Upload
jalaluddin-rumi-prasad
View
76
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN UMUM DI KECAMATAN TANRAL
Citation preview
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN UMUM DI
KECAMATAN TANRALILI KABUPATEN MAROS
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian Persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
Oleh :
Ady Deksa B
E 121 04 708 – 1
PROGRAM REGULER SORE
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
i
LEMBAR PENERIMAAN
Skripsi
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN UMUM DI
KECAMATAN TANRALILI KABUPATEN MAROS
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Ady Deksa B
E 121 04 708 – 1
Telah Diperbaiki
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat panitia ujian skripsi
Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar, Pada Hari Rabu , Tanggal 3 Agustus 2011
Menyetujui :
PANITIA UJIAN :
Ketua : Prof. Dr.H. Juanda Nawawi, M.Si ( )
Sekretaris : A. Murfhi, S.Sos, M.Si ( )
Anggota : Dr. H. A. Gau Kadir, MA. ( )
Anggota : Dr. H. A. Syamsu Alam, M.Si ( )
Anggota : Drs. Abd.Salam Muchtar ( )
Pembimbing I : Prof. Dr.H. Juanda Nawawi, M.Si ( )
Pembimbing II : A. Murfhi, S.Sos, M.Si ( )
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
Skripsi
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN UMUM DI
KECAMATAN TANRALILI KABUPATEN MAROS
Yang dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi
Pada tanggal 22 Juli 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui :
Pembimbing I
Prof. Dr. H.Juanda Nawawi, M.SiNIP. 19520818 198403 1 002
Pembimbing II
A. Murfhi, S.Sos, M.SiNIP. 19720328 200012 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Politik PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Dr. Muhammad Al Hamid, M.SiNIP. 19710917 199703 1 001
Ketua Program StudiPemerintahan FISIP UNHAS
Dr. H. A. Gau Kadir, MANIP. 19500117 198003 1 002
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Dengan Rahmat Allah SWT disertai ucapan syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan karunia dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi sebagai syarat untuk
mencapai derajat Strata Satu (S-1) dan memperoleh Gelar Sarjana
dibidang Ilmu Pemerintahan pada Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Hasanuddin
Makassar, dengan judul :
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN UMUM DI
KECAMATAN TANRALILI KABUPATEN MAROS
Dari proses persiapan sampai dengan penyelesaian penyusunan
skripsi ini, dengan segala ketulusan penulis sepenuhnya menyadari
bahwa tanpa usaha keras dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini
tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karenanya pada kesempatan
ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
1. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan doa dan dorongan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan pendidikan penulis
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar.
iv
2. Bapak Dr. Muhammad Al Hamid, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Politik dan Pemerintahan beserta seluruh Staf Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dr. H. A. Gau Kadir, MA. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan yang telah membantu selama penulisan dan
pengurusan skripsi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. H. Juanda Nawawi, M.Si selaku Pembimbing I yang
memberikan petunjuk dan masukan selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak A. Murfhi, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk berkonsultasi kapan saja.
6. Drs. Erhan, M.Si selaku Sekretaris Camat Kecamatan Tanralili beserta
seluruh staf yang telah memberikan izin untuk melakukan wawancara
dan memperoleh data-data yang dibutuhkan selama penulis
melakukan penelitian sampai skripsi selesai.
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan membantu
penulis selama penyusunan skripsi. Om Mustafa yang telah membantu
memberikan saran dan motivasi selama ini.
8. Teman-teman : Muh. Amir, Dian_otonK, IccanK, Waris, dan anak2
CPO.FC dan penghuni PS Sunu yang telah banyak membantu dan
memberikan keceriaan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis
v
ABSTRAKSI
Ady Deksa, Analisis Pelaksanaan Pelayanan Umum Di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. (Dibimbing oleh Prof. DR. H. Djuanda Nawawi, M.Si dan A. Murfhi, S.Sos, M.Si)
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Analisis Pelaksanaan Pelayanan Umum di Kecamatan Tanralili serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pelayanan umum di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif, dengan menggunakan dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian yang didapatkan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan umum tak hanya dapat dilihat dari segi kesederhanaan pelayanan tetapi lebih kepada penempatan posisi para pelaksana pelayanan serta memahami tugas dan kewajiban sebagai pemberi pelayanan.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam proses pelayanan harus disesuaikan dengan prosedur. Serta kualitas disiplin kerja, dengan kualitas disiplin kerja aparat Pemerintah yang memadai, maka birokrat di tingkat kecamatan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PENERIMAAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
ABSTRAKSI .................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................... 6
1.5. Kerangka Konsep ..................................................... 7
1.6. Defenisi Operasional ................................................ 18
1.7. Metode Penelitian ....................................................
1.7.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................ 19
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data ............................. 19
1.7.3. Informan.......................................................... 20
1.7.4. Teknik Analisis Data ....................................... 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1. Pelayanan Umum...................................................... 22
2.2. Pelayanan Kecamatan ............................................. 43
vii
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Kabupaten Maros ..................................................... 46
3.2. Kecamatan Tanralili ................................................. 46
3.3. Penduduk ................................................................. 50
3.4. Keadaan Sosial Budaya ........................................... 51
3.5. Pendidikan ............................................................... 52
3.6. Kesehatan ................................................................ 54
3.7. Komoditas ................................................................ 55
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Pelayanan Umum Di Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros ....................................... 57
4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Pelayanan Umum Di Kecamatan Tanralili................. 68
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................. 74
5.2. Saran ....................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Pemerintah pada awalnya dibentuk untuk menghindari keadaan di
mana sebuah wilayah yang dihuni oleh masyarakat serba mengalami
kekacauan. Aktivitas pemerintah dalam upaya memelihara kedamaian dan
keamanan suatu wilayah menjadi kewenangan utama baik secara internal
maupun eksternal. Sebagaimana yang kita ketahui tujuan utama
dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban
di mana masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara wajar. Dengan
kata lain, pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat yang
merupakan fungsi primer dari pemerintahan. Pemerintah tidana alokasi
Khusus diadana alokasi Khususan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi
untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan
setiap anggota masyarakat, mengembangkan kemampuan dan
kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.
Secara teoritis otonomi daerah akan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan umum, karena dengan adanya otonomi daerah dapat
menciptakan kesetaraan posisi tawar antara pemerintah daerah sebagai
penyelenggara jasa pelayanan dengan masyarakat sebagai pengguna
jasa. Pelayanan umum adalah merupakan instrument kebijakan
pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan memperbaiki
1
kesejahteraan masyarakat serta perbaikan yang berkualitas dari
pelayanan umum merupakan suatu investasi dalam peningkatan modal
manusia. Dengan demikian akan membawa dampak pada produktivitas
masyarakat di masa yang akan datang dan pada saat yang sama,
pelayanan umum itu secara langsung memenuhi konsumsi dasar yang
merupakan tujuan dari kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
Pelayanan merupaka tugas utama bagi aparatur negara sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Tugas ini secara jelas telah digariskan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea Ke empat, yang
meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat
yang berbunyi: Melindungi Segenap bangsa dan seluruh tumpah dara
Indonesia emamjukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Seperti yang dikatakan Moenir (2001;IX) “ Pelayanan
umum dan hak dasar warga Negara dan hak asasi saling berkaitan tidana
alokasi Khusus terpisahkan satu sama lain ”. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Sarundajang (1999:16) bahwa “ Pemerintah memiliki fungsi
umum pemerintahan yaitu Fungsi Pengaturan (Regulation) dan Fungsi
Pelayanan (Service) “. Dalam Undang-Undang nomor 43 Tahun 1999
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, pada Bab II Pasal 3 (Ayat 1) ditegaskan
bahwa:
2
Pegawai Negeri Berkedudukan sebagai unsure aparatur Negara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas
Negara, pemerintahan dan pembangunan.
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah terlebih
setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah Daerah diberikan kewenangan
yang demikian luas oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur rumah tangga
daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan
kepada masyarakat di daerahnya. Namun Berbagai isu yang muncul di
kalangan masyarakat, ternyata hak pelayanan yang diterima oleh
masyarakat atau perorangan terasa belum memenuhi harapan semua
pihak baik dari kalangan masyarakat umum maupun dari kalangan
pemerintah sendiri. Pelayanan masyarakat yang diberikan oleh aparatur
pemerintah seringkali cenderung rumit seperti : a) Tata cara Pelayanan, b)
Rendahnya Pendidikan aparat, c) Kurangnya sarana dan Prasarana, dan
d) Disiplin kerja. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
umum di daerah.
Pelayanan masyarakat dapat dikategorikan efektif apabila
masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang
singkat, biaya murah, cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan
meningkatkan efektivitas pelayanan Umum ditentukan oleh faktor
kemampuan pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja aparat
3
pelayanan. Khususnya Pemerintah Kecamatan Bumi Nabung dituntut
untuk mewujudkan disiplin kerja perangkat kecamatan dalam upaya
peningkatan efektivitas pelayanan Umum. Masalah nyata proses
pelayanan Umum, terutama pengurusan surat pengantar pembuatan
KTP., Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Keterangan
Pindah, pelayanan pembayaran PBB, dan pengantar pembuatan akte
kelahiran, dirasakan masih berbelit dan tak terkendali secara efektif,
sehingga wilayah aspirasi dan kepentingan Umum masih kurang
tersentuh. Eksistensi efektivitas pelayanan Umum ini diasumsikan karena
pengaruh tingkat disiplin kerja aparat pemerintah. Sedangkan tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh disiplin kerja
Aparat Pemerintah terhadap efektifitas pelayanan Umum, khususnya di
Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
Pelaksanaan tugas aparat yang selama ini berkesan berbelit-belit
kurang bersahabat dan tidana alokasi Khusus transparan dalam berbagai
bidang harus dihindari. Artinya suatu bentuk pelayanan yang efektif
menjadi suatu kebutuhan yang dapat mendatangkan keuntungan ganda.
Keuntungan bagi masyarakat yang menerima pelayanan, juga
keuntungan bagi aparat yang memberikan pelayanan.
Peran pemerintah yang strategis, akan banyak ditopang oleh
kemampuan aparat pemerintah melaksanakan tugas dan fungsinya.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi pemerintah adalah
kemampuan melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien, karena
4
selama ini aparat pemerintah identik dengan kinerja yang berbelit-belit,
penuh dengan KKN serta tidana alokasi Khusus ada stndar yang pasti.
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, kabupaten Maros
sebagai salah satu daerah otonom selalu dituntut untuk memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat, bangsa dan negara yang
mencerminkan lewat kinerja aparat pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang sesuai dengan perkembangan
teknologi dan pertumbuhan serta peningkatan kebutuhan dasar
masyarakat.Titik berat otonomi daerah saat ini adalah Desa atau
Kecamatan, dimana pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat
dan secara langsung adalah Kecamatan atau Desa. Oleh karena itu,
pelaksanaan pelayanan umum sangat penting untuk diperhatikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul
“Analisis Pelaksanaan Pelayanan Umum Di Kecamatan Tanralili
Kabupaten Maros“
1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka penulis dapat
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan - pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pelayanan KTP,KK dan Akta Kelahiran Di
Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros?
5
2. Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan KTP,
KK dan Akta Kelahiran Di Kecamatan Tanralili?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah yang telah
dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pelayanan KTP, KK dan Akta
Kelahiran di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros
2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap
Pelakasanaan Pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran Di Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros.
1.4.MANFAAT PENELITIAN
Terkait dengan Tujuan Penelitian, maka adapun Manfaat yang
diharapkan dari hasil Penelitian yang telah dilaksanakan ini, yaitu :
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi
perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam melengkapi kajian-
Kajian yang mengarah pada pengembangan Ilmu Pengetahuan,
khususnya yang membahasa topik yang sama.
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Maros pada
umumnya dan Kecamatan Tanralili pada Khususnya dalam
6
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat terutama
pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran.
1.5.KERANGA KONSEPTUAL
Adapun Konsep dasar yang menjadi landasan Berpikir Penulis dalam
Penelitian ini yaitu sebagai berikut ;
1.5.1. Pelayanan Umum
1. Defenisi Pelayanan Umum
Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan pelayanan sebagai
hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah
menyuguhi (orang) dengan makanan dan minuman; menyediakan
keperluan orang; mengiyakan; menerima; menggunakan. Sedangkan
istilah umum berasal dari Bahasa Inggris Public yang berarti umum,
masyarakat, negara.
Selain itu, ada beberapa pendapat yang mendefenisikan tentang
pelayanan, misalnya Kotler dalam Samparan Lukman (2000) bahwa,
pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidana alokasi Khusus terikat pada suatu produk secara fisik.
Samparan (2006:6) berpendapat pelayanan umum adalah suatu
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan
menyediakan kepuasan pelanggan.
7
Inu Kencana dalam Sinambela (2006) mendefenisikan Pelayanan
Umum adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir,
perasaan, harapan, sikap dan tindana alokasi Khususan yang benar
dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Oleh
karena itu, pelayanan umum diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki
setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidana
alokasi Khusus terikat pada suatu produk secara fisik.
Pelayanan umum diartikan sebagai pemberian pelayanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan yanpokok dan
tata cara yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut KEPMENPAN
No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, Pelayanan Umum adalah;
”Segala kegunaan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan umum sebagai uoaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan”
Negara didirikan oleh umum (masyarakat) tentu saja dengan tujuan
agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan
bagian utama dari tujuan nasional. Pada hakikatnya negara dalam hal
ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara
8
individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya
diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan,
pendidikan dan lain-lain.
Pelayanan Umum sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri
PAN Nomor Kep/KEP/M.PAN/7/2003 adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di
Pusat, di Daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
(penyedian/pemberian) barang dan atau jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ruang lingkup pelayanan umum yang diberikan oleh Pemerintah
sangat luas dan kompleks, baik menurut bentuk, jenis, maupun
sifatnya. Oleh karena itu, agar terciptanya suatu kepastian hukum dan
keamanan di bidang pelayanan umum oleh Pemerintah, perlu adanya
suatu landasan hukum sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan
kepada masyarakat/Umum.
2. Prinsip Pelayanan Umum
a) Kesederhanaan Pelayanan
Prinsip kesederhanaan ini mengandung arti bahwa prosedur/tata
cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat,
tepat, tidana alokasi Khusus berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.
b) Kejelasan dan Kepastian Pelayanan
9
Prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai :
Prosedur/tata cara pelayanan, baik persyaratan teknis maupun
administratif;
Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan;
Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
c) Keamanan dalam Pelayanan
Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat
memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan
kepastian hukum bagi masyarakat.
d) Keterbukaan dalam Pelayanan
Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan
satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu
penyelesaian, rincian biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar
mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun
tidana alokasi Khusus diminta.
e) Efisiensi dalam Pelayanan
10
Prinsip ini mengandung arti : Persyaratan pelayanan hanya dibatasi
pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran
pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara
persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.Mencegah
adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses
pelayanan masyarakat adanya kelengkapan persyaratan dari satuan
kerja/instansi Pemerintah lain yang terkait.
f) Ekonomis dalam Pelayanan
Prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan
pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan :Nilai
barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidana alokasi
Khusus menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran; Kondisi
dan kemampuan masyarakat untuk membayar; dan Ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g) Keadilan yang Merata dalam Pelayanan
Prinsip ini mengandung arti cakupan/jangkauan pelayanan harus
diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan
diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
h) Ketepatan Waktu dalam Pelayanan
11
Prinsip ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan.
3. Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan pelayanan yang memenuhi standar
pelayanan terhadap pemintaan, keinginan, dan harapan masyarakat yang
mempunyai nilai yang tinggi dan bermutu (berkualitas). Dengan demikian
dapat ditarik pengertian secara sederhana bahwa layanan prima adalah
pelayanan yang bermutu. Lebih jauh lagi hakekat dari pelayanan umum
yang prima adalah berupa upaya-upaya sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi Pemerintah di bidang pelayanan umum.
2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tatalaksana
pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara
lebih berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien).
3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, dan peran serta
masyarakat secara luas.
Untuk menudukung terselenggaranya pelayanan umum yang prima,
pelayanan umum tersebut harus dilaksanakan dalam suatu rangkaian
kegiatan terpadu yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
12
1. Sederhana, artinya dalam pelaksanaan tidana alokasi Khusus
menyulitkan, prosedurnya tidana alokasi Khusus berbelit-belit, dan
persyaratanya mudah dipenuhi.
2. Terbuka, artinya masyarakat ingin dilayani secara jujur. Oleh
karena itu, aparat yang bertugas melayani harus memberikan
penjelasan sejujur-jujurnya, dan apa adanya sesuai dengan
peraturan perundangan yang mengaturnya.
3. Lancar, artinya petugas pelayanan harus bekerja secara ikhlas dan
sepenuh hati, dengan didukung sarana dan prasarana yang
menujang kecepatan pelayanan itu sendiri.
4. Tepat, artinya pemberian pelayanan dapat dilakukan secara tepat
arah dan sasarannya, tepat jumlahnya tidana alokasi Khusus lebih
dan tidana alokasi Khusus kurang, dan tepat waktu.
5. Lengkap, artinya apa yang diharapakan dan diinginkan masyarakat
terhadap suatu pelayanan tertentu dapat tersedia secara lengkap.
6. Wajar, artinya pelayanan dilakukan sebagaimana mestinya dan
tidana alokasi Khusus dibuat-buat.
7. Terjangkau, artinya biaya pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Setelah dilakukan hal-hal sebagaimana diuraikan di atas, diharapkan
Pemerintah dapat memberikan kepada masyarakat suatu pelayanan
umum yang prima, sehingga dengan demikian persepsi masyarakat
terhadap kinerja birokrasi Pemerintah akan menjadi lebih baik lagi, yang
13
pada akhirnya nanti dapat dibangun hubungan yang harmonis antara
Pemerintah dan masyarakat. Pada satu sisi Pemerintah akan memiliki
legitimasi yang kuat dihadapan masyarakat dan pada sisi yang lain
masyarakat akan mendapat pelayanan yang baik dan prima dari
Pemerintah.
1.5.2. Konsep Birokrasi
Dalam Buku Wahyudi Kumorotomo, Konsep Birokrasi dalam bidang
Umum dimaknai sebagai proses dan sistem yang diciptakan secara
rasional untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur, pasti
dan mudan dikendalikan. Secara bahasa, istilah birokrasi berasal dari
Bahasa Prancis yaitu “Bureau” yang berarti kantor atau meja tulis, Bahasa
Yunani yaitu “Kratein” yang berarti mengatur. Birokrasi adalah tipe
organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif
dengan cara mengkoordinasikan secara sistrematis teratur pekerjaan
adari banyak anggota organisasi.
Orang-orang yang bekerja dalam birokrasi pemerintahan bekerja
secara profesional. Mereka diangkat dan diupah untuk menduduki
jabatannya di lembaga pemerintahan yang telah ditetapkan tugasnya dari
pimpinanan. Dasar pemilihan personil birokrasi biasanya dibatasi pada
keterampilan dan kepandaian yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan tugas tertentu. Sebagaimana dapat dilihat di banyak buku
mengenai birokrasi bahwa ciri pokok dari struktur birokrasi seperti yang
14
diuraikan oleh Max Weber, “ Birokrasi adalah sistem administrasi rurin
yang dilakukan dengan keseragaman dan diselenggarakan dengan cara-
cara tertentu serta didasarkan aturan tertulis oleh orang-orang yang
berkompeten dibidangnya”. Dengan pengertian yang hampir sama,
Rourke (1978) mendefenisikan bahwa “birokrasi adalah sistem
administrasi dan pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur dalam
sistem hirarki yang jelas, dilakukan dengan aturan yang tertulis serta
dilakukan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainnya, oleh
orang-orang yang dipilih karena kemampuan dan keahlian di bidangnya.
Ciri dari birokrasi adalah adanya sebuah pembagian kerja secara
hirarkis dan rinci yang didasarkan pada aturan-aturan tertulis yang
diterapkan secara impersonal, yang dijalankan oleh staf yang bekerja Full
Time, seumur hidup dan profesional yang sama sekali tidana alokasi
Khusus turut memegangh kepemilikan atas alat-alat pemerintahan atau
pekerjaan, keuangan jabatannya. Mereka hidup dari gaji dan pendapatan
yang diterimanya tidana alokasi Khusus didasarkan secara langsung atas
dasar kinerja mereka.
1.5.3. Pemerintah Kecamatan
Kecamatan merupakan Perangkat Daerah sebagai pelaksana
teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin
oleh seorang Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Tugas Pokok camat
15
Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah;
Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan ini, juga
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi :
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum;
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum;
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di
tingkat kecamatan;
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan kelurahan; dan
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan
kelurahan.
Camat mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, pembangunan,
16
pemberdayaan masyarakat, ketenteraman dan ketertiban,
pelayanan umum, dan pemberian pelayanan administrasi di tingkat
Kecamatan;
2. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, upaya
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, penerapan
dan penegakan peraturan perundang-undangan, pemeliharaan
prasarana dan fasilitas pelayanan umum, penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;
3. Membina penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kelurahan
yang ada di wilayahnya;
4. Mengkoordinasikan penyusunan dan pembuatan program kerja
dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, ketenteraman dan ketertiban,
pelayanan umum, dan pemberian pelayanan administrasi;
5. Mengadana alokasi Khususan hubungan kerjasama dengan semua
instansi baik pemerintah maupun swasta serta Cabang
Dinas/Instansi Vertikal yang ada di wilayah Kecamatan untuk
kepentingan pelaksanaan tugasnya;
6. Membina dan memotivasi serta memelihara terus menerus
kemampuan prestasi para pegawai di lingkungan Kecamatan guna
meningkatkan produktivitas kerja;
17
7. Mengkaji, mengoreksi, dan memberikan perizinan/rekomendasi dan
keterangan lainnya sesuai dengan pendelegasian wewenang yang
diberikan oleh Kepala Daerah;
8. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah
dalam pelaksanaan tugasnya;
9. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Kecamatan secara
teknis operasional dan teknis administratif kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah;
10.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
1.6.DEFENISI OPERASIONAL
a) Pelayanan Umum yang penulis maksudkan dalam penelitian ini
adalah pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran yang diberikan
kepada Masyarakat.
b) Faktor-Faktor yang mempengaruhi yang dimaksudkan dalam
penelitian ini yaitu faktor pendukung dan penghambat dalam
pemberian pelayanan umum kepada masyarakat Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros. Faktor pendukung seperti sarana dan
prasarana sedangkan faktor penghambat kualitas sumber daya
manusia dan Akuntabilitas aparat setempat.
18
1.7.METODE PENELITIAN
1.7.1. Tempat dan Waktu Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Maros Khususnya Kecamatan
Tanralili.
b) Waktu Penelitian
Penelitian Dilakukan selama dua bulan dari Bulan Maret sampai
Bulan April.
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari penelitian
terhadap obyek yang diteliti dengan cara melakukan wawancara
dan penyeberan kuisioner, serta melakukan pengamatan secara
langsung (Observasi). Metode wawancara adalah metode yang
mencoba menjelaskan fakta dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada obyek yang diteliti (Responden).
Sedangkan observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung disertai dengan pencatatan data yang
diperlukan.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan menelusuri berbagai
sumber yang berhubungan dengan yang diteliti berupa buku-buku,
19
jurnal-jurnal, majalah, artikel serta literature-literatur yang berkaitan
dengan penelitian.
1.7.3. Informan
Dalam penelitian ini responden dipilih secara sengaja (Purposive
Sampling) yang terdiri dari masyarakat sebanyak 8 orang yang dianggap
memiliki pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan pelayanan Umum di
Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Adapun Informan dalam penelitian
yaitu aparat yang berkaitan langsung dengan proses Pelaksanaan
Pelayanan Umum di Kecamatan Tanralili. Jumlah Informan sebanyak 8
Orang antara lain:
Camat Tanralili : 1 Orang
Sekretaris Camat Tanralli : 1 Orang
Staf Pelayanan : 3 Orang
Staf Administrasi : 3 Orang
Jumlah Informan 8 Orang
1.7.4. Teknis Analisis Data
Data yang diperoleh dilapangan dianalisis dalam bentuk Deskriptif
Kuallitatif, dengan tujuan mendeskripsikan variable-variabel penelitian
yang selanjutnya menganalisis data dengan cara penafsiran data dan
fakta yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian.
20
BAGAN (KERANGKA PIKIR)
21
PELAYANAN KTP, KK & AKTA KELAHIRAN DI KECAMATAN
Indikator Pelayanan Umum: Kesederhanaan Pelayanan Kejelasan & Kepastian
Pelayanan Keterbukaan Efisiensi Ekonomis keadilan yang merata ketepatan waktu kemampuan petugas.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi: Sarana dan Prasarana Kualitas Sumber Daya Manusia Akuntabilitas aparat setempat.
MASYARAKAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1. Pelayanan Umum
Pelayanan Umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan
lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan perundang -undangan.
Moenir (200:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan
faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka
usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu
perbuatan (deed), suatu kinerja (Performance) atau suatu usaha (Effort),
jadi menunjukkan secara inhern pentingnya penerimaan jasa pelayanan
terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyamapain proses
pelayanan itu sendiri
Inu Kencana dalam Sinambela (2006) mendefenisikan Pelayanan
Umum adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir,
perasaan, harapan, sikap dan tindana alokasi Khususan yang benar
dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Oleh
22
karena itu, pelayanan umum diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki
setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidana
alokasi Khusus terikat pada suatu produk secara fisik.
Pada hakekatnya pembangunan nasional suatu bangsa dilaksanakan
oleh masyarakat bersama pemerintah, masyarakat adalah pelaku utama
pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membina serta menciptakan suasana kondusif yang menunjang kegiatan
rakyatnya. Kegiatan masyarakat dan pemerintah tersebut harus saling
mengisi, saling menunjang, dan saling melengkapi dalam suatu kesatuan
langkah menuju tercapainya suatu tujuan pembangunan nasional suatu
bangsa.
Pemberian pelayanan umum oleh aparatur pemerintah kepada
masyarakat adalah merupakan perwujudan dari fungsi aparat negara,
agar terciptanya suatu keseragaman pola dan langkah pelayanan umum
oleh aparatur pemerintah perlu adanya suatu landasan yang bersifat
umum dalam bentuk pedoman tata laksana pelayanan umum. Pedoman
ini merupakan penjabaran dari hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian
dalam prosedur operasionalisasi pelayanan umum yang diberikan oleh
instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah secara terbuka dan
transparan.
23
Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia Sistem Kependudukan Pelayanan
KTP adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk memperoleh identitas atau bukti (legitimasi) bagi penduduk
dalam wilayah Republik Indonesia. Sedangkan pelayanan kartu keluarga
adalah pemberian kartu yang memuat data kepada keluarga dan semua
data anggota keluarga.
Berdasarkan fakta dilapangan berapa banyak biaya untuk mengurus
akte lahir anak, membuat sertifikat tanah, mengurus IMB, memakamkan
keluarga dan sebagainya. Namun kita ketahui bersama berapa besar
yang di setor masuk kas Negara maupun yang dikantongi oleh aparat
nakal, dan masih lebih 100 jenis - jenis ijin lainnya yang memerlukan
pelayanan Umum. Kita perlu mendorong pemerintah untuk tidana alokasi
Khusus membuat keputusan bahwa pembuatan KTP adalah gratis kecuali
bagi mereka yang tidana alokasi Khusus mampu, toh selama ini kita
dengan rela membayar biaya dengan alasan beli kertas, upah mengetik,
dll.
Pemerintah perlu mempertimbangkan dalam menyusun peraturan
pelaksanaan undang - undang Keterbukaan Informasi Umum (KIP)
khususnya biaya retribusi tiap - tiap jenis pelayanan Umum (Ijin - Ijin),
mengingat bahwa status ekonomi sosial masyarakat Indonesia adalah
berbeda - beda. Pemerintah dapat mengemas besaran biaya retribusi
24
pelayanan Umum berdasarkan sifat kebutuhan maupun kemampuan
sosial masyarakat. Misalnya : “Biaya retribusi membuat / menerbitkan IMB
Rumah type 36 dengan jangka waktu penyelesaian normal 2 bulan
sebesar Rp. 200,000 dan penyelesaian emergensi ( mendesak ) 1 bulan
dengan biaya Rp. 300,000. “.
Jika perangkat tata laksana dari suatu sistem kebebasan untuk
mendapatkan pelayanan Umum telah terbangun secara sistematis maka
kita akan mendapat tambahan sumber devisa dari pelayanan Umum
berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) yang kita yakini akan
mampu meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri, TNI maupun
POLRI yang berjumlah kurang lebih 6 juta orang.
HAKEKAT PELAYANAN UMUM :
Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan
fungsi pemerintah di bidang pelayanan Umum.
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana
pelayanan, sehingga pelayanan Umum dapat diselenggarakan lebih
berdaya guna dan berhasil guna
Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakasa, dan peran serta
masyarakat dalam derap langkah pembangunan serta dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
25
ASAS PELAYANAN UMUM
Pelayanan Umum dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan
terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar
dan terjangkau. Karena itu harus mengandung unsur-unsur dasar sebagai
berikut :
Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan
Umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing
pihak.
Pengaturan setiap bentuk pelayanan Umum harus disesuaikan
dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk
membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas.
Mutu proses dan hasil pelayanan Umum harus diupayakan agar
dapat memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian
hokum yang dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila pelayanan Umum yang diselenggarakan oleh Instansi
Pemerintah terpaksa harus mahal, maka Instansi Pemerintah yang
bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat
untuk ikut menyelenggarakannya sesuai perundang-undangan yang
berlaku.
Alasan mendasar mengapa pelayanan Umum harus diberikan adalah
adanya public interest atau kepentingan Umum yang harus dipenuhi oleh
pemerintah karena pemerintahlah yang memiliki “tanggung jawab” atau
26
responsibility. Dalam memberikan pelayanan ini pemerintah diharapkan
secara profesional melaksanakannya, dan harus mengambil keputusan
politik secara tepat mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak,
dimana, kapan, dsb. Padahal, kenyataan menunjukan bahwa pemerintah
tidana alokasi Khusus memiliki tuntunan atau pegangan kode etik atau
moral secara memadai. Asumsi bahwa semua aparat pemerintah adalah
pihak yang telah teruji pasti selalu membela kepentingan Umum atau
masyarakatnya, tidana alokasi Khusus selamanya benar. Banyak kasus
membuktikan bahwa kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan
bahkan struktur yang lebih tinggi justru mendikte perilaku seorang birokrat
atau aparat pemerintahan. Birokrat dalam hal ini tidana alokasi Khusus
memiliki “independensi” dalam bertindana alokasi Khusus etis, atau
dengan kata lain, tidana alokasi Khusus ada “otonomi dalam beretika”.
Alasan lain lebih berkenaan dengan lingkungan didalam birokrasi
yang memberikan pelayanan itu sendiri. Desakan untuk memberi
perhatian kepada aspek kemanusiaan dalam organisasi (organizational
humanism) telah disampaikan oleh Denhardt. Dalam literatur tentang
aliran human relations dan human resources, telah dianjurkan agar
manajer harus bersikap etis, yaitu memperlakukan manusia atau anggota
organisasi secara manusiawi. Alasannnya adalah bahwa perhatian
terhadap manusia (concern for people) dan pengembangannya sangat
relevan dengan upaya peningkatan produktivitas, kepuasan dan
pengembangan kelembagaan.
27
Alasan berikut berkenaan dengan karakteristik masyarakat Umum
yang terkadang begitu variatif sehingga membutuhkan perlakuan khusus.
Mempekerjakan pegawai negeri dengan menggunakan prinsip
“kesesuaian antara orang dengan pekerjaannya” merupakan prinsip yang
perlu dipertanyakan secara etis, karena prinsip itu akan menghasilkan
ketidana alokasi Khususadilan, dimana calon yang dipekerjakan hanya
berasal dari daerah tertentu yang relatif lebih maju. Kebijakan affirmative
action dalam hal ini merupakan terobosan yang bernada etika karena
akan memberi ruang yang lebih luas bagi kaum minoritas, miskin, tidana
alokasi Khusus berdaya, dsb untuk menjadi pegawai atau menduduki
posisi tertentu. Ini merupakan suatu pilihan moral (moral choice) yang
diambil oleh seorang birokrat pemerintah berdasarkan prinsip justice – as
– fairness sesuai pendapat John Rawls yaitu bahwa distribusi kekayaan,
otoritas, dan kesempatan sosial akan terasa adil bila hasilnya memberikan
kompensasi keuntungan kepada setiap orang, dan khususnya terhadap
anggota masyarakat yang paling tidana alokasi Khusus beruntung.
Kebijakan mengutamakan “putera daerah” merupakan salah satu contoh
yang populer saat ini.
Alasan penting lainnya adalah peluang untuk melakukan tindana
alokasi Khususan yang bertentangan dengan etika yang berlaku dalam
pemberian pelayanan Umum sangat besar. Pelayanan Umum tidana
alokasi Khusus sesederhana sebagaimana dibayangkan, atau dengan
kata lain begitu kompleksitas sifatnya baik berkenaan dengan nilai
28
pemberian pelayanan itu sendiri maupun mengenai cara terbaik
pemberian pelayanan Umum itu sendiri. Kompleksitas dan ketidana
alokasi Khususmenentuan ini mendorong pemberi pelayanan Umum
mengambil langkah-langkah profesional yang didasarkan kepada
“keleluasaan bertindana alokasi Khusus” (discretion). Dan keleluasaan
inilah yang sering menjerumuskan pemberi pelayanan Umum atau aparat
pemerintah untuk bertindana alokasi Khusus tidana alokasi Khusus sesuai
dengan kode etik atau tuntunan perilaku yang ada.
STANDAR PELAYANAN UMUM DI DAERAH
Dalam konteks pelayanan Umum di daerah, kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah ditujukan untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kesejahteraan rakyat dan
pemberdayaan masyarakat. Karena itu pemerintah daerah harus
menyediakan pelayanan Umum yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sesuai dengan pasal 10 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah menyelenggarakan urusan
pemerintahanan yang meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Pada ayat (5)
dinyatakan pula bahwa pemerintah juga menyelenggarakan urusan
pemerintahan di luar enam urusan pemerintahan tersebut. Pada pasal 11
dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi
berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.
29
Eksternalitas adalah dampak yang timbul sebagai akibat dari
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas ditentukan berdasarkan
luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul akibat
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Berdasarkan kriteria
eksternalitas maka semakin langsung dampak penyelenggaraan suatu
urusan pemerintahan kepada masyarakat, maka urusan tersebut paling
tepat untuk diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pemerintah, pemerintahan
daerah propinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan tertentu kepada masyarakat.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan kriteria akuntabilitas
ditentukan berdasarkan kedekatan suatu tingkatan pemerintahan dengan
luas, besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Berdasarkan kriteria
akuntabillitas maka semakin dekat pemberi layanan dan penggunanya,
dan semakin banyak jumlah pengguna layanan maka layanan tersebut
lebih tepat diselenggarakan oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Efisiensi adalah tingkat daya guna tertinggi yang dapat diperoleh dari
penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan berdasarkan kriteria efisiensi ditentukan berdasarkan
perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh
dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Berdasarkan kriteria
30
efisiensi maka penyelenggaraan urusan lebih tepat pada tingkat
pemerintahan dimana terdapat perbandingan terbaik antara cost
penyelenggaraan urusan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh
dengan penyelenggaraan urusan. Penggunaan kriteria kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dalam pembagian urusan
pemerintahan antar tingkat pemerintahan dilaksanakan secara kumulatif
sebagai satu kesatuan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib didefinisikan sebagai urusan daerah otonom
yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh pemerintah. Hal ini berarti
pemerintah menetapkan urusan mana yang merupakan urusan dasar
yang menjadi prioritas penyelenggaraan dan mana yang merupakan
urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah propinsi merupakan urusan dalam skala propinsi, sedangkan
urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, baik untuk
pemerintahan propinsi maupun untuk pemerintahan kabupaten dan kota
sebagaimana disebutkan di atas harus berpedoman pada Standar
Pelayanan Minimal (STANDAR PELAYANAN UMUM). Urusan yang
bersifat pilihan adalah urusan-urusan yang dapat dipilih untuk
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah berdasarkan kriteria
31
pembagian urusan pemerintahan sebagaimana disebutkan di atas.
Urusan yang bersifat pilihan tersebut meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan. Dalam penyelenggaraan urusan pilihan
tersebut, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dapat memilih bagian urusan pemerintahan pada bidang-
bidang tertentu seperti pertanian, kelautan, pertambangan dan energi,
kebutanan dan perkebunan, perindustrian dan perdagangan,
perkoperasian, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan berbagai
bidang lainnya. Adanya pembagian urusan pemerintahan memberi
petunjuk bahwa terdapat urusan-urusan pemerintahan tertentu yang
penyelenggaraannya dibagi-bagi antara pemerintah, pemerintahan daerah
propinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Dengan demikian
penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut melibatkan pemerintah,
pemerintahan daerah propinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota
secara bersama-sama. Pembagian dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan tersebut merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan
antara pemerintah dan pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota
atau antar pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung dan
sinergis sebagai satu sistem pemerintahan. Sesuai dengan deskripsi di
atas, UU No. 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib dilaksanakan dengan
32
berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (STANDAR PELAYANAN
UMUM) yang dilaksanakan secara bertahap. Hingga saat ini pemerintah
sedang menyusun RPP tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal. Bila sudah diterapkan, maka STANDAR
PELAYANAN UMUM akan dijabarkan oleh masing-masing
kementrian/lembaga terkait untuk menyusun STANDAR PELAYANAN
UMUM masing-masing. Standar pelayanan minimal didefinisikan sebagai
tolok ukur untuk mengukur kinerja penyelenggaraan urusan wajib daerah
yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, STANDAR PELAYANAN UMUM menganut beberapa
prinsip, yakni:
1. STANDAR PELAYANAN UMUM merupakan standar yang dikenakan
pada urusan wajib, sedangkan untuk urusan lainnya pemerintah
daerah boleh menetapkan standar sendiri sesuai dengan kondisi
daerah masing-masing.
2. STANDAR PELAYANAN UMUM berlaku secara nasional, yang berarti
harus diberlakukan di seluruh daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota di
seluruh Indonesia.
3. STANDAR PELAYANAN UMUM harus dapat menjamin akses
masyarakat terhadap pelayanan tertentu yang harus disediakan oleh
pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan wajibnya.
33
4. STANDAR PELAYANAN UMUM bersifat dinamis dan perlu dikaji ulang
dan diperbaiki sesuai dengan perubahan kebutuhan nasional dan
perkembangan kapasitas daerah secara merata.
5. STANDAR PELAYANAN UMUM ditetapkan pada tingkat minimal yang
diharapkan secara nasional untuk pelayanan jenis tertentu. Yang
dianggap minimal dapat merupakan rata-rata kondisi daerah-daerah,
merupakan konsensus nasional, dan lain-lain.
6. STANDAR PELAYANAN UMUM harus diacu dalam perencanaan
daerah, penganggaran daerah, pengawasan, pelaporan, dan
merupakan salah satu alat untuk menilai Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Kepala Daerah serta menilai kapasitas
daerah.
Sesuai dengan PP No. 108 Tahun 2000 tentang Tatacara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah, yang mengarut mengenai evaluasi
kinerja pemerintah daerah, secara spesifik menetapkan kriteria STANDAR
PELAYANAN UMUM harus memperhatikan unsur input (tingkat atau
besaran sumber daya yang digunakan), output (keluaran), outcome (hasil
atau wujud pencapaian kinerja), benefit (tingkat manfaat yang dirasakan
sebagai nilai tambah), dan impact (dampak atau pengaruh pelayanan
terhadap kondisi secara makro berdasarkan manfaat yang dihasilkan).
Kriteria penentuan biaya dengan metode STANDAR PELAYANAN UMUM
sangat mendukung konsep anggaran berbasis kinerja yang juga mengacu
kepada input, output, outcome, benefit dan impact. STANDAR
34
PELAYANAN UMUM merupakan alat untuk mengukur kinerja
pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pelayanan dasar. Tingkat
kesejahteraan masyarakat akan sangat tergantung pada tingkat
pelayanan Umum yang disediakan oleh pemerintah daerah. STANDAR
PELAYANAN UMUM sangat diperlukan oleh pemerintah daerah dan
masyarakat sebagai konsumen pelayanan itu sendiri. Bagi pemerintah
daerah suatu STANDAR PELAYANAN UMUM dapat dijadikan sebagai
tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk
menyediakan pelayanan tertentu. Sedangkan bagi masyarakat STANDAR
PELAYANAN UMUM akan menjadi acuan dalam menilai kinerja
pelayanan Umum, yakni kualitas dan kuantitas suatu pelayanan Umum
yang disediakan oleh pemerintah daerah. Penerapan STANDAR
PELAYANAN UMUM akan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Dengan STANDAR PELAYANAN UMUM akan lebih terjamin
penyediaan pelayanan Umum yang disediakan oleh pemerintah
daerah kepada masyarakat.
2. STANDAR PELAYANAN UMUM akan bermanfaat untuk menentukan
Standar Analisis Biaya (SAB) yang sangat dibutuhkan pemerintah
daerah untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk
menyediakan suatu pelayanan Umum.
3. STANDAR PELAYANAN UMUM akan menjadi landasan dalam
penentuan perimbangan keuangan yang lebih adil dan transparan
(baik DANA ALOKASI UMUM maupun DANA ALOKASI KHUSUS).
35
4. STANDAR PELAYANAN UMUM akan dapat dijadikan dasar dalam
menentukan anggaran kinerja dan membantu pemerintah daerah
dalam melakukan alokasi anggaran yang lebih berimbang.
5. STANDAR PELAYANAN UMUM akan dapat membantu penilaian
kinerja (LPJ) Kepala Daerah secara lebih akurat dan terukur sehingga
mengurangi kesewenang-wenangan dalam menilai kinerja pemerintah
daerah.
6. STANDAR PELAYANAN UMUM akan dapat menjadi alat untuk
meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat,
karena masyarakat akan dapat melihat keterkaitan antara pembiayaan
dengan pelayanan Umum yang dapat disediakan pemerintah daerah.
7. STANDAR PELAYANAN UMUM akan menjadi argumen dalam
melakukan rasionalisasai kelembagaan pemerintah daerah, kualifikasi
pegawai, serta korelasinya dengan pelayanan masyarakat.
Dalam penyelenggaraannya, STANDAR PELAYANAN UMUM dibuat
berdasarkan sejumlah peraturan perundang-undangan, yakni:
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
3. PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;
4. PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan;
36
5. PP No. 108 Tahun 2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah;
6. PP No. 20 Tahun 2001 mengenai Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
7. PP No. 56 Tahun 2001 mengenai Pelaporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah; dan
8. PP No. 65 Tahun 2005 mengenai Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Sesuai dengan PP No. 65 Tahun 2005 pasal 5 ayat (1), penyusunan
STANDAR PELAYANAN UMUM oleh masing-masing Menteri/Pimpinan
LPND dilakukan melalui konsultasi yang dikoordinasi oleh Menteri Dalam
Negeri. Konsultasi tersebut dilakukan dengan tim konsultasi yang terdiri
dari unsur-unsur Departemen Dalam Negeri, Kementrian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Departemen
Keuangan, Kementrian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara, dengan
melibatkan
Menteri/Pimpinan LPND terkait, yang dibentuk dengan Kepmendagri.
Hasil konsultasi tersebut dikeluarkan oleh masing-masing
departemen/LPND sebagai Peraturan Menteri yang bersangkutan.
Sebelum PP No. 65 Tahun 2005 dikeluarkan, untuk mengatasi
kelangkaan peraturan perundangan mengenai STANDAR PELAYANAN
UMUM, sedangkan STANDAR PELAYANAN UMUM harus sudah
dilaksanakan, dikeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
37
100/756/OTDA Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan
Standar Pelayanan Minimal. Berdasarkan SE Mendagri tersebut,
beberapa departemen telah mengeluarkan Pedoman Standar Pelayanan
Minimal. Pedoman tersebut digunakan untuk menjabarkan STANDAR
PELAYANAN UMUM ke dalam aturan yang lebih spesifik, seperti
penjabaran definisi operasional, cara perhitungan pencapaian kinerja,
rumus indikator, sumber data, target, maupun langkah-langkah kegiatan
yang harus dilakukan. Kondisi pelayanan Umum yang diberikan oleh
pemerintah daerah di Indonesia saat ini sangat beragam dari satu daerah
ke daerah lainnya, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Misalnya,
dalam hal penyediaan Puskesmas di setiap Kecamatan sebagai standar
pelayanan minimal di bidang kesehatan masih belum dapat dipenuhi oleh
banyak pemerintah daerah. Demikian pula dengan dengan pelayanan di
bidang lainnya, seperti pelayanan KTP, akses jalan dari kecamatan ke
ibukota Kabupaten, dan sebagainya masih berada dalam kondisi di bawah
standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
(departemen terkait). Selain itu, tingkat kesiapan masing-masing
departemen dalam memberikan acuan mengenai standar pelayanan
minimal untuk diterapkan di daerah juga cukup beragam. Dari sebanyak
11 (sebelas) sektor yang dalam UU ditetapkan untuk didesentralisasikan
kewenangannya ke pemerintah daerah, baru Departemen Kesehatan dan
Departemen Pendidikan Nasional yang telah siap melaksanakannya
dengan menyediakan acuan STANDAR PELAYANAN UMUM yang
38
ditetapkan, yakni dengan SK Menteri Kesehatan No. 1457/2003 dan SK
Menteri Pendidikan Nasional No. 1299/V/2004. Hingga saat ini terdapat 10
(sepuluh) departemen terkait yang telah mengeluarkan acuan STANDAR
PELAYANAN UMUM untuk diterapkan ke seluruh daerah di Indonesia.
Namun penerapan di daerah masih belum seragam/sama, karena
pemerintah daerah menginterpretasikannya secara berbeda sesuai
dengan kondisi masing-masing. Hal ini karena terdapat berbagai kendala
dalam pelaksanaan STANDAR PELAYANAN UMUM. Kegagalan dalam
mengatasi kendala-kendala tersebut mengakibatkan ketidana alokasi
Khususakuratan pengukuran, sehingga STANDAR PELAYANAN UMUM
tidana alokasi Khusus akan mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
Kendala-kendala tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Data yang tidana alokasi Khusus akurat dan dapat dipercaya,
sedangkan data BPS yang ada, bila dapat dipercaya, terlambat
beberapa tahun.
2. Data keuangan tidana alokasi Khusus disajikan dalam bentuk yang
dapat dianalisa dengan baik.
3. Data statistik yang ada seringkali tidana alokasi Khusus sesuai dengan
jenis data yang dibutuhkan. Misalnya, data BPS yang tersedia adalah
jumlah penduduk usia 0-14 tahun, sedangkan jenis data yang
dibutuhkan adalah jumlah penduduk usia 7-16 tahun.
4. Kurangnya kemampuan staf pemerintah daerah untuk mengumpulkan
dan mengelolola data secara sistematis.
39
5. Kurangnya kemampuan staf pemerintah daerah untuk melakukan
analisa dan perencanaan strategis.
6. Indikator-indikator STANDAR PELAYANAN UMUM yang ada tidana
alokasi Khusus mencerminkan problem sebenarnya yang terjadi di
daerah/desa; dan
7. Dalam mengevaluasi pelaksanaan STANDAR PELAYANAN UMUM,
satuan kerja perangkat daerah tidana alokasi Khusus menjelaskan
kondisi yang ada secara objektif. Misalnya, bila dinas melakukan
evaluasi, hasil evaluasi bias untuk kepentingan dinas. Sedangkan
Bawasda maupun Bappeda tidana alokasi Khusus dapat melakukan
evaluasi karena kemampuan teknikal yang rendah.
Kendala-kendala tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan
penyelenggaraan STANDAR PELAYANAN UMUM. Beberapa alternatif
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
antara lain adalah:
1. Dinas kesehatan memperbaiki sistem pendataan dan pelaporan sektor
kesehatan.
2. BPS memperbaiki sistem pendataannya dengan membentuk sistem
informasi pupulasi.
3. Melakukan survey untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat
atas pelayanan Umum yang berdasarkan STANDAR PELAYANAN
UMUM. Survey tersebut dilakukan setiap tahun sekali.
40
4. Evaluasi atas penyelenggaraan STANDAR PELAYANAN UMUM
hendana alokasi Khususnya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari
Bappeda, Bagian Penyusunan Program, dan Bawasda, serta auditor
independen untuk kasus-kasus tertentu. Pemerintah Propinsi juga
harus melakukan evaluasi terhadapa penyelenggaraan STANDAR
PELAYANAN UMUM di Kabupaten/kota di Wiayahnya.
Efektivitas Pelayanan Umum
Substansi pelayanan Umum selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu
untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan Umum ini menjadi semakin
penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat
ramai yang memiliki keaneka ragaman kepentingan dan tujuan. Oleh
karena itu institusi pelayanan Umum dapat dilakukan oleh pemerintah
maupun non-pemerintah. Jika pemerintah, maka organisasi birokrasi
pemerintahan merupakan organisasi terdepan yang berhubungan dengan
pelayanan Umum. Dan jika non-pemerintah, maka dapat berbentuk
organisasi partai politik, organisasi keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan yang lain.
Siapapun bentuk institusi pelayanananya, maka yang terpenting adalah
bagaimana memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Dalam
41
kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan, birokrasi sebagai
ujung tombak pelaksana pelayanan Umum mencakup berbagai program-
program pembangunan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah.
Tetapi dalam kenyataannya, birokrasi yang dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan
tersebut, seringkali diartikulasikan berbeda oleh masyarakat. Birokrasi di
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan
(termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan Umum) diberi kesan
adanya proses panjang dan berbelit-belit apabila masyarakat
menyelesaikan urusannya berkaitan dengan pelayanan aparatur
pemerintahan . Akibatnya, birokrasi selalu mendapatkan citra negatif yang
menguntungkan bagi perkembangan birokrasi itu sendiri (khususnya
dalam hal pelayanan Umum).
Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi
birokrasi yang mampu memberikan pelayanan Umum secara efektif dan
efesien kepada masyarakat, apabila strukturnya lebih terdesentralisasi
daripada tersentralisasi. Sebab, dengan struktur yang terdesentralisasi
diharapkan akan lebih mudah mengantisipasi kebutuhan dan kepentingan
yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga dengan cepat birokrasi dapat
menyediakan pelayanannya sesuai yang diharapkan masyarakat
pelanggannya. Sedangkan dalam kontek persyaratan budaya organisasi
birokrasi, perlu dipersiapkan tenaga kerja atau aparat yang benar-benar
memiliki kemampuan (capabelity), memiliki loyalitas kepentingan
42
(competency), dan memiliki keterkaitan kepentingan (consistency atau
coherency).
2.2. Pelayanan Kecamatan
Di tingkat daerah khususnya pada pemerintahan kota (Pemkot),
kelurahan sebagai bagian dari kecamatan merupakan instansi terkecil
yang berada di garda terdepan dalam rangka pemberian pelayanan
Umum pada masyarakat. Tak berlebihan, pelayanan Umum yang
diberikan di tingkat kelurahan serta kecamatan merupakan potret dari
pelayanan Umum suatu daerah. Jadi bila baik pelayanan Umum di
kelurahan dan kecamatan itu baik, maka itu merupakan cerminan
pelayanan di tingkat daerah itu baik dan sebaliknya. "Kelurahan dan
kecamatan itu potret pelayanan. Kalau baik di kelurahan atau kecamatan,
itu berarti baik pula di di pelayanan pemerintahan di atasnya. Diakui
selama beberapa tahun terakhir, perhatian pemerintah daerah terhadap
kecamatan dan kelurahan belum maksimal. Ini dikarenakan adanya tarik
ulur berbagai kepentingan di tingkat eksekutif maupun legislatif. Namun ke
depan, ia meyakinkan bahwa perhatian ini akan semakin ditingkatkn.
"Harapannya nanti di dewan akan juga mendukung langkah pemerintah
daerah agar perhatian terhadap kecamatan dan kelurahan akan lebih kita
maksimalkan agar pelayanan Umumnya semakin baik”
Dalam beberapa hal sempat disoroti berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan kecamatan, seperti di bidang pendidikan,
43
kesehatan termasuk pemberlakuan kawasan tanpa rokok (KTR) dan
keamanan. Dalam hal pendidikan, masyarakat tidak adana alokasi Khusus
akan lepas dari kelurahan dan kecamatan. Pihak kelurahan dan
kecamatan diminta untuk memfasilitasi akan tidana alokasi Khusus ada
lagi anak usia sekolah yang tidana alokasi Khusus dapat ikut program
pendidikan.
Pemerintah Kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan Umum di
daerah. Terdapat cukup banyak jenis pelayanan yang dibutuhkan
masyarakat dan harus diurus atau diselesaikan di tingkat kecamatan.
Urusan KTP misalnya, walaupun di beberapa daerah sudah dipusatkan di
kabupaten, di banyak daerah lain di seluruh Indonesia masih harus
ditangani oleh pemerintah kecamatan. Juga pengurusan berbagai
perijinan. Selain melayani berbagai urusan pelayanan administratif
kependudukan dan perijinan, pemerintah kecamatan juga mengemban
tugas melaksanakan pelayanan dasar sektoral, mulai dari urusan
ketertiban dan kemanan, pendidikan, kesehatan, pengentasan
kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, dan upaya-upaya konkrit
mensejahterakan masyarakat.
Dengan beban berat seperti itu, nyatanya pemerintah kecamatan
tidana alokasi Khusus mendapat dukungan yang memadai, baik dari sisi
kewenangan, keuangan, SDM, maupun sarana dan prasarana. Tidana
alokasi Khusus heran bahwa sampai saat ini masih banyak warga
44
masyarakat yang mengeluhkan rendahnya mutu pelayanan yang
dilakukan pemerintah kecamatan.
Pelaksanaan pelayanan Umum di kecamatan tidana alokasi Khusus
dapat dipungkiri bahwa di kebanyakan daerah belum dapat berjalan
dengan optimal, sebenarnya keadaan seperti ini dapat saja di atasi jika
ada kemauan dari pemerintah daerah untuk menjadikan kecamatan pusat
pelayanan yang baru. untuk itu harus ada kewenangan yang jelas yang
dimiliki oleh kecamatan, karena tidana alokasi Khusus mungkin seseorang
bertindana alokasi Khusus tanpa mempunyai kewenangan. selain
kewenangan, maka dana, personil dan logistik juga sangat berpengaruh
pada pelayanan yang akan di berikan kecamatan. jika kita telaah secara
benar maka peningkatan pelayanan Umum dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yakni pendekatan sektoral dan pendekatan kewilayahan.
Pada pendekatan kewilayahan inilah kecamatan dapat dijadikan sebagai
pusat pelayanan yang baru. Dengan adanya penguatan kecamatan dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat maka dapat dihindari adanya
pemekaran kabupaten yang berujung dengan munculnya birokarasi baru
yang membutuhkan pendanaan baru lagi yang tidana alokasi Khusus
sedikit.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Kabupaten Maros
Kabupaten Maros merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki
peran yang sangat besar terhadap kemajuan Provinsi Sulawesi Selatan.
Dimana muai dari potensi daerah, Pariwisata, perekonomian sampai
dengan pelaksanaan pemerintahan yang bisa dikatakan cukup baik dalam
hal mensejahterakan masyarakat Kabupaten Maros. Hal ini dilihat dari
perkembangan Kabuapten Maros yang boleh dikatakan maju dan tidana
alokasi Khusus kalah dengan Kotamadya Makassar. Dengan Luas Daerah
1.619,11 Km2 secara administrasi pemerintah Kabupatem Maros terbagi 7
kecamatan yaitu; Kecamatan Mandai, Tanralili, Camba, Malawa,
Bantimurung, Maros Baru dan Maros Utara. (BPS Data Statistik Sulawesi
Selatan 2005)
3.2. Kecamatan Tanralili
Kecamatan Tanralili merupakan salah satu kecamatan yang ada
dalam Daerah Kabupaten Maros. Kecamatan Tanralili merupakan daerah
bukan pantai yang sebagian besar berbetuk dataran. Yang terdiri dari
delapan (8) Desa/Kelurahan yaitu: Purna karya, Leko Pacing,
Kurunsumange, Sudirman, Damai, Aliere, Borong, dan Toddo Pulia. Dari
Delapan Desa/Kelurahan Di kecamatan Tanralili, semua mempunyai
topografi dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 500m di atas
permukaan laut.
46
Luas Kecamatan Tanralili sekitar 84,46 Km2 (Lihat Tabel 1.2),
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simbang
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bantimurung
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandai
Penduduk Kecamatan Tanralili tahun 2008 sebanyak 24.164 Jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 12.145 jiwa dan penduduk
perempuan terdiri dari 12.019 jiwa yang tersebar di 8 Desa. Lihat Tabel
1.1 :
Tabel 1.1
Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanralili Tahun 2008
Desa/Kelurahan Luas (Km2)
Purna Karya
Leko Pacing
Kurusumange
Sudirman
Damai
Allaere
Borong
Toddo Pulia
5,34
13,17
15,52
4,36
8,30
6,16
4,49
32,13
Jumlah 89,46
Sumber : BPS Kecamatan Tanralili dalam angka Tahun 2009
47
Struktur Organisasi pemerintah Kecamatan Tanralili
Kepala Kecamatan disebut Camat yang diangkat oleh Bupati atas
usul Sekretaris Daerah dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
Camat mempunyai tugas memimpin, melaksanakan sebagian
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati kepada
Pemerintah Kecamatan dan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Organisasi Kecamatan Tanralili terdiri dari ;
a. Camat, disebut sebagai Kepala Wilayah Kecamatan;
b. Sekretaris Kecamatan;
c. Seksi Pemerintahan
d. Seksi Ekonomi Pembangunan;
e. Seksi Kesejahteraan Sosial;
f. Seksi Satpol PP
48
Struktur Organisasi Pemerintah Kecamatan Tanralili
Kabupaten Maros
49
CAMATDrs. ERHAN, M.Si
SEKCAMSARIFUDDIN, SE, M.Si
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasubag UmumAbd. YAKUB, SE, M.Si
Kasubag KepegawaianHj. SULASTINA
Kasi PemerintahanMUSTAFA, S.Sos
Kasubag KeuanganHj. ADIRA
Kasi Kesejahteraan SosialSAKKA, S.Sos
Kasi Ekonomi PembangunanDrs. MUH. AMIR, MM
Lurah BorongSYAHRUL, S.Sos
Kasi TrantibumH. KANOJARA
3.3. Penduduk/Populasi
Berdasarkan jumlah penduduk yang telah diuraikan diatas, dimana
Jumlah penduduk di Kecamatan Taralili sebanyak 24.164 Jiwa. Jumlah
Penduduk terbanyak terdapat di Desa Sudirman sebanyak 5.015 jiwa dan
terkecil sebanyak 1.411 jiwa berada pada Kelurahan Borong dengan
kepadatan penduduk sebesar 637,5 jiwa/Km2 dan jumlah rumah tangga
sebanyak 15.067 jiwa. Lihat Tabel 1.2
Tabel 1.2
Luas Desa, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanralili Tahun 2008
Desa Luas (Km2)Rumah
TanggaPenduduk
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Purna Karya
LekoPacing
Kurusumange
Sudirman
Damai
Allaere
Borong
Toddo Pulia
5,34
13,17
15,52
4,36
8,30
6,16
4,49
32,12
621
1137
1010
475
4222
2151
4215
1236
1702
4,145
3388
5,015
4204
1955
1411
2,341
319
0,31
218
1,15
0,15
0,32
314
0,072
Jumlah 84,46 15067 24,164 637,5
Tabel 1.2 (Sumber:KSK Kecamatan Tanralili ) BPS Kec. Tanralili Dlm
Angka 2009
50
Mayoritas penduduk Kecamatan Tanralili berasal dari etnis/suku
Bugis. Penduduk Kecamatan Tanralili mayoritas memeluk Agama Islam
dengan jumlah 23.339 jiwa, selebihnya pemeluk Agama Katolik 248 Jiwa,
Protestan 573 jiwa, Hindu 29 Jiwa dan Budha 4 Jiwa. Lihat Tabel 1.3:
Tabel 1.3
Banyaknya Penduduk menurut Agama di Kecamatan Tanralili Tahun 2008
Desa Islam Katholik Protesta
n
Hindu Budha
Purna Karya
Leko Pacing
Kurusuamange
Sudirman
Damai
Allaere
Borong
Toddo Pulia
1665
4072
3367
4321
4204
1958
1411
2311
-
-
-
248
-
-
-
-
37
73
21
442
-
-
-
-
-
-
-
29
-
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
Jumlah 23339 248 573 29 4
Sumber : KUA Kec. Tanralili
3.4. Keadaan Sosial Budaya
Kondisi angkatan kerja di Kecamatan Tanralili, sebagaimana
dengan di daerah lain terhitung pada kelompok umur 15 tahun sampai 54
tahun. Salah satu permasalahan berkaitan dengan angkatan kerja adalah
pengangguran. Hal terjadi akibat terjadinya ketidana alokasi
51
Khususseimbangan antara penyerapan tenaga kerja dengan penyediaan
lapangan kerja. Kehidupan masyarakat Kecamatan Tanralili dipandang
sudah relatif baik dimana masyarakat mempunyai mata pencaharian yang
beragam, namun pada umumnya mereka bermata pencaharian sebagai
Petani, PNS, Pedagang dan lain sebagainya. Adapun jumlah pegawai
yang ada dilingkungan Kantor Kecamatan Tanralili dapat dilihat pada tabel
berikut ini : Tabel 1.4
Instansi
Pegawai
Laki-laki Perempuan Jumlah
Kecamatan
BKKBN
Urusan agama
Pertanian
Statistik
Diknas
Puskesmas
18
2
4
8
1
2
-
13
3
-
1
-
2
-
31
5
4
9
1
4
-
Jumlah 36 18 54
Sumber : Kepala Desa/Kelurahan
3.5. Pendidikan
Sumber daya manusia merupakan salah satu potensi yang sangat
esensial dalam pelaksanaan pembangunan. Selain itu, terwujudnya
masyarakat yang semakin sejahtera dapat diperoleh melalui peningkatan
pendidikan. Berdasarkan data di lapangan diketahui bahwa tingkat
52
pendidikan di Kecamatan Tanralili masih cukup rendah, khususnya untuk
tingkat SLTP ke atas. Hal ini, dikarenakan pelayanan pendidikan belum
merata dan belum menjangkau seluruh wilayah, Masih Terbatasnya
sarana dan prasarana pendidikan dan ketidana alokasi Khususmampuan
masyarakat dalam melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan di Kecamatan Tanralili dapat dikatakan masih rendah, dimana
sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai, oleh karena itu
sarana dan prasarana pendidikan perlu mendapat perhatian yang terus
menerus. Untuk mengetahui sarana dan prasarana pendidikan di
Kecamatan Tanralili dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No Desa/kel
Taman
Kanak-kanakSekolah Dasar SLTP/Mts SMU/SMK/MAN
Sek
ola
h
Sis
wa
Gur
u
Sek
ola
h
Sis
wa
Gur
u
Sek
ola
h
Sis
wa
Gur
u
Sek
ola
h
Sis
wa
Gur
u
1 Purna Karya 1 28 2 2 241 14
2 Leko Pacing 1 36 4 4 682 36 1 216 19 2 129 26
3 Kurunsumange 1 234 9
4 Sudirman 2 474 26
5 Damai 1 18 2 7 912 44 1 324 22 1 332 24
6 Allaere 1 193 19
7 Borong 1 24 2 1 86 8
8 Toddo Pulia 2 408 12
Jumlah 4 106 10 19 3037 149 3 733 60 3 461 50
53
Tabel 1.5: Data sarana dan Prasarana pendidikan Kecamatan Tanralili Tahun 2008 Sumber : Tata Usaha masing-masing sekolah3.6. Kesehatan
Masalah Kesehatan merupakan hal pokok yang juga turut
mendukung produktifitas kerja dalam mengisi pembangunan. Bidang
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
khususnya untuk mewujudkan kesehatan anak-anak yang merupakan
aset negara untuk menyambung regenerasi dalam pembangunan.
Kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan yang murah dan
mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat merupakan hal yang
patut diperhatikan pihak pemerintah kecamatan. Fasilitas kesehatan
berupa Puskesmas, polindes dan apotek terdapat di beberapa kecamatan
dan biasanya bagi warga desa/kelurahan lainnya tersedia Pustu
(Puskesman pembantu).
Banyaknya fasilitas kesehatan masyarakat yang ada di Kecamatan
Tanralili sampai Tahun 2008 tercatat 9 sarana pelayanan kesehatan yang
terdiri dari 4 Puskesmas/Pustu, 1 Polindes dan 4 Apotek/Toko obat.
Sedangkan tenaga medis pendukung lainnya yakni jumlah dokter 3 orang
ditambah jumlah Bidan 4 orang, perawat 17 orang dan Dukun 17 Orang.
Kedepan diharapkan fasilitas kesehatan dapat lebih meningkat sehingga
masyarakat Kecamatan Tanralili lebih maju dan berkembang. Berikut
tabel sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Tanralili :
54
Tabel 2.1
Data saran dan Prasaran Kesehatan Kecamatan Tanralili Tahun 2008
Desa Dokter Bidan Paramedis Dukun
Purna Karya
Leko Pacing
Kurusumange
Sudirman
Damai
Allaere
Borong
Toddo Pulia
-
3
-
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
17
-
-
-
-
-
-
2
1
4
1
3
3
-
4
Jumlah 3 4 17 17
Sumber:Dinas kesehatan Kab. Maros
3.7. Komoditas
Hasil bumi yang ada di Kecamatan Tanralili cukup bervariasi mulai
dari pertanian, perkebunan dan perindustrian. Di Bidang Pertanian ada
berbagai jenis antara lain :Padi sawah, Padi Ladang, jagung, ubi jalar, ubi
kayu, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Kacang Hijau dan beberapa buah-
buahan seperti jeruk, jambu biji, mangga, nenas, pisang, salak, pepaya,
kedondong, rambutan, alvokat, nangka, semangka, langsat, sirsak dan
jambu air. Tanaman pertanian yang paling besar hasil panennya yaitu
Jagung dengan jumlah 88.752,8 Ton per tahun dan yang paling kecil
adalah Kacang tanah dengan jumlah 5.131,8 Ton per tahun. Di bidang
55
Perkebunan kecamatan Tanralili tidak terlalu menonjol, hasil yang bisa
kita lihat yaitu jambu mente dan kemiri dengan jumlah pohon mente 15000
dan pohon kemiri sebanyak 500. Selain itu di Bidang perindustrian sendiri,
industry kerajinanlah yang paling banyak terdapat di Kecamatan Tanralili
yakni sebanyak 118 kerajinan.
Tabel 2.2
Komoditas Pada Kecamatan Tanralili
Pertanian Perkebunan
Jagung 88.752,8 Ton/tahun Mente 15000 phn
Kacang Tanah 5.131,8 Ton/tahun Kemiri 500 phn
Perindustrian
Kerajinan sebanyak 118
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kab. Maros
56
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran Di
Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros
Bagi Instansi pemerintahan, maka pemberian pelayanan pada
dasarnya harus tercermin pada kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah mulai dari waktu pelayanan, biaya
pelayanan dan prosedur pelayanan. Oleh karena itu, dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat faktor Sarana Prasarana, Kualitas Sumber
Daya Manusia dan Akuntabilitas aparat setempat merupakan hal penting
untuk diperhatikan sebagai instrument dalam pemberian pelayanan yang
memuaskan.
Kualitas pelayanan hanya akan didapatkan apabila memenuhi
seluruh item/syarat-syarat yang dibutuhkan dalam memperlancar kegiatan
pelayanan kepada masyarakat, seperti Faktor Sarana Prasaran dari pihak
pemerintah yang menyiapkan peralatan guna mendukung lancarnya
proses pelayanan, kemudian Kualitas sumber daya manusia dibutuhkan
daya tangkap yang baik guna menerima rsepon dari masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan serta tingginya tanggung jawab para
pelaksana tugas pelayanan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
Salah satu aspek paling penting banyak menarik perhatian adalah
efektivitas kerja dari sektor-sektor pelayanan dalam memberikan
57
pelayanan kepada masyarakat, baik terhadap ketepatan waktu maupun
pada kepastian biaya dalam kegiatan pelayanan tersebut. Meskipun
banyak ide-ide yang dilontarkan oleh berbagai organisasi tentang ide-ide
pelayanan yang memadai, seperti jargon “kami hadir untuk melayani”,
namun itu hanya terbatas pada slogan belaka, sebab kondisi di lapangan
sangat berbeda.
Salah satu kegiatan pelayanan pemerintah yang memiliki intensitas
pelayanan kepada masyarakat yang cukup tinggi adalah pelayanan
bidang pemerintahan,sosial ekonomi di Kantor Kecamatan. Intensitas
pelayanan ini adalah berkaitan dengan kedudukan dan fungsi pengelolaan
pemerintah Kecamatan sebagai fungsi dasar terdepan dalam memberikan
pelayanan masyarakat pada bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan. Sangat banyak dokumen resmi yang harus dimiliki
warga masyarakat sebagai bukti sebagai Warga Negara Indonesia
umumnya seperti memperoleh KTP, Kartu Keluarga, semuanya harus
diperoleh melalui Kantor Camat.
Dalam memberikan pelayanan pengurusan dokumen-dokumen
seringkali dihadapkan pada mekanisme dan prosedur pelayanan yang
kurang sinkron antara tersedianya data yang dimiliki Kantor Kelurahan
dan Kecamatan yang dimiliki oleh masyarakat yang akan dilayani,
sehingga menyebabkan berbelit-belitnya kondisi pelayanan dan warga
yang dilayani merasakan adanya diskriminasi pada waktu pelayanan,
58
bahkan biaya pelayanan seperti adanya biaya administrasi yang bersifat
tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
Berdasarkan Lembaran Pemerintah Kabuapten Maros No. 11 Tahun
2001 Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2001 Tentang Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Catatan
Sipil di jelaskan bahwa Prinsip dan sasaran penetapan Tarif semaksimal
mungkin disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan
mengutamakan aspek keadilan. Menurut PERDA No. 5 Tahun 2001 biaya
administrasi dalam pengurusan KTP, KK dan Akta Kelahiran sangatlah
terjangkau Rp. 5000,- Rp. 50.000,-. Namun peraturan ini tidak
dilaksanakan dengan baik oleh pihak yang berkewajiban
menjalanankannya. Kondisi tersebut di atas, umumnya dipicu oleh masih
belum efektifnya pelayanan admnistrasi terutama dari segi administrasi
pencatatan, system kearsipan, pengorganisasian surat-surat dan
pemanfaatan buku-buku administrasi Kelurahan dan Kecamatan secara
efektif, baik yang disebabkan oleh ketelitian sumber daya manusia
maupun dukungan fasilitas kerja yang memadai.
Proses pelayanan administrasi dokumen pada dasarnya telah
mengalami perkembangan yang cukup berarti, bahkan mekanisme
pelayanan yang dimulai pada level organisasi pemerintahan terendah
sampai pada terbitnya suatu dokumen telah berusaha menampilkan,
efesiensi dan efektifitas kerja dengan memberdayakan semua elemen-
elemen yang terlibat dalam pelayanan pada masyarakat
59
Keadaan Pegawai/Sumber Daya Manusia
Salah satu indikator kuat dalam pemberian kualitas pelayanan yang
baik adalah Keterbukaan petugas pelayanan dalam memberikan
kepuasan kepada masyarakat/pelanggan. Keterbukaan dalam proses
pelayanan dapat dilihat dari petugas pelayanan yang memberikan
informasi secara terbuka baik diminta maupun tidak diminta. Oleh karena
itu, kualitas sumber daya manusia dalam hal ini sangatlah penting.
Dimana petugas/pelaksana pelayanan dituntut untuk tanggap dalam
proses pelayanan.
Pada Kantor Kecamatan Tanralili jumlah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebanyak 31 orang. (Lihat Tabel : 2)
Golongan/Pangkat A B C D Jumlah
IV
III
II
I
1
3
15
-
-
1
-
-
-
2
2
2
-
4
1
-
1
10
18
2
Jumlah 19 1 6 5 31
Sumber : Kantor Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros
Berdasarkan Tabel 2 tersebut diatas, dapat dilihat bahwa jumlah
pegawai yang ada pada Kantor Kecamatan Tantalili berjumlah 31 orang
dengan Golongan/Pangkat Tertinggi Iva dan yang terendah
Golongan/Pangkat Ic. Sesuai dengan jumlah pegawai yang ada Kantor
Kecamatan tersebut cukup memadai.
60
Prosedur Pelayanan Di Kecamatan Tanralili
Prosedur pelayanan di Kecamatan Tanralili beda dengan prosedur
pelayanan yang ada di daerah lain. Dalam hal mengurus KTP, Kartu
Keluarga atau lainnya harus melalui Tingkat terendah yaitu RT dengan
kata lain harus sesuai persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak kantor
Kecamatan. Adapun prosedur dalam pelayanan umum di Kantor
Kecamatan Tanralili, antara lain :
a) Kesederhanaan Pelayanan
Berdasarkan Lembaran Daerah Kabupaten Maros No. 12 Tahun
2001 Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001 Tentang Sistem Informasi
Pengelolaan Kependudukan, dimana dalam proses penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk harus sesuai dengan SIMDUK Sistem
Pengelolaan Kependudukan yang telah ada. Kesederhanaan pelayanan di
Tingkat Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros dapat dikatakn berjalan
baik. Hal ini di sampaikan oleh Sekretaris Camat Kantor Kecamatan
Tanralili bahwa
…..“alur permohonan dimulai dari tingkat RT, si pemohon diminta mengisi formulir untuk di tandatangani oleh RT, RW selanjutnya ke desa untuk di register kemudian setelah di tandatangi Kepala Desa dan di register, si pemohon membawanya ke Kantor Kecamatan untuk selanjutnya di proses di Kecamatan menjadi KTP”, ujarnya. Kecuali untuk yang akan memperpanjang dan pemohon terlanjur ke kantor Kecamatan, pihak Kecamatan pun memberikan keringanan dengan syarat memperlihatkan KTP yang akan diperpanjang masa berlakunya, nanti akan di register ke Desa yang bersangkutan oleh pihak kecamatan,” Hal
61
ini sebagai salah satu wujud mempercepat pelayanan kepada masyarakat tambah Adeng”.
Dengan adanya alur permohonan dalam pengurusan KTP, KK dan
sebagainya diharapkan masyarakat tidana alokasi Khusus ada lagi yang
tidana alokasi Khusus memiliki KTP. Kesederhanaan pelayanan dalam hal
ini sanglah membantu bagi masyarakat dimana proses pelayanan
dilakukan dengan mudah dipahami dan mudah dilaksanakan tanpa ada
kesan berbelit-belit dari pihak pelayan dalam arti aparat pemerintah
setempat.
b) Kejelasan dan Kepastian Pelayanan
Kejelasan dan kepastian dalam pelayanan merupakan salah satu hal
yang sangat penting bagi masyarakat. Oleh karena itu, aparat pelaksana
pelayanan diharapkan dapat tanggap dan bertangggung jawab dengan
tugas serta tanggung jawabnya sebagai pemberi pelayanan. Pihak
pelaksana pelayanan harus bisa menjelaskan secar rinci prosedur serta
persyaratan yang harus dilengkapi untuk mengurus KTP, KK serta lain
sebagainya yang berhubungan dengan Kantor Kecamatan diminta atau
tidana alokasi Khusus diminta aparat pelaksana harus melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Prosedur tersebut diatas telah di sosialisasikan dan diketahui oleh
seluruh masyarakat Kecamatan Tanralili. Menurut Faisal Salah satu
penduduk Kecamatan Tanralili mengatakan :
62
” Prosedur pelayanan yang ada di Kecamatan Tanralili memang telah diketahui seluruh lapisan masyarakat yang ada. Masyarakat setempatpun dalam hal pengurusan KTP, KK atau hal lainnya terlebih dahulu harus ke RT untuk mengambil surat keterangan domisili selanjutnya diserahkan ke Kantor Kecamatan”.
Dengan adanya pesyaratan yang sedemikian rupa pihak
pelayananpun akan senang menjalankan tugasnya jika masyarakat tidana
alokasi Khusus melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prosedur
yang berlaku.
c) Keamanan dalam Pelayanan
Masyarakat pada dasarnya ingin memperoleh pelayanan yang
maksimal, dimana dalam hal ini setiap masyarakat ingin memperoleh
haknya dengan mendapat pengakuan dari daerah tempat tinggalnya.
Pengurusan KTP dan KK merupakan hal yang sangat penting, oleh
karena itu dari pihak masyarakat mengharapkan pihak pemerintah
setempat lebih memperhatikan kepastian dalam hal pengurusan KTP
dan KK bagi masyarakat. Fandy mengungkapkan bahwa :
“saya mengharapakan pelayanan yang diberikan sesuai dengan aturan formal yang diterapkan. Pemberian pelayanan yang telah menunjuk kepada aturan formal serta dianggap memenuhi sendi-sendi pelayanan sangat duharapakn masyarakat sehingga aparat pelayanan bisa konsisten dalam menerapkan aturan hukum pelayanan tanpa ada kendala apapun”
d) Keterbukaan dalam Pelayanan
Keterbukaan dalam pelayanan sangat berpengaruh, dimana setiap
pelayanan yang akan diberikan pihak Kantor kecamatan wajib di
63
informasikan dan di sosialisasikan agar masyarakat setempat dapat
mengetahui prosedur dan tata cara dalam proses pelayanan. Oleh
karena itu, peran birokrasi dalam hal ini sangatlah penting. Salah satu
Staf kantor Kecamatan Abdis mengatakan bahwa:
...”pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam mencapai kesejahteraan masyarakat...”
pemberian pelayanan publik salah satunya diukur melalui keterbukaan
informasi dan seberapa jauh interaksi komunikasi yang terjalin antara
birokrasi sebagai pemberi layanan dengan masyarakat pengguna jasa.
Hal diatas memperlihatkan bahwa masyarakat pengguna jasa
seringkali belum mempunyai akses terhadap informasi pelayanan yang
dibutuhkan, demikian pula kecenderungan aparat birokrasi justru
terkesan menyembunyikan informasi kepada masyarakat. Dalam iklim
komunikasi pelayanan yng tertutup seperti ini, sangat sulit untuk dapat
mewujudkan responsivitas aparat birokrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan kepada publik.
e) Efisiensi dalam Pelayanan
Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk
pelayanan yang diberikan.Mencegah adanya pengulangan pemenuhan
64
persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat adanya
kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi Pemerintah lain
yang terkait. Tetapi pada kenyataannya yang terjadi di lapangan
aparat/pegawai kecamatan selaku pihak pelayanan tidana alokasi
Khusus menajalankan tugasnya dengan baik. Dimana sering terjadi
kesalahan yang fatal dan dapat merugikan masyarakat setempat. Hal
ini di ungkapkan oleh Salty salah satu warga Kecamatan Tanralili :
"saya kecewa dengan layanan kantor pemerintah yang tak jelas. Pemerintah Kecamatan berjanji tanggal segini KTP atau KK sudah jadi. Namun pada waktu yang dijanjikan KTP belum jadi. Mengulur waktunya bisa lama sekali, setelah dilacak katanya berkasnya hilang. Sudah demikian, mereka menunjukkan raut penyesalan. Ini pelecehan undang-undang namanya," tambahnya.
f) Ekonomis dalam Pelayanan
Biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara
wajar dengan memperhatikan :Nilai barang dan atau jasa pelayanan
masyarakat dan menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran;
Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar; dan Ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun ada beberapa
pihak tertentu yang menggunakan “kesempatan dalam kesempitan”
untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang telah ditentukan.
Menurut Sulaiman salah satu masyarakat di Kecamatan Tanralili :
“......aparat pemerintah yang ada sering melakukan hal-hal diluar prosedur, dimana untuk mendapat uang lebih sering mengatakan kalau ingin cepat selesai harus ada biaya administrasinya. Padahal semestinya dalam hal pengurusan apapun yang berkaitan dengan Kecamatan semuanya gratis tapi kenyataannya tidak demikian. Aparat
65
yang bertugaspun seringkali tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga proses pelayanan berjalan lambat. Waktu paling cepat untuk mengurus KTP saja memerlukan waktu hampir 1bulan. Gimana kalau sudah setinggi gunung tumpukan KTPnya???mungkin bertahun-tahun baru selesai”. ucap sulaiman
g) Keadilan yang Merata dalam Pelayanan
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat harus mencakup
seluruh lapisan masyarakat dan mengutamakan kepuasan dalam
pelayanan. Namun kadangkala terjadi perselisihan antara masyarakat
dan aparat pemberi pelayanan, hal ini sering terjadi karena kurangnya
komunikasi antara penerima dan pemberi pelayanan secara
berkesinambungan dan terbuka. Mulyani mengutarakan :
“Rasa Ketidakadilan kepada masyarakat dalam pelayanan sering terjadi disebabkan karena tidak adanya ikatan emosional antara aparat/petugas pelayanan dengan masyarakat bahwa pelayanan adalah untuk kepentingan bersama, masih ada anggapan bahwa masyarakat yang butuh, sehingga masih dijumpai cara-cara mempersulit masyarakat sehingga sering kali masyarakat dibuat bingung karena tidak jelasnya prosedur pelayanan, terutama masyarakat perdesaan”
h) Ketepatan Waktu dalam Pelayanan
Pemberian pelayanan di Kantor kecamatan harus efektif dan efisien
sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang maksimal dan
memuaskan. Namun, pelayanan di tingkat kecamatan cenderung
mengulur-ulur waktu pelayanan. Banyak aparat/pejabat pemberi
pelayanan melakukan pelayanan sesuka hati mereka. Hal ini
menyebabkan proses pelayanan berjalan lambat. Arianto selaku salah
satu tokoh masyarakat di Kecamatan Tanralili mengatakan:
66
“Pelayanan di Kantor Kecamatan berjalan lama dan berbelit-belit disebabkan karena tidak jelas dan tegasnya pembagian wewenang, inkonsistensi pembagian kerja, serta sikap pimpinan kantor yang sewenang-wenang memberikan tugas kepada aparat bawahan tanpa memperhitungkan aspek sifat pekerjaan, urgensi pekerjaan, dan dampak pemberian tugas terhadap kualitas pemberian pelayanan kepada masyarakat”
Padahal Dalam proses pengurusan KTP, KK atau lain sebagainya
semua persyaratan telah dipenuhi untuk kelancaran administrasi dan
kelengkapan data untuk kantor Kecamatan Tanralili tetapi tetap saja
proses pelayanan berlangsung lama dan kadangkala memerlukan
waktu yang sangat lama.
Dari keterangan diatas, dapat diakatakan bahwa proses pelayanan
di kantor Kecamatan Tanralili sampai saat ini belum maksimal dan
belum memenuhi standar pelayanan umum yang ada. Hal ini dimulai
dengan proses kesederhanaan dalam pelayanan yang bisa dikatakan
sangat bertolak belakang dengan prosedur pelayanan yang ada. Oleh
karena itu, pihak pemerintah Kecamatan Tanralili sebaiknya lebih
banyak melakukan evaluasi terhadap kinerja dan akuntabilitas aparat
pelaksana pelayanan umum di Kantor Kecamatan Tanralili agar
pelayanan umum yang mengutamakan kepuasan masyarakat dapat
terlaksana.
4.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan KTP,
KK, dan Akta Kelahiran Di Kecamatan Tanralili
67
Setiap warga masyarakat yang ingin mengurus berbagai surat dan
datang di kecamatan dilayani seakan-akan ada perbedaan antara warga
dan pegawai kecamatan. Warga datang di kecamatan kemudian duduk di
luar dan dilayani oleh staf kecamatan yang berada di dalam kantor
dengan pembatas sekat atau jeruji/tralis jendela kantor, persis seperti
pelayanan SIM.
Menurut hemat kami seharusnya pada era ini kepuasan pelanggan/pengguna jasa harus dikedepankan karena pada hakikatnya merekalah (warga) yang menggaji pegawai kecamatan atau para pegawai kecamatan itu kan bawahan Bupati yang pada waktu yang lalu dipilih langsung oleh warga masyarakat, bahkan AC sebagai fasilitas sebagaimana pelayanan di Pemerintah Kota Maros rasanya tidana alokasi Khusus berlebihan jika dipasang pada tempat pelayanan masyarakat. Memang kesalahan bukan pada petugas tapi pada fasilitas yang ada namun sesungguhnya aparat kecamatan bisa menyiasati ruangan yang ada demi kenyamanan pengguna jasa dan juga pemerintah kota bisa menganggarkan fasilitas. (“fadli”salah satu masyarakat Kecamatan Tanralili.
Adapun beberapa faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan
pelayanan umum di Kantor Kecamatan Tanralili, yaitu
a. Sarana dan Prasarana
Dengan semakin berkembangnya zaman, maka pelayanan
kepada masyarakat akan semakin meningkat seiring dengan hal
tersebut. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya Penambahan
Sarana dan Prasarana Kantor untuk mendukung pelayanan kepada
masyarakat. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/Kep/M.PAN/7/2003
tanggal 10 Juli 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
68
Pelayanan Publik khusussnya pada prinsip Pelayanan Publik Poin 7
masalah Kelengkapan Sarana dan Prasarana yang isinya sebagai
berikut :
“Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika”.
Inventaris sarana prasaran Kantor Kecamatan Tanralili
diperoleh dari bantuan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pembelian yang dibebankan pada anggaran daerah. Keadaan sarana
prasarana Kantor Kecamatan Tanralili sampai pada pelaksanaan
penelitian masih sangat terbatas.
Salah satu warga Setempat yang pernah mengurus KTP
mengatakan ;
saya masuk ke loket pelayanan bertanya pada petugas. Saya bertanya bagaimana cara membuat KTP dan apa saja persyaratannya. Saya mengeluarkan surat pengantar dari pemerintah desa dan kartu keluarga (KK). Petugas lalu bertanya,"Kamu ada foto? Kamera di sini rusak sudah 2 hari ini. Jika tidak punya, silahkan foto di luar dulu.""Wah, jika dua hari kamera rusak apa tidak dicarikan alternatif?" saya coba bertanya, "kebetulan saya bawa kamera digital mungkin bisa membantu, setelah jepret bisa langsung ditransfer.""Gak bisa, semua harus dilakukan oleh dan dengan alat petugas. Anda bawa foto gak?" sergah petugas."Ya, kebetulan saya bawa," sembari menyerahkan berkas dan selembar foto 3x4."Tiga puluh ribu, mas," petugas segera menyebutkan angka biaya yang harus dibayar. Saya mengeluarkan uang lima puluh ribuan. Petugas memasukkannya dalam laci, seraya memberi dua lembar sepuluh ribuan, sembari mempersilahkan saya menunggu di luar, tepatnya emperan, sebab tidak ada fasilitas untuk antri atau menunggu."Maaf, tidak ada kwitansi?" tanyaku. "Saya tadi telah membayar, menapa saya tidak dikasih tanda bukti," lanjutku.
69
"Gak ada kwitansi mas, nanti kalau selesai mas saya panggil," sergahnya."Bukan begitu. Bukankah setiap transaksi harus ada tanda bukti?" saya coba protes. Tapi petugas acuh tak acuh seraya melayani lainnya.Di emperan ada puluhan warga yang duduk di lantai menunggu panggilan. Ada yang mengurus KTP, KK, dan lain-lain. Ia coba bertanya pada beberapa warga, berapa rupiah mereka membayar dan apakah diberi kwitansi. Untuk satu layanan, beberapa warga membayar dengan berbeda. Si pemuda Rp 30 ribu, Si Kardi membayar Rp 20 ribu, Si Warni membayar Rp 25 ribu. Mengapa satu layanan harganya berbeda?
Dengan adanya kejadian seperti yang di ungkapkan Pak Ismail
maka pemerintah Kecamatan Tanralili sebaiknya segera melakukan
evaluasi untuk kenyamanan masyarakat dalam proses pelayanan
umum di Kantor Kecamatan baik dari segi sarana prasarana dan
efissensi pelayanan. Sehingga, dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai niscaya pelayanan yang kita harapkan bersama akan
bisa mencapai sasaran.
b. Sumber Daya Manusia/Aparatur
Dalam menghadapi Era Globalitas, aparatur dituntut
mempunyai kemampuan dan kepekaan terhadap situasi dan kondisi
yang terjadi di wilayahnya. Derasnya arus informasi membuat batas
negara satu dengan yang lain seakan tak ada lagi. Hal ini berakibat
pergeseran pola fikir masyarakat yang tadinya nrimo ing pandum (tak
banyak menuntut) berubah menjadi banyak tuntutan yang memang
menjadi haknya. Untuk bisa memberikan pelayanan yang baik dan
tanggap terhadap situasi dan kondisi yang berkembang di
70
masyarakat, tidak ada jalan lain kecuali dengan peningkatan Sumber
Daya Manusia (SDM).
Ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan SDM
Aparatur yaitu dengan jalan pendidikan formal dan non formal. Untuk
pendidikan formal ini nampaknya masih cukup sulit diterapkan karena
keterbatasan dana dan kesempatan yang ada. Yang paling
memungkinkan adalah pendidikan non formal yaitu melalui diklat-
diklat baik diklat struk tural maupun diklat teknis.
Di satu sisi Peningkatan Disiplin Aparatur juga diperlukan,
dimana hal ini Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kalau disiplin
di kalangan aparatur sangat rendah. Hal ini seakan sudah
membudaya dan kita dapat dengan mudah menemukan oknum-
oknum yang tidak disiplin tersebut.
Salah satu staf di kantor Kecamatan Tanralili mengatakan:
Jam Kantor dimulai Pukul 08.00 sampai Pukul 16.00, tetapi kadang kala Pukul 08.00 staf kantor belum pada datang karena mereka pada umumnya tinggal jauh dari kantor. Jadi aktivitas kantor dimulai sekitar Pukul 10.00. kami biasa melayani masyarakat jika semua staf sudah berada di tempat. Masyarakat yang datang dipersilahkan menunggu sampai staf Kantor Kecamatan datang untuk melayani mereka...
Jika hal tersebut diatas terus berlanjut, sampai kapanpun
pelayanan akan terhambat dan masyarakatpun akan merasa malas
untuk melakukan pengurusan baik itu KTP, KK ataupun lain
sebagainya yang merupakan hak masyarakat untuk memperoleh
kepastian hukum dari daerah dimana mereka tinggal.
71
Agar imej negatif tersebut tidak semakin parah, perlu adanya
upaya pembinaan bersifat konsisten berkesinambungan, dan adanya
suritauladan dari atasan secara berjenjang, sehingga akan didapat
hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertangggung jawaban atau menjawab/menerangkan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau berwenang untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban. Stiap program yang dilaksanakan didasari
perencanaan strategik dengan memperhatikan dampak dan
akibatnya, sehingga perencanaan yang dianggap berhasil dan gagal
dilaporkan agar dievaluasi dan ditindak lanjuti.
Kelalaian pelaksana pelayanan dalam mengontrol blanko masih
mencukupi atau sudah kekurangan harus diperhatikan agar pelayanan
berjalan sesuai dengan prosedur dan masyarakat tidak perlu
menunggu sampai 1bulan hanya untuk mengurus KTP.
Bukan hanya blanko yang menjadi masalah pelayanan umum di Kecamatan Tanralili tetapi melainkan adanya “Pungli” (pungutan Liar) yang dilakukan oleh beberapa pelaksana pelayanan tanpa memperhatikan prosedur yang secara nyata berada di depan mata mereka. Tetapi, bgi masyarakat yang ingin urusannya cepat selesai kadangkala juga menawarkan kepada pelaksana pelayanan umum agar dipercepat bagaimanapun caranya. “Tutur Sahid salah satu tokoh masyarakat di Kecamatan Tanralili”.
Hal yang demikian inilah yang menyebabkan kesenjangan
antara yang mempunyai uang banyak dan bagi masyarakat yang
72
kehidupannya pas-pasan. Dengan jumlah Staf 31 orang di Kantor
Kecamatan Tanralili, merupakan jumlah sangat memadai untuk
proses pelayanan yang sangat mudah tetapi kenyataannya tidana
alokasi Khusus demikian. Sebagian besar pegawai yang bertugas
lebih banyak menggunakan waktunya untuk bercerita dengan sesama
atau mereka cepat pulang dengan alasan ada urusan keluarga.
Dengan beberapa permasalahan di atas diharapkan pihak atau
pimpinan yang berkaitan melakukan evaluasi terhadap para pegawai
serta sarana dan prasarana Kantor yang telah ada, agar kedepannya
pelayanan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat.
73
BAB V
PENUTUP
a. KESIMPULAN
Pelaksanaan Pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran Di Kecamatan
Tanralili
Secara umum dapat dijelaskan bahwa untuk mewujudkan efektivitas
pelayanan Umum dari aparat pemerintah terhadap warga masyarakat
pengguna jasa pelayanan, Terlepas dari pengaruh kualitas disiplin kerja
aparat pemerintah setempat. Dengan kualitas disiplin kerja aparat
Pemerintah yang memadai, maka birokrat di tingkat kecamatan mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif. Proses
pelayanan Umum cenderung ditentukan oleh tingkat kedisiplinan aparat
dalam melayani kepentingan masyarakat. Adanya disiplin kerja yang baik
akan menciptakan interaksi yang harmonis, baik antara aparat dengan
sesama aparat birokrasi maupun antara aparat dengan masyarakat.
Pelayanan yang diberikan oleh aparat Kantor Kecamatan Tanralili
pada umumnya berdasarkan pada :
1) Kesederhanaan Pelayanan
2) Kejelasan dan Kepastian Pelayanan
3) Keamanan dalam Pelayanan
4) Keterbukaan Dalam Pelayanan
5) Efisiensi dalam Pelayanan
6) Ekonomis dalam pelayanan
74
7) Keadilan yang Merata dalam Pelayanan
8) Ketepatan waktu dalam pelayanan
Sesuai dengan prosedur diatas yang telah ditetapkan masyarakat
menginginkan agar adanya perbaikan kualitas dalam pelaksanaan
pelayanan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari hasil wawancara yang
rata-rata memberikan masukan agar proses pelayanan lebih
mengutamakan kualitas dan kuantitas bagi kepuasan masyarakat.
Faktor-Faktor Yang berpengaruh terhadap Pelayanan KTP, KK dan
akta Kelahiran di Kecamatan Tanralili
Prosedur pelayanan yang berlaku senantiasa dipatuhi secara
sukarela, sehingga dapat menciptakan ketertiban dalam proses
pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di tingkat kecamatan,
khususnya di kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Adapun beberapa
faktor yang berpengaruh dalam proses pelaksanaan pelayanan umum di
Kantor Kecamatan Tanralili yaitu:
1. Masih kurangnya fasilitas pendukung kegiatan pelayanan kepada
masyarakat, seperti komputer, dan alat-alat kantor lainnya. Peralatan
juga perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada,
seperti komputer harus ada di setiap kantor untuk memperlancar dan
mempercepat proses pelayanan.
2. Masih ada aparat petugas pelayanan yang kurang menguasai teknis
tugas pokoknya, sehingga kadang-kadang pelayanan menjadi kurang
75
efektif. Oleh karena itu pihak pimpinan instansi pemerintah setempat
harus menindana alokasi Khusus lanjuti dengan mengadana alokasi
Khususan suatu pelatihan seperti pelatihan komputer, kursus
pembukuan dan kehumasan. Dengan demikian diharapkan kualitas
kemampuan teknis aparat petugas pelayanan akan meningkat,
sehingga dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat pengguna
jasa pelayanan.
3. Nampak belum ada pembagian tugas yang jelas di kantor, oleh karena
itu pihak pemimpin perlu membuat deskripsi tugas pokok dan fungsi
masing-masing agar tidana alokasi Khusus terjadi over lapping dalam
pekerjaan, khususnya tugas pelayanan Umum.
b. SARAN
Dalam kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran
yang dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk perbaikan
dan penyempurnaan di masa yang akan datang dalam usaha pemerintah
Kabupaten Maros khususnya aparat Kecamatan Tanralili dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Saran yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
Untuk Pemerintah Kecamatan Tanralili
Aparat pemerintah Kecamatan Tanralili diberi kesempatan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan baik yang bersifat teknis maupun
Non Teknis dengan harapan, terciptanya tenaga kerja yang terampil
76
dan selanjutnya akan menciptakan kepuasan pelayanan bagi
masyarakat.
Selain itu, camat sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kantor
Kecamatan Tanralili lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada
oknum aparat yang melanggar paraturan tanpa melupakan
memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. Dan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, Camat harus
senantiasa meminta laporan-laporan yang jelas mengenai tugas yang
di bebankan kepada aparat Kantor Kecamatan Tanralili agar timbul
rasa tanggungjawab pegawai atas tugas-tugas yang telah diberikan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Panduan Penyususnan Citizen Charter & Good Practices Seri Manajemen Pelayanan Publik.
Atik Winaisih & Ratminto, 2006. Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Budiardjo Miriam, 2000, Menggapai Kedaulatan untuk Rakyat, Mizan, Bandung
Dwiyanto, Agus. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. PSKK UGM. Yogyakarta.
Kansil, C. S. T. 1984. Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Bina Aksara: Jakarta.
Keban, T. Yeremias, 1994. Pengantar Administrasi Publik, MAP, UGM : Yogyakarta.
Kurniawan, Agung, 2005. Transformasi Pelayanan Publik, Pembaruan : Yogyakarta.
Labolo, Muhadam, 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
LAN, 2003. Penyusunan Standar Pelayanan Publik, Jakarta. LAN.
Lembaran Daerah Kabupaten Maros, Tahun 2001 No. 11, Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2001, Tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak. Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akte Catatan Sipil.
Lembaran Daerah Kabupaten Maros Tahun 2001 No. 12, Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001, Tentang Sistem Informasi Pengelolaan Kependudukan.
Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, 2006, JICA UGM, Yogyakarta.
Moenir H.A.S, 1997. Manajemen Pelayanan Umum, Bumi Aksara : Jakarta.
78
Saefullah, A. Djaja, 1990, Konsep Dan Metode Pelayanan Umum. Mandiri, Bandung
Sedarmayanti, Hj. 2004. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik). CV. Mandar Maju. Bandung.
Sinambela, Poltak Lijan, dkk, 2006. Reformasi Pelayana Publik, Bumi Aksara : Jakarta.
Soekanto, Soejono, 1995. Penilaian Organisasi Pelayanan Publik, Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Sudarsono, 1998, Manajemen Pelayanan Publik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukmaningsih, 1997, Manajemen Pelayanan, PT. Gramedia, Jakarta
Tjokroamidjojo, Bintoro, 2001, Reformasi Administrasi Publik, MIA UNKRIS. Jakarta.
UU No. 12 Tahun 2006, Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
UU No 12 Tahun 2008, Otonomi Daerah Perubahan Kedua UU No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
www.docstoc. Dokumen For Small Business & Professionals
http : //swamandiri.wordpress.com
79