Upload
lamnhan
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SWOT TERHADAP PEMBAYARAN ZAKAT SECARA
LANGSUNG OLEH MUZAKKI KEPADA MUSTAHIK
(STUDI KASUS KECAMATAN SIPISPIS, KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI, PROVINSI SUMATERA UTARA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
RIZKI FAHRUNIZA SARAGIH
NIM: 11140460000013
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2018M
ii
ANALISIS SWOT TERHADAP PEMBAYARANAN ZAKAT SECARA
LANGSUNG OLEH MUZAKKI KEPADA MUSTAHIK (Studi Kasus Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Rizki Fahruniza Saragih
11140460000013
Pembimbing:
Dr. Muh. Fudhoil Rahman, Lc., M.A.
NIP. 197508102009121001
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2018M
iii
iv
v
ABSTRAK
RIZKI FAHRUNIZA SARAGIH (11140460000013) ANALISIS SWOT
TERHADAP PEMBAYARAN ZAKAT SECARA LANGSUNG OLEH
MUZAKKI KEPADA MUSTAHIK (Studi Kasus Kecamatan Sipispis Kabupaten
Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara). Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) merupakan badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan
keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat. Meskipun di Indonesia telah terbentuk
lembaga zakat namun masih banyak muzakki di Sipispis yang menyalurkan zakat
secara langsung kepada mustahik. Dalam penelitian ini ada beberapa rumusan
masalah yaitu apa penyebab masyarakat membayar zakat secara langsung kepada
mustahik? Bagaimana analisis SWOT terhadap pembayaran zakat secara langsung
kepada mustahik? Selanjutnya dalam penelitian tersebut penulis akan
menggunakan analisa deskriptif dan observasi lapangan dengan menggunakan
teori SWOT.
Hasil penelitian ini adalah kelebihan atau keistimewaan dari pembayaran
zakat secara langsung ialah terjadinya interaksi langsung antara muzakki dan
mustahik. Kelemahan dari pembayaran zakat secara langsung ialah
pendistribusian zakat yang tidak merata dan jumlah kekayaan umat Muslim yang
tidak tercatat. Peluang dari pembayaran zakat secara langsung ialah masyarakat
Sipispis lebih banyak menerima dana zakat. Ancaman dari pembayaran zakat
secara langsung ialah tidak efektifnya pemberantasan kemiskinan. Dan penyebab
masyarakat Sipispis membanyarkan zakatnya secara langsung karena lembaga
zakat tidak ada di kecamatan Sipispis.
Kata Kunci: Zakat, Lembaga Zakat, Pembayaran Zakat
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban studinya. Shalawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar Muhammad SAW.
beserta para keluarganya, sahabat-sahabatnya juga para pengikutnya.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa banyak tangan yang
berpartisipasi memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas
segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik berupa sapaan
moril, kritik, saran, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan
pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku ketua Program Studi Muamalat (Hukum
Ekonomi Syariah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat (Hukum
Ekonomi Syariah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. H. Faturahman Djamil, M.A., selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberikan arahan moral kepada penulis.
5. Tim penguji selaku penguji pada sidang skripsi yang telah membantu penulis
dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam penelitian.
vii
6. Dr. Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A., selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi baik dari segi waktu,
pemikiran, maupun nasihat-nasihat.
7. Seluruh dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mendidik dan memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
8. Segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum,
serta perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9. Seluruh staff kecamatan Sipispis dan masyarakat Sipispis yang telah
membantu penulis dalam memberikan data-data yang dibutuhkan dalam
penulisan skripsi.
10. Terkhusus kepada orang yang paling banyak jasanya yaitu kedua orang tua
penulis Ayahanda Julpan Saragih dan Ibunda Nuraini Damanik.
11. Saudara-saudara penulis yaitu Riska Ayuni Br Saragih dan Riswan Rafid
Sutawar Saragih yang sering memotivasi dengan kata-kata kamu pasti bisa.
12. Terhadap teman-teman kosan yang gokil Faisal Tanjung, Nauval Kurniawan,
Zaitul Rahman, Khairul Fahmi, dan Afifuddin Nur Yusuf.
13. Terhadap saudara-saudara penulis yang berada di Sipispis yang selalu
mendoakan yang terbaik bagi penulis.
14. Kepada Syah Ghina Rahmi Lubis, S.H., yang selalu ada dan mendukung
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
15. Teman teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya program studi Hukum Ekonomi Syariah
(HES) angkatan 2014.
16. Para sahabat-sahabat Pelajar Islam Indonesia (PII) yang telah banyak
memberikan kenangan pahit dan manisnya dalam berorganisasi dan
memberikan semangat kepada penulis .
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Semoga
Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Oleh karena
itu, besar harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak
kalangan. Amin.
Jakarta, 18 Desember 2018 M
11 Rabiul Akhir 1440 H
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL (COVER). ................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ............................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI. .......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN. ....................................................................... iv
ABSTRAK. .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI. ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN . .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. ................................................................... 1
B. Permasalahan..................................................................................... 5
1. Identifikasi Masalah. ................................................................... 5
2. Pembatasan Masalah. .................................................................. 5
3. Rumusan Masalah. ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. ....................................... 6
1. Tujuan Penelitian. ....................................................................... 6
2. ManfaatPenelitian. ...................................................................... 6
D. Kajian Review Terdahulu. ................................................................. 7
E. Kerangka Teori.................................................................................. 9
F. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan. ......................................... 11
G. Sistematika Penulisan. ...................................................................... 14
BAB II IMPLEMENTASI ZAKAT DALAM ISLAM ............................ 15
A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat. ................................................ 15
1. Pengertian Zakat.......................................................................... 15
2. Dasar Hukum Zakat. ................................................................... 17
3. Syarat dan Rukun Zakat. ............................................................. 18
4. Orang Yang Berhak Menerima Zakat. ........................................ 20
5. Hikmah dan Manfaat Zakat. ........................................................ 23
B. Harta Benda Yang Wajib Dizakati. ................................................... 24
1. Emas dan Perak. .......................................................................... 25
2. Hasil Tambang. ........................................................................... 26
x
3. Penemuan Benda-Benda Terpendam (Rikaz). ............................ 27
4. Barang Perdagangan.................................................................... 27
5. Makanan Pokok dan Buah-Buahan. ............................................ 28
6. Binatang Ternak. ......................................................................... 30
7. Perusahaan dan Penghasilan. ...................................................... 32
C. Pola Penyaluran Zakat....................................................................... 33
D. Pengelolaan Zakat. ............................................................................ 36
E. SWOT ............................................................................................... 44
BAB III DESKRIPSI UMUM, SOSIAL DAN GEOGRAFIS KECAMATAN
SIPISPISPIS ................................................................................................ 45
A. Sejarah Singkat.................................................................................. 45
B. Letak Geografis dan Luas Wilayah. .................................................. 47
C. Demografi Penduduk Masyarakat Sipispis. ...................................... 47
D. Sarana dan Prasarana Pendukung...................................................... 51
E. Situasi Sosial Adat dan Budaya. ....................................................... 55
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. .............................................. 56
A. Pelaksanaan Pembayaran Zakat Secara Langsung Oleh Muzakki Kepada
Mustahik di Kecamatan Sipispis. ...................................................... 56
B. Faktor-Faktor Pembayaran Zakat Secara Langsung ......................... 60
C. Analisis SWOT Terhadap Pembayaran Zakat Secara Langsung. ..... 64
BAB V PENUTUP. ...................................................................................... 72
A. Kesimpulan. ...................................................................................... 72
B. Saran. ................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................. 74
LAMPIRAN. ................................................................................................ 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh
kaum muslimin yang telah memenuhi syarat dan rukunnya. Dari sebagian harta
itu ada hak fakir miskin dan merupakan titipan Allah SWT pada diri orang yang
mampu. Zakat merupakan suatu kewajiban bagi tiap muslim yang telah di
tetapkan oleh Allah melalui firman-Nya. Zakat merupakan salah satu rukun Islam
yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat. Inilah yang menunjukkan bahwa
zakat merupakan sesuatu yang penting bagi seluruh umat muslim.1
Pentingnya menunaikan zakat terutama karena perintah ini mengandung
misi sosial yang memiliki tujuan yang sangat jelas bagi kemaslahatan umat
manusia bertujuan antara lain memecahkan masalah kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan umat dan hal ini menjadi salah satu tujuan negara
Indonesia. Para pemikir ekonomi Islam mendefinisikan zakat sebagai harta yang
telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat yang berwenang kepada
masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat, final tanpa mendapat
imbalan tertentu, zakat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan delapan
golongan yang ditentukan dalam Al-Qur‟an serta memenuhi tuntutan politik
keuangan Islam. 2
1 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟iy, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syar‟iah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.,1. 2 Gazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2003), h.,3.
2
Dalam perspektif lain, kehadiran negara dan lebih tepatnya adalah
pemerintah merupakan urusan vital dalam mengatur hubungan masyarakat. Peran
pemerintah sangat strategis dalam mendorong keberhasilan pengelolaan zakat di
Indonesia. Dukungan dari pemerintah akan berdampak positif bagi kehidupan
bernegara secara menyeluruh. Adalah wajar apabila pemerintah yang berkuasa
melakukan tindakan berdasarkan kewenangan dan kekuasaan yang dimilikinya
guna memihak pada rakyatnya. Oleh karena sebagian besar masyarakat Islam
adalah miskin, maka pemerintah wajib bertanggung jawab untuk memberikan
solusi terhadap beban kemiskinan rakyatnya.3
Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pengelolaan zakat sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, maka
dibentuklah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di
Ibukota negara, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota. BAZNAS
merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan
lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.4
Pertumbuhan zakat nasional sepanjang 2017 meningkat sekitar 20% dari
tahun sebelumnya menjadi Rp 6 triliun, yang dihimpun oleh Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Direktur Pemberdayaan
Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (KEMENAG), M. Fuad Nasar,
mengatakan, “pertumbuhan perzakatan nasional mengalami trend yang positif dari
akumulasi rata-rata pengumpulan zakat, infak dan sedekah (ZIS) serta dana sosial
3 Gazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, h.,137.
4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, tentang Pengelolaan
Zakat.
3
keagamaan lainnya. Pengumpulan zakat nasional pada 2017 diperkirakan
mencapai Rp 6 triliun, sedangkan pada 2016 mencapai Rp 5,12 trilun,” katanya
dalam situs resmi Kemenag, Selasa (2/1/2018). Menurutnya, seiring dengan
peningkatan layanan pembayaran zakat yang semakin kreatif dan inovatif,
diantaranya lewat layanan digital, ternyata realisasinya dapat mencapai 30% dari
keseluruhan penerimaan zakat. Dia dengan mengutip data hasil survei Baznas
menyatakan bahwa potensi zakat kekayaan dan penghasilan individu di Indonesia
sebenarnya dapat mencapai Rp 138 triliun per tahun. Jika realisasi penghimpunan
zakat sesuai target sebesar 10% dari potensi tersebut, lanjutnya, maka dalam tiga
tahun ke depan diproyeksikan penerimaan zakat nasional akan mencapai Rp 13,8
triliun per tahun. Fuad mengungkapkan bahwa pengelolaan zakat umat Islam
dapat membantu tugas negara untuk mensejahterakan kehidupan rakyat sesuai
amanat konstitusi negara yaitu Undang Undang Dasar (UUD) 1945.5
Sebab, zakat adalah sumber dana non-Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang bermanfaat bagi penanggulangan kemiskinan dan mengatasi
kesenjangan sosial-ekonomi. Dengan demikian, lanjutnya, sektor perzakatan dapat
menunjang pencapaian 11 dari 17 item Tujuan Pembangunan Global
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals. Walaupun lembaga filantropi
tumbuh pesat, namun lembaga pengelola zakat punya eksistensi dan kekhususan
yang tidak bisa tergantikan.
Di era sekarang tidak semua masyarakat Indonesia yang beragama Islam
membayarkan kewajiban zakatnya kepada lembaga amil zakat, ada juga
5Zakat Nasional 2017 Tumbuh 20% Jadi Rp6 Triliun,
http://kabar24.bisnis.com/read/20180102/15/722684/zakat-nasional-2017-tumbuh-20-jadi-rp6-
triliun. Diakses pada Rabu, 22 Agustus 2018 pukul 23:30.
4
masyarakat Indonesia yang beragama Islam membayarkan zakatnya secara
langsung kepada mustahik. Kecamatan Sipispis merupakan salah satu kecamatan
yang berada di kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah penduduk 17.849
(tujuh belas ribu delapan ratus empat puluh sembilan) laki-laki dan 17.575 (tujuh
belas ribu lima ratus tujuh puluh lima) perempuan serta total keseluruhan 35.424
(tiga puluh lima ribu empat ratus dua puluh empat) jiwa.6 Dengan jumlah orang
kaya 34% dan jumlah orang miskin 66%.
Salah satu daerah di Indonesia yang masyarakatnya dominan membayar
zakat secara langsung kepada mustahik yaitu di kecamatan Sipispis. Ketika
penulis mewawancarai salah satu petugas BAZDA Serdang Bedagai, beliau
mengatakan bahwasanya muzakki yang berada di kecamatan Sipispis tidak ada
yang menyalurkan zakatnya melalui lembaga amil zakat. Menurut pengamat
penulis banyak faktor yang melatarbelakangi muzakki di Sipispis membayar
zakat secara langsung kepada mustahik, meskipun di Sipispis terdapat KUA,
Ustadz, Mesjid dan Tokoh Agama namun keseluruhannya belum bisa mengambil
alih fungsi lembaga amil zakat sehingga muzakki di Sipispis tetap membayar
zakat secara langsung kepada mustahik, adapun faktor yang melatarbelakanginya
yaitu jarak yang begitu jauh antara daerah Sipispis dengan lokasi BAZDA
Serdang Bedagai, dengan jarak tempuh 64 km. Selanjutnya minimnya
kepercayaan muzakki di Sipispis terhadap lembaga amil zakat Serdang Bedagai
sehingga muzakki membayar zakat secara langsung kepada mustahik. Selanjutnya
6 Ekspos Sipispis, Dalam Rangka Penilaian Kecamatan Terbaik Tingkat Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun Anggaran 2017, h., 6.
5
tidak terdapatnya lembaga amil zakat di daerah Sipispis menjadikan faktor yang
sangat kuat terhadap pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik.
Dari beberapa alasan yang telah penulis maktubkan diatas penulis tertarik
untuk mengambil judul skripsi “ANALISIS SWOT TERHADAP
PEMBAYARAN ZAKAT SECARA LANGSUNG OLEH MUZAKKI KEPADA
MUSTAHIK (STUDI KASUS KECAMATAN SIPISPIS, KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI, PROVINSI SUMATERA UTARA).”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu: muzakki di daerah Sipispis
yang membayarkan zakatnya langsung kepada mustahik, tidak terdapatnya
lembaga zakat di Sipispis, kurangnya pemahaman muzakki di daerah Sipispis
tentang konsep zakat, dan kurangnya kepercayaan muzakki kepada lembaga-
lembaga zakat.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini hanya fokus pada “pembayaran zakat secara langsung
kepada mustahik” dengan objek kajian masyarakat yang berada di daerah
Sipispis pada tahun 2018.
3. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah penulis kemukakan
diatas, untuk lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, penulis
mencoba memutuskan permasalahan yang akan dibahas yaitu:
6
a. Apa penyebab muzakki membayar zakat secara langsung kepada
mustahik?
b. Bagaimana analisis SWOT terhadap pembayaran zakat secara langsung
kepada mustahik?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menganalisa penyebab muzakki membayar zakat secara langsung di
Kecamatan Sipispis.
b. Menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari
pembayaran zakat secara langsung di Kecamatan Sipispis.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam bidang zakat.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
masalah yang diteliti, selain itu sebagai wujud nyata penerapan teori-teori
yang diterima dibangku kuliah, serta dapat membandingkan antara teori
dan praktik yang akan terjadi di lapangan.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh
pembayaran zakat secara langsung.
d. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kalangan
akademisi dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan
7
melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaruh pembayaran
zakat secara langsung kepada mustahik.
e. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi BAZNAS di Kabupaten
Serdang Bedagai.
D. Kajian Review Terdahulu
1. ZAKAT: HARAPAN DAN REALITA (studi kasus di kota Samarinda) Jurnal
DINAR Ekonomi Syariah Vol. 1 No. 1 Agustus 2016.7 Jurnal yang ditulis
Heryanto bersubstansi tentang harapan masyarakat Samarinda agar zakat
tersebut benar benar terdistribusi secara merata dan Heriyanto juga membahas
fakta tentang pendistribusian dan pengumpulan zakat di Kota samarinda.
Studi ini fokus pada analisis dan evaluasi pola, motivasi dan makna zakat bagi
muzakki maupun mustahik yang berdomisili di wilayah kota Samarinda
Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
untuk mengungkap fokus amatan, pendekatan ini dipandang sangat relevan.
Subyek penelitian terdiri dari muzzaki, mustahik, ulama atau tokoh agama di
masyarakat, pengelola lembaga zakat lingkungan pemerintah maupun
masyarakat kota Samarinda. Metode penentuan sampel responden sebagai
unit analisis menggunakan teknik purposive sampling, dan snowballsampling,
sedangkan ukuran sampel ditentukan berdasarkan kelengkapan informasi data
yang diperlukan.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan studi
dokumentasi. Pengamatan atau observasi dilakukan secara terlibat dengan
7 Heryanto, “Zakat: Harapan dan Realita (Studi Kasus di Kota Samarinda)”, Dinar
Ekonomi Syariah, Vol. 1, No. 1, (Agustus, 2016), h., 2.
8
kegiatan penerimaan dan penyaluran zakat. Oleh karena itu instrumen
penelitian adalah penelitian pengujian data dilakukan menggunakan teknik
triangulasi data yang terdiri dari metode, sumber data dan diskusi.
Sedangkan yang penulis teliti tentang analisis SWOT terhadap pembayaran
zakat secara langsung kepada mustahik, dan objek kajiannya di daerah
Kecamatan Sipispis serta metode penelitiannya sama yaitu menggunakan
metode kualitatif.
2. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT DI BAZNAS YOGYAKARTA
Dalam jurnal Islamic Economic Jurnal Vol.2, No. 1, Juli 2016.8 Jurnal yang di
tulis oleh Andi Triyawan dan Siti Aisyah membahas tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi masyarakat untuk membayar zakat di BAZNAS
Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara penyebaran kuesioner terhadap masyarakat, pegawai BAZNAS
Yogyakarta dengan penelitian kuantitatif. Perbedaannya dengan penelitian
penulis adalah penulis membahas tentang analisis SWOT terhadap
pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik dengan menggunakan
penelitian kualitatif dengan sasaran objek yaitu masyarakat di wilayah
kecamatan Sipispis.
3. PENGARUH PEMAHAMAN, PENDAPATAN, DAN LINGKUNGAN
MUZAKKTI TERHADAP PERILAKU PEMBAYARAN ZAKAT (Studi
Pada Pasar Pedagang Kolombo) skripsi yang ditulis oleh Muhammad
8 Andi Triyawan dan Siti Aisyah, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Masyarakat Membayar Zakat di BAZNAS Yogyakarta”, Islamic Economic Jurnal, Vol.2, No. 1,
(Juli, 2016), h., 55.
9
Amirullah Bin Alisa ini membahas tentang pemahaman, pendapatan, dan
lingkungan muzakki terhadap prilaku pembayaran zakat dengan metode
penelitian lapangan atau research field dengan pendekatan kualitatif.9
Perbedaannya dengan penulis adalah penulis membahas tentang analisis
SWOT terhadap pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik dengan
metode penelitian kualitatif.
4. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEPATUHAN MEMBAYAR ZAKAT (Studi Kasus Kabupaten Bogor)
dalam jurnal Al-Muzaraah, Vol. 1, No. 1, 2013 yang ditulis oleh Ahmad
Mukhlis dan Irfan Syauqi Beiq ini membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat kabupaten Bogor membayar zakat, dengan metode
penelitian kuantitatif.10
Sedangkan penulis membahas analisis SWOT terhadap
pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik dengan metode penelitian
kualitatif dengan objek penelitian masyarakat di wilayah kecamatan Sipispis.
E. Kerangka Teori
Untuk mempermudah penulis, maka ada beberapa istilah yang perlu
penulis jelaskan yang terkait dengan judul skripsi ini, diantaranya tentang zakat,
lembaga amil zakat, dan pembayaran. Istilah zakat menurut agama Islam artinya
9 Muhammad Amirullah Bin Alisa, Pengaruh Pemahaman, Pendapatan dan Lingkungan
Muzakki Terhadap Perilaku Pembayaran Zakat (Studi pada Pasar Pedagang Kolombo), Skripsi
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2016. 10
Ahmad Mukhlis dan Irfan Syauqi Beiq, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat (Studi Kasus Kabupaten Bogor)”, Al-Muzaraah, Vol. 1, No.
1, (2013), h., 84.
10
“kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya,
dengan beberapa syarat.”11
Dalam berzakat ada beberapa orang yang berhak menerima zakat dan ada
beberapa orang yang wajib mengeluarkan zakat serta orang-orang yang haram
dalam menerima zakat. Orang yang mengeluarkan zakat disebut sebagai muzakki
dan orang yang menerimanya di sebut sebagai mustahik.
Lembaga amil zakat adalah sebuah lembaga yang mengelola di bidang
zakat, baik itu masalah pengumpulan dana, pendistribusian, dan pengembangan.
Di Indonesia sendiri, terdapat dua lembaga yang memiliki tugas untuk mengelola,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Badan Amil Zakat (BAZ)
Badan Amil Zakat adalah lembaga pengekola zakat yang didirikan oleh
pemerintah yang didirikan atas usul Kementerian Agama dan disetujui oleh
Presiden. Kantor Pusat dari lembaga zakat ini berkedudukan di ibu kota negara.
Keanggotaan BAZNAS terdiri atas 11 orang anggota yakni delapan orang dari
unsur masyarakat, tenaga profesional dan tokoh masyarakat Islam dan tiga orang
dari unsur pemerintah (ditunjuk dari kementerian/instansi yang berkaitan dengan
pengelolaan zakat). BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil
ketua. Masa kerja BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk satu kali masa jabatan. Program BAZNAS berupa Zakat
Community Development, Rumah Sehat Baznas, Rumah Cerdas Anak Bangsa,
11
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h., 192.
11
Rumah Makmur BAZNAS, Kaderisasi 1000 Ulama, Konter Layanan Mustahik
dan Tanggap Darurat Bencana.
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh swasta atau
diluar pemerintah. LAZ adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang
da‟wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat islam. Lembaga Amil Zakat ini
dikukuhkan, dibina dan dilindungi pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya
LAZ memberikan laporan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.
Pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh pemerintah atas usul LAZ yang
telah memenuhi persyaratan pengukuhan dilaksanakan setelah terlebih dahulu
dilakukan penelitian persyaratan.12
Pembayaran menurut KBBI adalah proses,
cara, perbuatan membayar dalam konteks zakat berarti pembayaran zakat yang
sudah diatur oleh agama.
F. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian analisis
kualitatif yang bersifat deskriptif-analisis, yakni penelitian yang menggambarkan
data-data dan informasi yang berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari
lapangan melalui kata-kata atau kalimat dalam bentuk pemaparan. Data-data yang
12
Apa itu BAZ dan LAZ, Bagaimana Perilaku Pemerintah Terhadap BAZ dan LAZ,
https://www.kompasiana.com/fathanul-hakim-risal/apa-itu-baz-dan-laz-bagaimana-perilaku-
pemerintah-terhadapa-baz-dan-laz_558a4f97737e61c20cbf70f3. Diakses pada Rabu, 22 Agustus
2018 pukul 23:46.
12
diperoleh akan diinterpretasikan dalam bentuk pemaparan dan analisa sehingga
penulis dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini.
2. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah kecamatan Sipispis, kabupaten Serdang
Bedagai, provinsi Sumatera Utara.
3. Jenis Data
Dalam penyusunan ini penulis menggunakan data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer dalam penulisan ini adalah observasi langsung ke
daerah Sipispis kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara.
Untuk mengadakan pengamatan dan penelitian mengenai analisis SWOT
terhadap pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik dan
wawancara kepada masyarakat Sipispis.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-
literatur kepustakaan, buku, jurnal serta sumber lainnya yang berkaitan
dengan materi penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi kepustakaan (library research)
Studi kepustakaan (library research) yaitu kajian pustaka
dilakukan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep
13
yang akan dikaji13
. Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk mendapat
acuan teori dalam melengkapi data-data yang ada. Bahan yang digunakan
untuk studi kepustakaan adalah buku-buku, literatur dan informasi-
informasi lainnya yang terkait serta relevan guna mendukung pelaksanaan
penelitian ini.
b. Riset lapangan (field research)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: riset lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data
primer dengan cara mendatangi objek penelitian, yaitu daerah Sipispis
kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara. Sedangkan teknik
yang digunakan dalam penelitian lapangan ini melalui wawancara
masyarakat yang akan menjadi objek penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif yaitu metode yang dipakai untuk membantu dalam menggambarkan
keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu serta
mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan. Data yang
diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh dari fenomena
yang terjadi pada pembayaran zakat melalui non lembaga, sehingga akan
diperoleh kesimpulan yang jelas terhadap pengaruh pembayaran zakat secara
langsung kepada mustahik.
13
Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group), h., 329.
14
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisannya berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Sebelum pembahasan secara terperinci dari bab dan halaman ke halaman
lain ada baiknya penulis memberikan gambaran singkat sistematika penulisan
yang akan disajikan. Dengan demikian, diharapkan dapat membantu pembaca
untuk menangkap cakupan materi yang ada didalamnya secara integral.
Sistematika tersebut adalah:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu (literatur
review) metode penelitian, dan teknik penulisan serata sistematika penulisan.
Bab II merupakan landasan teori tentang zakat dalam sub bab pengertian
zakat, dalil dalil tentang zakat, rukun dan syarat zakat, undang-undang tentang
zakat.
Bab III adalah bab yang berisi tentang deskripsi, sosial dan geografis
kecamatan Sipispis.
Bab IV merupakan bab analisis tentang analisis SWOT terhadap
pembayaran zakat secara langsung oleh muzakki kepada mustahik.
Bab V merupakan bab terakhir atau bab penutup yang mencakup
kesimpulan dan saran.
15
BAB II
IMPLEMENTASI ZAKAT DALAM ISLAM
A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
barakatu „keberkahan‟, al-namaa „pertumbuhan dan perkembangan‟, ath-
thaharatu „kesucian‟, dan ash-shalahu „keberesan‟.1 Sedangkan secara istilah,
meskipun ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara
satu dan lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan
kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula.2
Para ulama memberikan definisi-definisi terhadap zakat diantaranya
sebagai berikut: Pertama, menurut Malikiyah bahwa zakat adalah mengeluarkan
sebagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nishab kepada orang yang
berhak menerima, jika kepemilikan haul (genap satu tahun) telah sempurna selain
barang tambang, tanaman, dan harta temuan.3 Kedua, Hanafiyah memberikan
definisi bahwa zakat adalah pemberian hak kepemilikan atas sebagian harta
tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu yang telah ditentukan oleh
syariat, semata-mata karena Allah swt. Ketiga, Syafi‟iyah memberikan definisi
1 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modren, (Jakarta: Gema Insani, 2002),
h., 7. 2 Majma Lughah al-„Arabiyyah, al-Mu‟jam al-Wasith, (Mesir: Daar el-Ma‟arif, 1972),
Juz I, h., 396. 3Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I‟tikaf-zakat-Haji-Umrah),
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid 3, h., 165.
16
bahwa zakat adalah nama untuk barang yang dikeluarkan untuk harta atau badan
(diri manusia untuk zakat fitrah) kepada pihak tertentu. Keempat, menurut
Hanabilah zakat adalah hak yang wajib pada harta tertentu kepada kelompok
tertentu pada waktu tertentu.4Kelima, Sayyid Sabiq mengatakan zakat ialah
sebutan yang di keluarkan oleh seseorang sebagai kewajiban kepada Allah Ta‟ala
yang kemudian diserahkan kepada fakir miskin. Dinamakan zakat, karena di
dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa dari sifat
kikir dan menumpuknya dengan berbagai kebijakan.5 Dari definisi-definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh orang
yang telah memenuhi syarat haul dan nishab.
Salah satu tugas ekonomi penting kaum muslimin adalah zakat. Al-Qur‟an
menyebutkan zakat setelah menyebutkan sholat ini menunjukkan betapa
pentingnya masalah zakat karena ia merupakan tanda keimanan seseorang dan
modal keselamatannya.6
Dalam Al-Qur‟an surah At-Taubah ayat 103, Allah menjelaskan bahwa
orang yang mentaati perintah Allah khususnya dalam menunaikan zakat, niscaya
Allah akan memberikan rahmat kepada kita, dan kita akan dikembalikan kepada
kesucian atau fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan ke muka bumi ini atau
seperti kertas putih yang belum ada coretan-coretan yang dapat mengotori kertas
tersebut, seperti firman-Nya “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
4Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I‟tikaf-zakat-Haji-Umrah), h.,
165. 5Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, ter. Khairul Amru Harahap dan Masrukhin, (Jakarta:
cakrawala Publishing, Cet. 1, 2008), Jilid 2, h., 56. 6
M. Husein Falah Zadeh. Belajar Fiqih untuk Tingkat Pemula (cet 1; Iran: Lembaga
Internasional Ahlul Bait, 2008), h., 223.
17
zakat itu kamu bersihkan dan sucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS At-Taubah 103).
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah memerintahkan
untuk mengambil sebagian harta orang-orang kaya, maka dengan harta yang
dikeluarkan oleh orang-orang kaya tersebut mereka dibersihkan dan disucikan.
Zakat itu wajib dalam agama. Dan yang mengingkarinya dianggap telah
keluar dari Islam. Imam Shadiq berkata, “Sesungguhnya Allah telah menyediakan
bagi para fuqara harta yang dapat mencukupi hidup mereka di dalam harta orang-
orang kaya. Jika Allah mengetahui bahwa hal itu tidak mencukupi, tentu Allah
akan menambahnya. Mereka menjadi fuqara bukan karena tidak ada bagian dari
Allah untuk mereka, tetapi karena orang-orang kaya itu tidak mau memberikan
hak para fuqara tersebut. Seandainya setiap orang kaya menunaikan kewajiban
mereka, maka para fuqara akan hidup dengan baik”. Adapun orang-orang yang
berkewajiban mengeluarkan zakat yaitu harus baligh, berakal, dan hartanya milik
penuh.
2. Dasar Hukum Zakat
Dalam Q.S. At-Taubah ayat 103. Allah SWT berfirman:
يهم بها وصل عليهم إن صلتك سكه لهم رهم وتسك خذ مه أمىالهم صدقة تطه
سميع عليم وللا
Terjemahannya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.( QS. At-Taubah: 103)
18
Ayat diatas menunjukkan bahwa kita mengambil zakat dari sebagian harta
orang-orang kaya, agar dengan mereka mengeluarkan zakat, mereka dibersihkan
dan disucikan dan dengan itu hati mereka menjadi tenang dan mendapatkan
ketentraman jiwa.
Al-Qur‟an Surah At-Taubah ayat 60 :
انغارميه قاب في انر م ب انمؤنفة قه ا انعانميه عهي انمساكيه ذقات نهفقراء في إوما انص
هللا عهيم حكيم ه هللا ابه انسبيم فريضة م سبيم هللا
Artinya : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu‟allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.
At-Taubah:60)
Ayat diatas menunjukkan bahwa zakat itu diberikan kepada orang-orang
yang tertentu, yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, gharim, riqhob, ibnu sabil, dan
fisabilillah. Bagian-bagian inilah yang wajib menerima zakat menurut Al-Qur‟an.
3. Syarat dan Rukun Zakat
a. Rukun Zakat
Dalam tata pelaksanaan zakat terdapat beberapa komponen yang
menjadi inti dari pelaksanaan zakat yaitu:7
1) Muzakki merupakan orang yang wajib membayar zakat.
2) Mustahik merupakan penerima zakat.
7M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif, (Jambi: Sulthan Thaha Press),
h., 24.
19
3) Amil merupakan pengurus zakat.
4) Harta yang dizakatkan.
b. Syarat Zakat
Menurut Wahab Az-Zuhaili syarat zakat bagi muzakki (orang yang
wajib membayar zakat) adalah Islam, merdeka, berakal, memiliki harta
yang sempurna dan mencapai nishab.8
Syarat zakat yang menyangkut harta adalah:9
1) Kepemilikan penuh, maksudnya adalah penguasaan seseorang
terhadap harta tersebut sehingga digunakannya secara khusus, karena
Allah swt telah mengkaruniakan harta tersebut kepada para agniya,
seperti firman-Nya dalam QS: An-Nur (23): 33 dan Allah swt
mewajibkan kepada mereka untuk membayar zakat.
2) Berkembang. Ketentuan tentang kekayaan yang wajib dizakatkan
adalah bahwa kekayaan itu dikembangkan dengan sengaja atau
mempunyai potensi untuk berkembang. Rasulullah bersabda:
عبذي ذقة ني عه انمسهم في فرس
“Seorang muslim tidak wajib mengeluarkan zakat dari kuda atau
budaknya.”
Dari hadis di atas bahwa Nabi Muhammad hanya mewajibkan zakat
atas kekayaan yang berkembang dan diinvestasi.
8Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I‟tikaf-zakat-Haji-Umrah), Jilid
3, h., 172. 9Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur‟an dan Hadis, ter. Salman Harun dkk, Jilid 1, h., 125.
20
3) Mencapai Nishab. Artinya, ketentuan bahwa kekayaan yang terkena
kewajiban zakat harus mencapai satu nishab.
4) Lebih dari kebutuhan biasa. Menurut ulama fiqh ketentuan nishab
kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya kekayaan itu dari
kebutuhan biasa pemiliknya.
5) Bebas dari hutang
6) Berlalu satu tahun. Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang
berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan
Qomariyah.
4. Orang Yang Berhak Menerima Zakat
Berkenaan dengan mustahiq zakat, Allah berfirman dalam Surat At-
Taubah ayat 60, sebagai berikut :
انغارميه قاب في انر م ب انمؤنفة قه ا انعانميه عهي انمساكيه ذقات نهفقراء إوما انص
هللا عهيم حكيم ه هللا ابه انسبيم فريضة م في سبيم هللا
“Sesungguhnya sedekah (zakat) itu untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
para amil (pengurus zakat), para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang mempunyai utang, untuk jalan Allah
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”.
Berdasarkan ayat diatas, orang yang berhak menerima zakat itu ada
delapan, yaitu:
21
1. Fakir
Orang fakir menurut syara‟ adalah orang yang tidak mempunyai bekal
untuk berbelanja selama satu tahun dan juga tidak mempunyai bekal untuk
menghidupi dirinya dan keluarganya.
2. Masakin
Jika kata fakir dan miskin terpisah maka keduanya menunjukkan makna
yang sama, yaitu sama-sama orang yang tidak mampu. Tetapi jika keduanya
disebut bersama-sama, maka masing-masing menunjukkan makna tersendiri.
Orang miskin adalah orang yang keadaan ekonominya lebih baik dari orang
fakir.
3. Amil
Orang-orang yang menjadi amil zakat ialah pengelola zakat yang ditunjuk
oleh Imam atau wakilnya untuk mengumpulkannya dari para pembayar zakat
dan menjaganya, kemudian menyerahkannya kepada orang yang akan
membagikannya kepada para mustahik. Apa yang diterima oleh para amil dari
bagian zakat itu dianggap sebagai upah atas kerja mereka, bukannya sedekah.
Oleh karena itu, mereka tetap diberi walaupun mereka kaya.
4. Muallafah Qulubuhum
Orang-orang mualaf yang dibujuk hatinya adalah orang-orang yang
cenderung menganggap sedekah atau zakat itu untuk kemaslahatan Islam.
Orang-orang yang dijanjikan hati mereka dan disatukan dalam Islam, untuk
mencegah kejahatan mereka, atau agar mereka mau membantu kaum Muslim
22
dalam membela diri atau membela Islam. Mereka ini diberi bagian zakat
walaupun mereka kaya.
5. Riqab
Yang dimaksud dengan riqab ialah budak. Sedangkan kata fi menunjukkan
bahwa zakat untuk bagian ini bukannya diberikan kepada mereka, tetapi
digunakan untuk membebaskan mereka dan memerdekakan mereka. Inilah
salah satu pintu yang dibuka oleh Islam untuk memberantas perbudakan
sedikit demi sedikit. Sehingga pada masa sekarang sudah tidak ada lagi
perbudakan.
6. Gharim
Mereka ini adalah orang-orang yang menanggung beban utang dan mereka
tidak mampu membayarnya. Maka utang mereka itu dilunasi dengan bagian
dari zakat, dengan syarat mereka itu tidak menggunakannya untuk dosa dan
maksiat.
7. Fisabilillah
Sabilillah adalah segala sesuatu yang diridhai oleh Allah dan yang
mendekatkan kepada Allah. Seperti membuat jalan, membangun sekolah,
rumah sakit, irigasi, mendirikan masjid, dan sebagainya. Dimana manfaatnya
adalah untuk kaum Muslim atau selain kaum Muslim.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan ke negeri lain
dan sudah tidak punya harta lagi. Maka zakat boleh diberikan kepadanya
sesuai dengan ongkos perjalanan untuk kembali ke negaranya.
23
5. Hikmah dan Manfaat Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta dengan mengandung hikmah dan
manfaat yang begitu besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang
berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan
zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.10
Hikmah dan manfaat tersebut antara lain tersimpul sebagai berikut:
1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmatn-
Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus, dan materialistis, menumbuhkan
ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan menembangkan harta
yang dimiliki
2. Karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin kearah
hidup yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada
Allah SWT, terhindar dari bahayakekufuran, sekaligus menghilangkan
sifat iri dan dengki yang mungkin timbul dari kalangan mereka.11
3. Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang brkecukupan
hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk
berjihad di jalan Allah.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun
prasarana yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah,
10
Abdurrahman Qodir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Prasada, 1998), h., 82. 11
Lihat berbagai pendapat ulama dalam Yusuf al-Qardawi, Fiqih Zakat, h., 564.
24
pendidikan, social maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan
kualitas sumber daya manusia musilim.
5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukan
hanya membersihkan harta yang kotor akan tetapi mengeluarkan bagian
hak orang laindari harta yang kita miliki.12
6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu
instrumenpemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan pendapatan, economic with equity.13
B. Harta Benda Yang Wajib Dizakati
Al-Qur‟an mengungkapkan tentang orang-orang fakir, bahwa mereka
betul-betul suatu kelompok yang mempunyai hak bagi harta-harta benda orang
kaya, seperti yang di ungkapkan surat Al-Dzariat ayat 19:
“Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian“
Ayat ini tidak membedakan antara harta pertanian, pertukangan (pabrik
atau buruh), dan perdagangan. Dan tidak kalah pentingnya zakat adalah salah satu
cara untuk membuktikan jihad, yaitu pengorbanan dengan jiwa raga demi
merindukan perjumpaan dengan Allah SWT.14
Maka dari itu, ulama madzhab
mewajibkan binatang ternak, biji-bijian, buah-buahan, uang dan barang tambang
12
Didin Hafidhuddin, Zakat Infak Dan Sedekah, ( Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional,
2006.), h., 23. 13
al-Qurtubi, al- Jaami‟ li Ahkam Al-Quran‟an, (Beirut: Daar el- Kutub al-„Ilmiyah,
1992), jilid 6, h., 464. 14
Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat (cet 14; Bandung: Penerbit Karisma, 2003), h.,
67.
25
untuk dizakati. Sementara menurut Imamiyah zakat di wajibkan pada binatang,
tanaman dan mata uang tertentu. Jumlah keseluruhannya ada Sembilan, yaitu:
unta, sapi, dan kambing (dari binatang); hinthah, sya‟ir, kurma dan kismis (dari
tanaman); emas dan perak (dari mata uang). Selain dari hal-hal tersebut hanya
disunahkan pada zakat, tidak wajib.
1. Emas dan Perak
Para ulama fiqh telah bersepakat bahwa emas dan perak wajib di
keluarkan zakatnya, apabila telah mencapai nishab dan telah berlaku satu
tahun. Wahab az-Zuhaili menyatakan pula bahwa para fuqaha telah sepakat
bahwa nuqud (emas dan perak) wajib dikeluarkan zakatnya, baik nuqud
berupa potongan, yang dicetak, yang berbentuk bejana, maupun menurut
mazhab Hanafi yaitu perhiasan. Sementara itu al- Mughniyyah
mengemukakan bahwa mazhab Imamiyah berpendapat zakat pada emas dan
perak wajib hukumnya, jika berada dalam bentuk uang, dan tidak wajib
dizakati, jika berbentuk batangan dan perhiasan. Sedangkan mazhab Hambali
berpendapat bahwa uang kertas tidak wajib dizakati, kecuali di tukar dalam
bentuk emas atau perak.
Nishab zakat emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar,
sedangkan nishab zakat perak adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal
atau dua puluh dinar, adalah sama dengan 85 gram emas. 200 dirham.15
15
Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Perspektif Sosial (Cet. I Jakarta: PT Pustaka
Firdaus, 1995), h., 63.
26
2. Hasil Tambang
Zakat hasil tambang untuk setiap barang hasil dari penambangan yang
dilakukan. Tambang tidak hanya emas dan perak melainkan segala hasil bumi
yang mempunyai nilai komoditas seperti besi, platinum, minyak bumi, gas,
timah, tembaga dll. Zakat tambang sendiri tidak disyaratkan haul, hal ini
mengingat bahwa haul disyaratkan untuk menjamin perkembangan harta,
sedang dalam hal ini perkembangan tersebut telah terjadi sekaligus, seperti
dalam zakat tanaman.
Tabel. I
No. Jenis Tambang Nisab Kadar
Zakat
Waktu Keterangan
1. Emas 91, 92
gram
2,5 % Tiap tahun
2. Perak 642
gram
2,5% Tiap tahun
3. Platina, Besi,
Timah,Tembaga
Dll
Senilai
nisan
emas
2,5% Ketika
Memperoleh
Menurut
mazhab,
Hanafi,
Maliki, dan
Syafi‟I wajib
dizakati apalia
di
perdagangkan,
dengan kadar
zakat menurut
Hanafi 20 %
4. Marmer, Batu
Bara
Senilai
nisab
emas
2,5 kg Ketika
memperoleh
Menurt
mazhab
Hanafi,
maliki, dan
Syafi‟I wajib
dizakati
27
apabila di
perdagangkan
5. Minyak dan gas Senilai
nisab
emas
2,5 kg Ketika
memperoleh
Sama dengan
diatas
3. Penemuan benda-benda terpendam (Rikaz)
Yang dimaksud benda-benda terpendam disini ialah berbagai macam
harta benda yang disimpan oleh orang-orang dulu di dalam tanah, seperti
emas, perak, tembaga, pundi-pundi berharga dan lain-lain. Para ahli fiqih telah
menetapkan bahwa orang yang menemukan benda-benda ini diwajibkan
mengeluarkan zakatnya seperlima bagian (20%), berdasarkan hadist yang
diriwayatkan oleh jama‟ah ahli hadis, yang menyatakan bahwa rikaz itu harus
dikeluarkan zakatnya seperlima bagian”. Dan para ulama sepakat bahwa tidak
ada ketentuan tentang batas waktu satu tahun untuk mengeluarkan zakatnya.
Akan tetapi kewajiban itu harus dilakukan pada waktu itu juga.16
4. Barang Perdagangan
Semua harta benda yang diperdagangkan yang diperoleh melalui jalan
yang baik dan dzat yang diperdagangkan tidak dilarang oleh agama.
Ada beberapa syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan, yaitu sebagai
berikut:
16
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (cet 7; Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), h.,
411.
28
a. Niat Berdagang
Niat berdagang atau niat memperjual belikan komoditas-komoditas
tertentu ini merupakan syarat yang sangat penting. Hal ini sebagaimana
yang dikemukakan dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Samrah Bin
Jundab.
“sesungguhnya Rasulullah saw. Telah menyuruh kita semua untuk
mengeluarkan zakat pada setiap komoditas yang kita persiapkan untuk
diperdagangkan”
b. Mencapai Nishab
Nishab dari zakat perdagangan sama dengan nishab dari zakat
emas dan perak, yaitu senilai dua puluh misqal atau dua puluh dinar
emas atau dua ratus dirham perak.17
c. Telah berlaku waktu satu tahun
Zakat harta dagang itu wajib menurut empat madzhab, tetapi
menurut Imamiyah adalah sunnah. Zakat harta perdagangan 2,5% .
Menurut mayoritas ulama zakat barang dagangan haruslah uang, tidak
boleh benda dari dagangan tersebut.
5. Makanan Pokok dan Buah-buahan
Semua ulama madzhab sepakat bahwa jumlah (kadar) yang wajib
dikeluarkan dalam zakat tanaman dan buah-buahan adalah sepuluh persen
(10%), kalau tanaman dan buah-buahan tersebut disiram air hujan atau dari
17
Arif Mufraini, Akuntansi Dan Managemen Zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2006), h., 64.
29
aliran sungai. Tapi jika air yang digunakannya dengan air irigasi (dengan
membayar) dan sejenisnya, maka cukup mengeluarkan lima persen (5%).18
Mayoritas ulama fiqih berpendapat tidak wajib zakat biji-bijian dan
buah-buahan kecuali makanan pokok dan tahan disimpan. Madzhab Syafi‟i
berpendapat buah-buahan yang dizakati hanya dua macam, yaitu tamar dan
anggur, sedangkan biji-bijian yang wajib dizakati adalah gandum, beras,
kacang adas, kacang kedelai, dan jagung. Dan juga menurut madzhab Syafi‟i
tidak wajib dizakati buah-buahan seperti mentimun, semangka, delima dan
lain-lain. Karena Rasulullah memaafkannya, sesuai dengan hadistnya yang
berbunyi : ات ذقة ني في انخضر
“Dalam sayur-sayuran tidak ada sedekah/zakat”
Hadist tersebut statusnya mursal, namun menurut Imam Syaukani
hadist mursal boleh dijadikan Hujjah, jika di kuatkan oleh ulama-ulama
mujtahid. Hal ini sesuai dengan kaidah yang berbunyi:
ه د ج م م عهم ل أكثر أ ة ارا اعتضذ بق انمرسم حج
Hadist mursal patut dijadikan argumentasi, bila dikukuhkan oleh pendapat
kebanyakan ahli ilmu, dan hal ini memang terjadi pada masalah zakat.
Para ahli fiqih sependapat bahwa zakat makanan pokok dan buah-
buahan adalah satu persepuluh (1/10), bila pengairannya tidak membutuhkan
biaya banyak seperti air hujan dan irigasi, dan jika diairi dengan
membutuhkan biaya yang banyak maka zakatnya 1/20, seperti diairi dengan
memakai binatang atau mesin. Sesuai dengan hadist Nabi :
ما سقي بانىضح وصف انعشر كان عشريا انعشر ن ا انعي فيما سقط انسماء
18 Al-Furqon Hasbi, 125 Maslah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h., 110.
30
(راي انجماعة)
Menurut jumhur ulama zakat biji-bijian dan buah-buahan wajib
dikeluarkan dari benda biji-bijian dan buah-buahan tersebut, tidak boleh dari
benda lain. Menurut Madzhab Syafi‟i bila panen pertama tidak cukup
senishab, maka hasil panen pertama digabungkan dengan hasil panen kedua,
jika antara masa panen pertama dengan panen kedua tidak lebih dari 12 bulan
(qomariah), yang menjadi patokan dalam hal ini adalah masa panennya bukan
masa menanam dan menabur benihnya.
Sedangkan menurut Imamiyah, biji-bijian yang wajib dizakati hanya
gandum. Dan buah-buahan yang wajib dizakati hanya kurma dan anggur.
Selain yang disebutkan diatas, tidak wajib dizakati, tetapi sunnah untuk
dizakatinya.
6. Binatang Ternak
Dalam fikih Islam, binatang ternak diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian:
a. Pemeliharaan hewan yang ditujukan untuk memenuhu kebutuhan-
kebutuhan pokok atau alat produksi, semisalmemelihara kerbau yang
dimanfaatkan untuk kepentingan membajak sawah.
b. Hewan yang dipelihara untuk tujuan memproduksi sesuatu hasil
komoditas tertentu seperti binatang yang disewakan.
c. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan
(pengembangbiakan).19
19
Arif Mufraini, Akuntansi Dan Managemen Zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2006), h., 101.
31
Syarat wajib zakat binatang ternak, telah disepakati oleh ulama
madzhab ada beberapa macam :
a. Binatang yang dizakati itu adalah unta, lembu, kerbau, kambing yang
jinak. Dan mereka sepakat bahwa binatang seperti kuda, keledai, dan baghal
(hasil kawin silang antara kuda dan keledai) tidak wajib dizakati, kecuali
termasuk harta dagang.
b. Cukup satu nishab.
c. Milik yang sempurna.
d. Sampai haul.
e. Binatang ternak itu dipelihara.
Nishab dan Ukurannya
a. Nishab dan Zakat Unta
5 – 9 ekor : 1 ekor kambing berumur 2 tahun / lebih, atau 1 ekor domba
berumur 1 tahun / lebih
10 – 11 ekor : 2 ekor kambing berumur 2 tahun / lebih, atau 2 ekor domba
berumur 1 tahun / lebih
15 – 19 ekor : 3 ekor kambing berumur 2 tahun / lebih, atau 2,3 domba
berumur 1 tahun / lebih
20 – 24 ekor : 4 ekor kambing berumur 2 tahun / lebih, atau 4 ekor domba
berumur 1 tahun / lebih
25……….dst : Kelipatannya 1 ekor sapi, menurut empat mazhab, berbeda
dengan Imamiyah jika 25 ekor, maka wajib mengeluarkan 5 ekor kambing.
Kalau jumlahnya 26 ekor, wajib mengeluarkan 1 ekor unta yang berumur
1 tahun lebih.20
b. Nisab Dan Zakat Sapi/ Kerbau
30 – 39 ekor : 1 ekor sapi / kerbau umur 1 tahun / lebih
20
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, h., 198.
32
40 – 59 ekor : 1 ekor sapi / kerbau umur 2 tahun / lebih
60 – 69 ekor : 2 ekor sapi / 1 kerbau umur 1 tahun / lebih
70………dst : Kelipatannya 1 ekor sapi.21
c. Nisab Dan Zakat Kambing
40 – 120 ekor : 1 ekor kambing betina berumur 2 tahun / lebih atau 1
ekor domba betina berumur 1 tahun / lebih
121- 200 ekor : 2 ekor kambing betina berumur 2 tahun / lebih atau 2
ekor domba betina berumur 1 tahun / lebih
201- 399 ekor : 3 ekor kambing betina berumur 1 tahun / lebih atau 3
ekor domba betina berumur 2 tahun / lebih. Kecuali Imamiyah, jika 301
ekor maka harus mengeluarkan 4 kambing
400………dst : Kelipatannya 4 ekor kambing betina berumur 2 tahun /
lebih atau 4 ekor domba berumur 1 tahun / lebih.22
7. Perusahaan dan Penghasilan
Tidak diperoleh keterangan dari jumhur ulama fiqih tentang zakat dari
berbagai macam perusahaan, seperti pabrik, angkutan darat, laut dan udara,
akan tetapi kongres ulama Islam yang kedua dan muktamar pembahasan
hukum Islam yang kedua tahun 1385 H / 1965 M menetapkan: Segala harta
yang dapat berkembang dan tidak ada nashnya, tidak ada pendapat ahli fiqih
tentang hal itu pada masa lalu yang mewajibkan berzakat, maka hukumnya
sebagai berikut :
21
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, h., 199. 22
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, h., 200.
33
a. Tidak wajib dizakati ditinjau dari bendanya, yang dizakati adalah
penghasilan bersihnya, ketika cukup nishab dan haulnya.
b. Kadar zakat dari berbagai macam perusahaan tersebut adalah 2,5%,
seperti zakat perdagangan.
c. Ketetapan ini sesuai dengan pendapat sebagian Ulama Maliki, Ibnu Aqil
serta Hadawiyah.23
Penghasilan atau gaji seorang pegawai negeri maupun swasta seperti :
dokter, guru, tukang jahit, direktur dan sebagainya wajib dizakati. Madzhab
yang empat menetapkan tidak wajib zakat penghasilan seseorang bila tidak
sampai senishab dan sempurna haulnya. Tapi alangkah baiknya pendapat
yang mewajibkan zakat pada penghasilan atau gaji yang sudah diterima
walaupun, belum sampai haulnya, boleh diberikan zakatnya di setiap
menerima gaji atau penghasilan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
sebagian sahabat seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas‟ud serta dari kalangan tabi‟in
seperti Azzuhri dan Hasan Al Bashri. Kadarnya sebanyak 2,5% atau 1/40.
C. Pola Penyaluran Zakat
Pendistribusian zakat kepada 8 asnaf di atas dibedakan dalam dua bentuk,
yakni bantuan sesaat dengan komsumtif dan produktif, penulis akan menjelaskan
kedua pola tersebut sebagai berikut:
a. Pola Penyaluran Konsumtif
Pola Penyaluran Konsumtif dibagi menjadi dua, yaitu:24
23
Yusuf Qardawi, Fiqih Zakat, (Beirut: Muassasah Risalah, 1991), h., 487. 24
Lili Baridi, Zakat Dan Wirausaha, (Jakarta: Center Entrepreneurship Depelopment,
2005), h., 34.
34
1) Konsumtif Tradisional
Pendistribusian zakat secara konsumtif tradisional adalah bahwa
zakat yang dibagikan kepada mustahik dengan secara langsung untuk
kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa
beras dan uang kepada fakir miskin setiap Idul Fitri atau pembagian
zakat maal secara langsung oleh muzakki kepada mustahik yang sangat
membutuhkan, karena ketiadaan pangan atau karena mengalami
musibah. Pola ini merupakan jangka pendek dalam mengatasi
permasalahan umat.
2) Konsumtif Kreatif
Pendistribusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang
diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk
membentu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan
ekonomi yang dihadapinya.Seperti bantuan berupa alat-alat sekolah dan
beasiswa untuk pelajar.
b. Pendistribusian Produktif
Pendistribusian produktif terdapat kedalam dua bagian, yaitu:25
1) Produktif Tradisional
Produkif tradisional adalah zakat yang diberikan dalam
bentuk barang-barang produktif, dimana dengan menggunakan
barang-barang tersebut, para mustahik dapat menciptakan suatu
25
Lili Baridi, Zakat Dan Wirausaha, h., 34.
35
usaha, seperti bantuan ternak kambing, sapi perah atau
membajak sawah, dan mesin jahit.
2) Produktif Kreatif
Produktif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam
bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk permodalan
sosial, seperti membangun sekolah, sarana kesehatan, mapun
sebagai modal usaha untuk membantu mngembangkan usaha
para peadagang atau pengusaha kecil.
Pendistribusian produktif sudah ada sejak zaman Rasulullah
saw, yaitu ketika Rasulullah saw memberikan zakat kepda para
sahabatnya yang kemudian menyuruhnya untuk disedekahkan
lagi atau dikembangkan.
Dalam buku Yusuf Qardhawi ada kaitannya zakat yang
bersifat produktif dengan pendapat ulama Mesir, yaitu bahwa
pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik
atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat yang kemudian
kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin,
sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang
masa.26
Langkah-langkah penditribusian zakat produktif sebagai
berikut:
26
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur‟an dan Hadis, ter. Salman Harun dkk, Jilid 1, h., 762
36
a) Pendataan yang akurat, sehingga orang yang menerima
benar-benar orang yang tepat.
b) Pengelompokkan peserta kedalam kelompok kecil.
c) Pemberian pelatihan dasar kepada para penerima.
d) Pemberian dana.
D. Pengelolaan Zakat
Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat Bab III pasal 6 dan 7 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat di
Indonesia terdiri dari 2 macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat dibuat oleh pemerintah,
sedangkan Lembaga Amil Zakat dibentuk oleh masyarakat.27
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan bahwa pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.28
Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan zakat adalah
satu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan pengumpulan dana zakat
dari muzakki, pelaksanaan, sampai pengoordinasian pendistribusian dan
pendayagunaan zakat kepada mustahik sesuai dengan ketentuan Islam.
Pengelolaan atau manajemen zakat merupakan aktivitas yang telah
diajarkan dalam Islam dan dipraktikan oleh Nabi Muhammad saw yang
27
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
h., 130.
28 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
37
kemudian diteruskan oleh para sahabatnya.29
Hal ini dijelaskan dalam
hadits Abu Hurairah yang terdapat dalam hadits shahih Bukhari Muslim
yang mengatakan bahwa Rasulullah saw telah mengutus Umar Ibnu
Lutbiah sebagai petugas pemungut zakat atau amil.30
Tugas amil menurut
Yusuf Qardhawi terbagi menjadi dua, yaitu pertama urusan pengumpul
zakat yang memiliki tugas melakukan sensus terhadap orang-orang wajib
zakat, macam harta yang mereka miliki, dan besar harta yang wajib
dizakati.Kemudian menagihnya kepada wajib zakat, lalu menyimpan dan
menjaganya, untuk kemudian diserahkan kepada pengurus pembagi zakat.
Mengenai macam-macam harta dapat dilakukan klasifikasi dan petugas
bagian ini melaksanakan segala urusannya.Kedua urusan pembagian zakat
memiliki tugas untuk mengetahui para mustahik zakat, kemudian
melaksanakan klasifikasi terhadap mereka dan menyatakan hak-hak
mereka, juga menghitung jumlah kebutuhan mereka dan jumlah biaya
yang cukup untuk mereka sesuai dengan kondisi sosialnya.31
Bagian ini
juga melakukan pembatasan harta zakat yang diberikan kepada masing-
masing bagian dari anggaran zakat yang berada dibawah peraturan
pemerintah serta keputusan para ahli musyawaah sesuai dengan studi
pelaksanaan sensus yang merata. Urusan pembagian zakat sekarang
dikenal dengan Badan atau Lembaga Amil Zakat.
29
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang-UIN-Malang Press,
2008), h., 221. 30
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur‟an dan Hadis, ter. Salman Harun dkk, Jilid 1, h., 545. 31
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur‟an dan Hadis, ter. Salman Harun dkk, h., 547.
38
Secara umum badan atau lembaga pengelola zakat didasarkan atas
perintah Allah swt dalam QS: at-Taubah 60. Di Indonesia, pengelolaan
zakat diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa lembaga pengelola zakat terdiri atas 2 macam, yaitu
BAZNAS yang dibentuk oleh pemerintah, dan LAZ yang didirikan oleh
masyarakat yang harus mendapatkan pengawasan dan litimasi dari
pemerintah. Kedua lembaga tersebut memliki susunan organisasi yang
berjenjang, mulai dari pusat sampai ke daerah.
Lembaga pengelola zakat harus memiliki persyaratan yang
berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor 581 tahun
1999dikemukakan bahwa lembaga pengelola zakat harus memiliki
persyaratan teknis, antara lain sebagai berikut:32
a. Berbadan hukum
b. Memiliki data muzakki dan mustahik
c. Memiliki program kerja yang jelas
d. Memiliki pembukuan yang baik
e. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.
Persyaratan tersebut tentu mengarah kepada profesionalitas dan
transparansi dari setiap pengelola zakat. Dengan demikian masyarakat
akan semakin bersemangat membayar zakatnya kepada lembaga. Setiap
32
Sulaiman, Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi (Studi Terhadap BAZDA Mataram
NTB), (Semarang: Afki Media, 2010), h., 25.
39
lembaga dalam mengelola zakat perlu adanya pengelolaan zakat yang baik
dan diterapkan di setiap lembaga, yaitu:
1) Perencanaan Pengelolaan Zakat(Planning)
a) Perencanaan Strategis Kelembagaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana,
dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang melakukan
perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta
periode sekarang pada saaat rencana dibuat. Maka, dalam melakukan
perencanaan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara
lain a) hasil yang ingin dicapai, b) yang akan melakukan, c) waktu
dan skala prioritas, dan d) dana.33
Perencanaan dengan segala variasinya ditujukan untuk membantu
mencapai tujuan suatu lembaga atau organisasi. Hal ini merupakan
prinsip yang penting, karena fungsi perencanaan harus mendukung
fungsi manajemen berikutnya, yaitu fungsi pengorganisasian dan
fungsi pelaksanaan.34
Selanjutnya Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel mengemukakan
prinsip-prinsip perencanaan (planning) sebagai berikut:
(1) Prinsip membantu tercapainya tujuan (principle of contribution
to objective);
33
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h., 268. 34
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia,h., 269.
40
(2) Prinsip efisiensi daripada perencanaan (principle of efficiency of
plans);
(3) Prinsip pengutamaan perecanaan (principle of primasy of
planning);
(4) Prinsip pemerataan perencanaan (principle of pervasiveness of
planning);
(5) Prinsip waktu (principle of timing);
(6) Prinsip kebijakan pola kerja (principle of policy framework);
(7) Prinsip ketepatan arah (principle of navigational change).35
b) Perencanaan Tujuan Kelembagaan
Setiap lembaga memiliki tujuan yang ingin dicapai, dalam Islam
setiap tujuan yang ingin dicapai harus sesuai dengan syariat Islam
terutama lembaga zakat.Sebagai bagian dari ajaran Islam, zakat
harus dikelola sebaik mungkin dengan mencerminkan ajaran-ajaran
Islam.
Dalam pengelolaan zakat ada empat tujuan yang hendak dicapai,
yaitu:
(1) Memudahkan muzakki menunaikan kewajiban berzakat;
(2) Menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahik yeng
berhak menerimanya;
(3) Mengelola zakat ternyata memprofesionalkan organisasi
zakat itu sendiri;
35
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h., 273.
41
(4) Terwujudnya kesejahteraan sosial.36
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan pengelompokan dan pengaturan
sumber daya manusia untuk dapat digerakkan dan bekerjasama secara
efisien, sehingga memperoleh hasil yang maksimal dalam
melaksanakan tugas-tugas guna mencapai tujuan atau sasaran.37
Dalam organisasi ada koordinasi serta wewenang dan tanggung
jawab. Hal ini berarti organisasi mengkoordinir pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber dana yang dimiliki oleh lembaga zakat.
Setiap lembaga zakat harus memiliki struktur organisasi agar
pengelolaan zakat dilakukan dengan profesional dan didasarkan aturan-
aturan keorganisasian.
Dalam pengelolaan zakat ada beberapa pilar utama manajemen
pengelolaan dan pemberdayaan zakat, yaitu a) amanah, sifat amanah
merupakan kunci yang utama dari kepercayaan masyarakat terhadap
pengelola zakat, b) profesional, efisiensi dan efektivitas manajemen
yang memerlukan sikap profesional semua pengurus lembaga yang
mengelola zakat harus profesional, c) transparan merupakan sistem
kontrol yang baik jika transparansi ini dilakukan dalam pengelolaan
dana umat dapat dilaksanakan. 38
36
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h., 277. 37
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h., 282. 38
Millah, Penerapan Manajemen Zakat Produktif Dalam Meningkatkan Ekonomi Umat di
PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) Kota Makassar, Jurnal Studi Agama, Vol. XVII, no.1 (2017),
h., 69.
42
Badan Amil Zakat seyogyanya mampu menunjukkan kekuatan
komitmen, trust, dan integritas pada manajemen pelaksanaan zakat,
tampaknya perlu membangun nuansa sosiologis yang mampu
mendorong lahirnya gerakan zakat ini.39
Pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat adalah
sebagai berikut:
a) Pengumpulan. Dalam rangka pengumpulan zakat, muzakki
melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya, dan
dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,
muzakki dapat meminta bantuan BAZNAS.
b) Pendistribusian. Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik
sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan berdasarkan skala
prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan
kewilayahan.
c) Pendayagunaan. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif
dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas
umat.
3) Pergerakan(Actuating)
Pergerakan merupakan upaya untuk mencapai hasil yang baik
dengan seimbang, termasuk diantara langkah-langkah bersama untuk
39
Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat, (Malang: UIN Malang-Press, 2008), h.,7.
43
mengaplikasikan perencanaan dengan mengharapkan tujuan yang
diidamkan.40
Dalam pengelolaan zakat pergerakan memiliki peran strategis
dalam memperdayakan sumber daya amil (pengelola) zakat.Sebab,
dalam pengelolaan zakat, pergerakan memiliki fungsi sebagai motivasi,
sehingga amil memiliki disiplin kerja tinggi.41
4) Pengawasan(Controlling)
Pengawasan adalah suatu usaha sitematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan menjamin bahwa semua sumber daya pengelola zakat
digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan-tujuan pengelolaan zakat.42
Dalam pengelolaan zakat, pengawasan merupakan kewajiban yang
terus menerus harus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya
perencanaan dalam organisasi termasuk dalam pengelolaanzakat.
Kesalahan dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
dapat diteliti dengan cara mengontrol dan mengawasi setiap kegiatan
yang dilakukan dalam pengelolaan zakat.43
40
Zainarti, “Manajemen Islami Perspektif Al-Qur‟an”, Jurnal Iqra‟, Volume 8, no.1, 2014,
h., 52. 41
Ahmad Atabik, “Manajemen Pengelolaan Zakat Yang Efektif Di Era Kontemporer”,
Jurnal Ziswaf, Vol. 2, no. 1, 2015, h., 58. 42
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h., 317. 43
Ahmad Atabik, “Manajemen Pengelolaan Zakat Yang Efektif Di Era Kontemporer”,
Jurnal Ziswaf, Vol. 2, no. 1, 2015, h., 59.
44
E. SWOT
Analisis SWOT yaitu suatu analisa keadaan yang melihat dari empat sudut
pandang yaitu: strength (kekuatan) menganalisis keunggulan/kekuatan sumber
daya dasar yang ada, weakness (kelemahan) menganalisis keterbatasan sumber
daya yang ada yang dapat menghambat tercapainya tujuan yang akan dianalisis,
opportunity (peluang) menganalisis situasi-situasi ut ama yang menguntungkan
bagi pembayaran zakat secara langsung, dan threat (ancaman) menganalisis
situasi-situasi utama yang tidak menguntungkan bagi situasi pembayaran zakat
secara langsung.44
Analisis SWOT merupakan instrument yang ampuh dalam upaya
menganalisis pembayaran zakat secara langsung oleh muzakki kepada mustahik.
Dalam analisis tersebut akan menemukan beberapa keunggulan/kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dari pembayaran zakat secara langsung oleh
muzakki kepada mustahik.
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metoda analisa yg paling
dasar, yang berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg
berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yg ada,
sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan
benar, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan
atau tidak terlihat selama ini.
44
Abdul Hadi, ”Konsep Analisis SWOT Dalam Peningkatan Mutu Lembaga
Madrasah”.Didaktika Agustus 2013 Vol XIV No. 1, h., 145.
45
BAB III
DESKRIPSI UMUM, SOSIAL DAN GEOGRAFIS KECAMATAN SIPISPIS
A. Sejarah Singkat
Sebelum kemerdekaan sebagaimana kecamatan lainnya, daerah ini
dibawah pengaruh kekuasaan Raja Paya Bokkot Saragih yang berkedudukan di
Sampang Buah, yang kemudian beralih kepada kekuasaan Raja Raya bernama
Kalam Setia Purba sampai kepada keturunannya yang terakhir bernama Jariangin
Purba sampai dengan pecahnya Perang Dunia II.
Sejak kemerdekaan, Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1995
beralih menjadi wilayah kecamatan yang menjadi salah satu diantara tiga puluh
kecamatan yang berada di kabupaten Deli Serdang.1
Sejak terbentuknya pemerintahan dengan ibu kota kecamatan, kecamatan
Sipispis dipimpin oleh Asisten Wedana, Camat Kepala Wilayah silih bergantih
sebagai berikut ini:
1. Tuan Ottan Purba
2. Tengku Tokoh
3. Saiman Sinaga
4. Abdul Kadir Nasution
5. Tuan Unan Purba
6. Tuan Senan Purba
7. Karim Girsang
8. Miswan Suharianto, BA Maruap Purba, BA
1Ekspos Sipispis, Dalam Rangka Penilaian Kecamatan Terbaik Tingkat Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun Anggaran 2017, h., 5.
46
9. Darmansyah, BA
10. Drs. P Anggiat Lubis
11. Rachmat Silangit
12. Ali Yacub Sinaga, BA
13. Drs. PM. Sagala
14. Drs. JK Purba
15. Drs. Neken ketaren
16. M. Yahya Simarmata,BA
17. Drs, Djamal Agustar
18. Drs. Fajar Simbolon
19. Drs. Akmal
20. Pribadi Perangin-angin, S,Sos, MM
21. M. Syarif Sitopu, SE
22. Sudarno, S.Sos2
Selanjutnya sesuai dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2003,
tentang pembentukan kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai, maka
sejak pemekaran wilayah kabupaten Deli Serdang menjadi dua kabupaten yakni
kabupaten Deli Serdang dan kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan sipispis
termasuk dalam wilayah kabupaten Serdang Bedagai yang sebelumnya
merupakan kabupaten wilayah Deli Serdang. Demikianlah sejarah singkat
mengenai kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai sebagai Tanah Beradat
dan Negeri Bertuah.
2Ekspos Kecamatan Sipispis, Dalam Rangka Penilaian Kecamatan Terbaik Tingkat
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Anggaran 2017. h., 5.
47
B. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Sipispis secara geografis terletak pada 00⁰LU 00⁰LS berada
pada ketinggian 225 – 450 dpl. Luas keseluruhan kecamatan sipispis adalah 222,6
Km2, dengan batas- batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatas dengan kecamatan Tebing Tinggi.
- Sebelah Selatan berbatas dengan kecamatan Tapian Dolok (Kab. Simalungun).
- Sebelah Timur berbatas dengan kecamatan Dolok Merawan.
- Sebelah Barat berbatas dengan kecamatan Raya Kahean (Kab. Simalungun).3
C. Demografi Penduduk Masyarakat Sipispis
1. Jumlah penduduk masyarakat Sipispis
Berdasarkan data statistik kecamatan Sipispis, jumlah penduduk kecamatan
Sipispis dapat dirincikan sebagai berikut.4
TABEL II
JUMLAH PENDUDUK
No. Desa LK Perempuan Jumlah Jumlah
KK
Tipe Desa
1 Sipispis 754 822 1576 367 Kampung
2 Serbananti 812 830 1642 428 Kampung
3 Bartong 560 552 1112 273 Kampung
4 Marubun 832 799 1631 447 Kampung
5 Pispis 488 416 904 256 Kampung
6 Baja Dolok 761 743 1504 389 Kampung
7 Nagur Pane 572 579 1151 407 Perkebunan
3Ekspos Kecamatan Sipispis, Dalam Rangka penilaian Kecamatan terbaik Tingkat
Kabupaten Serdang Bedagai 2017, h., 5. 4 Ekspos Kecamatan Sipispis, Dalam Rangka penilaian Kecamatan terbaik Tingkat
Kabupaten Serdang Bedagai 2017, h., 6.
48
8 Tinokkah 1418 1431 2849 818 Kampung
9 Parlambean 304 343 647 188 Perkebunan
10 Mariah Nagur 764 694 1458 362 Kampung
11 Rimbun 784 728 1512 409 Kampung
12 Naga Raja 543 498 1041 257 Kampung
13 Silau Padan 746 754 1500 452 Kampung
14 Marjanji 1915 1856 3771 1000 Kampung
15 Buluh Duri 1980 1895 3875 1155 Campuran
16 Gunung Pane 802 834 1636 410 Perkebunan
17 Simalas 1415 1386 2801 778 Kampung
18 Gunung monako 803 809 1612 360 Perkebunan
19 Sibarau 285 255 540 163 Perkebunan
20 Damak Urat 1311 1351 2662 736 Kampung
Jumlah 17849 17575 35424 9655
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk masyarakat kecamatan Sipispis sebagian besar
adalah petani (60%), wiraswasta (20%), jasa dan lain-lain (20%), dengan
mayoritas petani kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman yang sangat
penting, bahkan bagi masyarakat Sipispis kelapa sawit adalah sumber mata
pencaharian bagi mereka.5
Dari hasil perhitungan ini dapat diketahui bahwa perekonomian secara
kuantitas dalam masyarakat Sipispis adalah mayoritas petani, sementara kegiatan
ekonomi yang sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat adalah dalam
bidang pertanian. Dari data tersebut mempresentasikan bahwa masyarakat Sipispis
merupakan bagian dari sistem masyarakat „pinggiran‟ dalam artian bukan
5 Data Demografi Kecamatan Sipispis Tahun 2017.
49
masyarakat kota metropolitan, dimana sistem ekonomi masih berpijak pada
aktivitas masyarakat, sehingga kota sebagai pusat transaksi ekonomi secara luas,
hal ini yang menyebabkan para pemuda di desa merantau ke kota.
Dalam bidang usaha, biasa masyarakat tidak memproduksi secara sendiri
melainkan sebagai distributor akhir. Adapun barang yang diperdagangkan
bervariasi seperti pakaian, sepatu, makanan ringan, dan lain-lain sebagainya.
Dalam bidang jasa biasanya jasa yang ditawarkan juga beraneka ragam seperti
jasa untuk membuat rumah, toko, ada juga bergerak dalam jasa angkutan barang,
jasa pembantu, dan lain-lain.6
3. Pendidikan
Pendidikan masyarakat di Sipispis rata-rata yang tamat SD (Sekolah Dasar)
60%, SMP (Sekolah Menengah Pertama) 20%, SMA (Sekolah Menegah Atas)
10%, Sarjana 4%, tidak sekolah atau tidak tamat SD (Sekolah Dasar) 6%.7
Memang masih sangat sedikit masyarakat Sipispis yang sampai jenjang
pendidikan sarjana dikarenakan ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya,
salah satu faktor terbesarnya adalah faktor ekonomi, keadaan ekonomi di Sipispis
memang masih bisa di katakan jauh dari apa yang di harapkan, dan banyak juga
masyarakatnya yang tidak lulus sampai SD (Sekolah Dasar), kebanyakan yang
tidak lulus adalah orang-orang terdahulu atau bisa dikatakan kakek-kakek/nenek-
nenek sekarang, karena memang dahulu anggapan mereka sarana pendidikan bagi
mereka tidak begitu urgensi, mereka lebih mengutamakan kerja seharian asalkan
dapat membantu orang tua dan mendapatkan hasil untuk uang saku bagi mereka,
6 Sakila Purba, Staf Operator Kantor Camat Sipispis, Wawancara Pribadi, Sipispis, 13
Juli 2018. 7 Data Demografi Kecamatan Sipispis Tahun 2017.
50
kalau untuk generasi sekarang rata-rata banyak yang lulus SD karena sekarang
ijazah adalah penting untuk masa depan yang memuaskan.8
4. Keagamaan
Masyarakat Sipispis secara keseluruhan mempercayai agama, namun agama
yang ada di Sipispis hanya dua agama yaitu agama Islam dan Kristen, dua agama
inilah yang menjadi agama kepercayaan masyarakat Sipispis, namun agama yang
mayoritas adalah agama Islam, meskipun agama Islam menjadi agama mayoritas
tetapi di Sipispis agama Islam tidak pernah sewenang-wenang terhadap agama
minoritas, kehidupan berbangsa dan bernegara di Sipispis terjalankan dengan
begitu baik sehingga kehidupan di Sipispis penuh dengan toleransi yang tinggi,
tidak pernah terjadi isu agama di Sipispis.9
Jumlah penganut agama Islam di Sipispis 80%, sedangkan agama Kristen
20%.10
Tidak ada penganut agama Budha, Hindu, dan Konghucu di masyarakat
Sipispis. Masyarakat Islam di Sipispis banyak menganut paham Mazhab Syafi‟i
secara kultural. Kegiatan keagamaan di Sipispis tidak pernah terkendala oleh isu
agama, mereka bebas mengadakan kegiatan keagamaan mereka masing-masing
dengan contoh Islam bebas mengadakan isra‟ mi‟raj tanpa di ganggu oleh
penganut agama Kristen begitu juga sebaliknya penganut agama Kristen bebas
melakukan kegiatan berbau agama seperti kenaikan Yesus Kritus tanpa di ganggu
oleh penganut agama Islam, sepertinya secara faktual masyarakat di Sipispis telah
mengaplikasikan Undang-Undang Dasar bab XI tentang Agama, pasal 29 poin ke
8 Rahmatondang Saragih, Tokoh Masyarakat Sipispis, Wawancara Pribadi, Sipispis, 21
Juli 2018. 9 Zainuddin Purba, Tokoh Agama Sipispis. Wawancara Pribadi, Sipispis, 21 Juli 2018.
10 Data Demografi Kecamatan Sipispis 2017.
51
2 “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut keagamaannya dan kepercayaannya
itu.”11
D. Sarana dan Prasarana Pendukung
1. Sarana Pertanian
a. PTPN III Kebun G. Pamela dan G. Monako, Sialau Dunia 432Ha.
b. PT. Bridgestone Naga Raja 246Ha.
c. Karet rakyat 257 Ha.
d. Sawit rakyat 956 Ha.
e. Sawah hujan 511 Ha.
f. Sawah irigasi 204 Ha.
g. Perumahan, jalan, lapangan bola, perkebunan, dll 747 Ha.
h. Hutan lindung 267 Ha.12
2. Sarana Pendidikan
TABEL III
JUMLAH LEMBAGA PENDIDIKAN
No Lembaga pendidikan Jumlah
1 PAUD 9 Buah
2 TK 7 Buah
3 MIS 2 Buah
4 SD 35 Buah
5 SMP Negeri 2 Buah
6 SMP Swasta 7 Buah
11
UUD, Bab XI Tentang Agama, Pasal 29 poin 2. 12
Ekspos Kecamatan Sipispis, Dalam Rangka penilaian Kecamatan terbaik Tingkat
Kabupaten Serdang Bedagai 2017, h., 6.
52
7 MTs Swasta 3 Buah
8 SMA Negeri 1 Buah
9 SMA Swasta 2 Buah
10 SMK Negeri 1 Buah
11 SMK Swasta 2 Buah
12 Aliyah Swasta 1 Buah
3. Sarana Perhubungan
a. Prasarana Jalan
TABEL IV
PRASARANA JALAN
No. Jenis Jalan Status Jalan Kondisi
1. Aspal Hotmix Jalan Provinsi Baik
2. Aspal Hotmix Jalan Provinsi R. Ringan
3. Aspal Hotmix Jalan Provinsi R. Parah
4. Aspal Hotmix Jalan Kabupaten Baik
5. Aspal Hotmix Jalan Kabupaten R. Ringan
6. Aspal Hotmix Jalan Kabupaten R. Ringan
7. Aspal Lapen Jalan Kabupaten Rusak
8. Aspal Lapen Jalan Kabupaten Rusak
9. Aspal Lapen Jalan Kabupaten R. Parah
10. Perkerasan Jalan Kabupaten Rusak
11. Perkerasan Jalan Desa Rusak
12. Perkerasan Jalan Desa Rusak
13. Rabat Beton Jalan Desa Baik
14. Jalan Produksi Jalan Desa Baik
15. Jalan Produksi Jalan Desa R. Ringan
53
b. Prasarana Transportasi
TABEL V
JUMLAH TRANSPORTASI13
No. Jenis
Angkutan
Jumlah Keadaan Keterangan
1. Bus Umum 12 Buah Kurang
Baik
Tidak
Memadai
2. Bus
Sekolah
4 Buah Kurang
Baik
Kurang
Memadai
3. Sepeda
Motor
8.890 Buah Baik Cukup
4. Sepeda 2500 Buah Baik Cukup
5. Truck 150 Buah Baik Cukup
6. Mobil 200 Buah Baik Cukup
4. Sarana Ibadah
TABEL VI
JUMLAH SARANA IBADAH
No. Nama Rumah Ibadah Jumlah
1. Mesjid 72 Buah
2. Musholla 13 Buah
3. Gereja 37 Buah
13
Ekspos Kecamatan Sipispis, Dalam Rangka penilaian Kecamatan terbaik Tingkat
Kabupaten Serdang Bedagai 2017, h., 7.
54
5. Sarana Hiburan
TABEL VII
JUMLAH SARANA HIBURAN
No. Nama Rekreasi Jenis Rekreasi Alamat Keterangan
1. Batu Nongol Pemandian Buluh
Duri
Terkenal
2. Ancol Pemandian Buluh
Duri
Terkenal
3. Arum Jeram Arum Jeram Bartong Terkenal
4. Sibarau Indah Pemancingan Sipispis Belum
5. Sibual Sari Pemancingan Marubun Belum
6. Ikan Pispis Pemancingan Pispis Belum
7. Pancing Menari Pemancingan Simalas Belum
8. Ikan Djumbo Pemancingan Baja
Dolok
Belum
9. Pancing Mas Pemancingan Pispis Belum
6. Sarana Kelembagaan
a. Polsek Sipispis.
b. KUA (Kantor Urusan Agama).
c. Kantor Camat.14
7. Sarana Pendukung
a. Kantor Pos.
b. BRI unit Sipispis.
c. Bank SUMUT unit Sipispis.
14
Data Kecamatan Sipispis 2018.
55
d. ATM BNI.15
E. Situasi Sosial Adat dan Budaya
Masyarakat Sipispis merupakan masyarakat yang bukan dalam kategori
heterogen, dari segi agama masyarakat Sipispis hanya menganut dua agama Islam
dan Kristen, sedangkan agama-agama lain tidak terdapat penganutnya.
Selanjutnya jika ditinjau dari suku, masyarakat Sipispis didominasi oleh suku
Batak, walaupun ada suku lain namun suku lain hanya sedikit tidak sebanyak suku
Batak. Setiap suku mempunyai adat dan budaya masing-masing, seperti Batak
dengan adat bataknya dan suku Jawa dengan budaya jawanya. Adat dan budaya di
masyarakat Sipispis untuk masa sekarang tidak terlalu sekental masa dulu, untuk
masa dulu barang siapa yang melanggar adat akan ada sanksi yang diberikan
kepada pelanggar adat, seperti kasus orang yang mempunyai marga yang sama
dilarang menikah dikarenakan mereka saudara, jika hal ini dilakukan maka
mereka akan di asingkan dari daerah tersebut.16
Namun untuk masa sekarang hal
itu sudah tidak berlaku karena sudah adanya doktrin agama yang masuk.
15
Data Kecamatan Sipispis 2018. 16
Zulpan Saragih, Masyarakt Sipispis, Wawancara Pribadi. Sipispis, 25 Juli 2018.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pembayaran Zakat Secara Langsung Oleh Muzakki Kepada
Mustahik di Kecamatan Sipispis
Masyarakat Sipispis merupakan masyarakat yang mayoritas beragama
Islam, menurut data yang dikeluarkan oleh kantor kecamatan Sipispis bahwasanya
orang yang beragama Islam mencapai 80% sedangkan agama Kristen 20%1.
Selanjutnya muncul pertanyaan mengapa hanya dua agama itu saja yang yang
mempunyai eksistensi di daerah Sipispis! Kemana agama Budha dan Hindu?
Memang secara territorial kecamatan Sipispis merupakan bagian dari wilayah
provinsi Sumatera Utara, yang mana Sumatera Utara adalah wilayah yang
dikuasai oleh kerajaan Melayu dan Batak sehingga di salah satu daerah Sumatera
Utara ada sebuah bangunan yang bernama Istana Maimun yang terletak dikota
Medan.2 Kemudian didaerah pesisir pantai dikuasai oleh Raja Batak sehingga
memang dari segi sejarah Sumatera Utara tidak dikuasi oleh kerajaan Hindu dan
Budha oleh karena itu agama yang berkembang hanya Islam dan Kristen.
Kecamatan Sipispis itu mayoritas orang-orang Batak, namun bukan berarti dengan
mayoritas orang Batak agamanya juga mayoritas Kristen, karena seiring
berkembangnya waktu, banyak juga orang-orang batak yang sudah masuk Islam3.
Banyak anggapan dari masyarakat luar sumatera bahwasanya Batak itu pasti
beragam Kristen, anggapan itu sungguh amat keliru.
1Demografi Kecamatan Sipispis Tahun 2017.
2Istana Maimun di Medan, Salah Satu yang Terindah di Indonesia,
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3189420/istana-maimun-di-medan-salah-satu-
yang-terindah-di-indonesia. Diakses pada Rabu, 22 Agustus 2018 pukul 23:30. 3Amal Saragih, Tokoh Adat Batak, Wawancara pribadi, Sipispis 23 juli 2018.
57
Pernah suatu ketika terjadi kepada penulis pada tahun baru 2015 di Monas
saat itu penulis membeli cicin kepada seorang penjual yang berada di kawasan
Monas pada saat itu penjual bertanya kepada penulis, dari daerah mana bg?
penulis menjawab dari Medan bg, selanjutnya penjual bertanya kembali marga
apa bang? Saragih bang, spontanitas penjual memberikan pernyataan “Kristen ya
bang” langsung penulis menjawab “bukan bang aku agama Islam” kemudian
penulis jelaskan bahwasanya yang bermarga itu tidak semuanya beragama Kristen
bang, seperti itu ya bang‟ sahut penjual. Jumlah masyarakat di kecamatan Sipispis
dari data yang diberikan kantor kecamatan Sipispis berjumalah laki-laki 17.849
(tujuh belas ribu delapan ratus empat pluluh Sembilan) dan perempuan 17.575
(tujuh belas ribu lima ratus tujuh puluh lima) dengan jumlah KK (kartu keluarga)
9.655 (Sembilan ribu enam ratus lima puluh lima) jumlah total penduduk
Kecamatan Sipispis 35.424 (tiga puluh lima ribu empat ratus dua puluh emat)4
dengan 80% agama Islam dan 20% agama Kristen. Setiap kegiatan keagamaan
yang berlangsung di Sipispis berjalan sesuai dengan yang diinginkan dalam artian
tidak pernah terkendala dengan isu agama. Contoh orang Kristen beribadah di
Greja tidak pernah di ganggu oleh umat muslim dan begitu juga sebaliknya umat
muslim beribadah di Mesjid tidak pernah di ganggu oleh orang-orang kristiani,
semuanya saling harga menghargai sesuai keyakinan masing-masing dan hal ini
sudah dijamin oleh konstitusi Negara yaitu UUD 1945.
Islam merupakan agama yang diridhoi Allah SWT hal itu senada dengan
firman Allah “Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam.”
4Ekspos Kecamatan Sipispis Dalam Rangka Penilaian Kecamatan Terbaik Tingkat
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017, h., 6.
58
(Al-Imran: 19).5 Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah
kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi
kehidupan, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia.6 Sumber dari
ajaran-ajaran agama Islam ialah Al- Quran dan Hadits. Islam mempunyai rukun
sebagai tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-
orang yang beriman dan merupakan dasar bagi orang-orang muslim. Rukun Islam
itu ada lima perkara yaitu:
1. Mengucap dua kalimah syahadah.
2. Mendirikan sholat.
3. Puasa pada bulan Ramadhan.
4. Mengeluarkan zakat.
5. Menunaikan haji bagi yang mampu.
Dalam Islam ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia
itu. Semua ibadah yang ada dalam Islam, seperti: salat, puasa, zakat, bertujuan
membuat roh manusia agar senantiasa tidak lupa kepada Allah sang pencipta alam
semesta ini.7
Diantara semua ibadat yang diatas, zakatlah yang mempunyai nilai sosial,
tidak hanya bersifat vertikal namun juga bersifat horizontal. Banyak ayat-ayat Al-
Quran yang membicarakan tentang zakat salah satunya surah Al-Baqarah ayat 43
“Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, serta rukuklah dengan orang yang
5Q.S Al-Imran ayat 19.
6Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, Jilid 1, 1985), h., 17. 7Nurcholish Madjid, Islam Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Waqaf
Paramadina, 1992), h., 94.
59
rukuk”. Zakat sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam
tujuan bernegara tentu ada misi untuk mensejahterakan rakyat, zakat adalah salah
satu opsi yang tepat, karena dalam sistem zakat mengambil harta orang-orang
yang kaya dan memberikannya kepada delapan golongan yang telah ditetapkan
Allah dalam Al-Quran surah At-taubah ayat 60 yaitu:
1. Faqir.
2. Miskin.
3. Amil.
4. Muallaf.
5. Hamba sahaya.
6. Orang yang berhutang.
7. Untuk jalan Allah.
8. Orang-orang yang sedang dalam perjalanan.
Diantara delapan golongan tersebut terdapat faqir dan miskin, dua bagian ini
adalah masalah yang harus dituntaskan oleh negara, adanya zakat sangat
membantu negara untuk mengatasi masalah tersebut.
Di kecamatan Sipispis, muzakki (orang yang membayar zakat) tidak
membayarkan zakatnya melalui lembaga BAZNAS/ lembaga yang beroperasi
dalam bidang zakat seperti LAZ (Lembaga Amil Zakat, BAZ (Badan Amil Zakat),
mereka membayarkan zakatnya langsung kepada mustahik (orang yang menerima
zakat) tanpa perantara lembaga yang beroperasi dalam bidang zakat. Meskipun di
kecamatan Sipispis terdapat 72 Masjid, Tokoh Agama, Ustadz, KUA (Kantor
Urusan Agama) namun muzakki di Sipispis tetap membayar zakat secara langsung
60
kepada mustahik, hal ini dikarenakan tidak berfungsinya Masjid, KUA, dan Tokoh
Agama secara efektif, sehingga muzakki di Kecamatan Sipispis tetap membayar
zakat secara langsung kepada mustahik. Contoh kasus di ambil dari keluarga
penulis. Bapak Zulpan adalah seorang pengusaha dalam bidang jasa angkutan
darat, bapak Zulpan mempunyai tiga unit truck Mitsubishi Fuso, dalam setahun
bapak Zulpan bisa meraih keuntungan 150 juta, ketika keuntungan tersebut
mencapai 150 juta otomatis sudah mencapi nishabnya, dalam pembayaran zakat
tersebut bapak Zulpan tidak membayarnya melalui lembaga zakat tetapi langsung
kepada mustahik (orang yang menerima zakat) karena bapak Zulpan tidak begitu
paham masalah zakat, maka bapak Zulpan menanyakan kepada Ustadz yang
berada diwilayah dimana bapak Zulpan bertempat tinggal, dalam pembayaran
tersebut bapak Zulpan lebih condong memberikannya kepada saudaranya yang
berhak menerima zakat tersebut.8
B. Faktor-faktor Pembayaran Zakat Secara Langsung
Proses lahirnya undang-undang tentang pembentukan Serdang Bedagai
sebagai kabupaten pemekaran merujuk pada usulan yang disampaikan melalui
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor
18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten
Deli Serdang.
Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli
Serdang Nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Atas Usul Rencana
8 Zulpan Saragih, Muzakki Sipispis, wawancara Pribadi, Sipispis 20 Juli 2018.
61
Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten (Kabupaten Deli
Serdang (Induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten yang luasnya
mencapai 1.900,22 kilometer persegi ini, terdiri atas 243 desa/kelurahan yang
berada dalam 17 kecamatan.9
1. Bandar Khalipah.
2. Bintang Bayu.
3. Dolok Masihul.
4. Dolok Merawan.
5. Kotarih.
6. Pantai Cermin.
7. Pegajahan.
8. Perbaungan.
9. Sei Bamban.
10. Sei Rampah.
11. Serba Jadi.
12. Silinda.
13. Sipispis.
14. Tanjung Beringin.
15. Tebing Syahbandar.
16. Tebing Tinggi.
17. Teluk Mengkudu.
9Kabupaten Serdang Bedagai, https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Serdang_Bedagai.
Diakses pada Rabu, 22 Agustus 2018 pukul 23:46.
62
Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota di Sei Rampah adalah
kabupaten yang baru dimekarkan dari kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU
RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan
kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, pada
masa pemerintahan presiden Megawati.
Dalam pemerintahan birokrasi, ibu kota merupakan tempat center/pusat
administrasi baik ruang lingkup negara, provinsi, kota/kabupaten serta kecamatan.
Sei Rampah adalah ibu kota dari kabupaten Serdang Bedagai, di sanalah pusat
dari segala aktivitas administrasi kabupaten Serdang Bedagai.
Lembaga zakat mempunyai hirarki/tingkatan, tingkat nasional, tingkat
provinsi, dan tingkat kabupaten/kota,10
Lembaga zakat tingkat nasional
berkedudukan di Jakarta, sedangkan lembaga zakat tingkatan provinsi dan
kabupaten/kota berkedudukan di Ibu kota masing-masing, tentunya BAZDA
kabupaten Serdang Bedagai berkedudukan di Sei Rampah. Kecamatan Sipispis
termasuk bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai, jarak antara kecamatan
Sipispis dengan Ibu kota Serdang Bedagi adalah 64 km.11
Jarak yang begitu jauh
membuat masyarakat Sipispis enggan dalam mengurus berbagai administrasi,
namun karena administrasi adalah hal yang sangat penting jarak yang begitu jauh
tetap ditempuh agar segala bentuk administrasi bisa selesai, namun tidak untuk
masalah pembayaran zakat, dalam UUD No 23 tahun 2011 orang yang tidak
membayar zakat secara hukum positif tidak dikenakan sanksi, serta
membayarkannya secara langsung kepada mustahik itu tidak menjadi masalah
10
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. 11
Google Map Titik Awal Kecamatan Sipispis Tujuan Sei Rampah.
63
selama orang yang membayarkan zakat muzakki secara langsung paham mengenai
zakat. Adapun faktor-faktor masyarakat Sipispis membayar zakat secara langsung
kepada mustahik yaitu:
1. Jarak Yang Cukup Jauh
Jarak merupakan masalah yang paling dominan mengapa masyarakat
Sipispis membayarkan zakat secara langsung kepada mustahik, jarak antara
kecamatn Sipispis dengan Ibu kota Serdang Bedagai 64 km, itu bukanlah jarak
yang dekat melainkan jarak yang jauh untuk ditempuh apalagi ada beberapi
titik jalan yang rusak serta banyaknya volume kendaraan yang berlalu lalang
dijalan membuat muzakki Sipispis lebih memilih untuk membayar zakat
secara langsung kepada mustahik dari pada membayar melalui lembaga
zakat.12
2. Tidak Ada lembaga Zakat di Sipispis
Lembaga zakat tidak hanya di bentuk oleh pemerintah melainkan ada juga
yang dibentuk oleh swadaya masyarakat seperti LAZ (lembaga Amil Zakat)
dan BAZ (Badan Amil Zakat) namun semua lembaga itu tidak ada di
kecamatan Sipispis, hal itu pula yang membuat muzakki Sipispis
membayarkan zakat secara langsung kepada mustahik.13
3. Kurangnya Inovatif Bazda Serdang Bedagai
Masyarakat Sipispis merupakan masyarakat mayoritas oleh agama Islam.
Dari ekspos kecamatan Sipispis dalam rangka penilaian kecamatan terbaik
tingkat kabupaten Serdang Bedagai Sipispis memiliki 72 Mesjid dan 13
12
Wawancara Pribadi Muzakki Kecamatan Sipispis 24 Juli 2018. 13
Wawancara Pribadi Muzakki Kecamatan Sipispis 24 Juli 2018.
64
Musholla seharusnya BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Serdang Bedagai
bekerja sama dengan BKM (Badan Kemakmuran Masjid) untuk pengumpulan
dana zakat, namun hal itu tidak dilakukan oleh BAZDA (Badan Amil Zakat
Daerah) Serdang Bedagai14
4. Kurangnya Sosialisai BAZDA Serdang Bedagai
Masyarakat Sipispis termasuk dalam kategori desa, masyarakat pedesaan
lebih rendah dalam bidang pengetahuan dibandingkan dengan masyarakat kota
sehingga masih banyak masyarakat desa yang tidak mengetahui eksistensi dari
BAZDA. Walaupun sumber informasi di era modern sekarang sudah terbuka
namun jarang sekali informasi mengenai BAZDA Serdang Bedagai di media
sosial.15
Empat faktor diataslah yang mempengaruhi muzakki Sipispis untuk
membayarkan zakatnya secara langsung kepada mustahik. dengan harapan
BAZDA Serdang Bedagai mampu memberikan solusi yang terbaik sehingga
muzakki yang berda didaerah Sipispis mampu menyalurkan zakatnya kepada
lembaga BAZDA yang berada di Sei Rampah.
C. Analisis SWOT Terhadap Pembayaran Zakat Secara Langsung Kepada
Mustahik
1. Strengths (Kekuatan)
Muzakki di Sipispis membayarkan zakatnya langsung kepada orang
yang berhak menerima zakat tanpa melalui lembaga yang bertugas untuk
mengelola dana zakat. Muzakki dominan membayarkan zakatnya kepada
14
Wawancara Pribadi Muzakki Kecamatan Sipispis 24 Juli 2018. 15
Wawancara Pribadi Muzakki Kecamatan Sipispis 24 Juli 2018.
65
orang yang lebih dekat kepadanya dari segi nashab (Keturunan) yang
berada di wilayah Sipispis. Hal menjadi kekuatan atau mendapatkan nilai
positif terhadap pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik,
karena selama ini memang mereka (orang yang menerima zakat) hanya
sedikit yang mendapat zakat dari lembaga Amil zakat Daerah Serdang
Bedagai, sehingga mereka sangat bersyukur terhadap muzakki yang berada
di kawasan Sipispis. Dengan metode pembayaran zakat secara langsung
kepada orang-orang yang berhak menerima zakat dalam ruang lingkup
kecamatan Sipispis, dengan secara otomatis peluang mereka lebih
memungkinkan untuk menerima zakat dibandingkan dengan membayar
zakat kepada lembaga. Data yang di keluarkan oleh BAZDA (Badan Amil
Zakat Daerah) Serdang Bedagai bahwa hanya 50 orang saja yang
menerima zakat tahun 2018 di kecamatn Sipispis, padahal jumlah orang
miskin yang berada di wilayah Sipispis itu jumlahnya mencapai ribuan
orang dan dana zakat yang di salurkan juga jumlahnya tidak begitu banyak
hanya 300.000 (tiga ratus ribu rupiah) perindividu.16
Dalam sebuah hadits Shahih Muslim no 28 bab iman
قد فرض عليهم زكاة تؤخذ مه أغىيائم فترد على فقرائهم أن للا
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil
dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang fakir mereka.”
Ini menjadi salah satu dalil yang menjadi rujukan bagi orang-
orang kaya untuk mengeluarkan zakat dan memberikannya kepada orang-
16
Laporan BAZDA Serdang Bedagai Tahun 2018.
66
orang fakir dan miskin yang sangat butuh terhadap harta orang kaya
tersebut untuk hidup yang lebih baik.
Selanjutnya kekuatan atau nilai positif dari pembayaran zakat
secara langsung kepada mustahik yaitu mempererat hubungan silaturahmi
antara orang-orang yang membayar zakat dengan orang-orang yang berhak
menerima zakat, dengan pembayaran zakat secara langsung kepada
mustahik tentunya mereka saling berinteraksi tanpa melalui perantara
orang lain, dengan hal ini tentunya ada rasa tumbuh kasih sayang antara
mereka atau tumbuhnya rasa saling menghormati. Biasanya orang yang
kaya yang enggan mengeluarkan hartanya dijalan Allah akan menjadi
bahan gunjingan masyarakat dan menimbulkan rasa benci bagi orang
miskin, namun sebaliknya, jika orang kaya suka berbagi dengan orang-
orang yang miskin maka aka timbulnya rasa sayang yang muncul.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Ada beberapa kelamahan dari pembayaran zakat secara langsung
kepada mustahik yaitu:
a. Pendistribusian Tidak Merata
Setiap kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Serdang
Bedagai mempunyai kondisi ekonomi yang berbeda, tidak sama
jumlah asset yang dimiliki setiap kecamatan yang berada dalam ruang
lingkup kabupaten Serdang Bedagai, termasuk jumalah penduduk yang
kaya dan yang miskin semuanya memiliki perbedaan. Dalam
penyaluran dana zakat, hal yang terpenting adalah pendestribusian
67
yang mereata, sehingga para orang-orang yang berhak menerima zakat
itu dapat merasakan secara universal, dalam artian semua orang berhak
menerima zakat sesuai dengan isi ayat Al-quran surah At-taubah ayat
60 itu semua mendapatkan haknya. Dalam kasus muzakki menyalurkan
zakatnya secara langsung kepada mustahik tentu tidak akan tersalurkan
secara merata, karena yang diberi hanya orang-orang yang berada
dalam lingkungan muzakki. Tentu hal inilah yang menjadi kelemahan
atau nilai negatif dari pembayaran zakat secara langsung kepada
mustahik.
b. Tidak Tercatatnya Kekayaan Umat Islam
Dalam pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik
otomatis harta zakat yang diberikan oleh muzakki tidak ada catatannya
sehingga kekayaan umat Islam tidak terukur berapa jumlahnya. Hal ini
juga menjadi kelemahan terhadap pembayaran langsung kepada
mustahik, karena jika melakukan pembayaran kepada lembaga zakat
sudah otomatis harta kekayaan umat Islam akan terhitung karena
lembaga zakat mempunyai struktur organissi yang baik serta
melaporkannya kepada presiden setiap tahunnya. Dengan menegetahui
asset kekayaan umat Islam tentunya menjadi kebanggaan bagi umat
Islam. Data yang di keluarkan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah)
Serdang bedagai pada tahun 2018 bahwa sama sekali masyarakat
68
Sipispis tidak ada seorangpun yang menyalurkan zakatnya kepada
BAZDA Serdang Bedagai.17
c. Tidak Keseluruhan Muzakki Memahami Tentang Zakat
BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) merupakan lembaga zakat
yang mempunyai ruang lingkup lebih sempit dibandingkan dengan
BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), BAZDA hanya sebatas
menaungi daerah, sedangkan BAZNAS skala nasional. BAZDA
mempunyai struktur organisasi, tentu dengan otomatis orang-orang
yang berada di BAZDA sudah pasti memahami konsep dari zakat, jadi
para muzakki tidak perlu khawatir meyalurkan zakatnya kepada
lembaga zakat. Muzakki yang berada dalam wilayah kecamatan
Sipispis mempunyai latar belakang yang berbeda ada pengusaha,
pendidik/guru, petani, dll tentu mereka ada yang memahami masalah
konsep zakat dan tentu ada juga yang tidak, ini sangat menyedihkan
untuk masyarakt Sipispis terutama yang beragama Islam. Dalam
wawancara kepada muzakki Sipispis yang tidak memahami konsep
zakat mereka sebelum membayarkan zakatnya para muzakki
menanyakan masalah konsep zakat kepada Ustadz di daerah mereka
berada, namun masalah yang timbul adalah bahwa kebanyakan ustadz
yang berada di desa-desa tidak seperti pengurus zakat yang memahami
konsep zakat secara universal. Hal ini juga yang menjadi kelemahan
dari membayarkan zakat secara langsung kepada mustahik.
17
Laporan BAZDA Serdang Bedagai Tahun 2018.
69
3. Opportunities (Peluang)
Pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik (orang-orang
yang berhak menerima zakat) tentu mempunyai peluang yang sangat
sedikit. jika seorang muzakki (orang-orang yang membayar zakat) di
kawasan Sipispis membayarkan zakatnya secara langsung kepada
mustahik peluangnya yaitu meningkatkan ekonomi lebih cepat
dibandingkan dengan pembayaran zakat melalui lembaga zakat daerah
kecamatan Sipispis, karena jika pembayaran zakat tersebut disalurkan
seacara langsung kepada mustahik tentunya yang mendapatkannya juga
mustahik yang berada dalam ruang lingkup kecamatan Sipispis, namun
jika pembayaran zakatnya melalui BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah)
Serdang Bedagai belum tentu di distribusikannya kepada mustahik yang
berada dalam wilayah kecamatan Sipispis. Hal ini menjadi peluang bagi
pembayaran zakat seacra langsung kepada mustahik.
4. Threats (Ancaman)
Pembayaran zakat secara langsung tentu mempunyai kekuatan dan
kelemahan, dimana penulis telah menjabarkan diatas masalah kekuatan
dan kelemahan dari pembayaran zakat secara langsung kepada mustahik,
namun dalam analisi SWOT adanya ancaman yang harus dibahas,
selanjutnya penulis menguraikan ancaman yang terjadi jika seorang
muzakki menyalurkan zakatnya secara langsung kepada mustahik. Namun
analisis ini tidak bersifat universal hanya ruang lingkup Kecamatan
Sipispis, anacaman yang terjadi jika pembayaran zakat secara langsung
70
terus menerus dilaksanakan hal yang tidak diinginkan akan terjadi yaitu
pemberantasan orang-orang miskin yang ada di Sipispis tidak
terlaksanakan secara efektif, karena dengan pembayaran zakat secara
langsung berdampak pada pendistribusian yang tidak merata. Fakta di
lapangan menunjukkan hanya beberapa orang-orang fakir dan miskin saja
yang mendapatkan hak zakat mereka. Ini merupakan ancaman yang sangat
serius karena kemiskinan tidak hanya urusan negara namun juga urusan
agama, banyak ayat Al-quran yang memerintahkan kaum muslimin untuk
peduli terhadap kaum yang lemah dalam artian orang-orang miskin. Salah
satu ayat Al-quran surah Al-Ma‟arij ayat 24-25 “dan orang-orang yang
dalam hartanya disiapkan bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang
meminta dan tidak meminta” oleh sebab itu sebaiknya kita harus
menghindari hal ini, karena kemiskinan itu mendekatkan kepada
kekufuran.
Dengan jumlah masyarakat yang mencapai angka 35.000 (tiga
puluh lima ribu) ini menjadi sumber kekuatan untuk menghimpun dana
zakat, namun yang menjadi ancamannya ialah jika lembaga amil zakat
tidak tidak gencar dalam menghimpun dana zakat maka yang terjadi ialah
menurunnya kesadaran muzakki di Sipispis unuk membayar zakat.
Penulis menegaskan kembali bahwa dalam pembayaran zakat secara
langsung mempunyai kelebihan serta kekurangan dalam pembayaran zakat secara
langsung kepada mustahik. Adapun kelebihan dari pembayaran zakat secara
langsung kepada mustahik diantaranya:
71
1. Mustahik di kecamatan Sipispis mempunyai peluang lebih lebih besar untuk
menerima zakat.
2. Terjalinnya interaksi langsung antara muzakki dan mustahik.
Dua hal diataslah yang menjadi kelebihan atau pengaruh positif pembayaran zakat
secara langsung kepada mustahik.
Tidak hanya berbicara mengenai kelebihan pengaruh positif pembayaran
zakat secara langsung kepada mustahik namun juga berbicara mengenai
kelemahan atau pengaruh negatif pembayaran zakat secara langsung kepada
mustahik, adapun kelemahannya diantaranya:
1. Pendistribusian tidak merata.
2. Tidak tercatatnya kekayaan umat Islam.
3. Tidak keseluruhan muzakki memahami tentang zakat.
Tiga hal inilah yang menjadi kelemahan dari pembayaran zakat secara
langsung kepada mustahik. Setelah mengetahui pengaruh pembayaran zakat
secara langsung kepada mustahik, baik pengaruh positif maupun negatif penuh
harapan agar muzakki mebayar zakat melalui lembaga karena membayarkan zakat
melalui lembaga lebih besar maslahatnya.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian dan analisis pada bab-bab diatas, maka penulis dapat memberikan
kesimpulan bahwa muzakki di Sipispis membayarkan zakat secara langsung
kepada mustahik, dengan pembayaran secara langsung oleh muzakki kepada
mustahik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi muzakki Sipispis
membayarkan zakat secara langsung kepada mustahik yaitu:
1. Jarak yang jauh antara kecamatan Sipispis dengan BAZDA yang berada di
ibu kota kecamatan.
2. Tidak Ada Lembaga Zakat di wilayah Sipispis.
3. Kurangnya Inovatif BAZDA Serdang Bedagai.
4. Kurangnya Sosialisasi BAZDA Serdang Bedagai.
Selanjutnya dalam pembayaran zakat secara langsung oleh muzakki
kepada mustahi kmempunyai pengaruh positif/keunggulan dan pengaruh
negatif/kelemahan. Pengaruh positif dari pembayaran zakat secara langsung
kepada mustahik yaitu:
1. Peluang Mustahik Lebih Besar Untuk Menerima Zakat.
2. Mempererat Hubungan antara muzakki dan mustahik.
Sedangkan pengaruh negatif pembayaran zakat secara langsung kepada
mustahik yaitu:
1. Pendistribusian tidak merata.
73
2. Tidak tercatatnya kekayaan umat Islam. Tidak Keseluruhan Muzakki
Memahami Konsep Zakat.
Selanjutnya peluang dan ancaman dari pembayaran zakat secara langsung
oleh muzakki kepada mustahik yaitu:
a. Peluang
Peluang dari pembayaran zakat secara langsung oleh muzakki
kepada mustahik ialah para mustahik Sipsipis lebih besar peluangnya
mendapatkan dana zakat dari muzakki Sipispis.
b. Ancaman
Ancaman dari pembayaran zakat secara lansung oleh muzakki
kepada mustahik ialah pemberantasan kemiskinan yang kurang efektif.
Itulah analisis SWOT terhadap dari pembayaran zakat secara langsung
oleh muzakki kepad mustahik.
B. Saran
Setiap memilih sesuatau maka hal yang terpenting adalah
mempertimbangkan seberapa maslahat atau mudhorat hal yang akan dipilih.
Termasuk dalam pembayaran zakat, sebaiknya muzakki Sipispis
membayarkan zakat kepada lembaga amil zakat karena maslahat yang
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan membayar zakat secara langsung
kepada mustahik. Namun lembaga amil zakat juga harus menjemput bola agar
muzakki di Sipispis antusias membayar zakat melalui lembaga amil zakat.
74
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ba‟iy, Abdul Al-Hamid Mahmud. Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syar‟iah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Al-Ghazali. Rahasia Puasa dan Zakat. Bandung: Penerbit Karisma, 2003.
Alisa, Muhammad Amirullah Bin. “Pengaruh Pemahaman, Pendapatan dan
Lingkungan Muzakki Terhadap Perilaku Pembayaran Zakat (Studi pada
Pasar Pedagang Kolombo).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Agama Islam,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2016.
Al-Qurtubi. Al- Jaami‟ li Ahkam Al-Quran‟an, Beirut: Daar el- Kutub al-„Ilmiyah,
1992.
Atabik, Ahmad. “Manajemen Pengelolaan Zakat Yang Efektif Di Era
Kontemporer”. Jurnal Ziswaf. Vol. 2, No. 1, 2015.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I‟tikaf-zakat-Haji-
Umrah). Jakarta: Gema Insani, 2011.
Baridi, Lili. Zakat Dan Wirausaha. Jakarta: Center Entrepreneurship
Depelopment, 2005.
Ekspos Sipispis. Dalam Rangka Penilaian Kecamatan Terbaik Tingkat Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun Anggaran 2017.
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang-UIN-Malang
Press, 2008).
Hadi, Abdul. ”Konsep Analisis SWOT Dalam Peningkatan Mutu Lembaga
Madrasah”. Didaktika. Vol. XIV, No. 1, Agustus, 2013.
Hafidhuddin, Didin. The Power Of Zakat. Malang: UIN Malang-Press, 2008.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modren. Jakarta: Gema Insani,
2002.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Infak Dan Sedekah. Jakarta: Badan Amil Zakat
Nasional, 2006.
Hasbi, Al-Furqon. 125 Maslah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, 2008.
Heryanto. “Zakat: Harapan dan Realita (Studi Kasus di Kota Samarinda)”. Dinar
Ekonomi Syariah. Vol. 1, No. 1, Agustus, 2016.
Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2003.
Lughah, Majma. Al-„Arabiyyah, al-Mu‟jam al-Wasith. Mesir: Daar el-Ma‟arif,
1972.
Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin Dan Peradaban. Jakarta: Yayasan Waqaf
Paramadina, 1992.
Millah. “Penerapan Manajemen Zakat Produktif Dalam Meningkatkan Ekonomi
Umat di PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) Kota Makassar”. Jurnal Studi
Agama. Vol. XVII, No.1, 2017.
Mufraini, Arif. Akuntansi Dan Managemen Zakat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2006.
Mukhlis, Ahmad dan Irfan Syauqi Beiq. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat (Studi Kasus
Kabupaten Bogor)”. Al-Muzaraah. Vol. 1, No. 1, 2013.
75
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 1985.
Qardawi, Yusuf. Fiqih Zakat. Beirut: Muassasah Risalah, 1991.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat
Zakat Berdasarkan Qur‟an dan Hadis ter. Salman Harun dkk.
Qodir, Abdurrahman. Zakat Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial. Jakarta:
PT.Raja Grafindo Prasada, 1998.
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013.
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah ter. Khairul Amru Harahap dan Masrukhin. Jakarta:
Cakrawala Publishing, 2008.
Sulaiman. Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi (Studi Terhadap BAZDA
Mataram NTB). Semarang: Afki Media, 2010.
Triyawan, Andi dan Siti Aisyah. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Masyarakat Membayar Zakat di BAZNAS Yogyakarta”. Islamic Economic
Jurnal. Vol.2, No. 1, Juli, 2016.
Umar, M. Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif. Jambi: Sulthan Thaha
Press.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group.
Zadeh, M. Husein Falah. Belajar Fiqih untuk Tingkat Pemula. Iran: Lembaga
Internasional Ahlul Bait, 2008.
Zahrah, Muhammad Abu. Zakat Dalam Perspektif Sosial. Jakarta: PT Pustaka
Firdaus, 1995.
Zainarti. “Manajemen Islami Perspektif Al-Qur‟an”. Jurnal Iqra‟. Vol. 8, No.1,
2014.
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, tentang Pengelolaan
Zakat.
UUD, Bab XI Tentang Agama, Pasal 29 poin 2.
INTERNET
Apa itu BAZ dan LAZ, Bagaimana Perilaku Pemerintah Terhadap BAZ dan LAZ,
https://www.kompasiana.com/fathanul-hakim-risal/apa-itu-baz-dan-laz-
bagaimana-perilaku-pemerintah-terhadapa-baz-dan-
laz_558a4f97737e61c20cbf70f3. Diakses pada Rabu, 22 Agustus 2018
pukul 23:46.
Istana Maimun di Medan, Salah Satu yang Terindah di Indonesia,
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3189420/istana-maimun-
di-medan-salah-satu-yang-terindah-di-indonesia. Diakses pada Rabu, 22
Agustus 2018 pukul 23:30.
76
Kabupaten Serdang Bedagai,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Serdang_Bedagai. Diakses pada
Rabu, 22 Agustus 2018 pukul 23:46.
Zakat Nasional 2017 Tumbuh 20% Jadi Rp6 Triliun,
http://kabar24.bisnis.com/read/20180102/15/722684/zakat-nasional-2017-
tumbuh-20-jadi-rp6-triliun. Diakses pada Rabu, 22 Agustus 2018 pukul
23:30.
WAWANCARA PRIBADI
Wawancara Pribadi dengan Amal Saragih, Tokoh Adat Batak, 23 Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan Rahmatondang Saragih, Tokoh Masyarakat Sipispis,
21 Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan Sakila Purba, Staf Operator Kantor Camat Sipispis, 13
Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan Zainuddin Purba, Tokoh Agama Sipispis, 21 Juli
2018.
Wawancara Pribadi dengan Zulpan Saragih, Masyarakat Sipispis, 25 Juli 2018.
77
LAMPIRAN
“ANALISIS SWOT TERHADAP PEMBAYARAN ZAKAT SECARA LANGSUNG OLEH MUZAKKI KEPADA MUSTAHIK (Studi Kasus Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara).”
78