116
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat) MIRZA MAULANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK

EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA

(Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi

Perumahan Wanabakti Nusantara

Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

MIRZA MAULANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kelayakan Finansial dan

Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi

Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Mirza Maulana

H44080069

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

RINGKASAN

MIRZA MAULANA. Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi

Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi

Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibimbing oleh

METI EKAYANI dan ASTI ISTIQOMAH

Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan

sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan

kawasan hutan. Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari peran sektor

kehutanan. Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan

pengembangan industri hasil hutan berbahan dasar kayu. Pengembangan industri

penanaman kayu hutan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kayu yang relatif

besar, sedangkan ketersediaan kayu khususnya kayu jati semakin langka.

Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun

sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan kontinuitas

pasokan bahan baku kayu jati rata-rata sebesar 2.5 juta m3/tahun. Namun saat

sekarang baru bisa dipenuhi sebesar 700 ribu m3/tahun (Tobing, 2011). Upaya

pemenuhan permintaan kayu jati salah satunya dilakukan rekayasa genetika untuk

memperpendek usia tanam jati yang semula 40-50 tahun menjadi 5-15 tahun.

Tanaman ini diberi nama Jati Unggul Nusantara (JUN). Salah satu pelaku usaha

budidaya jati unggul yang memiliki sistem usaha yang terpadu dan ramah

lingkungan dengan skema bagi hasil adalah UBH-KPWN (Usaha Bagi Hasil -

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha Jati

Unggul Nusantara UBH-KPWN, menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan

terhadap masyarakat sekitar, serta mengidentifikasi persepsi para pihak terhadap

kegiatan unit usaha jati Unggul Nusantara. Penelitian dilaksanakan di lokasi

penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti

Nusantara (UBH-KPWN) di wilayah Kabupaten Bogor (Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data yang diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif.

Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan analisis kelayakan

finansial dan analisis sensitivitas. Pendapatan masyarakat khususnya petani JUN

diolah dengan menggunakan analisis pendapatan. Pengolahan data yang dilakukan

secara kualitatif dijelaskan secara deskriptif. Persepsi para pihak terhadap dampak

ekonomi dan dampak lingkungan dari kegiatan JUN dilakukan dengan

menggunakan Skala Likert.

Kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor perlu dilakukan evaluasi program

dengan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui apakah layak untuk

dilanjutkan dan sebagai model untuk program sejenis bagi perusahaan lain.

Berdasarkan hasil analisis finansial dengan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan

PBP usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Hal ini dapat

dilihat NPV sebesar Rp 4 175 535 379, IRR sebesar 57 persen, net B/C sama

dengan tiga, dan Payback Period (PBP) sebesar 8 tahun 9 bulan. Berdasarkan

analisis sensitivitas, dengan adanya peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen

usaha JUN UBH-KPWN Bogor masih layak dilanjutkan.

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

iv

Manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat

(petani JUN) di Desa Cogreg dengan keberadaan kegiatan usaha JUN adalah

Rp 163 041 600/tahun dan di Desa Ciarteun Ilir sebesar Rp 104 764 300/tahun.

Adapun manfaat ekonomi total berupa pendapatan bagi Desa Cogreg (petani JUN,

pemilik lahan, dan aparat desa) adalah sebesar Rp 1 715 133 000 dan untuk Desa

Ciaruteun Ilir sebesar Rp 5 466 171 500. Sebesar 90 persen petani JUN dan para

pihak yang terkait usaha JUN UBH-KPWN Bogor menyatakan bahwa usaha JUN

memberikan dampak positif baik ekonomi maupun lingkungan. Sebesar 50 persen

responden petani JUN merasakan perubahan sumber air dan kualitas lingkungan

sehingga masyarakat sekitar dapat memperoleh air lebih mudah dan perubahan

udara yang dirasakan semakin lebih bersih dan sejuk.

Usaha JUN oleh UBH-KPWN telah dilaksanakan dengan baik, namun ada

beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian UBH-KPWN Bogor agar dapat

lebih mengembangkan usahanya. UBH-KPWN Bogor harus dapat menjaga

kepercayaan dan meyakinkan para pihak yang terlibat agar mau melanjutkan

usaha JUN di periode selanjutnya karena para pihak merupakan aset perusahaan

yang menyukseskan usaha JUN. Usaha kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor harus

tetap menjaga konsistensi dan keberlanjutannya karena proyek tersebut sangat

menguntungkan bagi semua pihak dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan.

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK

EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA

(Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi

Perumahan Wanabakti Nusantara

Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

MIRZA MAULANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi

Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha

Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara

Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Nama : Mirza Maulana

NIM : H44080069

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Asti Istiqomah, SP, M.Si

NIP. 19690917 200604 2011

Diketahui

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT

NIP. 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas atas bantuan berbagai pihak baik

moril dan materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, bapak (Nur Muhammad Heriyanto) dan ibu (Eni Priyani)

serta kakak (Hardy Nur Hasan) atas segala dukungan, semangat dan senantiasa

memberikan doa serta kasih sayang yang tak terhingga.

2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan

pelajaran berharga selama penyusunan skripsi ini.

3. Novindra, SP, M.Si dan Hastuti, SP, MP, M.Si yang berkenan sebagai dosen

penguji.

4. Dosen-dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu,

kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan.

5. Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA sebagai dosen Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat yang telah memberikan ilmu dan arahannya dalam penyelesaian skripsi.

6. Pihak-pihak dari UBH-KPWN Bogor atas penerimaan, waktu, kesempatan,

informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian.

Bapak Edi Wahyudi, Bapak Irvan Ade Purnama, Bapak Alvin Andro Meda, dan

Bapak Yusep Saputra selaku pembimbing di lapangan.

7. Kartika, S.KPM. Terima kasih atas segala dukungan yang senantiasa selalu diberikan

kepada penulis.

8. Teman-teman “The Boentotsz” (Ai, Dewi, Nanda, dan Stevan). Terima kasih untuk

semangat, keceriaan, dan kebersamaannya.

9. Subhiaksa Lesmana dan Muchtar Latief yang telah membantu penulis dalam

melewati proses penyelesaian skripsi.

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

viii

10. Teman-teman sebimbingan Dyah, Elok, Erwan, Evy, Nova, Nurul, dan Shinta yang

selalu memberikan dukungan.

11. Staf pelayanan akademik (Mbak Aam) yang telah membantu penulis dalam urusan

administrasi serta seluruh staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

12. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga

Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan kalian.

Bogor, Januari 2013

Penulis

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi

Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara

Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh permintaan terhadap jati yang tinggi

sementara penawaran kayu jati rendah. Upaya untuk mengatasi permasalahan

pemenuhan permintaan kayu jati dilakukan pengembangan teknologi guna

memperpendek umur tanam. Salah satu usaha yang bergerak di bidang ini adalah

UBH-KPWN yang berhasil menciptakan Jati Unggul Nusantara (JUN).

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT sehingga penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengucapkan terima

kasih atas kritik, saran, dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang

memerlukan dan dapat memberikan kontribusi dalam kajian pengembangan

masyarakat sekitar kegiatan JUN.

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8

2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara ....................................................... 8

2.2 Evaluasi Proyek ................................................................................ 9

2.2.1 Analisis Kelayakan Finansial .................................................. 10

2.2.2 Analisis Sensitivitas ................................................................. 12

2.3 Sistem Bagi Hasil ............................................................................. 13

2.4 Manfaat Ekonomi ............................................................................. 13

2.5 Manfaat Lingkungan ......................................................................... 15

2.6 Persepsi ............................................................................................. 16

2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 17

2.7.1 Penelitian Analisis Kelayakan Finansial ................................. 18

2.7.2 Penelitian Manfaat Ekonomi................................................... 19

2.7.3 Penelitian Dampak Lingkungan .............................................. 19

2.7.4 Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat ......... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 21

IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ 25

4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...................................... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 25

4.3 Metode dan Analisis Data ................................................................ 26

4.3.1 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial .................................... 27

4.3.2 Analisis Pendapatan ................................................................ 30

4.3.3 Skala Likert ............................................................................. 31

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 33

5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN ............................................. 33

5.2 Pola Bagi Hasil UBH-KPWN ........................................................... 34

5.3 Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN ........................................... 38

5.4 Keadaan Umum Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir .................... 41

5.4.1 Kependudukan Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir ...................... 42

5.5 Karakteristik Responden Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir..................................................................................... 43

5.5.1 Usia .......................................................................................... 44

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

xi

5.5.2 Jenis Kelamin .......................................................................... 44

5.5.3 Tingkat Pendidikan .................................................................. 45

5.5.4 Jenis Pekerjaan ........................................................................ 46

5.5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................................. 47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 49

6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN)

UBH-KPWN Kabupaten Bogor ....................................................... 49

6.1.1 Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor .................... 49

6.1.2 Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ................. 51

6.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha JUN UBH-KPWN

Bogor ................................................................................................ 60

6.1.4 Analisis Sensitivitas Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ............ 61

6.2 Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Kegiatan JUN ................... 62

6.2.1 Perbandingan Pendapatan Petani JUN Sebelum dan Sesudah

Adanya Kegiatan JUN ...................................................................... 62

6.2.2 Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir .................... 67

6.2.3 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan

JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga ....................................... 68

6.2.4 Manfaat Ekologis Keberadaan JUN Bagi Masyarakat Sekitar 70

6.3 Dampak Ekonomi dan Lingkungan Menurut Para Pihak terhadap

Kegiatan JUN ................................................................................... 74

6.3.1 Dampak Ekonomi .................................................................... 74

6.3.2 Dampak Lingkungan ............................................................... 77

VII. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 81

7.1 Simpulan ........................................................................................... 81

7.2 Saran ................................................................................................. 82

VIII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 83

LAMPIRAN ................................................................................................... 86

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 101

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Indonesia untuk Sektor Kehutanan atas

Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2010 ........................................ 2

2. Volume Ekspor Produk Hasil Kayu Olahan Indonesia Tahun

2010 ................................................................................................. 3

3. Penelitian Analisis Kelayakan Finansial ......................................... 18

4. Penelitian Manfaat Ekonomi ........................................................... 19

5. Penelitian Dampak Lingkungan ...................................................... 20

6. Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat ................. 20

7. Matriks Metode Analisis Data ........................................................ 26

8. Tingkat Persepsi .............................................................................. 32

9. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN

UBH-KPWN ................................................................................... 35

10. Bagian Hasil dan Beban Resiko Para Pihak yang Terlibat dalam

Usaha JUN UBH-KPWN ................................................................ 38

11. Penyebaran Perkembangan Tanaman JUN UBH-KPWN Bogor .... 40

12. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cogreg Tahun 2010 ................. 42

13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2010 ....... 43

14. Usia Responden Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun

Ilir .................................................................................................... 44

15. Pendidikan Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ....... 45

16. Jenis Pekerjaan Petani JUN di Luar JUN Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir ................................................................................... 46

17. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani JUN Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir ................................................................................... 48

18. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi .............................................. 50

19. Estimasi Penerimaan Penjualan Tanaman JUN .............................. 51

20. Biaya Investasi Perlengkapan Kantor ............................................. 52

21. Biaya Investasi Peralatan Mesin ..................................................... 53

22. Biaya Manajemen Kantor ............................................................... 54

23. Biaya Pembuatan Tanaman ............................................................. 56

24. Biaya Pemeliharaan Tanaman Selama Satu Siklus (5 Tahun) ........ 57

25. Biaya Penebangan Tanaman ........................................................... 57

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

xiii

26. Bagi Hasil kepada Petani Penggarap, Pemilik Lahan, Investor,

Perangkat Desa, dan UBH-KPWN Bogor ...................................... 58

27. Hasil Analisis Kelayakan Finansial ................................................ 60

28. Hasil Analisis Sensitivitas ............................................................... 62

29. Perbandingan Pendapatan Petani JUN Tanpa dan dengan Adanya

Kegiatan JUN Tahun 2012 .............................................................. 63

30. Klasifikasi Tanaman JUN ............................................................... 64

31. Klasifikasi Bonus Petani JUN ......................................................... 65

32. Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir............................ 67

33. Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN

terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ............................................................... 69

34. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Sumber Air di Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir ................................................................... 71

35. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Kualitas Udara di Desa

Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir....................................................... 72

36. Pengklasifikasian Kandungan Karbondioksida Berdasarkan

Diameter Pohon Jati (cm)................................................................ 73

37. Penyerapan Karbondioksida pada Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir ................................................................................... 74

38. Dampak Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN............................................. 75

39. Dampak Positif Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala

Likert ............................................................................................... 76

40. Dampak Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan

Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN.................................... 78

41. Dampak Positif Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala

Likert ............................................................................................... 79

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 24

2. Bagan Struktur Kelembagaan UBH-KPWN ................................... 34

3. Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak yang Terlibat

dalam Usaha JUN ............................................................................ 36

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Biaya Reinvestasi Tahun 2009-2017 .............................................. 87

2. Perhitungan Bagi Hasil JUN UBH-KPWN Bogor.......................... 88

3. Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ..................................... 89

4. Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor dengan Peningkatan

Harga Pupuk sebesar 32% ............................................................... 92

5. Rincian Perhitungan Upah Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir Selama 5 Tahun ........................................................ 95

6. Tumpang Sari Desa Cogreg ............................................................ 97

7. Tumpang Sari Desa Ciaruteun Ilir .................................................. 98

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan

sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan

kawasan hutan. Berdasarkan data statistik Kementerian Kehutanan tahun 2011

luas kawasan hutan mencapai 130 609 014.98 ha. Hutan mempunyai peranan

yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu berupa manfaat langsung yang

dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut dapat

dirasakan apabila hutan terjamin eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara

optimal. Manfaat yang diperoleh masyarakat dengan adanya hutan yaitu hasil

hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Manfaat tidak langsung dari hutan yaitu

sebagai pengatur tata air, menciptakan kualitas udara yang bersih, dan sebagai

penyerap emisi karbondioksida (CO2) sehingga dapat meredam pemanasan global

(Asdak, 1995).

Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

jika ditinjau dari sisi ekonomi, hutan dapat berpengaruh dalam penciptaan

lapangan kerja bagi masyarakat. Selain itu hutan berfungsi sebagai penggerak

sektor ekonomi lainnya dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian

(Awang, 2002). Peran hutan dalam perekonomian dapat dilihat dari peningkatan

Produk Domestik Bruto (PDB) sektor kehutanan. Produk Domestik Bruto (PDB)

sektor kehutanan pada tahun 2001-2010 mengalami peningkatan. Peningkatan

tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan perubahan sebesar Rp 7 503.9 milyar

atau 33.26 persen dari PDB tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada

Tabel 1.

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

2

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Indonesia untuk Sektor Kehutanan atas

Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2010

No Tahun PDB Sektor Kehutanan (Milyar Rupiah)

1 2001 16 962.1

2 2002 17 602.4

3 2003 18 414.6

4 2004 20 290.0

5 2005 22 561.8

6 2006 30 065.7

7 2007 35 734.1

8 2008 40 668.4

9 2009 44 952.1

10 2010 48 085.5

Sumber: Kementerian Kehutanan (2011)

Kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Bruto berupa hasil

hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Adapun hasil hutan kayu meliputi kayu

bulat, kayu gergajian, kayu lapis, dan kayu olahan. Hasil hutan non kayu meliputi

rotan, getah, sirlak, terpentin, minyak kayu putih, damar, sagu, dan kopal.

Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas pula dari peran sektor

kehutanan dalam menghasilkan devisa. Pengusahaan sektor kehutanan salah

satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan berbahan dasar

kayu. Pengembangan industri hasil hutan berupa kayu ini didorong oleh upaya

pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, diantaranya adalah penciptaan

lapangan kerja, peningkatan nilai tambah serta peningkatan penerimaan devisa

melalui ekspor. Ekspor produksi hasil hutan berupa kayu olahan mencakup kayu

gergajian, kayu lapis, wood charcoal, pulp, veneer sheets, particle board, dan

fibreboard. Volume ekspor dan pemasukan devisa dari ekspor produk hasil kayu

olahan Indonesia pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 2.

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

3

Tabel 2. Volume Ekspor Produk Hasil Kayu Olahan Indonesia Tahun 2010

No Produk Kayu

yang Diekspor

Volume

(Kg)

Nilai

US ($)

1 Kayu gergajian 32 201 599 30 893 501

2 Kayu lapis 1 839 689 959 1 638 695 231

3 Bubur kertas/Pulp 2 572 338 903 1 465 940 915

4 Lembaran finir 9 833 994 26 285 962

5 Papan partikel 9 349 469 2 842 147

6 Papan serat 151 593 453 43 719 087

Sumber: Kementerian Kehutanan (2011)

Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat

kontribusinya yang cukup besar dalam perekonomian negara, namun

perkembangannya mengalami hambatan karena ketersediaan kayu yang semakin

langka khususnya kayu jati. Menurut Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan

Indonesia (ASMINDO), permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta

m3/tahun, sementara perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

kontinuitas pasokan bahan baku kayu jati rata-rata sebesar 2.5 juta m3/tahun.

Namun saat ini baru bisa dipenuhi sebesar 700 ribu m3/tahun (Tobing, 2011).

Kendala lain yang dihadapi dalam pemenuhan bahan baku kayu jati adalah umur

tanam yang relatif lama karena semakin lama tanaman jati ditanam, maka

kualitasnya semakin baik.

Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan

kayu jati, dilakukan pengembangan teknologi berupa rekayasa genetika untuk

memperpendek usia tanam jati yang semula 40-50 tahun menjadi 5-15 tahun.

Masa panen yang lebih cepat ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi

kebutuhan kayu jati saja, tetapi juga dapat menarik pemilik modal untuk

berinvestasi pada sektor kehutanan. Tanaman ini diberi nama Jati Unggul

Nusantara (JUN).

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

4

Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP)

yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani dan dilaksanakan

dengan pola penanaman secara intensif. Jati Unggul Nusantara dibiakkan secara

vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul Perum Perhutani yang

bersertifikat. JUN menggunakan metode bioteknologi mutakhir dengan pola

usahatani yang ramah lingkungan dalam memanfaatkan pupuk organik.

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan penanaman Jati Unggul Nusantara dalam rangka menunjang

pengembangan budidaya jati unggul, maka diperlukan sistem usaha yang

dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Sistem usaha ini diharapkan dapat

memenuhi permintaan jati yang berkesinambungan sehingga memberikan dampak

ekonomi dan dampak lingkungan bagi masyarakat sekitar. Salah satu pelaku

usaha budidaya jati unggul yang memiliki sistem usaha yang terpadu dan ramah

lingkungan adalah UBH-KPWN (Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara).

UBH-KPWN merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi

Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Unit Usaha Bagi Hasil ini dibentuk

oleh dan berada di bawah KPWN untuk melaksanakan usaha yang bergerak di

bidang budidaya jati unggul dengan pola bagi hasil. UBH-KPWN dalam

melakukan usaha kegiatan penanaman JUN tersebar di Pulau Jawa salah satunya

di daerah Kabupaten Bogor.

UBH-KPWN Bogor mengelola Jati Unggul Nusantara menggunakan tanah

milik negara yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar khususnya para petani.

Masyarakat ikut berperan serta dalam membangun hutan rakyat, seperti

penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Hal ini berpengaruh terhadap

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

5

masyarakat sekitar karena akan menciptakan lapangan pekerjaan dan menambah

penghasilan masyarakat. Pembangunan kegiatan usaha JUN merupakan salah satu

cara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada di sekitar hutan

tersebut. Keberadaan kegiatan JUN diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

tambahan kepada petani JUN karena kebutuhan hidup yang terjadi secara terus-

menerus. Oleh karena itu, masyarakat mengikuti kegiatan JUN untuk

mendapatkan upah.

Kegiatan penanaman JUN di Kabupaten Bogor secara umum

menggunakan lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Lahan tersebut

dioptimalkan oleh UBH-KPWN Bogor dengan cara menanam kayu jati. Tanaman

jati dapat berfungsi sebagai pengatur tata air dan menjaga kualitas udara bersih.

Kegiatan penanaman JUN diharapkan dalam jangka panjang mampu menjaga

kondisi iklim mikro yaitu penyerapan emisi karbondioksida (CO2) yang

menyebabkan pemanasan global. Hutan (jati) mampu menyerap karbondioksida di

udara dalam jumlah besar dan waktu yang relatif pendek dan meningkatkan

kondisi lahan ke arah yang lebih produktif (Anwar, 2011). Kegiatan usaha JUN

diharapkan berdampak langsung dan positif terhadap masyarakat sekitar

khususnya dalam perlindungan ketersediaan air dan kualitas udara.

Para pihak mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai dampak

yang dirasakan dengan adanya kegiatan JUN. Kartono (1987) menyebutkan

bahwa persepsi seseorang terhadap hutan mempengaruhi hubungan manusia

dengan lingkungan hutan. Seseorang yang menolak lingkungan hutan karena

mempunyai pandangan yang tidak sesuai dengan keadaan yang dia inginkan,

sehingga dapat memberikan tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

6

dikehendaki. Sebaliknya bagi seseorang yang mempunyai sikap menerima

lingkungan hutan maka mereka dapat memanfaatkan hutan sekaligus menjaga dan

menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberikan manfaat yang

terus-menerus.

Usaha UBH-KPWN Bogor diharapkan dapat direplikasi di daerah lain

untuk memenuhi pasokan kayu jati domestik bahkan untuk kebutuhan eksport

yang masih tinggi. Oleh karena itu, perlu diketahui analisis kelayakan finansial

dari usaha JUN UBH-KPWN Bogor layak tidaknya usaha tersebut untuk

dilanjutkan. Selain itu, guna memberikan gambaran/contoh kepada proyek lain

yang ingin mendirikan suatu usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN

Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar?

3. Bagaimana persepsi para pihak terhadap kegiatan unit usaha Jati Unggul

Nusantara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan yang telah dirumuskan, maka

tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Menganalisis kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN

Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar.

3. Mengidentifikasi persepsi para pihak terhadap kegiatan unit usaha Jati Unggul

Nusantara.

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pihak pengusaha

atau pemilik modal (investor) sebagai masukan pengambilan keputusan dalam

memilih investasi usaha. Penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai dampak ekonomi dan lingkungan keberadaan Jati Unggul

Nusantara (JUN) terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, penelitian ini diharapkan

memberikan informasi mengenai persepsi para pihak terhadap kegiatan JUN.

Bagi civitas akademik, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi dalam pelaksanaan penelitian-penelitian selanjutnya serta menjadi

bahan rujukan. Bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang dipelajari selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan suatu bentuk evaluasi kelayakan

finansial terhadap kegiatan penanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa

Cogreg, Kecamatan Parung dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang

dalam satu siklus yaitu jangka waktu lima tahun. Kajian aspek finansial dilakukan

berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Dampak ekonomi

ditekankan kepada manfaat ekonomi yang diperoleh Desa Cogreg & Desa

Ciaruteun Ilir dan petani JUN yang mengikuti pengelolaan JUN pada tanaman

umur empat dan lima tahun. Dampak lingkungan pada penelitian ini menghitung

nilai potensi karbondioksida (CO2), sedangkan untuk ketersediaan sumber air dan

kualitas udara bersih dilihat menurut persepsi petani JUN karena adanya

keterbatasan waktu, alat, dan dana. Persepsi ditekankan kepada petani JUN,

pemilik lahan, dan perangkat desa dengan adanya JUN.

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara

Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan

keawetannya, namun karena pertumbuhannya sangat lambat menyebabkan

keseimbangan antara penyediaan kayu jati dengan kebutuhan industri tidak

seimbang. Upaya pemenuhan kebutuhan kayu jati yang telah dilakukan untuk

mengatasi kontinuitas pasokan kayu jati, yaitu:

1. Melakukan penelitian untuk menghasilkan klon unggul tanaman pohon jati

yang lebih cepat.

2. Membudidayakan klon unggulan tersebut untuk dapat dipanen dalam masa

daur pendek.

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani sejak

tahun 1990 telah melakukan penelitian untuk menghasilkan benih jati unggul asli

Indonesia. Pengembangan benih unggul berasal dari pohon plus tanaman jati

Perum Perhutani di Pulau Jawa. Hasil pengembangan ini disebut klon Jati Plus

Perhutani (JPP). Benih pohon Jati Plus Perhutani (JPP) yang dikembangkan

Perum Perhutani, kemudian dilanjutkan pengembangannya oleh pihak PT

Setyamitra Bhakti Persada bekerjasama dengan Koperasi Perumahan Wanabakti

Nusantara di bawah pengawasan Kementerian Kehutanan.

Bibit JUN dihasilkan dari proses pengembangan genetik dari bibit-bibit

jati terbaik seluruh Indonesia (PT. Setyamitra Bhaktipersada, 2008).

Pengembangan dilakukan dengan melakukan penelitian kualitas bibit jati yang

berasal dari stek pucuk. Penelitian dilakukan dengan menginduksi (menstimulasi

dengan hormon tumbuh) sistem perakaran calon tanaman. Penelitian tersebut

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

9

menghasilkan bibit tanaman jati dengan akar tunggang majemuk pada usia dini.

Sesuai hasil penelitian tersebut menunjukkan sifat klon jati baru, yang kemudian

disebut klon Jati Unggul Nusantara (JUN).

Tanaman JUN diperhitungkan dapat dipanen pada umur antara 5-15 tahun.

Sesuai sifatnya, tanaman JUN memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan

kondisi pertumbuhan relatif seragam pada saat usia tahun kedua. Pada umur

tanaman antara 3-5 tahun, diameter tanaman dapat mencapai rata-rata 23 cm dan

tinggi pohon 10 m. JUN memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah

memiliki perakaran tunjang majemuk, cepat besar, kokoh, sehingga tidak mudah

roboh, dan memiliki daya serap yang tinggi terhadap nutrisi. Keunggulan lainnya

adalah JUN dapat di panen pada tahun ke lima dengan memiliki kualitas kelas

awet III-V, kelas kuat III, dan persentase teras 26-27 persen (UBH-KPWN, 2012).

Pola pengelolaan intensif tanaman JUN lebih tahan terhadap serangan

hama dan penyakit. Produktivitas potensi rata-rata JUN pada tahun kelima

diperhitungkan dapat mencapai 0,235 m3/pohon. Penanaman JUN akan lebih baik

ditanam pada daerah ketinggian antara 50-600 m dpl. Iklim yang baik bagi

pertumbuhan tanaman JUN pada kisaran curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun,

dan sebaiknya ditanam pada area yang memiliki sistem drainase yang baik (UBH-

KPWN, 2012).

2.2 Evaluasi Proyek

Evaluasi proyek merupakan pengkajian suatu proyek yang sudah berjalan ,

apakah proyek dapat dilanjutkan (go project) atau dihentikan (no go project),

dengan berdasarkan berbagai aspek kajian (Husnan dan Suwarsono, 1994). Dalam

mengevaluasi suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek yang

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

10

saling berkaitan dan secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan

yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan

seluruh aspek tersebut (Gittinger, 1986).

Dilihat dari kapan evaluasi dilakukan pada proyek, dapat dibedakan 4 jenis

evaluasi proyek:

1. Evaluasi terhadap usulan proyek yang akan didirikan (pre project evaluation).

2. Evaluasi terhadap proyek yang sedang dibangun (on construction project

evaluation).

3. Evaluasi terhadap proyek yang telah dioperasionalisasikan (on going project

evaluation).

4. Evaluasi terhadap proyek yang telah berakhir (post project evalution study).

2.2.1 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial merupakan analisis yang melihat suatu proyek

dari sudut pandang lembaga/badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam

proyek dengan menggunakan metode cash flow analysis. Metode tersebut untuk

menganalisis komponen penerimaan atau benefit (inflow) dan menganalisis

komponen biaya atau pengeluaran (outflow). Selisih keduanya disebut manfaat

bersih yang seharusnya dapat diterima para pihak. Analisis kelayakan finansial

bertujuan untuk mengevaluasi pendanaan dan aliran kas usaha, sehingga dapat

diketahui layak atau tidaknya rencana usaha yang dimaksud untuk dilanjutkan.

Sesuai metode tersebut, analisis kelayakan finansial pada kegiatan pengelolaan

JUN UBH-KPWN menggunakan instrumen analisis, yaitu:

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

11

a. Perhitungan Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama

umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk

menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana

usaha ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang

lebih sama setiap tahun. Jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi

tersebut dapat dilanjutkan, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka

sebaiknya investasi tersebut dihentikan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

b. Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah besarnya manfaat tambahan pada

setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C merupakan perbandingan

antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net

benefit yang negatif. Proyek layak dilanjutkan bila Net B/C lebih besar dari satu

(Gray et al., 1986).

c. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)

Investasi dikatakan layak dilanjutkan jika IRR lebih besar dari tingkat

diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek

tersebut tidak layak dilanjutkan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga

maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang

berlaku (Ibrahim, 2003).

d. Payback Period (PBP)

Payback Period adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah

investasi yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

12

arus nilai netto produksi tambahan mencapai jumlah keseluruhan investasi yang

ditanamkan (Gittinger, 1986).

Husnan dan Suwarsono (1994), mengungkapkan bahwa analisis payback

period mengukur seberapa cepat investasi kembali, sehingga satuan hasilnya

bukan persentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika

payback period ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan layak

dan baik untuk dilanjutkan, sedangkan jika umur proyek lebih lama maka proyek

tidak layak dilanjutkan.

Dasar perhitungan yang digunakan adalah aliran kas bukan laba.

Perhitungan tingkat pengembalian dilakukan dengan metode payback period,

dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan

diakumulatifkan dari tahun ke tahun (Gittinger, 1986).

2.2.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) dilakukan untuk melihat

kepekaan /pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah atau ada suatu

kesalahan dalam dasar perhitungan biaya manfaat (Kadariah, 2001). Analisis

sensitivitas adalah suatu analisis yang menguji secara sistematis apa yang terjadi

pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian yang berbeda

dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Menurut Gittinger (1986),

proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama, yaitu:

1. Perubahan harga jual produk.

2. Keterlambatan pelaksanaan proyek.

3. Kenaikan biaya.

4. Perubahan volume produksi.

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

13

2.3 Sistem Bagi Hasil

Pola bagi hasil antara pemilik modal (investor) dan pengusaha

(entrepreneur) dalam kegiatan ekonomi banyak diterapkan untuk mengatasi

keterbatasan modal individu dalam memenuhi pembiayaan usaha. Sebagian besar

masyarakat meyakini pola bagi hasil merupakan merupakan model kerjasama

usaha yang dianggap lebih memenuhi nilai agama dengan model pembagian

resiko kegagalan usaha atau pembagian keuntungan yang lebih adil dan terbuka

(Jusmaliani, 2006). Terdapat dua jenis perhitungan bagi hasil, yaitu: profit/loss

sharing dan revenue sharing. Pada profit/loss sharing jumlah pendapatan bagi

hasil yang diterima tergantung keuntungan usaha, sedangkan pada revenue

sharing penentuan bagi hasil tergantung pendapatan kotor usaha (harga jual

dikalikan dengan jumlah barang yang dijual). Pada umumnya di Indonesia

menerapkan sistem revenue sharing (Jusmaliani, 2006).

Pengelolaan usaha pola bagi hasil yang dilaksanakan UBH-KPWN,

mencakup pengelolaan dana investor yang digunakan untuk biaya operasional

kegiatan penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman dan biaya

pemanenan tegakan pohon jati. Saat pemanenan pada tahun kelima yang telah

disepakati, manajemen UBH-KPWN akan membayarkan kembali dana hasil

penjualan pohon jati kepada para pihak sesuai proporsi bagi hasil yang telah

disepakati.

2.4 Manfaat Ekonomi

Gittinger (1986) mendefinisikan manfaat adalah segala sesuatu yang

membantu suatu tujuan. Untuk menilai manfaat yang tidak berwujud, metode

yang digunakan adalah menentukan atas harga dasar yang paling murah dari

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

14

kombinasi biaya berwujud yang akan timbul dimana keduanya sama penting

dengan manfaat yang tidak berwujud. Mengukur manfaat suatu proyek lebih sulit

daripada mengukur biayanya. Menurut Gray et al (1986), masalah-masalah yang

dihadapi dalam pengukuran manfaat ini dikelompokkan menjadi tiga golongan,

yaitu:

1. Mengukur jumlah manfaat

Hasil produksi dari sebuah proyek adalah adanya penambahan jumlah

barang dalam masyarakat setelah adanya proyek tersebut. Dengan kata lain, hasil

produksi suatu proyek adalah perbedaan jumlah persediaan barang yang terdapat

dalam masyarakat dengan adanya proyek dan seandainya tidak ada proyek.

2. Penentuan harga hasil produksi

Hasil suatu proyek terdiri dari berbagai barang yang berbeda. Berbagai

jenis produk suatu proyek dapat berbeda dengan barang yang berada dalam

masyarakat baik dari segi mutu dan kualitasnya yang menyebabkan harganya

menjadi berbeda. Suatu harga barang yang sama dapat berbeda pada tempat dan

waktu yang berbeda. Suatu proyek yang menciptakan produk dalam jumlah yang

besar dapat mempengaruhi tingkat harga. Oleh karena itu, kesalahan dalam

perhitungan manfaat suatu proyek dapat terjadi karena terjadinya kesalahan dalam

memberikan nilai kepada harga dari produk proyek tersebut.

3. Adanya eksternalitas

Eksternalitas adalah hasil-hasil tidak langsung dan akibat-akibat

sampingan dari suatu proyek. Eksternalitas dapat bersifat positif maupun negatif.

Keduanya sukar dihitung dan dimasukkan ke dalam biaya dan manfaat proyek,

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

15

tetapi perlu dipertimbangkan dalam penentuan pilihan proyek tersebut. Kesulitan

dalam mengukur hasil proyek terjadi, antara lain:

1. Hasil tidak langsung atau akibat sampingan proyek itu justru berada di luar

proyek itu sendiri, seperti hasil tidak langsung dari peningkatan pangan dapat

terjadi kepada peningkatan perbaikan pendidikan.

2. Akibat sampingan dari suatu proyek dapat merupakan biaya masyarakat secara

keseluruhan, seperti intensifikasi pertanian dalam suatu wilayah yang

menggunakan pestisida dapat menambah produksi padi, tetapi hal tersebut turut

berpengaruh kepada terjadinya penuruan produksi ikan pada wilayah tersebut.

3. Hasil yang tidak langsung menyebabkan sukar diukur dan dinilai dengan uang

(intangible), seperti terjadi penurunan keamanan setelah pelaksanaan proyek.

2.5 Manfaat Lingkungan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan

dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan, jasa

lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam

dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Jasa

lingkungan dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.

Pemanfaatan secara langsung, seperti rekreasi, sedangkan secara tidak langsung,

seperti perlindungan tata air, kualitas udara bersih, dan penyerapan

karbondioksida (CO2).

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam, seperti tanah, air, energi, surya, mineral, serta flora

dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia, sepeti keputusan bagaimana

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

16

menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan

biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa, seperti tanah, udara,

air, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. Komponen biotik adalah segala

sesuatu yang bernyawa, seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme

(Lingkungan, 2012)1.

Aspek lingkungan dalam kegiatan usaha penanaman JUN adalah

eksternalitas positif terhadap kualitas lingkungan. Kegiatan JUN bermanfaat bagi

kelestarian lingkungan dengan cara pengelolaan yang ramah lingkungan dan

mempertahankan eksistensinya sehingga fungsi hidrogis dan penyerapan karbon

akan berfungsi secara optimal.

2.6 Persepsi

Kartono (1987) mengatakan persepsi sebagai proses dimana seseorang

menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki,

pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui intersepsi data indera. Persepsi

tentang kesejahteraan hidup manusia terbangun melalui pengalaman dan berbagai

macam proses dalam usaha manusia menjalin hubungan dengan lingkungan

mereka. Terbangunnya persepsi tersebut mendorong manusia dalam usaha

mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai dengan gambaran hidup

sejahtera yang ada dalam konsep manusia.

Persepsi sebagai proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungan yang diperoleh melalui penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan, maupun penciuman. Persepsi merupakan

penafsiran unik terhadap suatu situasi, bukan merupakan suatu pencaharian yang

1 Dikutip dari http://id.Wikipedia.org/wiki/lingkungan yang diakses pada tanggal 22 Februari

2012.

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

17

sebenarnya dari situasi tersebut. Definisi ini secara implisit menyebutkan bahwa

informasi dan situasi dapat berfungsi sebagai stimulus bagi terbentuknya suatu

persepsi, walaupun informasi tentang lingkungan itu juga bisa berupa situasi

tertentu (tidak harus berupa rangkaian kalimat atau isyarat lain) (Sutisna, 2001).

Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungan.

Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar terhadap lingkungannya,

kemungkinan orang tersebut akan berperilaku positif terhadap upaya-upaya

pelestarian lingkungan dan sebaliknya (Harihanto, 2001).

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan

penelitian dan membandingkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan

hasil-hasil yang telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau

memperkuat. Banyak penelitian yang menggunakan metode analisis kelayakan

finansial terhadap suatu proyek, akan tetapi proyek kegiatan JUN UBH-KPWN

Kabupaten Bogor memiliki perbedaan dari segi lokasi penelitian.

Penelitian ini tidak hanya menganalisis dari segi finansial saja, akan tetapi

mengidentifikasi dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar.

Hal ini menjadi perbedaan dengan penelitian lain karena penelitian yang lain

hanya melihat proyek tersebut memberikan keuntungan yang besar tanpa

memperhatikan keadaan masyarakat dan lingkungan sekitar. Beberapa penelitian

yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang analisis kelayakan finansial,

penelitian manfaat ekonomi, penelitian terhadap dampak lingkungan, dan

penelitian persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat.

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

18

2.7.1 Penelitian Analisis Kelayakan Finansial

Beberapa penelitian yang dilakukan untuk analisis kelayakan finansial

dilakukan oleh Abdurrohman (2005) dan Puspitasari (2009). Hasil dari penelitian

tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penelitian Analisis Kelayakan Finansial

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian

1

Abdurrohman

(2005)

Analisis Kelayakan

Finansial Produksi Bibit

Jati dengan Metode Kultur

Jaringan pada PT. Dafa

Teknoagro Mandiri,

Bogor.

Berdasarkan kriteria kelayakan

finansial yang diamati, usaha ini

dapat dikatakan layak, NPV =

Rp 301 751 403 IRR = 23.8967

persen, Net B/C = 1,695 dan

waktu pengembalian pada periode

lima tahun empat bulan.

Switching value dikatakan layak

ketika biaya produksi variabel

naik sebesar 59.80293 persen dan

harga output turun sebesar

20.1824 persen.

2 Ratna

Puspitasari

(2009)

Analisis Kelayakan Usaha

Jati Unggul Nusantara

dengan Pola Bagi Hasil

(Studi Kasus pada Unit

Usaha Bagi Hasil Koperasi

Perumahan Wanabakti

Nusantara).

JUN ini layak untuk

dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat

dari NPV = Rp 42 714 598 081,

IRR sebesar 48 persen dimana

lebih besar dari discount rate

sebesar sembilan persen. Nilai

Net B/C lebih besar dari satu,

yaitu enam. Payback Period

(PBP) yang diperoleh adalah

sebesar 5.555 tahun atau sama

dengan lima tahun enam bulan 20

hari dimana masih lebih kecil dari

umur proyek, serta nilai break

even point (BEP) usaha JUN ini

adalah sebanyak 30 510 pohon.

Berdasarkan analisis switching

value, Batas penurunan jumlah

produksi tanaman sebesar

12.739980852730 persen,

sedangkan batas peningkatan

biaya operasional adalah sebesar

65.5400500494 persen.

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

19

2.7.2 Penelitian Manfaat Ekonomi

Penelitian yang melihat manfaat ekonomi dilakukan oleh Dewi (2011) dan

Putro (2011). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penelitian Manfaat Ekonomi

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Devita Ayu Dewi

(2011)

Persepsi Petani Terhadap

Pola Pengelolaan Hutan

Rakyat dan Kontribusi

Hutan Rakyat terhadap

Pendapatan Rumah Tangga

(Kasus di Kecamatan

Cimalaka dan Conggeang

Kabupaten Sumedang,

Provinsi Jawa Barat).

Manfaat ekonomi saat ini

hutan rakyat masih

memberikan manfaat yang

kecil tiga persen (Rp 893

333/tahun) untuk hutan

rakyat monokultur dan satu

persen (Rp 187 200/tahun)

untuk hutan rakyat

campuran karena belum ada

pemanenan dari hasil kayu.

2 Imam Dwi Putro

(2011)

Analisis Manfaat Ekonomi

Sistem Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat

(PHBM) (Studi Kasus

Lembaga Masyarakat Desa

Hutan (LMDH) Puncak

Lestari, Desa Tugu Utara,

Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bogor).

Kegiatan PHBM yang

berjalan di Desa Tugu

Utara memberikan

kontribusi rata-rata

pendapatan sebesar 39

persen terhadap pendapatan

rumah tangga petani, Nilai

dari penyerapan tenaga

kerja pada kegiatan PHBM

di Desa Tugu Utara adalah

Rp 173 360 000/tahun dan

nilai kontribusi LMDH

dalam meningkatkan

keamanan kawasan hutan

adalah Rp 60 708 700

setiap tahunnya. Net benefit

yang muncul dari kegiatan

PHBM di Desa Tugu Utara

berjumlah Rp 404 547 825

per tahunnya.

2.7.3 Penelitian Dampak Lingkungan

Penelitian yang melihat dampak lingkungan pada hutan rakyat telah

dilakukan oleh Supangat (2005) dan Ghofir (2012). Hasil penelitian tersebut dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

20

Tabel 5. Penelitian Dampak Lingkungan

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Agung B.

Supangat

(2005)

Peran Hutan

Tanaman Jati

sebagai Pengatur

Tata Air: Studi

Kasus di SubDAS

Kawasan Hutan

Jati di KPH Cepu.

Berdasarkan hasil penelitian tata air

(hidrologi) selama tujuh tahun, dapat

disimpulkan secara umum sub DAS kawasan

hutan jati lebih baik dibandingkan sub DAS

non kawasan hutan dalam mengendalikan

hujan untuk aliran permukaan maupun aliran

dasar seperti ditunjukkan oleh nilai rata-rata

koefisien limpasan yang lebih kecil dengan

fluktuasi yang stabil. Cadangan air tanah

yang dikeluarkan pada musim kering sebagai

aliran dasar lebih stabil pada sub DAS

kawasan hutan.

2 Abdul

Ghofir

(2012)

Penduga Stok

Karbon

(Paraserianthes

falcataria) Di

Desa Bandarjo,

Kabupaten

Semarang.

Stok karbon yang dihasilkan tegakan saat ini

sebesar 16.207 tonC atau 7.704 tonC/ha yang

diduga dengan persamaan terbaik

berdasarkan analisis, yakni C = 1445.4 D2,82

.

Potensi karbon hutan rakyat berdasarkan

perhitungan riap diameter tahunan jika umur

daur sepuluh tahun sebesar 214.732 ton.

2.7.4 Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat

Penelitian persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat telah dilakukan oleh

Sultika (2010) dan Dewi (2011). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Lalis

Yuliana

Sultika

(2010)

Analisis Pendapatan dan

Persepsi Masyarakat

terhadap Hutan Rakyat di

Desa Sidamulih Kecamatan

Pamarican dan Desa Bojong

Kecamatan Langkaplancar,

Kabupaten Ciamis, Jawa

Barat.

Persepsi petani terhadap hutan

rakyat berdasarkan Skala Likert

adalah tinggi dengan nilai sebesar

2,72. Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi persepsi adalah

kerjaan pokok. Sedangkan faktor

eksternal adalah lingkungan,

sosial budaya.

2 Devita Ayu

Dewi (2011)

Persepsi Petani terhadap Pola

Pengelolaan Hutan Rakyat

dan Kontribusi Hutan Rakyat

terhadap Pendapatan Rumah

Tangga (Kasus di Kecamatan

Cimalaka dan Conggeang

Kabupaten Sumedang,

Provinsi Jawa Barat).

Pada hutan rakyat monokultur

persepsi petani hutan rakyat

dipengaruhi oleh faktor internal,

yaitu: tingkat pendidikan dan

pekerjaan sampingan, sedangkan

pada hutan rakyat campuran

persepsi petani hutan rakyat

dipengaruhi oleh faktor eksternal,

yaitu luas kepemilikan lahan dan

frekuensi bertemu petani.

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tanaman jati pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak sengaja

ditanam dan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis tanaman lain. Tanaman jati

tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh di daerah yang mempunyai

perbedaan musim basah dan kering yang jelas. Menurut Sumarna (2008) tanaman

jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama

ilmiah Tectona grandis Linn. f. Nama tectona berasal dari bahasa Portugis

(tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman jati

merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke sembilan dikenal

sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi.

Kayu jati merupakan jenis kayu mewah yang memiliki profil garis lingkar

tumbuh yang indah, bernilai artistik tinggi, awet, tahan terhadap hama dan

penyakit, serta mudah pengerjaannya (Pratiwi, 2010). Oleh karena itu, permintaan

terhadap jati tetap tinggi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga

memberi tekanan pada hutan. Di sisi lain, jati memiliki kelemahan yaitu umur

tanam yang relatif lama, sehingga laju permintaan jati tidak sama dengan laju

penawarannya.

Beberapa upaya yang dilakukan agar dapat memenuhi kekurangan

pasokan tersebut salah satunya melalui pengembangan penggunaan teknik

budidaya bibit unggul hasil rekayasa genetika tanaman jati. Salah satu bibit

unggul yang sudah mulai dipasarkan adalah Jati Unggul Nusantara (JUN). Salah

satu lembaga yang melakukan usaha budidaya jati unggul secara terpadu adalah

Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara KPWN (UBH-KPWN) Kabupaten

Bogor.

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

22

Usaha ini telah berdiri selama lima tahun, namun rencana usaha jangka

menengah telah dipersiapkan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan usaha adalah kontinuitas. Usaha ini memerlukan evaluasi proyek

yang sedang berjalan terhadap kelayakan finansial. Kelayakan finansial UBH-

KPWN Kabupaten Bogor dianalisis dengan indikator NPV, Net B/C, IRR, dan

Payback Period. Apabila usaha tersebut layak, maka usaha tersebut dapat terus

dilanjutkan dan dikembangkan, namun apabila tidak layak usaha tersebut

membutuhkan pengefisienan biaya. Setelah itu, analisis sensitivitas dilakukan

untuk melihat kepekaan apakah UBH-KPWN Kabupaten Bogor masih layak

dilanjutkan jika terjadi perubahan-perubahan.

Jati dengan daur lebih singkat tersebut diharapkan mampu mencukupi

permintaan kayu di pasaran dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi

masyarakat. JUN merupakan salah satu sarana dalam upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja sehingga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar JUN.

Besar kecilnya pengaruh kegiatan usaha JUN terhadap pendapatan masyarakat

sekitar dianalisis menggunakan analisis pendapatan.

Kegiatan usaha JUN juga memberikan manfaat ekonomi (pengelolaan

JUN, pengelolaan tumpang sari, dan bagi hasil atas penjualan kayu setelah lima

tahun) bagi desa yang bersangkutan. Selain itu, pendapatan dari kegiatan JUN

memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. Besar kecilnya

manfaat ekonomi dan kontribusi pendapatan terhadap rumah tangga dari kegiatan

JUN dipaparkan secara deskriptif.

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

23

Keberadaan JUN berpengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan

karena sesuai dengan fungsi hutan sebagai perlindungan ketersediaan air,

menyediakan kualitas udara bersih, dan dapat menyerap (rosot) karbondioksida

(CO2) dari udara. Dampak lingkungan dari kegiatan JUN kepada masyarakat

sekitar dipaparkan secara deskriptif.

Keberadaan kegiatan JUN menimbulkan dampak ekonomi dan lingkungan

di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. Dampak ekonomi dan lingkungan yang

dirasakan para pihak (petani JUN, pemilik lahan, dan aparat desa) memiliki

persepsi yang berbeda-beda. Persepsi sangat mempengaruhi perilaku para pihak

terhadap sesuatu hal yang mereka pikirkan dan rasakan manfaatnya. Para pihak

yang menyetujui adanya kegiatan JUN, memungkinan berperilaku positif serta

mendukung kegiatan JUN. Para pihak yang tidak menyetujui adanya kegiatan

JUN, kemungkinan berperilaku negatif terhadap kegiatan JUN. Tingkat persepsi

masyarakat dapat diukur dengan pemberian nilai (skor) menggunakan

Skala Likert.

Seluruh hasil dari analisis akan menghasilkan informasi/rekomendasi

terhadap kemajuan UBH-KPWN Kabupaten Bogor dan dampak langsung yang

dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan kegiatan usaha Jati Unggul Nusantara.

Untuk memperjelas alur dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada

diagram alir dalam Gambar 1.

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

24

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kayu

Jati

Permintaan

Kayu Jati

Tinggi

Penawaran Kayu

Jati Rendah

Persepsi Dampak

Ekonomi

Peluang untuk Memenuhi Permintaan

Kelayakan Finansial

UBH-KPWN

Kabupaten Bogor

Pendapatan

Petani JUN

(Sebelum dan

Sesudah)

Dampak

Lingkungan

Analisis Kelayakan

JUN Secara Finansial *NPV

*Net B/C

*IRR *PBP

Analisis Sensitivitas

Pengelolaan JUN

dan Tumpang Sari,

Bagi Hasil

Kontribusi Pendapatan

JUN terhadap Rumah

Tangga

Penyerapan

Karbondioksida

(CO2)

Ketersediaan

Air dan

Kualitas Udara

Bersih

Analisis Pendapatan

dan Deskriptif Deskriptif Skala Likert

Keberlanjutan Kegiatan Usahatani Jati Unggul Nusantara

Kegiatan Usaha JUN

Dampak Ekonomi dan

Lingkungan Menurut

Para Phiak

24

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil-

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

(Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun

Ilir memiliki umur tanaman jati empat tahun dan lima tahun sehingga dampak

positif yang diberikan kegiatan JUN sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.

Kegiatan penelitian mencakup penyusunan proposal, pengumpulan data,

pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan.

Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan referensi, data primer, dan

data sekunder hingga kegiatan pengumpulan data lapangan adalah kurang lebih

dua bulan. Pelaksanaan kegiatan pengambilan data dimulai dari bulan Maret-Mei

tahun 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang berupa cross section

dan data sekunder yang berupa time series. Data primer diperoleh melalui

wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan usaha Jati Unggul Nusantara,

dalam hal ini direksi UBH-KPWN yang terkait dengan penelitian. Data primer

pun diperoleh melalui kuesioner kepada para petani dimana Desa Cogreg ada 23

petani JUN dan Desa Ciaruteun Ilir ada 78 petani JUN yang dilakukan secara

sensus. Kuesioner juga ditanyakan kepada aparat desa dan pemilik lahan terhadap

dampak ekonomi dan lingkungan serta persepsi para pihak dengan adanya

kegiatan usaha Jati Unggul Nusantara (JUN). Data sekunder diperoleh dari

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

26

instansi-instansi terkait, yaitu: UBH-KPWN, Kementerian Kehutanan, Badan

Pusat Statistik, situs-situs internet, serta literatur-literatur atau kepustakaan yang

relevan dengan penelitian ini seperti laporan penelitian sebelumnya dan buku

mengenai kelayakan finansial, persepsi, serta manfaat ekonomi dan lingkungan.

4.3 Metode dan Analisis Data

Data yang diperoleh dapat berupa jawaban secara kualitatif dan kuantitatif,

sehingga analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis

data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1 Menganalisis kelayakan

secara finansial usaha

Jati Unggul Nusantara

UBH-KPWN Kabupaten

Bogor.

Data sekunder dari pihak

UBH-KPWN Bogor.

Analisis Kelayakan Finansial

berdasarkan kriteria NPV, Net

B/C, IRR, Payback Period, dan

Analisis Sensitivitas.

2 Menganalisis dampak

ekonomi dan lingkungan

terhadap masyarakat

sekitar.

Data primer berupa

wawancara dengan

menggunakan kuesioner

terhadap petani JUN.

Analisis Pendapatan dan

Deskriptif

3 Persepsi para pihak

terhadap kegiatan JUN

Data primer berupa

wawancara dengan

menggunakan kuesioner

terhadap petani JUN,

aparat desa, dan pemilik

lahan.

Skala Likert

Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan

kriteria-kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio

(Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Analisis

sensitivitas digunakan untuk melihat kepekaan UBH-KPWN Bogor dalam

mengantisipasi apabila kenaikan harga pupuk sebesar 32 persen terjadi kembali.

Selain itu, pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk

menganalisis pendapatan masyarakat khususnya petani JUN dengan

menggunakan analisis pendapatan. Pengolahan data yang dilakukan secara

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

27

kualitatif dijelaskan secara deskriptif mengenai dampak ekonomi dan dampak

lingkungan. Dampak ekonomi dan dampak lingkungan menurut para pihak

terhadap dari kegiatan JUN dilakukan dengan Skala Likert. Pengolahan dan

analisis data dilakukan menggunakan komputer.

4.3.1 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial digunakan untuk melihat dampak dari adanya

usaha kegiatan JUN dari sisi pelaku usaha yaitu UBH-KPWN Bogor. Analisis

kelayakan finansial juga dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan penanaman JUN.

Data arus penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam bentuk cashflow.

Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan bantuan komputer.

a. Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara total net present value dengan total net present

(Gray et al., 2007). NPV dari proyek JUN diperoleh dari selisih antara total net

present value dari manfaat proyek JUN dengan total net present dari biaya proyek

JUN. Secara matematis, NPV proyek JUN dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut:

Keterangan:

NPV = Net Present Value dari proyek JUN

Bt = Manfaat proyek JUN pada tahun ke t

Ct = Biaya proyek JUN pada tahun ke t

i = 12%

t = 1,2,3,...,5

n = 5 tahun

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

28

Kriteria penilaian:

Proyek JUN layak dilanjutkan jika NPV ≥ 0. Jika NPV < 0, maka proyek

JUN ditolak artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk

sumber-sumber yang diperlukan proyek JUN.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga

pembilangnya terdiri atas present value (PV) total dari benefit bersih proyek JUN

dalam tahun dimana benefit bersih tersebut bersifat positif. Penyebutnya terdiri

atas present value (PV) total dari biaya (cost) bersih proyek JUN dalam tahun

dimana benefit bersih (Bt-Ct) bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari

benefit kotor (Gray et al., 2007). Secara matematis, Net B/C dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

Net ⁄ = ∑

Keterangan:

= untuk Bt – Ct > 0, (PV positif)

= untuk Bt – Ct < 0, (PV negatif)

i = 12%

t = 5 tahun

Kriteria penilaian:

Proyek JUN layak dilanjutkan apabila Net B/C ≥ 1, apabila Net B/C < 1 proyek

JUN akan ditolak.

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

29

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek

sama dengan nol atau dapat membuat B/C sama dengan satu (Gray et al., 2007).

IRR yang diperoleh dari proyek JUN dengan cara mendiskonto seluruh net cash

flow JUN, sehingga akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan

investasi proyek JUN. Secara matematis, IRR dari proyek JUN dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut:

IRR = i1+

(i2-i1)

Keterangan:

i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif dari kegiatan JUN

i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif dari kegiatan JUN

NPV1 = NPV positif dari kegiatan JUN

NPV2 = NPV negatif dari kegiatan JUN

i2-i1 = selisih i

Proyek JUN layak untuk dilanjutkan jika IRR ≥ discount rate. Jika IRR =

discount rate, maka NPV proyek JUN tersebut = 0. Jika IRR < discount rate,

maka NPV < 0 dan proyek JUN ditolak.

d. Payback Period (PBP)

Payback Period (PBP) merupakan teknik menentukan jangka waktu

(masa) pengembalian modal dari suatu investasi kegiatan usaha. Payback period

merupakan rasio antara cash investment dengan cash inflow yang hasilnya

merupakan satuan waktu (Gray et al., 2007). Selanjutnya nilai rasio ini akan

dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima dari kegiatan

JUN. Layak tidaknya proyek JUN dilakukan dengan membandingkan periode

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

30

waktu maksimum yang ditetapkan dengan hasil perhitungan proyek JUN. Jika

hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih pendek atau sama dengan waktu

maksimum yang ditetapkan, investasi terhadap JUN dinyatakan layak untuk

dilanjutkan. Jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih lama dari umur

proyek, investasi JUN sebaiknya ditolak.

e. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana hasil proyek jika

terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan manfaat

atau biaya. Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kenaikan harga pupuk sebesar 32 persen. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

kenaikan harga pupuk pada kegiatan JUN yang telah berlangsung selama lima

tahun.

4.3.2 Analisis Pendapatan

Data penerimaan dan biaya yang dikeluarkan digunakan untuk mengetahui

besar pendapatan yang diterima oleh petani JUN.

Pendapatan Petani JUN

a) Pendapatan dari pengelolaan JUN selama lima tahun.

P = ∑Pi - ∑Ci

Keterangan:

P = Pendapatan dari pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)

Pi = Jumlah penerimaan dari suatu jenis kegiatan ke-i dari usaha pengelolaan

JUN selama lima tahun (Rp)

Ci = Jumlah pengeluaran suatu jenis kegiatan ke-i pada usaha pengelolaan JUN

selama lima tahun (Rp)

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

31

b) Pendapatan Rumah Tangga Petani JUN.

Prt = Pa + Pb + Pc +...+ Pn

Keterangan:

Prt = Pendapatan rumah tangga petani JUN (Rp/tahun)

Pa-Pn = Pendapatan dari masing-masing bidang usaha (Rp/tahun)

c) Persentase Pendapatan dari Pengelolaan JUN terhadap Pendapatan Total.

Pi % = (Pi/Prt) x 100%

Keterangan:

Pi % = Persentase pendapatan dari usaha pengelolaan JUN (%)

4.3.3 Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2009).

Skala Likert dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi petani JUN

dengan adanya kegiatan penanaman JUN. Instrumen penelitian yang

menggunakan Skala Likert dapat dibuat dalam bentuk multiple choice atau

checklist. Tanggapan petani JUN dari Skala Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 4, 3, 2,

dan 1. Penentuan batas bawah dan batas atas tergantung dari jumlah pernyataan

yang ditanyakan kepada petani JUN. Dalam penelitian ini dampak ekonomi

terdapat enam pernyataan, sedangkan untuk dampak lingkungan ada lima

pernyataan. Batas bawah dan batas atas untuk dampak ekonomi yaitu 6-24,

sedangkan untuk dampak lingkungan 5-20.

Editing perlu dilakukan pada data untuk mengecek kelengkapan pengisian

kuesioner, setelah itu dilakukan coding di buku kode untuk mempermudah

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

32

pengolahan data. Sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor

semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan, selanjutnya dikategorikan

dengan menggunakan teknik scoring secara normatif berdasarkan interval kelas

sebagai berikut:

Keterangan:

n : Batas selang tingkat persepsi petani JUN

Max : Nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor petani JUN

Min : Nilai minimum yang diperoleh dari skor petani JUN

∑ : Jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada petani JUN

Interval nilai tanggapan untuk setiap tingkat persepsi dapat dilihat pada

Tabel 8, yaitu:

Tabel 8. Tingkat Persepsi Petani JUN dengan Adanya Kegiatan JUN

No Interval Nilai Tanggapan

Tingkat Persepsi Dampak Ekonomi Dampak Lingkungan

1 21-24 17-20 Sangat Setuju

2 16-20 13-16 Setuju

3 11-15 9-12 Tidak Setuju

4 6-10 5-8 Sangat Tidak Setuju

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN

Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi

yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus

memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN

merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan

pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui

pola bagi hasil. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan

ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan

pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari

aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

KPWN membentuk Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan

Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di

Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN

dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006

Tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan

Pengurus KPWN No. 45/Kpts/KPWN/V/2007 Tanggal 10 Mei dan disahkan

dengan Akta 39 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 Tanggal 24 Mei 2007.

Adapun visi dari UBH-KPWN adalah menjadi pengelola profesional

terbaik di bidang Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil. Misi UBH-KPWN

adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan yang

memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak terkait dan

mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

34

dalam perbaikan lingkungan hidup. Adapun dalam mengembangkan usahanya,

UBH-KPWN membuat kantor cabang sebagai sarana berjalannya kegiatan pola

bagi hasil di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Bogor yang berlokasi di

Komplek Perumahan Akasia No. 1, Sindang Barang.

Pada pengelolaan semua kegiatan JUN pihak UBH-KPWN memiliki

kelembagaan yang terstruktur agar dalam pelaksanaanya terlaksana dengan baik

dan sesuai dengan pekerjannya masing-masing. Berikut merupakan bagan

kelembagaan UBH-KPWN pada Gambar 2.

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Gambar 2. Bagan Struktur Kelembagaan UBH-KPWN.

5.2 Pola Bagi Hasil UBH-KPWN

Pola bagi hasil yang diterapkan UBH-KPWN yaitu pola yang

dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap,

perangkat desa, dan UBH-KPWN.

DIREKTUR UTAMA

Direktur Umum

dan Pemasaran

Direktur Perencanaan dan

Tanaman, Keuangan

Divisi

Umum

Divisi

Pemasaran

Divisi

Keuangan

Pendamping

Supervisior

Divisi

Perencanaan

Divisi

Tanaman

Tata Usaha (TU)

KPWN

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

35

Tabel 9. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN

UBH-KPWN Pihak Hak Kewajiban

UBH-

KPWN

1. Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak 15 persen

dari total jumlah pohon yang

ditanam.

1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi

calon lokasi dan pemilik lahan serta petani

penggarap peserta budidaya JUN.

2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan

usaha budidaya JUN.

3. Melaksanakan pendampingan kepada

petani penggarap.

4. Menarik calon investor usaha JUN.

5. Mengelola dana dari investor untuk

kegiatan usaha budidaya JUN.

6. Memasarkan pohon jati siap panen.

7. Melaksanakan pembagian hasil sesuai

dengan perjanjian.

8. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian

hasil UBH-KPWN dikurangi sebanyak 0.3

bagian dari jumlah yang mati/hilang.

Investor 1. Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak 40 persen

dari jumlah pohon yang

ditanam.

2. Tidak menanggung resiko

bila terdapat tanaman yang

mati/hilang yang disebabkan

karena kelalaian.

1. Berkontribusi dengan menanamkan modal,

dimana jumlah minimal investasi adalah

100 pohon.

Pemilik

Lahan

1. Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak sepuluh

persen dari jumlah pohon

yang ditanam.

2. Tidak menanggung resiko

bila terdapat tanaman yang

mati/hilang yang disebabkan

kelalaian.

1. Memberi ijin lahannya untuk ditanami JUN

dalam jangka waktu kerjasama lima tahun.

Petani

Penggarap

1. Memperoleh pendamping

saat melaksanakan budidaya

JUN.

2. Memperoleh bimbingan,

pelatihan, dan pembinaan.

3. Memperoleh upah dan

bagian hasil sebesar 25

persen dari jumlah pohon

yang ditanam.

1. Melaksanakan pengolahan lahan,

penanaman, pemeliharaan, dan

pengamanan tanaman JUN.

2. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian

hasil petani dikurangi sebanyak 0.5 bagian

dari jumlah yang mati atau hilang.

Perangkat

Desa

1. Memperoleh bagian hasil

panen sebanyak sepuluh

persen dari jumlah pohon

yang ditanam.

1. Membuktikan keabsahan kepemilikan

lahan yang akan ditanami JUN.

2. Berperan dalam menggerakkan masyarakat

calon peserta JUN.

3. Mengawasi dan mengamankan tanaman

JUN dari gangguan, pencurian, dan

kebakaran.

4. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian

hasil pemerintah desa dikurangi sebanyak

0.2 bagian dari jumlah yang mati/hilang.

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

36

Berdasarkan Tabel 9, penetapan bagi hasil pihak-pihak yang terlibat

dalam budidaya JUN didasarkan atas hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Hak dan kewajiban ini merupakan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan

karena dalam usaha kegiatan JUN harus saling melengkapi dan tidak dapat

berjalan sendirian sehingga membutuhkan kelima pilar yang terkait. Skema

kontribusi dan bagian hasil masing-masing pihak yang terlibat dalam usaha JUN

dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Gambar 3. Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak

yang Terlibat dalam Usaha JUN.

Berdasarkan bagan tersebut dapat diuraikan bahwa:

1. Unit Usaha Bagi Hasil KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN

dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa,

maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat

dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan

Lembaga

Fasilitator

UBHKPWN

(Bagian Hasil 15%)

Pemilik Lahan

(Bagian Hasil 10%) Petani Penggarap

(Bagian Hasil 25%)

Pemerintah Desa

(Bagian Hasil

10%)

Investor

(Bagian

Hasil 40%)

Usaha Jati Unggul

Nusantara Pola

Bagi Hasil

Manajemen, tenaga

ahli, pendamping,

administrasi, upah,

bibit, pupuk, dll

Status lahan, penggerakkan,

pengawasan, dan pengamanan

Lahan

Tenaga

Dana

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

37

mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang

ditanam, tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian

hasil panen tersebut dikurangi 0.3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

2. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk digunakan

dalam pelaksanaan usaha. Dana tersebut digunakan untuk biaya pengadaan

bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen. Imbal

jasa atas peranannya tersebut, investor akan mendapat bagian hasil panen

sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Bila terjadi kehilangan

atau kematian pohon, investor tidak menanggung resiko.

3. Pemilik lahan berperan untuk menyediakan lahan yang akan ditanami JUN.

Hubungan pemilik lahan dan UBH-KPWN bukan sewa menyewa, melainkan

kerja sama, sehingga atas peranannya menyediakan lahan, pemilik lahan akan

mendapat bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang

ditanam dan tidak menanggung resiko bila ada yang mati atau hilang.

4. Petani penggarap berperan dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman,

pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. Imbal jasa yang akan diperoleh

oleh petani penggarap disamping mendapat upah juga mendapat bagian hasil

panen sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada

yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.5

bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

5. Perangkat desa berperan memberikan dukungan dan bantuan dalam rangka

memastikan keabsahan kepemilikan lahan, melaksanakan sosialisasi dan

menggerakkan masyarakat untuk menjadi peserta usaha JUN, membantu

melaksanakan pengawasan lapangan dan pengamanan. Imbal jasa atas

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

38

peranannya tersebut, pemerintah desa akan mendapat bagian hasil panen. untuk

pembangunan desa sebesar sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam,

tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut

dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

Bagian hasil panen masing-masing pihak dikaitkan dengan tingkat

kematian atau kehilangan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bagian Hasil dan Beban Resiko Para Pihak yang Terlibat dalam

Usaha JUN UBH-KPWN

Para Pihak Beban Resiko

(Mati/Hilang)

Tanggung Jawab Para Pihak

Pada Tingkat Kematian (%)

0 10 20 30 40 50

Investor 0% 40 40 40 40 40 40

Pemilik lahan 0% 10 10 10 10 10 10

Petani

penggarap 0.5 x M% 25 20 15 10 5 0

Desa 0.2 x M% 10 8 6 4 2 0

UBH-KPWN 0.3 x M% 15 12 9 6 3 0

Total 100 90 80 70 60 50 Keterangan: M = Angka proses kematian. Kalau kematian sampai 50%, maka petani penggarap,

pihak desa, dan fasilitator tidak mendapatkan bagian.

Sumber: UBH-KPWN (2012)

Semakin besar kematian pada tanaman JUN maka bagi hasil yang

diperoleh petani penggarap, aparat desa, dan UBH KPWN akan berkurang,

sedangkan bagi investor dan pemilik lahan tidak berpengaruh karena mereka tidak

berhubungan langsung dengan tanaman. Apabila kematian mencapai 50 persen

maka ketiga pihak tidak akan mendapatkan bagi hasil karena pihak-pihak tersebut

menanggung resiko yang telah ditentukan, oleh karena itu harus adanya kerjasama

yang baik antar semua pihak untuk meminimalisir kematian tanaman JUN.

5.3 Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN

Pemiilihan lokasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal agar di

kemudian hari tidak ada kendala yang menyebabkan gagalnya pelaksanaan usaha.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi proyek yang

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

39

strategis, antara lain: ketersediaan bahan baku utama dan pembantu, ketersediaan

tenaga kerja langsung, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan sarana

telekomunikasi, dan kedekatan dengan pasar yang dituju. Jika usaha bergerak di

bidang budidaya, kesesuaian kondisi lahan dan iklim juga menjadi pertimbangan

yang penting. Lokasi yang dinilai layak sebagai lahan tanam JUN harus memiliki

persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Bukan lahan persawahan.

b. Tidak tergenang air atau banjir setelah hujan.

c. Tidak terkena naungan pohon atau bangunan.

d. Ketinggian lokasi maksimum 400 m dari permukaan laut.

e. Diprioritaskan di daerah dimana terdapat tanaman jati tumbuh dengan baik.

Persyaratan lokasi penanaman ini ditetapkan oleh UBH-KPWN

berdasarkan literatur penanaman tanaman jati unggul. Selain karakteristik lahan,

aksesibilitas lokasi tanaman menjadi pertimbangan pula, selain memudahkan

pengadaan input, akses lokasi yang mudah juga mendorong minat investor untuk

melihat lokasi tanam, memudahkan pemasaran hasil panen, dan pelaksanaan

pengawasan.

Salah satu penetapan lokasi yang dilakukan oleh UBH-KPWN adalah di

daerah Kabupaten Bogor karena secara karakteristik Kabupaten Bogor memiliki

persyaratan yang ditetapkan UBH-KPWN. Selain itu, Kabupaten Bogor masih

banyak memiliki lahan yang tidak digunakan secara maksimal untuk memperoleh

pendapatan bagi masyarakat sekitar.

UBH-KPWN telah menanam pohon JUN dalam umur yang berbeda-beda

mulai dari umur satu sampai lima tahun yang tersebar di berbagai lokasi di

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

40

Kabupaten Bogor. Penyebaran tanaman JUN di wilayah Kabupaten Bogor dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penyebaran Perkembangan Tanaman JUN UBH-KPWN Bogor

Kecamatan Desa Jumlah Tanaman

Parung Cogrek 8 927

Ciampea Ciampea 10 688

Bojong Rangkas 5 580

Cibadak 31 090

Cijujung 370

Bojong Jengkol 600

Cinangka 2 040

Tegal Waru 2 390

Cicadas 800

Cibungbulang Ciaruteun Ilir 52 231

Leweung Kolot 26 035

Cisauk Suradita 2 302

Rancabungur Rancabungur 1 070

Cimulang 940

Bantarsari 1 750

Bantarjaya 1 020

Cendali 1 000

Kemang Bojong 800

Tegal 700

Jasinga Jasinga 4 180

Pamegarsari 2 000

Setu 950

Total 157 463 Sumber: UBH-KPWN (2012)

Desa Cogreg, Kecamatan Parung dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan

Cibungbulang merupakan lokasi yang ditanami oleh tanaman jati umur empat

sampai lima tahun. Desa Cogreg memiliki umur pohon empat dan lima tahun,

sedangkan Desa Ciaruteun Ilir berumur empat tahun. Pemilihan lokasi Desa

Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir karena berpengaruh terhadap pendapatan petani

JUN yang semakin besar. Hal ini disebabkan dalam pengelolaan kegiatan JUN

banyak menyerap tenaga kerja sebagai petani penggarap yang akan mendapatkan

upah dan pada akhirnya mendapatkan bagi hasil kayu jati selama lima tahun.

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

41

5.4 Keadaan Umum Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir

Letak Desa Cogreg secara administratif pemerintahan terletak di

Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa

Cogreg mempunyai luas wilayah 511 856 ha, di atas permukaan laut 100 m dan

tinggi curah hujan 200 mm/thn, dan memiliki suhu udara kisaran 220-34

0 C. Desa

Cogreg terbagi dalam 5 Dusun, 8 Rukun Warga (RW) dan 39 Rumah Tangga

(RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota

Kabupaten Bogor sejauh 30 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 120

km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 45 km. Adapun batas-batas geografisnya

adalah sebagai berikut:

Utara : Desa Cibinong dan Desa Cibadung - Kecamatan Gn. Sindur

Barat : Desa Cihowe dan Desa Kuripan - Kecamatan Ciseeng

Timur : Desa Waru Jaya - Kecamatan Parung

Selatan : Desa Bojong Indah dan Desa Cihowe - Kecamatan Parung dan Ciseeng

Letak Desa Ciaruteun Ilir secara administratif pemerintahan terletak di

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data

potensi Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas wilayah 246 ha, di atas permukaan

laut 87 m dan tinggi curah hujan 186 mm/thn, dan memiliki suhu udara kisaran

300-32

0 C. Desa Ciaruteun Ilir terbagi 8 Rukun Warga (RW) dan 32 Rumah

Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke

Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 27 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat

sejauh 140 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 65 km. Adapun batas-batas

geografisnya adalah sebagai berikut:

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

42

Utara : Desa Cidokom - Kecamatan Rumpin

Barat : Desa Cijujung - Kecamatan Cibungbulang

Timur : Desa Ciampea - Kecamatan Ciampea

Selatan : Desa Leuwi Kolot - Kecamatan Cibungbulang

5.4.1 Kependudukan Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

Menurut Data Potensi Desa Cogreg tahun 2010, jumlah penduduk yang

tercatat yaitu sebanyak 10 461 jiwa yang terdiri dari 2 329 KK. Jumlah penduduk

laki-laki terdiri dari 5 312 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5 149

jiwa. Data Potensi Desa Ciaruteun Ilir tahun 2010, jumlah penduduk yang tercatat

yaitu sebanyak 10 259 jiwa yang terdiri dari 2 705 KK. Jumlah penduduk laki-laki

terdiri dari 5 232 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5 027 jiwa.

Tabel 12. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cogreg Tahun 2010

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 616 19.97

2 Pedagang 462 14.98

3 PNS 154 4.99

4 TNI/Polri 113 3.66

5 Pensiunan/Purnawiraman 31 1.00

6 Swasta 985 31.93

7 Buruh pabrik 216 7.00

8 Pengrajin 5 0.16

9 Tukang bangunan 45 1.46

10 Penjahit 320 10.37

11 Tukang ojek 93 3.01

12 Bengkel 9 0.29

13 Supir angkutan 31 1.00

14 Dan lainnya 5 0.16

Total 3 085 100 Sumber: Potensi Desa Cogreg (2010)

Mata pencaharian masyarakat di Desa Cogreg bervariasi mulai dari petani

sampai dengan supir. Struktur mata pencaharian masyarakat berdasarkan jumlah

angkatan kerja Desa Cogreg dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Desa Ciaruteun Ilir

sumber mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hampir sama

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

43

dengan Desa Cogreg. Struktur mata pencaharian masyarakat berdasarkan jumlah

angkatan kerja Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2010

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 206 14,58

2 Buruh tani 114 8,07

3 PNS 20 1,42

4 TNI/Polri 3 0,21

5 Pensiunan/Purnawiraman 15 1,06

6 Swasta 12 0,85

7 Pedagang 922 65,25

8 Pengrajin 5 0,35

9 Pembantu rumah tangga 30 2,12

10 Peternak 10 0,71

11 Montir 76 5,38

Total 1 413 100 Sumber: Potensi Desa Ciaruteun Ilir (2010)

Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13, mata pencaharian penduduk Desa

Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir yang bekerja sebagai petani menduduki urutan

kedua dengan persentase sekitar 19.97 persen atau sebanyak 616 jiwa dari

angkatan kerja untuk Desa Cogreg, sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir sekitar

14.58 persen atau sebanyak 206 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa di kedua desa

tersebut masih menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian.

5.5 Karakteristik Responden Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir

Karakteristik responden di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

didapatkan berdasarkan survey terhadap 101 Petani JUN yang tersebar di wilayah

Kabupaten Bogor yang terdiri dari 23 petani JUN di Desa Cogreg dan 78 petani

JUN di Desa Ciaruteun Ilir. Karakteristik umum meliputi usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tanggungan keluarga.

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

44

5.5.1 Usia

Tingkat usia responden petani JUN cukup bervariasi pada Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir dengan distribusi usia pada rentan antara kurang sama

dengan dari 30 tahun dan lebih besar dari 60 tahun. Perbandingan distribusi usia

responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Usia Responden Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

A. Desa Cogreg

No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 30 0 0

2 31-40 3 13.04

3 41-50 6 26.09

4 51-60 7 30.43

5 > 60 7 30.43

Total 23 100

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 30 9 11.54

2 31-40 15 19.23

3 41-50 22 28.21

4 51-60 21 26.92

5 > 60 11 14.10

Total 78 100

Sumber: Data primer 2012 (diolah)

Jumlah responden di Desa Cogreg yang tertinggi terdapat pada dua kelas

pada rentang usia 51-60 tahun dan > 60 tahun yaitu berjumlah 7 orang (30.43%),

sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir pada rentang usia 41-50 tahun yaitu

berjumlah 22 orang (28.21%). Hal ini menunjukkan petani JUN di kedua desa

bekerja pada usia produktifnya.

5.5.2 Jenis Kelamin

Seluruh responden yang diwawancarai berjenis kelamin laki-laki pada

Desa Cogreg. Dominasi responden laki-laki karena pada umumnya pengambil

keputusan keluarga pada daerah penelitian di Desa Cogreg diambil oleh laki-laki

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

45

dan dalam pengelolaan JUN dibutuhkan tenaga yang sangat besar sehingga

hampir tidak memungkinkan untuk dikerjakan oleh perempuan. Berbeda pada

Desa Ciaruteun Ilir yang terdapat tiga orang (3.85%) petani JUN berjenis kelamin

perempuan. Hal ini dilakukan untuk membantu suaminya dalam pengelolaan

JUN, dan memberikan kontribusi menambah penghasilan rumah tangganya.

Sebagian besar pengelolaan JUN di Desa Ciaruteun Ilir tetap dilakukan oleh laki-

laki yang berjumlah 75 orang (96.15%).

5.5.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden petani JUN pada Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir bervariasi mulai dari yang tidak pernah mengemban pendidikan

sampai tingkat sarjana. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pendidikan Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

A. Desa Cogreg

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 1 4.35

2 SD 21 91.30

3 SMP 1 4.35

Total 23 100

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 64 82.05

2 SMP 5 6.41

3 SMA 7 8.97

4 Sarjana 2 2.56

Total 78 100

Sumber: Data primer 2012 (diolah)

Sebagian besar responden petani JUN Desa Cogreg hanya menempuh

pendidikan sampai tingkat SD yakni sebanyak 21 orang (91.30%), sama halnya

dengan Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 64 orang (82.05%). Pada Desa Ciaruteun Ilir

ada beberapa orang mengemban pendidikan sampai SMA bahkan tingkat

perkuliahan yang menandakan di Desa Ciaruteun Ilir masih menganggap bahwa

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

46

pendidikan penting bagi mereka. Hal ini mempengaruhi dalam kualitas kerja yang

semakin baik dibandingkan dengan petani JUN di Desa Cogreg.

5.5.4 Jenis Pekerjaan

Responden petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir tidak

hanya mempunyai pekerjaan di JUN saja karena upah yang didapat dari JUN

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tidak akan terpenuhi. Pekerjaan sebagai

petani JUN pada dasarnya dijadikan tabungan untuk masa depan karena hasil

panen dari penjualan jati akan memperoleh hasilnya setelah lima tahun.

Tabel 16. Jenis Pekerjaan Petani JUN di Luar JUN Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir

A. Desa Cogreg

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Peternak 6 26.09

2 Tukang bangunan 5 21.74

3 Petani 4 17.39

4 Buruh Tani 4 17.39

5 Pedagang 3 13.04

6 Penjahit 1 4.35

Total 23 100

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Petani & Buruh tani 16 20.51

2 Buruh tani 14 17.95

3 Petani 12 15.38

4 Pedagang 9 11.54

5 Buruh 5 6.41

6 Petani & Buruh 5 6.41

7 Petani & Pedagang 4 5.13

8 Pegawai 3 3.85

9 Wiraswasta 3 3.85

10 Tukang ojek 2 2.56

11 Wartawan 1 1.28

12 Supir 1 1.28

13 Peternak 1 1.28

14 Pensiunan 1 1.28

15 Dll 1 1.28

Total 78 100

Sumber: Data primer 2012 (diolah)

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

47

Berdasarkan Tabel 16, jenis pekerjaan petani JUN bervariasi antara Desa

Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. Pada Desa Cogreg petani JUN yang bekerja pada

bidang pertanian menempati urutan ketiga dan keempat yaitu sebanyak empat

orang (19.39%) sebagai petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan lahan yang

biasa petani JUN garap untuk bertani diubah menjadi lahan JUN, sedangkan para

petani JUN tidak mempunyai lahan garapan lain. Banyak petani JUN yang

mempunyai pekerjaan lain selain dari JUN yaitu beternak. Berbeda dengan Desa

Ciaruteun Ilir dimana pekerjaan petani JUN selain dari JUN tetap pada bidang

pertanian karena petani JUN mempunyai lahan garapan lain yang dapat

menghidupi kehidupan sehari-hari. Petani JUN di Desa Ciaruteun Ilir tidak terlalu

menggantungkan hidupnya pada program kegiatan JUN. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 16 dimana pekerjan petani dan buruh tani menempati urutan pertama pada

Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 16 orang (20.51%).

5.5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Responden petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir memiliki

jumlah tanggungan keluarga yang berbeda. Sebanyak tujuh orang (30.43%) di

Desa Cogreg mempunyai tiga tanggungan yang menempati urutan teratas,

sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 23 orang (29.49%) mempunyai satu

tanggungan. Petani JUN Desa Ciaruteun Ilir berpendidikan lebih tinggi

dibandingkan dengan petani JUN Desa Cogreg sehingga petani JUN di Desa

Ciaruteun lebih memilih mempunyai anak sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya. Selain itu, petani JUN Desa Ciaruteun Ilir sudah menerapkan

program KB yang dicanangkan oleh pemerintah. Perbandingan jumlah

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

48

tanggungan keluarga petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dapat

dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani JUN Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir

A. Desa Cogreg

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Ada Tanggungan 2 8.70

2 1 4 17.39

3 2 2 8.70

4 3 7 30.43

5 4 6 26.09

6 5 1 4.35

7 > 6 1 4.35

Total 23 100

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Ada Tanggungan 15 19.23

2 1 23 29.49

3 2 17 21.79

4 3 15 19.23

5 4 5 6.41

6 5 1 1.28

7 6 2 2.56

Total 78 100

Sumber: Data primer 2012 (diolah)

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN)

UBH-KPWN Kabupaten Bogor

Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan

usaha JUN UBH-KPWN Bogor yang telah berjalan selama lima tahun. Analisis

kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian

investasi, seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PBP). Analisis kriteria

tersebut menggunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya

yang dikeluarkan selama periode tertentu. Arus kas membutuhkan penentukan

asumsi-asumsi yang terkait dengan usaha UBH-KPWN Bogor serta melakukan

analisis terhadap inflow dan outflow.

6.1.1 Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor

Komponen inflow usaha JUN UBH-KPWN Bogor diterima dari

penerimaan penjualan jasa investasi dan penerimaan penjualan pohon JUN. Jasa

investasi merupakan penerimaan yang didapat dari investor dalam menanamkan

modalnya kepada UBH-KPWN Bogor untuk membiayai kegiatan JUN sedangkan

penerimaan penjualan diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan total

penjualan kayu yang siap panen.

a. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi

Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan

harga jasa investasi per pohon dengan jumlah pohon yang laku ditawarkan kepada

investor. Jumlah tanaman awal merupakan tanaman yang ditanam oleh pihak

UBH-KPWN Bogor sejumlah 157 463 pohon yang tersebar di Kabupaten Bogor,

sedangkan tanaman yang terjual merupakan pohon yang laku dijual kepada

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

50

investor mulai dari tahun 2007-2012 dengan jumlah tanaman 132 708 pohon.

Tanaman sebanyak 24 755 pohon yang belum laku akan dipasarkan kepada

investor. Apabila sampai batas penebangan tanaman belum laku, maka pohon jati

akan dikembalikan kepada pihak UBH-KPWN. Investasi per pohon merupakan

ketetapan yang diberikan dari UBH-KPWN karena dana tersebut digunakan untuk

membiayai kegiatan JUN dari awal penanaman sampai pohon tersebut siap panen.

Biaya kebutuhan pemeliharaan tanaman JUN yang semakin mahal menyebabkan

investasi yang dikeluarkan investor akan mengalami kenaikan. Rincian

penerimaan penjualan jasa investasi dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi

Tahun

Jumlah

Tanaman Awal

(1)

Jumlah Tanaman

yang Terjual

(2)

Investasi per

Pohon (Rp)

(3)

Nilai Investasi

(Rp)

(4) = (2x3)

2007 7 120 7 074 60 000 424 440 000

2008 25 338 24 849 60 000 1 490 940 000

2009 40 155 34 048 65 000 2 213 120 000

2010 43 010 40 097 65 000 2 606 305 000

2011 27 780 15 580 70 000 810 600 000

2012 14 060 11 060 70 000 774 200 000

Total 157 463 132 708 8 319 605 000

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Jumlah tanaman awal dari tahun 2007-2012 mengalami peningkatan atau

penurunan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena luas lahan yang tersedia tidak

selalu sama pada setiap tahunnya tergantung dari pencarian lahan di lapangan.

Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan harga jasa

investasi per pohon dengan jumlah pohon yang ditawarkan. Total dana yang

diterima dari penjualan jasa investasi sebesar Rp 8 319 605 000. Dana investor ini

digunakan untuk membiayai 157 463 pohon selama umur tanam pohon.

Penerimaan penjualan jasa investasi sudah diterima pada tahun 2007 karena pada

umur enam bulan pohon jati sudah dipromosikan kepada investor.

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

51

b. Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen

Pohon JUN baru dapat dipanen pada tahun 2012, yaitu saat umur JUN

lima tahun. Rincian estimasi penerimaan penjualan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Estimasi Penerimaan Penjualan Tanaman JUN

Tahun

Jumlah Pohon

yang Siap Panen

(1)

Harga Jumlah per

Pohon (Rp)

(2)

Jumlah

Penerimaan (Rp)

3 = (1x2)

2012 6 017 500 000 3 008 500 000

2013 23 197 500 000 11 598 500 000

2014 38 760 500 000 19 380 000 000

2015 42 856 550 000 23 570 800 000

2016 27 780 550 000 15 279 000 000

2017 14 060 550 000 7 733 000 000

Total 152 670 80 569 800 000

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Harga jual pohon JUN pada saat panen diproyeksikan Rp 500 000 per

pohon dari tahun 2012-2014, sedangkan mulai tahun 2015-2017 pada saat panen

diproyeksikan Rp 550 000. Hal ini merupakan asumsi dari harga kayu jati yang

selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga pihak UBH-KPWN Bogor

menjanjikan harga jual kayu jati pada tahun 2015 akan meningkat sebesar

Rp 50 000 dengan volume per pohon 0.2 m3. Pada saat ini jumlah pohon yang

siap panen berjumlah 152 760 pohon, dari tanaman awal sebanyak 157 463

pohon. Hal ini dikarenakan kematian yang berbeda-beda pada setiap tahunnya.

Total penerimaan dari penjualan 152 760 pohon JUN sebesar Rp 80 569 800 000.

6.1.2 Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor

Analisis outflow JUN UBH-KPWN Bogor merupakan biaya pengeluaran

yang harus dibayarkan untuk kebutuhan UBH-KPWN Bogor demi kelancaran

kegiatan Jati Unggul Nusantara (JUN). Arus pengeluaran dalam usaha JUN UBH-

KPWN dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu: biaya investasi, biaya

operasional, dan bagi hasil kepada mitra usaha.

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

52

a. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek

yaitu pada tahun pertama. Pada kasus ini terdapat perbedaan dimana biaya

investasi tidak hanya dikeluarkan pada tahun pertama saja. Biaya investasi dapat

dikeluarkan kapan saja sesuai dengan keperluan UBH-KPWN Bogor. Biaya

investasi pada usaha JUN terdiri dari biaya investasi perlengkapan kantor dan

peralatan mesin. Biaya investasi perlengkapan kantor merupakan biaya yang

dikeluarkan pada barang yang digunakan di dalam membantu menyelesaikan

urusan kantor. Total biaya investasi perlengkapan kantor sebesar Rp 48 635 000.

Rincian biaya investasi perlengkapan kantor dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Investasi Perlengkapan Kantor

No Uraian Tahun Jumlah

(unit)

Harga per

satuan

(Rp)

Nilai

(Rp)

Umur

Ekonomis

(tahun)

1 Dispenser 2007 1 250 000 250 000 5

2 Galon 2007 2 40 000 80 000 2

3 Komputer 1* 2007 1 4 890 000 4 890 000 2

4 Mesin fax 2007 1 1 300 000 1 300 000 10

5 Pemanas air 2007 1 50 000 50 000 5

6 Kursi kantor 2008 10 1 000 000 10 000 000 10

7 Lemari 2008 5 1 000 000 5 000 000 10

8 Meja 2008 13 1 000 000 13 000 000 10

9 Pesawat telepon 2008 2 250 000 500 000 10

10 Printer 1* 2008 1 400 000 400 000 2

11 Printer 2 2008 1 1 000 000 1 000 000 5

12 Stabiliser 2008 1 150 000 150 000 10

13 Komputer 2 2009 1 5 950 000 5 950 000 5

14 Modem 2009 1 875 000 875 000 10

15 Printer 3 2009 1 1 740 000 1 740 000 10

16 Kursi plastik 2011 5 300 000 1 500 000 10

17 Kipas angin 2012 2 450 000 900 000 10

18 LCD (monitor) 2012 1 1 050 000 1 050 000 10

Total Biaya Investasi Perlengkapan Kantor 48 635 000

Keterangan: (*) = Komputer 1 dan Printer 1 merupakan barang bekas sehingga memiliki umur

ekonomis yang cepat dan tidak ada reinvestasi.

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

53

Kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor tidak hanya mengeluarkan biaya

investasi perlengkapan kantor karena dalam pelaksanaannya JUN merupakan

kegiatan yang sebagian besar di lapangan. Perlengkapan mesin dibutuhkan guna

mempercepat dan membantu kegiatan JUN agar berjalan lancar sesuai dengan

waktu yang ditetapkan. Biaya investasi peralatan mesin merupakan biaya yang

dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan di lapang sesuai dengan kebutuhan

JUN. Total biaya investasi yang diperlukan untuk peralatan mesin sebesar

Rp 49 600 000. Rincian biaya investasi peralatan mesin dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Biaya Investasi Peralatan Mesin

No Uraian Tahun Jumlah

(unit)

Harga per

satuan

(Rp)

Nilai

(Rp)

Umur

Ekonomis

(tahun)

1 Traktor

tangan 2007 1 17 500 000 17 500 000 10

2 Timbangan 2007 1 100 000 100 000 5

3 Timbangan

peer 2007 1 100 000 100 000 5

4 Drum* 2007 30 55 000 1 650 000 1

5 Sepeda

motor 2008 1 15 000 000 15 000 000 10

6 Alat uji

tanah

kering

2008 1 1 050 000 1 050 000 10

7 Pompa air 2009 2 2 500 000 5 000 000 10

8 Sprayer 2010 12 350 000 4 200 000 10

9 GPS 2011 1 5 000 000 5 000 000 10

Total Biaya Investasi Peralatan Mesin 49 600 000

Keterangan: (*) = Drum hanya digunakan pada awal tahun 2007 di Desa Cogreg sebagai

penampung air dan tidak ada reinvestasi.

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Barang investasi yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek,

maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus

dikeluarkan UBH-KPWN terhadap kegiatan JUN demi terciptanya kelancaran

proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila

tidak ada barang tersebut akan mengganggu jalannya kegiatan JUN. Biaya

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

54

reinvestasi dari tahun 2009-2017 sebesar Rp 27 150 000. Biaya reinvestasi

dikeluarkan karena umur ekonomis suatu barang tidak sampai proyek selesai.

Barang-barang yang membutuhkan biaya reinvestasi antara lain, yaitu: dispenser,

galon, komputer 2, mesin fax, pemanas air, printer 2, timbangan, timbangan peer,

dan traktor tangan. Rincian biaya reinvestasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Biaya reinvestasi menghasilkan nilai sisa sebesar Rp 22 881 500.

b. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama

pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

b.1 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah

produk yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan usaha JUN UBH-KPWN

Bogor yaitu menyangkut biaya manajemen kantor. Rincian biaya manajemen

kantor dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Biaya Manajemen Kantor

No Uraian Tahun

2007 2008 – 2017

1 Gaji 122 640 000 122 640 000

2 Listrik 2 400 000 2 400 000

3 Telepon 4 200 000 4 200 000

4 ATK (Alat Tulis Kantor) 4 800 000 4 800 000

5 Rapat & Keperluan harian kantor 960 000 960 000

6 Pemeliharaan kendaraan roda dua - 3 600 000

7 Koran 900 000 900 000

8 Internet 1 800 000 1 800 000

9 Upah kebersihan kantor & jaga malam 4 200 000 4 200 000

10 Pemeliharaan SAPROTAN 900 000 900 000

11 Pengawasan dan Pengendalian 480 000 480 000

12 Pembinaan SDM 800 000 800 000

13 Upah pengamanan lahan 12 000 000 12 000 000

14 Sewa kantor 9 040 000 9 040 000

Total 165 120 000 168 720 000

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

55

Pada tahun 2007 biaya tetap yang dikeluarkan hanya sebesar

Rp 165 120 000 karena usaha belum berjalan baik. Pada tahun 2008-2017 usaha

dinilai berjalan optimal, sehingga total biaya yang dikeluarkan relatif konstan

yaitu sebesar Rp 168 720 000.

b.2 Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah

produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada usaha ini

meliputi biaya sosialisasi, biaya pengadaan input untuk pembuatan tanaman (bibit,

pupuk dasar, upah), pemeliharaan tanaman (pemupukan lanjutan, upah), dan

penebangan tanaman.

Biaya sosialisasi dilakukan sebelum adanya pengadaan kegiatan JUN di

suatu daerah kepada petani, pemilik lahan, dan perangkat desa. Biaya sosialisasi

dibutuhkan oleh pihak UBH-KPWN karena sebelum adanya kegiatan JUN semua

pihak yang terkait harus mengetahui aturan main yang ada dalam proyek sehingga

apa yang akan dilakukan oleh UBH-KPWN jelas dan tidak ada kesalahan pada

akhir pembagian bagi hasil yang akan diterima pada tiap-tiap pihak. Biaya

sosialisasi pada tahun 2006-2011 membutuhkan biaya sebesar Rp 19 012 500.

Tahun pembiayaan tanaman dimulai dari tahun 2006 yaitu pada pembelian

bibit dan pupuk, akan tetapi dalam penanamannya sendiri mulai tahun 2007. Hal

ini disebabkan pihak UBH-KPWN Bogor harus melakukan pemesanan bibit dan

pupuk terlebih dahulu sebelum diadakannya penanaman pohon JUN. Pembelian

bibit dan pupuk tidak bisa dilakukan secara mendadak karena harus dipersiapkan

secara matang. Rincian biaya pembuatan tanaman dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

56

Tabel 23. Biaya Pembuatan Tanaman

Tahun

Pembiayaan

Tanaman

Pembuatan

Tanaman

Bibit

(Rp)

(1)

Pupuk Dasar

(Rp)

(2)

Upah

(Rp)

(3)

2006 28 480 000 23 424 400

2007 2007/I 316 725 000 70 494 400 21 360 000

2008 2007/II + 2008/I 501 937 500 132 445 500 64 014 000

2009 2008/II + 2009/I 537 625 000 141 688 000 120 465 000

2010 2009/II + 2010/I 348 500 000 116 968 740 131 030 000

2011 2010/II + 2011/I 175 750 000 86 941 060 83 640 000

2012 2011/II + 2012/I 41 090 000

Jumlah 1 909 017 500 571 962 100 461 599 000

Total Biaya Pembuatan

Tanaman (1+2+3) Rp 2 942 578 600

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Pada pembuatan tanaman dilakukan dua periode dimana pihak UBH-

KPWN Bogor mengadakan penanaman pohon JUN pada awal tahun yaitu antara

bulan Januari-Februari yang diberi kode “I”, sedangkan periode kedua dilakukan

antara bulan November-Desember yang diberi kode “II”. Pihak UBH-KPWN

Bogor dalam satu siklus dengan jangka waktu lima tahun dapat melakukan

penanaman sebanyak sebelas kali yaitu dari 2007/I-2012/I. Total pembuatan

tanaman (bibit, pupuk dasar, dan upah) JUN sebesar Rp 2 942 578 600.

Tanaman JUN memerlukan pemeliharaan yang sangat intensif dimana

pihak UBH-KPWN Bogor harus mengadakan pemupukan secara berkala.

Pemupukan sangat penting demi keberlanjutan usaha kegiatan JUN dengan

melakukan pemupukan yang intensif maka pertumbuhan tanaman JUN akan baik.

Pemupukan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman karena tanah

menjadi gembur dan banyak zat hara yang dapat diserap oleh tanaman Jati Unggul

Nusantara (JUN). Biaya pemeliharaan tanaman dilakukan pada tahun 2007-2012.

Rincian biaya pemeliharaan tanaman dapat dilihat pada Tabel 24.

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

57

Tabel 24. Biaya Pemeliharaan Tanaman Selama Satu Siklus (5 Tahun)

No Pemeliharaan Pemupukan (Rp) Upah (Rp)

1 Tanaman 2007/I 219 749 948 151 573 800

2 Tanaman I (2007/II + 2008/I) 713 087 692 594 278 980

3 Tanaman II (2008/II + 2009/I) 1 014 073 692 972 772 900

4 Tanaman III (2009/II + 2010/I) 1 146 901 426 1 064 045 400

5 Tanaman IV (2010/II + 2011/I) 771 756 180 702 834 000

6 Tanaman V (2011/II + 2012/I) 367 753 360 357 124 000

Jumlah 4 233 322 298 3 842 629 080

Total Pemeliharaan Tanaman Rp 8 075 951 378

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Biaya pemeliharaan dikeluarkan mulai tahun 2007 karena setelah selesai

penanaman pohon JUN pemupukan akan terus dilakukan agar pohon jati

menghasilkan kayu yang kokoh. Selain itu, dalam pengerjaan pemeliharaan akan

dilakukan oleh petani JUN yang bersangkutan karena mereka mempunyai tugas

menjaga pohonnya masing-masing. Petani JUN akan diberikan upah oleh pihak

UBH-KPWN Bogor atas andilnya dalam memelihara pohon JUN agar tanaman

bebas dari gangguan seperti pencurian dan kematian pohon. Total pemeliharaan

(pemupukan, upah) dari tahun 2007-2012 sebesar Rp 8 075 951 378.

Proses penebangan dilakukan setelah lima tahun pohon ditanam. Proses

penebangan UBH-KPWN bekerja sama dengan pihak lain. Rincian biaya

penebangan tanaman dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Biaya Penebangan Tanaman

Tahun Penebangan Biaya Penebangan (Rp)

2012 Tanaman 2007/I 18 074 680

2013 Tanaman I (2007/II + 2008/I) 53 821 880

2014 Tanaman II (2008/II + 2009/I) 84 770 400

2015 Tanaman III (2009/II + 2010/I) 96 426 240

2016 Tanaman IV (2010/II + 2011/I) 66 771 200

2017 Tanaman V (2011/II + 2012/I) 32 982 400

Total Biaya Penebangan Tanaman 352 846 800 Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Pengeluaran biaya variabel ini dihitung berdasarkan sistem trees

management (manajemen pohon), sehingga biaya atau pengeluaran ini dihitung

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

58

per pohon. Biaya penebangan tanaman dari tahun 2012-2017 membutuhkan biaya

sebesar Rp 352 846 800. Adapun biaya pembuatan sertifikat dibutuhkan oleh

investor untuk memperkuat kepemilikan atas tanaman JUN karena mereka telah

berinvestasi dalam proyek UBH KPWN Bogor. Total biaya yang dikeluarkan

untuk pembuatan sertifikat oleh UBH KPWN Bogor sebesar Rp 192 600 000.

Selain itu, UBH KPWN Bogor harus mengeluarkan pajak pendapatan setiap

tahunnya. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasakan

UU No. 23 Tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Dalam Negeri dan

Bentuk Usaha Tetap. UBH-KPWN Bogor harus mengeluarkan biaya untuk pajak

pendapatan sebesar Rp 2 692 000/tahun.

c. Bagi Hasil

Pihak-pihak yang terlibat dalam usaha budidaya JUN UBH-KPWN, antara

lain: investor, petani penggarap, pemilik lahan, pemerintah desa, dan UBH-

KPWN Bogor. Pihak-pihak ini akan mendapat imbal jasa berupa bagian hasil dari

penjualan tanaman JUN tersebut. Bagian hasil ini dapat diperoleh mulai tahun

2012. Rincian bagi hasil tanaman dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Bagi Hasil kepada Petani Penggarap, Pemilik Lahan, Investor,

Perangkat Desa, dan UBH-KPWN Bogor

Tahun

Jumlah Bagi Hasil (Rp 000)

Petani

Penggarap

Pemilik

Lahan Investor

Perangkat

Desa

UBH-

KPWN

Bogor

2012 614 250 356 000 1 424 000 245 700 368 550

2013 2 632 000 1 266 900 5 067 600 1 052 800 1 579 200

2014 4 670 625 2 007 750 8 031 000 1 868 250 2 802 375

2015 5 871 525 2 365 550 9 462 200 2 348 610 3 552 915

2016 3 819 750 1 527 900 6 111 600 1 527 900 2 291 850

2017 1 933 250 773 300 3 093 200 773 300 1 159 950

Total 19 541 400 8 297 400 33 189 600 7 816 560 11 724 840

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

59

Imbal jasa yang akan diterima petani penggarap, pemilik lahan, investor,

perangkat desa, dan UBH-KPWN Bogor adalah sebesar 25, 10, 40, 10, dan 15

persen dari jumlah pohon tanaman awal yang ditanam. Harga jual tanaman pada

tahun 2007-2009 yaitu sebesar Rp 500 000 per pohon dengan jumlah pohon

67 974, sedangkan harga jual tanaman pada tahun 2010-2012 yaitu sebesar

Rp 550 000 dengan jumlah pohon 84 696. Pihak petani penggarap, perangkat

desa, dan UBH-KPWN Bogor menanggung resiko sebesar 50, 20, dan 30 persen

jika ada kematian pada tanaman JUN. Investor dan pemilik lahan tidak dikenakan

beban resiko kematian karena mereka tidak secara langsung berhubungan dengan

tanaman JUN. Rincian perhitungan bagi hasil dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan Tabel 26, pembagian hasil yang paling besar diperoleh oleh

investor sebesar Rp 33 189 600 000. Hal ini wajar diperoleh oleh investor karena

investor memberikan kontribusi yang besar terhadap berjalannya kegiatan JUN.

Investor juga merupakan tulang punggung dari pihak UBH-KPWN Bogor.

Ketiadaan investor berpengaruh terhadap usaha kegiatan JUN sehingga usaha ini

tidak akan berjalan. Selain itu, investor tidak diberikan beban resiko walaupun

kegiatan JUN mengalami kerugian.

Perangkat desa merupakan pihak yang mendapatkan bagi hasil yang paling

kecil dari kelima pihak yaitu sebesar Rp 7 816 560 000. Pihak desa mendapatkan

persentase yang terkecil sebesar 10 persen karena beban pekerjaan yang diberikan

kepada pihak desa tidak terlalu berat yaitu hanya melakukan pengawasan dan

pengamanan terhadap tanaman JUN dari gangguan, pencurian, dan kebakaran.

Apabila ada kematian pada tanaman JUN pihak desa mendapatkan beban resiko

sebesar 20 persen sehingga akan mengurangi pendapatan dari bagi hasil tersebut.

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

60

6.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Bogor

Usaha JUN UBH-KPWN Bogor pada tahun 2006-2007 memperoleh PV

net benefit bernilai negatif karena pada tahun tersebut membutuhkan biaya

investasi yang besar. Pada tahun 2008 usaha mulai memperoleh keuntungan atau

PV net benefit bernilai positif, namun pada tahun 2011-2012 usaha mengalami

kerugian kembali. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut, UBH-KPWN Bogor

membutuhkan biaya yang lebih besar dimana semua biaya pemeliharaan

dikeluarkan untuk semua umur tanaman JUN. Sejak awal tahun 2013 sampai

akhir usaha, UBH-KPWN Bogor selalu memperoleh PV net benefit positif.

Kelayakan finansial usaha JUN ini dapat dilihat dari beberapa kriteria

penilaian investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net B/C, dan Payback Period (PBP). Hasil perhitungan kriteria penilaian

investasi pada usaha JUN UBH-KPWN Bogor dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Hasil Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria Hasil

NPV 4 175 535 379

IRR 57%

Net B/C 3

Payback Period 8 tahun 9 bulan

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa usaha JUN

dengan pola bagi hasil yang diusahakan oleh UBH-KPWN Bogor menghasilkan

NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 4 175 535 379. Hal ini menunjukkan

usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 4 175 535 379.

Berdasarkan kriteria NPV usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk

dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 57 persen dimana IRR

tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 12

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

61

persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mampu memberikan tingkat

pengembalian modal sebesar 57 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha JUN

UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh

yaitu sebesar tiga. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan

tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari

satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang

diperoleh adalah sebesar delapan tahun sembilan bulan. Nilai PBP ini masih

berada di bawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak

untuk dilanjutkan. Rincian perhitungan investasi usaha JUN UBH-KPWN Bogor

dapat dilihat pada Lampiran 3.

6.1.4 Analisis Sensitivitas Usaha JUN UBH-KPWN Bogor

Analisis sensitivitas pada UBH-KPWN Bogor dapat dilihat dari

peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen. Hal ini dilihat dari rata-rata kenaikan

pupuk pada kegiatan JUN yang telah berlangsung selama lima tahun. Analisis

sensitivitas terhadap kenaikan pupuk perlu dilakukan oleh UBH- KPWN Bogor

karena pupuk merupakan komponen penting di dalam berlangsungnya kegiatan

JUN. Keberadaan pupuk akan mempengaruhi tanaman JUN dalam hal

pertumbuhan terhadap diameter dan ketinggian pohon JUN.

Peningkatan harga pupuk 32 persen akan berdampak pada NPV, IRR, Net

B/C, dan Payback Period (PBP). NPV menjadi Rp 2 497 483 097 sehingga usaha

ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp 2 497 483 097. Nilai IRR yang

diperoleh turun menjadi 28 persen dan nilai Net B/C yang diperoleh menjadi dua.

Payback Period (PBP) menjadi semakin lama yaitu 9 tahun 6 bulan. Perubahan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 28.

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

62

Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas

Kriteria Hasil

NPV 2 497 483 097

IRR 28%

Net B/C 2

Payback Period 9 tahun 6 bulan

Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen usaha UBH-KPWN Bogor

masih layak untuk dilanjutkan karena semua kriteria memenuhi syarat, akan tetapi

UBH-KPWN Bogor harus tetap mengantisipasi apabila ada kenaikan yang lebih

besar karena akan menyebabkan usaha mengalami kerugian. Rincian perhitungan

analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

6.2 Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Kegiatan JUN

6.2.1 Perbandingan Pendapatan Petani JUN Sebelum dan Sesudah Adanya

Kegiatan JUN

Awalnya lahan yang ditanami JUN pada tanaman umur empat dan lima

tahun di Desa Cogreg (lahan Universitas Nusa Bangsa) dan di Desa Ciaruteun Ilir

(lahan “Kopassus 23”) merupakan lahan produktif yang ditanami berbagai macam

palawija, sayur mayur, dan buah-buahan. Keberadaan JUN menyebabkan petani

penggarap mengubah kebiasaannya yang semula menanam berbagai macam

tanaman non kayu menjadi petani pohon jati. Pendapatan yang didapat dari

pengelolaan JUN berupa upah, bonus, hasil kayu setelah lima tahun (pasca

panen), dan tumpang sari (kecuali singkong) selama dua tahun.

Pendapatan petani JUN dari berbagai macam jenis tanaman sebelum

adanya kegiatan JUN di Desa Cogreg sebesar Rp 28 265 000/tahun, sedangkan

pada Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 602 550 000/tahun. Pendapatan petani JUN

di Desa Cogreg meningkat sebesar Rp 163 041 600/tahun dari pengelolaan lahan

UNB tersebut. Pada Desa Ciaruteun Ilir meningkat sebesar Rp 104 764 300/tahun

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

63

dari pengelolaan lahan “Kopassus 23”. Peningkatan pendapatan di Desa Cogreg

lebih besar dibandingkan Desa Ciaruteun Ilir karena sebelum adanya kegiatan

JUN lahan di Desa Cogreg tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk

menghasilkan pendapatan dalam bidang pertanian. Perbandingan pendapatan

petani JUN dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Perbandingan Pendapatan Petani JUN Tanpa dan dengan

Adanya Kegiatan JUN Tahun 2012

A. Pendapatan Tanpa JUN

Kriteria Desa Cogreg/tahun Desa Ciaruteun Ilir/tahun

1. Lahan UNB 28 265 000

2. Lahan Kopassus 23 602 550 000

Total Pendapatan Rp 28 265 000 Rp 602 550 000

B. Pendapatan dengan Adanya JUN

Kriteria Desa Cogreg/tahun Desa Ciaruteun Ilir/tahun

1. Upah Petani JUN 23 319 600 56 228 300

2. Bonus 950 000 3 235 000

3. Bagi Hasil 156 125 000 434 075 000

4. Tumpang sari 10 912 000 213 776 000

Total Pendapatan Rp 191 306 600 Rp 707 314 300 Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Adanya kegiatan JUN menyebabkan para petani yang pada awalnya

menanam tanaman non kayu beralih ke tanaman berkayu yaitu pohon jati.

Pendapatan bagi petani JUN setelah adanya kegiatan JUN, yaitu:

a. Upah Petani JUN

Petani di dalam pengelolaan JUN akan mendapatkan upah dari UBH-

KPWN Bogor setelah lima tahun. Upah diberikan karena petani JUN melakukan

beberapa kegiatan, yaitu: pembuatan lubang, pemupukan awal, penanaman,

penyiangan dan pemupukan, pemeliharaan, dan pengamanan. Dari tahun ke tahun

upah yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan umur tanaman JUN.

Desa Cogreg memiliki tanaman JUN yang berumur empat tahun dan lima

tahun. Petani JUN mendapatkan upah sebesar Rp 23 401 000 dari tanaman umur

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

64

empat tahun, sedangkan untuk tanaman yang berumur lima tahun petani JUN

mendapatkan upah sebesar Rp 93 197 000. Upah yang diperoleh Desa Cogreg

kepada petani dari semua umur tanaman jati sebesar Rp 116 598 000

(Rp 23 319 600/tahun). Desa Ciaruteun Ilir memiliki tanaman JUN yang berumur

empat tahun. Hasil yang akan diperoleh dari upah pengelolaan JUN sebesar

Rp 281 141 500 (Rp 56 228 300/tahun) . Rincian perhitungan upah Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir dilihat pada Lampiran 5.

b. Bonus Petani JUN

Pada pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan JUN petani mendapatkan

bonus dari hasil yang mereka lakukan dengan cara merawat JUN agar tumbuh

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh UBH-KPWN. Setiap petani JUN

berpeluang mendapatkan bonus tersebut dengan catatan tanaman JUN miliknya

masuk ke dalam kriteria yang telah ada. Adanya bonus maka ada kesadaran dari

petani JUN untuk memelihara pohon jati dengan baik. Adapun kriteria yang

ditetapkan pihak UBH-KPWN terhadap bonus tersebut pada Tabel 30.

Tabel 30. Klasifikasi Tanaman JUN

Umur

(tahun)

Klasifikasi

Bawah

Standar Standar Baik Amat Baik

Kell

(cm)

T

(m)

Kell

(cm)

T

(m)

Kell

(cm)

T

(m)

Kell

(cm)

T

(m)

0,5 - < 2,5 - 2,5-3 - 3-3,5 - ≥ 3,5

1 < 15 < 4 15-18 4-5 18-21 5-6 ≥ 21 ≥ 6

2 < 27 < 6 27-30 6-7 30-33 7-8 ≥ 33 ≥ 8

3 < 39 < 8 39-42 8-9 42-45 9-10 ≥ 45 ≥ 10

4 < 50 < 9 50-53 9-10 53-56 10-11 ≥ 56 ≥ 11

5 < 61 < 10 61-64 10-11 64-67 11-12 ≥ 67 ≥ 12 Keterangan: T = Tinggi pohon rata-rata (m), Kell = Keliling rata-rata (cm) Sumber: UBH-KPWN (2012)

Petani JUN yang memiliki pohon jati dalam klasifikasi baik dan amat baik

akan dilombakan dimana para petani JUN akan mendapatkan bonus dari pihak

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

65

UBH-KPWN. Besarnya bonus tergantung dari jumlah tanaman yang dimiliki

setiap petani JUN. Semakin banyak pohon jati yang dimiliki petani JUN maka

akan semakin besar pula bonus yang diterima. Rincian klasifikasi bonus petani

JUN dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Klasifikasi Bonus Petani JUN

Klasifikasi Jumlah Tanaman Bonus yang Diterima

Baik dan Amat Baik

< 100 Rp 175 000

100-200 Rp 225 000

200-300 Rp 275 000

> 300 Rp 300 000 Sumber: UBH-KPWN (2012)

Petani yang mempunyai jumlah pohon lebih dari 300 pohon yang memiliki

lima keliling terbesar pada klasifikasi amat baik akan mendapatkan bonus. Juara

pertama mendapatkan Rp 1 000 000, juara kedua Rp 750 000, juara ketiga

Rp 600 000, juara keempat Rp 500 000, dan juara kelima Rp 400 000.

Penyeleksian tanaman JUN dilakukan setiap tahun sekali sehingga petani JUN di

kedua desa berlomba-lomba agar memperoleh bonus tersebut. Desa Cogreg

memperoleh bonus rata-rata sebesar Rp 950 000/tahun yang berasal dari tanaman

jati umur empat tahun maupun lima tahun, sedangkan di Ciaruteun Ilir

memperoleh bonus rata-rata Rp 3 235 000/tahun yang berasal dari tanaman jati

umur empat tahun. Petani JUN yang mendapatkan bonus karena pohon yang

ditanam sudah memenuhi standar yang berlaku pada UBH-KPWN.

c. Hasil Kayu Pasca Panen

Petani penggarap mendapatkan bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah

tanaman JUN yang ditanam. Pohon tanaman awal yang ditanam di Desa Cogreg

(tanaman 4 tahun & 5 tahun) sebanyak 8 927 pohon, sedangkan di Desa Ciaruteun

Ilir (tanaman 4 tahun) sebanyak 21 229 pohon. Tanaman 2007 dan 2008 harga

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

66

jualnya sebesar Rp 500 000 per pohon, maka bagi hasil yang diterima petani

penggarap di Desa Cogreg sebesar Rp 1 115 875 000, sedangkan di Desa

Ciaruteun Ilir menerima pendapatan sebesar Rp 2 653 625 000.

Kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, maka petani

penggarap ikut menanggung resiko. Petani penggarap turut menanggung resiko

sebesar 50 persen dari kematian pohon JUN. Hal tersebut merupakan kewajiban

petani yang memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan budidaya kegiatan

JUN di lapangan. Total bagi hasil yang diterima petani penggarap di Desa Cogreg

setelah dikurangi beban resiko sebesar Rp 780 625 000 (Rp 156 125 000/tahun)

dari 7 586 pohon, sedangkan Desa Ciaruteun Ilir akan mendapatkan pendapatan

sebesar Rp 2 170 375 000 (Rp 434 075 000/tahun) dari 19 296 pohon.

d. Tumpang Sari

Petani JUN dibolehkan untuk melakukan tumpang sari oleh UBH-KPWN

Bogor selama dua tahun akan tetapi tidak boleh menanam singkong. Singkong

berpengaruh besar terhadap tanaman jati karena memakan unsur hara dan

makanan yang diperuntukkan untuk jati, sehingga jati tidak akan berkembang

dengan baik. Apabila petani JUN tetap menanam tanaman singkong maka

pendamping JUN dari UBH-KPWN Bogor akan mencabut paksa, sehingga tidak

ada ruang bagi petani untuk menanam singkong di daerah areal tanaman JUN.

Tanaman tumpang sari yang ditanam oleh petani di Cogreg berupa jagung,

kacang-kacangan, ubi, kentang, dan paria. Selama lima tahun petani JUN Desa

Cogreg menghasilkan pendapatan sebesar Rp 54 560 000 (Rp 10 912 000/tahun).

Rincian perhitungan pendapatan dari tumpang sari di Desa Cogreg dapat dilihat di

Lampiran 6. Tanaman tumpang sari yang berada di Desa Ciaruteun Ilir tidak jauh

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

67

berbeda dengan di Desa Cogreg, yaitu: jagung, ubi jalar, kentang, kacang-

kacangan, kucai, mentimun, kangkung, bayam, paria, cabai rawit, terong, dan

pepaya. Selama dua tahun petani JUN di Ciaruteun Ilir memperoleh pendapatan

sebesar Rp 1 068 880 000 (Rp 213 776 000). Rincian perhitungan pendapatan dari

tumpang sari Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat di Lampiran 7.

6.2.2 Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

Pasca penebangan tanaman JUN akan ada pembagian hasil yang sudah

ditentukan dan disepakati oleh kelima aktor, yaitu: investor, petani penggarap,

UBH-KPWN, pemilik lahan, dan perangkat desa. Pihak-pihak ini akan

mendapatkan imbal jasa berupa bagi hasil dari penjualan tanaman JUN tersebut

setelah lima tahun. Berdasarkan Tabel 32, pembagian hasil di Desa Cogreg dan

Desa Ciaruteun Ilir yang mendapatkan hasil paling besar diperoleh oleh investor

sebesar Rp 1 785 400 000 dan Rp 4 245 800 000. Perangkat desa merupakan

pihak yang mendapatkan bagi hasil yang paling kecil dari kelima pihak tersebut

sebesar Rp 312 250 000 dan Rp 868 150 000.

Tabel 32. Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

A. Desa Cogreg

No Penerima Bagi Hasil Pendapatan

1 Investor 1 785 400 000

2 Petani Penggarap 780 625 000

3 UBH-KPWN 468 375 000

4 Pemilik Lahan (UNB) 446 350 000

5 Perangkat Desa Cogreg 312 250 000

Total 3 793 000 000

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Penerima Bagi Hasil Pendapatan

1 Investor 4 245 800 000

2 Petani Penggarap 2 170 375 000

3 UBH-KPWN 1 302 225 000

4 Pemilik Lahan (Kopassus Batalyon 23) 1 061 450 000

5 Perangkat Desa Ciaruteun Ilir 868 150 000

Total 9 648 000 000 Sumber: UBH-KPWN 2012 (diolah)

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

68

Berdasarkan survey di lapangan pembagian hasil yang dirasakan oleh

semua pihak dirasakan cukup adil karena semua pihak yang terkait mendapatkan

bagian yang sesuai dengan pekerjaan dan andilnya dalam kelancaran proses

kegiatan JUN.

6.2.3 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN

terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Sumber pendapatan petani JUN di Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir berasal

dari dua sumber, yaitu: dari JUN dan non JUN. Pendapatan JUN berasal dari

upah, bonus, tumpang sari, dan pasca panen pohon jati setelah lima tahun.

Pendapatan dari non JUN meliputi peternak, tukang bangunan, pedagang, petani,

buruh tani, buruh, wiraswasta, wartawan, tukang ojek, supir, pegawai, dan

pensiunan.

Berdasarkan Tabel 33, total pendapatan terbesar di Desa Cogreg diperoleh

dari hasil beternak sebesar Rp 128 454 000. Hal ini menunjukkan banyak petani

JUN yang bekerja sebagai peternak karena mereka tidak memiliki lahan lagi untuk

melakukan pekerjaan di bidang pertanian setelah lahan yang sebelumnya mereka

garap ditanami pohon JUN. Beternak yang dilakukan di Desa Cogreg ini adalah

ternak ayam (kampung dan broiler) dan kambing. Berbeda halnya dengan Desa

Ciaruteun Ilir, peternak merupakan total pendapatan terkecil yaitu sebesar

Rp 22 271 400. Hal ini menunjukkan beternak di Desa Ciaruteun Ilir kurang

diminati oleh petani JUN terlihat hanya satu orang yang bekerja sebagai peternak.

Total pendapatan terbesar di Desa Ciaruteun Ilir masih dalam bidang

pertanian yaitu sebesar Rp 1 084 865 100 karena sebagian besar petani JUN

menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian sebagai petani maupun buruh

tani. Sebagian besar lahan di Desa Ciaruteun Ilir sangat cocok untuk bertani,

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

69

didukung dengan lahan mereka yang masih luas dan memadai. Berbanding

terbalik dengan Desa Cogreg pekerjaan pada bidang pertanian yaitu petani dan

buruh tani menjadi total pendapatan terkecil hanya sebesar Rp 99 029 000.

Tabel 33. Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN

terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir Tahun 2012

A. Desa Cogreg

No Pekerjaan

(n)

Pendapatan

di luar JUN

(Rp/tahun)

(1)

Pendapatan

dari JUN

(Rp/tahun)

(2)

Total

Pendapatan

3 = (1+2)

Kontribusi

JUN terhadap

Pendapatan

Rumah Tangga

(%)

4 = (2/3)

1 Peternak (7) 70 484 000 57 970 000 128 454 000 45.13%

2 Tukang

bangunan (5) 55 200 000 49 407 300 104 607 300 47.23%

3 Petani (4) 30 400 000 26 958 000 57 358 000 47.00%

4 Buruh tani (4) 21 600 000 20 071 000 41 671 000 48.17%

5 Pedagang (3) 41 400 000 36 900 300 78 300 300 47.13%

Total 219 084 000 191 306 600 410 390 600 46.62%

Rata-rata 9 525 391 8 317 678 17 843 070

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Pekerjaan

(n)

Pendapatan

di luar JUN

(Rp/tahun)

(1)

Pendapatan

dari JUN

(Rp/tahun)

(2)

Total

Pendapatan

3 = (1+2)

Kontribusi

JUN terhadap

Pendapatan

Rumah Tangga

(%)

4 = (2/3)

1 Petani (19) 389 400 000 162 357 800 551 757 800 29.43%

2 Buruh tani (29) 323 357 000 209 750 300 533 107 300 39.34%

3 Pedagang (10) 169 200 000 132 714 600 301 914 600 43.96%

4 Buruh (7) 91 740 000 75 500 200 167 240 200 45.14%

5 Wiraswasta (3) 81 600 000 27 214 300 108 814 300 25.01%

6 Pegawai (3) 62 400 000 25 678 000 88 078 000 29.15%

7 Wartawan (1) 36 000 000 11 567 000 47 567 000 24.32%

8 Ngojek (2) 25 200 000 22 142 000 47 342 000 46.77%

9 Supir (1) 18 000 000 9 071 400 27 071 400 33.51%

10 Pensiunan (2) 25 200 000 16 247 300 41 447 300 39.20%

11 Peternak (1) 7 200 000 15 071 400 22 271 400 67.67%

Total 1 229 297 000 707 314 300 1 936 611 300 36.52%

Rata-rata 15 760 218 9 068 132 24 828 350

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

70

Kontribusi pendapatan JUN terhadap pendapatan rumah tangga petani

JUN di Desa Cogreg yang terbesar adalah pada pekerjaan buruh tani sebesar

48.17 persen. Hal ini menunjukkan peran pendapatan dari JUN sangat membantu

memenuhi kebutuhan rumah tangga buruh tani di Desa Cogreg. Kontribusi

pendapatan JUN pada pekerjaan beternak di Desa Cogreg memberikan kontribusi

terkecil dibandingkan dengan bidang lainnya sebesar 45.13 persen. Berbeda

halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir, pekerjaan sebagai peternak memberikan

kontribusi terbesar yaitu 67.67 persen. Hal ini menunjukkan di Desa Cogreg

pekerjaan sebagai peternak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani JUN.

Pada Desa Ciaruteun Ilir masih banyak lahan yang dapat digunakan untuk

pertanian sehingga para petani JUN menghidupi kebutuhan rumah tangga mereka

dari kegiatan bertani.

Secara keseluruhan kontribusi rata-rata pendapatan JUN terhadap

pendapatan rumah tangga di Desa Cogreg (46.62%) memiliki pengaruh lebih

besar dibandingkan dengan Desa Ciaruteun Ilir (36.52%). Hal ini disebabkan

petani JUN di Desa Cogreg lebih bergantung dari pendapatan JUN dalam

memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Selain itu, pendapatan utama petani JUN

di Desa Cogreg tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sehingga

membutuhkan pendapatan tambahan yaitu salah satunya menjadi petani JUN.

6.2.4 Manfaat Ekologis Keberadaan JUN Bagi Masyarakat Sekitar

Keberadaan JUN di kedua desa ini memberikan pengaruh terhadap

masyarakat sekitar khususnya manfaat lingkungan. Sebelumnya lahan digunakan

oleh petani penggarap untuk menanam bermacam-macam tanaman non kayu.

Tanaman non kayu berbeda karakteristik dengan tanaman kayu dimana tanaman

Page 86: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

71

kayu di dalam pengadaan/penyediaan sumber air lebih baik daripada tanaman non

kayu khususnya tanaman jati. Pada musim kemarau di kedua desa mengalami

kekeringan, akan tetapi setelah adanya JUN mengalami perubahan yang cukup

positif. Petani JUN tidak mengalami kendala apabila musim kemarau telah tiba.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Sumber Air di Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir

No Pilihan Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir

Jawaban % Jawaban %

1 Semakin membaik 17 73.91 45 57.69

2 Semakin memburuk 0 0 0 0

3 Sama saja 6 26.09 33 42.31

Total 23 100 78 100

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Sebagian besar petani JUN di Desa Cogreg (17 petani JUN atau 73.91%)

mengaku bahwa keberadaan JUN sangat berpengaruh terhadap sumber air. Petani

lebih mudah mendapatkan air pada sumur-sumur sekitar lahan JUN tersebut

walaupun pada musim kemarau. Hanya sebanyak enam orang petani (26.09%)

yang mengatakan sama saja. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir dimana

pengaruh JUN tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap perubahan sumber air.

Persentase yang mengatakan semakin membaik (57.69%) tidak terlalu jauh

dengan yang mengatakan sama saja (42.31%). Hal ini dikarenakan kurangnya

perhatian mereka dalam melihat perbedaan lingkungan yang terjadi pada keadaan

sekitar sebelum maupun sesudah adanya kegiatan JUN.

Semua petani JUN di Desa Cogreg maupun Desa Ciaruteun Ilir tidak ada

yang mengatakan keberadaan JUN merusak kualitas lingkungan sekitar.

Keberadaan JUN tidak hanya mempengaruhi perubahan sumber air pada kedua

Page 87: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

72

desa tersebut akan tetapi mempengaruhi kualitas udara di lingkungan sekitar. Hal

ini dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Kualitas Udara di Desa

Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

No Pilihan Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir

Jawaban % Jawaban %

1 Semakin membaik 20 86.96 78 100

2 Semakin memburuk 0 0 0 0

3 Sama saja 3 13.04 0 0

Total 23 100 78 100

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Sebagian besar petani JUN merasakan perubahan kualitas udara menjadi

semakin baik karena yang pada awalnya gersang setelah ada JUN udara semakin

bersih, sejuk, dan segar. Hanya tiga orang atau 13.04 persen yang mengatakan

tidak adanya perubahan sebelum maupun sesudah ada JUN pada Desa Cogreg.

Pada Desa Ciaruteun Ilir semua petani JUN mengatakan perubahan yang lebih

baik mencapai 100 persen. Secara umum perubahan lingkungan menjadi lebih

baik karena lingkungan semakin asri dan teduh bagi masyarakat sekitar. Menurut

petani JUN setelah adanya JUN, pemandangan menjadi lebih indah karena

awalnya lahan tersebut ditanami oleh berbagai macam tanaman. Setelah ada JUN

tanaman menjadi seragam yaitu lahan ditanami oleh pohon jati. Selain itu, di

lingkungan tanaman JUN dijadikan tempat peristirahatan para petani JUN setelah

selesai mengelola JUN.

Keberadaan JUN mempunyai manfaat lainnya kepada petani JUN yaitu

menambah pengetahuan bagi para petani tentang pengelolaan jati karena

sebelumnya petani di kedua desa tersebut belum pernah menanam pohon jati

setelah adanya JUN petani mengetahui cara-cara mengelola dan menanam jati

secara intensif. Pohon jati mempunyai fungsi intangable dalam penyerapan

Page 88: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

73

karbondioksida yang nantinya apabila sudah terjadi perdagangan karbon maka

kedua desa akan mendapatkan penghasilan dari penjualan jasa karbon tersebut.

Jumlah karbondioksida yang dapat diserap oleh pohon jati tergantung dari

beberapa kriteria, salah satunya berdasarkan diameter pohon. Berikut merupakan

hasil dari penelitian Heriyanto (2007) yang mengklasifikasikan kandungan

karbondioksida berdasarkan diameter pohon jati pada Tabel 36.

Tabel 36. Pengklasifikasian Kandungan Karbondioksida Berdasarkan

Diameter Pohon Jati (cm)

Jenis

Kayu Kelas

Kelas Diameter

(cm)

Tinggi Total

(m)

Kandungan

Karbondioksida

(ton CO2/pohon)

Jati

(Tectona

grandis)

A 5-10 11.3 0.059

B 11-15 15.3 0.283

C 16-20 18.4 0.580

D 21-25 20.1 0.947

E 26-30 21.6 1.558

F > 30 22.1 1.791

Total 5. 218 Sumber: Heriyanto (2007)

Berdasarkan Tabel 36, tanaman JUN pada Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir masuk ke dalam kelas B. Hasil evaluasi perhitungan terhadap JUN

mempunyai diameter rata-rata 14.11-14.57 cm, sehingga tanaman JUN dapat

menyerap karbondioksida sebanyak 0.283 ton CO2/pohon. Tanaman JUN di Desa

Cogreg dapat menyerap karbondioksida sebesar 2 146.84 ton CO2 dari 1 569

tanaman umur empat tahun dan 6 017 umur tanaman lima tahun, sedangkan di

Desa Ciaruteun Ilir dapat menyerap karbondioksida sebesar 5 460.77 ton CO2 dari

19 296 tanaman umur empat tahun. Rincian perhitungan dapat dilihat pada

Tabel 37.

Page 89: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

74

Tabel 37. Penyerapan Karbondioksida pada Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir

Lokasi Umur

Tanaman

Jumlah

Pohon

Diameter

Rata-rata

(cm)

Jumlah Penyerapan

Karbondioksida

(ton C)

Cogreg 4 tahun 1 569 14.57 444.03

5 tahun 6 017 14.79 1 702.81

Ciaruteun Ilir 4 tahun 19 296 14.11 5 460.77 Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Perdagangan karbon menurut Hamilton et al (2010) dalam Prasetyo

(2011) dihargai sebesar US$ 4,6/ton CO2 yang apabila dirupiahkan menjadi

sebesar Rp 42 711/ton CO2 dengan asumsi US$ 1 = Rp 9 285. Desa Cogreg akan

menghasilkan jasa sebesar Rp 91 693 700 dari 7 586 pohon JUN. Pada Desa

Ciaruteun Ilir akan menghasilkan jasa sebesar Rp 233 234 900 dari 19 296 pohon

JUN. Nilai tersebut akan diperoleh apabila perdagangan karbon telah

dilaksanakan secara baik. Akan tetapi pada saat ini belum ada perdagangan

karbon yang sudah dijalankan, sehingga sampai saat ini nilai penyerapan

karbondioksida masih merupakan nilai potensial.

Manfaat ekonomi yang diperoleh pada Desa Cogreg dengan keberadaan

kegiatan JUN sebesar Rp 1 715 133 000, sedangkan manfaat ekonomi yang

diperoleh oleh Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 5 466 171 500. Manfaat ekonomi

meliputi upah, bonus, tumpang sari (2 tahun), dan bagi hasil setelah lima tahun.

6.3 Dampak Ekonomi dan Lingkungan Menurut Para Pihak terhadap

Kegiatan JUN

6.3.1 Dampak Ekonomi

Keberadaan JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir menimbulkan

dampak ekonomi dan lingkungan. Dampak ekonomi dan lingkungan yang

dirasakan para pihak memiliki persepsi yang berbeda-beda dengan adanya

kegiatan JUN. Para pihak meliputi petani JUN, pemilik lahan, dan aparat desa.

Page 90: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

75

Adanya kegiatan JUN petani di Desa Cogreg maupun Desa Ciaruteun Ilir

memiliki penghasilan tambahan guna mencukupi kebutuhan rumah tangga petani.

Berdasarkan Tabel 38, semua petani JUN di Desa Cogreg merasakan keberadaan

JUN mempengaruhi kehidupan mereka terutama dalam segi pendapatan.

Pada awalnya di Desa Cogreg tidak semua lahan UNB mereka manfaatkan

untuk menghasilkan pendapatan. Pada saat JUN yang mengelola lahan tersebut

serta memperkerjakan petani, mereka dapat memperoleh pendapatan dari kegiatan

JUN. Para petani JUN dalam pengelolaannya tidak terlalu membutuhkan waktu

yang banyak. Pekerjaan sebagai petani JUN dijadikan pekerjaan sampingan yang

dapat menambah penghasilan rumah tangga dan yang paling penting di dalam

pengelolaannya tidak menggangu pekerjaan utama mereka.

Tabel 38. Dampak Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN A. Desa Cogreg

No Pernyataan

Penilaian

SS S TS STS

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Meningkatkan pendapatan masyarakat 1 4.4 22 95.6 0 0 0 0

2 Keberadaan JUN mempengaruhi

kehidupan masyarakat sekitar 1 4.4 22 95.6 0 0 0 0

3 Pendapatan JUN membantu kebutuhan

hidup masyarakat 0 0 23 100 0 0 0 0

4 JUN merupakan aset jangka lima tahun 6 26.1 17 73.9 0 0 0 0

5 Menaikkan upah bagi petani JUN 1 4.4 22 95.6 0 0 0 0

6 JUN mempunyai sistem bagi hasil yang

adil 1 4.4 22 95.6 0 0 0 0

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Pernyataan

Penilaian

SS S TS STS

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Meningkatkan pendapatan masyarakat 0 0 44 56.4 34 43.6 0 0

2 Keberadaan JUN mempengaruhi

kehidupan masyarakat sekitar 0 0 75 96.2 3 3.8 0 0

3

Pendapatan JUN membantu kebutuhan

hidup masyarakat 20 25.6 58 74.4 0 0 0 0

4 JUN merupakan aset jangka lima tahun 44 56.4 34 43.6 0 0 0 0

5 Menaikkan upah bagi petani JUN 0 0 78 100 0 0 0 0

6 JUN mempunyai sistem bagi hasil yang

adil 0 0 78 100 0 0 0 0

Keterangan: SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Page 91: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

76

Pada Desa Ciaruteun Ilir dalam hal meningkatkan pendapatan masyarakat,

sebanyak 34 orang (43.6%) mengatakan tidak setuju karena petani JUN di Desa

Ciaruteun Ilir sudah mengelola lahan “Kopassus 23” secara intensif. Petani JUN

juga memperoleh pendapatan dari lahan tersebut. Pada saat adanya JUN, sebagian

petani memberikan respon negatif karena berpikir upah yang diberikan oleh JUN

tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga petani JUN. Selain itu, pendapatan dari

JUN juga tidak bisa dijadikan sebagai mata pencaharian sehari-hari. Petani JUN

harus tetap memiliki pekerjaan lain di luar JUN untuk memenuhi kebutuhan

karena bagi hasil yang diberikan oleh UBH-KPWN Bogor akan diperoleh setelah

lima tahun.

Dampak ekonomi yang positif menurut petani JUN di Desa Cogreg dan

Desa Ciaruteun Ilir dapat dianalisis dengan menggunakan Skala Likert. Interval

nilai tanggapan petani JUN yang menyatakan sangat setuju berada dalam interval

(21-24), setuju (16-20), tidak setuju (11-15), dan sangat tidak setuju (6-10).

Tabel 39. Dampak Positif Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala

Likert

Tingkat Persepsi Skala Likert Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir

∑ % ∑ %

Sangat Setuju 1 4.45 1 1.3

Setuju 22 95.55 77 98.7

Tidak Setuju 0 0 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0

Total 23 100 78 100

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 39, secara keseluruhan menurut petani JUN di kedua

desa menyatakan setuju dengan adanya dampak positif ekonomi dari kegiatan

JUN. Sebanyak 22 orang (95.45%) di Desa Cogreg dan 77 orang (98.7%) di Desa

Ciaruteun Ilir mengatakan kegiatan JUN mempengaruhi kehidupan petani JUN

Page 92: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

77

terutama dalam segi peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil wawancara di

lapangan dengan para pihak seperti aparat Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir,

pemilik lahan UNB dan pemilik lahan “Kopassus 23” memberikan respon yang

positif adanya kegiatan JUN dalam segi ekonomi. Para pihak yang bersangkutan

mendapatkan bagi hasil setelah lima tahun, sehingga ada rasa keadilan di dalam

kegiatan JUN tersebut. Menurut aparat Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir

dengan adanya kegiatan JUN maka akan ada penyerapan tenaga kerja. Bagi

masyarakat kedua desa tersebut akan berdampak pada bertambahnya penghasilan

mereka guna menghidupi rumah tangga para petani JUN.

Bagi pemilik lahan yang awalnya lahan hanya digunakan pada waktu-

waktu tertentu dan tidak ada pajak atau sewa lahan, namun setelah adanya JUN

lahan menjadi lebih produktif serta pembagian hasil semakin jelas dan

menguntungkan. Secara keseluruhan keberadaan JUN di Desa Cogreg dan

Ciaruteun Ilir terhadap dampak ekonomi dapat dikatakan baik bagi semua pihak

yang bersangkutan.

6.3.2 Dampak Lingkungan

Keberadaan JUN berdampak juga pada lingkungan, seperti penyediaan

sumber air, kualitas udara bersih, dan penyerapan karbondioksida (CO2). Banyak

pendapat yang dikemukakan oleh para pihak khususnya dalam perubahan

lingkungan yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya kegiatan JUN. Petani

JUN merupakan orang yang paling merasakan adanya dampak keberadaan JUN

karena mereka tinggal berdekatan dengan lokasi sehingga persepsi petani

mengenai JUN pun muncul di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir.

Page 93: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

78

Tabel 40. Dampak Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan

Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN A. Desa Cogreg

No Pernyataan

Penilaian

SS S TS STS

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Membantu mempercepat

usaha rehabilitasi lahan kritis 0 0 20 86.9 3 13.1 0 0

2 Membantu penyerapan air 1 4.3 16 69.5 6 26.2 0 0

3 JUN penting bagi lingkungan 1 4.3 19 82.6 3 13.1 0 0

4 JUN meningkatkan pasokan

kebutuhan air tanah 0 0 17 73.8 6 26.2 0 0

5 JUN meningkatkan kualitas

udara bersih 0 0 20 86.9 3 13.1 0 0

B. Desa Ciaruteun Ilir

No Pernyataan

Penilaian

SS S TS STS

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Membantu mempercepat

usaha rehabilitasi lahan kritis 0 0 78 100 0 0 0 0

2 Membantu penyerapan air 0 0 45 57.7 33 42.3 0 0

3 JUN penting bagi lingkungan 2 3.6 76 97.4 0 0 0 0

4 JUN meningkatkan pasokan

kebutuhan air bersih 0 0 50 64.1 28 35.9 0 0

5 JUN meningkatkan kualitas

udara bersih 3 3.8 75 96.2 0 0 0 0

Keterangan: SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 40, sebagian besar petani JUN di Desa Cogreg dan

Desa Ciaruteun Ilir (>50%) menyatakan setuju dengan adanya dampak

lingkungan yang semakin membaik dari kegiatan JUN. Pada Desa Cogreg

sebanyak enam orang (26.2%) dan Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 33 orang (42.3%)

mengatakan tidak setuju apabila kegiatan JUN itu mempermudah masyarakat

dalam penyediaan air bersih. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran para petani

JUN terhadap keadaan lingkungan sekitar sehingga ada dan tidak adanya JUN

tidak terlalu berpengaruh.

Sebanyak tiga orang (13.1%) di Desa Cogreg menyatakan tidak setuju

bahwa kegiatan JUN mempengaruhi kualitas udara semakin bersih. Hal ini

disebabkan rumah mereka yang jauh dari lokasi JUN sehingga pengaruhnya tidak

terlalu dirasakan secara langsung. Berbeda halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir

Page 94: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

79

dimana semua petani JUN (78 orang atau 100%) mengatakan setuju bahwa

kualitas udara semakin bersih dan sejuk. Skala Likert dapat menganalisis dampak

lingkungan yang positif menurut petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun

Ilir dengan adanya kegiatan JUN. Interval nilai tanggapan petani JUN yang

menyatakan sangat setuju berada dalam interval (17-20), setuju (13-16), tidak

setuju (9-12), dan sangat tidak setuju (5-8). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 41.

Tabel 41. Dampak Positif Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg

dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala

Likert

Tingkat Persepsi Skala Likert Desa Cogreg Desa Ciaruteun Ilir

∑ % ∑ %

Sangat Setuju 1 4.45 0 0

Setuju 21 91.10 78 100

Tidak Setuju 1 4.45 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0

Total 23 100 78 100

Sumber: Data Primer 2012 (diolah)

Sebanyak 21 orang (91.10%) di Desa Cogreg dan 78 orang (100%) di

Desa Ciaruteun Ilir menyatakan setuju dengan adanya dampak positif lingkungan

dari keberadaan kegiatan JUN. Kegiatan JUN memberikan perubahan pada

keadaan lingkungan mereka yaitu semakin membaiknya penyediaan air bersih dan

kualitas udara.

Para pihak yang lain mempunyai pandangan tersendiri terhadap

keberadaan JUN. Menurut pemilik lahan UNB dan pemilik lahan “Kopassus 23”

menyatakan lahan yang semula tidak terlalu dimanfaatkan oleh mereka setelah

adanya JUN lahan mereka semakin subur. Tanaman JUN diberi pupuk secara

intensif dengan kualitas baik sehingga tanah menjadi gembur. Pada awalnya lahan

tersebut ditanami oleh tanaman non kayu sehingga dalam penyerapan air tidak

terlalu baik, berbeda dengan tanaman kayu seperti jati. Air tidak langsung

Page 95: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

80

mengalir akan tetapi diserap secara baik sehingga ketersediaan air terjamin.

Menurut aparat Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir, keberadaan JUN

dapat menghasilkan udara yang sejuk dan bersih. Sebelum adanya JUN, lahan

hanya ditanami tanaman non kayu bahkan banyak ilalang yang tumbuh. Tanaman

non kayu dan ilalang tidak terlalu baik dalam menghasilkan udara bersih karena

daya serap karbondioksida (CO2) kecil, berbeda dengan pohon jati. Menurut para

pihak secara keseluruhan, keberadaan JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun

Ilir terhadap perubahan lingkungan dikatakan baik karena semua pihak merespon

dengan positif.

Page 96: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil analisis kelayakan finansial dengan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan

PBP menunjukkan bahwa usaha JUN ini layak untuk dilanjutkan. Hal ini

dapat dilihat dari analisis kelayakan finansial yang menunjukkan semua

kriteria memenuhi syarat. Berdasarkan analisis sensitivitas, peningkatan

pupuk sebesar 32 persen proyek UBH-KPWN Bogor masih layak untuk

dilanjutkan karena syarat terpenuhi, akan tetapi UBH-KPWN Bogor harus

tetap mengantisipasi apabila ada kenaikan yang lebih besar karena bisa saja

menyebabkan proyek mengalami kerugian.

2. Manfaat ekonomi yang berupa peningkatan pendapatan masyarakat (petani

JUN) di Desa Cogreg dengan keberadaan kegiatan JUN adalah Rp 163 041

600/tahun dan di Desa Ciarteun Ilir sebesar Rp 104 764 300/tahun. Adapun

manfaat ekonomi total berupa pendapatan bagi Desa Cogreg (petani JUN,

pemilik lahan, dan aparat desa) adalah sebesar Rp 1 715 133 000 dan untuk

Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 5 466 171 500. Khususnya bagi peternak di

Desa Ciaruteun Ilir pendapatan dari JUN merupakan pendapatan pokok yaitu

sebesar 67.67 persen dari total pendapatan.

3. Sebesar 90 persen petani JUN dan para pihak yang terkait usaha JUN UBH-

KPWN Bogor menyatakan bahwa usaha JUN memberikan dampak positif

baik ekonomi maupun lingkungan. Sebesar 50 persen responden petani JUN

merasakan perubahan sumber air dan kualitas lingkungan sehingga

Page 97: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

82

masyarakat sekitar dapat memperoleh air lebih mudah dan perubahan udara

yang dirasakan semakin lebih bersih dan sejuk.

7.2 Saran

Usaha JUN oleh UBH-KPWN telah dilaksanakan dengan baik, namun ada

beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian UBH-KPWN Bogor agar dapat

lebih mengembangkan usahanya.

1. UBH-KPWN Bogor harus dapat menjaga kepercayaan dan meyakinkan para

pihak yang terlibat agar mau melanjutkan usaha JUN di periode selanjutnya

karena para pihak merupakan aset perusahaan yang menyukseskan usaha

JUN.

2. Pelaksanaan usaha budidaya sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga

pupuk. Oleh karena itu, pihak UBH-KPWN Bogor perlu mengantisipasi

adanya kenaikan pupuk yang lebih besar dengan cara mencari alternatif lain

seperti penggunaan pupuk organik dan pemberdayaan petani JUN untuk

menggunakan pupuk secara optimal.

3. UBH-KPWN Bogor sebaiknya memperluas lahan areal kegiatan penanaman

JUN agar banyak melibatkan masyarakat sekitar untuk melaksanakan usaha

JUN sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

4. Usaha kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor harus tetap menjaga konsistensi dan

keberlanjutannya karena proyek tersebut sangat menguntungkan bagi semua

pihak dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan.

Page 98: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman D. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Produksi Bibit Jati (Tectona

grandis L.f.) dengan Metode Kultur Jaringan pada PT. Dafa Teknoagro

Mandiri, Ciampea, Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Anwar C. 2011. Meningkatkan Pendaman Karbon Hutan untuk Mengurangi Emisi

Deforestasi dan Degradasi melalui Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Lestari

(PHL) di Indonesia. ITTO (International Tropical Timber Organization).

Jakarta.

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Awang SA. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE-

Yogyakarta. Yogyakarta.

Dewi DA. 2011. Persepsi Petani terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan

Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di

Kecamatan Cimalaka dan Conggeang Kabupaten Sumedang, Provinsi

Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ghofir A. 2012. Penduga Stok Karbon (Paraserianthes falcataria) di Desa

Bandarjo, Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta.

Gray et al. 1986. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia. Jakarta.

________. 2007. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai.

Disertasi. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Heriyanto NM. 2007. Konservasi Karbon pada Hutan Tusam, Hutan Mahoni,

dan Hutan Jati di Jawa Barat dan Banten. Pusat Penelitian dan

Pengembangan. Bogor.

Husnan S. dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN.

Yogyakarta.

Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan Kedua. Rineka Ciptaka.

Jakarta.

Jusmaliani. 2006. Bisnis Berbasis Syariah. Bumi Aksara. Jakarta.

Page 99: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

84

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Edisi 2001. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Kartono K. 1987. Kamus Psikolog. Pioner Jaya. Bandung.

Kasmir, Jaffar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Cetakan Keenam.

Kencana Prenada Media. Jakarta.

Kementerian Kehutanan. 2011. Data Strategis Tahun 2011. Kementerian

Kehutanan. Jakarta.

____________________. 2011. Statistik 2011 Direktorat Jenderal Bina Produksi

Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

Lingkungan. 2010. http://id.Wikipedia.org/wiki/lingkungan. diakses pada tanggal

22 Februari 2012.

Prasetyo FA. 2011. Potential Economic Incentive for Sustainable Forest

Management on Reducing Emission from Deforestation and Degradation.

Ministry of Forestry. Jakarta.

Pratiwi A. 2010. Penetuan Daur Finansial Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis

L.F) dengan Menggunakan Analisis Kelayakan Finansial di KPH Cepu

Perum Perhutani Unit I Jawa. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

PT. Setyamitra Bhaktipersada. 2008. Info Perusahaan PT. Setyamitra

Bhaktipersada.http://setyamitra.indonetwork.co.id/profile/ptsetyamitrabha

ktipersada.htm. diakses pada tanggal 18 Februari 2012.

Puspitasari R. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara dengan

Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi

Perumahan Wanabakti Nusantara. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Riduwan 2009. Pengantar Statistika Sosial. Alfabeta. Bandung.

Sultika L. 2010. Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan

Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong

Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Skripsi.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumarna Y. 2008. Budi Daya Jati. Penebar Swadaya. Jakarta.

Supangat AB. 2005. Peran Hutan Tanaman Jati sebagai Pengatur Tata Air: Studi

Kasus di SubDAS Kawasan Hutan Jati di KPH Cepu. PT. Perhutani

(Persero). Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan. Cepu.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Page 100: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

85

Tim UBH-KPWN. 2012. Petunjuk Teknis Pembuatan dan Pemeliharaan

Tanaman Jati Unggul Nusantara. UBH-KPWN. Jakarta.

Tobing M. 2011. Membangun Supermarket Kayu.

http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1308811818/71066/Santi-bercita-

cita-membangun-supermarket-kayu-3. diakses pada tanggal 18 Februari

2012.

Page 101: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

LAMPIRAN

Page 102: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

87

Lampiran 1. Biaya Reinvestasi Tahun 2009-2017

No Uraian Jumlah

(unit)

Tahun Jumlah

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Dispenser 1 250.000 250.000 500.000

2 Galon 2 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 400.000

3 Komputer 2 1 5.950.000 5.950.000

4 Mesin fax 1 1.300.000 1.300.000

5 Pemanas air 1 50.000 50.000 100.000

6 Printer 2 1 1.000.000 1.000.000

7 Timbangan 1 100.000 100.000 200.000

8 Timbangan

peer 1 100.000 100.000 200.000

9 Traktor

tangan 1 17.500.000 17.500.000

Total 11 80.000 80.000 500.000 1.080.000 5.950.000 80.000 19.380.000 27.150.000

87

Page 103: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

88

Lampiran 2. Perhitungan Bagi Hasil JUN UBH-KPWN Bogor

A. Petani Penggarap

Tahun Tanaman awal (1) Bagi hasil (2) Tanaman mati (3) Beban resiko (4) Total tanaman (5)=(1)(2)-(3)(4) Harga jual (6) Pendapatan (7)=(5)(6)

2012 7.120 25% 1.103 50% 1228,5 500.000 614.250.000

2013 25.338 25% 2.141 50% 5264 500.000 2.632.000.000

2014 40.155 25% 1.395 50% 9341,25 500.000 4.670.625.000

2015 43.010 25% 154 50% 10675,5 550.000 5.871.525.000

2016 27.780 25% - 50% 6945 550.000 3.819.750.000

2017 14.060 25% - 50% 3515 550.000 1.933.250.000

B. Pemilik Lahan

Tahun Tanaman awal (1) Bagi hasil (2) Tanaman mati (3) Beban resiko (4) Total tanaman (5)=(1)(2)-(3)(4) Harga jual (6) Pendapatan (7)=(5)(6)

2012 7.120 10% 1.103 0% 712 500.000 356.000.000

2013 25.338 10% 2.141 0% 2533,8 500.000 1.266.900.000

2014 40.155 10% 1.395 0% 4015,5 500.000 2.007.750.000

2015 43.010 10% 154 0% 4301 550.000 2.365.550.000

2016 27.780 10% - 0% 2778 550.000 1.527.900.000

2017 14.060 10% - 0% 1406 550.000 773.300.000

C. Investor

Tahun Tanaman awal (1) Bagi hasil (2) Tanaman mati (3) Beban resiko (4) Total tanaman (5)=(1)(2)-(3)(4) Harga jual (6) Pendapatan (7)=(5)(6)

2012 7.120 40% 1.103 0% 2848 500.000 1.424.000.000

2013 25.338 40% 2.141 0% 10135,2 500.000 5.067.600.000

2014 40.155 40% 1.395 0% 16062 500.000 8.031.000.000

2015 43.010 40% 154 0% 17204 550.000 9.462.200.000

2016 27.780 40% - 0% 11112 550.000 6.111.600.000

2017 14.060 40% - 0% 5624 550.000 3.093.200.000

D. Perangkat Desa

Tahun Tanaman awal (1) Bagi hasil (2) Tanaman mati (3) Beban resiko (4) Total tanaman (5)=(1)(2)-(3)(4) Harga jual (6) Pendapatan (7)=(5)(6)

2012 7.120 10% 1.103 20% 491,4 500.000 245.700.000

2013 25.338 10% 2.141 20% 2105,6 500.000 1.052.800.000

2014 40.155 10% 1.395 20% 3736,5 500.000 1.868.250.000

2015 43.010 10% 154 20% 4270,2 550.000 2.348.610.000

2016 27.780 10% - 20% 2778 550.000 1.527.900.000

2017 14.060 10% - 20% 1406 550.000 773.300.000

E. UBH-KPWN Bogor

Tahun Tanaman awal (1) Bagi hasil (2) Tanaman mati (3) Beban resiko (4) Total tanaman (5)=(1)(2)-(3)(4) Harga jual (6) Pendapatan (7)=(5)(6)

2012 7.120 15% 1.103 30% 737,1 500.000 368.550.000

2013 25.338 15% 2.141 30% 3158,4 500.000 1.579.200.000

2014 40.155 15% 1.395 30% 5604,75 500.000 2.802.375.000

2015 43.010 15% 154 30% 6405,3 550.000 3.522.915.000

2016 27.780 15% - 30% 4167 550.000 2.291.850.000

2017 14.060 15% - 30% 2109 550.000 1.159.950.000

88

Page 104: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

89

Lampiran 3. Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor

Analisis Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Kabupaten Bogor

Tahun

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

INFLOW

a. Investor 424.440.000 1.490.940.000 2.213.120.000 2.606.305.000 810.600.000 774.200.000

b. Penjualan pohon JUN

3.008.500.000 11.598.500.000 19.380.000.000 23.570.800.000 15.279.000.000 7.733.000.000

c. Nilai sisa

22.881.500

TOTAL INFLOW (a+b+c) 424.440.000 1.490.940.000 2.213.120.000 2.606.305.000 810.600.000 3.782.700.000 11.598.500.000 19.380.000.000 23.570.800.000 15.279.000.000 7.755.881.500

OUTFLOW

I. Biaya Investasi

Alat uji tanah

kering

1.050.000

Dispenser 250.000

250.000

250.000

Drum (30) 1.650.000

Galon 80.000

80.000

80.000

80.000

80.000

80.000

GPS

5.000.000

Kipas angin (2)

900.000

Komputer 1 4.890.000

Komputer 2

5.950.000

5.950.000

Kursi kantor

(10)

5.000.000

Kursi plastik

(5)

1.500.000

LCD (monitor)

1.050.000

Lemari (5)

5.000.000

Meja (13)

13.000.000

Mesin fax 1.300.000

1.300.000

Modem

875.000

Pemanas air 50.000

50.000

50.000

Pesawat

telepon (2)

500.000

Pompa air (2)

5.000.000

Printer 1

400.000

Printer 2

1.000.000

Printer 3

1.740.000

Sepeda motor

15.000.000

Sprayer (12)

4.200.000

Stabiliser

150.000

Timbangan 100.000

100.000

100.000

Timbangan

peer

100.000

100.000

100.000

Traktor tangan 17.500.000

17.500.000

Total Biaya Investasi 25.920.000 46.100.000 13.645.000 4.200.000 6.580.000 2.450.000 1.080.000 5.950.000 80.000

19.380.000

89

Page 105: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

90

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

II. Biaya Operasional

2.1 Biaya Tetap 165.120.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000

2.2 Biaya Variabel

A. Biaya

Sosialisasi 1.000.000 2.837.500 3.875.000 6.475.000 2.937.500 1.887.500

B. Pembuatan Tanaman

Bibit 28.480.000 316.725.000 501.937.500 537.625.000 348.500.000 175.750.000

Pupuk dasar 23.424.400 70.494.400 132.445.500 141.688.000 116.968.740 86.941.060

Upah 21.360.000 64.014.000 120.465.000 131.030.000 83.640.000 41.090.000

Total B 51.904.400 408.579.400 698.397.000 799.778.000 596.498.740 346.331.060 41.090.000

C. Pemeliharaan Tanaman

1. Tanaman 2007

Pemupukan 51.299.600 48.810.840 57.235.922 50.361.226 12.042.360

Upah 21.360.000 24.388.000 31.144.500 35.821.500 38.859.800

2. Tanaman I (2007/II+2008/I)

Pemupukan

182.561.400 204.475.188 151.980.064 130.803.040 43.268.000

Upah

88.683.000 101.328.000 121.050.000 134.757.180 148.460.800

3. Tanaman II (2008/II+2009/I)

Pemupukan

289.319.550 193.533.372 275.598.570 183.334.800 72.287.400

Upah

140.542.500 180.729.000 195.363.000 213.180.000 242.958.400

4. Tanaman III (2009/II+2010/I)

Pemupukan

309.887.050 199.136.300 313.308.160 244.643.476 79.926.440

Upah

150.535.000 189.244.000 214.280.000 235.708.000 274.278.400

5. Tanaman IV (2010/II+2011/I)

Pemupukan

200.154.900 133.830.150 227.379.300 158.582.130 51.809.700

Upah

108.342.000 125.010.000 138.900.000 152.790.000 177.792.000

6. Tanaman V (2011/II+2012/I)

Pemupukan

101.302.300 70.194.550 89.773.100 80.261.510 26.221.900

Upah

56.240.000 63.270.000 70.300.000 77.330.000 89.984.000

Total C 72.659.600 344.443.240 824.045.660 1.193.897.212 1.484.301.150 1.532.214.210 1.295.341.126 825.650.070 387.193.210 116.205.900

D. Penebangan Tanaman

Tanaman 2007

18.074.680

Tanaman I (2007/II +2008/I)

53.821.880

Tanaman II (2008/II +2009/I)

84.770.400

Tanaman III (2009/II +2010/I)

96.426.240

Tanaman IV (2010/II +2011/I)

66.771.200

Tanaman V (2011/II + 2012/I)

32.982.400

Total D

18.074.680 53.821.880 84.770.400 96.426.240 66.771.200 32.982.400

Total Biaya

Variabel

(A+B+C+D)

52.904.400 484.076.500 1.046.715.240 1.630.298.660 1.793.333.452 1.832.519.710 1.591.378.890 1.349.163.006 910.420.470 483.619.450 182.977.100 32.982.400

90

Page 106: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

91

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Biaya Lainnya

Pembuatan

Sertifikat

8.400.000 32.600.000 46.800.000 58.000.000 31.800.000 15.000.000

Pajak 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000

Total Biaya

Operasional 52.904.400 660.288.500 1.250.727.240 1.848.510.660 2.022.745.452 2.035.731.710 1.777.790.890 1.520.575.006 1.081.832.470 655.031.450 354.389.100 204.394.400

III. Bagi Hasil Mitra Usaha

2.639.950.000 10.019.300.000 16.577.625.000 20.047.885.000 12.987.150.000 6.573.050.000

TOTAL

OUTFLOW

(I+II+III)

52.904.400 686.208.500 1.296.827.240 1.862.155.660 2.026.945.452 2.042.311.710 4.420.190.890 11.540.955.006 17.665.407.470 20.702.996.450 13.341.539.100 6.796.824.400

Net benefit (52.904.400) (261.768.500) 194.112.760 350.964.340 579.359.548 (1.231.711.710) (637.490.890) 57.544.994 1.714.592.530 2.867.803.550 1.937.460.900 959.057.100

DF (12%)

1 0,89286 0,79719 0,71178 0,63552 0,56743

PV/tahun (52.904.400) (262.818.500) 190.162.760 355.964.340 579.359.548 (1.232.111.710) (637.490.890) 51.379.459 1.366.862.667 2.041.245.921 1.231.291.428 544.194.755

NPV 4.175.535.379

IRR 57%

PV positif 6.359.410.879

PV negatif 2.183.875.500

Net B/C 3

PP (tahun) 8 tahun 9

bulan

91

Page 107: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

92

Lampiran 4. Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor dengan Peningkatan Harga Pupuk sebesar 32%

Analisis Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Kabupaten Bogor

Tahun

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

INFLOW

a. Investor

424.440.000 1.490.940.000 2.213.120.000 2.606.305.000 810.600.000 774.200.000

b. Penjualan pohon JUN

3.008.500.000 11.598.500.000 19.380.000.000 23.570.800.000 15.279.000.000 7.733.000.000

c. Nilai sisa

22.881.500

TOTAL INFLOW (a+b+c) 424.440.000 1.490.940.000 2.213.120.000 2.606.305.000 810.600.000 3.782.700.000 11.598.500.000 19.380.000.000 23.570.800.000 15.279.000.000 7.755.881.500

OUTFLOW

Biaya Investasi

Alat uji tanah

kering 1.050.000

Dispenser

250.000

250.000

250.000

Drum (30)

1.650.000

Galon (2)

80.000

80.000

80.000

80.000

80.000

80.000

GPS

5.000.000

Kipas angin (2)

900.000

Komputer 1

4.890.000

Komputer 2

5.950.000

5.950.000

Kursi kantor (10)

10.000.000

Kursi plastik (5)

1.500.000

LCD (monitor)

1.050.000

Lemari (5)

5.000.000

Meja (13)

13.000.000

Mesin fax

1.300.000

1.300.000

Modem

875.000

Pemanas air

50.000

50.000

50.000

Pesawat telepon

(2) 500.000

Pompa air (2)

5.000.000

Printer 1

400.000

Printer 2

1.000.000

1.000.000

Printer 3

1.740.000

Sepeda motor

15.000.000

Sprayer (12)

4.200.000

Stabiliser

150.000

Timbangan

100.000

100.000

100.000

Timbangan peer

100.000

100.000

100.000

Traktor tangan

17.500.000

17.500.000

Total Biaya Investasi 25.920.000 46.100.000 13.645.000 4.200.000 6.580.000 2.450.000 1.080.000 5.950.000 80.000

19.380.000

92

Page 108: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

93

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

II. Biaya Operasional

2.1 Biaya

Tetap 165.120.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000 168.720.000

2.2 Biaya Variabel

A. Biaya

Sosialisasi 1.000.000 2.837.500 3.875.000 6.475.000 2.937.500 1.887.500

B.Pembuatan Tanaman

Bibit 28.480.000 316.725.000 501.937.500 537.625.000 348.500.000 175.750.000

Pupuk dasar 30.920.208 93.052.608 174.828.060 187.028.160 154.398.737 114.762.199

Upah

21.360.000 64.014.000 120.465.000 131.030.000 83.640.000 41.090.000

Total B 59.400.208 431.137.608 740.779.560 845.118.160 633.928.737 374.152.199 41.090.000

C.Pemeliharaan Tanaman

1. Tanaman

2007

Pemupukan

67.715.472 64.430.309 75.551.417 66.476.818 15.895.915

Upah

21.360.000 24.388.000 31.144.500 35.821.500 38.859.800

2. Tanaman I (2007/II +2008/I)

Pemupukan

240.981.048 269.907.248 200.613.684 172.660.013 57.113.760

Upah

88.683.000 101.328.000 121.050.000 134.757.180 148.460.800

3. Tanaman II (2008/II +2009/I)

Pemupukan

381.901.806 255.464.051 363.790.112 242.001.936 95.419.368

Upah

140.542.500 180.729.000 195.363.000 213.180.000 242.958.400

4. Tanaman III (2009/II

+2010/I)

Pemupukan

409.050.906 262.859.916 413.566.771 322.929.388 105.502.901

Upah

150.535.000 189.244.000 214.280.000 235.708.000 274.278.400

5. Tanaman IV (2010/II

+2011/I)

Pemupukan

264.204.468 176.655.798 300.140.676 209.328.412 68.388.804

Upah

108.342.000 125.010.000 138.900.000 152.790.000 177.792.000

6. Tanaman V (2011/II +

2012/I)

Pemupukan

133.719.036 92.656.806 118.500.492 105.945.193 346.129.080

Upah

56.240.000 63.270.000 70.300.000 77.330.000 89.984.000

Total C

89.075.472 418.482.357 1.000.375.471 1.419.740.960 1.745.976.404 1.780.228.101 1.491.982.638 930.700.204 429.455.997 436.113.080

D. Penebangan Tanaman

Tanaman 2007

18.074.680

Tanaman I (2007/II +2008/I)

53.821.880

Tanaman II (2008/II +2009/I)

84.770.400

Tanaman III (2009/II +2010/I)

96.426.240

Tanaman IV (2010/II +2011/I)

66.771.200

Tanaman V (2011/II + 2012/I)

32.982.400

Total D

18.074.680 53.821.880 84.770.400 96.426.240 66.771.200 32.982.400

Total Biaya

Variabel

(A+B+C+D)

60.400.208 523.050.580 1.163.136.917 1.851.968.631 2.056.607.197 2.122.016.104 1.839.392.781 1.545.804.518 1.015.470.604 525.882.237 502.884.280 32.982.400

93

Page 109: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

94

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Biaya Lainnya

Pembuatan

Sertifikat 8.400.000 32.600.000 46.800.000 58.000.000 31.800.000 15.000.000

Pajak

2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000 2.692.000

Total Biaya

Operasional 60.400.208 699.262.580 1.367.148..917 2.070.180.631 2.286.019.197 2.325.228.104 2.025.804.781 1.717.216.518 1.186.882.604 697.294.237 674.296.280 204.394.400

III. Bagi Hasil Mitra Usaha

2.639.950.000 10.019.300.000 16.577.625.000 20.047.885.000 12.987.150.000 6.573.050.000

TOTAL

OUTFLOW

(I+II+III)

60.400.208 725.182.580 1.413.248.917 2.083.825.631 2.290.219.197 2.331.808.104 4.668.204.781 11.737.596.518 17.770.457.604 20.745.259.237 13.661.446.280 6.796.824.400

Net benefit (60.400.208) (300.742.580) 77.691.083 129.294.369 316.085.803 (1.521.208.104) (885.504.781) (139.096.518) 1.609.542.396 2.825.540.763 1.617.553.720 959.057.100

DF (12%)

1 0,89286 0,79719 0,71178 0,63552 0,56743

PV/tahun (60.400.208) (301.792.580) 73.741.083 134.294.369 316.085.803 (1.521.608.104) (885.454.781) (124.193.320) 1.283.117.343 2.011.164.104 1.027.984.632 544.194.755

NPV 2.497.483.097

IRR 28%

PV positif 5.265.338.770

PV negatif 2.767.855.673

Net B/C 2

PP (tahun) 9 tahun 6

bulan

94

Page 110: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

95

Lampiran 5. Rincian Perhitungan Upah Petani JUN Desa Cogreg dan Desa

Ciaruteun Ilir Selama 5 Tahun

a) Upah Pengelolaan JUN Desa Cogreg (umur 4 tahun) Per Pohon

Uraian Thn Kegiatan

Jumlah PL PA Pe PPL Pem PN

Upah (Rp)

I

500 500 500 500 500 500 3000

∑ tanaman 1807 1807 1807 1807 1807 1807 1807

Pendapatan 903500 903500 903500 903500 903500 903500 5421000

Upah (Rp)

II

- - - 1000 500 500 2000

∑ tanaman - - - 1757 1757 1757 1757

Pendapatan - - - 1757000 878500 878500 3514000

Upah (Rp)

III

- - - 1250 500 750 2500

∑ tanaman - - - 1707 1707 1707 1707

Pendapatan - - - 2133750 853500 1280250 4267500

Upah (Rp)

IV

- - - 1500 500 1000 3000

∑ tanaman - - - 1569 1569 1569 1569

Pendapatan - - - 2353500 784500 1569000 4707000

Upah (Rp)

V

- - - 750 750 2000 3500

∑ tanaman - - - 1569 1569 1569 1569

Pendapatan - - - 1176750 1176750 3138000 5491500

Total Tanaman ( umur 4 tahun) Rp 17.909.500

Total Tanaman ( umur 5 tahun) Rp 23.401.000

b) Upah Pengelolaan JUN Desa Cogreg (umur 5 tahun) Per Pohon

Uraian Thn Kegiatan

Jumlah PL PA Pe PPL Pem PN

Upah (Rp)

I

500 500 500 500 500 500 3000

∑ tanaman 7120 7120 7120 7120 7120 7120 7120

Pendapatan 3560000 3560000 3560000 3560000 3560000 3560000 21360000

Upah (Rp)

II

- - - 1000 500 500 2000

∑ tanaman - - - 6968 6968 6968 6968

Pendapatan - - - 6968000 3484000 3484000 13936000

Upah (Rp)

III

- - - 1250 500 750 2500

∑ tanaman - - - 6921 6921 6921 6921

Pendapatan - - - 8651250 3460500 5190750 17302500

Upah (Rp)

IV

- - - 1500 500 1000 3000

∑ tanaman - - - 6513 6513 6513 6513

Pendapatan - - - 9769500 3256500 6513000 19539000

Upah (Rp)

V

- - - 750 750 2000 3500

∑ tanaman - - - 6017 6017 6017 6017

Pendapatan - - - 4512750 4512750 12034000 21059500

Total Tanaman ( umur 5 tahun) Rp 93.197.000

Page 111: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

96

c) Upah Pengelolaan JUN Desa Ciaruteun Ilir (umur 4 tahun) Per Pohon

Uraian Thn Kegiatan

Jumlah

PL PA Pe PPL Pem PN

Upah (Rp)

I

500 500 500 500 500 500 3000

∑ tanaman 21229 21229 21229 21229 21229 21229 21229

Pendapatan 10614500 10614500 10614500 10614500 10614500 10614500 63687000

Upah (Rp)

II

- - - 1000 500 500 2000

∑ tanaman - - - 20729 20729 20729 20729

Pendapatan - - - 20729000 10364500 10364500 41458000

Upah (Rp)

III

- - - 1250 500 750 2500

∑ tanaman - - - 20229 20229 20229 20229

Pendapatan - - - 25286250 10114500 15171750 50572500

Upah (Rp)

IV

- - - 1500 500 1000 3000

∑ tanaman - - - 19296 19296 19296 19296

Pendapatan - - - 28944000 9648000 19296000 57888000

Upah (Rp)

V

- - - 750 750 2000 3500

∑ tanaman - - - 19296 19296 19296 19296

Pendapatan - - - 14472000 14472000 38592000 67536000

Total Tanaman ( umur 4 tahun) Rp 213.605.500

Total Tanaman ( umur 5 tahun) Rp 281.141.500

Keterangan: PL: pembuatan lubang, PA: pemupukan awal, PPL: penyiangan & pemupukan lanjutan,

Pem: Pemeliharaan, PN: pengamanan

Page 112: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

97

Lampiran 6. Tumpang Sari Desa Cogreg

TUMPANG SARI

No Nama Petani Jenis Tanaman Luas Lahan

(m2)

Hasil

(Kg)

(1)

Harga

(Rp/Kg)

(2)

Penerimaan

(Rp)

(3) = (1)(2)

Frekuensi

(4)

Penerimaan Total

(Rp)

(5) = (3)(4)

Pengeluaran

(Rp)

(6)

Pendapatan (Rp)

(7) = (5)-(6)

1 Ajo Jagung 500 300 1.000 300.000 2 600.000 250.000 350.000

Kacang Panjang 1.000 350 1.000 350.000 2 700.000 250.000 450.000

2 Atin Jagung 550 400 1.000 400.000 3 1.200.000 500.000 700.000

3 Atip Jagung 700 500 1.000 500.000 2 1.000.000 400.000 600.000

4 Dahyat Jagung 650 200 1.000 200.000 3 600.000 200.000 400.000

5 Dani Jagung 100 50 1.000 50.000 4 200.000 120.000 80.000

Kentang 500 100 1.500 150.000 4 600.000 - 600.000

6 Kasman Jagung 1.000 500 1.000 500.000 3 1.500.000 300.000 1.200.000

Kacang Cabut 500 250 1.000 250.000 3 750.000 300.000 450.000

7 Nakih Jagung 1.000 400 1.000 400.000 2 800.000 300.000 500.000

8 Nipau Jagung 1.000 500 1.000 500.000 3 1.500.000 600.000 900.000

9 Piun Ubi 2.200 500 500 250.000 2 500.000 100.000 400.000

10 Rais Jagung 2.500 1.000 1.000 1.000.000 3 3.000.000 750.000 2.250.000

11 Ricing Paria 2.000 1.000 1.000 1.000.000 3 3.000.000 600.000 2.400.000

12 Rinan Jagung 500 300 1.000 300.000 2 600.000 100.000 500.000

Paria 500 200 1.000 200.000 3 600.000 150.000 450.000

13 Sa'ang Jagung 1.000 500 1.000 500.000 3 1.500.000 600.000 900.000

Paria 2.000 1.000 1.000 1.000.000 3 3.000.000 600.000 2.400.000

14 Sahad Jagung 500 200 1.000 200.000 2 400.000 200.000 200.000

15 Saim Jagung 500 250 1.000 250.000 2 500.000 250.000 250.000

Kacang Panjang 500 250 1.000 250.000 2 500.000 250.000 250.000

16 Samad Jagung 500 300 1.000 300.000 2 600.000 250.000 350.000

Kacang Tanah 500 100 2.500 250.000 2 500.000 250.000 250.000

17 Santa Jagung 1.000 500 1.000 500.000 3 1.500.000 600.000 900.000

18 Saptaji Paria 2.000 1.000 1.000 1.000.000 3 3.000.000 1.000.000 2.000.000

19 Sya'fei Jagung 1.000 500 1.000 500.000 2 1.000.000 300.000 700.000

Kacang Cabut 500 250 1.000 250.000 2 500.000 250.000 250.000

20 Thabrani Paria 2.000 1.500 1.000 1.500.000 2 3.000.000 600.000 2.400.000

21 Udin Jagung 2.000 1.000 1.000 1.000.000 3 3.000.000 900.000 2.100.000

22 Yusuf Bachtiar Paria 2.000 1.000 1.000 1.000.000 3 3.000.000 900.000 2.100.000

Total 27.280.000

97

Page 113: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

98

Lampiran 7. Tumpang Sari Desa Ciaruteun Ilir

TUMPANG SARI

No Nama Petani Jenis Tanaman Luas Lahan

(m2)

Hasil

(Kg)

(1)

Harga

(Rp/Kg)

(2)

Penerimaan

(Rp)

(3) = (1)(2)

Frekuensi

(4)

Penerimaan Total

(Rp)

(5) = (3)(4)

Pengeluaran

(Rp)

(6)

Pendapatan (Rp)

(7) = (5)-(6)

1 Abdul Latif Jagung 2.000 2.000 900 1.800.000 2 3.600.000 400.000 3.200.000

2 Acang Kucai 650 500 1.200 600.000 12 7.200.000 600.000 6.600.000

3 Acang Wangun Jaya

Jagung 400 300 2.000 600.000 3 1.800.000 600.000 1.200.000

Kacang Tanah 100 100 2.000 200.000 2 400.000 400.000 -

Kucai 500 500 1.200 600.000 12 7.200.000 1.800.000 5.400.000

4 Aceng Kucai 700 300 2.000 600.000 12 7.200.000 2.400.000 4.800.000

5 Agus Jagung 1.800 1.800 700 1.260.000 2 2.520.000 500.000 2.020.000

6 Ahmad Dahlan Jagung 10.000 10.000 900 9.000.000 2 18.000.000 2.000.000 16.000.000

7 Ahmad Rifa'i Jagung 7.000 7.000 900 6.300.000 2 12.600.000 1.400.000 11.200.000

8 Anam Kucai 900 700 1.200 840.000 12 10.080.000 2.400.000 7.680.000

9 Andi Jagung 400 300 2.000 600.000 3 1.800.000 800.000 1.000.000

Kacang Tanah 200 25 2.000 50.000 3 150.000 100.000 50.000

10 Andristian Pepaya 3.200 800 2.500 2.000.000 12 24.000.000 7.000.000 17.000.000

11 Anton Kucai 500 100 2.000 200.000 12 2.400.000 1.200.000 1.200.000

12 Anwar Jagung 3.500 3.500 900 3.150.000 2 6.300.000 1.000.000 5.300.000

13 Aop Kucai 1.000 800 1.200 960.000 12 11.520.000 2.400.000 9.120.000

14 Atmonadi Jagung 3.000 3.000 900 2.700.000 2 5.400.000 600.000 4.800.000

15 Budi Suyanto Pepaya 4.600 5.000 2.000 10.000.000 1 10.000.000 5.000.000 5.000.000

16 Daud Jagung 2.200 2.200 900 1.980.000 2 3.960.000 700.000 3.260.000

17 Edih Jagung 1.900 1.900 900 1.710.000 2 3.420.000 400.000 3.020.000

18 Edwar Siregar Jagung 300 300 2.000 600.000 2 1.200.000 300.000 900.000

19 Emus Jagung 800 800 900 720.000 2 1.440.000 250.000 1.190.000

20 Ence Jagung 1.500 1.500 900 1.350.000 2 2.700.000 300.000 2.400.000

21 Encu Sujai Kacang Tanah 3.000 200 2.500 500.000 1 500.000 250.000 250.000

22 Endi Jagung 350 350 900 315.000 2 630.000 100.000 530.000

23 Endil Jagung 900 900 900 810.000 2 1.620.000 150.000 1.470.000

24 Engki Jagung 1.500 1.500 900 1.350.000 2 2.700.000 300.000 2.400.000

25 Enjen Jagung 400 400 900 360.000 2 720.000 100.000 620.000

26 Erman Bayam 80 12 15.000 180.000 12 2.160.000 1.200.000 960.000

27 Gandi Kacang Panjang 500 300 1.000 300.000 2 600.000 100.000 500.000

28 Herman Bayam 650 70 15.000 1.050.000 12 12.600.000 6.000.000 6.600.000

29 Hidayat Jagung 700 700 900 630.000 2 1.260.000 200.000 1.060.000

30 Icah Kucai 500 100 2.000 200.000 12 2.400.000 1.200.000 1.200.000

31 Icung Bayam 3.000 300 10.000 3.000.000 12 36.000.000 24.000.000 12.000.000

Kangkung 3.000 300 10.000 3.000.000 12 36.000.000 24.000.000 12.000.000

98

Page 114: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

99

No Nama Petani Jenis Tanaman Luas Lahan

(m2)

Hasil

(Kg)

(1)

Harga

(Rp/Kg)

(2)

Penerimaan

(Rp)

(3) = (1)(2)

Frekuensi

(4)

Penerimaan Total

(Rp)

(5) = (3)(4)

Pengeluaran

(Rp)

(6)

Pendapatan (Rp)

(7) = (5)-(6)

32 Idis Jagung 1.800 1.800 900 1.620.000 2 3.240.000 500.000 2.740.000

33 Inang Kucai 1.000 700 1.200 840.000 12 10.080.000 2.400.000 7.680.000

34 Iran Kentang 350 30 3.000 90.000 3 270.000 - 270.000

35 Isak Ibrahim Jagung 1.600 1.600 900 1.440.000 2 2.880.000 400.000 2.480.000

36 Ismad Jagung 1.500 1.500 900 1.350.000 2 2.700.000 300.000 2.400.000

37 Isnen Kucai 1.500 600 2.000 1.200.000 12 14.400.000 4.800.000 9.600.000

38 Jalal Jagung 9.000 9.000 900 8.100.000 2 16.200.000 1.800.000 14.400.000

39 Kasnan Jagung 15.000 15.000 900 13.500.000 2 27.000.000 3.000.000 24.000.000

40 Kirno Kucai 1.300 500 2.000 1.000.000 12 12.000.000 3.600.000 8.400.000

41 Mad Ali Kucai 1.600 600 2.000 1.200.000 12 14.400.000 4.800.000 9.600.000

42 Mad Isa Kacang Tanah 1.800 240 2.500 600.000 1 600.000 300.000 300.000

43 Madrosim Kacang Panjang 400 100 1.000 100.000 2 200.000 100.000 100.000

Jagung 1.000 1.000 900 900.000 3 2.700.000 600.000 2.100.000

44 Maih Jagung 1.000 700 1.100 770.000 3 2.310.000 600.000 1.710.000

Kucai 1.000 700 1.200 840.000 12 10.080.000 4.800.000 5.280.000

45 Mamad bin Yusuf Jagung 6.000 6.000 900 5.400.000 2 10.800.000 2.400.000 8.400.000

46 Maman Jagung 500 300 2.000 600.000 3 1.800.000 350.000 1.450.000

Kucai 300 200 2.000 400.000 12 4.800.000 1.200.000 3.600.000

47 Mulyadi Bayam 1.000 100 10.000 1.000.000 12 12.000.000 6.000.000 6.000.000

Kangkung 700 70 10.000 700.000 12 8.400.000 4.800.000 3.600.000

48 Mumuh Jagung 3.700 3.700 900 3.330.000 2 6.660.000 600.000 6.060.000

49 Nenih Jagung 1.600 1.600 900 1.440.000 2 2.880.000 400.000 2.480.000

50 Nurdin Bayam 1.000 100 10.000 1.000.000 12 12.000.000 6.000.000 6.000.000

51 Oma Jagung 5.000 5.000 900 4.500.000 2 9.000.000 3.000.000 6.000.000

52 Oman Pepaya 4.600 1.000 2.500 2.500.000 12 30.000.000 10.000.000 20.000.000

53 Pei Kucai 2.000 700 1.800 1.260.000 12 15.120.000 5.000.000 10.120.000

54 Pepen Cabai Rawit 600 60 10.000 600.000 3 1.800.000 600.000 1.200.000

55 Rumi Jagung 2.600 2.600 900 2.340.000 2 4.680.000 600.000 4.080.000

56 Sadeli Bayam 80 12 15.000 180.000 12 2.160.000 1.200.000 960.000

Kangkung 80 12 15.000 180.000 12 2.160.000 1.800.000 360.000

57 Sahroni Kacang Panjang 1.600 1.600 2.500 4.000.000 2 8.000.000 2.500.000 5.500.000

58 Saleh Kucai 1.000 100 2.000 200.000 12 2.400.000 1.200.000 1.200.000

59 Saleh bin Jahari Jagung 2.600 2.600 900 2.340.000 2 4.680.000 700.000 3.980.000

60 Salim

Kacang Panjang 9.000 7.000 2.000 14.000.000 1 14.000.000 5.000.000 9.000.000

Mentimun 9.000 20.000 1.500 30.000.000 1 30.000.000 18.000.000 12.000.000

Paria 9.000 20.000 3.000 60.000.000 1 60.000.000 12.000.000 48.000.000

99

Page 115: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

100

No Nama Petani Jenis Tanaman Luas Lahan

(m2)

Hasil

(Kg)

(1)

Harga

(Rp/Kg)

(2)

Penerimaan

(Rp)

(3) = (1)(2)

Frekuensi

(4)

Penerimaan Total

(Rp)

(5) = (3)(4)

Pengeluaran

(Rp)

(6)

Pendapatan (Rp)

(7) = (5)-(6)

61 Samsuri Jagung 4.000 4.000 900 3.600.000 2 7.200.000 800.000 6.400.000

62 Sandi Jagung 6.000 6.000 900 5.400.000 2 10.800.000 1.200.000 9.600.000

63 Sanin Jagung 2.000 2.000 900 1.800.000 2 3.600.000 400.000 3.200.000

64 Sarbini Jagung 5.000 5.000 900 4.500.000 2 9.000.000 1.000.000 8.000.000

65 Sarkup Kucai 700 300 2.000 600.000 12 7.200.000 2.400.000 4.800.000

66 Sarno Suwandi Jagung 700 300 2.000 600.000 2 1.200.000 250.000 950.000

Kacang Tanah 700 100 2.000 200.000 2 400.000 250.000 150.000

67 Solihin

Kacang Panjang 7.000 5.000 2.000 10.000.000 1 10.000.000 4.000.000 6.000.000

Mentimun 7.000 15.000 1.500 22.500.000 1 22.500.000 14.000.000 8.500.000

Paria 7.000 15.000 3.000 45.000.000 1 45.000.000 9.000.000 36.000.000

68 Suhanda Jagung 1.200 1.200 900 1.080.000 2 2.160.000 350.000 1.810.000

69 Suhardi Sandung Bayam 250 25 10.000 250.000 12 3.000.000 840.000 2.160.000

Kangkung 200 20 10.000 200.000 12 2.400.000 600.000 1.800.000

70 Suhari Kucai 1.200 900 1.200 1.080.000 12 12.960.000 3.000.000 9.960.000

71 Sumarna Pepaya 1.100 200 2.500 500.000 12 6.000.000 3.000.000 3.000.000

Terong 1.000 200 2.000 400.000 12 4.800.000 1.200.000 3.600.000

72 Surijan Jagung 2.100 2.100 900 1.890.000 2 3.780.000 650.000 3.130.000

73 Suwardi Kucai 1.200 150 1.500 225.000 6 1.350.000 450.000 900.000

74 Tatang Bayam 1.000 100 10.000 1.000.000 12 12.000.000 6.000.000 6.000.000

75 Udin Jagung 3.000 3.000 900 2.700.000 2 5.400.000 600.000 4.800.000

76 Ukad Jagung 400 400 900 360.000 2 720.000 100.000 620.000

77 Utang Jagung 2.500 2.500 900 2.250.000 2 4.500.000 1.000.000 3.500.000

78 Winah Jagung 2.000 2.000 900 1.800.000 2 3.600.000 400.000 3.200.000

Total 534.440.000

100

Page 116: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK EKONOMI USAHA … · Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 2 Januari 1990. Penulis adalah anak kedua

dari dua bersaudara, yang merupakan anak dari pasangan suami istri Nur

Muhammad Heriyanto dan Eni Priyani. Pada tingkat sekolah dasar penulis

bersekolah di SDN Polisi 5 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP

Negeri 4 Bogor dan SMA Negeri 5 Bogor.

Penulis memiliki hobi berolah raga dan mendengarkan musik. Pada saat

Sekolah Menengah Pertama penulis aktif dalam ekstrakulikuler Praja Muda

Karana (PRAMUKA), pada saat Sekolah Menengah Atas penulis mengikuti

ekstrakulikuler Ikatan Remaja Mesjid ITHRI.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di

Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

tahun 2008. Penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Penulis mengambil minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan dari

Departemen Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekowisata Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis tercatat sebagai pengurus Forum

Mahasiswa Islam (FORMASI) periode 2010-2012 dan penulis pernah mengikuti

acara penerimaan mahasiswa baru Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun

2011, penulis dipercaya bertugas sebagai Komisi Disiplin (KOMDIS).