31
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA BIOLOGIS Untuk Mahasiswa S1 Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Penuntun Prak Kimia Biologis 2_2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Institut Pertanian Bogor

Citation preview

  • PENUNTUN PRAKTIKUM

    KIMIA BIOLOGIS

    Untuk Mahasiswa S1 Kimia

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • PRAKATA

    Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridha-

    Nya buku Penuntun Praktikum Kimia Biologis ini dapat tersusun.

    Buku penuntun praktikum ini merupakan buku panduan bagi mahasiswa S1

    Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Institut Pertanian Bogor dalam melakukan praktikum Kimia Biologis.

    Penuntun praktikum ini disusun sesuai dengan tujuan instruksional mata

    kuliah Kimia Biologis. Jenis-jenis praktikum yang dilakukan berkaitan

    dengan peristiwa biologis yang berhubungan dengan kimia serta dapat

    dilaksanakan sesuai ketersediaan peralatan di laboratorium kami.

    Kami berharap dengan melakukan dan memahami praktikum Kimia

    Biologis, akan memberi manfaat bagi mahasiswa dalam mengasah

    keterampilan, mempertajam analisis, dan mempelajari prinsip pemecahan

    masalah melalui kegiatan percobaan/praktikum.

    Akhir kata kami berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam

    penyusunan buku penuntun praktikum ini. Kritik dan saran sangat kami

    harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.

    Bogor, Februari 2014

    Irma H. Suparto

    Dondin Sajuthi

    Agus Saputra

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Prakata ..................................................................................................... i

    Daftar Isi.................................................................................................. ii

    Tata Tertib .............................................................................................. iii

    I. Ikatan Hidrogen: Kristalisasi Air Dalam Sel Darah Merah 1 II. Transport Membran (Dialisis dan Osmosis) 3

    III. Penentuan Karbohidrat secara Spektrofotometri.........................6

    IV. Aktivitas Enzim Amilase................................................................9

    V. Fermentasi Alkohol.......................................................................13

    VI. Lemak dalam Makanan .15 VII. Denaturasi dan Analisis Protein secara Spektrofotometri 19

    VIII. Ekstraksi DNA.............................................................................. 23

    IX. Fotosintesis....................................................................................26

  • PRAKTIKUM I KIMIA BIOLOGI

    Ikatan Hidrogen: Kristalisasi Air Dalam Sel

    Ikatan hidrogen adalah salah satu gaya tarik menarik antar molekul yang

    terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan,

    dalam hal ini ikatan yang terjadi antara atom hidrogen dari molekul yang

    satu dengan molekul lain yang memiliki atom N, O, dan F seperti ikatan

    hidrogen pada antar molekul air, pada struktur protein, asam nukleat, dan

    sebagainya

    Struktur wujud zat padat adalah struktur dengan susunan teratur dan

    wujud zat cair dengan susunan tidak teratur. Kristal es memiliki ikatan

    hidrogen yang teratur, jika es mencair (entropi naik) maka sebagian ikatan

    hidrogen akan terputus, sebaliknya jika air membeku atau mengkristal

    maka ikatan hidrogen akan terbentuk secara teratur sehingga bobot jenis es

    lebih rendah daripada bobot jenis air dengan perkataan lain volume es lebih

    besar daripada volume air.

    Tujuan Percobaan

    Membuktikan terjadinya pembentukan ikatan hidrogen antar molekul air

    (kristalisasi air), kristalisasi air dalam sel darah merah, dan pengaruh

    gliserol terhadap kristalisasi air dalam sel darah merah.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Aquades Gelas ukur 100 mL

    2 Darah Video loupe

    3 Heparin Vial

    4 Gliserol Kaca obyek

    5 Mikroskop

    6 Pipet hematokrit

    7 Jarum suntik

    8 Kaleng minuman bekas

    Cara Kerja

    Percobaan 1. Pembentukan Ikatan Hidrogen pada Kristalisasi Air

    1. Sediakan dua buah kaleng kosong bekas minuman, masing-masing

    diisi penuh dengan aquades, ukur volume air dengan gelas ukur 100

    mL

    2. Isi kembali kedua kaleng tersebut penuh dengan aquadest lalu

    dibekukan dengan memasukkannya ke dalam freezer

    3. Setelah air membeku atau mengkristal, kristal es dicairkan dan

    kaleng dikosongkan lagi

    4. Isi kembali kaleng penuh dengan air aquades, ukur lagi volume air

    dengan gelas ukur

  • 2

    5. Bandingkan volume kaleng setelah air dibekukan dan sebelum

    dibekukan, perbedaan volume disebabkan oleh terbentuknya ikatan

    hidrogen

    Percobaan 2. Kristalisasi Air dalam Sel Darah Merah

    1. Siapkan sampel darah dengan menggunakan jarum suntik sebanyak 1

    mL kemudian dimasukkan ke dalam vial yang telah diberikan 0,2 mg

    heparin

    2. Celupkan ujung pipet hematokrit ke dalam sampel darah

    3. Atur agar sampel darah berada di tengah pipet hematokrit lalu ukur

    panjang sampel darah di dalam pipet hematokrit

    4. Masukkan kedua pipet hematokrit ke dalam freezer

    5. Setelah sampel darah membeku segera ukur panjang sampel darah

    beku di dalam pipet hematokrit

    6. Perbedaan panjang sampel darah beku dan sampel darah yang belum

    dibekukan menunjukkan terbentuknya ikatan hidrogen

    7. Biarkan sampel darah yang telah dibekukan mencair

    8. Siapkan dua buah kaca objek yang bersih

    9. Teteskan sampel darah tersebut pada kaca objek dan amati di bawah

    mikroskop atau video loupe, bandingkan dengan sel darah merah

    yang tidak dibekukan

    Percobaan 3. Pengaruh Gliserol terhadap Kristalisasi Air dalam Sel Darah

    Merah

    1. Lalukan seperti pada percobaan 2.1, lalu tambahkan gliserol

    sebanyak 0,10 mL, setelah itu dilakukan seperti butir 2.2 sampai

    dengan 2.9

    2. Bandingkan hasil yang diperoleh pada percobaan 3 dengan hasil

    percobaan 1 dan 2

  • 3

    PRAKTIKUM II KIMIA BIOLOGI

    Transport Membran (Dialisis dan Osmosis)

    Tubuh manusia mengandung air dengan jumlah terbesar dibandingkan

    dengan senyawa lainnya, yaitu mencapai xx%. Air dalam tubuh tidak berupa

    air murni melainkan mengandung berbagai zat terlarut di dalamnya,

    misalnya ion-ion, organel sel, enzim, dan lain sebagainya. Kesetimbangan

    cairan dan komponen di dalam sel dijaga sedemikian rupa agar tetap dalam

    kondisi yang stabil dengan berbagai mekanisme, diantaranya adalah osmosis,

    difusi, dan dialisis.

    Difusi adalah peristiwa menyebarnya suatu zat terlarut (larutan yang lebih

    pekat) ke media pelarutnya (larutan yang lebih encer) sehingga mencapai

    kondisi setimbang, difusi dapat melalui membran pemisah ataupun tidak.

    Dialisis adalah difusi melalui suatu membran semipermeabel yang

    memisahkan molekul dan ion kecil dengan molekul dan ion besar.

    Kemampuan suatu molekul untuk berdifusi melalui membran

    semipermeabel tergantung dari ukuran dan bentuk ion/molekul itu sendiri;

    selain itu juga tergantung kepada pori-pori yag dimiliki oleh membran

    semipermeabel itu sendiri. Prinsip dialisis ini dipakai pada mesin pencuci

    ginjal yang dapat melewatkan darah pasien melalui suatu tabung membran

    dialisis. Pada saat darah mengalir melalui membran tersebut, maka

    partikel-partikel produk sisa tubuh bergerak, melalui difusi dari darah ke

    cairan di luar membran. Darah yang bersih akan kembali ke tubuh.

    Osmosis adalah perpindahan air dari larutan yang memiliki kemurnian air

    lebih tinggi ke larutan yang kemurnian airnya lebih rendah, atau dengan

    kata lain dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat. Tekanan osmosis

    suatu larutan adalah tekanan yang harus diberikan kepada larutan tersebut

    untuk mencegah terjadinya pergerakan/perpindahan air, tekanan osmosis ini

    sebanding dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Larutan yang

    memiliki konsentrasi 1 M memiliki tekanan osmosis sebesar 22.4 atm.

    Sel dalam tubuh (misalnya sel darah merah) akan mengalami kerusakan bila

    ditempatkan pada kondisi tekanan osmosis yang tidak sesuai. Untuk

    mencegah terjadinya perpindahan air dari atau ke luar sel, sel harus

    menjaga tekanan osmosis antara di luar dengan di dalam sel sama. Beberapa

    jenis sel mencegah efek tekanan osmosis ini dengan melindungi sel

    menggunakan dinding sel yang kaku, sehingga dapat bertahan dengan

    adanya perbedaan tekanan osmosis.

    Membran plasma dari sel darah merah (SDM) sangat permeabel dengan

    molekul air tetapi tidak permeabel untuk garam. Sel darah merah yang

    dimasukkan ke dalam larutan isotonik akan tetap berukuran dan berbentuk

    seperti semula. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan

    hipotonik akan bengkak dan pada akhirnya pecah melepaskan Hb. Hal ini

    disebabkan air akan ke dalam sel lebih cepat dari yang keluar. Fenomena ini

    disebut sebagai hemolisis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam

  • 4

    larutan yang hipertonik akan mengkerut dan tampak ada tonjolan-tonjolan

    atau tepian yang tak beraturan, peristiwa ini dikenal dengan istilah krenasi.

    Tujuan Percobaan

    Mempelajari konsep dialisis pada larutan garam dan mengamati osmosis

    pada sel darah merah.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Natrium klorida (NaCl) 5% (b/v) Membran dialisis

    2 Pati 2% (b/v) Gelas piala

    3 Iodin 1% Benang

    4 AgNO3 1% (b/v) Mikroskop cahaya

    5 Darah segar Kaca objek

    6 Akuades Tabung reaksi

    Cara Kerja

    Percobaan 1. Dilisis

    6. Larutan Pati 2% (b/v) sebanyak 10 ml ditambah dengan 10 ml NaCl

    5% (b/v) di dalam gelas piala, campuran diaduk sampai homogen.

    7. Membran dilisis sepanjang 7 cm disiapkan dengan cara mengikat

    salah satu ujungnya dengan tali.

    8. Membran dilisis diisi dengan campuran Pati-NaCl hingg hampir

    penuh.

    9. Lalu ujung yang masing terbuka diikat juga.

    10. Kantung dialisis berisi campuran Pati-NaCl dimasukkan ke dalam

    gelas piala berisi akuades selama kurang lebih 60 menit

    11. Ambil masing-masing 2 ml cairan dari luar tabung lalu masukkan ke dalam 2 tabung reaksi berbeda (tabung 1 dan 2), kemudian

    tambahkan pada tabung 1 iodin 1% sebanyak 10 tetes, dan

    tambahkan 10 tetes AgNO3 1% pada tabung 2.

    12. Ambil masing-masing 2 ml cairan dari dalam tabung lalu masukkan ke dalam 2 tabung reaksi berbeda (tabung 3 dan 4), kemudian

    tambahkan pada tabung 3 iodin 1% sebanyak 10 tetes, dan

    tambahkan 10 tetes AgNO3 pada tabung 4.

    Percobaan 2. Uji iod dan klorida

    10. Enam buah tabung reaksi disiapkan dan diberi nomor 1-6.

    11. Tabung 1 dan 2 diisi dengan H2O.

    12. Tabung 3 dan 4 siisi dengan NaCl 5%.

    13. Tabung 5 dan 6 diisi dengan larutan pati 1% masing-masing 2 ml.

    14. Tabung 1, 3, dan 5 ditambah dengan AgNO3 1% sebanyak 10 tetes.

    15. Tabung 2, 4, dan 6 ditambah dengan pereaksi iodin 1% sebanyak 10

    tetes.

    16. Semua tabung diaduk dan catat perubahan warna yang dihasilkan

    dan bandingkan dengan hasil pada percobaan 1.

  • 5

    Percobaan 3. Osmosis

    3. Sebanyak 5 ml NaCl 0.1%, 0.85%, dan 5% dimasukkan ke dalam 3

    tabung reaksi yang berbeda.

    4. Kemudian tambahkan sebanyak 5 tetes darah segar secara perlahan,

    biarkan selama sekitar 5 menit dan jangan diaduk.

    5. Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi

    secara langsung.

    6. Ambil 1 tetes larutan dari masing-masing tabung dan pindkan pada

    kaca objek, lalu amati dengan mikroskop perbesaran 10 dan 40 kali.

  • 6

    PRAKTIKUM III KIMIA BIOLOGI

    Penentuan Karbohidrat dengan Spektroskopi

    Karbohidrat merupakan biomolekul yang berupa polihidroksi aldehida atau

    polihidroksi keton. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi

    bagi makhluk hidup terutama manusia dan hewan, disimpan dalam bentuk

    pati (pada tumbuhan) dan glikogen (pada hewan), selain itu karbohidrat juga

    berperan dalam pembentuk struktur, misalnya sebagai komponen utama

    dinding sel tumbuhan (selulosa) dan dinding sel bakteri (peptidoglikan).

    Berdasarkan jumlah monomer penyusunnya, karbohidrat dibagi menjadi

    monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan

    karbohidrat yang hanya memiliki satu monomer, contohnya adalah glukosa,

    fruktosa, dan galaktosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang

    mengandung 2 monomer, contohnya adalah maltosa (glukkosa-glukosa),

    sukrosa (glukosa-fruktosa), dan laktosa (glukosa-galaktosa). Sedangkan

    polisakarida adalah karbohidrat yang tersusun atas lebih dari 2 monomer,

    contohnya adalah pati, glikogen, kitin, dan selulosa.

    Karbohidrat dalam suatu sampel dapat diketahui keberadaan dan jumlahnya

    menggunakan berbagai teknik analisis, misalnya dengan metode Molisch

    (identifikasi karbohidrat kualitatif umum), Anthrone (identifikasi

    karbohidrat secara kuantitatif), Benedict (identifikasi gula pereduksi), iodin

    (identifikasi polisakarida), dan osazon (identifikasi bentuk molekul).

    Metode Anthrone didasarkan atas terhidrasinya karbohidrat oleh asam

    sulfat pekat dalam pereaksi Anthrone membentuk furfural-furfural,

    kemudian furfural-furfural ini bereaksi dengan Anthrone membentuk

    kompleks berwarna biru yang intensitas warnanya sebanding dengan

    konsentrasinya.

    Uji iodin dilakukan untuk mendeteksi adanya polisakarida seperti pada pati.

    Pereaksi iodin jika bereaksi dengan struktur heliks amilosa yang ada pada

    pati akan menghasilkan warna biru pekat. Uji Benedict digunakan untuk

    mendeteksi adanya gula dengan gugus aldehid atau keton bebas (gula

    pereduksi). Gula pereduksi terdiri dari semua monosakarida dan diskarida

    kecuali sukrosa. Hasil positif pada uji Benedict bila larutan berubah warna

    menjadi biru pekat kemerahan. Ini menunjukkan adanya gula pereduksi,

    semakin banyak warna merah yang muncul (hingga membentuk endapan

    merah bata) menunjukkan konsentrasi gula pereduksi semakin besar. Hasil

    negatif diperoleh jika warna hasil uji sampel berwarna biru, sama seperti

    warna hasil uji pada blanko (akuades)

    Pada percobaan ini, akan dilakukan penentuan konsentrasi karbohidrat yang

    terdapat pada beberapa bahan berkarbohidrat tinggi, yakni tepung beras,

    tepung terigu, gula pasir, dan fruktosa. Selain itu juga akan dilakukan uji

    Bendedict dan uji iod terhadap semua sampel tersebut. Dari percoban ini,

    kita akan mengetahui kandungan karbohidrat dalam masing-masing bahan

    tersebut, karbohidrat yang memiliki gugus pereduksi, dan karbohidrat

    kompleks yang mengandung amilosa.

  • 7

    Tujuan Praktikum

    Menentukan kadar karbohidrat total dari beberapa bahan berkarbohidrat

    tinggi menggunakan metode Anthrone dengan pembanding/standar glukosa,

    mengetahui jenis beberapa jenis gula pereduksi, dan mengetahui beberapa

    jenis karbohidrat kompleks.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Tepung beras Spektrofotometer UV-Vis

    2 Tepung terigu Hot plate

    3 Fruktosa Neraca analitik

    4 Gula pasir (sukrosa) Pipet mohr 5 dan 10 mL

    5 Glukosa Labu takar 25 dan 50 mL

    6 Pereaksi Anthrone Pengaduk kaca

    7 Pereaksi Benedict Tabung reaksi, gelas piala, dan

    erlenmeyer

    8 Pereaksi iod Bulb

    9 Akuades

    Cara Kerja

    Percobaan 1. Penentuan kadar karbohidrat dengan metode Anthrone

    1. Siapkan larutan standar glukosa dengan konsentrasi 50 mg/mL (b/v)

    sebanyak 10 mL

    2. Encerkan standar glukosa 10 mg/mL menjadi 2, 4, 8, 16, 32, 64, dan

    128 kali dengan cara pengenceran bertingkat masing-masing menjadi

    1 mL dalam tabung reaksi.

    3. Larutkan masing-masing sampel karbohidrat dengan konsentrasi 5

    mg/mL (b/v) sebanyak 25 mL.

    4. Setiap sampel karbohidrat masing-masing diambil sebanyak 1 mL

    dan pindahkan ke dalam tabung reaksi. (Beri tanda pada masing-

    masing tabung sampel dan standar).

    5. Tambahkan ke dalam masing-masing larutan blanko (akuades 1 mL),

    standar, dan sampel sebanyak 5 mL pereaksi anthrone melalui

    dinding tabung dan biarkan sampai terbentuk dua lapisan

    6. Kocok secara sempurna dan rendam dalam penangas air 100 C

    selama 20 menit.

    7. Setelah dingin, ukur absorbansi masing-masing standar dan sampel

    pada panjang gelombang 620 nm

    8. Tentukan konsentrasi karbohidrat pada masing-masing sampel

    menggunakan kurva standar glukosa yang diperoleh sebelum dan

    sesudah pengenceran (perhatikan faktor pengencerannya).

  • 8

    Percobaan 2. Uji kualitatif gula pereduksi dengan pereaksi Benedict

    1. Masukkan 8 tetes sampel yang akan diuji ke dalam tabung reaksi

    2. Tambahkan pereaksi Benedict sebanyak 2.5 mL lalu aduk

    3. Panaskan pada air mendidih selama 3 menit dan dinginkan dengan

    air mengalir

    4. Amati perubahan warna yang terjadi. Blanko disiapkan dengan

    mengganti sampel dengan akuades.

    Percobaan 3. Uji karbohidrat kompleks dengan pereaksi iod

    1. Teteskan 3 tetes larutan sampel ke dalam papan uji

    2. Tambahkan pereaksi iodin sebanyak 2 tetes lalu aduk

    3. Amati perubahan warna yang terjadi

  • 9

    PRAKTIKUM IV KIMIA BIOLOGI

    Aktivitas Enzim Amilase

    Enzim adalah senyawa biologis yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia

    dan akan dihasilkan kembali pada akhir reaksi. Kata Enzim berasal dari bahasa Yunani, yakni en (di dalam) dan zyme (ragi). Penelitian tentang enzim pada awalnya dilakukan terhadap fermentasi pada alkohol yang

    menggunakan ragi sebagai bahan pembantu. Para peneliti sekitar pada tahun 1878 itu mengetahui bahwa ada sesuatu di dalam ragi yang dapat

    meningkatkan kecepatan fermentasi ini. Kemudian penelitian tentang

    komposisi enzim ini sendiri dilakukan oleh James Sumner pada tahun 1926

    menggunakan urease dari ginjal.

    Enzim memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Mempercepat reaksi; kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim

    dapat meningkat hingga 106 - 1012 kali dibandingkan reaksi yang

    sama tanpa katalisis.

    2. Bekerja pada kondisi sedang; Reaksi yang dikatalisis enzim terjadi

    pada kondisi yang realtif netral, yakni pada suhu dibawah 100 C,

    pada tekanan atmosfir, dan umumnya pada pH yang relatif netral.

    Hal ini berbanding terbalik dengan reaksi yang dikatalisis secara

    kimiawi, yakni membutuhkan suhu, tekanan, dan pH yang cukup

    ekstrim.

    3. Reaksi lebih spesifik; Enzim mempercepat reaksi spesifik terhadap

    subsrat atau jenis substrat tertentu saja. Selain itu, reaksi yang

    dikatalisis oleh enzim jarang sekali menghasilkan pruduk sampingan.

    4. Kemampuan untuk diregulasi. Reaksi enzimatis dapat dikontrol baik

    dengan mengatur konsentrasi substrat dan produk, penaikan atau

    penurunan suhu maupun pH, serta dengan menggunakan suatu

    inhibitor.

    Saliva adalah suatu cairan berbusa, yang dihasilkan di dalam mulut

    manusia dan beberapa hewan. Fungsi saliva adalah untuk: melumasi

    makanan agar lebih mudah dicerna dan ditelan; menghancurkan makanan

    yang terjebak dalam rongga/sela gigi; melindungi makanan dari bakteri yang

    dapat menyebabkan kebusukan; melindungi gigi, lidah, dan organ lainnya di

    dalam mulut; dan memberi rasa pada makanan. Saliva juga mengandung

    enzim amilase, lipase, dan beberapa enzim lainnya yang bertugas melakukan

    pencernaan awal pada makanan.

    Jumlah saliva yang dihasilkan oleh manusia sehat masih menjadi

    perdebatan, diperkirakan jumlahnya antara 0.75 liter hingga 1.5 liter setiap

    hari. Namun, secara umum, para pakar sepakat bahwa di saat tidur produksi

    saliva menurun drastis, bahkan hingga tidak ada sama sekali. Saliva

    manusia terdiri atas 98% air yang mengandung berbagai macam zat penting,

    seperti elektrolit, mukus (mukopolisakarida dan glikoprotein), senyawa

    antibakteri (tiosianat, hidrogen peroksida, dan IgA), dan beberapa enzim (-amilase, lisozim, lipase, dll). Elektrolit yang terdapat di dalam saliva

  • 10

    diantaranya adalah natrium (2-21 mmol/L), kalium (10-36 mmol/L), kalsium

    (1.2-2.8 mmol/L), magnesium (0.08-0.5 mmol), klorida (5-40 mmol/L),

    bikarbonat (25 mmol/L), dan fosfat (1.4-39 mmol/L).

    Agen antibakteri seperti IgA, laktoferin, dan peroksidase dapat membantu

    membersihkan luka dan mencegah kontaminasi lebih luas dengan

    menyingkirkan zat-zat seperi kotoran dan debu. Senyawa Opiorfin yang

    dapat mengilangkan rasa sakit juga terdapat di dalam saliva manusia.

    Namun, mulut (baik hewan maupun manusia) merupakan habitat berbagai

    jenis bakteri, dan sebagian diantaranya bersifat patogen, misalnya herpes. Di

    dalam setiap 1 mL saliva kurang lebih terdapat 8 juta sel manusia dan 500

    juta sel bakteri. Hasil metabolisme bakteri berupa asam organik, amino, dan

    tiol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada mulut. Gigitan oleh hewan

    bahkan manusia harus ditangani dengan serius untuk menghindari

    terjadinya infeksi. Penelitian terkini menunjukkan bahwa saliva unggas

    merupakan sampel yang lebih baik untuk mengindikasikan keberadaan virus

    Avian influenza dibandingkan dengan feses yang banyak digunakan sebelumnya.

    Amilase adalah enzim yang memecah pati menjadi karbohidrat yang lebih

    sederhana, dan juga disebut ptialin. Amilase pada saliva berperan mencerna

    makanan bersama dengan enzim lainnya di dalam saliva. Amilase juga

    dihasilkan dari pankreas yang fungsinya juga sama dengan amilase saliva.

    Amilase saliva dan pankreas merupakan jenis -amilase. Enzim -amilase (EC 3.2.1.1 ) atau dikenal juga dengan 1,4--D-glucan glucanohydrolase (glycogenase) merupakan enzim glikosida hidrolase. Enzim ini tidak dapat

    bekerja tanpa adanya ion kalsium (Ca2+), sehingga digolongkan ke dalam

    jenis metaloenzim kalsium (calcium metalloenzyme). Enzim ini menyerang secara acak ikatan lurus 1,4--D-glikosida pada pati. Ia akan memecah amilosa menjadi maltotriosa dan maltosa; dan memecah amilopektin menjadi

    maltosa, glukosa, dan beberapa dekstrin (amylodextrin, erythrodextrin, achrodextrin). Enzim ini bekerja lebih cepat dibandingkan dengan -amilase. Amilase saliva biasanya bekerja optimum pada pH 5.6 - 6.9 dan suhu 37 C.

    Dalam percobaan ini, pati akan direaksikan dengan amilase saliva pada

    berbagai kondisi pH dan suhu inkubasi. Hasil percobaan ini akan

    menunjukkan pada pH dan suhu berapa amilase saliva bekerja optimum

    menghidrolisis pati. Hal ini ditandai dengan semakin berkurangnya pati dan

    semakin banyaknya hasil hidrolisis pati. Untuk mengetahui kemampuan

    amilase saliva dalam menghidrolisis pati, maka dilakukan uji iodin dan uji

    Benedict.

    Tujuan Percobaan

    Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan zat penyusun saliva,

    serta mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim amilase

    saliva.

  • 11

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Asam asetat 1% Glass Wol

    2 Fenol red Lakmus merah dan biru

    3 Pereaksi Biuret pH universal

    4 Pereaksi Molisch Kertas saring

    5 Pati 1% Papan uji penangas air 37 dan 100 C

    6 Pereaksi Benedict Gelas piala 50 mL

    7 HCl 0.1 M Tabung reaksi

    8 Asam asetat 0.1 M

    9 NaHCO3 0.1 M

    10 Es batu

    11 Akuades

    12

    13

    14

    Cara Kerja

    1. Bersihkan rongga mulut dan berkumur hingga kotoran dalam mulut

    hilang .

    2. Kunyah sepotong kertas saring yang dibasahi sedikit asam asetat

    encer (untuk merangsang sekresi saliva).

    3. Kumpulkan saliva sampai 25 mL

    4. Saring dengan glass wool.

    Percobaan 1. Sifat dan susunan saliva

    1. Uji keasaman saliva dengan kertas lakmus, fenol red, dan pH

    universal

    2. Uji terhadap Biuret (Protein), dan Mollisch (Karbohidrat)

    Percobaan 2. Pengaruh suhu pada aktivitas amilase saliva

    1. Empat buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL saliva

    dan 2 mL akuades lalu kocok.

    2. Siapkan 2 tabung reaksi (tabung A dan B) sebagai pembanding,

    tabung A diisi dengan 4 mL akuades dan tabung B diisi dengan 2 mL

    saliva dan 2 mL akuades.

    3. Tabung 1 diletakan pada penangas es bersuhu 4 C; tabung 2 dan A

    pada suhu 25 C (kamar); tabung 3 pada suhu 37 C (suhu tubuh) dan

    tabung 4 dan B pada suhu 100 C (air mendidih) selama 10 menit.

    4. Tambahkan pada setiap tabung 2 mL larutan kanji/pati 1%

    5. Kocok dan letakkan pada masing-masing kondisi suhu selama 20

    menit.

    6. Uji larutan tersebut dengan uji iodium dan uji Benedict.

  • 12

    Percobaan 3. Pengaruh pH pada aktivitas saliva

    1. Siapkan empat tabung reaksi dan masing-masing isi dengan 2 mL

    HCl 0.1 M (tabung 1), 2 mL asam asetat 0.1 M (tabung 2), 2 mL

    akuades (tabung 3), dan 2 mL Na-karbonat 0.1% (tabung 4).

    2. Tambahkan pada setiap tabung 2 mL larutan kanji/pati 1% dan 2 mL

    saliva.

    3. Kocok dengan baik dan letakkan pada penangas air 37 C selama 15

    menit.

    4. Uji larutan tersebut dengan uji iodium dan uji Benedict.

  • 13

    PRAKTIKUM V KIMIA BIOLOGI

    Fermentasi Alkohol

    Katabolisme adalah proses pemecahan senyawa berenersi tinggi yang

    kompleks seperti glukosa menjadi senyawa yang lebih kecil dan berenersi

    lebih sedikit seperti CO2 serta H2O. Contoh katabolisme adalah fermentasi

    dan respirasi.

    Dalam praktikum ini, kita akan melakukan proses fermentasi yaitu suatu

    sekuens reaksi kimia dan diawali dengan glikolisis. Akan tetapi pada

    fermentasi tidak melibatkan transpor elektron yang berbeda dengan

    respirasi aerob. Molekul piruvat yang dihasilkan pada glikolisis dikonversi

    menjadi molekul organik yang berbeda tergantung tipe sel yang mengalami

    reaksi fermentasi. Sel ragi dapat membentuk etanol dan CO2. Dalam

    percobaan ini, kita memakai ragi roti. Ada bakteri yang dapat membentuk

    asam asetat untuk membuat cuka. Pada mamalia, kerja yang berat

    membutuhkan oksigen yang lebih besar daripada kemampuan darah

    memberi persediaannya, sel otot merubah piruvat menjadi asam laktat dan

    penumpukkannya menimbulkan rasa sakit.

    Katabolisme hasil fermentasi glukosa menghasilkan ATP dalam jumlah lebih

    sedikit dibandingkan respirasi molekul glukosa. Ragi Saccharomyces adalah strain untuk pembentuk ATP secara anaerob. Produk samping dari reaksi

    ini adalah alkohol dan CO2.

    C6H12O6 + 2ADP + 2Pi 2(CH3CH2OH) + 2CO2 + 2 ATP.

    Tujuan Percobaan

    Mengamati dan membandingkan hasil fermentasi dari beberapa substrat

    karbohidrat

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Glukosa 10% Tabung fermentasi

    2 Fruktosa 10% Penangas air 37 C

    3 Sukrosa 10% Kapas

    4 Susu Penggaris

    5 Dekstrosa 10% Timer

    6 Ragi 4% Gelas piala

    7 Akuades

    Cara Kerja

    1. Sebanyak 10 ml larutan glukosa 10%, fruktosa 10%, sukrosa 10%,

    susu 10%, pati 10%, dan akuades dimasukkan pada 6 gelas piala kecil

    yang berbeda.

    2. Kemudian pada masing-masing gelas piala ditambahkan ragi 4%

    sebanyak 5 ml dan diaduk.

  • 14

    3. Campuran tersebut dimasukkan pada masing-masing tabung

    fermentasi hingga mencapai setengah volume bagian tabung yang

    terbuka.

    4. Ujung tabung yang terbuka ditutup dengan kapas.

    5. Semua tabung diinkubasi pada suhu 37 C.

    6. Ukurlah rongga udara yang terbentuk pada bagian tertutup tabung

    fermentasi setiap 15 menit sampai menit ke 90.

    Tabel. Pengamatan pembentukan gas CO2

    No

    Tabung Percobaan

    Tinggi rongga udara yang

    terbentuk (cm) Volume yang terisi

    gas (V=r2.h) (ml) 15 30 45 60 75 90

    1 10% glukosa +

    4% ragi segar

    2 10% sukrosa +

    4% ragi segar

    4 10 % susu + 4%

    ragi segar

    5 10% pati + 4%

    ragi segar

    6 H2O + 4% ragi

    segar

    Keterangan:

    V = Volume gas CO2 yang dihasilkan

    r = jari-jari lingkar dalam tabung

    h = tinggi rongga udara yang terbentuk

    = 22/7 atau 3,14

  • 15

    PRAKTIKUM VI KIMIA BIOLOGI

    Lemak dalam Makanan

    Lipid adalah biomolekul besar yang larut dalam pelarut organik seperti

    kloroform dan methanol, tetapi hanya sedikit larut dalam pelarut polar (air).

    Lipid dapat dengan mudah dipisahkan dari molekul lainnya dengan cara

    ekstraksi menggunakan pelarut organik. Lemak, minyak, lilin, beberapa

    jenis vitamin dan hormon, serta komponen membran non-protein merupakan

    jenis-jenis lipid.

    Lipid merupakan biomolekul dengan jumlah terbesar keempat yang terdapat

    di dalam sel. Tidak sepertihalnya asam nukleat, protein, dan poliskarida,

    lipid tidak berupa polimer, namun bergabung membentuk agregat. Lipid

    memiliki struktur yang sangat bervariasi dibandingkan biomolekul lainnya.

    Karena lipid sukar larut dalam air, sehingga analisis tentang lipid juga lebih

    sulit dilakukan. Secara garis besar, lipid memiliki tiga fungsi utama

    (walaupun beberapa jenis lipid memiliki fungsi lebih dari satu di dalam sel):

    1. penyusun membran sel, bersama protein lipid membentuk membran

    bilayer.

    2. penyimpan energi

    3. penghantar signal intraselular

    4. Pelarut vitamin A, D, E, dan K

    Lemak dan minyak merupakan 95% dari lipid makanan, sedangkan fosfolipid

    dan sterol hanya 5 %. Lemak dan minyak merupakan triasilgliserol atau

    disebut juga trigliserida, yaitu gabungan antara gliserol dengan tiga buah

    asam lemak yang sama atau berbeda. Asam lemak yang menyusun

    triasilgliserol adalah asam karboksilat berantai panjang, pada umumnya

    memiliki 14 C hingga 24 C), ada yang jenuh dan ada pula yang tidak jenuh.

    Bentuk lemak pada suhu ruangan adalah dalam fasa padat, hal ini

    disebabkan dalam lemak asam lemak penyusunnya didominasi oleh asam

    lemak jenuh. Bentuk minyak pada suhu ruangan tetap dalam fasa cairan

    karena disusun oleh banyak asam lemak tidak jenuh. Lipid dipakai oleh

    manusia dalam makanan untuk memberi rasa (butter dan minyak zaitun), untuk meningkatkan palatabilitas dari makanan yaitu teksturnya (kue tart,

    es krim).

    Dalam percobaan ini, aseton akan dipakai untuk mengekstrak lemak yang

    tidak tampak dalam makanan. Karena lipid sedikit larut dalam air akan

    tetapi larut dalam pelarut organik. Setelah selesai ekstrasi, lemak tersebut

    akan tampak sehingga dapat diobservasi sifat-sifatnya di dalam cawan petri.

    Juga dapat menentukan apakah mengandung asam lemak jenuh atau tak

    jenuh. Mentega coklat dalam kue coklat adalah lemak jenuh dan pada suhu

    kamar menjadi padat. Minyak yang dipakai untuk menggoreng keripik

    kentang adalah tidak jenuh dan berbentuk cair dalam suhu ruangan.

    Sedangkan minyak dari biji matahari juga tidak jenuh dan tetap cair pada

    suhu ruangan.

  • 16

    Praktikum kali ini juga mencoba untuk menentukan bilangan iod beberapa

    contoh lipid yang banyak kita jumpai sehari-hari menggunakan pereaksi

    Hanus. Dari penentuan bilangan iod ini, kita dapat melihat dan

    membandingkan jumlah ikatan rangkap yang dapat diasosiasikan dengan

    jumlah asam lemak tak jenuh pada beberapa sampel lipid. Prinsip penentuan

    bilangan iod dengan pereaksi Hanus adalah adanya reaksi antara iodin

    dalam pereaksi hanus dengan ikatan ganda yang terdapat dalam asam

    lemak tak jenuh, kemudian sisa dari iodin ditentukan dengan menambahkan

    natrium tiosulfat. Penentuan kolesterol menggunakan metode Liebermann-

    Buchard secara kuantitatif juga akan dilakukan pada percobaan ini. Asam

    asetat anhidrida yang ada dalam pereaksi Lieberman-Buchard akan

    mengasetilasi gugus OH yang ada pada kolesterol, kemudian asam sulfat

    pekat mengkatalisis reaksi adisi kloroform ke dalam cincin kolesterol yang

    kemudian menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru kehijauan.

    Tabel 1 Perbandingan nilai bilangan iod beberapa sampel lipid

    Sampel Pereaksi Hanus Pereaksi Wijs

    1 Lemak unta 34.3 35.5

    2 Butter 34.6 34.7

    3 Minyak goreng 77.6 78.4

    4 Minyak zaitun 88.3 88.8

    6 Minyak kacang 89.5 90.8

    7 Minyak almond 90.8 93.1

    8 Minyak jagung 124.4 127.0

    Tujuan Percobaan

    Praktikum ini bertujuan mengamati karakteristik lemak dalam makanan

    dan mengukur konsentrasinya; melihat dan membandingkan bilangan iod

    beberapa sampel lipid; dan mengetahui keberadaan kolesterol pada beberapa

    sampel lipid.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Minyak Zaitun Neraca analitik

    2 Minyak goreng curah Buret

    3 Lemak hewan Alumunium foil

    4 Minyak goreng Bimoli Mortar

    5 Kloroform Cawan petri

    6 Pereaksi Hanus Lemari asam

    7 KI 15% Pengaduk kaca

    8 Natrium tiosulfat 0.1 N Gelas piala

    9 Amilum 1% Tabung sentrifuse

    10 Asam asetat anhidrida Vorteks

    11 Alkohor:eter (3:1) Spektrofotometer

    12 Standar kolesterol Penangas air

    13 Asam sulfat pekat

  • 17

    Cara Kerja

    Percobaan 1. Pengukuran kuantitatif terhadap lemak dalam makanan

    1. Timbang 5 gram sampel. Hancurkan sampel tersebut di dalam

    alumunium foil dengan palu.

    2. Catat gelas piala yang dipakai untuk masing masing sampel makanan.

    3. Masukkan sampel yang telah dihancurkan ke dalam gelas piala

    tersebut dan catat kembali berat gelas piala + sampel.

    4. Tambahkan 10 ml aseton ke dalamnya.

    5. Aduk selama 1 menit (di dalam lemari asam).

    6. Secara perlahan tuangkan campuran aseton ke dalam cawan petri,

    jangan terbawa sampelnya.

    7. Tambahkan kembali 10 ml aseton ke dalam gelas piala dan ulangi

    tahap 5 dan 6.

    8. Biarkan aseton dalam petri menjadi kering selama satu malam di

    dalam lemari asam. Kemudian amati keesokan harinya.

    9. Biarkan sampel dalam gelas beker kering satu malam juga dan

    timbang gelas beker bersama sampelnya.

    Percobaan 2. Penentuan bilangan iod minyak

    1. Sampel ditimbang sekitar 0,3 0,4 gram, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

    2. Sebanyak 10 mL kloroform dan 30 mL pereaksi Hanus ditambahkan ke

    dalam sampel. Larutan disimpan selama 30 menit ditempat gelap,

    selanjutnya ditambahkan 10 mL larutan KI 15% dan 100 mL aquadest.

    3. Campuran ini ditritrasi dengan menggunakan larutan natriumtiosulfat

    0,1 N sampai terjadi perubahan warna kekuning-kuningan, kemudian

    tambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan ditritasi kembali dengan

    larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna berubah menjadi jernih.

    4. Dengan cara yang sama, lakukan terhadap larutan blanko.

    5. Hitung bilangan iod dengan persamaan sebagai berikut:

    m

    tiosulfatNaabIodBilangan

    69.12

    Keterangan:

    b = mL natriumtiosulfat yang digunakan untuk menitrasi blanko

    a = mL natriun tiosulfat untuk menitrasi sampel

    m = Bobot sampel

    Percobaan 3. Penentuan Kolesterol dengan Metode Lieberman-Buchard

    1. Sebanyak 12 mL campuran alkohol eter (3:1) dimasukkan ke dalam

    tabung sentrifus 15 mL.

    2. Masukkan 1 mL sampel lipid ke dalam tabung sentrifus, aduk perlahan

    sampai homogen.

    3. Tutup tabung setrifus kemudian kocok kuat-kuat selama kurang lebih

    satu menit, dan diamkan selama 30 menit.

    4. Pindahkan supernatan ke dalam gelas piala ukuran 50 mL dan uapkan

    pada penangas air mendidih sampai supernatan kering.

  • 18

    5. Sisa sampel yang tersisa pada gelas piala diresuspensi dengan

    kloroform 5.0 mL, aduk perlahan.

    6. Siapkan 3 tabung reaksi dengan komposisi larutan sebagai berikut:

    Larutan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

    Kloroform - - 5 mL

    Sampel - 5 mL -

    Standar kolesterol 5 mL - -

    As. Asetat anhidrida 2 mL 2 mL 2 mL

    As. Sulfat pekat 0.1 mL 0.1 mL 0.1 mL

    7. Simpan ketiga tabung reaksi di tepat gelap selama 15 menit, kemudian

    aati perubahan warna yang terjadi dan ukur absorbansinya pada

    panjang gelombang 420 nm.

  • 19

    PRAKTIKUM I KIMIA BIOLOGI

    Denaturasi Protein dan Analisis Protein secara Spektrofotometri

    Protein merupakan biomolekul berukuran besar, tersusun atas sejumlah L--asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida, dan membentuk

    struktur tiga dimensi yang tertentu (konformasi asli). Struktur tiga dimensi

    protein dipertahankan berada pada bentuk alaminya oleh interaksi antara

    gugus fungsi asam amino dari satu molekul terhadap molekul lainnya.

    Interaksi yang terdapat pada struktur protein diantaranya adalah ikatan

    hidrogen, interaksi hidrofobik, interaksi ionik, interaksi van der Waals, dan

    ikatan disulfida. Protein bisa mengalami denaturasi dan kehilangan

    aktivitas biologisnya apabila struktur 3 dimensi protein rusak/berubah. Hal

    ini dapat disebabkan oleh terganggunya interaksi antara asam-asam amino

    penyusun protein oleh senyawa tertentu, misalnya dengan perlakuan panas,

    pH yang tidak sesuai, penambahan garam, logam berat, ataupun pelarut

    organik. Denaturasi protein ada yang bersifat permanen (irreversible) dan ada juga yang bersifat sementara (reversible).

    Protein merupakan biomolekul terbanyak yang menyusun tubuh manusia

    dan hewan. Di dalam tubuh, protein memiliki fungsi yang sangat bervariasi,

    diantaranya adalah sebagai struktur pembangun tubuh (rambut, kuku,

    tulang, otot), enzim, dan antibodi. Keberadaan protein dalam suatu sampel

    dapat diketahui baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Saat ini, teknik

    analisis protein telah berkembang sangat pesat, seperti: teknik

    spektrofotometri (Biuret, Lowry, Coomassie Blue, dan Bicinchoninic Acid); SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis); ELISA (Enzyme Link Immunosorbent Assay); dan Western Blotting.

    Metode untuk menentukan konsentrasi protein secara kuantitatif umumnya

    dilakukan dengan cara kolorimetri atau spektrofotometri. Berbagai metode

    telah dikenal seperti metode Biuret, Lowry, Coomassie Blue, dan BCA. Pemilihan metode analisis harus disesuaikan dengan beberapa hal, seperti:

    jenis sampel yang akan dianalisis, sensitivitas yang diinginkan, ketersediaan

    bahan atau pereaksi, waktu yang dibutuhkan, dan keahlian operator. Pada

    percobaan ini akan dilakukan pengukuran konsentrasi protein secara

    sederhana dari suatu sampel dengan metode Biuret dan Coomassie blue.

    Metode Biuret adalah metode yang didasarkan atas interaksi antara

    pereaksi ion Cu++ dalam suasana basa dengan ikatan peptida pada protein

    membentuk kompleks berwarna biru yang intensitasnya sebanding dengan

    konsentrasinya. Kelebihan metode Biuret diantaranya adalah bahan yang

    digunakan relatif umum dan mudah diperoleh, dan analisisnya cepat.

    Namun metode ini kurang sensitif dengan kemampuan analisis antara 1-20

    mg, sehingga pada umumnya hanya digunakan untuk penentuan protein

    yang konsentrasinya relatif besar.

    Metode Bradford didasarkan atas interaksi antara protein dengan pewarna

    Coomassie Blue yang membentuk senyawa kompleks berwarna biru.

  • 20

    Iintensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasinya. Metode

    ini dapat digunakan untuk analisis berbagai sampel protein dan cukup

    sensitif dengan kisaran sensitivitas 10-100 g protein. Metode ini memiliki

    beberapa kelebihan, seperti: analisisnya cepat, lebih akurat jika dibanding

    dengan metode Biuret dan Lowry, dan relatif sedikit kontaminan. Adapun

    kekurangan metode ini adalah harga pereaksinya yang relatif lebih mahal.

    Tujuan Percobaan

    Mengamati denaturasi protein dalam putih telur melalui berbagai perlakuan;

    dan menentukan konsentrasi protein pada suatu sampel menggunakan

    metode Biuret dan Coomassie blue.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Putih telur Hot plate

    2 NaCl 5% Vorteks

    3 NaHCO3 5% Spektrofotometri UV-Vis

    4 Jus lemon Kuvet spektrofotometri

    5 Etanol 70% Neraca analitik

    6 AgNO3 5% Pipet mohr 5, 10, & 25 mL

    7 Bovine Serum Albumin (BSA) 1 mg/mL Label

    8 Pereaksi Bradford Gelas piala

    9 Pereaksi Biuret Tabung reaksi

    10 Akuades Tisu

    Cara Kerja

    Percobaan 1 Denaturasi protein

    1. Panaskan 300 mL air dalam gelas piala di atas penangas air atau

    bunsen sampai mendidih.

    2. Pecahkan beberapa butir telur ayam, pisahkan dan kumpulkan

    bagian putihnya ke dalam gelas piala.

    3. Sediakan 6 buah tabung reaksi dan beri label masing-masing 1-6

    4. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan 5 mL putih telur dengan

    hati-hati.

    5. Tempatkan tabung reaksi nomor 1 dalam penangas air selama 5

    menit.

    6. Tambahkan 5 ml NaCl 5% pada tabung reaksi no.2 kemudian aduk

    hingga homogen.

    7. Tambahkan 5 ml NaHCO3 5% pada tabung reaksi no.3 kemudian

    aduk hingga homogen.

    8. Tambahkan 5 ml jus lemon pada tabung reaksi no.4 kemudian aduk

    hingga homogen.

    9. Tambahkan 5 ml alkohol 70% pada tabung reaksi no.5 kemudian aduk

    hingga homogen.

    10. Tambahkan 5 ml AgNO3 5% pada tabung reaksi no.6 kemudian aduk

    hingga homogen.

    11. Catat hasil praktikum seperti pada tabel berikut:

  • 21

    Tabel data pengamatan denaturasi potein

    Tabung

    Reaksi

    Perlakuan Hasil Pengamatan

    1 Pemanasan (air mendidih)

    2 Senyawa ionik (NaCl)

    3 Basa (NaHCO3)

    4 Asam (Jus lemon)

    5 Senyawa organik (Alkohol)

    6 Logam berat (AgNO3)

    Percobaan 2. Penentuan konsentrasi protein

    A. Metode Biuret

    1. Siapkan 5 tabung reaksi dan buatlah sederetan larutan standar BSA

    dengan konsentrasi sebagai berikut:

    No. Tabung Volume BSA

    (mL)

    Volume Air (mL) [protein] (mg/ml)

    1 0.5 2.5 0.5

    2 1.0 2.0 1.0

    3 1.5 1.5 1.5

    4 2.0 1.0 2.0

    5 3.0 - 3.0

    2. Pipet 3 ml air destilata ke dalam tabung reaksi sebagai blanko

    (tabung 7).

    3. Sebanyak 3 mL putih telur yang telah diencerkan sebanyak 50 dan

    250 kali dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi berbeda (tabung 8, dan

    9)

    4. Tambahkan 3 ml perekasi Biuret pada setiap tabung reaksi, kocok

    lalu inkubasi dalam suhu ruangan selama 30 menit, kemudian ukur

    absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.

    5. Gunakan kurva standar protein untuk menentukan konsentrasi

    protein putih telur berdasarkan metode ini sesudah dan sebelum

    pengenceran.

    B. Metode Bradford

    1. Buatlah sederetan larutan standar BSA dengan konsentrasi sebagai

    berikut.

    No.

    Tabung Vol. BSA 1 mg/mL (mL) Vol. Air (mL)

    [Protein]

    (mg/ml)

    1 8 2 0.8

    2 6 4 0.6

    3 4 6 0.4

    4 3 7 0.3

    5 2 8 0.2

    6 1 9 0.1

  • 22

    2. Pipet juga 0.1 mL air destilata ke dalam tabung reaksi sebagai blanko.

    3. Pipet masing-masing putih telur yang telah diencerkan 50 kali dan

    250 kali sebanyak 0.1 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang

    bersih. Beri tanda pada setiap tabung reaksi. (sebagai sampel)

    4. Pipet 5 mL pereaksi Bradford, tambahkan ke dalam masing-masing

    tabung reaksi (blanko, standar, dan sampel), lalu dikocok.

    5. Setelah 2 menit, ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang

    590 nm dan usahakan semua pengukuran dilakukan dalam waktu

    sebelum satu jam.

    6. Gunakan kurva standar protein untuk menentukan konsentrasi

    protein putih telur total sesudah dan sebelum diencerkan.

    7. Bandingkan hasilnya dengan konsentrasi yang diperoleh dari metode

    Biuret

  • 23

    PRAKTIKUM VII KIMIA BIOLOGI

    Ekstraksi DNA

    Asam nukleat adalah molekul berukuran besar yang tersusun atas rantai

    monomer nukleotida yang dihubungkan dengan ikatan fosfodiester, dan

    pertama kali ditemukan oleh Friedrich Miescher pada tahun 1871.

    Nukleotida sendiri merupakan gabungan antara gula (ribulosa), basa

    nitrogen (Urasil, Timin, Sitosin, Adenin, Guanin), dan fosfat. Asam nukleat

    bertugas membawa informasi genetik atau membentuk struktur di dalam sel.

    Asam nukleat terdiri dari DNA (deoxirobonucleic acid) dan RNA (ribonucleic

    acid) dan terdapat di semua jenis makhluk hidup, termasuk juga virus.

    Asam nukleat umumnya berada dalam bentuk utas tunggal maupun utas

    ganda. Utas ganda pada asam nukleat mengandung dua utas tunggal asam

    nukleat yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen antara basa-basa

    nitrogennya, contohnya adalah DNA. RNA pada umumnya hanya terdiri atas

    satu utas tunggal, namun utas tunggal tersebut dapat melipatkan diri

    membentuk utas ganda. RNA terdiri dari 4 jenis yaitu: mRNA (messenger

    RNA) berperan sebagai cetakan pada saat sintesis protein; rRNA (ribosomal

    RNA berperan sebagai penyusun struktur ribosom), tRNA (transfer RNA

    berfungsi membawa asam amino yang akan disusun menjadi protein ketika

    translasi; dan ribozim berperan sebagai enzim.

    Deoxyribonucleic acid (DNA) atau asam deoksiribonukleat adalah suatu asam nukleat yang biasanya berbentuk double helix (heliks ganda) yang mengandung informasi genetik untuk perkembangan sel. DNA berbentuk

    heliks ganda (pilinan ganda), antiparalel, dan komplementer. Pada sel

    eukariot, DNA berlokasi di dalam nukleus (ada membran inti), sedangkan

    pada sel prokariot, DNA terletak dalam suatu selubung nukleus (tanpa

    membran inti). Dalam ekstraksi DNA ada tiga tahap mendasar yang harus

    dilakukan yaitu melisiskan sel untuk melepaskan nukleus. Bila ada nukleus

    maka harus di buka untuk melepaskan/mengeluarkan DNA. Selanjutnya DNA harus diproteksi dari enzim yang akan menghancurkannya oleh karena

    itu setelah DNA dilepas harus segera dipresipitasi dengan alkohol.

    Agar DNA dapat diekstraksi, maka dinding sel, membran sel, dan membran

    inti harus dipecah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mekanik maupun

    kimia. Secara mekanik, dinding sel, membran sel, dan membran inti dapat

    dipecah dengan cara digerus menggunakan mortar ataupun blender, selain itu perlakuan beku leleh (freeze thowing) juga dapat dilakukan untuk mempercepat perusakan dinding sel. Larutan garam dan deterjen berfungsi merusak dinding sel, membran sel, dan membran inti secara kimia. Larutan

    garam akan merusak sel melalui perbedaan tekanan osmosis antara di dalam

    dan diluar sel, sedangkan larutan deterjen merusak sel dengan cara

    mengganggu kestabilan struktur membran yang berupa fosfolipid, deterjen

    akan mengikat fosfolipid dari membran sel dan melarutkannya dalam air.

  • 24

    Penggunaan enzim dilakukan untuk membersihkan/melepaskan protein

    histon yang melekat pada DNA, dalam hal ini memakai enzim papain yang

    terdapat dalam pelunak daging atau buah pepaya. Alkohol kemudian

    digunakan untuk mengekstraksi DNA. DNA akan terpresipitasi melayang

    pada fase etanol dan memisahkan diri dari komponen sel lain yang

    terendapkan di bagian fase air.

    Tujuan Percobaan

    Praktikum ini bertujuan mengekstraksi dan mencirikan DNA dari sel

    tanaman dan hewan.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Buah pisang Blender/ mortar

    2 Hati ayam Kain blacu/ saringan teh

    3 Kacang hijau Gelas piala

    4 Ragi Sendok teh dan sendok makan

    5 Garam dapur (NaCl) Pengaduk kaca

    6 Deterjen (15% b/v) Tabung reaksi

    7 Enzim protease (meat tenderizer/

    getah pepaya/ jus nenas)

    Pipet mohr

    8 Etanol 70% dingin

    9 Akuades

    Cara Kerja

    Percobaan 1. Ekstraksi DNA dari pisang

    1. Dalam blender, campur 1 buah pisang, 1 gram garam dapur (NaCl),

    dan 100 mL air dingin, lalu hancurkan sampai homogen.

    2. Saring jus pisang dengan kain blacu ke dalam gelas piala yang

    diletakkan dalam penangas es.

    3. Tambahkan 20 mL larutan deterjen 15% (b/v) ke dalam 50 mL jus

    yang telah disaring dan aduk perlahan, kemudian diamkan selama 15

    menit.

    4. Masukkan masing-masing 5 mL jus pisang ke dalam 2 tabung reaksi

    berbeda dan tambahkan sedikit pelunak daging pada salah satu

    tabung, diamkan selama 2 menit.

    5. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin melalui dinding tabung ke dalam

    kedua tabung reaksi tersebut.

    6. Biarkan tabung reaksi di dalam penangas es selama 30 hingga 60

    menit dan perhatikan presipitasi DNA akan keluar ke lapisan etanol

    seperti benang atau gumpalan awan putih.

    Percobaan 2. Ekstraksi DNA dari kacang hijau

    1. Sebanyak 50 gram kacang hijau dan 1 gram NaCl digerus

    menggunakan mortar, tambahkan sedikit sedikit es batu yang telah

    dihancurkan agar lebih mudah menggerusnya.

    2. Pindahkan hasil gerusan ke dalam gelas piala dan tambahkan 100 mL

    air dingin ke dalamnya.

  • 25

    3. Saring larutan kacang hijau menggunakan kain blacu ke dalam gelas

    piala yang diletakkan dalam penangas es.

    4. Pindahkan sebanyak 50 mL larutan kacang hijau yang telah disaring

    ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan 20 mL larutan deterjen

    15% (b/v), kemudian aduk perlahan dan diamkan selama 15 menit.

    5. Masukkan masing-masing 5 mL campuran pada no 4 ke dalam 2

    tabung reaksi berbeda (usahakan endapannya tidak ikut tercampur)

    dan tambahkan sedikit pelunak daging pada salah satu tabung,

    diamkan selama 2 menit.

    6. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin melalui dinding tabung ke dalam

    kedua tabung reaksi tersebut.

    7. Biarkan tabung reaksi di dalam penangas es selama 30 hingga 60

    menit dan perhatikan presipitasi DNA akan keluar ke lapisan etanol

    seperti benang atau gumpalan awan putih.

    Percobaan3. Ekstrasi DNA dari ragi kering

    1. Campurkan satu kantong ragi kering dengan 25 ml air hangat 50 oC

    di dalam gelas piala. Tutup dan pertahankan agar hangat selama 20

    menit.(jangan sampai terlalu panas agar DNA tidak rusak)

    2. Tambahkan NaCl sebanyak 1 gram ke dalam larutan ragi lalu aduk

    dan diamkan selama 10 menit. (dalam kondisi dingin)

    3. Tambahkan larutan deterjen 15% (b/v) sebanyak 10 mL ke dalam

    gelas piala, kemudian aduk perlahan dan diamkan selama 15 menit.

    4. Masukkan masing-masing 5 mL larutan ragi ke dalam 2 tabung

    reaksi berbeda dan tambahkan sedikit pelunak daging pada salah

    satu tabung, diamkan selama 2 menit.

    5. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin melalui dinding tabung ke dalam

    kedua tabung reaksi tersebut.

    6. Biarkan tabung reaksi di dalam penangas es selama 30 hingga 60

    menit dan perhatikan presipitasi DNA akan keluar ke lapisan etanol

    seperti benang atau gumpalan awan putih.

    Percobaan 4. Ekstrasi DNA dari hati ayam

    1. Hati ayam yang telah dibekukan ditimbang sebanyak 10 gram dan

    digerus menggunakan mortar bersama dengan 1 gram NaCl dan es

    batu yang telah dihancurkan.

    2. Tambahkan dengan air dingin sebanyak 100 mL ke dalam hasil

    gerusan, kemudian saring menggunakan kain blacu ke dalam gelas

    piala.

    3. Sebanyak 50 mL hasil penyaringan di atas, ditambah dengan 20 mL

    larutan deterjen 15% (b/v), aduk perlahan dan diamkan selama 15

    menit.

    4. Pindahkan masing-masing 5 ml campuran di atas ke dalam 2 buah

    tabung reaksi berbeda (endapan jangan sampai terikut), lalu

    tambahkan sedikit pelunak daging pada salah satu tabung reaksi,

    diamkan selama 2 menit.

    5. Tambahkan 5 mL etanol 70% dingin dari sisi tabung dan tunggu

    selama 30 hingga 60 menit.

  • 26

    PRAKTIKUM KIMIA BIOLOGI VIII

    Fotosintesis

    Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan,

    alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi)

    dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup

    bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Fotosintesis juga

    berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer

    bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis disebut

    sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon

    karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi

    gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme

    untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan

    oleh sejumlah bakteri belerang.

    Gambar 1 Skema fotosintesis

    Tumbuhan bersifat autotrof, yakni dapat mensintesis makanan

    langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon

    dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan

    sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari

    fotosintesis.

    6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2

    Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis

    adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas

    berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat

    berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis

    Energi kimia

    Kloroplas pada tanaman

    hijau

    Energi cahaya matahari

    Reaksi terang Reaksi gelap

    Fotosintesis Anabolisme Sistem enzim

    Ada cahaya ataupun tidak

    Hidrogen

    Oksigen

    Karbondioksida

    Karbohidrat

    Air

    Hasil samping

    Klorofil Cahaya

    Air

    mengubah

    menjadi

    terjadi di

    merupakan

    dikatalisis oleh

    dibagi menjadi

    membutuhkan

    menangkap memecah menjadi

    Dikombinasikan dengan

    membentuk

    sebagai sebagai

  • 27

    (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang

    mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya

    akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju

    mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan

    daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk

    mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air

    yang berlebihan.

    Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada

    sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak

    yang diketahui tentang proses vital ini. Pada dasarnya, rangkaian reaksi

    fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena

    memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi

    memerlukan karbon dioksida).

    Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi

    NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan

    penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. ATP dan NADPH yang

    dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada

    tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat

    karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula

    seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung

    pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan

    gelap (tanpa cahaya).

    Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:

    Intensitas cahaya Konsentrasi karbon dioksida Suhu Kadar air Kadar fotosintat (hasil fotosintesis) Tahap pertumbuhan

    Tujuan Percobaan

    Percobaan ini bertujuan mengamati faktor CO2 dan cahaya terhadap

    fotosintesis pada beberapa tanaman

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan Alat-alat

    1 Soda kue 10% Cawan petri

    2 Tanaman air pH universal

    3 Tanaman jagung berumur 1-2 minggu Hot plate

    4 Tanaman kacang hijau berumur 1-2 minggu Papan uji

    5 Fenol red Plastik wrap

    6 Pereaksi iodin Lampu 80 watt

    7 Akuades Penggaris

    8 Metanol 70% Botol kecil

    9 Daun tanaman Tabung reaksi

    10 Kertas berwarna gelap

  • 28

    Cara Kerja

    Percobaan 1. Pengaruh cahaya terhadap hasil fotosintesis

    1. Tutuplah sebagian daun dengan kertas gelap pada bagian permukaan

    atas daun, usahakan tidak ada sinar yang dapaat menembus bagian

    yang ditutup.

    2. Setelah satu minggu, masukkan masing-masing daun ke dalam air

    mendidih selama 30 menit.

    3. Kemudian pindahkan daun ke dalam alkohol mendidih selama 30

    menit

    4. Pindahkan daun ke cawan petri dan bilas sedikit dengan alkohol 70%

    5. Teteskan 5 tetes iodin pada daun dan amati

    Percobaan 2. Penggunaan CO2 dalam fotosintesis

    1. Isi sebuah gelas piala dengan soda kue 10% sebanyak 25 ml

    2. Tambahkan ke dalamnya 5 tetes fenol red, amatilah warna yang

    terbentuk.

    3. Kemudian masukkan larutan soda kue tersebut ke dalam dua buah

    tabung reaksi berbeda (A dan B) dengan volume masing-masing 10 ml.

    4. Masukkan sebuah tanaman air yang masih segar ke dalam tabung

    reaksi A, sedangkan tabung reaksi B tanpa tanaman air, kemudian

    tutuplah kedua tabung dengan plastik wrap.

    5. Setelah 60 menit, amati perubahan warna larutan soda kue pada

    kedua tabung reaksi tersebut.

    Percobaan 3. Pengaruh cahaya dan CO2 terhadap fotosintesis pada tanaman

    jagung dan kacang hijau

    1. Sediakan tanaman jagung dan kedelai berumur sekitar 2 minggu.

    2. Isi 4 buah botol kecil dengan akuades hingga volume botol

    3. Masukkan masing-masing 3 batang tanaman jagung pada botol 1 dan

    3 serta masing-masing 3 tanaman kedelai pada botol 2 dan 4.

    4. Masukkan masing-masing botol berisi tanaman ke dalam gelas piala

    yang telah diisi dengan 25 ml soda kue 10% dan ditetesi 5 tetes fenol

    red (sebelumnya ukur pH larutan soda kue).

    5. Tutup gelas piala dengan plastik wrap.

    6. Gelas piala yang berisi botol 1 dan 2 disimpan pada tempat terbuka

    yang memungkinkannya mendapatkan cahaya matahari, dan yang

    berisi botol 3 dan 4 disimpan pada ruangan tertutup yang gelap.

    7. Setelah 2 jam amati perubahan daun, warna dan pH larutan soda kue

    pada masing-masing tanaman.