Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
PERBANKAN SYARIAH
ANALISIS PERAN PEMBIAYAAN BANK
TERHADAP SOCIOPRENEURSHIP BATIK CIPRAT
RUMAH KINASIH BLITAR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir
Praktik Pengalaman Lapangan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Oleh
RISTA AZIZAH
NIM. 12401173442
Dosen Pembimbing Lapangan
Dr. Binti Nur Asiyah, M. Si
NIP. 198008112011012007
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
OKTOBER 2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN PERBANKAN SYARIAH
Laporan akhir Praktik Pengalaman Lapangan Perbankan Syariah ini telah
disetujui dan disahkan pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 6 Nopember 2020
Di : Tulungagung
Judul Laporan :aAnalisis Peran Pembiayaan Bank Terhadap
Sociopreneurship Batik Ciprat Rumah Kinasih Blitar
MENYETUJUI,
Dosen Pembimbing Lapangan
DR. BINTI NUR ASIYAH, M. Si
NIP. 198008112011012007
Mengesahkan,
a.n Dekan
Kepala Laboraturium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
SISWAHYUDIANTO, M.M.
NIDN: 2015068402
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad Saw. yang selalu
kita nanti-nantikan syafa’atnya di hari kiamat kelak.
Laporan dengan judul “Analisis Peran Pembiayaan Bank Terhadap
Sociopreneurship Batik Ciprat Rumah Kinasih Blitar” ini disusun untuk
memenuhi persyaratan kelulusan masa kuliah Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
3. Ibu Dr. Binti Nur Asiyah, M. Si selaku dosen pembimbing lapangan.
4. Bapak Edy Cahyono, selaku pendiri Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri.
5. Ibu Dwi Mawadati,S.Sos, selaku pimpinan Yayasan Bhakti Kinasih
Mandiri.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusun laporan Praktik
Pengalaman Lapangan ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap
segala kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pihak. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan terima kasih.
Tulungagung, 30 Oktober 2020
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran .............................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...................................................... 4
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Profil Lembaga ................................................................................ 5
B. Pelaksanaan Praktik di Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri ................ 7
C. Permasalahan di Lapangan ............................................................... 8
D. Tanggapan dari Pihak Lembaga Tempat Praktik ........................... 10
BAB III PEMBAHASAN
A. Teori Pembiayaan Bank ................................................................ 12
B. Kredit Konvensional ...................................................................... 17
C. Teori Sociopreneurship .................................................................. 18
D. Analisis Permasalahan .................................................................... 21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................... 24
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Berita Acara Harian Individual
Lampiran 2 Form Bukti Konsultasi
Lampiran 3 Foto-Foto Kegiatan PPL
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu
kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor
UMKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan.
UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang
surut dan arah permintaan pasar. Sektor ini juga menciptakan lapangan
pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lain, cukup terdiversifikasi,
dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Karena
itu UKM merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi yang
kompetitif.
Peran UMKM yang cukup besar dalam pembangunan, nampaknya
harus selalu diberdayakan agar manfaatnya semakin dirasakan. Usaha mikro
tergolong jenis usaha marjinal, yang antara lain ditunjukkan oleh penggunaan
teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal yang rendah dan kadang akses
terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal.
Oleh karena itu harus selalu diupayakan strategi yang tepat untuk
memberdayakan UMKM agar kesejahteraan masyarakat semakin terangkat.
Tidak semua pelaku UMKM berasal dari latar belakang keuangan
yang sehat. Sebagian besar akan membutuhkan pinjaman awal dengan suku
bunga yang wajar untuk menghasilkan modal guna memulai sebuah usaha.
Karena tanpa dana, sebuah usaha tidak dapat tumbuh. Disinilah peran bank,
terutama bank komersial akan memainkan peran penting dalam tumbuh
kembangnya sebuah usaha. Peran penting dari lembaga perbankan tidak
pernah lepas dari tugas utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat.
Selain itu, perbankan juga mengelola dana masyarakat untuk disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit. Dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, lembaga perbankan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Tujuannya untuk meminimalisir risiko usaha yang mungkin
2
terjadi, seperti risiko operasional, hukum, transaksi yang terkonsentrasi,
reputasi, dan lainnya.
Tidak hanya usaha komersial saja yang membutuhkan modal,
kewirausahaan berbasis sosial (sociopreneurship) pun tentu juga
membutuhkan modal yang besar untuk keberlangsungan usahanya. Karena
sociopreneurship dewasa ini (di era pandemi) telah menjadi salah satu solusi
untuk mengatasi permasalahan sosial di Indonesia dengan fokus utamanya
membangun usaha berbasis pemberdayaan masyarakat lokal. Masyarakat
difabel khususnya yang secara umum masih mengalami kesulitan dalam
mengakses ranah dunia kerja. Meski dalam perundangan hak pekerjaan,
wirausaha dan koperasi telah dituangkan namun, berbagai kendala teknis dan
penerapan di lapangan masih belum mampu diakses dengan optimal.
Padahal, dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 pasal 11
menyebutkan hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi untuk Penyandang
Disabilitas meliputi:
1. Memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, atau swasta tanpa diskriminasi.
2. Memperoleh upah yang sama dengan tenaga kerja yang bukan
Penyandang Disabilitas dalam jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang
sama.
3. Memperoleh akomodasi yang layak dalam pekerjaan.
4. Tidak diberhentikan karena alasan disabilitas.
5. Mendapatkan program kembali bekerja.
6. Penempatan kerja yang adil, proporsional, dan bermartabat.
7. Memperoleh kesempatan dalam mengembangkan jenjang karier serta hak
normatif yang melekat di dalamnya.
8. Memajukan usaha, memiliki pekerjaan sendiri, wirausaha, pengembangan
koperasi, dan memulai usaha sendiri.
Sadar akan peluang kerja yang masih minim diperoleh, membuat
masyarakat difabel aktif meningkatkan kualitas serta kemampuan secara
individu. Mengikuti berbagai bidang pelatihan contohnya, baik soft skill
(keterampilan dalam memahami modul materi) maupun hard skill
3
(keterampilan dalam praktik) rupanya masih menjadi daya tarik yang sangat
diminati hingga kini.
Sangat penting dalam memilih jenis pendanaan yang ideal untuk
modal usaha jenis sociopreneurship ini. Apakah cukup dengan hanya
mengandalkan modal sendiri, mencari investor, atau mengajukan pinjaman
bank. Karena setelah suatu bisnis/usaha diatur, maka tentu akan muncul
bagian yang penting, yakni mendanai siklus kas. Maka dari itu ketika social
enterprise atau bisnis yang berbasis sosial memilih pendanaan/kredit dari
bank, usaha tersebut harus benar-benar matang, harus menggunakan strategi
yang tepat serta siap dalam hal apapun yang terjadi termasuk pengembalian
berikut bunganya. Seperti kasus yang terjadi pada Yayasan Bhakti Kinasih
Mandiri yang melakukan peminjaman di beberapa bank konvensional yang
ada di Blitar dengan beberapa asset yayasan sebagai jaminannya. Akibatnya di
situasi pandemi saat ini yayasan mengalami kesulitan dalam hal pengembalian
kredit tersebut beserta bunganya.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menggali
lebih dalam mengenai pendanaan bank terhadap kewirausahaan berbasis sosial
dengan menggandeng para penyandang disabilitas yang ada di Rumah Kinasih
(Dsn. Bambang RT/RW 01/01 Ds. Siraman Kec. Kesamben Kab. Blitar)
dengan mengangkat judul “Analisis Peran Pembiayaan Bank terhadap
Sociopreneurship Batik Ciprat Rumah Kinasih Blitar”.
B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Pelaksanaan
a. Memenuhi tugas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Gelombang III
tahun 2020.
b. Mengetahui seberapa jauh teori yang diperoleh di bangku perkuliahan
dengan praktiknya yang ada di lapangan.
c. Agar mahasiswa khususnya jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung nantinya siap untuk
terjun di dunia kerja yang sesungguhnya.
4
d. Sedangkan tujuan dari laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini
adalah untuk menganalisis Peran Pembiayaan Bank Terhadap
Sociopreneurship Batik Ciprat Rumah Kinasih Blitar.
2. Kegunaan
a. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini diharapkan
mahasiswa dapat menambah pengetahuan serta wawasan yang tidak
didapatkan di bangku perkuliahan dalam rangka pembentukan keahlian
akademik di Lembaga Keuangan Syariah.
b. Bagi Lembaga
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran
serta masukan kepada lembaga terkait untuk lebih berhati-hati dalam
memilih dan menggunakan jasa perbankan.
c. Secara Akademik
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai
pemecahan masalah serta referensi bahan belajar dalam bidang
perkuliahan. Serta berharap selanjutnya akan ada laporan-laporan yang
menyempurnakan pembahasan tentang peran pembiayaan perbankan.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
Praktik Pengalaman Lapangan ini dilaksanakan mulai 5 Oktober
s.d 6 November 2020, namun karena masih dalam situasi pandemi
kunjungan ke yayasan atau lembaga praktik hanya dilakukan selama lima
kali dalam satu bulan.
2. Tempat Pelaksanaan
Praktik Pengalaman Lapangan ini dilakukan secara virtual,
berlokasi di Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri yang beralamatkan di Dsn.
Bambang RT/RW 01/01 Ds. Siraman Kec. Kesamben Kab. Blitar.
5
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Profil Lembaga
Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri atau Rumah Kinasih merupakan
Lembaga Kesejahteraan Sosial Disabailitas yang sebelumnya berbentuk
kelompok swadaya masyarakat dengan nama difa mandiri yang bergerak
dalam penanganan Penyandang Disabilitas sejak tahun 2016 dan berganti
menjadi Yayasan dengan nama Bhakti Kinasih Mandiri dengan SK Menteri
Hukum dan HAM No. AHU-0015184.AH.01.12 tahun 2019. Berawal dari
kegiatan UPSK (Unit Pelayanan Sosial Keliling) tahun 2016 yang
diselenggarakan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Dinas Sosial
Kabupaten Blitar.
Tabel 1.1
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Blitar diolah BPS Kabupaten Blitar
Berdasarkan data penyandang disabilitas di kabupaten Blitar yang
cukup banyak, pada awalnya penyandang disabilitas dikirim untuk dilatih dan
di didik di UPT dan Balai Besar milik pemerintah. Karena keterbatasan kuota
yang harus menampung seluruh Indonesia kemudian mereplikasi program
6
Sheltered Workshop Peduli yang dimiliki BBRSPDI KARTINI di
Temanggung. Dengan berjalannya waktu pada awal tahun 2019 sheltered
workshop peduli yang dijadikan Yayasan Rumah Kinasih yang merupakan
shelterd kewirausahaan inklusif resmi menjadi tempat pelatihan penyandang
disabilitas untuk berwirausaha yang berkelanjutan, mandiri, dan berdaya
saing.
Beralamatkan di Dsn. Bambang RT 01 RW 01 Desa Siraman Kec.
Kesamben Kab. Blitar Provinsi Jawa Timur ini, Rumah Kinasih memberikan
keterampilan yang bernilai ekonomis dengan difasilitasi dan pendampingan.
Hasilnya para Penyandang Disabilitas selain memperoleh bimbingan juga
memperoleh kesempatan kerja serta penghasilan. Hingga saat ini, rumah
kinasih membina lebih dari 50 penyandang disabilitas mulai dari disabilitas
intelektual atau tuna grahita, disabilitas daksa, tuna rungu wicara, tuna netra,
dan disabilitas mental (ODGJ) yang beberapa diantaranya adalah berasal dari
warga setempat. Fasilitas yang diterima oleh client atau Penyandang
Disabilitas ini antara lain: jaminan asusransi BPJS Ketenagakerjaan,
konsumsi, pemeriksaan kesehatan 1 bulan sekali, seragam kerja, dan juga
royalti untuk setiap penjualan produk yang dihasilkan.
Mengikrarkan diri sebagai sociopreneurship, Rumah Kinasih dirasa
dapat menjadi salah satu alternatif untuk pemberdayaan ekonomi inklusif
karena memiliki karakter berpihak pada society (sosial) yang merupakan
kegiatan kelompok komunitas, peduli pada sesama dan melakukan
pemberdayaan pada masyarakat. Atas dasar itu, setiap warga negara boleh
melakukan kegiatan wirausaha dan diharapkan akan mengikutsertakan
masyarakat di sekitarnya, terutama masyarakat rentan, seperti dhuafa, wanita,
dan khususnya orang berkebutuhan khusus termasuk penyandang disabilitas.
“Batik Ciprat” merupakan produk unggulan Rumah Kinasih yang
merupakan buah karya teman-teman disabilitas. Dinamakan demikian karena
proses pembuatannya adalah dengan mengetukkan kuas dari jarak tertentu
sehingga timbul motif semacam percikan atau dalam istilah Jawa-nya disebut
“Cipratan”. Uniknya motif yang tercipta tidak akan sama antara satu dengan
yang lainnya. Cipratan demi cipratan yang mereka buat seakan menjadi nyawa
7
dari selembar batik yang dihasilkan. Dibuat di atas lembaran kain katun
primisima ukuran 2 meter x 1,15 meter ini dapat dihargai dengan seratus tujuh
puluh sampai dengan dua ratus ribu rupiah. Namun jika dijual dalam bentuk
lainnya seperti baju, tentu akan bernilai lebih mahal dengan ongkos jahit
sekitar sebilan puluh ribu rupiah. Dari selembar kain batik yang dihasilkan,
juga mampu disulap menjadi, tas, dompet, masker kian, mukena, dan
aksesoris lain.
Rumah Kinasih memililki beberapa program yang pertama
memberikan pembinaan dan keterampilan kepada penyadang disabilitas yang
tujuannya adalah para Penyandang Disabilitas menjadi lebih mandiri, percaya
diri, dan tetap memilki semangat. Pembinaan yang dilakukan antara lain,
hidup bersih dan rapi, membaca dan menulis, serta bekerjasama dengan
sesama. Kedua yaitu keterampilan yang antara lain: membatik, menjahit,
menyulam, dan pijat. Yang terakhir adalah program ketahanan pangan, ini
bermula dari keadaan pandemi yang mengharuskan untuk bertahan hidup
dalam kesempitan ini dengan menanam bibit sayuran yang merupakan bentuk
donasi 1000 bibit dari Jatinom Indah. Bibit-bibit ini, selain diperuntukkan bagi
rumah kinasih juga untuk warga sekitar yang mau dan memang berminat.
B. Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan di Yayasan Bhakti Kinasih
Mandiri
Kegiatan di Rumah Kinasih dimulai pada pukul 07.00 yang diawali
dengan kerja bakti membersihkan lingkungan asrama dan sekitar, kegiatan
diakhiri pada pukul 13.00 WIB setelah sholat dzuhur berjama’ah dan makan
siang. Praktik Pengalaman Lapangan ini dimulai dengan kunjungan pada
minggu pertama yakni pada hari Selasa, 6 Oktober 2020 dengan berkenalan
dengan seluruh pengasuh, serta teman-teman disabilitas di Yayasan Bhakti
Kinasih Mandiri, kemudian dilanjutkan dengam mengikuti rutinitas disana,
seperti kegiatan membatik, melihat proses menjahit, serta wawancara singkat
dengan pendiri yayasan seputar informasi awal serta keterkaitan yayasan
dengan pihak perbankan.
8
Selasa, 13 Oktober tepatnya di minggu kedua Rumah Kinasih
mendapat kunjungan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur UPT Rehabilitasi
Sosial Bina Rungu Wicara Pasuruan dalam rangka melakukan kegiatan
montoring evaluasi dan pembinaan lanjut eks klien UPT RSBRW. Founder
yayasan meminta peneliti untuk turut hadir dalam rangka penyambutan tamu
tersebut. Di minggu yang sama, Jum’at, 16 Oktober 2020 saya fokuskan
untuk melakukan wawancara kepada Ibu Weda Royani (bendahara sekaligus
pagian personil) serta Bapak Zaenal Prasetya (bagian produksi), mengenai
dampak dari permasalahan financial yang dihadapi yayasan, kemudian
dilanjutkan dengan mengikuti rutinitas di yayasan.
Pada minggu ketiga pada hari Rabu, 21 Oktober 2020 yakni
bertepatan dengan pemeriksaan kesehatan rutin yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Kesamben kepada para seluruh para binaan (Penyandang
Disabilitas) serta seluruh pengasuh di Yayasan Rumah Kinasih, sehingga tidak
ada kegiatan produksi batik pada hari itu, setelah itu dilanjutkan dengan
kegiatan membaca dan menulis.
Di minggu keempat yaitu pada hari Rabu, 28 Oktober 2020
merupakan kunjungan terakhir yang saya gunakan untuk berpamitan dengan
seluruh teman-teman/keluarga di Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri, kemudian
seperti biasanya mengikuti rutinitas yang ada. Di hari-hari efektif, kegiatan di
Rumah Kinasih berlangsung selama enam hari dalam satu minggu mulai hari
Senin s.d Sabtu. Kegiatan produksi batik dilaksanakan setiap hari dengan
memproduksi 8-10 lembar kain, kecuali jika sedang mengerjakan pesanan
maka bisa lebih. Keculi hari Jum’at, kegiatan produksi ditiadakan dan diganti
dengan kegiatan baca tulis, mengaji, bersih diri, dan sebagainya.
C. Permasalahan di Lapangan
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa permasalahan yang terjadi di
Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri antara lain:
1. Adanya kesulitan dalam pengembalian angsuran kredit pada beberapa
bank konvensional yang ada di Kabupaten Blitar. Beberapa tahun lalu dua
sertifikat rumah pribadi yang saat ini menjadi asrama untuk yayasan dan
9
BPKB mobil pribadi dijadikan sebagai jaminan atas pinjaman tersebut.
Selain dipergunakan untuk modal awal usaha, juga untuk pembangunan
serta kegiatan operasional yayasan. Di beberapa bulan bahkan satu tahun
berjalan, pengembalian pinjaman skaligus bunga masih tergolong lancar,
karena proses produksi batik juga berjalan dengan lancar dengan
menerima banyak pesanan dari dalam maupun luar negeri. Kesulitan ini
bermula denggan adanya Virus Corona (Covid-19) yang secara tiba-tiba
melanda, tentu hal ini berdampak pada penjualan batik yang kian
menurun, pasar yang sepi mengakibatkan pesanan tidak lagi seramai dulu
sebelum pandemi. Dampaknya saat ini adalah kegiatan produksi dan
operasional yayasan hanya cukup untuk sekedar bertahan saja. Akibatnya
pengembalian pinjaman berikut bunganya menjadi sekidit terkendala.1
2. Terlambatnya penggajian para karyawan (para penyandang disabilitas) di
Rumah Kinasih Blitar sebagai dampak dari permasalahan financial
dengan pihak perbankan yang ada.2
3. Proses produksi sempat terhambat. Kegiatan produksi yang awalnya satu
hari dapat memproduksi 8-10 potong kain batik, bahkan lebih jika ada
pesanan yang melebihi target harian. Bahkan tiga hari berturut-turut
pernah tidak melakukan proses produksi sama sekali karena memang
bahannya belum ada. Anak-anak terpaksa diliburkan karena hal ini.3
D. Tanggapan dari Pihak Lembaga Tempat Praktik
Hasil wawancara berikut adalah tanggapan yang diberikan oleh
pendiri dan pengasuh Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri:4
“Perlu adanya formula baru untuk manajemen keuangan Rumah Kinasih
ini, untuk menyelesaikan tanggungan/melunasi hutang-hutang (modal
awal dulu). Selain itu dalam rangka menyehatkan kondisi keuangan kami
(Rumah Kinasih) ini, perlukah mengorbankan atau menjual salah satu
asset pribadi, untuk menutup semua sisa tagihan kredit berikut bunganya
1`Edy Cahyono, Founder Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri, wawancara pada Selasa, 6
Oktober 2010 pukul 09.30 WIB. `
2`Weda Royani, Bendahara sekaligus Bagian Personil Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri,
wawancara pada Jum’at, 16 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB. 3`Zaenal Dwi Prasetya, Bagian Produksi Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri, wawancara
pada Rabu, 21 Oktober 2020 pukul 09.00 WIB. 4`Edy Cahyono (Founder Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri), Wawancara pada 8 Oktober
2020 Pukul 09.30 WIB.
10
tadi? Sebenarnya donatur-donatur dari sponsor Rumah Kinasih seperti
Mayangkara Group, Hill House Batu, dll siap untuk mendonasikan
sejumlah dana kepada yayasan, namun tentu harus dengan program kerja
yang jelas dan terstruktur. Dulu sebelum virus Corona melanda sempat
kami ada program Wisata Edukasi Rumah Kinasih, brosur sudah tersebar,
sudah ada beberapa calon wisatawan yang tertarik untuk datang, tapi yaa
kembali lagi Corona tiba-tiba melanda. Karena dalam keadaan ini tidak
mungkin kegiatan di yayasan ini berhenti begitu saja. Pertama anak-anak
(Penyandang Disabilitas) akan lebih trauma dari sebelum ada di yayasan
ini. Kedua para Penyandang Disabilitas pun juga sudah nyaman dengan
rutinitas di yayasan ini, mereka merasa dibutuhkan, merasa berguna.
Dengan royalty pada setiap penjualan batik yang mereka hasilkan,
tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka (Penyandang
Disabilitas). Hasilnya akan ditabung dan diberikan sesuai kebutuhan. Jadi
sebisa mungkin, kami akan mengusahakan untuk sesegera mungkin
menemukan solusinya, secepat mungkin menuntaskan tanggungan dengan
bank-bank konvensional tersebut. Setelah itu kami akan lebih berhati-hati
dalam bertransaksi (melakukan pinjaman) di beberapa bank dengan asset
yang dijaminkan ada sangkut-pautnya dengan yayasan”
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh founder yayasan, peneliti
melakukan wawancara lebih lanjut mengenai dampak yang ditimbulkan dari
adanya permasalahan yang ada dengan pengasuh/karyawan yang berhubungan
langsung dengan klien/binaan di Rumah Kinasih, berikut tanggapan yang
diberikan:5
“Tiga bulan terakhir (setelah pandemi ini), gaji anak-anak (para binaan
atau Penyandang Disabilitas) memang agak telat. Mungkin juga karena
pesanan yang memang sedang sepia tau tidak seramai dulu saaat sebelum
pandemi. Tapi bulan Oktober ini Alhamdulillah permintaan pasar mulai
kembali normal. Sebisa mungkin pihak yayasan akan secepatnya
memenuhi/memberikan hak anak-anak terkait gaji tiga bulan yang belum
dibayarkan. Yaa memang anak-anak tidak pernah menanyakan seputar
gaji, hanya satu dua anak yang meminta uang untuk keperluan yang
memang mendesak, misalnya mbak Umi minta dua ratus ribu untuk acara
kondangan. Hanya itu saja mungkin.”
Bapak Zaenal Prasetya, bagian produksi juga memberikan jawaban
terkait dampak secara langsung terhadap produksi batik, berikut adalah
tanggapan dari beliau:6
5`Weda Royani, (Bendahara sekaligus Bagian Personil Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri),
Wawancara pada 16 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB. 6`Zaenal Prasetya, (Bagian Produksi Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri), Wawancara pada
16 Oktober 2020 pukul 08.30 WIB.
11
“Proses produksi memang sempat terhambat akhir-akhir ini, kalau dulu
kita selalu punya banyak stock batik, sekarang hanya produksi untuk
pesanan saja. Pernah dua sampai tiga hari berturut-turut kami tidak
melakukan proses produksi karena bahan (kain) telat datang karena
pesanan mendadak mungkin. Jadi hari-hari itu yang anak-anak seharusnya
aktivitas membatik terpaksa diliburkan.”
12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori Pembiayaan Bank
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.7 Pembiayaan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan
di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan
sebagai berikut:8
1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.
2. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.
3. Pembiayaan dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas barang.
4. Pembiayaan dapat menimpulkan gairah usaha masyarakat.
5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi.
Terdapat lima kategori kualitas pembiayaan antara lain:9
1. Pembiayaan Lancar (Pass)
Pembiayaan yang di golongkan lancar apabila memenuhi kriteria
antara lain:
a. Pembiayaan angsuran pokok atau bunga tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral).
2. Perhatian Khusus (Spesialis Mention)
Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus
apabila memenuhi kriteria:
7`UU No. 10 tahun 1998.
8`Rivai, Veithzal, IslamicFinancial Management: Teori, Konsep, dan Panduan Praktis.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 7. 9`Ibid, hlm. 33.
13
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga bagi hasil yang
belum mlampaui tiga puluh hari.
b. Kadang-kadang terjadi carukan.
c. Mutasi rekening relative aktif.
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar (Substandard)
Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan kurang lancar
apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bagi hasil.
b. Sering terjadi cerukan.
c. Frekuensi mutasi rekening rendah.
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
tiga puluh hari.
e. Terjadi indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Diragukan (Doubtful)
Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan kurang
lanvcar apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat angsuran pokok
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d. Terjadi kapitalisasi bunga
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian
pembiayaan maupun peningkatan jaminan
5. Macet (Loss)
Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan kurang lancar
apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok.
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman.
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan dapat dicairkan
pada nilai wajar.
14
Pemberian pembiayaan kepada sorang nasabah terlebih dahulu
harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C. Karena
sebelum pembiayaan diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa nasabah
memang benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu
melakukan analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan dilakukan dengan
prinsip 6C adalah sebagai berikut:10
1. Character, uatuk keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang
yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini
tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar
belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup
atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial
standing-nya (tingkatan sosial). Dari sini dapat dianalisis sejauh mana
itikad/kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
2. Capacity, untuk melihat nasabah dalam kemampuanya dalam bidang
bisnis yang dihubungkan dengan pendidikanya, kemampuan bisnis
juga diukur dengan kemampuanya dalam memahami tentang
ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu juga dengan kemampuanya
dalam menjalankan usahanya selama ini, pada akhirnya akan terlihat
kemampuanya dalam mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya
(ability to pay) pembiayaan yang disalurkan secara tepat waktu dari
usaha yang diperolehnya.
3. Capital, untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari
laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan
pengukuran Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal
yang ada sekarang ini. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan,
semakin tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan usahanya
sehingga bank akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan.
4. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi
jumlah pembiayaaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
10
`Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010), hlm. 96-97.
15
keabsahanya (jenis, lokasi, bukti kepemilikan, sataus hukum) sehingga
jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan
dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition of Economy, dalam menilai pembiayaan hendaknya juga
dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan
datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor
yang dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai
hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga
kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah 15xistenc kecil.
6. Constraints11
, merupakan batasan atau hambatan yang tidak
memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada suatu tempat
tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang
disekitarnya banyak bengkel las atau pembakatan batu bara.
Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penilaian kredit
dengan metode 7P yang antara lain:12
1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya dan
tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah.
2. Party, yaitu mengklasifiaksi nasabah dalam klasifikasi tertentu atau
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank
3. Purpose, yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan pembiayaan bermacam-macam. Misal untuk investasi,
konsumtif, atau produktif.
4. Prospect, untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek
atau sebaliknya
11
`Mia Lasmi Wardiah, Dasar-Dasar Perbakan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.
228. 12
`Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya…, hlm. 98.
16
5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah dalam
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja
dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan
debitur maka akan semakin baik. dengan demikian jika salah satu
usahanya merugi maka masih dapat ditutupi oleh sektor lain.
6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba. Diukur dari 16xistence16 periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan
kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection, tujuannyaa adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan baik jaminan barang/orang atau
bahkan asuransi.
Menurut sifat dan penggunaannya, sistem pembiayaan dibagi
menjadi dua hal, yaitu:13
1. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
2. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi (meningkatkan usaha baik perdagangan
maupun investasi). Menurut keperluannya, pembiayaan produksi
dibagi menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan, peningkatan produksi baik secara kuantitatif (jumlah
hasil produksi), maupun secara kualitatif (peningkatan
kualitas/mutu hasil produksi), dan untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
b. Pembiaayaan Investasi, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-
fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Pembiayaan modal kerja
terdiri atas komponen-komponen berikut:
1) Alat Likuid (Cash)
13
`Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
hlm. 160.
17
2) Piutang Dagang (Receivable)
3) Persediaan (Inventory) yang umumnya terdiri atas: Persediaan
Bahan Baku (Raw Materials), Persediaan Barang dalam Proses
(Work in Process), Persediaan Barang Jadi (Finish Goods)
B. Kredit Konvensional
Kredit Konvensional merupakan kegiatan penyaluran dana kepada
masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional yang lebih dikenal
dengan istilah kredit atau pinjaman. Dalam upaya untuk menghasilkan
laba yang sebesar-besarnya, bank berupaya untuk menyalurkan kredit
kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit).
Dalam penyaluran kredit tersebut, pihak bank akan membebankan bunga
kepada masyarakat yang menggunakan kredit dari bank tersebut. Dalam
artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Maksud dari percaya bagi
si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit
bahwasannya kredit yang disalurkannya pasti akan kembali sesuai dengan
perjanjian. Sedangkan bagi penerima karedit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai
jangka waktu.
Bunga kredit merupakan balas jasa yang sangat diharapkan oleh
bank daris semua produk pembiayaan yang ditawarkanmya. Bunga
memegang peran penting dalam upaya bank dalam menghasilkan laba.14
Apabila pemberian kredit berjalan baik (lancar) maka bunga kredit dapat
mencapai70% sampai 90% dari keseluruhan pendapatan Bank.15
Jadi dapat disimpulkan bahwa bunga kredit menjadi tulang
pungung aktivitas Bnak Konvensional, semakin lancar penerimaan bunga
bunga kredit yang di dapat oleh bank akan dapat menjamin pergerakan
bank selanjutnya.
14
`Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keungan, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), hlm.
55. 15
`Rachmat Firdaus dan Maya Rianti, Manajemen Pengkreditan Bank Umum: Teori,
Masalah, Kebijkan dan Aplikasi Lengkap denga Analisis Kredit, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.
4.
18
C. Teori Sociopreneurship
Sociopreneurship ialah kewirausahaan berbasis sosial. Seseorang
yang berjiwa entrepreneur atau organisasi yang berjiwa entrepreneur
mampu menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya
agar dapat berdaya saing. Kewirausahaan sosial adalah kewirausahaan
yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat bukan sekadar
memaksimalkan keuntungan pribadi. Kewirausahaan sosial dapat disebut
organisasi bisnis yang bertujuan sosial.16
Perbedaan mendasar antara sociopreneurship dengan
entrepreneurship adalah pada siapa yang akan menerima manfaatnya.
Sociopreneurship ini menjadi sangat penting mengingat keuntungan yang
diperoleh bukan hanya untuk kepentingan individu saja tetapi lebih
ditujukan untuk kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu harus terus
diupayakan munculnya sociopreneur-sociopreneur baru agar masyarakat
semakin berdaya.
Drayton merumuskan entrepreneur sosial adalah individu yang
memiliki solusi inovatif untuk mengatasi masalah sosial dengan cara
mengubah sistem, memberikan solusi dan memengaruhi masyarakat untuk
melakukan perubahan.17
Sociopreneurship dirasa dapat menjadi salah satu solusi untuk
pemberdayaan ekonomi inklusif karena memiliki karakter berpihak pada
society (masyarakat) yang merupakan kegiatan kelompok komunitas,
peduli pada sesama dan melakukan pemberdayaan pada masyarakat.
Pelaku entrepreneur sosial dapat berupa individu maupun
organisasi yang proaktif mengentaskan permasalahan-permasalahan sosial.
Ada beberapa bentuk organisasi wiraniaga sosial, antara lain18
:
16
`Tan, Wee Ling, John William, Teck Meng Tan, Defining The Social in Social
Entrepreneurship: Altruism and Entrepreneurship - Terjemahan, (International Entrepreneurship
and Management Journal: 2005), hlm. 53-365. 17
`Appanah, S. Dev dan Brooke Estin, Social Entrepreneurship Definition Matrix. dalam
www.changefusion.com, diakses pada 15 Oktober 2020 pukul 06.30 WIB. 18
`Tan, Wee Ling, John William, Teck Meng Tan, Defining The Social in Social
Entrepreneurship: Altruism and Entrepreneurship…, hlm. 53-365.
19
1. Organisasi Berbasis Komunitas
Organisasi ini berkonsentrasi untuk mengatasi permasalahan dari
kelompok masyarakat tertentu. Misalnya pendidikan non formal untuk
komunitas anak jalanan, pelatihan untuk kelompok mantan pecandu
narkoba, penyandang tuna netra, dan kelompok petani, kelompok
peternak, sebagainya. Organisasi ini biasanya terdiri dari para
sukarelawan yang mengumpulkan dana dari para pendonatur.
2. Socially Responsible Enterprises
Wirausaha sosial ini memiliki perusahaan atau berbentuk
perusahaan yang melakukan bisnis untuk mendapatkan keuntungan.
Hasil bisnis bukan digunakan untuk para sukarelawan, namun
digunakan untuk kepentingan sosial. Organisasi ini juga dapat
mendirikan dua perusahaan sekaligus. Satu perusahaan bersifat
komesial dan satu lagi bersifat sosial. Perusahaan yang bersifat
komersial keuntungannya untuk membiayai operasional kegiatan
sosial.
3. Socio-Economic atau Dualistic Enterprises
Wirausaha sosial ini berbentuk perusahaan komersial yang
didirikan sengaja untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial
secara 19xistence19al. Diharapkan dengan semakin banyaknya
perusahaan ini maka permasalahan sosial akan semakin berkurang.
Misalnya perusahaan yang mempekerjakan orang berkebutuhan
khusus, perusahaan daur ulang, perusahaan penyedia dana untuk kaum
dhuafa, dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan dengan adanya sociopreneurship bagi
pengusaha paling tidak ada tiga unsur yang sudah dilakukan yaitu:
1. Empowerment (pemberdayaan)
2. Equality (kesetaraan)
3. Acceptance (penerimaan)
Sedangkan bagi kaum disabilitas senidiri yang notabene masih
mendapatkan kendala untuk bisa bekerja bersama-sama dengan
masyarakat yang lain, akan mengalami tiga keuntungan pula, yaitu:
20
1. Existance (diterima keberadaannya)
2. Self-Confidence (meningkat kepercayaan dirinya.
3. Independent (mandiri secara ekonomi).
D. Analisis Permasalahan
Secara umum permasalahan yang terkait dengan financing di
Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri adalah keterikatannya dengan bank-bank
konvensional atas asset-asset yayasan sebagai jaminanya. Pengurus yang
dalam wawancara pertama diwakili oleh Founder Rumah Kinasih sendiri
(Bapak Edy Cahyono) menyadari bahwa kondisi keungan yang dibiayai
dengan pembiayaan dari bank konvensional memang kurang sehat.
Terlebih bunga tidak wajar yang diberikan oleh bank sangat memberatkan
bagi yayasan. Apalagi disaat pandemi seperti sekarang ini, dimana
pemasaran produk tidak sebanyak ketika sebelum pandemi, ini
mengakibatkan produksi juga menurun, seperti yang dikatakan oleh Bapak
Zenal Dwi Prasetya (bagian produksi). Sehingga pendapatan pun juga kian
menurun yang berakibat pada keterlambatan dalam pemberian gaji
karyawan (para Penyandang Disabilitas).
Memang di awal pendanaan yang diberikan oleh bank beberapa
tahun silam boleh dikatakan sangat lancar, tetapi dengan bunga yang
sebesar itu dirasa kurang menguntungkan bagi nasabah terlebih di masa
pandemi seperti sekarang ini. Penulis menyarankan ketika nanti
tanggungan (utang-utang) sudah terselesaikan, ada baiknya jika dalam hal
pinjam meminjam untuk beralih ke bank syariah saja. Karena selain tidak
akan membebakan kepada nasabah dengan bunga tidak wajar, pihak
perbankan syariah tentu akan memperhitungkan naik turunkanya usaha si
nasabah dalam membayar angsuran. Solusi yang diberikan terkait
bagaimana mendapatkan dana untuk dapat secepatnya melunasi
tanggungan dengan pihak bank adalah:
1. Segera membuat program kerja baik jangka pendek, menengah,
maupun panjang untuk bisa mendatkan donasi dari pihak-pihak
pendukung yang dimaksud oleh yayasan.
21
2. Mencoba kembali membuka Wisata Edukasi Batik Ciprat Rumah
Kinasih dengan protokol kesehatan yang sesuai ajuran pemerintah
tentunya.
3. Tidak bosan-bosan untuk mempromosikan produk baik secara offline
maupun online.
4. Jika beberapa opsi di atas tidak berhasil, ada baiknya jika yayasan
harus merelakan salah satu assetnya. Tujuannya tidak lain adalah agar
tanggungan cepat terselesaikan, keungan yayasan juga sehat dan
semakin membaik.
Dengan beberapa formula di atas, diharapkan yayasan Rumah Kinasih
semakin dikenal masayarakat luas, pemasarannya juga semakin
meningkat, serta dapat tetap berjalan bahkan semakin maju dan
berkelanjutan. Seperti mottonya yaitu “Rumah Kinasih Mewujudkan
Kewirausahaan Inklusif.”
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lak Lak
Nahzat El Hasanah (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan pengembangan kewirausahaan sosial dilakukan dalam bentuk
kompetisi dengan judul program Social Project Competition. Program ini
diharapkan dapat menciptakan lulusan yang mempunyai kemandirian
usaha sekaligus kepekaan sosial serta memberikan keseimbangan
kemampuan akademis, bersikap, dan berkarya dalam rangka menuju
pengembangan diri masyarakat, baik sebagai wirausaha sosial yang
profesional, mandiri, dan inovatif. Kompetisi ini diperuntukkan bagi
mahasiswa yang memiliki minat dalam pengembangan bisnis berbasis
sosial. Hasil kompetisi diperoleh tiga pemenang yang memenuhi unsur
sociopreneur yaitu Social Value, Civil Society, Innovation, Economic
Activity. Adapun pemenang kompetisi adalah pemberdayaan masyarakat
dan pengembangan ekonomi pengolahan sampah popok di bantaran Kali
Code, Mimpi Kita, dan SUKAWA (Susu Kambing Etawa). Pemenang
22
kompetisi diharapkan dapat menciptakan bisnis sosial yang meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.19
19
`Lak lak Nahzat El Hasanah, Pengembangan Kewirausahaan Sosial pada Perguruan
Tinggi Melalui Social Project Competiotion, Jurnal Studi Pemuda Volume 7 Nomor 2 Tahun
2018, diakses pada 29 Oktober 2020 pukul 20.20 WIB.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai lembaga berbasis sociopreneurship, Yayasan Bhakti
Kinasih Mandiri dapat menjadi salah satu alternatif untuk pemberdayaan
ekonomi inklusif karena memiliki karakter berpihak pada society (sosial)
yang merupakan kegiatan kelompok komunitas, peduli pada sesama dan
melakukan pemberdayaan pada masyarakat penyandang disabilitas yang
ada di Kabupaten Blitar. Di awal pendiriannya Rumah Kinasih melakukan
peminjaman dana atau kredit sebagai modal usaha di beberapa bank
konvensional di kabupaten Blitar dengan asset-asset yayasan sebagai
jaminannya.
Di tahun-tahun pertama berjalan, pengembalian angsuran berjalan
cukup lancar dengan adanya pesanan Batik Ciprat yang semakin hari
semakin meningkat. Seiring berjalannya waktu yayasan mengalami
kesulitan dalam pengembalian angsuran dengan munculnya Virus Corona
yang berimbas pada kegiatan produksi yang menurun karena permintaan
pasar yang memang sedang sepi. Dari yang biasanya per harinya mampu
memproduksi sekitar 8-10 lembar kain, kini produksi dikurangi
setangahnya. Hal ini juga berdampak pada terlambatnya penggajian
karyawan (penyandang disabilitas) di Rumah Kinasih.
Di awal Oktober kegiatan operasional mulai kembali normal
dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan tentunya. Permintaan pasar
juga mulai ramai sehingga kegiatan produksi pun berjalan dan diharapkan
semakin meningkat. Pengurus yayasan berupaya agar secepat mungkin
menyelaikan tanggungan (utangnya) dengan pihak bank sehingga tidak
ada beban dalam menjalankan usaha ini. Dengan begitu hak-hak
penyandang disabilitas akan terpenuhi dengan pembayaran royalty dengan
rutin setiap bulannya. Sehingga apa yang diharapkan yayasan untuk
menciptakan kewirausahaan inklusif dapat terwujud.
24
B. Saran
1. Untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai Pengelola PPL
a. Lebih tegas lagi dengan tidak dengan mudah mentolerir setiap
mahasiswa yang cenderung menyepelekan setiap informasi yang
diberikan seputar PPL.
b. Untuk tidak mengabaikan bahkan menyepelekan setiap pertanyaan
penting mahasiswa yang benar-benar tidak diketahui, bukan karena
tidak menyimak informasi yang diberikan.
2. Untuk Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri sebagai Tempat PPL
a. Lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan jasa
perbankan, terlebih dalam hal menjaminkan asset yang ada pada
bank konvensional.
b. Untuk tetap bertahan dan semakin maju lagi sebagai
sociopreneurship serta pemberdayaan penyandang disabilitas dan
pelopor kewirausahaan inklusif dengan produk unggulannya batik
ciprat.
3. Untuk Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai Peserta
PPL Gelombang III IAIN Tulungagung
a. Membudayakan membaca dan lebih teliti dalam menerima setiap
informasi yang diberikan.
b. Lebih bijaksana, taat, tertib, dan sopan dalam menggunakan
Telegram sebagai satu-satunya media sosial yang digunakan untuk
pusat informasi dan koordinasi seputar PPL Virtual Gelombang III
ini.
c. Selalu update dan memperhatikan setiap informasi yang diberikan
oleh Fakultas sehingga proses pendaftaran mulai dari input
data/pengisian form, teknis pelaksanaan, dan sebagainya yang juga
dilakukan secara virtual ini dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR RUJUKAN
Antonio. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Appanah, S. Dev dan Brooke Estin. 2009. Social Entrepreneurship Definition
Matrix. www.changefusion.com diakses pada 15 Oktober 2020 pukul
06.30 WIB.
Firdaus, Rachmat dan Maya Rianti. 2009. Manajemen Pengkreditan Bank Umum:
Teori, Masalah, Kebijkan dan Aplikasi Lengkap denga Analisis Kredit.
Bandung: Alfabeta.
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Lak lak Nahzat El Hasanah, Pengembangan Kewirausahaan Sosial pada
Perguruan Tinggi Melalui Social Project Competiotion, Jurnal Studi
Pemuda Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018, diakses pada 29 Oktober 2019
pukul 20.20 WIB.
Martono. 2007. Manajemen Keungan. Yogyakarta: Ekonisia.
Rivai, Veithzal. 2008. Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan
Panduan Praktis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tan, Wee Ling, John William, Teck Meng Tan. 2005. Defining The Social in
Social Entrepreneurship: Altruism and Entrepreneurship-Terjemahan.
International Entrepreneurship and Management Journal.
Wardiah, Mia Lasmi. 2013 Dasar-Dasar Perbakan. Bandung: Pustaka Setia.
LAMPIRAN
LAPORAN KEGIATAN HARIAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) GELOMBANG III
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
Nama Mahasiswa : Rista Azizah
NIM : 12401173442
Jurusan : Perbankan Syari’ah
Lembaga PPL : Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1. Kamis, 8 Oktober 2020 Berkenalan dengan seluruh pengasuh, serta
teman-teman disabilitas di Yayasan Bhakti
Kinasih Mandiri, kemudian dilanjutkan
dengam mengikuti rutinitas disana (membatik,
melihat proses menjahit) serta wawancara
singkat dengan pendiri yayasan seputar
informasi awal dan keterkaitan yayasan
dengan perbankan.
2. Selasa, 13 Oktober 2020 Ikut serta penyambutan tamu kunjungan dari
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur UPT
Rehabilitasi Sosial Bina Rungu Wicara
Pasuruan dalam rangka melakukan kegiatan
montoring evaluasi dan pembinaan lanjut eks
klien UPT RSBWP.
3. Jum’at, 16 Oktober 2020 Melakukan wawancara kepada Ibu Weda
Royani (bendahara sekaligus bagian personil)
serta Bapak Zaenal Dwi Prasetya (bagian
produksi), mengenai dampak dari
permasalahan financial yang dihadapi Rumah
Kinasih, kemudian dilanjutkan dengan
mengikuti rutinitas di yayasan.
4. Rabu, 21 Oktober 2020 Pemeriksaan kesehatan rutin yang
dilaksanakan oleh Puskesmas Kesamben
kepada para seluruh para binaan (Penyandang
Disabilitas) serta seluruh pengasuh di Yayasan
Rumah Kinasih, sehingga tidak ada kegiatan
produksi batik pada hari itu, setelah itu
dilanjutkan dengan kegiatan membaca dan
menulis.
5. Rabu, 28 Oktober 2020 Kunjungan terakhir yang saya gunakan untuk
berpamitan dengan seluruh teman-
teman/keluarga di Yayasan Bhakti Kinasih
Mandiri, kemudian seperti biasanya mengikuti
rutinitas yang ada
Tulungagung, 30 Oktober 2020
Rista Azizah
NIM. 12401173442
BUKTI BIMBINGAN MAHASISWA PPL GELOMBANG III
“JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH”
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
Nama Mahasiswa : Rista Azizah
Nama DPL : Dr. Binti Nur Aisyah, M. Si
Lokasi PPL : Yayasan Bhakti Kinasih Mandiri
Alamat Lokasi PPL : Dsn. Bambang RT/RW 01/01 Ds. Siraman Kec.
Kesamben Kab. Blitar
No. Tanggal Laporan Mahasiswa
PPL
Bimbingan DPL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6 Oktober 2020
7 Oktober 2020
15 Oktober 2020
29 Oktober 2020
02 Nopember 2020
05 Nopember 2020
Pengajuan judul
laporan PPL.
ACC judul laporan
PPL oleh Dosen
Pembimbing.
Laporan terkait hasil
Wawancara di
lapangan.
Konsul Bab 1 dan
Bab 2
Konsul Bab 3
Acc Laporan PPL.
Sesuai dengan masalah
di tempat PPL
Lanjut PPL
Kodifikasi hasil
wawancara
Revisi
Bab 1& 2 acc, bab 3
revisi
Acc laporan PPL
Tulungagung, 06 Nopember 2020
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan
Dr. Binti Nur Asiyah, M. Si
NIP. 198008112011012007
2
DOKUMENTASI KEGIATAN PPL GELOMBANG III
“JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH”
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
Kegiatan Bersih Diri
Proses Produksi Batik Ciprat
Kunjungan dari Dinas Sosial Prov. Jawa Timur Unit Pelaksana Teknis
Rehabilitasi Sosial Bina Rungu Wicara Pasuruan
Wawancara dengan Pengurus dan Foto Bersama