35
ANALISIS KONSEP PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 Elya Juniawati (125020074) Pendidikan Ekonomi FKIP UNPAS Abstak Analisis mengenai konsep pembelajaran pada uji publik kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana konsep pembelajaran berkembang dengan berkembangnya kurikulum tersebut. Analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif, dengan menggunakan data-data dari Kementerian Pendidikan mengenai pedoman kurikulum 2013. Hasil analisis memperlihatkan bahwa dalam kurikulum 2013 ini, perkembangan konsep pembelajaran telah mencapai pengertian dari pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana dalam pengertian ini cakupannya sangat luas, dilihat dari berbagai aspek yang dapat terlibat dalam proses pembelajaran, tidak hanya adanya interaksi antara seorang pendidik dan peserta didik saja. Model yang paling ditonjolkan dalam kurikulum 2013 ini adalah model behavioristik yang lebih menitikberatkan pada aspek afektif dari peserta didik. Kata kunci : konsep pembelajaran, perkembangan konsep pembelajaran,model-model pembelajaran

Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

ANALISIS KONSEP PEMBELAJARAN

DARI PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Elya Juniawati (125020074)

Pendidikan Ekonomi FKIP UNPAS

Abstak

Analisis mengenai konsep pembelajaran pada uji publik kurikulum 2013 ini

bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana konsep pembelajaran berkembang

dengan berkembangnya kurikulum tersebut. Analisis dilakukan dengan metode analisis

deskriptif, dengan menggunakan data-data dari Kementerian Pendidikan mengenai

pedoman kurikulum 2013. Hasil analisis memperlihatkan bahwa dalam kurikulum 2013

ini, perkembangan konsep pembelajaran telah mencapai pengertian dari pembelajaran

sebagai suatu sistem, dimana dalam pengertian ini cakupannya sangat luas, dilihat dari

berbagai aspek yang dapat terlibat dalam proses pembelajaran, tidak hanya adanya

interaksi antara seorang pendidik dan peserta didik saja. Model yang paling ditonjolkan

dalam kurikulum 2013 ini adalah model behavioristik yang lebih menitikberatkan pada

aspek afektif dari peserta didik.

Kata kunci : konsep pembelajaran, perkembangan konsep pembelajaran,model-model

pembelajaran

Page 2: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan di Indonesia saat ini tengah menjadi pusat perhatian seluruh

kalangan, terutama bagi pemerintah sebagai otoritas penentu kebijakan. Baik buruknya

hasil pendidikan saat ini dapat dirasakan 20 sampai 25 tahun ke dapan, dengan kata lain,

keberhasilan ataupun kegagalan yang dicapai oleh masyarakat Indonesia sekarang

merupakan produk pendidikan 20 sampai 25 tahun yang lalu. Prof. Dr. Hamzah, dalam

bukunya yang berjudul “Teori Kinerja dan Pengukurannya”, menyatakan bahwa “Kurang

tangguhnya bangsa Indonesia hari ini merupakan akibat dari perjalanan pendidikan 20

sampai 25 tahun silam. Selama ini, kita kurang bersungguh-sungguh mengurus

pendidikan, dan hari ini kita tengah menuai dampaknya”.

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini berada pada posisi yang memprihatinkan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Indeks Pembangunan Pendidikan untuk semua atau

Education for all (EFA), menunjukkan angka yang terus merosot tiap tahunnya. Tahun

2011, Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara turun dari tahun 2010 yang berada

pada posisi 65.

Masalah utama pendidikan di Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah,

kualitas kurikulum yang belum standar, dan kualitas infrastruktur yang belum memadai.

Kurikulum pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah yang harus diperbaiki. Pasalnya

kurikulum di Indonesia hampir setiap tahun mengalami perombakan dan belum adanya

standar kurikulum yang digunakan. Tahun 2013 ini, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan melakukan perubahan kurikulum pendidikan nasional untuk

menyeimbangkan aspek akademik dan karakter.

Dengan berkembangnya kurikulum pendidikan, maka berkembang pula suatu

pendidikan, terutama dalam hal pembelajaran. Sesuai dengan kurikulum 2013, bahwa

dalam hal pembelajaran peserta didik lebih ditekankannya aspek afektif, lebih khusus lagi

yang berhubungan dengan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

Page 3: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Adapun pembelajaran secara umum adalah suatu usaha yang sengaja

menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki pendidik untuk mencapai tujuan

kurikulum. Sehingga dalam pelaksanaannya antara kurikulum dan pembelajaran tidak

dapat di pisahkan.

Perubahan kurikulum yang sering dilakukan oleh pemerintah tidak terlepas dari

adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam kurikulum sebelumnya, kurikulum yang

baru pastinya memilliki inovasi yang berbeda dari kurikulum sebelumnya, berikut akan

dilihat inovasi yang terdapat dalam setiap perubahan kurikulum yang dilakukan

pemerintah, pada kurikulum tahun 2013. Dalam analisis ini penulis akan membahas

mengenai perkembangan konsep pembelajaran serta elemen perubahan dalam standar isi

dan standar proses yang terkandung dalam kurikulum 2013 yang akan mempengaruhi

model-model pembelajaran yang dilakukan, sehingga dapat dilihat konsep pembelajaran

yang ditonjolkan dalam kurikulum 2013. Untuk itu, penulis mengambil judul “ANALISIS

KONSEP PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan kurikulum 2013?

2. Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum 2013?

3. Bagaimana elemen perubahan pada kurikulum 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui landasan kurikulum 2013

2. Untuk mengetahui prinsip pengembangan kurikulum 2013

3. Untuk mengetahui elemen perubahan pada kurikulum 2013

Page 4: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Pembelajaran

2.1.1 Landasan Konsep Pembelajaran

Menurut Gagne (1984), Dalam pembelajaran terdapat landasan konsep

pembelajaran, antaralain:

1) Filsafat

Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam

membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai

tuntutan dalam kehidupan. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali

kepada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru,

memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan

segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam

mencapai segala yang dicitacitakan.

2) Psikologis

Perilaku manusia bisa berubah karena belajar. Dalam kajian psikologis,

suatu perubahan prilaku manusia yang diakbatkan oleh kegiatan belajar tanpa

memahami prilakunya sendiri atau menyadari dia harus berprilaku seperti apa.

3) Sosiologis

Sebagai mahluk sosial maka dalam mempelajari lawan besosialisasi, dan

teman hidup bersama dapat melalui belajar sehingga sehinggaa mampu

membangun sampai dengan negara dan bangsa. Landasan sosiologis ini sangat

penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak

terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik

4) Komunikasi

Komunikasi dengan pendidikan dalam proses belajar dan pembelajaran

tidak bisa dipisahkan, karena dalam prakteknya belajar dan pembelajaran adalah

proses komunikasi. Landasan komunikasi memberikan banyak warna dan bentuk

pendektan, model dan metode pembelajaran.

5) Teknologi

Teknologi erat kaitannya dengan pembelajaran. Penggunaan teknologi

dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dapat

mewadahi siswa dengan tipe auditif, visual dan kinestetik.

Page 5: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

2.1.2 Proses Pembelajaran

Bila semua masyarakat Perguruan Tinggi telah memahami dengan baik tentang

proses pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumbe daya

telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan

SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran maka proses

pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya

menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang

telah diatur dengan baik dalam SAP.

Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata

dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus

membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di

dalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di

dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif

dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen,

dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain.

2.1.3 Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar

(teaching) dan konsep belajar (learning). Penkanannya terletak pada perpaduan

antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut

dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sehingga dalam sistem belajar ini terdapat

komponenkomponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan,

fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana

diungkapkan oleh Davis (1974:30) bahwa leraning system menyangkut

pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasiltas,

pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku

pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran

terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru

kepada siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkait erat

dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manjemen.

Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses

pembelajaran. Agnew dkk (1996:17) mengungkapkan bahwa belajar adalah

kemampuan untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar

bagi seseorang peserta didik. Meier (2002:103) mengemukakan bahwa semua

Page 6: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsure, yakni persiapan

(preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), dan penampilan

hasil (performance).

2.1.4 Hasil Belajar dari Pembelajaran

Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak

akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berikut uraian dari kaitan

antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat

belajar khususnya peserta didik.

1) Hasil Belajar

Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu : 1)

Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisa 6) Sintesa, 7)

Evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik

yang menyangkut segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses perubahan dapat

terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang

bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses

serta hasil belajar.

2) Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran

Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap

hasil belajar yang dimaksud, menurut Hilgard, motif merupakan tenaga

penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian

kegiatan dalam suatu perilaku (I.L Pasaribu, 1988:46). Sedangkan McClelland

(1953) yang dikutip oleh Max Darsono (1989:99) menyataan bahwa motif adalah

suatu “energizer” (sumber tenaga, penggerak) suatu konsep yang diperlukan

untuk menjalankan aktivitas organism. Motif umumnya dipandang suatu

disposisi pribadi artinya bersifat potensial.

2.2. Kurikulum

2.2.1 Pengertian Kurikulum

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-

pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini.

Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik

berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal

dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang

Page 7: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang

harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.

Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak

tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di

Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya

yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama

sama artinya dengan rencana pelajaran.

Menurut J. Glen Saylor dan Wiliwm M. Alexander (1956) kurikulum adalah

segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, kurikulum juga meliputi

kegiatan ekstrakurikuler.

Sedangkan Harold B. Albertycs (1965) menjelaskan bahwa kurikulum tidak

terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan di luar kelas

dibawah tanggung jawab sekolah.

Dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan

nasional pasal 1 ayat 19 juga dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan , isi, dan pelajaran serta cara yang dapat

digunmakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencappai tujuan pendidikan tertentu.

Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis

besar pengertian kurikulum yaitu: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

2.2.2 Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan

memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan

lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan

pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan faktor-faktor

sebagai berikut:

1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk

merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam

merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.

2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.

Page 8: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan

peserta didik.

4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi

(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan

lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).

5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang

ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai

dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

Nana Syaodih (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam

pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama

halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran

filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan

rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak

pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep

dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada

pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari

masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan

keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu.

b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian

pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota

masyarakat yang berguna.

c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan

tentang hidup dan makna.

d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,

berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.

e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.

Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan.

Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada

progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan

masalah, berfikir kritis dan sejenisnya.

Page 9: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

2. Landasan Psikologis

Nana Syaodih (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang

psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi

perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan

ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan

perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat

perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-

tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan

perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar

merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks

belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,

serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan

kurikulum.

3. Landasan Sosial-Budaya

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal

maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan

masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan

kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia

yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui

pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan

masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus

disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan

perkembangan yang ada di masyakarakat.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia

masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami

perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung

hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya

merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang

akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan,

Page 10: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada

pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil

Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

2.2.3 Proses pengembangan kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, yakni

pengembangan kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional.

1) Pedoman kurikulum meliputi:

a) Latar belakan yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan,

populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau mata kuliah,

strukrur organisasi bahan pelajaran.

b) Silabus yang berisi mata pelajaran secara rinci yang diberikan yakni ruang

lingkup dan urutan pengajarannya

c) Disain eveluasi termasuk strategi revisi kurikulum mengenai, bahan pelajaran

dan organisasi bahan dan strategi instrusionalnya.

2) Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasar

silabus.

Page 11: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Landasan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan KTSP, dengan lebih mengangkat

kurikulum berbasis kompetensi yang dulu sempat tertunda pada penyelenggaraan

kurikulum tahun 2004. Pada kurikulum ini, dilandasi atas berbagai landasan, sbb;

1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor

23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

2. Landasan Filosofis

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

(UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk

mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat,

pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis

serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional)

3. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan

teori pendidikan berbasis kompetensi.Pendidikan berdasarkan standar adalah

pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar

yang berlaku untuk setiap kurikulum.Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai

Standar Kompetensi Lulusan.Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas

minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan.Standar Kompetensi Lulusan

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).

4. Landasan Empiris

Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus

terus ditingkatkan.Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment),

Page 12: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA,

menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65

negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)

menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1)

memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3)

pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil

studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak

membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang

diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam membangun negara pada

masa mendatang.

3.2 Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar

mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah

rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik

setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan

tertentu..

2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang

pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah

mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang

menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki

peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu

sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan

menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada

setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas

Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta

Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi

berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik

yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan

pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar

dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan

kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

Page 13: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar

prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas

standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan).

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip

bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,

teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.Oleh karena

itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,

budaya, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh

memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum

didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan

hidup.

9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan

peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan,

dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya

belajar.

10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian

kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui

kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.

3.3 Elemen Perubahan Pada Kurikulum 2013

3.3.1 Perbedaan Esensial (Standar Isi)

Perbedaan esensial pembelajaran kurikulum 2013 dengan kurikulum 2016

adalah pendekatantematik terpadu di SD, tematik terpadu pada IPA dan IPS di SMP

dan pendekatan mata pelajaran , serta peminatan di SMA dan SMK. Perbedaan yang

Page 14: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

lebih luas secara esensial dapat dilihat dalam materi pada Elemen Perubahan pada

Kurikulum 2013

ElemenDeskripsi

SD SMP SMA SMK

Kedudukan

mata pelajaran

(ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi

mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Pendekatan

(ISI)

Kompetensi dikembangkan melalui:

Tematik terpadu

dalam semua

mata pelajaran

Mata pelajaran Mata pelajaran Vokasinal

Tabel 3.1

Perubahan Esensial di Kurikulum 2013

3.3.2 Pegeseran pada SKL(Standar Kompetensi Lulusan):

Kurikulum 2013 meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Di samping

itu, kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata

pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Berberapa pergeseran dapat dilhat pula

pada tiap jenjang seperti di bawah ini

Karakteristik SD

Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya)

Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6

Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Karakteristik SMP

TIK menjadi media semua matapelajaran

Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler

Jumlah matapelajaran dari 12 menjadi 10

Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

SMA

Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan

Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa

Jumlah jam bertambah 1 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Page 15: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

SMK

Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian,

40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian)

Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif

produktif disesuaikan dengan trend perkembangan

ElemenDeskripsi

SD SMP SMA SMK

Kompetensi

Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang

meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Struktur

Kurikulum

(Mata

pelajaran dan

alokasi waktu)

(ISI)

• Holistik

berbasis sains

(alam, sosial,

dan budaya)

• Jumlah

matapelajaran

dari 10 menjadi

6

• Jumlah jam

bertambah 4

JP/minggu

akibat

perubahan

pendekatan

pembelajaran

• TIK menjadi

media semua

matapelajaran

• Pengembangan

diri terintegrasi

pada setiap

matapelajaran

dan

ekstrakurikuler

• Jumlah

matapelajaran

dari 12 menjadi

10

• Jumlah jam

bertambah 6

JP/minggu

akibat

perubahan

pendekatan

pembelajaran

• Perubahan

sistem: ada

matapelajaran

wajib dan ada

matapelajaran

pilihan

• Terjadi

pengurangan

matapelajaran

yang harus

diikuti siswa

• Jumlah jam

bertambah 1

JP/minggu

akibat

perubahan

pendekatan

pembelajaran

• Penambahan

jenis keahlian

berdasarkan

spektrum

kebutuhan (6

program

keahlian, 40

bidang

keahlian, 121

kompetensi

keahlian)

• Pengurangan

adaptif dan

normatif,

penambahan

produktif

• produktif

disesuaikan

dengan trend

perkembanga

n di Industri

Tabel 3.2

Perubahan SKL di Kurikulum 2013

Page 16: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

3.3.3.Standar Proses Pembelajaran

Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,

Menyimpulkan, dan Mencipta.

Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di  lingkungan sekolah dan

masyarakat

Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

SD: Tematik terpadu

SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu

SMA: Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan

minatnya

SMK: Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri

Elemen Deskripsi

SD SMP SMA SMK

Proses

pembelajaran

• Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan

Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,

Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

• Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan

sekolah dan masyarakat

• Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

• Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

• Tematik dan

terpadu

• IPA dan IPS

masing-masing

diajarkan

secara terpadu

• Adanya mata

pelajaran

wajib dan

pilihan sesuai

dengan bakat

dan minatnya

• Kompetensi

keterampilan

yang sesuai

dengan

standar

industri

Tabel 3.3

Perubahan Standar Proses Pembelajaran di Kurikulum 2013

Page 17: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

3.3.4 Penilaian Hasil Belajar

Komponen perubahan pada penilaian hasil belajar:

Penilaian berbasis kompetensi

Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan

berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi

sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]

Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar

didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL

Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama

penilaian

Elemen Deskripsi

SD SMP SMA SMK

Penilaian hasil

belajar

• Penilaian berbasis kompetensi

• Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan

berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan

hasil]

• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil

belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal

(maksimal)

• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL

• Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen

utama penilaian

3.4 Pembahasan Elemen Perubahan Pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu,

yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Proses

pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang

memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan

adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik

adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah

Page 18: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses

pendidikan yang tidak langsung. Dalam kurikulum 2013 ini, kompetensi yang semula

diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari

kompetensi, dimana kompetensi tersebut dikembangkan melalui berbagai cara sesuai

dengan jenjang pendidikan. Untuk jenjang sekolah dasar (SD), kompetensi dikembangkan

melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan pola tematik integratif ini,

buku-buku siswa SD tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran. Namun, berdasarkan

tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan

kompetensi di SD. Dalam pembelajaran tematik-integratif ini, siswa tidak lagi belajar IPA,

Bahasa Indonesia, Matematika, atau mata pelajaran lainnya. Akan tetapi, siswa belajar

tema yang didalam tema itu sudah mencakup seluruh mata pelajaran dan kompetensinya.

Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antar mata pelajaran. Melalui sistem tematik

integratif ini, indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan

Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Kelebihan dari sistem tematik integratif ini

bisa dilihat dari pemberian materi IPA dan IPS untuk kelas IV yang akan memberika

ruang bagi pendidik untuk lebih mengenalkan lebih dalam mengenai materi yang diajarkan

dengan mengintegrasikannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga sejak mulai SD,

peserta didik sudah dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang menyangkut dengan

kehidupan sehari-harinya. Lain halnya pada jenjang SMP, dimana kompetensi

dikembangkan melalui mata pelajaran, adapun dalam kurikulum 2013 ini, terdapat usulan

untuk mengelompokkan mata pelajaran. Untuk mata pelajaran pendidikan agama, PPKn,

bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, dan bahasa Inggris, dimasukkan ke dalam

kelompok A. Sementara itu, kelompok B terdiri atas mata pelajaran seni budaya,

penjaskes, dan prakarya (termasuk muatan lokal), dengan pengelompokkan ini, dilakukan

pula penambahan alokasi waktu. Untuk siswa SMP akan ditambahkan alokasi waktu untuk

setiap mata pelajarannya, sedangkan mata pelajarannya ada yang dikurangi, sehingga

dalam setiap mata pelaaran siswa dapat lebih memahaminya dengan baik, dan materi yang

diajarkan akan lebih mendalam dengan proses pencarian sendiri oleh peserta didik

tersebut. Sedangkan untuk jenjang SMA , tidak jauh berbeda dengan jenjang SMP, dimana

pada jenjang SMA ini dikembangkan melalui mata pelajaran wajib dan pilihan, sedangkan

untuk SMK dikembangkan melalui mata pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi. Dengan

pengembangan ini, sama halnya dengan pengelompokkan pada jenjang SMP, sehingga

siswa SMA maupun SMK akan lebih mendalami suatu mata pelajaran.

Page 19: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

Berdasarkan perkembangan konsep pembelajaran di atas, maka pada kurikulum

2013 sudah mulai memasuki pengertian dari pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana

sudah mulai memperhatikan beberapa dimensi yang melandasinya, diantaranya adanya

landasan mengenai kurikulum. Kurikulumsebagai instrmen peningkatan mutu pendidikan

terdiri dari tiga komponen yaitu tujuan, metode, dan isi. Peningkatan kompetensi guru dan

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan hanya akan memberikan makna bagi peserta

didik jika diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam

kurikulum. Pada konteks Sistem Pendidikan Nasional rumusan tersebut dirumuskan pada

Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan bab Ketentuan Umum SKL didefinisikan sebagai

“kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.

Supaya SKL tersebut dapat tercapai, maka dalam proses pembelajaran mencakup ketiga

hal tersebut, diantaranya sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotor). Untuk kurikulum 2013 ini, pada tingkatan SD, SMP, maupun SMA adanya

peningkatan dan keseimbangan antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terpadu.

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,

2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan

kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang

lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20

persen oleh hard skil dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses

di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada

hard skill. Oleh karena itu, maka dalam kurikulum 2013 aspek yang lebih di tekankan

adalah aspek afektif dari peserta didik itu sendiri. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu

pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan

nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran

pada setiap mata pelajaran. Materi pemblajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-

nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan

kontekskehidupan seari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak

hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata

dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Page 20: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

Adapun berdasarkan model pembelajarannya, dalam kurikulum 2013 standar

proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan

mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

Proses belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan

masyarakat, dimana guru bukan satu-satunya sumber belajar dan sikap tidak diajarkan

secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan dari pendidik maupun jajarannya. Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 ini

merupakan gabungan dari keempat model yang telah dikemukakan di awal, dimana dari

komponenkomponmen yang terdapat dalam keempat model pembelajaran tersebut, dapat

dilaksanakan dalam kurikulum 2013 yang telah dirumuskan. Namun, yang lebih

ditonjolkan adalah model behavioristik, sehingga dengan kurikulum 2013 ini, pendidik

diharapkan lebih mengembangkan aspek afektifnya, yang seyogyanya dapat menunjang

kedua aspek lainnya, yaitu kognitif dan psikomotor.

Page 21: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

BAB IV

SIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa dalam

kurikulum 2013 ini, perkembangan konsep pembelajaran telah mencapai pengertian dari

pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana dalam pengertian ini cakupannya sangat luas,

dilihat dari berbagai aspek yang dapat terlibat dalam proses pembelajaran, tidak hanya

adanya interaksi antara seorang pendidik dan peserta didik saja, serta model pembelajaran

yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 ini, yaitu keempat model yang dipaparkan di

atas, namun model yang paling ditonjolkan dalam kurikulum 2013 ini adalah model

behavioristik yang lebih menitikberatkan pada aspek afektif dari peserta didik yang

disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,

yang menyebabkan peserta didik mengesampingkan aspek afektif, sehingga dalam

kurikulum 2013 ini, yang ingin lebih ditonjolkan adalah aspek afektifnya, supaya generasi

penerus bangsa mewarisi budaya-budaya Indonesia yang ramah dan berakhlak mulia.

Page 22: Analisis Konsep Pembelajaran Sebagai Objek

DAFTAR PUSTAKA

Faiq, Muhammad. (2013). Fakta-Fakta Pro Kontra Seputar Pemberlakuan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia : http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/fakta-fakta-seputarkurikulum-2013.html [10 Desember 2013].

Hamalik, Oemar. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sidiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik- Integratif .[Online]. Tersedia : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/ujipublik-kurikulum-2013-1 [1 April 2013].

Syaodih, Nana S.(1997).Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Yulaelawati Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: Pakar Raya