Upload
nguyentu
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER
Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
SKRIPSI
FERI ANDRIASTUTI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER
Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
SKRIPSI
FERI ANDRIASTUTI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
i
RINGKASAN
FERI ANDRIASTUTI. D34101022. 2005. Analisis Profitabilitas Sistem Bagi Hasil Peternakan Ayam Broiler Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Margi Suci, MS Usaha peternakan dewasa ini telah banyak upaya yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan konsumen terutama sebagai penyedia pangan asal ternak, dan salah satunya yang berperan adalah peternakan ayam broiler. Usaha peternakan ayam broiler dapat berkembang jika pengelola memiliki modal. PT Kusuma Niaga Persada Nusantara menggunakan pinjaman untuk mendirikan usaha peternakan ayam broiler dengan kerjasama sistem bagi hasil dari laba bersih yang diperoleh tiap tahunnya. Pengelolaan modal merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen suatu perusahaan, untuk itu dengan manajemen yang baik diharapkan profit atau tingkat laba yang diperoleh dapat maksimum. Manajemen pengelolaan modal, mencakup efisiensi penggunaan biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel.
Tujuan penelitian adalah mempelajari manajemen usaha peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga Persada Nusantara, menghitung biaya yang dikeluarkan perusahaan dan menganalisis tingkat laba/profitabilitas yang diperoleh dari sistem bagi hasil. Penelitian dilakukan dari tanggal 24 April sampai 30 Juni 2005. Metode analisis yang digunakan untuk menghitung profitabilitas usaha peternakan ayam broiler adalah titik impas (Break Even Point), Marginal Income Ratio, Margin of Safety, rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PT Kusuma Niaga Persada Nusantara memperoleh laba sebesar Rp 24.044.448,71. Titik impas tercapai pada produksi 7.064,60 kg dengan nilai penjualan Rp 50.602.705,00. Total penjualan yang didapatkan selama satu tahun produksi adalah Rp 406.065.200,00 dengan total biaya sebesar Rp 382.020.737,35 (biaya tetap Rp 3.542.189,35 dan biaya variabel Rp 378.478.548).
Perhitungan dengan menggunakan MOS dan MIR menunjukkan bahwa kemampuan memperoleh laba PT Kusuma Niaga Persada Nusantara sebenarnya sudah cukup baik yaitu sebesar 6,13% dari total penjualan ayam broiler selama satu tahun. Rentabilitas ekonomi juga menunjukkan hasil yang baik dimana modal yang digunakan dapat menghasilkan laba sebesar 6,29% sedangkan rentabilitas modal sendiri sebesar 1,42%. Kata-kata kunci : ayam broiler, bagi hasil, profitabilitas.
ii
ABSTRACT
Profitability Analysis of Share Holder System in Broiler Company Case PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
Andriastuti, F , L . Cyrilla ENSD and D. M. Suci
Kusuma Niaga Persada Nusantara Company is one of broiler company which is used share holder system between the company and the farmer. Research aims were 1) to study Kusuma Niaga Persada Nusantara Company management, 2) to calculate level of released expense and 2) to analyze profit sharing system. The research conducted on April 24 till June 30, 2005 in Kusuma Niaga Persada Nusantara Company countryside of Kemuning Kidul, Gurah Subdistrict, Kediri Regency, East Java. Data were analyzed using Break Even Point, Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety (MOS) and Rentability analysis, Kusuma Niaga Persada Nusantara Company profit in June 2004 till May 2005 is Rp 24,044,448.71. The Break Even Point is 7,064.60 kg or the sales revenue is Rp 50,602,705.00. Total revenue for one year of production is Rp 406,065,200.00 and the total cost is Rp 382,020,737.35 (consisted of Rp 3,542,189.35 for fixed cost and Rp 378,478,548.00 for variable cost). The result of MOS and MIR showed the capability to get profit below the MIR value 7% from broiler sales for year and also the economic rentability is 6.29%. The capital rentability value is 1.42%. Keywords: broiler, share holder, profitability.
ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER
Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
FERI ANDRIASTUTI
D34101022
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER
Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
Oleh FERI ANDRIASTUTI
D34101022
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 24 Oktober 2005
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi. Ir. Dwi Margi Suci, MS
Dekan Fakultas Peternakan
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Februari 1983 di Kediri, Jawa Timur.
Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak
Prayitno dan Ibu Sumini.
Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan penulis pada tahun 1989 di
TK Dharma Wanita Papar, Kediri. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada
tahun 1995 di SDN II Papar, Kediri. Pendidikan lanjutan menengah pertama
diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 1 Papar, Kediri dan pendidikan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 2 Pare, Kediri.
Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2001. Pada tahun 2002 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan
(HIMASEIP) Fakultas Peternakan pada periode 2001 – 2002 sebagai staf Divisi
Ilmu dan Profesi, periode 2003 – 2004 aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa -
Keluarga Mahasiswa (BEM – KM IPB) sebagai staf Departemen Dalam Negeri,
serta aktif di Koran Kampus IPB periode 2003 - 2004.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim
Alhamdullillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat, karunia, dan ridho-Nya
kepada penulis sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Profitabilitas Sistem Bagi
Hasil Peternakan Ayam Broiler Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana peternakan pada
Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis profitabilitas merupakan
hal yang sangat penting dalam suatu usaha. Tingkat profitabilitas yang maksimal
mengindikasikan bahwa pengelola peternakan efisien dalam penggunaan biaya
tetap dan biaya variabel. Efisiensi biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh
manajemen usaha ayam broiler secara keseluruhan. Manajemen yang baik
memungkinkan tercapainya laba yang maksimal. Hal-hal di atas merupakan
tujuan dari penelitian ini. Semoga apa yang ditulis oleh penulis dapat berguna
bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Oktober 2005
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .......................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................. 1 Perumusan Masalah ......................................................... ................ 1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2 Kegunaan Penelitian ................................................. ....................... 2
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
Usaha Peternakan Ayam Broiler ..................................................... 5 Sistem Bagi Hasil .......................................................................... 5 Bibit Ayam (Day Old Chick) ......................................................... 8 Biaya dan Penerimaan ................................................................... 10
Biaya .................................................................................... 10 Penerimaan ............................................................................ 12
Konsep Profitabilitas ..................................................................... 13 Titik Impas (Break Even Point) ............................................. 14 Margin of Safety dan Marginal Income Ratio......................... 15 Rentabilitas ........................................................................... 16
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 19
Lokasi dan Waktu . ....................................................................... 19 Desain Penelitian ........................................................................... 19 Data dan Teknik Pengambilan Data ............................................... 19 Analisis Data ................................................................................. 19
Analisis Titik Impas (Break Even Point) ............................... 19 Analisis Margin of Safety dan Marginal Income Ratio ........... 20 Analisis Rentabilitas ............................................................. 20
Definisi Istilah . .............................................................................. 20
vi
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.................................................. 22
Sejarah . ......................................................................................... 22 Struktur Organisasi . ...................................................................... 22 Manajemen Peternakan . ................................................................ 23
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 25
Karakteristik Usaha Peternakan Selama Penelitian ........................ 25 Bibit Ayam (Day Old Chick) . ........................................... 25 Pakan .................................................................................. 26 Air Minum ......................................................................... 28 Kandang dan Peralatan kandang ......................................... 28 Tenaga Kerja ...................................................................... 30 Fumigasi ............................................................................. 31 Vaksinasi ........................................................................... 32 Obat-obatan ....................................................................... 33
Vitamin .............................................................................. 35 Panen ................................................................................. 36 Pemasaran .......................................................................... 37 Aspek Keuangan ............................................................................ 37 Struktur Modal ................................................................... 37 Biaya. ................................................................................. 37 Penerimaan . ....................................................................... 39 Sistem Bagi Hasil .......................................................................... 42 Analisis Profitabilitas ..................................................................... 43 Titik Impas (Break Even Point) . ......................................... 43 MOS dan MIR . .................................................................. 44 Rentabilitas . ....................................................................... 45
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 46
Kesimpulan ................................................................................... 46 Saran ............................................................................................. 46
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 48
LAMPIRAN ............................................................................................ 50
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Populasi Ayam Ras ................................................................... 5
2 Bibit/DOC Final Stock yang Beredar di Indonesia (Produksi + Impor – Ekspor)....................................................... . 9
3 Penyusutan Aset Peternakan ”X”................................................ . 11
4 Rata-rata Biaya Produksi Peternak Mandiri per 10.000 ekor ....... . 11
5 Komposisi Biaya Peternak Plasma per 100 ekor Ayam Broiler ......................................................... . 12
6 Analisis Laba Bersih Ayam Broiler di Kecamatan Singaparna Periode Februari – Maret 2003.................................................... . 13
7 Lahan Usaha Peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ......................................... . 23
8 Komposisi Pemeliharaan Ayam Selama Satu Tahun Produksi ...................................................... . 24
9 Total Biaya DOC Setiap Periode Berdasarkan Harga DOC ............................................................ . 25
10 Komposisi Penggunaan Pakan Selama Satu Periode Produksi.................................................... . 26
11 Variasi Harga Satuan Masing-masing Jenis Pakan Setiap Periode Pemeliharan........................................................ . 27
12 Total Biaya Pakan Setiap Periode Pemeliharaan ......................... . 27
13 Biaya Gula Merah/Gula Pasir Setiap Periode Pemeliharaan...................................................... . 28
14 Karakteristik Kandang Ayam Broiler.......................................... . 28
15 Peralatan Kandang Tiap 1000 ekor ............................................. . 29
16 Komponen Biaya Variabel.......................................................... . 29
17 Komposisi Tenaga Kerja pada Usaha Peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ......................................... . 30
18 Biaya Tenaga Kerja Setiap Periode Pemeliharaan....................... . 30
19 Program Fumigasi PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ........... . 31
20 Total Biaya Fumigasi Setiap Periode Pemeliharaan .................... . 31
21 Pemberian Vaksin Selama Periode Pemeliharaan........................ . 32
22 Biaya Vaksinasi Setiap Periode Pemeliharaan ............................ . 33
23 Jenis Penyakit dan Obat pada Ayam Broiler ............................... . 33
viii
24 Biaya Obat-obatan Setiap Periode Pemeliharaan......................... . 34
25 Macam-macam Vitamin Ayam Broiler ....................................... . 35
26 Biaya Vitamin pada Setiap Periode Pemeliharaan....................... . 35
27 Komposisi Biaya Selama Satu Tahun Produksi........................... . 38
28 Penerimaan Peternakan Setiap Periode Pemeliharaan ................. . 40
29 Laba bersih Peternakan Setiap Periode Pemeliharaan ................. . 42
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian.................................................... 4
2. Grafik Harga DOC di Wilayah DKI-Jakarta ................................ 9
3. Grafik Titik Impas....................................................................... 15
4. Struktur Organisasi Usaha Peternakan ......................................... 23
5. Grafik Harga DOC Setiap Periode Pemeliharaan ......................... 25
6. Grafik Biaya Fumigasi Setiap Periode Pemeliharaan ................... 32
7. Grafik Mortalitas Setiap Periode Pemeliharaan............................ 36
8. Grafik Fluktuasi Harga Jual Ayam Broiler/kg.............................. 41
9. Grafik Titik Impas Selama Satu Tahun Produksi ......................... 44
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Perhitungan Biaya Tetap ............................................................ 51
2 Komposisi Biaya Tetap Setiap Periode Pemeliharaan ................. . 53
3 Komposisi Biaya Variabel Setiap Periode Pemeliharaan ............. . 54
4 Perhitungan Titik Impas (Break Even Point) .............................. 55
5 Perhitungan Margin of Safety dan Marginal Income Ratio ........ 56
6 Perhitungan Rentabilitas ............................................................ 57
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha peternakan dewasa ini telah banyak upaya yang dilakukan untuk
mencukupi kebutuhan konsumen terutama sebagai penyedia pangan asal ternak,
dan salah satunya yang berperan adalah peternak ayam broiler. Lemahnya
perekonomian Indonesia memacu peternak untuk lebih kreatif dalam
mengembangkan usaha yang dijalankannya. Peternak ayam broiler berusaha lebih
gigih dalam meningkatkan penerimaannya agar profitabilitas atau tingkat laba
yang diperoleh mencapai hasil yang maksimum.
Usaha peternakan ayam broiler dapat berkembang jika pengelola
peternakan memiliki modal. Modal dapat berasal dari luar (hutang) atau dari
dalam (modal sendiri), pengelola peternakan PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara menggunakan pinjaman untuk mendirikan usaha peternakan karena
tidak mempunyai modal sendiri. Pinjaman tersebut berasal dari PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara sehingga antara perusahaan dan pengelola peternakan tersebut
terjalin kerjasama permodalan yaitu sistem bagi hasil dari laba bersih yang
diperoleh setiap periode.
Modal sangat diperlukan baik dalam pendirian maupun dalam
pengembangan suatu usaha. Hal tersebut harus didukung dengan pengelolaan
modal yang baik. Walaupun pola kerjasama yang dilaksanakan berbeda-beda baik
itu bagi hasil, kemitraan ataupun secara mandiri jika pengelolaan modalnya
dilakukan dengan baik maka tidak akan menghalangi suatu usaha untuk terus
berkembang. Manajemen modal yang baik mencakup efisiensi penggunaan biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya-biaya tersebut dalam usaha ayam broiler
digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi sehingga dalam
pemanfaatannya harus efisien agar tingkat laba yang diperoleh dapat maksimum.
Perumusan Masalah
Kendala-kendala yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu usaha
diantaranya adalah manajemen yang kurang baik pada usaha peternakan.
Mengacu pada hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap usaha ayam
broiler pada dasarnya harus menerapkan manajemen yang baik agar tingkat laba
2
yang diperoleh maksimum. Manajemen yang baik terdiri dari perencanaan dalam
hal pemilihan bibit yang baik, mengorganisasikan tenaga kerja supaya efisien,
pelaksanaan dalam pemberian pakan yang sesuai dengan umur pemeliharaan,
mengawasi setiap kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan
penyakit secara maksimal dan hal-hal lain yang menyangkut aspek pemeliharaan
ayam broiler.
Hal-hal di atas dapat dijadikan acuan bagi peternak ayam broiler untuk
lebih mengetahui serta memahami segi pengelolaan yang baik dalam hal
menghitung biaya-biaya pada usaha peternakannya. Berdasarkan uraian tersebut,
beberapa permasalahan yang penting untuk dikaji dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana manajemen usaha peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara di Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, Jawa Timur?
2) Berapa biaya usaha peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara selama satu tahun produksi?
3) Berapa tingkat laba yang diperoleh dari sistem bagi hasil peternakan ayam
broiler PT Kusuma Niaga Persada Nusantara selama satu tahun produksi?
Tujuan Penelitian
1) Mempelajari manajemen usaha peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara di Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
2) Menghitung biaya usaha peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara selama satu tahun produksi.
3) Menganalisis tingkat laba/profitabilitas yang diperoleh dari sistem bagi hasil
peternakan ayam broiler PT Kusuma Niaga Persada Nusantara selama satu
tahun produksi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1) Peternak dalam memberikan informasi mengenai tingkat laba yang diperoleh
dari usaha peternakan ayam broiler yang sudah dijalankan.
2) Peneliti selanjutnya yaitu sebagai literatur tambahan atau penunjang.
.
KERANGKA PEMIKIRAN
Usaha peternakan ayam broiler memerlukan modal untuk menjalankan
usahanya. Modal tersebut selain digunakan untuk investasi juga digunakan
untuk biaya produksi atau biaya operasional. Terdapat tiga bentuk kerjasama
permodalan dalam usaha peternakan ayam broiler ini, yaitu 1) usaha dengan
modal sendiri atau biasa disebut dengan peternakan mandiri; 2) usaha dengan
modal dari orang lain dan dipercayakan penuh kepada seseorang untuk
mengelolanya atau disebut dengan sistem bagi hasil; dan 3) usaha dengan modal
dari orang lain dan orang yang memelihara ayam hanya diberi sejumlah uang
atas usahanya memelihara ayam broiler tersebut atau bisa disebut dengan
peternakan sistem kemitraan. Ketiga jenis kerjasama permodalan pada
peternakan ayam broiler ini akan sangat membuka wacana jenis usaha mana
yang akan dipilih nantinya untuk menjalankan usaha peternakan ayam broiler.
Ketiga jenis kerjasama permodalan yang akan dipilih, berkaitan erat
dengan hasil yang diharapkan pada usaha peternakan ayam broiler ini. Untuk
mengetahui hal tersebut, maka diperlukan beberapa analisis yang dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba dari modal yang ditanamkan.
Analisis-analisis yang dapat digunakan antara lain: 1) Titik Impas (Break Even
Point) yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui pada skala dan nilai
penjualan berapa perusahaan tidak memperoleh laba juga tidak menderita
kerugian. Analisis titik impas ini akan memudahkan peternak untuk mengetahui
pada tingkat penjualan dan skala pemeliharaan berapa, usaha peternakannya dapat
memperolah laba; 2) MOS (Margin of Safety) atau MIR (Marginal Income Ratio)
yaitu analisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Kedua analisis ini dapat digunakan peternak untuk mengetahui usahanya sedang
dalam kondisi yang sangat menguntungkan atau merugikan; dan 3) Rentabilitas
(ekonomi dan modal sendiri) yaitu analisis untuk mengetahui kemampuan modal
yang digunakan untuk menghasilkan laba. Ketiga analisis tersebut akan sangat
membantu untuk mengetahui profitabilitas yang dicapai usaha peternakan ayam
broiler sistem bagi hasil pada khususnya. Kerangka pemikiran penelitian
diperlihatkan pada Gambar 1.
4
USAHATERNAK AYAM BROILER
KERJASAMA PERMODALAN
KEMITRAAN BAGI HASIL
KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA DARI MODAL YANG DITANAMKAN
BEP
PROFITABILITAS
RENTABILITAS MOS/MIR
MANDIRI
MEMERLUKAN MODAL UNTUK INVESTASI DAN OPERASIONAL USAHA
Keterangan : Tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam Broiler
Usaha peternakan ayam broiler terlihat mulai kembali berkembang setelah
Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya
peningkatan populasi ayam broiler dari tahun 2000 sampai tahun 2004 sebesar
51,86%, dari sekitar 646 juta ekor menjadi 981 juta ekor seperti diperlihatkan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ayam Ras
Tahun Ayam Broiler Ayam Layer Juta ekor
2000 646,0 57,6 2001 832,0 70,0 2002 898,0 73,5 2003 1.027,0 85,0 2004 981,0 75,6
Sumber : Mulyantono (Februari 2005)
Pada umumnya, usaha peternakan di Indonesia dapat dibedakan menjadi
perusahaan peternakan dan peternakan rakyat. Menurut Undang-undang
Peternakan tahun 1967 pasal 9 ayat 2 dan 3, peternakan rakyat adalah peternakan
yang dikelola hanya sebagai usaha sampingan selain usaha pertanian, sedangkan
perusahaan peternakan adalah peternakan yang dikelola secara profesional.
Sistem Bagi Hasil
Kerjasama permodalan pada usaha peternakan ayam broiler terdiri dari
tiga jenis yaitu model mandiri, kemitraan dan bagi hasil. Menurut UU No. 9
Tahun 1995 kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau besar yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
perusahaan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Pola kemitraan yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Pertanian No. 940.Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman
Kemitraan Usaha Pertanian terbagi menjadi lima macam, yaitu: (1) Pola Inti
Plasma: merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra (perusahaan
inti) dengan kelompok mitra. Perusahaan mitra (perusahaan inti) bertindak
sebagai inti yang menampung, membeli hasil produksi, memberikan pembinaan
teknologi maupun bimbingan teknis, (2) Pola Subkontrak; merupakan hubungan
6
kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan inti yang ada di dalamnya
kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra
(perusahaan inti) sebagai bagian dari produksinya, (3) Pola Dagang Umum;
merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra
(perusahaan inti) yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi
kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan
perusahaan mitra, (4) Pola Keagenan; merupakan hubungan kemitraan antara
kelompok mitra dengan perusahaan mitra (perusahaan inti) yang di dalamnya
kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha
perusahaan mitra, dan (5) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA);
merupakan hubungan kemitraan, dimana kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra (perusahaan inti)
menyediakan biaya atau modal serta sarana untuk mengusahakan dan
membudidayakan suatu komoditi pertanian.
Hasil penelitian Fitrifani (2003), menyatakan bahwa pola kemitraan antara
peternak ayam broiler dengan Poultry Shop Sukahati adalah pola kemitraan inti-
plasma. Pola kemitraan ini, pihak inti yaitu Poultry Shop Sukahati memberikan
modal berupa sarana produksi peternakan (DOC, pakan dan obat-obatan) tanpa
jaminan kepada pihak plasma yaitu peternak mitra dan pihak plasma menyediakan
kandang, peralatan dan tenaga kerja. Plasma berkewajiban menjual hasil kepada
inti dengan mendapatkan penerimaan dari upah bonus, selain itu biaya tunai yang
dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak mandiri berbeda. Hal ini
disebabkan, biaya sarana produksi yang seharusnya dikeluarkan oleh peternak
mitra ditanggung oleh perusahaan mitra (perusahaan inti) sedangkan untuk
peternak mandiri semua biaya sarana produksi ditanggung sendiri. Biaya tunai
yang dikeluarkan peternak mitra hanya untuk biaya sekam, sewa kandang, tenaga
kerja luar keluarga, minyak tanah serta listrik.
Menurut Undang-undang Peternakan tahun 1967 pasal 17 tentang Bagi
Hasil Ternak dan Persewaan Ternak, ayat (1) peternak atas dasar bagi hasil ialah
penyerahan ternak sebagai amanat yang dititipkan kepada orang lain untuk
dipelihara baik-baik, diternakkan dengan perjanjian bahwa dalam waktu tertentu
titipan tersebut dibayar kembali berupa ternak keturunannya atau dalam bentuk
7
lain yang disetujui oleh kedua belah pihak, ayat (2) waktu tertentu yang dimaksud
pada ayat (1) tidak boleh kurang dari 5 (lima) tahun jika ternak atas dasar bagi
hasil tersebut termasuk ternak besar tetapi untuk ternak kecil jangka waktu itu
dapat diperpendek.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternak mandiri maupun peternak
dengan sistem bagi hasil hampir sama komposisinya. Berbeda dengan peternak
model kemitraan, pada peternak plasma sarana produksi ternaknya semua
disediakan oleh peternak inti. Perhitungan untuk keseluruhan pengeluaran yang
digunakan untuk produksi pada peternak plasma tetap dihitung sebagai biaya.
Penelitian Nugroho (2004) menunjukkan perbedaan besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh dua jenis usaha peternakan. Biaya tenaga kerja pada peternak
mandiri dikeluarkan hanya untuk staf kandang saja, sedangkan pada peternak
plasma biaya tenaga kerja selain untuk staf kandang juga dikeluarkan untuk
manajer kandang. Biaya pakan yang dikeluarkan oleh kedua jenis peternakan
ayam broiler besarnya relatif sama yaitu sebesar 64%. Besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing peternak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
ayam yang dipelihara tiap periode dan fluktuasi harga dari masing-masing
komponen biaya.
Penelitian Nugroho (2004), menunjukkan bahwa laba bersih tunai yang
diterima oleh kedua jenis usaha peternakan tersebut sangat dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya biaya yang dikeluarkan pada masing-masing periode. Laba
bersih tunai tertinggi dan terendah terjadi pada peternakan mandiri yang
menunjukkan fluktuasi risiko dalam berproduksi. Pada saat kondisi usaha
peternakan rakyat ayam broiler mendapatkan keuntungan, maka keuntungan
tersebut sepenuhnya akan menjadi milik peternak mandiri. Namun, pada saat
kondisi usaha peternakan ayam broiler menderita kerugian, maka peternak
mandiri harus menanggung semua kerugian yang ada.
Sebaliknya, pada peternakan plasma keuntungan yang diperoleh akan
dipotong oleh pihak inti, yaitu sebesar 30% apabila para peternak plasma
mempunyai hutang di masa lampau. Namun, pada saat kondisi usaha peternakan
rakyat ayam broiler menderita kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
pihak yang mengakibatkan kerugian tersebut terjadi, yaitu plasma atau inti. Selain
8
risiko, beda antara peternak mandiri dan peternak plasma adalah kebebasan
menjual ayam broiler hasil panen dengan harga sesuai pasar. Sebaliknya, para
peternak plasma tidak bebas menjual ayam broiler hasil panen karena ada
perjanjian yang telah disepakati antara plasma dan inti. Sesuai perjanjian tersebut,
ayam broiler hasil panen sebagai output dari peternak plasma tersebut dijual ke
pihak inti.
Berbeda dengan kedua jenis usaha di atas, pada peternakan ayam broiler
dengan sistem bagi hasil keuntungan (laba bersih) yang diperoleh dalam satu
tahun produksi dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak (penanam
modal dan pengelola peternakan). Apabila kondisi usaha peternakan ayam broiler
sedang mengalami kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh kedua belah
pihak. Pengaruh dari kerugian tersebut yaitu pada besarnya pembagian karena
dihitung dari besarnya laba bersih yang diperoleh. Usaha peternakan dengan
sistem bagi hasil ini, pengelola peternakan bebas menjual ayam broiler hasil
panen dan bebas menentukan pembelian sapronak (sarana produksi ternak) yang
dibutuhkan.
Bibit Ayam (Day Old Chick)
Pemilihan DOC (Day Old Chick) yang baik sangat diperhatikan oleh
peternakan, karena kualitas DOC akan berpengaruh pada keberhasilan produksi.
Penelitian Veranza (2004) menunjukkan, bahwa strain broiler yang dipelihara di
tempat penelitiannya bervariasi mulai dari strain Cobb, Hubbard, Hybro dan
Lohmann dengan standar berat DOC minimal 37 gram/ekor. DOC yang
digunakan disuplai dari PT Samsung, PT Manggis, PT Wonokoyo Co., PT Leong
Hub dan PT Multibreeder Adirama Indonesia.
Banyaknya DOC di pasar dipengaruhi oleh jumlah produksi perusahaan
pembibitan dan permintaan konsumen akan ayam broiler. Tabel 2 memperlihatkan
data peredaran jumlah DOC yang ada di Indonesia diperoleh dari NPISS
(National Poultry Industry Statistic Service).
9
Tabel 2. Bibit/DOC Final Stock yang Beredar di Indonesia (Produksi + Impor – Ekspor)
Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni
Total
Ribuan ekor 2005 96.126 95.155.8 94.157.8 96.597 102.44 103.327 587.552.6
Sumber : NPISS (Agustus 2005)
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tiap bulan terjadi kenaikan jumlah DOC
yang beredar di Indonesia, walaupun pada bulan Februari – Maret 2005 terjadi
penurunan jumlah DOC. Hal tersebut dikarenakan pada bulan tersebut permintaan
akan ayam broiler menurun dibandingkan pada bulan Januari. Bulan Januari
bertepatan dengan banyaknya pesta yang diadakan oleh masyarakat Indonesia.
Harga DOC yang fluktuatif sangat dipengaruhi oleh permintaan konsumen
dan supply DOC di pasar. Hal tersebut juga terjadi di wilayah DKI – Jakarta
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Harga DOC di wilayah DKI - Jakarta
Sumber: Mulyantono (Agustus 2005) Gambar 2 memperlihatkan bahwa DOC broiler di wilayah DKI – Jakarta
selama bulan Januari sampai Juli 2005, tidak terjadi kenaikan ataupun penurunan
harga DOC yang sangat tajam. Hal ini menandakan bahwa di pasar permintaan
DOC broiler relatif konstan.
10
EkonomisUmur Akhir Nilai Investasi Nilai −
Biaya dan Penerimaan
Biaya
Biaya merupakan hal penting bagi petani dalam membuat keputusan untuk
manajemen usahanya. Mubyarto (1989) menjelaskan, biaya tetap adalah jenis
biaya yang jumlahnya tidak tergantung pada jumlah produksi, sedangkan biaya
variabel adalah jenis biaya yang jumlahnya tergantung pada jumlah produksi.
Penggolongan biaya menurut Munawir (2000) meliputi:
1) Biaya Tetap
Biaya tetap usaha peternakan meliputi biaya penyusutan dan biaya
pemasaran. Biaya penyusutan investasi merupakan biaya tetap usaha
peternakan ayam broiler, yang dikenakan untuk tujuan perhitungan nilai
korbanan peternakan dari investasi yang telah ditanamkannya. Perhitungan
biaya penyusutan investasi menggunakan metode garis lurus, yaitu besarnya
biaya penyusutan per tahun adalah tetap.
Asumsi yang digunakan adalah nilai investasi pada akhir umur ekonomis
tidak bersisa (sama dengan nol) sehingga rumus untuk biaya penyusutan per
tahun adalah sebagai berikut:
Penyusutan per tahun (Rp/Th) =
2) Biaya Variabel
Biaya variabel dikeluarkan peternak ayam broiler untuk biaya produksi
atau biaya operasional.
Biaya total sendiri merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh
peternak yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
Besarnya biaya tetap maupun biaya variabel yang digunakan untuk usaha
peternakan ayam broiler pada masing-masing jenis usaha selalu berbeda.
Penelitian Veranza (2004) pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penyusutan dihitung
dengan metode garis lurus, tetapi nilai sisa untuk peralatan tidak sama dengan nol.
11
Tabel 3. Penyusutan Aset Peternakan ” X”
Aset Nilai Beli (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Asumsi Nilai Bekas (Rp)
Kandang (m2) 65.000 10 130 Mess (m2) 250.000 10 6.250 Gudang (m2) 250.000 10 6.250 Sanyo (buah) 500.000 10 15.000 Sprayer (buah) 375.000 10 12.375 Pemanas (buah) 195.000 2 5.850 Tempat Pakan dan minum (buah) 19.500 3 975 Timbangan (buah) 400.000 15 20.000 Drum (buah) 50.000 5 7.500 Sekop (buah) 20.000 2 3.000 Pembatas (buah) 56.000 3 5.600 Tambang (500 m) 17.000 5 1.122 Ember (buah) 7.500 2 750 Jerigen (buah) 25.000 5 1.875 Tirai (m) 6.000 3 300 Sapu (buah) 5.000 1 250 Lampu (buah) 8.500 1 170 Cangkul (buah) 25.000 2 2.500 Thermometer (buah) 10.000 2 1.000 Baki Pakan (buah) 5.000 3 250 Sikat (buah) 3.000 3 bulan 150
Sumber : Veranza (2004)
Biaya pakan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh peternakan
ayam broiler model mandiri, yaitu sebesar 63,26% dan untuk biaya tenaga kerja
sebesar 2,61% (Wahid, 2004). Biaya pakan yang dikeluarkan peternak plasma
sebesar 54,94% sedangkan biaya variabel lain yang persentasenya juga tinggi
adalah biaya DOC, obat-obatan dan tenaga kerja (Pakarti, 2000).
Tabel 4. Rata-rata Biaya Produksi Peternak Mandiri per 10.000 ekor
Input Produksi Biaya Produksi (Rp) Persentase (%) DOC 24.500.000 26,39 Pakan 56.725.000 63,26 Tenaga Kerja 2.418.640 2,61 Obat, Vaksin dan Desinfektan 2.755.700 2,97 Bahan Penolong Produksi 1.759.300 1,90 Depresiasi Kandang dan Peralatan 1.860.750 2,00 Listrik 550.000 0,59 Bahan Bakar 265.200 0,29 Total Biaya 92.834.590 100,00
Sumber : Wahid (2004)
12
Tabel 5. Komposisi Biaya Peternak Plasma per 100 ekor Ayam Broiler
Input Produksi Biaya Produksi (Rp) Persentase (%) Biaya Variabel Pakan 487.550 54,94 DOC 335.200 37,37 Obat-obatan 29.410 3,31 Tenaga Kerja 13.720 1,55 Bahan Bakar 4.500 0,51 Sekam 1.240 0,14 Listrik dan Air 2.000 0,23 Sanitasi 1.430 0,16 Sub Total 875.050 98,61 Biaya Tetap Depresiasi Kandang 9.400 1,06 Depresiasi Alat 2.960 0,33 Sub Total 12.360 1,39 Biaya Total 887.410 100,00
Sumber : Pakarti (2000)
Penerimaan
Laba bersih usahatani merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh
dan biaya yang dikeluarkan (Hernanto, 1995). Penerimaan usahatani mengukur
imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi
kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan ke
dalam usahaternak. Oleh karena itu penerimaan merupakan ukuran keuntungan
usahaternak yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa
usahaternak (Soekartawi et al., 1986).
Penelitian Veranza (2004) menunjukkan bahwa harga ayam broiler selama
satu tahun produksi berkisar antara Rp 4.600 – Rp 7.400 per kilogram bobot
hidup. Ayam culling pada usaha peternakan X tetap dijual, tetapi dengan harga
yang lebih rendah yaitu berkisar antara Rp 3.500 – Rp 5.500 per kilogram bobot
hidup.
Penelitian Setriani (2005) menunjukkan bahwa usahaternak yang
dilakukan oleh peternak mitra lebih efisien daripada usahaternak yang dilakukan
oleh peternak mandiri (Tabel 6). Hal ini dikarenakan semua sarana produksi
ternak didapat dari peternak inti sehingga total biaya tunai yang dikeluarkan
peternak lebih kecil dibandingkan dengan total biaya tunai peternak mandiri. Laba
bersih yang diperoleh peternak mitra atas biaya tunai pun lebih besar dari laba
bersih atas biaya tunai peternak mandiri.
13
Tabel 6. Analisis Laba Bersih Ayam Broiler di Kecamatan Singaparna Periode Februari – Maret 2003*)
Uraian Peternak Mitra Peternak Mandiri Biaya Tunai a. Sarana Produksi 0 6.897.825,45 b. Sekam 25.416,67 30.121,00 c. Sewa Kandang 32.500,00 60.416,67 d. Tenaga Kerja Luar Keluarga 172.500,00 167.550,00 e. Listrik 19.011,11 18.500,00 f. Minyak Tanah 75.600,00 78.470,05 Total 325.027,78 7.252.883,17 Biaya Tidak Tunai a. Penyusutan Kandang 100.878,30 69.548,61 b. Penyusutan Peralatan 32.768,63 38.141,81 c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 22.500,00 27.450,00 Total 156.146,93 135.140,42 Total Biaya 481.174,93 7.388.023,59 Total Penerimaaan 582.663,41 7.504.980,00 Laba bersih Atas Biaya Total 101.488,70 116.956,41 Laba bersih Atas Biaya Tunai 257.635,63 252.096,83
Keterangan : *) per 1000 ekor Sumber : Setriani (2005)
Nugroho (2004) menyatakan bahwa penerimaan untuk peternak mandiri
dan peternak plasma sangat dipengaruhi oleh harga jual per kilogram bobot hidup
ayam broiler. Penerimaan terbesar peternak mandiri dicapai pada periode pertama
karena jumlah pemeliharaannya paling besar (23.000 ekor), mortalitas rendah
(5,00%) dan harga jual yang tinggi per kilogramnya (Rp 7.400). Dibandingkan
dengan penerimaan untuk peternak plasma di Kabupaten yang sama, maka
penerimaan peternak mandiri lebih besar. Akan tetapi bila dilihat dari sisi harga
jual, peternak plasma lebih baik.
Sedangkan pada peternak plasma, harga jual per kg cenderung konstan
karena sesuai dengan kesepakatan antara plasma dan pihak inti. Penerimaan
terendah terjadi pada periode ketujuh (Rp 92.770.897,33), hal ini dikarenakan
tingginya tingkat mortalitas pada periode tersebut yaitu 9,15%.
Konsep Profitabilitas
Masalah profitabilitas suatu peternakan berkaitan dengan selisih antara
harga jual dan biaya per unit (Buffa dan Rakesh, 1994). Suatu usaha dikatakan
mendapat profitabilitas jika penerimaan atau nilai penjualan produknya lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut, dan rugi
jika mengalami hal yang sebaliknya. Diantara kondisi laba dan rugi tersebut
14
terdapat kondisi titik impas, yaitu saat penerimaan yang diperoleh sama dengan
biaya.
Suatu usaha didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Peternak
perlu melakukan evaluasi apakah usaha yang dijalankannya masih
menguntungkan, sehingga dapat diambil keputusan apakah usaha tersebut dapat
dilanjutkan bahkan terus dikembangkan atau tidak. Untuk itu peternak
memerlukan suatu alat analisis untuk menghitung kemampuan suatu
peternakannya untuk memperoleh laba, yaitu analisis profitabilitas. Analisis
profitabilitas yang digunakan antara lain titik impas (Break Even Point), MOS
(Margin of Safety) dan MIR (Marginal Income Ratio) serta rentabilitas.
Titik Impas (Break Even Point)
Titik impas dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu
perusahaan belum mendapat laba dan tidak mengalami kerugian. Dengan kata
lain, titik impas terjadi ketika penghasilan sama dengan biaya total atau laba sama
dengan nol. Titik impas ini sangat sensitif terhadap perubahan sejumlah faktor,
khususnya biaya tetap, biaya variabel per unit dan harga jual per unit produk.
Apabila biaya tetap diturunkan maka tingkat titik impas akan bergerak turun ke
titik yang lebih rendah (Boediono, 2000).
Munawir (2000) menyebutkan, bahwa analisis titik impas perlu
mengetahui tentang jalannya pembiayaan total. Pendekatan dengan analisis titik
impas ini pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari analisis keuntungan
yang didasarkan pada analisis marginal baik terhadap penghasilan maupun
pembiayaan yang dikeluarkan. Analisis ini memberikan manfaat kepada
perusahaan, yaitu:
1) peternak dapat mengetahui efisiensi yang harus dilakukan agar semua biaya
operasi dapat tertutup,
2) peternak dapat mengevaluasi tingkat-tingkat penjualan tertentu dalam
hubungannya dengan tingkat keuntungan.
Analisis titik impas pada penelitian ini menggunakan metode persamaan
matematis atau teknik aljabar. Satuan yang digunakan untuk perhitungan impas
dinyatakan dalam rupiah penjualan, dengan menggunakan rumus menurut
Munawir (2000) sebagai berikut:
15
Penjualan HasilVariabel Biaya
-1
Tetap Biaya
UnitVariabel/ Biaya - Jual/ Unit Harga Tetap Biaya
Impas (Rp) =
Impas (Unit) =
Selain dapat dihitung secara matematis atau teknik aljabar, titik impas juga bisa
dihitung secara grafis:
TVC
Gambar 3. Grafik Titik Impas Sumber : Munawir (2000) Keterangan: TR = Penerimaan Penjualan (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost) TFC = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) TVC = Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) I = Titik Impas Penjualan X = Volume Penjualan X’ = Volume Penjualan Pada Titik Impas A = Daerah di mana Peternak Mengalami Kerugian B = Daerah di mana Peternak Memperoleh Keuntungan.
Margin of Safety dan Marginal Income Ratio
Menurut Munawir (2000), kemampuan memperoleh laba oleh suatu
peternakan dapat diketahui dengan perhitungan Margin of Safety (MOS) dan
Marginal Income Ratio (MIR).
1) Margin of Safety (MOS)
MOS merupakan rasio antara tingkat penjualan tertentu dengan tingkat
penjualan pada kondisi impas. Nilai MOS menjadi petunjuk bagi
manajemen peternakan mengenai batas toleransi penurunan penjualan, agar
16
AktualPenjualan Tingkat ImpasPenjualan Tingkat AktualPenjualan Tingkat −
Penjualan PendapatanTotal Variabel Biaya Penjualan Pendapatan −
peternak tidak menderita kerugian walaupun belum memperoleh laba.
Semakin besar MOS semakin baik peternakan tersebut, karena semakin
besar batas keamanan peternakan untuk mengalami penurunan tingkat
penjualannya.
Secara matematis nilai MOS dirumuskan sebagai berikut:
MOS = x 100 %
2) Marginal Income Ratio (MIR) atau disebut juga dengan Margin Contribution
Ratio, merupakan rasio antara Marginal Income atau laba kontribusi dengan
penerimaan penjualan. Laba kontribusi sendiri adalah selisih antara
penerimaan penjualan dengan biaya variabel total. Nilai MIR menunjukkan
bagian dari penerimaan penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap
dan memberikan laba. Semakin besar nilai MIR semakin baik keadaan
peternakan, karena semakin besar kemampuan usaha untuk menutupi biaya
tetap dan memperoleh laba.
Secara matematis nilai MIR dapat dirumuskan sebagai berikut:
MIR = x 100 %
Selanjutnya kemampuan memperolah laba peternakan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Kemampuan Memperoleh Laba (KML) = MOS x MIR x 100 %
Rentabilitas
Menurut Riyanto (1995), rentabilitas pada suatu usaha peternakan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dan umumnya
dirumuskan sebagai berikut:
100%xML
17
dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M
adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Cara
untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan bermacam-macam dan tergantung
pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan. Berkaitan
dengan hal tersebut, dapat dibedakan dua macam rentabilitas yang digunakan
sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam usaha peternakan, yaitu
rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri.
1) Rentabilitas Ekonomi (Earning Power)
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing (seluruh modal yang bekerja di dalam usaha
peternakan/operating capital) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Dengan demikian modal yang
ditanamkan dalam peternakan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek
tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah
laba yang berasal dari operasional peternakan, yaitu yang disebut laba usaha
(net operating income).
Bagi suatu usaha pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa
peternakan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Tinggi rendahnya rentabilitas
ekonomi (earning power) itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
a) Profit Margin, yaitu perbandingan antara net operating income dengan
net sales dan dinyatakan dengan persentase.
Profit Margin = SalesNet
IncomeOperatingNet X 100 %
Dapat dikatakan bahwa profit margin ialah selisih antara net sales
dengan operating expenses (harga pokok penjualan + biaya administrasi
+ biaya penjualan + biaya umum), hasilnya dinyatakan dalam persentase
dari net sales.
18
sendiri Modalpajaksesudah netto Keuntungan
b) Turnover of operating assets atau tingkat perputaran aktiva usaha, yaitu
kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.
Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan
operating assets.
Turnover of Operating Assets = AssetsOperating
SalesNet
Operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
peternakan dengan melihat kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertentu. Hasil akhir dari profit margin dan operating
assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh
karena itu makin tingginya tingkat profit margin atau operating assets
turnover masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan
naiknya earning power.
Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapatlah
digambarkan sebagai berikut:
Profit Margin X Operating Assets Turnover = Earning Power
2) Rentabilitas Modal Sendiri (Return on Equity)
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha
adalah kemampuan suatu peternakan dengan modal sendiri untuk
menghasilkan profit. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing
dan pajak perseroan (Earning After Tax), sedangkan modal yang
diperhitungkan hanya modal sendiri yang diinvestasikan di dalam peternakan.
Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rentabilitas Modal Sendiri = X 100 %
Penjualan HasilVariabel Biaya
-1
Tetap Biaya
kgVariabel/ Biaya -kgJual/ Harga Tetap Biaya
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di desa Kemuning Kidul Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri, Jawa timur. Waktu penelitian adalah tanggal 24 April 2005
sampai dengan 30 Juni 2005.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode yang
digunakan adalah studi kasus di PT Kusuma Niaga Persada Nusantara. Studi
kasus ini digunakan untuk mengkaji lebih mendalam analisis profitabilitas sistem
bagi hasil pada peternakan ayam broiler tersebut.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diambil dari pengamatan langsung di
lapangan, wawancara langsung maupun tidak langsung dengan pengelola
peternakan. Data sekunder adalah data yang berasal dari catatan atau pembukuan
peternak dan literatur lainnya yang relevan.
Analisis Data
Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menganalisis data, antara lain: 1)
mengelompokkan biaya menurut jenisnya (biaya tetap dan biaya variabel), 2)
menghitung berdasarkan rumus pada masing-masing analisis, 3) menganalisis
hasil perhitungan dibandingkan dengan pustaka yang ada mengenai ketentuan
suatu usaha dapat memperoleh laba yang maksimal. Pada penelitian ini digunakan
analisis sebagai berikut:
1) Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Analisis titik impas pada penelitian ini menggunakan teknik aljabar dan grafis
dengan menggunakan rumus menurut Munawir (2000) sebagai berikut:
Impas (Rp) =
Impas (kg) =
20
AktualPenjualan Tingkat ImpasPenjualan Tingkat AktualPenjualan Tingkat −
Penjualan PendapatanTotal Variabel Biaya Penjualan Pendapatan −
(Rp) UsahaModal(Rp) haProfit Usa
sendiri Modalpajaksesudah netto Keuntungan
2) Analisis Margin of Safety dan Marginal Income Ratio
Kemampuan memperoleh laba ditentukan oleh besarnya nilai Margin of
Safety (MOS) dan Marginal Income Ratio (MIR) dengan rumus menurut
Munawir (2000) sebagai berikut:
Kemampuan Memperoleh Profit (KMP) = MOS x MIR x 100 %
Dimana,
MOS = x 100 %
MIR = x 100 %
3) Analisis Rentabilitas
Rentabilitas merupakan kemampuan peternakan ayam broiler untuk
menghasilkan laba selama satu tahun produksi, hal ini dapat menunjukkan
efisiensi penggunaan asset. Rumus rentabilitas menurut Riyanto (1995)
adalah sebagai berikut:
Rentabilitas ekonomi (%) = X 100 %
Rentabilitas Modal Sendiri = X 100 %
Definisi Istilah
Penelitian ini menggunakan definisi istilah sebagai berikut:
1. Biaya adalah pengorbanan peternak yang diukur dengan harga yang
dibayar untuk mendapatkan, menghasilkan atau memelihara ternak ayam
broiler (Rp/tahun).
2. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu
usaha yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan
(Rp/tahun). Biaya tetap yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
sewa kandang, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta biaya-biaya
penyusutan (pemanas, tempat pakan dan minum, lampu, timbangan
gantung, semprotan untuk fumigasi, mesin ketik, pompa air, sepeda,
gembok kandang, freezer dan tirai).
21
3. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya-biaya yang besarnya
dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan atau biaya-biaya yang
dibebankan bila produksi itu berlangsung (Rp/tahun). Biaya variabel yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain biaya untuk pembelian DOC,
pakan, obat-obatan, vitamin, vaksin, fumigasi, vitamin, batubara, minyak
tanah, korek api, pita mesin ketik, bensin, servis sepeda, trafo lampu,
tenaga kerja, gula merah, susu skim, listrik, telepon, jerami, sak bekas
semen, rafia, lem, selotip, nota, kuitansi, kabel, kawat gantungan dan
biaya bina lingkungan.
4. Biaya total adalah semua nilai yang digunakan dalam proses produksi,,
meliputi biaya tetap dan biaya variabel (Rp/tahun).
5. HKP ialah satuan yang mengukur alokasi waktu kerja yaitu 1 HKP setara
dengan delapan jam kerja tenaga kerja pria dewasa, untuk tenaga kerja
wanita setara dengan 0,8 HKP dan untuk anak-anak setara dengan 0,5 HKP.
6. Penerimaan penjualan adalah total penerimaan yang diperoleh dari hasil
penjualan ayam broiler dalam bobot hidup dikalikan dengan harga jual
per kilogramnya (Rp/tahun).
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah
PT Kusuma Niaga Persada Nusantara (selanjutnya disebut perusahaan)
terletak di desa Kemuning Kidul Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Propinsi
Jawa Timur. Usaha peternakan ayam yang dijalankan oleh PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara ini merupakan salah satu cabang usaha, cabang usaha lain
adalah usaha perkebunan cengkeh, kopi dan usaha supermarket di Solo, Jawa
Tengah. Usaha peternakan ini berdiri sejak tahun 2000, dan pada tahun tersebut
mulai terjalin kerjasama antara bapak Imam Suhari selaku pengelola peternakan
dan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara sebagai penanam modal pada usaha
peternakan ayam ini.
Kerjasama ini dapat terjalin karena usaha ayam broiler bapak Imam Suhari
mengalami kerugian yang besar saat krisis moneter pada tahun 1998. Keinginan
dan kesukaannya pada usaha ayam sangat besar, maka beliau memutuskan untuk
mengelola usaha peternakan ayam dengan modal dari PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara. Hal yang mendasari bapak Imam Suhari tetap mau menjalankan usaha
ayam walaupun pernah rugi besar, karena lebih singkat masa produksinya
dibandingkan usaha tanaman. Pendidikan bapak Imam Suhari yang hanya tamatan
Sekolah Rakyat bukan halangan bagi beliau untuk menjalankan usaha ini, bahkan
usaha ayam yang dijalankan selalu menguntungkan karena beliau belajar dari
pengalamannya selama beternak ayam sejak tahun 1990.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Kusuma Niaga Persada Nusantara untuk cabang
usaha peternakan ayam dalam pengelolaannya dipercayakan penuh kepada Bapak
Imam Suhari. Perusahaan hanya menugaskan manager dalam hal pengawasannya.
Pengelola peternakan dalam tugasnya dibantu oleh beberapa pekerja kandang.
Struktur organisasi usaha peternakan ditampilkan pada Gambar 4.
23
PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
Manager Peternakan Dwiyoga Yunianto
Pengelola Peternakan Imam Suhari
Pekerja Kandang Penjaga Malam tiap 1000 ekor = 2 Pekerja 1 orang/periode = 20 hari
Saksi Penimbang Tenaga tambahan vaksinasi tetes mata 1 orang/periode 2 orang/periode
Gambar 4. Struktur Organisasi Usaha Peternakan
Manajemen Peternakan
Kerjasama yang terjalin antara bapak Imam Suhari dan pihak PT Kusuma
Niaga Persada Nusantara adalah sistem bagi hasil, yaitu 40% dari laba bersih
menjadi hak pihak pengelola peternakan dan 60% dari laba bersih menjadi hak
pihak perusahaan.
Lahan dan skala usaha yang dijalankan oleh PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara khususnya untuk peternakan ayam ini dapat dikategorikan skala usaha
sedang karena hanya mampu memelihara 8000 ekor ayam, yang terdiri dari ayam
broiler dan ayam jantan petelur. Tabel 7 menunjukkan luas lahan yang digunakan
oleh perusahaan untuk menjalankan usaha peternakannya.
Tabel 7. Lahan Usaha Peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
Uraian Ukuran Luas (m2) Kandang 8 kandang @ 125 m2 1000 Jarak Antar Kandang 8 kandang @ 6 m2 40 Gudang 5 m x 6 m 30 Kantor 15 m x 43 m 645 Lantai Bersemen depan Kantor 11 m x 10 m 110 Luas Keseluruhan 1825*)
Keterangan: *) Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayarkan sebesar Rp 90.000/tahun
Lahan merupakan milik bersama (pengelola peternakan dan perusahaan).
Sehingga dalam perhitungan biaya tetap terdapat penyusutan untuk kandang.
24
Biaya pembuatan tiap kandang sebesar Rp 4.750.000 dengan kapasitas tiap
kandang 1000 ekor.
Komposisi ayam yang dipelihara pada tiap periodenya bervariasi, hal ini
didasarkan pada pertimbangan harga ayam di pasar dan tergantung permintaan
konsumen. Permintaan yang fluktuatif khususnya untuk daerah Jawa Timur dan
Jawa Tengah karena adanya bulan Muharram (bulan Suro) yang pada umumnya
terjadi penurunan penjualan ayam broiler, sedangkan untuk bulan Syawal dan
Dzulhijah terjadi peningkatan penjualan ayam broiler dibandingkan bulan-bulan
lainnya. Komposisi pemeliharaan ayam broiler dan ayam jantan petelur pada
usaha peternakan ayam selama penelitian ditunjukkan oleh Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Pemeliharaan Ayam Selama Satu Tahun Produksi*)
Jenis Ayam
Juni – Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004 - Januari
2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
ekor Broiler 6.000 4.000 5.000 6.000 3.000 3.900 Jantan Petelur
2.000 4.000 3.000 2.000 5.000 4.100
Keterangan : *) tiap periode dipelihara 8.000 ekor ayam
Bulan Desember 2004 – Januari 2005 di saat banyak permintaan terhadap
ayam broiler, pengelola peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara hanya
memelihara 6000 ekor DOC broiler ke kandang. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi turunnya harga ayam broiler pada saat panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Usaha Peternakan Selama Penelitian
Bibit Ayam (Day Old Chick)
DOC (Day Old Chick) yang digunakan oleh PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara berasal dari PT Charoen Pokphand, setiap pembelian 100 ekornya
diberikan ekstra 2 ekor. Hal yang dilakukan setelah DOC datang adalah
penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal rata-rata DOC tersebut. Bobot
badan awal DOC tersebut rata-rata berkisar 0,03 - 0,04 kg. Selama penelitian
harga DOC tiap periodenya terus mengalami kenaikan seperti yang terjadi di
wilayah DKI – Jakarta pada tahun 2005. Perubahan harga DOC selama penelitian
dapat dilihat pada Gambar 5.
0
5 00
1 ,00 0
1 ,50 0
2 ,00 0
2 ,50 0
3 ,00 0
J u n i-Ju li04 A gst-S ep t04 O kt-N ov0 4 D es0 4 -Ja n 0 5 F eb -M a r05 A p r-M ei0 5
P er iod e P em e lih a raa n
Har
ga D
OC
(Rp)
Gambar 5. Grafik Harga DOC Setiap Periode Pemeliharaan
Total biaya DOC dipengaruhi oleh kenaikan harga DOC tiap periodenya.
Total biaya DOC setiap periode produksi selama penelitian terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Total Biaya DOC Setiap Periode Berdasarkan Harga DOC
Harga DOC
Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp 2.000 12.000.000
2.100 8.400.000
2.200 11.000.000
2.300 13.800.000
2.400 7.200.000
2.500 9.750.000
26
Total biaya untuk pembelian DOC selama satu tahun produksi (Juni 2004
– Mei 2005) sebesar Rp. 62.150.000. Harga DOC yang terus meningkat tidak
merubah keputusan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara dalam hal pemilihan
bibit yang berkualitas baik. Perusahaan tetap menggunakan bibit yang baik agar
bobot hidup akhir dari ayam broiler yang dihasilkan sesuai dengan target
perusahaan tersebut yaitu 2,0 – 2,5 kg dengan lama pemeliharaan 45 hari. Total
biaya DOC yang tertinggi pada bulan Desember 2004 - Januari 2005 yaitu
sebesar Rp 13.800.000, selain karena DOC yang dibeli banyak (6000 ekor) juga
karena harganya mencapai Rp 2.300/ekor.
Pakan
Pakan yang dibutuhkan oleh ayam broiler rata-rata 5,38 kg/ekor/periode
produksi dengan konversi pakan 2,45 yang dipelihara selama 45 hari. Besarnya
konversi pakan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pakan belum efisien,
karena untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup diperlukan pakan sebanyak 2,45 kg.
Pada saat umur ayam broiler lebih dari 20 hari pakan yang diberikan tidak hanya
pakan dari PT Charoen Pokphand saja (np 11 dan BR 1). Komposisi pakan yang
diberikan selama satu periode produksi dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Penggunaan Pakan Selama Satu Periode Produksi
Umur Pemeliharaan
(Hari)
Pakan Starter
Jagung cbr/kbr Bekatul
kg/hari
01 – 20 50 0 0 0 21 – 25 0 50 50 10 25 – 30 0 75 50 15 30 – 33 0 100 50 15 33 – 35 0 125 50 15 35 – 45 0 150 50 25
Total 2.675 1.250 450 Keterangan : untuk setiap 1000 ekor ayam broiler
Harga pakan yang digunakan oleh PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
sangat bervariasi dalam satu tahun produksi selama penelitian. Kisaran harga
pakan dapat dilihat pada Tabel 11.
27
Tabel 11. Variasi Harga Satuan Masing-masing Jenis Pakan Setiap Periode Pemeliharaan
Periode Pemeliharaan np11 BR 1 cbr/kbr
Jagung
Bekatul
Rp Juni – Juli
2004 136.000 136.000 162.000 1.125 600
Agustus-September 2004
114.000 138.500 140.500
1.125 1.300
800
Oktober-November 2004
135.000 140.000 1.125 700
Desember 2004 Januari 2005
136.500 162.500 1.125 1.375
800
Februari-Maret 2005
135.000 162.000 1.200 800
April - Mei 2005
135.000 165.000 1.400 800
Total biaya pakan setiap periode produksi dipengaruhi oleh perbedaan
harga pada setiap jenis pakan yang digunakan selama satu periode. Total biaya
pakan setiap periode pemeliharaan selama penelitian terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Total Biaya Pakan Setiap Periode Pemeliharaan
Periode Pemeliharaan np11 BR 1 cbr/kbr Jagung
Bekatul
Rp Juni – Juli
2004 9.520.000 6.800.000 24.300.000 18.056.250 1.620.000
Agustus-September 2004
9.120.000 0 13.890.000 12.510.000 1.440.000
Oktober-November 2004
13.500.000 0 17.500.000 15.046.875 1.575.000
Desember 2004 Januari 2005
16.380.000 0 24.375.000 19.068.700 2.160.000
Februari-Maret 2005
8.100.000 0 12.150.000 9.630.000 1.080.000
April - Mei 2005
10.800.000 0 16.500.000 14.980.000 1.440.000
Penggunaan pakan campuran dilakukan pengelola peternakan dengan
pertimbangan untuk memperpanjang umur pemeliharaan agar mencapai bobot
badan akhir ayam broiler yang diinginkan yaitu antara 2,0 – 2,5 kg. Peternak
menginginkan hal tersebut karena pemanenan ayam broiler pada PT Kusuma
Niaga Persada Nusantara dilakukan berdasarkan harga pasar yang berlaku saat itu
sehingga pengelola peternakan bisa mengantisipasi kapan saat yang tepat untuk
menjual, yaitu jika harga di pasar berkisar antara Rp. 6.000 – Rp. 8.000/ekor.
28
Air Minum
Air gula (gula merah atau gula pasir) diberikan oleh pengelola peternakan
setelah DOC datang ke kandang. Air gula berfungsi untuk menambah energi, agar
ayam tidak stres. Gula merah/gula pasir yang diperlukan untuk setiap 1.000 ekor
ayam adalah sebanyak 1 kg dilarutkan ke dalam 5 liter air. Biaya pemakaian gula
merah/gula pasir tiap periode pemeliharaan terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Biaya Gula Merah/Gula Pasir Setiap Periode Pemeliharaan
Harga Gula
(Rp/kg)
Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp 3.400 20.400 13.600 3.500 17.500 21.000 3.700 11.100 3.800 15.200
Kandang dan Peralatan Kandang
Kandang merupakan bagian dari faktor produksi yang harus ada dalam
usaha peternakan ayam broiler. Karakteristik kandang yang digunakan PT
Kusuma Niaga Persada Nusantara terlihat pada Tabel 14..
Tabel 14. Karakteristik Kandang Ayam Broiler
Uraian Keterangan Jumlah Kandang 8 kandang Ukuran Kandang @ 5 m x 25 m
Kepadatan Kandang 8 ekor/ m2 Bahan Kandang Bilah-bilah bambu Model Kandang Panggung Bahan Lantai Kandang Bilah-bilah bambu Bahan Penyangga Kandang Bata bersemen Jarak Tanah – Lantai Kandang 1,5 m Jarak Lantai Kandang – Atap Kandang 2 – 3 m Model Atap Monitor Bahan Atap Genteng Pagar permanen di sekeliling kandang Tingginya 5 m
Kandang model panggung akan sangat mengurangi kontak langsung antara
ayam dan fesesnya sehingga dapat mengurangi penyebaran berbagai jenis
penyakit pada ayam. Hal ini juga memudahkan pengelola peternakan untuk
mendeteksi kesehatan ayam. Kandang dengan atap model monitor (dua atap yang
diberi jarak untuk sirkulasi udara), akan memudahkan sirkulasi udara di dalam
kandang.
29
Banyaknya peralatan yang diperlukan untuk usaha peternakan ayam
broiler akan sangat menuntut pengelola peternakan untuk bisa mengelolanya
dengan sangat baik, pengalaman dalam usaha inipun akan sangat menunjang
dalam pengelolaannya. Peralatan yang digunakan tiap satu kandang (per 1000
ekor ayam) terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15. Peralatan Kandang Tiap 1.000 ekor
Uraian Jumlah Harga (Rp)
Tempat Pakan 17 buah @ 8.000 Tempat Minum 17 buah @ 8.000 Pemanas Batubara 2 buah @ 180.000 Sak Bekas Semen 50 lembar @ 300 Jerami 45 sak dengan ketebalan 5 cm @ 1.500 Lampu Neon (25 Watt) 3 buah @ 7.000 Tirai ¾ rol dengan ketebalan 0,3 mm @ 67.500 Batubara 15 boks @ 11.000 Susu Skim 4 dus (@ 50 gram) @ 3.000
Keterangan : Harga masing-masing peralatan kandang selalu sama tiap periodenya Jenis tempat pakan dan minum yang digunakan adalah manual
Untuk kenyamanan ternak di dalam kandang diberi sekam (jerami) pada
lantai. Alas lantai tambahan untuk DOC (1 – 7 hari) berupa sak bekas semen.
Pemanas batubara diberikan untuk memberikan kehangatan bagi ayam broiler
agar dapat tumbuh dengan baik. Komponen biaya variabel yang lain dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Komponen Biaya Variabel
Uraian Jumlah Harga (Rp)
Minyak Tanah 200 – 300 liter dalam satu periode 1.000 – 1.200 Bensin (besarnya selalu sama/bulan) Dianggarkan tiap bulan 55.000/bulan Pita Mesin Ketik Tiap bulan berbeda yang dibutuhkan 10.000 –
15.000 Listrik Tiap bulan berbeda yang dibutuhkan 215.000/8
kandang Telepon Tiap bulan berbeda yang dibutuhkan Biaya +
abodemen (49.200)
Korek Api Tiap periode dianggarkan sama 5000 Trafo Lampu Tidak tiap periode mengganti 15.000 Dll (baterai,ravia, solasi,servis sepeda, kuitansi, nota, kabel, lem pvc, siltep, kawat)
Tidak tiap periode dibeli bervariasi
30
Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada suatu usaha akan sangat diperlukan untuk
melaksanakan semua aktivitas pada usaha tersebut. Kebutuhan tenaga kerja pada
PT Kusuma Niaga Persada Nusantara terdapat pada Tabel 17. Setiap tenaga kerja
mempunyai tugas masing-masing dengan upah yang bervariasi.
Tabel 17. Komposisi Tenaga Kerja pada Usaha Peternakan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
Uraian Tugas Upah (Rp)
Pengelola Peternakan (1 orang)
Mengontrol kinerja semua bawahannya, Mengontrol kesehatan ayam tiap hari, Membuat laporan keuangan tiap periode pemeliharaan.
400.000/periode + insentif 2% dari laba bersih tiap pemeliharaan > 5.000 ekor, Menerima bagian 40% dari laba bersih/tahun.
Pekerja Kandang (4 orang untuk 8 kandang)
Membersihkan kandang dan semua peralatan kandang, Memberikan vaksin, fumigasi, obat-obatan dan vitamin, Melakukan kegiatan teknis yang ada di usaha peternakan ayam.
@ 225.000/orang/periode + insentif 1% dari laba bersih tiap pemeliharaan > 5.000 ekor.
Juru Timbang (1 orang)
Menimbang ayam saat di panen 50.000/periode
Penjaga Malam (1 orang)
Menjaga ayam broiler selama 20 hari agar tidak ada pencurian
15.000/hari
Pekerja Tambahan (1 orang)
Membantu saat dilakukan vaksinasi tetes mata
@ 7.000/hari
Keterangan : Tenaga Kerja semuanya pria dewasa
Perhitungan biaya untuk tenaga kerja pada tiap periode pemeliharaan
terlihat pada Tabel 18. Jumlah ayam yang dipelihara sangat berpengaruh pada
besarnya biaya tenaga kerja terutama untuk pekerja kandang.
Tabel 18. Biaya Tenaga Kerja Setiap Periode Pemeliharaan
Tenaga Kerja
Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp Pengelola Peternakan
507.099 400.000 400.000 456.148 400.000 400.000
Pekerja Kandang
835.649 450.000 562.500 759.222 337.500 450.000
Juru Timbang
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Penjaga Malam
300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
Pekerja Tambahan
14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000
Total 1.706.748 1.214.000 1.326.500 1.579.370 1.101.500 1.214.000
31
Total biaya tenaga kerja selama satu tahun produksi sebesar Rp 8.142.118
Besarnya biaya tenaga kerja bisa diminimumkan dengan menambah keterampilan
untuk para pekerja kandang, sehingga kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pemeliharaan ayam broiler dapat dikerjakan oleh pekerja kandang tanpa
pekerja tambahan. Hal ini juga dapat lebih mengefisienkan waktu kerja para
pekerja kandang.
Fumigasi
Fumigasi sangat penting dilakukan pada suatu usaha peternakan ayam
broiler. Fumigasi dilakukan untuk memberantas hama penyakit yang masih
tertinggal di kandang yang digunakan pada periode sebelumnya. Fumigasi yang
dilakukan PT Kusuma Niaga Persada Nusantara tertera pada Tabel 19.
Tabel 19. Program Fumigasi PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
Jenis Obat Fumigasi
Dosis Harga (Rp)
Keterangan
Kapur 17 liter untuk 2 kandang
6.000 – 7.000 per liter
Dilakukan saat masa kosong kandang
Formalin 1 cc dilarutkan dalam 2 liter air
- Selama penelitian dilakukan, formalin tidak digunakan
Antisep 1 cc dilarutkan dalam 1 liter air
46.000, 47.500 dan 50.000
per liter
Sebagai desinfektan pada peralatan (seperti tempat pakan dan tempat minum)
Total biaya fumigasi pada setiap periode pemeliharaan dipengaruhi oleh
harga dan banyaknya jenis obat fumigasi yang dipakai pada masing-masing
periode pemeliharaan. Total biaya fumigasi setiap periode pemeliharaan selama
penelitian terlihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Total Biaya Fumigasi Setiap Periode Pemeliharaan
Jenis Obat Fumigasi
Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp Kapur 306.000 204.000 252.000 357.000 158.000 238.000 Antisep 278.500 50.000 92.000 90.000 47.500 47.500 Total 584.500 254.000 344.000 447.000 205.500 285.500
Biaya fumigasi periode Juni-Juli 2004 terutama antisep paling besar
dibandingkan periode lainnya yaitu sebesar Rp. 278.500. Hal ini dikarenakan pada
bulan tersebut merupakan musim pancaroba dimana terjadinya perubahan suhu
udara yang sangat fluktuatif dibandingkan bulan-bulan lainnya, sehingga untuk
32
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
Juni-Juli04 Agst-Sept04 O kt-Nov04 Des04-Jan05 Feb- Mar05 Apr-Mei05
Periode Pemeliharaan
mencegah penyebaran penyakit pada kandang ayam diberikan desinfektan berupa
antisep secara intensif. Ayam-ayam pada bulan tersebut jika tidak mendapat
penanganan yang baik akan menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi,
penerimaan yang diperoleh peternak pun akan menurun bahkan dapat
menyebabkan kerugian. Fluktuasi biaya fumigasi pada setiap periode
pemeliharaan ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Biaya Fumigasi Setiap Periode Pemeliharaan
Vaksinasi
Vaksinasi untuk ayam broiler oleh pengelola peternakan dilakukan selama
periode pemeliharaan. Pemberian vaksin selama periode pemeliharaan
ditunjukkan pada Tabel 21.
Tabel 21. Pemberian Vaksin Selama Periode Pemeliharaan
Umur Pemeliharaan
(hari)
Jenis Vaksin Harga (Rp)
Keterangan
04 Tetes mata 1.000 ekor = 22.000 500 ekor = 13.000
Diberikan saat jam 07.00 – 10.00 Digunakan untuk mencegah penyakit ND/tetelo
07 - 12 Gumboro A 1.000 ekor = 42.000 500 ekor = 27.500
Mencegah penyakit gumboro, polio, ngorok, CRD
17 - 21 ND La Sota 1.000 ekor = 11.500 500 ekor = 8.500
Untuk kekebalan tubuh ayam broiler
26 - 27 Clon 1.000 ekor = 17.000 500 ekor = 13.000
Mencegah penyakit ND dan gumboro
Keterangan : ND (New Castle Disease), CRD (Chronic Respiratory Disease)
Pemberian vaksin sesuai dengan beberapa ketentuan. Pengelola peternakan
PT Kusuma Niaga Persada Nusantara mempunyai ketentuan dalam pemberian
vaksin. Cara pemberian vaksin dilakukan dengan tetes mata dan melalui air
minum. Vaksin yang diberikan melalui air minum harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan susu skim. Sebelum dilakukan vaksinasi ayam terlebih dahulu dipuasakan
Bia
ya F
umig
asi (
Rp)
33
dari minum selama tiga jam. Dosis vaksin yang diberikan adalah 500 – 1000 cc,
dosis tersebut harus bisa habis dalam waktu dua jam. Jenis vaksinasi yang
dilakukan setiap periode pemeliharaan selalu sama, tetapi jumlah pemberiannya
disesuaikan dengan jumlah ayam broiler yang dipelihara karena vaksin harus
diberikan sesuai dosis dan tepat waktu. Data lengkap mengenai biaya vaksinasi
setiap periode pemeliharaan tertera pada Tabel 22.
Tabel 22. Biaya Vaksinasi Setiap Periode Pemeliharaan
Jenis Vaksin Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp Tetes Mata 210.000 140.000 175.000 210.000 105.000 156.000 Gumboro A 417.000 250.500 347.500 417.000 208.000 252.000 ND Lasota 51.000 80.000 100.000 51.000 34.500 78.000 Clon 141.000 120.000 150.000 141.000 51.000 102.000 Total 819.000 590.500 772.500 819.000 399.000 588.000
Obat-obatan
Tujuan dilakukan pengobatan pada ayam yang sakit adalah untuk menjaga
produktivitas ayam. Salah satu cara yang dilakukan oleh pengelola peternakan
ayam broiler ini adalah pengontrolan setiap dua hari sekali terhadap kotoran
(feses) ayam broiler. Obat yang digunakan oleh pengelola peternakan disesuaikan
dengan ciri-ciri penyakitnya (Tabel 23).
Tabel 23. Jenis Penyakit dan Obat pada Ayam Broiler
Ciri-ciri Penyakit Obat Yang Digunakan
Dosis Penggunaan
Warna feses ayam merah Cocci Warna feses ayam hijau Therapi Ayam mencret putih Therapi Ayam mencret tanpa warna Trimisin Setiap 1 gram dilarutkan dalam 2 liter air Ayam ngorok dan batuk-batuk Neomeditril Setiap 1 ml dilarutkan dalam 2 liter air
Harga untuk setiap jenis obat juga berbeda. Biaya obat-obatan setiap
periode pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 24. Jenis obat-obatan yang sering
digunakan pada setiap periode pemeliharaan adalah trimisin dan therapi,
sedangkan trivural, kholiridin, neomeditril dan porbitol tidak digunakan pada
setiap periode pemeliharaan.
34
Tabel 24. Biaya Obat-obatan Setiap Periode Pemeliharaan
Jenis Obat Harga Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp
Trimisin 24.000 25.000
442.000 392.000 250.000 450.000 450.000 450.000
Therapi 32.000 34.000
769.000 386.000 352.000 384.000 96.000 423.000
Trivural 51.000 102.000 0 0 0 0 104.000 Kholiridin 28.000 0 112.000 0 0 0 0 Neomeditril 25.000 0 100.000 0 0 0 0 Porbitol 18.000 0 0 0 0 0 72.000 Total 1.313.000 990.000 602.000 834.000 552.000 1.049.500
Pembelian obat-obatan pada bulan Juni – Juli 2004 sangat besar, karena
pada bulan tersebut cuaca sedang tidak baik sehingga banyak ayam broiler yang
sedang sakit (mencret putih) maka Rp 769.000 digunakan untuk membeli therapi.
Bulan April – Mei 2005 pembelian obat-obatan juga sangat besar (terutama untuk
pembelian trivural dan porbitol) dibandingkan bulan-bulan yang lainnya, karena
pada bulan tersebut ayam broiler banyak yang terkena penyakit CRD (Chronic
Respiratory Disease). Karena banyaknya ayam broiler yang sakit pada akhir
pemeliharaan pada bulan April – Mei 2005, maka ada sebanyak 18 ekor ayam
tidak laku dijual karena bobot badan akhirnya kurang dari 1 kg. Hal tersebut
dikarenakan pertumbuhan ayam broiler tidak maksimal akibat serangan penyakit
CRD pada bulan pemeliharaan.
Pemberian obat-obatan selain harus disesuaikan dengan jenis penyakitnya
juga harus diperhatikan dalam hal batas waktu pemberiannya. Pemberian obat-
obatan pada ayam broiler harus dihentikan lima hari sebelum ayam-ayam broiler
tersebut dijual, jika hal ini tidak dilakukan maka obat-obatan akan meresap di
daging. Keuntungan dari penghentian pemberian obat-obatan adalah untuk
meringankan biaya produksi sehingga laba yang diperolehpun diharapkan lebih
besar. Pertimbangan lain penghentian pemberian obat-obatan lima hari sebelum
ayam broiler dijual karena pada saat umur ayam lebih dari 30 hari sudah termasuk
umur aman untuk ayam, sedangkan pada saat umur 25 – 30 hari ayam broiler
sangat masih sangat rentan terhadap penyakit.
35
Vitamin
Pemberian vitamin pada ayam broiler bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler terhadap
segala jenis penyakit. Jenis-jenis vitamin yang digunakan pada usaha peternakan
ayam broiler PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ditunjukkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Macam-macam Vitamin Ayam Broiler
Jenis Vitamin
Dosis Keterangan
Vitabro 1 gram dilarutkan dalam 1 liter air Diberikan saat ayam broiler umur 1 -20 hari Vitachick 1 gram dilarutkan dalam 1 liter air Diberikan saat ayam broiler umur 1 -20 hari
Niobro 1 gram dilarutkan dalam 1 liter air Diberikan saat ayam broiler umur 1 -20 hari Vitastres 1 gram dilarutkan dalam 1 liter air Diberikan saat ayam broiler umur 1 -20 hari
Diberikan lagi saat ayam broiler umur > 20 hari jika masih diperlukan.
Keterangan : Semua jenis vitamin yang digunakan merupakan produk dari PT Medion
Pemakaian vitamin pada setiap periode pemeliharaan disesuaikan dengan
kondisi kesehatan ayam broiler. Jenis vitamin yang digunakan berbeda pada setiap
periodenya. Besarnya biaya vitamin setiap periode pemeliharaan yang dipengaruhi
oleh harga dan jenis vitamin yang dipakai pada masing-masing periode selama
penelitian terlihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Biaya Vitamin Setiap Periode Pemeliharaan
Jenis Vitamin
Juni -Juli 2004
Agustus September
2004
Oktober November
2004
Desember 2004
Januari 2005
Februari Maret 2005
April Mei 2005
Rp Vitachick 256.000 128.000 128.000 256.000 128.000 160.000 Vitastres 211.600 144.000 94.400 96.000 142.400 52.000 Niobro 65.000 0 64.000 66.000 0 0 Multimex 0 0 0 0 0 60.000 Multifit 0 0 0 0 0 30.000 Total 532.600 272.000 286.400 418.000 270.400 302.000
Fluktuasi biaya vitamin yang dikeluarkan tidak terlalu berbeda tiap
periodenya, tetapi pengeluaran terbesar untuk vitamin terdapat pada bulan Juni –
Juli 2004. Pada bulan tersebut sedang terjadi musim pancaroba, sehingga ayam
broiler menurun ketahanan tubuhnya. Pengelola peternakan memberikan vitamin
dalam dosis yang lebih besar tetapi tetap dalam batas aman supaya ayam-ayam
broiler tidak banyak yang mati.
36
0
100
200
300
400
500
600
Juni-Juli04 Agst-Sept04 Okt-Nov04 Des04-Jan05 Feb-Mar05 Apr-Mei05
Periode Pemeliharaan
Mor
talit
as (e
kor)
Panen
Umur panen pada ayam broiler akan sangat berkaitan erat dengan tingkat
mortalitas dari ayam broiler yang sedang dipelihara. Rata-rata ayam broiler yang
dipanen tiap periodenya lebih dari 90% dari total ayam yang dipelihara berarti
mortalitasnya kurang dari 10%, bobot badan akhir 2,0 – 2,5 kg per ekornya pada
umur pemeliharaan 45 hari. Mortalitas terbesar di peternakan ayam broiler PT
Kusuma Niaga Persada Nusantara disebabkan oleh CRD (Chronic Respiratory
Disease). Mortalitas ini juga sangat mempengaruhi tingkat penerimaan peternak,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat laba usaha peternakan tersebut.
Mortalitas pada setiap periode pemeliharaan selama satu tahun produksi
ditunjukkan oleh Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Mortalitas Setiap Periode Pemeliharaan
Mortalitas terbesar terjadi pada pemeliharaan bulan Juni – Juli 2004
(skala pemeliharaan 6000 ekor). Periode tersebut merupakan musim pancaroba
sehingga ayam broiler yang mati mencapai 537 ekor (8,95%) karena udara
panas. Periode pemeliharaan bulan Agustus – September 2004 (skala
pemeliharaan 4000 ekor) tingkat mortalitasnya hanya 2,10%, hal ini
mengindikasikan bahwa ayam broiler dapat beradaptasi dengan baik pada bulan
Agustus –September. Pada bulan April – Mei 2005 tingkat mortalitasnya lebih
tinggi dibandingkan pada bulan Agustus – September 2004, hal ini disebabkan
karena banyaknya ayam broiler yang terserang penyakit CRD (Chronic
Respiratory Disease).
37
Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu unsur yang mempunyai kontribusi
dalam usaha peternakan ayam broiler. Pemasaran yang terencana dengan baik
akan sangat menguntungan usaha peternakan ayam broiler, karena perusahaan
dapat merencanakan tingkat laba yang ingin diperolehnya. Pengelola peternakan
mengantisipasi masalah pemasaran ini dengan cara menjalin kerjasama dengan
beberapa pedagang ayam broiler untuk menjadi konsumen tetap. Hal ini akan
memudahkan perusahaan dalam distribusi ayam broiler.
Aspek Keuangan
Struktur Modal
Modal sangat diperlukan untuk memulai suatu usaha. Besarnya modal
disesuaikan dengan kebutuhan usaha tersebut. Modal awal (kandang, gudang,
rumah untuk kantor dan lahan semuanya milik perusahaan) untuk usaha ayam
broiler ini berasal dari PT Kusuma Niaga Persada Nusantara dan pengelola
peternakan.
Modal awal pemeliharaan yang diperlukan adalah Rp 13.000/ekor ayam
broiler, sedangkan untuk biaya pengembangan diambil dari tabungan bersama
kedua belah pihak dengan persentase untuk perusahaan lebih besar (70%)
dibandingkan dengan persentase pengelola peternakan (30%). Pembagian laba
berdasarkan kesepakatan adalah 40: 60 dari total laba bersih yaitu 40% untuk
pengelola peternakan ayam broiler dan 60% untuk PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara.
Biaya
Biaya pada suatu usaha akan sangat menentukan besarnya modal yang
diperlukan. Biaya terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Komponen biaya tetap terdiri atas biaya sewa lahan, penyusutan kandang, pajak
bumi bangunan dan biaya penyusutan peralatan-peralatan.
Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian DOC, pakan, tenaga kerja,
obat-obatan, vaksin, vitamin, fumigasi, jerami, sak bekas semen, listrik, telepon,
batubara, minyak tanah, gula merah, susu skim, bensin untuk akomodasi
pengelola peternakan, servis sepeda, pita mesin tik, trafo lampu, pembelian tali,
alat tulis, kabel dan biaya bina lingkungan. Komponen-komponen tersebut
38
termasuk ke dalam biaya variabel karena pembeliannya tidak tetap berdasarkan
skala pemeliharaan pada periode tersebut. Lama pemeliharaan ayam juga sangat
berpengaruh pada besarnya biaya variabel tiap periodenya. Komponen biaya tetap
dan biaya variabel yang digunakan oleh pengelola peternakan selama penelitian
terdapat pada Tabel 27.
Tabel 27. Komposisi Biaya Selama Satu Tahun Produksi
Jumlah Persentase Macam Biaya
(Rp/Th) (%/Th)
Biaya Tetap Sewa Lahan 547.500,00 0,143 Penyusutan kandang 1.639.726,03 0,429 Penyusutan tempat pakan dan minum 93.895,87 0,025 Penyusutan pemanas 248.547,94 0,065 Penyusutan pompa air 300.000,00 0,079 Penyusutan lampu (neon) 4.832,88 0,001 Penyusutan semprotan untuk fumigasi 50.000,00 0,013 Penyusutan timbangan gantung 20.000,00 0,005 Penyusutan sepeda 80.000,00 0,021 Penyusutan mesin tik 35.000,00 0,009 Penyusutan gembok kandang 3.559,92 0,001 Penyusutan freezer 400.000,00 0,105 Penyusutan tirai 29.126,71 0,008 Pajak Bumi dan Bangunan 90.000,00 0,023
Total Biaya Tetap 3.542.189,35 0,927 Biaya Variabel
DOC 62.150.000,00 16,269 Pakan 281.541.875,00 73,698 Obat-obatan 5.340.500,00 1,398 Vaksin 3.988.080,00 1,044 Fumigasi 2.120.500,00 0,555 Vitamin 2.081.400,00 0,545 Batubara 4.620.000,00 1,209 Minyak tanah 1.700.000,00 0,445 Pita mesin tik + kertas 70.000,00 0,018 Bensin 660.000,00 0,173 Tenaga kerja 8.142.118,00 2,131 Gula Merah/gula pasir 98.700,00 0,026 Susu skim 330.000,00 0,086 Listrik 1.696.350,00 0,444 Telepon 763.400,00 0,200 Jerami/sekam 1.890.000,00 0,495 Sak bekas semen 420.000,00 0,110 Biaya lain-lain 865.625,00 0,227
Total Biaya Variabel 378.478.548,00 99,073 Biaya Total 382.020.737,35 100,000
39
Biaya pakan merupakan biaya terbesar dikeluarkan oleh peternak pada
usaha ayam broiler yaitu sebesar 73,698% dari total biaya. Besarnya biaya
pakan tersebut karena belum efisien dalam penggunaan pakan, hal ini dapat
dilihat dari konversi pakan sebesar 2,45. Lama pemeliharaan ayam broiler
sangat berpengaruh pada banyaknya jumlah pakan yang diperlukan. Oleh
karena itu pengelola peternakan harus efisien dalam penggunaan pakan,
dengan cara meningkatkan kualitas pakan dan manajemen pemeliharaan
sehingga diperoleh ayam dengan bobot badan lebih dari 2 kg dalam waktu
yang lebih singkat.
Biaya untuk pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit, yaitu biaya
obat-obatan; vaksin; fumigasi dan vitamin merupakan biaya yang persentasenya
cukup besar yaitu 3,542%. Besarnya persentase tersebut dipengaruhi oleh
meningkatnya pembelian obat-obatan pada periode April – Mei 2005 karena ayam
yang dipelihara banyak terserang penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease),
sedangkan pada periode Juni – Juli 2004 meningkatnya pembelian vitamin untuk
mempertahankan ketahanan tubuh ayam disaat musim pancaroba.
PT Kusuma Niaga Persada Nusantara banyak memerlukan tenaga kerja
harian untuk melakukan aktivitas-aktivitas di usahanya, misalnya tenaga untuk
menimbang setiap kali panen; penjaga malam pada saat umur ayam broiler yang
dipelihara mencapai 25 – 45 hari agar pencurian tidak terjadi; tenaga harian
untuk vaksinasi tetes mata pada saat umur ayam broiler 4 hari, karena vaksin ini
harus diberikan pada saat itu juga dan dilakukan pada saat yang bersamaan.
Beberapa hal di atas yang menyebabkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
mencapai persentase sebesar 2,131%.
Penerimaan
Penerimaan tunai peternakan ayam broiler berasal dari hasil penjualan
ayam broiler hidup dengan harga per kilogram berkisar antara Rp. 6.000 – Rp.
8.000 dan bobot badan panen antara 2,00 – 2,50 kg. Pada peternakan PT Kusuma
Niaga Persada Nusantara terdapat ayam kerdil (culling) dengan bobot badan rata-
rata sebesar 1,24 kg, dijual dengan harga lebih rendah antara Rp. 5.000 – Rp
5.400/kg. PT Kusuma Niaga Persada Nusantara mengeluarkan 10 – 15 ekor untuk
40
biaya bina lingkungan yang diberikan untuk tetangga terdekat dengan lokasi
kandang. Hal ini dilakukan selain untuk menghindari pencurian juga sebagai uang
ganti rugi karena lokasi kandang sangat dekat dengan pemukiman mereka yang
terganggu dengan bau dari kotoran ayam.
Harga ayam tersebut sangat tergantung pada pasar dan bulan-bulan jawa
misalnya saat bulan Muharram (Februari – Maret 2005) dimana permintaan ayam
broiler cenderung menurun sedangkan pada bulan Syawal dan Dzulhijjah
(Oktober – November 2004 dan Desember 2004 – Januari 2005) permintaan ayam
broiler cenderung meningkat. Penerimaan ayam broiler pun besarnya akan sesuai
dengan harga dan permintaan pada bulan-bulan tersebut, makanya pengelola
peternakan mengantisipasi kondisi tersebut dengan umur pemeliharaan yang bisa
diatur dengan pemberian pakan alternatif (campuran jagung, cbr/kbr dan bekatul)
selain itu juga diatur jumlah pemasukkan DOC setiap periode. Berdasarkan hal
tersebut maka penerimaan perusahaan tiap periode bervariasi terlihat Tabel 28.
Tabel 28. Penerimaan Peternakan Setiap Periode Pemeliharaan
Periode Pemeliharaan
Ayam Panen (ekor)
Total Bobot Panen (kg)
Penerimaan (Rp)
Juni – Juli 2004
5.463 11.756,0 84.809.200
Agustus – September 2004
3.916 8.623,0 57.685.100
Oktober – November 2004
4.569 9.969,0 73.068.500
Desember 2004 Januari 2005
5.502 11.947,0 88.067.700
Februari – Maret 2005
2.875 5.879,0 45.801.400
April – Mei 2005
3.648 6.844,5 56.633.300
Total 25.973 55.018,5 406.065.200
Penjualan berdasarkan bobot badan hidup disesuaikan permintaan
konsumen khususnya untuk daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, daging ayam
broiler dijual dengan bobot badan rata-rata lebih dari 2 kg (2,0 – 2,5 kg). Pada
umumnya ayam broiler dijual berbentuk potongan, jadi konsumen dapat memilih
potongan mana yang lebih disukai. Penerimaan peternak selain ditentukan oleh
besarnya bobot akhir ayam broiler, juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga jual
ayam broiler. Harga jual ayam broiler tiap periode ditampilkan pada Gambar 8.
41
010002000300040005000600070008000
Juni - Juli 04 Agust-Sept 04 Okt-Nov 04 Des 04-Jan 05 Feb - Mar 05 Apr - Mei 05
Periode Pemeliharaan
Gambar 8. Grafik Fluktuasi Harga Jual Ayam Broiler/kg
Harga ayam broiler yang berfluktuasi dipengaruhi oleh beberapa hal, salah
satunya karena tinggi rendahnya permintaan konsumen. Jika permintaan
konsumen terhadap ayam broiler tinggi maka harga ayam broiler cenderung
meningkat, dan hal ini terjadi pada periode pemeliharaan Desember 2004 –
Januari 2005. Harga ayam broiler pada periode tersebut mencapai Rp 7.300 – Rp
7.400 per kg. Harga tersebut tidak berbeda jauh dengan harga pada saat periode
pemeliharaan bulan-bulan sebelumnya, tetapi pada bulan tersebut banyak
konsumen yang mengadakan pesta maka permintaan ayam broiler meningkat
dibanding bulan-bulan yang lainnya sehingga penerimaan peternak juga paling
tinggi pada bulan tersebut yaitu sebesar Rp 88.067.700.
Penerimaan pada tiap periode didapatkan dari hasil perkalian antara harga
jual ayam broiler dengan bobot hidup ayam broiler per kilogramnya. Bobot panen
ayam broiler yang diperoleh tiap periode sangat dipengaruhi oleh besarnya skala
pemeliharaan. Semakin banyak ayam yang dipelihara tiap periode, maka
penerimaan yang diperoleh pun semakin tinggi juga (Tabel 28). Laba bersih
peternak diharapkan dapat maksimal karena berkaitan erat dengan bagian hasil
yang diterima oleh kedua belah pihak (pengelola peternakan dan perusahaan).
Laba bersih diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya. Besarnya
laba bersih tiap periode pemeliharaan ditampilkan pada Tabel 29.
Har
ga A
yam
Bro
iler
(Rp)
42
Tabel 29. Laba Bersih Peternakan Setiap Periode Pemeliharaan
Periode Pemeliharaan
Penerimaan Biaya Tetap Biaya Variabel Laba Bersih
Rp Juni – Juli
2004 84.809.200,00 686.371,05 79.721.998,00 4.400.830,95
Agustus –September 2004
57.685.100,00 542.368,80 50.744.275,00 6.398.456,20
Oktober – November 2004
73.068.500,00 614.366,41 64.330.125,00 8.124.008,59
Desember 2004 Januari 2005
88.067.700,00 686.371,05 82.540.350,00 4.840.978,95
Februari – Maret 2005
45.801.400,00 470.357,18 42.181.600,00 3.149.442,82
April – Mei 2005
56.633.300,00 542.368,80 58.960.200,00 (2.869.268,80)
Periode pemeliharaan April – Mei 2005, PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara sedang mengalami kerugian. Biaya variabel yang dikeluarkan pada
bulan tersebut sangat besar, terutama karena tingginya harga pakan, harga DOC
dan besarnya biaya obat-obatan untuk mengobati penyakit CRD (Chronic
Respiratory Disease) yang menyerang pada periode tersebut.
Laba bersih tertinggi dicapai saat bulan Oktober–November 2004 sebesar
Rp 8.124.008,59 . Periode tersebut bertepatan dengan bulan puasa dan lebaran
sehingga permintaan konsumen terhadap ayam broiler tinggi. Harga jual ayam
broiler pada saat itu berkisar antara Rp 7.300 – Rp 8.000 per kg, selain itu pada
bulan tersebut ayam tidak banyak terserang penyakit sehingga berkurangnya biaya
untuk obat-obatan dan vitamin.
Laba bersih pada bulan Desember 2004 – Januari 2005 mengindikasikan
bahwa besarnya skala pemeliharaan tidak memberi kepastian pada peternak
bahwa laba yang akan diperoleh akan besar pula. Hal tersebut dikarenakan
semakin besar skala pemeliharaan, biaya variabel yang dikeluarkan terutama
untuk pakan juga akan meningkat sesuai jumlah ayam yang dipelihara.
Sistem Bagi Hasil
Laba bersih yang diperoleh dalam satu tahun produksi sebesar Rp
24.044.448,71. Sistem bagi hasil pada PT Kusuma Niaga Persada Nusantara
berdasarkan laba yang diperoleh selama satu tahun produksi adalah sebagai
berikut: (a) bagian hasil perusahaan investor 60% dari laba bersih yaitu sebesar
43
Rp 14.426.669,23 dan (b) bagian hasil pengelola peternakan 40% dari laba bersih
yaitu sebesar Rp 9.617.779,48.
Kerjasama dengan modal awal 70% dari perusahaan dan 30% dari
pengelola peternakan, pembagian hasil 60%:40% sebenarnya lebih
menguntungkan pihak pengelola peternakan. Keuntungan yang diperoleh
pengelola peternakan selain mendapatkan bagi hasil sebesar 40% dari laba, juga
mendapatkan gaji sebesar Rp 400.000/periode.
Sistem bagi hasil ini berbeda dengan jenis usaha secara kemitraan maupun
mandiri, hal ini terlihat dari kedua belah pihak yang bekerja sama menanamkan
modalnya dengan persentase sesuai dengan kontrak dan adanya pembagian hasil
yang jelas antara pengelola peternakan dan perusahaan. Kelebihan dari sistem
bagi hasil ini adalah pengelola peternakan bebas menjual ayam broiler yang
dipanen sesuai dengan harga yang ada di pasar. Kelebihan lain pada sistem bagi
hasil jika terjadi kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak.
Analisis Profitabilitas
Titik Impas (Break Even Point)
Keadaan perusahaan yang tidak mendapatkan laba dan tidak menderita
kerugian adalah yang dimaksudkan dengan titik impas. Pada kondisi tersebut
penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkan sehingga laba yang diperoleh
sama dengan nol. Secara matematis titik impas (Break Even Point) PT Kusuma
Niaga Persada Nusantara diperoleh pada tingkat penjualan Rp 50.602.705 dengan
penjualan ayam broiler sebanyak 7.064,60 kg.
Total penerimaan selama satu tahun produksi sebesar Rp 406.065.200
yang diperoleh dari hasil penjualan ayam broiler sebesar 55.018,50 kg. Jika
dilihat dari satu tahun produksi perusahaan memperoleh laba sebesar Rp
24.044.448,71. Secara grafis titik impas dalam satu tahun produksi dapat dilihat
pada Gambar 9.
44
Gambar 9. Grafik Titik Impas Selama Satu Tahun Produksi
Margin of Safety (MOS) dan Marginal Income Ratio (MIR)
Kemampuan memperoleh laba dapat juga ditentukan oleh besarnya nilai
Margin of Safety (MOS) dan Marginal Income Ratio (MIR). Nilai untuk MIR
untuk usaha peternakan ayam broiler selama satu tahun produksi diperoleh
sebesar 7%. Nilai MIR mempunyai arti bahwa 7% dari penjualannya tersedia
untuk menutup pengeluaran biaya tetap dan menghasilkan laba.
Nilai MOS selama satu tahun produksi diperoleh sebesar 87,54%. Berarti
bahwa tingkat penjualan untuk PT Kusuma Niaga Persada Nusantara tidak boleh
turun lebih 87,54% dari penjualan yang direncanakan. Bila dinyatakan dalam hasil
penjualan atau jumlah satuan penjualan untuk satu tahun produksi maka besarnya
Margin of Safety sebesar Rp 355.462.495 atau 47.953,90 kg. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat atau skala penjualan yang harus dicapai oleh
perusahaan tidak boleh turun dari Rp 355.462.495 atau 47.953,90 kg dari
penjualan yang direncanakan agar peternakan tersebut tidak mengalami kerugian.
Kemampuan memperoleh laba diperoleh dari perkalian antara Margin of
Safety dan Marginal Income Ratio, sehingga diperoleh angka sebesar 6,13%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa bila perusahaan mampu menjual ayam
broiler atau hasil produksinya sesuai dengan yang dianggarkan, maka profit
(laba) yang akan diperoleh sebesar 6,13% dari total hasil penjualan ayam broiler
selama satu tahun. Semakin besar Kemampuan memperoleh laba maka bagian
hasil yang diterima oleh kedua belah pihak (pengelola peternakan dan
perusahaan) juga akan lebih besar pula, karena laba yang dibagikan makin besar.
45
Rentabilitas
Rentabilitas merupakan kemampuan peternakan ayam broiler untuk
menghasilkan laba selama satu tahun produksi, hal ini dapat menunjukkan
efisiensi penggunaan asset. Rentabilitas ekonomi selama satu tahu produksi
sebesar 6,29%. Besarnya rentabilitas ekonomi 6,29% artinya kemampuan modal
yang dipergunakan dalam suatu usaha untuk menghasilkan laba yaitu sebesar
6,29%.
Rentabilitas ekonomi merupakan perhitungan dari keseluruhan modal,
sedangkan untuk rentabilitas modal sendiri dalam perhitungannya terdapat bunga
pinjaman atas hutang dan pajak laba bersih. Rentabilitas Modal Sendiri (Return on
Equity) dalam satu tahun produksi sebesar 1,42%. Modal sendiri merupakan
kesuluruhan biaya yang dikeluarkan untuk produksi selama satu tahun. Besarnya
rentabilitas modal sendiri lebih kecil dari rentabilitas ekonomi. Nilai yang didapat
sebesar 1,42% merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan menggunakan modal sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Manajemen perusahaan belum baik terutama dalam efisiensi penggunaan
pakan, karena konversi pakan sebesar 2,45 untuk menghasilkan 1 kg bobot
hidup akhir. Selain itu Belem optimalnya pemanfaatan tenaga kerja terutama
pekerja kandang yang masih mempunyai banyak waktu luang. Manajemen yang
sudah baik adalah pemilihan bibit yang berkualitas, program pencegahan dan
pengobatan penyakit.
Biaya total yang dikeluarkan perusahaan pada satu tahun produksi
sebesar Rp 382.020.737,35 dengan komposisi biaya tetap Rp 3.542.189,35
(0,927%) dan biaya variabel Rp 378.478.548,00 (99,073%).
Laba bersih selama satu tahun produksi yang dihasilkan perusahaan sebesar
Rp 24.044.448,71 dengan pembagian hasil Rp 14.426.669,23 untuk perusahaan
dan Rp 9.617.779,48 untuk pengelola peternakan. Kemampuan Memperoleh Laba
sebesar 6,13% dari total hasil penjualan ayam broiler selama satu tahun produksi.
Rentabilitas ekonomi sebesar 6,29%. Rentabilitas modal sendiri 1,42%.
Saran
Apabila perusahaan ingin memperoleh laba yang maksimal, untuk
periode pemeliharaan Oktober – November disarankan meningkatkan skala
pemeliharaan ayam broiler sesuai dengan kapasitas kandang yang dimiliki karena
pada bulan tersebut permintaan masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah
meningkat. Pengelola peternakan harus mengantisipasi serangan penyakit CRD
(Chronic Respiratory Disease) terutama pada periode April – Mei dengan
meningkatkan pencegahan terhadap penyakit tersebut. Pakan harus digunakan
seefisien mungkin agar dicapai bobot badan panen lebih dari 2 kg, dengan waktu
pemeliharaan yang lebih singkat.
.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan karunia
dan rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan
pertolongan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua
yang banyak membantu baik materi, motivasi serta kasih sayang yang tiada
henti diberikannya, semoga penulis menjadi anak yang dapat dibanggakan.
Kepada Ir. Anggraini Sukmawati, MS selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak masukan. Kepada Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Ir. Dwi
Margi Suci, MS yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu
penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Selain itu ucapan
terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr yang telah
bersedia menjadi dosen penguji seminar, Ir Dwi Joko Setyono, MSi dan Dr. Ir.
Ibnu Katsir Amrullah, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji sidang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada kakak-kakak
tersayang Bambang Wicaksono, SPi., Rahmabangun, SPi., Erwan Susanto, A.Md
dan adik-adik tercinta Sherly Erivia, Dyah Ayu Wulandari, Amelia Mareta Puspa,
kedua keponakan penulis Faliqah Balqis dan Fahrina Nafhisyahkamil serta
seseorang yang telah dijanjikan Allah SWT, terima kasih atas curahan do’a dan
kasih sayang yang selalu diberikan untuk penulis. Kepada Bapak Imam Suhari,
Dji Chen, Bang Mukhlis, A Wahyu, A Ace yang telah banyak memberi bantuan
selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman SEIP’38, Genk Java (Ika
Yanuariani, Herwin Oktavia, Ari Susanti, Anissa Satria Yositasari, Herly Sugiarti)
terima kasih atas persahabatan yang indah selama ini. Teman-teman di BEM-KM
periode 2003-2004, HMI cabang Bogor, Aisyah Family (Sari, Mbak Nuri, Mbak
Rina, Yosi, Lina, Riri, Dian, Arni, Yaya, Mbak Nana) terima kasih atas waktu
diskusi, gurauan dan banyak hal yang sudah dilewati bersama. Serta semua pihak
yang banyak memberi bantuan dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada civitas akademika
Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Oktober 2005
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Kemitraan: Kebijaksanaan dan Penjelasan Pola Kemitraan Usaha Pertanian.
Boediono. 2000. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1.
Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta. Buffa, E. S. dan R. K. Sarin. 1994. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.
Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Buku Statistika Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta. Fitrifani, E. 2003. Analisis kemitraan dan efisiensi ekonomi usahaternak ayam
broiler di Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usaha Tani. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyantono. 2005. Antara Produksi Pakan dan Populasi. Poultry Indonesia, Edisi
298 Februari 2005. Jakarta. . ... 2005. Hujan Bulan Juli. Poultry Indonesia, Edisi 304 Agustus 2005.
Jakarta. Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty.
Yogyakarta. National Poultry Industry Statistic Service. 2005. Informasi Perkembangan
Supply – Demand DOC. Poultry Indonesia, Edisi 304 Agustus 2005. Jakarta.
Nugroho, E.P. 2004. Analisis dampak flu burung (Avian Influenza) terhadap laba
bersih tunai para peternak rakyat ayam broiler di Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pakarti, S.I.B. 2000. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani ayam
ras pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pambudy, R. dan I. Pulungan. 1992. Peraturan Perundang-undangan Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE-
Yogyakarta. Yogyakarta.
49
Setriani, R. 2005. Analisis laba bersih peternak ayam ras pedaging pada pola kemitraan inti-plasma Naratas Poultry Shop. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekartawi, A. Soeharjo, J.B. Hardarker dan J.L. Dillon. 1986. Ilmu Usaha Tani
dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Veranza, H. 2004. Analisis finansial usaha peternakan ayam broiler x di Desa
Balekambang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wahid, A. 2004. Strategi bisnis peternakan ayam broiler mandiri Hasjrul Harahap
Farm di Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
51
Lampiran 1. Perhitungan Biaya Tetap
1) Sewa Lahan
Sewa lahan setiap 1 ha sebesar Rp. 3.000.000/th. PT Kusuma Niaga Persada
Nusantara memerlukan sebanyak 1.825 m2 untuk usaha peternakannya.
2) Penyusutan Kandang
Pembuatan kandang Rp. 4.750.000 untuk setiap satu kandang yang berisi
1000 ekor. Perusahaan memiliki 8 kandang dengan maksimal penggunaan
kandang sebanyak 6. Umur ekonomis diperkirakan 10 tahun dengan nilai
sisa Rp 0.
3) Penyusutan Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum untuk setiap 1000 ekor atau dalam satu kandang
masing-masing diperlukan sebanyak 17 buah dengan harga Rp. 8.000/buah
dengan umur ekonomisnya diperkirakan 10 tahun dan harga/nilai sisa Rp. 0.
4) Penyusutan Pemanas
Penggunaan pemanas juga tidak sama tiap peride pemeliharaan karena skala
yang dipelihara pun selalu berbeda, yaitu dengan perhitungan setiap satu
kandang atau 1000 ekor diperlukan sedikitnya dua buah pemanas yang
masing-masing harganya Rp. 180.000 dengan daya tahan diperkirakan 5
tahun dan harga akhir tahun Rp. 0.
5) Penyusutan Pompa Air
Sama halnya dengan peralatan lainnya pompa air harus sering dirawat dan
dijaga dalam penggunaannya karena pompa air ini merupakan salah satu
peralatan yang sangat penting untuk ketersediaan air minum untuk ayam
broiler. Harga satu pompa air Rp. 1.500.000 dengan umur ekonomisnya
diperkirakan 5 tahun dan nilai sisa Rp. 0.
6) Penyusutan Lampu (Neon)
Lampu neon seharga Rp. 7.000/buah dengan umur ekonomis diperkirakan
sampai 15 tahun. Lampu yang diperlukan setiap 1000 ekor atau satu kandang
adalah sebanyak 3 buah dan harga/nilai sisa dari lampu tersebut adalah Rp. 0.
7) Penyusutan Semprotan untuk Fumigasi
Semprotan untuk fumigasi ini sebanyak 2 buah dengan harga Rp. 250.000
dengan umur ekonomis diperkirakan 10 tahun dan nilai sisa Rp. 0.
52
8) Penyusutan Timbangan Gantung
Timbangan gantung diperlukan menimbang DOC saat datang dan saat ayam
akan dijual. Timbangan gantung yang ada di kandang PT Kusuma Niaga
Persada Nusantara hanya satu buah seharga Rp. 200.000 dengan umur
ekonomis diperkirakan 10 tahun dan nilai sisa Rp. 0.
9) Penyusutan Sepeda
Sepeda pancal digunakan untuk kegiatan operasional di kandang dan hanya
ada satu sepeda seharga Rp. 400.000 dengan umur ekonomis diperkirakan 5
tahun dan nilai sisa Rp. 0.
10) Penyusutan Mesin tik
Mesin ketik digunakan untuk menyusun laporan keuangan oleh pengelola
peternakan yang harganya Rp 350.000, dengan umur ekonomis diperkirakan
10 tahun dan nilai sisa Rp. 0.
11) Penyusutan Gembok Kandang
Gembok terdapat penyusutan karena bisa karatan dengan umur ekonomisnya
diperkirakan 4 tahun dengan harga Rp 19.250/buah dan nilai sisanya Rp. 0.
12) Penyusutan Freezer
Freezer pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk menyimpan
vaksin yang harus disimpan pada suhu tertentu. Freezer terdapat nilai
penyusutannya dengan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun, nilai investasi
Rp. 2.000.000 dan nilai sisa Rp. 0.
13) Penyusutan Tirai (Ketebalan 0,3 mm)
Tirai mempunyai nilai investasi Rp. 67.500/rol, satu kandang memerlukan
0,625 rol atau seharga Rp 42.187,5 dengan umur ekonomis diperkirakan 5
tahun dan nilai sisanya Rp.0.
55
0,93 -1353.542.189, Rp
0,07353.542.189, Rp
0406.065.20 Rp8378.478.54 Rp
-1
353.542.189, Rp
6.879,1 Rp -7.380,5 Rp353.542.189, Rp
877,84 Rp11.069.300 Rp
501,4 Rp353.542.189, Rp
8/55.018,5378.478.54 Rp -0/55.018,5406.065.20 Rp353.542.189, Rp
Lampiran 4. Perhitungan Titik Impas (Break Even Point)
Titik Impas dalam satu tahun produksi (Juni 2004 – Mei 2005)
Impas (Rp) =
=
=
= Rp 50.602.705
Impas (unit) =
=
=
= 7.064,60 kg
56
Penjualan PendapatanVariabel Biaya Total -Penjualan Pendapatan
0406.065.20 Rp.8378.478.54 Rp. 0406.065.20 Rp. −
0406.065.20 Rp50.602.705 Rp 0406.065.20 Rp −
AktualPenjualan Tingkat ImpasPenjualan Tingkat AktualPenjualan Tingkat −
Lampiran 5. Perhitungan Margin of Safety dan Marginal Income Ratio
Nilai Marginal Income Ratio dapat dihitung sebagai berikut:
MIR = X 100%
= X 100% = 0,07 X 100%
= 7%
Nilai Marginal of Safety dihitung sebagai berikut:
MOS = X 100%
MOS = X 100%
= 0406.065.20 Rp5355.462.49 Rp
X 100%
= 87,54% Bila dinyatakan dalam hasil penjualan atau jumlah satuan penjualan untuk satu tahun
produksi maka besarnya Margin of Safety adalah:
1) 87,54% x Rp 406.065.200 = Rp 355.462.495
atau
2) 55.018,5 kg – 7.064,60 kg = 47.953,90 kg
Kemampuan Memperoleh Laba = MOS x MIR
= 87,54% X 7%
= 6,13%
57
(Rp) UsahaModal(Rp) haProfit Usa
0,00406.065.20 Rp,7124.044.448 Rp
7,35382.020.73 Rp0,00406.065.20 Rp
Lampiran 6. Perhitungan Rentabilitas
Rumus rentabilitas menurut Riyanto (1995) adalah sebagai berikut:
Rentabilitas Ekonomi (%) = X 100 %
= 7,35382.020.73 Rp,7124.044.448 Rp
X 100 %
= 6,29%
Rentabilitas ekonomi dapat juga dihitung dari dua faktor berikut:
Profit Margin = SalesNet
IncomeOperatingNet X 00 %
= X 100 %
= 5,92 %
Turnover of Operating Assets = AssetsOperating
SalesNet
=
= 1,063 x
Rentabilitas ekonomi (Earning Power) = 5,92% X 1,063
= 6,29%
Rentabilitas Modal Sendiri (Return of Equity), dihitung dengan cara sebagai berikut:
Profitabilitas yang berasal dari operasi perusahaan ....................Rp 24.044.448,71
Bunga (bunga 18 %*)x Rp 100.000.000)**) .................................. Rp 18.000.000,00
Profitabilitas sebelum pajak .............................................. Rp 6.044.448,71
Pajak penerimaan (10 %)***).............................................. Rp . .604.444,87
Profitabilitas netto sesudah pajak .................................................Rp 5.440.003,84
58
sendiri Modalpajaksesudah netto Keuntungan
7,35382.020.73 Rp845.440.003, Rp
Keterangan:
*) Data berdasarkan suku bunga pinjaman Bank International Indonesia untuk usaha
peternakan tahun 2004-2005. Suku bunga tersebut dijadikan pedoman karena
pengelola peternakan menyimpan uangnya pada bank tersebut.
**) Rp 100.000.000 merupakan asumsi hutang, berdasarkan kemampuan perusahaan.
***) Data berdasarkan perhitungan pajak penerimaan badan usaha dan perseroan
tahun 2000 Departemen Keuangan RI (< Rp 50 juta dikenakan pajak 10 %).
Rentabilitas Modal Sendiri = X 100%
= X 100%
= 1,42%