Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM
BERUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
ANGGELIA PERMATA SARI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRACT
INCOME AND FARMERS INTEREST TO CASSAVAFARMING IN
SUKADANA SUBDISTRICT EAST LAMPUNG REGENCY
By
Anggelia Permata Sari
This research aims to analyze the income of cassava farming, the perception of
cassava farmers on industrial cassava farming, the interest of industrial cassava
farmers, and factors affecting of farmers interest to industrial cassava farming.
The locations of this research are chosen purposively in Sukadana and Rajabasa
Batanghari Village, Sukadana District, East Lampung Regency with 64 farmers
whom selected using simple random sampling method. The data of this research
collected in September to October 2018. Farmers income analyzed by descriptive
quantitative analysis, farmers 'perceptions analyzed by the Linkert Scale, and the
factors affecting of farmers interest analyzed by binary logistic regression. The
results of this research showed that (1) farmers income was IDR 10,355,938.25
per hectare in one planting season. (2) the perception of cassava farmers on
cassava farming was in an easy classification which includes ease of cultivation,
reliability of marketing, availability of counseling and fulfillment of needs. (3)
the interest of farmers in cassava farming was low. (4) the factors affecting of
farmers interest in cassava farming are the land area and the price of cassava
commodities.
Keywords: agriculture, cassava farmers, interests, perception
iii
ABSTRAK
PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM BERUSAHATANI UBI KAYU
DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Anggelia Permata Sari
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu,
persepsi petani ubi kayu terhadap usahatani ubi kayu industri, minat petani ubi
kayu industri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam berusahatani
ubi kayu industri. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Desa
Sukadana dan Rajabasa Batanghari, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung
Timur dengan responden sebanyak 64 petani yang dipilih menggunakan metode
simple random sampling. Data penelitian ini dikumpukan pada Bulan September
hingga Oktober 2018. Pendapatan usahatani dianalisis secara deskriptif
kuantitatif, persepsi petani dianalisis dengan Skala Linkert, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat petani dianalisis dengan regresi logistik biner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani ubi kayu adalah
Rp10.355.938,25 per hektar dalam satu musim tanam. (2) persepsi petani ubi
kayu terhadap usahatani ubi kayu berada dalam klasifikasi mudah yang mencakup
kemudahan budidaya, keandalan pemasaran, ketersediaan penyuluhan dan
terpenuhinya kebutuhan. (3) minat petani dalam berusahatani ubi kayu rendah.
(4) faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu
adalah luas lahan dan harga komoditas ubi kayu.
Kata kunci: pertanian, petani ubi kayu, minat, persepsi
iv
ANALISIS PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM
BERUSAHATANI UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
ANGGELIA PERMATA SARI
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
v
Judul Skripsi : PENDAPATAN DAN MINAT PETANI
DALAM BERUSAHATANI UBI KAYU DI
KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa : Anggelia Permata Sari
Nomor Induk Mahasiswa : 1414131013
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si.
NIP. 19620623 198603 1 003 NIP. 19640825 199003 2 002
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr. Teguh Endaryanto, S.P. M.Si.
NIP. 19691003 199403 1 004
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. ………………
Sekretaris : Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si. ………………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc. ………………
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP. 19611020 198603 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 1 Juli 2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1996,
bertempat di Kota Bandar Lampung. Penulis adalah
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Marsono dan Ibu Jumiyati S.Pd. Penulis
menyelesaikan studi Taman Kanak-Kanak (TK) di TK
Pertiwi Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah
Dasar (SD) di SDN 1 Pahoman pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMPN 23 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMAN 9 Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis diterima di
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Semasa kuliah di Universitas Lampung, Penulis telah melaksanakan kegiatan
homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) di Desa Wonoharjo Kabupaten
Tanggamus pada tahun 2015. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Sri Way Langsep, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah
selama 40 hari pada bulan Januari hingga Maret 2017. Selanjutnya, pada Juli
hingga Agustus 2017 Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk unit Corn Drier Metro Kibang selama 30 hari kerja
viii
efektif. Selama masa perkuliahan Penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada
mata kuliah Sosiologi Pedesaan Semester Ganjil tahun 2016 –2017, Teknologi
Informasi dan Multimedia pada Semester Ganjil tahun 2016-2017, Koperasi pada
Semester Genap tahun 2016-2017, Landasan Perdagangan Internasional pada
Semester Ganjil tahun 2017/2018, dan Ekonometrika pada Semester Ganjil tahun
2017-2018. Kegiatan eksternal Penulis selama masa perkuliahan adalah pernah
menjadi surveyor dalam kegiatan survei harga yang dilakukan oleh Bank
Indonesia perwakilan Provinsi Lampung periode Januari - April 2018, serta aktif
dalam organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi anggota Bidang II Pengkaderan
Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2014-2016.
ix
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat, rahmat serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan
dan suri teladan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita
semua mendapatkan syafaatnya pada yaumil akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi yang berjudul
“PENDAPATAN DAN MINAT PETANI DALAM BERUSAHATANI
UBI KAYU DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR” tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan,
nasihat, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan sepenuh hati Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
x
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Dosen Pembimbing Utama,
atas ketulusan hati dan kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan,
dukungan, saran, dan nasihat selama proses penyelesaian skripsi.
4. Ibu Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Anggota, atas
keikhlasan hati, kesabaran, nasihat, arahan, motivasi, ilmu yang bermanfaat
dan perhatian yang telah diberikan kepada Penulis selama proses
penyelesaian skripsi.
5. Dr. Ir. Agus Hudoyo, M.Sc., sebagai Dosen Penguji, atas saran, nasihat,
serta arahan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan saran dan nasihat selama Penulis menjadi mahasiswa Jurusan
Agribisnis.
7. Keluarga tercinta, Ayahanda Marsono, Ibunda Jumiyati S.Pd., adikku
tersayang Agung Dwi Laksono, Mama Eldhalia, Papa M. Salim Sanjaya,
adik Arum Monica Putri, Adik Rekxy Rakasiwi Sanjaya, serta suamiku
tercinta Bripda Angga Firginiawan Sanjaya yang telah memberikan yang
terbaik, tanpa kenal lelah untuk selalu memberikan cinta dan kasih sayang,
pengorbanan, dukungan yang tiada henti, serta do’a yang tidak terputus
untuk Penulis.
8. Pakde Sugeng, Mas Ibnu, Mba Mei dan semua keluarga Sukadana, atas
bantuan dan dukungan tiada henti, serta dan seluruh responden yang telah
memberikan informasi terkait penelitian Penulis.
xi
9. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada Penulis dan staf/karyawan yang telah memberikan
bantuan dan kerja sama selama ini.
10. Sahabat-sahabat Penulis, Aurora Afifah Yasmin, S.P., Defline Putri Delly,
S.P., Devira Nurani Sejati, Asih Titiana, Dela Fitriana, S.P., dan Sendy
Hudanisa, S.E. atas dukungan, bantuan dan saran yang telah diberikan.
11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Alvita, Uti, Mba Dea, Hafia,
Measi, Inggit, Olpa, Luvita, Jesang, Rangga, Dete, Dewi Ira, Mamat, dan
teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
kebersamaannya selama ini.
12. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah membantu Penulis dalam
penulisan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan
kepada Penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,
akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
banyak pihak di masa yang akan datang.
Bandar Lampung, Juli 2019
Penulis,
Anggelia Permata Sari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................... 11
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 11
1. Tinjauan Agronomis Ubi Kayu .................................................................. 11
2. Konsep Usahatani ......................................................................................... 17
3. Persepsi Petani .............................................................................................. 21
4. Minat Petani .................................................................................................. 27
B. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 40
D. Hipotesis Penelitian......................................................................................... 44
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 45
A. Metode Penelitian ............................................................................................ 45
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional....................................................... 45
C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian .................................................... 54
D. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data................................................... 56
ii
E Analisis Data ..................................................................................................... 57
1. Analisis Pendapatan ..................................................................................... 57
2. Analisis Persepsi Petani terhadap Pentingnya Usahatani Ubi Kayu ..... 59
3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani Dalam
Usahatani Ubi Kayu ..................................................................................... 61
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 67
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ......................................... 67
B. Gambaran Umum Kecamatan Sukadana ..................................................... 70
1. Keadaan Geografi dan Iklim....................................................................... 70
2. Keadaan Penduduk ...................................................................................... 71
3. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................... 72
4. Keadaan Pertanian ....................................................................................... 75
5. Keadaan Usahatani Ubi Kayu .................................................................... 75
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 78
A. Karakteristik Petani ......................................................................................... 78
1. Usia dan Pekerjaan di Luar Usahatani Petani ........................................... 78
2. Jumlah Anggota Keluarga Petani ................................................................ 80
3. Tingkat Pendidikan Formal dan Keikutsertaan dalam Kelompok Tani . 82
4. Luas Lahan Petani ......................................................................................... 84
5. Pengalaman Usahatani Petani ...................................................................... 85
B. Analisis PendapatanUsahatani Ubi Kayu ..................................................... 86
1. Keragaan Usahatani Ubi Kayu ................................................................... 86
a. Bibit ............................................................................................................. 86
b. Persiapan Lahan ......................................................................................... 88
c. Penanaman .................................................................................................. 89
d. Pemupukan ................................................................................................. 90
e. Pemeliharaan dan Perawatan .................................................................... 92
f. Penanganan Hama dan Penyakit .............................................................. 93
g. Panen dan Pasca Panen ............................................................................. 94
h. Penyusutan Peralatan ................................................................................ 96
i. Penggunaan Tenaga Kerja ......................................................................... 97
iii
2. Penerimaan Usahatani .................................................................................. 98
3. Pengeluaran Usahatani Ubi Kayu ............................................................. 100
4. Pendapatan Usahatani Ubi Kayu .............................................................. 102
C. Analisis Persepsi Petani Ubi Kayu terhadap Budidaya Ubi Kayu
Industri ............................................................................................................ 105
1. Kemudahan Budidaya Ubi Kayu Industri ............................................ 108
2. Keandalan Pemasaran Ubi Kayu Industri............................................. 112
3. Ketersediaan Penyuluhan Pertanian ...................................................... 114
4. Pemenuhan Kebutuhan Petani Ubi Kayu ............................................. 117
D. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani Terhadap
Usahatani Ubi Kayu Industri ...................................................................... 120
1. Minat Petani Terhadap Usahatani Ubi Kayu Industri ......................... 120
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani dalam
Usahatani Ubi Kayu Industri .................................................................. 124
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 129
A. Kesimpulan .................................................................................................... 129
B. Saran ................................................................................................................ 130
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131
LAMPIRAN ....................................................................................................... 137
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Indonesia ........................ 3
2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu pada sentra produksi ubi
kayu di Indonesia .............................................................................................. 5
3. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut kabupaten di
Provinsi Lampung tahun 2018 .......................................................................... 6
4. Kesimpulan dari kajianpenelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan
penelitian ......................................................................................................... 34
5. Penyebaran petani ubi kayu di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung
Timur, tahun 2017. .......................................................................................... 56
6. Nama kecamatan, jumlah desa, dan luas wilayah per-kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur tahun 2017............................................................................ 68
7. Sebaran usia dan pekerjaan di luar usahatani petani ....................................... 79
8. Sebaran jumlah anggota keluarga petani......................................................... 81
9. Sebaran pendidikan formal dan keikutseraan kelompok tani ......................... 82
10. Sebaran luas lahan usahatani petani ................................................................ 84
11. Pengalaman usahatani petani .......................................................................... 85
12. Penyusutan rata-rata peralatan per hektar per periode panen usahatani
ubi kayu di Kecamatan Sukadana tahun 2018 ................................................ 97
13. Rata-rata penerimaan usahatani ubi kayu petani per hektar per periode
panen di Kecamatan Sukadana tahun 2018 per varietas ................................. 99
14. Rata-rata pengeluaran usahatani ubi kayu petani per hektar per periode
panen di Kecamatan Sukadana Tahun 2018 ................................................. 101
v
15. Rata-rata pendapatan usahatani ubi kayu petani per hektar per periode
di Kecamatan Sukadana tahun 2018 ............................................................. 103
16. Hasil uji validitas dan realibilitas persepsi petani ......................................... 107
17. Sebaran persepsi petani terhadap kemudahan budidaya ubi kayu industri
di Kecamatan Sukadana ................................................................................ 108
18. Rekapitulasi persepsi petani terhadap kemudahan budidaya ubi kayu
industri di Kecamatan Sukadana .................................................................. 110
19. Sebaran persepsi petani terhadap keandalan pemasaran ubi kayu industri
di Kecamatan Sukadana ................................................................................ 112
20. Rekapitulasi persepsi petani terhadap keandalan pemasaran ubi kayu
industri di Kecamatan Sukadana ................................................................... 113
21. Sebaran persepsi petani terhadap ketersedian penyuluhan pertanian di
Kecamatan Sukadana .................................................................................... 115
22. Sebaran persepsi petani terhadap ketersediaan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Sukadana .................................................................................... 115
23. Sebaran persepsi petani terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan petani ubi
kayu industri di Kecamatan Sukadana .......................................................... 117
24. Rekapitulasi persepsi petani terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan petani
ubi kayu industri di Kecamatan Sukadana .................................................... 118
25. Rekapitulasi persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu industri di
Kecamatan Sukadana .................................................................................... 119
26. Hasil uji validitas dan reliabilitas minat petani ............................................. 121
27. Tingkat minat petani dalam melakukan usahatani ubi kayu industri di
Kecamatan Sukadana .................................................................................... 122
28. Hasil regresi logistik biner faktor-faktor yang mempengaruhi petani
dalam berusahatani ubi kayu industri di Kecamatan Sukadana .................... 124
29. Identitas responden ubi kayu ......................................................................... 138
30. Penguasaan lahan usahatani ubi kayu ........................................................... 140
31. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ........................... 142
32. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ........................... 143
vi
33. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) .......................... 149
34. Sarana faktor produksi ubi kayu varietas Buto Ijo ........................................ 153
35. Penyusutan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............................. 156
36. Penyusutan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ............................ 162
37. Penyusutan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .......................................... 165
38. Tenaga kerja usahatani ubi kayu ................................................................... 166
39. Biaya lain-lain usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ........................ 176
40. Biaya lain-lain usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ...................... 178
41. Biaya lain-lain usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .................................... 179
42. Total biaya usahatani ubi kayu ...................................................................... 180
43. Penerimaan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............................ 184
44. Penerimaan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ........................... 185
45. Penerimaan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo ......................................... 186
46. Penerimaan total usahatani ubi kayu ............................................................. 187
47. Pendapatan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............................. 189
48. Pendapatan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ............................ 191
49. Pendapatan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .......................................... 192
50. Rata-rata keuntungan usahatani ubi kayu varietas UJ-3 (Thailand) ............. 193
51. Rata-rata keuntungan usahatani ubi kayu varietas UJ-5 (Cassesart) ............ 194
52. Rata-rata keuntungan usahatani ubi kayu varietas Buto Ijo .......................... 195
53. Persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu ................................................. 196
54. Rekapitulasi persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu ............................ 198
55. Tingkat minat petani ubi kayu terhadap usahatani ubi kayu ......................... 201
56. Tingkat minat petani ubi kayu terhadap usahatani ubi kayu ......................... 203
57. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam usahatani ubi kayu . 207
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia tahun 2013 – 2017 ....................... 7
2. Proses persepsi. ............................................................................................... 23
3. Bagan persepsi ................................................................................................ 26
4. Kerangka pemikiran analisis pendapatan, persepsi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kabupaten
Lampung Timur. ............................................................................................. 43
5. Peta Administratif Kabupaten Lampung Timur .............................................. 69
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Uji validitas dan reliabilitas persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu .... 197
2. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat minat petani terhadap usahatani
ubi kayu ......................................................................................................... 202
3. Hasil uji logistik biner minat petani terhadap usahatani ubi kayu ................. 209
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya
berprofesi dalam sektor pertanian mengingat luas wilayah, kondisi geografis
dan iklim yang dimiliki Indonesia sangat menunjang berlangsungnya semua
kegiatan tersebut. Karakteristik Indonesia sebagai negara agraris menyiratkan
bahwa sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan
perekonomian nasional terutama dalam menyediakan pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasional. Tanaman pangan juga berperan
dalam mewujudkan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan,
penyerapan tenaga kerja, penyedia bahan baku industri, penghematan dan
penerimaan devisa negara, serta menjadi penarik bagi industri hulu dan
pendorong pertumbuhan bagi industri hilir.
Ubikayu (Manihot utilissima) merupakan komoditas tanaman pangan di
Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung (Ginting,
2002). Sebagai komoditas sub-sektor tanaman pangan yang penting, ubi kayu
atau singkong telah mendapat perhatian pemerintah sebagai bahan pangan
potensial masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan
2
agroindustri. Ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai
industri non pangan dan pakan ternak (rasum). Ubi yang dihasilkan
mengandung air sekitar 60%, pati 25%-35%, serta protein, mineral,
serat,kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih
tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum (Widianta dan Widi,
2008).
Sebagai bahan makanan, ubi kayu merupakan komoditas pangan tradisional
yang dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat. Kandungan karbohidrat
yang cukup tinggi dalam ubikayu dapat dimanfaatkan sebagai substitusi atau
pengganti asal beras melalui program diversifikasi yang sedang dijalankan
oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras. Ubi
kayu memiliki peran yang cukup berpengaruh dalam pemenuhan bahan
pangan langsung, namun tidak memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap perekonomian Indonesia. Adapun produk olahan ubi kayu yang
dihasilkan di Indonesia seperti tapioka, industri makanan ringan berupa
keripik, industri olahan makanan tradisional berupa getuk, bahan baku
bio ethanol, pellet, onggok, dan gaplek (Saleh danWidodo, 2007).
Menurut Saleh dan Widodo (2007), produk olahan ubi kayu memiliki potensi
permintaan yang cukup tinggi karena selain dapat dikonsumsi secara
langsung oleh rumah tangga, dapat dijadikan juga sebagai bahan baku industri
dan sebagai bahan dasar industri lanjutan, seperti industri kertas dan tekstil.
Data perkembangan luas panen,produksi, dan produktivitas ubi kayu di
Indonesia pada tahun 2007–2017 dapat dilihat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Indonesia
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas
(ton/ha)
2007 1.201.481,00 19.988.058,00 16,64
2008 1.204.933,00 21.756.991,00 18,06
2009 1.175.666,00 22.039.145,00 18,75
2010 1.183.047,00 23.918.118,00 20,22
2011 1.184.696,00 24.044.025,00 20,30
2012 1.129.688,00 24.177.372,00 21,40
2013 1.065.752,00 23.936.921,00 22,46
2014 1.003.494,00 23.436.384,00 23,35
2015 949.916,00 21.801.415,00 22,95
2016 945.023,00 21.631.710,00 22,89
2017 942.715,00 21.023.815,00 22,30
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018.
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen ubi kayu Indonesia pada tahun 2007
sampai tahun 2017 berkurang setiap tahunnya dan cenderung semakin
menurun, sedangkan produksi ubi kayu menunjukkan peningkatan pada tahun
2007 sampai tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017 produksi ubi
kayu di Indonesia terus menurun setiap tahunnya. Sementara itu,
produktivitas ubi kayu pada tahun 2007 sampai tahun 2014 mengalami
peningkatan, namun pada tahun 2015 sampai tahun 2017 produktivitas ubi
kayu menurun sejalan dengan menurunnya luas panen dan produksi ubi kayu.
Tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia.
Hal ini didasarkan atas adanya potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim,
sumber daya manusia, dan tingkat adaptasi teknologi yang dimiliki.
Indonesia yang terkenal sebagai media tanam yang cocok untuk tanaman
pangan. Ubi kayu atau singkong dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu
4
pangan dan ubi kayu industri. Ubi kayu pangan dapat dijadikan berbagai
macam olahan makanan diantaranya keripik singkong, singkong rebus,
kerupuk singkong, combro, dan getuk. Ubi kayu industri dapat dijadikan
sebagai bahan baku industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan
bahan baku bioethanol. Sebagian besar petani ubi kayu di Indonesia
menghasilkan ubi kayu industri dengan industri-industri pengolahan tepung
tapioka sebagai pasar tetap yang menerima penjualan ubi kayu dari para
petani.
Berdasarkan BPS (2018), menunjukkan bahwa terdapat lima provinsi teratas
yang merupakan sentra produksi ubi kayu terbesar di Indonesia, yaitu
Provinsi Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera
Utara. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama ubi kayu
didukung oleh iklim dan ketersediaan faktor –faktor produksi, terutama lahan,
yang masih sangat luas di Lampung. Selama lima tahun terakhir, luas panen
ubi kayu di Provinsi Lampung mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan
semakin majunya teknologi, sehingga dapat digunakan untuk alih fungsi
lahan ataupun beralih keusahatani lainnya yang berdampak pada penurunan
produksi dan produktivitas ubi kayu itu sendiri. Perkembangan produksi
usahatani ubi kayu pada sentra penghasil ubi kayu di Indonesia selama lima
tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu pada sentra
produksi ubi kayu di Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017.
Provinsi Lampung sebagai daerah penghasil ubi kayu terbesar seharusnya
mampu memberikan pendapatan yang sesuai (cukup besar) bagi petani.
Namun, pada kenyataannya pendapatan yang diterima petani ubi kayu masih
tergolong rendah. Tak jarang pula petani ubi kayu mengalami kerugiaan.
Hal tersebut dimungkinkan karena usahatani yang dilakukan oleh petani ubi
kayu belum efisien, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.
Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut kabupaten di
provinsi lampung tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.
LampungJawa
TengahJawa Timur Jawa Barat
Sumatera
Utara
Luas Panen
(Ha)
2013 318.107 161.783 168.194 95.505 47.141 1.065.752,00
2014 304.468 153.201 157.111 93.921 42.062 1.003.494,00
2015 279.337 150.874 146.787 85.288 47.837 949.916,00
2016 271.045 149.802 140.772 84.296 48.871 945.023,00
2017 263.213 142.881 139.685 82.254 46.817 942.715,00
Produksi
(Ton)
2013 8.329.201 4.089.635 3.601.074 2.138.532 1.518.221 23.936.921,00
2014 8.034.016 3.977.810 3.635.454 2.250.024 1.383.346 23.436.384,00
2015 7.387.084 3.571.594 3.161.573 2.000.224 1.619.495 21.801.415,00
2016 7.245.062 3.378.102 3.045.452 1.990.241 1.873.316 21.631.710,00
2017 7.170.813 3.305.940 3.017.132 1.973.245 1.627.692 21.023.815,00
Produktivitas
(Ton/Ha)
2013 26,18 25,28 21,41 22,39 32,21 22,46
2014 26,39 25,96 23,14 23,96 32,89 23,35
2015 26,45 23,67 21,54 23,45 33,85 22,95
2016 26,73 22,55 21,63 23,61 38,33 22,89
2017 27,24 23,14 21,60 23,99 34,77 22,30
Tahun
Provinsi
Indonesia
6
Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut kabupaten
di Provinsi Lampung tahun 2018
No Kabupaten/Kota Luas
Panen (Ha)
Produksi
(Ton)
Produktvitas
(Ton/Ha)
1 Lampung Barat 131 3.264 24,92
2 Tanggamus 344 8.158 23,72
3 Lampung Selatan 5.828 137.150 23,53
4 Lampung Timur 52.289 1.294.412 24,75
5 Lampung Tengah 68.720 1.730.156 25,18
6 Lampung Utara 48.716 1.477.496 30,33
7 Way Kanan 13.643 383.891 28,14
8 Tulang Bawang 19.886 494.615 24,87
9 Pesawaran 5.488 123.129 22,44
10 Pringsewu 707 16.360 23,14
11 Mesuji 2.298 64.488 28,06
12 Tulang Bawang Barat 29.289 742.569 25,35
13 Pesisir Barat 142 3.210 22,61
14 Bandar Lampung 62 1.678 27,06
15 Metro 27 807 29,89
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018.
Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung (2018), Kabupaten Lampung Timur
menempati posisi ketiga penghasil ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung
setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Utara. Meskipun
menempati urutan ketiga produktivitas ubi kayu Kabupaten Lampung Timur
masih tergolong rendah dengan menempati urutan kesepuluh.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir harga jual ubi kayu rendah yakni
Rp800 per Kg. Jatuhnya harga jual singkong disebabkan oleh semakin
terbukanya peluang impor tapioka, sehingga menyebabkan para pelaku
industri makanan yang sebelumnya menggunakan bahan baku tapioka lokal
beralih ke tapioka impor karena harga tapioka impor lebih murah daripada
tapioka yang diproduksi dalam negeri. Akibatnya, terjadi penurunan
7
permintaan tapioka yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi
tapioka pada industri-industri pengolahan tepung tapioka lokal. Hal ini
tentunya akan berdampak kepada para petani ubi kayu dimana pasar utama
penjualan ubi kayu tersebut adalah industri-industri pengolahan tepung
tapioka lokal. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia tahun 2013 – 2017
(Sumber : Pusat data dan sistem informasi pertanian, 2018)
Jenis tanaman ubi kayu industri yang dibudidayakan sebagian besar petani di
Provinsi Lampung untuk saat ini hanya dapat dijadikan sebagai bahan baku
industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku
bioethanol. Banyaknya serangkaian proses dan modal dalam pembuatan
bioethanol menyebabkan industri yang beroperasi dalam bidang ini masih
sangat sedikit bahkan jarang ditemui. Akibatnya, para petani ubi kayu
menggantungkan nasibnya kepada industri pengolahan tepung tapioka.
0
200
400
600
800
1000
1200
2013 2014 2015 2016 2017
Harga
Tahun
8
Hasil penelitian Anggraini (2013), menyebutkan bahwa rantai pemasaran ubi
kayu di Provinsi Lampung memiliki dua saluran pemasaran yang hanya
melibatkan dua pelaku pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pabrik
tapioka. Pendeknya rantai pemasaran ini menyebabkan para pelaku
pemasaran dapat memonopoli harga, sementara petani bertindak sebagai price
taker (penerima harga). Hal ini menyebabkan pendapatan yang diterima
petani tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan bahkan menimbulkan
kerugian. Permasalahan-permasalahan diatas dapat dijadikan pertimbangan
bagi para petani ubi kayu, khususnya petani ubi kayu di Kabupaten Lampung
Timur untuk beralih ke usahatani lainnya yang dinilai lebih menguntungkan,
sehingga petani dapat memperoleh pendapatan yang lebih layak. Namun,
pada kenyataannya petani ubi kayu masih tetap bertahan dalam berusahatani
ubi kayu.
Karakteristik dan persepsi petani ikut menentukan dalam mengambil minat
dalam berusahatani. Menurut Rahmat (2004) dalam Aisyah (2013), persepsi
merupakan pengalaman belajar tentang obyek peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan, serta bentuk komunikasi intrapersonal yang terjadi dalam diri
seseorang, dan mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bertindak, serta
berkomunikasi dengan pihak lain. Minat petani dalam melakukan usahatani
diperkirakan akibat adanya pengaruh dari karakteristik berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor internal yang ada dalam diri petani
masing-masing maupun faktor eksternal yang berasal dari luar diri petani.
9
Karakteristik perilaku, persepsi petani dalam menjalankan usahataninya
berbeda-beda. Hal ini tentu akan mempengaruhi minat petani dalam
menentukan usahatani yang akan dijalankan. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian terkait pendapatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat para petani ubi kayu dalam berusahatani ubi kayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Sukadana
Kabupaten Lampung Timur.
2. Bagaimana persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu di Kecamatan
Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
3. Bagaimana minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kecamatan
Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam
berusahatani ubi kayu di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung
Timur.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pendapatan usahatani petani ubi kayu di Kecamatan
Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
10
2. Mengetahui persepsi petani terhadap usahatani ubi kayu di Kecamatan
Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
3. Mengetahui minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kecamatan
Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam
berusahatani ubi kayudi Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi petani dapat memberikan informasi yang berguna dalam
menyelesaikan masalah yang ada di Kecamatan Sukadana Kabupaten
Lampung Timur.
2. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian-penelitian
yang sejenis.
3. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan dalam merumuskan kebijakan terutama terhadap peningkatan
pendapatan petani ubi kayu.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Agronomis Ubi Kayu
Di Indonesia, tanaman ubi kayu cocok ditanam di daerah dataran rendah
dengan ketinggian kurang dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl).
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan suhu minimum 100⁰ C dan
kelembaban rata-rata 65 % (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementrian Pertanian, 2015).
Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1987), ubi kayu mempunyai banyak
nama daerah; diantaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi
inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jenderal (jawa), dan ubi perancis
(padang). Taksonomi tanaman yang berasal dari negara Brasil ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Eupphorbiales
12
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Esculenta Crantz (Rukmana dan Yuniarsih,
1997).
Ubi kayu (Mannihot esculenza Crantz) termasuk tumbuhan berbatang
lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi
yang terjadi pada bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus
dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu dapat tumbuh subur di
daerah yang berketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Daun ubi kayu
memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan
dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun
tersebut berwarna kuning, hijau atau merah (Widianta dan Widi, 2008).
Berdasarkan varietas ubikayu, ubikayu dibedakan menjadi dua macam :
1. Jenis ubikayu manis
Ubikayu manis yaitu jenis ubikayu yang dapat dikonsumsi langsung
karena kadar HCN yang rendah.
2. Jenis ubikayu pahit
Ubikayu pahit yaitu jenis ubikayu untuk diolah atau prossesing karena
kadar HCN yang tinggi (Winarno, 1995).
Petani biasanya menanam tanaman ubikayu dari golongan ubikayu yang
manis atau tidak beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan. Sementara
itu, untuk bahan dasar keperluan industri biasanya dipilih dari golongan
13
umbi yang pahit atau beracun. Ubi kayu pahit mempunyai kadar pati yang
lebih tinggi dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan,
misalnya perubahan warna (Sosrosoedirdjo, 1993).
Menurut Gardjito (2013), jenis ubi kayu yang tidak pahit atau ubi kayu
konsumsi lebih banyak ditemukan pada varietas lokal antara lain mentega,
manggis, wungu, mangler, roti, odang, jinggul, batak seluang, faroka, dan
sebagainya. Varietas unggul nasional ubi kayu konsumsi antara lain adira
1, adira 2, malang 1, malang 2, dan darul hidayah. Ubi kayu tersebut dapat
dikonsumsi karena memiliki karakter sebagai berikut :
1. Rasa tidak pahit dan enak
2. Warna umbi kuning/putih
3. Kandungan serat rendah
4. Bentuk umbi pendek dan kecil
5. Kandungan pati rendah
6. Kadar HCN rendah
Ubikayu untuk industri memiliki karakter sebagai berikut :
1. Rasa pahit (tidak menjadi masalah)
2. Warna umbi putih atau kuning
3. Kandungan serat ada yang tinggi dan ada pula yang rendah
4. Bentuk umbi panajang dan besar
5. Kadar HCN tinggi
14
Jenis ubi kayu untuk industri, umumnya dapat dipilih dari varietas-varietas
unggul nasional antara lain adira 4, UJ 3, UJ 5, malang 4, malang 6, dan
darul hidayah. Sifat unggul ubikayu yang dimaksudkan antara lain :
1. Produksi lebih dari 30 ton/ha.
2. Kadar karbohidrat antara 35% s/d 40%.
3. Umur panen pendek (kurang dari 8 bulan sudah dapat panen).
4. Tahan terhadap hama dan penyakit.
5. Rasa enak dengan kadar HCN kurang dari 80 mg/kg.
Tahapan - tahapan dalam usahatani ubi kayu sebagai berikut :
a) Pengolahan Tanah
Tanaman ubi kayu ditanam pada permulaan musim penghujan, maka
sebaiknya pengolahan tanah sudah dikerjakan sebelum turun hujan.
Tanah dibajak atau dicangkul sehingga tanah menjadi halus dan siap
ditanami.
b) Penanaman
Pengembangbiakkan ubi kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan biji dan stek, namun pada umumnya ubi kayu ditanam dalam
bentuk stek. Penanaman dalam bentuk biji hanya diperlukan untuk
pemuliaan tanaman. Bagian batang pohon yang baik untuk keperluan
bibit adalah batang yang sudah berkayu berumur 7 – 12 bulan dengan
panjang batang stek 25 cm. Pada jarak tanam 100 cm x 80 cm atau
100 cm x 60 cm. Stek ditanam tegak lurus dengan cara menancapkan
15
bagian yang runcing sedalam 5 -10 cm pada tanah yang sudah
disiapkan sebelumnya (Nugrahana, 2016).
c) Pemeliharaan
Pemupukan biasanya bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan
pertama diberikan apabila tanaman sudah berumur 1 – 1,5 bulan
setelah penyiangan pertama, sedangkan pemupukan dan penyiangan
yang kedua dilakukan apabila tanaman sudah berumur 2 – 3 bulan.
Dosis umum pemupukan tanaman ubi kayu untuk luasan satu hektar
adalah 200 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCL.
Ubi kayu sangat peka terhadap penggunaan pupuk. Apabila dosis
pupuk diberikan terlalu tinggi, maka hasilnya akan menurun. Hal ini
disebabkan oleh adanya indeks luas daun yang melampaui optimal,
sehingga efisiensi fotosintesis rendah. Pengaruh penggunaan kapur
pada tanah asam terhadap pertumbuhan ubi kayu cukup besar, yakni
akan memperbaiki pertumbuhan tanaman bila dosisnya tepat.
Sebaliknya, bila dosisnya tinggi akan menyebabkan defisiensi Fe. Di
samping penggunaan pupuk, pemilihan varietas juga akan menetukan
tingkat hasil produksi. Penggunaan varietas unggul seperti UJ-5 yang
ditanam melalui sistem tanam yang dianjurkan mampu menghasilkan
ubi kayu hingga mencapai 50 – 60 ton/ha atau meningkat lebih dari
150% (Asnawi, 2004).
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu dilakukan
apabila terjadi serangan hama dan penyakit seperti tungau merah atau
16
uret. Hama penyakit merupakan kendala produksi yang cukup serius
jika tidak dilakukan pengendalian secara efektif, terutama di daerah
ubi kayu yang penanamannya dilakukan secara terus-menerus. Cara
pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan varietas
resisten, bibit dan alat yang tidak terkontaminasi dengan hama
penyakit, mengadakan rotasi tanaman dan penggunaan obat pencegah
(Nugrahana, 2016).
Tanaman ubi kayu sangat peka terhadap kompetisi, oleh karena itu
pengendalian gulma harus dilakukan dengan cara kultur teknik,
penyiangan secara manual dan penggunaan herbisida. Penerapan cara
pengendalian gulma tersebut dipengaruhi oleh jenis pertanaman,
modal, ketersediaan tenaga kerja atau buruh, kondisi lahan dan pola
tanam (Nugrahana, 2016).
d) Pemanenan
Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat atau
kandungan tepung dalam umbi dan produksi dalam keadaan
maksimum. Tanda-tanda pada saat pemanenan yang tepat adalah
pertumbuhan daun yang sudah mulai menguning dan banyak yang
rontok, umur tanaman telah mencapai 7 - 11 bulan dan bergantung
dari varietasnya (Najiyati, 2000).
17
2. Konsep Usahatani
a) Pengertian Usahatani
Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang
ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan
yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau
produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
(yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (input).
Suatu usahatani dikatakan berhasil atau tidak diketahui dari besarnya
pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Besarnya tingkat
perolehan keuntungan petani dari usahataninya sangat ditentukan oleh
bagaimana petani mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi. Faktor produksi merupakan korbanan yang diberikan pada
tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik.
Banyaknya jumlah faktor-faktor produksi ini akan menentukan besar
kecilnya produksi yang dihasilkan. Setiap petani berusaha agar hasil
panen usahataninya optimal. Oleh karena itu, keputusan yang diambil
petani didasarkan atas perhitungan-perhitungan. Petani
membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada
18
waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya produksi
(pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkan (Murbyarto, 1994).
Soekartawi (1995), membagi biaya usahatani berdasarkan sifatnya
menjadi dua yaitu:
1) Biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada
besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali
proses produksi. Sewa atau bunga tanah berupa uang adalah contoh
dari biaya tetap.
2) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan
dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses
produksi, yang termasuk dalam biaya variabel misalnya
pengeluaran membeli bibit, obat-obatan, biaya persiapan, dan biaya
pembuatan kandang.
b) Pendapatan Usahatani
Keberhasilan usahatani dalam bidang pertanian akhirnya akan dinilai
dari besarnya keuntungan usahatani yang diperoleh dari kegiatan
tersebut. Selisih antara penerimaan usahatani dan pengeluaran total
usahatani disebut keuntungan. Biaya produksi adalah nilai dari semua
faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun
jasa selama proses produksi berlangsung. Penerimaan adalah
perkalian antara harga produksi dengan jumlah produksi, sedangkan
pengeluaran total (biaya total) adalah penjumlahan antara biaya tetap
19
(fixed cost) ditambah dengan biaya variabel (variabel cost)
(Soekartawi, 1995).
Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
biaya dan keuntungan usahatani sangatlah kompleks. Faktor tersebut
dapat dibagi ke dalam 2 (dua) golongan yaitu faktor internal dan
eksternal, dan faktor manajemen. Faktor internal dan eksternal
adalah faktor yang sangat berperan dalam keberlangsungan usahatani
yang dijalankan, faktor internal (faktor dalam) yang mempengaruhi
kegiatan usahatani diantaranya pengalaman petani dalam.
berusahatani, umur, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Faktor
eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi berhasil tidaknya
suatu kegiatan usahatani diantaranya faktor produksi yang digunakan
dapat diartikan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan. Selain faktor internal dan eksternal, faktor manajemen tidak
kalah penting, petani merupakan manajer yang mengatur jalannya
kegiatan usahatani. Petani sebagai juru tani harus menjalankan
usahatani sebaik-baiknya dengan cara menggunakan faktor produksi
secara efisien.
Menurut Soekartawi (1995), keuntungan usahatani adalah selisih
penerimaan dengan semua biaya produksi, keuntungan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
π = TR – TC = Y . Py – (Σ Xi . Pxi ) – BTT ...................... (1)
20
Dimana :
TR = Y . Py
TC = ( Xi . Pxi) - BTT
Keterangan:
π = keuntungan (Rp)
TR = total penerimaan (Rp)
TC = total biaya (Rp)
Y = hasil produksi (kg)
Py = harga satuan produksi (Rp)
Xi = faktor produksi ke-I (satuan)
Pxi = harga faktor produksi ke-i(Rp)
BTT = biaya tetap total (Rp)
i = 1,2,3,4,5,n
Soekartawi (1995) menyatakan bahwa untuk mengetahui suatu
usahatani menguntungkan atau tidak dapat dianalisis dengan
menggunakan nisbah atau perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya (R/C). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
R/C = TR/TC....................................................................... (2)
Keterangan:
R/C = nisbah antara penerimaan dengan biaya
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
Berdasarkan nilai tersebut, maka kriteria pengukurannya sebagai
berikut:
21
1) Jika R/C>1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena
penerimaan lebih besar daripada biaya total yang dikeluarkan.
2) Jika R/C=1, maka usahatani tersebut berada pada titik impas (break
even point) yaitu keadaan dimana penerimaan sama dengan biaya
total yang dikeluarkan.
3) Jika R/C
22
individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan
yang ada disekitar, dan juga tentang keadaan diri individu yang
bersangkutan.
Persepsi tidak hanya datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang
dari dalam individu yang bersangkutan. Apabila yang menjadi objek
persepsi adalah diri individu sendiri maka disebut dengan persepsi diri,
karena dalam persepsi tersebut merupakan aktivitas intergrated, maka
seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kemampuan, berfikir, kerangka acuan, dan aspek lainnya yang ada dalam
diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut.
Moskowitz dan Orgel dalam Fitriyani (2014) berpendapat bahwa persepsi
itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus
yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh
individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas
yang intergrated dalam diri individu. Seluruh apa yang ada dalam diri
individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka
acuan dan aspek-aspek lain ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Oleh
karena itu, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi meskipun
stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan
berpikir, kerangka acuan tidak sama adanya kemungkinan hasil persepsi
antara individu satu dengan yang lain tidak sama.
23
Menurut Gibson dalam Filardhi (2014), pengertian persepsi dengan
menggunakan gambar mulai dari stimulus hingga hasil proses persepsi.
Persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Persepsi
mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang
bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan,
pengorganisasian, dan penterjemahan dengan cara yang dapat
mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Proses persepsi ini dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses persepsi.
Terbentuknya persepsi seseorang terhadap sesuatu objek pada
lingkungannya didasarkan pada stimulus atau situasi yang sedang
dihadapinya. Terkait pada kondisi masyarakat persepsi adalah proses
penilaian seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu objek, peristiwa
dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek
tersebut melalui proses kognisi, afeksi, dan konasi untuk membentuk objek
tersebut (Filardhi, 2014).
Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil Peristiwa
Stimulus Pengamatan
stimulus
Faktor yang
mempengaruhi
persepsi
Evaluasi dan
penafsiran
kenyataan
Perilaku
tanggapan
Sikap yang
terbentuk
Umpan balik
24
Menurut Thoha dalam Filardhi (2014), pada hakekatnya persepsi adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami
informasi tentang lingkungannya, melalui penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi yang menghasilkan suatu gambar
yang mungkin sangat berbeda dari kenyataannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi adalah faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud yaitu diri individu itu
sendiri, sedangkan yang dimaksud faktor eksternal yaitu faktor stimulus
dan faktor lingkungan pada persepsi itu berlangsung. Faktor internal dan
faktor eksternal ini saling berinteraksi dalam individu mengadakan
persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat,
stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang
minimal, tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran (Robbins, 2003).
Keadaan individu yang dapat mempengarui hasil persepsi berasal dari
sumber yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan segi psikologis.
Bila sistem psikologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam
persepsi seseorang, segi psikologis yang dimaksud antara lain mengenai
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan kerangka acuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
a. Pelaku Persepsi
25
Bila seseorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi indivitu itu.
Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap,
motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan
pengharapan.
b. Target
Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik dari target yaitu
hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan.
Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu
target terhadap latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti
kecenderungan untuk pengelompokan benda-benda yang kedekatan
atau mirip.
c. Situasi
Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi. Waktu
adalah dimana suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi
perhatian. Karakteristik-karakteristik dari suatu yang dapat
mempengaruhi persepsi adalah waktu, keadaan/ tempat kerja dan
keadaan sosial.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan persepsi individu
diantaranya yaitu keyakinan, proses belajar, cakrawala, pengalaman, dan
pengetahuan. Selain itu, juga faktor kepribadian individu mempengaruhi
26
persepsi setiap individu. Proses terbentuknya persepsi menurut Mar’at
(1984) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagan persepsi
Menurut Robbins (2003) bahwa persepsi positif merupakan penilaian
individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang
positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan
atau dari aturan yang ada. Sementara itu, persepsi negatif merupakan
persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan
yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang
dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi
negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu
terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya ketidaktahuan
individu serta tidak adanya pengalaman individu terhadap objek yang
dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif
seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi
Keyakinan Proses belajar Cakrawala Pengalaman Pengetahuan
Persepsi
Objek sikap Faktor-faktor
lingkungan yang
berpengaruh
Kepribadian
Kognitif
Afeksi
Konasi
Sikap
27
sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya
pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.
4. Minat Petani
a) Pengertian Minat
Sardiman (2011) dalam Mulyana (2013) mengemukakan bahwa minat
merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat sesuatu
ciri atau arti yang memiliki hubungan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang
sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini
menunjukkan, bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang
kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena
merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.
Sejalan dengan pendapat di atas, dalam Mulyana (2013) Shalahudin
(1990) menyatakan minat sebagai perhatian yang mengandung unsur-
unsur perasaan. Pernyataan Shalahudin di atas memberikan pengertian
bahwa minat berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang. Itulah
sebabnya minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang
aktif dalam suatu pekerjaan atau situasi, atau dengan kata lain minat
dapat menjadi sebab atau faktor motivasi dari suatu kegiatan.
28
Syah (2005) dalam Mulyana (2013) mengemukakan minat sebagai:
“kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu”. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabri (1995) dalam
Mulyana (2013) yang menyatakan bahwa minat diartikan sebagai
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu
secara terus menerus. Dalam konteks ini, minat erat kaitannya dengan
perasaan senang atau terjadi karena sikap senang kepada sesuatu.
Orang yang berminat kepada sesuatu berarti orang tersebut bersikap
senang kepada sesuatu.
b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani
1) Faktor Internal
Faktor internal yang merupakan ciri pribadi yang melekat pada diri
seseorang, baik yang muncul dari kawasan kepribadiannya maupun
yang dimiliki karena status dan peranannya, akan memunculkan
kekuatan atau dorongan untuk bertindak terutama yang
menguntungkan dirinya. Dalam Aisyah (2013), Lionberger (1968)
mengatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi adalah usia,
tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, partisipasi dalam
kelompok, aktivitas mencari informasi, keberanian mengambil resiko,
sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, sifat fatalisme
dan dogmatisme (sistem kepercayaan yang tertutup).
29
Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa terdapat peubah yang
mempengaruhi proses pengambilan minat yaitu: usia, pendidikan,
keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap
perubahan, pendapatan usahatani, luas usahatani, status pemilikan
tanah, prestise masyarakat, sumber informasi yang digunakan dan
jenis produk yang akan digunakan. Dalam penelitian ini faktor
internal yang menjadi variabel penduga yang dapat mempengaruhi
minat seseorang dalam melakukan usahatani ubi kayu dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Luas Lahan
Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah,
air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada
hubungannya dengan penggunaan lahan. Hernanto (1996)
mengatakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi
tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas lahan kurang dari
setengah hektar, lahan yang sedang dengan luas lahan antara
setengah hektar sampai dua hektar dan lahan yang luas lebih dari
dua hektar. Sehubungan dengan itu, Wiriaatmadja (1977) dalam
Aisyah (2013) menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah
yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba hal baru
dan akan selalu berusaha sendiri mencari informasi yang
diperlukan.
2) Pengalaman Usahatani
30
Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap minat petani untuk
mengambil keputusan dalam melakukan suatu kegiatan.
Pengalaman seseorang saling terkait dalam pengambilan minat.
Dalam Aisyah (2013) Padmowihardjo (1994) mengatakan bahwa
pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami
seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil
belajar selama hidupnya. Seseorang akan berusaha
menghubungkan hal yang dipelajarinya dengan pengalaman yang
dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan
dan memuaskan akan berdampak pada hal yang positif bagi
perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya.
3) Tingkat Pendidikan
Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar
petani adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan
semakin rasional pola pikir dan semakin berkembang daya
nalarnya. Pada umumnya seseorang yang berpikiran lebih baik dan
berpengetahuan teknis yang banyak akan lebih mudah dan lebih
mampu berkomunikasi dengan baik. Pendidikan formal diperoleh
dari sekolah atau perguruan tinggi dan pendidikan non formal
diperoleh melalui penyuluhan pembangunan atau pendidikan luar
sekolah dan bentuk-bentuk interaksi terprogram lainnya dalam
proses belajar sosial untuk mewujudkan kualitas kehidupan.
Sementara itu, pendidikan informal adalah pendidikan dalam
keluarga atau hasil interaksi dengan lingkungan (Aisyah, 2013).
31
Pendidikan baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada
umumnya petani yang berpendidikan lebih baik dan
berpengetahuan teknis yang lebih banyak, akan lebih mudah dan
lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam memajukan
usahatani yang dilaksanakan, petani membutuhkan kemampuan
berpikir dan pengetahuan mereka untuk mengelola usahataninya.
Hamundu (1997) mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan
petani akan semakin mudah menerima dan bekerja dengan konsep
yang abstrak. Dengan demikian pendidikan merupakan proses
yang dijalani seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang kemudian menghasilkan perubahan perilaku.
4) Usia Petani
Menurut Mardikanto (1996) dalam Aisyah (2013) berpendapat
bahwa semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban
mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat
setempat.
5) Jumlah Anggota Keluarga
Semakin sedikit jumlah anggota keluarga berarti semakin sedikit
pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga, begitu pula
sebaliknya.Oleh karena itu, dalam keluarga yang jumlah
32
anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang
harus dipenuhi.
2) Faktor Eksternal
Soekartawi (2005) menyatakan bahwa faktor eksternal petani atau
situasi lingkungan yang berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan adalah frekuensi kontak dengan sumber informasi,
kesukaan mendengarkan radio dan menonton televisi, membaca,
menghadiri pertemuan, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Mosher
(1981) dalam Aisyah (2013), sarana dan prasarana merupakan syarat
yang penting dalam keberhasilan suatu pembangunan pertanian.
Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari sarana jalan, saprodi,
pemasaran dan tersedianya kredit yang membantu permodalan petani.
Faktor eksternal yang ada dalam mayarakat dan petani khususnya
mempengaruhi minat petani untuk berusahatani. Faktor faktor
eksternal yang dijadikan variabel penduga pada penelitian ini
berkaitan dengan faktor yang berada diluar diri individu petani.
1). Harga Komoditi
Harga jual komoditi berperan dalam menentukan minat petani
dalam berusahatani. Semakin tinggi harga jual komoditi yang
diusahakan maka petani akan berpeluang besar untuk
mengusahakannya. Sebaliknya apabila harga jual komoditi rendah
maka peluang petani untuk mengusahakannya kecil. Harga jual
33
yang fluktuatif juga ikut berpengaruh terhadap keputusan petani
untuk menjalankan usahanya.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian sejenis dimasa lalu yang mendukung
pebelitian yang dilakukan. Kajian penelitian terdahulu diambil sebagai acuan
untuk memberikan gambaran dan pengetahuan pada penelitian ini. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
34
34
Tabel 4. Kesimpulan dari kajianpenelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian
No Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
1 Panurat, Parojouw, dan
Loho (2014).
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat
Petani Berusahatani Padi
Di Desa Sendangan
Kecamatan Kakas
Kabupaten Minahasa.
Analisis regresi linear
berganda model
Ordinay Least Square
(OLS).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani adalah luas lahan, pengalaman,
pendapatan, jumlah tanggungan anggota
keluarga, bantuan dan pendidikan, dimana
luas lahan dan pendapatan berpengaruh
sangat nyata terhadap minat petani.
2. Luas lahan dan pendapatan berpengaruh sangat nyata terhadap minat petani. Bantuan
dan pengalaman berpengaruh nyata
terhadap minat, sebaliknya pendidikan
berpengaruh tidak nyata terhadap minat.
Dengan nilai kontribusi Determinasi R2
faktor yang mempengaruhi adalah luas
lahan, pengalaman, jumlah tanggungan
anggota keluarga pendapatan, bantuan dan
pendidikan sebesar 72%.
2 Astuti, Ismono,dan
Situmorang (2013).
Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Minat Petani
Untuk Menerapkan
Budidaya Cabai Merah
Ramah Lingkungan
Di Kabupaten
LampungSelatan.
Analisis faktor dengan
program SPSS versi 18.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat petani untuk menerapkan budidaya
cabai merah ramah lingkungan di Kabupaten
Lampung Selatan adalah faktor aplikasi
budidaya dan bimbingan petugas, faktor
sarana dan serangan hama penyakit tanaman
serta faktor hasil budidaya.
35
35
3 Aisyah, Supriana, dan
Lubis(2013).
Analisis Persepsi dan
Sikap Serta Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi
Minat Petani Untuk
Menggunakan Sumber
Pembiayaan Formal
Usaha Tani Di
Kabupaten Asahan.
Analisis regresi logit
dan analisis multiatribut
Fishbein.
1. Secara serempak variabel bebas yang terdiri
dari usia, tingkat pendididikan, tingkat
pendapatan, luas lahan,produktivitas, status
lahan, pengalaman bertani, jumlah tenaga
kerja, jumlah pinjaman, mekanisme
prosedur, tingkat bunga, lokasi, dan jaminan
signifikan mempengaruhi minat petani
untuk menggunakan sumber pembiyaan
formal usaha tani.
2. Variabel usia, jumlah tenaga kerja,
jaminan/agunan, mekanisme/prosedur,
lokasi, jumlah pinjaman, tingkat bunga
berpengaruh nyata terhadap minat petani
untuk menggunakan sumber pembiyaan
formal usaha tani.
4 Muhammad, Agustono,
dan Wijianto (2016).
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat
Petani Dalam
Berusahatani Padi Di
Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar.
Analisis Binary Logistic
Regression.
1. Dalam berusahatani padi minat petani
dipengaruhi oleh variabel harga komoditi
(X6), variabel harga benih (X7), variabel
harga pupuk (X8), variabel ketersediaan air
(X9).
2. Sementara itu, variabel yang tidak
berpengaruh nyata yaitu variabel luas lahan
(X1), variabel pengalaman (X2), umur (X3),
variabel pendidikan (X4), variabel bantuan
pemerintah (X5), variabel pergiliran tanam
36
36
(X10).
5 Emilia, Hutabarat, dan
Arifudin (2014).
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat
Petani Kelapa Sawit
Rakyat Berpartisipasi
Dalam Sertifikasi Produk
Di Kabupaten Kampar.
Regresi berganda model
regresi binary logistic.
1. Persepsi petani KKPA tentang manfaat
pentingnya sertifikasi kelapa sawit sangat
penting diterapkan dengan total skor 4.661
terletak pada skor 4.056–4.992 (kategori
sangat penting). Petani swadaya memiliki
persepsi tentang sertifikasi kelapa sawit itu
penting dengan total nilai 2.596 yang
terletak pada rentang 2.184 – 3.1201
(kategori penting).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
petani dengan pola perkebunanKKPA
untukberpartisipasi dalam sertifikasi kelapa
sawit, yang memberikan informasi tentang
kelapa sawit yang berkelanjutan dengan
sertifikasi kelapa sawit RSPO dan ISPO
adalah pendidikan petani dan luas lahan
petani, sedangkan faktor - faktor yang
mempengaruhi minat petani swadaya dalam
berpartisipasi terhadap sertifikasi kelapa
sawit (RSPO dan ISPO) dipengaruhi oleh
pendidikan, luas lahan dan pekerjaan.
6 Iqbal, Lestari, dan
Soelaiman (2014).
Pendapatan Dan
Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Ubi Kayu
Analisis deskriptif
kuantitatif
1. Rata-rata pendapatan petani ubi kayu per hektar berdasarkan biaya tunai dan biaya
total sebesar Rp21.931.956,97/th dan
37
37
Di Kecamatan Sukadana
Kabupaten Lampung
Timur.
Rp20.795.322,09/th serta diperoleh nisbah
penerimaan (R/C rasio) atas biaya tunai dan
atas total sebesar 4,71 dan 3,95.
7 Sholiha, Nurmayasari, dan
Prasmatiwi (2017).
Analisis Risiko Dan
Pendapatan Usahatani
Cabai Merah (Capsicum
Annum) Di Kecamatan
Kedondong, Kabupaten
Pesawaran.
Analisis deskriptif
kuantitatif.
1. Pendapatan usahatani cabai merah sebesar Rp21.790.275,34 kg/ha.
2. Hasil analisis risiko usahatani cabai merah masih dalam tergolong rendah dan terdapat
hubungan antara risiko produksi dengan
pendapatan usahatani cabai merah, serta
sumber risiko yang dihadapi oleh petani
yaitu kondisi cuaca/iklim, serangan hama
dan penyakit.
8 Psikiatri, Widjaya, dan
Nurmayasari (2015).
Tingkat Pendapatan Dan
Nilai Tambah Usahatani
Padi Pada Petani Peserta
Program Pascapanen Di
Kabupaten Lampung
Timur.
Analisis deskriptif
kuantitatif.
1. Rata-rata pendapatan usahatani gabah menjadi beras pada petani yang mengikuti
program pascapanen sebesar
Rp9.912.832,17, sedangkan petani yang
tidak mengikuti program pascapanen
sebesar Rp12.902.500,21.
2. Terdapat perbedaan pendapatan dari usahatani gabah menjadi beras antara petani
yang mengikuti program pascapanen dan
petani yang tidak mengikuti program
pascapanen.
9 Filardhi, Hassanuddin, dan
Sadar (2014).
Persepsi Petani Terhadap
Usahatani Padi Varietas
Cilamaya Muncul dan
Ciherang Di Kecamatan
Palas Kabupaten
Analisis deskriptif
kuantitatif dan analisis
statistik dengan Uji Dua
Sampel Bebas Mann-
1. Persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya ialah lebih
menguntungkan, sedangkan persepsi petani
terhadap usahatani padi varietas Ciherang
ialah Lebih Menguntungkan. Terdapat
38
38
Lampung Selatan. Whitney. perbedaan persepsi petani padi di Desa
Bumi Restu terhadap usahatani padi varietas
Cilamaya Muncul dan terdapat perbedaan
persepsi petani padi di Desa Bumi Daya
terhadap usahatani padi varietas Ciherang.
2. Faktor-faktor yang paling berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani
padi varietas Cilamaya Muncul adalah
tingkat interaksi sosial, sedangkan faktor-
faktor yang berhubungan dengan persepsi
petani terhadap usahatani padi varietas
Ciherang adalah tingkat kebutuhan.
10. Mariman, Muniarti, dan
Hassanuddin (2010).
Persepsi Petani Terhadap
Usahatani Cabai Ramah
Lingkungan (Kasus di
Desa Adiluwih
Kecamatan Adiluwih
Kabupaten Pringsewu)
Analisis korelasi
Parsial Kendall dan
perbedaan persepsi
petani diuji dengan uji
beda Mann-Whitney
1. Persepsi petani terhadap usahatani cabai ramah lingkungan di Kecamatan Adiluwih
Kabupaten Pringsewu adalah baik, yaitu
budidaya mudah, produktivitas tinggi, biaya
usahatani rendah, pemasaran sedang dan
keuntungan cukup menguntungkan.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap usahatani cabai
ramah lingkungan adalah tingkat
pendidikan, interaksi sosial, dan tingkat
pengetahuan petani, sedangkan faktor-
faktor yang tidak berhubungan dengan
persepsi petani terhadap usahatani cabai
ramah lingkungan adalah lama berusahatani
dan tingkat kebutuhan petani.
3. Tidak terdapat perbedaan antara persepsi
39
39
petani cabai ramah lingkungan dengan
petani cabai nonramah lingkungan terhadap
usahatani cabai ramah lingkungan.
40
C. Kerangka Pemikiran
Usahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu
pilihan usahatani yang telah banyak dilakukan oleh petani. Mayoritas
usahatani ubi kayu yang diusahakan adalah jenis ubi kayu industri. Ubi kayu
industri tidak dapat diolah secara langsung karena kandungan HCN yang
tinggi, akibatnya ubi kayu industri hanya dapat dijadikan sebagai bahan baku
industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku
bioethanol. Banyaknya serangkaian proses dan modal dalam pembuatan
bioethanol menyebabkan industri yang beroperasi dalam bidang ini masih
sangat sedikit bahkan jarang ditemui. Akibatnya, para petani ubi kayu
menggantungkan nasibnya kepada industri pengolahan tepung tapioka.
Petani dalam melakukan usahatani menggunakan beberapa faktor produksi
seperti lahan, modal / sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan)
serta tenaga kerja untuk memperoleh hasil dan keuntungan. Dalam usahatani
kepemilikan lahan yang merupakan salah satu faktor produksi umumnya
sangat mendukung untuk perkembangan usahatani tersebut. Hal ini
dikarenakan, semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin besar
potensi petani untuk mengembangkan usahataninya.
Modal juga berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama untuk
pengadaan sarana produksi. Modal di dalam usahatani biasanya digunakan
untuk pembelian berbagai sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida,
serta upah tenaga kerja di dalam produksi akan sangat berpengaruh pada
41
proses produksi, karena suatu proses produksi membutuhkan input produksi.
Input atau korbanan ini semula berupa fisik, kemudian dinilai dalam bentuk
uang atau rupiah, yang disebut dengan total biaya produksi. Dalam usahatani
ubi kayu diperoleh produksi di mana jika dikalikan dengan harga jualnya
akan menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara penerimaan
usahatani dengan total biaya usahatani disebut dengan pendapatan usahatani.
Persepsi petani terhadap budidaya ubi kayu merupakan interpretasi petani
terhadap usahatani ubi kayu industri apakah dapat bermanfaat bagi petani
atau tidak, sebab persepsi petani berhubungan erat dengan kelanjutan
usahatani ubi kayu. Persepsi ini dianalisis dengan menggunakan analisis
skala likert summated rating (SLR). Dalam analisis ini digunakan
pernyataan-pernyataan tentang indikator-indikator yang berkaitan dengan
usahatani ubi kayu. Indikator- indikator dalam pengukuran ini adalah a)
budidaya ubi kayu, b) pemasaran ubi kayu, c) lembaga penunjang, dan d)
tingkat pemenuhan kebutuhan petani. Setiap pernyataan-pernyataan yang
berkaitan dengan indikator diberi skor atau nilai.
Minat adalah sebuah aspek yang menghubungkan antara seseorang dengan
pekerjaan. Aspek tersebut merupakan suatu alasan mengapa para petani ubi
kayu masih tetap bertahan menjalankan usahatani. Minat petani untuk dalam
berusahatani tentu saja salah satunya dilatar belakangi oleh persepsi dan
berbagai faktor yang berpengaruh dalam melaksanakan usahatani.
42
Masih banyaknya jumlah petani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur yang
menerapkan usahatani ubi kayu diduga disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain petani memiliki luas lahan yang cukup luas, pengalaman petani
dalam berusahatani ubi kayu sudah cukup lama, tingkat pendidikan petani
masih rendah sehingga sulit untuk mengadopsi inovasi tentang usahatani
lainnya, jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh kepala keluarga
cukup banyak, serta seberapa menariknya harga komoditas ubi kayu dalam
menghasilkan keuntungan bagi petani. Dari variabel-variabel tersebut, akan
diperoleh data kualitatif yang selanjutnya akan diolah menggunakan analisis
regresi berganda dengan model Binary Logistic Regression (BLR) yang
menggunakan alat bantu SPSS versi 24.
Penelitian ini mengkaji seberapa besar minat pertani dalam mengusahakan
ubi kayu industri dan mengetahui persepsi petani dalam memilih usahatani
ubi kayu sebagai usahatani yang akan diusahakan di Kecamatan Sukadana
Kabupaten Lampung Timur. Bagan kerangka pemikiran tentang analisis
pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani dalam
berusahatani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur, dapat dilihat pada
Gambar 4.
43
Gambar 4. Kerangka pemikiran analisis pendapatan, persepsi dan faktor-
faktor yang mempengaruhi minat petani dalam berusahatani
ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur.
Input
Faktor Produksi :
1. Lahan 2. Bibit 3. Pupuk TSP 4. Pupuk KCL 5. Pupuk Urea 6. Pupuk Organik 7. Obat-Obatan 8. Tenaga Kerja
Produksi
Biaya Produksi
Harga
Penerimaan
Harga
Pendapatan
Minat Petani Dalam
Berusahatani Ubi Kayu
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
1. Luas Lahan (X1) 2. Usia Petani (X2) 3. Pengalaman
Berusahatani (X3)
4. Pendapatan(X4) 5. Jumlah
Tanggungan
Anggota keluarga
(X5)
6. Harga Komoditi (D1)
Persepsi Petani dalam
Berusahatani Ubikayu
Ubi Kayu
Pangan Ubi Kayu
Industri
Tinggi Rendah
Petani Ubi Kayu
Industri
Usahatani Ubi Kayu
44
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah diduga faktor-faktor yang
mempengaruhi minat petani dalam berusahatani ubi kayu di Kecamatan
Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.adalah luas lahan (X1), usia petani
(X2), pengalaman berusahatani (X3), tingkat pendapatan (X4), jumlah anggota
keluarga (X5), dan harga jual komoditas ubi kayu (D1).
45
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei. Menurut Wirartha (2005), metode survei merupakan cara
pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam kurun waktu yang
bersamaan dari populasi besar maupun kecil, dari data yang diperoleh
tersebut dapat ditemu