Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “RAHASIA HATI” KARYA NATSUME
SOSEKI
NATSUME SOSEKI NO SAKUHIN NO “KOKORO” TO IU SHOUSETSU NO
KOUZOU NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam
bidang ilmu Sastra Jepang
Oleh:
Riri Anggraini
130708050
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya penulis diberikan kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis Struktural
Novel “Rahasia Hati” Karya Natsume Soseki” ini penulis susun sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima
bantuan baik moril, materi, ide, serta nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih, penghargaan dan
penghormatan kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Imu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D., selaku Ketua Program
Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku pembimbing sekaligus
Dosen Penasehat Akademik, yang selalu memberikan waktu dan
pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan saran-
saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
4. Semua Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
kepada penulis selama masa perkuliahan. Dan juga kepada staf pegawai di
Program Studi Sastra Jepang yang telah banyak membantu kelancaran
administrasi penulis.
5. Ayahanda Jaka Utama dan ibunda Mursiem yang dengan kasih sayangnya
selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan selalu
mendoakan penulis sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan
dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada adik Dede Prabowo yang
memberikan dukungan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
6. Sepupu terbaik Nova Monica yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk mendukung dan memberikan semangat hingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat terbaik Diah Rahmawati, Siti Rahmah, sahabat SMA dan
SMP yang selalu mendukung, menyemangati serta menghibur penulis
disaat susah.
8. Teman-teman mahasiswa/i Sastra Jepang stambuk 2013, Rini Dwi Astuti
yang selalu menegur saat penulis melakukan kesalahan, teman berdebat
dalam semua hal baik, dan selalu menyemangati penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Untuk Eka Putra Setiawan yang telah baik hati
meminjamkan laptop dan menyemangati penulis. Nindia Kartika Syahfitri,
Fitriani, Sitta Rouli Simanjuntak, Egin Hardianti, Akrimi Mastwa, Novia
Syahfitri, Aisyah Aini Siregar, Rizky Daniati Harahap, Maya Kresensia
Sinaga, Virginia, Nelli, serta teman-teman yang lain yang tidak dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
penulis sebut namanya satu persatu. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh
Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam segi isi maupun dalam uraiannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini
nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, pembaca khususnya
mahasiswa/i Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2017
Penulis
Riri Anggraini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ........................................................................ 6
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ......................................................... 7
1.4.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1.4.2 Kerangka Teori ........................................................................... 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 14
1.5.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 14
1.5.2 ManfaatPenelitian ..................................................................... 14
1.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “RAHASIA HATI”
DALAM KAJIAN STRUKTURAL DAN BIOGRAFI PENGARANG
2.1 Pengertian Novel ........................................................................................ 16
2.2 Struktur Cerita Novel .................................................................................. 17
2.2.1 Tema ......................................................................................... 18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
2.2.2 Alur .......................................................................................... 20
2.2.3 Penokohan ................................................................................. 21
2.2.4 Sudut Pandang ........................................................................... 23
2.2.5 Gaya Bahasa ............................................................................. 24
2.2.6 Amanat ..................................................................................... 24
2.3 Setting Novel Rahasia Hati........................................................................ 25
2.4 Kajian Struktural Sastra ............................................................................ 27
2.5 Biografi Pengarang .................................................................................... 29
BAB III ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “RAHASIA HATI” KARYA
NATSUME SOSEKI
3.1 Ringkasan Cerita........................................................................................ 31
3.2 Analisis Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang, serta
Amanat dalam Novel “Rahasia Hati” ........................................................ 36
3.2.1 Analisis Tema dalam Novel “Rahasia Hati” ................................. 36
3.2.2 Analisis Alur dalam Novel “Rahasia Hati” ................................... 38
3.2.3 Analisis Penokohan dalam Novel “Rahasia Hati” ......................... 48
3.2.4 Analisis Latar dalam Novel “Rahasia Hati” .................................. 76
3.2.5 Analisis Sudut Pandang dalam Novel “Rahasia
Hati” .............................................................................................. 83
3.2.6 Analisis Amanat dalam Novel “Rahasia Hati” .............................. 85
3.3 Analisis Keterkaitan antar Unsur Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
Pandang, serta Amanat yang Mendasari Struktur Cerita yang Utuh
dalam Novel “Rahasia Hati” Karya Natsume Soseki ............................... 88
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 93
4.2 Saran ......................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran
kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini
1994:3). Menurut Luxemburg dan Willem (1992 : 23), sastra dapat dipandang
sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis dalam kurun waktu tertentu
langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu. Dalam
gejala sosial di kehidupan bermasyarakat tersebut, masyarakat cenderung
menghasilkan buah pikiran berupa karya yang indah yang kita kenal sebagai karya
sastra. Karya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat yang dapat
mencerminkan dan mengekspresikan hidup.
Karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang
saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiliki bagian yang kompleks,
sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antarunsur secara
keseluruhan (Endraswara, Suwardi 2003:49). Unsur-unsur pembentuk karya sastra
meliputi alur, latar, penokohan, tema, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut akan
membentuk satu kesatuan yang utuh. Pradopo (1993:118-119), menyatakan
bahwa “karya sastra merupakan sebuah struktur, yang merupakan bangunan yang
bersistem, antar unsur yang satu dan yang lain menunjukkan hubungan timbal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
balik dan saling menentukan. Keutuhan unsur dalam karya sastra bukan hanya
merupakan kumpulan benda yang berdiri sendiri, melainkan yang saling terkait.”
Karya sastra dibagi menjadi dua jenis, karya sastra yang bersifat non fiksi
dan fiksi. Karya sastra non fiksi adalah sebuah tulisan atau karangan yang
dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan sehari hari yang
dituangkan dalam bentuk tulisan dengan kata lain faktual. Hal–hal yang
terkandung di dalamnya adalah nyata dan benar-benar ada dalam kehidupan.
Karya sastra non fiksi berupa puisi, lagu dan drama. Karya sastra fiksi adalah
suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan, sehingga mampu
mengembangkan daya imajinasi. Karya sastra fiksi berupa komik, cerpen, esai,
cerita rakyat dan novel.
Salah satu bentuk karya sastra fiksi yang banyak diminati oleh masyarakat
adalah novel. Novel merupakan sastra yang dibangun melalui berbagai unsur
instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik bersumber pada teks sastra itu sendiri,
sedangkan unsur ekstrinsik berasal dari sumber-sumber di luar karya sastra.
Unsur-unsur tersebut akan membangun novel secara totalitas. Nurgiyantoro
(2005:4), menyatakan bahwa “novel sebagai sebuah karya sastra menawarkan
sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang
dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan
penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat
imajinatif.” Penelitian sastra yang memfokuskan pembahasannya pada unsur
instrinsik suatu karya sastra biasanya menggunakan pendekatan strukturalisme.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Menurut Suwardi Endaswara (2011 : 49), strukturalis pada dasarnya
merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan
tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra
diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang terikat satu sama lain.
Kodrat struktur itu akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur lain.
Struktur tersebut memiliki bagian yang kompleks, sehingga pemaknaan harus
diarahkan ke dalam hubungan antar unsur secara keseluruhan.
Berdasarkan konsep struktural dari sebuah karya sastra terutama novel,
penulis mencoba mengambil kesimpulan bahwa novel yang baik secara struktural
adalah novel yang memiliki unsur-unsur yang jelas baik itu tema, alur,
penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat serta memiliki keterkaitan antar
unsur-unsur tersebut sehingga menciptakan makna yang menyeluruh.
Salah satu novel yang memiliki struktur yang baik adalah novel "Rahasia
Hati" karya Natsume Soseki yang merupakan sastrawan Jepang. Novel ''Rahasia
Hati'' dalam versi bahasa Jepang berjudul Kokoro, dan sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Hartojo Andangjaja. Novel ini menceritakan tentang
tokoh “aku” yang memulai persahabatan dengan seseorang yang ia panggil
„Sensei‟. Sensei adalah seorang yang misterius, ia menyimpan rahasia-rahasia
yang membuatnya merasakan kesepian di sepanjang hidupnya. Tokoh “aku”
mulai tertarik dengan rahasia-rahasia yang disimpan Sensei. Tokoh Sensei yang
menjadi tokoh utama di dalam novel ini memiliki cara pandang yang cukup
eksentrik terhadap manusia. Suatu ketika ia pernah mengatakan bahwa manusia
sebaik apapun, jika ia digoda terus-menerus, bisa menjadi manusia yang jahat,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
terutama jika hal itu berkaitan dengan uang. Hal ini dikarenakan pada masa muda
Sensei yang pernah berselisih dengan pamannya sendiri berhubungan dengan
uang. Ia kemudian banyak bercerita dengan tokoh “aku” di dalam novel “Rahasia
Hati” ini tentang pengalaman masa lalunya dan bagaimana kesehariannya serta
semua rahasia-rahasia yang menggangu hidupnya selama ini.
Setelah penulis baca, novel Rahasia Hati jika dilihat dari segi struktural
memiliki tema yang baik karena didukung oleh alur yang baik. Tema yang
menceritakan kesepian hidup di dunia modern, dan alur yang terdapat dalam novel
ini sangat baik karena tahapan peristiwa tersusun secara berurutan mulai dari
exposition sampai dengan falling action. Latar pada novel juga menarik dan jelas.
Menggunakan sudut pandang orang pertama yang diperankan oleh tokoh Aku,
serta amanat yang tersampaikan dengan jelas karena didukung oleh alur yang
baik. Namun, penulis menemukan ketidakpuasan pada unsur penokohan yang
terdapat ketidakseimbangan antar tokoh. Terdapat tokoh protagonis lebih banyak
dibandingkan dengan tokoh antagonis. Hal ini membuat cerita menjadi monoton
karena terdapat ketidakseimbangan pada unsur penokohan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas
novel Rahasia Hati dengan pendekatan struktural yang meneliti unsur tema, alur,
penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat yang terkandung dalam novel
''Rahasia Hati'' ini, serta mengkaji sejauh mana keterkaitan antar unsur novel
tersebut. Untuk itu penulis akan membahasnya dalam skripsi dengan judul
“ANALISIS STRUKTURAL NOVEL RAHASIA HATI KARYA NATSUME
SOSEKI.’’
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
1.2 Rumusan Masalah
Novel “Rahasia Hati” karya Natsume Soseki ini memiliki tema yang
menggambarkan kesunyian hidup di dunia modern. Penokohan tokoh utama
dalam novel ini adalah seorang Sensei yang sangat tersiksa karena rasa bersalah
pada seseorang yang menjadi rahasia dalam dirinya, sehingga ia memilih untuk
mengasingkan diri dari dunia modern dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri. Tokoh utama yang digambarkan oleh pengarang memiliki rahasia-rahasia
dalam hidupnya sehingga menyebabkan perubahan sikap yang misterius pada
dirinya.
Novel ini memiliki unsur-unsur yang jelas dan saling berkaitan antar satu
unsur dengan unsur yang lain. Dengan tema yang menceritakan kesepian hidup di
dunia modern, dan didukung oleh alur cerita yang baik karena tahapan peristiwa
tersusun secara berurutan mulai dari exposition sampai dengan falling action.
Latar pada novel juga menarik dan jelas. Menggunakan sudut pandang orang
pertama yang diperankan oleh tokoh Aku, serta amanat yang tersampaikan dengan
jelas karena didukung oleh alur yang baik. Namun, penulis menemukan
ketidakpuasan pada unsur penokohan yang terdapat ketidakseimbangan antar
tokoh. Penokohan protagonis lebih banyak dibandingkan dengan tokoh antagonis.
Hal ini membuat cerita menjadi monoton karena terdapat ketidakseimbangan pada
unsur penokohan.
Secara keseluruhan dilihat dari sudut pandang struktural, unsur-unsur yang
terkandung dalam novel Rahasia Hati ini seperti tema, alur, latar, sudut pandang,
serta amanat sudah merupakan struktur yang baik. Kecuali pada unsur penokohan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
yang tidak seimbang membuat novel ini kurang begitu baik secara struktural
dalam unsur penokohan.
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, maka penulis merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, serta amanat yang
terkandung dalam novel “Rahasia Hati”
2. Bagaimana keterkaitan antar antar unsur tema, alur, penokohan, latar,
sudut pandang, serta amanat yang mendasari struktur cerita yang utuh
dalam novel “Rahasia Hati”
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam setiap penelitian dibutuhkan adanya pembatas masalah agar
pembahasan tidak terlalu meluas sehingga dapat menyulitkan pembaca untuk
memahami pokok permasalahan yang akan dibahas.
Penulis menggunakan novel yang ditulis oleh Natsume Soseki dengan
judul Kokoro dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Rahasia
Hati oleh Hartojo Andangdjaja. Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia
cetakan I pada Mei 2016 dengan tebal halaman sebanyak 265 lembar. Sesuai
dengan judul proposal skripsi ini, penulis akan membatasi pembahasan mengenai
kajian struktural pada novel yang berjudul ''Rahasia Hati''.
Dalam pembahasannya penulis lebih menitikberatkan kepada analisis
tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, serta amanat yang terdapat dalam
novel tersebut. Juga membahas keterkaitan antar tema, alur, penokohan, latar,
sudut pandang, serta amanat yang terkandung dalam novel Rahasia Hati. Penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
tidak membahas gaya bahasa karena penelitian ini tidak mengarah pada linguistik.
Agar pembahasannya lebih jelas dan akurat, maka penulis menjelaskan juga pada
Bab II mengenai pengertian novel, struktur cerita novel, setting novel “Rahasia
Hati”, kajian struktural sastra dan biografi pengarang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Abrams dalam Pradopo (2005 : 63) menyebutkan analisis dan penafsiran
tidak dapat dipisahkan secara mutlak karena analisis itu merupakan salah satu
sarana penafsiran di samping paraphrase dan komentar. Analisis dipisahkan dari
penafsiran karena analisis merupakan sarana penafsiran yang khusus, yang
memerlukan uraian panjang lebar. Dengan analisis ini makna karya sastra dapat
ditafsirkan dengan lebih jelas, karya sastra dapat dikonkretisasikan dengan sebaik
baiknya meskipun analisis tidak dapat berdiri sendiri dengan konkretisasi karya
sastra. Ada bermacam-macam analisis dalam mengkritik karya sastra. Di dalam
analisis berikut dipergunakan penafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu
sudut pandang objektif yang sifatnya struktural.
Junus dalam Siswanto (2008 : 183) mengatakan bahwa pendekatan
objektif adalah pendekatan karya sastra yang menitikberatkan kajiannya pada
karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya sastra.
Karya sastra menjadi sesuatu yang inti. Analisis struktural bertujuan untuk
membongkar dan memaparkan secara cermat, detail dan mendalam mungkin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
keterkaitan dan keterjalinan semua analisis aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 1984 : 135). Pendekatan
struktural merupakan pendekatan instrinsik, yakni membicarakan karya tersebut
pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut
meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang
sosial, sejarah, dan segala hal yang ada diluar karya sastra (Satoto, 1993 : 32).
Dalam penelitian ini, unsur karya sastra yang akan dianalisis adalah tema,
penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Dalam sebuah novel, tema
merupakan gagasan utama yang dikembangkan dalam sebuah plot. Hampir semua
gagasan yang ada dalam hidup ini bisa dijadikan tema, sekalipun dalam
praktiknya tema-tema yang paling sering diambil adalah beberapa aspek dalam
kehidupan, seperti ambisi, kesetiaan, kemunafikan, frustasi, dan sebagainya.
Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165) adalah orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Plot/alur merupakan unsur
fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang
terpenting diantara unsur-unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya
sastra lebih ditekankan pada pembicaraan alur. Menurut Stanton dalam
Nurgiyantoro (1995:113) plot/alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akkibat, peristiwa yang
satu menyebabkan atau disebabkan oleh peristiwa yang lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Penelitian terhadap novel “Rahasia Hati” karya Natsume Soseki pernah
dilakukan sebelumnya oleh Amira Agustin Koci Maheni (Skripsi Universitas
Negeri Surabaya, 2001) dengan judul “Aspek Sosiologis dalam Novel Kokoro
(Rahasia Hati) Karya Natsume Soseki”. Selain itu terdapat juga penelitian oleh
Kusmawati (Skripsi Univer sitas Negeri Surabaya, 2003) dengan judul “Analisis
Kecerdasan Emosional Tokoh Sensei dalam Novel Kokoro (Rahasia Hati) Karya
Natsume Soseki”. Sejauh pengamatan penulis, belum ada penelitian yang
mengkaji novel “Rahasia Hati” karya Natsume Soseki menggunakan pendekatan
struktural sastra. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah yang
pertama menganalisis novel “Rahasia Hati” dengan menggunakan analisis
struktural.
1.4.2 Kerangka Teori
Untuk dapat menganalisis suatu karya sastra dibutuhkan sebuah
pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis sebuah
karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan
struktural yang akan dikaitkan dengan konsep tema, penokohan, alur, latar, sudut
pandang, dan amanat. Pradopo (2002 : 21) mengatakan bahwa metode struktural
merupakan metode penelitian kritik objektif. Penelitian sastra dengan metode ini
berupa penelitian struktur karya sastra beserta kompleksitasnya. Penelitian makna
tiap unsurnya berdasarkan koherensinya dengan unsur lain dalam struktur
tersebut. Teeuw dalam Siswanto (2008 : 185) menyatakan analisis struktural
bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, detail, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
mendalam mungkin keterkaitan semua analisis aspek-aspek karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Aspek-aspek atau biasa disebut
unsur-unsur karya sastra terutama yang terdapat dalam novel menurut
Mukarovsky dan Vodica (dalam Ratna, 2004 : 93), menyebutkan bahwa unsur-
unsur yang terdapat dalam novel diantaranya adalah tema, alur atau plot,
penokohan atau perwatakan, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
Dengan demikian, penulis akan menggunakan konsep tema menurut Aminuddin,
konsep alur menurut Montage dan Henshaw, konsep penokohan dan latar menurut
Nurgiyantoro, konsep sudut pandang menurut Pratiwi, serta konsep amanat
menurut Siswanto sebagai berikut.
Menurut Aminuddin dalam Siswanto (2008 : 16), tema adalah ide yang
mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam
memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Cara paling efektif untuk
mengenali tema sebuah karya sastra adalah dengan mengamati secara teliti setiap
konflik yang ada di dalamnya.
Stanton dalam Nurgiyantoro (1995 : 113), menyatakan bahwa plot atau
alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya perisiwa yang lain. Montage dan Hensaw dalam
Aminuddin (2000 : 84), menyatakan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu
cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
a. Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung
cerita.
b. Inciting Force, yaitu ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku
yang bertentangan dari pelaku.
c. Rising Action, yaitu situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai
berkonflik.
d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh para pengarangnya.
e. Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang
paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu
sendiri.
f. Falling Action, yaitu kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau
penyelesaian cerita.
Unsur penokohan mencakup pada tokoh, perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2007 : 166). Berikut
jenis-jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:
1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkatan Pentingnya
a) Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa
dan menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
b) Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan
kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara
langsung ataupun tidak langsung.
2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh
a) Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pembawa nilai-nilai
yang ideal bagi pembaca.
b) Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik.
Fiksi sebagai sebuah dunia yang membutuhkan penokohan, alur, dan juga
latar. Unsur-unsur latar menurut Nurgiyantoro (1995 : 227), dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Berikut ulasan tentang unsur-
unsur latar yaitu:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya sastra fiksi. Unsur tempat yang digunakan berupa tempat
dengan nama tertentu, atau lokasi tertentu.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungab dengan masalah ''kapan'' terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah ''kapan'' tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa (Nurgiyantoro, 1995 : 230).
c. Latar Sosial
Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah sosial dalam lingkup
yang kompleks, berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, pandangan
hidup, cara berfikir dan bersikap. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995 :
248).
Pratiwi menyatakan terdapat tiga macam sudut pandang, yaitu:
1. Sudut pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam
ceritanya menggunakan orang pertama, seperti aku, saya.
2. Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan
menggunakan orang ketiga seperti dia, ia, atau nama orang.
3. Sudut pandang orang ketiga serba tahu, ialah pengarang seolah-olah serba
tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan
pikiran semua tokoh.
Kemudian menurut Siswanto (2008 : 162), amanat adalah gagasan yang
mendasari sebuah karya sastra, pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca atau pendengar. Dengan menggunakan teori pendekatan
struktural, penulis akan menganalisis tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang,
amanat, serta keterkaitan antar unsur yang terdapat dalam novel “Rahasia Hati”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, amanat
yang terkandung dalam novel “Rahasia Hati”
2. Untuk mendeskripsikan keterkaitan antar unsur tema, alur, penokohan,
latar, sudut pandang, serta amanat yang mendukung satu sama lain
membentuk cerita yang utuh dalam novel “Rahasia Hati”
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah pemahaman kita dalam menganalisis sebuah karya
sastra berdasarkan pendekatan struktural sastra.
2. Sebagai bahan acuan pembelajaran mahasiswa lain yang mengkaji karya
sastra melalui kajian struktural sastra.
3. Memperkaya pengkajian dan mengapresiasikan karya sastra, khususnya
terhadap novel Jepang.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan
dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis bahkan
juga diperbandingkan (Ratna, 2004:53). Metode ini juga berfungsi untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, mengkaji dan
menginterpretasikan data.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah
library research atau studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
catatan-catatan, laporan-laporan, yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan (Nazir, 1998:111). Kemudian buku-buku tersebut dibaca dan dicari
teori yang berhubungan dengan penelitian mengenai analisis novel Rahasia Hati
berdasarkan pendekatan struktural sastra. Teknik kepustakaan yang digunakan
untuk mengumpulkan data yang berguna untuk mendukung teori, penulis
mengumpulkan dari kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. Sumber-
sumber kepustakaan tersebut berasal dari buku, hasil hasil penelitian (skripsi) dan
sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet).
Maka berdasarkan hal yang telah penulis jelaskan di atas, langkah-langkah
yang dilakukan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah:
1. Membaca dan memahami isi cerita dalam novel “Rahasia Hati” karya
Natsume Soseki.
2. Merumuskan permasalahan yang akan menentukan arah penelitian.
3. Mencari data yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu mencari
data tentang kajian pendekatan struktural sastra, dan teori-teori yang
diperlukan dalam penelitian ini.
4. Menyusun seluruh data tersebut menjadi sebuah laporan skripsi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL RAHASIA HATI DAN KAJIAN
STRUKTURAL
2.1 Pengertian Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella, yang mengandung
makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai
cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009 : 9). Lebih
jauh, Nurgiyantoro (2009 : 10) menambahkan dewasa ini novel dideskripsikan
sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang namun tidak terlalu panjang
dan terlalu pendek.
Sebagaimana karya sastra yang lain, novel menawarkan berbagai macam
permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Novel, atau yang sering
kali disebut karya fiksi, merupakan bentuk penceritaan kehidupan manusia dan
kemanusiaan yang bersifat fragmentaris, teknik pengungkapannya padat, dan
pembentuk strukturnya bersifat padu. Koherensi dan kepaduan unsur cerita
membentuk suatu totalitas merupakan faktor penentu keindahan dan keberhasilan
novel sebagai karya sastra fiksi (Nurgiyantoro 1995 : 4). Unsur karya fiksi novel
dapat diklasifikasikan menjadi unsur bentuk dan unsur isi. Unsur bentuk adalah
semua elemen linguistik yang digunakan untuk menuangkan isi ke dalam unsur
fakta cerita, sarana cerita, tema cerita, sedangkan unsur isi adalah ide dan emosi
yang dituangkan ke dalam karya sastra (Wellek dan Warren, 1993 : 140).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Nurgiyantoro (1995 : 18-19), membagi novel dalam dua kategori, yaitu
novel populer dan novel serius. Novel pepoluer adalah novel yang populer pada
masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja.
Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens,
tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Bersifat sementara dan cepat
ketinggalan zaman dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada
masa sesudahnya. Novel serius adalah novel yang dapat memberikan serba
kemungkinan. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam
novel jenis ini diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang universal.
Disamping memberikan hiburan, novel serius juga terimplisit tujuan untuk
memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca dan mengajaknya untuk
meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan
yang dikemukakan. Novel "Rahasia Hati" ini termasuk ke dalam salah satu novel
serius. Bahwa pengarang mengangkat nilai yang mungkin dihadapi oleh
masyarakat atau pembaca sehingga pembaca mengetahui isi-isi pesan yang
terdapat dalam novel ini.
2.2 Struktur Cerita Novel
Pradopo (2002 : 21) mengatakan bahwa struktural merupakan penelitian
kritik objektif. Yaitu penelitian yang mencari makna tiap unsurnya berdasarkan
koherensinya dengan unsur lain dalam struktur tersebut. Teeuw dalam Siswanto
(2008 : 185) menyatakan analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan
memaparkan secara cermat, detail, dan mendalam mungkin keterkaitan semua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
analisis aspek-aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh. Strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang terutama
berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi unsur dalam suatu karya sastra yaitu
cerpen, novel, roman, dan sebagainya (http://www.wikipediaindonesia.com).
Novel merupakan hasil karya seorang sastrawan melalui suatu proses
kreatif sastra yang disusun dalam alur tertentu dan dibangun oleh beberapa unsur
yang selalu terkait, sehingga menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh. Unsur-
unsur yang membangun suatu novel itu (unsur struktur) meliputi: tema, alur,
penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat (http://forumguru
nusantara.blogspot.co.id/pengertian-dan-unsur-struktural-novel)
2.2.1 Tema
Istilah tema menurut Aminuddin (2000 : 91) berasal dari bahasa latin yang
berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah
ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sebab itulah
penyikapan terhadap tema yang diberikan pengarangnya dengan pembaca
umumnya terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan
dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca
baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur
signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut. Tema merupakan inti atau
pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita, yang merupakan unsur instrinsik
terpenting dalam novel. Untuk mengetahui tema novel, pembaca harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
mencermati seluruh rangkaian cerita. Tema merupakan gagasan dasar yang
menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur
semantik yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan (Hartoko dan
Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2007 : 68).
Pengertian tema menurut Stanton (1965 : 21) yaitu makna sebuah cerita
yang khusus menerangkan sebagian besar umumnya dengan cara yang sederhana.
Tema menurutnya kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan
utama. Tema dengan demikian dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasna
dasar umum, sebuah karya novel.
Sedangkan Brooks dalam Aminuddin (2000 : 92), mengungkapkan bahwa
dalam mengapresiasikan tema suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu-ilmu
humanitis karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi
pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang
bersifat universal. Tema dalam hal ini tidak berada diluar cerita, melainkan
terdapat di dalam cerita itu sendiri. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun di
dalam cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi
tersebar dibalik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa
fiksi.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya
sastra. Tema merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita. Tema akan
menentukan arah tulisan cerita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Novel yang berjudul “Rahasia Hati” karya Natsume Soseki ini
mengangkat tema kesunyian hidup di dunia modern.
2.2.2 Plot/Alur Cerita
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita
(Abraham dalam Siswanto, 2008 : 159). Alur sebagai jalinan peristiwa di dalam
karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinan dapat diwujudkan oleh
hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur adalah
rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama yang menggerakkan
jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyelesaian (Sudjiman dalam
Siswanto, 2008 : 159).
Montage dan Henshaw dalam Aminuddin (2000 : 84) mengatakan bahwa
tahapan-tahapan alur sebagai berikut :
a. Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung
cerita.
b. Inciting Force, yaitu ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku
yang bertentangan dari pelaku.
c. Rising Action, yaitu situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai
berkonflik.
d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh para pengarangnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
e. Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang
paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu
sendiri.
f. Falling Action, yaitu kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau
penyelesaian cerita.
Menurut Nurgiyantoro (1995 : 153-163), menyatakan bahwa berdasarkan
susunannya, alur dibagi atas beberapa jenis, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur
campuran. Alur maju adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa awal
sampai berakhirnya cerita. Alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari
peristiwa terakhir kemudian kembali pada peristiwa awal, kemudian kembali lagi
ke peristiwa akhir sehingga alur ini disebut juga alur flash back. Lalu, alur
campuran adalah alur yang di dalamnya diawali dari awal cerita sampai
pertengahan cerita. Kemudian sesampainya ditengah cerita, mundur kebelakang
menceritakan peristiwa yang telah lalu, setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa
sebelumnya. Demikian seterusnya sampai cerita berakhir. Adapun jenis alur yang
digunakan dalam novel “Rahasia Hati” ini adalah alur campuran dan urutan cerita
berurutan mulai dari Exposition sampai dengan Falling Action..
2.2.3 Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan
menampilkan tokoh disebut penokohan (Aminuddin dalam Siswanto, 2008 : 142).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Penokohan lebih luas pengertiannya dari pada istilah tokoh cerita. Bagaimana
perwatakannya, penempatannya, dan pelukisannya dalam sebuah cerita, sehingga
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus
mengarah pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam cerita
(Nurgiyantoro, 2005 : 27).
Menurut Nurgiyantoro (2007 : 176), tokoh dapat digolongkan berdasarkan
masing-masing peranannya. Dilihat dari segi keterlibatan dalam keseluruhan
cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh
tambahan.
a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
novel yang bersangkutan. Merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, maka sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan. Dan selalu hadir sebagai
pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik.
b. Tokoh tambahan adalah tokoh yang membantu tokoh utama dalam
penceritaan dan hanya muncul beberapa kali saja dalam cerita novel.
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang paling
dikagumi serta membawa nilai-nilai atau norma-norma yang ideal bagi pembaca
untuk menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan
sebagai pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
terjadinya konflik atau tokoh yang tidak sesuai dengan pandangan hidup, tidak
membawa nilai-nilai yang ideal bagi pembaca (Nurgiyantoro, 2007 : 179).
Dalam novel "Rahasia Hati", tokoh utama yang digunakan dalam analisis
ini berperan sebagai tokoh Sensei dan tokoh "aku" yang banyak disoroti tentang
perjalanan hidupnya. Serta tokoh tambahan yang berperan sebagai Ojosan,
Okusan (ibu dari Ojosan), ayah dari tokoh “aku”, dan K.
2.2.4. Sudut Pandang
Aminuddin (2000 : 90) mengatakan bahwa sudut pandang adalah cara
pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Cara atau
pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Suroto (1989 : 96) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sudut
pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan
kata lain, posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut. Apakah ia
ikut terlihat langsung dalam cerita itu atau hanya sebagai pengamat yang berdiri
diluar cerita.
Pratiwi membagi sudut pandang pengarang dalam suatu cerita menjadi
1. Sudut pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam
ceritanya menggunakan orang pertama, seperti aku, saya.
2. Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan
menggunakan orang ketiga seperti dia, ia, atau nama orang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
3. Sudut pandang orang ketiga serba tahu, ialah pengarang seolah-olah serba
tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan
pikiran semua tokoh.
Dalam hal ini, sudut pandang yang digunakan pengarang pada novel
“Rahasia Hati” adalah sudut pandang orang pertama.
2.2.5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu
menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan
emosi pembaca (Aminuddin dalam Siswanto, 2008 : 158-159). Ada tiga masalah
yang erat hubungannya dengan pembicaraan gaya bahasa. Pertama, masalah
media beruoa kata dan kalimat. Kedua, masalah hubungan gaya dengan makna
dan keindahannya. Ketiga, seluk beluk ekspresi pengarangnya sendiri yang akan
berhubungan erat dengan masalah individual kepengarangan, maupun konteks
sosial masyarakat yang melatarbelakanginya (Aminuddin dalam Siswanto, 2008 :
159). Dalam penelitian ini, penulis tidak membahas tentang gaya bahasa. Karena
penelitian ini tidak mengarah pada linguistik.
2.2.6. Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang
mengacu pada nilai-nilai sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang
dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalam cerita (Kenny dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Nurgiyantoro, 2009 : 321). Amanat menurut Aminuddin (2000 : 44), adalah
pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersurat
maupun tersirat. Berdasarkan pengertian tersebut, amanat merupakan pesan yang
dibawa pengarang untuk dihadirkan melalui keterjalinan peristiwa di dalam cerita
agar dapat dijadikan pemikiran maupun bahan perenungan bagi pembaca. Amanat
yang terdapat dalam novel “Rahasia Hati” adalah pengarang ingin menyampaikan
kepada pembaca untuk selalu menghormati orang lain, terlebih orang yang lebih
tua daripada kita. Pengarang juga ingin menyampaikan kepada pembaca untuk
selalu berbakti kepada kedua orang tua. Selain itu, pengarang mencoba
menyampaikan kepada pembaca untuk tidak berputus asa dalam segala keadaan.
2.3 Setting Novel Rahasia Hati
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran
atau mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat peristiwa-peristiwa itu diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995 :
216). Kenny dalam Siswanto (2008 : 149) mengungkapkan cakupan latar dalam
cerita fiksi yang meliputi penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian
perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh,
waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya sebuah tahun,
lingkungan agama, moral intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.
Nurgiyantoro (1995 : 227), mengatakan latar atau setting dapat dibedakan
kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu
masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lain.
1. Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa
nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu
haruslah mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan
geografis tempat yanh bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan
realistis penting untuk memberi kesan pada pembaca seolah-olah hal yang
diceritakan itu sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam
cerita.
Latar tempat yang dibahas dalam novel Rahasia Hati ini adalah di Negara
Jepang dengan mengambil beberapa tempat, yaitu Kamakura, Tokyo, dan
Zoshigaya.
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau
dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu juga harus dikaitkan
dengan latar tempat dan latar sosial karena pada kenyataannya memang saling
berkaitan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Latar waktu yang digambarkan oleh Natsume Soseki dalam novel Rahasia
Hati ini adalah pada saat liburan musim panas, musim dingin, awal bulan
Sembilan, dan Tahun Baru.
3. Latar Sosial
Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah
dengan lingkup yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,
tradisi keyakinan, pandangan hidup, dan cara bersikap. Disamping itu, latar
sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,
misalnya rendah, menengah, atau atas.
Latar sosial yang terdapat dalam novel Rahasia Hati ini adalah adanya
tradisi atau adat yang dilakukan masyarakat Jepang. Yaitu, memainkan alat
musik tradisional seperti koto, dan kebiasaan membakar dupa jika ada
seseorang yang meninggal.
2.4. Kajian Struktural Sastra
Satoto (1993 : 32), mengatakan bahwa pendekatan struktural merupakan
pendekatan instrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang
membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra
sebagai karya yang otonom terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi
pengarang, dan segala hal yang ada diluar karya sastra. Menurut Teeuw (1991 :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
135), pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari
dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan antar unsurnya tersebut dalam
rangka mencapai kebulatan makna.
Menurut Nurgiyantoro (2005 : 36), struktural karya sastra juga menyaran
pada pengertian hubungan antar unsur (instrinsik) yang bersifat timbal balik,
saling menentukan, saling mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu
kesatuan yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur,
atau bagian-bagian tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian
akan menjadi penting dan berarti setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-
bagian yang lain, serta bagaimana sembangannya terhadap keseluruhan wacana.
Teeuw (1991:61), menyatakan bahwa tujuan analisis struktutal adalah
membongkar dan memaparkan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan
semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
secara menyeluruh. Sebua karya sastra merupakan totalitas suatu keseluruhan
yang bersifat artistik. Sebuah totalitas yang terdapat dalam karya sastra
mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat
dan saling menguntungkan. Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik yang
membangun karya sastra, seperti tema, penokohan, alur, latar, sudut
pandang, gaya bahasa dan amanat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
2. Menjelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur tersebut dalam
menunjang makna keseluruhan karya sastra.
3. Menghubungkan antar unsur tersebut sehingga secara bersama membentuk
sebuah totalitas kemaknaan yang padu.
Strukturalisme mengkaji tentang struktur karya sastra dimana struktur itu
merupakan satu kesatuan yang bulat dengan arti lain tidak dapat berdiri sendiri di
luar daripada struktur itu. Dengan strukturalisme, kita dapat menunjukkan bahwa
setiap unsure mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan struktur itu (http://www.
jendela sastra.com/wawasan/artikel/teori-sastra-struturalis).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah suatu
pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur
struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau
keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
2.5 Biografi Pengarang
Natsume kinnosuke atau yang lebih dikenal luas dengan nama Natsume
Soseki adalah salah satu tokoh sastrawan Jepang yang lahir di Tokyo pada tahun
1867. Pada tahun 1890, ia mulai mempelajari sastra Inggris di Tokyo Imperial
University dan di beberapa sekolah lainnya. Ia pun menerima pengangkatan
sebagai guru bahasa Inggris di sekolah guru di Tokyo.
Pada tahun 1895, Souseki pindah ke sebuah desa bernama Matsuyama
yang terletak di pulau Shikoku dan mengajar di sebuah sekolah menengah. Pada
saat itu pula ia mulai menulis haiku dengan menggunakan Souseki. Di desa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Matsuyama, Souseki melamar seoranng wanita bernama Nakane Kyoko yang
kemudian menjadi istrinya. Pada tahun 1900 Souseki mendapatkan beasiswa dari
menteri pendidikan untuk pergi ke Inggris. Souseki tinggal di London kurang
lebih selama dua tahun dan ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
membaca, awalnya ia mempelajari sastra, namun kemudian ia juga mempelajari
ilmu lain seperti, psikologis dan filsafat. Pada tahun 1903, Souseki kembali ke
Jepang dan mengajarkan sastra Inggris di Tokyo Imperial University.
Novel pertama Souseki merupakan novel yang berjudul Wagahai wa Neko
de Aru (I am a Cat). Novel ini diterbitkan pada tahun 1905. Kemudian pada tahun
1906 ia menerbitkan tiga cerita yaitu, Uzurakugo, Kusamakura dan Nihyakutooka.
Setelah itu masih pada tahun yang sama, Souseki menerbitkan novel yang
berjudul Bocchan yang hingga kini masih populer di masyarakat Jepang.
Pada Februari 1907, Souseki menerima tawaran dari surat kabar Asahi
untuk menjadi seorang penulis cerita, Soseki pun memutuskan untuk berhenti dari
pekerjaannya sebagai pengajar di Universitas.
Pada tahun 1909, Soseki dinobatkan sebagai seniman yang paling banyak
mendapatkan suara pendengar oleh majalah Taiyo, untuk itu ia diberi penghargaan
berupa piala emas. Namun, Soseki menolak penghargaan tersebut. Kemudian
pada tahun 1913 ia menerbitkan Mon dan Kojin. Pada tahun 1914 ia menerbitkan
novel yang berjudul Kokoro dan pada tahun 1916, ia menulis novel yang tidak
sempat ia selesaikan yang berjudul Meian. Soseki pun meninggal saat ia berusia
49 tahun. Dari tahun 1984 hingga 2004, potretnnya menghiasi uang kertas
pecahan 1000 yen (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Natsume_Soseki)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
BAB III
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “RAHASIA HATI” KARYA
NATSUME SOSEKI
3.1 Ringkasan Cerita
Aku selalu memanggilnya Sensei, dan dengan pena ditanganku, aku tak
dapat memaksa diriku untuk menulis tentangnya dengan cara lain. Di
Kamakuralah saat liburan musim panas aku pertama kali bertemu dengan Sensei.
Saat itu Sensei sedang melepas pakaiannya untuk berenang di pantai. Sayangnya
aku tidak sempat berbicara dengannya, dan aku baru sempat berkenalan
dengannya beberapa hari kemudian. Begitulah mulanya persahabatan kami.
Sebulan setelah aku kembali ke Tokyo untuk kuliah, aku mulai
mengunjungi Sensei dirumahnya, namun yang ada hanyalah seorang wanita yang
nantinya ku ketahui sebagai istinya. Sesuai dengan informasi dari istrinya, aku
menyusul Sensei ke suatu perkuburan di wilayah Zoshigaya. Ketika aku
menanyakan tentang siapa yang dimakamkan di sana, ia hanya diam. Semakin
hari, sikap Sensei semakin aneh. Dia menjadi lebih pendiam dari yang sudah-
sudah. Pada suatu saat, ia mengatakan padaku bahwa ia adalah manusia yang
sunyi, tapi aku tidak mengerti maksudnya. Tidak jarang ia memintaku untuk tidak
lagi menemuinya, karena menurutnya aku menyesal dihari kemudian. Namun
setiap kali Sensei bersikap seperti itu, aku semakin ingin menjadi lebih dekat
dengannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Setiap kali ada kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Sensei, dia
pasti mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak ku mengerti maknanya. Semua
yang dibicarakan tampak bagiku tidak lepas dari pengalaman hidupnya yang pasti
sangat luar biasa. Pernah suatu kali aku meminta Sensei untuk menceritakan
padaku tentang masa lalunya, namun Sensei mengatakan bahwa belum saatnya
aku mengetahuinya. Sensei hidup dalam keadaan yang tak jelas sama sekali. Ia
tidak punya pekerjaan walaupun ia adalah lulusan Universitas. Namun, ia dapat
menghidupi istrinya dan ia sendiri. Suatu hari aku dimintai oleh Sensei untuk
menjaga istrinya yang tinggal sendirian di rumah karena ia harus pergi menemani
temannya untuk makan malam di luar. Dan pada malam itulah, istri Sensei
membuka seluruh rahasia yang selama bertahun-tahun disimpannya dalam hati
dengan kesedihan yang lembut. Ia merasa bahwa ia penyebab perubahan sikap
Sensei yang semakin membenci manusia dan dunia yang modern ini. Wanita
itupun merasa bahwa ia juga menjadi bagian dari kebencian Sensei.
Di musim dingin aku diminta pulang oleh ibuku, karena penyakit gagal
ginjal yang diderita oleh ayahku semakin parah. Aku berpamitan pada Sensei dan
istrinya karena tidak akan bertemu untuk beberapa lama. Di rumah, ayah tidaklah
separah yang ku bayangkan. Ia masih bisa berjalan seperti biasa, namun yang
berbeda hanyalah aktivitasnya yang sudah sangta dibatasi. Untuk menolong ayah
dalam menjalani hari-harinya, aku selalu menemaninya bermain catur ataupun
berbincang-bincang. Selang beberapa minggu kemudian, aku pun kembali ke
Tokyo.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Sesampainya di Tokyo, aku langsung mengajak Sensei berjalan-jalan. Saat
itu ia menanyakan perihal kesehatan ayahku, tentang harta kekayaan keluargaku
dan tentang bagian harta yang akan aku dapat bila mnanti ayahku sudah tiada.
Aku sangat heran dan bingung pada diri Sensei, namun aku hanya berpikiran
positif bahwa Sensei hanyalah orang yang sedang berusaha menghiburku saat itu.
Pembicaraan kami ketika itu berakhir dengan suatu ketidakjelasan.
Di malam itu, Sensei malah membicarakan perihal kematian denganku dan
istrinya. Nada bicaranya terdengar sangat serius. Ia meminta pendapat istrinya,
siapakah rupanya yang akan meninggalkan dunia ini terlebih dahulu. Namun,
istrinya hanya menanggapinya dengan senyuman dan membalas ucapan Sensei
dengan lelucon. Namun diwajah istrinya yang ku tangkap, aku tahu bahwa
sebenarnya istrinya mulai merasa cemas dan takut pada perkataan Sensei tersebut.
Aku pun jauh semakin heran dengan sikap Sensei itu.
Setibanya di rumah, ku lihat bahwa kondisi ayah tidaklah lebih baik dari
yang terakhir kali ku lihat. Aku pun mulai menulis surat pada abang dan kakku
yang sudah jauh di sana. Aku juga tidak lupa untuk terus menulis surat pada
Sensei dan teman-teman seangkatanku. Namun yang membuatku bingung adalah
Sensei tidak pernah membalas surat yang ku kirim sekian banyak padanya. Suatu
hari, datanglah surat dari salah seorang temanku yang menawarkan pekrjaan
padaku, namun aku harus menjaga ayah sehingga aku pun menolaknya. Selang
beberapa hari, abang dana bang iparku pun datang dan mereka juga sangat
mencemaskan kondisi ayahku. Semakin lama kondisi ayah makin buruk saja. Ia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
mulai sering pingsan dan memuntahkan zat aneh berwarna kuning. Puncaknya, ia
pun lupa pada orang disekitarnya, termasuk ibuku.
Ketika aku sedang membantu perawat menjaga ayahku, datanglah surat ari
Sensei. Surat itu amat panjang sehingga aku penasaran dengan isinya. Tidak
cukup beberapa paragraph yang ku baca, aku dikejutkan oleh kata-kata yang
ditulis Sensei. Ia menuliskan bahwa mungkin saat aku membaca suratnya, ia
sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku benar-benar kaget dan langsung pergi ke
stasiun kereta api untuk segera pergi ke Tokyo. Aku sangat penasaran dan ingin
memastikan bahwa sebenarnyaSensei itu dalam kondisi baik-baik saja. Aku
berharap bahwa Sensei hanya sedang ingin bercanda denganku. Di kerata api,
kutulis surat untuk keluargaku bahwa aku harus pergi ke Tokyo pada hari itu.
Setelah itu, aku pun mulai membaca surat Sensei dengan perasaan yang tidak
menentu.
Di dalam surat itu Sensei meminta maaf padaku karena tidak sempat
membalas surat-surat yang ku kirimkan padanya. Ia juga mengatkan padaku
bahwa sudah saatnya aku mengetahui semua tentang dia dan masa lalunya. Sensei
belum lagi berusia dua puluh tahun ketika ia menjadi yatim piatu. Ia adalah anak
tunggal yang hidup di tengah-tengah kekayaan yang melimpah ruah. Sesaat
sebelum ibunya meninggal, ibunya menitipkan Sensei pada pamannya. Sensei
memilih untuk kuliah di Tokyo dan pamannya pun tidak merasa keberatan. Di
musim panas pertama setelah kuliah, ia mendapati bahwa pamannya sudah
memboyong keluarganya untuk tinggal dirumah peninggalan orang tua Sensei.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Pada suatu ketika, pamannya menyuruh Sensei untuk menikahi putrinya
dan pamannya menguasai harta kekayaan Sensei. Ia pun memutuskan untuk
meninggalkan rumah itu dan membawa surat-surat penting perihal haknya sebagai
ahli waris kekayaan itu. Ia pergi jauh dari Tokyo dan tinggal bersama seorang
janda bernama Okusan dan anak gadisnya yang bernama Ojosan. Sensei mulai
menyukai Ojosan tetapi Sensei adalah seorang yang pengecut sehingga ia tidak
pernah mengatakan apapun pada Okusan dan Ojosan.
Selang beberapa waktu setelah itu, ia mengajak sahabatnya yang bernama
“K” untuk tinggal bersamanya dirumah itu. Pada suatu kali, K mengatakan pada
Sensei bahwa ia mencintai Ojosan. Sensei sangat terkejut atas pengakuan
sahabatnya tersebut dan berniat untuk mengungkapkan perasaannya terlebih
dahulu pada Ojosan dengan berpura-pura sakit. Sensei mengakatakan pada
Okusan bahwa ia ingin melamar putrinya. Dan Okusan memberitahu K bahwa
Sensei telah melamar Ojosan.
Malamnya, Sensei sangat terkejut melihat kematian K dikamarnya. Sensei
sangat terpukul dan merasa bersalah karena menurutnya ia adalah penyebab
kematian K. setelah menikah dengan Ojosan pun, ia malah menjadi semakin
menderita seolah istrinya adalah penghubung antara dia dengan K yang mati
secara tragis. Ia begitu kuat merasakan kedosaan seorang manusia dan bersedia
dipukul bahkan oleh orang yang tak dikenal sekalipun.
Ketika keinginan akan hukuman itu menjadi semakin kuat, bunuh diri
menurut Sensei adalah hukuman yang paling tepat untuk semua dosanya. Sudah
dua sampai tiga kali ia mencoba bunuh diri, namun rasa cintanya yang begitu kuat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
terhadap istrinya menjadi penghalang baginya. Puncaknya, sepuluh hari sebelum
menulis surat ini, Sensei meminta istrinya untuk pergi merawat bibinya yang sakit
di Ichigaya sehingga ia pun bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri tanpa
adanya penghalang.
3.2 Analisis Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut pandang, serta
Amanat yang Terkandung dalam Novel “Rahasia Hati”
3.2.1 Analisis Tema dalam Novel “Rahasia Hati”
Pengertian tema menurut Stanton (1965 : 21) yaitu makna sebuah cerita
yang khusus menerangkan sebagian besar umumnya dengan cara yang sederhana.
Tema menurutnya kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan
utama. Tema dengan demikian dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasna
dasar umum, sebuah karya novel.
Cuplikan halaman 32
"Jagan menaruh kepercayaan terlalu banyak kepadaku. Engkau akan
merasa menyesal karenanya kalau kau berbuat demikian. Dan jika kau
sampai pula membiarkan dirimu merasa tertipu, maka kau dengan
kejam akan merasa ingin membalas dendam."
"Apa maksudmu?"
"Aku tak ingin kau mengagumi aku kini, karena aku pun tak ingin kau
menghinaku pada kemudian hari. Aku bertahan dengan kesunyianku
kini demi menghindarkan kesunyian yang lebih besar pada tahun-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
tahun mendatang. Engkau tahu kesunyian ialah harga yang kita bayar
karena kita dilahirkan pada abad modern, yang begitu penuh dengan
kebebasan, kemerdekaan, dan watak kita sendiri yang hanya
mementingkan diri sendiri."
Analisis:
Dari cuplikan di atas, tergambar dengan jelas tema dari novel
“Rahasia Hati”. Yaitu, kesunyian hidup di dunia modern yang dirasakan
oleh Sensei. Seperti dalam kalimat “Engkau tahu kesunyian ialah harga
yang kita bayar karena kita dilahirkan pada abad modern, yang begitu
penuh dengan kebebasan, kemerdekaan, dan watak kita sendiri yang
hanya mementingkan diri sendiri." Dalam kalimat tersebut Sensei ingin
memberitahu tokoh “aku” bahwa kesunyian yang ia alami saat itu
merupakan balasan yang harus ia terima. Sensei juga menegaskan pada
tokoh “aku” agar tidak mengagumi dirinya. Ia tak ingin jika suatu saat
tokoh “aku” membencinya dan membuat kesunyian Sensei bertambah
besar. Seperti yang terdapat dalam kalimat "Aku tak ingin kau mengagumi
aku kini, karena aku pun tak ingin kau menghinaku pada kemudian hari.
Aku bertahan dengan kesunyianku kini demi menghindarkan kesunyian
yang lebih besar pada tahun-tahun mendatang.” Kehidupan di era modern
membuat Sensei tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Sikap Sensei
yang mementingkan dirinya sendiri saat itu telah membawanya dalam
kesunyian yang teramat besar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa novel “Rahasia Hati”
ini mempunyai tema tentang kesepian hidup di dunia modern.
3.2.2 Analisis Alur dalam Novel “Rahasia Hati”
Dalam novel “Rahasia Hati”, tahapan peristiwa alur cerita juga tersusun
dalam tahapan seperti yang dinyatakan oleh Montage dan Henshaw dalam
Aminuddin, yaitu:
a. Exposition:
Permulaan cerita novel ini ialah pada saat di Kamakura dalam liburan
musim panas, tokoh “aku” mula-mula bertemu dengan Sensei. Tokoh “aku”
yang masih merupakan seorang mahasiswa yang begitu muda pergi ke
Kamakura atas desakan seorang kawan yang telah lebih dulu pergi ke
Kamakura untuk berenang. Akan tetapi, hanya tiga hari setelah kedatangan
tokoh “aku” di Kamakura, kawannya tiba-tiba saja mendapatkan telegram dari
ibunya yang sedang sakit dan memintanya untuk pulang. Ketika tokoh “aku”
bersantai di pondoknya menikmati hembusan angin yang menerpa badannya
yang basah setelah berenang, tanpa sengaja matanya tertuju pada seorang laki-
laki yang baru saja melepas pakaiannya dan siap hendak berenang ketika itu.
Hanya sekedar ingin tahu, tokoh “aku” mengawasi laki-laki tersebut sampai
kepalanya hampir tidak kelihatan lagi dari pandangannya. Laki-laki itulah
Sensei.
Keesokan harinya, tokoh “aku” kembali ke pondok Kamakura dan
bertemu lagi dengan Sensei. Namun tidak juga ada kesempatan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
bercakap-cakap bahkan untuk menyalam secara kebetulan sekalipun diantara
mereka. Dan sikap Sensei tampak sedikit kaku. Sensei selalu menjauh dan tak
peduli betapa gembiranya orang banyak disekitarnya, dan tampak sama sekali
tak acuh pada sekelilingnya. Hingga akhinya tokoh “aku” memberanikan diri
untuk mengikutinya berenang di laut. Sensei berhenti bergerak dan tenang
mengapung dengan menelentang, tokoh “aku” pun menirunya. Tak lama
kemudian Sensei menegakkan badan dan berkata “Kembali saja kita?” Tokoh
“aku” yang muda dan kuat teramat ingin tinggal disitu saja, namun dengan
perasaan senang karena Sensei mengajaknya berbicara, ia pun menjawab “Ya,
mari kita kembali”. Mereka pun kembali ke pantai bersama-sama dan
begitulah mulanya persahabatan antara tokoh “aku” dengan Sensei.
Kesimpulan:
Berdasarkan cerita di atas, dapat diperlihatkan tahap Exposition yakni
tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta
perkenalan dari pelaku yang mendukung cerita. Tahap awal yang menjelaskan
tentang tempat peristiwa pertemuan antar tokoh yaitu di kota Kamakura dan
berlatar waktu musim panas. Ini dapat dilihat dalam cuplikan halaman 1 – 2:
Di Kamakura lah, dalam liburan musim panas, aku mula-mula bertemu
dengan Sensei. Waktu itu aku masih seorang mahasiswa yang begitu muda.
Aku pergi ke sana atas desakan seorang kawan yang telah pergi ke Kamakura
untuk berenang. Kuperlukan beberapa hari untuk mengumpulkan uang
secukupnya untuk persediaan ongkos yang diperlukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Tokoh “aku” yang ditinggal sendiri oleh kawannya mencoba menemukan
kawan baru yang tanpa sengaja kawan yang ia temukan adalah Sensei. Namun
Sensei yang cenderung tidak perduli dengan sekitarnya tidak pernah bersalam
atau sekedar menyapa dengan tokoh “aku”, sampai ketika Sensei mengajaknya
berbicara dan tokoh “aku” tampak cukup senang saat itu. Ini dapat kita lihat
dalam cuplikan halaman 6:
Setelah sejenak, Sensei bergerak menegakkan badan dan berkata,
“Kembali saja kita?”Aku yang muda dan kuat, teramat ingin untuk tinggal di
situ saja. Namun cukup senang aku pun menjawab, “Ya, mari kita kembali”.
Kami pun kembali ke pantai bersama-sama.
b. Inciting Force:
Bermula ketika Sensei yang tinggal bersama keluarga pamannya
sepeninggalan kedua orang tuanya itu mendapat berita bahwa pamannya yang
merupakan seorang pedagang pada suatu ketika usaha dagangnya agaknya
jatuh, namun keadaannya tampak begitu lebih baik dalam dua atau tiga tahun
terakhir ini. Sensei pun mendapat alasan untuk mencurigai pamannya.
Pendeknya, paman Sensei telah menipunya tentang warisan itu. Pamannya
dapat melakukan itu tanpa banyak kesulitan selama tiga tahun Sensei berada di
Tokyo. Sensei merasa begitu lugu telah menyerahkan segala sesuatu dengan
penuh kepercayaan untuk diurus oleh pamannya.
Kejadian ini membuat Sensei tidak menaruh kepercayaan pada siapapun,
hingga pada suatu ketika Sensei kabur dari rumahnya dan tinggal dirumah
seorang janda dengan seorang anak gadisnya yang bernama Shizu dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
dipanggil Ojosan. Seorang teman Sensei yang juga tidak mempunyai tempat
tinggal diajaknya ikut tinggal bersamanya dan keluarga janda tersebut.
Ternyata Sensei dan temannya yang bernama K tersebut menaruh hati pada
Ojosan, namun Sensei tidak berani mengatakan perasaannya terlebih dahulu
bahkan tidak pernah memberitahukan kepada K perihal ini. K yang juga
memiliki rasa kepada Ojosan, menceritakan terlebih dahulu kepada Sensei dan
membuat Sensei takut jika suatu saat K akan melamar Ojosan tanpa
sepengetahuannya. Kejadian masa lalu tentang pamannya telah merubah sikap
Sensei untuk tidak menaruh kepercayaan kepada siapa pun termasuk pada K
temannya sendiri. Ini membuat Sensei berfikir bahwa K akan merebut Ojosan
darinya. Sensei berniat untuk berbicara kepada Okusan (ibu Ojosan) tentang
lamarannya kepada Ojosan dan mendahului K. Keputusan yang diambil
Sensei untuk melamar Ojosan sudah bulat, ia memiliki rencana berpura-pura
sakit dan tinggal dirumah seharian agar ia dapat menjalankan rencananya
tanpa sepengetahuan K yang pada saat itu tidak ada dirumah.
Kesimpulan:
Pada tahapan ini, telah muncul Inciting Force yaitu tahap ketika timbul
kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. Perilaku
yang bertentangan dari pelaku muncul saat Sensei yang pada masa remaja
ditipu oleh pamannya sendiri perihal warisan, sehingga hal itu lantas membuat
Sensei tidak menaruh kepercayaan lagi pada siapa pun. Hal ini dapat dilihat
dalam cuplikan halaman 150:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Kaum kerabatku yang lain pun masuk untuk membereskan perselisihan
antara aku dan pamanku. Aku tak menaruh kepercayaan kepada siapa pun
diantara mereka. Dalam kenyataannya, kupandang mereka itu sebagai
musuh-musuhku. Aku beranggapan sudah semestinya demikian bahwa
pamanku telah menipu aku, maka mereka pun akan berbuat seperti itu pula.
“Kalau pamanku,” kata dalam hatiku, “yang begitu dipuji-puji oleh ayahku,
dapat pula menipu aku, kenapa pula aku harus menaruh kepercayaan kepada
mereka?”
Kejadian itu lantas membuat Sensei lebih awas kepada siapa pun termasuk
temannya sendiri yang memiliki perasaan sama terhadap gadis yang ia sukai,
sehingga timbul lah kehendak saat Sensei yang memiliki rencana berpura-pura
sakit agar dapat seharian dirumah bersama Okusan dan dapat melamar Ojosan
terlebih dahulu tanpa sepengetahuan K. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan
halaman 234:
Sepekan pun berlalu, dan aku memutuskan tak dapat menunggu lebih
lama lagi. Terpikir olehku, tak ada rencana yang lebih baik daripada pura-
pura sakit dan tinggal di rumah sehari suntuk.
c. Rising Action:
Perasaan Sensei setelah menyatakan niatnya untuk melamar Ojosan tidak
sepenuhnya bahagia. Ada hal lain yang mengganggu pikirannya, yaitu K. Tak
dapat ia hilangkan bayang-bayang K dalam pikirannya karena ia merasa
bahwa ia telah mengkhianati sahabatnya sendiri dengan mendahuluinya untuk
melamar gadis yang mereka cintai. Ia terus risau tentang kelanjutan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
hubungannya dengan K. Adakah K akan marah besar padanya karena merasa
telah dikhianati. Sensei merasa tidak enak sore itu. Sensei berfikir ia telah
menang dengan kecerdikannya, namun ia kalah sebagai laki-laki. Sensei
sangat ingin menemui K dan meminta maaf padanya, tetapi kesombongan dan
ketakutannya akan dihina menahannya untuk meminta maaf pada K.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berbicara pada K perihal
lamarannya pada Ojosan. Akan tetapi sesuatu yang buruk menimpa K malam
itu. K bunuh diri. Sensei tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri atas
kematian K yang merasa dikecewakan oleh dirinya.
Kesimpulan:
Rising Action adalah situasi yang mulai memanas karena pelaku-pelaku
dalam cerita mulai timbul konflik. Hal ini terjadi dalam tahapan peristiwa di
atas. Konflik para pelaku dalam cerita ini mulai terjadi ketika Sensei yang
tidak merasa bahagia sepenuhnya karena terus memikirkan K yang telah ia
khianati. Ia takut jika K marah besar padanya atas kejadian itu. Ini dapat
terlihat dalam cuplikan 238 – 239:
Kali ini ia tak mengucapkan sapaannya yang biasa-“Engkau baru
kembali?”Melainkan ia berkata, “Engkau merasa agak sehat sekarang?
Engkau pergi ke dokter tadi?” Tiba-tiba aku ingin berlutut dihadapannya dan
meminta maaf kepadanya. Adalah perasaan yang hebat yang kurasa saat itu.
Aku berfikir kalaulah aku dan K sendiri saja ada di suatu hutan, tentulah aku
akan mendengarkan jeritan dari nuraniku.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Namun kesombongan dan ketakutan Sensei akan hinaan dari K
membuatnya menahan permintaan maafnya kepada K. Terlihat dalam cuplikan
halaman 242 – 243:
“Dengan kecerdikan, aku telah menang, tetapi sebagai laki-laki aku telah
kalah.” Rasa kekalahanku itu begitu hebatnya sehingga seakan berputar-
putar di kepalaku bagai olakan air. Bila kubayangkan betapa K tentu
memandang rendah kepadaku, maka merahlah muka ku karena malu. Aku
ingin mendapatkan K dan minta maaf atas apa yang telah kuperbuat, tetapi
kesombonganku dan ketakutanku akan dihina menahanku.
Hingga sesuatu yang buruk menimpa K pada malam itu, sebelum Sensei
sempat mengutarakan permintaan maafnya pada K, K bunuh diri. Ini dapat
dilihat dalam cuplikan halaman 243:
Akhirnya, aku bosan dengan keadaanku yang tak sanggup memutuskan
apakah aku sebaiknya bicara dengan K atau tinggal diam saja. Waktu itu,
kuingat, sabtu malam ketika aku mengatakan dalam hatiku, “Esok pagi, aku
akan berusaha membulatkan tekadku.” Namun, malam itu, K bunuh diri.
d. Crisis:
Sensei semakin menunjukkan sikap-sikap yang aneh terhadap istrinya.
Terutama Sensei sering membicarakan perihal kematian kepada istrinya,
menanyakan siapakah yang akan terlebih dahulu mati, dia ataukah istrinya.
Sensei begitu kuat merasakan kedosaan manusia setelah kematian K. Perasaan
berdosa inilah yang membuatnya bersedia dipukul oleh siapapun. Ketika
hukuman itu menjadi semakin kuat, ia pun merasa bahwa hukuman itu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
mestinya dating dari dirinya sendiri. Dan Sensei berpikir bahwa bunuh diri
merupakan suatu hukuman yang tepat bagi dosa-dosanya.
Kesimpulan:
Pada tahapan ini, disebut Crisis yaitu pada saat situasi semakin panas dan
seolah-olah para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya.
Situasi semakin panas terlihat ketika Sensei sering membicarakan kematian
kepada istrinya dan menanyakan siapakah yang terlebih dulu mati antara
mereka. Ini dapat dilihat dalam cuplikan:
“Shizu, aku ingin tahu apakah kau akan mati lebih dulu daripada aku?”
“Kenapa?”
“Kenapa? Aku justru ingin tahu. Atau akankah aku mati lebih dulu?
Tampaknya, para wanita biasanya lebih lama hidup daripada suaminya.”
“Berapa kali lagi kau akan mengatakan „Bila aku mati, bila aku mati‟?
Demi Tuhan, jangan hendaknya kau katakana lagi „bila aku mati‟! Membawa
sial bicara serupa itu. Kalau kau mati, aku akan berbuat sebagaimana kau
inginkan. Nah, dengan demikian selesailah itu.”
Hal ini didasarkan oleh pemikiran Sensei bahwa hukuman yang pantas
bagi seorang pendosa seperti dirinya adalah bunuh diri. Seperti yang terdapat
dalam cuplikan:
Ketika keinginan akan hukuman ini menjadi begitu kuat, aku pun mulai
merasa bahwa hukuman itu mestinya datang dari diriku sendiri, dan bukan
dari orang-orang lain. Maka aku pun berpikir tentang mati. Bunuh diri
agaknya suatu hukuman yang tepat bagi dosa-dosaku.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
e. Climax:
Dua tiga kali Sensei berusaha untuk menempuh jalan satu-satunya yang
merupakan hukuman yang berasal dari diri sendiri yaitu bunuh diri. Tetapi
sering kali terhalang oleh perasaan-perasaan terhadap istrinya. Namun,
perasaan berdosanya yang besar tetap membuatnya mengambil keputusan
untuk bunuh diri. Hingga pada saat Sensei ingin mengakhiri hidupnya, ia tidak
ingin istrinya melihat kejadian itu sehingga Sensei menyuruh istrinya untuk
pergi dan tinggal bersama bibinya yang sedang sakit di Ichigaya.
Kesimpulan:
Tahapan Climax ini terjadi pada situasi puncak ketika konflik berada
dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku mendapatkan kadar
nasibnya sendiri-sendiri. Situasi puncak itu digambarkan pada saat Sensei
akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri setelah istrinya pergi kerumah
bibinya di Ichigaya. Sudah dua atau tiga kali Sensei mencoba untuk bunuh diri,
namun seringkali terhalang oleh perasaannya terhadap istrinya. Ia tidak ingin
istrinya melihat kejadian itu, sehingga ia menyuruh istrinya pergi agar ia dapat
melaksanakan keinginannya akan hukuman itu. Seperti yang terlihat dalam
cuplikan:
Kini kebutuhan itu sudah kupenuhi. Tak ada lagi yang mesti kuperbuat.
Pada saat surat ini sampai kepadamu, mungkin aku sudah meninggalkan
dunia ini-mungkin sekali aku sudah mati. Aku ingin mati dengan cara
sedemikian hingga ia tak usah melihat darah. Aku akan meninggalkan dunia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
ini dengan tenang sementara ia tak ada di rumah. Aku ingin agar ia mengira
bahwa aku mati dengan tiba-tiba tanpa sebab.
f. Falling Action:
Setelah bertahun-tahun Sensei menyembunyikan rahasia-rahasia dalam
hidupnya, akhirnya ia hanya menceritakan semua rahasianya pada tokoh “aku”
yang menurutnya bisa ia percaya. Sensei dapat mempercayakan rahasianya
pada tokoh “aku” dan menceritakan semua rahasianya disurat yang khusus ia
tulis untuk tokoh “aku”. Sensei banyak berharap pada tokoh “aku” sampai
mendekati akhir hayatnya, Sensei berpesan kepada tokoh “aku” supaya ia
tetap dapat merahasiakan ini dari istri Sensei. Karena Sensei tidak ingin
kenangan istrinya terhadapnya itu ternoda karena masa lalunya.
Kesimpulan:
Tahapan di atas merupakan tahap Falling Action, yaitu tahap dimana kadar
konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda
sampai menuju penyelesaian cerita. Kadar konflik mulai menurun saat Sensei
bersedia menceritakan rahasianya pada tokoh “aku” yang sudah ia janjikan
sebelumnya. Seperti pada cuplikan:
Aku tak menulis hanya untuk menepati janjiku kepadamu, yang lebih
mendesak dari janji itu ialah kebutuhan yang kurasa dalam diriku untuk
menulis riwayat ini.
Penyelesaian cerita novel ini terlihat saat Sensei berpesan pada tokoh “aku”
agar tetap merahasiakan peristiwa masa lalunya dan alasan ia bunuh diri
kepada istrinya. Ini dapat dilihat dalam cuplikan:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Kuharap yang baik atau pun yang buruk pada masa lampauku akan
berguna sebagai contoh bagi orang lain. Kecuali hanya istriku – aku tak ingin
ia mengetahui sedikit pun tentang ini. Keinginanku yang pertama ialah bahwa
kenangannya terhadapku hendaknya sedapat mungkin akan tetap tinggal tak
ternoda. Selama aku hidup, kuharap kau akan merahasiakan segala sesuatu
yang telah kututurkan kepadamu – meskipun setelah aku sendiri tiada.
Berdasarkan tahapan cerita di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cerita
novel “Rahasia Hati” ini memiliki alur yang sesuai dengan teori tahapan
peristiwa Montage dan Henshaw yang dimulai dari Exposition, Inciting Force,
Rising Action, Crisis, sampai pada Climax dan Falling Action. Ini dapat kita
lihat pada setiap tahapan-tahapan peristiwa yang membentuk alur dalam cerita
tersebut sehingga mampu mendukung novel “Rahasia Hati” karya Natsume
Soseki.
3.2.3 Analisis Penokohan dalam Novel “Rahasia Hati”
a. Tokoh Utama
Tokoh utama menurut Nurgiyantoro (2007 : 176), adalah tokoh
yang diutamakan dan paling banyak penceritaannya dalam novel.
Tokoh utama dalam novel “Rahasia Hati” ini berperan sebagai tokoh
Sensei dan tokoh “aku”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
1. Sensei
Cuplikan halaman 5 – 6
(Aku melihat Sensei lagi keesokan harinya ketika aku pergi ke pantai
pada jam yang sama, dan begitu pula hari berikutnya. Akan tetapi tak
juga timbul kesempatan untuk bercakap-cakap, atau bahkan buat
menyalam secara kebetulan sekali pun, antara kami. Kecuali itu,
sikapnya tampak kaku. Ia biasa datang dengan tepat pada jam yang
biasa dan pergi dengan tepat pula sesudah berenang-renang. Ia selalu
menjauh dan tak perduli betapa juga gembiranya orang banyak
diseputarnya, ia tampak tak acuh terhadap sekelilingnya. Sensei pun
selalu sendiri.)
Analisis
Dari cuplikan di atas, dapat kita lihat bahwa Sensei merupakan
seorang yang cuek, dingin dan tidak perduli dengan keadaan disekitarnya.
Ia tampak menjalani kesehariannya seorang diri dan tidak menunjukkan
keramahan pada orang-orang sekitarnya. Ia tidak pernah menyapa orang
lain terlebih dahulu. Ini terlihat dalam kalimat Ia selalu menjauh dan tak
perduli betapa juga gembiranya orang banyak diseputarnya, ia tampak
tak acuh terhadap sekelilingnya. Sensei pun selalu sendiri.
Cuplikan halaman 16 – 17
“Aku seorang manusia yang sunyi,” Kata Sensei. “Karena itu aku
senang kalau kau datang mengunjungiku. Aku pun seorang manusia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
pemurung dan karena itu, kutanyakan padamu mengapa ingin pula
kau mengunjungiku sesering itu?”
“Mengapa harus kau tanyakan hal itu?”
Sensei tak menjawab, malahan memandang padaku dan berkata,
“Berapa umurmu?”
(Empat hari kemudian aku kembali lagi kerumahnya. Segera Sensei
muncul, ia pun mulai tertawa.
“Engkau kembali lagi,” katanya.
“Ya, aku kembali,” kataku dan aku pun tertawa bersamanya.
“Masa muda adalah masa yang paling sunyi dari semuanya. Kalau
tidak, kenapa kau begitu sering datang ke rumahku?”
Sensei melanjutkan, “Tetapi pastilah, bila kau ada bersamaku, kau tak
dapat melepaskan diri dari kesunyianmu. Aku tak memiliki sesuatu
yang dapat menolongmu melupakan kesunyian itu. Hendaknya kau
berusaha mendapatkan pelipur yang kau cari itu ditempat lain. Dan
segera kau akan merasa tak perlu lagi berkunjung padaku."
Analisis
Sensei juga merupakan seorang yang pesimis dan pemurung.
Menurutnya ia adalah seorang yang sunyi dan menganggap bahwa masa
muda merupakan masa yang paling sunyi, itu terjadi karena kesalahan
masa lalunya yang membuatnya mengasingkan diri dari dunia luar. Namun
ia tidak menafikkan bahwa ia senang jika ada seseorang yang terus
mengunjunginya seperti yang dilakukan tokoh „aku‟. Seperti yang terlihat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
dalam kalimat “Aku seorang manusia yang sunyi,” Kata Sensei. “Karena
itu aku senang kalau kau datang mengunjungiku. Tetapi, kesenangan itu
tidak berlangsung lama karena sifat pesimis yang dimiliki Sensei membuat
ia berpikir bahwa dirinya tidak dapat menolong tokoh „aku‟ untuk
melupakan kesunyian yang dialami tokoh „aku‟, walaupun tokoh „aku‟
sama sekali tidak merasa sunyi. Ini dapat dilihat dalam kalimat “Tetapi
pastilah, bila kau ada bersamaku, kau tak dapat melepaskan diri dari
kesunyianmu. Aku tak memiliki sesuatu yang dapat menolongmu
melupakan kesunyian itu. Hendaknya kau berusaha mendapatkan pelipur
yang kau cari itu ditempat lain. Dan segera kau akan merasa tak perlu
lagi berkunjung padaku."
Cuplikan halaman 21 – 22
“Aku telah melakukan sesuatu yang mencemaskan. Seharusnya aku
tidak meninggalkan rumah dalam keadaan marah demikian. Istriku
tentu risau memikirkan aku. Bila kita pikirkan, wanita merupakan
makhluk yang malang. Istriku, misalnya, tak mempunyai seseorang
tempat menggantungkan diri di dunia ini kecuali aku.”
“Bagaimana kalau ku temani kau pulang?” kataku. Ia menolak
dengan gerak tangannya yang cepat.
“Lebih baik kau pulang saja. Sudah larut. Aku pun mesti pulang juga.
Demi istriku…”
“Di seluruh dunia ini aku hanya mengenal satu wanita. Tak ada
wanita lain kecuali istriku yang berpengaruh padaku sebagai wanita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Istriku pun memandangku sebagai pria tunggal baginya. Dari titik
pandangan ini, seharusnya kami menjadi pasangan yang paling
bahagia.”
Analisis
Walaupun Sensei merupakan seorang yang membenci dunia luar
dan merasa orang yang paling sunyi, namun sebagai seorang suami ia
merupakan suami yang setia dan sangat menyayangi istrinya. Seperti yang
digambarkan ketika Sensei berada diluar untuk menenangkan pikirannya
bersama tokoh „aku‟, ia langsung kepikiran dengan istrinya yang ia
tinggalkan sendirian di rumah, kemudian ia langsung terpikir untuk pulang
demi istrinya. Seperti yang digambarkan dalam kalimat “Lebih baik kau
pulang saja. Sudah larut. Aku pun mesti pulang juga. Demi istriku…”
Cuplikan halaman 32
“Aku pun tak percaya pada diriku sendiri. Karena tak percaya pada
diriku sendiri, aku hampir tak dapat percaya pada orang lain. Tak ada
yang dapat kulakukan selain mengutuk diriku sendiri.”
“Sungguh Sensei, kau berpikir terlalu dalam tentang semua ini.”
“Soalnya bukan apa yang kupikirkan, tetapi apa yang telah kuperbuat
yang menyebabkan aku merasa seperti itu. Pada mulanya, tindakanku
sendiri mengejutkanku. Kemudian aku begitu takut.”
Analisis:
Dalam cuplikan di atas, dapat dilihat bahwa Sensei tidak percaya
diri dan tidak menaruh kepercayaan pada orang lain pula. Sifat tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
percaya diri Sensei didasari oleh kejadian masa lalunya yang
mengecewakan Sensei karena ditipu oleh orang yang ia percaya saat ia
remaja, semenjak kejadian tersebut Sensei pun menjadi lebih awas kepada
orang lain dan enggan untuk menaruh kepercayaan pada orang lain lagi.
Dapat dilihat dalam kalimat “Aku pun tak percaya pada diriku sendiri.
Karena tak percaya pada diriku sendiri, aku hampir tak dapat percaya
pada orang lain. Tak ada yang dapat kulakukan selain mengutuk diriku
sendiri.” Ini menunjukkan bahwa kejadian masa lalu Sensei sangat
membekas pada dirinya dan membuat sikapnya berubah kepada manusia.
Cuplikan halaman 70
“Sekali pernah aku ditipu,” katanya. “Lagi pula, aku ditipu oleh sanak
keluargaku sendiri yang bertalian darah denganku. Aku takkan pernah
melupakan ini. Waktu ayahku masih hidup, mereka bersikap sebagai
orang baik-baik, tetapi segera setelah ia meninggal, mereka berubah
menjadi orang jahat. Akibat perlakuan yang menyakitkan hati yang
mereka perbuat terhadapku, masih selalu kubawa. Ini akan kubawa
terus, kukira, sampai aku mati. Apa yang mereka perbuat terhadapku
akan kuingat selama aku masih hidup. Namun, selama ini aku belum
pernah melepaskan dendamku terhadap mereka. Bila aku memikirkan
pelepasan dendamitu, aku pun telah berbuat sesuatu yang lebih jahat
dari pelepasan dendam itu sendiri. Aku telah lahir, tidak hanya untuk
membenci mereka, tetapi untuk membenci umat manusia pada
umumnya. Itu cukup sudah ku kira.”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Analisis:
Sosok Sensei sebagai tokoh utama dan tokoh satu-satunya
antagonis memiliki sifat yang pendendam, ini terlihat saat keluarganya
sendiri yaitu pamannya menipunya perihal harta warisan. Atas peristiwa
tersebut, sikap Sensei yang semula baik dan murah hati itu berubah
menjadi sosok yang pendendam dan membenci manusia pada umumnya.
Sensei juga menyesali perubahan sikapnya yang terjadi karena masa
lalunya. Hal ini juga terlihat dalam cuplikan berikut.
Cuplikan halaman 149 – 150
“Aku begitu lugu telah menyerahkan segala sesuatu dengan penuh
kepercayaan untuk diurus oleh pamanku. Bagaimanapun, aku tak
dapat mengingat masa itu tanpa mengutuk diriku sendiri karena begitu
menaruh kepercayaan dan jujur. Kusadari diriku bertanya, “Mengapa
aku dilahirkan dengan pembawaan sebaik itu?” Namun, harus kuakui,
kadang aku ingin agar tak pernah kehilangan kepolosanku dahulu dan
agar aku dapat lagi menjadi orang seperti keadaanku pada masa lalu.
Harap diingat bahwa kau bertemu dengan aku sesudah aku jadi kotor.”
Cuplikan halaman 168
“Aku harus mempertahankan harkat dan harga diriku sepanjang yang
diajarkan kepadaku untuk mempertahankannya. Dalam kenyataannya,
harga diri ini tak begitu berhasil mengalahkan rasa ingin tahuku yang
kasar tampak dalam wajahku yang kecewa. Mereka tertawa. Apakah
mereka tertawa demikian hendak mengolok-olok atau karena ramah,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
kurasa terlalu bingung aku ketika itu untuk menentukannya. Kemudian
berulang kali aku pun bertanya dalam hati, “Adakah mereka
mempermainkan aku atau tidak?”
Analisis:
Dalam cuplikan di atas dapat dilihat bahwa terdapat sifat
kecurigaan dalam diri Sensei. Ia selalu berperasangka buruk terhadap
orang lain tanpa mengetahui maksud orang lain tersebut. Bahkan orang
yang sudah memberikannya tempat tinggal sejak ia kabur dari rumah
semenjak pertentangannya dengan pamannya pun tidak dapat ia percaya
begitu saja dan masih menaruh kecurigaan pada Okusan dan Ojosan yang
memberikannya tempat tinggal.
Cuplikan halaman 234 – 236
(Sepekan pun berlalu, dan aku memutuskan tak dapat menunggu lebih
lama lagi. Terpikirkan olehku, tak ada rencana yang lebih baik
daripada berpura-pura sakit dan tinggal di rumah sehari suntuk.
Okusan, kemudian Ojosan, dan akhirnya K sendiri masuk ke kamarku
untuk mengakku meninggalkan ranjang. Kuberikan jawaban yang tak
menyatakan pendapat dan kubiarkan mereka pergi dengan kesan
bahwa aku merasa begitu tidak sehat.)
(Tak ada lagi yang bisa ku perbuat selain bicara langsung mengenai
soalnya. “Okusan,” kataku begitu terluncur saja, “Aku ingin
mengawini Ojosan.” Setengah heran pun ia tak seperti yang kuduga.
Namun, ia bingung juga untuk menjawab dan menatapku dengan diam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Analisis:
Sifat Sensei yang terbentuk oleh masa lalunya hingga ia membenci
manusia pada umunya dan enggan menaruh kepercayaan pada siapapun
membuatnya nekat untuk melakukan apa saja demi mewujudkan
keinginannya. Dalam cuplikan diatas, digambarkan bahwa Sensei
mengambil keputusan yang licik dengan berpura-pura sakit agar ia dapat
melamar Ojosan tanpa sepengetahuan K. Sensei tidak ingin K
mengetahuinya karena K lah yang terlebih dahulu menceritakan padanya
bahwa K mencintai Ojosan, namun, Sensei yang tidak ingin gadis yang
dicintai dilamar oleh temannya terlebih dahulu, maka ia membuat rencana
licik berpura-pura sakit agar dapat melamar Ojosan.
Cuplikan halaman 259 – 260
(Ketika keinginan akan hukuman ini menjadi begitu kuat, aku pun
mulai merasa bahwa hukuman itu mestinya datang dari diriku sendiri,
dan bukan dari orang lain. Maka aku pun berpikir tentang mati.
Bunuh diri agaknya suatu hukuman yang tepat bagi dosa-dosaku.
Akhirnya, aku memutuskan untuk terus hidup dalam keadaan seakan-
akan sudah mati.)
(Ketika akhirnya menjadi jelas bagiku bahwa aku tak dapat tinggal
dalam penjara lebih lama lagi, dan bahwa aku tak dapat pula
melepaskan diri, aku pun terpaksa sampai pada kesimpulan yang
paling mudah bisa kulakukan adalah bunuh diri.)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
Analisis:
Berdasarkan cuplikan di atas, dapat dilihat bahwa Sensei
merupakan seorang yang mudah putus asa. Setelah K meninggal secara
tiba-tiba, Sensei merasa kalau kematian K disebabkan oleh dirinya. Ia
sangat merasa bersalah kepada K. Namun, semua sudah terjadi dan
kesunyian Sensei semakin bertambah walaupun ia sudah menikah dengan
Ojosan. Ia merasakan dosa yang begitu besar dalam dirinya atas kematian
K, hingga ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk menebus
kesalahannya selain bunuh diri. Yang menurutnya merupakan hukuman
yang setimpal atas dosa-dosa yang telah ia lakukan.
2. Tokoh “aku”
Cuplikan halaman 7
(Petang itu, aku mengunjungi Sensei di penginapannya. Ia tidak
tinggal di pondokan yang biasa, tetapi mendapat seperangkat
kamar di sebuah banguna yang menyerupai rumah gedung di
pelataran sebuah kuil besar. Aku tahu bahwa ia tak punya
pertalian apapun dengan orang-orang lain yang tinggal di sana. Ia
tersenyum masam mendengar aku terus menerus menyebut dia
"Sensei", dan aku yakin pada diriku ketika menjelaskan bahwa
sudah menjadi kebiasaanku untuk menyebut demikian pada orang-
orang yang lebih tua dari padaku.)
Analisis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Tokoh "aku" dalam cuplikan di atas dapat kita lihat memiliki rasa
hormat yang sangat tinggi terhadap orang yang lebih tua darinya, tidak
perduli siapapun orang itu, ia akan memanggilnya "Sensei" jika orang
tersebut lebih tua dari dirinya. Seperti yang terlihat pada kalimat "dan aku
yakin pada diriku ketika menjelaskan bahwa sudah menjadi kebiasaanku
untuk menyebut demikian pada orang-orang yang lebih tua dari padaku."
Cuplikan halaman 36 – 37
"Kalau begitu, hanya kaulah orang yang diinginkan Sensei untuk
menyertainya."
"Pasti tidak. Baginya aku sama saja seperti yang lain."
"Itu tidak betul," kataku. "Dan kau tahu benar bahwa itu tidak
betul."
"Apa maksudmu?"
"Ya, kukira ia telah capek bersama dengan orang-orang lain
karena ia begitu suka padamu."
Analisis
Dalam cuplikan di atas menggambarkan sosok tokoh "aku" yang
merupakan tokoh protagonis memiliki sifat baik hati, berupaya
menenangkan hati istri Sensei yang merasa bahwa dirinya merupakan
salah satu bagian dari dunia yang dibenci oleh Sensei. Namun, tokoh "aku"
dapat menenangkannya dengan berkata bahwa Sensei hanya menginginkan
ia untuk menyertainya karena Sensei begitu mencintainya. Ini dapat dilihat
dalam kalimat "Kalau begitu, hanya kaulah orang yang diinginkan Sensei
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
untuk menyertainya." Dan kalimat "Ya, kukira ia telah capek bersama
dengan orang-orang lain karena ia begitu suka padamu."
Cuplikan halaman 44
(Aku berusaha sedapat-dapatnya untuk menghibur istri Sensei.
Dan tampak bahwa ia pun berusaha mendapatkan suatu pelipur
kalau bersamaku. Kami lanjutkan pembicaraan mengenai
kematian kawan Sensei dan perubahan dalam diri Sensei sesudah
itu. Namun, terlalu sedikit yang kuketahui. Istri Sensei pun
agaknya tak begitu banyak tahu pula dan perasaannya yang tak
enak tentang itu agak menimbulkan kesangsian yang parah. Lagi
pula, ia tak bebas untuk mengatakan kepadaku segala yang
diketahuinya.)
Analisis
Pada cuplikan di atas digambarkan ketika tokoh "aku" diminta oleh
Sensei untuk menemani istrinya dan menjaga rumahnya selagi Sensei
tidak berada di rumah, pada kesempatan itu tokoh "aku" dapat berbincang-
bincang perihal Sensei dan sebab atas sikap yang dimiliki Sensei.
Tokoh "aku" yang memiliki sifat perduli ditunjukkan saat ia
berusaha menghibur hati istri Sensei saat pembicaraan mulai membuat istri
Sensei mengingat awal mula perubahan yang terjadi pada diri Sensei dan
membuat raut mukanya sedikit bersedih. Istri Sensei pun enggan untuk
menceritakan semua yang ia tahu kepada tokoh "aku".
Cuplikan halaman 72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
"Tentu kau orang muda yang nekat," katanya.
"Tidak, Sensei, aku hanya tulus. Dan dengan segala ketulusan aku
ingin belajar tentang hidup."
"Meski sampai pula membongkar masa lampauku?"
(Tiba-tiba aku pun takut. Kurasa seakan orang yang duduk
dihadapanku itu sebangsa penjahat dan bukan Sensei yang
sepantasnya ku hormati. Wajah Sensei pun pucat)
Analisis
Sensei yang semula tidak bisa menaruh kepercayaan pada orang
lain, sulit mempercayai bahwa tokoh "aku" merupakan orang yang tulus.
Tetapi, dalam cuplikan di atas dapat dilihat bahwa tokoh "aku" benar-
benar tulus ingin lebih dekat dengan Sensei dan mengenal Sensei lebih
jauh sehingga ia ingin tahu tentang masa lalu Sensei dan mencari tahu
penyebab atas perubahan sikap Sensei yang terjadi.
Cuplikan halaman 103 – 105
"Mintalah kepada ibumu untuk memilih hari baik bagi
keberangkatanmu kalau begitu," kata ayahku.
"Ya, aku akan memintanya," kataku. (Aku begitu patuh ketika itu.
Aku tak ingin membuat ayahlu marah sebelum aku berangkat.
Kata-katanya yang terakhir sebelum aku meninggalkan kamar itu
ialah, "Dengan kepergianmu, rumah ini akan tampak sepi lagi.
Tak ada seorang pun kecuali ibumu dan aku sendiri. Kuharap
kesehatanku bertambah baik. Biasanya kita tak dapat mengatakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
apa yang akan terjadi.") Kulipur ayahku sedapat mungkin,
kemudian aku pun kembali ke meja tulisku.
Analisis
Selain memiliki sifat perduli kepada orang lain, tokoh "aku" juga
merupakan anak yang penurut dan patuh kepada kedua orang tua. Terbukti
ketika ia memutuskan untuk kembali ke Tokyo dan meminta bantuan uang
untuk memenuhi kebutuhannya selama di Tokyo. Akan tetapi ia justru
mendapatkan nasihat dari orang tuanya yang berkata bahwa pada zaman
dahulu, orang-orang tua dibantu oleh anak-anaknya. Sekarang ini, anak-
anak itu dibantu oleh orang tuanya senantiasa.
Setelah mendengarkan nasihat itu, tokoh "aku" merubah
keinginannya dan menuruti kemauan orang tuanya untuk tinggal di rumah
lebih lama lagi.
Cuplikan halaman 125
"Adakah baik kiranya kalau ku sejukkan kepala ayah?"
"Ya."
(Dengan bantuan juru rawat, ku ganti air dalam bantalan karet itu
dengan yang baru dan kutaruh sebungkus potongan es yang baru di
dahinya. Kuletakkan itu pelan-pelan sehingga ujung-ujung es yang
tajam itu tidak membuatnya sakit.)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Analisis
Sosok tokoh "aku" merupakan anak yang sangat perhatian dan
berbakti kepada orang tuanya. Hal ini terlihat dalam cuplikan di atas yang
menggambarkan ketika ayahnya sedang sakit, tokoh "aku" tampak
merawat ayahnya dengan penuh hati dan mengganti air dalam bantalan
karet dengan potongan es dan meletakkannya pelan-pelan di dahi ayahnya
agar ayahnya tidak merasakan sakit akibat potongan-potongan es yang
tajam tersebut.
b. Tokoh Tambahan
1. Ojosan
Cuplikan halaman 17 - 18
Sambil menyerahkan cangkirnya yang kosong, ia berkata kepada
istrinya, "Engkau mesti minum pula sedikit."
"Tidak, aku sungguh-sungguh tak mau," demikian ia mulai berkata,
lalu agak segan menerima cangkir itu. Sedikit cemberut
diangkatnya ke bibirnya cangkir yang telah ku isi setengah
untuknya. Sebuah percakapan menyusul kemudian antara dia dan
Sensei.
"Ini sungguh tak biasa," katanya. "Engkau hampir tak pernah
memintaku minum sake."
"Itu karena kau tak suka sake. Tetapi baik bagimu untuk minum
sesekali. Ini akan menjadikan kau gembira."
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
"Tidak mungkin. Ini membuat aku merasa tak enak. Tetapi kau
kelihatan telah gembira sama sekali, sedang kau belum minum
banyak."
Analisis
Ojosan merupakan istri Sensei yang sangat patuh terhadap perintah
Sensei walaupun ia sendiri tidak menyukai perintah yang diminta oleh
Sensei. Seperti ketika Sensei memintanya untuk meminum sedikit sake,
sementara Ojosan tidak pernah meminum sake sebelumnya. Tetapi, karena
sifatnya yang patuh terhadap suaminya maka ia pun menuruti perintah
Sensei untuk meminum sedikit sake yang membuatnya merasa tidak enak
setelah meminumnya. Seperti yang terlihat dalam kalimat "Tidak mungkin.
Ini membuat aku merasa tak enak. Tetapi kau kelihatan telah gembira
sama sekali, sedang kau belum minum banyak."
Cuplikan halaman 39
"Lalu apakah yang akan terjadi kalau kawan yang begitu setia seperti
kau ini tiba-tiba meninggalkannya? Agaknya ia akan sedikit saja
merasa senang di dunia ini sebagaimana adanya. Apa yang akan
diperbuatnya tanpa kau? Aku tak ingin mengetahui bagaimana ia
menjawab pertanyaan ini. Aku ingin mengetahui bagaimana
pendapatmu secara jujur. Akankah ia bahagia, pikirmu, atau
sengsara?"
"Jelas, aku tahu jawabannya. (Meskipun Sensei mungkin tak
berpendapat bahwa aku tahu.) Sensei akan jauh lebih sengsara tanpa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
aku. Ya, bahkan ia pun mungkin tak ingin hidup lagi, tanpa aku.
Mungkin tampaknya aku begitu membanggakan diri, tetapi aku
sungguh-sungguh percaya bahwa aku dapat membuatnya sebahagia
yang dapat kulakukan sebagai manusia. Aku percaya bahwa tak ada
orang lain yang akan dapat membuatnya sebahagia yang dapat
kulakukan sebagai manusia. Aku percaya bahwa tak ada orang lain
yang dapat membuatnya sebahagia yang dapat kulakukan. Tanpa
kepercayaan ini tentu aku tak akan sepuas sekarang ini."
Analisis
Ojosan sangat percaya diri bahwa hanya dirinya lah yang dapat
membuat Sensei bahagia. Meskipun ia sendiri tak yakin jika itu yang
dirasakan juga oleh Sensei. Namun, sebagai seorang istri, sedapat mungkin
ia selalu membuat Sensei merasa bahagia dengan semua yang ia lakukan.
Ojosan juga merupakan pribadi yang sangat tegar, terbukti ketika ia
hampir berpikir tak menjadi sebuah kekecualian dari dunia yang dibenci
oleh Sensei, namun dengan rasa percaya diri yang tinggi ia tetap percaya
bahwa Sensei bahagia hidup bersama dirinya.
Cuplikan halaman 79
"Kau jangan memandang penyakit ayahmu begitu ringan. Sekali
terjadi keracunan uraemia, akan tamatlah ia."
Aku tak punya gambaran, apakah keracunan uraemia itu. Dokter yang
kulihat dalam liburan musim dingin dulu, sudah tentu tak mengatakan
apa-apa tentang itu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
"Engkau harus sungguh-sungguh menjaganya dengan baik," kata istri
Sensei. "Jika racun itu sampai ke otak, tak ada harapan lagi, kau tahu.
Itu bukan lelucon pula."
Analisis
Bukan hanya sifatnya yang tegar serta patuh terhadap keluarganya,
Ojosan juga merupakan sosok yang sangat perhatian dengan lingkungan
sekitar dan orang yang baru ia kenal. Dapat dilihat dalam cuplikan di atas,
Ojosan yang mengetahui bahwa ayah dari tokoh "aku" yang sedang
menderita sakit ureamia itu memberikan perhatiannya lewat tokoh "aku".
Ia meminta agar tokoh "aku" harus menjaga ayahnya dengan sunggu-
sungguh karena penyakit itu bukanlah penyakit yang ringan. Ojosan tentu
saja tidak harus memperhatikan penyakit ayah dari tokoh "aku", namun
karena kelembutan hatinya, dengan penuh perhatian ia menasehati tokoh
"aku" tentang penyakit ayahnya.
Cuplikan halaman 252
"Apa yang kau pikirkan? Adakah aku telah berbuat sesuatu yang
salah?" Ada saat-saatnya ketika aku dapat meringankan hatinya
dengan senyuman. Namun, ada pula saat-saatnya ketika ia pun lalu
memperhatikan tanda-tanda sakit hati dan berkata, "Yakinkah kau
bahwa kau tak merasa enggan denganku?" atau "Kau ada
menyembunyikan sesuatu terhadapku?" Dan aku pun akan
memandangnya dengan sangsi, tak tahu apa yang mesti kukatakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
Analisis
Dalam cuplikan di atas terlihat Ojosan yang mulai merasa cemas,
khawatir akan perubahan sikap Sensei yang semakin hari semakin berbeda.
Karena kadang timbul gambaran dalam benak Sensei bahwa Ojosan
seperti mata rantai yang menghubungkan Sensei dengan K. Pada saat-saat
demikian, Sensei pun biasa bersikap dingin terhadap Ojosan. Hal itulah
yang membuat Ojosan semakin khawatir akan Sensei. Ia berpikir bahwa ia
telah melakukan kesalahan sehingga Sensei sering bersikap dingin
terhadapnya. Namun, Sensei sendiri tidak memandangnya sebagai
kesalahan, karena sikap Sensei itu merupakan kesalahan Sensei sendiri
pada masa lalu. Hanya saja setiap Sensei memperhatikan Ojosan, sering
teringat kembali peristiwa masa lalunya bersama K.
2. Okusan
Cuplikan halaman 159
(Okusan tak mau memberi ulasan tentang pembawaanku yang tenang -
seperti biasa yang disebutkannya - dan tentang sikapku yang pendiam,
dan pada suatu kesempatan ia memuji ku karena begitu rajin belajar.
Ia tak mengatakan apa pun tentang rasa yang tak aman atau
kecurigaan. Aku tak tahu apakah ia tak melihat sikapku yang ganjil
atau apakah ia terlalu sopan untuk menyebut-nyebut hal itu, tetapi
tentu saja tampaknya ia cenderung memandangku dari segi yang baik.
Suatu kali ia sampai pula sebegitu jauh mengatakan kepadaku dengan
nada mengagumi bahwa aku ini murah hati).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Analisis
Okusan ialah seorang janda dan ibu dari Ojosan. Setelah Sensei
meninggalkan rumahnya karena pertikaian oleh pamannya sendiri, Sensei
tinggal dirumah Okusan dan menjadi keluarga baru bagi Okusan. Sosok
Okusan merupakan sosok yang baik hati, dan selalu berpikiran positif
terhadap apa pun. Hal ini dapat dilihat pada cuplikan di atas, ketika
Okusan yang saat itu baru mengenal Sensei tetapi ia sama sekali tidak
menganggap Sensei itu orang yang buruk. Sebaliknya, ia justru selalu
berpikiran positif terhadap Sensei yang merupakan orang yang baru ia
kenal dan mempercayainya untuk tinggal di rumahnya. Sementara itu,
Sensei merasa heran dengan sifat Okusan yang terlalu baik jika
menganggapnya orang yang baik-baik pula. Okusan juga merupakan sosok
yang bijak dan memikirkan perasaan orang lain, ia sama sekali tidak
menaruh curiga pada Sensei, dan tetap menganggap Sensei sebagai orang
yang baik serta murah hati. Dapat dilihat pada kalimat "Okusan seorang
wanita yang bijak juga dan mungkin bahwa ia bersikap demikian karena ia
tahu perasaanku. Mungkin juga bahwa ia benar-benar menganggap aku
seorang yang suka damai, murah hati, dan serba gampang. Yang terakhir
itu lebih mungkin, karena mustahil kiranya kalau sikap lahirku sering
memperhatikan kekacauan dalam diriku."
Cuplikan halaman 173
(Kukatakan kepada Okusan segala sesuatu tentang orang itu dan
kutanyakan pula kepadanya apakah ia boleh datang untuk tinggal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
bersama ku. Mula-mula Okusan mengatakan tidak. Namun, ketika aku
sendiri merasa perlu benar mengundang orang itu, Okusan agaknya
tak punya alasan yang tepat untuk merasa keberatan. Akhirnya, aku
berhasil juga. Aku dapat melakukan apa yang kupikir benar).
Analisis
Kedermawanan yang terdapat dalam diri Okusan membuatnya
disenangi siapa pun yang mengenalnya. Sifat lembut dan penuh perhatian
Okusan juga perlahan-lahan merubah sikap Sensei yang semula pendiam
dan pemurung menjadi lebih ceria dan dapat tertawa saat berbincang-
bincang dengan Okusan maupun Ojosan. Namun, sikap Sensei kembali
lagi menjadi pendiam bahkan lebih dari sebelumnya ketika K meninggal.
Sifat dermawan dari Okusan dapat dilihat dalam cuplikan di atas
yang menggambarkan kalau Sensei ingin membawa temannya, yaitu K
untuk tinggal di rumah Okusan. Awalnya Okusan tidak setuju dengan
keinginan Sensei, namun, Okusan berubah pikiran setelah mendengar
penjelasan Sensei dan mengijinkan teman Sensei untuk tinggal bersama
mereka.
Cuplikan halaman 208 dan cuplikan halaman 220
(Kemudian, ku dengar tapak-tapak kaki mendekati pintuku. Itu Okusan.
Ia melihat aku tegak terdiam di tengah kamar. Ia tentu merasa kasihan
kepadaku, sebab ia pun masuk dan menolongku berganti pakaian
dengan pakaian Jepangku. Ketika aku mengeluh karena dingin, ia pun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
masuk ke kamar sebelah dan kembali membawa anglo K). (Halaman
208).
(Aku pergi tidur lebih awal daripada biasanya malam itu. Kira-kira
pukul sepuluh. Okusan teringat bahwa aku merasa tak enak badan,
dengan baik hati membawakan aku sekadar bubur gandum.
Didapatinya kamarku dalan gelap ketika ia membuka pintu. "Wah!"
katanya, menjenguk ke dalam. Dari pintu lain yang tertutup, seberkas
cahaya dari lampu di meja tulis K menyelinap masuk. Rupanya K
belum tidur. Okusan duduk dekat ranjangku. Sambil mengulurkan
cangkir bubur ia berkata, "Nah, minumlah ini. Akan menghangatkan
badanmu. Mungkin kau masuk angin." Aku tak berani menolak dan
kuminum cairan kental itu sementara ia mengawasi). (Halaman 220)
Analisis
Perhatian Okusan dapat terlihat dalam cuplikan halaman 208, saat
Sensei mengeluh karena dingin, Okusan yang merasa kasihan membantu
Sensei mengganti pakainnya, kemudian masuk ke kamar sebelah dan
kembali membawa anglo K untuk menghangatkan Sensei.
Sebagai seorang ibu, sifat keibuan Okusan pun muncul seperti
yang terlihat dalam cuplikan pada halaman 220, ketika Sensei sedang sakit.
Dengan penuh perhatian ia merawat Sensei yang sedang sakit dengan
memberikannya bubur gandum. Okusan yang menyadari kalau Sensei
sedang sakit, sengaja membuatkan bubur gandum untuknya agar dapat
menghangatkan badan Sensei.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
3. Ayah
Cuplikan halaman 49
"Sayang studimu mesti terganggu pula," kata ayahku. "Benar-benar
terlalu banyak membuat kerepotan yang tak berarti karena penyakitku
yang ringan ini. Ibumu terlalu banyak menulis surat." Ia tampak telah
kembali sehat seperti biasa.
"Ayah akan sakit lagi," kataku, "Kalau tak menjaga diri lebih baik
lagi." Ia mengesampingkan teguranku dan berkata dengan gembira,
"Engkau jangan risau. Aku akan baik-baik saja selama aku masih
menjaga diriku seperti biasanya."
Analisis
Sosok tokoh ayah dalam novel "Rahasia Hati" ini menunjukkan
ketegaran seorang ayah walaupun ia sedang sakit. Tidak mau merepotkan
keluarganya terutama anaknya yang sedang dalam masa pendidikan di
Universitas. Meskipun sakit parah, ayah dari tokoh "aku" ini tetap saja
menganggap bahwa sakitnya hanyalah sakit ringan dan tidak perlu
dirisaukan. Terlihat dalam cuplikan di atas bahwa ayah menyayangkan
studi tokoh "aku" yang harus terganggu karena berita dari ibunya yang
memberitahukan kalau ayahnya sedang sakit.
Cuplikan halaman 86
"Engkau tahu, aku gembira demi kepentinganku sendiri. Seperti kau
ketahui, aku ini sakit. Ketika kau pulang pada musim dingin yang lalu,
aku yakin bahwa hidupku hanya tinggal tak lebih dari tiga atau empat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
bulan saja lagi. Untunglah aku masih tetap hidup dan dapat dengan
enak melangkah-langkah pelan. Dan sekarang, kau sudah lulus. Aku
senang karena kau, yang telah bekerja begitu keras untuk pelajaranmu,
berhasil lulus sebelum aku mati dan selagi aku masih sehat-sehat
begini. Tentu saja aku, sebagai ayahmu, patut bergembira. Sudah
tentu kau punya cita-cita yang lebih besar ketimbang aku, dan tentu
kau merasa tak enak melihat aku ribut-ribut tentang perkara yang
begitu tak berarti seperti hal lulusmu dari universitas itu. Namun,
cobalah melihatnya dari sudut pandangku. Aku gembira bukan demi
kepentinganmu semata, tetapi terutama demi kepentinganku sendiri.
Mengerti?"
Analisis
Orang tua mana yang tidak bahagia dan bangga melihat anaknya
berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Begitu juga yang
dirasakan oleh ayah dari tokoh " aku" yang sangat bangga melihat tokoh
"aku" lulus dari universitas dengan baik, meskipun hal itu dianggap biasa
saja bagi tokoh "aku". Bagaimanapun, hal ini merupakan suatu
kegembiraan yang luar biasa bagi ayah dapat melihatnya lulus sebelum ia
meninggal. Dengan penyakitnya yang parah, ia hampir tak yakin dapat
melihat tokoh "aku" lulus. Dan ia bersyukur penuh kegembiraan karena
disela-sela penyakitnya, ia masih dapat melangkah-langkah pelan dan
melihat tokoh "aku" lulus sebelum ia meninggal.
Cuplikan halaman 107 - 108
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
"Bagaimanapun, aku akan mati," katanya suatu kali. "Aku tentu saja
boleh makan segala makanan yang enak-enak selagi aku bisa."
Kadang-kadang ayahku jadi begitu sedih dan berkata, "Bila aku mati
jaga ibumu baik-baik."
Analisis
Tak jarang seseorang yang mengalami penyakit parah, semangat
hidupnya menjadi rendah. Begitu pula yang dialami oleh tokoh ayah
dalam cerita ini. Ia yang mengetahui kalau waktunya tak lama lagi di dunia
ini, sering berkata-kata hal yang berhubungan dengan kematian. Semangat
hidupnya menjadi rendah jika ia merasakan sakit yang ia alami begitu kuat.
Namun, kadang semangat hidupnya kembali dan berkeinginan jika ia
sembuh nanti, ia ingin pergi ke Tokyo sekali lagi dan bersenang-senang.
Siapa yang tahu kapan salah seorang diantara kita akan mati? Katanya.
Semangat hidupnya yang rendah membuat kesedihan pada tokoh "aku"
dan keluarganya.
4. K
Cuplikan halaman 177
(Ku kira pada waktu itulah dapat kuketahui hidupnya semakin mirip
dengan hidup seorang pendeta. Dipakainya tasbih yang melingkar
dipergelangan tangannya dan ketika kutanyakan kepadanya buat apa
itu, diperlihatkannya bagaimana ia menghitung-hitung mata tasbih iti
dengan ibu jarinya, sambil menyebutkan satu, dua, dan seterusnya.
Ternyata ia menghitung-hitung mata tasbih itu berkali-kali dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
sehari. Makna di balik segala perbuatannya ini, tak ku mengerti. Tentu
saja, pikirku, tak ada habisnya menghitung-hitung mata tasbih yang
terangkai berupa lingkaran itu. Dengan maksud apa K menghitung-
hitung mata tasbih itu? Pertanyaan yang tak berarti ini sering timbuk
dalam pikiranku kini. Aku juga melihat sebuah kitab Injil di kamarnya).
Analisis
Tokoh K seperti yang digambarkan dalam cuplikan di atas,
merupakan seorang yang agamis dan tekun. Saat masih sekolah bersama
Sensei, K sering membuat Sensei merasa kikuk dengan mengemukakan
perkara-perkara sulit seperti agama dan filsafat. Bagi Sensei, K tampak
padanya seperti seorang pendeta. Sensei berpikir mungkin ini akibat
pengaruh dari ayahnya yang merupakan seorang pendeta atau karena K
yang dilahirkan dalam sebuah rumah tangga yang memiliki suasana khas
berbau kuil.
Cuplikan halaman 189
(Sebagai gambaran, Ojosan menceritakan kepadaku tentang
perjumpaannya dengan K. Ternyata ia telah menemui K dan
menanyakan kepadanya adakah api di anglonya).
"Tidak," kata K.
"Kalau begitu, kau butuh api?"
"Tidak, terima kasih."
"Tidakkah kau merasa dingin?"
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
"Ya, memang. Tetapi aku tak butuh api." Dan K pun tak mau
membicarakan hal itu lebih lanjut lagi.
Aku berusaha begitu keras, berperan sebagai perantara senantiasa
hendak menciptakan hubungan yang selaras antara K dan kedua
wanita itu. Kalau kebetulan aku sedang bercakap-cakap dengan K,
maka kuminta kedua wanita itu ikut bersama kami.
Analisis
K yang merupakan orang baru yang tinggal di rumah Okusan
masih tak acuh pada keadaan sekitarnya atau pada orang-orang yang ada di
dalam rumah itu. Hal itu juga didukung oleh sifat K yang sedikit eksentrik,
dan menutup diri dari orang lain. K juga merupakan orang dengan
kehidupan yang sunyi. Berpisah dari keluarga membuatnya hidup sendiri
hingga menutup diri dari orang lain dan bersikap tak acuh pada keadaan
sekitarnya. Tetapi, Sensei tak membiarkan hal ini berlanjut. Ia berusaha
begitu keras untuk menciptakan suasana antara K dengan Okusan dan
Ojosan agar tidak terlalu kaku. Seperti yang terdapat dalam kalimat "Aku
berusaha begitu keras, berperan sebagai perantara senantiasa hendak
menciptakan hubungan yang selaras antara K dan kedua wanita itu. Kalau
kebetulan aku sedang bercakap-cakap dengan K, maka kuminta kedua
wanita itu ikut bersama kami."
Cuplikan halaman 226
"Aku merasa bahwa aku seorang yang lemah dan pemalu." Lalu ia
menambahkan, "Engkau tahu, aku bingung. Aku telah menjadi sebuah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
teka-teki, juga bagi diriku sendiri. Apa yang bisa kulakukan selain
minta pendapatmu yang jujur?" Apa yang kau maksud," tanyaku cepat,
"dengan 'bingung' itu?" Ia berkata, "Maksudku bahwa aku tak dapat
memutuskan apakah harus melangkah maju atau kembali mundur."
Sekali lagi, kurangsang dia, "Katakan, dapatkah kau benar-benar
mundur jika kau ingin demikian?" Tiba-tiba, tampak ia kehilangan
jawab. Apa yang dikatakannya hanyalah, "Aku tak dapat menahan
kepedihan ini."
Analisis
Setelah mengakui pada Sensei bahwa K menaruh hati pada Ojosan,
K sering berdiam diri seperti memikirkan sesuatu. K juga memiliki rahasia
dalam dirinya yang tak diketahui oleh siapapun termasuk Sensei sampai ia
meninggal secara tiba-tiba. Suatu ketika K seperti kehilangan kepercayaan
dirinya sendiri. Ia meminta pendapat pada Sensei, apakah ia harus terus
melangkah maju ataukah mundur. Namun, Sensei sendiri tak mengerti hal
yang dimaksud K itu. Sensei mengambil kesimpulan bahwa hal ini
berhubungan dengan perasaan K terhadap Ojosan. K menjadi sosok yang
putus asa dalam berpikir. Sampai pada akhirnya ia memilih untuk
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Berdasarkan penokohan di atas, penulis menemukan ketidakseimbangan
dalam segi penampilan tokoh. Yaitu, tidakseimbangnya antara jumlah tokoh
protagonis dan antagonis. Dalam novel “Rahasia Hati” hanya terdapat satu tokoh
antagonis yaitu Sensei. Sedangkan banyak terdapat tokoh protagonis, seperti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
tokoh “aku”, okusan, ojosan, dan ayah. Hal ini membuat unsur penokohan dalam
novel “Rahasia Hati” kurang begitu baik jika dilihat dari segi struktural.
3.2.4 Analisis Latar dalam Novel “Rahasia Hati”
Unsur-unsur latar menurut Nurgiyantoro (1995:227) dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Berikut ulasan tentang unsur-
unsur latar tersebut.
a. Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel “Rahasia Hati” ini mengambil
beberapa tempat di Jepang, yaitu Kamakura, Tokyo, dan Zoshigaya.
Cuplikan halaman 1 – 2
(Di Kamakura lah, dalam liburan musim panas, aku mula-mula
bertemu dengan Sensei. Waktu itu aku masih seorang mahasiswa yang
begitu muda. Aku pergi kesana atas desakan seorang kawan yang
telah pergi ke Kamakura untuk berenang. Masih berhari-hari lamanya
sebelum permulaan masa kuliah, dan aku bebas untuk tinggal di
Kamakura atau pulang. Aku memutuskan untuk tinggal disana)
Analisis
Dari cuplikan di atas, tergambar bahwa tokoh “aku” yang sedang
menikmati libur musim panas sebelum permulaan masa kuliah. Terlihat
dari peristiwa di atas, bahwa tempat yang di datangi sebagai tempat
liburan tokoh “aku” adalah Kamakura. Hal ini sesuai dengan alur cerita.
Dimana pertemuan antara tokoh “aku” dan Sensei bermula. Seperti yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
terlihat dalam kalimat “Di Kamakura lah, dalam liburan musim panas,
aku mula-mula bertemu dengan Sensei.”
Cuplikan halaman 7
(Kukira, adalah petang di hari ketiga setelah kami berenang-renang
bersama, saat Sensei tiba-tiba berkata padaku, ketika kami bertemu di
pondok teh, "Apa kau bermaksud tinggal lama di Kamakura?" Aku
memang tak memikirkan berapa lama lagi aku akan tinggal di
Kamakura sehingga aku pun berkata, "Aku tak tahu.")
Analisis
Dalam cuplikan di atas terlihat bahwa tokoh "aku" yang menikmati
liburan musim panas di Kamakura tidak memikirkan berapa lama ia akan
tinggal di Kamakura. Paling tidak, ia dapat tinggal beberapa hari lamanya
di Kamakura sebelum perkuliahannya dimulai.
Cuplikan halaman 10
(Amat sopan ia mengatakan padaku ke mana kira-kira kepergian
Sensei. Aku pun diberi tahu bahwa setiap bulan, pada hari yang sama,
sudah menjadi kebiasaan bagi Sensei untuk mengantar bunga ke suatu
makam di perkuburan yang berada di Zoshigaya. Sebelum jauh benar
aku pergi ke arah bagian kota yang lebih ramai, aku mendapat
kepastian bahwa berjalan ke Zoshigaya akan merupakan pesiar yang
menyenangkan tentunya. Aku berbalik dan mulai berjalan ke jurusan
Zoshigaya).
Analisis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini juga menggunakan
pemakaman di Zoshigaya. Zoshigaya merupakan tempat yang begitu
penting bagi Sensei, sehingga sudah menjadi kebiasaannya untuk
mengunjungi dan menziarahi ke perkuburan tersebut setiap bulan pada hari
yang sama. Adapun seseorang yang ia ziarahi adalah K, temannya sendiri.
Karena alasan yang begitu kuat tentang pendosa maka ia memutuskan
untuk mengunjungi makam temannya itu setiap bulan. Hal ini juga
terdapat dalam cuplikan halaman 249 yang mengatakan bahwa (K dan aku
sudah sering berjalan-jalan ke Zoshigaya. K senang sekali dengan tempat
itu. Kuingat aku mengatakan padanya dengan bergurau, "Baiklah, akan
kuusahakan agar kau dapat dikuburkan disini." Aku berpikir-pikir sendiri.
"Apa gunanya mengingat janjiku kepada K?" Namun, aku ingin
hendaknya K dikuburkan di Zoshigaya, agar aku dapat menziarahi
makamnya setiap bulan dan mohon maafnya).
Cuplikan halaman 52 – 53
(Aku ingat Tokyo. Seakan pada setiap detak jantungku, hasrat dalam
diriku untuk melakukan kegiatan makin meningkat. Secara aneh
kurasa seakan Sensei ada disampingku, memberi semangat kepadaku
untuk bangkit dan pergi. Tentu saja aku berusaha menyembunyikan
perubahan-perubahan apa pun yang terjadi padaku karena pengaruh
Tokyo. Tokyo telah menjadi sebagian dari diriku).
Analisis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Dalam novel "Rahasia Hati", kota Tokyo menjadi latar tempat utama
yang digunakan dalam cerita. Tokyo merupakan tempat tinggal Sensei,
dan juga merupakan kota tempat tokoh "aku" menyelesaikan
pendidikannya di universitas. Tokyo yang menjadi tempat tinggal
sementara tokoh "aku" dalam menyelesaikan pendidikannya, secara tidak
langsung memberi perubahan atas pengaruh-pengaruh kehidupan Tokyo
terhadap tokoh "aku".
Cuplikan halaman 138
(Bagaimanapun, aku yang tinggal sendiri tak punya pilihan kecuali
mempercayakan diri kepada pamanku sesuai dengan kehendak ibuku.
Seperti yang ku harapkan, ia pun mengatur kepergianku ke Tokyo.
Aku datang ke Tokyo dan masuk perguruan tinggi. Para mahasiswa
perguruan tinggi pada masa itu jauh lebih kasar dan liar ketimbang
sekarang).
Analisis
Tokyo juga dijadikan sebagai tempat bagi Sensei untuk
menyelesaikan pendidikannya dan masuk di perguruan tinggi yang ada di
Tokyo. Tak lama setelah kedua orang tuanya meninggal, Sensei yang
diasuh oleh pamannya pun menginginkan melanjutkan study nya di Tokyo,
dan pamannya mengatur semua kebutuhannya selama ia tinggal di Tokyo.
b. Latar Waktu
Cuplikan halaman 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
(Di Kamakura lah, dalam liburan musim panas, aku mula-mula
bertemu dengan Sensei. Waktu itu aku masih seorang mahasiswa yang
begitu muda. Aku pergi ke sana atas desakan seorang kawan, yang
telah pergi ke Kamakura untuk berenang).
Analisis
Dalam cuplikan di atas dapat dilihat bahwa salah satu waktu yang
terdapat dalam novel ini adalah pada saat musim panas. Digambarkan
bahwa tokoh "aku" dan temannya yang sedang berlibur ke Kamakura saat
musim panas, pada saat itu juga awal bertemunya tokoh "aku" dengan
Sensei.
Cuplikan halaman 46 – 47
(Pada musim dingin itu, aku harus pulang. Sebuah surat datang dari
ibu, yang mengatakan bahwa penyakit ayah sudah parah. Meskipun
tak segera menimbulkan bahaya, aku harus pulang kalau mungkin.
Seperti diingatkan dalam surat ini kepadaku, bagaimanapun, ayahku
sudah tua.
Liburan musim dingin tak jauh lagi, dan terpikir bahwa tak perlu
bagiku untuk segera pulang. Namun, sehari dua hari aku mulai risau.
Aku membayangkan ayah yang terbaring di ranjang dan ibu yang
risau, dan aku memutuskan harus segera pulang).
Analisis
Tokoh "aku" yang sedang menyelesaikan pendidikannya di Tokyo
mendadak dikejutkan oleh kedatangan surat dari ibunya yang mengatakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
kalau ayahnya sedang sakit parah. Dan waktu yang terdapat dalam
cuplikan di atas yaitu saat musim dingin tiba. Awalnya, tokoh "aku"
berniat untuk menghabiskan liburan musim dingin di Tokyo saja. Namun,
ia memikirkan keadaan ayahnya yang sakit dan ibunya yang pasti risau
saat itu. Maka ia pun memutuskan untuk pulang melihat keadaan ayahnya.
Cuplikan halaman 102
(Akhirnya, pada permulaan September, aku memutuskan pergi ke
Tokyo. Kutanyakan kepada ayahku apakah ia bersedia terus mengirim
uang bantuan seperti yang pernah aku terima ketika aku di universitas.
"Aku harus pergi," kataku, "kalau aku harus mencari pekerjaan yang
ayah maksudkan bagiku.")
Analisis
Terlihat dalam cuplikan di atas, tepatnya pada bulan September
ketika tokoh "aku" ingin kembali ke Tokyo dengan alasan mencari
pekerjaan seperti yang diharapkan oleh ayahnya. Ayahnya berharap agar
tokoh "aku" mendapatkan pekerjaan segera mungkin setelah ia lulus dari
universitas. Dan waktu yang digunakan tokoh "aku" untuk kembali ke
Tokyo mencari pekerjaan ialah pada bulan September. Seperti yang
terdapat pada kalimat (Akhirnya, pada permulaan September, aku
memutuskan pergi ke Tokyo).
Cuplikan halaman 214
(Tahun lama pun berakhir. Suatu haru, dalam suasana Tahun Baru,
Okusan mengatakan bahwa kami semua mesti main kartu, lalu ia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
bertanya kepada K apakah mau mengundang seorang kawan untuk
ikut bersama kami).
Analisis
Latar waktu selanjutnya yang terdapat dalam novel ini adalah pada
saat tahun baru. Dimana ketika itu Sensei dan K diajak Okusan untuk
bermain kartu agar suasana menjadi lebih santai pada malam pergantian
tahun.
c. Latar Sosial
Cuplikan halaman 155 – 156
(Bagitu aku pindah ke kamar itu, kulihat sebuah jambangan bunga
dalam relung. Sebuah Koto terletak rapat pada dinding relung, dekat
bunga itu. Bila bunga dalam jambangan itu memperlihatkan tanda-
tanda akan layu, gadis itu biasa datang ke dalam kamar untuk
menggantinya. Kadang-kadang, ia pun masuk untuk mengambil Koto
itu ke kamarnya, yang letaknya sudut menyudut di seberang kamarku.
Maka aku pun duduk pula dengan tenang di depan meja tulisku sambil
bertopang dagu, mendengarkan suara Koto itu).
Analisis
Dari cuplikan di atas, digambarkan bahwa dikamar yang ditinggali
Sensei terdapat sebuah jambangan bunga dan alat musik. Hal ini membuat
Ojosan sering masuk ke dalam kamar Sensei untuk sekedar mengganti
bunga-bunga yang layu atau untuk sekedar mengambil Koto dan
memainkannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
Dari cuplikan di atas juga dapat diketahui bahwa masyarakat Jepang
memiliki alat musik tradisional mirip seperti kecapi yang disebut Koto.
Koto dalam masyarakat Jepang pada zaman dahulu dimainkan sebagai
salah satu bagian musik istana sebagai budaya masyarakat Jepang.
Cuplikan halaman 248
(Tanpa berkata-kata aku duduk di sisi kedua wanita itu. "Bakarlah
dupa," kata Okusan. Kuturuti perintahnya dengan diam. Ojosan tak
bicara kepadaku. Ada sedikit ia bertukar kata dengan ibunya, tetapi
hanya mengenai urusan yang mendesak).
Analisis
Latar sosial selanjutnya yang ditunjukkan dalam cuplikan di atas
adalah adanya proses pembakaran dupa yang dilakukan ketika ada
seseorang yang meninggal dunia dalam masyarakat Jepang. Hal itu
dimaksudkan untuk menyampaikan doa dan juga dapat menentramkan
pikiran. Membakar dupa merupakan tradisi bagi masyarakat Jepang
khususnya yang beragama Buddha yang selalu dilakukan jika ada
seseorang yang meninggal dunia.
3.2.5 Analisis Sudut Pandang dalam Novel "Rahasia Hati"
Sudut pandang yang digunakan pengarang pada novel "Rahasia Hati"
adalah sudut pandang orang pertama. Yaitu, pengarang menampilkan tokoh dalam
ceritanya menggunakan orang pertama, seperti aku yang tergambar dalam
tahapan-tahapan cerita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
Cuplikan halaman 12 – 13
(Sesudah hari itu aku mulai mengunjungi Sensei berselang-selang
secara teratur. Dia selalu kudapati di rumah. Semakin kerap aku
datang, semakin ingin aku mengunjunginya kembali. Barangkali
hanya akulah yang mempunya perasaan demikian terhadapnya).
Analisis
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini
merupakan sudut pandang orang pertama. Karena pada novel ini,
pengarang memakai kata “aku” untuk salah satu tokoh dalam cerita yang
juga diperankan sebagai tokoh “aku”. Seperti pada cuplikan di atas,
pengarang memakai sudut pandang orang pertama yang diperankan oleh
tokoh “aku” dalam penceritaan, digambarkan ketika tokoh “aku” yang
semakin ingin mengunjungi Sensei dan ia berpikir mungkin saja hanya ia
lah yang memiliki perasaan sedemikian terhadap Sensei.
Cuplikan halaman 44
(Aku berusaha sedapat-dapatnya untuk mengibur istri Sensei. Dan
tampak bahwa ia pun berusaha mendapatkan suatu pelipur kalau
bersamaku).
Analisis
Dalam cuplikan di atas juga pengarang menggunakan sudut
pandang orang pertama yang digambarkan ketika tokoh “aku” sedang
berusaha untuk menghibur istri Sensei yang saat itu merasa tidak tenang
karena ia berpikir bahwa ia juga termasuk dalam dunia yang dibenci oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Sensei. Tokoh “aku” berpikir dengan adanya ia saat itu, istri Sensei akan
mendapat suatu pelipur.
Cuplikan halaman 136
(Aku anak tunggal. Keluarga kami cukup berada dan karena itu aku
diasuh dalam suasana yang penuh kemurahan dan kesenangan. Kalau
aku menengok ke masa lampauku, tak dapat tidak aku merasa bahwa
seandainya orang tuaku - atau setidak-tidaknya salah seorang di
antaranya - masih hidup, mungkin aku akan dapat terus memiliki sifat
murah hati itu).
Analisis
Selain menggunakan sudut pandang orang pertama lewat tokoh
“aku”, pengarang juga menggunakan sudut pandang orang pertama yang
diperankan juga oleh Sensei yang merupakan tokoh utama dalam novel
“Rahasia Hati” ini. Seperti yang terdapat dalam cuplikan di atas,
digambarkan saat pengarang menciptakan cerita yang diceritakan lewat
sudut pandang orang pertama itu sendiri yaitu Sensei. Terlihat ketika
Sensei yang berkeinginan sendainya salah satu dari orang tuanya masih
hidup, maka ia akan tetap memiliki sifat murah hati.
3.2.6 Analisis Amanat dalam Novel "Rahasia Hati"
Cuplikan halaman 7
(Ia tersenyum masam mendengar aku terus menerus menyebut dia
"Sensei", dan aku yakin pada diriku sendiri ketika menjelaskan bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
sudah menjadi kebiasaanku untuk menyebut demikian pada orang-
orang yang lebih tua dari padaku).
Analisis
Dari cuplikan di atas, pengarang ingin menyampaikan kepada
pembaca bahwa kita harus memiliki rasa saling menghormati terlebih
kepada seseorang yang lebih tua daripada kita. Hal ini tentu baik jika
sudah menjadi suatu kebiasaan untuk saling menghormati dimana pun kita
berada. Seperti yang tergambar pada tokoh “aku” sebagai orang yang
sangat hormat kepada siapa pun yang lebih tua dari dirinya.
Cuplikan halaman 125
(Dengan bantuan juru rawat, kuganti air dalam bantalan karet itu
dengan yang baru dan kutaruh sebungkus potongan es yang baru di
dahinya. Kuletakkan itu pelan-pelan sehingga ujung-ujung es yang
tajam itu tidak membuatnya sakit).
Analisis
Dalam novel ini pengarang juga ingin menyampaikan bahwa kita
harus menghormati dan berbakti kepada kedua orang tua kita. Tidak ada
hal yang lebih mulia yang dilakukan seorang anak kepada orang tuanya
selain hormat dan berbakti kepada keduanya. Terutama, ketika orang tua
sedang sakit, hendaknya seorang anak yang merawat orang tuanya dengan
penuh kasih saying. Seperti yang ditunjukkan dalam cuplikan di atas
ketika ayah dari tokoh “aku”sakit, maka dengan penuh kasih saying, tokoh
“aku” merawat ayahnya dengan mengganti air dalam bantalan yang akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
diletakkan di bahu sang ayah. Tokoh “aku” memperlakukan semuanya
dengan penuh kasih saying dan perlahan-lahan agar tidak membuat
ayahnya sakit karena potongan-potongan es yang tajam.
Cuplikan halaman 259
(Perasaan berdosa inilah yang membuat aku kadang-kadang merasa
bahwa aku bersedia untuk dipukul biar oleh tangan orang-orang yang
tak ku kenal sekalipun. Ketika keinginan akan hukuman ini menjadi
begitu kuat, aku pun mulai merasa bahwa hukuman itu mestinya
datang dari diriku sendiri, dan bukan dari orang lain. Maka aku pun
berpikir tentang mati. Bunuh diri agaknya suatu hukuman yang tepat
bagi dosa-dosaku).
Analisis
Keputusan yang diambil oleh Sensei untuk mengakhirinya
merupakan suatu sifat putus asa yang dimiliki oleh Sensei. Dari cuplikan
di atas, dapat dilihat bahwa pengarang ingin menunjukkan agar janganlah
kita memiliki sifat putus asa seperti bunuh diri yang dilakukan oleh Sensei.
Setiap masalah pastilah ada jalan keluarnya. Lagi pula, ada banyak hikmah
yang selalu dapat kita ambil dari semua peristiwa yang terjadi. Ketahuilah,
bahwa masih banyak orang di luar sana yang juga memiliki masalah yang
jauh lebih berat daripada kita, namun mereka mampu melewatinya dengan
baik tanpa mengakhiri hidupnya. Karena keputusan untuk bunuh diri
secara tidak langsung telah menganiaya keluarga dan orang-orang yang
disayangi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
3.3 Analisis Keterkaitan antar Unsur Tema, Alur, Penokohan, Latar,
Sudut Pandang, serta Amanat yang Mendasari Struktur Cerita yang
Utuh dalam Novel “Rahasia Hati”
Keterkaitan tema dengan alur cerita ini dimulai dari tahap Exposition, pada
tahap ini digambarkan awal mula peristiwa yang mendasari terciptanya tema.
Tahapan Exposition inilah yang nantinya akan membangun tema menjadi sebuah
kisah atau cerita. Ini terjadi ketika tokoh “aku” yang bertemu dengan Sensei di
Kamakura pada liburan musim panas dan memperhatikan Sensei yang bersikap
seolah tidak perduli pada sekelilingnya. Konflik pada tema ini terjadi pada
tahapan Inciting Force dan Rising Action, yaitu ketika Sensei yang ditipu oleh
pamannya pada masa remaja itu telah merubah sikap Sensei yang tidak lagi
menaruh kepercayaan pada siapa pun termasuk pada K, teman dekatnya sendiri.
Pada tahapan Crisis terjadi ketika cerita hampir mencapai tujuannya, yaitu ketika
Sensei semakin menunjukkan sikap-sikap yang aneh terhadap istrinya. Terutama
Sensei sering membicarakan perihal kematian kepada istrinya, menanyakan
siapakah yang akan terlebih dahulu mati, dia ataukah istrinya. Hal ini disebabkan
karena Sensei begitu kuat merasakan kedosaan manusia setelah kematian K yang
menurutnya dialah penyebab K bunuh diri. Pada tahap Climax ini pengarang
membuat tema berhasil mencapai maksud dan tujuannya, yaitu karena perasaan
berdosanya pada K, Sensei menjadi seorang yang sunyi ditengah-tengah
kehidupan modern ini. Perasaan ini menyababkan Sensei ingin menghukum
dirinya sendiri dengan bunuh diri untuk menebus kesalahannya pada K, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
membuat cerita mencapai climax yaitu pada saat Sensei akan mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri setelah istrinya pergi kerumah bibinya di Ichigaya.
Sudah dua atau tiga kali Sensei mencoba untuk bunuh diri, namun seringkali
terhalang oleh perasaannya terhadap istrinya. Ia tidak ingin istrinya melihat
kejadian itu, sehingga ia menyuruh istrinya pergi agar ia dapat melaksanakan
keinginannya akan hukuman itu.
Sampai kepada tahap Falling Action, yakni kadar konflik dalam cerita ini
sudah menurun pada saat Sensei bertemu dengan tokoh “aku” dan mulai
mempercayainya untuk mendengarkan rahasia-rahasia yang selama ini disimpan
oleh Sensei. Sensei pun berpesan pada tokoh “aku” agar tetap merahasiakan
peristiwa masa lalunya dan alasan ia bunuh diri kepada istrinya, karena ia ingin
agar kenangan istrinya tentang dirinya tetaplah indah tanpa ia harus mengetahui
masa lalu dan alasan Sensei meninggal. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa tema dengan alur saling berkaitan.
Keterkaitan penokohan dengan alur ditunjukkan melalui tahapan-tahapan
peristiwa yang dibangun oleh para tokoh. Sensei dikatakan sebagai tokoh yang
paling utama karena mulai dari Exposition sampai dengan Falling Action
merupakan tokoh yang banyak diceritakan atau menceritakan sendiri tentang masa
lalunya. Dilihat dari segi karakter, mulai dari tahapan Expositon sampai
penyelesaian cerita, pengarang mencerminkan Sensei sebagai satu-satunya tokoh
antagonis yang selalu ada dalam penceritaan. Tokoh antagonis berfungsi untuk
menciptakan konflik. Alur merupakan tulang punggung cerita. Alur terbentuk dari
Exposition sampai FallingAction. Dalam alur juga terdapat konflik, maka konflik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
akan berkembang menjadi klimaks. Dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan
antara penokohan dan alur, karena dalam penokohan terdapat tokoh antagonis
yang menciptakan konflik.
Keterkaitan antara penokohan dan tema terlihat melalui definisi tokoh
yang merupakan penggerak cerita. Tokoh dibagi 2 menurut fungsinya. Yaitu,
tokoh antagonis dan protagonis. Tokoh utama didalam novel ini adalah tokoh
antagonis. Tokoh antagonis yang berfungsi membuat konflik didalam cerita,
tergambar ketika Sensei dengan licik berpura-pura sakit untuk dapat melamar
Ojosan tanpa sepengetahuan K. Hingga suatu saat Sensei ingin meminta maaf
pada K, namun K telah meninggal bunuh diri sebelum Sensei meminta maaf
padanya. Kejadian itu membuat perubahan dalam diri Sensei. Ia menjadi penutup
dan membenci dunia luar. Hal ini mendukung tema yang menceritakan tentang
kesunyian hidup di dunia modern. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penokohan
dan tema saling berkaitan dengan baik.
Keterkaitan antara tema dengan latar ialah karena dalam novel ini
pengarang menggunakan kota Kamakura, Tokyo dan perkuburan Zoshigaya
sebagai latar tempat. Tema yang menceritakan tentang seseorang yang merasakan
kesunyian yang begitu hebat dalam hidup dan dunianya memilih untuk liburan
musim panas seorang diri di kota Kamakura. Ditambah dengan latar sosial yang
terdapat dalam novel ini membuat cerita sedikit menarik.
Keterkaitan latar dengan alur ditunjukkan melalui tahapan-tahapan
peristiwa dalam novel ini. Dalam alur dijelaskan bahwa permulaan bertemunya
tokoh “aku” dan Sensei terjadi di kota Kamakura dalam liburan musim panas. Ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
juga dapat dilihat pada tahap Exposition. Namun, cerita akan kurang menarik jika
hanya menunjukkan satu suasana tempat saja. Untuk itu, pengarang juga
menggunakan latar tempat kota besar yaitu Tokyo dan perkuburan Zoshigaya.
Keterkaitan antara latar dengan penokohan ditunjukkan melalui karakter
tokoh “aku” yang ketika berlibur dalam musim panas di Kamakura, tanpa sengaja
memperhatikan Sensei dan mulai mengikutinya setiap hari ketika hendak
berenang. Hingga suatu ketika, tokoh “aku” yang mengikutinya berenang pun
berharap agar Sensei bersedia untuk berbincang-bincang dengannya atau sekedar
menyapanya. Namun, karakter Sensei yang pendiam dan tak acuh pada
sekelilingnya tidak pernah mencoba untuk menyapa tokoh “aku” terlebih dahulu.
Kota Tokyo yang merupakan kota besar tempat tokoh “aku”
menyelesaikan pendidikannya di universitas, membawa pengaruh terhadap sikap
tokoh “aku” saat ia pulang kerumah orang tuanya.
Keterkaitan antara sudut pandang dengan tema, alur, dan penokohan
ditunjukkan melalui cara pengarang yang menggunakan sudut pandang orang
pertama dalam menceritakan cerita. Dalam tema, pengarang menceritakan
kesunyian hidup didunia modern. Yang digambarkan pada tokoh Sensei yang
merasakan bahwa ia merupakan seorang yang sunyi akibat masa lalunya. Dalam
sudut pandang, pengarang menjadikan tokoh Sensei menjadi tokoh utama yang
menceritakan cerita masa lalunya menggunakan sudut pandang orang pertama.
Cara pengarang menciptakan karakter-karakter tokoh pun bermacam-macam.
Seperti tokoh Sensei yang pendendam, dan sebagai tokoh antagonis. Juga tokoh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
tambahan yaitu Ojosan yang merupakan istri Sensei yang memiliki karakter
lembut, perhatian dan baik hati.
Keterkaitan sudut pandang dengan latar ditunjukkan melalui cara
pengarang yang menyampaikan secara jelas dan detail tentang tempat, waktu, dan
kejadian sosial yang ada dalam novel. Sehingga pembaca mampu merasakan dan
membayangkan dengan jelas letak dan membayangkan indahnya musim panas di
kota Kamakura yang diisi dengan berenang sebagai liburan musim panas.
Keterkaitan antara sudut pandang dengan amanat ditunjukkan melalui
pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui ceritadan kejadian yang ada
dalam novel. Seperti ketika Sensei menceritakan semua rahasia-rahasia masa
lampaunya pada tokoh “aku” yang merupakan satu-satunya orang yang ia percaya
untuk mengetahui tentang masa lalunya. Tetapi, pada akhirnya Sensei mengambil
keputusan yang putus asa karena ia tetap mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Keterkaitan antar amanat, tema,alur, dan penokohan ditunjukkan melalui
cerita yang terdapat dalam novel. Novel ini bercerita tentang kesunyian hidup di
dunia modern yang dirasakan oleh Sensei. Karena alur pada novel ini merupakan
alur yang baik, maka dapat mendukung tema dalam cerita novel ini. Hingga
amanat dalam novel dapat tersampaikan dengan jelas dan dapat mendukung alur
cerita. Melalui sikap dan tingkah laku para tokoh, juga keputusan yang diambil
para tokoh, dapat memberikan amanat atau pesan yang bisa diambil oleh para
pembaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa setiap unsur-unsur
yang terdapat dalam novel ini saling berkaitan satu sama lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan terhadap cerita dalam novel “Rahasia
Hati” ini, maka dapat diambil kesimpulan;
1. Tema adalah ide, gagasan, pandnagan hidup pengarang yang
melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Tema yang melatarbelakangi
cerita dalam novel “Rahasia Hati” ini adalah tentang kesunyian hidup
di dunia modern yang dirasakan oleh Sensei akibat kesalahannya pada
masa lalu.
2. Dalam karya sastra, tokoh adalah karakter yang mengambil peran
penting dalam suatu karya sastra dan dalam suatu cerita, tokoh
merupakan sosok yang bertugas untuk menjalankan cerita. Tokoh-
tokoh yang terdapat dalam novel “Rahasia Hati” ini adalah Sensei dan
tokoh “aku” sebagai tokoh utama, dan Ojosan, Okusan, Ayah,dan K
sebagai tokoh tambahan. Karakter Sensei yang merupakan seorang
yang mudah putus asa, selalu berpikiran negatif tentang semua orang,
dan bersifat pendendam merupakan satu-satunya tokoh antagonis yang
banyak diceritakan. Sedangkan tokoh “aku”, Ojosan, Okusan, Ayah,
dan juga K merupakan tokoh protagonis. Tokoh “aku” banyak
membujuk Sensei agar mau menceritakan tentang masa lalunya.
3. Alur dalam novel “Rahasia Hati” ini membangun ceritanya dengan
baik karena cerita di dalamnnya memenuhi tahapan-tahapan peristiwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
yang mendukung cerita yang dimulai dari Exposition yaitu awal mula
pertemuan antara tokoh “aku” dengan Sensei di Kamakura, Inciting
Force saat perubahan sikap Sensei setelah bertentangan oleh
pamannya yang menipunya dan dengan licik Sensei berpura-pura sakit
untuk melamar Ojosan, dan Rising Action ketika Sensei dengan penuh
rasa bersalah karena telah mengkhianati K ingin meminta maaf.
Namun, karena egonya, ia menahan maafnya sampai akhirnya K bunuh
diri sebelum Sensei meminta maaf. Crisis yaitu saat Sensei terus-
menerus membicarakan tentang kematian pada istrinya, hingga Climax
ketika Sensei memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri. Dan terakhir Falling Action saat Sensei berpesan kepada tokoh
“aku” supaya tidak menceritakan tentang masa lalunya pada Ojosan.
4. Latar yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah berlatar
tempat disebuah kota Kamakura, Tokyo dan perkuburan Zoshigaya.
Novel ini menggunakan latar waktu ketika musim panas, musim dingin,
awal bulan September, dan saat tahun baru. Latar sosial juga
ditemukan dalam novel ini yaitu tradisi atau adat yang dilakukan oleh
masyarakat Jepang dalam novel ini. Seperti memainkan alat musik
tradisional Koto dan tradisi membakar dupa.
5. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini ialah sudut
pandang orang pertama yang diperankan oleh tokoh “aku” dan tokoh
Sensei.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95
6. Amanat dalam novel ini ialah pengarang mencoba mennyampaikan
kepada pembaca untuk saling hormat kepada siapa pun. Terlebih
kepada yang lebih tua dari kita dimana pun kita berada. Pengarang
juga ingin menyampaikan kepada pembaca untuk berbakti dan
menyayangi kedua orang tua. Terlebih ketika orang tua sedang sakit,
maka sebagai anak, kita harus berbakti dan merawat orang tua sampai
sembuh dengan penuh kasih sayang. Selain itu, pengarang mencoba
menyampaikan kepada pembaca untuk tidak berputus asa dalam segala
keadaan.
7. Keterkaitan antar unsur dalam novel “Rahasia Hati” ini dapat dilihat
antara tema dengan alur yang saling berkaitan karena alur menjelaskan
tahapan peristiwa yang terjadi dalam novel mendukung terbentuknya
tema. Keterkaitan antara tema dengan penokohan saling mendukung
dikarenakan tema yang menceritakan tentang kesunyian hidup di dunia
modern, timbul karena adanya tokoh antagonis yang mendukung
terbentuknya tema tersebut. Keterkaitan antara penokohan dan alur
terlihat karena tokoh antagonis berfungsi untuk menciptakan konflik.
Dan alur merupakan tulang punggung cerita. Alur terbentuk dari
Exposition sampai Falling Action. Dalam alur juga terdapat konflik,
maka konflik akan berkembang menjadi klimaks. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat keterkaitan antara penokohan dan alur, karena dalam
penokohan terdapat tokoh antagonis yang menciptakan konflik.
Keterkaitan latar dengan tema, alur, dan penokohan juga saling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96
berkaitan satu sama lain. Begitu juga sudut pandang dengan tema, alur,
penokohan, latar serta amanat yang berkaitan dengan baik
.
4.2 Saran
Melalui penulisan skripsi ini, penulis berharap agar novel yang merupakan
salah satu sarana alternatif yang dijadikan manusia untuk mendapatkan
kesenangan, tidak hanya dijadikan hiburan saja. Tetapi saat membaca novel
berusahalah untuk memahami makna yang terkandung serta nilai-nilai positif
yang ada sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Seperti di dalam
novel “Rahasia Hati” ini, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang baik
yang terkandung di dalamnya untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga berharap skripsi ini dapat dijadikan refrensi tersendiri bagi
para pembaca dan pencinta karya fiksi menjadi bahan yang berguna bagi peneliti
selanjutnya. Penulis menyarankan kepada para pembaca atau peminat sastra bisa
memberi interpretasi sendiri terhadap novel “Rahasia Hati” ini, karena dalam
memberi tanggapan sebuah karya sastra sering terjadi perbedaan-perbedaan
pandangan untuk menambah wawasan dan memperkaya khasanah dalam dunia
karya sastra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung : PT. Sinar Baru
Algesindo.
Endaswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
. 2008. Metodologi Penelitian Sastra (Edisi Revisi).
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
. 2011. Metodologi Penelitian Sastra (Edisi Revisi).
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Hartojo, Andangdjaja. 2016. Rahasia Hati. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Luxemburg dan Willem. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
__________________. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
__________________. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
__________________ . 2009. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra: Teori dan
Penerapan nya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press..
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
_____________________. 2002. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
_____________________, 2001. Kritik Sastra Modern. Yogyakarta : Gema
Media.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Antropologi Sastra : Peranan Unsur-Unsur
Kebudayaan Dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta:PT Grasindo.
Stanton, Robert. 1965. Teori Fiksi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo dan Saini. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Teeuw, A. 1984. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
________ . 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Wellek & Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Terj. Melanie Budianta. Jakarta :
Gramedia.
_______________. 1995. Teori Kesusastraan. Terj, Budianto. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
http://www.wikipediaindonesia.com (diakses pada 17Agustus 2017)
http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/pengertian-dan-unsur-struktural-novel
(diakses pada 17 Agustus 2017)
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/teori-sastra-struturalis
(diakses pada 17 Agustus 2017)
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Natsume_Soseki (diakses pada 17 Agustus 2017)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
ABSTRAK
Karya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat yang dapat mencerminkan
kehidupan. Karya sastra dibagi menjadi dua jenis, karya sastra yang bersifat non fiksi dan
fiksi. Salah satu bentuk karya sastra fiksi yang banyak diminati oleh masyarakat adalah novel.
Novel terdiri dari dua unsur yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah
unsur yang berada dalam karya sastra itu. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar
karya sastra.
Salah satu contoh karya sastra fiksi adalah novel “Rahasia Hati” karya Natsume
Soseki yang menceritakan tentang seseorang yang memiliki rahasia dan membuat dia
merasakan kesunyian dalam hidupnya karena tidak ada seorang pun yang dapat ia percaya.
Setelah penulis membaca novel “Rahasia Hati” jika dilihat dari segi struktural, memiliki tema
dan alur yang baik karena peristiwa alur yang berurutan mulai dari exposition sampai falling
action. Serta penggunaan latar, sudut pandang, dan amanat yang jelas. Namun, penulis
menemukan ketidakseimbangan pada unsur penokohan. Yaitu karena tokoh protagonis lebih
banyak terdapat dalam novel dibandingkan tokoh antagonis. Sehingga membuat cerita
menjadi sedikit monoton.
Penulis menganalisis novel “Rahasia Hati” ini menggunakan pendekatan struktural,
yang merupakan pendekatan instrinsik. Melalui pendekatan struktural, dapat dilihat bahwa
tema novel “Rahasia Hati” ini adalah tentang kesunyian hidup di dunia modern yang
dirasakan oleh seseorang karena pengaruh perubahan sikap dalam dirinya. Hal ini membuat
Sensei menjadi pribadi yang menaruh curiga kepada semua orang. Dan melakukan apa saja
untuk mewujudkan keinginannya. Hubungan antara tema dengan alur sangat baik. Konflik
mulai terjadi pada tahap inciting force hingga climax. Yaitu saat kelicikan sikap Sensei yang
berpura-pura sakit untuk melamar Ojosan tanpa sepengetahuan temannya. Saat Sensei
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
menyadari kalau perbuatannya itu salah, Sensei ingin meminta maaf pada temannya. Namun,
temannya meninggal dunia dan membuat Sensei merasa bersalah. Sensei pun memutuskan
untuk bunuh diri sebagai balasan yang tepat bagi dirinya.
Penokohan Sensei yang merupakan tokoh utama digambarkan sebagai orang yang
memiliki sikap pendendam. Tokoh protagonis lebih banyak dibandingkan dengan tokoh
antagonis. Hanya terdapat satu tokoh antagonis saja yaitu Sensei. Hal ini membuat tema tidak
begitu berkaitan dengan penokohan dan membuat cerita sedikit monoton.
Novel ini menggunakan latar tempat kota Kamakura, Tokyo, dan perkuburan di
Zoshigaya. Latar waktu dalam novel ini adalah musim panas, musim dingin, awal bulan
September, dan Tahun Baru. Latar sosial juga terdapat dalam novel ini, misalnya sebuah
tradisi memainkan music tradisional Jepang yaitu koto. Dan kebiasaan membakar dupa saat
ada seseorang yang meninggal dunia. Hubungan antara latar dengan tema ketika pertemuan
Sensei dengan tokoh “aku” pertama kali di kota Kamakura saat liburan musim panas.
Hubungan antara latar dengan alur digambarkan melalui tahapan-tahapan peristiwa dalam
novel ini. Dalam alur dijelaskan bahwa keakraban Sensei dengan tokoh “aku” berlangsung di
Tokyo yang merupakan tempat tinggal Sensei. Hubungan antara latar dengan penokohan
digambarkan melalui sikap Sensei. Setiap bulan Sensei selalu pergi ke Zoshigaya untuk
berziarah ke makam temannya. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya karena perasaan bersalah
yang ada dalam dirinya.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam menyampaikan cerita novel ini
adalah sudutpandang orang pertama. Hal ini dapat dilihat ketika tokoh “aku” dan tokoh
Sensei memulai cerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Hubungan antara
sudut pandang dengan tema ditunjukkan melalui cara pengarang menggunakan sudut
pandang orang pertama yaitu tokoh “aku” dan Sensei. Keterkaitan atau hubungan sudut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
pandang dengan alur ditunjukkan melalui tahapan-tahapan peristiwa yang dibangun dalam
cerita. Hubungan sudut pandang dengan penokohan ditunjukkan melalui cara pengarang
menciptakan sikap dan perilaku para tokoh. Keterkaitan sudut pandang dengan latar
ditunjukkan melalui cara pengarang menyampaikan secara jelas tentang tempat, waktu, dan
kejadian sosial yang terjadi dalam novel. Keterkaitan antara sudut pandang dengan amanat
adalah melalui pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerita dan kejadian yang
ada dalam novel.
Amanat yang ada dalam novel ini juga jelas. Yakni, pengarang ingin menyampaikan
kepada pembaca untuk bersikap hormat kepada siapapun. Terutama kepada orang yang lebih
tua. Pengarang juga ingin menyampaikan agar kita selalu berbakti kepada orang tua, dalam
keadaan sehat atau sakit. Keterkaitan antara amanat, tema, alur, dan penokohan adalah
melalui cerita yang terdapat dalam novel. Novel ini bercerita tentang kesunyian hidup di
dunia modern yang dirasakan oleh Sensei. Karena alur pada novel ini merupakan alur yang
baik, maka dapat mendukung tema dalam cerita novel ini. Hingga amanat dalam novel dapat
tersampaikan dengan jelas. Melalui sikap dan perilaku para tokoh, juga keputusan yang
diambil para tokoh, dapat memberikan amanat atau pesan yang bisa diambil oleh para
pembaca.
Berdasarkan analisis menggunakan pendekatan struktural, novel “Rahasia Hati” karya
Natsume Soseki ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam novel ini ditemukan
ketidakseimbangan pada unsur penokohan. Ditemukan juga bahwa novel ini mempunyai
keterkaitan atau hubungan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat
cerita. Sehingga novel ini dapat menjadi struktur cerita yang utuh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
要旨よ う し
文学作品ぶんがくさくひん
は人生じんせい
を反映はんえい
する社会しゃかい
の感情かんじょう
の表現ひょうげん
。文学作品ぶんがくさくひん
は二ふた
つに分わ
かれ、
それらはフィクションとノンフィクションである。人々ひとびと
に好この
まれたフィクションの
作品さくひん
のひとつは小説しょうせつ
である。小説しょうせつ
の中なか
では要素よ う そ
が二ふた
つあり、内在的ないざいてき
と外因がいいん
である。
内在的要素ないざいてきようそ
とは文学作品ぶんがくさくひん
の中なか
にある要素よ う そ
である。外因要素がいいんようそ
はその文学作品ぶんがくさくひん
の外そと
にあ
るものである。
フィクションの文学作品ぶんがくさくひん
のひとつはナツメ・ソセキの小説しょうせつ
「 心こころ
」、信用しんよう
で
きない人ひと
がいて人生じんせい
で孤独こ ど く
と感かん
じている人物じんぶつ
について語かた
る小説しょうせつ
である。筆者ひっしゃ
は
小説しょうせつ
「心こころ
」を読よ
み、順番的じゅんばんてき
にエクスポジションから落下行動らっかこうどう
まで、構造的こうぞうてき
にテー
マとプロットが良いとわかった。それにバックグラウンドと視点し て ん
と委任い に ん
の使用し よ う
が明あき
らかである。しかし、筆者ひっしゃ
は性格描写せいかくびょうしゃ
に不釣合ふ つ り あ
いを見み
つけた。それは仕手し て
が敵対者てきたいしゃ
より多おお
い。そのため、話はなし
が少すこ
し単調たんちょう
になる。
筆者ひっしゃ
はこの小説しょうせつ
「 心こころ
」を分析ぶんせき
するために内在的ないざいてき
アプローチという構造的こうぞうてき
ア
プローチをしようした。構造的こうぞうてき
アプローチを通とお
して見み
られたのは、小説しょうせつ
「 心こころ
」の
テーマは感情の変化へ ん か
の影響えいきょう
で現代的げんだいてき
な世界せ か い
に孤独こ ど く
を感かん
じた人物じんぶつ
についてである。こ
れは先生せんせい
が誰だれ
にも不信ふ し ん
するようになった原因げんいん
である。それに自分のほしいものがか
なえられるように何なん
でもやることである。テーマとプロットの関連かんれん
が非常ひじょう
に良よ
い。
衝突しょうとつ
は傾斜力けいしゃちから
の段階だんかい
から盛さか
り上あ
がりの段階だんかい
まで 現あらわ
れる。それは友達ともだち
が知し
ら
ない 間あいだ
に体調たいちょう
が悪わる
いふりをしてオジョサンをプロポーズする先生せんせい
のずるさのとき
からである。先生せんせい
はやったことが間違いと気き
づいたとき、友達ともだち
に許ゆる
してもらいたい。
しかし、その友達ともだち
は亡な
くなり、先生せんせい
が罪悪感ざいあくかん
を感かん
じた。先生せんせい
は自分じ ぶ ん
に与あた
える適切てきせつ
な
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
罰ばち
として、自殺じ さ つ
することにした。主人公しゅじんこう
である先生せんせい
の人格描写じんかくびょうしゃ
はいむるしい人じん
であ
る。敵対者てきたいしゃ
より仕手し て
のほうが多おお
い。敵対者てきたいしゃ
は一人ひ と り
だけなく、先生せんせい
である。
この小説しょうせつ
は鎌倉かまくら
、東京とうきょう
と雑司ぞ う し
が谷や
にある墓地ぼ ち
を場所設定ばしょせってい
としてする。
時間設定じかんせってい
は夏なつ
、冬ふゆ
、9月がつ
の 上 旬じょうじゅん
と新年しんねん
である。社会設定しゃかいせってい
もこの小説にあり、たと
えば琴こと
という日本伝統的楽器にほんでんとうてきがっき
をする伝統でんとう
である。それに、人ひと
が亡な
くなるとき 香かおり
を燃も
やす慣習かんしゅう
である。設定せってい
とテーマの関連かんれん
は夏休なつやす
みのとき鎌倉かまくら
で「僕ぼく
」という人物じんぶつ
が
先生せんせい
とであったときである。設定せってい
とプロットの関連かんれん
は事件じ け ん
の段階だんかい
を通つう
じて記述きじゅつ
され
る。プロットでは先生せんせい
と「僕ぼく
」という人物じんぶつ
の仲良な か よ
さが東京とうきょう
である先生せんせい
の出身しゅっしん
に現あらわ
れると記述きじゅつ
される。設定せってい
と人格描写じんかくびょうしゃ
の関連かんれん
は先生せんせい
の態度た い ど
から見み
られる。毎月先生まいつきせんせい
は
いつも雑司が谷や
に友達ともだち
の墓はか
に巡礼じゅんれい
しにきている。これは罪悪感ざいあくかん
を感かん
じたと思おも
うこと
から習慣しゅうかん
になった。
著者ちょしゃ
が使つか
った視点し て ん
は一人称視点いちにんしょうしてん
である。これは先生せんせい
と「僕ぼく
」という人物じんぶつ
は話はな
すとき一人称視点いちにんしょうしてん
を使つか
ったということから見み
られる。視点し て ん
とテーマの関連かんれん
は「僕ぼく
」
という人物じんぶつ
と先生せんせい
に著者ちょしゃ
が与あた
える一人称視点いちにんしょうしてん
の仕方し か た
から見み
られる。視点し て ん
とプロット
の関連かんれん
は 話はなし
にある事件じ け ん
の段階だんかい
から見み
られる。視点し て ん
と人格描写じんかくびょうしゃ
の関連かんれん
は著者ちょしゃ
が人物じんぶつ
の人格じんかく
と態度た い ど
のつけ方かた
から見み
られる。視点し て ん
と設定せってい
の関連かんれん
は著者ちょしゃ
が小説しょうせつ
に明あき
らかに
場所ば し ょ
、時間じ か ん
と社会事件しゃかいじけん
を記述きじゅつ
することから見み
られる。視点し て ん
と委任い に ん
の関連かんれん
は著者ちょしゃ
が
小説しょうせつ
にある 話はなし
と事件じ け ん
を通つう
じて伝つた
えたメッセージから見み
られる。
この小説しょうせつ
の委任い に ん
も明あき
らかである。それは、著者ちょしゃ
は読者どくしゃ
が誰だれ
にも、特とく
に年寄と し よ
り
の人ひと
に尊重そんちょう
すればいいということを伝つた
えたい。それに、著者ちょしゃ
もわれわれが親おや
に、
元気げ ん き
でも病気びょうき
のときにもささげればいいと伝つた
えたい。委任い に ん
とテーマとプロットと
人格描写じんかくびょうしゃ
の関連かんれん
は小説しょうせつ
の 話はなし
から見み
られる。この小説しょうせつ
は先生せんせい
に現代的げんだいてき
な世界せ か い
に感かん
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
じた孤独こ ど く
についてである。この小説しょうせつ
のプロットが良よ
いので、この小説しょうせつ
の話はなし
のテー
マを支ささ
えることができる。小説しょうせつ
の委任い に ん
も明あき
らかに伝つた
わった。登場人物とうじょうじんぶつ
の態度た い ど
と
性格せいかく
、決き
めた決心けっしん
を通つう
じて読者どくしゃ
が委任い に ん
もわかる。
構造的こうぞうてき
アプローチ分析ぶんせき
を基もと
づいて、ナツメ・ソセキの小説しょうせつ
「 心こころ
」からまと
められたことは人格描写じんかくびょうしゃ
に不釣合ふ つ り あ
いが見み
つかることである。この小説しょうせつ
もテーマ、
プロット、人格描写じんかくびょうしゃ
、視点し て ん
と委任い に ん
はそれぞれ関連かんれん
があることが見つかった。そのた
め、小説しょうせつ
の話はなし
は構造的こうぞうてき
に損そこ
なわれていない。
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA