Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN
SYARIAH DAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN
BELANJA NEGARA (APBN) TERHADAP
PENGENTASAN KEMISKINAN
(Studi Kasus: Di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun
2002-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
MUSALIM RIDHO
NIM 63020 15 0045
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
i
ANALISIS PENGARUH ZAKAT, PEMBIAYAAN
SYARIAH DAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN
BELANJA NEGARA (APBN) TERHADAP
PENGENTASAN KEMISKINAN
(Studi Kasus: Di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun
2002-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
MUSALIM RIDHO
NIM 63020 15 0045
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
ومن أرادهما فعليه بالعلم, وما أراد االخره فعليه بالعلم, من أراد الدنيا فعليه باالعلم
(رواه الطبراني)
“Janganlah engkau menanggung kebingungan dunia karena itu
urusan ALLAH SWT, janganlah engkau menanggung kebingungan
rejeki karena itu dari ALLAH SWT, janganlah engkau menanggung
kebingungan masa depan karena itu kekuasaan ALLAH SWT. Yang
harus engkau tanggung adalah satu kebingungan, yaitu bagaimana
ALLAH SWT Ridho kepadamu”
-Habib Umar bin Hafidz -
“This is not about how long standing you life but
How much you can useful for other people”
Javanes Quote
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Orang tuaku tercinta H. Sobirin dan Ibu Hj. Siti Maemunah (Alm) yang tiada
hentinya mengucapkan doa dalam setiap sujudnya untuk setiap langkahku.
2. Kakakku Abdur Rohim berserta istri dan anaknya, Ahmad Muhyidin beserta
istri dan anaknya, yang senantiasa memberikan doa, semangat, dukungan dan
mendampingi dalam keadaan bagaimanapun
3. Keluarga besarku: Yang selalu di dalam doa semoga Allah swt senantiasa
mengasihi dan memberi kasih sayang di dunia dan di akhirat kelak kepada kita
semua. Amin
4. Almamaterku Tercinta IAIN Salatiga: Terimakasih yang telah menjadi tempat
dimana saya menimba Ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah serta
perlindungan yang diberikan-Nya sehingga Skripsi ini dapat di selesaikan. Tidak
lupa Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang senantiasa saya nantikan syafaat-Nya dan yang selalu
menerangi dunia ini dengan cahaya Islam. Skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan Anggaran Penerimaan dan Belanja
Negara (APBN) Terhadap Pengentasan Kemiskinan. (Studi kasus: di Negara
Indonesia dan Malaysia Periode Tahun 2002-2014)” ini saya susun sebagai
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Tentu suksesnya hasil Skripsi ini berkat bimbingan dari semua pihak yang
membantu saya selama pembuatan Skripsi ini. Dengan ini saya mengucapkan
terima kasih kepada.
1. Allah SWT, yang telah memberikan saya karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya & seluruh keluarga besar yang telah senantiasa
memberikan dukungan dan doanya.
3. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd Selaku Rektor IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. H. Ahmad Mifdlol Muthohar.Lc., M.S.I. pembimbing saya dalam
menyusun Skripsi ini.
5. Seluruh Dosen & staf IAIN Salatiga yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya.
6. Mas Hamdan Yuafi, S.E yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
7. Mbk Kristiani Gracielia Jessica, S.E. yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya.
x
8. Mbk Fitriana Umami, S.E. yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
9. Mbk Wiwit Ayu, S.E.,M.E. yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
10. PANDAWA‟9 (Ali, Ahsin, Bagus, Hadi, Muttaqin S.E, Muhyidin, S.E, &
Rizal, S.E).
11. Keluarga besar Talent Scouting‟18 & beserta seluruh Mentor & Supervisor
yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.
12. Keluarga besar Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) IAIN Salatiga yang
telah menjadi wadah bagi penulis dalam menimba pengalaman dalam
penulisan karya tulis dan keorganisasian.
13. Keluarga besar Squad ESiaga‟15 FEBI IAIN Salatiga yang menjadi teman
seperjuangan dalam menimba Ilmu & Pengalaman Selama kuliah.
14. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian Skripsi
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Semoga bimbingan dan
kebaikan yang telah diberikan kepada saya akan mendapatkan ridho dari Allah
SWT. Saya berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan
umumnya bagi teman-teman yang membutuhkan.
Penulis
xi
ABSTRAK
Salatiga, Ridho. 2018. Analisis Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Terhadap
Pengentasan Kemiskinan. (Studi kasus: di Negara Indonesia dan
Malaysia Periode Tahun 2002-2014). Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Program Studi S1-Ekonomi Syariah IAIN Salatiga.
Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc. M.SI.
Penelitian ini dilatarbelakangi dari jumlah penduduk Indonesia yang terbanyak
ke empat di dunia dengan tingkat kemiskinan masih tinggi dan jumlah populasi
penduduk beragama Islam. Untuk itu, Islam datang dengan membawa solusi
untuk mengentaskan kemiskinan dengan instrumen zakat. Selain itu, ada
instrumen pembiayaan syariah dan Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara
yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh instrumen zakat, pembiayaan syariah Dan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) terhadap pengentasan kemiskinan di
Negara Indonesia dan Malaysia periode tahun 2002-2014.
Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk semua variabel, yang
termasuk dalam kategori data panel. Selanjutnya data panel diuji menggunakan uji
regresi linear berganda melalui aplikasi statistik E-VIEWS 9 dengan
mengestimasi semua variabel independen terhadap variabel dependen, serta
dilakukan uji perbedaan antara variabel X dan Variabel Y dari Negara Indonesia
dan Malaysia.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel zakat berpengaruh negatif
signifikan terhadap pengentasan kemiskinan di Negara Indonesia dan Malaysia.
Pembiayaan syariah berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pengentasan
kemiskinan di Negara Indonesia dan Malaysia. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengentasan
kemiskinan di Negara Indonesia dan Malaysia. Terdapat perbedaan antara tingkat
penerimaan dana zakat, pembiayaan syariah dan APBN Indonesia dan Malaysia.
Kata kunci: Zakat, Pembiayaan Syariah, APBN, Kemiskinan
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ....................................................... v
MOTTO .................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 9
D. Kegunaan Penelitian. ................................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 13
A. Telaah Pustaka ............................................................................................ 13
B. Kerangka Teori ........................................................................................... 20
1. Kemiskinan ........................................................................................... 20
2. Teori Pro anggaran kemiskinan ............................................................. 22
3. Zakat ..................................................................................................... 23
4. Pembiayaan Syariah .............................................................................. 28
xiii
5. Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara APBN) ................................ 32
C. Kerangka Pemikiran Teoritis. ....................................................................... 35
D. Hipotesis ...................................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 43
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 46
E. Skala Pengukuran ........................................................................................ 47
F. Definisi Konsep dan Operasional ................................................................ 47
G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 50
H. Uji Instrumen Penelitian .............................................................................. 50
I. Alat Analisis ............................................................................................... 51
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................... 56
A. Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................................... 56
B. Analisis Data ................................................................................................ 60
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 91
A. Kesimpulan .................................................................................................. 91
B. Saran ............................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Research Gap Variabel Zakat .............................................................. 17
Tabel 2.2 Research Gap Variabel Pembiayaan Syariah ........................................ 18
Tabel 2.3 Research Gap Variabel APBN ............................................................... 18
Tabel 4.1 Hasil Uji Deskriptif Negara Indonesia .................................................... 61
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif Negara Malaysia ...................................................... 62
Tabel 4.3 Uji Akar Unit Variabel Zakat Indonesia ................................................. 63
Tabel 4.4 Uji Akar Unit Variabel Zakat Malaysia .................................................. 64
Tabel 4.5 Uji Akar Unit Variabel Pembiayaan Syariah Indonesia ........................... 65
Tabel 4.6 Uji Akar Unit Variabel Pembiayaan Syariah Malaysia ............................ 66
Tabel 4.7 Uji Akar Unit Variabel APBN Indonesia ................................................ 67
Tabel 4.8 Uji Akar Unit Variabel APBN Malaysia ................................................. 67
Tabel 4.9 Uji Akar Unit Variabel Kemiskinan Indonesia ........................................ 68
Tabel 4.10 Uji Akar Unit Variabel Kemiskinan Malaysia....................................... 69
Tabel 4.11 Uji Regresi Indonesia ............................................................................ 70
Tabel 4.12 Uji Regresi Malaysia ............................................................................. 70
Tabel 4.13 Uji Multikolinearitas Malaysia .............................................................. 74
Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas Indonesia ............................................................. 74
Tabel 4.15 Uji Heteroskedastisitas Indonesia .......................................................... 75
Tabel 4.16 Uji Heteroskedastisitas Malaysia ........................................................... 75
xv
Tabel 4.17 Uji Autokorelasi Indonesia .................................................................... 76
Tabel 4.18 Uji Autokorelasi Indonesia setelah penyembuhan .................................. 76
Tabel 4.19 Uji Autokorelasi Malaysia ..................................................................... 77
Tabel 4.20 Uji Autokorelasi Malaysia setelah penyembuhan ................................... 78
Tabel 4.21 Uji Beda Variabel Zakat ........................................................................ 79
Tabel 4.22 Uji Beda Variabel Pembiayaan Syariah ................................................. 80
Tabel 4.23 Uji Beda Variabel APBN ...................................................................... 81
Tabel 4.24 Uji Beda Variabel Kemiskinan .............................................................. 82
Tabel 4.25 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 90
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jumlah & Presentase Kemiskinan ........................................................ 4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 35
Gambar 4.1 Uji Normalitas Indonesia .................................................................... 73
Gambar 4.2 Uji Normalitas Malaysia ..................................................................... 73
Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji Durbin Watson Indonesia .......................................... 77
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Durbin Watson Malaysia ........................................... 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Sekunder
Lampiran 2 Uji Deskriptif
Lampiran 3 Uji Stasioneritas
Lampiran 4 Uji Regresi
Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik
Lampiran 6 Uji Beda
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak keempat
di dunia setelah China, Amerika Serikat danIndia dan menjadi Negara Muslim
terbesar di Dunia. Untuk itu, Indonesia berpotensi menjadi negara Muslim
yang ideal, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun dari sumber
daya alam (SDA). Pengelolaan SDM dan SDA yang optimal akan
meningkatkan secara riil terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun, usaha
pengoptimalisasian tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada minimalisasi
kemiskinan dan kebodohan. Upaya ini akan mendekati nol jika tidak adanya
kesadaran berbagi antar umat Islam dan masih ada jurang di antara orang kaya
dan orang miskin. Untuk itu,Islam mempunyai satu pilar dari lima pilar yang
berorientasi vertikal sekaligus horizontal, yaitu kewajibkan atas seorang
muslim untuk membayar zakat.
Menurut Muthohar zakat memiliki konsep sederhana yaitu di dalam harta
orang kaya terdapat hak orang miskin yang harus ditunaikan.Zakat ini lebih
ditekankan dalam hal upaya pemerataan pendapatan (Muthohar, 2016:
11).Karena hal tersebut sangat penting sesuai yang telah dijelaskan oleh Allah
swt dalam QS. Al-Hasyr ayat 7 sebagai berikut:
2
Artinya: “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu, apa yang diberikan
Rasul kepadamu, Maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah swt amat
keras hukumannya”.
Salah satu tujuan dari pemerataan pendapatan adalah mensejahterakan
kehidupan masyarakat merupakan salah satu tujuan tercapainya negara yang
berdaulat dan adil sesuai dengan undang-undang negara maupun perintah
agama Islam (Purbasari, 2015).Sesuai dengan perintah Allah swt tentang
kewajiban seorang muslim membayar zakat dalam Alquran dan Hadis juga
peraturan undang-undang dasar negara Replubik Indonesia Nomor 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat. Maka, zakat menjadi salah satu instrumen
yang memiliki potensi yang tinggi dalam pemberdayaan umat dan
pengentasan kemiskinan, serta menjadi simbol dari keharmonisasian
hubungan sesama manusia. Apabila di kelola secara professional dan orang
yang ahli di bidangnnya, dengan menerapkan prinsip yang baik dan
mengambil contoh dari praktik Rasulullah saw dalam mengelola zakat dan
3
juga umat Islam pada era keemasannya dulu, maka zakat benar-benar akan
menjadi solusi atas berbagai problematika umat (Sularno, 2010).
Salah satu problematika umat yang sampai sekarang belum terselesaikan
adalah masalah kemiskinan.Untuk itu, perlu adanya alternatif ataupun
instrumenkomplementer yang digunakan dalam mengentaskan kemiskinan.
Pada penelitian ini, akan dipaparkan terkait dengan instrumen yang
diasumsikan mampu mengentaskan kemiskinan yang terjadi di Negara
berkembang. Salah satunya sudah di jelaskan dalam hadis diatas yaitu dengan
zakat.Akan tetapi, masih ada instrumen-instrumen lain yang dianggap mampu
untuk menjadi instrumen pengentasan kemiskinan.Penulis mengambil
instrumen pembiayaan syariah dan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara
(APBN) untuk dikolaborasikan dengan instrumen zakat sebagai alternatif
dalam mengentaskan kemiskinan.
Untuk kajian lebih komprehensif, penulis mencoba mengambil sampel
dari dua Negara sebagai objek penelitian, yaitu Negara Indonesia dan
Malaysia. Kedua Negara Muslim tersebut merupakan Negara yang tergabung
dalam organisasi kerjasama Islam (OKI). Latar belakang mengambil Negara
tersebut sebagai objek penelitian sedikit banyak karena kedua Negara tersebut
mempunyai mayoritas penduduk yang beragama Islam serta Negara
berkembang dengan angka kemiskinan yang masih relatif tinggi dan juga letak
geografis yang mempengaruhi pada sistem pengelolaan iklusi keuangan
masyarakat serta instrumen-instrumen terkait dalam mengentaskan
kemiskinan.
4
Tingkat kemiskinan di Indonesia misalnya, pada periode tahun 2009 –
2015 tercatat dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2009 sebesar 32.53 juta
penduduk miskin dengan persentase sebesar 14.15 %, dan pada tahun 2015
sebesar 28.59 juta penduduk miskin dengan persentase 11.22 %.Upaya
pemerintah menekan jumlah kemiskinan terus turun dari tahun ke tahun.
Menurut Beik Garis Kemiskinan Makanan (GKM) di hitung dengan
pendekatan kalori, dimana standar kebutuhan minimal seseorang adalah setara
dengan angka 2.100 kkal (Beik, 2016: 69).
Gambar 1.1 Jumlah & Presentase Kemiskinan
Sedangkan tingkat kemiskinan di Negara Malaysia tercatat dalam Departmen
of Statistic Malaysia (DOSM) sebesar 0.4 % pada tahun 2016 dengan populasi
penduduk 6.9 juta atau berjumlah kurang lebih 30.875.4 penduduk
(www.dosm.gov). Mengacu pada World Bank standar dalam garis kemiskinan
adalah seseorang tidak dapat mendapatkan penghasilan kurang dari US$2
setiap hari (www.worldbank.co.id).
Kemiskinan terjadi karena masyarakat yang berekonomi rendah relatif
mempunyai pendidikan, kesehatan dan sosial yang buruk. Sehingga sulit bagi
mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Berbagai cara telah
http://www.dosm.gov/
5
dilakukan pemerintah masing-masing Negara untuk mengentaskan kemiskinan
yang ada di Negara-nya, dengan harapan kemiskinan akan menurun dari tahun
ke tahun. Akan tetapi, kemiskinan masih relatif tinggi meski telah
dilakukanberbagai cara untuk menanggulanginya. Untuk itu, perlu adanya
alternatif dalam pengentasan kemiskinan, yaitu dengan Zakat, Pembiayaan
syariah serta Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Sebagaimana Hadis Rasulullah saw yang yang diriwayatkan oleh Imam al-
Asbhani dari Imam at-Thabrani yang artinya: “sesungguhnya Allah swt telah
mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat dapat
menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seorang fakir
menderita kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab kebhakilan
yang ada pada hartwan muslim. Ingatlah, Allah swt akan melakukan
perhitungan yang teliti dan meminta pertanggungjawaban mereka dan
selanjutnya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang perdih”.
Secara eksplisit menegaskan posisi zakat sebagai instrumen pengaman
sosial, yang berfungsi menjembatani transfer kekayaan dari orang kaya kepada
orang miskin, hadis tersebut juga mengingatkan akan besarnya kontribusi
perilaku orang yang kikir dan bakhil terhadap kemiskinan. Ditambah
instrumen pembiayaan syariah dan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara
(APBN) ini akan memberikan peluang besar dalam mengentaskan kemiskinan
secara lebih optimal. Tentunya dengan didukung peran masyarakat serta
pemerintah yang serius dalam menangani serta mengolah dana-dana tersebut
6
ke dalam bentuk produk yang produktif bagi para asnaf serta orang miskin
diluar asnaf.
Potensi zakat di Indonesia sangat besar, tercatat bahwa pada tahun 2011
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh BAZNAS, Institut Pertanian
Bogor (IPB) dan Islamic Development Bank (IDB) potensi dana zakat yang
dapat dihimpun sebesar Rp.217 Triliun per tahun (Muthohar, 2016: 4). Potensi
zakat di Negara Malaysia berdasarkan data dari Pusat Pungutan Zakat (PPZ)
Malaysia jumlah zakat yang terkumpul sebesar RM 341.3 juta dan terus
mengalami kenaikan setiap tahunnya (www.zakat.com).
Sedangkan pembiayaan syariah dapat menjadi instrumen dalam
mengentaskan kemiskinan, apabila masyarakat banyak menggunakan
pembiayaan syariah ini dalam membiayai usaha mereka ataupun untuk hal
lain. Peran masyarakat sangat penting dalam hal ini, karena semakin banyak
masyarakat menggunakan instrumen yang terdapat di Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) baik Bank maupun Non-bank. Maka, semakin tinggi instrumen
tersebut dapat membantu mengentaskan kemiskinan melalui jumlah
pembiayaan yang disalurkan. Berdasarkan data pembiayaan syariah dari
Otoritas jasa keuangan (OJK) pada tahun 2014 – 2016 di Negara Indonesia
mengalami kenaikan setiap tahunnya dari Rp.148.425 Miliar, Rp.157.527
Miliar dan Rp.178.083 Miliar (www.ojk.go.id). Sedangkan di Negara
Malaysia berdasarkan data dari Bank Islam Malaysia Berhad jumlah total
pembiayaan sebesar RM 23,740,948 (www.bankIslam.com).
http://www.ojk.go.id/
7
Selain zakat dan pembiayaan syariah ada kebijakan fiskal Negara atau
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Parcoyo dalam
Fathurrahman (2012) APBN merupakan pengelolaan keuangan Negara dan
terbatas pada sumber-sumber penerimaan serta alokasi pengeluaran negara
yang tercantum dalam APBN sendiri.APBN sudah diatur di dalam Undang-
undang No. 15 tahun 2017. Sehingga sudah menjadi instrumen wajib Negara
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai instrumen kebijakan
fiskal yang meliputi: beadan cukai, devisa Negara, pariwisata, pajak
penghasilan, pajak bumi, dan bangunan, impor dan lain-lain.
Jumlah Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia
yang dikeluarkan pada tahun 2017, sebagai alat penunjang perkembangan
ekonomi sebesar Rp.1.750.3 Triliun (www.kemenkeu.go.id). Sedangkan
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Malaysia tahun 2015
sebesar RM 121.235.84 juta (www.hasil.gov.my).
Berdasarkan uraian di atas, menjadikan penelitian ini lebih menarik untuk
diteliti, dalam hal tersebut maka penulis mencoba melakukan penelitian yang
berjudul: “Analisis Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan Anggaran
Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN) terhadap pengentasan kemiskinan.
Studi kasus: di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode tahun 2002-2014”.
http://www.kemenkeu.go.id/
8
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul yang telah diajukan beserta latar belakang, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaruh Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara
Indonesia?
2. Bagaimana Pengaruh Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara
Malaysia?
3. Bagaimana Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Negara Indonesia?
4. Bagaimana Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Negara Malaysia?
5. Bagaimana Pengaruh APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara
Indonesia?
6. Bagaimana Pengaruh APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara
Malaysia?
7. Bagaimana Pengaruh Secara Simultan variabel Zakat, Pembiayaan
Syariah, APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia?
8. Bagaimana Pengaruh Simultan Variabel Zakat, Pembiayaan Syariah,
APBN terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia?
9. Bagaimanakah perbedaan pengaruh variabel Variabel Zakat, Pembiayaan
Syariah, APBN antara Negara Indonesia dan Malaysia?
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat Terhadap
Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.
2. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat Terhadap
Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.
3. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Pembiayaan Syariah
Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.
4. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Pembiayaan Syariah
Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.
5. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel APBN Terhadap
Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.
6. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel APBN Terhadap
Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.
7. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat, Pembiayaan
Syariah, APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Indonesia.
8. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Variabel Zakat, Pembiayaan
Syariah, APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Negara Malaysia.
9. Untuk Menguji Bagaimana Perbedaan Pengaruh variabel Zakat,
Pembiayaan Syariah, APBN Terhadap Pengentasan Kemiskinan antara
Negara Indonesia dan Malaysia.
10
D. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
dan kontribusi bagi banyak pihak yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan
pengetahuan dalamAnalisis Pengaruh Zakat, Pembiayaan Syariah dan
Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN) terhadap Pengentasan
Kemiskinan (Studi kasus: di Negara Indonesia Dan Malaysia Periode
Tahun 2002-2014).
2. Bagi institusi IAIN Salatiga
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dan
koleksi penelitian yang mengangkat tema: Analisis Pengaruh Zakat,
Pembiayaan Syariah dan Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara
(APBN) terhadap Pengentasan Kemiskinan (Studi kasus: di Negara
Indonesia Dan Malaysia Periode Tahun 2002-2014).
3. Bagi pihak lain
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Instrumen-instrumen
dalam mengentaskan kemiskinan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai isi penelitian ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif serta
sistematik meliputi:
11
Bab I PENDAHULUAN memberikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Dalam
bab ini diuraikan latar belakang kemiskinan yang menjadi problematika di
Negara-negara berkembang. Selain itu juga diuraikan mengenai rumusan
permasalahan yang akan dijadikan dasar dari penelitian ini.
Bab II KAJIAN PUSTAKA memberikan landasan teori yang berupa
penjabaran teori-teori yang mendukung perumusan hipotesa serta sangat
membantu dalam analisis hasil-hasil penelitian lainnya. Dalam bab ini juga
akan dibahas tentang kerangka pemikiran penelitian yang akan diteliti secara
hipotesa yang timbul dari pemikirian tersebut.
Bab III METODOLOGI PENELITIAN memberikan deskripsi bagaimana
penelitian akan dilakukan secara operasional. Dalam bab ini berisikan variabel
penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, serta metode analisis yang akan digunakan.
Bab IV ANALISIS PENELITIAN memberikan hasil penelitian yang telah
dianalisis dengan metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil
penelitian ini akan dibahas secara mendalam.
Bab V PENUTUP memberikan kesimpulan yang di dapat dari uraian
pembahasan yang dilakukan sebelumnya serta saran kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap hasil penelitian.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
1. Pengaruh variabel zakat terhadap pengentasan kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lapopo (2012) yang
berjudul “Pengaruh ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) dan Zakat Fitrah
Terhadap Penurunan Kemiskinan di Indonesia Periode 1998-2010”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dana zakat berpengaruh negatif
signifikan terhadap penurunan kemiskinan. Hal tersebut, karena dana zakat
masih bersifat konsumtif dan juga pengelolaan yang kurang efesien serta
kurang kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelolaan zakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Atabik (2015) yang
berjudul “Peranan Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa zakat dapat berkontribusi dalam
mengentaskan kemiskinan apabila para „aghniya‟ atau orang kaya mau
mengeluarkan zakat terutama di daerah pedesaan yang masih terdapat
penduduk miskin.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Multifiah (2009) yang
berjudul “Pengaruh Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) terhadap Kesejahteraan
Rumah Tangga Miskin”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dan ZIS
tidak dapat mengentaskan kemiskinan karena dana yang terkumpul terlalu
sedikit.
13
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Yanah (2014) yang
berjudul “Strategi Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Melalui Sinergi
Antara Bank Syariah Dan BAZNAS”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa zakat mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, yang artinya
bahwa semakin tinggi dana zakat yang dikumpulkan maka akan semakin
turun tingkat kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hatta dkk (2014) yang
berjudul “Zakat as a Poverty Reduction Mechanism among the Muslim
Community: Case Study of Bangladesh, Malaysia, And Indonesia”. Hasil
penelitian tersebut, menyatakan bahwa zakat menjadi salah satu instrumen
yang digunakan dalam penurunan angka kemiskinan di Negara – Negara
berkembang. Di Negara Malaysia pengelolaan zakat sudah baik karena
zakat dapat menjadi instrumen penerimaan Negara dalam mengentaskan
kemiskinan. Di Indonesia pengelolaan zakat masih belum optimal dan
proporsional, karena belum terpusat dalam pengelolaan dana zakat.
Berbeda dengan Negara Malaysia zakat hanya dikelola oleh satu badan
yang dikelola oleh Negara langsung yaitu Pusat Pungutan Zakat (PPZ).
Sedangkan Indonesia masih terlalu Badan dan lembaga yang mengelola
zakat, sehingga tidak terpusat.
14
2. Pengaruh variabel pembiayaan syariah terhadap pengentasan
kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larasati dkk (2017) yang
berjudul “Pembiayaan Syariah Di Sektor Pertanian: Solusi Permasalahan
Riba Dalam Prespektif Sosial Dan Ekonomi”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dana pembiayaan syariah yang disalurkan ke
masyarakat (petani) masih kecil, hal ini dikarenakan tingginya resiko,
seperti: pembiayaan petani, rendahnya peran bank syariah dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2011) yang
berjudul “Peranan Al-Mudharabah Sebagai Salah Satu Produk Perbankan
Syariah Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan Di Indonesia”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan syariah mampu mengentaskan
kemiskinan dengan instrumen pembiayaan mudharabah kepada para
pelaku usaha mikro kecil dan menengah di seluruh kota di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darma & Prastiawati
(2016) yang berjudul “Peran Pembiayaan Baitul Mal Wal Tamwil
Terhadap Perkembangan Usaha Dan Peningkatan Kesejahteraan
Anggotannya Dari Sektor Mikro Pedagang Pasar Tradisional”. Hasil
penelitian menyatakan bahwa Pembiayaan BMT tidak berpengaruh
signifikan terhadap persepsi pedagang tersebut tentang perkembangan
usahanya dan peningkatan kesejahteraan. Akan tetapi, persepsi pedagang
berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi terhadap peningkatan
kesejahteraannya.
15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamid dkk (2017) yang
berjudul “Peran Bank syariah dalam mengurangi kemiskinan”. Hasil
penelitian ini menunjukkan berpengaruh negative dan signifikan. Hal
tersebut dikarenakan Bank Syariah masih dianggap sebagai pencitraan
label Islami, akan tetapi operasionalnya sama dengan bank konvensional.
3. Pengaruh variabel kebijakan fiskal / anggaran penerimaan dan
pengeluaran Negara (APBN) terhadap pengentasan kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Utary dkk (2017) yang berjudul
“Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan
Dan Kesehatan Serta Infrastruktur Terhadap Tingkat Penganguran Serta
Tingkat Kemiskinan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh negatif dan
signifikan. Sektor kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan dan sektor
infrastruktur berpengaruh negative dan tidak signifikan. Hal tersebut,
dikarenakan pengeluaran anggaran pemerintah masih rendah dan kurang
optimal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutomo dkk (2013) yang
berjudul “Dampak Kapasitas Fiskal terhadap Penurunan Kemiskinan:
Suatu Analisis Simulasi Kebijakan”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kewenangan pemerintah melalui kebijakan fiskal belum
memberikan dampak positif dalam mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan. Hal tersebut, terjadi karena adanya fenomena flypaper effect
16
terutama pada pembiayaan pembangunan daerah yang tidak strategis dan
karena faktor lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fithri dan Kaluge (2017) yang
berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan
Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur”. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah disektor
pendidikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan
dan pada sektor kesehatan mempunyai pengaruh yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, akan disajikan research gap dari penelitian
terdahulu pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Research Gap Variabel Zakat
Gap Peneliti Temuan
Isu: pengaruh zakat terhadap pengentasan kemiskinan
Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh zakat
terhadap pengentasan kemiskinan
Zakat
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
pengentasan
kemiskinan
Lapopo
(2012)
Zakat, Infaq dan Sedekah berpengaruh
negatif dan signifikan, hal tersebut
dikarenakan peran lembaga zakat kurang
efesien dalam pengumpulan dan
pendistribusian zakat serta masyarakat
kurang percaya terhadap lembaga amil
zakat
Atabik
(2015)
Zakat dapat berperan dalam pengentasan
kemiskinan apabila para agniya’ mau
mengeluarkan zakat, infak dan sedekah
Multifiah
(2009)
Zakat berpengaruh negatif dalam
pengentasan kemiskinan karena jumlah
dana zakat yang masih sangat sedikit
yang terkumpul
Yanah
(2014)
Zakat akan dapat berpengaruh dalam
pengentasan kemiskinan apabila dana
zakat yang disalurkan dalam bentuk zakat
produktif dan adanya bimbingan dari
lembaga amil zakat dalam mengelola
dana zakat produktif oleh mustahik
17
Zakat
berpengaruh
posistif signifikan
terhadap
pengentasan
kemiskinan
Hatta dkk
(2014)
zakat berpengaruh positif terhadap
pengentasan kemiskinan karena zakat
merupakan instrumen utama dari
keuangan publik Islam yang digunakan
dalam mengentasan kemiskinan
sebagaimana yang diperintahkan dalam
Alquran dan Hadis dan juga dalam
undang-undang dasar
Sumber: data sekunder diolah, 2019
Tabel 2.2 Research Gap Variabel Pembiayaan Syariah
Gap Penulis Temuan
Isu: pengaruh pembiayaan syariah terhadap pengentasan kemiskinan
Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh pembiayaan
syariah terhadap pengentasan kemiskinan
Pembiayaan Syariah
berpengaruh negatif
terhadap
pengentasan
kemiskinan
Larasati
dkk
(2017)
Pembiayaan syariah berpengaruh
negatif karena jumlah pembiayaan yang
disalurkan masih sangat kecil
Hamid,
dkk
(2017)
Pembiayaan syariah dari Bank syariah
tidak berpengaruh karena masyarakat
menganggap bank syariah dan bank
konvensional sama.
Darma
(2016)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembiayaan dari BMT berpengaruh
negatif karena jumlahnya yang relatif
kecil
Pembiayaan Syariah
berpengaruh positif
terhadap
pengentasan
kemiskinan
Arianto
(2011)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembiayaan syariah mampu
mengentaskan kemiskinan dengan
instrumen pembiayaan mudharabah
kepada para pelaku usaha mikro kecil
dan menengah di seluruh kota di
Indonesia
Sumber: data sekunder diolah 2019
Tabel 2.3 Research Gap Variabel Anggaran Penerimaan dan Belanja
Negara (APBN)
Gap Penulis Temuan
Isu: pengaruh APBN terhadap pengentasan kemiskinan
Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh APBN
terhadap pengentasan kemiskinan
18
Anggaran APBN
berpengaruh negatif
terhadap
pengentasan
kemiskinan
Utary dkk
(2017)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengeluaran pemerintah tidak
berpengaruh dalam pengentasan
kemiskinan karena jumlah anggaran
masih sedikit dan tidak optimal
Soetomo
dkk
(2013)
Anggaran APBN tidak pengaruh
terhadap pengentasan kemiskinan
karena adanya fenomena flypaper
effect terutama pada pembiayaan
pembangunan daerah yang tidak
strategis dan karena faktor lainnya
APBN berpengaruh
positif terhadap
pengentasan
kemiskinan
Fithri dan
Kaluge
(2017)
Anggaran APBN dapat berpengaruh
terhadap pengentasan kemiskinan
terutama pada sektor kesehatan
Sumber: data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, maka perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
a. Kombinasi variabel penelitian berbeda dengan penelitian yang telah
dilakukan.
b. Periode penelitian dengan sampel sebanyak13 observasi dari tahun
2002 – 2014 dengan laporan tahunan yang diambil dari website resmi
lembaga terkait.
c. Objek penelitian yang lebih komprehensif karena diambil daridua
Negara yaitu Indonesia dan Malaysia.
d. Penelitian ini menggunakan uji beda untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara instrumen zakat, pembiayaan syariah dan
APBN antara Negara Indonesia dan Malaysia dengan
mengestimasikan variabel X dan Y dari kedua Negara tersebut.
19
B. Kerangka Teori
1. Kemiskinan
a. Pengertian
Kemiskinan secara luas adalah meliputi kekurangan atau tidak
memiliki pendidikan, keadaaan kesehatan yang buruk, kekerungan
transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Masalah sebagai
inspirasi perubahan (kasus kemiskinan). Sebagaimana diketahui
kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat adalah kondisi yang
sejahtera. Dengan demikian, kondisi yang menunjukkan adanya taraf
hidup yang rendah merupakan sasaran utama usaha perbaikan dalam
rangka perwujudan kondisi yang sejahtera tersebut. Kondisi
kemiskinan dengan berbagai dimensi dan implikasinya, merupakan
salah satu bentuk masalah sosial yang menggambarkan kondisi
kesejahteraan yang rendah. Oleh sebab itu, wajar apabila kemiskinan
dapat menjadi inspirasi bagi tindakan perubahan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Soetomo, 2008: 307).
b. Ciri-ciri orang miskin
Terdapat lima ciri orang miskin menurut Emil Salim :
1) Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti
tanah yang cukup, modal ataupun keterampilan, faktor produksi
yang dimiliki sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh
pendapatan menjadi sangat terbatas.
20
2) Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset
produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk
memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha. Sedangkan secara
tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbankan, seperti adanya
jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka yang perlu kredit
terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta
sarat pelunasan yang berat dan memungut bunga yang tinggi.
3) Tingkat pendidikan mereka rendah, tak sampai tamat sekolah dasar.
Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak
tersisa lagi untuk belajar. Juga anak-anak mereka yang tidak bisa
menyelesaikan sekolah, karena harus membantu orang tua mencari
tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah, sehingga
secara turun temurun mereka terjirat dalam keterbelakangan di
bawah garis kemiskinan ini.
4) Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak diantara mereka
tidak memiliki tanah, kalaupun ada maka kecil sekali. Secara umum
meraka menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian.
Karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan
kerja kurang terjamin. Banyak diantara mereka lalu menjadi
“pekerja bebas” (Self employed) berusaha apa saja. Dalam keadaan
penawaran tenaga kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi
rendah sehingga mengurung mereka di bawah garis kemiskinan.
21
Didorong oleh kesulitan hidup di desa maka banyak diantara
mereka mencoba berusaha di kota (urbanisasi).
5) Banyak diantara mereka yang hidup di Kota masih berusia muda
dan tidak mempunyai keterampilan (skill) atau pendidikan,
sedangkan kota di banyak Negara sedang berkembang tidak siap
menampung gerak urbanisasi penduduk desa ini. Apabila di Negara
maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan
Kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di Kota,
maka proses urbanisasi di Negara berkembang tidak di sertai proses
penyerapan tenaga dalam perkembangan industri. Bahkan
sebaliknya, perkembangan teknologi di kota-kota Negara
berkembang justru menampik penyerapan lebih banyak tenaga
kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota terdampar
dalam kantong-kantong kemelaratan (slumps) (Ala, 1998: 3).
2. Teori Anggaran pro kaum miskin
Teori anggaran pro kaum miskin adalah penganggaran berdasarkan
pada pengukuran kebutuhan dasar masyarakat miskin dengan proses yang
melibatkan kelompok miskin untuk ikut menentukan skala prioritasnya
(Fernandez, 2009: 15). Dalam teori ini menekankan pendistribusian
anggaran kepada masyarakat khusunya pada kaum miskin secara adil,
partisipatif, responsif, transparan dan akuntabel. Bertolak pada akar
sebuah kemiskinan adalah sebuah solusi yang ditawarkan dari teori ini
dalam menanggulangi kasus kemiskinan.
22
Untuk memahami anggaran pro kaum miskin ini, tidak hanya terpaku
pada logika anggaran dan penganggaran semata, tetapi memahami
kemiskinan dengan dimensi jauh lebih luas. Upaya monitoring dalam
pelaksanaan progam ini sangat penting dan dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Saat ini, upaya monitoring dan audit sosial masih
dibawah organisasi – organisasi masyarakat sipil terhadap program
antikemiskinan yang belum berjalan dengan baik.
Monitoring dalam program – program antikemiskinan merupakan
sebuah kewajiban untuk mengetahui dampak implementasi serta siapa
yang mendapatkan manfaat dari program tersebut. Tanpa adanya audit
sosial lebih lanjut dari kemanfaat program ini, maka sulit untuk menilai
efektifitas program – program pemberdayaan dan bantuan bagi masyarakat
miskin sebagaimana yang termaktub dalam APBN dan APBD.
3. Zakat
a. Pengertian Zakat
Menurut Muthohar zakat secara etimologi berasal dari kata zaka
yazku, yang berarti pertumbuhan (nama’), kesucian (thaharah),
keberkahan (barakah), dan kebajikan (ash-salahu). Adapun zakat
secara istilah syari, meskipun para ulama mengemukakannya dengan
redaksi yang sedikit berbeda antara satu dan yang lainnya, akan tetapi
pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah sebagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah swt. Mewajibkan kepada
23
pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,
dengan persyaratan tertentu pula (Muthohar, 2016: 11).
Makna Zakat menurut bahasa ialah menambah sedang menurut
syara‟ ialah nama bagi suatu harta tertentu menurut cara-cara tertentu,
kemudian diberikan kepada sekelompok orang yang tertentu pula
(Imron, 1982: 158). Sedangkan menurut Rifa‟i zakat menurut bahasa
artinya suci dan subur.Menurut istilah ialah mengeluarkan sebagian dari
harta benda atas perintah Allah swt, sebagai shodaqoh wajib kepada
mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh hukum Islam (Rifa‟i, 1987: 346).
b. Perintah Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun dalam Islam, yang wajib bagi
setiap orang Islam untuk mengeluarkannya, apabila sudah memenuhi
syarat dan rukun zakat. Berikut adalah dalil naqli dan aqli tentang
kewajiban membayar zakat, sebagai berikut:
QS. At-Taubah ayat 5
Artinya: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka
bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai
mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah
ditempat pengintaian.jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat
24
dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
QS. Al-Baqarah ayat 43
Artinya: “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku”.
c. Pihak-pihak yang menerima zakat (asnaf)
Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. At Taubah 9: 60
Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
d. Permasalan zakat
Permasalahan (gap) yang mempengaruhi potensi dana zakat dan
realita dana zakat, sebagai berikut:
a. Rendahnya kesadaran muzakki untuk membayar zakat,
rendahnya kepercayaan terhadap BAZNAS dan LAZ, Tingkah
25
laku muzakki yang berorientasi jangka pendek, disentralisasi &
masalah perorangan. Fakta dilapangan, Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ) harus memahamkan kembali tentang kewajiban
membayar zakat. Kurangannya pengetahuan tentang zakat
menjadi penyebab utama rendahnya dana zakat yang terhimpun.
Kususnya bagi sebagian orang yang hanya paham membayar
zakat fitrah pada bulan Ramadhan saja. Faktanya, ada macam-
macam zakat beserta tujuannya yang harus mendapatkan
perhatian bagi pemerintah dan OPZ, baik melalui sosialisasi, atau
pendidikan terikait untuk masyarakat luas.
b. Kurangnya dukungan dari pemerintah, meskipun telah ada
undang-undang tentag zakat (UUD No 23 tahun 2011). Tugas
pemerintah tidak hanya memberikan pelayanan dan menciptakan
suasana yang kondusif, tetapi juga harus tegas terhadap OPZ
dalam menaati Undang-undang. Sama seperti muzakki, untuk
merealisasikan pembangunan ekonomi di Indonesia melalui
zakat, pemerintah harus menegaskan kepercayaan pembayaran
zakat melalui institusi zakat.
c. Dana zakat di Indonesia masih terfokus pada dua macam zakat
yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Masih ada banyak objek dan
subjek dari zakat yang masih belum terekploisasi karena masih
ada gap antara realisasi dan potensi dana zakat. Di Indonesia
masih memiliki aset perkebunan dan perternakan yang belum
26
terekplorasi. Seperti halnya pengembangan zakat e-commerce,
financial technology, dan pemikiran baru yang perlu di
perhatikan seperti manajemen zakat.
d. Rendahnya intensitas kewajiban membayar zakat, khususnya
hubungannya dengan zakat sebagai penurunan pajak. Oleh
karena itu kewajiban zakat tidak memberatkan (Zakat outlook
2010).
e. Belum ada kepercayaan institusi zakat di anggap lemah dan tidak
professional. Beberapa instituis zakat di beberapa wilayah hanya
menerima dana zakat dan tidak mengajak secara aktif dan
progesif, pergerakannya masih sangat pasif, khususnya pada
zakat produktif. Hal yang penting bagi pemerintah dan juga non-
pemerintah untuk maksimalkan aturan dari penguatan
manajemen institusi zakat.
f. Distribusi zakat masih hanya bersifat konsumtif. Meskipun hal
tersebut tidak salah secara syariatnya, karena tujuan dari zakat
untuk memenuhi kebutuhan dasar dari mustahik. Tetapi, itu akan
menjadi lebih baik apabila distribusi zakat dapat bersifat
produktif dengan tujuan jangka panjang. Konsekuensinya,
dengan dana zakat bersifat produktif maka dapat mejadi
instrumen dalam mengentaskan kemiskinan karena masyarakat
tidak diberikan ikan segar tetapi memancing bahwa mereka akan
27
menggunakan untuk menangkap lebih banyak lagi (prinsip
pemberdayaan) (Indonesian Zakat Outlook, 2018: 2-4).
4. Pembiayaan Syariah
a. Pengertian
Menurut Muhammad dalam Ilyas (2015) Pembiayaan atau
financing merupakan pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
sebelumnya, baik usaha yang dimiliki perorangan maupun organisasi.
Pembiayaan juga dapat diartikan sebagai pendanaan yang dikeluarkan
untuk menunjang usaha ataupun investasi sesuai planning. Dalam UU
Nomor 10 tahun 1998 tertulis bahwa pembiayaan berbasis syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan sengan itu
berdasarkan persetujuan antar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak lain untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan bagi hasil.
b. Prinsip-Prinsip Pembiayaan
Menurut Antonio dalam Ilyas (2015) pada umumnya terdapat tiga
skim dalam pembiayaan syariah, sebagai berikut:
1) Prinsip bagi hasil
Fasilitas pembiayaan dalam prinsip bagi hasil ini adalah berupa
uang atau barang yang dinilai sesuai dengan uang, dengan
prosentase boleh 100% atau hanya sebagian saja dari modal yang
dibutuhkan. Cara pembagian keuntungan dalam akad ini adalah
28
dengan dua cara yaitu: revenue sharing (penghasilan kotor) dan
profit sharing (penghasilan bersih) tentunya dengan nisbah
(presentase) sesuai kesepakatan saat akad. Produk-produk
pembiayaan syariah dengan pronsip bagi hasil, sebagai berikut:
a) Mudharabah
Mudharabah merupakan suatu bentuk kerjasama dalam
usaha yangmana pihak pertama sebagai shaibul maal
(pemodal) dan pihak kedua sebagai mudharib (pengelola).
Dengan ketentuan bahwa pemodal menyediakan modal
seluruhnya atau 100% dan teknisnya diserahkan ke pengelola.
Adapun pembagian untung sesuai dengan kesepakatan saat
akad. Jika terjadi kerugian maka akan ditanggung semua oleh
pemodal selama kerugian itu bukan dari kelalian pengelola.
Seandainya kerugian disebabkan oleh kelalian pengelola, maka
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
b) Musyarakah
Musyarakah merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk mendirikan atau menjalankan usaha tertentu
dimana semua pihak menangung resiko kerugian baik dari
modal, waktu dan materi sesuai dengan kesepakatan saat akad.
29
c) Muzara’ah
Muzara’ah merupakan suatu akad kerjasama antara pemilik
lahan pertanian dengan penggarap lahan dengan sistem bagi
hasil atas dasar hasil panen.
2) Prinsip Jual beli
Menurut Muhammad dalam Ilyas (2015) Prinsip ini
menggunakan prinsip jual beli pada umumnya, hanya saja
pembelinya adalah lembaga keuangan syariah (Bank/Non-Bank)
yang membelikan terlebih dahulu barang yang diminta oleh
nasabah. Kemudian nasabah membayar dengan cara mengangsur
uang sejumlah harga yang telah disepakati saat akad dan presentase
keuntungan yang diambil disebutkan oleh LKS. Menurut Arifin
dalam Ilyas (2015) Tingkat keuntungan bank ditetapkan diawal dan
menjadi bagian antar harga barang yang ditentukan. Prinsip
tersebut terdapat pada produk, sebagai berikut:
a) Bai al-Murabahah
Transaksi jual beli barang tertentu dan penjual menyebutkan
harga beli dan keuntungan yang diambil dari harga barang
tersebut.
b) Bai al-muqayyadah
Transaksi jual beli dengan prinsip barter yaitu barang dengan
barang.
30
c) Bai al-mutlaqah
Pertukaran antara barang atau jasa dengan uang yang sesuai
dengan prinsip jual beli.
d) Bai as-salam
Transaksi dimana pembeli menyerahkan sejumlah uang di
muka kepada LKS atas barang yang telah disebutkan
spesifikasinya dan barang akan di kirim di masa yang akan
datang.
e) Bai al-Istisna’
Kontrak jual beli dimana pembeli membayar harga barang yang
dipesan baik di awal, di tengah atau di akhir seta boleh
diangsur atau tunai sesuai dengan kesepakatan dengan LKS.
3) Prinsip sewa menyewa
Prinsip ini terbagi menjadi dua produk, sebagai berikut:
a) Ijarah
Ijarah merupakan pemindahan hak guna barang atau jasa
melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan
barang tersebut.
b) Ijarah muntabiha bi at-tamlik
Ijarah meurpakan pemindahan hak guna barang atau jasa
melalui upah sewa dengan diikuti pemindahan hak kepemilikan
barang tersebut setelah kontrak selesai.
31
c. Jenis Pembiayaan
Pembiayaan dana dalam bank syariah terbagi menjadi dua konsep,
sebagai berikut:
1) Pembiayaan produktif
Merupakan pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi, seperti untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi
ataupun investasi.
2) Pembiayaan konsumsi
Merupakan pembiayaan yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, yang habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
(Muljono, 2015: 427).
5. Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN)
a. Pengertian
Menurut Gilarso dalam Fathurrahman (2012) Kebijakan fiskal
merupakan kebijakan pemerintah dalam mengelola keuangan negara
sedemikian rupa sehingga dapat menunjang perekonomian nasional:
produksi, konsumsi, investasi, kesempatan kerja, dan kestabilan harga.
Artinya keuangan Negara tidak hanya penting untuk membiayai tugas
rutin pemerintah. Akan tetapi, juga sebagai instrumen untuk
mewujudkan sasaran pembangunan: pembangunan ekonomi,
kestabilan dan pemerataan pendapatan.
Menurut Kuncoro (2015: 83) dalam UU N0. 17 Tahun 2003,
Keuangan Negara merupakan semua hak dan kewajiban Negara yang
32
dapat nilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupauang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Kekuasaan untuk mengelola
keuangan Negara berada di tangan Presiden selaku kepala Pemerintah
/Chief financial Officer (CFO). Presiden tidak mempunyai
kewenangan dalam mengelola dan mengedarkan uang.
Kekuasaan pengelolaan keuangan Negara ini oleh Presiden
dilaksanakan kepada: Pertama, Menteri Keuangan selaku pengguna
fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang
dipisahkan. Kedua, Menteri/ Pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/ pengguna barang kementrian Negara/ lembaga yang
dipimpinnya Chief financial Officer (CFO). Ketiga, Gubernur/ bupati/
walikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
b. Fungsi-fungsi kebijakan fiskal (APBN)
Menurut Sumiyanto dalam Faturrahman (2012) kebijakan fiskal
merupakan salah satu sub bidang pengelolaan keuangan negera.
Terdapat fungsi dari sub bidang pengelolaan fiskal, sebagai berikut:
1) Fungsi kebijakan ekonomi makro dan fiskal
Dalam hal ini, kebijakan fiskal meliputi penyusunan nota
keuangan dan rencana anggaran penerimaan dan belanja Negara
33
(RAPBN) serta perkembangan dan perubahannya, analisis
kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan ekonomi makro,
pendapatan Negara, belanja Negara, pembiayaan, analisis
kebijakan, evaluasi kerjasama fiskal internasional dan regional.
2) Fungsi penganggaran
Penganggaran meliputi: penyiapan, perumusan, dan
pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, norma, pedoman,
kriteria, prosedur, dan bimbingan teknis di bidang APBN.
3) Fungsi administrasi perpajakan
4) Fungsi administrasi kepabeanan
5) Fungsi perbendaharaan
Perbendaharaan meliputi: perumusan kebijakan, standard,
sistem dan prosedur di pelaksanaan penerimaan dan belanja
Negara, pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah serta
akuntansi pemerintah pusat dan daerah, pelaksanaan penerimaan
dan belanja Negara, pengelolaan kas Negara dan perencanaan
utang dalam negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang,
pengelolaan barang milik/ kekayaan Negara (BM/KN).
6) Fungsi pengawasaan keuangan
Menurut Boediono ada tiga fungsi pokok kebijakan
fiskal.yaitu: Pertama, fungsi alokasi. mengalokasikan faktor-faktor
produksi yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa,
34
sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi. Kedua, fungsi distribusi
terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang adil.
Ketiga, fungsi stabilisasi. Terjaminnya stabilisasi dalam
pemerintah suatu Negara serta terpeliharannya tingkat kesempatan
kerja yang tinggi, tingkat harga stabil dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang layak.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam rangka memudahkan pemahaman mengenai masalah yang dibahas
dalam penelitian sehingga dapat dikembangkan dan diuji kebenarannya, maka
diperlukan adanya kerangka penelitian yang menjadi kerangka pemikiran
penelitian ini. Digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
35
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan teori yang telah di jelaskan di atas
serta merujuk pada perumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesa
sebagai berikut:
1. Pengaruh zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan
Zakat merupakan salah satu instrumen Islam yang digunakan untuk
distribusi pendapatan dan kekayaan. Adanya zakat fitrah, maal, dan profesi
diharapkan dapat menekan tingkat ketimpangan kekayaan di Indonesia,
selain itu juga zakat dapat diandalkan sebgai salah satu mekanisme dalam
mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia, melalui program
zakat produktif (Pratama, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Lapopo (2012) yang mengenai zakat
untuk pengentasan kemiskinan periode 1998-2010, menyatakan bahwa
zakat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengentasan
kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penerimaan dana
zakat, infak dan shodaqah (ZIS) maka semakin tinggi pengentasan
kemiskinan, sehingga jumlah orang miskin akan semakin turun.
Hasil penelitian Multifiah (2009) menyatakan bahwa secara simultan
zakat fitrah dan ZIS berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan rumah
tangga miskin, akan tetapi secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan. Hal tersebut dikarenakan jumlah dana zakat yang di terima dan
didistribusikan masih dalam jumlah kecil. Sehingga semakin tinggi dana
zakat yang terkumpul dan terdistribusikan semakin besar, maka
36
pengentasan kemiskinan semakin meningkat sehingga kesejahteraan
rumah tangga miskin semakin tinggi dan jumlah orang miskin semakin
turun.
Penelitian yang dilakukan Yanah (2014) menyatakan bahwa zakat
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengentasan kemiskinan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa apabila jumlah dana yang disalurkan untuk
program pengentasan kemiskinan ditingkatkan, maka tingkat kemiskinan
akan semkain menurun. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Semakin besar dana zakat di Negara Indonesia maka semakin tinggi
pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun jumlah orang
miskin.
H2: Semakin besar dana zakat di Negara Malaysia maka semakin tinggi
pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun jumlah orang
miskin.
2. Pengaruh Pembiayaan Syariah terhadap pengaruh terhadap Pengentasan
Kemiskinan.
Pembiayaan syariah melalui berbagai modelnya mempunyai kontribusi
bagi pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah untuk
mengembangkan usahanya. Dengan tetap hidup dan berkembangnya usaha
kecil secara langsung juga akan tetap memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat. Maka usaha mikro, kecil dan menengah ikut berperan dalam
mengurangi penganguran dan kemiskinan.
37
Penelitian yang dilakukan Hamid & Aris (2017) menyatakan bahwa
Pembiayaan syariah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pengentasan kemiskinan. Hal tersebut karena keberadaan bank syariah
belum menjadi kebanggaan bagi masyarakat, bahkan banyak dari mereka
yang menganggap sama antara bank konvensional dan bank syariah,
Sehingga bank syariah melalui produk – produknya belum menjadi sebuah
instrumen dalam pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, semakin
banyak masyarakat menggunakan bank syariah semakin tinggi
pengentasan kemiskinan yang dapat dilakukan secara tidak langsung
sehingga jumlah kemiskinan akan menurun.
Penelitian Prastiawati & Darma (2016) menyatakan bahwa
Pembiayaan syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap pengentasan
kemiskinan melalui persepsi pedagang dalam melakukan pembiayaan dari
BMT untuk perkembangan usahanya. Hal tersebut karena jumalah dana
yang disalurkan dari BMT masih realtif kecil sehingga tidak berengaruh
terhadap tingkat kesejahteraan pedagang dan peningkatan usahanya. Maka
semakin besar dana dari BMT yang disalurkan kepada pedagang semakin
besar kesejahteraan pedagang dapat terwujud.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3: Semakin besar Pembiayaan syariah di Negara Indonesia maka
semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun
jumlah orang miskin.
38
H4: Semakin besar Pembiayaan syariah di Negara Malaysia maka semakin
tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin menurun jumlah
orang miskin.
3. Pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terhadap
Pengentasan Kemiskinan.
Pengeluaran pemerintah yang bersumber dari APBN merupakan salah
satu instrumen penting untuk mengurangi tingkat kemiskinan.
Sebagaimana salah satu dari APBN adalah penganggaran yang mana
mencaku penganggaran untuk membuat kebijakan-kebijakan yang dibuat
untuk pembangunan nasional melalui sektor sosial, pendidikan,
infrastruktur, industri, agraris dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan Utary dkk (2017) menyatakan bahwa APBN
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengentasan kemiskinan
melalui variabel yang digunakan. Hal tersebut karena anggaran yang
digunakan dalam sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur masih
terlalu sedikit sehingga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Sehingga semakin besar
jumlah anggaran yang digunakan maka semakin tinggi tingkat
pengentasan kemiskinan yang data dilakukan melalui sektor pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur.
Hasil penelitian Amalia & Razak (2015) menyatakan bahwa APBN
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengentasan
kemiskinan. Hal tersebut karena alokasi dana yang digunaka untuk
39
program – program penanggulangan kemiskinan masih relatif kecil.
Sehingga semakin besar alokasi yang digunakan maka semakin besar
penanggulangan kemiskinan melalui program pemberian bantuan kredit
daerah, program jaminan kesehatan daerah, alokasi dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan dari pemerintah pusat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H5: Semakin besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia
maka semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin
menurun jumlah orang miskin.
H6: Semakin besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Malaysia
maka semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin
menurun jumlah orang miskin.
4. Pengaruh secara simultan zakat, pembiayaan syariah dan APBN terhadap
pengentasan kemiskinan.
Sejauh pengetahuan penulis selama membuat penelitian ini belum
menemukan penelitian dengan menggunakan secara bersama-sama
variabel zakat, pembiayaan syariah dan APBN dalam pengentasan
kemiskinan. Tetapi merujuk ada penelitian secara parsial sebagaimana di
uraikan di atas, maka semakin besar dana zakat, pembiayaan syariah dan
APBN maka semakin tinggi pengentasan kemiskinan sehingga semakin
menurun jumlah orang miskin.
40
H7: Semakin besar zakat, Pembiayaan syariah, Anggaran Pendapatan dan
Belanja di Negara Indonesia maka semakin tinggi pengentasan
kemiskinan sehingga semkain menurun jumlah orang miskin.
H8: Semakin besar zakat, Pembiayaan syariah, Anggaran Pendapatan dan
Belanja di Negara Indonesia maka semakin tinggi pengentasan
kemiskinan sehingga semkain menurun jumlah orang miskin.
5. Perbandingan pengaruh variabel Independen terhadap dependen antara
Negara Indonesia dan Malaysia
Berdasarkan laporan tahunan dari kedua Negara terkait dengan
penerimaan dana zakat, pembiayaan syariah dan juga anggaran
penerimaan dan belanja Negara. Dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan
dana dari variabel di atas, menunjukkan berbedaan yang cukup signifikan.
Potensi zakat Indonesia sangat besar dan terus meningkat dari tahun ke
tahun, ini menunjukkan bahwa ada harapan untuk menggunakan dana
zakat dalam upaya pengentasan kemiskinan khusunya untuk 8 asnaf yang
telah di tentukan (Indonesian zakat outlook, 2018).
Pembiayaan syariah dalam negeri juga memberikan kontribusi yang
cukup dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pembiayaan syariah
berbagai model untuk para usaha mikro kecil dan menengah. Diharapkan
Indonesia mampu menoptimalkan kemajuan industri keuangan syariah
melalui pembiayaan syariah dan instrumen keuangan syariah lainya
(www.ojk.go.id). Menteri keuangan Indonesia terus meningkatkan
pendapatan Negara dan mengoptimalkan pengeluarannya khusunya pada
41
sektor untuk pembangunan nasional demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat melalui dana APBN yang di distribusikan melalui sektor –
sektor ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
Hasil yang tidak jauh berbeda yang diperoleh oleh Negara Malaysia.
Penelitian secara simultan menggunakan variabel zakat, pembiayaan
syariah dan APBN terhadap pengentasan kemiskinan sejuah pengentahuan
penulis belum ditemukan, Jika ada penelitian terkait, hanya menggunakan
satu variable terpisah.
H9: Terdapat perbedaan pengaruh variabel zakat, pembiayaan syariah dan
APBN terhadap pengentasan kemiskinan antara Negara Indonesia dan
Malaysia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk dapat memecahkan permasalahan dan untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data
yang didapat secara tidak langsung atau penelitian yang memuat peristiwa
masa lalu.Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data
statistik maupun dari internet (Bawono, 2006: 30). Untuk mengumpulkan
data, peneliti menggunakan data dari BPS, BI, jurnal dan sumber lain yang
mendukung penelitian ini. Serta pengujian data kuantitatif dengan
menggunakan alat statistik yaitu E-EVIEWS 9.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Karena penelitian ini menggunakan data sekunder, dan tidak ada
tempat penelitian. Penulis hanya mengambil objek penelitian, penulis
mengambil dua Negara yaitu Indonesia dan Malaysia.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2018 sampai bulan Januari
2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari Obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
43
yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah Negara-negara yang
tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Hal tersebut,
dikarena bahwa Negara-negara yang tergabung dalam OKI merupakan
Negara yang mayoritas Negara berkembang dengan jumlah orang miskin
yang relatif tinggi.
Disamping itu, Negara-negara yang tergabung dalam OKI
menggunakan zakat dan juga pembiyaan syariah sebagai instrumen dalam
mengentaskan kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Negara-negara yang tergabung dalam OKI adalah: Afghanistan, Aljazair,
Chad, Guinea, Indonesia, Iran, Kuwait, Lebanon, Libya, Malaysia, Mali,
Maroko, Mauritania, Mesir, Niger, Pakistan, Palestina, Arab Saudi,
Senegal, Sudan, Somalia, Tunisia, Turki, Yaman, Yordania, Bahrain,
Oman, Qatar, Suriah, Uni Emirat Arab, Sierra Leone, Bangladesh, Gabon,
Gambia, Guineea Bissau, Uganda, Burkina Faso, Kamerun, Komoro, Irak,
Maladewa, Djobouti, Benin, Brunei Darussalam, Nigeria, Azerbajian,
Albania, Kirgiztan, Tajikistan, Turkmenistan, Mozambik, Kazakhstan,
Uzbekhistan, Suriname, Togo, Guyana, Pantai Gading.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011: 80) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan biaya, waktu dan tenaga, maka peneliti
44
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.Apa yang dapat
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil harus benar-benar bersifat
representative (mewakili).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling untuk
menentukan sample. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sample data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016: 85). Mengapa
menggunakan teknik Purposive sampling karena tisdak semua sampel
memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena
itu, penulis menggunakan teknik Purposive sampling dengan melakukan
pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh sampel pada penelitian ini.
Sampel pada penelitian ini adalah Negara Indonesia dan Negara
Malaysia dengan memiliki kriteria tertentu seperti: Pertama, merupakan
Negara yang tergabung dalam organisasi kerjasama Islam (OKI). Kedua,
merupakan Negara yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam.
Ketiga, merupakan Negara dengan jumlah orang miskinan yang relatif
tinggi dan juga kriteria lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini penulis menggunakan data
panel. Penulis mendapatkan data dari laporan tahunanlnstitusi terkait dan dari
internet. Penelitian ini mengambil dari berbagai sumber, sebagai berikut:
45
1. Zakat
Laporan tahun dari Badan Amil Zakat Nasional yang dapat diunduh di
www.baznas.go.id dan www.puzkas.co.id untuk Negara Indonesia dan
laporan tahunan Pusat Pungutan Zakat Negara Malaysia atau dari
www.zakat.com.
2. Pembiayaan syariah
Laporan tahun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di laman websitenya
www.ojk.go.id dan laporan tahunan dari Bank Islam Berhad Malaysia di
laman website www.bankislam.com.
3. Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
Laporan tahunan dari Kementrian Keuangan Replubik Indonesia di
laman websitenya www.kemenkeu.go.id dan www.hasil.gov.my.
4. Kemiskinan
Data kemiskinan di Indonesia dapat di ambil dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Department of Statistic Malaysia di laman website
www.dosm.gov juga didapat dari www.worldbank.co.id.
E. Skala Pengukuran
Menurut Noor (2014: 15) data skala rasio merupakan data yang di dapat
dengan cara pengukuran, dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui
dan mempunyai titil 0 absolut.
http://www.baznas.go.id/http://www.puzkas.co.id/http://www.zakat.com/http://www.ojk.go.id/http://www.bankislam.com/http://www.hasil.gov.my/http://www.dosm.gov/http://www.worldbank.co.id/
46
F. Definisi Konsep dan Operasional
1. Definisi Konsep
Definisi konsep dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independen
Menurut Sujarweni (2015: 75) variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi terhadap variabel dependen.Variabel independen
dalam penelitian ini adalah zakat, pembiayaan syariah dan anggaran
penerimaan dan belanja Negara (APBN). Penjelasannya sebagai
berikut:
1) Zakat
Zakat secara istilah yaitu bahwa zakat adalah sebagian dari
harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah swt. Mewajibkan
kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula (Muthohar, 2016:
11).
2) Pembiayaan syariah
Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tertulis bahwa pembiayaan
berbasis syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
disamakan sengan itu berdasarkan persetujuan antar bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan bagi
hasil (Ilyas, 2015).
47
3) Anggaran penerimaan dan belanja Negara (APBN)
Menurut Gilarso dalam Fathurrahman (2012) Kebijakan fiskal
merupakan kebijakan pemerintah dalam mengelola keuangan
negara sedemikian rupa sehingga dapat menunjang perekonomian
nasional: produksi, konsumsi, investasi, kesempatan kerja, dan
kestabilan harga. Artinya keuangan Negara tidak hanya penting
untuk membiayai tugas rutin pemerintah. Akan tetapi juga sebagai
instrumen untuk mewujudkan sasaran pembangunan:
pembangunan ekonomi, kestabilan dan pemerataan pendapatan.
b. Variabel dependen
1) Kemiskinan
Menurut Soetomo (2008: 307) Kemiskinan secara luas adalah
meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaaan
kesehatan yang buruk, kekerungantransportasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat.Masalah sebagai inspirasi perubahan (kasus
kemiskinan).
2. Definisi Operasional
Pada bagian ini menjelaskan variabel-variabel yang digunakan baik
variabel independen maupun variabel dependen. Selanjutnya definisi
operasional menggambarkan pengukuran atas variabel dan indikator yang
akan dikembangkan dalam penelitian ini:
48
a. Zakat
Zakat merupakan salah satu sektor yang terpenting dalam Islam.
Zakat merupakan rukun Islam ketiga, dan zakat harus dibayarkan oleh
setiap muslim untuk mensucikan harta benda yang diberikan kepada
mustahik. Zakat tidak hanya untuk membantu ekonomi mustahik tetapi
juga menjadi salah satu instumen yang penting bagi sektor ekonomi
nasional.Dalam jangka panjang tujuan dari zakat adalah untuk
merubah mustahik menjadi muzakki.Kemudian menunjukkan bahwa
zakat mempunyai potensi yang sangat baik dalam menyelesaiakan
masalah kemiskinan di Negara ini (Indonesian Zakat Outlook, 2018:
2).
b. Pembiayaan syariah
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa pembiayaan berdasarkan bagi hasil
dalam mudharabah, ijarah dalam sewa menyewa, pinjam meminjam
dalam bentuk qard, transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam,
istisna‟ (www.syariahbukopin.co.id).
c. Anggaran Penerimaan Dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran pendapatan dan belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan Negara yang dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(www.kemenkeu.go.id).
http://www.syariahbukopin.co.id/http://www.kemenkeu.go.id/
49
d. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
mendapat pendapatan sebesar USD$2 per-harinya
(www.worldbank.co.id).
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel. Menurut Brooks
(2006: 4) data panel adalah data gabungan antara data time series dan data
cross section.Setelah data digabungkan selanjutnya di proses dengan aplikasi
E-Views 9.
H. Uji Instrumen Penelitian
Uji Instrumen: Uji Stasioneritas
Menurut Akbar dkk (2015) Uji Stasioner merupakan suatu keadaan jika
proses pembangkitan yang mendasari suatu deret berkala didasarkan pada
nilai tengah konstan dan nilai varians konstan. Suatu data pengamatan
dikatakan stasioner apabila proses tidak mengalami perubahan seiring dengan
waktu yang berubah.
Ada beberapa metode untuk menguji stasioneriotas data khususnya data
panel, yaitu: uji Levin, Lin & Chu, Uji pesaran dan Uji Shin W-stat, ADF –
Fisher Chi-square dan PP – fisher Chi-square. Pada penelitian ini
menggunakan uji Levin, Lin & Chu untuk menguji stasioneritas data.
Menggunakan uji Levin, Lin & Chu, diasumsikan bahwa data penelitian
ini akan stasioner apabila uji statistic lebih kecil dari nilai signifikansi α=0.05,
oleh karena itu data tidak dapat menolak null hypothesis dan vice versa.
50
I. Alat Analisis
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif akan memberikan sebuah intreprestasi deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
nilai maksimum, nilai minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(Ghozali, 2016: 19).
2. Analisis Regresi
Analisi regresi adalah alat uji terpenting dalam ekonometrika. Secara
umum, regresi berisikan penjelasan dan hubungan pengevaluasian antara
variabel pemberi dan satu, dua atau lebih variabel lain. Secara khusus,
regresi adalah percobaan untuk menjelaskan pergerakan variabel
berdasarkan pada pergerakan dala satu atau lebih variabel lainnya.
Dalam analisis regresi, variabel dependen (y) dan variabel independen
(x) adalah sangat berbeda. Variabel dependen diasumsikan menjadi
random atau „stochastic‟ dalam cara yang sama, I,e, untuk memiliki
distribusi probabilitas. Variabel independen diasumsikan untuk fixed „non
stochastic‟ nilai dalam sample (Brooks, 2014: 75-77).
Menurut Bawono (2006: 85) Formulasi persamaan regresi berganda
sendiri adalah sebagai berikut:
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + Ɛ
Dimana:
Y : Pengentasan kemiskinan
β0 : Konstanta dari persamaan regresi
51
X1 : Zakat
X2 : Pembiayaan Syariah
X3 : APBN
Ɛ : Variabel residual atau prediction error
3. Uji Hipotesis
Ada tiga uji secara umum dalam uji hipotesis, yaitu uji t, uji F dan uji
koefisien determinasi, uji beda. Berikut penjelasnnya:
a. Uji t
Uji t-test dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial
(individu). Uji t dilakukan secara individu dengan menggunakan uji
statistic t u