

    Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah, serta Pajak Pengambilan dan

  • Pemanfaatan Air Permukaan. Pajak Kendaraan Bermotor merupakan sumber

    Pendapatan Asli Daerah terbesar Nagan Raya.

    Penerimaan efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) diatas, dapat

    diketahui tingkat efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dari

    Tahun 2008 - 2012 untuk selanjutnya dapat dikategorikan pada tingkat tertentu, yaitu

    tidak efektif, kurang efektif, cukup efektif, efektif, atau bahkan sangat efektif.

    Tingkat efektivitas mulai tahun 2008 yaitu sebesar 121,68 % hal ini menunjukkan

    bahwa secara umum tingkat efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB) dari tahun 2008 termasuk pada kategori sangat Efektif. Dan pada tahun 2009

    diperoleh efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar 80,18%,

    termasuk dalam kategori cukup efektif. Pada tahun 2010 diperoleh efektivitas

    penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar 90,98 % termasuk dalam

    kategori efektif diperoleh efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    sebesar 31,35% yang termasuk dalam kategori Tidak efektif. Dan pada Tahun 2012

    diperoleh efektivitas penerimaan PKB sebesar 83.66 % termasuk dalam katagori

    Cukup efektif.

    Laju pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami fluktuasi

    pada setiap tahunnya. Pada Tahun 2009 dan 2010 laju pertumbuhan penerimaan

    Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami peningkatan yang cukup besar

    dibandingkan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor

    (PKB) mengalami penurunan menjadi -57,60 % pada Tahun 2011 dan -68,45 % pada

    Tahun 2012.

  • Realisasi penerimaan dari Pemerintah Pusat sebagai pembanding terhadap

    pendapatan daerah karena pada Tahun 2008-2010 pemungutan pajak masih

    dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Kemudian diberikan kepemerintah daerah sebagai

    dana perimbangan pajak bagi hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang

    diterima oleh Pemerintah Daerah. Kontribusi penerimaan PKB terhadap PAD Tahun

    2008 7.43 % dapat dikategorikan sebagai sangat kurang , Pada Tahun 2009, dan

    2010 kontribusi penerimaan PKB meningkat menjadi 10.03%, dan 12.88 % yang

    dapat dikategorikan kurang. semenjak diberikan kepemerintah daerah sebagai dana

    perimbangan pajak bagi hasil dari PKB yang diterima oleh Pemerintah Daerah

    semakin terjadi Penurunan kontribusi pada Tahun 2011 menjadi 6.30% dapat

    dikatagorikan sebagai sangat kurang. Dan terjadi lagi penurunan pada Tahun 2012

    menjadi 1.69%, dapat dikatagorikan sebagai sangat kurang.

    Pajak Kendaraan Bermotor terus meningkat dari tahun ke tahun secara

    absolute, hal ini menggambarkan adanya perkembangan yang cukup baik dalam

    pengeloaan pajak daerah, yang diharapkan penerimaan daerah dari Pajak kendaraan

    bermotor dapat dijadikan sumber pembiayaan yang manjadi harapan dalam

    pembangunan daerah di Nagan Raya.

    Jumlah kendaraan roda II dan roda IV terus mengalami peningkatan tahun ke

    tahun karena adanya peningkatan taraf hidup masyarakat dimana kendaraan bermotor

    baik roda II maupun roda VI tidak lagi dianggap kebutuhan mewah melainkan

    merupakan kebutuhan primer dalam rangka menunjang kegiatan sehari-hari,

    sehingga hal ini mengindikasikan bahwa sumber penerimaan daerah yaang berasal

    dari pajak kendaraan bermotor (PKB) menjadi sumber penerimaan daerah sangat

  • penting dan perlu harus dikelola dengan baik guna menunjang penerimaan asli

    daerah (PAD) Nagan Raya.

    Peningkatan realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari kontribusi

    PKB yaitu dengan adanya penerapan Surat Pemberitahuan Pajak Kendaraan

    Bermotor (Super PKB) karena semakin banyak wajib pajak yang rutin membayar

    pajaknya maka otomatis penerimaan daerah makin meningkat. Sementara itu

    peningkatan kinerja pelayanan kepada wajib pajak melalui SAMSAT keliling juga

    sangat penting karena akan lebih memudahkan bagi wajib pajak untuk membayar

    pajaknya dan lebih efisien dan efektif. Dan juga peningkatan jual beli kendaraan

    bermotor roda II maupun roda VI akan lebih meningkat jika kulitas sarana dan

    prasarana jalan yang menghubungkan provinsi, kabupaten/kota se Sulawesi Tengah

    maka akan lebih banyak masyarakat yang akan membeli kendaraan bermotor

    sehingga kontribusi dari masing-masing pajak tersebut akan lebih meningkat.

  • V. PENUTUP

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

    tingkat efektivitas pemungutan dan kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat disimpulkan bahwa:

    a. Tingkat efektivitas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang

    dilakukan pada Tahun 2008-2012 didapatkan nilai tertinggi pada tahun 2008

    dengan kriteria sangat efektif. Efektivitas terendah terjadi pada Tahun 2011

    dengan kriteria tidak efektif.

    b. Laju pertumbuhan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terendah

    terjadi pada Tahun 2012 sebesar -68,45% dan laju pertumbuhan penerimaan

    Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tertinggi terjadi pada Tahun 2010 sebesar

    11,80 %

    c. Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap Pendapatan Asli

    Daerah terendah pada tahun 2012 sebesar 1.69 % termasuk dalam kategori

    sangat kurang atau rendah. Dengan demikian sumbangan atau manfaat yang

    diberikan oleh penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap

    Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 2008-2012 masih rendah. Akan tetapi

    Pendapatan Asli Daerah tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) saja, karena masih terdapat penerimaan

    pendapatan lainnya yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah

    (PAD).

  • 5.2 Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis

    maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

    a. Perolehan pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) secara nominal

    memang sangat kurang, dengan demikian perlu diadakan upaya untuk

    melakukan peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

    dengan mengadakan program sosialisai kepada masyarakat serta peningkatan

    kesadaran masyarakat atas kewajiban wajib pajak yang diharapkan dapat

    meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap

    perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Nagan Raya.

    b. Pemerintah daerah Nagan Raya hendaknya meningkatkan kinerjanya, dengan

    cara memberikan pelayanan yang ramah kepada masyarakat atau wajib pajak

    agar wajib pajak nyaman dalam melakukan transaksi pembayaran pajak Pajak

    Kendaraan Bermotor (PKB) yang dapat meningkatkan perolehan pendapatan

    daerah.

    c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih

    spesifik tentang data-data yang akan diperoleh dan lingkup yang lebih luas

    seperti lingkup Kabupaten Nagan Raya

  • DAFTAR PUSTAKA

    Andriani, Perpajakan, Renika Cipta, Jakarta, 2003.

    Arikunto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta. Jakarta, 2004.

    Abdul, 2004, Otonomi Daerah, Jilid 1 Edisi Ketiga, Jakarta.

    Halim,2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta. Jakarta.

    Nurcholis,2007, Perpajakan, PT Global Media Edukasi, Yogyakarta.

    Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta, 2003.

    Muljono Djoko, PPH dan PPN untuk berbagai kegiatan usaha, Edisi 1. ANDI

    offset, Yogyakarta

    Pamudji,2006,. Pengantar Hukum Pajak. Bumi Aksara,Jakarta.

    Guritno. Kontribusi Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

    Rachmat., Sumitro Pajak Kendaraan Bermotor, Eresco, Bandung,2005.

    Rusyadi,2005,Peranan pajak Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli

    Daerah, Universitas Islam Indonesia.

    Ruslan,2006, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Edisi I, PT Raja Grafindo Persada,

    Jakarta,

    Suandy, Pengantar Hukum Pajak. Rineka Cipta,Jakarta,2008.

    Smeets, Pengantar Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

    Santoso, Hukum Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta 2002.

    Waluyo, Pembangunan Nasional, PT grafika Indo, Bandung, 2001

  • LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 :

    Efektivitas PKB = %100Re

    xPKBPotensi

    PKBPenerimaanalisasi

    Efektivitas 2008 = %100193,137,470,2

    794,795,005,3x = 121,68%

    Efektivitas 2009 = %100531,792,489,3

    997,207,797,2x = 80.18 %

    Efektivitas 2010 = %100444,456,438,3

    140,512,128,3x = 90,98 %

    Efektivitas 2011 = %100444,983,229,4

    246,388,326,1x = 31,35 %

    Efektivitas 2012 = %100000,000,500

    193,335,418x = 83.66 %

  • LAMPIRAN 2 :

    Gx = %100)1(

    )1(x

    tx

    txXt

    Keterangan:

    Gx = Laju pertumbuhan penerimaan PKB Nagan Raya pertahun

    Xt = Realisasi penerimaan Nagan Raya tertentu

    X(t-1) = Realisasi penerimaan Pajak PKB pada tahun sebelumnya

    Formula diatas untuk menghitung laju pertumbuhan PKB pertahun, berikut

    ini laju pertumbuhan PKB tahun terakhir penelitian yakni tahun 2008-2012

    Gx Tahun 2009 = %100794,795,005,3

    794,795,005,3977,207,798,2x

    = -6,90 %

    Gx Tahun 2010 = %100977,207,798,2

    977,207,798,2140,512,128,3x

    = 11,80 %

    Gx Tahun 2011 = %100140,512,128,3

    140,512,128,3246,388,326,1x

    = -57,60 %

    Gx Tahun 2012 = %100246,388,326,1

    246,388,326,1193,335,418x

    =