15
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PARIWISATA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010-2016 JURNAL ILMIAH Disusun Oleh : Muhammad Faris Al Bassam 145020101111010 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR

PARIWISATA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

2010-2016

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh :

Muhammad Faris Al Bassam 145020101111010

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 2: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

i

Page 3: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PARIWISATA DI PROVINSI

JAWA TIMUR TAHUN 2010-2016

Muhammad Faris Al Bassam, Dias Satria

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Berkembangnya industri pariwisata merupkan salah satu instrumen yang berpotensi sebagai

penyerap tenaga kerja. Perkembangan ini merubah pola konsumsi yang ada di masyarakat,

pertumbuhan ini berubah dari good-based consumption menjadi experienced-based consumption.

Selain membawa dampak pada perubahan pola konsumsi, pariwisata juga merupakan sektor basis

yang membawa dampak multiplier atau efek pengganda pada perekonomian di setiap sub sektor

pariwisata. Saat ini pertumbuhan industri pariwisata tidak diimbangi dengan pertumbuhan angka

penyerapan tenaga kerja. Padahal industri pariwisata merupakan sektor padat karya yang

seharusnya angka penyerapan tenaga kerjanya dapat seimbang dengan pertumbuhan industrinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan teknik analisis data Analisis

Multiplier Tenaga Kerja Sektor Basis dan Regresi Panel Data. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel Jumlah Hotel dan Jumlah Wisatawan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan variabel Jumlah Restoran dan PDRB

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Koefisien multiplier tenaga

kerja dan perubahan total tenaga kerja membuktikan bahwa pariwisata adalah sektor basis yang

dapat menyerap tenaga kerja di keempat daerah di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010-2016.

Seluruh lapisan stakeholder diharapkan dapat lebih membangun pariwisata dengan

memprioritaskan pariwisata berbasis padat karya.

Kata-kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Pariwisata, Multiplier, Jawa Timur

A. PENDAHULUAN

Berkembangnya industri pariwisata merupakan salah satu instrumen yang berpotensi

sebagai penyerap tenaga kerja. Industri pariwisata sendiri merupakan salah satu pencipta lapangan

pekerjaan paling tinggi yang membutuhkan beragam keterampilan dan membuka peluang bagi

pekerja muda, perempuan maupun migran untuk masuk dengan cepat ke dalam dunia kerja. Saat ini

perkembangan sektor pariwisata sangat meningkat, dengan didukung efek permintaan pariwisata

yang tinggi dari masyarakat. Perubahan pola konsumsi masyarakat yang awalnya “goods-based

consumption” menjadi “experience-based consumption”. Data terbaru BPS menunjukkan

pergeseran konsumsi dari “nonleisure economy” ke “leisure economy” untuk kuartal II-2017

konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% dari kuartal sebelumnya 4,94%. Pertumbuhan konsumsi

rumah tangga ini (good-based) dinilai hanya tumbuh tipis sekitar 0,03-0,17% jika dibandingkan

dengan pertumbuhan konsumsi restoran dan hotel (experience-based) yang melonjak dari 5,43%

menjadi 5,87%.

Selain membawa dampak pada perubahan pola konsumsi, pariwisata juga membawa

dampak multiplier atau efek pengganda pada perekonomian di setiap sub sektor pariwisata. Dengan

adanya efek multiplier tersebut dampak penyerapan tenaga kerja sektor ini akan lebih terlihat

Page 4: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

1

Page 5: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

2

sehingga industri pariwisata ini memang menunjukkan potensinya dalam membuka lapangan

pekerjaan. Salah satu provinsi dengan perkembangan pariwisata terbesar adalah provinsi Jawa

Timur. Provinsi yang dikenal dengan berbagai macam objek wisatanya ini merupakan salah satu

destinasi unggulan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Kunjungan wisatawan di Jawa

Timur dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan Jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara ke Jawa Timur pada bulan Januari-Oktober 2017 mencapai 193.382

kunjungan, hal ini meningkat sebesar 9,86% dari periode yang sama di tahun 2016 yang mencapai

176.029 kunjungan (Badan Pusat Statistik, 2017).

Merujuk pada daerah potensial pariwisata di Jawa Timur terdapat beberapa kota/kabupaten

yang menjadi destinasi favorit dan juga daerah dengan berbagai faktor penunjang pariwisata yang

baik. Daerah tersebut ialah Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten

Pasuruan. Daerah itu pula yang menjadi fokus penelitian bagi penulis. Setiap daerah memiliki

karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan pertumbuhan pariwisata dan potensi yang dimiliki.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa saat ini pariwisata tumbuh menjadi sektor yang

potensial khususnya di Jawa Timur. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan pola konsumsi

masyarakat sebagai faktor pendukung adanya pertumbuhan pariwisata. Perubahan pola tersebut juga

menimbulkan permintaan yang besar di sektor pariwisata.

Jika melihat data-data pertumbuhan sektor pariwisata di Jawa Timur rata-rata pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja menujukkan pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan sektor

lainnya yang mencapai angka 0,66% selama tujuh tahun yaitu periode 2010-2016. Pertumbuhan rata-

rata jumlah hotel dan restoran mencapai angka 20,36%, pertumbuhan rata-rata Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di sektor pariwisata mencapai angka 7,68% dan pertumbuhan rata-rata

jumlah wisatawan mancanegara yang datang mencapai angka 4,82%. Hal ini menunjukkan

pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pariwisata tidak berkembang mengikuti

pertumbuhan rata-rata sektor industri pariwisata. Dari fenomena tersebutlah ditemukan rumusan

masalah bagaimana pengaruh variabel jumlah hotel, restoran, wisatawan, dan PDRB terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Provinsi Jawa Timur, dan bagaimana efek multiplier

tenaga kerja yang dihasilkan. Lalu tujuan penelitian ingin melihat apakah memang keempat variabel

tersebut mempunyai dampak terhadap penyerapan tenaga kerja di empat daerah Provinsi Jawa

Timur.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (usia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dari suatu negara

yang melakukan aktifitas perekonomian barang dan jasa (Subri, 2003:59). Menurut

(Djojohadikusumo, 1994) dalam (Maria, 2016), tenaga kerja adalah semua orang yang siap dan

bersedia untuk bekerja maupun yang menganggur, mereka yang menganggur bersedia bekerja dan

sanggup bekerja ataupun terpaksa menganggur karena tidak adanya kesempatan kerja.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Pada

awalnya batasan umur penggolongan tenaga kerja di Indonesia sejak tahun 1971 adalah bila sudah

mencapai umur 10 tahun atau lebih. Pemilihan batasan umur ini berdasarkan kenyataan bahwa dalam

umur tersebut sudah banyak yang mencari pekerjaan. Dengan adanya kegiatan wajib belajar 9 tahun,

maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang bekerja kurang. Oleh karena itu, semenjak

dilaksanakan SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) tahun 2001, batas umur penggolongan

kerja semula 10 tahun atau lebih menjadi 15 tahun atau lebih.

Permintaan tenaga kerja atau lebih tepatnya penyerapan tenaga kerja merupakan kondisi

dari permintaan turunan dari output yang sudah dihasilkan (Kuncoro, 2002). Artinya setiap

pertambahan output barang atau jasa perusahaan akan cenderung untuk menambahkan tenaga

kerjanya untuk memproduksi output lebih banyak lagi. Dalam ilmu ekonomi keputusan dalam

penggunaan tenaga kerja diambil oleh para pengusaha itu sendiri (Bellante dan Mark Jackson, 1990:

23-24). Dalam penyerapan tenaga kerja hal ini menandakan bahwa banyaknya input yang ingin

Page 6: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

3

dimasukkan ke dalam suatu perusahaan adalah dampak dari apakah permintaan akan suatu barang

dan jasa di suatu wilayah tergolong besar atau kecil. Jika permintaan akan barang dan jasa relatif

besar maka perusahaan akan berusaha untuk lebih memperbanyak output mereka dengan

memasukkan input ke dalamnya. Dalam kasus penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata input

modal utama yang digunakan adalah modal tenaga kerja itu sendiri, dengan alasan bahwa pariwisata

merupakan sektor yang padat karya.

Teori Ekonomi Pariwisata

Menurut definisi secara luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang

bersifat sementaran dan dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha untuk mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimennsi sosial,

budaya, dalam, dan ilmu (Spillane, 1987: 21). Menurut (Suwantoro, 2004: 3), kepariwisataan adalah

proses kepergian sementara seseorang atau lebih dengan tujuan ke tempat lain dengan kepentingan

ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Dalam aspek

kepariwisataan sendiri terdapat subjek yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan pariwisata dan

obyek wisata yang merupakan tujuan dari wisatawan.

Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu pariwisata aktif dan pasif. Dikatakan

aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukan devisa negara

yang dikunjungi, yang secara otomatis akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara tersebut.

Disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa kegiatan ini justru merugikan asal

wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.

Dalam kaitannya dengan perkembangan industri pariwisata ada beberapa keuntungan yang

diperoleh salah satunya yaitu membangun sektor perekonomian di daerah pariwisata. Perkembangan

industri pariwisata membuat efek multiplier yaitu penambahan jumlah objek wisata dan usaha wisata

sehingga membutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja untuk memenuhi permintaan dari sektor

pariwisata. Menurut (Darmadjati, 2002) dalam (Maria, 2016), industri pariwisata merupakan bidang

usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa yang nantinya dibutuhkan

secara langsung maupun tidak langsung oleh wisatawan.

Peningkatan usaha kepariwisataan disuatu wilayah dapat meningkat karena adanya

permintaan wisatawan akan kebutuhan wisata ke suatu daerah. Peningkatan permintaan wisatawan

nantinya akan meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja dan juga salah satu usaha pemerintah

dalam rangka meningkatkan penghasilan devisa negara. Pariwisata yang dikatakan sebagai industri

jasa ketiga (tertiary indsutry) memiliki peran penting dalam kebijakan kesempatan kerja terutama di

negara berkembang. Hal ini dikarenakan permintaan pariwisata yang terus meningkat setiap

tahunnya mengharuskan negara untuk memanfaatkan potensi-potensi tersebut (Spillane, 1987: 47).

Teori Basis Ekonomi

Teori dari basis ekonomi didasarkan dari kondisi disuatu wilayah yang memiliki laju pertumbuhan

ekonomi dan ditentukan oleh produk barang atau jasa yang dapat dijual keluar. Pada dasarnya

perekonomian disuatu wilayah di kelompokkan menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non

basis. Menurut (Glasson, 1974: 63) sektor ekonomi basis adalah sektor yang menghasilkan barang

atau jasa yang hasilnya dapat di ekspor keluar batas wilayah, atau orang dari luar batas wilayah dapat

mengkonsumsi output barang atau jasa tersebut. Dalam pengertian ekonomi regional, kegiatan

ekspor berarti menjual produk/jasa keluar wilayah dari dalam negara maupun keluar negera tersebut.

Kegiatan ekspor pada dasarnya adalah semua kegiatan yang mendatangkan uang dari luar batas

wilayah disebut kegiatan basis.

C. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata di Jawa Timur.

Secara rinci wilayah yang diambil dalam penelitian ini adalah Kota Batu, Kabupaten Malang,

Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pasuruan.

Page 7: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

4

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deksriptif.

Jenis penelitian kuantitatif ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel terikat

(dependen variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel-variabel tersebut yang

kemudian di uji menggunakan alat analisis regresi dan hasilnya akan dideskripsikan. Dalam melihat

efek multiplier dan perubahan tenaga kerja sektor pariwisata dengan menggunakan koefisien

multiplier tenaga kerja basis dengan cara membagi jumlah tenaga kerja seluruh sektor dan sektor

pariwisata di setiap daerah.

Teknik Analisis Data

Dalam menghitung multiplier tenaga kerja basis di setiap wilayah diperoleh dengan menunjukkan

jumlah tenaga kerja yang diperoleh dari dari masing-masing wilayah dibagi dengan jumlah tenaga

kerja sektor basis di wilayah tersebut. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

k = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠

Setelah ditemukan koefisien multiplier tenaga kerja maka dapat dilakukan perhitungan total

perubahan tenaga kerja dari suatu wilayah di setiap tahunnya maupun rata-rata dari seluruh tahun

yang diteliti. Rumusnya sebagai berikut:

ΔT = (k) ΔB Dimana

ΔT = perubahan total lapangan kerja ΔB =

perubahan lapangan kerja sektor basis

k = koefisien multiplier tenaga kerja basis (nilai pengganda)

Untuk mengetahui pengaruh hubungan variabel independen terhadap variabel dependen

penelitian ini menggunakan regresi data panel dengan menggunakan modal kombinasi data time

series dan cross section atau yang disebut juga data panel (pooled data).

Dalam penelitian ini digunakan hubungan fungsional sebagai berikut:

Y = f (X₁ , X₂ , X₃ , X₄ )

Bentuk dari hubungan fungsional yang digunakan sebagai berikut

LnY = α + Lnβ₁ X₁ + Lnβ₂ X₂ + Lnβ₃ X₃ + Lnβ₄ X₄ + e

Dimana

LnY = Penyerapan Tenaga Kerja

LnX₁ = Jumlah Hotel

LnX₂ = Jumlah Restoran

LnX₃ = Jumlah Wisatawan

LnX₄ = Jumlah PDRB Sektor Pariwisata

Lnβ₁ Lnβ₂ Lnβ₃ Lnβ₄ = koefisien regresi

e = error

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata

Tabel 1: Koefisien Multiplier Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Jawa Timur

Tahun 2010-2016

Tahun/Daerah Kota Batu

Kab.

Malang

Kab.

Banyuwangi

Kab.

Pasuruan

2010 4,05 5,02 5,04 4,85

Page 8: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

5

2011 2,98 5,51 5,51 4,85

2012 3,22 5,2 4,04 5,02

2013 3,28 4,95 4,14 4,71

Tahun/Daerah Kota Batu

Kab.

Malang

Kab.

Banyuwangi

Kab.

Pasuruan

2014 3,39 5,73 3,71 4,61

2015 3,6 4,39 4,65 5,4

2016 3,88 4,48 4,86 5,05

Rata-Rata 3,48 5,04 4,56 4,92

Sumber: Data sekunder, diolah, 2018.

Pada tabel multiplier tenaga kerja diatas dapat diketahui sektor pariwisata di Kota Batu

memiliki angka rata-rata dari tahun 2010-2016 dengan koefisien sebesar 3,48. Nilai tersebut

memiliki arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata sebanyak 1 orang

tenaga kerja maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan sebesar 3,48 orang,

atau dibulatkan menjadi 4 orang di seluruh sektor perekonomian di Kota Batu.

Kabupaten Malang maka ditemukan angka rata-rata sebesar 5,04. Nilai tersebut memiliki

arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata sebanyak 1 orang tenaga kerja

maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan pekerjaan sebesar 5,04 orang, atau

dibulatkan menjadi 5 orang di seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Malang.

Kabupaten Banyuwangi ditemukan koefisien multiplier tenaga kerja dengan rata-rata

sebesar 4,56. Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor

pariwisata sebanyak 1 orang tenaga kerja maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan

pekerjaan sebesar 4,56 orang, atau dibulatkan menjadi 5 orang di seluruh sektor perekonomian di

Kabupaten Banyuwangi.

Kabupaten Pasuruan ditemukan koefisien multiplier tenaga kerja dengan rata-rata sebesar

4,92. Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata

sebanyak 1 orang tenaga kerja maka mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan peerjaan

sebesar 4,92 orang, atau dibulatkan menjadi 5 orang di seluruh sektor perekonomian di Kabupaten

Pasuruan.

Tabel 2: Perubahan Tenaga Kerja Sektor Pariwisata di Jawa Timur Tahun 2010-2016

Tahun/Daerah Kota Batu Kab.Malang Kab.Banyuwangi

Kab.

Pasuruan

Δ 2011 8873 -22.536 -24.205 4058

Δ 2012 -1135 29.979 77.743 -8748

Δ 2013 355 5369 -8264 16.286

Δ 2014 -73 -39.794 7447 5626

Δ 2015 -2761 68.163 -22.875 33.364

Δ 2016 1058 1346 -6278 12.937

Rata-Rata 1052 7087 3928 10.587

Sumber: Data sekunder, dilolah, 2018.

Tabel 3: Perubahan Tenaga Kerja Seluruh Sektor Perekonomian di Jawa Timur Tahun

20102016

Δ TK Daerah

Kota

Batu

Kab.

Malang

Kab.

Banyuwangi Kab. Pasuruan

Δ 2011 26.441 -124.173 -133.369 19.681

Page 9: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

6

Δ 2012 -3654 155.890 314.081 -43.914

Δ 2013 1164 26.576 -34.212 76.707

Δ 2014 -247 -228.019 27.628 25.935

Δ 2015 -9936 299.235 -106.368 180.165

Δ TK Daerah

Kota

Batu

Kab.

Malang

Kab.

Banyuwangi Kab. Pasuruan

Δ 2016 4105 6030 30.511 65.331

Δ TK (k) 3660 35.718 17.833 52.088

Sumber: Data sekunder, diolah, 2018.

Dari tabel 2 dan 3 dapat diketahui total perubahan tenaga kerja di setiap wilayah dengan

rumus hitungan yaitu ΔT = (k) ΔB. Dari perhitungan tersebut ditemukan angka-angka dari setiap

daerah. Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kota Batu dari tahun

20102016 sebesar 3.660 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 1.052. Nilai tersebut

memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 1.052 orang di

tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kota Batu sebanyak

3.660 orang.

Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kabupaten Malang dari

tahun 2010-2016 sebesar 35.718 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 7.087. Nilai

tersebut memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 7.087

orang di tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kabupaten

Malang sebanyak 35.718 orang.

Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kabupaten Banyuwangi

dari tahun 2010-2016 sebesar 17.833 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 3.928. Nilai

tersebut memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 3.928

orang di tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kabupaten

Banyuwangi sebanyak 17.833 orang.

Angka perubahan total tenaga kerja di seluruh sektor yang ada di Kabupaten Pasuruan dari

tahun 2010-2016 sebesar 52.088 dan angka perubahan rata-rata tenaga kerja sebesar 10.587. Nilai

tersebut memiliki arti bahwa setiap perubahan total lapangan kerja sektor pariwisata sebesar 10.587

orang di tahun 2010-2016 akan menyerap tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Kota Batu

sebanyak 52.088 orang.

Hasil Regresi Data Panel Tabel 4: Hasil Regresi Data Panel (Metode Common Effect)

Variable Coef. Std. Err. t P>|t|

LnHTL -0.550 0.125 -4.38 0.000

LnREST 0.537 0.579 9.28 0.000

LnWSTWN -0.748 0.212 -3.52 0.002

LnPDRB 0.856 0.015 5.59 0.000

_cons 12.38 2.129 5.82 0.000

Sumber: Data sekunder, diolah, 2018.

Dari pengujian data panel maka ditemukanlah metode yang terbaik dalam penelitian ini

dengan metode common effect. Setelah ditemukan hasil regresi maka akan dijabarkan interpretasi

serta implikasi dalam penelitian ini.

Pengaruh Antara Jumlah Hotel Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Hotel berdampak signifikan dan negatif

terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000

Page 10: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

7

yang dimana nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar -0.550. Nilai ini menunjukkan

bahwa setiap pertambahan jumlah kamar hotel sebesar 1 persen maka penyerapan tenaga kerja sektor

pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur akan mengalami penurunan sebesar 0.550 persen.

Melihat hasil estimasi tersebut hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mbaiwa,

2011) bahwa jumlah hotel berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor

pariwisata, penelitian tersebut membahas bahwa industri pariwisata di Delta Okavango, Botswana

mengandalkan perusahaan pariwisata multinasional yang berasal dari negaranegara kaya dan Afrika

Selatan. Dengan adanya efek tersebut pembangunan hotel menjadi sangat menguntungkan karena

berdampak secara sosio-ekonomi meliputi pengembangan usaha wisata, akomodasi dan layanan

restoran, penyediaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain itu masyarakat disana juga

mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis alam untuk mencegah dampak negatif industri

perhotelan.

Teori penawaran pariwisata oleh (Spillane, 1987: 122), menyatakan jika pariwisata ingin

berkembang mengikuti permintaan dan penawarannya maka dibutuhkan penunjang dalam industri

pariwisata itu sendiri yaitu penyediaan akomodasi hotel untuk menunjang keperluan penginapan

para wisatawan, dengan adanya penyediaan akomodasi tersebut akan membuka perluasan tenaga

kerja. Keseimbangan dari permintaan dan penawaran kamar hotel ini juga dikatakan stationer,

artinya sekali keseimbangan tercapai selama permintaan dan penawaran tidak berubah maka akan

cenderung tetap. Seperti yang diketahui pertumbuhan jumlah hotel di empat daerah yang diteliti ini

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, selama tahun 2010 sampai 2016 kenaikannya

mencapai angka 20.36 persen.

Sektor akomodasi saat ini memang menjadi sektor usaha yang terus dikembangkan

mengingat sektor ini dapat membuka tenaga kerja secara luas karena banyak aspek-aspek perhotelan

yang membutuhkan banyak tenaga kerja karena sifat industri perhotelan adalah hospitality

management dimana dalam menghasilkan servis yang baik kepada pelanggan diarahkan dari sumber

daya manusianya itu sendiri. Artinya modal utama yang dimiliki oleh perhotelan adalah tenaga kerja,

semakin baik kualitas pelayanan yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya semakin banyak wisatawan

yang merasa puas akan pelayanan hotel tersebut. Tetapi jika melihat hasil penelitian ini yang

menujukkan koefisien yang negatif kemungkinan hal yang terjadi adalah jumlah hotel yang

berkembang tidak sebanding dengan jumlah wisatawan yang masuk. Jika tidak ada wisatawan yang

masuk tetapi hotel terus beroperasi setiap harinya bukan hal ini dapat menyebabkan hotel akan

mengalami penurunan pendapatan dan berakibat pada pengurangan jumlah tenaga kerja mereka agar

tidak ada biaya upah yang dikeluarkan lagi akibat kerugian yang dialami.

Masalah diatas dapat dikaitkan dengan rata-rata pertumbuhan industri penunjang pariwisata

yang cukup tinggi yaitu hotel dan restoran sebesar 20.36% sedangkan jika dilihat jumlah wisatawan

yang datang hanya mencapai 4,82% dan penyerapan tenaga kerja rata-rata hanya mencapai 0,66%.

Permasalahan tersebut menujukkan industri perhotelan dan restoran sebagai salah satu sektor yang

dominan dalam pertumbuhan pariwisata bukan tidak mungkin pada periode selanjutnya akan

mengalami titik penurunan. Hal ini terjadi karena angka jumlah wisatawan yang datang tidak

sebanding dengan pertumbuhan industri tersebut. Terlebih lagi angka tenaga kerja yang teserap

pertumbuhannya hanya mencapai 0,66%. Pariwisata sebagai sektor basis dapat mengalami titik

kejenuhan karena pencapaian yang kurang maksimal dari daerah-daerah objek pariwisata dengan

asumsi pertumbuhan yang sama pada periode sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan hasil

penelitian ini yang menunjukkan bahwa jumlah kamar hotel berdampak negatif terhadap penyerapan

tenaga kerja. Artinya setiap penambahan jumlah hotel dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja.

Jika seluruh stakeholder tidak concern dengan permasalahan ini dan hanya fokus membangun

pariwisata tanpa adanya inovasi dan pengembangan yang optimal wisatawan bisa jadi mengalami

kejenuhan dalam berwisata di Jawa Timur ini dan dampaknya angka penyerapan tenaga kerja yang

terserap tidak akan bertambah setiap tahunnya dimana hal ini bertolak belakang dengan pernyataan

bahwa sektor pariwisata sektor yang sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja.

Pengaruh Antara Jumlah Restoran Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Restoran berdampak signifikan dan

positif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar

Page 11: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

8

0.000 yang dimana nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar 0.537. Nilai ini

menunjukkan bahwa setiap pertambahan jumlah restoran sebesar 1 persen maka akan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.537

persen.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Murray et al., 2017) yang

menyatakan jumlah permintaan terhadap akomodasi restoran dan hotel berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Penelitian tersebut membahas bahwa sektor pariwisata

di Kanada memiliki permintaan yang sangat tinggi, sehingga industri yang berbasis sektor jasa

pelayanan terus berkembang mengikuti permintaan pariwisata tersebut. Menjamahnya industri

restoran dan hotel meningkatkan lapangan pekerjaan secara signifikan, selain itu pengembangan

sumber daya manusia sangat dikedepankan oleh pihak-pihak terkait agar menjaga kualitas output

yang dihasilkan dari sektor tersebut.

Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Astina, Hamzah dan Nasir, 2013) bahwa

jumlah usaha industri pariwisata restoran dan perhotelan berpangaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Kondisi disana menunjukkan bahwa Provinsi Aceh terus mengalami

perkembangan di sektor pariwisata, ditandai dengan perkembangan industri restoran dan hotel yang

terus bertambah. Adanya hal tersebut lapangan pekerjaan yang terserap akan lebih banyak, karena

kualitas dari pelayanan selalu diutamakan oleh mereka.

Sektor usaha restoran ini mengalami peningkatan setiap tahunnya di empat daerah di

Provinsi Jawa Timur. Sektor ini terus berjalan mengikuti permintaan wisata yang tinggi di Jawa

Timur, dari mulai restoran kaki lima hingga bintang lima terlah menjamur menjadi industri yang

menjanjikan. Hal ini tentu membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di Jawa Timur,

khususnya di daerah wisata. Seperti yang diketahui objek wisata di Jawa Timur terus meningkat dan

hal ini menjadi efek multiplier untuk membuka usaha-usaha penunjang seperti restoran dan hotel.

Wisatawan yang berkunjung tidak mungkin tidak memenuhi kebutuhan makanannya, maka dari itu

usaha ini sangat menjanjikan mengingat usaha restoran membutuhkan banyak tenaga kerja dari

mulai koki, petugas cuci piring, hingga kasir. Hal ini ditunjang dengan banyaknya makanan khas

Jawa Timur yang selalu dicari-cari oleh wisatawan saat berkunjung.

Pengaruh Antara Jumlah Wisatawan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa variabel Jumlah Wisatawan berdampak signifikan dan

negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar

0.002 yang dimana nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar 0.748. Nilai ini

menunjukkan bahwa setiap pertambahan jumlah kamar hotel sebesar 1 persen maka penyerapan

tenaga kerja sektor pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur akan mengalami penurunan

sebesar 0.748 persen.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan (Maria, 2016) bahwa jumlah wisatawan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata di Provinsi

Kalimantan Timur. Hasil pembahasan dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa jumlah wisata

yang data tidak menunjukkan keuntungan ekonomi khususnya bagi penyerapan tenaga kerja hal ini

dikarenakan wisatawan yang hadir tidak menunjukkan tren yang positif di Kalimantan Timur,

sebaliknya mereka menunjukkan tren yang negatif. Artinya pengembangan pariwisata di Kalimantan

Timur tidak berjalan dengan maksimal, tidak adanya regulasi kebijakan yang baik adalah salah satu

faktor terjadinya hal tersebut, sehingga pariwisata yang dikatakan dapat membawa keuntungan

ekonomi yang besar tidak terjadi disana.

Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pavlic, Tolic dan

Svikolos, 2012) dan (Manente, 2000) yang membuktikan bahwa kedatangan wisatawan dapat

menyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Pembahasan dari hasil penelitian tersebut bahwa

kedatangan pariwisata membawa dampak ekonomi yang besar di negara Kroasia. Hal ini

ditunjukkan dengan hubungan secara langsung dan tidak langsung yang dirasakan, dampak secara

langsung seperti penambahan devisa negara dan penpatan masyarakat sekitar. Secara tidak langsung

hal ini dirasakan dari penambahan lapangan kerja dan pertumbuhan produk domestik bruto di sektor

pariwisata. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi negara mereka untuk terus mengembangkan kualitas

Page 12: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

9

sumber daya manusianya terlebih lagi rata-rata pekerja pariwisata di negara mereka berusia dibawah

25 tahun, sehingga tenaga kerja muda ini dapat dikembangkan potensinya.

Adapun kemungkinan penyebab negatif dari jumlah wisatawan terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor di empat daerah yang diteliti ini dikarenakan pengembangan objek wisata lebih

difokuskan kepada wisata yang bersifat padat modal. Objek wisata tersebut seperti contoh Jatim Park

1 dan 2, Museum Angkut, Batu Night Spectaculer, Predator Fun Park yang berada di Batu. Taman

Safari Indonesia II, Saygon Waterpark, yang berada di Pasuruan. Sengkaling, yang berada di

Kabupaten Malang.

Pengaruh Antara PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil estimasi, dapat diketahui bahwa PDRB berdampak signifikan dan positif terhadap

penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang dimana

nilai ini lebih kecil dari α (0,05), dan koefisien sebesar 0.856. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap

pertambahan jumlah restoran sebesar 1 persen maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja

sektor pariwisata keempat daerah di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.856 persen.

Jika dilihat dari hasil tersebut penelitian ini sejalan dengan (Dimas dan Woyanti, 2009),

yang menyatakan bahwa variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi

di DKI Jakarta tidak mencerminkan pada penyerapan tenaga kerja yang maksimal disana. Kondisi

penyerapan tenaga kerja disana juga masih terbatas terutama pada sektor formal dengan

kualifikasinya yang tinggi. Jika dilihat dari PDRB yang tinggi maka tentu dampak yang dihasilkan

bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Seperti yang dapat diketahui konsep dari PDRB itu sendiri adalah nilai tambah yang dihasilkan

seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, yang hasil tersebut merupakan nilai barang dan jasa akhir

dari sebuah sektor di dalam perekonomian. Hubungan dari penelitian ini bahwa PDRB di sektor

pariwisata di keempat daerah ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai

angka pertumbuhan rata-rata sebesar 7,68%. Dalam kaitannya dengan fungsi produksi kenaikkan

output akan meningkat bila terdapat peningkatan tenaga kerja di dalamnya. Saat ini permintaan di

sektor pariwisata terus berkembang diiringi dengan pertumbuhan jumlah industri pariwisata,

sehingga berakibat penyerapan tenaga kerja.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata keempat

daerah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2016 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Koefisien multiplier tenaga kerja dan perubahan total tenaga kerja membuktikan

bahwa pariwisata adalah sektor basis yang dapat menyerap tenaga kerja di keempat

daerah di Jawa Timur. Jika pariwisata tidak dikembangkan dengan melihat

permasalahan yang ada maka multiplier pada tenaga kerja sektor pariwisata akan

mengalami penurunan di periode selanjutnya.

2. Variabel jumlah hotel dan jumlah wisatawan berpengaruh signifikan dan negatif

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata empat daerah di Provinsi Jawa

Timur. Sedangkan variabel jumlah restoran dan PDRB wisatawan berpengaruh

signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata empat daerah

di Provinsi Jawa Timur.

Saran

Mengacu pada kesimpulan penelitian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang

diharpakan bermanfaat bagi pemangku kebijakan, maupun pihak-pihak terkait. Adapun saran yang

diberikan adalah:

Page 13: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

10

1. Melihat potensi pariwisata yang tinggi di empat daerah yang diteliti, hal ini dapat

menjadi acuan bagi pihak pemprov, pemkot, pemkab, dinas pariwisata maupun

pihakpihak terkait agar terus memaksimalkan pengembangan sektor pariwisata.

Pasalnya sektor ini mampu menyerap tenaga kerja di level nasional maupun regional.

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk memperluas objek penelitian ke

daerahdaerah lain yang potensi pariwisatanya terus berkembang khususnya di Provinsi

Jawa Timur.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan penelitian ini dengan

menambahkan faktor-faktor lain dalam penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata

seperti jumlah objek wisata, tingkat hunian hotel, hingga pendapatan tenaga kerjanya

itu sendiri.

4. Untuk pihak-pihak atau instansi yang berwenang dalam mempublikasikan data,

diharapkan untuk lebih melengkapi data di sektor kepariwisataan agar penelitian

selanjutnya data yang didapat bisa lebih mudah dan akurat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga

panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada Asosiasi

Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

Page 14: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …

DAFTAR PUSTAKA

Astina, C., Hamzah, A. dan Nasir, M. 2013. ‘Pengaruh Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Aceh’, 1(4), pp. 14–24.

Badan Pusat Statistik. 2017. Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Okotober 2017,

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bellante, Don. dan Mark Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Dimas dan Woyanti, N. 2009. ‘Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta’, Jurnal Bisnis dan

Ekonomi (JBE), 16(1), pp. 32–41.

Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional Planning. London: Hutchinson & Co.

Kuncoro, H. 2002. ‘Upah Sistem Bagi Hasil Dan Penyerapan Tenaga Kerja’, JEP (Jurnal Ekonomi

Pembangunan), 7(1), pp. 45–56.

Manente, M. 2000. ‘Tourism Consumption and Interregional Economic Impacts in Italy’,

International Journal of Contemporary Hospitality Management, 12(7), pp. 417–423.

Maria, S. 2016. ‘Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Kesempatan Kerja Pariwisata di Provinsi

Kalimantan Timur’, pp. 632–641.

Mbaiwa, Joseph. E. 2011. ‘Hotel Companies, Poverty and Sustainable Tourism in The Okavanga

Delta, Botswana’, World Journal of Entrepreneurship, Management and Sustainable

Development, 7(1).

Murray, W. C. et al. 2017. ‘Human Resource Challenges in Canada’s Hospitality and Tourism

Industry: Finding Innovative Solutions’, Worldwide Hospitality and Tourism Themes, 9(4),

pp. 391–401.

Pavlic, I., Tolic, M. S. dan Svikolos, T. 2012. ‘Impact of Tourism on the Employment in Croatia’,

Recent Advances in Buseiness Management and Marketing, pp. 219–224.

Spillane, James. J. 1987. Ekonomi Pariwisata : Sejarah dah Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.

Subri, M. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Prespektif Pembangunan. Jakarta: PT.

Grafindo Perasa.

Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Page 15: ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR …