24
1 Pendahuluan Saat ini pendidikan menjadi hal utama untuk dilakukan karena dalam pendidikan itu sendiri terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, pantas dan indah untuk dikembangkan dalam semua aspek kehidupan dan pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia. Di Indonesia, hal ini dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, dalam pasal 3 sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di atas pada dasarnya merupakan arti pendidikan yang berlangsung sebagai pendidikan formal, proses pembelajaran berlangsung di sekolah yang menargetkan ukuran keberhasilan untuk setiap jenis pelaksanaan pembelajarannya dan diciptakan

ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD INPRES 1 LASOANI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sunarti, 2014. The Analyzing of Problem Posing Method Application on Mathematic Learning of Class V SD Inpres 1 Lasoani. This research discussed the problems about the increasing of students’ learning activity and students’ learning outcomes on Mathematic learning of Class V SD Inpres 1 Lasoani. This research aims at to find out and to analyze the application of problem posing method in increasing the students’ activity and learning outcomes on Mathematic learning of Class V SD Inpres 1 Lasoani. This study used Classroom Action Research method that carried out at SD Inpres 1 Lasoani and implemented to class V that consists of 44 students in academic year of 2013/2014. The study design implemented refered to Kemmis & Mc. Taggart’s model that carried in two cycles which consists of planning, implementation, observation and reflection. Data collected by observation and test. The result of the study shows that there is an increasing of students’ activity and learning outcomes by applying problem posing method on students of class V SD Inpres 1 Lasoani. This result can be seen from the increasing of students’ activity in Cycle II about 75,82% compared to result in Cycle I that still below of 75%. The class mean of evaluation in every cycles is also increased, whereas in cycle I mean class is 67,80 and in cycle II is 76,66 with the increasing by 8,86. The classical completion learning in cycle I is 70,45% and in cycle II increase by 93,18% with the increasing by 22,73%.

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

1

Pendahuluan

Saat ini pendidikan menjadi hal utama untuk dilakukan karena dalam

pendidikan itu sendiri terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, pantas dan indah untuk

dikembangkan dalam semua aspek kehidupan dan pendidikan merupakan usaha

sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia. Di Indonesia,

hal ini dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003, dalam pasal 3 sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional di atas pada dasarnya merupakan arti pendidikan yang berlangsung

sebagai pendidikan formal, proses pembelajaran berlangsung di sekolah yang

menargetkan ukuran keberhasilan untuk setiap jenis pelaksanaan pembelajarannya

dan diciptakan secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah yang

bersangkutan. Dalam pembelajaran di sekolah, yang menjadi pendidiknya adalah

tenaga profesional (guru) dan selaku peserta didik adalah siswa.

Di sekolah dasar atau SD, pembelajaran tercakup dalam setiap mata pelajaran

yang diajarkan, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran Matematika.

Departemen Pendidikan Nasional (2003:2) menyatakan bahwa tujuan mata

pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

Page 2: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

2

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-

aspek yaitu 1). Bilangan, 2). Geometri dan Pengukuran, dan 3). Pengolahan data

(Departemen Pendidikan Nasional, 2003:3).

Penguasaan hal-hal tersebut di atas di sekolah formal dapat dikatakan sebagai

hasil belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai dan diketahui melalui

serangkaian tes formatif dan sumatif yang dilakukan oleh siswa. Guru memiliki

posisi yang strategis untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif serta

menyenangkan bagi siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial,

yang menjadi penunjang pada mata pelajaran yang lain.

Matematika sebagai ilmu pengetahuan memiliki manfaat yang

sangat besar dalam kehidupan. Ironisnya, matematika termasuk

pelajaran yang tidak disukai. Banyak siswa takut akan pelajaran

matematika. Bagi mereka, matematika seperti momok yang

kalau bisa ingin mereka hindari. Tak sedikit siswa yang

mengeluh, matematika hanya bikin pusing dan stres

Page 3: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

3

(Sindhunata, 2004:3). Ketidaksukaan siswa terhadap pelajaran

matematika inilah yang menyebabkan hasil belajar yang dicapai

sebagian besar siswa di bangku sekolah belum menunjukkan

hasil yang memuaskan, selain itu masih banyak dijumpai siswa

yang mengalami hambatan dalam memahami materi pelajaran

matematika.

Pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan seharusnya

dilakukan dengan melibatkan siswa belajar aktif agar pembelajaran berjalan dua

arah, karena operasi bilangan pecahan memiliki ciri yang berbeda dan lebih rumit

dari pada bilangan bulat. Hal ini menjadikan siswa mampu mengungkapkan

gagasannya dan mengidentifikasikan dari permasalahan sehari-hari dalam bahasa

matematika ataupun sebaliknya.

Kondisi yang ada, di Kelas V SD Inpres 1 Lasoani, pembelajaran matematika

pada materi pecahan dilakukan dengan metode ceramah, sehingga pembelajaran

berjalan searah. Menurut pengalaman guru kelas V masih banyak siswa yang

masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan menyampaikan ide-ide

yang dimiliki dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok

bilangan pecahan. Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta didik yang masih

salah dalam melakukan operasi bilangan pecahan dan menerjemahkan soal-soal

cerita dari materi pokok tersebut, sehingga juga berpengaruh pada minimnya hasil

belajar siswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar matematika di kelas V SD Inpres 1

Lasoani dapat dilihat dari hasil perolehan nilai siswa pada mata pelajaran

Page 4: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

4

matematika yang sesuai dengan standar sekolah, apabila nilai yang diperoleh

siswa atau kurang dari kriteria ketuntasan minimal maka dikatakan proses belajar

mengajar kurang berhasil. Dilihat dari nilai Matematika materi pokok

sebelumnya, hasil belajar siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditentukan dari pihak sekolah, yaitu KKM individu sebesar 70

dan kriteria ketuntasan klasikal 85%. Hal ini sesuai dengan data pada observasi

awal bahwa dari nilai Matematika materi pokok sebelumnya terdapat 19 siswa

dari seluruh siswa berjumlah 44 yang memiliki nilai dibawah KKM, ini berarti

hanya 43,18% ketuntasan klasikal yang telah dicapai dengan nilai tertinggi 60

dan nilai terendah 40. Hasil belajar ini masih belum memenuhi standar yang telah

ditentukan.

Kesulitan tersebut diduga disebabkan oleh faktor motivasi dan minat yang

menurut Slameto (2003:54) ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kesulitan

belajar. Pertama faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (faktor intern)

seperti jasmaniah, psikologi dan kelelahan. Kedua, faktor yang berasal dari luar

diri siswa (faktor ekstern), seperti lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Dalam penelitian ini, yang menjadi perhatian utama adalah faktor dari luar diri

siswa (faktor eksternal). Salah satu faktor eksternal yang dianggap berpengaruh

terhadap peningkatan hasil belajar siswa adalah lingkungan belajar, terutama

metode pembelajaran karena siswa sebagai subyek pembelajaran tentu

membutuhkan suatu proses pembelajaran yang membuat siswa mencapai

kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan.

Pembelajaran itu sendiri merupakan proses komunikasi yang bersifat timbal balik

Page 5: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

5

antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Namun pada kenyataannya, dari hasil observasi proses pembelajaran di kelas

V SD Inpres 1 Lasoani yang telah dilaksanakan, hal tersebut belum mampu

terlaksana dengan baik. Sebagian besar pelaksanaan pembelajaran masih berupa

penuangan informasi satu arah dari guru ke siswa (teacher centered), hanya guru

yang memiliki peranan untuk mewariskan pengetahuan, siswa hanya sekedar

mendengarkan dan menerima saja apa yang diberikan oleh guru. Surtini (2004:1)

menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan KBM yang hanya terpusat pada guru (teacher centered), pengetahuan diperoleh siswa dalam bentuk yang sudah jadi melalui model ceramah. Dalam pendekatan tradisional seperti ini, dan guru bertindak sebagai pusat informasi maka siswa cenderung akan menjadi pasif dan enggan bertanya atau mengemukakan pendapat”

Akibat pelaksanaan KBM seperti ini akan menimbulkan dampak serta

persepsi di kalangan siswa itu sendiri, anggapan bahwa mata pelajaran

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi oleh siswa,

karena dianggap susah, kurang menarik dan membuat bosan para siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara

menyatakan kurangnya aktivitas siswa, karena guru hanya menggunakan metode

ceramah dengan penugasan soal-soal matematika yang dipilih guru. Metode yang

digunakan cenderung berjalan hanya satu arah, sehingga peran aktif siswa kurang

terlihat. Metode pengajaran konvensional ini membuat siswa pasif selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aktivitas siswa hanya terbatas pada

duduk, mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal yang diberi guru,

Page 6: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

6

sedangkan guru aktif dan mendominasi kegiatan dalam kelas. Metode

pembelajaran yang diterapkan mengakibatkan siswa tidak dapat beraktivitas dan

berkreatifitas sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki serta siswa menjadi

cepat bosan saat belajar matematika di kelas.

Dapat dibayangkan, jika hal seperti ini terus berlanjut tanpa adanya

perubahan, tentu akan memberikan dampak yang tidak baik dalam perkembangan

siswa. Untuk itu, perlu suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa

senang belajar matematika dan mendorong siswa agar lebih aktif dalam kegiatan

belajar dalam kata lain pembelajaran yang bersifat student-centered perlu

digalakkan. Siswa berperan sebagai pusat belajar sedangkan guru berperan

sebagai mediator dan fasilitator. Melalui pembelajaran student-centered guru

membimbing siswa untuk mengeksplorasi kecakapan hidup yang dimilikinya.

Pembelajaran student-centered sesuai dengan teori konstruktivisme. Menurut

teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membangun

pengetahuan, baik secara personal maupun sosial. Sardiman (2004)

mengemukakan “sebagai subjek belajar, siswa juga mencari sendiri makna atas

sesuatu yang mereka pelajari”. Dengan demikian, pada dasarnya tidak ada belajar

tanpa keaktifan siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif untuk membangun struktur

kognitif siswa adalah metode problem posing. Pada metode ini siswa diberi

kesempatan secara terbuka dan secara luas untuk mengembangkan kreativitas

dengan cara menyusun soal sendiri dan menyelesaikannya sendiri. Metode

problem posing adalah salah satu pembelajaran yang menuntut adanya keaktifan

Page 7: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

7

siswa baik mental dan fisik. Rahayuningsih (2002:18) mengemukakan bahwa

salah satu manfaat penerapan metode problem posing adalah kegiatan

pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.

Metode problem posing merupakan suatu metode pembelajaran yang

mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal

(berlatih soal) secara mandiri. Metode problem posing mulai dikembangkan di

tahun 1997 oleh Lyn D. English (dalam Amin, 2004:31), dan awal mulanya

diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, metode ini

dikembangkan pula pada disiplin ilmu yang lain.

Djamarah (2000:67) mengemukakan “Belajar sambil melakukan aktivitas

lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan

oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.” Dengan

demikian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangat diperlukan adanya

aktivitas siswa agar materi yang diberikan akan lebih lama tersimpan di dalam

benak siswa. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara siswa dengan

(guru, siswa dan sumber belajar) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Jenis

aktivitas yang akan diamati adalah interaksi ini dapat berupa siswa

memperhatikan guru, mendengarkan apa yang diajarkan, bertanya kepada guru,

menulis, menanggapi pertanyaan yang diberikan, mengingat apa yang diajarkan

dan menaruh minat pada apa yang diajarkan.

Menurut Sudjana (2000:28) hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat

dari suatu proses belajar. Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil

Page 8: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

8

belajar adalah (Rosyada, 2004:92) mengembangkan berbagai strategi untuk

mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-

informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan

berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam

pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.

Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

yang dicapai siswa pada mata pelajaran Matematika setelah mengalami proses

pengajaran di sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati

proses belajar.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar dapat

dilakukan melalui tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam

bentuk lisan, tertulis ataupun tindakan (Sudjana, 2005:35). Tes pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama hasil belajar

kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan dan pengajaran.

Permasalahan pokok yang dibahas dalam artikel ini yakni apakah penggunaan

metode problem posing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata

pelajaran Matematika di Kelas V SD Inpres 1 Lasoani?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

penggunaan metode problem posing dalam meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas V SD Inpres 1 Lasoani.

Page 9: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

9

Metode

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Inpres 1 Lasoani. Objek

penelitian ini adalah siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah

siswa 44 orang. Fokus penelitian ini adalah menerapkan metode problem posing

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran Matematika.

Aktivitas siswa berkenaan dengan keaktifan bertanya, membuat soal individu,

menjawab soal individu, menjawab soal yang dibuat temannya dan

menyampaikan gagasan. Hasil belajar siswa dilihat dari nilai hasil ulangan setiap

siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar secara klasikal. Penelitian

dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas melalui

dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai

yang mengacu pada tujuan penelitian. Desain atau model penelitian ini adalah

mengacu pada model Kemmis & Mc. Taggart (dalam Kasbolah, 2003:18) yang

terdiri atas 4 komponen (a) perencanaan (planning), (b) tindakan (acting), (c)

observasi (observing) dan (d) refleksi (reflecting).

Siklus pertama direncanakan dalam empat kali pertemuan yang masing-

masing pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Tahapan pada siklus

pertama adalah sebagai berikut perencanaan tindakan (planning) merupakan tahap

persiapan dengan kegiatan menyusun rencana pembelajaran yang berlaku,

membuat rencana pembelajaran yang berorientasi pada problem posing,

menyusun pre-tes dan pos-tes, menyusun lembar observasi dan rancangan

evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dari materi yang diberikan.

Page 10: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

10

Pada tahap pelaksanaan tindakan (action) dilaksanakan tindakan yang telah

dirancang pada tahap perencanaan. Pengamatan (observing) dilakukan secara rinci

atas seluruh tindakan yang telah dilaksanakan. Pengamatan dilaksanakan dengan

pencatatan untuk memperoleh laporan temuan tindakan untuk kemudian

dianalisis. Pencatatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan analisis nilai hasil

belajar siswa dari test. Pada akhir siklus dilakukan refleksi (reflection)

berdasarkan data pengamatan. Semua data hasil pengamatan dianalisis untuk

melihat pengaruh tindakan yang telah dilaksanakan. Kendala yang menjadi

penghambat, faktor pendorong, dan alternatif solusi yang dapat dilakukan

seluruhnya direflesikan untuk kemudian digunakan sebagai acuan untuk

menyusun perencanaan pada siklus berikutnya. Untuk siklus berikutnya diadakan

perbaikan-perbaikan apabila diperlukan berdasarkan hasil refleksi.

Siklus kedua dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik

dan berakhir pada siklus pertama. Adapun tahapan pada siklus kedua sama

dengan tahapan yang ada pada siklus pertama. Perbaikan dilakukan berdasarkan

hasil pada siklus pertama. Setelah proses penelitian tindakan selesai pada Siklus I

dan Siklus II, siswa diberikan evaluasi dalam bentuk tertulis yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan para siswa terhadap materi yang diajarkan

dengan penerapan metode problem posing.

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD Inpres 1 Lasoani tahun

pelajaran 2013/2014 dan kegiatan proses belajar mengajar. Jenis data yang

dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif, yang mencakup: rencana

Page 11: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

11

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, data hasil pengamatan guru dan siswa,

dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi

guru dan siswa, dan test. Data aktivitas siswa dan guru selama proses belajar

mengajar diambil dengan menggunakan lembar observasi siswa. Data hasil

belajar siswa untuk mengukur pencapaian siswa setelah mempelajari konsep

dalam suatu bahasan diambil dengan menggunakan lembar soal.

Data-data yang terkumpul selanjutnya dianalisis. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata

Untuk menghitung rata-rata digunakan rumus (Sudjana, 2005:67):

¿ =∑ X

n

Keterangan:

x = rata-rata nilai∑X = jumlah seluruh nilain = jumlah peserta didik

b. Menghitung ketuntasan belajar

a) Ketuntasan belajar individu

Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik dapat ditentukan

ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif persentase

dengan perhitungan:

∑ Skor yang diperoleh

∑ Skor maksimalx 100 %

b) Ketuntasan belajar klasikal

Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan

belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentase dengan

perhitungan:

Page 12: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

12

∑ pesertadidiktuntasbelajar

∑ seluruhpesertadidikx 100 %

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II, aktivitas siswa

meningkat dalam setiap aspek dan hasil belajar siswa pun mengalami

peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada tiap siklus dapat pada

dilihat diagram berikut:

Gambar 1. Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa meningkat

dari siklus I ke siklus II dalam setiap aspek. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa penggunaan metode problem posing dapat meningkatkan aktivitas siswa.

Selain dalam hal aktivitas, hasil belajar siswa juga meningkat. Hal ini dapat

dilihat dari ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 70,45% dan pada siklus

II 93,18%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada diagram

berikut:

Siklus I Siklus II

36%

73%

42%

77%

40%

76%

29%

77%

35%76%

Keaktifan bertanya

Membuat soal individu

Menjawab soal individu

Menjawab soal yang dibuat temannya

Menyampaikan gagasan

Page 13: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

13

Gambar 2. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa metode pembelajaran

problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Rudin, 2013 dan Amir

Mahmud, 2008).

Karena aktivitas dan hasil belajar siswa sudah memenuhi indikator

keberhasilan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

problem posing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan

demikian berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka hipotesis tindakan

yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat diterima.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

Pra Siklus Siklus I Siklus II

60.0067.80

76.66

43.18

70.45

93.18

Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal

Page 14: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

14

(1). Penggunaan metode pembelajaran problem posing dapat meningkatkan

aktivitas siswa kelas V SD Inpres 1 Lasoani Tahun Pelajaran 2013/2014.

(2). Penggunaan metode pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas V SD Inpres 1 Lasoani Tahun Pelajaran 2013/2014.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka rekomendasi yang dapat dikemukakan

sebagai berikut :

(1).Bagi sekolah, diharapkan sedikit demi sedikit dapat melengkapi sumber

belajar (buku/alat peraga) sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk

meningkatkan prestasi dengan cara belajar dengan fasilitas yang ada. Atau

dengan cara diharapkan kepada para pengajar atau pendidik untuk senantiasa

memberikan suatu variasi dalam penyampaian materi pelajaran bagi siswa.

Mampu memilih suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

siswa, dan berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Dengan harapan

supaya siswa bisa lebih aktif mengikuti jalannya proses pembelajaran di

kelas.

(2). Bagi guru, hendaknya lebih memunculkan potensi dan kreativitas yang

dimiliki siswa dengan cara lebih membuat mereka aktif dalam pembelajaran,

memberikan penguatan dan hubungan antara materi dengan kehidupan sehari-

hari khususnya pada mata pelajaran matematika membuat siswa lebih

antusias mengikuti pelajaran.

Page 15: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

15

(3). Bagi siswa, sebaiknya ketika guru menerapkan suatu model pembelajaran di

kelas, mereka dapat mengikuti instruksi guru dengan baik agar hasil yang

dicapai bisa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.

Daftar Rujukan

Amin, Suyitno. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:Depdiknas

Djamarah, Syaiful Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Kasbolah, Kasih. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Malang:Dikti

Mahmud, Amir. 2008. Efektivitas Penerapan Metode Problem Posing dan Tugas Terstruktur Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah Akutansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian Mahasiswa Semester 1 Jurusan Akutansi. Tesis. Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Rahayuningsih, F. 2002. Pendidikan Matematika Kelas V. Jakarta:Depdiknas.

Rosyada, Dede, 2004. Paradigma Pendidikan Demokrasi. Jakarta: Prenada Media

Rudin, 2013. Pengaruh Pengelolaan Kelas dan Metode Pembelajaran Problem Posing terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 2 Palolo. Tesis. Pascasarjana STIE Panca Bhakti Palu

Sardiman, A. N., 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sindhunata. 2004. Mengasah Rasa Matematika. BASIS Edisi Khusus Pendidikan Matematika. 07-08. 53. Juli-Agustus 2004

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:PT. Rineka Cipta

Sudjana, Nana, 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo

Page 16: ANALISIS PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V  SD INPRES 1 LASOANI

16

Surtini, Sri. 2004. Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1). http://pk.ut.ac . Id/Scan Penelitian/Sri % 2004. pdf . (3 Mei 2014).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003