Upload
vuongquynh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN VONIS HUKUM PENODAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA
DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM DAN REPUBLIKA ONLINE
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh Yudha Purnama Tias NIM: 111105110008
PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/ 2018 M
iv
ABSTRAK
Yudha Purnama Tias
Analisis Framing Pemberitaan Vonis Hukum Ahok di Kompas.com dan Republika Online
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah ditetapkan sebagai tersangka pada kasus penistaan agama oleh Polri, Selasa (15/11/2016). Pemberitaan itu menarik perhatian masyarakat Jakarta dan juga daerah lainnya. Beberapa media secara masif memberitakan hal ini termasuk media nasional Kompas.com dan Republika Online (ROL). Pada saat itu, Ahok sedang mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta untuk periode 2017-2022. Beberapa kelompok masyarakat bahkan menggelar aksi demo untuk menurunkan Ahok dari kursi jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta dan meminta penegakan hukum agar Ahok dipenjara.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana framing Kompas.com dan Republika Online (ROL) dalam memberitakan kasus penodaan agama dan bagaimana Kompas.com dan Republika Online mengkonstruksi pemberitaan vonis hukum penodaan agama terhadap Ahok.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki yang menggunakan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing. Struktur tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
Hasil penelitian terhadap Kompas.com dan Republika Online, ditemukan perbedaan dalam membingkai pemberitaan vonis hukum Ahok. Pemberitaan di Kompas.com, pandangannya pro terhadap Ahok meski sudah diputus bersalah. Apa pun keputusan yang dijatuhi hakim, pemberitaannya tetap membela tentang Ahok. Sedangkan Republika Online, tetap lebih mengikuti suara pembacanya. Di mana pembaca Republika banyak yang kontra terhadap Ahok. Republika Online juga memperkuat beritanya dengan pernyataan dan kutipan dari praktisi hukum dan perwakilan dari ulama.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kompas.com dan Republika Online mempunyai pandangannya sendiri dalam melihat sebuah peristiwa/isu di dalam masyarakat. Ditemukan dalam teks berita di kedua media, Kompas.com lebih kontra terhadap keputusan hakim dan sebaliknya Republika Online mendukung vonis yang dijatuhkan kepada Ahok.
Kata kunci: Vonis, Ahok, Hukum, Penistaan, Agama
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini sebagai syarat kelulusan dan meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak masalah yang dialami oleh peneliti.
Oleh karena itu, skripsi ini bukan hanya karya peneliti semata, tetapi juga
merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Dengan ini penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dr. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto, M.
Ed, Ph. D, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Roudhonah, MA,
serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M. Si.
2. Ketua Prodi Jurnalistik, Kholis Ridho, M. Si dan Sekretaris Prodi Jurnalistik,
Dra. Musfirah Nurlaily, MA, yang telah membantu peneliti pada masa
perkuliahan.
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, yang telah
membimbing dan menuntun peneliti dalam penulisan skripsi sehingga dapat
selesai dengan baik.
vi
4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu
yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Ayahanda Drs. Asril Tanjung dan Ibunda Dra. Titi Masdarwati tercinta, yang
senantiasa sabar menyayangi dan mendidik saya hingga saat ini. Tak lupa
dengan adik saya, Lidya Octavia Asti, yang selalu menyemangati agar lekas
menyelesaikan studi.
6. Teman seperjuangan Jurnalistik 2011, khususnya Elsa Faturahmah, Achmad
Abdullah Nur, Eko Wahyudi, Shafrudin Makarim, Khoirur Roji, Fadhli Islami,
yang telah menyemangati dan berjuang bersama serta selalu mengingatkan
untuk segera menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman di CITACITABIKIN.FILM yang telah memberikan pengalaman
berharga, khususnya kepada Santosa Amin, membimbing dan pengayom yang
senantiasa memberi kesempatan kepada saya untuk berkarya.
8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti dengan segala kerendahan hati
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, 15 Juni 2018
Yudha Purnama Tias
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................. iii
ABSTRAK ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penodaan Agama ................................................................... 12 1. Pengertian Penodaan Agama........................................... 12 2. Bentuk Penodaan Agama ................................................ 13 3. Landasan Hukum ............................................................ 15 4. Tujuan Sanksi .................................................................. 16
B. Analisis Framing ................................................................... 17 1. Konsep Framing ............................................................. 17 2. Efek Framing .................................................................. 18 3. Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ........... 19
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Kompas.com ................................................................ 23 B. Profil Republika Online......................................................... 28
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Framing Pemberitaan Vonis Ahok .......................... 32 1. Analisis Framing Pemberitaan di Kompas.com .............. 32
a. Analisis Berita 1 ........................................................ 32 1) Struktur Sintaksis ................................................ 32 2) Struktur Skrip ...................................................... 35 3) Struktur Tematik ................................................. 35
viii
4) Struktur Retoris ................................................... 37 b. Analisis Berita 2 ........................................................ 39
1) Struktur Sintaksis ................................................ 39 2) Struktur Skrip ...................................................... 40 3) Struktur Tematik ................................................. 41 4) Struktur Retoris ................................................... 42
c. Analisis Berita 3 ........................................................ 43 1) Struktur Sintaksis ................................................ 43 2) Struktur Skrip ...................................................... 45 3) Struktur Tematik ................................................. 46 4) Struktur Retoris ................................................... 47
2. Analisis Framing di Republika Online ............................ 48 a. Analisis Berita 1 ........................................................ 49
1) Struktur Sintaksis ................................................ 49 2) Struktur Skrip ...................................................... 52 3) Struktur Tematik ................................................. 53 4) Struktur Retoris ................................................... 54
b. Analisis Berita 2 ........................................................ 56 1) Struktur Sintaksis ................................................ 56 2) Struktur Skrip ...................................................... 58 3) Struktur Tematik ................................................. 58 4) Struktur Retoris ................................................... 60
c. Analisis Berita 3 ........................................................ 61 1) Struktur Sintaksis ................................................ 61 2) Struktur Skrip ...................................................... 63 3) Struktur Tematik ................................................. 64 4) Struktur Retoris ................................................... 65
3. Analisis Perbandingan Framing Pemberitaan Vonis Ahok ..................................................................... 66 a. Struktur Sintaksis ...................................................... 68 b. Struktur Skrip ............................................................ 74 c. Struktur Tematik ....................................................... 77 d. Struktur Retoris ......................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 82 B. Saran ...................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema Framing Model Zhongdang dan Kosicki ............. 20
Tabel 3.1 Timeline profil Kompas.com ............................................ 24
Tabel 3.2 Awards Kompas.com ........................................................ 25
Tabel 3.3 Products Kompas.com ..................................................... 26
Tabel 3.4 Editors Kompas.com ........................................................ 26
Tabel 3.5 Redaksi dan Manajemen Republika Online ..................... 29
Tabel 3.6 Pimpinan PT Republika Media Mandiri .......................... 30
Tabel 4.1 Analisis Sintaksis Berita 1 Kompas.com .......................... 32
Tabel 4.2 Analisis Skrip Berita 1 Kompas.com ............................... 35
Tabel 4.3 Analisis Tematik Berita 1 Kompas.com ........................... 35
Tabel 4.4 Analisis Retoris Berita 1 Kompas.com ............................ 37
Tabel 4.5 Frame Berita 1 Kompas.com ............................................ 38
Tabel 4.6 Analisis Sintaksis Berita 2 Kompas.com .......................... 39
Tabel 4.7 Analisis Skrip Berita 2 Kompas.com ............................... 40
Tabel 4.8 Analisis Tematik Berita 2 Kompas.com ........................... 41
Tabel 4.9 Analisis Retoris Berita 2 Kompas.com ............................ 42
Tabel 4.10 Frame Berita 2 Kompas.com .......................................... 43
Tabel 4.11 Analisis Sintaksis Berita 3 Kompas.com ........................ 43
Tabel 4.12 Analisis Skrip Berita 3 Kompas.com ............................. 45
Tabel 4.13 Analisis Tematik Berita 3 Kompas.com ......................... 46
Tabel 4.14 Analisis Retoris Berita 3 Kompas.com .......................... 47
Tabel 4.15 Frame Berita 3 Kompas.com .......................................... 48
Tabel 4.16 Analisis Sintaksis Berita 1 Republika Online ................ 49
Tabel 4.17 Analisis Skrip Berita 1 Republika Online ...................... 52
Tabel 4.18 Analisis Tematik Berita 1 Republika Online ................. 53
Tabel 4.19 Analisis Retoris Berita 1 Republika Online ................... 54
Tabel 4.20 Frame Berita 1 Republika Online ................................... 55
x
Tabel 4.21 Analisis Sintaksis Berita 2 Republika Online ................. 56
Tabel 4.22 Analisis Skrip Berita 2 Republika Online ....................... 58
Tabel 4.23 Analisis Tematik Berita 2 Republika Online ................. 58
Tabel 4.24 Analisis Retoris Berita 2 Republika Online ................... 60
Tabel 4.25 Frame Berita 2 Republika Online ................................... 61
Tabel 4.26 Analisis Sintaksis Berita 3 Republika Online ................ 61
Tabel 4.27 Analisis Skrip Berita 3 Republika Online ...................... 63
Tabel 4.28 Analisis Tematik Berita 3 Republika Online ................. 64
Tabel 4.29 Analisis Retoris Berita 3 Republika Online .................... 65
Tabel 4.30 Frame Berita 3 Republika Online ................................... 66
Tabel 4.31 Pemberitaan Kompas.com dan Republika Online .......... 67
Tabel 4.32 Perbandingan Struktur Sintaksis Kompas.com
dan Republika Online ........................................................... 68
Tabel 4.33 Perbandingan Struktur Skrip Berita Kompas.com
dan Republika Online ........................................................... 74
Tabel 4.34 Perbandingan Struktur Tematik Berita Kompas.com
dan Republika Online .......................................................... 77
Tabel 4.35 Perbandingan Struktur Retoris Berita Kompas.com
dan Republika Online ........................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa Indonesia pada awal tahun 2017 sedang gencar memberitakan
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017, khususnya di DKI Jakarta. Hal ini
menarik karena DKI Jakarta merupakan ibu kota negara yang menjadi pusat
pemerintahan, industri, dan bisnis. Sehingga beragam masyarakat dari seluruh
daerah di Indonesia mengadu nasib dan tinggal di ibu kota. Maka warga kota
Jakarta menjadi sangat beragam.
Pilkada yang digelar dua putaran pada 15 Februari dan 19 April 2017 akan
menentukan nasib warga Jakarta. Hal yang menjadi sorotan media adalah perihal
kandidat yang maju mencalonkan diri sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta. Berbagai sisi menjadi pertimbangan, mulai dari partai yang mengusung,
rekam jejak kinerja, hingga ke hal yang berbau rasis.
Sejak pendaftaran resmi ditutup oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum
(KPU) DKI, Sumarno, terdapat tiga pasang calon yang maju dalam Pilkada DKI
Jakarta tahun 2017, antara lain pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana
Murni; Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat; dan Anies Baswedan-
Sandiaga Uno. Kemudian di putaran kedua, yakni Basuki Tjahaja Purnama-Djarot
Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, yang dimenangkan oleh
pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
2
Meski Pilkada DKI Jakarta telah usai, Ahok tetap menjadi sorotan media
massa terutama soal kinerjanya dan kasus dugaan penistaan agama yang sedang
hadapi. Masih tingginya elektabilitas Ahok di mata masyarakatnya dimungkinkan
karena pemberitaan beberapa media yang menggambarkan Ahok sebagai pemimpin
yang cukup berhasil dalam membenahi DKI Jakarta. Dikarenakan kinerja Basuki
(Ahok) yang “terasa” perubahannya. Dari penggusuran daerah Kalijodo,
membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), netralisasi parkir liar
di Tanah Abang dan sebagainya. Dan sebagiannya menunjukkan menurunnya
elektabilitas Ahok dikarenakan tersangkut kasus penistaan agama.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah ditetapkan
sebagai tersangka pada kasus penistaan agama oleh Polri, Selasa (15/11/2016).
Beberapa kelompok masyarakat bahkan menggelar aksi demo untuk menurunkan
Ahok dari kursi jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta dan meminta penegakan
hukum agar Ahok dipenjara.
Pada tanggal 27 September 2016, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu. Ahok
menyatakan tidak memaksa warga untuk memilih dirinya pada Pilkada 2017.
Pernyataan itu disertai kutipan surah Al-Maidah ayat 51. 6 Oktober 2016, potongan
video Basuki di Kep. Seribu menyebar melalui postingan akun Facebook milik
Buni Yani. Lalu pada tanggal 10 Oktober 2016, Ahok meminta maaf atas
pernyataannya terkait surah Al-Maidah. Pada 14 Oktober 2016, demonstrasi dari
sejumlah Ormas Islam terjadi di depan Balai Kota DKI Jakarta. Di tanggal 24
Oktober 2016, Ahok mendatangi Bareskrim Mabes Polri untuk memberikan
3
klarifikasi terkait pernyataannya di Kep. Seribu. Kemudian 4 November 2016,
unjuk rasa di Jakarta menuntut Ahok dihukum secepatnya. Wakil Presiden Jusuf
Kalla berdialog dengan perwakilan demonstrans. Wakil Presiden Jusuf Kalla
menjanjikan proses hukum Ahok cepat dan transparan.1
Meski pada saat itu Ahok sedang menghadapi kasus tersebut, menurut
media Kompas.com, elektabilitas Ahok masih lebih tinggi dibandingkan dengan
pasangan calon yang lainnya. Media tersebut terlihat memberitakan sisi positif
Ahok sejak sebelum adanya kasus penistaan agama. Walau sudah dijatuhkan
sebagai tersangka, Ahok tetap mengikuti Pilkada DKI Jakarta 2017.
Kompas.com termasuk salah satu media massa yang berskala nasional.
Kompas.com termasuk salah satu media yang turut menyajikan banyak berita
terkait atas elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama. Dalam hal ini, Kompas.com lebih
banyak memuat berita tersebut ketika masa pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Sama halnya dengan Kompas.com, pada Republika Online (ROL) sebagai
media yang berideologi Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari berita-berita yang
dibahas Republika Online (ROL) banyak memasukan unsur Islam dalam
pemberitannya. Antara Kompas.com dan Republika Online (ROL) memiliki
karakteristik yang berbeda. Masing-masing di antaranya memiliki cara yang
berbeda dalam mengemas atau membingkai suatu berita dengan tema yang sama,
1http://tv.Kompas.com/read/2016/11/07/5199221937001/kronologi.kasus.dugaan.penistaa
n.agama.oleh.ahok diakses pada 22 Februari 2017 pukul 16.15 WIB
4
seperti pada pemberitaan atas vonis hukum penodaan agama oleh Basuki Tjahaja
Purnama.
Penelitian ini dirasa menarik bagi penulis karena pemberitaan mengenai
vonis hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sangat menyita perhatian masyarakat
di Indonesia khususnya DKI Jakarta. Sehingga berita tersebut diangkat dan
ditampilkan terus menerus oleh semua media, dalam penelitian ini khususnya oleh
media online yaitu Kompas.com dan Republika Online (ROL). Sehingga
pemberitaan ini dalam beberapa waktu yang lama masih melekat dipikiran
masyarakat. Lalu subjek yang dibahas dalam berita yang diteliti adalah Basuki
Tjahaja Purnama. Diharapkan data dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat
akademis, khususnya pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka melalui penelitian ini penulis
mengangkat judul yang diambil yaitu “Analisis Framing Pemberitaan Vonis
Hukum Penodaan Agama Oleh Basuki Tjahaja Purnama Di Kompas.Com Dan
Republika Online (ROL).”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak terlalu meluas, maka peneliti
membatasi penelitian ini dengan menggunakan analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Peneliti merasa model framing ini
paling cocok dengan analisis yang akan dilakukan, dibandingkan dengan model
framing lainnya. Kemudian penelitian ini memfokuskan pada tema yang
5
menyangkut hasil vonis Basuki Tjahaja Purnama. Penulis mengambil masing-
masing tiga berita pada edisi 9 Mei 2017 dari Kompas.com dan Republika
Online.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana framing pemberitaan Kompas.com dan Republika Online
tentang vonis hukum penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama?
b. Bagaimana struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris pada pemberitaan
tentang vonis hukum penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama
Kompas.com dan Republika Online?
c. Bagaimana perbandingan framing pada Kompas.com dan Republika Online
dalam pemberitaan tentang vonis hukum penodaan agama oleh Basuki
Tjahaja Purnama?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah;
a) Mengetahui framing pemberitaan vonis hukum penodaan agama oleh
Basuki Tjahaja Purnama pada Kompas.com dan Republika Online.
b) Mengetahui struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris pada pemberitaan
tentang vonis hukum penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama pada
Kompas.com dan Republika Online.
6
c) Mengetahui perbandingan framing pada Kompas.com dan Republika Online
dalam pemberitaan tentang vonis hukum penodaan agama oleh Basuki
Tjahaja Purnama.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi di bidang
komunikasi dengan fokus pada analisis framing.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk
mengetahui cara media massa online mengkonstruksi pemberitaan dengan
waktu yang sangat cepat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi penelitian serupa, baik untuk media massa maupun kelompok
masyarakat lain yang tertarik dalam kajian framing media.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan analisis framing model Zhongdan Pan dan
Gerald M Kosicki. Model ini berasumsi bahwa setiap frame yang dihubungkan
dengan teks, latar informasi, kutipan, sumber, pemakaian kata atau kalimat ke
dalam teks secara keseluruhan memliliki makna. Model framing ini digunakan
untuk mendapatkan gambaran isi pesan yang disampaikan dan bagaimana media
massa mengkonstruksi realitas. Maka penelitian ini masuk ke dalam paradigma
konstruktivis.
7
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena
ingin menjelaskan fenomena yang terjadi dalam pemberitaan vonis hukum
penodaan agama oleh Ahok di media online. Analisis yang dilakukan pada teks
berita yang disajikan oleh media online Kompas.com dan Republika Online.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini menekankan
persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.2
Pada penelitian ini, peneliti menentukan sampel berita yang relevan dengan
tema penelitian ini. Sebanyak enam berita yang terkait dengan pemberitaan vonis
hukum penodaan agama oleh Basuki, yaitu tiga dari masing-masing Kompas.com
dan Republika Online.
Pemilihan sampel berita yang diambil dari masing-masing media online,
peneliti menggunakan sampling purposive. Menurut Prof. Dr. Sugiyono sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.3 Pada
penelitian ini, peneliti mempertimbangkan aspek kesesuaian judul dan isi berita
dengan judul skripsi. Enam berita yang dipilih merupakan berita-berita yang fokus
dan pembahasannya menurut peneliti paling menggambarkan judul skripsi. Berikut
keenam sampel berita yang dipilih:
2 Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2010), h. 56. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 124.
8
Tabel 1.1
Judul Berita Dikedua Media
Kompas.com Republika Online Bisakah Ahok Tidak Ditahan Meski Divonis Bersalah?
Pengamat: Vonis Ahok Tidak Bisa Diintervensi
Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
Enam berita di atas kemudian dianalisis menggunakan framing model
Zhongdang dan Kosicki, untuk mengetahui struktur sintaksis, skrip, tematik, dan
retorisnya. Hasil yang didapat dari menganalisa berita di atas akan menggambarkan
tentang bagaimana framing di Kompas.com dan Republika Online, serta
perbandingan dikedua media tersebut dalam mengkonstruksi suatu peristiwa ke
dalam sebuah berita, dalam penelitian ini berita mengenai vonis hukum penodaan
agama yang dilakukan Basuki.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
Kompas.com dan Republika Online (ROL), sementara objek penelitiannya
adalah berita-berita yang berkaitan dengan vonis hukum Basuki Tjahaja
Purnama.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti sebagai berikut:
9
a. Observasi Teks
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi teks, yaitu mengamati
tiga judul berita, yang sudah disinggung di atas, pada masing-masing media
online di Kompas.com dan Republika Online pada 9 Mei 2017 untuk dianalisis.
b. Wawancara
Penelitian ini melakukan wawancara untuk memperoleh data selain teks
berita. Narasumber pada penelitian ini ialah Dea Alvi Soraya sebagai wartawan
Republika Online dan Mutia Fauzia sebagai wartawan Kompas.com. Data yang
dihimpun digunakan untuk melengkapi company profile dan juga untuk
mengkonfirmasi pada bagian analisis sintaksis, skrip, tematik, dan retoris yang
dilakukan.
c. Dokumen
Peneliti juga mengumpulkan data melalui mengkaji buku tentang
analisis framing, konstruksi realitas dan penodaan agama. Website untuk
mendapatkan sampel pemberitaan, profil Kompas.com dan Republika Online.
Literatur lainnya yang berhubungan dengan materi penelitian untuk dijadikan
bahan penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis framing model Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki yang menggunakan empat dimensi struktural teks
berita sebagai perangkat framing. Teks berita tersebut dianalisis menggunakan
perangkat framing Zhongdang dan Kosicki, yaitu sintaksis, skrip, tematik dan
retoris.
10
5. Teknik Penulisan
Dalam melakukan penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan buku
Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Qualit And Assurance) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan peninjauan karya ilmiah tentang analisis wacana dan
pemberitaan pada media online, peneliti menemukan karya skripsi yang dijadikan
tinjauan pustaka. Skripsi ini merupakan karya mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:
1. Skripsi karya Donie Kadewandana berjudul Konstruksi Realitas di Media
Massa (analisis Framing terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia
PDI-P di Harian Kompas dan Republika) pada tahun 2008. Skripsi ini meneliti
bagaimana pemberitaan Harian Kompas dan Republika mengemas pemberitaan
Baitul Muslimin Indonesia PDI-P dan apakah terdapat perbedaan struktur
wcana framing (sintaksis, skrip, tematik, retoris) dalam pemberitaan kedua
harian tersebut. Metodologi yang digunakan dalam skripsi ini adalah paradigma
konstruktivis, pendekatan kualitatif, sifat penelitian eksplanatif, dan analisis
data menggunakan framing, model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
2. Skripsi yang ditulis oleh Rezza Fadhillah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Jurnalistik dengan judul Konstruksi Berita Kekerasan
Densus 88 Kepada Terduga Teroris di Poso (Analisis Framing pada Harian
Republika), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi,
11
framing, pembingkaian pemberitaan kekerasan Densus 88 kepada terduga
teroris di Poso. Terdapat persamaan dengan skripsi terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I: Pendahulan, pada bab pertama ini terdapat lima sub bab di antaranya ialah;
Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusann Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Peneltian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan
Bab II. Kerangka Teoritis, dalam bab ini akan dijabarkan hal-hal yang meliputi
difinisi teoritis dan konsep.
Bab III. Gambaran Umum, bab ini berisi gambaran umum tentang domain yang
akan dibahas dalam penelitian ini.
Bab IV. Analisis Dan Temuan Data Lapangan, dalam bab ini penulis akan
menguraikan hasil temuan lapangan serta analisis.
Bab V. Penutup, bagian terakhir ini penulis akan menjabarkan kesimpulan dari
penelitian serta saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penodaan Agama
1. Pengertian Penodaan agama
Penodaan dari asal kata kerjanya adalah penoda yang artinya orang yang
menodai atau mengkotori satu bendan dengan benda yang lain, maksud penodaan
disini yang artinya pencela yaitu pemberi nama buruk (merusak kesucian
leluhurnya), mencemarkan: menjelekkan nama (nama baik). Dalam nama lain
adalah penistaan, penistaan sama juga dengan nama penodaan. Penistaan dari kata
“nista” sebagian pakar menggunakan kata cela, nista berarti hina, rendah, noda.1
Menurut istilah penodaan atau penistaan agama adalah suatu anggapan atau
perkataan tercela dari seseorang atau suatu kelompok yang tidak membenarkan
agama. Penodaan agama sangat ramai di perbincangkan, disebabkan oleh
banyaknya kasus yang terjadi. Dalam hal ini, Basuki Tjahaja Purnama dalam
kunjungan kerjanya ke Kepulauan Seribu menyatakan tidak memaksa warga untuk
memilih dirinya pada Pilkada 2017. Pernyataan itu disertai dengan kutipan surat
Al-Maidah ayat 51. Potongan video tersebut menyebar di sosial media dan umat
Islam merasa tersinggung terhadap apa yang diucapkan Basuki. Sehingga berakhir
dengan putusan hakim dua tahun penjara kepada Ahok.
1 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 11.
13
2. Bentuk Penodaan Agama
Dilihat dari unsur-unsur penodaan agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Perbuatan
Melakukan perbuatan yang diharamkan secara sengaja untuk menghina
Islam, meremehkan Allah SWT dan Rasul-Nya, atau menentang Islam.
Misalnya, membolehkan melakukan zina, menghalalkan meminuman yang
memabukkan, dan membunuh sebagai perbuatan yang dibolehkan. Adapun
perbuatan kelompok khawarij yang mencaci-maki, mengkafirkan, dan
mengangap halal darah sebagai sahabat Nabi; tidak membuat mareka dianggap
kafir oleh ulama. Mareka tetap tidak dianggap murtad karena mareka
melakukan ta’wil terhadap Al-quran dan hadis.2
b. Percakapan
Ucapan mencela Allah SWT dan Rasul-Nya, menjelek-jelekkan malaikat
atau salah seorang Rasul. Mengaku mengetahui ilmu gaib, mengaku sebagai
Nabi, membenarkan orang yang mengaku Nabi. Berdoa kepada selain Allah,
beristighotsah kepada selain Allah dalam urusan yang hanya dikuasai Allah atau
meminta perlindungan kepada selain Allah dalam urusan yang semacam itu.
Seseorang dapat menjadi kafir apabila menghina Allah dan mengatakan bahwa
Allah bukanlah Tuhan; Allah itu tidak Esa; Allah memiliki tandingan, pasangan
dan anak; malaikat dan Nabi itu tidak ada; Al- quran berisi kebohongan; hari
2 Adnan, Jurnal Hukum Islam dan Perundangan-undangan, (Sumatera Utara: Al-Qadha
2017), h. 12.
14
kiamat tidak pernah terjadi; syahadat itu dusta; syariat Islam tidak muncul untuk
mengatur kehidupan manusia; serta hukum manusia lebih cocok.
Ahok melalui percakapannya kepada warga Kepulauan Seribu menuai
kontroversi karena mengutip surat Al-Maidah ayat 51 dalam kunjungannya di
sana. Ucapannya dinilai melukai hati umat Islam, sehingga muncul demonstrasi
untuk melakukan pengusutan kasus penistaan agama oleh Ahok.
c. Niat Jahat dan Sesat
Seperti contohnya meyakini Allah memiliki sekutu, zina dan riba sebagai
sesuatu yang dibolehkan dan halal dilakukan. Atau meyakini bahwa sholat itu
tidak diwajibkan dan sebagainya. Atau meyakini keharaman sesuatu yang jelas
disepakati kehalalannya. Meyakini kehalalan sesuatu yang telah disepakati
keharamannya. Niat yang jahat dan sesat dapat menjadi Murtad adalah dapat
terjadi melalui keyakinan, seperti meyakini bahwa alam ini telah ada sebelum
adanya Allah, Allah ada setelah adanya alam, antara khalik dan makhluk dapat
bersatu, rainkarnasi itu ada, Al-quran tidak berasal dari Allah, Nabi Muhammad
itu pembohong, dan Ali adalah titisan Tuhan.3
Didalam hukum Islam jika telah melakukan penodaan agama walaupun
tanpa di muka umum, maka hal itu sudah musyrik dengan Allah dan ketentuan
syariat dalam hukum Islam. Penodaan agama dapat dikategorikan perbuatan
yang murtad jika ummat Islam menodai agamanya sendiri dengan membolak
3 Adnan, Jurnal Hukum Islam dan Perundangan-undangan, (Sumatera Utara: Al-Qadha
2017), h. 13.
15
balikkan (mempersendakan) hukum syar’i yang sudah qat’i. Sebagaimana Allah
mengatakan dalam Al-quran:
مهم إسال
عد روا
ف ر و
ف ال
لمة الوا
قد ولق
Artinya: Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan
kekafiran dan telah menjadi kafir sesudah Isam [At-Taubah.9:74]
3. Landasan hukum
Dasar hukum pokok yang umumnya digunakan dalam kasus penodaan
agama adalah Undang-Undang No /PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (UU Penodaan Agama) dan Pasal 156a
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pidana penjara maksimal lima
tahun bagi pelaku penodaan agama. Sebagaimana yang dikatakan dalam Pasal 156a
KUH Pidana Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang
siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan
perbuatan:
a) Yang pada pokoknya bcrsifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan
terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
b) Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga,
yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.4
Perbuatan yang bersifat penodaan agama tertentu adalah yang melakukan
perbuatan oleh umat penganut agama yang bersangkutan dinilai sebagai menandai
4 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 63.
16
agama tersebut penodaan disini mengandung sifat penghinaan, melecehan,
meremehkan dari suatu agama, karena itu menyakitkan perasaan bagi umat
pemeluk agama yang bersangkutan.
4. Tujuan Sanksi
Ada beberapa tujuan sanksi penodaan agama, yaitu:
a. Menjaga kesucian Agama; Agar agama terjaga dan tidak dinodai atau tidak
dinistakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
b. Menimbulakan efek jera bagi pelaku penodaan Agama; Dengan penjatuhan
hukuman, diharapkan pelaku atau pidana menjadi jera dan tidak mengulangi
lagi perbuatannya dan tidak mengulangi lagi perbuatannya.
c. Menjaga dan menghilangkan kekerasan terhadap Agama; Kurang
pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri agar dapat
terdidik dengan adanya hukuman bagi pelaku penodaan atau penista agama
dan agama pihak lain
d. Agar dapat perlindungan dari negara dan masyarakat yang beragama;
Negara bisa melindungi semua agama yang berbeda di Indonesia lewat
peraturan undang-undang yang ada di Indonesia.
e. Untuk mencegah orang yang melakukan penodaan terhadap Agama;
Mencegah dan jangan ada lagi penodaan agama untuk ketentraman bagi
masyarakat agama lain yang sedang menjalani ibadah bagi agamanya.
17
f. Agar dapat toleransi dari negara dan masyarakat (perhatian dari masyarakat)
terhadap agama; Dapat memberi perhatian dan menghargai agama lain yang
hidup disekitaranya dan tidak mengganggunya lagi.
g. Agar dapat kebebasan beribadah bagi agama manapun; Kebebasan
beragama sudah tercantum dalam peraturan Undangundang dasar 1945
dalam pasal 28 E. Dan juga dalam Islam juga memberi kebebasan bagi
pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai agamanya sendiri.
h. Agar tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarkat yang
beragama; Saling menjaga, saling menghormati, saling menghargai bagi
agama lain yang sedang hidup di Indonesia yang disebut dalam toleransi.5
B. Analisis Framing
1. Konsep Framing
Beterson orang yang pertama kali melontarkan gagasan mengenai framing
pada tahun 1955.6 Awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konspetual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana, serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan
realitas. Framing mengacu pada suatu cara menyajikan realitas, di mana realitas
dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan simbol-simbol yang terpilih,
diseleksi, ditekankan, dan ditonjolkan sehingga peristiwa tersebut dapat mudah
5 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997), h. 16. 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.161.
18
dipahami berdasarkan perspektif tertentu. Jadi framing membuat realitas yang
disampaikan bukanlah realitas yang utuh.
Menurut Agus Sudibyo, media massa dilihat sebagai media diskusi antara
pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan berbeda-beda. Media berusaha
menonjolkan kerangka, pemikiran, perspektif, konsep, dan klaim interpretatif
masing-masing memaknai objek wacana. Keterlibatan media dalam suatu diskusi
sangat dipengaruhi oleh status, wawasan, dan pengalaman sosial masing-masing.
maka dari itu setiap forum memiliki pandangan masing-masing karena media
tempat mereka untuk berdiskusi menonjolkan angle berita dari sudut pandang
media itu sendiri.7
2. Efek Framing
Framing mempunyai efek yang mendasar yaitu realitas sosial yang
kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan yang disajikan dalam berita sebagai
sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu. Dalam artian jika
ada suatu peristiwa yang sulit dipahami, maka media massa akan menyajikan berita
tersebut dengan sederhana dan dapat dipahami.
Menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek lain. Framing pada
umumnya menonjolkan aspek yang menurut media menarik untuk diberitakan.
Akibatnya ada aspek yang tidak mendapatkan sorotan media. Padahal, dalam suatu
peristiwa bisa melingkupi beberapa aspek, misalnya ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Dampaknya masyarakat akhirnya hanya fokus pada suatu aspek,
7 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.63.
19
sementara, mungkin, ada aspek lain yang lebih penting yang harusnya juga
diketahui oleh khalayak.
Menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi lain. Media dapat melihat dari
berbagai sisi dari sebuah peristiwa, namun sisi yang akan dipilih oleh media yang
menarik dan sejalan dengan kepentingan media itu sendiri.
Menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor lainnya. Media
seringkali menampilkan pemberitaan pada aktor tertentu saja. Karena yang terlihat
satu pihak menyebabkan aktor lain yang mempunyai peranan penting menjadi tidak
terlihat.
3. Framing Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki
Framing dapat diartikan sebuah proses membuat suatu pesan lebih terlihat,
memberikan informasi lebih dari yang lainnya sehingga khalayak lebih fokus pada
apa yang disajikan. Ada dua konsepsi dari framing yang berkaitan, menurut Pan
dan Kosicki adalah konsepsi psikologi yang menekankan bagaimana orang
memproses informasi dalam dirinya. Proses seseorang dalam mengolah informasi
berkaitan dengan struktur dan proses kognitif. Elemen-elemen yang diseleksi dari
suatu isu/peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi
pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.
Kemudian konsepsi sosiologis, pandangan sosiologis lebih melihat
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Di mana terdapat bagaimana seseorang
mengklarifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Sehingga frame di sini berfungsi
20
membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti
karena sudah dilabeli dengan label tertentu.8
Menurut Pan dan Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua
konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat
kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan, dan
menyimpan untuk dikomunikasikan dengan khalayak yang kesemuanya
dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktik kerja professional wartawan.9
Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan
konsepsi yang ada dalam pemikirannya saja. Namun, menggabungkan nilai sosial
yang melekat dalam diri wartawan. Jadi, ketika menulis dan mengkonstruksikan
berita wartawan tidak hanya berhadapan dengan khalayak yang menjadi
pertimbangan wartawan, tapi ditentukan juga oleh proses produksi yang melibatkan
standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan.
Tabel 2.2
Skema Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta
1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup
SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta
2. Kelengkapan Berita 5W + 1H
8 Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), (Yogyakarta:
LKiS,2005), h. 253 9 Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), (Yogyakarta:
LKiS,2005), h. 253
21
TEMATIK Cara wartawan menuliskan fakta
3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti
Paragraf. Proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat
RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora
Kata, idiom, gambar/foto, grafik
Sumber: Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), (Yogyakarta: LKiS,2005), h. 253
Sintaksis tentang bagaimana wartawan menyusun fakta, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk sebuah berita. Unsur ini dapat terlihat
dari bagian berita yaitu lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan
sebagainya. Struktur sintaksis ini diamati bagaimana wartawan memahami
peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum
berita.
Skrip merupakan bagaimana wartawan mengisahkan atau meceritakan
peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara
bercerita yang digunakan oleh wartawan dalam menyajikan ke dalam bentuk berita.
Peristiwa diramu dengan mengaduk unsur emosi, menampilkan peristiwa tampak
sebagai sebuah kisah dengan awal, adegan, klimaks, dan akhir.10
Tematik berkaitan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam kalimat atau hubungan antar kalimat yang
membentuk teks secara keseluruhan. Pada struktur ini akan terlihat bagaimanna
pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.
10 Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), (Yogyakarta:
LKiS,2005), h. 260
22
Struktur retoris adalah tentang bagaimana wartawan menekankan arti
tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai
pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung
tulisan, namun juga menekankan arti tertentu kepada khalayak. Wartawan
menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan
pada sisi tertentu dan meningkatkan gambarang yang diinginkan dari suatu berita.11
Sudut pandang wartawan dapat dilihat melalui keempat struktur tersebut.
Bagaimana wartawan mengisahkan, menuliskan, mengungkapkan pandangannya,
dan menekankan sesuatu dari sebuah peristiwa. Mengisahkan sebuah peristiwa
yang berdasarkan pada fakta agar dapat meyakinkan khalayak bahwa berita tersebut
penting untuk dibaca.
11 Eriyanto, Analisis Framing (Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media), (Yogyakarta:
LKiS,2005), h. 264
23
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Kompas.com
Muncul pertama kali pada 14 September 1995 dengan nama Kompas Online
(KOL), Kompas.com menjadi salah satu pionir media online di Indonesia. Awalnya,
Kompas Online diakses dengan alamat kompas.co.id dan hanya menampilkan
replika dari berita-berita harian Kompas yang terbit pada hari itu.
Kehadiran Kompas Online diharapkan dapat memberikan layakan pada para
pembaca harian Kompas yang berlokasi di tempat yang sulit terjangkau oleh
jaringan distribusi Kompas. Tujuannya adalah memberikan layanan kepada para
pembaca harian Kompas di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh jaringan
distribusi Kompas. Dengan hadirnya Kompas Online, para pembaca harian Kompas
terutama di Indonesia bagian timur dan di luar negeri dapat menikmati harian
Kompas hari itu juga, tidak perlu menunggu beberapa hari seperti biasanya.
Awal tahun 1996, alamat Kompas Online berubah menjadi
www.Kompas.com untuk memberikan layanan yang maksimal. Dengan alamat
baru, Kompas Online menjadi semakin populer buat para pembaca setia harian
Kompas di luar negeri.
Dengan melihat potensi dunia digital yang besar, Kompas Online kemudian
dikembangkan menjadi sebuah unit bisnis tersendiri di bawah naungan PT Kompas
Cyber Media (KCM) pada 6 Agustus 1998. Pada saat itu, Kompas Online lebih
dikenal dengan sebutan KCM. Di era ini, para pengunjung KCM tidak lagi hanya
24
mendapatkan replika harian Kompas, tapi juga mendapatkan update perkembangan
berita-berita terbaru yang terjadi sepanjang hari.
Dengan bertumbuhnya pengguna Internet di Indonesia, pengunjung KCM
meningkat pesat. Mengakses informasi dari Internet kini telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari kegiatan kita sehari-hari. Dunia digital pun terus berubah dari
waktu ke waktu. KCM pun berbenah diri.
Pada 29 Mei 2008, portal berita ini me-rebranding dirinya menjadi
Kompas.com, merujuk kembali pada brand Kompas yang selama ini dikenal selalu
menghadirkan jurnalisme yang memberi makna. Kanal-kanal berita ditambah.
Produktivitas sajian berita ditingkatkan demi memberikan sajian informasi yang
update dan aktual kepada para pembaca. Rebranding Kompas.com ingin
menegaskan bahwa portal berita ini ingin hadir di tengah pembaca sebagai acuan
bagi jurnalisme yang baik di tengah derasnya aliran informasi yang tak jelas
kebenarannya.1
Tabel 3.1
Timeline
Perjalanan Kompas.com dalam linimasa.
1995 Pertama kali hadir di internet dengan domain kompas.co.id. Dikenal sebagai Kompas Online yang menampilkan replika harian Kompas.
1996 Berganti alamat domain menjadi Kompas.com. 1998 Berkembang menjadi unit bisnis tersendiri di bawah bendera PT.
Kompas Cyber Media (KCM). 2008 Rebranding menjadi Kompas.com (Reborn).
1 http://inside.Kompas.com/about-us diakses pada Selasa, 22 Januari 2018
25
Tabel 3.2
Awards
Berbagai penghargaan yang diterima Kompas.com dari masa ke masa.
2010 Kompas.com – WAN IFRA Silver Award – Best in Social Media
2011 Kompas.com – WAN IFRA Silver Award – Best in Online Media 2012 Kompas.com – Indonesia Brand Champion Award – Brand
Champion of Content Provider Kompas.com Dian Award - Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak : Media Inspirasi Perempuan Indonesia kategori Media Online
2014 Kompas.com - Digital Marketing Award – Great Performing Website (Category: News Portal)
2015 Kompas.com - Anugerah Adinegoro dalam rangka Hari Pers Nasional
Kompas.com - Hassan Wirajuda Award - Kementerian Luar Negeri RI: Terbaik Kategori A (Jurnalis/Media)
2016 Kompas.com – Influential Brands – Top Brand Online News Platform
Kompas.com - Digital Marketing Award – Great Performing Website (Category: News Site)
Kompaskarier.com – Influential Brands – Top Brand Online Job Search
Pijaru – Festival Film Indonesia – Pemenang Piala Citra kategori Film Animasi Terbaik (Surat Untuk Jakarta)
Pijaru – Hellofest Award – Best Picture (Surat Untuk Jakarta) Pijaru – Piala Maya – Dokumenter Pendek Terpilih (Teater Tanpa
Kata: Sena Didi Mime) 2017 Kompas.com – WOW Brand Award – Gold Champion (News
Website Category) Kompas.com – Superbrands - Superbrands Special Award (Online
News Category) Kompas.com – Anugerah Jurnalistik MH Thamrin – 3rd place
(Online Feature Category) Kompas.com – Anugerah Jurnalistik MH Thamrin – 3rd place
(Sports Feature Category) VIK (Visual Interaktif Kompas) – Bubu Awards v.10 – Best
Website Award (News / Entertainment Category) VIK (Visual Interaktif Kompas) – WAN IFRA Silver Award –
Best Innovation New Product
26
Tabel 3.3
Products
Produk yang ada di Kompas.com untuk para partner kami.
Brandzview
Produk advertisement bersifat softselling dan edukatif yang digarap menggunakan standar jurnalistik dan gaya bahasa Kompas.com.
Advertorial
Produk advertisement bersifat hardselling yang digarap menggunakan standar jurnalistik dan gaya bahasa Kompas.com untuk mendorong promosi brand, produk atau jasa.
Kilas
Produk turunan Brandzview untuk memperkenalkan potensi pemerintah daerah, kementerian, dan instansi BUMN.
Jixie
Jixie menawarkan pilihan berita yang disesuaikan dengan minat dan ketertarikan pembaca.
Sorot
Sorot merupakan produk turunan dari content marketing untuk mendorong potensi bisnis produk dan jasa dari bermacam sektor industri.
Dan produk lainnya.
Tabel 3.4
Editors
Editor In Chief Wisnu Nugroho Managing Editor Amir Sodikin Assistant Managing Editor
Johanes Heru Margianto, Ana Shofiana Syatiri, Laksono Hari Wiwoho, Moh. Latip, Aris Fertonny Harvenda
Editors Agustinus Wisnubrata, Sandro Gatra, Bayu Galih Wibisono, Sabrina Asril, Inggried Dwi Wedhaswary, Krisiandi, Egidius Patnistik, Icha Rastika, Dian Maharani, Caroline Sondang Andhikayani Damanik, Reni Susanti, Farid Assifa, Erlangga Djumena, Ervan Hardoko, Glori Kyrious Wadrianto, Bambang Priyo Jatmiko, Aprillia Ika, Hilda Hastuti, Kistyarini, Taslimah Widianti Kamil, Irfan Maullana, Aris Fertonny Harvenda, Agung Kurniawan, Azwar Ferdian, Lusia Kus Anna Maryati, Bestari Kumala Dewi, Ni Luh Made Pertiwi, I Made Asdhiana, Deasy Syafrina, Shierine Wangsa Wibawa, Muhammad Reza Wahyudi, Reska Koko Nistanto, Aloysius Gonsaga A.E.,
27
Jalu Wisnu Wirajati, Pipit Puspita Rini, Yunanto Wiji Utomo, Eris Eka Jaya, Palupi Annisa Auliani
Reporters Fabian Januarius Kuwado, Ihsanuddin, Dani Prabowo, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Abba Gabrillin, Nabilla Tashandra, Kristian Erdianto, Lutfi Mairizal Putra, Fachri Fachrudin, Rakhmat Nur Hakim, Robertus Belarminus, Kurnia Sari Aziza, Alsadadrudi, Jessi Carina, Andri Donnal Putera, Kahfi Dirga Cahya, Akhdi Martin Pratama, Nibras Nada Nailufar, David Oliver Purba, Nursita Sari, Dea Andriani, Estu Suryowati, Yoga Sukmana, Sakina Rakhma Diah Setiawan, Pramdia Arhando Julianto, Iwan Supriyatna, Achmad Fauzi, Arimbi Ramadhiani, Ridwan Aji Pitoko, Andi Muttya Keteng, Tri Susanto Setiawan, Dian Reinis Kumampung, Sintia Astarina, Ira Gita Natalia Sembiring, Donny Apriliananda, Febri Ardani Saragih, Ghulam Muhammad Nayazri, Stanly Ravel Pattiwaelapia, Aditya Maullana, Setyo Adi Nugroho, Wahyu Adityo Prodjo, Sri Anindiati Nursastri, Silvita Agmasari, Anggita Muslimah, Oik Yusuf Araya, Yoga Hastyadi Widiartanto, Fatimah Kartini Bohang, Ferril Dennys Sitorus, Anju Christian, Nugyasa Laksamana, Antonius Tjahjo Sasongko, Jodhi Yudono
Photographers Roderick Adrian Mozes, Heribertus Kristianto Purnomo, Dino Oktaviano Sami Putra, Ari Prasetyo, Garry Andrew Lotulung, Andreas Lukas A., Lulu Cinantya
Administrative & Secretary
Adinda Dwi Putri, Ira Fauziah
Content Marketing Josephus Primus, Sri Noviyanti, Mikhael Gewati,Erwin Kusuma Oloan Hutapea, Dimas Wahyu Trihardjanto
Sumber: http://inside.Kompas.com/about-us diakses pada Selasa, 22 Januari 2018
28
B. Profil Republika Online (ROL)
Republika Online hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah Harian
Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi secara
teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasakan teknologi hipermedia dan
hiperteks.2
Republika Online memiliki tujuan untuk melayani pembaca yang tidak
terjangkau oleh distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada di luar
negeri. Kemudian ROL secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan kemajuan
teknologi informasi. Tampilan desain dan berbagai layanan jaringannya dan materi
beritanya diperkaya.
Pada pertengahan 2008 Republika Online mengalami perubahan. Dari
portal berita sederhana menjadi jaringan portal multimedia. Perubahan ini dituntut
karena mulainya memasuki era konvergensi media yang menjadi tantangan dalam
industri media massa. Republika Online berusaha keras untuk memiliki dan
mendistribusikan konten medianya dalam format cetak, online, dan mobile.
Republika Online sendiri mempunyai falsafah yang tetap mengedepankan
komunitas Muslim sebagai asas depan pengungjungnya. Republika Online
diluncurkan kembali (relaunching) pada 6 Februari 2008 yang menjadikan ROL
memiliki tampilan baru.
2 http://www.republika.co.id/page/about diakses pada Rabu, 24 Januari 2018.
29
Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL kini
hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media
digital. Informasi yang disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang
terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa
dipercaya. Selain menyajikan informasi, ROL juga menjadi rumah bagi komunitas.
ROL kini juga hadir dalam versi Inggris.
Republika mempunyai visi, yaitu menjadikan Republika sebagai media
massa terpecaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran,
damai, cerdas, dan professional. Selain itu, mempunyai prinsip dalam
keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan kepentingan umat Islam yang
berdasarkan Rahmatan Lil Alamin. Kemudian Republika mempunyai misi, yaitu
mencipkatan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan efektif, serta
mampu dipertanggungjawabkan secara professional.
Tabel 3.5
REDAKSI DAN MANAJEMEN
Pemimpin Redaksi Irfan Junaidi
Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji
Redaktur Pelaksana ROL Maman Sudiaman
Wakil Redaktur Pelaksana ROL Joko Sadewo
Asisten Redaktur Pelaksana ROL Didi Purwadi, Muhammad Subarkah,
Budi Rahardjo
Tim Redaksi Agung Sasongko, Bayu Hermawan,
Bilal Ramadhan, Esthi
Maharani,Hazliansyah, Ilham Tirta,
Indira Rezkisari, Israr Itah, Winda
30
Destiana Putri, Yudha Manggala Putra,
M.Amin Madani, Sadly Rachman,
Ririn Liechtiana, Fian Firatmaja, Ani
Nursalikah, Angga Indrawan, Dwi
Murdaningsih, Nidia Zuraya, Nur Aini,
Teguh Firmansyah, Andi Nur Aminah,
Karta Raharja Ucu, Andri Saubani,
Agus Yulianto, Reiny Dwinanda
Tim Sosmed Fanny Damayanti, Asti Yulia Sundari,
Dian Alfiah, Inarah
Tim IT dan Desain Mohamad Afif, Mufti Nurhadi, Abdul
Gadir, Nandra Maulana Irawan,
Mardiah, Kurnia Fakhrini
Kepala Support dan GA Slamet Riyanto
Tim Support Firmansyah
Sekred Erna Indriyanti
Rolshop Riky Romadon
Tabel 3.6
PT Republika Media Mandiri
Direktur Utama Republika Agoosh Yoosran
Wakil Direktur Utama Mira Rahardjo Djarot
Direktur Operasional Arys Hilman Nugraha
Direktur Marketing Ronggo Sadono
GM Marketing dan Sales Yulianingsih Yamin
31
Republika Online juga mempunyai prinsip dasar yaitu:
1. Mengutamakan berita dan berita interaktif dalam format natizen (citizen
journalism).
2. Memberi ruang luas bagi conten how to, tips, people, dan service.
3. Santun, ramah dan akrab dengan keluarga
4. Dekat dengan semua komunitas.
5. Mengutamakan berita dengan informasi keislaman.
6. Menyeimbangkan good news dengan bad news.
7. Menyajikan berita secara ringkas dan cepat.
8. Mudah diakses.
Republika Online juga mempunyai produk yaitu:
1. Portal Internet yang menampilkan content dalam format teks, voice, dan
mendistribusikan content secara online, mobile, print.
2. Media interaktif komunitas Muslim untuk membangun partisipasi dan
kesadaran umat terhadap pluralisme informasi berkualitas
3. Fokus pada pengembangan content berbasis keislaman.
4. Memberi ruang informasi sangat luas dan cepat ‘Tersaji begitu terjadi’.
5. Melayani segmen audiens level SES Class A-B dengan usia 18-50 tahun.3
3 http://www.republika.co.id/page/about diakses pada Rabu, 24 Januari 2018.
32
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Framing Pemberitaan Vonis Ahok
1. Pemberitaan Tentang Vonis Hukum Penistaan Agama oleh Basuki
Tjahaja Purnama di Media Online Kompas.com
Berdasarkan pemberitaan mengenai vonis hukum penistaan agama yang
dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih akrab disapa Ahok pada
media online Kompas.com 9 Mei 2017, yang berkaitan pada seputar teks berita
vonis hukum penistaan agama, maka kemudian peneliti melakukan analisis
dengan menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald
M. Kosicki, yang memiliki empat struktur framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik,
dan retoris. Pada dasarnya setiap masing-masing media mempunyai pandangan
yang berbeda dalam mengkonstruksi berita dan berita mana yang ditonjolkan dan
mana yang tidak diberitakan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
a. Analisis berita Kompas.com edisi 9 Mei 2017 (Bisakah Ahok Tidak
Ditahan meski Divonis Bersalah?)
Tabel 4.1 Analisis Sintaksis Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah
Judul
Lead Jakarta, Kompas.com – Majelis hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara menilai Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti menodai agama dengan melanggar pasal 156a KUHP.
Lead
Latar Majelis hakim pada Pengadilan Negeri Lead
33
Jakarta Utara menilai Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti menodai agama dengan melanggar pasal 156a KUHP.
Kutipan “Maka seharusnya dia (Ahok) langsung diproses ke Kepaniteraan PN Jakut, supaya putusannya tidak berkekuatan hukum tetap”. “Selain itu, diktum putusan hakim pertama adalah non-executable terhadap upaya paksa pertahana, karena belum mengikat dan belum berkekuatan tetap”.
Paragraf 9 Paragraf 13
Sumber Ketua Majelis Hakim, Dwiarso Budi Santiarto. Pengajar hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar. Ahli hukum pidana, Indriyanto Seno Adji.
Paragraf 13 Paragraf 6 Paragraf 12
Pernyataan Pengajar hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, menilai, Ahok bisa saja tidak ditahan meski divonis bersalah. Menurut dia (Fickar), sejak Pengadilan Negeri Jakarta Utara mengeluarkan putusan dan Ahok menyatakan banding, maka kewenangan penahanan beralih kepada pengadilan tinggi. Menurut Fickar, dengan Ahok menyatakan banding, maka putusan PN Jakut dinyatakan belum berkekuatan hukum tetap. Menurut dia (Fickar), ketentuan dalam undang-undang tersebut harus dibaca bahwa berakhirnya masa pemeriksaan di satu instansi seperti penyidik, jaksa penuntut, dan hakim, maka berakhir pula kewenangan untuk melakukan penahanan.
Paragraf 6 Paragraf 7 Paragraf 8 Paragraf 11
34
Hal serupa juga dikatakan ahli hukum pidana Indriyanto Seno Adji. Menurut Anto, sejak berlakunya KUHAP, istilah penahanan langsung tidak pernah dilaksanakan, karena ada upaya hukum banding/kasasi.
Paragraf 12
Penutup Ahok kemudian menjalani proses administrasi dan tes kesehatan di Rutan Cipinang.
Paragraf 4
Dilihat dari struktur sintaksis, Kompas.com mengangkat berita mengenai
kasus vonis hukum penistaan agama oleh Ahok dengan judul “Bisakah Ahok
Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?”. Judul berita Kompas.com
menggambarkan kalau penahanan langsung tidak seharusnya dilakukan karena
memungkinkan ada upaya hukum banding/kasasi. Pada lead berita, Kompas.com
menjelaskan bahwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti menodai agama
dengan melanggar Pasal 156a KUHP.
Dalam teks berita tersebut, Kompas.com mewawancarai Pengajar hukum
pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar dan Ahli hukum pidana,
Indriyanto Seno Adji. Keduanya bersependapat bahwa tidak seharusnya
penahanan langsung dilakukan karena ada upaya hukum banding/kasasi.
Dilihat dari analisis struktur sintaksis di atas menunjukkan bahwa dalam
pandangan Kompas.com bisa saja Ahok tidak ditahan meski divonis bersalah jika
Ahok menyatakan banding, maka kewenangan penahanan beralih kepada
pengadilan tinggi. Dari kutipan yang dipakai telah menunjukkan sudut pandang
pada pemberitaan ini.
35
Tabel 4.2
Analisis Skrip Berita
Struktur Unit TeksSkrip What Majelis hakim menjatuhkan hukuman dua tahun penjara
dan memerintahkan agar Ahok ditahan.
Where Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Auditorium
Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.
When 9 Mei 2017
Who Basuki Tjahaja Purnama
Why Majelis hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara
menilai Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti
menodai agama dengan melanggar Pasal 156a KUHP.
How Ahok kemudian menjalani proses administrasi dan tes
kesehatan di Rutan Cipinang.
Struktur skrip pada berita “Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis
Bersalah?” dapat dilihat bahwa sudah lengkap dengan memasukkan semua unsur
struktur skrip yaitu 5 W + 1 H. Kelengkapan unsur What, Who, When, Where,
Why, dan How telah mendukung pemberitaan di Kompas.com dalam menjelaskan
bahwa Basuki Tjahaja Purnama terbukti bersalah dan dijatuhkan hukuman dua
tahun penjara.
Tabel 4.3
Analisis Tematik Berita
Struktur Unit Teks Keterangan Tematik Detail Pengajar hukum pidana dari
Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, menilai Ahok bisa saja tidak ditahan meski divonis bersalah. Ahli hukum pidana Indriyanto Seno
Paragraf 6 Paragraf 12
36
Adji, mengatakan, sejak berlakunya KUHAP, istilah penahanan langsung tidak pernah dilaksanakan, karena ada upaya hukum banding/kasasi.
Koherensi Penjelas
Menurut dia (Fickar), sejak Pengadilan Negeri Jakarta Utara mengeluarkan putusan dan Ahok menyatakan banding, maka kewenangan penahanan beralih kepada pengadilan tinggi. Menurut dia (Fickar), ketentuan dalam undang-undang tersebut harus dibaca bahwa berakhirnya masa pemeriksaan di satu instansi seperti penyidik, jaksa penuntut, dan hakim, maka berakhir pula kewenangan untuk melakukan penahanan. Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut menyarankan agar Ahok dan kuasa hukumnya mengajukan permohonan penangguhan penahanan atau pengalihan status tahanan kepada Pengadilan Tinggi.
Paragraf 7 Paragraf 11 Paragraf 14
Koherensi Sebab-akibat
Menurut Fickar, dengan Ahok menyatakan banding, maka putusan PN Jakut dinyatakan belum berkekuatan hukum tetap. Menurut Anto, sejak berlakunya KUHAP, istilah penahanan langsung tidak pernah dilaksanakan, karena ada upaya hukum banding/kasasi. “Selain itu, diktum putusan hakim pertama adalah non-executable terhadap upaya paksa pertahana, karena belum mengikat dan belum berkekuatan tetap”.
Paragraf 8 Paragraf 12 Paragraf 13
Koherensi Pembeda
-
37
Dari struktur tematik, Kompas.com menyusun berita ke dalam 14 paragraf.
Terdapat dua tema dalam teks berita, pertama, Majelis Pengadilan Negeri Jakarta
Utara menilai Ahok terbukti melakukan penodaan agama dengan melanggar pasal
156a KUHP. Tema tersebut diletakan pada lead berita. Tema kedua, Abdul Fickar
Hadjar dan Indriyanto Seno Adji menilai bahwa Ahok bisa saja tidak ditahan
meski divonis bersalah. Kompas.com meletakkan tema tersebut pada paragraph
ke-6 dan 12.
Sementara itu, Kompas.com meletakkan koherensi penjelas pada paragraf
7, 11, dan 14 yang ditandai dengan adanya penggunaan kata dan, yang, untuk,
maka. Kemudian koherensi sebab-akibat pada paragraph 8,12, dan 13 ditandai
dengan adanya penggunaan kata karena dan maka. Pada koherensi pembeda
tidak terlihat dalam teks berita ini.
Tabel 4.4
Analisis Retoris Berita 1
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Menodai, melanggar, divonis, ditahan penanganan, pengalihan
Bold - Italic - Underline - Kapital KPK, KUHP, KUHAP Foto Basuki Tjahaja Purnama
Pada berita ini terdapat kalimat leksikon, yaitu menodai, melanggar,
divonis, ditahan, penanganan, dan pengalihan. Kemudian tidak ditemukan untuk
unit bold (dicetak tebal), italic (dicetak miring) dan underline (garis bawah).
38
Sementara itu untuk penggunaan huruf capital terdapat pada kalimat KPK, KUHP,
dan KUHAP. Pemberitaan kasus vonis hukum penistaan agama ini dilengkapi
dengan foto Basuki Tjahaja Purnama.
Tabel 4.5
Frame: Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?
Elemen Strategis Penulisan
Skematik Wawancara pengajar hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar dan ahli hukum pidana, Indriyanto Seno Adji yang menyatakan bisa saja tidak ditahan meski divonis bersalah. Kompas.com menempatkan pendapat tersebut dari paragraph 6 sampai 14.
Skrip Kompas.com menekankan mengenai penahanan langsung yang diperintahkan oleh majelis hakim. Penekanan pada berlakunya KUHAP, istilah penahanan langsung tidak pernah dilaksanakan, karena memungkinkan ada upaya hukum banding.
Tematik 1) Basuki Tjahaja Purnama terbukti menodai agama dengan melanggar pasal 156a KUHP oleh majelis hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
2) Abdul Fickar Hadjar dan Indriyanto Seno Adji menilai bahwa Ahok bisa saja tidak ditahan meski divonis bersalah.
Retoris Ahok dinyatakan bersalah atas kasus penodaan agama dengan melanggar 156a KUHP, namun tidak seharusnya dilakukan penahanan langsung. Hal tersebut terlihat dari pendapat beberapa pakar hukum pidana. Ini terlihat dari 9 dari 14 paragraf dalam berita.
39
b. Analisis Berita Kompas.com edisi 9 Mei 2017 (Ahok Divonis 2 Tahun
Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis)
Tabel 4.6
Analisis Sintaksis Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Judul
Lead Jakarta, Kompas.com – Majelis Hakim menjatuhkan vonis dua tahun penjara terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Hakim menilai Ahok terbukti menodai agama dan melanggar Pasal 156a KUHP.
Lead
Latar Basuki Tjahaja Purnama dijatuhi hukuman dua tahun penjara oleh majelis hakim. Ahok dinilai terbukti menodai agama dan melanggar Pasal 156a KUHP.
Lead
Kutipan “Akhirnya (divonis) 2 tahun”. “Kenapa? Yang korupsi saja enggak dipenjara”.
Paragraf 4 Paragraf 7
Sumber Majelis hakim Anggota Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) Pendukung Ahok
Lead Paragraf 3 Paragraf 7
Pernyataan Majelis hakim menjatuhkan vonis dua tahun penjara kepada Ahok. Hakim menilai dia (Ahok) terbukti menodai agama dan melanggar Pasal 156a KUHP
Paragraf 1
Penutup Di luar gedung, anggota ACTA langsung memekikkan takbir. Sementara itu, pendukung Ahok hanya diam sambal membawa bunga mawar. Ada yang menangis
Paragraf 5 Paragraf 6
40
sambal berpelukan. Wajah mereka memerah karena kecewa dengan putusan hakim.
Dilihat dari struktur sintaksis, Kompas.com mengangkat berita mengenai
kasus vonis hukum penistaan agama oleh Ahok dengan judul “Ahok Divonis 2
Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis”. Judul berita
Kompas.com menunjukkan pandangannya dengan menggambarkan perbandingan
tanggapan antara kelompok pelapor dengan kelompok pendukung Ahok.
Pada lead berita, Kompas.com menjelaskan majelis hakim menjatuhi
hukuman dua tahun penjara kepada Ahok. Dari kutipan terlihat tanggapan bahagia
dari kubu pelapor dan kekecewaan dari pendukung Ahok. Dari penutup teks,
memberikan informasi kontrasnya tanggapan dari kedua belah pihak setelah
putusan majelis hakim.
Tabel 4.7
Analisis Skrip Berita 2
Struktur Unit Teks
Skrip What Terdapat perbedaan tanggapan antara kelompok ACTA dengan pendukung Ahok seusai putusan majelis hakim.
Where Pengadilan Jakarta Utara di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.
When Selasa 9 Mei 2017
Who Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) Pendukung Ahok
Why Majelis hakim memvonis dua tahun penjara Ahok atas kasus penodaan agama.
How Anggota ACTA memekikkan takbir di luar gedung. Sedangkan, pendukung Ahok hanya diam sambil membawa bunga mawar
41
Kelengkapan unsur 5W + 1H pada struktur skrip berita ini, Kompas.com
menjelaskan berita ini sebagai berita tanggapan pihak pelapor dengan pendukung
Ahok setelah putusan majelis hakim. Dalam pernyataan, majelis hakim
menjatuhkan vonis dua tahun penjara terhadap Ahok.
Tabel 4.8
Analisis Tematik Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Di luar gedung, anggota ACTA langsung memekikkan takbir. Sementara itu, pendukung Ahok hanya terdiam sambil membawa bunga mawar. Ada yang menangis sambil berpelukan. Wajah mereka memerah karena kecewa dengan putusan hakim.
Paragraf 5 Paragraf 6
Koherensi Penjelas
Majelis hakim menjatuhkan vonis dua tahun penjara kepada Ahok. Hakim menilai Ahok terbukti menodai agama dan melanggar Pasal 156a KUHP Usai sidang, anggota Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) keluar dari ruang sidang dengan wajah tersenyum. Mereka mengungkapan kegembiraan. Adapun ACTA merupakan pihak pelapor dalam kasus penodaan agama.
Paragraf 1 Paragraf 3
Koherensi Sebab-akibat
Wajah mereka memerah karena kecewa dengan putusan hakim.
Paragraf 6
Koherensi Pembeda
Sementara itu, pendukung Ahok hanya terdiam sambil membawa bunga mawar. Ada yang menangis sambil berpelukan.
Paragraf 6
42
Dari struktur tematik, Kompas.com menyusun berita ini ke dalam tujuh
paragraph. Terdapat dua tema dalam teks berita, pertama, Basuki Tjahaja Purnama
terbukti menodai agama dengan melanggar pasal 156a KUHP oleh majelis hakim
pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Tema kedua, tanggapan pihak pelapor
dengan pendukung Ahok setelah putusan majelis hakim.
Sementara itu, Kompas.com meletakkan koherensi penjelas pada paragraf ke 1
dan 3 yang ditandai dengan adanya penggunaan kata dan dan adapun. Kemudian
koherensi sebab-akibat pada paragraf 6 yang ditandai dengan adanya penggunaan
kata karena. Pada koherensi pembeda terlihat pada paragraf 6 yang ditandai
dengan adanya penggunaan kata sementara itu.
Tabel 4.9
Analisis Retoris Berita 2
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Menodai, pihak, pelapor, memekikkan. Bold - Italic - Underline - Kapital KUHP, ACTA Foto Basuki Tjahaja Purnama mengikuti sidang pembacaan
putusan, Pendukung Ahok menangis.
Pada berita ini terdapat kalimat leksikon, yaitu menodai, pihak, pelapor,
memekikkan. Selanjutnya unsur bold (cetak tebal), italic (cetak miring), underline
(garis bawah) tidak terlihat di dalam teks. Sedangkan pada huruf capital terdapat
pada kata KUHP, ACTA. Kemudian berita ini dilengkapi foto Ahok mengikuti
sidang dan pendukung Ahok menangis.
43
Tabel 4.10
Frame: Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Elemen Strategu Penulisan Skematik Kompas.com memandang tentang vonis Ahok menunjukkan
dengan menggambarkan perbandingan tanggapan antara kelompok pelapor dengan kelompok pendukung Ahok.
Skrip Kompas.com menggambarkan tentang reaksi antara pihak pelapor dan pendukung Ahok setelah putusan dibacakan.
Tematik 1) Basuki Tjahaja Purnama terbukti menodai agama dengan melanggar pasal 156a KUHP.
2) Tanggapan pihak pelapor dengan pendukung Ahok setelah putusan majelis hakim.
Retoris Hasil putusan hakim menimbulkan tanggapan baik dari pihak pelapor dan sebaliknya dari pendukung Ahok. Hal tersebut terlihat pada judul dan lima paragraf dari tujuh paragraf.
c. Analisis Berita Kompas.com edisi 9 Mei 2017 (Hendardi Sebut Ada “Trial
by Mob” dalam Vonis Ahok)
Tabel 4.11
Analisis Sintaksis Berita
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Judul
Lead Ketua Setara Institute Hendardi menilai ‘trial by mob’ terjadi dalam putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara terhadap Gubernur nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Lead
Latar Hendardi melihat hakim telah menerapkan standar ganda dalam mempertimbangkan konteks peristiwa hukum di mana Ahok awalnya diduga melakukan penodaan agama.
Paragraf 2
Kutipan “Di satu sisi hakim mempertimbangkan situasi ketertiban sosial yang diakibatkan oleh ucapan
Paragraf 3
44
Basuki”. “Tapi di sisi lain, hakim ahistoris dengan peristiwa yang melatarbelakangi pernyataan Basuki bahwa betapa politisasi identitas dan peristiwa hukum itu dijadikan alat penundukan yang efektif untuk memenangkan sebuah kontestasi”. “Kerumunan massa menjadi sumber legitimasi tindakan aparat penegak hukum. Majelis hakim pun memilih jalan pengutamaan koeksistensi sosial yang absurd dibandingkan melimpahkan jalan keadilan bagi seorang warga negara, Basuki”. “Lebih baik membebaskan 1.000 orang bersalah daripada menghukum satu orang tidak bersalah”. “Harus diakui bahwa majelis hakim bekerja di bawah tekanan gelombang massa yang sejak awal memberikan tekanan dan mendesak pemenjaraan Basuki”. “Delik penodaan agama rentan digunakan sebagai alat pendudukan bagi siapapun dan untuk kepentingan siapapun”.
Paragraf 4 Paragraf 6 Paragraf 11 Paragraf 14 Paragraf 16
Sumber Ketua Setara Institute Hendardi Paragraf 1 Pernyataan Putusan ‘trial by mob’ sudah barang
tentu bertentangan dengan prinsip ‘rule of law’ dan membahayakan demokrasi serta hukum di Indonesia. Hal itu jelas mengingkari prinsip-prinsip negara hukum. Putusan ‘trial by mob’, lanjut Hendardi, pada akhirnya juga mengikis kepercayaan diri hakim untuk menjalankan asas ‘in dubio pro reo’.
Paragraf 7 Paragraf 9
Penutup Vonis hakim atas Basuki tersebut sekaligus mempertegas bahwa delik
Paragraf 15
45
penodaan agama sangat rentan dijadikan alat untuk menekan kelompok manapun.
Pada berita ini dilihat dari struktur sintaksis, Kompas.com mengangkat
berita mengenai kasus penodaan agama dengan judul “Hendardi Sebut ada “Trial
by Mob” dalam Vonis Ahok”. Judul tersebut menggambarkan jika vonis yang
dijatuhkan hakim berdasarkan kerumunan massa, bukan berdasarkan kedaulatan
rakyat yang mendasarkan diri pada UUD 1945.
Kemudian pada lead Kompas.com mengungkapkan tanggapan ketua Setara
Institute terhadap putusan vonis Ahok. Dalam teks berita ini, Kompas.com
mewancarai Hendardi, menurutnya ‘trial by mob’ terjadi dalam putusan majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Tabel 4.12
Analisis Skrip Berita 3
Struktur Unit Teks Skrip What Putusan majelis hakim terhadap Ahok yang dinilai
adanya ‘trial by mob’. Where Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan,
Jakarta. When 9 Mei 2017 Who Ketua Setara Institute Hendardi Why Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara
memutuskan di bawah tekanan gelombang massa yang sejak awal memberikan tekanan dan mendesak pemenjaraan Basuki.
How Memvonis Ahok hukuman dua tahun penjara.
46
Kompas.com mengisahkan kelengkapan 5W+1H dengan mengutip dari
wawancara yang menyayangkan putusan majelis hakim yang dinilai menerapkan
standar ganda dalam mempertimbangkan konteks peristiwa hukum. Hendardi
menyatakan, di satu sisi hakim mempertimbangkan situasi ketertiban sosial yang
diakibatkan oleh ucapan Basuki.
Tabel 4.13
Analisis Tematik Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan Tematik Detail Majelis hukum Pengadilan
Jakarta Utara dinilai melakukan ‘trial by mob’ dalam memutuskan hukuman terhadap Basuki.
Paragraf 1
Koherensi Penjelas
Hakim ahistoris dengan peristiwa yang melatarbelakangi pernyataan Basuki bahwa betapa politisasi identitas dan perits tiwa hukum itu dijadikan alat penundukan yang efektif untuk memenangkan sebuah kontestasi. Sebab, sumber legitimasi bukan lagi berdasarkan kedaulatan rakyat yang mendasarkan diri pada UUD 1945, melainkan kedaulatan kerumunan orang. Putusan ‘trial by mob’ pada akhirnya mengikis kepercayaan diri hakim untuk menjalankan asal ‘in dubio pro reo’. Dengan segala tekanan itu, hakim memutus Ahok bersalah dan terbukti melakukan penodaan agama sebagaimana yang diatur dalam Pasal 156a KUHP.
Pararaf 4 Paragraf 8 Paragraf 9 Paragraf 12
Koherensi Sebab-akibat
Sebab, sumber legitimasi bukan lagi berdasarkan kedaulatan rakyat yang mendasarkan diri
Paragraf 8
47
pada UUD 1945, melainkan kedaulatan kerumunan orang.
Koherensi Pembeda
“Kerumunan massa menjadi sumber legitimasi tindakan aparat penegak hukum. Majelis hakim pun memilih jalan pengutamaan koeksistensi sosial yang absurd dibandingkan melimpahkan jalan keadilan bagi seorang warga negara, Basuki,” ujar Hendardi.
Paragraf 6
Dari struktur tematik, Kompas.com menyusun berita ini menjadi 16
paragraf. Terdapat tema dalam teks berita, yaitu terdapat ‘trial by mob’ dalam
putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara terdahap Basuki.
Kompas.com meletakkan tema ini pada lead berita.
Kemudian Kompas.com meletakkan koherensi penjeleas pada paragraf 4,
8, 9, dan 12 yang ditandai dengan penggunaan kata dan, yang, untuk.
Selanjutnya, koherensi sebab-akibat pada paragraf 8 yang ditandai dengan adanya
penggunaan kata sebab. Pada koherensi pembeda terdapat pada paragraf 6 yang
ditandai dengan penggunaan kata dibandingkan.
Tabel 4.14
Analisis Retoris Berita 3
Struktur Unit Teks Retoris Leksikon Menyimak, penundukan, mengikis, menekan. Bold Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis
Ahok Italic - Underline - Kapital UUD, KUHP Foto Direktur Eksekutif Setara Institute Hendardi
48
Pada berita ini terdapat kalimat leksikon, yaitu menyimak, penundukan,
mengikis, dan menekan. Kemudian ditemukan kalmat yang hurufnya dicetak tebal
(bold), yaitu Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok. Kalimat
tersebut sengaja dicetak tebal karena judul berita. Kemudian untuk unit dicetak
miring (italic) dan garis bawah (underline) tidak terlihat dalam teks berita ini.
Namun, terdapat kata bahasa asing yaitu bahasa Inggris yang tidak dicetak miring
oleh Kompas.com. Selanjutnya penggunaan huruf kapital terdapat pada kata UUD
dan KUHP. Pemberitaan tentang vonis Ahok ini juga dilengkapi foto Direktur
Eksekutif Setara Institute Hendardi yang merupakan narasumber dalam berita.
Tabel 4.15
Frame: Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Elemen Strategis Penulisan Skematis Wawancara Ketua Setara Institute Hendardi, menyatakan ‘trial
by mob’ terjadi dalam putusan hakim. Kompas.com menempatkan enam paragraf kutipan dari 16 paragraf.
Skrip Kompas.com menekankan pada pengambilan putusan oleh majelis hakim Pengadilan Jakarta Utara. Penekanan pada sumber legitimasi yang seharusnya berdasarkan pada UUD 1945.
Tematik Terdapat ‘trial by mob’ dalam putusan hakim Pengadilan Jakarta Utara
Retoris Direktur Eksekutif Setara Institute Hendardi mengatakan, seharusnya majelis hakim Pengadilan Jakarta Utara berpegang pada prinsip ‘rule of law’.
2. Pemberitaan Tentang Vonis Hukum Penistaan Agama oleh Basuki
Tjahaja Purnama di Media Online Republika Online (ROL).
Dalam pemberitaan tentang vonis hukum penistaan agama oleh Basuki
Tjahaja Purnama pada tanggal 9 Mei 2017 di ROL membingkai berita dalam
49
pandangan yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel struktur framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki di bawah ini:
a. Analisis Berita Republika Online (ROL) tanggal 9 Mei 2017 (Pengamat:
Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi)
Tabel 4.16 Analisis Sintaksis Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan Sintaksis Headline Pengamat: Vonis Ahok tidak
Bisa Diintervensi Judul
Lead Praktisi Hukum LKBH IBLAM, Alungsyah menyatakan, vonis terhadap Gubernur DKI Ahok merupakan wujud dari independensi hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili perkara atas dugaan penistaan Agama yang dilakukannya beberapa bulan lalu. Pasal 27 UUD 1945, lanjut dia menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang mandiri dan bebas.
Lead
Latar Hakim telah menunjukkan indepedensi dalam menerima, memeriksa dan mengadili atas perkara Ahok.
Paragraf 1
Kutipan “Ini mengandung arti bahwa hakim dalam menjalankan tugas dan kekuasaannya bebas dari intervensi siapapun”. “Tetapi lebih kepada pantas atau tidak pantasnya saja dengan kondisi yang terjadi sekarang, itu pun masih debatable sifatnya”. "Bagi pihak yang tidak terima silahkan menempuh jalur
Paragraf 2 Paragraf 4 Paragraf 7
50
hukum yang telah disediakan, toh mekanisme itu ada dan sangat di mungkinkan dalam sistem hukum kita" “Semoga vonis terhadap Ahok dapat memuaskan semua pihak dan di mengerti oleh semua kalangan, apapun itu vonisnya, maka disanalah kedewasaan negara hukum kita di uji”.
Paragraf 9
Sumber Praktisi Hukum LKBH IBLAM, Alungsyah.
Paragraf 1
Pernyataan Alungsyah menyatakan, vonis terhadap Gubernur DKI Ahok merupakan wujud dari independensi hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili perkara atas dugaan penistaan Agama yang dilakukannya beberapa bulan lalu. Pasal 27 UUD 1945, lanjut dia menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang mandiri dan bebas.
Hakim, menurut dia tidak dapat di intervensi, walaupun pada tataran "faktualnya" banyak sekali komentar atau bahkan suara-suara yang menginginkan Ahok di vonis setinggi-tingginya seperti penista agama sebelumnya. Dia beranggapan, vonis terhadap ahok baik tinggi atau rendah bukanlah "representatif" dari keadilan, karena keadilan, lanjut dia bersifat subjektif, dan adil.
Yang terpenting dari vonisnya Ahok, menurut Alung ialah sandarannya jelas yaitu hakim tidak di intervensi oleh
Paragraf 1 Paragraf 3 Paragraf 5
51
siapapun dan kepentingan apapun. Jadi biarkan semuanya berjalan diatas rel hukum sebagaimana mestinya, terangnya.
Menurut dia, tidak dibenarkan jika vonis hakim dianggap tidak adil, kemudian melakukan tindakan-tindakan yang itu diluar jalur hukum. Dia menganggap hakim hanya memutus suatu perkara dengan pertanggungjawaban terhadap apa yang di putusnya pun bukanlah kepada manusia tapi langsung kepada tuhan. Pertanggung jawaban itu, lanjut dia harus dirasionalisaikan ke dalam pertimbangan-pertimbangan dan segala fakta-fakta yang terungkap selama proses persidangan berlangsung.
Paragraf 6 Paragraf 8
Penutup Hakim memutus suatu perkara dengan pertanggungjawaban terhadap apa yang diputusnya pun bukanlah kepada manusia tapi langsung kepada Tuhan.
Paragraf 8
Melihat teks berita ini dari struktur sintaksisnya, Republika Online
mengangkat berita mengenai vonis penistaan agama dengan judul “Pengamat:
Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi”. Judul di atas menggambarkan bahwa
keputusan hakim dalam memvonis Ahok sudah tepat sehingga tidak dapat
diintervensi siapapun.
Sedangkan lead pada berita Republika Online menjabarkan tanggapan
praktisi hukum LKBH IBLAM, Alungsyah mengenai kekuasaan kehakiman yang
52
mandiri dan bebas dan menunjukkan independensi hakim dengan menjatuhkan
vonis terhadap Basuki.
Tabel 4.17 Analisis Skrip Berita 1
Sktruktur Unit Teks Skrip What Tanggapan terhadap putusan vonis Ahok atas
perkara dugaan penistaan agama yang dilakukannya.
Where Kementerian Pertanian, Jakarta. When 9 Mei 2017 Who Basuki Tjahaja Purnama Why Hakim tidak di intervensi oleh siapapun dalam
memvonis Basuki Tjahaja Purnama. How Hakim memvonis Ahok atas dugaan penistaan
agama.
Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H diceritakan oleh Republika
Online (ROL) dengan mengisahkan berita ini sebagai pujian terhadap hakim yang
bekerja secara independen menjatuhkan vonis terhadap Ahok. Menurut praktisi
hukum LKBH IBLAM, Alungsyah mengatakan, hakim dalam menjalankan tugas
dan kekuasannya bebas dari intervensi siapapun.
Republika Online (ROL) menyuguhi informasi bahwa tindakan hakim
dalam menjatuhkan vonis sandarannya harus jelas yaitu hakim tidak di intervensi
oleh siapapun dan kepentingan apapun. Jadi biarkan hukum jalan sebagaimana
mestinya.
53
Tabel 4.18
Analisis Tematik Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan Tematik Detail Keputusan hakim dalam
menjatuhkan vonis terhadap Ahok merupakan wujud dari independensi hakim.
Paragraf 1
Koherensi Penjelas
Vonis terhadap Gubernur DKI Ahok merupakan wujud dari independensi hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili perkara atas dugaan penistaan Agama yang dilakukannya beberapa bulan lalu. Ini mengandung arti bahwa hakim dalam menjalankan tugas dan kekuasaannya bebas dari intervensi siapapun. Yang terpenting dari vonisnya Ahok ialah sandarannya jelas yaitu hakim tidak di intervensi oleh siapapun dan kepentingan apapun. Alungsyah menyetujui bahwa Indoensia negara hukum sebagaimana pasal 1 ayat 3 UUD 1945 berarti semua pihak tanpa terkecuali harus menghormati apapun yang menjadi vonis hakim. Bagi pihak yang tidak terima silahkan menempuh jalur hukum yang telah disediakan. Dia menganggap hakim hanya memutus suatu perkara dengan pertanggungjawaban terhadap apa yang di putusnya pun bukanlah kepada manusia tapi langsung kepada Tuhan. Semoga vonis terhadap Ahok dapat memuaskan semua pihak dan di mengerti oleh semua kalangan,
Paragraf 1 Paragraf 2 Paragraf 5 Paragraf 6 Paragraf 7 Paragraf 8 Paragraf 9
54
apapun itu vonisnya, maka di sanalah kedewasaan negara hukum kita di uji.
Koherensi Sebab-Akibat
-
Koherensi Pembeda
-
Dari struktur tematik, Republika Online (ROL) menyusun berita ini ke
dalam 9 paragraf. Terdapat tema dalam teks berita, yaitu putusan hakim dalam
menjatuhkan vonis terhadap Ahok merupakan wujud independensi hakim dalam
menjalankan tugasnya. ROL meletakkan tema ini pada lead berita. Pada lead
tersebut diisi dengan tanggapan oleh praktisi hukum.
Selanjutnya, Republika Online (ROL) menempatkan koherensi penjelas
pada paragraf 1, 2, 5, 6, 7, 8 dan 9 yang ditandai dengan adanya penggunaan kata
yang, dan. Sementara itu, koherensi sebab-akibat dan koherensi pembeda tidak
ditemukan di teks berita ini.
Tabel 4.19
Analis Retoris Berita 1
Struktur Unit Teks Retoris Leksikon Penistaan, kekuasaan, intervensi, sandaran,
memuaskan. Bold Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi Italic - Underline - Kapital LKBH IBLAM, UUD Foto Massa kontra Ahok berkumpul di depan
Kementerian Pertanian, Jakarta.
55
Pada berita ini terdapat kalimat leksikon, yaitu penistaan, kekuasaan,
intervensi, sandaran dan memuaskan. Selanjutnya ditemukan kalimat yang
hurufnya dicetak tebal (bold), yaitu Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa
Diintervensi. Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena judul berita. Kemudian
tidak ditemukan untuk unit dicetak miring (italic), dan garis bawah (underline)
dalam teks berita ini. Sementara penggunaan huruf kapital terlihat pada kata
LKBH IBLAM dan UUD. Pemberitaan vonis kasus penistaan agama ini juga
dilengkapi dengan foto kerumunan massa kontra Ahok dari umat Islam berkumpul
di depan Kementerian Pertanian, Jakarta.
Tabel 4.20
Frame: Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pakar hukum yang mempunyai pandangan bahwa
keputusan hakim merupakan wujud independensi. Republika Online menempatkan pendapat pakar hukum di awal tulisan.
Skrip Penekanan pada aspek indepensi. Penekanan pada pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang mandiri dan bebas.
Tematik Putusan hakim dalam menjatuhkan vonis terhadap Ahok merupakan wujud independensi hakim dalam menjalankan tugasnya.
Retoris Pakar hukum LKBH IBLAM, Alungsyah mengatakan, keputusan hakim adalah kekuasaan yang mandiri dan bebas. Semua pihak harus menghormati apapun yang menjadi vonis hakim.
56
b. Analisis Berita Republika Online (ROL) tanggal 9 Mei 2017 (Yusril: Vonis
Ahok Cukup Ringan)
Tabel 4.21
Analisis Sintaksis Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan Sintaksis Headline Yusril: Vonis Ahok Cukup
RinganJudul
Lead Pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra mengatakan vonis terhadap terdakwa penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) cukup ringan jika dibandingkan kasus serupa di beberapa daerah.
Lead
Latar Yusril Ihza mengatakan bahwa vonis terhadap Ahok cukup ringan jika dibandingkan dengan kasus serupa di beberapa daerah.
Paragraf 1
Kutipan “Kalau kita bandingkan dengan kasus-kasus penodaan agama yang lain yang sudah divonis, vonis terhadap Ahok cukup ringan. Beberapa kasus penodaan agama di Jakarta, Bali dan Pangkal Pinang, dijatuhi hukuman 4 tahun, lebih lama dua tahun dibanding Ahok”. “Seperti saya katakana dua minggu yang lalu, hakim bisa saja menghukum Ahok lebih berat dari tuntutan jaksa. Vonis seperti itu disebut vonis petita. Hakim beralasan bahwa mereka bertugas untuk menegakkan hukum dan keadilan. Karena itu, rasa keadilanlah yang dikedepankan, bukan sekadar tuntutan jaksa yang dibacakan di persidangan”.
Paragraf 2 Paragraf 5
Sumber Pakar hukum tata negara, Yusril Paragraf 1
57
Ihza Mahendra Pernyataan Ia pun menegaskan apapun
vonis yang dijatuhkan pada seseorang, apalagi Ahok, pastilah menjadi vonis yang kontroversial. Bagi yang suka, vonis itu dianggap terlalu berat. Mereka bahkan ingin agar terdakwa diputus bebas karena anggap tidak bersalah. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak suka, hukuman yang dijatuhkan kepada Ahok, pastilah dianggap terlalu ringan. Mereka, bahkan ingin agar terdakwa dihukum seberat-beratnya.
Paragraf 6 Paragraf 7
Penutup Ahok sendiri sudah menyatakan banding atas putusan pengadilan hari ini. Belum tahu seperti apa sikap jaksa.
Paragraf 8
Struktur sintaksis Republika Online (ROL) memperlihatkan mengangkat
berita mengenai kasus vonis penistaan agama dengan judul “Yusril: Vonis Ahok
Cukup Ringan”. Pada lead berita, ROL menjelaskan mengenai vonis Ahok
melalui wawancara dengan Yusril Ihza mengatakan bahwa vonis yang dijatuhi
hakim cukup ringan. Kasus penistaan yang terjadi di beberapa daerah mendapat
hukuman yang lebih berat dari pada Ahok. Meski vonis yang dijatuhkan majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara lebih berat dari tuntutan jaksa yang hanya
menuntut 1 tahun dengan masa percobaan 2 tahun.
58
Tabel 4.22
Analisis Skrip Berita 2
Struktur Unit Teks Skrip What Vonis Ahok cukup ringan dibanding dengan kasus
penistaan agama di beberapa daerah. Where Jakarta When 9 Mei 2017 Who Basuki Tjahaja Purnama Why Vonis yang dijatuhkan hakim cukup ringan dibanding
dengan kasus penistaan agama di beberapa daerah. Ahok di vonis dua tahun penjara, sedangkan kasus penistaan lainnya yang terjadi di Jakarta, Bali dan Pangkal Pinang dijatuhi hukuman empat tahun penjara.
How Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhi hukuman dua tahun penjara terhadap Basuki Tjahaja Purnama. Meski tuntutan tersebut lebih berat dari tuntutan jaksa yang menuntut 1 tahun dengan masa percobaan 2 tahun.
Dari struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dijelaskan oleh Republika Online
(ROL) dengan menceritakan berita ini sebagai berita vonis hukum terhadap
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang jatuh pada tanggal 9 Mei 2017 di
Jakarta. Pembaca disuguhi informasi bahwa vonis yang dijatuhi majelis hakim
lebih berat dari tuntutan jaksa, namun vonis yang dijatuhkan masih cukup ringan
dibanding dengan kasus penistaan agama di beberapa daerah.
Tabel 4.23
Analisis Tematik Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan Tematik Detail Vonis yang dijatuhkan oleh majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara terhadap Ahok cukup ringan.
Lead
Koherensi Penjelas
Ahok terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan penodaan agama terkait Surah al Maidah, melanggar Pasal 156a KUHP. Tidak
Paragraf 3
59
hanya itu, Majelis Hakim juga memerintahkan agar Ahok dimasukkan ke dalam tahanan, yang harus dilaksanakan oleh jaksa penuntut umum. Vonis yang dijatuhkan majelis hakim PN Jakarta Utara itu memang lebih berat dari tuntutan jaksa yang hanya menuntut Ahok dipidana 1 tahun dengan masa percobaan 2 tahun. Ia pun menegaskan apapun vonis yang dijatuhkan pada seseorang, apalagi Ahok, pastilah menjadi vonis yang kontroversial. Hakim beralasan bahwa mereka bertugas untuk menegakkan hukum dan keadilan. Bagi mereka yang tidak suka, hukuman yang dijatuhkan kepada Ahok, pastilah dianggap terlalu ringan.
Paragraf 4 Paragraf 5 Paragraf 7
Koherensi Sebab-akibat
Ahok akhirnya divonis dua tahun penjara karena menurut majelis hakim, Ahok terbukti bersalah secarah sah dan meyakinkan melakukan penodaan agama terkait Surah al Maidah, melanggar Pasal 156a KUHP. Hakim beralasan bahwa mereka bertugas untuk menegakkan hukum dan keadilan. Karena itu, rasa keadilanlah yang dikedepankan, bukan sekadar tuntutan jaksa yang dibacakan di persidangan. Ia pun menegaskan apapun vonis yang dijatuhkan pada seseorang, apalagi Ahok, pastilah menjadi vonis yang kontroversial. Bagi yang suka, vonis itu dianggap terlalu berat. Mereka bahkan ingin agar
Paragraf 3 Paragraf 5 Paragraf 6
60
terdakwa diputus bebas karena anggap tidak bersalah.
Koherensi Pembeda
Yusril Ihza mengatakan bahwa vonis terhadap Ahok cukup ringan jika dibandingkan dengan kasus serupa di beberapa daerah.
Paragraf 1
Dari struktur tematik, Republika Online (ROL) mengungkapkan berita ini
ke dalam delapan paragraf. Terdapat tema dalam teks berita, yaitu vonis yang
dijatuhkan majelis hakim PN Jakarta Utara terhadap Ahok cukup ringan. ROL
meletakkan tema ini pada lead berita. Kemudian terdapat koherensi penjelas pada
paragraf 3, 4, 5, dan 7, yang ditandai dengan penggunaan kata yang, dan, untuk.
Koherensi sebab-akibat terlihat pada paragraf 3, 5, dan 6, yang terdapat
penggunaan kata karena dan akhirnya. Pada koherensi pembeda terlihat pada
paragraf 1 yang ditandai dengan penggunaan kata dibandingkan.
Tabel 4.24
Analisis Retoris Berita 5
Struktur Unit Teks Retoris Leksikon Penistaan, menghukum, memerintahkan Bold Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan Italic - Underline - Kapital KUHP, PN Foto Ahok berjalan memasuki ruang untuk menjalani
sidang.
Pada kalimat ini terdapat kalimat leksikon, yaitu penistaan, menghukum,
dan memerintahkan. Selanjutnya terlihat kalimat yang hurufnya dicetak tebal
(bold), yaitu Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan. Kalimat di atas memang sengaja
61
dicetak tebal karena judul berita. Kemudian untuk kalimat dicetak miring (italic)
dan garis bawah (underline) tidak terlihat dalam teks berita. Sementara
penggunaan huruf kapital terdapat pada kalimat KUHP dan PN. Pemberitaan
vonis Ahok dilengkapi dengan foto Ahok yang sedang berjalan memasuki ruang
sidang.
Tabel 4.25
Frame: Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
Elemen Strategis Penulisan Skematik Republika Online menuliskan pendapat pakar hukum tata negara,
Yusril Ihza, mengatakan vonis Ahok cukup ringan. Skrip Republika Online menekankan bahwa vonis yang dijatuhkan
terhadap Ahok cukup ringan dibanding kasus serupa di beberapa daerah.
Tematik 1) Yusril mengatakan vonis yang dijatuhkan majelis hakim cukup ringan terhadap Ahok.
2) Rasa keadilan perlu dikedepankan, bukan sekadar tuntutan jaksa yang dibacakan.
Retoris Vonis terhadap Ahok cukup ringan dibandingkan dengan kasus-kasus penodaan agama yang lain. Hampir semua paragraf berisi tentang ketidakpuasan dengan putusan hakim yang dirasa kurang adil.
c. Analisa Berita Republika Online (ROL) tanggal 9 Mei 2017 (Vonis Kasus
Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran)
Tabel 4.26
Analisis Sintaksis Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan Sintaksis Headline Vonis Kasus Penodaan Agama
Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran Judul
Lead Basuki Tjahaja Purnama divonis dua tahun penjara atas kasus penodaan agama. Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan mengaku, bersyukur dan mengucap
Lead
62
segala puji kepada Allah SWT atas putusan tersebut.
Latar Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan mengaku bersyukur atas putusan hakim
Lead
Kutipan “Berbeda dengan JPU, yang berada pada koridor ultra vires (perbuatan yang melebih kewenangannya, red). Hakim dihargai MUI karena vonisnya itu menjaga rasa keagamaan umat Islam, menjaga kemuliaan dan kemurnian Alquranul Karim”. “Putusan ini mengedepankan hati nurani dan moralitas akan rasa keadilan yang selama ini terciderai. Semoga ini bisa jadi yurisprudensi ke depan”.
Paragraf 2 Paragraf 5
Sumber Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan
Paragraf 1
Pernyataan Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan mengaku, bersyukur dan mengucapkan segala puji kepada Allah SWT atas putusan tersebut. Chair menilai, Allah SWT telah mengetuk pintu hati hakim kasus penodaan agama. Dia berpendapat, vonis pengadilan yang dijatuhi kepada Basuki Tjahaja Purnama hari ini, merupakan bentuk responsifnya kepada kekuatan ultra petita yang ada di Indonesia.
Paragraf 1 Paragraf 3
Penutup Chair mengapresiasi putusan hakim yang mengedepankan hati nuraninya dan moralitas akan rasa keadilan masyarakat Indonesia. Dia berharap, perkara ini menjadi yurisprudensi di kasus-kasus sidang penistaan agama yang mungkin terjadi kembali.
Paragraf 5
63
Dilihat dari struktur sintaksis, bingkai Republika Online (ROL)
mengangkat berita di atas dengan judul “Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai
Jaga Kemuliaan Alquran”. Republika Online mendukung atas vonis kasus
penistaan agama terhadap Ahok dalam mengisahkan peristiwa tersebut. Dukungan
tersebut terlihat dari keseluruhan paragraf berita.
Pada lead berita, Republika Online mengungkapkan respon narasumber
yang bersyukur atas vonis yang dijatuhi majelis hakim. Dalam teks berita, ROL
mewawancarai anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul
Chair Ramadhan, menurutnya vonis yang dijatuhkan majelis hakim
mengedepankan hati nurani dan moralitas akan rasa keadilan.
Tabel 4.27
Analisis Skrip Berita 3
Struktur Unit Teks Skrip What Tanggapan narasumber terhadap Ahok yang divonis dua
tahun penjara. Where Jakarta When 9 Mei 2017 Who Basuki Tjahaja Purnama Why Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok divonis majelis hakim
dua tahun penjara atas kasus penodaan agama. How Ahok dinilai menistakan agama ketika kunjungan kerja di
kepulauan seribu.
Republika Online (ROL) dalam struktur skrip, kelengkapan 5W+1H dalam
berita ini dikisahkan sebagai dukungan terhadap vonis Ahok. Menurut Anggota
Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair, vonis kasus
penodaan agama dinilai jaga kemulian Alquranul Karim. Majelis hakim
diapresiasi oleh Chair karena mengedepankan hati nuraninya.
64
Republika Online dalam menceritakan peristiwa ke dalam berita ini,
pembaca diberi informasi bahwa putusan hakim telah tepat. Putusan tersebut
diharapkan agar bisa menjadi yurisprudensi untuk kasus-kasus penistaan yang
munkin terjadi kembali.
Tabel 4.28
Analisis Tematik Berita 3
Struktur Unit Teks KeteranganTematik Detail Anggota Komisi Hukum dan
Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan merasa bersyukur atas putusan hakim.
Paragraf 1
Koherensi Penjelas
Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan mengaku, bersyukur dan mengucapkan segala puji kepada Allah SWT atas putusan tersebut. Chair berpendapat, vonis pengadilan yang dijatuhi kepada Basuki Tjahaja Purnama hari ini, merupakan bentuk responsifnya kepada kekuatan ultra petita yang ada di Indonesia. Chair mengapresiasi putusan hakim yang mengedepankan hati nuraninya dan moralitas akan rasa keadilan masyarakat Indonesia. Chair berharap, perkara ini menjadi yurisprudensi di kasus-kasus sidang penistaan agama yang mungkin terjadi kembali. Putusan ini mengedepankan hati nurani dan moralitas akan rasa keadilan yang selama ini terciderai.
Paragraf 1 Paragraf 3 Paragraf 4 Paragraf 5
Koherensi Sebab-Akibat
Hakim dihargai MUI karena vonisnya itu menjaga rasa keagamaan umat Islam, menjaga kemuliaan dan kemurnian Alquranul Karim.
Paragraf 2
Koherensi Pembeda
-
65
Republika Online (ROL) dilihat dari struktur tematik, menyusun berita ini
ke dalam lima paragraf. Terdapat dua tema dalam teks berita, pertama, tanggapan
narasumber yang bersyukur atas vonis Ahok. ROL meletakkan tema ini pada lead
berita. Tema kedua, putusan hakim yang mengedepankan hati nurani dan
moralitas yang berharap menjadi yurisprudensi untuk kasus serupa.
Kemudian Republika Online meletakkan koherensi penjelas pada paragraf
1, 3, 4, dan 5 yang ditandai dengan adanya penggunaan kata yang, dan.
Selanjutnya koherensi sebab-akibat terlihat pada paragraf 2 yang ditandai dengan
penggunaan kata karena. Lalu untuk koherensi pembeda tidak terlihat dalam teks
berita.
Tabel 4.29
Analisis Retoris Berita 3
Struktur Unit Teks Retoris Leksikon Divonis, penodaan, putusan, dihargai, terciderai. Bold Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan
Alquran Italic Ultra vires, ultra petita Underline - Kapital MUI, SWT, JPU Foto Basuki Tjahaja Purnama melambaikan tangan saat tiba
di rumah tahanan LP Cipinang, Jakarta.
Pada berita ini terdapat kalimat leksikon, yaitu divonis, penodaan, putusan,
dihargai dan terciderai. Kemudian terlihat kalimat yang hurufnya dicetak tebal
(bold), yaitu Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran.
Kalimat tersebut sengaja dicetak tebal karena judul berita. Selanjutnya untuk
tulisan cetak miring (italic), yaitu ultra vires dan ultra petita. Kata tersebut
dicetak miring karena merupakan bahasa asing. Untuk unit kata yang bergaris
66
bawah (underline) tidak terlihat di dalam berita ini. Penggunaan huruf kapital
terlihat dalam teks berita, yaitu MUI, SWT, JPU. Pemberitaan vonis kasus
penodaan agama ini juga dilengkapi dengan foto Ahok melambaikan tangan saat
tiba di LP Cipinang.
Tabel 4.30
Frame: Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
Elemen Strategis Penulisan Skematis Republika Online (ROL) merangkai berita mengenai tanggapan
anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan yang bersyukur atas vonis terhadap Ahok.
Skrip ROL menekankan pada aspek moral dan keadilan. Hakim dinilai mengedepankan hati nurani dan moralitas dalam memputus perkara.
Tematik 1) Tanggapan narasumber yang bersyukur atas vonis Ahok. 2) Putusan hakim yang mengedepankan hati nurani dan moralitas
yang berharap menjadi yurisprudensi untuk kasus serupa. Retoris Abdul Chair mengungkapkan keputusan hakim sudah tepat
dengan mendahulukan hati nurani dan moral dalam memutus perkara kasus penistaan agama.
3. Analisis Perbandingan Framing Pemberitaan Vonis Basuki Tjahaja
Purnama
Pemberitaan tentang putusan vonis hukum Basuki Tjahaja Purnama menjadi
kontroversial karena menyangkut masalah agama. Awak media pun mempunyai
sudut pandang masing-masing dalam memberitakannya. Kompas.com dan
Republika Online (ROL) menjadi salah satu yang mempunyai sudut pandang yang
berbeda. Kompas.com mengutarakan kontra terhadap vonis Ahok yang dijatuhi
hukuman dua tahun penjara sebaliknya Republika Online (ROL) menganggap
putusan hakim sudah tepat.
67
Tabel 4.31
Pemberitaan Kompas.com dan Republika Online (ROL) pada tanggal 9 Mei
2017
Tanggal Judul Berita (Kompas.com)
Judul Berita (Republika Online)
9 Mei 2017 Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?
Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi
Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
Terlihat dari tabel di atas bahwa Kompas.com dan Republika Online
(ROL) dalam memberitakan vonis hukum Ahok layak mendapat sorotan. Dilihat
dari judul-judul yang diangkat, maka peneliti menilai kasus ini penting dan
menarik untuk diteliti.
Kompas.com mengangkat berita mengenai vonis Basuki Tjahaja Purnama
dan pendapat ahli hukum dengan judul “Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski
Divonis Bersalah?”, “Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum,
Pendukung Menangis” dan “Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis
Ahok”. Judul-judul di atas masih berkaitan dengan vonis Ahok.
Kemudian Republika Online (ROL) memberitakan tentang pandangan
praktisi hukum dan anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI
mengenai vonis hukum Ahok dengan judul yang masih berkaitan. Yaitu,
“Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi”, “Yusril: Vonis Ahok Cukup
Ringan” dan “Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran”.
Agar lebih jelasnya peneliti akan menganalisis dengan melakukan perbandingan
68
pada pemberitaan vonis terhadap Basuki Tjahaja Purnama di Kompas.com dan
Republika Online (ROL)
Dilihat dari semua berita yang telah peneliti analisis, ditemukan perbandingan
berita yang dilakukan Kompas.com dan Republika Online. Dilihat dari empat
struktur, yaitu:
a. Struktur Sintaksis
Tabel 4.32
Perbandingan dari struktur sintaksis berita Kompas.com dan
Republika Online (ROL) pada tanggal 9 Mei 2017
Media Judul Berita Hasil Analisis
Kompas.com
Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?
Kompas.com melihat putusan majelis hakim yang langsung menahan Ahok seharusnya tidak dilakukan, karena bisa saja Ahok mengajukan hukum banding. Dengan mengacu pada KUHAP, penahanan langsung sudah tidak dilakukan.
Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Kompas.com berpandangan dengan menggambarkan pihak ACTA tersenyum setelah putusan vonis dibacakan sedangkan ekspresi pendukung Ahok yang menangis dalam kekecewaan.
Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Dalam pandangan Kompas.com vonis yang dijatuhkan hakim berdasarkan kerumunan massa, bukan berdasarkan kedaulatan rakyat yang mendasarkan diri pada UUD 1945. Karena banyaknya massa yang menghadiri sidang Ahok, hakim dirasa mempertimbangkan ketertiban sosial.
Republika Online
Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi
Republika Online memandang dalam vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim tidak bisa diintervensi siapapun. Hal ini dijabarkan oleh Republika Online dengan menggunakan penjelasan dari praktisi hukum LKBH
69
IBLAM. Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
Dalam pandangan Republika Online, vonis yang dijatuhkan hakim cukup ringan. Kasus penistaan yang terjadi di beberapa daerah mendapat hukuman yang lebih berat dari pada Ahok.
Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
Dalam pandangan Republika Online, vonis yang dijatuhkan hakim dalam kasus penistaan agama terhadap Ahok sudah tepat. Keputusan tersebut dinilai mengedepankan rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia.
Dapat dilihat dari berita di atas, keputusan majelis hakim dalam memvonis
Basuki Tjahaja Purnama menjadi kontroversial. Setelah melewati sidang yang
panjang, akhirnya 9 Mei 2017 dibacakan putusan hakim yang menyangkut
bersalah atau tidaknya Ahok. Basuki Tjahaja Purnama pun divonis bersalah
dan terbukti menodai agama yang menyangkut pasal 156a KUHP.
Kompas.com dan Republika Online pun memiliki pandangan yang berbeda
dalam mengangkat sudut berita. Dalam unsur sintaksis, media tersebut terlihat
mengangkat sudut berita dari pasal yang menjerat, vonis yang dijatuhkan
masih terbilang ringan sampai putusan hakim yang dinilai tidak berdasarkan
UUD 1945.
Kompas.com mengangkat judul berita “Bisakah Ahok Tidak Ditahan
meski Divonis Bersalah?” dan Republika Online mengangkat berita dengan
judul “Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi”. Dari judul berita
Kompas.com menggambarkan bahwa keputusan majelis hakim dalam
menahan Ahok setelah putusan dibacakan adalah kurang tepat. Sementara itu,
70
judul berita Republika Online menggambarkan jika keputusan hakim adalah
bebas dari intervensi siapapun.
Dalam lead berita Kompas.com, ingin menjelaskan meski divonis bersalah,
penahanan langsung seharusnya tidak dilakukan karena bisa adanya upaya
untuk banding. Sebaliknya Republika Online menjelaskan bahwa kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan yang mandiri dan bebas.
“Pengamatnya bisa dipilih dari redaktur tapi kemudian kita sebenarnya juga punya preferensi sendiri dari reporternya. Kira-kira pengamat apa yang cocok. Jadi dari editor gak ‘menyetir’ kita secara penuh. Editor mengarahkan tapi gak secara penuh.”1
Pada hasil wawancara di atas, Kompas.com memilih mewawancarai dua
orang yang berkecimpung dalam bidang hukum pidana. Abdul Fickar Hadjar
yang mengajar hukum pidana di Universitas Trisakti dan Indriyanto Seno Adji
yang merupakan ahli hukum pidana. Keduanya bersependapat jika penahanan
langsung yang dilakukan oleh PN Jakarta Utara tidak seharusnya dilakukan.
Pemilihan narasumber juga dilihat dari latar belakang yang kompeten dalam
masalah hukum pidana.
“Itu yang paling penting cover both side, kita nggak memihak, terus kita menyajikan apa adanya. Kita juga ngambil (wawancara) orang pertama, kedua, ketiga dan itu pasti ada dari MUI, dari Depag pokoknya pasti ada ulamanya. Harus dipandang dari sudut Islam juga.”2
Dari hasil wawancara di atas Republika Online mewawancarai praktisi
hukum LKBH IBLAM, Alungsyah. Ia berpendapat bahwa keputusan hakim
1 Wawancara Pribadi dengan Mutia Fauzia, Reporter Kompas.com, 2 Juli 2018. 2 Wawancara Pribadi dengan Dea Alvi Soraya, Reporter Republika Online, 2 Juli 2018
71
merupakan wujud dari independensi hakim dan terbebas dari intervensi
siapapun.
Kompas.com dalam beritanya mengutip pernyataan Abdul Fickar Hadjar
yang apabila Ahok menyatakan banding, maka kewenangan penahanan beralih
kepada pengadilan tinggi. Karena putusan PN Jakarta Utara belum menjadi
kekuatan hukum tetap. Sedangkan Republika Online mengutip pernyataan
Alungsyah yang menyatakan bahwa keputusan yang telah diambil oleh hakim
tidak bisa dicampuri oleh pihak manapun. Jika ada yang pihak yang keberatan
dengan putusan hakim silahkan menempuh jalur hukum yang sudah
disediakan.
Judul berikutnya Kompas.com mengangkat “Ahok Divonis 2 Tahun
Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis”, sedangkan Republika
Online mengangkat berita dengan judul “Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan”.
Dilihat dari judul Kompas.com ingin menggambarkan bahwa keputusan hakim
membawa emosi yang sangat berbeda dari kedua belah pihak. Sementara itu,
judul berita Republika Online menggambarkan jika vonis yang dijatuhkan
hakim masih cukup ringan jika dibandingkan dengan kasus serupa yang ada di
daerah-daerah lainnya.
Menurut M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan berita
merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian
sebagian besar para pembaca. Lalu, William S. Maulsby, dalam buku Getting
in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara
72
benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan
baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat
berita tersebut.3
Pada teks berita Kompas.com menjelaskan betapa vonis hukum yang
dijatuhi hakim membawa kekecewaan bagi pendukung Ahok dan kebahagiaan
bagi pihak pelapor yakni ACTA. Kompas.com juga mengutip dari kubu
pelapor yang berkata “akhirnya (divonis) dua tahun”, sedangkan dari
pendukung Ahok “kenapa? Yang korupsi saja enggak dipenjara”.
Kompas.com tidak melakukan wawancara secara pribadi, hanya mengutip dari
orang yang meluapkan emosinya saja.
Sementara itu Republika Online menjelaskan mengenai vonis Ahok yang
cukup ringan dibandingkan dengan kasus serupa yang terjadi di daerah
lainnya. Dalam beritanya, Republika Online mewawancarai pakar hukum tata
negara yakni Yusril Ihza Mahendra. Dari kutipan yang terdapat dalam berita,
Yusril menyatakan hukuman kasus penodaan agama di daerah seperti Bali dan
Pangkal Pinang, dijatuhi vonis 4 tahun.
Kemudian Kompas.com mengangkat judul berita “Hendardi Sebut Ada
‘Trial by Mob’ dalam Vonis Ahok”. Sedangkan Republika Online mengangkat
berita dengan judul “Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan
Alquran”. Dapat dilihat dari berita Kompas.com, menggambarkan bahwa
keputusan hakim juga menimbang situasi ketertiban sosial yang di mana
3 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.
32.
73
bukan termasuk aspek hukum. Selanjutnya Republika Online menggambarkan,
keputusan hakim dalam memvonis Ahok bersalah dinilai sudah tepat. Vonis
yang dijatuhkan hakim juga lebih berat dari tuntutan jaksa.
Lead berita pada Kompas.com menjelaskan terjadi ‘trial by mob’ dalam
putusan majelis hakim dalam vonis Ahok menurut Hendardi. Namun pada
lead berita Republika Online, Abdul Chair Ramadhan yang merupakan
anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI merasa bersyukur
terhadap putusan hakim.
Eric C. Hepwood juga mengemukakan, berita adalah laporan pertama dari
kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini
mengungkapkan tiga unsur berita yakni actual, penting dan menarik.
Sementara itu pakar komunikasi lainnya, JB Wahyudi mengemukakan, berita
adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting,
menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara uas
melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak dipublikasikan
melalui media massa periodik.4
Kompas.com mengutip dari pernyataan Ketua Setara Institute Hendardi
yang mengatakan bahwa keputusan hakim juga dipengaruhi oleh kerumunan
massa. Hakim dirasa bekerja di bawah tekanan karena banyaknya massa yang
menginginkan pemenjaraan Basuki.
4 Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi: Teknis Memburu dan Menulis Berita, (Jakarta:
Indeks, 2006), h. 3.
74
Sementara itu Republika Online mewawancarai anggota Komisi Hukum
dan Perundang-undangan MUI Abdul Chair Ramadhan, mengatakan bahwa
keputusan hakim dalam memvonis Basuki mengedepankan hati nurani dan
moralitas.
Informasi yang bersifat mengandung unsur ketokohan biasanya menjadi
panutan bagi banyak orang.5 Misalnya ahli hukum yang sudah dipercaya oleh
masyarakat akan kredibilitasnya dalam menangani masalah hukum tindak
pidana. Sehingga perkataan atau tindakan seorang tokoh selalu menjadi
sorotan penting bagi masyarakat.
b. Struktur Skrip
Tabel 4.33
Perbandingan dari struktur skrip berita Kompas.com dan Republika
Online (ROL) pada tanggal 9 Mei 2017
Media Judul Berita Hasil Analisis
Kompas.com
Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?
Kompas.com mewawancarai dua narasumber ahli hukum pidana untuk menegaskan bahwa keputusan hakim tidak tepat yang menahan langsung Basuki Tjahaja Purnama.
Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Kompas.com menggambarkan bagai-mana tanggapan pihak pelapor yang bahagia dan pendukung Ahok yang kecewa setelah putusan majelis hakim.
Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Di sini Kompas.com mengutip dari Ketua Setara Institute, Hendardi yang mengatakan jika keputusan hakim tidak berdasarkan pada UUD 1945, namun turut menimbang
5 Helena Olii, Berita dan Informasi, (Jakarta: Indeks, 2007), h.27
75
situasi ketertiban sosial yang diucapkan Basuki.
Republika Online
Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi
Republika Online menjelaskan melalui kutipan dari praktisi hukum LKBH IBLAM, Alungsyah yang menyatakan keputusan hakim adalah kekuasaan yang bebas dan mandiri serta tidak bisa diintervensi oleh kepentingan siapapun.
Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
Pada berita ini, Republika Online ingin menjelaskan bahwa vonis yang dijatuhi hakim masih terbilang ringan jika dibandingkan dengan kasus serupa yang berada di daerah lainnya.
Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
Republika Online mewawancarai anggota MUI, Abdul Chair yang bersyukur atas vonis terhadap Basuki.
Dari segi struktur skrip Kompas.com dan Republika Online memilih
narasumber yang memiliki kedekatan atau berhubungan dengan permasalahan
hukum. Selain itu, Republika Online juga menambahkan narasumber dari MUI
yang dapat disimpulkan mewakili umat Islam. Namun dalam bercara pandang,
media tersebut memiliki sudut pandang masing-masing dalam menentukan
berita yang akan diangkat ke publik.
Berita yang diburu oleh wartawan biasanya informasinya bersifat
kedekatan (nearness) yang berarti sesuatu yang dekat dengan khalayak.6
Dalam hal ini terkait tentang penodaan agama yang dilakukan Basuki.
Kompas.com mengangkat berita tentang bagaimana penjatuhan hukuman
tidak berdasarkan pada UUD 1945, penahanan langsung yang dilakukan PN
6 Helena Olii, Berita dan Informasi, (Jakarta: Indeks, 2007), h.27
76
Jakarta Utara dan ekspresi para kedua belah pihak. Melalui tanggapan Ketua
Setara Institute, Hendardi mengatakan, keputusan hakim dalam menimbang
vonis seharusnya tidak memasukkan situasi ketertiban sosial. Kompas.com
sudah mengetahui apa yang ingin diangkat, maka reporter hanya perlu
mengarahkannya. Seperti hasil wawancara yang didapat di bawah ini:
“Kita gak sepenuhnya mengarahkan narasumber tapi ketika kita tanya sebenarnya kita udah tau kira-kira jawaban seperti apa yang kita inginkan. Nah, kita mengarahkannya ke situ.”7
Sebaliknya Republika Online mengangkat beritanya mengenai vonis yang
dijatuhi kepada Basuki sudah tepat, putusan hakim tidak bisa diintervensi dan
hukuman yang dijatuhi cukup ringan. Mengutip dari narasumber anggota
Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI, Abdul Chair Ramadhan
mengatakan, keputusan yang diambil oleh majelis hakim sudah tepat dan
menjaga kemuliaan Alquran. Republika Online dalam memilih narasumbernya
berdasarkan pada keahliannya narasumbernya itu sendiri seperti dalam hasil
wawancara di bawah ini:
“Kita pasti melihat dulu narasumber, dia kompeten gak dibidang itu. Ada narsum yang suka sekadar berpendapat tapi gak didasarin sama ilmu jadi gak kita ambil. Pengamat yang udah jelas punya pengalaman dibidang itu, dosen besar (guru besar), sama yang concern banget dibidang itu.”8
7Wawancara Pribadi dengan Mutia Fauzia, Reporter Kompas.com, 2 Juli 2018. 8 Wawancara Pribadi dengan Dea Alvi Soraya, Reporter Republika Online, 2 Juli 2018
77
c. Struktur Tematik
Tabel 4.34
Perbandingan dari struktur tematik berita Kompas.com dan
Republika Online (ROL) pada tanggal 9 Mei 2017
Judul Berita
Kompas.com Judul Berita
Republika Online
Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?
1) Majelis Pengadilan Negeri Jakarta Utara menilai Ahok terbukti melakukan penodaan agama dengan melanggar pasal 156a KUHP.
2) Abdul Fickar Hadjar dan Indriyanto Seno Adji menilai bahwa Ahok bisa saja tidak ditahan meski divonis bersalah.
Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi
1) Putusan hakim dalam menjatuhkan vonis terhadap Ahok merupakan wujud independensi hakim dalam menjalankan tugasnya.
Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
1) Basuki Tjahaja Purnama terbukti menodai agama dengan melanggar pasal 156a KUHP.
2) Tanggapan pihak pelapor dengan pendukung Ahok setelah putusan majelis hakim.
Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
1) Yusril mengatakan vonis yang dijatuhkan majelis hakim cukup ringan terhadap Ahok.
2) Rasa keadilan perlu dikedepankan, bukan sekadar tuntutan jaksa yang dibacakan.
Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
1) Terdapat ‘trial by mob’ dalam putusan hakim Pengadilan Jakarta Utara.
Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
1) Tanggapan narasumber yang bersyukur atas vonis Ahok.
2) Putusan hakim mengedepankan hati nurani dan moralitas yang berharap menjadi yurisprudensi untuk kasus serupa.
78
Dilihat dari struktur tematik, Kompas.com dan Republika Online
mempunyai temanya sendiri. Berbagai tanggapan dari pengamat ahli hukum
dan perwakilan dari MUI tentang vonis terhadap Ahok. Dapat dilihat di atas,
pada judul berita “Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?”
Kompas.com mengangkat dua tema yaitu, Ahok terbukti bersalah dan Ahok
seharusnya tidak langsung ditahan. Karena meski bersalah, jika Ahok
mengajukan banding maka penahanan tidak dilakukan. Kompas.com lebih
mengangkat sudut pandang dari keputusan hakim yang memutuskan untuk
menahan langsung Basuki daripada vonis yang dijatuhkan hakim.
Sedangkan Republika Online mengangkat mengenai keputusan hakim
yang sudah tepat dalam menjatuhkan vonis terhadap Basuki. Praktisi hukum
LKBH IBLAM, Alungsyah yang mengatakan keputusan hakim bebas dari
intervensi siapapun dan semua pihak harus menghormati apapun yang menjadi
vonis hakim. Seperti hasil wawancara dibawah ini yang berusaha untuk
berimbang dalam menyajikan berita:
“Gak semua satu Republika itu tidak suka sama Ahok, tapi memang Republika itu balik ke pembaca. Pembaca Republika kebanyakan yang nggak suka sama Ahok, ya kita turutin. Tapi ya kaya tadi, untuk mewakili supaya gak terlalu ke kiri atau ke kanan, kita sajiin juga penetralnya gitu jadi biar imbang.”9
Pada judul berita Kompas.com “Ahok Divonis 2 Tahun Penjara,
Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis” mengangkat bagaimana kedua
belah pihak berekspresi terhadap putusan hakim. Pembaca disuguhkan
bagaimana pihak pelapor yakni ACTA melampiaskan kebahagiannya dan
9 Wawancara Pribadi dengan Dea Alvi Soraya, Reporter Republika Online, 2 Juli 2018
79
pendukung Ahok yang merasa kecewa terhadap vonis yang dijatuhkan. Dapat
dilihat dari hasil wawancara di bawah ini, jika Kompas.com menginginkan
sudut pandang tertentu.
“Ketika nanti berita itu gak sesuai, editor bakal ngasih tau. Ketika berita itu tidak koheren, editor bakal menyarankan.”10
Sedangkan Republika Online mengangkat vonis yang dijatuhkan
hakim. Dalam beritanya, Republika Online mengutip pernyataan pakar hukum
tata negara, Yusril Mahendra yang mengatakan jika hukuman 2 tahun penjara
masih ringan jika dibandingkan dengan kasus serupa yang berada di daerah
lainnya.
Kemudian Kompas.com membicarakan bagaimana hakim menimbang
dan memutuskan hukuman terhadap Basuki dalam judul berita “Hendardi
Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok”. Sebaliknya, Republika Online
melihat bagaimana setelah putusan itu dibacakan dan pengaruhnya bagi umat
Islam.
Kedua media tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda dalam
melihat keputusan yang dijatuhkan hakim. Kompas.com lebih terlihat kontra
dengan putusan hakim dan sebaliknya Republika Online lebih pro kepada
putusan hakim yang menjatuhkan vonis dua tahun penjara.
10 Wawancara Pribadi dengan Mutia Fauzia, Reporter Kompas.com, 2 Juli 2018
80
d. Struktur Retoris
Tabel 4.35
Perbandingan dari struktur retoris berita Kompas.com dan Republika
Online (ROL) pada tanggal 9 Mei 2017
Media Judul Berita Hasil Analisis
Kompas.com
Bisakah Ahok Tidak Ditahan meski Divonis Bersalah?
Kompas.com memasukkan gambar Ahok yang sedang menjalani sidang dan Ahok dinyatakan bersalah atas kasus penodaan agama dengan melanggar 156a KUHP. Hal tersebut terlihat dari pendapat beberapa pakar hukum pidana.
Ahok Divonis 2 Tahun Penjara, Pelapor Tersenyum, Pendukung Menangis
Kompas.com memasukkan dua gambar foto. Basuki dalam menjalani sidang dan seorang pendukung Ahok yang menangis. Hal tersebut terjadi karena Ahok divonis dua tahun penjara.
Hendardi Sebut Ada “Trial by Mob” dalam Vonis Ahok
Kompas.com melengkapi dengan gambar Hendardi yang sedang diwawancara. Hendardi mengatakan, seharusnya majelis hakim Pengadilan Jakarta Utara berpegang pada prinsip ‘rule of law’.
Republika Online
Pengamat: Vonis Ahok tidak Bisa Diintervensi
Republika Online memasukkan gambar lautan massa kontra Ahok dari umat Islam yang berkumpul di depan Kementerian Pertanian, Jakarta. Mereka mengawal jalannya sidang kasus dugaan penistaan agama. Massa menuntut pemenjaraan Ahok karena telah menistakan agama Islam.
Yusril: Vonis Ahok Cukup Ringan
Republika Online memasukkan gambar Ahok yang sedang berjalan ke dalam ruang sidang. Meski tidak ada gambar ilustrasi Yusril yang merupakan narasumbernya.
Vonis Kasus Penodaan Agama Dinilai Jaga Kemuliaan Alquran
Republika Online memasukkan ilustrasi gambar foto Ahok melambaikan tangan saat tiba di rumah tahanan LP Cipinang.
81
Pada perbandingan dari struktur retoris dapat juga dilihat dari gambar
yang disertakan dalam berita. Gambar ilustrasi yang berupa foto di dalam
berita dapat memperkuat isi berita yang ditampilkan. Kompas.com dan
Republika Online menampilkan foto untuk melengkapi keutuhan berita yang
disajikan. Mulai dari Ahok memasuki ruang sidang, menjalani sidang sampai
saat tiba di rumah tahanan LP Cipinang.
Selain itu, gambar foto kerumunan massa umat Islam yang sedang
berkumpul di depan Kementerian Pertanian dan pendukung Ahok yang sedang
menangis pun dimuat di dalam berita. Dari keseluruhan gambar foto yang
dipakai untuk mengisi berita itu sendiri, yang terpenting adalah foto tersebut
masih berhubungan dengan berita yang dibahas.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhirnya tujuan dari penelitian ini adalah menjawab pertanyaan yang
ada di rumusan masalah. Berdasarkan pada hasil penelitian berita kasus penodaan
agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama yang disajikan oleh
Kompas.com dan Republika Online dengan menggunakan analisis framing model
Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki, maka peneliti berkesimpulan bahwa
Kompas.com dan Republika Online (ROL) mengangkat aspek yang berbeda dalam
mengkonstruksi beritanya. Kompas.com lebih menonjolkan bagaimana majelis
hakim dalam memutuskan vonis Ahok. Misalnya seperti dalam putusan hakim
yang dinilai terpengaruh oleh kerumunan massa, penahanan yang langsung
dilakukan setelah vonis dibacakan dan keputusan yang dianggap tidak adil.
Dalam berita Kompas.com, didukung dengan pernyataan narasumber yang
merupakan praktisi hukum yang ahli dalam hukum pidana. Dari pernyataan dan
kutipan narasumber yang ada disesuaikan dengan keinginan Kompas.com
mengkonstruksi sehingga berita yang disajikan seperti sesuatu yang penting untuk
dikonsumsi oleh khalayak. Dengan demikian tanpa disadari oleh pembaca, berita
tersebut mewakili pandangan wartawan dalam melihat kasus vonis penodaan
agama yang dilakukan oleh Basuki. Pada akhirnya proses konstruksi yang
dilakukan Kompas.com membentuk cara pandang masyarakat kepada majelis
hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
83
Kemudian Kompas.com juga ingin membuat cara pandang masyarakat
terhadap minoritas agar diperlakukan adil sebagaimana mestinya. Dalam beritanya
Kompas.com menjelaskan bahwa kerumunan massa dinilai dapat mempengaruhi
keputusan hakim sehingga keputusan tersebut tidak berdasarkan fakta-fakta yang
diterima melainkan menimbang ketertiban sosial yang bisa terjadi.
Republika Online dalam membingkai beritanya menonjolkan hasil vonis
hukum yang dijatuhkan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Seperti putusan hakim sudah tepat, putusan hakim tidak bisa diganggu gugat dan
hasil vonis yang dijatuhkan dianggap masih ringan. Berita tersebut juga didukung
pada pernyataan narasumber dari perwakilan MUI, pengamat dan ahli hukum.
Pernyataan dan kutipan mereka digunakan sebagai memperkuat pandangan
Republika Online untuk membingkai berita yang ingin mereka sajikan kepada
khalayak. Sehingga isu yang diberitakan Nampak seperti sesuatu yang seharusnya
terjadi.
Selanjutnya Republika Online juga berupaya mengkonstruksi realitas
pandangan pembaca dengan menganggap penting kasus penodaan agama agar
tidak terulang lagi. Dalam beritanya Republika Online menjelaskan bahwa
penistaan yang dilakukan Ahok harus diadili. Berita yang disajikan juga
menjelaskan vonis yang dijatuhkan majelis hakim yakni masa tahanan dua tahun
sudah tepat. Selain itu, putusan yang dijatuhkan juga dinilai memuliakan Alquran.
Kedua media massa di atas membuktikan bahwa sesuatu yang dianggap penting
oleh media massa juga akan dianggap oleh khalayak.
84
B. Saran
1. Kompas.com dan Republika Online sebaiknya dalam menyajikan berita
yang adil dan berimbang karena dari hasil penelitian ini, berita dari kedua
media tersebut terlihat sangat jauh dalam segi sudut pandang serta dapat
membuat masyarakat yang membaca simpang siur tentang kebenarannya.
2. Kompas.com dan Republika Online sebaiknya dalam menyajikan berita
tidak memicu polemik di masyarakat. Dengan begitu fungsi media massa
sebagai pemersatu bangsa dapat terwujud.
3. Bagi khalayak baiknya bijak dalam mengkonsumsi berita yang disajikan
oleh media massa karena apa yang disajikan oleh media massa tidak
semuanya realitas yang tersaji apa adanya. Namun, semua itu telah
dikonstruksi sesuai dengan pandangan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir, dan Basyiruddin, Usman M., Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Bandara, Aris, Analisis Wacana: Teori dan Penerapannya pada Wacana Media.
Jakarta: Kencana, 2012. Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
Cendekian, 2002. Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa. Surabaya: Kencana, 2008. ______, Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006. Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:
Lkis, 2012. Hamzah, Andi, KUHP & KUHAP, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008. Harahap, Arifin, S., Jurnalistik Televisi: Teknis Memburu dan Menulis Berita.
Jakarta: Indeks, 2006. Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006. Kriyantono, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2010. Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1997.
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Olii, Helena, Berita dan Informasi. Jakarta: Indeks, 2007. Sobur, Alex, Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarya, 2001. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2006. Sumandiria, Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama, 2008.
Tebba, Sudirman, Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Sumber Lainnya
http://tv.Kompas.com/read/2016/11/07/5199221937001/kronologi.kasus.dugaan.penistaan.agama.oleh.ahok diakses pada 22 Februari 2017 pukul 16.15 WIB
http://inside.Kompas.com/about-us diakses pada Selasa, 22 Januari 2018
http://www.republika.co.id/page/about diakses pada Rabu, 24 Januari 2018.
Adnan, Jurnal Hukum Islam dan Perundangan-undangan, Sumatera Utara: Al-Qadha 2017.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Mutia Fauzia
Jabatan : Wartawan Kompas.com
Tanggal Wawancara : 2 Juli 2018
Tempat Wawancara : Bentara Budaya Jakarta, Jl. Palmerah Selatan, Jakarta
1. Bagaimana strategi Kompas.com menyajikan berita dengan baik, sehingga
layak untuk diberitakan?
Kalau prosesnya kita biasanya mengambil isu-isu yang kira-kira lagi banyak
diomongin sama orang-orang atau isu yang sekiranya ketika orang baca mereka
tertarik, contohnya kalau belakangan ini isu yang lagi banyak dikejar itu tentang
anjloknya Rupiah, kan kemarin Rupiah sempet Rp14.400,00 kan, nah itu kita
ngejar isu itu selama running isu itu dari hari Kamis (28/06), Jumat, sampai hari
ini (02/07). Nah bagaimana kita memproduksi berita itu biasanya kita
menghubungi stakeholder terkait, contohnya Bank Indonesia (BI), nanti
dampak anjloknya nilai Rupiah ke pasar saham tuh kaya gimana, terus
kemudian kira-kira ke sektor real bakalan gimana. Ada gak sih lonjakan harga
di pasar kek gitu. Terus bisa dikejar ke pengamat-pengamat ekonom-ekonom
gitu, nanti mereka yang bakal menjelaskan secara lebih detil gitu. Terus kalo
gak kaya gitu, kita biasanya juga nerima kaya biasanya nanti dari pemerintah
atau perusahaan untuk ngundang kita buat liputan tapi disitu kita gak hanya
meliput acaranya aja. Tapi juga isu-isu apa sih yang bisa dikembangkan.
2. Bagaimana Kompas.com mempertimbangkan dan menentukan konten
pemberitaan?
Jadi pertimbangannya ya itu tadi, isu yang kira-kira bisa diulik secara lebih
lanjut itu apa, kemudian yang kira-kira bakal dibaca itu. Soalnya kan kalau
sekarang tidak bisa menampik kalau hit click berita itu kan penting, Cuma disisi
lain Kompas.com juga mempertimbangkan kalau sejauh mana hit click itu dan
koherensinya dengan isi berita. Kan kita juga tidak mungkin bikin berita yang
isinya tidak sesuai dengan kontennya.
3. Bagaimana Kompas.com menentukan narasumber pada setiap
pemberitaannya?
Tentu yang sesuai dengan berita yang kita angkat, seperti yang aku bilang tadi
kalau umpamanya ngomongin tentang Rupiah ya, ekonom yang dihubungin.
Kalau kemarin ini harga Pertamax naik, berarti dari Kementerian ESDM yang
dihubungin gitu sih.
4. Bagaimana proses produksi dalam membuat sebuah berita? Apakah ada
tahapan editing?
Jadi awal kan liputan tuh biasa kemudian nanti, sebenernya malam sebelumnya
kita liputan tuh kita dikasih tau isu-isu apa sih yang bisa kita ulik dari lokasi
liputan kita gitu, isu apa yang bisa diangkat dari situ. Nah kemudian nanti kita
follow up ketika liputan itu tadi. Nah setelah bakal diedit, ketika editor proses
editing juga bakal dikasih masukan lagi sama editornya “Eh nanti kamu bisa
ngejar isu ini, menghubungi pengamat-pengamat ini”, kaya gitu sih.
Pengamatnya bisa dipilih dari redaktur tapi kemudian kita kan sebenarnya juga
punya preferensi sendiri gitu loh dari reporternya. Kira-kira pengamat apa sih
yang cocok. Kita juga punya preferensi sendiri sebenernya untuk
mengembangkan berita reporter punya hak buat mengembangkan beritanya
sendiri. Jadi dari editor gak ‘menyetir’ kita secara penuh. Editor mengarahkan
tapi gak secara penuh gitu. Kita bisa mengulik isu yang kita inginkan.
5. Apakah Kompas.com mempunyai waktu tertentu untuk mengunggah
berita?
Kalau aku biasanya selesai upload selesai upload, kecuali berita panjang. Jadi
di Kompas.com tidak hanya ada hard news, feature, terus ada berita panjang,
juga juga ada VIK (Visual Interaktif Kompas). Nah kalau kamu buka deh, di
situ ada berita yang panjang-panjang. Nah kalau berita yang panjang-panjang
gitu kita gak bisa langsung upload, biasanya butuh waktu 1-2 hari.
6. Bagaimana Kompas.com menyiapkan materi pemberitaan?
Karena kita portal online, jadi kan kita siklusnya cepat, walaupun kita tidak
‘kejar-kejaran’ dengan Detik atau Kumparan tapi kita tetep ngejar view kan.
Jadi misalnya meliput di BI tentang DP rumah, nah itu kan BI memaparkan
panjang lebar. Di koran pemaparan itu bisa jadi satu berita, nah kalau di kita itu
bisa jadi tiga atau empat berita. Jadi kita memecah isu itu biar kira-kira pembaca
gak capek. Kita juga melihat pertimbangan itu sebenernya.
7. Apakah wartawan dibebaskan dalam menentukan sudut pandang
pemberitaan?
Iya iya, tapi tetep ketika nanti berita itu gak sesuai, editor bakal ngasih tau.
Maksudnya “Mut nih beritamu kurang sesuai nih mungkin kamu bisa ulik lebih
dalam lagi” atau “Mut, kok kamu melihatnya dari sisi ini sih, keliatannya kok
agak gak nyambung gitu.” Ketika berita itu tidak koheren, editor bakal
menyarankan.
8. Visi misi pemberitaan di Kompas.com?
Seperti dengan tagline, Jernih Melihat Dunia, Kompas.com ingin memosisikan
diri sebagai media yang selalu menyajikan informasi dalam perspektif yang
obyektif, utuh, independen, tidak bias oleh berbagai kepetingan politik,
ekonomi, dan kekuasaan.
9. Bagaimana pertimbangan Kompas.com dalam memilih diksi untuk
memberitakan suatu peristiwa?
Kalau diksi kita tidak jauh beda dengan Harian Kompas sebenernya, walaupun
di kita juga tetap menggunakan istilah-istilah yang populis maksudnya yang
bisa diterima oleh masyarakat umum gitu loh. Jadi ketika akademisi atau
narasumber kita menggunakan kata-kata yang kita kira terlalu sulit, kita tetap
harus nyari kata-kata lain atau kita menjabarkan makna dari kata tersebut.
Biasanya didalam tanda kurung atau dialiaskan kaya gitu.
10. Apakah Kompas.com mempunyai kriteria tertentu dalam mengutip
pernyataan narasumber?
Kalau di Kompas.com itu tentu yang sesuai dengan beritanya dong kalau
masalah kutipan dan kita membebaskan narasumber. Kita gak sepenuhnya
mengarahkan narasumber tapi ketika kita tanya sebenernya kita udah tau kira-
kira jawaban seperti apa yang kita inginkan. Nah kita mengarahkannya ke situ.
11. Kalau di Kompas.com sendiri ada kepentingan politik di dalamnya atau
tidak?
Nggak ngerti juga sih, mungkin ada preferensi politik tapi tidak diumbar gimana
gitu. Mungkin kalau kita di dalam tahu tapi tidak sampai diumbar.
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Dea Alvi Soraya
Jabatan : Wartawan Republika Online
Tanggal Wawancara : 3 Juli 2018
Tempat Wawancara : Bekasi
1. Bagaimana strategi Republika Online menyajikan berita dengan baik,
sehingga layak untuk diberitakan?
Jadi kalau di online sama di koran tuh kita beda sistemnya. Karena kita tuh
terintegrasi, jadi satu reporter beritanya bisa dijadikan online bisa juga untuk
koran tapi step-nya beda. Kalau di online, itu dari reporter masuk ke gudang
berita news room nanti diedit sama editor lalu langsung dipublish sama dia. Tapi
kalau di koran itu step-nya lebih banyak. Dari editor ke penyunting bahasa ke
layout dipotong-potong nih yang gak muat setelah fix baru bisa dicetak. Terus
kita juga yang namanya media punya framing sendiri. Nah kita walaupun
misalnya ada satu sisi yang dikejar trus ada reporter yang ngejar satu sisi lagi.
Walaupun disajiinnya beda-beda kalau di online. Tapi kalau di koran itu pasti
digabung. Jadi kita ngambil cover both side. Jadi pembaca juga enak nih
nentuinnya. Ada sajian A, ada sajian B, entar dia tinggal interpretasi sendiri.
2. Bagaimana Republika Online mempertimbangkan dan menentukan
konten pemberitaan?
Untuk menentukan pemberitaan biasanya kita mengikuti isu kalau isu
berkembang kita ikutin tapi kadang kita punya automeaning sendiri.
3. Bagaimana Republika Online menentukan narasumber pada setiap
pemberitaannya?
Itu sih yang paling penting cover both side, kita nggak memihak, terus kita
menyajikan apa adanya. Misalnya ada kasus apa gitu, kita juga ngambil si orang
pertama, kedua, ketiga pasti harus ada gitu dan itu pasti ada agamanya sih. Mau
dari MUI kek, dari Depag pokoknya pasti ada ulamanya. Harus dipandang dari
sudut Islam juga. Kalo kita kaya gitu, itu tuh yang paling banyak dibaca.
4. Bagaimana proses produksi dalam membuat sebuah berita? Apakah ada
tahapan editing?
Pasti, kalau politik tuh lebih sensitif. Editornya kadang berlapis-lapis. Misalnya
gue udah dapet nih narsum, terus dia omongannya ‘cantik’ dah nih, gak
langsung dinaikin. Dikaji dulu nih, biasanya editor yang, kan ada beberapa
editor yang baru, ada yang udah lama, ada yang udah expert lah gitu gitu, nah
biasanya yang megang politik itu yang udah ngerti gitu. Dia biasanya juga
bilang “coba tanya lagi De”, dia lebih supaya beritanya gak setengah-setengah.
Kaya gitu sih kalo politik. Iya itu untuk online, apa lagi koran untuk politik dia
ngambil dari beberapa reporter. Jadi kalau reporter ini gak lengkap atau gak
cover both side dia ambil lagi dari reporter lain.
5. Apakah Republika Online mempunyai waktu tertentu untuk mengunggah
berita?
Untuk berita Republika Online itu 24 jam tapi emang lebih banyak waktu
unggah berita di prime time.
6. Bagaimana Republika Online menyiapkan materi pemberitaan?
Jadi kalau misalnya online, online ini kadang kita dikasih tor. Kalau tor tuh
misalnya dia pengen nih nitip berita misalnya kaya “Dea, gue mau lo ngejar
kasus Ahok dong yang kemaren baru sidang misalnya gitu. Lu tanya ini ini ini,
dia kasih tornya, pertanyaan ini itu, lu tanya ke dia, ke dia, ke dia. Ini list
pertanyaannya. Tapi kadang kaya “De, gue pengen lu fokus angle-nya ini”,
udah kita yang ngembangin sendiri untuk pertanyaannya. Tapi ya itu,
konsekuensinya kalau kita sendiri yang ngembangin, editor gak puas, kita yang
disuruh tanya lagi. Kadang gitu sih, biasanya di kasih tor pertanyaan, kadang
nggak.
7. Apakah wartawan dibebaskan dalam menentukan sudut pandang
pemberitaan?
Iya, kita sebenernya gini. Tergantung kontennya, kalau kontennya umum kaya
misalnya gw kan pernah megang gaya hidup, nah kita boleh nentuin angle mana
yang menurut kita eye catching gitu. Tapi kalau misalnya politik, kita bisa
nentuin sudut pandang kita tapi pasti dikejar lagi sama sudut pandang lain.
“Coba lu liat angle ini bagus nih, lu kejar yang ini.” Misalnya kita ngambil sudut
pandang A, tapi ternyata yang B lebih bagus dari A menurut editor. Yaudah kita
ikutin. Kita lebih menarik (berita) sih tapi kadang yang menarik pun bakal kalah
sama yang diminati sama pembaca. Menurut kita menarik nih tapi menurut
pembaca nggak, gitu. Jadi lebih mengikuti ke arah pasarnya.
8. Visi misi pemberitaan di Republika Online apa?
Kita kan lebih ke Islam ya, jadi kaya koran untuk umat gitu. Jadi yaudah kita
tuh lebih mengarahnya ke hal-hal yang ke-Islaman gitu yang mewakili ormas
Islam. Baik itu NU, Muhammadiyah ya semuanya mewakili Islam. Jadi kalau
diambil sudut pandang, kita angle-nya lebih banyak yang Islam. Misalnya kaya
kemarin ada First Travel itu tuh kita ngejar banget, kan itu tentang umat dan itu
ada ke-Islamannya gitu kan. Dibandingkan (media lain) First Travelnya ke
Syahrini, kita gak ngambil ke sana tapi kita ambil ke korban-korban jamaah
yang ditipu.
9. Bagaimana pertimbangan Republika Online dalam memilih diksi untuk
memberitakan suatu peristiwa?
Kita punya EYD sendiri, mungkin kalau misalnya pembaca di Kompas sama di
ROL bandinginnya kita ada beberapa kata yang memang beda. Kaya misalnya,
kalau dari tulisan aja ya, kalo di Kompas tuh nyebutnya ‘pertahana’ buat yang
menjabat, kalo kita tuh biasa aja, ‘yang menjabat’. Terus gue dari awal selalu
diperingatin sama pemred supaya gak nulis sesuatu yang menggiring opini. Kan
ada orang yang kata-katanya tuh menggiring, lo bisa bedain gak sih antara kata
yang kita tulis apa adanya sama kata-kata yang menggiring. Menggiring dalam
artian pembaca harus ngikutin apa pemikiran si penulis. Itu gak bakal naik, mau
berita lo sebagus apapun kalau itu menggiring itu gak bakal naik kecuali
dirombak abis-abisan. Gue juga pernah waktu itu, jadi gue ngikutin kata
pengamat. Terus pengamatnya menggiring banget jadi gue tulis apa adanya
yang pengamat bilang. Akhirnya gue diomelin, “De lo gak boleh kaya gini, ini
namanya lo gak punya standar”. Jadi gue harus tetep nulis netral walaupun si
pengamat ini menggiring opini, kita gak boleh ngikutin. Biasanya tanpa kita
sadarin nih, misalnya gue pengen dari sisi kontra, nah biasanya nih pengamat
yang ini kontra. Tapi yang kita hindarin yang terlalu kontra, misalnya kaya
kemarin Ahok-Anies, dia menjatuhkan Ahok banget, itu gak boleh. Yang
penting kita ada nih mewakili kontra udah itu aja.
10. Apakah Republika Online mempunyai kriteria tertentu dalam mengutip
pernyataan narasumber?
Kita pasti melihat dulu narsum (narasumber), dia kompeten gak dibidang itu.
Kan ada narsum yang suka sekedar berpendapat aja tapi gak didasarin sama
ilmu jadi gak kita ambil. Terus kita tuh pasti, kita kan pasti ngambil dari
pendapat-pendapat dari para pengamat tapi gak semua pengamat kita ambil.
Pengamat yang udah jelas punya pengalaman dibidang itu, dosen besar (guru
besar), sama yang concern banget dibidang itu. Jadi kita kaya gitu kalau
pengamat. Kalau pun kaya anggota DPR, kita nggak langsung semua anggota
DPR kita tanyain. Misalnya nih tentang agama, gak semua anggota komisi VIII
kita tanyain gitu. Kita pasti nanyain yang ketua, wakil, ketua, wakil, gitu gitu
aja. Kalau anggotanya kita masih dipilih-pilih dulu gitu lah.
11. Kalau di Republika Online sendiri ada kepentingan politik di dalamnya
atau tidak?
Republika ngga condong ke partai politik, karena pemilik kita juga bukan
anggota partai. Jadi kita netral aja.
12. Bagaimana Republika Online memandang kasus penodaan agama yang
dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama?
Kita sebenarnya beda-beda sih. Kita kan punya pilihan masing-masing nih.
Entah itu penulis, reporter, editor. Gak semua satu Republika itu benci sama
Ahok, tapi memang Republika itu balik ke pembaca. Pembaca Republika
kebanyakan yang nggak suka sama Ahok, ya kita turutin. Tapi ya kaya tadi,
untuk mewakili supaya gak terlalu ke kiri atau ke kanan, kita sajiin juga
penetralnya gitu jadi biar imbang. Biar pembaca juga tahu bahwa Ahok tuh
gak seburuk itu juga. Melalui wawancara pengacaranya, ahli hukumnya,
keluarganya, pengamat juga yang pro sama dia
13. Bagaimana Republika mengkonstruksi berita tentang vonis hukum yang
dijatuhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama?
Yang pertama itu pasti tanggapan, tanggapan dari pengacara Ahoknya, terus
juga tanya-tanya kepada ulama itu pasti dicecer banget. Ulama itu gak pernah
sepi pasti ditelpon terus. Dari berbagai ormas kita tanya tentang kasus ini.
Terus kita juga tanya pengamat hukum. Ya Republika lebih ke kontra.
Foto Peneliti dengan Dea Alvi Soraya, Wartawan Republika Online
Foto Peneliti dengan Mutia Fauzia, Wartawan Kompas.com