19
ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY TERHADAP PERSONAL FINANCIAL BEHAVIOR (STUDI KASUS PADA MAHASISWA JAKARTA, BOGOR, DAN DEPOK TAHUN 2017) Farida Lusiana Dewi, Fibria Indriati 1. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menjelaskan mengenai pengaruh dari personal financial literacy terhadap personal financial behavior. Indikator personalfinancial literacy yang digunakan menurut Lusardi dan Mitchell, yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu numeracy, inflation, dan risk diversification. Sedangkan indikator personal financial behavior menggunakan alat ukur Brent A. Marsh. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif perguruan tinggi negeri di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, khususnya daerah Jakarta, Bogor, dan Depok. Analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari personal financial literacy terhadap personal financial behavior, sehingga ! ditolak dan ! diterima, artinya semakin tinggi tingkat personal financial literacy maka akan semakin baik pula personal financial behavior. Dengan demikian, mahasiswa perlu meningkatkan personal financial literacy agar memiliki personal financial behavior semakin baik. Kata kunci : literasi keuangan, perilaku keuangan. ABSTRACT This research explains the effect of personal financial literacy on personal financial behavior. Personal financial literacy indicator used by Lusardi and Mitchell, which consists of three dimensions, numeracy, inflation, and risk diversification. While the indicator personal financial behavior was developed from Brent A. Marsh’s. Respondents in this study are active college students under the coordination area of the Ministry of Research, Technology and Higher Education, especially Jakarta, Bogor and Depok areas. Simple linear regression statistical analysis shows that personal financial literacy has a significant effect on personal financial behavior, so ! is rejected and ! accepted, which means, the higher level of personal financial literacy and personal financial behavior will also better. Therefore, college students need to improve their personal financial literacy in order to have a better personal financial behavior. Keywords : financial literacy, financial behavior. Pendahuluan Dewasa ini, peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terfokus pada pengembangan infrastruktur saja, tetapi juga pada peningkatan akses masyarakat ke sektor lembaga keuangan seperti tabungan, kredit, asuransi, dana pensiun, dan Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY TERHADAP PERSONAL FINANCIAL BEHAVIOR (STUDI KASUS PADA MAHASISWA JAKARTA, BOGOR, DAN

DEPOK TAHUN 2017)

Farida Lusiana Dewi, Fibria Indriati

1. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

2. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menjelaskan mengenai pengaruh dari personal financial literacy terhadap personal financial behavior. Indikator personalfinancial literacy yang digunakan menurut Lusardi dan Mitchell, yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu numeracy, inflation, dan risk diversification. Sedangkan indikator personal financial behavior menggunakan alat ukur Brent A. Marsh. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif perguruan tinggi negeri di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, khususnya daerah Jakarta, Bogor, dan Depok. Analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari personal financial literacy terhadap personal financial behavior, sehingga 𝐻! ditolak dan 𝐻! diterima, artinya semakin tinggi tingkat personal financial literacy maka akan semakin baik pula personal financial behavior. Dengan demikian, mahasiswa perlu meningkatkan personal financial literacy agar memiliki personal financial behavior semakin baik.

Kata kunci : literasi keuangan, perilaku keuangan.

ABSTRACT

This research explains the effect of personal financial literacy on personal financial behavior. Personal financial literacy indicator used by Lusardi and Mitchell, which consists of three dimensions, numeracy, inflation, and risk diversification. While the indicator personal financial behavior was developed from Brent A. Marsh’s. Respondents in this study are active college students under the coordination area of the Ministry of Research, Technology and Higher Education, especially Jakarta, Bogor and Depok areas. Simple linear regression statistical analysis shows that personal financial literacy has a significant effect on personal financial behavior, so 𝐻! is rejected and 𝐻!accepted, which means, the higher level of personal financial literacy and personal financial behavior will also better. Therefore, college students need to improve their personal financial literacy in order to have a better personal financial behavior.

Keywords : financial literacy, financial behavior.

Pendahuluan

Dewasa ini, peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terfokus pada

pengembangan infrastruktur saja, tetapi juga pada peningkatan akses masyarakat

ke sektor lembaga keuangan seperti tabungan, kredit, asuransi, dana pensiun, dan

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 2: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

fasilitas pembayaran. Keberadaan Strategi Nasional Keuangan Inklusif merupakan

salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan akses inklusi

keuangan dan membantu masyarakat mendapatkan haknya dalam penyediaan

layanan keuangan, utamanya masyarakat miskin produktif, pekerja migran, dan

penduduk di daerah terpencil. Indeksinklusi keuangan Indonesia per tahun 2016

sebesar 67,82%, indeks ini meningkat dari tahun 2013. Dengan indeks ini, OJK

masih mengharapkan terus adanya peningkatan indeks setiap tahunnya, hal ini

dikarenakan belum meratanya lembaga jasa keuangan di Indonesia, dan juga tidak

semua golongan masyarakat memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.

Selain itu disebabkan umumnya masyarakat masih memiliki persepsi sulitnya

memenuhi persyaratan dalam memperoleh produk dan jasa keuangan, belum

memahami fungsi,dan manfaat produk dan jasa keuangan yang ada karena tingkat

pendidikan dan edukasi yang kurang memadai, belum mampu menjangkau

beberapa produk dan jasa keungan khususnya masyarakat berpenghasilan rendah

serta masih mengalami kesulitan dalam mengakses produk dan jasa keuangan

karena keterbatasan sarana dan prasarana.

Komitmen kuat Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan

masyarakat mendapatkan apresiasi sebagai pemenang penghargaan Global

Inclusion Award 2017 regional Asia dan Pasifik dari Child and Youth Finance

International (CYFI) dan kelompok negara-negara G20 yang bekerjasama dengan

Pemerintah Jerman selaku tuan rumah penyelenggara pertemuan G20 tahun 2017.

Selain fokus terhadap inklusi keuangan, Indonesia juga berfokus pada

peningkatan financial literacy, dimana tingkat literacymasyarakat Indonesia

terbilang cukup rendah hanya pada indeks 29,66%, padahal financial literacy

memegang peranan

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 3: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

penting bagi masyarakat dalam inklusi keuangan. Hal ini disebabkan financial literacy

mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan untuk investasi, termasuk

didalamnya risk/return tradeoff, dimana hal ini akan mempengaruhi alokasi sumber daya

ekonomi sebagai potensi jangka panjang untuk pertumbuhan ekonomi (Remund, 2010).

Mendes (2013) menjelaskan bahwa financial literacy telah semakin kompleks selama

beberapa tahun terakhir dengan semakin banyaknya produk keuangan baru yang tersedia.

Dalam rangka memahami risiko dan keuntungan terkait produk keuangan, maka setidaknya

individu memiliki literacy akan produk keuangan tersebut, sehingga lebih efektif dalam

menggunakan produk dan jasa keuangan, serta menghindari adanya penipuan jasa keuangan.

Selain itu, tidak hanya terkait dengan produk keuangan yang ada, financial literacy juga

berimplikasi besar pada kesejahteraan individu dalam pengelolaan keuangannya,

dikarenakanliteracy ini mempengaruhi bagaimana individu menyimpan, meminjam,

berinvestasi, dan mengelola masalah keuangan.

Lusardi dan Mitchell (2014) menjelaskan bahwa financial literacy adalah kemampuan

seseorang dalam memproses informasi ekonomi dan mengambil keputusan atas perencanaan

keuangan, akumulasi kekayaan, hutang, dan investasi pensiun.Individu dengan tingkat

personal financial literacy rendahoakanolebih sulit dalam

menghadapiopermasalahanokeuanganosehinggaomenyebabkan tingkat stress, depresi, dan

rendah diri yang tinggi. Berbeda hal dengan individu yang memiliki tingkat personal

financial literacy tinggi, tidak hanya akan lebih efektif dalam melakukan perencanaan

anggaran, memperhitungkanokemampuan membayar bungaopinjaman, menggunakanokredit

atau kartu debit denganobijaksana, akan tetapi juga mampuomempertimbangkanodalam

penggunaan atau pembelian produk keuangan atau jasa, sepertiohipotek, danaopensiun,

asuransi, saham, obligasi atau derivatif keuanganobahkan investasi pada ekuitas

swasta(Wolcott dan Hughes, 1999).

Saat¥ini¥financialoliteracyotelah mendapatkanoperhatian khususodi berbagai

negaraodidunia, obaikonegaraoberkembangomaupunonegaraomaju. Tidakojarang di negara

tertentuomemilikiokurikulumountukomeningkatkan financialoliteracyodi masyarakatnya.

Sebagai contohnya adalahaSingapuraoyangomemilikioprogram

bernamaoFinancialoLiteracyoHub foroTeachers. Programoini ditujukanokepada para

guruosekolahodengan tujuanosupaya paraoguruomemperkenalkan financialoliteracy

melaluiomata pelajaranoyang telah dirancang sekolah. Berbeda hal denganoInggris

yangomemiliki programokhususodiberikan kepada para pekerja anggotaomiliter beserta

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 4: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

keluarga. Programoini diberi namaMoney Force denganotujuan agaropara pekerjaomampu

mengelolaokeuangan keluargaodengan mengandalkanopendapatan militer. Selain itu, Amerika

juga mencoba untuk meningkatkan financial literacy masyarakatomelalui organisasi non-

profit Jumpstart Coalition. Organisasioini bertugasomenyebarkan informasi ekonomiodan

pengelolaannyaopada anak muda di seluruhonegaraobagianoAmerika. Beberapaocontoh

tersebut menjelaskan bahwa program financial literacy dari tiap negara memiliki sasaran

tertentu yang cukup spesifik dan beragam. Akan tetapi, poin yang terlihat dari program

tersebut adalah peningkatan financial literacy masyarakat.

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang di Asia mengalami pertumbuhan

ekonomi senilai 5,02 persen ditahun 2016. Pertumbuhan ini meningkat di semua lapangan

usaha, utamanya Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh senilai 8,90 persen, dan dalam

kurun waktu 2011 – 2016, Gross Domestic Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus

mengalami peningkatan hingga ditahun 2016 mencapai Rp48 juta (Badan Pusat Statistik,

Februari 2017). Berdasarkan data dari World Bank, Gross National Saving per GDP

Indonesia meningkat dari 31,031 persen menjadi32,196 persen di tahun 2015. Melihat

pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, Indonesia melalui OJK membuat regulasi dan

strategi peningkatan literasi dan inklusi keuangan yang diatur dalam POJK

No.76/POJK.07/2016 mengenai peningkatan literasi dan inklusi keuangan yang memperkuat

implementasi regulasi dan kebijakan sebelumnya yang telah dikeluarkan melalui POJK

No.01/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen di sector jasa keuangan dan strategi

nasional literasi keuangan.

Berbagai strategi telah diluncurkan OJK bersama dengan industri jasa keuangan sejak

dikeluarkan POJK No.01/POJK.07/2013. Kemudian OJK melakukan survei nasional literasi

keuangan pertama kali di tahun 2013, dimana hasil survey tersebut kemudian dijadikan

sebagai acuanmenyusun program strategis dan program inisiatif yang bertujuan untuk

meningkatkan literacy dan inklusi keuangan masyarakat. Berbagai program tersebut

contohnya adalah edukasi komunitas, training of trainer, outreach program, kuliah umum,

edukasi bahari, iklan layanan masyarakat, edu expo, bioskop keliling, wayangan dan Si

Molek dengan target edukasi perempuan/ibu rumah tangga, UMKM, petani/pelayan,

TKI/CTKI, pelajar/mahasiswa, professional, karyawan dan pensiunan. Selain itu, OJK juga

meluncurkan sejumlah buku seri terkait dengan financial literacy untuk kalangan pelajar dan

mahasiswa. Program ini terus berlanjut sejak tahun 2013. Hasil program strategis inipun

cukup mendapatkan hasil yang signifikan di survei kedua tahun 2016. Total responden dalam

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 5: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

survei ini sebanyak 9680 dengan rentang usia 15 tahun keatas. Survei yang dilakukan di 64

kota/kabupaten di 34 provinsi inimenunjukkan adanya kenaikan indeksfinancial literacydari

21,8% menjadi 29,7%.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hampir semua sektor keuangan mengalami kenaikan

indeks financial literacy kecuali sektor perasuransian. Indeks literacy terhadap sektor ini

menurun dari 17,84% menjadi 15,76%. Kenaikan tertinggi diperoleh oleh sektor perbankan,

dimana indeksnya naik sebanyak7,14% yaitu dari 21,80% ditahun 2013 dan mengalami

kenaikan di tahun 2016 menjadi 28,94%. Dalam survei tahun 2016 ini, OJK menambahkan

produk keuangan baru, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pada dua produk

ini, indeksnya cukup tinggi jika dibandingkan dengan produk keuangan lain yaitu 28,29%

dan 11,02%. Survei nasional tahun 2016 tidak hanya membahas mengenai financial literacy

dan inklusi keuangan, tetapi juga membahas mengenai bagaimana financial behavior

rmasyarakat Indonesia terkait tujuan keuangannya, dimana 96,81% mengaku bahwa memiliki

tujuan keuangan. Tujuan keuangan masyarakat ini masih didominasi dengan tujuan jangka

pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan mempertahankan hidup. Kemudian untuk

mencapai tujuan tersebut, masyarakat cenderung mengambil upaya jangka pendek pula

seperti menabung, menyusun financial planning, dan bekerja atau mencari pekerjaan. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum berorientasi pada investasi jangka panjang.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan indeks literacy masyarakat ini tidak

terlepas dari adanya edukasi keuangan ke masyarakat. Adapun edukasi dapat diberikan

kepada masyarakat sejak mereka berada di bangku pendidikan, seperti pendidikan di

perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai kelompok usia 18 – 22 tahun masuk kedalam kategori

dewasa muda yang telah mampu bertanggung jawab atas dirinya dan telah mampu dalam

mengambil keputusan secara personal (Papalia & Feldman, 2012). Sejak periode perkuliahan,

mahasiswa sudah dihadapkan pada tanggung jawab untuk mengambil keputusan keuangan,

dimana keputusannya tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi keuangannya setelah lulus

(Cude et al., 2006). Kondisi yang dimaksudkan adalah keputusan untuk menginvestasikan

uang dimiliki, membeli atau menyewa rumah, atau bahkan terkait dengan pendidikan

anaknya kelak. Menurut Chio Flores (2014) mahasiswa perlu memiliki personal fiinancial

literacy, karena hal ini akan mempengaruhi seberapa baik mereka mengelola keuangan, dan

menghadapi atau mengatasi masalah keuangan. Demikian pula, Chen dan Volpe (1998) yang

menjelaskan bahwa mahasiswa membutuhkan personal fiinancial literacy danketerampilan

yang berfungsi sebagai komponen dalam pengambilan keputusan finansial.Personal

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 6: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

fiinancial literacy merupakan dasar penting dalam menghindari dan menyelesaikan masalah

keuangan, yang mana pada gilirannya akan sangat penting dalam menjalani kehidupan

dengan keuangan yang sehat dan sejahtera (Bushan dan Medury (2013). Mahasiswa dengan

kapasitas pengetahuan yang baik dalam membuat keputusan lebih memiliki personal

financial behavior yang sehat seperti menabung untuk jangka panjang, membayar tagihan

kartu kredit tepat waktu, atau hanya memprioritaskan untuk menggunakan uang sesuai

dengan kebutuhan, bukan atas dasar keinginan semata dan akan lebih kecil kemungkinannya

untuk mendapatkan masalah keuangan, contohnya tidak tepat waktu dalam membayar

tagihan kartu kredit dan tagihan lain, atau menjadi complusive buyer (Chinen dan Endo,

2012).

Pemaparan diatas menunjukkan bahwa personal fiinancial literacy berpengaruh terhadap

personal financial behavior. Kurangnya personalfinancial literacy sering kali dikaitkan

dengan personalfinancial behaviors yang tidak baik pula, seperti kurangnya menabung,

kurangnya simpanan untuk investasi, dan tingginya tingkat pinjaman (Lusardi, 2008 dalam

Robin dan Brenda 2016). Menurut Chen dan Volpe (1998) mahasiswa dengan tingkat

personal financial literacy yang rendah memiliki keterbatasan dalam mengambil sikap dalam

menghadapi masalah keuangan. Kurangnya personal financial literacy akan memberikan

dampak dalam pengelolaan keuangan sehari-hari serta kemampuan menyimpan uang untuk

kepentingan investasi jangka panjang (Braunstein dan Welch, 2002).

Melihat hal tersebut, penelitian ini mencoba mengkaji pengaruh daripersonalfinancial

literacy terhadap personalfinancialbehavior, dimana model dan variable penelitian ini

mengadopsi penelitian yang pernah dilakukan oleh Chen dan Volpe (1998). Hal yang berbeda

dari skripsi ini adalah populasi yang digunakan tidak mencakup satu negara, melainkan pada

wilayah yang lebih sempit, yaitu DKI Jakarta, Bogor, dan Depok. Hal ini dikarenakan

tingginya indeks literacy masyarakat DKI Jakarta jika dibandingkan dengan 34 provinsi

lainnya, yaitu dengan angka indeks 40%. Tingginya indeks literacy ini menunjukkan bahwa

masyarakat DKI Jakartaocukupomemilikiopengetahuan dan keyakinan mengenai lembaga jasa

keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk didalamnya adalah manfaat, risiko, hak

dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam

menggunakan produk dan jasa keuangan. Kemudian lokasi penelitian diperluas ke beberapa

daerah terdekat dari DKI Jakarta yang juga memiliki indeks literacy cukup tinggi, yaitu Jawa

Barat dengan angka indeks 38,70% dan dikhususkan ke Bogor dan Depok karena

keterbatasan dari peneliti.

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 7: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

Peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh antara personalfinancial literacy terhadap

personalfinancial behavior, yaitu dengan indeks literacy yang tingi, maka kecenderungan

personal financial behaviorakan lebih baik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

bagaimanakah pengaruh financial personalliteracyterhadappersonalfinancial

behaviorutamanya dikalangan mahasiswa. Menurut Chen dan Volpe (1998), semakin

baikpersonalfinancial literacy mahasiswa maka akan semakin baik pula personalfinancial

behaviornya.Penelitian difokuskan pada mahasiswa semester akhirPerguruan Tinggi Negeri

(PTN) di DKI Jakarta, Bogor, dan Depok di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dengan membagi sampel menjadi dua

bagian yaitu mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan mahasiswa non Fakultas Ekonomi. Chen

dan Volpe (1998) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat literacy antara mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan mahasiswa non Fakultas Ekonomi, dimana mahasiswa Fakultas

Ekonomi memiliki literacy yang lebih baik, hal ini dikarenakan adanya materi pembelajaran

yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan. Selain itu, menurut Brent A. Marsh (2006)

mahasiswa semester akhir lebih memiliki personal financial literacy dibandingkan dengan

mahasiswa semester awal perkuliahan, hal ini disebabkan lebih lamanya menghadapi

kehidupan kampus.Melihat hal ini peneliti ingin mengetahui apakah kondisi mahasiswa aktif

semester akhir di DKI Jakarta, Bogor, dan Depok juga memiliki kecenderungan personal

financial literacy yang tinggi. Kemudian pemilihan PTN di bawah wilayah koordinasi

Kemenristekdikti dikarenakan masyaraka beranggapan bahwa PTNdi bawah wilayah

koordinasi Kemenristekdikti memiliki kualitas dan reputasi yang lebih baik jika dibandingkan

dengan PTN dibawah wilayah koordinasi lain dan Perguruan Tinggi Swasta, hal inipun

dibuktikan dengan dominasi PTN di bawah wilayah koordinasi Kemenristekdikti di peringkat

atas dalam pemeringkatan perguruan tinggi ini berdasarkan kualitas SDM, kualitas

manajemen, kualitas kegiatan mahasiswa, dan kualitas penelitian dan publikasi oleh Dikti.

Berikut merupakan komposisi mahasiswa aktif dan cutiperguruan tinggi negeri di DKI

Jakarta, Bogor, dan Depok di bawah wilayah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi.

Tinjauan Teoritis

Setiap individu yang ada didunia tidak pernah lepas dari aktivitas ekonomi. Hal ini

disebabkan karena adanya kebutuhan akan konsumsi yang harus dipenuhi. Financial literacy

merupakan salah satu penunjang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, salah

satu kecerdasan yang perlu dimiliki adalah kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 8: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

mengelola aset keuangan pribadi. Dengan menerapkan pengelolaan keuangan yang benar,

maka seseorang diharapkan bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari uang yang

dimiliki. Dalam kehidupan pribadi seseorang, pada dasarnya sebuah perilaku keuangan yang

digunakan ada tiga hal yaitu (1) berapa jumlah yang harus dikonsumsi tiap periode, (2)

apakah ada kelebihan penghasilan dan bagaimana kelebihan tersebut dimanfaatkan serta

diinvestasikan(Brent A. Marsh, 2006). Oleh sebab itu, untuk mencapai kesejahteran keuangan,

individu perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam penerapannya. Sejauh mana

pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam menerapkan pengelolaan keuangan dikenal

dengan financial literacy.

Pandanganomengenai financial literacy telah berkembang dalam ilmu pengetahuan.

Financial literacy, financialoknowledge, financialocapability, dan economicocapability

digunakan untukomendefinisikan suatuohal yang sama (Hung et al., 2009 ; Huston, 2010 ;

Remund (2010) yaitu sebagaioseberapa jauhoseseorang untuk mengerti dan menggunakan

pengetahuanoyang dimilikinya atas informasi keuangan. TheoPresident AdvisoryoCouncil on

Financial Literacy (2008, dalam Hung, Parker & Yoong, 2009) financial literacy

sendiriomerupakan kemampuan seseorang dalamomenggunakan pengetahuan

danokemampuannya untuk mengatur keuangannya secara efektif untukokesejahteraan hidup.

Selain itu, Lusardi dan Mitchell (2014) menjelaskan bahwa financial literacy

adalahokemampuan seseorang dalam memprosesoinformasi ekonomi dan

mengambilokeputusan atas perencanaan keuangan, akumulasi kekayaan, hutang, dan

investasi pensiun.

Tidak jauh berbeda dengan beberapa definisi yang dipaparkan diatas, Hogart (2002)

omendefisinikan financial literacy sebagai kemampuan seseorang dalam mengatur keuangan

utamanya dalam masalah asuransi, investasi, menabung, dan perencanaan pengeluaran.

Organizationofor EconomicCooperation and Development (2013) mendefinisikan financial

Literacy sebagai pengetahuan dan kemampuan dalam memahami konsep keuangan dan

resikonya, motivasidan kepercayaan diri untuk menerapkan pengetahuan dan memahami

untuk membuatokeputusan yang efektif di berbagai konteks keuangan, untuk meningkatkan

kesejahteraan keuangan baik individu dan masyararakat, danomemungkinkan untuk

berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi. Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa financial literacy adalah kemampuanoseseorang dalam memproses

informasi dan pengetahuan keuanganosehingga akhirnya mampu mengelola sumber

keuangan dan mengambil keputusan yang tepat untuk kondisi keuangan yang ada. Pada

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 9: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

penelitian ini, definisi financial literacyoyang digunakanosebagai dasar acuan teoritikal

peneliti adalah definisioyang dipaparkan oleh Lusardi dan Mitchell (2014).

Shim dan Siegel (1991 dalam Brent, 2006) seorang profesor keuangan dan profesor

akuntansi, menggaris bawahi pentingnya perilaku sebagai unsur kesuksesan dalam personal

financial behavior. Personal financial behavior merupakan salah satu konsep yang berkaitan

erat dengan keuangan. Teori keuangan konvensional, dunia, dan para praktisi menjelaskan

bahwa individu berkeinginan untuk menjadi“wealth maximizer”. Ketika ingin mencapai hal

tersebut, maka diperlukan tindakan dan pengambilan keputusan. Para praktisi menjelaskan

bahwa tindakan individu dipengaruhi oleh psikologi dan emosi yang tidak dapat diprediksi

(irasional). Individu dengan pikiran negatif mengenai kondisi keuangannnya akan

mengarahkan pada personal financial behavior yang tidak baik, akan tetapi hal ini akan

mampu dialihkan menuju kepersonal financial behavior yang baik melalui konsultasi

(Archuleta&Grable, 2011).

Brent A. Marsh (2006) menjelaskan bahwa personal financial behavior merupakan

aktivitas atau pilihan individu mengenai bagaimana berperilaku dalam pengelolaan keuangan

atau pembiayaan, yang termasuk didalamnya yaitu organizing behavior, spending behavior,

dan saving behavior.Organizing behavior merupakan perilaku yang berkaitan dengan

mengelola keuangan, menyimpan struk relevan, dan pengecekan rekening koran. Spending

behavior berkaitan erat dengan perilaku menggunakan uang dari seseorang. Kemudian

saving behavior merupakan aktivitas seseorang dalam menabung dan perencanaan

kedepannya. Sewell (2011 dalam Brenda 2006) menjelaskan, personal financial behavior

merupakan ilmu yang memaparkan pengaruh psikologi atas tindakan pelaku keuangan dan

bagaimana dampaknya. Individu yang mereplikasikan pendekatan kognitif mempunyai

anggapan bahwa sikap, persepsi, keyakinan, dan harapan akan mempengaruhi perilaku

dalam bertindak. Menurut Xiao (2008), personal financial behavior dapat didefinisikan

sebagai semua perilaku individu yang berkaitan dengan pengelolaan uang. Kemudian

Gitman (2002) mendefinisikan personal financial behavior sebagai cara dimana individu

mengelola sumber dana untuk digunakan sebagai keputusan penggunaan dana, penentuan

sumber dana, serta keputusan untuk perencanaan pensiun. Dalam proses pengelolaan

tersebut, maka tidak mudah untuk mengaplikasikannya karena beberapa terdapat langkah

sistematis yang harus diikuti, mulai dari budgeting hingga saving. Brent A. Marsh (2006)

menyebutkan bahwa dalam kehidupan pribadi seseorang, pada dasarnya personal financial

behavior yang digunakan ada tiga hal yaitu (1) berapa jumlah yang harus dikonsumsi tiap

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 10: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

periode, (2) apakah ada kelebihan penghasilan dan bagaimana kelebihan tersebut

dimanfaatkan serta diinvestasikan. Brent A. Marsh (2006) menjelaskan juga bahwa

keberhasilan keuangan dapat dilakukan jika ada rutinitas personal financial behavior seperti

perencanaan arus kas dan membatasi diri untuk melakukan pemborosan.Tingkat kesehatan

keuangan dapat dikategorikan baik apabila individu merasa puas dengan posisi keuangan

yang dimiliki dan apa yang diharapkan untuk dibeli dapat direalisasikan, sikap dan perilaku

keuangannya pun baik(Sohyun Joo, 2008).

Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut, maka dapat digambarkan

bahwa mayoritas sampel penelitian ini adalah perempuan dengan jumlah 130 responden

(63,7%). Sedangkan total responden laki-laki sebanyak 74 responden (36,3%). Kemudian

ketika data demografi ini dilakukan compare meandan kruskall wallis test dengan proporsi

menjawab benar, mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki memiliki mean yang lebih tinggi

daripada mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Lusardi dan Mitchell (2014),Mahdavi (2012), danChen dan Volpe

(1998) yang menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini.Kemudian data deskriptif

diatas juga menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa dari fakultas ekonomi dan bisnis dan

non fakultas ekonomi dan bisnis memilki proporsi yang sama, yaitu masing-masing 104

mahasiswa (50%) Jika dilihat dari demografi fakultas tersebut, hasil compare means dan

kruskall wallis testmenunjukkan bahwa mahasiswa dari fakultas ekonomi dan bisnis lebih

memiliki personal financial literacy daripada mahasiswa non ekonomi bisnis. Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Volpe, Chen, dan Pavlicko (1996) dan Cude et al.

(2006).Demografi IPK menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian ini memiliki IPK

3,01 - 3,50 yaitu 120 mahasiswa (58,8%), sedangkan sisanya dengan IPK 2,51 – 3,00

sebanyak 14 mahasiswa dan 3,51 – 4,00 sebanyak 70 mahasiswa (34,3%). Kemudian ketika

data demografi ini dilakukan compare means dengan proporsi menjawab benar dan kruskall

wallis test, hasilnya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cude et al. (2006) dimana

semakin tinggi IPK mahasiswa maka akan semakin tinggi pula financial literacy nya.

Jika dikaitkan dari sisi personalfinancial literacy, mahasiswa cenderung memiliki

personalfinancial literacy yang cukup tinggi, dilihat dari nilai mean, median, dan modus dari

masing-masing dimensi pada tabel 4.11. Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Brent A. Marsh (2006) bahwa mahasiswa cukup tinggi personal financial literacy, terlebih

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 11: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

mahasiswa tingkat akhir. Hal ini disebabkan karena, mahasiswa tingkat akhir lebih lama

dalam menjalani perkuliahan sehingga lebih banyak pula permasalahan keuangan yang

dialami. Kemudin jika dilihat dari masing-masing dimensi, pada dimensi numeracy, hasil

jawaban mahasiswa memiliki mean 3,69 dengan median dan modus 4. Hal ini menunjukkan

bahwa kebanyakan mahasiswa mampu mengerjakan soal terkait dengan numeracy, sehingga

dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mampu memahami kalkulasi sederhana mengenai

pendapatan, tabungan, dan nilai kurs. Kemudian pada dimensi inflation,hasil jawaban

mahasiswa memiliki mean 3,57 dengan median dan modus 4. Hal ini menunjukkan bahwa

mahasiswa mampu memahami inflasi dengan baik, sehingga akan mampu pula dalam

mengantisipasi kondisi dimasa yang akan datang sebagai akibat inflasi. Hasil yang serupa

juga ditunjukkan pada dimensi risk diversification yang memiliki median dan modus 4

dengan rata-rata 3,61. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa memahami resiko keuangan

yang akan diterima jika melakukan investasi atau menggunakan produk keuangan tertentu.

Kemudian jika dilihat dari sisi variabel personal financial behavior, pernyataan

pertama yang berbunyi “saya mengelola catatan keuangan secara rutin”, memiliki nilai mean

3,67, dimana jika dilihat berdasarkan batas kelasnya menunjukkan bahwa rata-rata responden

menjawab agak setuju dengan pernyataan ini. Akan tetapi dalam menjawab pernyataan ini,

setidaknya terdapat 42,2% responden yang memiliki kecenderungan menjawab agak tidak

setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Ketika peneliti mencoba bertanya dengan beberapa

responden yang cenderung menjawab tidak setuju, responden menyatakan bahwa tidak

mengerti harus memulai darimana untuk mengelola keuangan, respondenpun beralasan juga

bahwa uang yang didapatkan adalah hasil pemberian orang tua, dimana ketika uang habis

hanya tinggal meminta saja.

Pernyataan terkait menyimpan catatan keuangan yang relevan seperti struk belanja,

struk atm dll memiliki nilai mean 3,35, dimana jika dilihat berdasarkan batas kelas interval

menunjukkan kecenderungan responden menjawab agak tidak setuju. Dalam tabel 4.7.

menunjukkan bahwa 51,5% responden menyatakan agak tidak setuju sampai dengan sangat

tidak setuju dengan pernyataan ini. Ketika dikonfirmasi ke beberapa responden yang

memiliki kecenderungan menjawab tidak setuju, responden tersebut menyatakan bahwa struk

belanja, struk atm, dll hanya akan memenuhi dompet saja, karena tidak memiliki nilai guna

bagi mereka. Kemudian ketika dikonfirmasi kepada responden yang menjawab setuju,

mahasiswa sebagai responden dalam penelitian ini menjelaskan hanya menyimpan struk atm.

Mahasiswa mengganggap dengan menyimpan struk atm, maka akan mengetahui jumlah saldo

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 12: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

terakhir di rekening. Pernyataan ini merupakan satu dari dua pernyataan dengan nilai mean

terendah yang menunjukkan batas kelas cenderung agak tidak setuju.

Pada pernyataan yang berkaitan dengan melakukan pengecekan antara pengeluaran

dengan rekening koran tabungan, menunjukan bahwa responden cenderung menjawab agak

tidak setuju sebagaimana terlihat pada tabel 4.13., dimana nilai meannya adalah 3,32.

Pernyatan ini masih berhubungan dengan pernyataan nomor dua yaitu berkaitan dengan

menyimpan struk atm. Responden pun menjelaskan alasan yang hampir sama, bahwa ketika

uang di rekening telah habis, maka tinggal minta ke orang tua, sehingga tidak memperhatikan

rekening koran tabungan. Responden juga menggangap bahwa tidak semua pengeluaran yang

dilakukan berasal dari uang dari rekening, tetapi juga dari uang tunai yang diberikan oleh

orang tua. Namun, dalam menjawab pernyataan keempat ini, terdapat 93 responden (45,6%)

mengaku agak setuju sampai dengan sangat setuju. Responden beralasan bahwa dengan

melakukan pengecekan antara pengeluaran dengan rekening koran tabungan, maka akan

mengetahui sisa uang yang dimiliki di rekening, dan memastikan untuk apa saja uang tersebut

dipakai.

Pernyataan nomor dua dan tiga adalah dua pernyataan dengan nilai mean terendah

yaitu 3,35 dan 3,32. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kecenderungan agak

setuju dengan pernyataan menyimpan catatan keuangan yang relevan seperti struk belanja,

struk atm dll dan melakukan pengecekan antara pengeluaran dengan rekening koran

tabungan. Peneliti menduga, mahasiswa tidak menyimpan struk belanja, struk atm, ataupun

mengecek rekening koran dikarenakan kondisi produk keuangan yang disediakan di

Indonesia, belum ada yang memberikan persyaratan untuk melampirkan laporan pengeluaran

dan buktinya. Berbeda hal dengan Malaysia, Philipina, Thailand, Canada, Australia, United

Kingdom, dan negara-negara lainnya yang menerapkan adanya student loan. Student

Loanmerupakan dana pinjaman yang diberikan pihak pemerintah ataupun bank tertentu

dengan tingkat bunga rendah, pengembalian dana dapat dilakukan ketika telah menyelesaikan

studi atau selama masa studi dengan mengambil kerja paruh waktu. Didalam pengisian form

persetujuan pengajuan student loan terdapat kolom estimated annual income and expenses,

dimana struk belanja, struk tagihan, atau rekening koran menjadi penting sebagai bukti

transaksi.

Pada pernyataan nomor empat yang berkaitan dengan membayar tagihan seperti

tagihan sewa kost, tagihan telepon selular pasca bayar, dll) secara tepat waktu, 83,3%

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 13: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

responden menyatakan dirinya agak setuju sampai dengan sangat setuju dengan pernyataan

ini, responden beralasan bahwa membayar kost, telepon selular pasca bayar, dan pembayaran

catering makan merupakan bagian kebutuhan, dimana jika tidak dilakukan pembayaran, maka

tidak akan mendapatkan haknya, utamanya telepon selular pasca bayar, dan pembayaran

catering makan. Jika tidak membayar tagihan telepon selular pasca bayar, maka nomor akan

di non aktifkan, atau bahkan akan diumumkan melalui surat kabar sehingga provider

mendapatkan pembayaran secara penuh. begitupun dengan pembayaran catering makan, jika

tidak melakukan pembayaran, tidak akan mendapatkan catering dan mahasiswa harus keluar

untuk membeli makan, dan membayar dengan uang lebih. Sedangkan sebagian kecil

responden yang memiliki kecenderungan menjawab tidak setuju, menyatakan bahwa akan

melakukan pembayaran jika telah mendapatkan uang bayar sewa kost dari orang tua.

Penyataan “Saya menghindari menggunakan uang lebih dari budget yang dimiliki”

memiliki nilai mean paling tinggi jika dibandingkan dengan pernyataan lain, yaitu 4,72.

Dilihat dari batas kelasnya, maka responden mengaku setuju dengan pernyataan ini.

Responden menjelaskan bahwa budget adalah hal pertama yang mereka lihat sebelum

membeli barang. Namun ketika barang tersebut dirasa memiliki urgensi yang tinggi, maka

akan mengusahakan untuk mendapatkannya, begitupun dengan beberapa responden yang

mengaku agak tidak setuju dan tidak setuju, mahasiswa sebagai responden menjelaskan

bahwa mahasiswa memiliki kecenderungan menjumpai hal-hal yang tidak diduga, sehingga

menggunakan uang melebihi budget yang dimiliki. Ada pula yang menjelaskan bahwa

mereka tidak mampu mengontrol diri untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu

dibutuhkan, tetapi tetap ingin memiliki.

Pada pernyataan keenam yang berkaitan dengan menyisihkan uang tiap bulan untuk

tabungan, mean jawaban responden adalah 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa responden

memiliki kecenderungan menjawab setuju atas pernyataan ini. Ketika dikonfirmasi mengapa

setuju untuk menabung, mahasiswa menjawab bahwa uang tabungan akan digunakan jika ada

sesuatu yang sangat dibutuhkan, akan tetapi tidak memiliki uang yang tersisa. Selain itu,

responden menjelaskan tabungan digunakan jika sewaktu-waktu menginginkan liburan, maka

tidak sulit untuk mempersiapkan dananya. Sedangkan, 25,1% responden yang mengaku tidak

menyisihkan uang tiap bulan untuk tabungan, beralasan bahwa uang yang didapatkan selama

ini, adalah uang pemberian orang tua dan merasa belum memiliki tanggungan apa-apa,

dimana ketika uang habis, maka tinggal meminta ke orang tua.

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 14: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

Pernyataan terakhir dalam variabel personal financial behavior adalah “Saya

merencanakan untuk melakukan investasi seperti : saham, reksadana, obligasi, dan surat

berharga lainnya”. Pada item pernyataan ini, sebanyak 40,6% responden mengaku tidak

merencanakan investasi. Mahasiswa sebagai responden dalam penelitian ini menjelaskan

alasan tidak merencanakan investasi karena mahasiswa belum memiliki pendapatan sendiri,

bahkan ada yang mengaku tidak mengetahui fungsi melakukan investasi. Sedangkan

responden yang mengaku setuju dengan pernyataan ini, sebenarnya hanya menginginkan

untuk melakukan investasi, akan tetapi belum merencanakan dengan pasti, misalkan

menyisihkan uang untuk alokasi dana investasi. Hal ini pun berkaitan erat dengan pernyataan

sebelumnya mengenai menabung, dimana responden menjawab bahwa tabungan hanya

digunakan untuk kebutuhan jangka pendek.

Hasil studi dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh personal

financial literacy terhadap personal financial behavior mahasiswa. Personal financial

literacy memberikan pengaruh signifikan terhadap personal financial behavior. Hasil ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Chen dan Volphe (1998), dimana

penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh positif antara personal financial literacy dan

personal financial behavior mahasiswa. Brent A. Marsh (2006) juga menjelaskan bahwa

mahasiswa dengan personal financial literacy yang tinggi memiliki pengaruh yang signifikan

pada personal financial behavior mahasiswa, utamanya mahasiswa semester akhir, dimana

telah menjalani masa perkuliahan yang lebih lama dengan pengalaman menjumpai masalah

keuangan yang lebih banyak.

Mahasiswa yang memiliki personal financial literacy yang tinggi cenderung memiliki

personal financial behavior yang sehat seperti menabung dan investasi untuk jangka panjang,

membayar tagihantepat waktu, atau hanya memprioritaskan untuk menggunakan uang sesuai

dengan kebutuhan, bukan atas dasar keinginan semata dan akan lebih kecil kemungkinannya

untuk mendapatkan masalah keuangan, contohnya tidak tepat waktu dalam membayar

tagihan kartu kredit dan tagihan lain, atau menjadi complusive buyer.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

penelitian bahwa terdapat pengaruh signifikan antara personal financial literacy dan personal

financial behavior pada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan landasan teori dan penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yang memiliki tujuan penelitian untuk melihat

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 15: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

pengaruh personal financial literacyterhadap personal financial behavior pada mahasiswa.

personal financial literacy yang tinggi ini diharapkan mampu meningkatkan indeks literacy

masyarakat Indonesia, dimana personal financial literacy ini akan membantu meningkatkan

indeks inklusi keuangan Indonesia. Karena financial literacy mempengaruhi financial

behavior utamanya terkait dengan bagaimana individu mengambil keputusan untuk

menabung dan investasi, termasuk didalamnya risk/return tradeoff, yang pada akhirnya

keputusannya ini akan meningkatkan akses ke lembaga keuangan.

Daftar Pustaka

Anderloni, L. and Vandone, D. (2010), Risk of Over Indebtedness and Behavioral Factors,

Working Paper No 25, Social Science Research Network, Santa Monica, CA.

Arman Davtyan. (2010). College Students and Personal Finance : Exploring the Relationship

among Financial Well-Being, Money Management Practices, and Engangement in

Personal Finance Education.

Atkinson, A., & Messy, F. (2012). Measuring Financial Literacy. Organisation for Economic

Co-operation and Development.

Amalia, Tririzky. (2016). The Influence of Financial Literacy and Trait Neuroticism on Saving

Intention among Young Adult Employees)

Badan Pusat Statistik. (2017). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Katalog 9199017, Edisi

81.

Banking Research and Regulation Directorate. (2012). Financial Education in Indonesia

Experiences & Evaluation. Jakarta : Bank Indonesia

Bianco, Candy and Bosco, Susan. (2012). Financial Literacy of College Student.

Braunstein, S.,&Welch,C. (2002). Financial literacy : An overview of Practice, Research and

Policy. Federal Reserve Bulletin, 88, 445-457.

Cude, B.J, Lawrence F.C., Lyons A.C, Metzger, LeJeune, Marks, L., and Machtmes, K

(2006). College Students and Financial Literacy : What They Know and What We Need

to Learn. Eastern Family Economics and Resource Management Association.

Brent. A. Marsh. (2006). Examining the Personal Finance Attitudes, Behaviors, and

Knowledge Levels of First-Year and Senior Year at Baptist Universities in The State of

Texas.

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 16: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

Chinen, K and Endo, H. (2012). Effects of Attitude and Background on Students’ Personal

Financial Ability : A United States Survey. International Jurnal of Management. Vol 29.

Chio Flores. (2014). First Generation College Students Financial Literacy : Impact Of Self

Efficacy and Behavior.

Chen, H. and R. Volpe. (1998). An Analysis of Personal Financial literacy among College

Students. Financial Services Review, 7,107-128.

Creswell, John W. 2009. Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar : Penterjemah Achmad Fawaid.

Danes, SM., and T.K.Hira. (1987). Money Management Knowledge of College Student. The

Journal of Student Financial Aid, 17 - 16.

Gary B, Sebstad J, Cohen M, Stack K (2009). Can Financial Education Change Behavior?

Lessons from Bolivia and Sri Lanka Global Financial Education Program Financial

Education Outcomes Assessment, Working Paper 4, Microfinance Opportunities,

Washington DC 20006 USA.

Gardeva A, Rhyne E (2012). Opportunities and Obstacles to Financial Inclusion, Survey

Report Center for Financial Inclusion, Publication 12.

Gladieux, L., & Perna, L. (2005). Borrowers Who Drop Out: A Neglected Aspect of the

College Student Loan Trend. San Jose, CA: The National Center for Public Policy and

Higher Education.

Grup Pengembangan Keuangan Inklusif Bank Indonesia. (2014). Financial Literacy Baseline

Survey. GPKI-DPAU, Volume 1.

Guilford, J.P. (1954). Psychometric Methods. McGraw-Hill Kogakusha.

Hastings, J.S., Madrian,B. C., & Skimmyhorn, W. L. (2013). Financial literacy, Financial

Education, and Economic Outcomes. Annual Review of Economics, 5(1), 347-373.

Hayhoe, C.R. (2002). Comparison of Affective Credit Attitude Scores and Credit Use of

College Students at Two Points Time. Journal of Family and Consumer Sciences, 94

(1), 71 – 77.

Hayhoe, C.R., and Leach, L. (1999). Discriminating the Number of Credit Cards Held by

College Students Using Credit and Money Attitudes. Journal of Economic Psychology,

20, 643 – 656.

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 17: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

Hirt, J.B., and Nick, H. (1999). How Students Manage Money : Some Developmental

Implications. NASPA Journal, 37, 349 – 360.

Hinkle, Dennis C., Stephen G. Jurs. Applied Statistic for The Behavior Science. New York :

Houghton Mifflin Company.

Hung, A. A,Parker, A.M., & Yoong, J. K. (2009). Defining and Measuring Financial Literacy.

RAND Corporation Publications Department, Working Papers (Vol.708).

Huston, S. J. (2010). Measuring Financial Literacy. The Journal of Consumer Affairs, 44(2),

296–31.

Kerlinger, F.N., Lee, H.B. (2000). Foundation of Behavioral Research (Forth Edition). USA :

Holt, Reinnar & Winston, Inc.

Lusardi, A. and Mitchell, O.S. (2010). Financial Literacy and Planning : Implications for

Retirement Wellbeing. Working Paper No 17078, National Bureau of Economic

Research, Cambridge.

Lusardi, A. and Mitchell, O.S. (2014). The Economic Importance of Financial Literacy :

Theory and Evidence. Journal of Economic Literature, 52 (1).

Mandell, L. (2008). The Financial Literacy of Young American Adults : Results of the 2008

National Jumpstart Coalition Survey of High School Senior and College Students,

Washington D.C. : Jumpstart Coalition.

Mendes, A. F. C. (2013). Financial Literacy of College Students-Study Case:: Students of the

University of Porto.

Miller M, Godfrey N, Levesque B, Stark E (2009). The Case for Financial Literacy in

Developing Countries: Promoting Access to Finance by Empowering Consumers‘, The

International Bank for Reconstruction and Development/ The World Bank, Washington,

DC

Modligani, F. (1996). The Life Cycle Hypothesis of Saving The Demand for Wealth and The

Supply of Capital. Sosial Research, 33 (2).

Mundy S, Masok C (2011). Towards an Effective Framework for Financial Literacy and

Financial Consumer Protection in Uganda.

Neuman, M. Lawrence. (2003). Social Research Model, (Qualitative and Quantitative

Approaches). Fifth Edition. USA.

OECD. (2012) Measuring Financial Literacy: Results of the OECD/International Network on

Financial Education (INFE) PilotStudy. OECD Working Papers on Finance, Insurance

and Private Pensions 15.

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 18: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

OECD. (2017). PISA Financia Literacy Questions and Answer.

Otoritas Jasa Keuangan. (2013). Indonesian National Strategy for Financial Literacy.

Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016.

Papalia, D.E., Feldman, R.D., & Martorell, G. (2012). Experience Human Development : 12

Edition. UK : McGraw-Hill Education.

Remund, D.L. (2010). Financial Literacy Explicated: The Case for a Definitionin an

Increasingly Complex Economy. Journal of Consumer Affairs, 44(2),276– 295.

Robin and Brenda. (2016). Financial Literacy and Long- and Short-Term Financial Behavior

in Different Age Groups.

Rosacker, K.M,. S. Ragothaman, and M.Gillispie. (2009). Financial Literacy of Freshmen

Business School Students. College Student Journal, 43, 391-399.

Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for Business. Edisi I and 2. Jakarta:Salemba Empat.

Simon, H. (1955). A Behavioral Model of Rational Choice. Quarterly Journal of Economics 1,

99 – 118.

Shankar S (2013). Financial Inclusion in India: Do Microfinance Institutions Address Access

Barriers?, ACRN J. Entrepr. Perspect. 2(1):60-74, Feb. 2013 ISSN 2224-9729 Shankari

Sohn, S. H.,Joo, S. H., Grable, J. E., Lee, S., &Kim, M. (2012). Adolescents’ Financial

Literacy : The Role of Financial Socialization Agents, Financial Experiences, and

Money Attitudes in Shaping Financial Literacy Among South Korean Youth. Journal of

Adolescence, 35(4), 969–980.

Soetiono, Kusumaningtuti. (2014). Promoting Financial Literacy through Life Cycle. Jakarta :

Otoritas Jasa Keuangan.

Subha MV, Priya PS (2014). The Emerging Role of Financial Literacy Financial Planning, Int.

J. Innovat. Sci. Eng. Technol. 1(5):400-408.

Vitt, L.A. (2004). Consumers Financial Decisions and The Psychology of Values. Journal of

Financial Service Professionals, Vol. 58 No. 6, pp. 68-78.

Volpe, R. P., Chen, H., & Liu, S. (2006). An Analysis of The Importance of Personal Finance

topics and The Level of Knowledge Possessed by Working Adults. Financial Services

Review, 15, 81-99.

WilliamsT.(2007).Empowerment of Whom and For What? Financial Literacy Education and

The New Regulation of Consumer Financial Services. Law and Policy, 29, 226–256.

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017

Page 19: ANALISIS PENGARUH PERSONAL FINANCIAL LITERACY …

Wolcott, Ilene, Hughes, Jody. (1999). Towards Understanding the Reasons for Divorce.

Australian Institute of Family Studies.

Xiao, J.J., Ahn, S. Y., Serido, J., Shim, S. (2014). Earlier Financial Literacy and Later

Financial Behavior of College Students. International Journal of Consumer

Studies,593 - 6

Analisis pengaruh ..., Farida Lusiana Dewi, FISIP UI, 2017