98
ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN DAN INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Disusun oleh : ENENG SITI NURHAYA NIM. 11150970000025 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL

HUJAN DAN INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN

KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG KOTA TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Disusun oleh :

ENENG SITI NURHAYA

NIM. 11150970000025

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Analisis Hubungan Durasi Hujan Terhadap Tebal Hujan dan Intensitas

Hujan Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung Kota Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh:

ENENG SITI NURHAYA

NIM: 11150970000025

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. Sutrisno Dpil, Seis

NIP. 195902021982203 1 005

Pembimbing II

Mega Perdanawanti, M.Si

NIP. 19850305 200604 2 004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tati Zera, M.Si

NIP. 19690608 200501 2 002

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …
Page 4: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

3.

Skripsi ini merupakan karya saya yang dibuat untuk memenuhi salah

satu persyaratan saya memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwakarya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

S yarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, 13 Februari 2020

11150970000025

611731

Eneng Siti Nurhaya

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

ii

ABSTRAK

Tingginya curah hujan di beberapa wilayah Banten terutama Kota Tangerang

Selatan menyebabkan beberapa wilayah rentan terhadap bencana banjir.

Rusaknya alat pengukur hujan dapat mengakibatkan kehilangan data curah hujan

dan beberapa waktu. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari model

persamaan hubungan antara tebal hujan dan durasi hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data curah hujan otomatis yang diperoleh dari alat ukur curah hujan otomatis tipe

Hellman dari tahun 1990– 2019 (30 tahun pengamatan). Data ini diproses dengan

menggunakan metode regresi linier sederhana dan selanjutnya diuji dengan

analisis chi-kuadrat. Dari hasil penelitian diperoleh model persamaan hubungan

antara tebal hujan dan durasi hujan yaitu H= 1.4064 t 0.21

dalam periode ulang 5

tahun. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, dan untuk

nilai chi-kuadrat sebesar 0,73727387, dimana „H‟ merupakan tebal hujan yang

dinyatakan dalam millimeter (mm) dan „t‟ adalah durasi hujan, adapun nilai

intensitas hujan adalah 87,35659/(t0.7913

) dan 346,1481/(t 0,0028

) sehingga hasilnya

menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan terhadap tebal

hujan dan intensitas hujan, dari perhitungan tersebut nilai yang dihasilan cukup

besar adalah periode ulang 5 tahun dibandingkan dengan periode 2, 10, 20, 25 dan

30 tahun, setelah diuji dengan Uji Chi- Kuadrat. Oleh sebab itu persamaan ini

dapat dipakai dalam menentukan durasi hujan terhadap tebal hujan dan intensitas

hujan pada Stasiun Pondok Betung Kota Tangerang Selatan.

Kata Kunci: Hujan, Durasi, Tebal Hujan Intensitas Hujan, Rergesi Linier, Chi-

Kuadrat

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

iii

ABSTRACT

High rainfall in several areas of Banten, especially in South Tangerang City, has

made some areas vulnerable to flooding. The damage to the rain gauge can result

in loss of rainfall data and some time. The purpose of this study was to find a

model of the equation of the relationship between rain thickness and duration of

rain at Pondok Betung Climatology Station. The data used in this study are

automatic rainfall data obtained from Hellman type automatic rainfall gauges

from 1990 to 2019 (30 years of observation). This data is processed using a

simple linear regression method and then tested by chi-square analysis. From the

results of the study obtained an equation model of the relationship between rain

thickness and duration of rain that is H = 1.4064 t 0.21

in a return period of 5

years. These results indicate that there is a significant relationship, and for the

chi-square value of 0.73727387, where 'H' is the rain thickness expressed in

millimeters (mm) and 't' is the duration of the rain, while the value of the rain

intensity is 87.35659 / t0.7913

and 346,1481 / (t 0.0028

) so that the results show a

significant relationship between the duration of rain on the thickness of the rain

and the intensity of the rain, from the calculation the value generated is quite

large is the return period of 5 years compared to period 2 , 10, 20, 25 and 30

years, after being tested by the Ch-Square Test. Therefore this equation can be

used in determining the thickness of rain and rainfall intensity at Pondok Betung

Station, South Tangerang City.

Keywords: Rain, Duration, Rain Thickness, Rain Intensity, Linear Rergesi, Chi-

Squared

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil‟alamiin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu memberikan rahmat

dan hidayah-Nya kepada penulis dan telah menuntun penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis curahkan

kepada junjunan kita semua Nabi Muhammad SAW beserta keluargaNya, serta

para umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar pendidikan Strata-1 Jurusan Fisika di Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari tersusunya skripsi berkat bantuan, bimbimgan,

dorongan dan do‟a yang tulus dari banyak pihak, dari masa – masa perkuliahan

sampai pada masa tugas akhir ini, oleh karena ini penulis mengucapkan terima

rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Terkhusus keluarga penulis, Ayahanda Tamin tercinta dan Ibunda Lilis

Sutarsih tersayang yang sangat sabar membemberikan nasihat moril

serta doa, keempat kakak perempuan-ku yang tercinta yang selalu

menantikan kelulusan penulis, semoga Allah SWT selalu memberi

keberkahan dalam keluarganya.

2. Bunda Nisa, Bapak Roni, Opa Asep dan Oma Yati yang telah

memberikan bantuan materil, motivasi serta kasih sayangnya sehingga

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

v

penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Sutrisno Dipl. Seis, selaku pembimbing satu yang telah

memberikan bimbimngan dan nasihat, sehingga tugas akhir ini dapat

tersusun dengan baik.

4. Bu Mega Perdanawanti M.Si, pembimbing dua yang rela meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

5. Bapak Sutiyono S.Si, yang mengijinkan penulis untuk mengadakan

penelitian di BBMKG (Balai Besar Meteorologi Klimatolgi dan

Geofisika ) Ciputat Wilayah II.

6. Stap Badan Meteorologi dan Geofisika Ciputat Tangerang Selatan,

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu,

sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Bu Dr. Sitti Ahmiatri Saptartari M.Si dan Pak Anugrah Azhar M.Si

selaku dosen penguji dalam sidang Munaqasyah.

8. Seluruh Dosen Prodi Fisika, yang telah membimbing penulis selama

menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

9. Asrama Putri UIN Jakarta, kakak kakak dan teman – teman

Mubabbiroh angkatan 2017 - 2018 yang telah memfasilitasi penulis

serta memberikan ilmu baru dalam kebesamaan ikut menjadi bagian

Mudabbiroh.

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

vi

10. Teman-teman Fisika 2015 dan teman-teman peneliti seperjuangan

tekhusus teman Geofisika terima kasih keceriannya shering – shering

ilmunya tiap masuk kelas terutama Bagus Septianto, Lina Fazriyanti

dan Group Alay Ceria (Desti, Ela, Juli, Leni, Lulu, dan Sri) .

11. Adik – adik group Fastabikhul Khoirot, (Puspa, Sarah, Salsa, Hasan,

Abdu, Saepudin, sifa, Nuni, Nuriah dan Khairiyah) terima kasih atas

semangatnya yang menantikan lulusan pertama dari kakak yang cantik

ini.

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang dan telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya. Seperti kata

pepatah‟‟Tiada gading yang tak retak‟‟. Penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi tercapainya penelitian yang sempurna dalam

skripsi ini.

Jakarta, 13 Februari 2020

Eneng Siti Nurhaya

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

vii

DAFTAR ISI

ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN DAN

INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

KOTA TANGERANG SELATAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latang Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................4

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................4

1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................................5

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

viii

1.6 Sistematika Penulisan ...............................................................................6

BAB II DASAR TEORI ..........................................................................................8

2.1 Pengertian Hujan ......................................................................................8

2.2 Proses Terjadinya Hujan ...........................................................................9

2.3 Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat ................................................10

2.4 Jenis-jenis dan Bentuk-bentuk Hujan .....................................................10

2.4.1 Hujan Frontal .................................................................................. 11

2.4.2 Hujan Konveksi ............................................................................... 11

2.4.3 Hujan Orografis ............................................................................... 12

2.4.4 Hujan Buatan ................................................................................... 13

2.5 Pola Hujan Di Indonesia .........................................................................14

2.5.1 Pola Curah Hujan Monsun .............................................................. 14

2.5.2 Pola Curah Hujan Ekuatorial ......................................................... 15

2.5.3 Pola Curah Hujan Lokal .................................................................. 15

2.6 Siklus Hujan ...........................................................................................15

2.7 Intensitas Curah Hujan ...........................................................................17

2.7.1 Ukuran Butir Hujan dan Kecepatan Jatuh Air Hujan ...................... 18

2.7.2 Hubungan Antara Topografi dan Hujan .......................................... 19

2.8 Alat Penakar Hujan Otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR) .....20

2.9 Hubungan Tebal Hujan terhadap Durasi Hujan .....................................21

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

ix

2.10 Frekuensi Durasi – Intensitas .................................................................23

2.11 Analisis Chi – Kuadrat ...........................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................26

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................26

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................26

3.2.1 Perangkat Keras .............................................................................. 26

3.2.2 Perangkat Lunak.............................................................................. 26

3.3 Digram Alur Penelitian ...........................................................................27

3.4 Pengolahan Data Hujan ..........................................................................28

3.5 Perhitungan Data Hujan .........................................................................29

3.5.1 Analisis Data Hujan ........................................................................ 31

3.5.2 Hubungan Tebal Hujan Teradap Durasi ......................................... 32

3.5.3 Hubungan Intensitas Hujan Terhadap Durasi ................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………..35

4.1 Hasil Perhitungan Data Tebal Hujan .....................................................35

4.1.1 Perhitungan Data Tebal Hujan Maksimum dalam Periode Ulang 2,

5, 10 20, 25 dan 30 Tahun ............................................................... 36

4.1.2 Nilai Rata - Rata Tebal Hujan Maksimum dan Deviasi Standar

Stasiun Klimatologi Pondik Betung ................................................ 41

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

x

4.1.3 Data Tebal Hujan Menggunakan Persamaan Regresi Linier

Sederhana Dalam Periode Ulang 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun .......... 44

4.1.4 Tabel dan Grafik Perhitungan Chi – Kuadrat Dari Data Periode

Ulang Hujan 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun .......................................... 46

4.2 Perhitungan Data Intensitas Hujan dalam Periode Ulang 2, 5, 10 20, 25

dan 30 Tahun..............................................................................................55

4.2.1 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung periode ulang 2 tahun ............................................ 56

4.2.2 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung periode ulang 5 tahun ............................................ 59

4.2.3 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung Periode Ulang 10 tahun ......................................... 61

4.2.4 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Periode Ulang 20 tahun ................................................................... 64

4.2.5 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung periode ulang 25 tahun .......................................... 66

4.2.6 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung Periode Ulang 30 tahun ......................................... 69

BAB V PENUTUP ................................................................................................73

5.1 Kesimpulan .............................................................................................73

5.2 Saran .......................................................................................................74

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xi

6 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Posisi Titik Pos Pengamatan Hujan Kota Tangerang Selatan ................ 5

Tabel 2.1 Derajat Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan ................................ 17

Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan Dan Intensitas Curah Hujan ............................. 18

Tabel 2.3 Ukuran Masa Dan Kecepatan Jatuh Butir Hujan. ................................ 19

Tabel 2.4 Nilai X2 Untuk Distribusi Chi – Khuadrat ( Satu Sisi) ........................ 25

Tabel 4.1 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

2018 -2019...................................................................................... ....36

Tabel 4.2 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

2015 -2019.......................................................................................... 36

Tabel 4.3 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

2010 - 2019......................................................................................... 37

Tabel 4.4 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

2010 - 2019......................................................................................... 38

Tabel 4.5 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

1995 - 2019......................................................................................... 39

Tabel 4.6 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

1990 – 2019 ....................................................................................... 40

Tabel 4.7 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019 ........................................... 42

Tabel 4.8 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019 ........................................... 42

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xiii

Tabel 4.9 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2010 -2019 ........................................... 42

Tabel 4.10 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019 ........................................... 43

Tabel 4.11 Rata rata Tebal Hujan Maksimum dan deviasi standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1995 -2019 ........................................... 43

Tabel 4.12 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019 ........................................... 43

Tabel 4.13 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019 ( 2 tahun) ........................... 44

Tabel 4.14 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019 ( 5 tahun) ........................... 44

Tabel 4.15 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2000 -2019 ( 10 tahun) ........................ 45

Tabel 4.16 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019 ( 20 tahun) ......................... 45

Tabel 4.17 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1995-2019 ( 25 tahun) .......................... 46

Tabel 4.18 Penolong Perhitungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019 ( 30 tahun) ......................... 46

Tabel 4.19 Perhitungan Chi- Kudrat 2018- 2019 ................................................. 47

Tabel 4.20 Perhitungan Chi- Kudrat 2015- 2019 ................................................. 48

Tabel 4.21 Perhitungan Chi- Kudrat 2000- 2019 ................................................. 50

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xiv

Tabel 4.22 Perhitungan Chi- Kudrat 1999- 2019 ................................................. 51

Tabel 4.23 Perhitungan Chi- Kudrat 1995- 2019 ................................................. 52

Tabel 4.24 Perhitungan Chi- Kudrat 1990- 2019 ................................................. 54

Tabel 4.25 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 56

Tabel 4.26 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus Satu) ................................................. 57

Tabel 4.27 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 57

Tabel 4.28 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I I= a / t „

Pos Hujan Pondok Betung (Rumus Dua) ........................................... 57

Tabel 4.29 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 58

Tabel 4.30 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data

pengukuran intensitas hujan ............................................................... 58

Tabel 4.31 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 59

Tabel 4.32 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 60

Tabel 4.33 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 60

Tabel 4.34 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 60

Tabel 4.35 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 61

Tabel 4.36 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data

Pengukuran Intensitas Hujan .............................................................. 61

Tabel 4.37 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 62

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xv

Tabel 4.38 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 62

Tabel 4.39 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 62

Tabel 4.40 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 63

Tabel 4.41 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 63

Tabel 4.42 Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data Pengukuran

Intensitas Hujan ................................................................................ 63

Tabel 4.43 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 64

Tabel 4.44 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 65

Tabel 4.45 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 65

Tabel 4.46 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 65

Tabel 4.47 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 66

Tabel 4.48 Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data Pengukuran

Intensitas Hujan .................................................................................. 66

Tabel 4.49 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 67

Tabel 4.50 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 67

Tabel 4.51 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 68

Tabel 4.52 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 68

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xvi

Tabel 4.53 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 68

Tabel 4.54 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data

pengukuran intensitas hujan ............................................................... 69

Tabel 4.55 Perhitungan Intensitas Hujan.............................................................. 70

Tabel 4.56 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu) .................................................. 70

Tabel 4.57 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 70

Tabel 4.58 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)................................................... 71

Tabel 4.59 Perhitungan Regresi Linier Sederhana ............................................... 71

Tabel 4.60 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data

Pengukuran Intensitas Hujan .............................................................. 71

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Curah Hujan ....................................................................................... 8

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Hujan .................................................................. 10

Gambar 2.3 Hujan Frontal ................................................................................... 11

Gambar 2.4 Hujan Konveksi ............................................................................... 12

Gambar 2.5 Hujan Orografis ............................................................................... 13

Gambar 2.6 Siklus Hujan .................................................................................... 16

Gambar 2.7 Bentuk Skematik Pencatat Pelampung Tipe Hellman ..................... 20

Gambar 2.8 Penakar Hujan Otomatis Tipe Hellman ........................................... 21

Gambar 3.1 Formulir Perimaan Data Hujan Otomatis ........................................ 29

Gambar 3.2 Sketsa Grafik Auho.......................................................................... 30

Gambar 4.1 Koodinat Titik Pengamatan Pos Hujan Pondok Betung Selama 30

Tahun ............................................................................................. 35

Gambar 4.2 Grafik Dari Tebal Hujan Rata – Rata Dalam Periode Ulang 30

Tahun ............................................................................................. 41

Gambar 4.3 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 2

Tahun ............................................................................................. 48

Gambar 4.4 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 5

Tahun ............................................................................................. 49

Gambar 4.5 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 10

Tahun ............................................................................................. 50

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

xviii

Gambar 4.6 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 20

Tahun ............................................................................................. 52

Gambar 4.7 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 25

Tahun ............................................................................................. 53

Gambar 4.8 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 30

Tahun ............................................................................................. 55

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Durasi Hujan Dan Tebal Hujan ......................... 55

Gambar 4.10 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 2 Tahun .............................................................................. 58

Gambar 4.11 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 10 Tahun ............................................................................ 64

Gambar 4.12 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 20 Tahun ............................................................................ 66

Gambar 4.13 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 25 Tahun ............................................................................ 69

Gambar 4.14 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 30 Tahun ............................................................................. 72

Gambar 4.15 Grafik Intensitas Hujan Maksimum Dalam Skala Periode Hujan 30

Tahun ............................................................................................. 72

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

1

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latang Belakang

Gambar 1.1 Peta Provinsi Banten

Secara geografis kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur

Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106'38' - 106'47‟ Bujur Timur dan

06'13'30' - 06'22'30' Lintang Selatan. Wilayah Kota Tangerang Selatan

diantaranya di lintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai

Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis

Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah

utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah

satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu juga sebagai daerah yang

menghubungkan Provinsi Banten dengan DKI Jakarta. Tangerang Selatan juga

menjadi salah satu kota yang menghubungkan Provinsi Banten dengan

Provinsi Jawa Barat. Batas Wilayah Kota Tangerang Selatan di bagian utara

adalah Kota Tangerang lalu dibagian timur adalah kota Jakarta Selatan, kemudian

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

2

dibagian selatan diapit oleh kabupatan Bogor, Kota Depok, Jawa Barat dan

dibagian barat diapit oleh kabupaten Tangerang [1].

Selain itu keadaan iklim kota Tangerang Selatan yang didasarkan pada

penelitian di Stasiun Geofisika Kelas I Kota Tangerang pada tahun 2010, yaitu

berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari,

curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara berada disekitar

23,4 °C – 34,2 °C dengan temperatur udara minimum berada di

bulan Oktober sebesar 23,4 °C dan temperatur udara maksimum di

bulan januari yaitu sebesar 42,2 °C. Rata-rata kelembaban udara adalah 80,0%

sedangkan intensitas matahari adalah 49,0%. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan Januari, yaitu 264,4 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam

setahun adalah 154,9 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari

hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4,9

Km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 38,3 Km/jam [1].

Pentingnya mengetahui iklim bagi kehidupan manusia adalah atas dasar

kenyataan bahwa iklim dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Parameter iklim

yang paling berpengaruh di Indonesia adalah curah hujan. Unsur iklim seperti

curah hujan disamping menjadi sumber daya alam yang amat dibutuhkan, juga

dapat menjadi sumber bencana. Tingginya curah hujan di wilayah beberapa

provinsi Banten terutama Kota Tangerang Selatan menyebabkan wilayah ini

rentan terhadap bencana banjir. Penanganan masalah banjir melalui tindakan

preventif sangat penting mengingat aktifitas kehidupan lebih banyak dilakukan di

wilayah dataran banjir [2].

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

3

Kemudian faktor topografi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

variasi hujan secara spasial, dengan adanya gunung yang berhadapan dengan

sumber uap air seperti lautan juga akan meningkatkan curah hujan di wilayah

pegunungan tersebut terutama pada bagian depan yang menghadap arah angin,

karena pada wilayah tersebut uap air akan terangkat naik karena adanya gunung

dan membentuk awan [3].

Angin laut dan angin darat juga memiliki pengaruh yang cukup besar

dalam variasi hujan secara spasial, khususnya di wilayah kepulauan dan

semenanjung pada lintang rendah, keberadaan angin laut akan memperbesar

kecenderungan terjadinya gejolak cumulus dan guyuran hujan pada siang hari di

wilayah daratan [3].

Dalam penanganan masalah banjir tidak terlepas dari tersedianya

infrastruktur pengendali banjir seperti bendungan, jaringan irigasi, saluran

drainase dan lain-lain. Dalam mendesain bangunan air pengendali banjir tersebut

dibutuhkan informasi curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu.

Besarnya curah hujan maksimum untuk setiap rancangan bangunan air tergantung

pada usia guna dan kapasitas daya tampung, sebagai contoh untuk bangunan

waduk yang besar dibutuhkan informasi hujan maksimum dengan periode ulang

yang besar dengan periode ulang 50,100 tahunan, sedangkan untuk saluran irigasi

membutuhkan informasi curah hujan maksimum dengan periode ulang antara 2, 5,

10 tahunan [4].

Berdasarkan rumusan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka

disusunlah tulisan mengenai perhitungan durasi, tebal dan intensitas hujan

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

4

berdasarkan data curah hujan stasiun curah hujan di Kota Tangerang Selatan. Di

area sekitar Tangerang Selatan telah dipasang stasiun penangkar hujan AUHO

(Automatic Rain Fall Recorder) tipe Hellman yang bisa digunakan untuk

penelitian diantaranya mengenai karakteristik hujan. Dengan pemanfaatan data

yang diperoleh dari alat penangkar hujan tersebut penulis akan mengambil salah

satu fokus penelitian mengenai analisis distribusi curah hujan dalam skripsi yang

berjudul “Analisis Hubungan Durasi Hujan Terhadap Tebal Hujan Dan

Intensitas Hujan Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung Kota Tangerang

Selatan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam tulisan ini

adalah :

1. Apakah rumusan yang paling mendekati hasil perhitungan durasi hujan

dengan data curah hujan maksimum jam jaman?

2. Bagaimana rumus tebal hujan dan intensitas hujan untuk berbagai periode

ulang 2, 5, 10, 20, 25 dan 30 tahun menggunakan data curah hujan jam

jaman di Kota Tangerang Selatan ?

3. Bagaimana analisa distribusi curah hujan dengan menggunakan metode

regresi linier?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dari bidang hidrologi khususnya mengenai

distribusi curah hujan yang terjadi di kota Tangerang Selatan.

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

5

2. Memberikan informasi dari data durasi hujan, tebal hujan dan intensitas

hujan di daerah klimatologi Stasiun Pondok Betung.

3. Untuk mengetahui hasil perhitungan rumus tebal dan durasi serta intensitas

hujan dari periode ulang hujan menggunakan data curah hujan jam jam

selama periode ulang 30 tahun.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data hasil

pengamatan yang telah dilakukan oleh Tim Balai Besar Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) stasiun Klimatologi Pondong Betung

Wilayah II Kota Tangerang Selatan, berupa data hujan jam- jaman dari

bulan januari 1990 sampai dengan Juni 2019 (30 tahun)

Tabel 1.1 Posisi Titik Pos Pengamatan Hujan Kota Tangerang Selatan

Nama Titik

Pengamatan

Lintang (LS) Bujur (BT)

Pondok Betung 06 ° 15 20,8‟ 106 ° 45‟ 00,00‟‟

Sumber: BMKG Stasiun Geofisika Tangerang Selatan 2019 [5].

Tabel 1.1 adalah salah satu titik pos pengamatan yang digunakan dalam

melakukan analisisa, dianggap dapat mewakili kondisi wilayah Kota

Tangerang Selatan terutama area Pondok Betung.

1.5 Tujuan Penelitian

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

6

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model persamaan berdasarkan

hubungan durasi hujan terhadap tebal hujan dan intensitas hujan untuk

serta mengatasi kehilangan data akibat kerusakan alat curah hujan

otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR) tipe Hellman.

2. Untuk mengetahui rumus yang paling mendekati hasil perhitungan durasi

hujan terhadap tebal hujan dan intensitas hujan dengan data curah hujan

maksimum tahunan dalam periode ulang 2, 5, 10, 20, 25 dan 30 tahun di

Stasiun Klimatologi Pondok Betung.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu: dimana

bagian pertama terdiri dari lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar,

daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar. Sedangkan, bagian kedua berisi

laporan penelitian. Laporan penelitian ini terdiri atas lima bab, yang

sistematika dan tujuannya dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan secara umum hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang

penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika dalam penulisan laporan.

BAB II DASAR TEORI

Membahas tentang kajian pustaka yang berhubungan dengan pengertian

curah hujan, proses terjadinya hujan, intensitas curah hujan, penakar

hujan, frekuensi curah hujan, hubungan tebal hujan terhadap durasi hujan,

intensitas-durasi-frekuensi dan analisis Chi – Kuadrat / Uji Chi-Square.

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Memaparkan data curah hujan dalam priode ulang tiga puluh tahun,

menentukan metode rata rata aretmatik sederhana dan regresi linier yang

digunakan sebagai analisis durasi dan tebal hujan serta intensitas curah

hujan menguji hasil dari perhitungan dengan menggunakan analisis uji Chi

Kuadrat / Uji Chi-Square.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data menggunakan regresi linier sederhana, model persamaan

hubungan tebal hujan dan durasi hujan serta intensitas hujan, kegunaan

dan manfaat dari model persamaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menyampaikan kesimpulan dari hasil yang didapat dan memberikan saran

yang membangun untuk penelitian selanjutnya

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

8

2 BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Hujan

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) ini yang

dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan

(surface runoff), aliran antara (interflow, subsurface flow), maupun sebagai aliran

air tanah (ground water flow) [6].

Gambar 2.1 Curah Hujan

Selain itu presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan

jatuh ke bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi, biasanya

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

9

jumlah selalu dinyatakan dengan dalamannya presipitasi dalam satuan melimeter

[7].

Hujan atau presipitasi memiliki ciri - ciri proses terjadinya hujan, dibawah

ini adalah proses terjadinya hujan dan terjadinya hujan singkat.

2.2 Proses Terjadinya Hujan

Pertama, matahari merupakan sumber energi yang menerangi permukaan

Bumi. Efek panas matahari juga menjadi awal mula terjadinya hujan. Panas

matahari akan menyebabkan air menjadi menguap ke udara, baik itu air laut, air

sungai atau air danau serta juga air dari kandungan makhluk hidup lainnya yang

ada di bumi.

Kedua, adanya hembusan angin kemudian membuat awan yang sudah

terbentuk bergerak ke tempat lain. Kumpulan awan-awan kecil kemudian menyatu

sehingga terbentuklah awan yang lebih besar. Setelahnya awan besar bergerak ke

langit atau tempat dengan suhu lebih rendah maka warnanya menjadi semakin

kelabu.

Ketiga, setelah awan menjadi semakin kelabu, maka titik-titik air menjadi

semakin berat. Mengakibatkan titik-titik air tidak terbendung lagi dan membuat

butiran-butiran air jatuh ke permukaan bumi. Dari sinilah proses terjadinya hujan

berlangsung dimana air hujan akan membasahi daerah sekitarnya [8].

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

10

2.3 Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat

Jika dijelaskan secara singkat dalam bentuk poin-poin, maka bisa dilihat pada

penjelasan proses terjadinya hujan secara singkat berikut ini :

Panas matahari membuat air laut atau danau menguap, Uap air terkumpul di

udara dalam bentuk awan, awan yang terbentuk menjadi semakin besar, lalu

butiran butiran air akan jatuh. maka terjadilah hujan. Di bawah ini adalah

beberapa ilustrasi gambar proses terjadinya hujan dalam bentuk kartun animasi

dikutip dari berbagai sumber [9].

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Hujan

2.4 Jenis-jenis dan Bentuk-Bentuk Hujan

Jenis - jenis hujan yang ada di seluruh dunia yang akan turun pada kurun

waktu tertentu dengan berbagai macam suhu-suhu tertentu yang melewati

beberapa proses dalam terjadinya jenis-jenis hujan yang akan turun di

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

11

permukaann bumi. Berikut adalah proses terjadinya jenis-jenis hujan yang ada di

seluruh dunia :

2.4.1 Hujan Frontal

Hujan frontal ini yang berawal dari udara yang hangat menjadi lebih

ringan dan lebih cenderung posisinya berada di atas udara yang lebih dingin

suhunya. Tempat bertemu diantara kedua massa tersebut disebut bidang front.

Lalu udara dingin akan mengangkat udara yang suhunya lebih hangat, kemudian

udara yang lebih hangat akan terangkat, kemudian akan mengembang dan

mendingin. Dalam proses pendinginan akan terbentuk titik-titik air yang disebut

dengan awan, seteleh titik-titik air itu mulai mengendap dan tak terbendung lagi

akhirnya akan terjatuh dan terjadilah hujan frontal [9].

Gambar 2.3 Hujan Frontal

2.4.2 Hujan Konveksi

Hujan konveksi atau yang biasanya disebutan hujan zenithal yang terjadi

pada siang hari sehingga disebut dengan hujan tengah hari ketika udara panas

sedang memuncak. Ketika siang hari yang memberikan pancaran sinar yang

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

12

sangat cerah dan panas akan terjadi pemanasan yang tinggi pada permukaan yang

ada di bumi akibatnya udara akan mengalami penguapan dan mengembang

bersamaan dengan uap-uap air lalu naik secara vertikal dengan proses yang sangat

cepat. Kemudian uap angin yang naik keatas akan mengalami sebuah pendinginan

dan akan berubah menjadi titik-titik air yang akan terjadinya pengembunan

kemudian mengakibatkan turunnya hujan konveksi. Hujan konveksi ini biasanya

sangat lebat dan hanya berlangsung sebentar yang terjadi di bagian daerah-daerah

yang sempit dan beriklim tropis. Hujan konveksi akan turun dalam waktu dua kali

dalam setahun [8].

Gambar 2.4 Hujan Konveksi

2.4.3 Hujan Orografis

Hujan orografis adalah hujan yang biasanya terjadi dipermukaan yang

datarannya tinggi seperti gunung. Hujan orografis ini terjadi dengan karena udara

yang mengandung uap air dipaksa oleh angin untuk mendaki pegunungan yang

melewati lereng kemudian kepermukaan yang lebih tinggi, maka udara akan

mengalami pendinginan yang kemudian akan mengalami pengembunan yang

biasa disebut dengan kondensasi lalu berubah menjadi titik-titik air yang akan

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

13

membentuk awan. Lalu pembentukan titik-titik air yang mulai mengendap yang

akan menyebabkan terjadinya hujan pada lereng gunung yang menghadap ke arah

datangnya angin tersebut yang biasanya bergerak secara horizontal, dan angin

akan bertiup terus mendaki pengunungan dan menuruni lereng tetapi angin tidak

membawa uap air lagi sehingga di lereng yang membelakangi arah datangnya

angin tidak akan turun hujan [10].

Gambar 2.5 Hujan Orografis

2.4.4 Hujan Buatan

Hujan buatan adalah hujan yang sengaja bisa dibuat oleh manusia yang

telah dirancang oleh Badan Meteorologi Kilimatologi dan Geofisika (BMKG).

Hujan buatan dapat dilakukan dengan menaburkan bahan kimia berupa Argentium

Lodida atau bahan pendingin lainnya ke dalam awan untuk mempercepat proses

pembentukan awan. Hujan buatan biasanya dilakukan ketika musim hujan

kemarau panjang ketika musim sedang paceklik kekurangan air dalam memenuhi

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

14

kebutuhan sehari-hari atau ketika ada pembakaran hutan secara liar. Untuk bisa

menanggulangi terjadinya kebakaran [10].

2.5 Pola Hujan Di Indonesia

Di Wilayah Indonesia curah hujan sangat penting bagi Indonesia. Curah

hujan adalah jumlah curah air hujan yang turun ke permukaan bumi dalam kurun

waktu tertentu. Curah hujan yang jatuh kepermukaan bumi biasanya deras,

sedang, kecil, dan hanya rintik-rintik. Curah tinggi hujan yang datang diberbagai

daerah biasanya dipengaruhi beberapa faktor yaitu sudut datangnya matahari,

angin, arus laut maupun tinggi rendahnya suatu tempat dari hal itu yang

mempengaruhi hujan di berbagai tempat pasti berbeda-beda. Indonesia memiliki

beberapa pola curah hujan yaitu :

2.5.1 Pola Curah Hujan Monsun

Pola curah hujan monsun adalah pola curah hujan yang memiliki ciri-ciri

yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan). Pola curah hujan monsun

terjadi pada bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Juni, Juli dan Agustus akan

terjadi pergantian musim yang disebut dengan bulan kering, sedangkan

pada bulan Desember, Januari, dan Februari akan terjadi pergantian musim yang

disebut dengan bulan basah. Kemudian pada sisa enam bulannya merupakan

periode peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim kemarau ke musim

hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim kemarau). Biasanya daerah

yang di dominasi dengan curah hujan monsun adalah : Kalimantan Tengah dan

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

15

Selatan, Jawa, Nusa Tenggara bagian Papua, Bali dan Sumatera bagian Selatan

[11].

2.5.2 Pola Curah Hujan Ekuatorial

Pola curah hujan Ekuatorial adalah curah hujan yang memiliki ciri-ciri

yang bersifat bimodial (dua puncak hujan). Pola curah hujan monsun terjadi pada

bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Maret dan Oktober pada saat terjadi

ekinoks. Biasanya daerah yang didominasi dengan curah hujan ekuatorial adalah

pulau Kalimantan bagian Utara dan pulau Sumatera bagian Tengah dan Utara

[12].

2.5.3 Pola Curah Hujan Lokal

Pola curah hujan Lokal adalah curah hujan yang memiliki ciri-ciri yang

bersifat unimodial (dua puncak hujan) namun bentuknya pola curah hujan lokal

berlawanan dengan pola curah hujan monsun. Biasanya daerah yang di dominasi

dengan curah hujan lokal adalah Sulawesi, Maluku dan Papua [12].

2.6 Siklus Hujan

Terjadinya hujan terutama karena adanya perpindahan massa air basah ke

tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua

tempat yang berbeda ketinggiannya. Karena adanya akumulasi (pengumpulan)

uap air pada suhu yang rendah maka akan terjadilah proses kondensasi, dan pada

gilirannya massa air basah tersebut jatuh sebagai air hujan [13].

Mekanisme berlangsungnya hujan melibatkan tiga faktor utama, yaitu:

Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

16

menjadi penuh. Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.

Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk

kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena gravitasi.

Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya

menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus

menerus tiada henti-hentinya. Sebagai akibat terjadinya sinar matahari maka

timbul panas. Dengan adanya panas ini maka air akan menguap menjadi uap air

dari semua tanah, sungai, danau, telaga, waduk, laut, kolam, sawah, dan lain-lain

dan prosesnya disebut penguapan (evaporation). Penguapan juga terjadi pada

semua tanaman yang disebut transpirasi (transpiration) [14].

Ilustrasi mengenai fenomena turunnya hujan dapat dilihat dalam gambar.

Gambar 2.6 Siklus Hujan

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

17

2.7 Intensitas Curah Hujan

Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan dalam satuan waktu

tertentu. Apabila intensitasnya tinggi berarti hujan lebat, dan intensitas juga dapat

menjadi dasar dalam memperkirakan dampak hujan seperti banjir, longsor dan

efeknya terhadap makhluk hidup. Biasanya satuan yang digunakan adalah

mm/jam. Jadi intensitas curah hujan berartu jumlah curah hujan dalam waktu

relatif singkat (biasanya dalam waktu 2 jam). Intensitas curah hujan ini dapat

diperoleh atau dibaca dari kemiringan kurva (tangens kurva) yang dicatat oleh alat

ukur curah hujan otomatis [7].

Intensitas curah hujan dan sifat curah hujan dalam Tabel 2.1. kemudian di

Tabel 2.2 curah hujan dan intensitasnya tidak bertambah sebanding dengan

waktu. Jika waktu itu ditentukan lama, maka penambahan curah hujan itu adalah

lebih kecil dibandingkan dengan penambahan waktu, karena terkadang curah

hujan itu berkurang ataupun berhenti [7].

Tabel 2.1 Derajat Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan

Derajat Hujan Intensitas Curah Hujan

(mm/min) Kondisi

Hujan sangat lemah < 0,02 Tanah agak basah atau

dibasahi sedikit.

Hujan lemah 0,02-0,05

Tanah menjadi basah

semuanya tetapi sulit

membuat puddel.

Hujan normal 0,05-0,25

Dapat dibuat puddel dan

bunyi curah hujan

kedengaran.

Hujan deras 0,25-1 Air tergenang diseluruh

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

18

permukaan tanah dan

bunyi keras hujan

kedengaran dari

genangan.

Hujan sangat deras >1

Hujan seperti

ditumpahkan, saluran dan

drainase meluap.

Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan Dan Intensitas Curah Hujan

Keadaan curah hujan

Intensitas curah hujan

(mm)

1 jam 24 jam

Hujan sangat ringan < 1 <5

Hujan ringan 1,5 5-20

Hujan normal 5-20 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

2.7.1 Ukuran Butir Hujan dan Kecepatan Jatuh Air Hujan

Dalam ukuran butir - butir hujan bisa berjenis jenis, nama dari butir hujan

tergantung dari ukurannya. Dalam ilmu meteorologi butir hujan dengan diameter

lebih dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara 0,50 -0.1 mm disebut grimis

(drizzle). semakin besar butir hujan itu, semakin besar kecepatan jatuhnya. Jadi

kecepatan maksimum adalah kira – kira 9,2 mm/det. Tabel 2.3 menunjukan

intensitas curah hujan, massa dan kecepatan jatuh butir hujan [7].

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

19

Tabel 2.3 Ukuran Massa dan Kecepatan Jatuh Butir Hujan.

Jenis

Diameter bola

(mm)

Massa (mg)

Kecepatan jatuh

(m/sec)

Hujan gerimis 0,15 0,0024 0,5

Hujan halus 0,5 0,065 2,1

Hujan normal

(lemah – deras)

1-2 0,52-42 4,0-6,5

Hujan sangat

deras

3 14 8,1

2.7.2 Hubungan Antara Topografi Dan Hujan

Pada umumnya curah hujan di daerah pegunungan adalah lebih dari di

daratan. Hubungan antara ketinggian (elevasi) dan curan hujan dinyatakan oleh

persamaan:

R = a + b . h (2.1)

R: Curah Hujan (mm)

h: Ketinggian (m)

Mengenai mengenai hubungan antara arah angin dan dan curah hujan dapat

dikemukakan bahwa arah angin yang menyebabkan hujan biasanya tetap ditiap

wilayah. Umumnya hujan kebanyakan jatuh dibagian lereng yang menghadap

arah angin dan sebagian kecil jatuh dilerang belakang [9].

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

20

2.8 Alat Penakar Hujan Otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR)

Jenis ARR dengan float (pelampung) dilengkapi dengan pelampung dalam

suatu bejana yang dihubungkan dengan corong penangkap hujan melalui pipa.

Gerakan naik pelampung akibat pertambahan air dalam tabung diteruskan dengan

mekanisme khusus yang dapat menggerakan pena di atas kertas perekam. Alat ini

juga dilengkapi dengan alat penguras air. Pada waktu pelampung mencapai posisi

tertinggi, maka air akan terbuang secara otomatis dengan melalui pembuang air

dan pelampung kembali pada posisi paling bawah ini:

Gambar 2.7 Bentuk Skematik Pencatat Pelampung Tipe Hellman

Pada umumnya penakar hujan tipe Hellman yang dipakai oleh BMKG

yaitu Rain Fuesyang diimpor dari Jerman, walaupun ada penakar tipe ini yang

buatan dalam negeri. Cara kerja penakar hujan tipe ini yaitu, jika hujan turun, air

hujan masuk memalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat

pelampung hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau

naik ke atas tangkat pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu

mengikuti tangkai pelampung gerakan pena dicatat pada pias. Jika air di tabung

hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias setelah air mencapai

lengkungan selang gelas, maka berdasarkan sistem siphon otomatis air dalam

tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dan tabung. Bersamaan

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

21

dengan keluarnya air tangki pelampung dan pena turun dan menggoreskan garis

vertikal jika hujan masih turun, maka pelampung akan naik kembali curah hujan

dihitung dengan menghitung garis-garis vertikal. Dibawah ini adalah gambar

penakar hujan otomatis tipe hellman [15].

Gambar 2.8 Penakar Hujan Otomatis Tipe Hellman

2.9 Hubungan Tebal Hujan Terhadap Durasi Hujan

Data curah hujan diperlukan sebagai masukan pada analisis hidrologi. Data

yang diperlukan dapat berupa :

1. Tebal hujan yang terakumulasi selama selang waktu tertentu (a given time

interval) pada peluang ( probability ) atau periode ulang ( return period )

tertentu.

2. Hubungan antara tebal hujan dan durasi hujan.

Kedua parameter tersebut ditentukan dari hasil pengukuran data curah hujan yang

cukup lama. Pada durasi yang sama dapat terjadi hujan dengan intensitas yang

berbeda – beda, dalam satu kejadian hujan pun intensitas setiap selang waktu

dapat berbeda – beda. Tebal hujan dan durasi umumnya mempunyai hubungan

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

22

langsung, tebal hujan akan bertambah jika durasi bertambah. Persamaan umum

untuk menyatakan hubungan tebal hujan terhadap durasi [16].

adalah :

H = k tn

(2.2)

Dimana :

H = tebal hujan ( mm )

t = durasi hujan ( menit )

k = koefisien

n = eksponen yang bernilai sebagai bilangan riel positif dan nilainya kurang dari 1

(satu).umumnya 0.20-0.50 Persamaan ini dapat diubah menjadi :

log H =log k + n log t. (2.3)

Atau dapat diubah menjadi persamaan regresi linier sederhana :

Y = A + B X Dimana Y = log H, A = log k dan BX = n log t serta untuk X = log

t maka B = n. Bila i = 1,2,3,…n adalah banyaknya data maka nilai A dan B dapat

ditentukan dengan cara kuadrat terkecil :

nƩXiYi - ƩXiƩYi

B = nƩXi² - (Ʃxi)² (2.4)

Ʃyi – BƩXi

A= n (2.5)

Dengan persamaan korelasi (r)

nƩXiYi – ƩxiƩYi

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

23

R= [|nƩi² - (Ʃxi)²||nƩXi² - (Ʃyi)|]½ (2.6)

Proses analisis data untuk menentukan tebal hujan rata – rata (pada

periode tertentu : setiap jam, harian, bulanan, tahunan) dapat dilakukan dengan

menggunakan metode rata – rata aritmatik, metode ini merupakan metode yang

paling sederhana, tebal hujan dapat dihitung dengan rumus :

Hr = 1/n ( H1 + H2 + H3 + …+ Hn ) (2.7)

Dimana :

Hr = tebal hujan rata – rata (mm)

H1, H2, H3, …Hn = tebal hujan (mm)

n = jumlah data

2.10 Frekuensi Durasi – Intensitas

Analisis frekuesi ini melibatkan urutan data semua pengukuran dalam suatu

periode selama 30 tahun data intensitas hujan untuk berbagai durasi dan urutan

data mulai yang terbesar sampai terkecil maka dapat ditentukan jumlah tahun

suatu nilai kejadian intensitas hujan dengan durasi tertentu akan sama atau

melebihi intensitas hujan rata –rata satu kali selama periode pengamatan tersebut

dalam kaitan ini maka terdapat istilah periode ulang (return period) oleh karena

itu yang dimaksud dengan periode ulang intensitas adalah interval waktu rata rata

dari besarnya semua suatu nilai dari intensitas hujan tertentu akan disamai atau

dilampaui satu kali. Pada umumnya periode ulang dinyatakan dengan simbol T

[17].

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

24

2.11 Analisis Chi – Kuadrat

Dalam mendapatkan data yang diprakirakan besarnya melalui model

persamaan regresi, tidak diperlukan adanya asumsi tentang bentuk penyebaran

kesalahan. Selain itu juga untuk menguji apakah persamaan itu cocok dengan data

pengamatan maka perlu diuji, pengujian dilakukan dengan uji chi- kuadrat yang

dirumuskan sebagai berikut :

dk = ( B-1 )(K-1) (2.8)

x² = Ʃ [O - E]

E. (2.9)

Dimana :

dk = derajat kebebasan

B = banyak baris

K = banyak kolom

χ2 = nilai chi – kuadrat terhitung

O = nilai pengukuran

E = nilai dari persamaan

Dari persamaan diatas yang diperoleh maka nilai chi – kuadrat pada Tabel.

2.4 pada taraf signifikan (ɑ = 5%) dan derajat kebebasan (dk 10-1 = 9) maka nilai

dari kepercayaan 0,05 [17].

Dibawah ini adalah tabel Chi- Kuadrat

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

25

Tabel 2.4 Nilai X2 Untuk Distribusi Chi – Khuadrat ( Satu Sisi)

Sumber: Soewarno 2015

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

26

3 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BBMKG) yang beralamat di Jl. H. Abdul Gani No. 05, Cempaka Putih

Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Banten Jawa Barat. Penelitian dimulai

sejak tanggal 9 Juli hingga Januari 2020.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Perangkat Keras

Peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan data yaitu:

1. Alat ukur curah hujan tipe Hellman ini adalah (Automatic Rainfall

Recorder / ARR) alat ini sebagai penakar hujan otomatis.

2. Buku khusus yang berisi tada tabel daftar peneriamaan data hujan

3.2.2 Perangkat Lunak

Perangkat lunak atau software yang digunakan dalam proses pengolahan

data pada penelitian ini yaitu:

a. Microsoft Office Word digunakan untuk menuliskan prosedur dan hasil

penelitian.

b. Microsoft Office Excel untuk mengolah data penelitian dan perhitungan

rumus.

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

27

3.3 Digram Alur Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan oleh diagram

alir pada dibawah ini :

Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Curah Hujan

Analisis Parameter

Statistik

Kesimpulan

Selesai

Peta Topografi Menggunakan

Google Pro

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

28

3.4 Pengolahan Data Hujan

Data hujan Jam jaman Selama 30 tahun

Pengolahan data lanjutan (Data Hujan

Maksimum Rata – Rata)

Grafik durasi tebal

hujan terhadap durasi

hujan

Grafik intensitas

hujan terhadap

durasi hujan

Selesai

Mulai

Regresi linier

sederhana

Uji Chi - Kuadrat

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

29

3.5 Perhitungan Data Hujan

Grafik hujan yang terekam pada AUHO (Aalat Ukur Hujan Otomatis) yang

diterima dari setiap pengamat setelah diterima dari kantor pengelola pos hujan

tersebut harus dicatat pada buku khusus yang berisi data tabel daftar penerimaan

data hujan. Berikut adalah tabel yang serupa dapat dibuat sebagai daftar

permintaan data lapangan dari pos ilkim [18].

Gambar 3.1 Formulir Perimaan Data Hujan Otomatis

Sebelum dilakukan perhitungan tebal hujan maka harus dicek dari

kemungkinan terjadinya kesalahan. Sumber kesalahan anatara lain : Salah

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

30

penulisan dan atau nomer pos hujan, salah skala grafik, salah pembacaan dan atau

penulisan data hujan, salah saat memasang kertas grafik AUHO Misal salah

memasang skala tebal dan atau waktu, salah saat menggakan data.

Hasil perhitungan dari AUHO dapat juga disajikan pada tabel hujan seperti

contoh dalam Gambar 3.1 pada kolom HO sesuai tanggal dan bulan terjadinya

hujan yaitu sehasi sebelum tanggal pengukuran. Pengukuran tanggal 1 pukul

07,00 pagi waktu setempat harus disikan pada baris tanggal 1 [18].

Hasil perhitungan dari AUHO juga disajikan pada tabel pengisiannya tepat

sesuai dengan tanggal waktu terjadinya hujan, setiap interval 1 jam. Pembacaan

satu tabel hujan berdasarkan arah grafik yang miring kekanan. Bagian grafik

AUHO yang gambarnya miring ke arah kanan pada skali waktu tertentu berarti

selama periode waktu tersebut telah terjadi hujan dengan tebal hujan = setebal

selisih besarnya hujan yang terjadi diantara skala waktu dari miringnya grafik

tersebut tebal hujan di tulis dengan satuan mmatau satu angka di belakang koma,

Berikut adalah contoh grafik data hujan [19].

Gambar 3.2 Sketsa Grafik AUHO

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

31

3.5.1 Analisis Data Hujan

Dalam membangun pos hujan mempunyai banyak tujuan antara lain; (1)

mendapatkan sampel data hujan dari suatu jaringan hidrologi; (2) menentukan

karakteristik DPS, seperti: tebal, analisis; intensitas frekuensi atau periode ulang

hujan, untuk mendapatkan karakteristik hujan itu diperlukan analisis antara lain

sebai berikut: Pengecekan kualitas data, pengisian data yang kosong ,

menentukan hujan rata rata DPS, analisis tebal dan intensitas hujan terhadap

durasi dan analisis kurva massa ganda [20].

3.5.1.1 Pengecekan Analisis Data Hujan

Diperlukan data hujan untuk analisis hidrologi atau DPS minimal 30 tahun

data runtut waktu. Dari data itu harus tidak mengandung kesalahan dan harus

dicek sebelelum digunakan untuk analisis hidrologi lebih lanjut. Agar tidak

mengandung kesalahan (error) dan harus tidak mengandung data kosong (missing

record), oleh karena itu harus pengecekan kualitas data (data quality control).

3.5.1.2 Pengisian Data Kosong

Setelah data hujan dicek kebenarannya untuk selanjatnya digunakan untuk

analisis hidrologi dan data yang salah dipisahkan tidak digunakan hidrologi, maka

langkah selanjutnya melakukan pengecekan apakah datanya merupakan data yang

tercatat lengkap sesuai dengan hari kejadianya hujan. Analisis hidrologi memang

tidak selalu memerlukan pengisian data kosong misal terdapat data kosong pada

musim kemarau sedang analisis hidrologi tersebut menghitung dedit banjir musim

penghujan maka dipandang tidak perlu melengkapi data pada periode kosong

musim kemarau tersebut, tetapi bila untuk analisis kekeringan data kosong pada

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

32

musim kemarau tersebut harus diuhasakan untuk lengkapi,dalam memperkirakan

data hujan periode kosong tersebut dianataranya menggunakan metode, rata rata

aritmatika sederhana [21].

3.5.2 Hubungan Tebal Hujan Terhadap Durasi

Dari data curah hujan diperlukan yang sebagai masukan pada analisis

hidrologi dalam pengolahan sumber daya air, data yang diperlukan berupa: Satu,

tebal hujan terakumulasi selama selang waktu tertentu pada peluang atau periode

ulang tertentu. Dua, hubungan tebal hujan dan durasi hujan, kedua prameter

tersebut ditentukan dari hasil pengukuran data curah hujan uang cukup lama

minimal disarankan data 30 tahun. Pada durasi yang sama dapat terjadi hujan

dengan intensitas yang berbeda. Mungkin intensitas itu sebesar 50 mm/jam

mungkin pada waktu yang yang berbeda sebesar 150 mm/jam. Dalam satu

kejadian hujanpun intensitas setiap selang waktu dapat berbeda. Pada suatu

kejadian hujan dapat terjadi hujan tersebut terpusat pada saat-saat awal durasi

atau dibagian tengah durasi atau dibagian durasi bagian akhir durasi, meskipun

intensitasnya setiap jam sama besarnya. Mengawali analisis intensitas hujan

adalah mengupulkan data hujan maksimum rata - rata setiap tahun (annual

maximum value) yang diukur pada selang waktu hujan (diffrent time interval)

setiap 5; 10; 15; 30; 45; 60; 120; 180; 360; 720 menit telah diketahui bahwa

intensitas hujan maksimum dari suatu kejadian akan semakin bertambah bila

durasinya semakin berkurang. Tebal hujan dan durasi umumnya mempunyai

hubungan langsung, selanjutnya tebal hujan akan bertambah jika durasi

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

33

bertambah. Persmaan umum untuk menyatakan hubungan terhadap durasi hujan

[22].

Dari rumus (2) dalam hal ini H = tebal hujan (mm), t = durasi hujan

(menit), k = koefesian dan n adalah eksponen yang bernilai sebagai bilangan real

positip dan nilainya kurang dari 1 (satu) umumnya nilai n berkisar antara 0,20

samapai 0,50. Dengan basis data sebuah pos hujan (nilai lokal) atau beberapa

pos hujan (nilai regional) maka dengan menggunakan persamaan (uji - chi

kuadrat) dapat memperkirakan besar tabel hujan pada durasi tertentu, namun

setiap persamaan yang dibangun dari persamaan (uji chi kuadrat) hanya berlaku

terbatas untuk lokasi pos hujan dimana persamaan itu ditentukan atau yang

kondisinya serupa [22].

3.5.3 Hubungan Intensitas Hujan Terhadap Durasi

Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada

suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi. Curah hujan dinotasikan

dengan huruf I dengan satuan mm/jam [23].

Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi

pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak

sangat luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas

tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari

intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila

terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit [20].

Hubungan antara intensitas hujan terhadap durasi hujan adalah berbanding

terbalik semakin pendek durasi hujan akan semakin besar intensitasnya. Dari

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

34

persmaan (uji chi kuadrat) apabila tabel hujan (H) dibagi dengan (t) maka akan

diperoleh persamaan dH/dt = I = K.n t( ).

Nilai (i 1,0/ k.n) = a dan nilai m =1- n. Karena nilai n selalu kurang dari

1,0 maka nilai m juga kurang dari 1,0. Intensitas terhadap durasi seabagi seabai

persamaan sederhana yaitu I = a / t „ model lain hubungan antara intensitas

terhadap durasi antara lain I = a/(t + b). Persamaan umumnya adalah: = a/(t + b) .

Nilai a b dan m dapat ditentukan denagn analisis regresi untuk nilai b = O maka

persamaan a/(t + b) menjadi persamaan lain = a/(t + b) [17].

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

35

4 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Data Tebal Hujan

Pada Gambar 4.1 penampang koordinat titik pos hujan Pondok Betung

Tangerang Selatan yang menggunakan Google Earth Pro yang dapat mejelajahi

seluruh dunia dari atas dengan citra satelit dan medan 3D dari seluruh globe dan

bagunan 3D di ratusan kota diseluruh dunia.

Gambar 4.1 Koodinat Titik Pengamatan Pos Hujan Pondok Betung Selama 30

Tahun

Hasil dari data pengamatan di pos hujan tahunan untuk durasi hujan dari alat

ukur hujan otomatik (AUHO) Stasiun Klimatologi Pondok Betung ditunjukan

pada tabel hubungan tebal hujan dan durasi hujan selama periode ulang 2, 5, 10,

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

36

20, 25, dan 30 tahun, data tersebut diamati selama kurun waktu 1990 – 2019

tahun. (1990 -2019) [24].

4.1.1 Perhitungan Data Tebal Hujan Maksimum Dalam Periode Ulang 2, 5,

10 20, 25 dan 30 Tahun

Hasil analisis data diperoleh data curah hujan rata – rata maksimum

tahunan, untuk berbagai durasi hujan otomatik (AUHO) dari stasiun Klimatiolgi

Pondok Betung untuk setiap periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 30 tahun.

Tabel 4.1 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

2018 -2019

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada Tabel 4.1 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka

diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –

2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,6 mm sampai

5,0 mm ketebalan hujannya.

Tabel 4.2 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

2015 -2019

Sumber : Hasil Perhitungan

Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2018-2019

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720

2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0

2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9

Rata Rata 1,6 2,2 2,6 3,4 3,9 4,1 4,4 4,5 4,7 5,0

Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2015 - 2019

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720

2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5

2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8

2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1

2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0

2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9

Rata rata 1,7 2,2 2,8 3,7 4,4 4,6 5,0 5,2 5,5 5,7

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

37

Pada Tabel 4.2 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka

diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –

2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,6 mm sampai

5,7 mm ketebalan hujannya.

Tabel 4.3 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok

Betung 2010 - 2019

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada Tabel 4.3 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka

diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –

2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,6 sampai 5,7

ketebalan hujannya.

Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2010 - 2019

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720

2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0

2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4

2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8

2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3

2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0

2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5

2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8

2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1

2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0

2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9

RATA-RATA 1,6 2,2 2,7 3,7 4,3 4,6 5,0 5,2 5,5 5,7

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

38

Tabel 4.4 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok

Betung 2010 - 2019

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada Tabel 4.4 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka

diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –

2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,4 sampai 5,4

ketebalan hujannya.

Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 2000 -2019

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720

2000 0,9 1,4 1,8 2,4 2,7 2,9 3,3 3,4 3,7 3,9

2001 1,0 1,9 2,4 3,7 4,4 4,8 5,3 5,6 6,0 6,0

2002 1,1 1,7 2,2 3,0 3,4 3,7 4,2 4,4 4,7 4,8

2003 0,7 1,3 1,5 2,0 2,3 2,5 2,9 3,0 3,5 3,9

2004 1,2 2,0 2,5 3,2 3,7 4,0 4,4 4,6 4,9 5,1

2005 1,6 2,3 3,0 4,0 4,8 5,1 5,6 5,8 6,2 6,4

2006 1,1 1,7 2,1 3,0 3,3 3,6 3,9 4,0 4,2 4,3

2007 1,2 1,7 2,6 3,1 3,8 4,1 4,8 5,1 5,6 6,0

2008 1,3 1,7 2,1 3,0 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,7

2009 1,7 2,3 2,8 3,9 3,9 4,1 4,4 4,6 5,0 5,2

2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0

2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4

2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8

2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3

2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0

2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5

2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8

2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1

2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0

2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9

Rata Rata 1,4 2,0 2,5 3,4 3,9 4,2 4,6 4,8 5,2 5,4

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

39

Tabel 4.5 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok Betung

1995 - 2019

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada Tabel 4.5 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka

diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –

2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,3 sampai 5,5

ketebalan hujannya.

Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 1995 - 2019

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720

1995 1,2 2,0 2,5 3,6 4,1 4,6 5,3 5,7 6,2 6,6

1996 1,0 1,8 2,4 3,7 4,4 4,9 5,7 6,5 7,0 7,4

1997 0,4 0,9 1,2 1,9 2,2 2,4 3,1 3,4 4,1 4,4

1998 0,5 1,1 1,5 2,6 3,3 3,9 4,5 4,8 5,7 6,6

1999 0,5 1,2 1,6 2,6 3,1 3,3 4,0 4,2 4,9 5,1

2000 0,9 1,4 1,8 2,4 2,7 2,9 3,3 3,4 3,7 3,9

2001 1,0 1,9 2,4 3,7 4,4 4,8 5,3 5,6 6,0 6,0

2002 1,1 1,7 2,2 3,0 3,4 3,7 4,2 4,4 4,7 4,8

2003 0,7 1,3 1,5 2,0 2,3 2,5 2,9 3,0 3,5 3,9

2004 1,2 2,0 2,5 3,2 3,7 4,0 4,4 4,6 4,9 5,1

2005 1,6 2,3 3,0 4,0 4,8 5,1 5,6 5,8 6,2 6,4

2006 1,1 1,7 2,1 3,0 3,3 3,6 3,9 4,0 4,2 4,3

2007 1,2 1,7 2,6 3,1 3,8 4,1 4,8 5,1 5,6 6,0

2008 1,3 1,7 2,1 3,0 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,7

2009 1,7 2,3 2,8 3,9 3,9 4,1 4,4 4,6 5,0 5,2

2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0

2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4

2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8

2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3

2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0

2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5

2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8

2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1

2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0

2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9

Rata Rata 1,3 1,9 2,4 3,3 3,8 4,1 4,6 4,8 5,2 5,5

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

40

Tabel 4.6 Tebal Hujan Maksimum AUHO Stasiun Klimatologi Pondok

Betung 1990 – 2019

Sumber : Hasil Perhitungan

Pada Tabel 4.6 dari hasil perhitungan metode rata – rata aretmatik, maka

diperoleh hasil tebal hujan dalm periode ulang hujan 2 tahun dari tahun 2018 –

2019 dari durasi 5 menit sampai dengan 720 bertambah dari mulai 1,3 sampai 5,6

ketebalan hujannya.

Tahun Durasi (Menit) dan Tebal Hujan Tahun 1990 -2019

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720

1990 1,3 2,0 2,6 3,7 4,3 4,7 5,4 5,6 6,0 6,3

1991 1,1 1,8 2,2 3,1 3,6 4,1 4,7 4,9 5,2 5,5

1992 1,9 3,1 4,0 5,6 6,5 7,0 7,6 7,9 8,8 9,1

1993 1,3 2,0 2,6 3,5 4,2 4,3 4,8 5,0 5,5 5,7

1994 0,6 1,0 1,2 1,7 2,0 2,1 2,4 2,5 2,6 2,8

1995 1,2 2,0 2,5 3,6 4,1 4,6 5,3 5,7 6,2 6,6

1996 1,0 1,8 2,4 3,7 4,4 4,9 5,7 6,5 7,0 7,4

1997 0,4 0,9 1,2 1,9 2,2 2,4 3,1 3,4 4,1 4,4

1998 0,5 1,1 1,5 2,6 3,3 3,9 4,5 4,8 5,7 6,6

1999 0,5 1,2 1,6 2,6 3,1 3,3 4,0 4,2 4,9 5,1

2000 0,9 1,4 1,8 2,4 2,7 2,9 3,3 3,4 3,7 3,9

2001 1,0 1,9 2,4 3,7 4,4 4,8 5,3 5,6 6,0 6,0

2002 1,1 1,7 2,2 3,0 3,4 3,7 4,2 4,4 4,7 4,8

2003 0,7 1,3 1,5 2,0 2,3 2,5 2,9 3,0 3,5 3,9

2004 1,2 2,0 2,5 3,2 3,7 4,0 4,4 4,6 4,9 5,1

2005 1,6 2,3 3,0 4,0 4,8 5,1 5,6 5,8 6,2 6,4

2006 1,1 1,7 2,1 3,0 3,3 3,6 3,9 4,0 4,2 4,3

2007 1,2 1,7 2,6 3,1 3,8 4,1 4,8 5,1 5,6 6,0

2008 1,3 1,7 2,1 3,0 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,7

2009 1,7 2,3 2,8 3,9 3,9 4,1 4,4 4,6 5,0 5,2

2010 2,2 3,1 3,9 5,3 6,1 6,5 7,3 7,4 7,7 8,0

2011 0,7 1,0 1,3 1,7 1,9 2,1 2,3 2,3 2,4 2,4

2012 1,5 2,2 2,9 3,9 4,4 4,6 5,0 5,1 5,6 5,8

2013 1,5 2,2 2,7 3,7 4,5 4,9 5,4 5,7 6,3 6,3

2014 1,5 2,1 2,7 3,7 4,2 4,6 5,1 5,3 5,7 6,0

2015 1,0 1,4 1,7 2,2 2,8 2,6 2,9 3,1 3,3 3,5

2016 1,9 2,6 3,5 4,9 5,7 6,3 6,9 7,3 7,6 7,8

2017 2,1 2,8 3,5 4,5 5,6 5,8 6,3 6,7 7,0 7,1

2018 1,3 1,8 2,3 3,0 3,3 3,4 3,6 3,7 3,9 4,0

2019 2,0 2,6 2,9 3,7 4,4 4,8 5,1 5,2 5,6 5,9

Rata Rata 1,3 1,9 2,4 3,3 3,9 4,2 4,7 4,9 5,3 5,6

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

41

Dibawah ini adalah grafik dari tebal hujan rata – rata dalam periode ulang 30

tahun dengan tebal hujan yang berbeda beda di setiap menitnya.

Gambar 4.2 Grafik Dari Tebal Hujan Rata – Rata Dalam Periode Ulang 30

Tahun

4.1.2 Nilai Rata - Rata Tebal Hujan Maksimum dan Deviasi Standar

Stasiun Klimatologi Pondik Betung

Berdasarkan tebal hujan pada tabel maka tebal hujan rata – rata maksimum

pada masing masing durasi dan devisi standart dapat dilihat di bawah ini, dengan

periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 30. Semakin kecil nilai koefisien deviasi (s)

terhadap nilai rata-rata varibelnya berarti semakin bagus pula pula kualitas data

yang diperoleh [17].

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

42

Tabel 4.7 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019

Tabel 4.8 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019

Tabel 4.9 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2010 -2019

Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)

Tebal Rata - Rata Deviasi Standar

1 5 1,6 2,37427553

2 10 2,2 5,503795489

3 15 2,6 8,763918598

4 30 3,4 18,80992728

5 45 3,9 29,0948575

6 60 4,1 39,51490731

7 120 3,6 82,27995799

8 180 4,5 124,1316375

9 360 4,7 251,2174052

10 720 5,0 505,6040132

Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)

Tebal Rata - Rata Deviasi Standar

1 5 1,7 2,367186826

2 10 2,2 5,494142041

3 15 2,8 8,648506212

4 30 3,7 18,61212559

5 45 4,4 28,7419545

6 60 4,6 39,18229093

7 120 5,0 81,34523052

8 180 5,2 123,6100381

9 360 5,5 250,6975288

10 720 5,7 505,1120828

Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)

Tebal Rata - Rata Deviasi Standar

1 5 1,6 2,424251756

2 10 2,2 5,52880255

3 15 2,7 8,674246702

4 30 3,7 18,61726363

5 45 4,3 28,78508451

6 60 4,6 39,20507476

7 120 5,0 81,32873956

8 180 5,2 123,6115694

9 360 5,5 250,6662511

10 720 5,7 505,0987657

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

43

Tabel 4.10 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019

Tabel 4.11 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1995 -2019

Tabel 4.12 Rata Rata Tebal Hujan Maksimum Dan Deviasi Standar Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019

Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)

Tebal Rata - Rata Deviasi Standar

1 5 1,4 2,556180913

2 10 2,0 5,66730338

3 15 2,5 8,825917097

4 30 3,4 18,80362759

5 45 3,9 29,04995433

6 60 4,2 39,45785396

7 120 4,6 81,58159809

8 180 4,8 123,8666307

9 360 5,2 250,9152262

10 720 5,4 505,3332575

Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)

Tebal Rata - Rata Deviasi Standar

1 5 1,3 2,646293342

2 10 1,9 5,753964321

3 15 2,4 8,920549671

4 30 3,3 18,88152763

5 45 3,8 29,12201238

6 60 4,1 39,56000143

7 120 4,6 81,59828529

8 180 4,8 123,9113802

9 360 5,2 250,9148547

10 720 5,5 505,237274

Nomer Durasi Hujan Maksimum Tahunan (mm)

Tebal Rata - Rata Deviasi Standar

1 5 1,3 2,651398844

2 10 1,9 5,739761175

3 15 2,4 8,898550506

4 30 3,3 18,84708214

5 45 3,9 29,07914261

6 60 4,2 39,46955299

7 120 4,7 81,5518481

8 180 4,9 123,8097509

9 360 5,3 250,7924771

10 720 5,6 505,1740854

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

44

4.1.3 Data Tebal Hujan Menggunakan Persamaan Regresi Linier

Sederhana dalam Periode Ulang 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun

Berdasarkan berdasarkan rumus dari (2.4), (2.5), (2.6) dan (2.7) maka

hasil dari model persamaan dapat ditentukan dengan menggunakan tabel penolong

seperti dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 4.13 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2018 -2019 ( 2 Tahun)

Tabel 4.14 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2015 -2019 ( 5 Tahun)

No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY

(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)

1 5 1,6 0,698970004 0,215443858 0,1505888 0,4886 0,046416

2 10 2,2 1 0,345659462 0,3456595 1 0,11948

3 15 2,6 1,176091259 0,415965655 0,4892136 1,3832 0,173027

4 30 3,4 1,477121255 0,531318676 0,7848221 2,1819 0,2823

5 45 3,9 1,653212514 0,585873162 0,9685728 2,7331 0,343247

6 60 4,1 1,77815125 0,614631727 1,0929082 3,1618 0,377772

7 120 4,4 2,079181246 0,639883322 1,3304334 4,323 0,409451

8 180 4,5 2,255272505 0,648492201 1,4625266 5,0863 0,420542

9 360 4,7 2,556302501 0,674396153 1,7239606 6,5347 0,45481

10 720 5,0 2,857332496 0,696176988 1,9892091 8,1643 0,484662

TOTAL 17,53163503 5,367841203 10,337895 35,057 3,111708

Y²X²

No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY

(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)

1 5 1,7 0,698970004 0,218086875 0,152436184 0,488559067 0,047561885

2 10 2,2 1 0,348326249 0,348326249 1 0,121331175

3 15 2,8 1,176091259 0,442348869 0,520242638 1,38319065 0,195672521

4 30 3,7 1,477121255 0,565668348 0,835560739 2,181887201 0,319980679

5 45 4,4 1,653212514 0,638762541 1,056010226 2,733111616 0,408017583

6 60 4,6 1,77815125 0,661611364 1,176445075 3,161821869 0,437729597

7 120 5,0 2,079181246 0,695522982 1,446118341 4,322994654 0,483752219

8 180 5,2 2,255272505 0,715084309 1,612709981 5,086254072 0,511345569

9 360 5,5 2,556302501 0,737204953 1,884518864 6,534682475 0,543471142

10 720 5,7 2,857332496 0,753095788 2,151845068 8,164348995 0,567153266

TOTAL 17,53163503 5,775712277 11,18421336 35,0568506 3,636015639

X² Y²

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

45

Tabel 4.15 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 2000 -2019 ( 10 Tahun)

Tabel 4.16 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1999 -2019 ( 20 Tahun)

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)

1 5 1,6 0,698970004 0,196339336 0,137235307 0,488559067 0,038549135

2 10 2,2 1 0,338674075 0,338674075 1 0,114700129

3 15 2,7 1,176091259 0,436601917 0,513483698 1,38319065 0,190621234

4 30 3,7 1,477121255 0,564809616 0,834292288 2,181887201 0,319009902

5 45 4,3 1,653212514 0,632633717 1,045877978 2,733111616 0,40022542

6 60 4,6 1,77815125 0,6585505 1,171002395 3,161821869 0,433688761

7 120 5,0 2,079181246 0,69756004 1,450353753 4,322994654 0,486590009

8 180 5,2 2,255272505 0,714903031 1,612301149 5,086254072 0,511086343

9 360 5,5 2,556302501 0,740709041 1,893476375 6,534682475 0,548649884

10 720 5,7 2,857332496 0,754537549 2,15596466 8,164348995 0,569326913

17,53163503 5,735318822 11,15266168 35,0568506 3,61244773

Y²X²XY

TOTAL

Y=Log HiX=Log TiNo.

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)

1 5 1,4 0,698970004 0,141454253 0,09887228 0,488559067 0,020009306

2 10 2,0 1 0,297809232 0,297809232 1 0,088690339

3 15 2,5 1,176091259 0,401102006 0,471732563 1,38319065 0,160882819

4 30 3,4 1,477121255 0,5324556 0,786501483 2,181887201 0,283508966

5 45 3,9 1,653212514 0,592971378 0,980307703 2,733111616 0,351615055

6 60 4,2 1,77815125 0,623059792 1,107894548 3,161821869 0,388203504

7 120 4,6 2,079181246 0,665224173 1,383121626 4,322994654 0,442523201

8 180 4,8 2,255272505 0,683599106 1,541702269 5,086254072 0,467307738

9 360 5,2 2,556302501 0,711999802 1,820086875 6,534682475 0,506943719

10 720 5,4 2,857332496 0,728423074 2,081346921 8,164348995 0,530600175

17,53163503 5,378098416 10,5693755 35,0568506 3,240284821Sigma

XY X² Y²No. Y=Log HiX=Log Ti

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

46

Tabel 4.17 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1995-2019 ( 25 Tahun)

Tabel 4.18 Penolong Perhitungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Pada Stasiun

Klimatologi Pondok Betung 1990 -2019 ( 30 Tahun)

4.1.4 Tabel Dan Grafik Perhitungan Chi – Kuadrat Dari Data Periode

Ulang Hujan 2, 5, 10, 20, 25 30 Tahun

Dari data tabel dan persamaan yang diperoleh maka dapat dihitung nilai

chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 = 0,809423. Bila nilai itu dibandingkan

dengan pada Tabel 2.4 maka untuk mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka

nilai x2 pada derajat kepercaan adalah 0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat tabel

No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY

(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)

1 5 1,3 0,698970004 0,099534263 0,069571464 0,488559067 0,00990707

2 10 1,9 1 0,270134899 0,270134899 1 0,072972863

3 15 2,4 1,176091259 0,377385975 0,443840346 1,38319065 0,142420174

4 30 3,3 1,477121255 0,518183163 0,765419365 2,181887201 0,268513791

5 45 3,8 1,653212514 0,581523584 0,961382067 2,733111616 0,338169679

6 60 4,1 1,77815125 0,607852618 1,080853892 3,161821869 0,369484805

7 120 4,6 2,079181246 0,66300307 1,37850355 4,322994654 0,439573071

8 180 4,8 2,255272505 0,677866501 1,528773683 5,086254072 0,459502994

9 360 5,2 2,556302501 0,712044084 1,820200073 6,534682475 0,507006778

10 720 5,5 2,857332496 0,739302896 2,112434189 8,164348995 0,546568772

TOTAL 17,53163503 5,246831054 10,43111353 35,0568506 3,154119996

X² Y²

No. Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm) X=Log Ti Y=Log Hi XY

(ti) Tebal Hujan Rata-Rata (Hi)

1 5 1,3 0,698970004 0,097033612 0,067823584 0,488559067 0,009415522

2 10 1,9 1 0,274793095 0,274793095 1 0,075511245

3 15 2,4 1,176091259 0,383015886 0,450461635 1,38319065 0,146701169

4 30 3,3 1,477121255 0,524552001 0,77482691 2,181887201 0,275154802

5 45 3,9 1,653212514 0,588370562 0,972701575 2,733111616 0,346179918

6 60 4,2 1,77815125 0,621344861 1,104845141 3,161821869 0,386069436

7 120 4,7 2,079181246 0,669156002 1,391296609 4,322994654 0,447769754

8 180 4,9 2,255272505 0,690778098 1,557892851 5,086254072 0,477174381

9 360 5,3 2,556302501 0,726391173 1,856875572 6,534682475 0,527644136

9 720 5,6 2,857332496 0,746319416 2,13248272 8,164348995 0,556992671

TOTAL 17,53163503 5,321754705 10,58399969 35,0568506 3,248613034

X² Y²

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

47

Tabel 4.19 lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan perhitungan ini sangat

signifikan untuk daerah klomatologi pondok betung [25].

Tabel 4.19 Perhitungan Chi- Kudrat 2018- 2019

Tabel 4.20 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)

pada Grafik periode ulang 2 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis

menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,447 t0,21

terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)

1 5 1,6 1,929201781 0,082331370213005 0,0426764

2 10 2,2 2,238574961 0,000489169912261 0,0002185

3 15 2,6 2,442062092 0,026858413467142 0,0109983

4 30 3,4 2,833679248 0,319300135233220 0,1126804

5 45 3,9 3,091261537 0,581248266722216 0,1880295

6 60 4,4 3,288097427 1,157535648258790 0,3520381

7 120 3,6 3,815387608 0,031265352969739 0,0081945

8 180 4,5 4,162207479 0,083606108759634 0,020087

9 360 4,7 4,82967284 0,010969297308821 0,0022712

10 720 5,0 5,604175155 0,404785775028515 0,0722293

0,8094232

No. (E) (O-E)^2

Sigma x^2

(O-E)^2/E

Nilai Chi Kuadrat 0,80942322

Nilai H 1.4474 t^0.21

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

48

Gambar 4.3 Hubungan tebal hujan dan durasi hujan dalam periode ulang 2 tahun

Pada tabel periode ulang 5 tahunpun sama persamaan yang diperoleh

maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =

0,912089589. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada tabel Tabel 4.2 maka

untuk mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan

adalah 0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.22 lebih kecil, sehingga

dapat disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi

pondok betung [25].

Tabel 4.21 Perhitungan Chi- Kudrat 2015- 2019

Tabel 4.22 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)

Grafik periode ulang 5 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis

menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,4064

t0,24

terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)

1 5 1,7 2,025859474 0,139552443509451 0,06888555

2 10 2,2 2,400751913 0,029118726687373 0,012129003

3 15 2,8 2,651436492 0,013860053721833 0,005227375

4 30 3,7 3,142094164 0,287709296268492 0,091566096

5 45 4,4 3,470189103 0,778892801261358 0,224452552

6 60 4,6 3,723549769 0,747054224102445 0,200629579

7 120 5,0 4,412605785 0,300157134641840 0,068022649

8 180 5,2 4,873366522 0,099629308605756 0,020443631

9 360 5,5 5,775200181 0,099253615489843 0,017186178

10 720 5,7 6,84392134 1,393059490848210 0,203546976

0,912089589Sigma x^2

No. (E) (O-E)^2 (O-E)^2/E

Nilai Chi Kuadrat 0,912089589

Nilai H 1.4064 t^0.21

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

49

Gambar 4.4 Hubungan tebal hujan dan durasi hujan dalam periode ulang 5 tahun

Pada tabel periode ulang 10 tahunpun sama persamaan yang diperoleh

maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =

0,89422918. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.2 maka untuk

mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah

0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.24 lebih kecil, sehingga dapat

disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi pondok

betung [25].

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

50

Tabel 4.23 Perhitungan Chi- Kudrat 2000- 2019

Tabel 4.24 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)

Grafik periode ulang 10 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis

menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,051 t0,25

terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.

Gambar 4.5 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 10

Tahun

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)

1 5 1,6 2,055704894 0,234366951693966 0,114008072

2 10 2,2 2,451512763 0,073127145639708 0,029829396

3 15 2,7 2,717491682 0,000233203096932 8,58156E-05

4 30 3,7 3,240720768 0,185323801774743 0,057185983

5 45 4,3 3,592325467 0,489185021678609 0,136175028

6 60 4,6 3,864693006 0,477423732574386 0,123534711

7 120 5,0 4,608805602 0,140615929090903 0,030510276

8 180 5,2 5,108841804 0,006084052435919 0,001190887

9 360 5,5 6,092504291 0,345880743569849 0,056771522

10 720 5,7 7,265562326 2,506164832003410 0,34493749

0,89422918

(O-E)^2/ENo. (E) (O-E)^2

Sigma x^2

Nilai Chi Kuadrat 0,89422918

Nilai H 1.05186 t^0.29

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

51

Pada tabel periode ulang 20 tahunpun sama persamaan yang diperoleh

maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =

1,46751679. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.25 maka untuk

mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah

0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.25 lebih kecil, sehingga dapat

disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi pondok

betung [25].

Tabel 4.25 Perhitungan Chi- Kudrat 1999- 2019

Tabel 4.26 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)

Grafik periode ulang 20 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis

menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,8850

t0,21

terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)

1 5 1,4 2,088878382 0,495424667279416 0,237172576

2 10 2,0 2,508307482 0,273617691608982 0,109084589

3 15 2,5 2,791684597 0,074756449497340 0,026778258

4 30 3,4 3,352231238 0,003071776406298 0,000916338

5 45 3,9 3,730951002 0,034674016278441 0,009293613

6 60 4,2 4,0253309 0,029872588795218 0,007421151

7 120 4,6 4,833583278 0,043008844424825 0,008897921

8 180 4,8 5,379659424 0,306393712796305 0,05695411

9 360 5,2 6,459849508 1,709727292280570 0,264669833

10 720 5,4 7,756932618 5,789215919995470 0,746327989

1,467516379

No. (E) (O-E)^2 (O-E)^2/E

Sigma x^2

Nilai Chi Kuadrat 1,467516379

Nilai H 1.18850 t^0.26

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

52

Gambar 4.6 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 20

Tahun

Pada tabel periode ulang 25 tahunpun sama persamaan yang diperoleh

maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 =

3,293484779. Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.2 maka untuk

mendapatkan derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah

0,05 =16, 919 maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.29 lebih kecil, sehingga dapat

disimpulkan perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klomatologi pondok

betung, hasi ini lebih besar dari periode ulang 2,5, dan 10 tahun [25].

Tabel 4.27 Perhitungan Chi- Kudrat 1995- 2019

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)

1 5 1,3 2,168582125 0,829932040361137 0,382707222

2 10 1,9 2,646351104 0,614162938498327 0,232079159

3 15 2,4 2,973240919 0,346689265028482 0,116603153

4 30 3,3 3,628287487 0,109428603713235 0,030159849

5 45 3,8 4,076470732 0,068233593474382 0,016738399

6 60 4,1 4,427649978 0,139831516336221 0,03158143

7 120 4,6 5,403123208 0,640840170450260 0,118605508

8 180 4,8 6,070542563 1,710071393332100 0,281699926

9 360 5,2 7,407968012 5,085740049676470 0,68652295

10 720 5,5 9,040046998 12,627021790156600 1,396787184

3,293484779

(O-E)^2/E

Sigma x^2

No. (E) (O-E)^2

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

53

Tabel 4.28 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)

Grafik periode ulang 25 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis

menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,05182

t0,28

terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.

Gambar 4.7 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 25

Tahun

Pada tabel periode ulang 30 tahunpun sama persamaan yang diperoleh

maka dapat dihitung nilai chi – kuadrat pada tabel diperoleh nilai x2 = 3,2675471.

Apabila nilai ini dibandingkan dengan pada Tabel 4.2 maka untuk mendapatkan

derajat bebas 10 -1 = 9, maka nilai x2 pada derajat kepercaan adalah 0,05 =16, 919

maka nilai chi – kuadrat Tabel 4.32 lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan

perhitungan ini sangat signifikan untuk daerah klimatologi pondok betung, nilai

Nilai Chi Kuadrat 3,293484779

Nilai H 1.0582 t^0.28

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

54

yang di hasilkan dari periode ulang 30 lebih kecil dari periode ulang 25 tahun

[26].

Tabel 4.29 Perhitungan Chi- Kudrat 1990- 2019

Tabel 4.30 Tabel Nilai Chi- Kuadrat Dan Nilai H (Tebal Hujan)

Grafik periode ulang 30 tahun dibawah telah di uji dan dianalisis

menggunakan analisis chi – kuadrat dan hasil dari tebal hujan adalah H=1,0552

t0,29

terdapat hubungan yang signifikan antara durasi hujan dan tebal hujan.

Durasi (Menit) Hujan Maksimum Tahunan (mm)

(t) Tebal Hujan Rata-Rata (O)

1 5 1,3 2,1790008 0,862381542781299 0,395769264

2 10 1,9 2,664559605 0,611223284920027 0,229389984

3 15 2,4 2,997315591 0,338452146066400 0,112918422

4 30 3,3 3,665224009 0,101775795147726 0,02776796

5 45 3,9 4,122945137 0,061040126789052 0,014804982

6 60 4,2 4,481966156 0,090206097805399 0,020126457

7 120 4,7 5,480707475 0,660054036845469 0,120432269

8 180 4,9 6,165150117 1,584021102393850 0,256931473

9 360 5,3 7,538964632 4,897754656839860 0,649658792

10 720 5,6 9,218913836 13,271134495247000 1,439555107

3,26735471Sigma x^2

No. (E) (O-E)^2 (O-E)^2/E

Nilai Chi Kuadrat 3,26735471

Nilai H 1,0552 t^0.29

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

55

Gambar 4.8 Hubungan Tebal Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode Ulang 30

Tahun

Dari seluruh perhitungan tebal hujan terhadap durasi hujan diatas dapat dilihat

grafik periode ulang hujan dalam sekala priode hujan 30 tahun.

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Durasi Hujan Dan Tebal Hujan

4.2 Perhitungan Data Intensitas Hujan Dalam Periode Ulang 2, 5, 10 20, 25

Dan 30 Tahun

Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik

secara statistik maupun secara empiris. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan

huruf I dengan satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan

dalam perhitungan debit banjir rencana berdasar metode regresi linier Intensitas

hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Intensitas hujan

juga merupakan laju hujan rerata dalam mm/jam untuk suatu wilayah atau luasan

tertentu. Dengan kata lain intensitas curah hujan menyatakan besarnya curah

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

0 200 400 600 800

T 2

T 5

T 10

T 20

T 25

T 30

Lamanya Curah Hujan t (menit)

Grafik Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan

Teb

al

Hu

jan

(m

m)

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

56

hujan dalam jangka pendek yang memberikan derasnya hujan perjam. Dibawah

ini adalah perhitungan dengan dinyatakan dalam mm/jam [27].

4.2.1 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung Periode Ulang 2 Tahun

Dalam mengubah setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitashujan

(mm/jam) pada Tabel 4.35 dari setiap durasi 5 menit sampai dengan 720 menit,

untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai tebal hujan tersebut harus

dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720). Seperti dalam tabel dibawh ini

intensitas hujan selama 720 menit adalah 64,36819909 mm/jam [28].

Tabel 4.31 Perhitungan Intensitas Hujan

No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)

Tebal Perhitungan I (mm/jam)

1 5 1,6 60/5x1,6 19,70720814

2 10 2,2 60/10x2,2 13,29874665

3 15 2,6 60/15x2,6 10,42378984

4 30 3,4 60/30x3,4 6,797491471

5 45 3,9 60/45x3,9 5,138210579

6 60 4,1 60/60x4,1 4,117482167

7 120 4,4 60/120x4,4 2,2

8 180 4,5 60/180x4,5 1,483784896

9 360 4,7 60/360x4,7 0,787489738

10 720 5,0 60/720x5,0 0,413995615

64,36819909

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

57

Tabel 4.32 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu)

Tabel 4.33 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.34 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „

Pos Hujan Pondok Betung (Rumus dua)

No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2

1 5 19,70720814 0,698970004 1,294625104 0,9049041 0,4886 1,676054

2 10 13,29874665 1 1,123810712 1,1238107 1 1,262951

3 15 10,42378984 1,176091259 1,018025647 1,1972911 1,3832 1,036376

4 30 6,797491471 1,477121255 0,832348671 1,2294799 2,1819 0,692804

5 45 5,138210579 1,653212514 0,710811899 1,1751231 2,7331 0,505254

6 60 4,117482167 1,77815125 0,614631727 1,0929082 3,1618 0,377772

7 120 1,819283747 2,079181246 0,25990044 0,5403801 4,323 0,067548

8 180 1,483784896 2,255272505 0,171370946 0,3864882 5,0863 0,029368

9 360 0,787489738 2,556302501 -0,103755097 -0,265229 6,5347 0,010765

10 720 0,413995615 2,857332496 -0,383004258 -1,094371 8,1643 0,146692

17,53163503 5,53876579 6,2907855 35,057 5,805585Sigma

-34,19576555 43,21027915

B -0,791380343

A 1,941295714

a 87,35659828

m 0,791380343

I 87,35659/t^0.7913

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2

1 5 19,70720814 5 0,050742855 0,2537143 25 0,002575

2 10 13,29874665 10 0,075195056 0,7519506 100 0,005654

3 15 10,42378984 15 0,095934398 1,439016 225 0,009203

4 30 6,797491471 30 0,147113094 4,4133928 900 0,021642

5 45 5,138210579 45 0,194620284 8,7579128 2025 0,037877

6 60 4,117482167 60 0,242866869 14,572012 3600 0,058984

7 120 1,819283747 120 0,549666869 65,960024 14400 0,302134

8 180 1,483784896 180 0,673952136 121,31138 32400 0,454211

9 360 0,787489738 360 1,269857818 457,14881 129600 1,612539

10 720 0,413995615 720 2,415484519 1739,1489 518400 5,834565

1545 5,715433896 2413,7571 701675 8,339386Sigma

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

58

Tabel 4.35 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.36 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data

pengukuran intensitas hujan

Gambar 4.10 Hubungan intensitas hujan dan durasi hujan dalam periode ulang 2

tahun

Berdasarkan gambar sesuai dengan sifat umum hujan yaitu makin singkat

hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar kala

15307,22538 4629725

B 0,003306293

A 0,060721187

a 302,4535723

b 18,36533992

I 302,4535/(t+0,0033)

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²

1 5 19,70720814 24,45724118 0,922541248 3,6707975 70,057

2 10 13,29874665 14,13489998 0,049462847 1,8359492 71,568

3 15 10,42378984 10,25662681 0,002724432 1,2240885 69,141

4 30 6,797491471 5,92774929 0,127611919 0,6121055 62,504

5 45 5,138210579 4,301318889 0,162830917 0,4080839 54,827

6 60 4,117482167 3,425903302 0,139607363 0,306068 47,463

7 120 1,819283747 1,979978042 0,01304189 0,1530378 18,142

8 180 1,483784896 1,436720168 0,001541768 0,1020261 18,713

9 360 0,787489738 0,830342871 0,002211606 0,0510135 10,632

10 720 0,413995615 0,479891143 0,009048345 0,0255068 5,917

Jumlah 1,430622335 428,97

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

59

ulangnya makin tinggi pula intensitasnya, dengan nilai intensitas yaitu 12

=87,35659/t0,7913

[28].

4.2.2 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung periode ulang 5 tahun

Pada Tabel 4.42 intensitas 5 tahun periode ulang ini, dalam mengubah

setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi

5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai

tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).

Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah

67,62521098 mm/jam [28].

Tabel 4.37 Perhitungan Intensitas Hujan

No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)

Tebal Perhitungan I (mm/jam)

1 5 1,7 60/5x1,7 19,82750744

2 10 2,2 60/10x2,2 13,38065887

3 15 2,8 60/15x2,8 11,07666088

4 30 3,7 60/30x3,7 7,356959127

5 45 4,4 60/45x4,4 5,803650852

6 60 4,6 60/60x4,6 4,587872755

7 120 5,0 60/120x5,0 2,480235884

8 180 5,2 60/180x5,2 1,72966921

9 360 5,5 60/360x5,5 0,910025794

10 720 5,7 60/720x5,7 0,471970161

67,62521098

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

60

Tabel 4.38 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu)

Tabel 4.39 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.40 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a /

t „ Pos Hujan Pondok Betung (Rumus dua)

No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2

1 5 19,82750744 0,698970004 1,297268121 0,906751504 0,488559067 1,682904579

2 10 13,38065887 1 1,126477499 1,126477499 1 1,268951556

3 15 11,07666088 1,176091259 1,04440886 1,228320131 1,38319065 1,090789867

4 30 7,356959127 1,477121255 0,866698343 1,280218544 2,181887201 0,751166018

5 45 5,803650852 1,653212514 0,763701277 1,262560509 2,733111616 0,583239641

6 60 4,587872755 1,77815125 0,661611364 1,176445075 3,161821869 0,437729597

7 120 2,480235884 2,079181246 0,394492986 0,820222419 4,322994654 0,155624716

8 180 1,72966921 2,255272505 0,237963054 0,536671534 5,086254072 0,056626415

9 360 0,910025794 2,556302501 -0,040946298 -0,104671123 6,534682475 0,001676599

10 720 0,471970161 2,857332496 -0,326085458 -0,931734575 8,164348995 0,106331726

17,53163503 6,02558975 7,301261516 35,0568506 6,135040715Sigma

-32,62582519 43,21027915

B -0,755047776

A 1,92628118

a 84,3880944

m 0,791380343

I 84,3880944/t^0.7913

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2

1 5 19,82750744 5 0,050434983 0,252174915 25 0,002543688

2 10 13,38065887 10 0,074734735 0,747347354 100 0,005585281

3 15 11,07666088 15 0,090279915 1,354198721 225 0,008150463

4 30 7,356959127 30 0,135925725 4,077771737 900 0,018475803

5 45 5,803650852 45 0,172305334 7,753740042 2025 0,029689128

6 60 4,587872755 60 0,21796594 13,07795643 3600 0,047509151

7 120 2,480235884 120 0,403187458 48,38249491 14400 0,162560126

8 180 1,72966921 180 0,578145228 104,0661411 32400 0,334251905

9 360 0,910025794 360 1,098869952 395,5931825 129600 1,20751517

10 720 0,471970161 720 2,118778015 1525,520171 518400 4,489220276

1545 4,940627284 2100,825178 701675 6,30550099Sigma

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

61

Tabel 4.41 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.42 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data

pengukuran intensitas hujan

4.2.3 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung Periode Ulang 10 Tahun

Pada Tabel 4.49 intensitas 10 tahun periode ulang ini, dalam mengubah

setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi

5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai

tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).

Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah

66,10887284 mm/jam [28].

13374,98263 4629725

B 0,002888937

A 0,047722003

a 346,1481131

b 16,51888121

I 346, 1481/(t+0,0028)

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²

1 5 19,82750744 24,45724118 0,876404428 3,302279088 82,69536424

2 10 13,38065887 14,13489998 0,040246457 1,651469706 83,30390683

3 15 11,07666088 10,25662681 0,065563065 1,101053193 90,37960152

4 30 7,356959127 5,92774929 0,3445896 0,550563296 84,14477421

5 45 5,803650852 4,301318889 0,524723087 0,367050353 80,5247147

6 60 4,587872755 3,425903302 0,394107157 0,275290824 67,55896427

7 120 2,480235884 1,979978042 0,126394284 0,137647706 39,8678593

8 180 1,72966921 1,436720168 0,059732677 0,091765647 29,23455745

9 360 0,910025794 0,830342871 0,007646682 0,045883078 16,27490261

10 720 0,471970161 0,479891143 0,000130742 0,022941603 8,788690406

Jumlah 2,439538181 582,7733355

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

62

Tabel 4.43 Perhitungan Intensitas Hujan

Tabel 4.44 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu)

Tabel 4.45 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)

Tebal Perhitungan I (mm/jam)

1 5 1,6 60/5x1,6 18,85908346

2 10 2,2 60/10x2,2 13,0865547

3 15 2,7 60/15x2,7 10,93105068

4 30 3,7 60/30x3,7 7,342426558

5 45 4,3 60/45x4,4 5,72232413

6 60 4,6 60/60x4,6 4,555651567

7 120 5,0 60/120x5,0 2,491896753

8 180 5,2 60/180x5,2 1,72894738

9 360 5,5 60/360x5,5 0,917398004

10 720 5,7 60/720x5,7 0,4735396

66,10887284

No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2

1 5 18,85908346 0,698970004 1,275520582 0,891550627 0,488559067 1,626952756

2 10 13,0865547 1 1,116825325 1,116825325 1 1,247298806

3 15 10,93105068 1,176091259 1,038661908 1,221561191 1,38319065 1,078818559

4 30 7,342426558 1,477121255 0,865839611 1,278950093 2,181887201 0,749678232

5 45 5,72232413 1,653212514 0,757572454 1,252428261 2,733111616 0,573916023

6 60 4,555651567 1,77815125 0,6585505 1,171002395 3,161821869 0,433688761

7 120 2,491896753 2,079181246 0,396530044 0,824457832 4,322994654 0,157236076

8 180 1,72894738 2,255272505 0,237781776 0,536262701 5,086254072 0,056540173

9 360 0,917398004 2,556302501 -0,037442209 -0,095713613 6,534682475 0,001401919

10 720 0,4735396 2,857332496 -0,324643697 -0,927614984 8,164348995 0,10539353

17,53163503 5,985196295 7,269709828 35,0568506 6,030924836Sigma

-32,23317875 43,21027915

B -0,745960901

A 1,906311055

a 81,94950035

m 0,750668212

I 81.949/t^0.7506

PERHITUNGAN REGRESI

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

63

Tabel 4.46 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a /

t „ Pos Hujan Pondok Betung (Rumus dua)

Tabel 4.47 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.48 Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data Pengukuran

Intensitas Hujan

No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2

1 5 18,85908346 5 0,053024846 0,265124231 25 0,002811634

2 10 13,0865547 10 0,076414306 0,764143063 100 0,005839146

3 15 10,93105068 15 0,091482514 1,372237714 225 0,00836905

4 30 7,342426558 30 0,136194757 4,085842706 900 0,018549012

5 45 5,72232413 45 0,174754169 7,86393762 2025 0,03053902

6 60 4,555651567 60 0,219507569 13,17045413 3600 0,048183573

7 120 2,491896753 120 0,401300736 48,15608826 14400 0,16104228

8 180 1,72894738 180 0,578386602 104,1095883 32400 0,334531061

9 360 0,917398004 360 1,090039433 392,4141958 129600 1,188185965

10 720 0,4735396 720 2,111755805 1520,464179 518400 4,459512579

1545 4,932860737 2092,665791 701675 6,257563321Sigma

13305,38808 4629725

B 0,002873905

A 0,04926781

a 347,9586596

b 17,143161

I 347,9586/(t+0,0028)

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²

1 5 15,00426955 20,2269322 1,34850925 4,491203519 24,60911802

2 10 11,29651141 14,55270274 0,728578201 2,24605079 36,46882689

3 15 9,662196756 10,73419695 0,107058257 1,497467004 44,51704894

4 30 6,69240164 6,379937799 0,015303229 0,748783414 47,17865931

5 45 5,167842847 4,705896222 0,045346237 0,499200036 43,66230799

6 60 4,181622856 3,791956353 0,040042651 0,374404187 38,71461516

7 120 2,334135189 2,253773225 0,002865437 0,187205213 24,62168782

8 180 1,635523705 1,662402242 0,000434585 0,124804169 18,2868372

9 360 0,88764625 0,98805928 0,010204627 0,062402431 10,91347482

10 720 0,464663084 0,587259278 0,02559317 0,031201302 6,021835708

Jumlah 2,323935644 294,9944119

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

64

Gambar 4.11 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 10 Tahun

4.2.4 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung periode ulang 20 tahun

Pada Tabel 4.56 intensitas 20 tahun periode ulang ini, dalam mengubah

setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi

5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai

tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).

Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah

60,06736684 mm/jam [28].

Tabel 4.49 Perhitungan Intensitas Hujan

No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)

Tebal Perhitungan I (mm/jam)

1 5 1,4 60/5x1,4 16,62017142

2 10 2,0 60/10x2,0 11,91133619

3 15 2,5 60/15x2,5 10,07307336

4 30 3,4 60/30x3,4 6,815309693

5 45 3,9 60/45x3,9 5,222880806

6 60 4,2 60/60x4,2 4,198167785

7 120 4,6 60/120x4,6 2,31309877

8 180 4,8 60/180x4,8 1,608710334

9 360 5,2 60/360x5,2 0,858714017

10 720 5,4 60/720x5,4 0,445904472

60,06736684

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

65

Tabel 4.50 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu)

Tabel 4.51 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.52 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan I = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)

No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2

1 5 16,62017142 0,698970004 1,220635499 0,8531876 0,488559067 1,489951021

2 10 11,91133619 1 1,075960482 1,075960482 1 1,15769096

3 15 10,07307336 1,176091259 1,003161997 1,179810056 1,38319065 1,006333992

4 30 6,815309693 1,477121255 0,833485595 1,231159288 2,181887201 0,694698238

5 45 5,222880806 1,653212514 0,717910115 1,186857985 2,733111616 0,515394933

6 60 4,198167785 1,77815125 0,623059792 1,107894548 3,161821869 0,388203504

7 120 2,31309877 2,079181246 0,364194178 0,757225704 4,322994654 0,132637399

8 180 1,608710334 2,255272505 0,206477852 0,465663822 5,086254072 0,042633103

9 360 0,858714017 2,556302501 -0,066151448 -0,169103112 6,534682475 0,004376014

10 720 0,445904472 2,857332496 -0,350758172 -1,002232723 8,164348995 0,123031295

17,53163503 5,627975889 6,686423651 35,0568506 5,554950458Sigma

-31,80338274 43,21027915

B -0,736014286

A 1,853150972

a 71,310088

m 0,736014286

I 71,3100/t^0.7360

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2

1 5 16,62017142 5 0,060167851 0,300839256 25 0,00362017

2 10 11,91133619 10 0,083953637 0,839536375 100 0,007048213

3 15 10,07307336 15 0,099274567 1,48911851 225 0,00985544

4 30 6,815309693 30 0,146728475 4,401854259 900 0,021529245

5 45 5,222880806 45 0,191465216 8,615934705 2025 0,036658929

6 60 4,198167785 60 0,23819915 14,29194903 3600 0,056738835

7 120 2,31309877 120 0,432320493 51,87845913 14400 0,186901008

8 180 1,608710334 180 0,621615948 111,8908707 32400 0,386406387

9 360 0,858714017 360 1,164532057 419,2315403 129600 1,356134911

10 720 0,445904472 720 2,242632811 1614,695624 518400 5,029401925

1545 5,280890206 2227,635726 701675 7,094295065Sigma

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

66

Tabel 4.53 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.54 Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data pengukuran

intensitas hujan

Gambar 4.12 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 20 Tahun

4.2.5 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung Periode Ulang 25 Tahun

Pada Tabel 4.63 intensitas 25 tahun periode ulang ini, dalam mengubah

setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi

5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai

14117,38189 4629725

B 0,003049292

A 0,056973457

a 327,9450138

b 18,68416114

I 327,9450/(t+0,003)

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²

1 5 16,62017142 21,81265414 1,236065848 3734,559264 3701,392888

2 10 11,91133619 13,09635493 0,107225974 1867,839648 1844,092935

3 15 10,07307336 9,717337119 0,013022938 1245,35093 1225,28626

4 30 6,815309693 5,83430586 0,164949961 622,7377262 609,1816943

5 45 5,222880806 4,328984455 0,184581556 415,1723218 404,7922642

6 60 4,198167785 3,502927237 0,137987285 311,3844308 303,044696

7 120 2,31309877 2,103163516 0,020955485 155,6961076 151,1042746

8 180 1,608710334 1,560521917 0,001488043 103,79827 100,6057818

9 360 0,858714017 0,936940034 0,006531165 51,8995675 50,19634748

10 720 0,445904472 0,562540402 0,024183045 25,94989188 25,06574504

Jumlah 1,896991299 8414,762886

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

67

tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).

Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah

56,74528072 mm/jam [28].

Tabel 4.55 Perhitungan Intensitas Hujan

Tabel 4.56 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu)

No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)

Tebal Perhitungan I (mm/jam)

1 5 1,3 60/5x1,7 15,09091279

2 10 1,9 60/10x2,2 11,17599372

3 15 2,4 60/15x2,8 9,537750685

4 30 3,3 60/30x3,7 6,594975085

5 45 3,8 60/45x4,4 5,087006833

6 60 4,1 60/60x4,6 4,053709453

7 120 4,6 60/120x5,0 2,301299137

8 180 4,8 60/180x5,2 1,587615194

9 360 5,2 60/360x5,5 0,858801578

10 720 5,5 60/720x5,7 0,457216242

56,74528072

No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2

1 5 15,09091279 0,698970004 1,178715509 0,823886785 0,488559067 1,389370252

2 10 11,17599372 1 1,048286149 1,048286149 1 1,09890385

3 15 9,537750685 1,176091259 0,979445966 1,151917839 1,38319065 0,9593144

4 30 6,594975085 1,477121255 0,819213159 1,21007717 2,181887201 0,6711102

5 45 5,087006833 1,653212514 0,706462321 1,16793235 2,733111616 0,499089011

6 60 4,053709453 1,77815125 0,607852618 1,080853892 3,161821869 0,369484805

7 120 2,301299137 2,079181246 0,361973075 0,752607628 4,322994654 0,131024507

8 180 1,587615194 2,255272505 0,200745247 0,452735235 5,086254072 0,040298654

9 360 0,858801578 2,556302501 -0,066107166 -0,168989914 6,534682475 0,004370157

10 720 0,457216242 2,857332496 -0,33987835 -0,971145455 8,164348995 0,115517293

17,53163503 5,496708527 6,548161678 35,0568506 5,27848313Sigma

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

68

Tabel 4.57 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.58 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = A / T „

Pos Hujan Pondok Betung (Rumus Dua)

Tabel 4.59 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

-30,88467098 43,21027915

B -0,714752869

A 1,802749496

a 63,49647264

m 0,712747596

I 63,4964 /t^0.7127

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2

1 5 15,09091279 5 0,066265044 0,33132522 25 0,004391056

2 10 11,17599372 10 0,089477502 0,89477502 100 0,008006223

3 15 9,537750685 15 0,104846523 1,57269785 225 0,010992793

4 30 6,594975085 30 0,151630596 4,548917868 900 0,022991838

5 45 5,087006833 45 0,196579252 8,846066356 2025 0,038643402

6 60 4,053709453 60 0,246687635 14,80125813 3600 0,06085479

7 120 2,301299137 120 0,434537164 52,14445965 14400 0,188822547

8 180 1,587615194 180 0,629875554 113,3775997 32400 0,396743214

9 360 0,858801578 360 1,164413323 419,1887964 129600 1,355858388

10 720 0,457216242 720 2,187148899 1574,747207 518400 4,783620306

1545 5,271461493 2190,453103 701675 6,870924556Sigma

13760,12303 4629725

B 0,002972125

A 0,067952783

a 336,4595644

b 22,86336376

I 336,4595 /(t+0,0029)

PERHITUNGAN REGRESI

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

69

Tabel 4.60 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) dan (II) terhadap data

pengukuran intensitas hujan

Gambar 4.13 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 25 Tahun

4.2.6 Perhitungan Intensitas Hujan Hasil Dari Pengamatan Pos Hujan

Pondok Betung Periode Ulang 30 Tahun

Pada Tabel 4.70 intensitas 30 tahun periode ulang ini, dalam mengubah

setiap nilai tebal hujan untuk menjadi intensitas hujan (mm/jam) dari setiap durasi

5 menit sampai dengan 720 menit, untuk menjadi intensitas hujan/mm maka nilai

tebal hujan tersebut harus dikalikan dengan (60/5) sampai dengan (60/720).

Seperti dalam tabel dibawh ini intensitas hujan selama 720 menit adalah

No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²

1 5 15,09091279 24,45724118 3,586999319 3,302279088 42,08362795

2 10 11,17599372 14,13489998 0,61939782 1,651469706 54,93080337

3 15 9,537750685 10,25662681 0,050385267 1,101053193 64,64525513

4 30 6,594975085 5,92774929 0,075102748 0,550563296 66,3591528

5 45 5,087006833 4,301318889 0,143515411 0,367050353 60,69464032

6 60 4,053709453 3,425903302 0,115047195 0,275290824 51,85951043

7 120 2,301299137 1,979978042 0,052145652 0,137647706 34,00992037

8 180 1,587615194 1,436720168 0,015848117 0,091765647 24,38348052

9 360 0,858801578 0,830342871 0,000975378 0,045883078 14,40261879

10 720 0,457216242 0,479891143 0,001071391 0,022941603 8,220631424

Jumlah 4,660488297 421,5896411

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

70

57,32681329 mm/jam, tebal hujan lebih kecil dibandingkan periode ulang 2, 5,

10, 20, dan 25 [28].

Tabel 4.61 Perhitungan Intensitas Hujan

Tabel 4.62 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus satu)

Tabel 4.63 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

No Durasi Hujan Maksimum Tahunan (MM)

Tebal Perhitungan I (mm/jam)

1 5 1,3 60/5x1,2 15,00426955

2 10 1,9 60/10x1,9 11,29651141

3 15 2,4 60/15x2,4 9,662196756

4 30 3,3 60/30x3,3 6,69240164

5 45 3,9 60/45x3,9 5,167842847

6 60 4,2 60/60x4,2 4,181622856

7 120 4,7 60/120x4,7 2,334135189

8 180 4,9 60/180x4,9 1,635523705

9 360 5,3 60/360x5,3 0,88764625

10 720 5,6 60/720x5,5 0,464663084

57,32681329

No Durasi I(mm/jam) x=log t y = log I xy x^2 y^2

1 5 15,00426955 0,698970004 1,176214858 0,822138904 0,488559067 1,383481391

2 10 11,29651141 1 1,052944345 1,052944345 1 1,108691794

3 15 9,662196756 1,176091259 0,985075877 1,158539128 1,38319065 0,970374483

4 30 6,69240164 1,477121255 0,825581997 1,219484715 2,181887201 0,681585634

5 45 5,167842847 1,653212514 0,713309298 1,179251858 2,733111616 0,508810155

6 60 4,181622856 1,77815125 0,621344861 1,104845141 3,161821869 0,386069436

7 120 2,334135189 2,079181246 0,368126006 0,765400688 4,322994654 0,135516756

8 180 1,635523705 2,255272505 0,213656843 0,481854404 5,086254072 0,045649247

9 360 0,88764625 2,556302501 -0,051760077 -0,132314415 6,534682475 0,002679106

10 720 0,464663084 2,857332496 -0,33286183 -0,951096923 8,164348995 0,110796998

17,53163503 5,571632178 6,701047846 35,0568506 5,333655001Sigma

-30,66934341 43,21027915

B -0,70976962

A 1,801505411

a 63,31482506

m 0,70976962

I 63,314825/t^0,7097

PERHITUNGAN REGRESI

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

71

Tabel 4.64 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Persamaan = a / t „ Pos

Hujan Pondok Betung (Rumus dua)

Tabel 4.65 Perhitungan Regresi Linier Sederhana

Tabel 4.66 Perhitungan Chi- Kudrat Persamaan (I) Dan (II) Terhadap Data

Pengukuran Intensitas Hujan

No Durasi I(mm/jam) X = t Y = 1/I xy x^2 y^2

1 5 15,00426955 5 0,066647696 0,333238481 25 0,004441915

2 10 11,29651141 10 0,088522904 0,885229044 100 0,007836305

3 15 9,662196756 15 0,103496133 1,552441994 225 0,01071145

4 30 6,69240164 30 0,14942319 4,482695692 900 0,02232729

5 45 5,167842847 45 0,193504336 8,707695132 2025 0,037443928

6 60 4,181622856 60 0,239141605 14,34849628 3600 0,057188707

7 120 2,334135189 120 0,4284242 51,41090395 14400 0,183547295

8 180 1,635523705 180 0,61142495 110,056491 32400 0,37384047

9 360 0,88764625 360 1,126574917 405,56697 129600 1,269171043

10 720 0,464663084 720 2,15209694 1549,509797 518400 4,631521238

1545 5,159256871 2146,853958 701675 6,59802964Sigma

13497,48772 4629725

B 0,002915397

A 0,065496806

a 343,0064244

b 22,46582516

I 343,0064/(t+0,0029)

PERHITUNGAN REGRESI

No Durasi I(mm/jam) Rumus I x² Rumus II x²

1 5 15,00426955 20,2269322 1,34850925 4,491203519 24,60911802

2 10 11,29651141 14,55270274 0,728578201 2,24605079 36,46882689

3 15 9,662196756 10,73419695 0,107058257 1,497467004 44,51704894

4 30 6,69240164 6,379937799 0,015303229 0,748783414 47,17865931

5 45 5,167842847 4,705896222 0,045346237 0,499200036 43,66230799

6 60 4,181622856 3,791956353 0,040042651 0,374404187 38,71461516

7 120 2,334135189 2,253773225 0,002865437 0,187205213 24,62168782

8 180 1,635523705 1,662402242 0,000434585 0,124804169 18,2868372

9 360 0,88764625 0,98805928 0,010204627 0,062402431 10,91347482

10 720 0,464663084 0,587259278 0,02559317 0,031201302 6,021835708

Jumlah 2,323935644 294,9944119

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

72

Gambar 4.14 Hubungan Intensitas Hujan Dan Durasi Hujan Dalam Periode

Ulang 30 Tahun

Dari seluruh perhitungan intensitas terhadap durasi hujan diatas dapat dilihat

grafik periode ulang hujan dalam sekala priode hujan 30 tahun.

Gambar 4.15 Grafik intensitas hujan maksimum dalam skala periode hujan 30

tahun

0

5

10

15

20

25

0 200 400 600 800

T 2

T 5

T 10

T 20

T 25

T 30

Lamanya Curah Hujan t (menit)

Grafik Hubungan intensitas Hujan dan Durasi Hujan

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

73

5 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil analisis perhitungan antara periode ulang 2, 5, 10, 20, 25, dan 30

tahun, dengan menggunakan rumus regresi linier dan uji chi – kuadrat,

perhitungan antara hubungan durasi hujan dan tebal hujan serta hubungan

durasi hujan intensitas hujan adalah signifikan, yang berarti bahwa sangat

berpengaruh lamanya durasi hujan terhadap ketebalan hujan dan intensitas

hujan.

2. Jenis distribusi curah hujan yang sesuai untuk perhitungan intensitas hujan

adalah metode regresi linier, dengan menggunakan formulasi dasar kejadian

hujan menurut durasi hujan (menit dan jam) setiap periode ulang kejadian

hujan (tahun) dapat diketahui, perbandingan nilai intensitas hujan pada tiap

periode ulang cenderung sama.

3. Kehilangan data tebal hujan dan intensitas hujan yang diakibatkan karena

kerusakan alat curah hujan otomatis, maka dari itu dapat diprediksi dengan

menggunakan hasil analisis dari data historis curah hujan jam jaman

selama periode ulang 30 tahun, dimana persamaan tersebut untuk lokasi

pos hujan yang hanya bisa digunakan untuk pos hujan Pondok betung

dengan kelembaban udara yang relatif.

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

74

5.2 Saran

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam

mengambil keputusan penentuan periode ulang, terutama digunakan untuk

perencanaan bangunan air di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah

Kota Tangerang Selatan pada khususnya.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada stasiun hujan yang lebih banyak,

untuk mengetahui interval data curah hujan yang diharapkan menjadi lebih

baik.

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

75

6 DAFTAR PUSTAKA

[1] P. K. T. Selatan, “Keadaan Geografis Kota Tangerang Selatan,” 2019 .

[2] Ahdina Constantinia, “Studi Analisis Kriteria Tempat Rukyatul Hilal

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika (Bmkg),” 2018.

[3] Wahyu Setyo Mintaraga, “Aplikasi Fuzzy Inference System dengan

Metode Sugeno untuk Mengestimasi Curah Hujan,” 2017.

[4] I. Winarsih, l. Adhyani,. Meteorologi, Geofisika, No, and k. T. Fax,

“analisis periode ulang hujan maksimum dengan berbagai metode ( return

period analyze maximum rainfall with three method ),” vol. 23, no. 2, pp.

76–92, 2009.

[5] Bbmkg.Pondok Betung-Tangerang, “Stasiun Klimatologi Pondok Betung-

Tangerang,” 2009.

[6] Muhammad Saleh, “Prakiraan Curah Hujan Bulanan Kecamatan Tempe

Kabupaten Wajo Tahun 2011 Dan 2012 Dengan Model Arima,” 2012.

[7] Suyono Sosrodarsono, Hidrologi untuk Pengairan. Pakarta: PT. Pradya

Paramita, 1976.

[8] D. Tanika, “Pengertian Curah Hujan dan Kelembaban Hujan,” 2008. .

[9] UNS Press, “Model Midrologi.” 2010

[10] U. Haryanto, “Untuk Pendugaan Musim Tiga-Bulan ke Depan

Menggunakan Regresi Linier : Pendugaan soi musim JFM tahun'' 2002.

[11] Handayani, “Prototipe Deteksi Curah Hujan Dan Sistem Informasi Berbasis

Pada esp8266 di Bmkg Klimatologi Geofisika,” pp. 45–54.

[12] s. H. J. Tongkukut, “el-nino dan Pengaruhnya Terhadap Curah Hujan di

Manado Fl-nino And Its Effect On Rainfall In Manado North Sulawesi,”

2009.

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

76

[13] D. Teknik, s. Fakultas, d. Kurniani, d. Teknik, and s. Fakultas, “Pengaruh

Perubahan Iklim Terhadap Hidrograf Banjir Di Kanal Banjir Timur Kota

Semarang,” vol. 22, no. 2, pp. 119–128, 2016.

[14] Dkk juleha, “Analisa Metode Intensitas Hujan pada Stasiun Hujan Rokan

iv Koto, Ujung Batu, dan Tandun Mewakili Ketersediaan air di Sungai

rokan,” no. 1, 2008.

[15] W. Bunganaen, “Analisis Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan pada

Stasiun Klimatologi Lasiana kota kupang,” vol. Ii, no. 2, pp. 181–190,

2013.

[16] P. Hidrologi, d. Sistem, and s. Air, “Analisis data Curah Hujan,” pp. 1–20,

2009.

[17] Soewarno, Klimatologi (Pengukuran dan Pengolahan Data Hujan, contoh

Aplikasi Hidrologi dalam Pengolahan Sumber Daya Air). Yogyakarta:

graha ilmu, 2015.

[18] H. Tiap, “Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan,” pp. 57–62,

2008.

[19] D. I. Kawasan and k. Lhokseumawe, “Analisis Curah Hujan Untuk

Membuat Kurva Intensity-Duration-Frequency ( IDF ),” vol. 4, no. 1, pp.

22–30, 2014.

[20] G. Lanza, e. Vuerich, and i. Gnecco, “Advances in Geosciences Analysis

of highly Accurate Rain Intensity Measurements From a Field test Site,”

no. October 2015, 2010.

[21] E. K. O. Hartini, f. Kesehatan, p. Studi, k. Lingkungan, and u. D.

Nuswantoro, “hidrologi & hidrolika terapan.”

[22] A. R. Aljabar and d. A. N. Isohyet, “analisa distribusi curah hujan di area

merapi menggunakan metode aritmatika,” 2016.

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN DURASI HUJAN TERHADAP TEBAL HUJAN …

77

[23] J. A. Romijn, a. Gastaldelli, j. F. Horowitz, e. Endert, and r. R. Wolfe,

“regulation in relation of endogenous fat and carbohydrate to exercise

intensity and duration metabolism,” pp. 380–391, 2019.

[24] A. Dhani and r. Bahtiyar, “Interpolasi Ordinary Kriging dalam Estimasi

Curah Hujan di Kota Semarang,” 2014.

[25] O. Nandi, “flood mitigation :,” pp. 87–98, 1992.

[26] D. Mulyono, j. Konstruksi, s. Tinggi, t. Garut, and c. Hujan, “Analisis

Karakteristik Curah Hujan di wilayah Kabupaten Garut Selatan,” pp. 1–9,

1989.

[27] Mardiyansyah, “Pengaruh Interval Waktu Data Curah Hujan Dalam

Analisis Intensitas Durasi Frekuensi ( IDF ) Di Provinsi Lampung ( tesis )

oleh Mardiyansyah Program Studi Magister Teknik,” 2019.

[28] D.Teknik, “Analisis Data Hidrologi,” pp. 141–175, 2007.