Upload
vannga
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008 – 2012 )
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
DANANG FEBRIYANTO 109082000058
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008 – 2012 )
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
DANANG FEBRIYANTO 109082000058
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Danang Febriyanto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Februari 1990
3. Alamat : Perum Harapan Bahagia Rt 007 Rw 004,
Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi
4. Telepon : 08988816244
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Tarbiyatun Nufus Jakarta Barat Tahun 1995 - 1996
2. SD Negeri 01 Jakarta Barat Tahun 1996 - 2002
3. SMP Negeri 19 Bekasi Tahun 2002 - 2005
4. SMA Negeri 4 Bekasi Tahun 2005 - 2008
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009 - 2013
vii
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sukamto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 4 April 1952
3. Ibu : Suwariyah
4. Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 5 April 1955
5. Alamat : Perum Harapan Bahagia Rt 007 Rw 004
Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi
6. Anak ke dari : 2 dari 2 bersaudara
viii
ANALYSIS OF IMPLEMENTATION GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TO CORPORATE PERFORMANCE
( Empirical Study Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Years 2008 – 2012 )
By: Danang Febriyanto
abstract This study aims to examines the analysis of the implementation of good corporate governance on corporate performance. Data obtained by 40 companies with the 2008 - 2012 period associated with 5 variables, 4 independent variables: independent board, board size, institutional ownership, managerial ownership and 1 dependent variable: the corporate performance as measured by Tobin's Q. Data analysis method used is heteroscedasticity, normality test, autocorrelation test, multikolonieritas test, determination test, T statistics test, and F statistics test. The results showed that (1)variable independent board has a significant effect on corporate performance,(2)variable board of directors has a significant effect on corporate performance,(3)institutional ownership variable has a significant effect on corporate performance,(4)managerial ownership variable has a significant effect on corporate performance.
Keywords: corporate governance, independent board, board size, institutional ownership, managerial ownership, corporate performance
ix
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 )
Oleh : Danang Febriyanto
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis penerapan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Data yang diperoleh sebanyak 40 perusahaan dengan kurun waktu 2008 - 2012 yang dihubungkan dengan 5 variabel penelitian, yaitu, 4 variabel independen : dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan 1 variabel dependen : kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Metode analisis data yang digunakan adalah uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolonieritas, uji determinasi, uji statistik t, dan uji statistik f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)variabel dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (2)variabel dewan direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (3)variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (4)variabel kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kata kunci: corporate governance, dewan komisaris independen, ukuran dewan
direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kinerja perusahaan
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang
telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Bapak Sukamto dan Ibu Suwariyah tercinta, yang selalu mencurahkan
perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju untukku.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
3. Ibu Zuwesti Eka Putri, SE,.M.Ak selaku selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang
Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang
skripsi.
4. Ibu Dr. Rini, Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
6. Keluargaku tercinta, Kaka siwi, Bulek Marmi, Lek Jiran, Ade Ika yang
selama ini selalu mendukung dan memberikan semangat serta nasihat yang
tidak akan pernah penulis lupakan sampai kapanpun.
7. Akuntansi B UIN 2009, dan seluruh teman-temanku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, terima kasih atas doa dan dukungan
yang diberikan kepada penulis.
8. Seluruh Team Bopak dan sahabat, Adriansyah, Wayan, Yayan, Eko, Brian,
Matuy, Fiki, Arif, Septy, Echy, Fauzi, Hendro, Dhio dan Heri, terima kasih
atas semuanya selama ini dan semoga tak pernah ada kata berpisah.
9. Sahabat seperjuanganku, Meisya, Sukoco, Dellia, Randi dan Septian, terima
kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Seniorku, Ka Andi, Ka Oktavia, dan Ka Nurlia, terima kasih atas bantuannya.
11. Sahabatku dari SMA, Erry, Jefry, Didik, Cahyo, Bekti, terima kasih untuk
persahabatannya selama ini, semoga tetap solid sampai kapanpun.
12. Priyaniza Arum Mayangsari, terima kasih atas semua motivasinya untuk
selalu semangat, terus mengingatkan dan menghitung mundur akan deadline.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 6 September 2013
Danang Febriyanto
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi…………………………………………….iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................. v
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... vi
Abstract ......................................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................... x
Daftar Isi ....................................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................. xv
Daftar Tabel ................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil .............. 10
1. Agency Theory ...................................................................... 10
2. Good Corporate Governance ................................................ 12
a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ................... 14
b. Tujuan Good Corporate Governance. ............................... 20
c. Good Corporate Governance di Indonesia ........................ 22
3. Kinerja Perusahaan……………………………………………26
a. Definisi Kinerja ............................................................... 26
b. Sistem Pengukuran Kinerja ............................................. 27
c. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan ............................. 28
xiii
d. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan ................................. 29
4. Dewan Komisaris Independen ............................................... 30
5. Dewan Direksi………………………………………................30
6. Kepemilikan Institusional ....................................................... 32
7. Kepemilikan Manajerial ......................................................... 33
B. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 35
C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 38
D. Hipotesis .................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 45
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 45
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 46
D. Metode Analisis Data ................................................................ 47
1. Statistik Deskriptif.................................................................... 47
2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………. 47
a. Uji Autokorelasi…………………………………………….47
b. Uji Multikolonieritas………………………………………..48
c. Uji Heteroskedasitas………………………………………..48
d. Uji Normalitas………………………………………………49
3. Uji Hipotesis…………………………………………………...50
a. Koefisien Determinasi………………………………………50
b. Uji Statistik t………………………………………………..51
c. Uji Statistik f………………………………………………..52
E. Operasional Variabel dan Pengukurannya………………………52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 57
A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 57
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 59
C. Analisis dan Pembahasan……………………………………….. 61
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 61
a. Uji Autokorelasi ............................................................... 61
b. Uji Multikolonieritas ........................................................ 62
xiv
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 63
d. Uji Normalitas …………………………………………….65
2. Pengujian Hipotesis ………………………………………….. 66
a. Koefisien Determinasi ....................................................... 66
b. Uji Statistik t .................................................................... 67
c.. Uji Statistik f ................................................................... 72
BAB V PENUTUP.................................................................................... 75
A. Kesimpulan............................................................................... 75
B. Implikasi………………………………………………………….76
C. Saran .......................................................................................... 76
Daftar Pustaka ............................................................................................. 78
Lampiran ...................................................................................................... 82
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antar Variabel………………………..38
4.1 Grafik Hasil Uji Heteroskedasitas……………………………………….64
4.2 Grafik Normality Probability Plot (Hasil Uji Normalitas)………………65
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang…………..................35
3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian…………………………..56
4.1 Rincian Sampel Penelitian……………………………………………...57
4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri……………..58
4.3 Statistik Deskriptif……………………………………………………..59
4.4 Hasil Uji Autokorelasi……………………………………………….....61
4.5 Tabel Dublin Watson…………………………………………………..62
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas……………………………………………..63
4.7 Koefisien Determinasi………………………………………………....66
4.8 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)………………………..67
4.9 Hasil Uji Statistik F……………………………………………………73
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Klasifikasi Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian……….83
2. Data Komisaris Independen…………………………………………….84
3. Data Ukuran Dewan Direksi……………………………………………85
4. Data Kepemilikan Institusional…………………………………………86
5. Data Kepemilikan Manajerial…………………………………………...87
6. Data Tobin’s Q………………………………………………………….88
7. Uji Statistik Deskriptif, Uji Autikorelasi………………………….…….98
8. Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas……………………….....99
9. Uji Normalitas, Uji Determinasi……… ………………………………100
10. Uji Hipotesis Statistik t, Uji Hipotesis Statistik f……………………...101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau
memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja
perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut dapat dicapai jika
perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan.
Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan
dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan
dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun di lain pihak,
manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda
terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang
akan diterima. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan
yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan
investor maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang
pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Oleh
karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap berbagai pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Almilia dan Sifa, 2006)
Hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan pada umumnya berkisar pada hal-hal yang sifatnya
fundamental yaitu : (1)Perlunya kemampuan perusahaan untuk mengelola
2
sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien, yang mencakup
seluruh bidang aktivitas (sumber daya manusia, akuntansi, manajemen,
pemasaran dan produksi), (2)Konsistensi terhadap sistem pemisahan
antara manajemen dan pemegang saham, sehingga secara praktis
perusahaan mampu meminimalkan konflik kepentingan yang mungkin
terjadi antara manajemen dan pemegang saham dan (3)Perlunya
kemampuan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pada penyandang
dana ekstern, bahwa dana ekstern tersebut digunakan secara tepat dan
seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak yang
terbaik untuk kepentingan perusahaan (Darmawati, 2005).
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka perusahaan
perlu memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, yang
mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham
dan pihak kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan dirinya akan
memperoleh keuntungan investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi,
selain itu juga harus dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan
serta perusahaan itu sendiri. (Tjager, 2003).
Kondisi yang dihadapi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia
masih lemah dalam mengelola perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh masih
lemahnya standar-standar akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban
terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan
transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan. Kenyataan
tersebut secara tidak langsung menunjukkan masih lemahnya perusahaan-
3
perusahaan publik di Indonesia dalam menjalankan manajemen yang baik
dalam memuaskan stakeholders perusahaan. Dalam upaya mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut, maka para pelaku bisnis di Indonesia
menyepakati penerapan good corporate governance (GCG), suatu sistem
pengelolaan perusahaan yang baik, hal ini sesuai dengan penandatanganan
perjanjian Letter of intent (LOI) dengan IMF tahun 1998, yang salah satu
isinya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di
Indonesia (Sedarmayanti, 2007).
Good Corporate Governance (GCG) kini ditempatkan di posisi
terhormat, hal itu setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama,
GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan
persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu
berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di
kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan
penerapan good corporate governance, di antaranya, sistem regulator yang
payah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktek
perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang
kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas (Suranta dan
Merdistusi, 2004).
Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance yang baik
merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang
saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat
4
waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk
mengungkapkan semua informasi kinerja keuangan perusahaan secara
akurat, tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan
publik maupun tertutup harus memandang Good Corporate Governance
(GCG) bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi sebagai upaya peningkatan
kinerja dan nilai perusahaan (Tjager, 2003).
Munculnya berbagai skandal akuntansi yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik
terutama investor terhadap pelaporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan. Badan Pemeriksa Keuangan menemukan beberapa
pelanggaran kepatuhan PT Jamsostek atas laporan keuangan 2011 dengan
nilai di atas Rp 7 triliun, Hal tersebut terungkap dalam makalah presentasi
Bahrullah Akbar, anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan. Bahrullah
mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011
Jamsostek yang menyimpang dari aturan. Pertama, Jamsostek membentuk
Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar Rp7,24
triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004. Kedua,
Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif
program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Ketiga, BPK menemukan
Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni
jaminan medium term notes. Adapun temuan keempat dari BPK adalah
masih terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan piutang hasil
5
investasi. Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh
tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai. (Rustia, 2012)
Masalah penyimpangan lainnya juga terjadi di negara jepang, yaitu
masalah Olympus di tahun 2011, produsen kamera asal Jepang mengaku
telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama
puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi
kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi. Presiden Direktur
Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur
dari jabatan Presiden dan Komisaris sebagai pihak yang bertanggung
jawab. Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor
internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-
nutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana.
Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh
29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini juga
sudah kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun karena masalah
investasi bodong tersebut. (Taqiyyah, 2012)
Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan
bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan Corporate
Governance. Corporate Governanace merupakan salah satu elemen kunci
dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang
saham dan stakeholders lainnya (Ujiyanto, 2007).
6
Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah
bermacam-macam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya
tergantung pada aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan,
pemasaran, sumber daya manusia, dan banyak lagi kegiatan lainnya.
Kinerja keuangan adalah salah satu tolak ukur dalam menilai suatu
perusahaan, kondisi keuangan yang bagus cenderung menarik perhatian
investor, Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering
dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan (Kieso dan Weygandt,
2008).
Titi Purwantini (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan dan
kinerja keuangan perusahaan dengan indikator independensi dewan
komisaris, kepemilikan institusional, dan kepemilikan terkonsentrasi.
Secara empiris, menyatakan bahwa penerapan good corporate governance
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan kinerja keungan
perusahaan. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan
perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2005 sampai 2007.
Iqbal Bukhori (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan dengan indikator jumlah dewan direksi, jumlah dewan
komisaris, dan ukuran perusahaan. Secara empiris, menyatakan bahwa
penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
7
perusahaan. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu, yaitu:
1. Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2008-2012.
Alasan peneliti menggunakan tahun 2008 sampai dengan 2012, karena
periode tersebut menunjukkan kondisi yang paling aktual berkaitan
dengan masalah yang ingin diteliti.
2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada satu industri saja yaitu
industri manufaktur dengan tujuan untuk menghindari adanya bias
yang disebabkan oleh perbedaan industri.
3. Pada penelitian ini, mekanisme Corporate Governance yang
digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, jumlah
dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan
kinerja keuangan yang diukur melalui Tobin’s Q rasio.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menarik untuk diteliti
sejauh mana tingkat keberhasilan perusahaan dalam menerapkan good
corporate governance serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.
Penulis merasa tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: “Analisis
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja
Perusahaan ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012 )”.
8
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis
mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh dewan komisaris independen (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
2. Bagaimana pengaruh ukuran dewan direksi (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
3. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
4. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk
mengetahui secara empiris pengaruh good corporate governance terhadap
kinerja keuangan perusahaan :
1. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris independen (indikator
good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional (indikator
good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
4. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
9
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini memberikan manfaat,
diantaranya:
1. Bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai praktik Good Corporate
Governance berkaitan dengan kinerja perusahaan serta dapat
dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap
kinerja perusahaan.
3. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para pembaca seperti investor, badan otoritas pasar
modal, dan para analis keuangan lainnya mengenai relevansi kinerja
perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan Good Corporate
Governance.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Agency Theory (Teori Keagenan)
Teori agensi pada awalnya berkaitan dengan masalah kepemilikan
perusahaan melalui pembelian saham. Teori agensi dalam manajemen
keuangan membahas adanya hubungan agensi, yaitu hubungan mengenai
adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan
oleh manajer. Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik
kepentingan pribadi (konflik agensi). Konflik tersebut terjadi karena
pemilik modal berusaha menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko
sekecil mungkin, sedangkan manajer cenderung mengambil keputusan
pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang sering
bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri.
(Jensen & Meckling, 1976).
Teori agensi berkembang dalam dua aliran, positivism dan
principal agent. Keduanya menggunakan dasar yang sama, yaitu adanya
kontrak prinsipiil dan agen. Aliran pertama, positivsm difokuskan pada
situasi yang menyebabkan timbulnya konflik kepentingan antara agen
prinsipiil dan cara pengelolaan konflik tersebut agar perilaku agen lebih
terkendali pada kepentingan prinsipiil. Secara umum, pendapat itu hanya
berfokus pada hubungan agen prinsipiil atau pemilik manajer perusahaan
11
yang go public dan pendekatannya tidak terlalu matematis. Menurut aliran
principal agent masalah biaya agensi merupakan penerapan di bidang
pendelegasian kepada pelaksana pekerjaan yang banyak dijumpai dalam
kasus sehari-hari. (Jensen & Meckling, 1976).
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu Corporate Governanace dan manajemen laba. Adanya
pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen
dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen
diantara principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi
diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen
sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja
untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian
kompensasi kepada agen. (Berkaoui, 2007)
Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima
return atas dana yang mereka investasikan. Corporate Governance
berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri/ menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek
12
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah
ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengendalikan para manajer (Darmawati, 2005).
2. Good Corporate Governance
Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001
pengertian Good Corporate Governance adalah sebagai berikut:
“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan”.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG):
“Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang
berlaku”. (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004).
Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance
didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang
memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi
13
tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan
investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Effendi, 2009).
GCG memacu terbentuknya pola manajemen yang professional,
transparan, bersih dan berkelanjutan. Pedoman Umum Good Corporate
Governance di Indonesia tahun 2006 yang disusun oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) menyebut lima asas GCG yaitu
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.
Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat
(FCGI, 2001), yaitu: meningkatkan kinerja perusahaan, mempermudah
diperolehnya dana pembiayaan yang lebih mudah, mengembalikan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan
meningkatkan shareholders’s value. Good Corporate Governance terdiri
dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate
Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar
perusahaan (Corporate Governance eksternal Perusahaan).
Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang
selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola
perusahaan. Jika kinerja Corporate Governance internal baik maka kinerja
perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance
internal perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris,
manajer, karyawan, sistem, dan komite audit. Corporate Governance
eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan
di luar perusahaan dan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan
14
perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal
perusahaan adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum,
investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang
memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman, dan
pengesah legalitas (Kresnohadi, 2000)
a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip Good Corporate Governance diharapkan menjadi titik
rujukan pembuat kebijakan (pemerintah) dalam membangun kerangka
kerja penerapan Corporate Governance. Bagi pelaku usaha dan pasar
modal, prinsip ini dapat menjadi pedoman mengolaborasi praktek terbaik
bagi peningkatan kinerja dan keberlangsungan perusahaan.
Menurut SK Menteri BUMN Nomor : Kep. 117/M-MBU/2002
tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance yang dikutip oleh
Sedarmayanti diutarakan bahwa prinsip-prinsip Good Corporate
Governance meliputi :
1). Fairnes (Kewajaran)
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan
keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk
pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
15
a. Dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi
kepentingan minoritas.
b. Membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan
atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap
perbuatan buruk orang dalam dan konflik kepentingan.
c. Menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi.
2). Disclosure dan Transparancy (Transparansi)
Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat
waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan
keputusan mengenai perubahan mendasar atas perusahaan dan
memperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat
dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi
kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
a. Mengembangkan sistem informasi akuntansi yang berbasiskan
standar akuntansi
b. Mengembangkan informasi teknologi dan management
information system untuk menjamin adanya pengukuran kinerja
yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif
oleh Dewan Komisaris dan Direksi.
c. Mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka.
16
Adapun hal-hal yang harus diungkapkan adalah :
a. Financial and Operating Result
Laporan keuangan yang sudah di audit adalah sumber informasi
untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan untuk meletakkan dasar
bagi penilaian asset sekuritas. Diskusi manajemen dan analisis operasi
terkadang juga menyertai laporan keuangan, pengungkapan hal-hal diatas
akan bermanfaat bagi investor.
b. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan harus disosialisasikan kepada lingkungan bisnis
dan masyarakat umum. Informasi ini mungkin penting bagi investor dan
pengguna lainnya untuk mengevaluasi hubungan perusahaan dengan
komunitas tempat mereka beroperasi dan langkah-langkah perusahaan
yang akan diambil perusahaan untuk mencapai tujuannya.
c. Kepemilikan Saham
Salah satu hak investor adalah mendapatkan informasi tentang
struktur kepemilikan perusahaan hingga hak-hak pemilik perusahaan.
Pengungkapan yang diperlukan adalah data pemegang saham mayoritas,
hak-hak voting khusus, persetujuan pemegang saham dan lain-lain.
d. Isu-isu material yang berhubungan dengan kepegawaian dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
Setiap informasi yang diungkapkan harus di audit terlebih dahulu
agar mempunyai standar kualitas yang tinggi, audit harus dilaksanakan
17
oleh auditor independen untuk memberikan informasi yang independent
bagi pihak eksternal. Jalur informasi harus mencerminkan keadilan,
ketepatan waktu, dan efisiensi biaya agar informasi relevan.
3). Accountability (Akuntabilitas)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan efektif
berdasarkan keseimbangan kekuasaan antar manajer, pemegang saham,
dewan komisaris, dan auditor, merupakan bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
a. menyiapkan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan dengan
cara yang tepat.
b. Mengembangkan Komite Audit dan risiko untuk mendukung
fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris.
c. Mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi
internal.
Terdapat beberapa karakteristik akuntabilitas, sebagai berikut :
a. Anggota Dewan Direksi dan Komisaris harus bertindak didasari
informasi yang lengkap, dengan itikad baik sebesar-besarnya untuk
kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
b. Bila keputusan Dewan Direksi dan Komisaris mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda diantara pemegang saham, maka
Dewan harus memuaskan keluhan pemegang saham.
18
c. Dewan Direksi dan Komisaris harus menjamin ketaatan atas
hukum yang diterapkan dan perlindungan terhadap kepentingan
pemegang saham.
d. Dewan Direksi dan Komisaris harus memenuhi beberapa fungsi,
yaitu:
1) Malakukan review atas strategi perusahaan, pelaksanaan
rencana utama, kebijakan resiko, anggaran tahunan dan rencana
bisnis, pemantauan kinerja perusahaan dan mengawasi harta
utama, pembelanjaan dan akuisisi.
2) Menyeleksi, memberikan penghargaan, memantau hingga bila
dibutuhkan mengawasi succession planning.
3) Malakukan review atas gaji eksekutif dan memastikan
pencalonan atas anggota Dewan terbuka.
4) Memantau dan mengelola konflik kepentingan dari
manajemen, pemegang saham termasuk penyalahgunaan harta
penyalahgunaanhubungan transaksi dari berbagai pihak.
5) Memastikan integritas dari sistem pelaporan akuntansi dan
financial perusahaan, melalui audit yang independen, dan
sistem pengendalian yang tepat.
6) Mengawasi proses transparansi dan transaksi.
4). Responsibility (Responsibilitas)
Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta pemegang
19
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
a. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya
wewenang.
b. Menyadari akan adanya tanggung jawab social.
c. Menghindari penyalahgunaan kekuasaan.
d. Memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance dimaksudkan
untuk mencapai beberapa hal berikut :
a. Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan
cara meningkatkan prinsip transparansi,akuntabilitas, kewajaran,
dan responsibilitas agar perusahaan memiliki daya saing kuat,
baik secara nasional maupun internasional, serta menciptakan
iklim yang mendukung investasi.
b. Mendorong pengelolaan perseroan secara professional, transparan,
dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum
Pemegang Saham.
c. Mendorong agar pemegang saham, anggota dewan komisaris dan
anggota direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
20
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yan
berkepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar
perseroan”.
Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip GCG pada hakikatnya
sama yaitu mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dipercayakan,
transparansi atas informasi dan keadaan yang sesugguhnya yang diamati
perusahaan, persamaan perlakuan bagi seluruh pemegang saham dan
stakeholders, serta tanggung jawab legal manajemen. (Effendi, 2009)
b. Tujuan Good Corporate Governance
Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan
perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam
banyak hal GCG yang baik telah terukti juga meningkatkan kinerja
korporat.
Dalam keputusan BUMN Nomor Kep. : 117/M-MBU/2002
diutarakan bahwa penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk :
a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab,
dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional.
21
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan,
dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian organ.
c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dalam
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta kesadaran akan adanya tanggung jawab social BUMN
terhadap stakeholder maaupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN.
d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional. (2007:60)
Tindakan pemantauan efektifitas praktik Corporate Governance
dalam suatu BUMN merupakan tanggung jawab dan dilakukan oleh
Komisaris atau Dewan Pengawas. Dalam hal ini pemegang saham atau
pemilik modal tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional
perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Kusumawati, 2005)
Corporate Governance sebagai suatu sistem bagaimana suatu
perusahaan dikelola dan diawasi, pelaksanaan GCG membawa banyak
manfaat dari penerapannya. Berikut ini pendapat beberapa tokoh, menurut
The forum for Corporate Governance in Indonesia yang dikutip oleh
22
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, kegunaan dari
Corporate Governance yang baik adalah :
1. Lebih mudah memperoleh modal.
2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah.
3. Memperbaiki kinerja Usaha.
4. Mempengaruhi harga saham
5. Memperbaiki kinerja ekonomi. (2002:10)
Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang penting
dalam membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan
mendorong arus investasi internasional yang stabil dan bersifat jangka
panjang. Jadi berdasarkan beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan
bahwa manfaat GCG antara lain adalah entitas bisnis akan menjadi lebih
efisien, meningkatkan kepercayaan publik, dapat mengukur target kinerja
perusahaan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan harga saham,
meningkatkan corporate image. (Effendi, 2009)
c. Good Corporate Governance di Indonesia
Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir ini telah menjadikan
Corporate Governance menjadi isu penting di kalangan eksekutif, Non
Government Organization (NGO), Konsultan Korporasi, akademisi, dan
pembuat kebijakan (pemerintah) di berbagai belahan dunia. Isu yang
terkait dengan Corporate Governance seperti isider trading, transparansi,
akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan
23
perlindungan investor telah menjadi ungkapan lazim dibicarakan di
kalangan pelaku usaha. Corporate Governance juga telah menjadi salah
satu isu penting bagi pelaku usaha di Indonesia. Sentralisasi isu Corporate
Governance dilatarbelakangi permasalahan yang terkait dengan trend di
industri pasar modal, korporasi, pasar audit, tuntutan akan transparansi dan
independensi, dan krisis financial Asia. Penerapan prinsip-prinsip GCG,
yang didukung dengan regulasi yang memadai, akan mencegah berbagai
bentuk overstated, ketidakjujuran dalam financial disclosure yang
merugikan stakeholders. (Daniri, 2005)
Penerapan GCG dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dengan
meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri,
dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat
kepercayaan investor, lemahnya praktik GCG merupakan salah satu faktor
yang memperpanjang krisis ekonomi di Negara Indonesia. (Carningsih,
2009)
Pemerintah melalui kantor kementrian BUMN maupun otoritas
pasar modal dalam hal ini Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan
direksi Bursa Efek Indonesia (pada saat itu masih Bursa Efek Jakarta)
telah mewajibkan BUMN dan Emiten untuk menerapkan kebijakan GCG
yang bertujuan menciptakan kepastian hukum yang bermuara kepada
perlindungan investor dan masyarakat. Fokus utama penerapan GCG saat
24
ini adalah di lingkungan BUMN dan perusahaan terbuka, namun
kenyataannya konsep GCG masih belum dipahami dengan baik oleh
sebagian besar pelaku usaha.Penerapan GCG di organisasi publik, bank
maupun BUMN, dirahapkan dapat mengembalikan kepercayaan
masyarakat, untuk mengantisipasi persaingan yang ketat di era pasar
bebas, tanggung jawab sosial perusahaan dan etika bisnis. Suatu bisnis
tidak hanya dijalankan dengan modal uang saja, tetapi juga dengan
tanggung jawab dan moralitas perusahaan terhadap stakeholders dan
masyarakat. Penerapan GCG tidak dapat dilepaskan dari moral dan etika
para pelaku bisnis, yang selayaknya dituangkan dalam suatu standar baku
di masing-masing perusahaan yang disebut Corporate Code of Conduct.
(Filia dan Endang, 2010)
Privatisasi memungkinkan penerapan GCG dengan lebih baik dan
konsisten di lingkungan BUMN, yang pada gilirannya menumbuhkan
keyakinan investor kepada BUMN. Bagi Indonesia, dengan aktivitas
BUMN yang hampir menyentuh berbagai sektor ekonomi nasional,
tumbuhnya keyakinan investor terhadap BUMN akan sangat berpengaruh
secara keseluruhan. (Filia dan Endang, 2010)
Komite Nasional mengenai kebijakan Corporate Governance
(National Committee on Corporate Governance), mengidentifikasi 13
bidang penting yang memerlukan pembaharuan, menyusun dan
menerbitkan Pedoman Good Corporate Governance (Code for Good
25
Corporate Governance), yang dapat digunakan oleh korporasi dalam
mengembangkan Corporate Governance, berisi :
a. Hak dan tanggung jawab pemegang saham.
b. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan komisaris.
c. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan direksi.
d. Sistem audit, termasuk peran auditor eksternal dan komite audit.
e. Fungsi, tugas dan kewajiban sekretaris perusahaan.\Hak
stakeholders, dan akses kepada informasi yang relevan.
f. Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat.
g. Kewajiban para komisaris dan direksi untuk menjaga kerahasiaan.
h. Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam.
i. Etika berusaha.
j. Ketidakpatutan pemberian donasi politik.
k. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi
kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.
l. Kesempatan kerja yang sama bagi para karyawan, (Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004)
Selain itu, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
merupakan salah satu institusi yang aktif dan representative, (didirikan
tahun 2000), diprakarsai 5 asosiasi bisnis, yaitu: Asosiasi Emiten
Indonesia (AEI), Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan
Manajemen(IAI-KAM),Ikatan Netherlands Association (INA/Perkumpilan
Indonesia Belanda), Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI). FCGI
26
bertujuan menjebatani kesenjangan antara praktik bisnis sekarang dengan
international best practice, dan memberi informasi tentang Corporate
Governance. Tantangan yang dihadapi oleh dunia bisnis akan semakin
beragam bentuknya, dan tantangan tersebut akan jauh lebih nyata pada
masa mendatang, di mana dunia semakin tidak bisa dibatasi lagi secara
nyata dengan sekat, karena perkembangan teknologi informasi yang
semakin canggih. (Daniri, 2005)
3. Kinerja Perusahaan
a. Definisi Kinerja
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja
keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang
dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. (Cahyani, 2009)
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi
pada suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya
biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi,
27
pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya
(Ceacilia Srimindarti, 2004).
Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka
ada beberapa pengertian kinerja yaitu keberhasilan personel, tim, atau unit
organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. (Mulyadi, 2007)
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission
accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa
ataupun suatu proses. Pengukuran kinerja yang didefinisikan sebagai
“performing measurement“ adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan
atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode
akuntansi. (Darmawati, 2005)
b. Sistem Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan ukuran
kinerja yang menyediakan informasi yang berguna bagi perusahaan,
sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan
adanya pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan mampu bertahan
dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang ada. Sistem
pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
tobin’Q yang merupakan rasio dari perbandingan antara equity market
value dan equity book value (Herawaty,2008)
28
Rasio Tobin’s Q adalah salah satu cara yang dapat digunakan
dalam menilai kinerja perusahaan. Rasio ini di kembangkan oleh Profesor
James Tobin (1976). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap investasi. Jika rasio-q diatas satu, ini
menunjukkan bahwa estimasi dalam aktiva menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini
akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu maka investasi
dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008)
c. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Penilaian kinerja adalah salah satu faktor penting dalam
keberhasilan perusahaan, adapun manfaat penilaian perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatannya.
2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,
maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai
kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk
masa yang akan datang.
29
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada
khususnya.
5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. (Rafriny, 2012)
d. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan
Tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya
pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali
pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar
30
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami
hambatan atau krisis keuangan. (Serli, 2011)
4. Dewan Komisaris Independen
Board governance yang terdiri dari komisaris independen, komite
audit, dan sekertaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate
governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam
perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan
komisaris. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan
lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan.
(Wardhani, 2008)
Permasalahan dalam penerapan CG adalah chief executive officer
(CEO) memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan
komisaris padahal fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja CEO.
Efektifitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO
sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris.
Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
5. Dewan Direksi
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan,
31
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Direksi menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas
merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih
anggota yang dikenal dengan sebutan direktur (Murwaningsari, 2007)
Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu :
a. Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas pengurusan Perseroan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh pihak yang
berkepentingan dengan aktivitas Perseroan.
b. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan
memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah sesuai dengan
ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh Perseroan.
c. Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata
hanya untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa
berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perseroan yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.
d. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan
secara amanah dan transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan
32
system pengendalian internal dan system manajemen resiko secara
terstruktural dan komprehensif.
e. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan
Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz (2003)
merupakan penelitian yang menguji pengaruh ukuran dewan direksi
terhadap kinerja perusahaan, dimana pada penelitian ini disimpullkan
bahwa ukuran dewan direksi menunjukkan pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.
6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang
dimiliki institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan
institusional dapat memantau secara profesional perkembangan
investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat
tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Pemegang
saham institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
reksadana. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak
sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
(Faizal, 2004)
Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai
sumber informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas
monitoring. Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan
33
institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan.
Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusi maka semakin efektif
mekanisme pengendalian terhadap kinerja manajemen. Adanya
kepemilikan saham institusional dapat memantau secara profesional
perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap
kinerja manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan
potensi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Xie et al (2001)
dalam Murwaningsari (2007) menemukan hubungan yang berlawanan
antara kinerja saham dan kepemilikan saham institusional. Perusahaan
dengan kepemilikan saham institusional yang besar (lebih dari 5 %)
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitoring manajemen.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan
institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang
dilakukan manajemen. Penelitian Slovin dan Sushka (2000) dalam
murwaningsari (2007) menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat
meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif.
7. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang
dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham
yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan
kepentingan manajemen dan principal. Kepemilikan manajerial juga dapat
dikatakan sebagai situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang
34
saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan
saham perusahaan oleh manajer. Semakin besar kepemilikan saham oleh
manajer dalam perusahaan semakin produktif tindakan manajer dalam
memaksimalkan nilai perusahaan. Gray et al. (1987) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan nilai perusahaan, manajer akan berusaha untuk
mengungkapkan informasi sosial kepada pihak yang berkepentingan
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut.
Jehsen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang
menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat.
Peningkatan kepemilikan manajerial akan mengurangi agency difficulties
melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat dan
mengambil alih kekayaan pemegang saham/investor.
35
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Mengenai Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Perusahaan
No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil Perbedaan Persamaan
1. V. Titi Purwantini (2012)
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Memakai struktur kepemilikan terkonsentrasi
Memakai indikator dewan komisaris independen, dan kepemilikan institusional.
Uji asumsi klasik,uji hipotesis dengan regresi berganda,uji signifikansi parameter individual dengan ROA,ROE
1. Independensi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan tetapi tidak signifikan.
2. Kepemilikan Institusional mempengaruhi nilai perusahaan secara negatif
3. Kepemilikan terkonsentrasi mempengaruhi secara positif nilai perusahaan dan kinerja keuangan.
2. Iqbal Bukhori,
Raharja (2012)
Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris perusahaan terdaftar di BEI 2010)
Memakai ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris
Memakai ukuran dewan direksi
Uji statistik deskriptif,uji asumsi klasik dengan regresi linier berganda memakai CFROA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi, jumlah dewan komisaris, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
35
36
No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil Perbedaan Persamaan
3. Ni Ketut Sukasih dan Ni Luh Nyoman Ayu Suda Susilawati (2011)
Dampak Good Corporate Governance terhadap Kinerja perusahaan (Studi Kasus di Bursa Efek Indonesia)
Memakai ukuran perusahaan dan lama perusahaan
Mamakai indikator good corporate governance terhadap penilaian kinerja
Uji statistik deskriptif dengan regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate governance signifikan terhadap kinerja yang di ukur dengan ROA tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan dan lama perusahaan
4. Rafriny Amyulianthy (2012)
Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik Indonesia
Memakai dewan direksi independen
Memakai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen
Analisis data regresi berganda
1. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
2. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
3. Dewan komisaris independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
4. Dewan direksi Independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)
36
37
No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil Perbedaan Persamaan
5. Wajdi Ben Rejeb, Mohamed Frioui (2012)
The Impact of Good Corporate Governance Practices on Stakeholder’s Satisfaction in Tunisian Listed Companies
Objek yang diteliti kasus perusahaan di Negara Tunisia
Analisis Good Corporate Governance
Uji validitas, uji reabilitas, analisis regresi berganda
Hasil ini berpengaruh positif dan signifikan antara pengimplikasian dasar prinsip good corporate governance (responsibilitas, transparansi, dan akuntabilitas) dan kepuasan stakeholders terhadap perusahaan yang ada di negara Tunisia.
6. Ebraheem Saleem Salem Alzoubi dan Mohamad Hisyam Selamat (2012)
The Effectiveness of Corporate Governance Mechanisms on Constraining Earning Management: Literature Review and Proposed Framework
Memakai komite audit
Analisis Good Corporate Governance
analisis regresi berganda
Penelitian ini signifikan dan berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan dengan karakteristik yang efektif, dewan dan komite audit cenderung untuk memungkinkan terjadinya earning management karena oportunistik produktif ini akan menyebabkan ketidakpastian tentang nilai ekonomi dari suatu perusahaan.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Sumber : diolah dari berbagai referensi
38
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. ( Abdul Hamid, 2010)
Adapun masalah - masalah yang dianggap penting dalam penelitian
ini adalah Good Corporate Governance dan kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian tentang dampak Good Corporate Governance
terhadap kinerja perusahaan.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bersambung ke halaman berikutnya
Analisis penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan (studi empiris perusahaan yang terdaftar di bursa
efek indonesia tahun 2008-2012
Good Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
39
Gambar 2.1 (lanjutan)
Variabel Independen Variabel Dependen
Komisaris Independen (X1) (Ujiyantho dan Bambang,
2007)
Dewan Direksi (X2) Murwaningsari (2007)
Kinerja Perusahaan (Y) (Herawaty, 2008)
Kepemilikan Institusional (X3) Murwaningsari (2007)
Kepemilikan Manajerial (X4) (Suranta (2002), Ujiyanto (2007)
Uji Asumsi Klasik
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
40
D. Hipotesis
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan
dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rancangan hipotesis penelitian ini untuk membuktikan apakah penerapan
Good Corporate Governance memiliki hubungan dengan kinerja
perusahaan, maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai
berikut:
1. Dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan
Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau
komisaris independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang
bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para
manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan
nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan
yang good corporate governance. Semakin tinggi perwakilan dari outsider
director (komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan
efektivitas corporate board sehingga dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. ( Cahyani, 2009)
Hubungan antara komisaris independen dan kinerja perusahaan
juga didukung oleh perspektif bahwa dengan adanya komisaris independen
diharapkan dapat memberikan fungsi pengawasan terhadap perusahaan
secara objektif dan independen, menjamin pengelolaan yang bersih dan
41
sehatnya operasi perusahaan sehingga dapat mendukung kinerja
perusahaan. (Darmawati, 2005)
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan
Machfoedz (2006) dan Rafriny Amyulianty (2012) menyatakan bahwa
proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan, namun penelitian yang dilakukan oleh Titi Purwantini (2012)
menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut diatas
serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan :
Ha1 : Dewan komisaris independen berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2. Dewan Direksi terhadap kinerja perusahaan
Board size atau ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi
dalam perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan
memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang
semakin lebih baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol,
maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat
meningkatkan harga saham perusahaan dan kinerja perusahaan pun juga
akan ikut meningkat. (Kusumawati, 2005)
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan
yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek
maupun jangka panjang. Direksi harus memastikan, bahwa perusahaan
telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam
42
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yermack (1996) dalam Murwaningsari (2007) melaporkan bahwa ukuran
dewan mempunyai hubungan yang negatif dengan kinerja perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai ukuran dewan direksi yang kecil cenderung
mempunyai rasio keuangan yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan
oleh Rafriny Amyulianthy (2012) menyatakan bahwa dewan direksi
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut
diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan :
Ha2 : Ukuran dewan direksi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan.
3. Kepemilikan Institusional terhadap kinerja perusahaan
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi oleh institusi akan
memudahkan pengendalian terhadap perusahaan, sehingga akan
berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. semakin tinggi
kepemilikan institusional semakin baik kinerja perusahaan, mempunyai
kemampuan untuk mengontrol kinerja perusahaan sehingga semakin hati-
hati manajemen dalam menjalankan perusahaan. Kepemilikan institusional
bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan
manajer pengelola perusahaan pada khususnya. (Machmud dan Djakman,
2008)
Investor institusional akan memantau secara professional
perkembangan investasi yang ditanamkan pada perusahaan dan memiliki
tingkat pengendalian yang tinggi terhadap tindakan manajemen. Hal ini
43
memperkecil potensi manajemen untuk melakukan kecurangan, dengan
demikian maka dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan
kepentingan stakeholders lainnya untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Menurut Faisal (2005) menemukan hubungan yang berlawanan
antara kinerja saham dengan kepemilikan saham institusional. Perusahaan
dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5 persen)
mengindikasikan kemampuannya dalam memonitor manajemen.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga
mengurangi tindakan manajemen yang dapat merugikan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rafriny Amyulianthy (2012) menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas serta mengacu pada penelitian
sebelumnya maka dapat dirumuskan :
Ha3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
4. Kepemilikan Manajerial terhadap kinerja perusahaan
Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya
memiliki insentif menyelaraskan kepentingan manajemen dan principal.
Kepemilikan manajerial juga dapat dikatakan sebagai situasi dimana
manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan yang ditunjukkan
dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Semakin
besar kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan semakin
44
produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan kinerja perusahaan.
(Listyani, 2003).
Fuerst dan Kang (2000) dalam Suranta (2004) mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara insider ownership dengan nilai
pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Besarnya kepemilikan
dari CEO dan corporate insider mempunyai pengaruh yang positif
terhadap kinerja perusahaan dan nilai pasar. Penelitian lain yang dilakukan
Rafriny Amyulianthy (2012) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut
diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan
Ha4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
45
BAB. III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena bertujuan
meneliti hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Objek penelitian ini adalah mekanisme
Good Corporate Governance dalam hal Dewan Komisaris Independen,
Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial dan Kinerja Perusahaan yang diukur dengan Tobin’Q.
Penelitian ini dilakukan untuk menghitung pengaruh Good Corporate
Governance terhadap kinerja perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Purposive sampling dalam hal ini lebih khusus menggunakan metode
judgment sampling. Judgment sampling merupakan tipe pemilihan sampel
secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau
masalah penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002).
46
Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang menerbitkan laporan keuangannya secara terus-
menerus pada tahun 2008-2012
b. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir
pada 31 desember, hal ini untuk menghindari adanya pengaruh
waktu parsial dalam menghitung Tobin’Q
c. Perusahaan mempunyai struktur kepemilikan saham manajerial dan
kepemilikan saham institusional
d. Perusahaan mencantumkan dewan direksi dan dewan komisaris
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung dan umumnya berupa bukti, catatan/ laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip/ data dokumenter. Data sekunder dapat
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, Indonesian capital market directory,
dan internet dengan kriteria perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan per 31 desember pada tahun 2008-2012
2. Data persentase saham kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional yang diambil dari catatan atas laporan keuangan
konsolidasian perusahaan
47
3. Jumlah ukuran dewan direksi dan dewan komisaris independen
yang diambil dari catatan atas laporan keuangan konsolidasian
perusahaan
D. Metode Analisis Data
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh dari ukuran dewan
komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial yang merupakan variabel independen dalam
penelitian ini dengan variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan.
Pengujian variable-variabel ini menggunakan uji asumsi klasik dan uji
hipotesis dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20.
1. Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan Statistik Deskriptif untuk mengetahui
gambaran mengenai standar deviasi, rata-rata, minimum, maksimum dan
variabelvariabel yang diteliti. Statsitik deskriptif mendeskripsikan data
menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik
deskriptif digunakan untuk mengembangkan profil perusahaan yang
menjadi sampel statsitik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan
peningkatan data, serta penyajian hasil peningkatan tersebut (Ghozali,
2012).
2.Uji Asumsi Klasik
a.Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji dalam suatu model regresi
linier terdapat korelasi antara kesalahan pengguna periode satu dengan
48
kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya)(Ghozali, 2012). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari auto korelasi. Pengujian
ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dari uji Durbin-Watson (DW),
dan hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
Berikut adalah keterangan untuk interpretasi statistik Durbin-Watson :
1) Terdapat autokorelasi : d < DwI atau d > 4 - DwI
2) Tidak dapat disimpulkan : 4-Dwu <d < 4 - DwI
3) Tidak terdapat autokorelasi : Dwu < d < 4 - Dwu
e. Uji Multikolineritas
Pengujian multikolineritas dilakukan untuk menguji pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika
terdapat Korelasi maka terdapat problem multikolinearitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat
dari tolerance value dan nilai variance inflation factor (VIF). Model
regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai
tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10. Apabila tolerance variance di
bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka terjadi multikolinieritas, (Ghozali,
2012).
c. Uji Heterokedastitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji suatu model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahuinya digunakan grafik scatter plot, yaitu dengan melihat
49
pola-pola tertentu pada grafik (Ghozali, 2012). Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastitas adalah dengan
menggunakan grafik Scatterplot antara nilai prediksi variable terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila nilai
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan lima persen dan
grafik scatterplot, titik-titik menyebar di atas maupun dibawah angka nol
pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heterokedastisitas (Ghozali, 2012).
d.Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji normalitas untuk mengetahui data
terdistribusi normal atau tidak serta menguji normalitas data yang
digunakan pada grafik histogram yang membandingkan distribusi
komulatif dari distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f
mengamsumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Bila
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Untuk menguji normalitas data, penelitian ini mengguanakan
analisis grafik. Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan
cara menganalisis grafik normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan potongan data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Data dikatakan normal jika data atau
titik-titik terbesar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti
garis diagonal, (Ghozali, 2012).
50
3.Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan alat regresi berganda. Pemilihan regresi
berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variable
independen terhadap variable dependen. Persamaan regresi berganda
sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Tobin’ Q
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1= Proporsi dewan komisaris independen
X2=Ukuran dewan direksi
X3=Kepemilikan institusional
X4=Kepemilikan manajerial
a.Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan variable independen (mekanisme corporate governance
dalam hal dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) dalam menjelaskan
variable dependen (kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang
mendekati satu berarti variable independen memberikan hampir semua
Y = α + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + β 4 X4
51
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variable dependen
(Ghozali, 2012).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien detrminasi adalah bias
terhadap jumlah variable independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap penambahan satu variable independen, maka R2 pasti meningkat
tidak peduli apakah variable tersebut berpengaruh secar signifikan
terhadap variable dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
nilai Adjust R2, yang dapat naik turun apabila satu variable independen
ditanbahkan ke dalam model.
Jika nilai Adjust R2 adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variable
dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variable independen dan tidak
ada factor lain yang menyerbabkan fluktuasi variable dependen. Nilai
Adjusted R2 berkisar antar 0 dan 1. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat
kemampuan variable independen dapat menjelaskan variable dependen.
Sebaliknya, jika nilai Adjusted R2 semakin mendekati angka 0 berarti
semakin lemah kemampuan variable independen dapat menjelaskan
fluktuasi variable dependen (Ghozali, 2012).
b. Pengujian Parsial (uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independent secara individual yaitu mekanisme
corporate governance dalam hal dewan komisaris independen, ukuran
dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
52
dalam menerangkan variasi variable dependen, yaitu kinerja perusahaan
yang diukur dengan Tobin’s Q.
Langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan uji t
adalah dengan menentukan level of significance yang digunakan sebesar
5% atau (α) = 0,05. Jika sag t lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak.
Namun jika sig t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, berarti ada
pengaruh signifikan antara variable independen dengan variable dependen
(Ghozali, 2012)
c. Uji Hipotesis (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho)
menyatakan bahwa semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen, sedangkan (Hi) menyatakan bahwa semua variabel independen
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika
nilai fhitung lebih besar daripada ftabel, maka Ho dapat ditolak dan Hi
diterima. Sebaliknya jika fhitung lebih kecil daripada ftabel maka Ho
diterima dan Hi ditolak. Bila berdasarkan nilai probabilitas, maka
probabilitas > 0,05 (< 0,05), maka Ho diterima (ditolak), (Ghozali, 2012)
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu
variable independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah
53
mekanisme corporate governance sedangkan variabel dependennya adalah
kinerja keuangan perusahaan.
1.Variabel Dependen
Variabel terikat (dependent variable) adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro, 2002).
Sebagai variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini adalah
kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q sebagai
ukuran penilaian pasar (klapper dan Love,2002). Penulis menyesuaikan
rumus tersebut untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan berdasarkan
pasar. Rumus yang digunakan adalah Tobin’s Q dengan rincian rumus
adalah sebagai berikut (Klaper dan Love, 2002).
Keterangan :
Q : Kinerja perusahaan, di ukur dengan Tobin Q rasio.
EMV :Nilai pasar equitas (Equity Market Value), diperoleh dari
hasil perkalian harga saham penutupan (Closing Price) akhir
tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.
D : Nilai buku dari total hutang.
EBV : Nilai buku dari total ekuitas (equity book value)
Tobin’s Q = (EMV+D)
(EBV+D)
Sumber: (Herawaty, SNA 11 Pontianak 2008)
54
Perhitungan secara sederhananya yaitu Market Value Equity
(MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing
price) akhir tahun dengan jumlah saham tanggal beredar pada akhir tahun,
sementara Equity Book Value (EBV) diperoleh dari selisih total asset
perusahaan dengan total kewajibannya (Herawaty, 2008).
Beberapa penelitian terdahulu menggunakan Tobin’s Q model
yang diberi symbol “Q” untuh mengukur kinerja perusahaan. Perusahaan
yang menunjukkan Tobin’s Q lebih besar berarti perusahaan tersebut
memenfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik
(Murwaningsari, 2007).
2.Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Sebagai variabel bebas
(independent variable) pada penelitian ini adalah indikator dari good
corporate governance yaitu :
a. Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen adalah angota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004).
55
Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan
menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris
perusahaan (Ujiyantho dan Bambang, 2007).
b. Ukuran Dewan Direksi
Board of Management (dewan direksi) adalah anggota dewan yang
bertanggung jawab terhadap kinerja perusahaan dan menjalankan
manajemen perusahaan. Menggambarkan jumlah anggota dewan direksi,
diukur dengan mengetahui berapa banyak jumlah anggota dewan direksi
dalam suatu perusahaan (Murwaningsari, 2007).
c. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan saham institusional (institusional Ownership)
merupakan proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun
yang diukur dalam persen. Variabel ini akan menggambarkan tingakt
kepemilikan saham oleh institusional dalam perusahaan. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional, sehingga
dapat menghalangi perilaku opportunis manajer (Ujiyantho dan Bambang,
2007).
d. Kepemilikan Manajerial
Menggambarkan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan
yaitu direktur dan komisaris (Setyawan, 1999 dalam Faisal, 2004). Diukur
56
dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dibagi dengan
jumlah saham yang beredar.
Tabel 3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala Independen: -Ukuran Dewan Direksi
Jumlah anggota dewan direksi dalam perusahaan (Murwaningsari, 2007)
Nominal
-Dewan Komisaris Independen
Persentase anggota dewan komisaris yang bersal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (ujiyantho dan Bambang, 2007)
Rasio
-Kepemilikan Institusional
Persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar (Murwaningsari,2007)
Rasio
-Kepemilikan Manajerial
Persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen (komisaris, direksi dan karyawan) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Ujiyantho dan Bambang, 2007)
Rasio
Dependen : -Kinerja Perusahaan (Tobin’s Q
Perbandingan antara (Equity Market Value ditambah kewajiban) dengan total asset (Herawaty, 2008)
Rasio
Sumber :(Herawaty,2008, Murwaningsari,2007, Ujiyantho dan Bambang,2007)
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012. Sampel perusahaan
manufaktur yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 40 perusahaan.
Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan tahun 2008-2012 yang
diambil di Bursa Efek Indonesia dan www.idx.co.id. Tabel 4.1 merupakan
rincian sampel yang diperoleh.
Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
447
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
138
Perusahaan manufaktur yang berhasil diperoleh dan menerbitkan laporan keuangan secara konsisten tahun 2008-2012
69
Perusahaan yang tidak menyampaikan data kepemilikan institusional
( 7 )
Perusahaan yang tidak menyampaikan data kepemlikan manajerial
( 13 )
Perusahaan yang tidak menyampaikan data dewan komisaris independen
( 9 )
Perusahaan yang menjadi sampel 40
Sumber: Data Sekunder diolah
58
Berdasarkan klasifikasi jenis industrinya, perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 15 jenis industry
dalam perusahaan manufaktur. PT Astra International memiliki total
aktiva terbesar dari seluruh perusahaan yang masuk dalam sampel dengan
nilai total aktiva sebesar Rp 182,274,000,000,000. Sementara perusahaan
dengan total aktiva terendah adalah PT Alam Karya Unggul dengan total
aktiva sebesar Rp 10,582,842,395. Data total aktiva terbesar dan terkecil
ini dapat dilihat di daftar lampiran.
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Klasifikasi Jenis Industri Perusahaan manufaktur
No Jenis Industri Jumlah
1 Industri Semen 3 2 Industri Keramik, Porselen, dan Kaca 2 3 Industri Logam 3
4 Industri Kimia 4 5 Industri Plastik dan Kemasan 2 6 Industi Pakan Ternak 2 7 Industri Pulp dan Kertas 1 8 Industri Otomotif dan Komponen 7 9 Industri Tekstil dan Garment 3 10 Industri Kabel 2 11 Industri Makanan dan Minuman 3 12 Industri Rokok 2 13 Industri Farmasi 2 14 Industri Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah
Tangga 2
15 Industri Peralatan Rumah Tangga 2
Sumber: Data Sekunder diolah
59
B. Analisis Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian mini meliputi
Proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial sebagai variable independen.
Sedangkan variable dependen yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan
Tobin’Q. Variabel tersebut akan diuji secara deskriptif seperti berikut ini :
Tabel 4.3
1. V
a
r
i
1. Variabel Independen
a. Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunjukkan bahwa mean
dari dewan komisaris independen sebesar 0.3299, dewan komisaris
independen minimum sebesar 0.25 yaitu PT Chandra Asri Petrochemical,
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, PT Kedawung Setia Industrial, PT Sumi
Indo Kabel, dan dewan komisaris independen maksimum sebesar 0.60
yaitu PT Kimia Farma, sedangkan standar deviasi dewan komisaris
independen sebesar 0.09787.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOBINSQ 200 .22 2.73 1.1056 .51059
KOMISARISINDEPENDEN 200 .25 .60 .3299 .09787
DEWANDIREKSI 200 2.00 11.00 4.9500 2.00690
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL 200 35.00 98.00 73.8291 15.94299
KEPEMILIKANMANAJERIAL 200 .00 24.42 3.3510 5.35515
Valid N (listwise) 200
60
b. Ukuran Dewan Direksi
Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunnjukkan bahwa
mean dari ukuran dewan direksi sebesar 4.9500, ukuran dewan direksi
minimum sebesar 2.00 yaitu PT Alam Karya Unggul, PT Nusantara Inti
Corpora, PT Arwana Citramulia , dan ukuran dewan direksi maksimum
sebesar 11.00 yaitu PT Asahimas Flat Glass, sedangkan standar deviasi
ukuran dewan direksi sebesar 2.00690.
c. Kepemilikan Institusional
Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunnjukkan bahwa
mean dari kepemilikan institusional sebesar 73.8291, kepemilikan
institusional minimum sebesar 35.00 yaitu PT Nusantara Inti Corpora, dan
kepemilikan institusional maksimum sebesar 98.00 yaitu PT HM
Sampoerna, sedangkan standar deviasi kepemilikan institusional sebesar
15.94299.
d. Kepemilikan Manajerial
Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunnjukkan bahwa
mean dari kepemilikan manajerial sebesar 3.3510, kepemilikan manajerial
minimum sebesar 0.00 yaitu PT Indomobil Sukses International,
kepemilikan manajerial maksimum sebesar 24.42 yaitu PT Nipress,
sedangkan standar deviasi kepemilikan manajerial sebesar 5.35515.
61
2. Variabel Dependen
a. Kinerja Perusahaan
Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunjukkan bahwa mean
dari kinerja perusahaan sebesar 1.1056, dan kinerja perusahaan minimum
sebesar 0.22 yaitu PT Nusantara Inti Corpora, dan kinerja perusahaan
maksimum sebesar 2.73 yaitu PT Astra Otoparts, sedangkan standar
deviasi dari kinerja perusahaan sebesar 0. 51059.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Autokorelasi.
Tabel 4.4 Model Summaryb
Model Durbin-Watson
2.161
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Tabel 4.4. menyajikan nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan nilai tabel DW dengan menggunakan nilai
signifikansi 5% dengan jumlah sampel 200 (n) dan jumlah variabel
independen 4 (k = 4). Berikut tabel Durbin-Watson yang disajikan dalam
Tabel 4.5.
Sumber: Data Sekunder diolah
62
Tabel 4.5. Tabel Durbin-Watson
N k = 4 dL dU
30 1,142 1,738 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
200 1,728 1,810 Nilai batas atas (dU) untuk sampel 200 (n) dan jumlah variabel
independen 4 (k=4) adalah 1,810. Hal ini menunjukkan bahwa nilai DW
2,161 lebih besar dari batas atas (dU) 1,810 dan kurang dari 4 – 1,810 (4 –
dU). Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model
regresi penelitian ini, sehingga model regresi dalam penelitian ini
memenuhi asumsi autokorelasi.
b. Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable
independen. Pengujian multikolonieritas dilihat dari besaran VIF
(Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas dari
problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0.1,
maka data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas ( Ghozali, 2012).
Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis
ditunjukkan pada table 4.6 sebagai berikut :
63
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
KOMISARISINDEPENDEN .952 1.050
DEWANDIREKSI .965 1.037
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL .912 1.096
KEPEMILIKANMANAJERIAL .886 1.129
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasarkan analisis data pada table 4.6 menunjukkan hasil uji
multikolonieritas dengan VIF berkisar antara 1.037 sampai 1.129,
Sedangkan nilai tolerance berkisar antara 0.886 sampai 0.965. Dari hasil
pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variable independen
tidak memiliki masalah multikolonieritas.
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaam varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka
mengidentifikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada
Sumber: Data Sekunder diolah
64
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2012).
Gambar 4.1 merupakan hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot untuk data mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kinerja perusahaan.
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan uji heteroskedastisitas pada gambar 4.1 menunjukkan
bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu
pola, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengalami
masalah heteroskedastisitas.
Sumber: Data Sekunder diolah
65
d. Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Untuk melihat normalitas residual menggunakan grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau garis histogramnya dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memiliki asumsi normalitas (Ghozali, 2012).
Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan Normal P-
Plot dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Normality Probability Plot
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data berada di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
Sumber: Data Sekunder diolah
66
demikian, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah
terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.
2. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variable
independen, yaitu dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dalam menjelaskan
variasi variable dependen yaitu kinerja perusahaan. Hasil uji koefisien
Adjusted R Square disajikan dalam table 4.6.
Tabel 4.7 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .485a .236 .220 .45097
a. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI,
KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasrkan analisis data pada table 4.6 menunjukkan bahwa nilai
koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,220 Hal ini berarti 22%
variabel Tobin’s Q dapat dijelaskan oleh variable dewan komisaris
independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial. Sedangkan sisanya (100% - 22% = 78 %)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Variabel tersebut yaitu komite audit,
ukuran perusahaan, lama perusahaan (Siregar dan Utama, 2005).
Sumber: Data Sekunder diolah
67
b. Uji Statistik t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variable
independen secara individual yaitu mekanisme corporate governance
dalam hal dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dalam menerangkan
variasi variable dependen, yaitu kinerja perusahaan. Berikut hasil uji
penelitiannya :
Tabel 4.8
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) .014 .196 .072 .942
KOMISARISINDEPENDEN 1.434 .335 .275 4.284 .000
DEWANDIREKSI .073 .016 .288 4.515 .000
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL .004 .002 .133 2.025 .044
KEPEMILIKANMANAJERIAL -.017 .006 -.182 -2.732 .007
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasarkan analisis data pada table 4.7 yang menunjukkan hasil
pengujian antara variable dependen dengan variable independen yang
dilakukan dengan uji t, hasilnya adalah sebagai berikut :
Sumber: Data Sekunder diolah
68
Hasil uji hipotesis 1 : Dewan komisaris independen berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan
Hasil pengujian variable dewan komisaris independen mempunyai
angka signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Nilai beta yang dihasilkan positif sebesar 0,275
Estimasi arah yang positif pada koefisien variable dewan komisaris
independen menunjukkan bahwa setiap peningkatan dewan komisaris
independen akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini
berhasil didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Benhart dan
Rosenstein (1998) dalam Murwaningsari (2007) yang menyatakan bahwa
semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin efektif
peranan komisaris independen di dalam melaksanakan fungsi monitoring
terhadap perilaku oportunis manajemen. Perilaku oportunis manajemen
yang dimonitor dengan baik oleh komisaris independen akan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
Hasil uji hipotesis 2 : Dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan
Hasil pengujian variable ukuran dewan direksi mempunyai angka
signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Nilai beta yang dihasilkan positif sebesar 0,288. Estimasi arah yang positif
69
meninjukkan bahwa setiap peningkatan ukuran dewan direksi akan
menaikkan kinerja perusahaan. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian
Pearce dan Zahra (1992) dalam Faisal (2005) yang menyatakan bahwa
peningkatan ukuran dewan direksi akan memberikan manfaat bagi
perusahaan karena terciptanya jaringan dengan pihak luar perusahaan dan
menjamin adanya ketersediaan sumber daya. Sedangkan hasil penelitian
ini kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Murwaningsari (2007) yang menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hasil uji hipotesis 3 : Kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan
Hasil pengujian variable kepemilikan institusional mempunyai
angka signifikan 0,044 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan. nilai beta yang dihasilkan positif sebesar 0,133. Arah positif
pada koefisien variable kepemilikan institusional menunjukkan bahwa
setiap peningkatan kepemilikan institusional akan menaikkan kinerja
perusahaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini mendukung atau sesuai dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Serli (2011) yang mengatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
70
Kepemilikan institusional ini akan memantau pergerakan kinerja
perusahaan sehingga kinerja perusahaan sesuai dengan visi misi yang telah
direncanakan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Namun
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Murwaningsari (2007), Sri dan Siti (2012). Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh institusional tidak
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja perusahaan. Semakin
besar kepemilikan saham perusahaan oleh institusi domestik akan
menurunkan kegiatan monitoring yang dilakukan oleh pemegang saham
institusi domestik sehingga kinerja perusahaan akan semakin menurun.
Hal ini dikarenakan pemilik mayoritas institusi ikut dalam pengendalian
perusahaan sehingga cenderung bertindak untuk kepentingan mereka
sendiri dengan mengorbankan kepentingan minoritas di dalam perusahaan.
Adanya kecenderungan tersebut membuat terjadinya ketidakseimbangan
dalam penentuan arah kebijakan perusahaan yang pada akhirnya hanya
akan menguntungkan pihak pemegang saham mayoritas saja (institutional
ownership).
Hasil uji hipotesis 4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan
Hasil pengujian variable kepemilikan manajerial mempunyai angka
signifikan 0,007 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Tetapi hasilnya negatif karena beta yang dihasilkan sebesar -
71
0,182. Estimasi arah yang negatif menunjukkan bahwa kepemilikan saham
oleh manajerial (dewan komisaris dan dewan direksi) yang semakin
banyak cenderung akan menurunkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
berhasil didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Suranta (2003)
yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negative
terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
baik dewan komisaris maupun dewan direksi memiliki insentif untuk
memaksimumkan kesejahteraannya dan konflik yang terjadi dalam teori
keagenan tidak dapat dikurangi. Hal ini disebabkan mereka terlibat dalam
manajemen perusahaan dan ikut memutuskan kebijakan yang akan diambil
oleh perusahaan dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja perusahaan.
Para pemilik perusahaan yang memiliki jumlah saham yang lebih sedikit
tidak dapat melakukan kontrol dan monitoring terhadap perilaku yang
tidak menguntungkan bagi mereka. Akibatnya adalah berdampak pada
asimetri informasi yang sering dirasakan oleh pemilik minoritas
perusahaan. (Suranta, 2003). Hasil penelitian ini juga berhasil didukung
oleh Herawaty (2008) tetapi kontradiktif dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Murwaningsari (2007).
Dari table coefficient dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y=0,014+1,434X1+0,073X2+0,004X3-0,017X4
1. Nilai Konstanta model persamaan regresi sebesar 0.014. Artinya
jika variable dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dianggap
72
konstan, maka rata-rata kinerja perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q sebesar 0,014.
2. Koefisien regresi dewan komisaris independen sebesar 1,434
menyatakan bahwa setiap penambahan dewan komisaris sebesar 1
akan meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q sebesar 1,434.
3. Koefisien regresi dewan direksi sebesar 0,073 menyatakan bahwa
setiap penambahan dewan direksi sebesar 1 akan meningkatkan
kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q sebesar 0,073.
4. Koefisien regresi kepemilikan institusional sebesar 0,004
menyatakan bahwa setiap penambahan kepemilikan institusional
sebesar 1 akan meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur
dengan Tobin’s Q sebesar 0,004.
5. Koefisien regresi kepemilikan manajerial sebesar -0,017
menyatakan bahwa setiap penambahan kepemilikan manajerial
sebesar 1 akan menurunkan kinerja perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q sebesar 0,017.
c. Uji Statistik F
Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variable
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variable dependen.
73
Berikut hasil penelitiannya :
B
e
r
d
Berdasarkan table di atas yang menunjukkan hasil uji F dengan
signifikansi sebesar 0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,05,
Artinya bahwa variable dewan komisaris independen, ukuran dewan
direksi, kepemilikan Institusional dan kepemilikan manajerial secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikansi terhadap variable kinerja
perusahaan.
Corporate governance merupakan suatu system yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan kinerja perusahaan kepada para pemegang saham. Dey
Report (1994) dalam Siallagan dan Machfoed (2006) mengemukakan
bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang
saham. Berarti fungsi kontrol telah dilaksanakan dengan efisien pada
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dengan demikian,
Tabel 4.9 ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 12.223 4 3.056 15.025 .000b
Residual 39.657 195 .203
Total 51.881 199
a. Dependent Variable: TOBINSQ
b. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI,
KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
Sumber: Data Sekunder diolah
74
penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini berhasil didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menemukan adanya
hubungan positif antara corporate governance terhadap kinerja
perusahaan.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
secara signifikan pengaruh corporate governance terhadap kinerja
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-
2012. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda hasil
pengujian terhadap 40 sampel perusahaan manufaktur diperoleh sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh corporate
governance dalam hal dewan komisaris independen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh corporate
governance dalam hal ukuran dewan direksi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh corporate
governance dalam hal kepemilikan institusional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh corporate
governance dalam hal kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
76
B. Implikasi
Implikasi yang dapat diberikan penulis terkait dengan penelitian ini
adalah:
1. Akademisi, dapat di gunakan oleh para akademisi sebagai referensi
dalam menambah pengetahuan mengenai praktik Good Corporate
Governance yang berkaitan dengan kinerja perusahaan.
2. Peneliti, dapat digunakan oleh peneliti sebagai sarana menambah
wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai praktik Good
Corporate Governance
3. Praktisi, dapat digunakan oleh para praktisi seperti investor, badan
otoritas pasar modal, dan para analis keuangan mengenai relevansi
kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan Good
Corporate Governance
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggunakan sampel yang
lebih besar sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan.
2. Pada penelitian selanjutnya, periode penelitian sebaiknya lebih dari
5 tahun agar hasil penelitian lebih akurat dan dapat memprediksi
hasil penelitian untuk jangka panjang. Selain itu agar dapat
diketahui ada tidaknya peningkatan kesadaran perusahaan di
77
Indonesia akan penerapan good corporate governance, serta untuk
mengetahui perhatian masyarakat dan para pemegang saham.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan variable-
variabel baru yang diidentifikasi sebagai variable mekanisme
corporate governance dan rasio keuangan lainnya.
78
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Lailatul L. Sifa.2006 “Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Belkaoui Ahmed Riahi, 2007, “Teori Akuntansi”, Buku 2, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Cahyani, Nuswandari, 2009, “Pengaruh Corporate governance perception index terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur”, Vol. 16. No. 2, September, 2009, hal: 70-84. Carningsih, 2009, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Hubungan antara Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Daniri, Achmad. 2005. “Good Corporate Governance”: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesai”, Jakarta :PT Triexs Trimacindo Darmawati dkk. (2005). “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 6, Hal. 65- 81. Ebraheem Saleem Salem Alzoubi and Mohamad Hisyam Selamat. 2012. “The Effectiveness of Corporate Governance Mechanisms on Constraining Earning Management: Literature Review and Proposed Framework ”. International Journal of Global Business, 5 (1), 17- 35 Effendi, Muh. Arief.2009 “The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”. Salemba Empat, Jakarta. Faizal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Filia Puspitasari Dan Endang Ernawati,2010.“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha”, Universitas Surabaya, Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan. Forum for Corporate Governance in Indonesia.2001 “Tata Kelola Perusahaan.” Seri Tata Kelola Perusahan, Jilid I. Edisi ke-3. Jakarta.
79
Ghozali, Imam. 2012. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 20”. Edisi VI. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gray, R., Owen, D., dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting:
Accounting and Accountability, Prentice-Hall: London. Hamid, Abdul.2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”.Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Herawaty, Vinola.2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA)XI Pontianak .
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal. 2002. The forum for
Corporate Governance in Indonesia. Iqbal Bukhori, Raharja. 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010)”. Diponegoro journal of accounting, volume 1, nomor 2, tahun 2012, hal 15-30
Jehsen, Michael C. & W.H. Meckling. (1976). “Theory of the firm: managerial
behavior, agency cost, and ownership structure”, Jounal of Financial Economics 3, Page: 305-360.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Nomor: KEP-117/MMBU/ 2002
Tentang ”Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”.
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry, 2008, Akuntansi Intermediate. Jilid Satu,
Edisi Keduabelas, Erlangga. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2004. Pedoman Good
Corporate Governance Perbankan Indonesia. Kresnohadi, Ariyoto, 2000, “Good Corporate Governance Dan Konsep
Penegakannya Di BUMN Dan Lingkungan Usahanya”, Majalah Usahawan No.10 Tahun XXIX.
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance
dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
80
Leora. F. Klapper & I. Love. (2002). “Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Market”. World Bank Working Paper. http:// ssrn. com.
Listyani, Theresia Tyas, 2003, “Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Dan
Pengaruhnya terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Maksi, Vol. 3, Agustus, hal: 98-114.
Mulyadi (2007). Akuntansi Manajemen:Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi
kedua). Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Murwaningsari, Etty. 2007.“Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening”, Journal the 1st Accounting Conference FEUI
Ni Ketut Sukarsih dan Ni Luh Nyoman Ayu Suda Susilawati. 2011. “Dampak
Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan (studi kasus di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal bisnis dan kewirausahaan.
Nur Indriantoro, dan Bambang Supomo,2002. “Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Rafriny Amyulianthy.2012. “Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap
Kinerja Perusahaan Publik Indonesia”. Jurnal liquidity,Vol 1,no 2 hlm 91- 98.
Rustia,Anastasya.2012.http://investasi.kontan.co.id/news/bpk - temukan - potensi-
penyimpangan-gcg-di-atas-rp7-triliun. (diakses tanggal 25 mei 2013). Sedarmayanti.2007.Governance dan Good Corporate Governance. (Edisi Ketiga).
Bandung : Penerbit Mandar Maju. Serli, Ike Ari Susanti, 2011, “Pengaruh Kualitas Corporate Governance, Kualitas
Audit, Dan Earnings Management terhadap Kinerja Perusahaan”, Jurnal ekonomi dan bisnis, Vol. 5, No. 2 Juli 2011, hal. 145-161.
Shleifer, A dan Vishny, R.W. 1986. Large Shareholders and Corporate Control,
Journal of Political Economiy 94, 31. Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz.2006 “Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang,
81
Srimindarti, Ceacilia.2004 Seri Fokus Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-3. Bandung : Penerbit Mandar Maju.
Siregar, S.V., dan S. Utama, 2008, “ Type of earnings management and the effect
of ownership structure, firm size, and corporate-governance practices: Evidence from Indonesia”, The International Journal of Accounting 43, p.1–27.
Suranta, Eddy dan Mas’ud Machfoedz.2003. “Analisis Struktur Kepemilikan,
Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi”, Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya,.
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi, 2004, “Income Smoothing, Tobin’s
Q, Agency Problems, dan Kinerja Perusahaan”, Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII, Bali, 2-3 Desember.
Sutojo, Sutojo, dan Aldrige, E. John, 2005, “Good Corporate Governance : Tata
Kelola Perusahaan yang Sehat”, PT. Damar Mulia Rahayu, Jakarta. Taqiyyah,Barratut.2012. http://investasi.kontan.co.id/news/bursa- jepang-melorot-
terguncang-skandal-olympus.(diakses tanggal 15 april 2013) Tjager. IN., Alijoyo, F.A., Djemat, H.R, dan Soembodo, B, 2003, “Corporate
Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, Serial Mastering Good Coprorate Governance”, Prenhanllindo, Jakarta.
Ujiyantho, Muhammad Arief dan Bambang Agus Pramuka.2007.“Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X.
V. Titi Purwantini. 2012. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahhaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal. STIE AUB Surakarta.
Wajdi Ben Rejeb and Mohamed Frioui. 2012. “The Impact of Good Corporate
Governance Practices on Stakeholder’s Satisfaction in Tunisian Listed Companies”.Intenational Journal Of Business and Management Studies Vol 4, No 2.
Wardhani,R.2008.Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Mekansme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
83
Lampiran 1 Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur
No Nama Perusahaan Jenis Industri dalam Manufaktur 1 PT Alam Karya Unggul (AKKU) Industri Plastik dan Kemasan 2 PT Berlina {BRNA) Industri Plastik dan Kemasan 3 PT Eterindo Wahanatama (ETWA) Industri Kimia 4 PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) Industri Kimia 5 PT Nipress (NIPS) Industri Otomotif dan Komponen 6 PT Kedaung Indah Can (KICI) Industri Peralatan Rumah Tangga 7 PT Trias Sentosa (TRST) Industri Plastik dan Kemasan 8 PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) Industri Kimia 9 PT Asahimas Flat Glass (AMFG) Industri Keramik, Porselen, dan Kaca 10 PT Astra International (ASII) Industri Otomotif dan Komponen 11 PT Astra Otoparts (AUTO) Industri Otomotif dan Komponen 12 PT Citra Tubindo (CTBN) Industri Logam 13 PT Selamat Sempurna (SMSM) Industri Otomotif dan Komponen 14 PT Mandom Indonesia (TCID) Industri Kosmetik dan Barang
Keperluan Rumah Tangga 15 PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) Industri Otomotif dan Komponen 16 PT Jaya Pari Steel (JPRS) Industri Logam 17 PT Kimia Farma (KAEF) Industri Farmasi 18 PT Malindo Feedmill (MAIN) Industi Pakan Ternak 19 PT Krakatau Steel (KRAS) Industri Logam 20 PT Kabelindo Murni (KBLM) Industri Kabel 21 PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) Industri Kimia 22 PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) Industri Otomotif dan Komponen 23 PT Apac Citra Centertex (MYTX) Industri Tekstil dan Garment 24 PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) Industri Makanan dan Minuman 25 PT Centex (CNTX) Industri Tekstil dan Garment 26 PT Goodyear Indonesia (GDYR) Industri Otomotif dan Komponen 27 PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) Industri Peralatan Rumah Tangga 28 PT HM Sampoerna (HMSP) Industri Rokok 29 PT Sumi Indo Kabel (IKBI) Industri Kabel 30 PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Industri Semen 31 PT Kalbe Farma (KLBF) Industri Farmasi 32 PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) Industri Makanan dan Minuman 33 PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) Industri Rokok 34 PT Sierad Produce (SIPD) Industi Pakan Ternak 35 PT Holcim Indonesia (SMCB) Industri Semen 36 PT Semen Gresik (SMGR) Industri Semen 37 PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) Industri Tekstil dan Garment 38 PT Arwana Citramulia (ARNA) Industri Keramik, Porselen, dan Kaca 39 PT Delta Djakarta (DLTA) Industri Makanan dan Minuman 40 PT Fajar Surya Wisesa (FASW) Industri Pulp dan Kertas
84
Lampiran 2 Sampel Dewan Komisaris Independen
No. Nama Perusahaan Komisaris Independen 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Alam Karya Unggul (AKKU) 0.5 0.5 0.5 0.33 0.33 2 PT Berlina {BRNA) 0.25 0.25 0.5 0.5 0.5 3 PT Eterindo Wahanatama (ETWA) 0.33 0.33 0.33 0.25 0.5 4 PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 5 PT Nipress (NIPS) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.25 6 PT Kedaung Indah Can (KICI) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 7 PT Trias Sentosa (TRST) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 8 PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 9 PT Asahimas Flat Glass (AMFG) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 10 PT Astra International (ASII) 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 11 PT Astra Otoparts (AUTO) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 12 PT Citra Tubindo (CTBN) 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 13 PT Selamat Sempurna (SMSM) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 14 PT Mandom Indonesia (TCID) 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 15 PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 16 PT Jaya Pari Steel (JPRS) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 17 PT Kimia Farma (KAEF) 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 18 PT Malindo Feedmill (MAIN) 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 19 PT Krakatau Steel (KRAS) 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 20 PT Kabelindo Murni (KBLM) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 21 PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 22 PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 23 PT Apac Citra Centertex (MYTX) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 24 PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 25 PT Centex (CNTX) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 26 PT Goodyear Indonesia (GDYR) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 27 PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 28 PT HM Sampoerna (HMSP) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 29 PT Sumi Indo Kabel (IKBI) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 30 PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 31 PT Kalbe Farma (KLBF) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 32 PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 33 PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 34 PT Sierad Produce (SIPD) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 35 PT Holcim Indonesia (SMCB) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 36 PT Semen Gresik (SMGR) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 37 PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 38 PT Arwana Citramulia (ARNA) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 39 PT Delta Djakarta (DLTA) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 40 PT Fajar Surya Wisesa (FASW) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
85
Lampiran 3 Sampel Dewan Direksi
No. Nama Perusahaan Dewan Direksi 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Alam Karya Unggul (AKKU) 2 2 2 3 2 2 PT Berlina {BRNA) 3 3 3 2 3 3 PT Eterindo Wahanatama (ETWA) 3 3 3 3 4 4 PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) 4 4 5 5 2 5 PT Nipress (NIPS) 5 5 4 4 4 6 PT Kedaung Indah Can (KICI) 3 3 3 3 3 7 PT Trias Sentosa (TRST) 3 4 4 4 4 8 PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) 6 6 6 5 5 9 PT Asahimas Flat Glass (AMFG) 11 9 9 11 11 10 PT Astra International (ASII) 8 8 8 9 9 11 PT Astra Otoparts (AUTO) 8 8 8 8 8 12 PT Citra Tubindo (CTBN) 5 6 6 6 7 13 PT Selamat Sempurna (SMSM) 4 4 4 5 5 14 PT Mandom Indonesia (TCID) 5 5 6 6 6 15 PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) 9 9 7 7 7 16 PT Jaya Pari Steel (JPRS) 4 4 4 4 4 17 PT Kimia Farma (KAEF) 5 5 5 5 5 18 PT Malindo Feedmill (MAIN) 5 5 6 6 7 19 PT Krakatau Steel (KRAS) 6 6 6 6 7 20 PT Kabelindo Murni (KBLM) 3 3 3 3 3 21 PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) 5 5 7 7 7 22 PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) 3 4 3 4 3 23 PT Apac Citra Centertex (MYTX) 3 3 3 3 3 24 PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) 3 3 3 3 4 25 PT Centex (CNTX) 6 6 6 6 6 26 PT Goodyear Indonesia (GDYR) 3 3 3 3 3 27 PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) 3 3 3 3 3 28 PT HM Sampoerna (HMSP) 5 5 5 5 7 29 PT Sumi Indo Kabel (IKBI) 6 6 6 5 6 30 PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) 8 8 8 8 9 31 PT Kalbe Farma (KLBF) 5 5 5 6 5 32 PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) 4 4 4 4 4 33 PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) 5 4 4 4 5 34 PT Sierad Produce (SIPD) 6 4 7 5 5 35 PT Holcim Indonesia (SMCB) 9 8 8 8 8 36 PT Semen Gresik (SMGR) 6 6 5 7 7 37 PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) 2 2 2 2 2 38 PT Arwana Citramulia (ARNA) 2 2 2 2 2 39 PT Delta Djakarta (DLTA) 5 5 5 5 5 40 PT Fajar Surya Wisesa (FASW) 5 5 5 5 5
86
Lampiran 4 Sampel Kepemilikan Institusional
No. Nama Perusahaan Kepemilikan Institusional (%) 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Alam Karya Unggul (AKKU) 79 79 95 95 95 2 PT Berlina {BRNA) 51.42 51.42 51.42 60.73 51.42 3 PT Eterindo Wahanatama (ETWA) 71.16 63.44 55.42 55.63 55.63 4 PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) 80 80 80 80 80 5 PT Nipress (NIPS) 37.11 37.11 37.11 37.11 37.11 6 PT Kedaung Indah Can (KICI) 75 75 75 75 82.55 7 PT Trias Sentosa (TRST) 59.46 59.46 59.46 59.46 60.36 8 PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) 75.84 75.84 75.84 75.84 75.84 9 PT Asahimas Flat Glass (AMFG) 84 84 84 84 84 10 PT Astra International (ASII) 50 50 50 50 50 11 PT Astra Otoparts (AUTO) 93 95 95 95 95 12 PT Citra Tubindo (CTBN) 76 80 80 80 86 13 PT Selamat Sempurna (SMSM) 58 58 58 58 58 14 PT Mandom Indonesia (TCID) 77 79 78 78 78 15 PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) 93 93 93 93 93 16 PT Jaya Pari Steel (JPRS) 67 68 68 68 68 17 PT Kimia Farma (KAEF) 90 90 90 90 90 18 PT Malindo Feedmill (MAIN) 59 59 59 59 59 19 PT Krakatau Steel (KRAS) 80 80 80 80 80 20 PT Kabelindo Murni (KBLM) 84.51 84.51 84.51 83.65 77.23 21 PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) 77.93 77.93 77.93 77.93 77.93 22 PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) 45.24 45.24 45.24 45.24 45.24 23 PT Apac Citra Centertex (MYTX) 79.72 79.72 79.72 79.72 79.72 24 PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) 72 72 72 72 72 25 PT Centex (CNTX) 90 90 90 90 90 26 PT Goodyear Indonesia (GDYR) 93 93 94 94 94 27 PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) 74.81 74.81 74.81 74.81 74.81 28 PT HM Sampoerna (HMSP) 98 98 98 98 98 29 PT Sumi Indo Kabel (IKBI) 93 93 93 93 93 30 PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) 64 64 64 64 64 31 PT Kalbe Farma (KLBF) 55 55 55 55 55 32 PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) 75 75 75 75 75 33 PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) 65 84 85 85 85 34 PT Sierad Produce (SIPD) 41 41 41 41 41 35 PT Holcim Indonesia (SMCB) 77 77 80 80 80 36 PT Semen Gresik (SMGR) 75 75 51 51 63 37 PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) 35 54 54 54 54 38 PT Arwana Citramulia (ARNA) 55.98 55.98 55.98 55.98 64 39 PT Delta Djakarta (DLTA) 84.6 84.6 84.6 81.67 81.67 40 PT Fajar Surya Wisesa (FASW) 77.7 75.74 75.74 75.74 75.74
87
Lampiran 5 Sampel Kepemilikan Manajerial
No. Nama Perusahaan Kepemilikan Manajerial (%) 2008 2009 2010 2011 2012
1 PT Alam Karya Unggul (AKKU) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 2 PT Berlina {BRNA) 13.34 13.34 13.34 22.87 15.88 3 PT Eterindo Wahanatama (ETWA) 0.25 0.25 0.23 0.27 0.27 4 PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) 1.29 1.29 0.62 0.5 0.5 5 PT Nipress (NIPS) 24.26 24.26 24.26 24.26 24.42 6 PT Kedaung Indah Can (KICI) 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 7 PT Trias Sentosa (TRST) 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 8 PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) 13.34 13.34 13.34 13.34 13.34 9 PT Asahimas Flat Glass (AMFG) 6.04 6.04 6.04 6.04 6.04 10 PT Astra International (ASII) 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 11 PT Astra Otoparts (AUTO) 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 12 PT Citra Tubindo (CTBN) 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 13 PT Selamat Sempurna (SMSM) 6.04 6.04 6.04 6.04 6.04 14 PT Mandom Indonesia (TCID) 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 15 PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 16 PT Jaya Pari Steel (JPRS) 15.53 15.53 15.53 15.53 15.53 17 PT Kimia Farma (KAEF) 0.27 0.04 0.04 0.04 0.04 18 PT Malindo Feedmill (MAIN) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 19 PT Krakatau Steel (KRAS) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 20 PT Kabelindo Murni (KBLM) 6.4 6.4 6.4 6.4 6.4 21 PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) 6.52 6.51 1.51 6.28 6.28 22 PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) 6.27 6.27 5.91 5.91 5.91 23 PT Apac Citra Centertex (MYTX) 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 24 PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 25 PT Centex (CNTX) 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 26 PT Goodyear Indonesia (GDYR) 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 27 PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) 6.89 6.89 6.89 6.89 6.89 28 PT HM Sampoerna (HMSP) 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 29 PT Sumi Indo Kabel (IKBI) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 30 PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 31 PT Kalbe Farma (KLBF) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 32 PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 33 PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 34 PT Sierad Produce (SIPD) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 35 PT Holcim Indonesia (SMCB) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 36 PT Semen Gresik (SMGR) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 37 PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 38 PT Arwana Citramulia (ARNA) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 39 PT Delta Djakarta (DLTA) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 40 PT Fajar Surya Wisesa (FASW) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
88
Lampiran 6 Sampel Nilai Tobin’s Q
No. Kode
Perusahaan
Harga Saham
Penutupan (a)
Saham Beredar
(b)
MVE = a x b Kewajiban Asset Tobin’s Q
2008
1 AKKU 50 230,000,000 11,500,000,000 16,431,504,000 42,858,282,000 0.65 2 BRNA 700 138.000.000 96,600,000,000 231,752,000,000 432,192,000,000 0.76 3 ETWA 98 968,297,000 94,893,106,000 168,086,000,000 417,549,000,000 0.63 4 NIKL 270 2,523,350,000 681,304,500,000 532,517,000,000 792,222,000,000 1.53 5 NIPS 1200 20,000,000 24,000,000,000 201,689,883,200 325,008,127,626 0.69 6 KICI 100 138,000,000 13,800,000,000 2,032,000,000,000 8,622,000,000,000 0.24 7 TRST 380 2.808.000.000 1,067,040,000,000 965,030,000,000 2,019,160,000,000 1.01 8 UNIC 2775 383.331.363 1,063,744,532,000 1,573,760,000,000 2,837,700,000,000 0.93 9 AMFG 1470 434,000,000 637,980,000,000 519,607,000,000 1,998,986,000,000 0.58 10 ASII 10550 4,048,000,000 42,706,400,000,000 40,163,000,000,000 80,740,000,000,000 1.03 11 AUTO 3500 771,000,000 2,698,500,000,000 1,190,886,000,000 3,981,316,000,000 0.98 12 CTBN 3100 800,000,000 2,480,000,000,000 973,000,000,000 1,907,630,000,000 1.81 13 SMSM 650 1,439,668,860 935,784,759,000 341,000,000,000 930,000,000,000 1.37 14 TCID 5400 201.066.667 1,085,760,002,000 94,624,000,000 910,790,000,000 1.29 15 IMAS 4300 996.502.680 4,284,961,520,000 5.098.497.333.042 5.578.514.465.713 1.68 16 JPRS 600 750,000,000 450,000,000,000 129,572,000,000 399,344,000,000 1.45 17 KAEF 110 5.554.000.000 610,940,000,000 497,905,000,000 1,445,669,000,000 0.76 18 MAIN 740 339,000,000 250,860,000,000 815,384,000,000 859,935,000,000 1.24 19 KRAS 600 15,775,000,000 9,465,000,000,000 9,897,323,000,000 15,374,427,000,000 1.25 20 KBLM 93 1.120.000.000 104,160,000,000 233,909,000,000 459,111,000,000 0.74 21 TPIA 2700 728.401.000 1,966,682,700,000 962,680,000,000 2,374,666,000,000 1.23 22 PRAS 120 588,000,000 70,560,000,000 440,567,000,000 555,321,000,000 0.92
89
23 MYTX 50 1.466.666.577 73,333,328,850 2,070,740,000,000 2,176,060,000,000 0.98 24 AISA 425 1,672,000,000 710,600,000,000 780,107,000,000 1,358,348,000,000 1.09 25 CNTX 2850 10,000,000 28,500,000,000 387,660,000,000 473,820,000,000 1.85 26 GDYR 1100 41,000,000 45,100,000,000 725,601,000,000 1,022,329,000,000 0.75 27 KDSI 98 405.000.000 39,690,000,000 257,584,000,000 485,722,000,000 0.61 28 HMSP 810 4,383,000,000 3,550,230,000,000 8,084,000,000,000 16,134,000,000,000 0.72 29 IKBI 1300 306.000.000 397,800,000,000 129,273,000,000 636,409,000,000 0.83 30 INTP 3100 3.681.231.699 11,411,818,270,000 2,765,000,000,000 11,287,000,000,000 1.25 31 KLBF 450 9.579.215.922 4,310,647,165,000 1,358,990,000,000 5,703,832,000,000 0.99 32 MLBI 50 21,070,000 1,053,500,000 888,254,000,000 941,389,000,000 0.94 33 RMBA 520 6.733.125.000 3,501,225,000,000 2,725,331,000,000 4,455,532,000,000 1.39 34 SIPD 50 9.391.108.493 46,955,542,700 352,000,000,000 1,385,000,000,000 0.59 35 SMCB 500 7.662.900.000 3,831,450,000,000 5,137,054,000,000 7,674,980,000,000 1.17 36 SMGR 780 5,931,520,000 4,626,585,600,000 2,429,249,000,000 10,602,964,000,000 0.66 37 UNIT 140 75.422.200 10,559,108,000 53.202.374.910 288.122.190.002 0.22 38 ARNA 390 917.678.872 357,894,760,100 448,217,000,000 736,091,000,000 1.09 39 DLTA 2000 16.013.181 32,026,362,000 174,316,000,000 698,297,000,000 0.3 40 FASW 1550 2.477.888.787 3,840,727,620,000 2.410.688.834.886 3.718.547.929.224 1.68
90
No. Kode
Perusahaan
Harga Saham
Penutupan (a)
Saham Beredar
(b)
MVE = a x b Kewajiban Asset Tobin’s Q
2009
1 AKKU 150 230,000,000 34,500,000,000 12,984,415,000 32,495,689,000 1.46 2 BRNA 600 138.000.000 82,800,000,000 305,973,000,000 507,226,000,000 0.77 3 ETWA 205 968,297,000 198,500,885,000 270,972,000,000 535,797,000,000 0.68 4 NIKL 265 2,523,350,000 668,687,750,000 180,833,000,000 608,332,000,000 1.4 5 NIPS 1450 20,000,000 29,000,000,000 187,474,283,800 314,477,779,213 0.69 6 KICI 101 138,000,000 13,938,000,000 2,360,000,000,000 8,428,000,000,000 0.28 7 TRST 375 2.808.000.000 1,053,000,000,000 776,931,000,000 1,921,660,000,000 0.95 8 UNIC 2400 383.331.363 919,995,271,200 1,060,050,000,000 2,386,680,000,000 0.82 9 AMFG 1800 434,000,000 781,200,000,000 443,085,000,000 1,972,397,000,000 0.62 10 ASII 34700 4,048,000,000 140,465,600,000,000 40,006,000,000,000 88,938,000,000,000 2.03 11 AUTO 5750 771,000,000 4,433,250,000,000 1,262,292,000,000 4,644,939,000,000 1.23 12 CTBN 3100 800,000,000 2,480,000,000,000 904,910,000,000 1,982,970,000,000 1.71 13 SMSM 750 1,439,668,860 1,079,751,645,000 397,000,000,000 942,000,000,000 1.56 14 TCID 7000 201.066.667 1,407,466,669,000 113,823,000,000 994,620,000,000 0.26 15 IMAS 4000 996.502.680 3,986,010,720,000 4.442.314.213.689 5.093.148.275.101 1.65 16 JPRS 500 750,000,000 375,000,000,000 82,263,000,000 353,951,000,000 1.29 17 KAEF 127 5.554.000.000 705,358,000,000 570,516,000,000 1,565,831,000,000 0.81 18 MAIN 900 339,000,000 305,100,000,000 766,697,000,000 885,348,000,000 1.21 19 KRAS 800 15,775,000,000 12,620,000,000,000 6,949,013,000,000 12,795,803,000,000 1.52 20 KBLM 100 1.120.000.000 112,000,000,000 131,065,000,000 354,781,000,000 0.68 21 TPIA 2,607 728.401.000 1,898,941,407,000 962,052,000,000 3,003,086,000,000 0.95 22 PRAS 119 588,000,000 69,972,000,000 342,177,000,000 420,714,000,000 0.98 23 MYTX 65 1.466.666.577 95,333,327,510 1.720.950.353.798 1.803.398.349.671 1.01 24 AISA 360 1,672,000,000 601,920,000,000 925,857,000,000 1,568,829,044,876 0.97
91
25 CNTX 2,650 10,000,000 26,500,000,000 347,660,000,000 381,420,000,000 0.87 26 GDYR 10000 41,000,000 410,000,000,000 76,043,707,000,000 115,838,794,000,000 0.66 27 KDSI 155 405.000.000 62,775,000,000 312,043,000,000 550,691,000,000 0.68 28 HMSP 1000 4,383,000,000 4,383,000,000,000 7,250,000,000,000 17,716,000,000,000 0.66 29 IKBI 1620 306.000.000 495,720,000,000 69,845,000,000 561,949,000,000 1.79 30 INTP 3100 3.681.231.699 11,411,818,270,000 2,572,000,000,000 13,277,000,000,000 1.05 31 KLBF 900 9,577,000,000 8,619,300,000,000 1,691,512,000,000 6,482,447,000,000 1.59 32 MLBI 130 21,070,000 2,739,100,000 888,254,000,000 993,465,000,000 0.89 33 RMBA 650 6,733,125,000 4,376,531,250,000 2,983,528,000,000 4,894,434,000,000 1.5 34 SIPD 50 9.391.108.493 46,955,542,700 462,000,000,000 1,641,000,000,000 0.31 35 SMCB 1450 7.662.900.000 11,111,205,000,000 3,949,183,000,000 7,265,366,000,000 2.07 36 SMGR 1100 5,931,520,000 6,524,672,000,000 2,625,604,000,000 12,951,308,000,000 0.71 37 UNIT 170 75.422.200 12,821,774,000 74.167.185.407 310.308.236.324 0.28 38 ARNA 149 1.835.357.744 273,468,303,900 474,362,000,000 822,687,000,000 0.91 39 DLTA 6200 16.013.181 99,281,722,200 160,808,000,000 760,426,000,000 0.34 40 FASW 1520 2.477.888.787 3,766,390,956,000 2.086.647.098.293 3.671.234.906.908 1.59
92
No. Kode
Perusahaan
Harga Saham
Penutupan (a)
Saham Beredar
(b)
MVE = a x b Kewajiban Asset Tobin’s Q
2010
1 AKKU 129 230,000,000 29,670,000,000 13,551,815,000 28,379,813,000 1.52 2 BRNA 1600 138.000.000 220,800,000,000 326,944,000,000 550,907,000,000 0.99 3 ETWA 230 968,297,000 222,708,310,000 230,386,000,000 533,380,000,000 0.85 4 NIKL 430 2,523,350,000 1,085,040,500,000 430,238,661,000 917,662,004,000 1.65 5 NIPS 3975 20,000,000 79,500,000,000 189,439,039,200 337.605.715.524 0.79 6 KICI 185 138,000,000 25,530,000,000 2,200,000,000,000 8,594,000,000,000 0.26 7 TRST 300 2.808.000.000 842,400,000,000 764.773.814.908 1.965.890.977.609 0.82 8 UNIC 1830 383.331.363 701,496,394,300 1,170,430,000,000 2,536,250,000,000 0.73 9 AMFG 5900 434,000,000 2,560,600,000,000 529,732,000,000 2,372,657,000,000 1.15 10 ASII 54550 4,048,000,000 220,818,400,000,000 54,559,000,000,000 113,362,000,000,000 2.42 11 AUTO 17850 771,000,000 13,762,350,000,000 1,482,705,000,000 5,585,852,000,000 2.73 12 CTBN 2500 800,000,000 2,000,000,000,000 1,605,270,000,000 2,719,470,000,000 1.32 13 SMSM 1070 1,439,668,860 1,540,445,680,000 499,000,000,000 1,067,000,000,000 1.91 14 TCID 7500 201.066.667 1,508,000,003,000 98,758,000,000 1,047,238,000,000 1.53 15 IMAS 7900 1.036.979.405 8,192,137,300,000 6.377.009.888.213 7.959.590.129.920 1.83 16 JPRS 580 750,000,000 435,000,000,000 111,147,000,000 411,282,000,000 1.32 17 KAEF 159 5.554.000.000 883,086,000,000 543,257,000,000 1,657,292,000,000 0.86 18 MAIN 3200 339,000,000 1,084,800,000,000 710,475,000,000 966,319,000,000 1.86 19 KRAS 1170 15,775,000,000 18,456,750,000,000 9,052,290,000,000 19,350,040,000,000 1.42 20 KBLM 73 1.120.000.000 81,760,000,000 175,594,000,000 403,195,000,000 0.64 21 TPIA 3,207 728.401.000 2,335,982,007,000 952,955,000,000 3,003,086,000,000 1.09 22 PRAS 93 588,000,000 54,684,000,000 326,703,000,000 461,969,000,000 0.82 23 MYTX 72 1.466.666.577 105,599,993,500 1.695.512.272.796 1.882.934.081.017 0.96 24 AISA 780 1,672,000,000 1,304,160,000,000 1,346,881,000,000 1,936,949,441,138 1.36
93
25 CNTX 2,650 10,000,000 26,500,000,000 328,630,000,000 350,700,000,000 1.03 26 GDYR 12100 41,000,000 496,100,000,000 81,461,205,000,000 127,685,085,000,000 0.64 27 KDSI 235 405.000.000 95,175,000,000 302,185,000,000 557,725,000,000 0.71 28 HMSP 2810 4,383,000,000 12,316,230,000,000 10,310,000,000,000 20,525,000,000,000 1.1 29 IKBI 1200 306.000.000 367,200,000,000 108,391,000,000 648,089,290,000 0.73 30 INTP 2500 3.681.231.700 9,203,079,250,000 2,246,000,000,000 15,346,000,000,000 0.75 31 KLBF 340 9,374,000,000 3,187,160,000,000 1,260,361,000,000 7,032,497,000,000 0.63 32 MLBI 203 21,070,000 4,277,210,000 665,861,000,000 1,137,082,000,000 0.59 33 RMBA 800 7,240,005,000 5,792,004,000,000 2,773,070,000,000 4,902,597,000,000 1.74 34 SIPD 71 9.391.108.493 666,768,703,000 823,000,000,000 2,056,000,000,000 0.72 35 SMCB 1500 7.662.900.000 11,494,350,000,000 3,611,246,000,000 10,437,249,000,000 1.44 36 SMGR 1650 5,931,520,000 9,787,008,000,000 3,423,246,000,000 15,562,999,000,000 0.85 37 UNIT 139 75.422.200 10,483,685,800 71.071.568.355 309.791.883.807 0.26 38 ARNA 290 1.835.357.744 532,253,745,800 458,094,000,000 873,154,000,000 1.13 39 DLTA 12000 16.013181 192,158,172,000 115,225,000,000 708,584,000,000 0.43 40 FASW 3600 2.477.888.787 8,920,399,633,000 2.684.424.213.751 4.495.022.404.702 2.58
94
No. Kode
Perusahaan
Harga Saham
Penutupan (a)
Saham Beredar
(b)
MVE = a x b Kewajiban Asset Tobin’s Q
2011
1 AKKU 60 230,000,000 13,800,000,000 5,832,610,570 11,767,293,414 1.67 2 BRNA 1770 138.000.000 244,260,000,000 389,457,000,000 643,964,000,000 0.98 3 ETWA 430 968,297,000 416,367,710,000 244,754,000,000 620,709,000,000 1.06 4 NIKL 256 2,523,350,000 645,977,600,000 477,181,919,000 921,277,510,000 1.22 5 NIPS 3900 20,000,000 78,000,000,000 280,690,000,000 446,689,000,000 0.8 6 KICI 175 138,000,000 24,150,000,000 2,312,000,000,000 8,742,000,000,000 0.27 7 TRST 400 2.808.000.000 1,123,200,000,000 781.691.751.610 2.078.643.008.389 0.92 8 UNIC 2000 383.331.363 766,662,726,000 1,393,400,000,000 2,806,540,000,000 0.76 9 AMFG 6550 434,000,000 2,842,700,000,000 545,395,000,000 2,690,595,000,000 1.26 10 ASII 7400 4,048,000,000 29,955,200,000,000 78,481,000,000,000 154,319,000,000,000 0.7 11 AUTO 3400 3,856,000,000 13,110,400,000,000 2,241,333,000,000 6,964,227,000,000 2.2 12 CTBN 4000 800,000,000 3,200,000,000,000 1,009,440,000,000 2,450,240,000,000 1.71 13 SMSM 1360 1,439,668,860 1,957,949,650,000 545,000,000,000 1,328,000,000,000 1.88 14 TCID 7000 201.066.667 1,407,466,669,000 110,452,000,000 1,130,865,000,000 1.34 15 IMAS 11000 1,382,639,206 15,209,031,270,000 7.830.586.686.127 12.905.429.951.184 1.78 16 JPRS 485 750,000,000 363,750,000,000 100,029,000,000 437,849,000,000 1.05 17 KAEF 340 5.554.000.000 1,888,360,000,000 541,737,000,000 1,794,400,000,000 1.35 18 MAIN 980 1,695,000,000 1,661,100,000,000 905,977,000,000 1,327,801,000,000 1.93 19 KRAS 840 15,775,000,000 13,251,000,000,000 12,274,830,000,000 23,980,790,000,000 1.06 20 KBLM 114 1.120.000.000 127,680,000,000 398,591,000,000 642,955,000,000 0.82 21 TPIA 2,412 3.066.196.416 7,487,651,648,000 8,072,530,000,000 16,049,220,000,000 0.97 22 PRAS 132 588,000,000 77,616,000,000 342,114,676,806 481,912,000,000 0.87 23 MYTX 225 1.466.666.577 329,999,979,800 1.784.606.616.024 1.848.394.822.216 1.14 24 AISA 495 2,926,000,000 1,448,370,000,000 1,757,492,000,000 3,590,309,000,000 0.89
95
25 CNTX 8,000 10,000,000 80,000,000,000 306,270,000,000 365,250,000,000 1.05 26 GDYR 11200 41,000,000 459,200,000,000 83,626,715,000,000 130,802,310,000,000 0.64 27 KDSI 245 405.000.000 99,225,000,000 308,398,000,000 587.566.985.478 0.69 28 HMSP 3900 4,383,000,000 17,093,700,000,000 9,027,000,000,000 19,330,000,000,000 1.35 29 IKBI 1430 306.000.000 437,580,000,000 131,277,890,000 705,243,330,000 0.81 30 INTP 4000 3.681.231.701 14,724,926,800,000 2,418,000,000,000 18,151,000,000,000 0.94 31 KLBF 680 10.156.014.422 6,906,089,807,000 1,758,619,000,000 8,274,554,000,000 1.05 32 MLBI 320 21,070,000 6,742,400,000 690,545,000,000 1,220,813,000,000 0.57 33 RMBA 790 7,240,005,000 5,719,603,950,000 4,086,673,000,000 6,333,957,000,000 1.54 34 SIPD 54 9.391.108.493 507,119,858,600 1.370.530.530.045 2.641.602.932.160 0.71 35 SMCB 1750 7.662.900.000 13,410,075,000,000 3,423,241,000,000 10,950,501,000,000 1.54 36 SMGR 1880 5,931,520,000 11,151,257,600,000 5,046,505,788,000 19,661,602,767,000 0.82 37 UNIT 300 75.422.200 22,626,660,000 64.730.300.526 304.802.980.424 0.29 38 ARNA 365 1.835.357.744 669,905,576,600 348,334,000,000 831,508,000,000 1.22 39 DLTA 11150 16.013.181 178,546,968,200 123,231,000,000 696,167,000,000 0.43 40 FASW 3325 2.477.888.787 8,238,980,217,000 3.134.396.282.692 4.936.093.736.569 2.3
96
No. Kode
Perusahaan
Harga Saham
Penutupan (a)
Saham Beredar
(b)
MVE = a x b Kewajiban Asset Tobin’s Q
2012
1 AKKU 64 230,000,000 14,720,000,000 6,675,164,651 10,582,842,395 1.7 2 BRNA 700 690.000.000 4,830,000,000 468,554,000,000 770,384,000,000 1.23 3 ETWA 310 968,297,000 300,172,070,000 523,208,000,000 960,957,000,000 0.85 4 NIKL 223 2,523,350,000 562,707,050,000 679,580,000,000 1,106,160,000,000 1.12 5 NIPS 3600 20,000,000 72,000,000,000 310,716,000,000 525,620,000,000 0.73 6 KICI 270 138,000,000 37,260,000,000 2,840,000,000,000 9,496,000,000,000 0.3 7 TRST 300 2.808.000.000 842,400,000,000 835.136.579.731 2,188,129,000,000 0.76 8 UNIC 2000 383.331.363 766,662,726,000 1,085,360,000,000 2,482,710,000,000 0.74 9 AMFG 8300 434,000,000 3,602,200,000,000 658,332,000,000 3,115,421,000,000 1.37 10 ASII 7600 4,048,000,000 30,764,800,000,000 92,460,000,000,000 182,274,000,000,000 0.68 11 AUTO 3700 3,856,000,000 14,267,200,000,000 3,396,543,000,000 8,881,642,000,000 1.98 12 CTBN 4400 800,000,000 3,520,000,000,000 1,258,300,000,000 2,684,380,000,000 1.78 13 SMSM 1525 1,439,668,860 2,195,495,012,000 621,000,000,000 1,441,000,000,000 1.95 14 TCID 11000 201.066.667 2,211,733,337,000 164,751,000,000 1,261,573,000,000 1.88 15 IMAS 5400 2,765,278,412 14,932,503,420,000 11.869.218.951.856 17.577.664.024.361 1.52 16 JPRS 330 750,000,000 247,500,000,000 51,098,000,000 398,607,000,000 0.74 17 KAEF 740 5.554.000.000 4,109,960,000,000 634,814,000,000 2,076,348,000,000 2.28 18 MAIN 800 1,695,000,000 1,356,000,000,000 1,118,011,000,000 1,799,882,000,000 1.37 19 KRAS 640 15,775,000,000 10,096,000,000,000 14,459,610,000,000 25,619,470,000,000 0.96 20 KBLM 135 1120000000 151,200,000,000 458,195,000,000 722,941,000,000 0.84 21 TPIA 4,375 3.066.196.416 13,414,609,320,000 9,662,850,000,000 16,871,150,000,000 1.37 22 PRAS 300 588,000,000 176,400,000,000 297,056,156,250 577,349,886,068 0.82 23 MYTX 305 1.466.666.577 447,333,306,000 1.864.250.275.649 1.803.323.308.102 1.28 24 AISA 1080 2,926,000,000 3,160,080,000,000 1,834,123,000,000 3,867,576,000,000 1.29
97
25 CNTX 6,700 10,000,000 67,000,000,000 289,000,000,000 311,560,000,000 1.14 26 GDYR 12000 41,000,000 492,000,000,000 71,185,039,000,000 123,915,331,000,000 0.58 27 KDSI 495 405.000.000 200,475,000,000 254,557,936,400 570.564.051.755 0.79 28 HMSP 3700 4,383,000,000 16,217,100,000,000 12,939,000,000,000 26,247,000,000,000 1.11 29 IKBI 1500 306.000.000 459,000,000,000 185,337,620,000 796,673,240,000 0.81 30 INTP 4400 3.681.231.702 16,197,419,490,000 3,336,000,000,000 22,755,000,000,000 0.86 31 KLBF 450 46.875.122.110 21,093,804,960,000 2,046,314,000,000 9,417,957,000,000 2.45 32 MLBI 707 21,070,000 14,896,490,000 822,195,000,000 1,152,048,000,000 0.73 33 RMBA 580 7,240,005,000 4,199,202,900,000 5,011,668,000,000 6,935,601,000,000 1.32 34 SIPD 50 9.391.108.493 46,955,542,700 2.021.380.807.617 3.298.123.574.771 0.75 35 SMCB 3000 7.662.900.000 22,988,700,000,000 3,750,461,000,000 12,168,517,000,000 2.19 36 SMGR 2000 5.931.520.000 11,863,040,000,000 8,414,229,138,000 26,579,083,786,000 0.76 37 UNIT 345 75.422.200 26,020,659,000 139.475.335.813 379.900.742.389 0.43 38 ARNA 640 1.835.357.745 1,174,628,957,000 332,552,000,000 937,360,000,000 1.6 39 DLTA 25500 16.013.181 408,336,115,500 147,095,000,000 745,307,000,000 0.74 40 FASW 2500 2.477.888.787 6,194,721,968,000 3.771.344.290.709 5.578.334.207.456 1.78
98
Lampiran 7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOBINSQ 200 .22 2.73 1.1056 .51059
KOMISARISINDEPENDEN 200 .25 .60 .3299 .09787
DEWANDIREKSI 200 2.00 11.00 4.9500 2.00690
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL 200 35.00 98.00 73.8291 15.94299
KEPEMILIKANMANAJERIAL 200 .00 24.42 3.3510 5.35515
Valid N (listwise) 200
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
2.161
b. Dependent Variable: TOBINSQ
99
Lampiran 8
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity
Statistics
Toleran
ce
VIF
1
KOMISARISINDEPENDEN .952 1.050
DEWANDIREKSI .965 1.037
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL .912 1.096
KEPEMILIKANMANAJERIAL .886 1.129
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Hasil Uji Heteroskedastisitas
100
Lampiran 9
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Determinasi
Tabel 4.7 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .485a .236 .220 .45097
a. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI,
KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
b. Dependent Variable: TOBINSQ
101
Lampiran 10
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .014 .196 .072 .942
KOMISARISINDEPENDEN 1.434 .335 .275 4.284 .000
DEWANDIREKSI .073 .016 .288 4.515 .000
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL .004 .002 .133 2.025 .044
KEPEMILIKANMANAJERIAL -.017 .006 -.182 -2.732 .007
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Hasil Uji Statistik f
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 12.223 4 3.056 15.025 .000b
Residual 39.657 195 .203
Total 51.881 199
a. Dependent Variable: TOBINSQ
b. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI,
KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL