Upload
dessy-gilang
View
101
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB X. PEMILIHAN METODE (Analisis Obat Dalam Berbagal Sampel Biologis)
Problem utama analisis obat dalam cairan hayati adalah untuk memisahkan obat
dan material endogen sebanyak mungkin. Kemudahan sampel untuk dianalisis akan
meningkat seiring tingkat fluidisitasnya, cairan serebrospinal biasanya merupakan
cairan yang paling mudah untuk ditangani, sementara darah total adalah yang paling
sulit (tabel Xl). Untuk meningkatkan fluiditasnya, senyawa berbentuk padatan atau
semipadat untuk analisis bisa dilakukan secara mekanik (tabel 10.2). Prosedur ini
mungkin berpengaruh pada sampel dalam beberapa metode yang digunakan yang
bisa berakibat berubahnya konsentrasi obat dalam sampel (efek temperature,
pembentukan khelat logam tertentu, dan hidrolisis konjugat) dan beberapa bagian
penanganan menjadi lebih sulit (penyabunan, emulsifikasi dan rupture sel). Pelarut
yang digunakan sebagai media bersifat kritis dan masing-masing memiliki keuntungan
dan kerugian. Kemudahan ekstraksi obat dalam larutan anorganik ke pelarut organik
akan bergantung pada pelarut yang digunakan, dan umumnya dilakukan dengan
kombinasi polaritas pelarut pengekstraksi.
1. Darah
Darah, merupakan cairan biologis yang paling kompleks, dikoleksi dan subyek
atau hewan uji. Darah terdiri atas cairan buffer encer yang mengandung protein
terlarut (solubillzed proteins), lemak dan padatan terlarut (dissolved fats and
solids), dan sel tersuspensi, untungnya, kandungan utamanya yaitu set darah
merah (erythrocytes) dapat dipisahkan dan cairan encer (plasma) dengan
sentrifugasi sederhana. Meskipun demikian, darah tidak mudah untuk ditangani, set
dapat pecah atau rusak dan menyebarkan komponen-komponen yang tak
diharapkan dan menjadikan keadaan makin sulit. Contohnya, ion feri dilepaskan
oleh eritrosit mungkin akan membentuk khelat dengan senyawa analit dan
mengakibatkan ekstraksi yang kurang baik dari fase air.
Tabel XI. Daftar Sampel Biologis Bergantung pada Fluiditasnya
dalam Kaitanya dengan Tingkat Kemudahan Analisisnya (Chamberlain,1995)
Tingkat Fluiditas Jenis Sampel Biologis
Cairan - Cairan serebrospinal - Air mata. - Keringat - Ludah - Urin - Empedu
Campuran - Plasma - Serum - Darah - Feses
Padatan - Otak - Jantung, Ginjal dan Hepar - Paru, Otot - Tulang
Sel bisa pecah karena pemanasan atau pembekuan, atau oleh factor mekanik
seperti pengadukan, tetapi umunya akibat perubahan kekuatan ion disekeliling
cairan karena penambahan air, menghasilkan osmosa karena sel bengkak dan
pecah (swell and rupture) sehingga perlu penambahan larutan garam isotonis
untuk mengubah volume sampel darah utuh.
Ekstraksi umunya bukan dari darah total, tetapi disiapkan sebagai serum atau
plasma. Serum diperoleh dengan cara sentrifugasi langsung atau pengendapan sel
darah merah tanpa penambahan antikoagulan, kemudian diambil supernatannya
sehingga masih mengandung factor penjendalan darah. Sedangkan plasma
diperoleh dengan menambahkan antikoagulan dalam darah, disentrifugasi dan
diambil supernatannya. Plasma maupun serum mengandung protein dalam jumlah
besar yang harus dipisahkan dari analit bila akan diperiksa.
2. Urin
Urin, berbeda dengan plasma atau serum, biasanya bebas dari protein atau
lemak sehingga bisa diekstraksi langsung dengan pelarut organic. Meskipun
begitu, urin memiliki banyak variasi komposisi dan sangat tergantung pada jenis
makanan yang dikonsumsi. Normalnya senyawa yang ditemukan dalam urin adalah
larut air, sedangkan sebagian besar obat larut lipid sehingga dapat diekstraksi
dengan pelarut yang cocok.
Kesulitan dalam pengumpulan sampel urin adalah volume urin yang benar
yang diproduksi selama interval waktu sampling, bukan pada penetapan kadarnya.
Jumlah analit diperoleh dengan mengalikan volume dan konsentrasinya. Sampel
urin juga sering memberikan hasil negative palsu misalnya pada pemeriksaan
kreatinin.
Urin juga memiliki variasi pH yang lebar, dipengaruhi oleh konsumsi makanan
atau obat-obatan. Penggunaan antasida misalnya, kemungkinan bisa
menyebabkan urin menjadi basa. Asam kuat tidak besar pengaruhnya, pH urin
normal berkisar 5,5-7.
3. Feses
Penanganan sampel feses cukup rumit, mengingat bentuknya semi padat dan
juga berupa campuran sisa-sisa proses pencernaan maupun senyawa-senyawa
sisa proses metabolisme tubuh. Harus dipikirkan pengambilan cuplikan yang tepat
dan juga jenis pelarut yang cocok karena banyaknya senyawa yang terkandung,
apalagi jika kadar analit dalam sampel kecil.
4. Sampel biologis lain
Sampel biologis yang lain bisa berupa air susu, cairan serebrospinal, empedu,
ludah dan lain-lain, masing-masing memiliki kekhasan sifat dan kandungan
senyawa yang berbeda. Kelarutan obat dalam tiap larutan juga berbeda sehingga
pemilihan pelarut harus dilakukan secara cermat.