Upload
phungliem
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA JIHAD
DALAM FILM ZERO DARK THIRTY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
RULLI CHANDRA SYAFRUL
NIM 109051000150
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014M
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP MAKNA JIHAD
DALAM FILM ZERO DARK THIRTY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Rulli Chandra Syafrul
NIM: 109051000150
Dosen Pembimbing Skripsi,
Dr. Rulli Nasrullah, M. Si.
NIP: 197503182008011008
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Januari 2013
Rulli Chandra Syafrul
i
ABSTRAK
Rulli Chandra Syafrul
Analisis Semiotika terhadap Makna Jihad dalam Film Zero Dark Thirty
Film Zero Dark Thirty merupakan film berjenis fiksi yang menceritakan
bagaimana penangkapan pimpinan Al-Qaeda Osama bin Laden yang bertanggung
jawab atas penyerangan WTC pada 11 September 2001. Kathryn Bigelow sebagai
sutradara mengadopsi film Zero Dark Thirty dari Novel No Easy Day dan juga
sutradara wanita pertama yang meraih piala Oscar pada 2010, film ini dibuat atas
dasar rasa simpati dalam penyerangan tentara Amerika untuk mengakhiri
teorisme. Dalam film ini, sutradara memfokuskan filmnya terhadap penangkapan
Osama bin Laden. Dan, Maya, dan Jessica adalah tim CIA yang bekerja untuk
menyelidiki keberadaan Osama, tapi ditengah perjalanan Jessica yang bekerja
sebagai rekan Maya tewas karena bom bunuh diri yang dilakukan di Camp
Afganistan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna jihad dalam
film Zero Dark Thirty. Maka diperlukan rumusan masalah yaitu bagaimana sign,
code, dan element dalam konsep jihad dalam film Zero Dark Thirty?
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
analisis semiotika model Roland Barthes, Christian Metz, dan Steve Campsall.
Model semiotika Roland Barthes yang menjelaskan makna denotasi dan konotasi
serta tokoh Christian Metz yang sudah memperkenalkan beberapa komponen dan
elemen yang dapat diinterpretasikan melalui unsur-unsur sinematografi dalam
scene-scene yang diteliti.
Pertama ditemukan, sign berfokus pada Makna Jihad kesetiaan yang tinggi
dalam jaringan komunikasi antar teroris tersebut walaupun jaringan agen CIA
menyiksanya dengan berbagai cara penyiksaan khusus untuk teroris. Kedua, code
peneliti menemukan makna jihad tentang pembunuhan terhadap orang kafir yaitu
para agen CIA Jessica dalam film tersebut. Ketiga, elemen jihad yang terdapat
dalam film ini adalah scene yang menjelaskan makna jihad bom bunuh diri
melalui kostum, tata rias wajah, setting, dan pencahayaan yang ditampilkan di
depan kamera yang dapat berfungsi sebagai penunjuk status sosial, citra dan
penunjuk ruang dan waktu. Temuan simbol juga terlihat dalam scene, seperti
bendera Amerika yang berkibar kencang di tanah Afganistan.
Dari penelitian pada film Zero Dark Thirty, dapat di ambil kesimpulan
bahwa film ini menampilkan beberapa tanda dan kode yang muncul dalam adegan
tewasnya Jessica dalam film ini. Melalui unsur sinematik film, peneliti
menemukan beberapa elemen penting yang dapat membangun makna. Dan yang
terbangun dalam film ini divisualisasikan dalam beberapa sekuen, adegan dan shot
film yang semuanya terdapat dalam durasi-durasi tertentu dalam film.
Keywords: Film, Zero Dark Thirty, Pakistan, Jihad, Semiotik
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah. Puji syukur yang tak terhingga atas nikmat yang luar biasa
yang diberikan Allah SWT kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyusun dan
merampungkan skripsi ini. Hambatan serta rintangan yang ada selama proses
penyusunan skripsi ini juga merupakan suatu hadiah yang luar biasa dari-Nya.
Karena tanpa hambatan dan rintangan mustahil skripsi ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah
mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.
Dr. Komaruddin Hidayat, MA.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Suparto, M. Ed, MA.,
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan Drs. Wahidin Saputra, MA.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Rachmat Baihaky, MA.,
yang telah mengarahkan penulis dalam pemilihan judul penelitian dan
memilihkan dosen pembimbing bagi penulis.
iii
4. Hj. Umi Musyarrofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
5. Pembimbing Skripsi Dr. Rulli Nasrullah, M. Si, yang selalu sabar dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan serta setia mengoreksi tulisan-
tulisan penulis.
6. Pembimbing Akademik Siti Napsiyah, MSW, yang telah meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dengan penulis mengenai proposal skripsi dan
menyarankan beberapa alternatif judul kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Semoga ilmu
yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan menjadi amal sholeh yang
akan terus mengalir bagi para dosen.
8. Kepada Ibunda tercinta, atas segala kasih sayang, perhatian, dorongan,
yang tidak pernah lelah dan bosan dalam membiayai kuliah serta do’a
yang selalu engkau panjatkan untuk buah hatimu ini.
9. Om Darmond, Tante Alifah, Kakak Sepupu Linda Rosalina, Kakak
Sepupu Dewi Adriani, Abang Sepupu Ade Barkah, dan Pak Huda, yang
senantiasa selalu memberi dukungan moril maupun materil, motivasi dan
kasih sayang yang tak terhingga.
10. Anna Sapitri, yang selalu menyemangati penulis tanpa batas untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman KPI E’Excellent 2009, kelas yang sangat berkesan
dan menyimpan banyak kenangan yang dilalui bersama. Sedih untuk
berpisah dengan kalian.
iv
12. Teman-teman dari kelompok KKN Sekilas 2012, semuanya tanpa
terkecuali, ingat kita pernah menjadi keluarga kecil yang sangat harmonis
walaupun hanya satu bulan saja.
13. Seluruh teman-teman FIDKOM angkatan 2009.
14. Kawan-kawan semasa di Pondok Pesantren Al-Inayaah.
15. Kepada Muhammad Dhiyaa dan Uray Noviandy Taslim yang telah
bersedia memberikan banyak referensi dan selalu memberikan pengarahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT semakin menambah rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Peneliti mohon maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
untuk para pembacanya.
Jakarta, 24 Januari 2014
Rulli Chandra Syafrul
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan masalah .................................................. 6
C. Tujuan Pnelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Tinjauan Kepustakaan ................................................................ 8
F. Kerangka Teori ........................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian ................................................................ 9
H. Sistematikan Penulisan ............................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Film ............................................................................................ 13
B. Semiotika .................................................................................... 28
C. Jihad dalam Pandangan Islam .................................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM FILM ZERO DARK THIRTY
A. Profil Kathryn Bigelow Sebagai Sutradara ............................... 43
B. Sinopsis Film .............................................................................. 44
C. Profil Para Pemain Film Zero Dark Thirty ................................. 45
D. Tim Produksi Film Zero Dark Thirty ......................................... 47
vi
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Makna Jihad dalam jaringan Komunikasi antar Teroris dan Agen
CIA dalam Film Zero Dark Thirty ............................................. 49
B. Makna Jihad Tentang Pembunuhan dalam Film Zero Dark Thirty73
C. Makna Jihad Bom Bunuh Diri dalam Film Zero Dark Thirty
Analisis Model Steve Campsall ................................................. 82
D. Interpretasi .................................................................................. 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 90
B. Saran-saran ................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94
LAMPIRAN ...................................................................................................... 96
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema Genre Film Induk Primer dan Sekunder ............................ 20
Tabel 2.2 Komponen dan Elemen .................................................................. 34
Tabel 4.2 Adegan Dan Menyiksa Tahanan Teroris ....................................... 52
Tabel 4.3 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Dan Menyiksa Tahanan
Teroris ............................................................................................ 54
Tabel 4.4 Adegan Maya Mengintrogasi Tahanan Teroris ............................. 60
Tabel 4.5 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Maya Mengintrigasi
Tahanan Teroris ............................................................................. 63
Tabel 4.6 Adegan Jessica Menyaksikan Pengeboman Hotel JW Marriot. .... 66
Tabel 4.7 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Jessica Menyaksikan
Pengeboman Hotel JW Marriot ..................................................... 69
Tabel 4.8 Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi Dalam Skenario ............... 74
Tabel 4.9 Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Tewasnya Jessica” ....... 74
Tabel 4.10 Visualisasi shot dari Adegan “Tewasnya Jessica” ......................... 75
Tabel 4.11 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve
Campsall ........................................................................................ 82
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kathryn Bigelow ........................................................................ 43
Gambar 3.2 Jason Clark sebagai Dan ............................................................ 45
Gambar 3.3 Jessica Chastain sebagai Maya ................................................... 46
Gambar 3.4 Jennifer Ehle sebagai Jessica ...................................................... 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasca penyerangan terhadap gedung World Trade Centre (WTC) pada 11
September 2001, wajah Islam di dunia kian menjadi sorotan. Peristiwa yang
juga dikenal dengan serangan 9/11 ini memberikan identitas baru pada agama
Islam sebagai agama yang identik dengan kekerasan, radikalisme, maupun
terorisme. Karena, kebanyakan media-media barat, menyatakan bahwa aktor
dibalik kejadian tersebut adalah sekelompok ekstrimis muslim yang dipimpin
oleh Osama bin Laden dalam organisasi Al-Qaeda.
Amerika Serikat mendeklarasikan perang terhadap teroris. Istilah tersebut
merujuk pada kelompok Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang dianggap
sebagai teroris global. Sejak peristiwa 11 September yang dituduhkan terhadap
Al-Qaeda, perang melawan terorisme berskala global dilancarkan dari
Washington. Sebagai korban, tidak hanya para teroris, tetapi juga negara yang
dituding membantu terorisme, seperti Afghanistan dan Irak. Dalam perang
melawan terorisme yang dikumandangkan oleh Amerika Serikat sesungguhnya
perang utama yang harus dimenangkan adalah persepsi global tentang siapa
yang disebut teroris dan siapa yang berhak untuk mengadili dan menghukum
mereka. Proses ini harus dimenangkan terlebih dahulu oleh Amerika Serikat
sehingga bisa mengajak negara di berbagai belahan dunia manapun untuk
mendukung aksi mereka. Secara massif Amerika Serikat mengkampanyekan
2
perang melawan terorisme melalui beragam saluran komunikasi. Sebagai sebuah
negara yang memegang peran di berbagai belahan dunia menjadi wajar jika
Amerika Serikat bisa mengontrol isu terorisme sehingga berbagai pemberitaan
media massa di seluruh penjuru dunia sepakat dengan definisi teror, teroris dan
tindakan apa yang harus dilakukan.
Selang satu bulan setelah kejadian tersebut, terjadi peristiwa Bom Bali di
kecamatan kuta, Bali, Indonesia. Pada tanggal 12 Oktober 2002, peristiwa ini
memakan korban yang kebanyakan wisawatan asing itu, meninggal sebanyak
202 orang. Tiga orang yang dianggap tersangka oleh polisi, Imam Samudera,
Ali Ghufron, dan Amrozi yang sudah divonis mati.
Istilah jihad jika disalah artikan menjadi terorisme yang berkaitan dengan
kata teror dan teroris. Teror berarti kekacauan, tindak kesewenang-wenangan
untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat, tindak kejam dan
mengancam. Kata terorisme berasal dari bahasa Perancis le terreur yang semula
dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis
yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara
memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah.
Terorisme juga dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti
pemerintah di Rusia. Kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut
tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.
Istilah teroris berarti pelaku aksi teror yang bisa bermakna jamak maupun
tunggal. Terorisme diartikan sebagai paham yang gemar melakukan intimidasi,
3
aksi kekerasan, serta berbagai kebrutalan terhadap masyarakat sipil berdasarkan
latar belakang, sebab dan motif tertentu.1
Berita-berita di televisi maupun di surat kabar juga sedikit memberikan
andil dalam memberikan judgement tentang hal tersebut, karena tidak bisa
dihindari bahwa media massa mempunyai fungsinya sendiri untuk
mengkonstruksi realitas. Selain dua media di atas, dan juga media internet yang
kian mudah melakukan penetrasi ideology kepada masyarakat, film juga
menjadikan salah satu media yang paling efektif digunakan karena
kepopulerannya.
Film dinyatakan sebagai bentuk dominan dari komunikasi massa visual di
belahan dunia, karena lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop,
film televisi atau lewat Digital Video Disc (DVD).2 Ini berarti ia dapat
menjangkau banyak segmen sosial sehingga ia memiliki potensi besar untuk
mempengaruhi khalayaknya, karena selain berfungsi sebagai hiburan ia juga
perpanjangan dari pemikiran dan ideology pembuatnya.
Hollywood adalah contoh industri film Amerika yang dengan sukses
mampu membuat film yang bukan hanya dapat menghibur penontonnya secara
afektif tapi juga dapat mempengaruhi kognisi penontonnya. Salah satunya
dengan mengkonstruksi konsep jihad dan kegiatan terorisme yang marak
belakangan ini.
Sejak kejadian 9/11 tersebut, banyak bermunculan film-film yang
mengangkat tema ini. The Kingdom, United 93, atau World Trade Center (karya
1 Akhmad Fanani, Kamus Istilah Populer (Yogyakarta:Mitra Pelajar, 2009), hlm 336.
2Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), hlm 134.
4
Oliver Stone), film documenter karya Michael Moore, Fahrenheit 9/11 dan My
Name is Khan. Tetapi, kebanyakan dari film-fiilm produksi Hollywood tersebut
mendeskreditkan agama Islam. Mengidentikkan Islam dengan terorisme, seperti
film The Kingdom yang menceritakan usaha FBI mengugkapkan serangan
pengeboman yang menewaskan ratusan warga Amerika di sebuah komplek
pemukiman di Arab Saudi oleh teroris muslim. United 93 juga tidak jauh
berbeda. Film yang disutradarai Paul Greengas ini sejak awal secara nyata
menyuguhkan penampilan teroris yang berwajah arab, membaca Al-Qur’an, dan
melakukan sholat berjama’ah. Bahkan disalahkan satu adegan diperlihatkan
bahwa salah satu terorisme ini menusuk leher seorang pramugari sambil
membaca basmalah.
Film ZERO DARK THIRTY ini merinci perburuan Osama bin Laden, yang
dibintangi Jessica Chastain sebagai pakar intelijen yang didedikasikan hidupnya
untuk melacak seorang teroris yang paling dicari. Sebagai buntut dari 9/11
serangan teroris. Seluruh agen CIA di seluruh dunia berupaya menemukan
tersangka Al-Qaeda Osama bin Laden. Setelah tiba di sebuah Markas hitam CIA
dan menyaksikan taktik introgasi brutal, Maya didorong (Jessica Chastain)
untuk membantu rekannya Dan (Jason Clarke) dalam mengumpulkan informasi.
Dalam dekade berikutnya, sangat banyak kepalsuan yang membuat pencarian
tampak lebih sia-sia daripada sebelumnya. Sementara itu, bom bunuh diri
banyak di Timur Tengah dan Eropa mengisyaratkan bahwa Al-Qaeda tidak akan
menyerah tanpa perlawanan. Kemudian, tampak seolah-olah jejak petunjuk
akhirnya kering, sebuah bukti mengarah ke Maya yang mungkin bekerja sama
5
dengan mereka yang dibebankan dengan perencanaan tindakan terburuk yang
pernah dilakukan terorisme di tanah Amerika.
Oleh karena itu menjadi menarik untuk menelusuri tanda-tanda apa yang
ada dalam film ini. Terutama bagaimana tanda-tanda dalam film ini
merepresentasikan Islam yang seperti apa. Film umumnya dibangun dengan
banyak tanda. Tanda-tanda itu dikolaborasiakn untuk mencapai efek yang
diinginkan. Karena film merupakan produk visual dan audio, maka tanda-tanda
ini berupa gambar dan suara. Tanda-tanda tersebut adalah sebuah gambaran
tentang sesuatu.
Untuk mengetahui hal itu semua, kita dapat menelitinya melalui
pendekatan semiotik. Karena tanda tidak pernah benar-benar mengatakan suatu
kebenaran secara keseluruhan.3 Ia hanya merupakan representasi, dan
bagaimana suatu hal direpresentasikan, dan medium yang dipilih untuk
melakukan itu bisa sangat berpengaruh pada bagaimana orang menafsirkannya.
Dari sekian banyak model semiotik yang ada, peneliti memilih model
semiotik Roland Barthes, dan Christian Metz karena menurutnya, semua objek
kultural dapat diolah secara tekstual. Teks yang dimaksud bukan hanya
berkaitan dengan lingustik saja, tetapi semua yang dapat terkodifikasi. Jadi
semiotik dapat meneliti berbagai macam teks seperti berita, film, iklan, fashion,
fiksi, puisi, dan drama.4
3Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jala Sutra, 2012)
h.21
4 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Wacana: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h.123
6
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul, “SEMIOTIKA
JIHAD DALAM FILM ZERO DARK THIRTY”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa apa yang menjadi sorotan dalam
film ini adalah bagaimana pengeboman yang dilakukan oleh orang Islam
atas nama Islam. Kemudian pandangan Islam mengenai Jihad sebagai aksi
terorisme.
2. Fokus Masalah
Agar penelitian tidak mengarah kepada hal lain di luar konteks penelitian,
maka peneliti memfokuskan permasalahan pada tiga hal berikut:
a. Bagaimana makna jihad Islam dalam film Zero Dark Thirty
berdasarkan Model Roland Barthes?
b. Bagaimana makna jihad Islam dalam film Zero Dark Thirty
berdasarkan Model Christian Metz?
c. Bagaimana makna jihad Islam dalam film Zero Dark Thirty
berdasarkan Model Steve Campsall?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan
penelitiannya sebagai berikut:
a. Bagaimana makna jihad Islam dalam film Zero Dark Thirty
berdasarkan Model Roland Barthes?
b. Bagaimana makna jihad Islam dalam film Zero Dark Thirty
berdasarkan Model Christian Metz?
c. Bagaimana makna jihad Islam dalam film Zero Dark Thirty
berdasarkan Model Steve Campsall?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini untuk:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu sebagai
bahan informasi dan dokumentasi ilmiah bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, serta memberikan pandangan tentang analsis semiotik
sebagai sebuah metode penelitian dalam analisis isi media.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi para
praktisi perfilman untuk mengetahui bagaimana membuat film sarat
makna sebagai media dakwah Islam. Sedangkan untuk praktisi
komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi khazanah
8
keilmuan dan literatur baru untuk mengetahui serta menggali makna
yang terkandung dalam sebuah produk media massa, khususnya film
yang menggunakan pisau analisis semiotik.
E. Tinjauan Kepustakaan
Setelah peneliti melihat pada Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpusatakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Peneliti mendapati ada 3 judul skripsi yang ada kaitannya
dengan judul yang dibahas. Skripsi pertama yang dilihat peneliti adalah karya
Hani Taqiyyah yang menemukan konsep perang dalam Islam. Ia juga
menggunakan model semiotik yang sama, yaitu model Roland Barthes.5
Skripsi yang kedua adalah hasil karya Dahliana Syahri, menemukan
konsep jurnalisme dalam Islam. Menggunakan objek penelitian dan model
yang sama, film dan semiotik Roland Barthes, tetapi yang lebih diungkapkan
adalah konsep jurnalismenya.6
Rizky Akmasyah menemukan, konsep jurnalisme dalam Islam. Ia juga
menggunakan objek penelitian dan model yang sama, film dan semiotik
Roland Barthes, tetapi yang lebih diungkapkan adalah konsep jurnalismenya.7
Dari ketiga skripsi diatas, ada perbedaan dengan skripsi yang akan
ditulis oleh peneliti. Karena dalam Film ZERO DARK THIRTY ada perbedaan
makna yang ingin diungkapkan dalam masalah penelitian, karena aspek yang
5 Skripsi Hani Taqiyyah “Analisis Semiotik Terhadap Film In the Name Of God”
6 Skripsi Dahliana Syahri “Analisis Semiotik Film “Freedom Writers”
7 Skripsi Rizky Akmasyah “Analisis Semiotik Film A Mighty Heart”
9
lebih ingin dikaji adalah masalah konsep jihad dalam Islam yang
direpresentasikan dalam film.
F. Kerangka Teori
Melalui
Film
G. Metodologi Penelitian
1. Metode
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, dengan metode semiotik.
Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang bagaimana adegan-
adegan dalam film ZERO DARK THIRTY merepresentasikan konsep jihad
Islam lewat tanda-tanda sebagai Denotative dan Conotative Sign melalui model
teknik analisis semiotika film Christian Metz yaitu dengan cara mencari makna
dalam film.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Makna Jihad
Model Roland Barthes Model Christian Metz Model Steve Campsall
10
Objek penelitian ini adalah film. Sedangkan subjeknya adalah potongan,
gambar, musik, dan dialog yang terdapat dalam film ZERO DARK THIRTY yang
berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
3. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan melalui observasi,
yaitu mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan
penelitian. Adapun instrumen penelitiannya adalah:
1) Data Primer: berupa dokemen elektronik, 1 buah DVD film ZERO
DARK THIRTY dengan subtitle bahasa Indonesia.
2) Data sekunder: berupa dokumen tertulis, yaitu berupa dokumen
tertulis, yakni penulis mengumpulkan data-data melalui telaah dan
mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian untuk
dijadikan argumentasi.
b. Pengolahan Data
1) Observasi Non Pastisipan
Observasi non partisipan adalah observasi yang dalam
pelaksanaannya tidak melibatkan penelitian sebagai partisipasi atau
kelompok yang diteliti.8
2) Dokumentasi
8 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 83
11
Menurut Sugiyono9 dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang.
c. Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan mengklasifikasikan
adegan-adegan dalam film ZERO DARK THIRTY yang sesuai dengan rumusan
masalah penelitian. Kemudian, data analisis dengan model teknik semiotika film
Christian Metz yaitu dengan cara mencari makna dalam film yang akan diteliti,
semiotika Roland Barthes yaitu dengan cara mancari Denotative dan Conotative
Sign melalui model, yaitu seperti:
a. Sign
Unit makna terkecil yang dapat kita jumpai dimanapun kita berada, dapat
kita dengar, kita rasa, kita hirup, dapat pula kita tafsirkan dan turut
menentukan makna keseluruhan.
b. Code
Sekumpulan tanda yang nampak secara alami dan membentuk makna
keseluruhan.
c. Elements
Seluruh aspek dan komponen dalam produksi film dan dapat
memunculkan berbagai representasi makna.
9 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 329-330
12
d. Denotative Sign
Terdapat pada signifikasi tahap pertama, yaitu makna paling nyata dari
tanda.
e. Conotative Sign
Istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu
dengan perasaan atau emosi dari penonton serta nilai-nilai dari
kebudayaannya.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi dalam penelitian ini ditulis dengan menggunakan panduan buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), Karya Hamid
Nasuhi, dkk., yang diterbitkan oleh CeQDA, 2007. Oleh karena itu sistematika
penulisannya adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Masalah dan
Fokus Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
Landasan Teori, yang meliputi tinjauan umum film yang berisi
seputar film sebagai media komunikasi massa, sejarah dan
13
perkembangan film, definisi, unsur film, strukrur film, jenis dan
klasifikasi film. Tinjauan umum semiotika yang meliputi konsep
dasar, semiotika film, semiotika Metz dan Barthes. Jihad dalam
pandangan Islam.
BAB III PROFIL FILM ZERO DARK THIRTY
Gambaran umum film Zero Dark Thirty, tentang sutradara film,
serta profil pemain dan kru produksi film Zero Dark Thirty.
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Semiotika terhadap Film Zero dark Thirty, dikorelasikan
dengan pandangan Islam terhadap Jihad.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan Saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Film
1. Definisi Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang
dibuat dari bahan tipis berbentuk selluloid untuk tempat menyimpan gambar
negatif dan positif dari sebuah objek (yang akan dimainkan di bioskop).1
Sedangkan secara etimologi, film adalah gambar hidup dan cerita hidup2. Dalam
mendefinisikan film, Oey Hong Lee menyebutkan, film sebagai alat komunikasi
massa yang kedua muncul di dunia setelah cetak, mempunyai masa
pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. 3
Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar,
pengambilan gambar karena menggunakan layar lebar, maka memungkinkan
pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extreme long shot,
konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat menonton pikiran
dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan.4
Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar,
yaitu kategori film cerita dan film non cerita. Film cerita adalah film yang
1Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.316. 2Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental dan Documenter.
FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta: Fatma Press, 1977), h. 22. 3 Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 126. 4Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2007), h. 145-147.
14
diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan
aktris. Sedangkan film non cerita adalah kategori film yang mengambil
kenyataan sebagai subyeknya, jadi merekam kenyataan daripada fiksi tentang
kenyataan.
2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa
visual. Banyak orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video
laser setiap minggunya. Di Amerika serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket
film terjual setiap tahunnya.
Film amerika di produksi di Hollywood. Film yang dibuat di sini
membanjiri pasar global dan memengaruhi sikap, perilaku dan harapan orang
diberbagai belahan dunia.
Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibandingkan radio dan televisi.
Menonton film ke bioskop ini menjadi aktivitas popular bagi orang amerika
pada tahun 1920an sampai 1950an.
Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan
orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi
secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada keyataannya film adalah
bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan,
kadang menjadi mesin uang.5
5 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar Edisi Revisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007)h. 143
15
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi
dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media
massa.6 Sedangkan LittleJohn mengatakan “the process wherby media
organitations produce and transmit message to large publics and the process by
which those messages are sought used, understood, and influence by
audiences.”(proses dimana organisasi-organisasi media memproduksi dan
menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak luas dan proses dimana pesan-
pesan dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi khalayak).7
Komunikasi massa hampir selalu dilakukan melalui media yang mampu
menjangkau khalayak luas seperti, koran, televisi, radio, film dan juga internet.
Komunikator massa dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa
selalu menggunakan media dan sarana yang dapat menjangkau banyak khalayak
sekaligus. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris mass
comuniction sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi
media massa) artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau
komunikasi yang mass mediated.8
Film pada dasarnya merupakan salah satu hasil produk teknologi modern
yang bisa dijadikan sebagai salah satu saluran dalam proses komunikasi massa.
Dalam film, biasanya terdapat pesan-pesan atau informasi yang ingin
disampaikan kepada para penontonnya.
6 Pawito,Penelitian Komunikasi Kualitatif,(Yogyakarta: LKIS, 2007), h.16.
7Ibid h.16.
8 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000),h. 69.
16
3. Sejarah dan Perkembangan Film
Sejarah film tidak bisa lepas dari sejarah fotografi. Dan sejarah fotografi
tidak bisa lepas dari peralatan pendukungnya, seperti kamera. Film sebagai media
massa juga ditemukan sejalan dengan ditemukannya pita rekaman seluloid. Media
ini juga mempunyai implikasi yang luas dalam dunia pemberitaan selain
pencitraan gerak (movie) untuk hiburan dengan menampilkan suara (audio) dan
gambar bergerak (audio visual). sekitar tahun 1930-1960 berita film sangatlah
popular dan dikenal luas terutama sebelum kemunculan media telivisi (TV)
dengan nama movie news atau newsreed. Bahkan pada awal kemunculan televisi
sebagai media pemberitaan, newsred banyak digunakan untuk keperluan
pemberitaan televisi.9
Percobaan pembuatan film bergerak yang pertama dilakukan oleh
Eadweard Muybridge pada tahun 1877 di Palo Alto yang merupakan sebuah
peternakan di California, Amerika Serikat. Dalam percobaannya tersebut ia
merekam gerakan cepat seekor kuda yang berlari dengan menggunakan 24 kamera
stereoskopik.
Pembuatan film eksperimental kedua yang berjudul Rounddhay
Garden Scene yang dilakukan oleh Louis Le Prince pada tanggal 14 Oktober
1888 di Roundhay, Leeds, West Yorkshire, Inggris. Film ini merupakan
rekaman gambar bergerak pertama yang masih bertahan hingga saat ini.
Pada tanggal 21 Juni 1889, William Friese Greeene mematerikan
chronophotograpic kameranya yang mampu merekam sepuluh foto perdetik
9 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga,
2011) h. 71-72
17
menggunakan film seluloid berlubang. Dari hasil temuannya itu lalu Greeene
mencoba mengirimkan kliping cerita ke laboratorium Thomas Edison yang
mengembangkan eksperimen tersebut menjadi sistem gerak gambar yang
disebut kinetscope. Dari proses rekam gerak gambar kinetscope ini
berkembang alat rekam yang deberi nama kinetograph yang dipatenkan pada
tahun 1891 oleh WKL Dickson. Penemuan alat rekam ini diikuti dengan
penemuan transparan strip seluloid 35mm lebar yang akhirnya digunakan
untuk media rekam film-film yang saat itu dibuat.
Tidak lama berselang setelah penemuan tersebut, Louis dan Auguste
menyempurnakan alat rekam tersebut menjadi alat tayang yang disebut
cinematographe. Dan bertempat di Paris pada bulan Desember 1895,
terjadilah pertunjukan drama gambar yang diproyeksikan untuk masyarakat
luas. Dari peristiwa tersebutlah awal mula menonton film dengan
menggunakan proyektor atau yang lebih kita kenal dengan istilah bioskop ini
berkembang. Dan sampai saat ini bioskop masih menjadi tempat yang paling
nyaman untuk menyaksikan film. Karena suasana ruang dan juga cahaya
diatur dengan sedemikian rupa sehingga membuat penonton menjadi nyaman.
Pengalaman menonton film diruang gelap telah dinikmati orang sejak
masa awal munculnya medium ini. Ini adalah pengalaman hebat, yang
membuat film memiliki kekuatan spesial dalam membentuk nilai-nilai
kultural.10
Bioskop menjadi sebuah ruang publik yang dapat memberikan
kekuatan tersendiri ketika kita sedang menyaksikan sebuah film. Suasana yang
10
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 159
18
tedapat dalam ruangan bioskop membantu kita lebih mudah memahami isi
atau makna yang terdapat dalam sebuah film serta menuntun emosi kita agar
bisa ikut merasa berada dalam realitas yang sedang diproyeksikan dalam
sebuah film yang sedang kita tonton.
Perkembangan terakhir yang saat ini mulai banyak digemari oleh
parasineas ataupun filmmaker adalah metode pembuatan dan penayangan film
melalui format video digital. Walaupun format film tidak dapat ditinggalkan
karena memiliki kualitas gambar yang lebih tajam ketimbang format video
digital, namun format video digital mempunyai kelebihan dari segi efisiensi
dan biaya produksi. Untuk proyeksi layar lebar bioskop sampai saat ini masih
menjadi pilihan utam, adapun format video digital biasanya digunakan untuk
film yang diproyeksikan melalui layar televisi.
4. Jenis-jenis Film
Pada umumnya film dibagi menjadi tiga jenis yakni dokumenter, fiksi dan
eksperimental. Dan pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya dari film
tersebut, yaitu naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita).
Film fiksi mempunyai struktur naratif yang jelas, sedangkan film
dokumenter dan film eksperimental tidak memiliki struktur naratif yang jelas.
1. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah penyajian fakta, dimana film dokumenter ini
berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata.
Film dokumenter ini merupakan film yang merekam suatu peristiwa yang
sungguh-sungguh terjadi. Penonton akan lebih mudah dalam memahami dan
mempercayai fakta-fakta yang disajikan film dokumenter, karena film ini
19
tidak menampilkan tokoh antagonis dan protagonis seperti film fiksi. Film
dokumenter ini dibuat dengan struktur bertutur yang sederhana. Film
dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas yang tujuan
utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecapetan, fleksibilitas, efektifitas,
serta otentitas peristiwa yang akan direkam.
2. Film Fiksi
Film fiksi, film yang paling berbeda dengan film dokumenter dan film
eksperimental, karena film ini menampilkan tokoh antagonis dan protagonis.
Film fiksi ini dibuat dengan menggunakan cerita rekaan dan memerlukan
peradegan yang sudah dirancang sejak awal. Produksi film ini membutuhkan
persiapan yang matang sehingga relatif lebih lama. Perlengkapan dan
peralatan yang dibutuhkan film fiksi juga lebih banyak, bervariasi dan mahal.
3. Film Eksperimental
Film eksperimental memiliki struktur yang dipengaruhi oleh insting
subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin. Film
eksperimental umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang
menentang kausalitas, film ini berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami
karena menggunakan simbol-simbol personal yang diciptakan sendiri. 11
Mengenai klasifikasi film, metode yang paling mudah, yaitu
mengklasifikasikan film berdasarkan genre. Genre sendiri berasal dari bahasa
Prancis yang bermakna „bentuk‟ atau „tipe‟. Di dalam film, genre memiliki
penjelasan tersendiri, meskipun pada dasarnya istilah genre sendiri mengacu
11
Himawan Pratista, Memahami Film, (Jakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 4-7.
20
pada istilah Biologi yang bermakna sebuah klasifikasi flora dan fauna yang
tingkatannya berada di atas spesies.
Menurutnya, genre dalam film merupakan jenis atau klasifikasi
sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti
setting, isi dan subyek cerita. Saat ini film-film di dunia telah memunculkan
beberapa genre, di antaranya genre aksi, horor, roman, noir, dan sebagainya.
Fungsi genre sendiri adalah untuk mempermudah kita dalam
mengklasifikasikan dan memilih beberapa bentuk film yang saat ini mungkin
sudah berjumlah jutaan atau bahkan lebih. Jadi, genre sangat membantu
penikmat film untuk memilih bentuk film yang dicarinya.
Hal yang juga patut menjadi catatan kita, bahwasanya setiap film
kebanyakan memiliki genre lebih dari satu, bentuk ini biasa diistilahkan
dengan genre hibrida (genre campuran).12
Kebanyakan film memiliki genre
yang bervariatif, hal ini dikarenakan banyaknya klasifikasi genre yang muncul
dan dinamika cerita dalam sebuah film.
Dinamika perkembangan sebuah film saat ini cukup pesat. Berbagai
genre film bermunculan dan beraneka ragam. Namun untuk mempermudah
melihat dan mengklasifikasikan film, berikut skema genre film yang dibagi
berdasarkan pengaruh dan sejarah dan perkembangannya.
12
Ibid, h. 9-11.
21
Tabel 2.1.13
Skema Genre Film Induk Primer dan Sekunder.
Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder
Aksi
Drama
Epik Sejarah
Fantasi
Fiksi-ilmiah
Horor
Komedi
Kriminal dan Gangster
Musikal
Petualangan
Perang
Western
Bencana
Biografi
Detektif
Film noir
Melodrama
Olahraga
Perjalanan
Roman
Superhero
Supernatural
Spionase
Thriller
1. Genre Induk Primer
Genre ini merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan
populer sejak awal perkembangan film di tahun 1900-an hingga 1930-
an. Beberapa jenis genre induk primer, masih berkembang saat ini,
namun beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu.
Di antaranya genre musikal, epik sejarah, perang, serta western.
2. Genre Induk Sekunder
Berbeda dengan genre induk primer, genre induk sekunder
merupakan pengembangan dari genre induk primer yang memiliki
karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk primer.
13
Ibid, h. 13.
22
5. Unsur-unsur Pembentukan Film
Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur
naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling berinteraksi dan
berkesinambungan satu sama lain:
a. Unsur Naratif
Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Dalam
hal ini unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu
adalah elemen-elemennya.14
1) Tokoh
Tokoh penting dalam film cerita terbagi menjadi dua bagian.
Yang pertama tokoh protagonis yang sering diistilahkan
dengan tokoh utama, sedangkan tokoh antagonis yang
biasanya bertindak sebagai pemicu konflik merupakan tokoh
yang sering diistilahkan dengan tokoh pendukung.
2) Masalah dan Konflik
Masalah di dalam film dapat diartikan sebagai penghalang
yang dihadapi tokoh protagonis dalam menggapai tujuannya.
Permasalahan klasik antara protagonis dan antagonis inilah
yang kemudian memicu konflik fisik atau batin dari dalam diri
tokoh utama sendiri yang akhirnya memicu konflik batin.
3) Lokasi
14 Ibid 1-2
23
Tempat/lokasi di dalam film berfungsi sebagai pendukung
narasi di dalam skenario. Dalam film cerita pada umumnya
mengambil latar atau lokasi yang nyata. Pemilihan lokasi
dapat membangun cerita sehingga cerita dapat menjadi
realistis.
4) Waktu
Waktu dalam narasi film merupakan salah satu aspek penting
dalam membangun cerita. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi
tanpa adanya unsur waktu. Urutan waktu menunjuk pada pola
berjalannya waktu cerita sebuah film.
b. Sinematik
Sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film.
Terdiri dari: (a) Mise en scene yang memiliki empat elemen pokok:
setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make-up, (b)
Sinematografi, (c) editing, yaitu transisi sebuah gambar (shot) ke
gambar lainnya, dan (d) Suara, yaitu segala hal dalam film yang
mampu kita tangkap melalui indera pendengaran.15
a) Mise-en-scene
Berasal dari kata Perancis yang memiliki arti “putting in the
scene”. Mise en scene merupakan segala hal yang berada di depan
kamera. Terdapat empat aspek utama yang terdiri dari setting atau
15 Himawan Pratista, Memahami Film, (Jakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1
24
latar, tata cahaya, kostum dan make-up serta akting dari para
pemainnya dan pergerakannya.
b) Sinematografi
Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene
telah tersedia dan sebuah adegan telah siap diambil gambarnya,
pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan.
Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni
kamera dan film framing, serta durasi gambar. Kamera dan film
mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukakan melalui kamera
dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan
gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera
dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar
atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya.
Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil
gambarnya oleh kamera.16
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam
sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu:
a. Extreme long shot
Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari
obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk
menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
b. Long shot
16 Ibid. h. 89.
25
Pada Long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar
belakang masih domninan. Long shot sering digunakan sebagai estabilising shot,
yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.
c. Medium long shot
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas.
Tubuh visik manusia dan lingkungan sekitar relative seimbang.
d. Medium shot
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam
frame.
e. Medium close-up
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusaia dari dada ke atas. Sosok
tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan.
Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close-up.
f. Close-up
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil
lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta
gestur yang mendetail. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang
lebih intim. Close-up juga memperlihatkan lebih mendetail sebuah benda atau
obyek.
g. Estreme close-up
26
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian
dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah
objek.
Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle):
h. High Angle
Menempatkan objek lebih rendah daripada kamera, atau kamera lebih
tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang
terkesan mengecil. Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan
gambar seperti ini memiliki arti yang dramatic yaitu kecil atau kerdil.
i. Low Angle
Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari
kamera, sehingga objek terkesan membesar. Sudut pengambilan gambar ini
merupakan kebalikan dari high angle . kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang
ini yaitu keagungan atau kejayaan.
Berdasarkan pergerakan kamera (moving camera):
j. Pan
Pan merupakan singkatan dari kata panorama. Istilah panorama digunakan
karena umumnya menggambarkan pemandangan secara luas. Pan adalah
pergerakan kamera secara horizontal kanan dan kiri dengan posisi kamera yang
statis.
k. Tilt
Gerakan kamera secara vertikal, ke atas ke bawah atau ke atas dengan
kamera statis. Tilt Up jika kamera mendongkak dan tilt down jika kamera
27
mengangguk. Tilt sering digunakan untuk memperlihatkan objek yang tinggi atau
raksasa.
l. Tracking
Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat
perubahan posisi kamera secara horizontal. Kedudukan kamera di tripod dan
diatas landasan rodanya. Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak
menjauh.
m. Crane shot
Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera
secara vertikal, horizontal atau kemana saja selama masih diatas permukaan tanah.
Crame shot umumnya menghasilkan efek high-angle dan sering digunakan untuk
menggambarkan situasi lansekap luas, seperti kawasan kota, bangunan, areal
taman, dan sebagainya.
n. Zoom in/zoom out
Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengam menggunakan
tombol zooming yang ada di kamera.
c) Suara
Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang
keluar dari gambar, yakni dialog, musik dan efek suara. Segala
sesuatu yang terdapat dalam film yang mampu tertangkap oleh
indera pendengaran manusia. Dalam perkembangannya efek suara
memiliki peran penting dalam mengarahkan emosi penonton ketika
menonton sebuah film.
28
d) Editing
Proses mempersiapkan dan memilih bahasa, gambar, suara, video
atau film melalui proses seleksi, koreksi, organisasi, dan juga
modifikasi sehingga terbentuk suatu rangkaian audiovisual yang
koheren dan memiliki makna.
B. Semiotika
1. Konsep Dasar Semiotika
Semiotika, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani semeion yang
berarti tanda, atau seme yang berarti penafsiran tanda. Istilah semeion ini sebelum
berkembang pada awalnya berakar pada tradisi studi klasik dan skolastik atas seni
retorika, poetika dan logika.
Semiotika sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda-tanda adalah
perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di
tengah-tengah manusia dan besama-sama manusia. Menurut Littlejohn, manusia
dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya
dan banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Banyak para tokoh yang menjelaskan tentang paham semiotika, karena
semiotik merupakan suatu ilmu yang memunculkan banyak karakter. Ada empat
tokoh semiotika yang cukup dikenal teorinya. Yang pertama adalah Charles
Sander Pierce, dikenal sebagai pemikir argumentatif dan filsuf Amerika yang
paling orisinal dan multidimensional.17
Pierce menemukan tipologi tanda yang
17
Indiawan Seto, Semiotika Komunikasi, h. 13.
29
memiliki kekhasan dengan membedakan tipe-tipe tanda menjadi ikon, indeks, dan
simbol. Teori Pierce banyak dikenal dengan sebutan grand theory yang membagi
sistem tanda menjadi tiga unsur yaitu representasemen, interpretant, dan objek.
Tokoh selanjutnya adalah Ferdinand De Saussure, tokoh ini lebih terfokus pada
semiotika linguistik, setidaknya Saussure telah menemukan dua komponen dalam
studi semiotika yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda).18
Kemudian
muncullah tokoh-tokoh semiotika lainnya seperti Roland Bathes dan Christian
Metz yang mempunyai kekhasan dalam menjelaskan teori-teori semiotika.
Semiotika sendiri menurut para ahli di bagi menjadi dua jenis.
a. Semiotika Signifikasi
Semiotika signifikasi mencoba memberikan perhatian atau memberi
tekanan pada tanda dan memberikan segi pemahaman dari suatu tanda dalam
suatu konteks tertentu sehingga proses kognisi pada penerima tanda lebih
diperhatikan daripada proses komunikasinya.
b. Semiotika Komunikasi
Semiotika Komunikasi ini menekankan pada teori produksi tanda yang
salah satunya mengasumsikan adanya enam faktor dalam proses komunikasi,
seperti pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi,
dan acuan (hal yang dibicarakan).19
2. Konsep Semiotika Naratif Film
Roland Barthes merupakan salah satu tokoh yang cukup berkontribusi dalam
kajian semiotika. Secara historis tokoh yang lahir dan dibesarkan di sebelah barat
18
Ibid, h. 13-15. 19
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15.
30
daya Perancis ini sering disebut sebagai penerus dari teori Saussurean.
Kontribusinya terhadap bidang kajian semiotika sangat berpengaruh terutama
teorinya mengenai semiologi dan mitos. Ahli semiotika ini mengembangkan
kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika
teks.20
Barthes menjelaskan bahwa kunci dari analisisnya ada pada konotasi dan
denotasi, ia mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri
dari sebuah ekspresi (E) atau signifier dalam hubungannya (R) dengan isi (atau
signified) (C).21
Fiske menyebut konsep semiotika Barthes sebagai signifikasi dua tahap
(two order signification). Karena lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa
signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan
signified (isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas. Ia menyebutnya sebagai
denotasi yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda (sign).22
Sedangkan konotasi, merupakan tahap yang kedua, yaitu tahap yang
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan dari
pembaca. Dengan kata lain denotasi merupakan apa yang digambarkan tanda
terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara
menggambarkannya.23
Semua objek yang ada di sekitar atau permasalahan yang timbul dalam
suatu objek bisa kita kaji dengan bidang kajian semiotika, misalnya gambar, iklan,
film, puisi, lirik lagu, dan masih banyak lagi, tetapi dalam penelitian ini, fokus
20
Indiawan Seto, Semiotika Komunikasi, h. 16. 21
Ibid, h. 16. 22
Ibid, h. 17. 23
Ibid, h. 17.
31
objeknya adalah film, karena sebagian besar film yang kita saksikan mempunyai
isi pesan yang berbeda-beda, selain itu film juga selalu memunculkan simbol-
simbol yang didalamnya memuat sistem tanda yang kompleks.
Film sebagai sekumpulan tanda, yang maksudnya kita sebagai penikmat
film lebih leluasa untuk memahami isi dari kandungan film tersebut, menelaah
lebih jauh, terutama pesan yang sebenarnya disampaikan di dalam film tersebut.
Christian Metz, merupakan salah satu kritikus film yang ternama dan juga
penulis buku, salah satu bukunya yaitu yang berjudul Language and Cinema
sangat berperan di dalam dunia perfilman karena Metz dalam bukunya
memberikan pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari
bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode yang
meroepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz teori film
adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film, masalah ekonomi film,
estetika film dan semiotika film.24
Christian Metz memberikan suatu teori film yang selalu menjadi acuan
masyarakat Postmodernisme untuk membuat film. Metz yang merupakan figur
utama dalam Semiotika mengakui bahwa teori film yang ia lakukan tidak lepas
dari pengaruh pendiri semiotika seperti Ferdinand de Saussure dan Pierce. Metz
memindahkan teori signifikasi dari Roland Barthes yang menjadi penerus
Ferdinand de Saussure dan melengkapinya.25
Metz memberikan kontribusi pentingnya untuk memahami film dengan
sebuah konsep yang ia ciptakan, yaitu Cinematic Institution, dengan konsep ini
24
Zuzana M. Pick, Cinema As Sign and Language, h. 200. 25
http://yopirismayadi.blogspot.com/2010/09/cinematography-semiotics.html diakses
pada Kamis, 26 Juni 2013.
32
Metz memberikan pemahaman bahwa pengertian film tidak terbatas pada aspek
industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain dari luar
itu. Kemudian penonton juga mampu untuk memposisikan dirinya sebagai
kesatuan dari film yang fungsinya bergerak dalam wilayah psikologis.
Melalui konsep inilah Metz memberitahukan bahwa setidaknya ada 3
mesin utama untuk memaknai film secara utuh sebagai bahan untuk penelitian,
yaitu outer machine(film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton),
third machine (penulis naskah film-kritikus, sejarawan, teoritikus).26
Sebagai ahli semiotika film, Metz mengungkapkan bahwa fakta yang
harus di pahami adalah bahwa film harus benar-benar dapat dimengerti. Analogi
ikonik sendiri tidak selalu dapat menjelaskan wacana dalam film, sehingga
membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam dalam membaca bahasa film,
yang disebutnya sebagai fungsi dari “the large syntagmatic category”(Metz,
1971:146).27
Karena memahami film tidak dapat dilepaskan dari struktur narasi
sebuah film.
Berbicara mengenai dunia perfilman, perkembangan yang sangat pesat
telah diperlihatkan para sineas dalam dunia perfilman ini. Film dianggap memiliki
pengaruh lebih kuat terhadap khalayaknya dibandingkan dengan media lain.
Meskipun berbagai penelitian tidak mendapatkan buktinya, dugaan film
menguasai khalayaknya juga tidak hilang. Isi dan teknik pembuatan film memang
sedemikian rupa sehingga mengikat penontonnya. Bahkan ada pengamat yang
menyatakan bahwa film memiliki kekuatan hipnotis.
26
Zuzana M. Pick, Cinema As Sign and Language, h. 200. 27
http://mysurrealistthink.blogspot.com/2011/06/talk-about-women-film-and-cyborg-
bag8.html diakes pada Kamis, 26 Juni 2013.
33
Membuat film tidak segampang yang dibicarakan, karena menurut Budi
Irawanto, film adalah penerapan semiotika yang sempurna, karena berbagai
macam tanda terdapat didalamnya.28
Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat
dengan film sebagai sebuah produk tanda.
Steve Campsall membuat tabel analisis film yang mengadopsi pemikirian
dari salah seorang tokoh semiotik film yakni Christian Metz. Ia mempunyai
pandangan bahwa film merupakan kesatuan yang terdiri dari bahasa dan makna,
yang kemudian diartikan oleh Campsall sebagai Moving Image Text : “Film
Language”.
Menurutnya Film Language ia ciptakan karena ia berpendapat bahwa film
mempunyai cara tersendiri atau bahasa tersendiri yang digunakan dalam
menyampaikan pesan kepada para penontonnya. Mulai dari sutradara, produser,
editor dan juga semua kru bekerja untuk menciptakan sebuah makna tersebut
melalui gambar bergerak seperti dalam film.
Di dalam tabel analisis film yang dibuat oleh Campsall, terdapat banyak
komponen yang harus diperhatikan oleh kita sebagai peneliti. Hal ini dapat dilihat
melalui skema analisis film berikut ini:
Tabel 2.2.29
Komponen dan Elemen
Signs, Codes and
Conventions
Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk
menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di
dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh
para sineas film atau sutradara. Apa yang kita
28
http://yopirismayadi.blogspot.com/2010/09/cinematography-semiotics.html diakses
pada Kamis, 26 Juni 2013. 29
Steve Campsall – 27/06/2002 (Rev. 17/12/2005; 14:18:24) Media – GSE Film Analysis
Guide (3) – SJC.
34
dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan
sesuatu yang dapat kita persepsikan dan
mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang
kemudian disebut dengan „meaning’.
Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya
kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi
ini memungkinkan penafsir memiliki pendapat yang
berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada
beberapa komponen dalam memahami semiotika
film.
- Signs(tanda): unit makna terkecil yang bisa
kita tafsirkan dan turut menentukan makna
keseluruhan.
- Code(kode): dalam semiotika, sebuah kode
adalah sekumpulan tanda yang nampak,
“pas”, sekaligus “alami” dalam membentuk
makna keseluruhan.
- Convention (konvensi): istilah konvensi itu
penting. Ia merujuk pada suatu cara yang
sudah umum dalam mengerjakan sesuatu.
Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang
konvensional dengan hasil yang pasti, dan
menganggapnya natural.
Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode
setidaknya terbagi atas 3:
- Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk
menunjukkan sesuatu yang melekat atau
identik pada sesuatu.
- Indeks : sistem penandaan yang
menggunakan unsur kausalitas atau sebab-
akibat
- Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang
melepaskan secara total makna denotasi
pada sesuatu tersebut.
Hal lain yang juga penting untuk memahami
tanda adalah melalui konvensi. Konvensi
merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat
dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam
melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi
terwujud dalam suatu perbuatan.
Mise-En-Adegan Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan
penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut
meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia
memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan
apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya
Mise-En-Adegan merupakan segala sesuatu yang
dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam
adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat
35
di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum,
Tata Rias, dan Pencahayaan.
Editing Editing merupakan suatu proses memotong dan
menggabungkan beberapa potongan film menjadi
satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang
bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan
naratif.
Shot Types Shot merupakan pengambilan gambar untuk
membangun sebuah potongan gambar yang naratif
dan memberikan makna tersendiri terhadap
objeknya. Biasanya shot terkait dengan
pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point
of View (POV) dan Middle Shot (MS).
Camera Angle Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan
makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau
situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle
shot yang mencerminkan superioritas atau
kekuasaan.
Camera Movement Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk
penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari
zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan
dinamika makna sendiri.
Lighting Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting
dalam film. Pencahayaan dapat menimbulkan
suasana dan mood yang menegaskan makna.
Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna
ketakutan dan kengerian.
Dieges And Sound Dieges atau diagenic sound di dalam film
merupakan „dunia film‟. Dia merupakan bagian dari
setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara
musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya.
Visual Effects / SFX SFX merupakan gambar generasi komputer
(CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan
sebuah realitas dan makna melalui efek-efek
gambar dan suara.
Narrative Naratif, merupakan unsur film yang memuat
cerita dan kisah khusus di dalam film.
Genre Genre adalah ragam dari naratif yang sedang
dibicarakan di dalam film.
Iconography Ikonografi merupakan aspek penting dari genre.
Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung
genre. Seperti padang pasir yang mendukung
karakter koboi.
The Star System Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi
bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi
penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan
aksi.
Realism Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang
36
sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-
benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound
yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap,
pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas tinggi.
Demikianlah berbagai komponen dan elemen yang dapat merealisasikan film
melalui teknis semiotika yang mana peneliti akan mengkaji lebih dalam sistem
tanda yang terkait didalam film berdasarkan tabel tersebut.
C. Jihad dalam Pandangan Islam
1. Jihad
Kata jihad berasal dari kata jahada, berarti setiap usaha yang diarahkan
pada tujuan tertentu dan berupaya dengan kemampuan yang ada berupa perkataan
dan perbuatan serta ajakan kepada agama yang haq. Dalam tradisi sufisme, jihad
dipahami sebagai pengekangan jiwa (mujahadah-an nafs). Inilah jihad yang
dipahami sebagai pengekangan jiwa (al-jihad al-akbar) sedangkan perang adalah
jihad kecil (al-jihad al-akbar) sedangkan perang adalah jihad kecil (al-jihad al-
ashgar).
Jihad hukumnya fardu kifayah (kewajiban kolektif) bilamana sebagian
muslim telah melaksanakannya maka gugurlah kewajiban itu dari kaum muslimin.
Kewajiban kolektif yang bersifat sosial ini mendapat penekanan lebih kuat dan
lebih rawan daripada kewajiban individual (fardu’ ain). Seperti firman Allah
dalam Surat At-Taubah ayat 122:
37
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Qs At- Taubah: 122)
Jadi, jihad seperti halnya dengan menuntut ilmu pengetahuan tertentu dan
seperti halnya juga dengan da‟wah, merupakan kewajiban kolektif sosial. Akan
tetapi jihad dalam kondisi tertentu dapat menjadikan kewajiban individual:
muslim laki-laki maupun perempuan, bahkan hingga wanita diperbolehkan keluar
untuk berjihad tanpa izin suaminya. Jihad menjadi wajib’ ain (kewajiban
individual) ketika musuh telah menginjakkan kakinya di bumi Islam.30
Di samping pengertian umum tersebut, pada ulama juga mendefinisikan
tentang jihad secara khusus, salah satunya Imam Syafi‟i yang menyatakan bahwa
jihad adalah memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam. Sedangkan menurut
M. Quraish Shihab jihad adalah cara untuk mencapai tujuan. Pengertian inilah
yang mengandung makna bahwa jihad dikaitkan dengan pertempuran,
peperangan, dan ekspedisi militer.
Melihat dari sejarahnya, ayat-ayat tentang jihad yang turun pada periode
Madinah Inilah yang menjadi landasannya, diantaranya seperti yang tertulis dalam
firman Allah berikut:
30
Dr. Muhammad „Imarah, Perang Terminologi Islam Versus Barat, (Jakarta: Robbani Press,
1998), h. 206-208
38
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itu satu sama lain lindung-melindungi[624]. dan (terhadap) orang-orang
yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun
atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu
wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian
antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
(Qs Al-Anfal: 72)
Sekarang ini jihad terus memiliki makna yang bermacam-macam. Ia
digunakan untuk menggambarkan perjuangan hidup seseorang dengan
mengerjakan kebajikan, memenuhi tanggung jawab keluarga, membersihkan
lingkungan tempat tinggal, melawan pemakaian obat-obatan terlarang, atau
bekerja untuk kepentingan sosial. Jihad juga digunakan dalam peperangan untuk
pembebasan dan perlawanan, demikian juga menghadapi aksi teror.31
a. Bentuk-Bentuk Jihad Dalam Islam
Secara umum, Islam mengenal beberapa bentuk jihad yaitu:
1. Jihad alan-nafsi, yaitu berjuang melawan hawa nafsu, seperti berpuasa.
2. Jihad bil-lisan, yaitu berjihad dengan lidah, seperti khotbah pada sholat jumat.
31
John L. Esposito & Dalian Mogahed, Saatnya Muslim Bicara! Opini Umat Muslim
tentang Islam Barat, Kekerasan, HAM, dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya, (bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2008), h. 42
39
3. Jihad bil-qalam, yaitu berjihad dengan pena, seperti berdakwah lewat tulisan
dalam buku.
4. Jihad bit-tarbiyah, yaitu berjihad dengan pendidikan, seperti mengajar
disekolah.
5. Jihad fi sabilillah, yaitu berjihad berjuang dijalan Allah, seperti menuntut
ilmu.32
Ulama fiqih membagi jihad menjadi tiga bentuk, yaitu berjihad memerangi
musuh secara nyata, berjihad melawan setan, dan berjihad terhadap diri sendiri.
Ibnu Qayyim juga menguraikan bahwa jika dilihat dari pelaksanaannya, jihad
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Jihad Mustaq:
Jihad dalam rangka perang melawan musuh di medan pertempuran. Jihad
ini Mempunyai persyaratan tertentu, diantaranya perang tersebut harus bersifat
defensif, untuk menghilangkan fitnah, menciptakan perdamaian, dan mewujudkan
kebaikan dan keadilan. Perang juga tidak dibenarkan bila digunakan untuk
memaksakan ajaran Islam kepada orang yang bukan Islam, untuk tujuan
perbudakan, penjajahan dan perampasan harta kekayaan. Juga tidak dibenarkan
membunuh orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan tersebut, seperti
wanita, anak kecil, dan orng-orang tua.
Orang yang wajib berjihad dalam pengertian perang adalah mereka yang
Islam, akil baliq, laki-laki, tidak cacat, merdeka, dan mempunyai biaya yang
cukup untuk pergi perang dan untuk keluarga yang ditinggalkan.
2) Jihad Hujjah:
32
Tim Penyusun Pustaka Azet Jakarta, Leksikom Islam, (Jakarta: PT. Penerbit Pustazet
Pustaka, 1998), h.286
40
Jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan pemeluk agama lain
dengan mengumukakan argumentasi yang kuat. Taimiyah menyebut jihad ini
sebagai jihad bi al-Ilm wa al-Bayan atau jihad bi al-lisan (jihad dengan lisan),
yaitu jihad yang memerlukan kemampuan ilmiah yang bersumberkan dari Al-
Qur‟an dan sunnah serta ijtihad.
3) Jihad Amm:
Jihad yang mencakup segala aspek kehidupan, baik yang bersifat moral
maupun yang bersifat material, terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain
di tengah-tengah masyarakat. Jihad ini juga bersifat berkesinambungan, tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu, dan bias dilakukan terhadap musuh yang nyata,
setan atau hawa nafsu. Pengertian musuh yang nyata di sini, disamping perang,
juga berarti semua tantangan yang dihadapi umat Islam seperti kemiskinan,
kebodohan, dan keterbelakangan. Jihad terhadap setan mengandung pengertian
berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang negatif yang membhayakan umat
manusia. Sedangkan jihad terhadap hawa nafsu adalah sikap pengendalian diri
agar cara tindak, jiwa, dan komunikasi dengan orang lain tidak menyimpang dari
ketentuan Islam.33
2. Teror dan Terorisme
Istilah terorisme berkaitan dengan kata teror dan teroris. Secara semantik
leksikal, teror berarti kekacauan; tindak kesewenang-wenangan untuk
menimbulkan kekacauan dalam masyarakat; tindak kejam dan mengancam. Kata
terorisme berasal dari bahasa Perancis le terreur yang semula dipergunakan untuk
33
Ibnu Qayyim, dalam Ensiklopedi Islam Jilid 2, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994)
h.315-317.
41
menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan
kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang
yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Terorisme juga dipergunakan
untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Kata terorisme sejak
awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun
kegiatan yang anti pemerintah. Istilah teroris berarti pelaku aksi teror yang bisa
bermakna jamak maupun tunggal. Terorisme diartikan sebagai paham yang gemar
melakukan intimidasi, aksi kekerasan, serta berbagai kebrutalan terhadap
masyarakat sipil berdasarkan latar belakang, sebab dan motif tertentu.34
Dalam perkembangan bahasa Arab dewasa ini, kata teror atau teroris
ditunjuk dengan kata yang seakar dengan kata “rahiba”, yakni “irhab”. Kata
“irhab” dipakai untuk menunjuk aksi terorisme. Namun, menurut Quraish Shihab,
pengertian simantik “rahiba” bukan seperti yang dimaksud oleh kata itu sekarang
ini. Quraish Shihab menyatakan bahwa yang digentarkan atau dibuat takut
(turhibun), sebagaimana yang dimaksud QS al-Anfal [8]: 60, bukanlah
masyarakat umum, bukan juga orang-orang yang tidak bersalah. Tetapi mereka
yang menjadi musuh Allah SWT dan musuh masyarakat.35
Menurut Wilkinson,
terorisme adalah penggunaan pembunuhan, kekerasan, kerusakan, ancaman dan
sejenisnya secara sistematik untuk menimbulkan suasana mencekam,
mempublikasikan ideolgi dan mempengaruhi target yang luas agar mengikuti
tujuan pelaku terror.36
34
Akhmad Fanani, Kamus Istilah Populer,(Yogyakarta:Mitra Pelajar. 2009), h. 26
35 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid. 5
36 Ali Alkarni, A Media/Terorism Model The Saudi Experience, dipresentasikan di
International Association for Media &Communication Research, (TAIPEI, 2005) h. 9
42
Abu Muhammad AF dalam Webster New School and Office Dictionary, A
Fawcett Crest Book membagi terorisme dengan dua pendefinisian.Pertama,
terorisme sebagai kata benda dan kedua, sebagai kata kerja. Terorisme sebagai
kata benda adalah extreme fear berarti ketakutan yang teramat sangat, bisa juga
diartikan one who excites extreme fear yang berarti seseorang yang gelisah dalam
ketakutan yang teramat sangat. Arti lain adalah the ability to cause such fear,
yakni kemampuan untuk menimbulkan ketakutan, atau mengancam,atau memaksa
dengan teror atau ancaman teror. Sebagai kata kerja, terorisme dapat diartikan
sebagai penggunaan kekerasan, ancaman dan sejenisnya untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkan atau tujuan dari suatu system pemerintahan yang
ditegakkan dengan teror.37
37
Abdurrahman Pribadi dan Abu Rayyan, Membongkar Jaringan Teroris,
(Jakarta:Abdika, 2009), h. 10-11
43
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM ZERO DRAK THIRTY
A. Profil Kathryn Bigelow, Sebagai Sutradara Film Zero Dark Thirity
Sutradara wanita Kathryn Bigelow, kelahiran San Carlos, California, 27
Nopember 1951. Bigelow memulai kariernya yang terinspirasi dari ayahnya, yang
suka menggambar kartun, Bigelow belajar melukis di San Francisco Art Institute.
Pada tahun 1972, Bigelow mengubah fokusnya menjadi film. Tahun 1978,
Bigelow membuat film pendek pertamanya, The Set-Up, film ini bercerita
mengeksplorasi topik kekerasan.
Diadaptasi dari buku karya Mark Owen, No Easy Day. Buku No Easy Day
ditulis oleh salah satu personil Navy Seal yang ikut dalam misi penyerbuan Osama
Bin Laden di Pakistan.
Film Zero Dark Thirty adalah upaya dramatisasi penangkapan pemimpin Al-
Qaeda Osama bin Laden. Pada film sebelumnya, Bigelow memenangkan New York
Film Critics Award untuk Lingkaran Sutradara film terbaik, dan juga wanita pertama
pemenang piala Oscar 2010 dan National Board of Review Award untuk Best
Director.
Gambar 3.1
Kathryn Bigelow1
1 http://www.imdb.com/name/nm0000941/bio?ref_=nm_ov_bth_nm diakses pada, Kamis 19 Desember
2013
44
B. Sinopsis Film
Sejak peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 11 September 2001 di
menara kembar WTC (World Trade Center), Amerika Serikat (AS). Pihak intelejen
AS pun mulai memburu pelakunya yang diduga dilakukan oleh jaringan teroris
pimpinan Osama Bin Laden di Pakistan.
Maya selaku salah satu personel dari agen CIA, mendapat kepercayaan untuk
mengupas teka-teki jaringan teroris tersebut di Pakistan. Ia bersama rekan-rekannya
mencoba untuk menemukan pimpinan Al-Qaeda melalui informasi dari para tahanan
yang sudah berhasil mereka tangkap.
Seiring berjalannya waktu, Maya pun mulai mendapatkan petunjuk tentang
keberadaan sosok orang yang paling dicari oleh pihak Amerika Serikat yaitu Osama
Bin Laden. Namun hal itu tidak serta-merta dilaluinya dengan mudah. Maya
bersama rekan-rekannya di CIA justru menjadi target pembunuhan dari para
jaringan teroris di Pakistan.
Seperti diketahui, Zero Dark Thirty adalah film yang diadaptasi dari kejadian
nyata dimana pada tanggal 11 September 2001 Amerika Serikat berduka akibat
peristiwa yang menimpa gedung WTC. Tragedi tersebut menewaskan 2.977 orang
dan 6000 lainnya luka-luka. Dari sanalah Bigelow, mencoba untuk menggambarkan
kinerja para intelejen Amerika Serikat dalam memburu pelaku dari tragedi 9/11.
Film yang mengangkat kisah nyata dari tragedi 9/11 sebelumnya juga sempat
dibuat sutradara John Stockwell berjudul Code Name Geronimo. Film tersebut lebih
banyak menggambarkan kinerja dari Tim 6 Navy SEAL selaku eksekutor dari
45
penyergapan markas Osama. Berbeda dengan Zero Dark Thirty yang lebih fokus ke
pemecahan teka-teki keberadaan Osama oleh pihak CIA.
C. Profil Para Pemain Film Zero Dark Thirty
1. Jason Clarke sebagai Dan
Dan bekerja sebagai pengintrogasi para tahanan teroris, sangat dikenal
kejam dan tidak ada negosiasi baik dengannya. Salah satunya pada saat Dan
menginterogasi Ammar, banyak cara yang digunakan agar Ammar memberikan
informasi yang akurat.
Gambar 3.2.
Sumber gambar dari film Zero Dark Thirty
2. Jessica Chastain sebagai Maya
Maya selaku salah satu personel dari agen CIA, mendapat kepercayaan
untuk mengupas teka-teki jaringan teroris tersebut di Pakistan. Ia bersama rekan-
46
rekannya mencoba untuk menemukan pimpinan Al-Qaeda melalui informasi
dari para tahanan yang sudah berhasil mereka tangkap.
Seiring berjalannya waktu, Maya pun mulai mendapatkan petunjuk
tentang keberadaan sosok orang yang paling dicari oleh pihak Amerika Serikat
yaitu Osama Bin Laden. Namun hal itu tidak semerta-merta dilaluinya dengan
mudah. Maya bersama rekan-rekannya di CIA justru menjadi target
pembunuhan dari para jaringan teroris di Pakistan.
Gambar 3.3.
Sumber gambar dari film Zero Dark Thirty
3. Jennifer Ehle sebagai Jessica
Jessica adalah salah satu rekan Maya, dan mungkin satu-satunya yang
masuk akal bisa menggambarkan sebagai temannya. Ini mungkin memenuhi syarat
sebagai spoiler menyebutkan bahwa dalam sebuah adegan dramatis tentang setengah
jalan melalui film, Jessica dibunuh oleh bom bunuh diri di Camp Chapman di
Khost, Afghanistan. Setelah dia tewas, sebuah laporan berita menyediakan sulih
47
suara ke tempat kejadian, menyebutkan bahwa di antara karyawan CIA tewas dalam
serangan itu adalah seorang ibu dari tiga. Implikasinya bahwa Jessica adalah ibu.
Gambar 3.4
Sumber gambar dari film Zero Dark Thirty
D. Tim Produksi Film Zero Dark Thirty
Director : Kathryn Bigelow
Writing Credits : Mark Boal
Producers : Kathryn Bigelow, Mark Boal
Co-Producers : Matthew Budman, Jonathan Leven
Line Producer : Tabrez Noorani
Associate Producer : Pravesh Sahni
Executive Producer : Ted Schipper
Original Music : Alexandre Desplat
Cinematography : Greig Frase
48
Film Editing : William Goldenberg, Dylan Tichenor
Sound Departement : Ray Beckett – Sound mixer
Lee Gilmore – Sound Effectc Editor
Editorial Departement : Brian Addie – online editor
Stephen Nakamura – digital colorist2
2 Diakses dari http://www.imdb.com/title/tt1790885/fullcredits?ref_=tt_ov_st_sm , pada hari
Jum’at, tanggal 18 Oktober 2013.
49
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Makna Jihad dalam Jaringan Komunikasi antar Teroris dan Agen CIA dalam
Film Zero Dark Thirty
Dalam film Zero Dark Thirty menggunakan teori semiotika model Roland
Barthes. Zero Dark Thirty adalah film dramatisasi kisah satu dekade penyergapan
pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden. Film berdurasi dua jam setengah yang
dimana adegan penyergapan tempat persembunyian Osama bin Laden yang
diyakini para tentara Amerika melakukan penyergapan brutal yang tidak pandang
bulu. Zero Dark Thirty sendiri mempunyai arti, yaitu waktu ketika sudah melewati
tengah malam, maka tentara disana akan menyebutnya “00 dark thirty”, sekaligus
menjadi waktu ketika mereka menyergap Osama bin Laden di tempat
persembunyiannya.
Didalam film ini banyak adegan yang berkenaan langsung dengan fokus
penelitian. Namun, sebelum itu peneliti juga akan meneliti adegan-adegan penting
yang pastinya juga berhubungan dengan adegan utama, yaitu tentang teroris serta
arti bunuh diri atau jihad dalam agama Islam. Kathryn Bigelow mencoba untuk
menggambarkan kinerja para intelejen Amerika Serikat dalam memburu dan
memecahkan teka-teki keberadaan pelaku dari tragedi 9/11.
Pada umumnya setiap film memiliki unsur narasi, tanpa ada unsur tersebut
kita sebagai penonton akan sulit memahami filmnya. Tetapi jika narasi dalam
50
sebuah film ditampilkan terlalu panjang akan terlihat bosan untuk menontonnya.
Namun, dalam film ini peneliti mencoba untuk menarasikan dan mendeskripsikan
alur cerita film ini dengan menyertakan komponen analisis film dan unsur
semiotika. Setelah itu, barulah akan peneliti jelaskan bagaimana unsur film dan
semiotika menjadi sesuatu yang naratif.
1. Adegan 1 (Adegan Dan Menyiksa Tahanan Teroris)
Pada adegan ini, film menampilkan keadaan dimana pada saat itu di markas
hitam CIA di lokasi yang dirahasiakan, di mana Jason Clarke yang berperan sebagai
Dan menundukkan tahanan Ammar sebagai jaringan kelompok Saudi yang sudah
diincar. Tujuan Dan mengintrogasi Ammar untuk mencari keberadaan mengenai
pimpinannya Osama bin Laden.
Ammar yang diajak Pamannya Muhtar untuk mengikuti pesan dari sang
baginda (Osama bin Laden), Ammar menyebutkan beberapa nama temannya yang
masih hidup setelah penyerbuan gedung WTC pada 9/11 silam. Hamzah Rabia,
Khabab Al-Masri, dan Abu Ahmed Al-Kuwaiti. Ammar menyebutkan Abu Ahmed
seorang ahli komputer dan seorang kepercayaan pengantar pesan sang baginda.
Dan masuk ke ruangan rahasia di mana tahanan teroris Ammar, sedang
diikat dengan mengenakan baju tahanan. Dan membuat aturan yang jelas, jika
Ammar tidak memberikan informasi yang akurat Dan akan menyakiti Ammar.
Dan mengatakan kepada Ammar, dia tahu semua tentang Ammar, Dan juga
mengatakan punya banyak kesempatan untuk membunuh Ammar, tapi Dan
51
membiarkan Ammar hidup sehingga bisa memberikan informasi. Ammar berteriak
bahwa Dan tidak lebih dari tukang sampah, tapi Dan membalas bahwa Ammar
adalah teroris yang membantu membiayai serangan 11 September di Amerika
Serikat dan tertangkap tangan dengan bahan peledak di rumahnya. Dan tidak ingin
berbicara tentang 11 September, Dan ingin tahu tentang Saudi Group. Ammar
menolak untuk berbicara sehingga Dan menjatuhkan Ammar dan menyekapnya
dengan handuk yang di sirami air.
Keesokannya, Dan memberikan kursi kepada Ammar, memberikan dia
sebotol jus buah dan beberapa makanan. Dan bertanya kepada Ammar tentang Saudi
Group dan Ammar menegaskan bahwa ia hanya menangani uang, Ammar juga
menjelaskan tidak tahu siapa orang-orang yang Ammar kirimkan uang. Dan
menendang kursi dari Ammar dan merobek bawah celananya untuk menunjukkan
bahwa ia telah membuang kotoran dicelana. Ammar mengatakan Dan adalah hewan
dan manusia kejam. Dan mengikat leher Ammar dengan kalung anjing dan harus
berjalan. Dan menyeret Ammar ke sebuah kotak yang sangat sempit, lebih kecil dari
peti mati, Dan mengancam Ammar untuk menempatkan Ammar di sana jika Ammar
tidak bercerita tentang serangan yang akan datang.
52
Tabel 4.2
Adegan Adegan Dan Menyiksa Tahanan Teroris
Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal Pemain Interprestasi Simbolik
1
00:04:37
Dan Menampilkan suasana
markas rahasia CIA,
tempat penyiksaan
Ammar. Juga Dan yang
masuk kedalam ruangan
tersebut.
2
00:06:06
Menampilkan Dan yang
sedang bernegosisasi ke
Ammar agar memberikan
Informasi keberadaan
Osama bin Laden.
3
00:15:44
Dan Menunjukan Masjid
adalah tempat ibadah
umat Islam yang berada
diluar markas rahasia
Cia.
53
4
00:20:24
Dan Menampilkan Dan
memaksa Ammar untuk
memberikan informasi
dengan mengikatkan
kalung anjing kepada
Ammar.
5
00:22:34
Menampilkan Dan
memaksa Ammar untuk
memberikan informasi
dengan memasukkannya
ke kotak kecil.
6
00:25:11
Menampilkan Dan, Maya
mengintrogasi Ammar
baik-baik dengan cara
memberi Ammar makan
dan minum.
54
Temuan jihad dalam scene ini yaitu, pada saat yang disiksa, Ammar,
diinterogasi dengan cara kekerasan, Ammar tetap tidak tahu dengan pertanyaan yang
ditanya oleh pelaku, Dan dan Maya. Ammar tetap bersikukuh dengan pendiriannya
dengan melindungi teman-teman terorisnya demi ikatan sosial yang terjalin sangat erat.
Pada saat interogasi terakhir Dan, Maya tidak menggunakan kekerasan, menyiapkan
makanan untuk Ammar. Dengan cara baik Ammar memberikan informasi mengenai
jaringan terorisnya.
Tabel 4.3
Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Adegan Adegan Dan Menyiksa Tahanan Teroris
Ikon Ikon yang terdapat pada adegan ini tampak setting tempat yang digunakan,
dengan visualisasi suasana kota Pakistan lokasi Markas rahasia CIA.
Index Perubahan perilaku Ammar kepada Dan untuk memberikan Informasi
mengenai keberadaan Osama bin Laden dan anak buahnya.
Simbol Simbol Masjid yang berada tidak jauh dari tempat Markas rahasia CIA.
Secara teknis, adegan-adegan di atas memiliki beberapa unsur
sinematografi. Pada potongan adegan pertama, Dan yang sedang memasuki ruangan
situs hitam rahasia CIA divisualisasikan dengan menggunakan jarak kamera long
shot.
Pada potongan shot yang kedua, jarak kamera yang digunakan untuk
memvisualisasikan Masjid yang berada diluar situs hitam rahasia CIA adalah
medium shot.
55
Kemudian dalam adegan yang ketiga Dan yang sedang bernegosiasi dengan
Ammar untuk memberikan lokasi persembunyian Osama bin Laden. Jarak kamera
pada adegan ini adalah medium shot.
Adegan selanjutnya memvisualisasikan Dan yang sedang menyiksa Ammar
dengan mengikat kalung anjing kepada Ammar. Jarak yang digunakan adalah close
up.
Adegan kelima, jarak yang digunakan dalam adegan ini adalah medium close
up. Terlihat jelas Dan memasukkan Ammar kedalam kotak sempit yang akan
semakin membuat Ammar semakin tersiksa.
Potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Dan mengintrogasi Ammar
dengan cara memerikan dia makan dan minum. Jarak yang digunakan adalah long
shot.
Secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi.
Jarak kamera yang digunakan dalam adegan tersebut adalah long shot, medium shot
dan close up. Untuk pencahayaannya cenderung menggunakan sumber cahaya atau
sumber pencahayaan natural seperti apa adanya di lokasi setting. Pada adegan ini
menggunakan sumber cahaya utama (key light). Setting yang digunakan dalam
adegan semua ini adalah shot on location. Aspek suara dan editing di dalam adegan
ini memakai dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi oleh
tipe montase dan cut in yang diiringi musik instrumental.
56
Dalam adegan di atas ada percakapan antara Dan, Maya, dan Ammar, saat
Ammar disuguhi makanan oleh Dan, dan mendapat informasi yang dibutuhkan,
berikut adalah percakapan tersebut:
Dan : “Kau tak ingat, bukan?”. Ya, jangka pendek hilang ingatan
adalah efek samping dari kurang tidur, jadi itu kembali padamu.”
Ammar : “Aku tak tahu”. Bagaimana aku bisa ingat?”
Maya : “Setelah kami tetap buat kau bangun selama 96 jam, kau berikan
kami nama beberapa saudaramu, dan kau bantu selamatka banyak
hidup orang tak berdosa.”
Dan : “Itu hal yang pintar untuk dilakukan. Kau mulai piker untuk
dirimu. Ayo, makan, bung. Hummus. Tabbouleh. Tak tahu apa
itu. Beberapa buah ara. Kau dapatkan itu.”
Dan : “Jadi, kau terbang via Amman ke Kabul, ya? Pergi bersama
pamanmu, Mukhtar.”
Ammar : “Bagaimana kau tahu itu?”
Dan : “Sudah kukatakan padamu, bung, aku tahu kau. Manifestasi
penerbangan. Itu pasti cukup kacau untuk kalian setalah 9/11.
Apa yang kau lakukan setelah penyerbuan? Sebelum kau
kembali ke Pesh.”
Ammar : “Setelah 9/11, kami harus memilih, berjuang untuk melindungi
tanah kami, atau lari.”
Dan : “Dan kau memilih untuk berjuang, bukan?”
Ammar : “Kami ingin membunuh orang Amerika. Kami coba untuk
masuk ke Tora Bora, tapi bomnya terlalu tinggi. Kami tak dapat
menyebrang.”
Maya : “Maaf, Siapa “kami” dalam kalimat itu?”
Ammar : “Aku dan beberapa orang yang bertahan pada saat itu. Hamza
Rabia, Khabab al-Masri, dan Abu Ahmed.”
Maya : “Siapa itu Abu Ahmed? Aku pernah dengan yang lainnya.”
Ammar : “Dia pria komputer yang bersama kami pada saat itu. Setalah
Tora Bora, aku kembali ke Pesh, seperti yang kau ketahui. Dan
dia pergi ke utara, aku piker ke Kunar.”
Maya : “siapa nama keluarganya?”
Ammar : “Abu Ahmed al-Kuwaiti”
57
Maya : “Abu Ahmed artinya “Ayah dari Ahmed.” Dia seorang Kunya.
Ammar, aku tahu perbedaan antara nama perang dan nama
arab.”
Dan : “Dia mengerti kau, bung.”
Ammar : “Aku bersumpah pada kalian, aku tak tahu nama keluarganya.
Aku tak pernah bertanya padanya untuk sesuatu seperti itu. Itu
bukan bagaimana paman-ku bekerja. Pamanku dia katakana
padaku dia bekerja untuk bin Laden. Aku melihatnya sekali,
sekitar 1 tahun lalu, di Karachi. Dia bacakan surat pada kami
semua di Sheik.”
Maya : “Surat?”
Dan : “Apa yang dikatakannya?”
Ammar : “Dia katakan, “Lanjutkan jihad. Pekerjaan akan berlangsung
selama 100 tahun.”1
Dalam percakapan yang dilakukan oleh Dan, Maya, bersama Ammar dapat
digambarkan bahwa Ammar tidak mengenal kawanan satu sama lain di antara
organisasi mereka, karena kelompok mereka menggunakan system jaringan komunikasi
terputus. Mereka hanya mengetahui pesan yang harus dijalani dari Osama dalam
menjalankan tugas.
2. Adegan 2 (Maya Mengintrogasi Tahanan Teroris)
Dalam adegan ke dua ini peneliti menjelaskan kelanjutan dari adegan pertama.
Pada adegan ini Maya mempelajari kaset interogasi pada monitor komputer, Maya
sangat lama mencari para tersangka dan mempelajari kisah-kisah mereka. Rupanya, Bin
Laden menggunakan jaringan kompleks operator untuk menyampaikan pesan kepada
para pendukungnya.
1 Percakapan ini dapat dilihat dalam durasi 00:24:34 sampai durasi 00:28:04
58
Mengenakan wig berwarna gelap untuk menyembunyikan rambut merahnya,
Maya dikawal ke Markas Hitam CIA di Polandia. Sesama agen dan interpreter,
membawanya ke tahanan mereka. Maya mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
Abu Ahmed kepada tahanan, mereka memberitahukan Abu Faraj Al-Libi memiliki
kontak dengan Abu Ahmed. Maya curiga bahwa tahanan hanya mengada-ngada
menyebutkan nama-nama. Tahanan menegaskan, bahwa ada jaringan khusus yang
menyampaikan pesan. Maya mengambil informasi ini dan kembali, lalu membuat
sebuah laporan.
Di London, sebuah bis tingkat meledak. Yang dikabarkan pelakunya adalah
Faraj. Seorang pria diutus untuk menjebak Faraj dan menangkapnya, dengan cara
bertemu dengan Faraj dan membuat janji dengannya. Dikaki pria yang diutus ini sudah
disiapkan sebuah bom dengan ukuran ledakan kecil. Ketika Faraj sudah ditangkap, Faraj
digiring ke Markas Hitam Cia. Setelah Faraj sampai ditahanan, Maya mengintrogasi
Faraj. Berikut adalah percakapannya:
Maya : “Banyak saudara-saudaramu memberitahu kita Abu
Ahmed adalah kurir bin Laden dan dia bekerja sangat
dekat denganmu.”
Faraj : “Yang kau maksud Abu Khalid.”
Maya : “Siapa?”
Faraj : “Al-Baluchi. Kurirku untuk sang Sheik.”
Maya : “Baik, jadi kau memberitahu aku semua saudara-
saudaramu yang lain salah dan ada seseorang yang
terkenal Baluchi bekerja untukmu dan bin laden yang
tidak pernah aku dengar.”
Faraj : “Untuk apa kau pernah mendengar namanya?”
Maya : “Seperti apa Baluchi ini?”
59
Faraj : “Tinggi, jenggotnya putih dan panjang. Kurus. Dia
menggunakan sebuah tongkat.”
Maya : “seperti Gandalf.”
Faraj : “Siapa?”
Maya : “Kapan terakhir kali kau bertemu dia?”
Faraj : “Sebulan yang lalu. Di Karachi. Tapi aku tidak tahu
dimana dia sekarang. Kadang, aku tidak bertemu
dengannya. Dia hanya memberitahu aku dimana
meninggalkan pesannya.”
Maya : “Kau tidak yakin dengan perkataanmu?”
Faraj : “Kau tidak bisa memaksa aku memberitahumu sesatu
yang yang aku tidak tahu.”
Maya : “Kau tahu ini bukan penjara biasa. Kau menentukan
bagaimana kelakuanmu. Dan hidupmu akan sangat
nyaman sampai beritahu aku informasi yang aku
butuhkan. Dimana sebenarnya Abu Ahmed tinggal saat
ini?”
Faraj :”Disiksa.”2
Dalam percakapan ini memberikan gambaran mengenai kerjasama Faraj
(kordinator kaki tangan pengatur pesan) bersama Abu Ahmed (pembawa pesan)
untuk mengantarkan pesan dari sang Baginda (Osama bin Laden) kepada anak
buahnya. Dengan menggunakan model sistem komunikasi terputus karena
kordinator membagi pesan ke berbagai anak buah yang tidak saling mengenal
dengan menggunakan surat.
2 Percakapan ini dapat dilihat dalam durasi 00:42:57 sampai durasi 00:44:23
60
Tabel 4.4
Adegan Maya Mengintrogasi Tahanan Teroris
Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal Pemain Interprestasi Simbolik
1
00:34:25
Menampilkan suasana
kota London yang
angkutan umumnya
adalah bis tingkat.
2
00:34:31
Menunjukan keberadaan
penumpang di dalam bis.
3
00:34:48
Menampilkan ledakan
pada bis tingkat.
61
4
00:34:53
Menampilkan suasana bis
tingkat hancur setalah
diledakkan.
5
00:38:50
Kurir Menampilkan
pemasangan bom dengan
daya ledak kecil pada
kaki.
6
00:39:31
Kurir Menampilkan kurir yang
berjalan ditengah
kerumunan anak-anak
yang sedang bermain.
Kurir ditugaskan sebagai
pancingan agar Faraj
mau bertemu dengan
kurir untuk bisa
menangkap Faraj di
Pakistan.
62
7
00:40:45
Faraj Menampilkan
kebingungan Faraj saat
dikepung polisi yang
menutupi indentitasnya
memakai cadar di
Pakistan.
8
00:41:42
Menampilkan suasa
markas hitam Cia di
Pakistan.
9
00:41:55
Dan,
Faraj
Menampilkan Dan
membawa Faraj
ketahanan di markas CIA
Afganistan.
63
10
00:43:47
Maya Menampilkan Maya
mengintrogasi Faraj di
penjara Afganistan.
11
00:43:53
Faraj Menampilkan Faraj
menjawab pertanyaan
dari Maya mengenai
keberadaan Osama bin
Laden.
Temuan jihad pada scene ini yaitu, meledakkan bis di kota London yang
diyakini teroris adalah aksi jihad yang sangat baik seperti yang digambarkan pada scene
nomor tiga dan menganggap perbuatannya berjalan dijalan Allah dan sangat disukai.
Tabel 4.5
Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan Maya Mengintrogasi tahanan teroris
Ikon Ikon dalam adegan ini adalah bis tingkat yang meledak ditengah kota
London. Dan menewaskan puluhan korban.
Indeks Maya kebingungan karena Farah tidak banyak memberikan informasi
keberadaan Abu Ahmed dan Osama bin Laden.
Simbol Baluchi adalah kelompok etnis
64
Unsur sinematografi dalam adegan ke 2 ini akan dijelaskan secara teknis,
dimulai dari yang pertama. Pada potongan adegan yang pertama terlihat bis tingkat
London yang sedang beroprasi mengantarkan penumpang dengan seketika meledak.
Adegan ini divisualisasikan dengan jarak kamera long shot.
Pada potongan shot selanjutnya, sedang menjelaskan pengeboman yang
menghancurkan bis tingkat ditengah kota. Pengeboman menghancurkan seluruh bis
tingkat hingga tak berbentuk, penggunaan shot dalam adegan ini menggunakan jarak
kamera medium shot.
Adegan selanjutnya memvisualisasikan seorang Kurir yang ditugaskan untuk
menjebak Faraj dalam sebuah pertemuan. Jarak yang digunakan dalam adegan ini
adalah close up.
Adegan selanjutnya adalah ketika Faraj dibawa ketahanan untuk di
interogasi. Jarak kamera dalam adegan ini menggunakan medium close up.
Potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Maya menginterogasi Faraj
dalam melengkapi informasi keberadaan Osama bin Laden. adegan ini diambil
dengan menggunakan jarak kamera Close up shot.
Adegan selanjutnya ketika Mohammed dan Ahmed sedang membuat quwa,
dengan teliti mereka membuatnya. Dalam adegan ini, jarak kamera menggunakan
medium shot.
Secara keseluruhan adegan ini memiliki karakter sinematografi di dalamnya.
Jarak kamera yang digunakan adalah medium shot, long shot, close up, medium
close up. Dan untuk pencahayaan masih dominan dengan sumber pencahayaan. Bisa
65
dibilang dalam adegan ini menggunakan sumber cahaya utama (key light). Setting
yang digunakan adalah tipe shot on location. Aspek suara dan editing dalam adegan
ini ada dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi oleh tipe
montase, establishing/reestablishing shot dan cut in yang diiringi musik
instrumental.
3. Adegan 3 (Jessica Menyaksikan Pengeboman Hotel JW Marriot)
Jennifer Ehle yang berperan sebagai Jessica menunggu di sebuah hotel
bernama JW Marriot, beberapa kali Jessica menghubungi Maya tetapi tidak ada
jawaban. Jessica adalah rekan kerja Maya. Setelah mereka bertemu, Maya meminta
maaf atas keterlambatannya karena bertemu dengan titik pemeriksaan keamanan.
Maya menjelaskan bahwa menemukan Abu Ahmed sangatlah penting,
karena Abu Ahmed adalah kunci segalanya agar dapat menemukan persembunyian
sang baginda yaitu Osama bin Laden.
Diluar hotel JW Marriot sedang ada kekacauan karena seorang pengemudian
truk sengaja menabrak pintu depan hotel JW Marriot dan meledakkan 2000 pon
bahan peledak. Marriot, salah satu tujuan paling terpopuler bagi penduduk setempat
dan barat di Islamabad yang sekarang hancur.
Saat mereka sedang berdiskusi seketika sebuah bom meledak di JW Marriott
yang menghancurkan sebagian besar interior. Maya dan Jessica berjuang untuk
menemukan jalan keluar melewati banyak staf dan pengunjung, baik telah terbunuh
atau terluka oleh bom.
66
Tabel 4.6
Adegan Jessica Menyaksikan Pengeboman Hotel JW Marriot
Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal Pemain Interprestasi Simbolik
1
00:46:22
Polisi Menunjukan Polisi
adalah badan pemerintah
yg bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban
umum di Islamabad,
Pakistan.
2
00:46:31
Maya Menampilkan suasana
pemeriksaan keamanan.
3
00:46:31
Menampilkan suasana
Hotel JW Marriot
sebelum diledakkan.
67
4
00:46:56
Jessica Menampilkan Jessica
memanggil Maya.
5
00:44:58
Maya Menampilkan Maya
menuju ke meja restoran
yang dipesan Jessica.
6
00:47:57
Maya Menampilkan Maya
sedang berdiskusi
mengenai Abu Ahmed.
68
7
00:49:03
Menampilkan suasana
Hotel JW Marriot
Islamabad yang
diledakkan.
8
00:49:22
Jessica Menampilkan Jessica
yang berusaha
menyelamatkan diri.
9
00:49:30
Menampilkan pada
korban ledakkan yang
terluka.
69
10
00:49:50
Jessica,
Maya
Menampilkan Jessica dan
Maya berusaha keluar
dari kobaran api yang
berada di dalam Hotel
JW Marriot.
Dari gambar diatas diungkapkan cara berkomunikasi sesama agen CIA. Mereka
betemu di Hotel JW Marriot seperti pada scene empat sampai scene enam, mereka
berdiskusi mengenai rencana penangkapan Osama bin Laden dan sumber yang dapat
dipercaya adalah menemukan Abu Ahmed sebagai pembawa pesan.
Temuan jihad pada scene ini, meledaknya Hotel JW Marriot. Para teroris
meyakini dengan meledakkan hotel tesebut sama saja dengan membunuh orang kafir
dengan begitu para teroris sudah berjihad dengan dijalan Allah dengan Ibadah yang
mulia.
Tabel 4.7
Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan Jessica Menyaksikan Pengeboman Hotel
JW Marriot
Ikon Ikon dalam adegan ini adalah suasana pengamanan malan oleh petugas.
Bisa dilihat banyaknya mobil Polisi.
Indeks Indeks dalam adegan ini antara lain kebingungan Jessica saat setelah
ledakkan terjadi di Hotel JW Marriot.
70
Simbol Simbol dalam adegan ini adalah bom, bom senjata yang mempunyai
daya ledak tinggi.
Secara teknis, adegan-adegan di atas memiliki beberapa unsur sinematografi.
Pada potongan adegan yang pertama Maya sedang melewati prosedur pengaman
malam oleh Polisi, jarak yang digunakan dalam adegan ini menggunakan medium
shot karena mendekatkan polisi dengan memeriksa mobil Maya.
Potongan shot yang selanjutnya, jarak kamera yang digunakan adalah
medium long shot, yang memvisualisasikan sebuah restoran di Hotel JW Marriot di
Islamabad mengambarkan megahnya Hotel tersebut.
Kemudian dalam adegan ini, Jessica dan Maya sedang bertemu untuk
berdiskusi mengenai Abu Ahmed. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan ini
adalah Close up shot.
Adegan selanjutnya adalah ledakkan tiba-tiba pada Hotel JW Marriot yang
banyak menewaskan korban. Jarak kamera yang digunakan adalah Extreme long
shot.
Adegan terakhir, Jessica dan Maya berusaha menyelamatkan diri dalam
reruntuhan bangunan di dalam Hotel JW Marriot. Jarak yang digunakan dalam
adegan ini adalah medium close up.
Secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi.
Jarak kamera yang digunakan dalam adegan tersebut adalah long shot, medium shot,
extreme long shot dan medium close up. Untuk pencahayaannya cenderung
menggunakan sumber cahaya atau sumber pencahayaan natural seperti apa adanya di
71
lokasi setting. Pada adegan ini menggunakan sumber cahaya utama (key light).
Setting yang digunakan dalam adegan semua ini adalah shot on location. Aspek
suara dan editing di dalam adegan ini memakai dieges sound dan non dieges sound
dengan editing di dominasi oleh tipe montase, establishing/reestablishing shot dan
cut in yang diiringi musik instrumental.
Sebelum menganalisis sebuah adegan utama tentang arti bunuh diri dalam
agama Islam atau jihad, berikut ini peneliti akan memaparkan komponen-komponen
Intrinsik yang harus diperhatikan karena komponen ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam memahami adegan khusus ini berdasarkan unsur-unsur naratif film.
1. Tokoh
Tokoh pada adegan ini terdiri dari tokoh utama dan pembantu. Tokoh utama
pada adegan ini adalah Maya (Jessica Chastain). Maya divisualisasikan sebagai
seorang tokoh protagonis yang memiliki sifat heroik, pantang menyerah, dan tegas.
Dalam adegan, dirinya divisualisasikan sebagai sosok yang pantang menyerah dalam
mengungkap teka-teki misteri keberadaan Osama bin Laden. Berbeda dengan Dan
(Jason Clarke), divisualisasikan sangat keras, Dan bertugas menyidang para tahanan
yaitu para teroris agar tersangka memberi info keberadaan sang baginda Osama bin
Laden .
2. Masalah dan Konflik
Masalah yang muncul pada adegan ini adalah ketika Ammar (Reda Kateb)
mengatakan kepada Maya (Jessica Chastain), bahwa Abu Ahmed adalah pembawa
72
pesan dari Sang Baginda Osama bin Laden kepada para pekerjanya untuk
menjalankan misi.
Konflik muncul ketika Maya sangat sulit mencari keberadaan Abu Ahmed
yang dinyatakan sebagai kurir pengantar pesan.
3. Lokasi
Film yang diadopsi dari novel No Easy Day ini menggambarkan semua
kejadian yang terjadi secara nyata. Maka seluruh adegan termasuk adegan utama ini
diambil secara shot on location. Lokasi pada adegan ini adalah Afganistan dan
Pakistan dimana properti yang digunakan asli sesuai pada kejadian yang sebenarnya.
Selain lokasi di kedua Negara ini, lokasi adegan terdapat di tempat seperti penjara,
hotel dan pasar.
4. Waktu
Penggunaan waktu dalam setiap adegan di film ini dijelaskan sebagai
berikut: Siang, dimana kejadian yang terjadi dimana konflik dan maslah muncul ada
di waktu siang. Malam, di waktu ini saatnya untuk para teroris memulai aksinya
dalam sebuah peledakan hotel JW Marriot.
Dalam film yang berjenis fiksi ini, diawali oleh Dan, Maya sebagai
pengintrogasi para tahanan teroris, adegan ini ber setting di penjara. Faraj yang
menyebutkan bahwa Abu Ahmed adalah kurir pembawa pesan. Maya menjadi
semangat untuk mencari keberadaan Abu Ahmed.
73
Jessica sebagai penghubung yang bukan sebagai penginterogasi para tahanan
menjadi korban pengeboman pada Hotel JW Marriot di Islamabad. Adegan ini ber-
setting di Hotel.
B. Makna Jihad Tentang Pembunuhan dalam film Zero Dark Thirty
1. Denotasi dan Konotasi
Di dalam setiap adegan kita pasti melihat tanda-tanda dan kode yang
menonjol di setiap adegan yang ditampilkan. Tanda-tanda dan kode tersebut
secara alami pasti memiliki makna tertentu. Akan tetapi tanda-tanda dan kode
yang masing-masing memiliki makna tersebut yang tampil dalam adegan itu
memang merupakan hasil dari representasi dari kita sebagai peneliti, hal ini juga
membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang sudah berlaku sebelumnya
dan dalam wilayah-wilayah tertentu.
Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur tanda dan kode
pada adegan tewasya Jessica dengan mengklasifikasikan tanda-tanda yang
memiliki makna lain atau yang disebut sebagai konotasi. Pemilihan denotasi dan
konotasi dapat melalui beberapa objek yang dapat didengar, dilihat dan
dirasakan. Dan pada adegan ini, denotasi dan konotasi hanya dipilih berdasarkan
tingkat relevansinya dengan tujuan penelitian. Adapun denotasi dan konotasi
adegan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
74
Tabel 4.8
Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi Dalam Skenario
Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos
Penjara Bangunan tempat mengurung orang hukuman.
Markas Tempat kedudukan pemimpin tentara.
Bom Senjata yang bentuknya seperti peluru besar yang berisi bahan
peledak untuk menimbulkan kerusakan besar.
Tahanan Orang yang dikurung karena berbuat criminal.
Teroris Orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa
takut.
Cadar Kain penutup kepala atau muka untuk perempuan.
Mobil Kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda
empat.
Masjid Tempat ibadah orang Islam.
Helikopter Pesawat udara dengan baling-baling diatasnya.
Bendera Sepotong kain yang merupakan lambang negara, perkumpulan
atau sebagai tanda.
Pengeras suara Sebuah alat yang dipakai untuk meperbesar suara yang diapakai
untuk demo.
Takbir Bersuara dengan lantang dengan mengucapkan lafazh Allahu
akbar.
Penutup muka Suatu kain yang dipakai di sleuruh muka sampai bagian kepala
untuk menutupi identitas diri
Senjata Alat berbahaya yang dgunakan untuk berperang seperti senapan
dan pistol.
Ketakutan Air yang menetes dari mata, biasanya akibat bersedih.
Kerumunan Kumpulan orang banyak yang tidak teratur dan hanya bersifat
sementara.
Baluchi Kelompok etnik.
Gandalf Pria besar dengan tongkat, jonggot dan tua.
2. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Makna Jihad Tentang Pembunuhan dalam
Film Zero Dark Thirty.
Tabel 4.9
Ikon Markas rahasia Cia adalah tempat dimana para tahanan teroris di
penjara. Setelah pengeboman di markas rahasia ini keadaan menjadi
kacau.
75
Indeks Pada scene ini, indeks yang terjadi adalah ketika pada kru termasuk Dan,
Maya mendapat kabar bahwa Jessica telah tewas akibat bom bunuh diri
oleh seorang narasumber yang akan diwawancara.
Simbol Hancurnya sebagian markas rahasia Cia akibat bom bunuh diri.
3. Elemen Adegan
Sebelum masuk kepada penelitian elemen film, peneliti mencoba
memunculkan beberapa potongan shot yang berhubungan langsung dengan
pokok permasalahan dalam penelitian ini, berikut visualisasinya:
Tabel 4.10
Visualisasi shot dari Makna Jihad Tentang Pembunuhan dalam Film Zero
Dark Thirty
Adegan-adegan Pendukung Interprestasi Simbolik
00:53:03
Menggambarkan kekuatan militer AS
yang bermarkas di Afganistan.
00:54:42
Menggambarkan pos penjagaan di markas
CIA, Afganistan.
76
00:55:23
Menggambarkan Jessica dan para kru
menungu kedatangan sumber yang akan
diwawancarai mengenai keberadaan
Osama bin Laden.
00:56:43
Menggambarkan Jessica yang khawatir
karena sumber yang ditunggu belum tiba.
00:56:50
Menggambarkan mobil yang ditunggu
Jessica sudah terlihat melalu teropong.
00:57:01
Menggambarkan mobil sumber yang
ditunggu sudah akan memasuki pintu
awal penjagaan markas CIA di
Afganistan.
77
00:57:12
Menggambarkan seorang penjaga pos
keamanan memantau pergerakan mobil
para sumber yang akan diwawancarai
00:58:47
Menggambarkan Mobil sumber yang
sudah melewati pos pengamanan
penjagaan di markas CIA, Afganistan.
00:58:51
Menggambarkan Mobil yang melewati
belokade di markas CIA, Afganistan.
00:59:14
Menggambarkan Jessica dan para kru
menyambut kedatangan sumber yang
sudah ditunggu.
78
00:59:45
Menggambarkan mobil yang ditunggu
oleh Jessica dan pada kru sudah berada
tepat dihadapan mereka.
00:59:54
Menggambarkan sopir pengantar sumber
di markas CIA Afganistan.
01:00:03
Menggambarkan pada kru menodongkan
senjata kepada sumber karena diyakini
sumber membawa bom.
01:00:04
Menggambarkan sumber yang keluar dari
mobil dengan mengucapkan salam.
79
01:00:13
Menggambarkan kru menodongkan
senjata ke arah sumber karena tangan
kirinya dimasukkan kesaku dan diyakinin
memegang pemantik bom.
01:00:15
Menggambarkan pada kru memaksa
sumber untuk mengelurkan tangannya
dari saku.
01:00:19
Menggambarkan sumber yang
menyebutkan kalimat “Allah Maha
Besar” yang membuktikan detik-detik
sumber tersebut memencet pemantik
bom.
01:00:20
Menggambarkan bom meledak dan
sumber masih meneriakkan kalimat
“Allah Maha Besar”.
80
01:00:22
Menggambarkan terjadi ledakkan besar di
masrkas CIA, Afganistan. Yang
disebabkan oleh sumber tersebut.
01:00:42
Menggambarkan masih terjadi kebakaran
akibat ledakkan di markas CIA,
Afganistan.
Temuan jihad pada scene ini yaitu, meledaknya seorang sumber yang di undang
oleh Jessica untuk datang ke Camp Afganistan. Jessica menugaskan para petugas pintu
pengamanan untuk tidak memeriksa mobil yang ditumpangi oleh sumber tersebut. Saat
setelah sumber tiba dihadapan Jessica dan pada kru, sumber mengantongi tangannya
sembari berjalan kearah para kru. Sumber menyebutkan “Allah Maha Besar”, seketika
bom meledak pada dirinya yang menewaskan Jessica dan para kru lainnya.
Pada table 4.10 di atas menunjukkan adegan-adegan dengan narasi yang
berhubungan satu sama lain. Berikut akan peneliti analisis sesuai dengan kebutuhan
analisis film dari Christian Metz. Dalam adegan yang terdiri dari rangkaian gambar
tersebut, menunjukan symbol kebesaraan Negara super power Amerika Serikat.
81
Pada scene ini, kita bisa melihat adegan ketika pos penjagaan dijaga ketat, pada
markas rahasia Cia di Afganistan. Adegan ini dapat dilihat pada durasi menit ke
00:54:42.
Adegan ini ditampilkan Jessica bersama kru sedang menunggu kedatangan
seorang sumber terpercaya dalam memberikan lokasi keberadaan Abu Ahmed.
Adegan selanjutnya pada scene yang ke 4, sampai ke 9. Orang yang ditunggu
sudah tiba, terlihat dari teropong yang digunakan oleh Jessica.
Pada scene yang ke 10, menunjukkan orang yang ditunggu sebagai sumber
terpercaya sudah melewati blockade pemeriksaan dan pos penjagaan di markas Cia.
Adegan pendukung selanjutnya adalah sumber sudah keluar dari mobilnya,
tangan kirinya masuk kedalam saku jaket yang digunakan. Jessica bersama kru yang
lain menodongkan senjata agar tangannya keluar dari saku, mereka menduga sumber
tersebut berkhianat dan membawa bom.
Adegan selanjutnya seorang sumber ini meneriakkan, Allah Maha Besar, dan
seketika Jessica dan para kru tewa dalam bom bunuh diri tersebut. Sebelum bom
meledak, para kru bernegosiasi berikut percakapannya:
Jessica : “Kenapa ada penjaga gerbang disana? Kita sudah
bicarakan ini? Seharusnya tidak ada orang disana saat
sumberku tiba. Kau mungkin sudah membuatnya takut.
Kru 1 : “Prosedur hanya bekerja, jika kita mengikutinya setiap
saat, ini berbeda,
Jessica : “Maafkan aku, aku tidak bias menjelaskan, tapi ini untuk
alasan yang baik. Dengar aku, yang bertanggung jawab
untuk keselamatan semua orang, oke?
Kru 1 : “untuk bukan hanya tentangmu.”
Jessica : “Aku hanya perlu untuk mereka menyingkir sementara.
Kau bisa memeriksanya segera setalah dia sampai disini.
82
Kru 1 : “semua stasiun, turunlah.”
Jessica : “Terima kasih.”
Kru 1 : “Oke, dia datang. Kita akan memeriksanya ketika dia
sampai disini.
Sumber : “Keluar mobil.”
Kru 2 : “Apakah emang dia lemas seperti itu?”
Kru 1 : “keluarkan tanganmu dari kantongmu.”
Sumber : “Allah Maha Besar.”
Kru 1 : “Hei, keluarkan tanganmu dari kantongmu!”
Kru 2 : “Hei, Lakukan Sekarang! Ayo lakukan sekarang!”
Sumber : “Allah Maha Besar. Ledakkan.”3
Adegan selanjutnya memperlihatkan tujuh karyawan tewas dan enam orang
lainnya terluka dalam serangan bom bunuh diri disebuah pangkapan di Afganistan, ini
adalah salah satu serangan yang paling mematikan dalan sejarah Cia.
Tabel 4.11
C. Makna Jihad Bom Bunuh Diri dalam Film Zero Dark Thirty Analisis Model
Steve Campsall
No Elemen Temuan Analisis
1. Mise En
Scene
What :
Kostum yang digunakan dalam adegan di film ini merupakan
kenyataan, yang artinya tidak ada rekayasa sama sekali dengan
semua peristwa yang terjadi, contohnya adalah kostum dari
Ammar yang menunjukkan sebagai tahanan teroris
Masjid mengumandangkan suara adzan menunjukan perintah
salat bagi umat Islam.
What effect : Efek yang muncul dalam adegan ini adalah perwujudan
setting shot on location yang menggunakan lokasi yang
sesungguhnya dan nyata. Suasana konflik yang sangat terasa
dengan tewasnya Jessica, pencahayaan yang dihasilkan dalam
3 Percakapan ini dapat dilihat dalam durasi 00:57:28 sampai durasi 01:00:21
83
scene ini merupakan cahaya natural sehingga yang tersaji dalam
adegan terlihat sangat nyata dengan situasi yang sedang
memanas di negara Palestina akibat konflik.
What Meaning : Sistem makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan
denotasi konotasi. Dalam adegan denotasi yang muncul adalah
penjara, markas, bom, tahanan, teroris, cadar, mobil, masjid,
helikopter, bendera, pengeras suara, takbir, penutup muka,
senjata ketakutan, kerumunan, baluchi, gandalf . Adapun
penjelasan makna denotasi dan konotasi pada adegan sudah
dipaparkan di atas.
How :
Pembangunan mise en adegan biasanya dilakukan dengan
teknik-teknik tertentu. Pada adegan ini, tampaknya sutradara
memfokuskan pada aspek setting pemecahan teka-teki
keberadaan Osama bin Laden. Setting yang kuat merupakan
sebuah konstruksi mise en adegan yang paling awal.
Pemilihannya pun tidak sembarangan, ini bertujuan agar fakta
dan kenyataan yang difilmkan dapat tersampaikan kepada
penonton.
Purpose :
Dengan melihat adegan di atas, tampaknya tujuan dari
sutradara adalah untuk memvisualisasikan agar teka-teki
keberadaan Osama bin Laden dapat dipecahkan Oleh Dan, Maya,
dan Jessica.
2. Editing Bentuk editing pada adegan ini menggunakan cut, dimana cut
ini merupakan transisi shot ke shot lainnya secara langsung yang
menimbulkan editing kontinu pada suatu rangkaian adegan
dialog atau aksi pada umumnya. Ada beberapa aspek yang
diperhatikan peneliti yaitu dalam melakukan teknik editing, yaitu
aspek kontinuitas grafik, aspek ritmik, aspek spasial dan aspek
temporal. Namun pada scene ini yang nampak jelas dalam teknik
editing yaitu aspek ritmik dimana aspek ini menggunakan tempo
editing yang cepat dengan durasi shot hanya beberapa detik.
3. Shot Types Terdapat beberapa shot dalam adegan ini. Pertama, medium
Shot. Digunakan ketika Dan, Maya menginterogasi Ammar.
Memeri Ammar makan agar proses interogasi berjalan lancar.
Kedua adalah medium close up shot. Medium close up shot
digunakan saat Ammar disiksa Dan di markas hitam Cia.
Ketiga adalah close up. Close up digunakan ketika shot pada
wajah Ammar yang terlihat sangat kritis. Dan juga pada shot
84
Ammar luka-luka lalu dimasukkan kedalam kotak kecil.
Kemudian extreme long shot pada shot dimana pengeboman di
Hotel JW Marriot para korban banyak yang tewas dan terluka.
Dan kemudian adalah long shot. Long shot digunakan ketika
shot pada kedatangan mobil, seorang sumber terpercaya yang
akan diwawancara oleh Jessica.
4. Camera Angle Sudut kamera.
Tipe sudut.
Tipe sudut kamera yang tampak pada adegan ini adalah tipe
straight on angle, di mana kamera melihat obyek dalam frame
secara lurus. Hal ini memunculkan kesan bahwa adanya
kesetaraan antara pemeran utama dan tokoh pendukung yang di
munculkan dalam scene di atas.
Kemiringan
Dalam adegan ini, teknik kemiringan kamera tidak digunakan.
Hal ini bisa menimbulkan makna bahwa narasi dan kisah dalam
adegan ini masih stabil.
Ketinggian
Dalam adegan ini, ketinggian kameradigunakan oleh sutradara.
Untuk melihat Obyek pada saat bom bunuh diri.
5. Camera
Movement
Pergerakan kamera dalam adegan ini di dominasi oleh teknik
panning. Teknik ini digunakan dengan cara menggeser kamera
ke kiri ataupun ke kanan dengan maksud untuk memperlihatkan
objek lain yang berada di sisi kiri atau di sisi kanan objek. hal ini
tampak ketika sumber meledakkan dirinya, kemudian kamera
pan memperlihatkan aksi bom bunuh diri di markas Cia. Selain
itu ada pula gerakan tracking yang digunakan untuk
memperlihatkan objek yang lebih tinggi dari objek utama.
6. Lighting Untuk menjelaskan lighting, ada beberapa aspek yang harus
kita lihat sebagai acuan.
1. Kualitas
Kualitas cahaya pada adegan ini adalah soft light atau
dengan kata lain cahaya membuat objek tampak lebih
tipis.
2. Arah Pencahayaan
Arah pencahayaan pada adegan ini adalah frontal
lighting, di mana sutradara mencoba menghapus
bayangan dari objek. sehingga objek tampak lebih jelas.
Dan juga adegan ini menggunakan slide lighting yang
cenderung menampilkan bayangan ke arah samping
tubuh karakter atau bayangan pada wajah.
3. Sumber Cahaya
Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light.
Di mana sumber cahaya utama dan paling kuat
85
menghasilkan cahaya. Adapun cahaya utama pada adegan
ini adalah sinar matahari.
7. Dieges and
Sound
Suara yang digunakan di dalam adegan ini adalah tipe suara
yang dieges sound. Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber
suara adalah dari objeknya langsung. Namun, di sisi lain ada
suara non dieges sound dan juga suara external diegetic sound.
8. Visual Effect /
SFX
Visual effect banyak digunakan karena film ini berjenis fiksi.
9. Narrative Unsur narasi sudah dijelaskan diatas sebelum pembahasan
pada tabulasi, namun dapat dijelaskan secara singkat jenis narasi.
Dimana waktu berjalan sesuai dengan urutan aksi peristiwa tanpa
adanya potongan waktu.
10. Genre Film fiksi ini, mempunyai genre perang, di mana sutradara
ingin memvisualisasikan tentang penangkapan gembong teroris
Osama bin Laden lalu mencari arti bom bunuh diri dan jihad
dalam Islam.
11. Iconoghraphy Ikonografi merupakan sebuah sistem yang mendukung genre.
Ikonografi dalam film ini adalah pasukan Cia.
12. The Star
System
Dengan film yang berjenis Fiksi, Sutradara mencari aktor
yang sangat pantas berperan dalam film ini.
13. Realism Semua yang terjadi dalam film ini adalah peristiwa yang
benar-benar nyata, benar-benar terjadi pada sebelumnya karena
film yang diadopsi dari novel kisah nyata yang terjadi.
Model Refleksi yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi
dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi di dalam4 dengan mendekati
realitas.
D. Interpretasi
11 September 2001 adalah hari yang mengubah dunia selamanya. Sebuah
serangan yang dilancarkan grup teroris Al-Qaeda dengan pemimpinnya Osama Bin
Laden menabrakkan pesawat ke gedung WTC dan meruntuhkan menara kembar
4 Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan
Pengaruh, (Jakarta, Kencana: 2008), cetakan ke 1, edisi pertama, h. 202
86
pencakar langit itu. Sejak hari itu nama Osama Bin Laden langsung melejit menjadi
salah satu buronan yang paling dicari oleh badan intelejensi seluruh dunia. Amerika,
Inggris, dan negara-negara lain semua mengerahkan sumber daya mereka untuk
menangkapnya. Akan tetapi waktu terus berlalu dan Osama tak juga tertangkap.
Sampai akhirnya pemburuan berakhir dengan operasi militer yang menghabisi
pemimpin Al Qaeda tersebut pada 2 Mei 2011.
Di film Zero Dark Thirty, Cerita berawal pada tahun 2003 saat seorang agen
CIA bernama Maya ditugaskan ke Pakistan untuk bekerja melacak Osama Bin
Laden. Osama tentunya bukan seorang manusia bodoh yang dengan mudahnya bisa
dicari. Pencarian demi pencarian terus menemui jalan buntu dan membuat hal
semakin sulit. Maya sendiri percaya bahwa cara untuk menangkap Osama adalah
dengan cara menangkap kurir pembawa pesannya. Pasalnya hampir semua orang
yang dekat dengan Osama tidak pernah bertemu dengannya dan hanya bertemu
dengan kurirnya saja. Selain mencari identitas sang kurir di negeri asing yang penuh
teror Maya juga harus berhadapan dengan birokrasi Amerika yang makin ketat.
Dunia sibuk dengan perburuan Osama bin Laden. Sebuah tim dibutuhkan, untuk
melacak keberadaannya. Setiap aspek dari misi mereka terselubung dalam
kerahasiaan.
Tim melacak rekening mereka, mengejar bin Laden dan menangkapnya.
Kejadian fakta ini menjadi saksi bersejarah penangkapan ketua teroris yang paling
ditakuti di dunia, yang berpuncak pada serangan operasi khusus di pinggiran kota
Pakistan misterius.
87
Dari awal pencarian Osama bin Laden sangat penuh bahaya dan ancaman,
tidak setiap ada yang selamat. Beberapa ahli intelijen percaya bahwa tugas itu tidak
mungkin untuk dilaksanakan, tapi di lapangan tim analis dan interogator
menentukan peluang dan membuktikan mereka salah. Untuk pertama kalinya,
perjuangan mereka untuk menemukan Osama bin Laden.
Pada intinya, Zero Dark Thirty menawarkan salah satu film yang paling
dibicarakan tapi paling sedikit diketahui peristiwanya pada zaman modern ini. Para
seniman kreatif menantang diri untuk mendorong batas-batas kerajinan mereka.
Acara yang diciptakan dengan kesetiaan pada fakta-fakta, termasuk suting di
Pakistan sendiri, antusiasme penonton sangat banyak. Hasilnya adalah sebuah film
sebuah film yang mendalam dan provokatif, menakjubkan dan nyata.
Film Zero Dark Thirty merupakan film terbaik yang pernah ada, setelah
mendapatkan lima nominasi Oscar termasuk Best Picture, dan langsung melesat ke
No 1 di box office. Sang sutradara Kathryn Bigelow, membuat film ini atas dasar
perilaku criminal terkejam. Dengan penyiksaan yang terus menerus dilakukan
kepada tahanan dan memberitahu semua bahwa inilah akhir dari terorisme.
Dibalik banyaknya kesuksesan yang diraih oleh film ini banyak juga kritikan
dan tanggapan negative dari berbagai pihak. Film ini banyak menyajikan kekerasaan
tentang penganiayaan yang tertubi-tubi dan juga tak ada belas kasih.
Di sisi lain pesan yang coba disampaikan dalam film ini adalah tindak
kriminal tingkat tinggi yang dilakukan Osama bin Laden dan kawan-kawannya.
88
Dalam film ini diperlihatkan adegan disebuah Hotel besar di daerah Islamabad
Pakistan.
Film fiksi ini menyajikan fakta-fakta dan merekam peristiwa yang benar-
benar terjadi, karena diadopsi langsung dari novel No Easy Day. Film pada
umumnya tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang berasal dari tema atau
argumen sineasnya, dan dalam memberikan informasi pada penontonnya.
Islam yang ditampilkan dalam film ini adalah ketika seorang sumber yang
akan diwawancara oleh Jessica tiba-tiba meledakkan dirinya dengan mengucapkan
“Allah Maha Besar.”
Keutamaan jihad adalah membela diri dan harta melawan orang-orang kafir
yang menginjak-injak hak dan kewajiban mereka. Seperti dalam ayat Al-Quran yang
menjelaskan tentang keutamaan jihad, dalam surat Ash Shaff ayat [4] Allah
berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.”
”Maksud dari ayat di atas adalah menunjukkan keutamaan untuk berjihad
karena Allah swt sangat senang terhadap orang-orang yang mau berjuang
dijalannya. Seperti berjihad dengan ramai-ramai sehingga menjadi kesatuan yang
kuat dan tidak bisa dirobohkan. Tapi Osama bin Laden dan teman-temannya salah
89
mengartikan arti jihad yang sebenarnya sehingga jihad yang dilakukan oleh mereka
menjadi kriminal yang sangat merugikan banyak orang.
Ada kritikan terhadap film ini, film yang berdurasi dua setengah jam ini
banyak kebingungan yang ditampilkan. Film terlalu lama dengan pembongkaran
teka-teki keberadaan Osama bin laden.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini, film banyak sekali menampilkan kesetian dalam jaringan
teroris, dengan menggunakan komunikasi terputus, sesama teroris tidak saling
mengenal. Agen CIA melakukan kekerasan agar teroris memberikan informasi
keberadaan Osama, dengan kekerasaan yang dilakukan kepada teroris mereka
membalas dengan meledakkan diri mereka dengan cara bom bunuh diri ditempat
umum.
Untuk menyimpulkan hasil penelitian pada skripsi ini, peneliti mengacu pada
fokus permasalahan yang ada. Dengan melihat melalui berbagai pendekatan teori
dan implementasinya terhadap objek penelitian, maka kesimpulan peneliti terhadap
menjawab perumusan masalah sebagai berikut:
1. Model Roland barthes, Sign ditemukan makna Jihad dalam jaringan komunikasi
antar teroris dan agen CIA. Pemilihan scene terfokus pada penyiksaan kepada
teroris. Dan juga ditemukannya simbol pada scene ini, yaitu kekerasaan demi
kekerasan yang dilakukan oleh pada Agen CIA terhadap teroris,
2. Model Chistian Metz, code ditemukan makna jihad tentang pembunuhan dalam
film. Jihad dalam Islam adalah tanda-tanda verbal maupun non verbal di dalam
adegan pengeboman hotel JW Marriot yang tervisualisasi dalam pertengahan
91
cerita. Dan juga ditemukannya simbol pada scene ini, yaitu bom bunuh diri yang
dilakukan seorang sumber di markas CIA, Afganistan.
3. Elemen yang ditemukan makna arti bom bunuh diri dalam Islam atau Jihad
adalah pada aspek mis en scene yang menjelaskan makna melalui kostum, tata
rias wajah, setting, dan pencahayaan yang ditampilkan di depan kamera yang
dapat berfungsi sebagai penunjuk status sosial, citra dan penunjuk ruang dan
waktu. Selanjutnya adalah pemaknaan melalui editing. Pemaknaan melalui
editing dapat dilihat dari menampilkan berbagai shot dalam sebuah adegan.
Selanjutnya adalah shot types. Tipe shot merupakan sebuah upaya menampilkan
makna melalui jarak-jarak kamera, sudut, ketinggian dan kemiringan kamera.
Kemudian ada camera angle, aspek ini menanamkan makna melalui berbagai
sudut kamera secara khusus. Dan juga ditemukannya simbol pada scene ini,
yaitu kekuatan militer AS yang sangat besar sehingga bias membuat markas
besar di Negara Afganistan dan Pakistan.
Ada pula camera movement yang mana menghadirkan sebuah pesan
melalui pergerakan kamera yang dinamis, dan juga lighting yang memberikan
makna tertentu dalam setiap adegan pemain film dan juga mood dan efek
tertentu. Dieges and sound yang menghidupkan makna melalui suara-suara
tertentu. Efek visual yang memberikan sebuah makna yang seakan terlihat nyata.
Narrative bekerja dalam skenario film. Genre dalam film ini adalah perang
karena film ini sebenarnya berjenis fiksi. Kemudian pada ikonografinya semua
92
benda yang dapat dilihat dan memiliki kesamaan yang sangat dekat terhadap
genre.
The star sistem adalah upaya untuk menyesuaikan pemeran dengan cerita
film. Dan yang terakhir adalah realism yang mana komponen ini benar-benar
membawa penonton terbawa dalam mood yang sesuai dengan realita.
B. Saran-saran
Film yang berjenis fiksi ini merupakan film yang menyajikan suatu fakta,
dalam film ini juga menyajikan unsur-unsur jihad yang salah diartikan. Mark Boal,
yang bertindak sebagai Writing Credits menyusun naskah dengan baik agar tidak
terlalu jauh berbeda dari cerita kisah aslinya di novel No Easy Day. Peran penulis
adalah menyampaikan pesan dari sutradara kepada audience. Diantaranya, dengan
memberikan gambaran keadaan yang terjadi di pasca menangkapan Osama bin
Laden, pada awal film. Dengan demikian, audience dapat memahami dan memiliki
persepsi tentang film tersebut.
Pengertian jihad jika disalah artikan akan berdampak buruk kepada diri
sendiri dan terlebih orang lain. Amerika Serikat sebagai Negara adidaya dengan
mudah membuat isu terorisme sehingga berbagai pemberitaan media massa di
seluruh penjuru dunia menjadi sepakat dengan definisi teroris. Sehingga yang tidak
mengetahui betul tentang isi tersebut ikut menyatakan Al-Qaeda adalah dalang
penyebab kejadian 9/11.
93
Negara di seluruh dunia menyatakan perang melawan terorisme. Hal ini
nampak bahwa kemampuan mengontrol arus informasi dalam melakukan
propaganda melawan terorisme berhasil mereka lakukan. Keterlibatan media dalam
menyebarkan informasi, menyebarkan gagasan, melakukan amplifikasi dari ideologi
dominan memegang peran penting bagi tersebarnya doktrin perang melawan teroris.
Sekilas nampak bahwa kemenangan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya
dalam menyebarkan isu terorisme menjadi bukti dominasi mereka dalam
mengontrol media. Di sisi lain ternyata berbagai kelompok teroris juga secara sadar
memanfaatkan media untuk beragam kepentingan.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro & Komala, Lukiati, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007
Ardianto, Elvinaro Dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2007
Ardianto, Elvinaro, Komala, Lukiati dan Karlinah, Siti, Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar Edisi Revisi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007
Alkarni , Ali, A Media/Terorism Model The Saudi Experience, dipresentasikan di
International
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006
Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh, cetakan ke 1,
edisi pertama, Jakarta, Kencana 2008
Barus, Sedia Willing, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Jakarta: Erlangga,
2011
Danesi, Marcel Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jala Sutra, 2012
Esposito, John L. & Mogahed, Dalian, Saatnya Muslim Bicara! Opini Umat Muslim
Tentang Islam Barat, Kekerasan, HAM, dan Isu-Isu Kontemporer Lainnya,
bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008
Fanani, Akhmad, Kamus Istilah Populer Yogyakarta: Mitra Pelajar, 2009
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Muhammad, Dr. ‘Imarah, Perang Terminologi Islam Versus Barat, Jakarta: Robbani
Press, 1998
Pawito,Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKIS, 2007
Prakoso, Gatot, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental dan Documenter.
FFTV-IKJ dengan YLP, Jakarta: Fatma Press, 1977
Pratista, Himawan, Memahami Film, Jakarta: Homerian Pustaka, 2008
Qayyim, Ibnu, dalam Ensiklopedi Islam Jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994
95
Rakhmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya,
2001
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2011
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, cet.ke-5
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009
Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jilid. 5
Tim Penyusun Pustaka Azet Jakarta, Leksikom Islam, Jakarta: PT. Penerbit Pustazet
Pustaka, 1998
Vivian, John, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Grasindo, 2000
Sumber lain:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2012/03/16/5699/Peta-
Perfilman-Indonesia-Membanggakan
http://www.imdb.com/name/nm0000941/bio?ref_=nm_ov_bth_nm
http://www.imdb.com/title/tt1790885/fullcredits?ref_=tt_ov_st_sm
http://yopirismayadi.blogspot.com/2010/09/cinematography-semiotics.html
http://mysurrealistthink.blogspot.com/2011/06/talk-about-women-film-and-cyborg-
bag8.html
http://yopirismayadi.blogspot.com/2010/09/cinematography-semiotics.html
96
LAMPIRAN
COVER DVD FILM ZERO DARK THIRTY