Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL
HUJAN DAN INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN
KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG KOTA TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Disusun oleh :
ENENG SITI NURHAYA
NIM. 11150970000025
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Analisis Hubungan Durasi Hujan Terhadap Tebal Hujan dan Intensitas
Hujan Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung Kota Tangerang Selatan
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
ENENG SITI NURHAYA
NIM: 11150970000025
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Sutrisno Dpil, Seis
NIP. 195902021982203 1 005
Pembimbing II
Mega Perdanawanti, M.Si
NIP. 19850305 200604 2 004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tati Zera, M.Si
NIP. 19690608 200501 2 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
9
“
3.
Skripsi ini merupakan karya saya yang dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan saya memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwakarya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
S yarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 13 Februari 2020
11150970000025
611731
Eneng Siti Nurhaya
ii
ABSTRAK
Tingginya curah hujan di beberapa wilayah Banten terutama Kota Tangerang
Selatan menyebabkan beberapa wilayah rentan terhadap bencana banjir.
Rusaknya alat pengukur hujan dapat mengakibatkan kehilangan data curah hujan
dan beberapa waktu. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari model
persamaan hubungan antara tebal hujan dan durasi hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data curah hujan otomatis yang diperoleh dari alat ukur curah hujan otomatis tipe
Hellman dari tahun 1990– 2019 (30 tahun pengamatan). Data ini diproses dengan
menggunakan metode regresi linier sederhana dan selanjutnya diuji dengan
analisis chi-kuadrat. Dari hasil penelitian diperoleh model persamaan hubungan
antara tebal hujan dan durasi hujan yaitu H= 1.4064 t 0.21
dalam periode ulang 5
tahun. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, dan untuk
nilai chi-kuadrat sebesar 0,73727387, dimana „H‟ merupakan tebal hujan yang
dinyatakan dalam millimeter (mm) dan „t‟ adalah durasi hujan, adapun nilai
intensitas hujan adalah 87,35659/(t0.7913
) dan 346,1481/(t 0,0028
) sehingga hasilnya
menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan terhadap tebal
hujan dan intensitas hujan, dari perhitungan tersebut nilai yang dihasilan cukup
besar adalah periode ulang 5 tahun dibandingkan dengan periode 2, 10, 20, 25 dan
30 tahun, setelah diuji dengan Uji Chi- Kuadrat. Oleh sebab itu persamaan ini
dapat dipakai dalam menentukan durasi hujan terhadap tebal hujan dan intensitas
hujan pada Stasiun Pondok Betung Kota Tangerang Selatan.
Kata Kunci: Hujan, Durasi, Tebal Hujan Intensitas Hujan, Rergesi Linier, Chi-
Kuadrat
iii
ABSTRACT
High rainfall in several areas of Banten, especially in South Tangerang City, has
made some areas vulnerable to flooding. The damage to the rain gauge can result
in loss of rainfall data and some time. The purpose of this study was to find a
model of the equation of the relationship between rain thickness and duration of
rain at Pondok Betung Climatology Station. The data used in this study are
automatic rainfall data obtained from Hellman type automatic rainfall gauges
from 1990 to 2019 (30 years of observation). This data is processed using a
simple linear regression method and then tested by chi-square analysis. From the
results of the study obtained an equation model of the relationship between rain
thickness and duration of rain that is H = 1.4064 t 0.21
in a return period of 5
years. These results indicate that there is a significant relationship, and for the
chi-square value of 0.73727387, where 'H' is the rain thickness expressed in
millimeters (mm) and 't' is the duration of the rain, while the value of the rain
intensity is 87.35659 / t0.7913
and 346,1481 / (t 0.0028
) so that the results show a
significant relationship between the duration of rain on the thickness of the rain
and the intensity of the rain, from the calculation the value generated is quite
large is the return period of 5 years compared to period 2 , 10, 20, 25 and 30
years, after being tested by the Ch-Square Test. Therefore this equation can be
used in determining the thickness of rain and rainfall intensity at Pondok Betung
Station, South Tangerang City.
Keywords: Rain, Duration, Rain Thickness, Rain Intensity, Linear Rergesi, Chi-
Squared
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‟alamiin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis dan telah menuntun penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis curahkan
kepada junjunan kita semua Nabi Muhammad SAW beserta keluargaNya, serta
para umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar pendidikan Strata-1 Jurusan Fisika di Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari tersusunya skripsi berkat bantuan, bimbimgan,
dorongan dan do‟a yang tulus dari banyak pihak, dari masa – masa perkuliahan
sampai pada masa tugas akhir ini, oleh karena ini penulis mengucapkan terima
rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Terkhusus keluarga penulis, Ayahanda Tamin tercinta dan Ibunda Lilis
Sutarsih tersayang yang sangat sabar membemberikan nasihat moril
serta doa, keempat kakak perempuan-ku yang tercinta yang selalu
menantikan kelulusan penulis, semoga Allah SWT selalu memberi
keberkahan dalam keluarganya.
2. Bunda Nisa, Bapak Roni, Opa Asep dan Oma Yati yang telah
memberikan bantuan materil, motivasi serta kasih sayangnya sehingga
v
penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Sutrisno Dipl. Seis, selaku pembimbing satu yang telah
memberikan bimbimngan dan nasihat, sehingga tugas akhir ini dapat
tersusun dengan baik.
4. Bu Mega Perdanawanti M.Si, pembimbing dua yang rela meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
5. Bapak Sutiyono S.Si, yang mengijinkan penulis untuk mengadakan
penelitian di BBMKG (Balai Besar Meteorologi Klimatolgi dan
Geofisika ) Ciputat Wilayah II.
6. Stap Badan Meteorologi dan Geofisika Ciputat Tangerang Selatan,
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu,
sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Bu Dr. Sitti Ahmiatri Saptartari M.Si dan Pak Anugrah Azhar M.Si
selaku dosen penguji dalam sidang Munaqasyah.
8. Seluruh Dosen Prodi Fisika, yang telah membimbing penulis selama
menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9. Asrama Putri UIN Jakarta, kakak kakak dan teman – teman
Mubabbiroh angkatan 2017 - 2018 yang telah memfasilitasi penulis
serta memberikan ilmu baru dalam kebesamaan ikut menjadi bagian
Mudabbiroh.
vi
10. Teman-teman Fisika 2015 dan teman-teman peneliti seperjuangan
tekhusus teman Geofisika terima kasih keceriannya shering – shering
ilmunya tiap masuk kelas terutama Bagus Septianto, Lina Fazriyanti
dan Group Alay Ceria (Desti, Ela, Juli, Leni, Lulu, dan Sri) .
11. Adik – adik group Fastabikhul Khoirot, (Puspa, Sarah, Salsa, Hasan,
Abdu, Saepudin, sifa, Nuni, Nuriah dan Khairiyah) terima kasih atas
semangatnya yang menantikan lulusan pertama dari kakak yang cantik
ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang dan telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya. Seperti kata
pepatah‟‟Tiada gading yang tak retak‟‟. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi tercapainya penelitian yang sempurna dalam
skripsi ini.
Jakarta, 13 Februari 2020
Eneng Siti Nurhaya
vii
DAFTAR ISI
ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN DAN
INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG
KOTA TANGERANG SELATAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latang Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................4
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................................5
viii
1.6 Sistematika Penulisan ...............................................................................6
BAB II DASAR TEORI ..........................................................................................8
2.1 Pengertian Hujan ......................................................................................8
2.2 Proses Terjadinya Hujan ...........................................................................9
2.3 Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat ................................................10
2.4 Jenis-jenis dan Bentuk-bentuk Hujan .....................................................10
2.4.1 Hujan Frontal .................................................................................. 11
2.4.2 Hujan Konveksi ............................................................................... 11
2.4.3 Hujan Orografis ............................................................................... 12
2.4.4 Hujan Buatan ................................................................................... 13
2.5 Pola Hujan Di Indonesia .........................................................................14
2.5.1 Pola Curah Hujan Monsun .............................................................. 14
2.5.2 Pola Curah Hujan Ekuatorial ......................................................... 15
2.5.3 Pola Curah Hujan Lokal .................................................................. 15
2.6 Siklus Hujan ...........................................................................................15
2.7 Intensitas Curah Hujan ...........................................................................17
2.7.1 Ukuran Butir Hujan dan Kecepatan Jatuh Air Hujan ...................... 18
2.7.2 Hubungan Antara Topografi dan Hujan .......................................... 19
2.8 Alat Penakar Hujan Otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR) .....20
2.9 Hubungan Tebal Hujan terhadap Durasi Hujan .....................................21
ix
2.10 Frekuensi Durasi – Intensitas .................................................................23
2.11 Analisis Chi – Kuadrat ...........................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................26
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................26
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................26
3.2.1 Perangkat Keras .............................................................................. 26
3.2.2 Perangkat Lunak.............................................................................. 26
3.3 Digram Alur Penelitian ...........................................................................27
3.4 Pengolahan Data Hujan ..........................................................................28
3.5 Perhitungan Data Hujan .........................................................................29
3.5.1 Analisis Data Hujan ........................................................................ 31
3.5.2 Hubungan Tebal Hujan Teradap Durasi ......................................... 32
3.5.3 Hubungan Intensitas Hujan Terhadap Durasi ................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………..35
4.1 Hasil Perhitungan Data Tebal Hujan .....................................................35
4.1.1 Perhitungan Data Tebal Hujan Maksimum dalam Periode Ulang 2,
5, 10 20, 25 dan 30 Tahun ............................................................... 36
4.1.2 Nilai Rata - Rata Tebal Hujan Maksimum dan Deviasi Standar
Stasiun Klimatologi Pondik Betung ................................................ 41
x
4.1.3 Data Tebal Hujan Menggunakan Persamaan Regresi Linier
Sederhana Dalam Periode Ulang 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun .......... 44
4.1.4 Tabel dan Grafik Perhitungan Chi – Kuadrat Dari Data Periode
Ulang Hujan 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun .......................................... 46
4.2 Perhitungan Data Intensitas Hujan dalam Periode Ulang 2, 5, 10 20, 25
dan 30 Tahun..............................................................................................55
4.2.1 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung periode ulang 2 tahun ............................................ 56
4.2.2 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung periode ulang 5 tahun ............................................ 59
4.2.3 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung Periode Ulang 10 tahun ......................................... 61
4.2.4 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Periode Ulang 20 tahun ................................................................... 64
4.2.5 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung periode ulang 25 tahun .......................................... 66
4.2.6 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung Periode Ulang 30 tahun ......................................... 69
BAB V PENUTUP ................................................................................................73
5.1 Kesimpulan .............................................................................................73
5.2 Saran .......................................................................................................74
xi
6 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Posisi Titik Pos Pengamatan Hujan Kota Tangerang Selatan ................ 5
Tabel 2.1 Derajat Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan ................................ 17
Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan Dan Intensitas Curah Hujan ............................. 18
Tabel 2.3 Ukuran Masa Dan Kecepatan Jatuh Butir Hujan. ................................ 19
Tabel 2.4 Nilai X2 Untuk Distribusi Chi – Khuadrat ( Satu Sisi) ........................ 25
Tabel 4.1 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
2018 -2019...................................................................................... ....36
Tabel 4.2 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
2015 -2019.......................................................................................... 36
Tabel 4.3 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
2010 - 2019......................................................................................... 37
Tabel 4.4 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
2010 - 2019......................................................................................... 38
Tabel 4.5 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
1995 - 2019......................................................................................... 39
Tabel 4.6 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
1990 – 2019 ....................................................................................... 40
Tabel 4.7 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019 ........................................... 42
Tabel 4.8 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019 ........................................... 42
xiii
Tabel 4.9 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2010 -2019 ........................................... 42
Tabel 4.10 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019 ........................................... 43
Tabel 4.11 Rata rata Tebal Hujan Maksimum dan deviasi standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1995 -2019 ........................................... 43
Tabel 4.12 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019 ........................................... 43
Tabel 4.13 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019 ( 2 tahun) ........................... 44
Tabel 4.14 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019 ( 5 tahun) ........................... 44
Tabel 4.15 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2000 -2019 ( 10 tahun) ........................ 45
Tabel 4.16 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019 ( 20 tahun) ......................... 45
Tabel 4.17 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1995-2019 ( 25 tahun) .......................... 46
Tabel 4.18 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019 ( 30 tahun) ......................... 46
Tabel 4.19 Perhitungan Chi- Kudrat 2018- 2019 ................................................. 47
Tabel 4.20 Perhitungan Chi- Kudrat 2015- 2019 ................................................. 48
Tabel 4.21 Perhitungan Chi- Kudrat 2000- 2019 ................................................. 50
xiv
Tabel 4.22 Perhitungan Chi- Kudrat 1999- 2019 ................................................. 51
Tabel 4.23 Perhitungan Chi- Kudrat 1995- 2019 ................................................. 52
Tabel 4.24 Perhitungan Chi- Kudrat 1990- 2019 ................................................. 54
Tabel 4.25 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 56
Tabel 4.26 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus Satu) ................................................. 57
Tabel 4.27 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 57
Tabel 4.28 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I I= a / t „
Pos Hujan Pondok Betung (Rumus Dua) ........................................... 57
Tabel 4.29 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 58
Tabel 4.30 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data
pengukuran intensitas hujan ............................................................... 58
Tabel 4.31 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 59
Tabel 4.32 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 60
Tabel 4.33 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 60
Tabel 4.34 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 60
Tabel 4.35 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 61
Tabel 4.36 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data
Pengukuran Intensitas Hujan .............................................................. 61
Tabel 4.37 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 62
xv
Tabel 4.38 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 62
Tabel 4.39 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 62
Tabel 4.40 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 63
Tabel 4.41 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 63
Tabel 4.42 Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data Pengukuran
Intensitas Hujan ................................................................................ 63
Tabel 4.43 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 64
Tabel 4.44 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 65
Tabel 4.45 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 65
Tabel 4.46 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 65
Tabel 4.47 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 66
Tabel 4.48 Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data Pengukuran
Intensitas Hujan .................................................................................. 66
Tabel 4.49 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 67
Tabel 4.50 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 67
Tabel 4.51 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 68
Tabel 4.52 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 68
xvi
Tabel 4.53 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 68
Tabel 4.54 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data
pengukuran intensitas hujan ............................................................... 69
Tabel 4.55 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 70
Tabel 4.56 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 70
Tabel 4.57 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 70
Tabel 4.58 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 71
Tabel 4.59 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 71
Tabel 4.60 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data
Pengukuran Intensitas Hujan .............................................................. 71
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Curah Hujan ....................................................................................... 8
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Hujan .................................................................. 10
Gambar 2.3 Hujan Frontal ................................................................................... 11
Gambar 2.4 Hujan Konveksi ............................................................................... 12
Gambar 2.5 Hujan Orografis ............................................................................... 13
Gambar 2.6 Siklus Hujan .................................................................................... 16
Gambar 2.7 Bentuk Skematik Pencatat Pelampung Tipe Hellman ..................... 20
Gambar 2.8 Penakar Hujan Otomatis Tipe Hellman ........................................... 21
Gambar 3.1 Formulir Perimaan Data Hujan Otomatis ........................................ 29
Gambar 3.2 Sketsa Grafik Auho.......................................................................... 30
Gambar 4.1 Koodinat Titik Pengamatan Pos Hujan Pondok Betung Selama 30
Tahun ............................................................................................. 35
Gambar 4.2 Grafik Dari Tebal Hujan Rata – Rata Dalam Periode Ulang 30
Tahun ............................................................................................. 41
Gambar 4.3 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 2
Tahun ............................................................................................. 48
Gambar 4.4 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 5
Tahun ............................................................................................. 49
Gambar 4.5 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 10
Tahun ............................................................................................. 50
xviii
Gambar 4.6 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 20
Tahun ............................................................................................. 52
Gambar 4.7 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 25
Tahun ............................................................................................. 53
Gambar 4.8 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 30
Tahun ............................................................................................. 55
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Durasi Hujan Dan Tebal Hujan ......................... 55
Gambar 4.10 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 2 Tahun .............................................................................. 58
Gambar 4.11 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 10 Tahun ............................................................................ 64
Gambar 4.12 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 20 Tahun ............................................................................ 66
Gambar 4.13 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 25 Tahun ............................................................................ 69
Gambar 4.14 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 30 Tahun ............................................................................. 72
Gambar 4.15 Grafik Intensitas Hujan Maksimum Dalam Skala Periode Hujan 30
Tahun ............................................................................................. 72
1
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latang Belakang
Gambar 1.1 Peta Provinsi Banten
Secara geografis kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur
Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106'38' - 106'47‟ Bujur Timur dan
06'13'30' - 06'22'30' Lintang Selatan. Wilayah Kota Tangerang Selatan
diantaranya di lintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai
Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis
Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah
utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah
satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu juga sebagai daerah yang
menghubungkan Provinsi Banten dengan DKI Jakarta. Tangerang Selatan juga
menjadi salah satu kota yang menghubungkan Provinsi Banten dengan
Provinsi Jawa Barat. Batas Wilayah Kota Tangerang Selatan di bagian utara
adalah Kota Tangerang lalu dibagian timur adalah kota Jakarta Selatan, kemudian
2
dibagian selatan diapit oleh kabupatan Bogor, Kota Depok, Jawa Barat dan
dibagian barat diapit oleh kabupaten Tangerang [1].
Selain itu keadaan iklim kota Tangerang Selatan yang didasarkan pada
penelitian di Stasiun Geofisika Kelas I Kota Tangerang pada tahun 2010, yaitu
berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari,
curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara berada disekitar
23,4 °C – 34,2 °C dengan temperatur udara minimum berada di
bulan Oktober sebesar 23,4 °C dan temperatur udara maksimum di
bulan januari yaitu sebesar 42,2 °C. Rata-rata kelembaban udara adalah 80,0%
sedangkan intensitas matahari adalah 49,0%. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Januari, yaitu 264,4 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 154,9 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari
hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4,9
Km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 38,3 Km/jam [1].
Pentingnya mengetahui iklim bagi kehidupan manusia adalah atas dasar
kenyataan bahwa iklim dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Parameter iklim
yang paling berpengaruh di Indonesia adalah curah hujan. Unsur iklim seperti
curah hujan disamping menjadi sumber daya alam yang amat dibutuhkan, juga
dapat menjadi sumber bencana. Tingginya curah hujan di wilayah beberapa
provinsi Banten terutama Kota Tangerang Selatan menyebabkan wilayah ini
rentan terhadap bencana banjir. Penanganan masalah banjir melalui tindakan
preventif sangat penting mengingat aktifitas kehidupan lebih banyak dilakukan di
wilayah dataran banjir [2].
3
Kemudian faktor topografi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
variasi hujan secara spasial, dengan adanya gunung yang berhadapan dengan
sumber uap air seperti lautan juga akan meningkatkan curah hujan di wilayah
pegunungan tersebut terutama pada bagian depan yang menghadap arah angin,
karena pada wilayah tersebut uap air akan terangkat naik karena adanya gunung
dan membentuk awan [3].
Angin laut dan angin darat juga memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam variasi hujan secara spasial, khususnya di wilayah kepulauan dan
semenanjung pada lintang rendah, keberadaan angin laut akan memperbesar
kecenderungan terjadinya gejolak cumulus dan guyuran hujan pada siang hari di
wilayah daratan [3].
Dalam penanganan masalah banjir tidak terlepas dari tersedianya
infrastruktur pengendali banjir seperti bendungan, jaringan irigasi, saluran
drainase dan lain-lain. Dalam mendesain bangunan air pengendali banjir tersebut
dibutuhkan informasi curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu.
Besarnya curah hujan maksimum untuk setiap rancangan bangunan air tergantung
pada usia guna dan kapasitas daya tampung, sebagai contoh untuk bangunan
waduk yang besar dibutuhkan informasi hujan maksimum dengan periode ulang
yang besar dengan periode ulang 50,100 tahunan, sedangkan untuk saluran irigasi
membutuhkan informasi curah hujan maksimum dengan periode ulang antara 2, 5,
10 tahunan [4].
Berdasarkan rumusan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka
disusunlah tulisan mengenai perhitungan durasi, tebal dan intensitas hujan
4
berdasarkan data curah hujan stasiun curah hujan di Kota Tangerang Selatan. Di
area sekitar Tangerang Selatan telah dipasang stasiun penangkar hujan AUHO
(Automatic Rain Fall Recorder) tipe Hellman yang bisa digunakan untuk
penelitian diantaranya mengenai karakteristik hujan. Dengan pemanfaatan data
yang diperoleh dari alat penangkar hujan tersebut penulis akan mengambil salah
satu fokus penelitian mengenai analisis distribusi curah hujan dalam skripsi yang
berjudul “Analisis Hubungan Durasi Hujan Terhadap Tebal Hujan Dan
Intensitas Hujan Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung Kota Tangerang
Selatan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam tulisan ini
adalah :
1. Apakah rumusan yang paling mendekati hasil perhitungan durasi hujan
dengan data curah hujan maksimum jam jaman?
2. Bagaimana rumus tebal hujan dan intensitas hujan untuk berbagai periode
ulang 2, 5, 10, 20, 25 dan 30 tahun menggunakan data curah hujan jam
jaman di Kota Tangerang Selatan ?
3. Bagaimana analisa distribusi curah hujan dengan menggunakan metode
regresi linier?
1.3 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dari bidang hidrologi khususnya mengenai
distribusi curah hujan yang terjadi di kota Tangerang Selatan.
5
2. Memberikan informasi dari data durasi hujan, tebal hujan dan intensitas
hujan di daerah klimatologi Stasiun Pondok Betung.
3. Untuk mengetahui hasil perhitungan rumus tebal dan durasi serta intensitas
hujan dari periode ulang hujan menggunakan data curah hujan jam jam
selama periode ulang 30 tahun.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data hasil
pengamatan yang telah dilakukan oleh Tim Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) stasiun Klimatologi Pondong Betung
Wilayah II Kota Tangerang Selatan, berupa data hujan jam- jaman dari
bulan januari 1990 sampai dengan Juni 2019 (30 tahun)
Tabel 1.1 Posisi Titik Pos Pengamatan Hujan Kota Tangerang Selatan
Nama Titik
Pengamatan
Lintang (LS) Bujur (BT)
Pondok Betung 06 ° 15 20,8‟ 106 ° 45‟ 00,00‟‟
Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Tangerang Selatan 2019 [5].
Tabel 1.1 adalah salah satu titik pos pengamatan yang digunakan dalam
melakukan analisisa, dianggap dapat mewakili kondisi wilayah Kota
Tangerang Selatan terutama area Pondok Betung.
1.5 Tujuan Penelitian
6
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model persamaan berdasarkan
hubungan durasi hujan terhadap tebal hujan dan intensitas hujan untuk
serta mengatasi kehilangan data akibat kerusakan alat curah hujan
otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR) tipe Hellman.
2. Untuk mengetahui rumus yang paling mendekati hasil perhitungan durasi
hujan terhadap tebal hujan dan intensitas hujan dengan data curah hujan
maksimum tahunan dalam periode ulang 2, 5, 10, 20, 25 dan 30 tahun di
Stasiun Klimatologi Pondok Betung.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu: dimana
bagian pertama terdiri dari lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar,
daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar. Sedangkan, bagian kedua berisi
laporan penelitian. Laporan penelitian ini terdiri atas lima bab, yang
sistematika dan tujuannya dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan secara umum hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang
penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika dalam penulisan laporan.
BAB II DASAR TEORI
Membahas tentang kajian pustaka yang berhubungan dengan pengertian
curah hujan, proses terjadinya hujan, intensitas curah hujan, penakar
hujan, frekuensi curah hujan, hubungan tebal hujan terhadap durasi hujan,
intensitas-durasi-frekuensi dan analisis Chi – Kuadrat / Uji Chi-Square.
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Memaparkan data curah hujan dalam priode ulang tiga puluh tahun,
menentukan metode rata rata aretmatik sederhana dan regresi linier yang
digunakan sebagai analisis durasi dan tebal hujan serta intensitas curah
hujan menguji hasil dari perhitungan dengan menggunakan analisis uji Chi
Kuadrat / Uji Chi-Square.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data menggunakan regresi linier sederhana, model persamaan
hubungan tebal hujan dan durasi hujan serta intensitas hujan, kegunaan
dan manfaat dari model persamaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menyampaikan kesimpulan dari hasil yang didapat dan memberikan saran
yang membangun untuk penelitian selanjutnya
8
2 BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Hujan
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) ini yang
dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan
(surface runoff), aliran antara (interflow, subsurface flow), maupun sebagai aliran
air tanah (ground water flow) [6].
Gambar 2.1 Curah Hujan
Selain itu presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan
jatuh ke bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi, biasanya
9
jumlah selalu dinyatakan dengan dalamannya presipitasi dalam satuan melimeter
[7].
Hujan atau presipitasi memiliki ciri - ciri proses terjadinya hujan, dibawah
ini adalah proses terjadinya hujan dan terjadinya hujan singkat.
2.2 Proses Terjadinya Hujan
Pertama, matahari merupakan sumber energi yang menerangi permukaan
Bumi. Efek panas matahari juga menjadi awal mula terjadinya hujan. Panas
matahari akan menyebabkan air menjadi menguap ke udara, baik itu air laut, air
sungai atau air danau serta juga air dari kandungan makhluk hidup lainnya yang
ada di bumi.
Kedua, adanya hembusan angin kemudian membuat awan yang sudah
terbentuk bergerak ke tempat lain. Kumpulan awan-awan kecil kemudian menyatu
sehingga terbentuklah awan yang lebih besar. Setelahnya awan besar bergerak ke
langit atau tempat dengan suhu lebih rendah maka warnanya menjadi semakin
kelabu.
Ketiga, setelah awan menjadi semakin kelabu, maka titik-titik air menjadi
semakin berat. Mengakibatkan titik-titik air tidak terbendung lagi dan membuat
butiran-butiran air jatuh ke permukaan bumi. Dari sinilah proses terjadinya hujan
berlangsung dimana air hujan akan membasahi daerah sekitarnya [8].
10
2.3 Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat
Jika dijelaskan secara singkat dalam bentuk poin-poin, maka bisa dilihat pada
penjelasan proses terjadinya hujan secara singkat berikut ini :
Panas matahari membuat air laut atau danau menguap, Uap air terkumpul di
udara dalam bentuk awan, awan yang terbentuk menjadi semakin besar, lalu
butiran butiran air akan jatuh. maka terjadilah hujan. Di bawah ini adalah
beberapa ilustrasi gambar proses terjadinya hujan dalam bentuk kartun animasi
dikutip dari berbagai sumber [9].
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Hujan
2.4 Jenis-jenis dan Bentuk-Bentuk Hujan
Jenis - jenis hujan yang ada di seluruh dunia yang akan turun pada kurun
waktu tertentu dengan berbagai macam suhu-suhu tertentu yang melewati
beberapa proses dalam terjadinya jenis-jenis hujan yang akan turun di
11
permukaann bumi. Berikut adalah proses terjadinya jenis-jenis hujan yang ada di
seluruh dunia :
2.4.1 Hujan Frontal
Hujan frontal ini yang berawal dari udara yang hangat menjadi lebih
ringan dan lebih cenderung posisinya berada di atas udara yang lebih dingin
suhunya. Tempat bertemu diantara kedua massa tersebut disebut bidang front.
Lalu udara dingin akan mengangkat udara yang suhunya lebih hangat, kemudian
udara yang lebih hangat akan terangkat, kemudian akan mengembang dan
mendingin. Dalam proses pendinginan akan terbentuk titik-titik air yang disebut
dengan awan, seteleh titik-titik air itu mulai mengendap dan tak terbendung lagi
akhirnya akan terjatuh dan terjadilah hujan frontal [9].
Gambar 2.3 Hujan Frontal
2.4.2 Hujan Konveksi
Hujan konveksi atau yang biasanya disebutan hujan zenithal yang terjadi
pada siang hari sehingga disebut dengan hujan tengah hari ketika udara panas
sedang memuncak. Ketika siang hari yang memberikan pancaran sinar yang
12
sangat cerah dan panas akan terjadi pemanasan yang tinggi pada permukaan yang
ada di bumi akibatnya udara akan mengalami penguapan dan mengembang
bersamaan dengan uap-uap air lalu naik secara vertikal dengan proses yang sangat
cepat. Kemudian uap angin yang naik keatas akan mengalami sebuah pendinginan
dan akan berubah menjadi titik-titik air yang akan terjadinya pengembunan
kemudian mengakibatkan turunnya hujan konveksi. Hujan konveksi ini biasanya
sangat lebat dan hanya berlangsung sebentar yang terjadi di bagian daerah-daerah
yang sempit dan beriklim tropis. Hujan konveksi akan turun dalam waktu dua kali
dalam setahun [8].
Gambar 2.4 Hujan Konveksi
2.4.3 Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang biasanya terjadi dipermukaan yang
datarannya tinggi seperti gunung. Hujan orografis ini terjadi dengan karena udara
yang mengandung uap air dipaksa oleh angin untuk mendaki pegunungan yang
melewati lereng kemudian kepermukaan yang lebih tinggi, maka udara akan
mengalami pendinginan yang kemudian akan mengalami pengembunan yang
biasa disebut dengan kondensasi lalu berubah menjadi titik-titik air yang akan
13
membentuk awan. Lalu pembentukan titik-titik air yang mulai mengendap yang
akan menyebabkan terjadinya hujan pada lereng gunung yang menghadap ke arah
datangnya angin tersebut yang biasanya bergerak secara horizontal, dan angin
akan bertiup terus mendaki pengunungan dan menuruni lereng tetapi angin tidak
membawa uap air lagi sehingga di lereng yang membelakangi arah datangnya
angin tidak akan turun hujan [10].
Gambar 2.5 Hujan Orografis
2.4.4 Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang sengaja bisa dibuat oleh manusia yang
telah dirancang oleh Badan Meteorologi Kilimatologi dan Geofisika (BMKG).
Hujan buatan dapat dilakukan dengan menaburkan bahan kimia berupa Argentium
Lodida atau bahan pendingin lainnya ke dalam awan untuk mempercepat proses
pembentukan awan. Hujan buatan biasanya dilakukan ketika musim hujan
kemarau panjang ketika musim sedang paceklik kekurangan air dalam memenuhi
14
kebutuhan sehari-hari atau ketika ada pembakaran hutan secara liar. Untuk bisa
menanggulangi terjadinya kebakaran [10].
2.5 Pola Hujan Di Indonesia
Di Wilayah Indonesia curah hujan sangat penting bagi Indonesia. Curah
hujan adalah jumlah curah air hujan yang turun ke permukaan bumi dalam kurun
waktu tertentu. Curah hujan yang jatuh kepermukaan bumi biasanya deras,
sedang, kecil, dan hanya rintik-rintik. Curah tinggi hujan yang datang diberbagai
daerah biasanya dipengaruhi beberapa faktor yaitu sudut datangnya matahari,
angin, arus laut maupun tinggi rendahnya suatu tempat dari hal itu yang
mempengaruhi hujan di berbagai tempat pasti berbeda-beda. Indonesia memiliki
beberapa pola curah hujan yaitu :
2.5.1 Pola Curah Hujan Monsun
Pola curah hujan monsun adalah pola curah hujan yang memiliki ciri-ciri
yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan). Pola curah hujan monsun
terjadi pada bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Juni, Juli dan Agustus akan
terjadi pergantian musim yang disebut dengan bulan kering, sedangkan
pada bulan Desember, Januari, dan Februari akan terjadi pergantian musim yang
disebut dengan bulan basah. Kemudian pada sisa enam bulannya merupakan
periode peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim kemarau ke musim
hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim kemarau). Biasanya daerah
yang di dominasi dengan curah hujan monsun adalah : Kalimantan Tengah dan
15
Selatan, Jawa, Nusa Tenggara bagian Papua, Bali dan Sumatera bagian Selatan
[11].
2.5.2 Pola Curah Hujan Ekuatorial
Pola curah hujan Ekuatorial adalah curah hujan yang memiliki ciri-ciri
yang bersifat bimodial (dua puncak hujan). Pola curah hujan monsun terjadi pada
bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Maret dan Oktober pada saat terjadi
ekinoks. Biasanya daerah yang didominasi dengan curah hujan ekuatorial adalah
pulau Kalimantan bagian Utara dan pulau Sumatera bagian Tengah dan Utara
[12].
2.5.3 Pola Curah Hujan Lokal
Pola curah hujan Lokal adalah curah hujan yang memiliki ciri-ciri yang
bersifat unimodial (dua puncak hujan) namun bentuknya pola curah hujan lokal
berlawanan dengan pola curah hujan monsun. Biasanya daerah yang di dominasi
dengan curah hujan lokal adalah Sulawesi, Maluku dan Papua [12].
2.6 Siklus Hujan
Terjadinya hujan terutama karena adanya perpindahan massa air basah ke
tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua
tempat yang berbeda ketinggiannya. Karena adanya akumulasi (pengumpulan)
uap air pada suhu yang rendah maka akan terjadilah proses kondensasi, dan pada
gilirannya massa air basah tersebut jatuh sebagai air hujan [13].
Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama, yaitu:
Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer
16
menjadi penuh. Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.
Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena gravitasi.
Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya
menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus
menerus tiada henti-hentinya. Sebagai akibat terjadinya sinar matahari maka
timbul panas. Dengan adanya panas ini maka air akan menguap menjadi uap air
dari semua tanah, sungai, danau, telaga, waduk, laut, kolam, sawah, dan lain-lain
dan prosesnya disebut penguapan (evaporation). Penguapan juga terjadi pada
semua tanaman yang disebut transpirasi (transpiration) [14].
Ilustrasi mengenai fenomena turunnya hujan dapat dilihat dalam gambar.
Gambar 2.6 Siklus Hujan
17
2.7 Intensitas Curah Hujan
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan dalam satuan waktu
tertentu. Apabila intensitasnya tinggi berarti hujan lebat, dan intensitas juga dapat
menjadi dasar dalam memperkirakan dampak hujan seperti banjir, longsor dan
efeknya terhadap makhluk hidup. Biasanya satuan yang digunakan adalah
mm/jam. Jadi intensitas curah hujan berartu jumlah curah hujan dalam waktu
relatif singkat (biasanya dalam waktu 2 jam). Intensitas curah hujan ini dapat
diperoleh atau dibaca dari kemiringan kurva (tangens kurva) yang dicatat oleh alat
ukur curah hujan otomatis [7].
Intensitas curah hujan dan sifat curah hujan dalam Tabel 2.1. kemudian di
Tabel 2.2 curah hujan dan intensitasnya tidak bertambah sebanding dengan
waktu. Jika waktu itu ditentukan lama, maka penambahan curah hujan itu adalah
lebih kecil dibandingkan dengan penambahan waktu, karena terkadang curah
hujan itu berkurang ataupun berhenti [7].
Tabel 2.1 Derajat Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan
Derajat Hujan Intensitas Curah Hujan
(mm/min) Kondisi
Hujan sangat lemah < 0,02 Tanah agak basah atau
dibasahi sedikit.
Hujan lemah 0,02-0,05
Tanah menjadi basah
semuanya tetapi sulit
membuat puddel.
Hujan normal 0,05-0,25
Dapat dibuat puddel dan
bunyi curah hujan
kedengaran.
Hujan deras 0,25-1 Air tergenang diseluruh
18
permukaan tanah dan
bunyi keras hujan
kedengaran dari
genangan.
Hujan sangat deras >1
Hujan seperti
ditumpahkan, saluran dan
drainase meluap.
Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan Dan Intensitas Curah Hujan
Keadaan curah hujan
Intensitas curah hujan
(mm)
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan < 1 <5
Hujan ringan 1,5 5-20
Hujan normal 5-20 20-50
Hujan lebat 10-20 50-100
Hujan sangat lebat >20 >100
2.7.1 Ukuran Butir Hujan dan Kecepatan Jatuh Air Hujan
Dalam ukuran butir - butir hujan bisa berjenis jenis, nama dari butir hujan
tergantung dari ukurannya. Dalam ilmu meteorologi butir hujan dengan diameter
lebih dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara 0,50 -0.1 mm disebut grimis
(drizzle). semakin besar butir hujan itu, semakin besar kecepatan jatuhnya. Jadi
kecepatan maksimum adalah kira – kira 9,2 mm/det. Tabel 2.3 menunjukan
intensitas curah hujan, massa dan kecepatan jatuh butir hujan [7].
19
Tabel 2.3 Ukuran Massa dan Kecepatan Jatuh Butir Hujan.
Jenis
Diameter bola
(mm)
Massa (mg)
Kecepatan jatuh
(m/sec)
Hujan gerimis 0,15 0,0024 0,5
Hujan halus 0,5 0,065 2,1
Hujan normal
(lemah – deras)
1-2 0,52-42 4,0-6,5
Hujan sangat
deras
3 14 8,1
2.7.2 Hubungan Antara Topografi Dan Hujan
Pada umumnya curah hujan di daerah pegunungan adalah lebih dari di
daratan. Hubungan antara ketinggian (elevasi) dan curan hujan dinyatakan oleh
persamaan:
R = a + b . h (2.1)
R: Curah Hujan (mm)
h: Ketinggian (m)
Mengenai mengenai hubungan antara arah angin dan dan curah hujan dapat
dikemukakan bahwa arah angin yang menyebabkan hujan biasanya tetap ditiap
wilayah. Umumnya hujan kebanyakan jatuh dibagian lereng yang menghadap
arah angin dan sebagian kecil jatuh dilerang belakang [9].
20
2.8 Alat Penakar Hujan Otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR)
Jenis ARR dengan float (pelampung) dilengkapi dengan pelampung dalam
suatu bejana yang dihubungkan dengan corong penangkap hujan melalui pipa.
Gerakan naik pelampung akibat pertambahan air dalam tabung diteruskan dengan
mekanisme khusus yang dapat menggerakan pena di atas kertas perekam. Alat ini
juga dilengkapi dengan alat penguras air. Pada waktu pelampung mencapai posisi
tertinggi, maka air akan terbuang secara otomatis dengan melalui pembuang air
dan pelampung kembali pada posisi paling bawah ini:
Gambar 2.7 Bentuk Skematik Pencatat Pelampung Tipe Hellman
Pada umumnya penakar hujan tipe Hellman yang dipakai oleh BMKG
yaitu Rain Fuesyang diimpor dari Jerman, walaupun ada penakar tipe ini yang
buatan dalam negeri. Cara kerja penakar hujan tipe ini yaitu, jika hujan turun, air
hujan masuk memalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat
pelampung hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau
naik ke atas tangkat pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu
mengikuti tangkai pelampung gerakan pena dicatat pada pias. Jika air di tabung
hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias setelah air mencapai
lengkungan selang gelas, maka berdasarkan sistem siphon otomatis air dalam
tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dan tabung. Bersamaan
21
dengan keluarnya air tangki pelampung dan pena turun dan menggoreskan garis
vertikal jika hujan masih turun, maka pelampung akan naik kembali curah hujan
dihitung dengan menghitung garis-garis vertikal. Dibawah ini adalah gambar
penakar hujan otomatis tipe hellman [15].
Gambar 2.8 Penakar Hujan Otomatis Tipe Hellman
2.9 Hubungan Tebal Hujan Terhadap Durasi Hujan
Data curah hujan diperlukan sebagai masukan pada analisis hidrologi. Data
yang diperlukan dapat berupa :
1. Tebal hujan yang terakumulasi selama selang waktu tertentu (a given time
interval) pada peluang ( probability ) atau periode ulang ( return period )
tertentu.
2. Hubungan antara tebal hujan dan durasi hujan.
Kedua parameter tersebut ditentukan dari hasil pengukuran data curah hujan yang
cukup lama. Pada durasi yang sama dapat terjadi hujan dengan intensitas yang
berbeda – beda, dalam satu kejadian hujan pun intensitas setiap selang waktu
dapat berbeda – beda. Tebal hujan dan durasi umumnya mempunyai hubungan
22
langsung, tebal hujan akan bertambah jika durasi bertambah. Persamaan umum
untuk menyatakan hubungan tebal hujan terhadap durasi [16].
adalah :
H = k tn
(2.2)
Dimana :
H = tebal hujan ( mm )
t = durasi hujan ( menit )
k = koefisien
n = eksponen yang bernilai sebagai bilangan riel positif dan nilainya kurang dari 1
(satu).umumnya 0.20-0.50 Persamaan ini dapat diubah menjadi :
log H =log k + n log t. (2.3)
Atau dapat diubah menjadi persamaan regresi linier sederhana :
Y = A + B X Dimana Y = log H, A = log k dan BX = n log t serta untuk X = log
t maka B = n. Bila i = 1,2,3,…n adalah banyaknya data maka nilai A dan B dapat
ditentukan dengan cara kuadrat terkecil :
nƩXiYi - ƩXiƩYi
B = nƩXi² - (Ʃxi)² (2.4)
Ʃyi – BƩXi
A= n (2.5)
Dengan persamaan korelasi (r)
nƩXiYi – ƩxiƩYi
23
R= [|nƩi² - (Ʃxi)²||nƩXi² - (Ʃyi)|]½ (2.6)
Proses analisis data untuk menentukan tebal hujan rata – rata (pada
periode tertentu : setiap jam, harian, bulanan, tahunan) dapat dilakukan dengan
menggunakan metode rata – rata aritmatik, metode ini merupakan metode yang
paling sederhana, tebal hujan dapat dihitung dengan rumus :
Hr = 1/n ( H1 + H2 + H3 + …+ Hn ) (2.7)
Dimana :
Hr = tebal hujan rata – rata (mm)
H1, H2, H3, …Hn = tebal hujan (mm)
n = jumlah data
2.10 Frekuensi Durasi – Intensitas
Analisis frekuesi ini melibatkan urutan data semua pengukuran dalam suatu
periode selama 30 tahun data intensitas hujan untuk berbagai durasi dan urutan
data mulai yang terbesar sampai terkecil maka dapat ditentukan jumlah tahun
suatu nilai kejadian intensitas hujan dengan durasi tertentu akan sama atau
melebihi intensitas hujan rata –rata satu kali selama periode pengamatan tersebut
dalam kaitan ini maka terdapat istilah periode ulang (return period) oleh karena
itu yang dimaksud dengan periode ulang intensitas adalah interval waktu rata rata
dari besarnya semua suatu nilai dari intensitas hujan tertentu akan disamai atau
dilampaui satu kali. Pada umumnya periode ulang dinyatakan dengan simbol T
[17].
24
2.11 Analisis Chi – Kuadrat
Dalam mendapatkan data yang diprakirakan besarnya melalui model
persamaan regresi, tidak diperlukan adanya asumsi tentang bentuk penyebaran
kesalahan. Selain itu juga untuk menguji apakah persamaan itu cocok dengan data
pengamatan maka perlu diuji, pengujian dilakukan dengan uji chi- kuadrat yang
dirumuskan sebagai berikut :
dk = ( B-1 )(K-1) (2.8)
x² = Ʃ [O - E]
E. (2.9)
Dimana :
dk = derajat kebebasan
B = banyak baris
K = banyak kolom
χ2 = nilai chi – kuadrat terhitung
O = nilai pengukuran
E = nilai dari persamaan
Dari persamaan diatas yang diperoleh maka nilai chi – kuadrat pada Tabel.
2.4 pada taraf signifikan (ɑ = 5%) dan derajat kebebasan (dk 10-1 = 9) maka nilai
dari kepercayaan 0,05 [17].
Dibawah ini adalah tabel Chi- Kuadrat
25
Tabel 2.4 Nilai X2 Untuk Distribusi Chi – Khuadrat ( Satu Sisi)
Sumber: Soewarno 2015
26
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BBMKG) yang beralamat di Jl. H. Abdul Gani No. 05, Cempaka Putih
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Banten Jawa Barat. Penelitian dimulai
sejak tanggal 9 Juli hingga Januari 2020.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Perangkat Keras
Peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan data yaitu:
1. Alat ukur curah hujan tipe Hellman ini adalah (Automatic Rainfall
Recorder / ARR) alat ini sebagai penakar hujan otomatis.
2. Buku khusus yang berisi tada tabel daftar peneriamaan data hujan
3.2.2 Perangkat Lunak
Perangkat lunak atau software yang digunakan dalam proses pengolahan
data pada penelitian ini yaitu:
a. Microsoft Office Word digunakan untuk menuliskan prosedur dan hasil
penelitian.
b. Microsoft Office Excel untuk mengolah data penelitian dan perhitungan
rumus.
27
3.3 Digram Alur Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan oleh diagram
alir pada dibawah ini :
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Curah Hujan
Analisis Parameter
Statistik
Kesimpulan
Selesai
Peta Topografi Menggunakan
Google Pro
28
3.4 Pengolahan Data Hujan
Data hujan Jam jaman Selama 30 tahun
Pengolahan data lanjutan (Data Hujan
Maksimum Rata – Rata)
Grafik durasi tebal
hujan terhadap durasi
hujan
Grafik intensitas
hujan terhadap
durasi hujan
Selesai
Mulai
Regresi linier
sederhana
Uji Chi - Kuadrat
29
3.5 Perhitungan Data Hujan
Grafik hujan yang terekam pada AUHO (Aalat Ukur Hujan Otomatis) yang
diterima dari setiap pengamat setelah diterima dari kantor pengelola pos hujan
tersebut harus dicatat pada buku khusus yang berisi data tabel daftar penerimaan
data hujan. Berikut adalah tabel yang serupa dapat dibuat sebagai daftar
permintaan data lapangan dari pos ilkim [18].
Gambar 3.1 Formulir Perimaan Data Hujan Otomatis
Sebelum dilakukan perhitungan tebal hujan maka harus dicek dari
kemungkinan terjadinya kesalahan. Sumber kesalahan anatara lain : Salah
30
penulisan dan atau nomer pos hujan, salah skala grafik, salah pembacaan dan atau
penulisan data hujan, salah saat memasang kertas grafik AUHO Misal salah
memasang skala tebal dan atau waktu, salah saat menggakan data.
Hasil perhitungan dari AUHO dapat juga disajikan pada tabel hujan seperti
contoh dalam Gambar 3.1 pada kolom HO sesuai tanggal dan bulan terjadinya
hujan yaitu sehasi sebelum tanggal pengukuran. Pengukuran tanggal 1 pukul
07,00 pagi waktu setempat harus disikan pada baris tanggal 1 [18].
Hasil perhitungan dari AUHO juga disajikan pada tabel pengisiannya tepat
sesuai dengan tanggal waktu terjadinya hujan, setiap interval 1 jam. Pembacaan
satu tabel hujan berdasarkan arah grafik yang miring kekanan. Bagian grafik
AUHO yang gambarnya miring ke arah kanan pada skali waktu tertentu berarti
selama periode waktu tersebut telah terjadi hujan dengan tebal hujan = setebal
selisih besarnya hujan yang terjadi diantara skala waktu dari miringnya grafik
tersebut tebal hujan di tulis dengan satuan mmatau satu angka di belakang koma,
Berikut adalah contoh grafik data hujan [19].
Gambar 3.2 Sketsa Grafik AUHO
31
3.5.1 Analisis Data Hujan
Dalam membangun pos hujan mempunyai banyak tujuan antara lain; (1)
mendapatkan sampel data hujan dari suatu jaringan hidrologi; (2) menentukan
karakteristik DPS, seperti: tebal, analisis; intensitas frekuensi atau periode ulang
hujan, untuk mendapatkan karakteristik hujan itu diperlukan analisis antara lain
sebai berikut: Pengecekan kualitas data, pengisian data yang kosong ,
menentukan hujan rata rata DPS, analisis tebal dan intensitas hujan terhadap
durasi dan analisis kurva massa ganda [20].
3.5.1.1 Pengecekan Analisis Data Hujan
Diperlukan data hujan untuk analisis hidrologi atau DPS minimal 30 tahun
data runtut waktu. Dari data itu harus tidak mengandung kesalahan dan harus
dicek sebelelum digunakan untuk analisis hidrologi lebih lanjut. Agar tidak
mengandung kesalahan (error) dan harus tidak mengandung data kosong (missing
record), oleh karena itu harus pengecekan kualitas data (data quality control).
3.5.1.2 Pengisian Data Kosong
Setelah data hujan dicek kebenarannya untuk selanjatnya digunakan untuk
analisis hidrologi dan data yang salah dipisahkan tidak digunakan hidrologi, maka
langkah selanjutnya melakukan pengecekan apakah datanya merupakan data yang
tercatat lengkap sesuai dengan hari kejadianya hujan. Analisis hidrologi memang
tidak selalu memerlukan pengisian data kosong misal terdapat data kosong pada
musim kemarau sedang analisis hidrologi tersebut menghitung dedit banjir musim
penghujan maka dipandang tidak perlu melengkapi data pada periode kosong
musim kemarau tersebut, tetapi bila untuk analisis kekeringan data kosong pada
32
musim kemarau tersebut harus diuhasakan untuk lengkapi,dalam memperkirakan
data hujan periode kosong tersebut dianataranya menggunakan metode, rata rata
aritmatika sederhana [21].
3.5.2 Hubungan Tebal Hujan Terhadap Durasi
Dari data curah hujan diperlukan yang sebagai masukan pada analisis
hidrologi dalam pengolahan sumber daya air, data yang diperlukan berupa: Satu,
tebal hujan terakumulasi selama selang waktu tertentu pada peluang atau periode
ulang tertentu. Dua, hubungan tebal hujan dan durasi hujan, kedua prameter
tersebut ditentukan dari hasil pengukuran data curah hujan uang cukup lama
minimal disarankan data 30 tahun. Pada durasi yang sama dapat terjadi hujan
dengan intensitas yang berbeda. Mungkin intensitas itu sebesar 50 mm/jam
mungkin pada waktu yang yang berbeda sebesar 150 mm/jam. Dalam satu
kejadian hujanpun intensitas setiap selang waktu dapat berbeda. Pada suatu
kejadian hujan dapat terjadi hujan tersebut terpusat pada saat-saat awal durasi
atau dibagian tengah durasi atau dibagian durasi bagian akhir durasi, meskipun
intensitasnya setiap jam sama besarnya. Mengawali analisis intensitas hujan
adalah mengupulkan data hujan maksimum rata - rata setiap tahun (annual
maximum value) yang diukur pada selang waktu hujan (diffrent time interval)
setiap 5; 10; 15; 30; 45; 60; 120; 180; 360; 720 menit telah diketahui bahwa
intensitas hujan maksimum dari suatu kejadian akan semakin bertambah bila
durasinya semakin berkurang. Tebal hujan dan durasi umumnya mempunyai
hubungan langsung, selanjutnya tebal hujan akan bertambah jika durasi
33
bertambah. Persmaan umum untuk menyatakan hubungan terhadap durasi hujan
[22].
Dari rumus (2) dalam hal ini H = tebal hujan (mm), t = durasi hujan
(menit), k = koefesian dan n adalah eksponen yang bernilai sebagai bilangan real
positip dan nilainya kurang dari 1 (satu) umumnya nilai n berkisar antara 0,20
samapai 0,50. Dengan basis data sebuah pos hujan (nilai lokal) atau beberapa
pos hujan (nilai regional) maka dengan menggunakan persamaan (uji - chi
kuadrat) dapat memperkirakan besar tabel hujan pada durasi tertentu, namun
setiap persamaan yang dibangun dari persamaan (uji chi kuadrat) hanya berlaku
terbatas untuk lokasi pos hujan dimana persamaan itu ditentukan atau yang
kondisinya serupa [22].
3.5.3 Hubungan Intensitas Hujan Terhadap Durasi
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada
suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi. Curah hujan dinotasikan
dengan huruf I dengan satuan mm/jam [23].
Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi
pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak
sangat luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas
tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari
intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila
terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit [20].
Hubungan antara intensitas hujan terhadap durasi hujan adalah berbanding
terbalik semakin pendek durasi hujan akan semakin besar intensitasnya. Dari
34
persmaan (uji chi kuadrat) apabila tabel hujan (H) dibagi dengan (t) maka akan
diperoleh persamaan dH/dt = I = K.n t( ).
Nilai (i 1,0/ k.n) = a dan nilai m =1- n. Karena nilai n selalu kurang dari
1,0 maka nilai m juga kurang dari 1,0. Intensitas terhadap durasi seabagi seabai
persamaan sederhana yaitu I = a / t „ model lain hubungan antara intensitas
terhadap durasi antara lain I = a/(t + b). Persamaan umumnya adalah: = a/(t + b) .
Nilai a b dan m dapat ditentukan denagn analisis regresi untuk nilai b = O maka
persamaan a/(t + b) menjadi persamaan lain = a/(t + b) [17].
35
4 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan Data Tebal Hujan
Pada Gambar 4.1 penampang koordinat titik pos hujan Pondok Betung
Tangerang Selatan yang menggunakan Google Earth Pro yang dapat mejelajahi
seluruh dunia dari atas dengan citra satelit dan medan 3D dari seluruh globe dan
bagunan 3D di ratusan kota diseluruh dunia.
Gambar 4.1 Koodinat Titik Pengamatan Pos Hujan Pondok Betung Selama 30
Tahun
Hasil dari data pengamatan di pos hujan tahunan untuk durasi hujan dari alat
ukur hujan otomatik (AUHO) Stasiun Klimatologi Pondok Betung ditunjukan
pada tabel hubungan tebal hujan dan durasi hujan selama periode ulang 2, 5, 10,
36
20, 25, dan 30 tahun, data tersebut diamati selama kurun waktu 1990 – 2019
tahun. (1990 -2019) [24].
4.1.1 Perhitungan Data Tebal Hujan Maksimum Dalam Periode Ulang 2, 5,
10 20, 25 dan 30 Tahun
Hasil analisis data diperoleh data curah hujan rata – rata maksimum
tahunan, untuk berbagai durasi hujan otomatik (AUHO) dari stasiun Klimatiolgi
Pondok Betung untuk setiap periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 30 tahun.
Tabel 4.1 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
2018 -2019
Sumber : Hasil Perhitungan
Pada Tabel 4.1 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka
diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –
2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,6 mm sampai
5,0 mm ketebalan hujannya.
Tabel 4.2 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
2015 -2019
Sumber : Hasil Perhitungan
Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2018-2019
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0
2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9
Rata Rata 1,6 2,2 2,6 3,4 3,9 4,1 4,4 4,5 4,7 5,0
Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2015 - 2019
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5
2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8
2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1
2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0
2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9
Rata rata 1,7 2,2 2,8 3,7 4,4 4,6 5,0 5,2 5,5 5,7
37
Pada Tabel 4.2 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka
diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –
2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,6 mm sampai
5,7 mm ketebalan hujannya.
Tabel 4.3 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok
Betung 2010 - 2019
Sumber : Hasil Perhitungan
Pada Tabel 4.3 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka
diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –
2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,6 sampai 5,7
ketebalan hujannya.
Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2010 - 2019
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0
2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4
2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8
2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3
2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0
2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5
2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8
2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1
2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0
2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9
RATA-RATA 1,6 2,2 2,7 3,7 4,3 4,6 5,0 5,2 5,5 5,7
38
Tabel 4.4 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok
Betung 2010 - 2019
Sumber : Hasil Perhitungan
Pada Tabel 4.4 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka
diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –
2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,4 sampai 5,4
ketebalan hujannya.
Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2000 -2019
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
2000 0,9 1,4 1,8 2,4 2,7 2,9 3,3 3,4 3,7 3,9
2001 1,0 1,9 2,4 3,7 4,4 4,8 5,3 5,6 6,0 6,0
2002 1,1 1,7 2,2 3,0 3,4 3,7 4,2 4,4 4,7 4,8
2003 0,7 1,3 1,5 2,0 2,3 2,5 2,9 3,0 3,5 3,9
2004 1,2 2,0 2,5 3,2 3,7 4,0 4,4 4,6 4,9 5,1
2005 1,6 2,3 3,0 4,0 4,8 5,1 5,6 5,8 6,2 6,4
2006 1,1 1,7 2,1 3,0 3,3 3,6 3,9 4,0 4,2 4,3
2007 1,2 1,7 2,6 3,1 3,8 4,1 4,8 5,1 5,6 6,0
2008 1,3 1,7 2,1 3,0 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,7
2009 1,7 2,3 2,8 3,9 3,9 4,1 4,4 4,6 5,0 5,2
2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0
2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4
2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8
2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3
2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0
2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5
2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8
2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1
2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0
2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9
Rata Rata 1,4 2,0 2,5 3,4 3,9 4,2 4,6 4,8 5,2 5,4
39
Tabel 4.5 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung
1995 - 2019
Sumber : Hasil Perhitungan
Pada Tabel 4.5 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka
diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –
2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,3 sampai 5,5
ketebalan hujannya.
Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 1995 - 2019
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
1995 1,2 2,0 2,5 3,6 4,1 4,6 5,3 5,7 6,2 6,6
1996 1,0 1,8 2,4 3,7 4,4 4,9 5,7 6,5 7,0 7,4
1997 0,4 0,9 1,2 1,9 2,2 2,4 3,1 3,4 4,1 4,4
1998 0,5 1,1 1,5 2,6 3,3 3,9 4,5 4,8 5,7 6,6
1999 0,5 1,2 1,6 2,6 3,1 3,3 4,0 4,2 4,9 5,1
2000 0,9 1,4 1,8 2,4 2,7 2,9 3,3 3,4 3,7 3,9
2001 1,0 1,9 2,4 3,7 4,4 4,8 5,3 5,6 6,0 6,0
2002 1,1 1,7 2,2 3,0 3,4 3,7 4,2 4,4 4,7 4,8
2003 0,7 1,3 1,5 2,0 2,3 2,5 2,9 3,0 3,5 3,9
2004 1,2 2,0 2,5 3,2 3,7 4,0 4,4 4,6 4,9 5,1
2005 1,6 2,3 3,0 4,0 4,8 5,1 5,6 5,8 6,2 6,4
2006 1,1 1,7 2,1 3,0 3,3 3,6 3,9 4,0 4,2 4,3
2007 1,2 1,7 2,6 3,1 3,8 4,1 4,8 5,1 5,6 6,0
2008 1,3 1,7 2,1 3,0 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,7
2009 1,7 2,3 2,8 3,9 3,9 4,1 4,4 4,6 5,0 5,2
2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0
2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4
2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8
2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3
2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0
2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5
2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8
2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1
2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0
2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9
Rata Rata 1,3 1,9 2,4 3,3 3,8 4,1 4,6 4,8 5,2 5,5
40
Tabel 4.6 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok
Betung 1990 – 2019
Sumber : Hasil Perhitungan
Pada Tabel 4.6 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka
diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –
2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,3 sampai 5,6
ketebalan hujannya.
Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 1990 -2019
5 10 15 30 45 60 120 180 360 720
1990 1,3 2,0 2,6 3,7 4,3 4,7 5,4 5,6 6,0 6,3
1991 1,1 1,8 2,2 3,1 3,6 4,1 4,7 4,9 5,2 5,5
1992 1,9 3,1 4,0 5,6 6,5 7,0 7,6 7,9 8,8 9,1
1993 1,3 2,0 2,6 3,5 4,2 4,3 4,8 5,0 5,5 5,7
1994 0,6 1,0 1,2 1,7 2,0 2,1 2,4 2,5 2,6 2,8
1995 1,2 2,0 2,5 3,6 4,1 4,6 5,3 5,7 6,2 6,6
1996 1,0 1,8 2,4 3,7 4,4 4,9 5,7 6,5 7,0 7,4
1997 0,4 0,9 1,2 1,9 2,2 2,4 3,1 3,4 4,1 4,4
1998 0,5 1,1 1,5 2,6 3,3 3,9 4,5 4,8 5,7 6,6
1999 0,5 1,2 1,6 2,6 3,1 3,3 4,0 4,2 4,9 5,1
2000 0,9 1,4 1,8 2,4 2,7 2,9 3,3 3,4 3,7 3,9
2001 1,0 1,9 2,4 3,7 4,4 4,8 5,3 5,6 6,0 6,0
2002 1,1 1,7 2,2 3,0 3,4 3,7 4,2 4,4 4,7 4,8
2003 0,7 1,3 1,5 2,0 2,3 2,5 2,9 3,0 3,5 3,9
2004 1,2 2,0 2,5 3,2 3,7 4,0 4,4 4,6 4,9 5,1
2005 1,6 2,3 3,0 4,0 4,8 5,1 5,6 5,8 6,2 6,4
2006 1,1 1,7 2,1 3,0 3,3 3,6 3,9 4,0 4,2 4,3
2007 1,2 1,7 2,6 3,1 3,8 4,1 4,8 5,1 5,6 6,0
2008 1,3 1,7 2,1 3,0 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,7
2009 1,7 2,3 2,8 3,9 3,9 4,1 4,4 4,6 5,0 5,2
2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0
2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4
2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8
2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3
2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0
2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5
2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8
2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1
2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0
2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9
Rata Rata 1,3 1,9 2,4 3,3 3,9 4,2 4,7 4,9 5,3 5,6
41
Dibawah ini adalah grafik dari tebal hujan rata – rata dalam periode ulang 30
tahun dengan tebal hujan yang berbeda beda di setiap menitnya.
Gambar 4.2 Grafik Dari Tebal Hujan Rata – Rata Dalam Periode Ulang 30
Tahun
4.1.2 Nilai Rata - Rata Tebal Hujan Maksimum dan Deviasi Standar
Stasiun Klimatologi Pondik Betung
Berdasarkan tebal hujan pada tabel maka tebal hujan rata – rata maksimum
pada masing masing durasi dan devisi standart dapat dilihat di bawah ini, dengan
periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 30. Semakin kecil nilai koefisien deviasi (s)
terhadap nilai rata-rata varibelnya berarti semakin bagus pula pula kualitas data
yang diperoleh [17].
42
Tabel 4.7 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019
Tabel 4.8 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019
Tabel 4.9 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2010 -2019
Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)
Tebal Rata - Rata Deviasi Standar
1 5 1,6 2,37427553
2 10 2,2 5,503795489
3 15 2,6 8,763918598
4 30 3,4 18,80992728
5 45 3,9 29,0948575
6 60 4,1 39,51490731
7 120 3,6 82,27995799
8 180 4,5 124,1316375
9 360 4,7 251,2174052
10 720 5,0 505,6040132
Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)
Tebal Rata - Rata Deviasi Standar
1 5 1,7 2,367186826
2 10 2,2 5,494142041
3 15 2,8 8,648506212
4 30 3,7 18,61212559
5 45 4,4 28,7419545
6 60 4,6 39,18229093
7 120 5,0 81,34523052
8 180 5,2 123,6100381
9 360 5,5 250,6975288
10 720 5,7 505,1120828
Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)
Tebal Rata - Rata Deviasi Standar
1 5 1,6 2,424251756
2 10 2,2 5,52880255
3 15 2,7 8,674246702
4 30 3,7 18,61726363
5 45 4,3 28,78508451
6 60 4,6 39,20507476
7 120 5,0 81,32873956
8 180 5,2 123,6115694
9 360 5,5 250,6662511
10 720 5,7 505,0987657
43
Tabel 4.10 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019
Tabel 4.11 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1995 -2019
Tabel 4.12 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019
Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)
Tebal Rata - Rata Deviasi Standar
1 5 1,4 2,556180913
2 10 2,0 5,66730338
3 15 2,5 8,825917097
4 30 3,4 18,80362759
5 45 3,9 29,04995433
6 60 4,2 39,45785396
7 120 4,6 81,58159809
8 180 4,8 123,8666307
9 360 5,2 250,9152262
10 720 5,4 505,3332575
Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)
Tebal Rata - Rata Deviasi Standar
1 5 1,3 2,646293342
2 10 1,9 5,753964321
3 15 2,4 8,920549671
4 30 3,3 18,88152763
5 45 3,8 29,12201238
6 60 4,1 39,56000143
7 120 4,6 81,59828529
8 180 4,8 123,9113802
9 360 5,2 250,9148547
10 720 5,5 505,237274
Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)
Tebal Rata - Rata Deviasi Standar
1 5 1,3 2,651398844
2 10 1,9 5,739761175
3 15 2,4 8,898550506
4 30 3,3 18,84708214
5 45 3,9 29,07914261
6 60 4,2 39,46955299
7 120 4,7 81,5518481
8 180 4,9 123,8097509
9 360 5,3 250,7924771
10 720 5,6 505,1740854
44
4.1.3 Data Tebal Hujan Menggunakan Persamaan Regresi Linier
Sederhana dalam Periode Ulang 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun
Berdasarkan berdasarkan rumus dari (2.4), (2.5), (2.6) dan (2.7) maka
hasil dari model persamaan dapat ditentukan dengan menggunakan tabel penolong
seperti dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 4.13 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019 ( 2 Tahun)
Tabel 4.14 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019 ( 5 Tahun)
No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY
(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)
1 5 1,6 0,698970004 0,215443858 0,1505888 0,4886 0,046416
2 10 2,2 1 0,345659462 0,3456595 1 0,11948
3 15 2,6 1,176091259 0,415965655 0,4892136 1,3832 0,173027
4 30 3,4 1,477121255 0,531318676 0,7848221 2,1819 0,2823
5 45 3,9 1,653212514 0,585873162 0,9685728 2,7331 0,343247
6 60 4,1 1,77815125 0,614631727 1,0929082 3,1618 0,377772
7 120 4,4 2,079181246 0,639883322 1,3304334 4,323 0,409451
8 180 4,5 2,255272505 0,648492201 1,4625266 5,0863 0,420542
9 360 4,7 2,556302501 0,674396153 1,7239606 6,5347 0,45481
10 720 5,0 2,857332496 0,696176988 1,9892091 8,1643 0,484662
TOTAL 17,53163503 5,367841203 10,337895 35,057 3,111708
Y²X²
No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY
(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)
1 5 1,7 0,698970004 0,218086875 0,152436184 0,488559067 0,047561885
2 10 2,2 1 0,348326249 0,348326249 1 0,121331175
3 15 2,8 1,176091259 0,442348869 0,520242638 1,38319065 0,195672521
4 30 3,7 1,477121255 0,565668348 0,835560739 2,181887201 0,319980679
5 45 4,4 1,653212514 0,638762541 1,056010226 2,733111616 0,408017583
6 60 4,6 1,77815125 0,661611364 1,176445075 3,161821869 0,437729597
7 120 5,0 2,079181246 0,695522982 1,446118341 4,322994654 0,483752219
8 180 5,2 2,255272505 0,715084309 1,612709981 5,086254072 0,511345569
9 360 5,5 2,556302501 0,737204953 1,884518864 6,534682475 0,543471142
10 720 5,7 2,857332496 0,753095788 2,151845068 8,164348995 0,567153266
TOTAL 17,53163503 5,775712277 11,18421336 35,0568506 3,636015639
X² Y²
45
Tabel 4.15 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 2000 -2019 ( 10 Tahun)
Tabel 4.16 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019 ( 20 Tahun)
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)
1 5 1,6 0,698970004 0,196339336 0,137235307 0,488559067 0,038549135
2 10 2,2 1 0,338674075 0,338674075 1 0,114700129
3 15 2,7 1,176091259 0,436601917 0,513483698 1,38319065 0,190621234
4 30 3,7 1,477121255 0,564809616 0,834292288 2,181887201 0,319009902
5 45 4,3 1,653212514 0,632633717 1,045877978 2,733111616 0,40022542
6 60 4,6 1,77815125 0,6585505 1,171002395 3,161821869 0,433688761
7 120 5,0 2,079181246 0,69756004 1,450353753 4,322994654 0,486590009
8 180 5,2 2,255272505 0,714903031 1,612301149 5,086254072 0,511086343
9 360 5,5 2,556302501 0,740709041 1,893476375 6,534682475 0,548649884
10 720 5,7 2,857332496 0,754537549 2,15596466 8,164348995 0,569326913
17,53163503 5,735318822 11,15266168 35,0568506 3,61244773
Y²X²XY
TOTAL
Y=Log HiX=Log TiNo.
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)
1 5 1,4 0,698970004 0,141454253 0,09887228 0,488559067 0,020009306
2 10 2,0 1 0,297809232 0,297809232 1 0,088690339
3 15 2,5 1,176091259 0,401102006 0,471732563 1,38319065 0,160882819
4 30 3,4 1,477121255 0,5324556 0,786501483 2,181887201 0,283508966
5 45 3,9 1,653212514 0,592971378 0,980307703 2,733111616 0,351615055
6 60 4,2 1,77815125 0,623059792 1,107894548 3,161821869 0,388203504
7 120 4,6 2,079181246 0,665224173 1,383121626 4,322994654 0,442523201
8 180 4,8 2,255272505 0,683599106 1,541702269 5,086254072 0,467307738
9 360 5,2 2,556302501 0,711999802 1,820086875 6,534682475 0,506943719
10 720 5,4 2,857332496 0,728423074 2,081346921 8,164348995 0,530600175
17,53163503 5,378098416 10,5693755 35,0568506 3,240284821Sigma
XY X² Y²No. Y=Log HiX=Log Ti
46
Tabel 4.17 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1995-2019 ( 25 Tahun)
Tabel 4.18 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun
Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019 ( 30 Tahun)
4.1.4 Tabel Dan Grafik Perhitungan Chi – Kuadrat Dari Data Periode
Ulang Hujan 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun
Dari data tabel dan persamaan yang diperoleh maka dapat dihitung nilai
chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 = 0,809423. Bila nilai itu dibandingkan
dengan pada Tabel 2.4 maka untuk mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka
nilai x2 pada derajat kepercaan adalah 0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat tabel
No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY
(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)
1 5 1,3 0,698970004 0,099534263 0,069571464 0,488559067 0,00990707
2 10 1,9 1 0,270134899 0,270134899 1 0,072972863
3 15 2,4 1,176091259 0,377385975 0,443840346 1,38319065 0,142420174
4 30 3,3 1,477121255 0,518183163 0,765419365 2,181887201 0,268513791
5 45 3,8 1,653212514 0,581523584 0,961382067 2,733111616 0,338169679
6 60 4,1 1,77815125 0,607852618 1,080853892 3,161821869 0,369484805
7 120 4,6 2,079181246 0,66300307 1,37850355 4,322994654 0,439573071
8 180 4,8 2,255272505 0,677866501 1,528773683 5,086254072 0,459502994
9 360 5,2 2,556302501 0,712044084 1,820200073 6,534682475 0,507006778
10 720 5,5 2,857332496 0,739302896 2,112434189 8,164348995 0,546568772
TOTAL 17,53163503 5,246831054 10,43111353 35,0568506 3,154119996
X² Y²
No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY
(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)
1 5 1,3 0,698970004 0,097033612 0,067823584 0,488559067 0,009415522
2 10 1,9 1 0,274793095 0,274793095 1 0,075511245
3 15 2,4 1,176091259 0,383015886 0,450461635 1,38319065 0,146701169
4 30 3,3 1,477121255 0,524552001 0,77482691 2,181887201 0,275154802
5 45 3,9 1,653212514 0,588370562 0,972701575 2,733111616 0,346179918
6 60 4,2 1,77815125 0,621344861 1,104845141 3,161821869 0,386069436
7 120 4,7 2,079181246 0,669156002 1,391296609 4,322994654 0,447769754
8 180 4,9 2,255272505 0,690778098 1,557892851 5,086254072 0,477174381
9 360 5,3 2,556302501 0,726391173 1,856875572 6,534682475 0,527644136
9 720 5,6 2,857332496 0,746319416 2,13248272 8,164348995 0,556992671
TOTAL 17,53163503 5,321754705 10,58399969 35,0568506 3,248613034
X² Y²
47
Tabel 4.19 lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan perhitungan ini sangat
signifikan untuk daerah klomatologi pondok betung [25].
Tabel 4.19 Perhitungan Chi- Kudrat 2018- 2019
Tabel 4.20 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)
pada Grafik periode ulang 2 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis
menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,447 t0,21
terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)
1 5 1,6 1,929201781 0,082331370213005 0,0426764
2 10 2,2 2,238574961 0,000489169912261 0,0002185
3 15 2,6 2,442062092 0,026858413467142 0,0109983
4 30 3,4 2,833679248 0,319300135233220 0,1126804
5 45 3,9 3,091261537 0,581248266722216 0,1880295
6 60 4,4 3,288097427 1,157535648258790 0,3520381
7 120 3,6 3,815387608 0,031265352969739 0,0081945
8 180 4,5 4,162207479 0,083606108759634 0,020087
9 360 4,7 4,82967284 0,010969297308821 0,0022712
10 720 5,0 5,604175155 0,404785775028515 0,0722293
0,8094232
No. (E) (O-E)^2
Sigma x^2
(O-E)^2/E
Nilai Chi Kuadrat 0,80942322
Nilai H 1.4474 t^0.21
48
Gambar 4.3 Hubungan tebal hujan dan durasi hujan dalam periode ulang 2 tahun
Pada tabel periode ulang 5 tahunpun sama persamaan yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =
0,912089589. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada tabel Tabel 4.2 maka
untuk mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan
adalah 0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.22 lebih kecil, sehingga
dapat disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi
pondok betung [25].
Tabel 4.21 Perhitungan Chi- Kudrat 2015- 2019
Tabel 4.22 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)
Grafik periode ulang 5 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis
menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,4064
t0,24
terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)
1 5 1,7 2,025859474 0,139552443509451 0,06888555
2 10 2,2 2,400751913 0,029118726687373 0,012129003
3 15 2,8 2,651436492 0,013860053721833 0,005227375
4 30 3,7 3,142094164 0,287709296268492 0,091566096
5 45 4,4 3,470189103 0,778892801261358 0,224452552
6 60 4,6 3,723549769 0,747054224102445 0,200629579
7 120 5,0 4,412605785 0,300157134641840 0,068022649
8 180 5,2 4,873366522 0,099629308605756 0,020443631
9 360 5,5 5,775200181 0,099253615489843 0,017186178
10 720 5,7 6,84392134 1,393059490848210 0,203546976
0,912089589Sigma x^2
No. (E) (O-E)^2 (O-E)^2/E
Nilai Chi Kuadrat 0,912089589
Nilai H 1.4064 t^0.21
49
Gambar 4.4 Hubungan tebal hujan dan durasi hujan dalam periode ulang 5 tahun
Pada tabel periode ulang 10 tahunpun sama persamaan yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =
0,89422918. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.2 maka untuk
mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah
0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.24 lebih kecil, sehingga dapat
disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi pondok
betung [25].
50
Tabel 4.23 Perhitungan Chi- Kudrat 2000- 2019
Tabel 4.24 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)
Grafik periode ulang 10 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis
menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,051 t0,25
terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.
Gambar 4.5 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 10
Tahun
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)
1 5 1,6 2,055704894 0,234366951693966 0,114008072
2 10 2,2 2,451512763 0,073127145639708 0,029829396
3 15 2,7 2,717491682 0,000233203096932 8,58156E-05
4 30 3,7 3,240720768 0,185323801774743 0,057185983
5 45 4,3 3,592325467 0,489185021678609 0,136175028
6 60 4,6 3,864693006 0,477423732574386 0,123534711
7 120 5,0 4,608805602 0,140615929090903 0,030510276
8 180 5,2 5,108841804 0,006084052435919 0,001190887
9 360 5,5 6,092504291 0,345880743569849 0,056771522
10 720 5,7 7,265562326 2,506164832003410 0,34493749
0,89422918
(O-E)^2/ENo. (E) (O-E)^2
Sigma x^2
Nilai Chi Kuadrat 0,89422918
Nilai H 1.05186 t^0.29
51
Pada tabel periode ulang 20 tahunpun sama persamaan yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =
1,46751679. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.25 maka untuk
mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah
0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.25 lebih kecil, sehingga dapat
disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi pondok
betung [25].
Tabel 4.25 Perhitungan Chi- Kudrat 1999- 2019
Tabel 4.26 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)
Grafik periode ulang 20 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis
menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,8850
t0,21
terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)
1 5 1,4 2,088878382 0,495424667279416 0,237172576
2 10 2,0 2,508307482 0,273617691608982 0,109084589
3 15 2,5 2,791684597 0,074756449497340 0,026778258
4 30 3,4 3,352231238 0,003071776406298 0,000916338
5 45 3,9 3,730951002 0,034674016278441 0,009293613
6 60 4,2 4,0253309 0,029872588795218 0,007421151
7 120 4,6 4,833583278 0,043008844424825 0,008897921
8 180 4,8 5,379659424 0,306393712796305 0,05695411
9 360 5,2 6,459849508 1,709727292280570 0,264669833
10 720 5,4 7,756932618 5,789215919995470 0,746327989
1,467516379
No. (E) (O-E)^2 (O-E)^2/E
Sigma x^2
Nilai Chi Kuadrat 1,467516379
Nilai H 1.18850 t^0.26
52
Gambar 4.6 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 20
Tahun
Pada tabel periode ulang 25 tahunpun sama persamaan yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =
3,293484779. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.2 maka untuk
mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah
0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.29 lebih kecil, sehingga dapat
disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi pondok
betung, hasi ini lebih besar dari periode ulang 2,5, dan 10 tahun [25].
Tabel 4.27 Perhitungan Chi- Kudrat 1995- 2019
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)
1 5 1,3 2,168582125 0,829932040361137 0,382707222
2 10 1,9 2,646351104 0,614162938498327 0,232079159
3 15 2,4 2,973240919 0,346689265028482 0,116603153
4 30 3,3 3,628287487 0,109428603713235 0,030159849
5 45 3,8 4,076470732 0,068233593474382 0,016738399
6 60 4,1 4,427649978 0,139831516336221 0,03158143
7 120 4,6 5,403123208 0,640840170450260 0,118605508
8 180 4,8 6,070542563 1,710071393332100 0,281699926
9 360 5,2 7,407968012 5,085740049676470 0,68652295
10 720 5,5 9,040046998 12,627021790156600 1,396787184
3,293484779
(O-E)^2/E
Sigma x^2
No. (E) (O-E)^2
53
Tabel 4.28 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)
Grafik periode ulang 25 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis
menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,05182
t0,28
terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.
Gambar 4.7 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 25
Tahun
Pada tabel periode ulang 30 tahunpun sama persamaan yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 = 3,2675471.
Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.2 maka untuk mendapatkan
derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah 0,05 =16, 919
maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.32 lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan
perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klimatologi pondok betung, nilai
Nilai Chi Kuadrat 3,293484779
Nilai H 1.0582 t^0.28
54
yang di hasilkan dari periode ulang 30 lebih kecil dari periode ulang 25 tahun
[26].
Tabel 4.29 Perhitungan Chi- Kudrat 1990- 2019
Tabel 4.30 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)
Grafik periode ulang 30 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis
menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,0552
t0,29
terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.
Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)
(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)
1 5 1,3 2,1790008 0,862381542781299 0,395769264
2 10 1,9 2,664559605 0,611223284920027 0,229389984
3 15 2,4 2,997315591 0,338452146066400 0,112918422
4 30 3,3 3,665224009 0,101775795147726 0,02776796
5 45 3,9 4,122945137 0,061040126789052 0,014804982
6 60 4,2 4,481966156 0,090206097805399 0,020126457
7 120 4,7 5,480707475 0,660054036845469 0,120432269
8 180 4,9 6,165150117 1,584021102393850 0,256931473
9 360 5,3 7,538964632 4,897754656839860 0,649658792
10 720 5,6 9,218913836 13,271134495247000 1,439555107
3,26735471Sigma x^2
No. (E) (O-E)^2 (O-E)^2/E
Nilai Chi Kuadrat 3,26735471
Nilai H 1,0552 t^0.29
55
Gambar 4.8 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 30
Tahun
Dari seluruh perhitungan tebal hujan terhadap durasi hujan diatas dapat dilihat
grafik periode ulang hujan dalam sekala priode hujan 30 tahun.
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Durasi Hujan Dan Tebal Hujan
4.2 Perhitungan Data Intensitas Hujan Dalam Periode Ulang 2, 5, 10 20, 25
Dan 30 Tahun
Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik
secara statistik maupun secara empiris. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan
huruf I dengan satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan
dalam perhitungan debit banjir rencana berdasar metode regresi linier Intensitas
hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Intensitas hujan
juga merupakan laju hujan rerata dalam mm/jam untuk suatu wilayah atau luasan
tertentu. Dengan kata lain intensitas curah hujan menyatakan besarnya curah
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
0 200 400 600 800
T 2
T 5
T 10
T 20
T 25
T 30
Lamanya Curah Hujan t (menit)
Grafik Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan
Teb
al
Hu
jan
(m
m)
56
hujan dalam jangka pendek yang memberikan derasnya hujan perjam. Dibawah
ini adalah perhitungan dengan dinyatakan dalam mm/jam [27].
4.2.1 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung Periode Ulang 2 Tahun
Dalam mengubah setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitashujan
(mm/jam) pada Tabel 4.35 dari setiap durasi 5 menit sampai dengan 720 menit,
untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai tebal hujan tersebut harus
dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720). Seperti dalam tabel dibawh ini
intensitas hujan selama 720 menit adalah 64,36819909 mm/jam [28].
Tabel 4.31 Perhitungan Intensitas Hujan
No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)
Tebal Perhitungan I (mm/jam)
1 5 1,6 60/5x1,6 19,70720814
2 10 2,2 60/10x2,2 13,29874665
3 15 2,6 60/15x2,6 10,42378984
4 30 3,4 60/30x3,4 6,797491471
5 45 3,9 60/45x3,9 5,138210579
6 60 4,1 60/60x4,1 4,117482167
7 120 4,4 60/120x4,4 2,2
8 180 4,5 60/180x4,5 1,483784896
9 360 4,7 60/360x4,7 0,787489738
10 720 5,0 60/720x5,0 0,413995615
64,36819909
57
Tabel 4.32 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu)
Tabel 4.33 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.34 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „
Pos Hujan Pondok Betung (Rumus dua)
No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2
1 5 19,70720814 0,698970004 1,294625104 0,9049041 0,4886 1,676054
2 10 13,29874665 1 1,123810712 1,1238107 1 1,262951
3 15 10,42378984 1,176091259 1,018025647 1,1972911 1,3832 1,036376
4 30 6,797491471 1,477121255 0,832348671 1,2294799 2,1819 0,692804
5 45 5,138210579 1,653212514 0,710811899 1,1751231 2,7331 0,505254
6 60 4,117482167 1,77815125 0,614631727 1,0929082 3,1618 0,377772
7 120 1,819283747 2,079181246 0,25990044 0,5403801 4,323 0,067548
8 180 1,483784896 2,255272505 0,171370946 0,3864882 5,0863 0,029368
9 360 0,787489738 2,556302501 -0,103755097 -0,265229 6,5347 0,010765
10 720 0,413995615 2,857332496 -0,383004258 -1,094371 8,1643 0,146692
17,53163503 5,53876579 6,2907855 35,057 5,805585Sigma
-34,19576555 43,21027915
B -0,791380343
A 1,941295714
a 87,35659828
m 0,791380343
I 87,35659/t^0.7913
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2
1 5 19,70720814 5 0,050742855 0,2537143 25 0,002575
2 10 13,29874665 10 0,075195056 0,7519506 100 0,005654
3 15 10,42378984 15 0,095934398 1,439016 225 0,009203
4 30 6,797491471 30 0,147113094 4,4133928 900 0,021642
5 45 5,138210579 45 0,194620284 8,7579128 2025 0,037877
6 60 4,117482167 60 0,242866869 14,572012 3600 0,058984
7 120 1,819283747 120 0,549666869 65,960024 14400 0,302134
8 180 1,483784896 180 0,673952136 121,31138 32400 0,454211
9 360 0,787489738 360 1,269857818 457,14881 129600 1,612539
10 720 0,413995615 720 2,415484519 1739,1489 518400 5,834565
1545 5,715433896 2413,7571 701675 8,339386Sigma
58
Tabel 4.35 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.36 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data
pengukuran intensitas hujan
Gambar 4.10 Hubungan intensitas hujan dan durasi hujan dalam periode ulang 2
tahun
Berdasarkan gambar sesuai dengan sifat umum hujan yaitu makin singkat
hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar kala
15307,22538 4629725
B 0,003306293
A 0,060721187
a 302,4535723
b 18,36533992
I 302,4535/(t+0,0033)
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²
1 5 19,70720814 24,45724118 0,922541248 3,6707975 70,057
2 10 13,29874665 14,13489998 0,049462847 1,8359492 71,568
3 15 10,42378984 10,25662681 0,002724432 1,2240885 69,141
4 30 6,797491471 5,92774929 0,127611919 0,6121055 62,504
5 45 5,138210579 4,301318889 0,162830917 0,4080839 54,827
6 60 4,117482167 3,425903302 0,139607363 0,306068 47,463
7 120 1,819283747 1,979978042 0,01304189 0,1530378 18,142
8 180 1,483784896 1,436720168 0,001541768 0,1020261 18,713
9 360 0,787489738 0,830342871 0,002211606 0,0510135 10,632
10 720 0,413995615 0,479891143 0,009048345 0,0255068 5,917
Jumlah 1,430622335 428,97
59
ulangnya makin tinggi pula intensitasnya, dengan nilai intensitas yaitu 12
=87,35659/t0,7913
[28].
4.2.2 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung periode ulang 5 tahun
Pada Tabel 4.42 intensitas 5 tahun periode ulang ini, dalam mengubah
setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi
5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai
tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).
Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah
67,62521098 mm/jam [28].
Tabel 4.37 Perhitungan Intensitas Hujan
No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)
Tebal Perhitungan I (mm/jam)
1 5 1,7 60/5x1,7 19,82750744
2 10 2,2 60/10x2,2 13,38065887
3 15 2,8 60/15x2,8 11,07666088
4 30 3,7 60/30x3,7 7,356959127
5 45 4,4 60/45x4,4 5,803650852
6 60 4,6 60/60x4,6 4,587872755
7 120 5,0 60/120x5,0 2,480235884
8 180 5,2 60/180x5,2 1,72966921
9 360 5,5 60/360x5,5 0,910025794
10 720 5,7 60/720x5,7 0,471970161
67,62521098
60
Tabel 4.38 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu)
Tabel 4.39 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.40 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a /
t „ Pos Hujan Pondok Betung (Rumus dua)
No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2
1 5 19,82750744 0,698970004 1,297268121 0,906751504 0,488559067 1,682904579
2 10 13,38065887 1 1,126477499 1,126477499 1 1,268951556
3 15 11,07666088 1,176091259 1,04440886 1,228320131 1,38319065 1,090789867
4 30 7,356959127 1,477121255 0,866698343 1,280218544 2,181887201 0,751166018
5 45 5,803650852 1,653212514 0,763701277 1,262560509 2,733111616 0,583239641
6 60 4,587872755 1,77815125 0,661611364 1,176445075 3,161821869 0,437729597
7 120 2,480235884 2,079181246 0,394492986 0,820222419 4,322994654 0,155624716
8 180 1,72966921 2,255272505 0,237963054 0,536671534 5,086254072 0,056626415
9 360 0,910025794 2,556302501 -0,040946298 -0,104671123 6,534682475 0,001676599
10 720 0,471970161 2,857332496 -0,326085458 -0,931734575 8,164348995 0,106331726
17,53163503 6,02558975 7,301261516 35,0568506 6,135040715Sigma
-32,62582519 43,21027915
B -0,755047776
A 1,92628118
a 84,3880944
m 0,791380343
I 84,3880944/t^0.7913
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2
1 5 19,82750744 5 0,050434983 0,252174915 25 0,002543688
2 10 13,38065887 10 0,074734735 0,747347354 100 0,005585281
3 15 11,07666088 15 0,090279915 1,354198721 225 0,008150463
4 30 7,356959127 30 0,135925725 4,077771737 900 0,018475803
5 45 5,803650852 45 0,172305334 7,753740042 2025 0,029689128
6 60 4,587872755 60 0,21796594 13,07795643 3600 0,047509151
7 120 2,480235884 120 0,403187458 48,38249491 14400 0,162560126
8 180 1,72966921 180 0,578145228 104,0661411 32400 0,334251905
9 360 0,910025794 360 1,098869952 395,5931825 129600 1,20751517
10 720 0,471970161 720 2,118778015 1525,520171 518400 4,489220276
1545 4,940627284 2100,825178 701675 6,30550099Sigma
61
Tabel 4.41 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.42 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data
pengukuran intensitas hujan
4.2.3 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung Periode Ulang 10 Tahun
Pada Tabel 4.49 intensitas 10 tahun periode ulang ini, dalam mengubah
setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi
5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai
tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).
Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah
66,10887284 mm/jam [28].
13374,98263 4629725
B 0,002888937
A 0,047722003
a 346,1481131
b 16,51888121
I 346, 1481/(t+0,0028)
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²
1 5 19,82750744 24,45724118 0,876404428 3,302279088 82,69536424
2 10 13,38065887 14,13489998 0,040246457 1,651469706 83,30390683
3 15 11,07666088 10,25662681 0,065563065 1,101053193 90,37960152
4 30 7,356959127 5,92774929 0,3445896 0,550563296 84,14477421
5 45 5,803650852 4,301318889 0,524723087 0,367050353 80,5247147
6 60 4,587872755 3,425903302 0,394107157 0,275290824 67,55896427
7 120 2,480235884 1,979978042 0,126394284 0,137647706 39,8678593
8 180 1,72966921 1,436720168 0,059732677 0,091765647 29,23455745
9 360 0,910025794 0,830342871 0,007646682 0,045883078 16,27490261
10 720 0,471970161 0,479891143 0,000130742 0,022941603 8,788690406
Jumlah 2,439538181 582,7733355
62
Tabel 4.43 Perhitungan Intensitas Hujan
Tabel 4.44 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu)
Tabel 4.45 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)
Tebal Perhitungan I (mm/jam)
1 5 1,6 60/5x1,6 18,85908346
2 10 2,2 60/10x2,2 13,0865547
3 15 2,7 60/15x2,7 10,93105068
4 30 3,7 60/30x3,7 7,342426558
5 45 4,3 60/45x4,4 5,72232413
6 60 4,6 60/60x4,6 4,555651567
7 120 5,0 60/120x5,0 2,491896753
8 180 5,2 60/180x5,2 1,72894738
9 360 5,5 60/360x5,5 0,917398004
10 720 5,7 60/720x5,7 0,4735396
66,10887284
No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2
1 5 18,85908346 0,698970004 1,275520582 0,891550627 0,488559067 1,626952756
2 10 13,0865547 1 1,116825325 1,116825325 1 1,247298806
3 15 10,93105068 1,176091259 1,038661908 1,221561191 1,38319065 1,078818559
4 30 7,342426558 1,477121255 0,865839611 1,278950093 2,181887201 0,749678232
5 45 5,72232413 1,653212514 0,757572454 1,252428261 2,733111616 0,573916023
6 60 4,555651567 1,77815125 0,6585505 1,171002395 3,161821869 0,433688761
7 120 2,491896753 2,079181246 0,396530044 0,824457832 4,322994654 0,157236076
8 180 1,72894738 2,255272505 0,237781776 0,536262701 5,086254072 0,056540173
9 360 0,917398004 2,556302501 -0,037442209 -0,095713613 6,534682475 0,001401919
10 720 0,4735396 2,857332496 -0,324643697 -0,927614984 8,164348995 0,10539353
17,53163503 5,985196295 7,269709828 35,0568506 6,030924836Sigma
-32,23317875 43,21027915
B -0,745960901
A 1,906311055
a 81,94950035
m 0,750668212
I 81.949/t^0.7506
PERHITUNGAN REGRESI
63
Tabel 4.46 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a /
t „ Pos Hujan Pondok Betung (Rumus dua)
Tabel 4.47 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.48 Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data Pengukuran
Intensitas Hujan
No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2
1 5 18,85908346 5 0,053024846 0,265124231 25 0,002811634
2 10 13,0865547 10 0,076414306 0,764143063 100 0,005839146
3 15 10,93105068 15 0,091482514 1,372237714 225 0,00836905
4 30 7,342426558 30 0,136194757 4,085842706 900 0,018549012
5 45 5,72232413 45 0,174754169 7,86393762 2025 0,03053902
6 60 4,555651567 60 0,219507569 13,17045413 3600 0,048183573
7 120 2,491896753 120 0,401300736 48,15608826 14400 0,16104228
8 180 1,72894738 180 0,578386602 104,1095883 32400 0,334531061
9 360 0,917398004 360 1,090039433 392,4141958 129600 1,188185965
10 720 0,4735396 720 2,111755805 1520,464179 518400 4,459512579
1545 4,932860737 2092,665791 701675 6,257563321Sigma
13305,38808 4629725
B 0,002873905
A 0,04926781
a 347,9586596
b 17,143161
I 347,9586/(t+0,0028)
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²
1 5 15,00426955 20,2269322 1,34850925 4,491203519 24,60911802
2 10 11,29651141 14,55270274 0,728578201 2,24605079 36,46882689
3 15 9,662196756 10,73419695 0,107058257 1,497467004 44,51704894
4 30 6,69240164 6,379937799 0,015303229 0,748783414 47,17865931
5 45 5,167842847 4,705896222 0,045346237 0,499200036 43,66230799
6 60 4,181622856 3,791956353 0,040042651 0,374404187 38,71461516
7 120 2,334135189 2,253773225 0,002865437 0,187205213 24,62168782
8 180 1,635523705 1,662402242 0,000434585 0,124804169 18,2868372
9 360 0,88764625 0,98805928 0,010204627 0,062402431 10,91347482
10 720 0,464663084 0,587259278 0,02559317 0,031201302 6,021835708
Jumlah 2,323935644 294,9944119
64
Gambar 4.11 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 10 Tahun
4.2.4 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung periode ulang 20 tahun
Pada Tabel 4.56 intensitas 20 tahun periode ulang ini, dalam mengubah
setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi
5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai
tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).
Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah
60,06736684 mm/jam [28].
Tabel 4.49 Perhitungan Intensitas Hujan
No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)
Tebal Perhitungan I (mm/jam)
1 5 1,4 60/5x1,4 16,62017142
2 10 2,0 60/10x2,0 11,91133619
3 15 2,5 60/15x2,5 10,07307336
4 30 3,4 60/30x3,4 6,815309693
5 45 3,9 60/45x3,9 5,222880806
6 60 4,2 60/60x4,2 4,198167785
7 120 4,6 60/120x4,6 2,31309877
8 180 4,8 60/180x4,8 1,608710334
9 360 5,2 60/360x5,2 0,858714017
10 720 5,4 60/720x5,4 0,445904472
60,06736684
65
Tabel 4.50 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu)
Tabel 4.51 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.52 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)
No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2
1 5 16,62017142 0,698970004 1,220635499 0,8531876 0,488559067 1,489951021
2 10 11,91133619 1 1,075960482 1,075960482 1 1,15769096
3 15 10,07307336 1,176091259 1,003161997 1,179810056 1,38319065 1,006333992
4 30 6,815309693 1,477121255 0,833485595 1,231159288 2,181887201 0,694698238
5 45 5,222880806 1,653212514 0,717910115 1,186857985 2,733111616 0,515394933
6 60 4,198167785 1,77815125 0,623059792 1,107894548 3,161821869 0,388203504
7 120 2,31309877 2,079181246 0,364194178 0,757225704 4,322994654 0,132637399
8 180 1,608710334 2,255272505 0,206477852 0,465663822 5,086254072 0,042633103
9 360 0,858714017 2,556302501 -0,066151448 -0,169103112 6,534682475 0,004376014
10 720 0,445904472 2,857332496 -0,350758172 -1,002232723 8,164348995 0,123031295
17,53163503 5,627975889 6,686423651 35,0568506 5,554950458Sigma
-31,80338274 43,21027915
B -0,736014286
A 1,853150972
a 71,310088
m 0,736014286
I 71,3100/t^0.7360
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2
1 5 16,62017142 5 0,060167851 0,300839256 25 0,00362017
2 10 11,91133619 10 0,083953637 0,839536375 100 0,007048213
3 15 10,07307336 15 0,099274567 1,48911851 225 0,00985544
4 30 6,815309693 30 0,146728475 4,401854259 900 0,021529245
5 45 5,222880806 45 0,191465216 8,615934705 2025 0,036658929
6 60 4,198167785 60 0,23819915 14,29194903 3600 0,056738835
7 120 2,31309877 120 0,432320493 51,87845913 14400 0,186901008
8 180 1,608710334 180 0,621615948 111,8908707 32400 0,386406387
9 360 0,858714017 360 1,164532057 419,2315403 129600 1,356134911
10 720 0,445904472 720 2,242632811 1614,695624 518400 5,029401925
1545 5,280890206 2227,635726 701675 7,094295065Sigma
66
Tabel 4.53 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.54 Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data pengukuran
intensitas hujan
Gambar 4.12 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 20 Tahun
4.2.5 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung Periode Ulang 25 Tahun
Pada Tabel 4.63 intensitas 25 tahun periode ulang ini, dalam mengubah
setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi
5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai
14117,38189 4629725
B 0,003049292
A 0,056973457
a 327,9450138
b 18,68416114
I 327,9450/(t+0,003)
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²
1 5 16,62017142 21,81265414 1,236065848 3734,559264 3701,392888
2 10 11,91133619 13,09635493 0,107225974 1867,839648 1844,092935
3 15 10,07307336 9,717337119 0,013022938 1245,35093 1225,28626
4 30 6,815309693 5,83430586 0,164949961 622,7377262 609,1816943
5 45 5,222880806 4,328984455 0,184581556 415,1723218 404,7922642
6 60 4,198167785 3,502927237 0,137987285 311,3844308 303,044696
7 120 2,31309877 2,103163516 0,020955485 155,6961076 151,1042746
8 180 1,608710334 1,560521917 0,001488043 103,79827 100,6057818
9 360 0,858714017 0,936940034 0,006531165 51,8995675 50,19634748
10 720 0,445904472 0,562540402 0,024183045 25,94989188 25,06574504
Jumlah 1,896991299 8414,762886
67
tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).
Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah
56,74528072 mm/jam [28].
Tabel 4.55 Perhitungan Intensitas Hujan
Tabel 4.56 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu)
No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)
Tebal Perhitungan I (mm/jam)
1 5 1,3 60/5x1,7 15,09091279
2 10 1,9 60/10x2,2 11,17599372
3 15 2,4 60/15x2,8 9,537750685
4 30 3,3 60/30x3,7 6,594975085
5 45 3,8 60/45x4,4 5,087006833
6 60 4,1 60/60x4,6 4,053709453
7 120 4,6 60/120x5,0 2,301299137
8 180 4,8 60/180x5,2 1,587615194
9 360 5,2 60/360x5,5 0,858801578
10 720 5,5 60/720x5,7 0,457216242
56,74528072
No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2
1 5 15,09091279 0,698970004 1,178715509 0,823886785 0,488559067 1,389370252
2 10 11,17599372 1 1,048286149 1,048286149 1 1,09890385
3 15 9,537750685 1,176091259 0,979445966 1,151917839 1,38319065 0,9593144
4 30 6,594975085 1,477121255 0,819213159 1,21007717 2,181887201 0,6711102
5 45 5,087006833 1,653212514 0,706462321 1,16793235 2,733111616 0,499089011
6 60 4,053709453 1,77815125 0,607852618 1,080853892 3,161821869 0,369484805
7 120 2,301299137 2,079181246 0,361973075 0,752607628 4,322994654 0,131024507
8 180 1,587615194 2,255272505 0,200745247 0,452735235 5,086254072 0,040298654
9 360 0,858801578 2,556302501 -0,066107166 -0,168989914 6,534682475 0,004370157
10 720 0,457216242 2,857332496 -0,33987835 -0,971145455 8,164348995 0,115517293
17,53163503 5,496708527 6,548161678 35,0568506 5,27848313Sigma
68
Tabel 4.57 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.58 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = A / T „
Pos Hujan Pondok Betung (Rumus Dua)
Tabel 4.59 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
-30,88467098 43,21027915
B -0,714752869
A 1,802749496
a 63,49647264
m 0,712747596
I 63,4964 /t^0.7127
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2
1 5 15,09091279 5 0,066265044 0,33132522 25 0,004391056
2 10 11,17599372 10 0,089477502 0,89477502 100 0,008006223
3 15 9,537750685 15 0,104846523 1,57269785 225 0,010992793
4 30 6,594975085 30 0,151630596 4,548917868 900 0,022991838
5 45 5,087006833 45 0,196579252 8,846066356 2025 0,038643402
6 60 4,053709453 60 0,246687635 14,80125813 3600 0,06085479
7 120 2,301299137 120 0,434537164 52,14445965 14400 0,188822547
8 180 1,587615194 180 0,629875554 113,3775997 32400 0,396743214
9 360 0,858801578 360 1,164413323 419,1887964 129600 1,355858388
10 720 0,457216242 720 2,187148899 1574,747207 518400 4,783620306
1545 5,271461493 2190,453103 701675 6,870924556Sigma
13760,12303 4629725
B 0,002972125
A 0,067952783
a 336,4595644
b 22,86336376
I 336,4595 /(t+0,0029)
PERHITUNGAN REGRESI
69
Tabel 4.60 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data
pengukuran intensitas hujan
Gambar 4.13 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 25 Tahun
4.2.6 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan
Pondok Betung Periode Ulang 30 Tahun
Pada Tabel 4.70 intensitas 30 tahun periode ulang ini, dalam mengubah
setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi
5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai
tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).
Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah
No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²
1 5 15,09091279 24,45724118 3,586999319 3,302279088 42,08362795
2 10 11,17599372 14,13489998 0,61939782 1,651469706 54,93080337
3 15 9,537750685 10,25662681 0,050385267 1,101053193 64,64525513
4 30 6,594975085 5,92774929 0,075102748 0,550563296 66,3591528
5 45 5,087006833 4,301318889 0,143515411 0,367050353 60,69464032
6 60 4,053709453 3,425903302 0,115047195 0,275290824 51,85951043
7 120 2,301299137 1,979978042 0,052145652 0,137647706 34,00992037
8 180 1,587615194 1,436720168 0,015848117 0,091765647 24,38348052
9 360 0,858801578 0,830342871 0,000975378 0,045883078 14,40261879
10 720 0,457216242 0,479891143 0,001071391 0,022941603 8,220631424
Jumlah 4,660488297 421,5896411
70
57,32681329 mm/jam, tebal hujan lebih kecil dibandingkan periode ulang 2, 5,
10, 20, dan 25 [28].
Tabel 4.61 Perhitungan Intensitas Hujan
Tabel 4.62 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus satu)
Tabel 4.63 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)
Tebal Perhitungan I (mm/jam)
1 5 1,3 60/5x1,2 15,00426955
2 10 1,9 60/10x1,9 11,29651141
3 15 2,4 60/15x2,4 9,662196756
4 30 3,3 60/30x3,3 6,69240164
5 45 3,9 60/45x3,9 5,167842847
6 60 4,2 60/60x4,2 4,181622856
7 120 4,7 60/120x4,7 2,334135189
8 180 4,9 60/180x4,9 1,635523705
9 360 5,3 60/360x5,3 0,88764625
10 720 5,6 60/720x5,5 0,464663084
57,32681329
No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2
1 5 15,00426955 0,698970004 1,176214858 0,822138904 0,488559067 1,383481391
2 10 11,29651141 1 1,052944345 1,052944345 1 1,108691794
3 15 9,662196756 1,176091259 0,985075877 1,158539128 1,38319065 0,970374483
4 30 6,69240164 1,477121255 0,825581997 1,219484715 2,181887201 0,681585634
5 45 5,167842847 1,653212514 0,713309298 1,179251858 2,733111616 0,508810155
6 60 4,181622856 1,77815125 0,621344861 1,104845141 3,161821869 0,386069436
7 120 2,334135189 2,079181246 0,368126006 0,765400688 4,322994654 0,135516756
8 180 1,635523705 2,255272505 0,213656843 0,481854404 5,086254072 0,045649247
9 360 0,88764625 2,556302501 -0,051760077 -0,132314415 6,534682475 0,002679106
10 720 0,464663084 2,857332496 -0,33286183 -0,951096923 8,164348995 0,110796998
17,53163503 5,571632178 6,701047846 35,0568506 5,333655001Sigma
-30,66934341 43,21027915
B -0,70976962
A 1,801505411
a 63,31482506
m 0,70976962
I 63,314825/t^0,7097
PERHITUNGAN REGRESI
71
Tabel 4.64 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos
Hujan Pondok Betung (Rumus dua)
Tabel 4.65 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.66 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data
Pengukuran Intensitas Hujan
No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2
1 5 15,00426955 5 0,066647696 0,333238481 25 0,004441915
2 10 11,29651141 10 0,088522904 0,885229044 100 0,007836305
3 15 9,662196756 15 0,103496133 1,552441994 225 0,01071145
4 30 6,69240164 30 0,14942319 4,482695692 900 0,02232729
5 45 5,167842847 45 0,193504336 8,707695132 2025 0,037443928
6 60 4,181622856 60 0,239141605 14,34849628 3600 0,057188707
7 120 2,334135189 120 0,4284242 51,41090395 14400 0,183547295
8 180 1,635523705 180 0,61142495 110,056491 32400 0,37384047
9 360 0,88764625 360 1,126574917 405,56697 129600 1,269171043
10 720 0,464663084 720 2,15209694 1549,509797 518400 4,631521238
1545 5,159256871 2146,853958 701675 6,59802964Sigma
13497,48772 4629725
B 0,002915397
A 0,065496806
a 343,0064244
b 22,46582516
I 343,0064/(t+0,0029)
PERHITUNGAN REGRESI
No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²
1 5 15,00426955 20,2269322 1,34850925 4,491203519 24,60911802
2 10 11,29651141 14,55270274 0,728578201 2,24605079 36,46882689
3 15 9,662196756 10,73419695 0,107058257 1,497467004 44,51704894
4 30 6,69240164 6,379937799 0,015303229 0,748783414 47,17865931
5 45 5,167842847 4,705896222 0,045346237 0,499200036 43,66230799
6 60 4,181622856 3,791956353 0,040042651 0,374404187 38,71461516
7 120 2,334135189 2,253773225 0,002865437 0,187205213 24,62168782
8 180 1,635523705 1,662402242 0,000434585 0,124804169 18,2868372
9 360 0,88764625 0,98805928 0,010204627 0,062402431 10,91347482
10 720 0,464663084 0,587259278 0,02559317 0,031201302 6,021835708
Jumlah 2,323935644 294,9944119
72
Gambar 4.14 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode
Ulang 30 Tahun
Dari seluruh perhitungan intensitas terhadap durasi hujan diatas dapat dilihat
grafik periode ulang hujan dalam sekala priode hujan 30 tahun.
Gambar 4.15 Grafik intensitas hujan maksimum dalam skala periode hujan 30
tahun
0
5
10
15
20
25
0 200 400 600 800
T 2
T 5
T 10
T 20
T 25
T 30
Lamanya Curah Hujan t (menit)
Grafik Hubungan intensitas Hujan dan Durasi Hujan
73
5 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisis perhitungan antara periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 30
tahun, dengan menggunakan rumus regresi linier dan uji chi – kuadrat,
perhitungan antara hubungan durasi hujan dan tebal hujan serta hubungan
durasi hujan intensitas hujan adalah signifikan, yang berarti bahwa sangat
berpengaruh lamanya durasi hujan terhadap ketebalan hujan dan intensitas
hujan.
2. Jenis distribusi curah hujan yang sesuai untuk perhitungan intensitas hujan
adalah metode regresi linier, dengan menggunakan formulasi dasar kejadian
hujan menurut durasi hujan (menit dan jam) setiap periode ulang kejadian
hujan (tahun) dapat diketahui, perbandingan nilai intensitas hujan pada tiap
periode ulang cenderung sama.
3. Kehilangan data tebal hujan dan intensitas hujan yang diakibatkan karena
kerusakan alat curah hujan otomatis, maka dari itu dapat diprediksi dengan
menggunakan hasil analisis dari data historis curah hujan jam jaman
selama periode ulang 30 tahun, dimana persamaan tersebut untuk lokasi
pos hujan yang hanya bisa digunakan untuk pos hujan Pondok betung
dengan kelembaban udara yang relatif.
74
5.2 Saran
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam
mengambil keputusan penentuan periode ulang, terutama digunakan untuk
perencanaan bangunan air di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah
Kota Tangerang Selatan pada khususnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada stasiun hujan yang lebih banyak,
untuk mengetahui interval data curah hujan yang diharapkan menjadi lebih
baik.
75
6 DAFTAR PUSTAKA
[1] P. K. T. Selatan, “Keadaan Geografis Kota Tangerang Selatan,” 2019 .
[2] Ahdina Constantinia, “Studi Analisis Kriteria Tempat Rukyatul Hilal
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika (Bmkg),” 2018.
[3] Wahyu Setyo Mintaraga, “Aplikasi Fuzzy Inference System dengan
Metode Sugeno untuk Mengestimasi Curah Hujan,” 2017.
[4] I. Winarsih, l. Adhyani,. Meteorologi, Geofisika, No, and k. T. Fax,
“analisis periode ulang hujan maksimum dengan berbagai metode ( return
period analyze maximum rainfall with three method ),” vol. 23, no. 2, pp.
76–92, 2009.
[5] Bbmkg.Pondok Betung-Tangerang, “Stasiun Klimatologi Pondok Betung-
Tangerang,” 2009.
[6] Muhammad Saleh, “Prakiraan Curah Hujan Bulanan Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo Tahun 2011 Dan 2012 Dengan Model Arima,” 2012.
[7] Suyono Sosrodarsono, Hidrologi untuk Pengairan. Pakarta: PT. Pradya
Paramita, 1976.
[8] D. Tanika, “Pengertian Curah Hujan dan Kelembaban Hujan,” 2008. .
[9] UNS Press, “Model Midrologi.” 2010
[10] U. Haryanto, “Untuk Pendugaan Musim Tiga-Bulan ke Depan
Menggunakan Regresi Linier : Pendugaan soi musim JFM tahun'' 2002.
[11] Handayani, “Prototipe Deteksi Curah Hujan Dan Sistem Informasi Berbasis
Pada esp8266 di Bmkg Klimatologi Geofisika,” pp. 45–54.
[12] s. H. J. Tongkukut, “el-nino dan Pengaruhnya Terhadap Curah Hujan di
Manado Fl-nino And Its Effect On Rainfall In Manado North Sulawesi,”
2009.
76
[13] D. Teknik, s. Fakultas, d. Kurniani, d. Teknik, and s. Fakultas, “Pengaruh
Perubahan Iklim Terhadap Hidrograf Banjir Di Kanal Banjir Timur Kota
Semarang,” vol. 22, no. 2, pp. 119–128, 2016.
[14] Dkk juleha, “Analisa Metode Intensitas Hujan pada Stasiun Hujan Rokan
iv Koto, Ujung Batu, dan Tandun Mewakili Ketersediaan air di Sungai
rokan,” no. 1, 2008.
[15] W. Bunganaen, “Analisis Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada
Stasiun Klimatologi Lasiana kota kupang,” vol. Ii, no. 2, pp. 181–190,
2013.
[16] P. Hidrologi, d. Sistem, and s. Air, “Analisis data Curah Hujan,” pp. 1–20,
2009.
[17] Soewarno, Klimatologi (Pengukuran dan Pengolahan Data Hujan, contoh
Aplikasi Hidrologi dalam Pengolahan Sumber Daya Air). Yogyakarta:
graha ilmu, 2015.
[18] H. Tiap, “Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan,” pp. 57–62,
2008.
[19] D. I. Kawasan and k. Lhokseumawe, “Analisis Curah Hujan Untuk
Membuat Kurva Intensity-Duration-Frequency ( IDF ),” vol. 4, no. 1, pp.
22–30, 2014.
[20] G. Lanza, e. Vuerich, and i. Gnecco, “Advances in Geosciences Analysis
of highly Accurate Rain Intensity Measurements From a Field test Site,”
no. October 2015, 2010.
[21] E. K. O. Hartini, f. Kesehatan, p. Studi, k. Lingkungan, and u. D.
Nuswantoro, “hidrologi & hidrolika terapan.”
[22] A. R. Aljabar and d. A. N. Isohyet, “analisa distribusi curah hujan di area
merapi menggunakan metode aritmatika,” 2016.
77
[23] J. A. Romijn, a. Gastaldelli, j. F. Horowitz, e. Endert, and r. R. Wolfe,
“regulation in relation of endogenous fat and carbohydrate to exercise
intensity and duration metabolism,” pp. 380–391, 2019.
[24] A. Dhani and r. Bahtiyar, “Interpolasi Ordinary Kriging dalam Estimasi
Curah Hujan di Kota Semarang,” 2014.
[25] O. Nandi, “flood mitigation :,” pp. 87–98, 1992.
[26] D. Mulyono, j. Konstruksi, s. Tinggi, t. Garut, and c. Hujan, “Analisis
Karakteristik Curah Hujan di wilayah Kabupaten Garut Selatan,” pp. 1–9,
1989.
[27] Mardiyansyah, “Pengaruh Interval Waktu Data Curah Hujan Dalam
Analisis Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ) Di Provinsi Lampung ( tesis )
oleh Mardiyansyah Program Studi Magister Teknik,” 2019.
[28] D.Teknik, “Analisis Data Hidrologi,” pp. 141–175, 2007.