Upload
others
View
43
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA POKOK PRODUKSIUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
RESTI PURWANINGSIH
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA POKOK PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU DI KECAMATAN SUKADANA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Resti Purwaningsih
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu danmenganalisis biaya pokok usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur.Pengumpulan data menggunakan metode survei. Responden yang diwawancaraisebanyak 40 petani yang dipilih secara acak . Data diolah dengan analisis keuanganusahatani. Rata-rata produksi usahatani ubi kayu sebesar 25,32 ton/ha dengan rata-ratapendapatan usahatani ubi kayu di atas biaya tunai sebesar Rp12.190.195/ha, danpendapatan di atas biaya total sebesar Rp5.447.277/ha. Biaya pokok produksinya adalahsebesar Rp769/kg ubi kayu dengan selang kepercayaan 95% antara Rp480/kg danRp815/kg ubi kayu.
Kata kunci : Usahatani, pendapatan, harga pokok produksi, dan ubi kayu
ABSTRAK
Analysis of Income And Cost Production of Cassava Farming In Sukadana,Lampung Timur District
Oleh
Resti Purwanimgsih
The objectives of this study are to analyze the net revenue of cassava and toanalyze its standard cost in Sukadana District, Lampung Timur County. Datawere collected by using survey. The number of responden was 40 farmers thatwere randomly chose. Data were using the financial analysis. The average netrevenue above its cash cost was Rp12.190.195 and the average net revenue aboveits total cost was Rp5.447.277. The standard cost of its production is Rp769/kgcassava with its confidance intrerval 95% between Rp480/kg and Rp815/kgcassava.
Key words: Farming, income, and cost of production
ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA POKOK PRODUKSIUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
RESTI PURWANINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juli1995,
merupakan anak sulung dari pasangan Bapak Bambang Utomo
dan Ibu Kustanti. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar
(SD) di SD AL-Kautsar tahun 2001, lulus pada tahun 2007. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 8 Bandar Lampung
lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA N 12 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2013. Penulis juga
aktif sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) di SMA N 2 Bandar Lampung
tahun 2011-2012.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi reguler pada Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi SBMPTN.
Penulis pernah aktif berorganisasi sebagai anggota bidang 2 (Pengkaderan dan
Pengabdian Masyarakat) pada organisasi HIMASEPERTA periode 2014/2015.
Pada bidang akademik, penulis pernah dipercaya menjadi Asisten Dosen Mata
Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari
di Pekon Karya Cipta Abadi Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang. Pada tahun 2016, penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU)
selama 40 hari di PT. Cemerlang Fresh, Cianjur, Jawa Barat.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan kasih karunia-
Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan
Dan Biaya Pokok Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Kecamatan Sukadana
Kabupaten Lampung Timur” dengan baik.
Selama penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan,
nasihat, dorongan semangat, doa dan saran yang membangun kepada penulis.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3. Bapak Dr. Ir. Agus Hudoyo , M.Sc., sebagai Pembimbing Pertama, yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran, pengarahan,
motivasi, dan semangat kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.P., sebagai Pembimbing Kedua, yang
telah memberikan bimbingan, saran, pengarahan selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Dr.Ir.Dwi Hayono, M.S selaku Penguji Skripsi, yang telah memberikan
saran, arahan, dan masukan untuk perbaikan skripsi.
6. Bapak Ir. Adia Nugraha, M.S., selaku Pembimbing Akademik, atas nasihat dan
dorongan semangat kepada penulis selama perkuliahan.
7. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman selama penulis menjadi mahasiswi Agribisnis, serta
staf/karyawan yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya selama ini.
8. Instansi-instansi yang terkait, Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, Dinas
Perkebunan Kabupaten Tanggamus, dan Dinas Perdagangan Provinsi Lampung
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menyelesaikan skrpisi ini.
9. Keluargaku yang tercinta, Bambang Utomo dan Kustanti, serta keluarga besar
penulis yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, nasehat, bantuan
moril dan materil, serta doa yang tiada henti sampai penulis menyelesaikan
skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis Mentari Diasti Putri, Onah Sunarya, Ayu Aprilia
Mansi, Indah Purnama Sari, Raisya Rabani, Fitri Yuni Lestari,S.P, dan Fitria
Kusuma atas kebersamaan, dukungan, dan persahabatan selama menulis ini
kepasa penulis
11. Teman-teman seperjuangan penulis Mentari Diasti, Yuni Astika, Ayu Aprilia,
Raysa Arbani, Fadia D,Rika Agustina S.P., Stella Anggraini, S.P., Silva
Anggun L, S.P., Fadhilah Ismi Bazai S.P., Wardiah Nurul, S.P., Biha Melati,
S.P., Jenisa Devi, S.P., Romidah Astuti, S.P., Gita Marindra S.P., Febriko
Fajar, Haryadi, S.P., Ahmad Miftahudin, S.P., Dwi Ega Prasetyo S. P., Reki
Septian S.P., Pandu Pradyatama S.P., M. Reza Azhar, S.P., Doni Pranata, S.P.,
Dhanar Yoga, S.P., dan Rekan seperjuangan Agribisnis 2013 yang lainnya,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan doa,
semangat, dan dukungan kepada penulis.
12. HIMASEPERTA sebagai tempat menempa dan menggali potensi diri.
13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis hingga
terselesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikan Bapak/Ibu, dan
memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan oleh
saudara-saudari sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi
ini masih terdapat kekurangan dan belum sempurna, namun semoga skripsi ini
tetap dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Bandar Lampung,
Penulis,
Resti Purwaningsih
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI …………………………………….………………… i
DAFTAR TABEL ………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ v
I. PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………..……..……………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………. 7
D. Manfaat Penelitian………………………………………… 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN,........……………….………………………….. 9
A. Tinjauan Pustaka………………………………………….. 9
1. Tanaman Ubi kayu……………………………………. 9
2. Usahatani ……....................................…….................... 19
3. Pendapatan Usahatani.....……....................................... 21
4. Konsep Biaya.................................................................. 24
5. Harga Pokok Produksi………………………………… 26
B. Penelitian Terdahulu……………………………………….. 28
C. Kerangka Pemikiran……………………………………….. 31
III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………….. 34
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional …………………… 34
B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian….…………....… 37
C. Jenis Data dan Sumber Data…………………………...…… 29
D. Metode Analisis Data………………………………....…..… 29
1. Analisis Pendapatan......................................................... 40
2. Analisis Harga Pokok Produksi …….…..……………. 40
IV.GAMBARAN UMUM, HASIL DAN PEMBAHASAN ........... 42
A. Gambaran umum Kabupaten Lampung Timur ...................... 42
B. Gambaran Umum Kecamatan Sukadana ................................ 43
C. Gambaran Umum Desa Sukadana ........................................... 45
D. Karakteristik Petani ................................................................ 47
E. Gambaran Umum Usahatani Ubi Kayu ................................... 51
i
F. Keragaan Usahatani Ubi kayu di Daerah Penelitian .............. 53
G. Biaya Usahatani Ubi kayu ..................................................... 59
H. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ubi kayu ............. 64
I. Harga Pokok Produksi ............................................................ 65
V.KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ………………………...……..…………….. 69
LAMPIRAN....................................................................................... 72
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas ubikayu di Indonesia tahun 2011-2015…………………………...........2
2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kyudi Provinsi Lampung pada Tahun 2014 -2015………………..........4
3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu diKecamatan Tulang Bawang pada Tahun 2015……………. ........... 5
4. Perhitungan harga pokok produksi usahatani ubi kayu................ 41
5. Penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Timur ...........................44
6. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal PetaniUbi kayu di Kecamatan Sukadana tahun 2017 ................................ 48
7. Sebaran Responden Menurut Pengalaman UsahataniUbi kayu diKecamatan Sukadana Tahu 2017...................................................... 49
8. Sebaran Responden Menurut Pendapatan di LuarUsahatani di Kecamatan Sukadana Tahun2018. .............................. 52
9. Rata-rata pengunaan pupuk dalam usahatani ubi kyuper hektar di Kecamatan SukadanaTahun 2018 (Rp/tahun ).....................................................................59
10. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di KecamatanSukadana Tahun 2017 (Rp/tahun).................................................... 60
11. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Ubi Kayu di KecamatanSukadana Tahun 2017 ......................................................................62
12. Penyusutan alat-alat pertanian pada usahatani ubi kayudi Kecamatan Sukadana tahun 2017 (Rp/tahun) ...............................63
i
13. Rata-rata biaya usahatani ubi kayu ( Rp/tahun ) ........................ 64
14. Rata-rata penerimaan, pendapatan dab Biaya PokokProduksi Ubi kayu (RP/kg) .............................................................. 66
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Produk dari ubi kayu ............................................................................... . 3
2. Bagan alir analisis pendapatan ushatani ubi kayu danHarga pokok produksi di Kecamatan Sukadana ........................................ 33
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman yang sangat
populer di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, ubi
kayu memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-
umbian yang lain. Ubikayu merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat
tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tingkat
produksinya akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air
tanah. Ubikayu merupakan tanaman yang tahan di lahan kering, sedangkan
pada lahan dengan tingkat kesuburan tinggi, akan menyerap unsur hara yang
banyak. Ubi kayu banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri seperti
bahan baku tepung tapioka, bioethanol, gula cair, sorbitol, monosodium
glutamat (Yuliawati,2009). Tanaman ubi kayu terdiri dari dua bagian yaitu
umbi dan tops. Tops adalah bagian atas tanaman ubi kayu yang melipuyi
daun, batang dan cabang ubi kayu ( Coch et al,1973).
2
Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang penting di Indonesia yang
menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung (Chalil, 2003 dalam
Askurrahman, 2010).
Table 1. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas ubi
kayu di Indonesia tahun 2011-2015
Tahun Luas
Panen
( Ha)
Pertum
buhan
(%)
Produksi
( Ton)
Pertumbuha
n (%)
Produktivit
as
( Ku/ Ha)
Pertumbu
han (%)
2011 1.184.696 0,14 24.044.025 4,27 202,96 0,39
2012 1.129.688 -4,64 24.177.372 0,55 214,02 5,45
2013 1.065.752 -5,66 23.936.921 -0,99 224,60 4,94
2014 1.003.494 -5,84 23.436.384 -2,09 233,55 3,98
2015*) 1.016.368 -4,63 23.969.869 2,28 235,84 0,98
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2011-2015
Tabel 1 memperlihatkan luas panen ubikayu di Indonesia setiap tahunnya
mengalami penurunan pada tahun 2011 luas panen ubikayu di Indonesia
1.184.696 ha sama hal nya dengan produksi ubikayu di Indonesia setiap tahun
mengalami penurunan pada tahun 2011 produksi ubikayu 24.044.025 ton dan
pada tahun 2015 produksi ubikayu hingga 23.969.869 ton dengan
pertumbuhan 2,28 persen. Produktivitas ubikayu di Indonesia dari tahun 2011
hinga tahun 2015 mengalami peningkatan, tetapi pertumbuhan produktivitas
terbesar pada tahun 2012 hingga 5,45 persen.
3
Gambar 1. Produk dari ubi kayu
Ubikayu mempunyai nilai gizi sebagai bahan pangan terutama sebagai sumber
karbohidrat. Beberapa keunggulan ubikayu adalah 1) kadar gizi makro (kecuali
protein) dan mikro tinggi, sehingga sejumlah penderita anemia dan kekurangan
vitamin A dan C di tengah masyarakat yang pangan pokoknya ubikayu relatif
sedikit, 2) daun mudanya sebagai bahan sayuran berkadar gizi makro dan mikro
paling tinggi dan proporsional dibandingkan dengan bahan sayuran lainnya, 3)
kadar glikemik dalam darah rendah, 4) kadar serat pangan larut tinggi, 5) dalam
usus dan lambung berpotensi menjadi probiotik, dan 6) secara agronomis mampu
beradaptasi terhadap lingkungan marginal sehingga merupakan sumber kalori
potensial di wilayah yang didominasi oleh lahan marginal dan iklim kering.
Berdasarkan data dari FAO (Foods Balance Sheets)1964-68, bahwa ubi kayu
dapat mencukupi 50% kebutuhan kalori atau 90% kebutuhan kalori berupa
Ubi Kayu
Gaplek
Tapioka
Onggok
Dikeringkan
nn Pelet
Tepung
Gaplek
Lain-lainnya
Tapioka
berbentuk
Mutiara
Serpihan
Asam Sitrat
Makanan Ringan
Dekstrin
Glukosa
Sorbitol
Fruktosa
Etanol
4
karbohidrat bagi pendudukdi Negara Negara Afrika Tengah, Sementara di
Indonesia sendiri dapat memenuhi 15% kebutuhan kalori total atau 31%
kebutuhan kalori berupa karbohidrat.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kyu
di Provinsi Lampung pada Tahun 2014 -2015
Kabupaten / Kota
Luas Panen (Ha)
Produksi
( Ton)
Produktivitas
( Kw/ Ha)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
Lampung Barat 252 264 5.263 5.529 207,20 224,75
Tanggamus 578 439 12.344 10.311 213,56 234,88
Lampung Selatan 6.898 10.398 150.92 248.978 218,79 239,45
Lampung Timur 53.74 48.092 1.433.094 1.224.711 266,67 254,66
Lampung Tengah 91.906 97.364 2.401.090 2.523.230 261,25 259,20
Lampung Utara 74.537 54.17 1.999.026 1.526.969 268,19 181,88
Way Kanan 16.402 14.488 400.772 399.81 244,34 275,96
Tulang Bawang 21.774 17.915 600.954 472.557 276,00 263,78
Pesawaran 4.742 4.431 104.072 107.636 219,47 242,92
Pringsewu 873 836 18.039 19.823 206,63 237,12
Mesuji 4.506 3.351 125.947 97.682 279,51 291,50
Tulang Bawang
Barat 27.686 27.293 770.367 741.497 278,25 271,68
Bandar Lampung 117 104 2.551 2.937 218,03 253,57
Metro 261 105 5.56 2.958 213,14 281,69
Pesisir Barat 194 123 4.014 2.755 206,91 224,02
Lampung 304.468 279.337 8.034.016 7.387.084 263,87 264,02
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Lampung
Tabel 2 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2014
memiliki luas panen 53.74 ha dengan produksi 1.433.094 ton, dan produktivitas
sebesar 266,67 kw/ha. Pada tahun 2015 luas panen mengalami penurunan 48.092
ha dengan produksi sebesar 1.224.711 ton dengan produktivitas 254,66 Kw.
Kabupaten Lampung Timur termasuk produksi ubikayu yang tinggi ke tiga di
Provinsi Lampung .
5
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubikayu di
Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2016-2017
NO
. Kecamatan
Ubi Kayu
2016 2017
Luas
Panen
( Ha)
Produksi
( Ton )
Produktivitas
( Kw/Ha)
Luas
Panen
( Ha)
Produksi
( Ton )
Produktivitas
( Kw/Ha)
1 Metro Kibang 667 15.930 238,84 327 7.810 238,84
2 Batang Hari 369 4.456 120,75 97 1.265 130,40
3 Sekampung 186 4.267 229,39 157 3.601 229,39
4 Marga Tiga 4.874 133.817 274,55 2.037 55.926 274,55
5 Sekampung Udik 2.102 50.035 238,03 1.399 33.301 238,03
6 Jabung 5.274 106.959 202,80 1.281 25.979 202,80
7 Pasir Sakti 150 2.997 199,82 50 999 199,82
8 Waway Karya 3.814 78.098 202,77 902 18.470 204,77
9 Marga Sekampung 72 805 111,78 43 907 211,00
10 Labuhan Maringgai 402 9.376 233,33 61 1.423 233,23
11 Mataram Baru 59 1.466 248,49 29 721 248,49
12 Bandar Sribawono 7.680 104.548 136,13 2.954 40.213 136,13
13 Melinting 551 5.565 101,00 208 2.288 110,00
14 Gunung Pelindung 2.891 77.305 267,40 946 25.296 267,40
15 Way Jepara 1.673 35.619 212,90 366 7.792 212,40
16 Braja Selebah 144 3.218 223,50 36 805 223,20
17 Labuhan Ratu 2.903 57.343 197,53 1.156 24.415 211,20
18 Sukadana 7.861 206.276 262,40 4.311 113.123 262,40
19 Bumi Agung 2.463 33.210 134,83 290 5.356 184,70
20 Batanghari Nuban 2.320 62.352 268,76 400 10.750 268,76
21 Pekalongan 945 25.422 269,02 0 0 269,02
22 Raman Utara 352 9.032 256,58 47 1.206 256,58
23 Purbolinggo 240 8.816 259,30 48 1.245 259,30
24 Way Bungur 1.470 36.662 260,57 324 8.442 260,57
Jumlah 49.499 1.073.574 239,27 17.469 391.333 239,27
sumber : outlok budidaya ubi kayu tahun 2017
6
Tabel 3 Kecamatan Sukadana pada atahun 2016 luas panen ubi kayu sebesar
7.861 ha dengan produksi 206.276 ton , dan produktivitas sebesar 262,40
kw/ton,pada tahun 2017 produksi ubi kayu mengalami penurunan luas panen
ubi kayu 4.311, dengan produksi ubi kayu 113.123 dan produksivitas sebesar
262,40.
Produktivitas usahatani yang rendah berkaitan erat dengan persoalan efisien
dalam penggunaan input. Dimana alokasi penggunaan input yang belum
sesuai dengan yang dianjurkan. Efisien merupakan faktor yang sangat penting
dalam penentuan pertumbuhan produktivitas terutama pada pertanian di
Negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas dan kurangnya
kesempatan dalam mengembangkan dan mengadopsi teknologi yang lebih
baik ( Bifarin, 2010).
B. Rumusan Masalah
Ubi kayu merupakan komoditi stategis sebagai sumber pendapatan bagi petani
yang berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani. Permasalahan umum
pada tanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah.
Menurut Amri, 2011 menyatakan bahwa input produksi ubikayu yaitu pupuk,
tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi ubikayu. Produksi ubikayu dapat dicapai secara
optimal apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan,
dan tenaga kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem
usahatani.
7
Industri pengolahan tepung tapioka merupakan salah satu industri yang
menggunakan ubikayu sebagai bahan baku. Industri pengolahan tepung
tapioka tersebar di beberapa daerah sentra produksi ubikayu, salah satunya
adalah di Kabupaten Lampung Timur. Masalah lain dari ubi kayu adalah
harga ubi kayu yang terus penurun karena melimpahnya stok di pasaran. Hal
ini membuat harga singkong sempat anjlok dengan harga Rp 300-, sampai
Rp400-,. . Padahal pasokan ubi kayu tengah melimpah. Pada saat petani yang
sudah terlanjur panen harus menunggu selama tiga hari untuk memasok ubi
kayu hal ini juga sangat mempengaruhi harga ubi kayu yang mengalami
penurunan . Karakteristik komoditi ubi kayu menjadi bahan pertimbangan
dalam pengembangan agroindustri tapioka, karena ubi kayu bersifat musiman
(umur umbi ubi kayu layak panen 9- 12 bulan) dan mudah rusak dengan umur
simpan maksimum paska panen ubi kayu ± 2 hari. Waktu pemanenan ubi
kayu di daerah penelitian terjadi sekitar bulan Juli sampai Mei di setiap
tahunnya. Sehingga memerlukan penghitungan biaya pokok produksi ubi
kayu agar ada peneteapan harga jual ubi kayu .
Berdasarkan uraian diatas dapat didefinisikan beberapa masalah, yaitu :
1. Berapa pendapatan usahatani ubi kayu ?
2. Bagaimana menghitung biaya pokok usahatani ubi kayu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung
Timur.
8
2. Menganalisis biaya pokok usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung
Timur.
D. Kegunaan Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Sebagai informasi bagi petani ubikayu di Kabupaten Lampung Timur
2. Sebagai bahan informasi bagi pembuat kebijaksanaan yang
berhubungan dengan komoditi ubikayu
3. Sebagai bahan dan refrensi bagi yang memerlukan
II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Ubikayu
1.1 Deskripsi Tanaman Ubikayu
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz atau Manihot utilissima) memiliki
nama lokal yang cukup bervariasi seperti: ketila, keutila, ubi kayee
(Aceh), ubi parancih (Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu
(Manado), bistungkel (Ambon), huwi dangdeur, huwi jendral, kasapen,
sampeu, ubikayu (Sunda), katela mantri, ubikayu, tela pohung (Jawa),
dan kasibi (Ternate). Ubikayu berasal dari Benua Amerika, tepatnya
dari Brazil. Ubikayu menyebar ke hampir seluruh wilayah dunia, antara
lain: Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok (Purnomo &
Purnamawati 2010).
Menurut (Purnomo & Purnamawati 2010) ubikayu merupakan tanaman
yang mudah dikenali karena memiliki ciri khas, yaitu: batangnya
berbuku-buku (setiap buku batang terdapat mata tunas), daunnya
menjari, dan umbi berasal dari pembesaran sekunder akar
adventif. Umbi ubikayu umumnya mengandung 10-490 miligram HCN per
kilogram umbi basah (tergantung varietasnya).
Senyawa HCN berbahaya jika dikonsumsi lebih dari 1 miligram HCN per
kilogram bobot tubuh per hari. Umbi ubikayu dengan kadar HCN kurang dari 50
10
miligram per kilogram bobot umbi dinyatakan aman untuk dimakan. Kadar
HCN yang lebih dari 100 miligram per kilogram bobot umbi hanya
diperkenankan untuk industri, seperti tepung tapioka.
Tanaman ubikayu dewasa dapat mencapai tinggi 1 sampai 2 meter, walaupun ada
beberapa kultivar yang dapat mencapai tinggi sampai 4 meter. Batang ubikayu
berbentuk silindris dengan diameter berkisar 2 sampai 6 cm. Warna batang sangat
bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai coklat atau coklat tua. Batang
tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang
menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan
satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku terdiri
dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode).
Panjang ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor
lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam
kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan
sangat panjang jika kekurangan cahaya. Ubi yang dihasilkan berasal dari
pembesaran sekunder akar adventif, daunnya menjari, batangnya berbuku-buku,
setiap buku batang terdapat tunas (Purwono dan Purnawati, 2008).
Menurut Prihardana dan Hendroko, 2007 secara taksonomi ubikayu ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
11
Kelas
: Dycotiledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot esculenta Crantz.
Batang tanaman ubikayu berkayu, beruas – ruas, dan panjang, yang ketinggiannya
dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi, tergantung kulit
luar, tetapi batang yang masih muda umumnya berwana hijau dan setelah tua
menjadi keputih – putihan, kelabu, hijau kelabu, atau coklat kelabu. Empulur
batang berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus.
Daun ubikayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai.
Daun ubikayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru,
terutama daun yang masih muda (pucuk).1. Tanaman ubikayu dapat beradaptasi
luas di daerah beriklim panas (tropis). Daerah penyebaran tanaman ubikayu di
dunia berada pada kisaran 300 lintang utara, 300 lintang selatan di dataran
rendah sampai di dataran tinggi 2.500 meter di atas permukaan laut. Yang
bercurah hujan antara 500 mm –2.500 mm/tahun (Semangun, 1993).
Di Indonesia tanaman ubikayu tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai
dataran tinggi, yakni antara 10 m – 1.500 di atas permukaan laut (dpl). Daerah
yang paling ideal untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah
dataran rendah yang berketinggian antara 10m – 700 dpl.
Tanaman ubikayu membutuhkan kondisi iklim panas dan lembab. Kondisi iklim
yang ideal adalah daerah yang bersuhu minimum 100 c, kelembaban udara (rH)
12
60% - 65% dengan curah hujan 700 mm – 1.500 mm/tahun, tempatnya terbuka
dan mendapat penyinaran sinar matahari 10 jam/hari. Daerah yang beriklim
kering atau yang bercurah hujan rendah berpengaruh kurang baik terhadap
produksi ubikayu, yakni ubinya berserat, berkayu, dan produksinya rendah. Di
damping itu tanaman ubikayu di daerah beriklim kering mudah di serang hama
tungau merah. Sebaliknya, daerah beriklim basah atau bercurah hujan tinggi,
pertumbuhan tanaman ubikayu cenderung kearah vegetatif terus, dan mudah di
serang penyakit yang di sebabkan cendawan (Semangun,1993).
Ubikayu jenis tanaman yang dapat tumbuh di sembarang tempat. Apalagi di
kawasan tropis dengan penyinaran penuh sepanjang tahun seperti di Indonesia,
tanaman ubikayu pasti menguntungkan. Pada daerah dimana tidak cocok lagi
untuk menanami padi dan kedele, ubikayu masih dapat tumbuh dan menghasilkan.
Itulah kelebihan yang di peroleh dari tanaman ubikayu (Sudarmono,1990) .
Tapi untuk memperoleh hasil menguntungkaan, tentu ada syarat minimum yang
yang harus di penuhi. Di antaranya : (1) Tanah janganlah terlalu subur, kalau
terlalu subur, tumbuhnya akan subur dan berdaun rindang tanpa di imbangi oleh
ubinya, (2) Usahakan sisitem pengairan tempat penanaman lancar. Pada tanah
becek atau berair, ubikayu tidak dapat tumbuh baik dan umbinya tetap kerdil.
Oleh karena itulah ubikayu banyak di tanam di tegalan atau di ladang.
Adakalanya ditanam di sawah sebagai palawija tapi itupun terbatas pada
tanaman berumur pendek. kebiasaan lain yang sering di tempuh oleh petani
ubikayu adalah menanam ubikayu di wilayah pabrik tapioka. Untuk di daerah
seperti ini dilakukan penanaman ubikayu secara bergilir. sementara ubikayu
13
yang di tanam di sawah, biasanya akan dipilih daerah yang agak tinggi
letaknya. Perbanyakan tanaman ubikayu dapat dilakukan dengan cara
generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Perbanyakan secara generatif (biji)
biasanya dilakukan pada skala penelitian (pemuliaan tanaman) untuk
menghasilkan variatas baru.
Untuk tujuan uasatani pada tingkat petani, biasanya dipraktikkan perbanyakan
vegetatif dengan stek batang. Di samping itu alternatif teknik perbanyakan
vegetatif lain yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanaman
pada skala kecil, penyiapan bibit ubikayu dapat dilakukan dengan cara
sambungan (okulasi) antara batang bawah jenis ubikayu biasa dengan batang
atas jenis ubikayu karet.
1.2 Budidaya Tanaman Ubikayu
a. Penyiapan Bibit
Sumber bibit ubikayu berasal dari pembibitan tradisional berupa stek yang
diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan dengan kebutuhan
bibit untuk sistem budidaya ubikayu monokultur adalah 10.000-15.000 stek ha-
1(Tim Prima Tani,2006). Untuk satu batang ubikayu hanya
diperoleh 10-20 stek sehingga luas areal pembibitan minimal 20% dari luas areal
yang akan ditanami ubikayu. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama
penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan hasil ubikayu. Bibit
yang dianjurkan untuk ditanam adalah stek dari batang bagian tengah dengan
diameter batang 2-3cm, panjang 15-20 cm, dan tanpa penyimpanan.
b. Penyiapan Lahan
14
Penyiapan lahan berupa pengolahan tanah bertujuan untuk: (1) memperbaiki
struktur tanah; (2) menekan pertumbuhan gulma; dan (3) menerapkan sistem
konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Tanah yang
baik untuk budidaya ubikayu adalah memiliki struktur gembur atau remah
yang dapat dipertahankan sejak fase awal pertumbuhan sampai panen.
Kondisi tersebut dapat menjamin sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah
terutama pada lapisan olah sehingga aktivitas jasad renik dan fungsi akar
optimal dalam penyerapan hara. Menurut Tim Prima Tani (2006), tanah
sebaiknya diolah dengan kedalaman sekitar 25 cm, kemudian dibuat bedengan
dengan lebar bedengan dan jarak antar bedengan disesuaikan jarak tanam
ubikayu, yaitu 80-130 cm x 60-100 cm. Pada lahan miring atau peka erosi,
tanah perlu dikelola dengan sistem konservasi, yaitu: (1) tanpa olah tanah; (2)
olah tanah minimal; dan (3) olah tanah sempurna sistem guludan kontur.
Pengolahan minimal (secara larik atau individual) efektif mengendalikan erosi
tetapi hasil ubikayu seringkali rendah dan biaya pengendalian gulma relatif
tinggi. Dalam hal ini tanah dibajak (dengan traktor 3-7 singkal piring atau
hewan tradisional) dua kali atau satu kali yang diikuti dengan
pembuatan guludan (ridging). Untuk lahan peka erosi, guludan juga berperan
sebagai pengendali erosi sehingga guludan dibuat searah kontur.
c. Penanaman
Stek ditanam di guludan dengan jarak antar barisan tanaman 80-130 cm dan
dalam barisan tanaman 60-100 cm untuk sistem monokultur (Tim Prima Tani,
2006), sedangkan jarak tanam ubikayu untuk sistem tumpangsari dengan
kacang tanah, kedelai, atau kacang hijau adalah 200 x 100 cm dan jarak tanam
15
tanaman sela yang efektif mengendalikan erosi dan produktivitasnya tinggi
adalah 40 cm antara barisan dan 10-15 cm dalam barisan.
Penanaman stek ubikayu disarankan pada saat tanah dalam kondisi gembur
dan lembab atau ketersediaan air pada lapisan olah sekitar 80% dari kapasitas
lapang. Tanah dengan kondisi tersebut akan dapat menjamin kelancaran
sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah sehingga
dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintesis secara
maksimal dan ditranslokasikan ke dalam umbi secara maksimal pula. Posisi
stek di tanah dan kedalaman tanam dapat mempengaruhi hasil ubikayu. Stek
yang ditanam dengan posisi vertikal (tegak) dengan kedalaman sekitar 15 cm
memberikan hasil tertinggi baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Penanam stek dengan posisi vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar
dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi miring
atau horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti
stek yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
d. Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi
ubikayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hara yang hilang terbawa
panen untuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 kgN;2,24 kgP2O5; dan 9,32
K2O ha1musim1, dimana 25% N, 30% P2O5, dan 26% K2O terdapat di
dalam umbi. Berdasarkan perhitungan tersebut, hara yang terbawa panen
ubikayu pada tingkat hasil 30 ton ha-1 adalah 147,6 kg N; 47,4 kg P2O5; dan
16
179,4 kg K2O ha-1, untuk mendapatkan hasil tinggi tanpa menurunkan tingkat
kesuburan tanah, hara yang terbawa panen tersebut harus diganti melalui
pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara
sehingga tingkat kesuburan tanah menurun.
Pemupukan yang tidak rasional dan tidak berimbang juga dapat merusak
kesuburan tanah. Pemupukan harus dilakukan secara efisien sehingga
didapatkan produksi tanaman dan pendapatan yang diharapkan. Umbi
ubikayu adalah tempat menyimpan sementara hasil fotosintesis yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan vegetatif
yang berlebihan akibat dosis pemupukan yang tinggi dapat menurunkan hasil
panen. Efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh jenis pupuk, varietas, jenis
tanah, pola tanam, dan keberadaan unsur lainnya di dalam tanah. Untuk
pertanaman ubikayu sistem monokultur, disarankan pemberian pupuk
anorganik sebanyak 200 kg urea,100 kg SP36, dan 100 kg KCl hektar-1 yang
14 diberikan sebanyak tiga tahap. Tahap I umur 7-10 hari diberikan 50 kg
urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl ha-1, dan tahap II umur 2-3 bulan diberikan
75 kg urea dan 50 kg KCl ha-1, serta tahap III umur 5 bulan diberikan lagi 75
kg urea ha-1. Pupuk organik (kotoran ternak) dapat digunakan sebanyak 1 -2
ton ha-1 pada saat tanam.
e. Pemeliharaan Tanaman
Kelemahan ubikayu pada fase pertumbuhan awal adalah tidak mampu
berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas
gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah tanam. Bila pengendalian
gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut, produktivitas dapat turun
17
sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma. Untuk itu, penyiangan
diperlukan hingga tanaman bebas dari gulma sampai berumur sekitar 3 bulan
(Tim Prima Tani, 2006). Menurut Wargiono dkk. (2006), pada bulan ke-4
kanopi ubikayu mulai menutup permukaan tanah sehingga pertumbuhan
gulma mulai tertekan karena kecilnya penetrasi sinar matahari di antara
ubikayu. Oleh karena itu, kondisi bebas gulma atau penyiangan pada bulan
ke-4 tidak diperlukan karena tidak lagi mempengaruhi hasil. Pada saat
penyiangan, juga dilakukan pembumbunan, yaitu umur 2-3 bulan.
Pemeliharaan selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pembatasan tunas.
Pada saat tanaman berumur 1 bulan dilakukan pemilihan tunas terbaik, tunas
yang jelek 15 dibuang sehingga tersisa dua tunas yang paling baik. Sementara
itu, pengendalian hama dan penyakit tidak perlu dilakukan karena sampai saat
ini tanaman ubikayu tidak memerlukan pengendalian hama dan penyakit.
Apabila di lapangan diperlukan pengendalian hama penyakit, maka tindakan
yang dilakukan sebagai berikut :
a) Tungau/kutu merah (Tetranychus bimaculatus) dikendalikan secara
mekanik dengan memetik daun sakit pada pagi hari dan kemudian dibakar.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan akarisida.
b) Kutu sisik hitam (Parasaissetia nigra) dan kutu sisik putih (Anoidomytilus
albus) dikendalikan secara mekanis dengan mencabut dan membatasi
tanaman sakit menggunakan bibit sehat. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan perlakuan stek insektisida seperti tiodicarb dan oxydemeton
methil.
18
c) Penyakit bakteri B. manihotis dan X. manihotis menyerang daun muda dan
P.solanacearum menyerang bagian akar tanaman sehingga tanaman layu
dan mati. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan varietas tahan/agak
tahan.
d) Penyakit lain adalah cendawan karat daun (Cercospora sp.), perusak
batang(Glomerell sp.), dan perusak umbi (Fusarium sp.). Pengendalian
dianjurkan menggunakan larutan belerang 5%.5. Penyakit virus mosaik
(daun mengeriting) belum ada rekomendasi pengendaliannya.
f. Panen
Waktu panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat mencapai
tingkat maksimal. Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya umur
panen,sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini
menunjukan bahwa umur panen ubikayu fleksibel. Tim Prima Tani (2006)
menganjurkan panen pada saat tanaman berumur 8-10 bulan dan dapat ditunda
hingga berumur 12 bulan. Fleksibilitas umur panen tersebut memberi peluang
petani melakukan pemanenan pada saat harga jual tinggi. Dalam kurun waktu
5 bulan tersebut (panen 8-12 bulan) dapat dilakukan pemanenan bila harga
jual ubikayu naik karena tidak mungkin melakukan penyimpanan ubikayu di
gudang penyimpanan seperti halnya tanaman pangan lainnya. Pembeli
biasanya akan membeli ubikayu dalam bentuk segar yang umurnya tidak lebih
dari 2x24 jam dari saat panen.
2. Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
19
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan
alam sekitarnya sebagai modal sehingga meberikan manfaat yang sebaik-
baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari cara-cara petani menentukan,
mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).
Usahatani dapat dikelompokkan berdasarkan corak, sifat, organisasi, pola,
serta tipe usahatani. Berdasarkan corak dan sifatnya, usahatani dapat dilihat
sebagai usahatani subsisten dan usahatani komersial. Usahatani komersial
merupakan usahatani yang menggunakan keseluruhan hasil panennya secara
komersial dan telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk,
sedangkan usahatani subsisten hanya memanfaatkan hasil panen dari
kegiatan usahataninya untuk memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya
sendiri. Usahatani berdasarkan organisasinya, dibagi menjadi tiga yaitu
usaha individual, usaha kolektif dan usaha kooperatif.
1) Usaha individual
Usaha individual merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses
usahataninya dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai
dari perencanaan, mengolah tanah hingga pemasaran, sehingga faktor
produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani dapat ditentukan
sendiri dan dimiliki secara perorangan (individu).
2) Usaha kolektif
Usaha kolektif merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses
20
produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya
dibagi .
3) Usaha koorperatif
Usahatani kooperatif ialah usahatani yang tiap proses produksinya
dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang
dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi,
pemberantasan hama, pemasaran hasil dan pembuatan saluran.
Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola khusus,
tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani khusus merupakan usahatani yang
hanya mengusahakan satu cabang usahatani, pola usahatani tidak khusus
merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama- sama
tetapi tetapi dengan batas yang tegas, sedangkan pola usahatani campuran ialah
usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam
sebidang lahan tanpa batas yang tegas.
Tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan pengelompokkan usahatani
berdasarkan jenis komoditas pertanian yang diusahakan, misalnya usahatani
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan
kehutanan (Suratiyah, 2008).
3. Pendapatan Usahatani
Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah
dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan
menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah
21
tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi,
1998). Setiap orang yang bekerja menginginkan pendapatan atau
keuntungan yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Arsyad (2004), pendapatan seringkali digunakan indikator
pembangunan suatu negara selain untuk membedakan tingkat kemajuan
ekonomi antara Negara maju dengan negara berkembang.
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian
yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain
(Sukartawi, 1995) :
1) Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu
kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar.
2) Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor yang dikurangi dengan total
biaya produksi atau penerimaan kotor di kurangi dengan biaya variabel
dan biaya tetap.
3) Biaya produksi adalah semua pngeluaran yang dinyatakan dengan uang
yang diperlukan untuk menghasilkan produksi.
Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani
dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Jangka
waktu pembukuan umumnya satu tahun yang mencakup : a) dijual, b)
dikonsumsi rumah tangga petani, c) digunakan dalam usahatani, d) digunakan
untuk pembayaran, dan e) disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun
(Soekartawi,1984). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang
22
diperoleh dengan harga jual (Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut :
TR = Y . Py…………………………………..(1)
Keterangan :
TR = total penerimaan
Y = produksi yang diperoleh dari suatu usahatani
Py = harga produksi
Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan semua biaya produksi.
Pendapatan meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) dan pendapatan
bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara
keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hastuti Dwi R. D,
2007).
Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
π= TR – TC………………………………………………(2)
π= Y . Py – {(ƩXi . Pxi) – BTT}….……………………...(3)
Keterangan :
Π = keuntungan/pendapatan (Rp)
TR = total penerimaan (Rp)
TC = total biaya (Rp)
Y = jumlah produksi (satuan)
Py = harga satuan produksi (Rp)
X = faktor produksi (satuan)
Px = harga faktor produksi (Rp/satuan)
i = banyaknya input yang dipakai
BTT = biaya tetap total (Rp)
Pemisahan pengeluaran terkadang sulit dilakukan karena pembukuan
23
yang tidak lengkap dan juga adanya biaya bersama dalam produksi. Cara
yang dapat dilakukan adalah memisahkan pengeluaran total usahatani menjadi
pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap (Soekartawi, 1984).
R/C = (Py . Y) / (FC + VC)………………………..(4)
Atau R/C = PT / TC…………………………………….. (5)
Keterangan :
Py = harga produksi
Y = produksi
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
PT = produksi total
TC = biaya total
4. Konsep Biaya
Suratiyah (2006) menyatakan, biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal, eksternal dan faktor manajemen. Faktor internal
maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan.
Faktor internal meliputi umur petani, tingkat pendidikan dan pengetahuan,
jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan moal. Faktor eksternal terdiri
dari input yang terdiri atas ketersediaan dan harga. Faktor manajemen
berkaitan dengan pengambilan keputusan dengan berbagai pertimbangan
ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang
maksimal.
24
Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang. Menurut Soekartawi (2006) biaya dalam
usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang
jumlahnya relatif tetap, dan terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi
usahatani tinggi ataupun rendah, dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak
tergantung pada besarnya tingkat produksi. Biaya tetap (fixed cost) dapat
dihitung dengan formula berikut ini:
𝐹𝐶 = ∑ 𝑋𝑖𝑃𝑋𝑖 𝑛 𝑖=1...................................................(6)
Keterangan:
FC = biaya tetap
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input
n = macam input.
Jika dalam penelitian nilai biaya tetap tidak dapat dihitung dengan formula
di atas, maka nilai biaya tetap bisa langsung ditetapkan berdasarkan hasil
observasi lapangan yang dilakukan. Formula di atas juga dapat digunakan
untuk menghitung biaya variabel. Sehingga biaya total (total cost) dapat
dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
TC = FC + VC..............................................................(7)
Keterangan:
TC = biaya total
25
FC = biaya tetap
VC = biaya tidak tetap.
Biaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: biaya total (Total Cost),
biaya tetap total (Total Fixed Cost) dan biaya variabel total (Total Variabel
Cost). .
Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang digunakan untuk
menghasilkan.
5. Harga pokok produksi
Harga pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi atau menghasilkan suatu produk dalam satu periode. Harga
pokok produksi usahatani ubi kayu merupakan total biaya yang dikeluarkan
oleh petani untuk memproduksi dalam suatu proses budidaya pada satu musim
tanam. Komponen biaya produksi usahatani ubikayu meliputi biaya alat dan
bahan (saprodi), biaya tenaga kerja dan biaya overhead usahatani. Alat dan
bahan (saprodi) dalam usahatani ubi kayu meliputi bibit, pupuk, dan lain-lain.
Biaya tenaga kerja merupakan total upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh
petani dalam proses budidaya ubi kayu dari mulai persiapan lahan, pengolahan
lahan, persiapan tanam, tanam, pemeliharaan , pemupukan, penyulaman,
penyiangan dan panen. Biaya overhead usahatani meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh petani dalam proses budidaya ubi kayu dalam satu musim
tanam selain biaya pembelian alat dan bahan (saprodi) dan biaya tenaga kerja.
Biaya overhead ubi kayu meliputi biaya pajak lahan pertanian.
26
a. Metode penentuan harga pokok produksi
Menurut Mulyadi (1991), metode penentuan harga pokok produksi adalah
cara memperhitugkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.
Harga pokok produk atau product costs merupakan elemen penting untuk
menilai keberhasilan (perfomance) dari perusahaan dagang dan
manufaktur (Harnanto,1992). Selanjutnya Mulyadi (1991) juga
menjelaskan bahwa dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu full costing dan
variable costing.
1) Full costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variable
maupun tetap. Mulyadi (1991) menjelaskan bahwa harga pokok produksi
yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok
produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik variabel, dan biaya overhead tetap) ditambah dengan biaya
nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2) Variable Costing
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi yang
27
dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok
produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel
(biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan
umum tetap) (Mulyadi, 1991).
Mulyadi (1991) menjelaskan bahwa perbedaan pokok yang ada di antara kedua
metode (full costing dan variable costing) adalah terletak pada perlakuan terhadap
biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap
biaya produksi tetap akan mempunyai akibat pada: (1) perhitungan harga pokok
produksi dan (2) penyajian laporan rugi laba. Dalam metode full costing, biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan
kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada
kapasitas normal,
atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya
overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam
proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap
sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah
terjual.
Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
di muka kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead
sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan, maka akan terjadi pembebanan
overhead lebih (overapplied factory overhead ) atau pembebanan biaya overhead
pabrik kurang (underapplied factory overhead ). Jika semua produk yang diolah
28
dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead
pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah
harga pokok produk yang masih dalam persedian tersebut. Namun, jika dalam
suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang,
maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan rugi-laba sebelum produknya laku dijual. Metode variable costing
dikenal dengan nama direct costing (biaya langsung).
Pengertian langsung dan tidak langsungnya suatu biaya tergantung erat tidaknya
hubungan biaya dengan objek penentuan biaya, misalnya: produk, proses,
departemen, dan pusat biaya yang lain. Dalam hubungannya dengan produk,
biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau
diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya
memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi merupakan biaya
langsung dalam hubungannya dengan produk.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Thamrin Tahun 2013 deanga
judukl “Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot utilissima)” menunjukan
hasil analisis usahatani ubi kayu pengaruh faktor-faktor produksi (luas
lahan, bibit, tenaga kerja, dan pupuk) terhadap pendapatan usahatani ubi
kayu, mengetahui kelayakan usahatani ubi kayu. Metode penarikan
sampel menggunakan metode sensus, mengambil semua populasi untuk
dijadikan sampel dengan metode analisis Cobb-Douglas, Deskriptif dan
R/C Ratio. Hasil penelitian variabel luas lahan, bibit, tenaga kerja dan
29
pupuk berpengaruh nyata secara simultan (serempak) terhadap
pendapatan petani ubi kayu. Secara parsial variabel luas lahan berpengaruh
nyata. Sementara variabel bibit, tenaga kerja dan pupuk tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan ubi kayu. Berdasarkan analisis
R/C Ratio dengan nilai 7,5 > 1. usahatani ubi kayu di daerah
penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Rofiatul Muizah tahun 2013 dengan
judul”Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Manihot esculenta crantz)”
menunjukan hasil analisis pendapatan ubikayu Pener imaan usahatani ubi
kayu menunjukkan bahwa rata-rata produksi ubi kayu dalam satu kali
musim tanam mencapai 19.378 Kg dengan harga rata-rata per Kg
sebesar Rp. 867 sehingga diperoleh rata-rata penerimaan usahatani ubi
kayu dalam satu kali musim tanam sebesar Rp.16.858.800.
Penelitian yang dilakukan oleh Silvania Eprilianta tahun 2011 dengan judul
“Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu Dengan Metode Full
Costing Pada Industri Kecil (Studi Kasus Cv Laksa Mandiri)” menunjukan
hasil analisis perhitungan harga pokok produksi metode digunakan dalam
menghitung biaya produksi tersebut ialah metode full costing. Hasil analisis
data diperoleh bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh
CV Laksa Mandiri untuk tahu putih adalah Rp 203,50 dan tahu kuning adalah
Rp 222,94 sedangkan hasil analisa perhitungan harga pokok produksi dengan
metode full costing untuk tahu putih adalah Rp 207,84 dan tahu kuning adalah
Rp 227,57 jadi selisih antara metode full costing dengan metode yang
30
dilakukan oleh perusahaan adalah tahu putih Rp 4,34 dan tahu kuning Rp
4,63. Jadi metode yang paling tepat adalah metode full costing karena metode
ini memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Penelitian yang dilakukan Alghoziyah tahun2016 dengan judul “Penentuan
Harga Pokok Produksi Dan Daya Saing Usahatani Karet Rakyat Di Desa
Kembang Tanjung Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara”
yang menunjukan penentuan harga pokok produksi Metode analisis yang
digunakan yaitu metode analisis kelayakan finansial, metode harga pokok
produksi secara variable costing dan full costing, dan metode Policy Analysis
Matrix (PAM). Hasil dari penelitian ini yaitu usahatani karet rakyat di Desa
Kembang Tanjung menguntungkan dan layak untuk dilakukan dengan nilai
Net B/C, Gross B/C, NPV dan IRR yaitu sebesar 7,05; 5,81;
Rp184.672.001,59 dan 48%. Penentuan harga pokok produksi karet secara
variable costing yaitu sebesar Rp3.463/kg sedangkan secara full costing
adalah sebesar Rp4.364/kg. Usahatani karet rakyat Desa Kembang Tanjung
memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif dapat dilihat dari nilai PCR
dan DRC yaitu sebesar 0,17 (<1) dan 0,09(<1).
Penelitian yang dilakukan olen Ryan Arya Prasetya tahun2015 dengn judul
“Pengaruh Biaya Produksi Karet Remah (Crumb Rubber) Terhadap Anggaran
Penyediaan Bahan Olah Karet (Bokar) Pada Pt Perkebunan Nusantara Vii Unit
Usaha Baturaja” yang menunjukan Pengaruh biaya karet. Jumlah biaya
produksi yang berfluktuatif setiap tahunnya, dari 2012 2014 biaya terbesar
diperoleh pada tahun 2013 dan mengalamipenurunan pada tahun 2014, hal ini
dikarenakan pada tahun tahun 2014permintaan karet remah di pasar global
31
menurun sehingga PTPN VIIunit usaha Baturaja memutuskan untuk
mengurangi produksi.
Biaya produksi karet remah (biaya gaji, tunjangan dan sosial staff,
biayapengolahan, biaya pemeliharaan mesin pabrik, biaya pengepakan, dan
biaya asuransi), biaya pembelian bahan baku dan hasil produksi
secarabersama-sama berpengaruh terhadap anggaran pembelian bokar pada
PTPerkebunan Nusantara VII Unit Usaha Baturaja dengan taraf kepercayaan
99%.
C. Kerangka Pemikiran
Ubi kayu sebagai salah satu alternatif terhadap permasalahan ketahanan pangan
nasional dinilai memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hal ini. Provinsi Lampung
merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu di Indonesia. Diharapkan
sebagai sentra produksi ubi kayu, provinsi Lampung dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan menyediakan kesempatan kerja.
Proses produksi merupakan kegiatan utama pada usaha budidaya ubi kayu
hingga produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Komponen biaya produksi ubi
kayu ini akan mempengaruhi pembentukan harga pokok produksi, karena harga
pokok produksi ditenrukan oleh faktor produksi, seperti lahan, tenaga kerja,
bibit, pupuk, dan pestisida.
32
Perhitungan harga pokok produksi berperan penting dalam penyajian informasi
ringkas dan akurat bagi pemilik usaha. Hasil perhitungan tersebut akan
berpengaruh terhadap penentuan harga jual yang tepat. Jika harga pokok
produksi dapat diturunkan, maka harga jual produk ditekan dan dapat
diharapkan permintaan produk meningka.
Penerimaan ubi kayu dihasilkan dari hasil produksi dikali dengan harga yang
diterima oleh petani. Jika penerimaan sudah diketahui akan di dapat nilai
pendapatan, yaitu seluruh nilai penerimaan dikurang dengan seluruh biaya-
biaya pendapatan bersih atau keuntungan yang akan menjadi besar apabila
petani dapat menekan biaya produksi yang diimbangi dengan produksi tinggi
serta harga jual yang tinggi.
Produksi ubi kayu yang dihasilkan di provinsi Lampung terutama di Lampung
Timur yang produktivitas potensial ubi kayu masih belum mencapai
produktivitas yang maksimal. Kebutuhan petani belum terpenuhi karena
pendapatan yang diterima oleh petani belum maksimal.
33
Gambar2. Bagan alir Estimasi Biaya Pokok Produksi Ubi Kayu
Di Kabupaten Lampung Timur
Usahatani Ubi kayu
Faktor-faktor produksi 1. Luas lahan (X1)
2. Bibit (X2)
3. Pupuk Urea (X3)
4. Pupuk SP36 (X4)
5. Pupuk NPK (X5)
6. Pupuk Organik
(X6)
7. Pestisida (X8)
8. Tenaga kerja (X9)
Produksi Ubi kayu
Harga Pokok
Produksi
Biaya produksi Penerimaan
Pendapatan
Usahatani Ubi kayu
Proses
Produksi
Harga
Output
34
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang
digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang
berhubungan dengan penelitian.
Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga
kerja, dan modal secara efektif dan efisien yang bertujuan untuk
menghasilkan produksi dan pendapatanyang diinginkan pada waktu
tertentu.
Usahatani ubikayu adalah suatu kegiatan petani yang mengalokasikan
sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga kerja, dan modal secara efektif
dan efisien untuk memproduksi komoditi ubikayu dan memperoleh
penerimaan yang diinginkan dalam usahatani.
Luas lahan adalah suatu tempat dimana petani melakukan kegiatan
usahatani ubikayu setiap musim tanam yang diukur dalam saktuan hektar
(Ha).
35
Biaya korbanan marjinal lahan ditentukan dengan nilai sewa selama
musim tanam, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Bibit ubikayu adalah bibit yang ditanam oleh petani selama satu kali
periode produksi yang bertujuan untuk menghasilkan produksi ubikayu
yang diinginkan, dan diukur dalam satuan (ikat )
Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk urea, NPK, dan SP-36, yang
petani pada proses produksi dalam satu kali musim tanam. Jumlah
pupuk diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah herbisida adalah banyaknya bahan kimia (pestisida) yang
digunakan untuk memberantas gulma serta hama dan penyakit tanaman
dalam satu kali musim tanam, diukur dalam satuan gram bahan aktif
(gr/b.a).
Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam
proses produksi selama musim tanam, terdiri dari tenaga kerja pria,
wanita, diukur dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK).
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usahatani dalam satu kali musim tanam yang meliputi biaya bibit, pupuk,
obat- obatan, tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya. Biaya produksi
diukur dalam satuan rupiah (Rp) per musim tanam.
Biaya produksi marjinal adalah biaya total yang dikeluarkan akibat
penambahan atau pengurangan penggunaan faktor-faktor produksi baik
36
tunai maupun diperhitungkan dalam proses produksi usahatani ubikayu
selama satu musi tanam yang diukur dalam rupiah (Rp).
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
volume produksi. Petani harus membayar berapapun jumlah produksi
yang dihasilkan meliputi bunga modal atas pinjaman, penyusutan alat,
nilai sewa lahan, dan pajak lahan usaha yang diukur dalam satuan rupiah
(Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan
jumlah produksi dan merupakan biaya yang digunakan untuk
membeli faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan
tenaga kerja yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya total adalah total dari biaya tetap dan variabel diukur dalam
satuan rupiah (Rp). Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara
tunai oleh petani untuk membeli faktor-faktor produksi pada usahatani
ubikayu.
Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam kegiatan usahatani ubikayu, tetapi tidak dikeluarkan secara
tunai.
Penerimaan petani adalah perkalian antara jumlah produksi dengan harga
jual ubikayu yang diterima petani. Penerimaan ini diukur dalam satuan
rupiah per musim tanam (Rp/musim tanam).
37
Harga pokok produksi (HPP) pada hakikatnya adalah aktiva atau jasa
yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi. Harga pokok
produksi digunakan sebagai penentu harga jual, diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan petani di luar biaya
produksi, dalam penelitian ini antara lain biaya yang dikeluarkan adalah:
biaya pajak, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Harga produk (output) adalah harga ubi kayu yang diterima oleh petani
dan diukur dalam satuan rupiah/kg (Rp/kg).
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi
usahatani ubi kayu, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Menurut Sukardi (2007), metode survei merupakan metode yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik
populasi yang digambarkan oleh sampel dari populasi di daerah penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung
Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukadana merupakan
salah satu sentra produksi ubikayu dan salah satu kecamatan yang memilki
kontribusi cukup tinggi terhadap produksi ubikayu di Lampung Timur.
38
Responden petani ubikayu dipilih secara acak (Simple Random Sampling).
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pra survey untuk
mengetahui keadaan umum calon responden dan membuat kerangka
sampling. Responden penelitian berada di Desa Sukadana Ilir dan Desa
Muara Jaya. Sugiyono (2011) menjelaskan bahwa ukuran sampel yang
layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500, sehingga
ditentukan sampel dalam penelitian ini sebesar 40 responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana, yaitu
pengambilan sampel sedemikian rupa sehigga setiap unit penelitian atau
satuan sampel elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel.
Perhitungan pengambilan sampel untuk setiap desa pada penelitian ini
menggunakan rumus berikut ( Saryono ,2010).
Na=
x n
Keterangan :
na = jumlah petani yang diambil dari masing-masing desa
n = jumlah sampel petani (keseluruan )
Na= jumlah populasi petani di masing-masing desa
N = jumlah populasi petani keseluruhan ( di dua desa)
Perhitungan sampel untuk setiap desa sebagi berikut :
N Sukadana ilir =
x 40 = 22,93 = 23 responden
N Muara Jaya =
x 40= 17,06 = 17 responden
39
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh petani responden di
daerah penelitian, yaitu sebanyak 23 responden di Desa Sukadana Ilir dan
sebanyak 17 responden di Desa Muara Jaya. Waktu pengambilan data
dilakukan pada bulan Juni 2017.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari petani ubikayu Kecamatan Sukadana, dengan
melakukan wawancara langsung dan dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari berbagai
kepustakaan dan instansi-instansi pemerintah yang terkait dalam penelitian
ini, seperti data yang diambil dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian
Lampung Timur, Kantor Kecamatan Sukadana.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif
(deskriptif) dan analisis kuantitatif (statistik). Analisis deskristif kuantitatif
digunakan untuk mengetahui hasil produksi, harga hasil produksi, jumlah
faktor produksi, harga faktor produksi dan tingkat pendapatan.Analisis
deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil yang diperoleh dari
analisis kuantitatif.
40
1. Analisis pendapatan
Untuk mengetahui pendapatan dari suatu model usahatani ubi kayu dapat
dilakukan analisis pendapatan usahatani yang secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
π = TR – TC atauπ = Py.Y – (FC+VC)……………….. (9)
Keterangan: π = Pendapatan/keuntungan (Rp)
TR = Penerimaan (Rp)
TC = Biaya total (Rp)
Py = Harga produksi (Rp/Kg)
Y = Jumlah produksi (Kg)
FC = Biaya tetap (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp).
2. Harga Pokok Produksi ( HPP)
Untuk menganalisis harga pokok produksi usahatani ubi kayu digunakan
perhitungan seperti disajikan pada Tabel 4
41
Tabel 4. Perhitungan harga pokok produksi usahatani ubi kayu di
Kabupaten Lampung Timur .
No Keterangan /Uraian Nilai ( Rp)
1
Biaya Tetap
-Biaya investasi
-Biaya Pajak Lahan
Pertanian(Rp/th)
A
a1
a2
2
3
4
5
6
7
Biaya Variabel
-Pupuk Urea (Rp/kg)
-Pupuk SP36 (Rp/kg)
-Pupuk Npk (Rp/kg)
-Pupuk Organik (Rp/kg)
-Biaya Tenaga Kerja (Rp)
Total Biaya ( C) (Rp)
Output ( Produksi) (kg)
Rata-rata harga ubi kayu
Penerimaan (R) (Rp)
HPP (Rp/kg)
B
b1
b2
b3
b4
b5
b6
c= ( a + b)
D
E
F= (dxe)
g= c/d
Sumber : Mulyadi, 1991
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rata-rata produksi usahatani ubi kayu sebesar 25,369 ton/ha.
2. Rata-rata pendapatan di atas biaya tunai sebesar Rp12.190.194/ha .
3. Rata-rata pendapatan di atas biaya total sebesar Rp5.447.277/ha.
4. Biaya pokok produksi usahatani ubi kayu yaitu sebesar Rp769/kg
dengan selang kepercayaan 95% antara Rp480.00/kg dan Rp815/kg.
B. Saran
Perlu adanya kebijakan pemerintah untuk menetapkan harga acuan ubi
kayu dengan posisi petani yang lemah terhadap harga jual ubi kayu.
Kebutuhan industri di Provinsi Lampung cukup besar, sehingga
membutuhkan bahan baku yang cukup banyak. Pada saat panen raya
harga ubi kayu jatuh sebesar Rp300/kg – Rp400/kg. Jatuhnya harga jual
ubi kayu dikarenakan produksi yang melimpah, sehingga terjadi
penumpukan ubi kayu di pabrik. Penumpukan ini menyebabkan ubi kayu
membusuk karena penyimpanan ubi kayu hanya sampai tiga hari saja. Hal
ini membuat petani resah dengan adanya turunnyaa harga ubi kayu.
Berdasarkan hasil penelitian ini selang kepercayaan 95% antara Rp480/kg
dan Rp815/kg sebagai harga acuan yang ditetapkan sebesar Rp815/kg ubi
kayu.
69
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Alfian Nur. 2011. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani
Ubikayu. Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan. IPB. Bogor
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian . Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.
Rineka Cipta.
Arsyad, Lincolin. 2004, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Yogyakarta.
Askurrahman. 2010. Isolasi Karakterisasi Linamarase Hasil Isolasi dari Umbi
Singkong (Manihot Esculenta Craintz). Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, Kamal-Bangkalan.
Agrointek.
Badan Pusat Statistik. 2015. Luas panen,produksi, dan produktivitas tanaman pangan ubi
kayu di Indonesia periode 2011 - 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik .Provinsi Lampung. 2016. Lampung Timur dalam Angka.
Lampung: BPS Provinsi Lampung
Dinas Provinsi Lampung . 2015 .Luas panen, produksi dan produktivitas ubi
kayu.
Eprilianta Silvania. 2011 . analisis perhitungan harga pokok produksi tahu
dengan metode full costing pada industri kecil ( Studi kasus Cv Laksa
Mandiri ). http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51972. diakses
pada tanggal 3 Januari 2017
Harnanto. 1992. Akuntansi Biaya- Perhitungan Harga Pokok Produksi. Edisi
Pertama. Yogyakarta : BPFE
Mulyadi. 1991. Akuntansi Biaya Edisi ke lima .Yogyakarta . STIE YKPN
Muizah Rofiatul. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi kayu. Vol 9, No 2.
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/view/13
34. diakses pada tanggal 3 Januari 2017.
Nurmala, dkk. 2012. Pengantar Ilmu pertanian . Yogyakarta. Graha Ilmu
Prihandana, dkk. 2007. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan. PT
AgroMedia Pustaka. Jakarta
Purwono, L dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit
70
Agromedia.Jakarta.
________________________. 2008. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit
Agromedia. Jakarta.
________________________. 2010. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul. Depok:
Penebar Swadaya.
R A. Supriyono. 2002. “Akuntansi Manajemen”. Jakarta: Salemba Empat
Rahim. Abd. dan. Hastuti. DRW. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Ryan Arya Prasetya . 2015. Pengaruh Biaya Produksi Karet Remah (Crumb
Rubber) Terhadap Anggaran Penyediaan Bahan Olah Karet (Bokar) Pada
Pt Perkebunan Nusantara Vii Unit Usaha Baturaja. Digilib.unila.
Saryono, 2010. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Alfabeta, Bandung.
Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah
Mada University. Yogyakarta.
Silviana E. 2011. analisis perhitungan biaya pokok produksi tahu dengan metode full
costing pada industri kecil. Digilib. Unila
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Suryana, A., 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan
Pangan. BPFEYogkarta. Yogyakarta.
Soekartawi dkk. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan
Petani Kecil. UI Press. Jakarta
Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta.
__________. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil – Hasil
Pertanian Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
__________. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta. Universitas Indonesia.
Tim Prima Tani. 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis
71
Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Puslitbangtan Bogor.
Wargiono, J., Hasanudin dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubi Kayu
Mendukung Industri Bioetanol. Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman
Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
Winardi, SE. 1998. Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia). Bandung: PT.
Mandar Maju.